orang yang benar-be-
nar mengasihi Allah (Ams. 8:17). Ia mengasihi mereka, dan
memberi tahu mereka bahwa Ia mengasihi mereka. Ia ter-
senyum kepada mereka dan memeluk mereka. Allah begitu
mengasihi Anak-Nya sampai Ia juga mengasihi semua
orang yang mengasihi Anak-Nya itu.
(2) Mereka akan menerima kasih Kristus: Dan Aku pun akan
mengasihi dia, sebagai Allah-manusia, sebagai Pengantara.
Sebagai Bapa, Allah akan mengasihi orang itu, dan Aku
akan mengasihinya juga sebagai saudara, sebagai kakak
yang sulung. Sang Pencipta akan mengasihinya dan men-
jadi kebahagiaan baginya. Sang Penebus itu akan menga-
sihinya, dan menjadi pelindung bagi kesejahteraannya. Di
dalam hakikat (natur) Allah, tidak ada yang lebih cemerlang
daripada ini, yaitu bahwa Allah yaitu kasih. Di dalam
karya Kristus, tidak ada yang tampak lebih mulia daripada
ini, bahwa Allah telah mengasihi kita. Kedua kasih ini me-
rupakan mahkota dan penghiburan, anugerah dan kemu-
liaan, yang akan menjadi milik semua orang yang menga-
sihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak bina-
sa. Sekarang Kristus akan meninggalkan murid-murid-Nya,
namun berjanji akan terus mengasihi mereka. Sebab mes-
kipun Ia tidak berada bersama-sama, Ia bukan saja tetap
mengasihi orang percaya, namun juga melakukannya selama
Ia tidak hadir bersama mereka. Ia menyimpan mereka di
dalam hati-Nya dan hidup selamanya untuk menjadi peng-
antara bagi mereka.
(3) Mereka akan menerima penghiburan dari kasih itu: Aku
akan menyatakan diri-Ku kepadanya. Ada sebagian orang
yang mengartikan hal ini sebagai peristiwa Kristus menam-
pakkan diri dalam keadaan hidup kepada murid-murid-Nya
sesudah kebangkitan-Nya. Namun, sebab janji ini dituju-
kan kepada semua orang yang mengasihi Dia dan menuruti
perintah-perintah-Nya, hal ini harus ditafsirkan sebagai
mencakup semua orang juga. Perwujudan Kristus dan ka-
sih-Nya secara rohani terjadi pada semua orang percaya.
Pada waktu Ia membuka pikiran mereka supaya bisa me-
ngenal kasih-Nya dan ukurannya (Ef. 3:18-19), menghidup-
kan anugerah dan menarik mereka untuk menggunakan-
nya sehingga dengan demikian menambah penghiburan
mereka di dalam diri-Nya, pada waktu Ia membuktikan
bahwa mereka sungguh memperhatikan Dia, dan sebab
itu memberi mereka tanda-tanda kasih-Nya, pengalaman
akan kelembutan hati-Nya, jaminan akan kerajaan dan ke-
muliaan-Nya – saat itulah Ia menyatakan diri kepada me-
reka. Kristus hanya menyatakan diri kepada orang-orang
yang berkenan kepada-Nya.
3. Apa yang terjadi saat Kristus memberi janji ini.
(1) Salah seorang murid mengungkapkan rasa takjub dan he-
rannya atas janji itu (ay. 22).
Perhatikanlah:
[1] Siapa yang mengatakannya – Yudas, yang bukan Iska-
riot. Yehuda, atau Yudas, yaitu nama yang terkenal.
Suku Israel yang paling terkenal yaitu suku Yehuda.
Dua dari antara murid-murid Kristus menyandang
nama itu: salah satunya yaitu seorang pengkhianat,
sedangkan yang satu yaitu saudara laki-laki Yakobus
(Luk. 6:16), yang masih bersaudara dengan Kristus
(Mat. 13:55). Ia disebut Lebeus atau Tadeus, dan menu-
lis surat terakhir dalam Perjanjian Baru, yang disebut
dengan Surat Yudas, supaya membedakannya dengan
nama lain. Yudas inilah yang sekarang berbicara di sini.
Perhatikanlah:
Pertama, ada seorang yang sangat baik dan seorang
yang sangat jahat yang mempunyai nama yang sama.
Namun, nama tidak membuat kita dipuji Allah, atau
membuat seseorang jadi semakin jahat. Rasul Yudas ti-
dak pernah menjadi jahat. Begitu pula Yudas yang mur-
tad tidak pernah menjadi lebih baik sebab menyan-
dang nama yang sama itu. Namun,
Kedua, penulis Injil ini membedakan keduanya de-
ngan hati-hati saat menyebut nama Yudas yang saleh
ini. Ia menambahkan, yang bukan Iskariot. Berhati-hati-
lah agar tidak membuat kekeliruan, janganlah kita me-
ngacaukan antara yang berharga dan yang kotor.
[2] Apa yang dikatakannya – Tuhan, apakah sebabnya?
yang menyiratkan,
Pertama, lemahnya pengertiannya, seperti yang men-
jadi anggapan sebagian orang. Yudas menantikan kera-
jaan Sang Mesias yang bersifat sementara dan muncul
dalam kemegahan dan kebesaran lahiriah, sampai selu-
ruh dunia terkagum-kagum melihatnya. “Kalau begitu,”
pikirnya, “mengapa pernyataan itu hanya terbatas bagi
kita saja?” ti gegonen – “ada apa sekarang, hingga Eng-
kau tidak mau menyatakan diri secara terbuka seperti
yang diharapkan, supaya bangsa-bangsa berduyun-du-
yun datang kepada terang-Mu, dan raja-raja kepada ca-
haya yang terbit bagimu?” Perhatikanlah, kita mencipta-
kan masalah bagi diri sendiri saat kita salah meng-
artikan hakikat kerajaan Kristus, seakan-akan keraja-
an-Nya itu berasal dari dunia ini. Atau,
Kedua, sebagai ungkapan kasih sayangnya yang
kuat dan sikap rendah hati serta rasa syukurnya kepa-
da Kristus atas perkenanan-Nya yang luar biasa kepada
mereka: Tuhan, apakah sebabnya? Ia merasa takjub
bahwa anugerah ilahi itu begitu merendah dan dekat
sedemikian itu, seperti yang dirasakan Daud (2Sam.
7:18) Apa gerangan yang ada di dalam diri kita hingga
layak menerima perkenanan seagung itu?
Perhatikanlah:
1. Cara Kristus menyatakan diri kepada murid-murid-
Nya dilakukan dengan istimewa – kepada mereka,
dan tidak kepada dunia yang ada dalam kegelapan.
Kepada mereka yang tidak terpandang, dan bukan
kepada mereka yang berpengaruh dan terpandang.
Kepada orang kecil, dan bukan kepada orang bijak
dan orang pandai. Perkenanan yang istimewa sangat
mendatangkan kelegaan, ia mengingat siapa saja
yang dilewatkan, dan siapa yang terbuang.
2. Sudah sepantasnya ini sesuatu yang ajaib di mata
kita, sebab tidak dapat dimengerti apa itu, selain
hanya bisa dikatakan sebagai anugerah yang bebas
dan ilahi. Ya, Bapa, itulah yang berkenan kepada-
Mu.
(2) Sebagai jawaban atas hal ini, Kristus menjelaskan dan me-
neguhkan perkataan-Nya (ay. 23-24). Ia mengabaikan kele-
mahan ucapan Yudas dan melanjutkan dengan penghibur-
an-Nya.
[1] Ia menjelaskan lebih lanjut tentang persyaratan janji
itu, yaitu mengasihi Dia, dan menuruti perintah-perin-
tah-Nya. Dalam hal ini, Ia menunjukkan hubungan
yang tidak terpisahkan antara kasih dan ketaatan. Ka-
sih merupakan akarnya, sedangkan ketaatan yaitu
buahnya.
Pertama, bilamana ada kasih yang murni terha-
dap Kristus di dalam hati, di situ akan didapati ketaat-
an: “Jika seorang mengasihi Aku dengan sungguh, kasih
itu akan menjadi asas yang memerintah dan membatasi
di dalam dirinya, sehingga tidak perlu dipertanyakan
lagi, dia akan menuruti firman-Ku.” Bilamana ada
kasih yang sejati terhadap Kristus, di situ akan ada
penghargaan terhadap perkenanan-Nya, rasa hormat
terhadap kewenangan-Nya, dan penyerahan diri seutuh-
nya kepada bimbingan dan penguasaan-Nya. Bilamana
ada kasih, kewajiban dengan sendirinya akan
mengikuti, dengan mudah dan wajar, mengalir sebab
asas rasa syukur.
