Tampilkan postingan dengan label yohanes 24. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yohanes 24. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 24


 nanyakan sesuatu yang asing dan ra-

hasia? Seandainya pun Aku menentukan bahwa Yohanes 

tidak akan pernah mati, apa urusanmu dengan itu? Tidak 

penting bagimu kapan, di mana, atau bagaimana Yohanes 

akan mati. Aku telah memberitahumu bagaimana engkau 

akan mati. Itu sudah cukup bagimu untuk mengetahuinya, 

Ikutlah Aku.” Perhatikan, Kristus ingin agar murid-Nya 

memikirkan tugas yang ada pada mereka, dan tidak bersi-

kap ingin tahu dengan berbagai pertanyaan mereka tentang 

hal-hal di masa mendatang, baik mengenai diri mereka 

sendiri maupun orang lain.  

[1]  Ada banyak hal yang cenderung kita khawatirkan, yang 

tidak penting bagi kita. Watak orang lain tidak penting 

bagi kita. Bukan tugas kita untuk menghakimi mereka 

(Rm. 14:4). “Bagaimanapun keadaan mereka,” kata Pau-

lus, “itu tidak ada urusannya denganku.” Urusan orang 

lain tidak perlu kita campuri. Kita harus bekerja dengan 

tenang dan mengurus pekerjaan kita sendiri. Banyak 

pertanyaan yang teliti dan penuh rasa ingin tahu diaju-

kan oleh para ahli Taurat dan pembantah dari dunia ini 

mengenai petunjuk Allah, serta keadaan dunia yang 

kasat mata, mengenai hal-hal yang tentangnya kita da-

pat berkata, “Apakah artinya ini bagi kita?” Menurutmu 

apakah akan terjadi begini dan begitu? Ini merupakan 

suatu pertanyaan yang biasa diajukan orang, yang 

dapat dijawab dengan mudah dengan pertanyaan lain: 

Apa artinya itu bagiku? Entahkah ia berdiri, entahkah 

ia jatuh, itu yaitu  urusan tuannya sendiri. Apa perlu-

nya bagi kita untuk mengetahui masa dan waktu? Hal-

hal yang rahasia bukanlah urusan kita.  

[2] Hal besar yang benar-benar merupakan urusan kita 

yaitu  tugas, dan bukan peristiwa, sebab  tugas yaitu  

bagian kita, sedangkan peristiwa yaitu  bagian Allah. 

Tugas kita yaitu  punya kita sendiri, bukan punya 

orang lain. Setiap orang harus menanggung bebannya 

masing-masing, yaitu tugasnya yang sekarang, dan 

bukan tugas yang akan datang, sebab  pimpinan Tuhan 

cukup untuk hari ini: TUHAN menetapkan langkah-lang-

kah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Mzm. 

37:23). Dia menuntun langkah demi langkah. Nah, se-

mua tugas kita diringkas dalam satu tugas ini, yaitu 

mengikut Kritus. Kita harus menyertai setiap tindakan-

Nya, dan menyesuaikan diri kita dengan tindakan-Nya 

itu, mengikuti Dia untuk melakukan perbuatan yang 

memuliakan Dia, seperti hamba bekerja bagi Tuannya. 

Kita harus melintas di atas jalan di mana Ia melintas, 

dan pergi ke mana Ia pergi. Dan jika kita mau bersung-

guh-sungguh melakukan tugas kita mengikuti Kristus, 

maka kita tidak akan memberi  hati atau waktu kita 

untuk ikut campur dengan apa yang bukan urusan 

kita. 

4.  Kekeliruan yang timbul akibat perkataan Kristus, bahwa murid 

itu tidak akan mati, melainkan tetap hidup bersama dengan 

umat Tuhan sampai akhir zaman. Juga, bagaimana pemikiran 

ini dipupuskan melalui perkataan Kristus (ay. 23).  

Perhatikanlah: 

(1) Mudahnya timbul kekeliruan di dalam gereja sebab  kesa-

lahan dalam menafsirkan perkataan-perkataan Kristus, 

dan kemudian mengubah suatu anggapan menjadi suatu 

kebenaran. sebab  Yohanes tidak mati sebagai martir, me-

reka menyimpulkan bahwa dia tidak akan mati sama se-

kali. 

