-teki itu sebelum Dia memberi jawabannya.
Demikian pula halnya dengan keseluruhan tugas-Nya,
Ia baru membukakan pengertian para murid-Nya dan
mencurahkan Roh-Nya sesudah penderitaan-Nya ber-
akhir dan sesudah Ia mengenakan kembali pakaian ke-
muliaan-Nya dan kembali ke tempat-Nya semula (Luk.
24:45-46).
(2) Sebelum menjelaskan, Ia bertanya dulu kepada mereka
apakah mereka bisa memahami arti perbuatan-Nya itu:
Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
Dia bertanya begitu bukan saja untuk menyadarkan mere-
ka atas ketidaktahuan dan kebutuhan mereka untuk di-
938
ajari (sebagaimana dalam Za. 4:5, 13, Tidakkah engkau
tahu, apa arti semuanya ini? Jawabku: Tidak, tuanku!), te-
tapi juga untuk membangkitkan keinginan dan pengharap-
an mereka akan pengajaran-Nya: “Aku ingin kamu mengerti,
dan jika kamu mau memperhatikan, Aku akan memberi-
tahukannya kepadamu.” Perhatikan, Kristus menghendaki
supaya tanda-tanda sakramental dijelaskan dan supaya
umat-Nya memahami makna tanda-tanda ini . Kalau
tidak, meskipun tanda-tanda itu begitu bermakna, semua-
nya tidak akan berarti apa-apa bagi orang yang tidak dapat
memahami maksudnya. sebab itulah mereka diarahkan
untuk bertanya, Apakah artinya ibadahmu ini? (Kel. 12:26).
2. Dasar apa yang Ia pakai untuk melandasi penjelasan-Nya itu
(ay. 13): “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, kamu mem-
beri-Ku gelar seperti itu saat kamu berbicara kepada-Ku, dan
katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
Kamu memang murid-murid-Ku dan Aku melakukan bagian-
Ku sebagai seorang guru bagimu.”
Perhatikan:
(1) Yesus Kristus yaitu Guru dan Tuhan kita. Dia yaitu
Sang Penebus dan Juruselamat kita, dan untuk menjalan-
kan peran itu, Ia pun menjadi Tuhan dan Guru kita. Dialah
Guru kita, didaskalos – Guru dan Pembimbing kita dalam
segala kebenaran dan peraturan yang dibutuhkan, sebagai
seorang nabi yang mewahyukan kehendak Allah kepada
kita. Dia yaitu Tuhan kita, kyrios – Penguasa dan Pemilik
kita yang berwenang dan berkuasa atas kita.
(2) Sudah seharusnyalah para murid Kristus memanggil-Nya
sebagai Guru dan Tuhan, bukan sekadar pujian, melain-
kan sebab Dia memang benar yaitu Guru dan Tuhan
mereka. Bukan sebab terpaksa, melainkan dengan senang
hati. Penyair Herbert yang saleh selalu menambahkan kata
Guruku, setiap kali beliau menyebut nama Kristus. Begitu
pulalah ia mengungkapkan hal ini dalam salah satu
puisinya:
Betapa manisnya suara Guruku, ya Guruku!
Bagaikan wewangian meninggalkan harum semerbak bagi
yang menciumnya,
Injil Yohanes 13:1-17
939
Begitu pula semua perkataan ini meninggalkan kandungan
manis, keharuman tak terperikan, ya Guruku.
(3) Memanggil Kristus Guru dan Tuhan merupakan kewajiban
bagi kita untuk menerima dan mematuhi pengajaran yang
Ia berikan kepada kita. sebab itu, Kristus ingin mereka
menerapkan ketaatan mereka terhadap sebuah perintah
yang tidak menyenangkan darah dan daging. Jika Kristus
yaitu Guru dan Tuhan kita, dan benar-benar demikian
sesuai dengan persetujuan kita, dan bila kita sering me-
manggil-Nya demikian, maka kita pun wajib bersikap hor-
mat dan jujur untuk menaati-Nya.
3. Pengajaran yang Ia ajarkan di sini: Kamu pun wajib saling
membasuh kakimu (ay. 14).
(1) Beberapa orang memahami tindakan Kristus ini se-
cara harfiah dan berpendapat bahwa kalimat ini me-
lembagakan sebuah ibadah yang masih berlaku di gereja,
yaitu bahwa orang Kristen wajib saling membasuh kaki
mereka dengan cara ibadah yang khidmat, sebagai tanda
bahwa mereka mengasihi satu sama lain dengan kerendah-
an hati. Itulah yang dipahami oleh Ambrose yang menerap-
kannya di gereja di kota Milan. Augustinus berkata bahwa
orang-orang Kristen yang tidak melakukan hal itu dengan
tangan mereka, dia berharap, dapat melakukannya dengan
hati mereka dalam kerendahan hati. Akan namun , menurut-
nya akan jauh lebih baik bila melakukan hal itu dengan ta-
ngan juga, bila ada kesempatan (sebagaimana dalam 1Tim.
5:10). Orang Kristen tidak boleh merasa hina untuk
melakukan perbuatan yang tidak segan dilakukan Kristus.
Menurut Calvin, ada gereja tertentu yang hanya meniru-
niru Kristus saja dalam melakukan perayaan pembasuhan
kaki setiap tahun pada hari Kamis namun tidak bertindak
sebagai pengikut-Nya, sebab tugas yang Kristus lekatkan
dalam perbuatan itu yaitu bersifat timbal balik, yaitu sa-
ling membasuh kaki satu sama lain. Jansenius pun me-
ngatakan bahwa hal itu dilakukan Frigidè et dissimiliter –
dengan kaku, dan tidak seperti yang dulu dicontohkan.
(2) Akan namun tidak perlu diragukan lagi, tindakan itu seha-
rusnya dipahami sebagai suatu kiasan. Itu yaitu sebuah
940
tanda untuk mengajar, dan tidak sakramental seperti hal-
nya Perjamuan Kudus. Itu merupakan sebuah perumpama-
an. Di dalamnya ada tiga hal yang hendak diajarkan Guru
kita kepada kita:
[1] Perendahan diri dengan rendah hati. Kita harus belajar
dari sikap Guru kita untuk menjadi rendah hati (Mat.
11:29) dan hidup dengan segala kerendahan hati. Kita
harus memandang diri kita rendah dan menghargai
saudara-saudara kita, dan tidak menganggap apa pun
lebih rendah dari diri kita, kecuali dosa. Bila sesuatu
yang merendahkan kita mendatangkan kemuliaan bagi
Allah dan kebaikan bagi saudara-saudara kita, maka
kita harus berkata seperti Daud (2Sam. 6:22), “Jika hal
ini dianggap hina, aku bahkan akan menghinakan diriku
lebih dari pada itu.” Kristus telah sering mengajari para
murid-Nya mengenai kerendahan hati dan mereka se-
ring melupakan pengajaran-Nya itu. namun kini Ia
mengajari mereka dengan cara yang pastinya tidak akan
bisa mereka lupakan lagi.
[2] Merendahkan diri supaya bisa melayani. Saling memba-
suh kaki satu sama lain berarti membungkuk sampai
serendah-rendahnya supaya bisa mengasihi demi ke-
baikan dan keuntungan satu sama lain, seperti yang di-
lakukan Rasul Paulus yang terkasih itu, yang sekalipun
telah merdeka dari segala sesuatu, rela menjadikan diri-
nya sebagai pelayan dari semua. Ini juga seperti Kristus
yang terkasih itu, yang datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani. Kita tidak boleh bersungut-
sungut dalam bekerja, mengambil waktu kita, dan me-
rendahkan diri kita demi kebaikan orang lain, sekalipun
kita tidak punya kewajiban apa pun terhadap mereka
itu, bahkan bila mereka itu bawahan kita sekalipun,
sehingga mereka tidak akan sanggup untuk membalas
jasa kita. Membasuh kaki seseorang yang telah berjalan
jauh membuat orang bersangkutan merasa segar kem-
bali dan nyaman. sebab itu, saling membasuh kaki
satu sama lain berarti mendahulukan rasa hormat dan
penghiburan bagi satu sama lain, melakukan sebisa
kita untuk meninggikan nama baik saudara-saudara
Injil Yohanes 13:1-17
941
kita dan menenangkan pikiran mereka (1Kor. 10:24; Ibr.
