m dirinya dorongan untuk menyelamatkan diri pasti akan
melakukan hal serupa, khususnya dalam perkara ini, saat
kengerian yang dirasakan tidak sekadar terhadap kuasa ma-
nusia (jika ini yang terjadi, kita pasti akan melarikan diri un-
tuk meminta perlindungan Allah), namun juga terhadap kuasa
Allah sendiri, yang mereka saksikan bekerja melawan mereka.
II. Yosua mengganjar mereka menjadi hamba sebagai hukuman atas
penipuan yang mereka lakukan (ay. 23), dan mereka pun tunduk
kepada putusan itu (ay. 25). Dari apa yang terlihat, tampaknya
kedua pihak merasa puas akan putusan itu.
1. Yosua menjadikan orang-orang Gibeon sebagai hamba seumur
hidup. Mereka telah memperoleh nyawa mereka dengan tipu
daya, namun sebab itu bukanlah sesuatu yang benar, Yosua
mewajibkan mereka untuk mengabdikan nyawa mereka mela-
kukan pekerjaan seumur hidup, yakni membelah kayu dan
menimba air, yang merupakan pekerjaan paling kasar dan
melelahkan. Demikianlah kebohongan mereka diganjar. Andai-
kata mereka berurusan dengan jujur dan apa adanya dengan
orang Israel, mungkin mereka akan diganjar dengan kehidup-
an yang lebih terhormat, namun kini, sebab mereka memper-
oleh nyawa mereka dengan pakaian usang dan kasut penuh
tambalan, yang yaitu lambang perhambaan, maka mereka
pun dikutuk mengenakannya seumur hidup, dan inilah takdir
mereka yang sepantasnya. Dengan inilah harga dari nyawa
mereka telah dibayar. Kekuasaan diperoleh dengan menjaga
nyawa orang yang hidup dalam belas kasihan, servus dicitur a
servando – seorang hamba disebut demikian sebab ia telah
diselamatkan. Orang Gibeon berhutang perhambaan kepada
orang yang kepadanya mereka berhutang nyawa. Amati bagai-
mana hukuman itu dijatuhkan kepada mereka.
(1) Perhambaan itu dijadikan suatu kutuk terhadap mereka.
“Sekarang engkau dikutuk dengan kutuk zaman lampau
terhadap Kanaan,” dari mana orang-orang Hewi ini berasal,
hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi sau-
dara-saudaranya (Kej. 9:25). Apa yang lebih pantas dikena-
Kitab Yosua 9:22-27
181
kan kepada lidah yang berujar tipu selain kutuk ini? Ter-
kutuklah ia.
(2) Namun demikian, kutuk ini diubah menjadi berkat. Mereka
memang harus menjadi hamba, namun untuk rumah Allah-
ku. Para pemimpin umat sebenarnya telah menetapkan
mereka menjadi hamba untuk segenap umat (ay. 21), atau
setidaknya mereka sendiri yang memilih menjadi hamba,
demi menenangkan jemaah Israel yang murka. namun ,
Yosua meringankan hukuman itu demi kemuliaan Allah
dan kebaikan orang Gibeon. Akan terlalu berat bagi mereka
jika mereka harus menjadi budak bagi semua orang. Apa-
bila mereka harus menjadi tukang belah kayu dan tukang
timba air, yang merupakan pekerjaan paling hina dari se-
muanya, khususnya orang-orang Gibeon yang merupakan
penduduk kota besar dan yang semua orangnya yaitu
pahlawan (10:2), mereka akan melakukannya untuk rumah
Allahku, yang menjadikan pekerjaan itu sungguh mulia.
Bahkan Daud sendiri berharap menjadi penjaga pintu di
sana. Pekerjaan hamba sekalipun akan menjadi mulia
apabia dikerjakan bagi rumah Allah kita dan segala keleng-
kapannya.
[1] Orang-orang Gibeon dengan ini dikecualikan dari kebe-
basan dan hak istimewa orang Israel asli, dan tanda yang
senantiasa akan membedakan mereka dengan orang lain
disematkan ke atas seluruh angkata keturunan mereka.
[2] Orang-orang Gibeon dengan ini dipekerjakan untuk me-
lakukan pekerjaan seperti yang telah disebutkan, yang
mengharuskan masing-masing mereka untuk hadir di
mezbah Tuhan di tempat yang akan dipilih-Nya (ay. 27).
Ini akan membawa mereka kepada pengetahuan akan
hukum Allah, menjaga mereka agar tetap berada di
dalam agama kudus ke mana mereka ditarik masuk,
dan mencegah mereka memberontak kembali dengan
menyembah berhala-berhala nenek moyang mereka.
[3] Para imam dan orang Lewi akan sangat diuntungkan
dengan memiliki begitu banyak orang, yang semua-
nya pahlawan, yang akan senantiasa membantu mereka
dan mengabdikan diri untuk melaksanakan segala pe-
kerjaan di dalam Kemah Suci. Kayu dalam jumlah besar
182
harus dibelah sebagai bahan bakar bagi bait Allah, tak
hanya untuk menjaga api tetap menyala di mezbah,
namun juga untuk mengolah daging korban keselamatan,
dan lain sebagainya. Air dalam jumlah banyak harus
ditimba untuk pelbagai macam pembasuhan seperti di-
tetapkan oleh hukum Taurat. Pekerjaan-pekerjaan ini
serta pekerjaan-pekerjaan hamba lainnya, seperti men-
cuci segala perabotan, membersihkan abu, menyapu
pelataran dan lain-lain, yang seharusnya dikerjakan sen-
diri oleh orang Lewi, dilimpahkan kepada orang Gibeon
untuk dikerjakan.
[4] Orang-orang Gibeon dengan ini turut menjadi hamba
bagi segenap umat Israel, sebab apapun yang memaju-
kan dan menunjang ibadah penyembahan kepada Allah
merupakan pelayanan sejati bagi masyarakat. Setiap
orang Israel berkepentingan memastikan mezbah Allah
terpelihara dengan baik. Dengan ini pula, jemaah Israel
dikecualikan dari sebagian besar tugas pelayan terse-
but, yang mungkin diharapkan untuk dikerjakan oleh
beberapa orang dari mereka. Allah telah menetapkan
hukum yang menyatakan bahwa orang Israel tidak
boleh menjadikan saudara sebangsa mereka sebagai
hamba, dan jika mereka memiliki budak, maka
budak-budak itu harus berasal dari bangsa-bangsa di
sekeliling mereka yang tidak mengenal Allah (Im. 25:44).
Kini, dalam rangka menghormati hukum tersebut, dan
menghormati Israel yang dimuliakan oleh hukum terse-
but, Allah tidak akan membebankan segenap pekerjaan
di dalam Kemah Suci kepada orang Israel, namun kepada
orang Gibeon, yang lalu disebut sebagai Nethinim,
yakni budak yang diserahkan kepada orang Lewi, seper-
ti halnya orang Lewi diserahkan kepada para imam (Bil.
3:9) untuk membantu mereka dalam melayani Allah.
[5] Peristiwa ini dapat dipandang melambangkan diterima-
nya orang-orang bukan-Yahudi ke dalam jemaat Injili.
Pada saat ini, sesudah menyerahkan diri, mereka dite-
rima masuk sebagai orang bawahan, namun nanti Allah
berjanji bahwa dari antara mereka akan diambil-Nya
imam-imam dan orang-orang Lewi (Yes. 66:21).
Kitab Yosua 9:22-27
183
2. Orang-orang Gibeon tunduk pada keadaan ini (ay. 25). Sadar
akan kesalahan yang diperbuat dengan merancangkan tipu
muslihat guna memperdaya orang Israel, dan juga sadar beta-
pa beruntungnya mereka masih dapat tetap hidup dan besar-
nya kebaikan yang membiarkan mereka tetap hidup, mereka
menyetujui usulan ini tanpa bantahan: Perlakukanlah kami
seperti yang kaupandang baik dan benar. Lebih baik hidup di
dalam perhambaan, khususnya perhambaan semacam ini,
daripada tidak hidup sama sekali. Orang-orang yang paling
rendah dan paling hina digambarkan merupakan tukang-
tukang belah kayu dan tukang-tukang timba air (Ul. 29:11).
