Matematika Sedekah berbeda dengan matematika dasar biasa,
jangan dikira sama, sebab bila disamakan malah tidak mengerti
kedahsyatannya. Kenapa bersedekah hitungan matematikanya bisa
dashyat? Jika sudah penasaran tidak ada salahnya mengkoleksi e-book
(buku digital) ini yang akan panjang lebar membahas Dahsyatnya
Matematika Sedekah.
Dengan mengkoleksinya, bakalan menjamin kepuasan
Saudara/Saudari dalam menjawab semua rasa penasarannya itu.
Dibahas dengan pendekatan secara detail bahan kajian dan pengalaman
yang dialami oleh penulis sendiri.
Sudahkah kita bersedekah hari ini?
Atas niat apa kita bersedekah?
Sedekah apa saja yang telah kita berikan?
Pertanyaan di atas, sudah seharusnya kita berikan
jawaban, jawabannya pasti akan berbeda-beda tiap
orangnya. Dari perbedaan itu wajar sebab tiap seseorang
menilai sesuatu sesuai pemahaman dan sudut pandang
yang melatarbelakanginya. Jadi, kita tidak perlu
mempermasalahkan perbedaan ini .
Sudahkah kita bersedekah
hari ini?
Jawabnya: sudah
bersedekah, jumlah sedekah
seseorang pasti berbeda-
beda itu kembali kepada
kesadaran individu dan
tergantung materi
kepemilikan seseorang.
Tidak ada satu orang yang
bisa menentukan besarnya
sedekah, sedekah juga tidak ditentukan oleh Allah Azza
Wajalla.
Atas niat apa kita bersedekah?
Jawabnya: Niat seseorang bersedekah pun beraneka
ragam, ada yang bersedekah untuk meringankan beban
orang lain, ada yang bersedekah untuk membebaskan
dosa-dosa yang telah lalu, ada yang bersedekah untuk
dikasihani oleh Ilahi Robbi, ada yang bersedekah untuk
memamerkan harta, ada yang bersedekah untuk menjadi
terkenal, ada yang bersedekah untuk meningkatkan
semangat ibadah, ada yang bersedekah untuk Allah
menghilangkan penyakit dalam tubuh atau jiwanya, dan
masih banyak lagi alasan lainnya dari niat bersedekah itu
sendiri. Niat sedekah ini kembali pada motivasi
seseorang untuk apa bersedekah ini. Dengan bahan
rujukannya pada Hadits Rasululllah Saw yang berbunyi:
“Semua amal itu tergantung pada niatnya.” [HR.
Bukhari Muslim diambil dari buku Kumpulan
Kupas Tuntas Fenomena Remaja Bagian Hitam
Putih dalam Menulis Karya Muhammad Adam
Hussein,
Sedekah apa saja yang telah kita berikan?
Sedekah itu beragam bukan hanya berupa materi
saja, tapi bisa berupa ilmu bisa disebut sedekah ilmu,
dengan menikah itu pun sedekah karena menyalurkan
kebutuhan biologis pada jalan yang dibenarkan oleh Ilahi
Robbi, mengucap tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil itupun
termasuk sedekah, apalagi kalau kita mengingatkan
seseorang mengarahkan pada nilai kebaikan sehingga
terhindarnya berbuat maksiat terhadap dirinya atau
terhadap orang lain itupun termasuk sedekah. Jadi,
sedekah itu tidak terbatas pada materi berupa uang,
pakaian, dan peralatan lainnya. Saudara bebas
menyedekahkan apa saja asal itu berstatus Halal dan
Layak Pakai keberadaannya itu.
Biar lebih jelas, saya perkuat argumen di atas
sebagaimana dalam dua Hadits Rasulullah SAW sebagai
berikut bunyinya:
Dari Abu Dzar RA, Rasulullah Saw bersabda:
“Beberapa sahabat berkata kepada Rasulullah, “Ya
Rasulullah, orang-orang kaya pergi dengan membawa
pahala yang banyak. Mereka mengerjakan shalat
sebagaimana yang kami kerjakan mereka juga
berpuasa sebagaimana yang kami kerjakan, dan
mereka juga dapat bersedekah dengan kelebihan harta
mereka”. Nabi SAW bersabda, ‘Bukanlah Allah telah
menjadikan banyak hal yang dapat kalian sedekahkah?
