Tampilkan postingan dengan label ilmuwan muslim 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmuwan muslim 1. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Desember 2025

ilmuwan muslim 1

 



Silahkan Anda bayangkan berbagai gambar dari pendaratan di bulan 

pada tahun 1969: foto hitam putih yang kasar atau tayangan gerak lambat 

di televisi dari sejumlah roket dan astronot di angkasa luar, dan para 

penonton yang tercengang mengamati dari bawah. Atau ingat kembali 

tayangan televisi pada tahun 2000 saat genom manusia selesai dibaca, di 

mana berita ini diumumkan bersama oleh Presiden Amerika Serikat Bill 

Clinton dan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Apa yang diungkapkan oleh foto-foto dan berita itu serta seemikian 

banyak tayangan lainnya tentang penemuan sains modern kepada kita? 

Satu pesan yang sangat jelas: sains lebih daripada sekadar ”sains”. Sains 

adalah hasil visi orang-orang yang mengarahkan kita mengenai tempat 

yang ingin dicapai masyarakatnya di masa yang akan datang. Pendaratan 

di bulan mengatakan kepada semua orang yang menonton bahwa ini 

adalah pemerintahan yang berada dalam puncak kejayaannya. Setelah 

mencengkeram dunia di tangannya, masyarakat dengan teknologi yang 

paling tinggi di zamannya itu sudah siap menjejakkan kakinya di langit—

atau paling tidak, sebagian kecil langit.

Lebih dari 1.000 tahun yang lalu, pemerintahan lainnya, yang dicipta-

kan dengan lahirnya Islam, berada di puncak kejayaannya. Pemerintahan 

itu sebenarnya adalah jejaring yang kita sebut sebagai kekhalifahan, 

disatukan dengan iman akan adanya Tuhan dan ajaran dari Nabi Muham-

mad SAW. Penguasa dan masyarakatnya menyebar mulai dari Indonesia 

di timur sampai Spanyol di barat, dan kekhalifahan yang terakhir baru 

berakhir di abad kemarin, pada tahun 1923 dengan jatuhnya kekhalifahan 

Utsmaniyah (kesultanan Ottoman).

xiv Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Buku ini menggambarkan revolusi sains yang terjadi pada masa impe-

rium diciptakan oleh Islam, antara abad ke-8 sampai ke-16. Buku ini 

mengisahkan tentang berbagai penemuan dan ciptaan dari kebudayaan dan 

peradaban yang canggih; berbagai kondisi politik dan agama yang menye-

limutinya; dan sejumlah besar tokoh yang luar biasa—ilmuwan, insinyur, 

dan pendukung mereka—yang membantu mewujudkan semuanya.

Buku ini menggambarkan zaman ketika agama dan sains memiliki hu-

bungan yang sangat akrab. Mungkin ganjil, namun kebutuhan agamalah 

yang telah membantu perkembangan pengetahuan yang baru. Sebuah 

contoh bisa dilihat dari upaya mengembangkan standar kualitas dalam 

ilmu agama. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632, mereka 

yang mendalami agama ingin menemukan cara untuk memeriksa dan mem-

veriikasi sejumlah ucapan sang Nabi. Hal ini menuntun mereka kepada 

sistem peninjauan sejawat bersama, yang di kemudian hari harus dilatih 

sendiri oleh para ilmuwan agama. Satu abad kemudian, saat berbagai bi-

dang sains mulai berkembang, para pemuka agamalah yang mendorong 

para ilmuwan pertama untuk menggunakan standar yang sama untuk mem-

buktikan keabsahan hasil karya ilmiahnya.

Pada zaman keemasannya, para ilmuwan dan insinyur dari dunia Islam 

telah membuat berbagai penemuan dan ciptaan hebat yang baru, dan 

kita bisa melihat jejak kontribusi mereka dalam kehidupan sehari-hari 

zaman sekarang. Selain itu, banyak pemimpin negara Islam yang melihat 

hubungan antara sains dan masyarakat sebagaimana para politisi zaman 

modern. Mereka meyakini bahwa kekuatan pikiran bisa membawa kita ke 

berbagai tempat yang belum pernah disentuh oleh manusia di masa lalu; 

mereka ingin pengetahuan yang paling baru agar bisa membantu mereka 

memerintah daerah kekuasaannya dan mengalahkan para musuhnya; dan 

mereka ingin membentuk masyarakat di mana orang-orang membuat ber-

bagai keputusan berdasarkan bukti sehingga sains, teknologi dan pemikir-

an rasional sangatlah penting. 

Tetapi zaman itu tidak sama dengan zaman sekarang. Upaya sains zaman 

sekarang berada dalam tingkatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya 

dalam sejarah umat manusia. Di Amerika Serikat, dana yang dikeluarkan 

untuk penelitian kesehatan lebih besar dibandingkan total anggaran belan-

ja beberapa negara termiskin di dunia. Dan saat membicarakan keyakin-

xv Prolog

annya, banyak ilmuwan cenderung menganggap agama yang mereka anut 

sebagai urusan pribadi. Memang, setidaknya di dunia Barat, agama yang 

dilembagakan dan berbagai keyakinan agama perorangan dilihat oleh 

sebagian besar ilmuwan sebagai rintangan atas penelitian, penemuan, dan 

penciptaan.

Hari ini, pengetahuan menjadi bidang yang sangat terspesialisi: hampir 

tidak pernah terdengar adanya ahli isika terkemuka membuat penemuan 

hebat yang baru di bidang biologi, atau ahli kimia mendorong  penemuan 

di bidang ilsafat. Tetapi banyak nama di dalam buku ini merupakan 

ilmuwan serbabisa yang bekerja sampai mencapai standar tertinggi di 

zamannya.

Dalam buku ini Anda akan bertemu banyak pemikir hebat seperti Ibnu 

Sina, ilmuwan berbahasa Farsi dari abad ke-10 yang juga memberikan 

kontribusi penting atas penelitian alam dan ilsafat agama. Dia juga sem-

pat menciptakan bentuk awal dari mikrometer, dan bukunya The Canon 

of Medicine/Qanun ’ al-Thibb (Kanun Kedokteran) diajarkan kepada 

para calon dokter di berbagai universitas di Prancis dan Italia dari abad 

ke-12 sampai ke-16. Lalu ada juga Hassan ibnu al-Haitsam, ahli isika 

eksperimental abad ke-11 yang memperbarui pemahaman kita mengenai 

indra penglihatan dan diakui menjadi pelopor penciptaan alat penangkap 

gambar (camera obscura) selain menulis dan meneliti pergerakan planet.

Anda juga akan bertemu pelindung para ilmuwan ini. Khalifah dan 

gubernur seperti Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah Sunni dan al-Ha-

kim dari dinasti Fatimiyah Syiah yang memerintah Kairo mulai tahun 

996 sampai 1021. Mereka dan masih banyak lagi penguasa yang mem-

pekerjakan para penasihat sains pribadi, membangun perpustakaan dan 

observatorium, dan bahkan secara langsung mengambil bagian dalam ber-

bagai percobaan sains.

Dan Anda akan bertemu dengan beberapa kritikus sains baru. Mereka 

adalah orang-orang seperti ahli agama Abu Hamid al-Ghazali, yang me-

nulis polemik yang sangat terkenal, Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para 

Filsuf), menentang klaim para ilmuwan yang mampu menjelaskan semua 

hal di dunia ini. Dan Anda akan bertemu dengan para cendekiawan yang 

menderita dengan hebatnya karena telah mengkritik sains dan rasional-

isme, orang-orang seperti Ahmad bin Hambal (juga dikenal sebagai Imam 

xvi Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Ahmad atau Imam Hambali—penerj.), yang disiksa karena menolak me-

nerima bahwa sains harus menjadi agama resmi negara Islam.

Buka halaman buku ini dan masuki dunia baru yang belum pernah 

ditemukan sebelumnya.

Ehsan Masood

1Mitos Zaman Kegelapan

Bila ada banyak kesalahpahaman di dunia Barat tentang hakikat Islam, 

maka banyak juga ketidaktahuan tentang utang kebudayaan dan peradaban kita 

kepada dunia Islam. Saya rasa ini adalah kegagalan yang berakar 

dari ditutupinya sejarah yang kita warisi selama ini.

Yang Mulia Pangeran Charles dalam pidatonya 

di Oxford University, 27 Oktober 1993

Pada tahun 410 M, Alaric, raja Jerman dari suku Visigoth, menyerbu Roma 

dan menghancurkan kota besar itu dalam amukan yang berlangsung hanya 

tiga hari. Enam puluh enam tahun kemudian, Romulus Augustus, kaisar 

Romawi Barat terakhir digulingkan, dan pusat kekaisaran dipindahkan 

secara sepihak ke Konstantinopel. Bersamaan dengan peristiwa ini, cahaya 

kehidupan menghilang dari peradaban dan dunia Barat tenggelam dalam 

zaman kegelapan—zaman tanpa ilmu, sastra, atau bahkan kehidupan yang 

beradab. Baru 1.000 tahun kemudian dunia kembali menemukan ilmu-

ilmu klasiknya dan berakhirlah kegelapan dunia dengan menyingsingnya 

fajar baru yang cerah dari munculnya zaman Renaissance. Setidak-tidaknya 

seperti itulah ceritanya.

Itulah mitos Zaman Kegelapan, gagasan bahwa sejarah dan kemajuan-

nya berhenti selama seribu tahun setelah jatuhnya Roma. Masalahnya, 

mitos itu cuma mitos. Tetapi mitos itu telah menjadi sedemikian hebatnya 

sehingga menyelewengkan pemahaman tentang perkembangan peradab-

an serta kemajuan sains dan pembelajaran. Kemajuan dalam pemahaman 

kita tentang dunia ini terjadi saat para ilmuwan menyerap pengetahuan 

terbaru dalam bidang seperti isika atau biologi kemudian memodiikasi 

2 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

dan mengembangkannya. Mereka bekerja seperti atlet lari estafet, menye-

rahkan tongkat pembelajaran dari satu ilmuwan ke ilmuwan lainnya. 

Sains modern, yang dianggap sebagai mahkota peradaban Barat modern, 

meraih tempatnya setelah beberapa kali pengoperan tongkat. Tongkat 

tersebut sampai di tangan ilmuwan Eropa dari para ilmuwan dunia non-

Barat. Para ilmuwan non-Barat itu adalah termasuk mereka yang hidup 

di kebudayaan Islam dalam rentang waktu 800 tahun mulai dari abad 

ke-8 sampai abad ke-16.

