Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 12. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 12

 


cara yang benar dimungkinkan untuk menderita ka-

rena Kristus. Sebab bagi kamu dikaruniakan bukan saja untuk 

percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk 

Dia (ay. 29). Di sini ada dua karunia berharga yang diberikan, dan 

keduanya sebab  Kristus:  

1. Untuk percaya kepada-Nya. Iman adalah karunia Allah oleh 

sebab  Kristus, yang menebus bagi kita bukan saja kebahagia-

Surat Filipi 1:27-30 

 283 

an yang menjadi tujuan iman itu, melainkan juga kasih karu-

nia dari iman itu sendiri. Jadi, kemampuan atau kecenderung-

an untuk percaya itu berasal dari Allah.  

2. Untuk menderita bagi kepentingan Kristus juga merupakan 

karunia yang sangat berharga. Itu suatu kehormatan dan ke-

untungan yang besar. Sebab, dengan menderita bagi Kristus, 

kita dapat menjadi sangat berguna bagi kemuliaan Allah, yang 

menjadi tujuan dari penciptaan kita. Penderitaan itu juga 

mendorong dan menegaskan iman orang lain. Juga ada upah 

besar yang menyertainya, Berbahagialah kamu jika kamu di-

aniaya, sebab  upahmu besar di sorga (Mat. 5:11-12). Dan jika 

kita menderita dengan Dia, kita pun akan ikut memerintah 

dengan Dia (2Tim. 2:12). Jika kita menderita penghinaan dan 

kerugian untuk Kristus, kita harus menganggapnya sebagai 

sebuah karunia yang besar, oleh sebab  itu kita harus meng-

hargainya. Dalam penderitaan kita harus selalu menunjukkan 

penguasaan diri yang tulus seperti yang dilakukan para martir 

dan para pengaku iman (ay. 30). “Dalam pergumulan yang 

sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang 

sekarang kamu dengar tentang aku, yaitu, menderita dengan 

cara yang sama seperti yang kamu lihat dan dengar tentang 

aku yang menderita.” Bukan saja soal penderitaan itu sendiri, 

melainkan alasan dari penderitaan itu, dan bukan saja alasan 

dari penderitaan itu, melainkan juga semangat yang membuat 

kita menjadi martir. Dapat saja seseorang menderita sebab  

alasan yang salah, dan sebab  itu pantaslah jika ia menderita. 

Atau, dapat juga orang menderita sebab  alasan yang baik, 

namun  dengan pemikiran yang salah, sehingga penderitaannya 

itu kehilangan nilainya. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  2  

ebih jauh Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat 

untuk melakukan beberapa kewajiban, yaitu supaya jemaat Filipi 

sehati sepikir dan rendah hati, yang ditekankannya berdasar  

teladan Kristus (ay. 1-11), supaya mereka rajin dan bersungguh-

sungguh di dalam kehidupan Kristen (ay. 12-13), dan menghiasi 

pengakuan iman Kristen mereka dengan beberapa perilaku yang 

pantas (ay. 14-18). sesudah  itu Paulus menutup dengan menyebutkan 

dan memberikan pujian tersendiri terhadap dua orang pelayan Tuhan 

yang baik, yaitu Timotius dan Epafroditus, yang dia tetapkan untuk 

diutus kepada jemaat di Filipi (ay. 19-30). 

Anjuran mengenai Kasih Persaudaraan;  

Kemuliaan dan Teladan Kristus  

(2:1-11) 

1 Jadi sebab  dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada perse-

kutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 sebab  itu sempurna-

kanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu 

kasih, satu jiwa, satu tujuan, 3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri 

atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang 

seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4 dan 

janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, 

namun  kepentingan orang lain juga. 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu ber-

sama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus 

Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan 

dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah 

mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan 

menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia 

telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di 

kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengarunia-

kan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus 

bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang 


 286

ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tu-

han,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!  

Dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan pembahasannya yang ter-

henti di pasal sebelumnya, dengan nasihat lebih jauh mengenai ke-

wajiban-kewajiban Kristen. Paulus banyak menekankan supaya me-

reka sehati sepikir dan rendah hati, dengan menirukan teladan Tu-

han Yesus, yang merupakan teladan agung dalam hal kerendahan 

hati dan kasih. Di sini kita dapat amati, 

I. Pedoman agung Injil yang disampaikan kepada kita, yaitu supaya 

kita saling mengasihi. Ini adalah hukum kerajaan Kristus, pelajar-

an dari sekolah-Nya, lambang keluarga-Nya. Hukum ini digambar-

kan oleh Paulus (ay. 2) sebagai menjadi sehati sepikir, dalam satu 

kasih, satu jiwa, satu tujuan. Kita menjadi sehati sepikir saat  

kita berada dalam satu kasih. Orang Kristen harus menjadi satu 

di dalam perasaan, sekalipun mereka bisa tidak sepaham. Inilah 

yang selalu menjadi kekuatan mereka, dan selalu menjadi kewa-

jiban mereka. Cara ini pulalah yang paling mungkin membuat 

mereka memahami sesuatu dengan lebih baik. Dalam satu kasih. 

Perhatikan, sebagaimana kasih yang wajib kita tunjukkan kepada 

orang lain, maka demikian pula mereka terikat untuk menunjuk-

kannya kepada kita. Kasih Kristen harus berupa kasih yang tim-

bal balik. Kasihilah, dan engkau akan dikasihi. Satu jiwa, satu 

tujuan. Tidak berselisih dan bertentangan, atau melaksanakan 

kepentingannya sendiri-sendiri, namun  bersama-sama sepakat di 

dalam perkara-perkara besar yang dari Allah, serta menjaga per-

satuan Roh di dalam perbedaan-perbedaan yang lain. Perhatikan 

di sini,  

1. Betapa luar biasa mendesaknya kewajiban tersebut. Paulus 

sangat mendesak jemaat Filipi, sebab  mengetahui bahwa hal 

itu akan menjadi bukti yang luar biasa akan ketulusan kita, 

dan menjadi sarana yang luar biasa untuk memelihara dan 

membangun tubuh Kristus. Inilah alasan supaya mereka me-

miliki kasih persaudaraan, 

(1) “sebab  dalam Kristus ada nasihat (KJV; penghiburan) Per-

nahkah kamu mengalami penghiburan dalam Kristus? Tun-

jukkanlah pengalaman itu dengan saling mengasihi.” Kein-

dahan yang kita dapati di dalam ajaran Kristus haruslah 

Surat Filipi 2:1-11 

 287 

memperindah roh kita. Apakah kita mengharapkan penghi-

buran di dalam Kristus? Jika kita tidak mau kecewa, maka 

kita harus saling mengasihi. Jika kita tidak memperoleh 

penghiburan dalam Kristus, di mana lagi kita bisa mengha-

rapkannya? Barangsiapa memiliki bagian di dalam Kristus, 

ia juga memiliki penghiburan di dalam Dia, yaitu penghi-

buran atau dorongan yang kuat dan abadi (Ibr. 6:18; 2Tes. 

2:16). sebab  itulah, mereka harus saling mengasihi.  

(2) “Penghiburan kasih. Jika ada penghiburan di dalam kasih 

Kristen, di dalam kasih Allah kepadamu, di dalam kasihmu 

kepada Allah, atau di dalam kasih saudara-saudaramu ke-

pada kami, maka dengan mempertimbangkan semua ini, 

hendaklah kamu sehati sepikir. jika kamu sudah mene-

mukan penghiburan itu, jika kamu mau mencarinya, jika 

kamu sungguh percaya bahwa anugerah kasih adalah anu-

gerah yang menghibur, maka berlimpah-limpahlah dengan 

penghiburan itu.” 

(3) “Persekutuan Roh. Jikalau memang ada persekutuan de-

ngan Allah dan Kristus melalui Roh, persekutuan orang-

orang kudus sebab  dihidupkan dan digerakkan oleh satu 

Roh yang sama, maka hendaklah kamu sehati sepikir. Se-

bab kasih Kristen dan sikap sehati sepikir akan meme-

lihara persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama.”  

