Tampilkan postingan dengan label yohanes 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yohanes 8. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 8

 




orang yang benar-be-

nar mengasihi Allah (Ams. 8:17). Ia mengasihi mereka, dan 

memberi tahu mereka bahwa Ia mengasihi mereka. Ia ter-

senyum kepada mereka dan memeluk mereka. Allah begitu 

mengasihi Anak-Nya sampai Ia juga mengasihi semua 

orang yang mengasihi Anak-Nya itu. 

(2) Mereka akan menerima kasih Kristus: Dan Aku pun akan 

mengasihi dia, sebagai Allah-manusia, sebagai Pengantara. 

Sebagai Bapa, Allah akan mengasihi orang itu, dan Aku 

akan mengasihinya juga sebagai saudara, sebagai kakak 

yang sulung. Sang Pencipta akan mengasihinya dan men-

jadi kebahagiaan baginya. Sang Penebus itu akan menga-

sihinya, dan menjadi pelindung bagi kesejahteraannya. Di 

dalam hakikat (natur) Allah, tidak ada yang lebih cemerlang 

daripada ini, yaitu bahwa Allah yaitu  kasih. Di dalam 

karya Kristus, tidak ada yang tampak lebih mulia daripada 

ini, bahwa Allah telah mengasihi kita. Kedua kasih ini me-

rupakan mahkota dan penghiburan, anugerah dan kemu-

liaan, yang akan menjadi milik semua orang yang menga-

sihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak bina-

sa. Sekarang Kristus akan meninggalkan murid-murid-Nya, 

namun  berjanji akan terus mengasihi mereka. Sebab mes-

kipun Ia tidak berada bersama-sama, Ia bukan saja tetap 

mengasihi orang percaya, namun  juga melakukannya selama 

Ia tidak hadir bersama mereka. Ia menyimpan mereka di 

dalam hati-Nya dan hidup selamanya untuk menjadi peng-

antara bagi mereka. 

(3) Mereka akan menerima penghiburan dari kasih itu: Aku 

akan menyatakan diri-Ku kepadanya. Ada sebagian orang 

yang mengartikan hal ini sebagai peristiwa Kristus menam-

pakkan diri dalam keadaan hidup kepada murid-murid-Nya 

sesudah  kebangkitan-Nya. Namun, sebab  janji ini dituju-

kan kepada semua orang yang mengasihi Dia dan menuruti 

perintah-perintah-Nya, hal ini harus ditafsirkan sebagai 

mencakup semua orang juga. Perwujudan Kristus dan ka-

sih-Nya secara rohani terjadi pada semua orang percaya. 

Pada waktu Ia membuka pikiran mereka supaya bisa me-

ngenal kasih-Nya dan ukurannya (Ef. 3:18-19), menghidup-

kan anugerah dan menarik mereka untuk menggunakan-

nya sehingga dengan demikian menambah penghiburan 

mereka di dalam diri-Nya, pada waktu Ia membuktikan 

bahwa mereka sungguh memperhatikan Dia, dan sebab  

itu memberi mereka tanda-tanda kasih-Nya, pengalaman 

akan kelembutan hati-Nya, jaminan akan kerajaan dan ke-

muliaan-Nya – saat itulah Ia menyatakan diri kepada me-

reka. Kristus hanya menyatakan diri kepada orang-orang 

yang berkenan kepada-Nya. 

3.  Apa yang terjadi saat  Kristus memberi  janji ini. 

(1) Salah seorang murid mengungkapkan rasa takjub dan he-

rannya atas janji itu (ay. 22).  

Perhatikanlah: 

[1] Siapa yang mengatakannya – Yudas, yang bukan Iska-

riot. Yehuda, atau Yudas, yaitu  nama yang terkenal. 

Suku Israel yang paling terkenal yaitu  suku Yehuda. 

Dua dari antara murid-murid Kristus menyandang 

nama itu: salah satunya yaitu  seorang pengkhianat, 

sedangkan yang satu yaitu  saudara laki-laki Yakobus 

(Luk. 6:16), yang masih bersaudara dengan Kristus 

(Mat. 13:55). Ia disebut Lebeus atau Tadeus, dan menu-

lis surat terakhir dalam Perjanjian Baru, yang disebut 

dengan Surat Yudas, supaya membedakannya dengan 

nama lain. Yudas inilah yang sekarang berbicara di sini.  

Perhatikanlah:  

Pertama, ada seorang yang sangat baik dan seorang 

yang sangat jahat yang mempunyai nama yang sama. 

Namun, nama tidak membuat kita dipuji Allah, atau 

membuat seseorang jadi semakin jahat. Rasul Yudas ti-

dak pernah menjadi jahat. Begitu pula Yudas yang mur-

tad tidak pernah menjadi lebih baik sebab  menyan-

dang nama yang sama itu. Namun,  

Kedua, penulis Injil ini membedakan keduanya de-

ngan hati-hati saat menyebut nama Yudas yang saleh 

ini. Ia menambahkan, yang bukan Iskariot. Berhati-hati-

lah agar tidak membuat kekeliruan, janganlah kita me-

ngacaukan antara yang berharga dan yang kotor. 

[2] Apa yang dikatakannya – Tuhan, apakah sebabnya? 

yang menyiratkan,  

Pertama, lemahnya pengertiannya, seperti yang men-

jadi anggapan sebagian orang. Yudas menantikan kera-

jaan Sang Mesias yang bersifat sementara dan muncul 

dalam kemegahan dan kebesaran lahiriah, sampai selu-

ruh dunia terkagum-kagum melihatnya. “Kalau begitu,” 

pikirnya, “mengapa pernyataan itu hanya terbatas bagi 

kita saja?” ti gegonen – “ada apa sekarang, hingga Eng-

kau tidak mau menyatakan diri secara terbuka seperti 

yang diharapkan, supaya bangsa-bangsa berduyun-du-

yun datang kepada terang-Mu, dan raja-raja kepada ca-

haya yang terbit bagimu?” Perhatikanlah, kita mencipta-

kan masalah bagi diri sendiri saat  kita salah meng-

artikan hakikat kerajaan Kristus, seakan-akan keraja-

an-Nya itu berasal dari dunia ini. Atau,  

Kedua, sebagai ungkapan kasih sayangnya yang 

kuat dan sikap rendah hati serta rasa syukurnya kepa-

da Kristus atas perkenanan-Nya yang luar biasa kepada 

mereka: Tuhan, apakah sebabnya? Ia merasa takjub 

bahwa anugerah ilahi itu begitu merendah dan dekat 

sedemikian itu, seperti yang dirasakan Daud (2Sam. 

7:18) Apa gerangan yang ada di dalam diri kita hingga 

layak menerima perkenanan seagung itu?  

Perhatikanlah: 

1.  Cara Kristus menyatakan diri kepada murid-murid-

Nya dilakukan dengan istimewa – kepada mereka, 

dan tidak kepada dunia yang ada dalam kegelapan. 

Kepada mereka yang tidak terpandang, dan bukan 

kepada mereka yang berpengaruh dan terpandang. 

Kepada orang kecil, dan bukan kepada orang bijak 

dan orang pandai. Perkenanan yang istimewa sangat 

mendatangkan kelegaan, ia mengingat siapa saja 

yang dilewatkan, dan siapa yang terbuang. 

2.  Sudah sepantasnya ini sesuatu yang ajaib di mata 

kita, sebab  tidak dapat dimengerti apa itu, selain 

hanya bisa dikatakan sebagai  anugerah yang bebas 

dan ilahi. Ya, Bapa, itulah yang berkenan kepada-

Mu. 

(2)  Sebagai jawaban atas hal ini, Kristus menjelaskan dan me-

neguhkan perkataan-Nya (ay. 23-24). Ia mengabaikan kele-

mahan ucapan Yudas dan melanjutkan dengan penghibur-

an-Nya. 

[1] Ia menjelaskan lebih lanjut tentang persyaratan janji 

itu, yaitu mengasihi Dia, dan menuruti perintah-perin-

tah-Nya. Dalam hal ini, Ia menunjukkan hubungan 

yang tidak terpisahkan antara kasih dan ketaatan. Ka-

sih merupakan akarnya, sedangkan ketaatan yaitu  

buahnya.  