Kenyataan bahwa hanya sedikit yang diketahui tentang itu disebut 

oleh Michael Hamilton Morgan dari New Foundation of Peace sebagai 

”sejarah yang hilang”. Sejarawan Jack Goody lebih jauh lagi menyebutnya 

sebagai ”pencurian sejarah”. Seakan-akan ingatan atas suatu peradaban 

dan sumbangannya terhadap khazanah pengetahuan telah dihapus dari 

kesadaran manusia. Tidak hanya di Barat tetapi juga di dunia Islam, 

keberhasilan para ilmuwan Islam telah dilupakan atau setidak-tidaknya 

diabaikan—paling tidak sampai baru-baru ini—kecuali oleh beberapa spe-

sialis yang tekun seperti Abdel Hamid Sabra, David King, Jamil Ragep, 

dan George Saliba dari Harvard University.

Dalam pendidikan sains di Inggris—sampai baru-baru ini—sejarah kema-

juan sains cenderung meloncat dari zaman klasik Euklides, Aristoteles, 

dan Arkhimedes langsung ke kelahiran Zaman Sains abad ke-16 dan ke-

17 di Eropa beserta pengakuan kecil, kalaupun ada, terhadap sains Islam 

yang hebat di antara kedua zaman itu. Dalam beberapa versi sejarah, ”za-

man kegelapan” berakhir begitu saja, dan kemajuan sains dimulai begitu 

saja, dengan munculnya konlik terkenal pada awal abad ke-17 di mana 

Galileo menantang Gereja Katolik dengan pernyataan bahwa Bumi ber-

gerak mengelilingi Matahari. Saat dunia pada akhirnya mengakui kebe-

naran Galileo, hal itu disajikan sebagai kemenangan cahaya nalar atas 

takhayul yang mengubah dunia. Dan sejak abad ke-17, para ilmuwan 

Eropa Barat berlomba-lomba membuka berbagai rahasia dunia—William 

Harvey menemukan peredaran darah, Isaac Newton merintis penelitian 

isika, Robert Boyle mempelopori penelitian di bidang kimia, Michael 

Faraday di bidang listrik, dan seterusnya. Dan akhirnya kita melangkah 

maju ke Zaman Nalar dan kemajuan dramatis sains modern.

3 Mitos Zaman Kegelapan

Mengisi Kekosongan

Namun pada kenyataannya, upaya sains tidak berhenti dengan jatuhnya 

Roma dan baru berjalan kembali di abad ke-17. Sebenarnya, seperti yang 

akan ditunjukkan oleh buku ini, penelitian terbaru mulai mengungkapkan 

bagaimana kekosongan selama 800 tahun lalu diisi oleh penjelajahan 

sains yang sangat bernas oleh Islam zaman pertengahan dan bagaimana 

pengaruhnya bagi pemikiran sains Barat.

Sebagai contoh, ahli isika yang tinggal di Kairo bernama Ibnu al-Nais 

telah menemukan sirkulasi paru-paru, peredaran darah melalui paru-paru, 

pada abad ke-13. Insinyur Andalusia Abbas bin Firnas telah menemukan 

teori penerbangan dan diyakini telah melakukan percobaan terbang yang 

sukses enam abad sebelum Leonardo menciptakan ornitopternya yang ter-

kenal. Dan di Kufah, Irak, Jabir bin Hayyan (dilatinkan menjadi Geber) 

adalah salah seorang yang meletakkan dasar-dasar ilmu kimia sekitar 900 

tahun sebelum Boyle.

Selain itu, beberapa peneliti saat ini menunjukkan bahwa beberapa 

pelopor hebat dalam sains modern telah meneruskan hasil kerja para 

ilmuwan zaman Islam. George Saliba dari Columbia University, misalnya, 

menunjukkan dalam bukunya Islamic Science and the Making of the Europe-

an Renaissance bagaimana ahli astronomi Polandia Nicolaus Copernicus 

menggunakan hasil karya ahli astronomi Islam sebagai dasar dari penemu-

an barunya pada tahun 1514 bahwa Bumi mengelilingi Matahari.

Ahli sejarah matematika juga telah menunjukkan bahwa aljabar, ca-

bang ilmu matematika yang memungkinkan para ilmuwan menghitung 

jumlah yang belum diketahui telah dikembangkan di Baghdad pada abad 

ke-9 oleh Musa al-Khawarizmi, yang meneruskan karya yang ditemukan-

nya dari ahli matematika di India. Ahli sejarah berpendapat bahwa 

al-Khawarizmi pasti telah mendapatkan buku-buku ilmu pengetahuan 

melalui pertemuan pertama Islam dengan India, yang terjadi sekitar satu 

abad sebelumnya. Sains modern juga bergantung pada solusi perhitungan 

kuadrat majemuk yang merupakan buah pemikiran penyair dan ilmuwan 

Umar Khayyam. Dan banyak ilmu pengetahuan kita tentang optik dan 

cahaya dibangun berdasarkan penelitian Hassan bin al-Haitsam (dilatin-

kan menjadi Alhazen) di abad ke-11 Kairo.

4 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Menciptakan Masa Depan?

Zaman abad pertengahan Islam juga meninggalkan warisan yang hebat 

dalam sains terapan. Hakikat Islam, dan semangat imperium baru, meng-

hasilkan banyak pemikir dan pencipta baru pada zaman itu. Menurut 

Salim al-Hassani dari University of Manchester, beberapa peralatan mo-

dern yang menghemat tenaga manusia seperti mesin penjual minuman 

otomatis bisa saja berasal dari pengaruh Islam. Profesor al-Hassani baru-

baru ini telah memperkenalkan beberapa keberhasilan rekayasa industri 

al-Jazari, seorang insinyur Turki abad ke-13, yang meliputi engkol, poros, 

dan piston dengan gerakan bolak-balik kepada dunia—semua komponen 

utama mesin mobil modern dan banyak mesin lainnya. Sementara itu, 

tiga bersaudara luar biasa yang tidak tahu sopan santun tapi brilian, yang 

disebut sebagai Bani Musa, menghibur Baghdad di abad ke-9 dengan 

berbagai mesin tipuan yang cerdik, yang pada zaman sekarang pun akan 

membuat orang banyak tercengang.

Kalau pun semua contoh itu hanya saat-saat langka kejeniusan belaka, 

tetap saja mereka memukau. Tetapi seperti yang disadari banyak guru dan 

ahli sejarah, contoh itu lebih dari sekadar saat-saat langka kejeniusan. 

Nama-nama seperti al-Khawarizmi dan Hassan bin al-Haitsam sama pen-

tingnya bagi sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi seperti Newton dan 

Arkhimedes, James Watt dan Henry Ford, tetapi nama-nama yang berbau 

Arab itu entah bagaimana telah hilang dalam mitos Zaman Kegelapan. 

Alasan terjadinya hal tersebut telah menjadi topik perdebatan yang sa-

ngat intens, yang membahas hubungan antara Barat dan Islam, tak hanya 

sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hilang dalam Kegelapan

Pemikiran bahwa dunia Renaissance muncul dari masa kegelapan bisa 

ditelusuri ke setidaknya tahun 1330-an, saat sejarawan Italia Petrarch 

menulis bagaimana dunia akhirnya melihat secercah cahaya. ”Di tengah-

tengah berbagai kesalahan,” ujarnya, ”muncullah orang-orang jenius, de-

ngan mata yang sangat tajam, walaupun mereka dikelilingi kegelapan 

5 Mitos Zaman Kegelapan

dan kemuraman yang pekat.” Mungkin Petrarch hanya mencoba meng-

hubungkan kebangkitan kebudayaan Italia di zamannya sendiri dengan 

masa kejayaan Romawi Kuno. Tetapi melalui orang-orang seperti Petrarch 

pemikiran adanya zaman kegelapan dipertahankan, saat Eropa melangkah 

menuju tahun-tahun Pencerahan di abad ke-18 dan setelahnya. Dan ga-

gasan itu mencapai puncaknya menjadi istilah yang sah saat sejumlah 

negara seperti Inggris, Belanda, dan Portugal mendatangkan agama Kris-

ten dan pemerintahan kolonial ke benua Afrika dan Asia. Pada saat itu, 

Zaman Kegelapan telah dipandang sebagai saat kejatuhan ke dalam ke-

bodohan yang dalam, penuh dengan ”omong-kosong”, seperti yang telah 

dicemooh Gibbon dalam bukunya Decline and Fall.

Mungkin bukan kebetulan belaka kalau gambaran negatif Zaman Ke-

gelapan akhirnya mulai hancur bersamaan dengan runtuhnya pemerin-

tahan kolonial. Banyak ahli sejarah Barat kini merasa malu dengan penye-

lewengan sejarah yang disebabkan oleh pemikiran itu, dan saat mereka 

membicarakan tentang zaman kegelapan, istilah itu kini digunakan dalam 

konotasi yang tidak begitu merendahkan lagi, tentang berbagai periode 

yang sampai saat ini masih tidak begitu diketahui karena kurangnya bukti 

tertulis tentang zaman itu. Sungguh sulit bagi mereka melihat bagaimana 

zaman yang menghasilkan Book of Kells, cendekiawan seperti Alcuin dan 

Bede, dan sedemikian banyaknya gereja dan biara yang hebat bisa dilihat 

sebagai zaman kebodohan yang dalam. Namun yang lebih penting lagi 

gelombang penelitian arkeologi dan teks kini membentuk gambar yang 

lebih kaya dan lengkap akan kehidupan di Eropa Barat di abad-abad se-

telah jatuhnya Roma dan bahkan pemikiran bahwa Zaman Kegelapan 

adalah zaman yang tidak bisa dipelajari dalam sejarah Barat mulai sirna. 

Tetapi tentu saja efek penyelewengan paling hebat dalam mitos Zaman 

Kegelapan adalah bagaimana mitos tersebut telah mengesampingkan, 

paling tidak dalam pemikiran banyak orang, sejarah dunia di luar Eropa 

Barat—dan jelas-jelas tak menghiraukan kenyataan bahwa pembelajaran 

telah bergeser ke timur, tidak hilang seluruhnya. Pertama-tama, mitos 

Zaman Kegelapan sepertinya telah menutup mata terhadap kenyataan 

bahwa kekaisaran Romawi tidak berakhir oleh jatuhnya Roma, tetapi 

telah memindahkan pusat pemerintahannya ke Byzantium. Seperti yang 

juga ditunjukkan hasil penelitian ahli sejarah Judith Herrin dari King’s 

6 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

College di London bahwa kita baru saja mulai sadar pada kenyataan bah-

wa kehidupan kebudayaan—kehidupan kebudayaan yang kaya—hadir di 

Byzantium selama masa Zaman Kegelapan. Dan kalau Byzantium Kristen 

disisihkan begitu saja, sama saja dengan pengabaian atas berbagai keber-

hasilan pada awal Islam.

