s, dan bagian-bagian seterusnya sampai akhir pa-
sal empat belas merupakan percakapan Kristus dengan murid-murid-
Nya di meja makan perjamuan itu. Saat perjamuan makan itu sele-
sai, Yudas pun pergi. namun , apakah yang dilakukan Sang Guru ber-
sama kesebelas murid yang masih ada di meja itu? Mereka ber-
bincang-bincang tentang hal-hal yang bermanfaat, untuk mengajari
kita supaya mempergunakan kesempatan di meja makan dengan
sebaik-baiknya untuk bercakap-cakap dengan para sahabat kita
mengenai hal-hal yang rohani. Kristus memulai perbincangan mereka
itu. Semakin kita bergiat untuk memperbincangkan hal-hal yang baik
dan dengan tujuan untuk membangun, maka kita akan semakin
serupa dengan Yesus Kristus. Orang-orang, terutama yang didengar
964
orang banyak oleh sebab kedudukan, nama baik dan karunia dan
kepemimpinan mereka, haruslah memakai kelebihan mereka itu
sebagai kesempatan untuk berbuat baik bagi orang lain. Nah, Tuhan
kita Yesus memperbincangkan hal-hal berikut ini bersama para
murid-Nya (dan mungkin perbincangan mereka itu jauh lebih luas
daripada yang dicatat di sini):
I. Mengenai rahasia besar dari kematian dan penderitaan-Nya yang
belum dapat mereka pahami saat itu. Memikirkannya saja mereka
tidak sampai hati, apalagi memahami maknanya. sebab itulah
Kristus memberi mereka penjelasan mengenai hal itu supaya salib
tidak menjadi batu sandungan lagi. Kristus tidak membuka
percakapan ini sampai Yudas telah pergi, sebab Yudas yaitu
seorang saudara yang palsu. Kehadiran orang jahat biasanya
menghalangi percakapan yang membangun. Saat Yudas sudah
pergi, Kristus pun berkata, “Sekarang Anak Manusia dipermulia-
kan.” sebab kepalsuan Yudas telah terbongkar dan ia, yang
menjadi noda dalam perjamuan kasih mereka dan membawa aib
dalam keluarga mereka, sudah menyingkir, maka sekarang Anak
Manusia dipermuliakan. Perhatikan, Kristus dipermuliakan saat
perkumpulan orang Kristen dimurnikan: kebejatan dalam gereja-
Nya merupakan kehinaan bagi-Nya sehingga pembersihan kebe-
jatan itu akan menghapuskan hinaan tadi. Atau lebih tepat lagi,
sebab kini Yudas sedang melaksanakan persekongkolan yang
akan mengakibatkan kematian Kristus, dan hal itu akan terjadi
dengan segera, maka sekarang Anak Manusia dipermuliakan, yang
artinya, sekarang Dia disalibkan.
1. Inilah hal yang diajarkan Kristus mengenai penderitaan-Nya,
yang amat menghiburkan.
(1) Bahwa Dia akan dipermuliakan dalam penderitaan-Nya itu.
Sekarang Anak Manusia akan diperhadapkan pada aib dan
kebencian yang paling hebat, akan diperolok-olok dengan
cara yang sekeji-kejinya, dan dipermalukan oleh sikap pe-
ngecut para sahabat-Nya sendiri dan kekurangajaran para
musuh-Nya. Namun tetap saja sekarang Ia dipermuliakan,
sebab:
[1] Sekarang Ia akan memenangkan pertempuran melawan
Iblis dan seluruh kuasa kegelapan, menghancurkan me-
Injil Yohanes 13:31-35
965
reka dan berjaya atas mereka. Kini Ia sedang menyan-
dangkan pedang untuk bersiap menghadapi pertempur-
an melawan musuh Allah dan musuh manusia, dengan
keyakinan besar seakan-akan Dia telah memenangkan
pertempuran itu dan telah menanggalkan kembali pe-
dang-Nya itu.
[2] Sekarang Ia akan mengerjakan keselamatan agung bagi
umat-Nya, melalui kematian-Nya yang akan mendamai-
kan mereka dengan Allah, dan mendatangkan kebenar-
an dan kebahagiaan kekal bagi mereka. Ia hendak me-
numpahkan darah yang akan menjadi sumber sukacita
dan berkat yang tidak ada habis-habisnya bagi semua
orang percaya.
[3] Kini Dia hendak memberi sebuah teladan mulia me-
ngenai penyangkalan diri dan kesabaran dengan me-
nanggung salib. Dia hendak memberi teladan mulia
mengenai keberanian dan kebencian terhadap dunia ini,
mengenai semangat dalam memuliakan Allah, dan ka-
sih terhadap jiwa-jiwa manusia. Semuanya ini akan
membuat-Nya dipuja dan dihormati untuk selama-
lamanya. Kristus telah dipermuliakan melalui banyak
mujizat yang Ia lakukan, namun walaupun begitu, Dia
membicarakan kemuliaan yang dialami-Nya saat ini
dalam penderitaan-Nya, seakan-akan kemuliaan ini me-
lebihi segala kemuliaan lainnya yang telah Ia peroleh
dalam keadaan-Nya yang miskin.
(2) Bahwa Allah Bapa akan dipermuliakan di dalam penderita-
an itu. Penderitaan Kristus merupakan:
[1] Pemenuhan persyaratan atas penghakiman Allah, untuk
mendapatkan keadilan-Nya. Oleh sebab itu Allah pun
dipermuliakan di dalamnya. Dengan penderitaan itu ter-
jadilah pemulihan atas kesalahan yang telah dilakukan
terhadap Dia, yaitu melalui dosa manusia yang menye-
rang kehormatan-Nya. Pemulihan itu mendatangkan ke-
untungan besar bagi manusia. Dengan demikian, segala
tujuan hukum benar-benar tercapai dan kemuliaan pe-
merintahan Allah diteguhkan dengan berhasil guna dan
dijaga.
966
[2] Semua penderitaan itu merupakan perwujudan dari ke-
kudusan dan belas kasihan Allah. Atribut atau sifat-
sifat Allah bersinar gemilang dalam penciptaan dan pe-
meliharaan-Nya, namun lebih-lebih lagi melalui peker-
jaan penebusan (1Kor. 1:24; 2Kor. 4:6). Allah yaitu ka-
sih, dan di sini Ia telah memperlihatkan kasih-Nya itu.
(3) Bahwa Kristus sendiri akan sangat dipermuliakan sesudah
penderitaan itu berlalu, sebab Allah sendiri juga sungguh
dipermuliakan di dalamnya (ay. 32). Perhatikan bagaimana
Ia lebih menjelaskan hal itu.
[1] Ia yakin bahwa Allah akan mempermuliakan-Nya, dan
orang-orang yang dipermuliaan Allah sungguh benar-
benar mulia. Neraka dan dunia ini bersepakat untuk
menghina-Nya, namun Allah berketetapan untuk mem-
permuliakan Dia, dan Allah benar-benar melakukannya.
Allah mempermuliakan Kristus dalam penderitaan-Nya
dengan tanda-tanda dan keajaiban dahsyat yang me-
nyertainya, yang terjadi baik di langit maupun di bumi,
sehingga bahkan dari mulut orang-orang yang menya-
libkan-Nya pun terlontar pengakuan bahwa Dia yaitu
Anak Allah. namun Allah mempermuliakan-Nya ter-
utama sesudah penderitaan itu berlalu, yaitu saat Ia
mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya dan mem-
beri-Nya nama di atas segala nama.
[2] Bahwa Allah akan mempermuliakan Kristus dalam diri-
Nya sendiri – en heautō. Artinya bisa,
Pertama, di dalam Kristus sendiri. Allah akan mem-
permuliakan-Nya di dalam diri-Nya sendiri dan tidak
hanya dalam kerajaan-Nya di antara umat manusia. Hal
ini mendasari kebangkitan-Nya yang cepat itu. Orang
biasa mungkin dihormati sesudah kematiannya, dalam
kenangan akan dia atau melalui keturunannya, namun
Kristus dihormati dalam diri-Nya sendiri. Atau,
Kedua, dalam diri Allah sendiri. Allah akan memper-
muliakan Kristus bersama-sama dengan-Nya sebagai-
mana dijelaskan dalam pasal 17:5. Dia akan duduk ber-
sama Bapa di atas takhta-Nya (Why. 3:21). Inilah kemu-
liaan sejati.
