ng diinginkan Daud
(2Sam. 23:15). Akan namun Boas juga mengajaknya saat
sudah waktu makan datang dan makan roti mereka (ay. 14).
Sungguh, Rut boleh mengambil saus mereka juga: “Mari,
celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini,” untuk membuat-
nya lezat. sebab , Allah memperkenankan bagi kita bukan
hanya makanan yang mengandung gizi namun juga mem-
bangkitkan selera, bukan hanya untuk memenuhi kebu-
tuhan, melainkan juga untuk kenikmatan. Dan sebagai
dorongan bagi Rut, dan perintah bagi pelayan-pelayannya,
Boas sendiri, yang kebetulan hadir saat para penyabit
duduk makan, mengunjukkan benih gandum kepadanya
untuk dimakan. Bukanlah hal yang hina bagi tangan yang
paling halus untuk mengulurkan tangannya kepada yang
miskin (Ams. 31:20), dan digunakan untuk melayani orang
miskin. Perhatikanlah, Boas tidak menghemat persediaan
makanannya untuk penyabit-penyabitnya, melainkan me-
ngirimi mereka jauh lebih dari cukup untuk mereka sendiri
sehingga dapat menjadi jamuan bagi orang asing. Demi-
kianlah ada yang menyebar harta, namun bertambah kaya.
(4) Boas memuji Rut atas sikap hormat penuh tanggung
jawabnya terhadap ibu mertuanya, yang, walaupun Boas
tidak melihatnya sendiri, namun sudah mendengar tentang
dia (ay. 11): “Telah dikatakan orang kepadaku dengan leng-
kap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertua-
mu.” Catatlah, orang yang melakukan kebaikan harus di-
puji sebab nya. Namun yang membuat Boas memujinya se-
cara khusus yaitu bahwa Rut telah meninggalkan tanah
kelahirannya sendiri, dan telah menjadi pemeluk baru aga-
ma Yahudi. sebab demikianlah Alkitab terjemahan bahasa
Aram menjelaskannya: “Engkau telah menjadi pemeluk
baru agama Yahudi, dan tinggal di antara suatu bangsa
yang dahulu tidak engkau kenal.” Barang siapa meninggal-
kan segala-galanya untuk memeluk agama sejati layak un-
tuk mendapatkan penghargaan dua kali lipat.
(5) Boas berdoa untuk Rut (ay. 12): “Tuhan kiranya membalas
perbuatanmu itu.” Rasa sayang Rut yang kuat terhadap
kewargaan Israel, yang berdasar kelahiran ia tidak ter-
masuk di dalamnya, betul-betul merupakan karya anuge-
rah ilahi di dalam dirinya sehingga pastilah akan dikaru-
niai upah penuh oleh Dia yang di bawah sayap-Nya dia
datang berlindung. Perhatikanlah, orang-orang yang de-
ngan iman datang berlindung di bawah anugerah ilahi, dan
memiliki kepuasan dan keyakinan penuh dalam anugerah
itu, boleh merasa yakin akan balasan upah penuh atas apa
yang mereka lakukan itu. Dari ungkapan ini, orang Yahudi
menggambarkan orang yang baru percaya sebagai orang
yang dikumpulkan di bawah perlindungan kekuasaan ilahi.
(6) Boas mendorong Rut untuk meneruskan pekerjaannya me-
mungut jelai. Kebaikan terbesar yang dapat kita lakukan
bagi saudara kita yang miskin yaitu membantu dan men-
dorong kerajinannya. Boas menyuruh para pelayannya un-
tuk membiarkan dia memungut di antara berkas-berkas,
sedangkan pemungut-pemungut lainnya tidak boleh ke
situ, dan tidak boleh mencela dia, artinya, tidak boleh
menyebut dia pencuri, atau mencurigai dia mengambil lebih
banyak dari yang diperbolehkan baginya (ay. 15). Semua ini
menunjukkan betapa Boas yaitu seorang pria yang ber-
jiwa murah hati, dan orang yang, sesuai hukum Taurat,
mempertimbangkan perasaan orang asing.
3. Rut menerima perkenanan Boas dengan penuh kerendahan
hati dan rasa syukur, dan bersikap sopan seperti yang seha-
rusnya diperbuatnya, tanpa terlintas dalam benaknya bahwa
dirinya akan segera menjadi nyonya pemilik ladang tempat
sekarang dia memungut jelai.
(1) Rut menunjukkan penghargaan sebaik mungkin kepada
Boas, dan memberikan penghormatan kepadanya, sesuai
dengan kebiasaan di negeri itu (ay. 10): Lalu sujudlah Rut
menyembah dengan mukanya sampai ke tanah. Perhatikan-
lah, sopan santun yaitu perhiasan jelita bagi agama, dan
kita harus memberikan hormat kepada orang yang berhak
menerima hormat.
(2) Dengan rendah hati ia mengakui dirinya tidak layak mene-
rima pertolongan Boas: “Aku ini seorang asing (ay. 10) dan
tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perem-
puan (ay. 13), berpakaian tidak terlalu bagus dan berpen-
didikan tidak terlalu baik, tidak terlalu rapi ataupun ber-
guna.” Perhatikanlah, memang sudah sepantasnya bagi
kita semua untuk menilai diri sendiri dengan rendah hati
dan memperhatikan apa yang kurang pada diri kita, de-
ngan menghargai orang lain lebih daripada diri kita sendiri.
(3) Dengan penuh rasa terima kasih ia mengakui kebaikan
Boas kepadanya. Walaupun kebaikan itu bukanlah pengor-
banan besar bagi Boas, atau jauh lebih besar dari yang ha-
rus dia berikan menurut hukum ilahi, namun Rut menga-
gungkan dan mengagumi kebaikannya itu: “Mengapakah
aku mendapat belas kasihan dari padamu?” (ay. 10).
(4) Rut memohon kelanjutan maksud baik Boas: “Biarlah aku
mendapat belas kasihan dari pada tuan” (ay. 13, TL), dan
mengakui bahwa yang Boas katakan menyenangkan bagi-
nya: “Tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan
hati hambamu ini.” Orang-orang besar dan memiliki kedu-
dukan tinggi tidak tahu betapa besar kebaikan yang dapat
mereka lakukan kepada orang-orang di bawah mereka
dengan pandangan yang baik atau dengan berbicara ramah
kepada mereka. Dan kecil sekali pengorbanannya, sehingga
orang akan berpikir, mereka seharusnya tidak menggerutu,
saat hal itu menambah nilai kebaikan mereka.
(5) saat Boas memberinya makan malam bersama penyabit-
penyabitnya, dia hanya makan secukupnya saja, dan me-
ninggalkan sisanya, dan segera bangkit untuk memungut
jelai kembali (ay. 14-15). Ia tidak, dengan dalih kurang
makan atau telah banyak kerja, makan lebih banyak dari
yang secukupnya baginya, atau sangat banyak sampai
membuatnya tidak bisa bekerja di sore hari. Pengendalian
diri yaitu kawan bagi kerajinan, dan kita harus makan
dan minum untuk memberi kita kekuatan untuk bekerja,
bukan membuat kita tidak bisa lagi bekerja.
Cerita Rut kepada Naomi
(2:17-23)
17 Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang
dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya. 18 Diangkatnyalah
itu, lalu masuklah ia ke kota. saat mertuanya melihat apa yang dipungut-
nya itu, dan saat dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa
yang ada sesudah kenyang itu, 19 maka berkatalah mertuanya kepadanya: “Di
mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah
kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!” Lalu diceritakannyalah
kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: “Nama orang pada
siapa aku bekerja hari ini ialah Boas.” 20 Sesudah itu berkatalah Naomi
kepada menantunya: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati.” Lagi kata Naomi kepadanya: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah
salah seorang yang wajib menebus kita.” 21 Lalu kata Rut, perempuan Moab
itu: “Lagipula ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sam-
pai mereka menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku.” 22 Lalu berkatalah
Naomi kepada Rut, menantunya itu: “Ya anakku, sebaiknya engkau keluar
bersama-sama dengan pengerja-pengerjanya perempuan,supaya engkau
jangan disusahi orang di ladang lain.” 23 Demikianlah Rut tetap dekat pada
pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai
jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal
pada mertuanya.