Mitos Zaman Kegelapan terbukti demikian hebatnya sehingga bahkan 

dalam beberapa lingkungan akademisi hal terbaik yang bisa ditarik dari 

sains Islam adalah ilmuwan Islam telah menyelamatkan buku-buku klasik 

Yunani yang hebat sehingga Eropa bisa menemukannya kembali di Zaman 

Renaissance—seakan-akan mengambilnya dari lubang yang telah ditutup 

selama seribu tahun. Diasumsikan bahwa dengan digalinya harta karun 

kuno itu, Islam tidak lagi dibutuhkan dan hanya orang Eropa saja yang 

memajukan pengetahuan.

Berbagai Bayangan yang Melenceng

Ada dua pandangan utama bagaimana mitos Zaman Kegelapan menyele-

wengkan kebenaran akan sumbangan Islam terhadap pengetahuan, kebu-

dayaan, dan khususnya terhadap sains.

Pandangan pertama adalah pemikiran bahwa para cendekiawan Islam 

bertindak sebagai sekadar penjaga atas karya klasik besar sains, dan ha-

nya sedikit menambahkan kemajuan pengetahuan manusia. Kesalahan 

pandangan itu akan menjadi jelas beberapa saat lagi. Tetapi hal itu telah 

memunculkan pandangan bahwa sains zaman abad pertengahan Islam 

tidak lebih dari ‘Proyek Penerjemahan,’ gerakan yang luar biasa untuk 

menerjemahkan hasil karya Yunani kuno ke bahasa Arab, pada masa yang-

disebut-sebagai Zaman Keemasan Islam di bawah Dinasti Abbasiyah abad 

ke-9. Itu memang keberhasilan fenomenal dan memastikan pengetahuan 

klasik Yunani terbaik tidak hilang begitu saja. Tetapi mungkin juga hal 

itu adalah kelanjutan kecendekiaan Arab yang dimulai sebelum Zaman 

Keemasan dinasti Abbasiyah dan bertahan sekian abad setelahnya, menye-

bar di luar kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, ke Kairo 

dan Cordoba, Persia, dan Uzbekistan.

Ada sesuatu yang disebut para cendekiawan sebagai ”narasi klasik” 

7 Mitos Zaman Kegelapan

tentang sains Islam yang diajukan oleh para orientalis di masa lalu. Hal 

ini menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan intelektual Muslim 

telah bersinar selama beberapa abad di bawah Dinasti Abbasiyah dan pe-

nerus mereka. Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah Al-Ma’mun 

memihak sisi pendekatan progresif-rasionalis atas Islam, yang membuat 

ilmuwan Muslim mampu menggali ilmu pengetahuan Yunani dengan 

menerjemahkannya. Tetapi tumbuhnya pengaruh kecenderungan konser-

vatif yang lebih menekankan pendekatan hariah untuk mengartikan 

wahyu dan kurang dipakainya logika manusiawi akhirnya telah membung-

kam sains. Titik baliknya adalah polemik terkenal menentang kaum inte-

lektual di abad ke-12 oleh ahli teologi bernama Abu Hamid al-Ghazali 

yang dikenal sebagai Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para Filsuf). Saat 

Baghdad dan banyak kota-kota Islam lainnya dihancurkan oleh serangan 

bangsa Mongol yang mengerikan pada abad berikutnya, Islam menutup 

diri dan kehidupan intelektual pun merosot—tepat pada saat bangsa Eropa 

mampu melangkah maju dengan pengetahuan utama bangsa Yunani yang 

dioperkan oleh para cendekiawan Arab dari Zaman Keemasan.

Namun masalah dengan narasi klasik ini secara perlahan-lahan di-

bongkar. Perdebatan ilosois antara mereka yang disebut sebagai rasionalis 

dan literalis telah dilebih-lebihkan dari yang sesungguhnya terjadi dan 

pemikiran bahwa sains Islam telah berakhir setelah al-Ghazali, atau bah-

kan serangan Mongol, saat ini disadari sebagai kesalahan besar. Beberapa 

pemikir hebat era Islam seperti al-Jazari, Ibnu al-Nais, dan astronom Na-

sir al-Din al-Thusi meneruskan tradisi itu jauh setelah kebangkitan awal 

Zaman Renaissance Eropa.

Islam di Barat

Penyelewengan kedua yang diciptakan dari mitos Zaman Kegelapan ada-

lah kecenderungan sedikitnya atau tidak positifnya hubungan antara 

Barat dan Islam, dan sedemikian kecilnya pertukaran pemikiran, kecuali 

pewarisan buku-buku klasik Yunani sebelum Zaman Renaissance.

Tidak diragukan lagi bahwa sejarah Perang Salib dan kesalahpahaman 

antara negara-negara Barat dan Islam hari ini mendukung kembalinya 

8 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

kesan bahwa hubungan yang saling menguntungkan antara Islam dan 

Barat pada zaman itu sangat kecil. Dan kemungkinan besar banyak ilmu-

wan Zaman Renaissance meremehkan atau bahkan menyembunyikan 

hubungan mereka dengan Timur Tengah, baik untuk alasan politis atau-

pun agama. Istilah adanya Zaman Kegelapan telah mendukung kesan 

pemisahan. Bagaimana mungkin ada hubungan antara peradaban Islam 

dengan bangsa Eropa yang hilang dalam kegelapan yang tidak beradab?

Namun banyak penelitian sains dan arkeologi menentang asumsi ter-

sebut. Saat ini sepertinya mungkin ada hubungan yang cukup besar antara 

Islam dan Barat bahkan sejak abad ke-7. Dalam artian tertentu, menye-

butkan ”dunia” Islam dan ”dunia” Barat adalah hal yang keliru, seperti 

yang sering diucapkan banyak orang; yang lebih akurat adalah mengata-

kan bahwa keduanya bagian yang berbeda dalam dunia yang sama.

Bangsa Arab di Eropa

Perlu diketahui, para saudagar berbahasa Arab sepertinya telah berdagang 

di seluruh Eropa Barat pada zaman itu, menyediakan barang-barang mewah 

seperti gula, karpet, dan sutra untuk orang-orang kaya. Uang logam dinar 

emas dengan tulisan Arab telah ditemukan di seluruh Eropa mulai dari 

abad ke-8 sampai 10. Salah satu temuan yang paling luar biasa di Inggris 

adalah uang logam emas dari zaman raja Mercia bernama Offa—yang 

membangun Offa’s Dyke yang terkenal—sekitar tahun 773–96 M. Uang 

logam ini, sekarang terdapat di British Museum di London, mirip dengan 

uang dinar yang dibuat untuk Khalifah Dinasti Abbasiyah al-Mansur di 

Baghdad di tahun 773-4, dengan pengecualian—di tengah-tengah kata-

kata Arab yang berarti ”tiada Tuhan selain Allah”—terdapat tulisan da-

lam huruf Latin kapital yaitu OFFA REX. Ada beberapa ilmuwan yang 

sangat meyakini bahwa ini adalah bukti Offa telah memeluk agama Islam. 

Namun sama besar kemungkinannya Offa telah meniru uang logam—beri-

kut tulisan Arabnya—untuk tujuan membeli barang-barang dari para sau-

dagar dari Arab. Sebuah contoh awal pemikiran mata uang tunggal antar-

bangsa.

Pada saat yang bersamaan, di seberang Selat Inggris, penguasa Frank 

Karel yang Agung mencetak uang logam perak ”denarius” yang sudah 

9 Mitos Zaman Kegelapan

jelas meniru uang dinar Arab. Dia juga sangat tertarik dengan barang-

barang mewah dari Timur. Memang, Karel yang Agung saat itu saling 

bertukaran hadiah dan surat dengan Harun ar-Rasyid dari Baghdad, khali-

fah yang terkenal dalam kisah Seribu Satu Malam. Tahun 801 M, Harun 

telah mengirimkan seekor gajah bernama Abul Abbas kepada Karel yang 

Agung yang diyakini telah menimbulkan kegemparan di jalanan Aix-la-

Chapelle. Sang khalifah juga telah mengirimkan gading berukir, nampan, 

kendi emas, papan catur, tenda, tempat lilin kuningan dan jam air yang 

telah mengejutkan semua orang yang melihatnya dan mendengarnya ber-

dentang setiap jam.

Selain itu, penelitian dari berbagai ilmuwan seperti Nabil Matar dari 

University of London menunjukkan adanya hubungan yang luas dan 

berkesinambungan antara Islam dan Kristen Eropa selama awal dan akhir 

Abad Pertengahan dalam berbagai cara yang berbeda. Selain saudagar dan 

penghibur yang mengembara di tanah Eropa, ada pertukaran pemikiran 

dan barang di setiap tingkatan di berbagai tempat di mana dunia Islam 

dan Eropa menjadi satu—di Spanyol, di Sisilia, dan di Prancis selatan—

belum lagi melalui Byzantium.

Berbagai macam cara sains dan teknologi Islam masuk ke Eropa akan 

ditelusuri beberapa saat lagi di dalam buku ini. Pada saat yang bersamaan, 

tampak kesamaan yang kuat antara banyak hal yang berbau Islam dan 

hal-hal yang sudah lama dipandang sebagai cara hidup bangsa Barat. 

Bagaimana keduanya saling bersinggungan akan digali dalam buku ini.

Eropa Bersama

Sudah kita ketahui bahwa kopi berasal dari Timur. Menurut salah satu 

teori, kopi ditemukan setelah seorang penggembala kambing di Yaman, 

atau di Ethiopia (bergantung pada versi cerita yang Anda dengar), menyak-

sikan bagaimana kambing-kambingnya menjadi sangat aktif setelah ma-

kan biji-biji kopi. Anda mungkin tahu bahwa gula yang memberi rasa 

manis pada kopi berasal dari tempat ini juga. Memang, banyak kenikmat-

an yang kita dapatkan sehari-harinya ditemukan di dunia Islam tetapi 

sejarahnya tidak diketahui banyak orang.

10 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Sebagai contohnya kita menilai taman sebagai tempat beristirahat 

dan bukan tempat untuk menanam sayuran atau tanaman bumbu. Taman 

berasal dari Persia. ”Sejak awal, Muslim di mana saja membuat taman 

yang memberikan bayangan tentang taman surgawi di masa yang akan 

datang,”ujar ahli sejarah A.M. Watson di dalam bukunya Agricultural 

Innovation in the Early Islamic World. ”Daftar kota-kota Islam yang memiliki 

taman-taman yang besar memang sangat panjang,” Toledo di zaman Islam 

memiliki taman botani terbesar pertama di Eropa di abad ke-11. Banyak 

bunga tradisional yang menghiasi taman-taman di Inggris sudah ada di 

dunia Islam—bunga tulip, anyelir, iris, dan tentu saja bunga khas Inggris 

yaitu mawar. Begitu pula berbagai macam hiasan yang didapatkan dalam 

sebuah taman seperti air mancur dan pergola, rumah kaca dan panggung, 

belum lagi labirin dan penghalang sinar matahari.

