Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 23. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 23. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 23

 


seperti singa, dan mati seperti anjing. “sebab  pem-

berontakan negeri, banyaklah penguasa-penguasanya.”  

Perebutan Kuasa oleh Abimelekh 

(9:1-6) 

1 Adapun Abimelekh bin Yerubaal pergi ke Sikhem kepada saudara-saudara 

ibunya dan berkata kepada mereka dan kepada seluruh kaum dari pihak 

keluarga ibunya: 2 Tolong katakan kepada seluruh warga kota Sikhem: Mana-

kah yang lebih baik bagimu: tujuh puluh orang memerintah kamu, yaitu 

semua anak Yerubaal, atau satu orang? Dan ingat juga, bahwa aku darah 

dagingmu. 3 Lalu saudara-saudara ibunya mengatakan hal ihwalnya kepada 

seluruh warga kota Sikhem, maka condonglah hati orang-orang itu untuk 

mengikuti Abimelekh, sebab kata mereka: “Memang ia saudara kita.”  

4 Sesudah itu mereka memberikan kepadanya tujuh puluh uang perak dari 

kuil Baal-Berit, lalu Abimelekh memberi perak itu sebagai upah kepada 

petualang-petualang dan orang-orang nekatsupaya  mengikuti dia. 5 Ia pergi 

ke rumah ayahnya di Ofra, lalu membunuh saudara-saudaranya, anak-anak 

Yerubaal, tujuh puluh orang, di atas satu batu. namun  Yotam, anak bungsu 

Yerubaal tinggal hidup, sebab  ia menyembunyikan diri. 6 lalu  ber-

kumpullah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh Bet-Milo; mereka pergi 

menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringat-

an yang di Sikhem. 

Di sini kita diberi tahu dengan akal bulus seperti apa Abimelekh ber-

hasil memperoleh kekuasaan, dan membuat dirinya menjadi besar. 

Ibunya mungkin telah menanamkan ke dalam benaknya angan-

angan yang begitu tinggi dan hasrat yang menggebu. Dan nama pem-

berian ayahnya, sebab  mengandung unsur rajawi, mungkin turut 

membantu mengobarkan percikan-percikan api ini. sebab  sekarang 

ia telah menguburkan ayahnya, maka tidak ada apa pun yang dapat 

memuaskan rohnya yang angkuh selain bahwa ia harus menjadi 

penerus ayahnya dalam memerintah Israel. Hal ini bertentangan 

langsung dengan wasiat ayahnya, sebab ayahnya telah menyatakan 

bahwa tidak ada seorang pun dari anaknya akan memerintah mereka. 

Abimelekh tidak memiliki panggilan Allah untuk mendapat kehormat-

an ini, sebagaimana dimiliki oleh ayahnya dahulu. Pada waktu itu 

juga tidak diperlukan seorang hakim untuk menyelamatkan Israel, 

sebagaimana ada keperluan untuk itu pada waktu ayahnya diangkat 

menjadi pemimpin. namun  Abimelekh ingin memuaskan hasratnya 

sendiri, dan pemuasan itu sajalah yang menjadi tujuannya. Sekarang 

cermatilah di sini, 

I.  Betapa dengan licik Abimelekh merengkuh pihak keluarga ibunya 

untuk membela kepentingan-kepentingannya. Sikhem merupakan 

kota di wilayah suku Efraim, kota yang sangat penting. Di situlah 

Yosua terakhir kali mengumpulkan semua suku orang Israel. 

Kalau kota itu mau tampil mendukung Abimelekh, dan mengang-

kat dia sebagai pemimpin, maka pikirnya hal tersebut akan sa-

ngat menguntungkan dirinya. Di sana ia mendapat dukungan dari 

keluarga asal ibunya, dan melalui mereka, ia memperoleh du-

kungan dari para pemimpin kota. Tidak tampak bahwa seorang 

pun dari mereka memandang Abimelekh sebagai seorang yang 

layak, yang memiliki sesuatu yang membuatnya pantas untuk 

dipilih. Sebaliknya, usulan tersebut diajukan pertama kali oleh 

Abimelekh sendiri. Tak seorang pun akan bermimpi mengangkat 

orang seperti itu menjadi raja, jika bukan ia sendiri yang memim-

pikannya. Lihatlah di sini, 

1.  Bagaimana Abimelekh menggiring mereka untuk memilihnya 

(ay. 2-3). Ia dengan hina memberi kesan bahwa sebab  Gideon 

meninggalkan tujuh puluh anak, sementara Gideon yaitu  

tokoh yang baik dan memiliki  pengaruh yang baik, maka 

mereka sedang berencana untuk mempertahankan kekuasaan 

sang ayah di tangan mereka sendiri, dan menggabungkan 

kekuatan untuk memerintah atas Israel. “Nah,” kata Abi-

melekh, “Lebih baik bagimu untuk memiliki satu raja daripada 

lebih, daripada banyak, daripada sedemikian banyak. Urusan-

urusan pemerintahan paling baik ditangani oleh satu orang 

saja” (ay. 2). Kita tidak punya alasan untuk berpikir bahwa 

semua atau salah seorang dari anak Gideon memiliki niat 

sedikit pun untuk memerintah atas Israel (mereka sehati dan 

sepikiran dengan sang ayah bahwa Tuhanlah yang akan meme-

rintah mereka, dan mereka tidak dipanggil oleh-Nya). namun  

gagasan ini sengaja disusupkan Abimelekh guna melancarkan 

jalan bagi tuntutan-tuntutannya sendiri. Camkanlah, orang-

orang yang merancang kejahatan biasanya justru paling 

cenderung curiga bahwa orang lain merancang kejahatan. Bagi 

Abimelekh sendiri, ia hanya mengingatkan pihak keluarga 

ibunya akan hubungannya dengan mereka (Verbum sapienti – 

Sepatah kata saja sudah cukup bagi orang bijak): Dan ingat 

juga, bahwa aku darah dagingmu. Rencana tersebut secara 

menakjubkan berjalan lancar. Para pejabat kota Sikhem me-

rasa senang membayangkan kota mereka sebagai kota keraja-

an dan ibu kota Israel, dan sebab  itu condonglah hati orang-

orang itu untuk mengikuti Abimelekh. Sebab kata mereka, 

“Memang ia saudara kita, dan pengangkatannya akan meng-

untungkan kita.”  

2.  Bagaimana Abimelekh memperoleh uang dari pihak keluarga 

ibunya untuk membiayai tuntutan-tuntutannya (ay. 4): Mereka 

memberikan kepadanya tujuh puluh uang perak. Tidak dikata-

kan seberapa besar nilainya. Mungkin kurang sekian syikal, 

dan lebih sekian talenta, daripada yang dapat kita taksir de-

ngan baik. Oleh sebab itu, tiap keping uang perak itu dianggap 

seberat setengah kilogram. Namun, uang yang mereka berikan 

itu berasal dari kuil Baal-Berit, yakni dari perbendaharaan 

masyarakat, yang mereka simpan dalam kuil Baal, sebagai 

bentuk rasa hormat kepada berhala mereka,supaya  mereka 

dilindungi olehnya. Atau, dari persembahan-persembahan 

yang telah diberikan kepada berhala itu, yang mereka harap 

akan semakin melimpah di tangannya sebab  telah dikeramat-

kan bagi ilah mereka. Sungguh tidak pantas Abimelekh meme-

rintah Israel, sebab sepertinya ia tidak dapat membela mereka. 

Bukannya mengekang dan menghukum penyembahan ber-

hala, ia malah menjadikan dirinya, sedini itu, sebagai seorang 

yang tidak lagi bekerja dan hanya menggantungkan penghi-

dupannya pada berhala! 

3. Prajurit-prajurit macam apa yang dihimpun Abimelekh. Ia 

mengupah petualang-petualang dan orang-orang nekatsupaya  

mengikuti dia, sampah masyarakat, orang-orang bernasib sial, 

orang-orang sembrono, dan orang-orang tidak karuan. Hanya 

orang-orang seperti itulah yang mau mengakui Abimelekh, dan 

merekalah yang paling cocok untuk mendukung tujuannya. 

Pemimpin dan pengikutnya sama saja. 

II. Betapa dengan kejam Abimelekh mengenyahkan anak-anak ayah-

nya. 

