kebaikan apa saja baginya. Ia
akan banyak melakukan kebaikan, dan ia sendiri akan menjadi
berkat bagi tempat di mana ia tinggal. Kegunaan akan menjadi
imbalan bagi kesetiaan, dan sungguh itu imbalan yang baik.
2. Kita diperingatkan akan jalan menuju kebahagiaan yang palsu
dan menipu, dan jalan itu yaitu , entah benar atau salah, me-
nambah kekayaan dengan sesaat . Janganlah berkata, Inilah
jalan untuk mendapat banyak berkat, sebab orang yang ingin
cepat menjadi kaya, yang suka buru-buru dibandingkan menggunakan
kecepatan yang baik, tidak akan luput dari hukuman. Dan, jika
tidak luput dari hukuman, ia tidak akan diberkati oleh Allah,
namun lebih membawa kutuk pada apa yang dimilikinya. Dan juga,
jika ia tidak luput dari hukuman, ia tidak bisa hidup tenang
untuk waktu yang lama. Ia tidak akan dipandang bersih dari
kesalahan oleh para tetangganya, namun malah menerima niat dan
kata-kata yang jahat dari mereka. Tidak dikatakan bahwa ia tidak
mungkin luput dari hukuman, namun bahwa dari segala kemung-
kinan yang ada, ia tidak akan luput dari hukuman: orang yang
tergesa-gesa akan salah langkah, tersandung, dan jatuh. Sed quæ
reverentia legum, quis metus, aut pudor, est unquam properantis
avari? Mana mungkin orang gila harta yang ingin buru-buru jadi
kaya memperlihatkan rasa hormat kepada hukum, rasa takut dan
rasa malu?
21 Memandang bulu tidaklah baik, namun untuk sekerat roti orang membuat
pelanggaran.
Perhatikanlah:
1. yaitu kesalahan yang mendasar dalam pelaksanaan keadilan,
dan yang tidak bisa tidak mengantar orang pada banyak pelang-
garan, jika sesorang lebih mempertimbangkan pihak-pihak yang
berkepentingan dibandingkan kelayakan-kelayakan perkaranya. Aki-
batnya, ia lebih pilih kasih terhadap pihak yang satu sebab orang
itu orang terhormat, seorang cendekiawan, kawan sebangsa, atau
kenalan lama; bisa juga sebab orang tersebut sudah berbuat baik
kepadanya sebelumnya, atau dapat melakukan kebaikan untuk-
nya, atau berasal dari pihak dan keyakinannya. Konsekuensi lain,
seseorang berlaku keras terhadap pihak lain sebab ia orang
asing, orang miskin; bisa juga sebab orang itu pernah membalas
dengan kejahatan, sedang atau pernah menjadi saingan, tidak se-
paham, atau pernah memberikan suaranya untuk menentang. Ke-
adilan akan disesatkan jika pertimbangan semacam ini dibiar-
kan masuk ke dalam neracanya, yaitu hal-hal di luar kebenaran.
2. Orang-orang yang berat sebelah akan dianggap remeh. jika
orang sudah menghancurkan ikatan keadilan, meskipun pada
awalnya pastilah banyak suap atau suatu hadiah mahal yang mem-
buat mereka berat sebelah, namun, saat mereka sudah merusak-
kan hati nurani mereka sendiri, pada akhirnya mereka akan begitu
kotor sehingga untuk sekerat roti pun mereka akan memberikan
penghakiman melawan hati nurani mereka sendiri. Mereka lebih
memilih memainkan permainan kecil dibandingkan menahan diri.
22 Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bah-
wa ia akan mengalami kekurangan.
Di sini Salomo kembali menunjukkan dosa dan kebodohan orang-
orang yang mau menjadi kaya. Mereka bertekad untuk menjadi kaya,
per fas, per nefas benar atau salah. Mereka ingin menjadi kaya sece-
pat mungkin. Mereka tergesa-gesa mengejar harta.
1. Mereka tidak mendapat penghiburan di dalamnya: mereka me-
mandang dengan jahat (KJV), yakni, mereka selalu bersedih bila
melihat orang-orang mempunyai lebih banyak harta dibandingkan
mereka, dan mereka selalu kesal bila harus mengeluarkan biaya-
biaya untuk kebutuhan hidup mereka sendiri. Sebab menurut
mereka, orang yang mempunyai lebih banyak harta membuat
mereka tidak bisa tampak kaya, dan biaya yang harus mereka ke-
luarkan untuk kebutuhan hidup mereka sendiri mencegah mereka
untuk menjadi kaya. sebab itu, mereka senantiasa dihantui kege-
lisahan dengan kedua hal ini.
2. Mereka tidak memiliki jaminan akan keberlangsungan harta me-
reka, namun sekalipun begitu mereka tidak mau berpikir untuk
membuat persediaan kalau-kalau hartanya lenyap: mereka akan
mengalami kekurangan, dan kekayaan yang untuknya mereka
sudah mengembangkan sayap, supaya mereka bisa terbang men-
dapatkannya, akan mengembangkan sayapnya sendiri untuk ter-
bang menjauh dari mereka. Sekalipun demikian, mereka masih
merasa aman-aman dan hidup boros, sebab mereka tidak menge-
tahuinya, sehingga selagi mereka tergesa-gesa mengejar harta,
mereka sebenarnya sedang tergesa-gesa menjadi miskin, sebab
kalau tidak, mereka tidak akan berharap pada sesuatu yang tak
tentu seperti kekayaan.
23 Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi dari pada orang yang
menjilat.
Perhatikanlah:
1. Para penjilat bisa saja menyenangkan orang-orang yang, bila me-
reka merenungkan kembali, pada suatu saat nanti akan memben-
ci dan merendahkan mereka. Jika orang-orang yang disanjung itu
kemudian diinsafkan mengenai kejahatan dari jalan-jalan dosa
yang disanjung-sanjung itu, dan menjadi malu dengan kebangga-
an dan keangkuhan yang mereka rasakan melalui sanjungan-
sanjungan itu, maka mereka akan membenci para penjilat yang
menyanjung-nyanjung itu sebagai orang-orang yang bermaksud
jahat terhadap mereka. Mereka juga akan membenci segala san-
jungan yang berlebih-lebihan itu sebagai sesuatu yang sudah mem-
bawa dampak buruk pada mereka. Mereka akan menjadi muak.
2. Orang yang menegur mungkin tidak membuat senang orang-
orang yang ditegur pada awalnya, namun sesudah itu, saat ama-
rah sudah lenyap dan jiwa yang pahit sudah mulai tenang, orang-
orang itu akan mengasihi dan menghormati mereka. Orang yang
berlaku setia terhadap temannya, dengan memberi tahu dia akan
kesalahan-kesalahannya, mungkin untuk saat itu akan membuat
temannya itu panas hati, dan malahan ia akan dihujani dengan
kata-kata pedas, bukannya ucapan terima kasih untuk jerih pa-
yahnya itu. Namun sesudahnya, ia tidak hanya akan mendapat
penghiburan dalam hati sanubarinya sendiri sebab sudah melak-
sanakan kewajibannya, namun juga teman yang ditegurnya itu
akan mengakui bahwa tegurannya itu baik. Teman itu akan me-
mandang tinggi hikmat dan kesetiaannya, dan melihatnya pantas
untuk dijadikan sebagai sahabat. Orang yang berteriak-teriak ke-
sakitan pada dokter bedah yang sedang mengorek-ngorek luka-
nya, tetap akan membayar dokter itu dengan baik, dan juga ber-
terima kasih kepadanya, saat ia sudah menyembuhkannya.
