Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 8. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 8


 m dirinya dorongan untuk menyelamatkan diri pasti akan 

melakukan hal serupa, khususnya dalam perkara ini, saat   

kengerian yang dirasakan tidak sekadar terhadap kuasa ma-

nusia (jika ini yang terjadi, kita pasti akan melarikan diri un-

tuk meminta perlindungan Allah), namun  juga terhadap kuasa 

Allah sendiri, yang mereka saksikan bekerja melawan mereka. 

II. Yosua mengganjar mereka menjadi hamba sebagai hukuman atas 

penipuan yang mereka lakukan (ay. 23), dan mereka pun tunduk 

kepada putusan itu (ay. 25). Dari apa yang terlihat, tampaknya 

kedua pihak merasa puas akan putusan itu. 

1. Yosua menjadikan orang-orang Gibeon sebagai hamba seumur 

hidup. Mereka telah memperoleh nyawa mereka dengan tipu 

daya, namun  sebab  itu bukanlah sesuatu yang benar, Yosua 

mewajibkan mereka untuk mengabdikan nyawa mereka mela-

kukan pekerjaan seumur hidup, yakni membelah kayu dan 

menimba air, yang merupakan pekerjaan paling kasar dan 

melelahkan. Demikianlah kebohongan mereka diganjar. Andai-

kata mereka berurusan dengan jujur dan apa adanya dengan 

orang Israel, mungkin mereka akan diganjar dengan kehidup-

an yang lebih terhormat, namun  kini, sebab  mereka memper-

oleh nyawa mereka dengan pakaian usang dan kasut penuh 

tambalan, yang yaitu  lambang perhambaan, maka mereka 

pun dikutuk mengenakannya seumur hidup, dan inilah takdir 

mereka yang sepantasnya. Dengan inilah harga dari nyawa 

mereka telah dibayar. Kekuasaan diperoleh dengan menjaga 

nyawa orang yang hidup dalam belas kasihan,  servus dicitur a 

servando – seorang hamba disebut demikian sebab  ia telah 

diselamatkan. Orang Gibeon berhutang perhambaan kepada 

orang yang kepadanya mereka berhutang nyawa. Amati bagai-

mana hukuman itu dijatuhkan kepada mereka.  

(1) Perhambaan itu dijadikan suatu kutuk terhadap mereka. 

“Sekarang engkau dikutuk dengan kutuk zaman lampau 

terhadap Kanaan,” dari mana orang-orang Hewi ini berasal, 

hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi sau-

dara-saudaranya (Kej. 9:25). Apa yang lebih pantas dikena-

Kitab Yosua 9:22-27 

 181 

kan kepada lidah yang berujar tipu selain kutuk ini? Ter-

kutuklah ia. 

(2) Namun demikian, kutuk ini diubah menjadi berkat. Mereka 

memang harus menjadi hamba, namun  untuk rumah Allah-

ku. Para pemimpin umat sebenarnya telah menetapkan 

mereka menjadi hamba untuk segenap umat (ay. 21), atau 

setidaknya mereka sendiri yang memilih menjadi hamba, 

demi menenangkan jemaah Israel yang murka. namun , 

Yosua meringankan hukuman itu demi kemuliaan Allah 

dan kebaikan orang Gibeon. Akan terlalu berat bagi mereka 

jika mereka harus menjadi budak bagi semua orang. Apa-

bila mereka harus menjadi tukang belah kayu dan tukang 

timba air, yang merupakan pekerjaan paling hina dari se-

muanya, khususnya orang-orang Gibeon yang merupakan 

penduduk kota besar dan yang semua orangnya yaitu  

pahlawan (10:2), mereka akan melakukannya untuk rumah 

Allahku, yang menjadikan pekerjaan itu sungguh mulia. 

Bahkan Daud sendiri berharap menjadi penjaga pintu di 

sana. Pekerjaan hamba sekalipun akan menjadi mulia 

apabia dikerjakan bagi rumah Allah kita dan segala keleng-

kapannya. 

[1] Orang-orang Gibeon dengan ini dikecualikan dari kebe-

basan dan hak istimewa orang Israel asli, dan tanda yang 

senantiasa akan membedakan mereka dengan orang lain 

disematkan ke atas seluruh angkata keturunan mereka. 

[2] Orang-orang Gibeon dengan ini dipekerjakan untuk me-

lakukan pekerjaan seperti yang telah disebutkan, yang 

mengharuskan masing-masing mereka untuk hadir di 

mezbah Tuhan di tempat yang akan dipilih-Nya (ay. 27). 

Ini akan membawa mereka kepada pengetahuan akan 

hukum Allah, menjaga mereka agar tetap berada di 

dalam agama kudus ke mana mereka ditarik masuk, 

dan mencegah mereka memberontak kembali dengan 

menyembah berhala-berhala nenek moyang mereka. 

[3] Para imam dan orang Lewi akan sangat diuntungkan 

dengan memiliki  begitu banyak orang, yang semua-

nya pahlawan, yang akan senantiasa membantu mereka 

dan mengabdikan diri untuk melaksanakan segala pe-

kerjaan di dalam Kemah Suci. Kayu dalam jumlah besar 


 182

harus dibelah sebagai bahan bakar bagi bait Allah, tak 

hanya untuk menjaga api tetap menyala di mezbah, 

namun  juga untuk mengolah daging korban keselamatan, 

dan lain sebagainya. Air dalam jumlah banyak harus 

ditimba untuk pelbagai macam pembasuhan seperti di-

tetapkan oleh hukum Taurat. Pekerjaan-pekerjaan ini 

serta pekerjaan-pekerjaan hamba lainnya, seperti men-

cuci segala perabotan, membersihkan abu, menyapu 

pelataran dan lain-lain, yang seharusnya dikerjakan sen-

diri oleh orang Lewi, dilimpahkan kepada orang Gibeon 

untuk dikerjakan. 

[4] Orang-orang Gibeon dengan ini turut menjadi hamba 

bagi segenap umat Israel, sebab  apapun yang memaju-

kan dan menunjang ibadah penyembahan kepada Allah 

merupakan pelayanan sejati bagi masyarakat. Setiap 

orang Israel berkepentingan memastikan mezbah Allah 

terpelihara dengan baik. Dengan ini pula, jemaah Israel 

dikecualikan dari sebagian besar tugas pelayan terse-

but, yang mungkin diharapkan untuk dikerjakan oleh 

beberapa orang dari mereka. Allah telah menetapkan 

hukum yang menyatakan bahwa orang Israel tidak 

boleh menjadikan saudara sebangsa mereka sebagai 

hamba, dan jika  mereka memiliki  budak, maka 

budak-budak itu harus berasal dari bangsa-bangsa di 

sekeliling mereka yang tidak mengenal Allah (Im. 25:44). 

Kini, dalam rangka menghormati hukum tersebut, dan 

menghormati Israel yang dimuliakan oleh hukum terse-

but, Allah tidak akan membebankan segenap pekerjaan 

di dalam Kemah Suci kepada orang Israel, namun  kepada 

orang Gibeon, yang lalu  disebut sebagai Nethinim, 

yakni budak yang diserahkan kepada orang Lewi, seper-

ti halnya orang Lewi diserahkan kepada para imam (Bil. 

3:9) untuk membantu mereka dalam melayani Allah. 

[5] Peristiwa ini dapat dipandang melambangkan diterima-

nya orang-orang bukan-Yahudi ke dalam jemaat Injili. 

Pada saat ini, sesudah  menyerahkan diri, mereka dite-

rima masuk sebagai orang bawahan, namun  nanti Allah 

berjanji bahwa dari antara mereka akan diambil-Nya 

imam-imam dan orang-orang Lewi (Yes. 66:21). 

Kitab Yosua 9:22-27 

 183 

2. Orang-orang Gibeon tunduk pada keadaan ini (ay. 25). Sadar 

akan kesalahan yang diperbuat dengan merancangkan tipu 

muslihat guna memperdaya orang Israel, dan juga sadar beta-

pa beruntungnya mereka masih dapat tetap hidup dan besar-

nya kebaikan yang membiarkan mereka tetap hidup, mereka 

menyetujui usulan ini tanpa bantahan: Perlakukanlah kami 

seperti yang kaupandang baik dan benar. Lebih baik hidup di 

dalam perhambaan, khususnya perhambaan semacam ini, 

daripada tidak hidup sama sekali. Orang-orang yang paling 

rendah dan paling hina digambarkan merupakan tukang-

tukang belah kayu dan tukang-tukang timba air (Ul. 29:11). 