1. Hal pertama yang ia lakukan bersama para perusuh yang di-

pimpinnya ialah membunuh semua saudaranya sekaligus, 

secara terang-terangan, dan dengan darah dingin, tujuh puluh 

orang banyaknya, semuanya dibantai di atas sebuah batu, dan 

hanya seorang yang luput. Dalam peristiwa celaka yang ber-

darah ini, lihatlah,  

(1) Kekuatan dari hasrat untuk berkuasa, betapa hasrat itu 

akan mengubah manusia menjadi binatang buas, akan me-

matahkan semua ikatan kasih sayang dan hati nurani, 

serta mengorbankan apa yang paling agung, paling dicintai, 

dan paling berharga, demi rencana-rencananya. Sungguh 

mengherankan bahwa manusia bisa sampai hati untuk 

bertindak begitu biadab!  

(2) Bahaya jika orang mendapat kehormatan dan menjadi 

keturunan bangsawan. Menjadi anak-anak dari seorang 

yang begitu besar seperti Gideon memperhadapkan ketujuh 

puluh orang itu pada bahaya seperti itu, dan membuat 

Abimelekh iri hati pada mereka. Kita mendapati jumlah 

yang tepat sama dari anak-anak Ahab dibantai sekaligus di 

Samaria (2Raj. 10:1, 7). Para pembesar jarang merasa diri 

mereka aman selagi masih ada saudara mereka yang belum 

tercekik maut. Maka dari itu, janganlah ada yang merasa 

iri kepada orang-orang dari kalangan atas, atau mengeluh-

kan kehinaan mereka sendiri dan keberadaan mereka yang 

tidak dikenal luas. Semakin rendah, semakin aman. 

2. sebab  sudah dibuka jalan seperti itu untuk memilih Abi-

melekh, maka warga kota Sikhem pun melanjutkan dengan 

memilihnya sebagai raja (ay. 6). Allah tidak dimintai petunjuk 

apakah mereka harus memiliki raja sama sekali, apalagi siapa 

yang harus menjadi raja. Di sini mereka pun tidak meminta 

nasihat kepada imam atau saudara-saudara mereka dari kota 

atau suku lain, walaupun memang sudah dirancang bahwa 

Abimelekh akan memerintah atas Israel (ay. 22). Akan namun ,  

(1) Warga kota Sikhem, seolah-olah mereka mewakili rakyat 

secara keseluruhan dan hikmat sudah mati di antara me-

reka, melakukan semuanya. Mereka membantu Abimelekh 

dan menjadi kaki tangannya dalam membunuh saudara-

saudaranya (ay. 24), lalu mereka menobatkannya menjadi 

raja. Mereka ini yaitu  warga kota Sikhem. Para pembesar-

nya, para petinggi kota itu dan warga Bet-Milo yakni dewan 

kota, seluruh dewan, atau majelis penuh, sesuai dengan arti 

kata itu. Mereka bertemu di balai kota, kita sering membaca 

tentang Bet-Milo, atau gedung pemerintahan di Yerusalem, 

atau Kota Daud (2Sam. 5:9; 2Raj. 12:20). Orang-orang ini 

berkumpul bersama, bukan untuk menuntut dan menghu-

kum Abimelekh atas pembunuhan yang biadab ini, seperti 

yang seharusnya mereka lakukan, sebab ia yaitu  salah 

seorang warga kota mereka, namun  untuk menobatkannya 

menjadi raja. Pretium sceleris tulit hic diadema – Kefasikan-

nya diganjar dengan sebuah mahkota. Apa yang dapat me-

reka harapkan dari seorang raja yang meletakkan dasar 

kerajaannya di atas darah?  

(2) Orang-orang Israel lainnya begitu dungu, hingga mereka 

hanya duduk-duduk diam tanpa peduli. Mereka tidak ber-

buat apa-apa untuk menghalang-halangi perebutan kuasa 

tersebut, untuk melindungi anak-anak Gideon, atau untuk 

membalaskan kematian mereka. Sebaliknya, orang-orang 

Israel itu patuh dan tunduk begitu saja kepada penguasa 

lalim yang banyak menumpahkan darah ini, seperti manu-

sia yang telah kehilangan agama dan juga akal budi mere-

ka, serta segala rasa hormat dan kebebasan, rasa keadilan 

dan rasa syukur. Betapa dengan sekuat tenaga bapa lelu-

hur mereka maju untuk membalaskan kematian gundik 

seorang Lewi, namun , betapa mereka sekarang merosot 

secara menyedihkan hingga bahkan tidak berusaha untuk 

membalaskan kematian anak-anak Gideon. sebab  alasan 

inilah mereka didakwa tidak tahu terima kasih (8:35): 

Mereka juga tidak menunjukkan terima kasihnya kepada 

keturunan Yerubaal. 

Perumpamaan Yotam 

(9:7-21) 

7 sesudah  hal itu dikabarkan kepada Yotam, pergilah ia ke gunung Gerizim 

dan berdiri di atasnya, lalu berserulah ia dengan suara nyaring kepada mere-

ka: “Dengarkanlah aku, kamu warga kota Sikhem, maka Allah akan men-

dengarkan kamu juga. 8 Sekali peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang 

akan menjadi raja atas mereka. Kata mereka kepada pohon zaitun: Jadilah 

raja atas kami! 9 namun  jawab pohon zaitun itu kepada mereka: Masakan aku 

meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati Allah dan manu-

sia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? 10 Lalu kata pohon-pohon itu 

kepada pohon ara: Marilah, jadilah raja atas kami! 11 namun  jawab pohon ara 

itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-

buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? 12 Lalu kata 

pohon-pohon itu kepada pohon anggur: Marilah, jadilah raja atas kami! 13 

namun  jawab pohon anggur itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan 

air buah anggurku, yang menyukakan hati Allah dan manusia, dan pergi 

melayang di atas pohon-pohon? 14 Lalu kata segala pohon itu kepada semak 

duri: Marilah, jadilah raja atas kami! 15 Jawab semak duri itu kepada pohon-

pohon itu: Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja 

atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; namun  jika tidak,

biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras 

yang di gunung Libanon. 16 Maka sekarang, jika kamu berlaku setia dan 

tulus ikhlas dengan membuat Abimelekh menjadi raja, dan jika kamu 

berbuat yang baik kepada Yerubaal dan kepada keturunannya dan jika kamu 

membalaskan kepadanya seimbang dengan jasanya–17 bukankah ayahku 

telah berperang membela kamu dan menyabung nyawanya, dan telah mele-

paskan kamu dari tangan orang Midian, 18 padahal kamu sekarang mem-

berontak terhadap keturunan ayahku dan membunuh anak-anaknya, tujuh 

puluh orang banyaknya, di atas satu batu, serta membuat Abimelekh anak 

seorang budaknya perempuan menjadi raja atas warga kota Sikhem, sebab  

ia saudaramu–19 jadi jika kamu pada hari ini berlaku setia dan tulus ikhlas 

kepada Yerubaal dan keturunannya, maka silakanlah kamu bersukacita atas 

Abimelekh dan silakanlah ia bersukacita atas kamu. 20 namun  jika tidak 

demikian, maka biarlah api keluar dari pada Abimelekh dan memakan habis 

warga kota Sikhem dan juga Bet-Milo, dan biarlah api keluar dari pada warga 

kota Sikhem dan juga dari Bet-Milo dan memakan habis Abimelekh.”  

21 lalu  larilah Yotam; ia melarikan diri ke Beer, dan tinggal di sana 

sebab  takut kepada Abimelekh, saudaranya itu. 

Di sini kita mendapati satu-satunya kesaksian yang tampak diajukan 

untuk menentang persekongkolan jahat antara Abimelekh dan warga 

kota Sikhem. Hal ini merupakan tanda bahwa mereka telah menyulut 

murka Allah untuk meninggalkan mereka, sehingga tidak ada nabi 

yang diutus ataupun suatu penghakiman dahsyat yang dijatuhkan, 

untuk menyadarkan bangsa yang bodoh ini, dan menghentikan 

kelanjutan dari huru-hara yang mengancam keamanan ini. Hanya 

Yotam, anak bungsu Gideon, yang oleh penyelenggaraan ilahi secara 

khusus telah terluput dari kebinasaan yang menimpa seluruh keluar-

ganya (ay. 5), berani menghadapi warga kota Sikhem dengan terus 

terang. Dan perkataannya, yang dicatat di sini, menunjukkan bahwa 

ia merupakan seorang yang sangat cerdik dan berhikmat, dan benar-

benar seorang pembicara yang ulung, sehingga kita tidak bisa tidak 

semakin meratapi gugurnya anak-anak Gideon. Yotam tidak ber-

usaha  membangkitkan suatu pasukan dari kota-kota Israel lain yang 

bisa saja dimanfaatkannya dengan baik demi ayahnya, demikian 

orang akan berpikir, untuk membalaskan kematian saudara-sau-

daranya, apalagi untuk mengangkat dirinya sebagai saingan Abime-

lekh. Betapa tidak berdasarnya kesan yang ingin ditimbulkan oleh si 

perebut kuasa itu, bahwa anak-anak Gideon berniat untuk berkuasa 

(ay. 2). Sebaliknya, Yotam berpuas diri hanya dengan memberikan 

teguran yang jujur kepada warga kota Sikhem, dan peringatan yang 

baik akan dampak-dampak yang mematikan dari tindakan mereka. Ia 

mendapat kesempatan untuk berbicara kepada mereka dari puncak 

gunung Gerizim, yaitu gunung berkat, dan ada kemungkinan warga 

kota Sikhem sedang berkumpul di kaki gunung itu untuk satu atau 

lain keperluan. Menurut Yosefus, untuk mengadakan suatu peraya-

an. Tampaknya mereka bersedia mendengarkan apa yang hendak di-

sampaikan Yotam. 

