Tampilkan postingan dengan label samuel 17. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 17. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 17


 diri sebagai raja, sampai ia sepenuhnya yakin akan 

hal itu. Oleh sebab  itu Daud pun bertanya, bagaimana kau-

ketahui, bahwa Saul dan Yonatan, anaknya, sudah mati? Seba-

gai jawaban atas pertanyaan ini, orang muda itu pun menu-

turkan kepada Daud sebuah cerita yang sudah sangat siap 

untuk disampaikan, yang melenyapkan keraguan bahwa Saul 

memang telah mati, sebab  tidak hanya dirinya menjadi saksi 

mata atas kematian itu, namun  juga dialah orang yang menda-

tangkan kematian ini , dan oleh sebab nya Daud dapat 

mengandalkan kesaksiannya. Di dalam penuturannya, ia sama 

sekali tidak berkata apa-apa tentang kematian Yonatan, kare-

na ia tahu betapa hal itu tidak akan menyenangkan hati Daud, 

namun  ia hanya bercerita tentang Saul, sebab  menyangka,  

seperti dipahami betul oleh Daud (4:10), bahwa dirinya akan 

memperoleh perkenanan atas perbuatannya itu, dan diberi 

upah sebagai orang yang membawa kabar baik. Keterangan 

yang disampaikannya perihal kematian Saul ini, 

(1) Sangat terperinci. Bahwa ia kebetulan ada di tempat Saul 

berada (ay. 6), sebagai seorang musafir, bukan seorang pra-

jurit, sehingga ia tidak berpihak kepada siapa pun, dan 

bahwa ia menjumpai Saul sedang berusaha menusukkan 

tombaknya ke tubuhnya sendiri, sebab  tak seorang pun 

pengawalnya mau melakukannya untuk dirinya. Dan, tam-

paknya, Saul tidak mampu melakukannya sendiri dengan 

cekatan, sebab  kekuatan tangan dan semangat jiwanya 

telah lenyap. Orang yang sengsara tidak punya cukup ke-

beranian untuk hidup ataupun mati. Oleh sebab  itu, Saul 

memanggil orang asing ini (ay. 7), lalu menanyakan dari 

bangsa mana ia berasal, sebab  jika  ia bukan orang 

Filistin, maka Saul akan dengan senang hati menerima dari 

tangan orang itu sebuah coup de grace (sebagaimana di-

sebut orang Prancis tentang orang-orang yang diremukkan 

lewat siksaan di atas roda-roda) – hantaman belas kasihan, 

untuk mengakhiri kesengsaraannya akibat sakit yang di-

rasakannya. sesudah  mengetahui bahwa orang ini yaitu  

orang Amalek (yang bukan salah satu rakyatnya ataupun 

Kitab 2 Samuel 1:1-10 

 567 

salah satu musuhnya), Saul menyampaikan permohonan 

ini kepadanya (ay. 9): Datanglah ke mari dan bunuhlah aku. 

Saul kini sudah muak dengan harga dirinya dan bersedia 

untuk diinjak-injak, sudah muak dengan hidupnya dan 

bersedia untuk dibunuh. Siapakah orang yang pada saat-

saat seperti itu masih begitu mencintai hidup atau kehor-

matan? Keadaannya sudah begitu rupa hingga, bahkan 

bagi orang-orang yang tidak punya harapan di dalam 

kematian mereka, mereka ini ingin mati, namun  maut lari 

dari mereka (Why. 9:6). Penderitaan batin yang berat telah 

menyerang aku (KJV), demikianlah kita membaca ucapan 

Saul, sebagai suatu keluhan akan kesakitan dan kengerian 

yang menyiksa jiwanya. jika  hati nuraninya pada saat 

ini mengingatkan dia akan tombak yang telah dilemparkan-

nya kepada Daud, akan kesombongannya, kedengkiannya, 

pengkhianatannya, dan akan tindakannya membunuh para 

imam, maka tidak heran bahwa penderitaan batin yang 

berat telah menyerangnya. Orang berkata, tikus mondok  

membuka matanya sewaktu sedang sekarat. Kesadaran 

akan suatu kesalahan yang tidak diampuni sungguh mem-

buat kematian menjadi raja kengerian. Orang yang telah 

membungkam suara hati mereka, yang menyatakan bahwa 

mereka bersalah, mungkin pada saat menjelang kematian 

akan dibayang-bayangi oleh suara hati mereka itu. Dalam 

tafsiran yang agak luas, perkataan Saul ini dibaca sebagai 

sebuah keluhan akan ketidaknyamanan pakaiannya. Bah-

wa baju zirah yang dikenakannya untuk melindungi diri, 

atau jubah sulaman yang dikenakannya sebagai hiasan, 

menghambat usahanya sehingga ia tidak bisa menancap-

kan tombaknya cukup dalam menembus tubuhnya sendiri, 

atau begitu menyesakkan dirinya, sebab  sekarang tubuh-

nya menjadi bengkak oleh kekejangan, sehingga ia tidak 

bisa bernapas. Janganlah pakaian seseorang menjadi ke-

sombongannya, sebab  bisa jadi pakaian itu akan menjadi 

beban dan jerat baginya. “Maka dari itu,” kata orang muda 

ini, “aku datang ke dekatnya dan membunuh dia” (ay. 10). 

sesudah  mengucapkan perkataan itu, mungkin orang muda 

ini mengamati bahwa Daud menatapnya dengan rasa ma-

rah, sehingga ia pun berusaha membenarkan dirinya da-


 568

lam perkataan selanjutnya: “Sebab aku tahu, ia tidak dapat 

hidup terus. Nyawanya memang masih sepenuhnya ada di 

dalam dirinya, namun  ia sudah pasti akan jatuh ke tangan 

orang Filistin, atau akan kembali mencoba menancapkan 

tombaknya ke dalam tubuhnya sendiri.” 

(2) Kebenaran ceritanya ini diragukan. Andai kata benar demi-

kian, keadilan Allah harus direnungkan, bahwa Saul, yang 

telah membiarkan orang Amalek hidup dengan mengang-

gap remeh perintah ilahi, menerima hantaman kematian-

nya dari seorang Amalek. Akan namun , sebagian besar pe-

nafsir berpendapat bahwa cerita ini palsu, dan bahwa, 

meskipun mungkin sang pembawa berita kebetulan ada di 

sana, namun ia tidak ikut membantu mendatangkan kema-

tian bagi Saul. namun  ia berkata demikian kepada Daud 

dengan harapan bahwa Daud akan memberinya upah atas 

perbuatannya itu, sebagai orang yang telah berbuat kebaik-

an baginya. Orang yang bersukacita atas kejatuhan se-

orang musuh cenderung menilai orang lain menurut ukur-

annya sendiri, dan berpikir bahwa orang lain juga akan 

bersukacita seperti dirinya. Akan namun , seorang yang 

berkenan di hati Allah tidaklah selayaknya dihakimi menu-

rut ukuran orang biasa. Saya sendiri tidak tahu pasti apa-

kah cerita orang muda ini benar atau tidak. Ceritanya itu 

bisa saja selaras dengan cerita yang ada dalam pasal 

sebelumnya, dan merupakan tambahan bagi cerita terse-

but, seperti halnya penjelasan Petrus mengenai kematian 

Yudas (Kis. 1:18) merupakan tambahan bagi cerita tentang 

hal terkait (Mat. 27:5). Apa yang pada pasal sebelumnya 

disebut sebagai pedang, pada pasal ini bisa saja disebut 

sebagai tombak, atau saat  Saul menjatuhkan diri ke atas 

pedangnya, ia bersandar pada tombaknya. 

(3) Akan namun , orang muda itu mengeluarkan barang bukti 

yang cukup untuk memastikan kematian Saul, yakni jeja-

mang (mahkota – pen.) yang ada di kepalanya dan gelang 

yang ada pada lengannya. Tampaknya Saul dengan begitu 

bodohnya menyukai barang-barang ini, sampai-sampai ia 

mengenakannya di medan perang, sehingga ia menjadi 

sasaran yang jelas bagi para pemanah sebab  terlihat sa-

ngat berbeda dengan orang-orang di sekelilingnya. Namun, 

Kitab 2 Samuel 1:11-16 

 569 

seperti kata pepatah, kesombongan tidak mengenal pen-

deritaan, demikian pula kesombongan tidak takut akan 

bahaya, yang bisa ditimbulkan oleh barang-barang mewah 

yang memuaskannya. Barang-barang ini lalu jatuh ke 

tangan sang orang Amalek. Saul membiarkan hidup domba 

dan sapi terbaik dari rampasan yang diperolehnya dari 

orang Amalek, dan sekarang barang-barang Saul yang ter-

baik jatuh ke tangan orang yang berasal dari bangsa yang 

dikhususkan untuk ditumpas itu. Orang Amalek ini mem-

bawa jejamang dan gelang Saul kepada Daud, sebagai pemi-

lik sah keduanya mengingat Saul sekarang telah tewas, 

tanpa rasa ragu bahwa tindakannya yang suka ikut campur 

urusan orang ini akan membuat dirinya diangkat ke dalam 

kedudukan terbaik di dalam istana atau tentara Daud. 

Menurut kepercayaan turun-temurun orang Yahudi, orang 

Amalek ini yaitu  anak laki-laki Doeg (sebab  orang 

Amalek yaitu  keturunan orang Edom), dan Doeg, yang 

menurut orang Yahudi merupakan pembawa senjata Saul, 

sebelum membunuh dirinya sendiri, memberikan jejamang 

dan gelang milik Saul (lambang kerajaan Saul) kepada 

anak laki-lakinya, lalu menyuruhnya membawa lambang 

kerajaan itu kepada Daud, supaya ia bisa memperoleh 

perkenanan Daud. Akan namun , ini tiada lain dongeng yang 

tidak berdasar. Anak laki-laki Doeg kemungkinan sudah 

sangat dikenal Saul sehingga Saul tidak perlu lagi bertanya 

kepadanya seperti halnya ia bertanya kepada orang Amalek 

ini (ay. 8), siapakah engkau? Daud telah sekian lama me-

nantikan mahkota kerajaan, dan sekarang mahkota itu di-

bawa kepadanya oleh seorang Amalek. Lihatlah bagaimana 

Allah dapat memenuhi tujuan-tujuan baik-Nya sendiri bagi 

umat-Nya, bahkan melalui rancangan (rancangan jahat) 

manusia, yang tiada lain bertujuan untuk menguntungkan 

diri mereka sendiri. 

Kepedulian Daud terhadap Nasib Saul 

(1:11-16) 

11 Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang 

yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. 12 Dan mereka mera-


 570

tap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam sebab  Saul, sebab  

Yonatan, anaknya, sebab  umat TUHAN dan sebab  kaum Israel, sebab 

mereka telah gugur oleh pedang. 13 Kemudian bertanyalah Daud kepada orang 

muda yang membawa kabar itu kepadanya: “Asalmu dari mana?” Jawabnya: 

“Aku ini anak perantau, orang Amalek.” 14 Kemudian berkatalah Daud kepada-

nya: “Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnah-

kan orang yang diurapi TUHAN?” 15 Lalu Daud memanggil salah seorang dari 

anak buahnya dan berkata: “Ke mari, paranglah dia.” Orang itu memarangnya, 

sehingga mati. 16 Dan Daud berkata kepadanya: “Kautanggung sendiri darah-

mu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, sebab  berkata: 

Aku telah membunuh orang yang diurapi TUHAN.” 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I. Bagaimana Daud menerima berita dari orang Amalek ini . 