Akan namun , kulit ganti kulit, kebebasan, dan pekerjaan, dan
orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawa-
nya, dan ini bukan tawaran yang buruk. Perkara itu pun
diselesaikan dengan seksama.
(1) Yosua melepaskan orang-orang Gibeon dari tangan orang
Israel, sehingga mereka tidak dibunuh (ay. 26). Tampaknya
akan ada beberapa orang Israel yang berniat membunuh
mereka dengan pedang andaikan Yosua tidak mencegahnya
dengan wewenangnya. Panglima perang yang bijaksana
tahu persis kapan harus menyarungkan pedang dan kapan
harus menghunusnya.
(2) Yosua lalu menyerahkan mereka kembali ke tangan
orang Israel untuk dijadikan hamba (ay. 27). Mereka
dilarang menduduki kota-kota mereka, sebab kita jumpai
sesudah ini bahwa tiga kota mereka jatuh ke dalam milik
pusaka suku Benyamin dan satu lagi ke dalam milik pusa-
ka suku Yehuda. Mereka pun juga dilarang bekerja seke-
hendak hati, namun , menurut uskup Patrick, mereka dise-
bar ke kota-kota tempat para imam dan orang Lewi berada,
dan hadir bersama para imam dan orang Lewi di tengah
pekerjaan mereka untuk melayani di mezbah. Kemungkin-
an hidup mereka terpelihara dengan melakukan pekerjaan
itu. Demikianlah hamba milik orang Israel menjadi orang
merdeka milik Tuhan, sebab pelayanannya di dalam peker-
jaan yang paling hina menjadi kebebasannya, dan peker-
jaannya itu menjadi upahnya. Ini semua mereka dapatkan
dari penyerahan diri mereka kepada Israel secara sukarela.
Serupa dengan ini, biarlah kita tunduk kepada Tuhan kita
184
Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, dengan
berkata, “Kami ini ada dalam tangan-Mu. Perlakukanlah
kami seperti yang kaupandang baik dan benar untuk dilaku-
kan kepada kami. Hanya saja, selamatkanlah jiwa kami,
dan kami tidak akan menyesalinya.” jika Dia menetap-
kan kita untuk memikul salib-Nya, mengenakan kuk-Nya,
dan melayani di mezbah-Nya, ini tidak akan menjadi suatu
aib maupun kemalangan bagi kita, sebab pekerjaan ter-
hina di dalam melayani Allah akan menganugerahi kita
berdiam di rumah Tuhan seumur hidup kita.
PASAL 10
i sini kita membaca sebuah kisah tentang penaklukan raja-raja
dan kerajaan di bagian selatan dari tanah Kanaan. Peristiwa ini
diikuti dengan merosotnya kerajaan-kerajaan bagian utara, yang di-
jelaskan pada pasal berikut. Kedua peristiwa ini secara keseluruhan
menyempurnakan kesuksesan gilang-gemilang bangsa Israel dalam
perang Kanaan. Dalam pasal ini kita menemukan gambaran menge-
nai:
I. Gerak maju pasukan kerajaan-kerajaan sebelah selatan Ka-
naan, di mana kita dapati:
1. Persekongkolan mereka melawan orang-orang Gibeon (ay.
1-5).
2. Permintaan orang-orang Gibeon kepada Yosua untuk me-
nolong mereka (ay. 6).
3. Tentara Yosua segera menuju Gibeon di bawah dorongan
ilahi untuk membantu mereka (ay. 7-9).
4. Kekalahan para tentara raja-raja gabungan ini (ay. 10-11).
5. Perpanjangan lamanya siang hari secara ajaib dengan
tidak bergeraknya matahari yang berpihak pada para
penakluk (ay. 12-14).
II. Pelaksanaan hukuman mati terhadap raja-raja yang melari-
kan diri dari pertempuran (ay. 15-27).
III. Penaklukan kota-kota tertentu dan pemusnahan segala se-
suatu yang didapati di sana: Makeda (ay. 28), Libna (ay. 29-
30), Lakhis (ay. 31-32) dan raja Gezer yang berusaha melari-
kan diri (ay. 33), Eglon (ay. 34-35), Hebron (ay. 36-37), Debir
(ay. 38-39). Semua negeri itu diserahkan ke dalam tangan
D
186
Israel (ay. 40-42). Dan akhirnya, pulanglah seluruh tentara
Israel ke pusat perkemahan mereka (ay. 43).
Gabungan untuk Melawan Gibeon
(10:1-6)
sesudah terdengar oleh Adoni-Zedek, raja Yerusalem, bahwa Yosua telah
merebut Ai dan telah menumpasnya – seperti yang dilakukannya terhadap
Yerikho dan terhadap rajanya, demikianlah juga dilakukannya terhadap Ai
dan terhadap rajanya – dan bahwa penduduk kota Gibeon telah mengadakan
ikatan persahabatan dengan orang Israel dan diam di tengah-tengah mereka,
2 maka sangat takutlah orang, sebab Gibeon itu kota yang besar, seperti
salah satu kota kerajaan, bahkan lebih besar dari Ai, dan semua orangnya
yaitu pahlawan. 3 Sebab itu Adoni-Zedek, raja Yerusalem, menyuruh orang
kepada Hoham, raja Hebron, kepada Piream, raja Yarmut, kepada Yafia, raja
Lakhis, dan kepada Debir, raja Eglon, mengatakan: 4 “Datanglah kepadaku
dan bantulah aku,supaya kita menggempur Gibeon, sebab telah mengada-
kan ikatan persahabatan dengan Yosua dan orang Israel.” 5 Lalu kelima raja
orang Amori itu berkumpul dan bergerak maju: raja Yerusalem, raja Hebron,
raja Yarmut, raja Lakhis dan raja Eglon, mereka beserta seluruh tentara
mereka. Mereka berkemah mengepung Gibeon dan berperang melawannya.
6 Lalu orang-orang Gibeon itu menyuruh orang kepada Yosua, ke tempat
perkemahan di Gilgal, mengatakan: “Jangan menarik tanganmu dari pada
hamba-hambamu ini. Datanglah dengan segera kepada kami, lepaskanlah
kami dan bantulah kami, sebab semua raja orang Amori, yang diam di
pegunungan, telah bergabung melawan kami.”
Yosua dan seluruh bangsa Israel kini telah menikmati kehidupan
yang baik di tanah Kanaan dan tidak ada perkara besar yang meng-
ganggu mereka. Mereka telah menguasai kota Yerikho dengan cara
yang ajaib, kota Ai dengan sebuah strategi, dan kota Gibeon yang
menyerahkan diri. Hanya kota-kota itu saja. Hingga kini hasil dari
kemenangan mereka tidak tampak seimbang dengan keagungan wak-
tu mereka masuk dan kejayaan saat mereka memulai penaklukan.
Ada sebagian orang Israel yang menjadi tidak sabar dengan penunda-
an itu, dan mungkin mengeluhkan kelambanan Yosua dan bertanya
mengapa mereka tidak langsung menembus saja ke dalam pusat
negeri Kanaan sebelum musuh sempat menghimpun kekuatan mela-
wan mereka? Mengapa mereka hanya berdiam diri saja, sementara
mereka semua begitu yakin akan nama dan kesuksesan mereka.
Demikianlah kehati-hatian Yosua, mungkin, dikecam sebagai sikap
lamban, pengecut dan kecil hati. Akan namun ,
1. Kanaan tidak untuk dikalahkan dalam sehari. Allah telah berkata
bahwa sedikit demi sedikit Ia akan menghalau orang-orang Ka-
Kitab Yosua 10:1-6
187
naan (Kel. 23:30). Orang yang percaya tidak akan bertindak ter-
gesa-gesa, atau menyimpulkan bahwa janji tidak akan pernah
tergenapi saat ia melihat janji itu tidak terlaksana secepat yang
ia harapkan.
2. Yosua menunggu sampai orang-orang Kanaan yang menyerang.
Biarlah mereka yang lebih dahulu memulai serangan terhadap
Israel atau bersekutu melawan Israel,supaya tampak jelas kehan-
curan mereka itu adil dan dapat dibenarkan. Yosua memiliki cu-
kup kewenangan untuk menyerang mereka, namun dia tetap
diam sampai mereka yang melancarkan pukulan pertama,supaya
dia dapat memberikan pertanggungan jawab yang jujur, bukan
hanya di hadapan Allah namun juga di hadapan manusia. Mereka
akan menjadi lebih tidak dapat dimaafkan dalam perlawanan
mereka, saat sekarang mereka melihat bahwa Gibeon diperlaku-
kan dengan baik oleh Israel sebab menyerahkan diri.