Kedua, di sisi lain, bilamana tidak ada kasih se-
jati terhadap Kristus, tidak akan ada kepedulian untuk
mematuhi-Nya: Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia
tidak menuruti firman-Ku (ay. 24). Di sini, terungkap hal
mengenai orang-orang yang tidak mengasihi Kristus.
Apa pun yang pura-pura mereka lakukan, orang-orang
yang tidak mengasihi-Nya pastilah tidak mempercayai
kebenaran-kebenaran-Nya dan tidak mematuhi hukum-
hukum-Nya. Bagi mereka, perkataan-perkataan Kristus
tidak lebih daripada omong kosong yang tidak perlu di-
indahkan, atau perkataan keras yang tidak mereka su-
kai. Ini juga merupakan alasan mengapa Kristus tidak
mau menyatakan diri kepada dunia yang tidak menga-
sihi Dia, sebab mereka menghina-Nya dan tidak mau
menuruti firman-Nya. Jadi, mengapa Kristus harus ber-
sikap akrab dengan orang-orang yang asing bagi-Nya?
[2] Ia menjelaskan lebih lanjut perihal janji itu (ay. 23): Ba-
rangsiapa mengasihi Aku, Aku akan menyatakan diri-Ku
kepadanya.
Pertama, Bapa-Ku akan mengasihi dia, seperti yang
telah dikatakan-Nya sebelum itu (ay. 21), dan yang di-
ulangi-Nya lagi di sini untuk meneguhkan iman kita.
sebab sungguh sulit untuk membayangkan bahwa
Allah yang seagung itu mau mengasihi orang-orang
yang telah membuat diri mereka menjadi benda-benda
kemurkaan-Nya. Yudas bertanya-tanya bagaimana
mungkin Kristus hendak menyatakan diri-Nya kepada
mereka, namun kata-kata ini menjawab pertanyaannya,
“Jika Bapa-Ku mengasihi kamu, mengapa Aku tidak
bebas menyatakan diri kepadamu?”
Kedua, kami akan datang kepadanya dan diam ber-
sama-sama dengan dia. Hal ini menjelaskan arti dari
Kristus menyatakan diri-Nya, dan juga memperkuat
perkenanan-Nya.
1. Bukan sekadar, “Aku akan,” melainkan, “Kami
akan,” Aku dan Bapa-Ku, yang yaitu satu (ay. 9).
Terang dan kasih Allah disampaikan kepada manu-
sia dalam bentuk terang dan kasih Penebus, supaya
di mana pun Kristus ada, gambar Allah pun diukir
pada-Nya.
2. Bukan sekadar, “Aku akan menyatakan diri-Ku ke-
padanya dari jauh,” melainkan, “Kami akan datang
kepadanya, supaya dekat dengannya, dan berada
bersamanya.” Sekuat itulah pengaruh anugerah dan
penghiburan ilahi ke atas jiwa-jiwa yang mengasihi
Kristus dengan sungguh.
3. Bukan sekadar, “Aku akan menampakkan diri se-
saat dan berkunjung sejenak kepadanya,” melain-
kan, “Kami akan datang kepadanya dan diam
bersama-sama dengan dia,” yang menunjukkan ke-
puasan yang bisa didapatkan di dalam Dia dan ke-
beradaan tetap bersama-Nya. Allah bukan saja me-
ngasihi orang-orang percaya yang taat, namun juga
berkenan mengasihi mereka, bersukacita dalam ka-
sih-Nya kepada mereka (Zef. 3:17). Ia akan diam ber-
sama mereka seperti dalam rumah-Nya sendiri.
[3] Ia memberi alasan yang bagus, baik untuk mengikat
kita supaya memperhatikan persyaratan itu, maupun
untuk mendorong kita supaya bersandar pada janji itu.
Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku,
melainkan dari Bapa yang mengutus Aku (ay. 24). Ia
sudah sering menyebut pokok ini (7:16; 8:28; 12:44),
dan di sini hal ini sangat ditekankan.
Pertama, penekanan perihal kewajiban diletakkan di
atas aturan Kristus sebagai pedoman kita, dan memang
sudah seharusnya, sebab perkataan Kristus yang ha-
rus kita turuti yaitu firman Allah, dan kehendak Kris-
tus yaitu kehendak Bapa.
Kedua, penekanan perihal penghiburan kita diletak-
kan di atas janji Kristus. Namun, mengingat bahwa da-
lam mengandalkan janji itu kita harus menyangkal diri,
memikul salib kita, dan meninggalkan segalanya, maka
wajar saja bagi kita untuk bertanya-tanya apakah ada
jaminan yang cukup bagi kita untuk mempertaruhkan
segalanya itu. namun kita boleh merasa puas, sebab
memang ada jaminan bagi kita, bahwa janji itu bukan
sekadar perkataan Kristus semata, melainkan itu ada-
lah firman Allah yang mengutus-Nya, dan itulah sebab-
nya kita dapat mengandalkan perkataan-Nya itu.
Kata-kata Penghiburan Kristus
(14:25-27)
25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama de-
ngan kamu; 26 namun Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh
Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepa-
damu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan
kepadamu. 27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Ku-
berikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Ada dua hal yang digunakan Kristus untuk menghibur murid-murid-
Nya:
I. Bahwa mereka harus diajar oleh Roh-Nya (ay. 25-26), di mana
kita dapat melihat:
1. Perenungan yang harus mereka buat atas pelajaran-pelajaran
yang telah diberikan-Nya kepada mereka: Semuanya itu Kuka-
takan kepadamu (sambil mengacu pada semua pelajaran baik
yang telah diajarkan-Nya kepada mereka sejak mereka menjadi
murid-murid-Nya), selagi Aku berada bersama-sama dengan
kamu.
Hal ini menyiratkan:
(1) Bahwa apa yang telah dikatakan-Nya tidak ditarik-Nya
kembali atau dibatalkan-Nya, melainkan justru disahkan
atau diteguhkan-Nya. Apa yang telah dikatakan-Nya, telah
diucapkan-Nya dan Ia akan tetap berpegang pada ucapan-
Nya itu.
(2) Bahwa Ia telah memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan
berada bersama mereka sepenuhnya: “Selama Aku berada
bersamamu, kamu tahu bahwa Aku tidak pernah menyia-
nyiakan waktu.” Perhatikanlah, saat guru-guru kita hendak
pergi meninggalkan kita, kita harus mengingat-ingat apa
yang pernah mereka sampaikan, selagi mereka masih ber-
ada bersama-sama kita.
2. Dorongan yang diberikan kepada mereka untuk menantikan
guru lain, dan bahwa Kristus akan menemukan suatu jalan
untuk berbicara kepada mereka sesudah Ia meninggalkan me-
reka (ay. 26). Sebelum itu Ia telah mengatakan kepada mereka
bahwa Bapa akan memberi seorang Penolong lain (ay. 16),
dan di sini Ia kembali menyebut hal ini . Sebab sama se-
perti janji mengenai Mesias yang pernah diberikan itu, demi-
kian pula janji mengenai Roh yang sekarang ini diberikan su-
paya menjadi penghiburan bagi Israel. Selanjutnya, di sini Ia
menyampaikan dua hal kepada mereka, berkaitan dengan
pengutusan Roh Kudus:
(1) Atas dasar siapa Penghibur itu akan diutus: “Bapa akan
mengutus-Nya dalam nama-Ku. Artinya, demi Aku, atas do-
rongan dan permintaan khusus-Ku,” atau “sebagai peran-
tara dan wakil-Ku.” Kristus datang dalam nama Bapa-Nya
sebagai utusan-Nya. Roh datang dalam nama Kristus seba-
gai wakil selama Ia tidak berada di tempat, untuk melan-
jutkan pekerjaan-Nya dan mempersiapkan kedatangan-Nya
yang kedua. Itulah sebabnya Ia disebut Roh Kristus, sebab
Ia membela perkara-Nya dan melaksanakan pekerjaan-Nya.
