Tampilkan postingan dengan label kosmologi islam 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kosmologi islam 6. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Desember 2024

kosmologi islam 6



Al-Qur‟an merupakan petunjuk rabbani yang universal memiliki  

kedudukan penting dalam kehidupan manusia di alam dunia ini. Di dalamnya 

telah termaktub aturan-aturan, baik dalam hal ibadah, maupun dalam bidang 

muamalah. Aturan-aturan tersebut ada yang bersifat qath’i al-dalalah.1  

Tujuan dan fungsi Al-Qur‟an yaitu  memberi petunjuk (hidayah), 

menguatkan  kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (mukjizat) dan 

menjadi ibadah bagi yang membacanya. Al-Qur‟an sebagai hidayah, bersifat 

aktif operasional kepada manusia dalam segala aspek kehidupan. Sedangkan Al-

Qur‟an sebagai kitab petunjuk memperhatikan totalitas keadaan manusia secara 

internal dan eksternal. Sebagai subyeknya yaitu  manusia dalam kaitannya 

dengan kepercayaan, sikap dan motivasi kepribadian dan karakter kehidupan 

individu dan sosial. 

Berangkat dari subyek, tema, dan tujuan Al-Qur‟an akan ditemukan 

bahwa keseluruhan ayat-ayat Al-Qur‟an memiliki hubungan dan kesatuan yang 

sempurna dari awal hingga akhir dari penyajian ayat-ayat yang berbeda. Al-

Qur‟an membicarakan tentang sifat manusia, struktur bumi dan langit, 

manifestasi alam semesta dan peradaban mengingatkan orang – orang beriman 

dan kritisi terhadap tingkah laku bangsa yang berbeda, analisa terhadap masalah 

metafisika dan menunjukkan banyak permasalahan lainnya. Namun tidak 

bertujuan inti untuk memberikan pelajaran metafisika, filsafat, sejarah serta 

lainnya, namun  untuk mengembalikan kesalahfahaman tentang realita dan 

mengenalkan prinsip-prinsipnya. 

                                                          

Majunya sebuah peradaban sangat ditentukan oleh bagaimana penghuni 

peradaban itu menempatkan ilmu pengetahuan dan agama secara seimbang. 

Masa itu pernah dialami oleh umat Islam selama hampir 17 abad lamanya. 

Banyak penemuan dan pemikiran yang dihasilkan oleh  Ilmuan Muslim kala itu 

termasuk bidang kosmologi . 

Kosmologi sebagai ilmu yang membahas tentang alam semesta telah 

dijelaskan dalam Al-Qur‟an dengan berbagai gejala alam yang telah ditunjukkan, 

menjadi faktor yang kuat untuk menunjukkan bahwa alam ini ada yang 

menciptakan dan tidak mungkin akan berdiri sendiri. Yang dikategorikan 

sebagai ilmu meliputi ilmu teoritis bertujuan untuk mengetahui benda-benda 

sebagaimana adanya. Maka objeknya yaitu  benda-benda atau entitas-entitas 

baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Selanjutnya objek ilmu-ilmu praktis 

yaitu  tindakan voluntir (bebas) manusia dan tujuannya yaitu  untuk 

membimbing manusia dalam bertindak sehingga ia menjadi manusia yang baik 

dan mulia (karim, baik sebagai individu, anggota keluarga maupun anggota 

masyarakat. Kemudian, kosmologi yaitu  cabang dari metafisika, yakni sebagai 

ilmu yang menyelidiki  dan mempelajari kosmos (alam semesta) yang biasanya 

didefinisikan sebagai segala sesuatu selain Tuhan Yang Maha Esa. Berbeda 

dengan kosmologi Barat yang hanya mempelajari  satu tatanan fisik, dalam Islam 

selain tatanan fisik juga meliputi tatanan dunia lain yang non fisik 2 

Alam semesta sebagai kajian dalam kosmologi  sudah menjadi perhatian 

oleh manusia semenjak dulu kala. Beberapa pertanyaan esensial yang sama 

selalu hadir: dari mana dunia ini datang, dari apa dibuat, bagaimana dan kapan 

permulaannya, bagaimana akhirnya, seberapa besar dan lain sebagainya. 

Jawaban-jawaban berkembang pada masing-masing bangsa dan peradaban. 

Jawaban itu menjadi cerita, cerita menjadi legenda, dan legenda menjadi mitos. 