Pertama, bilamana ada  kasih yang murni terha-

dap Kristus di dalam hati, di situ akan didapati ketaat-

an: “Jika seorang mengasihi Aku dengan sungguh, kasih 

itu akan menjadi asas yang memerintah dan membatasi 

di dalam dirinya, sehingga tidak perlu dipertanyakan 

lagi, dia akan menuruti firman-Ku.” Bilamana ada  

kasih yang sejati terhadap Kristus, di situ akan ada  

penghargaan terhadap perkenanan-Nya, rasa hormat 

terhadap kewenangan-Nya, dan penyerahan diri seutuh-

nya kepada bimbingan dan penguasaan-Nya. Bilamana 

ada  kasih, kewajiban dengan sendirinya akan 

mengikuti, dengan mudah dan wajar, mengalir sebab  

asas rasa syukur.  

Kedua, di sisi lain, bilamana tidak ada  kasih se-

jati terhadap Kristus, tidak akan ada kepedulian untuk 

mematuhi-Nya: Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia 

tidak menuruti firman-Ku (ay. 24). Di sini, terungkap hal 

mengenai orang-orang yang tidak mengasihi Kristus. 

Apa pun yang pura-pura mereka lakukan, orang-orang 

yang tidak mengasihi-Nya pastilah tidak mempercayai 

kebenaran-kebenaran-Nya dan tidak mematuhi hukum-

hukum-Nya. Bagi mereka, perkataan-perkataan Kristus 

tidak lebih daripada omong kosong yang tidak perlu di-

indahkan, atau perkataan keras yang tidak mereka su-

kai. Ini juga merupakan alasan mengapa Kristus tidak 

mau menyatakan diri kepada dunia yang tidak menga-

sihi Dia, sebab mereka menghina-Nya dan tidak mau 

menuruti firman-Nya. Jadi, mengapa Kristus harus ber-

sikap akrab dengan orang-orang yang asing bagi-Nya? 

[2] Ia menjelaskan lebih lanjut perihal janji itu (ay. 23): Ba-

rangsiapa mengasihi Aku, Aku akan menyatakan diri-Ku 

kepadanya.  

Pertama, Bapa-Ku akan mengasihi dia, seperti yang 

telah dikatakan-Nya sebelum itu (ay. 21), dan yang di-

ulangi-Nya lagi di sini untuk meneguhkan iman kita. 

sebab  sungguh sulit untuk membayangkan bahwa 

Allah yang seagung itu mau mengasihi orang-orang 

yang telah membuat diri mereka menjadi benda-benda 

kemurkaan-Nya. Yudas bertanya-tanya bagaimana 

mungkin Kristus hendak menyatakan diri-Nya kepada 

mereka, namun  kata-kata ini menjawab pertanyaannya, 

“Jika Bapa-Ku mengasihi kamu, mengapa Aku tidak 

bebas menyatakan diri kepadamu?”  

Kedua, kami akan datang kepadanya dan diam ber-

sama-sama dengan dia. Hal ini menjelaskan arti dari 

Kristus menyatakan diri-Nya, dan juga memperkuat 

perkenanan-Nya. 

1.  Bukan sekadar, “Aku akan,” melainkan, “Kami 

akan,” Aku dan Bapa-Ku, yang yaitu  satu (ay. 9). 

Terang dan kasih Allah disampaikan kepada manu-

sia dalam bentuk terang dan kasih Penebus, supaya 

di mana pun Kristus ada, gambar Allah pun diukir 

pada-Nya. 

2.  Bukan sekadar, “Aku akan menyatakan diri-Ku ke-

padanya dari jauh,” melainkan, “Kami akan datang 

kepadanya, supaya dekat dengannya, dan berada 

bersamanya.” Sekuat itulah pengaruh anugerah dan 

penghiburan ilahi ke atas jiwa-jiwa yang mengasihi 

Kristus dengan sungguh. 

3.  Bukan sekadar, “Aku akan menampakkan diri se-

saat dan berkunjung sejenak kepadanya,” melain-

kan, “Kami akan datang kepadanya dan diam 

bersama-sama dengan dia,” yang menunjukkan ke-

puasan yang bisa didapatkan di dalam Dia dan ke-

beradaan tetap bersama-Nya. Allah bukan saja me-

ngasihi orang-orang percaya yang taat, namun  juga 

berkenan mengasihi mereka, bersukacita dalam ka-

sih-Nya kepada mereka (Zef. 3:17). Ia akan diam ber-

sama mereka seperti dalam rumah-Nya sendiri. 

[3]  Ia memberi  alasan yang bagus, baik untuk mengikat 

kita supaya memperhatikan persyaratan itu, maupun 

untuk mendorong kita supaya bersandar pada janji itu. 

Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, 

melainkan dari Bapa yang mengutus Aku (ay. 24). Ia 

sudah sering menyebut pokok ini (7:16; 8:28; 12:44), 

dan di sini hal ini  sangat ditekankan.  

Pertama, penekanan perihal kewajiban diletakkan di 

atas aturan Kristus sebagai pedoman kita, dan memang 

sudah seharusnya, sebab  perkataan Kristus yang ha-

rus kita turuti yaitu  firman Allah, dan kehendak Kris-

tus yaitu  kehendak Bapa.  

Kedua, penekanan perihal penghiburan kita diletak-

kan di atas janji Kristus. Namun, mengingat bahwa da-

lam mengandalkan janji itu kita harus menyangkal diri, 

memikul salib kita, dan meninggalkan segalanya, maka 

wajar saja bagi kita untuk bertanya-tanya apakah ada 

jaminan yang cukup bagi kita untuk mempertaruhkan 

segalanya itu. namun  kita boleh merasa puas, sebab  

memang ada jaminan bagi kita, bahwa janji itu bukan 

sekadar perkataan Kristus semata, melainkan itu ada-

lah firman Allah yang mengutus-Nya, dan itulah sebab-

nya kita dapat mengandalkan perkataan-Nya itu. 

Kata-kata Penghiburan Kristus 

(14:25-27) 

25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama de-

ngan kamu; 26 namun  Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh 

Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepa-

damu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan 

kepadamu. 27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Ku-

berikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh 

dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 

Ada dua hal yang digunakan Kristus untuk menghibur murid-murid-

Nya: 

I.    Bahwa mereka harus diajar oleh Roh-Nya (ay. 25-26), di mana 

kita dapat melihat: 

1.  Perenungan yang harus mereka buat atas pelajaran-pelajaran 

yang telah diberikan-Nya kepada mereka: Semuanya itu Kuka-

takan kepadamu (sambil mengacu pada semua pelajaran baik 

yang telah diajarkan-Nya kepada mereka sejak mereka menjadi

 murid-murid-Nya), selagi Aku berada bersama-sama dengan 

kamu.  

Hal ini menyiratkan: 

(1)  Bahwa apa yang telah dikatakan-Nya tidak ditarik-Nya 

kembali atau dibatalkan-Nya, melainkan justru disahkan 

atau diteguhkan-Nya. Apa yang telah dikatakan-Nya, telah 

diucapkan-Nya dan Ia akan tetap berpegang pada ucapan-

Nya itu. 

(2)  Bahwa Ia telah memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan 

berada bersama mereka sepenuhnya: “Selama Aku berada 

bersamamu, kamu tahu bahwa Aku tidak pernah menyia-

nyiakan waktu.” Perhatikanlah, saat guru-guru kita hendak 

pergi meninggalkan kita, kita harus mengingat-ingat apa 

yang pernah mereka sampaikan, selagi mereka masih ber-

ada bersama-sama kita.  

2.  Dorongan yang diberikan kepada mereka untuk menantikan 

guru lain, dan bahwa Kristus akan menemukan suatu jalan 

untuk berbicara kepada mereka sesudah  Ia meninggalkan me-

reka (ay. 26). Sebelum itu Ia telah mengatakan kepada mereka 

bahwa Bapa akan memberi  seorang Penolong lain (ay. 16), 

dan di sini Ia kembali menyebut hal ini . Sebab sama se-

perti janji mengenai Mesias yang pernah diberikan itu, demi-

kian pula janji mengenai Roh yang sekarang ini diberikan su-

paya menjadi penghiburan bagi Israel. Selanjutnya, di sini Ia 

menyampaikan dua hal kepada mereka, berkaitan dengan 

pengutusan Roh Kudus:  

(1) Atas dasar siapa Penghibur itu akan diutus: “Bapa akan 

mengutus-Nya dalam nama-Ku. Artinya, demi Aku, atas do-

rongan dan permintaan khusus-Ku,” atau “sebagai peran-

tara dan wakil-Ku.” Kristus datang dalam nama Bapa-Nya 

sebagai utusan-Nya. Roh datang dalam nama Kristus seba-

gai wakil selama Ia tidak berada di tempat, untuk melan-

jutkan pekerjaan-Nya dan mempersiapkan kedatangan-Nya 

yang kedua. Itulah sebabnya Ia disebut Roh Kristus, sebab  

Ia membela perkara-Nya dan melaksanakan pekerjaan-Nya.  

