Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 34. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 34. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 34


 ng diinginkan Daud 

(2Sam. 23:15). Akan namun  Boas juga mengajaknya saat   

sudah waktu makan datang dan makan roti mereka (ay. 14). 

Sungguh, Rut boleh mengambil saus mereka juga: “Mari, 

celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini,” untuk membuat-

nya lezat. sebab , Allah memperkenankan bagi kita bukan 

hanya makanan yang mengandung gizi namun juga mem-

bangkitkan selera, bukan hanya untuk memenuhi kebu-

tuhan, melainkan juga untuk kenikmatan. Dan sebagai 

dorongan bagi Rut, dan perintah bagi pelayan-pelayannya, 

Boas sendiri, yang kebetulan hadir saat   para penyabit 

duduk makan, mengunjukkan benih gandum kepadanya 

untuk dimakan. Bukanlah hal yang hina bagi tangan yang 

paling halus untuk mengulurkan tangannya kepada yang 

miskin (Ams. 31:20), dan digunakan untuk melayani orang 

miskin. Perhatikanlah, Boas tidak menghemat persediaan 

makanannya untuk penyabit-penyabitnya, melainkan me-

ngirimi mereka jauh lebih dari cukup untuk mereka sendiri 

sehingga dapat menjadi jamuan bagi orang asing. Demi-

kianlah ada yang menyebar harta, namun  bertambah kaya. 

(4) Boas memuji Rut atas sikap hormat penuh tanggung 

jawabnya terhadap ibu mertuanya, yang, walaupun Boas 

tidak melihatnya sendiri, namun sudah mendengar tentang 

dia (ay. 11): “Telah dikatakan orang kepadaku dengan leng-

kap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertua-

mu.” Catatlah, orang yang melakukan kebaikan harus di-

puji sebab nya. Namun yang membuat Boas memujinya se-

cara khusus yaitu  bahwa Rut telah meninggalkan tanah 

kelahirannya sendiri, dan telah menjadi pemeluk baru aga-

ma Yahudi. sebab  demikianlah Alkitab terjemahan bahasa 

Aram menjelaskannya: “Engkau telah menjadi pemeluk 

baru agama Yahudi, dan tinggal di antara suatu bangsa 

yang dahulu tidak engkau kenal.” Barang siapa meninggal-

kan segala-galanya untuk memeluk agama sejati layak un-

tuk mendapatkan penghargaan dua kali lipat. 

(5) Boas berdoa untuk Rut (ay. 12): “Tuhan kiranya membalas 

perbuatanmu itu.” Rasa sayang Rut yang kuat terhadap 

kewargaan Israel, yang berdasar  kelahiran ia tidak ter-

masuk di dalamnya, betul-betul merupakan karya anuge-

rah ilahi di dalam dirinya sehingga pastilah akan dikaru-

niai upah penuh oleh Dia yang di bawah sayap-Nya dia 

datang berlindung. Perhatikanlah, orang-orang yang de-

ngan iman datang berlindung di bawah anugerah ilahi, dan 

memiliki kepuasan dan keyakinan penuh dalam anugerah 

itu, boleh merasa yakin akan balasan upah penuh atas apa 

yang mereka lakukan itu. Dari ungkapan ini, orang Yahudi 

menggambarkan orang yang baru percaya sebagai orang 

yang dikumpulkan di bawah perlindungan kekuasaan ilahi. 

(6) Boas mendorong Rut untuk meneruskan pekerjaannya me-

mungut jelai. Kebaikan terbesar yang dapat kita lakukan 

bagi saudara kita yang miskin yaitu  membantu dan men-

dorong kerajinannya. Boas menyuruh para pelayannya un-

tuk membiarkan dia memungut di antara berkas-berkas, 

sedangkan pemungut-pemungut lainnya tidak boleh ke 

situ, dan tidak boleh mencela dia, artinya, tidak boleh 

menyebut dia pencuri, atau mencurigai dia mengambil lebih 

banyak dari yang diperbolehkan baginya (ay. 15). Semua ini 

menunjukkan betapa Boas yaitu  seorang pria yang ber-

jiwa murah hati, dan orang yang, sesuai hukum Taurat, 

mempertimbangkan perasaan orang asing. 

3. Rut menerima perkenanan Boas dengan penuh kerendahan 

hati dan rasa syukur, dan bersikap sopan seperti yang seha-

rusnya diperbuatnya, tanpa terlintas dalam benaknya bahwa 

dirinya akan segera menjadi nyonya pemilik ladang tempat 

sekarang dia memungut jelai. 

(1) Rut menunjukkan penghargaan sebaik mungkin kepada 

Boas, dan memberikan penghormatan kepadanya, sesuai 

dengan kebiasaan di negeri itu (ay. 10): Lalu sujudlah Rut 

menyembah dengan mukanya sampai ke tanah. Perhatikan-

lah, sopan santun yaitu  perhiasan jelita bagi agama, dan 

kita harus memberikan hormat kepada orang yang berhak 

menerima hormat. 

(2) Dengan rendah hati ia mengakui dirinya tidak layak mene-

rima pertolongan Boas: “Aku ini seorang asing (ay. 10) dan 

tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perem-

puan (ay. 13), berpakaian tidak terlalu bagus dan berpen-

didikan tidak terlalu baik, tidak terlalu rapi ataupun ber-

guna.” Perhatikanlah, memang sudah sepantasnya bagi 

kita semua untuk menilai diri sendiri dengan rendah hati 

dan memperhatikan apa yang kurang pada diri kita, de-

ngan menghargai orang lain lebih daripada diri kita sendiri. 

(3) Dengan penuh rasa terima kasih ia mengakui kebaikan 

Boas kepadanya. Walaupun kebaikan itu bukanlah pengor-

banan besar bagi Boas, atau jauh lebih besar dari yang ha-

rus dia berikan menurut hukum ilahi, namun Rut menga-

gungkan dan mengagumi kebaikannya itu: “Mengapakah 

aku mendapat belas kasihan dari padamu?” (ay. 10). 

(4) Rut memohon kelanjutan maksud baik Boas: “Biarlah aku 

mendapat belas kasihan dari pada tuan” (ay. 13, TL), dan 

mengakui bahwa yang Boas katakan menyenangkan bagi-

nya: “Tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan 

hati hambamu ini.” Orang-orang besar dan memiliki kedu-

dukan tinggi tidak tahu betapa besar kebaikan yang dapat 

mereka lakukan kepada orang-orang di bawah mereka 

dengan pandangan yang baik atau dengan berbicara ramah 

kepada mereka. Dan kecil sekali pengorbanannya, sehingga 

orang akan berpikir, mereka seharusnya tidak menggerutu, 

saat   hal itu menambah nilai kebaikan mereka. 

(5) saat   Boas memberinya makan malam bersama penyabit-

penyabitnya, dia hanya makan secukupnya saja, dan me-

ninggalkan sisanya, dan segera bangkit untuk memungut 

jelai kembali (ay. 14-15). Ia tidak, dengan dalih kurang 

makan atau telah banyak kerja, makan lebih banyak dari 

yang secukupnya baginya, atau sangat banyak sampai 

membuatnya tidak bisa bekerja di sore hari. Pengendalian 

diri yaitu  kawan bagi kerajinan, dan kita harus makan 

dan minum untuk memberi kita kekuatan untuk bekerja, 

bukan membuat kita tidak bisa lagi bekerja. 

Cerita Rut kepada Naomi 

(2:17-23) 

17 Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang 

dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya. 18 Diangkatnyalah 

itu, lalu masuklah ia ke kota. saat   mertuanya melihat apa yang dipungut-

nya itu, dan saat   dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa 

yang ada sesudah  kenyang itu, 19 maka berkatalah mertuanya kepadanya: “Di 

mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah 

kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!” Lalu diceritakannyalah 

kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: “Nama orang pada 

siapa aku bekerja hari ini ialah Boas.” 20 Sesudah itu berkatalah Naomi 

kepada menantunya: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela 

mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang 

mati.” Lagi kata Naomi kepadanya: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah 

salah seorang yang wajib menebus kita.” 21 Lalu kata Rut, perempuan Moab 

itu: “Lagipula ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sam-

pai mereka menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku.” 22 Lalu berkatalah 

Naomi kepada Rut, menantunya itu: “Ya anakku, sebaiknya engkau keluar 

bersama-sama dengan pengerja-pengerjanya perempuan,supaya  engkau 

jangan disusahi orang di ladang lain.” 23 Demikianlah Rut tetap dekat pada 

pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai 

jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal 

pada mertuanya. 