[1] Mereka cenderung mengharapkan hal itu sebab  mere-

ka tidak dapat memperoleh apa yang mereka inginkan. 

Quod volumus facile crediumus – kita mudah percaya 

pada apa yang kita harapkan untuk menjadi kenyataan. 

sebab  jika Yohanes masih bertahan hidup saat yang 

lainnya telah pergi, dan akan terus hidup sampai keda-

tangan Kristus yang kedua, mereka beranggapan bahwa 

itu akan menjadi suatu berkat yang luar biasa bagi 

gereja, yang dalam berbagai zaman akan berpaling un-

tuk meminta nasihat kepadanya sebagai seorang pena-

tua. saat  mereka harus kehilangan kehadiran Kristus 

secara jasmaniah, mereka berharap bisa memiliki keha-

diran murid-Nya yang terkasih, seolah hal itu akan 

menggantikan ketidakhadiran-Nya itu. Mereka lupa 

bahwa Roh yang suci itu, Sang Penghibur, Dialah yang 

akan menggantikan ketidakhadiran-Nya. Perhatikan, 

kita cenderung bergantung kepada manusia dan fasili-

tas, peralatan serta bantuan dari luar, dan mengira 

bahwa kita akan berbahagia jika kita bisa selalu memi-

liki hal-hal ini . Kita tidak sadar bahwa Allah akan 

selalu menggantikan para pekerja-Nya, namun Dia 

terus melanjutkan pekerjaan-Nya, dan kekuatan yang 

melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari ma-

nusia. Tidak perlu ada seorang hamba yang tidak dapat 

mati untuk tetap menuntun gereja, bila gereja berada di 

bawah pimpinan Roh yang kekal.  

[2] Mungkin mereka diteguhkan dalam pengharapan mere-

ka, saat  mereka kini menyadari bahwa Yohanes akan 

hidup lebih lama daripada rasul-rasul yang lain. sebab  

ia hidup lama, mereka mulai mengira bahwa dia akan 

hidup terus, padahal apa yang telah menjadi tua dan 

usang, telah dekat kepada kemusnahannya (Ibr. 8:13). 

[3]  Bagaimanapun, semua pikiran mereka di atas itu tim-

bul akibat salah memahami perkataan Kristus, dan ke-

mudian dipakai terus dalam gereja. Dari sini pelajarilah,  

Pertama, ketidakpastian tradisi manusia, dan betapa 

bodohnya jika kita membangun iman kita di atasnya. 

Ada suatu tradisi, suatu tradisi kerasulan, suatu kabar 

yang tersebar di antara saudara-saudara itu. Tradisi itu 

sangat kuno, sudah biasa, sudah umum, namun demi-

kian tradisi itu keliru. sebab  itu betapa tidak dapat 

diandalkannya tradisi tidak tertulis itu, yang telah 

diperintahkan oleh konsili Trent untuk diterima dengan 

kasih yang suci dan rasa hormat yang mendalam seba-

gai sesuatu yang sama dengan apa yang menjadi bagian 

dari firman suci. Beginilah suatu penjelasan tradisional 

mengenai Kitab Suci. Tidak ada perkataan baru dari 

Kristus yang diungkapkan lagi. Yang ada hanyalah sua-

tu penafsiran atau penjelasan para saudara itu atas apa 

yang sesungguhnya dikatakan-Nya. Walaupun demi-

kian, tafsiran itu pun keliru. Biarkanlah firman itu me-

nafsirkan dan menjelaskan dirinya sendiri, sebab  fir-

man itu sungguh merupakan kesaksian akan dirinya 

sendiri dan membuktikan dirinya sendiri, sebab  firman 

yaitu  terang.  