6:10). Tugas ini bersifat timbal balik. Kita harus
menerima pertolongan dari saudara-saudara kita dan
juga berkewajiban untuk mengulurkan pertolongan ke-
pada mereka.
[3] Kerelaan untuk melayani demi pengudusan satu sama
lain: kamu wajib saling membasuh kakimu dari kece-
maran dosa. Inilah yang diartikan oleh Augustinus dan
banyak orang lainnya. Kita tidak dapat saling menebus
dosa kita, hal itu hanya dapat dilakukan oleh Kristus
saja, namun kita dapat saling membantu memurnikan
diri satu sama lain dari dosa. Pertama-tama kita harus
terlebih dahulu membasuh diri kita sendiri. Tindakan
ini harus dimulai dari diri sendiri (Mat. 7:5), namun tidak
boleh berakhir sampai di situ saja. Kita harus turut ber-
duka atas kegagalan dan kebebalan saudara-saudara
kita sendiri, lebih-lebih lagi atas kecemaran besar mere-
ka (1Kor. 5:2), dan harus membasuh kaki saudara-
saudara kita yang sudah tercemar itu dengan cucuran
air mata. Kita harus berani menegur mereka dengan
setia dan melakukan apa pun untuk membuat mereka
insaf (Gal. 6:1), dan kita wajib memperingatkan mereka
supaya tidak jatuh terbenam ke dalam lumpur. Inilah
makna dari membasuh kaki saudara-saudara kita.
4. Teladan yang Kristus lakukan itu mengesahkan dan menegas-
kan perintah ini : Jika Aku, Tuhan dan Gurumu telah me-
lakukan itu bagimu, kamu juga harus melakukannya satu
sama lainnya. Alasan kuat yang mendukung pernyataan ini
ditunjukkan-Nya dalam dua hal:
(1) “Akulah Gurumu, dan kamu yaitu murid-murid-Ku. Kare-
na itulah kamu harus belajar dari Aku (ay. 15), sebab da-
lam hal ini, sebagaimana juga dalam hal-hal lainnya, Aku
telah memberi suatu teladan kepada kamu, supaya
kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat ke-
padamu.”
Perhatikanlah:
[1] Betapa Kristus yaitu Guru yang amat baik. Dia meng-
ajar melalui teladan dan juga pengajaran. Untuk tujuan
942
inilah Ia datang ke dunia ini dan tinggal di antara kita,
supaya Dia dapat memberi kita contoh dari segala
anugerah dan tugas yang diajarkan oleh agama-Nya
yang suci itu. Dan semua teladan itu tiada bercacat
cela. Dengan begitu Dia membuat hukum-hukum-Nya
lebih mudah dipahami dan lebih mulia. Kristus yaitu
seorang panglima seperti Gideon, yang berkata kepada
para prajuritnya, Perhatikanlah aku dan lakukanlah
seperti yang kulakukan (Hak. 7:17). Ia seperti Abimelekh
yang berkata, Turutilah dengan segera perbuatanku
yang kamu lihat ini (Hak. 9:48). Dan juga seperti Kaisar
yang memanggil para serdadunya bukan dengan sebut-
an milites – tentara, melainkan, commilitones – rekan
tentara, dan yang perkataannya sering kali bukan Ite
illue, melainkan Venite huc; bukan Pergilah, melainkan
Datanglah.
[2] Betapa kita harus menjadi pelajar yang baik. Kita harus
melakukan seperti yang telah Ia lakukan. Untuk itulah
Ia memberi teladan kepada kita, yaitu supaya kita
bisa mencontoh perbuatan-Nya, supaya kita bisa ber-
laku sama seperti Dia di dunia ini (1Yoh. 4:17), dan
hidup sama seperti Kristus telah hidup (1Yoh. 2:6). Tela-
dan Kristus di sini harus dicontoh terutama oleh para
hamba Tuhan, sebab di dalam diri mereka anugerah
kerendahan hati dan kasih yang kudus khususnya ha-
rus tampak. Dengan berbuat seperti itulah, mereka
akan dapat melayani kepentingan Guru mereka dengan
lebih berhasil guna dan mencapai tujuan pelayanan me-
reka sendiri. Saat Kristus mengutus para rasul sebagai
wakil-wakil-Nya, Ia memerintahkan kepada mereka su-
paya jangan memegahkan diri, tidak menjadi tinggi hati,
melainkan menjadi segala-galanya bagi semua orang
(1Kor. 9:22). Kamu harus berbuat hal yang sama terha-
dap jiwa-jiwa para pendosa yang tercemar seperti yang
telah kuperbuat terhadap kakimu, yaitu membasuhnya.
Sebagian orang yang menganggap pembasuhan kaki
yang dilakukan Yesus itu terjadi pada perjamuan Pas-
kah berpendapat bahwa perbuatan ini menunjuk-
kan sebuah peraturan dalam menerima orang yang hen-
Injil Yohanes 13:1-17
943
dak mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, yaitu
bahwa mereka terlebih dahulu harus dibasuh dan di-
bersihkan melalui pembaharuan hidup dan perilaku tak
bercela, sebelum membawa mereka ke jalur mezbah
Allah. Akan namun semua orang Kristen sebenarnya
diajarkan di sini untuk saling mengasihi satu sama lain
dengan kerendahan hati dan melakukan perbuatan
sama seperti yang telah dilakukan oleh Kristus tanpa
harus diminta terlebih dahulu, dan tanpa mengharap
imbalan. Kita tidak boleh selalu mengharapkan upah
saat kita melakukan pelayanan kasih, serta tidak boleh
merasa enggan menjalankannya.
(2) Akulah Gurumu, dan kamu yaitu murid-murid-Ku. Kare-
na itu, janganlah kamu menganggap dirimu terlalu tinggi
untuk melakukan hal yang telah Kuperbuat di depan
matamu, tak peduli seberapa hina perbuatan itu tampak-
nya, sebab (ay. 16) seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari
pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang
mengutusnya, sekalipun dia diutus dalam segala kebesaran
dan kuasa sebagai seorang wakil. Kristus telah menekan-
kan hal itu (Mat. 10:24-25) sebagai sebuah alasan mengapa
mereka tidak perlu menganggap aneh jika mereka harus
menderita seperti Dia menderita. Di sini Ia menekankan be-
tapa mereka tidak boleh berkeberatan untuk merendahkan
diri seperti yang Ia lakukan. Apa yang menurut-Nya tidak
terlalu hina untuk Dia lakukan, harus mereka anggap de-
mikian juga. Mungkin para murid itu diam-diam merasa
jijik memikirkan harus saling membasuh kaki mereka, se-
bab kelihatannya hal itu tidak sesuai dengan martabat
yang mereka harapkan akan terima sebentar lagi. Untuk
menghilangkan pikiran seperti itu, Kristus pun mengingat-
kan mereka mengenai kedudukan mereka sebagai hamba-
Nya. Mereka tidak lebih baik daripada Guru mereka, dan
apa yang sesuai bagi martabat-Nya pasti juga sangat sesuai
bagi martabat mereka. Jika Ia saja rela merendahkan diri-
Nya, maka mereka tidak selayaknya meninggikan diri mere-
ka.
944
Perhatikan:
[1] Kita harus berhati-hati supaya anugerah dan kerendah-
an hati Kristus dalam menghampiri kita tidak membuat
kita menjadi sombong dan menganggap diri kita hebat,
atau memandang rendah Dia. Kita perlu selalu diingat-
kan bahwa kita tidak lebih baik dari Tuhan kita.
[2] Untuk menjadi serupa dengan-Nya, kita harus lebih me-
rendahkan diri lagi untuk melakukan apa pun, meng-
ikuti perbuatan-Nya yang tidak segan Dia lakukan bagi
kita dengan merendahkan diri. Dengan merendahkan
diri-Nya sendiri, Kristus telah menjunjung tinggi keren-
dahan hati dan mengharuskan para pengikut-Nya su-
paya tidak pernah memikirkan perbuatan apa pun yang
terlalu hina untuk dilakukan, selain perbuatan dosa.