Di sini, 

I. Rut menyelesaikan pekerjaannya hari itu (ay. 17). 

1. Rut berhati-hatisupaya  tidak kehilangan waktu, sebab  itu 

dia memungut jelai sampai malam. Janganlah kita jemu ber-

buat baik, sebab  jika  sudah datang waktunya, kita akan 

menuai. Dia tidak membuat-buat alasan untuk duduk-duduk, 

atau pulang ke rumah lebih awal, namun  terus bekerja hingga 

petang hari. Marilah kita mengerjakan pekerjaan Dia yang

 mengutus kita, selama masih siang. Ia tidak memanfaatkan 

atau menyalahgunakan kebaikan Boas. Walaupun Boas me-

nyuruh bujang-bujangnya menyisakan sedikit untuknya, ia 

terus saja mengumpulkan bulir-bulir yang terserak. 

2. Rut berhati-hatisupaya  tidak kehilangan hasil yang ia kum-

pulkan, dengan mengiriknya sendiri,supaya  dapat lebih 

mudah membawa pulang ke rumah, dan siap untuk dimasak. 

Orang malas tidak akan menangkap buruannya, dan dengan 

demikian kehilangan manfaatnya, namun  orang rajin akan mem-

peroleh harta yang berharga (Ams. 12:27). Rut mengumpulkan 

jelai bulir demi bulir, namun, sesudah  semuanya dikumpulkan, 

ada seefa jelai, kira-kira empat takar. Sedikit demi sedikit 

lama-lama menjadi bukit. Yang menjadi dorongan bagi kerajin-

an yaitu  bahwa dalam setiap jerih payah, bahkan dalam 

pekerjaan memungut jelai, ada keuntungan, namun  kata-kata 

belaka mendatangkan kekurangan saja. Selesai mengemas 

jelainya seringkas mungkin, ia mengangkatnya sendiri, dan 

membawanya ke dalam kota, walaupun, seandainya dia me-

minta tolong, mungkin beberapa bujang Boas mau melaku-

kannya untuk dia. Kita harus belajar untuk sesedikit mungkin 

merepotkan orang-orang yang baik kepada kita. Ia tidak ber-

pikir bahwa membawa jelainya sendiri ke kota yaitu  pekerja-

an yang terlalu berat atau terlalu hina. Sebaliknya, ia senang 

dengan hasil yang ia dapatkan dengan kerajinannya sendiri, 

dan berhati-hati untuk melindunginya. Dan marilah kita juga 

berhati-hatisupaya  kita tidak kehilangan hal-hal yang telah 

kita kerjakan,  yang telah kita peroleh (2Yoh. 1:8). 

II. Rut menghormati ibu mertuanya, langsung pulang ke rumah dan 

tidak pergi mengobrol dengan bujang-bujang Boas. Ia menunjuk-

kan kepadanya apa yang dipungutnya itu,supaya  ibu mertuanya 

dapat melihat bahwa dia tidak bermalas-malasan. 

1. Rut menjamu ibu mertuanya dengan apa yang tersisa dari 

makan malamnya yang lezat yang diberikan Boas kepadanya. 

Ia memberi Naomi apa yang ia simpan, sesudah  ia makan secu-

kupnya (ay. 18), yang merujuk kepada ayat 14. Jika ada 

sesuatu yang terbaik diperolehnya, ibunya harus ikut merasa-

kannya juga. Jadi, sesudah  menunjukkan kerajinan di luar 

rumah, ia menunjukkan kesalehan di dalam rumah. Demi-

kianlah anak-anak yang merawat orangtua mereka disebutkan 

(1Tim. 5:4; KJV), dan ini yaitu  bagian dari sikap hormat ter-

hadap orangtua berdasar  sepuluh perintah Allah yang 

kelima (Mat. 15:6). 

2. Ia menceritakan kepada ibu mertuanya pekerjaannya hari itu, 

dan bagaimana ia mendapat perhatian dan perkenanan, se-

hingga sangat meringankan pekerjaannya. Sebab, hasil me-

mungut yang diperoleh seorang benar lebih baik daripada tuai-

an banyak orang jahat (Mzm. 37:16). 

(1) Naomi bertanya kepadanya dari mana dia: “Di mana engkau 

memungut?” Perhatikanlah, para orangtua harus peduli un-

tuk menanyakan kegiatan anak-anak mereka, bagaimana, 

dan di mana, dan siapa yang menemani mereka melewat-

kan waktu mereka. Ini dapat mencegah banyak perbuatan 

tidak semestinya yang diperbuat anak-anak jika mereka 

dibiarkan saja sendiri, yang dapat membawa aib baik bagi 

diri sendiri maupun orangtua mereka. Kita bukan penjaga 

saudara-saudara kita, namun  pasti kita ini yaitu  penjaga 

anak-anak kita. Dan kita tahu anak seperti apa Adonia itu, 

yang tidak pernah dimarahi. Para orangtua harus memerik-

sa anak-anak mereka, bukan untuk membuat mereka ta-

kut atau patah semangat, bukan dengan sedemikian rupa 

sehingga membuat mereka membenci rumah atau mem-

buat mereka tergoda untuk berbohong, melainkan untuk 

memuji mereka jika mereka berbuat baik, dan dengan 

lemah lembut menegur dan memperingatkan mereka jika 

mereka melakukan yang sebaliknya. Ini yaitu  pertanyaan 

yang bagus untuk kita tanyakan kepada diri kita sendiri 

pada akhir setiap hari, “Di mana aku memungut hari ini? 

Kemajuan apa yang telah aku buat dalam pengetahuan dan 

anugerah? Apakah yang telah aku lakukan atau peroleh 

yang akan menghasilkan sesuatu yang baik?” 

(2) Rut bercerita kepada Naomi secara khusus tentang kebaik-

an yang dia peroleh dari Boas (ay. 19), dan harapan-harap-

annya untuk terus mendapat kebaikan Boas, sebab  Boas 

menyuruh dia mengikuti bujang-bujangnya sepanjang selu-

ruh penuaian (ay. 21). Catatlah, anak-anak punya kewajib-

an untuk bertanggung jawab kepada orangtua mereka dan 

kepada orang-orang yang di atas mereka, dan tidak boleh 

merasa tersinggung saat   ditanyai. Hendaklah mereka per-

buat apa yang baik,supaya  mendapat pujian sebab nya. 

Rut memberitahu ibunya kebaikan apa yang Boas tunjuk-

kan kepadanya,supaya  ia dapat mengakui kebaikannya 

dan membalasnya dengan ungkapan terima kasih. Namun 

ia tidak memberitahu Naomi tentang bahwa Boas memuji-

nya (ay. 11). Kerendahan hati mengajar kita untuk bukan 

hanya memuji orang lain, melainkan juga tidak cenderung 

menyebarluaskan pujian yang kita dapat dari orang lain. 

(3) Di sini kita diberitahu apa yang Naomi katakan tentang hal 

itu. 

[1] Naomi berdoa dengan sepenuh hati untuk orang yang 

telah berbaik hati kepada anaknya, bahkan sebelum 

mengetahui siapa orang itu (ay. 19): “Diberkatilah kira-

nya orang, siapa pun dia, yang telah memperhatikan 

engkau itu,” dengan melepaskan anak panah doa begitu 

saja. namun  lebih khusus lagi saat   dia diberitahu 

siapa orang itu (ay. 20): “Diberkatilah kiranya orang itu 

oleh TUHAN.” Catatlah, orang miskin harus berdoa un-

tuk orang-orang yang baik dan murah hati kepada 

mereka, dan dengan demikian membalas mereka, saat   

tidak dapat memberikan balasan lainnya kepada mere-

ka. Biarlah ucapan berkat orang miskin memberkati 

orang-orang yang menyegarkan mereka (Ayb. 29:13; 

31:20). Dan Dia yang mendengarkan jeritan orang mis-

kin melawan penindas-penindas mereka (Kel. 22:27), 

dapat diharapkan akan mendengarkan doa-doa orang 

miskin untuk penolong-penolong mereka. Naomi seka-

rang mengingat kebaikan sebelumnya yang pernah Boas 

tunjukkan kepada suami dan anak-anak lelakinya, dan 

menggabungkannya menjadi demikian: “Dia belum ber-

henti mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang 

yang hidup dan yang mati.” Jika kita dengan murah hati 

menunjukkan kebaikan, bahkan kepada orang-orang 

yang sepertinya telah melupakan pertolongan kita sebe-

lumnya, mungkin itu bisa membantu memulihkan ingat-

an bahkan tentang kebaikan-kebaikan yang sepertinya 

sudah terkubur. 