I. Kata-kata pendahuluannya penuh kesungguhan: “Dengarkanlah 

aku, kamu warga kota Sikhem, maka Allah akan mendengarkan 

kamu juga (ay. 7). Bila engkau berharap untuk mendapat kemu-

rahan Allah, dan diperkenan oleh-Nya, dengarkanlah aku dengan 

sabar dan tanpa prasangka.” Perhatikanlah, orang-orang yang 

berharapsupaya  Allah mendengarkan doa-doa mereka harus 

bersedia mendengarkan akal budi, mendengarkan teguran yang 

jujur, dan mendengarkan segala pengaduan serta seruan dari 

orang-orang tidak bersalah yang dijahati. jika  kita memaling-

kan telinga kita untuk tidak mendengarkan hukum, maka juga doa 

kita yaitu  kekejian (Ams. 28:9). 

II. Perumpamaannya sangatlah cerdik. Bahwa saat   pepohonan hen-

dak memilih seorang raja, pemerintahan ditawarkan kepada pohon-

pohon yang berharga itu, yaitu pohon zaitun, pohon ara, dan pohon 

anggur. Namun mereka menolaknya, dan lebih memilih untuk 

melayani daripada memerintah, melakukan kebaikan daripada me-

ngemban kekuasaan. Akan namun , tatkala tawaran yang sama 

diajukan kepada semak duri, ia menerimanya dengan luapan kegi-

rangan yang penuh keangkuhan. Mengajar melalui perumpamaan 

yaitu  cara yang sudah dipakai sejak zaman dahulu kala, dan 

sangat berguna, terutama untuk memberikan teguran. 

1. Dengan perumpamaan ini, Yotam memuji sifat Gideon yang 

sangat bersahaja, serta para hakim lain sebelum Gideon, dan 

kemungkinan juga anak-anak Gideon, yang telah menolak 

untuk menerima jabatan dan kekuasaan sebagai raja saat   

mereka bisa saja mendapatkannya. Yotam juga menunjukkan 

bahwa semua orang yang berwatak baik dan bijak pada 

umumnya menolak pangkat dan lebih memilih untuk menjadi 

berguna daripada menjadi besar. 

(1) Sama sekali tidak ada keperluan bagi pohon-pohon itu un-

tuk memilih seorang raja. Mereka semua yaitu  pohon-

pohon TUHAN yang telah ditanam-Nya (Mzm. 104:16), dan 

sebab  itu akan dilindungi-Nya. Demikian pula halnya, 

Tidak ada keperluan apa pun bagi Israel untuk berbicara 

mengenai rencana mengangkat seorang raja atas mereka, 

sebab Tuhan yaitu  Raja mereka. 

(2) saat   timbul dalam pikiran pohon-pohon itu untuk memi-

lih seorang raja, mereka tidak menawarkan pemerintahan 

kepada pohon aras yang megah, atau pohon cemara yang 

tinggi menjulang, yang hanya sedap dipandang dan dijadi-

kan tempat berteduh, namun  tidak ada lagi faedahnya sete-

lah ditebang, melainkan kepada pohon buah-buahan, yaitu 

pohon anggur dan pohon zaitun. Orang-orang yang meng-

hasilkan buah bagi kebaikan masyarakat sudah sepantas-

nya lebih dijunjung dan dihormati oleh semua orang bijak 

daripada mereka yang hanya ingin menjadi terkemuka. 

Demi orang yang baik dan berguna ada orang yang berani 

mati. 

(3) Semua pohon buah-buahan ini menyatakan penolakan me-

reka dengan alasan yang hampir sama. Pohon zaitun ber-

dalih (ay. 9), masakan aku meninggalkan minyakku yang 

dipakai untuk melayani dan menghormati Allah dan manu-

sia? Sebab minyak dan anggur memang digunakan baik 

pada mezbah Allah maupun pada meja perjamuan manu-

sia. Masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-

buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-po-

hon? Jawab pohon ara (ay. 11). Atau, seperti dalam tafsiran 

yang agak luas, pergi naik turun bagi pohon-pohon? Dalam 

hal ini tersirat bahwa,  

[1] Pemerintahan mengharuskan orang untuk bekerja ke-

ras dan memberi banyak perhatian. Ia yang pergi mela-

yang di atas pohon-pohon harus naik turun bagi pohon-

pohon itu, dan menghambakan diri sepenuhnya untuk 

pekerjaan itu.  

[2] Orang-orang yang diangkat untuk menduduki tempat-

tempat kepercayaan dan kekuasaan atas orang banyak 

harus membulatkan hati untuk mengabaikan semua 

kepentingan dan keuntungan pribadi mereka, dan me-

ngorbankannya demi kebaikan masyarakat. Pohon ara 

harus meninggalkan kemanisannya, peristirahatannya 

yang manis, ketenangannya yang manis, serta pergaul-

an dan permenungannya yang manis, kalau ia mau 

melayang di atas pohon-pohon, dan harus mengalami 

kelelahan yang terus-menerus.  

[3] Mereka yang diangkat pada kehormatan dan martabat 

tinggi terancam bahaya besar akan kehilangan minyak 

dan kesuburan mereka. Pangkat dan kedudukan cende-

rung membuat orang menjadi sombong dan malas, dan 

dengan demikian merusak kebergunaan mereka, yang 

dengannya mereka menghormati Allah dan manusia di 

dunia bawah ini. sebab  alasan inilah orang-orang yang 

rindu berbuat kebaikan takut menjadi orang yang ter-

lalu besar.  

2. Dengan perumpamaan ini, Yotam menelanjangi hasrat Abi-

melekh yang konyol, yang dibandingkannya dengan semak 

duri atau rumput duri (ay. 14). Yotam mengira bahwa pohon-

pohon itulah yang mendekati dan membujuk Abimelekh: 

Marilah, jadilah raja atas kami, mungkin sebab  ia tidak tahu 

bahwa gagasan untuk mengangkat Abimelekh sebagai raja 

datang dari Abimelekh sendiri (sebagaimana telah kita dapati, 

ay. 2), namun  Yotam berpikir bahwa warga kota Sikhemlah yang 

telah menawarkan usulan itu kepada Abimelekh. Apa pun itu, 

andaikata memang demikian, kebodohan Abimelekh dalam 

menerima tawaran tersebut pantas mendapat hukuman. Se-

mak duri yaitu  tumbuhan yang tidak berharga, tidak patut 

diperhitungkan di antara pepohonan, tidak berguna dan tidak 

berbuah, bahkan, menyakitkan dan menyusahkan, menggores 

dan merobek, serta membuat kerusakan. Semak duri bermula 

dari kutuk, dan berakhir dengan dibakar. Seperti itulah 

Abimelekh, dan sekalipun begitu ia dipilih untuk memerintah 

oleh pohon-pohon, oleh segala pohon. Pemilihan ini tampak 

dibuat dengan suara lebih bulat daripada pemilihan-pemilihan 

lain. Janganlah kita merasa heran jika  pada tempat yang 

tinggi didudukkan orang bodoh (Pkh. 10:6), orang yang paling 

hina ditinggikan (Mzm. 12:9, KJV), dan orang menjadi buta 

akan apa yang bagi bagi diri mereka sendiri dalam memilih 

pembimbing-pembimbing mereka. Semak duri, sesudah  dipilih 

untuk memerintah, tidak membuang-buang waktu untuk 

mempertimbangkan apakah ia harus menerimanya atau tidak, 

namun  dengan segera, seolah-olah ia memang dilahirkan dan 

dibesarkan untuk berkuasa, ia menggertak, dan meyakinkan 

pohon-pohon itu bahwa mereka akan mendapati dia sebagai-

mana dia telah mendapati mereka. Lihatlah kata-kata congkak 

dan hampa yang dia ucapkan, janji-janji yang ia buat kepada 

rakyatnya yang setia: Datanglah berlindung di bawah bayang-

anku (ay. 15, KJV), bayangan yang teduh untuk berlindung! 