Sesungguhnya, setiap ucapan tasbih adalah sedekah,
setiap bacaan takbir adalah sedekah, setiap bacaan
tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah
sedekah, memerintahkan yang ma’ruf juga merupakan
sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan
ada pada persetubuhan juga ada nilai sedekah. Mereka
bertanya, “Rasulullah, apakah seseorang di antara
kami yang menunaikan syahwatnya juga berpahala?”
Rasulullah SAW menjawab, “Bagaimana pendapat
kalian jika ia menempatkannya pada tempat yang
haram, bukanlah ia akan berdosa? Demikian juga jika
ia meletakkannya pada sesuatu yang halal maka ia
memperoleh pahala.”
[HR. Muslim diambil dari Buku Berkah &
Keajaiban Sedekah oleh Abdurrahim Al-Qahtani
Dapat saya jelaskan kesimpulannya dalam hadits di
atas adalah:
1. Ucapan tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil itu
termasuk sedekah.
2. Memerintahkan yang ma’ruf (menyuruh kebaikan
dan memberi peringatan akan satu perkara) dan
mencegah kemungkaran (tindak laku jahat
sekalipun masih tahap niat) itu termasuk sedekah.
3. Menyalurkan syahwat atau naluri seksual pada
tempat yang Halal melalui Menikah, maka hal
itupun termasuk sedekah. Jika menyalurkan syahwat
atau naluri seksual pada yang tempat yang haram
maksudnya belum terikatnya menjadi hubungan
suami isteri, misalnya: masih pacaran (apalagi ini
tidak ada nash yang mewajibkannya malah
sebaliknya dilarangNya karena efek negatif yang
begitu besar), masih tahap tunangan itupun tidak
termasuk sedekah apabila menyalurkan syahwatnya
karena ikatan ini belum sah menurut Hukum
dan Negara, dengan adanya Surat Nikah dan
keabsahan secara Agama sehingga pernikahan
ini dilindungi secara Hukum baru dapat
dikatakan Halal dan termasuk Sedekah.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Setiap ruas tulang manusia harus bersedekah
setiap hari selagi matahari terbit. Kamu mendamaikan
dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong
seseorang menaiki kendaraannya atau menaikkan
barang-barang ke atas kendaraannya adalah sedekah,
ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang
digunakan menuju shalat adalah sedekah, dan kamu
menyingkirkan gangguan dari jalan juga sedekah.”
[
Dapat saya jelaskan kesimpulannya dalam hadits di
atas adalah:
1. Mendamaikan dua orang yang berselisih termasuk
sedekah.
2. Menolong seseorang menaiki kendaraannya atau
menaikkan barang-barang ke atas kendaraannya
termasuk sedekah.
3. Ucapan yang baik termasuk sedekah.
4. Setiap langkah yang digunakan menuju shalat
termasuk sedekah.
5. Menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk
sedekah.
Setiap ruas tulang manusia harus bersedekah
maksudnya: tubuh manusia mempunyai kebutuhan
dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan
hidupnya dengan diberi asupan berupa makanan yang
bergizi dan sehat, barangsiapa ia memberi makan bagi
tubuhnya saat keadaan lapar maka ia telah sedekah
terhadap dirinya, barangsiapa yang ia membiarkan
dirinya keadaan lapar maka ia pelit terhadap dirinya
(enggan bersedekah untuk tubuhnya). Bahwa, bukan
hanya raga saja yang perlu diberi sedekah, rohani juga
harus diberi sedekah dengan diberi pencerahan-cerahan,
membaca al Qur’an, membaca buku, dan mendapatkan
hiburan yang tidak berlebihan.
Lalu, kenapa ilmu masih dikatakan sedekah?