24 Siapa merampasi ayah dan ibunya dan menyangka bahwa itu bukan suatu
pelanggaran, ia sendiri yaitu kawan si perusak.
Sama halnya dengan Kristus yang menunjukkan keganjilan dan kefa-
sikan anak-anak yang menganggap bahwa bukan kewajiban mereka,
dalam beberapa kasus, untuk merawat orangtua mereka (Mat. 15:5),
demikian pula dengan Salomo di sini yang menunjukkan keganjilan
dan kefasikan orang-orang yang menganggap bahwa bukan dosa
untuk merampasi orangtua mereka. Ini bisa dengan cara paksa atau
secara diam-diam, dengan memperdaya atau mengancam mereka,
atau dengan membuang-buang apa yang mereka miliki, dan (yang
tidak lebih baik dari merampasi mereka) membuat diri terlilit utang
dan menyerahkan kepada mereka untuk membayarnya. Nah,
1. Hal ini biasanya dianggap remeh oleh anak-anak yang tidak mau
diatur. Mereka berkata: Itu bukan suatu pelanggaran, sebab se-
bentar lagi juga harta itu akan menjadi milik kita sendiri, orang-
tua kita bisa hidup dengan cukup baik tanpanya, kita membutuh-
kannya, kita tidak bisa hidup seperti orang terhormat dengan
uang jajan yang diberikan orangtua kita kepada kita, itu terlalu
pas-pasan buat kita. Dengan alasan-alasan seperti ini mereka
berusaha mengalihkan rasa bersalah. namun ,
2. Betapapun anak muda yang bandel menganggapnya remeh, hal
itu tetap merupakan suatu dosa yang sangat besar. Orang yang
melakukannya yaitu kawan si perusak, tidak lebih baik dari-
pada perampok di tengah jalan. Kefasikan apa yang enggan diper-
buatnya nanti jika ia sudah tega merampasi orangtuanya sendiri?
25 Orang yang loba, menimbulkan pertengkaran, namun siapa percaya kepada
TUHAN, diberi kelimpahan.
Perhatikanlah:
1. Orang menjadikan dirinya berkekurangan, dan terus-menerus ge-
lisah, bila mereka loba dan suka bertengkar, sebab mereka diha-
dapkan dengan orang-orang yang akan diberi kelimpahan. Orang
yang loba, yang merasa diri besar dan memandang rendah semua
orang di sekelilingnya, yang tidak bisa tahan entah dengan per-
saingan atau perlawanan, menimbulkan pertengkaran, membuat
kejahatan, dan menciptakan gangguan pada dirinya sendiri dan
semua orang lain.
2. Orang membuat dirinya berkelimpahan, dan selalu tenang, apa-
bila ia hidup dengan senantiasa bergantung pada Allah dan anu-
gerah-Nya: siapa percaya kepada TUHAN, yang tidak berjuang
demi dirinya sendiri, namun menyerahkan perkaranya kepada
Allah, akan diberi kelimpahan. Ia menabung uang yang oleh orang
lain akan dihabiskan demi kesombongan dan pertengkaran me-
reka. Ia menikmati dirinya sendiri, dan mendapatkan kepuasan
berlimpah di dalam Allahnya. Dengan demikian jiwanya berdiam
dengan tenang, dan sangat mungkin baginya untuk memiliki
dengan berkelimpahan hal-hal baik yang bersifat lahiriah. Tidak
ada orang yang hidup dengan begitu mudah, begitu menyenang-
kan, seperti orang yang hidup oleh iman.
26 Siapa percaya kepada hatinya sendiri yaitu orang bebal, namun siapa
berlaku dengan bijak akan selamat.
Inilah:
1. Tabiat orang bodoh: ia percaya kepada hatinya sendiri, kepada
hikmat dan nasihat-nasihatnya sendiri, kekuatan dan kemam-
puannya sendiri, jasa dan kebenarannya sendiri, dan penilaian-
nya yang baik akan dirinya sendiri. Orang yang berbuat demikian
yaitu orang bebal, sebab ia percaya pada apa yang bukan hanya
lebih licik dari pada segala sesuatu (Yer. 17:9), namun juga yang
sudah sering kali menipunya. Di sini tersirat bahwa tabiat orang
bijak (seperti sebelumnya dalam ayat 25) yaitu percaya kepada
TUHAN, dan kepada kuasa serta janji-Nya, dan mengikuti bim-
bingan-Nya (Ams. 3:5-6).
2. Penghiburan bagi orang bijak: siapa berlaku dengan bijak, yang
tidak percaya kepada hatinya sendiri, namun rendah hati dan me-
nahan diri, dan melangkah maju di dalam kekuatan Tuhan Allah,
ia akan selamat. Sementara orang bebal, yang percaya kepada
hatinya sendiri, akan dibinasakan.
27 Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, namun orang
yang menutup matanya akan sangat dikutuki.
Inilah:
1. Sebuah janji kepada orang yang murah hati: siapa memberi ke-
pada orang miskin, ia sendiri tidak akan pernah menjadi lebih
miskin dengan berbuat demikian. Ia tidak akan kekurangan. Jika
ia hanya mempunyai sedikit, sehingga terancam berkekurangan,
biarlah ia memberi dari sedikit yang dimilikinya itu, maka itu
akan mencegahnya untuk tidak punya apa-apa. Seperti kemu-
rahan hati seorang janda di Sarfat kepada Elia (yang untuknya
janda itu pertama-tama membuat sedikit roti) menyelamatkan apa
yang dimilikinya, yang sebelumnya cuma tinggal segenggam
tepung. Jika orang mempunyai banyak, hendaklah ia memberi
banyak dari yang dimilikinya itu, maka itu akan mencegahnya
untuk berkurang. Ia dan kepunyaannya tidak akan kehilangan
sesuatu yang diberikan dengan kemurahan hati dan kesalehan.
Apa yang telah kita berikan kita memilikinya.
2. Sebuah ancaman bagi orang kikir: orang yang menutup matanya,
supaya ia tidak dapat melihat kesengsaraan-kesengsaraan orang
miskin atau membaca permohonan-permohanan mereka, supaya
jangan matanya memengaruhi hatinya dan menggugah jiwanya
untuk meringankan beban mereka, ia akan sangat dikutuki, baik
oleh Allah maupun manusia. Kutuk itu bukannya tanpa sebab,
dan oleh sebab itu pasti akan menimpanya. Terkutuklah keadaan
orang jika firman Allah dan doa-doa orang miskin menentang dia.
28 Jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri, namun
jika mereka binasa, bertambahlah jumlah orang benar.
Ayat ini bertujuan sama dengan apa yang sudah kita dapati sebelum-
nya dalam ayat 12.
1. jika orang jahat diangkat, maka yang baik ditutupi dan
dijatuhkan. jika kekuasaan diserahkan ke dalam tangan orang
fasik, orang menyembunyikan diri. Orang-orang bijak mundur da-
lam kesendirian dan menolak ikut campur dalam urusan umum,
tidak sudi dipekerjakan di bawah orang fasik. Orang-orang kaya
menyingkir, sebab takut harta benda mereka diperas. Dan, yang
terburuk dari semuanya, orang-orang baik bersembunyi, putus
asa untuk berbuat baik dan takut akan dianiaya serta diperlaku-
kan dengan kejam.