Mari kita bergerak ke dalam rumah dan Anda mungkin akan ber-

jalan menyeberangi karpet untuk bermain catur. Keduanya juga telah 

digunakan dalam dunia Islam awal. Karpet dari dunia Islam telah diimpor 

sebagai barang mewah selama berabad-abad, lama sebelum Revolusi 

Industri di abad ke-18 menjadikan pembuatan karpet jadi lebih murah 

di Eropa. Catur, dikembangkan dan dimainkan di India, datang ke Eropa 

pada abad ke-9 melalui Persia dan Spanyol berbahasa Arab, dan mela-

lui rute perdagangan Viking di Asia tengah. Istilah ”skak mat” mirip 

dengan istilah shahmat dalam bahasa Farsi yang berarti ”sang raja telah 

dikalahkan.” Setelah menyelesaikan permainan itu Anda mungkin akan 

meneguk minuman berakohol dari gelas—penyulingan dan gelas adalah 

inovasi yang dikembangkan di dunia Islam.

Bahkan banyak aspek keyakinan dan kebudayaan Barat yang lebih 

dalam telah dialami oleh mereka yang hidup di dunia Islam kuno. 

Lengkungan di katedral, menara gereja dalam arsitektur Kristen juga dapat 

dilihat di banyak mesjid. Kaca patri juga digunakan di zaman Islam, begitu 

pula dengan notasi musik: ”do, re, mi, fa, sol, la, si, do.” Begitu pula dengan 

lembaga-lembaga umum bisa ditemukan di dunia abad pertengahan Islam, 

termasuk rumah sakit umum dan perpustakaan. Pengobatan oleh Abu Ali 

al-Husayn bin Abdullah ibnu Sina (Avicenna) menjadi sistem pengobatan 

dasar Eropa sampai penemuan teori kuman.

Kebudayaan Islam dipelihara—dan masih berlangsung sampai saat 

11 Mitos Zaman Kegelapan

ini—tradisi lagu cinta, sajak, dan sastra romantis yang kaya dan dalam, 

beberapa di antaranya tidak diragukan lagi telah menyeberang dan ber-

sintesis dengan tradisi literatur Eropa. Tradisi ini juga melingkupi pemi-

kiran cinta yang berakhir dalam kesedihan—contoh paling awal adalah 

kisah cinta dari abad ke-7 Laila dan Majnun dan sedemikian banyak 

variasinya, termasuk tentu saja Romeo and Juliet.

Semua ini sepertinya tidak memiliki hubungan langsung dengan sains 

tetapi hubungannya sangatlah penting. Begitu Anda mulai menghargai 

lingkup banyak hubungan antara kebudayaan Islam dan Eropa, sepertinya 

sangat tidak pantas membayangkan sains dan teknologi Islam tidak ber-

pengaruh langsung atas pembelajaran di Barat, atau sebaliknya.


Bagian I

Pencarian Islam


2Datangnya Sang Nabi

Bagaimana mungkin lelaki-lelaki tanpa busana, mengendarai kuda 

tanpa baju zirah atau perisai mampu meraih kemenangan… 

dan menundukkan bangsa Persia yang sombong?

Pendeta Kristen John bar Penkayë, Turki, 680 M

Kecepatan penyebaran Islam pada zaman sekarang sepertinya sama me-

ngejutkan dengan yang terjadi di abad ke-7. Alexander Agung dan bang-

sa Mongol juga menguasai daerah yang sangat luas dengan cepat sekali. 

Namun kedua penguasaan ini berumur pendek dan hanya sedikit, kalaupun 

ada, pengaruhnya yang bertahan lama. Islam sepertinya telah mengubah 

setiap daerah yang dikunjunginya—mulai dari barat Cina sampai selatan 

Spanyol dan termasuk sebagian besar Asia, Afrika, dan Timur Tengah.

Banyak negeri yang akhirnya berada di bawah kekuasaan Muslim me-

makai bahasa Arab dan Farsi sebagai bahasa sehari-harinya, dan Islam 

menjadi agama barunya secara permanen. Hanya Spanyol yang kembali 

menganut Kristen setelah Muslim dan Yahudi diusir di abad ke-15. Namun, 

bahasa Arab tidak begitu beruntung nasibnya, baik bahasa Arab maupun 

Farsi pada hari ini hanya digunakan di negara-negara Timur Tengah dan 

Afrika Utara. Sebagian besar orang Islam menggunakan bahasa aslinya, 

selain berbagai bahasa Eropa seperti Inggris dan Prancis.

Dan yang lebih luar biasa lagi dibandingkan kecepatan dan bertahan-

nya Islam adalah kenyataan bahwa penguasaan wilayah diraih tanpa ang-

katan bersenjata profesional: namun, Islam bisa berkembang jauh dan 

luas melalui usaha orang-orang yang tidak terlatih, acapkali kaum misti-

kus, baik yang menunggang unta maupun berjalan kaki. Tidak aneh bila 

16 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

mereka meyakini, seperti banyak orang yang menyaksikannya, bahwa 

mereka didukung oleh kekuatan Ilahi. Energi dan visi yang mendorong 

tersebarnya Islam mungkin merupakan mesin yang sama yang mendorong 

pembelajaran dan ilmu pengetahuan di dunia Islam, jadi kita patut me-

lihat bagaimana dimulainya hal tersebut.

Padang Pasir yang Sunyi

Di awal abad ke-7, Timur Tengah didominasi oleh dua kekaisaran besar, 

kekaisaran Sassaniyah dari Persia penganut Zoroastrianisme di timur dan 

Byzantium beragama Kristen di barat. Keduanya menguasai daerah yang 

sangat luas—kekaisaran Persia terentang dari Asia Tengah sampai ke pe-

gunungan Himalaya dan kekaisaran Byzantium meliputi hampir semua 

daerah di pesisiran Laut Tengah—dan tidak banyak yang mampu me-

nentang kekuasaan mereka. Tetapi persaingan, dan mungkin serangkaian 

epidemi, telah menyedot kekuatan mereka. Byzantium baru saja merebut 

kembali, dari pergulatan yang lama dan berdarah, bekas daerahnya di 

Levant, di timur Laut Tengah, yang telah sempat direbut oleh Dinasti 

Sassaniyah. Dan mungkin mereka terlalu disibukkan oleh pesaingnya 

yang lain untuk menaruh perhatian kepada perbatasan selatan.

Di tempat itu, terjepit di antara keduanya, merupakan tanah yang 

dihuni orang-orang berbahasa Arab. Jazirah Arab pada saat itu, seperti 

sekarang, luas namun penduduknya sedikit, sebagian besar wilayahnya 

berupa padang pasir dengan curah hujan paling rendah di seluruh dunia. 

Beberapa lokasi hijau yang berharga hampir punah di tengah-tengah ben-

tangan pasir dan batu kerikil yang membara, dataran tinggi, tebing, dan 

ngarai yang tandus dan gundul. Pada siang hari, matahari menyorot tan-

pa belas kasihan dan dua kali setiap tahunnya, selama satu bulan atau 

lebih, angin berembus dari utara, membawa ratusan juta butir pasir dan 

debu. Badai ini menggulung dan meraung ke segala penjuru padang pasir 

dalam bentuk awan yang menusuk serta membutakan mata, atau ber-

putar membentuk putaran angin puting beliung kecil yang mematikan 

dinamakan djinn, mengikuti sebutan makhluk halus dari legenda bangsa 

Arab, yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai jin.

17 Datangnya Sang Nabi

Jadi, mungkin tidak aneh kalau baik Persia maupun Byzantium tidak 

memiliki keinginan untuk menguasai tanah yang penuh tantangan itu. 

Dan oleh karena itu jazirah Arab yang kosong itu dibiarkan bagi orang-

orang padang pasir, yang oleh kalangan terpelajar Barat disebut sebagai 

bangsa Badui. Beberapa suku berpindah dari satu oasis ke oasis lainnya 

dengan ternaknya, sementara yang lainnya tinggal di beberapa daerah dan 

kota tetap yang ditempati oleh berbagai klan dan suku. Kedua kekaisaran 

hanya menggantungkan diri kepada pihak ketiga untuk mengendalikan 

suku-suku kecil ini.

Baik suku yang nomaden dan yang menetap menyembah sejumlah 

tuhan kecil yang mereka yakini sebagai bawahan Tuhan terunggul, yang 

mereka sebut sebagai Allah, Tuhan yang Tinggi. Mereka memiliki jejaring 

pemimpin; anak laki-laki dan pemudanya diajarkan sejak kecil untuk me-

ngendarai kuda dan diharapkan menjadi ahli pedang serta pemanah yang 

jitu. Pada saat yang bersamaan, tradisi sajak lisan romantis yang meng-

agungkan kepahlawanan militer juga berkembang pesat di daerah ini. 

Kebudayaan pejuang pra-Islam ini kelak digambarkan oleh umat Muslim 

sebagai jahiliyah, atau zaman kebodohan.

Kekacauan di Mekkah

Saat para pangeran negeri Sassaniyah bermalasan di atas karpet dan alas 

duduknya di Tisfun1, ibukota Persia, dan orang Byzantium menggerogoti 

sumber daya di kekaisarannya, mereka mungkin tidak memikirkan akibat 

dari gaya hidup mewahnya. Namun di seberang Teluk Persia, perdagangan 

rempah-rempah, logam dan perhiasan berharga melalui semenanjung 

Arab memiliki pengaruh yang sangat memecah-belah bangsa Arab. Saat 

para pedagang bersaing di sejumlah kota perdagangan, sebuah perpecahan 

sosial yang tidak menyenangkan membuka jurang sosial antara orang 

kaya dan miskin.

Di salah satu kota perdagangan inilah, Mekkah, seorang pedagang mu-

da bernama Muhammad, dilahirkan tahun 570, mulai mengkhawatirkan 

1Tisfun = Ctesiphon (B. Inggris)

18 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

akibat pengejaran kekayaan. Para ahli sejarah tidak sepakat apakah 

Mekkah kota rempah-rempah atau bukan, walaupun kota itu jelas merupa-

kan pusat perdagangan yang makmur dan suku Muhammad, Quraisy, me-

miliki hak monopoli atas kailah dagang yang bergerak antara Syria di 

utara dan Yaman di selatan. Tetapi Mekkah juga punya satu lagi hal yang 

membuatnya terkenal di semenanjung itu.