Ada dua hal menarik yang patut menjadi perhatian dalam hal ini, 

pertama, meningkatkan kualitas hidup: perkiraan cuaca, bertani, berlayar, arah 

kiblat, mata angin, dan lain sebagainya. Astronomi sangatlah berjasa bagi nenek 

                                                         

moyang kita. Kedua, kebutuhan alamiah untuk perlu takut pada sesuatu yang 

lebih besar. Manusia pada saat itu sadar atau tidak selalu mendambakan adanya 

satu kekuatan yang besar untuk memberi perlindungan. Kebutuhan agama, kata 

orang teologi.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, orang mulai melakukan 

pengamatan lebih rasional terhadap alam semesta. Astronomi berkembang, dari 

pengamatan bintang dan planet melebar ke studi struktur dan evolusi alam 

semesta. Lahirlah Kosmolgi, sains yang mencari pemahaman fundamental alam 

semesta. 

Kesulitan eksperimen untuk memapankan sebuah teori Kosmologi, 

sampai pada abad pertengahan hipotesis dasar. Kosmologi lahir dari 

pemahaman  pemikiran manusia tempo dulu, mitos, pengalaman yang terbatas, 

dan teologi. Teologi menjadi sumber yang paling banyak berkontribusi. 

Mitos misalnya, ada kosmologi bangsa viking yang terkenal (yang 

kemudian menjadi basis dasar Tolkien dalam membangun dunia fantasi middle-

earth-nya), atau bagaimana kepercayaan bangsa maya tentang penciptaan alam 

semesta. Dari teologi, hampir seluruh agama menyertakan cerita alam semesta; 

Hindu, Budha, Kristen, Yahudi, dan Islam. Setelah sains berkembang dan 

teknologi memadai, baru kemudian pengamatan secara signifikan berkontribusi 

pada Kosmologi. 

 

B. Kosmologi Dalam Islam 

Manusia dan alam sekitarnya sebagai makhluk Tuhan secara keseluruhan 

merupakan penyebab utama terjadinya berbagai macam perubahan sistem 

kehidupan namun  semenjak dahulu kala, kecuali manusia, makhluk hidup yang 

lain  itu menjadi penyebab timbulnya perubahan secara alami yang bercirikan 

keajegan, keseimbangan dan keselarasan. Sedangkan manusia memiliki  

potensi dan kemampuan untuk merubahnya secara berbeda sebab  

                                                          

perkembangan ilmu dan teknologi yang dikuasai khususnya, serta 

perkembangan kebudayaan pada umumnya.

Manusia dalam Al-Qur‟an menurut Dirk Bakker yaitu  ciptaan dan 

Tuhan yaitu  penciptanya,5 manusia yaitu  makhluk istimewa sebab  dapat 

mengikuti tuntunan akal dalam hal-hal yang diketahui tuntunan iman dalam 

hal-hal yang tidak diketahuinya,

Mengenai penciptaan alam semesta, sebagaimana termaktub dalam Al-

Qur‟an, surat Ali Imran; 190-191, memberikan informasi tentang penciptaan, 

struktur, dan perkembangan (evolusi) alam semesta yaitu  salah satu hal untuk 

mengingat kekuasaan Allah. Sehingga ada 4 karakter dalam diri seorang muslim 

yang berpikir (ulil albab): 

1. Mereka yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk, maupun 

berbaring (:dalam segala aktivitasnya); 

2. Dan selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (tak henti 

menelaah fenomena alam); 

3. (bila dijumpainya suatu kekaguman mereka berkata:) “Tuhan kami, 

tiyaitu  Engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau.” 

4. (dan dengan kesadaran bahwa pengembaraan intelektualnya mungkin 

sesat, mereka senantiasa memohon kepada Allah:) “Dan jauhkanlah kami 

dari siksa neraka”.

Kemudian alam semesta bermula juga diterangkan dalam Al-Qur‟an 

dengan menggambarkan tentang penegasan kepada orang kafir yang tetap tidak 

mau beriman bahwa antara langut dan bumi yaitu  suatu yang padu, lalu Allah 

memisahkan antara keduanya. Dan dari air Allah menjadikan segala sesuatu 

yang hidup8 Al-Quran menyatakan alam semesta datang dari satu sumber materi 

dan energi, dan kemudian Allah mengembangkannya. Islam mengakui konsep 

singulariti alam semesta (teori Big Bang). 