(2) Untuk tugas apa Ia akan diutus. Ada dua hal yang akan 

dilakukan-Nya:  

[1] Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada-

mu, sebagai Roh hikmat dan pewahyuan, menjadi guru 

seperti Kristus bagi murid-murid-Nya. Jika Ia mening-

galkan mereka sekarang, pada saat mereka baru memi-

liki kecakapan yang begitu sedikit, apa yang akan ter-

jadi dengan mereka? Roh itulah yang akan mengajar 

mereka dan menjadi guru mereka. Ia akan mengajarkan 

segala hal yang perlu mereka ketahui, baik untuk diri 

sendiri, maupun untuk mengajar orang lain. sebab  

orang-orang yang hendak mengajarkan perkara-perkara 

dari Allah harus terlebih dulu diajar oleh Allah. Dan hal 

ini menjadi pekerjaan Roh (Yes. 59:21). 

[2]  Dialah yang akan mengingatkan kamu akan semua yang 

telah Kukatakan kepadamu. Sudah banyak pelajaran 

baik yang diajarkan Kristus kepada mereka, dan yang 

telah mereka lupakan dan terpaksa dicari dahulu saat 

mereka membutuhkannya. Ada banyak hal yang tidak 

mereka ingat lagi, sebab  mereka tidak memahami arti-

nya dengan benar. Roh itu tidak akan mengajarkan Injil 

baru kepada mereka, namun  mengingatkan mereka akan 

apa yang telah diajarkan kepada mereka, dengan jalan 

menuntun mereka untuk memahaminya. Semua rasul 

harus memberitakan Injil, dan beberapa di antara mere-

ka harus menuliskan hal-hal yang dilakukan dan di-

ajarkan Yesus, untuk disebarkan ke bangsa-bangsa lain 

dan masa-masa berikutnya. Sekarang, seandainya me-

reka harus melakukannya sendiri, beberapa hal penting 

mungkin telah terlupakan dan beberapa lagi disampai-

kan dengan tidak benar, oleh sebab  lemahnya ingatan 

mereka. Itulah sebabnya Roh itu dijanjikan untuk sung-

guh-sungguh memampukan mereka menceritakan dan 

mencatat semua yang dikatakan Kristus kepada mere-

ka. Kepada semua orang kudus, Roh anugerah itu dibe-

rikan untuk menjadi pengingat yang mengingatkan me-

reka akan segala sesuatu. sebab  itu, melalui iman dan 

doa, kita harus berjanji kepada-Nya untuk melaksana-

kan apa yang kita dengar dan ketahui. 

II.  Bahwa mereka akan berada di bawah pengaruh damai sejahtera-

Nya (ay. 27): Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Waktu Kristus 

hendak meninggalkan dunia, Ia membuat wasiat-Nya. Ia menye-

rahkan jiwa-Nya kepada Bapa-Nya. Ia mewariskan tubuh-Nya 

kepada Yusuf dari Arimatea, agar supaya dikuburkan dengan 

layak. Pakaian-Nya jatuh ke tangan para serdadu. Ia menyerah-

kan ibu-Nya kepada pemeliharaan Yohanes. Namun, apa yang 

akan ditinggalkan-Nya bagi murid-murid-Nya yang miskin, yang 

telah meninggalkan segalanya demi Dia? Emas dan perak tidak Ia 

miliki, namun  Ia meninggalkan sesuatu yang jauh lebih berharga, 

yakni damai sejahtera-Nya. “Aku pergi, namun  damai sejahtera Ku-

tinggalkan bagimu. Aku bukan saja memberimu hak atasnya, te-

tapi menjadikan kamu sebagai pemiliknya.” Ia tidak pergi dengan 

marah, melainkan dalam kasih, sebab inilah kata-kata perpisah-

an-Nya, Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, bagaikan seorang 

bapa yang menjelang ajalnya meninggalkan bagian kepada ma-

sing-masing anaknya. Dan warisan Kristus yang ditinggalkan ini 

merupakan bahagian yang pilihan dan terutama.  

Perhatikanlah: 

1.  Warisan yang di sini ditinggalkan: Damai sejahtera, damai se-

jahtera-Ku. Damai sejahtera dimaksudkan untuk segala sesua-

tu yang baik, dan Kristus telah meninggalkan bagi kita segala 

keperluan yang baik, segala sesuatu yang sunguh-sungguh 

dan benar-benar baik, sama seperti semua barang yang dibeli 

dijanjikan pasti baik. Damai sejahtera dimaksudkan untuk pe-

mulihan hubungan dan kasih. Damai sejahtera yang diwaris-

kan yaitu  damai dengan Allah, damai satu sama lain. Damai 

sejahtera dalam hati kita sepertinya yang dimaksudkan secara 

khusus. Suatu ketenangan batin yang muncul dari rasa dibe-

narkan di hadapan Allah. Damai ini merupakan imbangan 

atas pengampunan yang kita terima dan ketenangan batin 

kita. Inilah yang disebut Kristus damai sejahtera-Nya, sebab 

Dia sendirilah damai sejahtera kita (Ef. 2:14). Inilah damai se-

jahtera yang dibelikan dan diberitakan oleh-Nya bagi kita. Dan 

atas damai inilah, para malaikat menyampaikan selamat ke-

pada umat manusia pada saat kelahiran-Nya (Luk. 2:14). 

2.  Kepada siapa warisan ini ditinggalkan: “Kepadamu, murid-mu-

rid dan pengikut-pengikut-Ku, yang akan menghadapi kesu-

karan dan memerlukan damai sejahtera. Kepadamu yang ada-

lah anak-anak perdamaian, dan yang layak menerimanya.” 

Warisan ini ditinggalkan bagi mereka sebagai wakil-wakil je-

maat, bagi mereka dan juga para penerus mereka, bagi mereka 

dan semua orang Kristen sejati dari segala masa. 

3.  Dengan cara bagaimana warisan itu ditinggalkan: Apa yang 

Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.  

Artinya: 

(1) “Aku bukan sekadar hendak menyampaikan salam Damai 

sejahtera bagi kamu. Tidak, ini bukanlah ucapan basa-basi 

semata, melainkan berkat yang sejati.” 

(2) “Damai sejahtera yang Kuberikan ini yaitu  damai yang se-

nyum dunia pun tidak dapat memberi nya, dan yang se-

baliknya tidak dapat dirampas oleh kemarahan dunia ini.” 

Atau, 

(3) “Karunia yang Kuberikan kepadamu bukanlah seperti yang 

diberikan dunia kepada anak-anak dan para pengagumnya 

yang menerima kebaikannya.” Pemberian dunia hanya ber-

kaitan dengan soal tubuh dan waktu. Pemberian Kristus 

memperkaya jiwa untuk kekekalan: dunia memberi  ke-

sia-siaan yang mengecoh dan menipu kita. Kristus mem-

berikan berkat-berkat yang sesungguhnya, yang tidak akan 

pernah mengecewakan kita. Dunia memberi lalu mengam-

bilnya kembali. Kristus memberi  bagian terbaik yang 

tidak akan diambil dari pada kita. 

(4)  Damai sejahtera yang diberikan Kristus tak terhingga, jauh 

lebih berharga daripada yang diberikan dunia. Damai se-

jahtera dunia berawal dengan ketidaktahuan, beriring de-

ngan dosa, dan berakhir dengan masalah yang tiada habis-

habisnya. namun , damai sejahtera Kristus berawal dengan 

anugerah, tidak beriring dengan dosa, dan berakhir dalam 

damai sejahtera abadi. Sama seperti perbedaan yang terda-

pat antara kelesuan yang mematikan dan tidur lelap yang 

menyegarkan, demikian pula perbedaan yang ada di antara 

damai sejahtera dari Kristus dan dari dunia. 

4.  Manfaat apa yang akan mereka terima dari damai sejahtera 

itu: Janganlah gelisah dan gentar hatimu, atas semua kejahat-

an di masa lampau ataupun masa sekarang, janganlah gentar

 akan kejahatan apa pun yang akan datang. Perhatikanlah, 

orang-orang yang tertarik pada kovenan anugerah dan berhak 

menerima damai sejahtera yang diberikan Kristus, tidak boleh 

menyerah kepada dukacita dan ketakutan yang melandanya. 

Inilah yang menjadi inti dari seluruh permasalahan ini. Ia te-

lah berkata (ay. 1), “Janganlah gelisah hatimu,” dan di sini Ia 

mengulanginya lagi sesudah  memberi  alasan yang cukup. 