Kedua, kecenderungan manusia untuk salah menaf-

sirkan perkataan Kristus. Kesalahan-kesalahan besar 

kadang-kadang menyembunyikan diri di bawah bayang-

bayang kebenaran yang tidak dapat disangkal: dan fir-

man itu telah diputarbalikkan oleh mereka yang tidak 

terpelajar dan mudah goyah. Janganlah merasa aneh 

bila mendengar perkataan Kristus disalahtafsirkan, di-

kutip untuk mendukung kekeliruan antikristus. Ajaran 

transubstansiasi, misalnya, menggunakan perkataan 

Kristus yang suci sebagai dasar, Inilah tubuh-Ku. 

(2) Mudahnya memperbaiki kesalahan yang demikian, yaitu 

dengan berpegang teguh pada firman Kristus dan melekat 

kepadanya. Demikian penulis Injil di sini memperbaiki dan 

memeriksa pernyataan di antara para saudara itu, dengan 

mengulang setiap perkataan Kristus. Kristus tidak menga-

takan bahwa murid itu tidak akan mati, sebab nya marilah 

kita juga tidak mengatakannya demikian. Dia mengatakan: 

Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai 

Aku datang, itu bukan urusanmu. Dia mengatakannya de-

mikian, dan tidak lebih dari itu. Jangan menambahi firman-

Nya. Biarlah firman Kristus berbicara bagi diri mereka 

sendiri, dan janganlah makna lain apa pun diberikan pada 

firman-Nya itu selain apa yang sejati dan seharusnya, dan 

marilah kita menyetujuinya. Perhatikan, jawaban terbaik 

bagi segala pertentangan manusia yaitu  mengikuti apa 

yang secara jelas dinyatakan dalam Kitab Suci, dan ber-

bicara serta berpikir sesuai dengan perkataan itu (Yes. 

8:20). Bahasa firman yaitu  sarana yang paling aman dan 

tepat untuk menyatakan kebenaran firman: perkataan 

yang diajarkan oleh Roh (1Kor. 2:13). Sebagaimana firman 

itu sendiri, yang disampaikan sebagaimana seharusnya, 

merupakan senjata yang terbaik untuk melawan semua ke-

keliruan yang berbahaya (dan sebab  itu penganut deisme, 

Sosinian, pengikut gereja tertentu, dan penganut antusias-

me berusaha semampu mereka untuk menurunkan oto-

ritas firman), maka firman itu sendiri, jika kita dengan tun-

duk mendukungnya, merupakan obat untuk menyembuh-

kan luka yang diakibatkan oleh cara yang berbeda-beda 

dalam menyatakan kebenaran yang sama. Mereka yang 

merasa tidak sepakat dengan logika dan cara berpikir yang 

sama, dan tidak bisa sepakat dengan pendapat yang sama 

serta penerapan hal-hal ini , bisa sepakat dalam kata-

kata firman yang sama, dan kemudian bersepakat untuk 

saling mengasihi satu sama lain. 

II. Di sini diceritakan tentang kesimpulan Injil ini, dan catatan dari 

sang penulis Injil ini (ay. 24-25). Penulis Injil ini tidak mengakhiri-

nya dengan tiba-tiba sebagaimana ketiga penulis lainnya, namun  

menggunakan semacam penutup.  

1. Injil ini disimpulkan dengan sebuah catatan mengenai penga-

rang atau penulisnya, yang secara tepat dihubungkan dengan 

apa yang ditulis sebelumnya (ay. 24): Dialah murid, yang mem-

beri kesaksian tentang semuanya ini kepada zaman sekarang. 

Ia menuliskan semua ini demi kepentingan generasi menda-

tang, bahkan dialah yang dibicarakan oleh Petrus dan Guru-

nya dalam ayat-ayat sebelumnya, yaitu Yohanes sang rasul.  

Perhatikanlah:  

(1) Mereka yang menulis sejarah tentang Kristus tidak malu 

mencantumkan nama mereka pada sejarah itu. Di sini se-

benarnya Yohanes juga mencantumkan namanya. Sebagai-

mana kita yakin siapa penulis lima kitab pertama dalam 

Perjanjian Lama, yang merupakan dasar pewahyuan dari 

Allah, demikian juga kita yakin siapa penulis keempat Injil 

dan Kisah Para Rasul, “Pentateukh” dari Perjanjian Baru. 

