pada Yosua. 28 Yosua membakar Ai dan membuatnya
menjadi timbunan puing untuk selama-lamanya, menjadi tempat yang tan-
dus sampai sekarang. 29 Dan raja Ai digantungnya pada sebuah tiang sampai
petang. saat matahari terbenam, Yosua memerintahkan orang menurun-
kan mayat itu dari tiang, lalu dilemparkan di depan pintu gerbang kota,
lalu didirikan oranglah di atasnya suatu timbunan batu yang besar,
yang masih ada sampai sekarang.
Dalam perikop ini kita mendapati gambaran tentang bagaimana
orang Israel memanfaatkan kemenangan mereka atas orang Ai.
154
1. Mereka menumpas semuanya dengan pedang, bukan hanya
yang ada di padang, melainkan juga yang ada di kota, laki-
laki, perempuan, dan anak-anak, tak seorang pun dari mereka
yang tersisa (ay. 24). Allah, Hakim yang adil, telah menjatuh-
kan hukuman ini atas mereka sebab kefasikan mereka. De-
ngan begitu, orang Israel hanyalah hamba-hamba dari keadil-
an-Nya dan algojo-algojo yang melaksanakan hukuman-Nya.
Satu kali dalam cerita ini, dan hanya satu kali, disebutkan
tentang orang Betel, sebagai sekutu orang Ai (ay. 17). Meski-
pun mereka memiliki raja sendiri, dan tidak tunduk pada
raja Ai, sebab raja negeri Betel dihitung di antara tiga puluh
satu raja yang dihancurkan (12:16), namun sebab Ai yaitu
tempat yang lebih kuat, maka mereka menggabungkan diri
dengannya. Hal ini mereka lakukan demi keselamatan mereka
sendiri, dan untuk menguatkan tangan negeri-negeri tetangga
mereka. Dengan begitu dapat kita duga, semuanya dibinasa-
kan bersama-sama dengan mereka. Demikianlah, apa yang
mereka harapkan akan mencegah kehancuran mereka, justru
mempercepat kehancuran itu. Jumlah orang yang terbunuh
secara keseluruhan, tampaknya, hanyalah 12.000 orang, jum-
lah yang sedikit untuk maju melawan seluruh ribuan orang
Israel. namun orang-orang yang akan dihancurkan Allah, di-
buat-Nya hilang akal. Di sini dikatakan (ay. 26) bahwa Yosua
tidak menarik tangannya yang mengacungkan lembing itu (ay.
18), sampai pembantaian itu selesai. Sebagian penafsir ber-
pendapat bahwa lembing yang diacungkannya itu bukan un-
tuk membunuh musuh, melainkan untuk menyemangati dan
mendorong tentaranya sendiri, dan ada sebuah bendera atau
panji yang digantung di ujung lembing ini. Para penafsir juga
mengamati hal ini sebagai contoh penyangkalan diri Yosua,
bahwa meskipun api keberanian yang memenuhi jiwanya men-
dorongnya untuk terus maju, dengan pedang di tangan, dalam
serangan yang menyala-nyala, namun, dalam ketaatan kepada
Allah, ia bersedia melakukan pekerjaan yang rendah sebagai
seorang pembawa panji. Dan ia tidak berhenti sampai pekerja-
an itu selesai. Dengan lembing yang diacungkan, ia mengarah-
kan orang Israel untuk mengharapkan pertolongan dari Allah,
dan memberikan pujian kepada-Nya.
Kitab Yosua 8:23-29
155
2. Mereka menjarah kota itu dan mengambil semua rampasannya
untuk diri mereka sendiri (ay. 27). Demikianlah kekayaan
orang berdosa disimpan bagi orang benar. Jarahan yang mere-
ka bawa dari Mesir, yang diambil dari tetangga-tetangga mere-
ka, sebagian besar telah dihabiskan untuk Kemah Suci yang
mereka dirikan di padang gurun. Sekarang mereka mendapat
ganti untuk itu beserta bunganya. Jarahan yang diambil di
sini, ada kemungkinan, dibawa bersama semuanya, dan di-
bagi-bagikan oleh Yosua dalam bagian-bagian yang sesuai,
seperti jarahan dari orang Midian (Bil. 31:26, dst.). Jarahan itu
tidak direbut dengan sembarangan atau dengan kekerasan,
sebab Allah yaitu Allah segala ketertiban dan keadilan, dan
bukan kekacauan.
3. Mereka membumi-hanguskan kota itu, dan membiarkannya
tetap demikian (ay. 28). Israel masih harus tinggal di tenda-
tenda, dan sebab itu kota ini, seperti halnya Yerikho, harus
dibakar. Dan, meskipun tidak ada kutuk yang dinyatakan atas
orang yang akan membangunnya kembali, namun, tampak-
nya, kota itu tidak dibangun kembali, kecuali kalau kota itu
sama dengan kota Aya, yang tentangnya kita baca, lama sesu-
dahnya, dalam Nehemia 11:31. Sebagian penafsir berpendapat
bahwa kota itu tidak dibangun kembali sebab Israel telah
mengalami kekalahan di hadapannya, sehingga ingatan akan
kekalahan itu harus dikubur dalam reruntuhan kota itu.
4. Raja Ai ditahan dan dibinasakan, bukan dengan pedang pe-
rang sebagai prajurit, melainkan dengan pedang keadilan se-
bagai penjahat. Yosua memerintahkansupaya dia digantung,
dan mayatnya dilemparkan ke pintu gerbang kotanya sendiri,
di bawah suatu timbunan batu (ay. 23, 29). Tidak diragukan
lagi, ada alasan tertentu untuk hukuman yang berat ini ter-
hadap raja Ai. Ada kemungkinan bahwa selama hidupnya ia
terkenal sebagai orang yang fasik dan keji, dan penghujat
Allah Israel, mungkin saat ia memukul mundur pasukan-pa-
sukan Israel dalam serangan mereka yang pertama. Sebagian
penafsir mencermati bahwa mayatnya dilemparkan ke pintu
gerbang di mana ia biasa duduk untuk menghakimi,supaya
lebih besarlah penghinaan ditimpakan ke atas martabatnya
yang ia bangga-banggakan. Juga,supaya ia dihukum atas pu-
tusan-putusan tidak benar yang telah dibuatnya tepat di mana
ia telah membuat putusan-putusan itu. Demikianlah Tuhan
dikenal melalui penghakiman-penghakiman yang dilaksana-
kan-Nya.
Korban Dipersembahkan di Atas Gunung Ebal;
Pembacaan Hukum Taurat
(8:30-35)
30 Pada waktu itulah Yosua mendirikan mezbah di gunung Ebal bagi TUHAN,
Allah Israel, 31 seperti yang diperintahkan Musa, hamba TUHAN, kepada
orang Israel, menurut apa yang tertulis dalam kitab hukum Musa: suatu
mezbah dari batu-batu yang tidak dipahat, yang tidak diolah dengan perka-
kas besi apa pun. Di atasnyalah mereka mempersembahkan korban bakaran
kepada TUHAN dan mengorbankan korban keselamatan. 32 Dan di sanalah di
atas batu-batu itu, dituliskan Yosua salinan hukum Musa, yang dituliskan-
nya di depan orang Israel. 33 Seluruh orang Israel, para tua-tuanya, para
pengatur pasukannya dan para hakimnya berdiri sebelah-menyebelah tabut,
berhadapan dengan para imam yang memang suku Lewi, para pengangkat
tabut perjanjian TUHAN itu, baik pendatang maupun anak negeri, setengah-
nya menghadap ke gunung Gerizim dan setengahnya lagi menghadap ke
gunung Ebal, seperti yang dahulu diperintahkan oleh Musa, hamba TUHAN,
jika orang memberkati bangsa Israel. 34 Sesudah itu dibacakannyalah
segala perkataan hukum Taurat, berkatnya dan kutuknya, sesuai dengan
segala apa yang tertulis dalam kitab hukum. 35 Tidak ada sepatah kata pun
dari segala apa yang diperintahkan Musa yang tidak dibacakan oleh Yosua
kepada seluruh jemaah Israel dan kepada perempuan-perempuan dan anak-
anak dan kepada pendatang yang ikut serta.