Daud sama sekali tidak hanyut dalam sukacita yang meluap-luap, 

seperti yang diharapkan si orang Amalek, namun  justru tenggelam 

dalam isak tangis yang mendalam, mengoyakkan pakaiannya (ay. 

11), meratap dan berpuasa (ay. 12), bukan hanya bagi bangsanya 

Israel dan Yonatan sahabatnya, melainkan juga bagi Saul seteru-

nya. Hal ini diperbuat Daud bukan hanya sebagai seorang yang 

terhormat, sebab  ia mematuhi adat kesopanan yang melarang 

kita untuk menghina orang yang telah gugur, dan yang mewajib-

kan kita untuk mengiringi kerabat kita ke dalam kubur dengan 

rasa hormat, apa pun kerugian yang kita alami melalui kehidupan 

mereka atau keuntungan yang kita dapatkan melalui kematian 

mereka, namun  juga sebagai seorang yang baik dan berhati nurani, 

yang telah mengampuni segala kesakitan yang ditimpakan Saul 

kepadanya, dan tidak menyimpan dendam kepadanya. Daud 

sudah tahu, sebelum anaknya menuliskan hal ini (Ams. 24:17-

18), bahwa jika kita bersukacita kalau musuh kita jatuh, TUHAN 

melihatnya dan menganggapnya jahat, dan bahwa siapa gembira 

sebab  suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman (Ams. 

17:5). Dengan ini tampak bahwa perkataan-perkataan di dalam 

mazmur Daud yang mengungkapkan keinginannya akan kehan-

curan musuh-musuhnya, dan sorak-sorai yang dilakukannya atas 

kehancuran mereka, tidak timbul dari roh pembalasan ataupun 

rasa amarah yang tidak benar, melainkan dari kecemburuan 

kudus bagi kemuliaan Allah dan kebaikan bersama. Sebab mela-

lui tindakannya di sini, sewaktu mendengar tentang kematian 

Saul, kita dapat menyaksikan bahwa watak asli Daud sangatlah 

lembut, dan bahwa ia menyimpan rasa kasih bahkan kepada 

orang-orang yang membencinya. Sudah pasti Daud sangat tulus 

Kitab 2 Samuel 1:11-16 

 571 

dalam meratapi Saul, dan itu bukan pura-pura atau sekadar un-

tuk menunjukkan raut wajah yang sedih. Gejolak perasaannya 

begitu kuat dalam kejadian ini, sehingga menggerakkan hati 

orang-orang di sekelilingnya. Semua orang yang bersama-sama 

dengan dia, setidak-tidaknya untuk mengikuti Daud, mengoyak-

kan pakaian mereka dan berpuasa sampai matahari terbenam, 

sebagai tanda dukacita mereka. Dan ada kemungkinan bahwa 

puasa ini yaitu  suatu bentuk ibadah. Mereka merendahkan diri 

di bawah tangan Allah, dan berdoa supaya keretakan-keretakan 

yang menimpa Israel oleh sebab kekalahan ini diperbaiki.  

II. Upah yang diberikan Daud kepada orang yang membawa berita 

ini kepadanya. Bukannya mengangkat orang itu pada kedudukan 

yang tinggi, Daud justru memberinya hukuman mati, mengadili-

nya menurut perkataan yang keluar dari mulutnya sendiri, seba-

gai pembunuh rajanya, dan memerintahkan agar ia segera dibu-

nuh atas perbuatannya itu. Betapa mengejutkannya hal ini bagi 

sang pembawa berita, yang berpikir bahwa Daud seharusnya me-

nunjukkan perkenanannya kepadanya atas jerih payahnya. Sia-

sia saja ia berdalih bahwa ia membunuh Saul atas perintah Saul 

sendiri, bahwa perbuatannya itu sungguh merupakan satu ben-

tuk kebaikan kepada Saul, dan bahwa Saul pasti pada akhirnya 

akan mati. Semua dalihnya itu dimentahkan: “Mulutmulah yang 

menjadi saksi menentang engkau, sebab  berkata: Aku telah 

membunuh orang yang diurapi TUHAN (ay. 16). Maka dari itu, eng-

kau harus mati.” Nah, 

1. Daud dalam hal ini tidak melakukan suatu ketidakadilan. Se-

bab, 

(1) Orang ini  yaitu  seorang Amalek. Daud membuatnya 

mengakui hal ini untuk kedua kalinya, kalau-kalau ia 

sudah salah menangkap hal itu dalam cerita orang ini  

(ay. 13). Bangsa Amalek, dan segala sesuatu yang dimiliki-

nya, telah dikutuk untuk dibinasakan, sehingga dengan 

membunuh orang ini, Daud melaksanakan sesuatu yang 

seharusnya sudah dikerjakan sang pendahulunya dan yang 

membuat pendahulunya itu ditolak sebab  tidak melak-

sanakannya. 


 572

(2) Orang ini  mengakui sendiri kejahatannya, sehingga 

bukti yang ada, menurut semua hukum, sudah cukup me-

nyatakan dirinya bersalah. Sebab setiap orang dianggap 

akan berbuat semampunya untuk menggambarkan dirinya 

sendiri dengan sebaik mungkin. jika  ia betul melaku-

kan apa yang telah dikatakannya, maka ia pantas mati atas 

pengkhianatan (ay. 14), sebab  ia melakukan perbuatan 

yang, ada kemungkinan, telah didengarnya tidak mau di-

perbuat oleh pembawa senjata Saul. Jika ia tidak melaku-

kan apa yang telah dikatakannya, dengan membual bahwa 

ia telah melakukannya, maka ia dengan jelas menunjukkan 

bahwa andai kata ia beroleh kesempatan, ia pasti sudah 

melakukannya tanpa segan-segan. Dan, dengan menyom-

bongkan hal ini  kepada Daud, orang muda itu me-

nunjukkan bagaimana ia memandang sosok Daud, bahwa 

Daud akan bersukacita atas berita itu, seperti dirinya sen-

diri. Ini merupakan penghinaan yang keterlaluan terhadap 

pribadi Daud, yang sudah berulang kali menolak untuk 

menjamah orang yang diurapi TUHAN. Lebih lanjut, kebo-

hongannya terhadap Daud, jika  memang itu suatu 

kebohongan, yaitu  perbuatan yang sangat jahat, dan ter-

bukti merupakan kebohongan yang harus dibayar dengan 

nyawanya sendiri, dan dosa seperti itu memang cepat atau 

lambat akan terbukti demikian. 

2. Daud bertindak secara terhormat dan luhur. Melalui perbuat-

annya ini , Daud memperlihatkan ketulusan dari rasa 

dukacitanya, mematahkan semangat siapa saja yang berpikir 

untuk melakukan hal serupa demi mengambil hatinya, atau 

melakukan sesuatu yang mungkin dapat menyenangkan ke-

luarga Saul dan memenangkan hati mereka. Dengan demikian, 

hal itu meninggikan harkat Daud di mata rakyat sebagai sese-

orang yang gigih membela keadilan masyarakat, tanpa meng-

indahkan kepentingan pribadi sendiri. Dari peristiwa ini, kita 

dapat belajar bahwa membantu siapa pun untuk membunuh 

diri mereka sendiri, baik secara langsung maupun tidak lang-

sung, jika  diperbuat dengan sengaja, akan mendatangkan 

kesalahan akibat pertumpahan darah, dan bahwa darah para 

raja haruslah secara khusus berharga di mata kita. 

Kitab 2 Samuel 1:17-27 

 573 

Ratapan Daud bagi Saul dan Yonatan 

(1:17-27) 

17 Daud menyanyikan nyanyian ratapan ini sebab  Saul dan Yonatan, anak-

nya, 18 dan ia memberi perintah untuk mengajarkan nyanyian ini kepada 

bani Yehuda; itu ada tertulis dalam Kitab Orang Jujur. 19 Kepermaianmu, hai 

Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan! 20 Ja-

nganlah kabarkan itu di Gat, janganlah beritakan itu di lorong-lorong Aske-

lon, supaya jangan bersukacita anak-anak wanita   orang Filistin, supaya 

jangan beria-ria anak-anak wanita   orang-orang yang tidak bersunat!  

21 Hai gunung-gunung di Gilboa! jangan ada embun, jangan ada hujan di 

atas kamu, hai padang-padang pembawa kematian! Sebab di sanalah perisai 

para pahlawan dilumuri, perisai Saul yang tidak diurapi dengan minyak.  

22 Tanpa darah orang-orang yang mati terbunuh dan tanpa lemak para pah-

lawan panah Yonatan tidak pernah berpaling pulang, dan pedang Saul tidak 

kembali dengan hampa. 23 Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan 

yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari 

burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa. 24 Hai anak-anak wanita   

Israel, menangislah sebab  Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian 

mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaian-

mu. 25 Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan 

mati terbunuh di bukit-bukitmu. 26 Merasa susah aku sebab  engkau, sau-

daraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib 

dari pada cinta wanita  . 27 Betapa gugur para pahlawan dan musnah sen-

jata-senjata perang! 

sesudah  Daud mengoyakkan pakaiannya, meratap, menangis, dan 

berpuasa atas kematian Saul, dan sesudah  keadilan dijatuhkan atas 

orang yang menjadikan dirinya bersalah atas kematian Saul itu, 

orang akan berpikir bahwa Daud telah membayar lunas utang kehor-

matan yang harus dibayarkannya demi mengenang Saul. Namun ini 

belum semuanya. Kita mendapati dalam perikop ini sebuah sajak 

yang digubah Daud atas peristiwa ini , sebab  ia memang 

merupakan tuan yang sangat ahli menggunakan pena seperti halnya 

pedang. Melalui sajak sedih ini, Daud hendak mengungkapkan kese-

dihannya sendiri atas malapetaka yang besar ini, dan juga menanam-

kan kesan yang sama dalam pikiran orang lain, yang kemudian harus 

melekatkannya dalam hati mereka. Diungkapkannya ratapan dalam 

bentuk sajak menjadikan ratapan ini , 

1. Lebih menggugah dan menyentuh hati. Perasaan hati sang pu-

jangga, atau sang penyanyi, melalui cara ini disampaikan secara 

mengagumkan kepada para pembaca dan pendengarnya. 

2. Lebih abadi. Demikianlah sajak ratapan ini  digubah tidak 

hanya agar tersebar luas, namun  juga agar senantiasa diteruskan 

dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Mereka yang tidak 


 574

mempelajari sejarah, dapat memperoleh pengetahuan melalui 

sajak ini . Di sini kita mendapati, 

I. Perintah-perintah yang diberikan Daud melalui sajak ini (ay. 18, 

KJV): Ia memberi perintah untuk mengajarkan kepada bani Yehuda 

(sukunya sendiri, apa pun yang diperbuat suku-suku lain) bagai-

mana menggunakan busur ini, yang dapat berarti, 

1. Busur panah yang dipergunakan dalam perang. Bukan berarti 

bahwa bani Yehuda tidak mengetahui bagaimana caranya 

memakai busur panah sebab  busur panah begitu lazim diper-

gunakan di dalam perang, jauh sebelum ini, sehingga pedang 

dan busur panah dipandang sebagai kelengkapan senjata 

perang (Kej. 48:22). namun  mungkin akhir-akhir ini mereka 

lebih banyak menggunakan umban (katapel – pen.), seperti 

yang dipakai Daud saat  membunuh Goliat, sebab  lebih 

murah. Sekarang Daud menghendaki mereka untuk melihat 

kesusahan yang timbul dari penggunaan batu umban ini 

(sebab para pemanah Filistinlah yang melukai Saul dengan 

begitu parah, 1Sam. 31:3), dan untuk kembali menggunakan 

busur panah secara lebih luas, untuk berlatih menggunakan 

senjata ini, supaya mereka mampu membalaskan kematian 

raja mereka kepada orang Filistin, dan mengalahkan seteru 

mereka itu dengan senjata seteru mereka sendiri. Patut dise-

salkan bahwa orang-orang yang berbudi baik serta berhati 

luhur seperti bani Yehuda harus dipersenjatai lengkap seperti 

demikian. Daud dengan ini menunjukkan wewenangnya atas 

tentara Israel dan kepeduliannya terhadap mereka, serta me-

netapkan hati untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan pada 

pemerintahan sebelumnya. Namun demikian, kita menjumpai 

bahwa kumpulan pahlawan yang sekarang datang kepada 

Daud di Ziklag sudah bersenjatakan busur panah (1Taw. 

