Tampilkan postingan dengan label yohanes 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yohanes 6. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 6


 s, dan bagian-bagian seterusnya sampai akhir pa-

sal empat belas merupakan percakapan Kristus dengan murid-murid-

Nya di meja makan perjamuan itu. Saat perjamuan makan itu sele-

sai, Yudas pun pergi. namun , apakah yang dilakukan Sang Guru ber-

sama kesebelas murid yang masih ada di meja itu? Mereka ber-

bincang-bincang tentang hal-hal yang bermanfaat, untuk mengajari 

kita supaya mempergunakan kesempatan di meja makan dengan 

sebaik-baiknya untuk bercakap-cakap dengan para sahabat kita 

mengenai hal-hal yang rohani. Kristus memulai perbincangan mereka 

itu. Semakin kita bergiat untuk memperbincangkan hal-hal yang baik 

dan dengan tujuan untuk membangun, maka kita akan semakin 

serupa dengan Yesus Kristus. Orang-orang, terutama yang didengar 


 964

orang banyak oleh sebab  kedudukan, nama baik dan karunia dan 

kepemimpinan mereka, haruslah memakai kelebihan mereka itu 

sebagai kesempatan untuk berbuat baik bagi orang lain. Nah, Tuhan 

kita Yesus memperbincangkan hal-hal berikut ini bersama para 

murid-Nya (dan mungkin perbincangan mereka itu jauh lebih luas 

daripada yang dicatat di sini):  

I.  Mengenai rahasia besar dari kematian dan penderitaan-Nya yang 

belum dapat mereka pahami saat itu. Memikirkannya saja mereka 

tidak sampai hati, apalagi memahami maknanya. sebab  itulah 

Kristus memberi mereka penjelasan mengenai hal itu supaya salib 

tidak menjadi batu sandungan lagi. Kristus tidak membuka 

percakapan ini sampai Yudas telah pergi, sebab Yudas yaitu  

seorang saudara yang palsu. Kehadiran orang jahat biasanya 

menghalangi percakapan yang membangun. Saat Yudas sudah 

pergi, Kristus pun berkata, “Sekarang Anak Manusia dipermulia-

kan.” sebab  kepalsuan Yudas telah terbongkar dan ia, yang 

menjadi noda dalam perjamuan kasih mereka dan membawa aib 

dalam keluarga mereka, sudah menyingkir, maka sekarang Anak 

Manusia dipermuliakan. Perhatikan, Kristus dipermuliakan saat 

perkumpulan orang Kristen dimurnikan: kebejatan dalam gereja-

Nya merupakan kehinaan bagi-Nya sehingga pembersihan kebe-

jatan itu akan menghapuskan hinaan tadi. Atau lebih tepat lagi, 

sebab  kini Yudas sedang melaksanakan persekongkolan yang 

akan mengakibatkan kematian Kristus, dan hal itu akan terjadi 

dengan segera, maka sekarang Anak Manusia dipermuliakan, yang 

artinya, sekarang Dia disalibkan.  

1. Inilah hal yang diajarkan Kristus mengenai penderitaan-Nya, 

yang amat menghiburkan.   

(1) Bahwa Dia akan dipermuliakan dalam penderitaan-Nya itu. 

Sekarang Anak Manusia akan diperhadapkan pada aib dan 

kebencian yang paling hebat, akan diperolok-olok dengan 

cara yang sekeji-kejinya, dan dipermalukan oleh sikap pe-

ngecut para sahabat-Nya sendiri dan kekurangajaran para 

musuh-Nya. Namun tetap saja sekarang Ia dipermuliakan, 

sebab: 

[1] Sekarang Ia akan memenangkan pertempuran melawan 

Iblis dan seluruh kuasa kegelapan, menghancurkan me-

Injil Yohanes 13:31-35 

 965 

reka dan berjaya atas mereka. Kini Ia sedang menyan-

dangkan pedang untuk bersiap menghadapi pertempur-

an melawan musuh Allah dan musuh manusia, dengan 

keyakinan besar seakan-akan Dia telah memenangkan 

pertempuran itu dan telah menanggalkan kembali pe-

dang-Nya itu. 

[2] Sekarang Ia akan mengerjakan keselamatan agung bagi 

umat-Nya, melalui kematian-Nya yang akan mendamai-

kan mereka dengan Allah, dan mendatangkan kebenar-

an dan kebahagiaan kekal bagi mereka. Ia hendak me-

numpahkan darah yang akan menjadi sumber sukacita 

dan berkat yang tidak ada habis-habisnya bagi semua 

orang percaya. 

[3] Kini Dia hendak memberi  sebuah teladan mulia me-

ngenai penyangkalan diri dan kesabaran dengan me-

nanggung salib. Dia hendak memberi  teladan mulia 

mengenai keberanian dan kebencian terhadap dunia ini, 

mengenai semangat dalam memuliakan Allah, dan ka-

sih terhadap jiwa-jiwa manusia. Semuanya ini akan 

membuat-Nya dipuja dan dihormati untuk selama-

lamanya. Kristus telah dipermuliakan melalui banyak 

mujizat yang Ia lakukan, namun  walaupun begitu, Dia 

membicarakan kemuliaan yang dialami-Nya saat ini 

dalam penderitaan-Nya, seakan-akan kemuliaan ini me-

lebihi segala kemuliaan lainnya yang telah Ia peroleh 

dalam keadaan-Nya yang miskin.  

(2) Bahwa Allah Bapa akan dipermuliakan di dalam penderita-

an itu. Penderitaan Kristus merupakan: 

[1] Pemenuhan persyaratan atas penghakiman Allah, untuk 

mendapatkan keadilan-Nya. Oleh sebab  itu Allah pun 

dipermuliakan di dalamnya. Dengan penderitaan itu ter-

jadilah pemulihan atas kesalahan yang telah dilakukan 

terhadap Dia, yaitu melalui dosa manusia yang menye-

rang kehormatan-Nya. Pemulihan itu mendatangkan ke-

untungan besar bagi manusia. Dengan demikian, segala 

tujuan hukum benar-benar tercapai dan kemuliaan pe-

merintahan Allah diteguhkan dengan berhasil guna dan 

dijaga. 


 966

[2] Semua penderitaan itu merupakan perwujudan dari ke-

kudusan dan belas kasihan Allah. Atribut atau sifat-

sifat Allah bersinar gemilang dalam penciptaan dan pe-

meliharaan-Nya, namun  lebih-lebih lagi melalui peker-

jaan penebusan (1Kor. 1:24; 2Kor. 4:6). Allah yaitu  ka-

sih, dan di sini Ia telah memperlihatkan kasih-Nya itu.   

(3) Bahwa Kristus sendiri akan sangat dipermuliakan sesudah  

penderitaan itu berlalu, sebab  Allah sendiri juga sungguh 

dipermuliakan di dalamnya (ay. 32). Perhatikan bagaimana 

Ia lebih menjelaskan hal itu. 

[1] Ia yakin bahwa Allah akan mempermuliakan-Nya, dan 

orang-orang yang dipermuliaan Allah sungguh benar-

benar mulia. Neraka dan dunia ini bersepakat untuk 

menghina-Nya, namun  Allah berketetapan untuk mem-

permuliakan Dia, dan Allah benar-benar melakukannya. 

Allah mempermuliakan Kristus dalam penderitaan-Nya 

dengan tanda-tanda dan keajaiban dahsyat yang me-

nyertainya, yang terjadi baik di langit maupun di bumi, 

sehingga bahkan dari mulut orang-orang yang menya-

libkan-Nya pun terlontar pengakuan bahwa Dia yaitu  

Anak Allah. namun  Allah mempermuliakan-Nya ter-

utama sesudah  penderitaan itu berlalu, yaitu saat Ia 

mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya dan mem-

beri-Nya nama di atas segala nama. 

[2] Bahwa Allah akan mempermuliakan Kristus dalam diri-

Nya sendiri – en heautō. Artinya bisa,  

Pertama, di dalam Kristus sendiri. Allah akan mem-

permuliakan-Nya di dalam diri-Nya sendiri dan tidak 

hanya dalam kerajaan-Nya di antara umat manusia. Hal 

ini mendasari kebangkitan-Nya yang cepat itu. Orang 

biasa mungkin dihormati sesudah  kematiannya, dalam 

kenangan akan dia atau melalui keturunannya, namun  

Kristus dihormati dalam diri-Nya sendiri. Atau,  

Kedua, dalam diri Allah sendiri. Allah akan memper-

muliakan Kristus bersama-sama dengan-Nya sebagai-

mana dijelaskan dalam pasal 17:5. Dia akan duduk ber-

sama Bapa di atas takhta-Nya (Why. 3:21). Inilah kemu-

liaan sejati. 