Upacara keagamaan yang gambarannya kita dapati dalam perikop ini
diselipkan secara agak mengejutkan di tengah-tengah sejarah pepe-
rangan Kanaan. sesudah direbutnya kota Yerikho dan Ai, kita men-
duga bahwa kabar selanjutnya yaitu tentang bagaimana mereka
menduduki negeri itu, meneruskan kemenangan-kemenangan me-
reka di kota-kota lain, dan melancarkan perang ke penjuru-penjuru
negeri, sebab sekarang mereka telah menguasai kota-kota perbatasan
ini. namun di sini terbuka pemandangan yang sifatnya lain sama
sekali. Laskar-laskar Israel yang berkemah ditarik ke padang, bukan
untuk bertempur melawan musuh, melainkan untuk mempersembah-
kan korban, untuk mendengarkan hukum Taurat dibacakan, dan
untuk mengucapkan amin atas segala berkat dan kutuk. Menurut
sebagian penafsir, hal ini tidak dilakukan sampai sesudah kemenang-
an-kemenangan selanjutnya diperoleh, yang tentangnya kita baca
dalam pasal 10 dan 11. namun tampak dari peta bahwa Sikhem yang
letaknya dekat dengan kedua gunung ini, yaitu Gerizim dan Ebal,
tidak begitu jauh dari kota Ai. Dan saat mereka merebut kota itu,
mereka bisa menembus masuk ke dalam negeri itu hanya sampai
sejauh kedua gunung itu. Dan sebab itu saya tidak bersedia meng-
akui adanya perubahan urutan cerita. Dan terlebih lagi sebab , seper-
ti yang diselipkan di sini, cerita itu merupakan contoh yang luar biasa,
1. Dari semangat Israel untuk melayani Allah dan untuk memberi-
kan penghormatan kepada-Nya. Tidak pernah ada perang yang
lebih terhormat, lebih menyenangkan, atau lebih menguntungkan
dari perang itu. Juga tidak pernah ada perang yang kemenang-
annya lebih pasti, atau yang lebih penting untuk memberi mereka
tempat kediaman sebab mereka tidak memiliki rumah atau
tanah sendiri, sampai mereka memenangkannya dengan pedang,
bahkan Yosua sendiri. Meskipun begitu, semua urusan perang
dihentikan dulu, sementara mereka melakukan perjalanan pan-
jang ke tempat yang telah ditentukan, dan mengikuti upacara ini
di sana. Allah menetapkan mereka untuk melakukan ini saat
mereka sudah menyeberangi sungai Yordan. Dan mereka melaku-
kannya sesegera mungkin, meskipun mereka bisa saja berdalih
macam-macam untuk menundanya. Perhatikanlah, kita tidak
boleh berpikir untuk menunda membuat kovenan dengan Allah.
Jangan menunggu sampai kita hidup tenang di dunia dulu baru
kita melakukannya. Urusan apa saja tidak boleh mengalihkan
pikiran kita untuk mengejar satu hal yang perlu itu. Cara untuk
berhasil yaitu memulai dengan Allah (Mat. 6:33).
2. Cerita ini merupakan contoh dari perhatian Allah terhadap ham-
ba-hamba dan penyembah-penyembah-Nya yang setia. Meskipun
mereka ada di negeri musuh, yang masih belum ditaklukkan, na-
mun mereka dapat melayani Allah dengan aman, seperti Yakub,
saat berada tepat di negeri ini dalam perjalanan ke Betel untuk
memenuhi sumpahnya: Kedahsyatan yang dari Allah meliputi
kota-kota sekeliling (Kej. 35:5). Camkanlah, saat kita sedang
menjalankan kewajiban ibadah kita, Allah menaungi kita di ba-
wah perlindungan-Nya yang istimewa.
Dua kali Musa telah memberikan perintah yang jelas untuk melaku-
kan upacara ini. Satu kali dalam Ulangan 11:29-30, di mana ia
tampak menunjuk pada tempat upacara itu harus dilaksanakan. Dan
satu kali lagi dalam Ulangan 27:2, dan seterusnya. Itu yaitu perse-
pakatan bersama. Kovenan antara Allah dan Israel diperbaharui
sekarang, sesudah mereka menduduki tanah perjanjian,supaya mere-
ka mendapat dorongan dalam menaklukkannya, dan dapat mengeta-
hui dengan syarat-syarat apa mereka menduduki negeri itu. Dan su-
paya mereka terikat kewajiban-kewajiban baru untuk patuh. Sebagai
tanda dari kovenan itu,
I. Mereka membangun sebuah mezbah, dan mempersembahkan
korban kepada Allah (ay. 30-31), sebagai tanda bahwa mereka
mengabdikan diri kepada Allah sebagai korban yang hidup bagi
kehormatan-Nya, di dalam dan melalui seorang Pengantara, yang
yaitu mezbah yang menguduskan pemberian ini. Mezbah ini
didirikan di atas gunung Ebal, gunung yang di atasnya kutuk di-
ucapkan (Ul. 11:29), untuk menandakan bahwa di sana, di mana
oleh hukum Taurat kita memiliki alasan untuk menantikan
kutuk, oleh korban Kristus sendiri bagi kita dan oleh kepengan-
taraan-Nya, kita diperdamaikan dengan Allah. Kristus telah mene-
bus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk
sebab kita (Gal. 3:13). Bahkan di mana dikatakan, oleh kutuk
itu, kamu ini bukanlah umat-Ku, di sana dikatakan, melalui Kris-
tus sang mezbah, engkau yaitu anak-anak Allah yang hidup
(Hos. 1:10). Kutuk-kutuk yang diucapkan di gunung Ebal akan
segera dilaksanakan seandainya tidak diadakan penebusan mela-
lui korban. Melalui korban-korban yang dipersembahkan di atas
mezbah ini, mereka juga memuliakan Allah atas kemenangan-
kemenangan yang sudah mereka peroleh, seperti dalam Keluaran
17:15. sebab sekarang mereka sudah mendapat penghiburan
dari kemenangan-kemenangan itu, dalam jarahan kota Ai, maka
sudah sepantasnya Allah mendapat pujian sebab nya. Mereka
juga memohonkan perkenanan-Nya untuk keberhasilan mereka di
masa depan. Sebab permohonan dan juga ucapan syukur termuat
dalam korban keselamatan mereka. Cara untuk berhasil dalam
segala sesuatu yang kita kerjakan yaitu dengan membawa Allah
beserta kita, dan mengakui-Nya dalam segala laku kita melalui doa,
pujian, dan kebergantungan. Mezbah yang mereka bangun terbuat
dari batu kasar dan tidak dipahat, sesuai dengan hukum Taurat
(Kel. 20:25). Sebab apa yang paling sederhana dan alami, dan tidak
dibuat macam-macam, yang dipakai dalam menyembah Allah,
sangat berkenan bagi-Nya. Peralatan manusia tidak dapat menam-
bahkan keindahan apa-apa pada ketetapan-ketetapan Allah.
II. Mereka menerima hukum dari Allah. Dan inilah yang harus dila-
kukan oleh orang-orang yang ingin mendapat perkenanan-Nya,
dan berharap bahwa persembahan-persembahan mereka diteri-
ma. Sebab, jika kita memalingkan telinga kita sehingga tidak
mendengar hukum, maka doa-doa kita akan menjadi kekejian.
saat Allah mengadakan kovenan dengan Israel, Ia memberi
mereka hukum-Nya. Dan mereka, sebagai tanda bahwa mereka
setuju dengan kovenan itu, bersedia tunduk pada hukum-Nya.
Sekarang di sini,
1. Hukum sepuluh perintah ditulis di atas batu-batu di hadapan
seluruh Israel, sebagai ringkasan dari seluruh hukum Taurat
(ay. 32). Salinan ini tidak diukir pada batu, seperti salinan
yang disimpan di dalam tabut, sebab hal itu hanya dapat
dilakukan oleh jari Allah. yaitu hak istimewa-Nya untuk me-
nuliskan hukum di dalam hati. namun batu-batu itu dikapuri,
dan hukum itu ditulis di atas lapisan kapur itu (Ul. 27:4, 8).
Hukum itu ditulis,supaya semua orang dapat melihat apa
yang mereka setujui. Dansupaya hukum itu menjadi ke-
saksian yang tetap berdiri untuk keturunan yang akan datang,
yaitu kesaksian tentang kebaikan Allah dalam memberi mere-
ka hukum-hukum yang begitu baik, dan kesaksian melawan
mereka jika mereka tidak mematuhinya. Sebuah rahmat yang
besar bagi suatu bangsa jika mereka memiliki hukum Allah
secara tertulis. Dan sudah sepantasnya hukum tertulis ter-
buka untuk umum dalam bahasa yang dikenal,supaya dapat
dilihat dan dibaca oleh semua orang.
