Tampilkan postingan dengan label matematika sedekah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label matematika sedekah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Januari 2025

matematika sedekah

   


Matematika Sedekah berbeda dengan matematika dasar biasa, 

jangan dikira sama, sebab bila disamakan malah tidak mengerti 

kedahsyatannya. Kenapa bersedekah hitungan matematikanya bisa 

dashyat? Jika sudah penasaran tidak ada salahnya mengkoleksi e-book 

(buku digital) ini yang akan panjang lebar membahas Dahsyatnya 

Matematika Sedekah. 

 

Dengan mengkoleksinya, bakalan menjamin kepuasan 

Saudara/Saudari dalam menjawab semua rasa penasarannya itu. 

Dibahas dengan pendekatan secara detail bahan kajian dan pengalaman 

yang dialami oleh penulis sendiri. 

 

Sudahkah kita bersedekah hari ini? 

Atas niat apa kita bersedekah? 

Sedekah apa saja yang telah kita berikan? 

 

 Pertanyaan di atas, sudah seharusnya kita berikan 

jawaban, jawabannya pasti akan berbeda-beda tiap 

orangnya. Dari perbedaan itu wajar sebab tiap seseorang 

menilai sesuatu sesuai pemahaman dan sudut pandang 

yang melatarbelakanginya. Jadi, kita tidak perlu 

mempermasalahkan perbedaan ini . 

 

Sudahkah kita bersedekah 

hari ini? 

 Jawabnya: sudah 

bersedekah, jumlah sedekah 

seseorang pasti berbeda-

beda itu kembali kepada 

kesadaran individu dan 

tergantung materi 

kepemilikan seseorang. 

Tidak ada satu orang yang 

bisa menentukan besarnya 

sedekah, sedekah juga tidak ditentukan oleh Allah Azza 

Wajalla. 

 

 Atas niat apa kita bersedekah? 

 Jawabnya: Niat seseorang bersedekah pun beraneka 

ragam, ada yang bersedekah untuk meringankan beban 

orang lain, ada yang bersedekah untuk membebaskan 

 

dosa-dosa yang telah lalu, ada yang bersedekah untuk 

dikasihani oleh Ilahi Robbi, ada yang bersedekah untuk 

memamerkan harta, ada yang bersedekah untuk menjadi 

terkenal, ada yang bersedekah untuk meningkatkan 

semangat ibadah, ada yang bersedekah untuk Allah 

menghilangkan penyakit dalam tubuh atau jiwanya, dan 

masih banyak lagi alasan lainnya dari niat bersedekah itu 

sendiri. Niat sedekah ini kembali pada motivasi 

seseorang untuk apa bersedekah ini. Dengan bahan 

rujukannya pada Hadits Rasululllah Saw yang berbunyi: 

“Semua amal itu tergantung pada niatnya.” [HR. 

Bukhari Muslim diambil dari buku Kumpulan 

Kupas Tuntas Fenomena Remaja Bagian Hitam 

Putih dalam Menulis Karya Muhammad Adam 

Hussein,

 

 Sedekah apa saja yang telah kita berikan? 

 Sedekah itu beragam bukan hanya berupa materi 

saja, tapi bisa berupa ilmu bisa disebut sedekah ilmu, 

dengan menikah itu pun sedekah karena menyalurkan 

kebutuhan biologis pada jalan yang dibenarkan oleh Ilahi 

Robbi, mengucap tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil itupun 

termasuk sedekah, apalagi kalau kita mengingatkan 

seseorang mengarahkan pada nilai kebaikan sehingga 

terhindarnya berbuat maksiat terhadap dirinya atau 

terhadap orang lain itupun termasuk sedekah. Jadi, 

sedekah itu tidak terbatas pada materi berupa uang, 

pakaian, dan peralatan lainnya. Saudara bebas 

menyedekahkan apa saja asal itu berstatus Halal dan 

Layak Pakai keberadaannya itu. 

 

 Biar lebih jelas, saya perkuat argumen di atas 

sebagaimana dalam dua Hadits Rasulullah SAW sebagai 

berikut bunyinya: 

  


 Dari Abu Dzar RA, Rasulullah Saw bersabda: 

 “Beberapa sahabat berkata kepada Rasulullah, “Ya 

Rasulullah, orang-orang kaya pergi dengan membawa 

pahala yang banyak. Mereka mengerjakan shalat 

sebagaimana yang kami kerjakan mereka juga 

berpuasa sebagaimana yang kami kerjakan, dan 

mereka juga dapat bersedekah dengan kelebihan harta 

mereka”. Nabi SAW bersabda, ‘Bukanlah Allah telah 

menjadikan banyak hal yang dapat kalian sedekahkah? 