Karena menurut pandangan penulis, dengan berbagi
ilmu yang kita miliki, apalagi ilmu berupa tulisan atau
lisan (ceramah mp3) dapat memberi solusi yang terbaik
dan akurat bagi seseorang yang membutuhkannya sama
halnya kita memperingan kesulitan yang dihadapinya,
sebaliknya apabila tulisan atau ceramah yang kita
publikasikan berdampak negatif pada pembacanya, maka
dapat menyebabkan bertambah dosa kita atas kelalaian
diri sendiri. Jadi, intinya sedekah ilmu pun itu penting,
sebab sedekah bukan berupa materi semata. Karena
dengan sedekah ilmu, kita niscaya diringankan siksaan
kelak di alam kubur dan di akhirat.
Untuk memperkuat argumentasi ini, coba perhatikan
kedua hadits di bawah ini.
“Jika manusia telah meninggal maka terputuslah
amalnya kecuali tiga macam: 1. Sedekah Jariyah (yang
tahan lama), 2. Ilmu yang bermanfaat, 3. Anak Shaleh
(berakhlak baik) yang mendo’akan kedua
orangtuanya.”
Dalam hadits di atas pada poin ke 2, tercantum Ilmu
yang bermanfaat maksudnya ilmu yang diamalkan
bukan hanya untuk dirinya saja, melainkan untuk orang
lain niscaya ilmu yang bermanfaat itu kelak akan
menolongnya di akhirat dapat memperingan siksaan di
Neraka. Sayangnya, masih banyak orang yang
menganggap ilmu itu mahal tidak ada yang cuma-cuma
sehingga tanpa ada bayaran maka ilmu itu tidak akan
diberitahu, padahal ilmu jika disembunyikan dan
menjadi kebiasaan hingga menjelang kematian tanpa
sempat bertobat, niscaya kelak ilmu ini akan
membebani dan menjeratnya agar ditimpa siksaan yang
berat. Nyaris, mengenaskan. Untuk itu, perlu kita sadari
mengamalkan ilmu itu penting sama halnya pentingnya
menuntut ilmu, ilmu tanpa amal atau amal tanpa ilmu,
keduanya tidak akan seimbang seakan-akan pincang
menurut Albert Einsten, selain itu perlu juga dibarengi
dengan iman. Agar ilmu yang diamalkan dapat berguna
bagi dunia akhirat, sebab ilmu bukan hanya untuk di
dunia. Ilmu kelak di akhirat pun dibutuhkan oleh kita.
Selanjutnya, hadits berikut yang berbunyi:
“Barangsiapa yang berkeinginan untuk
diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari
Kiamat, maka bantulah orang yang kesulitan atau
hindarkanlah kesulitannya.”
Dapat kita simak, pada hadits di atas bagi siapa saja
yang bersedekah ilmu niscaya kelak akan diselamatkan
dari bencana pada hari Kiamat oleh Allah Azza Wajjala.
Jadi, sudah jelas kesimpulan kita kali ini bahwa ilmu juga
merupakan sedekah bagi pemilik ilmunya maupun bagi
orang lain yang membutuhkannya. Jangan cemas, tiap
kebaikan yang kita berikan tidak akan disia-siakan
balasannya oleh Allah Azza Wajalla.
Lalu, apa matematika sedekahnya sama dengan
sedekah harta?
Ya, sama saja tak ada perbedaan yang rumit, sebab
yang membedakan itu besar kecilnya sedekah yang
dikeluarkan. Artinya, jika mengamalkan satu ilmu
mengatasi persoalan mengenai jerawat misalnya maka
kelak dikali lipat hingga 10 kali atau bahkan tak
terhingga. Semakin banyak tulisan kita tanpa dibayar
dengan sepersen uang pun itu lebih baik menjaga
keikhlasan menulis dibandingkan menulis di bayar pahala
sedekahnya sudah terganti dengan sejumlah uang yang
diberikan di dunia tidak akan dapat apa-apa kecuali
kenangan telah menulis sesuatu yang bermanfaat. Disini,
tiap penulis harus menyadari pentingnya keikhlasan dan
meluruskan niat menulis itu sendiri, agar apa yang
dihasilkan tidak sekedar menulis semata alias bukan
sekedar jadi tulisan tapi tulisan yang menjadi.