[2] Naomi memperkenalkan Rut ada hubungan apa antara 

keluarga mereka dengan Boas: “Orang itu kaum kerabat 

kita.” Tampaknya dia sudah sangat lama di Moab se-

hingga sudah lupa kerabatnya di tanah Israel, sampai 

saat   melalui penyelenggaraan ini Allah memunculkan-

nya dalam ingatan Naomi. Setidaknya Naomi belum 

pernah memberitahu Rut tentang itu, walaupun itu bisa 

menjadi dorongan semangat bagi seorang muda dari 

bangsa lain yang baru memeluk agama Yahudi. Naomi 

yang rendah hati tidak seperti banyak orang yang, wa-

laupun mereka sendiri jatuh miskin, terus membangga-

kan sanak saudara yang hebat. Tidak, perhatikanlah 

rangkaian pikiran di sini, dan di dalamnya terdapat 

rangkaian penyelenggaraan Allah, yang menghasilkan 

apa yang direncanakan bagi Rut. Rut menyebut Boas 

sebagai seseorang yang sudah berbuat baik kepadanya. 

Naomi mengingat-ingat sendiri siapa itu, dan segera 

teringat kembali: “Orang itu kaum kerabat kita. Seka-

rang sesudah  mendengar namanya, aku mengingat dia 

dengan sangat baik.” Pikiran ini menimbulkan pikiran 

lain: “Orang itu kaum kerabat kita, goel (penebus – pen.) 

kita, yang memiliki hak untuk menebus tanah kita yang 

digadaikan, dan oleh sebab  itu dari dia kita boleh 

mengharapkan kebaikan lebih lanjut. Dia yaitu  orang 

yang paling mungkin di seluruh Betlehem untuk meng-

angkat kita.” Demikianlah Allah menimbulkan hal-hal 

tertentu dalam pikiran kita, terkadang secara tiba-tiba, 

yang terbukti mendatangkan kebaikan kepada kita. 

[3] Naomi menyuruh Rut terus datang ke ladang Boas (ay. 

22, KJV): “Janganlah mereka menemuimu di ladang lain, 

sebab  mereka bisa tersinggung.” Juruselamat kita 

yang terberkati yaitu  Goel (Penebus – pen.) kita. Dia-

lah yang berhak untuk menebus. Jika kita berharap 

untuk mendapatkan keuntungan dari-Nya, marilah kita 

ikut dekat dengan Dia, dan ladang-ladang-Nya, dan 

keluarga-Nya. Janganlah kita pergi kepada dunia dan 

ladang-ladangnya untuk mencari apa yang hanya bisa 

didapat dari Dia, sedangkan Ia sendiri telah mengajak 

kita mengikuti-Nya. Sudahkah Tuhan memberi dengan 

berlimpah ruah kepada kita? sebab  itu, janganlah kita 

ditemukan di ladang lain, atau mencari kebahagiaan 

dan kepuasan dari makhluk ciptaan. Pedagang meng-

anggapnya buruk jika orang-orang yang ada dalam daf-

tar pelanggan mereka pergi ke toko lain. Kita kehilangan 

kemurahan hati ilahi jika kita meremehkannya. Sebagi-

an orang berpikir Naomi sedang menegur menantunya. 

Rut berkata sebelumnya (ay. 21) tentang tetap dekat 

dengan pengerja-pengerja lelaki. “Tidak,” kata Naomi 

(ay. 22), “Sebaiknya engkau keluar bersama-sama de-

ngan pengerja-pengerjanya perempuan. Mereka yaitu  

teman-teman yang lebih cocok untukmu daripada 

pengerja-pengerja lelaki itu.” namun  tafsiran ini  terlalu 

berlebihan. Rut berbicara tentang pemuda-pemuda itu 

sebab  mereka yaitu  pengerja-pengerja utama, dan 

kepada merekalah Boas telah memberikan perintah un-

tuk menjaga Rut. Dan Naomi menganggap bahwa, se-

mentara Rut mengikuti pengerja-pengerja lelaki, per-

gaulannya yaitu  dengan pengerja-pengerja perempuan 

itu, seperti yang selayaknya. Rut dengan patuh mem-

perhatikan petunjuk ibunya. Dia terus memungut, sam-

pai akhir, bukan hanya panen jelai, namun juga panen 

gandum, yang berlangsung sesudah  itu,supaya  dia bisa 

mengumpulkan makanan pada waktu panen untuk 

makanan pada waktu musim dingin (Ams. 6:6-8). Ia juga 

tetap mengikuti pengerja-pengerja perempuan Boas. Ia 

terus bergaul semakin akrab dengan mereka, yang dapat 

saja membantu dia (ay. 23). Namun ia tetap kembali ke-

pada ibunya pada malam hari, seperti layaknya seorang 

wanita bajik, yang bekerja di siang hari, dan bukan 

bersenang-senang di malam hari. Dan saat   panen 

selesai (sebagaimana Uskup Patrick menjelaskannya) ia 

tidak berkeluyuran jauh dari rumah, melainkan mene-

mani ibunya yang sudah tua di rumah. Dina pergi 

mengunjungi perempuan-perempuan negeri itu, dan 

kita tahu betapa pada akhirnya ia menemui aib yang 

sia-sia. Rut tetap di rumah, dan membantu mengurus 

ibunya, dan keluar rumah bukan untuk keperluan lain 

selain untuk memperoleh persediaan kebutuhan ibu-

nya, dan kita menemukan selanjutnya bagaimana akhir 

dari kerendahan hati dan kerajinannya. Pernahkah eng-

kau melihat orang yang rajin (KJV) dalam pekerjaannya? 

Kehormatan ada di depannya.   

 

 

 

PASAL  3  

i dalam pasal sebelum ini, kita pasti mudah memuji perilaku 

Rut yang sopan. Ini menunjukkan betapa kita bisa memanfaat-

kan gambaran yang diberikan kepada kita tentang hal itu. Namun, 

dalam pasal ini tampaknya sulit bagi kita untuk membuktikan sifat 

sopannya, dan sulit mencegah orang untuk salah menafsirkannya. 

Akan namun , kebaikan dari masa dahulu itu yaitu  bahwa ia men-

catat apa yang terjadi itu sebagai sesuatu yang tidak salah dilaku-

kan. Namun, keburukan zaman sekarang yaitu  bahwa ia tidak akan 

membenarkan hal semacam itu. Dalam pasal ini terdapat, 

I. Petunjuk yang diberikan Naomi kepada menantu perempuan-

nya untuk mendapatkan Boas sebagai suami (ay. 1-5). 

II.  Kepatuhan mutlak Rut terhadap petunjuk itu (ay. 6-7). 

III. Perlakuan ramah dan penuh hormat yang diberikan Boas 

kepadanya (ay. 8-15). 

IV. Rut kembali kepada ibu mertuanya (ay. 16-18). 

Kunjungan Rut ke Boas 

(3:1-5) 

1 Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: “Anakku, apakah tidak ada 

baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimusupaya  engkau 

berbahagia? 2 Maka sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya 

perempuan telah kautemani itu, yaitu  sanak kita? Dia pada malam ini me-

nampi jelai di tempat pengirikan; 3 maka mandilah dan beruraplah, pakailah 

pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. namun  janganlah 

engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia selesai makan dan minum.  

4 Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik 

tempat ia berbaring; lalu  datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari 

kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu 

apa yang harus kaulakukan.“ 5 Lalu kata Rut kepadanya: “Segala yang eng-

kau katakan itu akan kulakukan.” 