                                                         

Al-Quran secara jelas menyebutkan bahwa alam semesta ini 

mengembang. Alam semesta ini dinamik dengan segala konsekuensinya. Konsep 

alam semesta mengembang yaitu  salah satu konsep fundamental dalam 

Kosmologi Modern. Pengembangan alam semesta dibuktikan oleh Allah dengan 

tanda-tanda kekuasaanNya yaitu dengan menciptakan langit dan bumi dan 

makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia 

mengumpulkan semuanya apabila dikehendakiNya.9 Banyaknya planet di alam 

semesta ini memungkinkan bahwa kehidupan bisa terjadi tidak hanya di bumi 

kita. Ayat di tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa adanya makhluk di 

langit (di luar bumi) yang berdiam. 

 Alam semesta ini memang masih lama untuk berakhir menurut prediksi 

manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan memahami qudrah dan iradah 

Allah, sebab  masih mengembang. Tapi, bumi dan tata surya kita bisa saja lebih 

hancur jauh lebih dahulu daripada Alam Semesta. Namun Allah mempertegas 

bahwa pasti akan terjadi akhir alam semesta yang juga dibicarakan dalam Al-

Qur‟an, dengan mengetengahkan betapa dahsyatnya ketika alam semesta 

berakhir yang lazim disebut dengan kiamat. Peristiwa tersebut mengindikasikan 

bahwa langit dan bumi kembali menjadi satu.10 Demikian juga Al-Qur‟an 

bercerita tentang matahari membengkak sampai menjadi merah dengan 

temperatur yang luar biasa panasnya. Saking panasnya sehingga semua air yang 

ada di bumi menggelegak dan menguap. Inilah salah satu proses evolusi 

bintang, dan matahari kita yaitu  seperti bintang biasa yang pasti akan 

mengalami proses mati. 

Kosmologi sesuai dengan namanya, yaitu  ilmu yang menyelidiki dan 

mempelajari kosmos (alam semesta) yana biasanya didefinisikan sebagai segala 

sesuatu selain Tuhan Yang Maha Esa. Berbeda dengan kosmologi modern/barat, 

kosmologi dalam Islam berbicara bukan hanya satu tatanan kosmos yaitu 

tatanan fisik namun  juga meliputi tatanan dunia lain yang non fisik. Penelitian 

kosmologi biasanya diarahkan pada teori penciptaan alam semesta. Pertanyaan 

                                                          

bagaimana alam semesta yang beraneka ragam ini berasal dari Tuhan Yang 

Maha Esa, padahal ada diktum filosofis yang menyatakan bahwa dari yang satu  

hanya akan lahir satu juga, yaitu  pernyataan fundamental dalam kosmologi 

yang telah mengisi benak para filosof muslim. Penelitian ini telah melahirkan 

berbagai teori penciptaan, khususnya teori emanasi (faydh) dan telah diabadikan 

dalam berbagai karya filosof mereka.

Kosmologi, ilmu tentang sejarah, struktur, dan cara kerja alam semesta 

secara keseluruhan, telah berkembang selama ribuan tahun dalam beberapa 

bentuk: bersifat mitologi dan religius, mistis dan filosofis, bersifat astronomis. 

Orang-orang Babilon dan Mesir Kuno, yang membangun sistem mereka dari 

campuran mitos kuno, percaya bahwa kosmos merupakan sebuah kotak, dengan 

bumi terletak di dasarnya. Gunung-gunung di penjuru bumi menopang langit 

yang ada di atasnya. Sungai Nil, yang mengalir di tengah-tengah bumi, 

merupakan cabang dari sungai yang lebih besar yang mengalir di sekitar bumi. 

Di sungai ini berlayarlah perahu dewa matahari, yang melakukan perjalanan 

hariannya. Konsep Mesopotamia menganggap alam semesta berbentuk kubah 

yang berisi cakram datar bumi yang dikelilingi oleh air. Air juga membentuk 

langit di atas kubah; di situlah tinggal para dewa, matahari, dan benda-benda 

angkasa lainnya.  Mereka muncul setiap hari dan mengatur semua yang terjadi 

di atas bumi. Lintasan mereka yang teratur di langit dipercaya dalam 

menentukan nasib manusia.

