seperti singa, dan mati seperti anjing. “sebab pem-
berontakan negeri, banyaklah penguasa-penguasanya.”
Perebutan Kuasa oleh Abimelekh
(9:1-6)
1 Adapun Abimelekh bin Yerubaal pergi ke Sikhem kepada saudara-saudara
ibunya dan berkata kepada mereka dan kepada seluruh kaum dari pihak
keluarga ibunya: 2 Tolong katakan kepada seluruh warga kota Sikhem: Mana-
kah yang lebih baik bagimu: tujuh puluh orang memerintah kamu, yaitu
semua anak Yerubaal, atau satu orang? Dan ingat juga, bahwa aku darah
dagingmu. 3 Lalu saudara-saudara ibunya mengatakan hal ihwalnya kepada
seluruh warga kota Sikhem, maka condonglah hati orang-orang itu untuk
mengikuti Abimelekh, sebab kata mereka: “Memang ia saudara kita.”
4 Sesudah itu mereka memberikan kepadanya tujuh puluh uang perak dari
kuil Baal-Berit, lalu Abimelekh memberi perak itu sebagai upah kepada
petualang-petualang dan orang-orang nekatsupaya mengikuti dia. 5 Ia pergi
ke rumah ayahnya di Ofra, lalu membunuh saudara-saudaranya, anak-anak
Yerubaal, tujuh puluh orang, di atas satu batu. namun Yotam, anak bungsu
Yerubaal tinggal hidup, sebab ia menyembunyikan diri. 6 lalu ber-
kumpullah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh Bet-Milo; mereka pergi
menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringat-
an yang di Sikhem.
Di sini kita diberi tahu dengan akal bulus seperti apa Abimelekh ber-
hasil memperoleh kekuasaan, dan membuat dirinya menjadi besar.
Ibunya mungkin telah menanamkan ke dalam benaknya angan-
angan yang begitu tinggi dan hasrat yang menggebu. Dan nama pem-
berian ayahnya, sebab mengandung unsur rajawi, mungkin turut
membantu mengobarkan percikan-percikan api ini. sebab sekarang
ia telah menguburkan ayahnya, maka tidak ada apa pun yang dapat
memuaskan rohnya yang angkuh selain bahwa ia harus menjadi
penerus ayahnya dalam memerintah Israel. Hal ini bertentangan
langsung dengan wasiat ayahnya, sebab ayahnya telah menyatakan
bahwa tidak ada seorang pun dari anaknya akan memerintah mereka.
Abimelekh tidak memiliki panggilan Allah untuk mendapat kehormat-
an ini, sebagaimana dimiliki oleh ayahnya dahulu. Pada waktu itu
juga tidak diperlukan seorang hakim untuk menyelamatkan Israel,
sebagaimana ada keperluan untuk itu pada waktu ayahnya diangkat
menjadi pemimpin. namun Abimelekh ingin memuaskan hasratnya
sendiri, dan pemuasan itu sajalah yang menjadi tujuannya. Sekarang
cermatilah di sini,
I. Betapa dengan licik Abimelekh merengkuh pihak keluarga ibunya
untuk membela kepentingan-kepentingannya. Sikhem merupakan
kota di wilayah suku Efraim, kota yang sangat penting. Di situlah
Yosua terakhir kali mengumpulkan semua suku orang Israel.
Kalau kota itu mau tampil mendukung Abimelekh, dan mengang-
kat dia sebagai pemimpin, maka pikirnya hal tersebut akan sa-
ngat menguntungkan dirinya. Di sana ia mendapat dukungan dari
keluarga asal ibunya, dan melalui mereka, ia memperoleh du-
kungan dari para pemimpin kota. Tidak tampak bahwa seorang
pun dari mereka memandang Abimelekh sebagai seorang yang
layak, yang memiliki sesuatu yang membuatnya pantas untuk
dipilih. Sebaliknya, usulan tersebut diajukan pertama kali oleh
Abimelekh sendiri. Tak seorang pun akan bermimpi mengangkat
orang seperti itu menjadi raja, jika bukan ia sendiri yang memim-
pikannya. Lihatlah di sini,
1. Bagaimana Abimelekh menggiring mereka untuk memilihnya
(ay. 2-3). Ia dengan hina memberi kesan bahwa sebab Gideon
meninggalkan tujuh puluh anak, sementara Gideon yaitu
tokoh yang baik dan memiliki pengaruh yang baik, maka
mereka sedang berencana untuk mempertahankan kekuasaan
sang ayah di tangan mereka sendiri, dan menggabungkan
kekuatan untuk memerintah atas Israel. “Nah,” kata Abi-
melekh, “Lebih baik bagimu untuk memiliki satu raja daripada
lebih, daripada banyak, daripada sedemikian banyak. Urusan-
urusan pemerintahan paling baik ditangani oleh satu orang
saja” (ay. 2). Kita tidak punya alasan untuk berpikir bahwa
semua atau salah seorang dari anak Gideon memiliki niat
sedikit pun untuk memerintah atas Israel (mereka sehati dan
sepikiran dengan sang ayah bahwa Tuhanlah yang akan meme-
rintah mereka, dan mereka tidak dipanggil oleh-Nya). namun
gagasan ini sengaja disusupkan Abimelekh guna melancarkan
jalan bagi tuntutan-tuntutannya sendiri. Camkanlah, orang-
orang yang merancang kejahatan biasanya justru paling
cenderung curiga bahwa orang lain merancang kejahatan. Bagi
Abimelekh sendiri, ia hanya mengingatkan pihak keluarga
ibunya akan hubungannya dengan mereka (Verbum sapienti –
Sepatah kata saja sudah cukup bagi orang bijak): Dan ingat
juga, bahwa aku darah dagingmu. Rencana tersebut secara
menakjubkan berjalan lancar. Para pejabat kota Sikhem me-
rasa senang membayangkan kota mereka sebagai kota keraja-
an dan ibu kota Israel, dan sebab itu condonglah hati orang-
orang itu untuk mengikuti Abimelekh. Sebab kata mereka,
“Memang ia saudara kita, dan pengangkatannya akan meng-
untungkan kita.”
2. Bagaimana Abimelekh memperoleh uang dari pihak keluarga
ibunya untuk membiayai tuntutan-tuntutannya (ay. 4): Mereka
memberikan kepadanya tujuh puluh uang perak. Tidak dikata-
kan seberapa besar nilainya. Mungkin kurang sekian syikal,
dan lebih sekian talenta, daripada yang dapat kita taksir de-
ngan baik. Oleh sebab itu, tiap keping uang perak itu dianggap
seberat setengah kilogram. Namun, uang yang mereka berikan
itu berasal dari kuil Baal-Berit, yakni dari perbendaharaan
masyarakat, yang mereka simpan dalam kuil Baal, sebagai
bentuk rasa hormat kepada berhala mereka,supaya mereka
dilindungi olehnya. Atau, dari persembahan-persembahan
yang telah diberikan kepada berhala itu, yang mereka harap
akan semakin melimpah di tangannya sebab telah dikeramat-
kan bagi ilah mereka. Sungguh tidak pantas Abimelekh meme-
rintah Israel, sebab sepertinya ia tidak dapat membela mereka.
Bukannya mengekang dan menghukum penyembahan ber-
hala, ia malah menjadikan dirinya, sedini itu, sebagai seorang
yang tidak lagi bekerja dan hanya menggantungkan penghi-
dupannya pada berhala!
3. Prajurit-prajurit macam apa yang dihimpun Abimelekh. Ia
mengupah petualang-petualang dan orang-orang nekatsupaya
mengikuti dia, sampah masyarakat, orang-orang bernasib sial,
orang-orang sembrono, dan orang-orang tidak karuan. Hanya
orang-orang seperti itulah yang mau mengakui Abimelekh, dan
merekalah yang paling cocok untuk mendukung tujuannya.
Pemimpin dan pengikutnya sama saja.
II. Betapa dengan kejam Abimelekh mengenyahkan anak-anak ayah-
nya.