Injil Yohanes 13:31-35
967
[3] Bahwa Allah akan mempermuliakan-Nya dengan segera.
Kristus mengarahkan pandangan-Nya kepada sukacita
dan kemuliaan yang disediakan bagi Dia, yang bukan
hanya dianggap-Nya sebagai sukacita dan kemuliaan
yang agung, namun juga sangat dekat dengan-Nya. Dan
dukacita serta penderitaan-Nya pun singkat dan segera
berlalu. Pelayanan-pelayanan baik yang dilakukan bagi
para penguasa di dunia ini sering harus menunggu
lama sebelum akhirnya mendapat imbalan, namun Kris-
tus mendapatkan upah-Nya segera tanpa berlama-lama.
Peristiwa kematian sampai kebangkitan-Nya terjadi ha-
nya selama empat puluh jam (atau kurang daripada
itu), dan empat puluh hari sesudah itu Ia terangkat ke
sorga, sehingga dapat dikatakan bahwa Ia langsung di-
permuliakan (Mzm. 16:10).
[4] Semua itu terjadi dengan pertimbangan bahwa Allah di-
permuliakan di dalam dan melalui penderitaan Kristus:
Menyaksikan bahwa Allah dipermuliakan di dalam Dia,
dan menerima penghormatan dari penderitaan-Nya, ma-
ka dengan cara yang serupa pula Allah akan memper-
muliakan Dia di dalam diri-Nya dan memberi-Nya ke-
hormatan.
Perhatikan:
Pertama, saat Kristus ditinggikan, di sana ada
penghargaan atas penghinaan yang telah diterima-Nya,
dan imbalan sebab Ia mau menanggung semua itu. Ka-
rena Ia telah merendahkan diri-Nya, maka Allah sangat
meninggikan Dia. Jika Bapa mendapat keuntungan be-
sar melalui kematian Kristus, maka kita boleh merasa
yakin bahwa Anak tidak akan kehilangan apa-apa di da-
lamnya. Lihatlah kovenan di antara mereka (Yes. 53:12).
Kedua, orang-orang yang giat bekerja untuk kemu-
liaan Allah pasti akan mendapat kebahagiaan, sebab
mereka juga akan dipermuliakan bersama-sama de-
ngan-Nya.
2. Inilah yang diajarkan Kristus kepada mereka berkaitan dengan
penderitaan-Nya. Pengajaran-Nya ini mampu menggugah hati
mereka yang tadinya begitu lambat untuk mengerti (ay. 33):
968
Hai anak-anak-Ku, hanya sesaat saja lagi Aku ada bersama
kamu, dst. Ada dua hal yang dianjurkan Kristus di sini, untuk
mendorong murid-murid-Nya supaya mempergunakan kesem-
patan yang mereka miliki sekarang ini.
Ada dua perkataan yang sungguh bermakna:
(1) Bahwa masa tinggal-Nya di dunia ini, untuk bersama me-
reka di situ, hanya tinggal sebentar lagi. Anak-anak-Ku.
Seruan-Nya ini lebih menonjolkan kelembutan dan belas
kasihan-Nya daripada menyoroti kelemahan mereka. Dia
berbicara kepada mereka dengan kasih sayang seorang
ayah, sebab kini Ia akan segera meninggalkan mereka dan
meninggalkan berkat-berkat-Nya untuk mereka. Jadi keta-
huilah, bahwa hanya sesaat saja lagi Aku ada bersama
kamu. Apakah kita memahami pernyataan itu sebagai pe-
tunjuk atas kematian ataukah kenaikan-Nya, maknanya
tetap sama saja, yaitu hanya sedikit waktu yang tersisa
bagi-Nya untuk bersama-sama dengan mereka, dan ka-
renanya:
[1] Biarlah mereka mempergunakan kesempatan yang me-
reka punyai saat ini. Jika mereka memiliki pertanyaan
bagus untuk diajukan, jika mereka membutuhkan nasi-
hat, arahan atau penghiburan, biarlah mereka meng-
utarakannya segera, sebab hanya sesaat saja lagi Aku
ada bersama kamu. Kita harus memanfaatkan segala
bantuan yang kita punya bagi jiwa kita selagi kita me-
milikinya, sebab kita tidak akan selalu memiliki itu.
Bantuan itu pasti akan diambil dari kita, atau malah
kita yang dipisahkan darinya.
[2] Biarlah mereka tidak terlalu bergantung pada kehadir-
an-Nya secara fisik, seolah-olah kebahagiaan dan peng-
hiburan mereka hanya ada di dalam tubuh jasmani-
Nya. Tidak, mereka justru harus mulai berpikir untuk
hidup tanpa kehadiran fisik Kristus. Mereka tidak boleh
terus menjadi anak-anak, melainkan harus berjalan
sendiri tanpa inang pengasuh. Cara dan sarana hanya
ditujukan untuk sesaat saja, dan bukan untuk dijadi-
kan andalan setiap waktu, melainkan untuk dimanfaat-
Injil Yohanes 13:31-35
969
kan supaya kita dapat berdiri sendiri, sebab itulah
maksud tujuannya.
(2) Mereka akan mendapati bahwa jalan untuk mengikuti-Nya
ke dunia lain untuk bersama-sama dengan Dia di sana sa-
ngat sulit untuk ditempuh. Apa yang telah Ia katakan
kepada orang Yahudi (7:34), Ia katakan pula kepada murid-
murid-Nya, sebab mereka juga harus diingatkan dengan
pemikiran sama yang dipakai untuk menyadarkan dan
menginsafkan para pendosa.
Di sini Kristus memberi tahu mereka:
[1] Bahwa mereka akan merasa kehilangan Dia saat Ia
telah pergi nanti. Kamu akan mencari Aku, yang berarti
“kamu akan berharap bahwa Aku ada bersama-sama
dengan kamu lagi.” Kita sering kali belajar mengenai
betapa berharganya belas kasihan itu justru saat kita
tidak lagi menjumpainya. Meskipun kehadiran Sang
Penghibur benar-benar menolong mereka dalam kese-
sakan dan kesusahan, namun tidak sama rasanya de-
ngan kehadiran fisik Kristus bagi orang-orang yang te-
lah terbiasa ditemani oleh-Nya. namun perhatikanlah,
kepada orang-orang Yahudi, Kristus berkata, “Kamu
akan mencari Aku, namun tidak akan bertemu dengan
Aku.” namun kepada murid-murid-Nya Ia hanya berkata,
“Kamu akan mencari Aku.” Hal ini menekankan bahwa
meskipun mereka tidak akan menemukan hadirat jas-
mani-Nya seperti halnya orang-orang Yahudi itu, mere-
ka akan menemukan penggantinya yang setara, dan
usaha mereka dalam mencari-Nya itu tidak akan sia-
sia. Saat mencari mayat-Nya dalam kubur, mereka ti-
dak menemukannya, namun begitu, tidak sia-sia mere-
ka mencari.
[2] Bahwa mereka tidak dapat pergi ke tempat yang Ia tuju,
dan hal itu menimbulkan pendapat yang mulia di benak
mereka mengenai Dia yang akan pergi menuju ke se-
buah dunia yang tidak dapat dimasuki dan tidak keli-
hatan, untuk berdiam di dalam terang yang tidak dapat
didekati oleh siapa pun. Pada saat yang bersamaan, per-
kataan-Nya itu juga membuat mereka merasa betapa
970
rendahnya mereka, sehingga mereka perlu benar-benar
merenungkan keadaan mereka di masa depan. Kristus
memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat meng-
ikuti-Nya (sebagaimana Yosua memberi tahu orang-
orangnya bahwa mereka tidak dapat melayani Tuhan)
hanya untuk memacu mereka supaya lebih giat dan
lebih bersungguh-sungguh lagi. Mereka tidak dapat
mengikuti-Nya sampai ke kayu salib, sebab mereka ti-
dak memiliki keberanian dan tekad yang cukup. Keti-
dakmampuan mereka itu terlihat saat mereka semua
kabur meninggalkan Dia. Mereka juga tidak dapat
mengikuti-Nya sampai ke mahkota-Nya, sebab mereka
belum layak untuk itu, pekerjaan dan pertempuran
mereka belum selesai.