(2) Untuk tugas apa Ia akan diutus. Ada dua hal yang akan
dilakukan-Nya:
[1] Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada-
mu, sebagai Roh hikmat dan pewahyuan, menjadi guru
seperti Kristus bagi murid-murid-Nya. Jika Ia mening-
galkan mereka sekarang, pada saat mereka baru memi-
liki kecakapan yang begitu sedikit, apa yang akan ter-
jadi dengan mereka? Roh itulah yang akan mengajar
mereka dan menjadi guru mereka. Ia akan mengajarkan
segala hal yang perlu mereka ketahui, baik untuk diri
sendiri, maupun untuk mengajar orang lain. sebab
orang-orang yang hendak mengajarkan perkara-perkara
dari Allah harus terlebih dulu diajar oleh Allah. Dan hal
ini menjadi pekerjaan Roh (Yes. 59:21).
[2] Dialah yang akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu. Sudah banyak pelajaran
baik yang diajarkan Kristus kepada mereka, dan yang
telah mereka lupakan dan terpaksa dicari dahulu saat
mereka membutuhkannya. Ada banyak hal yang tidak
mereka ingat lagi, sebab mereka tidak memahami arti-
nya dengan benar. Roh itu tidak akan mengajarkan Injil
baru kepada mereka, namun mengingatkan mereka akan
apa yang telah diajarkan kepada mereka, dengan jalan
menuntun mereka untuk memahaminya. Semua rasul
harus memberitakan Injil, dan beberapa di antara mere-
ka harus menuliskan hal-hal yang dilakukan dan di-
ajarkan Yesus, untuk disebarkan ke bangsa-bangsa lain
dan masa-masa berikutnya. Sekarang, seandainya me-
reka harus melakukannya sendiri, beberapa hal penting
mungkin telah terlupakan dan beberapa lagi disampai-
kan dengan tidak benar, oleh sebab lemahnya ingatan
mereka. Itulah sebabnya Roh itu dijanjikan untuk sung-
guh-sungguh memampukan mereka menceritakan dan
mencatat semua yang dikatakan Kristus kepada mere-
ka. Kepada semua orang kudus, Roh anugerah itu dibe-
rikan untuk menjadi pengingat yang mengingatkan me-
reka akan segala sesuatu. sebab itu, melalui iman dan
doa, kita harus berjanji kepada-Nya untuk melaksana-
kan apa yang kita dengar dan ketahui.
II. Bahwa mereka akan berada di bawah pengaruh damai sejahtera-
Nya (ay. 27): Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Waktu Kristus
hendak meninggalkan dunia, Ia membuat wasiat-Nya. Ia menye-
rahkan jiwa-Nya kepada Bapa-Nya. Ia mewariskan tubuh-Nya
kepada Yusuf dari Arimatea, agar supaya dikuburkan dengan
layak. Pakaian-Nya jatuh ke tangan para serdadu. Ia menyerah-
kan ibu-Nya kepada pemeliharaan Yohanes. Namun, apa yang
akan ditinggalkan-Nya bagi murid-murid-Nya yang miskin, yang
telah meninggalkan segalanya demi Dia? Emas dan perak tidak Ia
miliki, namun Ia meninggalkan sesuatu yang jauh lebih berharga,
yakni damai sejahtera-Nya. “Aku pergi, namun damai sejahtera Ku-
tinggalkan bagimu. Aku bukan saja memberimu hak atasnya, te-
tapi menjadikan kamu sebagai pemiliknya.” Ia tidak pergi dengan
marah, melainkan dalam kasih, sebab inilah kata-kata perpisah-
an-Nya, Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, bagaikan seorang
bapa yang menjelang ajalnya meninggalkan bagian kepada ma-
sing-masing anaknya. Dan warisan Kristus yang ditinggalkan ini
merupakan bahagian yang pilihan dan terutama.
Perhatikanlah:
1. Warisan yang di sini ditinggalkan: Damai sejahtera, damai se-
jahtera-Ku. Damai sejahtera dimaksudkan untuk segala sesua-
tu yang baik, dan Kristus telah meninggalkan bagi kita segala
keperluan yang baik, segala sesuatu yang sunguh-sungguh
dan benar-benar baik, sama seperti semua barang yang dibeli
dijanjikan pasti baik. Damai sejahtera dimaksudkan untuk pe-
mulihan hubungan dan kasih. Damai sejahtera yang diwaris-
kan yaitu damai dengan Allah, damai satu sama lain. Damai
sejahtera dalam hati kita sepertinya yang dimaksudkan secara
khusus. Suatu ketenangan batin yang muncul dari rasa dibe-
narkan di hadapan Allah. Damai ini merupakan imbangan
atas pengampunan yang kita terima dan ketenangan batin
kita. Inilah yang disebut Kristus damai sejahtera-Nya, sebab
Dia sendirilah damai sejahtera kita (Ef. 2:14). Inilah damai se-
jahtera yang dibelikan dan diberitakan oleh-Nya bagi kita. Dan
atas damai inilah, para malaikat menyampaikan selamat ke-
pada umat manusia pada saat kelahiran-Nya (Luk. 2:14).
2. Kepada siapa warisan ini ditinggalkan: “Kepadamu, murid-mu-
rid dan pengikut-pengikut-Ku, yang akan menghadapi kesu-
karan dan memerlukan damai sejahtera. Kepadamu yang ada-
lah anak-anak perdamaian, dan yang layak menerimanya.”
Warisan ini ditinggalkan bagi mereka sebagai wakil-wakil je-
maat, bagi mereka dan juga para penerus mereka, bagi mereka
dan semua orang Kristen sejati dari segala masa.
3. Dengan cara bagaimana warisan itu ditinggalkan: Apa yang
Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.
Artinya:
(1) “Aku bukan sekadar hendak menyampaikan salam Damai
sejahtera bagi kamu. Tidak, ini bukanlah ucapan basa-basi
semata, melainkan berkat yang sejati.”
(2) “Damai sejahtera yang Kuberikan ini yaitu damai yang se-
nyum dunia pun tidak dapat memberi nya, dan yang se-
baliknya tidak dapat dirampas oleh kemarahan dunia ini.”
Atau,
(3) “Karunia yang Kuberikan kepadamu bukanlah seperti yang
diberikan dunia kepada anak-anak dan para pengagumnya
yang menerima kebaikannya.” Pemberian dunia hanya ber-
kaitan dengan soal tubuh dan waktu. Pemberian Kristus
memperkaya jiwa untuk kekekalan: dunia memberi ke-
sia-siaan yang mengecoh dan menipu kita. Kristus mem-
berikan berkat-berkat yang sesungguhnya, yang tidak akan
pernah mengecewakan kita. Dunia memberi lalu mengam-
bilnya kembali. Kristus memberi bagian terbaik yang
tidak akan diambil dari pada kita.
(4) Damai sejahtera yang diberikan Kristus tak terhingga, jauh
lebih berharga daripada yang diberikan dunia. Damai se-
jahtera dunia berawal dengan ketidaktahuan, beriring de-
ngan dosa, dan berakhir dengan masalah yang tiada habis-
habisnya. namun , damai sejahtera Kristus berawal dengan
anugerah, tidak beriring dengan dosa, dan berakhir dalam
damai sejahtera abadi. Sama seperti perbedaan yang terda-
pat antara kelesuan yang mematikan dan tidur lelap yang
menyegarkan, demikian pula perbedaan yang ada di antara
damai sejahtera dari Kristus dan dari dunia.
4. Manfaat apa yang akan mereka terima dari damai sejahtera
itu: Janganlah gelisah dan gentar hatimu, atas semua kejahat-
an di masa lampau ataupun masa sekarang, janganlah gentar
akan kejahatan apa pun yang akan datang. Perhatikanlah,
orang-orang yang tertarik pada kovenan anugerah dan berhak
menerima damai sejahtera yang diberikan Kristus, tidak boleh
menyerah kepada dukacita dan ketakutan yang melandanya.
Inilah yang menjadi inti dari seluruh permasalahan ini. Ia te-
lah berkata (ay. 1), “Janganlah gelisah hatimu,” dan di sini Ia
mengulanginya lagi sesudah memberi alasan yang cukup.