1. Hal pertama yang ia lakukan bersama para perusuh yang di-
pimpinnya ialah membunuh semua saudaranya sekaligus,
secara terang-terangan, dan dengan darah dingin, tujuh puluh
orang banyaknya, semuanya dibantai di atas sebuah batu, dan
hanya seorang yang luput. Dalam peristiwa celaka yang ber-
darah ini, lihatlah,
(1) Kekuatan dari hasrat untuk berkuasa, betapa hasrat itu
akan mengubah manusia menjadi binatang buas, akan me-
matahkan semua ikatan kasih sayang dan hati nurani,
serta mengorbankan apa yang paling agung, paling dicintai,
dan paling berharga, demi rencana-rencananya. Sungguh
mengherankan bahwa manusia bisa sampai hati untuk
bertindak begitu biadab!
(2) Bahaya jika orang mendapat kehormatan dan menjadi
keturunan bangsawan. Menjadi anak-anak dari seorang
yang begitu besar seperti Gideon memperhadapkan ketujuh
puluh orang itu pada bahaya seperti itu, dan membuat
Abimelekh iri hati pada mereka. Kita mendapati jumlah
yang tepat sama dari anak-anak Ahab dibantai sekaligus di
Samaria (2Raj. 10:1, 7). Para pembesar jarang merasa diri
mereka aman selagi masih ada saudara mereka yang belum
tercekik maut. Maka dari itu, janganlah ada yang merasa
iri kepada orang-orang dari kalangan atas, atau mengeluh-
kan kehinaan mereka sendiri dan keberadaan mereka yang
tidak dikenal luas. Semakin rendah, semakin aman.
2. sebab sudah dibuka jalan seperti itu untuk memilih Abi-
melekh, maka warga kota Sikhem pun melanjutkan dengan
memilihnya sebagai raja (ay. 6). Allah tidak dimintai petunjuk
apakah mereka harus memiliki raja sama sekali, apalagi siapa
yang harus menjadi raja. Di sini mereka pun tidak meminta
nasihat kepada imam atau saudara-saudara mereka dari kota
atau suku lain, walaupun memang sudah dirancang bahwa
Abimelekh akan memerintah atas Israel (ay. 22). Akan namun ,
(1) Warga kota Sikhem, seolah-olah mereka mewakili rakyat
secara keseluruhan dan hikmat sudah mati di antara me-
reka, melakukan semuanya. Mereka membantu Abimelekh
dan menjadi kaki tangannya dalam membunuh saudara-
saudaranya (ay. 24), lalu mereka menobatkannya menjadi
raja. Mereka ini yaitu warga kota Sikhem. Para pembesar-
nya, para petinggi kota itu dan warga Bet-Milo yakni dewan
kota, seluruh dewan, atau majelis penuh, sesuai dengan arti
kata itu. Mereka bertemu di balai kota, kita sering membaca
tentang Bet-Milo, atau gedung pemerintahan di Yerusalem,
atau Kota Daud (2Sam. 5:9; 2Raj. 12:20). Orang-orang ini
berkumpul bersama, bukan untuk menuntut dan menghu-
kum Abimelekh atas pembunuhan yang biadab ini, seperti
yang seharusnya mereka lakukan, sebab ia yaitu salah
seorang warga kota mereka, namun untuk menobatkannya
menjadi raja. Pretium sceleris tulit hic diadema – Kefasikan-
nya diganjar dengan sebuah mahkota. Apa yang dapat me-
reka harapkan dari seorang raja yang meletakkan dasar
kerajaannya di atas darah?
(2) Orang-orang Israel lainnya begitu dungu, hingga mereka
hanya duduk-duduk diam tanpa peduli. Mereka tidak ber-
buat apa-apa untuk menghalang-halangi perebutan kuasa
tersebut, untuk melindungi anak-anak Gideon, atau untuk
membalaskan kematian mereka. Sebaliknya, orang-orang
Israel itu patuh dan tunduk begitu saja kepada penguasa
lalim yang banyak menumpahkan darah ini, seperti manu-
sia yang telah kehilangan agama dan juga akal budi mere-
ka, serta segala rasa hormat dan kebebasan, rasa keadilan
dan rasa syukur. Betapa dengan sekuat tenaga bapa lelu-
hur mereka maju untuk membalaskan kematian gundik
seorang Lewi, namun , betapa mereka sekarang merosot
secara menyedihkan hingga bahkan tidak berusaha untuk
membalaskan kematian anak-anak Gideon. sebab alasan
inilah mereka didakwa tidak tahu terima kasih (8:35):
Mereka juga tidak menunjukkan terima kasihnya kepada
keturunan Yerubaal.
Perumpamaan Yotam
(9:7-21)
7 sesudah hal itu dikabarkan kepada Yotam, pergilah ia ke gunung Gerizim
dan berdiri di atasnya, lalu berserulah ia dengan suara nyaring kepada mere-
ka: “Dengarkanlah aku, kamu warga kota Sikhem, maka Allah akan men-
dengarkan kamu juga. 8 Sekali peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang
akan menjadi raja atas mereka. Kata mereka kepada pohon zaitun: Jadilah
raja atas kami! 9 namun jawab pohon zaitun itu kepada mereka: Masakan aku
meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati Allah dan manu-
sia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? 10 Lalu kata pohon-pohon itu
kepada pohon ara: Marilah, jadilah raja atas kami! 11 namun jawab pohon ara
itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-
buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? 12 Lalu kata
pohon-pohon itu kepada pohon anggur: Marilah, jadilah raja atas kami! 13
namun jawab pohon anggur itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan
air buah anggurku, yang menyukakan hati Allah dan manusia, dan pergi
melayang di atas pohon-pohon? 14 Lalu kata segala pohon itu kepada semak
duri: Marilah, jadilah raja atas kami! 15 Jawab semak duri itu kepada pohon-
pohon itu: Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja
atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; namun jika tidak,
biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras
yang di gunung Libanon. 16 Maka sekarang, jika kamu berlaku setia dan
tulus ikhlas dengan membuat Abimelekh menjadi raja, dan jika kamu
berbuat yang baik kepada Yerubaal dan kepada keturunannya dan jika kamu
membalaskan kepadanya seimbang dengan jasanya–17 bukankah ayahku
telah berperang membela kamu dan menyabung nyawanya, dan telah mele-
paskan kamu dari tangan orang Midian, 18 padahal kamu sekarang mem-
berontak terhadap keturunan ayahku dan membunuh anak-anaknya, tujuh
puluh orang banyaknya, di atas satu batu, serta membuat Abimelekh anak
seorang budaknya perempuan menjadi raja atas warga kota Sikhem, sebab
ia saudaramu–19 jadi jika kamu pada hari ini berlaku setia dan tulus ikhlas
kepada Yerubaal dan keturunannya, maka silakanlah kamu bersukacita atas
Abimelekh dan silakanlah ia bersukacita atas kamu. 20 namun jika tidak
demikian, maka biarlah api keluar dari pada Abimelekh dan memakan habis
warga kota Sikhem dan juga Bet-Milo, dan biarlah api keluar dari pada warga
kota Sikhem dan juga dari Bet-Milo dan memakan habis Abimelekh.”
21 lalu larilah Yotam; ia melarikan diri ke Beer, dan tinggal di sana
sebab takut kepada Abimelekh, saudaranya itu.
Di sini kita mendapati satu-satunya kesaksian yang tampak diajukan
untuk menentang persekongkolan jahat antara Abimelekh dan warga
kota Sikhem. Hal ini merupakan tanda bahwa mereka telah menyulut
murka Allah untuk meninggalkan mereka, sehingga tidak ada nabi
yang diutus ataupun suatu penghakiman dahsyat yang dijatuhkan,
untuk menyadarkan bangsa yang bodoh ini, dan menghentikan
kelanjutan dari huru-hara yang mengancam keamanan ini. Hanya
Yotam, anak bungsu Gideon, yang oleh penyelenggaraan ilahi secara
khusus telah terluput dari kebinasaan yang menimpa seluruh keluar-
ganya (ay. 5), berani menghadapi warga kota Sikhem dengan terus
terang. Dan perkataannya, yang dicatat di sini, menunjukkan bahwa
ia merupakan seorang yang sangat cerdik dan berhikmat, dan benar-
benar seorang pembicara yang ulung, sehingga kita tidak bisa tidak
semakin meratapi gugurnya anak-anak Gideon. Yotam tidak ber-
usaha membangkitkan suatu pasukan dari kota-kota Israel lain yang
bisa saja dimanfaatkannya dengan baik demi ayahnya, demikian
orang akan berpikir, untuk membalaskan kematian saudara-sau-
daranya, apalagi untuk mengangkat dirinya sebagai saingan Abime-
lekh. Betapa tidak berdasarnya kesan yang ingin ditimbulkan oleh si
perebut kuasa itu, bahwa anak-anak Gideon berniat untuk berkuasa
(ay. 2). Sebaliknya, Yotam berpuas diri hanya dengan memberikan
teguran yang jujur kepada warga kota Sikhem, dan peringatan yang
baik akan dampak-dampak yang mematikan dari tindakan mereka. Ia
mendapat kesempatan untuk berbicara kepada mereka dari puncak
gunung Gerizim, yaitu gunung berkat, dan ada kemungkinan warga
kota Sikhem sedang berkumpul di kaki gunung itu untuk satu atau
lain keperluan. Menurut Yosefus, untuk mengadakan suatu peraya-
an. Tampaknya mereka bersedia mendengarkan apa yang hendak di-
sampaikan Yotam.