Jadi, hitungan sedekahnya jika mengamalkan satu
ilmu maka Allah akan memberinya ilmu yang lainnya
yang tak diketahuinya sebagai contoh mengamalkan ilmu
teknologi internet, lalu Allah memberinya ilmu indera ke
enam (ilmu laduni), dan sebagainya. Sebab, saya sendiri
sebagai contohnya, alhamdulillah Allah mempercayai
saya dengan memberi ilmu laduni, maka ilmu apapun
yang saya ingin kuasai alhamdulillah dapat dengan cepat
terkuasai sehingga terbilang saya serba bisa. Syukur
alhamdulillah, itulah dahsyatnya sedekah ilmu. Sebagai
buktinya, ya tentu saja tulisan-tulisan saya yang mengkaji
berbagai bidang keilmuan. Sekalipun telah mendapat
ilmu laduni, tetap saja saya tidak berhenti belajar dan
tetap membaca untuk menambah wawasan yang belum
dipahami atau belum diketahui. Sebab konsep belajar
saya, belajar sepanjang hayat dimanapun berada harus
mendapat ilmu sedikitnya, dan lebihnya itu lebih baik.
Konsep Matematika Sedekah
Konsep Matematika Sedekah ini bukan konsep yang
dibuat oleh Ustadz Yusuf Mansur, melainkan Ustadz
Yusuf Mansur ini hanya mengembangkan ayat-ayat
mengenai Sedekah dari Wahyu Ilahi dengan ilmu tafsir
Qur’an yang dimilikinya, sehingga Konsep Matematika
Sedekah ini dapat dikembangluaskan. Dan pemilik utama
Konsep Matematika Sedekah yakni Ilahi Robbi dapat
disebarluaskan dan dipopulerkan oleh Ustadz Yusuf
Mansur. Subhanallah, maha kebenaran Allah atas segala
FirmanNya. Saya dan Saudara Pembaca sudah
seharusnya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
pada Ustadz Yusuf Mansur karena oleh beliaulah kita
mengetahui ilmu Allah tentang Sedekah ini.
1. Sedekah 1 dibalas 10 kali
Misalnya: kita memiliki Rp. 100.000, bila kita
menyedekahkan sebagian dari uang ini maka
perhitungannya matematika yang normal sebagai
berikut:
100.000 – 10.000 = 90.000
Akan tetapi dengan konsep sedekah,
matematikanya menjadi:
100.000 – 10.000 = 190.000
100.000 – 30.000 = 370.000
100.000 – 50.000 = 550.000
100.000 – 70.000 = 730.000
100.000 – 90.000 = 910.000
100.000 – 100.000 = 1.000.000
Jika kita menyedekahkan uang 1.000 dari uang
10.000 yang ada, seperti ini penjelasannya:
10.000 – 1.000 = 19.000
10.000 – 3.000 = 37.000
10.000 – 5.000 = 55.000
10.000 – 7.000 = 73.000
10.000 – 9.000 = 91.000
10.000 – 10.000 = 100.000
Jika kita menyedekahkan uang 1.000 dari 5.000,
maka jadinya akan seperti ini gambarannya:
5.000 – 1.000 = 54.000
5.000 – 2.000 = 103.000
5.000 – 3.000 = 153.000
5.000 – 4.000 = 201.000
5.000 – 5.000 = 250.000
Luar biasa, inilah kekuasaan Allah itu, sesuatu yang
biasa menjadi luar biasa, sesuatu yang sedikit digantinya
dengan lebih banyak bahkan tak terhingga banyaknya. Di
luar, matematika logika manusia yang biasanya hasilnya
sesuai dengan perhitungan semestinya, tapi sebaliknya
Allah mengganti sedekah itu dengan lebih banyak. Betapa
tidak, ini sudah menjadi kekuasaan Ilahi. Sesuai dengan
apa yang difirmankan oleh Ilahi Robbi, yang bunyinya:
“Barang siapa membawa amal baik, maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa
yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi
pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.