Injil Yohanes 13:31-35 

 967 

[3]  Bahwa Allah akan mempermuliakan-Nya dengan segera. 

Kristus mengarahkan pandangan-Nya kepada sukacita 

dan kemuliaan yang disediakan bagi Dia, yang bukan 

hanya dianggap-Nya sebagai sukacita dan kemuliaan 

yang agung, namun  juga sangat dekat dengan-Nya. Dan 

dukacita serta penderitaan-Nya pun singkat dan segera 

berlalu. Pelayanan-pelayanan baik yang dilakukan bagi 

para penguasa di dunia ini sering harus menunggu 

lama sebelum akhirnya mendapat imbalan, namun  Kris-

tus mendapatkan upah-Nya segera tanpa berlama-lama. 

Peristiwa kematian sampai kebangkitan-Nya terjadi ha-

nya selama empat puluh jam (atau kurang daripada 

itu), dan empat puluh hari sesudah  itu Ia terangkat ke 

sorga, sehingga dapat dikatakan bahwa Ia langsung di-

permuliakan (Mzm. 16:10). 

[4] Semua itu terjadi dengan pertimbangan bahwa Allah di-

permuliakan di dalam dan melalui penderitaan Kristus: 

Menyaksikan bahwa Allah dipermuliakan di dalam Dia, 

dan menerima penghormatan dari penderitaan-Nya, ma-

ka dengan cara yang serupa pula Allah akan memper-

muliakan Dia di dalam diri-Nya dan memberi-Nya ke-

hormatan.  

Perhatikan:  

Pertama, saat  Kristus ditinggikan, di sana ada 

penghargaan atas penghinaan yang telah diterima-Nya, 

dan imbalan sebab  Ia mau menanggung semua itu. Ka-

rena Ia telah merendahkan diri-Nya, maka Allah sangat 

meninggikan Dia. Jika Bapa mendapat keuntungan be-

sar melalui kematian Kristus, maka kita boleh merasa 

yakin bahwa Anak tidak akan kehilangan apa-apa di da-

lamnya. Lihatlah kovenan di antara mereka (Yes. 53:12).  

Kedua, orang-orang yang giat bekerja untuk kemu-

liaan Allah pasti akan mendapat kebahagiaan, sebab  

mereka juga akan dipermuliakan bersama-sama de-

ngan-Nya.  

2.  Inilah yang diajarkan Kristus kepada mereka berkaitan dengan 

penderitaan-Nya. Pengajaran-Nya ini mampu menggugah hati 

mereka yang tadinya begitu lambat untuk mengerti (ay. 33): 


 968

Hai anak-anak-Ku, hanya sesaat  saja lagi Aku ada bersama 

kamu, dst. Ada dua hal yang dianjurkan Kristus di sini, untuk 

mendorong murid-murid-Nya supaya mempergunakan kesem-

patan yang mereka miliki sekarang ini.  

Ada dua perkataan yang sungguh bermakna: 

(1) Bahwa masa tinggal-Nya di dunia ini, untuk bersama me-

reka di situ, hanya tinggal sebentar lagi. Anak-anak-Ku. 

Seruan-Nya ini lebih menonjolkan kelembutan dan belas 

kasihan-Nya daripada menyoroti kelemahan mereka. Dia 

berbicara kepada mereka dengan kasih sayang seorang 

ayah, sebab kini Ia akan segera meninggalkan mereka dan 

meninggalkan berkat-berkat-Nya untuk mereka. Jadi keta-

huilah, bahwa hanya sesaat  saja lagi Aku ada bersama 

kamu. Apakah kita memahami pernyataan itu sebagai pe-

tunjuk atas kematian ataukah kenaikan-Nya, maknanya 

tetap sama saja, yaitu hanya sedikit waktu yang tersisa 

bagi-Nya untuk bersama-sama dengan mereka, dan ka-

renanya: 

[1] Biarlah mereka mempergunakan kesempatan yang me-

reka punyai saat ini. Jika mereka memiliki pertanyaan 

bagus untuk diajukan, jika mereka membutuhkan nasi-

hat, arahan atau penghiburan,  biarlah mereka meng-

utarakannya segera, sebab hanya sesaat  saja lagi Aku 

ada bersama kamu. Kita harus memanfaatkan segala 

bantuan yang kita punya bagi jiwa kita selagi kita me-

milikinya, sebab kita tidak akan selalu memiliki itu. 

Bantuan itu pasti akan diambil dari kita, atau malah 

kita yang dipisahkan darinya. 

[2] Biarlah mereka tidak terlalu bergantung pada kehadir-

an-Nya secara fisik, seolah-olah kebahagiaan dan peng-

hiburan mereka hanya ada di dalam tubuh jasmani-

Nya. Tidak, mereka justru harus mulai berpikir untuk 

hidup tanpa kehadiran fisik Kristus. Mereka tidak boleh 

terus menjadi anak-anak, melainkan harus berjalan 

sendiri tanpa inang pengasuh. Cara dan sarana hanya 

ditujukan untuk sesaat  saja, dan bukan untuk dijadi-

kan andalan setiap waktu, melainkan untuk dimanfaat-

Injil Yohanes 13:31-35 

 969 

kan supaya kita dapat berdiri sendiri, sebab  itulah 

maksud tujuannya.  

(2) Mereka akan mendapati bahwa jalan untuk mengikuti-Nya 

ke dunia lain untuk bersama-sama dengan Dia di sana sa-

ngat sulit untuk ditempuh. Apa yang telah Ia katakan 

kepada orang Yahudi (7:34), Ia katakan pula kepada murid-

murid-Nya, sebab mereka juga harus diingatkan dengan 

pemikiran sama yang dipakai untuk menyadarkan dan 

menginsafkan para pendosa.  

Di sini Kristus memberi tahu mereka: 

[1] Bahwa mereka akan merasa kehilangan Dia saat Ia 

telah pergi nanti. Kamu akan mencari Aku, yang berarti 

“kamu akan berharap bahwa Aku ada bersama-sama 

dengan kamu lagi.” Kita sering kali belajar mengenai 

betapa berharganya belas kasihan itu justru saat kita 

tidak lagi menjumpainya. Meskipun kehadiran Sang 

Penghibur benar-benar menolong mereka dalam kese-

sakan dan kesusahan, namun  tidak sama rasanya de-

ngan kehadiran fisik Kristus bagi orang-orang yang te-

lah terbiasa ditemani oleh-Nya. namun  perhatikanlah, 

kepada orang-orang Yahudi, Kristus berkata, “Kamu 

akan mencari Aku, namun  tidak akan bertemu dengan 

Aku.” namun  kepada murid-murid-Nya Ia hanya berkata, 

“Kamu akan mencari Aku.” Hal ini menekankan bahwa 

meskipun mereka tidak akan menemukan hadirat jas-

mani-Nya seperti halnya orang-orang Yahudi itu, mere-

ka akan menemukan penggantinya yang setara, dan 

usaha mereka dalam mencari-Nya itu tidak akan sia-

sia. Saat mencari mayat-Nya dalam kubur, mereka ti-

dak menemukannya, namun begitu, tidak sia-sia mere-

ka mencari.  

[2]  Bahwa mereka tidak dapat pergi ke tempat yang Ia tuju, 

dan hal itu menimbulkan pendapat yang mulia di benak 

mereka mengenai Dia yang akan pergi menuju ke se-

buah dunia yang tidak dapat dimasuki dan tidak keli-

hatan, untuk berdiam di dalam terang yang tidak dapat 

didekati oleh siapa pun. Pada saat yang bersamaan, per-

kataan-Nya itu juga membuat mereka merasa betapa 


 970

rendahnya mereka, sehingga mereka perlu benar-benar 

merenungkan keadaan mereka di masa depan. Kristus 

memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat meng-

ikuti-Nya (sebagaimana Yosua memberi tahu orang-

orangnya bahwa mereka tidak dapat melayani Tuhan) 

hanya untuk memacu mereka supaya lebih giat dan 

lebih bersungguh-sungguh lagi. Mereka tidak dapat 

mengikuti-Nya sampai ke kayu salib, sebab mereka ti-

dak memiliki keberanian dan tekad yang cukup. Keti-

dakmampuan mereka itu terlihat saat mereka semua 

kabur meninggalkan Dia. Mereka juga tidak dapat 

mengikuti-Nya sampai ke mahkota-Nya, sebab mereka 

belum layak untuk itu, pekerjaan dan pertempuran 

mereka belum selesai.  