Kata-kata Penghiburan Kristus
(14:28-31)
28 “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi,
namun Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu
tentu akan bersukacita sebab Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih
besar dari pada Aku. 29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu
sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, jika hal itu terjadi. 30 Tidak
banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini da-
tang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. 31 namun supaya dunia
tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu
seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi
dari sini.”
Di sini Kristus memberi murid-murid-Nya alasan lain mengapa hati
mereka tidak boleh gelisah dengan kepergian-Nya. Alasan ini
yaitu bahwa, sebab hati-Nya sendiri tidak gelisah. Di sini Ia me-
nyampaikan kepada mereka hal apa yang membuat-Nya mampu me-
mikul salib dan mengabaikan kenistaannya, supaya mereka dapat
berpaling kepada-Nya, dan berlomba dengan tekun.
Ia menghibur diri:
I. Bahwa meskipun Ia akan pergi, Ia akan datang kembali: “Kamu
telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu, dan seka-
rang Aku mengatakannya lagi, Aku pergi, namun Aku datang kem-
bali kepadamu.” Perhatikanlah, apa yang telah kita dengar perihal
ajaran Kristus, terutama yang menyangkut kedatangan-Nya yang
kedua, tidak perlu lagi disampaikan kepada kita berulang-ulang.
Pada waktu kita di bawah kuasa gejolak hati, dukacita, ketakut-
an, atau kekhawatiran, kita akan lupa bahwa Kristus akan datang
kembali (Flp. 4:5). Kristus menguatkan hati-Nya dengan hal ini, di
tengah penderitaan dan kematian-Nya, bahwa Ia akan datang
kembali, dan hal ini juga harus dapat menghibur kita saat kita
harus berpisah saat kematian. Kita akan pergi untuk datang kem-
bali. Kepergian kita saat meninggalkan teman-teman kita hanya-
lah untuk sejenak, bukan untuk selamanya (1Tes. 4:13-14).
II. Bahwa Ia pergi kepada Bapa-Nya: “Sekiranya kamu mengasihi
Aku, seperti yang kamu katakan dalam kesedihanmu, kamu tentu
akan bersukacita dan bukannya bersedih, sebab meskipun Aku
meninggalkanmu, Aku juga berkata, Aku pergi kepada Bapa-Ku,
bukan hanya Bapa-Ku, namun Bapa-mu juga. Kepergian-Ku mem-
beri kemuliaan kepadaKu dan keuntungan bagimu, sebab Bapa
lebih besar dari pada Aku.”
Perhatikanlah di sini:
1. Merupakan kebahagiaan bagi para murid Kristus bahwa Ia
akan pergi kepada Bapa, untuk mengambil anak-anak yatim
piatu sebagai milik-Nya dan menjadi perantara bagi orang ber-
dosa. Kepergian-Nya mengandung sisi cerah dan juga sisi ge-
lap. Itulah sebabnya Ia mengirimkan pesan ini sesudah kebang-
kitan-Nya (20:17), Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapa-
mu, dan ini sungguh amat menghibur.
2. Alasannya yaitu sebab Bapa lebih besar dari pada Dia. Jika
ini benar seperti yang dikatakan-Nya (dan memang tidak
diragukan lagi demikian adanya), maka hal ini harus dipahami
demikian, bahwa kedudukan-Nya dengan Bapa-Nya akan jauh
lebih tinggi dan mulia daripada kedudukan-Nya sekarang ini.
Kepergian-Nya kepada Bapa (menurut Dr. Hammond) akan
meningkatkan keadaan-Nya menjadi lebih tinggi daripada se-
karang. Atau, kepergian-Nya kepada Bapa-Nya seorang diri,
dan kemudian membawa serta semua pengikut-Nya ke sana,
merupakan tujuan akhir dari usaha-Nya, dan sebab itu hal
ini jauh lebih mulia. Demikianlah Kristus mengangkat
pikiran dan pengharapan murid-murid-Nya menuju sesuatu
yang lebih agung dibandingkan dengan apa yang mereka sang-
ka merupakan kebahagiaan mereka. Kerajaan Bapa, ke mana
kita semua akan pergi, akan lebih besar dan mulia daripada
kerajaan yang bersifat sementara di dunia ini.
3. Murid-murid Kristus harus menunjukkan bahwa mereka me-
ngasihi-Nya, dengan bersukacita menyambut kemuliaan yang
diperoleh-Nya saat Ia ditinggikan, dan bukannya berduka ka-
rena Dia direndahkan. Jika mereka mengasihi Dia, mereka
harus bersuka dengan kepergian-Nya kepada Bapa-Nya, tem-
pat di mana Ia seharusnya berada, dan kita juga, tidak lama
lagi. Banyak orang yang mengasihi Kristus menyalurkan kasih
mereka dengan cara yang salah. Mereka menyangka bahwa
jika mereka mengasihi-Nya, mereka harus senantiasa men-
derita kesakitan demi Dia. Padahal, orang yang mengasihi Dia
akan menetap dalam kebahagiaan di dalam Dia, dan bermegah
dalam Kristus Yesus.
III. Bahwa kepergian-Nya, dibandingkan dengan nubuatan-nubuatan
yang disampaikan sebelumnya, akan menjadi sarana untuk me-
neguhkan iman murid-murid-Nya (ay. 29): “Aku mengatakannya
kepadamu sebelum hal itu terjadi, bahwa Aku harus mati dan
bangkit kembali, naik kepada Bapa, dan mengutus Penghibur itu,
supaya kamu percaya, jika hal itu terjadi.” Perhatikanlah
alasan ini (13:19; 16:4). Kristus menyampaikan kepada murid-
murid-Nya perihal kematian-Nya, meskipun Ia tahu bahwa hal ini
akan membuat mereka bingung dan sedih, sebab sesudah itu,
hal ini akhirnya akan berakibat baik bagi peneguhan iman mere-
ka dalam dua hal:
1. Bahwa Dia yang mengatakan hal-hal ini sebelum terjadi, me-
miliki kemampuan ilahi untuk melihat sesuatu yang bakal di-
alami, dan mengetahui lebih dulu apa yang akan terjadi. Keti-
ka Rasul Paulus pergi ke Yerusalem, ia tidak tahu apa yang
menantinya di sana, namun Kristus tahu.
2. Bahwa hal-hal yang dinubuatkan-Nya itu sejalan dengan mak-
sud dan tujuan ilahi, dan bukannya merupakan keputusan
yang diambil dengan tiba-tiba, melainkan sesuai dengan kebi-
jaksanaan kekal. Oleh sebab itu, mereka tidak boleh gelisah
akan sesuatu yang justru akan meneguhkan iman mereka,
dan dengan begitu berakibat baik bagi kepentingan mereka
sendiri. sebab ujian bagi iman kita sangatlah berharga, mes-
kipun untuk itu sekarang ini kita harus mengalami dukacita
oleh berbagai-bagai pencobaan (1Ptr. 1:6)
IV. Bahwa Ia yakin dengan kemenangan-Nya atas Iblis, dengan siapa
Ia tahu Ia harus bergumul pada saat kepergian-Nya (ay. 30): “Ti-
dak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab memang
tidak banyak lagi yang harus Kukatakan, kecuali yang dapat di-
tangguhkan sampai terjadi Pencurahan Roh.” sesudah peristiwa
ini, Ia memang banyak berbincang-bincang dengan mereka (ps. 15
dan 16). Namun, dibandingkan dengan apa yang telah dikatakan-
Nya selama ini, tidak banyak lagi yang hendak disampaikan-Nya.
Waktu-Nya tinggal sedikit, dan oleh sebab itu Ia sekarang lebih
banyak berbicara kepada mereka, sebab tidak lama lagi kesem-
patan itu akan lenyap. Perhatikanlah, kita harus senantiasa ber-
usaha keras untuk berbicara langsung pada tujuan, sebab ada
kemungkinan kita tidak punya banyak waktu lagi untuk berbicara
banyak. Kita tidak tahu kapan kita akan berhenti bernafas, dan
oleh sebab itu kita harus selalu menghirup sesuatu yang baik.
Bila kita jatuh sakit dan sekarat, mungkin saat itu kita tidak
mampu lagi berbicara banyak kepada orang-orang di sekitar kita.
Oleh sebab itu, apa pun nasihat baik yang bisa kita berikan
kepada mereka, biarlah kita berikan sementara kita masih sehat.