I. Kata-kata pendahuluannya penuh kesungguhan: “Dengarkanlah
aku, kamu warga kota Sikhem, maka Allah akan mendengarkan
kamu juga (ay. 7). Bila engkau berharap untuk mendapat kemu-
rahan Allah, dan diperkenan oleh-Nya, dengarkanlah aku dengan
sabar dan tanpa prasangka.” Perhatikanlah, orang-orang yang
berharapsupaya Allah mendengarkan doa-doa mereka harus
bersedia mendengarkan akal budi, mendengarkan teguran yang
jujur, dan mendengarkan segala pengaduan serta seruan dari
orang-orang tidak bersalah yang dijahati. jika kita memaling-
kan telinga kita untuk tidak mendengarkan hukum, maka juga doa
kita yaitu kekejian (Ams. 28:9).
II. Perumpamaannya sangatlah cerdik. Bahwa saat pepohonan hen-
dak memilih seorang raja, pemerintahan ditawarkan kepada pohon-
pohon yang berharga itu, yaitu pohon zaitun, pohon ara, dan pohon
anggur. Namun mereka menolaknya, dan lebih memilih untuk
melayani daripada memerintah, melakukan kebaikan daripada me-
ngemban kekuasaan. Akan namun , tatkala tawaran yang sama
diajukan kepada semak duri, ia menerimanya dengan luapan kegi-
rangan yang penuh keangkuhan. Mengajar melalui perumpamaan
yaitu cara yang sudah dipakai sejak zaman dahulu kala, dan
sangat berguna, terutama untuk memberikan teguran.
1. Dengan perumpamaan ini, Yotam memuji sifat Gideon yang
sangat bersahaja, serta para hakim lain sebelum Gideon, dan
kemungkinan juga anak-anak Gideon, yang telah menolak
untuk menerima jabatan dan kekuasaan sebagai raja saat
mereka bisa saja mendapatkannya. Yotam juga menunjukkan
bahwa semua orang yang berwatak baik dan bijak pada
umumnya menolak pangkat dan lebih memilih untuk menjadi
berguna daripada menjadi besar.
(1) Sama sekali tidak ada keperluan bagi pohon-pohon itu un-
tuk memilih seorang raja. Mereka semua yaitu pohon-
pohon TUHAN yang telah ditanam-Nya (Mzm. 104:16), dan
sebab itu akan dilindungi-Nya. Demikian pula halnya,
Tidak ada keperluan apa pun bagi Israel untuk berbicara
mengenai rencana mengangkat seorang raja atas mereka,
sebab Tuhan yaitu Raja mereka.
(2) saat timbul dalam pikiran pohon-pohon itu untuk memi-
lih seorang raja, mereka tidak menawarkan pemerintahan
kepada pohon aras yang megah, atau pohon cemara yang
tinggi menjulang, yang hanya sedap dipandang dan dijadi-
kan tempat berteduh, namun tidak ada lagi faedahnya sete-
lah ditebang, melainkan kepada pohon buah-buahan, yaitu
pohon anggur dan pohon zaitun. Orang-orang yang meng-
hasilkan buah bagi kebaikan masyarakat sudah sepantas-
nya lebih dijunjung dan dihormati oleh semua orang bijak
daripada mereka yang hanya ingin menjadi terkemuka.
Demi orang yang baik dan berguna ada orang yang berani
mati.
(3) Semua pohon buah-buahan ini menyatakan penolakan me-
reka dengan alasan yang hampir sama. Pohon zaitun ber-
dalih (ay. 9), masakan aku meninggalkan minyakku yang
dipakai untuk melayani dan menghormati Allah dan manu-
sia? Sebab minyak dan anggur memang digunakan baik
pada mezbah Allah maupun pada meja perjamuan manu-
sia. Masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-
buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-po-
hon? Jawab pohon ara (ay. 11). Atau, seperti dalam tafsiran
yang agak luas, pergi naik turun bagi pohon-pohon? Dalam
hal ini tersirat bahwa,
[1] Pemerintahan mengharuskan orang untuk bekerja ke-
ras dan memberi banyak perhatian. Ia yang pergi mela-
yang di atas pohon-pohon harus naik turun bagi pohon-
pohon itu, dan menghambakan diri sepenuhnya untuk
pekerjaan itu.
[2] Orang-orang yang diangkat untuk menduduki tempat-
tempat kepercayaan dan kekuasaan atas orang banyak
harus membulatkan hati untuk mengabaikan semua
kepentingan dan keuntungan pribadi mereka, dan me-
ngorbankannya demi kebaikan masyarakat. Pohon ara
harus meninggalkan kemanisannya, peristirahatannya
yang manis, ketenangannya yang manis, serta pergaul-
an dan permenungannya yang manis, kalau ia mau
melayang di atas pohon-pohon, dan harus mengalami
kelelahan yang terus-menerus.
[3] Mereka yang diangkat pada kehormatan dan martabat
tinggi terancam bahaya besar akan kehilangan minyak
dan kesuburan mereka. Pangkat dan kedudukan cende-
rung membuat orang menjadi sombong dan malas, dan
dengan demikian merusak kebergunaan mereka, yang
dengannya mereka menghormati Allah dan manusia di
dunia bawah ini. sebab alasan inilah orang-orang yang
rindu berbuat kebaikan takut menjadi orang yang ter-
lalu besar.
2. Dengan perumpamaan ini, Yotam menelanjangi hasrat Abi-
melekh yang konyol, yang dibandingkannya dengan semak
duri atau rumput duri (ay. 14). Yotam mengira bahwa pohon-
pohon itulah yang mendekati dan membujuk Abimelekh:
Marilah, jadilah raja atas kami, mungkin sebab ia tidak tahu
bahwa gagasan untuk mengangkat Abimelekh sebagai raja
datang dari Abimelekh sendiri (sebagaimana telah kita dapati,
ay. 2), namun Yotam berpikir bahwa warga kota Sikhemlah yang
telah menawarkan usulan itu kepada Abimelekh. Apa pun itu,
andaikata memang demikian, kebodohan Abimelekh dalam
menerima tawaran tersebut pantas mendapat hukuman. Se-
mak duri yaitu tumbuhan yang tidak berharga, tidak patut
diperhitungkan di antara pepohonan, tidak berguna dan tidak
berbuah, bahkan, menyakitkan dan menyusahkan, menggores
dan merobek, serta membuat kerusakan. Semak duri bermula
dari kutuk, dan berakhir dengan dibakar. Seperti itulah
Abimelekh, dan sekalipun begitu ia dipilih untuk memerintah
oleh pohon-pohon, oleh segala pohon. Pemilihan ini tampak
dibuat dengan suara lebih bulat daripada pemilihan-pemilihan
lain. Janganlah kita merasa heran jika pada tempat yang
tinggi didudukkan orang bodoh (Pkh. 10:6), orang yang paling
hina ditinggikan (Mzm. 12:9, KJV), dan orang menjadi buta
akan apa yang bagi bagi diri mereka sendiri dalam memilih
pembimbing-pembimbing mereka. Semak duri, sesudah dipilih
untuk memerintah, tidak membuang-buang waktu untuk
mempertimbangkan apakah ia harus menerimanya atau tidak,
namun dengan segera, seolah-olah ia memang dilahirkan dan
dibesarkan untuk berkuasa, ia menggertak, dan meyakinkan
pohon-pohon itu bahwa mereka akan mendapati dia sebagai-
mana dia telah mendapati mereka. Lihatlah kata-kata congkak
dan hampa yang dia ucapkan, janji-janji yang ia buat kepada
rakyatnya yang setia: Datanglah berlindung di bawah bayang-
anku (ay. 15, KJV), bayangan yang teduh untuk berlindung!