Di sini,
I. Rut menyelesaikan pekerjaannya hari itu (ay. 17).
1. Rut berhati-hatisupaya tidak kehilangan waktu, sebab itu
dia memungut jelai sampai malam. Janganlah kita jemu ber-
buat baik, sebab jika sudah datang waktunya, kita akan
menuai. Dia tidak membuat-buat alasan untuk duduk-duduk,
atau pulang ke rumah lebih awal, namun terus bekerja hingga
petang hari. Marilah kita mengerjakan pekerjaan Dia yang
mengutus kita, selama masih siang. Ia tidak memanfaatkan
atau menyalahgunakan kebaikan Boas. Walaupun Boas me-
nyuruh bujang-bujangnya menyisakan sedikit untuknya, ia
terus saja mengumpulkan bulir-bulir yang terserak.
2. Rut berhati-hatisupaya tidak kehilangan hasil yang ia kum-
pulkan, dengan mengiriknya sendiri,supaya dapat lebih
mudah membawa pulang ke rumah, dan siap untuk dimasak.
Orang malas tidak akan menangkap buruannya, dan dengan
demikian kehilangan manfaatnya, namun orang rajin akan mem-
peroleh harta yang berharga (Ams. 12:27). Rut mengumpulkan
jelai bulir demi bulir, namun, sesudah semuanya dikumpulkan,
ada seefa jelai, kira-kira empat takar. Sedikit demi sedikit
lama-lama menjadi bukit. Yang menjadi dorongan bagi kerajin-
an yaitu bahwa dalam setiap jerih payah, bahkan dalam
pekerjaan memungut jelai, ada keuntungan, namun kata-kata
belaka mendatangkan kekurangan saja. Selesai mengemas
jelainya seringkas mungkin, ia mengangkatnya sendiri, dan
membawanya ke dalam kota, walaupun, seandainya dia me-
minta tolong, mungkin beberapa bujang Boas mau melaku-
kannya untuk dia. Kita harus belajar untuk sesedikit mungkin
merepotkan orang-orang yang baik kepada kita. Ia tidak ber-
pikir bahwa membawa jelainya sendiri ke kota yaitu pekerja-
an yang terlalu berat atau terlalu hina. Sebaliknya, ia senang
dengan hasil yang ia dapatkan dengan kerajinannya sendiri,
dan berhati-hati untuk melindunginya. Dan marilah kita juga
berhati-hatisupaya kita tidak kehilangan hal-hal yang telah
kita kerjakan, yang telah kita peroleh (2Yoh. 1:8).
II. Rut menghormati ibu mertuanya, langsung pulang ke rumah dan
tidak pergi mengobrol dengan bujang-bujang Boas. Ia menunjuk-
kan kepadanya apa yang dipungutnya itu,supaya ibu mertuanya
dapat melihat bahwa dia tidak bermalas-malasan.
1. Rut menjamu ibu mertuanya dengan apa yang tersisa dari
makan malamnya yang lezat yang diberikan Boas kepadanya.
Ia memberi Naomi apa yang ia simpan, sesudah ia makan secu-
kupnya (ay. 18), yang merujuk kepada ayat 14. Jika ada
sesuatu yang terbaik diperolehnya, ibunya harus ikut merasa-
kannya juga. Jadi, sesudah menunjukkan kerajinan di luar
rumah, ia menunjukkan kesalehan di dalam rumah. Demi-
kianlah anak-anak yang merawat orangtua mereka disebutkan
(1Tim. 5:4; KJV), dan ini yaitu bagian dari sikap hormat ter-
hadap orangtua berdasar sepuluh perintah Allah yang
kelima (Mat. 15:6).
2. Ia menceritakan kepada ibu mertuanya pekerjaannya hari itu,
dan bagaimana ia mendapat perhatian dan perkenanan, se-
hingga sangat meringankan pekerjaannya. Sebab, hasil me-
mungut yang diperoleh seorang benar lebih baik daripada tuai-
an banyak orang jahat (Mzm. 37:16).
(1) Naomi bertanya kepadanya dari mana dia: “Di mana engkau
memungut?” Perhatikanlah, para orangtua harus peduli un-
tuk menanyakan kegiatan anak-anak mereka, bagaimana,
dan di mana, dan siapa yang menemani mereka melewat-
kan waktu mereka. Ini dapat mencegah banyak perbuatan
tidak semestinya yang diperbuat anak-anak jika mereka
dibiarkan saja sendiri, yang dapat membawa aib baik bagi
diri sendiri maupun orangtua mereka. Kita bukan penjaga
saudara-saudara kita, namun pasti kita ini yaitu penjaga
anak-anak kita. Dan kita tahu anak seperti apa Adonia itu,
yang tidak pernah dimarahi. Para orangtua harus memerik-
sa anak-anak mereka, bukan untuk membuat mereka ta-
kut atau patah semangat, bukan dengan sedemikian rupa
sehingga membuat mereka membenci rumah atau mem-
buat mereka tergoda untuk berbohong, melainkan untuk
memuji mereka jika mereka berbuat baik, dan dengan
lemah lembut menegur dan memperingatkan mereka jika
mereka melakukan yang sebaliknya. Ini yaitu pertanyaan
yang bagus untuk kita tanyakan kepada diri kita sendiri
pada akhir setiap hari, “Di mana aku memungut hari ini?
Kemajuan apa yang telah aku buat dalam pengetahuan dan
anugerah? Apakah yang telah aku lakukan atau peroleh
yang akan menghasilkan sesuatu yang baik?”
(2) Rut bercerita kepada Naomi secara khusus tentang kebaik-
an yang dia peroleh dari Boas (ay. 19), dan harapan-harap-
annya untuk terus mendapat kebaikan Boas, sebab Boas
menyuruh dia mengikuti bujang-bujangnya sepanjang selu-
ruh penuaian (ay. 21). Catatlah, anak-anak punya kewajib-
an untuk bertanggung jawab kepada orangtua mereka dan
kepada orang-orang yang di atas mereka, dan tidak boleh
merasa tersinggung saat ditanyai. Hendaklah mereka per-
buat apa yang baik,supaya mendapat pujian sebab nya.
Rut memberitahu ibunya kebaikan apa yang Boas tunjuk-
kan kepadanya,supaya ia dapat mengakui kebaikannya
dan membalasnya dengan ungkapan terima kasih. Namun
ia tidak memberitahu Naomi tentang bahwa Boas memuji-
nya (ay. 11). Kerendahan hati mengajar kita untuk bukan
hanya memuji orang lain, melainkan juga tidak cenderung
menyebarluaskan pujian yang kita dapat dari orang lain.
(3) Di sini kita diberitahu apa yang Naomi katakan tentang hal
itu.
[1] Naomi berdoa dengan sepenuh hati untuk orang yang
telah berbaik hati kepada anaknya, bahkan sebelum
mengetahui siapa orang itu (ay. 19): “Diberkatilah kira-
nya orang, siapa pun dia, yang telah memperhatikan
engkau itu,” dengan melepaskan anak panah doa begitu
saja. namun lebih khusus lagi saat dia diberitahu
siapa orang itu (ay. 20): “Diberkatilah kiranya orang itu
oleh TUHAN.” Catatlah, orang miskin harus berdoa un-
tuk orang-orang yang baik dan murah hati kepada
mereka, dan dengan demikian membalas mereka, saat
tidak dapat memberikan balasan lainnya kepada mere-
ka. Biarlah ucapan berkat orang miskin memberkati
orang-orang yang menyegarkan mereka (Ayb. 29:13;
31:20). Dan Dia yang mendengarkan jeritan orang mis-
kin melawan penindas-penindas mereka (Kel. 22:27),
dapat diharapkan akan mendengarkan doa-doa orang
miskin untuk penolong-penolong mereka. Naomi seka-
rang mengingat kebaikan sebelumnya yang pernah Boas
tunjukkan kepada suami dan anak-anak lelakinya, dan
menggabungkannya menjadi demikian: “Dia belum ber-
henti mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang
yang hidup dan yang mati.” Jika kita dengan murah hati
menunjukkan kebaikan, bahkan kepada orang-orang
yang sepertinya telah melupakan pertolongan kita sebe-
lumnya, mungkin itu bisa membantu memulihkan ingat-
an bahkan tentang kebaikan-kebaikan yang sepertinya
sudah terkubur.