2. jika orang jahat dihina, direndahkan, dan kekuasaan mereka
dirampas, maka apa yang baik hidup kembali, dan pada saat itu
bertambahlah jumlah orang benar. Sebab, jika mereka binasa,
orang-orang baik akan ditempatkan menggantikan mereka, dan
mereka akan, melalui teladan dan kepentingan mereka, menyo-
kong agama dan kebenaran. Tenteramlah negeri jika jumlah orang
baik bertambah di dalamnya. Dan oleh sebab itu, semua raja,
negara, dan penguasa, harus mengambil kebijakan untuk mem-
besarkan hati orang-orang benar, dan untuk secara khusus mem-
perhatikan pendidikan yang baik bagi kaum muda.
1 Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan seko-
nyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.
Di sini:
1. Kekerasan hati banyak orang fasik di jalan yang fasik haruslah
diratapi dengan sangat. Mereka telah sering kali mendapat teguran
dari orang tua dan teman-teman, dari hakim-hakim dan hamba-
hamba Tuhan, oleh pemeliharaan Allah dan hati nurani mereka
sendiri. Mereka telah diperhadapkan pada dosa-dosa mereka dan
diberi peringatan yang sepatutnya akan akibat-akibatnya, namun
semua itu sia-sia. Mereka bersitegang leher. Mungkin mereka me-
nolak mentah-mentah dan sama sekali tidak sudi mendengar
teguran itu. Atau, kalaupun mereka mendengarnya, mereka terus
melakukan dosa-dosa yang untuknya mereka ditegur itu. Mereka
tidak mau menundukkan leher pada kuk itu, namun menjadi anak-
anak Belial. Mereka mengabaikan teguran (10:17), menolaknya
(5:12), dan membencinya (12:1).
2. Akibat dari kekerasan hati ini haruslah amat ditakuti: orang-
orang yang terus berdosa, sekalipun sudah diperingatkan, akan
diremukkan. Orang-orang yang tidak mau diperbarui harus sadar
bahwa mereka pasti akan dihancurkan. Jika tongkat tidak berha-
sil, kapaklah yang akan dipakai. Mereka akan sekonyong-konyong
diremukkan, di tengah-tengah keadaan aman mereka, tanpa dapat
dipulihkan lagi. Mereka telah berdosa melawan obat yang bisa
mencegah penyakit, dan oleh sebab itu janganlah mereka berha-
rap akan mendapat obat yang bisa menyembuhkan penyakit. Ne-
raka yaitu kehancuran yang tidak dapat dipulihkan. Mereka
akan dihancurkan, tanpa dapat disembuhkan, begitulah kata yang
digunakan. Jika Allah melukai, siapakah yang dapat menyembuh-
kan?
2 Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, namun jika orang fasik
memerintah, berkeluhkesahlah rakyat.
Ini sudah dikatakan sebelumnya (28:12-28).
1. Rakyat akan mempunyai alasan untuk bersukacita atau berkeluh
kesah tergantung apakah pemerintah mereka benar atau fasik.
Sebab, jika orang benar memerintah, dosa akan dihukum dan di-
kendalikan, agama dan kebajikan akan disokong dan dijaga nama
baiknya. namun , jika orang fasik mendapat kekuasaan di tangan
mereka, kefasikan akan merajalela, agama dan orang-orang ber-
agama akan dianiaya, dan dengan demikian tujuan-tujuan peme-
rintahan akan diselewengkan.
2. Rakyat akan benar-benar bersukacita atau berkeluh kesah tergan-
tung apakah pemerintah mereka benar atau fasik. Bahkan rakyat
biasa pun sangat yakin bila melihat kebajikan dan agama men-
dapat tempat utama, sehingga mereka akan bersukacita saat
melihat keduanya ditinggikan dan disokong dalam pemerintahan.
Sebaliknya, sekalipun orang memiliki kehormatan atau kekuasaan
yang begitu besar, namun jika mereka fasik dan keji, dan meng-
gunakan kehormatan atau kekuasaan itu dengan jahat, maka
mereka membuat diri mereka sendiri hina dan rendah bagi seluruh
umat (seperti imam-imam dalam Maleakhi 2:9 itu), dan rakyat
akan merasa sengsara di bawah pemerintahan seperti itu.
(29:3)
3 Orang yang mencintai hikmat menggembirakan ayahnya, namun siapa yang
bergaul dengan pelacur memboroskan harta.
Kedua bagian dari ayat ini mengulangi apa yang sudah sering kali di-
katakan, namun dengan membandingkan keduanya bersama-sama,
pengertiannya diperluas oleh satu sama lain.
1. Hendaklah diperhatikan, demi kehormatan orang muda yang ba-
jik, supaya ia mencintai hikmat, ia menjadi seorang filsuf (sebab
kata itu berarti pencinta hikmat), sebab agama yaitu filsafat yang
terbaik. Ia menghindari pergaulan yang buruk, dan terutama per-
gaulan dengan wanita -wanita cabul. Dengan ini ia meng-
gembirakan orangtuanya, dan merasa puas bahwa ia menjadi peng-
hiburan bagi mereka. Ia menambah harta bendanya, dan akan bisa
hidup dengan nyaman.
2. Hendaklah diperhatikan, bagi cela orang muda yang jahat, bila ia
membenci hikmat. Ia bergaul dengan wanita -wanita yang
melakukan hal-hal yang memalukan, yang akan menghancurkan
baik jiwa maupun raganya. Ia mendukakan orangtuanya, dan, se-
perti anak hilang, menghabiskan harta benda mereka dengan pela-
cur. Tidak ada hal lain yang lebih cepat membuat orang menjadi
pengemis selain hawa nafsu kecemaran. Dan pelindung terbaik
dari hawa-hawa nafsu yang menghancurkan itu yaitu hikmat.
4 Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya, namun orang yang me-
mungut banyak pajak meruntuhkannya.
Inilah:
1. Kebahagiaan rakyat di bawah pemerintahan yang baik. Yang ha-
rus diperhatikan dan diurusi oleh seorang raja yaitu menegak-
kan negerinya, menetapkan dasar-dasar hukumnya, menenang-
kan pikiran rakyatnya dan membuat mereka nyaman, melindungi
kebebasan dan harta milik mereka dari tangan-tangan musuh
serta menjaminnya untuk anak cucu, dan menertibkan apa yang
kacau. Ini harus dilakukannya dengan keadilan, dengan nasihat-
nasihat yang bijak, dan dengan pelaksanaan keadilan yang tetap,
tanpa memandang orang, yang akan mendapat dampak-dampak
baik ini.
2. Kesengsaraan rakyat di bawah pemerintahan yang buruk: Orang
yang membawa persembahan (begitu arti tersiratnya) meruntuhkan
negeri. Orang yang semacam ini yaitu orang yang tidak meng-
indahkan agama atau percaya pada takhayul, atau yang merebut
pekerjaan imam, seperti Saul dan Uzia, atau orang yang hanya
ingin mendapat uang, dan bila diberi suap besar, akan membiarkan
yang paling bersalah, dan dengan harapan mendapat suap besar,
akan menganiaya yang tidak bersalah. Pemerintah-pemerintah se-
perti ini akan menghancurkan negeri.