Sesungguhnya, setiap ucapan tasbih adalah sedekah, 

setiap bacaan takbir adalah sedekah, setiap bacaan 

tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah 

sedekah, memerintahkan yang ma’ruf juga merupakan 

sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan 

ada pada persetubuhan juga ada nilai sedekah. Mereka 

bertanya, “Rasulullah, apakah seseorang di antara 

kami yang menunaikan syahwatnya juga berpahala?” 

Rasulullah SAW menjawab, “Bagaimana pendapat 

kalian jika ia menempatkannya pada tempat yang 

haram, bukanlah ia akan berdosa? Demikian juga jika 

ia meletakkannya pada sesuatu yang halal maka ia 

memperoleh pahala.”  

 [HR. Muslim diambil dari Buku Berkah & 

Keajaiban Sedekah oleh Abdurrahim Al-Qahtani 


   

 Dapat saya jelaskan kesimpulannya dalam hadits di 

atas adalah: 

1. Ucapan tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil itu 

termasuk sedekah. 

2. Memerintahkan yang ma’ruf (menyuruh kebaikan 

dan memberi peringatan akan satu perkara) dan 

mencegah kemungkaran (tindak laku jahat 

sekalipun  masih tahap niat) itu termasuk sedekah. 

3. Menyalurkan syahwat atau naluri seksual pada 

 

tempat yang Halal melalui Menikah, maka hal 

itupun termasuk sedekah. Jika menyalurkan syahwat 

atau naluri seksual pada yang tempat yang haram 

maksudnya belum terikatnya menjadi hubungan 

suami isteri, misalnya: masih pacaran (apalagi ini 

tidak ada nash yang mewajibkannya malah 

sebaliknya dilarangNya karena efek negatif yang 

begitu besar), masih tahap tunangan itupun tidak 

termasuk sedekah apabila menyalurkan syahwatnya 

karena ikatan ini  belum sah menurut Hukum 

dan Negara, dengan adanya Surat Nikah dan 

keabsahan secara Agama sehingga pernikahan 

ini  dilindungi secara Hukum baru dapat 

dikatakan Halal dan termasuk Sedekah. 

 

 Rasulullah SAW juga bersabda: 

 “Setiap ruas tulang manusia harus bersedekah 

setiap hari selagi matahari terbit. Kamu mendamaikan 

dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong 

seseorang menaiki kendaraannya atau menaikkan 

barang-barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, 

ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang 

digunakan menuju shalat adalah sedekah, dan kamu 

menyingkirkan gangguan dari jalan juga sedekah.” 

[

 

 Dapat saya jelaskan kesimpulannya dalam hadits di 

atas adalah: 

1. Mendamaikan dua orang yang berselisih termasuk 

sedekah. 

2. Menolong seseorang menaiki kendaraannya atau 

menaikkan barang-barang ke atas kendaraannya 

termasuk sedekah. 

 

 

3. Ucapan yang baik termasuk sedekah.  

4. Setiap langkah yang digunakan menuju shalat 

termasuk sedekah.  

5. Menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk 

sedekah. 

  

 Setiap ruas tulang manusia harus bersedekah 

maksudnya: tubuh manusia mempunyai kebutuhan 

dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan 

hidupnya dengan diberi asupan berupa makanan yang 

bergizi dan sehat, barangsiapa ia memberi makan bagi 

tubuhnya saat keadaan lapar maka ia telah sedekah 

terhadap dirinya, barangsiapa yang ia membiarkan 

dirinya keadaan lapar maka ia pelit terhadap dirinya 

(enggan bersedekah untuk tubuhnya). Bahwa, bukan 

hanya raga saja yang perlu diberi sedekah, rohani juga 

harus diberi sedekah dengan diberi pencerahan-cerahan, 

membaca al Qur’an, membaca buku, dan mendapatkan 

hiburan yang tidak berlebihan.  

 

 Lalu, kenapa ilmu masih dikatakan sedekah?  