Biasanya kita mencela orang yang terlalu pilih-pilih da-
lam melakukan sesuatu, namun engkau kerjakanlah se-
baik-baiknya dan jangan memikirkan yang jelek menge-
nai perbuatan itu. sebab demikianlah itu adanya, bah-
wa Guru kita pun mau melakukannya. Bila kita melihat
Guru kita sendiri melayani, maka keterlaluanlah bila
kita sendiri hanya menyuruh-nyuruh saja.
5. Juruselamat kita mengakhiri pembicaraan-Nya pada bagian ini
dengan menegaskan kepada murid-murid bahwa penting bagi
mereka untuk menaati perintah-perintah ini: Jikalau kamu
tahu semua ini, atau, sebab kamu sudah mengetahui semua
ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Ke-
banyakan orang menyangka bahwa sungguh berbahagia orang
yang naik ke kedudukan yang tinggi dan memerintah. Sedang-
kan, membasuh kaki sesama, tidak akan pernah mendatang-
kan harta benda dan kedudukan. namun , bertentangan dengan
ini, Kristus berfirman bahwa berbahagialah orang yang mau
membungkuk dan patuh, jikakalau kamu tahu semua ini. Per-
nyataan ini bisa dipahami sebagai suatu keraguan apakah me-
reka sudah tahu atau belum. Begitu kuatnya kecongkakan
dalam diri mereka untuk mendirikan kerajaan duniawi, se-
hingga merupakan hal yang patut dipertanyakan apakah me-
reka bisa menerima gagasan tentang suatu kewajiban yang
begitu bertentangan dengan kecongkakan mereka itu. Atau,
Injil Yohanes 13:1-17
945
pernyataan itu bisa dipahami begitu saja bahwa mereka me-
mang sudah tahu semua ini. sebab sudah diberi ajaran-
ajaran yang begitu istimewa, yang disarankan oleh seorang
teladan yang sedemikian unggul, maka untuk melengkapi
kebahagiaan mereka, mereka perlu menerapkan ajaran-ajaran
itu sebagaimana mestinya.
(1) Ini berlaku bagi perintah-perintah Kristus pada umumnya.
Perhatikanlah, walaupun sungguh bermanfaat bagi kita
untuk mengetahui kewajiban kita, namun kita tidak akan
berbahagia jika tidak melakukan kewajiban itu. Mengeta-
hui itu penting supaya kita bisa melakukan. Dan oleh se-
bab itu, pengetahuan yang tidak diterapkan dalam per-
buatan hanyalah sia-sia dan tidak berbuah. Bahkan, pe-
ngetahuan seperti itu akan memperparah dosa dan kehan-
curan (Luk. 12:47-48; Yak. 4:17). Mengetahui dan melaku-
kanlah yang membuktikan bahwa kita ini berasal dari
kerajaan Kristus dan merupakan tukang-tukang bangunan
yang bijak. Lihat Mazmur 103:17-18.
(2) Ini terutama berlaku bagi perintah Kristus di sini, yaitu un-
tuk rendah hati dan mau melayani. Tidak ada lagi yang
lebih baik untuk diketahui dan bersedia diakui oleh orang
lain selain hal ini, yaitu bahwa kita harus rendah hati.
sebab itulah, banyak orang mau mengakui bahwa mereka
cepat marah dan tidak sabar, namun hanya sedikit saja
yang mau mengakui bahwa mereka sombong, sebab ke-
sombongan merupakan dosa yang juga tidak bisa dimaaf-
kan dan sama dibencinya seperti dosa-dosa lainnya. Na-
mun, betapa sedikitnya kita menjumpai orang yang betul-
betul rendah hati, yang mau saling tunduk dan merendah,
seperti yang amat ditegaskan oleh hukum Kristus ini! Ke-
banyakan orang tahu semua ini dengan begitu baik, se-
hingga mereka berharap agar orang lain berbuat demikian
kepada mereka, tunduk kepada mereka, dan melayani me-
reka. Namun, mereka sendiri tidak begitu baik dalam
melakukannya.
946
Pengkhianatan Yudas Diberitahukan;
Kegundahan Para Murid
(13:18-30)
18 “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Ku-
pilih. namun haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah meng-
angkat tumitnya terhadap Aku. 19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang
juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa
Akulah Dia. 20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima
orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia
menerima Dia yang mengutus Aku.” 21 sesudah Yesus berkata demikian Ia
sangat terharu, lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya se-
orang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” 22 Murid-murid itu meman-
dang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-
Nya. 23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, ber-
sandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. 24 Kepada murid itu Simon
Petrus memberi isyarat dan berkata: “Tanyalah siapa yang dimaksudkan-
Nya!” 25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-
Nya: “Tuhan, siapakah itu?” 26 Jawab Yesus: “Dialah itu, yang kepadanya
Aku akan memberi roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata
demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberi nya kepada
Yudas, anak Simon Iskariot. 27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia ke-
rasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kauper-
buat, perbuatlah dengan segera.” 28 namun tidak ada seorang pun dari antara
mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu
kepada Yudas. 29 sebab Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa
Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau
memberi apa-apa kepada orang miskin. 30 Yudas menerima roti itu lalu sege-
ra pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
Di sini diceritakan mengenai terbongkarnya rencana Yudas untuk
mengkhianati Gurunya. Kristus telah mengetahui semua itu sedari
awal, namun kini Ia membeberkan hal itu terlebih dulu kepada mu-
rid-murid-Nya yang sama sekali tidak pernah menyangka bahwa
Kristus akan dikhianati, apalagi oleh salah satu dari mereka, meski-
pun Ia telah sering kali berkata demikian. Nah, di sini:
I. Kristus hanya mengatakan secara umum saja mengenai perkata-
an-Nya itu (ay. 18): Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Ten-
tu saja Aku tidak berpikir bahwa kamu semua akan melakukan
hal itu, sebab Aku tahu, siapa yang telah Kupilih, dan siapa yang
telah Kulewatkan, namun haruslah genap nas ini: Orang yang ma-
kan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku (Mzm. 41:9).
Sampai sejauh itu Kristus belumlah membeberkan tentang keja-
hatan macam apa dan siapakah yang akan melakukannya, namun
pernyataan-Nya itu membangkitkan rasa ingin tahu mereka.
Injil Yohanes 13:18-30
947
1. Dia memberi tahu mereka bahwa tidak semua di antara mere-
ka itu benar. Telah dikatakan-Nya sebelumnya (ay. 10), kamu
sudah bersih, hanya tidak semua. Jadi di sini Dia melanjut-
kan, Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Perhatikan, si-
fat-sifat unggul yang disebut-sebut dimiliki para murid Kristus
tidak dapat diterapkan bagi semua yang mengaku begitu.
Firman Kristus merupakan pemilah yang memisahkan domba
dari kambing, dan akan mengirim ke neraka ribuan orang
yang menyombong bahwa mereka memiliki pengharapan un-
tuk masuk sorga. Bukan tentang kamu semua Aku berkata,
murid-murid dan pengikut-pengikut-Ku. Perhatikan, selalu
ada campuran antara orang jahat dan orang baik, bahkan da-
lam perkumpulan orang-orang yang terbaik sekalipun. Selalu
ada seorang Yudas di antara para rasul. Keadaannya akan
terus seperti itu sampai kita memasuki suatu perkumpulan
yang terberkati yang di dalamnya tidak akan ada seorang pun
yang najis atau munafik diizinkan masuk.
2. Bahwa Kristus sendiri tahu siapa yang benar dan siapa yang
tidak: Aku tahu, siapa yang telah Kupilih, yaitu segelintir orang
yang dipilih dari sekian banyak yang dipanggil bersama-sama.
Perhatikan:
(1) Mereka yang terpilih itu dipilih sendiri oleh Kristus. Ia sen-
dirilah yang menentukan siapa-siapa yang menjadi bagian
dalam tugas pekerjaan-Nya.
(2) Mereka yang terpilih itu dikenal oleh Kristus, sebab Ia tidak
akan pernah melupakan orang-orang yang telah disentuh
oleh kasih-Nya (2Tim. 2:19).