II.  Kristus memberi tahu mereka mengenai tugas agung untuk saling 

mengasihi (ay. 34-35): kamu harus saling mengasihi. Kini Yudas 

sudah pergi dan telah membuktikan bahwa dirinya yaitu  se-

orang saudara palsu, namun  mereka tidak boleh memendam ke-

dengkian dan kecurigaan satu sama lain, sebab hal itu akan men-

cemari kasih: meskipun ada seorang Yudas di antara mereka, 

namun  tidak semua dari mereka itu Yudas. sebab  sekarang api 

permusuhan orang-orang Yahudi terhadap Kristus dan para peng-

ikut-Nya semakin menjadi-jadi, mereka pun harus sadar bahwa 

mereka pun akan menghadapi perlakuan yang sama seperti yang 

diterima Guru mereka. sebab  itu, mereka harus mengandalkan 

kasih untuk saling menguatkan satu sama lain. Di sini ada tiga 

alasan yang ditekankan mengenai pentingnya saling mengasihi:   

1.  Perintah dari Guru mereka (ay. 34): Aku memberi  perintah 

baru kepada kamu. Kristus tidak hanya mengusulkan kasih 

sebagai hal yang baik dan menyenangkan, atau menasihatkan 

hal itu sebagai sesuatu yang luar biasa dan menguntungkan, 

melainkan juga menyatakannya sebagai sebuah perintah dan 

menjadikannya sebagai salah satu hukum dasar dalam keraja-

an-Nya. Hal ini selaras dengan perintah untuk percaya kepada 

Kristus (1Yoh. 3:23; 1Ptr. 1:22). Ini merupakan perintah dari 

Penguasa kita yang memiliki hak untuk mengatur kita dengan 

hukum-Nya. Ini juga merupakan perintah dari Sang Penebus 

kita, yang memberi  hukum ini  kepada kita untuk me-

Injil Yohanes 13:31-35 

 971 

nyembuhkan segala penyakit rohani kita, dan mempersiapkan 

kita untuk berkat yang kekal. Ini merupakan sebuah perintah 

baru, yang artinya, 

(1) Merupakan sebuah perintah yang diperbaharui. Ini yaitu  

sebuah perintah yang telah ada dari mulanya (1Yoh. 2:7), 

sama tuanya dengan hukum alam, dan merupakan perin-

tah agung kedua dari hukum (Taurat) Musa. Akan namun , 

sebab  perintah itu juga merupakan salah satu dari perin-

tah agung Perjanjian Baru, dari Kristus sebagai Sang Pem-

beri hukum yang baru, maka perintah itu disebut sebuah 

perintah yang baru. Perintah itu bagaikan sebuah buku 

lama yang diterbitkan kembali sesudah  diperbaiki dan diper-

luas. Perintah ini telah begitu dirusak oleh kebiasaan ge-

reja Yahudi sampai-sampai dapat disebut sebuah perintah 

baru saat Kristus menghidupkannya kembali dan mena-

ruhnya di dalam cahaya yang sejati. Hukum balas dendam 

telah begitu meluas, dan mementingkan diri sendiri telah 

menjadi sesuatu yang disanjung tinggi sehingga hukum ka-

sih terlupakan sebagai sesuatu yang telah usang dan ke-

tinggalan zaman. sebab  itulah, begitu keluar dalam ke-

adaan baru dari mulut Kristus, hukum itu pun terasa baru 

bagi semua orang. 

(2) Itu merupakan perintah yang luar biasa, seperti sebuah 

lagu baru yang terdengar merdu, sangat menyenangkan.  

(3) Perintah itu bersifat kekal, begitu baru dan akan selalu 

tetap begitu, sebagai perintah baru yang tidak akan pernah 

menjadi usang (Ibr. 8:13). Kasih akan selalu baru sampai 

selama-lamanya, bahkan saat iman dan pengharapan telah 

menjadi usang. 

(4) Sebagaimana Kristus memberi nya, perintah itu benar-

benar baru. Sebelumnya ada perintah yang berbunyi, Kasi-

hilah sesamamu manusia, namun  kini kamu harus menga-

sihi satu sama lain. Perintah itu ditekankan dengan cara 

yang lebih mendatangkan keuntungan bagi semua pihak, 

sebab  ditetapkan sebagai kewajiban yang harus dilakukan 

secara timbal balik oleh satu sama lain.  

2.  Teladan dari Juruselamat mereka merupakan sebuah alasan 

lain mengapa mereka harus saling mengasihi: sama seperti 


 972

Aku telah mengasihi kamu. Inilah yang menjadikannya sebuah 

perintah baru, yaitu bahwa aturan dan alasan untuk menga-

sihi (sama seperti Aku telah mengasihi kamu) benar-benar baru 

dan sebelumnya tersembunyi dari segala zaman dan angkatan.  

Pahamilah hal ini sebagai: 

(1)  Seluruh kasih Kristus yang telah ditunjukkan-Nya kepada 

murid-murid-Nya, yang telah mereka alami sendiri selama 

Dia ada bersama-sama dengan mereka. Dia selalu berbi-

cara lemah lembut dengan mereka, sepenuh hati peduli de-

ngan mereka, dan mengajari, menasihati, serta menghibur 

mereka demi kesejahteraan mereka sendiri. Dia juga ber-

doa dengan dan untuk mereka, membela mereka saat me-

reka dituduh macam-macam. Ia menanggung beban mere-

ka saat  mereka dijatuhkan, dan secara terang-terangan 

bahkan mengakui mereka lebih daripada ibu, saudara 

perempuan dan saudara laki-laki-Nya sendiri. Dia menegur 

mereka jika mereka keliru, namun  tetap bersabar terhadap 

kegagalan mereka, memaafkan mereka, selalu memikirkan 

yang terbaik yang dapat mereka lakukan, dan tidak pernah 

membesarkan kesalahan-kesalahan yang remeh. Demikian-

lah Ia telah mengasihi mereka. Bahkan, Dia baru saja 

membasuh kaki mereka. Jadi, begitulah mereka harus sa-

ling mengasihi dan terus mengasihi sampai pada kesudah-

annya. Atau, 

(2)  Hal itu dapat dipahami sebagai sebuah tindakan kasih 

yang istimewa kepada segenap murid-Nya, yang kini hen-

dak dilakukan-Nya sebentar lagi, yaitu dengan menyerah-

kan nyawa-Nya sendiri bagi mereka. Tidak ada kasih yang 

lebih besar dari pada itu (15:13). Bukankah Ia telah menga-

sihi kita semua dengan cara seperti itu? Maka dari itu, 

layaklah kalau kini Dia juga mengharapkan kita untuk 

saling mengasihi. Bukan berarti bahwa kita harus mampu 

melakukan sesuatu yang serupa dengan yang dilakukan-

Nya bagi orang lain (Mzm. 49:8), namun  bahwa kita harus 

mengasihi satu sama lain dengan cara yang sama seperti 

yang ditunjukkan-Nya. Kita harus menjadikan kasih Kris-

tus itu sebagai teladan dan membiarkan kasih-Nya itu 

membimbing kita. Kasih kita terhadap sesama haruslah 

Injil Yohanes 13:31-35 

 973 

tanpa pamrih dan selalu tersedia, tekun dan berharga, te-

rus-menerus dan tidak kenal lelah. Kasih itu harus menga-

sihi jiwa-jiwa satu sama lain. Kita juga harus saling me-

ngasihi untuk alasan dan pertimbangan ini, yaitu sebab  

Kristus telah mengasihi kita terlebih dahulu (Rm. 15:1, 3; 

Ef. 5:2, 25; Flp. 2:1-5). 