Batu dan Sumur

Walaupun tidak jauh dari kota pelabuhan Jeddah di Laut Merah, Mekah 

yang terletak di lembah terasing dikelilingi pegunungan bukanlah tempat 

yang kita bayangkan sebagai oasis yang hijau. Tetapi kebanyakan orang 

tidak datang ke Mekah untuk menikmati pemandangan; mereka datang 

sebagai peziarah untuk mengunjungi Kakbah. Kakbah adalah tempat 

yang paling suci di permukaan bumi bagi umat Muslim, tepat berada di 

jantung Masjidil Haram, dan menjadi kiblat ketika mereka melakukan 

salat. Tetapi Kakbah sudah menjadi tempat suci sebelum kedatangan 

Muhammad dan diyakini oleh umat Muslim dibangun oleh Ibrahim seba-

gai tempat pemujaan Tuhan yang esa. Di luar tempat suci berbentuk kubus 

itu terdapat sebuah batu meteor hitam yang disebut sebagai Batu Hitam 

Mekah (Hajar Aswad).

Hanya beberapa meter dari Kakbah terdapat tempat suci lainnya, su-

mur kuno Zamzam. Menurut Islam, sumur itu secara ajaib muncul di hadap-

an istri kedua Ibrahim, Siti Hajar, sekitar 4.000 tahun yang lalu. Keluarga 

Ibrahim berhenti sejenak di Mekkah pada perjalanan menuju selatan 

sementara Ibrahim yang sudah tua kembali untuk menjemput istri per-

tamanya Sarah. Tetapi lokasi pemberhentian mereka tempat yang kering, 

dan tak lama kemudian Hajar dengan sangat putus asa mencari air untuk 

anaknya Ismail yang masih bayi. Saat sang ibunda mencari-cari sumber air 

dengan paniknya di tempat itu, Ismail menendang-nendangkan kakinya 

ke tanah. Tiba-tiba air menyembur dari tanah dan Hajar harus memben-

dung sumber itu agar berhenti mengalir menggunakan tanah dan batu. 

Nama Zamzam berasal dari istilah zomë zomë, yang berarti ”berhenti meng-

alir”. Saat Ibrahim kembali, ia membangun Kakbah di dekat mata air itu.

19 Datangnya Sang Nabi

Sang Pembaru Muda

Jadi, Mekkah sudah menjadi tempat ziarah, jauh sebelum datangnya 

Islam. Kota itu juga disebutkan di Injil pada Mazmur 84, dengan nama 

Lembah Baka. Tetapi pada zaman Muhammad, keyakinan atas Tuhan 

yang esa telah digantikan dengan kepercayaan kepada banyak Tuhan, 

yang dicerminkan pada kenyataan Kakbah diisi oleh patung-patung para 

tuhan tersebut.

Muhammad digambarkan dalam literatur Islam sebagai pemuda yang 

idealis, lurus, dan dipercaya yang dilahirkan dari keluarga elit suku 

Quraisy. Dia membenci kedangkalan dan budaya korupsi Mekkah bahkan 

sebelum mendapatkan wahyu. Dia dan teman-temannya sering menolong 

orang tua dan miskin: janda, anak yatim piatu dan budak. Seorang janda 

kaya bernama Khadijah, yang terkesan dengan kejujuran dan integritas 

pedagang muda ini lalu mempekerjakannya sebagai pengurus bisnisnya 

dan kelak melamarnya. Pernikahan itu berlangsung lama dan bahagia. 

Namun Muhammad terus merasa terganggu oleh kerakusan dan kemiskin-

an yang dilihatnya di kampung halamannya dan saat usianya menjelang 

setengah baya rasa terganggunya itu semakin membara.

Wahyu

Pada tahun 610 M, saat Muhammad berusia 40 tahun, dia sedang duduk di 

dalam sebuah gua di luar kota yang terletak di Gunung Hira, tempat yang 

sering digunakannya untuk melakukan perenungan. Di sinilah dia melihat 

penampakan yang ternyata malaikat Jibril. Sang malaikat berkata kepada 

Muhammad:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.

Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

—QS Al ’Alaq: 1–5

20 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Kata-kata sang malaikat kelak menjadi panduan untuk sains dan pendi-

dikan di dunia Islam.

Wahyu terus mengalir dan Muhammad mulai mendakwahkannya ke-

pada anggota keluarganya kemudian orang lain di Mekkah. Dia mengajak 

mereka untuk menerima Tuhan Yang Mahaesa dan Mahakuasa, menolak 

adanya tuhan-tuhan perantara, dan juga menyingkirkan kerakusan serta 

memperlakukan sesama dengan adil dan menghormati mereka. Khadijah 

saat itu juga bergabung dengannya dan Muhammad dengan cepat menemu-

kan pengikutnya yang lain, tertarik oleh penolakannya atas keserakahan 

dan visinya tentang persamaan. Sejak awal sudah ditekankan bahwa dia 

tidak menciptakan agama baru tetapi hanya mengingatkan orang-orang 

untuk kembali ke ajaran para nabi yang telah datang sebelumnya dan 

Allah adalah Tuhan Ibrahim, Isa, dan Musa.

Walaupun demikian, penguasa Mekkah yang kaya dan kuat secara 

politik merasakan bahwa pemikiran Muhammad mengancam kedudukan 

mereka, dan tahun 622 Muhammad pindah menuju Madinah, dalam peris-

tiwa yang disebut hijrah. Namun hal ini terbukti hanya langkah mundur 

sementara karena pemikirannya mendapatkan sambutan masyarakat kota 

itu dengan cepat dan dalam jumlah besar.

Pejuang dan Syuhada

Sejak awal, kelangsungan pemikiran Islam tidak hanya bergantung pada 

penyebaran dari mulut ke mulut. Tradisi Islam mengatakan bahwa Muham-

mad berusaha menghindari kontak senjata tetapi dia dan pengikutnya di 

Madinah dipaksa bertempur demi kelangsungan hidupnya dari serangan 

kaum elit Mekkah. Serangkaian pergesekan mencapai puncaknya di pe-

rang Badar tepat di luar Mekah, peperangan pertama bagi umat Islam, 

di mana tentara Muslim yang kecil memenangi pertempuran melawan 

tentara Mekkah yang lebih besar. Bagi umat Muslim, kemenangan itu 

adalah bukti kuat bahwa Tuhan berada di pihak mereka.

Keyakinan bahwa Tuhan menolong mereka dalam meraih kemenangan 

memainkan peranan besar dalam kesuksesan demi kesuksesan di medan 

peperangan. Meyakini bahwa mereka didukung kekuatan Ilahi membuat 

21 Datangnya Sang Nabi

pasukan Islam memiliki perasaan percaya diri luar biasa yang membuat 

mereka mampu mengalahkan kekuatan tempur yang lebih besar dengan 

persenjataan yang lebih lengkap. Sejak Perang Badar, umat Muslim yang 

meninggal di medan pertempuran dinilai sebagai syuhada, dan para 

syuhada akan langsung masuk surga. Mungkin sebagian umat Muslim 

pertama tidak hanya tergerak oleh janji kehidupan di dunia berikutnya, 

tetapi janji hadiah yang akan diterimanya di dunia. Banyak dari mereka 

yang membela Islam di tahun-tahun awal berasal dari orang golongan 

miskin di daerah tersebut. Kemenangan atas kekaisaran Byzantium 

dan Sassaniyah tidak diragukan lagi meningkatkan standar kehidupan 

mereka.

Negara Islam

Politik selalu menjadi hal penting bagi Islam. Sejak zaman Muhammad, 

umat Muslim pertama telah beradu dengan mereka yang memiliki ke-

kuatan politis, awalnya karena mereka tidak diizinkan berdakwah secara 

terbuka, dan kelak karena mempertahankan diri dari serangan penduduk 

Mekkah. Namun sepuluh tahun setelah turunnya wahyu pertama, Islam 

telah menjadi sumber kekuatan yang besar. Muhammad memegang tam-

puk pemerintahan di kota Islam kecil Madinah, dan kelak umat Muslim 

akan menggunakan berbagai macam interpretasi penafsiran tentang Islam 

sebagai dasar untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah kekai-

saran Islam.

Aspek politik Islam juga mendorong mereka untuk meraih kesuksesan 

dalam sains. Sebagaimana di kekaisaran lainnya, sains di kekaisaran Islam 

menjadi bagian dari kekuatan politik. Islam adalah keyakinan sekaligus 

pergerakan politik. Tujuan Muhammad bukan hanya untuk menyediakan 

gaya hidup baru tetapi juga menciptakan visi masyarakat yang baru—

negara dan komunitas yang baru. Ini adalah salah satu alasan kenapa 

umat Muslim yang dijajah oleh berbagai negara Eropa sulit hidup di 

bawah kekuasan penguasa barunya—para penguasa yang diyakini umat 

Muslim tidak memiliki pandangan yang sama akan masyarakat yang 

adil.

22 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Islam Setelah Muhammad

Saat Muhammad meninggal di tahun 632, beliau tidak menunjuk peng-

ganti secara resmi. Kebingungan tentang siapa yang harus mengambil 

alih kepemimpinan pergerakan baru itu menciptakan banyak masalah—

berbagai masalah yang sedemikian besar dan bertahan lama sehingga me-

nyebabkan konlik beratus-ratus tahun dan tetap menjadi inti dari banyak 

ketegangan yang hadir di dunia Islam sampai saat ini, termasuk perpecah-

an antara umat Muslim Syiah dan Sunni.

Setidaknya ada tiga kelompok yang bisa mencalonkan pemimpin baru: 

dia bisa saja datang dari salah satu Sahabat setia yang telah menemani 

Muhammad di awal-awal kerasulannya; bisa saja salah satu dari suku 

Quraisy; atau dari keluarga Muhammad sendiri—khususnya, sepupu seka-

ligus menantunya, Ali. Pendukung Ali kelak akan mendirikan cabang 

Islam Syiah, berbeda dari mayoritas Sunni. Pada akhirnya, peran khalifah 

(penerus) pertama yang menggantikan Muhammad diberikan kepada 

salah satu Sahabat terdekatnya dan salah satu pengikut Muslim yang 

pertama, yaitu Abu Bakar. Kedua kelompok lainnya tidak begitu senang 

dengan pengangkatannya. Empat khalifah pertama—Abu Bakar, Umar, 

Utsman, dan akhirnya Ali sendiri—disebut sebagai Khulafaur Rasyidin 

dan masing-masing dipilih oleh umat, bukan melalui sistem waris. Namun. 

Abu Bakar adalah satu-satunya dari mereka yang tidak menemui ajalnya 

dengan cara kekerasan.