II. Kristus memberi tahu mereka mengenai tugas agung untuk saling
mengasihi (ay. 34-35): kamu harus saling mengasihi. Kini Yudas
sudah pergi dan telah membuktikan bahwa dirinya yaitu se-
orang saudara palsu, namun mereka tidak boleh memendam ke-
dengkian dan kecurigaan satu sama lain, sebab hal itu akan men-
cemari kasih: meskipun ada seorang Yudas di antara mereka,
namun tidak semua dari mereka itu Yudas. sebab sekarang api
permusuhan orang-orang Yahudi terhadap Kristus dan para peng-
ikut-Nya semakin menjadi-jadi, mereka pun harus sadar bahwa
mereka pun akan menghadapi perlakuan yang sama seperti yang
diterima Guru mereka. sebab itu, mereka harus mengandalkan
kasih untuk saling menguatkan satu sama lain. Di sini ada tiga
alasan yang ditekankan mengenai pentingnya saling mengasihi:
1. Perintah dari Guru mereka (ay. 34): Aku memberi perintah
baru kepada kamu. Kristus tidak hanya mengusulkan kasih
sebagai hal yang baik dan menyenangkan, atau menasihatkan
hal itu sebagai sesuatu yang luar biasa dan menguntungkan,
melainkan juga menyatakannya sebagai sebuah perintah dan
menjadikannya sebagai salah satu hukum dasar dalam keraja-
an-Nya. Hal ini selaras dengan perintah untuk percaya kepada
Kristus (1Yoh. 3:23; 1Ptr. 1:22). Ini merupakan perintah dari
Penguasa kita yang memiliki hak untuk mengatur kita dengan
hukum-Nya. Ini juga merupakan perintah dari Sang Penebus
kita, yang memberi hukum ini kepada kita untuk me-
Injil Yohanes 13:31-35
971
nyembuhkan segala penyakit rohani kita, dan mempersiapkan
kita untuk berkat yang kekal. Ini merupakan sebuah perintah
baru, yang artinya,
(1) Merupakan sebuah perintah yang diperbaharui. Ini yaitu
sebuah perintah yang telah ada dari mulanya (1Yoh. 2:7),
sama tuanya dengan hukum alam, dan merupakan perin-
tah agung kedua dari hukum (Taurat) Musa. Akan namun ,
sebab perintah itu juga merupakan salah satu dari perin-
tah agung Perjanjian Baru, dari Kristus sebagai Sang Pem-
beri hukum yang baru, maka perintah itu disebut sebuah
perintah yang baru. Perintah itu bagaikan sebuah buku
lama yang diterbitkan kembali sesudah diperbaiki dan diper-
luas. Perintah ini telah begitu dirusak oleh kebiasaan ge-
reja Yahudi sampai-sampai dapat disebut sebuah perintah
baru saat Kristus menghidupkannya kembali dan mena-
ruhnya di dalam cahaya yang sejati. Hukum balas dendam
telah begitu meluas, dan mementingkan diri sendiri telah
menjadi sesuatu yang disanjung tinggi sehingga hukum ka-
sih terlupakan sebagai sesuatu yang telah usang dan ke-
tinggalan zaman. sebab itulah, begitu keluar dalam ke-
adaan baru dari mulut Kristus, hukum itu pun terasa baru
bagi semua orang.
(2) Itu merupakan perintah yang luar biasa, seperti sebuah
lagu baru yang terdengar merdu, sangat menyenangkan.
(3) Perintah itu bersifat kekal, begitu baru dan akan selalu
tetap begitu, sebagai perintah baru yang tidak akan pernah
menjadi usang (Ibr. 8:13). Kasih akan selalu baru sampai
selama-lamanya, bahkan saat iman dan pengharapan telah
menjadi usang.
(4) Sebagaimana Kristus memberi nya, perintah itu benar-
benar baru. Sebelumnya ada perintah yang berbunyi, Kasi-
hilah sesamamu manusia, namun kini kamu harus menga-
sihi satu sama lain. Perintah itu ditekankan dengan cara
yang lebih mendatangkan keuntungan bagi semua pihak,
sebab ditetapkan sebagai kewajiban yang harus dilakukan
secara timbal balik oleh satu sama lain.
2. Teladan dari Juruselamat mereka merupakan sebuah alasan
lain mengapa mereka harus saling mengasihi: sama seperti
972
Aku telah mengasihi kamu. Inilah yang menjadikannya sebuah
perintah baru, yaitu bahwa aturan dan alasan untuk menga-
sihi (sama seperti Aku telah mengasihi kamu) benar-benar baru
dan sebelumnya tersembunyi dari segala zaman dan angkatan.
Pahamilah hal ini sebagai:
(1) Seluruh kasih Kristus yang telah ditunjukkan-Nya kepada
murid-murid-Nya, yang telah mereka alami sendiri selama
Dia ada bersama-sama dengan mereka. Dia selalu berbi-
cara lemah lembut dengan mereka, sepenuh hati peduli de-
ngan mereka, dan mengajari, menasihati, serta menghibur
mereka demi kesejahteraan mereka sendiri. Dia juga ber-
doa dengan dan untuk mereka, membela mereka saat me-
reka dituduh macam-macam. Ia menanggung beban mere-
ka saat mereka dijatuhkan, dan secara terang-terangan
bahkan mengakui mereka lebih daripada ibu, saudara
perempuan dan saudara laki-laki-Nya sendiri. Dia menegur
mereka jika mereka keliru, namun tetap bersabar terhadap
kegagalan mereka, memaafkan mereka, selalu memikirkan
yang terbaik yang dapat mereka lakukan, dan tidak pernah
membesarkan kesalahan-kesalahan yang remeh. Demikian-
lah Ia telah mengasihi mereka. Bahkan, Dia baru saja
membasuh kaki mereka. Jadi, begitulah mereka harus sa-
ling mengasihi dan terus mengasihi sampai pada kesudah-
annya. Atau,
(2) Hal itu dapat dipahami sebagai sebuah tindakan kasih
yang istimewa kepada segenap murid-Nya, yang kini hen-
dak dilakukan-Nya sebentar lagi, yaitu dengan menyerah-
kan nyawa-Nya sendiri bagi mereka. Tidak ada kasih yang
lebih besar dari pada itu (15:13). Bukankah Ia telah menga-
sihi kita semua dengan cara seperti itu? Maka dari itu,
layaklah kalau kini Dia juga mengharapkan kita untuk
saling mengasihi. Bukan berarti bahwa kita harus mampu
melakukan sesuatu yang serupa dengan yang dilakukan-
Nya bagi orang lain (Mzm. 49:8), namun bahwa kita harus
mengasihi satu sama lain dengan cara yang sama seperti
yang ditunjukkan-Nya. Kita harus menjadikan kasih Kris-
tus itu sebagai teladan dan membiarkan kasih-Nya itu
membimbing kita. Kasih kita terhadap sesama haruslah
Injil Yohanes 13:31-35
973
tanpa pamrih dan selalu tersedia, tekun dan berharga, te-
rus-menerus dan tidak kenal lelah. Kasih itu harus menga-
sihi jiwa-jiwa satu sama lain. Kita juga harus saling me-
ngasihi untuk alasan dan pertimbangan ini, yaitu sebab
Kristus telah mengasihi kita terlebih dahulu (Rm. 15:1, 3;
Ef. 5:2, 25; Flp. 2:1-5).