2. Berbagai berkat dan kutuk, dan berbagai hukuman yang di-
tetapkan oleh hukum Taurat, dibacakan di hadapan semua
orang. Kita dapat menduga bahwa bangsa itu, menurut kete-
tapan Musa, mengucapkan amin untuk menyetujuinya (ay. 33-
34).
(1) Pendengarnya sangatlah banyak.
[1] Pemimpin terbesar sekalipun tidak terkecuali. Para tua-
tua, para pengatur pasukan, dan para hakim tidak ber-
diri lebih tinggi daripada tuntutan hukum, namun akan
berada di bawah berkat atau kutuk, tergantung apakah
mereka mematuhinya atau tidak. Oleh sebab itu me-
reka harus hadir untuk menyetujui kovenan itu, dan
untuk mendahului rakyat dalam melakukannya.
[2] Pendatang yang paling miskin pun tidak terkecuali. Di
sini para pendatang diterima secara umum sebagai war-
ga asli. Baik pendatang maupun anak negeri yang lahir
di antara mereka dimasukkan ke dalam kovenan. Ini
merupakan dorongan bagi orang-orang yang masuk
agama Yahudi, dan pertanda yang membahagiakan dari
kebaikan-kebaikan yang diniatkan untuk orang-orang
bukan Yahudi yang miskin pada zaman akhir.
(2) Suku-suku ditempatkan di tempat masing-masing, sesuai
arahan Musa, enam menghadap gunung Gerizim dan enam
lainnya menghadap gunung Ebal. Dan tabut di tengah-
tengah lembah ada di antara mereka, sebab itu yaitu
tabut perjanjian. Dan di dalamnya terdapat gulungan-gu-
lungan kitab hukum yang tertutup rapat, yang disalin dan
ditunjukkan secara terbuka di atas batu-batu. Kovenan itu
diperintahkan, dan perintah itu termuat dalam kovenan.
sesudah semua orang mengambil tempat mereka masing-
masing, dan semuanya disuruh hening, para imam yang
menjaga tabut, atau beberapa orang dari suku Lewi yang
menjaganya, mengucapkan segala berkat dan kutuk de-
ngan jelas, seperti yang sudah disusun Musa. Lalu suku-
suku mengucapkan amin untuk menyetujuinya. Namun di
sini hanya dikatakan bahwa mereka harus memberkati
bangsa Israel, sebab berkat yaitu apa yang pertama-tama
dan terutama diniatkan, dan yang dirancang Allah, dalam
memberikan hukum. Jika mereka jatuh di bawah kutuk,
itu salah mereka sendiri. Sungguh merupakan berkat bagi
bangsa itu bahwa perkara ini dibentangkan dengan begitu
jelas di hadapan mereka, kehidupan dan kematian, kebaik-
an dan kejahatan. Allah tidak berbuat demikian kepada
segala bangsa.
3. Hukum itu sendiri, yang juga memuat perintah-perintah dan
larangan-larangan, dibacakan (ay. 35), tampaknya oleh Yosua
sendiri. Ia tidak menganggap rendah untuk menjadi pembaca
dalam jemaat Tuhan. Dengan mengikuti teladan ini, pembaca-
an hukum Taurat secara khidmat, yang ditetapkan satu kali
dalam tujuh tahun (Ul. 31:10-11), dilakukan oleh raja atau
hakim kepala. Di sini tersirat betapa hukum ini ditujukan bagi
semua orang.
(1) Setiap kata dibacakan. Bahkan perintah-perintah yang
paling kecil tidak dihilangkan, tidak pula perintah-perintah
yang paling banyak diringkas. Satu iota atau satu titik pun
dari hukum itu tidak akan berlalu. Dan sebab itu, dalam
membaca, tak ada yang boleh dilewati, dengan dalih tidak
ada waktu, atau bahwa suatu bagian tidak perlu atau tidak
pantas dibacakan. Baru beberapa minggu yang lalu Musa
menyampaikan seluruh Kitab Ulangan kepada mereka,
namun sekarang Yosua harus membacakan semuanya lagi.
Sungguh baik mendengar dua kali apa yang telah difirman-
kan Allah satu kali (Mzm. 62:12), dan mengulas kembali
apa yang telah disampaikan kepada kita, atau mendengar-
nya diulangi,supaya kita tidak melewatkan apa pun.
(2) Setiap orang Israel hadir, bahkan perempuan-perempuan
dan anak-anak,supaya semua orang mengetahui dan me-
laksanakan kewajiban mereka. Perhatikanlah, para kepala
keluarga harus membawa anak isteri mereka bersama me-
reka ke perkumpulan-perkumpulan ibadah yang khidmat.
Semua orang yang dapat belajar harus datang untuk diajar
tentang hukum Taurat. Para pendatang juga turut hadir
bersama mereka. Sebab di mana pun kita berada, meski-
pun hanya sebagai pendatang, kita harus memanfaatkan
segala kesempatan untuk mengenal Allah dan kehendak-
Nya yang kudus.
PASAL 9
Di dalam pasal ini, dikisahkan mengenai,
I. Persekongkolan jahat raja-raja Kanaan melawan Israel (ay. 1-2).
II. Persekutuan penduduk negeri Gibeon dengan Israel,
1. Bagaimana persekutuan itu dengan cerdik diajukan dan
dimohonkan oleh orang Gibeon yang berpura-pura datang
dari negeri yang jauh (ay. 3-13).
2. Bagaimana persekutuan itu dengan gegabah disetujui
oleh Yosua dan orang Israel, yang berujung pada rasa jijik
umat Israel saat penipuan itu terbongkar (ay. 14-18).
3. Bagaimana permasalahan itu diselesaikan guna memuas-
kan semua pihak, dengan membiarkan penduduk Gibeon
ini tetap hidup sebab orang Israel telah mengikat
kovenan dengan mereka, namun dengan merampas kebe-
basan mereka sebab kovenan itu tidak dicapai dengan
cara yang jujur (ay. 19-27).
Permohonan Orang Gibeon
(9:1-2)
1 saat terdengar oleh raja-raja di sebelah barat sungai Yordan, di Pegu-
nungan, di Daerah Bukit dan sepanjang tepi pantai Laut Besar sampai ke
seberang gunung Libanon, yakni raja-raja orang Het, orang Amori, orang
Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, 2 bergabunglah mereka
dengan seia sekata untuk memerangi Yosua dan orang Israel.
Sampai saat ini, orang Kanaan masih mengambil sikap bertahan,
sementara orang Israel menjadi pihak yang menyerang kota Yerikho
dan Ai. Akan namun pada ayat-ayat ini, raja-raja Kanaan berembuk
untuk menyerang Israel dan menyusun rencana guna melancarkan
usaha gencar sebagai satu kesatuan untuk menghentikan laju keme-
nangan pasukan Israel. Sekarang,
1. Sungguh aneh bahwa mereka tidak melakukannya lebih dini.
Mereka sudah sejak jauh-jauh hari mengetahui akan kedatangan
bangsa Israel, sebab rancangan Israel atas tanah Kanaan bukan
lagi merupakan suatu rahasia. Kita tentu menduga bahwa kekha-
watiran akan keselamatan diri mereka sebagai suatu bangsa
pastilah mendesak mereka untuk bertindak mencegah bangsa
Israel menyeberangi sungai Yordan, dan mempertahankan terus-
an itu agar tidak dilewati, atau menyambut bangsa Israel dengan
hebat begitu mereka tiba di seberang sungai Yordan. Sungguh
aneh bahwa mereka tidak berusaha memperkuat benteng Yerikho,
atau setidaknya bergabung bersama tentara Ai, sewaktu bangsa
Israel memukul mereka kalah. Akan namun , entah sebab prasang-
ka atau putus asa, mereka pada waktu itu dengan ajaibnya ter-
pana dan hilang harapan. Banyak orang tidak mengerti apa yang
perlu demi damai sejahtera mereka, sampai hal itu tersembunyi
bagi mata mereka.