Catatan mengenai kehidupan dan kematian Kristus bukan-

lah laporan yang dibuat oleh seseorang yang tidak kita ke-

nal, namun  dituliskan oleh orang-orang yang dikenal keju-

jurannya, yang tidak saja siap untuk memberi  kesaksi-

annya di bawah sumpah, namun lebih lagi, memeteraikan-

nya dengan darah mereka.  

(2) Mereka yang menulis sejarah tentang Kristus menulis ber-

dasarkan pengetahuan langsung mereka, bukan melalui 

kata orang, namun melalui apa yang mereka saksikan de-

ngan mata dan telinga mereka sendiri. Penulis kitab seja-

rah ini yaitu  seorang murid, murid yang dikasihi, orang 

yang bersandar di dada Kristus itu, yang telah mendengar 

sendiri khotbah dan perkataan Kristus, yang telah melihat 

mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya, dan menyaksikan 

bukti kebangkitan-Nya. Inilah dia yang memberi kesaksian 

akan apa yang sangat diyakininya.  

(3) Mereka yang menulis sejarah tentang Kristus, memberi 

kesaksian akan apa yang mereka lihat, dan kemudian 

menulis apa yang telah mereka saksikan kebenarannya itu. 

Tulisan itu telah diberitakan melalui perkataan, dengan ke-

yakinan penuh, sebelum dituangkan ke dalam bentuk tu-

lisan. Mereka memberi kesaksian di atas mimbar, memberi 

kesaksian di pengadilan, dengan sungguh-sungguh menya-

takannya, dengan setia mengakuinya, bukan seperti pe-

ngembara yang menceritakan perjalanan mereka untuk 

menghibur pendengarnya, namun sebagai saksi yang di-

sumpah untuk memberi penjelasan mengenai apa yang 

mereka ketahui. Oleh sebab  itu mereka menyatakannya 

secermat dan setepat mungkin, untuk meletakkan dasar 

bagi keputusan yang akan dibuat terhadap kesaksian itu. 

Apa yang mereka tulis, mereka buat sebagai sebuah per-

nyataan tertulis di bawah sumpah, yang akan mereka te-

pati. Tulisan mereka yaitu  pernyataan kesaksian yang 

teguh bagi dunia mengenai kebenaran ajaran Kristus, dan 

juga akan menjadi kesaksian bagi kita atau melawan kita, 

tergantung kita menerimanya atau tidak.  

(4) Atas anugerah, demi kepentingan dan dukungan bagi gere-

ja, telah ditentukan bahwa sejarah tentang Kristus akan di-

tuangkan dalam bentuk tulisan, supaya kebenaran itu da-

pat tersebar ke semua tempat dengan lebih pasti dan lebih 

lengkap, dan bertahan dalam berbagai zaman. 

2.  Injil ini disimpulkan dengan suatu kesaksian di bawah sum-

pah mengenai kebenaran akan apa yang telah dikisahkan di 

sini: Kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Ini dapat dipa-

hami,  

(1) Sebagai pernyataan akan pandangan orang secara umum 

dalam dunia ini, bahwa pernyataan yang dibuat oleh sese-

orang yang merupakan saksi hidup, yang memiliki reputasi 

yang tidak bercela, yang sungguh-sungguh meneguhkan 

apa yang telah dilihatnya, dan menuliskannya untuk lebih 

meyakinkannya, merupakan suatu bukti yang tidak mera-

gukan. Kita tahu, artinya, seluruh dunia tahu, bahwa ke-

saksian dari seseorang yang seperti itu yaitu  sah, dan 

khalayak umum meyakini bahwa kita harus menghargai-

nya, kecuali kita dapat membuktikan ketidakbenarannya. 

Dalam kasus-kasus lain, keputusan dan penghakiman ha-

kim berlaku atas kesaksian-kesaksian yang demikian. Ke-

benaran Injil datang dan diteguhkan oleh semua bukti yang 

sesuai dengan apa yang bisa kita kehendaki atau kita ha-

rapkan menurut akal sehat kita. Sesungguhnya, bahwa 

Yesus mengkhotbahkan ajaran yang demikian itu, dan me-

ngerjakan mujizat yang demikian itu, serta bangkit dari 

mati, telah dibuktikan kebenarannya, tanpa bisa ditentang, 

dengan berbagai bukti yang biasanya selalu diakui dalam 

kasus-kasus lainnya, dan oleh sebab nya bukti-bukti ter-

sebut memuaskan semua orang yang tidak berat sebelah. 