Dalam ayat-ayat di atas kita temukan, 

I.  Perhatian Naomi akan penghiburan bagi menantu perempuannya 

pasti sangat patut dipuji, dan dicatat untuk dijadikan teladan. Dia 

sendiri tidak berpikiran untuk menikah (1:12). sebab  sudah 

lanjut usia, ia bertekad untuk tetap menjanda. Namun demikian, 

sama sekali tidak terpikirkan olehnya untuk membiarkan menan-

tu perempuannya yang masih muda itu juga menjanda. Usia itu 

sendiri tidak boleh dijadikan patokan masa muda. Sebaliknya, 

Naomi merencanakan carasupaya  Rut bisa menikah lagi dengan 

baik-baik. Hikmatnya merancang rencana bagi menantu perem-

puannya, sesuatu yang menurut norma kesopanan tidak boleh di-

rencanakan sendiri oleh Rut (ay. 1). Inilah yang dilakukan Naomi, 

1. Sebagai hal yang sudah sepantasnya, ia hendak membangkit-

kan keturunan bagi putranya yang sudah tiada, sehingga 

dengan demikian memelihara keluarga itu agar tidak punah. 

2. Sebagai tanda kebaikan dan rasa terima kasih kepada menan-

tu perempuannya yang telah membawa diri dengan sangat pa-

tuh dan penuh hormat kepadanya. “Anakku, ” katanya sebab  

menganggap Rut sebagai anaknya sendiri, “apakah tidak ada 

baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu,” yakni 

melalui pernikahan. “Apakah tidak ada baiknya bila kucarikan 

suami untukmu,supaya  engkau berbahagia? Maksudnya, “Su-

paya engkau hidup berkelimpahan dan bahagia, tidak mengha-

biskan hidupmu di tengah kekurangan dan kesedihan seperti 

yang kita jalani sekarang ini?” Perhatikanlah, 

(1) Ikatan pernikahan merupakan, atau seharusnya menjadi 

ketenteraman bagi kaum muda. Perasaan cinta yang tadi-

nya mengembara bisa diteguhkan, sedangkan hati dapat 

merasa tenteram. Ketenteraman di dalam rumah suami, 

dan di dalam hatinya (1:9). Orang-orang yang tidak hidup 

tenang dalam ikatan pernikahan, bisa saja ke sana kemari 

tanpa arah. 

(2) Hal yang seharusnya didambakan dan direncanakan orang-

orang yang memasuki ikatan pernikahan yaitu supaya  

mereka berbahagia. Untuk mencapai hal itu, sungguh pen-

ting mereka memilih dengan baik. Jika tidak, pernikahan 

itu bukannya membawa ketenteraman bagi mereka, me-

lainkan kegelisahan yang tiada taranya. Para orangtua 

yang hendak melepas anak-anak mereka, harus memper-

hatikan hal ini, yaitusupaya  mereka berbahagia. Hendak-

nya selalu diingat bahwa apa yang terbaik bagi kita yaitu  

yang terbaik bagi jiwa kita. 

(3) Merupakan kewajiban orangtua untuk mencarikan keten-

teraman ini bagi anak-anak mereka, dan melakukan segala 

sesuatu yang cocok bagi mereka pada waktunya nanti, 

untuk mencapai hal tersebut. Walaupun anak-anak ter-

amat patuh dan penuh hormat terhadap orangtua, namun 

orangtua tetap sebaiknya lebih menghendaki mereka untuk 

menikah, dan itu lebih baik, daripada menghalangi mereka.  

II. Tindakan yang diambil Naomi demi meningkatkan martabat me-

nantu perempuannya, sungguh sangat luar biasa dan terlihat 

mencurigakan. Jika terdapat hal yang tidak patut di dalam tin-

dakannya itu, maka kesalahan terletak pada diri Naomi. Dialah 

yang menempatkan menantunya dalam keadaan itu, dan ia me-

ngenal, atau seharusnya mengenal hukum Taurat serta kebiasaan 

orang Israel, lebih dari yang diketahui Rut. 

1. Memang benar bahwa Boas yang merupakan kerabat dekat 

mereka yang sudah tiada itu, dan, sepanjang yang diketahui 

Naomi, juga merupakan kerabat terdekat di antara semua 

yang masih hidup, diwajibkan oleh hukum ilahi untuk mem-

peristri janda Mahlon, putra sulung Elimelekh yang sudah 

mati tanpa meninggalkan keturunan (ay. 2): “Bukankah Boas 

yaitu  sanak kita, dan oleh sebab itu wajib dengan sadar 

memperhatikan urusan kita?” Hal ini mendorong kita untuk 

berserah dalam iman di kaki Kristus, sebab  Ia yaitu  sanak 

kita. sebab  telah mengambil kodrat kita, Ia yaitu  tulang dari 

tulang kita dan daging dari daging kita. 

2. Saat itu merupakan waktu yang cocok untuk mengingatkan 

Boas tentang hal tersebut, mengingat bahwa sekarang ia 

sudah banyak mengenal Rut, sebab  Rut terus hadir bersama 

para penuai selama musim panen yang sekarang sudah ber-

akhir. Selain itu, semua kebaikan yang ditunjukkannya ke-

pada Rut dalam hal-hal kecil, telah mendorong Naomi untuk 

berharap bahwa Boas tidak akan bersikap tidak baik, apalagi 

tidak adil, dalam hal yang lebih besar. Naomi berpikir bahwa 

ini merupakan kesempatan baik untuk memohon kepadanya, 

saat   ia sedang mengadakan pesta penampian di tempat 

pengirikan (ay. 2). Di situlah ia melengkapi sukacita musim 

menuai, dan memperlakukan para pekerjanya dengan baik: 

Dia pada malam ini menampi jelai. Artinya, malam ini dia akan 

mengadakan hiburan. Sama seperti Nabal dan Absalom meng-

adakan pesta pada hari pencukuran bulu domba, Boas juga 

melakukannya di saat menampi jelai. 

3. Naomi berpendapat bahwa Rut merupakan orang yang paling 

cocok untuk melakukannya sendiri. Boleh jadi sudah menjadi 

kebiasaan di negeri itu bahwa dalam hal ini pihak perempuan-

lah yang harus menuntut sesuai yang disiratkan hukum 

Taurat (Ul. 25:7-9). Oleh sebab  itu Naomi menyuruh menantu 

perempuannya membersihkan serta merapikan diri, dan tidak 

merias diri (ay. 3): “Mandilah dan beruraplah, bukan merias 

diri, seperti Izebel. Kenakan pakaian bagusmu, namun  bukan 

seperti pakaian perempuan sundal, lalu pergilah ke tempat 

pengirikan.” Mungkin ke sanalah Rut diundang makan malam. 

Namun, ia tidak boleh sampai ketahuan, agar tujuannya tidak 

diketahui (mau tidak mau, Rut pasti sudah sangat dikenal 

oleh para pekerja Boas), sampai mereka sudah membubarkan 

diri dan Boas beristirahat. Pada kesempatan inilah Rut akan 

lebih mudah bertemu secara pribadi dengannya, dibanding di 

rumahnya. Dan sejauh ini semuanya ini tampaknya baik. 

Namun, 

4. Kedatangannya untuk berbaring di kaki Boas saat   ia sedang 

terlelap, menimbulkan kesan buruk. Dengan datang mendekat 

ke Boas, Rut seperti mengundang suatu perbuatan jahat, dan 

kita tidak tahu apakah hal itu bisa dibenarkan. Banyak penaf-

sir yang menganggapnya tidak dapat dibenarkan, terutama 

Yang Mulia Tn. Poole. Janganlah kita mengharapkan kebaikan 

bisa dihasilkan dari kejahatan. Sungguh berbahaya untuk me-

nyatukan percikan bunga api dengan kayu bakar. Api yang 

kecil mampu memicu kebakaran besar! Semua orang sepen-

dapat bahwa perbuatan Rut tidak boleh dijadikan teladan. 

