Tampilkan postingan dengan label Meninggal 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Meninggal 1. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

Meninggal 1

 


Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakar ibn Farj al-Anshari al-Khazraji

al-Andalusi alQurthubi berkata:

Segala puji bagi Allah Yang Maha Tinggi yang telah menciptakan

semua makhluk dan menetapkan kematian serta kefanaan hidup di atas dunia

atas makhluk-Nya. Dia akan membangkitkan mereka di akhirat dan

membalas segala amal perbuatan telah mereka kerjakan, sebagaimana yang

ada  dalam Iirman-Nya: Agar supaya tiaPliap diri itu dibalas dengan

apa yang ia usaha*or (QS. Thaha: l5)

Sesmgguhrya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan

berdosa, mako sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di

dalamnyo don tidak lpulo] hidup. Dan barangsiapa datang kepada

Tuhcmnya dolam kedoon beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramol

sholih. mako nereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat

yang tinggi [nruliaJ, [yailuJ surga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di

bowahnyo, mereko keksl di dalamnya. Dan itu yaitu  balasan bagi orang

yang bersih [dori kekofiran dan kemaksiatanJ. (QS. Thaha:74-76)

Buku ini masih sangat sederhan4 di dalamnya berisi peringatan-

peringatan bagaimana mengingat kematian; keadaan orang yang telah mati;

hari kebangkitan; surga dan neraka; fitnah, dan kesesatan yang banyak aku

kutip dari berbagai buku ternama serta dari tokoh-tokoh Islam terkenal. Aku

harap buku ini bisa memberikan peringatan bagi diriku untuk melakukan

amal shalih sebagai bekal di akhirat.

Buku ini aku berijudul"At-Todzkirah bi Atwal al-Mautawa (Jmur al-

Akhirah" yang terdiri dari beberapa bab dan pasal yang menjelaskan

permasalahan 

-yang ada  dalam buku ini- secara gamblang danterperinci, dengan dalildalil yang bersumber dari hadits Nabi, agar kita

dapat memahami hadits Nabi secara mendalam.

Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi

kita semua agar dapat melakukan amal shalih sesuai tuntunan Al-Qur'an dan

hadits, demi mencari keridhaan serta rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

Panduan Singket tentang Ilmu Hadits

AlQurthubi dalam buku sudah menjelaskan dengan baik sanad dan

matan hadits dari berbagai segi dalam ilmu Mushthalah al-Hadits. Oleh

sebab  sebagi soorang ahli hadits, beliau pada buku inijuga menyuguhkan

pada kita sajian hadits gaya seorang ahli hadits agar hadits ini benar-benar

kematian & hari akhir

ketihatan otensitasnya, namun t'idak semua nama periwayat yang penulis

masukkan dalam terjemahan ini mengingat ruang buku yang terbatas.

Sejak abad pertama umat Islam sangat antusias terhadap hadits-hadits

Nabi. Seperti diketahui dalam sejarah, para sahabat Nabi tidak langsung

men u I iskan had its-had its Nabi sebab  beberapa perti mbangan. Perti mban gan

yang paling dominan yaitu  kehati-hatian agar firman Tuhan tidak

tercampur dengan sabda Nabi. Kemudian setelah itu para tabiin seperti Az-

Zuhri,t Rubai bin Shabih,' Said'dan tabiin lainnya menyusun hadits-hadits

nabi dalam suatu susunan kitab. namun  demikian, mereka tidak menuliskan

hadits-hadits itu sesuai urutan bab fiqh. Penulisan berdasarkan urutan fiqh

baru dilakukan kemudian.

Imam Malika yang lahir tahun 95 Hijriah telah mengarang kitab al-

Muwatta di Madinah. Kemudian disusul oleh Abu Muhammad Abdul Malik

ibn Abdul AzizibnJuraij di Mekkah, dan AMurrahman ibn Amr al-Auza'is

di Syam, Sufian Tsauri6 di Kufah, dan Hammad bin SalamahT di Basrah.

Setelah itu lmam Bukhari dan Muslim menulis kitab hadits yang hanya

Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn AMullah ibn Syihab az'Zuhri

al-Quraisyi. la populer dengan nama u-Ztthri, sebab  berasal dari bani Zuhrah. la juga populer

dengan nama lbnu Syihab. ktrir di Madinah talrun 5E H arau 67E M. la seorang tabiin dan salah

seorang dari tujuh fagih, huffaz hadits Nabi, dan orang yang paling tsiqat dan paling dipercaya. Az'

Zuhri yaitu  orang yang pcrtama mcnyusun hadits Nabi. lmam Malik, lbnu Uyainah dan Sufyan

Tsauri bcrguru kepadanya. la wafu tahun 124 H alrll 742 M.

Rubai bin Shabih yaitu  seorang tabiin. Nama lengkapnya yaitu  Abu Bakar Robi' ibn Shabih as-

Saadi al-Bashri. ta seorang ahli ibadah dan wara'. la dikenal sebagai orang yang pertama

menuliskan hadils di Basrah dan wafat tahun 160 H atau lahun777 M.

Said yang dimaksud di sini bukan Said al-Musayyab seperti diduga banyak orang,, namun  yang

dimaksud yaitu  Said bin Jubair. Nama yrng terakhir disebut ini scsungguhnya yang menulis hadits

Nabi. Nama lcngkapnya, Abu AMullah Said ibn Juber ibn Hisyam al-Asadiy. la seorang Habsyi,

lahir tahun 45 H atau 665 M. la bclajar ilmu hadits, fiqh, tafsir dan qiraat dari lbn Abbas dan lbn

Umar. Ia yaitu  tokoh tabiin dan sekaligus orang, yang paling cerdas di kalangan mereka. Ia hidup

di Kufah dan kemudian dibunuh oleh al-Hajjaj di Madinah pada pertengahan tahun 95 H atau 714

M.

Nama lengliapnya Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir al-Asbahi al-Hamiriy al-

Madani. Lahir di Madinah tahun 95 H//l4M dan meninggal di sana tahun 179 H1795 M.

Nama lengkapnya Abu Amr AMurrdrman ibn Amr ibn Yuhmid al-Auzai. Ia yaitu  Imam di Syam

dalam bidang fiqh dan zuhd. Lahir di Ba'labak tahun 88H atau tahun 707 M. Masa mudanya tinggal

di Baqa' dan kemudian pindah ke Beirut. Ia menjawab 70.000 masalah. Konon fatwa-fatwa yang

berkembang di Andalus berasal dari pendapatnya. Al-Auzai wafat di Beirut tahun l57H atau tahun

774 M.

Nama lengkap Sof,an Tsauri yaitu  Abu Abdullah So$an ibn Said ibn Masruq ats-Tsauri al-Kufiy.

la yaitu  amirul mukminin dalam bidang hadis dan orang yang paling cerdas di zamannya tentang

ilmu-ilmu agama. tahir di Kufah tahun 97 H/716 M. Ia pernah menolak dijadikan hakim pada masa

khalifah al-Mansur dari dinasti Abbasiyah. Ia tinggal di Mekkah, Madinah dan Basrah. Ia menulis

kitab hadits dan faraid. Wafat di Basrah tahun 1611778 M.

Hammad bin Salamah yaitu  Abu Salamah Hamad ibn Salamah ibn Dinar al-Basri ar-Rabi'i.

Dikenal sebagai mufti Basrah dan seorang tokoh hadits, sekaligus pakar bahasa. Ia digelari sebagai

Hafidz, tsiqat dan terpercay4 sehingga lmam Bukhari dan Muslim banyak mengambil hadits

darinya. Wafat tahun 167 H/784 M. r

kematian & hari akhir

memuat hadits-hadits shahih saja dan meninggalkan hadits-hadits dha'if.

Para ulama hadits berupaya keras mengumpulkan hadits dan memeliharanya.

Setetah itu ditulis ilmu khusus tentang nama-nama rijal untuk

mengetahui kondisi para periwayat hadits, baik mengenai kehidupannya,

akhlak, sikap beragama serta hapalannya. Setiap penulis kitab hadits shahih

meriwayatkan haditsnya dengan sanad-sanad yang bersambung kepada

Rasulullah saw. Sebagian hadits yang termuat dalam Kitab Bukhari,

misalnya, bersifat tsulatsiat yang sampai kepada Rasulullah melalui tiga

rangkaian sanad.

Dengan demikian, hadits-hadits Rasulullah saw mendapat perhatian

yang sangat besar dari para ulama pada abad pertama Hijriyah dimana

*e.iku telah berusaha keras untuk mengumpulkan hadits-hadits ini

dengan berbagai cara, sebab  hadits-haduts ini yaitu  penafsir dan

penjelas utama dari makna Al-Quran. saat  para ahli bid'ah telah tersebar

dan mereka membuat-buat hadits (maudhu') untuk dijadikan sebagai dalil

dari ajaran-ajaran mereka yang menyimpang, maka para ulama salaf

meletakan sebuah pedoman dalam mempelajari hadits dengan sangat teliti,

lalu lahirtah beberapa cabang ilmu yang berguna untuk tujuan ini

seperti: ilmu al-jarahwa al-ta'dil, asma' al-Ruwal dan lain sebagainya.8

Hadits-hadits dapat digolongkan menjadi hadits shahih dan dha'if

(lemah) serta dapat dibersihkan dari hadits-hadits maudhu' (hadits palsu)

yang dibuat oleh para ahli bidah. Hadits-hadits yang bersih dari keraguan

dan aib (shahih) diambil menjadi pegangan dasar dalam aqidah dan amal.

Madzhab Ahlussunah dengan taufik Allah swt tetap berada dalam

madzhab yang benar dalam segala hal. Para salaf telah berijma' (konsesus)

bahwa mengamalkan khabar ahad yang shahih yaitu  wajib dalam masalah

akidah ataupun syari'ah, sebab  khabar ahad yang shahih memberikan

ketetapan hati dalam mengamalkan hal-hal yang wajib sebab  perbuatan

Rasulullah saw (sunnah) serta ijma' para sahabat menunjukkan bahwa

mengamalkan khabar ahad yaitu  wajib'

Sebagai dalil-dalil dari sunnah yang menerangkan tentang keabsahan

khabar ahad yaitu : diriwayatkan bahwa telah datang seorang sahabat

Rasulullah saw kepada penduduk Quba lalu ia memberitahukan kepada

mereka bahwa kiblat telah dipindahkan ke Masjidil-Haram, dan mereka pun

memindahkan kiblat mereka ke Masjidil Haram. kemudian pemberitaan

yang seperti ini disampaikan kepada Rasulullah saw, Beliau saw tidak

mengingkari apa yang mereka lakukan (tidak mengingkari penyampaian

khabar dari satu orang). Begitujuga halnya dengan utusan-utusan Rasulullah

kematian & hari akhir

t Macam-macam ilmu hadis mencapai 56 macam ilmu. Lihat: Ibnu al-Shalah, Muqaddinah

saw kepada para bawahannya, serta untuk berda'wah cukup diutus dengan

seorang-seo rang.'

Adapun dalil-dalil tentang keabsahan khabar ahad dari ijma' sahabat

dapat dilihat dari peritiwa-peristiwa yang sangat banyak, semuanya

menunjukkan bahwa 'khabar ahad'wajib diterima dan diamalkan, seperti

Umar bin Khatthab mengamalkan khabar Abdurrhaman ibn 'Auf tentang

pengambilan jizyah (upeti) dari orang orang Majusi, yaitu pada sabda Beliau

saw: "Laksanakanlah kepada mereka (Majusi), seperti apa yang kamu

laksanakan kepada para Ahli Kitab".

Adapun mengenai khabar Mutqwatir dalam mazhab Ahlussunnah,

mereka mengatakan bahwa khabar mutawatir menunjukkan "ilmu" (khabar

yang memberikan keyakinan dalam hati yang tak dapat di ragui lagi).

Beberapa kelompok Ahlussunnah yang terdiri dari para ahli hadits dan

fiqh berpendapat bahwa: khabar ahad menunjukkan "ilmu" (khabar yang

memberikan keyakinan dalam hati yang tak dapat dikeragui lagi) seperti:

Ahmad ibn Hanbal, Ibn Taimiyah, Daud al-Zhahiry, al-Husain ibn 'Ali, al-

Karabisi, Malik.ro

Beberapa kelompok Ahlussunah yang terdiri dari para ahli hadits dan

fiqh berpendapat bahwa: "Khabar ahad itu menunjukkan untuk "amal'

bukan untuk "ilmt'.ll Yang mereka maksud dengan "ilmu" yaitu  khabar

yang memberikan keyakinan di hati yang tak dapat di ragui lagi. Namun

walaupun demikian tidak ada pengaruhnya dalam perbedaan itu, sebab 

mereka telah berijma' bahwa mengamalkan khabar ahad itu yaitu  wajib

secara i'tiqad dan secara amaliah.