3. Nama baik bagi pengakuan iman mereka (ay. 35): Dengan
demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu yaitu murid-
murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. Perhatikanlah,
kita tidak hanya diharuskan untuk menunjukkan kasih, namun
benar-benar hidup dengan berurat akar di dalamnya, sehingga
kita tetap memilikinya, bahkan saat sepertinya tidak ada ke-
sempatan untuk menunjukkannya. Kasih kita harus selalu
ada dan tersedia. “Dengan begitu semua orang akan tahu bah-
wa kamu yaitu pengikut-Ku bila kamu mengikut teladan-Ku
dalam hal ini.” Perhatikan, kasih persaudaraan merupakan
lambang dari para pengikut Kristus. Melalui kasih inilah Dia
mengenali mereka, dan melalui kasihlah mereka dapat menge-
nali satu sama lain (1Yoh. 2:14), dan sebab kasih yang sama
pula mereka akan dikenal oleh orang lain. Inilah tanda penge-
nal bagi keluarga-Nya, sifat atau karakter yang membedakan
para murid-murid-Nya itu dari orang lain. Kristus menghen-
daki supaya mereka memperhatikan kasih ini, sebab dalam
hal kasihlah mereka mengungguli orang lain, yaitu bahwa me-
reka saling mengasihi. Dalam hal kasih itu pulalah Guru me-
reka menjadi begitu ternama. Segala apa yang didengar orang
mengenai Dia pastilah berkenaan dengan kasih-Nya, kasih-
Nya yang agung itu. sebab itulah, jika Anda melihat orang-
orang yang memiliki kasih lebih besar daripada yang biasanya
kita lihat, Anda akan berkata, “Pastilah mereka ini pengikut
Kristus, mereka telah bersama-sama dengan Yesus.” Nah, me-
lalui ini semua terlihat bahwa:
(1) Hati Kristus begitu rindu melihat murid-murid-Nya saling
mengasihi satu sama lain. Dalam hal inilah mereka harus
benar-benar menonjol. Sementara cara duniawi mengajar-
kan orang untuk mementingkan diri sendiri, mereka harus
benar-benar memperhatikan satu dengan yang lainnya.
Kristus tidak berkata, Dengan demikian semua orang akan
tahu, bahwa kamu yaitu murid-murid-Ku, yaitu jikalau
kamu membuat mujizat, sebab orang yang dapat melakukan
mujizat pun tidak berarti apa-apa jika ia tidak memiliki
kasih (1Kor. 13:1-2). Sebaliknya, Ia berkata, jikalau kamu
saling mengasihi, yang berakar dari penyangkalan diri dan
rasa syukur terhadap Kristus. Inilah yang dikehendaki
Kristus menjadi jati diri dari agama-Nya, sifat utama dari
gereja-Nya yang sejati.
(2) Merupakan sebuah kehormatan besar bagi para murid-
murid Kristus bila mereka unggul dalam hal mengasihi
satu sama lain. Tidak ada hal lain yang akan membuat
mereka begitu disegani dan dihormati oleh orang lain selain
sebab kasih. Lihatlah betapa kasih itu sangat dashyat dan
mempesonakan (Kis. 2:46-47). Tertullian menyatakan kasih
sebagai kemuliaan gereja mula-mula, sebab orang-orang
Kristen dikenal oleh sebab kasih sayang mereka satu
sama lainnya. Musuh-musuh mereka memperhatikan hal
itu dan berkata, Lihatlah betapa orang-orang Kristen ini
saling mengasihi (Apol. ps. 39).
(3) Jika para pengikut Kristus tidak saling mengasihi, mereka
bukan hanya akan mendatangkan cercaan yang tidak sela-
yaknya bagi pengakuan iman mereka, namun juga menun-
jukkan alasan yang layak untuk mencurigai ketulusan me-
reka sendiri. Oh Yesus! Inikah orang-orang Kristen milikmu,
orang-orang yang penuh hawa nafsu, jahat, dengki dan
bejat ini? Inikah kulit luar anak-anak-Mu? Saat saudara
seiman kita sedang memerlukan bantuan dan kita berke-
sempatan untuk menolong mereka, saat mereka memiliki
pendapat dan kebiasaan yang berbeda dengan kita, atau
dalam cara tertentu merupakan saingan kita atau mem-
buat kita jengkel, dan dengan begitu kita memiliki kesem-
patan untuk merendah dan mengampuni, maka dalam
perkara-perkara seperti itulah akan tampak apakah kita
memiliki tanda pengenal sebagai murid-murid Kristus atau
tidak.
Injil Yohanes 13:36-38
975
Petrus Merasa Percaya Diri
(13:36-38)
36 Simon Petrus berkata kepada Yesus: “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?”
Jawab Yesus: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku seka-
rang, namun kelak engkau akan mengikuti Aku.” 37 Kata Petrus kepada-Nya:
“Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan
memberi nyawaku bagi-Mu!” 38 Jawab Yesus: “Nyawamu akan kauberikan
bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok,
engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Dalam ayat-ayat di atas diceritakan tentang:
I. Keingintahuan Petrus, dan teguran yang dia dapatkan sebab nya.
1. Pertanyaan Petrus sangat berani dan tidak tanggung-tanggung
(ay. 36): Tuhan, ke manakah Engkau pergi?, langsung meng-
arah ke perkataan Kristus tadi (ay. 33): Ke tempat Aku pergi,
tidak mungkin kamu datang. Ia tidak menghiraukan perintah
Kristus untuk saling mengasihi, yang jelas-jelas bisa dimeng-
erti untuk dilakukan. Ia tidak menanyakan apa-apa tentang
perintah itu, malah lebih terpaku pada hal yang sengaja masih
disembunyikan Kristus dari mereka. Perhatikan, memang kita
ini sering keliru sebab lebih penasaran untuk bertanya-tanya
mengenai hal-hal yang sifatnya rahasia, yang hanya layak
diketahui oleh Allah saja daripada hal-hal yang memang telah
dinyatakan bagi kita dan bagi anak-anak kita. Kita lebih ingin
memuaskan keingintahuan kita daripada untuk membiarkan
hati nurani kita dibimbing. Kita lebih ingin mengetahui apa
yang dikerjakan di sorga daripada apa yang perlu kita lakukan
untuk sampai ke sana. Mudah saja untuk mengamati keke-
liruan itu di dalam percakapan orang-orang Kristen. Biasanya,
percakapan yang jelas dan membangun itu justru cepat-cepat
terhenti dan tidak lagi diperbincangkan, sedangkan perkara
yang menimbulkan keraguan dan pertentangan malah terus
diperdebatkan tanpa henti-henti.
2. Jawaban Kristus penuh dengan petunjuk dan pengarahan. Dia
tidak memuaskan keingintahuan Petrus dengan kisah khusus
mengenai dunia yang hendak Ia tuju itu, ataupun memberi-
tahukan mengenai kemuliaan dan sukacita yang akan diper-
oleh-Nya secara terperinci seperti yang telah Ia katakan me-
ngenai penderitaan-Nya, melainkan mengulangi apa yang
sebelumnya telah Ia katakan (ay. 36): Cukuplah jawaban-Ku
976
ini, Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku
sekarang, namun kelak engkau akan mengikuti Aku.
(1) Kita dapat memahami pernyataan itu bahwa Petrus men-
coba mengikuti-Nya menuju salib: “Engkau belum memiliki
iman dan tekad yang cukup kuat untuk ikut minum dari
cawanku.” Hal ini memang terbukti melalui sikap penge-
cutnya sewaktu Kristus tengah menderita. sebab alasan
inilah Kristus menjaga keselamatan murid-murid-Nya se-
waktu Dia ditangkap. Biarkanlah mereka ini pergi, sebab
mereka belum sanggup untuk mengikuti-Nya saat ini. Kris-
tus tahu betul bagaimana murid-murid-Nya itu, dan Ia
tidak akan membebankan mereka dengan pekerjaan dan
kesukaran yang tidak pantas bagi mereka. Hari itu tidak
akan tiba sebelum kekuatan itu ada. Sekalipun Petrus su-
dah ditakdirkan untuk mati syahid, ia tetap belum sanggup
mengikuti Kristus pada saat itu, sebab ia belum betul-betul
bertumbuh sepenuhnya. Akan namun , kelak ia akan meng-
ikuti Kristus, bahkan akhirnya akan disalibkan juga seperti
Gurunya sendiri. Janganlah seorang pun mengira bahwa
dia tidak akan pernah menderita hanya sebab dia berhasil
menghindari penderitaan pada masa kini. Jika kita berhasil
mengelak dari salib satu kali, kita tidak boleh menyimpul-
kan bahwa kita tidak akan pernah harus menanggung salib
itu. Mungkin saja kita justru sedang diperuntukkan meng-
hadapi salib yang lebih besar dari yang pernah kita lihat.