12:2). Maka dari itu, 

2. Sebagian penafsir memahami perkataan Daud ini sebagai 

suatu alat musik yang disebut busur, yang oleh Daud ditetap-

kan untuk dipakai mengiringi nyanyian-nyanyian ratapan. 

Atau sebagai sajak itu sendiri: Ia memberi perintah untuk 

mengajarkan kepada bani Yehuda kesheth, busur, yakni nya-

nyian ini, yang diberi judul demikian demi mengenang busur 

Yonatan, yang pencapaian-pencapaiannya dirayakan dalam 

Kitab 2 Samuel 1:17-27 

 575 

tembang ini. Musa memerintahkan bangsa Israel untuk mem-

pelajari nyanyiannya (Ul. 31:19), demikian pula Daud meminta 

mereka untuk melakukan hal yang sama terhadap nyanyian-

nya. Ada kemungkinan Daud meminta orang Lewi untuk 

mengajarkannya kepada orang Israel. Nyanyian ini tertulis 

dalam Kitab Orang Jujur, di sanalah nyanyian itu tersimpan, 

dan dari kitab itulah nyanyian itu disalin ke dalam sejarah ini. 

Kitab itu kemungkinan berisi kumpulan sajak bangsa Israel. 

Apa yang dikatakan tertulis di dalam kitab ini  (Yos. 

10:13) juga merupakan sesuatu yang sifatnya puitis, penggal-

an dari sajak yang menceritakan suatu peristiwa sejarah. 

Bahkan nyanyian pun akan terlupakan dan hilang jika tidak 

dituangkan dalam tulisan, yang merupakan sarana terbaik 

untuk melestarikan pengetahuan. 

II. Sajak itu sendiri. Sajak ini bukanlah kidung pujian ilahi, atau 

sesuatu yang diilhamkan Allah untuk dipergunakan di dalam 

ibadah, pun di dalamnya sama sekali tidak ini  nama Allah. 

Pada kenyataannya, sajak ini merupakan gubahan manusia, se-

hingga tidak termasuk ke dalam Kitab Mazmur (yang dilestarikan 

di dalam Alkitab sebab  diilhamkan Allah), namun  ke dalam Kitab 

Orang Jujur, yang sebab  sekadar kumpulan sajak biasa, sudah 

hilang sejak lama. Sajak ini membuktikan Daud sebagai, 

1. Seorang yang mempunyai roh luar biasa, dalam empat hal 

berikut: 

(1) Daud sangat murah hati kepada Saul, musuh sejatinya. 

Saul yaitu  mertuanya, rajanya, dan orang yang diurapi 

Tuhan. Maka dari itu, meskipun Saul telah berbuat begitu 

banyak kejahatan terhadap dirinya, Daud tidak melampias-

kan dendamnya terhadap kenangan akan Saul saat  sete-

runya itu berada di dalam liang kubur. Sebaliknya, sebagai 

seorang yang baik dan terhormat, 

[1] Daud menyembunyikan kesalahan-kesalahan Saul. Dan, 

meskipun kemunculannya tidak dapat dicegah di dalam 

riwayat Saul, namun kesalahan Saul tidak boleh muncul 

di dalam sajak ini. Kasih mengajar kita untuk mengata-

kan hal yang sebaik-baiknya tentang semua orang dan 

tidak mengatakan apa-apa tentang orang, jika  kita 


 576

tidak dapat mengatakan hal yang baik tentang mereka, 

terutama saat  mereka telah tiada. De mortuis nil nisi 

bonum – Ucapkan yang baik saja tentang orang yang 

sudah mati. Kita harus menahan diri dari menghina 

orang-orang yang telah menyakiti kita, apalagi menarik 

kesimpulan tentang pribadi mereka hanya menurut 

tindakan mereka terhadap kita, seolah-olah setiap insan 

yang telah menjahati kita pastilah orang jahat. Biarlah 

bagian buruk dari kenangan itu dipendam bersama ba-

gian buruk dari orang ini  – dari tanah kembali 

menjadi tanah, dari debu kembali menjadi debu. Biar-

lah cela itu tersembunyi dan biarlah tudung ditutupkan 

atas kecacatan itu. 

[2] Daud memasyhurkan apa yang patut dipuji dalam diri 

Saul. Ia tidak memuji Saul atas apa yang tidak ada 

pada dirinya, dan sama sekali tidak menyebut tentang 

kesalehan atau kesetiaannya. Kata-kata pujian pada 

saat pemakaman yang tidak disampaikan berdasar  

kebenaran, sama sekali tidak mendatangkan kemuliaan 

bagi sang mendiang yang menerima pujian ini , 

namun  malah akan mendatangkan cela bagi orang yang 

mengucapkannya dengan tidak pada tempatnya. namun  

Daud dapat mengatakan hal ini untuk menghormati 

Saul. Pertama, bahwa Saul diurapi dengan minyak (ay. 

21), yakni minyak suci, yang menandakan pengangkat-

annya pada tampuk pemerintahan dan dilayakkannya 

ia untuk memerintah. Apa pun Saul dalam keadaan lain, 

minyak urapan Allahnya ada di atas kepalanya, seperti 

dikatakan perihal imam besar (Im. 21:12), sehingga de-

ngan alasan itu Saul haruslah dimuliakan, sebab  Allah 

Sumber kemuliaan pun telah memuliakannya. Kedua, 

bahwa Saul yaitu  seorang kesatria, seorang pahlawan 

(ay. 19-21), bahwa ia sudah sering kali beroleh keme-

nangan atas seteru-seteru Israel dan ke mana pun ia 

pergi, ia selalu mendapat kemenangan atas mereka 

(1Sam. 14:47). Pedang Saul tidak kembali dengan ham-

pa, namun  terpuaskan oleh darah dan rampasan (ay. 22). 

Aib dan kejatuhannya pada akhirnya tidak boleh men-

jadikan segala keberhasilan dan jasanya yang dahulu 

Kitab 2 Samuel 1:17-27 

 577 

terlupakan. Meskipun matahari Saul terbenam di balik 

awan, ada masa saat  mataharinya itu bersinar dengan 

terang. Ketiga, bahwa bersama Yonatan, Saul merupa-

kan pribadi yang sungguh menyenangkan, yang mem-

buatnya dikasihi rakyatnya (ay. 23): Saul dan Yonatan 

yaitu  orang-orang yang dicintai dan yang ramah. 

Yonatan memang selalu bersikap demikian, begitu pula 

dengan Saul selama ia sejalan dengan anaknya itu. 

jika  mereka tampil bersama, dan sedang mengejar 

musuh, tidak ada orang yang lebih berani dan lebih per-

kasa daripada mereka. Mereka lebih cepat dari burung 

rajawali dan lebih kuat dari singa. Cermatilah, orang-

orang yang tergarang dan terganas saat  berada di 

tengah-tengah tentara, dapat bersikap penuh kasih 

sayang di dalam istana, baik hati terhadap rakyat serta 

menakutkan bagi musuh. Perpaduan yang jarang an-

tara kelembutan dan ketegasan ada dalam diri mereka, 

yang membuat tabiat orang sungguh menyenangkan. 

Hal ini dapat dipahami sebagai keselarasan dan kasih 

sayang yang untuk sebagian besar terjalin di antara 

Saul dan Yonatan. Mereka saling mengasihi dan bersi-

kap ramah satu terhadap yang lain, Yonatan sebagai 

anak yang berbakti, dan Saul sebagai ayah yang penuh 

kasih sayang. Maka dari itu, keduanya saling mengasihi 

di dalam hidup, dan di dalam matinya, keduanya tidak 

terpisah, melainkan tetap berdiri teguh bersama dalam 

melawan orang Filistin, dan gugur bersama untuk ke-

pentingan yang sama. Keempat, bahwa Saul telah mem-

perkaya negerinya dengan jarahan dari bangsa-bangsa 

yang ditaklukkan, dan telah memperkenalkan pakaian 

yang lebih megah. saat  bangsa Israel mempunyai 

seorang raja seperti bangsa-bangsa lain, mereka pun 

harus mempunyai pakaian seperti bangsa-bangsa lain, 

Dan dalam hal ini Saul, secara khusus, menyenangkan 

hati rakyat wanita  nya (ay. 24). Anak-anak perem-

puan Israel didandaninya dengan pakaian mewah dari 

kain kirmizi, yang menyukakan hati mereka. 

(2) Daud sungguh berterima kasih kepada Yonatan, sahabat 

setianya. Di samping air mata yang ditumpahkannya untuk 


 578

Yonatan, dan kata-kata pujian yang diberikannya bagi 

sahabatnya itu bersama-sama dengan Saul, Daud menye-

but tentang Yonatan dengan beberapa perkataan istimewa 

(ay. 25): Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu! yang me-

nyiratkan (bdk. ay. 19) bahwa yang dimaksud Daud dengan 

kepermaianmu, hai Israel, yang dikatakannya di sana mati 

terbunuh di bukit-bukit, yaitu  Yonatan. Daud meratapi 

Yonatan sebagai sahabatnya yang istimewa (ay. 26): Sau-

daraku, Yonatan, bukan sebab  apa arti Yonatan bagi Daud 

andai kata ia tetap hidup. Sudah pasti Yonatan akan sa-

ngat berguna untuk menolong dirinya naik takhta dan ber-

peran penting untuk mencegah pertikaian-pertikaian pan-

jang dengan kaum keluarga Saul, yang dialami Daud 

sebab  tidak adanya pertolongan Yonatan. Andai kata ini 

yang menjadi satu-satunya alasan dari kesedihan Daud, 

maka ia hanya mementingkan dirinya sendiri. namun  Daud 

meratapi Yonatan sebab  siapa sahabatnya itu bagi dirinya 

selama ini: “Engkau sangat ramah kepadaku, namun kera-

mahan itu kini sirna sudah, dan merasa susah aku sebab  

engkau.” Daud punya alasan untuk berkata bahwa kasih 

Yonatan kepadanya itu ajaib. Sungguh tidak pernah ada 

kasih yang serupa dengan ini, bahwa seseorang mengasihi 

orang lain yang diketahuinya akan mengambil mahkota 

dari kepalanya, dan yang tetap begitu setia kepada seteru-

nya. Kasih ini jauh melampaui kasih dan kesetiaan terting-

gi pada suami istri. Saksikan di sini, 

[1] Bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang lebih menye-

nangkan hati daripada seorang sahabat sejati, yang 

bijaksana dan baik hati, yang berkenan menerima dan 

membalas kasih kita, dan setia kepada kita dalam segala 

kepentingan yang membawa kebaikan bagi kita. 

[2] Bahwa tidak ada yang lebih menyusahkan hati daripada 

kehilangan seorang sahabat sejati seperti itu. Rasanya 

sama seperti kehilangan sebagian dari diri kita sendiri. 