Pada abad ke-7 sebelum Masehi, filosof Yunani mengajukan detail yang 

lebih jelas, yang beberapa diantaranya kelihatan seperti mengantisipasi teori-

teori dan penemuan-penemuan kosmologi modern. Benda-benda angkasa 

menurut Thales merupakan obyek padat; makhluk hidup menurut Anaximander 

berasal dari embun yang diuapkan oleh matahari; manusia, pada awalnya, 

merupakan sesuatu seperti ikan; penciptaan dunia dilakukan dalam serangkaian 

ledakan uap.  Filosof seperti Pythgoras dan Plato memandang benda-benda 

                                                          

angkasa sebagai makhluk seperti dewa yang bergerak dalam keseragaman 

absolut dan lintasan melengkung. Anaxagoras menolak sifat ketuhanan benda-

benda ini, namun percaya bahwa gerakan benda-benda tersebut diatur oleh jiwa 

atau pikiran. 

Selama masa keemasan Yunani konsep kosmis menjadi bersifat 

matematis, dengan menggunakan bentuk-bentuk geomatris untuk menunjukkan 

empat unsur; api, udara, air, tanah serta sari pati benda-benda langit, dengan 

suatu sfera yang melingkupi seluruh alam semesta. Dengan mempertimbangkan 

berbagai fenomena mitos dan fisikal yang disebutkan oleh pendahulunya 

sebagai kelahiran perkembangan, dan pengaturan kosmos. Aristoteles 

menggolongkan segala yang dapat ia terima ke dalam sistem masuk akal namun 

kaku tentang mekanika kosmis. Ia menganggap kosmos sebagai suatu sistem 

cangkang konsentris yang berisi benda-benda langit. Sfera-sfera ini merupakan 

benda-benda fisik nyata, yang tersusun secara konsentris dan berotasi, satu di 

dalam yang lainnya, masing-masing sfera meneruskan gerakannya ke sfera 

berikutnya di bawahnya. Gerakan ketujuh planet diteruskan melalui sfera paling 

atas oleh penggerak yang tak bergerak, yang berkaitan dengan sfera seperti 

layaknya jiwa bagi tubuh. Secara keseluruhan, kosmologi Yunani Klasik diilhami 

dengan keyakinan pada hukum-hukum dasar tentang keteraturan dan harmoni. 

Sementara itu orang-orang Cina telah berhasil mengembangkan versi 

sendiri tentang kosmos. Pengikut Tao pada tahun keenam hingga keempat 

sebelum masehi mendefisinikan dan menggambarkan dua prinsip, yin dan yang, 

kekuatan wanita dan pria pasif dan aktif, yang dihasilkan oleh materi dan energi 

dan bertanggung jawab dalam menjaga alam semesta melalui interaksi. Salah 

satu konsep Cina tentang struktur kosmis menyertakan kubah hemisfera (langit) 

yang di bawahnya terdapat bidang  yang cembung (bumi). Belakangan muncul 

teori tentang sfera langit, alam semesta sferoid; kemudian masih disusul oleh 

teori ruang kosong dan ruang tak terbatas, tanpa bentuk atau materi, yang di 

dalamnya angin menggerakkan benda-benda langit. Kosmologi Cina yang awal 

seperti kosmologi kuno di Barat, menguraikan fenomena yang  terlihat 

menyerupai ide astrofisika yang ada di masa kita, misalnya benda primordial 


yang bergerak membentuk spiral di angkasa dan angin kosmis yang „bertiup‟ 

menggelombang dari matahari.  

Kristen awal, yang menyerupai nenek moyang Timur Dekat sebelum 

mereka, menggambarkan bumi yang datar yang berada di antara bawah tanah 

dan benda-benda angkasa. Sementara itu, ide tentang cangkang sferis konsentris 

yang berisi tujuh planet yang bergerak mendapatkan popularitasnya; ciri 

Platonis dan Aristoteliannya dijernihkan oleh astronom Helenistik Ptolemeus. 

Kebanyakan dari konsep kosmologi Kristen dan Neoplatonik yang awal 

menambahkan makhluk malaikat yang bertanggung jawab terhadap pergerakan 

planet-planet dalam cangkang ini. Dinamo ilahi tersebut tetap menjadi ikon 

kosmik selama berabad-abad. Namun demikian, pada saat peradaban Islam 

mulai mapan, kaum muslimin mulai mengembangkan skema kosmologi yang 

cukup kompleks dan canggih untuk masuk sebagai fakta empiris kejadian-

kejadian angkasa yang sesungguhnya dapat diamati, seperti detail variasi dalam 

jalur planet-planet. 