Dengan demikian, biarlah ajaran-Nya itu sendiri yang akan 

membenarkan dirinya sendiri, dan biarlah mujizat-mujizat-

Nya itu yang membuktikan dirinya sendiri sebagai berasal 

dari Allah. Atau,  

(2)  Untuk menyatakan keyakinan gereja-gereja pada masa itu 

mengenai kebenaran yang diceritakan di sini. Beberapa 

orang menafsirkannya sebagai tanda persetujuan dari je-

maat Efesus, yang lainnya menafsirkannya sebagai tanda 

persetujuan dari para malaikat atau hamba-hambat Tuhan 

dari gereja-gereja Asia atas cerita ini. Bukan berarti seolah 

tulisan yang diilhamkan membutuhkan pembenaran dari 

manusia, atau dengan demikian menjadi dapat lebih diper-

caya sebab nya, namun dengan ini mereka mendukung 

gereja-gereja untuk menerimanya, sebagai tulisan yang di-

ilhamkan, dan menyatakan kepuasan mereka atas kisah 

ini . Atau,  

(3) Untuk menyatakan keyakinan sang penulis Injil ini sendiri 

terhadap kebenaran yang ditulisnya, seperti dalam pasal 

19:35, Ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran. Dia ber-

bicara mengenai dirinya sendiri dalam bentuk jamak, Kita 

tahu, tidak dengan maksud untuk mempermuliakan, na-

mun untuk merendahkan diri, seperti yang tertulis dalam 1 

Yohanes 1:1, Apa yang telah kami lihat, dan 2 Petrus 1:16. 

Perhatikanlah, para penulis Injil sendiri sepenuhnya yakin 

terhadap kebenaran dari apa yang telah mereka buktikan 

dan sampaikan kepada kita. Mereka tidak mengharuskan 

kita untuk percaya pada apa yang tidak mereka percayai 

sendiri. Tidak, mereka tahu bahwa kesaksian mereka itu 

benar, sebab  mereka telah mempertaruhkan kehidupan 

ini maupun kehidupan lainnya pada kesaksian itu. Mereka 

mencampakkan hidup ini dan bergantung pada hidup yang 

lain, demi apa yang mereka katakan dan mereka tulis. 

3.  Injil itu disimpulkan dengan sebuah pernyataan dan lain-lain, 

dengan merujuk pada masih banyak hal-hal lain lagi, yang ma-

sih bisa diingat dengan mudahnya, yang dikatakan dan dila-

kukan oleh Tuhan kita Yesus, yang diketahui luas dengan baik 

oleh banyak orang yang masih hidup sesudah peristiwa itu, 

namun tidak dianggap cocok untuk dicatat bagi generasi men-

datang (ay. 25). Ada banyak hal yang sangat luar biasa dan 

berguna, namun  jika semuanya itu harus ditulis seluruhnya be-

serta segala keadaannya masing-masing, maka bahkan dunia 

ini sendiri, yaitu, semua perpustakaan di dalamnya, tidak da-

pat menampung semua buku yang ditulis itu. Maka ia me-

nyimpulkan seperti seorang ahli pidato, seperti Paulus (Ibr. 