Akan namun , kulit ganti kulit, kebebasan, dan pekerjaan, dan 

orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawa-

nya, dan ini bukan tawaran yang buruk. Perkara itu pun 

diselesaikan dengan seksama. 

(1) Yosua melepaskan orang-orang Gibeon dari tangan orang 

Israel, sehingga mereka tidak dibunuh (ay. 26). Tampaknya 

akan ada beberapa orang Israel yang berniat membunuh 

mereka dengan pedang andaikan Yosua tidak mencegahnya 

dengan wewenangnya. Panglima perang yang bijaksana 

tahu persis kapan harus menyarungkan pedang dan kapan 

harus menghunusnya. 

(2) Yosua lalu  menyerahkan mereka kembali ke tangan 

orang Israel untuk dijadikan hamba (ay. 27). Mereka 

dilarang menduduki kota-kota mereka, sebab  kita jumpai 

sesudah  ini bahwa tiga kota mereka jatuh ke dalam milik 

pusaka suku Benyamin dan satu lagi ke dalam milik pusa-

ka suku Yehuda. Mereka pun juga dilarang bekerja seke-

hendak hati, namun , menurut uskup Patrick, mereka dise-

bar ke kota-kota tempat para imam dan orang Lewi berada, 

dan hadir bersama para imam dan orang Lewi di tengah 

pekerjaan mereka untuk melayani di mezbah. Kemungkin-

an hidup mereka terpelihara dengan melakukan pekerjaan 

itu. Demikianlah hamba milik orang Israel menjadi orang 

merdeka milik Tuhan, sebab  pelayanannya di dalam peker-

jaan yang paling hina menjadi kebebasannya, dan peker-

jaannya itu menjadi upahnya. Ini semua mereka dapatkan 

dari penyerahan diri mereka kepada Israel secara sukarela. 

Serupa dengan ini, biarlah kita tunduk kepada Tuhan kita 


 184

Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, dengan 

berkata, “Kami ini ada dalam tangan-Mu. Perlakukanlah 

kami seperti yang kaupandang baik dan benar untuk dilaku-

kan kepada kami. Hanya saja, selamatkanlah jiwa kami, 

dan kami tidak akan menyesalinya.” jika  Dia menetap-

kan kita untuk memikul salib-Nya, mengenakan kuk-Nya, 

dan melayani di mezbah-Nya, ini tidak akan menjadi suatu 

aib maupun kemalangan bagi kita, sebab  pekerjaan ter-

hina di dalam melayani Allah akan menganugerahi kita 

berdiam di rumah Tuhan seumur hidup kita. 

 

 

 

 

PASAL 10  

i sini kita membaca sebuah kisah tentang penaklukan raja-raja 

dan kerajaan di bagian selatan dari tanah Kanaan. Peristiwa ini 

diikuti dengan merosotnya kerajaan-kerajaan bagian utara, yang di-

jelaskan pada pasal berikut. Kedua peristiwa ini secara keseluruhan 

menyempurnakan kesuksesan gilang-gemilang bangsa Israel dalam 

perang Kanaan. Dalam pasal ini kita menemukan gambaran menge-

nai:  

I. Gerak maju pasukan kerajaan-kerajaan sebelah selatan Ka-

naan, di mana kita dapati:  

1. Persekongkolan mereka melawan orang-orang Gibeon (ay. 

1-5).  

2. Permintaan orang-orang Gibeon kepada Yosua untuk me-

nolong mereka (ay. 6).  

3. Tentara Yosua segera menuju Gibeon di bawah dorongan 

ilahi untuk membantu mereka (ay. 7-9).  

4. Kekalahan para tentara raja-raja gabungan ini (ay. 10-11).  

5. Perpanjangan lamanya siang hari secara ajaib dengan 

tidak bergeraknya matahari yang berpihak pada para 

penakluk (ay. 12-14).  

II. Pelaksanaan hukuman mati terhadap raja-raja yang melari-

kan diri dari pertempuran (ay. 15-27).  

III. Penaklukan kota-kota tertentu dan pemusnahan segala se-

suatu yang didapati di sana: Makeda (ay. 28), Libna (ay. 29-

30), Lakhis (ay. 31-32) dan raja Gezer yang berusaha melari-

kan diri (ay. 33), Eglon (ay. 34-35), Hebron (ay. 36-37), Debir 

(ay. 38-39). Semua negeri itu diserahkan ke dalam tangan 


 186

Israel (ay. 40-42). Dan akhirnya, pulanglah seluruh tentara 

Israel ke pusat perkemahan mereka (ay. 43). 

Gabungan untuk Melawan Gibeon 

(10:1-6) 

sesudah  terdengar oleh Adoni-Zedek, raja Yerusalem, bahwa Yosua telah 

merebut Ai dan telah menumpasnya – seperti yang dilakukannya terhadap 

Yerikho dan terhadap rajanya, demikianlah juga dilakukannya terhadap Ai 

dan terhadap rajanya – dan bahwa penduduk kota Gibeon telah mengadakan 

ikatan persahabatan dengan orang Israel dan diam di tengah-tengah mereka, 

2 maka sangat takutlah orang, sebab Gibeon itu kota yang besar, seperti 

salah satu kota kerajaan, bahkan lebih besar dari Ai, dan semua orangnya 

yaitu  pahlawan. 3 Sebab itu Adoni-Zedek, raja Yerusalem, menyuruh orang 

kepada Hoham, raja Hebron, kepada Piream, raja Yarmut, kepada Yafia, raja 

Lakhis, dan kepada Debir, raja Eglon, mengatakan: 4 “Datanglah kepadaku 

dan bantulah aku,supaya  kita menggempur Gibeon, sebab  telah mengada-

kan ikatan persahabatan dengan Yosua dan orang Israel.” 5 Lalu kelima raja 

orang Amori itu berkumpul dan bergerak maju: raja Yerusalem, raja Hebron, 

raja Yarmut, raja Lakhis dan raja Eglon, mereka beserta seluruh tentara 

mereka. Mereka berkemah mengepung Gibeon dan berperang melawannya.  

6 Lalu orang-orang Gibeon itu menyuruh orang kepada Yosua, ke tempat 

perkemahan di Gilgal, mengatakan: “Jangan menarik tanganmu dari pada 

hamba-hambamu ini. Datanglah dengan segera kepada kami, lepaskanlah 

kami dan bantulah kami, sebab semua raja orang Amori, yang diam di 

pegunungan, telah bergabung melawan kami.” 

Yosua dan seluruh bangsa Israel kini telah menikmati kehidupan 

yang baik di tanah Kanaan dan tidak ada perkara besar yang meng-

ganggu mereka. Mereka telah menguasai kota Yerikho dengan cara 

yang ajaib, kota Ai dengan sebuah strategi, dan kota Gibeon yang 

menyerahkan diri. Hanya kota-kota itu saja. Hingga kini hasil dari 

kemenangan mereka tidak tampak seimbang dengan keagungan wak-

tu mereka masuk dan kejayaan saat   mereka memulai penaklukan. 

Ada sebagian orang Israel yang menjadi tidak sabar dengan penunda-

an itu, dan mungkin mengeluhkan kelambanan Yosua dan bertanya 

mengapa mereka tidak langsung menembus saja ke dalam pusat 

negeri Kanaan sebelum musuh sempat menghimpun kekuatan mela-

wan mereka? Mengapa mereka hanya berdiam diri saja, sementara 

mereka semua begitu yakin akan nama dan kesuksesan mereka. 

Demikianlah kehati-hatian Yosua, mungkin, dikecam sebagai sikap 

lamban, pengecut dan kecil hati. Akan namun ,  

1. Kanaan tidak untuk dikalahkan dalam sehari. Allah telah berkata 

bahwa sedikit demi sedikit Ia akan menghalau orang-orang Ka-

Kitab Yosua 10:1-6 

 187 

naan (Kel. 23:30). Orang yang percaya tidak akan bertindak ter-

gesa-gesa, atau menyimpulkan bahwa janji tidak akan pernah 

tergenapi saat   ia melihat janji itu tidak terlaksana secepat yang 

ia harapkan.  

2. Yosua menunggu sampai orang-orang Kanaan yang menyerang. 

Biarlah mereka yang lebih dahulu memulai serangan terhadap 

Israel atau bersekutu melawan Israel,supaya  tampak jelas kehan-

curan mereka itu adil dan dapat dibenarkan. Yosua memiliki cu-

kup kewenangan untuk menyerang mereka, namun dia tetap 

diam sampai mereka yang melancarkan pukulan pertama,supaya  

dia dapat memberikan pertanggungan jawab yang jujur, bukan 

hanya di hadapan Allah namun  juga di hadapan manusia. Mereka 

akan menjadi lebih tidak dapat dimaafkan dalam perlawanan 

mereka, saat   sekarang mereka melihat bahwa Gibeon diperlaku-

kan dengan baik oleh Israel sebab  menyerahkan diri.  