Sungguh jauh berbeda dengan naungan batu besar di tanah
yang tandus, yang dengannya pemimpin yang adil dibanding-
kan! (Yes. 32:2). Berlindung dalam bayangannya! Besar ke-
mungkinan mereka akan tergores bila datang mendekat, besar
kemungkinan mereka akan terluka daripada diuntungkan oleh-
nya. Demikianlah orang menyombongkan diri dengan karunia
palsu. Sekalipun begitu, semak duri itu mengancam dengan
keyakinan yang sama besarnya seperti pada saat ia berjanji:
Jika kamu tidak setia, biarlah api keluar dari semak duri, yaitu
sesuatu yang hampir tidak mungkin mengeluarkan api, dan
memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon,
padahal lebih besar kemungkinan bagi semak duri untuk
terbakar, dan ia sendiri yang habis dilalap api.
III. Penerapan dari perumpamaan Yotam itu sangat dekat dan jelas.
Di dalamnya,
1. Yotam mengingatkan warga kota Sikhem akan banyaknya jasa
yang telah diperbuat ayahnya bagi mereka (ay. 17). Ayahnya
telah berperang membela mereka, dengan mempertaruhkan nya-
wanya sendiri, bagi keuntungan mereka yang tak terkira. Sung-
guh memalukan bahwa mereka perlu diingatkan akan hal ini.
2. Yotam memperberat ketidakbaikan mereka terhadap keluarga
ayahnya. Mereka tidak membalaskan kepada Gideon seimbang
dengan jasanya (ay. 16). Jasa yang besar sering kali mendapat
balasan yang amat buruk, terutama kepada pihak keturunan,
saat sang pahlawan telah dilupakan, seperti yang terjadi
pada Yusuf di antara orang Mesir. Gideon telah meninggalkan
banyak anak yang menjadi kehormatan bagi namanya dan
keluarganya, namun anak-anak ini telah mereka bunuh dengan
biadab. Seorang anak lain yang telah ditinggalkannya, yang
menjadi cela bagi namanya dan keluarganya, sebab ia yaitu
anak seorang budaknya perempuan, yang akan berusaha disem-
bunyikan oleh siapa saja yang menghargai kehormatan Gideon,
malah mereka jadikan raja. Dalam kedua hal tersebut, mereka
memberikan penghinaan terbesar yang dapat dibayangkan ke-
pada Gideon.
3. Yotam menyerahkan perkara ini pada waktu, untuk menentu-
kan apakah mereka telah berbuat benar, dan dengan demikian
ia membawa perkara itu kepada penyelenggaraan ilahi.
(1) Bila mereka berjaya untuk waktu yang lama dalam kejahat-
an ini, maka Yotam akan membiarkan mereka berkata bah-
wa mereka telah melakukan apa yang baik (ay. 19). “Jika
perlakuanmu terhadap keluarga Gideon begitu rupa hingga
dapat dibenarkan di hadapan keadilan, kehormatan, atau
hati nurani, maka biarlah terjadi segala yang baik kepada-
mu dengan raja barumu itu.” Akan namun ,
(2) Jika mereka berlaku hina dan keji dalam perkara ini, seba-
gaimana diyakini Yotam, maka jangan harap mereka akan
berhasil (ay. 20). Abimelekh dan warga kota Sikhem, yang
sudah saling mendukung dalam kejahatan ini, pasti akan
menjadi bencana dan kebinasaan bagi satu sama lain.
Janganlah seorang pun berharap bahwa ia dapat berbuat
jahat dan akan baik-baik saja.
sesudah memberikan peringatan ini kepada mereka,
Yotam pun melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya
(ay. 21). Entah warga kota itu tidak dapat mengejarnya
atau mereka begitu yakin bahwa dengan menumpahkan
darah Yotam, mereka tidak akan menambah satu lagi
kesalahan di samping semua darah lain yang telah mereka
tumpahkan. Akan namun , sebab takut kepada Abimelekh,
Yotam hidup dalam pelarian, di suatu tempat yang terpen-
cil dan tersembunyi. Orang-orang yang berasal dari keluar-
ga yang begitu terpandang dan yang berpendidikan begitu
tinggi tidak mengetahui kesusahan dan kesesakan apa
yang ke dalamnya mereka bisa saja terjerumus.
Pemberontakan dan Kekalahan Gaal
(9:22-49)
22 sesudah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel,
23 maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan war-
ga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada
Kitab Hakim-hakim 9:22-49
589
Abimelekh, 24supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal diba-
laskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka
yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang mem-
bantu dia membunuh saudara-saudaranya itu. 25 Sebab warga kota Sikhem
itu menempatkan orang untuk menghadang dia di puncak gunung dan me-
rampas setiap orang yang melewati mereka melalui jalan itu. Hal itu dikabar-
kan kepada Abimelekh. 26 Sementara itu Gaal bin Ebed beserta saudara-
saudaranya telah datang dan pindah ke kota Sikhem. Warga kota Sikhem
percaya kepadanya, 27 jadi pergilah mereka ke ladang; mereka mengumpul-
kan hasil kebun anggur mereka, dan mengirik memerasnya, lalu mengada-
kan perayaan. Mereka masuk ke kuil allah mereka dan makan minum sambil
mengutuki Abimelekh. 28 Berkatalah Gaal bin Ebed: “Siapa itu Abimelekh dan
siapa kita orang Sikhem, maka kita menjadi hambanya? Bukankah anak
Yerubaal dan Zebul, wakilnya, menjadi hamba orang-orang Hemor, ayah
Sikhem, jadi mengapakah kita menjadi hambanya? 29 Sekiranya orang-orang
kota ini ada di dalam tanganku, maka tentulah aku mengenyahkan
Abimelekh.” Lalu berkatalah ia ke arah Abimelekh: “Perkuatlah tentaramu
dan majulah!” 30 saat Zebul, penguasa kota itu mendengar perkataan Gaal
bin Ebed, bangkitlah amarahnya. 31 Ia mengirim utusan kepada Abimelekh di
Aruma dengan pesan: “Gaal bin Ebed dan saudara-saudaranya telah datang
ke Sikhem dan ketahuilah mereka menghasut kota itu melawan engkau.
32 Oleh sebab itu, berangkatlah pada waktu malam, engkau dan rakyat yang
bersama-sama dengan engkau itu, dan adakanlah penghadangan di padang.
33 Esoknya pagi-pagi, pada waktu matahari terbit, haruslah engkau menyer-
bu kota itu. Dan jika ia dan orang-orangnya keluar melawan engkau, maka
engkau dapat berbuat kepadanya sesuai dengan keadaan yang kaudapati.”
34 Sebab itu berangkatlah Abimelekh pada waktu malam beserta segala
rakyat yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka mengadakan pengha-
dangan dalam empat pasukan untuk melawan Sikhem. 35 saat Gaal bin
Ebed pergi ke luar dan berdiri di depan pintu gerbang kota itu, Abimelekh
kebetulan bangun dari tempat penghadangannya beserta rakyat yang
bersama-sama dengan dia. 36 saat Gaal melihat rakyat itu, berkatalah ia
kepada Zebul: “Lihat, ada orang banyak turun dari puncak gunung.” Jawab
Zebul kepadanya: “Itu bayang-bayang gunung, yang kausangka manusia.”
37 Kata Gaal sekali lagi: “Lihat, ada orang banyak turun dari gunung Pusat
Tanah dan satu kelompok datang dari jalan Pohon Tarbantin Peramal.”
38 Jawab Zebul kepadanya: “Di manakah mulutmu itu yang mengatakan:
Siapa itu Abimelekh, maka kita menjadi hambanya? Bukankah ini orang-
orang yang telah kauhina itu? Majulah sekarang untuk memerangi mereka.”