 Karena menurut pandangan penulis, dengan berbagi 

ilmu yang kita miliki, apalagi ilmu berupa tulisan atau 

lisan (ceramah mp3) dapat memberi solusi yang terbaik 

dan akurat bagi seseorang yang membutuhkannya sama 

halnya kita memperingan kesulitan yang dihadapinya, 

sebaliknya apabila tulisan atau ceramah yang kita 

publikasikan berdampak negatif pada pembacanya, maka 

dapat menyebabkan bertambah dosa kita atas kelalaian 

diri sendiri.  Jadi, intinya sedekah ilmu pun itu penting, 

sebab sedekah bukan berupa materi semata. Karena 

dengan sedekah ilmu, kita niscaya diringankan siksaan 

kelak di alam kubur dan di akhirat. 

 

 

 Untuk memperkuat argumentasi ini, coba perhatikan 

kedua hadits di bawah ini. 

 

 “Jika manusia telah meninggal maka terputuslah 

amalnya kecuali tiga macam: 1. Sedekah Jariyah (yang 

tahan lama), 2. Ilmu yang bermanfaat, 3. Anak Shaleh 

(berakhlak baik) yang mendo’akan kedua 

orangtuanya.” 

 

 Dalam hadits di atas pada poin ke 2, tercantum Ilmu 

yang bermanfaat maksudnya ilmu yang diamalkan 

bukan hanya untuk dirinya saja, melainkan untuk orang 

lain niscaya ilmu yang bermanfaat itu kelak akan 

menolongnya di akhirat dapat memperingan siksaan di 

Neraka. Sayangnya, masih banyak orang yang 

menganggap ilmu itu mahal tidak ada yang cuma-cuma 

sehingga tanpa ada bayaran maka ilmu itu tidak akan 

diberitahu, padahal ilmu jika disembunyikan dan 

menjadi kebiasaan hingga menjelang kematian tanpa 

sempat bertobat, niscaya kelak ilmu ini  akan 

membebani dan menjeratnya agar ditimpa siksaan yang 

berat. Nyaris, mengenaskan. Untuk itu, perlu kita sadari 

mengamalkan ilmu itu penting sama halnya pentingnya 

menuntut ilmu, ilmu tanpa amal atau amal tanpa ilmu, 

keduanya tidak akan seimbang seakan-akan pincang 

menurut Albert Einsten, selain itu perlu juga dibarengi 

dengan iman. Agar ilmu yang diamalkan dapat berguna 

bagi dunia akhirat, sebab ilmu bukan hanya untuk di 

dunia. Ilmu kelak di akhirat pun dibutuhkan oleh kita.  

 

 Selanjutnya, hadits berikut yang berbunyi: 

 “Barangsiapa yang berkeinginan untuk 

diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari 

Kiamat, maka bantulah orang yang kesulitan atau 

hindarkanlah kesulitannya.” 


 Dapat kita simak, pada hadits di atas bagi siapa saja 

yang bersedekah ilmu niscaya kelak akan diselamatkan 

dari bencana pada hari Kiamat oleh Allah Azza Wajjala. 

Jadi, sudah jelas kesimpulan kita kali ini bahwa ilmu juga 

merupakan sedekah bagi pemilik ilmunya maupun bagi 

orang lain yang membutuhkannya. Jangan cemas, tiap 

kebaikan yang kita berikan tidak akan disia-siakan 

balasannya oleh Allah Azza Wajalla.  

 

 Lalu, apa matematika sedekahnya sama dengan 

sedekah harta? 

 Ya, sama saja tak ada perbedaan yang rumit, sebab 

yang membedakan itu besar kecilnya sedekah yang 

dikeluarkan. Artinya, jika mengamalkan satu ilmu 

mengatasi persoalan mengenai jerawat misalnya  maka 

kelak dikali lipat hingga 10 kali atau bahkan tak 

terhingga. Semakin banyak tulisan kita tanpa dibayar 

dengan sepersen uang pun itu lebih baik menjaga 

keikhlasan menulis dibandingkan  menulis di bayar pahala 

sedekahnya sudah terganti dengan sejumlah uang yang 

diberikan di dunia tidak akan dapat apa-apa kecuali 

kenangan telah menulis sesuatu yang bermanfaat. Disini, 

tiap penulis harus menyadari pentingnya keikhlasan dan 

meluruskan niat menulis itu sendiri, agar apa yang 

dihasilkan tidak sekedar menulis semata alias bukan 

sekedar jadi tulisan tapi tulisan yang menjadi.  