Baik hukum maupun zaman kita tidaklah sama dengan zaman 

dahulu. Walaupun begitu, saya coba mengambil kebaikan dari 

peristiwa ini. jika  Boas benar-benar merupakan sanak 

dekat seperti yang mereka pikir, maka di hadapan Allah, Rut 

yaitu  istrinya, seperti yang kita katakan, dan hanya dibutuh-

kan upacara kecil untuk melengkapi hal-hal yang berhubung-

an dengan pernikahan. Naomi bermaksud agar Rut mendekati 

Boas sebagai istrinya. Ia tahu bahwa Boas tidak sekadar orang 

yang sudah lanjut usia belaka (ia tidak akan berani mengan-

dalkan hal itu saja untuk mendekatkan menantu perempuan-

nya dengan dia). Boas juga pria berwibawa, bijaksana, berbudi 

luhur, dan saleh. Orang yang takut akan Allah. Naomi tahu 

Rut perempuan bajik, suci, dan rajin mengatur rumah tangga-

nya (Tit. 2:5). Moral umat Israel pernah rusak sebab  perem-

puan-perempuan Moab (Bil. 25:1). Namun, perempuan Moab 

yang satu ini sama sekali tidak seperti perempuan-perempuan 

itu. Naomi hanya merancang hal yang tulus ikhlas dan terhor-

mat, sedangkan kebaikan hatinya yang percaya segala sesua-

tu, dan mengharapkan segala sesuatu, menyingkirkan serta 

mencegah semua kecurigaan bahwa baik Boas maupun Rut 

akan berusaha berbuat apa pun selain hal yang tulus dan 

terhormat. Seandainya pada masa itu apa yang disarankannya 

sesuai kebiasaan negeri itu untuk diperbuat oleh Rut dianggap 

sebagai hal yang tidak senonoh dan tidak sopan seperti 

menurut pandangan kita sekarang ini, maka tidak mungkin 

Naomi bisa sekeji itu dengan membiarkan anak perempuannya 

itu melakukan hal seperti itu. Perbuatan seperti itu bisa me-

ngotori perjodohan itu dan menghapus perasaan kasih sayang 

lelaki yang begitu berwibawa dan baik, seperti Boas terhadap 

Rut. Oleh sebab itu, kita harus berpikir bahwa pada zaman itu 

hal tersebut tidak tampak seburuk pada zaman sekarang. 

Naomi menyerahkan menantu perempuannya kepada Boas 

untuk menerima petunjuk selanjutnya. Sesudah Rut menyata-

kan hak, Boas yang lebih memahami seluk-beluk hukum Tau-

rat akan memberitahukan kepadanya apa yang harus ia laku-

kan. Seperti itulah kita harus menempatkan diri di kaki Pene-

bus kita, untuk menerima penghakiman dari-Nya. Ya Tuhan, 

apa yang harus kuperbuat? (Kis. 9:6). Kita boleh merasa yakin 

bahwa jika  Rut melihat adanya niat jahat dalam nasihat 

yang diberikan ibu mertuanya itu, ia juga perempuan yang 

terlampau bajik dan berakal sehat untuk berjanji akan melak-

sanakannya (ay. 5): Segala yang engkau katakan itu akan 

kulakukan. Demikian jugalah orang-orang muda, harus tunduk 

kepada orang-orang yang tua, menaati nasihat mereka yang 

penuh wibawa dan bijaksana. Orang muda tidak memiliki  

alasan yang cukup pantas untuk menolaknya.  

Rut Disambut Boas 

(3:6-13) 

6 Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat 

seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. 7 sesudah  Boas habis 

makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan 

diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. lalu  datanglah perempuan itu 

dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan 

berbaringlah ia di situ. 8 Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjaga-

lah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang 

perempuan berbaring di sebelah kakinya. 9 Bertanyalah ia: “Siapakah engkau 

ini?” Jawabnya: “Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu me-

lindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus 

kami.” 10 Lalu katanya: “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya 

anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada 

yang pertama kali itu, sebab  engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang 

muda, baik yang miskin maupun yang kaya. 11 Oleh sebab itu, anakku, ja-

nganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; 

sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan 

baik-baik. 12 Maka sekarang, memang aku seorang kaum yang wajib mene-

bus, namun  walaupun demikian masih ada lagi seorang penebus, yang lebih 

dekat dari padaku. 13 Tinggallah di sini malam ini; dan besok pagi, jika ia 

mau menebus engkau, baik, biarlah ia menebus; namun  jika ia tidak suka 

menebus engkau, maka akulah yang akan menebus engkau, demi TUHAN 

yang hidup. Berbaring sajalah tidur sampai pagi.” 

Dalam ayat-ayat ini kita temukan,  

I. Kecakapan Boas dalam mengatur urusan-urusan sehari-harinya. 

Terdapat kemungkinan bahwa sesuai kebiasaan yang lazim ter-

jadi, 

1. Boas hadir saat   para pekerjanya sedang menampi jelai. Ia 

mengawasi mereka, bukan untuk mencegah mereka mencuri 

jelainya sebab  ia tidak memiliki  alasan untuk mencuragai 

hal itu, melainkan sikap sembrono mereka saat sedang me-

nampi. Para majikan bisa saja menderita kerugian besar 

akibat pekerja yang kurang perhatian meskipun mereka ini 

jujur. Itulah sebabnya orang harus tekun mengenali baik-baik 

keadaan kambing domba mereka, dan memperhatikan kawan-

an ternak mereka. 

2. Pada waktu memberikan pekerjaan lebih banyak daripada bia-

sa, Boas menghibur para pekerjanya dengan berbagai hiburan. 

Susaha  mereka lebih bersemangat, ia juga makan dan minum 

bersama mereka. Sungguh baik jika  orang-orang yang kaya 

dan terkemuka juga bermurah hati, serta mengenal baik 

mereka yang bekerja untuknya. 

3. sesudah  Boas makan dan minum bersama para pekerjanya, ia 

membaringkan diri tidur pada waktunya. Cukup cepat sehingga 

sebelum tengah malam ia sudah terlelap (ay. 8),supaya  ia siap 

melakukan kegiatan pada keesokan paginya dengan segera. 

Semua suami yang baik akan membagi waktu dengan baik, 

dan tidak akan memperturutkan hatinya atau keluarganya 

dengan bersukaria tidak pada tempatnya. Terjemahan Alkitab 

dalam bahasa Aram meberitahukan kepada kita (ay. 7), bahwa 

Boas makan dan minum dan hatinya senang, demikianlah juga 

kata-kata dalam bahasa Ibrani. Ia memuji nama TUHAN, yang 

telah mendengar doa-doanya, dan menyingkirkan kelaparan 

dari tanah Israel. Begitulah dengan hati yang tenteram ia pergi 

tidur, hatinya tenang, dan tidak sarat dengan kekenyangan 

serta kemabukan. Ia tidak pergi tidur tanpa menaikkan doa. 

Sesudah makan dan minum sampai kenyang, ia memuji 

TUHAN. Saat sekarang hendak beristirahat, ia berserah dalam 

perlindungan ilahi. Baguslah ia berbuat demikian, sebab 

godaan yang tidak biasa sedang menantinya, meskipun ia 

tidak tahu apa pun tentang hal itu.  

4. Boas menggelar alas tidur pada ujung timbunan jelai, bukan 

sebab  ia sudah berencana melakukannya, atau semata-mata 

susaha  bisa menjaga panen jelainya dari pencuri, melainkan 

sebab  hari sudah terlampau malam untuk pulang ke rumah-

nya di kota. Di tempat ini ia berada lebih dekat dengan peker-

jaannya, serta siap melakukan kegiatan keesokan paginya. Ia 

hendak memperlihatkan bahwa ia tidak terlalu peduli atau 

memilih-milih tempat bermalam. Ia juga tidak mempersoalkan 

keadaan atau memperhatikan kenyamanan. Sebaliknya, ia 

seperti Yakub, bapa leluhurnya yang sederhana. Bila sempat, 

ia bisa saja tidur di lumbung, dan bila perlu, tidur nyenyak di 

atas hamparan jerami. 

II. Jaminan Rut dalam menjalankan urusannya. Ia memperhatikan 

perintah ibu mertuanya, berangkat, dan berbaring, bukan di sisi 

Boas, melainkan di kakinya. Ia tetap mengenakan pakaian leng-

kap dan dalam keadaan terjaga, sambil menunggu kesempatan 

untuk menyampaikan tugas yang sedang dijalankannya. saat   

Boas terbangun pada tengah malam dan merasa ada seseorang di 

dekat kakinya, dia bertanya siapa orang itu. Rut menyebutkan 

namanya, lalu  tugas yang disuruhkan kepadanya (ay. 9). Ia 

datang untuk meminta perlindungan Boas, yang ditetapkan 

hukum Taurat untuk menjadi pelindungnya: “Engkaulah seorang 

kaum yang wajib menebus sanak keluarga berikut harta milik 

mereka agar tidak punah, dan oleh sebab itu kembangkanlah 

kiranya sayapmu melindungi hambamu ini. Berkenanlah kiranya 

menikahi aku dan mendukung perkaraku.” Demikian jugalah kita 

harus dengan iman menyerahkan diri kepada Yesus Kristus 

sebagai kerabat dekat yang mampu menebus kita, dan berlindung 

di bawah sayap-Nya sebagaimana kita diajak (Mat. 23:37). Kita 

harus memohon kepada-Nya untuk mengembangkan sayapnya 

melindungi kita. “Ya Tuhan Yesus, bawalah aku ke dalam kove-

nan-Mu dan di bawah pemeliharaan-Mu. Pemerasan terjadi ke-

padaku; jadilah jaminan bagiku.” 