3. Merupakan keuntungan bagi Israel untuk duduk diam sebentar,
sampai seluruh kekuatan dari raja-raja kecil ini bersatu dalam
satu-kesatuan, sehingga dapat lebih mudah untuk dikalahkan
dalam satu hantaman saja. Allah tahu kapan menggerakkan hati
mereka untuk bersatu melawan Israel. Kendati mereka berencana
untuk saling menguatkan satu dengan yang lain, namun itulah
juga yang menjadi rancangan-Nya, yakni untuk mengumpulkan
mereka seperti berkas gandum yang jatuh ke tempat pengirikan
(Mi. 4:12). Demikianlah, apa yang seringkali tampak bertolak
belakang, justru sebenarnya merupakan nasihat yang bijak:
Tenanglah sebentar maka kita akan menyelesaikannya segera.
Sesudah Israel menunggu sebentar untuk mendapatkan kesempatan
berperang melawan orang-orang Kanaan, sesuatu yang baik muncul:
1. Lima raja bergabung melawan orang-orang Gibeon. Adoni-Zedek,
raja Yerusalem, yaitu penggerak pertama dan pemimpin utama
dari persekongkolan ini. Ia memiliki sebuah nama yang baik
yang artinya TUHAN kebenaran, mungkin merupakan seorang
keturunan dari Melkisedek, raja kebenaran. Namun, kendati baik
nama dan keluarganya, dia sepertinya seorang raja yang jahat dan
seorang musuh yang tak kenal ampun terhadap keturunan
Abraham, yang merupakan teman baik dari Melkisedek pendahu-
lunya. Ia memanggil semua kerajaan tetangganya untuk berga-
bung melawan Israel, sebab ia yaitu raja yang paling terhormat,
188
dan menjadi pemimpin di antara raja-raja ini. Mungkin mereka
bergantung kepadanya, atau setidaknya menaruh hormat kepada-
nya sebagai seorang yang sangat berkuasa di antara mereka. Atau
juga sebab ialah yang pertama menyadari atau yang paling
kuatir akan bahaya yang sedang melanda negerinya, saat ia
mengetahui kejatuhan Yerikho dan Ai. Terlebih lagi ia melihat
Gibeon menyerahkan diri, padahal Gibeon merupakan salah satu
kota perbatasan yang paling penting yang mereka miliki. sebab
itu, ia harus menghimpun semua kekuatan untuk menghadapi
Gibeon. Datanglah kepadaku, katanya, dan bantulah aku,supaya
kita menggempur Gibeon. Tekad ini dilakukannya, entah:
(1) Dalam kebijaksanaan,supaya dia dapat merebut kembali kota
Gibeon, sebuah kota yang kuat, yang menentukan keamanan
negerinya. Atau,
(2) Dalam kemurkaan,supaya dia dapat menghukum rakyat
Gibeon itu, sebab berdamai dengan Yosua. Alasanya, mereka
telah mengkhianati negeri mereka dan memperkuat musuh
bersama. Padahal sesungguhnya orang Gibeon melakukan ke-
baikan terbesar tak terbayangkan bagi negerinya sendiri, de-
ngan memberikan sebuah contoh yang baik, yang seharunya
ditiru Adoni-Zedek, raja Yerusalem itu. Demikianlah, Iblis dan
antek-anteknya selalu berperang melawan orang-orang yang
berdamai dengan Allah. Jadi, janganlah kamu heran, saudara-
saudara, jika dunia membenci kamu, dan memperlakukan
kamu yang bertobat kepada Kristus sebagai para pembelot.
2. Penduduk Gibeon mengirim pesan kepada Yosua tentang tekanan
dan bahaya yang mengancam mereka (ay. 6). Kini mereka meng-
harapkan keuntungan dari ikatan hubungan yang telah mereka
buat dengan Israel, sebab, kendati hal itu mereka peroleh dengan
cara berbohong, namun sekarang terbukti jelas ada keuntungan-
nya. Mereka berpikir bahwa Yosua wajib untuk menolong mereka,
(1) Menurut kesadaran hati nurani, sebab mereka yaitu hamba-
hambanya. Mereka mengaku diri sebagi hamba-hambanya,
bukan sekadar untuk mengambil hati Yosua, seperti yang per-
tama kali mereka katakan (9:8), Kami ini hamba-hamba-
Mu, namun sesuai apa yang benar-benar terjadi, yaitu mereka
telah dijadikan para pelayan bagi jemaat Israel. sebab itu,
merupakan tugas dari para tuan untuk memperhatikan kemis-
Kitab Yosua 10:7-14
189
kinan dan kemalangan dari hamba-hamba mereka, dan mem-
bela mereka saat mereka diperlakukan tidak benar. Siapa
yang bersekutu, ia wajar mengharapkan perlindungan. Demi-
kianlah Daud memohon kepada Allah (Mzm. 119:94), Aku ke-
punyaan-Mu, selamatkanlah aku, dan begitu pula kita jika
memang kita yaitu milik-Nya.
(2) Demi kehormatan, sebab alasan dari perselisihan musuh-mu-
suh mereka yaitu sebab rasa hormat yang telah mereka
tunjukkan kepada Israel dan keyakinan yang mereka miliki
terhadap Israel dalam membuat kovenan dengan mereka.
Yosua tidak dapat menolak untuk menolong mereka saat hal
tersebut yaitu sebab rasa hormat mereka kepadanya dan
kepada nama TUHAN sehingga mereka diserang. Daud meng-
anggap bahwa bermohon kepada TUHAN yaitu baik (Mzm.
69:7), Janganlah mendapat malu oleh sebab aku orang-orang
yang menantikan Engkau, ya Tuhan, ALLAH semesta alam. Pada
waktu musuh-musuh rohani kita bersiap untuk melawan kita
dan mengancam untuk menelan kita, marilah kita oleh iman
dan melalui doa, bermohon kepada Kristus, Yosua kita, untuk
memperoleh kekuatan dan pertolongan, seperti yang dilakukan
oleh Paulus, maka kita akan menerima jawaban damai sejah-
tera yang sama: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu (2Kor.
12:9).
Matahari dan Bulan Tidak Bergerak
(10:7-14)
7 Lalu Yosua bergerak maju dari Gilgal, dia dan seluruh tentara yang
bersama-sama dengan dia, semuanya pahlawan yang gagah perkasa. 8 Berfir-
manlah TUHAN kepada Yosua: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku
menyerahkan mereka kepadamu. Tidak seorang pun dari mereka yang akan
dapat bertahan menghadapi engkau.” 9 Lalu Yosua menyerang mereka de-
ngan tiba-tiba, sesudah semalam-malaman bergerak maju dari Gilgal. 10 Dan
TUHAN mengacaukan mereka di depan orang Israel, sehingga Yosua menim-
bulkan kekalahan yang besar di antara mereka dekat Gibeon, mengejar
mereka ke arah pendakian Bet-Horon dan memukul mereka mundur sampai
dekat Azeka dan Makeda. 11 Sedang mereka melarikan diri di depan orang
Israel dan baru di lereng Bet-Horon, maka TUHAN melempari mereka dengan
batu-batu besar dari langit, sampai ke Azeka, sehingga mereka mati. Yang
mati kena hujan batu itu ada lebih banyak dari yang dibunuh oleh orang
Israel dengan pedang. 12 Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari
TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di
hadapan orang Israel: “Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau,
bulan, di atas lembah Ayalon!” 13 Maka berhentilah matahari dan bulan pun
190
tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuh-
nya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari
tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari
penuh. 14 Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun lalu ,
bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demi-
kian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN.
Dalam perikop di atas,
I. Yosua bertekad untuk membantu orang-orang Gibeon, dan Allah
meneguhkan dia dalam tekadnya ini.