Di masa eropa Kristen Abad Pertengahan, hampir seluruh aktivitas 

intelektual diarahkan untuk memahami ciptaan, bentuk, dan pengatiran kosmos 

yang ditarik terutama dari keyakinan riligius atau tahayul. Konsep-konsep yang 

didasarkan pada penalaran semata memiliki  risiko di tuding sebagai bid‟ah 

oleh gereja. Namun demikian, dalam mengamati alam kosmos, filosof ilmuwan 

Muslim awal mengambil sebagian besar dari tubuh pengetahuan yang mereka 

peroleh dari Yunani Klasik, warisan intelektual yang sedikit diketahui oleh 

Eropa Barat kala itu.  

Secara mendasar, kaum muslimin dibimbing oleh ajaran-ajaran Wahyu. 

Kepercayaan pada kesatuan seluruh fenomena seperti yang ditunjukkan dalam 

Al-Quran, bersama dengan klasifikasi sains seperti filosofis, mendorong 

penelitian kosmologis yang secara keseluruhan, mencerminkan luasnya 

pendekatan. Pada satu sisi terdapat spekulasi metafisika dan mistis yang 

melampaui benda-benda yang dapat diungkap melalui pengamatan langsung 

atau pengujian rasional murni. Di sisi lain terdapat pengamatan astronomi 

langsung dan analisis tentang fenomena yang diamati. Hakikat Fisika yaitu  

ayat-ayat Allah (sunatullah, fenomena alam) yang dapat dimengerti oleh Sains . 

Sementara sains itu sendiri yaitu  ilmu pengetahuan dasar yang diperoleh dari 

logika dan pendekatan ilmiah. 

Hubungan antara Fisika dan Sains tidak perlu lagi dipertanyakan. Yang 

menarik yaitu  hubungan Sains dengan Teologi: Kosmologi Islam menjadi 

contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan hubungan harmonis diantara 

mereka berdua: bagaimana sains membantu memahami Al-Quran, dan 

bagaimana Al-Quran menjadi literatur utama sains. 

Dalam menggali kosmologi Islam mistik, seseorang harus terbiasa 

dengan kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan eksistensi yang sering 

dikemukakan dalam istilah-istilah abstrak seperti wujud murni, hakiki, dan 

realitas absolut dan tak terbatas semuanya dengan makna khusus esoteris, dan 

berdimensi jauh di luar apa yang dipahami oleh orang Barat saat ini dengan 

ruang, waktu, dan materi. Apa yang terlihat umum pada sebagian besar 

kosmologi dari masa pramodern yaitu  kepedulian filosofis yang bersifat sentral 

terhadap pendefinisian letak manusia, yamg sama-sama dipahami sebagai 

mikrokosmos, di dalam alam semesta yang serba mencakup,  atau makrokosmos. 

Lebih jauh lagi, kosmologi pada intinya memasukkan sebab spiritual dan tujuan 

utama.

Al-Qur‟an melukiskan alam sebagai makhluk yang pada intinya 

merupakan ciptaan Tuhan yang menyelubungi dan sekaligus menyingkap 

keagungan Tuhan. Bentuk-bentuk alam merupakan  manifestasi kekuasannya, 

tak terbilang kayanya yang menyembunyikan berbagai qudrah ilahiyah, namun  

pada saat yang sama juga menyibakkan kualitas-kualitas (qudrah) itu bagi 

mereka yang mata hatinya belum dibutakan oleh kesombongan dan jiwa yang 

penuh nafsu (al-nafs-al-amarah). 

Al-Qur‟an bagi umat Islam yaitu  merupakan pedoman hidupnya 

sebab nya ia menjadi pusat kehidupan Islam dan dunia di mana Islam itu hidup. 

                                                          

Al-Qur‟an yaitu  serat yang membentuk tenunan kehidupannya, ayat-ayatnya 

yaitu  benang yang menjadi rajutan jiwanya.