3. Merupakan keuntungan bagi Israel untuk duduk diam sebentar, 

sampai seluruh kekuatan dari raja-raja kecil ini bersatu dalam 

satu-kesatuan, sehingga dapat lebih mudah untuk dikalahkan 

dalam satu hantaman saja. Allah tahu kapan menggerakkan hati 

mereka untuk bersatu melawan Israel. Kendati mereka berencana 

untuk saling menguatkan satu dengan yang lain, namun itulah 

juga yang menjadi rancangan-Nya, yakni untuk mengumpulkan 

mereka seperti berkas gandum yang jatuh ke tempat pengirikan 

(Mi. 4:12). Demikianlah, apa yang seringkali tampak bertolak 

belakang, justru sebenarnya merupakan nasihat yang bijak: 

Tenanglah sebentar maka kita akan menyelesaikannya segera.  

Sesudah Israel menunggu sebentar untuk mendapatkan kesempatan 

berperang melawan orang-orang Kanaan, sesuatu yang baik muncul:  

1. Lima raja bergabung melawan orang-orang Gibeon. Adoni-Zedek, 

raja Yerusalem, yaitu  penggerak pertama dan pemimpin utama 

dari persekongkolan ini. Ia memiliki  sebuah nama yang baik 

yang artinya TUHAN kebenaran, mungkin merupakan seorang 

keturunan dari Melkisedek, raja kebenaran. Namun, kendati baik 

nama dan keluarganya, dia sepertinya seorang raja yang jahat dan 

seorang musuh yang tak kenal ampun terhadap keturunan 

Abraham, yang merupakan teman baik dari Melkisedek pendahu-

lunya. Ia memanggil semua kerajaan tetangganya untuk berga-

bung melawan Israel, sebab  ia yaitu  raja yang paling terhormat, 


 188

dan menjadi pemimpin di antara raja-raja ini. Mungkin mereka 

bergantung kepadanya, atau setidaknya menaruh hormat kepada-

nya sebagai seorang yang sangat berkuasa di antara mereka. Atau 

juga sebab  ialah yang pertama menyadari atau yang paling 

kuatir akan bahaya yang sedang melanda negerinya, saat   ia 

mengetahui kejatuhan Yerikho dan Ai. Terlebih lagi ia melihat 

Gibeon menyerahkan diri, padahal Gibeon merupakan salah satu 

kota perbatasan yang paling penting yang mereka miliki. sebab  

itu, ia harus menghimpun semua kekuatan untuk menghadapi 

Gibeon. Datanglah kepadaku, katanya, dan bantulah aku,supaya  

kita menggempur Gibeon. Tekad ini dilakukannya, entah: 

(1) Dalam kebijaksanaan,supaya  dia dapat merebut kembali kota 

Gibeon, sebuah kota yang kuat, yang menentukan keamanan 

negerinya. Atau, 

(2) Dalam kemurkaan,supaya  dia dapat menghukum rakyat 

Gibeon itu, sebab  berdamai dengan Yosua. Alasanya, mereka 

telah mengkhianati negeri mereka dan memperkuat musuh 

bersama. Padahal sesungguhnya orang Gibeon melakukan ke-

baikan terbesar tak terbayangkan bagi negerinya sendiri, de-

ngan memberikan sebuah contoh yang baik, yang seharunya 

ditiru Adoni-Zedek, raja Yerusalem itu. Demikianlah, Iblis dan 

antek-anteknya selalu berperang melawan orang-orang yang 

berdamai dengan Allah. Jadi, janganlah kamu heran, saudara-

saudara, jika  dunia membenci kamu, dan memperlakukan 

kamu yang bertobat kepada Kristus sebagai para pembelot.  

2. Penduduk Gibeon mengirim pesan kepada Yosua tentang tekanan 

dan bahaya yang mengancam mereka (ay. 6). Kini mereka meng-

harapkan keuntungan dari ikatan hubungan yang telah mereka 

buat dengan Israel, sebab, kendati hal itu mereka peroleh dengan 

cara berbohong, namun sekarang terbukti jelas ada keuntungan-

nya. Mereka berpikir bahwa Yosua wajib untuk menolong mereka,  

(1) Menurut kesadaran hati nurani, sebab mereka yaitu  hamba-

hambanya. Mereka mengaku diri sebagi hamba-hambanya, 

bukan sekadar untuk mengambil hati Yosua, seperti yang per-

tama kali mereka katakan (9:8), Kami ini hamba-hamba-

Mu, namun sesuai apa yang benar-benar terjadi, yaitu mereka 

telah dijadikan para pelayan bagi jemaat Israel. sebab  itu, 

merupakan tugas dari para tuan untuk memperhatikan kemis-

Kitab Yosua 10:7-14 

 189 

kinan dan kemalangan dari hamba-hamba mereka, dan mem-

bela mereka saat   mereka diperlakukan tidak benar. Siapa 

yang bersekutu, ia wajar mengharapkan perlindungan. Demi-

kianlah Daud memohon kepada Allah (Mzm. 119:94), Aku ke-

punyaan-Mu, selamatkanlah aku, dan begitu pula kita jika 

memang kita yaitu  milik-Nya.  

(2) Demi kehormatan, sebab alasan dari perselisihan musuh-mu-

suh mereka yaitu  sebab  rasa hormat yang telah mereka 

tunjukkan kepada Israel dan keyakinan yang mereka miliki 

terhadap Israel dalam membuat kovenan dengan mereka. 

Yosua tidak dapat menolak untuk menolong mereka saat   hal 

tersebut yaitu  sebab  rasa hormat mereka kepadanya dan 

kepada nama TUHAN sehingga mereka diserang. Daud meng-

anggap bahwa bermohon kepada TUHAN yaitu  baik (Mzm. 

69:7), Janganlah mendapat malu oleh sebab  aku orang-orang 

yang menantikan Engkau, ya Tuhan, ALLAH semesta alam. Pada 

waktu musuh-musuh rohani kita bersiap untuk melawan kita 

dan mengancam untuk menelan kita, marilah kita oleh iman 

dan melalui doa, bermohon kepada Kristus, Yosua kita, untuk 

memperoleh kekuatan dan pertolongan, seperti yang dilakukan 

oleh Paulus, maka kita akan menerima jawaban damai sejah-

tera yang sama: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu  (2Kor. 

12:9). 

Matahari dan Bulan Tidak Bergerak 

(10:7-14) 

7 Lalu Yosua bergerak maju dari Gilgal, dia dan seluruh tentara yang 

bersama-sama dengan dia, semuanya pahlawan yang gagah perkasa. 8 Berfir-

manlah TUHAN kepada Yosua: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku 

menyerahkan mereka kepadamu. Tidak seorang pun dari mereka yang akan 

dapat bertahan menghadapi engkau.” 9 Lalu Yosua menyerang mereka de-

ngan tiba-tiba, sesudah  semalam-malaman bergerak maju dari Gilgal. 10 Dan 

TUHAN mengacaukan mereka di depan orang Israel, sehingga Yosua menim-

bulkan kekalahan yang besar di antara mereka dekat Gibeon, mengejar 

mereka ke arah pendakian Bet-Horon dan memukul mereka mundur sampai 

dekat Azeka dan Makeda. 11 Sedang mereka melarikan diri di depan orang 

Israel dan baru di lereng Bet-Horon, maka TUHAN melempari mereka dengan 

batu-batu besar dari langit, sampai ke Azeka, sehingga mereka mati. Yang 

mati kena hujan batu itu ada lebih banyak dari yang dibunuh oleh orang 

Israel dengan pedang. 12 Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari 

TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di 

hadapan orang Israel: “Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, 

bulan, di atas lembah Ayalon!” 13 Maka berhentilah matahari dan bulan pun 


 190

tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuh-

nya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari 

tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari 

penuh. 14 Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun lalu , 

bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demi-

kian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN. 

Dalam perikop di atas,  

I. Yosua bertekad untuk membantu orang-orang Gibeon, dan Allah 

meneguhkan dia dalam tekadnya ini.  