2. Semakin bertambah aneh bahwa mereka melakukannya pada
saat ini. Sekarang, saat penaklukan Yerikho menjadi bukti dah-
syatnya kuasa Allah, dan penghancuran Ai menjadi bukti jitunya
siasat Israel, kita pasti akan menduga bahwa ikhtisar perembuk-
an para raja Kanaan seharusnya untuk tidak melawan Israel, me-
lainkan berdamai dengannya serta berusaha mencapai kesepa-
katan terbaik bagi diri mereka sendiri. Seharusnya mereka bijak
untuk bertindak demikian (Luk. 14:32), namun pikiran mereka
dibutakan dan hati mereka dikeraskan demi kebinasaan mereka.
Perhatikan,
(1) Apa yang menyebabkan mereka pada saat ini sampai pada
kesimpulan seperti demikian. saat kabar ini terdengar (ay. 4,
KJV), yakni tidak hanya kabar mengenai penaklukan Yerikho
dan Ai, namun juga mengenai berkumpulnya jemaah Israel di
atas gunung Ebal, yang telah kita baca di pasal sebelumnya,
bahwa Yosua, yang seolah-olah telah menganggap dirinya
sendiri tuan atas tanah Kanaan, telah mengumpulkan segenap
orang Israel, dan telah membacakan segala perkataan hukum
Taurat yang menjadi dasar pemerintahan kepada orang Israel,
dan menerima janji orang Israel untuk tunduk terhadap
Kitab Yosua 9:3-14
165
hukum tersebut, maka para raja Kanaan mengira bahwa orang
Israel memang sungguh-sungguh akan menyerang mereka.
sebab itu mereka berpikir sudah tiba saatnya untuk segera
bersiap-siap. Tindakan ibadah umat Allah yang saleh terka-
dang memicu dan menggusarkan seteru-seteru mereka me-
lampaui apa pun.
(2) Betapa bulatnya tekad para raja Kanaan itu. Meskipun mereka
semua yaitu raja-raja dari bangsa yang berbeda-beda, yakni
orang Amori, orang Het, orang Feris, dan lain-lain, yang jelas
memiliki kepentingan masing-masing dan kerap kali berselisih
satu sama lain, namun kali ini mereka bertekad, nemine
contradicente – seia sekata, bersatu melawan Israel. Oh andai
saja Israel belajar dari orang Kanaan untuk mengorbankan
kepentingan pribadi demi kesejahteraan bersama, dan menge-
sampingkan kebencian di antara mereka, seperti pada contoh
ini, mereka sesungguhnya dapat bersatu melawan semua se-
teru kerajaan Allah di antara manusia!
Akal Orang Gibeon
(9:3-14)
3 namun saat terdengar kepada penduduk negeri Gibeon apa yang dilaku-
kan Yosua terhadap Yerikho dan Ai, 4 maka merekapun bertindak dengan
memakai akal: mereka pergi menyediakan bekal, mengambil karung yang
buruk-buruk untuk dimuatkan ke atas keledai mereka dan kirbat anggur
yang buruk-buruk, yang robek dan dijahit kembali, 5 dan kasut yang buruk-
buruk dan ditambal untuk dikenakan pada kaki mereka dan pakaian yang
buruk-buruk untuk dikenakan oleh mereka, sedang segala roti bekal mereka
telah kering, tinggal remah-remah belaka. 6 Demikianlah mereka pergi ke-
pada Yosua, ke tempat perkemahan di Gilgal. Berkatalah mereka kepadanya
dan kepada orang-orang Israel itu: “Kami ini datang dari negeri jauh; maka
sekarang ikatlah perjanjian dengan kami.” 7 namun berkatalah orang-orang
Israel kepada orang-orang Hewi itu: “Barangkali kamu ini diam di tengah-
tengah kami, bagaimana mungkin kami mengikat perjanjian dengan kamu?”
8 Lalu kata mereka kepada Yosua: “Kami ini hamba-hambamu.” Tanya Yosua:
“Siapakah kamu ini dan dari manakah kamu datang?” 9 Jawab mereka ke-
padanya: “Dari negeri yang sangat jauh hamba-hambamu ini datang sebab
nama TUHAN, Allahmu, sebab kami telah mendengar kabar tentang Dia,
yakni segala yang dilakukan-Nya di Mesir, 10 dan segala yang dilakukan-Nya
terhadap kedua raja orang Amori itu di seberang sungai Yordan, Sihon, raja
Hesybon, dan Og, raja Basan, yang diam di Asytarot. 11 Sebab itu para tua-
tua kami dan seluruh penduduk negeri kami berkata kepada kami, demikian:
Bawalah bekal untuk di jalan dan pergilah menemui mereka dan berkatalah
kepada mereka: Kami ini hamba-hambamu, maka sekarang ikatlah perjanji-
an dengan kami. 12 Inilah roti kami: masih panas saat kami bawa sebagai
bekal dari rumah pada hari kami berangkat berjalan mendapatkan kamu,
166
namun sekarang, lihatlah, telah kering dan tinggal remah-remah belaka. 13 Ini-
lah kirbat-kirbat anggur, yang masih baru saat kami mengisinya, namun
lihatlah, telah robek; dan inilah pakaian dan kasut kami, semuanya telah
buruk-buruk sebab perjalanan yang sangat jauh itu.” 14 Lalu orang-orang
Israel mengambil bekal orang-orang itu, namun tidak meminta keputusan
TUHAN.
Pada ayat-ayat di atas ini,
I. Orang Gibeon berharap dapat mengadakan perdamaian dengan
Israel sebab takut oleh kabar yang mereka dengar mengenai ke-
hancuran Yerikho (ay. 3). Bangsa lainnya mendengar kabar seru-
pa lalu menjadi naik pitam sehingga menyatakan perang atas
Israel. namun orang Gibeon mendengar kabar itu lalu tergerak
untuk berdamai dengan mereka. Demikianlah pernyataan tentang
kemuliaan dan kasih karunia Allah di dalam Injil bagi sebagian
orang merupakan bau kehidupan yang menghidupkan, namun bagi
yang lainnya merupakan bau kematian yang mematikan (2Kor.
2:16). Matahari yang sama melunakkan lilin dan mengeraskan
tanah liat. Saya tidak ingat bahwa kita pernah membaca di kitab
manapun mengenai adanya raja orang Gibeon. Andaikata tampuk
pemerintahan negeri Gibeon pada waktu itu dipegang oleh satu
orang saja, mungkin hatinya terlalu tinggi untuk mau tunduk
kepada Israel, sehingga mungkin saja ia turut bergabung dengan
raja-raja lainnya untuk melawan Israel. Akan namun , keempat kota
yang menjadi satu kesatuan ini yang disebutkan di ayat 17,
tampaknya diperintah oleh para tua-tua atau anggota majelis (ay.
11), yang mementingkan keamanan seluruh masyarakat di atas
harga diri mereka. Penduduk Gibeon berbuat baik bagi dirinya
sendiri. Kita mendapati,
II. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan mereka. Mereka tahu
betul bahwa semua penduduk tanah Kanaan akan dibinasakan.
Mungkin mereka memiliki beberapa mata-mata yang hadir di
tengah-tengah perkumpulan jemaah Israel di gunung Ebal pada
waktu hukum Taurat dibacakan, yang mengamat-amati dan me-
nyampaikan kepada mereka berita mengenai perintah yang di-
amanatkan kepada orang Israel (Ul.7:1-3), yaknisupaya jangan
mereka mengasihani orang Kanaan dansupaya mereka menum-
pas habis semuanya, sehingga orang Gibeon takut bertempur me-
lawan Israel. Juga,supaya jangan mereka mengadakan perjanjian
Kitab Yosua 9:3-14
167
dengan orang Kanaan, sehingga orang Gibeon hilang harapan
untuk meraup keuntungan dari mengadakan kesepakatan dengan
Israel. Dengan demikian, tidak ada jalan bagi orang Gibeon untuk
menyelamatkan nyawa mereka dari pedang Israel kecuali mereka,
dengan menyamar, dapat meyakinkan Yosua bahwa mereka ber-
asal dari negeri yang sangat jauh, yang mana orang Israel tidak
diperintahkan untuk memerangi atau tidak dilarang untuk meng-
adakan persahabatan, melainkan secara khusus diwajibkan un-
tuk menawarkan perdamaian (Ul. 20:10, 15). Kecuali mereka
dapat diterima orang Israel dengan cara ini, orang Gibeon hanya
melihat satu cara untuk berhadapan orang Israel: mereka harus
menerima takdir kota Yerikho dan Ai. Meskipun raja-raja di
sekeliling negeri Gibeon mengetahui bahwa di sana, semua orang-
nya yaitu pahlawan (10:2), dan orang Gibeon sendiri menyadari
hal itu, mereka tidak berani menentang Israel, yang memiliki
Allah yang Mahakuasa di pihak mereka. Oleh sebab itu, inilah
satu-satunya permainan yang dapat mereka mainkan. Perhatikan,
1. Mereka berhasil memainkannya dengan sangat lihai. Tidak
pernah ada sandiwara yang dimainkan sedemikian mahirnya.