3. Dalam peristiwa pengkhianatan terhadap diri-Nya firman Allah
digenapi, dan hal ini benar-benar menghapuskan kejutan dan
sandungan dari peristiwa ini . Kristus menerima sese-
orang masuk ke dalam keluarganya, walaupun Dia telah me-
ngetahui dari mulanya bahwa orang ini seorang peng-
khianat, dan Dia tidak mencegahnya menjadi seorang peng-
khianat dengan anugerah-Nya, supaya genaplah yang tertulis
dalam Kitab Suci. Jadi, biarlah hal itu tidak menjadi batu san-
dungan bagi siapa pun. Sebab, sekalipun tindakan itu tidak
mengurangi pelanggaran Yudas, hal itu dapat mengurangi ke-
beratan kita terhadap kejadian itu. Nas yang dirujuk itu ada-
948
lah keluhan Daud mengenai pengkhianatan beberapa orang
musuhnya. Para penafsir Yahudi, yang diikuti oleh para penaf-
sir kita, memahami nas itu berbicara tentang pengkhianatan
Ahitofel, penasihat Daud, dan Grotius berpikir bahwa kemati-
an Yudas itu tampaknya seperti kematian Ahitofel. Akan te-
tapi, sebab mazmur itu bercerita tentang penyakit Daud yang
tidak kita temukan terjadi saat Ahitofel meninggalkan dia,
maka pengkhianatan sebaiknya dipahami sebagai dilakukan
oleh salah seorang temannya. Peristiwa pengkhianatan oleh
seorang sahabat inilah yang hendak dikatakan oleh Jurusela-
mat kita mengenai Yudas.
(1) Yudas, sebagai seorang rasul, dianugerahi hak istimewa
yang paling tinggi: dia makan roti bersama Kristus. Yudas
dekat dengan-Nya dan disukai oleh-Nya, menjadi salah
satu dari sanak saudara-Nya, yang bergaul karib dengan-
Nya. Daud pun berkata mengenai kawan yang mengkhia-
natinya itu, dia makan rotiku. Hanya saja bedanya, Kristus,
sebab miskin, tidak memiliki roti yang bisa Ia sebut seba-
gai milik-Nya. Yang Kristus katakan hanyalah, dia makan
roti bersama-Ku, seolah roti itu didapat-Nya dari kebaikan
sahabat-sahabat-Nya yang melayani Dia, dan para murid-
Nya juga mendapat bagian di dalamnya, termasuk Yudas
sendiri. Ke mana pun Kristus pergi, Yudas diterima di sana
juga. Yudas tidak makan di antara para hamba, melainkan
duduk di meja yang sama dengan Gurunya, makan hidang-
an yang sama, minum dari cawan yang sama, dan dalam
segala hal makan apa yang dimakan-Nya. Dia ikut menik-
mati roti mujizat dengan-Nya, saat beberapa ketul roti itu
dilipatgandakan. Ia juga makan perjamuan Paskah ber-
sama dengan Kristus. Perhatikan, tidak semua yang makan
roti bersama Kristus yaitu murid-murid sejati-Nya (1Kor.
10:3-5).
(2) Yudas, sebagai seorang yang murtad, bersalah atas peng-
khianatan terbusuk: dia mengangkat tumitnya terhadap
Kristus.
[1] Yudas meninggalkan-Nya, berbalik menentang Dia, dan
keluar dari perkumpulan murid-murid-Nya (ay. 30).
Injil Yohanes 13:18-30
949
[2] Yudas menghina-Nya, mengibaskan debu kakinya kepa-
da Dia, merendahkan Dia dan Injil-Nya. Bahkan,
[3] Yudas menjadi musuh Kristus, menendang-Nya seperti
para pegulat hendak membanting lawan mereka.
Perhatikan, bukanlah hal aneh untuk mendapati bahwa
orang-orang yang sepertinya kawan Kristus ternyata yaitu
musuh-Nya yang terjahat. Mereka berpura-pura meng-
agungkan Dia, padahal maksudnya yaitu untuk meng-
agungkan diri mereka melawan Dia. Dengan demikian,
mereka benar-benar membuktikan diri bersalah, bukan ha-
nya sebab tidak tahu berterima kasih, namun juga sebab
sudah melakukan penipuan dan pengkhianatan yang ter-
bejat.
II. Kristus memberi alasan mengapa Dia memberi tahu mereka sebe-
lumnya mengenai pengkhianatan Yudas itu (ay. 19): “Aku menga-
takannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, sebe-
lum Yudas benar-benar mulai melaksanakan rancangannya yang
jahat itu, supaya jika hal itu terjadi, kamu tidak akan tersandung,
melainkan benar-benar percaya, bahwa Akulah Dia, Dia yang
akan datang itu.”
1. Melalui pengetahuan-Nya yang jelas dan benar mengenai hal-
hal yang akan terjadi, dalam hal ini, dan juga dalam hal-hal
lainnya, Kristus telah memberi bukti yang tidak dapat di-
sanggah lagi bahwa Ia yaitu benar Allah, yang di hadapan-
Nya segala sesuatu telanjang dan terbuka. Kristus sudah tahu
bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya, bahkan saat kelihatan-
nya tidak ada alasan apa pun untuk mencurigai hal semacam
itu, sehingga dengan demikian Dia membuktikan diri-Nya ada-
lah firman yang kekal itu, yang sanggup membedakan pertim-
bangan dan pikiran hati kita. Nubuat-nubuat Perjanjian Baru
mengenai kemurtadan di akhir zaman (2Tes. 2; 1Tim. 4, Wah-
yu) yang sedang terbukti tergenapi sekarang, merupakan se-
buah bukti bahwa tulisan-tulisan ini memang diilhami
oleh Allah dan meneguhkan iman kita terhadap keseluruhan
firman-Nya dalam Kitab Suci.
2. Dengan menggenapkan semua pertanda dan nubuatan Perjan-
jian Lama di dalam diri-Nya, Kristus membuktikan bahwa Dia
950
memang benar Sang Mesias, yang mengenai-Nya semua nabi
memberi kesaksian. Begitulah ada tertulis demikian: Mesias
harus menderita, dan Ia memang menderita tepat seperti yang
tertulis itu (Luk. 24:25-26; Yoh. 8:28).
III. Kristus memberi kata-kata penghiburan kepada para rasul dan
hamba-hamba-Nya yang Ia pekerjakan untuk melayani-Nya (ay.
20): barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku.
Maksud dari perkataan ini sama saja dengan yang kita
dapati pada ayat-ayat lain, namun tidak mudah untuk mengaitkan
hubungan ayat-ayat ini . Kristus sebelumnya memberi tahu
murid-murid-Nya bahwa mereka harus merendahkan diri mereka.
“Kini,” kata-Nya, “meskipun akan ada orang-orang yang menghina
kamu sebab kerendahan hatimu itu, tetap saja masih akan ada
orang-orang yang menghormatimu, dan mereka ini akan dihor-
mati sebab itu.” Jadi, mereka yang sadar bahwa diri mereka
dimuliakan sebab melakukan tugas Kristus, boleh merasa puas
bila direndahkan oleh pendapat dunia ini. Atau, Kristus hendak
meredakan keragu-raguan orang-orang yang mungkin akan men-
jadi segan menerima para murid, hanya sebab ada seorang peng-
khianat di antara mereka. Sebab, jika salah seorang dari mereka
saja sudah tidak setia kepada Gurunya sendiri, kepada siapa lagi
yang lainnya akan bersikap benar? Ex uno disce omnes – Mereka
semua sama saja. Tidak, Kristus tidak akan membiarkan hal
buruk menimpa mereka sebab kejahatan Yudas, sehingga Ia pun
membela dan mengakui mereka dan akan meninggikan siapa saja
yang menerima mereka. Orang-orang yang telah menerima Yudas
saat ia berkhotbah dulu, dan mungkin telah dibangun imannya
dan bertobat sebab khotbahnya itu, tidak boleh menyesali
peristiwa itu walaupun akhirnya Yudas terbukti sebagai seorang
pengkhianat, sebab bagaimanapun juga dulu dia yaitu salah
satu dari yang diutus oleh Kristus. Kita tidak dapat mengetahui
sifat asli manusia, apalagi mengetahui akan jadi apa mereka itu
nantinya, namun kita harus menerima semua orang yang kelihat-
annya telah diutus oleh Kristus, sampai mereka menunjukkan
yang sebaliknya. Meskipun beberapa di antara kita mungkin se-
cara tidak sadar pernah menjamu pencuri saat menerima orang
tak dikenal, namun kita tetap harus ramah dalam menerima
orang tak dikenal, sebab siapa tahu kita malah menjamu malai-
Injil Yohanes 13:18-30
951
kat. Meski tindakan kasih kita telah diselewengkan dengan cara
yang begitu rapi, kita tidak boleh berhenti berbuat amal kasih,
sebab kita tidak akan pernah kehilangan upah atas setiap per-
buatan kasih kita.