5 Orang yang menjilat sesamanya membentangkan jerat di depan kakinya.
Yang bisa dikatakan menjilat sesamanya yaitu mereka yang memuji
dan menyanjung apa yang baik pada orang lain (kebaikan yang mere-
ka lakukan atau miliki) yang sebenarnya bukanlah kebaikan atau se-
baik seperti yang mereka gambarkan. Mereka mengaku-ngaku bahwa
mereka menghargai serta menyayangi orang lain, padahal sebenarnya
tidak. Mereka ini membentangkan jerat di depan kaki mereka.
1. Di depan kaki sesama mereka, yang mereka jilat. Mereka bermak-
sud jahat dalam berbuat demikian. Mereka tidak akan memuji
orang lain kecuali ada keuntungan yang mereka harapkan dari
orang itu. Oleh sebab itu, berhikmatlah kita jika mencurigai
orang-orang yang menjilat kita, bahwa mereka secara diam-diam
membentangkan jerat di depan kaki kita, supaya dengan demi-
kian kita berjaga-jaga sebagaimana mestinya. Atau, yang mereka
perbuat itu berdampak buruk bagi orang-orang yang mereka jilat.
Perbuatan mereka itu membuat orang lain besar kepala, angkuh,
dan mengandalkan diri sendiri, dan dengan demikian terbukti
sebagai jerat yang memerangkap mereka dalam dosa.
2. Di depan kaki mereka sendiri. Begitu sebagian orang memahaminya.
Siapa menjilat orang lain, dengan berharap bahwa orang lain akan
membalas pujian-pujiannya dan menyanjung dia, hanya membuat
dirinya menggelikan dan menjijikkan bahkan bagi orang-orang yang
dijilatnya.
6 Orang yang jahat terjerat oleh pelanggarannya, namun orang benar akan ber-
sorak dan bersukacita.
Inilah:
1. Bahaya dari jalan dosa. Bukan saja ada hukuman yang menanti
di ujung jalan itu, melainkan juga ada jerat yang terpasang di
dalamnya. Satu dosa merupakan godaan untuk melakukan dosa
lain, dan ada masalah-masalah yang, sebagai jerat, datang secara
tiba-tiba kepada orang jahat di tengah-tengah pelanggaran mere-
ka. Bahkan, pelanggaran mereka sendiri sering kali menyeret me-
reka ke dalam berbagai kesusahan. Dosa mereka menjadi hukum-
an bagi mereka, dan mereka terjerat dalam tali dosa mereka sen-
diri (5:22).
2. Menyenangkannya jalan kekudusan. Jerat yang terpasang dalam
pelanggaran orang yang jahat merusakkan semua kegembiraan
mereka, namun orang benar dijauhkan dari jerat-jerat itu, atau dile-
paskan darinya. Mereka berjalan bebas, berjalan aman, dan oleh
sebab itu mereka bersorak dan bersukacita. Orang-orang yang
menjadikan Allah sebagai sukacita utama mereka berarti memiliki-
Nya sebagai sukacita mereka yang melimpah, dan salah mereka
sendiri jika mereka tidak bersukacita senantiasa. Jika sukacita
sejati itu ada di seberang sorga di sini, maka tidak diragukan lagi
orang-orang yang memilikinya yaitu mereka yang menunjukkan
perilaku sorgawi.
7 Orang benar mengetahui hak orang lemah, namun orang fasik tidak mengertinya.
Memang disayangkan bahwa hal ini bisa terjadi, namun siapa saja
yang mengajukan tuntutan sub formâ pauperis sebagai orang papa,
harus mempunyai perkara yang jujur (dari antara semua orang, me-
reka terutama tidak bisa dimaafkan jika perkara mereka tidak jujur),
sebab Kitab Suci sudah menetapkan agar tuntutan itu didengar se-
cara adil, dan bahwa sang hakim sendiri harus bijak dalam memberi-
kan keputusan, baik kepada si terdakwa maupun kepada si papa.
1. Di sini digambarkan bahwa tabiat hakim yang benar yaitu jika ia
mengetahui hak orang lemah. yaitu kewajiban setiap orang un-
tuk memperhatikan orang lemah (Mzm. 41:2), namun penghakiman
untuk orang lemah harus diperhatikan oleh mereka yang duduk
di kursi pengadilan. Mereka harus bersusah payah mencari kebe-
naran dalam perkara orang miskin seperti halnya dengan perkara
orang kaya. Kesadaran akan keadilan haruslah membuat baik
sang hakim maupun pengacara memberikan perhatian dan kete-
kunan yang sebesar mungkin dalam memeriksa perkara orang
miskin seolah-olah mereka berharap akan mendapat keuntungan
terbesar darinya.
2. Digambarkan sebagai tabiat orang fasik bahwa sebab perkara itu
perkara orang miskin, yang darinya ia tidak akan mendapat apa-
apa, orang fasik tidak mengertinya, tidak mengerti keadaannya
yang sebenarnya, sebab ia tidak peduli ke mana perkara itu akan
menuju, entah benar atau salah (Ayb. 29:16).
8 Pencemooh mengacaukan kota, namun orang bijak meredakan amarah.
Lihatlah di sini:
1. Siapa itu orang-orang yang membahayakan warga : yaitu
para pencemooh. jika orang-orang seperti itu dipekerjakan un-
tuk mengurusi negara, maka mereka akan melakukan segala
sesuatu dengan gegabah, sebab mereka enggan berunding, dan
tidak mau mengambil waktu untuk menimbang-nimbang serta
meminta nasihat. Mereka melakukan segala sesuatu secara tidak
sah dan tidak bisa dibenarkan, sebab mereka enggan dihambat
oleh segala hukum dan ketetapan. Mereka melanggar sumpah me-
reka, sebab mereka enggan terikat oleh perkataan mereka. Mere-
ka membangkitkan amarah rakyat, sebab mereka enggan menye-
nangkan mereka. Dengan demikian, mereka mengacaukan kota
dengan perilaku mereka yang jahat, atau (sebagaimana menurut
arti tersiratnya) mereka membakar kota. Mereka menebarkan per-
pecahan di antara para warga dan membuat mereka resah. Pen-
cemooh yaitu orang-orang yang menghina agama, tuntutan-tun-
tutan hati nurani, rasa takut terhadap dunia lain, dan segala
sesuatu yang sakral dan sungguh-sungguh. Orang-orang seperti
itu yaitu wabah bagi angkatan mereka. Mereka mendatangkan
penghakiman-penghakiman Allah ke atas negeri, mengadu domba
banyak orang, dan dengan demikian meresahkan semuanya.
2. Siapa itu orang-orang yang menjadi berkat bagi negeri, yaitu orang-
orang bijak yang, dengan memajukan agama, yang merupakan
hikmat sejati, meredakan amarah Allah, dan yang, dengan nasihat-
nasihat bijak, mendamaikan pihak-pihak yang bertikai dan mence-
gah dampak-dampak buruk dari perpecahan. Orang yang congkak
dan bodoh menyalakan api yang harus dipadamkan oleh orang
baik dan bijak.
9 Jika orang bijak beperkara dengan orang bodoh, orang bodoh ini meng-
amuk dan tertawa, sehingga tak ada ketenangan.