(4) “Ada kasih mesra dan belas kasihan, di dalam Allah dan 

Kristus, kepadamu. Jika kamu mengharapkan manfaat 

dari belas kasihan Allah kepada dirimu sendiri, maka kamu 

harus menunjukkan belas kasihan satu sama lain. jika 

memang ada belas kasihan di antara pengikut-pengikut 

Kristus, jika semua orang yang dikuduskan cenderung me-

miliki rasa iba yang kudus, maka tunjukkanlah itu dengan 

cara seperti ini.” Betapa kuatnya semua pernyataan ini! 

Orang akan memandang bahwa semua ini cukup untuk 

menjinakkan hati yang paling buas, serta melembutkan 

hati yang paling keras. 

(5) Alasan lain yang dinyatakan Paulus ialah bahwa hal itu 

akan menjadi penghiburan baginya: sempurnakanlah suka-

citaku. Melihat jemaat sehati sepikir dan hidup di dalam 

kasih merupakan sukacita bagi para pelayan Tuhan. Sela-

ma ini ia telah dipakai untuk membawa mereka menemu-


 288

kan anugerah Kristus dan kasih Allah. “Sekarang,” katanya, 

“jika kamu telah memperoleh manfaat sebab  mengikuti 

Injil Kristus, jika kamu memperoleh penghiburan di da-

lamnya, atau keuntungan darinya, maka sempurnakanlah 

sukacita dari pelayanmu yang hina ini, yang telah mem-

beritakan Injil kepadamu.”  

2. Paulus mengemukakan beberapa cara untuk mewujudkan hal 

itu. 

(1) Jangan mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang 

sia-sia (ay. 3). Tidak ada musuh yang lebih besar bagi kasih 

Kristen selain kesombongan dan nafsu. Jika kita melaku-

kan segala sesuatu dengan menentang saudara-saudara 

kita, maka ini sama dengan melakukannya sambil mencari 

kepentingan sendiri. jika kita melakukannya sambil 

pamer, maka ini berarti melakukannya sambil mencari 

puji-pujian yang sia-sia. Kedua hal ini merusak kasih 

Kristen dan menyalakan ketegangan yang tidak kristiani. 

Kristus datang untuk melenyapkan segala perseteruan. 

sebab  itu jangan sampai ada roh pertentangan di antara 

orang Kristen. Kristus datang untuk merendahkan hati 

kita, sebab  itu jangan sampai ada roh kesombongan di 

antara kita. 

(2) Kita harus dengan rendah hati menganggap yang lain lebih 

utama dari pada diri kita sendiri. Kita harus keras terhadap 

kesalahan kita sendiri dan penuh kasih saat  menghakimi 

orang lain. Cepat dalam mengenali kekurangan dan kesa-

lahan kita sendiri, namun  sigap untuk mengabaikan dan 

membiarkan kekurangan orang lain. Kita harus mengang-

gap kebaikan yang ada pada diri orang lain melebihi ke-

baikan yang ada pada diri kita sendiri. sebab  kitalah yang 

paling mengetahui bahwa diri kita tidak layak dan tidak 

sempurna. 

(3) Kita harus menaruh perhatian pada kepentingan orang 

lain, bukan dengan rasa ingin tahu dan mau menghakimi, 

atau seperti orang yang suka mencampuri urusan orang 

lain, melainkan dengan kasih dan bela rasa kristiani. Ja-

nganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentinga-

nnya sendiri, namun  kepentingan orang lain juga (ay. 4). Roh 

Surat Filipi 2:1-11 

 289 

yang mementingkan diri sendiri merusak kasih Kristen. 

Kita tidak boleh hanya memedulikan nama baik, kenya-

manan, dan keamanan kita sendiri, namun  juga harus 

peduli hal-hal tersebut pada diri orang lain. Kita juga harus 

bersukacita akan keberhasilan orang lain dengan tulus, 

sama seperti keberhasilan kita sendiri. Kita harus menga-

sihi sesama kita seperti kita mengasihi diri sendiri, dan 

menjadikan masalah mereka seperti masalah kita sendiri. 

II. Di sini ada sebuah pola Injil yang dikemukakan supaya kita tiru, 

dan itu merupakan teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Hendaklah 

kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan 

yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (ay. 5). Perhatikan, orang 

Kristen harus memiliki pikiran Kristus. Kita harus memiliki 

kehidupan yang menyerupai kehidupan-Nya, jika kita ingin 

memperoleh manfaat dari kematian-Nya. Jika orang tidak memiliki 

Roh Kristus, ia bukan milik Kristus (Rm. 8:9). Nah, seperti apakah 

pikiran Kristus itu? Dia luar biasa rendah hati, dan inilah yang 

khususnya harus kita pelajari dari Dia. Belajarlah pada-Ku, 

sebab  Aku lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29). jika 

kita rendah hati, tentulah kita menjadi sehati sepikir. Dan jika 

kita seperti Kristus, tentulah kita akan rendah hati. Kita harus 

melangkah di dalam roh yang sama dan di dalam jejak yang sama 

dengan Tuhan Yesus, yang merendahkan diri sampai menderita 

dan mati bagi kita. Bukan hanya untuk memuaskan keadilan 

Allah dan membayar harga untuk membebaskan kita, melainkan 

juga untuk memberi teladan bagi kita, supaya kita dapat meng-

ikuti jejak-Nya. Nah, di sini kita temukan dua kodrat dan dua 

keadaan Tuhan kita Yesus. Dapat dilihat bahwa Rasul Paulus, 

sesudah  mendapat kesempatan untuk membicarakan Tuhan Yesus 

serta pikiran yang ada di dalam diri-Nya, menggunakan kesem-

patan itu untuk lebih jauh lagi membicarakan pribadi-Nya, dan 

memberikan gambaran khusus tentang diri-Nya. Ini adalah topik 

yang menyenangkan, dan seorang pelayan Injil tidak boleh ber-

anggapan bahwa ia tidak punya kesempatan saat  menjumpai 

kesempatan itu. Setiap kesempatan yang cocok harus segera di-

manfaatkan.  

1. Di sini diceritakan tentang dua kodrat Kristus, yaitu kodrat 

ilahi-Nya dan kodrat manusiawi-Nya. 


 290

(1) Berikut adalah kodrat ilahi-Nya. Yang walaupun dalam 

rupa Allah (ay. 6), memiliki kodrat ilahi, sebagai Anak Allah 

yang tunggal dan kekal. Ini sejalan dengan Yohanes 1:1. 

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama 

dengan Allah. Ini sama maknanya dengan menjadi gambar 

Allah yang tidak kelihatan (Kol. 1:15), dan cahaya kemulia-

an Allah dan gambar wujud Allah (Ibr. 1:3). Ia tidak meng-

anggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang 

harus dipertahankan (KJV: sebagai perampokan – pen.). 

Kristus tidak berpikir diri-Nya bersalah telah merebut apa 

yang bukan milik-Nya, atau pura-pura memiliki hak orang 

lain. Ia berkata, Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30). 