Yang menjadi kesia-siaan dunia ini yaitu  bahwa se-

suatu yang paling menyenangkan hati kita merupakan 

sesuatu yang paling cenderung menyusahkan hati kita. 

Semakin besar kasih kita, semakin besar pula kesedih-

an kita.  

Kitab 2 Samuel 1:17-27 

 579 

(3) Daud sungguh peduli terhadap kehormatan Allah. Sebab 

inilah yang menjadi perhatiannya saat  ia takut kalau-ka-

lau anak-anak wanita   orang-orang yang tidak bersunat, 

yang berada di luar perjanjian dengan Allah, akan beria-ria 

atas Israel dan Allah Israel (ay. 20). Orang-orang yang ber-

budi baik akan merasa tersakiti di bagian yang sangat peka 

atas segala penghinaan yang dilontarkan orang-orang yang 

mencela Allah. 

(4) Daud sungguh peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. 

Kepermaian Israellah yang mati terbunuh (ay. 19) dan ke-

hormatan rakyatlah yang dihinakan: Betapa gugur para 

pahlawan (hal ini diratapi sebanyak tiga kali, ay. 19, 25, 

27), dan dengan demikian melemahlah kekuatan rakyat. 

Kehilangan-kehilangan yang dialami rakyat terasa paling 

menyayat hati bagi orang yang jiwanya sungguh peduli ter-

hadap rakyat. Daud berharap Allah akan memakainya se-

bagai alat untuk menutupi kehilangan-kehilangan itu, na-

mun ia tetap meratapinya. 

2. Seorang yang mempunyai daya khayal yang luar biasa, dan 

juga seorang yang bijak dan kudus. Seluruh ungkapannya 

sungguh indah, dan diperhitungkan dengan matang untuk 

menyentuh perasaan. 

(1) Larangan yang hendak ditetapkan Daud atas penyebarluas-

an berita ini begitu elok (ay. 20): Janganlah kabarkan itu di 

Gat. Hatinya sedih saat  membayangkan bahwa berita ini 

akan dikumandangkan di kota-kota Filistin, dan bahwa 

mereka akan menghina Israel sebab  perkara itu, apalagi 

mengingat sorak kemenangan Israel atas Filistin sebelum-

nya, saat  orang Israel bernyanyi, Saul mengalahkan 

beribu-ribu musuh, sebab  sekarang sorak kemenangan ini 

akan dibalas dengan pedas. 

(2) Kutukan yang juga diucapkannya atas gunung-gunung di 

Gilboa, panggung di mana peristiwa celaka ini dipentaskan: 

Jangan ada embun di atas kamu, hai padang-padang pem-

bawa kematian (ay. 21). Ini merupakan langgam di dalam 

bersajak, seperti apa yang diucapkan Ayub, biarlah hilang 

lenyap hari kelahiranku. Bukan berarti Daud mengharap-

kan ada suatu bagian dari tanah Israel yang menjadi tan-


 580

dus, namun , untuk mengungkapkan kesedihannya atas 

peristiwa itu, ia berbicara seolah-olah dengan kemarahan 

terhadap tempat itu. Cermatilah, 

[1] Bagaimana kesuburan tanah bergantung kepada sorga. 

Hal terburuk yang dapat diharapkan Daud terjadi pada 

gunung-gunung di Gilboa yaitu  supaya gunung-gunung 

itu tandus dan tidak bermanfaat bagi manusia. Orang 

yang tidak berguna yaitu  orang yang sengsara. Ini seru-

pa dengan kutuk yang diucapkan Kristus kepada pohon 

ara, engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!, 

dan ucapan-Nya itu terwujud – pohon ara itu pun men-

jadi kering. Sebaliknya, kutuk atas gunung-gunung di 

Gilboa ini tidaklah terwujud. Akan namun , pada waktu 

Daud mengharapkan supaya pegunungan itu tandus, ia 

berharap supaya tidak ada hujan turun atas mereka. 

Dan jika langit menjadi tembaga, maka bumi pun akan 

segera menjadi besi. 

[2] Bagaimana kesuburan tanah, oleh sebab  itu, harus di-

persembahkan kepada sorga, yang tersirat melalui 

ucapan Daud yang menyebut ladang yang subur seba-

gai padang-padang pembawa kematian (KJV: ladang-

ladang persembahan). Hasil-hasil tanah mereka yang 

dipersembahkan kepada Allah merupakan mahkota ser-

ta kemuliaan tanah itu. Maka dari itu, kegagalan mem-

persembahkan korban merupakan dampak yang paling 

menyedihkan dari kegagalan panen gandum (lih. Yl. 

1:9). Ketiadaan bahan-bahan makanan yang harus di-

pakai untuk menghormati Allah yaitu  lebih buruk 

daripada ketiadaan bahan-bahan makanan untuk me-

nopang hidup kita. Inilah celaan yang disematkan Daud 

pada gunung-gunung di Gilboa, yang telah kehilangan 

embun sorgawi sebab  sudah tercemari darah para 

bangsawan. Dalam sajak ini Saul mendapat pengubur-

an yang lebih terhormat daripada penguburan yang di-

dapatnya dari orang-orang Yabesh-Gilead. 

 

 

 

PASAL  2  

aud sudah memberikan penghormatan yang semestinya untuk 

mengenang Saul rajanya dan Yonatan temannya, dan apa yang 

dilakukannya membawa banyak pujian baginya dan juga bagi mere-

ka. Sekarang ia sedang mempertimbangkan tentang apa yang harus 

dilakukan selanjutnya. Saul sudah mati, sebab  itu sekarang Daud 

bangkit.  

I. Dengan petunjuk dari Allah, ia pergi ke Hebron, dan diurapi 

sebagai raja di sana (ay. 1-4).  

II. Ia berterima kasih kepada orang-orang Yabesh-Gilead sebab  

sudah menguburkan Saul (ay. 5-7).  

III. Isyboset, anak Saul, diangkat untuk menentang Daud (ay. 8-

11). 

IV. Pertempuran sengit terjadi antara pihak Daud dan pihak 

Isyboset, di mana,  

1. Dua belas orang dari masing-masing pihak berhadap-ha-

dapan secara langsung dan semuanya terbunuh (ay. 12-16).  

2. Pihak Saul dikalahkan (ay. 17).  

3 Asael, dari pihak Daud, dibunuh oleh Abner (ay. 18-23).  

4. Yoab, atas permintaan Abner, meniup sangkakala sebagai 

tanda berhenti (ay. 24-28).  

5. Abner berhasil meloloskan diri (ay. 29), dan kehilangan 

pada kedua belah pihak dihitung (ay. 30-32). Dengan be-

gitu, dalam pasal ini kita mendapati gambaran tentang 

perang saudara di Israel, yang seiring berjalannya waktu 

berakhir dengan bertakhtanya Daud sepenuhnya atas 

seluruh Israel. 

 


 582

Daud Diangkat sebagai Raja di Hebron 

(2:1-7)  

1 Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: “Apakah aku harus 

pergi ke salah satu kota di Yehuda?“ Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah.” 

Lalu kata Daud: “Ke mana aku pergi?” Firman-Nya: “Ke Hebron.” 2 Lalu pergi-

lah Daud ke sana dengan kedua isterinya: Ahinoam, wanita   Yizreel, dan 

Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. 3 Juga Daud membawa serta 

orang-orangnya yang mengiringinya masing-masing dengan rumah tangga-

nya, dan menetaplah mereka di kota-kota Hebron. 4 Kemudian datanglah 

orang-orang Yehuda, lalu mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum 

Yehuda. saat  kepada Daud diberitahukan bahwa orang-orang Yabesh-

Gilead menguburkan Saul, 5 maka Daud mengirim orang kepada orang-orang 

Yabesh-Gilead dengan pesan: “Diberkatilah kamu oleh TUHAN, sebab  kamu 

telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan menguburkan-

nya. 6 Oleh sebab itu, TUHAN kiranya menunjukkan kasih dan setia-Nya 

kepadamu. Aku pun akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu, sebab  

kamu telah melakukan hal yang demikian. 7 Kuatkanlah hatimu sekarang 

dan jadilah orang-orang yang gagah perkasa, sekalipun tuanmu Saul sudah 

mati; dan aku telah diurapi oleh kaum Yehuda menjadi raja atas mereka.” 

saat  Saul dan Yonatan sudah mati, meskipun Daud tahu bahwa ia 

diurapi untuk menjadi raja, dan sekarang melihat jalannya sangat 

jelas, namun ia tidak segera mengirim para utusan ke seluruh wila-

yah Israel untuk memanggil semua orang supaya datang dan ber-

sumpah setia kepadanya, dengan ancaman hukuman mati. Sebalik-

nya, ia terus melangkah dengan tidak tergesa-gesa. Sebab siapa yang 

percaya tidak akan tergesa-gesa, namun  menantikan waktu Allah 

untuk menggenapi janji-janji-Nya. Banyak orang sudah datang untuk 

membantu Daud dari sejumlah suku sewaktu ia tinggal di Ziklag, 

seperti yang kita dapati  dalam 1 Tawarikh 12:1-22. Dengan pasukan 

seperti itu ia bisa saja datang untuk menaklukkan. namun  orang yang 

akan memerintah dengan lemah lembut tidak akan bangkit dengan 

kekerasan. Amatilah di sini, 

I. Petunjuk yang dicari dan diperoleh Daud dari Allah dalam keada-

an yang genting ini (ay. 1). Ia tidak ragu akan keberhasilannya, 

namun ia menggunakan sarana-sarana yang semestinya, baik 

yang bersifat ilahi maupun manusiawi. Harapan yang pasti akan 

janji Allah sama sekali tidak akan membuat kita kendor, namun  

justru akan menggiatkan upaya-upaya kita yang saleh. Jika saya 

terpilih untuk mahkota kehidupan, maka itu tidak lantas berarti 

saya tidak perlu berbuat apa-apa. Sebaliknya, saya harus melaku-

kan semua yang diarahkan-Nya kepada saya, dan mengikuti bim-

bingan dari Dia yang telah memilih saya. Dengan cara yang baik 

Kitab 2 Samuel 2:1-7 

 583 

seperti inilah Daud menggapai keterpilihannya, dan demikian 

pula seharusnya semua orang yang telah dipilih Allah. 

1. Daud, sesuai dengan pedoman ilahi, mengakui Allah dalam 

segala lakunya. Ia bertanya kepada Tuhan melalui tutup dada 

pernyataan keputusan, yang dibawa Abyatar kepadanya. Kita 

harus datang kepada Allah bukan hanya saat  kita sedang 

kesusahan, melainkan juga bahkan saat  dunia sedang ter-

senyum kepada kita, dan berbagai kejadian di dunia ini men-

dukung kita. Yang ditanyakan Daud yaitu , apakah aku harus 

pergi ke salah satu kota di Yehuda? Apakah aku harus ber-

gerak dari sini? Meskipun Ziklag sudah menjadi reruntuhan, 

ia tidak mau meninggalkannya tanpa petunjuk dari Allah. 

“Jika aku bergerak dari sini, apakah aku harus pergi ke salah 

satu kota di Yehuda?” Ia tidak membatasi Allah pada kota-kota 

Yehuda, sekiranya Allah memerintahkannya, ia akan pergi ke 

salah satu kota di Israel. namun  dengan demikian ia menun-

jukkan sikap bijak (di kota-kota Yehuda ia akan menemukan 

paling banyak teman), dan kesabaran diri, sebab  pada saat 

ini ia tidak mau melihat jauh-jauh selain sukunya sendiri. Da-

lam semua pergerakan dan perpindahan kita, sungguh meng-

hibur melihat Allah pergi mendahului kita. Kita dapat melihat 

Ia mendahului kita jika dengan iman dan doa, kita menempat-

kan Ia di depan kita.  