(1) Mereka menyamar sebagai utusan dari sebuah negeri asing,
yang menurut hemat mereka akan menyenangkan hati para
pemimpin umat Israel dan membuatnya merasa bangga
akan pujian dari negeri yang jauh. Kita mendapati bahwa
Hizkia bersukacita atas kedatangan duta dari negeri yang
jauh kepadanya (Yes. 39:3). Para pemimpin Israel memang
tidak terbiasa dipuji seperti demikian.
(2) Mereka berpura-pura kelelahan sesudah menempuh per-
jalanan yang sangat jauh dan memperlihatkan bukti yang
jelas-jelas dapat disaksikan. Kemungkinan pada zaman itu,
orang-orang yang menempuh perjalanan jauh terbiasa
membawa, seperti yang kita lakukan sekarang jika hen-
dak bepergian jauh, rupa-rupa perbekalan, mengingat di
daerah tidak banyak terdapat rumah singgah, tidak seperti
keadaan kita sekarang. sebab itu, jika kita berkesem-
patan untuk beristirahat di rumah-rumah singgah, kita
patut bersyukur. Sekarang, pada bacaan ini mereka ber-
usaha seolah-olah perbekalan mereka, yang dibawa dari
rumah dalam keadaan segar dan baru, kini tampak usang
168
dan kering, padahal mereka tidak belambat-lambat, namun
berjalan secepat mungkin,supaya disimpulkan bahwa me-
reka memang datang, seperti perkataan mereka, dari negeri
yang sangat jauh. Karung-karung mereka usang, anggur
mereka semuanya memabukkan dan kirbat-kirbatnya pun
sudah rusak. Kasut dan pakaian mereka lebih buruk dari-
pada punya orang Israel saat mengembara selama empat
puluh tahun. Roti mereka tinggal remah-remah belaka (ay.
4-5, dan lagi, ay. 12-13). Demikianlah Israel kepunyaan
Allah kerap kali ditipu dan diperdaya oleh hal-hal masa
lalu. Akan namun , seperti diutarakan Uskup Hall, kesalahan
tidak pernah terlampau tua untuk diperbaiki, dan kesalahan
kali ini jelas merupakan kesalahan yang tua. Akan namun ,
orang yang dapat diperdaya oleh tipu muslihat orang
Gibeon ini terbukti tidak meminta petunjuk Allah sebelum-
nya. Demikianlah terdapat orang yang berpura-pura miskin
dengan mempertontonkan aneka rupa kemalangan dan
kesengsaraan, namun sesungguhnya banyak hartanya (Ams.
13:7). Atau setidaknya, ada orang yang sebenarnya tidak
memerlukan bantuan, namun dengan tipu dayanya men-
dapatkan pertolongan yang seharusnya diberikan kepada
yang betul-betul membutuhkan.
(3) saat dicurigai dan diperiksa lebih teliti perihal asal-usul,
mereka bersikeras menolak memberitahukan nama negeri
mereka, sampai perjanjian dengan orang Israel berhasil di-
ikat.
[1] Orang Israel mencium adanya tipu muslihat (ay. 7),
“Barangkali kamu ini diam di tengah-tengah kami, jadi
kami tidak mungkin, bahkan dilarang, mengikat perjan-
jian denganmu.” Kecurigaan ini bisa saja mematahkan
asa orang Gibeon untuk terus memaksakan perjanjian
lebih lanjut. Mereka merasa bahwa andaikata perjanjian
damai berhasil dibuat, orang Israel tidak akan merasa
wajib mengindahkannya, sebab curiga mereka ini bu-
kan dari negeri yang jauh melainkan diam di tengah-
tengah orang Israel. Jadi, sebab tahu bahwa tidak ada
harapan jika mereka mengatakan yang sesungguh-
nya, dengan berani mereka menyatakan diri tunduk di
bawah orang Israel. “Siapa tahu orang Israel akan mem-
Kitab Yosua 9:3-14
169
biarkan kita hidup, meskipun mereka kita perdaya se-
hingga mengikat perjanjian dengan kita. jika kita
akhirnya berterus terang kepada mereka, kita pasti
akan mati.”
[2] Yosua bertanya kepada mereka, Siapakah kamu ini dan
dari manakah kamu datang? Yosua merasa dirinya per-
lu bersikap waspada baik terhadap tipu muslihat yang
tersembunyi maupun perang terbuka. Di dalam pepe-
rangan rohani, kita harus bertahan melawan tipu musli-
hat Iblis, dengan mengingat bahwa Iblis bagaikan ular
yang licik serta singa yang mengaum-aum. Di dalam se-
gala ikatan pertalian dan persahabatan, kita harus meng-
ujinya terlebih dahulu baru lalu mempercayainya,
susaha jangan kita menyesali perjanjian yang diikat
dengan tergesa-gesa.
[3] Mereka tidak mau mengatakan dari mana mereka da-
tang, namun mengulangi perkataan yang sama: Dari negeri
yang sangat jauh hamba-hambamu ini datang (ay. 9).
Mereka hendak memberi kesan bahwa mereka berasal
dari negeri yang sama sekali tidak diketahui atau pernah
didengar Yosua, sehingga ia tetap saja tidak akan menge-
tahuinya andaikata mereka memberitahukan namanya
kepadanya.
(4) Mereka menyatakan rasa hormat terhadap Allah bangsa
Israel, lebih dengan tujuan untuk mendekatkan diri mereka
dengan Yosua, dan kita dengan itikad baik meyakini bahwa
niat mereka tulus saat menyatakan perkataan berikut:
“Hamba-hambamu ini datang sebab nama Tuhan, Allahmu
(ay. 9), sebab apa yang telah kami dengar mengenai nama
itu, yang telah meyakinkan kami bahwa nama itu yaitu
nama di atas segala nama, dan sebab kami memiliki ke-
rinduan akan nama itu dan ingatan tentangnya, sehingga
dengan senang hati kami datang untuk berlindung kepada-
Nya.”
(5) Mereka mendasarkan niat mereka menurut apa yang telah
terjadi beberapa waktu lalu di masa kepemimpinan Musa,
yang kabar tentangnya dapat dengan mudah dianggap te-
lah mencapai daerah-daerah yang jauh letaknya, yaitu tu-
lah Mesir serta penghancuran Sihon dan Og (ay. 9-10).
170
namun dengan cerdik mereka tidak menyebut tentang peng-
hancuran Yerikho dan Ai, meskipun inilah yang menjadi
penyebab sesungguhnya mereka datang (ay. 3), sebab
mereka hendak mengesankan bahwa mereka berasal dari
tempat yang jauh sehingga belum mendengar tentang peng-
hancuran dua kota tersebut. Kita tidak perlu waktu lama
untuk mencari alasan untuk tunduk kepada Allah Israel,
sebab kepada kita akan disediakan baik alasan baru
maupun alasan lama.
(6) Mereka mengucapkan pernyataan umum perihal ketunduk-
an mereka, Kami ini hamba-hambamu, dengan rendah hati
kami mengajukan kesepakatan bersama, yakni Ikatlah per-
janjian dengan kami (ay. 11). Mereka tidak mengajukan
syarat, namun dengan senang hati mau berdamai dengan
syarat apa pun. Mereka pun tidak mau sampai terlambat
melakukannyasupaya jangan tipuan mereka terbongkar.
Mereka akan bersukacita jika tawaran mereka sesegera
mungkin dapat diterima. jika Yosua berkenan mengikat
perjanjian dengan mereka, maka segala tujuan mereka da-
tang pun tercapai sudah, dan mereka berharap bahwa pa-
kaian usang dan kasut penuh tambalan yang melekat pada
tubuh mereka tidak mencegah hal itu. Allah dan Israel tidak
menolak siapa pun atas alasan kemiskinan. Namun,
2. Ada campuran kebaikan dan kejahatan di dalam tindakan
orang Gibeon ini.