1.  Ia naik dari Gilgal (ay. 7), yaitu merancang, menentukan dan 

mempersiapkan perjalanan ini untuk menolong Gibeon. Hal ini 

mungkin sebelum dia melangkahkan kaki, Allah lebih dulu 

meneguhkan hamba-Nya itu. Sungguh murah hati dan adil 

Yosua untuk membantu sekutu barunya itu. saat   hendak 

menyerang Gibeon, raja Yerusalem mungkin mengira Yosua 

tidak akan menolong mereka, malah mungkin mencampakkan 

mereka, sebab  mereka persekutuan dengan Israel itu diper-

oleh mereka dengan cara menipu. sebab  itu raja Yerusalem 

berbicara dengan penuh keyakinan (ay. 4) untuk menggempur 

Gibeon. Namun Yosua tahu bahwa janjinya untuk membiar-

kan orang Gibeon hidup mewajibkan dirinya bertindak demi-

kian, tidak hanya untuk tidak membunuh mereka, namun  juga 

untuk tidak berdiam diri dan melihat mereka dibunuh saat   

dia punya kekuatan untuk mencegahnya (Ams. 24:11-12). Ia 

tahu bahwa saat   mereka menaruh percaya dan menyembah 

Allah Israel, maka mereka juga percaya akan naungan sayap-

nya (Rut 2:12), dan sebab  itu, sebagai hamba-hambanya dia 

terikat untuk melindungi mereka.  

2. Allah menguatkan Yosua sebab  usahanya (ay. 8): Janganlah 

takut, yaitu: 

(1) “Jangan bimbang akan kebaikan niatmu dan kejelasan 

panggilanmu itu. Kendati itu untuk menolong orang-orang 

Gibeon, engkau benar dalam kewajibanmu itu, dan Allah 

sungguh menyertai engkau.”  

(2) “Jangan gentar akan kekuatan musuh. Sekalipun ada be-

gitu banyak raja yang bersekongkol untuk melawan engkau, 

dan bertekad dengan segala daya usaha  untuk melenyap-

kan Gibeon, dan mungkin akan bertempur mati-matian da-

lam keadaan yang putus asa, namun janganlah hal ini 

Kitab Yosua 10:7-14 

 191 

mengecilkan hatimu, Sebab Aku menyerahkan mereka ke-

padamu.” Dan siapa pun tidak akan dapat bertahan atau 

luput, jika Allah telah menentukannya untuk binasa. 

II. Yosua memimpin sendiri untuk melaksanakan tekad ini, dan 

Allah membantunya. Di sini kita mendapati, 

1. Kerja keras Yosua dan kuasa Allah yang bekerja dengannya 

untuk mengalahkan musuh. Dalam tindakan ini,  

(1) Yosua menunjukkan maksud baiknya dengan bertindak 

cepat dalam menyelamatkan Gibeon (ay. 9): Lalu Yosua me-

nyerang mereka dengan tiba-tiba, sebab kebutuhan yang 

mendesak seperti itu tidak boleh ditunda-tunda. jika  

salah satu dari suku Israel berada di dalam bahaya, ia 

akan gigih membantunya, tidak ada beda seperti yang 

dilakukannya di sini untuk Gibeon, sebab  harus berlaku 

satu hukum bagi orang asing yang memeluk agama Yahudi 

maupun bagi orang Yahudi asli. Raja-raja Kanaan yang 

bergabung itu hampir tidak dapat menghimpun kekuatan 

mereka bersama dan menyerang Gibeon, saat   Yosua me-

nyergap mereka dengan suatu kekejutan yang menimbul-

kan kebingungan besar di antara mereka. Sekarang saat   

musuh benar-benar telah tergabung ke dalam satu-kesatu-

an, maka pasukan Yosua pun siap diberangkatkan. Mereka 

siap sedia seperti sebelumnya saat   dia sedang menanti-

kan himpunan kekuatan musuh ini. Sekarang saat   se-

gala sesuatu telah matang untuk dilaksanakan, maka tidak 

ada orang yang lebih sigap daripada Yosua untuk bertin-

dak, padahal sebelumnya ia tampak sangat lamban. Maka 

sekarang tidak akan dikatakan lagi: Ia membiarkan apa 

yang harus dilakukan besok selagi dia dapat melakukannya 

hari ini. saat   Yosua mendapati bahwa dirinya tidak dapat 

mencapai Gibeon dalam waktu sehari, dan sebab  itu 

menjadi khawatir kehilangan keuntungan menyerang mu-

suhnya atau terlambat menyelamatkan Gibeon, maka ia 

pun mengadakan perjalanan sepanjang malam, bertekad 

untuk tidak membiarkan matanya tertidur sebelum dia 

berhasil menyelesaikan usahanya ini. Untungnya pasukan 

yang dibawahnya itu terdiri dari orang-orang yang gagah 


 192

berani, yang bukan hanya gagah perkasa, namun  juga pe-

nuh semangat dan tekad, serta berketetapan hati dalam tu-

gasnya. Sebab, jika tidak demikian, mereka mungkin tidak 

akan dapat menahan kelelahan ini, dan bersungut-sungut 

kepada pemimpinnya, “Apakah hanya ini yang dijanjikan di 

Kanaan?” Akan namun , mereka menyadari bahwa jerih-

payah sekarang ini yaitu  demi suatu tempat tinggal yang 

membahagiakan, sehingga dapat memakluminya. Kiranya 

prajurit Kristus yang baik ... tidak memusingkan dirinya 

dengan soal-soal penghidupannya,supaya  dengan demikian 

ia berkenan kepada komandannya, dan tidak berpikir ha-

bislah riwayat mereka jika agama mereka meninggalkan 

mereka, sehingga mereka memilih beristirahat saja. Tidak, 

ada  cukup waktu istirahat saat   kita sudah sampai di 

surga. Akan namun , mengapakah Yosua perlu membiarkan 

dirinya dan orang-orangnya dalam kesulitan seperti ini? 

Bukankah Allah telah berjanji bahwa Ia pasti akan menye-

rahkan musuh-musuh ke dalam tangannya? Ya, memang 

benar demikian. Namun, janji-janji Allah dimaksudkan, bu-

kan untuk mengurangi dan menggantikan, namun  untuk 

meningkatkan dan mendorong usaha kita. Orang yang per-

caya tidak akan tergesa-gesa untuk mendahului tindakan 

Allah, melainkan tergesa-gesa untuk mengikutinya, dengan 

tekun, bukan dengan hati yang tidak percaya.  

(2) Allah menunjukkan kuat kuasa-Nya yang besar dengan 

mengalahkan musuh yang diserang Yosua dengan garang 

(ay. 10-11). Yosua memiliki  sangat banyak tentara yang 

kuat bersamanya, cukup untuk menghancurkan musuh 

yang putus asa, sehingga musuh dapat diserakkan dengan 

cara peperangan yang biasa. Namun, Allah sendiri hendak 

tampil di dalam pertempuran yang besar dan menentukan 

ini, dengan mendatangkan pasukan tempur dari sorga me-

lawan orang-orang Kanaan. Ia hendak menunjukkan ke-

pada umat-Nya ini, bahwa mereka tidak akan menduduki 

tanah ini dengan pedang mereka sendiri, atau selamat oleh 

tangan mereka sendiri, melainkan oleh tangan-Nya dan 

tangan kanan Allah (KJV). TUHAN mengacaukan mereka di 

depan orang Israel. Israel melakukan apa yang dapat mere-

ka lakukan, namun  Allah melakukan semuanya.  

Kitab Yosua 10:7-14 

 193 

[1] Hal itu pasti menimbulkan suatu kengerian dan kebi-

ngungan yang amat sangat di tengah-tengah musuh, 

saat   mereka menyadari bahwa sorga sendiri yang ber-

perang melawan mereka. Sebab siapakah yang dapat 

bersaing dengan, luput dari, atau bertahan melawan 

kekuatan dan kuasa dari sorga? Mereka telah menghina 

Allah yang sejati dan merampas kehormatan-Nya de-

ngan menyembah benda-benda langit, dengan memper-

sembahkan ibadah sembah kepada makhluk ciptaan 

yang seharusnya ditujukan hanya kepada Sang Pencip-

ta saja. Sekarang benda-benda langit itu berperang me-

lawan mereka, bahkan bagian ciptaan yang telah mere-

ka jadikan allah itu pun berperang melawan mereka, 

serta bersorak-sorai atas kehancuran mereka (Yer. 8:2). 

Tidaklah ada jalan untuk menjadikan makhluk ciptaan 

mana pun bermanfaat bagi kita, tidak, tidak melalui 

korban atau persembahan, melainkan hanya dengan 

berdamai dengan Allah dan menjaga diri kita tetap ada 

dalam kasih-Nya. Perbuatan berhala kerajaan-kerajaan 

Kanaan itu telah cukup untuk menjadikan mereka se-

bagai mangsa yang empuk bagi bangsa Israel yang 

berjaya, namun ini belum semuanya.  