1. Ia naik dari Gilgal (ay. 7), yaitu merancang, menentukan dan
mempersiapkan perjalanan ini untuk menolong Gibeon. Hal ini
mungkin sebelum dia melangkahkan kaki, Allah lebih dulu
meneguhkan hamba-Nya itu. Sungguh murah hati dan adil
Yosua untuk membantu sekutu barunya itu. saat hendak
menyerang Gibeon, raja Yerusalem mungkin mengira Yosua
tidak akan menolong mereka, malah mungkin mencampakkan
mereka, sebab mereka persekutuan dengan Israel itu diper-
oleh mereka dengan cara menipu. sebab itu raja Yerusalem
berbicara dengan penuh keyakinan (ay. 4) untuk menggempur
Gibeon. Namun Yosua tahu bahwa janjinya untuk membiar-
kan orang Gibeon hidup mewajibkan dirinya bertindak demi-
kian, tidak hanya untuk tidak membunuh mereka, namun juga
untuk tidak berdiam diri dan melihat mereka dibunuh saat
dia punya kekuatan untuk mencegahnya (Ams. 24:11-12). Ia
tahu bahwa saat mereka menaruh percaya dan menyembah
Allah Israel, maka mereka juga percaya akan naungan sayap-
nya (Rut 2:12), dan sebab itu, sebagai hamba-hambanya dia
terikat untuk melindungi mereka.
2. Allah menguatkan Yosua sebab usahanya (ay. 8): Janganlah
takut, yaitu:
(1) “Jangan bimbang akan kebaikan niatmu dan kejelasan
panggilanmu itu. Kendati itu untuk menolong orang-orang
Gibeon, engkau benar dalam kewajibanmu itu, dan Allah
sungguh menyertai engkau.”
(2) “Jangan gentar akan kekuatan musuh. Sekalipun ada be-
gitu banyak raja yang bersekongkol untuk melawan engkau,
dan bertekad dengan segala daya usaha untuk melenyap-
kan Gibeon, dan mungkin akan bertempur mati-matian da-
lam keadaan yang putus asa, namun janganlah hal ini
Kitab Yosua 10:7-14
191
mengecilkan hatimu, Sebab Aku menyerahkan mereka ke-
padamu.” Dan siapa pun tidak akan dapat bertahan atau
luput, jika Allah telah menentukannya untuk binasa.
II. Yosua memimpin sendiri untuk melaksanakan tekad ini, dan
Allah membantunya. Di sini kita mendapati,
1. Kerja keras Yosua dan kuasa Allah yang bekerja dengannya
untuk mengalahkan musuh. Dalam tindakan ini,
(1) Yosua menunjukkan maksud baiknya dengan bertindak
cepat dalam menyelamatkan Gibeon (ay. 9): Lalu Yosua me-
nyerang mereka dengan tiba-tiba, sebab kebutuhan yang
mendesak seperti itu tidak boleh ditunda-tunda. jika
salah satu dari suku Israel berada di dalam bahaya, ia
akan gigih membantunya, tidak ada beda seperti yang
dilakukannya di sini untuk Gibeon, sebab harus berlaku
satu hukum bagi orang asing yang memeluk agama Yahudi
maupun bagi orang Yahudi asli. Raja-raja Kanaan yang
bergabung itu hampir tidak dapat menghimpun kekuatan
mereka bersama dan menyerang Gibeon, saat Yosua me-
nyergap mereka dengan suatu kekejutan yang menimbul-
kan kebingungan besar di antara mereka. Sekarang saat
musuh benar-benar telah tergabung ke dalam satu-kesatu-
an, maka pasukan Yosua pun siap diberangkatkan. Mereka
siap sedia seperti sebelumnya saat dia sedang menanti-
kan himpunan kekuatan musuh ini. Sekarang saat se-
gala sesuatu telah matang untuk dilaksanakan, maka tidak
ada orang yang lebih sigap daripada Yosua untuk bertin-
dak, padahal sebelumnya ia tampak sangat lamban. Maka
sekarang tidak akan dikatakan lagi: Ia membiarkan apa
yang harus dilakukan besok selagi dia dapat melakukannya
hari ini. saat Yosua mendapati bahwa dirinya tidak dapat
mencapai Gibeon dalam waktu sehari, dan sebab itu
menjadi khawatir kehilangan keuntungan menyerang mu-
suhnya atau terlambat menyelamatkan Gibeon, maka ia
pun mengadakan perjalanan sepanjang malam, bertekad
untuk tidak membiarkan matanya tertidur sebelum dia
berhasil menyelesaikan usahanya ini. Untungnya pasukan
yang dibawahnya itu terdiri dari orang-orang yang gagah
192
berani, yang bukan hanya gagah perkasa, namun juga pe-
nuh semangat dan tekad, serta berketetapan hati dalam tu-
gasnya. Sebab, jika tidak demikian, mereka mungkin tidak
akan dapat menahan kelelahan ini, dan bersungut-sungut
kepada pemimpinnya, “Apakah hanya ini yang dijanjikan di
Kanaan?” Akan namun , mereka menyadari bahwa jerih-
payah sekarang ini yaitu demi suatu tempat tinggal yang
membahagiakan, sehingga dapat memakluminya. Kiranya
prajurit Kristus yang baik ... tidak memusingkan dirinya
dengan soal-soal penghidupannya,supaya dengan demikian
ia berkenan kepada komandannya, dan tidak berpikir ha-
bislah riwayat mereka jika agama mereka meninggalkan
mereka, sehingga mereka memilih beristirahat saja. Tidak,
ada cukup waktu istirahat saat kita sudah sampai di
surga. Akan namun , mengapakah Yosua perlu membiarkan
dirinya dan orang-orangnya dalam kesulitan seperti ini?
Bukankah Allah telah berjanji bahwa Ia pasti akan menye-
rahkan musuh-musuh ke dalam tangannya? Ya, memang
benar demikian. Namun, janji-janji Allah dimaksudkan, bu-
kan untuk mengurangi dan menggantikan, namun untuk
meningkatkan dan mendorong usaha kita. Orang yang per-
caya tidak akan tergesa-gesa untuk mendahului tindakan
Allah, melainkan tergesa-gesa untuk mengikutinya, dengan
tekun, bukan dengan hati yang tidak percaya.
(2) Allah menunjukkan kuat kuasa-Nya yang besar dengan
mengalahkan musuh yang diserang Yosua dengan garang
(ay. 10-11). Yosua memiliki sangat banyak tentara yang
kuat bersamanya, cukup untuk menghancurkan musuh
yang putus asa, sehingga musuh dapat diserakkan dengan
cara peperangan yang biasa. Namun, Allah sendiri hendak
tampil di dalam pertempuran yang besar dan menentukan
ini, dengan mendatangkan pasukan tempur dari sorga me-
lawan orang-orang Kanaan. Ia hendak menunjukkan ke-
pada umat-Nya ini, bahwa mereka tidak akan menduduki
tanah ini dengan pedang mereka sendiri, atau selamat oleh
tangan mereka sendiri, melainkan oleh tangan-Nya dan
tangan kanan Allah (KJV). TUHAN mengacaukan mereka di
depan orang Israel. Israel melakukan apa yang dapat mere-
ka lakukan, namun Allah melakukan semuanya.
Kitab Yosua 10:7-14
193
[1] Hal itu pasti menimbulkan suatu kengerian dan kebi-
ngungan yang amat sangat di tengah-tengah musuh,
saat mereka menyadari bahwa sorga sendiri yang ber-
perang melawan mereka. Sebab siapakah yang dapat
bersaing dengan, luput dari, atau bertahan melawan
kekuatan dan kuasa dari sorga? Mereka telah menghina
Allah yang sejati dan merampas kehormatan-Nya de-
ngan menyembah benda-benda langit, dengan memper-
sembahkan ibadah sembah kepada makhluk ciptaan
yang seharusnya ditujukan hanya kepada Sang Pencip-
ta saja. Sekarang benda-benda langit itu berperang me-
lawan mereka, bahkan bagian ciptaan yang telah mere-
ka jadikan allah itu pun berperang melawan mereka,
serta bersorak-sorai atas kehancuran mereka (Yer. 8:2).
Tidaklah ada jalan untuk menjadikan makhluk ciptaan
mana pun bermanfaat bagi kita, tidak, tidak melalui
korban atau persembahan, melainkan hanya dengan
berdamai dengan Allah dan menjaga diri kita tetap ada
dalam kasih-Nya. Perbuatan berhala kerajaan-kerajaan
Kanaan itu telah cukup untuk menjadikan mereka se-
bagai mangsa yang empuk bagi bangsa Israel yang
berjaya, namun ini belum semuanya.