[QS. Al An’aam (6) : 160]
2. Sedekah 1 dibalas 700
Misalnya: kita memiliki Rp. 100.000, bila kita
menyedekahkan sebagian dari uang ini maka
perhitungan dengan konsep matematika sedekah sebagai
berikut:
100.000 – 10.000 = 7.090.000
100.000 – 30.000 = 21.070.000
100.000 – 50.000 = 35.050.000
100.000 – 70.000 = 49.030.000
100.000 – 90.000 = 63.010.000
100.000 – 100.000 = 70.000.000
Sebagaimana dengan firman Allah yang berbunyi:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al Baqarah (2) : 261]
Allah menyukai orang yang menafkahkan hartanya
untuk keperluan keluarganya, untuk keperluan umat
seperti menyumbang materi ke masjid, untuk keperluan
membantu dana dalam berperangan melawan musuh
Islam, dan sebagainya. Hal itu dapat membuat pahala
dari sedekahnya yang berupa materi pula digantiNya
berkali-kali lipat hingga 700 kali lipat. Sungguh Allah
Maha Pembalas yang terbaik, subhanallah.
3. Sedekah 1 dibalas Tak Terhingga
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah
Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan
orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah
tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.”
[QS. Al Faathir: 13]
Barangsiapa yang kerja keras demi kebutuhan hidup
dirinya dan keluarganya, dan tak lupa bersedekah
memberi pada orang yang membutuhkannya, maka ia
telah menyelamatkan kesinambungan hidup seseorang.
Sebagai gantinya, Allah memberi balasan yang tiada
terkira dan tidak hitung banyaknya. Ini janji Allah, yang
pasti akan ditepatinya, berbeda dengan manusia janji
belum tentu ditepatinya. Karena tidak mempunyai kuasa
untuk mewujudkan sesuatu sebab Maha Wujud itu Allah
yang Menentukan dan Mewujudkan sesuatu hanya
dengan mengucapkan Kun Fayakun (Jadilah, maka
akan terjadi). Artinya: segala yang mustahil bagi
manusia dikerjakan maka bagi Allah itu tidak mustahil.
Apapun dapat dilakukanNya dengan segala
KekuasaanNya. Maha Benar Allah atas segala firmanNya.
Sebagaimana bunyi Firman Allah ini:
“Maka Tuhan mereka memperkenankan
permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan,
..” [QS. Ali ‘Imran : 195]
Manfaat Sedekah
Manfaat Sedekah dapat diuraikan menurut
Abdurrahim Al-Qahthani dalam bukunya Berkah &
Keajaiban Sedekah (2011 : 4 – 5), menyebutkan sebagai
berikut:
1. Sarana untuk membersihkan harta,
2. Mendapat pahala yang berlipat ganda,
3. Masuk surga dari pintu sedekah,
4. Menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani dan
rohani,
5. Menjauhkan diri dari siksa api Neraka,
6. Menjadi penaung pada hari Kiamat,
7. Menghapus dosa dan kesalahan,
8. Menolak bala,
9. Didoakan oleh Para Malaikat,
10. Sedekah membuat hati gembira,
11. Memberikan keberkahan pada harta dan
melapangkan rezeki,
12. Mengatasi Problema Kemiskinan,
13. Mempererat hubungan si Fakir dan si Kaya,
14. Mengurangi tindak kejahatan kriminal,
15. Menjadikan pribadi yang mulia.
Golongan orang yang layak Menerima Sedekah
Tak sembarang orang bisa kita beri sedekah, ada
aturan mainnya dalam Islam, kalau salah menyedekahi
maka sedekah ini biasanya akan lambat digantinya
sehingga dikira Allah tidak menerima sedekahnya itu
padahal orang yang bersedekah itu yang lalai dalam
memberi sedekahnya artinya salah memberi sedekah
pada orang yang tak layak menerima sedekah. Sehingga
hukumnya menjadi santunan biasa nilainya karena belas
kasihan, bukan nilai sedekah yang sebenarnya. Sebabnya
itu bersedekah juga perlu mengikuti ilmunya, dengan
begitu sedekahnya menjadi bernilai dan berkualitas.