Salah satu alasan mengapa Ia tidak berbicara banyak kepada
mereka saat itu yaitu sebab kini ada tugas lain yang menanti-
Nya: Penguasa dunia ini datang. Ia menyebut Iblis penguasa dunia
ini (12:31). Murid-murid-Nya memimpikan Guru mereka menjadi
penguasa dunia ini, sementara mereka sendiri menjadi penguasa-
penguasa lain di bawah Dia. Namun, Kristus mengatakan kepada
mereka bahwa penguasa dunia ini yaitu musuh-Nya, begitu juga
penguasa-penguasa lain dunia ini, yang digerakkan dan dikuasai
olehnya (1Kor. 2:8). namun ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-
Ku.
Perhatikanlah di sini:
1. Pertentangan yang menghadang Kristus bukan saja manusia,
namun juga kuasa-kuasa kegelapan. Iblis telah menyerang-Nya
dengan pencobaan-pencobaannya (Mat. 4), menawarkan se-
mua kerajaan dunia kepada-Nya, jika Ia bersedia sujud me-
nyembah dia, yang dengan jijik disebut Kristus sebagai pe-
nguasa dunia ini. sesudah itu Iblis mundur dari pada-Nya dan
menunggu waktu yang baik. “namun sekarang,” kata Kristus,
“Aku melihatnya menghimpun pengikutnya lagi, mempersiap-
kan serangan gencar, dan dengan demikian berusaha memper-
oleh apa yang diinginkannya melalui kekerasan sebab tidak
berhasil mendapatkannya lewat daya pikat.” Ini dilakukannya
untuk membuat-Nya ketakutan hingga tidak jadi melaksana-
kan tugas-Nya, sebab ia tidak berhasil memikat-Nya untuk
membatalkan niat-Nya. Perhatikanlah, pandangan ke depan
akan datangnya pencobaan justru akan memberi kita peluang
yang besar untuk melawannya. Dengan diperingatkan terlebih
dulu, kita bisa mempersenjatai diri dari sekarang. Sementara
masih berada di sini, kita dapat melihat bagaimana Iblis terus-
menerus datang menyerang kita, dan itulah sebabnya kita
harus senantiasa berjaga-jaga.
2. Jaminan yang dimiliki-Nya bahwa Ia akan meraih kemenangan
gemilang dalam pertempuran itu: Ia tidak berkuasa sedikit pun
atas diri-Ku, ouk echei ouden – Ia sama sekali tidak berkuasa.
(1) Kristus tidak bertindak keliru saat memberi wewenang
kepada penguasa dunia ini dalam melancarkan serangan-
serangannya. Dikatakan bahwa Iblis berkuasa atas maut
(Ibr. 2:14). Orang Yahudi menyebutnya malaikat maut yang
mencabut nyawa orang. Sekarang, sebab Kristus tidak
pernah berbuat jahat, Iblis tidak berkuasa atas-Nya, dan
oleh sebab itu, meskipun ia berhasil menyalibkan Dia, ia
tidak berhasil membuat-Nya ketakutan. Meskipun berhasil
menggiring-Nya menuju kematian, ia tidak dapat membuat-
Nya putus asa. Bila Iblis datang untuk membuat kita geli-
sah, ia menaruh sesuatu di dalam diri kita untuk membuat
kita bingung, sebab kita semua telah berbuat dosa. Na-
mun, saat hendak membuat merongrong Kristus, tidak ada
kesempatan apa pun yang bisa didapatkannya untuk mela-
wan Dia.
(2) Di dalam Kristus tidak ada kejahatan apa pun yang dapat
memberi keuntungan kepada penguasa dunia ini dalam
melancarkan pencobaan-pencobaannya. Iblis tidak mampu
menghancurkan pekerjaan-Nya dengan menarik-Nya ke-
pada dosa, sebab di dalam diri-Nya tidak ada dosa sedikit
pun. Tidak ada suatu pun yang tidak beres yang dapat di-
pakainya guna melancarkan godaannya, tidak ada bahan
bakar untuk dinyalakan. Seperti itulah hakikat-Nya yang
murni tanpa cela, yang tidak memungkinkan-Nya untuk
berbuat dosa. Semakin besar kepentingan Iblis di dalam
diri kita dihancurkan dan dikurangi, semakin tenang kita
menghadapi penderitaan dan kematian.
V. Bahwa kepergian-Nya sejalan dengan dan untuk menaati kehen-
dak Bapa-Nya. Iblis tidak mampu mencabut nyawa-Nya dengan
paksa, namun Ia memang akan mati: supaya dunia tahu, bahwa
Aku mengasihi Bapa (ay. 31).
Kita dapat memahami ini:
1. Sebagai penegasan atas hal yang sering dikatakan-Nya, bahwa
pekerjaan-Nya sebagai Pengantara merupakan bukti bagi dunia,
(1) Perihal kesesuaian-Nya dengan Bapa. Melalui hal ini tam-
paklah bahwa Ia mengasihi Bapa. Sama seperti kematian-
Nya bagi manusia menjadi bukti kasih-Nya untuk kesela-
matan mereka, demikian pula halnya dengan kasih-Nya ke-
pada Allah bahwa Ia mati demi kemuliaan Bapa dan demi
menggenapi tujuan-tujuan-Nya. Biarlah dunia tahu bahwa
di antara Bapa dan Anak tidak ada kasih yang terhilang.
Sama seperti Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan
segala sesuatu kepada-Nya, begitu pula Anak mengasihi
Bapa, dan menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan-Nya.
(2) Perihal ketaatan-Nya kepada Bapa: “Aku melakukan segala
sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku – Aku
melakukan yang diperintahkan kepada-Ku dengan cara
yang diperintahkan.” Perhatikanlah, bukti paling baik dari
kasih kita kepada Bapa yaitu melakukan seperti yang di-
perintahkan-Nya kepada kita. Sama seperti Kristus menga-
sihi Bapa dan mematuhi-Nya, bahkan sampai mati, demi-
kianlah kita harus mengasihi Kristus dan mematuhi-Nya.
Pandangan Kristus pada perintah Bapa membuat-Nya ber-
sedia menderita dan mati, memberi-Nya sukacita dan ke-
mampuan untuk mengalahkan sifat keengganan. Hal ini
mengangkat aib salib, yaitu bahwa apa yang dilakukan-Nya
yaitu atas perintah Bapa. Perintah Allah cukup untuk
memampukan kita untuk menanggung hal yang paling di-
benci orang lain, dan oleh sebab itu cukup juga bagi kita
untuk menanggung apa yang paling berat bagi kita: Inilah
kehendak Dia yang menciptakanku, yang mengutusku.
2. Sebagai kesimpulan atas apa yang baru saja dikatakan-Nya.
sesudah mengemukakan hal kepergian-Nya, Ia mengakhiri per-
cakapan-Nya dengan, “Supaya dunia tahu, bahwa Aku menga-
sihi Bapa.” “Kamu akan melihat bagaimana Aku akan meng-
hadapi salib yang sudah ditentukan itu dengan riang hati: Ba-
ngunlah, marilah kita pergi dari sini menuju taman, atau, ke
Yerusalem.” Saat kita membicarakan suatu masalah dari jauh,
mudah bagi kita untuk berkata, “Tuhan, aku akan mengikut
Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Namun, saat berada
dalam keadaan terjepit, atau saat salib yang tidak terhindar-
kan menghadang tugas, dan kita tetap bisa berkata, “Bangun-
lah, marilah kita pergi dan menghadapinya” dan bukannya
menghindar, maka inilah yang membuat dunia tahu, bahwa
kita mengasihi Bapa. Bila percakapan ini terjadi pada akhir
perjamuan malam, maka sepertinya Ia mengucapkan kata-
kata ini sambil bangkit berdiri dan beranjak dari meja makan,
lalu pindah ke ruang tamu, di mana Ia bisa berbincang-bin-
cang lebih lanjut dengan lebih bebas dan berdoa bersama mu-
rid-murid-Nya. Tanggapan Dr. Goodwin mengenai hal ini ada-
lah bahwa dengan menyampaikan alasan agung mengenai
penderitaan-Nya sebagai perintah dari Bapa-Nya, Kristus tidak
sabar lagi untuk segera menjalani penderitaan-Nya dan mati,
sebab Ia khawatir kalau-kalau terlambat menemui Yudas
yang hendak menangkap-Nya, “Bangunlah, kata-Nya, marilah
kita pergi dari sini.” Namun, sesudah Ia seolah-olah melihat ke
jam pasir dan menyadari bahwa saat-Nya belum tiba, Ia pun
duduk kembali dan menyampaikan pesan-pesan berikutnya.