Sesungguhnya Al-Qur‟an menempati posisi yang amat sentral dalam 

pandangan hidup seorang muslim namun demikian pedoman hidup yang 

termuat dalam Al-Qur‟an hanyalah akan dapat dimengerti dan dipedomani jika 

ada upaya untuk berpikir betapa pentingnya komunikasi antara Al-Qur‟an dan 

akal secara terus-menerus. Dengan adanya komunikasi itu maka Al-Qur‟an 

sebagai pedoman hidup dapat dimengerti dan dihayati serta dapat dijadikan 

pedoman dalam menghadapi berbagai persoalan hidup manusia. Komunikasi itu 

berarti adanya hubungan akal dan Al-Qur‟an secara fungsional, bukan 

struktural. Al-Qur‟an berfungsi sebagai pedoman dan akal sebagai sarana untuk 

memahaminya.  

Manusia sebagai eksistensi pada dasarnya merupakan soal pokok yang 

menjadi bahasan dalam filsafat antropologi baik eksistensi manusia sebagai 

ciptaan maupun eksistensi manusia sebagai anggota lingkungan hidup.

Membicarakan manusia sebagai ciptaan, mau tidak mau akan berhadapan 

dengan realitas lain yaitu yang menciptakan manusia. Dalam bahasan agama 

pada umumnya pencipta itu disebut Tuhan. Oleh sebab  itu dalam filsafat juga 

dikenal adanya filsafat antropologi yang bercorak teologis, yaitu pembahasan 

manusia yang didasarkan kepada kitab suci. Membicarakan manusia sebagai 

ciptaan, mau tidak mau akan berhadapan dengan realitas lain yaitu yang 

menciptakan manusia. Dalam bahasan agama pada umumnya pencipta itu 

disebut Tuhan. Oleh sebab  itu dalam filsafat juga dikenal adanya filsafat 

antropologi yang bercorak teologis, yaitu pembahasan manusia yang didasarkan 

kepada kitab suci.

Penyelidikan terhadap manusia dan alam sekitarnya yang merupakan 

ruang lingkup lingkungan hidup sebagai ciptaan akan memandangnya dari 

sudut pandangan penciptaannya yaitu Tuhan dan manusia serta alam sekitarnya 

                                                          

sebagai ciptaan. Manusia sebagai khalifah memiliki  kedudukan yang teramat 

istimewa, baik potensinya maupun kedudukannya di alam semesta dari 

makhluk lainnya. Ia dengan kesiapan fitrahnya yang khas, merupakan makhluk 

termulia dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya yang berada di langit dan 

di bumi baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa.

Dapat dikatakan bahwa tema pokok Al-Qur‟an menurut Fazlur Rahman 

berkisar pada tiga persoalan tersebut dengan segala dialektika dan hubungan 

antara ketiganya.Memahami hubungan Tuhan, manusia, dan alam tidak 

terlepas dari doktrin tauhid yang memiliki tiga prinsip20, pertama, dualitas yang 

menjelaskan bahwa realitas hanya terdiri dari dua jenis, Khaliq dan makhluq. 

Khaliq yaitu Allah sebagai pecipta, penguasa, dan pemelihara alam jagat raya ini. 

Sedangkan makhluk yaitu  yang diciptakan. Manusia sebagai bagian dari 

mahluknya, tidak mungkin akan menjadi pencipta yang dapat menguasai 

makhluk lainnya secara absolut, ia harus tunduk pada ketentuan khaliq. Kedua, 

ideasional yang memiliki  pengertian bahwa meskipun terjadi pemisahan 

antara khaliq dan makhluq namun hanya bersifat ontologism. Di antara 

keduanya ada hubungan ideasional yang memungkinkan manusia dapat 

memahaminya, bukan dalam pengertian materi, namun  hasil ciptaanNya yang di 

dalamnya terdapat ketentuan ketentuan yang aksiomatis berupa hukum alam 

(sunnatullah). Ketiga, teologi yang berarti bahwa pemahaman manusia yang ada 

dalam kerangka relasi-relasi ideasional bukan bersifat psotifistik atau 

metaerialistik, namun  bersifat teologis yaitu memiliki  tujuan, melayani 

penciptanya, dan melakukan hal itu berdasar  rancangan yang jelas. 

Di abad ke-20 unsur- unsur ini sama sekali telah menghilang dari 

pencarian ilmiah. Namun di abad Pertengahan atau Islam „klasik‟ seperti pada 

masyarakat yang di dominasi iman sebelum dan sesudahnya, konsep spiritual 

dan metafisika memberikan rangsangan dan titik tolak untuk spekulasi yang 

                                                         

tidak berseberangan dengan eksperimen praktis dan sebab nya bukan tidak 

relevan dengan upaya ilmiah. 