Sebab, banyak orang yang mengeluhkan, “kok aneh udah
sedekah sekian banyaknya uang, tapi ganti dari
sedekahnya itu tak kunjung datang, kenapa ya?”
Solusinya: coba tanya pada diri sendiri, kita bersedekah
pada siapa? Jika menurut pandangan Allah orang
ini tidak layak diberi sedekah, jangan kira bakal ada
balasan sedekahnya, sebab yang ada itu hanya ucapan
terimakasih saja dari orang disedekahinya. Sayang,
bukan? ^.^
Sebagai contoh:
Ada yang datang pengemis ke rumah kita tapi dari
pakaiannya tidak compang-camping, dan tidak ada
kecacatan sama sekali pada tubuhnya. Maka, jika kita
bersedekah, maka nilai sedekahnya itu hanya santunan
dalam berbagi, artinya tidak akan mendapat balasan kali
lipat dari Allah Azza Wajalla. Sebaliknya, jika kita melihat
dari pakaiannya dan kecacatannya mendukung bahwa ia
perlu disantuni dengan sedekah, maka sudah harusnya
kita memberinya. Apalagi, jika setelah kita memberi
sedekah orang ini berdo’a dengan tangan
menengadah aminkanlah didalam hati maka sedekah
ini agar segera tergantikan oleh Allah Azza Wajalla,
karena menurut Allah orang ini layak menerima
sedekah.
Lalu, jika Saudara/Saudari bersedekah ke
pembangunan/renovasi sekolah atau
pembangunan/renovasi masjid dan uang dari sedekah
ini digunakan langsung dan terpakai dengan
semestinya maka ganti sedekah ini akan cepat.
Sebaliknya, jika belum digunakan masih dalam
tampungan dana maka ganti sedekah itu biasanya akan
melambat. Jadi, kita bisa menyimpulkan cepat atau
lambatnya balasan sedekah itu tergantung dari
sedekahnya itu dipakainya cepat maka balasan
sedekahnya juga bakal cepat, sebaliknya sedekahnya itu
dipakainya lambat (ditunda-tunda) maka balasan
sedekah itu akan melambat pula. Hal ini pernah dialami
oleh penulis sendiri, sehingga ini yang menjadi alasan
dan argumentasi penulis harus bersedekah pada orang
yang layak menerima dan yang sedang membutuhkannya
cepat-cepat seperti: untuk melunasi hutang-hutang,
perbaikan jalan, perbaikan masjid, dan sebagainya.
Ada 8 golongan yang layak menerima
sedekah, sebagaimana dalam firman Ilahi Robbi yang
berbunyi:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang bujuk hatinya,
untuk (memerdekan budak), orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” [QS. At Taubah : 60]
Dari ayat ini , kita dapat menyimpulkan
diantaranya sebagai berikut dengan penjelasannya:
1. Fuqara artinya orang-orang fakir.
Yaitu: orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap,
sehingga dapat dikatakan bekerja serabutan atau bahkan
pengangguran, sehingga hidupnya bergelantungan tanpa
arah yang jelas. Dengan diberi sedekah, semoga saja ada
semangat untuk memulai usaha baru sekalipun terbilang
kecil-kecilan dan katakan padanya usahakan giat
menabung jika ini berhasil membuatnya dirinya berubah
menjadi sukses berwirausaha, sungguh besar balasan
sedekahnya itu dari Allah bisa-bisa mencapai 700 kali
lipat atau bahkan dibandingkan itu alias tiada terhingga.
Fakir Pulsa, apa termasuk? Sepertinya tidak, sebab
apabila orang ini dapat membeli handphone maka
sudah kewajibannya mampu mengisi pulsa. Jadi, fakir
pulsa tidak perlu diberi pulsa nantinya sudah kebiasaan
ia akan ketagihan dan nantinya akan membebani kita.