(1) Penipuan mereka tidak dapat dibenarkan, pula itu tidak
dapat dijadikan contoh. Kita tidak boleh berbuat kejahatan
untuk mendatangkan kebaikan. Andaikata mereka meng-
akui negeri asal mereka namun lalu mau meninggal-
kan penyembahan berhala yang dilakukan di sana, menye-
rahkan kepemilikan negeri mereka kepada bangsa Israel
serta diri mereka sendiri kepada Allah Israel, maka kita
yakin, bahwa Yosua akan diarahkan oleh firman Allah untuk
mengampuni nyawa mereka, sehingga mereka tidak perlu
menciptakan kebohongan ini. Tampak jelas bahwa meskipun
mereka sebelumnya sudah berkata, Kami ini datang dari
negeri jauh (ay. 6), mereka merasa perlu mengucapkannya
sekali lagi (ay. 9), serta mengucapkan apa yang jelas-jelas
Kitab Yosua 9:3-14
171
merupakan suatu kebohongan perihal roti, kirbat, dan pa-
kaian mereka (ay. 12-13), sebab satu kebohongan menjadi
pintu masuk bagi kebohongan lain, lalu bagi kebo-
hongan ketiga, dan seterusnya. Jalan dosa selalu menurun
ke bawah jurang. Akan namun ,
(2) Iman dan kebijaksanaan mereka sungguh patut dipuji. Tu-
han kita bahkan memuji bendahara yang tidak jujur itu,
sebab telah berlaku bijaksana dan berbuat baik bagi diri-
nya sendiri (Luk. 16:8). Dengan menundukkan diri kepada
Israel, mereka menundukkan diri kepada Allah Israel, dan
ini memperlihatkan penyangkalan mereka terhadap ilah
yang dulu mereka sembah serta penyerahan diri mereka
terhadap hukum-hukum agama yang sejati. Mereka sudah
cukup mendengar sehingga menjadi yakin akan kuasa Allah
Israel yang kekal, dan berdasar kuasa-Nya itu, mereka
dapat menyimpulkan kesempurnaan hikmat dan kebaikan
yang dimiliki-Nya. sebab itu, tidak ada hal lain yang lebih
baik kita perbuat selain menyerahkan diri di hadapan
hikmat yang kekal dan tunduk di hadapan belas kasihan
Allah yang maha pemurah. Penundukan diri orang Gibeon
ini semakin patut dipuji sebab mereka melakukannya,
[1] Sendiri. Bangsa-bangsa di sekeliling mereka mengambil
jalan lain dan berharap mereka akan turut bergabung.
[2] Segera. Mereka tidak menunggu sampai bangsa Israel
sudah mengepung kota-kota mereka, sebab pada wak-
tu itu sudah terlambat bagi mereka untuk menyerahkan
diri. Akan namun , selagi masih agak jauh dari bangsa
Israel, mereka ingin mengikat perjanjian damai. Cara
yang difirmankan Allah untuk menghindari pengha-
kiman yaitu menghadapinya dengan pertobatan. Biar-
lah kita mencontoh orang-orang Gibeon ini dan ber-
damai dengan Allah dengan mengenakan pakaian usang
kehinaan, kesedihan hati yang saleh, dan rasa malu
akan diri sendiri, agar kedurjanaan kita tidak menjadi
kehancuran kita. Marilah kita menjadi hamba-hamba
Yesus, Sang Yosua kita yang terberkati, dan mengikat
perjanjian dengan Dia dan Israel kepunyaan Allah,
maka kita akan hidup.
172
Perjanjian dengan Orang Gibeon
(9:15-21)
15 Maka Yosua mengadakan persahabatan dengan mereka dan mengikat
perjanjian dengan mereka, bahwa ia akan membiarkan mereka hidup; dan
para pemimpin umat itu bersumpah kepada mereka. 16 namun sesudah lewat
tiga hari, sesudah orang Israel mengikat perjanjian dengan orang-orang itu,
terdengarlah oleh mereka, bahwa orang-orang itu tinggal dekat mereka,
bahkan diam di tengah-tengah mereka. 17 Sebab orang Israel berangkat pergi
dan pada hari ketiga sampai ke kota-kota orang-orang itu; adapun kota-kota
itu ialah Gibeon, Kefira, Beerot dan Kiryat-Yearim. 18 Orang Israel tidak
menewaskan, sebab para pemimpin umat telah bersumpah kepada mereka
demi TUHAN, Allah Israel. Lalu bersungut-sungutlah segenap umat kepada
para pemimpin. 19 Berkatalah pemimpin-pemimpin itu kepada seluruh umat:
“Kami telah bersumpah kepada mereka demi TUHAN, Allah Israel; oleh sebab
itu kita tidak dapat mengusik mereka. 20 Beginilah akan kita perlakukan
mereka: membiarkan mereka hidup,supaya kita jangan tertimpa murka
sebab sumpah yang telah kita ikrarkan itu kepada mereka.” 21 Lagi kata
para pemimpin kepada mereka: “Biarlah mereka hidup.” Maka merekapun
dijadikan tukang belah kayu dan tukang timba air untuk segenap umat,
seperti yang ditetapkan oleh para pemimpin mengenai mereka.
Inilah,
I. Perjanjian yang segera diikat dengan orang Gibeon (ay. 15). Per-
janjian itu tidak diikat dengan cara yang terlampau resmi, hanya
secara singkat,
1. Orang Israel setuju untuk membiarkan mereka hidup, dan
orang Gibeon tidak meminta lebih daripada ini. Dalam pepe-
rangan biasa, hal ini mungkin hanyalah satu perkara kecil
yang dikabulkan, namun dalam peperangan Kanaan, dengan
penghancuran massal yang akan didatangkan bangsa Israel,
seorang Kanaan mendapat perkenanan luar biasa jika
kepadanya diberikan nyawanya sebagai jarahan (Yer. 45:5).
2. Perjanjian ini tidak hanya diadakan oleh Yosua seorang diri
melainkan juga oleh para pemimpin umat bersamanya. Meski-
pun Yosua memiliki panggilan luar biasa di dalam hal peme-
rintahan, serta lebih dari cukup untuk mengemban tugas itu,
namun ia tidak akan bertindak dalam perkara seperti ini tanpa
meminta nasihat dan persetujuan para pemimpin umat, yang
tidak dibiarkan buta akan apa yang terjadi dan yang tidak
diremehkan pertimbangannya, namun yang diperlakukan Yosua
sebagai orang yang turut berbagi dalam pemerintahan.
3. Perjanjian itu disahkan oleh satu sumpah. Para pemimpin
umat Israel bersumpah kepada orang Gibeon, tidak demi
Kitab Yosua 9:15-21
173
dewa-dewa Kanaan, namun hanya demi Allah Israel (ay. 19).
Orang yang berniat jujur tidak ragu-ragu memberikan jaminan
kepastian, melainkan akan memuaskan pihak yang mengikat
perjanjian dengan mereka serta memuliakan Allah dengan
memanggil nama-Nya menjadi saksi atas niat mereka yang
tulus itu.
4. Tampaknya tidak ada yang salah di dalam semuanya ini
kecuali bahwa perjanjian itu diadakan dengan tergesa-gesa.
Orang Israel mengambil bekal orang Gibeon, dan dengan itu
meyakinkan diri mereka sendiri bahwa betul perbekalan orang
Gibeon itu memang sudah usang dan kering, namun mereka
tidak memikirkan bahwa hal itu tidak dapat dijadikan bukti
bahwa perbekalan itu dibawa dalam keadaan segar dari tem-
pat asal orang Gibeon. Dengan demikian, hanya dengan meng-
andalkan indra dan bukan akal sehat, orang Israel menerima
orang Gibeon menurut tafsir ayat itu sebab perbekalan mere-
ka, mungkin, sesudah melihat dan mengecap roti yang mereka
bawa, dengan tidak hanya menangkap kenyataan bahwa roti
itu kini sudah basi, namun bahwa sebelumnya roti itu pasti ber-
mutu tinggi dan sangat enak rasanya. Dari sini, orang Israel
menyimpulkan bahwa orang-orang Gibeon itu merupakan
bangsa yang beradab, sehingga persahabatan dengan negeri
mereka tidak dapat dipandang rendah. Akan namun , mereka
tidak meminta keputusan Tuhan. Mereka memiliki Urim dan
Tumim di tengah-tengah mereka, yang dapat mereka mintai
petunjuk di tengah perkara yang pelik ini, yang tidak akan
membohongi mereka dan yang akan mengarahkan mereka
untuk tidak berbuat kesalahan. Akan namun , mereka terlam-
pau mengandalkan pertimbangan mereka sendiri sehingga
merasa tidak perlu membawa perkara itu kepada Allah. Yosua
sendiri dalam perkara ini tidak terbebas dari kesalahan. Catat,
dalam segala perkara, kita lebih banyak berbuat kesalahan
daripada kebaikan sebab ketergesa-gesaan kita jika kita
tidak tinggal dan menyertakan Allah bersama kita serta di
dalam firman dan doa untuk meminta petunjuk-Nya. Kerap
kali kita menyesali kesalahan ini dan itu terjadi sebab kita
tidak meminta keputusan Tuhan. jika kita mengakui-Nya
dalam segala jalan kita, kita akan mendapati bahwa jalan kita
menjadi lebih aman, mudah, dan membawa keberhasilan.