  

 Jadi, hitungan sedekahnya jika mengamalkan satu 

ilmu maka Allah akan memberinya ilmu yang lainnya 

yang tak diketahuinya sebagai contoh mengamalkan ilmu 

teknologi internet, lalu Allah memberinya ilmu indera ke 

enam (ilmu laduni), dan sebagainya. Sebab, saya sendiri 

sebagai contohnya, alhamdulillah Allah mempercayai 

saya dengan memberi ilmu laduni, maka ilmu apapun 

yang saya ingin kuasai alhamdulillah dapat dengan cepat 

terkuasai sehingga terbilang saya serba bisa. Syukur 

alhamdulillah, itulah dahsyatnya sedekah ilmu. Sebagai 

buktinya, ya tentu saja tulisan-tulisan saya yang mengkaji 

berbagai bidang keilmuan. Sekalipun telah mendapat 

ilmu laduni, tetap saja saya tidak berhenti belajar dan 

tetap membaca untuk menambah wawasan yang belum 

dipahami atau belum diketahui. Sebab konsep belajar 

saya, belajar sepanjang hayat dimanapun berada harus 

mendapat ilmu sedikitnya, dan lebihnya itu lebih baik. 

 

Konsep Matematika Sedekah 

 Konsep Matematika Sedekah ini bukan konsep yang 

dibuat oleh Ustadz Yusuf Mansur, melainkan Ustadz 

Yusuf  Mansur ini hanya mengembangkan ayat-ayat 

mengenai Sedekah dari Wahyu Ilahi dengan ilmu tafsir 

Qur’an yang dimilikinya, sehingga Konsep Matematika 

Sedekah ini dapat dikembangluaskan. Dan pemilik utama 

Konsep Matematika Sedekah yakni Ilahi Robbi dapat 

disebarluaskan dan dipopulerkan oleh Ustadz Yusuf 

Mansur. Subhanallah, maha kebenaran Allah atas segala 

FirmanNya. Saya dan Saudara Pembaca sudah 

seharusnya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya 

pada Ustadz Yusuf Mansur karena oleh beliaulah kita 

mengetahui ilmu Allah tentang Sedekah ini.  

 

 

1. Sedekah 1 dibalas 10 kali 

 Misalnya: kita memiliki Rp. 100.000, bila kita 

menyedekahkan sebagian dari uang ini  maka 

perhitungannya matematika yang normal sebagai 

berikut: 

 

100.000 – 10.000  = 90.000 

 

Akan tetapi dengan konsep sedekah, 

matematikanya menjadi: 

100.000 – 10.000   = 190.000 

100.000 – 30.000   = 370.000 

100.000 – 50.000   = 550.000 

100.000 – 70.000   = 730.000 

100.000 – 90.000   = 910.000 

100.000 – 100.000     = 1.000.000 

  

 Jika kita menyedekahkan uang 1.000 dari uang 

10.000 yang ada, seperti ini penjelasannya: 

10.000 – 1.000   = 19.000 

10.000 – 3.000   = 37.000 

10.000 – 5.000   = 55.000 

10.000 – 7.000   = 73.000 

10.000 – 9.000   = 91.000 

10.000 – 10.000 = 100.000 

 

 Jika kita menyedekahkan uang 1.000 dari 5.000, 

maka jadinya akan seperti ini gambarannya: 

5.000 – 1.000 = 54.000 

5.000 – 2.000 = 103.000 

5.000 – 3.000 = 153.000 

5.000 – 4.000 = 201.000 

5.000 – 5.000 = 250.000 

 

 Luar biasa, inilah kekuasaan Allah itu, sesuatu yang 

biasa menjadi luar biasa, sesuatu yang sedikit digantinya 

dengan lebih banyak bahkan tak terhingga banyaknya. Di 

luar, matematika logika manusia yang biasanya hasilnya 

sesuai dengan perhitungan semestinya, tapi sebaliknya 

Allah mengganti sedekah itu dengan lebih banyak. Betapa 

tidak, ini sudah menjadi kekuasaan Ilahi. Sesuai dengan 

apa yang difirmankan oleh Ilahi Robbi, yang bunyinya: 

 

 “Barang siapa membawa amal baik, maka baginya 

(pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa 

yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi 

pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, 

 


sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. 