Berpura-pura setara dengan Allah, atau mengaku diri satu 

dengan Allah merupakan perampokan terbesar yang dapat 

dilakukan oleh manusia biasa atau makhluk biasa yang 

mana pun. Bagi manusia, ini adalah merampok Allah, bu-

kan mengenai persepuluhan dan persembahan, melainkan 

mengenai hak-Nya sebagai Allah (Mal. 3:8). Beberapa orang 

menafsirkan dalam rupa Allah – en morphē Theou hyparchōn, 

sebagai penampakan-Nya dalam kemuliaan ilahi yang agung 

kepada nenek moyang dan kepada orang Yahudi di dalam 

Perjanjian Lama, yang sering kali disebut sebagai kemuliaan 

dan Shekinah. Kata ini digunakan dengan makna tersebut 

oleh Septuaginta, dan di dalam Perjanjian Baru. Kristus 

menampakkan diri kepada kedua murid itu, en hetera 

morphē – dalam rupa yang lain (Mrk. 16:12). Metemorphōthē 

– Ia berubah rupa di hadapan mereka (Mat. 17:2). Dan Ia 

tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai 

milik yang harus dipertahankan. Ia tidak mencengkeram 

dengan serakah, ataupun mengingini dan berusaha supaya 

terlihat ada di dalam kemuliaan itu. Ia mengesampingkan 

kemegahan keadaan-Nya yang sebelumnya saat  Ia berada 

di muka bumi, yang dianggap sebagai suatu pernyataan 

tersendiri, ouk harpagmon hēgēsato. Vid. Bishop Bull's Def. 

cap. 2 sect. 4 et alibi, dan Whitby in loc. 

(2) Kodrat manusiawi-Nya. Ia menjadi sama dengan manusia, 

dan dalam keadaan sebagai manusia. Ia sungguh dan 

sepenuhnya manusia, mendapat bagian dalam darah dan 

daging kita, tampil dalam kodrat dan kebiasaan manusia. 

Surat Filipi 2:1-11 

 291 

Dan Dia mengambil kodrat manusia dengan sukarela. Itu 

merupakan tindakan-Nya sendiri, dan dilakukan dengan 

persetujuan-Nya sendiri. Kita tidak dapat berkata demikian 

mengenai bagian kita di dalam kodrat manusia. Di sini Ia 

mengosongkan diri-Nya sendiri, melepaskan diri dari kehor-

matan dan kemuliaan dunia atas, serta dari keadaan-Nya 

yang sebelumnya, untuk mengenakan pada diri-Nya sendiri 

kain kotor berupa kodrat manusia. Dalam segala hal Dia 

sama dengan kita (Ibr. 2:7). 

2. Di sini diceritakan tentang dua keadaan Kristus, yaitu peren-

dahan dan peninggian-Nya. 

(1) Keadaan-Nya yang direndahkan. Kristus tidak hanya meng-

ambil rupa dan keadaan seorang manusia, namun  juga rupa 

seorang hamba, yaitu, manusia yang hina. Kristus bukan 

hanya hamba Allah yang sudah dipilih oleh Allah, melain-

kan juga datang untuk melayani manusia, dan hidup di 

antara mereka sebagai seorang yang melayani di dalam 

keadaan hina dan rendah. Orang akan menyangka bahwa 

jika Tuhan Yesus menjadi manusia, tentulah Ia akan men-

jadi seorang pangeran, dan tampil dalam kemegahan. Na-

mun justru sebaliknya: Ia mengambil rupa seorang hamba. 

Yesus dibesarkan secara sederhana, mungkin turut me-

ngerjakan pekerjaan orang yang dianggap sebagai ayah-

Nya. Seluruh hidup-Nya adalah hidup yang sangat rendah, 

hina, miskin, dan nista. Ia tidak memiliki tempat untuk 

meletakkan kepala-Nya, hidup dari sedekah, seorang yang 

penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan, 

tidak tampil dengan kemegahan lahiriah, atau memiliki 

tanda yang membedakan-Nya dari orang lain. Inilah keada-

an rendah dari hidup-Nya. Namun tahapan yang paling 

rendah dalam kehinaan-Nya adalah kematian-Nya di kayu 

salib. Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu 

salib. Ia tidak hanya menderita, namun  juga sepenuhnya 

taat secara sukarela. Ia merendahkan diri di bawah hukum 

yang mengatasi-Nya sebagai Pengantara, dan oleh hukum 

itu Dia ditetapkan untuk mati. Aku berkuasa memberikan 

nyawa-Ku dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah 

tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku (Yoh. 10:18). Dan Dia 


 292

takluk kepada hukum Taurat (Gal. 4:4). Ada sebuah pene-

kanan terhadap cara kematian-Nya, yang mengandung di 

dalamnya segala keadaan yang mungkin yang merendah-

kan diri-Nya. Bahkan sampai mati di kayu salib, sebuah 

kematian yang terkutuk, menyakitkan, dan memalukan, 

sebuah kematian yang dinyatakan terkutuk oleh hukum 

Taurat (Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib). 

Kematian yang penuh rasa sakit perih, tubuh dipaku sam-

pai menembus bagian-bagian saraf (tangan dan kaki), dan 

seluruh berat badan-Nya tergantung pada kayu salib. Dan 

ini merupakan kematian seorang penjahat dan seorang bu-

dak, bukan seorang yang merdeka, dipertontonkan di depan 

umum. Begitu direndahkannya Yesus yang mulia itu. 

(2) Peninggian-Nya. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan 

Dia. Dia ditinggikan sebagai upah sebab  telah direndahkan. 

sebab  Dia merendahkan diri-Nya, maka Allah meninggikan 

Dia. Dan Allah sangat meninggikan Dia, hyperypsōse, meng-

angkat Dia tinggi melampaui segalanya. Allah meninggikan 

seluruh Pribadi-Nya, baik dalam kodrat-Nya yang manusia-

wi maupun yang ilahi. sebab  Dia dikatakan berada dalam 

rupa Allah sekaligus dalam keadaan sebagai manusia. 

Sehubungan dengan kodrat ilahi-Nya, maka peninggian-

Nya hanya berupa pengakuan atas semua hak-Nya, atau 

untuk penunjukkan dan penampilan kemuliaan yang Dia 

miliki di hadirat Bapa sebelum dunia ada (Yoh. 17:5), bukan 

pemerolehan akan kemuliaan yang baru. sebab  itulah 

dikatakan bahwa Bapa sendiri juga ditinggikan. Jadi, pe-

ninggian yang sesuai adalah berkenaan dengan kodrat 

manusiawi-Nya, yang sebenarnya mampu dilakukan-Nya 

sendiri, walaupun sebab  ada hubungan dengan kodrat 

ilahi-Nya. Di sini peninggian-Nya terdiri dari hormat dan 

kuasa. Berupa hormat, supaya Dia memiliki nama di atas 

segala nama, suatu gelar kehormatan yang melebihi segala 

makhluk, manusia dan malaikat. Dan berupa kuasa, yaitu 

supaya semua bertekuk lutut di hadapan-Nya. Seluruh 

makhluk harus tunduk kepada-Nya: segala yang ada di 

langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah 

bumi, para penghuni sorga dan bumi, yang hidup dan yang 

mati. Dalam nama Yesus, bukan pada bunyi nama terse-

Surat Filipi 2:12-13 

 293 

but, melainkan pada kekuasaan Yesus. Semua harus mem-

berikan penghormatan dengan khidmat. Selain itu, supaya 

segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” setiap 

bangsa dan bahasa harus secara terbuka mengakui keraja-

an semesta yang dimiliki Sang Penebus yang ditinggikan, 

dan bahwa kepada-Nya telah diberikan segala kuasa di 

sorga dan di bumi (Mat. 28:18). Perhatikan betapa luar 

biasa luasnya kerajaan Kristus. Kerajaan-Nya menjangkau 

sorga dan bumi, mencakup setiap makhluk di kedua tem-

pat itu, termasuk malaikat dan manusia, dan orang mati 

maupun yang hidup. Bagi kemuliaan Allah, Bapa. Amatilah, 

adalah bagi kemuliaan Allah, Bapa, bahwa Yesus Kristus 

diakui sebagai Tuhan. Sebab, merupakan kehendak-Nyalah 

supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mere-

ka menghormati Bapa (Yoh. 5:23). Penghormatan apa pun 

yang diberikan kepada Kristus tertuju juga kepada Bapa. 

Barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang 

mengutus Aku (Mat. 10:40). 

Ibadah yang Diamalkan 

(2:12-13) 

12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; sebab  itu 

tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja 

seperti waktu aku masih hadir, namun  terlebih pula sekarang waktu aku tidak 

hadir, 13 sebab  Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan 

maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. 