Kata-kata Penghiburan Kristus 

(14:28-31) 

28 “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, 

namun  Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu 

tentu akan bersukacita sebab  Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih 

besar dari pada Aku. 29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu 

sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, jika   hal itu terjadi. 30 Tidak 

banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini da-

tang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. 31 namun  supaya dunia 

tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu 

seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi 

dari sini.” 

Di sini Kristus memberi murid-murid-Nya alasan lain mengapa hati 

mereka tidak boleh gelisah dengan kepergian-Nya. Alasan ini  

yaitu bahwa, sebab  hati-Nya sendiri tidak gelisah. Di sini Ia me-

nyampaikan kepada mereka hal apa yang membuat-Nya mampu me-

mikul salib dan mengabaikan kenistaannya, supaya mereka dapat 

berpaling kepada-Nya, dan berlomba dengan tekun.  

Ia menghibur diri: 

I.   Bahwa meskipun Ia akan pergi, Ia akan datang kembali: “Kamu 

telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu, dan seka-

rang Aku mengatakannya lagi, Aku pergi, namun  Aku datang kem-

bali kepadamu.” Perhatikanlah, apa yang telah kita dengar perihal 

ajaran Kristus, terutama yang menyangkut kedatangan-Nya yang 

kedua, tidak perlu lagi disampaikan kepada kita berulang-ulang. 

Pada waktu kita di bawah kuasa gejolak hati, dukacita, ketakut-

an, atau kekhawatiran, kita akan lupa bahwa Kristus akan datang 

kembali (Flp. 4:5). Kristus menguatkan hati-Nya dengan hal ini, di 

tengah penderitaan dan kematian-Nya, bahwa Ia akan datang 

kembali, dan hal ini juga harus dapat menghibur kita saat kita 

harus berpisah saat kematian. Kita akan pergi untuk datang kem-

bali. Kepergian kita saat meninggalkan teman-teman kita hanya-

lah untuk sejenak, bukan untuk selamanya (1Tes. 4:13-14). 

II.  Bahwa Ia pergi kepada Bapa-Nya: “Sekiranya kamu mengasihi 

Aku, seperti yang kamu katakan dalam kesedihanmu, kamu tentu 

akan bersukacita dan bukannya bersedih, sebab meskipun Aku 

meninggalkanmu, Aku juga berkata, Aku pergi kepada Bapa-Ku, 

bukan hanya Bapa-Ku, namun  Bapa-mu juga. Kepergian-Ku mem-

beri kemuliaan kepadaKu dan keuntungan bagimu, sebab Bapa 

lebih besar dari pada Aku.”  

Perhatikanlah di sini: 

1.  Merupakan kebahagiaan bagi para murid Kristus bahwa Ia 

akan pergi kepada Bapa, untuk mengambil anak-anak yatim 

piatu sebagai milik-Nya dan menjadi perantara bagi orang ber-

dosa. Kepergian-Nya mengandung sisi cerah dan juga sisi ge-

lap. Itulah sebabnya Ia mengirimkan pesan ini sesudah  kebang-

kitan-Nya (20:17), Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapa-

mu, dan ini sungguh amat menghibur. 

2.  Alasannya yaitu  sebab  Bapa lebih besar dari pada Dia. Jika 

ini benar seperti yang dikatakan-Nya (dan memang tidak 

diragukan lagi demikian adanya), maka hal ini harus dipahami 

demikian, bahwa kedudukan-Nya dengan Bapa-Nya akan jauh 

lebih tinggi dan mulia daripada kedudukan-Nya sekarang ini. 

Kepergian-Nya kepada Bapa (menurut Dr. Hammond) akan 

meningkatkan keadaan-Nya menjadi lebih tinggi daripada se-

karang. Atau, kepergian-Nya kepada Bapa-Nya seorang diri, 

dan kemudian membawa serta semua pengikut-Nya ke sana, 

merupakan tujuan akhir dari usaha-Nya, dan sebab  itu hal 

ini  jauh lebih mulia. Demikianlah Kristus mengangkat 

pikiran dan pengharapan murid-murid-Nya menuju sesuatu 

yang lebih agung dibandingkan dengan apa yang mereka sang-

ka merupakan kebahagiaan mereka. Kerajaan Bapa, ke mana 

kita semua akan pergi, akan lebih besar dan mulia daripada 

kerajaan yang bersifat sementara di dunia ini. 

3. Murid-murid Kristus harus menunjukkan bahwa mereka me-

ngasihi-Nya, dengan bersukacita menyambut kemuliaan yang 

diperoleh-Nya saat Ia ditinggikan, dan bukannya berduka ka-

rena Dia direndahkan. Jika mereka mengasihi Dia, mereka 

harus bersuka dengan kepergian-Nya kepada Bapa-Nya, tem-

pat di mana Ia seharusnya berada, dan kita juga, tidak lama 

lagi. Banyak orang yang mengasihi Kristus menyalurkan kasih 

mereka dengan cara yang salah. Mereka menyangka bahwa 

jika mereka mengasihi-Nya, mereka harus senantiasa men-

derita kesakitan demi Dia. Padahal, orang yang mengasihi Dia 

akan menetap dalam kebahagiaan di dalam Dia, dan bermegah 

dalam Kristus Yesus.  

III. Bahwa kepergian-Nya, dibandingkan dengan nubuatan-nubuatan 

yang disampaikan sebelumnya, akan menjadi sarana untuk me-

neguhkan iman murid-murid-Nya (ay. 29): “Aku mengatakannya 

kepadamu sebelum hal itu terjadi, bahwa Aku harus mati dan 

bangkit kembali, naik kepada Bapa, dan mengutus Penghibur itu, 

supaya kamu percaya, jika   hal itu terjadi.” Perhatikanlah 

alasan ini (13:19; 16:4). Kristus menyampaikan kepada murid-

murid-Nya perihal kematian-Nya, meskipun Ia tahu bahwa hal ini 

akan membuat mereka bingung dan sedih, sebab  sesudah itu, 

hal ini akhirnya akan berakibat baik bagi peneguhan iman mere-

ka dalam dua hal: 

1. Bahwa Dia yang mengatakan hal-hal ini sebelum terjadi, me-

miliki kemampuan ilahi untuk melihat sesuatu yang bakal di-

alami, dan mengetahui lebih dulu apa yang akan terjadi. Keti-

ka Rasul Paulus pergi ke Yerusalem, ia tidak tahu apa yang 

menantinya di sana, namun  Kristus tahu. 

2. Bahwa hal-hal yang dinubuatkan-Nya itu sejalan dengan mak-

sud dan tujuan ilahi, dan bukannya merupakan keputusan 

yang diambil dengan tiba-tiba, melainkan sesuai dengan kebi-

jaksanaan kekal. Oleh sebab itu, mereka tidak boleh gelisah 

akan sesuatu yang justru akan meneguhkan iman mereka, 

dan dengan begitu berakibat baik bagi kepentingan mereka 

sendiri. sebab  ujian bagi iman kita sangatlah berharga, mes-

kipun untuk itu sekarang ini kita harus mengalami dukacita 

oleh berbagai-bagai pencobaan (1Ptr. 1:6) 

IV. Bahwa Ia yakin dengan kemenangan-Nya atas Iblis, dengan siapa 

Ia tahu Ia harus bergumul pada saat kepergian-Nya (ay. 30): “Ti-

dak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab  memang 

tidak banyak lagi yang harus Kukatakan, kecuali yang dapat di-

tangguhkan sampai terjadi Pencurahan Roh.” sesudah  peristiwa 

ini, Ia memang banyak berbincang-bincang dengan mereka (ps. 15 

dan 16). Namun, dibandingkan dengan apa yang telah dikatakan-

Nya selama ini, tidak banyak lagi yang hendak disampaikan-Nya. 

Waktu-Nya tinggal sedikit, dan oleh sebab itu Ia sekarang lebih 

banyak berbicara kepada mereka, sebab  tidak lama lagi kesem-

patan itu akan lenyap. Perhatikanlah, kita harus senantiasa ber-

usaha keras untuk berbicara langsung pada tujuan, sebab  ada 

kemungkinan kita tidak punya banyak waktu lagi untuk berbicara 

banyak. Kita tidak tahu kapan kita akan berhenti bernafas, dan 

oleh sebab  itu kita harus selalu menghirup sesuatu yang baik. 

Bila kita jatuh sakit dan sekarat, mungkin saat itu kita tidak 

mampu lagi berbicara banyak kepada orang-orang di sekitar kita. 

Oleh sebab itu, apa pun nasihat baik yang bisa kita berikan 

kepada mereka, biarlah kita berikan sementara kita masih sehat. 