Mungkin untuk menstabilkan situasi, sebuah keluarga Mekkah yang 

kuat bernama Bani Umayyah dipimpin oleh Muawiyah akhirnya mengam-

bil alih kendali setelah Ali dibunuh pada tahun 661. Bani Umayyah me-

mindahkan ibukota kekhalifahan dari Mekah ke Damaskus dan Muawiyah 

mendirikan dinasti kekhalifahan yang pertama, yang bertahan sampai ta-

hun 750 saat mereka ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah, keluarga yang 

memiliki hubungan darah dengan Ali.

Namun walaupun dengan berbagai ketegangan yang terjadi di tampuk 

pemerintahan, dalam waktu kurang dari tiga dasawarsa, di bawah empat 

khalifah pertama, kekuatan Islam telah menguasai seluruh kekuasaan Per-

sia Sassaniyah dan sebagian besar wilayah Byzantium. Di bawah Abu Ba-

kar, hanya dua tahun setelah kematian Muhammad, mereka telah meng-

23 Datangnya Sang Nabi

konsolidasikan kekuatan mereka di seluruh jazirah Arab, merebut Irak 

dari Persia dan mengambil alih Damaskus dari Byzantium.

Mungkin kemenangan Islam yang paling besar terjadi di Yarmuk yang 

kini merupakan bagian dari Yordania di tahun 636 saat pasukan ber-

kekuatan sekitar 30.000–40.000 orang mengalahkan pasukan Byzantium 

yang berjumlah lebih dari 100.000 orang. Pada satu titik di peperangan 

itu beberapa prajurit Muslim mundur namun bertemu dengan kaum Mus-

limah yang mendorong mereka kembali ke kancah pertempuran dengan 

menggunakan tongkat penopang tenda sambil bernyanyi:

Wahai kamu yang lari dari wanita 

Yang memiliki kecantikan dan kebajikan;

Dan meninggalkannya kepada kaum kair,

Kaum kair yang dibenci dan jahat,

Untuk dikuasai, dihinakan dan dihancurkan.

Tanpa tekanan seperti itu di belakangnya, mungkin tidak aneh pasuk-

an Byzantium berhasil dihancurkan. Peperangan itu adalah bencana 

bagi kekaisaran Byzantium dan kaisar Heraklius melarikan diri dengan 

menggunakan kapal laut dari Yarmuk kembali ke Byzantium, rupanya 

mengambinghitamkan kekalahan itu kepada balas dendam Ilahi akibat 

pernikahannya dengan keponakannya yang masih muda Martina.

Kemenangan pasukan Muslim di Yarmuk menyebarkan goncangan ke 

seluruh dunia. Kelak, padri Santo Anastasius mencatat dari Gunung Sinai 

bahwa itu adalah ”kejatuhan pertama dan mengerikan tentara Romawi 

yang tidak bisa dibangkitkan kembali.” Setelah Yarmuk, kekaisaran Byzan-

tium dengan cepat kehilangan sebagian besar wilayah kekuaasaannya 

dan yang tersisa hanyalah sebidang tanah yang kini menjadi Turki dan 

di sekeliling Byzantium. Pada tahun 638, umat Muslim menguasai Yeru-

salem, sebuah kemenangan simbolis yang sangat penting. Pada tahun 

640, sebagian besar Syria telah berada di bawah kendali mereka. Dua 

tahun kemudian kekuasan Byzantium di Mesir dapat dipatahkan dan 

dalam beberapa dasawarsa begitu pula dengan daerah kekaisaran itu di 

Afrika Utara sampai Samudra Atlantik. Sementara itu, satu tahun setelah 

24 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Yarmuk, Persia telah dikalahkan di kampung halamannya di Iran setelah 

pecah perang Qadhisiyah dan tak lama kemudian umat Muslim menembus 

Persia menuju perbatasan Asia Tengah.

3Membangun Islam

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.

Nabi Muhammad

Pada saat Khalifah Bani Umayyah bernama Muawiyah meraih kekuasaan 

di tahun 661, tugas pemimpin Islam telah berubah secara dramatis. Un-

tuk beberapa dasawarsa pertama setelah Nabi Muhammad wafat, umat 

Muslim yang baru telah disibukkan dengan peperangan melawan para 

tetangganya Persia dan Byzantium. Pada tahun-tahun berikutnya, priori-

tas sang khalifah telah berubah dan dia mengalihkan perhatiannya untuk 

mengurus kekhalifahan.

Dia masih membutuhkan pasukan untuk mengatur kekhalifahan dan 

mempertahankan daerah kekuasaannya—tetapi saat itu ia menggunakan 

tentara profesional bayaran dari agama atau ras apa pun dan bukan ten-

tara sukarelawan. Sang khalifah juga memerlukan pegawai administrasi 

untuk menagih pajak dan mengatur urusan setempat dan memerlukan 

orang terlatih untuk mempertahankan infrastruktur kekhalifahan. Dan 

sang khalifah sendiri harus berada di tempat yang paling praktis untuk 

menjalankan kekhalifahan—Damaskus, yang berada di tengah-tengah ke-

khalifahan, bukan Mekah, sebuah kota kecil di daerah pinggiran sebelah 

tenggara kekhalifahan. Damaskus menjadi ibu kota dan dengan cepat 

kota kuno ini, yang usianya sudah lebih dari 6.000 tahun, menjadi pusat 

dunia Islam yang sangat sibuk.

Umat Muslim mengalihkan perhatian kepada tugas mempertahankan 

kekhalifahannya yang baru dengan energi yang sama dengan yang telah 

26 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

mendorong mereka untuk menciptakannya. Konsensus para ahli sejarah 

adalah tidak banyak usaha yang dilakukan untuk meng-Islam-kan kaum 

non-Muslim yang menjadi penduduk di kekhalifahan Islam. Seperti yang 

ditunjukkan di Uni Soviet dan Cina, keyakinan atas sebuah agama dan 

ideologi yang berlangsung lama hanya bisa terjadi berdasarkan keikhlasan 

dan tidak bisa dipaksakan. Untuk beberapa waktu, kurang dari sepuluh 

persen populasi di dunia Islam adalah Muslim. Sekitar 90 persen adalah 

campuran penganut Kristen, Yahudi, Zoroastrianisme (Majusi), dan keya-

kinan lainnya. Orang Kristen di kekhalifahan Islam mendapati bahwa 

mereka diperlakukan dengan lebih baik oleh pemerintah Muslim di-

bandingkan oleh para penguasa Byzantium yang memerintah mereka 

sebelumnya. Byzantium menerapkan agama Kristen dengan satu macam 

interpretasi tentang Yesus Kristus dan mereka membunuh orang-orang 

yang tidak sepaham seperti penganut Nestorian yang akhirnya melarikan 

diri ke timur dari Syria menuju Persia dan akhirnya mencapai Cina (orang 

Kristen yang pertama kali tiba di negara itu). Orang-orang Nestorian dan 

Kristen berbahasa Syria kelak akan memainkan peranan penting di da-

lam proyek menerjemahkan karya ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani 

ke bahasa Arab.

Ahli sejarah berdebat bahwa umat Muslim masa-masa awal tidak ter-

tarik meng-Islam-kan banyak orang sebagian karena alasan uang. Sebagian 

besar para Ahlul Kitab—yaitu Yahudi dan Kristen—harus membayar pa-

jak dalam jumlah yang berbeda dari umat Muslim sehingga mendapat 

jaminan perlindungan dari negara dan membebaskan mereka dari wajib 

militer. Jadi mendorong orang-orang Kristen dan Yahudi yang jumlahnya 

besar menjadi penganut Islam berarti hilangnya pendapatan yang cukup 

besar bagi para penguasa. Namun, orang Kristen dan Yahudi, berdasarkan 

standar hari ini, telah mengalami diskriminasi. Mereka tidak diizinkan 

memegang jabatan tertinggi dan di beberapa tempat tidak berhak men-

dapatkan jasa kesehatan gratis.

Masjid Dinasti Umayyah

Sementara itu, adanya atmosfer multi-budaya dan multi-agama seperti 

itu berarti banyak orang bisa mengeluarkan energi mereka di dalam 

27 Membangun Islam

dinamika kekhalifahan baru. Hanya sedikit tempat yang menunjukkan 

paduan bakat dunia Islam selain di masjid Bani Umayyah di Damaskus. 

Selama 40 tahun pertama di Damaskus, umat Muslim beribadah dengan 

menggunakan gereja kecil bersama-sama dengan umat Kristen. Kemu-

dian di tahun 706 Khalifah al-Walid I membeli gereja itu dari umat 

Kristen, merubuhkannya, dan membangun sebuah masjid. Masjid itu ada-

lah bangunan Muslim hebat yang pertama. Ambisi dan keahlian organi-

sasinya tampak jelas dalam ukuran bangunan tersebut.

Saat Khalifah al-Walid meluncurkan rencana tersebut, dia mengumum-

kan: ”Warga Damaskus, empat hal telah membuat kalian jauh lebih he-

bat dibandingkan orang lain di seluruh dunia: cuaca, air, buah-buahan, 

dan tempat permandian kalian. Kini aku ingin menambahkan hal ke-

lima: masjid ini.” Dia membangun sebuah masjid yang menjadi salah satu 

bangunan terbesar yang pernah dibangun sejak zaman Romawi dan mas-

jid ini masih menakjubkan setelah 1.300 tahun. Seiring berkembangnya 

sains, masjid itu menyerap arsitektur klasik terbaru kemudian mengem-

bangkannya lebih jauh. Al-Walid bahkan mendatangkan 200 tukang ahli 

Byzantium yang terbaik untuk membuatkan mosaik paling indah. Tetapi 

berbagai elemen itu ditransformasikan menjadi sesuatu yang baru dan 

khas Islam. Terlihat jelas ekspresi bangunan dan dekorasi bergaya Islam 

yang sangat baru, mulai dari ukiran geometri yang sangat rumit sampai ke 

dinding yang beraneka ragam warnanya, kubah serta menaranya.

Kemajuan Agama dan Sains

Menyerap kelebihan kebudayaan lain lalu memodiikasi dan membuat 

inovasi dengan berbagai ide baru adalah ciri sains itu juga menjadi salah 

satu ciri Islam. Muhammad telah menegaskan bahwa Islam bukanlah 

agama baru. Agama Kristen dan Yahudi datang dari akar yang sama dan, 

seperti Islam, keduanya berasal dari Ibrahim. Alquran bukanlah satu-sa-

tunya kitab tetapi kitab yang terakhir. Nabi telah melakukan perjalanan 

ajaib di malam hari menuju surga dari Yerusalem yang dinamakan sebagai 

mi’raj. Saat berada di surga, Muhammad bertemu dengan semua nabi, ter-

masuk Isa, dan menjadi imam sholat. Ciri khas Islam Islam menjadi peng-

hubung ke masa lalu dan masa depan.