(2) Perkataan Kristus itu bisa juga dipahami sebagai niat
Petrus untuk mengikuti-Nya menuju mahkota-Nya. Kristus
kini hendak pergi menuju kemuliaan-Nya, dan Petrus ingin
sekali pergi bersama-Nya: “Tidak,” kata Kristus, “engkau
tidak dapat mengikuti Aku sekarang, engkau belum cukup
matang untuk masuk sorga, dan juga belum menyelesaikan
tugasmu di bumi ini. Sang perintis harus terlebih dahulu
pergi ke sorga untuk menyiapkan sebuah tempat bagimu,
sedangkan engkau sendiri baru dapat mengikuti-Ku nanti
kemudian, sesudah engkau memenangkan pertempuranmu
dan pada waktu yang telah ditentukan.” Perhatikan, orang-
orang percaya tidak boleh berharap untuk segera dipermu-
liakan sesudah mereka menerima panggilan mereka, sebab
Injil Yohanes 13:36-38
977
masih ada padang gurun terbentang di antara Laut Merah
dan Kanaan.
II. Keyakinan diri Petrus dan teguran yang didapatnya sebab itu.
1. Dengan berani Petrus menunjukkan keberatannya sebab
gigih dengan keinginannya. Dia tidak puas bila ditinggalkan,
dan bertanya, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti
Engkau sekarang? Apakah Engkau meragukan ketulusan dan
tekadku? Aku berjanji pada-Mu, jika perlu, bahkan aku akan
memberi nyawaku bagi-Mu.” Sebagian orang berpikir
bahwa Petrus mempunyai dugaan, seperti orang-orang Yahudi
dalam perkara yang serupa (7:35), bahwa Kristus berencana
melakukan perjalanan ke sebuah daerah yang jauh, dan bah-
wa dia menyatakan kebulatan tekadnya untuk menyertai Dia
ke mana pun Ia pergi. Akan namun , sesudah begitu seringnya
mendengar Gurunya berkata-kata mengenai penderitaan-Nya,
seharusnyalah Petrus paham betul bahwa yang Ia maksudkan
yaitu pergi jauh melalui kematian-Nya. Dan Petrus pun
memiliki tekad seperti Tomas, yaitu bahwa ia hendak pergi dan
mati bersama-sama dengan-Nya. Ia lebih baik mati bersama-
Nya daripada hidup tanpa-Nya.
Lihatlah di sini:
(1) Betapa dalamnya rasa sayang Petrus terhadap Tuhan kita
Yesus: “Aku akan memberi nyawaku bagi-Mu, dan ha-
nya itu saja yang bisa kulakukan.” Saya yakin Petrus be-
nar-benar mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Mes-
kipun tidak panjang pikiran, ia sungguh tulus dengan te-
kadnya itu. Perhatikan, kita harus mengasihi Kristus lebih
daripada nyawa kita sendiri. Dengan demikian, kita harus
rela menyerahkan nyawa kita bagi-Nya bila kita memang
dipanggil untuk melakukan itu (Kis. 20:24).
(2) Betapa tersinggungnya Petrus dengan jawaban Kristus itu,
seperti tampak dalam pertanyaannya yang mendesak itu,
“Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau seka-
rang? Apakah Engkau meragukan kesetiaanku pada-Mu?”
(1Sam. 29:8). Perhatikan, memang menyakitkan sekali bila
ketulusan kasih sejati dipertanyakan (Yoh. 21:17). Kristus
memang telah berkata bahwa salah satu di antara mereka
978
yaitu Iblis, namun orang itu telah ketahuan dan telah
pergi, dan sebab itulah Petrus mengira bahwa sekarang ia
boleh saja berbicara dengan penuh keyakinan mengenai
ketulusannya sendiri: “Tuhan, tekadku sudah bulat, aku
tidak akan pernah meninggalkan-Mu. Jadi, mengapa aku
tidak dapat mengikuti Engkau?” Kita cenderung berpikir
bahwa kita mampu melakukan segalanya sehingga kita
tidak bisa terima sewaktu diberi tahu bahwa kita tidak bisa
melakukan ini dan itu, padahal tanpa Kristus, kita tidak
akan dapat melakukan apa-apa.
2. Secara mengejutkan Kristus justru menubuatkan ketidaksetia-
an Petrus (ay. 38). Yesus Kristus mengenal kita lebih baik dari-
pada kita sendiri, dan Ia memiliki banyak cara untuk membe-
berkan hal itu kepada orang-orang yang Ia kasihi, yang tidak
ingin dilihat-Nya menjadi besar kepala.
(1) Dia mencela Petrus dengan mengulangi kalimatnya itu:
Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Saya pikir, sepertinya
Yesus mengatakan itu sambil tersenyum: “Petrus, janji-
janjimu terlalu tinggi, terlalu muluk untuk dapat dipercaya.
Engkau tidak sadar, betapa beratnya menyerahkan nyawa-
mu sendiri itu, betapa beratnya untuk mati, tidak semudah
mengatakannya.” Dengan berkata seperti itu, Kristus mem-
buat Petrus merenungkan kembali perkataannya, bukan
supaya dia menarik kembali tekadnya itu atau undur diri
dari padanya, namun supaya ia menambahkan satu syarat
lagi ke dalamnya, “Tuhan, dengan anugerah-Mu yang me-
mampukan aku, aku akan menyerahkan nyawaku bagimu.”
“Beranikah engkau mati bagiku, padahal berjalan di air
saja engkau sudah gemetar? Waktu mendengar tentang
penderitaan itu saja, engkau sudah berteriak, Tuhan, kira-
nya Allah menjauhkan hal itu! Memang mudah mening-
galkan perahu dan jalamu untuk mengikut Aku, namun me-
nyerahkan nyawamu tidaklah semudah itu.” Gurunya saja
bergumul saat Ia harus melakukan itu, dan seorang murid
tidak lebih besar dari Tuannya. Perhatikan, hendaklah kita
malu dengan rasa percaya diri yang terlalu berlebihan. Da-
patkah buluh yang terkulai menganggap dirinya sekuat
Injil Yohanes 13:36-38
979
tiang, atau anak yang sakit-sakitan berupaya menjadi sang
juara? Betapa bodohnya aku bermulut besar seperti itu.
(2) Dengan terus terang Kristus menubuatkan sikap pengecut-
nya pada saat-saat yang genting. Untuk menghentikan
mulutnya yang menyombongkan diri itu, supaya jangan ia
mengulanginya lagi, “Oh pasti, Guru, aku bisa melakukan
itu,” dengan sunguh-sungguh Kristus menegaskan, “Se-
sungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berko-
kok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Ia tidak me-
nambahkan malam ini, sebab saat itu sepertinya baru dua
hari sebelum Paskah, namun “Sebentar lagi engkau akan
menyangkalku tiga kali dalam satu malam saja, bahkan
hanya di antara jeda waktu kokokan yang pertama dan
ketiga saja. Sebelum ayam berkokok. Ayam itu tidak akan
lagi bersuara sampai engkau lagi dan lagi menyangkal Aku,
dan engkau melakukan itu melulu sebab rasa takutmu
terhadap penderitaan.” Suara kokok ayam itu disebutkan:
[1] Untuk menegaskan bahwa pencobaan yang akan mem-
buat Petrus jatuh itu akan terjadi pada malam hari,
yaitu waktu yang tidak dianggap akan datang pencoba-
an. Namun, pernubuatan Kristus itu merupakan se-
buah contoh dari kemahatahuan-Nya yang tidak pernah
salah.
[2] Suara kokok ayam itu dimaksudkan sebagai kesempat-
an bagi Petrus supaya ia bertobat, yang mungkin tidak
akan terjadi jika saja Kristus tidak lebih dulu memberi-
tahukan tanda ini. Kristus tidak saja bisa mengetahui
bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya sekalipun hal itu
baru dirancangkan dalam hati saja, namun juga Ia bisa
mengetahui bahwa Petrus akan menyangkal-Nya sekali-
pun hal itu sama sekali tidak direncanakan olehnya,
malah sebaliknya tanpa rencana apa pun. Dia tidak saja
mengetahui kejahatan para pendosa, namun juga menge-
nal kelemahan para orang kudus. Kristus memberi tahu
Petrus,
Pertama, bahwa dia akan menyangkal-Nya, menolak
dan bersikeras tidak mengenal-Nya: “Engkau bukan
saja tidak akan mampu untuk terus mengikuti-Ku, te-
980
tapi juga akan merasa malu mengakui bahwa engkau
memang telah benar-benar mengikuti-Ku.”