Salah satu alasan mengapa Ia tidak berbicara banyak kepada 

mereka saat itu yaitu  sebab  kini ada tugas lain yang menanti-

Nya: Penguasa dunia ini datang. Ia menyebut Iblis penguasa dunia 

ini (12:31). Murid-murid-Nya memimpikan Guru mereka menjadi 

penguasa dunia ini, sementara mereka sendiri menjadi penguasa-

penguasa lain di bawah Dia. Namun, Kristus mengatakan kepada 

mereka bahwa penguasa dunia ini yaitu  musuh-Nya, begitu juga 

penguasa-penguasa lain dunia ini, yang digerakkan dan dikuasai 

olehnya (1Kor. 2:8). namun  ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-

Ku.  

Perhatikanlah di sini: 

1.  Pertentangan yang menghadang Kristus bukan saja manusia, 

namun  juga kuasa-kuasa kegelapan. Iblis telah menyerang-Nya 

dengan pencobaan-pencobaannya (Mat. 4), menawarkan se-

mua kerajaan dunia kepada-Nya, jika Ia bersedia sujud me-

nyembah dia, yang dengan jijik disebut Kristus sebagai pe-

nguasa dunia ini. sesudah  itu Iblis mundur dari pada-Nya dan 

menunggu waktu yang baik. “namun  sekarang,” kata Kristus, 

“Aku melihatnya menghimpun pengikutnya lagi, mempersiap-

kan serangan gencar, dan dengan demikian berusaha memper-

oleh apa yang diinginkannya melalui kekerasan sebab  tidak 

berhasil mendapatkannya lewat daya pikat.” Ini dilakukannya 

untuk membuat-Nya ketakutan hingga tidak jadi melaksana-

kan tugas-Nya, sebab  ia tidak berhasil memikat-Nya untuk 

membatalkan niat-Nya. Perhatikanlah, pandangan ke depan 

akan datangnya pencobaan justru akan memberi kita peluang 

yang besar untuk melawannya. Dengan diperingatkan terlebih 

dulu, kita bisa mempersenjatai diri dari sekarang. Sementara 

masih berada di sini, kita dapat melihat bagaimana Iblis terus-

menerus datang menyerang kita, dan itulah sebabnya kita 

harus senantiasa berjaga-jaga. 

2.   Jaminan yang dimiliki-Nya bahwa Ia akan meraih kemenangan 

gemilang dalam pertempuran itu: Ia tidak berkuasa sedikit pun 

atas diri-Ku, ouk echei ouden – Ia sama sekali tidak berkuasa. 

(1) Kristus tidak bertindak keliru saat memberi  wewenang 

kepada penguasa dunia ini dalam melancarkan serangan-

serangannya. Dikatakan bahwa Iblis berkuasa atas maut 

(Ibr. 2:14). Orang Yahudi menyebutnya malaikat maut yang 

mencabut nyawa orang. Sekarang, sebab  Kristus tidak 

pernah berbuat jahat, Iblis tidak berkuasa atas-Nya, dan 

oleh sebab  itu, meskipun ia berhasil menyalibkan Dia, ia 

tidak berhasil membuat-Nya ketakutan. Meskipun berhasil 

menggiring-Nya menuju kematian, ia tidak dapat membuat-

Nya putus asa. Bila Iblis datang untuk membuat kita geli-

sah, ia menaruh sesuatu di dalam diri kita untuk membuat 

kita bingung, sebab  kita semua telah berbuat dosa. Na-

mun, saat hendak membuat merongrong Kristus, tidak ada 

kesempatan apa pun yang bisa didapatkannya untuk mela-

wan Dia. 

(2) Di dalam Kristus tidak ada kejahatan apa pun yang dapat 

memberi  keuntungan kepada penguasa dunia ini dalam 

melancarkan pencobaan-pencobaannya. Iblis tidak mampu 

menghancurkan pekerjaan-Nya dengan menarik-Nya ke-

pada dosa, sebab di dalam diri-Nya tidak ada dosa sedikit 

pun. Tidak ada suatu pun yang tidak beres yang dapat di-

pakainya guna melancarkan godaannya, tidak ada bahan 

bakar untuk dinyalakan. Seperti itulah hakikat-Nya yang 

murni tanpa cela, yang tidak memungkinkan-Nya untuk 

berbuat dosa. Semakin besar kepentingan Iblis di dalam 

diri kita dihancurkan dan dikurangi, semakin tenang kita 

menghadapi penderitaan dan kematian. 

V. Bahwa kepergian-Nya sejalan dengan dan untuk menaati kehen-

dak Bapa-Nya. Iblis tidak mampu mencabut nyawa-Nya dengan 

paksa, namun Ia memang akan mati: supaya dunia tahu, bahwa 

Aku mengasihi Bapa (ay. 31).  

Kita dapat memahami ini: 

1.  Sebagai penegasan atas hal yang sering dikatakan-Nya, bahwa 

pekerjaan-Nya sebagai Pengantara merupakan bukti bagi dunia,  

(1) Perihal kesesuaian-Nya dengan Bapa. Melalui hal ini tam-

paklah bahwa Ia mengasihi Bapa. Sama seperti kematian-

Nya bagi manusia menjadi bukti kasih-Nya untuk kesela-

matan mereka, demikian pula halnya dengan kasih-Nya ke-

pada Allah bahwa Ia mati demi kemuliaan Bapa dan demi 

menggenapi tujuan-tujuan-Nya. Biarlah dunia tahu bahwa 

di antara Bapa dan Anak tidak ada kasih yang terhilang. 

Sama seperti Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan 

segala sesuatu kepada-Nya, begitu pula Anak mengasihi 

Bapa, dan menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan-Nya. 

(2)  Perihal ketaatan-Nya kepada Bapa: “Aku melakukan segala 

sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku – Aku 

melakukan yang diperintahkan kepada-Ku dengan cara 

yang diperintahkan.” Perhatikanlah, bukti paling baik dari 

kasih kita kepada Bapa yaitu  melakukan seperti yang di-

perintahkan-Nya kepada kita. Sama seperti Kristus menga-

sihi Bapa dan mematuhi-Nya, bahkan sampai mati, demi-

kianlah kita harus mengasihi Kristus dan mematuhi-Nya. 

Pandangan Kristus pada perintah Bapa membuat-Nya ber-

sedia menderita dan mati, memberi-Nya sukacita dan ke-

mampuan untuk mengalahkan sifat keengganan. Hal ini 

mengangkat aib salib, yaitu bahwa apa yang dilakukan-Nya 

yaitu  atas perintah Bapa. Perintah Allah cukup untuk 

memampukan kita untuk menanggung hal yang paling di-

benci orang lain, dan oleh sebab itu cukup juga bagi kita 

untuk menanggung apa yang paling berat bagi kita: Inilah 

kehendak Dia yang menciptakanku, yang mengutusku. 

2.  Sebagai kesimpulan atas apa yang baru saja dikatakan-Nya. 

sesudah  mengemukakan hal kepergian-Nya, Ia mengakhiri per-

cakapan-Nya dengan, “Supaya dunia tahu, bahwa Aku menga-

sihi Bapa.” “Kamu akan melihat bagaimana Aku akan meng-

hadapi salib yang sudah ditentukan itu dengan riang hati: Ba-

ngunlah, marilah kita pergi dari sini menuju taman, atau, ke 

Yerusalem.” Saat kita membicarakan suatu masalah dari jauh, 

mudah bagi kita untuk berkata, “Tuhan, aku akan mengikut 

Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Namun, saat  berada 

dalam keadaan terjepit, atau saat  salib yang tidak terhindar-

kan menghadang tugas, dan kita tetap bisa berkata, “Bangun-

lah, marilah kita pergi dan menghadapinya” dan bukannya 

menghindar, maka inilah yang membuat dunia tahu, bahwa 

kita mengasihi Bapa. Bila percakapan ini terjadi pada akhir 

perjamuan malam, maka sepertinya Ia mengucapkan kata-

kata ini sambil bangkit berdiri dan beranjak dari meja makan, 

lalu pindah ke ruang tamu, di mana Ia bisa berbincang-bin-

cang lebih lanjut dengan lebih bebas dan berdoa bersama mu-

rid-murid-Nya. Tanggapan Dr. Goodwin mengenai hal ini ada-

lah bahwa dengan menyampaikan alasan agung mengenai 

penderitaan-Nya sebagai perintah dari Bapa-Nya, Kristus tidak 

sabar lagi untuk segera menjalani penderitaan-Nya dan mati, 

sebab  Ia khawatir kalau-kalau terlambat menemui Yudas 

yang hendak menangkap-Nya, “Bangunlah, kata-Nya, marilah 

kita pergi dari sini.” Namun, sesudah  Ia seolah-olah melihat ke 

jam pasir dan menyadari bahwa saat-Nya belum tiba, Ia pun 

duduk kembali dan menyampaikan pesan-pesan berikutnya.  