Sungguh jauh berbeda dengan naungan batu besar di tanah 

yang tandus, yang dengannya pemimpin yang adil dibanding-

kan! (Yes. 32:2). Berlindung dalam bayangannya! Besar ke-

mungkinan mereka akan tergores bila datang mendekat, besar 

kemungkinan mereka akan terluka daripada diuntungkan oleh-

nya. Demikianlah orang menyombongkan diri dengan karunia 

palsu. Sekalipun begitu, semak duri itu mengancam dengan 

keyakinan yang sama besarnya seperti pada saat ia berjanji: 

Jika kamu tidak setia, biarlah api keluar dari semak duri, yaitu 

sesuatu yang hampir tidak mungkin mengeluarkan api, dan 

memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon, 

padahal lebih besar kemungkinan bagi semak duri untuk 

terbakar, dan ia sendiri yang habis dilalap api. 

III. Penerapan dari perumpamaan Yotam itu sangat dekat dan jelas. 

Di dalamnya,  

1. Yotam mengingatkan warga kota Sikhem akan banyaknya jasa 

yang telah diperbuat ayahnya bagi mereka (ay. 17). Ayahnya 

telah berperang membela mereka, dengan mempertaruhkan nya-

wanya sendiri, bagi keuntungan mereka yang tak terkira. Sung-

guh memalukan bahwa mereka perlu diingatkan akan hal ini.  

2. Yotam memperberat ketidakbaikan mereka terhadap keluarga 

ayahnya. Mereka tidak membalaskan kepada Gideon seimbang 

dengan jasanya (ay. 16). Jasa yang besar sering kali mendapat 

balasan yang amat buruk, terutama kepada pihak keturunan, 

saat   sang pahlawan telah dilupakan, seperti yang terjadi 

pada Yusuf di antara orang Mesir. Gideon telah meninggalkan 

banyak anak yang menjadi kehormatan bagi namanya dan 

keluarganya, namun anak-anak ini telah mereka bunuh dengan 

biadab. Seorang anak lain yang telah ditinggalkannya, yang 

menjadi cela bagi namanya dan keluarganya, sebab ia yaitu  

anak seorang budaknya perempuan, yang akan berusaha disem-

bunyikan oleh siapa saja yang menghargai kehormatan Gideon, 

malah mereka jadikan raja. Dalam kedua hal tersebut, mereka 

memberikan penghinaan terbesar yang dapat dibayangkan ke-

pada Gideon.  

3. Yotam menyerahkan perkara ini pada waktu, untuk menentu-

kan apakah mereka telah berbuat benar, dan dengan demikian 

ia membawa perkara itu kepada penyelenggaraan ilahi.  

(1) Bila mereka berjaya untuk waktu yang lama dalam kejahat-

an ini, maka Yotam akan membiarkan mereka berkata bah-

wa mereka telah melakukan apa yang baik (ay. 19). “Jika 

perlakuanmu terhadap keluarga Gideon begitu rupa hingga 

dapat dibenarkan di hadapan keadilan, kehormatan, atau 

hati nurani, maka biarlah terjadi segala yang baik kepada-

mu dengan raja barumu itu.” Akan namun ,  

(2) Jika mereka berlaku hina dan keji dalam perkara ini, seba-

gaimana diyakini Yotam, maka jangan harap mereka akan 

berhasil (ay. 20). Abimelekh dan warga kota Sikhem, yang 

sudah saling mendukung dalam kejahatan ini, pasti akan 

menjadi bencana dan kebinasaan bagi satu sama lain. 

Janganlah seorang pun berharap bahwa ia dapat berbuat 

jahat dan akan baik-baik saja.  

sesudah  memberikan peringatan ini kepada mereka, 

Yotam pun melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya 

(ay. 21). Entah warga kota itu tidak dapat mengejarnya 

atau mereka begitu yakin bahwa dengan menumpahkan 

darah Yotam, mereka tidak akan menambah satu lagi 

kesalahan di samping semua darah lain yang telah mereka 

tumpahkan. Akan namun , sebab  takut kepada Abimelekh, 

Yotam hidup dalam pelarian, di suatu tempat yang terpen-

cil dan tersembunyi. Orang-orang yang berasal dari keluar-

ga yang begitu terpandang dan yang berpendidikan begitu 

tinggi tidak mengetahui kesusahan dan kesesakan apa 

yang ke dalamnya mereka bisa saja terjerumus.  

Pemberontakan dan Kekalahan Gaal 

(9:22-49) 

22 sesudah  tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel,  

23 maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan war-

ga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada

Kitab Hakim-hakim 9:22-49 

 589 

Abimelekh, 24supaya  kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal diba-

laskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka 

yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang mem-

bantu dia membunuh saudara-saudaranya itu. 25 Sebab warga kota Sikhem 

itu menempatkan orang untuk menghadang dia di puncak gunung dan me-

rampas setiap orang yang melewati mereka melalui jalan itu. Hal itu dikabar-

kan kepada Abimelekh. 26 Sementara itu Gaal bin Ebed beserta saudara-

saudaranya telah datang dan pindah ke kota Sikhem. Warga kota Sikhem 

percaya kepadanya, 27 jadi pergilah mereka ke ladang; mereka mengumpul-

kan hasil kebun anggur mereka, dan mengirik memerasnya, lalu mengada-

kan perayaan. Mereka masuk ke kuil allah mereka dan makan minum sambil 

mengutuki Abimelekh. 28 Berkatalah Gaal bin Ebed: “Siapa itu Abimelekh dan 

siapa kita orang Sikhem, maka kita menjadi hambanya? Bukankah anak 

Yerubaal dan Zebul, wakilnya, menjadi hamba orang-orang Hemor, ayah 

Sikhem, jadi mengapakah kita menjadi hambanya? 29 Sekiranya orang-orang 

kota ini ada di dalam tanganku, maka tentulah aku mengenyahkan 

Abimelekh.” Lalu berkatalah ia ke arah Abimelekh: “Perkuatlah tentaramu 

dan majulah!” 30 saat   Zebul, penguasa kota itu mendengar perkataan Gaal 

bin Ebed, bangkitlah amarahnya. 31 Ia mengirim utusan kepada Abimelekh di 

Aruma dengan pesan: “Gaal bin Ebed dan saudara-saudaranya telah datang 

ke Sikhem dan ketahuilah mereka menghasut kota itu melawan engkau.  

32 Oleh sebab itu, berangkatlah pada waktu malam, engkau dan rakyat yang 

bersama-sama dengan engkau itu, dan adakanlah penghadangan di padang. 

33 Esoknya pagi-pagi, pada waktu matahari terbit, haruslah engkau menyer-

bu kota itu. Dan jika ia dan orang-orangnya keluar melawan engkau, maka 

engkau dapat berbuat kepadanya sesuai dengan keadaan yang kaudapati.”  

34 Sebab itu berangkatlah Abimelekh pada waktu malam beserta segala 

rakyat yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka mengadakan pengha-

dangan dalam empat pasukan untuk melawan Sikhem. 35 saat   Gaal bin 

Ebed pergi ke luar dan berdiri di depan pintu gerbang kota itu, Abimelekh 

kebetulan bangun dari tempat penghadangannya beserta rakyat yang 

bersama-sama dengan dia. 36 saat   Gaal melihat rakyat itu, berkatalah ia 

kepada Zebul: “Lihat, ada orang banyak turun dari puncak gunung.” Jawab 

Zebul kepadanya: “Itu bayang-bayang gunung, yang kausangka manusia.”  

37 Kata Gaal sekali lagi: “Lihat, ada orang banyak turun dari gunung Pusat 

Tanah dan satu kelompok datang dari jalan Pohon Tarbantin Peramal.”  

38 Jawab Zebul kepadanya: “Di manakah mulutmu itu yang mengatakan: 

Siapa itu Abimelekh, maka kita menjadi hambanya? Bukankah ini orang-

orang yang telah kauhina itu? Majulah sekarang untuk memerangi mereka.” 