Dalam masalah terjadinya kontradiksi antara zahir beberapa dalil,

madzhab Ahlussunah mempunyai metodologi "Penggabungan antara dalil-

dalil yang shahih" (at-taufiq) dengan metode penggabungan yang sudah

diakui, sebab  sudah merupakan hal yang tak asing lagi dalan ilmu Ushul

Fiqh bahwa: "pemakaian kedua dalil lebih baik daripada pemakaian salah

satunya saja". Al-Syaukani berkata: "Di antara syarat dalam men-tarjih

(salah satu dalil) yang harus diperhatikan yaitu  bahwa penggabungan

antara dua dalil yang berlawanan tidak memungkinkan dengan cara yang

e lrsyad al-Fuhul.h.49r" Al-Syaukani, Irsyad al-Fuhul,h. 48tt Amal yaitu  menerima hadis secara i'tiqadah dan amaliah, tidak seperti derajat al-'llmu (qath'i).

akan namun  deruiat amal dapat naik kepada al-llmu jika  jumlah perawinya bertambah atau

perawinya adil dan akurat. Sebagian ulama menyebut istilah "amaf'dengan istilah "zhan".Dan

yang dimaksud dengan kalimat "zhan" di sini bukanlah seperti kalimat zhan yang disebut dalam

Al-Quranyangtakbolehdiikuti(lihatQS,53:28).Jadiyangzhandisiniyaitu  sesuatuyangakan

diamalkan (dugaan yang kuat) seperti dalam Ayat At-Qur'an, 60: 10. (lihat: al-l'tishom, jilid. I,h.

235 dan al-lrsyad,h.276) t

kematian & hari akhir

diakui, namun  jika  dua dalil yang shahih itu dapat digabungkan maka itu

harus dilakukan dan tidak boleh dilakykan tarjih. Dalam kitab ol-Mahshul di

sebutkan "Mengamalkan satu segi dari kedua dalil itu yaitu  lebih utama

dari pada mengamalkan yang rajih dari segala seginya serta mengabaikan

dalil yang lain, demikiantah pendapat ulama ahli fiqh."r2

Hadits mutqwatir yaitu  hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok

orang yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk berbuat dusta dalam

periwayatan pada tiga periode pertama (periode sahabat, tabi'in, dan tabi'

tabi'in)

Hadits ahod yaitu  hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang,

atau lebih, namun  tidak mencapai derajat mutowatir. sedang  hadits ahad

shahih yaitu  yaitu  hadits ahad yang diriwayatkan melalui jalur para

periwayat yang berkualifikasi 'adil (wara' dan berkepribadian tinggi) dan

dhabit (terjaga hafalannya) sampai akhir periwayat, sadangkan dari segi

matan (kandungan isi) ia tidak syaz (satu hadits yang berbeda dengan

mayoritas) dan tidak pula mu'allal (matan atau sanadnya tidak mempunyai

cela atau kelemahan)

Pembagien Hadits Shahih

Hadis shahih dibagitiga bagian; mutawatir; masyhur, dan ahad.

l. Hadits mutawatir yaitu  hadits yng diriwayatkan oleh sekelompok

orang yang secara rasio tidak mungkin untuk bersepakat dalam dusta.

2. Hadits masyhur yaitu  hadits yang diriwayatkan oleh tiga rawi atau

tebih pada setiap tingkatannya, namun  tidak mencapai derajat

mutawatir. Hadits ini pada masa sahabat seperti hadits ahad, kemudian

populer pada masa tabi'in atau tabi'in tabi'in, dan kemudian pada

masa tabi'in atau tabi'in tabi'in diriwayatkan oleh sekelompok orang

sehingga menyerupai hadits mutawatir. Contoh hadits mutawatir

yaitu  hukum rajam bagi pezina.

3. Hadits ahad yaitu  hadits yang tidak sampai pada derajat mutawatir

dan masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh seorang periwayat yang

bersumber dari sanad yang munfarid (sendirian), atau seorang rawi

meriwayatkan dari sekelompok orang, atau sekelompok orang

meriwayatkan dari satu sanad saja.

kematian & hariakhir

t2 AI-syankani,l@al-tuhal,h.276d{tal-Syathibi, al-Muvafogat, jilid. lV, h.294

Pembagian Hadits Mutawatir dan Hukumnya

Hadits mutawatir terbagi dua bagian.

l. Mutawatir lafdzi, yaitu hadits yang mutawatir lafaz dan maknanya.

Contoh hadits mutawatir, seperti masalah jumlah rakaat shalat, nishab

zakat dan lain-lain.

2. Mutawatir maknawi, yaitu hadits yang mutawatir maknanya saja.

Contohnya yaitu  hadits tentang mengangkat tangan dalam berdoa.

Ada sekitar seratus hadits tentang mengangkat tangan tapi dalam kasus

yang berlainan.

sedang  secara hukum, hadits mutawatir memberi faedah kepada

ilmu dharuri, yakni dengan suatu keharusan menerimanya bulat-bulat

sesuatu yang diberitakan oleh hadits mutawatir. Dengan kata lain riwayat

mutawatir membawa kepada keyakinan yang qathi'. sebab nya mengingkari

hadits mutawatir dihukumi kafir.

Berpijak kepada definisi di atas berkenaan dengan definisi mutawatir,

dapat dipahami bahwa tinjauan kuantitas yang secara logika tidak mungkin

sepakat dusta maka akan mengarah kepada keyakinan yang bersifat dharuri,

mengambil informasi tanpa ada keragu-raguan, sehingga seseorang akan

merasa seolah-olah melihat dan mendengar sendiri apa yang dimaksud

dalam hadits itu.

Hukum Hadits lllasyhur

Berkaitan dengan hadits masyhur para ahli hadits banyak yang

memasukkannya ke dalam kelompok hadits ahad. Terlepas pendapat mana

yang dipegang, yang terpenting bahwa hukum tentang hadits masyhur

memberi faedah kepada ilmu thumaninah. Dan sebab nya mengingkari

hadits masyhur memicu  pengingkarnya masuk ke dalam kelompok

kaum fasik. Atau, pengingkaran terhadap hadits masyhur merupakan

perbuatan bid'ah.

Hukum Hadits Ahad

Hadits ahad tidak memberikan faedah kepada ilmu dharuri ataupun

ilmu thumaninah (meyakinkan). Hadits ahad dapat dipergunakan untuk

amal, namun  tidak dapat dipakai untuk menetapkan akidah atau dasar-dasar

keimanan. Sebab masalah akidah harus dilandaskan pada dalil yang

memberikan pengertian pasti dan meyakinkan, yakni Al-Qur'an dan hadits

mutawatir. Jika hadits ahad ini secara akal dan naql bertentangan dengan

keterangan qathi maka hadits itu ditakwilkan jika  memungkinkan untuk

kematian & hariakhir

ditakwil. Jika tidak dapat ditakwilkan maka hadits itu harus ditinggalkan dan

tidak diamalkan.

Perbedaan antara Hadits Shahih dengan Al-Qur'an

Ada tiga hal yang membedakan antara hadits shahih dengan Al-

Qur'an.

Pertama, Al-Qur'an seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir.

Secara lafaz Al-Qur'an tidak dapat diganti dengan lafaz lain yang

mempunyai kesamaan arti. lni berbeda dengan hadits shahih yang

membolehkan penggantian dengan lafaz lain yang mempunyai kesamaan

arti, dan tentunya diriwayatkan oleh orang yang tsiqat, paham dan mahir

bahasa Arab serta mengerti tentang uslubnya.

Kedua, Al-Qur'an seluruhnya mutawatir maka pengingkaran terhadap

Al-Qur'an menyeret kepada kekafiran. Ini berbeda dengan hadits shahih

yang tidak memicu  pengingkarnya kafir, kecuali jika  ia

mengingkari hadits shahih yang mencapai derajat mutawatir.

Ketiga, Bahwa hukum-hukum terkait dengan lafaz-lafaz Al-Qur'an

dan struktur bahasanya, seperti sahnya shalat. Dalam konteks ini, redaksi Al-

Qur'an dipandang sebagai suatu mukjizat.lni berbeda dengan hadits shahih

dimana ia tidak berkaitan dengan hukum-hukum secara lafaznya.

Dapat dijelaskan bahwa Al-Qur'an merupakan wahyu dari Allah

melalui lafazdan maknanya. Lafaznya senidir yaitu  firman Allah. Sehingga

hukum dapat berubah dengan berubahnya lafazatau huruf. sedang  hadits

Nabi merupakan wahyu dari Allah melalui maknanya saja, tidak dengan

lafaznya. Lafaz dalam hadits bersumber dari perkataan Rasulullah, dan

maknanya dari Allah SWT. Itulah sebabnya, satu hadits terkadang

diriwayatkan oleh berbagai lafaz sesuai dengan situasi penerimaannya dari

Rasulullah saw, meskipun hadits-hadits ini sama maknanya. sebab 

itulah, para ulama membolehkan meriwayatkan hadits dengan makna.*

Hadits mursal yaitu  setiap hadits yang sanadnya sampai pada Nabi

saw sedang  salah seorang perawinya tidak disebutkan apakah itu pada

peringkat sahabat atau tabi'in. Para ahli hadits hanya memakai istilah mursal

pada hadits tidak disebut sahabat padanya atau ia di-irsal-kan oleh tabi'i,

sedang  semua hadits yang tidak disebut salah seorang periwayatnya di

bawah peringkat tabi'i, maka menyebutnya dengan munqathi'.13

t' Muqaddimoh lbn as-Shalah, tahkik DR. 'Aisyah Abdunahman, hal. 130 dan Ar-Rad 'ala Man

Ak:hlada ilal al-Ardh wa-Fahila anna al-ljtihadfi Kulli 'Ashrin Fardhun, hal.2'l-28

kematian & hari akhir

Hadits mutawatir yaitu  hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok

orang yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk berbuat dusta dalam

periwayatan pada tiga periode pertama (periode sahabat, tabi'in dan tabi'

tabi'in)

Hadits ahad yaitu  hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang

atau lebih akan namun  tidak mencapai derajat mutawatir. sedang  hadits

ahaad shahih yaitu  yaitu  hadits ahad yang diriwayatkan melaluijalur para

periwayat yang berkualifikasi 'adil (wara' dan berkepribadian tinggi) dan

dhabit (terjaga hafalannya) sampai akhir periwayat, sedang  dari segi

matan (kandungan isi) ia tidak syaz (satu hadits yang berbeda dengan

mayoritas) dan tidak pula mu'allal (matan atau sanadnya tidak mempunyai

cela atau kelemahan)

kematian & hariakhir

PERINGATAN TENT^NG KEMATIAN DAN

BERBAGAI URUSAN HARI AKHERAT

Larangan Mengangankan Kematian sebab  Penderitaan dan

Kesusahan Hidup

Rasulullah saw bersabda, "Sungguh, janganlah masing-masing kamu

mengangankan kematian sebab  adanya suatu kesusahan hidup yang

menimpanya. jika  dia memang ingin mengangankan kematian ini,

maka dia hendaklah mengucapkan, 'Ya Allah, hidupkanlah aku selama

kehidupan itu baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik

bagiku."' (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas)

Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, "Janganlah masing-

masing kamu meminta serta mengangankan kematian sebelum ajal

menjemputmu, sebab  jika  masing-masing kamu meninggal dunia, maka

amal kebaikanmu akan terputus, sedang  tujuan Allah memanjangkan

umur seorang Mukmin yaitu  menambah kebaikan Mukmin itu sendiri."

(HR. al-Bukhari)

Rasulullah saw bersabda, "Janganlah masing-masing kamu

mengangankan kematian. jika  orang yang mengangankan kematian

ini sering berbuat amal shalih, maka dia tentu berharap mendapat

kebaikan. namun jika orang ini selalu melakukan perbuatan jahat, maka

dia tentu berharap mendapat keridhaan dari Allah. Keridhaan hanya bisa

diperoleh dengan taubat dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa,

yang hanya bisa dilakukan saat  masih hidup di dunia."