Sekarang: 

(1) Melalui kata-kata ini Ia memberi  dorongan kepada mu-

rid-murid-Nya untuk tetap mengikut Dia. Ia tidak berkata, 

Aku harus pergi, melainkan Marilah kita pergi. Ia tidak 

mengajak mereka mengalami kesukaran begitu saja, namun  

berjalan di depan mereka sebagai pemimpin. Mereka telah 

berjanji tidak akan meninggalkan Dia: “Ayo,” kata-Nya, 

“marilah kita pergi, mari kita lihat bagaimana kamu akan 

membuktikan kata-katamu itu.” 

(2) Ia memberi  teladan kepada mereka, senantiasa meng-

ajar mereka, terutama di saat-saat penuh penderitaan, un-

tuk tidak terlampau terikat pada hal-hal di dunia bawah 

ini, melainkan sering memikirkan dan berbicara untuk me-

ninggalkan hal-hal duniawi itu. Walaupun kita sedang du-

duk santai dan berada di tengah percakapan yang menye-

nangkan, janganlah kita berpikir untuk berada di situ se-

lamanya: Bangunlah, marilah kita pergi dari sini. Seandai-

nya percakapan itu terjadi pada akhir perjamuan malam 

Paskah dan ekaristi, hal itu mengajarkan kita bahwa ke-

khidmatan persekutuan kita dengan Allah tidaklah selalu 

terjadi di dunia ini. saat  kita duduk di bawah bayang-ba-

yang Kristus dengan sukacita dan berkata, “Betapa baha-

gianya kami berada di tempat ini,” kita harus berpikir un-

tuk bangun dan pergi dari situ, dan turun dari gunung. 

PASAL 1 5  

elah disepakati secara umum bahwa percakapan Kristus dalam 

pasal ini dan juga pasal berikutnya terjadi saat berakhirnya 

perjamuan malam terakhir, yaitu di malam saat Ia diserahkan. Perca-

kapan ini bukan merupakan percakapan yang terputus-putus seperti 

halnya yang terjadi dalam pasal sebelumnya, melainkan terjadi se-

cara berkesinambungan. Inti pembicaraan-Nya sangat berkaitan de-

ngan kejadian menyedihkan yang sedang berlangsung saat itu, yaitu 

sebuah khotbah perpisahan. sebab  Ia kini akan segera meninggal-

kan mereka, maka: 

I. Ada kemungkinan mereka akan tergoda untuk meninggal-

kan-Nya dan kembali ke ajaran Musa. sebab  itulah Ia 

memberi tahu mereka mengenai pentingnya untuk tetap 

setia berpegang dan tinggal di dalam Dia.   

II. Hubungan kekeluargaan di antara mereka mungkin akan 

menjadi renggang. sebab  itulah Ia menekankan kepada 

mereka untuk saling mengasihi dan untuk terus menjalan-

kan persekutuan seperti itu, yang selama ini selalu me-

nguatkan mereka, sesudah  Ia pergi nanti.  

III. Mereka mungkin akan tergoda untuk mundur dari pelayan-

an mereka sebagai rasul saat dihadapkan dengan berbagai 

kesukaran. sebab  itulah Ia mempersiapkan mereka untuk 

menjadi kuat dalam menghadapi rencana jahat dunia ini.  

Percakapan Kristus dalam pasal ini dapat dirangkum ke da-

lam empat kata:  

1. Buah (ay. 1-8).  

2. Kasih (ay. 9-17).  

3. Kebencian (ay. 18-25).  

4. Sang Penghibur (ay. 26-27). 

Kristus, Sang Pokok Anggur yang Benar  

(15:1-8) 

1 Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2 Setiap 

ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang 

berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3 Kamu memang 

sudah bersih sebab  firman yang telah Kukatakan kepadamu. 4 Tinggallah di 

dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat ber-

buah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian 

juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5 Akulah 

pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam 

Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak 

dapat berbuat apa-apa. 6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang 

ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang 

dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 7 Jikalau kamu tinggal di dalam 

Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu ke-

hendaki, dan kamu akan menerimanya. 8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermu-

liakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu yaitu  

murid-murid-Ku.  

Di sini Kristus berbicara mengenai buah, buah-buah Roh yang harus 

dihasilkan murid-murid-Nya, melalui sebuah perumpamaan menge-

nai pokok anggur.  

Perhatikanlah di sini: 

I.  Pelajaran yang dapat dipetik dari perumpamaan di atas dan peng-

ertian yang harus kita ambil darinya.  

1.  Bahwa Yesus Kristus yaitu  sang pokok anggur, pokok anggur 

yang benar. Kesediaan Kristus untuk menggambarkan diri-Nya 

melalui perumpamaan-perumpamaan yang sederhana menun-

jukkan kerendahan hati-Nya. Dia yang yaitu  Surya Kebenar-

an dan Bintang Timur yang gilang gemilang membandingkan 

diri-Nya dengan pokok anggur. Gereja, yang merupakan gam-

baran rohani diri Kristus, yaitu  pohon anggur (Mzm. 80:9), 

begitu juga Kristus, yang merupakan dasar gereja. Demikian-

lah Kristus dan gereja-Nya digambarkan. 

(1) Kristus yaitu  pokok anggur, yang ditanam di kebun, dan 

bukan merupakan tumbuhan liar. Dia ditanamkan di bumi 

ini sebab Dia yaitu  Firman yang menjelma menjadi manu-

sia. Pokok anggur biasanya tidak memiliki penampilan luar 

yang indah, dan Kristus pun tidak tampan dan semaraknya 

pun tidak ada (Yes. 53:2). Pohon anggur merupakan tum-

buhan merambat, dan Kristus pun akan dikenal sebagai 

keselamatan sampai ke ujung-ujung bumi. Buah dari pohon

 anggur memuliakan Allah dan menyukakan manusia (Hak. 

9:13), begitu pula buah dari tindakan pengantaraan yang 

dilakukan Kristus, lebih berharga dari pada emas (Ams. 

8:19).  

(2)  Kristus yaitu  pokok anggur yang benar. Kata benar di sini 

yaitu  lawan dari kepura-puraan dan kepalsuan. Kristus 

benar-benar merupakan tumbuhan yang berbuah lebat, 

tanaman yang termasyhur. Dia tidak seperti pohon sulur-

suluran (anggur) liar yang menipu siapa pun yang me-

ngumpulkannya (2Raj. 4:39), melainkan pokok anggur yang 

sejati. Pohon-pohon yang tidak berbuah disebut sebagai 

pohon yang mengeluarkan janji dusta (Hab. 3:17, bdk. TL), 

namun  Kristus yaitu  pohon anggur yang tidak akan me-

nipu. Kehebatan apa pun yang ditemukan di dalam makh-

luk mana pun, yang berguna bagi manusia, semua itu 

hanyalah sekadar bayang-bayang dari kasih karunia yang 

tersedia di dalam Kristus bagi kebaikan umat-Nya. Dialah 

pokok anggur yang dilambangkan dengan pohon anggur 

yang memperkaya Yehuda dengan darah buah anggur (Kej. 

49:11), atau dengan pohon anggur Yusuf yang dahan-

dahannya naik mengatasi tembok (Kej. 49:22), atau dengan 

pohon anggur Israel, tempat di mana Israel diam dengan 

tenteram (1Raj. 4:25).  

2.  Bahwa orang-orang percaya yaitu  ranting-ranting dari pokok 

anggur itu, yang menunjukkan bahwa Kristus yaitu  akar 

dari pohon anggur ini . Akar itu memang tidak kelihatan, 

sebagaimana juga hidup kita tersembunyi bersama dengan 

Kristus. Akar itu menopang pohon (Rm. 11:18), menyebarkan 

sari-sari makanan, dan sangat penting bagi pertumbuhan dan 

produksi buahnya. Di dalam Kristuslah tersedia segala bantu-

an dan sokongan. Pohon anggur memiliki banyak ranting, 

sebagian ada di sisi sebelah rumah atau tembok, dan sebagian 

lagi di sisi lainnya. Akan namun , semuanya menjadi satu dan 

berasal dari satu akar. Begitu pula orang-orang Kristen yang 

saleh, meskipun berjauhan tempat dan pendapat, namun  satu 

di dalam Kristus yang merupakan pusat kesatuan mereka. Se-

perti juga ranting pohon anggur, orang-orang percaya itu le-

mah dan tidak dapat menyokong diri mereka sendiri, melain-

kan harus selalu disokong (Yeh. 15:2).  