39 Maka majulah Gaal dengan dipandangi oleh warga kota Sikhem, lalu ber-

perang melawan Abimelekh. 40 namun  Abimelekh mengejar dia, dan ia melari-

kan diri dari depannya, dan banyaklah orang tewas sampai di depan pintu 

gerbang. 41 Adapun Abimelekh tinggal di Aruma, namun  Zebul mengusir Gaal 

dan saudara-saudaranya, sehingga mereka ini tidak dapat tinggal di Sikhem. 

42 Keesokan harinya orang-orang kota itu pergi ke ladang. sesudah  hal ini 

dikabarkan kepada Abimelekh, 43 dibawanyalah rakyatnya, dibaginya dalam 

tiga pasukan, lalu mereka mengadakan penghadangan di padang. saat   

dilihatnya, bahwa orang-orang kota itu keluar dari dalam kota, bangunlah ia 

menyerang mereka serta menewaskan mereka. 44 Abimelekh dan pasukan 

yang bersama-sama dengan dia menyerbu dan menduduki pintu gerbang 

kota, sedang kedua pasukan lain itu menyerbu dan menewaskan semua 

orang yang ada di padang. 45 Sehari-harian itu Abimelekh berperang melawan 

kota itu; ia merebut kota itu dan membunuh orang-orang yang di dalamnya; 

lalu  dirobohkannya kota itu dan ditaburinya dengan garam. 46 Men-

dengar itu masuklah seluruh warga kota Menara-Sikhem ke dalam liang di 

bawah kuil El-Berit. 47 Dikabarkanlah kepada Abimelekh, bahwa seluruh 

warga kota Menara-Sikhem telah berhimpun di sana. 48 Lalu Abimelekh dan 

seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia naik ke gunung Zalmon. 

Abimelekh mengambil kapak, lalu memotong dahan-dahan kayu, mengang-

katnya dan meletakkannya ke atas bahunya sambil berkata kepada rakyat-

nya yang bersama-sama dengan dia: “Turutilah dengan segera perbuatanku 

yang kamu lihat ini.” 49 lalu  rakyat itu juga masing-masing memotong 

dahan-dahan, lalu mengikuti Abimelekh, meletakkan dahan-dahan itu di 

atas liang dan membakar liang itu di atas kepala orang-orang itu. Demikian-

lah semua penduduk kota Menara-Sikhem juga mati, kira-kira seribu orang 

laki-laki dan perempuan. 

Tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah, boleh dikatakan demi-

kian, tanpa gangguan apa pun. Tidak dikatakan bahwa ia meng-

hakimi Israel, atau melakukan pengabdian apa pun bagi negerinya, 

namun  selama itulah ia menikmati gelar dan kehormatan sebagai 

seorang raja. Dan bukan hanya warga kota Sikhem, melainkan juga 

banyak orang di tempat-tempat lain memberikan penghormatan ke-

padanya. Pasti mereka menyukai seorang raja yang dapat menye-

nangkan hati mereka, seperti halnya raja ini. Namun, kemenangan 

orang fasik sebentar saja. Dalam tiga tahun, menurut masa kerja pra-

jurit upahan, segala kemuliaan ini akan menjadi kehinaan, dan ter-

hampar dalam debu (Yes. 16:14). Kehancuran yang menimpa sekutu-

sekutu di dalam kefasikan ini berasal dari tangan keadilan Allah, 

yang empunya pembalasan. Ia membangkitkan semangat jahat di 

antara Abimelekh dan warga kota Sikhem (ay. 23), yakni, mereka 

merasa iri satu terhadap yang lain dan memiliki  rasa permusuhan 

satu sama lain. Abimelekh menghina orang-orang yang telah meng-

angkatnya, dan mungkin menyokong kota-kota lain yang sekarang 

mulai mendukung kepentingan-kepentingannya lebih daripada ia 

menyokong kota-kota mereka. Dan lalu  mereka pun mulai 

merasa resah atas pemerintahan Abimelekh, menyalahkan kepemim-

pinannya, dan mempermasalahkan tuntutan-tuntutannya. Hal ini 

berasal dari Allah. Ia mengizinkan Iblis, si pengacau besar itu, untuk 

menaburkan perselisihan di antara mereka. Dia yaitu  roh jahat, 

yang tidak hanya tetap diawasi Allah, namun  juga terkadang dipakai 

untuk memenuhi tujuan-tujuan-Nya. Hawa nafsu mereka sendiri 

ialah roh jahat. Hawa nafsu itu yaitu  setan dalam hati manusia 

sendiri. Dari situlah timbul peperangan dan pertengkaran. Kepada 

roh-roh jahat inilah Allah menyerahkan mereka, sehingga dapat 

dikatakan bahwa Ia mengirimkan roh jahat ke antara mereka (KJV). 

saat   dosa manusia dijadikan sebagai hukuman baginya, meskipun 

Allah bukan yang menimbulkan dosa, namun penghukuman itu ber-

asal dari-Nya. Perseteruan yang dimiliki Allah dengan Abimelekh dan 

warga kota Sikhem ialah atas pembunuhan terhadap anak-anak 

Gideon (ay. 24):supaya  kekerasan terhadap ketujuh puluh anak 

Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan sebagai beban 

kepada Abimelekh yang telah membunuh mereka, dan kepada warga 

kota Sikhem yang membantu dia. Perhatikanlah,  

1. Cepat atau lambat, Allah akan membalas penumpahan darah, da-

rah orang tidak bersalah, dan akan menimpakannya kembali ke 

atas kepala orang-orang yang telah menumpahkannya, yang akan 

diberi darah untuk mereka minum, sebab mereka pantas menda-

patkannya.  

2.  Para kaki tangan, dan juga biang keladi, dalam dosa itu dan dosa-

dosa lain akan dimintai perhitungan. Warga kota Sikhem yang 

telah menyokong tuntutan-tuntutan Abimelekh, menjadi kaki ta-

ngannya dalam rancangannya yang berdarah, dan membenarkan 

kenyataan itu dengan menjadikannya raja sesudah  ia melaksana-

kan rancangannya, harus jatuh bersamanya, jatuh olehnya, dan 

jatuh terlebih dahulu.  

3.  Orang-orang yang bergabung bersama untuk berbuat fasik sudah 

sepantasnya dibenturkan satu dengan yang lain hingga remuk. 

Darah tidak bisa menjadi perekat yang bertahan lama untuk 

kepentingan apa pun. 

I.  Warga kota Sikhem mulai menista Abimelekh, mungkin mereka 

sendiri hampir tidak tahu mengapa atau kenapa, namun  mereka 

menginginkan perubahan.  

1. Mereka menjadi tidak setia kepada Abimelekh (ay. 23). Tidak 

dikatakan bahwa mereka bertobat dari dosa mereka sebab  

sudah memberikan pengakuan kepada Abimelekh. Seandainya 

mereka bertobat, maka menyangkal Abimelekh akan menjadi 

tindakan yang terpuji. Akan namun , mereka menyangkal Abi-

melekh hanya sebab  suatu kejadian tertentu yang membuat 

mereka sakit hati kepadanya, sebagai akibat dari kesombong-

an atau iri hati mereka. Orang-orang yang telah mengangkat 

dia, menjadi yang pertama meninggalkannya dan berusaha 

menurunkannya dari takhta. Tidak mengherankan jika  

orang-orang yang tidak tahu berterimakasih kepada Gideon 

juga tidak setia kepada Abimelekh. Sebab apa yang dapat 

mengikat orang-orang  yang tidak dapat diikat oleh utang budi 

kepada jasa-jasa seperti yang telah diperbuat Gideon? Perhati-

kanlah, adillah bagi Allah bahwa mereka yang menghasut 

orang lain untuk berkhianat, kelak akan dikhianati sendiri 

oleh orang-orang yang telah mereka ajari untuk berkhianat.  

2. Mereka berusaha menangkap Abimelekh saat ia berada di 

Aruma (ay. 41), takhta kediamannya di luar kota. sebab  

memperkirakan bahwa Abimelekh akan datang ke kota, mere-

ka menempatkan orang untuk menghadang dia (ay. 25). Orang 

yang belum lama ini telah mereka jadikan raja, sekarang hen-

dak mereka jadikan tahanan. Akan namun , sebab  Abimelekh 

tidak datang, para penghadang yang telah ditempatkan pun 

mengambil kesempatan untuk merampok orang-orang yang 

lewat di situ. Hal ini akan membuat rakyat makin hari makin 

resah berada di bawah pemerintahan Abimelekh, yang mereka 

lihat tidak mampu atau tidak mau melindungi mereka dari 

para perampok.  