[QS. Al An’aam (6) : 160] 

2. Sedekah 1 dibalas 700 

 Misalnya: kita memiliki Rp. 100.000, bila kita 

menyedekahkan sebagian dari uang ini  maka 

perhitungan dengan konsep matematika sedekah sebagai 

berikut: 

100.000 – 10.000   = 7.090.000 

100.000 – 30.000   = 21.070.000 

100.000 – 50.000   = 35.050.000 

100.000 – 70.000   = 49.030.000 

100.000 – 90.000   = 63.010.000 

100.000 – 100.000 = 70.000.000 

 

 Sebagaimana dengan firman Allah yang berbunyi: 

 “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) 

orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan 

Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang 

menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus 

biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang 

Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) 

lagi Maha Mengetahui.”  [QS. Al Baqarah (2) : 261] 

 

 Allah menyukai orang yang menafkahkan hartanya 

untuk keperluan keluarganya, untuk keperluan umat 

seperti menyumbang materi ke masjid, untuk keperluan 

membantu dana dalam berperangan melawan musuh 

Islam, dan sebagainya. Hal itu dapat membuat pahala 

dari sedekahnya yang berupa materi pula digantiNya 

berkali-kali lipat hingga 700 kali lipat. Sungguh Allah 

Maha Pembalas yang terbaik, subhanallah.  

 

 

 

3. Sedekah 1 dibalas Tak Terhingga 

 “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan 

memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan 

matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut 

waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah 

Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan 

orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah 

tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” 

[QS. Al Faathir: 13] 

 

 Barangsiapa yang kerja keras demi kebutuhan hidup 

dirinya dan keluarganya, dan tak lupa bersedekah 

memberi pada orang yang membutuhkannya, maka ia 

telah menyelamatkan kesinambungan hidup seseorang. 

Sebagai gantinya, Allah memberi balasan yang tiada 

terkira dan tidak hitung banyaknya. Ini janji Allah, yang 

pasti akan ditepatinya, berbeda dengan manusia janji 

belum tentu ditepatinya. Karena tidak mempunyai kuasa 

untuk mewujudkan sesuatu sebab Maha Wujud itu Allah 

yang Menentukan dan Mewujudkan sesuatu hanya 

dengan mengucapkan Kun Fayakun (Jadilah, maka 

akan terjadi). Artinya: segala yang mustahil bagi 

manusia dikerjakan maka bagi Allah itu tidak mustahil. 

Apapun dapat dilakukanNya dengan segala 

KekuasaanNya. Maha Benar Allah atas segala firmanNya. 

  

 Sebagaimana bunyi Firman Allah ini: 

“Maka Tuhan mereka memperkenankan 

permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya 

Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang 

beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, 

..” [QS. Ali ‘Imran : 195] 

 

 

 


Manfaat Sedekah 

 Manfaat  Sedekah dapat diuraikan menurut 

Abdurrahim Al-Qahthani dalam bukunya Berkah & 

Keajaiban Sedekah (2011 : 4 – 5), menyebutkan sebagai 

berikut: 

1. Sarana untuk membersihkan harta, 

2. Mendapat pahala yang berlipat ganda, 

3. Masuk surga dari pintu sedekah, 

4. Menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani dan 

rohani, 

5. Menjauhkan diri dari siksa api Neraka, 

6. Menjadi penaung pada hari Kiamat, 

7. Menghapus dosa dan kesalahan, 

8. Menolak bala, 

9. Didoakan oleh Para Malaikat, 

10. Sedekah membuat hati gembira, 

11. Memberikan keberkahan pada harta dan 

melapangkan rezeki, 

12. Mengatasi Problema Kemiskinan,  

13. Mempererat hubungan si Fakir dan si Kaya, 

14. Mengurangi tindak kejahatan kriminal, 

15. Menjadikan pribadi yang mulia. 

 

Golongan orang yang layak Menerima Sedekah 

 Tak sembarang orang bisa kita beri sedekah, ada 

aturan mainnya dalam Islam, kalau salah menyedekahi 

maka sedekah ini  biasanya akan lambat digantinya 

sehingga dikira Allah tidak menerima sedekahnya itu 

padahal orang yang bersedekah itu yang lalai dalam 

memberi sedekahnya artinya salah memberi sedekah 

pada orang yang tak layak menerima sedekah. Sehingga 

hukumnya menjadi santunan biasa nilainya karena belas 

kasihan, bukan nilai sedekah yang sebenarnya. Sebabnya 

itu bersedekah juga perlu mengikuti ilmunya, dengan 

begitu sedekahnya menjadi bernilai dan berkualitas. 