39 Maka majulah Gaal dengan dipandangi oleh warga kota Sikhem, lalu ber-
perang melawan Abimelekh. 40 namun Abimelekh mengejar dia, dan ia melari-
kan diri dari depannya, dan banyaklah orang tewas sampai di depan pintu
gerbang. 41 Adapun Abimelekh tinggal di Aruma, namun Zebul mengusir Gaal
dan saudara-saudaranya, sehingga mereka ini tidak dapat tinggal di Sikhem.
42 Keesokan harinya orang-orang kota itu pergi ke ladang. sesudah hal ini
dikabarkan kepada Abimelekh, 43 dibawanyalah rakyatnya, dibaginya dalam
tiga pasukan, lalu mereka mengadakan penghadangan di padang. saat
dilihatnya, bahwa orang-orang kota itu keluar dari dalam kota, bangunlah ia
menyerang mereka serta menewaskan mereka. 44 Abimelekh dan pasukan
yang bersama-sama dengan dia menyerbu dan menduduki pintu gerbang
kota, sedang kedua pasukan lain itu menyerbu dan menewaskan semua
orang yang ada di padang. 45 Sehari-harian itu Abimelekh berperang melawan
kota itu; ia merebut kota itu dan membunuh orang-orang yang di dalamnya;
lalu dirobohkannya kota itu dan ditaburinya dengan garam. 46 Men-
dengar itu masuklah seluruh warga kota Menara-Sikhem ke dalam liang di
bawah kuil El-Berit. 47 Dikabarkanlah kepada Abimelekh, bahwa seluruh
warga kota Menara-Sikhem telah berhimpun di sana. 48 Lalu Abimelekh dan
seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia naik ke gunung Zalmon.
Abimelekh mengambil kapak, lalu memotong dahan-dahan kayu, mengang-
katnya dan meletakkannya ke atas bahunya sambil berkata kepada rakyat-
nya yang bersama-sama dengan dia: “Turutilah dengan segera perbuatanku
yang kamu lihat ini.” 49 lalu rakyat itu juga masing-masing memotong
dahan-dahan, lalu mengikuti Abimelekh, meletakkan dahan-dahan itu di
atas liang dan membakar liang itu di atas kepala orang-orang itu. Demikian-
lah semua penduduk kota Menara-Sikhem juga mati, kira-kira seribu orang
laki-laki dan perempuan.
Tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah, boleh dikatakan demi-
kian, tanpa gangguan apa pun. Tidak dikatakan bahwa ia meng-
hakimi Israel, atau melakukan pengabdian apa pun bagi negerinya,
namun selama itulah ia menikmati gelar dan kehormatan sebagai
seorang raja. Dan bukan hanya warga kota Sikhem, melainkan juga
banyak orang di tempat-tempat lain memberikan penghormatan ke-
padanya. Pasti mereka menyukai seorang raja yang dapat menye-
nangkan hati mereka, seperti halnya raja ini. Namun, kemenangan
orang fasik sebentar saja. Dalam tiga tahun, menurut masa kerja pra-
jurit upahan, segala kemuliaan ini akan menjadi kehinaan, dan ter-
hampar dalam debu (Yes. 16:14). Kehancuran yang menimpa sekutu-
sekutu di dalam kefasikan ini berasal dari tangan keadilan Allah,
yang empunya pembalasan. Ia membangkitkan semangat jahat di
antara Abimelekh dan warga kota Sikhem (ay. 23), yakni, mereka
merasa iri satu terhadap yang lain dan memiliki rasa permusuhan
satu sama lain. Abimelekh menghina orang-orang yang telah meng-
angkatnya, dan mungkin menyokong kota-kota lain yang sekarang
mulai mendukung kepentingan-kepentingannya lebih daripada ia
menyokong kota-kota mereka. Dan lalu mereka pun mulai
merasa resah atas pemerintahan Abimelekh, menyalahkan kepemim-
pinannya, dan mempermasalahkan tuntutan-tuntutannya. Hal ini
berasal dari Allah. Ia mengizinkan Iblis, si pengacau besar itu, untuk
menaburkan perselisihan di antara mereka. Dia yaitu roh jahat,
yang tidak hanya tetap diawasi Allah, namun juga terkadang dipakai
untuk memenuhi tujuan-tujuan-Nya. Hawa nafsu mereka sendiri
ialah roh jahat. Hawa nafsu itu yaitu setan dalam hati manusia
sendiri. Dari situlah timbul peperangan dan pertengkaran. Kepada
roh-roh jahat inilah Allah menyerahkan mereka, sehingga dapat
dikatakan bahwa Ia mengirimkan roh jahat ke antara mereka (KJV).
saat dosa manusia dijadikan sebagai hukuman baginya, meskipun
Allah bukan yang menimbulkan dosa, namun penghukuman itu ber-
asal dari-Nya. Perseteruan yang dimiliki Allah dengan Abimelekh dan
warga kota Sikhem ialah atas pembunuhan terhadap anak-anak
Gideon (ay. 24):supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak
Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan sebagai beban
kepada Abimelekh yang telah membunuh mereka, dan kepada warga
kota Sikhem yang membantu dia. Perhatikanlah,
1. Cepat atau lambat, Allah akan membalas penumpahan darah, da-
rah orang tidak bersalah, dan akan menimpakannya kembali ke
atas kepala orang-orang yang telah menumpahkannya, yang akan
diberi darah untuk mereka minum, sebab mereka pantas menda-
patkannya.
2. Para kaki tangan, dan juga biang keladi, dalam dosa itu dan dosa-
dosa lain akan dimintai perhitungan. Warga kota Sikhem yang
telah menyokong tuntutan-tuntutan Abimelekh, menjadi kaki ta-
ngannya dalam rancangannya yang berdarah, dan membenarkan
kenyataan itu dengan menjadikannya raja sesudah ia melaksana-
kan rancangannya, harus jatuh bersamanya, jatuh olehnya, dan
jatuh terlebih dahulu.
3. Orang-orang yang bergabung bersama untuk berbuat fasik sudah
sepantasnya dibenturkan satu dengan yang lain hingga remuk.
Darah tidak bisa menjadi perekat yang bertahan lama untuk
kepentingan apa pun.
I. Warga kota Sikhem mulai menista Abimelekh, mungkin mereka
sendiri hampir tidak tahu mengapa atau kenapa, namun mereka
menginginkan perubahan.
1. Mereka menjadi tidak setia kepada Abimelekh (ay. 23). Tidak
dikatakan bahwa mereka bertobat dari dosa mereka sebab
sudah memberikan pengakuan kepada Abimelekh. Seandainya
mereka bertobat, maka menyangkal Abimelekh akan menjadi
tindakan yang terpuji. Akan namun , mereka menyangkal Abi-
melekh hanya sebab suatu kejadian tertentu yang membuat
mereka sakit hati kepadanya, sebagai akibat dari kesombong-
an atau iri hati mereka. Orang-orang yang telah mengangkat
dia, menjadi yang pertama meninggalkannya dan berusaha
menurunkannya dari takhta. Tidak mengherankan jika
orang-orang yang tidak tahu berterimakasih kepada Gideon
juga tidak setia kepada Abimelekh. Sebab apa yang dapat
mengikat orang-orang yang tidak dapat diikat oleh utang budi
kepada jasa-jasa seperti yang telah diperbuat Gideon? Perhati-
kanlah, adillah bagi Allah bahwa mereka yang menghasut
orang lain untuk berkhianat, kelak akan dikhianati sendiri
oleh orang-orang yang telah mereka ajari untuk berkhianat.
2. Mereka berusaha menangkap Abimelekh saat ia berada di
Aruma (ay. 41), takhta kediamannya di luar kota. sebab
memperkirakan bahwa Abimelekh akan datang ke kota, mere-
ka menempatkan orang untuk menghadang dia (ay. 25). Orang
yang belum lama ini telah mereka jadikan raja, sekarang hen-
dak mereka jadikan tahanan. Akan namun , sebab Abimelekh
tidak datang, para penghadang yang telah ditempatkan pun
mengambil kesempatan untuk merampok orang-orang yang
lewat di situ. Hal ini akan membuat rakyat makin hari makin
resah berada di bawah pemerintahan Abimelekh, yang mereka
lihat tidak mampu atau tidak mau melindungi mereka dari
para perampok.