III. Rut diterima dengan baik oleh Boas. Apa yang dilakukannya itu 

tidak mendatangkan akibat buruk dalam hal apa pun, jadi Naomi 

tidak salah dalam menilai kerabat dekatnya itu. Boas tahu tuntut-

annya memang adil dan terhormat, jadi ia pun memperlakukan 

Rut dengan patut. Adiknya tidak diperlakukannya sebagai se-

orang perempuan sundal (Kej. 34:31), sebab, 

1. Boas tidak mencoba merusak kesucian Rut, meskipun ia 

memiliki  peluang besar untuk itu. Alkitab terjemahan ba-

hasa Aram menuturkannya sebagai berikut: ia menahan nafsu 

berahinya, dan tidak menghampirinya, namun berbuat seperti 

Yusuf yang benar dan tidak mau menghampiri majikannya 

yang perempuan Mesir itu. Juga seperti Palti yang saleh, yang 

saat   oleh Saul diberi Mikhal, istri Daud (1Sam. 25:44), mele-

takkan pedang di antara dirinya dan perempuan itu,supaya  ia 

tidak bisa menjamahnya. Boas tahu bahwa bukan nafsu be-

rahilah yang membawa Rut ke sana. Oleh sebab itu ia dengan 

gigih mempertahankan baik kehormatannya sendiri maupun 

kehormatan Rut. 

2. Boas tidak memikirkan hal-hal yang buruk terhadap apa yang 

dilakukan Rut, dan tidak mencela dia sebagai perempuan 

lancang dan tidak cocok untuk diperistri pria berhati lurus. 

sebab  telah membuktikan diri sebagai perempuan baik-baik 

di ladang, dan semua perilakunya sopan serta patut, dalam 

kejadian ini Boas sama sekali tidak meragukan sifatnya. Boleh 

jadi ia justru menyalahkan diri sendiri sebab  tidak menawar-

kan jasa sebagai kerabat dekat kepada kedua janda malang ini 

sehingga dengan demikian Rut tidak perlu susah-susah men-

jalankan tugas itu. Boas seharusnya siap berkata seperti Ye-

huda berkenaan dengan menantu perempuannya, Bukan aku, 

namun  perempuan itulah yang benar. Sebaliknya, 

(1) Boas memuji Rut, berbicara baik-baik kepadanya, menye-

but dia anakku, dan berbicara penuh hormat tentang diri-

nya sebagai perempuan yang sangat bajik. Dalam kejadian 

ini, Rut telah memperlihatkan lebih banyak kebaikan ke-

pada ibu mertuanya, dan juga kepada keluarga Boas yang 

akan menjadi jodohnya, lebih dari kejadian mana pun. Ia 

sungguh baik hati sebab  bersedia meninggalkan negerinya 

sendiri dan ikut bersama ibu mertuanya ke tanah Israel, 

untuk tinggal bersamanya, dan membantu mengurusnya. 

sebab  hal inilah Boas memberkatinya (2:12). Namun seka-

rang Boas berkata, Engkau telah menunjukkan kasihmu 

lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu (ay. 10), 

sebab  tidak mengikuti keinginan diri sendiri, namun  ke-

luarga suaminya, perihal menikah lagi. Ia tidak menerima 

perhatian orang-orang muda, apalagi mencari perhatian 

mereka, baik yang miskin maupun yang kaya. Sebaliknya, 

ia bersedia menikah sesuai aturan hukum ilahi, meskipun 

dengan lelaki tua. Hal itu dilakukannya demi kehormatan 

dan kepentingan keluarga dengan siapa ia dijodohkan. Un-

tuk itu ia telah menunjukkan kebaikan luar biasa. Dalam 

menyerahkan diri, orang muda harus bertujuan untuk 

tidak menyenangkan diri sendiri, namun  untuk lebih menye-

nangkan Allah serta orangtua mereka. 

(2) Boas berjanji untuk menikahinya (ay. 11): “Janganlah ta-

kut, aku tidak akan meremehkan atau membiarkan dirimu. 

Tidak, segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepada-

mu, sebab  itu jugalah yang diwajibkan hukum Taurat dari 

kerabat terdekat. Tidak ada alasan bagiku untuk menolak-

nya, sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa eng-

kau seorang perempuan baik-baik” (ay. 11). Perhatikanlah, 

[1] Kebajikan yang patut diteladani sudah sepantasnya 

dipuji (Flp. 4:8), dan hal ini akan mendatangkan pujian, 

baik bagi laki-laki maupun perempuan, sehingga men-

dapatkan penilaian sebagai orang yang paling bijaksana 

dan baik. Rut yaitu  perempuan miskin, dan kemiskin-

an sering kali mengaburkan harumnya kebajikan. Akan 

namun , kebaikan Rut, bahkan dalam keadaan mempri-

hatinkan, ternyata diperhatikan orang banyak dan tidak 

dapat disembunyikan. Bahkan lebih dari itu, kebaikan-

nya menyingkirkan celaan orang akan kemiskinannya. 

jika  orang miskin yaitu  orang baik-baik, mereka 

akan menerima kehormatan dari Allah dan manusia. 

Rut dinilai baik sekali berkat kerendahan hatinya, yang 

membuka jalan menuju kehormatan ini. Semakin sedi-

kit ia memamerkan kebaikannya sendiri, semakin besar 

para tetangganya memperhatikannya. 

[2] Dalam memilih rekan sepenanggungan, kebajikan harus 

terutama diperhatikan, dan dikenali sebagai kebajikan 

yang diakui. Biarlah agama dan ibadah menentukan 

pilihan, maka agama dan ibadah pasti akan memah-

kotai pilihan tersebut dan menenteramkan hati. Hikmat 

lebih berharga dari pada permata, dan saat   dikatakan 

bahwa hikmat yaitu  sama baiknya dengan warisan, 

itu berarti bahwa warisan nyaris tidak berarti jika  

tanpa hikmat. 

(3) Boas memberikan janji bersyarat dan tidak dapat berbuat 

lain, sebab sepertinya masih terdapat kerabat yang lebih 

dekat daripada dirinya. Orang inilah yang berhak melaku-

kan penebusan (ay. 12). Boas mengetahui hal ini, namun 

kita layak beranggapan bahwa Naomi (yang sudah lama 

meninggalkan negerinya dan bisa saja tidak mengetahui 

dengan tepat perihal silsilah keluarga suaminya), tidak 

tahu tentang hal ini. Seandainya tidak, ia tidak akan per-

nah menyuruh menantu perempuannya mengajukan hak-

nya kepada Boas. Namun demikian, Boas tidak menyuruh 

Rut datang sendiri kepada kerabat dekat yang lain itu. Hal 

ini pasti akan terlampau berat bagi perempuan itu. Namun, 

ia berjanji, 

[1] Bahwa Boas sendirilah yang akan menawarkan hal 

penebusan itu kepada orang tersebut, dan meminta ke-

putusannya. Kata bahasa Ibrani untuk janda berarti 

orang yang bisu. Oleh sebab itu Boas akan membuka 

mulutnya untuk orang yang bisu (Ams. 31:8), dan akan 

berbicara untuk janda yang tidak tahu bagaimana 

harus berkata bagi dirinya sendiri. 

[2] Bahwa jika  kerabat dekat yang lain itu menolak me-

lakukan kewajiban sebagai kerabat dekat, maka Boas-

lah yang akan melakukannya. Ia akan menikahi sang 

janda, menebus tanah yang ditempatinya, sehingga de-

ngan demikian memulihkan martabat keluarga itu. Boas 

mendukung janji ini dengan sumpah khidmat, sebab hal 

ini merupakan syarat ikrar perkawinan (ay. 13): demi 

TUHAN yang hidup. Dengan menangguhkan perkara ini, 

ia meminta Rut menunggu sampai pagi. Uskup Hall me-

ringkaskan hal ini dalam perenungannya: “Boas tidak 

menyentuh Rut seperti perempuan asusila, namun  mem-

berkatinya bagaikan seorang bapa. Ia membesarkan 

hati Rut bagaikan sahabat, berjanji kepadanya sebagai 

kerabat dekat, memperlakukannya sebagai pelindung, 

dan memulangkannya dengan membawa pengharapan 

serta berbagai hadiah. Kesucian Rut tidak dinodai, dan 

ia lebih bahagia dibanding saat   datang ke tempat itu. 