2. Masakin artinya orang-orang miskin.
Yaitu orang yang tergolong mempunyai pekerjaan,
namun tidak mampu mencukupi hidup keluarganya.
Dengan diberi sedekah, setidaknya rasa lapar dan
hausnya dapat teratasi sehingga dapat menyambung
nyawa atau dapat memberi semnagat untuk
mempertahankan hidupnya yang serba pas-pasan.
3. Amilin artinya orang-orang yang bertugas
mengumpulkan zakat.
Mereka ini, termasuk orang-orang mampu tetap
diberikan zakat atau sedekah sebagai upah atas pekerjaan
yang dilakukannya. Perlu hati-hati, di saat-saat ini
banyak sekali orang yang menyodorkan meminta
sumbangan-sumbangan, maka lihat dahulu proposal
atau hal lainnya sebagai bukti kebenarannya (awas ada
bukti-bukti yang dipalsukan) jangan sampai tertipu sebab
jika tertipu sedekah ini tidak akan ada balasannya.
Disayangkan, bukan? ^.^
4. Mu’alaf artinya orang-orang yang baru masuk Islam.
Bermaksud untuk menguatkan imannya dan
menyemangatkan nilai Islamnya, sebab orang-orang
yang baru masuk Islam cenderung keimanannya masih
rapuh mudah terombang-ambing oleh keadaan
disekelilingnya. Jika disekelilingnya, menaruh
keramahtamahan maka ia akan bersemangat untuk
mendalami Islam lebih dalam dan lebih lanjut. Jika
sebaliknya, maka ia enggan memeluk Islam seakan-akan
hidupnya merasa sendiri. Jadi, harus menanamkan umat
yang satu dengan umat lainnya adalah saudara seiman.
5. Riqab artinya budak belian.
Dengan tujuan memerdekan budak seperti pembantu
rumah tangga, pelayan-pelayan yang diberi bayaran
minim. Mereka ini layak untuk menerima sedekah untuk
dimakmurkan hidupnya, layak hidup menerima upah
yang seimbang dengan jerih payah usahanya.
6. Gharim artinya orang-orang yang banyak hutang.
Yakni, orang yang tak sanggup dalam membayar dan
melunasi hutangnya, dapat dikatakan terbelit hutang
sekalipun memiliki pekerjaan tetap perlu disedekahi.
Untuk menolongnya, keluar dari hutangnya. Tapi, lebih
afdolnya adalah memberi sedekah orang yang tak
sanggup membayar atau melunasi hutang dan tidak
memiliki pekerjaan tetap.
7. Fi sabilillah artinya orang-orang yang berjuang di
jalan Allah Azza Wajalla.
Misalnya: orang yang membantu masyarakat dalam
pengembangan dan pendidikan. Seperti: pembangunan
atau renovasi masjid, pembangunan atau renovasi
sekolah atau kampus, memperbaiki jembatan yang usang
dan rusak, membuat pelatihan kerja, pembangunan
puskesmas, dan hal lainnya yang bermanfaat banyak bagi
ummat.
8. Ibnu Sabil artinya orang-orang yang sedaang dalam
perjalanan.
Yaitu orang-orang yang sedang berada di suatu
tempat tanpa memiliki tempat tinggal dan makanan. Ia
juga memiliki harta di tanah airnya, tetapi bekal untuk
memenuhi kebutuhannya telah habis. Sebabnya, orang
golongan ini perlu diberi sedekah terutama makanan dan
minuman untuk terpenuhinya kebutuhan hidupnya.
Baiklah, itu 8 golongan orang yang layak menerima
sedekah, akhirnya sampai juga kita pada puncak
tulisannya yaitu kesimpulan dan sarannya, silahkan
simak dengan khusyu!