174
II. Penipuan, yang menjadi dasar ikatan perjanjian itu, dengan se-
gera terbongkar. Lidah dusta hanya untuk sekejap mata, dan
kebenaran akan muncul juga pada akhirnya. Dalam tiga hari,
orang Israel dengan sangat terkejut mengetahui bahwa kota-kota
tempat asal para utusan yang telah mengikat perjanjian dengan
mereka itu ternyata sangat dekat dengan mereka, yakni hanya
berjarak satu malam berjalan kaki dari perkemahan di Gilgal
(10:9). Mungkin para pengintai atau penjelajah yang diutus keluar
untuk lebih mengenali negeri Kanaan itu, atau beberapa pembelot
dari pihak seteru yang datang kepada mereka, memberitahukan
kepada mereka kebenaran perkara ini. Orang-orang yang bersedia
ada di bawah tipu muslihat Iblis akan segera disadarkan akan
kebenaran sehingga mereka menjadi kebingungan, dan akan
menemukan bahwa tipu muslihat yang mereka duga sangat jauh
letaknya ternyata sangat dekat, bahkan berdiri di mulut pintu.
III. Rasa muak jemaah Israel saat mengetahui kebenaran tersebut.
Benar bahwa mereka mematuhi rambu-rambu yang ditetapkan
perjanjian tersebut kepada mereka dan tidak menghancurkan
kota-kota orang Gibeon, pula mereka tidak membinasakan orang-
orangnya serta tidak merampas jarahan mereka. Akan namun , hati
mereka jengkel sebab tangan mereka terikat oleh perjanjian itu,
sehingga mereka bersungut-sungut kepada para pemimpin (ay. 18).
Gerutu mereka itu rupanya lebih disebabkan oleh rasa dengki
akan keuntungan yang seharusnya bisa mereka peroleh, daripada
kegigihan untuk memenuhi perintah Allah, meski beberapa dari
mereka mungkin sungguh menghormati perintah Allah. Banyak
dari orang Israel lekas menyalahkan dan mengecam tindakan
para pemimpin umat, sementara mereka mengabaikan apa yang
melatarbelakangi tindakan para pemimpin umat itu. Tidak sepan-
tasnya mereka menjadi hakim atas alasan yang dimiliki pemerin-
tah yang memerintah di atas mereka. Oleh sebab itu, dengan
merasa puas hati bahwa orang-orang yang memerintah di atas
kita tidak memiliki tujuan lain selain demi kebaikan masyarakat,
dan dengan tulus berjuang demi kesejahteraan bangsanya, kita
harus mengusahakan apa yang telah mereka perbuat bagi kita
dengan sebaik mungkin dan tidak memaksakan diri kita atas
perkara-perkara di atas kita.
Kitab Yosua 9:15-21
175
IV. usaha cerdik para pemimpin umat untuk meredam amarah jemaah
Israel dan untuk menyelesaikan perkara tersebut. Dalam hal ini,
seluruh pemimpin umat sependapat dan bersatu hati, sehingga
jemaah Israel mau tidak mau harus setuju.
1. Mereka bertekad mengampuni nyawa orang Gibeon, sebab
mereka telah bersumpah untuk membiarkan mereka tetap
hidup (ay. 15).
(1) Sumpah itu berada di bawah hukum, sebab jika tidak
demikian, tentu sumpah itu tidak lebih mengikat bangsa
Israel daripada sumpah Herodes yang mengikatnya untuk
memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Benar bahwa Allah
telah menetapkan mereka untuk menghancurkan semua
orang Kanaan, namun hukum ini harus ditafsirkan in
favorem vitæ – dengan pertimbangan yang berdasar ka-
sih, sehingga ia hanya berlaku bagi mereka yang tetap
bersikukuh serta tidak mau menyerahkan negeri mereka
kepada Israel. Hukum itu juga tidak mengikat bangsa Is-
rael hingga sampai melenyapkan rasa hormat dan kemanu-
siaan mereka, dengan membantai orang-orang yang tidak
pernah maupun yang tidak akan pernah bangkit melawan
mereka. Sebelum seteru mereka dihancurkan atau segala
usaha penyerangan dilakukan, seteru mereka itu harus
diberi kesempatan untuk menyerahkan diri. Raja-raja
kaum Israel yaitu raja-raja pemurah (1Raj. 20:31) yang
mustahil melakukan hal sekeji itu, dan Allah Israel yaitu
Allah yang lebih pemurah yang mustahil memerintahkan
hal sekeji itu. Satis est prostrasse leoni – cukuplah untuk
menundukkan seekor singa hingga tengkurap. Lagipula,
alasan diadakannya hukum yaitu hukum itu sendiri.
Kejahatan yang hendak dicegah oleh hukum itu yaitu
pencemaran orang Israel oleh penyembahan berhala yang
dilakukan orang Kanaan (Ul. 7:4). Akan namun , jika
orang Gibeon meninggalkan penyembahan berhala mereka
dan menjadi sahabat serta pelayan bagi rumah Allah, maka
bahaya itu bisa dicegah. Dengan begitu, alasan diadakan-
nya hukum pun berhenti, dan seturut dengan itu, kewajib-
an untuk menjalankannya pun berhenti, khususnya dalam
176
perkara seperti ini. Pertobatan para pendosa akan mence-
gah kehancuran mereka.
(2) sebab sumpah itu berada di bawah hukum, baik para
pemimpin umat maupun orang yang mengikat perjanjian
dengan mereka sama-sama terikat olehnya, yakni terikat
dalam hati nurani dan terikat dalam kehormatan terhadap
Allah Israel, yang demi nama-Nya mereka telah bersumpah,
dan yang nama-Nya akan dicemarkan orang Kanaan apa-
bila mereka melanggar sumpah ini. Para pemimpin umat
ini berbicara seperti orang-orang yang takut untuk bersum-
pah (Pkh. 9:2), saat mereka mengutarakan alasan beri-
kut: Beginilah akan kita perlakukan mereka: membiarkan
mereka hidup,supaya kita jangan tertimpa murka sebab
sumpah yang telah kita ikrarkan itu (ay. 20). Orang yang
mengesahkan janjinya dengan suatu sumpah, melaknatkan
pembalasan ilahi kepada dirinya sendiri jika ia dengan
sengaja melanggar janjinya, dan pastilah keadilan ilahi
akan meminta pertanggungjawabannya. Allah tidak mem-
biarkan diri-Nya dipermainkan, sehingga sumpah tidak
bisa dianggap main-main. Para pemimpin umat Israel me-
megang janji mereka,
[1] Meski dirugikan olehnya. Penduduk Sion berpegang
pada sumpah walaupun rugi (Mzm. 15:4). saat Yosua
dan para pemimpin umat mengetahui bahwa perjanjian
yang mereka ikat itu mendatangkan kerugian, mereka
tidak memohon perkecualian dari Eleazar, apalagi ber-
pura-pura dengan mengingkari sumpah dengan kaum
bidat, yaitu dengan orang-orang Kanaan.
[2] Meskipun jemaah Israel tidak menyukai hal itu, dan
gerutu mereka bisa berujung kepada pemberontakan,
para pemimpin umat bersikukuh untuk tidak melang-
gar perjanjian dengan orang Gibeon. Kita tidak boleh
terlalu terpana, entah itu oleh kemegahan atau kumpul-
an orang banyak, sehingga mau melakukan perbuatan
dosa dan melawan hati nurani kita.