2. Allah, sesuai dengan janji-Nya, mengarahkan jalan Daud, me-

nyuruhnya pergi, dan harus ke mana. Ia harus ke Hebron, 

kota imam, salah satu kota perlindungan, dan demikianlah 

kota itu bagi Daud. Dan itu merupakan isyarat bahwa Allah 

sendiri akan menjadi tempat kudus kecil baginya. Makam para 

bapak leluhur, yang berdekatan dengan Hebron, dapat meng-

ingatkan Daud tentang janji ilahi dari zaman purbakala, dan 

atas janji itu Allah menimbulkan pengharapan dalam dirinya. 

Allah tidak mengirimnya ke Betlehem, kotanya sendiri, sebab 

kota itu yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda (Mi. 5:1), 

melainkan ke Hebron, tempat yang lebih besar, dan yang 

mungkin pada waktu itu merupakan kota pemerintahan dari 

suku Yehuda. 

II. Perhatian Daud terhadap keluarga dan teman-temannya dalam 

kepindahannya ke Hebron.  


 584

1. Ia membawa kedua istrinya bersamanya (ay. 2), supaya, sama 

seperti mereka telah menjadi temannya dalam penderitaan, 

demikian pula mereka dapat menjadi temannya dalam keraja-

an. Tidak tampak bahwa ia mempunyai anak pada saat itu. 

Anak pertamanya lahir di Hebron (3:2).  

2. Daud membawa teman-teman dan pengikut-pengikutnya ber-

samanya (ay. 3). Mereka sudah menemaninya selama masa-

masa pengembaraannya, dan sebab  itu, saat  ia sudah me-

netap, mereka pun menetap bersamanya. Demikian pula hal-

nya, jika kita bertekun bersama Kristus, kita pun akan ikut 

memerintah dengan Dia (2Tim. 2:12). Bahkan, Kristus berbuat 

lebih lagi untuk prajurit-prajurit-Nya yang baik daripada yang 

dapat dilakukan Daud untuk prajurit-prajuritnya. Daud mene-

mukan tempat tinggal untuk mereka. Menetaplah mereka di 

kota-kota Hebron, dan kota-kota sekitarnya. namun  bagi orang-

orang yang tetap tinggal bersama-sama dengan Kristus dalam 

segala pencobaan yang Dia alami, Ia menentukan hak-hak 

Kerajaan, dan mereka akan makan dan minum semeja dengan 

Dia (Luk. 22:29-30). 

III. Kehormatan yang diberikan kepada Daud oleh orang-orang Yehu-

da: Mereka mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum 

Yehuda (ay. 4). Suku Yehuda sudah sering kali tampil menonjol 

melebihi suku-suku lainnya. Pada masa Saul, suku Yehuda dihi-

tung sebagai tubuh tersendiri (1Sam. 15:4), dan orang-orang dari 

suku ini sudah terbiasa bertindak sendiri-sendiri. Mereka berbuat 

demikian sekarang, namun mereka hanya melakukannya untuk 

diri mereka sendiri. Mereka tidak mengaku-ngaku mengurapi 

Daud sebagai raja atas seluruh Israel, seperti dalam Hakim-hakim 

9:22, namun  hanya atas kaum Yehuda. Suku-suku yang lain boleh 

saja berbuat sesuka hati, namun , untuk mereka dan kaum mereka, 

mereka ingin diperintah oleh orang yang telah dipilih Allah. Lihat-

lah bagaimana Daud bangkit secara perlahan-lahan. Ia pertama-

tama diurapi sebagai raja melalui hak sebagai penerus, kemudian 

dengan benar-benar berkuasa hanya atas satu suku saja, dan 

pada akhirnya berkuasa atas semua suku. Demikian pula keraja-

an Mesias, Anak Daud, ditegakkan secara perlahan-lahan. Dia 

yaitu  Tuhan atas segala sesuatu menurut ketetapan ilahi, namun  

sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditakluk-

Kitab 2 Samuel 2:1-7 

 585 

kan kepada-Nya (Ibr. 2:8). Berkuasanya Daud pertama-tama ha-

nya atas kaum Yehuda merupakan suatu petunjuk yang tersirat 

dari sang Penyelenggara bahwa kerajaannya dalam waktu singkat 

akan diperkecil menjadi kerajaan atas kaum Yehuda lagi, seperti 

yang terjadi saat  sepuluh suku memberontak dari cucunya. Dan 

akan menjadi dorongan bagi raja-raja Yehuda yang saleh bahwa 

Daud sendiri pada awalnya memerintah atas Yehuda saja.  

IV. Pesan yang penuh hormat dikirimkan Daud kepada orang-orang 

Yabesh-Gilead, untuk berterima kasih atas kebaikan mereka 

kepada Saul. Masih juga ia menyimpan kenangan akan pendahu-

lunya dan memberi hormat kepadanya. Dengan begitu ia menun-

jukkan bahwa ia sama sekali tidak mengincar mahkota sebab  

suatu hasrat yang menggebu-gebu atau permusuhan terhadap 

Saul, namun  semata-mata sebab  ia dipanggil oleh Allah untuk itu. 

Diberitahukan kepada Daud bahwa orang-orang Yabesh-Gilead 

telah menguburkan Saul, mungkin oleh beberapa orang yang me-

ngira bahwa Daud akan merasa tidak senang dengan orang-orang 

Yabesh-Gilead itu, dan menganggap mereka terlalu mencampuri 

urusan orang lain. namun  Daud sama sekali tidak demikian. 

1. Daud memuji orang-orang Yabesh-Gilead atas perbuatan itu 

(ay. 5). Sama seperti kita wajib mengasihi dan menghormati 

siapa saja selagi mereka hidup, demikian pula kita harus me-

nunjukkan penghormatan kepada segala yang mereka tinggal-

kan, yaitu jasad, nama, dan keluarga mereka saat  mereka 

sudah mati. “Saul yaitu  tuanmu,” kata Daud, “dan sebab  

itu engkau berbuat baik dengan menunjukkan kebaikan ini 

kepadanya dan dengan memberinya penghormatan ini.”  

2. Daud berdoa kepada Allah untuk memberkati mereka atas 

perbuatan mereka itu, dan memberi mereka upah untuk itu: 

Diberkatilah kamu, dan kiranya engkau diberkati oleh TUHAN, 

yang akan menunjukkan kasih-Nya kepada orang-orang yang 

secara khusus menunjukkan kasih kepada orang-orang yang 

telah mati, seperti dalam Rut 1:8. Penghormatan dan perasaan 

kasih yang semestinya yang ditunjukkan kepada jasad, nama, 

dan keluarga orang-orang yang sudah mati, dengan kesadaran 

hati nurani di hadapan Allah, yaitu  tindakan kasih yang 

sekali-sekali tidak akan kehilangan upahnya: TUHAN kiranya 

menunjukkan kebaikan dan kebenaran kepadamu (ay. 6, KJV), 


 586

yaitu, kebaikan sesuai dengan janji. Kebaikan yang ditunjuk-

kan Allah yaitu  kebaikan yang sejati, kebaikan yang dapat 

diandalkan.  

3. Daud berjanji untuk membalas budi baik mereka: Aku pun 

akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu. Ia tidak menye-

rahkan mereka kepada Allah untuk membalas budi kebaikan 

mereka, supaya ia bebas dari kewajiban itu. Ucapan-ucapan 

selamat itu baik, dan merupakan tanda rasa terima kasih, 

namun  hampir tidak ada gunanya jika hanya sebatas ucapan 

saja sementara ada kemampuan untuk berbuat lebih.  

4. Dengan bijak Daud memanfaatkan kesempatan ini untuk 

mengambil hati mereka (ay. 7). Mereka sudah memberikan 

penghormatan terakhir kepada Saul, dan Daud ingin supaya 

penghormatan itu menjadi yang terakhir: “Aku telah diurapi 

oleh kaum Yehuda menjadi raja, dan berhikmatlah bagiku un-

tuk seia sekata dan bertindak gagah berani bersama mereka.” 

Kita tidak boleh menyayangi orang yang sudah mati dengan 

begitu rupa, betapa tinggi pun kita menghargai mereka, hingga 

mengabaikan atau memandang rendah berkat-berkat yang 

kita peroleh dari orang-orang yang masih hidup, yang telah 

dibangkitkan Allah bagi kita sebagai pengganti orang yang 

sudah mati itu. 

Perang Saudara di Israel 

(2:8-17)  

8 Abner bin Ner, panglima Saul, telah mengambil Isyboset, anak Saul, dan 

membawanya ke Mahanaim 9 serta menjadikannya raja atas Gilead, atas 

orang Asyuri, atas Yizreel, atas Efraim dan atas Benyamin, bahkan atas selu-

ruh Israel. 10 Isyboset bin Saul berumur empat puluh tahun pada waktu ia 

menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua tahun lamanya. Hanyalah 

kaum Yehuda yang mengikuti Daud. 11 Dan lamanya Daud memerintah di 

Hebron atas kaum Yehuda yaitu  tujuh tahun dan enam bulan. 12 Lalu 

Abner bin Ner dengan anak buah Isyboset bin Saul bergerak maju dari Maha-

naim ke Gibeon. 13 Juga Yoab, anak Zeruya, dan anak buah Daud bergerak 

maju. Mereka saling bertemu di telaga Gibeon, lalu tinggal di sana, pihak 

yang satu di tepi telaga sebelah sini, dan pihak yang lain di tepi telaga 

sebelah sana. 14 Berkatalah Abner kepada Yoab: “Biarlah orang-orang muda 

tampil dan mengadakan pertandingan di depan kita.” Jawab Yoab: “Baik.”  

15 Lalu tampillah mereka dan berjalan lewat dengan dihitung: dua belas 

orang dari suku Benyamin, dari Isyboset, anak Saul, dan dua belas orang 

dari anak buah Daud. 16 Kemudian mereka masing-masing menangkap ke-

pala lawannya, dan menikamkan pedangnya ke lambung lawannya, sehingga 

rebahlah mereka bersama-sama. Sebab itu tempat itu disebutkan orang 

Kitab 2 Samuel 2:8-17 

 587 

Helkat-Hazurim; letaknya dekat Gibeon. 17 Pada hari itu pertempuran sangat 

hebat, dan Abner serta orang-orang Israel terpukul kalah oleh anak buah Daud. 

Dalam perikop ini diceritakan tentang,  

I. Perseteruan antara dua raja, yaitu Daud, yang diangkat Allah 

sebagai raja, dan Isyboset, yang diangkat Abner sebagai raja. 

Orang akan berpikir bahwa, saat  Saul terbunuh, beserta semua 

anaknya yang cukup mempunyai pengertian dan keberanian un-

tuk maju ke medan pertempuran bersamanya, maka Daud akan 

naik takhta tanpa suatu perlawanan apa pun. Sebab seluruh Is-

rael tahu, bukan hanya bagaimana ia telah membuat dirinya me-

nonjol, melainkan juga bagaimana Allah dengan jelas telah mene-

tapkannya untuk naik takhta. namun  ada roh pertentangan yang 

begitu rupa, dalam akal bulus manusia, terhadap keputusan hik-

mat Allah, hingga orang yang begitu lemah dan bodoh seperti Isy-

boset, yang tidak dianggap pantas untuk pergi bersama ayahnya 

ke medan pertempuran, namun dianggap pantas meneruskan 

kedudukannya dalam pemerintahan, dan bukannya Daud, yang 

seharusnya meneruskan takhta dengan damai. Dalam hal ini 

kerajaan Daud merupakan perlambang dari kerajaan Mesias, 

yang untuk melawannya bangsa-bangsa rusuh dan para pembesar 

bermufakat bersama-sama (Mzm. 2:1-2).  