1. Di sini kita didorong untuk menerima para hamba Allah yang
diutus oleh Kristus: “Barangsiapa menerima orang yang Ku-
utus, meskipun dia lemah dan miskin dan dapat jatuh dalam
godaan seperti manusia lainnya (sebab seperti juga hukum,
Injil telah memilih manusia yang tidak sempurna sebagai imam-
imam), namun bila ia menyampaikan pesan-Ku, dipanggil dan
ditetapkan untuk berbuat demikian, dan sebagai seorang petu-
gas membaktikan dirinya kepada firman Allah dan doa, maka
siapa pun yang menjamunya akan disebut sebagai sahabat-Ku
juga.” Kristus kini hendak meninggalkan dunia ini, namun
Dia ingin meninggalkan sebuah amanat bagi manusia supaya
menjadi utusan-Nya untuk menyampaikan firman-Nya, dan
setiap orang yang menerima firman itu dalam terang dan kasih
firman itu berarti menerima Dia juga. Memercayai ajaran Kris-
tus, mematuhi hukum-Nya, dan menerima keselamatan yang
ditawarkan dengan syarat-syaratnya sama saja dengan mene-
rima orang-orang yang telah diutus Kristus, dan pada intinya
sama dengan menerima Yesus Kristus sendiri sebagai Tuhan.
2. Di sini kita didorong untuk menerima Kristus sebagai yang
diutus oleh Allah: Barang siapa menerima Aku, yaitu menerima
Kristus melalui para hamba-Nya, maka dia menerima Bapa
juga, sebab mereka semua menjalankan tugas yang sama, ya-
itu membaptis dalam nama Bapa dan Anak. Atau, secara
umum, barang siapa menerima Aku sebagai Raja dan Juru-
selamat, ia menerima Dia yang mengutus-Ku sebagai bagian
dan kebahagiaan-Nya. Kristus diutus oleh Allah, dan sebab
itu, memeluk agama-Nya berarti memeluk satu-satunya agama
yang benar.
IV. Secara lebih khusus lagi Kristus memberi tahu mereka mengenai
rancangan yang tengah direka-reka oleh salah satu dari antara
mereka (ay. 21): sesudah Yesus berkata demikian, secara umum
saja, untuk mempersiapkan mereka akan peristiwa yang lebih
khusus lagi yang akan dibukakan-Nya, Ia pun menjadi sangat
terharu. Ia menunjukkan perasaan-Nya itu melalui gerak-gerik
952
atau tanda tertentu, lalu bersaksi. Dengan sungguh-sungguh ia
mengumumkan hal itu (cum animo testandi – dengan kesung-
guhan hati seorang saksi yang ada di bawah sumpah), “Seorang di
antara kamu akan menyerahkan Aku, salah seorang dari kamu,
para rasul dan pengikut-Ku selama ini.” Tidak ada yang benar-
benar dapat dinyatakan telah berkhianat terhadap-Nya selain dari
dia yang selama ini telah mendapat kepercayaan-Nya dan yang
telah menjadi saksi dari segala pekerjaan-Nya. Pernyataan-Nya ini
tidak menetapkan Yudas untuk berbuat dosa, sebab walaupun
peristiwa itu terjadi seperti yang telah dinubuatkan sebelumnya,
namun hal itu tidak disebabkan oleh nubuatan itu. Kristus bu-
kanlah pencipta dosa, namun mengenai dosa Yudas yang menjijik-
kan ini,
1. Kristus dapat mengetahuinya sejak awal, sebab apa yang ma-
sih rahasia dan belum terjadi serta terselubung dari mata se-
mua yang hidup, semuanya telanjang dan terbuka di mata
Kristus. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati manusia,
bahkan lebih baik daripada manusia itu mengenali apa yang
ada dalam dirinya sendiri (2Raj. 8:12), dan sebab itulah Dia
dapat melihat apa yang akan dilakukan oleh mereka. Aku telah
mengetahui, bahwa engkau berbuat khianat sekeji-kejinya (Yes.
48:8).
2. Dia memberitahukan hal ini bukan hanya demi kebaikan
para murid-Nya yang lain, melainkan juga demi Yudas sendiri,
supaya dia menjadi sadar oleh peringatan ini dan dapat
mengelak dari jebakan si Iblis. Biasanya, para pengkhianat
akan membatalkan rencana mereka saat ketahuan. Jadi,
Yudas pun pastinya akan mengurungkan niatnya itu saat me-
ngetahui bahwa Gurunya ternyata telah mengetahui rancang-
annya itu. Jika tidak, maka malapetaka yang akan menimpa-
nya akan menjadi lebih buruk lagi.
3. Dia mengatakan hal itu dengan nada yang amat prihatin. Dia
menjadi sangat terharu saat mengungkapkannya. Dia telah
sering membicarakan mengenai penderitaan dan kematian-
Nya sendiri, tanpa keterharuan yang kini Ia perlihatkan saat
Dia membicarakan pengkhianatan dan kebejatan Yudas. Hal
itu sangat menyentuh hati nuraninya. Perhatikan, kejatuhan
dan kegagalan para murid Kristus merupakan dukacita yang
amat besar bagi jiwa Guru mereka. Dosa-dosa orang Kristen
Injil Yohanes 13:18-30
953
merupakan kepedihan bagi Kristus. “Masakan salah satu dari
kalian akan mengkhianati-Ku? Kamu yang telah menerima se-
gala anugerah yang luar biasa daripada-Ku. Kamu yang Kupi-
kir layak akan selalu setia kepada-Ku, yang telah menunjuk-
kan rasa hormat yang begitu besar kepada-Ku. Kesalahan apa-
kah yang telah kamu dapati dalam diri-Ku sehingga seorang
dari kalian sampai tega mengkhianati Aku?” Semua pikiran ini
berkecamuk dalam hati-Nya, seperti perbuatan durhaka anak-
anak mendukakan orang-orang yang telah membesarkan dan
mengasuh mereka (Yes. 1:2; Mzm. 95:10; Yes. 53:10).
V. Sesaat itu juga para murid menjadi tersadar. Mereka tahu benar
bahwa Guru mereka itu tidak mungkin membohongi atau mem-
permainkan mereka. sebab itulah mereka saling berpandangan
dengan sorot mata prihatin, bertanya-tanya siapakah gerangan
orang yang sedang Ia bicarakan itu.
1. Dengan saling memandang seperti itu mereka memperlihatkan
kegundahan yang kini mereka rasakan sebab peringatan
Kristus tadi. Perkataan itu begitu menakutkan mereka sam-
pai-sampai mereka tidak tahu lagi harus memandang ke arah
mana atau harus berkata apa. Mereka melihat Guru mereka
sedang bersusah hati, sehingga hati mereka pun ikut gundah.
Peristiwa ini terjadi justru saat mereka sedang dijamu dalam
sebuah perayaan. namun kita memang harus diajari untuk ber-
sukacita dengan gemetar seperti itu, seolah-olah kita tidak
merasakan sukacita itu. Saat Daud meratapi pemberontakan
yang dicetuskan oleh anaknya sendiri, seluruh pengikutnya
ikut menangis bersama-sama dengan dia (2Sam. 15:30). Begi-
tu pula dengan murid-murid Kristus saat itu. Perhatikan, apa
pun yang mendukakan Kristus hendaknya mendukakan pula
semua orang kepunyaan-Nya, terutama kegagalan cemar me-
reka yang telah dipanggil dalam nama-Nya: Jika ada orang ter-
sandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?