 

Sebab, banyak orang yang mengeluhkan, “kok aneh udah 

sedekah sekian banyaknya uang, tapi ganti dari 

sedekahnya itu tak kunjung datang, kenapa ya?” 

Solusinya: coba tanya pada diri sendiri, kita bersedekah 

pada siapa? Jika menurut pandangan Allah orang 

ini  tidak layak diberi sedekah, jangan kira bakal ada 

balasan sedekahnya, sebab yang ada itu hanya ucapan 

terimakasih saja dari orang disedekahinya. Sayang, 

bukan? ^.^ 

 

 Sebagai contoh: 

 Ada yang datang pengemis ke rumah kita tapi dari 

pakaiannya tidak compang-camping, dan tidak ada 

kecacatan sama sekali pada tubuhnya. Maka, jika kita 

bersedekah, maka nilai sedekahnya itu hanya santunan 

dalam berbagi, artinya tidak akan mendapat balasan kali 

lipat dari Allah Azza Wajalla. Sebaliknya, jika kita melihat 

dari pakaiannya dan kecacatannya mendukung bahwa ia 

perlu disantuni dengan sedekah, maka sudah harusnya 

kita memberinya. Apalagi, jika setelah kita memberi 

sedekah orang ini  berdo’a dengan tangan 

menengadah aminkanlah didalam hati maka sedekah 

ini  agar segera tergantikan oleh Allah Azza Wajalla, 

karena menurut Allah orang ini  layak menerima 

sedekah.  

 

 Lalu, jika Saudara/Saudari bersedekah ke 

pembangunan/renovasi sekolah atau 

pembangunan/renovasi masjid dan uang dari sedekah 

ini  digunakan langsung dan terpakai dengan 

semestinya maka ganti sedekah ini  akan cepat. 

Sebaliknya, jika belum digunakan masih dalam 

tampungan dana maka ganti sedekah itu biasanya akan 

melambat. Jadi, kita bisa menyimpulkan cepat atau 

lambatnya balasan sedekah itu tergantung dari 

sedekahnya itu dipakainya cepat maka balasan 

sedekahnya juga bakal cepat, sebaliknya sedekahnya itu 

dipakainya lambat (ditunda-tunda) maka balasan 

sedekah itu akan melambat pula. Hal ini pernah dialami 

oleh penulis sendiri, sehingga ini yang menjadi alasan 

dan argumentasi penulis harus bersedekah pada orang 

yang layak menerima dan yang sedang membutuhkannya 

cepat-cepat seperti: untuk melunasi hutang-hutang, 

perbaikan jalan, perbaikan masjid, dan sebagainya. 

 

 Ada 8 golongan yang layak menerima 

sedekah, sebagaimana dalam firman Ilahi Robbi yang 

berbunyi: 

 “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk 

orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-

pengurus zakat, para mu’allaf yang bujuk hatinya, 

untuk (memerdekan budak), orang-orang yang 

berhutang, untuk jalan Allah  dan orang-orang yang 

sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan 

yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui 

lagi Maha Bijaksana.” [QS. At Taubah : 60]  

 

 Dari ayat ini , kita dapat menyimpulkan 

diantaranya sebagai berikut dengan penjelasannya: 

 

1. Fuqara artinya orang-orang fakir. 

 Yaitu: orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap, 

sehingga dapat dikatakan bekerja serabutan atau bahkan 

pengangguran, sehingga hidupnya bergelantungan tanpa 

arah yang jelas. Dengan diberi sedekah, semoga saja ada 

semangat untuk memulai usaha baru sekalipun terbilang 

kecil-kecilan dan katakan padanya usahakan giat 

menabung jika ini berhasil membuatnya dirinya berubah 

menjadi sukses berwirausaha, sungguh besar balasan 

 

sedekahnya itu dari Allah bisa-bisa mencapai 700 kali 

lipat atau bahkan dibandingkan  itu alias tiada terhingga.  