Dari Jabir ibn Abdullah, Rasulullah saw bersabda, "Janganlah kamu

mengangan-angankan kematian, sebab  kematian yaitu  sesuatu yang sangat

dahsyat. Hal yang paling baik yaitu  jika  seorang hamba diberi umur

panjang sehingga dia diberi kesempatan oleh Allah untuk bertaubat."

Hakikat Kematian

Para ulama menyatakan bahwa kematian bukan hanya musnah atau

lenyapnya seseorang dan tidak akan ada lagi kejadian setelah itu, namun 

kematian yaitu  terputus atau terpisahnya hubungan antara ruh dengan

badan, bertukar atau berpindahnya suatu keadaan kepada keadaan yang lain,

kematian & hari akhir

suatu tempat ke tempat lain, dan ia (mati) merupakan salah satu musibah

yang paling besar.

Mati dinamakan dengan musibah, berdasarkan firman Allah surah al-

Maidah ayat 106: Lalu kamu ditimpa bahaya 

-ntu.sibah- kematiun. (QS. al-

Maidah:106)

Para ulama berkata, "namun  ada hal yang lebih dahsyat dari kematian,

yaitu lalai dalam menghadapi kematian, berpaling dan sedikit mengingat

kematian, serta meninggalkan amal shalih yang merupakan bekal setelah

kematian. Bahkan pada kematian ada  pesan serta pelajaran bagi orang

yang berpikir."

Dalam suatu riwayat diceritakan, bahwa Rasulullah saw bersabda,

"seandainya binatang-binatang itu mengetahui tentang kematian, maka

kamu tidak mengenal makanan yang telah membuatmu menjadi gemuk."

Diceritakan bahwa ada seorang Arab Badui yang mengelilingi untanya

yang telah mati dan dia memuji-muji unta ini sambil berpikir apa yang

terjadi terhadap untanya itu. Dia kemudian berkata, "Kenapa kamu tidak

bangun, padahal anggota tubuhmu masih baik dan sempurna? Apa yang

terjadi padamu? Siapakah yang menahan gerakanmu? Siapakah yang akan

membangkitkanmu?" Akhirnya orang Arab Badui itu meninggalkan untanya

yang telah mati. Dia sangat heran memikirkan keadaan unta ini.

Kemudian ada pula penyair yang membacakan syair sebab 

menyaksikan seorang perwira gagah mati di hadapannya:

Tanda kennlian sudah meniemputnya

Ia terkapar dengan tangan terbentang dan mulut menganga

Ia terkapar dengan baju besi dan senjata ampuh yang masih terpegang

Terkapar bagaikan sebuah mangsa besar

la tidak mau lagi mendengar terompet panggilan perang

Bohkan tidak peduli logi dengan panggilan agung para raja

Kep e r kas aanny a dan ke p ahl aw an anny a s ud a h b e r I al u

sebab  tali maut yang sudah bertengger di atas kepalonya

Apa gerangan yang teriadi pada dirimu wahai pahlawan

Keperkasaanmu sudah hilang, bahkan komu tidak bisa bicara lagi

Berita ini bukan berita perkabaran di tempat ini

Kita masih saja tidak peduli dan seaknn-okan tidak pernah tahu!

At-Tirmidzi al-Hakim Abu Abdullah meriwayatkan dalam Nawadir

al-Ushul: Nabi Adam memberitakan kepada Hawa bahwa anaknya telah

Mengingat kematian & hariakhirt0

meninggal, lalu dia berkata, "Wahai Hawa, anakmu telah meninggal dunia."

Hawa kemudian bertanya, "Apa yang dimaksud dengan meninggal dunia?"

la berkata, "Meninggal dunia yaitu  tidak bisa makan dan tidak bisa minum,

tidak bisa berdiri dan tidak bisa duduk." Mendengar keterangan ini

Hawa menjadi sedih dan menangis. Lalu Adam berkata kepadanya, "Kamu

dan anak perempuanmu berhak menangisinya, sedang  aku dan anak laki-

lakiku tidak harus menangisinya."

Kesempatan Bertaubat untuk Memohon Ridha Altah SWT

Maksud al-isti'tab yaitu  memohon keridhaan' Keridhaan hanya

diperoleh dengan bertaubat serta tidak mengulangi perbuatan dosa.

Al-Jauhari mengatakan bahwa al-isti'tab artinya memohon keridhaan,

seperti ucapan berikut: aku memohon keridhaannya dan diapun meridhaiku.

Allah SWT berfirman dalam surah Fushshilat ayat 24: Maka tidaklah

mereko lermasuk orang-orang yang diterima alasannya. (QS. Fushshilat:

24)

Diriwayatkan dari Sahl ibn 'Abdullah at-Tastari, dia berkata,

"Mengangan-angankan kematian dilarang, kecuali untuk tiga macam orang,

yaitu orang yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah kematian,

orang yang lari dari takdir Allah, dan orang yang ingin sekali berjumpa

dengan Allah.'

Diriwayatkan bahwa Malaikat Maut datang menemui Khalilullah

(lbrahim as) untuk mencabut nyawanya, lalu lbrahim berkata, "Wahai

Malaikat Maut, pernahkah kamu melihat seorang sahabat yang mau

mencabut nyawa sahabatnya sendiri?" Mendengar itu Malaikat Maut

kemudian kembali menemui Allah. Lalu Allah berkata kepada Malaikat

Maut, "Apakah kamu pernah melihat seseorang yang tidak gembira bertemu

dengan sahabatnya?" Setelah itu Malaikat Maut kembali menemui lbrahim

dan menyampaikan perkataan Allah kepadanya. Ibrahim lalu berkata, "Jika

demikian cabutlah nyawaku saat inijuga."

Abu Darda' menyatakan bahwa kematian yang menimpa diri seorang

Mukmin tujuannya yaitu  baik. Hal ini berdasarkan firman Allah

SWT: Dan apa yang di sisi Allah yaitu  lebih baik bagi orang-orang yang

berbakti. (QS. Ali 'lmran: 198)

Dan janganlah sekali-kali orang-orang kofir menyangka bahwa

pemberian tangguh Kami kepada merekn yaitu  lebih baik bagi mereka.

(QS. Ali 'Imran:178)

Hayyan ibn al-Aswad menyatakan bahwa kematian yaitu  jembatan

yang menghubungkan antara dua orang kekasih.

kematian & hari akhir il

Bolehnya Mengangankan Kematian sebab  Takut Jatuh dalam

Kemurtadan

Allah menceritakan kisah tentang Nabi Yusuf as dan Maryam dalam

firman-Nya, "lilafatkanluh aku dalam keadaan Islum dan gabungkanlah aku

dengan orang-orang yang shctlih. " (QS. Yusuf: l0l )

Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, don aku menjadi

sesuotu yong tidak berarti, lagi dilupakan. (QS. Maryam:Z3)

Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan datang hari kiamat sehingga

orang yang lewat di kuburan berkata, 'Alangkah baiknya jika aku menempati

tempat ini 

-kuburan-.'" (HR. Malik)

Tidak ada pertentangan antara keterangan ini dengan ayat-ayat

yang telah kami sampaikan sebelumnya.

Abu Qatadah memberikan keterangan mengenai ayat ini, dia

berkata, "Tidak seorang pun yang mengangan-angankan kematian, baik

orang biasa maupun nabi, kecuali Yusuf as, sebab  keinginannya berjumpa

dengan Tuhannya sangat besar setelah dia mendapat nikmat serta karunia

yang berlimpah dari Allah." Hal itu tergambar pada ucapan-Nya dalam surah

Yusuf ayat: l0l, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah

mengonugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan

kepadaku sebagian ta'bir mimpi."

Ayat ini menceritakan bahwa Yusuf ingin sekali berjumpa

dengan Tuhannya. Dia tidak mengangankan kematian namun  yang menjadi

angan-angannya yaitu  dimatikan dalam keadaan memeluk agama Islam.

Maksudnya dia ingin mati dalam keadaan Islam. Inilah pendapat yang dipilih

oleh kebanyakan ahli tafsir, wallahu a'lam-

Penyebab Maryam mengangan-angankan kematian 

-menurut paraahli- ada dua pendapat:

Perlama: dia takut jika  orang-orang akan berburuk sangka serta

menjelek-jelekannya sehingga akan menimbulkan fitnah bagi dirinya.

Kedua: supaya kaumnya tidak menuduhnya melakukan kebohongan

serta perbuatan maksiat (zina) yang bisa mendatangkan malapetaka bagi

kaumnya ini.

Allah SWT berfirman mengenai kebohongan yang menimpa 'Aisyah

ra dalam surah an-Nur ayat l1 dan 15: Dan siapa di antara mereka yang

mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu

baginya azab yang besar.

Dan komu mengqnggapnya suotu yang ringan saja. Padahal dia pada

sisi Allah yaitu  besar. (QS. an-Nur: 15)

kematian & hari akhirt)

Masih ada  perbedaan pendapat mengenai Maryam, apakah orang

yang sangat benar (shiddiqaft) seperti yang ada  dalam firman Allah

surah al-Maidah ayat 75 atau seoran! manusia pilihan Allah, berdasarkan

firman-Nya: Dan ibunya seorqng yang sangat benar 'shiddiqah- (QS. al-

Maidah: 75)

Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya. (QS. Maryam: l7)

Dan [ingatlahJ saat  Malaikat [JibrilJ berkata, "Hai Maryam,

sestmgguhnya Allah telah memilih kamu. (QS. AIi 'lmran: 42)

Sehingga dia diuji dengan ujian yang berat berupa fitnah dan

kebohongan yang menimpa dirinya. Jadi, berdasarkan hal ini serta penafsiran

yang telah kami paparkan tadi, maka mengangan-angankan kematian pada

hakikatnya tidak dilarang jika bertujuan demikian, wallahu a'lam.

Dalam hadits disebutkan bahwa mengangan-angankan kematian hanya

diperbolehkan jika seseorang ditimpa musibah, seperti takut menjadi murtad,

takut kalau-kalau orang ini tidak bisa lagi melaksanakan ajaran-ajaran

agamanya secara baik. Jadi bukan musibah yang menimpa anggota tubuh

atau musibah lainnya (seperti kehilangan harta benda), sebagaimana

dijelaskan dalam doa hadits berikut:

c\ri tiy, fat'J, -ri$t '!';j ?t'Ar'f ,tfui it et

i*'*uY'#6*!:?,

Ya Allah berikanlah kekuatan bagiku untuk melakukan amal shalih,

meninggalkan kemungkaran serta cinta kepada kaum miskin. Jika Engkau

ingin menimpakan fitnah kepada manusia, maka wafatkanlah aku dalam

keadaan bebas dari fitnah 

-kesesatan-. 