Oh, betapa terpujinya pengendalian diri dan kemuliaan 

dari si bapa leluhur ini, tidak ada tipu muslihat dalam 

bibir dan hatinya!” 

Rut Dipulangkan dalam Damai kepada Naomi 

(3:14-18) 

14 Jadi berbaringlah ia tidur di sebelah kakinya sampai pagi; lalu bangunlah 

ia, sebelum orang dapat kenal-mengenal, sebab kata Boas: “Janganlah dike-

tahui orang, bahwa seorang perempuan datang ke tempat pengirikan.” 15 Lagi 

katanya: “Berikanlah selendang yang engkau pakai itu dan tadahkanlah itu.” 

Lalu ditadahkannya selendang itu. lalu  ditakarnyalah enam takar jelai 

ke dalam selendang itu. Sesudah itu pergilah Boas ke kota. 16 sesudah  perem-

puan itu sampai kepada mertuanya, berkatalah mertuanya itu: “Bagaimana, 

anakku?” Lalu diceritakannyalah semua yang dilakukan orang itu kepadanya 

17 serta berkata: “Yang enam takar jelai ini diberikannya kepadaku, sebab 

katanya: Engkau tidak boleh pulang kepada mertuamu dengan tangan ham-

pa.” 18 Lalu kata mertuanya itu: “Duduk sajalah menanti, anakku, sampai 

engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak 

akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga.” 

Di sini diceritakan tentang, 

I. Bagaimana Rut dipulangkan oleh Boas. Pulang di tengah malam 

buta tentu saja tidak aman baginya. Oleh sebab itu berbaringlah 

ia tidur di sebelah kakinya dan bukan di sampingnya, sampai 

pagi. Namun begitu fajar menyingsing sehingga cukup terang 

baginya untuk berjalan pulang, Rut pergi, sebelum orang dapat 

kenal-mengenal. jika  ia terlihat, orang tidak akan mengenali-

nya pada waktu yang tidak pada tempatnya ini. Rut tidak malu 

dikenal sebagai pengumpul sisa jelai yang tercecer di ladang, dan 

ia juga tidak malu dengan tanda yang memperlihatkan kemiskin-

annya ini. namun , ia tidak mau dikenal sebagai perempuan yang 

suka berjalan di malam hari, sebab  kebajikannya merupakan 

kehormatan terbesar yang dimiliki dan paling dihargainya. Boas 

memulangkannya, 

1. Dengan pesan untuk mengikuti nasihatnya (ay. 14): Janganlah 

diketahui orang, bahwa seorang perempuan datang ke tempat 

pengirikan, dan berbaring sepanjang malam sedekat itu 

dengan Boas. Sebab meskipun keduanya tidak perlu terlalu 

memperhatikan apa kata orang tentang mereka sementara me-

reka sendiri menyadari kesucian mereka yang tidak ternodai, 

namun hanya sedikit orang yang berada begitu dekat dengan 

api seperti halnya Boas dan Rut, namun tidak terbakar. Se-

andainya kejadian itu diketahui orang, maka bisa saja timbul 

kecurigaan dalam hati sebagian orang dan celaan dari yang 

lain. Orang-orang baik akan mendapat kesulitan, sedangkan 

orang-orang jahat justru bergembira. Oleh sebab itu janganlah 

diketahui orang. Perhatikanlah, kita harus senantiasa was-

pada, tidak saja untuk memelihara nurani yang bersih, namun  

juga memelihara nama baik. Janganlah kita melakukan hal 

yang meskipun tidak salah, namun besar kemungkinan disa-

lahartikan. Atau, kalaupun kita terpaksa melakukannya, ja-

nganlah diketahui orang. Kita tidak saja harus menghindari 

dosa, namun  juga perkara memalukan yang dapat memicu 

kehebohan. Di sini terdapat alasan mengapa perbuatan mere-

ka harus disembunyikan. jika  perkara ini sampai ketahu-

an, maka hal ini dapat merugikan pilihan kerabat dekat yang 

lain itu. Ia bisa saja menggunakan hal ini sebagai dalih untuk 

menolak Rut, bahwa Boas dan Rut telah tidur bersama.  

2. Boas memulangkannya dengan memberikan sejumlah jelai, 

yang pasti akan diterima dengan senang hati oleh sang ibu 

mertua yang miskin itu di rumah. Hal ini juga bisa dijadikan 

bukti bagi Naomi bahwa Boas tidak memulangkannya dengan 

rasa tidak senang, yang bisa saja diduga Naomi seandainya 

Boas memulangkan Rut dengan tangan kosong. Boas me-

nuangkan jelai itu ke dalam selendang, atau baju lapisan luar, 

atau jubah Rut, sebanyak enam takar. Sebagai pemilik ladang 

jelai yang bijaksana, ia mencatat semua jelai yang telah diberi-

kannya kepada orang. Jumlahnya enam takar, atau diperkira-

kan sama dengan enam gomer. Sepuluh takar sama dengan 

satu efa. Berapa pun takaran yang dipakai, boleh jadi Boas 

memberi Rut sebanyak yang mampu dipanggulnya (ay. 15). 

Dalam terjemahan bahasa Aram dikatakan, Kekuatan untuk 

membawanya diberikan kepadanya dari TUHAN. Dan juga 

bahwa melalui roh nubuat disampaikan kepadanya bahwa dari 

dirinya akan diturunkan enam orang yang paling benar dalam 

zaman mereka, yaitu Daud, Daniel beserta ketiga temannya, 

dan Mesias Sang Raja. 

II. Bagaimana sang ibu mertua menyambut Rut. Naomi bertanya ke-

padanya, “Bagaimana, anakku? Apakah engkau dijadikan pengan-

tin atau tidak? Haruskah aku menghiburmu?” Maka Rut pun 

menceritakan duduk perkaranya (ay. 17). Mendengar penuturan-

nya, ibu mertuanya, 

1. Menasihati Rut agar merasa puas dengan apa yang telah ter-

jadi: Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengeta-

hui, bagaimana kesudahan perkara itu (ay. 18), yaitu  bagai-

mana hal itu diputuskan di sorga, demikianlah terjemahan da-

lam Alkitab bahasa Aram, sebab pernikahan diputuskan di 

sana. Rut telah mengerjakan segala sesuatu yang patut dilaku-

kannya, dan sekarang ia harus menunggu perkara itu dengan 

sabar dan tidak merisaukannya. Oleh sebab itu marilah kita 

belajar untuk menyerahkan kekuatiran kita kepada penyeleng-

garaan Allah, mengikuti arahnya, dan menantikan gerakannya. 

Selain itu, kita juga harus menenangkan diri dan menantikan 

kejadian itu dengan tekad untuk menyetujui apa pun dengan 

sikap diam. Adakalanya hal yang paling sedikit kita lakukan 

justru terbukti menjadi yang terbaik bagi kita. “Oleh sebab  itu 

duduk sajalah menanti, sampai engkau mengetahui, bagaimana 

kesudahan perkara itu, dan berkata, Biarlah kesudahan perkara 

itu terjadi, aku siap menerimanya.” 