3.  Nama baik bagi pengakuan iman mereka (ay. 35): Dengan 

demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu yaitu  murid-

murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. Perhatikanlah, 

kita tidak hanya diharuskan untuk menunjukkan kasih, namun  

benar-benar hidup dengan berurat akar di dalamnya, sehingga 

kita tetap memilikinya, bahkan saat sepertinya tidak ada ke-

sempatan untuk menunjukkannya. Kasih kita harus selalu 

ada dan tersedia. “Dengan begitu semua orang akan tahu bah-

wa kamu yaitu  pengikut-Ku bila kamu mengikut teladan-Ku 

dalam hal ini.” Perhatikan, kasih persaudaraan merupakan 

lambang dari para pengikut Kristus. Melalui kasih inilah Dia 

mengenali mereka, dan melalui kasihlah mereka dapat menge-

nali satu sama lain (1Yoh. 2:14), dan sebab  kasih yang sama 

pula mereka akan dikenal oleh orang lain. Inilah tanda penge-

nal bagi keluarga-Nya, sifat atau karakter yang membedakan 

para murid-murid-Nya itu dari orang lain. Kristus menghen-

daki supaya mereka memperhatikan kasih ini, sebab  dalam 

hal kasihlah mereka mengungguli orang lain, yaitu bahwa me-

reka saling mengasihi. Dalam hal kasih itu pulalah Guru me-

reka menjadi begitu ternama. Segala apa yang didengar orang 

mengenai Dia pastilah berkenaan dengan kasih-Nya, kasih-

Nya yang agung itu. sebab  itulah, jika Anda melihat orang-

orang yang memiliki kasih lebih besar daripada yang biasanya 

kita lihat, Anda akan berkata, “Pastilah mereka ini pengikut 

Kristus, mereka telah bersama-sama dengan Yesus.” Nah, me-

lalui ini semua terlihat bahwa: 

(1) Hati Kristus begitu rindu melihat murid-murid-Nya saling 

mengasihi satu sama lain. Dalam hal inilah mereka harus 

benar-benar menonjol. Sementara cara duniawi mengajar-

kan orang untuk mementingkan diri sendiri, mereka harus 

benar-benar memperhatikan satu dengan yang lainnya. 

Kristus tidak berkata, Dengan demikian semua orang akan 


tahu, bahwa kamu yaitu  murid-murid-Ku, yaitu jikalau 

kamu membuat mujizat, sebab orang yang dapat melakukan 

mujizat pun tidak berarti apa-apa jika ia tidak memiliki 

kasih (1Kor. 13:1-2). Sebaliknya, Ia berkata, jikalau kamu 

saling mengasihi, yang berakar dari penyangkalan diri dan 

rasa syukur terhadap Kristus. Inilah yang dikehendaki 

Kristus menjadi jati diri dari agama-Nya, sifat utama dari 

gereja-Nya yang sejati. 

(2) Merupakan sebuah kehormatan besar bagi para murid-

murid Kristus bila mereka unggul dalam hal mengasihi 

satu sama lain. Tidak ada hal lain yang akan membuat 

mereka begitu disegani dan dihormati oleh orang lain selain 

sebab  kasih. Lihatlah betapa kasih itu sangat dashyat dan 

mempesonakan (Kis. 2:46-47). Tertullian menyatakan kasih 

sebagai kemuliaan gereja mula-mula, sebab  orang-orang 

Kristen dikenal oleh sebab  kasih sayang mereka satu 

sama lainnya. Musuh-musuh mereka memperhatikan hal 

itu dan berkata, Lihatlah betapa orang-orang Kristen ini 

saling mengasihi (Apol. ps. 39).  

(3) Jika para pengikut Kristus tidak saling mengasihi, mereka 

bukan hanya akan mendatangkan cercaan yang tidak sela-

yaknya bagi pengakuan iman mereka, namun  juga menun-

jukkan alasan yang layak untuk mencurigai ketulusan me-

reka sendiri. Oh Yesus! Inikah orang-orang Kristen milikmu, 

orang-orang yang penuh hawa nafsu, jahat, dengki dan 

bejat ini? Inikah kulit luar anak-anak-Mu? Saat saudara 

seiman kita sedang memerlukan bantuan dan kita berke-

sempatan untuk menolong mereka, saat mereka memiliki 

pendapat dan kebiasaan yang berbeda dengan kita, atau 

dalam cara tertentu merupakan saingan kita atau mem-

buat kita jengkel, dan dengan begitu kita memiliki kesem-

patan untuk merendah dan mengampuni, maka dalam 

perkara-perkara seperti itulah akan tampak apakah kita 

memiliki tanda pengenal sebagai murid-murid Kristus atau 

tidak.

Injil Yohanes 13:36-38 

 975 

Petrus Merasa Percaya Diri 

(13:36-38) 

36 Simon Petrus berkata kepada Yesus: “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” 

Jawab Yesus: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku seka-

rang, namun  kelak engkau akan mengikuti Aku.” 37 Kata Petrus kepada-Nya: 

“Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan 

memberi  nyawaku bagi-Mu!” 38 Jawab Yesus: “Nyawamu akan kauberikan 

bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, 

engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” 

Dalam ayat-ayat di atas diceritakan tentang: 

I.  Keingintahuan Petrus, dan teguran yang dia dapatkan sebab nya.  

1.  Pertanyaan Petrus sangat berani dan tidak tanggung-tanggung 

(ay. 36): Tuhan, ke manakah Engkau pergi?, langsung meng-

arah ke perkataan Kristus tadi (ay. 33):  Ke tempat Aku pergi, 

tidak mungkin kamu datang. Ia tidak menghiraukan perintah 

Kristus untuk saling mengasihi, yang jelas-jelas bisa dimeng-

erti untuk dilakukan. Ia tidak menanyakan apa-apa tentang 

perintah itu, malah lebih terpaku pada hal yang sengaja masih 

disembunyikan Kristus dari mereka. Perhatikan, memang kita 

ini sering keliru sebab  lebih penasaran untuk bertanya-tanya 

mengenai hal-hal yang sifatnya rahasia, yang hanya layak 

diketahui oleh Allah saja daripada hal-hal yang memang telah 

dinyatakan bagi kita dan bagi anak-anak kita. Kita lebih ingin 

memuaskan keingintahuan kita daripada untuk membiarkan 

hati nurani kita dibimbing. Kita lebih ingin mengetahui apa 

yang dikerjakan di sorga daripada apa yang perlu kita lakukan 

untuk sampai ke sana. Mudah saja untuk mengamati keke-

liruan itu di dalam percakapan orang-orang Kristen. Biasanya, 

percakapan yang jelas dan membangun itu justru cepat-cepat 

terhenti dan tidak lagi diperbincangkan, sedangkan perkara 

yang menimbulkan keraguan dan pertentangan malah terus 

diperdebatkan tanpa henti-henti.   

2. Jawaban Kristus penuh dengan petunjuk dan pengarahan. Dia 

tidak memuaskan keingintahuan Petrus dengan kisah khusus 

mengenai dunia yang hendak Ia tuju itu, ataupun memberi-

tahukan mengenai kemuliaan dan sukacita yang akan diper-

oleh-Nya secara terperinci seperti yang telah Ia katakan me-

ngenai penderitaan-Nya, melainkan mengulangi apa yang 

sebelumnya telah Ia katakan (ay. 36): Cukuplah jawaban-Ku 


 976

ini, Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku 

sekarang, namun  kelak engkau akan mengikuti Aku. 

(1) Kita dapat memahami pernyataan itu bahwa Petrus men-

coba mengikuti-Nya menuju salib: “Engkau belum memiliki 

iman dan tekad yang cukup kuat untuk ikut minum dari 

cawanku.” Hal ini memang terbukti melalui sikap penge-

cutnya sewaktu Kristus tengah menderita. sebab  alasan 

inilah Kristus menjaga keselamatan murid-murid-Nya se-

waktu Dia ditangkap. Biarkanlah mereka ini pergi, sebab 

mereka belum sanggup untuk mengikuti-Nya saat ini. Kris-

tus tahu betul bagaimana murid-murid-Nya itu, dan Ia 

tidak akan membebankan mereka dengan pekerjaan dan 

kesukaran yang tidak pantas bagi mereka. Hari itu tidak 

akan tiba sebelum kekuatan itu ada. Sekalipun Petrus su-

dah ditakdirkan untuk mati syahid, ia tetap belum sanggup 

mengikuti Kristus pada saat itu, sebab ia belum betul-betul 

bertumbuh sepenuhnya. Akan namun , kelak ia akan meng-

ikuti Kristus, bahkan akhirnya akan disalibkan juga seperti 

Gurunya sendiri. Janganlah seorang pun mengira bahwa 

dia tidak akan pernah menderita hanya sebab  dia berhasil 

menghindari penderitaan pada masa kini. Jika kita berhasil 

mengelak dari salib satu kali, kita tidak boleh menyimpul-

kan bahwa kita tidak akan pernah harus menanggung salib 

itu. Mungkin saja kita justru sedang diperuntukkan meng-

hadapi salib yang lebih besar dari yang pernah kita lihat. 