3.  Bahwa Bapa yaitu  pengusahanya, geōrgos – pengelola tanah. 

Meskipun bumi yaitu  milik Tuhan, bumi tidak akan mengha-

silkan buah bila tidak dikerjakan oleh-Nya. Allah tidak hanya 

memiliki, namun  juga mengurus pokok anggur dan ranting-

rantingnya. Dia telah menanam, menyirami, dan melipatgan-

dakan, sebab kita yaitu  ladang Allah (1Kor. 3:9; Yes. 5:1-2; 

27:2-3). Allah memelihara Kristus, Sang Tunas, dan menyo-

kong-Nya, serta membuat-Nya tumbuh berkembang dari tanah 

kering. Allah juga memperhatikan semua ranting-ranting, me-

mangkas dan menjagai ranting-ranting itu supaya tidak ada 

yang melukai mereka. Belum pernah ada seorang pengusaha 

yang begitu berhikmat dan waspada menjagai kebun anggur-

nya sebagaimana Allah menjagai gereja-Nya. sebab  itulah, 

gereja-Nya harus berbuah lebat.   

II.  Tugas yang diajarkan kepada kita melalui perumpamaan ini , 

yaitu untuk menghasilkan buah, dan untuk tinggal di dalam Kris-

tus, supaya bisa menghasilkan buah itu. 

1.  Kita harus berbuah. Dari pohon anggur kita mengharapkan 

buah anggur yang baik (Yes. 5:2), dan dari seorang Kristen kita 

mengharapkan Kekristenan yang sejati. Inilah yang dimak-

sudkan dengan buah itu: pembawaan dan sifat kristiani, kehi-

dupan dan perilaku kristiani, bakti dan rancangan kristiani. 

Kita harus menghormati Allah dan berbuat kebajikan, serta 

memberi teladan dalam hal kesucian dan kuasa agama yang 

kita peluk. Inilah yang dimaksudkan dengan menghasilkan 

buah. Sebagai orang Kristen, murid-murid Kristus harus ber-

buah dalam segala buah-buah kebenaran, dan sebagai rasul-

rasul, mereka harus setia dalam menyebarkan kebaikan yang 

dihasilkan akibat mengenal Kristus. Untuk mendorong mereka 

supaya berbuat demikian, Ia pun menekankan mengenai:  

(1) Malapetaka yang akan menimpa ranting yang tidak ber-

buah (ay. 2): Ranting-ranting itu akan dipotong. 

[1] Ini berarti bahwa ada banyak orang yang menjadi ran-

ting-ranting dalam Kristus namun  tidak menghasilkan 

buah. Jika mereka memang dipersatukan dengan Kris-

tus melalui iman, pasti mereka akan berbuah. namun , 

sebab  mereka hanya menempel kepada Kristus melalui 

seutas benang pengakuan lahiriah saja, maka sekalipun 

mereka terlihat seperti ranting, mereka akan segera 

menjadi kering. Pemeluk agama yang tidak berbuah 

yaitu  pemeluk agama yang tidak setia. Hanya menga-

ku-ngaku saja, tidak lebih dari itu. Pernyataan tadi bisa 

juga diartikan, setiap ranting yang tidak berbuah di da-

lam-Ku, sebab orang-orang yang tidak menghasilkan 

buah di dalam Kristus, di dalam Roh dan kasih karu-

nia-Nya, sama saja dengan tidak menghasilkan buah 

sama sekali (Hos. 10:1). 

[2] Ranting-ranting itu terancam dipotong, sebab itulah 

yang pantas menimpa mereka dan juga demi kebaikan 

ranting-ranting yang lainnya. Orang yang tidak memiliki 

kesatuan sejati dengan Kristus dan tidak menghasilkan 

buah, dari padanya akan diambil juga apa yang ia ang-

gap ada padanya (Luk. 8:18). Ada sebagian orang yang 

berpendapat bahwa ayat itu terutama menunjuk kepada 

Yudas.  

(2) Janji yang diberikan kepada ranting yang berbuah. Ia mem-

bersihkan mereka, supaya mereka lebih banyak berbuah.  

Perhatikan: 

[1] Upah bagi mereka yang berbuah yaitu  kemampuan 

untuk lebih banyak menghasilkan buah lagi. Berkat 

yang pertama berbunyi, berbuahlah terus, dan hal itu 

masih merupakan berkat yang besar. 

[2] Agar menghasilkan lebih banyak buah, ranting yang 

berbuah pun perlu dibersihkan atau dipangkas, 

kathairei – Dia memangkas hal yang berlebihan dan ter-

lalu mewah, yang menghalangi pertumbuhan dan ke-

mampuannya untuk menghasilkan buah. Ranting yang 

terbaik juga pasti memiliki cacat, aliquid amputandum – 

sesuatu yang harus dipotong, misalnya pemikiran, ke-

inginan atau kecenderungan berlebihan, yang perlu di-

bersihkan. Kristus telah berjanji untuk melakukannya 

melalui firman, Roh, dan pemeliharaan-Nya. Semuanya 

itu akan dipangkas sedikit demi sedikit pada musimnya 

yang tepat. 

[3] Pembersihkan ranting yang berbuah tadi, supaya buah 

mereka bertambah banyak lagi, yaitu  urusan dan 

pekerjaan Sang Pengusaha Agung, demi kemuliaan-Nya 

sendiri. 

(3) Keuntungan yang dimiliki orang-orang percaya melalui 

pengajaran Kristus, yang kuasanya harus terus mereka 

teladani dalam setiap perilaku yang menghasilkan buah: 

Kamu memang sudah bersih (ay. 3). 

[1]  Perkumpulan mereka telah bersih sebab  Yudas sudah 

disingkirkan dengan perkataan Kristus, Apa yang hen-

dak kauperbuat, perbuatlah dengan segera. Sebelum 

mereka dibersihkan dari Yudas, tidak semua mereka 

bersih. Firman Kristus yaitu  perkataan yang dapat 

membedakan dan memilah-milah orang yang berharga 

dari yang hina. Firman itu akan menyucikan jemaat 

anak-anak sulung pada hari pemisahan agung nanti.  

[2]  Setiap dari mereka telah bersih. Artinya, mereka telah 

dikuduskan melalui kebenaran Kristus (17:17). Iman 

yang telah membuat mereka menerima firman Kristus 

juga telah menyucikan hati mereka (Kis. 15:9). Melalui 

firman ini , Roh kasih karunia memurnikan mere-

ka dari kenajisan dunia dan daging, dan membersihkan 

mereka dari ragi para ahli Taurat dan orang Farisi. Me-

reka kini telah bersih dari hal itu, sesudah  melihat kema-

rahan dan permusuhan para ahli Taurat dan orang 

Farisi yang telah mendarah daging terhadap Guru me-

reka.  Terapkanlah hal itu kepada semua orang percaya. 

Firman Kristus juga diperuntukkan bagi mereka. Fir-

man itu mengandung kuasa yang membersihkan, kare-

na bisa mendatangkan kasih karunia dan menghapus-

kan kejahatan. Firman Kristus membersihkan seperti 

api membersihkan emas dari kotoran-kotoran yang me-

nempel di sana. Ia seperti seorang tabib yang member-

sihkan tubuh dari penyakit. Jadi, kita baru dapat mem-

buktikan bahwa kita telah dibersihkan oleh firman saat 

kita menghasilkan buah yang membawa kita kepada 

pengudusan. Kira-kira gambaran berikut ini menggam-

barkan hukum mengenai kebun anggur di Kanaan: 

buah-buahan yang dihasilkannya kotor dan dianggap 

tidak bersunat pada tiga tahun pertama sesudah  pepo-

honannya ditanam, dan pada tahun yang keempat se-

gala buahnya harus menjadi persembahan kudus seba-

gai puji-pujian bagi TUHAN, dan baru pada saat itulah 

buah-buahan ini  bersih (Im. 19:23-24). Murid-

murid itu kini telah dibimbing oleh Kristus selama tiga 

tahun. Dan kini kamu sudah bersih.   

(4) Kemuliaan yang akan dilimpahkan kembali kepada Allah 

oleh sebab  buah-buah yang kita hasilkan, disertai dengan 

penghiburan dan kehormatan yang akan kita terima juga 

melalui buah-buah itu (ay. 8).  