[3] Meskipun ditarik masuk ke dalam perjanjian ini melalui
tipu muslihat, dan sebab nya memiliki dasar yang
sangat beralasan untuk menyatakannya tidak sah dan
batal, para pemimpin umat itu tetap mematuhinya.
Kitab Yosua 9:15-21
177
Mereka bisa saja menyanggah bahwa meskipun orang-
orang Gibeon itu yaitu orang-orang yang mengikat
perjanjian dengan mereka, kota-kota ini bukanlah yang
dimaksudkan di dalam perjanjian tersebut. Mereka te-
lah berjanji untuk tidak menghancurkan beberapa kota,
tanpa menyebut namanya, yang letaknya sangat jauh,
dan mereka mengikrarkannya dengan pertimbangan
yang segera. Akan namun , kota-kota ini letaknya sangat
dekat, sehingga dengan demikian bukanlah termasuk
kota-kota yang ada di dalam perjanjian. Banyak orang
terpelajar berpendapat bahwa para pemimpin umat
Israel merasa sangat jijik sebab telah ditipu orang
Gibeon, sehingga mereka sesungguhnya dibenarkan oleh
hukum jika menarik janji mereka. namun , untuk men-
jaga nama baik mereka dan mempertahankan kesakralan
sumpah di tengah-tengah Israel, para pemimpin umat itu
tetap berpegang pada janji mereka. Akan namun , tampak
jelas bahwa mereka memandang bahwa diri mereka
sendiri harus mematuhi perjanjian itu serta khawatir
murka Allah akan menimpa mereka jika mereka me-
langgarnya. Dan, bagaimanapun tidak menyenangkan-
nya kepatuhan para pemimpin itu terhadap janji mere-
ka di mata jemaah Israel, jelas tindakan itu berkenan di
mata Allah, sebab saat orang Israel melindungi orang
Gibeon, dalam rangka memenuhi perjanjian itu, Allah
memberi mereka kemenangan yang paling mengesan-
kan yang pernah diraih di dalam segala peperangan me-
reka (ps. 10). Selain itu, lama sesudah itu, Allah dengan
dahsyat membalas dendam atas kesalahan yang diper-
buat Saul terhadap orang-orang Gibeon ini dengan me-
langgar perjanjian tersebut (2Sam. 21:1). Biarlah peris-
tiwa ini meyakinkan kita, betapa salehnya kita harus
melaksanakan janji-janji dan memenuhi kesepakatan
kita, serta betapa tulusnya kita harus berpegang kepada
janji kita sesudah diucapkan. Jika sebuah perjanjian
yang diikat dengan begitu banyak rupa kebohongan dan
penipuan saja tidak boleh dilanggar, akankah kita ber-
pikir untuk mengelak dari kewajiban melaksanakan
perjanjian yang diikat dengan segala kejujuran dan ke-
178
tulusan? jika tipu daya orang lain tidak membenar-
kan atau mengecualikan kita untuk mengerjakan kebo-
hongan, maka sudah pasti kejujuran orang lain dalam
berurusan dengan kita akan memperburuk dan mengu-
tuk ketidakjujuran kita dalam berurusan dengan mereka.
2. Meskipun orang Gibeon dibiarkan hidup, para pemimpin umat
merampas kebebasan mereka dan menjatuhkan hukuman
dengan menjadikan mereka tukang belah kayu dan tukang
timba air untuk segenap umat (ay. 21). Dengan usulan inilah
jemaat Israel yang murka berhasil ditenangkan, sebab
(1) Mereka yang marah sebab orang Gibeon tetap hidup, dapat
berpuas hati saat mereka menyaksikan orang Gibeon di-
hukum untuk menjalani hukuman itu, yang pada dasarnya
lebih berat daripada kematian, yakni perhambaan seumur
hidup.
(2) Mereka yang marah sebab orang Gibeon tidak dibinasa-
kan, dapat berpuas hati saat pelayanan orang Gibeon
terhadap jemaah Israel membawa lebih banyak kebaikan
bagi segenap masyarakat daripada pekerjaan terbaik yang
mereka lakukan sendiri. Singkat kata, orang Israel pada
akhirnya tidak menjadi pihak yang mengalami kerugian,
baik dalam hal kehormatan maupun keuntungan, dengan
berdamai dengan orang-orang Gibeon ini. jika jemaah
Israel dapat diyakinkan oleh ini, mereka akan terpuaskan.
Orang Gibeon Dijadikan Hamba
(9:22-27)
22 Lalu Yosua memanggil mereka dan berkata kepada mereka, demikian:
“Mengapa kamu menipu kami dengan berkata: Kami ini tinggal sangat jauh
dari pada kamu, padahal kamu diam di tengah-tengah kami? 23 Oleh sebab
itu, terkutuklah kamu dan tak putus-putusnya kamu menjadi hamba, tu-
kang belah kayu dan tukang timba air untuk rumah Allahku.” 24 Jawab me-
reka kepada Yosua, katanya: “Sebab telah dikabarkan dengan sungguh-sung-
guh kepada hamba-hambamu ini, bahwa TUHAN, Allahmu, memerintahkan
kepada Musa hamba-Nya, memberikan seluruh negeri itu kepadamu dan
memunahkan seluruh penduduk negeri itu dari depan kamu, maka sangat-
lah kami takut kehilangan nyawa, menghadapi kamu; itulah sebabnya kami
melakukan yang demikian. 25 Maka sekarang, kami ini dalam tanganmu;
perlakukanlah kami seperti yang kaupandang baik dan benar untuk dilaku-
kan kepada kami.” 26 Demikianlah dilakukannya kepada mereka. Dilepaskan-
nyalah mereka dari tangan orang-orang Israel, sehingga mereka tidak di-
Kitab Yosua 9:22-27
179
bunuh. 27 Dan pada waktu itu Yosua menjadikan mereka tukang belah kayu
dan tukang timba air untuk umat itu dan untuk mezbah TUHAN, sampai
sekarang, di tempat yang akan dipilih-Nya.
Pada perikop ini, permasalahan ini diselesaikan di antara Yosua dan
orang Gibeon, disertai penjelasan tentang perjanjian yang telah di-
sepakati bersama. Kita dapat beranggapan bahwa kini yang hadir dan
berurusan dengan Yosua bukanlah orang-orang yang pertama kali
diutus melainkan para tua-tua sendiri yang turun tangan, agar
permasalahan itu dapat dituntaskan sepenuhnya.
I. Yosua mengecam mereka oleh sebab penipuan yang mereka laku-
kan (ay. 22), dan mereka pun berusaha sebaik mungkin mencari
pembenaran akan tindakan mereka itu (ay. 4).
1. Yosua mengecam dengan sangat santun: Mengapa kamu meni-
pu kami? Dia tidak menghujani mereka dengan serapah, tidak
mengucapkan kata-kata kasar kepada mereka, tidak memang-
gil mereka dengan sebutan penipu keparat, yang sebenarnya
pantas mereka terima, namun hanya bertanya kepada mereka,
Mengapa kamu menipu kami? Sekalipun sedang dilanda kegu-
saran amat sangat, demi hikmat dan tanggung jawab kita, kita
harus menjaga perangai dan mengekang hawa nafsu kita.
Suatu perkara yang benar tidak perlu dibela oleh amarah, apa-
lagi perkara yang buruk tidak akan dibuat lebih baik dengan
itu.
2. Orang Gibeon berusaha membela diri dengan alasan terbaik
(ay. 24). berdasar firman Allah, mereka tahu bahwa hu-
kuman mati akan dijatuhkan kepada mereka sebab perintah
Allah yaitu untuk memunahkan seluruh penduduk negeri itu,
tanpa terkecuali. Melalui karya Allah yang telah dikerjakan-
Nya, mereka tahu bahwa tidak ada gunanya menentang pelak-
sanaan hukuman ini. Mereka memandang bahwa kedaulatan
Allah itu tidak ada duanya, keadilan-Nya tidak berubah,
kuasa-Nya tidak tertandingi, sehingga mereka memberanikan
diri untuk mendapatkan belas kasihan-Nya, dan tidak sia-
sialah mereka menyerahkan diri di bawah belas kasih-Nya.
Mereka tidak bersikeras untuk membenarkan kebohongan me-
reka, namun segera memohon ampun akan itu, dengan meng-
akui bahwa perbuatan itu murni dilakukan untuk menyela-
180
matkan nyawa mereka. Setiap manusia yang menemukan di
dala