 

 Fakir Pulsa, apa termasuk? Sepertinya tidak, sebab 

apabila orang ini  dapat membeli handphone maka 

sudah kewajibannya mampu mengisi pulsa. Jadi, fakir 

pulsa tidak perlu diberi pulsa nantinya sudah kebiasaan 

ia akan ketagihan dan nantinya akan membebani kita. 

 

2. Masakin artinya orang-orang miskin. 

 Yaitu orang yang tergolong mempunyai pekerjaan, 

namun tidak mampu mencukupi hidup keluarganya. 

Dengan diberi sedekah, setidaknya rasa lapar dan 

hausnya dapat teratasi sehingga dapat menyambung 

nyawa atau dapat memberi semnagat untuk 

mempertahankan hidupnya yang serba pas-pasan.  

 

3. Amilin artinya orang-orang yang bertugas 

mengumpulkan zakat. 

 Mereka ini, termasuk orang-orang mampu tetap 

diberikan zakat atau sedekah sebagai upah atas pekerjaan 

yang dilakukannya. Perlu hati-hati, di saat-saat ini 

banyak sekali orang yang menyodorkan meminta 

sumbangan-sumbangan, maka lihat dahulu proposal 

atau hal lainnya sebagai bukti kebenarannya (awas ada 

bukti-bukti yang dipalsukan) jangan sampai tertipu sebab 

jika tertipu sedekah ini  tidak akan ada balasannya. 

Disayangkan, bukan? ^.^ 

 

4. Mu’alaf artinya orang-orang yang baru masuk Islam. 

 Bermaksud untuk menguatkan imannya dan 

menyemangatkan nilai Islamnya, sebab orang-orang 

yang baru masuk Islam cenderung keimanannya masih 

rapuh mudah terombang-ambing oleh keadaan 

disekelilingnya. Jika disekelilingnya, menaruh 

 

keramahtamahan maka ia akan bersemangat untuk 

mendalami Islam lebih dalam dan lebih lanjut. Jika 

sebaliknya, maka ia enggan memeluk Islam seakan-akan 

hidupnya merasa sendiri. Jadi, harus menanamkan umat 

yang satu dengan umat lainnya adalah saudara seiman. 

 

5. Riqab artinya budak belian. 

 Dengan tujuan memerdekan budak seperti pembantu 

rumah tangga, pelayan-pelayan yang diberi bayaran 

minim. Mereka ini layak untuk menerima sedekah untuk 

dimakmurkan hidupnya, layak hidup menerima upah 

yang seimbang dengan jerih payah usahanya. 

 

6. Gharim artinya orang-orang yang banyak hutang. 

 Yakni, orang yang tak sanggup dalam membayar dan 

melunasi hutangnya, dapat dikatakan terbelit hutang 

sekalipun memiliki pekerjaan tetap perlu disedekahi. 

Untuk menolongnya, keluar dari hutangnya. Tapi, lebih 

afdolnya adalah memberi sedekah orang yang tak 

sanggup membayar atau melunasi hutang dan tidak 

memiliki pekerjaan tetap. 

 

7. Fi sabilillah artinya orang-orang yang berjuang di 

jalan Allah Azza Wajalla. 

 Misalnya: orang yang membantu masyarakat dalam 

pengembangan dan pendidikan. Seperti: pembangunan 

atau renovasi masjid, pembangunan atau renovasi 

sekolah atau kampus, memperbaiki jembatan yang usang 

dan rusak, membuat pelatihan kerja, pembangunan 

puskesmas, dan hal lainnya yang bermanfaat banyak bagi 

ummat. 

 

8. Ibnu Sabil artinya orang-orang yang sedaang dalam 

perjalanan. 

  

 Yaitu orang-orang yang sedang berada di suatu 

tempat tanpa memiliki tempat tinggal dan makanan. Ia 

juga memiliki harta di tanah airnya, tetapi bekal untuk 

memenuhi kebutuhannya telah habis. Sebabnya, orang 

golongan ini perlu diberi sedekah terutama makanan dan 

minuman untuk terpenuhinya kebutuhan hidupnya. 

 

 Baiklah, itu 8 golongan orang yang layak menerima 

sedekah, akhirnya sampai juga kita pada puncak 

tulisannya yaitu kesimpulan dan sarannya, silahkan 

simak dengan khusyu!    