1. Abner yaitu  orang yang mengangkat Isyboset untuk menan-

dingi Daud, mungkin dalam semangatnya untuk melihat pene-

rus takhta berdasar  garis keturunan. Oleh sebab  mereka 

harus memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain, maka 

dalam hal ini mereka harus menjadi seperti bangsa-bangsa 

lain, bahwa mahkota harus diturunkan dari ayah kepada anak 

laki-laki. Atau lebih tepatnya, Abner mengangkat Isyboset 

sebab  ia mengasihi keluarga dan saudara-saudaranya sendiri 

sebab ia yaitu  paman Saul, dan sebab  ia tidak mempunyai 

cara lain untuk mempertahankan bagi dirinya tempat kehor-

matan yang ia duduki sekarang, sebagai panglima pasukan. 

Lihatlah betapa besar kejahatan yang dapat ditimbulkan oleh 

kesombongan dan hasrat yang menggebu-gebu dari satu 

orang. Isyboset tidak akan pernah mengangkat dirinya sendiri 

seandainya Abner tidak mengangkatnya dan memperalat diri-

nya untuk memenuhi tujuan-tujuannya sendiri.  


 588

2. Mahanaim, tempat Abner meneguhkan Isyboset sebagai raja, 

terletak di seberang sungai Yordan, di mana Daud dianggap 

tidak punya banyak pendukung. Selain itu, sebab  terletak 

jauh dari pasukan Daud, mereka bisa mempunyai waktu 

untuk memperkuat diri di tempat itu. Abner membangun mar-

kasnya di sana, dan semua suku Israel yang pendek pikiran-

nya, yaitu, orang Israel pada umumnya tunduk kepada Abner 

(ay. 9), kecuali suku Yehuda saja yang sepenuhnya mendu-

kung Daud. Ini merupakan ujian lanjutan bagi iman Daud 

terhadap janji Allah, dan bagi kesabarannya, apakah ia dapat 

menantikan waktu Allah untuk menggenapi janji-Nya itu.  

3. Ada yang tidak begitu jelas tentang lamanya persaingan di an-

tara kedua pihak ini. Daud memerintah selama sekitar tujuh 

tahun atas Yehuda saja (ay. 11), namun demikian dikatakan 

(ay. 10) Isyboset memerintah atas Israel hanya selama dua 

tahun. Jadi sebelum dua tahun itu, atau sesudahnya, atau 

kedua-duanya, Israel pada umumnya mendukung keluarga 

Saul (3:6), dan bukan satu orang tertentu dari keluarga itu, 

yang dimaklumkan oleh Abner. Atau Isyboset memerintah 

selama dua tahun ini sebelum perang pecah (ay. 12), yang 

berlanjut untuk waktu yang lama, bahkan selama lima tahun 

berikutnya (3:1). 

II.  Pertempuran tak terduga antara kedua pasukan mereka. 

1. Tidak tampak bahwa kedua belah pihak membawa seluruh 

pasukan mereka ke medan pertempuran, sebab yang terbunuh 

hanya sedikit saja (ay. 30-31). Kita dapat bertanya-tanya,  

(1) Mengapa orang-orang Yehuda tidak muncul dan bertindak 

dengan lebih bersemangat untuk Daud, untuk membuat 

seluruh bangsa itu takluk kepadanya. namun , ada kemung-

kinan, Daud tidak akan membiarkan mereka melakukan 

tindakan penyerangan, namun  lebih memilih untuk menung-

gu sampai serangan itu terjadi dengan sendirinya, atau 

lebih tepatnya sampai Allah melakukannya untuk Daud, 

tanpa menumpahkan darah orang Israel. Sebab bagi Daud, 

sebagai perlambang Kristus, darah itu sangat mahal (Mzm. 

72:14). Bahkan orang-orang yang menjadi seterunya dia 

Kitab 2 Samuel 2:8-17 

 589 

pandang sebagai rakyatnya, dan diperlakukannya demi-

kian.  

(2) Mengapa orang-orang Israel bisa, dalam pengertian terten-

tu, tidak berpihak, dan duduk diam di bawah pemerintah-

an Isyboset, selama bertahun-tahun, terutama mengingat 

tabiat-tabiat seperti apa yang ditunjukkan banyak dari 

suku-suku Israel pada saat itu seperti yang kita dapati 

dalam 1 Tawarikh 12:23, dst.: Orang-orang bijak, orang-

orang perkasa, orang-orang yang gagah berani, yang pandai 

berperang, dan tidak bercabang hati. Sekalipun begitu, 

selama tujuh tahun penuh, sepanjang yang bisa disaksi-

kan, sebagian besar dari mereka tampak tidak peduli siapa 

yang memerintah. Penyelenggaraan ilahi memenuhi tujuan-

tujuannya sendiri melalui kebodohan sejumlah orang pada 

waktu-waktu tertentu, dan tindakan dari orang-orang yang 

sama pada waktu-waktu lain. Mereka tidak selalu berbuat 

sesuai jati diri mereka sendiri, dan sekalipun begitu gerak-

gerik sang Penyelenggara tetap sama. 

2. Dalam pertempuran ini Abner yaitu  pihak penyerangnya. 

Daud duduk diam untuk melihat bagaimana perkara itu akan 

bergulir, namun  keluarga Saul, dan Abner sebagai kepalanya, 

maju menantang, dan mereka harus menanggung akibat bu-

ruknya. Oleh sebab itu, jangan terburu-buru kaubuat perkara 

pengadilan, atau maju memulai pertengkaran, sebab  pada 

akhirnya apa yang engkau dapat lakukan, kalau sesamamu 

telah mempermalukan engkau? (Ams. 25:8). Bibir dan tangan 

orang bodoh suka mencari gara-gara. 

3. Pusat peperangannya yaitu  Gibeon. Abner memilih tempat ini 

sebab  terletak dalam wilayah milik pusaka suku Benyamin, di 

mana Saul mempunyai paling banyak teman. Sekalipun begitu, 

sebab  Abner mengajukan peperangan, Yoab, panglima Daud, 

tidak menolaknya, namun  menerima tantangannya, dan mene-

muinya di telaga Gibeon (ay. 13). Kepentingan Daud, sebab  

dibangun di atas janji Allah, tidak takut terhadap tempat-tem-

pat yang tidak menguntungkan. Telaga di antara mereka mem-

berikan waktu kepada kedua belah pihak untuk berunding. 

4. Pertempuran itu pertama-tama diajukan oleh Abner, dan di-

terima oleh Yoab, sebagai pertempuran antara dua belas orang 

melawan dua belas orang pada masing-masing pihak. 


 590

(1) Tampak bahwa uji ketangkasan ini dimulai sebagai per-

mainan. Abner membuat usulan (ay. 14): Biarlah orang-

orang muda tampil dan mengadakan pertandingan di depan 

kita, seperti para petarung atau gladiator. Mungkin Saul 

sudah memakai orang-orangnya dalam permainan-per-

mainan yang biadab ini, seperti seorang penguasa yang 

benar-benar lalim. Dan Abner telah belajar dari Saul untuk 

menjadikan luka dan kematian sebagai bahan lelucon, dan 

menghibur dirinya dengan adegan-adegan yang penuh 

darah dan kengerian. saat  Abner berkata, “Biarlah mere-

ka bermain di depan kita” (KJV), yang dimaksudkannya ada-

lah, “Biarlah mereka bertarung di depan kita.” Demikianlah 

orang bodoh mencemoohkan dosa. namun  tidak layak 

disebut sebagai manusia, orang yang mempermainkan da-

rah manusia seperti itu, yang menembakkan panah api, 

panah dan maut seperti itu, dan berkata, aku hanya ber-

senda gurau (Ams. 26:18-19). Yoab, sebab  sudah dididik 

di bawah Daud, mempunyai hikmat yang begitu besar 

hingga tidak akan mengajukan usulan seperti itu. Namun 

ia tidak mempunyai ketetapan hati yang cukup kuat untuk 

menolak dan menentang saat  orang lain mengajukan 

usulan itu. Yoab memegang sebuah jabatan terhormat, dan 

menganggap sebagai noda bagi nama baiknya jika ia meno-

lak sebuah tantangan, dan itulah sebabnya ia berkata, 

biarlah mereka tampil. Bukan berarti ia suka dengan per-

mainan itu, atau berharap pertandingan satu lawan satu 

itu yang harus menentukan menang kalah. Ia hanya tidak 

mau digertak oleh lawannya. Berapa banyak nyawa berhar-

ga yang telah dikorbankan seperti itu demi menuruti ke-

mauan yang semena-mena dari orang-orang congkak! Dua 

belas orang dari masing-masing pihak pun dipanggil seba-

gai para petarung untuk memasuki gelanggang pertanding-

an, untuk menentukan mati hidup, bukan nyawa orang 

lain, melainkan nyawa sendiri. Para petarung dari pihak 

Abner tampak yang paling bersemangat maju, sebab mere-

kalah yang pertama-tama tampil (ay. 15), mungkin sebab  

sudah dididik dalam hasrat yang bodoh untuk menuruti 

kemauan panglima besar mereka. Akan namun ,  

 

Kitab 2 Samuel 2:18-24 

 591 

(2) Bagaimanapun dimulainya, pertandingan itu berakhir da-

lam darah (ay. 16): Mereka menikamkan pedangnya ke lam-

bung lawannya, didorong oleh kehormatan, bukan oleh 

permusuhan, sehingga rebahlah mereka bersama-sama, 

yaitu, kedua puluh empat orang itu mati terbunuh. Betapa 

mereka menjadi lawan yang sepadan satu terhadap yang 

lain, dan betapa teguhnya tekad mereka, hingga tak ada 

pihak yang mau memohon ataupun memberi ampun. Mere-

ka, seolah-olah atas persetujuan bersama (menurut Yose-

fus) membunuh satu sama lain dengan saling melukai. 

Orang-orang yang menghabisi nyawa orang lain sering kali 

menghilangkan nyawa mereka sendiri, dan maut pun da-

tang menaklukkan dan berderap-derap penuh kemenang-

an. Kekerasan hati yang luar biasa dari kedua belah pihak 

diingat melalui nama yang diberikan kepada tempat itu: 

Heldath-hazzurim – medan pertempuran orang-orang ber-

kepala batu, orang-orang yang bukan hanya kuat tubuhnya, 

melainkan juga teguh tak tergoyahkan, yang tidak gentar 

menatap maut. Namun orang-orang yang berani telah 

dijarah, mereka terlelap dalam tidurnya (Mzm. 76:6). Sung-

guh kehormatan yang menyedihkan untuk dibeli orang, de-

ngan harga yang begitu mahal! Orang-orang yang kehilangan 

nyawa mereka demi Kristus akan memperolehnya kembali. 

5. Seluruh tentara pada akhirnya ikut bertempur, dan pasukan-

pasukan Abner dikalahkan habis-habisan (ay. 17). Pertempur-

an sebelumnya yaitu  pertempuran seri, orang-orang dari ke-

dua belah pihak semuanya terbunuh. Dan sebab  itu mereka 

harus mencobanya sekali lagi, di mana, seperti yang sering 

terjadi, orang-orang yang pertama-tama melontarkan tantang-

an biasanya pergi dengan kekalahan. Daud mempunyai Allah 

di pihaknya, dan oleh sebab itu pihaknya menang. 