Jika kita berbuah banyak:  

[1]  Dalam hal inilah Bapa kita akan dipermuliakan. Buah-

buah yang dihasilkan oleh para rasul, misalnya dalam 

ketekunan mereka mengerjakan tugas mereka, akan 

mendatangkan kemuliaan bagi Allah melalui pertobatan 

jiwa-jiwa dan persembahan jiwa-jiwa itu terhadap-Nya 

(Rm. 15:9, 16). Buah-buah Kekristenan dari seluruh 

orang percaya dalam lingkup yang lebih kecil juga men-

jadi kemuliaan bagi Allah. Berkat pekerjaan baik hebat 

yang dilakukan oleh orang-orang Kristen, banyak orang 

dibawa untuk memuliakan Bapa kita yang ada di dalam 

sorga. 

[2] Maka kita akan menjadi murid-murid Kristus yang se-

sungguhnya, yaitu dengan membuktikan bahwa me-

mang demikianlah kita adanya sesuai dengan sebutan 

yang kita akui bagi diri kita sendiri. Dengan begitu kita 

akan membuktikan dan meningkatkan jati diri kita 

sebagai murid Kristus, dan menjadi ternama, terpuji, 

dan terhormat bagi Guru kita. Inilah artinya menjadi 

murid-murid-Nya yang sejati (Yer. 13:11). Dengan cara 

inilah kita akan diakui oleh Guru kita pada hari besar 

itu, dan akan mendapatkan upah yang layak didapat-

kan seorang murid, yaitu bagian dalam sukacita Tuhan 

kita. Semakin banyak buah yang kita hasilkan dan se-

makin berlimpah kita berbuat baik, semakin besar pula 

Ia dimuliakan.  

2.  Supaya berbuah, kita harus tinggal di dalam Kristus, harus 

menjaga persekutuan kita dengan-Nya melalui iman dan ber-

buat semampu kita dalam beribadah untuk menjaga kelang-

sungan persekutuan ini .  

Di sini ada :  

(1)  Tugas yang diperintahkan (ay. 4): Tinggallah di dalam Aku 

dan Aku di dalam kamu. Perhatikan, semua murid Kristus 

harus mempertahankan ketergantungan mereka kepada 

Kristus dan juga persekutuan dengan-Nya, membiasakan 

diri untuk terus melekat kepada-Nya dan mendapatkan so-

kongan dari-Nya. Barangsiapa datang kepada Kristus ha-

rus tinggal di dalam-Nya: “Tinggallah di dalam Aku melalui 

iman, dan Aku di dalam kamu melalui Roh-Ku. Tinggallah 

di dalam Aku, dan Aku pasti akan tinggal di dalam kamu,” 

sebab persekutuan antara Kristus dan para orang percaya 

tidak akan disia-siakan-Nya. Kita harus tinggal di dalam 

firman Kristus dengan cara memperhatikannya, dan fir-

man-Nya tinggal di dalam kita sebagai terang bagi kaki kita. 

Kita harus tinggal dalam kebaikan Kristus sebagai kebenar-

an dan pembelaan bagi kita, dan kebaikan dan kebenaran 

itu tinggal di dalam kita sebagai sokongan dan penghibur-

an bagi kita. Pangkal setiap ranting tinggal di dalam pokok 

anggur, dan sari-sari makanan pokok anggur itu mengalir 

ke ranting tadi, sehingga di antara mereka terjalin hubung-

an yang tetap.  

(2) Perlunya kita untuk tinggal di dalam Kristus supaya bisa 

menghasilkan buah (ay. 4-5): “Kamu tidak berbuah, jikalau 

kamu tidak tinggal di dalam Aku. namun , jika kamu tinggal 

di dalam Aku, kamu akan berbuah banyak, sebab, pendek-

nya, di luar Aku, atau jika kamu terpisah dari-Ku, kamu 

tidak dapat berbuat apa-apa.” Begitulah, demi penghiburan 

dan kebahagiaan kita sendiri, kita harus berbuah. Itulah 

alasan terbaik mengapa kita perlu tinggal di dalam Kristus, 

sebab  jika tidak begitu, kita tidak bisa berbuah. 

[1]  Tinggal di dalam Kristus perlu dilakukan supaya kita 

dapat berbuat banyak kebaikan. Orang yang teguh ber-

iman kepada Kristus dan terus mengasihi Dia, hidup 

berdasarkan janji-janji-Nya dan dipimpin oleh Roh-Nya, 

menghasilkan banyak buah. Dengan begitu, ia menjadi 

sangat berguna bagi kemuliaan Allah, dan akan menda-

patkan upahnya di hari yang agung nanti. Perhatikan, 

bersatu dengan Kristus merupakan sebuah prinsip yang 

mulia dan menghasilkan segala sesuatu yang baik. Hi-

dup berdasarkan iman kepada Anak Allah merupakan 

kehidupan paling indah yang dapat dijalani oleh manu-

sia di dunia ini. Kehidupan yang seperti itu begitu ter-

atur dan tertib, murni dan sorgawi. Kehidupan seperti 

itu berguna dan menyenangkan, dan menjawab tujuan 

hidup.  

[2]  Kita perlu tinggal di dalam Kristus agar bisa melakukan 

kebaikan apa saja. Hal ini bukan saja menjadi sarana 

untuk memelihara dan meningkatkan segala hal baik 

yang sudah ada di dalam kita, namun  juga merupakan 

akar dan sumber segala sesuatu yang baik: “Di luar Aku 

kamu tidak bisa berbuat apa-apa: bukan hanya tidak 

mampu melakukan hal-hal yang menakjubkan seperti 

menyembuhkan orang sakit atau membangkitkan orang 

mati, melainkan juga tidak mampu melakukan apa 

pun.” Perhatikanlah, kita ini perlu dan bergantung te-

rus-menerus pada kasih karunia Sang Pengantara un-

tuk menjalani kehidupan rohani dan ilahi. Ini sama hal-

nya seperti kita bergantung sepenuhnya pada pemeliha-

raan Sang Pencipta untuk dapat menjalani kehidupan 

jasmani kita. Kehidupan rohani dan jasmani kita ada 

dalam kuasa ilahi yang memungkinkan kita hidup, kita 

bergerak, dan ada. Tanpa kebaikan Kristus, kita tidak 

dapat berbuat apa-apa untuk membenarkan diri kita, 

dan tanpa Roh Kristus kita tidak dapat melakukan apa 

pun mengenai pengudusan kita. Tanpa Kristus kita 

tidak dapat melakukan apa pun dengan benar, tidak 

satu pun akan membuahkan hasil yang menyenangkan 

Allah ataupun menguntungkan bagi kita (2Kor. 3:5). 

Kita bergantung kepada Kristus bukan hanya seperti 

pohon anggur membutuhkan tembok untuk menopang-

nya, namun  juga seperti ranting yang bergantung pada 

akar untuk mendapatkan sari-sari makanan.  

(3)  Akibat mematikan yang akan menimpa siapa pun yang me-

ninggalkan Kristus (ay. 6): Barangsiapa tidak tinggal di 

dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting. Seperti itulah 

gambaran keadaan mengerikan yang akan menimpa orang-

orang munafik yang tidak ada di dalam Kristus, dan yang 

juga akan menimpa orang-orang murtad yang tidak tinggal 

di dalam Kristus. 

[1]  Mereka dibuang keluar seperti ranting yang kering dan 

layu, yang dipotong sebab  ranting itu hanya mengham-

bat pertumbuhan pohon saja. Memang adil bila orang-

orang yang berpikir bahwa mereka tidak membutuhkan 

Kristus tidak memperoleh keuntungan apa-apa dari-

Nya, dan bila orang-orang yang menolak Dia juga dito-

lak oleh-Nya. Orang-orang yang tidak tinggal di dalam 

Kristus akan diabaikan oleh-Nya. Mereka ditinggalkan 

sendirian untuk jatuh ke dalam dosa yang memalukan, 

lalu mereka pun pantas dibuang dari kumpulan orang-

orang yang setia.  

[2] Mereka menjadi kering sebagaimana sebatang ranting 

yang patah dari pohonnya. Meskipun untuk sementara 

waktu mereka bisa saja berkembang secukup-cukup-

nya, orang-orang yang tidak tinggal di dalam Kristus 

kemudian akan menjadi layu dan tidak menjadi apa-

apa. Semua yang menjadi bagian dan karunia mereka 

menjadi sia-sia, semangat dan ibadah mereka memu-

dar, kehormatan dan nama baik mereka pun menghi-

lang, demikian pula pengharapan dan penghiburan me-

reka (Ayb. 8:11-13). Perhatikan, mereka yang tidak 

menghasilkan buah akan segera kehilangan dedaunan 

pula. Betapa