2. Mereka pun berusaha mencari tahu siapa gerangan si peng-
khianat itu. Dengan muram mereka saling memandang wajah
satu sama lain, untuk menyelidiki siapa kiranya yang wajah-
nya memerah atau menunjukkan rasa bersalah dalam hatinya
melalui raut muka yang kacau. Akan namun , sewaktu orang-
orang yang setia memiliki hati nurani yang bersih sehingga
954
mereka sanggup mengangkat wajah mereka tanpa cela, orang
yang tidak setia memiliki hati nurani yang begitu kering se-
hingga dia bahkan tidak merasa malu dan mukanya pun tidak
merona, sehingga cara tadi tidak berhasil mengungkapkan sia-
pa si pengkhianat itu. Demikianlah Kristus membiarkan para
murid-Nya kebingungan untuk sementara waktu supaya Dia
dapat menguji mereka dan menjadikan mereka rendah hati, su-
paya mereka tergerak untuk menyelidiki diri mereka sendiri
dan merasakan amarah sebab perbuatan si Yudas yang keji
itu. Kadang kala memang baik bagi kita untuk dibuat terpana,
untuk mengambil jeda sejenak.
VI. Para murid itu mendesak-desak Kristus untuk menjelaskan sen-
diri dan memberi tahu mereka siapa sebenarnya yang Ia maksud-
kan itu, sebab hanya itulah yang dapat mengurangi kepedihan
hati mereka, sebab setiap orang dari mereka kini berpikir bahwa
diri mereka pun layak dicurigai, sama seperti saudara-saudara
mereka yang lain. Tampaklah,
1. Dari antara semua murid itu, Yohanes-lah yang paling layak
untuk bertanya, sebab dia yaitu murid kesayangan dan du-
duk di sebelah Gurunya (ay. 23): Seorang di antara murid Ye-
sus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-
Nya, di sebelah kanan-Nya. Tampaknya orang itu yaitu Yoha-
nes, dengan membandingkan pasal 21:20 dengan 21:24.
Perhatikanlah:
(1) Kebaikan khusus yang diberikan Kristus kepadanya. Yoha-
nes dikenal dengan ungkapan ini, bahwa dia yaitu murid
yang dikasihi Yesus. Dia mengasihi mereka semua (ay. 1),
namun Yohanes begitu istimewa bagi-Nya. Nama Yohanes
sendiri berarti penuh rahmat. Daniel, yang dihormati mela-
lui pewahyuan-pewahyuan dalam Perjanjian Lama yang di-
terimanya, seperti halnya Yohanes dalam Perjanjian Baru,
disebut sebagai orang yang sangat dikasihi (Dan. 9:23).
Perhatikan, Kristus mengasihi beberapa orang di antara
para murid-Nya lebih dari yang lainnya.
(2) Tempat dan sikap tubuh Yohanes pada saat itu: Dia ber-
sandar dekat kepada Yesus. Beberapa orang berpendapat
bahwa di daerah itu, orang memang biasa makan dengan
Injil Yohanes 13:18-30
955
posisi bersandar satu sama lain, yang satu bersandar pada
yang lainnya, dan begitu seterusnya. namun , menurut saya
ini tidak mungkin, sebab dalam posisi seperti itu mereka
pasti tidak dapat makan atau minum dengan nyaman.
Akan namun , apakah hal itu benar atau tidak, yang pasti
Yohanes saat itu bersandar dekat kepada Kristus, dan hal
itu sepertinya merupakan perwujudan rasa kasih yang
biasa dilakukan pada masa itu. Perhatikan, dari antara
murid-murid Kristus, ada beberapa orang yang Ia biarkan
bersandar dekat kepada-Nya sehingga mereka bisa lebih
leluasa bersekutu dengan-Nya dibandingkan yang lainnya.
Bapa mengasihi Anak dan menempatkan-Nya di pangkuan-
Nya (1:18), begitu pula para orang percaya menyatu dengan
Kristus melalui cara yang sama (17:21). Kehormatan seperti
itu juga akan didapat oleh para orang kudus sebentar lagi,
di pangkuan Abraham. Orang-orang yang tersungkur di
kaki Kristus akan ditempatkan-Nya di pangkuan-Nya.
(3) Namun Yohanes tetap merahasiakan namanya sendiri, se-
bab dia yaitu penulis kisah ini. Dia sengaja menulis kali-
mat ini sebagai ganti namanya, untuk menunjukkan
bahwa dia senang dengan sebutan itu. Itulah gelar kehor-
matannya, yaitu bahwa dia yaitu murid yang dikasihi
Yesus, sebagaimana seorang sahabat raja ada di pelataran
Daud dan Salomo. namun , Yohanes juga tidak mencantum-
kan namanya untuk memperlihatkan bahwa dia tidak men-
jadi besar kepala sebab hal itu dan tidak mau menyom-
bong-nyombongkannya. Dalam sebuah perkara yang mirip,
Paulus juga hanya berkata, aku tahu tentang seorang Kris-
ten.
2. Dari semua murid, Petruslah yang paling ingin tahu (ay. 24).
Petrus, yang duduk agak jauh dari sana, mendorong Yohanes,
dengan suatu isyarat atau sejenisnya, untuk bertanya. Pada
dasarnya Petrus memang memiliki sifat seorang pemimpin dan
paling cepat bertindak. Memang, bila sifat alamiah seseorang
mendorongnya untuk berani menjawab dan bertanya, dan bila
ia melakukannya dengan kerendahan hati dan hikmat, maka
hal itu akan menjadikannya begitu berharga bagi pelayanan.
Allah memberi bakat-bakat yang berbeda, namun supaya
orang-orang terkemuka di gereja tidak menjadi tinggi hati dan
956
supaya orang-orang yang sederhana tidak menjadi tawar hati,
di sini perlu ditunjukkan bahwa yang menjadi murid kesa-
yangan-Nya itu bukanlah Petrus, melainkan Yohanes. Keingin-
tahuan Petrus terpicu bukan saja sebab dia ingin memasti-
kan bahwa pengkhianat itu bukanlah dia, namun supaya de-
ngan mengetahuinya mereka bisa menarik diri dari padanya
dan berjaga-jaga terhadapnya, dan jika mungkin, menggagal-
kan rencananya itu. Mungkin menurut kita memang baik un-
tuk mengetahui siapa dalam gereja yang hendak memperdayai
kita, namun biarlah kebenaran ini saja cukup, yaitu bahwa
Kristus tahu, meskipun kita tidak. Alasan mengapa Petrus
tidak bertanya langsung yaitu sebab Yohanes memiliki ke-
sempatan yang lebih baik untuk melakukannya, sebab dia di-
untungkan dengan posisi duduknya itu sehingga dapat mem-
bisikkan pertanyaan ini ke telinga Kristus dan menerima
jawaban yang bersifat lebih pribadi. Baik sekali jika kita me-
manfaatkan orang-orang yang dekat dengan Kristus dan me-
minta mereka mendoakan kita. Apakah kita mengenal orang
yang bersandar dekat kepada Kristus? Marilah kita meminta
perkataan yang baik dari mereka.
3. Pertanyaan pun diajukan (ay. 25): Murid yang duduk dekat Ye-
sus itu berpaling, dan sesudah posisinya menjadi lebih nyaman
untuk berbisik kepadanya, ia pun berkata kepada-Nya, Tuhan,
siapakah itu? Di sini Yohanes memperlihatkan:
(1) Rasa hormat terhadap rekan sesama murid dan isyarat
yang telah diberikan olehnya. Meskipun Petrus tidak men-
dapat kehormatan seperti yang kini ia nikmati, Yohanes
tidak segan-segan menanggapi isyarat yang diberikan oleh-
nya. Perhatikan, orang-orang yang ada di pangkuan Kristus
sering kali dapat belajar sesuatu yang berguna dari mereka
yang ada di kaki-Nya. Mereka dapat diingatkan mengenai
sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka.
Yohanes bersedia membantu Petrus memuaskan keinginta-
huannya sebab ia memang memiliki kesempatan untuk
melakukan hal itu. Demikianlah setiap orang yang telah
menerima suatu karunia hendaknya memakai karunia itu
untuk kebaikan bersama (Rm. 12:6).