Orang bijak di sini disarankan untuk tidak menyejajarkan kecerdas-
annya dengan kecerdasan orang bodoh, untuk tidak berselisih de-
ngannya, atau menganggap bahwa dengan bertikai dengannya ia
akan meyakinkan orang bodoh dengan akal budi, atau akan memper-
oleh kebenaran darinya: Jika orang bijak beperkara dengan orang
bijak, ia bisa berharap untuk dipahami, dan, sejauh akal budi dan
keadilan berpihak padanya, untuk mencapai tujuannya, setidak-
tidaknya untuk memperkarakan suatu masalah dan mengakhirinya
dengan damai. namun , jika ia beperkara dengan orang bodoh, tak ada
ketenangan. Ia tidak akan melihat akhirnya, tidak pula ia akan
mendapat kepuasan apa pun di dalamnya, namun harus sadar bahwa
ia akan selalu merasa gelisah.
1. Entah orang bodoh yang dengannya ia beperkara mengamuk atau
tertawa, entah ia menjawab dengan marah atau mencemooh apa
yang dikatakan kepadanya, entah ia mencercanya atau mengolok-
oloknya, salah satunya pasti akan ia lakukan, sehingga tak akan
ada ketenangan. Dengan cara apa pun sesuatu diberikan, itu
tidak akan diterima dengan baik, dan orang terbijak sekalipun
hanya bisa menunggu untuk dicerca atau dicemooh jika beper-
kara dengan orang bodoh. Orang yang berperang dengan kotoran
hewan, entah menang atau kalah, pasti akan tercemar.
2. Entah orang bijak sendiri mengamuk atau tertawa, entah ia ber-
sungguh-sungguh atau bermain-main dalam berurusan dengan
orang bodoh, entah ia berlaku keras atau menyenangkan terha-
dapnya, entah ia datang dengan cambuk atau dengan hati yang
lemah lembut (1Kor. 4:21), semuanya sama saja, tidak akan ada
kebaikan yang dihasilkan. Kami meniup seruling bagimu, namun
kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, namun kamu
tidak berkabung.
10 Orang yang haus akan darah membenci orang saleh, namun orang yang
jujur mencari keselamatannya.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang jahat membenci sahabat-sahabat terbaik mereka:
Orang yang haus akan darah, semua keturunan si ular tua itu,
yang yaitu pembunuh manusia sejak semula, semua orang yang
mewarisi permusuhannya melawan keturunan wanita , mem-
benci orang saleh. Mereka mengusahakan kehancuran orang baik
sebab orang baik itu mengutuk dunia yang fasik ini dan bersaksi
melawannya. Kristus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa
mereka akan dibenci semua orang. Para penumpah darah memang
terutama membenci hakim-hakim yang jujur, yang akan mengen-
dalikan dan memperbarui mereka, dan menjalankan hukum-hu-
kum melawan mereka, dan dengan demikian sesungguhnya ber-
buat baik kepada mereka.
2. Orang-orang baik mengasihi musuh-musuh mereka yang terjahat
sekalipun: orang yang jujur, yang dibenci oleh para penumpah
darah, mencari keselamatan mereka (yakni para penumpah darah
itu), berdoa bagi pertobatan mereka, dan dengan senang hati akan
melakukan apa saja demi keselamatan mereka. Hal ini diajarkan
Kristus kepada kita. Bapa, ampunilah mereka. Orang yang jujur
mencari keselamatannya (KJV: jiwanya pen.), maksudnya, jiwa
orang lurus, yang dibenci oleh para penumpah darah (begitu ayat
ini biasanya dipahami), berusaha untuk melindunginya dari keke-
rasan, dan menyelamatkannya dari, atau membalaskannya pada,
tangan orang yang haus akan darah.
11 Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, namun orang bijak akhir-
nya meredakannya.
Perhatikanlah,
1. yaitu suatu bentuk kelemahan bila kita bersikap sangat ter-
buka: beballah orang yang melampiaskan seluruh amarahnya (KJV:
mengungkapkan seluruh isi pikirannya pen.), yang memberi-
tahukan segala sesuatu yang diketahuinya, mengatakan begitu
saja dengan mulutnya apa saja yang ada dalam pikirannya, dan
tidak bisa menjaga rahasia. Beballah ia, jika apa saja mulai
dibicarakan, ia langsung menimpalinya. Beballah ia, jika di-
pancing amarahnya, akan mengatakan apa saja yang langsung
terbersit dalam pikirannya, tanpa peduli siapa yang akan terhina
olehnya. Beballah ia, jika saat berbicara tentang perkara apa
saja, akan mengatakan semua yang dipikirkannya namun tetap
merasa belum cukup apa yang dikatakannya, tak peduli diterima
atau ditolak, entah benar entah salah, ada hubungannya atau
melantur, semuanya dikeluarkan.
2. yaitu sepenggal hikmat bila kita berdiam diri: Orang bijak tidak
akan mengungkapkan seluruh isi pikirannya sekaligus, namun akan
mengambil waktu untuk berpikir kembali, atau menyimpan pemi-
kiran sekarang untuk waktu yang lebih tepat, saat keadaannya
lebih bersangkut paut dan besar kemungkinan akan memenuhi
maksudnya. Ia tidak akan mengungkapkan dirinya dengan berbi-
cara terus-menerus, atau secara berapi-api, namun dengan jeda
sekali-kali, agar ia dapat mendengarkan apa yang akan disang-
gah, lalu menjawabnya. Non minus interdum oratorium est tacere
quam dicere Berpidato secara benar memerlukan jeda sekali-kali.
Plin. Ep. 7.6.
(29:12)
12 Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya men-
jadi fasik.
Perhatikanlah:
1. yaitu dosa besar pada siapa saja, terutama pada para penguasa,
untuk memperhatikan kebohongan. Sebab dengan demikian mere-
ka sendiri tidak hanya memberikan keputusan yang salah tentang
orang dan kejadian, sesuai dengan kebohongan-kebohongan yang
mereka percayai, namun juga mendorong orang lain untuk mem-
berikan informasi-informasi yang salah. Kebohongan akan diucap-
kan kepada orang-orang yang mau mendengarkannya. Dan si
pendengar, dalam hal ini, sama buruknya dengan si pencuri.
2. Orang-orang yang berbuat demikian akan mendapati semua pega-
wai mereka menjadi fasik. Semua pegawai mereka akan bertindak
fasik, sebab mereka ingin pegawai-pegawai mereka memberitahu-
kan kebohongan-kebohongan kepada mereka. Dan mereka sendiri
akan menjadi fasik, sebab mereka mau memberitahukan kebo-
hongan-kebohongan kepada para pegawai mereka. Semua orang
yang mendengarkan mereka akan memenuhi telinga mereka de-
ngan berbagai fitnah dan cerita bohong. Dan dengan demikian
jika para raja, serta rakyat, mau ditipu, mereka akan tertipu. Se-
lain itu, bukannya mempersalahkan penghakiman-penghakiman
mereka yang keliru kepada para pegawai yang telah memberi me-
reka informasi yang salah, mereka harus ikut menanggung kesa-
lahan para pegawai mereka. Dan ke atas merekalah banyak kesa-
lahan akan ditimpakan, sebab mereka sudah mendorong infor-
masi-informasi yang keliru seperti itu, dan menyokong serta men-
dengarkannya.
13 Si miskin dan si penindas bertemu, dan TUHAN membuat mata kedua orang
itu bersinar.