Kedua, bahwa dia tidak hanya akan melakukan hal
itu sekali saja sebab salah bicara, namun malah akan
mengulanginya sampai tiga kali. Hal itu memang benar-
benar terjadi. Biasanya kita beralasan bahwa nubuatan-
nubuatan Kitab Suci selalu diungkapkan secara samar-
samar dan secara kiasan, sebab jika nubuatan-nubut-
an itu secara jelas menggambarkan peristiwa yang akan
terjadi itu, maka penggenapannya akan dikatakan ter-
jadi sebab takdir dan ini tidak sejalan dengan kebebas-
an manusia. Akan namun , nubuatan yang mengenai pe-
nyangkalan Petrus terhadap Kristus ini dinyatakan
secara jelas, namun ini tidak berarti menakdirkan
Petrus demikian, dan juga tidak berarti bahwa Kristus
ikut membantu dosa yang akan dilakukan Petrus itu.
Kita bisa bayangkan betapa pemberitahuan itu lang-
sung mematikan rasa percaya diri Petrus akan kebe-
ranian hatinya. Pemberitahuan ini membuat dia tidak
dapat membantah lagi, sebab kalau tidak, dia akan
menjawab seperti Hazael: namun apakah hambamu ini,
yang tidak lain dari anjing saja? Mau tidak mau, semua
ini membuatnya sangat kebingungan. Perhatikan, bia-
sanya yang paling aman justru orang yang sangat
rawan keadaannya. Yang akan terbukti secara memalu-
kan sebagai yang sangat lemah yaitu mereka yang se-
cara meyakinkan menganggap diri sangat kuat (1Kor.
10:12).
PASAL 14
asal ini merupakan kelanjutan percakapan Kristus dengan mu-
rid-murid-Nya sesudah mengadakan Perjamuan Malam. sesudah Ia
menyatakan kesalahan Yudas dan melepasnya, Ia menghibur murid-
murid yang lain yang dipenuhi kesedihan sebab apa yang dikata-
kan-Nya perihal kepergian-Nya. Di sini Ia menyampaikan banyak per-
kataan baik dan menghibur kepada mereka. Percakapan itu diselingi
tanya jawab. Sama seperti Petrus di pasal sebelumnya, begitu pula
Tomas, Filipus, dan Yudas di sini mengemukakan pendapat mereka
atas perkataan-Nya, sesuai kebebasan yang berkenan diberikan-Nya
kepada mereka. Percakapan yang bebas sama mendidiknya dengan
khotbah-khotbah yang khidmat, bahkan lebih mengena. Maksud
umum pasal ini ada dalam ayat pertama, yaitu untuk mengha-
pus kegelisahan dari hati mereka. Nah, untuk itu, mereka harus per-
caya dan merenungkan:
I. Sorga sebagai peristirahatan abadi mereka (ay. 2-3).
II. Kristus sendiri sebagai jalan mereka (ay. 4-11).
III. Kuasa besar yang akan mereka miliki, melalui kekuatan
doa-doa mereka (ay. 12-14).
IV. Datangnya Sang Penghibur yang lain (ay. 15-17).
V. Persekutuan dan persatuan yang akan terjalin di antara Dia
dan mereka sesudah kepergian-Nya (ay. 18-24).
VI. Pengajaran yang akan diberikan Roh Kudus kepada mereka
(ay. 25-26).
VII. Damai sejahtera yang ditinggalkan Kristus bagi mereka (ay.
27).
VIII. Sukacita Kristus sendiri atas kepergian-Nya (ay. 28-31).
P
982
Semua yang dikatakan-Nya kepada mereka ini dimaksudkan sebagai
penghiburan bagi semua pengikut-Nya yang setia.
Kata-kata Penghiburan Kristus
(14:1-3)
1 “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga ke-
pada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menye-
diakan tempat bagimu. 3 Dan jika Aku telah pergi ke situ dan telah me-
nyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke
tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”
Di dalam ayat-ayat ini kita mendapati:
I. Peringatan umum yang diberikan Kristus kepada murid-murid-
Nya mengenai hati yang gelisah (ay. 1): Janganlah gelisah hatimu.
Sekarang mereka mulai merasa gelisah dan masuk ke dalam pen-
cobaan ini.
Sekarang, mari kita lihat:
1. Bagaimana Kristus memperhatikan keadaan mereka itu.
Mungkin ini terlihat dari wajah mereka. Dikatakan (13:22),
bahwa murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain
dengan cemas dan khawatir, sementara Kristus memandang
mereka semua dan mengamati hal itu. Setidaknya, hal ini jelas
bagi Tuhan Yesus, yang mengenal semua kesedihan kita yang
tersembunyi, luka-luka batin yang menganga. Ia bukan saja
tahu betapa menderitanya kita, namun juga betapa sedihnya
kita sebab penderitaan kita, dan betapa beratnya beban itu
menindih hati kita. Ia memperhatikan semua kesusahan yang
dialami umat-Nya, yang sewaktu-waktu dapat menenggelam-
kan mereka dalam kesedihan. Ia mengenal jiwa kita dalam
kesesakan. Sekarang banyak hal menyusahkan murid-murid.
(1) Kristus baru saja memberitahukan kepada mereka perihal
perlakuan tidak baik yang akan diterima-Nya dari beberapa
di antara mereka, dan hal ini meresahkan mereka semua.
Tidak diragukan lagi bahwa Petrus tampak sangat sedih
mendengar perkataan Kristus kepadanya. Semua murid
yang lain merasa kasihan terhadapnya dan juga mengkha-
watirkan diri sendiri, sebab tidak tahu giliran siapa beri-
Injil Yohanes 14:1-3
983
kutnya yang akan dikatakan mengenai keburukannya atau
sesuatu yang akan diperbuatnya. Mengenai hal ini, Kristus
menghibur mereka. Walaupun rasa iri yang saleh mengenai
keadaan diri sendiri sangat berguna untuk membuat kita
tetap rendah hati dan berhati-hati, namun hal ini jangan-
lah sampai memadamkan semangat dan mengurangi suka-
cita kudus kita.
(2) Ia baru memberi tahu mereka bahwa Ia akan meninggalkan
mereka. Bukan sekadar pergi, melainkan pergi dalam awan
penderitaan. Tidak lama lagi mereka harus mendengar ba-
gaimana Ia dihujani caci maki, dan semua ini akan menjadi
seperti tikaman maut ke dalam tulang mereka. Mereka ha-
rus melihat Dia disiksa dengan kejam sampai mati dan ini
pun bagaikan pedang yang menikam menembus jiwa mere-
ka, sebab mereka mengasihi Dia, memilih Dia, dan telah
meninggalkan segalanya untuk mengikut Dia. Bila kita se-
karang melihat Kristus ditikam, tidak bisa tidak kita pasti
akan meratapi dan menangisi dia dengan pedih, meskipun
kita melihat hasil akhir dan buah-buahnya yang agung.
Bagi mereka yang belum dapat melihat lebih jauh, peris-
tiwa itu tentunya jauh lebih menyedihkan. Jika orang-
orang yang demikian sampai ditinggalkan Kristus, maka:
[1] Mereka akan merasa sangat malu dan kecewa, sebab
mereka memandang Dia inilah yang akan membebas-
kan Israel, yang akan menegakkan kerajaan-Nya dalam
kuasa dan kemuliaan duniawi. sebab mengharapkan
hal inilah mereka merasa kehilangan segalanya untuk
mengikut Dia. sebab itu, bila Ia sekarang meninggal-
kan dunia ini dalam keadaan yang sama melarat dan
miskinnya seperti yang selama ini Ia jalani, ini berarti
mereka telah kalah.
[2] Mereka akan merasa sedih sebab ditinggalkan dan ti-
dak mempunyai pelindung. Melalui pengalaman, mere-
ka tahu betapa sedikitnya pengetahuan mereka dalam
keadaan terjepit, bahwa mereka tidak dapat mengandal-
kan apa pun, dan pasti akan hancur serta dilindas jika
mereka berpisah dengan Guru mereka. Sekarang, ber-
kenaan dengan semua hal ini, Janganlah gelisah hati-
984
mu. Di sini ada tiga kata, dan masing-masing sa-
ngat besar artinya.