I. Paulus menyerukan kepada jemaat Filipi supaya rajin dan ber-

sungguh-sungguh di dalam kehidupan Kristen. Kerjakan kesela-

matanmu. Keselamatan itu adalah keselamatan jiwa kita (1Ptr. 

1:9) dan merupakan keselamatan kita yang abadi (Ibr. 5:9), dan 

mengandung pembebasan dari semua kejahatan yang telah ditim-

bulkan oleh dosa pada diri kita dan yang diperhadapkan oleh 

dosa kepada kita. Keselamatan ini juga mengandung semua yang 

baik dan apa pun yang dibutuhkan untuk mewujudkan seutuh-

nya kebahagiaan kita di masa akan datang. Perhatikan, menjadi 

kepedulian bagi kita melebihi segala hal apa pun untuk menjamin 

kesejahteraan jiwa kita. Apa pun yang terjadi, marilah kita mem-

perhatikan kepentingan-kepentingan terbaik kita. Itu adalah 


 294

keselamatan kita sendiri, keselamatan jiwa kita sendiri. Bukan 

tugas kita untuk menghakimi orang lain. Sudah cukup banyak 

yang harus kita lakukan untuk menjaga diri sendiri. Sekalipun 

kita harus membantu mewujudkan keselamatan orang banyak 

(Yud. 1:3) semampu kita, kita sama sekali tidak boleh mengabai-

kan keselamatan kita sendiri. Kita wajib mengerjakan keselamat-

an kita, katergazesthe. Kata ini bermakna mengerjakan sesuatu 

dengan saksama, dan melakukannya dengan berjerih payah. 

Perhatikan, kita harus rajin dalam menggunakan segala sarana 

yang mengarah pada keselamatan kita. Kita tidak boleh hanya 

mengerjakan keselamatan kita secara asal-asalan, namun  harus 

mengerjakannya dengan segala daya upaya, dengan mengerjakan 

apa saja yang perlu dilakukan, dan bertekun di dalamnya sampai 

akhir. Keselamatan merupakan hal besar yang harus kita pikir-

kan, dan kita harus mengarahkan hati kita kepadanya. Kita tidak 

dapat memperoleh keselamatan tanpa adanya kepedulian dan 

ketekunan yang luar biasa. Paulus menambahkan, dengan takut 

dan gentar, maksudnya, dengan luar biasa saksama dan hati-hati. 

“Gemetar, sebab  takut jangan sampai engkau bertindak keliru 

dan gagal memperolehnya. Lakukanlah segala sesuatu dengan 

saksama di dalam ibadah dengan cara yang terbaik, dan takutlah 

jangan sampai di dalam segala keuntungan yang kamu miliki, 

kamu malah dianggap ketinggalan” (Ibr. 4:1). Rasa takut sangat 

baik untuk menjaga dan menghindarkan diri dari kejahatan. 

II. Paulus mendesak begini sebab  mempertimbangkan betapa mere-

ka selalu sigap untuk menaati Injil. “Kamu senantiasa taat ... bu-

kan saja seperti waktu aku masih hadir, namun  terlebih pula seka-

rang waktu aku tidak hadir” (ay. 12). Kamu selalu mau menaati 

setiap kehendak Allah yang ditunjukkan, dan itu kamu lakukan 

baik saat  aku hadir maupun tidak hadir. Kamu menunjukkan 

bahwa penghargaan kepada Kristus dan pemeliharaan jiwamu 

lebih diutamakan di dalam dirimu dibandingkan dengan meng-

hormati apa pun yang lain.” Mereka tidak hanya merasa kagum 

dan hormat saat  Rasul Paulus hadir, namun  terlebih lagi waktu 

ia tidak hadir. “Dan sebab  Allahlah yang mengerjakan di dalam 

kamu, maka sungguh-sungguh kerjakanlah keselamatanmu. Be-

kerjalah, sebab  Dia bekerja.” Seharusnya ini mendorong kita 

untuk melakukan yang terbaik, sebab  usaha kita tidak akan

Surat Filipi 2:14-18 

 295 

menjadi sia-sia. Allah siap untuk mencurahkan anugerah-Nya, 

dan menolong usaha yang kita lakukan dengan setia. Perhatikan, 

walaupun kita harus mengerahkan segala daya upaya sehebat-

hebatnya dalam mengerjakan keselamatan kita, kita tetap harus 

terus, dan semakin, bergantung pada kasih karunia Allah. Kasih 

karunia-Nya bekerja di dalam diri kita dengan cara yang pas un-

tuk keadaan kita, dan sesuai dengan segala upaya kita. namun , 

pekerjaan kasih karunia Allah di dalam diri kita sama sekali tidak 

boleh dijadikan dalih, sebab  pekerjaan Allah bertujuan untuk 

menggerakkan dan mendorong kita supaya berusaha. “Dan kerja-

kanlah keselamatan kita dengan takut dan gentar, sebab  Dia 

bekerja di dalam kamu.” Semua pekerjaan kita bergantung pada 

pekerjaan-Nya di dalam diri kita. “Jangan mencari perkara dengan 

Allah dengan bersikap mengabaikan dan menunda-nunda, supaya 

jangan kamu membuat Dia marah dan menahan pertolongan-Nya, 

sehingga semua usahamu menjadi sia-sia. Bekerjalah dengan 

takut, sebab  Dia bekerja menurut kerelaan-Nya.” Kemauan mau-

pun pekerjaan: Allahlah yang memberikan seluruh kemampuan. 

Kasih karunia Allahlah yang mencondongkan kemauan kita ke-

pada apa yang baik, lalu memampukan kita untuk mengerja-

kannya, dan bertindak sesuai dengan asas-asas yang kita miliki. 

Segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukan-

nya bagi kami (Yes. 26:12). Menurut kerelaan-Nya. sebab  kita 

tidak memiliki kekuatan, maka tidak ada jasa di dalam diri kita. 

sebab  kita tidak dapat bertindak tanpa kasih karunia Allah, 

maka kita tidak dapat menuntutnya, atau mengaku-ngaku layak 

menerimanya. Oleh sebab  kehendak Allah yang baik bagi kita, 

maka Ia melakukan pekerjaan-Nya yang baik di dalam diri kita. 

Dan Dia tidak terikat pada ciptaan-Nya, melainkan pada janji-Nya 

yang penuh kemurahan.  

Ibadah yang Diamalkan 

(2:14-18) 

14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berban-

tah-bantahan, 15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-

anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hati-

nya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti 

bintang-bintang di dunia, 16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar 

aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba 


 296

dan tidak percuma bersusah-susah. 17 namun  sekalipun darahku dicurahkan 

pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita 

dengan kamu sekalian. 18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan 

bersukacitalah dengan aku. 

Rasul Paulus menasihati mereka di dalam ayat-ayat ini supaya meng-

hiasi pengakuan iman Kristen mereka dengan sifat dan perilaku yang 

pantas, dalam beberapa hal. 

1. Dengan ketaatan yang riang hati kepada semua perintah Allah 

(ay. 14). “Lakukanlah segala sesuatu, lakukan setiap bagian kewa-

jibanmu, dengan tidak bersungut-sungut. Lakukanlah, dan jangan 

mencari-cari kesalahan mengenainya. Urusilah pekerjaanmu, dan 

janganlah bertengkar dengannya.” Perintah Allah diberikan su-

paya ditaati, bukan untuk diperbantahkan. Ini menghiasi iman 

kita dengan luar biasa, dan menunjukkan bahwa kita melayani 

seorang Tuan yang baik, yang melayani-Nya adalah sebuah kebe-

basan dan bekerja bagi-Nya itu sendiri merupakan suatu upah.  

2. Dengan hidup damai dan penuh kasih satu sama lain. “Lakukan 

segala sesuatu dengan tidak berbantah-bantahan, bertengkar, dan 

berdebat satu dengan yang lain. sebab  sering kali terang kebe-

naran dan hidup keagamaan hilang di tengah-tengah kepanasan 

dan kabut perbantahan.” 