3. Warga kota Sikhem menaruh percaya kepada seorang yang
bernama Gaal, dan mengangkatnya sebagai pemimpin mereka
untuk melawan Abimelekh (ay. 26). Gaal ini disebut sebagai
anak Ebed, yang berarti hamba, mungkin menunjukkan asal-
usulnya yang hina. Sama seperti Abimelekh yaitu anak
seorang hamba dari pihak ibunya, demikian pula Gaal dari
pihak ayahnya. Di sini ada satu semak duri bersaing melawan
semak duri lain. Beralasan bagi kita untuk menduga bahwa
Gaal ini merupakan orang Kanaan asli, sebab ia membujuk
warga kota Sikhem untuk tunduk kepada orang-orang Hemor,
yang merupakan raja kuno dari kota ini pada zaman Yakub.
Gaal yaitu seorang pemberani dan berhasrat besar. Ia dapat
memenuhi tujuan warga kota Sikhem dengan baik dan menga-
gumkan saat hati mereka condong untuk berselisih dengan
Abimelekh, dan mereka pun dapat memenuhi tujuan Gaal.
Jadi, pergilah Gaal kepada mereka untuk menyulut bara, dan
mereka percaya kepadanya.
4. Warga kota Sikhem memberikan segala penghinaan yang da-
pat mereka berikan kepada nama Abimelekh (ay. 27). Mereka
mengadakan perayaan saat ia tidak ada, seperti orang yang
gembira atas ketidakhadirannya, dan berharap untuk meng-
enyahkannya, sebab sekarang mereka telah memiliki orang
lain untuk memimpin mereka. Bahkan, mereka masuk ke kuil
allah mereka, untuk membuat khidmat perayaan pengumpul-
an hasil panen mereka. Di sana mereka makan minum sambil
mengutuki Abimelekh. Mereka tidak hanya mengatakan segala
yang buruk yang dapat mereka katakan tentangnya dalam
percakapan mereka di meja makan dan dalam nyanyian para
pemabuk di antara mereka, namun juga mengharapkan segala
yang buruk yang dapat mereka harapkan kepadanya melalui
korban-korban mereka, dengan berdoa kepada berhala mereka
untuk menghancurkannya. Mereka bersulang bagi kehancur-
an Abimelekh, dengan seruan penuh semangat selantang seru-
an mereka dahulu sewaktu bersulang bagi kejayaannya. Di
kuil yang sama tempat mereka sebelumnya mengambil uang
untuk mengangkat Abimelekh, di situ sekarang mereka ber-
kumpul untuk mengutukinya dan merancangkan kehancuran-
nya. Kalau saja mereka meninggalkan berhala mereka ber-
sama dengan raja buatan mereka, mereka bisa saja berharap
akan berhasil. Akan namun , selama mereka tetap melekat pada
berhala mereka, raja buatan mereka pun akan tetap melekat
pada mereka bagi kehancuran mereka. Bagaimana mungkin
Iblis mengusir Iblis?
5. Mereka bergirang atas tantangan Gaal yang penuh bualan ter-
hadap Abimelekh (ay. 28-29). Mereka senang mendengar orang
baru yang lancang itu berbicara dengan penuh penghinaan,
(1) Tentang Abimelekh. Kendati Gaal menyebutnya dengan pe-
nuh cemooh sebagai Sikhem, atau orang Sikhem, Abimelekh
merusak nama baik kota mereka sendiri.
(2) Juga tentang Gideon, ayah Abimelekh yang baik: “Bukan-
kah dia itu anak Yerubaal?” Demikian Gaal menyebutnya,
mungkin dalam kegeraman yang penuh kedurhakaan ter-
hadap nama Gideon dan ingatan tentang dirinya yang su-
dah merobohkan mezbah Baal, dengan membuat sesuatu
yang terpuji dalam diri Gideon menjadi cela baginya.
(3) Tentang pejabat utama pemerintahannya, yaitu Zebul,
wakil Abimelekh, dan penguasa kota. “Sungguh memalukan
untuk melayani mereka, dan kita tidak perlu takut untuk
menentang mereka.” Orang yang jiwanya penuh gejolak
dan hasrat untuk berkuasa biasanya menghina kekuasaan
serta menghujat semua yang mulia. Gaal tidak bermaksud
untuk mengembalikan kemerdekaan Sikhem, namun hanya
ingin mengganti penguasanya yang lalim: “Sekiranya orang-
orang kota ini ada di dalam tanganku! Inilah yang akan
kuperbuat! Aku akan menantang Abimelekh untuk menguji
siapa yang berhak atas mahkota itu.” Dan sepanjang yang
bisa disaksikan, Gaal ingin agar kawan-kawannya me-
nyampaikan pesan kepada Abimelekh bahwa ia telah siap
untuk mempersengketakan mahkota itu dengannya kapan
pun Abimelekh mau: “Perkuatlah tentaramu dan majulah!
Lakukanlah semuanya dengan habis-habisan. Biarlah pe-
dang yang menentukan hasilnya.” Hal ini menyenangkan
warga kota Sikhem, yang sudah merasa muak terhadap Abi-
melekh sama seperti dulu mereka suka kepadanya. Orang
yang bertindak tanpa hati nurani tidak akan menjadi orang
yang teguh pendirian.
II. Abimelekh mengerahkan seluruh pasukannya untuk melawan
mereka, dan, dalam waktu singkat, menghancurkan mereka sam-
pai sehabis-habisnya. Cermatilah tahap-tahap kejatuhan mereka.
1. Rancangan-rancangan warga kota Sikhem dibocorkan kepada
Abimelekh oleh Zebul, orang kepercayaannya, penguasa kota
itu, yang dengan sepenuh hati tetap setia kepadanya. Bangkit-
lah amarah Zebul (ay. 30), dan terlebih lagi sebab Gaal telah
berbicara tentangnya dengan menghina (ay. 28). Sebab mung-
kin, kalau saja Gaal memuji dan menyanjungnya sekarang,
pada saat segala sesuatunya sedang bergejolak seperti ini,
Zebul bisa saja menarik Gaal untuk mendukung kepenting-
annya. Akan namun Zebul, sebab tidak diperlakukan dengan
baik, mengutus orang untuk memberitahukan kepada Abime-
lekh tentang segala sesuatu yang diucapkan dan dilakukan di
Sikhem untuk melawannya (ay. 31). Para pengkhianat sering
kali dikhianati oleh sebagian orang dari antara mereka sendiri,
dan kutuk terhadap raja kadang-kadang secara mengheran-
kan disampaikan oleh burung di udara. Zebul dengan bijak
menasihati Abimelekh untuk segera menyerbu kota itu, dan
tidak membuang-buang waktu (ay. 32-33). Zebul berpendapat
bahwa sebaiknya Abimelekh memberangkatkan pasukan-
pasukannya ke sekitar kota Sikhem pada malam hari, menge-
jutkan kota itu keesokan paginya, dan lalu memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya segala keuntungan yang diperolehnya.
Bagaimana mungkin warga kota Sikhem berharap akan berhasil
dalam usaha mereka jika penguasa kota mereka berpihak
pada kepentingan-kepentingan musuh? Mereka mengetahui hal
tersebut, dan sekalipun begitu mereka tidak melakukan apa-
apa untuk mengamankan Zebul.
2. Gaal, yang mengepalai kelompok mereka, sesudah dikhianati
oleh Zebul, tangan kanan Abimelekh, sekarang diolok-olok de-
ngan teramat menyedihkan oleh Zebul. Abimelekh, sesuai
dengan nasihat Zebul, mengerahkan seluruh pasukannya me-
nuju Sikhem pada malam hari (ay. 34). Paginya, Gaal pergi ke
luar ke depan pintu gerbang kota (ay. 35) untuk memantau
keadaan, dan mencari tahu, ada kabar apa? Zebul, sebagai
penguasa kota, menjumpainya di situ sebagai kawan. Abime-
lekh dan segenap pasukannya mulai bergerak ke arah Sikhem.
Gaal melihat mereka (ay. 36), dan memberitahukan kedatang-
an kawanan tersebut kepada Zebul yang sedang berdiri di
sampingnya, tanpa curiga bahwa Zebullah yang telah mengi-
rim pasukan tersebut dan sekarang sedang menantikan mere-
ka. “Lihat,” seru Gaal, “Bukankah itu sekumpulan orang
banyak turun dari puncak gunung ke arah kita? Di sebelah
sana,” sembari menunjuk ke tempat yang dimaksud. “Bukan,
bukan,” jawab Zebul, “Matamu menipu engkau. Itu hanya
bayang-bayang gunung, yang kausangka sebagai pasukan.”