[2] Naomi memperkenalkan Rut ada hubungan apa antara
keluarga mereka dengan Boas: “Orang itu kaum kerabat
kita.” Tampaknya dia sudah sangat lama di Moab se-
hingga sudah lupa kerabatnya di tanah Israel, sampai
saat melalui penyelenggaraan ini Allah memunculkan-
nya dalam ingatan Naomi. Setidaknya Naomi belum
pernah memberitahu Rut tentang itu, walaupun itu bisa
menjadi dorongan semangat bagi seorang muda dari
bangsa lain yang baru memeluk agama Yahudi. Naomi
yang rendah hati tidak seperti banyak orang yang, wa-
laupun mereka sendiri jatuh miskin, terus membangga-
kan sanak saudara yang hebat. Tidak, perhatikanlah
rangkaian pikiran di sini, dan di dalamnya terdapat
rangkaian penyelenggaraan Allah, yang menghasilkan
apa yang direncanakan bagi Rut. Rut menyebut Boas
sebagai seseorang yang sudah berbuat baik kepadanya.
Naomi mengingat-ingat sendiri siapa itu, dan segera
teringat kembali: “Orang itu kaum kerabat kita. Seka-
rang sesudah mendengar namanya, aku mengingat dia
dengan sangat baik.” Pikiran ini menimbulkan pikiran
lain: “Orang itu kaum kerabat kita, goel (penebus – pen.)
kita, yang memiliki hak untuk menebus tanah kita yang
digadaikan, dan oleh sebab itu dari dia kita boleh
mengharapkan kebaikan lebih lanjut. Dia yaitu orang
yang paling mungkin di seluruh Betlehem untuk meng-
angkat kita.” Demikianlah Allah menimbulkan hal-hal
tertentu dalam pikiran kita, terkadang secara tiba-tiba,
yang terbukti mendatangkan kebaikan kepada kita.
[3] Naomi menyuruh Rut terus datang ke ladang Boas (ay.
22, KJV): “Janganlah mereka menemuimu di ladang lain,
sebab mereka bisa tersinggung.” Juruselamat kita
yang terberkati yaitu Goel (Penebus – pen.) kita. Dia-
lah yang berhak untuk menebus. Jika kita berharap
untuk mendapatkan keuntungan dari-Nya, marilah kita
ikut dekat dengan Dia, dan ladang-ladang-Nya, dan
keluarga-Nya. Janganlah kita pergi kepada dunia dan
ladang-ladangnya untuk mencari apa yang hanya bisa
didapat dari Dia, sedangkan Ia sendiri telah mengajak
kita mengikuti-Nya. Sudahkah Tuhan memberi dengan
berlimpah ruah kepada kita? sebab itu, janganlah kita
ditemukan di ladang lain, atau mencari kebahagiaan
dan kepuasan dari makhluk ciptaan. Pedagang meng-
anggapnya buruk jika orang-orang yang ada dalam daf-
tar pelanggan mereka pergi ke toko lain. Kita kehilangan
kemurahan hati ilahi jika kita meremehkannya. Sebagi-
an orang berpikir Naomi sedang menegur menantunya.
Rut berkata sebelumnya (ay. 21) tentang tetap dekat
dengan pengerja-pengerja lelaki. “Tidak,” kata Naomi
(ay. 22), “Sebaiknya engkau keluar bersama-sama de-
ngan pengerja-pengerjanya perempuan. Mereka yaitu
teman-teman yang lebih cocok untukmu daripada
pengerja-pengerja lelaki itu.” namun tafsiran ini terlalu
berlebihan. Rut berbicara tentang pemuda-pemuda itu
sebab mereka yaitu pengerja-pengerja utama, dan
kepada merekalah Boas telah memberikan perintah un-
tuk menjaga Rut. Dan Naomi menganggap bahwa, se-
mentara Rut mengikuti pengerja-pengerja lelaki, per-
gaulannya yaitu dengan pengerja-pengerja perempuan
itu, seperti yang selayaknya. Rut dengan patuh mem-
perhatikan petunjuk ibunya. Dia terus memungut, sam-
pai akhir, bukan hanya panen jelai, namun juga panen
gandum, yang berlangsung sesudah itu,supaya dia bisa
mengumpulkan makanan pada waktu panen untuk
makanan pada waktu musim dingin (Ams. 6:6-8). Ia juga
tetap mengikuti pengerja-pengerja perempuan Boas. Ia
terus bergaul semakin akrab dengan mereka, yang dapat
saja membantu dia (ay. 23). Namun ia tetap kembali ke-
pada ibunya pada malam hari, seperti layaknya seorang
wanita bajik, yang bekerja di siang hari, dan bukan
bersenang-senang di malam hari. Dan saat panen
selesai (sebagaimana Uskup Patrick menjelaskannya) ia
tidak berkeluyuran jauh dari rumah, melainkan mene-
mani ibunya yang sudah tua di rumah. Dina pergi
mengunjungi perempuan-perempuan negeri itu, dan
kita tahu betapa pada akhirnya ia menemui aib yang
sia-sia. Rut tetap di rumah, dan membantu mengurus
ibunya, dan keluar rumah bukan untuk keperluan lain
selain untuk memperoleh persediaan kebutuhan ibu-
nya, dan kita menemukan selanjutnya bagaimana akhir
dari kerendahan hati dan kerajinannya. Pernahkah eng-
kau melihat orang yang rajin (KJV) dalam pekerjaannya?
Kehormatan ada di depannya.
PASAL 3
i dalam pasal sebelum ini, kita pasti mudah memuji perilaku
Rut yang sopan. Ini menunjukkan betapa kita bisa memanfaat-
kan gambaran yang diberikan kepada kita tentang hal itu. Namun,
dalam pasal ini tampaknya sulit bagi kita untuk membuktikan sifat
sopannya, dan sulit mencegah orang untuk salah menafsirkannya.
Akan namun , kebaikan dari masa dahulu itu yaitu bahwa ia men-
catat apa yang terjadi itu sebagai sesuatu yang tidak salah dilaku-
kan. Namun, keburukan zaman sekarang yaitu bahwa ia tidak akan
membenarkan hal semacam itu. Dalam pasal ini terdapat,
I. Petunjuk yang diberikan Naomi kepada menantu perempuan-
nya untuk mendapatkan Boas sebagai suami (ay. 1-5).
II. Kepatuhan mutlak Rut terhadap petunjuk itu (ay. 6-7).
III. Perlakuan ramah dan penuh hormat yang diberikan Boas
kepadanya (ay. 8-15).
IV. Rut kembali kepada ibu mertuanya (ay. 16-18).
Kunjungan Rut ke Boas
(3:1-5)
1 Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: “Anakku, apakah tidak ada
baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimusupaya engkau
berbahagia? 2 Maka sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya
perempuan telah kautemani itu, yaitu sanak kita? Dia pada malam ini me-
nampi jelai di tempat pengirikan; 3 maka mandilah dan beruraplah, pakailah
pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. namun janganlah
engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia selesai makan dan minum.
4 Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik
tempat ia berbaring; lalu datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari
kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu
apa yang harus kaulakukan.“ 5 Lalu kata Rut kepadanya: “Segala yang eng-
kau katakan itu akan kulakukan.”