Ini menunjukkan betapa Allah yang besar dengan bijak memenuhi
rancangan-rancangan pemeliharaan-Nya melalui orang-orang yang sa-
ngat berbeda watak, kemampuan, dan kedudukan di dunia, bahkan,
1. Melalui orang-orang yang berbeda satu sama lain. Sebagian orang
miskin dan terpaksa harus meminjam. Sebagian yang lain kaya,
dan mempunyai banyak sekali Mamon yang tidak jujur (yang
disebut kekayaan yang menyesatkan), dan mereka ini yaitu para
pemberi pinjaman, atau tukang riba, sebagaimana arti tersiratnya.
Ada yang miskin, jujur, dan bekerja keras. Yang lain kaya, malas,
dan pendusta. Mereka saling bertemu di dalam urusan di dunia
ini, dan berurusan satu sama lain, dan TUHAN membuat mata
kedua orang itu bersinar. Ia membuat matahari-Nya bersinar atas
kedua-duanya dan memberi mereka berdua penghiburan-penghi-
buran dari kehidupan ini. Kepada sebagian dari kedua jenis orang
itu Ia memberikan anugerah-Nya. Ia membuat mata orang miskin
bersinar dengan menjadikan mereka bersabar, dan mata penindas
dengan menjadikan mereka bertobat, seperti Zakheus.
2. Melalui orang-orang yang menurut anggapan kita sebaiknya tidak
menerima Pemeliharaan ilahi. Si miskin dan si penindas dengan
serta merta kita lihat sebagai noda dari Pemeliharaan Ilahi, namun
Allah bahkan membuat mereka memperlihatkan keindahan dari
Pemeliharaan Ilahi itu. Ia mempunyai tujuan-tujuan yang bijak
bukan saja dalam membiarkan orang miskin selalu bersama kita,
namun juga dalam membiarkan orang yang tersesat maupun orang
yang menyesatkan, sebab kedua-duanya yaitu kepunyaan-Nya
(Ayb. 12:16), dan akan berbalik mendatangkan pujian bagi-Nya.
(29:14)
14 Raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, takhtanya tetap kokoh
untuk selama-lamanya.
Inilah:
1. Kewajiban para hakim, dan itu yaitu menghakimi dengan benar
antara orang yang satu dan yang lain, dan memutuskan segala
perkara yang dibawa ke hadapan mereka, sesuai dengan kebenar-
an dan keadilan. Kewajiban mereka ini terutama yaitu meme-
dulikan orang miskin, bukan memihak mereka dalam perkara
yang tidak adil hanya sebab kemiskinan mereka (Kel. 23:3),
namun memastikan bahwa kemiskinan mereka tidak mendatang-
kan kerugian bagi mereka jika mereka mempunyai perkara yang
benar. Orang kaya akan memihak diri mereka sendiri, namun
orang yang miskin dan berkekurangan harus dibela oleh sang
penguasa (Mzm. 82:3) dan diberikan haknya (Ams. 31:9).
2. Kebahagiaan para hakim yang menjalankan kewajiban mereka.
Takhta kehormatan mereka, kursi pengadilan mereka, tetap kokoh
untuk selama-lamanya. Ini akan menjamin kebaikan Allah terha-
dap mereka dan memperkuat kepentingan mereka di dalam hati
rakyat, yang kedua-duanya akan mengokohkan kekuasaan mere-
ka, dan membantu meneruskannya kepada anak cucu serta me-
langgengkannya di dalam keluarga.
15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, namun anak yang dibiarkan mem-
permalukan ibunya.
Orangtua, dalam mendidik anak-anak mereka, harus mempertim-
bangkan,
1. Keuntungan dari teguran yang sepatutnya diberikan. Mereka bu-
kan saja harus memberitahukan kepada anak-anak mereka apa
yang baik dan yang buruk, namun juga harus menegur mereka,
dan mengoreksi mereka juga, jika perlu, jika mereka entah
melalaikan yang baik atau melakukan yang jahat. Jika teguran
saja sudah berhasil tanpa tongkat, itu baik, namun tongkat tidak
pernah boleh digunakan tanpa teguran yang masuk akal dan
sungguh-sungguh. Maka, walaupun mungkin teguran itu meng-
akibatkan sang ayah maupun si anak merasa tidak nyaman,
teguran itu akan mendatangkan hikmat. Vexatio dat intellectum
Kekesalan menajamkan akal budi. Si anak akan memperhatikan
peringatan itu, dan dengan demikian akan mendapat hikmat.
2. Kejahatan dari perbuatan memanjakan anak dengan tidak sepa-
tutnya: Anak yang tidak dikendalikan atau ditegur, namun dibiar-
kan sendiri, seperti halnya Adonia, untuk mengikuti kecenderung-
an-kecenderungan hatinya sendiri, mungkin akan hidup baik jika
ia mau, namun jika ia mengambil jalan-jalan yang salah, tidak
akan ada orang yang bisa mencegahnya. Hanya satu dari seribu
orang seperti itu yang akan baik, sementara yang lain akan men-
datangkan aib bagi keluarganya, dan mempermalukan ibunya,
yang sudah memanjakan dan menghibur dia dalam kecemaran-
nya, yang dibuat jatuh miskin dan hina, dan mungkin mendapat
perlakuan kasar dan kata-kata jahat darinya.
(29:16)
16 Jika orang fasik bertambah, bertambahlah pula pelanggaran, namun orang
benar akan melihat keruntuhan mereka.
Perhatikanlah:
1. Semakin banyak orang berdosa, semakin banyak pula dosa: Jika
orang fasik, yang disokong oleh pihak yang berwenang, bertambah
banyak, dan berjalan di mana-mana, tidak heran jika pelanggaran
bertambah pula, sebagaimana wabah pada suatu negeri dikatakan
bertambah jika ada semakin banyak orang yang tertular. Pe-
langgaran akan semakin kurang ajar dan berani, semakin pongah
dan mengancam, jika ada banyak orang yang terus menyo-
kongnya. Di dunia yang lama, saat manusia mulai bertambah
banyak jumlahnya, mereka mulai merosot dan merusak diri sen-
diri juga merusak satu sama lain.
2. Semakin banyak dosa semakin dekat kehancuran yang meng-
ancam. Janganlah iman dan pengharapan orang benar dikejutkan
oleh bertambahnya dosa dan orang-orang berdosa. Janganlah me-
reka berkata bahwa sia-sia sama sekali mereka membasuh tangan
mereka, atau bahwa Allah sudah meninggalkan tanah ini, namun
tunggulah dengan sabar. Para pembuat kejahatan akan jatuh, pe-
langgaran mereka akan mencapai kepenuhannya, dan kemudian
mereka akan jatuh dari martabat dan kekuasaan mereka, jatuh
ke dalam kehinaan dan kehancuran. Dan orang benar akan men-
dapat kepuasan melihat keruntuhan mereka (Mzm. 37:34), mung-
kin di dunia ini, dan sudah pasti pada hari penghakiman agung
itu, saat kejatuhan musuh-musuh Allah yang tidak mau ber-
tobat akan menjadi sukacita dan kemenangan orang-orang kudus
yang dimuliakan (Yes. 66:24; Kej. 19:28).
(29:17)
17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu,
dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Perhatikanlah:
1. Sungguh membahagiakan jika anak-anak menjadi penghibur-
an bagi orangtua mereka. Seperti itulah anak-anak yang baik.