Dengan berkata demikian, Zebul bermaksud,
(1) Untuk memperolok Gaal, sebagai orang yang tidak berpikir-
an atau berjiwa sehat, sehingga sangat tidak layak untuk
memperoleh jabatan yang dituntutnya. Gaal yaitu orang
yang mudah diperdaya dan dibuat percaya apa saja, dan
yang begitu bodoh dan begitu pengecut sehingga ia khawa-
tir ada bahaya padahal tidak ada apa-apa, dan siap ber-
perang dengan bayangan.
(2) Untuk menghambat Gaal, dan menahannya lebih lama
dengan bercakap-cakap, sementara pasukan-pasukan Abi-
melekh datang menyerbu, dan dengan demikian mereka
diuntungkan. Sebelumnya Gaal percaya saja bahwa apa
yang dilihatnya hanyalah bayang-bayang gunung; kemung-
kinan gunung Ebal dan gunung Gerizim, yang terletak de-
kat kota Sikhem. Akan namun saat lalu ia tersadar
dari tipuan sesudah melihat dua kelompok lain yang berja-
lan cepat menuju kota itu, maka Zebul pun memakai cara
lain untuk mengolok-oloknya, sambil mencelanya atas apa
yang baru saja dia katakan satu atau dua hari yang lalu,
dengan menghina Abimelekh (ay. 38): “Di manakah mulut-
mu itu, mulutmu yang busuk itu, yang mengatakan: Siapa
itu Abimelekh?” Perhatikanlah, orang-orang sombong dan
congkak sering kali dalam waktu singkat dibuat mengubah
nada bicara mereka, dan merasa ngeri terhadap orang-
orang yang sebelumnya paling mereka rendahkan. Dengan
besar mulut, Gaal telah menantang Abimelekh untuk mem-
perkuat tentaranya dan maju. namun sekarang Zebul, atas
nama Abimelekh, menantang Gaal, “Majulah sekarang un-
tuk memerangi mereka, jika engkau berani.” Sudah sepan-
tasnya orang yang lancang itu dihina seperti itu.
3. Abimelekh memukul mundur pasukan-pasukan Gaal yang
menyerang secara tiba-tiba dari dalam kota (ay. 39-40). Gaal
tidak diragukan lagi menjadi patah semangat sebab gertakan
Zebul terhadapnya, dan ia melihat kedudukannya lebih lemah
daripada yang dipikirkannya. Meskipun ia maju menghadapi
Abimelekh dengan sedikit pasukan yang ada padanya, namun
segera saja ia menerima kekalahan yang terburuk, dan terpak-
sa mundur ke dalam kota dengan sangat tergesa-gesa. Dalam
pertempuran ini, kekalahan warga kota Sikhem sangatlah
besar: Banyaklah orang tewas dan terluka, dampak yang biasa
terjadi dari kerusuhan masyarakat, di mana khalayak ramai
yang tidak berpikir panjang sering kali terseret ke dalam
perangkap yang mematikan oleh orang-orang yang menjanji-
kan kemenangan yang gemilang kepada mereka.
4. Malam itu juga Zebul mengusir Gaal, dan kumpulan orang
yang telah dibawanya ke Sikhem, dari kota itu (ay. 41), dengan
mengirimnya kembali ke tempat asalnya. Meskipun warga kota
Sikhem pada umumnya tetap membenci Abimelekh, sebagai-
mana tampak dalam kisah selanjutnya, namun mereka tidak
keberatan untuk berpisah dengan Gaal, dan tidak menentang
pengusirannya. Sebab, walaupun sudah bermulut besar, baik
kemampuan maupun keberanian Gaal tidak terbukti pada
saat dibutuhkan. Sebagian besar orang menilai layak tidaknya
seseorang untuk suatu pekerjaan berdasar keberhasilan-
nya, dan orang yang tidak berhasil dengan baik dianggap tidak
bekerja dengan baik. Nah, kepentingan Gaal di kota Sikhem
berakhir dengan cepat, dan ia yang sudah berkata hendak me-
ngenyahkan Abimelekh, justru dirinya sendiri yang dienyah-
kan. Tidak pula kita pernah mendengar tentangnya lagi. Exit
Gaal – Gaal pun undur.
5. Keesokan harinya, Abimelekh menyerang kota itu, dan meng-
hancurkannya sampai sehabis-habisnya, atas pengkhianatan
mereka terhadap dirinya. Mungkin Abimelekh telah mengeta-
hui perihal pengusiran Gaal, yang sudah menjadi pemimpin
kelompok mereka, sehingga warga kota Sikhem mengira Abi-
melekh akan puas dengan hal itu. namun kejahatan itu terlalu
dalam untuk ditebus seperti itu, dan kebencian-kebencian Abi-
melekh terlalu besar untuk diredam dengan tindakan kepatuh-
an yang sekecil itu. Lagi pula, pengusiran itu lebih merupakan
tindakan Zebul daripada tindakan mereka. Tangan mereka
menjadi lemah oleh serangan tersebut, dan sebab itu Abime-
lekh menetapkan hati untuk meneruskan pukulannya, dan
menghukum pengkhianatan mereka sampai tuntas.
(1) Ada mata-mata yang mengabarkan kepada Abimelekh bah-
wa warga kota Sikhem telah pergi ke ladang (ay. 42). Menu-
rut sebagian penafsir, pergi ke ladang untuk membajak dan
menabur sesudah baru-baru ini mengumpulkan hasil pa-
nen, atau untuk menyelesaikan panenan mereka, sebab
yang sudah selesai dikumpulkan baru hasil kebun anggur
mereka (ay. 27). Dengan begitu tersirat bahwa mereka
dalam keadaan aman. Selain itu, sebab Abimelekh telah
pulang (ay. 41), mereka mengira bahwa mereka tidak ter-
ancam bahaya olehnya, dan dengan begitu kesudahan dari
perkara tersebut merupakan contoh dari kebinasaan yang
tiba-tiba menimpa orang-orang yang berseru, semuanya
damai dan aman.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa warga kota
Sikhem pergi ke medan pertempuran. Meskipun Gaal telah
diusir, mereka tidak mau meletakkan senjata, namun meng-
ambil sikap siap untuk menghadapi pertempuran lagi
dengan Abimelekh, dan berharap untuk merebut kembali
apa yang telah diambil dari mereka pada hari sebelumnya.
(2) Abimelekh sendiri, dengan angkatan bersenjata yang kuat,
memutus hubungan antara warga dan kota Sikhem. Ia
menduduki pintu gerbang (ay. 44),supaya mereka tidak
dapat kembali ke dalam kota ataupun menerima pertolong-
an apa pun dari kota. lalu , ia mengirim dua pasuk-
annya, yang terlalu kuat bagi mereka, dan kedua pasukan
itu menghabisi mereka semua dengan pedang. Kedua
pasukan itu menyerbu dan menewaskan semua orang yang
ada di padang. saat pergi untuk bekerja, kita tidak tahu
pasti apakah kita akan kembali pulang. Ada maut menanti
baik di dalam kota maupun di padang.
(3) lalu Abimelekh pun menyerang kota itu sendiri, dan,
dengan kegeraman yang meluap-luap sampai ke langit, ia
meluluh-lantakkan kota itu, sekalipun itu tempat kelahiran-
nya sendiri. Dibunuhnya semua penduduk, dirobohkannya
semua bangunan, dan, sebagai tanda dari keinginannya agar
kota itu tetap menjadi reruntuhan untuk selamanya, ia me-
naburinya dengan garam,supaya kota itu senantiasa men-
jadi tugu peringatan akan hukuman atas pengkhianatan.
Namun demikian, Abimelekh tidak berhasil menjadikan ke-
runtuhan kota itu tetap untuk selamanya. Sebab di kemu-
dian hari kota itu dibangun kembali, dan menjadi tempat
yang begitu penting hingga seluruh umat Israel datang ke
sana untuk menobatkan Rehabeam menjadi raja (1Raj.