Dalam ayat-ayat di atas kita temukan,
I. Perhatian Naomi akan penghiburan bagi menantu perempuannya
pasti sangat patut dipuji, dan dicatat untuk dijadikan teladan. Dia
sendiri tidak berpikiran untuk menikah (1:12). sebab sudah
lanjut usia, ia bertekad untuk tetap menjanda. Namun demikian,
sama sekali tidak terpikirkan olehnya untuk membiarkan menan-
tu perempuannya yang masih muda itu juga menjanda. Usia itu
sendiri tidak boleh dijadikan patokan masa muda. Sebaliknya,
Naomi merencanakan carasupaya Rut bisa menikah lagi dengan
baik-baik. Hikmatnya merancang rencana bagi menantu perem-
puannya, sesuatu yang menurut norma kesopanan tidak boleh di-
rencanakan sendiri oleh Rut (ay. 1). Inilah yang dilakukan Naomi,
1. Sebagai hal yang sudah sepantasnya, ia hendak membangkit-
kan keturunan bagi putranya yang sudah tiada, sehingga
dengan demikian memelihara keluarga itu agar tidak punah.
2. Sebagai tanda kebaikan dan rasa terima kasih kepada menan-
tu perempuannya yang telah membawa diri dengan sangat pa-
tuh dan penuh hormat kepadanya. “Anakku, ” katanya sebab
menganggap Rut sebagai anaknya sendiri, “apakah tidak ada
baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu,” yakni
melalui pernikahan. “Apakah tidak ada baiknya bila kucarikan
suami untukmu,supaya engkau berbahagia? Maksudnya, “Su-
paya engkau hidup berkelimpahan dan bahagia, tidak mengha-
biskan hidupmu di tengah kekurangan dan kesedihan seperti
yang kita jalani sekarang ini?” Perhatikanlah,
(1) Ikatan pernikahan merupakan, atau seharusnya menjadi
ketenteraman bagi kaum muda. Perasaan cinta yang tadi-
nya mengembara bisa diteguhkan, sedangkan hati dapat
merasa tenteram. Ketenteraman di dalam rumah suami,
dan di dalam hatinya (1:9). Orang-orang yang tidak hidup
tenang dalam ikatan pernikahan, bisa saja ke sana kemari
tanpa arah.
(2) Hal yang seharusnya didambakan dan direncanakan orang-
orang yang memasuki ikatan pernikahan yaitu supaya
mereka berbahagia. Untuk mencapai hal itu, sungguh pen-
ting mereka memilih dengan baik. Jika tidak, pernikahan
itu bukannya membawa ketenteraman bagi mereka, me-
lainkan kegelisahan yang tiada taranya. Para orangtua
yang hendak melepas anak-anak mereka, harus memper-
hatikan hal ini, yaitusupaya mereka berbahagia. Hendak-
nya selalu diingat bahwa apa yang terbaik bagi kita yaitu
yang terbaik bagi jiwa kita.
(3) Merupakan kewajiban orangtua untuk mencarikan keten-
teraman ini bagi anak-anak mereka, dan melakukan segala
sesuatu yang cocok bagi mereka pada waktunya nanti,
untuk mencapai hal tersebut. Walaupun anak-anak ter-
amat patuh dan penuh hormat terhadap orangtua, namun
orangtua tetap sebaiknya lebih menghendaki mereka untuk
menikah, dan itu lebih baik, daripada menghalangi mereka.
II. Tindakan yang diambil Naomi demi meningkatkan martabat me-
nantu perempuannya, sungguh sangat luar biasa dan terlihat
mencurigakan. Jika terdapat hal yang tidak patut di dalam tin-
dakannya itu, maka kesalahan terletak pada diri Naomi. Dialah
yang menempatkan menantunya dalam keadaan itu, dan ia me-
ngenal, atau seharusnya mengenal hukum Taurat serta kebiasaan
orang Israel, lebih dari yang diketahui Rut.
1. Memang benar bahwa Boas yang merupakan kerabat dekat
mereka yang sudah tiada itu, dan, sepanjang yang diketahui
Naomi, juga merupakan kerabat terdekat di antara semua
yang masih hidup, diwajibkan oleh hukum ilahi untuk mem-
peristri janda Mahlon, putra sulung Elimelekh yang sudah
mati tanpa meninggalkan keturunan (ay. 2): “Bukankah Boas
yaitu sanak kita, dan oleh sebab itu wajib dengan sadar
memperhatikan urusan kita?” Hal ini mendorong kita untuk
berserah dalam iman di kaki Kristus, sebab Ia yaitu sanak
kita. sebab telah mengambil kodrat kita, Ia yaitu tulang dari
tulang kita dan daging dari daging kita.
2. Saat itu merupakan waktu yang cocok untuk mengingatkan
Boas tentang hal tersebut, mengingat bahwa sekarang ia
sudah banyak mengenal Rut, sebab Rut terus hadir bersama
para penuai selama musim panen yang sekarang sudah ber-
akhir. Selain itu, semua kebaikan yang ditunjukkannya ke-
pada Rut dalam hal-hal kecil, telah mendorong Naomi untuk
berharap bahwa Boas tidak akan bersikap tidak baik, apalagi
tidak adil, dalam hal yang lebih besar. Naomi berpikir bahwa
ini merupakan kesempatan baik untuk memohon kepadanya,
saat ia sedang mengadakan pesta penampian di tempat
pengirikan (ay. 2). Di situlah ia melengkapi sukacita musim
menuai, dan memperlakukan para pekerjanya dengan baik:
Dia pada malam ini menampi jelai. Artinya, malam ini dia akan
mengadakan hiburan. Sama seperti Nabal dan Absalom meng-
adakan pesta pada hari pencukuran bulu domba, Boas juga
melakukannya di saat menampi jelai.
3. Naomi berpendapat bahwa Rut merupakan orang yang paling
cocok untuk melakukannya sendiri. Boleh jadi sudah menjadi
kebiasaan di negeri itu bahwa dalam hal ini pihak perempuan-
lah yang harus menuntut sesuai yang disiratkan hukum
Taurat (Ul. 25:7-9). Oleh sebab itu Naomi menyuruh menantu
perempuannya membersihkan serta merapikan diri, dan tidak
merias diri (ay. 3): “Mandilah dan beruraplah, bukan merias
diri, seperti Izebel. Kenakan pakaian bagusmu, namun bukan
seperti pakaian perempuan sundal, lalu pergilah ke tempat
pengirikan.” Mungkin ke sanalah Rut diundang makan malam.
Namun, ia tidak boleh sampai ketahuan, agar tujuannya tidak
diketahui (mau tidak mau, Rut pasti sudah sangat dikenal
oleh para pekerja Boas), sampai mereka sudah membubarkan
diri dan Boas beristirahat. Pada kesempatan inilah Rut akan
lebih mudah bertemu secara pribadi dengannya, dibanding di
rumahnya. Dan sejauh ini semuanya ini tampaknya baik.
Namun,
4. Kedatangannya untuk berbaring di kaki Boas saat ia sedang
terlelap, menimbulkan kesan buruk. Dengan datang mendekat
ke Boas, Rut seperti mengundang suatu perbuatan jahat, dan
kita tidak tahu apakah hal itu bisa dibenarkan. Banyak penaf-
sir yang menganggapnya tidak dapat dibenarkan, terutama
Yang Mulia Tn. Poole. Janganlah kita mengharapkan kebaikan
bisa dihasilkan dari kejahatan. Sungguh berbahaya untuk me-
nyatukan percikan bunga api dengan kayu bakar. Api yang
kecil mampu memicu kebakaran besar! Semua orang sepen-
dapat bahwa perbuatan Rut tidak boleh dijadikan teladan.