Asael Dibunuh oleh Abner 

(2:18-24)  

18 Ketiga anak laki-laki Zeruya, yakni Yoab, Abisai dan Asael ada di sana; 

Asael cepat larinya seperti kijang di padang. 19 Asael mengejar Abner dan ti-

dak menyimpang ke kanan atau ke kiri dalam membuntutinya. 20 Lalu Abner 

berpaling ke belakang dan bertanya: “Engkaukah itu Asael?” Jawabnya: “Ya, 

aku.” 21 Kemudian berkatalah Abner kepadanya: “Menyimpanglah ke kiri atau 


 592

ke kanan, tangkaplah salah seorang dari orang-orang muda itu dan ambillah 

senjatanya.” namun  Asael tidak mau berhenti membuntuti Abner. 22 Berkata-

lah sekali lagi Abner kepada Asael: “Berhentilah membuntuti aku. Apa aku 

harus memukul engkau sampai jatuh? Bagaimana aku dapat memandang 

muka Yoab, abangmu itu?” 23 namun  Asael menolak berhenti. Lalu Abner 

menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombaknya, sehingga tombak 

itu menembus belakangnya; dan rebahlah ia di sana dan mati di tempat itu 

juga. Semua orang yang datang ke tempat Asael rebah dan mati itu, berhenti 

di sana. 24 namun  Yoab dan Abisai mengejar Abner. saat  matahari masuk 

dan mereka sampai ke dekat bukit Ama, yang ada di sebelah timur Giah, ke 

arah padang gurun Gibeon. 

Kita mendapati dalam perikop ini perseteruan antara Abner dan Asael. 

Asael, saudara laki-laki Yoab dan saudara sepupu Daud, yaitu  salah 

satu panglima utama dari pasukan-pasukan Daud, dan termasyhur 

akan kecepatannya dalam berlari: ia cepat larinya seperti kijang di 

padang (ay. 18). Ia mendapat julukan ini sebab  cepat mengejar, 

bukan sebab  cepat melarikan diri. Namun demikian, dapat kita duga, 

ia tidak sebanding dengan Abner sebagai prajurit yang terampil dan 

berpengalaman. Oleh sebab itu, kita harus mengamati, 

I. Betapa gegabahnya Asael dalam berusaha menjadikan Abner 

sebagai tahanannya. Ia mengejar Abner, dan bukan yang lain (ay. 

19). sebab  bangga akan hubungannya dengan Daud dan Yoab, 

akan kecepatannya sendiri, dan akan keberhasilan pihaknya, 

maka sekarang sang prajurit muda itu tidak akan puas dengan 

piala kemenangan apa pun yang kurang dari Abner sendiri, entah 

dalam keadaan terbunuh atau terbelenggu. Pikirnya, jika ia dapat 

membunuh Abner atau menahannya, hal itu akan mengakhiri 

perang dan akan berhasil membuka jalan Daud menuju takhta. 

Hal ini membuat Asael sangat bersemangat dalam mengejar 

Abnel, dan mengabaikan semua kesempatan lain untuk menang-

kap orang lain yang ditemuinya di jalan, di sebelah kanan dan di 

sebelah kirinya. Matanya hanya tertuju pada Abner. Rancangan 

itu berani, seandainya Asael par negotio – mampu melakukan pe-

kerjaannya. namun  janganlah orang yang cepat bermegah dalam 

kecepatannya, seperti juga orang yang kuat janganlah bermegah 

dalam kekuatannya. Maka, magnis excidit ausis – ia pun binasa 

dalam upaya yang terlalu besar baginya. 

Kitab 2 Samuel 2:18-24 

 593 

II.  Betapa Abner bermurah hati dalam memberi tahu Asael tentang 

bahaya yang dihadapi Asael dengan tindakannya itu. Abner me-

nasihati Asael untuk tidak menantang malapetaka (2Taw. 25:19).  

1. Abner meminta Asael untuk berpuas diri dengan mangsa yang 

lebih kecil saja (ay. 21): “Tangkaplah salah seorang dari orang-

orang muda itu, jarahlah dia dan jadikanlah dia tahananmu. 

Tangkaplah orang yang mampu kautangkap, namun  jangan 

berlagak menyerang orang yang jauh lebih unggul daripada 

kamu.” Berhikmatlah kita jika, dalam semua perseteruan, kita 

membandingkan kekuatan kita sendiri dengan kekuatan se-

teru-seteru kita, dan berjaga-jaga supaya tidak menilai tinggi 

diri kita sendiri, supaya jangan sampai pada akhirnya kita 

terbukti sebagai musuh bagi diri kita sendiri (Luk. 14:31).  

2. Abner memohon kepada Asael supaya Asel tidak mendesak 

Abner hingga terpaksa membunuhnya untuk membela diri, 

yang sangat enggan dilakukannya, namun  yang harus ia laku-

kan daripada dibunuh oleh Asael (ay. 22). Abner, tampaknya, 

mengasihi Yoab atau takut kepadanya. Sebab ia sangat enggan 

membangkitkan amarah Yoab, yang pasti akan demikian jika 

ia membunuh Asael. Sungguh terpuji jika pihak-pihak yang 

bermusuhan menghormati satu sama lain seperti itu. Kepe-

dulian Abner tentang bagaimana ia harus memberikan per-

tanggungjawaban kepada Yoab memberikan alasan untuk 

curiga bahwa ia benar-benar percaya Daud akan memperoleh 

kerajaan pada akhirnya, sesuai dengan ketetapan ilahi. Dan 

dengan begitu, dengan menentang Daud, ia bertindak mela-

wan hati nuraninya. 

III. Betapa mematikannya kecerobohan Asael bagi dirinya sendiri. Ia 

menolak untuk menyimpang, sebab  menyangka bahwa Abner 

berbicara dengan begitu sopan sebab  takut kepadanya. namun  

apa yang terjadi? Begitu Asael datang mendekat dari belakang, 

Abner menghantam ke belakang dengan pukulan mematikan (ay. 

23): Abner menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombak-

nya, dan Asael tidak sadar akan bahaya ini. Ini yaitu  bagian 

tombak yang tidak dikenal baik oleh Asael, dan tidak dipelajarinya 

untuk berjaga-jaga. namun  Abner, mungkin, sudah menggunakan 

bagian itu sebelumnya, dan membunuh musuh dengannya, dan 


 594

kali ini ia juga berhasil melakukannya. Asael mati sesaat  sebab  

luka itu. Lihatlah di sini,  

1. Betapa kematian sering kali mendatangi kita melalui jalan-

jalan yang paling tidak kita duga. Siapa yang takut dengan 

tangan musuh yang sedang melarikan diri, atau dengan ujung 

tombak? Namun dari hal-hal inilah Asael menerima lukanya 

yang mematikan.  

2. Betapa kita sering kali dikhianati oleh pencapaian-pencapaian 

yang kita banggakan. Kecepatan Asael, yang begitu ia megah-

kan, tidak ada manfaatnya, malah justru mempercepat ajal-

nya. Dengan kecepatan itu ia berlari menyongsong kematian-

nya, dan bukannya berlari menjauh darinya. Kematian Asael 

tidak hanya menyelamatkan Abner dari tangan Asael, namun  

juga menghentikan sepenuhnya pengejaran sang penakluk itu, 

dan memberi Abner waktu untuk memulihkan diri kembali. 

Sebab, semua orang yang datang ke tempat itu berhenti di 

sana. Hanya Yoab dan Abisai, bukannya berkecil hati, malah 

menjadi geram sebab nya, dan mengejar Abner dengan ke-

marahan yang meluap-luap (ay. 24). Dan mereka pada akhir-

nya berhasil menyusul Abner kira-kita pada waktu matahari 

terbenam, saat  malam yang menjelang mengharuskan mere-

ka untuk beristirahat. 

Permohonan Gencatan Senjata oleh Abner 

(2:25-32) 

25 berhimpunlah bani Benyamin di belakang Abner menjadi satu gabungan 

dan bersiap-siap di puncak sebuah bukit. 26 Berserulah Abner kepada Yoab: 

“Haruskah pedang makan terus-menerus? Tidak tahukah engkau, bahwa 

kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau menga-

takan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-sau-

daranya?” 27 Jawab Yoab: “Demi Allah yang hidup, sekiranya engkau ber-

bicara tadi, maka tentulah sudah dari tadi pagi rakyat menarik diri dari 

memburu saudara-saudaranya.” 28 Lalu Yoab meniup sangkakala dan selu-

ruh rakyat berhenti; mereka tidak lagi mengejar orang Israel dan tidak ber-

perang lagi. 29 Semalam-malaman Abner dan orang-orangnya berjalan mela-

lui Araba-Yordan, menyeberangi sungai Yordan, berjalan terus hampir sepan-

jang siang, lalu sampai ke Mahanaim. 30 saat  Yoab berhenti memburu 

Abner dan menghimpunkan seluruh rakyat, ternyata sembilan belas orang 

dari anak buah Daud hilang termasuk Asael. 31 namun  anak buah Daud me-

newaskan dari suku Benyamin, dari orang-orang Abner, tiga ratus enam 

puluh orang. 32 Mereka mengangkat mayat Asael dan menguburkannya di 

dalam kubur ayahnya yang di Betlehem. Kemudian berjalanlah Yoab dan

Kitab 2 Samuel 2:25-32 

 595 

orang-orangnya semalam-malaman itu dan sampai ke Hebron, saat  hari su-

dah terang. 

Dalam perikop ini,  

I. Abner, sebab  sudah ditaklukkan, dengan hina memohon gencat-

an senjata. Ia mengumpulkan sisa-sisa pasukannya di puncak 

sebuah bukit (ay. 25), seolah-olah ia akan maju berperang lagi, 

namun  malah memohon dengan rendah hati kepada Yoab untuk 

memberikan sedikit waktu untuk bernapas (ay. 26). Orang yang 

paling tergerak untuk maju berperang menjadi yang pertama yang 

merasa cukup dengannya. Orang yang menjadikan pertumpahan 

darah sebagai bahan lelucon, Biarlah orang-orang muda tampil 

dan mengadakan pertandingan di depan kita (ay. 14),  sekarang 

merasa terguncang oleh pertumpahan darah, saat  ia mendapati 

dirinya berada di pihak yang kalah, dan pedang yang dihunusnya 

dengan begitu enteng mengancam akan mengenai dirinya sendiri. 

Amatilah bagaimana nada suaranya berubah. Dulu pertempuran 

itu hanyalah bermain-main dengan pedang, sekarang, haruskah 

pedang makan terus-menerus? Pedang itu hanya makan satu hari, 

namun baginya terasa selama-lamanya, sebab pedang itu mela-

wannya. Dan betapa sekarang ia sangat ingin supaya matahari 

tidak terbenam sebelum padam amarah. Sekarang ia dapat ber-

seru kepada Yoab sendiri tentang akibat-akibat yang menyeng-

sarakan dari perang saudara: Tidak tahukah engkau, bahwa 

kepahitan datang pada akhirnya? Peristiwa itu akan direnungkan 

kembali dengan penyesalan, saat  segala sesuatunya diperhi-

tungkan. Sebab, siapa pun yang menang dalam perang saudara, 

rakyatlah yang pasti kalah. Mungkin Abner merujuk pada kepa-

hitan yang ada di antara suku-suku Israel, pada akhir perang 

mereka dengan suku Benyamin, saat  mereka menangis pedih 

atas segala kehancuran yang sudah mereka buat sendiri (Hak. 