(2) Perkataan Kristus itu bisa juga dipahami sebagai niat 

Petrus untuk mengikuti-Nya menuju mahkota-Nya. Kristus 

kini hendak pergi menuju kemuliaan-Nya, dan Petrus ingin 

sekali pergi bersama-Nya: “Tidak,” kata Kristus, “engkau 

tidak dapat mengikuti Aku sekarang, engkau belum cukup 

matang untuk masuk sorga, dan juga belum menyelesaikan 

tugasmu di bumi ini. Sang perintis harus terlebih dahulu 

pergi ke sorga untuk menyiapkan sebuah tempat bagimu, 

sedangkan engkau sendiri baru dapat mengikuti-Ku nanti 

kemudian, sesudah  engkau memenangkan pertempuranmu 

dan pada waktu yang telah ditentukan.” Perhatikan, orang-

orang percaya tidak boleh berharap untuk segera dipermu-

liakan sesudah  mereka menerima panggilan mereka, sebab 

Injil Yohanes 13:36-38 

 977 

masih ada padang gurun terbentang di antara Laut Merah 

dan Kanaan. 

II.  Keyakinan diri Petrus dan teguran yang didapatnya sebab  itu.  

1.  Dengan berani Petrus menunjukkan keberatannya sebab  

gigih dengan keinginannya. Dia tidak puas bila ditinggalkan, 

dan bertanya, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti 

Engkau sekarang? Apakah Engkau meragukan ketulusan dan 

tekadku? Aku berjanji pada-Mu, jika perlu, bahkan aku akan 

memberi  nyawaku bagi-Mu.” Sebagian orang berpikir 

bahwa Petrus mempunyai dugaan, seperti orang-orang Yahudi 

dalam perkara yang serupa (7:35), bahwa Kristus berencana 

melakukan perjalanan ke sebuah daerah yang jauh, dan bah-

wa dia menyatakan kebulatan tekadnya untuk menyertai Dia 

ke mana pun Ia pergi. Akan namun , sesudah  begitu seringnya 

mendengar Gurunya berkata-kata mengenai penderitaan-Nya, 

seharusnyalah Petrus paham betul bahwa yang Ia maksudkan 

yaitu  pergi jauh melalui kematian-Nya. Dan Petrus pun 

memiliki tekad seperti Tomas, yaitu bahwa ia hendak pergi dan 

mati bersama-sama dengan-Nya. Ia lebih baik mati bersama-

Nya daripada hidup tanpa-Nya.  

Lihatlah di sini: 

(1) Betapa dalamnya rasa sayang Petrus terhadap Tuhan kita 

Yesus: “Aku akan memberi  nyawaku bagi-Mu, dan ha-

nya itu saja yang bisa kulakukan.” Saya yakin Petrus be-

nar-benar mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Mes-

kipun tidak panjang pikiran, ia sungguh tulus dengan te-

kadnya itu. Perhatikan, kita harus mengasihi Kristus lebih 

daripada nyawa kita sendiri. Dengan demikian, kita harus 

rela menyerahkan nyawa kita bagi-Nya bila kita memang 

dipanggil untuk melakukan itu (Kis. 20:24). 

(2) Betapa tersinggungnya Petrus dengan jawaban Kristus itu, 

seperti tampak dalam pertanyaannya yang mendesak itu, 

“Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau seka-

rang?  Apakah Engkau meragukan kesetiaanku pada-Mu?” 

(1Sam. 29:8). Perhatikan, memang menyakitkan sekali bila 

ketulusan kasih sejati dipertanyakan (Yoh. 21:17). Kristus 

memang telah berkata bahwa salah satu di antara mereka 


 978

yaitu  Iblis, namun  orang itu telah ketahuan dan telah 

pergi, dan sebab  itulah Petrus mengira bahwa sekarang ia 

boleh saja berbicara dengan penuh keyakinan mengenai 

ketulusannya sendiri: “Tuhan, tekadku sudah bulat, aku 

tidak akan pernah meninggalkan-Mu. Jadi, mengapa aku 

tidak dapat mengikuti Engkau?” Kita cenderung berpikir 

bahwa kita mampu melakukan segalanya sehingga kita 

tidak bisa terima sewaktu diberi tahu bahwa kita tidak bisa 

melakukan ini dan itu, padahal tanpa Kristus, kita tidak 

akan dapat melakukan apa-apa. 

2. Secara mengejutkan Kristus justru menubuatkan ketidaksetia-

an Petrus (ay. 38). Yesus Kristus mengenal kita lebih baik dari-

pada kita sendiri, dan Ia memiliki banyak cara untuk membe-

berkan hal itu kepada orang-orang yang Ia kasihi, yang tidak 

ingin dilihat-Nya menjadi besar kepala. 

(1) Dia mencela Petrus dengan mengulangi kalimatnya itu: 

Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Saya pikir, sepertinya 

Yesus mengatakan itu sambil tersenyum: “Petrus, janji-

janjimu terlalu tinggi, terlalu muluk untuk dapat dipercaya. 

Engkau tidak sadar, betapa beratnya menyerahkan nyawa-

mu sendiri itu, betapa beratnya untuk mati, tidak semudah 

mengatakannya.” Dengan berkata seperti itu, Kristus mem-

buat Petrus merenungkan kembali perkataannya, bukan 

supaya dia menarik kembali tekadnya itu atau undur diri 

dari padanya, namun  supaya ia menambahkan satu syarat 

lagi ke dalamnya, “Tuhan, dengan anugerah-Mu yang me-

mampukan aku, aku akan menyerahkan nyawaku bagimu.” 

“Beranikah engkau mati bagiku, padahal berjalan di air 

saja engkau sudah gemetar? Waktu mendengar tentang 

penderitaan itu saja, engkau sudah berteriak, Tuhan, kira-

nya Allah menjauhkan hal itu! Memang mudah mening-

galkan perahu dan jalamu untuk mengikut Aku, namun  me-

nyerahkan nyawamu tidaklah semudah itu.” Gurunya saja 

bergumul saat Ia harus melakukan itu, dan seorang murid 

tidak lebih besar dari Tuannya. Perhatikan, hendaklah kita 

malu dengan rasa percaya diri yang terlalu berlebihan. Da-

patkah buluh yang terkulai menganggap dirinya sekuat 

Injil Yohanes 13:36-38 

 979 

tiang, atau anak yang sakit-sakitan berupaya menjadi sang 

juara? Betapa bodohnya aku bermulut besar seperti itu. 

(2) Dengan terus terang Kristus menubuatkan sikap pengecut-

nya pada saat-saat yang genting. Untuk menghentikan 

mulutnya yang menyombongkan diri itu, supaya jangan ia 

mengulanginya lagi, “Oh pasti, Guru, aku bisa melakukan 

itu,” dengan sunguh-sungguh Kristus menegaskan, “Se-

sungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berko-

kok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Ia tidak me-

nambahkan malam ini, sebab saat itu sepertinya baru dua 

hari sebelum Paskah, namun  “Sebentar lagi engkau akan 

menyangkalku tiga kali dalam satu malam saja, bahkan 

hanya di antara jeda waktu kokokan yang pertama dan 

ketiga saja. Sebelum ayam berkokok. Ayam itu tidak akan 

lagi bersuara sampai engkau lagi dan lagi menyangkal Aku, 

dan engkau melakukan itu melulu sebab  rasa takutmu 

terhadap penderitaan.” Suara kokok ayam itu disebutkan: 

[1] Untuk menegaskan bahwa pencobaan yang akan mem-

buat Petrus jatuh itu akan terjadi pada malam hari, 

yaitu waktu yang tidak dianggap akan datang pencoba-

an. Namun, pernubuatan Kristus itu merupakan se-

buah contoh dari kemahatahuan-Nya yang tidak pernah 

salah. 

[2] Suara kokok ayam itu dimaksudkan sebagai kesempat-

an bagi Petrus supaya ia bertobat, yang mungkin tidak 

akan terjadi jika saja Kristus tidak lebih dulu memberi-

tahukan tanda ini. Kristus tidak saja bisa mengetahui 

bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya sekalipun hal itu 

baru dirancangkan dalam hati saja, namun  juga Ia bisa 

mengetahui bahwa Petrus akan menyangkal-Nya sekali-

pun hal itu sama sekali tidak direncanakan olehnya, 

malah sebaliknya tanpa rencana apa pun. Dia tidak saja 

mengetahui kejahatan para pendosa, namun  juga menge-

nal kelemahan para orang kudus. Kristus memberi tahu 

Petrus, 

Pertama, bahwa dia akan menyangkal-Nya, menolak 

dan bersikeras tidak mengenal-Nya: “Engkau bukan 

saja tidak akan mampu untuk terus mengikuti-Ku, te-


 980

tapi juga akan merasa malu mengakui bahwa engkau 

memang telah benar-benar mengikuti-Ku.”  