Tenaga pembimbing dari Wahyu, dengan pandangan transendennya 

terhadap seluruh ciptaan, tidak menghalangi kosmolog muslim dalam 

mengembangkan beberapa  sistem yang berbeda untuk menjelaskan sifat dan 

karya alam semesta. Secara khusus, mereka berpusat terutama pada apa yang 

akhirnya dikenalkan sebagai mekanika benda-benda angkasa. Dalam hal ini 

mereka sangat dipengaruhi oleh Al-Majisti (himpunan besar), naskah astronomi 

yang sangat berpengaruh karya orang mesir-Helenis abad kedua Ptomeleus. 

Karya ini sebagian didasarkan pada kosmos Aritoteles yang berpusat pada bumi, 

dan konsep matematis dari pergerakan planet dalam sfera mendominasi 

pandangan astronom Muslim selama berabad-abad. 

Penelitian kosmologi lainnya diarahkan pada entiles-entiles immaterial 

yang memancar dari Tuhan, dan telah menjadi perantara antara Tuhan dan alam 

fisik (materil). Dari sinilah muncul kajian-kajian terhadap berbagai jenis entiles 

metafisik yang immaterial yang disebut  akal-akal („uqul) yang dalam bahasa 

agama disebut malaikat. Dari sini muncullah cabang ilmu metafisik khusus yang 

disebut angelology. Disini dapat dilihat misalnya menemukan hirarki para 

malaikat atau akal dalam teori emanasi mereka. Sesuai dengan perkembangan 

ilmiah yang berlaku pada saat itu, maka terdapat sepuluh akal-akal  samawi, 

dari akal 1-10, dan dari akal 10, yang biasa disebut akal aktif (malaikat jibril), 

muncullah alam fisik, termasuk bumi yang dihuni ini. Diselidiki juga disini 

bagaimana proses formasi alam fisik ini dari akal aktif ini, dalam kaitannya 

dengan alam fisik yaitu  pemberian bentuk (wahib al-shuwar),yang tugasnya 

yaitu  memberi bentuk pada alam fisik yang pada saat itu masih berupa potensi 

materi. Dan kombinasi antara bentuk dan materi inilah yang bertanggung jawab 

atas formasi alam fisik. 

sebab  seperti telah disinggung, kosmos tidak hanya bersifat fisik namun  

juga meliputi dunia-dunia non-fisik, maka penelitian diarahkan pada 

pendeskripsian pada dunia-dunia non-fisik yang mengantarai alam dunia dan 

Tuhan. Maka muncullah dari sini apa yang disebut kosmografi. Demikian juga 

asal usul kosmos diteliti sehingga menghasilkan cadang kosmologi lain, yaitu 

kosmogoni. Penelitian kosmologi juga diarahkan pada bintang-bintang dan 

planet, khususnya dengan daya spiritual yang aktif mengendalikan planet-planet 

tersebut dalam tradisi filsafat disebut jiwa-jiwa planet. Termasuk wilayah 

kosmologi yaitu  penelitian terhadap bemi, seperti geologi yang mempelajari 

striktur dan lapisan-lapisan bumi dan geografi yang mempelajari bentuk dari 

permukaan bumi, tempat tinggal manusia. Karya-karya ilmiah yang lahir selain 

karya-karya filosofis yang telah kita singgung yaitu  antara lain ‘Aja’ib al- 

Makhluqat karangan al-Quzwini dan Surat al-Ardh  karangan al-Khawarizmi, al-

A’laq al-Nafisah karangan Ibn Rustah, al-Masalik wa Mamalik oleh Ibn 

Khurdadzbih, dan Muruj al-Dzhab karangan Abu‟ al-Hasan al-Mas‟udi.21 

Konsep kosmik yang kurang kongkret dan lebih mistis juga 

dikembangkan. Salah satu yang terpenting diantaranya yaitu  karya Ibnu Arabi, 

Mistikus, guru, dan penyair Sufi Muslim pada abad ke 12. Dalam pandangannya, 

seluruh fenomena tak lain yaitu  perwujudan dari wujud, yang tak lain yaitu  

Tuhan. Seluruhnya berasal dari yang Esa, dan tidak ada perbedaan yang nyata 

antara Tuhan dan alam semesta. Kepercayaan Ibnu Arabi juga mencerminkan 

bentuk panteisme: ia menemukan nilai spiritual yang dalam pada Yahudi dan 

Kristen seperti dalam Islam. 