(HR. Malik dan at-Tirmidzi)

Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa Umar berkata, "Ya Allah,

kekuatanku sekarang sudah melemah, usiaku semakin tua, dan rakyatku

sudah meninggalkanku. Jadi wafatkanlah aku dalam keadaan banyak

melakukan amal perbuatan." Kurang satu bulan setelah itu Allah mencabut

nyawa Umar ibn al-Khatthab ra (HR. Malik)

Abu Umar ibn Abdul Birrimenyebutkan 

-dalam bukunya, at-Tamhidwa al-Istidzkar- dari Zadan Abu Umar dari 'Alim al-Kindi, dia berkata,

"Pada suatu hari aku duduk-duduk bersama Abul 'Abas al-Ghifari dan dia

melihat ada sekelompok orang yang menderita penyakit tipus. Lalu dia

berkata, "Wahai penyakit tipus, datanglah kepadaku (dia mengucapkan ini

sebanyak 3 kali)." 'Alim kemudian bertanya, "Kenapa kamu berkata seperti

itu? Bukankah Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya masing-masing

kamu dilarang untuk mengangan-angankan mati, sebab  mati akan

kematian & hariakhir t3

memicu  amal seseorang terputus sehingga dia tidak bisa lagi

mengerjakan amal shalih serta meminta keridhaan Allah atas kesalahan-

kesalahannya."' Abu Abbas berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw

bersabda, 'Mintalah agar kematian dipercepat sebab  enam hal, yaitu:

jika  orang bodoh telah menjadi penguasa, banyaknya jumlah polisi,

hukum telah diperjualbelikan, nyawa sudah tidak berharga lagi, hubungan

silaturrahmi telah terputus, Al-Qur'an hanya untuk didendangkan, dan

banyak orang yang mengaku paham dengan Al-Qur'an padahal

pengetahuannya tentang Al-Qur'an sedikit sekali."'(HR. Ibn Abdul Birri)

Mengingat dan Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Mati

Rasulullah saw bersabda, "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang

dapat merenggut kelezatan dunia, yaitu mati." (HR. Ibnu Majah dan at-

Tirmidzi dari an-Nasa'i dari Abu Hurairah ra)

Rasulullah saw bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur

kelezatan dunia." Kami bertanya, "Apakah penghancur kelezatan dunia itu

wahai Rasullulah." Beliau menjawab, "Mati." (HR. Abu Nu'aim al-Hafizh

dengan sanad dari hadits Malik ibn Anas dari Yahya ibn Sa'id ibn al-

Musayyib dari Umar ibn al-Khatthab ra)

Diriwayatkan dari Umar, dia berkata, "saat  aku sedang duduk

bersama Rasulullah saw tiba-tiba datang seorang pemuda dari golongan

Anshar mengucapkan salam kepada Rasulullah saw dan bertanya, 'Wahai

Rasulullah, orang Mukmin yang bagaimana yang paling mulia?"' Rasulullah

saw menjawab, "Mereka yang paling baik akhlaknya." Dia bertanya lagi,

"Orang Mukmin yang bagaimana yang paling beruntung 

--4s1d35-f"

Rasulullah saw menjawab, "Mereka yang paling banyak mengingat mati dan

mempunyai bekal yang banyak untuk menghadapi kematian." (HR. Ibnu

Majah)

Rasulullah saw bersabda, "Orang yang paling beruntung yaitu  yang

dapat mengendalikan hawa nafsunya serta yang banyak melakukan amal

shalih. Orang yang merugi yaitu  yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan

banyak berangan-angan." (HR. at-Tirmidzi)

Rasulullah saw bersabda. "Perbanyaklah mengingat mati, sebab  ia

dapat membersihkan dosa-dosa serta menjadikan diri zuhud terhadap dunia."

(HR. Anas)

Rasulullah saw bersabda, "Cukuplah maut menjadi pelajaran bagi

seseorang dan menjadi pemisah antara seseorang dengan orang lain."

Rasulullah saw kemudian ditanya, "Apakah seseorang yang telah meninggal

bisa berkumpul bersama para syuhada'?" Beliau menjawab, "Ya, yaitu orang

yang mengingat mati sebanyak 20 kali dalam sehari semalam." As-Suddi

kematian & hariakhirl4

lalu membaca surah al-Mulk ayat 2: Yang meniadikan mati dan hidup,

supayu Dia menguji kamu, siopa di antaro kamu yang lebih baik amalnyu.

(QS. al-Mulk:2) t

Maksud ayat ini yaitu: mereka yang paling banyak mengingat

mati dan yang sering melakukan amal shalih sebagai bekal setelah kematian.

Para ulama mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda.

"Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan dunia, yaitu mati." Ini

merupakan perkataan yang ringkas dan sederhana yang di dalamnya

terkandung peringatan serta pesan-pesan yang sangat tinggi nilainya.

Mengingat mati dengan sebenar-benarnya dapat mencegah seseorang untuk

berangan-angan sehingga dia bisa hidup zuhud, namun  jiwa yang pasif serta

hati yang lalai membutuhkan peringatan yang berulang-ulang dan kata-kata

yang indah.

Rasulullah saw telah bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur

kelezatan dunia."

Allah berfirman (dalam surah Ali 'lmran ayat 185 dan al-'Ankabut

ayat 57\:

Tiap-tiap yang bernyau'a alcan merasakan mati. (QS. Ali 'lmran: 185 dan

QS. al-'Ankabut:57)

namun  itu belum cukup baginya (iwa yang pasif), sesuai dengan sya'ir

yang dilantunkan oleh Amirul Mukminin Umar ibn al-Khatthab ra di bawah

ini:

Tidak ada satu pun yang berseri itu keknl

Hanya Tuhon Yang akan kekal sedang  harta dan anak akan melambai

Harta rompasan Perang Hormuz yang melimpah tidak akan membantu

Keabadian berusaha el<sis namun tidak pernah berhasil

Sulaiman si Penakluk Angin jugct tidak mampu

Manusia dan jin pun dilolak untuk abadi dan mereka datang silih berganti

Dunia akan Terasa Kecil

Mengingat mati membuat seseorang bersikap ragu terhadap kehidupan

dunia yang fana ini, sehingga dia selalu mengingat kehidupan akhirat yang

kekal abadi.

Seseorang tidak lepas dari dua keadaan yang saling bertolak-belakang,

seperti sempit dan lapang, nikmat dan cobaan.

kematian & hari akhir t5

jika  seseorang sedang berada dalam keadaaan sempit dan

mendapat musibah, maka beban yang sedang menimpanya akan terasa lebih

ringan jika  dia mengingat mati, sebab  mati lebih berat dari musibah

yang menimpanya. saat  seseorang mengingat mati saat  mendapat

nikmat dan kelapangan, maka dia akan terhindar dari tipu daya yang

ditimbulkan oleh kesenangan yang diperolehnya.

Penyair kita bernyanyi:

Ingatlah mati, si penghancur kenikmatan

Dan bersiaplah berangkat pada pembantingan yang pasti datang

Ingatlah maut, maka kamu akan dapat ketenangan

Dalam mengingal maut pun angan-anganmu akan sirna

Semua orang tahu bahwa mati itu tidak diketahui kapankah datangnya,

di mana tempatnya, serta apa penyebabnya. Oleh sebab  itu, seseorang harus

mempersiapkan diri untuk menghadapi mati ini. Beberapa orang shaleh

pada malam hari selalu memanggil-manggil, "Masanya berangkat!,"

"masanya berangkatl," "masanya berangkat!," (ar-Rahil! ar-Rahil!1dari atas

pagar Madinah. Pada suatu hari gubernur Madinah memanggil-manggil

nama ar-Rahil, namun  Rahil tidak kunjung nampak. Gubernur Madinah

kemudian bertanya kepada orang-orang tentang keadaan ar-Rahil. Orang-

orang menjawab, "ar-Rahil telah meninggal." Mendengar hal ini

gubernur Madinah membaca sebuah syair:

Ia selalu meneriakan keberongkatan dan menyebutnya

Sehingga unta juga meraso terusik untuk selalu siap

Lalu ia pun ditimpa rahil dalam keadaan siap sedia

Punya bekal dan tidak pernah lengah oleh angan-angan!

Yazid ar-Raqqasyi bertanya kepada dirinya sendiri, "Kasihan kamu

wahai Yazid, siapa yang akan shalat untukmu setelah kamu meninggal

nanti? Siapa yang berpuasa untukmu setelah kamu meninggal? Siapa yang

akan memintakan keridhaan Tuhan untukmu setelah kamu meninggal?,, Dia

lalu berkata, "Wahai manusia, mengapa kamu tidak menangisi dirimu yang

masih hidup? Siapa yang mau meminta kematian, di mana kuburan akan

menjadi rumahnya, tanah menjadi selimutnya, ulat dan cacing menjadi

temannya?" Yazid lalu menangis dan pingsan.

At-Taimi berkata, "Ada dua hal yang dapat memutuskan kelezatan

dunia dariku, yaitu mengingat kematian, dan mengingat bahwa kita akan

berada di hadapan Allah. Umar ibn Abdul Aziz mengumpulkan para ulama

untuk sama-sama mengingat mati, hari kiamat, dan kehidupan akhirat,

Mengingat kematian & hariakhirt6

sehingga mereka semua menangis setelah mengingat hal-hal ini,

seolah-olah di hadapan mereka ada  jenazah."

Abu Nu'aim berkata, "jika 'ats-Tsauri mengingat mati, maka dia

tidak peduli lagi dengan hari-hari yang sedang berlalu. jika  dia ditanya

tentang suatu hal, maka jawaban yang keluar dari mulutnya yaitu  'Aku

tidak tahu, aku tidak tahu."'

Asbath berkata, "Rasulullah saw menyebutkan, bahwa ada seorang

laki-laki yang sangat dipujinya." Rasulullah saw bertanya, "Tahukah kalian

sikap dia jika mengingat mati?" Mereka tidak menjawabnya, maka Beliau

berkata, "la tidak terpuji sebagaimana yang kalian puji."

Ad-Daqqaq berkata: Ciri-ciri orang yang selalu mengingat mati yaitu 

menyegerakan taubat, rendah hati. dan rajin beribadah. Ciri-ciri orang yang

tidak mengingat mati yaitu  menangguhkan taubat, tidak ikhlas dengan

pemberiannya, dan malas beribadah. Wahai orang-orang yang lalai terhadap

mati dan sakaratul maut, kematian yaitu  janji yang paling benar dan hakim

yang paling adil. Mati membuat orang sedih dan menangis, memisahkan

seseorang dari masyarakat banyak, menghancurkan kelezatan dunia, dan

memutuskan setiap angan-angan. Wahai anak Adam, apakah engkau sudah

memikirkan hari saat  nyawamu berpisah dari badan, keadaanmu berubah

dari senang menjadi susah, sahabat dan teman-temanmu mengkhianatimu,

saudaramu lari darimu. dan alas tidur serta selimutmu yaitu  pasir dan tanah

liat? Wahai kamu yang selalu menumpuk-numpuk harta dan selalu

membangun rumah yang banyak, harta dan rumahmu ini tidak akan

kamu bawa ke dalam kubur kecuali beberapa helai kain kafan. Jadi di mana

harta yang telah kamu kumpulkan selama ini? Apakah hartamu bisa

menyelamatkanmu dari siksaan? Sekali-kali tidak, bahkan hartamu akan

kamu tinggalkan kepada orang-orang yang sekarang mereka tidak lagi

memuji dan mendoakanmu. Allah SWT berfirman: Dan carilah pada apa

yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaanJ negeri akhirat.

(QS. al-Qashash: 77)

Ayat ini memerintahkan seseorang untuk mencari karunia Allah

di dunia dan mencari kebahagiaan di akhirat. Seharusnya usaha yang

dilakukan seorang Mukmin di dunia untuk mencari kebahagiaan di akhirat.

dan seolah-olah dikatakan kepada mereka, "Jangan lupa bahwa kamu akan

meninggalkan semua milikmu, kecuali beberapa lembar kain kafan, seperti

yang ada  dalam syair di bawah:

Kami hanya akan memberimu sedikit dari paniang masa yang kamu

kumpulkan,

yaitu dua helai kain penutup raga dan kapas penutup rongga

kematian & hariakhir l7

Orang yang Bijak dan Beruntung

Rasulullah saw bersabda:

a- 

--

.r^;-r Lat_2o o'..jt'-x-,

"Orang yurtg paling berunlung yaitu  yang selalu menginstropeksi dirinya,

sedungkan orang yang merugi 

-bodoh- odolah orong yang suka mengikutihawa nafsunyo namun ia berhorap banyak kehaikun dari Allah." (HR. at-

Tirmidzi)

Abu 'Ubaid berkata, "Menginstropeksi diri maksudnya mengendalikan

diri sehingga mau beribadah kepada Allah serta mengerjakan amal shalih

sebagai bekal setelah mati dan saat  menghadap Allah. tidak menyia-

nyiakan umur yang diberi Allah. serta mengingat dan selalu patuh kepada

Allah dalam berbagai situasi dan kondisi. Semua hal itu merupakan bekal di

akhirat."

Kata al-Kayyrs juga bermaksud orang yang berakal, yang merupakan

lawan kata al-'Ajiz yang artinya orang yang lemah atau bodoh. Orang yang

lemah yaitu  yang sedikit melakukan amal perbuatan, sangat kurang

ketaatannya kepada Allah, selalu menuruti hawa nafsunya, dan selalu

berangan-angan agar Allah mau mengampuni dosa-dosanya. Orang seperti

ini termasuk golongan orang-orang yang lalai, padahal Allah telah

memperingatkan mereka agar melakukan segala perintah Allah dan

men i nggalkan segala larangan-Nya.

Al-Hasan al-Basri berkata, "Orang yang menjadikan angan-angan

sebagai tuhannya tidak akan membawa kebaikan saat  meninggal dunia.