Kedua, bahwa dia tidak hanya akan melakukan hal 

itu sekali saja sebab  salah bicara, namun  malah akan 

mengulanginya sampai tiga kali. Hal itu memang benar-

benar terjadi. Biasanya kita beralasan bahwa nubuatan-

nubuatan Kitab Suci selalu diungkapkan secara samar-

samar dan secara kiasan, sebab  jika nubuatan-nubut-

an itu secara jelas menggambarkan peristiwa yang akan 

terjadi itu, maka penggenapannya akan dikatakan ter-

jadi sebab  takdir dan ini tidak sejalan dengan kebebas-

an manusia. Akan namun , nubuatan yang mengenai pe-

nyangkalan Petrus terhadap Kristus ini dinyatakan 

secara jelas, namun ini tidak berarti menakdirkan 

Petrus demikian, dan juga tidak berarti bahwa Kristus 

ikut membantu dosa yang akan dilakukan Petrus itu. 

Kita bisa bayangkan betapa pemberitahuan itu lang-

sung mematikan rasa percaya diri Petrus akan kebe-

ranian hatinya. Pemberitahuan ini membuat dia tidak 

dapat membantah lagi, sebab  kalau tidak, dia akan 

menjawab seperti Hazael:  namun  apakah hambamu ini, 

yang tidak lain dari anjing saja? Mau tidak mau, semua 

ini membuatnya sangat kebingungan. Perhatikan, bia-

sanya yang paling aman justru orang yang sangat 

rawan keadaannya. Yang akan terbukti secara memalu-

kan sebagai yang sangat lemah yaitu  mereka yang se-

cara meyakinkan menganggap diri sangat kuat (1Kor. 

10:12). 

PASAL 14  

asal ini merupakan kelanjutan percakapan Kristus dengan mu-

rid-murid-Nya sesudah  mengadakan Perjamuan Malam. sesudah  Ia 

menyatakan kesalahan Yudas dan melepasnya, Ia menghibur murid-

murid yang lain yang dipenuhi kesedihan sebab  apa yang dikata-

kan-Nya perihal kepergian-Nya. Di sini Ia menyampaikan banyak per-

kataan baik dan menghibur kepada mereka. Percakapan itu diselingi 

tanya jawab. Sama seperti Petrus di pasal sebelumnya, begitu pula 

Tomas, Filipus, dan Yudas di sini mengemukakan pendapat mereka 

atas perkataan-Nya, sesuai kebebasan yang berkenan diberikan-Nya 

kepada mereka. Percakapan yang bebas sama mendidiknya dengan 

khotbah-khotbah yang khidmat, bahkan lebih mengena. Maksud 

umum pasal ini ada  dalam ayat pertama, yaitu untuk mengha-

pus kegelisahan dari hati mereka. Nah, untuk itu, mereka harus per-

caya dan merenungkan: 

I.   Sorga sebagai peristirahatan abadi mereka (ay. 2-3).  

II.   Kristus sendiri sebagai jalan mereka (ay. 4-11).  

III.  Kuasa besar yang akan mereka miliki, melalui kekuatan 

doa-doa mereka (ay. 12-14).  

IV. Datangnya Sang Penghibur yang lain (ay. 15-17).  

V.  Persekutuan dan persatuan yang akan terjalin di antara Dia 

dan mereka sesudah  kepergian-Nya (ay. 18-24).  

VI. Pengajaran yang akan diberikan Roh Kudus kepada mereka 

(ay. 25-26).  

VII. Damai sejahtera yang ditinggalkan Kristus bagi mereka (ay. 

27).  

VIII. Sukacita Kristus sendiri atas kepergian-Nya (ay. 28-31).  


 982

Semua yang dikatakan-Nya kepada mereka ini dimaksudkan sebagai 

penghiburan bagi semua pengikut-Nya yang setia. 

Kata-kata Penghiburan Kristus 

(14:1-3) 

1 “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga ke-

pada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, 

tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menye-

diakan tempat bagimu. 3 Dan jika   Aku telah pergi ke situ dan telah me-

nyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke 

tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” 

Di dalam ayat-ayat ini kita mendapati: 

I.   Peringatan umum yang diberikan Kristus kepada murid-murid-

Nya mengenai hati yang gelisah (ay. 1): Janganlah gelisah hatimu. 

Sekarang mereka mulai merasa gelisah dan masuk ke dalam pen-

cobaan ini.  

Sekarang, mari kita lihat: 

1. Bagaimana Kristus memperhatikan keadaan mereka itu. 

Mungkin ini terlihat dari wajah mereka. Dikatakan (13:22), 

bahwa murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain 

dengan cemas dan khawatir, sementara Kristus memandang 

mereka semua dan mengamati hal itu. Setidaknya, hal ini jelas 

bagi Tuhan Yesus, yang mengenal semua kesedihan kita yang 

tersembunyi, luka-luka batin yang menganga. Ia bukan saja 

tahu betapa menderitanya kita, namun  juga betapa sedihnya 

kita sebab  penderitaan kita, dan betapa beratnya beban itu 

menindih hati kita. Ia memperhatikan semua kesusahan yang 

dialami umat-Nya, yang sewaktu-waktu dapat menenggelam-

kan mereka dalam kesedihan. Ia mengenal jiwa kita dalam 

kesesakan. Sekarang banyak hal menyusahkan murid-murid. 

(1) Kristus baru saja memberitahukan kepada mereka perihal 

perlakuan tidak baik yang akan diterima-Nya dari beberapa 

di antara mereka, dan hal ini meresahkan mereka semua. 

Tidak diragukan lagi bahwa Petrus tampak sangat sedih 

mendengar perkataan Kristus kepadanya. Semua murid 

yang lain merasa kasihan terhadapnya dan juga mengkha-

watirkan diri sendiri, sebab  tidak tahu giliran siapa beri-

Injil Yohanes 14:1-3 

 983 

kutnya yang akan dikatakan mengenai keburukannya atau 

sesuatu yang akan diperbuatnya. Mengenai hal ini, Kristus 

menghibur mereka. Walaupun rasa iri yang saleh mengenai 

keadaan diri sendiri sangat berguna untuk membuat kita 

tetap rendah hati dan berhati-hati, namun hal ini jangan-

lah sampai memadamkan semangat dan mengurangi suka-

cita kudus kita. 

(2)  Ia baru memberi tahu mereka bahwa Ia akan meninggalkan 

mereka. Bukan sekadar pergi, melainkan pergi dalam awan 

penderitaan. Tidak lama lagi mereka harus mendengar ba-

gaimana Ia dihujani caci maki, dan semua ini akan menjadi 

seperti tikaman maut ke dalam tulang mereka. Mereka ha-

rus melihat Dia disiksa dengan kejam sampai mati dan ini 

pun bagaikan pedang yang menikam menembus jiwa mere-

ka, sebab  mereka mengasihi Dia, memilih Dia, dan telah 

meninggalkan segalanya untuk mengikut Dia. Bila kita se-

karang melihat Kristus ditikam, tidak bisa tidak kita pasti 

akan meratapi dan menangisi dia dengan pedih, meskipun 

kita melihat hasil akhir dan buah-buahnya yang agung. 

Bagi mereka yang belum dapat melihat lebih jauh, peris-

tiwa itu tentunya jauh lebih menyedihkan. Jika orang-

orang yang demikian sampai ditinggalkan Kristus, maka: 

[1] Mereka akan merasa sangat malu dan kecewa, sebab  

mereka memandang Dia inilah yang akan membebas-

kan Israel, yang akan menegakkan kerajaan-Nya dalam 

kuasa dan kemuliaan duniawi. sebab  mengharapkan 

hal inilah mereka merasa kehilangan segalanya untuk 

mengikut Dia. sebab  itu, bila Ia sekarang meninggal-

kan dunia ini dalam keadaan yang sama melarat dan 

miskinnya seperti yang selama ini Ia jalani, ini berarti 

mereka telah kalah.  

[2] Mereka akan merasa sedih sebab  ditinggalkan dan ti-

dak mempunyai pelindung. Melalui pengalaman, mere-

ka tahu betapa sedikitnya pengetahuan mereka dalam 

keadaan terjepit, bahwa mereka tidak dapat mengandal-

kan apa pun, dan pasti akan hancur serta dilindas jika 

mereka berpisah dengan Guru mereka. Sekarang, ber-

kenaan dengan semua hal ini, Janganlah gelisah hati-


 984

mu. Di sini ada  tiga kata, dan masing-masing sa-

ngat besar artinya.  