[2] Di samping kengerian yang menghantam mereka, ter-
jadi juga pembunuhan besar-besaran atas mereka oleh
hujan batu yang luar biasa dahsyat, turun dengan sua-
tu kekuatan sedemikian hebatnya, sehingga lebih ba-
nyak yang dibunuh oleh hujan batu tersebut daripada
oleh pedang orang-orang Israel, sekalipun pasukan
Israel ini juga tidak kalah gencarnya. Allah sendiri yang
berbicara kepada Ayub tentang perbendaharaan salju
atau perbendaharaan hujan batu yang Dia simpan un-
tuk masa kesesakan, untuk waktu pertempuran dan
peperangan (Ayb. 38:22-23), dan di sini semuanya di-
gunakan untuk membinasakan orang-orang Kanaan.
Inilah hujan batu, yang ditembakkan dari artileri Allah,
sehingga, siapa saja yang menjadi sasarannya, pasti
akan kena dan tidak pernah mengenai orang-orang Is-
rael yang bercampur dengan mereka, dan ke mana batu
itu mengenainya pasti akan terbunuh. Lihatlah di sini
194
betapa sengsaranya orang-orang mendapati Allah men-
jadi musuh mereka, sebab sudah pastilah kebinasaan
mereka. Betapa mengerikan jika sampai terjatuh ke
dalam tangan Allah, sebab tidak ada yang bisa luput.
Beberapa orang memperhatikan bahwa Bet-Horon ter-
letak di sebelah utara Gibeon, sedangkan Azeka dan
Makeda di selatan, dan mereka masing-masing melari-
kan diri, namun ke mana pun mereka lari hujan batu
terus mengejar mereka dan mengenai mereka di setiap
waktu.
2. Iman yang besar dari Yosua dan kuasa Allah yang menaungi-
nya dengan penahanan matahari secara ajaib, sehingga hari
kemenangan Israel dapat diperpanjang dan musuh dikalahkan
dengan telak. Hujan batu yang turun tidak lebih tinggi dari
awan, namun untuk menunjukkan bahwa pertolongan Israel
itu datangnya dari sesuatu yang lebih tinggi lagi daripada
awan, maka matahari itu sendiri, yang secara tetap bergerak
mengitari seluruh bumi, berhenti di tempatsupaya ada kesem-
patan melayani bangsa Israel, dan melakukan kebaikan bagi
mereka. Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, ka-
rena cahaya anak-anak panah-Mu yang melayang laju telah
memberikan tanda (Hab. 3:11).
(1) Inilah doa Yosuasupaya matahari tidak bergerak. Saya me-
nyebutnya sebagai doa Yosua sebab dikatakan (ay. 12),
bahwa dia berbicara kepada TUHAN. Seperti Elia, kendati
kita hanya membaca (1Raj. 17:1) bahwa dia bernubuat ten-
tang kekeringan, namun dikatakan dalam Yakobus 5:17, ia
berdoa untuk hal itu. Perhatikanlah,
[1] Sebuah teladan dari kegiatan Yosua yang tidak kenal
lelah dalam melayani Allah dan bangsa Israel. Ia telah
berjalan sepanjang malam dan berperang sepanjang
hari, dan orang mungkin mengira dia akan beristirahat
dan tidur sejenak dan memberi tentaranya beberapa
saat untuk beristirahat. Orang mungkin akan mengira,
seperti seorang upahan, ia mungkin sangat mengingin-
kan keteduhan dan istirahat malam, sebab telah mela-
kukan pekerjaan yang begitu berhasil sepanjang hari.
Akan namun , sebaliknya, dia tidak berharap apa-apa,
Kitab Yosua 10:7-14
195
malah menginginkan waktu siang hari lebih diperpan-
jang lagi. Perhatikanlah, Orang-orang yang menanti-nan-
tikan TUHAN mendapat kekuatan baru. Mereka yang be-
kerja untuk Dia, mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31).
[2] Sebuah teladan tentang imannya yang besar akan
kuasa Allah yang Mahakuasa, yang melebihi kekuatan
alam dan sanggup mengendalikan dan mengubah kerja
alam. Tak heran Yosua memiliki dorongan membara
dalam rohnya, dorongan yang dia yakini berasal dari
TUHAN, yang menyemangati dia untuk menginginkan
agar mujizat ini dikerjakan Allah pada kesempatan ini.
Sebab, kalau bukan oleh dorongan ilahi, maka keingin-
an atau harapan akan terhentinya matahari itu hanya
didasarkan oleh kesombongan diri saja. Doanya itu
tidak akan dikabulkan oleh kuasa ilahi, seandainya doa
tersebut tidak diperintahkan oleh anugerah ilahi. Allah
mengerjakan iman ini di dalam diri Yosua, lalu berkata,
“Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Tidak dapat di-
bayangkan bahwa gagasan untuk menghentikan mata-
hari dapat terlintas di dalam pikirannya jika bukan
Allah yang menaruhnya. Untuk mendapatkan suatu
kemenangan, orang mungkin perlu memikirkan seribu
rencana terlebih dahulu sebelum terpikir untuk meng-
inginkan matahari berhenti berputar. Bahkan dalam
diri orang-orang kudus Perjanjian Lama Allah yang me-
nyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu
bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk
orang-orang kudus. Apa yang ingin Allah hendak beri-
kan, Ia terlebih dahulu mengarahkan hati umat-Nya
yang pendoa untuk memintanya. Atas apa yang ingin
dilakukan-Nya, permohonan dipanjatkan kepada-Nya,
susaha Ia melakukan apa yang akan dilakukan-Nya itu
(Yeh. 36:37). Nah, pertama, luar biasalah bagi Yosua
untuk berkata, Matahari, berhentilah. Leluhurnya, Yu-
suf, benar-benar bermimpi bahwa matahari dan bulan
bersujud di hadapannya. Namun siapakah yang me-
nyangka, bahwa sesudah tergenapi dalam kiasan, mimpi
itu sungguh tergenapi dalam kenyataan pada salah se-
196
orang keturunannya? sebab itu, doa Yosua itu sung-
guh dinyatakan dengan kuasa, sebab itu bukanlah doa
yang biasa-biasa saja, yang diarahkan dan didukung
hanya oleh penyelenggaraan atau janji Allah yang ber-
laku umum kepada semua orang. Sebaliknya, doa sang
nabi kali ini diwahyukan oleh Allah untuk tujuan pepe-
rangan Kanaan. Meskipun demikian, hal ini menyata-
kan kepada kita betapa hebatnya kuasa doa itu secara
umum, sepanjang doa tersebut sesuai dengan firman
Allah, dan mengingatkan kita betapa doa sungguh
dihargai-Nya (Yes. 45:11), Kamukah yang mengajukan
pertanyaan kepada-Ku mengenai anak-anak-Ku, atau
memberi perintah kepada-Ku mengenai yang dibuat
tangan-Ku? Yosua meminta matahari untuk berhenti di
atas Gibeon, tempat terjadinya dan pusat dari pepe-
rangan itu, yang menyiratkan, bahwa apa yang diran-
cang dalam permohonannya ini yaitu keuntungan bagi
Israel atas musuh-musuhnya. Mungkin matahari saat
itu sedang mau terbenam, sehingga ia memohon waktu
siang diperpanjang begitu dilihatnya hari segera men-
jadi petang. Ia juga melakukan hal yang sama, di dalam
nama Raja segala raja, menahan bulan, mungkin kare-
na hal itu diperlukan untuk menjaga keselarasan dan
tatanan yang baik dari langitsupaya perjalanan benda-
benda langit selebihnya harus berhenti pula, sebab jika
tidak, saat matahari bersinar maka dia tidak memerlu-
kan bulan. Di sini dia menyebut lembah Ayalon, yang
berdekatan dengan Gibeon, sebab ia juga berada di
sana pada saat itu. Kedua, memang sungguh berani un-
tuk menyuruh matahari berhenti seperti itu di hadapan
bangsa Israel, sebab ini menghendaki adanya jaminan
iman yang sangat kuat. jika seruan itu tidak terjadi,
maka tidak terkira hinaan yang akan ditujukan terha-
dap dirinya. Orang-orang Israel akan mencap dia gila,
dan untuk selamanya tidak akan lagi ia bisa berlaku
sombong seperti itu. Akan namun Yosua mengenal betul
bahwa Allah akan mengakui dan menjawab sebuah
permohonan yang Ia sendiri suruh untuk dinyatakan.