Baik hukum maupun zaman kita tidaklah sama dengan zaman
dahulu. Walaupun begitu, saya coba mengambil kebaikan dari
peristiwa ini. jika Boas benar-benar merupakan sanak
dekat seperti yang mereka pikir, maka di hadapan Allah, Rut
yaitu istrinya, seperti yang kita katakan, dan hanya dibutuh-
kan upacara kecil untuk melengkapi hal-hal yang berhubung-
an dengan pernikahan. Naomi bermaksud agar Rut mendekati
Boas sebagai istrinya. Ia tahu bahwa Boas tidak sekadar orang
yang sudah lanjut usia belaka (ia tidak akan berani mengan-
dalkan hal itu saja untuk mendekatkan menantu perempuan-
nya dengan dia). Boas juga pria berwibawa, bijaksana, berbudi
luhur, dan saleh. Orang yang takut akan Allah. Naomi tahu
Rut perempuan bajik, suci, dan rajin mengatur rumah tangga-
nya (Tit. 2:5). Moral umat Israel pernah rusak sebab perem-
puan-perempuan Moab (Bil. 25:1). Namun, perempuan Moab
yang satu ini sama sekali tidak seperti perempuan-perempuan
itu. Naomi hanya merancang hal yang tulus ikhlas dan terhor-
mat, sedangkan kebaikan hatinya yang percaya segala sesua-
tu, dan mengharapkan segala sesuatu, menyingkirkan serta
mencegah semua kecurigaan bahwa baik Boas maupun Rut
akan berusaha berbuat apa pun selain hal yang tulus dan
terhormat. Seandainya pada masa itu apa yang disarankannya
sesuai kebiasaan negeri itu untuk diperbuat oleh Rut dianggap
sebagai hal yang tidak senonoh dan tidak sopan seperti
menurut pandangan kita sekarang ini, maka tidak mungkin
Naomi bisa sekeji itu dengan membiarkan anak perempuannya
itu melakukan hal seperti itu. Perbuatan seperti itu bisa me-
ngotori perjodohan itu dan menghapus perasaan kasih sayang
lelaki yang begitu berwibawa dan baik, seperti Boas terhadap
Rut. Oleh sebab itu, kita harus berpikir bahwa pada zaman itu
hal tersebut tidak tampak seburuk pada zaman sekarang.
Naomi menyerahkan menantu perempuannya kepada Boas
untuk menerima petunjuk selanjutnya. Sesudah Rut menyata-
kan hak, Boas yang lebih memahami seluk-beluk hukum Tau-
rat akan memberitahukan kepadanya apa yang harus ia laku-
kan. Seperti itulah kita harus menempatkan diri di kaki Pene-
bus kita, untuk menerima penghakiman dari-Nya. Ya Tuhan,
apa yang harus kuperbuat? (Kis. 9:6). Kita boleh merasa yakin
bahwa jika Rut melihat adanya niat jahat dalam nasihat
yang diberikan ibu mertuanya itu, ia juga perempuan yang
terlampau bajik dan berakal sehat untuk berjanji akan melak-
sanakannya (ay. 5): Segala yang engkau katakan itu akan
kulakukan. Demikian jugalah orang-orang muda, harus tunduk
kepada orang-orang yang tua, menaati nasihat mereka yang
penuh wibawa dan bijaksana. Orang muda tidak memiliki
alasan yang cukup pantas untuk menolaknya.
Rut Disambut Boas
(3:6-13)
6 Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat
seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. 7 sesudah Boas habis
makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan
diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. lalu datanglah perempuan itu
dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan
berbaringlah ia di situ. 8 Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjaga-
lah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang
perempuan berbaring di sebelah kakinya. 9 Bertanyalah ia: “Siapakah engkau
ini?” Jawabnya: “Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu me-
lindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus
kami.” 10 Lalu katanya: “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya
anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada
yang pertama kali itu, sebab engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang
muda, baik yang miskin maupun yang kaya. 11 Oleh sebab itu, anakku, ja-
nganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu;
sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan
baik-baik. 12 Maka sekarang, memang aku seorang kaum yang wajib mene-
bus, namun walaupun demikian masih ada lagi seorang penebus, yang lebih
dekat dari padaku. 13 Tinggallah di sini malam ini; dan besok pagi, jika ia
mau menebus engkau, baik, biarlah ia menebus; namun jika ia tidak suka
menebus engkau, maka akulah yang akan menebus engkau, demi TUHAN
yang hidup. Berbaring sajalah tidur sampai pagi.”
Dalam ayat-ayat ini kita temukan,
I. Kecakapan Boas dalam mengatur urusan-urusan sehari-harinya.
Terdapat kemungkinan bahwa sesuai kebiasaan yang lazim ter-
jadi,
1. Boas hadir saat para pekerjanya sedang menampi jelai. Ia
mengawasi mereka, bukan untuk mencegah mereka mencuri
jelainya sebab ia tidak memiliki alasan untuk mencuragai
hal itu, melainkan sikap sembrono mereka saat sedang me-
nampi. Para majikan bisa saja menderita kerugian besar
akibat pekerja yang kurang perhatian meskipun mereka ini
jujur. Itulah sebabnya orang harus tekun mengenali baik-baik
keadaan kambing domba mereka, dan memperhatikan kawan-
an ternak mereka.
2. Pada waktu memberikan pekerjaan lebih banyak daripada bia-
sa, Boas menghibur para pekerjanya dengan berbagai hiburan.
Susaha mereka lebih bersemangat, ia juga makan dan minum
bersama mereka. Sungguh baik jika orang-orang yang kaya
dan terkemuka juga bermurah hati, serta mengenal baik
mereka yang bekerja untuknya.
3. sesudah Boas makan dan minum bersama para pekerjanya, ia
membaringkan diri tidur pada waktunya. Cukup cepat sehingga
sebelum tengah malam ia sudah terlelap (ay. 8),supaya ia siap
melakukan kegiatan pada keesokan paginya dengan segera.
Semua suami yang baik akan membagi waktu dengan baik,
dan tidak akan memperturutkan hatinya atau keluarganya
dengan bersukaria tidak pada tempatnya. Terjemahan Alkitab
dalam bahasa Aram meberitahukan kepada kita (ay. 7), bahwa
Boas makan dan minum dan hatinya senang, demikianlah juga
kata-kata dalam bahasa Ibrani. Ia memuji nama TUHAN, yang
telah mendengar doa-doanya, dan menyingkirkan kelaparan
dari tanah Israel. Begitulah dengan hati yang tenteram ia pergi
tidur, hatinya tenang, dan tidak sarat dengan kekenyangan
serta kemabukan. Ia tidak pergi tidur tanpa menaikkan doa.
Sesudah makan dan minum sampai kenyang, ia memuji
TUHAN. Saat sekarang hendak beristirahat, ia berserah dalam
perlindungan ilahi. Baguslah ia berbuat demikian, sebab
godaan yang tidak biasa sedang menantinya, meskipun ia
tidak tahu apa pun tentang hal itu.
4. Boas menggelar alas tidur pada ujung timbunan jelai, bukan
sebab ia sudah berencana melakukannya, atau semata-mata
susaha bisa menjaga panen jelainya dari pencuri, melainkan
sebab hari sudah terlampau malam untuk pulang ke rumah-
nya di kota. Di tempat ini ia berada lebih dekat dengan peker-
jaannya, serta siap melakukan kegiatan keesokan paginya. Ia
hendak memperlihatkan bahwa ia tidak terlalu peduli atau
memilih-milih tempat bermalam. Ia juga tidak mempersoalkan
keadaan atau memperhatikan kenyamanan. Sebaliknya, ia
seperti Yakub, bapa leluhurnya yang sederhana. Bila sempat,
ia bisa saja tidur di lumbung, dan bila perlu, tidur nyenyak di
atas hamparan jerami.
II. Jaminan Rut dalam menjalankan urusannya. Ia memperhatikan
perintah ibu mertuanya, berangkat, dan berbaring, bukan di sisi
Boas, melainkan di kakinya. Ia tetap mengenakan pakaian leng-
kap dan dalam keadaan terjaga, sambil menunggu kesempatan
untuk menyampaikan tugas yang sedang dijalankannya. saat
Boas terbangun pada tengah malam dan merasa ada seseorang di
dekat kakinya, dia bertanya siapa orang itu. Rut menyebutkan
namanya, lalu tugas yang disuruhkan kepadanya (ay. 9). Ia
datang untuk meminta perlindungan Boas, yang ditetapkan
hukum Taurat untuk menjadi pelindungnya: “Engkaulah seorang
kaum yang wajib menebus sanak keluarga berikut harta milik
mereka agar tidak punah, dan oleh sebab itu kembangkanlah
kiranya sayapmu melindungi hambamu ini. Berkenanlah kiranya
menikahi aku dan mendukung perkaraku.” Demikian jugalah kita
harus dengan iman menyerahkan diri kepada Yesus Kristus
sebagai kerabat dekat yang mampu menebus kita, dan berlindung
di bawah sayap-Nya sebagaimana kita diajak (Mat. 23:37). Kita
harus memohon kepada-Nya untuk mengembangkan sayapnya
melindungi kita. “Ya Tuhan Yesus, bawalah aku ke dalam kove-
nan-Mu dan di bawah pemeliharaan-Mu. Pemerasan terjadi ke-
padaku; jadilah jaminan bagiku.”