28 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Selama masa pemerintahan Dinasti Umayyah, sepertinya mesin admi-

nistratif dan kepraktisan kekhalifahan berkembang pesat. Selain itu, ada 

stimulus ekonomi yang besar. Sebagai contohnya, saat umat Muslim me-

nyebar ke Timur Tengah dan Afrika, kota-kota tenda didirikan di tem-

pat-tempat seperti Basrah dan Kufah di Irak dan Fustat di Mesir. Semua 

kota itu akhirnya menjadi permanen––Fustat berkembang menjadi Kairo 

—tetapi sejak awal mereka membutuhkan berbagai jenis barang dan 

pasukan baru, ahli administrasi serta keluarganya memiliki uang untuk 

membeli berbagai barang tersebut.

Revolusi Pertanian

Secara khusus mereka memerlukan makanan, dan dataran rendah yang 

subur di Irak—dan kemudian dataran di Mesir dan Andalusia—menjadi 

pusat dari yang bisa disebut sebagai revolusi pertanian. Orang-orang ber-

bahasa Arab adalah para penjelajah ulung dan saat imperium itu ber-

kembang mereka membawa ide-ide dari Maroko sampai Mongolia untuk 

meningkatkan produksi makanan di rumah barunya. Semua ide itu akhir-

nya disatukan dalam buku panduan pertanian.

Sebagai contoh, dari Andalusia umat Muslim Irak telah menemukan 

dan kemudian mengembangkan rotasi tanaman. Sebelumnya, mereka ha-

nya mengalami satu masa panen setiap tahunnya di musim dingin. Dengan 

rotasi tanaman, mereka bisa mengalami masa panen beberapa kali setiap 

tahunnya. Tetapi inovasi ini tidak mungkin terjadi tanpa faktor lainnya. 

Cuaca yang kering dan panas yang seringkali melanda dataran rendah 

Irak membuat panen di musim panas tidak mungkin terjadi. Jadi berbagai 

teknik irigasi dikembangkan. Sebagai contoh, tebu harus mendapatkan 

pengairan setiap empat sampai delapan hari di musim panas tetapi cukup 

mengejutkan karena para petani itu bisa melakukannya.

Dikenalkannya sistem irigasi kuno yang terkenal berupa terowongan air 

atau qanat dari Iran adalah salah satu kesuksesan irigasi mereka. Bahkan 

yang lebih mengesankan adalah teknik pengangkatan air, dan khususnya 

naura atau kincir air. Istilah naura pertama kalinya muncul di zaman Di-

nasti Umayyah saat penduduknya sedang menggali kanal di dekat Basrah. 

29 Membangun Islam

Walaupun naura yang terkenal yang terletak di Hama, Syria, baru dikenal 

pada abad ke-14, naura mungkin mesin pengangkatan air yang khas yang 

tak lama setelah itu digunakan di seluruh dunia Islam. Teknik ini lalu men-

jadi fokus beberapa keberhasilan teknologi penting di zaman Islam, seperti 

yang diciptakan oleh al-Jazari, seorang insinyur Turki, yang akan kita lihat 

di dalam buku ini.

Tanaman dan Pemilik Baru

Di samping beberapa teknik baru dan sistem pengaturan air, tanaman 

diambil dari satu bagian dunia dan dikenalkan di tempat yang lain. Con-

tohnya, jeruk dan lemon datang dari India ke Timur Tengah pada akhir 

dari abad ke-9 dan tak lama telah menyebar ke dunia Islam dan masuk ke 

Spanyol. Dalam cara yang sama, imperium ini menanam dan menyebar-

kan gula, buah delima, daun ara, buah zaitun, kapas, dan banyak tanam-

an lainnya.

Banyak di antara inovasi tersebut membutuhkan perkembangan pen-

ting lainnya: gagasan tentang hak kepemilikan untuk petani kecil. Kekha-

lifahan Islam bukanlah negara feodal dan sseorang diizinkan memiliki 

lahan sepanjang mereka membayar pajak. Hal ini membuat kota mampu 

berswasembada pangan dan juga memberi kontribusi kepada keuangan 

negara. Kerumitan kepemilikan lahan, menghitung bagian dengan aku-

rat, menghitung tagihan pajak dan hal lainnya mungkin menjadi faktor 

utama yang menekan para pejabat rendahan sampai ke khalifah untuk 

mengembangkan sistem matematika dan komputasi untuk menangani 

semua itu. Banyak contoh yang digunakan sang ahli matematika Musa 

al-Khawarizmi, untuk mendemonstrasikan teknik aljabarnya yang baru, 

berasal dari dunia pertanian dan kepemilikan tanah. Dan kebutuhan un-

tuk mendapatkan informasi yang akurat untuk menanam dan masa pa-

nen mungkin memiliki efek yang sama terhadap ilmu astronomi.

Bahasa Baru

Pengelolaan berbagai daerah Islam mungkin menjadi perangsang yang 

sama pentingnya bagi sains. Untuk beberapa puluh tahun pertama, urusan 

30 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

pemerintahan dilakukan dalam bahasa nasional setempat, dengan bantu-

an para penerjemah. Namun pada tahun 690-an, Khalifah Abdul Malik 

menetapkan bahasa Arab harus digunakan dalam setiap dokumen resmi. 

Ini berarti semua orang yang ingin bekerja untuk pemerintahan—bahkan 

berurusan dengan pejabat pemerintahan—harus mampu menulis Arab. 

Dampak jangka panjang penerapan hukum ini sangat besar. Perlahan-

lahan, semua orang, dari Andalusia sampai Afghanistan, belajar berbicara 

dalam bahasa Arab. Bagi seseorang yang bisa menulis, bahasa Arab men-

jadi bahasa universal di seluruh dunia Muslim yang terbentang luas. Se-

perti bahasa Inggris menjadi bahasa sains di zaman sekarang, begitu pula 

bahasa dan tulisan Arab membuat para pelajar dari tempat jauh dan ber-

bagai kebudayaan yang berbeda mampu mengomunikasikan pemikiran 

mereka dengan mudah dan menuliskannya agar bisa dipahami oleh orang 

lain. Kemungkinan besar hal ini, lebih dari hal lainnya, menjadi kunci 

berkembangnya dan bertahannya sains Islam selama berabad-abad .

Mencetak Uang Logam

Pada kisaran waktu yang bersamaan, Abdul Malik memperkenalkan un-

dang-undang yang berpengaruh luas lainnya. Sebagaimana dengan bahasa, 

umat Muslim terpaksa mempergunakan uang logam Byzantium yang sudah 

ada di awal-awal kekhalifahan. Rupanya, menurut kisah, kaisar Byzantium 

tidak senang dengan disebutkannya sang Nabi di beberapa dokumen res-

mi, dan membalasnya dengan mengancam untuk mencetak uang logam 

dengan tulisan yang akan menyinggung perasaan umat Muslim. Jadi, 

menurut cerita, Abdul Malik meminta nasihat dari pangeran dan cende-

kiawan terkenal bernama Khalid bin Yazid. Solusi yang ditawarkan Khalid 

sangat sederhana—membuat uang logam sendiri. Dan sejak saat itu, dinar, 

lengkap dengan tulisan pujian kepada Tuhan menjadi mata uang bagi ke-

khalifahan baru itu.

Ahli sejarah George Saliba menyatakan bahwa berbagai perisitiwa se-

perti itu mungkin telah menjadi perangsang awal pergerakan penerjemah-

an buku sains ke dalam bahasa Arab dan awal dilakukannya berbagai 

eksperimen sains pada umumnya. ”Kalau anekdot ini dikaitkan dengan 

31 Membangun Islam

ketertarikan Khalid dalam alkimia,” ujar Saliba, ”kita bisa melihat mengapa 

buku-buku tentang alkimia mungkin sangat berguna bagi seseorang yang 

tertarik dalam membuat uang logam emas baru. Siapa lagi kecuali para 

ahli alkimia yang lebih baik persiapannya dalam mengidentiikasi emas 

murni dari logam lainnya? Dan siapa kecuali para ahli alkimia yang lebih 

ahli dalam menilai campuran logam?” Apa pun pernyataan yang diajukan 

oleh Saliba, Khalid pada umumnya dinilai sebagai ahli alkimia Islam 

pertama dan di antara yang pertama melakukan inisiatif menerjemahkan 

buku sains ke dalam bahasa Arab.

Dinasti Umayyah dan Ketidakpuasan

Walaupun ekonomi berkembang stabil di bawah Dinasti Umayyah namun 

tidak demikian halnya dalam aspek politik. Di bagian timur imperium, 

khususnya di timur jauh di mana kekaisaran Persia kuno melebarkan kuku-

nya sampai ke Asia Tengah tampak ketidakpuasan. Mereka yang mene-

tap di tanah Persia, baik Muslim maupun non-Muslim, tidak menyukai 

kekuasaan yang dipegang oleh orang-orang berbahasa Arab. Beberapa di 

antaranya merasa bahwa keluarga Muhammad telah disingkirkan oleh 

Bani Umayyah. Lainnya hanya merasa kesal dengan arus dana serta sum-

ber daya menuju barat yaitu Damaskus. Sebenarnya, banyak masalah 

yang timbul sebagai alasan ketidakpuasan.

Banyak yang bisa mengeksploitasi ketidakpuasan ini tetapi Bani Abba-

siyah-lah yang melakukannya. Bani Abbasiyah adalah pendukung ketu-

runan keluarga Nabi Muhammad dari garis pamannya, Abbas. Mereka 

kebanyakan tinggal di daerah Kufah di Irak tetapi mengirimkan agen 

dan duta untuk mendapat dukungan dari berbagai daerah di timur. Pesan 

mereka sederhana: jika Bani Umayyah disingkirkan dan Keluarga Muham-

mad dikembalikan pada posisinya, dunia akan menjadi tempat yang le-

bih baik. Akhirnya di musim panas tahun 747 berkibar bendera hitam 

revolusi Bani Abbasiyah berkibar di Marv, kota oasis kuno di Khurasan 

di tengah-tengah padang pasir Kara Kum (Pasir Hitam). Dipimpin oleh 

Abu Muslim—mungkin hanya nama samaran karena ini artinya ”Bapak 

umat Muslim”—pasukan revolusi ini bergerak ke barat, dengan jumlah 

32 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

yang semakin membesar saat mereka meraih berbagai kemenangan atas 

tentara Dinasti Umayyah yang tidak setia terhadap kekhalifahan.