2. Naomi meyakinkan Rut bahwa sebab  telah menjamin perkara 

itu, Boas akan membuktikan diri sebagai sahabat setia yang 

penuh perhatian. Orang itu tidak akan berhenti, sebelum disele-

saikannya perkara itu. Walaupun saat   itu Boas sangat sibuk 

di ladang dan tempat pengirikan, ia tidak akan melalaikan 

perkara itu sebab  sudah menjanjikannya kepada Rut. Naomi 

percaya bahwa Rut telah memenangkan hati Boas, dan sebab  

itu Boas tidak akan bertindak gegabah sampai ia tahu apakah 

Rut akan menjadi miliknya atau tidak. Hal inilah yang dijadi-

kan alasan oleh Naomi, mengapa Rut harus duduk diam dan 

tidak merisaukan hal itu. Boas telah menjaminnya, dan ia 

pasti akan menanganinya dengan baik. Terlebih lagi, orang-

orang Kristen yang baik memiliki jauh lebih banyak alasan 

untuk tidak kuatir tentang apapun juga, namun  menyerahkan 

segala kekuatiran mereka kepada Allah, sebab Ia telah berjanji 

akan memelihara mereka. Untuk apa kita khawatir jika Ia pasti 

memelihara kita? Duduk sajalah menanti, sampai engkau 

mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu, sebab  TUHAN 

akan menyelesaikannya bagimu. Ia akan turut bekerja untuk 

mendatangkan kebaikan bagimu (Mzm. 37:4-5; 138: 8). Kekuat-

anmu yaitu  dengan berdiam diri (Yes. 30:7, KJV). 

 

PASAL  4  

alam pasal ini kita mendapati perkawinan antara Boas dan Rut. 

Ada sesuatu yang tidak biasa dalam keadaan-keadaan yang 

melingkupinya, yang dicatat untuk menggambarkan, bukan hanya 

hukum tentang menikahi janda dari saudara laki-laki (Ul. 25:5, dst.), 

sebab perkara-perkara yang terjadi dapat membantu menjelaskan 

hukum, melainkan juga tentang Injil. Sebab dari pernikahan ini 

diturunkanlah Daud, dan Anak Daud, yang perkawinan-Nya dengan 

jemaat bukan-Yahudi diperlambangkan di sini. Dalam perikop ini 

kita diberi tahu,  

I. Bagaimana Boas menjernihkan perkara dengan saingannya, 

dan dengan baik-baik menyelesaikannya dengan saingannya 

itu (ay. 1-8).  

II. Bagaimana perkawinannya dengan Rut dilangsungkan di 

depan umum, dan mendapat berbagai ucapan selamat dari 

para tetangganya (ay. 9-12). 

III. Buah hati yang membahagiakan yang diturunkan dari perka-

winan ini, yaitu Obed, kakek Daud (ay. 13-17). Dan dengan 

begitu kitab ini diakhiri dengan silsilah Daud (ay. 18-22). 

Mungkin untuk membantu Daudlah Roh yang terberkati 

mengarahkansupaya  cerita ini dimasukkan ke dalam kanon 

suci. Sebab Daud berkeinginansupaya  kebajikan-kebajikan 

buyutnya, yaitu Rut, bersama dengan asal-usulnya dari bang-

sa bukan-Yahudi, dan penyelenggaraan-penyelenggaraan ilahi 

yang luar biasa yang mengiringinya, disampaikan kepada 

anak cucu. 

Rut Ditolak oleh Kerabat yang Wajib Menebusnya 

(4:1-8) 

1 Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah 

penebus yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: “Hai saudara, 

datanglah dahulu ke mari, duduklah di sini.” Maka datanglah ia, lalu duduk. 

2 lalu  dipilihnyalah sepuluh orang dari para tua-tua kota itu, dan 

berkata: “Duduklah kamu di sini.” Maka duduklah mereka. 3 Lalu berkatalah 

ia kepada penebus itu: “Tanah milik kepunyaan saudara kita Elimelekh hen-

dak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. 4 Jadi pikirku: 

baik juga hal itu kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu 

di depan orang-orang yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa 

kita. Jika engkau mau menebusnya, tebuslah; namun  jika engkau tidak mau 

menebusnya, beritahukanlah kepadaku,supaya  aku tahu, sebab tidak ada 

orang yang dapat menebusnya kecuali engkau, dan sesudah engkau: aku.” 

Lalu berkatalah ia: “Aku akan menebusnya.” 5 namun  kata Boas: “Pada waktu 

engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, 

perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama 

orang itu di atas milik pusakanya.” 6 Lalu berkatalah penebus itu: “Jika 

demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan 

milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharus-

nya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya.” 7 Beginilah kebiasaan 

dahulu di Israel dalam hal menebus dan menukar: setiap kali orang hendak 

menguatkan sesuatu perkara, maka yang seorang menanggalkan kasutnya 

sebelah dan memberikannya kepada yang lain. Demikianlah caranya orang 

mensahkan perkara di Israel. 8 Lalu penebus itu berkata kepada Boas: 

“Engkau saja yang membelinya.” Dan ditanggalkannyalah kasutnya. 

Dalam perikop ini,  

1. Boas menggelar sebuah pengadilan dengan segera. Ada kemung-

kinan bahwa ia sendiri yaitu  salah satu dari tua-tua atau ang-

gota dewan tertua kota itu. Sebab ia seorang yang kaya raya dan 

berkuasa. Mungkin ia yaitu  pemimpin kota itu, dan memerintah 

sebagai kepala. Sebab di sini ia tampak pergi ke pintu gerbang 

sebagai orang yang berwenang, dan bukan sebagai orang biasa. 

Sama seperti Ayub (Ayb. 29:7, dst.). Kita tidak dapat menduga 

bahwa ia lebih rendah daripada seorang hakim di kotanya, sebab 

ia yaitu  cucu Nahason, pembesar di Yehuda. Ia memang mem-

baringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai di tempat pengirik-

an pada malam sebelumnya. Namun hal ini sama sekali bukan 

tidak sejalan, pada masa-masa yang sederhana itu, dengan kehor-

matannya untuk duduk sebagai hakim di pintu gerbang. namun  

mengapa Boas begitu tergesa-gesa, mengapa ia begitu senang 

dengan perjodohan itu? Rut tidaklah kaya, namun  hidup dari sede-

kah. Ia tidak terhormat, melainkan seorang asing yang miskin. Ia 

tidak pernah dikatakan sebagai orang yang cantik. Seandainya 

memang demikian adanya, maka kita dapat menduga bahwa 

tangisan, perjalanan panjang, dan pekerjaan memungut jelai telah 

membuat bunga bakung dan bunga mawar itu menjadi layu. 

namun  apa yang membuat Boas jatuh cinta kepadanya, dan ber-

hasrat untuk mempercepat urusan itu, yaitu  bahwa semua 

tetangganya sependapat bahwa Rut yaitu  seorang perempuan 

yang sungguh bajik hatinya. Ini membuatnya lebih berharga dari 

pada permata (Ams. 31:10). Oleh sebab itu Boas berpikir, jika 

dengan menikahi Rut, ia dapat berbuat kebaikan yang sungguh-

sungguh kepadanya, maka ia juga pasti berbuat kebaikan yang 

sangat besar bagi dirinya sendiri. Itulah sebabnya Boas ingin se-

gera membereskan perkara ini. Hari itu bukan hari persidangan, 

namun  ia menyuruh sepuluh orang dari para tua-tua kota itu 

untuk menemuinya di balai kota di pintu gerbang, di mana urus-

an umum biasa ditangani (ay. 2). Sepuluh orang, ada kemungkin-

an, menurut kebiasaan kota itu, dapat membentuk sidang peng-

adilan yang lengkap. Boas, meskipun seorang hakim, tidak mau 

menjadi hakim dalam perkaranya sendiri, namun  menginginkan 

persetujuan dari para tua-tua yang lain. Niat yang jujur tidak 

takut diketahui oleh orang banyak.  

2. Boas memanggil saingannya untuk datang dan mendengarkan 

perkara yang hendak diajukan kepadanya (ay. 1): “Hai saudara, 

duduklah di sini.” Ia memanggil orang itu dengan menyebut 

namanya, tidak diragukan lagi, namun  sejarawan yang mendapat 

ilham ilahi menganggap tidak pantas untuk mencatat namanya. 

sebab  orang itu sudah menolak untuk menegakkan nama orang 

yang sudah mati, maka namanya tidak layak dipelihara untuk 

angkatan-angkatan yang akan datang dalam sejarah ini. Sang 

Penyelenggara menyokong Boas dengan mengatur keadaan begitu 

rupa, hingga kerabat yang wajib menebus ini lewat tepat pada 

waktunya seperti itu, tepat saat   perkara itu siap diajukan ke-

padanya. Perkara-perkara besar kadang-kadang diperlancar oleh 

kejadian-kejadian kecil, yang mempermudah dan mempercepat 

jalannya.  

3. Boas mengusulkan kepada kerabat yang lain itu untuk menebus 

tanah Naomi, yang, ad