III. Rut diterima dengan baik oleh Boas. Apa yang dilakukannya itu
tidak mendatangkan akibat buruk dalam hal apa pun, jadi Naomi
tidak salah dalam menilai kerabat dekatnya itu. Boas tahu tuntut-
annya memang adil dan terhormat, jadi ia pun memperlakukan
Rut dengan patut. Adiknya tidak diperlakukannya sebagai se-
orang perempuan sundal (Kej. 34:31), sebab,
1. Boas tidak mencoba merusak kesucian Rut, meskipun ia
memiliki peluang besar untuk itu. Alkitab terjemahan ba-
hasa Aram menuturkannya sebagai berikut: ia menahan nafsu
berahinya, dan tidak menghampirinya, namun berbuat seperti
Yusuf yang benar dan tidak mau menghampiri majikannya
yang perempuan Mesir itu. Juga seperti Palti yang saleh, yang
saat oleh Saul diberi Mikhal, istri Daud (1Sam. 25:44), mele-
takkan pedang di antara dirinya dan perempuan itu,supaya ia
tidak bisa menjamahnya. Boas tahu bahwa bukan nafsu be-
rahilah yang membawa Rut ke sana. Oleh sebab itu ia dengan
gigih mempertahankan baik kehormatannya sendiri maupun
kehormatan Rut.
2. Boas tidak memikirkan hal-hal yang buruk terhadap apa yang
dilakukan Rut, dan tidak mencela dia sebagai perempuan
lancang dan tidak cocok untuk diperistri pria berhati lurus.
sebab telah membuktikan diri sebagai perempuan baik-baik
di ladang, dan semua perilakunya sopan serta patut, dalam
kejadian ini Boas sama sekali tidak meragukan sifatnya. Boleh
jadi ia justru menyalahkan diri sendiri sebab tidak menawar-
kan jasa sebagai kerabat dekat kepada kedua janda malang ini
sehingga dengan demikian Rut tidak perlu susah-susah men-
jalankan tugas itu. Boas seharusnya siap berkata seperti Ye-
huda berkenaan dengan menantu perempuannya, Bukan aku,
namun perempuan itulah yang benar. Sebaliknya,
(1) Boas memuji Rut, berbicara baik-baik kepadanya, menye-
but dia anakku, dan berbicara penuh hormat tentang diri-
nya sebagai perempuan yang sangat bajik. Dalam kejadian
ini, Rut telah memperlihatkan lebih banyak kebaikan ke-
pada ibu mertuanya, dan juga kepada keluarga Boas yang
akan menjadi jodohnya, lebih dari kejadian mana pun. Ia
sungguh baik hati sebab bersedia meninggalkan negerinya
sendiri dan ikut bersama ibu mertuanya ke tanah Israel,
untuk tinggal bersamanya, dan membantu mengurusnya.
sebab hal inilah Boas memberkatinya (2:12). Namun seka-
rang Boas berkata, Engkau telah menunjukkan kasihmu
lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu (ay. 10),
sebab tidak mengikuti keinginan diri sendiri, namun ke-
luarga suaminya, perihal menikah lagi. Ia tidak menerima
perhatian orang-orang muda, apalagi mencari perhatian
mereka, baik yang miskin maupun yang kaya. Sebaliknya,
ia bersedia menikah sesuai aturan hukum ilahi, meskipun
dengan lelaki tua. Hal itu dilakukannya demi kehormatan
dan kepentingan keluarga dengan siapa ia dijodohkan. Un-
tuk itu ia telah menunjukkan kebaikan luar biasa. Dalam
menyerahkan diri, orang muda harus bertujuan untuk
tidak menyenangkan diri sendiri, namun untuk lebih menye-
nangkan Allah serta orangtua mereka.
(2) Boas berjanji untuk menikahinya (ay. 11): “Janganlah ta-
kut, aku tidak akan meremehkan atau membiarkan dirimu.
Tidak, segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepada-
mu, sebab itu jugalah yang diwajibkan hukum Taurat dari
kerabat terdekat. Tidak ada alasan bagiku untuk menolak-
nya, sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa eng-
kau seorang perempuan baik-baik” (ay. 11). Perhatikanlah,
[1] Kebajikan yang patut diteladani sudah sepantasnya
dipuji (Flp. 4:8), dan hal ini akan mendatangkan pujian,
baik bagi laki-laki maupun perempuan, sehingga men-
dapatkan penilaian sebagai orang yang paling bijaksana
dan baik. Rut yaitu perempuan miskin, dan kemiskin-
an sering kali mengaburkan harumnya kebajikan. Akan
namun , kebaikan Rut, bahkan dalam keadaan mempri-
hatinkan, ternyata diperhatikan orang banyak dan tidak
dapat disembunyikan. Bahkan lebih dari itu, kebaikan-
nya menyingkirkan celaan orang akan kemiskinannya.
jika orang miskin yaitu orang baik-baik, mereka
akan menerima kehormatan dari Allah dan manusia.
Rut dinilai baik sekali berkat kerendahan hatinya, yang
membuka jalan menuju kehormatan ini. Semakin sedi-
kit ia memamerkan kebaikannya sendiri, semakin besar
para tetangganya memperhatikannya.
[2] Dalam memilih rekan sepenanggungan, kebajikan harus
terutama diperhatikan, dan dikenali sebagai kebajikan
yang diakui. Biarlah agama dan ibadah menentukan
pilihan, maka agama dan ibadah pasti akan memah-
kotai pilihan tersebut dan menenteramkan hati. Hikmat
lebih berharga dari pada permata, dan saat dikatakan
bahwa hikmat yaitu sama baiknya dengan warisan,
itu berarti bahwa warisan nyaris tidak berarti jika
tanpa hikmat.
(3) Boas memberikan janji bersyarat dan tidak dapat berbuat
lain, sebab sepertinya masih terdapat kerabat yang lebih
dekat daripada dirinya. Orang inilah yang berhak melaku-
kan penebusan (ay. 12). Boas mengetahui hal ini, namun
kita layak beranggapan bahwa Naomi (yang sudah lama
meninggalkan negerinya dan bisa saja tidak mengetahui
dengan tepat perihal silsilah keluarga suaminya), tidak
tahu tentang hal ini. Seandainya tidak, ia tidak akan per-
nah menyuruh menantu perempuannya mengajukan hak-
nya kepada Boas. Namun demikian, Boas tidak menyuruh
Rut datang sendiri kepada kerabat dekat yang lain itu. Hal
ini pasti akan terlampau berat bagi perempuan itu. Namun,
ia berjanji,
[1] Bahwa Boas sendirilah yang akan menawarkan hal
penebusan itu kepada orang tersebut, dan meminta ke-
putusannya. Kata bahasa Ibrani untuk janda berarti
orang yang bisu. Oleh sebab itu Boas akan membuka
mulutnya untuk orang yang bisu (Ams. 31:8), dan akan
berbicara untuk janda yang tidak tahu bagaimana
harus berkata bagi dirinya sendiri.
[2] Bahwa jika kerabat dekat yang lain itu menolak me-
lakukan kewajiban sebagai kerabat dekat, maka Boas-
lah yang akan melakukannya. Ia akan menikahi sang
janda, menebus tanah yang ditempatinya, sehingga de-
ngan demikian memulihkan martabat keluarga itu. Boas
mendukung janji ini dengan sumpah khidmat, sebab hal
ini merupakan syarat ikrar perkawinan (ay. 13): demi
TUHAN yang hidup. Dengan menangguhkan perkara ini,
ia meminta Rut menunggu sampai pagi. Uskup Hall me-
ringkaskan hal ini dalam perenungannya: “Boas tidak
menyentuh Rut seperti perempuan asusila, namun mem-
berkatinya bagaikan seorang bapa. Ia membesarkan
hati Rut bagaikan sahabat, berjanji kepadanya sebagai
kerabat dekat, memperlakukannya sebagai pelindung,
dan memulangkannya dengan membawa pengharapan
serta berbagai hadiah. Kesucian Rut tidak dinodai, dan
ia lebih bahagia dibanding saat datang ke tempat itu.