Begitu mencapai Kufah, calon dari Bani Abbasiyah bernama Abul 

Abbas As-Saffah mengangkat dirinya menjadi khalifah. Dari Kufah, ten-

tara terus berbaris menuju barat, memenangkan pertempuran demi per-

tempuran, sampai akhirnya mereka bertemu dengan Khalifah Marwan 

dari Dinasti Umayyah dan pasukannya di Sungai Zab dekat Mosul di Irak 

bagian utara di bulan Februari 750. Marwan dapat dikalahkan, banyak 

dari tentaranya yang melarikan diri tenggelam di sungai Zab yang meluap 

akibat hujan di musim dingin. Hampir sendirian, Marwan dikejar sampai 

menyeberangi Syria dan ke selatan sampai akhirnya tentara revolusi me-

nangkap dan membunuhnya.

Zaman Dinasti Abbasiyah kini dimulai.

4Keindahan Baghdad

Mereka datang ke [Baghdad] dari seluruh penjuru negeri dan orang-

orang dari berbagai pihak yang berbeda lebih memilih tinggal di 

Baghdad daripada kampung halamannya… Tiada yang belajar lebih 

banyak dibandingkan cendekiawan [Baghdad], memiliki pengetahuan 

yang lebih lengkap dibandingkan ahli tradisinya, lebih meyakinkan 

dibandingkan ulamanya… lebih puitis dibandingkan penyairnya dan 

lebih ceroboh dibandingkan para orang kayanya.

Ahmad al-Ya’qubi, dalam tulisan tentang kunjungannya ke 

Baghdad di zaman pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, abad ke-9

Dengan datangnya Dinasti Abbasiyah, tirai diangkat untuk menyajikan 

zaman yang disebut-sebut sebagai Zaman Keemasan ilmu pengetahuan 

Islam—kota Baghdad. Bersemangat untuk memulai lembaran baru, Kha-

lifah Abbasiyah kedua yaitu al-Mansur meninggalkan Damaskus dan 

bersiap-siap mendirikan ibu kota yang baru di dekat jantung para pendu-

kung mereka di timur, tepat di tengah-tengah tanah pertanian baru yang 

produktif di antara sungai Tigris dan Eufrat. Dan mereka membangun 

kota yang menakjubkan.

Tidak ada bukti isik tentang Baghdad di zaman Dinasti Abbasiyah yang 

masih bertahan hingga hari ini untuk menunjukkan seperti apa keadaan 

di zaman dahulu namun kita tidak kehabisan bukti dalam bentuk tulisan 

berbahasa Arab untuk menggambarkan kemewahan kota tersebut pada 

masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Hanya dalam beberapa dasawarsa 

saja dari pendirian kota itu pada tahun 762, Baghdad telah tumbuh 

menjadi salah satu kota terhebat di seluruh dunia, bukan hanya dalam 

34 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

ukuran—menurut perkiraan Baghdad memiliki populasi sampai satu juta 

orang ketika hanya beberapa kota saja di luar Cina yang didiami di atas 

puluhan ribu orang—tetapi juga dalam sudut pandang masyarakat yang 

sibuk, penuh energi, dan bercampurnya berbagai bangsa yang datang ke 

sana dari segala penjuru dunia untuk tinggal dan bekerja di kota itu.

Baghdad adalah kota yang terdapat di legenda Seribu Satu Malam, di mana 

Syahrazad menganyam dongeng untuk membuai pangerannya, Khalifah 

Abbasiyah ketiga yaitu Harun ar-Rasyid—kota yang dipenuhi air mancur 

dan halaman luas, berbagai ruangan berkarpet dan beralaskan bantal di 

mana gadis-gadis berpakaian sutra menari dan para penyair menggubah 

puisi tentang rasa rindu akan gadis-gadis itu, berbagai pertemuan tersem-

bunyi dan para pencuri ringan tangan di malam hari. Tidak ada cara untuk 

mengetahui seberapa banyak kebenaran dari kisah ini.

Kota Bundar

Di tengah-tengah kota Baghdad berdiri sebuah kota bundar yang sangat 

sempurna dan dikelilingi dinding tinggi. Di setiap kuadran lingkaran 

tampak gerbang raksasa, di mana jalanan terhampar menuju empat sudut 

imperium—ke Khurasan, Basrah, Kufah, dan Syria. Isi Kota Bundar 

itu sebagian besar berupa halaman kosong dengan istana kerajaan dan 

mesjid di tengah-tengahnya. Hamparan kota yang sangat luas itu, de-

ngan suq (atau souk, pasar) yang sempit dan jalanan yang panjang serta 

rumah-rumah besar dan kecil beratap rata di luarnya. Tata kota bundar 

itu menyerupai kota klasik di Persia yaitu Firouzabad dan kubah serta 

bangunan melengkung dari istana mungkin terinspirasi dari istana kediam-

an shah Persia hanya beberapa kilometer dari Tisfun, yang lengkung rak-

sasanya masih berdiri sampai sekarang1.

Suasana kota itu pada awal-awal tahun berdirinya dipengaruhi oleh 

keluarga aristokrat Baramikah yang berasal dari Balkh di Afghanistan. Ke-

1Rupanya, al-Mansur tidak hanya terinspirasi oleh arsitektur Tisfun tetapi ingin meng-

gunakan batu bata yang sama. Tetapi Khalid bin Barmak, penasihatnya, menyarankan 

untuk membiarkan kehadiran istana Sassania sebagai puing-puing sebagai pengingat yang 

sempurna tentang kehebatan Islam. Dan oleh karenanya reruntuhan istana itu tetap ber-

diri sampai hari ini.

35 Keindahan Baghdad

luarga Baramikah adalah salah satu keluarga terkaya di Baghdad dan juga 

politisi yang andal. Tiga generasi keluarga itu telah menjadi penasihat 

para khalifah Abbasiyah dan secara efektif menjalankan kekhalifahan, 

menguasai tidak hanya keuangan kekhalifahan tetapi juga berpengaruh 

dalam menetapkan siapa yang menjadi khalifah berikutnya. Salah seorang 

penasihat diyakini memegang kunci istana selir sang khalifah. Akhir-

nya, walaupun tidak ada orang yang tahu sebabnya, sepertinya keluarga 

Baramikah telah melangkah terlalu jauh, dan di tahun 803 Harun mem-

bunuh penasihat Baramikah yang terakhir, Ja’far—dahulu pernah menjadi 

rekannya pada berbagai petualangan di masa mudanya.

Gaya Baghdad

Saat masih berkuasa, keluarga Baramikah menentukan arah seni dan sains 

yang diikuti oleh keluarga kaya lainnya di kota itu, dan menghias majalis 

(tempat pertemuan) tempat pejabat istana dan cendekiawan bertemu un-

tuk memperdebatkan pemikiran keagamaan dan ilosoi dengan keterbuka-

an yang tiada bandingannya. Tidak hanya cendekiawan Muslim tetapi ju-

ga Kristen, Yahudi, dan Zoroastrianisme disambut dengan tangan terbuka 

di tempat ini—dan satu-satunya persyaratan untuk bisa masuk adalah 

apakah kita bisa mempertahankan pemikiran yang kita miliki. Walaupun 

begitu kelompok pertemuan itu tidak benar-benar bebas dari persaingan 

dan prasangka terhadap orang luar.

Ada sebuah cerita tentang Hunayn bin Ishaq (dalam bahasa Latin 

dinamakan Johannitius) yang mungkin kelak menjadi penerjemah dan 

dokter yang paling terkenal. Hunayn datang dari desa pinggiran kota Hira 

di Irak, tetapi seperti banyak pemuda di zaman itu ia pergi ke Baghdad 

untuk belajar ilmu kedokteran. Lalu dia menghadiri majalis di pertemuan 

para dokter yang menangani empat khalifah Abbasiyah. Dengan penuh 

semangat, Hunayn muda terus mempertanyakan apa yang dikatakan para 

dokter di tempat tersebut. Akhirnya, salah seorang elit kedokteran dari 

Persia menjadi kesal oleh anak yang masih hijau ini sehingga dia meng-

usirnya seperti gelandangan. ”Cari makan di jalanan saja!” itulah yang 

diucapkan olehnya. Bertahun-tahun kemudian, saat Hunayn sudah mem-

buktikan dirinya, sang dokter meminta maaf kepadanya.

36 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Topik dari Yunani

Namun sangat besar kemungkinannya kelompok diskusi ini memperoleh 

reputasi cukup tinggi berkat kesuksesan di tempat perdebatan, serta penya-

jian pembelajaran dan pengetahuan yang luas. Mungkin yang lebih penting, 

salah satu karya pertama Aristoteles yang diterjemahkan ke bahasa Arab 

adalah Topica yang memuat nasihatnya tentang cara mempertahankan 

pemikiran. Cara apa yang lebih baik untuk mengalahkan pesaing dalam 

perdebatan dibandingkan belajar dan mengutip dari sang mahaguru? 

Mungkinkah salah satu alasan mengapa para elit kaya raya bersedia meng-

habiskan dana mendapatkan hasil terjemahan karya ilmiah dalam bahasa 

Arab hanya karena keinginan untuk memenangkan perdebatan?

Amira Bennison dari Cambridge University menggambarkan tujuan 

yang lebih besar dalam penerjemahan ilsafat Yunani. Menurutnya, seba-

gai imperium dan agama baru, Islam menginginkan adanya alat untuk me-

ngembangkan argumen keagamaan dan ilsafat untuk menghadapi umat 

Kristen dan Yahudi yang sudah mengembangkan tradisi dialektiknya de-

ngan baik. Di sisi lain, Peter Adamson, menyatakan motif nasionalis yang 

lebih sederhana—umat Muslim ingin mengalahkan Byzantium untuk 

menunjukkan bahwa mereka memahami dan menghargai ilmu Yunani le-

bih baik daripada para pewarisnya sendiri. Sementara itu, Yahya Michot 

dari Hartford Seminary di Connecticut dan Dmitri Gutas dari Yale Uni-

versity menambahkan insentif lainnya mengapa para khalifah Abbasiyah 

mengeluarkan dana untuk penerjemahan itu—ilmu astrologi, yang mem-

berikan mereka kemampuan meramal dan mendukung legitimasi revolusi-

nya karena hal itu telah dituliskan di bintang-bintang. Ahli sejarah era 

tersebut yang lain mengatakan bahwa bangsa Persia hanya mengambil 

kembali warisan pengetahuannya setelah Alexander Agung menghancur-

kan kota Persepolis di Persia di tahun 330 SM.

Pergerakan Penerjemahan

Apa pun alasannya, dan mungkin masih banyak lagi, l