3. Warga kota Sikhem menaruh percaya kepada seorang yang 

bernama Gaal, dan mengangkatnya sebagai pemimpin mereka 

untuk melawan Abimelekh (ay. 26). Gaal ini disebut sebagai 

anak Ebed, yang berarti hamba, mungkin menunjukkan asal-

usulnya yang hina. Sama seperti Abimelekh yaitu  anak 

seorang hamba dari pihak ibunya, demikian pula Gaal dari 

pihak ayahnya. Di sini ada satu semak duri bersaing melawan 

semak duri lain. Beralasan bagi kita untuk menduga bahwa 

Gaal ini merupakan orang Kanaan asli, sebab ia membujuk 

warga kota Sikhem untuk tunduk kepada orang-orang Hemor, 

yang merupakan raja kuno dari kota ini pada zaman Yakub. 

Gaal yaitu  seorang pemberani dan berhasrat besar. Ia dapat 

memenuhi tujuan warga kota Sikhem dengan baik dan menga-

gumkan saat   hati mereka condong untuk berselisih dengan 

Abimelekh, dan mereka pun dapat memenuhi tujuan Gaal. 

Jadi, pergilah Gaal kepada mereka untuk menyulut bara, dan 

mereka percaya kepadanya.  

4.  Warga kota Sikhem memberikan segala penghinaan yang da-

pat mereka berikan kepada nama Abimelekh (ay. 27). Mereka 

mengadakan perayaan saat ia tidak ada, seperti orang yang 

gembira atas ketidakhadirannya, dan berharap untuk meng-

enyahkannya, sebab  sekarang mereka telah memiliki orang 

lain untuk memimpin mereka. Bahkan, mereka masuk ke kuil 

allah mereka, untuk membuat khidmat perayaan pengumpul-

an hasil panen mereka. Di sana mereka makan minum sambil 

mengutuki Abimelekh. Mereka tidak hanya mengatakan segala 

yang buruk yang dapat mereka katakan tentangnya dalam 

percakapan mereka di meja makan dan dalam nyanyian para 

pemabuk di antara mereka, namun  juga mengharapkan segala 

yang buruk yang dapat mereka harapkan kepadanya melalui 

korban-korban mereka, dengan berdoa kepada berhala mereka 

untuk menghancurkannya. Mereka bersulang bagi kehancur-

an Abimelekh, dengan seruan penuh semangat selantang seru-

an mereka dahulu sewaktu bersulang bagi kejayaannya. Di 

kuil yang sama tempat mereka sebelumnya mengambil uang 

untuk mengangkat Abimelekh, di situ sekarang mereka ber-

kumpul untuk mengutukinya dan merancangkan kehancuran-

nya. Kalau saja mereka meninggalkan berhala mereka ber-

sama dengan raja buatan mereka, mereka bisa saja berharap 

akan berhasil. Akan namun , selama mereka tetap melekat pada 

berhala mereka, raja buatan mereka pun akan tetap melekat 

pada mereka bagi kehancuran mereka. Bagaimana mungkin 

Iblis mengusir Iblis?  

5. Mereka bergirang atas tantangan Gaal yang penuh bualan ter-

hadap Abimelekh (ay. 28-29). Mereka senang mendengar orang 

baru yang lancang itu berbicara dengan penuh penghinaan, 

(1) Tentang Abimelekh. Kendati Gaal menyebutnya dengan pe-

nuh cemooh sebagai Sikhem, atau orang Sikhem, Abimelekh 

merusak nama baik kota mereka sendiri. 

(2) Juga tentang Gideon, ayah Abimelekh yang baik: “Bukan-

kah dia itu anak Yerubaal?” Demikian Gaal menyebutnya, 

mungkin dalam kegeraman yang penuh kedurhakaan ter-

hadap nama Gideon dan ingatan tentang dirinya yang su-

dah merobohkan mezbah Baal, dengan membuat sesuatu 

yang terpuji dalam diri Gideon menjadi cela baginya. 

(3) Tentang pejabat utama pemerintahannya, yaitu Zebul, 

wakil Abimelekh, dan penguasa kota. “Sungguh memalukan 

untuk melayani mereka, dan kita tidak perlu takut untuk 

menentang mereka.” Orang yang jiwanya penuh gejolak 

dan hasrat untuk berkuasa biasanya menghina kekuasaan 

serta menghujat semua yang mulia. Gaal tidak bermaksud 

untuk mengembalikan kemerdekaan Sikhem, namun  hanya 

ingin mengganti penguasanya yang lalim: “Sekiranya orang-

orang kota ini ada di dalam tanganku! Inilah yang akan 

kuperbuat! Aku akan menantang Abimelekh untuk menguji 

siapa yang berhak atas mahkota itu.” Dan sepanjang yang 

bisa disaksikan, Gaal ingin agar kawan-kawannya me-

nyampaikan pesan kepada Abimelekh bahwa ia telah siap 

untuk mempersengketakan mahkota itu dengannya kapan 

pun Abimelekh mau: “Perkuatlah tentaramu dan majulah! 

Lakukanlah semuanya dengan habis-habisan. Biarlah pe-

dang yang menentukan hasilnya.” Hal ini menyenangkan 

warga kota Sikhem, yang sudah merasa muak terhadap Abi-

melekh sama seperti dulu mereka suka kepadanya. Orang 

yang bertindak tanpa hati nurani tidak akan menjadi orang 

yang teguh pendirian. 

II. Abimelekh mengerahkan seluruh pasukannya untuk melawan 

mereka, dan, dalam waktu singkat, menghancurkan mereka sam-

pai sehabis-habisnya. Cermatilah tahap-tahap kejatuhan mereka. 

1. Rancangan-rancangan warga kota Sikhem dibocorkan kepada 

Abimelekh oleh Zebul, orang kepercayaannya, penguasa kota 

itu, yang dengan sepenuh hati tetap setia kepadanya. Bangkit-

lah amarah Zebul (ay. 30), dan terlebih lagi sebab  Gaal telah 

berbicara tentangnya dengan menghina (ay. 28). Sebab mung-

kin, kalau saja Gaal memuji dan menyanjungnya sekarang, 

pada saat segala sesuatunya sedang bergejolak seperti ini, 

Zebul bisa saja menarik Gaal untuk mendukung kepenting-

annya. Akan namun  Zebul, sebab  tidak diperlakukan dengan 

baik, mengutus orang untuk memberitahukan kepada Abime-

lekh tentang segala sesuatu yang diucapkan dan dilakukan di 

Sikhem untuk melawannya (ay. 31). Para pengkhianat sering 

kali dikhianati oleh sebagian orang dari antara mereka sendiri, 

dan kutuk terhadap raja kadang-kadang secara mengheran-

kan disampaikan oleh burung di udara. Zebul dengan bijak 

menasihati Abimelekh untuk segera menyerbu kota itu, dan 

tidak membuang-buang waktu (ay. 32-33). Zebul berpendapat 

bahwa sebaiknya Abimelekh memberangkatkan pasukan-

pasukannya ke sekitar kota Sikhem pada malam hari, menge-

jutkan kota itu keesokan paginya, dan lalu  memanfaatkan 

dengan sebaik-baiknya segala keuntungan yang diperolehnya. 

Bagaimana mungkin warga kota Sikhem berharap akan berhasil 

dalam usaha mereka jika  penguasa kota mereka berpihak 

pada kepentingan-kepentingan musuh? Mereka mengetahui hal 

tersebut, dan sekalipun begitu mereka tidak melakukan apa-

apa untuk mengamankan Zebul. 

2. Gaal, yang mengepalai kelompok mereka, sesudah  dikhianati 

oleh Zebul, tangan kanan Abimelekh, sekarang diolok-olok de-

ngan teramat menyedihkan oleh Zebul. Abimelekh, sesuai 

dengan nasihat Zebul, mengerahkan seluruh pasukannya me-

nuju Sikhem pada malam hari (ay. 34). Paginya, Gaal pergi ke 

luar ke depan pintu gerbang kota (ay. 35) untuk memantau 

keadaan, dan mencari tahu, ada kabar apa? Zebul, sebagai 

penguasa kota, menjumpainya di situ sebagai kawan. Abime-

lekh dan segenap pasukannya mulai bergerak ke arah Sikhem. 

Gaal melihat mereka (ay. 36), dan memberitahukan kedatang-

an kawanan tersebut kepada Zebul yang sedang berdiri di 

sampingnya, tanpa curiga bahwa Zebullah yang telah mengi-

rim pasukan tersebut dan sekarang sedang menantikan mere-

ka. “Lihat,” seru Gaal, “Bukankah itu sekumpulan orang 

banyak turun dari puncak gunung ke arah kita? Di sebelah 

sana,” sembari menunjuk ke tempat yang dimaksud. “Bukan, 

bukan,” jawab Zebul, “Matamu menipu engkau. Itu hanya 

bayang-bayang gunung, yang kausangka sebagai pasukan.” 