11:32), Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku 

akan kekurangan waktu. Jika orang bertanya mengapa Injil 

tidak ditulis lebih banyak lagi, mengapa mereka tidak men-

catat sejarah Perjanjian Baru sebanyak dan sepanjang Perjan-

jian Lama, pertanyaan itu dapat dijawab dengan, 

(1) Itu bukan sebab  mereka sudah kehabisan bahan pembi-

caraan, dan tidak ada lagi hal yang cukup layak untuk 

ditulis. Tidak, ada banyak perkataan Kristus dan perbuat-

an-Nya yang tidak dicatat oleh satu pun dari para penulis 

Injil, padahal layak untuk ditulis dengan tinta emas.  

sebab :  

[1] Semua hal yang dikatakan dan dilakukan oleh Kristus 

layak kita perhatikan, dan berguna bagi kita. Dia tidak 

pernah mengucapkan perkataan yang tidak perlu, atau 

melakukan sesuatu yang sia-sia. Tidak, Dia tidak per-

nah mengatakan atau melakukan sesuatu yang jahat, 

tidak penting, atau yang remeh. Semua perkataan Kris-

tus lebih baik daripada apa yang bisa dikatakan oleh 

manusia yang paling bijak atau terbaik sekalipun.  

[2] Mujizat-Nya banyak, sangat banyak, dan bermacam-

macam, dan mujizat yang sama sering dilakukan-Nya 

berulang-ulang, sesuai dengan kebutuhan yang ada. 

Meskipun mungkin satu mujizat yang sejati sudah cu-

kup untuk membuktikan suatu kuasa ilahi, namun 

mujizat yang diulangi untuk berbagai macam orang, 

dalam berbagai macam peristiwa, dan di hadapan ber-

bagai macam saksi, sangat membantu untuk membuk-

tikan kebenaran mujizat-mujizat ini . Setiap muji-

zat yang baru lebih meneguhkan kebenaran laporan 

mengenai mujizat yang dilakukan sebelumnya, dan ba-

nyaknya mujizat yang terjadi menegaskan bahwa lapor-

an itu tidak perlu dipertanyakan.  

[3] Dalam beberapa kesempatan, para penulis Injil membe-

rikan laporan secara umum mengenai khotbah dan mu-

jizat Kristus, dengan juga merincikan apa yang terjadi, 

misalnya Matius 4:23-24; 9:35; 11:1; 14:14, 36; 15:30; 

19:2; dan masih banyak lagi. saat  kita berbicara me-

ngenai Kristus, kita memiliki bahan pembicaraan yang 

berlimpah di hadapan kita. Fakta yang sesungguhnya 

melampaui banyaknya laporan yang ada, dan sebenar-

nya, setengahnya saja belum diberitahukan kepada kita. 

Rasul Paulus mengutip salah satu perkataan Kristus, 

yang tidak dicatat oleh satu pun dari para penulis Injil 

(Kis. 20:35), dan tidak diragukan lagi masih ada banyak 

yang lainnya. Semua perkataan Yesus merupakan per-

nyataan-pernyataan pendek yang sarat makna dan 

pengajaran.  

(2) Sejarah dalam Perjanjian Baru tidak sepanjang Perjanjian 

Lama sebab  tiga alasan ini:  

[1] sebab  tidak perlu menulis lebih banyak lagi. Hal itu 

tersirat dalam ayat-ayat yang kita lihat di Yohanes ini. 

Ada banyak hal lain, yang tidak tertulis sebab  tidak 

ada alasan untuk menuliskannya. Apa yang sudah ter-

tulis yaitu  suatu pewahyuan yang cukup jelas menge-

nai ajaran Kristus dan bukti mengenainya, dan sisanya 

hanya memiliki kegunaan yang sama. Mereka yang ber-

usaha memakai alasan ini untuk mempertanyakan ke-

cukupan Kitab Suci dalam berfungsi sebagai aturan 

bagi iman dan ibadah kita, dan sebab  itu menyatakan 

perlunya tradisi yang tidak tertulis, mereka ini harus 

menunjukkan bagian apa dalam tradisi yang lebih sem-

purna daripada firman yang tertulis. namun  kita yakin 

bahwa pendapat mereka mengenai tradisi itu tidak be-

nar, dan sebab  itu kita menolaknya. Dengan demikian 

maka marilah kita waspada, membuat banyak buku tak 

akan ada akhirnya (Pkh. 12:12). Jika kita tidak percaya 

dan memanfaatkan apa yang sudah tertulis, maka kita 

juga tidak akan melakukannya seandainya ada lebih 

banyak lagi yang tertulis.  