21:2). Sekarang ia memohon kepada Yoab untuk meniup sangka-

kala tanda berhenti, dan berseru bahwa mereka yaitu  sesama 

saudara, yang tidak boleh saling gigit dan saling lahap. Orang yang 

pada pagi hari ingin membuat Yoab menyuruh rakyat untuk me-

nyerang saudara-saudaranya, sekarang ingin membuat Yoab me-

nyuruh mereka untuk meletakkan senjata mereka. Lihatlah di sini,  


 596

1. Betapa mudah orang menggunakan akal budi jika itu mendu-

kung mereka, sementara mereka tidak mau menggunakannya 

jika itu melawan mereka. Seandainya Abner yaitu  penakluk-

nya, pastilah ia tidak akan mengeluh tentang keserakahan pe-

dang dan kesengsaraan-kesengsaraan perang saudara. Tidak 

pula ia akan berseru bahwa kedua belah pihak yaitu  sesama 

saudara. Akan namun , saat  mendapati dirinya dikalahkan, 

semua alasan ini dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk men-

cari jalan mundur dan menyelamatkan pasukan-pasukannya 

yang terpencar supaya tidak dibinasakan.  

2. Bagaimana akhir dari segala sesuatu mengubah pikiran orang. 

Hal yang sama yang tampak menyenangkan pada pagi hari, 

tampak suram pada malam hari. Orang-orang yang paling ter-

gerak untuk memasuki pertikaian, mungkin akan menyesalinya 

sebelum mereka selesai bertikai. Dan sebab  itu lebih baik 

undur sebelum perbantahan mulai, seperti yang dinasihatkan 

Salomo. Hal ini juga benar mengenai setiap dosa. Oh, semoga 

saja orang mau mempertimbangkannya sebelum terlambat! 

Bahwa dosa akan menjadi kepahitan pada akhirnya. Dosa pada 

akhirnya memagut seperti ular orang-orang yang disanjungnya. 

II. Yoab, meskipun seorang penakluk, dengan murah hati mengabul-

kan permintaan Abner, dan meniup sangkakala tanda berhenti, 

sebab  ia mengenal baik pikiran tuannya dan betapa tuannya 

membenci pertumpahan darah. Memang pantas bagi dia untuk 

mengecam Abner atas hasratnya yang menggebu-gebu untuk ber-

tempur, dan menyalahkan Abner sebab  sudah ada begitu banyak 

pertumpahan darah (ay. 27): “Sekiranya engkau berbicara tadi,” 

yaitu, “sekiranya engkau tidak memberi perintah untuk bertem-

pur, dan menyuruh orang-orang muda untuk tampil dan bertan-

ding di depan kita, maka tak seorang pun dari kita akan meng-

angkat tangan untuk saling hantam, atau menghunus pedang 

untuk saling bunuh di antara kita. Engkau mengeluh bahwa 

pedang memakan, namun  siapa yang pertama-tama menghunus-

nya? Siapa yang memulai? Sekarang engkau ingin supaya rakyat 

dipisahkan, namun  ingat siapa yang menyuruh mereka untuk ber-

tempur. Kita seharusnya sudah menarik diri pada pagi hari sean-

dainya engkau tidak memberi tantangan.” Orang-orang yang pa-

ling tergerak untuk membuat kejahatan biasanya menjadi yang 

Kitab 2 Samuel 2:25-32 

 597 

pertama yang mengeluhkannya. Hal ini bisa saja dipakai untuk 

membenarkan Yoab seandainya ia terus mendesakkan kemenang-

annya, dan membinasakan pasukan-pasukan Abner sehabis-ha-

bisnya. namun  seperti orang yang mengasihani kesalahan musuh-

musuhnya, dan enggan membuat pasukan Israel membayar ma-

hal atas kebodohan panglima mereka, ia dengan sangat terhor-

mat, melalui bunyi sangkakala, menghentikan pengejaran itu (ay. 

28) dan membiarkan Abner mundur teratur. Sungguh tindakan 

yang penuh hikmat untuk mencegah pertumpahan darah. Sama 

seperti para prajurit di sini sangat patuh terhadap perintah-perin-

tah sang panglima, demikian pula Yoab, tidak diragukan lagi, sa-

ngat taat juga dalam menjalankan perintah-perintah rajanya, yaitu 

dalam mengusahakan kesejahteraan seluruh Israel, dan tidak ingin 

menyakiti seorang pun.  

III. Pasukan-pasukan itu dipisahkan, kedua-duanya menarik diri ke 

tempat-tempat dari mana mereka datang, dan kedua-duanya 

berjalan dengan berbaris pada malam hari, Abner ke Mahanaim, 

di seberang sungai Yordan (ay. 29), dan Yoab ke Hebron, tempat 

Daud berada (ay. 32). Orang-orang yang terbunuh dari kedua 

belah pihak dihitung. Pada pihak Daud, hanya sembilan belas 

orang yang hilang, selain Asael (ay. 30), yang lebih berharga 

daripada semuanya. Sedangkan pada pihak Abner, ada tiga ratus 

enam puluh orang yang terbunuh (ay. 31). Dalam perang-perang 

saudara sebelumnya, pembantaian besar-besaran telah terjadi 

(lih. Hak. 12:6, 20:44), dan pembantaian kali ini tidak ada apa-

apanya dibandingkan dengan semua perang saudara itu. Kiranya 

orang Israel menjadi bertambah bijak dan lebih bisa menahan 

diri. Pemakaman Asael disebutkan di sini. Yang lain dikuburkan 

di medan pertempuran, namun  Asael dibawa ke Betlehem, dan 

dikuburkan di makam ayahnya (ay. 32). Demikianlah dibuat pem-

bedaan antara debu sebagian orang dan debu sebagian yang lain. 

namun  pada hari kebangkitan, tidak ada pembedaan yang akan 

dibuat selain pembedaan antara orang saleh dan orang durhaka, 

yang akan tetap untuk selama-lamanya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  3  

ertempuran antara Yoab dan Abner tidak mengakhiri perseteruan 

antara kedua keluarga Saul dan Daud. namun  dalam pasal ini 

perseteruan itu sedang menuju kesudahannya. Dalam pasal ini 

diceritakan tentang,  

I. Bertambahnya pengaruh Daud secara perlahan-lahan (ay. 1).  

II. Dibangunnya keluarga Daud (ay. 2-5).  

III. Pertengkaran Abner dengan Isyboset, dan perjanjian Abner 

dengan Daud (ay. 6-12).  

IV. Langkah-langkah awal perjanjian diadakan (ay. 13-16).  

V. Tindakan dan usaha Abner untuk membawa Israel kepada 

Daud (ay. 17-21).  

VI. Pembunuhan yang penuh pengkhianatan terhadap Abner 

oleh Yoab, saat  Abner sedang melakukan usahanya itu (ay. 

22-27).  

VII. Keprihatinan dan kesusahan Daud yang besar atas kematian 

Abner (ay. 28-39). 

Istri-istri dan Anak-anak Daud 

(3:1-6) 

1 Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud 

kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah. 2 Di 

Hebron lahirlah bagi Daud anak-anak lelaki. Anak sulungnya ialah Amnon, 

dari Ahinoam, wanita   Yizreel; 3 anaknya yang kedua ialah Kileab, dari 

Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel; yang ketiga ialah Absalom, anak 

dari Maakha, anak wanita   Talmai raja Gesur; 4 yang keempat ialah 

Adonia, anak dari Hagit; yang kelima ialah Sefaca, anak Abital; 5 dan yang 

keenam ialah Yitream, dari Egla, isteri Daud. Semuanya ini dilahirkan bagi 

Daud di Hebron. 6 Selama ada peperangan antara keluarga Saul dan keluarga 

Daud, maka Abner makin mendapat pengaruh di antara keluarga Saul. 


 600

Dalam perikop ini diceritakan tentang,  

I. Pergumulan yang dialami Daud dengan keluarga Saul sebelum ia 

sepenuhnya menduduki takhta (ay. 1).  

1. Kedua pihak bertikai. Keluarga Saul, meskipun terpenggal ke-

palanya dan menyusut, namun tidak mau jatuh begitu saja. 

Tidak aneh bahwa perang pecah di antara mereka, namun  orang 

akan bertanya-tanya mengapa perang itu harus berlarut-larut, 

saat  keluarga Daud ada di pihak yang benar, dan sebab  itu 

ada Allah di pihaknya. Akan namun , meskipun kebenaran dan 

keadilan akan menang pada akhirnya, Allah memperpanjang 

perseteruan itu untuk tujuan-tujuan yang bijak dan kudus. Ber-

larut-larutnya perang ini menguji iman dan kesabaran Daud, 

dan membuatnya semakin diterima rakyat saat ia naik takhta.  

2. Pihak Daud semakin kokoh. Keluaga Saul kian lama kian 

lemah, kehilangan tempat-tempat, kehilangan orang-orang, 

tenggelam nama baiknya, semakin tidak berpengaruh, dan 

gagal dalam setiap pertempuran. namun  keluarga Daud kian 

lama kian kuat. Banyak orang meninggalkan keluarga Saul 

yang semakin merosot pengaruhnya, dan dengan bijak mulai 

berpihak pada kepentingan Daud, sebab  yakin bahwa ia pasti 

akan menang. Perseteruan antara anugerah dan kebobrokan 

dalam hati orang-orang percaya, yang dikuduskan hanya seba-

gian, cocok dibandingkan dengan perseteruan yang dicatat di 

sini. Ada perang yang berlarut-larut di antara keduanya, ke-

inginan daging berlawanan dengan keinginan roh, dan keingin-

an roh berlawanan dengan keinginan daging. Akan namun , 

seiring diteruskannya karya pengudusan, maka kebobrokan, 

seperti keluarga Saul, kian lama kian lemah. Sementara 

anugerah, seperti keluarga Daud, kian lama kian kuat, sampai 

ia menjadi manusia sempurna, dan hukum menjadi menang. 

II. Pertambahan jumlah keluarga Daud sendiri. Dalam perikop ini 

diceritakan tentang enam anak yang dimiliki Daud dari enam 

orang istri, selama tujuh tahun ia memerintah di Hebron. Mung-

kin hal ini disebutkan di sini sebagai sesuatu yang memperkuat 

pengaruh Daud. Setiap anak bertumbuh sejahtera dalam masya-

rakat yang aman, dan terpeliharanya mereka oleh Daud memberi 

tanda segar kepada masyarakat bahwa mereka aman. Orang yang

Kitab 2 Samuel 3:1-6 

 601 

 tabung panahnya diisi dengan anak-anak panah ini akan berbicara 

dengan musuhnya di pintu gerbang (Mzm. 127:5). Sama seperti 

kematian anak-anak Saul memperlemah pengaruhnya, demikian 

pula kelahiran anak-anak Daud memperkuat pengaruhnya.  

1. yaitu  kesalahan Daud bahwa ia mempunyai banyak istri 

seperti itu, bertentangan dengan hukum Taurat (Ul. 17:17). 

Dan itu merupakan contoh yang buruk bagi para penerusnya.  

2. Tidak tampak bahwa selama tujuh tahun ini ia mempunyai 

lebih dari satu anak dari tiap-tiap istrinya. Sebagian orang 

bisa mempunyai keturunan yang sama banyaknya, dan men-

dapat kehormatan dan penghiburan yang jauh lebih besar, 

dari satu istri.  

3. Kita tidak membaca bahwa seorang pun dari anak-anak ini 

menjadi ternama dan tiga di antaranya mendapat nama 

buruk, yaitu Amnon, Absalom, dan Adonia. Oleh sebab itu, 

beralasan bagi kita untuk bersukacita dengan gemetar dalam 

bertambahnya anggota keluarga kita.  

4. Anak laki-lakinya dari Abigail bernama Kileab (ay. 3), semen-

tara dalam 1 Tawarikh 3:1 ia disebut Daniel. Us