[2] Di samping kengerian yang menghantam mereka, ter-

jadi juga pembunuhan besar-besaran atas mereka oleh 

hujan batu yang luar biasa dahsyat, turun dengan sua-

tu kekuatan sedemikian hebatnya, sehingga lebih ba-

nyak yang dibunuh oleh hujan batu tersebut daripada 

oleh pedang orang-orang Israel, sekalipun pasukan 

Israel ini juga tidak kalah gencarnya. Allah sendiri yang 

berbicara kepada Ayub tentang perbendaharaan salju 

atau perbendaharaan hujan batu yang Dia simpan un-

tuk masa kesesakan, untuk waktu pertempuran dan 

peperangan (Ayb. 38:22-23), dan di sini semuanya di-

gunakan untuk membinasakan orang-orang Kanaan. 

Inilah hujan batu, yang ditembakkan dari artileri Allah, 

sehingga, siapa saja yang menjadi sasarannya, pasti 

akan kena dan tidak pernah mengenai orang-orang Is-

rael yang bercampur dengan mereka, dan ke mana batu 

itu mengenainya pasti akan terbunuh. Lihatlah di sini 


 194

betapa sengsaranya orang-orang mendapati Allah men-

jadi musuh mereka, sebab  sudah pastilah kebinasaan 

mereka. Betapa mengerikan jika sampai terjatuh ke 

dalam tangan Allah, sebab tidak ada yang bisa luput. 

Beberapa orang memperhatikan bahwa Bet-Horon ter-

letak di sebelah utara Gibeon, sedangkan Azeka dan 

Makeda di selatan, dan mereka masing-masing melari-

kan diri, namun ke mana pun mereka lari hujan batu 

terus mengejar mereka dan mengenai mereka di setiap 

waktu. 

2. Iman yang besar dari Yosua dan kuasa Allah yang menaungi-

nya dengan penahanan matahari secara ajaib, sehingga hari 

kemenangan Israel dapat diperpanjang dan musuh dikalahkan 

dengan telak. Hujan batu yang turun tidak lebih tinggi dari 

awan, namun untuk menunjukkan bahwa pertolongan Israel 

itu datangnya dari sesuatu yang lebih tinggi lagi daripada 

awan, maka matahari itu sendiri, yang secara tetap bergerak 

mengitari seluruh bumi, berhenti di tempatsupaya  ada kesem-

patan melayani bangsa Israel, dan melakukan kebaikan bagi 

mereka. Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, ka-

rena cahaya anak-anak panah-Mu yang melayang laju telah 

memberikan tanda (Hab. 3:11). 

(1) Inilah doa Yosuasupaya  matahari tidak bergerak. Saya me-

nyebutnya sebagai doa Yosua sebab dikatakan (ay. 12), 

bahwa dia berbicara kepada TUHAN. Seperti Elia, kendati 

kita hanya membaca (1Raj. 17:1) bahwa dia bernubuat ten-

tang kekeringan, namun dikatakan dalam Yakobus 5:17, ia 

berdoa untuk hal itu. Perhatikanlah,  

[1] Sebuah teladan dari kegiatan Yosua yang tidak kenal 

lelah dalam melayani Allah dan bangsa Israel. Ia telah 

berjalan sepanjang malam dan berperang sepanjang 

hari, dan orang mungkin mengira dia akan beristirahat 

dan tidur sejenak dan memberi tentaranya beberapa 

saat untuk beristirahat. Orang mungkin akan mengira, 

seperti seorang upahan, ia mungkin sangat mengingin-

kan keteduhan dan istirahat malam, sebab  telah mela-

kukan pekerjaan yang begitu berhasil sepanjang hari. 

Akan namun , sebaliknya, dia tidak berharap apa-apa, 

Kitab Yosua 10:7-14 

 195 

malah menginginkan waktu siang hari lebih diperpan-

jang lagi. Perhatikanlah, Orang-orang yang menanti-nan-

tikan TUHAN mendapat kekuatan baru. Mereka yang be-

kerja untuk Dia, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, 

mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31).  

[2] Sebuah teladan tentang imannya yang besar akan 

kuasa Allah yang Mahakuasa, yang melebihi kekuatan 

alam dan sanggup mengendalikan dan mengubah kerja 

alam. Tak heran Yosua memiliki dorongan membara 

dalam rohnya, dorongan yang dia yakini berasal dari 

TUHAN, yang menyemangati dia untuk menginginkan 

agar mujizat ini dikerjakan Allah pada kesempatan ini. 

Sebab, kalau bukan oleh dorongan ilahi, maka keingin-

an atau harapan akan terhentinya matahari itu hanya 

didasarkan oleh kesombongan diri saja. Doanya itu 

tidak akan dikabulkan oleh kuasa ilahi, seandainya doa 

tersebut tidak diperintahkan oleh anugerah ilahi. Allah 

mengerjakan iman ini di dalam diri Yosua, lalu berkata, 

“Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Tidak dapat di-

bayangkan bahwa gagasan untuk menghentikan mata-

hari dapat terlintas di dalam pikirannya jika bukan 

Allah yang menaruhnya. Untuk mendapatkan suatu 

kemenangan, orang mungkin perlu memikirkan seribu 

rencana terlebih dahulu sebelum terpikir untuk meng-

inginkan matahari berhenti berputar. Bahkan dalam 

diri orang-orang kudus Perjanjian Lama Allah yang me-

nyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu 

bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk 

orang-orang kudus. Apa yang ingin Allah hendak beri-

kan, Ia terlebih dahulu mengarahkan hati umat-Nya 

yang pendoa untuk memintanya. Atas apa yang ingin 

dilakukan-Nya, permohonan dipanjatkan kepada-Nya, 

susaha  Ia melakukan apa yang akan dilakukan-Nya itu 

(Yeh. 36:37). Nah, pertama, luar biasalah bagi Yosua 

untuk berkata, Matahari, berhentilah. Leluhurnya, Yu-

suf, benar-benar bermimpi bahwa matahari dan bulan 

bersujud di hadapannya. Namun siapakah yang me-

nyangka, bahwa sesudah  tergenapi dalam kiasan, mimpi 

itu sungguh tergenapi dalam kenyataan pada salah se-


 196

orang keturunannya? sebab  itu, doa Yosua itu sung-

guh dinyatakan dengan kuasa, sebab itu bukanlah doa 

yang biasa-biasa saja, yang diarahkan dan didukung 

hanya oleh penyelenggaraan atau janji Allah yang ber-

laku umum kepada semua orang. Sebaliknya, doa sang 

nabi kali ini diwahyukan oleh Allah untuk tujuan pepe-

rangan Kanaan. Meskipun demikian, hal ini menyata-

kan kepada kita betapa hebatnya kuasa doa itu secara 

umum, sepanjang doa tersebut sesuai dengan firman 

Allah, dan mengingatkan kita betapa doa sungguh 

dihargai-Nya (Yes. 45:11), Kamukah yang mengajukan 

pertanyaan kepada-Ku mengenai anak-anak-Ku, atau 

memberi perintah kepada-Ku mengenai yang dibuat 

tangan-Ku? Yosua meminta matahari untuk berhenti di 

atas Gibeon, tempat terjadinya dan pusat dari pepe-

rangan itu, yang menyiratkan, bahwa apa yang diran-

cang dalam permohonannya ini yaitu  keuntungan bagi 

Israel atas musuh-musuhnya. Mungkin matahari saat 

itu sedang mau terbenam, sehingga ia memohon waktu 

siang diperpanjang begitu dilihatnya hari segera men-

jadi petang. Ia juga melakukan hal yang sama, di dalam 

nama Raja segala raja, menahan bulan, mungkin kare-

na hal itu diperlukan untuk menjaga keselarasan dan 

tatanan yang baik dari langitsupaya  perjalanan benda-

benda langit selebihnya harus berhenti pula, sebab jika 

tidak, saat matahari bersinar maka dia tidak memerlu-

kan bulan. Di sini dia menyebut lembah Ayalon, yang 

berdekatan dengan Gibeon, sebab ia juga berada di 

sana pada saat itu. Kedua, memang sungguh berani un-

tuk menyuruh matahari berhenti seperti itu di hadapan 

bangsa Israel, sebab  ini menghendaki adanya jaminan 

iman yang sangat kuat. jika  seruan itu tidak terjadi, 

maka tidak terkira hinaan yang akan ditujukan terha-

dap dirinya. Orang-orang Israel akan mencap dia gila, 

dan untuk selamanya tidak akan lagi ia bisa berlaku 

sombong seperti itu. Akan namun  Yosua mengenal betul 

bahwa Allah akan mengakui dan menjawab sebuah 

permohonan yang Ia sendiri suruh untuk dinyatakan. 