Oleh sebab itu, Yosua tidak takut berbicara di depan
Kitab Yosua 10:7-14
197
seluruh bangsa Israel, memanggil mereka untuk meli-
hat perbuatan ajaib ini: Matahari berhentilah, sebab dia
yakin betul kepada Dia yang dipercayainya. Ia percaya
kepada kuasa Allah yang mahakuasa, sebab jika tidak,
maka ia tidak dapat berharap bahwa matahari, yang
terus bergerak dengan kekuatannya, berputar dengan
hebatnya, dan girang bagaikan pahlawan yang hendak
melakukan perjalanannya, akan berhenti di dalam
sekejap. Ia percaya akan kedaulatan Allah atas seluruh
alam semesta, sebab jika tidak, ia tidak dapat berharap
bahwa hukum dan jalan alam yang sudah tetap itu
dapat diubah dan diganggu, tatanan langit dan cara
kerjanya yang tetap itu dapat dirusak. Dan dia percaya
akan perkenan Allah secara khusus kepada bangsa
Israel melebihi bangsa-bangsa lain di bawah matahari,
sebab jika tidak, dia tidak dapat berharap bahwa, untuk
mendukung mereka dalam keadaan darurat dengan
hari yang diperpanjang, dia dapat membuat kagum dan
gemetar sebagian besar bumi dengan malam ganda di
waktu yang sama. Memang benar, Ia-lah yang menerbit-
kan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang
baik. Namun, kali ini orang-orang yang tidak benar
harus menunggu kedatangan matahari di luar waktu
yang biasa, sementara matahari berhenti di tempatnya
untuk menolong bangsa Israel yang benar.
(2) Jawaban yang luar biasa atas doa ini. Terjadilah segera
begitu diperkatakan (ay. 13): Maka berhentilah matahari
dan bulan pun tidak bergerak. Kendati jarak yang sangat
jauh antara bumi dan matahari, atas perintah Yosua mata-
hari berhenti sesaat . Sebab Allah yang sama yang meme-
rintah di langit di atas, pada waktu yang sama juga meme-
rintah di atas bumi ini. Dan saat Ia berkenan, bahkan
langit akan mendengarkan bumi, seperti di sini. Mengenai
mujizat yang besar ini dikatakan di sini:
[1] Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-
lambat terbenam kira-kira sehari penuh. Matahari terus
bersinar lagi di atas cakrawala saat pada hari biasa-
nya ia sudah terbenam. Pada umumnya diperkirakan
198
peristiwa ini terjadi hal ini umum dianggap terjadi seki-
tar pertengahan musim panas, saat di negeri tersebut
kira-kira ada 14 jam antara kemunculan matahari pada
hari berikutnya, sehingga hari ini ada sekitar 28 jam
lamanya. Terlebih lagi jika hari itu merupakan yang
paling singkat siang harinya selama tahun itu, maka
akan menjadi lebih mungkin lagi bahwa Yosua berharap
dan berdoa untuk perpanjangan siang hari.
[2] Dengan demikian orang Israel memiliki waktu penuh
untuk membalas dendam musuh mereka, dan menga-
lahkan mereka sampai habis binasa. Kita sering mem-
baca mengenai sejarah-sejarah pertempuran bahwa ma-
lam hari sering membuat pertempuran berakhir, sehing-
ga kekelaman memberi kesempatan kepada pihak yang
kalah untuk mundur. Untuk mencegah keuntungan ini
bagi musuh untuk melarikan diri, maka siang hari pun
diperpanjang,supaya tangan Israel dapat menemukan
semua musuh mereka. Akan namun , mata dan tangan
Allah sanggup menemukan mereka tanpa pertolongan
terang matahari, sebab bagi Dia malam menjadi terang
seperti siang (Mzm. 139:12). Perhatikanlah, kadang-ka-
dang Allah menyelesaikan suatu keselamatan yang
besar di dalam suatu waktu yang singkat, dan melaku-
kannya cukup hanya dengan satu hari kerja saja.
Mungkin mujizat ini yang ditujukan di dalam Zakharia
14:6-7, di mana hari peperangan Allah melawan bang-
sa-bangsa dikatakan berlangsung selama satu hari, dan
bahwa malampun menjadi siang, seperti di sini. Dan,
[3] Bahwa tidak akan pernah ada hari yang seperti
itu, sebelum atau sesudahnya, di mana Allah memberi-
kan suatu kehormatan ke atas iman dan doa, dan ke
atas perkara Israel. Tidak pernah dilakukan-Nya begitu
ajaib sesuai dengan permintaan seorang manusia, atau
bertempur sehebat itu bagi umat-Nya.
[4] Peristiwa ini dikatakan telah tertulis dalam Kitab Orang
Jujur, sebuah kumpulan puisi negeri, di mana puisi
yang dibuat pada kesempatan ini disimpan bersama
yang lainnya. Mungkin sama dengan kitab peperangan
TUHAN (Bil. 21:14), yang sesudahnya dilanjutkan dan
Kitab Yosua 10:7-14
199
diteruskan oleh Kitab Orang Jujur. Kata-kata ini, Mata-
hari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di
atas lembah Ayalon, yang kedengaran berirama, diang-
gap diambil dari kisah peristiwa ini seperti yang ditemu-
kan dalam Kitab Orang Jujur. Hal ini tidak berarti bah-
wa kesaksian ilahi dari Kitab Yosua memerlukan pene-
guhan dari Kitab Orang Jujur, sebuah karangan manu-
sia. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang memiliki
kitab tersebut di tangan mereka yaitu berguna untuk
membandingkan sejarah ini dengan kitab tersebut. Hal
ini dapat menjamin perkataan yang dibuat oleh kaum
terpelajar dengan menggunakan sejarah duniawi untuk
menguatkan bukti-bukti dari kebenaran sejarah suci.
[5] Namun tentu saja mujizat yang hebat tentang berhenti-
nya matahari ini dimaksudkan untuk sesuatu yang
lebih dari sekadar untuk memberi Israel lebih banyak
waktu untuk menemukan dan membunuh musuh-mu-
suh mereka, yang, tanpa ini, dapat saja dilakukan esok
harinya. Pertama, Allah dengan ini ingin membesarkan
nama Yosua (3:7), sebagai seorang kesayangan yang
khusus, seseorang yang berkenan Ia hormati dengan
gembira, yang menjadi perlambang bagi Dia yang memi-
liki segala kuasa di sorga dan di bumi, yang kepada-Nya
angin serta laut pun tunduk. Kedua, Ia di sini ingin
memberi tahu kepada seluruh dunia apa yang sedang Ia
kerjakan bagi umat-Nya Israel di Kanaan. Matahari,
mata dari dunia, harus berhenti untuk beberapa jam di
atas Gibeon dan lembah Ayalon, seolah-olah untuk me-
renungkan karya-karya besar Allah di sana untuk
Israel, dan untuk mengajak anak-anak manusia untuk
melihat ke sana, dan menanyakan tentang tanda ajaib
yang telah terjadi di negeri (2Taw. 32:31). Diserukan di
sini kepada semua bangsa tetangga Israel, Pandanglah
pekerjaan TUHAN (Mzm. 46:9), dan katakanlah, Bangsa
besar manakah yang seperti Israel, yang memiliki
Allah yang demikian dekat kepada mereka? Kita dapat
menduga, hal inilah yang mungkin membawa utusan-
utusan seperti orang-orang Gibeon yang berpura-pura
datang dari negeri yang sangat jauh, untuk memohon
200
persahabatan dengan Israel oleh sebab nama TUHAN
Allah mereka. Ketiga, Ia di sini ingin meyakinkan dan
membuat bingung para penyembah berhala yang me-
nyembah matahari dan bulan serta memberi kemuliaan
ilahi kepada mereka, dengan menunjukkan bahwa ma-
tahari dan bulan tunduk kepada perintah Allah Israel,
dan bahwa, setinggi apa pun matahari dan bulan, Allah
lebih tinggi darinya. Jadi, Ia ingin membentengi umat-
Nya dari cobaan kepada penyembahan berhala ini, yang
sudah diketahui-Nya bahwa mereka akan tertarik pada-
nya (Ul. 4:19). Dan yang, meskipun demikian, mereka
lalu mencemari diri sendiri dengannya. Keempat,
menurut cendekiawan Uskup Pierson, mujizat ini me-
nyatakan bahwa di hari-hari akhir, saat terang dunia
condong kepada terang kegelapan, Surya Kebenar-
an, yaitu Yosua kita, akan muncul (Mal. 4:2), mengha-
lau malam yang mendekat, dan menjadi terang yang
sejati. Dan izinkan saya menambahkan, bahwa saat
Kristus menaklukkan musuh-musuh rohani kita di
kayu salib, mujizat dilakukan Allah terhadap matahari,
yang mengalami peristiwa yang berlawanan. Hari men-
jadi gelap, seakan-akan matahari telah terbenam di
siang hari, sebab Kristus tidak memerlukan terang ma-
tahari untuk mengerjakan kemenangan-Nya: Ia menja-
dikan kegelapan sebagai tempat perteduhan-Nya. Yang
terakhir, tertahannya matahari dan bulan di hari pepe-
rangan tersebut menggambarkan perubahan matahari
menjadi kegelapan dan bulan menjadi darah di hari
Tuhan yang besar dan mengerikan itu.