[2] Tidak mungkin menuliskan semuanya itu. Memang 

mungkin bagi Roh untuk mendiktekannya, namun dari 

segi sang penulis tidak mungkin baginya untuk menu-

liskan itu semua. Dunia tidak dapat memuat semua 

kitab itu. Ini memang suatu pernyataan hiperbolis, yang 

melebih-lebihkan, namun  masuk akal, sebab  pada inti-

nya, yang dimaksudkan di sini hanyalah bahwa penu-

lisan itu akan mengisi berjilid-jilid kitab dalam jumlah 

yang sangat besar. Kitab yang demikian akan menjadi 

suatu catatan sejarah yang sangat besar dan tidak ada 

habis-habisnya, yang hanya akan menyisihkan semua 

tulisan yang lain, dan tidak menyisakan tempat bagi 

tulisan-tulisan yang lain itu. Berapa banyak jilid yang 

akan diisi dengan doa-doa Kristus, jika kita harus men-

catat tanpa pengulangan yang sia-sia semua doa yang 

dipanjatkan-Nya, saat  semalam-malaman Ia berdoa 

kepada Allah? Belum lagi jika semua khotbah dan per-

cakapan-Nya diceritakan secara khusus. Juga mujizat-

Nya, penyembuhan-Nya, semua pekerjaan-Nya, semua 

penderitaan-Nya. Itu akan menjadi sesuatu yang tidak 

ada akhirnya.  

[3] Tidak dianjurkan untuk menulis sebanyak itu, sebab  

dunia benar-benar tidak dapat memuat semua kitab 

yang harus ditulis itu. Kristus tidak mengatakan semua 

apa yang bisa saja dikatakan-Nya kepada para murid, 

sebab  mereka tidak dapat menerimanya, dan sebab  

alasan yang sama pula, penulis Injil tidak menuliskan 

apa yang mungkin dapat mereka tuliskan. Dunia tidak 

dapat memuat, chōrēsai. Itulah kata yang digunakan 

(8:37), “Firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.” 

Apa yang dituliskan itu akan sedemikian banyak se-

hingga tidak akan ada tempat untuk memuatnya. Wak-

tu semua orang akan habis untuk membaca, dan oleh 

sebab  itu tugas lainnya akan terbengkalai. Dari apa 

yang sudah tertulis, banyak hal yang dilewatkan orang, 

banyak juga yang terlupakan, dan banyak lagi yang me-

nimbulkan perdebatan. Hal ini akan menjadi masalah 

yang lebih besar lagi seandainya ada begitu banyak 

buku yang sama andalnya dan sama perlunya, sebab  

sejarah akan membengkak. Terlebih lagi, penting bahwa 

apa yang sudah tertulis harus direnungkan dan dijabar-

kan, dan dengan bijaksana Allah menyisakan ruang 

yang cukup untuk itu. Dalam memberi  pengajaran, 

para orangtua dan hamba Tuhan harus mempertim-

bangkan kemampuan orang-orang yang mereka ajar, 

dan seperti Yakub, mereka harus waspada supaya me-

reka tidak melampaui batas. Marilah kita bersyukur 

atas kitab-kitab yang telah ditulis, dan tidak bersikap 

kurang menghargai sebab  sederhananya dan ringkas-

nya kitab-kitab itu. Sebaliknya, dengan tekun kita man-

faatkan apa yang menurut Allah sudah cukup untuk di-

wahyukan. Marilah kita juga rindu untuk berada di sor-

ga, di mana kemampuan kita akan sedemikian diting-

katkan dan diperbesar, sehingga tidak ada risiko bahwa 

kita akan kewalahan sebab nya. 

Sang penulis Injil ini, menyimpulkan dengan kata 

Amin, dan dengan begitu menandainya dengan meterai-

nya. Marilah kita juga menandainya dengan meterai 

kita, dengan kata Amin yang lahir dari iman, untuk 

mengakui Injil, bahwa Injil itu benar, sepenuhnya be-

nar. Dengan kata Amin yang menyatakan rasa yakin 

atau rasa puas kita terhadap apa yang telah ditulis, 

sebab  memampukan kita untuk memahami keselamat-

an. Amin. Terjadilah demikian.