Oleh sebab  itu, Yosua tidak takut berbicara di depan 

Kitab Yosua 10:7-14 

 197 

seluruh bangsa Israel, memanggil mereka untuk meli-

hat perbuatan ajaib ini: Matahari berhentilah, sebab dia 

yakin betul kepada Dia yang dipercayainya. Ia percaya 

kepada kuasa Allah yang mahakuasa, sebab jika tidak, 

maka ia tidak dapat berharap bahwa matahari, yang 

terus bergerak dengan kekuatannya, berputar dengan 

hebatnya, dan girang bagaikan pahlawan yang hendak 

melakukan perjalanannya, akan berhenti di dalam 

sekejap. Ia percaya akan kedaulatan Allah atas seluruh 

alam semesta, sebab jika tidak, ia tidak dapat berharap 

bahwa hukum dan jalan alam yang sudah tetap itu 

dapat diubah dan diganggu, tatanan langit dan cara 

kerjanya yang tetap itu dapat dirusak. Dan dia percaya 

akan perkenan Allah secara khusus kepada bangsa 

Israel melebihi bangsa-bangsa lain di bawah matahari, 

sebab jika tidak, dia tidak dapat berharap bahwa, untuk 

mendukung mereka dalam keadaan darurat dengan 

hari yang diperpanjang, dia dapat membuat kagum dan 

gemetar sebagian besar bumi dengan malam ganda di 

waktu yang sama. Memang benar, Ia-lah yang menerbit-

kan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang 

baik. Namun, kali ini orang-orang yang tidak benar 

harus menunggu kedatangan matahari di luar waktu 

yang biasa, sementara matahari berhenti di tempatnya 

untuk menolong bangsa Israel yang benar. 

(2) Jawaban yang luar biasa atas doa ini. Terjadilah segera 

begitu diperkatakan (ay. 13): Maka berhentilah matahari 

dan bulan pun tidak bergerak. Kendati jarak yang sangat 

jauh antara bumi dan matahari, atas perintah Yosua mata-

hari berhenti sesaat  . Sebab Allah yang sama yang meme-

rintah di langit di atas, pada waktu yang sama juga meme-

rintah di atas bumi ini. Dan saat   Ia berkenan, bahkan 

langit akan mendengarkan bumi, seperti di sini. Mengenai 

mujizat yang besar ini dikatakan di sini:  

[1] Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-

lambat terbenam kira-kira sehari penuh. Matahari terus 

bersinar lagi di atas cakrawala saat   pada hari biasa-

nya ia sudah terbenam. Pada umumnya diperkirakan 


 198

peristiwa ini terjadi hal ini umum dianggap terjadi seki-

tar pertengahan musim panas, saat   di negeri tersebut 

kira-kira ada 14 jam antara kemunculan matahari pada 

hari berikutnya, sehingga hari ini ada sekitar 28 jam 

lamanya. Terlebih lagi jika hari itu merupakan yang 

paling singkat siang harinya selama tahun itu, maka 

akan menjadi lebih mungkin lagi bahwa Yosua berharap 

dan berdoa untuk perpanjangan siang hari.  

[2] Dengan demikian orang Israel memiliki waktu penuh 

untuk membalas dendam musuh mereka, dan menga-

lahkan mereka sampai habis binasa. Kita sering mem-

baca mengenai sejarah-sejarah pertempuran bahwa ma-

lam hari sering membuat pertempuran berakhir, sehing-

ga kekelaman memberi kesempatan kepada pihak yang 

kalah untuk mundur. Untuk mencegah keuntungan ini 

bagi musuh untuk melarikan diri, maka siang hari pun 

diperpanjang,supaya  tangan Israel dapat menemukan 

semua musuh mereka. Akan namun , mata dan tangan 

Allah sanggup menemukan mereka tanpa pertolongan 

terang matahari, sebab bagi Dia malam menjadi terang 

seperti siang (Mzm. 139:12). Perhatikanlah, kadang-ka-

dang Allah menyelesaikan suatu keselamatan yang 

besar di dalam suatu waktu yang singkat, dan melaku-

kannya cukup hanya dengan satu hari kerja saja. 

Mungkin mujizat ini yang ditujukan di dalam Zakharia 

14:6-7, di mana hari peperangan Allah melawan bang-

sa-bangsa dikatakan berlangsung selama satu hari, dan 

bahwa malampun menjadi siang, seperti di sini. Dan,  

[3] Bahwa tidak akan pernah ada hari yang seperti 

itu, sebelum atau sesudahnya, di mana Allah memberi-

kan suatu kehormatan ke atas iman dan doa, dan ke 

atas perkara Israel. Tidak pernah dilakukan-Nya begitu 

ajaib sesuai dengan permintaan seorang manusia, atau 

bertempur sehebat itu bagi umat-Nya.  

[4] Peristiwa ini dikatakan telah tertulis dalam Kitab Orang 

Jujur, sebuah kumpulan puisi negeri, di mana puisi 

yang dibuat pada kesempatan ini disimpan bersama 

yang lainnya. Mungkin sama dengan kitab peperangan 

TUHAN (Bil. 21:14), yang sesudahnya dilanjutkan dan 

Kitab Yosua 10:7-14 

 199 

diteruskan oleh Kitab Orang Jujur. Kata-kata ini, Mata-

hari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di 

atas lembah Ayalon, yang kedengaran berirama, diang-

gap diambil dari kisah peristiwa ini seperti yang ditemu-

kan dalam Kitab Orang Jujur. Hal ini tidak berarti bah-

wa kesaksian ilahi dari Kitab Yosua memerlukan pene-

guhan dari Kitab Orang Jujur, sebuah karangan manu-

sia. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang memiliki 

kitab tersebut di tangan mereka yaitu  berguna untuk 

membandingkan sejarah ini dengan kitab tersebut. Hal 

ini dapat menjamin perkataan yang dibuat oleh kaum 

terpelajar dengan menggunakan sejarah duniawi untuk 

menguatkan bukti-bukti dari kebenaran sejarah suci.  