Jika salah seorang dari mereka berkata, "Aku sudah berbaik sangka terhadap

Allah," maka itu yaitu  dusta. Jika memang dia sudah berbaik sangka

terhadap Allah, tentu dia selalu mengerjakan amal shalih.

Allah SWT berfirman: Dan yang demikian itu yaitu  prasangkamu

yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah

membiltasakan kamu, maka jadilah knmu termasuk orang-orang yang

merugi. (QS. Fushsh ilat: 23\"

Sa'id ibn Jubair berkata, "Lalai terhadap Allah membuat orang selalu

melakukan perbuatan maksiat."

Baqiyah ibn al-Walid berkata, "Abu 'Umair ash-Shuri mengirim surah

kepada beberapa temannya yang isinya sebagai berikut:

kematian & hari akhir


t8

'Kumu lalah mengangan-angonlun kesenangan dunia sepaniong

hidupmu, dun berharup agtr Alluh mengubulkan ungan-(mganmu itu,

pudahal engkau selalu melakulcan perbutlan do.sa. Itu samu saia dengun

nrcnempu besi yang dingin. Wassalam."'

Mengingat Kematian dan Kehidupan Akhirat serta Zuhud terhadap

Dunia

Abu Hurairah ra berkata: saat  Rasulullah saw mengunjungi makam

ibunya, Beliau sedih dan menangis, bahkan orang-orang di sekitarnya ikut

meningis. Rasulullah saw kemudian berkata, "Aku meminta kepada Allah

agar memberikan ampunan kepadanya (ibu Beliau) namun  Allah tidak

mengizinkan. kemudian aku meminta kepada Allah agar aku dapat

mengunjungi makamnya dan Allah-pun mengizinkan. Oleh sebab  itu,

kalian hendaknya melakukan ziarah kubur, sebab  pada ziarah kubur ada

pelajaran bagi kalian."

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Dulu

aku melarangmu melakukan ziarah kubur, namun  sekarang lakukanlah.

Sesungguhnya ztarah kubur dapat menjadikan diri zuhud dengan dunia dan

ingat terhadap kehidupan akhirat."

Para ulama sepakat bahwa ziarah kubur bagi laki-laki tidak dilarang,

sedang  ziarah kubur bagi wanita masih ada pertentangan. jika  wanita

saat  melakukan ziarah kubur berbaur dengan laki-laki, maka ziarah kubur

seperti itu menjadi haram bagi mereka, namun  jika  mereka pergi dengan

reiu*a wanita, maka ziarah kubur seperti itu tidak dilarang. Wanita juga

boleh melakukan ziarah kubur, namun  harus terpisah dari laki-laki. Tidak ada

perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hal ini. Rasulullah saw

bersabda, ,.Lakukanlah ziarah kubur olehmu." (Zuu ruu haa) perintah yang

ada  datam hadits ini berlaku untuk laki-laki dan wanita' jika 

waktu dan tempat pelaksanaan ziarah kubur dapat menimbulkan fitnah

disebabkan oleh bercampurnya laki-laki dengan wanita, maka hal itu tidak

diperbolehkan, sebab  pandangan laki-laki kepada wanita atau sebaliknya

dapat menimbulkan fitnah. Jadi jika  mereka akan kembali dari ziarah

kubur sebaiknya berjalan secara terpisah, wallahu a'lam.

Para ulama mengatakan bahwa Rasulullah saw memberikan laknat

kepada wanita yang melakukan ziarah kubur (sebelum ziarah kubur

.diperbolehkan). namun  setelah Nabi mengizinkan ziarah kubur, maka hukum

ziarah kubur bagi laki-laki dan wanita menjadi mubah (boleh), sebagaimana

yang kami terangkan tadi.

Diriwayatkan dari 'Ali ibn Abu Thalib rE, bahwa dia pergi

mengunjungi kuburan dan sesampai di sana dia berkata, "Wahai penduduk

t kematian & hari akhir l9

kubur, ceritakan kepada kami tentang keadaan kalian atau jika tidak kami

yang akan memberikan kalian berita." 'Ali kemudian berkata, "Adapun

berita dari kami yaitu , hartamu telah dibagi-bagikan, anak-anak

perempuanmu telah dinikahkan, dan rumah-rumahmu telah dihuni oleh

kaum yang bukan golonganmu." 'Ali kemudian berkata lagi, "Demi Allah,

seandainya mereka (orang-orang yang telah mati) dapat berbicara, niscaya

dia akan berkata 'Kami tidak pernah melihat bekal yang lebih baik dari

takwa."'

Abu al-'Atahiyah berkata dalam sebuah sya'irnya:

Betapa anehnya manusia yang sekiranya mereka berpikir

Dan introspelcsi diri, maka merelca akan dapat melihat dengan mato hati

Mereka akan menyeberangi dunia pada dunia lain

sebab  dunia memang jembatan

Tidak akan ada kebanggaan kecuali takwa

saat  Mahsyar terbentang

Sungguh merelca akan sadar

Bahwa talewa yaitu  hal terbaik yang ditabung

Apa gerangan tanggapan makhlukyang awalnya air mani

sedang  akhirnya akan menjadi bangkai busuk?

Kini ia tidak punya persembohan yang diharapkan

Dan bahkan ia tidak pernah mau terlewat dari perbuatan terlarang

Di sana segala uruson dirinya akan diurus orang lain

Ia hanya akan menerima keputusan dan nasib

Manfaat Ziarah Kubur

Para ulama berkata: Sesuatu yang paling besar manfaatnya bagi hati

yaitu  ziarah kubur. jika  hati telah membatu, maka ada empat cara yang

bisa dilakukan untuk mengobatinya:

Pertama, membuang segala penyakit hati dengan cara menghadiri

majlis-majlis ta'lim yang memberikan pelajaran mengenai hikmah

mengingat mati, cerita orang{rang shalih, kabar baik dan ancaman.

Semuanya dapat merubah hati menjadi lembut.

Kedua, banyak mengingat mati. Diceritakan bahwa ada seorang

perempuan datang kepada 'Aisyah ra untuk bertanya tentang hatinya yang

telah membatu. 'Aisyah ra lalu menjawab, "Perbanyak mengingat mati,

kematian & hari akhir20

sebab  hal itu dapat membuat hatimu menjadi lembut." Perempuan itu

kemudian mengerjakan perintah 'Aisyah ra, sehingga hatinya menjadi

lembut. '

Para utama menyatakan bahwa mengingat mati dapat melembutkan

hati, menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, menghindarkan diri

mencari kesenangan di dunia, dan meringankan beban seseorang.

Ketiga, melihat orang mati. Melihat orang mati; mulai sakaratul maut

hingga jiwa dicabut, serta membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya

setelah dia meninggal dapat mengekang hawa nafsu, menghilangkan

kesenangan cita hati, memicu  mata tidak bisa terpejam dan badan tidak

bisa beristirahat, serta memberikan motivasi untuk melakukan amal shalih.

Diceritakan oleh al-Hasan al-Bashri, bahwa saat  dia pergi

menjenguk orang sakit, dia melihat orang ini menderita akibat sakaratul

maut. Al-Hasan al-Bashri kemudian pergi menemui keluarga orang itu, dan

sesampainya di sana dia melihat semua anggota keluarganya dalam keadaan

pucat. Mereka lalu berkata kepada al-Hasan al-Bashri, "Makanlah hidangan

ini, semoga Allah memberkatimu." Al-Hasan al-Bashri kemudian berkata

kepada mereka, "Kalian lebih berhak atas hidangan ini. Demi Allah, aku

baru saja melihat orang yang sedang menanggung pedihnya sakaratul maut

dan aku tidak akan berhenti melakukan amal untuknya hingga aku berjumpa

dengannya."

Ketiga hal yang telah disebutkan tadi sangat berguna bagi orang yang

hatinya membatu dan banyak melakukan dosa juga berguna untuk

melindungi diri dari bujuk rayu setan serta fitnah yang ditimbulkannya, serta

dapat mengekang diri melakukan perbuatan dosa.

jika  ketiga hal ini tidak memberi perubahan pada diri

seseorang, maka alternatif terakhir yaitu  melakukan ziatah kubur.

Keempat, melakukan ziarah kubur. Sebagaimana yang ada  dalam

sabda Rasulullah saw, "Hendaklahlah kamu melakukan ziarah kubur, sebab 

hal itu dapat menjadikan diri mengingat kematian dan kehidupan akhirat,

serta menjadikan diri untuk hidup zuhud."

Pertama, mendengar dengan telinga, kedua memberitakan kepada hati

tentang hari berbangkit serta memupuk di dalam hati perasaan takut dan

cemas saat  menyaksikan orang mati. Menziarahi dan melihat kuburan

orang Islam pengaruhnya lebih besar dari poin satu dan dua di atas.

Rasulullah saw bersabda, "Mendengar berita tidak sama dengan

melihat langsung." (HR. Ibnu 'Abbas ra. Redaksi hadits seperti ini hanya

diriwayatkan oleh Ibn 'Abbas ra)

kematian & hari akhir 2l

Mengambil pelajaran langsung dari orang yang akan meninggal tidak

dapat ditemukan setiap saat, sehingga tidak bisa diterapkan kepada orang

yang ingin mengobati hatinya secara intensif. sedang  ziarah kubur bisa

dilakukan setiap saat dan manfaatnya lebih meresap ke dalam hati. Orang

yang akan melakukan ziararh kubur harus memperhatikan serta

melaksanakan adab-adabnya. Tujuan seseorang rnelakukan ziarah kubur

bukan hanya sekadar mengunjungi kuburan. namun  untuk mengharap

keridhaan Allah, mengobati hatinya yang kotor, serta menghadiahkan pahala

bacaan Al-Qur'annya kepada si mayat.

Orang yang melakukan ziarah kubur dilarang melakukan hal-hal

sebagai berikut: berjalan di atas kuburan, duduk-duduk di atas kuburan, dan

membuka sepatu atau sandal. jika  seseorang tiba di kuburan maka

ucapkan, "Selamat atas kalian wahai orang-orang Mukmin penghuni kubur,"

(assalamu'alaikum daar qaumin mu'minin). Jika dia sampai di kuburan

orang yang dikenalnya dan mengucapkan salam, maka mayat akan

membalas salamnya.

Tirmidzi meriwayatkan dalam kitab al-Jami': Ada seorang laki-laki

mendatangi Rasulullah saw, kemudian dia mengucapkan, "alaikassolom."

Rasulullah saw kemudian berkata. "Janganlah kamu mengucapkan

'alaikassalam, sebab  itu salam untuk orang mati."

Orang yang melakukan ziarah kubur hendaknya menghadapkan

wajahnya ke kuburan saat  sedang berziarah, seolah-olah di hadapannya

ada orang yang masih hidup. Adapun adab berbicara dengan seseorang

yaitu  menghadapkan wajah ke arah lawan bicara, begitu juga dengan

mayat. Seperti inijuga yang harus dilakukan saat  melakukan ziarah kubur.

Orang-yang melakukan ziarah kubur hendaknya mengambil pelajaran dari

orang mati yang sekarang berada di dalam tanah, terpisah dari keluarga dan

orang yang dicintainya, dimana kematian datang kepadanya pada waktu

yang tidak disangka-sangkanya.

Wahai peziarah kubur, ingatlah keadaan saudara-saudaramu yang telah

mendahuluimu. di mana saat  hidup di dunia mereka selalu menurnpuk-

numpuk harta dan berusaha untuk menggapai apa yang mereka angan-

angankan mereka. namun  bagaimana keadaan mereka sekarang, saat 

angan-angan telah terputus, harta yang mereka kumpulkan tidak berguna,

tanah telah menimbun kemegahan diri mereka, isteri mereka telah menjadi

janda, serta anak-anak mereka telah menjadi yatim dan sengsara.

Nabi saw Menghidupkan Ibu dan Pamannya?