Sekarang:
(1) Melalui kata-kata ini Ia memberi dorongan kepada mu-
rid-murid-Nya untuk tetap mengikut Dia. Ia tidak berkata,
Aku harus pergi, melainkan Marilah kita pergi. Ia tidak
mengajak mereka mengalami kesukaran begitu saja, namun
berjalan di depan mereka sebagai pemimpin. Mereka telah
berjanji tidak akan meninggalkan Dia: “Ayo,” kata-Nya,
“marilah kita pergi, mari kita lihat bagaimana kamu akan
membuktikan kata-katamu itu.”
(2) Ia memberi teladan kepada mereka, senantiasa meng-
ajar mereka, terutama di saat-saat penuh penderitaan, un-
tuk tidak terlampau terikat pada hal-hal di dunia bawah
ini, melainkan sering memikirkan dan berbicara untuk me-
ninggalkan hal-hal duniawi itu. Walaupun kita sedang du-
duk santai dan berada di tengah percakapan yang menye-
nangkan, janganlah kita berpikir untuk berada di situ se-
lamanya: Bangunlah, marilah kita pergi dari sini. Seandai-
nya percakapan itu terjadi pada akhir perjamuan malam
Paskah dan ekaristi, hal itu mengajarkan kita bahwa ke-
khidmatan persekutuan kita dengan Allah tidaklah selalu
terjadi di dunia ini. saat kita duduk di bawah bayang-ba-
yang Kristus dengan sukacita dan berkata, “Betapa baha-
gianya kami berada di tempat ini,” kita harus berpikir un-
tuk bangun dan pergi dari situ, dan turun dari gunung.
PASAL 1 5
elah disepakati secara umum bahwa percakapan Kristus dalam
pasal ini dan juga pasal berikutnya terjadi saat berakhirnya
perjamuan malam terakhir, yaitu di malam saat Ia diserahkan. Perca-
kapan ini bukan merupakan percakapan yang terputus-putus seperti
halnya yang terjadi dalam pasal sebelumnya, melainkan terjadi se-
cara berkesinambungan. Inti pembicaraan-Nya sangat berkaitan de-
ngan kejadian menyedihkan yang sedang berlangsung saat itu, yaitu
sebuah khotbah perpisahan. sebab Ia kini akan segera meninggal-
kan mereka, maka:
I. Ada kemungkinan mereka akan tergoda untuk meninggal-
kan-Nya dan kembali ke ajaran Musa. sebab itulah Ia
memberi tahu mereka mengenai pentingnya untuk tetap
setia berpegang dan tinggal di dalam Dia.
II. Hubungan kekeluargaan di antara mereka mungkin akan
menjadi renggang. sebab itulah Ia menekankan kepada
mereka untuk saling mengasihi dan untuk terus menjalan-
kan persekutuan seperti itu, yang selama ini selalu me-
nguatkan mereka, sesudah Ia pergi nanti.
III. Mereka mungkin akan tergoda untuk mundur dari pelayan-
an mereka sebagai rasul saat dihadapkan dengan berbagai
kesukaran. sebab itulah Ia mempersiapkan mereka untuk
menjadi kuat dalam menghadapi rencana jahat dunia ini.
Percakapan Kristus dalam pasal ini dapat dirangkum ke da-
lam empat kata:
1. Buah (ay. 1-8).
2. Kasih (ay. 9-17).
3. Kebencian (ay. 18-25).
4. Sang Penghibur (ay. 26-27).
Kristus, Sang Pokok Anggur yang Benar
(15:1-8)
1 Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2 Setiap
ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang
berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3 Kamu memang
sudah bersih sebab firman yang telah Kukatakan kepadamu. 4 Tinggallah di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat ber-
buah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian
juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5 Akulah
pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam
Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak
dapat berbuat apa-apa. 6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang
ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang
dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 7 Jikalau kamu tinggal di dalam
Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu ke-
hendaki, dan kamu akan menerimanya. 8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermu-
liakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu yaitu
murid-murid-Ku.
Di sini Kristus berbicara mengenai buah, buah-buah Roh yang harus
dihasilkan murid-murid-Nya, melalui sebuah perumpamaan menge-
nai pokok anggur.
Perhatikanlah di sini:
I. Pelajaran yang dapat dipetik dari perumpamaan di atas dan peng-
ertian yang harus kita ambil darinya.
1. Bahwa Yesus Kristus yaitu sang pokok anggur, pokok anggur
yang benar. Kesediaan Kristus untuk menggambarkan diri-Nya
melalui perumpamaan-perumpamaan yang sederhana menun-
jukkan kerendahan hati-Nya. Dia yang yaitu Surya Kebenar-
an dan Bintang Timur yang gilang gemilang membandingkan
diri-Nya dengan pokok anggur. Gereja, yang merupakan gam-
baran rohani diri Kristus, yaitu pohon anggur (Mzm. 80:9),
begitu juga Kristus, yang merupakan dasar gereja. Demikian-
lah Kristus dan gereja-Nya digambarkan.
(1) Kristus yaitu pokok anggur, yang ditanam di kebun, dan
bukan merupakan tumbuhan liar. Dia ditanamkan di bumi
ini sebab Dia yaitu Firman yang menjelma menjadi manu-
sia. Pokok anggur biasanya tidak memiliki penampilan luar
yang indah, dan Kristus pun tidak tampan dan semaraknya
pun tidak ada (Yes. 53:2). Pohon anggur merupakan tum-
buhan merambat, dan Kristus pun akan dikenal sebagai
keselamatan sampai ke ujung-ujung bumi. Buah dari pohon
anggur memuliakan Allah dan menyukakan manusia (Hak.
9:13), begitu pula buah dari tindakan pengantaraan yang
dilakukan Kristus, lebih berharga dari pada emas (Ams.
8:19).
(2) Kristus yaitu pokok anggur yang benar. Kata benar di sini
yaitu lawan dari kepura-puraan dan kepalsuan. Kristus
benar-benar merupakan tumbuhan yang berbuah lebat,
tanaman yang termasyhur. Dia tidak seperti pohon sulur-
suluran (anggur) liar yang menipu siapa pun yang me-
ngumpulkannya (2Raj. 4:39), melainkan pokok anggur yang
sejati. Pohon-pohon yang tidak berbuah disebut sebagai
pohon yang mengeluarkan janji dusta (Hab. 3:17, bdk. TL),
namun Kristus yaitu pohon anggur yang tidak akan me-
nipu. Kehebatan apa pun yang ditemukan di dalam makh-
luk mana pun, yang berguna bagi manusia, semua itu
hanyalah sekadar bayang-bayang dari kasih karunia yang
tersedia di dalam Kristus bagi kebaikan umat-Nya. Dialah
pokok anggur yang dilambangkan dengan pohon anggur
yang memperkaya Yehuda dengan darah buah anggur (Kej.
49:11), atau dengan pohon anggur Yusuf yang dahan-
dahannya naik mengatasi tembok (Kej. 49:22), atau dengan
pohon anggur Israel, tempat di mana Israel diam dengan
tenteram (1Raj. 4:25).
2. Bahwa orang-orang percaya yaitu ranting-ranting dari pokok
anggur itu, yang menunjukkan bahwa Kristus yaitu akar
dari pohon anggur ini . Akar itu memang tidak kelihatan,
sebagaimana juga hidup kita tersembunyi bersama dengan
Kristus. Akar itu menopang pohon (Rm. 11:18), menyebarkan
sari-sari makanan, dan sangat penting bagi pertumbuhan dan
produksi buahnya. Di dalam Kristuslah tersedia segala bantu-
an dan sokongan. Pohon anggur memiliki banyak ranting,
sebagian ada di sisi sebelah rumah atau tembok, dan sebagian
lagi di sisi lainnya. Akan namun , semuanya menjadi satu dan
berasal dari satu akar. Begitu pula orang-orang Kristen yang
saleh, meskipun berjauhan tempat dan pendapat, namun satu
di dalam Kristus yang merupakan pusat kesatuan mereka. Se-
perti juga ranting pohon anggur, orang-orang percaya itu le-
mah dan tidak dapat menyokong diri mereka sendiri, melain-
kan harus selalu disokong (Yeh. 15:2).