Lima Raja Terbunuh
(10:15-27)
15 lalu Yosua dan seluruh orang Israel yang menyertainya pulang kem-
bali ke tempat perkemahan di Gilgal. 16 Kelima raja itu melarikan diri dan
bersembunyi di dalam gua di Makeda. 17 Kepada Yosua dikabarkan, demi-
kian: “Kelima raja itu telah ditemukan bersembunyi di dalam gua di Makeda.”
18 Lalu berkatalah Yosua: “Gulingkanlah batu-batu yang besar ke mulut gua
itu dan tempatkanlah di sana orang untuk menjaga mereka. 19 namun kamu,
janganlah kamu berhenti, kejarlah musuhmu dan hantamlah barisan bela-
kangnya; janganlah biarkan mereka masuk ke dalam kota-kota mereka,
Kitab Yosua 10:15-27
201
sebab TUHAN, Allahmu, menyerahkan mereka kepadamu!” 20 sesudah Yosua
dan orang Israel selesai menimbulkan kekalahan yang besar sekali di antara
mereka, sampai mereka dihancurkan sama sekali – beberapa orang dari
mereka dapat lolos dan masuk ke kota-kota yang diperkuat – 21 pulanglah
seluruh bangsa itu dengan selamat kepada Yosua ke tempat perkemahan, di
Makeda. Tidak ada seorang pun yang berani melemparkan kata-kata ancam-
an terhadap orang Israel. 22 lalu berkatalah Yosua: “Bukalah mulut gua
dan keluarkanlah kelima raja itu dari dalam dan bawa kepadaku.” 23 Dilaku-
kan oranglah demikian, kelima raja itu dikeluarkan dari gua itu dan dibawa
kepadanya: raja Yerusalem, raja Hebron, raja Yarmut, raja Lakhis dan raja
Eglon. 24 sesudah raja-raja itu dikeluarkan dan dibawa kepada Yosua, maka
Yosua pun memanggil semua orang Israel berkumpul dan berkata kepada
para panglima tentara, yang ikut berperang bersama-sama dengan dia: “Mari-
lah dekat, taruhlah kakimu ke atas tengkuk raja-raja ini.” Maka datanglah
mereka dekat dan menaruh kakinya ke atas tengkuk raja-raja itu. 25 Lalu
berkatalah Yosua kepada mereka: “Janganlah takut dan janganlah tawar
hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan
TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi.” 26 Sesudah itu Yosua
membunuh raja-raja itu, dan menggantung mereka pada lima tiang, dan
mereka tinggal tergantung pada tiang-tiang itu sampai matahari terbenam. 27
namun menjelang matahari terbenam, atas perintah Yosua mayat mereka
diturunkan dari tiang-tiang itu, dan dilemparkan ke dalam gua, tempat
mereka bersembunyi. Lalu mulut gua itu ditutupi orang dengan batu-batu
besar, yang masih ada sampai sekarang.
Pada awalnya, tidak diragukan lagi, ke lima raja itu tampil dengan
gagah berani saat mereka masuk ke medan pertempuran untuk
mengalahkan Gibeon. Sepasukan tentara yang gagah berani menyer-
tai mereka. Namun, mereka semua diarahkan, dikacaukan terlebih
dahulu, baru lalu dibuat binasa oleh hujan batu. Kini Yosua
berpikir, tugasnya sudah selesai, jadi ia boleh pulang ke markas ber-
sama tentaranya untuk beristirahat. Maka ditetapkanlah, mungkin
dalam sebuah dewan perang, bahwa mereka sekarang harus kembali
ke tempat perkemahan di Gilgal (ay. 15), sampai mereka menerima
perintah dari Allah untuk menduduki negeri yang telah mereka
kalahkan sekarang. Namun, dia segera mendapati masih ada peker-
jaan lagi yang harus dikerjakannya. Kemenangan harus diraih, su-
paya rampasan dapat dibagi-bagi. Jadi ia pun bersiap lagi dengan
semangat yang baru.
I. Kekuatan yang telah tercerai-berai dengan sendirinya harus di-
ikuti dan dipukul kalah. saat kabar baik dibawa kepada Yosua
tentang tempat keberadaan lima raja Kanaan itu, ia memerintah-
kan suatu penjagaan untuk sementara waktu terhadap mereka
(ay. 18),supaya mereka terlindung sampai pada hari lain, ya-
itu hari kebinasaan, dan diadili pada hari murka Allah (Ayb.
202
21:30). Yosua mengarahkan orang-orangnya untuk mengejar para
tentara yang berada di belakang, sebanyak mungkin, untuk men-
cegah mereka melarikan diri kembali ke benteng mereka, yang
akan menguatkan mereka, sehingga akan lebih sulit untuk me-
ngalahkan mereka (ay. 19). Seperti seorang jenderal yang cerdik,
Yosua melakukan hal yang paling perlu terlebih dahulu, dan
menunda kemenangannya sebelum dia menyelesaikan penakluk-
annya. Ia juga tidak terburu-buru untuk menghina raja-raja yang
tertawan, melainkan pertama-tama mencegah berkumpulnya kem-
bali kekuatan musuh yang telah tercerai-berai. Hasil dari pengejar-
an yang tidak kenal lelah ini yaitu ,
1. Terjadi suatu pembunuhan besar-besaran terhadap musuh-
musuh Allah dan Israel. Dan,
2. Medan pertempuran dibersihkan dari mereka, sehingga tak
satu pun yang tertinggal selain yang berhasil masuk ke dalam
kota-kota perlindungan, di mana mereka pun tidak akan dapat
bertahan lama, atau sanggup mempertahankan kota-kota yang
melindungi mereka itu, sebab ketakutan dan kengerian telah
melanda mereka semua.
3. Tidak ada seorang pun yang berani melemparkan kata-kata an-
caman terhadap orang Israel (ay. 21). Ungkapan ini menyata-
kan,
(1) Keamanan dan ketenangan Israel yang sempurna. Sebagian
penafsir berpikir bahwa ayat ini seharusnya dibaca dari Ke-
luaran 11:7, namun kepada siapa juga dari orang Israel,
seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong. Tidak,
tidak terhadap satu pun dari mereka. Mereka sama sekali
tidak terancam oleh bahaya apa pun sesudah kemenangan
mereka. Tidak, tidak oleh seekor anjing sekalipun. Tak satu
pun dari orang Israel, sebab bahasa aslinya menekankan
kekhususan ini, dibawa ke dalam kesulitan, baik dalam
pertempuran atau dalam pengejaran.
(2) Kehormatan dan nama baik mereka. Tak seorang pun yang
berani melontarkan kata hinaan kepada mereka, atau kata-
kata tidak baik terhadap mereka. Allah tidak hanya meng-
ikat tangan, namun juga menutup mulut, dari musuh-mu-
suh mereka yang garang, dan membungkam bibir yang
penipu.