Oh, betapa terpujinya pengendalian diri dan kemuliaan
dari si bapa leluhur ini, tidak ada tipu muslihat dalam
bibir dan hatinya!”
Rut Dipulangkan dalam Damai kepada Naomi
(3:14-18)
14 Jadi berbaringlah ia tidur di sebelah kakinya sampai pagi; lalu bangunlah
ia, sebelum orang dapat kenal-mengenal, sebab kata Boas: “Janganlah dike-
tahui orang, bahwa seorang perempuan datang ke tempat pengirikan.” 15 Lagi
katanya: “Berikanlah selendang yang engkau pakai itu dan tadahkanlah itu.”
Lalu ditadahkannya selendang itu. lalu ditakarnyalah enam takar jelai
ke dalam selendang itu. Sesudah itu pergilah Boas ke kota. 16 sesudah perem-
puan itu sampai kepada mertuanya, berkatalah mertuanya itu: “Bagaimana,
anakku?” Lalu diceritakannyalah semua yang dilakukan orang itu kepadanya
17 serta berkata: “Yang enam takar jelai ini diberikannya kepadaku, sebab
katanya: Engkau tidak boleh pulang kepada mertuamu dengan tangan ham-
pa.” 18 Lalu kata mertuanya itu: “Duduk sajalah menanti, anakku, sampai
engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak
akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga.”
Di sini diceritakan tentang,
I. Bagaimana Rut dipulangkan oleh Boas. Pulang di tengah malam
buta tentu saja tidak aman baginya. Oleh sebab itu berbaringlah
ia tidur di sebelah kakinya dan bukan di sampingnya, sampai
pagi. Namun begitu fajar menyingsing sehingga cukup terang
baginya untuk berjalan pulang, Rut pergi, sebelum orang dapat
kenal-mengenal. jika ia terlihat, orang tidak akan mengenali-
nya pada waktu yang tidak pada tempatnya ini. Rut tidak malu
dikenal sebagai pengumpul sisa jelai yang tercecer di ladang, dan
ia juga tidak malu dengan tanda yang memperlihatkan kemiskin-
annya ini. namun , ia tidak mau dikenal sebagai perempuan yang
suka berjalan di malam hari, sebab kebajikannya merupakan
kehormatan terbesar yang dimiliki dan paling dihargainya. Boas
memulangkannya,
1. Dengan pesan untuk mengikuti nasihatnya (ay. 14): Janganlah
diketahui orang, bahwa seorang perempuan datang ke tempat
pengirikan, dan berbaring sepanjang malam sedekat itu
dengan Boas. Sebab meskipun keduanya tidak perlu terlalu
memperhatikan apa kata orang tentang mereka sementara me-
reka sendiri menyadari kesucian mereka yang tidak ternodai,
namun hanya sedikit orang yang berada begitu dekat dengan
api seperti halnya Boas dan Rut, namun tidak terbakar. Se-
andainya kejadian itu diketahui orang, maka bisa saja timbul
kecurigaan dalam hati sebagian orang dan celaan dari yang
lain. Orang-orang baik akan mendapat kesulitan, sedangkan
orang-orang jahat justru bergembira. Oleh sebab itu janganlah
diketahui orang. Perhatikanlah, kita harus senantiasa was-
pada, tidak saja untuk memelihara nurani yang bersih, namun
juga memelihara nama baik. Janganlah kita melakukan hal
yang meskipun tidak salah, namun besar kemungkinan disa-
lahartikan. Atau, kalaupun kita terpaksa melakukannya, ja-
nganlah diketahui orang. Kita tidak saja harus menghindari
dosa, namun juga perkara memalukan yang dapat memicu
kehebohan. Di sini terdapat alasan mengapa perbuatan mere-
ka harus disembunyikan. jika perkara ini sampai ketahu-
an, maka hal ini dapat merugikan pilihan kerabat dekat yang
lain itu. Ia bisa saja menggunakan hal ini sebagai dalih untuk
menolak Rut, bahwa Boas dan Rut telah tidur bersama.
2. Boas memulangkannya dengan memberikan sejumlah jelai,
yang pasti akan diterima dengan senang hati oleh sang ibu
mertua yang miskin itu di rumah. Hal ini juga bisa dijadikan
bukti bagi Naomi bahwa Boas tidak memulangkannya dengan
rasa tidak senang, yang bisa saja diduga Naomi seandainya
Boas memulangkan Rut dengan tangan kosong. Boas me-
nuangkan jelai itu ke dalam selendang, atau baju lapisan luar,
atau jubah Rut, sebanyak enam takar. Sebagai pemilik ladang
jelai yang bijaksana, ia mencatat semua jelai yang telah diberi-
kannya kepada orang. Jumlahnya enam takar, atau diperkira-
kan sama dengan enam gomer. Sepuluh takar sama dengan
satu efa. Berapa pun takaran yang dipakai, boleh jadi Boas
memberi Rut sebanyak yang mampu dipanggulnya (ay. 15).
Dalam terjemahan bahasa Aram dikatakan, Kekuatan untuk
membawanya diberikan kepadanya dari TUHAN. Dan juga
bahwa melalui roh nubuat disampaikan kepadanya bahwa dari
dirinya akan diturunkan enam orang yang paling benar dalam
zaman mereka, yaitu Daud, Daniel beserta ketiga temannya,
dan Mesias Sang Raja.
II. Bagaimana sang ibu mertua menyambut Rut. Naomi bertanya ke-
padanya, “Bagaimana, anakku? Apakah engkau dijadikan pengan-
tin atau tidak? Haruskah aku menghiburmu?” Maka Rut pun
menceritakan duduk perkaranya (ay. 17). Mendengar penuturan-
nya, ibu mertuanya,
1. Menasihati Rut agar merasa puas dengan apa yang telah ter-
jadi: Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengeta-
hui, bagaimana kesudahan perkara itu (ay. 18), yaitu bagai-
mana hal itu diputuskan di sorga, demikianlah terjemahan da-
lam Alkitab bahasa Aram, sebab pernikahan diputuskan di
sana. Rut telah mengerjakan segala sesuatu yang patut dilaku-
kannya, dan sekarang ia harus menunggu perkara itu dengan
sabar dan tidak merisaukannya. Oleh sebab itu marilah kita
belajar untuk menyerahkan kekuatiran kita kepada penyeleng-
garaan Allah, mengikuti arahnya, dan menantikan gerakannya.
Selain itu, kita juga harus menenangkan diri dan menantikan
kejadian itu dengan tekad untuk menyetujui apa pun dengan
sikap diam. Adakalanya hal yang paling sedikit kita lakukan
justru terbukti menjadi yang terbaik bagi kita. “Oleh sebab itu
duduk sajalah menanti, sampai engkau mengetahui, bagaimana
kesudahan perkara itu, dan berkata, Biarlah kesudahan perkara
itu terjadi, aku siap menerimanya.”