Pertama, kata gelisah, mē tarassesthō. Jangan men-
jadi demikian gelisah hingga bertindak terburu-buru
dan kacau, seperti laut yang berombak-ombak sebab
tidak dapat tetap tenang. Ia bukan berkata, “Janganlah
hatimu memikirkan dukacita atau menjadi sedih sebab
hal-hal itu,” melainkan “Jangan merasa terganggu dan
gusar, janganlah tertekan dan gelisah” (Mzm. 42:6).
Kedua, kata hati: “Sekalipun seluruh bangsa dan
kota merasa gelisah, sekalipun keluarga dan kawanan-
mu gelisah, janganlah gelisah hatimu. Pertahankan jiwa-
mu sendiri bilamana tidak ada lagi yang bisa kamu per-
tahankan.” Hati yaitu benteng utama. Apa pun yang
kamu lakukan, jauhkan kegelisahan dari hatimu itu, la-
kukan ini dengan gigih. Roh harus tahan terhadap kele-
mahan. Oleh sebab itu, jagalah supaya hatimu tidak
terganggu.
Ketiga, katamu: “Kamu yang yaitu murid-murid
dan pengikut-pengikut-Ku, orang-orang yang telah Ku-
tebus, terpilih, dan dikuduskan, sedalam apa pun orang
lain tenggelam di dalam kesedihan masa sekarang, ja-
nganlah kamu seperti mereka, sebab kamu mengetahui
lebih baik. Biarlah orang-orang yang berdosa di Sion ge-
metar, namun biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja
mereka.” Mengenai hal ini murid-murid Kristus harus-
lah melakukan lebih daripada orang lain. Mereka harus
menenangkan pikiran, saat segala sesuatu di sekeli-
ling mereka kacau balau.
2. Obat yang diberikan-Nya untuk pikiran yang gelisah, yang dili-
hat-Nya telah menghinggapi mereka. Secara umum, percaya-
lah – pisteuete.
(1) Perintah itu diberikan dua kali, “Percayalah kepada Allah,
dan kepada kesempurnaan dan pemeliharaan-Nya, perca-
yalah juga kepada-Ku dan pengantaraan-Ku. Landaskan
kepercayaanmu di atas asas-asas agama alamiah pada
umumnya: bahwa ada Allah, yang Mahakudus, penuh hik-
mat dan kuasa, serta baik. Bahwa Dialah penguasa dunia
Injil Yohanes 14:1-3
985
dan berdaulat atas semua kejadian. Hiburkanlah dirimu
dengan pengajaran-pengajaran khusus yang telah Kuajar-
kan kepadamu itu.” Namun,
(2) Kita membaca bahwa perintah yang pertama tadi merupa-
kan pengakuan bahwa mereka sudah percaya kepada
Allah, dan untuk itu Ia memuji mereka: “Namun, jika kamu
hendak berhasil dalam menghadapi masa yang sulit, per-
cayalah juga kepada-Ku.” Melalui Kristus, kita dibawa ma-
suk ke dalam kovenan dengan Allah, dan mendapat bagian
dalam berkat dan janji-Nya. Tanpa Dia, orang-orang ber-
dosa seperti kita ini pastilah sudah kehilangan segala ha-
rapan untuk mengalami semuanya ini. Namun, dengan
percaya kepada Kristus sebagai Pengantara di antara Allah
dan manusia, kepercayaan kita kepada Allah akan menda-
tangkan penghiburan bagi kita. Inilah kehendak Allah, su-
paya semua orang mengormati Anak sama seperti mereka
menghormati Bapa, dengan percaya kepada Anak itu, sama
seperti mereka percaya kepada Bapa. Orang-orang yang
percaya kepada Allah dengan benar, akan percaya kepada
Yesus Kristus, yang telah diperkenalkan-Nya kepada mere-
ka. Percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus merupakan
sarana yang luar biasa baik untuk menjauhkan kegelisah-
an dari hati. Sukacita iman merupakan obat terbaik guna
melawan perasaan sedih. Itu obat yang terhubung dengan
sebuah janji. Orang benar akan hidup oleh iman. Itu obat
yang terbukti baik. Sesungguhnya, aku percaya akan meli-
hat kebaikan TUHAN.
II. Di sini ada petunjuk khusus untuk bertindak dengan iman
akan janji hidup kekal (ay. 2-3). Ia telah mengarahkan mereka
agar memercayakan diri kepada Allah dan juga kepada-Nya. Na-
mun, untuk apakah mereka harus memercayakan diri kepada
Allah dan Kristus? Memercayakan diri demi kebahagiaan yang
akan datang saat tubuh dan dunia ini sudah berlalu, dan demi
kebahagiaan yang terus berlangsung selama jiwa dan dunia abadi
itu tetap ada. Sekarang, hal ini ditawarkan sebagai pembangkit
semangat di tengah masa sekarang yang penuh kegelisahan ini,
bahwa ada kebahagiaan sorga yang sangat sesuai dan sanggup
memenuhi harapan manusia dengan sangat mengagumkan.
986
Orang-orang kudus membangkitkan semangat mereka sendiri
dengan hal ini di tengah masa kesukaran yang paling dahsyat,
bahwa sorga akan membayar ganti rugi bagi semua orang.
Marilah kita lihat bagaimana hal ini disiratkan di sini:
1. Percayalah dan pikirkanlah bahwa benar-benar ada keba-
hagiaan semacam itu: Di rumah Bapa-Ku banyak tempat ting-
gal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu
(ay. 2).
(1) Lihatlah dalam bentuk apa kebahagiaan sorgawi digambar-
kan di sini: sebagai tempat tinggal, banyak tempat tinggal
di rumah Bapa-Nya.
[1] Sorga yaitu rumah, bukan kemah atau tempat berte-
duh sementara. Itu yaitu suatu tempat kediaman yang
kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
[2] Sorga yaitu rumah Bapa: rumah Bapa-Ku. Dan, Bapa-
Nya yaitu Bapa kita, yang kepada-Nyalah Ia kini naik,
supaya melalui hak kesulungan-Nya semua orang per-
caya akan disambut ke dalam kebahagiaan yang men-
jadi tempat tinggal mereka. Ini yaitu rumah Raja di
atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan, yang
berdiam di dalam terang dan menempati kekekalan.
[3] Di sana ada banyak tempat tinggal. Pertama, tem-
pat tinggal yang berbeda-beda, sebuah untuk setiap
orang. Mungkin ini secara tidak langsung menunjuk
pada kamar-kamar para imam yang ada di Bait Suci. Di
sorga ada tempat-tempat tinggal bagi orang-orang
kudus tertentu. Meskipun semuanya nanti akan tengge-
lam di dalam Allah, di sana kepribadian kita tidak akan
lenyap. Setiap orang Israel mendapatkan bagian ma-
sing-masing di Kanaan, dan bagi setiap tua-tua tersedia
sebuah takhta (Why. 4:4). Kedua, tempat tinggal yang
tahan lama. Monai, dari kata mneiō, maneo, tempat ke-
diaman. Rumah itu sendiri bersifat abadi. Tempat ke-
diaman kita di dalamnya bukan sekadar untuk sekian
tahun, melainkan untuk selamanya. Di dunia, kita ba-
gaikan tinggal di penginapan, sedangkan di sorga kita
akan bertempat tinggal secara menetap. Para murid te-
lah meninggalkan rumah mereka untuk mengikut Kris-
Injil Yohanes 14:1-3
987
tus yang tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya, namun tempat tinggal mereka di sorga akan
menjadi ganti rugi bagi mereka.
[4] Di sorga ada banyak tempat tinggal, sebab ada
banyak anak Allah yang akan dibawa kepada kemulia-
an, dan Kristus tahu jumlah mereka dengan tepat. Dia
tidak akan kekurangan tempat sebab kedatangan
tamu yang lebih banyak daripada perkiraan-Nya. Ia te-
lah mengatakan kepada Petrus bahwa ia akan mengikut
Dia (13:36), namun murid-murid yang lain pun tidak
perlu khawatir, sebab di sorga ada tempat tinggal
bagi mereka semua, yakni Rehobot (Kej. 26:22).