Kesimpulan:
Sedekah itu tinggi nilainya dimata Allah Azza Wajalla
sebabnya orang yang bersedekah termasuk golongan
orang yang bersyukur, peduli sesama, dan tidak berbuat
minta-minta melainkan segala sesuatunya dengan jerih
payah yakni tak lain dengan bekerja. Berbeda sekali,
dengan pengemis apalagi jika dijadikan profesi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, Allah sangat
mencelanya sebab tidak mau kerja keras yang akhirnya
Allah pun memberi kefakiran di akhirat.
Naudzubillahimindzalik.
Sedekah lebih baik dibandingkan meminta-minta,
sebagaimana hadits yang berbunyi:
“Tangan yang di atas lebih baik dibandingkan tangan
yang di bawah.”
Sedang Nabi Muhammad Saw berpesan untuk tidak
bekerja sebagai peminta-minta, sebagaimana hadits yang
berbunyi berikut ini:
“Siapa yang membuka pintu bagi dirinya untuk
meminta-minta, maka Allah akan membukakan
baginya tujuh puluh pintu kefakiran.”
Satu lagi hadits yang berbunyi:
“Meminta-meminta akan selalu ada pada seorang
hamba sampai dia bertemu dengan Allah sementara di
wajahnya tidak ada sepotong daging pun.”
Mengerikan sekali bukan, semoga kita tidak
termasuk kedalamnya, semoga kita menjadi bagian
golongan yang gemar bersedekah. Amien Ya Robbal
A’lamien. Al Fatihah (baca di dalam hati masing-masing).
Jika ada yang bertanya, lebih utama sedekah ilmu
atau sedekah harta?
Lebih utama sedekah harta sebab kebutuhan sehari-
hari di dunia dapat terpenuhi, tapi bukan berarti sedekah
ilmu itu tidak penting, artinya jika kita hidup serba
terpenuhi baik dari segi ekonomi baik dari segi keilmuan,
maka hidup kita ini akan semakin sempurna rasanya.
Sebab, harta dan ilmu selalu berdampingan alasannya
mencari pekerjaan tanpa didasari keahlian dan keilmuan
mana mungkin akan menghasilkan keuntungan yang
banyak. Harta dibutuhkan oleh ilmu, dan ilmu
dibutuhkan oleh harta. Setuju?
Mengapa harus menunda-nunda bersedekah,
sedekah 1.000 rupiah ya silahkan, dalam bersedekah
tidak batasan dalam jumlah semakin banyak harta yang
disedekahkan maka semakin banyak pula balasan
sedekahnya. Jadi, jika kita ingin mendapat keuntungan
yang banyak maka sedekahlah hartanya sebanyak-
banyaknya. Ingat, janji Allah itu selalu ditepati, kita perlu
yakin seyakin-yakinnya jika ada keraguan sedikitpun
pada Allah maka jangan harap ada balasan sedekah
bakalan diterima malah sebaliknya azab yang
diturunkannya. Naudzubilllahimindzalik.
Sedekah bisa kita rutinkan, misalnya satu minggu
sekali, kemudian berlanjut tiga hari dalam seminggu. jika
sudah terbiasa sedekah itu menjadi lebih mudah, tanpa
ada rasa takut tidak akan kembali hartanya, malah
semakin yakin atas kekuasaanNya yang Maha Dahsyat.
Coba buktikan sendiri, sebab saya sendiri masih dalam
tahap membiasakan diri dalam bersedekah harta
khususnya. Semoga kita dapat masuk ke dalam surga
melalui pintu sedekah yang mengantarkan kepada
kenikmatan yang tiada tara kelak di akhirat. Amien.
Pilihlah orang yang layak menerima sedekah, agar
sedekah harta kita diganti berkali-kali lipat. Baca kembali
golongan orang yang layak menerima sedekah. Jika
Saudara ingin sedekah ilmu silahkan simak penjelasan
lengkapnya di artikel saya tentang Hitam Putih dalam
Menulis. Pastikan sedekah itu diterima karena
kelayakan orang disedekahi oleh kita.
Jika ada yang mau bertanya, silahkan, jangan
sungkan-sungkan.