3. Bahwa Bapa yaitu pengusahanya, geōrgos – pengelola tanah.
Meskipun bumi yaitu milik Tuhan, bumi tidak akan mengha-
silkan buah bila tidak dikerjakan oleh-Nya. Allah tidak hanya
memiliki, namun juga mengurus pokok anggur dan ranting-
rantingnya. Dia telah menanam, menyirami, dan melipatgan-
dakan, sebab kita yaitu ladang Allah (1Kor. 3:9; Yes. 5:1-2;
27:2-3). Allah memelihara Kristus, Sang Tunas, dan menyo-
kong-Nya, serta membuat-Nya tumbuh berkembang dari tanah
kering. Allah juga memperhatikan semua ranting-ranting, me-
mangkas dan menjagai ranting-ranting itu supaya tidak ada
yang melukai mereka. Belum pernah ada seorang pengusaha
yang begitu berhikmat dan waspada menjagai kebun anggur-
nya sebagaimana Allah menjagai gereja-Nya. sebab itulah,
gereja-Nya harus berbuah lebat.
II. Tugas yang diajarkan kepada kita melalui perumpamaan ini ,
yaitu untuk menghasilkan buah, dan untuk tinggal di dalam Kris-
tus, supaya bisa menghasilkan buah itu.
1. Kita harus berbuah. Dari pohon anggur kita mengharapkan
buah anggur yang baik (Yes. 5:2), dan dari seorang Kristen kita
mengharapkan Kekristenan yang sejati. Inilah yang dimak-
sudkan dengan buah itu: pembawaan dan sifat kristiani, kehi-
dupan dan perilaku kristiani, bakti dan rancangan kristiani.
Kita harus menghormati Allah dan berbuat kebajikan, serta
memberi teladan dalam hal kesucian dan kuasa agama yang
kita peluk. Inilah yang dimaksudkan dengan menghasilkan
buah. Sebagai orang Kristen, murid-murid Kristus harus ber-
buah dalam segala buah-buah kebenaran, dan sebagai rasul-
rasul, mereka harus setia dalam menyebarkan kebaikan yang
dihasilkan akibat mengenal Kristus. Untuk mendorong mereka
supaya berbuat demikian, Ia pun menekankan mengenai:
(1) Malapetaka yang akan menimpa ranting yang tidak ber-
buah (ay. 2): Ranting-ranting itu akan dipotong.
[1] Ini berarti bahwa ada banyak orang yang menjadi ran-
ting-ranting dalam Kristus namun tidak menghasilkan
buah. Jika mereka memang dipersatukan dengan Kris-
tus melalui iman, pasti mereka akan berbuah. namun ,
sebab mereka hanya menempel kepada Kristus melalui
seutas benang pengakuan lahiriah saja, maka sekalipun
mereka terlihat seperti ranting, mereka akan segera
menjadi kering. Pemeluk agama yang tidak berbuah
yaitu pemeluk agama yang tidak setia. Hanya menga-
ku-ngaku saja, tidak lebih dari itu. Pernyataan tadi bisa
juga diartikan, setiap ranting yang tidak berbuah di da-
lam-Ku, sebab orang-orang yang tidak menghasilkan
buah di dalam Kristus, di dalam Roh dan kasih karu-
nia-Nya, sama saja dengan tidak menghasilkan buah
sama sekali (Hos. 10:1).
[2] Ranting-ranting itu terancam dipotong, sebab itulah
yang pantas menimpa mereka dan juga demi kebaikan
ranting-ranting yang lainnya. Orang yang tidak memiliki
kesatuan sejati dengan Kristus dan tidak menghasilkan
buah, dari padanya akan diambil juga apa yang ia ang-
gap ada padanya (Luk. 8:18). Ada sebagian orang yang
berpendapat bahwa ayat itu terutama menunjuk kepada
Yudas.
(2) Janji yang diberikan kepada ranting yang berbuah. Ia mem-
bersihkan mereka, supaya mereka lebih banyak berbuah.
Perhatikan:
[1] Upah bagi mereka yang berbuah yaitu kemampuan
untuk lebih banyak menghasilkan buah lagi. Berkat
yang pertama berbunyi, berbuahlah terus, dan hal itu
masih merupakan berkat yang besar.
[2] Agar menghasilkan lebih banyak buah, ranting yang
berbuah pun perlu dibersihkan atau dipangkas,
kathairei – Dia memangkas hal yang berlebihan dan ter-
lalu mewah, yang menghalangi pertumbuhan dan ke-
mampuannya untuk menghasilkan buah. Ranting yang
terbaik juga pasti memiliki cacat, aliquid amputandum –
sesuatu yang harus dipotong, misalnya pemikiran, ke-
inginan atau kecenderungan berlebihan, yang perlu di-
bersihkan. Kristus telah berjanji untuk melakukannya
melalui firman, Roh, dan pemeliharaan-Nya. Semuanya
itu akan dipangkas sedikit demi sedikit pada musimnya
yang tepat.
[3] Pembersihkan ranting yang berbuah tadi, supaya buah
mereka bertambah banyak lagi, yaitu urusan dan
pekerjaan Sang Pengusaha Agung, demi kemuliaan-Nya
sendiri.
(3) Keuntungan yang dimiliki orang-orang percaya melalui
pengajaran Kristus, yang kuasanya harus terus mereka
teladani dalam setiap perilaku yang menghasilkan buah:
Kamu memang sudah bersih (ay. 3).
[1] Perkumpulan mereka telah bersih sebab Yudas sudah
disingkirkan dengan perkataan Kristus, Apa yang hen-
dak kauperbuat, perbuatlah dengan segera. Sebelum
mereka dibersihkan dari Yudas, tidak semua mereka
bersih. Firman Kristus yaitu perkataan yang dapat
membedakan dan memilah-milah orang yang berharga
dari yang hina. Firman itu akan menyucikan jemaat
anak-anak sulung pada hari pemisahan agung nanti.
[2] Setiap dari mereka telah bersih. Artinya, mereka telah
dikuduskan melalui kebenaran Kristus (17:17). Iman
yang telah membuat mereka menerima firman Kristus
juga telah menyucikan hati mereka (Kis. 15:9). Melalui
firman ini , Roh kasih karunia memurnikan mere-
ka dari kenajisan dunia dan daging, dan membersihkan
mereka dari ragi para ahli Taurat dan orang Farisi. Me-
reka kini telah bersih dari hal itu, sesudah melihat kema-
rahan dan permusuhan para ahli Taurat dan orang
Farisi yang telah mendarah daging terhadap Guru me-
reka. Terapkanlah hal itu kepada semua orang percaya.
Firman Kristus juga diperuntukkan bagi mereka. Fir-
man itu mengandung kuasa yang membersihkan, kare-
na bisa mendatangkan kasih karunia dan menghapus-
kan kejahatan. Firman Kristus membersihkan seperti
api membersihkan emas dari kotoran-kotoran yang me-
nempel di sana. Ia seperti seorang tabib yang member-
sihkan tubuh dari penyakit. Jadi, kita baru dapat mem-
buktikan bahwa kita telah dibersihkan oleh firman saat
kita menghasilkan buah yang membawa kita kepada
pengudusan. Kira-kira gambaran berikut ini menggam-
barkan hukum mengenai kebun anggur di Kanaan:
buah-buahan yang dihasilkannya kotor dan dianggap
tidak bersunat pada tiga tahun pertama sesudah pepo-
honannya ditanam, dan pada tahun yang keempat se-
gala buahnya harus menjadi persembahan kudus seba-
gai puji-pujian bagi TUHAN, dan baru pada saat itulah
buah-buahan ini bersih (Im. 19:23-24). Murid-
murid itu kini telah dibimbing oleh Kristus selama tiga
tahun. Dan kini kamu sudah bersih.
(4) Kemuliaan yang akan dilimpahkan kembali kepada Allah
oleh sebab buah-buah yang kita hasilkan, disertai dengan
penghiburan dan kehormatan yang akan kita terima juga
melalui buah-buah itu (ay. 8).