Mereka memberikan ketenteraman kepada orangtua mereka, mem-
buat orangtua mereka tenang dan bebas dari banyak kekhawatir-
an tentang anak-anak mereka. Ya, mereka mendatangkan suka-
cita kepada orangtua mereka. Sungguh menyenangkan bagi
orangtua, yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali oleh orang-
orang yang diberkati dengan cara yang sama, untuk melihat buah
yang membahagiakan dari pendidikan baik yang telah mereka
berikan kepada anak-anak mereka. Sungguh menyenangkan bagi
mereka bila mereka melihat bahwa anak-anak mereka bisa hidup
sejahtera di dunia ini maupun di dunia nanti. Hal ini mendatang-
kan sukacita yang setimpal dengan banyaknya kecemasan hati
yang selama ini mereka rasakan terhadap anak-anak mereka.
2. Untuk mencapai hal ini, anak-anak harus dididik dengan disiplin
yang ketat, dan tidak diperbolehkan melakukan semau-mau me-
reka, dan membiarkan mereka begitu saja tanpa ditegur jika
melakukan kesalahan. Kebodohan yang terikat di dalam hati me-
reka haruslah diusir keluar dengan teguran selagi mereka masih
muda. Kalau tidak, maka kebodohan itu akan pecah saat me-
reka sudah dewasa dan mendatangkan aib bagi mereka sendiri
dan orangtua mereka.
18 Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang
berpegang pada hukum.
Lihatlah di sini:
I. Kesengsaraan rakyat yang tidak mempunyai pelayanan firman
yang tetap: Bila tidak ada wahyu, tidak ada nabi untuk menjelas-
kan hukum, tidak ada imam atau orang Lewi untuk mengajarkan
pengetahuan yang baik tentang Tuhan, tidak ada sarana anuge-
rah, firman Tuhan langka, dan tidak ada penglihatan (1Sam. 3:1),
bila demikian keadaannya maka menjadi liarlah rakyat. Kata yang
digunakan di sini mempunyai banyak arti, arti yang mana pun
dapat diterapkan di sini.
1. Rakyat dibuat telanjang, dilucuti dari perhiasan-perhiasan me-
reka dan dengan demikian dibiarkan mendapat malu, dilucuti
dari baju pelindung mereka dan dengan demikian rentan ter-
hadap bahaya. Betapa sebuah tempat akan terlihat hampa
tanpa Alkitab dan hamba-hamba Tuhan, dan betapa tempat
itu akan menjadi mangsa yang empuk bagi musuh jiwa-jiwa!
2. Rakyat memberontak, bukan hanya melawan Allah, namun juga
melawan raja mereka. Pemberitaan firman yang baik akan men-
jadikan rakyat sebagai warga yang baik. Akan namun , jika itu tidak
ada, mereka akan bergejolak dan terpecah-pecah, dan menghina
kekuasaan, sebab mereka tidak tahu hal yang lebih baik.
3. Rakyat menganggur, atau mereka bermain-main, seperti yang
cenderung dilakukan murid-murid jika guru tidak ada.
Mereka tidak melakukan apa pun demi tujuan yang baik,
namun bermalas-malasan sepanjang hari, dan bermain-main di
pasar, sebab tidak adanya pengajaran tentang apa yang ha-
rus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
4. Mereka terlantar seperti domba yang tidak bergembala, sebab
tidak adanya kepala jemaat yang memanggil mereka dan men-
jaga mereka agar tetap bersama-sama (Mrk. 6:34). Mereka ter-
cerai-berai dari Allah dan dari kewajiban mereka oleh sebab
kemurtadan, dan antar-mereka sendiri terpisah oleh sebab
perpecahan. Allah menjadi murka dan menyebarkan mereka
dengan penghakiman-penghakiman-Nya (2Taw. 15:3-5).
5. Mereka binasa. Mereka hancur sebab tidak mengenal Allah
(Hos. 4:6). Lihatlah betapa kita mempunyai alasan untuk ber-
syukur kepada Allah atas berlimpahnya penglihatan yang kita
nikmati.
II. Kebahagiaan rakyat yang mempunyai pelayanan firman yang bu-
kan hanya tetap namun juga berhasil di tengah-tengah mereka, rak-
yat yang mendengar dan berpegang pada hukum, yang di tengah-
tengah mereka agama merupakan hal yang terpenting. Berbaha-
gialah orang-orang seperti itu dan setiap orang yang berada di
tengah-tengah mereka. Bukan memiliki hukum, namun mematuhi-
nya, dan hidup sesuai dengannya, yang akan membuat kita pasti
mendapat berkat.
19 Dengan kata-kata saja seorang hamba tidak dapat diajari, sebab walaupun
ia mengerti, namun ia tidak mengindahkannya.
Inilah gambaran seorang hamba yang tidak berguna, malas, dan
fasik, hamba yang melayani bukan berdasarkan hati nurani, atau
kasih, namun murni berdasarkan rasa takut. Biarlah mereka yang me-
miliki hamba-hamba seperti itu bersabar untuk menanggung keke-
salan, dan tidak membuat diri mereka sendiri gelisah sebab nya.
Lihatlah tabiat mereka.
1. Tidak ada kata-kata yang masuk akal yang akan berhasil bila di-
gunakan terhadap mereka. Mereka tidak dapat diajari dan diper-
barui, tidak pula dapat dibuat bekerja, atau disembuhkan dari
kelambanan dan kemalasan mereka, dengan cara-cara yang baik,
bahkan, dengan kata-kata kasar sekalipun. Bahkan tuan yang
paling lemah lembut pun akan terpaksa menggunakan kekerasan
terhadap mereka. Akal budi tidak akan mengubah mereka, sebab
mereka tidak berakal.
2. Tidak ada kata-kata yang masuk akal yang akan didapat dari me-
reka. Mereka keras hati dan suka cemberut. Dan, walaupun ia
mengerti pertanyaan-pertanyaan yang engkau ajukan kepada me-
reka, mereka tidak akan mengindahkannya. Walaupun engkau
membuatnya sedemikian jelas bagi mereka akan apa yang engkau
harapkan dari mereka, mereka tidak akan berjanji kepadamu un-
tuk memperbaiki apa yang salah atau mengurusi pekerjaan mere-
ka. Lihatlah kebodohan hamba-hamba yang mulutnya, dengan
berdiam diri, meminta dipukul. Mereka bisa saja diajari dengan
kata-kata dan terhindar dari pukulan, namun mereka tidak mau.
20 Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak
bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.
Salomo di sini menunjukkan bahwa kecil sekali harapan untuk mem-
buat berhikmat orang yang selalu tergesa-gesa, yang:
1. Bertindak gegabah dan tidak mempunyai pertimbangan: Kaulihat
orang yang cepat dengan kata-katanya, yang akalnya dangkal dan
tidak keruan, yang tampak menerima sesuatu dengan cepat namun
mengambilnya setengah-setengah, yang cepat-cepat mempelajari
suatu buku atau ilmu pengetahuan, namun tidak mengambil wak-
tu untuk mencernanya, tidak mengambil waktu untuk berhenti
sejenak atau merenungkan suatu urusan? Ada harapan lebih ba-
nyak untuk menjadikan cendekiawan dan orang bijak walaupun
tumpul otak, berat pikiran, dan lamban dalam belajar, dibandingkan
orang yang mempunyai otak genius yang begitu encer namun tidak
dapat menetapkan pikirannya.