Hadits di bawah ini diriwayatkan oleh Abu Bakar ibn Ahmad ibn 'Ali

al-Khatib (dalam bukunya, as-Sabiq wa al-Lahiq), dan Abu Hafizh Umar ibn

t kematian & hariakhir

Syahin (di dalam bukunya, an-Nasikh wa ul-Mansukh) dari'Aisyah ra. dia

berkata: Kami pergi bersama Rasulullah saw untuk menunaikan haji Wada'.

saat  aku lewat di suatu tempatryang bernama 'Aqabah al-Hujun. aku

melihat Rasulullah saw menangis dan sedih, sehingga aku pun ikut

menangis. Tidak lama kemudian Rasulullah saw melompat sambil berkata,

"Wahai Humaira'(panggilan Nabi kepada 'Aisyah ra) tunggu aku!" Setelah

itu aku bersandar di samping unta. Setelah beberapa saat Nabi saw kemudian

mendatangiku sambil tersenyum. Aku lalu bertanya kepada Beliau, "Apa

yang telah engkau alami tadi wahai Rasulullah?" Beliau menjawab. "saat 

aku lewat di kuburan ibuku, Aminah, aku memohon agar Allah mau

menghidupkan dia kembali. Allah mengabulkan permohonanku sehingga

ibuku bisa menyatakan keimanannya.

As-Suhaili meriwayatkan (di dalam ar-Rauclul UnuJ'yang beberapa

periwayatnya ada yang tidak dikenal) yang berbunyi, "Allah rnenghidupkan

ayah dan ibunya sehingga mereka akhirnya bisa beriman kepada-Nya."

Alhamdulillai, semua ulama sepakat bahu,a peristiwa dihidupkannya

kedua orang tua Rasulullah saw terjadi setelah ada larangan untuk memohon

ampunan bagi mereka berdua. Hal ini berdasarkan hadits dari 'Aisyah

ra, bahwa peristiwa itu terjadi saat  haji Wada'.

Diriwayatkan dari Anas, dia berkata, "Ada seorang laki-laki yang

bertanya kepada Rasulullah saw, 'Wahai Rasulullah dimanakah ayahku

sekarang?"' Rasulullah menjawab, "Ayahmu sekarang di neraka?" saat 

laki-laki ini akan pergi, Rasulullah saw kemudian memanggilnya dan

berkata, "Ayahmu dan ayahku sekarang berada di neraka." (HR. Muslim).

Dalam hadits Salamah ibn Yazid al-Ju'fi disebutkan: saat 

Rasulullah melihat apa yang terjadi terhadap kami, dia berkata, "lbuku

bersama ibu kalian."

Penulis mendengar suatu riwayat yang mengatakan bahwa Allah

menghidupkan kembali paman Beliau (Abu Thalib), sehingga Abu Thalib

bisa menyatakan keimanannya, wallahu a'lam.

Ada yang mengatakan bahwa hadits yang menceritakan tentang

keimanan kedua orang tua Rasulullah saw merupakan hadits maudhu'

(palsu) dengan merujuk kepada firman Allah di bawah ini: Dan tidak [pula

diterima taubatJ orang-orang yang mati sedang mereko di dalam kektfiran.

(QS. an-Nisa': l8)

Orang yang mati dalam keadaan kafir niscaya keimanannya tidak akan

berguna bagi dirinya setelah dia dibangkitkan. jika  dia menyatakan

keimanannya saat  ajal datang, maka hal itu tidak berguna. Apakah iman

yang dinyatakannya bermanfaat saat  dirinya dihidupkan kembali?

kematian & hari akhir 23

Di dalam kitab tafsir disebutkan bahwa Rasulullah saw berkata, "Aku

tidak dapat membayangkan yang sedang dan akan dihadapi kedua orang

tuaku." Setelah ucapan ini turunlah ayat I 19 dari surah al-Baqarah:

Dan tidak boleh dipertanyoknn lentang penduduk neraka Jahim-"

Diriwayatkan dari al-Hafizh Abu al-Khatthab dan Umar ibn Dihyah,

bahwa semua itu merupakan kemuliaan dan keistimewaan yang selalu

diberikan Allah kepada Rasulullah saw sampai akhir hayat.

Hidupnya kembali dan berimannya kedua orang tua Rasulullah

merupakan sesuatu yang bisa diterima akal dan syariat. jika  kita merujuk

kitab lhya' Qatiil Bani Israil wa lkhbaruhu bi qaatili& (Penghidupan

Kembali Bani Israil dan Pengkhabarannya tentang Orang yang

Membunuhnya) maka di sana diceritakan bahwa Nabi 'lsa pernah

menghidupkan orang mati. Begitu juga dengan Nabi Muhammad saw,

sebab  Allah menghidupkan orang mati dengan perantaraan tangan Beliau.

jika  kita merujuk kepada hadits yang mengatakan bahwa

Rasulullah menghidupkan kembali orang mati (khususnya yang mati dalam

keadaan kafir), maka berimannya kedua orang tua Beliau (setelah

dihidupkan kembali) tentu tidak mengurangi kemuliaan dan keistimewzun

Rasulullah.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Allah mengembalikan

matahari kepada Rasulullah saw setelah matahari itu terbenam. Diriwayatkan

oleh Abu Ja'far ath-Thahawi, dia berkata, "Seandainya kembalinya matahari

tidak ada manfaatnya (idak memperbaharui waktu), niscaya Allah tidak

akan mengembalikan matahari kepada Rasulullah saw. Jadi. dihidupkannya

kembali kedua orang tua Rasulullah saw tentu bermanfaat bagi mereka

berdua, yaitu untuk menyatakan keimanan mereka (ika diumpamakan

dengan riwayat yang disebutkan tadi). Allah menerima taubat umat Nabi

Yunus setelah mereka diberi azab sebagaimana ada  dalam sebagian ayat

Al-Qur'an. Jadi, jawaban ayat ini yaitu , bahwa iman kedua orang tua

Nabi diterima setelah mereka berdua dihidupkan kembali. Allah Maha

Bijaksana dan Maha Mengetahui hal-hal gaib."

Ucapan saat  Tiba di Kuburan dan Hukum Menangis di Kuburan

Rasulullah saw bersabda, "Dulu aku melarangmu untuk menziarahi

kuburan, namun  sekarang ziarahilah, sebab  ziarah kubur dapat menjadi

peringatan bagimu." (HR. Abu Daud dari Buraidah ibn Khushaib)

Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang ingin

berziarah kubur maka lakukanlah, namun  jangan kamu ucapkan perkataan

yang buruk." (HR.an-Nasai dari Buraidah)

t kematian & hari akhir24

Rasulullah saw bersabda, "jika  seseorang lewat di kuburan orang

Mukrnin yang dikenalnya. kemudian mengucapkan salam untuk mereka,

maka orang Mukmin yang meninggrl ini akan membalas salamnya."

(HR. Abu Umar dari lbnu 'Abbas ra)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "jika  dia tidak

mengenal orang yang meninggal dunia ini, kemudian dia mengucapkan

salam untuk mereka. maka salam yang diucapkannya pasti dibalas oleh

orang yang meninggal ini."

Dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Wahai Rasulullah saw, apa yang harus

aku ucapkan saat  melakukan ziarah kubur?" Rasulullah saw menjawab:

L

"selamat atos orang-orang Mukmin yang meniadi penghuni perkampungan

ini kuburan). Semoga Allah mengasihi orang-orang Mukmin yang masih

hidup serta yang telah mendahului kami. Insya Allah kami akan menyusul

kalian." (HR. Muslim dari hadits Buraidah). Ada lagi yang menambah

dengan ucapan:

ydt€trll,j;,r llLi

"Aku mohon kepada Allah, semoga Dia memberikan kesehatan dan kebaikan

kepada kalian serta kepada kita semua."

Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim diceritakan: saat 

Rasulullah saw lewat di kuburan, dia melihat seorang wanita yang sedang

menangis di sisi kuburan. Lalu Rasulullah saw berkata kepadanya,

"Bertakwalah kamu kepada Allah dan tetaplah bersabar." (Hadits)

Wanita yang Menangis di Kuburan

Dalam hadits-hadits ada  aturan yang membolehkan ziarah kubur

bagi laki-laki dan wanita. Hadits-hadits ini juga menjelaskan bahwa

jika  seseorang mengucapkan salam kepada orang Mukmin yang telah

meninggal dunia, maka salamnya pasti dibalas oleh orang-orang yang telah

meninggal ini dan tidak dilarangnya wanita menangis di kuburan.

Seandainya melakukan ziarah kubur dan menangis di kuburan

hukumnya haram bagi wanita, maka Nabi saw pasti melarang wanita yang

t kematian & hari akhir )5

melakukan ziarah kubur dengan muhrimnya atau dengan menggunakan

kendaraan, hadits yang mengandung larangan bagi wanita untuk berziarah

kubur yaitu  tidak benar. Yang benar yaitu  seperti apa yang telah penulis

jelaskan sebelumnya, bahwa ziarah kubur dibolehkan bagi wanita, kecuali

wanita ini memakai perhiasan serta berbicara dengan orang yang bukan

muhrimnya saat  dia melakukan ziarah kubur.

Aku tidak melarang seseorang menangis di kuburan sebab  merasa

sedih atau mengharap agar orang yang telah meninggal ini mendapat

rahmat, sebagaimana aku tidak melarang untuk menangisinya saat  dia

akan meninggal dunia. Pengertian menangis di sini menurut orang Arab

yaitu  menangis sewajarnya, bukan menjerit-jerit, memukul-mukul pipi,

atau merobek-robek pakaian. Hal ini diharamkan oleh para ulama,

berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Aku berlepas diri dari orang-orang yang

meronta, mengoyak-ngoyak pakaian, suka berkata buruk."

Menangis dengan tidak meratap dibolehkan saat  berada di kuburan,

atau saat  seseorang yang ditangisi ini meninggal dunia. Tangis

semacam itu dinamakan tangis kasih sayang atau tangis sebab  iba, sebab 

tangisan ini ada pada hampir semua manusia. Nabi saw juga menangis

saat  anaknya (lbrahim) meninggal dunia. Umar berkata, "Biarkan mereka

menangisi Abu Salman selama mereka tidak meronta-ronta atau menjerit-jerit." Ada yang mengartikannya dengan meletakkan tanah di atas kepal4

wallahu a'lam.

Orang Mukmin Meninggal dengan Wajah Berkeringat

Rasulullah saw bersabda, "Orang Mukmin akan meninggal dengan

wajah yang berkeringat." (HR. at-Tirmidzi dari lbn Majah dari Buraidah)

Salman al-Farisi menceritakan: Aku mendengar Rasulullah saw

bersabda, "Perhatikanlah keadaan mayat saat  meninggal dunia. jika 

keringatnya menetes, air matanya keluar, dan suara atau nafas panjang

keluar dari hidungnya, maka itu merupakan rahmat yang diturunkan Allah

kepadanya. Orang yang meninggal dunia dengan mendengkur seperti

dengkuran Unta yang tercekik, kulitnya menjadi gelap, dan dari sudut

mulutnya keluar buih, maka itu merupankan azab yang diturunkan Allah

kepadanya." (HR. Abu Abdullah at-Tirmidzi yang ada  dalam bukunya,

Nowadir al-Ushul).

Abdullah berkata, "jika  seorang Mukmin pernah melakukan

kesalahan saat  hidup di dunia, maka dia akan meninggal dengan wajah

yang berkeringat, sebagai balasan atas kesalahan-kesalahannya."

Beberapa ulama berpendapat bahwa keringat yang keluar dari wajah

orang Mukmin yang meninggal dunia disebabkan perasaan malu terhadap

kematian & hari akhir26

Allah akibat dosa-dosa yang diperbuatnya, sebab  tubuh bagian bawahnya

telah rnati, dan yang bisa bergerak serta mempunyai kekuatan hanya anggota

tubuh bagian atasnya. Pada saat ituhh tampak perasaan malu di matanya.

Sesungguhnya keringat yang keluar ini yaitu  rahmat, dan teman atau

penolongnya saat  itu yaitu  perasaan malunya terhadap Allah dan berita

gembira serta kemuliaan yang dihadiahkan kepadanya-

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh lbn Mas'ud disebutkan,

.,Keringat yang keluar dari wajah orang Mukmin saat  meninggal dunia

merupakan balasan dosa-dosanya yang masih tersisa padanya." Dengan kata

lain, kesusahannya saat  meninggal dunia merupakan cara untuk

membersihkan dosa-dosa yang masih tersisa pada dirinya.