3. Dengan perilaku yang tidak beraib terhadap semua orang (ay. 15). 

“Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak 

Allah yang tidak bercela. Supaya engkau jangan melukai siapa 

pun di dalam perkataan atau perbuatan, dan berbuat salah ke-

pada orang lain.” Kita harus berusaha bukan hanya supaya kita 

tidak bernoda, melainkan juga tidak beraib. Tidak hanya supaya 

kita jangan mencederai, namun  juga supaya jangan kita dicurigai 

dalam hal itu. Tiada beraib dan tulus. Begitulah beberapa orang 

mengartikannya. Tiada beraib di hadapan manusia, dan tulus 

terhadap Allah. Anak-anak Allah. Barangsiapa memiliki hubungan 

semacam itu, dan dikenan dengan pemberian hak istimewa yang 

seperti itu, patutlah ia menjadi orang yang tiada beraib dan tiada 

bernoda. Anak-anak Allah harus berbeda dengan anak-anak 

manusia. Tidak bercela – amōmēta. Momus adalah seorang dewa 

Yunani yang banyak maunya, yang disebutkan oleh Hesiod dan 

Lucian. Ia tidak mengerjakan apa-apa, selain hanya menyalahkan 

semua orang dan segala sesuatu. Dari namanyalah, maka semua 

orang yang suka mengeluh tentang orang lain dan mengecam

Surat Filipi 2:14-18 

 297 

pekerjaan mereka disebut sebagai Momi. Arti dari ungkapan ini 

ialah, “Hiduplah dengan sedemikian berhati-hati supaya jangan 

Momus beroleh kesempatan untuk menunjukkan keberatannya 

terhadapmu, sehingga pengecam yang paling kejam pun tidak 

mendapati kesalahan pada dirimu.” Kita harus memiliki tujuan 

dan berusaha bukan hanya supaya kita masuk ke sorga, melain-

kan supaya kita masuk ke sana tanpa noda. Dan, seperti Deme-

trius, tentang dia semua orang memberi kesaksian yang baik, 

malah kebenaran sendiri memberi kesaksian yang demikian (3Yoh. 

1:12). Di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang 

sesat ini. Yaitu, di antara orang kafir, dan orang-orang yang tidak 

ber-Tuhan. Perhatikan, di mana tidak ada agama yang sejati, 

hanya sedikit yang dapat diharapkan selain dari kebengkokan dan 

kesesatan. jika orang-orang yang di antara mereka kita hidup 

semakin bengkok dan sesat, dan semakin cenderung mencari-cari 

kesalahan, maka semakin kita harus berhati-hati untuk menjaga 

diri tidak beraib dan tidak bernoda. Abraham dan Lot tidak boleh 

berkelahi, sebab  orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu 

(Kej. 13:7). Sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti 

bintang-bintang di dunia. Kristus adalah terang dunia, sedangkan 

orang Kristen yang baik adalah terang di dalam dunia. Di mana 

pun Allah memunculkan orang baik, di tempat itu Dia menyala-

kan terang. Atau, ini dapat dibaca sebagai perintah: bercahayalah 

di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia. Bandingkan 

dengan Matius 5:16. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya 

di depan orang. Orang Kristen harus berusaha supaya tidak ha-

nya berkenan kepada Allah, namun  juga disukai orang lain, sehing-

ga mereka juga dapat memuliakan Allah. Mereka harus bercahaya 

sekaligus tulus. Sambil berpegang pada (KJV: menyampaikan) fir-

man kehidupan (ay. 16). Injil disebut firman kehidupan sebab  

menyingkapkan dan memberikan kepada kita hidup kekal melalui 

Yesus Kristus. Kuasa maut telah dipatahkan dan hidup yang tidak 

dapat binasa telah didatangkan oleh Injil (2Tim. 1:10). Menjadi 

tugas kitalah untuk tidak saja berpegang, namun  juga menyampai-

kan firman kehidupan. Bukan hanya memegangnya teguh demi 

keuntungan kita sendiri, melainkan juga menyampaikannya demi 

keuntungan orang lain, menjulurkannya seperti kaki dian yang 

menjulurkan pelita, sehingga bermanfaat bagi sekelilingnya. Atau, 

seperti benda-benda penerang di langit, yang menebarkan penga-


 298

ruh jauh ke mana-mana. Dikatakan Paulus bahwa inilah yang 

menjadi sukacitanya, “Agar aku dapat bermegah pada hari Kris-

tus. Bukan hanya bermegah sebab  kamu teguh, melainkan juga 

sebab  kamu berguna.” Paulus mau supaya jemaat Filipi meng-

anggap jerih payahnya mendapat upah yang pantas, dan bahwa ia 

tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah. 

Perhatikan,  

(1) Pekerjaan pelayanan membutuhkan penyerahan diri seseorang 

seutuhnya. Semua yang ada di dalam diri kita, biarpun sedikit 

harus dipekerjakan di dalam pelayanan, seperti di dalam ber-

lomba dan bersusah-susah. Berlomba melambangkan kekuat-

an dan keperkasaan, dan gerak yang terus maju. Susah payah 

melambangkan ketekunan dan pelaksanaan secara cermat.  

(2) Merupakan sukacita besar bagi para pelayan Tuhan saat  

melihat bahwa mereka tidak percuma berlomba dan tidak per-

cuma bersusah-susah, dan itu akan menjadi sukacita mereka 

pada hari Kristus, saat  orang-orang yang mereka menang-

kan menjadi mahkota mereka. Sebab siapakah pengharapan 

kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di 

hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, 

kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan 

sukacita kami (1Tes. 2:19-20). Rasul Paulus tidak hanya ber-

lomba dan bersusah-susah bagi mereka dengan sepenuh hati, 

namun  juga menunjukkan bahwa dia siap menderita demi ke-

baikan mereka (ay. 17). namun  sekalipun darahku dicurahkan 

pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku 

bersukacita dengan kamu sekalian. Dia merasa berbahagia 

jika ia menjunjung kehormatan Kristus, membangun je-

maat, dan mewujudkan kesejahteraan jiwa manusia, sekali-

pun itu dilakukan tidak hanya dengan membahayakan, namun  

juga dengan menyerahkan nyawanya. Ia rela menjadi persem-

bahan di atas mezbah mereka, untuk melayani iman umat 

pilihan Allah. Kalau Paulus saja merasa berharga untuk mela-

yani jemaat dengan mencurahkan darahnya, masakan kita 

menganggap terlalu berlebihan jika kita harus berjerih payah 

sedikit? Tidakkah layak bagi kita untuk berusaha, mengingat 

Paulus sendiri sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri? 

Sekalipun darahku dicurahkan, seperti anggur dalam korban 

curahan, spendomai. Mengenai diriku, darahku sudah mulai

Surat Filipi 2:19-30 

 299 

dicurahkan (2Tim. 4:6). Ia dapat bersukacita untuk memeteraikan 

ajarannya dengan darahnya (ay. 18). Dan kamu juga harus 

bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku. Allah mau 

supaya orang-orang Kristen yang baik banyak bersukacita. Dan 

barangsiapa bergembira atas para pelayan Tuhan yang baik, 

memiliki sangat banyak alasan untuk bersukacita dan bergembira 

bersama mereka. Jika pelayan Tuhan mengasihi jemaat, dan mau 

berkorban dan dikorbankan demi kesejahteraan mereka, maka 

jemaat memiliki alasan untuk mengasihi pelayan Tuhan itu dan 

bersukacita dengan dia. 