Pertama, kata gelisah, mē tarassesthō. Jangan men-

jadi demikian gelisah hingga bertindak terburu-buru 

dan kacau, seperti laut yang berombak-ombak sebab 

tidak dapat tetap tenang. Ia bukan berkata, “Janganlah 

hatimu memikirkan dukacita atau menjadi sedih sebab  

hal-hal itu,” melainkan “Jangan merasa terganggu dan 

gusar, janganlah tertekan dan gelisah” (Mzm. 42:6).  

Kedua, kata hati: “Sekalipun seluruh bangsa dan 

kota merasa gelisah, sekalipun keluarga dan kawanan-

mu gelisah, janganlah gelisah hatimu. Pertahankan jiwa-

mu sendiri bilamana tidak ada lagi yang bisa kamu per-

tahankan.” Hati yaitu  benteng utama. Apa pun yang 

kamu lakukan, jauhkan kegelisahan dari hatimu itu, la-

kukan ini dengan gigih. Roh harus tahan terhadap kele-

mahan. Oleh sebab  itu, jagalah supaya hatimu tidak 

terganggu.  

Ketiga, katamu: “Kamu yang yaitu  murid-murid 

dan pengikut-pengikut-Ku, orang-orang yang telah Ku-

tebus, terpilih, dan dikuduskan, sedalam apa pun orang 

lain tenggelam di dalam kesedihan masa sekarang, ja-

nganlah kamu seperti mereka, sebab kamu mengetahui 

lebih baik. Biarlah orang-orang yang berdosa di Sion ge-

metar, namun  biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja 

mereka.” Mengenai hal ini murid-murid Kristus harus-

lah melakukan lebih daripada orang lain. Mereka harus 

menenangkan pikiran, saat  segala sesuatu di sekeli-

ling mereka kacau balau. 

2.  Obat yang diberikan-Nya untuk pikiran yang gelisah, yang dili-

hat-Nya telah menghinggapi mereka. Secara umum, percaya-

lah – pisteuete.  

(1)  Perintah itu diberikan dua kali, “Percayalah kepada Allah, 

dan kepada kesempurnaan dan pemeliharaan-Nya, perca-

yalah juga kepada-Ku dan pengantaraan-Ku. Landaskan 

kepercayaanmu di atas asas-asas agama alamiah pada 

umumnya: bahwa ada Allah, yang Mahakudus, penuh hik-

mat dan kuasa, serta baik. Bahwa Dialah penguasa dunia 

Injil Yohanes 14:1-3 

 985 

dan berdaulat atas semua kejadian. Hiburkanlah dirimu 

dengan pengajaran-pengajaran khusus yang telah Kuajar-

kan kepadamu itu.” Namun, 

(2) Kita membaca bahwa perintah yang pertama tadi merupa-

kan pengakuan bahwa mereka sudah percaya kepada 

Allah, dan untuk itu Ia memuji mereka: “Namun, jika kamu 

hendak berhasil dalam menghadapi masa yang sulit, per-

cayalah juga kepada-Ku.” Melalui Kristus, kita dibawa ma-

suk ke dalam kovenan dengan Allah, dan mendapat bagian 

dalam berkat dan janji-Nya. Tanpa Dia, orang-orang ber-

dosa seperti kita ini pastilah sudah kehilangan segala ha-

rapan untuk mengalami semuanya ini. Namun, dengan 

percaya kepada Kristus sebagai Pengantara di antara Allah 

dan manusia, kepercayaan kita kepada Allah akan menda-

tangkan penghiburan bagi kita. Inilah kehendak Allah, su-

paya semua orang mengormati Anak sama seperti mereka 

menghormati Bapa, dengan percaya kepada Anak itu, sama 

seperti mereka percaya kepada Bapa. Orang-orang yang 

percaya kepada Allah dengan benar, akan percaya kepada 

Yesus Kristus, yang telah diperkenalkan-Nya kepada mere-

ka. Percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus merupakan 

sarana yang luar biasa baik untuk menjauhkan kegelisah-

an dari hati. Sukacita iman merupakan obat terbaik guna 

melawan perasaan sedih. Itu obat yang terhubung dengan 

sebuah janji. Orang benar akan hidup oleh iman. Itu obat 

yang terbukti baik. Sesungguhnya, aku percaya akan meli-

hat kebaikan TUHAN. 

II.  Di sini ada  petunjuk khusus untuk bertindak dengan iman 

akan janji hidup kekal (ay. 2-3). Ia telah mengarahkan mereka 

agar memercayakan diri kepada Allah dan juga kepada-Nya. Na-

mun, untuk apakah mereka harus memercayakan diri kepada 

Allah dan Kristus? Memercayakan diri demi kebahagiaan yang 

akan datang saat  tubuh dan dunia ini sudah berlalu, dan demi 

kebahagiaan yang terus berlangsung selama jiwa dan dunia abadi 

itu tetap ada. Sekarang, hal ini ditawarkan sebagai pembangkit 

semangat di tengah masa sekarang yang penuh kegelisahan ini, 

bahwa ada kebahagiaan sorga yang sangat sesuai dan sanggup 

memenuhi harapan manusia dengan sangat mengagumkan. 


 986

Orang-orang kudus membangkitkan semangat mereka sendiri 

dengan hal ini di tengah masa kesukaran yang paling dahsyat, 

bahwa sorga akan membayar ganti rugi bagi semua orang.  

Marilah kita lihat bagaimana hal ini disiratkan di sini: 

1. Percayalah dan pikirkanlah bahwa benar-benar ada  keba-

hagiaan semacam itu: Di rumah Bapa-Ku banyak tempat ting-

gal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu 

(ay. 2). 

(1) Lihatlah dalam bentuk apa kebahagiaan sorgawi digambar-

kan di sini: sebagai tempat tinggal, banyak tempat tinggal 

di rumah Bapa-Nya.  

[1] Sorga yaitu  rumah, bukan kemah atau tempat berte-

duh sementara. Itu yaitu  suatu tempat kediaman yang 

kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.  

[2]  Sorga yaitu  rumah Bapa: rumah Bapa-Ku. Dan, Bapa-

Nya yaitu  Bapa kita, yang kepada-Nyalah Ia kini naik, 

supaya melalui hak kesulungan-Nya semua orang per-

caya akan disambut ke dalam kebahagiaan yang men-

jadi tempat tinggal mereka. Ini yaitu  rumah Raja di 

atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan, yang 

berdiam di dalam terang dan menempati kekekalan.  

[3] Di sana ada  banyak tempat tinggal. Pertama, tem-

pat tinggal yang berbeda-beda, sebuah untuk setiap 

orang. Mungkin ini secara tidak langsung menunjuk 

pada kamar-kamar para imam yang ada di Bait Suci. Di 

sorga ada  tempat-tempat tinggal bagi orang-orang 

kudus tertentu. Meskipun semuanya nanti akan tengge-

lam di dalam Allah, di sana kepribadian kita tidak akan 

lenyap. Setiap orang Israel mendapatkan bagian ma-

sing-masing di Kanaan, dan bagi setiap tua-tua tersedia 

sebuah takhta (Why. 4:4). Kedua, tempat tinggal yang 

tahan lama. Monai, dari kata mneiō, maneo, tempat ke-

diaman. Rumah itu sendiri bersifat abadi. Tempat ke-

diaman kita di dalamnya bukan sekadar untuk sekian 

tahun, melainkan untuk selamanya. Di dunia, kita ba-

gaikan tinggal di penginapan, sedangkan di sorga kita 

akan bertempat tinggal secara menetap. Para murid te-

lah meninggalkan rumah mereka untuk mengikut Kris-

Injil Yohanes 14:1-3 

 987 

tus yang tidak mempunyai tempat untuk meletakkan 

kepala-Nya, namun  tempat tinggal mereka di sorga akan 

menjadi ganti rugi bagi mereka.  

[4] Di sorga ada  banyak tempat tinggal, sebab  ada 

banyak anak Allah yang akan dibawa kepada kemulia-

an, dan Kristus tahu jumlah mereka dengan tepat. Dia 

tidak akan kekurangan tempat sebab  kedatangan 

tamu yang lebih banyak daripada perkiraan-Nya. Ia te-

lah mengatakan kepada Petrus bahwa ia akan mengikut 

Dia (13:36), namun  murid-murid yang lain pun tidak 

perlu khawatir, sebab  di sorga ada  tempat tinggal 

bagi mereka semua, yakni Rehobot (Kej. 26:22).  