Dengan berkata demikian, Zebul bermaksud, 

(1) Untuk memperolok Gaal, sebagai orang yang tidak berpikir-

an atau berjiwa sehat, sehingga sangat tidak layak untuk 

memperoleh jabatan yang dituntutnya. Gaal yaitu  orang 

yang mudah diperdaya dan dibuat percaya apa saja, dan 

yang begitu bodoh dan begitu pengecut sehingga ia khawa-

tir ada bahaya padahal tidak ada apa-apa, dan siap ber-

perang dengan bayangan. 

(2) Untuk menghambat Gaal, dan menahannya lebih lama 

dengan bercakap-cakap, sementara pasukan-pasukan Abi-

melekh datang menyerbu, dan dengan demikian mereka 

diuntungkan. Sebelumnya Gaal percaya saja bahwa apa 

yang dilihatnya hanyalah bayang-bayang gunung; kemung-

kinan gunung Ebal dan gunung Gerizim, yang terletak de-

kat kota Sikhem. Akan namun  saat   lalu  ia tersadar 

dari tipuan sesudah  melihat dua kelompok lain yang berja-

lan cepat menuju kota itu, maka Zebul pun memakai cara 

lain untuk mengolok-oloknya, sambil mencelanya atas apa 

yang baru saja dia katakan satu atau dua hari yang lalu, 

dengan menghina Abimelekh (ay. 38): “Di manakah mulut-

mu itu, mulutmu yang busuk itu, yang mengatakan: Siapa 

itu Abimelekh?” Perhatikanlah, orang-orang sombong dan 

congkak sering kali dalam waktu singkat dibuat mengubah 

nada bicara mereka, dan merasa ngeri terhadap orang-

orang yang sebelumnya paling mereka rendahkan. Dengan 

besar mulut, Gaal telah menantang Abimelekh untuk mem-

perkuat tentaranya dan maju. namun  sekarang Zebul, atas 

nama Abimelekh, menantang Gaal, “Majulah sekarang un-

tuk memerangi mereka, jika engkau berani.” Sudah sepan-

tasnya orang yang lancang itu dihina seperti itu. 

3. Abimelekh memukul mundur pasukan-pasukan Gaal yang 

menyerang secara tiba-tiba dari dalam kota (ay. 39-40). Gaal 

tidak diragukan lagi menjadi patah semangat sebab  gertakan 

Zebul terhadapnya, dan ia melihat kedudukannya lebih lemah 

daripada yang dipikirkannya. Meskipun ia maju menghadapi 

Abimelekh dengan sedikit pasukan yang ada padanya, namun 

segera saja ia menerima kekalahan yang terburuk, dan terpak-

sa mundur ke dalam kota dengan sangat tergesa-gesa. Dalam 

pertempuran ini, kekalahan warga kota Sikhem sangatlah 

besar: Banyaklah orang tewas dan terluka, dampak yang biasa 

terjadi dari kerusuhan masyarakat, di mana khalayak ramai 

yang tidak berpikir panjang sering kali terseret ke dalam 

perangkap yang mematikan oleh orang-orang yang menjanji-

kan kemenangan yang gemilang kepada mereka. 

4. Malam itu juga Zebul mengusir Gaal, dan kumpulan orang 

yang telah dibawanya ke Sikhem, dari kota itu (ay. 41), dengan 

mengirimnya kembali ke tempat asalnya. Meskipun warga kota 

Sikhem pada umumnya tetap membenci Abimelekh, sebagai-

mana tampak dalam kisah selanjutnya, namun mereka tidak 

keberatan untuk berpisah dengan Gaal, dan tidak menentang 

pengusirannya. Sebab, walaupun sudah bermulut besar, baik 

kemampuan maupun keberanian Gaal tidak terbukti pada 

saat dibutuhkan. Sebagian besar orang menilai layak tidaknya 

seseorang untuk suatu pekerjaan berdasar  keberhasilan-

nya, dan orang yang tidak berhasil dengan baik dianggap tidak 

bekerja dengan baik. Nah, kepentingan Gaal di kota Sikhem 

berakhir dengan cepat, dan ia yang sudah berkata hendak me-

ngenyahkan Abimelekh, justru dirinya sendiri yang dienyah-

kan. Tidak pula kita pernah mendengar tentangnya lagi. Exit 

Gaal – Gaal pun undur. 

5. Keesokan harinya, Abimelekh menyerang kota itu, dan meng-

hancurkannya sampai sehabis-habisnya, atas pengkhianatan 

mereka terhadap dirinya. Mungkin Abimelekh telah mengeta-

hui perihal pengusiran Gaal, yang sudah menjadi pemimpin 

kelompok mereka, sehingga warga kota Sikhem mengira Abi-

melekh akan puas dengan hal itu. namun  kejahatan itu terlalu 

dalam untuk ditebus seperti itu, dan kebencian-kebencian Abi-

melekh terlalu besar untuk diredam dengan tindakan kepatuh-

an yang sekecil itu. Lagi pula, pengusiran itu lebih merupakan 

tindakan Zebul daripada tindakan mereka. Tangan mereka 

menjadi lemah oleh serangan tersebut, dan sebab  itu Abime-

lekh menetapkan hati untuk meneruskan pukulannya, dan 

menghukum pengkhianatan mereka sampai tuntas. 

(1) Ada mata-mata yang mengabarkan kepada Abimelekh bah-

wa warga kota Sikhem telah pergi ke ladang (ay. 42). Menu-

rut sebagian penafsir, pergi ke ladang untuk membajak dan 

menabur sesudah  baru-baru ini mengumpulkan hasil pa-

nen, atau untuk menyelesaikan panenan mereka, sebab 

yang sudah selesai dikumpulkan baru hasil kebun anggur 

mereka (ay. 27). Dengan begitu tersirat bahwa mereka 

dalam keadaan aman. Selain itu, sebab  Abimelekh telah 

pulang (ay. 41), mereka mengira bahwa mereka tidak ter-

ancam bahaya olehnya, dan dengan begitu kesudahan dari 

perkara tersebut merupakan contoh dari kebinasaan yang 

tiba-tiba menimpa orang-orang yang berseru, semuanya 

damai dan aman. 

Sebagian yang lain berpendapat bahwa warga kota 

Sikhem pergi ke medan pertempuran. Meskipun Gaal telah 

diusir, mereka tidak mau meletakkan senjata, namun  meng-

ambil sikap siap untuk menghadapi pertempuran lagi 

dengan Abimelekh, dan berharap untuk merebut kembali 

apa yang telah diambil dari mereka pada hari sebelumnya. 

(2) Abimelekh sendiri, dengan angkatan bersenjata yang kuat, 

memutus hubungan antara warga dan kota Sikhem. Ia 

menduduki pintu gerbang (ay. 44),supaya  mereka tidak 

dapat kembali ke dalam kota ataupun menerima pertolong-

an apa pun dari kota. lalu , ia mengirim dua pasuk-

annya, yang terlalu kuat bagi mereka, dan kedua pasukan 

itu menghabisi mereka semua dengan pedang. Kedua 

pasukan itu menyerbu dan menewaskan semua orang yang 

ada di padang. saat   pergi untuk bekerja, kita tidak tahu 

pasti apakah kita akan kembali pulang. Ada maut menanti 

baik di dalam kota maupun di padang. 

(3) lalu  Abimelekh pun menyerang kota itu sendiri, dan, 

dengan kegeraman yang meluap-luap sampai ke langit, ia 

meluluh-lantakkan kota itu, sekalipun itu tempat kelahiran-

nya sendiri. Dibunuhnya semua penduduk, dirobohkannya 

semua bangunan, dan, sebagai tanda dari keinginannya agar 

kota itu tetap menjadi reruntuhan untuk selamanya, ia me-

naburinya dengan garam,supaya  kota itu senantiasa men-

jadi tugu peringatan akan hukuman atas pengkhianatan. 

Namun demikian, Abimelekh tidak berhasil menjadikan ke-

runtuhan kota itu tetap untuk selamanya. Sebab di kemu-

dian hari kota itu dibangun kembali, dan menjadi tempat 

yang begitu penting hingga seluruh umat Israel datang ke 

sana untuk menobatkan Rehabeam menjadi raja (1Raj. 