Pujian untuk Timotius dan Epafroditus 

(2:19-30) 

19 namun  dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepada-

mu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. 20 sebab  

tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan yang begitu 

bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; 21 sebab semuanya 

mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus. 22 Kamu 

tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku da-

lam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. 23 Dialah 

yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku 

bagaimana jalannya perkaraku; 24 namun  dalam Tuhan aku percaya, bahwa 

aku sendiri pun akan segera datang. 25 Sementara itu kuanggap perlu mengi-

rimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta 

teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keper-

luanku. 26 sebab  ia sangat rindu kepada kamu sekalian dan susah juga 

hatinya, sebab kamu mendengar bahwa ia sakit. 27 Memang benar ia sakit 

dan nyaris mati, namun  Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja, 

melainkan aku juga, supaya dukacitaku jangan bertambah-tambah. 28 Itulah 

sebabnya aku lebih cepat mengirimkan dia, supaya bila kamu melihat dia, 

kamu dapat bersukacita pula dan berkurang dukacitaku. 29 Jadi sambutlah 

dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti 

dia. 30 Sebab oleh sebab  pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia memper-

taruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayan-

anmu kepadaku. 

Secara khusus Paulus berbicara tentang dua orang pelayan Tuhan 

yang baik. Sekalipun dia sendiri adalah seorang rasul besar, dan 

telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua, namun ia menyem-

patkan diri untuk berbicara dengan penuh hormat mengenai mereka 

yang jauh lebih rendah kedudukannya daripada dia. 

I. Paulus berbicara tentang Timotius, yang ia rencanakan untuk 

diutus kepada jemaat Filipi, supaya ia bisa mengetahui keadaan 


 300

mereka. Lihatlah bagaimana Paulus peduli terhadap para jemaat, 

dan betapa ia terhibur jika mereka dalam keadaan baik. Ia 

merasa menderita saat  sudah beberapa lama tidak mendengar 

kabar mereka, sehingga berniat mengutus Timotius untuk men-

cari tahu dan membawa kabar untuknya. sebab  tak ada seorang 

padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan yang begitu 

bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu. Sebaliknya, 

Timotius memiliki karakter yang sedemikian. Tidak diragukan 

lagi, ada banyak pelayan Tuhan yang baik, yang memperhatikan 

jiwa orang-orang yang mereka injili. Namun tidak ada yang 

sebanding dengan Timotius, seorang dengan roh yang unggul dan 

berhati lembut. Yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan 

kepentinganmu (KJV: Yang secara alami memperhatikan kepenting-

anmu – pen.). Perhatikan, sangat baik bagi kita jika kewajiban 

kita menjadi sesuatu yang kita kerjakan secara alami. Timotius 

dikenal sebagai anak rohani Paulus yang mulia, dan ia hidup 

dengan roh yang sama dan jejak langkah yang sama. Secara 

alami, artinya, tulus, dan bukan hanya berpura-pura. Dengan 

hati yang rela dan pandangan yang lurus, sangat selaras dengan 

isi pikiran Paulus. Perhatikan,  

1. Merupakan kewajiban para pelayan Tuhan untuk memperhati-

kan kepentingan jemaat mereka dan peduli terhadap kesejah-

teraan jemaat. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan 

kamu sendiri (2Kor. 12:14). 

2. Jarang sekali untuk menemukan seseorang yang melakukan-

nya secara alami, yaitu orang yang sangat luar biasa dan ber-

beda di antara saudara-saudaranya. Sebab semuanya mencari 

kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus (ay. 

21). Apakah Paulus terlalu terburu-buru dalam mengatakan 

hal ini, seperti Daud yang berkata, bahwa semua manusia 

pembohong? (Mzm. 116:11) Apakah sejak semula sudah begitu 

lazimnya kebobrokan di antara para pelayan Tuhan, sehingga 

tidak ada satu pun di antara mereka yang memedulikan ke-

pentingan jemaat mereka? Kita tidak boleh mengartikannya 

demikian. Maksud Paulus adalah secara umum. Semua, arti-

nya sebagian besar, atau semua, jika dibandingkan dengan 

Timotius. Perhatikan, mencari kepentingan kita sendiri sam-

pai-sampai mengabaikan Yesus Kristus adalah dosa yang sa-

ngat besar, dan sangat lazim terjadi di kalangan orang Kristen 

Surat Filipi 2:19-30 

 301 

dan para pelayan Tuhan. Banyak yang lebih memilih kehor-

matan, kenyamanan, dan keamanan mereka sendiri daripada 

kebenaran, kekudusan, dan kewajiban. Mereka lebih memilih 

hal-hal yang menyenangkan dan mendatangkan nama baik 

bagi mereka, daripada perkara-perkara tentang kerajaan Kris-

tus, kehormatan, dan kepentingan-Nya di dunia. Namun Timo-

tius sama sekali tidak seperti itu. Kamu tahu bahwa kesetia-

annya telah teruji (ay. 22). Ia adalah seorang yang telah teruji, 

telah menunaikan tugas pelayanannya (2Tim. 4:5), dan setia 

dalam segala perkara yang terjadi padanya. Semua jemaat 

yang dikenal olehnya mengetahui bukti mengenai dirinya. Ia 

adalah seorang yang sangat baik, sebagaimana tampaknya, 

dan melayani Kristus dengan cara sedemikian hingga berkenan 

pada Allah dan dihormati oleh manusia (Rm. 14:18). “Kamu 

tidak hanya mengetahui namanya dan wajahnya, namun  juga 

bukti mengenai dirinya, dan telah mengalami kasih dan kese-

tiaannya selama ia melayani kalian,” bahwa ia telah menolong 

aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong 

bapanya. Ia adalah asisten Paulus di berbagai tempat di mana 

Paulus memberitakan Injil. Ia melayani bersama Paulus di 

dalam Injil, dengan segala hormat sebagaimana wajib diberi-

kan oleh seorang anak kepada bapanya, dan dengan segenap 

kasih dan kegembiraan yang dapat dilakukan seorang anak 

kepada bapanya. Pelayanan mereka bersama disertai dengan 

sikap hormat yang besar di satu pihak, dan kelembutan serta 

kebaikan di pihak yang lain. Ini sungguh sebuah teladan yang 

mengagumkan bagaimana pelayan Tuhan yang lebih tua dan 

lebih muda dipersatukan di dalam pelayanan yang sama. Pau-

lus berencana mengutus Timotius segera: Dialah yang kuharap 

untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku bagai-

mana jalannya perkaraku (ay. 23). Saat itu Paulus adalah se-

orang tawanan, dan tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun, 

sesuai dengan apa yang ternyata terjadi, Paulus mengutus 

Timotius. Bahkan, ia berharap untuk datang sendiri (ay. 24). 

namun  dalam Tuhan aku percaya, bahwa aku sendiri pun akan 

segera datang. Paulus berharap supaya dia akan segera dibe-

baskan, dan dapat mengunjungi mereka. Paulus mengingin-

kan kebebasannya, bukan supaya ia dapat bersenang-senang, 

melainkan supaya ia dapat berbuat baik. Dalam Tuhan aku 


 302

percaya. Ia mengungkapkan pengharapan dan keyakinannya 

bahwa ia akan berjumpa dengan mereka, sambil dengan pe-

nuh kerendahan hati bergantung dan tunduk pada kehendak 

ilahi. (Lihat Kis. 18:21; 1Kor. 4:19; Yak. 4:15; dan Ibr. 6:3).  

II. Paulus berbicara mengenai Epafroditus, yang disebutnya sebagai 

saudaranya, dan teman sekerja serta teman seperjuangannya, 

saudaranya di dalam Kristus, kepada siapa ia menaruh kasih 

yang besar. Epafroditus adalah rekan sekerja Paulus dan ber-

sama-sama menderita bagi Injil, yang tunduk pada pekerjaan dan 

kesukaran yang sama dengan dirinya. Epafroditus merupakan 

utusan jemaat Filipi, yang tadinya mereka utus kepada Paulus, 

mungkin untuk meminta nasihat kepadanya tentang beberapa 

persoalan mengenai jemaat mereka, atau untuk membawakan ha-

diah dari mereka untuk menolong Paulus, sebab  Paulus menam-

bahkan, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku. 