(2) Penghormatan terhadap Gurunya. Dia tetap menyebut-Nya
sebagai Tuhan, sekalipun pada saat itu dia sedang berbisik
Injil Yohanes 13:18-30
957
ke telinga Kristus. Keakraban yang ia miliki untuk berde-
katan dengan-Nya sama sekali tidak mengurangi rasa hor-
matnya terhadap Sang Guru. Kita memang wajib untuk
tetap memakai kata-kata yang menunjukkan rasa hormat
dan memelihara sopan santun, bahkan dalam saat teduh
kita yang paling pribadi sekalipun, biarpun tidak ada yang
melihatnya, sebagaimana yang harus kita lakukan dalam
ibadah-ibadah bersama. Semakin erat persekutuan yang
dimiliki jiwa-jiwa yang mulia dengan Kristus, semakin me-
reka menyadari betapa agungnya Dia dan betapa tidak ber-
harganya mereka (seperti dalam Kej. 18:27).
4. Kristus segera memberi jawaban atas pertanyaan itu, namun
dengan cara membisikkannya ke telinga Yohanes, sebab keli-
hatannya (ay. 29) murid-murid yang lain masih tidak tahu-
menahu tentang perkara ini . Dialah itu, yang kepadanya
Aku akan memberi roti, psomion – sekerat, sepotong, sesu-
dah Aku mencelupkannya ke dalam saus. Lalu sesudah ber-
kata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya, sebagai-
mana yang diamati Yohanes dengan seksama, dan memberi-
kannya kepada Yudas, dan Yudas langsung menerimanya
tanpa mencurigai maksud Kristus itu, malahan merasa senang
dapat mencicipi roti yang nikmat itu dengan mulutnya.
(1) Kristus memberitahukan jati diri si pengkhianat itu melalui
sebuah tanda. Dia bisa saja memberitahukan namanya se-
cara terang-terangan kepada Yohanes (musuh dan penen-
tang itu yaitu Yudas, dialah si pengkhianat itu). namun ,
dengan memberi suatu tanda, Ia ingin melatih pengamatan
Yohanes dan menegaskan bahwa para pelayan-Nya harus
memiliki roh yang bisa mencerna dengan baik, sebab sau-
dara-saudara palsu yang harus kita waspadai tidaklah
dikenal oleh kita melalui perkataan, melainkan melalui tan-
da. Mereka akan dikenal oleh kita dari buah-buah mereka,
dari roh mereka. Perlu ketekunan dan kehati-hatian yang
luar biasa supaya dapat menilai mereka dengan tepat.
(2) Tanda itu berupa sekerat roti yang dicelup yang diberikan
Kristus kepadanya. Tanda yang sangat tepat, sebab hal itu
merupakan penggenapan firman (ay. 18) bahwa si peng-
khianat yaitu dia yang makan roti bersama-sama dengan-
958
Nya, yang pada saat itu masih merupakan rekan bagi-Nya.
Jadi tanda itu memiliki makna dan mengajari kita,
[1] Bahwa Kristus kadangkala memberi sepotong roti
celupan kepada para pengkhianat. Kekayaan, kehor-
matan, dan kesenangan yaitu roti-roti celupan (jika
boleh saya katakan demikian) yang kadang kala diberi-
kan Allah Sang Pemelihara ke dalam tangan orang-
orang jahat. Mungkin saja Yudas menganggap dirinya
sebagai murid kesayangan, sebab kepadanya diberikan
roti celupan itu, seperti yang didapat Benyamin di meja
Yusuf, bagian yang hanya khusus bagi Yusuf saja. Se-
perti itulah kemakmuran orang-orang bebal, seperti se-
potong roti celupan yang membodohi itu, bisa membina-
sakan mereka.
[2] Supaya kita tidak murka terhadap orang-orang yang
kita ketahui amat jahat terhadap kita. Kristus memper-
lakukan Yudas sama baiknya seperti terhadap yang
lainnya di meja makan saat itu, meskipun Dia tahu
bahwa Yudas sedang merancangkan kematian-Nya. Jika
seterumu lapar, berilah dia makan. Lakukanlah ini
seperti Kristus juga melakukannya.
VII. Yudas sendiri malah semakin kukuh dalam kejahatannya, dan
bukannya menginsyafinya. Peringatan yang telah diberikan itu
baginya yaitu bau kematian yang mematikan, sebab sesudah itu,
1. Iblis lalu menguasainya (ay. 27): Dan sesudah Yudas menerima
roti itu, ia kerasukan Iblis: bukan untuk membuatnya sedih
atau mengamuk, seperti yang dialami orang saat kerasukan.
Bukan pula untuk menjerumuskannya ke dalam api atau ke
dalam air. Akan lebih bahagia kiranya bagi dia jika kejadian
buruk itu yang menimpanya, atau jika saja ia tenggelam ke
dalam danau bersama babi-babi itu. Akan namun , Iblis mera-
sukinya untuk membuat dia semakin berprasangka buruk ter-
hadap Kristus dan ajaran-Nya, untuk membuat dia meman-
dang rendah Kristus sebagai orang yang nyawa-Nya tidak ber-
harga. Iblis merasuki dia untuk mengobarkan rasa rakus da-
lam hatinya akan upah yang diperoleh dengan cara yang tidak
Injil Yohanes 13:18-30
959
benar, dan supaya dia tetap bertekad untuk melakukan apa
pun demi mendapatkan upah itu. Akan namun ,
(1) Bukankah sebelum itu Iblis memang sudah ada di dalam
dirinya? Lalu kenapa kini dikatakan bahwa Iblis merasuki-
nya? Sudah dari dulunya Yudas memang seorang iblis
(6:70), orang yang telah ditentukan untuk binasa, akan
namun kini si Iblis merasukinya dengan lebih hebat lagi dan
menguasainya dengan lebih leluasa lagi. Tujuannya untuk
mengkhianati Gurunya itu kini telah matang menjadi
sebuah kebulatan hati. Kini roh jahat itu kembali dengan
tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya (Luk. 11:26).
Perhatikan:
[1] Meskipun si Iblis ada dalam diri setiap orang durhaka
yang melakukan pekerjaan baginya (Ef. 2:2), kadang-
kadang dia merasuki dengan cara yang lebih nyata dan
dahsyat daripada di waktu-waktu lainnya, yaitu saat
dia mendorong mereka untuk melakukan kejahatan
yang amat besar, yang mencengangkan kemanusiawian
dan hati nurani.
[2] Para pengkhianat Kristus begitu dikuasai oleh Iblis da-
lam hati mereka. Kristus menyatakan dosa Yudas seba-
gai dosa yang lebih besar dari dosa-dosa para pengani-
aya-Nya.
(2) Mengapa Iblis merasuki Yudas sesudah ia menerima roti itu?
Mungkin pada saat itu ia langsung sadar bahwa ia sudah
ketahuan, dan hal itu membuatnya semakin ngotot untuk
tetap menjalankan ketetapan hatinya. Memang banyak
orang justru menjadi lebih jahat lagi sesudah menerima
karunia kemurahan Kristus. Mereka semakin kukuh dalam
kubangan kesalahan mereka oleh hal yang seharusnya
membuat mereka bertobat. Bara api yang ditimbun di atas
kepala mereka malah semakin membuat mereka membatu,
bukannya meleleh.
2. Kristus akhirnya mengusir dia dan menyerahkannya kepada
nafsu hatinya sendiri: Maka Yesus berkata kepadanya, Apa
yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera. Perkataan
ini tidak bisa diartikan sebagai nasihat bagi dia untuk melaku-
kan kejahatannya ataupun untuk membenarkan dia atas per-
960
buatannya itu. Sebaliknya, perkataan ini harus dimengerti se-
bagai:
(1) Penyerahan Yudas ke dalam pimpinan dan kuasa Iblis.