(2) Lihatlah betapa besar kepastian yang kita miliki tentang
nyatanya kebahagiaan itu sendiri, dan kesungguhan pena-
warannya kepada kita: “Jika tidak demikian, tentu Aku me-
ngatakannya kepadamu. Seandainya kamu telah menipu
diri sendiri saat meninggalkan mata pencarianmu dan
mempertaruhkan hidupmu bagi-Ku sebab mengharapkan
kebahagiaan masa depan yang belum tampak, Aku pasti
sudah menyadarkanmu.” Jaminan yang diberikan ini dida-
sarkan:
[1] Atas kebenaran perkataan-Nya. Dinyatakan secara ti-
dak langsung bahwa “Jika kebahagiaan yang berharga
semacam itu tidak ada dan tidak bisa diperoleh, Aku
tidak akan mengatakan sebaliknya kepadamu.”
[2] Atas ketulusan kasih-Nya pada mereka. Sama seperti
Dia benar dan tidak akan memperdayakan mereka, Dia
juga baik hati dan tidak akan membiarkan mereka di-
perdaya. Seandainya memang tidak ada tempat
tinggal semacam itu, atau tidak ada yang dibangun bagi
mereka yang telah meninggalkan segalanya demi meng-
ikut Dia, Kristus pasti telah memberi tahu mereka ten-
tang kekeliruan itu pada waktunya, supaya mereka
sempat kembali ke kehidupan dunia dengan cara yang
terhormat dan memanfaatkan kesempatan itu sebaik-
baiknya. Perhatikanlah, kasih sayang Kristus pada kita
merupakan dorongan agar kita menaruh pengharapan
pada-Nya. Ia terlampau mengasihi dan bermaksud baik
988
pada kita, sehingga Ia tidak akan tega mengecewakan
pengharapan yang telah dipupuk-Nya sendiri, atau un-
tuk meninggalkan orang-orang yang paling setia men-
jadi orang-orang yang paling sengsara.
2. Percayalah dan pikirkanlah bahwa tujuan Kristus pergi yaitu
untuk menyediakan tempat di sorga bagi murid-murid-Nya.
“Kamu bersedih memikirkan kepergian-Ku, padahal Aku pergi
untuk melaksanakan tugas demi kamu, untuk masuk sebagai
Perintis bagimu.” Ia pergi untuk mempersiapkan tempat tinggal
bagi kita.
Artinya:
(1) Mengambilkannya bagi kita, sebagai pembela atau peng-
acara kita, sehingga dengan demikian menjamin hak kepe-
milikan kita yang tidak dapat dibatalkan. Hak kepemilikan
itu telah diserahkan kepada Kristus untuk digunakan dan
demi kepentingan semua orang yang percaya kepada-Nya.
(2) Untuk menyediakan segala sesuatu bagi kita sebagai saha-
bat dan bapa kita. Kebahagiaan sorgawi, meskipun telah
dipersiapkan sebelum dunia dijadikan, masih harus dise-
suaikan lebih lanjut bagi manusia yang telah jatuh. sebab
hal ini sangat bergantung pada kehadiran Kristus di sana,
itulah sebabnya Ia perlu pergi ke situ terlebih dulu, untuk
memasuki kemuliaan yang akan menjadi bagian murid-
murid-Nya juga. Sorga akan menjadi tempat yang belum
siap bagi orang Kristen seandainya Kristus tidak berada di
sana. Ia pergi untuk mempersiapkan meja bagi mereka,
mempersiapkan takhta bagi mereka (Luk. 22:30). Demi-
kianlah Kristus menyatakan layaknya kebahagiaan Sorga
bagi orang-orang kudus, yang untuknya semuanya itu di-
persiapkan.
3. Percayalah dan pikirkan bahwa oleh sebab itulah Ia pasti akan
datang kembali pada waktunya nanti, untuk menjemput mere-
ka ke tempat yang sekarang akan diambil-Nya sebagai milik-
Nya dan disiapkan bagi mereka (ay. 3.): “Dan jika Aku telah
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu, jika ini
merupakan tujuan perjalanan-Ku, kamu boleh merasa yakin,
bahwa bila segala sesuatu sudah siap, Aku akan datang kem-
bali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya kamu akan
Injil Yohanes 14:1-3
989
mengikut Aku sesudah ini, supaya di tempat di mana Aku ber-
ada, kamu pun berada.” Ini sungguh merupakan kata-kata
penghiburan.
(1) Bahwa Yesus akan datang kembali, erchomai – Aku benar-
benar datang, yang menyatakan kepastian bahwa Ia akan
datang dan bahwa setiap hari pun Ia datang. Kita berkata,
Kita datang, jika kita sedang sibuk mempersiapkan ke-
datangan kita. Begitu pula halnya dengan Dia. Segala se-
suatu yang dilakukan-Nya merujuk pada kedatangan-Nya
yang kedua. Perhatikan, percaya akan kedatangan-Nya
yang kedua yang sudah dipastikan oleh-Nya, merupakan
penangkal yang ampuh terhadap kegelisahan hati (Flp. 4:5;
Yak. 5:8).
(2) Bahwa Ia akan datang kembali untuk menyambut sendiri
semua pengikut-Nya yang setia. Pada saat kematian-Nya,
Ia sendiri meminta dan mengumpulkan mereka satu per
satu. Namun, mereka baru akan muncul bersama-sama di
depan umum dengan khidmat pada akhir zaman, dan sete-
lah itu Kristus sendiri akan datang menyambut mereka,
untuk memimpin mereka dalam kelimpahan anugerah-Nya,
dan menyambut mereka dalam kelimpahan kasih-Nya sam-
bil menyatakan rasa hormat dan kasih tertinggi yang bisa
dibayangkan. Kedatangan Kristus dimaksudkan bagi ter-
himpunnya kita dengan Dia (2Tes. 2:1).
(3) Supaya di tempat di mana Ia berada, mereka pun berada.
Hal ini menyiratkan hal yang juga disebutkan banyak ayat
lainnya, bahwa inti kebahagiaan Sorga yaitu berada ber-
sama Kristus di sana (17:24; Flp. 1:23; 1Tes. 4:17). Kristus
menyebutkan keberadaan-Nya di sana di masa sekarang,
supaya di tempat di mana Aku berada, di mana Aku berada
sebentar lagi, di mana Aku berada untuk selamanya, di
situ pun kamu akan berada tidak lama lagi, di situ pun
kamu akan berada untuk selamanya. Bukan saja di situ, di
tempat yang sama, namun juga di sini, dalam keadaan yang
sama. Bukan sekadar sebagai penonton kemuliaan-Nya se-
perti ketiga murid di atas gunung, namun turut mengambil
bagian di dalamnya.
(4) Bahwa penghiburan ini bisa disimpulkan dari kepergian-
Nya untuk menyediakan tempat bagi kita, sebab segala
990
persiapan-Nya itu tidaklah akan sia-sia. Ia tidak akan
membangun dan memperlengkapi tempat tinggal, lalu
membiarkannya kosong tanpa penghuni. Dia akan menye-
lesaikan apa yang telah dimulai-Nya. Jika Ia telah memper-
siapkan tempat bagi kita, Ia akan mempersiapkan kita juga
untuk menempatinya, dan pada waktunya nanti kita akan
memilikinya. Mengingat bahwa kebangkitan Kristus meru-
pakan kepastian bagi kebangkitan kita, demikian juga hal-
nya dengan kenaikan, kemenangan, dan kemuliaan-Nya
menjadi kepastian kita.
Kata-kata Penghiburan Kristus
(14:4-11)
4 Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” 5 Kata Tomas kepada-
Nya: “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami
tahu jalan ke situ?” 6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak me-
lalui Aku. 7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-
Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” 8 Kata
Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah
cukup bagi kami.” 9 Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-
sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah
melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkan-
lah Bapa itu kepada kami. 10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam
Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku
katakan dari diri-Ku sendiri, namun Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah
yang melakukan pekerjaan-Nya. 11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di da-
lam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah sebab
pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
sesudah menyatakan kebahagiaan sorga yang akan mereka terima
pada akhirnya nanti, di sini Kristus menunjukkan kepada mereka
bahwa Dia sendirilah jalan menuju kebahagiaan itu. Dia juga menga-
takan bahwa mereka sebenarnya sudah mengenal akhir yang harus
menjadi tujuan mereka dan juga bagaimana mereka harus menjalani-
nya, lebih daripada yang mereka duga: Kamu tahu.
Maksudnya:
1. “Kamu bisa mengetahui jalan itu. Ini bukanlah hal-hal yang ter-
sembunyi yang bu