Agaknya Epafroditus adalah orang yang sama dengan yang dise-

but Epafras (Kol. 4:12). Ia sungguh rindu untuk datang kepada 

jemaat Filipi, dan Paulus mau supaya ia melakukannya. Tampak-

nya,  

1. Epafroditus dulu menderita sakit. Mereka mendengar bahwa ia 

sakit (ay. 26). Dan memang benar ia sakit dan nyaris mati (ay. 

27). Penyakit adalah kemalangan yang umum menimpa semua 

orang, termasuk orang-orang baik dan para pelayan Tuhan. 

Namun, mengapa Rasul Paulus tidak menyembuhkan dia, 

padahal Paulus dianugerahi kuasa untuk menyembuhkan 

penyakit, dan juga membangkitkan orang mati? (Kis. 20:10). 

Mungkin ini sebab  karunia tersebut bertujuan untuk menjadi 

tanda bagi orang lain, dan untuk menegaskan kebenaran Injil, 

sehingga tidak perlu dipraktikkan di antara sesama pelayan 

Tuhan. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang per-

caya: mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, 

dan orang itu akan sembuh (Mrk. 16:17-18). Mungkin juga 

mereka tidak memiliki kuasa itu setiap saat, dan tidak dapat 

menggunakannya sesuka hati, kecuali hanya sewaktu ada tu-

juan besar yang hendak dicapai melalui karunia tersebut, dan 

sewaktu Allah memandang tepat untuk hal itu. Ini terkecuali 

bagi Kristus, yang memiliki Roh tidak terbatas. 

Surat Filipi 2:19-30 

 303 

2. Jemaat Filipi saat itu sangat sedih mendengar bahwa Epafro-

ditus sakit. Mereka sangat tertekan, seperti halnya Paulus, 

saat  mendengar kabar tentang hal itu. Sebab tampaknya, 

Epafroditus adalah orang yang sangat mereka hormati dan 

kasihi, dan dianggap cocok dipilih untuk diutus kepada Rasul 

Paulus. 

3. Allah berkenan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan 

Epafroditus. namun  Allah mengasihani dia (ay. 27). Rasul 

Paulus mengakui bahwa itu merupakan belas kasihan yang 

luar biasa bagi dirinya sendiri, dan juga bagi Epafroditus dan 

yang lain. Meskipun saat  itu jemaat diberkati dengan karu-

nia-karunia yang luar biasa, mereka bahkan masih dapat ke-

hilangan seorang pelayan yang baik. Paulus sangat tersentuh 

saat  memikirkan suatu kehilangan yang begitu besar: supa-

ya dukacitaku jangan bertambah-tambah, artinya, “Supaya ja-

ngan selain dukacitaku sendiri sebab  dipenjara, aku ber-

dukacita sebab  kematiannya.” Atau, mungkin pelayan Tuhan 

yang baik lainnya juga ada yang baru saja meninggal, sehingga 

membuat ia sangat bersedih. Dan jika Epafroditus mati 

sekarang, itu akan membuat ia bersedih lagi, dan bertambah-

tambah dukacitanya.  

4. Epafroditus ingin mengunjungi jemaat di Filipi, supaya ia da-

pat terhibur oleh orang-orang yang berdukacita untuknya keti-

ka dia sakit. Supaya bila kamu melihat dia, kamu dapat ber-

sukacita pula (ay. 28), supaya kamu sendiri dapat melihat 

betapa pulih kesehatannya, dan sebab  itu betapa kamu ha-

rus mengucap syukur dan bersukacita mengenai keadaannya.” 

Epafroditus sendiri merasa senang dapat menghibur mereka 

dengan kehadiran seorang sahabat yang terkasih. 

5. Paulus minta mereka untuk menunjukkan penghargaan dan 

kasih kepada Epafroditus. “Jadi sambutlah dia dalam Tuhan 

dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia. 

Pandanglah orang-orang yang seperti ini berharga, yang me-

nyala-nyala dan setia, dan kiranya mereka sangat dikasihi dan 

dihormati. Tunjukkanlah sukacita dan rasa hormatmu dengan 

segala ungkapan kasih yang terdalam dan kata-kata yang 

baik.” Agaknya Epafroditus ditimpa penyakit saat  sedang 

melakukan pekerjaan Allah: Sebab oleh sebab  pekerjaan Kris-

tus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk me-


 304

menuhi apa yang masih kurang dalam pelayanan mereka 

kepada dia. Rasul Paulus tidak menyalahkan Epafroditus ka-

rena bersikap gegabah dan membahayakan nyawanya, namun  

justru beranggapan bahwa jemaat harus lebih lagi mengasihi 

Epafroditus sebab nya. Perhatikan, 

(1) Barangsiapa sungguh-sungguh mengasihi Kristus, dan tulus 

dalam mengurus kepentingan kerajaan-Nya, akan meng-

anggap sangat pantas bagi mereka untuk membahayakan 

kesehatan dan hidup mereka demi melayani Dia dan mem-

bangun jemaat-Nya. 

(2) Jemaat harus menerima Epafroditus dengan sukacita, se-

bagai orang yang baru sembuh dari sakit. Sungguh meng-

harukan bila kita memikirkan segala rahmat dikembalikan 

lagi kepada kita sesudah  bahaya disingkirkan dari kita, dan 

pada saat itu, segala rahmat itu akan lebih dihargai dan 

dimanfaatkan. Apa yang diberikan kepada kita sebagai 

jawaban doa haruslah diterima dengan rasa syukur dan 

sukacita yang besar. 

 

 

 

PASAL  3  

i dalam pasal ini Rasul Paulus memperingatkan jemaat Filipi 

akan para penyesat yang memaksakan ajaran agama Yahudi 

(ay. 1-3), dan ia mengajukan dirinya sendiri sebagai contoh. Di sini ia 

menyebut satu per satu hak istimewanya sebagai orang Yahudi, yang 

ditolaknya sendiri (ay. 4-8). Ia juga menggambarkan pilihannya sen-

diri (ay. 9-16), dan mengakhiri pasal ini dengan nasihat agar mereka 

waspada terhadap orang-orang fasik, dan mengikuti teladannya (ay. 

17-21). 

Gambaran tentang Orang Kristen Sejati  

(3:1-3) 

1 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. Menuliskan 

hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepada-

mu. 2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-

pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, 3 

sebab  kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan 

bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal 

lahiriah.  

Meskipun setia dan berkembang, jemaat Filipi sepertinya diganggu 

oleh guru-guru pendukung agama Yahudi yang berusaha keras me-

melihara hukum Musa, dan mencampuradukkan ketaatan terhadap 

hukum itu dengan ajaran Kristus serta penetapan-Nya. Rasul Paulus 

mengawali pasal ini dengan peringatan akan para penyesat ini. 

I.  Ia menasihati mereka agar bersukacita di dalam Tuhan (ay. 1), 

agar merasa puas dengan bagian yang mereka miliki di dalam Dia 

dan manfaat yang mereka harapkan dari-Nya. Bersukacita di 

dalam Kristus Yesus merupakan watak dan perilaku orang-orang 


 306

Kristen sejati. Semakin kita merasa terhibur dengan agama kita, 

semakin kita akan melekat kepadanya. Semakin kita bersukacita 

di dalam Kristus, semakin kita akan bersedia untuk melakukan 

kehendak-Nya serta menderita bagi-Nya, dan semakin kecil ba-

haya kita ditarik menjauh dari-Nya. Sebab sukacita sebab  

TUHAN itulah perlindunganmu! (Neh. 8:11). 