Dalam satu pengertian alam mengambil bagian dalam wahyu Al-Qur‟an 

yang berbicara kepada bentuk-bentuk alam sebagaimana kepada manusia. Dan 

dalam ayat-ayat tertentu lainnya, Tuhan menjadikan anggota-anggota non 

manusia dari ciptaannya. Al-Qur‟an tidak menarik garis pemisah yang jelas baik 

antara yang natural dan yang supranatural, maupun antara dunia manusia dan 

dunia alam”. 

Akhirnya, konsep-konsep astronomi yang lebih spesifik tentang kosmos 

pun berkembang. Kaum Muslimin berupaya untuk menyatukan model 

ptolemeus tentang kosmos dengan persamaan matematika yang 

                                                          

menggambarkan kosmos sesuai dengan apa yang mereka akhirnya pahami 

sebagai posisi dan pergerakan aktual dari benda-benda langit. Perubahan teori 

sistem planet ini merupakan salah satu keberhasilan ilmiah muslim dalam 

astronomi. Suatu bagian vital lain dari warisan Timur dan klasik yang siap 

digunakan yang oleh Kaum Muslimin diutamakan dan segera ditingkatkan 

secara signifikan: matematika, alat bahasa fundamental dari penelitian ilmiah.  

 

berdasar  uraian di atas dapat dipahami bahwa, Al-Qur‟an melukiskan 

alam sebagai makhluk yang pada intinya merupakan ciptaan Tuhan yang 

menyelubungi dan sekaligus menyingkap keagungan Tuhan. Bentuk-bentuk 

alam merupakan manifestasi kekuasannya, tak terbilang kayanya yang 

menyembunyikan berbagai qudrah ilahiyah, namun  pada saat yang sama juga 

menyibakkan kulitas-kualitas (qudrah) itu bagi mereka yang mata hatinya belum 

dibutakan oleh kesombongan dan jiwa yang penuh nafsu (al-nafs-al-amarah). 

Selanjutnya jauh sebelum Barat mengembangkan teori tentang kosmologi 

alam semesta, intelektual Muslim sudah menemukan teori tersebut dengan 

matang seperti teori tentang entiles-entiles immaterial yang memancar dari 

Tuhan, dan telah menjadi perantara antara tuhan dan alam fisik (materil). Dari 

sinilah muncul kajian kajian terhadap berbagai jenis entiles metafisik yang 

immaterial yang disebut  akal-akal („uqul) yang dalam bahasa agama disebut 

malaikat. Dari sini munculah cabang ilmu metafisik khusus yang disebut 

angelology. Disini dapat dilihat misalnya menemukan hirarki para malaikat atau 

akal dalam teori emanasi mereka. Sesuai dengan perkembangan ilmiah yang 

berlaku pada saat itu, maka terdapat sepuluh akal-akal  samawi, dari akal ke 1-

10, dan dari akal ke 10, yang biasa disebut akal aktif (malaikat jibril), muncullah 

alam fisik, termasuk bumi yang dihuni ini. Diselidiki juga disini bagaimana 

proses formasi alam fisik ini dari akal aktif ini, dalam kaitannya dengan alam 

fisik yaitu  pemberian bentuk (wahib al-shuwar),yang tugasnya yaitu  memberi 

bentuk pada alam fisik yang pada saat itu masih berupa potensi materi. Dan 

kombinasi antara bentuk dan materi inilah yang bertanggung jawab atas formasi 

alam fisik 

Kosmos tidak hanya bersifat fisik namun  juga meliputi dunia-dunia non-

fisik, maka penelitian diarahkan pada pendeskripsian pada dunia-dunia non-

fisik yang mengantarai alam dunia dan Tuhan. Maka muncullah dari sini apa 

yang disebut kosmografi. Demikian juga asal usul kosmos diteliti sehingga 

menghasilkan cadang kosmologi lain, yaitu kosmogoni. Penelitian kosmologi 

juga diarahkan pada bintang-bintang dan planet, khususnya dengan daya 

spiritual yang aktif mengendalikan planet-planet tersebut dalam tradisi filsafat 

disebut jiwa-jiwa planet. Termasuk wilayah kosmologi yaitu  penelitian 

terhadap bumi, seperti geologi yang mempelajari struktur dan lapisan-lapisan 

bumi dan geografi yang mempelajari bentuk dari permukaan bumi, tempat 

tinggal manusia.