[5] Namun tentu saja mujizat yang hebat tentang berhenti-

nya matahari ini dimaksudkan untuk sesuatu yang 

lebih dari sekadar untuk memberi Israel lebih banyak 

waktu untuk menemukan dan membunuh musuh-mu-

suh mereka, yang, tanpa ini, dapat saja dilakukan esok 

harinya. Pertama, Allah dengan ini ingin membesarkan 

nama Yosua (3:7), sebagai seorang kesayangan yang 

khusus, seseorang yang berkenan Ia hormati dengan 

gembira, yang menjadi perlambang bagi Dia yang memi-

liki segala kuasa di sorga dan di bumi, yang kepada-Nya 

angin serta laut pun tunduk. Kedua, Ia di sini ingin 

memberi tahu kepada seluruh dunia apa yang sedang Ia 

kerjakan bagi umat-Nya Israel di Kanaan. Matahari, 

mata dari dunia, harus berhenti untuk beberapa jam di 

atas Gibeon dan lembah Ayalon, seolah-olah untuk me-

renungkan karya-karya besar Allah di sana untuk 

Israel, dan untuk mengajak anak-anak manusia untuk 

melihat ke sana, dan menanyakan tentang tanda ajaib 

yang telah terjadi di negeri (2Taw. 32:31). Diserukan di 

sini kepada semua bangsa tetangga Israel, Pandanglah 

pekerjaan TUHAN (Mzm. 46:9), dan katakanlah, Bangsa 

besar manakah yang seperti Israel, yang memiliki  

Allah yang demikian dekat kepada mereka? Kita dapat 

menduga, hal inilah yang mungkin membawa utusan-

utusan seperti orang-orang Gibeon yang berpura-pura 

datang dari negeri yang sangat jauh, untuk memohon 


 200

persahabatan dengan Israel oleh sebab  nama TUHAN 

Allah mereka. Ketiga, Ia di sini ingin meyakinkan dan 

membuat bingung para penyembah berhala yang me-

nyembah matahari dan bulan serta memberi kemuliaan 

ilahi kepada mereka, dengan menunjukkan bahwa ma-

tahari dan bulan tunduk kepada perintah Allah Israel, 

dan bahwa, setinggi apa pun matahari dan bulan, Allah 

lebih tinggi darinya. Jadi, Ia ingin membentengi umat-

Nya dari cobaan kepada penyembahan berhala ini, yang 

sudah diketahui-Nya bahwa mereka akan tertarik pada-

nya (Ul. 4:19). Dan yang, meskipun demikian, mereka 

lalu  mencemari diri sendiri dengannya. Keempat,  

menurut cendekiawan Uskup Pierson, mujizat ini me-

nyatakan bahwa di hari-hari akhir, saat   terang dunia 

condong kepada terang kegelapan, Surya Kebenar-

an, yaitu Yosua kita, akan muncul (Mal. 4:2), mengha-

lau malam yang mendekat, dan menjadi terang yang 

sejati. Dan izinkan saya menambahkan, bahwa saat   

Kristus menaklukkan musuh-musuh rohani kita di 

kayu salib, mujizat dilakukan Allah terhadap matahari, 

yang mengalami peristiwa yang berlawanan. Hari men-

jadi gelap, seakan-akan matahari telah terbenam di 

siang hari, sebab Kristus tidak memerlukan terang ma-

tahari untuk mengerjakan kemenangan-Nya: Ia menja-

dikan kegelapan sebagai tempat perteduhan-Nya. Yang 

terakhir,  tertahannya matahari dan bulan di hari pepe-

rangan tersebut menggambarkan perubahan matahari 

menjadi kegelapan dan bulan menjadi darah di hari 

Tuhan yang besar dan mengerikan itu.  

Lima Raja Terbunuh 

(10:15-27) 

15 lalu  Yosua dan seluruh orang Israel yang menyertainya pulang kem-

bali ke tempat perkemahan di Gilgal. 16 Kelima raja itu melarikan diri dan 

bersembunyi di dalam gua di Makeda. 17 Kepada Yosua dikabarkan, demi-

kian: “Kelima raja itu telah ditemukan bersembunyi di dalam gua di Makeda.” 

18 Lalu berkatalah Yosua: “Gulingkanlah batu-batu yang besar ke mulut gua 

itu dan tempatkanlah di sana orang untuk menjaga mereka. 19 namun  kamu, 

janganlah kamu berhenti, kejarlah musuhmu dan hantamlah barisan bela-

kangnya; janganlah biarkan mereka masuk ke dalam kota-kota mereka,

Kitab Yosua 10:15-27 

 201 

sebab TUHAN, Allahmu, menyerahkan mereka kepadamu!” 20 sesudah  Yosua 

dan orang Israel selesai menimbulkan kekalahan yang besar sekali di antara 

mereka, sampai mereka dihancurkan sama sekali – beberapa orang dari 

mereka dapat lolos dan masuk ke kota-kota yang diperkuat – 21 pulanglah 

seluruh bangsa itu dengan selamat kepada Yosua ke tempat perkemahan, di 

Makeda. Tidak ada seorang pun yang berani melemparkan kata-kata ancam-

an terhadap orang Israel. 22 lalu  berkatalah Yosua: “Bukalah mulut gua 

dan keluarkanlah kelima raja itu dari dalam dan bawa kepadaku.” 23 Dilaku-

kan oranglah demikian, kelima raja itu dikeluarkan dari gua itu dan dibawa 

kepadanya: raja Yerusalem, raja Hebron, raja Yarmut, raja Lakhis dan raja 

Eglon. 24 sesudah  raja-raja itu dikeluarkan dan dibawa kepada Yosua, maka 

Yosua pun memanggil semua orang Israel berkumpul dan berkata kepada 

para panglima tentara, yang ikut berperang bersama-sama dengan dia: “Mari-

lah dekat, taruhlah kakimu ke atas tengkuk raja-raja ini.” Maka datanglah 

mereka dekat dan menaruh kakinya ke atas tengkuk raja-raja itu. 25 Lalu 

berkatalah Yosua kepada mereka: “Janganlah takut dan janganlah tawar 

hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan 

TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi.” 26 Sesudah itu Yosua 

membunuh raja-raja itu, dan menggantung mereka pada lima tiang, dan 

mereka tinggal tergantung pada tiang-tiang itu sampai matahari terbenam. 27 

namun  menjelang matahari terbenam, atas perintah Yosua mayat mereka 

diturunkan dari tiang-tiang itu, dan dilemparkan ke dalam gua, tempat 

mereka bersembunyi. Lalu mulut gua itu ditutupi orang dengan batu-batu 

besar, yang masih ada sampai sekarang. 

Pada awalnya, tidak diragukan lagi, ke lima raja itu tampil dengan 

gagah berani saat   mereka masuk ke medan pertempuran untuk 

mengalahkan Gibeon. Sepasukan tentara yang gagah berani menyer-

tai mereka. Namun, mereka semua diarahkan, dikacaukan terlebih 

dahulu, baru lalu  dibuat binasa oleh hujan batu. Kini Yosua 

berpikir, tugasnya sudah selesai, jadi ia boleh pulang ke markas ber-

sama tentaranya untuk beristirahat. Maka ditetapkanlah, mungkin 

dalam sebuah dewan perang, bahwa mereka sekarang harus kembali  

ke tempat perkemahan di Gilgal (ay. 15), sampai mereka menerima 

perintah dari Allah untuk menduduki negeri yang telah mereka 

kalahkan sekarang. Namun, dia segera mendapati masih ada peker-

jaan lagi yang harus dikerjakannya. Kemenangan harus diraih, su-

paya rampasan dapat dibagi-bagi. Jadi ia pun bersiap lagi dengan 

semangat yang baru. 

I. Kekuatan yang telah tercerai-berai dengan sendirinya harus di-

ikuti dan dipukul kalah. saat   kabar baik dibawa kepada Yosua 

tentang tempat keberadaan lima raja Kanaan itu, ia memerintah-

kan suatu penjagaan untuk sementara waktu terhadap mereka 

(ay. 18),supaya  mereka terlindung sampai pada hari lain, ya-

itu hari kebinasaan, dan diadili pada hari murka Allah (Ayb. 


 202

21:30). Yosua mengarahkan orang-orangnya untuk mengejar para 

tentara yang berada di belakang, sebanyak mungkin, untuk men-

cegah mereka melarikan diri kembali ke benteng mereka, yang 

akan menguatkan mereka, sehingga akan lebih sulit untuk me-

ngalahkan mereka (ay. 19). Seperti seorang jenderal yang cerdik, 

Yosua melakukan hal yang paling perlu terlebih dahulu, dan 

menunda kemenangannya sebelum dia menyelesaikan penakluk-

annya. Ia juga tidak terburu-buru untuk menghina raja-raja yang 

tertawan, melainkan pertama-tama mencegah berkumpulnya kem-

bali kekuatan musuh yang telah tercerai-berai. Hasil dari pengejar-

an yang tidak kenal lelah ini yaitu ,  

1. Terjadi suatu pembunuhan besar-besaran terhadap musuh-

musuh Allah dan Israel. Dan,  

2. Medan pertempuran dibersihkan dari mereka, sehingga tak 

satu pun yang tertinggal selain yang berhasil masuk ke dalam 

kota-kota perlindungan, di mana mereka pun tidak akan dapat 

bertahan lama, atau sanggup mempertahankan kota-kota yang 

melindungi mereka itu, sebab  ketakutan dan kengerian telah 

melanda mereka semua.  

3. Tidak ada seorang pun yang berani melemparkan kata-kata an-

caman terhadap orang Israel (ay. 21). Ungkapan ini menyata-

kan,  

(1) Keamanan dan ketenangan Israel yang sempurna. Sebagian 

penafsir berpikir bahwa ayat ini seharusnya dibaca dari Ke-

luaran 11:7, namun  kepada siapa juga dari orang Israel, 

seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong. Tidak, 

tidak terhadap satu pun dari mereka. Mereka sama sekali 

tidak terancam oleh bahaya apa pun sesudah  kemenangan 

mereka. Tidak, tidak oleh seekor anjing sekalipun. Tak satu 

pun dari orang Israel, sebab  bahasa aslinya menekankan 

kekhususan ini, dibawa ke dalam kesulitan, baik dalam 

pertempuran atau dalam pengejaran.  

(2) Kehormatan dan nama baik mereka. Tak seorang pun yang 

berani melontarkan kata hinaan kepada mereka, atau kata-

kata tidak baik terhadap mereka. Allah tidak hanya meng-

ikat tangan, namun  juga menutup mulut, dari musuh-mu-

suh mereka yang garang, dan membungkam bibir yang 

penipu.  