(2) Lihatlah betapa besar kepastian yang kita miliki tentang 

nyatanya kebahagiaan itu sendiri, dan kesungguhan pena-

warannya kepada kita: “Jika tidak demikian, tentu Aku me-

ngatakannya kepadamu. Seandainya kamu telah menipu 

diri sendiri saat  meninggalkan mata pencarianmu dan 

mempertaruhkan hidupmu bagi-Ku sebab  mengharapkan 

kebahagiaan masa depan yang belum tampak, Aku pasti 

sudah menyadarkanmu.” Jaminan yang diberikan ini dida-

sarkan: 

[1] Atas kebenaran perkataan-Nya. Dinyatakan secara ti-

dak langsung bahwa “Jika kebahagiaan yang berharga 

semacam itu tidak ada dan tidak bisa diperoleh, Aku 

tidak akan mengatakan sebaliknya kepadamu.”  

[2] Atas ketulusan kasih-Nya pada mereka. Sama seperti 

Dia benar dan tidak akan memperdayakan mereka, Dia 

juga baik hati dan tidak akan membiarkan mereka di-

perdaya. Seandainya memang tidak ada  tempat 

tinggal semacam itu, atau tidak ada yang dibangun bagi 

mereka yang telah meninggalkan segalanya demi meng-

ikut Dia, Kristus pasti telah memberi tahu mereka ten-

tang kekeliruan itu pada waktunya, supaya mereka 

sempat kembali ke kehidupan dunia dengan cara yang 

terhormat dan memanfaatkan kesempatan itu sebaik-

baiknya. Perhatikanlah, kasih sayang Kristus pada kita 

merupakan dorongan agar kita menaruh pengharapan 

pada-Nya. Ia terlampau mengasihi dan bermaksud baik 


 988

pada kita, sehingga Ia tidak akan tega mengecewakan 

pengharapan yang telah dipupuk-Nya sendiri, atau un-

tuk meninggalkan orang-orang yang paling setia men-

jadi orang-orang yang paling sengsara. 

2.  Percayalah dan pikirkanlah bahwa tujuan Kristus pergi yaitu  

untuk menyediakan tempat di sorga bagi murid-murid-Nya. 

“Kamu bersedih memikirkan kepergian-Ku, padahal Aku pergi 

untuk melaksanakan tugas demi kamu, untuk masuk sebagai 

Perintis bagimu.” Ia pergi untuk mempersiapkan tempat tinggal 

bagi kita.  

Artinya: 

(1) Mengambilkannya bagi kita, sebagai pembela atau peng-

acara kita, sehingga dengan demikian menjamin hak kepe-

milikan kita yang tidak dapat dibatalkan. Hak kepemilikan 

itu telah diserahkan kepada Kristus untuk digunakan dan 

demi kepentingan semua orang yang percaya kepada-Nya.  

(2) Untuk menyediakan segala sesuatu bagi kita sebagai saha-

bat dan bapa kita. Kebahagiaan sorgawi, meskipun telah 

dipersiapkan sebelum dunia dijadikan, masih harus dise-

suaikan lebih lanjut bagi manusia yang telah jatuh. sebab  

hal ini sangat bergantung pada kehadiran Kristus di sana, 

itulah sebabnya Ia perlu pergi ke situ terlebih dulu, untuk 

memasuki kemuliaan yang akan menjadi bagian murid-

murid-Nya juga. Sorga akan menjadi tempat yang belum 

siap bagi orang Kristen seandainya Kristus tidak berada di 

sana. Ia pergi untuk mempersiapkan meja bagi mereka, 

mempersiapkan takhta bagi mereka (Luk. 22:30). Demi-

kianlah Kristus menyatakan layaknya kebahagiaan Sorga 

bagi orang-orang kudus, yang untuknya semuanya itu di-

persiapkan. 

3.  Percayalah dan pikirkan bahwa oleh sebab itulah Ia pasti akan 

datang kembali pada waktunya nanti, untuk menjemput mere-

ka ke tempat yang sekarang akan diambil-Nya sebagai milik-

Nya dan disiapkan bagi mereka (ay. 3.): “Dan jika   Aku telah 

pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu, jika   ini 

merupakan tujuan perjalanan-Ku, kamu boleh merasa yakin, 

bahwa bila segala sesuatu sudah siap, Aku akan datang kem-

bali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya kamu akan 

Injil Yohanes 14:1-3 

 989 

mengikut Aku sesudah ini, supaya di tempat di mana Aku ber-

ada, kamu pun berada.” Ini sungguh merupakan kata-kata 

penghiburan.  

(1)  Bahwa Yesus akan datang kembali, erchomai – Aku benar-

benar datang, yang menyatakan kepastian bahwa Ia akan 

datang dan bahwa setiap hari pun Ia datang. Kita berkata, 

Kita datang, jika   kita sedang sibuk mempersiapkan ke-

datangan kita. Begitu pula halnya dengan Dia. Segala se-

suatu yang dilakukan-Nya merujuk pada kedatangan-Nya 

yang kedua. Perhatikan, percaya akan kedatangan-Nya 

yang kedua yang sudah dipastikan oleh-Nya, merupakan 

penangkal yang ampuh terhadap kegelisahan hati (Flp. 4:5; 

Yak. 5:8).  

(2) Bahwa Ia akan datang kembali untuk menyambut sendiri 

semua pengikut-Nya yang setia. Pada saat kematian-Nya, 

Ia sendiri meminta dan mengumpulkan mereka satu per 

satu. Namun, mereka baru akan muncul bersama-sama di 

depan umum dengan khidmat pada akhir zaman, dan sete-

lah itu Kristus sendiri akan datang menyambut mereka, 

untuk memimpin mereka dalam kelimpahan anugerah-Nya, 

dan menyambut mereka dalam kelimpahan kasih-Nya sam-

bil menyatakan rasa hormat dan kasih tertinggi yang bisa 

dibayangkan. Kedatangan Kristus dimaksudkan bagi ter-

himpunnya kita dengan Dia (2Tes. 2:1).  

(3) Supaya di tempat di mana Ia berada, mereka pun berada. 

Hal ini menyiratkan hal yang juga disebutkan banyak ayat 

lainnya, bahwa inti kebahagiaan Sorga yaitu  berada ber-

sama Kristus di sana (17:24; Flp. 1:23; 1Tes. 4:17). Kristus 

menyebutkan keberadaan-Nya di sana di masa sekarang, 

supaya di tempat di mana Aku berada, di mana Aku berada 

sebentar lagi, di mana Aku berada untuk selamanya, di 

situ pun kamu akan berada tidak lama lagi, di situ pun 

kamu akan berada untuk selamanya. Bukan saja di situ, di 

tempat yang sama, namun  juga di sini, dalam keadaan yang 

sama. Bukan sekadar sebagai penonton kemuliaan-Nya se-

perti ketiga murid di atas gunung, namun  turut mengambil 

bagian di dalamnya.  

(4) Bahwa penghiburan ini bisa disimpulkan dari kepergian-

Nya untuk menyediakan tempat bagi kita, sebab  segala 


 990

persiapan-Nya itu tidaklah akan sia-sia. Ia tidak akan 

membangun dan memperlengkapi tempat tinggal, lalu 

membiarkannya kosong tanpa penghuni. Dia akan menye-

lesaikan apa yang telah dimulai-Nya. Jika Ia telah memper-

siapkan tempat bagi kita, Ia akan mempersiapkan kita juga 

untuk menempatinya, dan pada waktunya nanti kita akan 

memilikinya. Mengingat bahwa kebangkitan Kristus meru-

pakan kepastian bagi kebangkitan kita, demikian juga hal-

nya dengan kenaikan, kemenangan, dan kemuliaan-Nya 

menjadi kepastian kita.  

Kata-kata Penghiburan Kristus 

(14:4-11) 

4 Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” 5 Kata Tomas kepada-

Nya: “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami 

tahu jalan ke situ?” 6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran 

dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak me-

lalui Aku. 7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-

Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” 8 Kata 

Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah 

cukup bagi kami.” 9 Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-

sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah 

melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkan-

lah Bapa itu kepada kami. 10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam 

Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku 

katakan dari diri-Ku sendiri, namun  Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah 

yang melakukan pekerjaan-Nya. 11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di da-

lam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah sebab  

pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. 

sesudah  menyatakan kebahagiaan sorga yang akan mereka terima 

pada akhirnya nanti, di sini Kristus menunjukkan kepada mereka 

bahwa Dia sendirilah jalan menuju kebahagiaan itu. Dia juga menga-

takan bahwa mereka sebenarnya sudah mengenal akhir yang harus 

menjadi tujuan mereka dan juga bagaimana mereka harus menjalani-

nya, lebih daripada yang mereka duga: Kamu tahu.  

Maksudnya:  

1. “Kamu bisa mengetahui jalan itu. Ini bukanlah hal-hal yang ter-

sembunyi yang bu