12:1). Kota tersebut terbukti sebagai pertanda buruk. Abi-
melekh dengan ini sebenarnya bermaksud menghukum
warga kota Sikhem sebab mereka dulu pernah membantu-
nya membunuh anak-anak Gideon. Demikianlah, saat
Allah menggunakan manusia sebagai alat di tangan-Nya
untuk melaksanakan pekerjaan-Nya, apa yang dimaksud-
kan-Nya berbeda dengan apa yang mereka maksudkan
(Yes. 10:6-7). Mereka bermaksud untuk mempertahankan
kehormatan mereka, namun Allah bermaksud untuk mem-
pertahankan kehormatan-Nya.
6. Orang-orang yang mundur dan berlindung dalam benteng kuil
berhala mereka justru dihancurkan semuanya di sana. Mereka
inilah yang disebut warga kota Menara Sikhem (ay. 46-47),
suatu puri milik kota itu, namun terletak agak jauh dari sana.
sesudah mendengar tentang kehancuran kota Sikhem, mereka
pun masuk ke dalam liang di bawah kuil itu, sebab mungkin
percaya bukan pada kekuatannya, melainkan terlebih pada
kesuciannya. Mereka menempatkan diri di bawah perlindung-
an berhala mereka. Sebab demikianlah segala bangsa berjalan
masing-masing demi nama allahnya. Dan kalau begitu, tidak-
kah kita memilih untuk diam di rumah Tuhan seumur hidup
kita? Sebab Ia melindungi kita dalam pondok-Nya pada waktu
bahaya (Mzm. 27:5). Nama TUHAN yaitu menara yang kuat
(Ams. 18:10). namun apa yang mereka harapkan dapat mem-
beri mereka keselamatan ternyata justru menjadi jebakan dan
perangkap, seperti yang pasti akan dialami oleh orang-orang
yang mencari perlindungan kepada berhala. Berhala akan ter-
bukti menjadi perlindungan bohong. saat Abimelekh menda-
pati mereka semua terkurung dalam liang itu, ia tidak berpikir
dua kali. Segera timbul dalam benaknya rencana biadab untuk
mengobarkan api di atas liang itu, dan, dapat dikatakan, mem-
bakar semua burung sekaligus di dalam sarang. Ia merahasia-
kan sendiri rencana tersebut, namun mengatur semua rakyat-
nya untuk bekerja melancarkan pelaksanaan rencananya (ay.
48-49). Ia memerintahkan mereka semua untuk mengikutinya,
dan melakukan apa yang dilakukannya, sama seperti yang
pernah dikatakan ayahnya kepada pasukannya (7:17), “Per-
hatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan.” Demi-
kian pula Abimelekh berkata kepada pasukannya, seperti yang
sepatutnya dikatakan seorang panglima yang tidak akan gagal
memberikan pengarahan yang sejelas-jelasnya maupun do-
rongan yang sekuat-kuatnya kepada para prajuritnya: Turuti-
lah dengan segera perbuatanku yang kamu lihat ini. Bukan Ite
illuc – pergilah ke sana, melainkan Venite huc – datanglah ke
mari. Para serdadu dalam laskar Kristus pun harus mengajar
melalui teladan mereka seperti itu (Flp. 4:9). Abimelekh dan
pasukannya masing-masing mengambil dahan kayu dari
hutan tidak jauh dari situ, dan meletakkan semua dahan itu
bersama-sama di bawah tembok menara ini, yang ada ke-
mungkinan terbuat dari kayu. Lalu mereka mengobarkan api
pada dahan-dahan mereka, dan dengan demikian membakar
liang warga kota Menara Sikhem beserta semua yang ada di
dalamnya, yang mati terbakar atau kehabisan nafas sebab
asap. Betapa manusia pandai menemukan cara untuk meng-
hancurkan satu sama lain! Dari mana datangnya peperangan
dan perkelahian yang kejam ini kalau bukan dari hawa nafsu
mereka? Sebagian penafsir berpendapat bahwa warga Menara-
Sikhem ini yaitu orang-orang yang sama dengan warga Bet-
Milo, dan dengan begitu kutukan Yotam yang adil pun dige-
napi secara harfiah: Biarlah api keluar dari pada Abimelekh,
dan memakan habis bukan hanya warga kota Sikhem secara
umum, melainkan juga warga Bet-Milo secara khusus (ay. 20).
Kira-Kira seribu orang, laki-laki dan perempuan, binasa dalam
kobaran api ini, dan banyak di antaranya, ada kemungkinan,
tidak berkepentingan sama sekali dalam perseteruan antara
Abimelekh dan warga kota Sikhem, dan juga tidak ikut memi-
hak ke mana pun. Kendati demikian, dalam perang saudara
ini, mereka menemui ajal yang mengenaskan ini. Sebab orang-
orang yang suka memecah belah dan membuat onar tidak
akan mati sendirian sebab dosa mereka, namun menyeret lebih
banyak orang lagi, yang dengan lugunya mengikuti mereka, ke
dalam malapetaka yang sama yang menimpa mereka.
Kematian Abimelekh
(9:50-57)
50 Selanjutnya Abimelekh pergi ke Tebes; ia mengepung Tebes, lalu merebut-
nya. 51 namun ada sebuah menara yang kuat di tengah-tengah kota, dan
semua laki-laki dan perempuan, seluruh warga kota itu, melarikan diri ke
situ; mereka menutup pintu di belakangnya dan naik ke atas sotoh menara
itu. 52 Lalu sampailah Abimelekh ke menara itu, menyerangnya, dan dapat
menerobos sampai ke pintu menara itu untuk membakarnya. 53 namun se-
orang perempuan menimpakan sebuah batu kilangan kepada kepala Abime-
lekh dan memecahkan batu kepalanya. 54 Dengan segera dipanggilnya bujang
pembawa senjatanya dan berkata kepadanya: “Hunuslah pedangmu dan
bunuhlah aku,supaya jangan orang berkata tentang aku: Seorang perem-
puan membunuh dia.” Lalu bujangnya itu menikam dia, sehingga mati.
55 sesudah dilihat oleh orang Israel, bahwa Abimelekh telah mati, pergilah
mereka, masing-masing ke tempat kediamannya. 56 Demikianlah Allah mem-
balaskan kejahatan yang dilakukan oleh Abimelekh kepada ayahnya, yaitu
pembunuhan atas ketujuh puluh saudaranya; 57 juga segala kejahatan
orang-orang Sikhem ditimpakan kembali oleh Allah kepada kepala mereka
sendiri. Demikianlah kutuk Yotam bin Yerubaal mengenai mereka.
Kita telah melihat kehancuran warga kota Sikhem dituntaskan oleh
tangan Abimelekh. Sekarang tiba giliran Abimelekh, sebagai pemim-
pin mereka dalam kejahatan, untuk dimintai perhitungan. Tebes me-
rupakan kota kecil, kemungkinan tidak jauh dari Sikhem, bergan-
tung pada Sikhem dan bersekutu dengannya. Sekarang,
I. Abimelekh berusaha menghancurkan kota ini (ay. 50), menghalau
semua penduduknya ke dalam sebuah menara, atau benteng per-
tahanan (ay. 51). saat ia telah berhasil mengumpulkan mereka
di situ, ia tidak merasa ragu bahwa ia harus melakukan pelak-
sanaan hukuman mati yang sama seperti yang belum lama ini
diperbuatnya pada liang di bawah kuil Baal-Berit, tanpa memper-
hitungkan bahwa menara kuil berhala lebih rentan terkena pem-
balasan ilahi daripada menara-menara lain. Ia mencoba mem-
bakar menara ini, setidak-tidaknya untuk menghancurkan pintu-
nya, agar dapat menerobos masuk (ay. 52). Orang yang pernah
lolos dan berhasil dalam sebuah usaha nekat cenderung berpikir
bahwa usaha serupa yang berikutnya pasti tidak akan terlalu
sulit. Lama sesudahnya, kejadian ini dikutip untuk menunjukkan
betapa berbahayanya mendekat ke kota yang dikepung (2Sam.
11:20, dst.). Akan namun , Allah membuat orang-orang yang hen-
dak dihancurkan-Nya tidak mampu berpikir jernih.
II. Dalam usahanya ini, Abimelekh sendiri dihancurkan, sesudah tem-
purung kepalanya pecah d