Jika kita berbuah banyak:
[1] Dalam hal inilah Bapa kita akan dipermuliakan. Buah-
buah yang dihasilkan oleh para rasul, misalnya dalam
ketekunan mereka mengerjakan tugas mereka, akan
mendatangkan kemuliaan bagi Allah melalui pertobatan
jiwa-jiwa dan persembahan jiwa-jiwa itu terhadap-Nya
(Rm. 15:9, 16). Buah-buah Kekristenan dari seluruh
orang percaya dalam lingkup yang lebih kecil juga men-
jadi kemuliaan bagi Allah. Berkat pekerjaan baik hebat
yang dilakukan oleh orang-orang Kristen, banyak orang
dibawa untuk memuliakan Bapa kita yang ada di dalam
sorga.
[2] Maka kita akan menjadi murid-murid Kristus yang se-
sungguhnya, yaitu dengan membuktikan bahwa me-
mang demikianlah kita adanya sesuai dengan sebutan
yang kita akui bagi diri kita sendiri. Dengan begitu kita
akan membuktikan dan meningkatkan jati diri kita
sebagai murid Kristus, dan menjadi ternama, terpuji,
dan terhormat bagi Guru kita. Inilah artinya menjadi
murid-murid-Nya yang sejati (Yer. 13:11). Dengan cara
inilah kita akan diakui oleh Guru kita pada hari besar
itu, dan akan mendapatkan upah yang layak didapat-
kan seorang murid, yaitu bagian dalam sukacita Tuhan
kita. Semakin banyak buah yang kita hasilkan dan se-
makin berlimpah kita berbuat baik, semakin besar pula
Ia dimuliakan.
2. Supaya berbuah, kita harus tinggal di dalam Kristus, harus
menjaga persekutuan kita dengan-Nya melalui iman dan ber-
buat semampu kita dalam beribadah untuk menjaga kelang-
sungan persekutuan ini .
Di sini ada :
(1) Tugas yang diperintahkan (ay. 4): Tinggallah di dalam Aku
dan Aku di dalam kamu. Perhatikan, semua murid Kristus
harus mempertahankan ketergantungan mereka kepada
Kristus dan juga persekutuan dengan-Nya, membiasakan
diri untuk terus melekat kepada-Nya dan mendapatkan so-
kongan dari-Nya. Barangsiapa datang kepada Kristus ha-
rus tinggal di dalam-Nya: “Tinggallah di dalam Aku melalui
iman, dan Aku di dalam kamu melalui Roh-Ku. Tinggallah
di dalam Aku, dan Aku pasti akan tinggal di dalam kamu,”
sebab persekutuan antara Kristus dan para orang percaya
tidak akan disia-siakan-Nya. Kita harus tinggal di dalam
firman Kristus dengan cara memperhatikannya, dan fir-
man-Nya tinggal di dalam kita sebagai terang bagi kaki kita.
Kita harus tinggal dalam kebaikan Kristus sebagai kebenar-
an dan pembelaan bagi kita, dan kebaikan dan kebenaran
itu tinggal di dalam kita sebagai sokongan dan penghibur-
an bagi kita. Pangkal setiap ranting tinggal di dalam pokok
anggur, dan sari-sari makanan pokok anggur itu mengalir
ke ranting tadi, sehingga di antara mereka terjalin hubung-
an yang tetap.
(2) Perlunya kita untuk tinggal di dalam Kristus supaya bisa
menghasilkan buah (ay. 4-5): “Kamu tidak berbuah, jikalau
kamu tidak tinggal di dalam Aku. namun , jika kamu tinggal
di dalam Aku, kamu akan berbuah banyak, sebab, pendek-
nya, di luar Aku, atau jika kamu terpisah dari-Ku, kamu
tidak dapat berbuat apa-apa.” Begitulah, demi penghiburan
dan kebahagiaan kita sendiri, kita harus berbuah. Itulah
alasan terbaik mengapa kita perlu tinggal di dalam Kristus,
sebab jika tidak begitu, kita tidak bisa berbuah.
[1] Tinggal di dalam Kristus perlu dilakukan supaya kita
dapat berbuat banyak kebaikan. Orang yang teguh ber-
iman kepada Kristus dan terus mengasihi Dia, hidup
berdasarkan janji-janji-Nya dan dipimpin oleh Roh-Nya,
menghasilkan banyak buah. Dengan begitu, ia menjadi
sangat berguna bagi kemuliaan Allah, dan akan menda-
patkan upahnya di hari yang agung nanti. Perhatikan,
bersatu dengan Kristus merupakan sebuah prinsip yang
mulia dan menghasilkan segala sesuatu yang baik. Hi-
dup berdasarkan iman kepada Anak Allah merupakan
kehidupan paling indah yang dapat dijalani oleh manu-
sia di dunia ini. Kehidupan yang seperti itu begitu ter-
atur dan tertib, murni dan sorgawi. Kehidupan seperti
itu berguna dan menyenangkan, dan menjawab tujuan
hidup.
[2] Kita perlu tinggal di dalam Kristus agar bisa melakukan
kebaikan apa saja. Hal ini bukan saja menjadi sarana
untuk memelihara dan meningkatkan segala hal baik
yang sudah ada di dalam kita, namun juga merupakan
akar dan sumber segala sesuatu yang baik: “Di luar Aku
kamu tidak bisa berbuat apa-apa: bukan hanya tidak
mampu melakukan hal-hal yang menakjubkan seperti
menyembuhkan orang sakit atau membangkitkan orang
mati, melainkan juga tidak mampu melakukan apa
pun.” Perhatikanlah, kita ini perlu dan bergantung te-
rus-menerus pada kasih karunia Sang Pengantara un-
tuk menjalani kehidupan rohani dan ilahi. Ini sama hal-
nya seperti kita bergantung sepenuhnya pada pemeliha-
raan Sang Pencipta untuk dapat menjalani kehidupan
jasmani kita. Kehidupan rohani dan jasmani kita ada
dalam kuasa ilahi yang memungkinkan kita hidup, kita
bergerak, dan ada. Tanpa kebaikan Kristus, kita tidak
dapat berbuat apa-apa untuk membenarkan diri kita,
dan tanpa Roh Kristus kita tidak dapat melakukan apa
pun mengenai pengudusan kita. Tanpa Kristus kita
tidak dapat melakukan apa pun dengan benar, tidak
satu pun akan membuahkan hasil yang menyenangkan
Allah ataupun menguntungkan bagi kita (2Kor. 3:5).
Kita bergantung kepada Kristus bukan hanya seperti
pohon anggur membutuhkan tembok untuk menopang-
nya, namun juga seperti ranting yang bergantung pada
akar untuk mendapatkan sari-sari makanan.
(3) Akibat mematikan yang akan menimpa siapa pun yang me-
ninggalkan Kristus (ay. 6): Barangsiapa tidak tinggal di
dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting. Seperti itulah
gambaran keadaan mengerikan yang akan menimpa orang-
orang munafik yang tidak ada di dalam Kristus, dan yang
juga akan menimpa orang-orang murtad yang tidak tinggal
di dalam Kristus.
[1] Mereka dibuang keluar seperti ranting yang kering dan
layu, yang dipotong sebab ranting itu hanya mengham-
bat pertumbuhan pohon saja. Memang adil bila orang-
orang yang berpikir bahwa mereka tidak membutuhkan
Kristus tidak memperoleh keuntungan apa-apa dari-
Nya, dan bila orang-orang yang menolak Dia juga dito-
lak oleh-Nya. Orang-orang yang tidak tinggal di dalam
Kristus akan diabaikan oleh-Nya. Mereka ditinggalkan
sendirian untuk jatuh ke dalam dosa yang memalukan,
lalu mereka pun pantas dibuang dari kumpulan orang-
orang yang setia.
[2] Mereka menjadi kering sebagaimana sebatang ranting
yang patah dari pohonnya. Meskipun untuk sementara
waktu mereka bisa saja berkembang secukup-cukup-
nya, orang-orang yang tidak tinggal di dalam Kristus
kemudian akan menjadi layu dan tidak menjadi apa-
apa. Semua yang menjadi bagian dan karunia mereka
menjadi sia-sia, semangat dan ibadah mereka memu-
dar, kehormatan dan nama baik mereka pun menghi-
lang, demikian pula pengharapan dan penghiburan me-
reka (Ayb. 8:11-13). Perhatikan, mereka yang tidak
menghasilkan buah akan segera kehilangan dedaunan
pula. Betapa