Cara Ruh Keluar dari Jasad Orang Mukmin dan Orang Kafir

Rasulullah saw bersabda, "Ruh orang Mukmin dicabut secara

perlahan-lahan, sedang  ruh orang kafir direnggut dengan paksa, seperti

merenggut ruh keledai. Orang Mukmin yang selama di dunia pernah

melakukan kejahatan akan mengalami kesulitan saat  akan meninggal, di

mana kesulitan ini merupakan kifarat atas kesalahan-kesalahan yang

pernah diperbuat di dunia. sedang  orang kafir yang pernah melakukan

perbuatan baik di dunia akan mendapat kemudahan saat  akan meninggal,

di mana kemudahan ini merupakan balasan atas kebaikan yang pernah

dilakukannya." (HR. Abu Nu'aim)

Sakaratul Maut (Kepedihan Maut)

Allah menggambarkan tentang kepedihan mati dalam ayat-ayat di

bawah ini: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah

yang kamu selalu lari daripadanya. (QS. Qaf: l9)

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang

yang zalim [beradal dalam lekanan-tekanan sakratul maut. (QS. al-An'am:

e3)

Maka mengapa saat  nyawa sampai di kerongkongan. (QS. al-

Waqi'ah:83)

Sekali-kali jangan. Apobila nafas [seseorangJ telah [mendesakJ

sampai ke kerongkongan. (QS. al-Qiyamah: 26)

Dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Di hadapan Rasulullah saw ada sebuah

bejana dari kaca yang berisi air, lalu Rasulullah saw mengambil air itu

dengan tangannya dan mengusapkan air ini ke wajahnya sambil

berkata, 'Tidak ada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian sangat

pedlh (sakaral)."' Rasulullah saw kemudian mengangkat kedua belah

Mengingat kematian & hari akhir )7

tangannya sambil berkata, "Kepada Tuhan yang Maha Pemurah dan

Mahatinggi," sampai nyawanya dicabut, sedang  tangannya terkepal. (HR.

al-Bukhari)

'Aisyah ra berkata, "seharusnya kemudahan mati tidak perlu lagi

didamba-dambakan seseorang, setelah aku menyaksikan kepedihan mati

yang dialami Rasulullah saw." (HR. at-Tirmidzi)

Abu Bakar ibn Abu Abu Syaibah menyebutkan (dalam Musnad-nya)

dari Jabir ibn 'Abdullah, Rasulullah saw bersabda, "Ceritakanlah kisah

tentang Bani Israil, sebab  mereka mempunyai berbagai macam hal yang

luar biasa." Rasulullah saw bercerita kepada kami: Ada sekelompok kaum

Bani Israil yang ingin melakukan ziarah kubur, lalu setelah di sana mereka

berkata, "Alangkah baik seandainya kita shalat dua rakaat kemudian mohon

kepada Allah agar sebagian orang yang mati ini bangkit dari kuburnya dan

menceritakan kepada kita tentang kematian." Mereka pun melaksanakan

shalat sebanyak dua rakaat. saat  mereka sedang melaksanakan shalat, tiba-

tiba muncul seorang laki-laki yang kepalanya berwarna putih, bagian tubuh

yang lain berwarna hitam, di antara matanya ada bekas sujud. Dia lalu

berkata, "Apa yang kalian inginkan dariku? Aku telah mati sejak seratus

tahun lalu namun  panasnya kematian masih aku rasakan sampai sekarang.

Oleh sebab itu, mohonlah kepada Allah agar Dia mengembalikan aku seperti

dahulu."

Diriwayatkan dari Abu Hudbah lbrahim ibn Hudbah, Anas ibn Malik

ra menceritakan kepada kami, Rasulullah saw bersabda, "Setiap hamba akan

merasakan pedihnya mati (sakorar), dan sebagian persendiannya akan

mengucapkan salam kepada sebagian lain sambil berkata, 'Keselamatan

atasmu, kamu telah meninggalkanku dan aku pun akan meninggalkanmu

sampai datang hari kiamat'."

Al-Muhasibi menyebutkan (dalam kitab ar-Ri'ayah) bahwa Allah

berkata kepada lbrahim, "Wahai kekasih-Ku, bagaimana kamu merasakan

mati?" Ibrahim menjawab, "Kematian bagiku seperti seterika yang sangat

panas, yang digosokkan pada kain wol yang basah (sehingga kain wol

ini kering sesaat )." Allah kemudian berkata, "Sesungguhnya Kami

telah memudahkan kematianmu."

Diceritakan bahwa saat  ruh Nabi Musa sampai kepada Allah, maka

Allah berkata kepadanya (ruh Nabi Musa), "Wahai Musa, bagaimana kamu

merasakan mati?" Ruh Nabi Musa menjawab, "Kematian yang kurasakan

seperti burung hidup yang dipanggang di atas panggangan."

Dalam riwayat lain diceritakan, "Kematian bagiku (kata Musa)

bagaikan kambing yang dikuliti hidup-hidup." Isa ibn Maryam berkata,

"Wahai hau,ariyyun (pengikut Nabi Isa), mohonlah kepada Allah agar Dia

memberikan kemudahan kepada kalian saat  menghadapi sakaratul maut."

kematian & hari akhir28

Ada riwayat yang menyebutkan bahwa kepedihan mati lebih sakit dari

rasa sakit akibat tebasan pedang, geryaji, atau gunting.

Abu Nu'aim al-Hafizh menyebutkan (dalam bukunya, al-Hilyah)

sebuah hadits dari Makhul, Rasulullah saw bersabda, "Aku bersumpah,

bahwa rasa sakit saat  akan mati melebihi rasa sakit tebasan seribu

pedang."

Diriwayatkan dari Anas ibn Malik ra, Rasulullah saw bersabda, "Para

malaikat selalu memperhatikan dan mengamati segala gerak-gerik seorang

hamba. Jika tidak demikian niscaya hamba ini akan lari sejauh-jauhnya

menuju gurun yang tandus sebab  takut dengan kepedihan sakaratul lnaut."

Disebutkan dalam suatu riwayat dari al-Qadhi Abu Bakar ibn al-

'Arabi, bahwa setelah Malaikat Maut mencabut nyawa semua makhluk,

Allah kemudian memerintahkannya mencabut nyawanya sendiri. Malaikat

Maut lalu berkata, "Aku bersumpah, seandainya sebelumnya aku tahu

tentang pedihnya sakaratul maut, niscaya aku tidak akan mencabut nyawa

orang-orang Mukmin."

Diriwayatkan dari Syahr ibn Hausyab, dia mengatakan bahwa

Rasulullah saw pernah ditanya tentang pedihnya mati, lalu dia berkata,

"Rasa maut yang paling ringan yaitu  seperti duri keras yang ada dalam

kapas, sedang  duri tidak keluar dari kapas kecuali bila kapas itu juga

terbawa."

Syahr berkata, "Pada saat ajal 'Amru ibn al-Ash (Gubernur Mesir)

hampir tiba, anaknya berkata kepadanya, 'Wahai ayahku, engkau pernah

berkata kepada kami, 'Mudah-mudahan aku bisa bertemu dengan seorang

laki-laki yang cerdik serta berakal saat  dia hampir meninggal dunia,

sehingga dia bisa menjelaskan perasaannya saat itu." Wahai ayahku,

engkaulah laki-laki itu dan sekarang ceritakanlah kepadaku bagaimana

kematian itu."' 'Amru ibn al-Ash berkata, "Wahai anakku. kematian

membuatku sangat takut, sehingga lidahku menjadi gagap. Kematian

membuatku bagaikan bernafas dari lubang jarum. Kematian bagaikan dahan

berduri yang ditarik dari ujung kaki sampai ke kepalaku." 'Amru ibn al-Ash

kemudian membaca sebuah sya'ir:

Alangknh bailorya jika sejak dulu, sebelum aku tahu

Bahwa aku cukup jadi penggembala kambingiantan di perbukitan

Abu Maisarah berkata, "Seandainya kepedihan mati dipikulkan kepada

seluruh penghuni langit dan bumi, niscaya mereka semua akan mati,"

kemudian dia membaca beberapa bait sya'ir:

Aku memang sering menyebut maut, namun aku tidak takut

Sungguh hatiku keras bagai batu

kematian & hari akhir )9

Aku mengejar dunia seokan aku abadi

Sedang maul selalu mengeiar jejakku

Maul mengepung selioq manusiu

Tidak ada satu tempul pun untuk melarikan diri!

Wahai Anak Adam Renungkanlah Mautmu

wahai sekalian manusia, jika  kematian datang menyerang, badan

tidak bisa digerakkan, ruh berpisah dari badan, jasad dibawa ke kubur, lalu

ditimbun dengan tanah, maka sudah saatnya orang yang tidur untuk bangun

dari tidurnya, dan orang yang lalai untuk mulai mengingat kematian sebelum

kematian itu datang kepadanya.

Diriwayatkan bahwa Umar ibn Abdul Aziz menulis surat nasihat untuk

sahabat-sahabatnya yang isinya sebagai berikut:

Sesungguhnya aku mewasiatlan lamu untuk bertakwa kepada Allah.

Jadikanlah talwa dan wara' sebagai bekal kehidupan di akhirot.

sesungguhnyo kalian sekarang berada di dunia yangfana dan Allah akan

memperlihatkan kepada kalian dahsyatnya hari kiamat. Oleh sebab  itu,

ingatlah kepada kematian dan perhatikanfirman Allah sllt yang berbunyi:

Tiap-tiap yang beriiwa akan merasakan mati. (QS. Ali 'lmran: /85)

Semuayang ada di bumi itu akan binasa. (QS. ar-Rahman: 26)

Bagaimanakah [keadaan mereknJ jika  malaikat [mautJ mencabut

nycrwd mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka? (QS.

Muhammad:27)

Ada riwayat yang mengatakan bahwa Malaikat Maut memukul dengan

cambuk dari api.

Katakanlah, "Moloikat Maut yang diserahi untuk fmencabut nyowa]

mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan

dikembalikan (QS. as-Sajdah: I I )

Ada suatu riwayat yang sampai kepadaku, yang mengatakan bahwa

Malaikat Maut kepalanya sampai ke langit dan kakinya sampai ke bumi.

Dunia berada dalam genggaman tangannya, seperti piring makan yang

berada di hadapanmu. Malaikat Maut melihat wajah setiap anak Adam

sebanyak 366 kali, dan memperhatikan tiap-tiap rumah 600 kali. Malaikat

Maut akan berdiri di tengah-tengah dunia sambil memperhatikan dunia dan

seluruh isinya, baik daratan, lautan, maupun pegunungan seperti sebuah

piring yang berada di antara kedua kakimu. Malaikat Maut mempunyai

pembantu-pembantu yang bisa menelan langit dan bumi dalam sekali telan.

kematian & hari akhir30

Para Malaikat lain sangat takut kepada Malaikat Maut melebihi ketakutan

seseorang terhadap binatang buas. Malaikat Maut mencabut ruh anak Adam

dari berbagai anggota tubuhnya, tseperti dari kukunya, keringatnya,

rambutnya, yang mana perpindahan ruh dari satu persendian ke persendian

lain sakitnya melebihi sakit akibat tebasan 1000 pedang. Seandainya bumi

dan langit disuruh menanggung rasa sakit yang diakibatkan kematian,

niscaya keduanya akan hancur lebur sebab  tidak kuasa menanggung rasa

sakit itu. Malaikat Maut akan meletakkan ruh orang Mukmin yang

dicabutnya di atas sutra putih yang diberi harum-haruman. sedang  ruh

orang kafir diletakkan di dalam sebuah bejana dari api yang baunya lebih

busuk dari bau bangkai.

jika  ajal seorang Mukmin hampir tiba, maka dia akan didatangi

empat Malaikat yang akan mencabut nyawa orang Mukmin itu dari kaki

kanan dan kirinya. Ruh orang Mukmin akan keluar melalui ujung jari-

jarinya, seperti air yang mengalir. Keadaan orang kafir saat  akan

meninggal dunia seperti kain wol basah yang digosok dengan setrika yang

sangat panas.

Abu Hamid menyebutkan (dalam bukunya, Kasyful 'Ulum al-

Akhirah): Jika seseorang meninggal dunia, maka orang di sekelilingnya akan

membicarakan dia. Di antara mereka ada yang berkata, "Fulan telah

meninggalkan wasiat serta harta benda." sedang  yang lain berkata,

"Lidah fulan sudah berat untuk bicara. Dia sudah tidak mengenal lagi

tetangganya dan tidak bisa berbicara lagi dengan saudara-saudaranya. Aku

melihatmu seperti orang yang bisa mendengar, namun  tidak sanggup untuk

berbicara. Anak-anak perempuanmu menangisi kamu seperti layaknya

seorang tawanan, dan dia berkata, 'Wahai ayahku yang tercinta, mengapa

engkau tinggalkan aku sehingga aku menjadi yatim? Siapa yang akan

memenuhi kebutuhanku? Demi Allah, engkau bisa mendengar namun  tidak

sanggup berbicara."'