II.  Ia memperingatkan mereka agar waspada terhadap para guru 

palsu itu: Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku 

dan memberi kepastian kepadamu, yakni hal-hal yang sama yang 

sudah pernah aku beritakan kepadamu. Rasul Paulus seakan-

akan berkata, “Apa yang telah disampaikan ke telingamu akan di-

sampaikan ke matamu: apa yang sebelum ini pernah kukatakan, 

akan dituliskan sekarang. Ini untuk menunjukkan bahwa pen-

dapatku masih sama.” Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah 

berat bagiku. Amatilah, 

1. Para pelayan Tuhan tidak boleh menganggap apa pun terlampau 

berat, jika mereka mempunyai alasan untuk percaya bahwa 

hal itu aman dan mendatangkan perbaikan kepada jemaat. 

2.  Sungguh baik jika kita sering mendengar kebenaran yang 

sama, untuk menghidupkan kembali ingatan kita dan me-

nguatkan kesan dari hal-hal yang penting. Sungguh merupa-

kan rasa ingin tahu yang ceroboh jika orang senantiasa 

ingin mendengar hal baru. Di sini ia memberikan peringatan 

yang mereka butuhkan: Hati-hatilah terhadap anjing-anjing (ay. 

2). Nabi Yesaya menyebut para nabi palsu sebagai anjing-

anjing bisu (Yes. 56:10), dan sepertinya di sini Rasul Paulus 

merujuk kepada ayat tersebut. Anjing-anjing, bersikap jahat 

kepada orang-orang yang percaya kepada Injil Kristus, dan 

menggonggong serta menggigit mereka. Mereka menganjurkan 

perbuatan baik untuk menentang iman kepada Kristus. 

Namun, Rasul Paulus menyebut mereka pekerja-pekerja jahat. 

Mereka membanggakan diri sebagai orang-orang yang ber-

sunat, namun  ia menyebut mereka penyunat-penyunat palsu. 

Mereka mengoyak dan mencabik-cabik jemaat Kristus sampai 

hancur lebur, atau meributkan upacara yang sudah ditinggal-

kan, yakni pemotongan kelopak kulit semata, yang sebenarnya 

tidak penting. 

Surat Filipi 3:4-8 

 307 

III. Rasul Paulus menggambarkan ciri orang-orang Kristen sejati, 

yang benar-benar bersunat, yaitu secara rohani, umat Allah yang 

istimewa, yang terikat dalam perjanjian dengan-Nya seperti orang 

Israel dari Perjanjian Lama: sebab  kitalah orang-orang bersunat, 

yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus 

dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Di sini kita 

melihat ciri: 

1.  Mereka beribadah di dalam Roh Allah, yang berlawanan de-

ngan ketetapan-ketetapan lahiriah dari Perjanjian Lama, yang 

terdiri atas makanan, minuman, dan berbagai jenis pemba-

suhan, dan sebagainya. Kekristenan membebaskan kita dari 

hal-hal tersebut dan mengajari kita untuk menjalankan semua 

kewajiban serta ibadah agama kepada Allah secara batiniah. 

Kita harus menyembah Allah dalam roh (Yoh. 4:24). Tujuan 

karya agama tidak lebih dari sejauh mana hati terlibat di 

dalamnya. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan 

segenap hatimu seperti untuk Tuhan. Kita harus menyembah 

Allah di dalam kekuatan dan kasih karunia Roh Allah, yang 

merupakan ciri khas Injil, yakni pelayanan Roh (2Kor 3:8). 

2.  Mereka bermegah dalam Kristus Yesus, dan bukan di dalam 

hak-hak istimewa jemaat Yahudi, atau apa pun dalam hal-hal 

yang diberikan jemaat Kristen, yang sekadar kesenangan dan 

kepuasan lahiriah belaka. Mereka bermegah dalam hubungan 

mereka dengan Kristus dan bagian mereka di dalam Dia. Allah 

mewajibkan orang Israel untuk bermegah di hadapan-Nya di 

Bait-Nya, namun sekarang, saat  yang merupakan hakikat 

itu sendiri telah datang, maka semua bayangan pun ditiada-

kan, dan kita harus bermegah di dalam Kristus Yesus saja. 

3. Mereka tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, pada se-

gala upacara dan perbuatan lahiriah. Kita harus berhenti 

mengandalkan kemampuan sendiri, supaya membangun di 

atas Yesus Kristus saja, dasar yang kekal. Keyakinan dan juga 

sukacita kita harus sepenuhnya di dalam Dia. 

Penolakan terhadap Keyakinan Semu 

(3:4-8) 

4 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal 

lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-


 308

hal lahiriah, aku lebih lagi: 5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, 

dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum 

Taurat aku orang Farisi, 6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang 

kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. 7 namun  apa 

yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi sebab  

Kristus. 8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, sebab  pengenalan akan 

Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh sebab  

Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, 

supaya aku memperoleh Kristus,  

Di sini Rasul Paulus mengemukakan dirinya sebagai teladan dalam 

hal mempercayakan diri kepada Kristus semata, dan bukan dalam 

hak-hak istimewanya sebagai orang Israel. 

I.  Ia menunjukkan apa yang bisa dibanggakannya sebagai seorang 

Yahudi dan Farisi. Janganlah ada yang berpikir bahwa Rasul 

Paulus membenci hal-hal ini (seperti yang biasa dilakukan orang), 

sebab ia tidak bermegah diri di dalam hal-hal tersebut. Tidak, 

seandainya ia mau bermegah dan mengandalkan hal lahiriah, ia 

memiliki banyak alasan seperti siapa saja: Jika ada orang lain 

menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku 

lebih lagi (ay. 4). Ia memiliki semua yang bisa dibanggakan seperti 

orang Yahudi lain. 

1. Hak-hak istimewanya menurut kelahiran. Ia bukanlah penga-

nut agama Yahudi sebab  beralih ke agama itu, melainkan 

orang Israel asli: dari bangsa Israel. Dan, ia dari suku Benya-

min, suku tempat Bait Suci berdiri, yang setia kepada Yehuda 

saat  semua suku lain memberontak. Benyamin merupakan 

anak kesayangan ayahnya, jadi ini adalah suku kesayangan 

juga. Orang Ibrani asli, orang Israel dari kedua sisi, baik dari 

sisi ayah maupun ibu, dari generasi ke generasi. Tidak seorang 

pun dari leluhurnya menikah dengan orang bukan Yahudi. 

2.  Ia bisa saja membanggakan hubungannya dengan jemaat dan 

perjanjian, sebab ia disunat pada hari kedelapan. Ia memiliki 

tanda perjanjian Allah di tubuhnya dan disunat tepat pada 

hari yang telah ditentukan Allah. 

3. Dalam hal pendidikan, ia seorang Farisi, yang dididik oleh 

Gamaliel, seorang pakar hukum Taurat. Ia seorang sarjana 

dalam semua bidang pembelajaran orang Yahudi, dan diajar 

sesuai dengan hukum-hukum nenek moyangnya (Kis. 22:3). Ia 

seorang Farisi, keturunan orang Farisi (Kis. 23:6), dan hidup 

Surat Filipi 3:4-8 

 309 

sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras 

dalam agama mereka (Kis. 26:5). 

4. Perilakunya tidak tercela: tentang kebenaran dalam mentaati 

hukum Taurat aku tidak bercacat. Sejauh menyangkut uraian 

orang Farisi tentang hukum Taurat, dan juga isinya serta 

pengamalan lahiriahnya, ia tidak pernah melakukan pelang-

garan terhadapnya dan tidak dapat dipersalahkan oleh siapa 

pun. 

5.  Ia sangat giat bagi agamanya. Sama seperti ia mengakui aga-

ma itu dengan ketat, dengan menyandang gelar dan memiliki 

tabiat sebagai seorang Farisi, ia juga menganiaya mereka yang 

dianggapnya sebagai musuh agamanya itu. Tentang kegiatan 

aku penganiaya jemaat. 

6.  Ia menunjukkan bahwa ia sangat bersungguh-sungguh de-

ngan agamanya, meskipun semangatnya itu tanpa pengetahu-

an untuk menuntun dan mengatur pelaksanaannya: aku men-

jadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu 

semua pada waktu ini. Dan aku telah menganiaya pengik