Kitab Yosua 10:15-27
203
(3) Alkitab bahasa Aram memakai ungkapan penuh sukacita
untuk kemenangan ini,: Tidak ada luka atau kehilangan
bagi anak-anak Israel, yang sungguh akan menekan jiwa
bila sampai terjadi. saat tentara Israel pulang dari per-
tempuran dan diperiksa, tak ada satu pun yang terbunuh,
terluka, atau hilang. Tak satu pun orang Israel yang mera-
tapi entah kehilangan seorang teman atau kehilangan ang-
gota tubuh. Begitu mudahnya, begitu mulianya kemenang-
an ini.
II. Raja-raja yang menyembunyikan diri kini harus dipanggil untuk
memberikan pertanggungjawaban, sebagai pemberontak yang me-
lawan Allah Israel, yang oleh janji dan ketetapan ilahi, memiliki
hak milik atas tanah ini, sehingga kepada-Nya tanah ini harus
diserahkan. Lihatlah di sini,
1. Bagaimana kelima raja itu dijaga. Gua tempat mereka melari-
kan diri dan yang mereka percayai sebagai tempat perlindung-
an, malah menjadi penjara mereka. Mereka dikurung di situ
sampai Yosua datang untuk mengadili mereka (ay. 18). Agak-
nya mereka semua terluput dari hujan batu dan pedang, oleh
pemeliharaan Allah, namun bukan untuk kebaikan mereka, me-
lainkansupaya mereka dapat disimpan bagi sebuah hukuman
yang lebih khidmat dan mengerikan. Untuk hal serupa juga
Firaun luput dari tulah-tulah Mesir, dan dijadikan tetap tegar,
susaha Allah sendiri dapat memperlihatkan kepada-nya ke-
kuatan-Nya (Kel. 9:16). Mereka semua melarikan diri dan ber-
temu di tempat yang sama, sebab TUHAN yang mengarahkan
mereka. Kini orang-orang yang belakangan ini bersekongkol
melawan Israel kini ditaruh di dalam persekongkolan baru
untuk mengamankan diri dan sepakat untuk berlindung di
dalam gua yang sama. Keterangan yang dibawa kepada Yosua
tentang hal ini yaitu suatu bukti kuat bahwa ada orang-
orang di negeri ini yang mengetahui segala lubang dan benteng
perlindungannya, yang menguntungkan Yosua. Di sini kita
melihat betapa bijaknya Yosua dalam menempatkan orang-
orangnya di negeri Kanaan, bahkan di puncak peperangan.
Hasilnya betapa orang-orang yang mengira dapat bersembunyi
dari Allah, justru menipu dan menghancurkan diri sendiri.
204
Kebohongan yang mereka jadikan sebagai perlindungan hanya
akan mengikat mereka bagi hukuman Allah.
2. Bagaimana raja-raja itu dikalahkan. Yosua memerintahkan
mereka untuk dibawa keluar dari gua, diadili, dan nama-nama
mereka dipanggil satu per satu (ay. 22-23). Dan saat mereka
entah terikat dan dilempar ke tanah tak berdaya, merengek-
rengek minta ampun, Yosua memanggil para jenderal dan pe-
mimpin besar Israel dan memerintahkan mereka untuk meng-
injak-injak raja-raja ini. Mereka menginjak-injak leher raja-raja
itu, bukan untuk berolok-olok dan bersukaria beramai-ramai,
melainkan dengan perilaku yang pantas sebagai pelayan-pela-
yan keadilan ilahi, yang di sini tidak untuk memuaskan kebang-
gaan dan hasrat diri, namun untuk memberikan kemuliaan ke-
pada Allah Israel sebagai yang lebih tinggi dari yang tertinggi,
yang menginjak-injak penguasa-penguasa seperti lumpur (Yes.
41:25), dan dahsyat bagi raja-raja di bumi (Mzm. 76:13). Tindak-
an ini tampak kejam, menghina orang-orang yang sedang
sengsara, yang tiba-tiba terjatuh dari puncak kehormatan ke
dalam kehinaan ini. Sulit bagi kepala-kepala yang bermahkota
untuk diinjak-injak, tidak oleh Yosua sendiri, setidak-tidaknya
bukan oleh dia saja namun juga oleh semua kepala pasukan.
Tentu saja hal ini tidak seharusnya diambil sebagai suatu tela-
dan, oleh sebab kasusnya luar biasa, dan kita punya alasan
untuk berpikir bahwa hal tersebut yaitu sebab perintah dan
dorongan ilahi maka Yosua berbuat demikian.
(1) Allah dengan ini menghukum kejahatan yang keji dari raja-
raja ini, yang takaran kedurhakaannya sekarang sudah pe-
nuh. Melalui tindakan keadilan yang dilakukan di hadapan
umum terhadap para pemimpin bangsa Kanaan yang me-
nuntun bangsanya ke dalam dosa berhala, Allah hendak
mendatangkan rasa takut kepada umat Israel,supaya mere-
ka sungguh membenci dosa-dosa dari bangsa-bangsa yang
telah diusir Allah dari hadapan mereka, yang mungkin akan
mereka ikuti.
(2) Allah dengan ini hendak menggenapi janji-Nya kepada
Musa (Ul. 33:29), engkau akan berjejak di bukit-bukit mere-
ka, yaitu, atas orang-orang kuat mereka, yang pastilah se-
gera tergenapi dalam diinjak-injaknya raja-raja itu, sebab
Kitab Yosua 10:15-27
205
janji itulah yang merupakan kata-kata terakhir Musa yang
dicatat.
(3) Allah dengan ini hendak menguatkan iman dan pengha-
rapan umat-Nya Israel terkait dengan peperangan yang
akan mereka hadapi. Oleh sebab itu Yosua berkata (ay.
25): Janganlah takut dan janganlah tawar hati.
[1] “Jangan takut terhadap raja-raja ini atau raja-raja Ka-
naan mana saja. Seolah-olah mereka takut akan meng-
hadapi bahaya pembalasan dendam di lalu hari
sesudah ini, sehingga mereka ragu-ragu bertindak ke-
jam terhadap raja-raja yang memohon belas kasihan ini,
sebab mereka tahu dalam peperangan nasib orang bisa
saja berubah sewaktu-waktu. Walaupun demikian, eng-
kau tidak perlu takut kalau ada yang akan bangkit
untuk membalaskan dendam atas keributan ini.”
[2] “Jangan takut terhadap raja-raja lain mana pun, yang
mungkin sewaktu-waktu dapat bersekongkol melawan
engkau, sebab engkau melihat sekarang semua saja ini
pun dibuat takluk, padahal sebelumnya mereka ini tam-
pak menakutkan di mata kalian. Sebab secara itulah
akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu. Seka-
rang mereka mulai jatuh, jatuh begitu rendah sehingga
engkau dapat menginjak-injak leher mereka dengan kaki-
mu. Engkau boleh merasa yakin sekarang, bahwa mere-
ka tidak akan dapat bertahan, melainkan akan jatuh
benar-benar di depan engkau” (Est. 6:13).
(4) Allah dengan ini hendak memberikan sebuah perlambang-
an dan gambaran tentang kemenangan Kristus atas kuasa-
kuasa kegelapan, dan kemenangan orang-orang percaya
melalui Dia. Semua musuh Sang Penebus akan menjadi
tumpuan kakimu (Mzm. 110:1 dan Mzm. 18:41). Raja-raja
dunia bersiap-siap ... melawan TUHAN (Mzm. 2:2), namun
lambat atau cepat kita akan melihat segala sesuatu diletak-
kan di bawah Dia (Ibr. 2:8), dan pemerintah-pemerintah dan
penguasa-penguasa dijadikan tontonan (Kol. 2:15). Dalam
semua kemenangan ini kita yaitu lebih dari para peme-
nang, singa dan ular tedung akan kaulangkahi (Mzm. 91:13),
akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di
206
bumi (Yes. 58:14), dan kita boleh yakin bahwa Allah, sum-
ber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di
bawah kakimu. Ia akan melakukannya segera dan dengan
berhasil (Rm. 16:20). Lihat pula Mazmur 149:8-9.
3. Bagaimana para raja Kanaan itu dihukum mati. Mungkin, keti-
ka mengalami penghinaan yang mengerikan sebab diinjak-
injak oleh para perwira Israel, mereka siap berkata, seperti
Agag, Sesungguhnya, kepahitan maut telah lewat, dan bah-
wa sudahlah cukup tegoran dari sebagian besar dari kamu. Na-
mun kehormatan mereka tidak dapat men