12:1). Kota tersebut terbukti sebagai pertanda buruk. Abi-

melekh dengan ini sebenarnya bermaksud menghukum 

warga kota Sikhem sebab  mereka dulu pernah membantu-

nya membunuh anak-anak Gideon. Demikianlah, saat   

Allah menggunakan manusia sebagai alat di tangan-Nya 

untuk melaksanakan pekerjaan-Nya, apa yang dimaksud-

kan-Nya berbeda dengan apa yang mereka maksudkan 

(Yes. 10:6-7). Mereka bermaksud untuk mempertahankan 

kehormatan mereka, namun  Allah bermaksud untuk mem-

pertahankan kehormatan-Nya. 

6. Orang-orang yang mundur dan berlindung dalam benteng kuil 

berhala mereka justru dihancurkan semuanya di sana. Mereka 

inilah yang disebut warga kota Menara Sikhem (ay. 46-47), 

suatu puri milik kota itu, namun  terletak agak jauh dari sana. 

sesudah  mendengar tentang kehancuran kota Sikhem, mereka 

pun masuk ke dalam liang di bawah kuil itu, sebab  mungkin 

percaya bukan pada kekuatannya, melainkan terlebih pada 

kesuciannya. Mereka menempatkan diri di bawah perlindung-

an berhala mereka. Sebab demikianlah segala bangsa berjalan 

masing-masing demi nama allahnya. Dan kalau begitu, tidak-

kah kita memilih untuk diam di rumah Tuhan seumur hidup 

kita? Sebab Ia melindungi kita dalam pondok-Nya pada waktu 

bahaya (Mzm. 27:5). Nama TUHAN yaitu  menara yang kuat 

(Ams. 18:10). namun  apa yang mereka harapkan dapat mem-

beri mereka keselamatan ternyata justru menjadi jebakan dan 

perangkap, seperti yang pasti akan dialami oleh orang-orang 

yang mencari perlindungan kepada berhala. Berhala akan ter-

bukti menjadi perlindungan bohong. saat   Abimelekh menda-

pati mereka semua terkurung dalam liang itu, ia tidak berpikir 

dua kali. Segera timbul dalam benaknya rencana biadab untuk 

mengobarkan api di atas liang itu, dan, dapat dikatakan, mem-

bakar semua burung sekaligus di dalam sarang. Ia merahasia-

kan sendiri rencana tersebut, namun  mengatur semua rakyat-

nya untuk bekerja melancarkan pelaksanaan rencananya (ay. 

48-49). Ia memerintahkan mereka semua untuk mengikutinya, 

dan melakukan apa yang dilakukannya, sama seperti yang 

pernah dikatakan ayahnya kepada pasukannya (7:17), “Per-

hatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan.” Demi-

kian pula Abimelekh berkata kepada pasukannya, seperti yang 

sepatutnya dikatakan seorang panglima yang tidak akan gagal 

memberikan pengarahan yang sejelas-jelasnya maupun do-

rongan yang sekuat-kuatnya kepada para prajuritnya: Turuti-

lah dengan segera perbuatanku yang kamu lihat ini. Bukan Ite 

illuc – pergilah ke sana, melainkan Venite huc – datanglah ke 

mari. Para serdadu dalam laskar Kristus pun harus mengajar 

melalui teladan mereka seperti itu (Flp. 4:9). Abimelekh dan 

pasukannya masing-masing mengambil dahan kayu dari 

hutan tidak jauh dari situ, dan meletakkan semua dahan itu 

bersama-sama di bawah tembok menara ini, yang ada ke-

mungkinan terbuat dari kayu. Lalu mereka mengobarkan api 

pada dahan-dahan mereka, dan dengan demikian membakar 

liang warga kota Menara Sikhem beserta semua yang ada di 

dalamnya, yang mati terbakar atau kehabisan nafas sebab  

asap. Betapa manusia pandai menemukan cara untuk meng-

hancurkan satu sama lain! Dari mana datangnya peperangan 

dan perkelahian yang kejam ini kalau bukan dari hawa nafsu 

mereka? Sebagian penafsir berpendapat bahwa warga Menara-

Sikhem ini yaitu  orang-orang yang sama dengan warga Bet-

Milo, dan dengan begitu kutukan Yotam yang adil pun dige-

napi secara harfiah: Biarlah api keluar dari pada Abimelekh, 

dan memakan habis bukan hanya warga kota Sikhem secara 

umum, melainkan juga warga Bet-Milo secara khusus (ay. 20). 

Kira-Kira seribu orang, laki-laki dan perempuan, binasa dalam 

kobaran api ini, dan banyak di antaranya, ada kemungkinan, 

tidak berkepentingan sama sekali dalam perseteruan antara 

Abimelekh dan warga kota Sikhem, dan juga tidak ikut memi-

hak ke mana pun. Kendati demikian, dalam perang saudara 

ini, mereka menemui ajal yang mengenaskan ini. Sebab orang-

orang yang suka memecah belah dan membuat onar tidak 

akan mati sendirian sebab  dosa mereka, namun  menyeret lebih 

banyak orang lagi, yang dengan lugunya mengikuti mereka, ke 

dalam malapetaka yang sama yang menimpa mereka. 

Kematian Abimelekh 

(9:50-57) 

50 Selanjutnya Abimelekh pergi ke Tebes; ia mengepung Tebes, lalu merebut-

nya. 51 namun  ada sebuah menara yang kuat di tengah-tengah kota, dan 

semua laki-laki dan perempuan, seluruh warga kota itu, melarikan diri ke 

situ; mereka menutup pintu di belakangnya dan naik ke atas sotoh menara 

itu. 52 Lalu sampailah Abimelekh ke menara itu, menyerangnya, dan dapat 

menerobos sampai ke pintu menara itu untuk membakarnya. 53 namun  se-

orang perempuan menimpakan sebuah batu kilangan kepada kepala Abime-

lekh dan memecahkan batu kepalanya. 54 Dengan segera dipanggilnya bujang 

pembawa senjatanya dan berkata kepadanya: “Hunuslah pedangmu dan 

bunuhlah aku,supaya  jangan orang berkata tentang aku: Seorang perem-

puan membunuh dia.” Lalu bujangnya itu menikam dia, sehingga mati.  

55 sesudah  dilihat oleh orang Israel, bahwa Abimelekh telah mati, pergilah 

mereka, masing-masing ke tempat kediamannya. 56 Demikianlah Allah mem-

balaskan kejahatan yang dilakukan oleh Abimelekh kepada ayahnya, yaitu 

pembunuhan atas ketujuh puluh saudaranya; 57 juga segala kejahatan 

orang-orang Sikhem ditimpakan kembali oleh Allah kepada kepala mereka 

sendiri. Demikianlah kutuk Yotam bin Yerubaal mengenai mereka. 

Kita telah melihat kehancuran warga kota Sikhem dituntaskan oleh 

tangan Abimelekh. Sekarang tiba giliran Abimelekh, sebagai pemim-

pin mereka dalam kejahatan, untuk dimintai perhitungan. Tebes me-

rupakan kota kecil, kemungkinan tidak jauh dari Sikhem, bergan-

tung pada Sikhem dan bersekutu dengannya. Sekarang, 

I. Abimelekh berusaha menghancurkan kota ini (ay. 50), menghalau 

semua penduduknya ke dalam sebuah menara, atau benteng per-

tahanan (ay. 51). saat   ia telah berhasil mengumpulkan mereka 

di situ, ia tidak merasa ragu bahwa ia harus melakukan pelak-

sanaan hukuman mati yang sama seperti yang belum lama ini 

diperbuatnya pada liang di bawah kuil Baal-Berit, tanpa memper-

hitungkan bahwa menara kuil berhala lebih rentan terkena pem-

balasan ilahi daripada menara-menara lain. Ia mencoba mem-

bakar menara ini, setidak-tidaknya untuk menghancurkan pintu-

nya, agar dapat menerobos masuk (ay. 52). Orang yang pernah 

lolos dan berhasil dalam sebuah usaha  nekat cenderung berpikir 

bahwa usaha  serupa yang berikutnya pasti tidak akan terlalu 

sulit. Lama sesudahnya, kejadian ini dikutip untuk menunjukkan 

betapa berbahayanya mendekat ke kota yang dikepung (2Sam. 

11:20, dst.). Akan namun , Allah membuat orang-orang yang hen-

dak dihancurkan-Nya tidak mampu berpikir jernih. 

II. Dalam usahanya ini, Abimelekh sendiri dihancurkan, sesudah  tem-

purung kepalanya pecah d