 

Kesimpulan: 

 Sedekah itu tinggi nilainya dimata Allah Azza Wajalla 

sebabnya orang yang bersedekah termasuk golongan 

orang yang bersyukur, peduli sesama, dan tidak berbuat 

minta-minta melainkan segala sesuatunya dengan jerih 

payah yakni tak lain dengan bekerja. Berbeda sekali, 

dengan pengemis apalagi jika dijadikan profesi untuk 

memenuhi kebutuhan sehari-hari, Allah sangat 

mencelanya sebab tidak mau kerja keras yang akhirnya 

Allah pun memberi kefakiran di akhirat. 

Naudzubillahimindzalik.  

 

 Sedekah lebih baik dibandingkan  meminta-minta, 

sebagaimana hadits yang berbunyi: 

 “Tangan yang di atas lebih baik dibandingkan  tangan 

yang di bawah.”  

 

 

 Sedang Nabi Muhammad Saw berpesan untuk tidak 

bekerja sebagai peminta-minta, sebagaimana hadits yang 

berbunyi berikut ini: 

 


 “Siapa yang membuka pintu bagi dirinya untuk 

meminta-minta, maka Allah akan membukakan 

baginya tujuh puluh pintu kefakiran.”  

 

 Satu lagi hadits yang berbunyi: 

 “Meminta-meminta akan selalu ada pada seorang 

hamba sampai dia bertemu dengan Allah sementara di 

wajahnya tidak ada sepotong daging pun.”  

 

 Mengerikan sekali bukan, semoga kita tidak 

termasuk kedalamnya, semoga kita menjadi bagian 

golongan yang gemar bersedekah. Amien Ya Robbal 

A’lamien. Al Fatihah (baca di dalam hati masing-masing). 

 

 Jika ada yang bertanya, lebih utama sedekah ilmu 

atau sedekah harta? 

 Lebih utama sedekah harta sebab kebutuhan sehari-

hari di dunia dapat terpenuhi, tapi bukan berarti sedekah 

ilmu itu tidak penting, artinya jika kita hidup serba 

terpenuhi baik dari segi ekonomi baik dari segi keilmuan, 

maka hidup kita ini akan semakin sempurna rasanya. 

Sebab, harta dan ilmu selalu berdampingan alasannya 

mencari pekerjaan tanpa didasari keahlian dan keilmuan 

mana mungkin akan menghasilkan keuntungan yang 

banyak. Harta dibutuhkan oleh ilmu, dan ilmu 

dibutuhkan oleh harta. Setuju? 

 


 Mengapa harus menunda-nunda bersedekah, 

sedekah 1.000 rupiah ya silahkan, dalam bersedekah 

tidak batasan dalam jumlah semakin banyak harta yang 

disedekahkan maka semakin banyak pula balasan 

sedekahnya. Jadi, jika kita ingin mendapat keuntungan 

yang banyak maka sedekahlah hartanya sebanyak-

banyaknya. Ingat, janji Allah itu selalu ditepati, kita perlu 

yakin seyakin-yakinnya jika ada keraguan sedikitpun 

pada Allah maka jangan harap ada balasan sedekah 

bakalan diterima malah sebaliknya azab yang 

diturunkannya. Naudzubilllahimindzalik.  

 

 Sedekah bisa kita rutinkan, misalnya satu minggu 

sekali, kemudian berlanjut tiga hari dalam seminggu. jika 

sudah terbiasa sedekah itu menjadi lebih mudah, tanpa 

ada rasa takut tidak akan kembali hartanya, malah 

semakin yakin atas kekuasaanNya yang Maha Dahsyat. 

Coba buktikan sendiri, sebab saya sendiri masih dalam 

tahap membiasakan diri dalam bersedekah harta 

khususnya. Semoga kita dapat masuk ke dalam surga 

melalui pintu sedekah yang mengantarkan kepada 

kenikmatan yang tiada tara kelak di akhirat. Amien.    

 

 Pilihlah orang yang layak menerima sedekah, agar 

sedekah harta kita diganti berkali-kali lipat. Baca kembali 

golongan orang yang layak menerima sedekah. Jika 

Saudara ingin sedekah ilmu silahkan simak penjelasan 

lengkapnya di artikel saya tentang Hitam Putih dalam 

Menulis. Pastikan sedekah itu diterima karena 

kelayakan orang disedekahi oleh kita.  

 

 Jika ada yang mau bertanya, silahkan, jangan 

sungkan-sungkan.