Kitab Yosua 10:15-27 

 203 

(3) Alkitab bahasa Aram memakai ungkapan penuh sukacita 

untuk kemenangan ini,: Tidak ada luka atau kehilangan 

bagi anak-anak Israel, yang sungguh akan menekan jiwa 

bila sampai terjadi. saat   tentara Israel pulang dari per-

tempuran dan diperiksa, tak ada satu pun yang terbunuh, 

terluka, atau hilang. Tak satu pun orang Israel yang mera-

tapi entah kehilangan seorang teman atau kehilangan ang-

gota tubuh. Begitu mudahnya, begitu mulianya kemenang-

an ini.  

II. Raja-raja yang menyembunyikan diri kini harus dipanggil untuk 

memberikan pertanggungjawaban, sebagai pemberontak yang me-

lawan Allah Israel, yang oleh janji dan ketetapan ilahi, memiliki 

hak milik atas tanah ini, sehingga kepada-Nya tanah ini harus 

diserahkan. Lihatlah di sini,  

1. Bagaimana kelima raja itu dijaga. Gua tempat mereka melari-

kan diri dan yang mereka percayai sebagai tempat perlindung-

an, malah menjadi penjara mereka. Mereka dikurung di situ 

sampai Yosua datang untuk mengadili mereka (ay. 18). Agak-

nya mereka semua terluput dari hujan batu dan pedang, oleh 

pemeliharaan Allah, namun  bukan untuk kebaikan mereka, me-

lainkansupaya  mereka dapat disimpan bagi sebuah hukuman 

yang lebih khidmat dan mengerikan. Untuk hal serupa juga 

Firaun luput dari tulah-tulah Mesir, dan dijadikan tetap tegar, 

susaha  Allah sendiri dapat memperlihatkan kepada-nya ke-

kuatan-Nya (Kel. 9:16). Mereka semua melarikan diri dan ber-

temu di tempat yang sama, sebab TUHAN yang mengarahkan 

mereka. Kini orang-orang yang belakangan ini bersekongkol 

melawan Israel kini ditaruh di dalam persekongkolan baru 

untuk mengamankan diri dan sepakat untuk berlindung di 

dalam gua yang sama. Keterangan yang dibawa kepada Yosua 

tentang hal ini yaitu  suatu bukti kuat bahwa ada orang-

orang di negeri ini yang mengetahui segala lubang dan benteng 

perlindungannya, yang menguntungkan Yosua. Di sini kita 

melihat betapa bijaknya Yosua dalam menempatkan orang-

orangnya di negeri Kanaan, bahkan di puncak peperangan. 

Hasilnya betapa orang-orang yang mengira dapat bersembunyi 

dari Allah, justru menipu dan menghancurkan diri sendiri. 


 204

Kebohongan yang mereka jadikan sebagai perlindungan hanya 

akan mengikat mereka bagi hukuman Allah.  

2. Bagaimana raja-raja itu dikalahkan. Yosua memerintahkan 

mereka untuk dibawa keluar dari gua, diadili, dan nama-nama 

mereka dipanggil satu per satu (ay. 22-23). Dan saat   mereka 

entah terikat dan dilempar ke tanah tak berdaya, merengek-

rengek minta ampun, Yosua memanggil para jenderal dan pe-

mimpin besar Israel dan memerintahkan mereka untuk meng-

injak-injak raja-raja ini. Mereka menginjak-injak leher raja-raja 

itu, bukan untuk berolok-olok dan bersukaria beramai-ramai, 

melainkan dengan perilaku yang pantas sebagai pelayan-pela-

yan keadilan ilahi, yang di sini tidak untuk memuaskan kebang-

gaan dan hasrat diri, namun  untuk memberikan kemuliaan ke-

pada Allah Israel sebagai yang lebih tinggi dari yang tertinggi, 

yang  menginjak-injak penguasa-penguasa seperti lumpur (Yes. 

41:25), dan dahsyat bagi raja-raja di bumi (Mzm. 76:13). Tindak-

an ini tampak kejam, menghina orang-orang yang sedang 

sengsara, yang tiba-tiba terjatuh dari puncak kehormatan ke 

dalam kehinaan ini. Sulit bagi kepala-kepala yang bermahkota 

untuk diinjak-injak, tidak oleh Yosua sendiri, setidak-tidaknya 

bukan oleh dia saja namun  juga oleh semua kepala pasukan. 

Tentu saja hal ini tidak seharusnya diambil sebagai suatu tela-

dan, oleh sebab  kasusnya luar biasa, dan kita punya alasan 

untuk berpikir bahwa hal tersebut yaitu  sebab  perintah dan 

dorongan ilahi maka Yosua berbuat demikian.  

(1) Allah dengan ini menghukum kejahatan yang keji dari raja-

raja ini, yang takaran kedurhakaannya sekarang sudah pe-

nuh. Melalui tindakan keadilan yang dilakukan di hadapan 

umum terhadap para pemimpin bangsa Kanaan yang me-

nuntun bangsanya ke dalam dosa berhala, Allah hendak 

mendatangkan rasa takut kepada umat Israel,supaya  mere-

ka sungguh membenci dosa-dosa dari bangsa-bangsa yang 

telah diusir Allah dari hadapan mereka, yang mungkin akan 

mereka ikuti.  

(2) Allah dengan ini hendak menggenapi janji-Nya kepada 

Musa (Ul. 33:29), engkau akan berjejak di bukit-bukit mere-

ka, yaitu, atas orang-orang kuat mereka, yang pastilah se-

gera tergenapi dalam diinjak-injaknya raja-raja itu, sebab  

Kitab Yosua 10:15-27 

 205 

janji itulah yang merupakan kata-kata terakhir Musa yang 

dicatat.  

(3) Allah dengan ini hendak menguatkan iman dan pengha-

rapan umat-Nya Israel terkait dengan peperangan yang 

akan mereka hadapi. Oleh sebab  itu Yosua berkata (ay. 

25): Janganlah takut dan janganlah tawar hati.  

[1] “Jangan takut terhadap raja-raja ini atau raja-raja Ka-

naan mana saja. Seolah-olah mereka takut akan meng-

hadapi bahaya pembalasan dendam di lalu  hari 

sesudah ini, sehingga mereka ragu-ragu bertindak ke-

jam terhadap raja-raja yang memohon belas kasihan ini, 

sebab  mereka tahu dalam peperangan nasib orang bisa 

saja berubah sewaktu-waktu. Walaupun demikian, eng-

kau tidak perlu takut kalau ada yang akan bangkit 

untuk membalaskan dendam atas keributan ini.”  

[2] “Jangan takut terhadap raja-raja lain mana pun, yang 

mungkin sewaktu-waktu dapat bersekongkol melawan 

engkau, sebab engkau melihat sekarang semua saja ini 

pun dibuat takluk, padahal sebelumnya mereka ini tam-

pak menakutkan di mata kalian. Sebab secara itulah 

akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu. Seka-

rang mereka mulai jatuh, jatuh begitu rendah sehingga 

engkau dapat menginjak-injak leher mereka dengan kaki-

mu. Engkau boleh merasa yakin sekarang, bahwa mere-

ka tidak akan dapat bertahan, melainkan akan jatuh 

benar-benar di depan engkau” (Est. 6:13).  

(4) Allah dengan ini hendak memberikan sebuah perlambang-

an dan gambaran tentang kemenangan Kristus atas kuasa-

kuasa kegelapan, dan kemenangan orang-orang percaya 

melalui Dia. Semua musuh Sang Penebus akan menjadi 

tumpuan kakimu (Mzm. 110:1 dan Mzm. 18:41). Raja-raja 

dunia bersiap-siap ... melawan TUHAN (Mzm. 2:2), namun  

lambat atau cepat kita akan melihat segala sesuatu diletak-

kan di bawah Dia (Ibr. 2:8), dan pemerintah-pemerintah dan 

penguasa-penguasa dijadikan tontonan (Kol. 2:15). Dalam 

semua kemenangan ini kita yaitu  lebih dari para peme-

nang, singa dan ular tedung akan kaulangkahi (Mzm. 91:13), 

akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di 


 206

bumi (Yes. 58:14), dan kita boleh yakin bahwa Allah, sum-

ber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di 

bawah kakimu. Ia akan melakukannya segera dan dengan 

berhasil (Rm. 16:20). Lihat pula Mazmur 149:8-9. 

3. Bagaimana para raja Kanaan itu dihukum mati. Mungkin, keti-

ka mengalami penghinaan yang mengerikan sebab  diinjak-

injak oleh para perwira Israel, mereka siap berkata, seperti 

Agag, Sesungguhnya, kepahitan maut telah lewat, dan bah-

wa sudahlah cukup tegoran dari sebagian besar dari kamu. Na-

mun kehormatan mereka tidak dapat men