Kristus tahu bahwa Iblis telah merasuki Yudas dan me-
nguasainya sepenuhnya, jadi kini Ia membiarkan Yudas
dalam keadaan yang tanpa pengharapan itu. Berbagai cara
telah dipakai Kristus untuk menginsafkannya, namun tidak
membawa hasil, jadi sebab itu, "Apa yang hendak kauper-
buat, perbuatlah dengan segera. Jika engkau memang te-
lah bertekad untuk membinasakan dirimu sendiri, maka
lakukan saja dan rasakan sendiri akibatnya.” Perhatikan,
saat roh jahat dibiarkan masuk, Roh Kudus akan undur
diri. Atau,
(2) Sebagai tantangan bagi Yudas untuk melaksanakan tin-
dakannya yang paling jahat itu: "Engkau merancangkan
suatu kejahatan terhadap-Ku. Laksanakan saja rencana ja-
hatmu itu, silakan. Lebih cepat lebih baik, Aku tidak tidak
takut engkau. Aku siap menghadapimu.” Perhatikan, Tu-
han kita Yesus begitu siap untuk menderita dan mati bagi
kita, dan tidak sabar untuk segera menuntaskan tugas
mulia-Nya itu. Kristus berkata seolah-olah maksud yang
masih tengah dirancangkan Yudas itu sudah ia lakukan
saat itu juga. Di mata Allah, orang-orang yang sedang ber-
tekad dan berencana untuk melakukan kejahatan dianggap
sedang melakukan kejahatannya itu.
3. Orang-orang yang sedang duduk makan itu tidak mengerti
maksud Yesus, sebab mereka tidak dapat mendengar apa yang
Ia bisikkan ke telinga Yohanes sebelumnya (ay. 28-29): Tidak
ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu,
baik murid-murid maupun tamu-tamu lainnya, kecuali Yoha-
nes, mengerti apa maksud Yesus mengatakan itu kepada
Yudas.
(1) Mereka tidak merasa curiga bahwa Kristus berkata seperti
itu kepada Yudas sebagai seorang pengkhianat, sebab tidak
terpikir di benak mereka bahwa Yudas bisa sejahat itu. Per-
hatikan, ketidakwaspadaan murid-murid Kristus dalam
menilai orang itu dapat dimaafkan. saat mendengar hal-
hal buruk secara sepintas, kebanyakan orang langsung
Injil Yohanes 13:18-30
961
saja siap untuk berkata, si anu ini begini dan si anu itu
begitu. namun murid-murid Kristus telah belajar dengan
baik untuk saling mengasihi satu sama lainnya sehingga
mereka tidak begitu mudah mencurigai satu sama lain.
Amal kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain.
(2) sebab itulah tanpa rasa curiga macam-macam mereka
tahu Yesus berkata begitu kepadanya sebagai seorang yang
dipercaya atau bendahara atas urusan rumah tangga me-
reka, dan menyuruhnya untuk membelanjakan uang mere-
ka. Praduga mereka itu mengungkapkan kepada kita untuk
kegunaan dan tujuan apa saja biasanya Tuhan Yesus kita
mengarahkan mereka untuk memakai uang mereka yang
jumlahnya tidak seberapa itu, dan dengan begitu mengajari
kita bagaimana memuliakan Allah dengan harta benda
kita. Jadi mereka berkesimpulan bahwa Yudas disuruh
membelanjakan uang untuk:
[1] Kepentingan ibadah: membeli apa-apa yang perlu untuk
perayaan itu. Meskipun Yesus hanya meminjam sebuah
ruangan untuk makan perjamuan Paskah, namun Dia
membeli sendiri apa-apa yang diperlukan untuk peraya-
an itu. Kita harus menghitung segala yang harus dike-
luarkan untuk membiayai apa-apa yang perlu dalam
kepentingan ibadah kita terhadap Allah sebagai penggu-
naan uang yang baik. Lebih-lebih lagi, kita tidak layak
bersungut-sungut saat harus mengeluarkan uang
saat ini, sebab ibadah Injil kita jauh lebih ringan dan
murah dibanding tata cara ibadah resmi di zaman dulu.
[2] Atau untuk tujuan amal: bahwa ia harus memberi sede-
kah kepada orang miskin. Dari hal ini kita dapat melihat:
Pertama, bahwa Tuhan Yesus kita, meskipun Ia sen-
diri harus hidup dari pemberian orang lain (Luk. 8:3),
masih saja tetap memberi sedekah kepada orang-orang
miskin dari sedikit uang yang Ia punyai. Sebenarnya
masih bisa dimaafkan jika Ia tidak beramal, sebab bu-
kan saja Dia sendiri juga miskin, namun juga sebab Dia
telah banyak melakukan kebaikan dalam hal yang lain
dan menyembuhkan banyak orang secara cuma-cuma.
Namun demikian, untuk memberi teladan kepada kita,
962
Dia tetap memberi untuk membantu orang-orang mis-
kin dari sesuatu yang sebenarnya Ia miliki hanya cukup
untuk kelangsungan rumah tangga-Nya sendiri (Ef.
4:28).
Kedua, bahwa saat perayaan ibadah besar dianggap
sebagai waktu yang tepat untuk melakukan pekerjaan
amal. Saat Dia sedang merayakan Paskah, Ia juga me-
nyuruh murid-murid-Nya menolong orang-orang mis-
kin. Limpahan kemurahan Allah yang kita rasakan ha-
rus membuat kita menjadi murah hati terhadap orang-
orang miskin.
4. Akhirnya Yudas membulatkan tekadnya untuk tetap melak-
sanakan rancangan jahatnya terhadap Kristus: Dia segera
pergi. Perhatikan di sini,
(1) Kepergiannya yang terburu-buru itu: Dia lekas-lekas pergi
dan keluar dari rumah itu,
[1] sebab takut kejahatannya akan semakin terbongkar di
depan orang-orang itu, sebab jika sampai demikian, dia
yakin mereka semua akan menyerangnya, dan habislah
dia, atau setidaknya rencananya itu.
[2] Dia pergi dengan rasa muak berada di dekat-dekat
Kristus dan kumpulan para rasul-Nya. Kristus tidak
perlu mengucilkannya, sebab dia sudah mengucilkan
dirinya sendiri. Perhatikan, mengundurkan diri dari
persekutuan orang-orang beriman merupakan tindakan
nyata yang diperlihatkan orang yang tergelincir dalam
iman, dan menjadi awal dari kemurtadan.
[3] Dia pergi untuk melaksanakan rancangannya, untuk
mencari orang-orang yang akan diajaknya bersekongkol,
dan untuk menyelesaikan kesepakatannya dengan me-
reka. sebab Iblis telah merasukinya, ia pun segera me-
rongrong Yudas supaya cepat-cepat bertindak, jangan
sampai Yudas keburu tersadar dan bertobat.
(2) Mengenai saat kepergiannya: Pada waktu itu hari sudah
malam.
[1] Meski sudah malam, yang merupakan waktu yang ku-
rang tepat untuk bekerja, Yudas tidak kesulitan meng-
hadapi dingin dan gelapnya malam, sebab Iblis sudah
Injil Yohanes 13:31-35
963
sedemikian rupa merasukinya. Kenyataan itu hendak-
nya membuat kita merasa malu akan keengganan dan
sikap pengecut kita dalam melayani Kristus, padahal
para hamba si Iblis saja begitu bersungguh-sungguh
dan berani dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
[2] Malam hari justru menguntungkan Yudas sebab dia
jadi lebih leluasa dalam beraksi secara diam-diam. Dia
tidak mau kelihatan sedang berunding dengan para
imam kepala, dan sebab itulah kegelapan malam men-
jadi saat yang tepat untuk melangsungkan pekerjaan
kegelapan itu. Orang-orang yang suka berbuat jahat
lebih menyukai kegelapan daripada terang (Ayb. 24:13,
dsb.).
Kepergian Kristus Diberitahukan
(13:31-35)
31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia diper-
muliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. 32 Jikalau Allah dipermulia-
kan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya,
dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 33 Hai anak-anak-Ku, hanya
sesaat saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan
seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku
pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya seka-
rang juga kepada kamu. 34 Aku memberi perintah baru kepada kamu, ya-
itu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu
demikian pula kamu harus saling mengasihi. 35 Dengan demikian semua
orang akan tahu, bahwa kamu yaitu murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu
saling mengasihi.”
Percakapan di ata