Bayangkanlah dirimu wahai anak-anak Adam, jika  kamu telah

diambil dari tempat tidurmu, kemudian kamu dimandikan, lalu dikafani.

Saudara serta tetanggamu sedih sebab  kehilanganmu, teman-temanmu akan

menangismu, orang yang memandikanmu akan berkata, "Dimanakah isteri si

fulan serta anak-anak yang ditinggalkannya?"

Para ahli hikmah membaca sya'ir di bawah ini:

Wahai kawan yang tertipu, mengapa kamu masih bermain?

Kamu punya angan-sngan paniang sedang  maut lebih dekat!

Kamu tahu balrua ambisi yaitu  lautan luas

Kapalnya yaitu  dunia, maka ia berlayar padamu

kematian & hari akhir 3t

Para ulama berkata "jika  setiap Nabi, Rasul, para wali, serta

orang yang bertakwa mengalami pedihnya mati, lalu kenapa orang biasa

(seperti kita) tidak mau mengingat pedihnya kematian ini? Kenapa kita

belum juga mempersiapkan bekal untuk menghadapinya?"

Mereka juga mengatakan bahwa ada dua buah hikmah yang dapat kita

ambil dari kepedihan sakaratul maut yang dialami oleh setiap Nabi, yaitu:

Pertama: Agar semua makhluk mengetahui tentang pedihnya mati,

dimana hakikat kematian yaitu  sesuatu yang tidak diketahui (rahasia). Jika

kita melihat keadaan seseorang saat  akan meninggal, maka dia tidak bisa

bergerak, seolah-olah ruhnya keluar dengan begitu mudah, sehingga menurut

pendapat kita kematian merupakan sesuatu yang mudah. Hal ini disebabkan

sebab  kita tidak mengetahui hakikat kematian yang sebenarnya. saat  para

Nabi menceritakan tentang pedihnya mati, maka kita baru tahu bahwa setiap

orang yang akan meninggal dunia (kecuali orang yang mati syahid) pasti

merasakan bagaimana pedihnya mati.

Kedua: Mungkin terlintas dibenak sebahagian orang bahwa para Nabi

yaitu  kekasih Allah, jadi bagaimana mungkin mereka merasakan pedihnya

mati? Jawaban pertanyaan ini yaitu : manusia yang paling keras

cobaannya yaitu  para Nabi, seperti perkataan Rasulullah saw, "Tujuan

Allah mencoba mereka (para Nabi) semata-mata untuk menyempurnakan

kemuliaan dan mengangkat derajat mereka."

Cobaan yang dialami para Nabi tidak mengurangi hak mereka sedikit

pun. Cobaan juga bukan merupakan azabbagi mereka, namun diberikan Allah

hanya untuk menyempurnakan ketinggian dan kemuliaan mereka.

Ketinggian dan kemulian para Nabi akan bertambah jika mereka ridha

dan lapang dada dengan setiap cobaan yang diberikan Allah. Jika Allah

menghendaki, maka Dia sanggup meringankan sakaratul maut bagi mereka,

sebagaimana di dalam kisah lbrahim: (sesungguhnya Kami telah

meringankan untukmu kematian).

Tujuan Allah memberi kepedihan mati bagi mereka yaitu  untuk

meninggikan derajat dan melipatgandakan balasan yang akan mereka terima

setelah meninggal dunia.

Segala ujian yang dialami para Nabi (seperti: Ibrahim diuji dengan api,

Musa diuji dengan rasa takut dan dikejar-kejar oleh Fir'aun dan Nabi

Muhammad yang diberikan ujian dengan hidup miskin di dunia serta selalu

diperangi oleh orang kafir) bertujuan untuk mengangkat derajat dan

menyempurnakan kemuliaannya. sedang  kepedihan yang dialami oleh

orang-orang durhaka merupakan azab sebab  dosa{osa yang diperbuatnya.

insat kematian & hari akhirn

Kematian pada Tiga Alam

Abu Hamid menyebutkan (dalrm bukunya, KasyJul 'Ulum al-Akhirah)

bahwa Allah menetapkan kematian pada tiga alam: alam ad-Duniawi, alam

al-Malakuti, dan alam al-Jabouti. Yang termasuk alam ad-Duniawi yaitu 

seluruh manusia dan binatang. Yang termasuk alam al-Malakuti yaitu  para

malaikat dan semua jin, dan yang termasuk alam al-Jabaruti yaitu  para

malaikat pilihan.

Allah SWT berfirman: Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari

malaikat don dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi

Moha Melihat. (QS. al-Hajj: 75)

Mereka yang dimaksud dalam firman Allah ini yaitu  para

pemikul Arsy dan penjaga sardiqat (kemah) yang ada  di Arsy.

Allah menggambarkan mereka dalam firman-Nya:

Don kepuryaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan

malaikat-malaikot yang di sisi-Nya, mereko tiada mempunyai rasa angkuh

untuk menyembah-N1n dot tida [pula] merasa /ellh (QS. al-Anbiya': 19-

20\ Mereko selalu bertasbih mola n dan siong tiodo henti-hentinya. (QS. al-

Anbiya': l9-20)

Sekirurya Kami lerdok membuat sesualu permainan [isteri dan

ana*J, tentulah lfumi membwfirya dmi sisi Kami. Jika Kami menghendaki

berbuat demikiot [tentulah Karrri telah melakukonnyaJ. (QS. al-Anbiya':

l7)

saat  Khalifah Harun ar-Rasyid sakit (akan meninggal dunia), ia

memanggil seorang dokter dari Thus Persia. Dokter memerintahkan untuk

melihat air kencingnya dan setelah melihat air seni ini dokter berkata,

"Katakan pada pemilik air seni ini agar segera berwasiat, sebab  tenaganya

sudah habis dan tubuhnya sudah hancur." Harun putus asa dan membaca

sya'ir:

D&er dengot bdoloeron dot obatnyo

Tidak monp menola*perampasan yang telah datang

Mengap si dolaer jtrya mati kmena suatu penyakit

sedorykan sebehonrya ia mampu menyembuhkan

orory laindoi penyakit yang sama

Telah mati yotg mengobai, yang diobati, yang membuat obat,

yory menjtul obat, serta yorg membeli obat!

kematian & hari akhir 33

Mati Merupakan Kifarat bagi Semua Muslim

Al-Qadhi Abu Bakar ibn al-Arabi menceritakan (dalam bukunya yang

berjudul Siraj al-Muridin, mengandung hadits-hadits shahih hasan) dari

Anas ibn Malik ra, dia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Mati

merupakan kifarat bagi seorang Muslim."

Mati merupakan kifarat terhadap segala penderitaan dan kepedihan

yang dialami oleh si mayat saat  ditimpa penyakit.

Rasulullah saw bersabda, "setiap penderitaan yang menimpa

seseorang, baik berupa penyakit maupun yang lain, merupakan balasan

terhadap perbuatan jahat yang dilakukan orang ini, yang diturunkan

Allah kepadanya, sebagaimana batang pohon menggugurkan daun-

daunnya." (HR. Muslim)

Di dalam kitab al-Muwattha' disebutkan sebuah hadits dari Abu

Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "jika  Allah menginginkan

kebaikan terhadap seseorang, maka kebaikan pasti diperoleh orang ini."

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Allah tidak akan mematikan

seseorang hingga segala kesalahannya mendapat balasan dari Allah, baik

berupa kesusahan hidup, penyakit yang menimpa dirinya, maupun musibah

yang menimpa keluarganya. jika  kejahatannya masih tersisa, maka dia

akan mendapat kesusahan saat  menghadapi mati. Setelah semua

kesalahannya dibalas, dia akan menemui Allah dalam keadaan seperti anak

yang baru dilahirkan ibunya. Semua itu dilakukan Allah agar orang ini

mendapatkan rahmat dari-Nya.

Orang-orang yang tidak dicintai serta diridhai Allah keadaannya akan

bertolak belakang dengan yang disebutkan, seperti yang diriwayatkan di

bawah ini: Allah bersumpah tidak akan mencabut nyawa seseorang yang

akan mendapat azab di akhirat, hingga semua kebaikannya dibalas Allah di

dunia. Dia akan diberi kesehatan yang baik, rezeki yang banyak, kehidupan

yang senang, perasaan aman, dan jika  masih tersisa kebaikannya, maka

dia akan diberi kemudahan saat  menghadapi kematian, sehingga saat 

menghadap Allah tidak ada sisa kebaikan yang akan menjaganya dari api

neraka.

Ada hadits yang mempunyai pengertian yang sama dengan keterangan

ini, yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih. Dari

Abu al-Hasan ibn al-Hishar dari 'Ubaid ibn Khalid as-Sulami, "Kematian

orang kafir yang tiba-tiba merupakan rasa kasihan yang diambil Allah

darinya."

'Aisyah ra berkata, "Kematian yang tibatiba bagi orang Mukmin

merupakan istirahat yang diberikan Allah kepadanya, sedang  bagi orang

kafir merupakan rasa kasihan yang diarpbil darinya."

kematian & hari akhir34

Abu Muhammad Abdul Haq menceritakan: Diriwayatkan dari lbnu

'Abbas ra, dia berkata, "Nabi Daud rpeninggal pada hari Sabtu secara tiba-

tiba."

Diriwayatkan dari Zaid ibn Aslam (pembantu Umar ibn al-Khatthab

ra), dia berkata, "jika  dosa-dosa yang diperbuat seorang Mukmin masih

tersisa yang tidak bisa dihapus oleh amal perbuatannya, maka dia akan

mendapat kesusahan saat  menghadapi mati. namun  di akhirat dia akan

dimasukkan ke dalam surga, sebagai balasan dari perbuatannya di dunia.

Orang kafir yang melakukan kebaikan di dunia, maka dia akan dimudahkan

dalam menghadapi kematian, sebagai balasan perbuatan baiknya di dunia,

dan di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka."

Abu Muhammad Abdul Haq menceritakan bahwa Rasulullah saw

bersabda, "Ruh orang Mukmin akan dicabut secara perlahan-lahan,

sedang  ruh orang kafir direnggut secara kasar seperti merenggut ruh

keledai. Orang Mukmin yang berbuat kesalahan di dunia akan mengalami

kesulitan saat  menghadapi kematian, sebagai kifarat atas kesalahan-

kesalahannya. sedang  orang kafir yang pernah berbuat baik di dunia

akan mendapat kemudahan saat  menghadapi kematian sebagai balasan

dari perbuatan baik yang dilakukannya." (HR. Abu Nu'aim al-Hafizh dari

hadits al-A'masy dari lbrahim dari 'Alqamah dari Abdullah)

Ibnu al-Mubarak menceritakan, Abu Darda' berkata, "Aku cinta

kepada kematian, sebab  rindu untuk berjumpa dengan Allah. Aku cinta

kepada penyakit sebab  ia merupakan kifarat atas kesalahan-kesalahanku.

Aku cinta pada kehidupan yang susah, sebab  ia dapat membuatku bersikap

rendah diri terhadap Allah." (HR. Ibnu al-Mubarak)

Berbaik Sangka dan Takut kepada Allah SWT

Diriwayatkan dari Muslim dari Jabir, dia berkata, "Aku mendengar

perkataan Rasulullah saw yang diucapkan tiga hari sebelum kematiannya,

'Tidak akan mati masing-masing kamu kecuali dalam keadaan berbaik

sangka terhadap Allah."' (HR. al-Bukhari)

Ibnu Abu ad-Dunya menyebutkan (dalam bukunya yang berjudul

Husn azh-Zhan Billah): Allah SWT berfirman dalam Al-Qu'ran mengenai

orang-orang yang berburuk sangka terhadap-Nya: Dan yang demikian itu

yaitu  prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu,

prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah komu termasuk

orang-orang yang merugr. (QS. Fushshilat: 23)

Ibnu Abu ad-Dunya menceritakan, bahwa Rasulullah saw datang

menemui seorang pemuda yang akan meninggal dunia. Kemudian Beliau

berkata kepada pemuda ini, "Bagaimana keadaanmu sekarang?"