2. Naomi meyakinkan Rut bahwa sebab telah menjamin perkara
itu, Boas akan membuktikan diri sebagai sahabat setia yang
penuh perhatian. Orang itu tidak akan berhenti, sebelum disele-
saikannya perkara itu. Walaupun saat itu Boas sangat sibuk
di ladang dan tempat pengirikan, ia tidak akan melalaikan
perkara itu sebab sudah menjanjikannya kepada Rut. Naomi
percaya bahwa Rut telah memenangkan hati Boas, dan sebab
itu Boas tidak akan bertindak gegabah sampai ia tahu apakah
Rut akan menjadi miliknya atau tidak. Hal inilah yang dijadi-
kan alasan oleh Naomi, mengapa Rut harus duduk diam dan
tidak merisaukan hal itu. Boas telah menjaminnya, dan ia
pasti akan menanganinya dengan baik. Terlebih lagi, orang-
orang Kristen yang baik memiliki jauh lebih banyak alasan
untuk tidak kuatir tentang apapun juga, namun menyerahkan
segala kekuatiran mereka kepada Allah, sebab Ia telah berjanji
akan memelihara mereka. Untuk apa kita khawatir jika Ia pasti
memelihara kita? Duduk sajalah menanti, sampai engkau
mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu, sebab TUHAN
akan menyelesaikannya bagimu. Ia akan turut bekerja untuk
mendatangkan kebaikan bagimu (Mzm. 37:4-5; 138: 8). Kekuat-
anmu yaitu dengan berdiam diri (Yes. 30:7, KJV).
PASAL 4
alam pasal ini kita mendapati perkawinan antara Boas dan Rut.
Ada sesuatu yang tidak biasa dalam keadaan-keadaan yang
melingkupinya, yang dicatat untuk menggambarkan, bukan hanya
hukum tentang menikahi janda dari saudara laki-laki (Ul. 25:5, dst.),
sebab perkara-perkara yang terjadi dapat membantu menjelaskan
hukum, melainkan juga tentang Injil. Sebab dari pernikahan ini
diturunkanlah Daud, dan Anak Daud, yang perkawinan-Nya dengan
jemaat bukan-Yahudi diperlambangkan di sini. Dalam perikop ini
kita diberi tahu,
I. Bagaimana Boas menjernihkan perkara dengan saingannya,
dan dengan baik-baik menyelesaikannya dengan saingannya
itu (ay. 1-8).
II. Bagaimana perkawinannya dengan Rut dilangsungkan di
depan umum, dan mendapat berbagai ucapan selamat dari
para tetangganya (ay. 9-12).
III. Buah hati yang membahagiakan yang diturunkan dari perka-
winan ini, yaitu Obed, kakek Daud (ay. 13-17). Dan dengan
begitu kitab ini diakhiri dengan silsilah Daud (ay. 18-22).
Mungkin untuk membantu Daudlah Roh yang terberkati
mengarahkansupaya cerita ini dimasukkan ke dalam kanon
suci. Sebab Daud berkeinginansupaya kebajikan-kebajikan
buyutnya, yaitu Rut, bersama dengan asal-usulnya dari bang-
sa bukan-Yahudi, dan penyelenggaraan-penyelenggaraan ilahi
yang luar biasa yang mengiringinya, disampaikan kepada
anak cucu.
Rut Ditolak oleh Kerabat yang Wajib Menebusnya
(4:1-8)
1 Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah
penebus yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: “Hai saudara,
datanglah dahulu ke mari, duduklah di sini.” Maka datanglah ia, lalu duduk.
2 lalu dipilihnyalah sepuluh orang dari para tua-tua kota itu, dan
berkata: “Duduklah kamu di sini.” Maka duduklah mereka. 3 Lalu berkatalah
ia kepada penebus itu: “Tanah milik kepunyaan saudara kita Elimelekh hen-
dak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. 4 Jadi pikirku:
baik juga hal itu kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu
di depan orang-orang yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa
kita. Jika engkau mau menebusnya, tebuslah; namun jika engkau tidak mau
menebusnya, beritahukanlah kepadaku,supaya aku tahu, sebab tidak ada
orang yang dapat menebusnya kecuali engkau, dan sesudah engkau: aku.”
Lalu berkatalah ia: “Aku akan menebusnya.” 5 namun kata Boas: “Pada waktu
engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga,
perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama
orang itu di atas milik pusakanya.” 6 Lalu berkatalah penebus itu: “Jika
demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan
milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharus-
nya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya.” 7 Beginilah kebiasaan
dahulu di Israel dalam hal menebus dan menukar: setiap kali orang hendak
menguatkan sesuatu perkara, maka yang seorang menanggalkan kasutnya
sebelah dan memberikannya kepada yang lain. Demikianlah caranya orang
mensahkan perkara di Israel. 8 Lalu penebus itu berkata kepada Boas:
“Engkau saja yang membelinya.” Dan ditanggalkannyalah kasutnya.
Dalam perikop ini,
1. Boas menggelar sebuah pengadilan dengan segera. Ada kemung-
kinan bahwa ia sendiri yaitu salah satu dari tua-tua atau ang-
gota dewan tertua kota itu. Sebab ia seorang yang kaya raya dan
berkuasa. Mungkin ia yaitu pemimpin kota itu, dan memerintah
sebagai kepala. Sebab di sini ia tampak pergi ke pintu gerbang
sebagai orang yang berwenang, dan bukan sebagai orang biasa.
Sama seperti Ayub (Ayb. 29:7, dst.). Kita tidak dapat menduga
bahwa ia lebih rendah daripada seorang hakim di kotanya, sebab
ia yaitu cucu Nahason, pembesar di Yehuda. Ia memang mem-
baringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai di tempat pengirik-
an pada malam sebelumnya. Namun hal ini sama sekali bukan
tidak sejalan, pada masa-masa yang sederhana itu, dengan kehor-
matannya untuk duduk sebagai hakim di pintu gerbang. namun
mengapa Boas begitu tergesa-gesa, mengapa ia begitu senang
dengan perjodohan itu? Rut tidaklah kaya, namun hidup dari sede-
kah. Ia tidak terhormat, melainkan seorang asing yang miskin. Ia
tidak pernah dikatakan sebagai orang yang cantik. Seandainya
memang demikian adanya, maka kita dapat menduga bahwa
tangisan, perjalanan panjang, dan pekerjaan memungut jelai telah
membuat bunga bakung dan bunga mawar itu menjadi layu.
namun apa yang membuat Boas jatuh cinta kepadanya, dan ber-
hasrat untuk mempercepat urusan itu, yaitu bahwa semua
tetangganya sependapat bahwa Rut yaitu seorang perempuan
yang sungguh bajik hatinya. Ini membuatnya lebih berharga dari
pada permata (Ams. 31:10). Oleh sebab itu Boas berpikir, jika
dengan menikahi Rut, ia dapat berbuat kebaikan yang sungguh-
sungguh kepadanya, maka ia juga pasti berbuat kebaikan yang
sangat besar bagi dirinya sendiri. Itulah sebabnya Boas ingin se-
gera membereskan perkara ini. Hari itu bukan hari persidangan,
namun ia menyuruh sepuluh orang dari para tua-tua kota itu
untuk menemuinya di balai kota di pintu gerbang, di mana urus-
an umum biasa ditangani (ay. 2). Sepuluh orang, ada kemungkin-
an, menurut kebiasaan kota itu, dapat membentuk sidang peng-
adilan yang lengkap. Boas, meskipun seorang hakim, tidak mau
menjadi hakim dalam perkaranya sendiri, namun menginginkan
persetujuan dari para tua-tua yang lain. Niat yang jujur tidak
takut diketahui oleh orang banyak.
2. Boas memanggil saingannya untuk datang dan mendengarkan
perkara yang hendak diajukan kepadanya (ay. 1): “Hai saudara,
duduklah di sini.” Ia memanggil orang itu dengan menyebut
namanya, tidak diragukan lagi, namun sejarawan yang mendapat
ilham ilahi menganggap tidak pantas untuk mencatat namanya.
sebab orang itu sudah menolak untuk menegakkan nama orang
yang sudah mati, maka namanya tidak layak dipelihara untuk
angkatan-angkatan yang akan datang dalam sejarah ini. Sang
Penyelenggara menyokong Boas dengan mengatur keadaan begitu
rupa, hingga kerabat yang wajib menebus ini lewat tepat pada
waktunya seperti itu, tepat saat perkara itu siap diajukan ke-
padanya. Perkara-perkara besar kadang-kadang diperlancar oleh
kejadian-kejadian kecil, yang mempermudah dan mempercepat
jalannya.
3. Boas mengusulkan kepada kerabat yang lain itu untuk menebus
tanah Naomi, yang, ad