2. Bertindak sombong dan angkuh diri: Coba kaulihat orang yang
bersemangat berbicara begitu suatu persoalan dimulai, yang hati-
nya langsung tergerak untuk berbicara sebelum orang lain mulai,
untuk membuka percakapan dan mengakhirinya, untuk memberi-
kan penilaiannya, seolah-olah ia mengetahui segala sesuatu? Ha-
rapan lebih banyak bagi orang bebal yang bersahaja, yang sadar
akan kebodohannya, dibandingkan bagi orang yang congkak seperti
itu.
21 Siapa memanjakan hambanya sejak muda, akhirnya menjadikan dia keras
kepala.
Perhatikanlah:
1. Tidak bijaklah tuan yang terlalu memanjakan hambanya, menaik-
kan kedudukannya terlalu cepat, dan membiarkannya bersikap
terlalu akrab dengannya. Juga, tidak bijak untuk mengizinkannya
bermewah-mewah dan pilih-pilih dalam hal makanan, pakaian,
dan tempat tinggal, dan dengan demikian memanjakannya, dengan
alasan bahwa ia pegawai kesayangan dan hamba yang menyenang-
kan. Ingatlah, ia yaitu seorang hamba, dan bila dimanja seperti
itu, ia akan bersikap manja dalam hal apa pun. Hamba haruslah
kuat menanggung kesusahan.
2. Sungguh tidak tahu berterima kasih bila seorang hamba bersikap
kurang ajar sebab ia sudah diperlakukan dengan manja. namun ,
ini sangat sering kali terjadi. Anak hilang yang rendah hati meng-
anggap dirinya tidak layak disebutkan anak, dan puas menjadi
hamba. Budak yang dimanja biasanya menganggap dirinya tidak
layak disebut hamba, sehingga pada akhirnya ia mau menjadi se-
orang anak, lalu bersantai-santai dan bebas, menjadi setara de-
ngan tuannya, dan mungkin mengaku-ngaku diri sebagai ahli
waris. Hendaklah para majikan memberi hamba-hamba mereka apa
yang sepadan dan pantas bagi mereka, tidak lebih tidak kurang. Ini
sangat bisa diterapkan pada tubuh, yang merupakan hamba bagi
jiwa. Orang-orang yang memanjakan tubuh, yang menyenangkan-
nya, dan terlalu lembut memperlakukannya, akan mendapati bah-
wa pada akhirnya tubuh itu lupa akan tempatnya, dan menjadi
anak, menjadi tuan, dan menjadi penguasa yang selalim-lalimnya.
22 Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, ba-
nyak pelanggarannya.
Lihatlah di sini kejahatan yang mengalir dari kecenderungan hati
yang suka marah-marah, panas, dan geram.
1. Kecenderungan hati itu membangkitkan amarah satu sama lain:
Si pemarah menimbulkan pertengkaran, menyusahkan dan suka
bertengkar di dalam keluarga dan lingkungan tetangga, meniup-
kan bara, dan bahkan memaksa orang-orang untuk bersengketa
dengannya, padahal mereka ingin hidup tenteram dan damai di
sampingnya.
2. Kecenderungan hati itu membuat manusia membangkitkan mur-
ka Allah: Orang yang lekas gusar, yang selalu mengikuti hawa
nafsu dan amarahnya, tidak bisa tidak pasti banyak pelanggaran-
nya. Amarah yang tidak sepatutnya yaitu dosa yang merupakan
penyebab dari banyak dosa lain. Amarah itu tidak hanya meng-
halang-halangi manusia untuk berseru akan nama Allah, namun
juga memberi mereka kesempatan untuk bersumpah, memaki,
dan mencemarkan nama Allah.
23 Keangkuhan merendahkan orang, namun orang yang rendah hati, menerima
pujian.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Kristus lebih dari satu kali,
1. Bahwa barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. Mereka
yang menyangka akan dihormati dengan meninggikan diri sendiri
melebihi kedudukan mereka, dengan memandang secara angkuh,
bermulut besar, tampil menawan, dan menyanjung diri sendiri, se-
baliknya akan membuat diri mereka mudah dihina, kehilangan
nama baik, dan membangkitkan murka Allah melalui pemelihara-
an-pemeliharaan ilahi yang merendahkan, yang bertujuan untuk
menurunkan dan menjatuhkan mereka.
2. Bahwa barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan, dan
akan dikokohkan martabatnya: Orang yang rendah hati, menerima
pujian. Kerendahan hati mereka yaitu kehormatan mereka, dan
itu akan menjadikan mereka sungguh-sungguh hebat dalam arti
yang sebenarnya dan dihargai oleh semua orang bijak dan baik.
(29:24)
24 Siapa menerima bagian dari pencuri, membenci dirinya. Didengarnya ku-
tuk, namun tidak diberitahukannya.
Lihatlah di sini dosa dan kehancuran apa yang menimpa orang-orang
yang terpikat bujukan para pendosa.
1. Mereka mendatangkan banyak sekali kesalahan: Begitulah yang
diperbuat oleh orang yang menerima bagian bersama perampok
dan penipu, dan membuang undinya ke tengah-tengah mereka
(1:11, dst.). Si penadah sama buruknya dengan si pencuri. Dan,
sebab terpikat untuk bergabung bersamanya dalam berbuat
dosa, ia tidak dapat terhindar dari bergabung bersamanya dalam
menyembunyikan dosa itu, meskipun itu dilakukan dengan sum-
pah-sumpah palsu dan kutukan-kutukan yang sungguh mengeri-
kan. Mereka mendengar kutuk saat mereka disumpah untuk
mengatakan seluruh kebenaran, namun mereka tidak mau meng-
aku.
2. Mereka segera mengalami kehancuran hebat: Mereka bahkan
membenci jiwa mereka sendiri, sebab mereka dengan sengaja mela-
kukan apa yang akan menghancurkan mereka tanpa bisa dicegah
lagi. Lihatlah betapa tidak masuk akalnya rasa bersalah yang ha-
rus ditanggung para pendosa. Mereka mencintai maut, dan tidak
ada yang lebih menakutkan dibandingkan ini. Mereka membenci jiwa
mereka sendiri, padahal tidak ada yang lebih berharga dibandingkan
jiwa itu.
25 Takut kepada orang mendatangkan jerat, namun siapa percaya kepada
TUHAN, dilindungi.
Di sini:
1. Kita diperingatkan untuk tidak takut pada kuasa manusia, entah
itu kuasa seorang raja atau kekuasaan orang banyak. Keduanya
memang cukup menakutkan, namun rasa takut sampai membuat
kita diperbudak olehnya mendatangkan jerat, yakni, membuat
orang rentan untuk mengalami banyak hinaan (sebagian orang
berbangga diri dalam menakut-nakuti orang penakut), atau lebih
tepatnya membuat orang rentan terhadap banyak godaan. Abra-
ham, sebab takut kepada orang, menyangkal istrinya, dan Petrus
menyangkal Gurunya, dan banyak lagi menyangkal Allah dan
agamanya. Kita tidak boleh mundur dari kewajiban, atau berbuat
dosa, untuk menghindari murka manusia, atau, meskipun kita
melihat murka itu mendatangi kita, dicemaskan oleh ketakutan
(Dan. 3:16; Mzm. 118:6). Manusia sendiri akan mati (Yes. 51:12)
dan hanya bisa membunuh tubuh kita (Luk. 12:5).
2. Kita didorong untuk bergantung pada kuasa Allah, yang akan men-
jaga kita dari segala rasa takut kepada orang, yang entah akan
menyiksa atau menggoda kita. Siapa per