Silahkan Anda bayangkan berbagai gambar dari pendaratan di bulan
pada tahun 1969: foto hitam putih yang kasar atau tayangan gerak lambat
di televisi dari sejumlah roket dan astronot di angkasa luar, dan para
penonton yang tercengang mengamati dari bawah. Atau ingat kembali
tayangan televisi pada tahun 2000 saat genom manusia selesai dibaca, di
mana berita ini diumumkan bersama oleh Presiden Amerika Serikat Bill
Clinton dan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.
Apa yang diungkapkan oleh foto-foto dan berita itu serta seemikian
banyak tayangan lainnya tentang penemuan sains modern kepada kita?
Satu pesan yang sangat jelas: sains lebih daripada sekadar ”sains”. Sains
adalah hasil visi orang-orang yang mengarahkan kita mengenai tempat
yang ingin dicapai masyarakatnya di masa yang akan datang. Pendaratan
di bulan mengatakan kepada semua orang yang menonton bahwa ini
adalah pemerintahan yang berada dalam puncak kejayaannya. Setelah
mencengkeram dunia di tangannya, masyarakat dengan teknologi yang
paling tinggi di zamannya itu sudah siap menjejakkan kakinya di langit—
atau paling tidak, sebagian kecil langit.
Lebih dari 1.000 tahun yang lalu, pemerintahan lainnya, yang dicipta-
kan dengan lahirnya Islam, berada di puncak kejayaannya. Pemerintahan
itu sebenarnya adalah jejaring yang kita sebut sebagai kekhalifahan,
disatukan dengan iman akan adanya Tuhan dan ajaran dari Nabi Muham-
mad SAW. Penguasa dan masyarakatnya menyebar mulai dari Indonesia
di timur sampai Spanyol di barat, dan kekhalifahan yang terakhir baru
berakhir di abad kemarin, pada tahun 1923 dengan jatuhnya kekhalifahan
Utsmaniyah (kesultanan Ottoman).
xiv Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Buku ini menggambarkan revolusi sains yang terjadi pada masa impe-
rium diciptakan oleh Islam, antara abad ke-8 sampai ke-16. Buku ini
mengisahkan tentang berbagai penemuan dan ciptaan dari kebudayaan dan
peradaban yang canggih; berbagai kondisi politik dan agama yang menye-
limutinya; dan sejumlah besar tokoh yang luar biasa—ilmuwan, insinyur,
dan pendukung mereka—yang membantu mewujudkan semuanya.
Buku ini menggambarkan zaman ketika agama dan sains memiliki hu-
bungan yang sangat akrab. Mungkin ganjil, namun kebutuhan agamalah
yang telah membantu perkembangan pengetahuan yang baru. Sebuah
contoh bisa dilihat dari upaya mengembangkan standar kualitas dalam
ilmu agama. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632, mereka
yang mendalami agama ingin menemukan cara untuk memeriksa dan mem-
veriikasi sejumlah ucapan sang Nabi. Hal ini menuntun mereka kepada
sistem peninjauan sejawat bersama, yang di kemudian hari harus dilatih
sendiri oleh para ilmuwan agama. Satu abad kemudian, saat berbagai bi-
dang sains mulai berkembang, para pemuka agamalah yang mendorong
para ilmuwan pertama untuk menggunakan standar yang sama untuk mem-
buktikan keabsahan hasil karya ilmiahnya.
Pada zaman keemasannya, para ilmuwan dan insinyur dari dunia Islam
telah membuat berbagai penemuan dan ciptaan hebat yang baru, dan
kita bisa melihat jejak kontribusi mereka dalam kehidupan sehari-hari
zaman sekarang. Selain itu, banyak pemimpin negara Islam yang melihat
hubungan antara sains dan masyarakat sebagaimana para politisi zaman
modern. Mereka meyakini bahwa kekuatan pikiran bisa membawa kita ke
berbagai tempat yang belum pernah disentuh oleh manusia di masa lalu;
mereka ingin pengetahuan yang paling baru agar bisa membantu mereka
memerintah daerah kekuasaannya dan mengalahkan para musuhnya; dan
mereka ingin membentuk masyarakat di mana orang-orang membuat ber-
bagai keputusan berdasarkan bukti sehingga sains, teknologi dan pemikir-
an rasional sangatlah penting.
Tetapi zaman itu tidak sama dengan zaman sekarang. Upaya sains zaman
sekarang berada dalam tingkatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya
dalam sejarah umat manusia. Di Amerika Serikat, dana yang dikeluarkan
untuk penelitian kesehatan lebih besar dibandingkan total anggaran belan-
ja beberapa negara termiskin di dunia. Dan saat membicarakan keyakin-
xv Prolog
annya, banyak ilmuwan cenderung menganggap agama yang mereka anut
sebagai urusan pribadi. Memang, setidaknya di dunia Barat, agama yang
dilembagakan dan berbagai keyakinan agama perorangan dilihat oleh
sebagian besar ilmuwan sebagai rintangan atas penelitian, penemuan, dan
penciptaan.
Hari ini, pengetahuan menjadi bidang yang sangat terspesialisi: hampir
tidak pernah terdengar adanya ahli isika terkemuka membuat penemuan
hebat yang baru di bidang biologi, atau ahli kimia mendorong penemuan
di bidang ilsafat. Tetapi banyak nama di dalam buku ini merupakan
ilmuwan serbabisa yang bekerja sampai mencapai standar tertinggi di
zamannya.
Dalam buku ini Anda akan bertemu banyak pemikir hebat seperti Ibnu
Sina, ilmuwan berbahasa Farsi dari abad ke-10 yang juga memberikan
kontribusi penting atas penelitian alam dan ilsafat agama. Dia juga sem-
pat menciptakan bentuk awal dari mikrometer, dan bukunya The Canon
of Medicine/Qanun ’ al-Thibb (Kanun Kedokteran) diajarkan kepada
para calon dokter di berbagai universitas di Prancis dan Italia dari abad
ke-12 sampai ke-16. Lalu ada juga Hassan ibnu al-Haitsam, ahli isika
eksperimental abad ke-11 yang memperbarui pemahaman kita mengenai
indra penglihatan dan diakui menjadi pelopor penciptaan alat penangkap
gambar (camera obscura) selain menulis dan meneliti pergerakan planet.
Anda juga akan bertemu pelindung para ilmuwan ini. Khalifah dan
gubernur seperti Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah Sunni dan al-Ha-
kim dari dinasti Fatimiyah Syiah yang memerintah Kairo mulai tahun
996 sampai 1021. Mereka dan masih banyak lagi penguasa yang mem-
pekerjakan para penasihat sains pribadi, membangun perpustakaan dan
observatorium, dan bahkan secara langsung mengambil bagian dalam ber-
bagai percobaan sains.
Dan Anda akan bertemu dengan beberapa kritikus sains baru. Mereka
adalah orang-orang seperti ahli agama Abu Hamid al-Ghazali, yang me-
nulis polemik yang sangat terkenal, Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para
Filsuf), menentang klaim para ilmuwan yang mampu menjelaskan semua
hal di dunia ini. Dan Anda akan bertemu dengan para cendekiawan yang
menderita dengan hebatnya karena telah mengkritik sains dan rasional-
isme, orang-orang seperti Ahmad bin Hambal (juga dikenal sebagai Imam
xvi Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Ahmad atau Imam Hambali—penerj.), yang disiksa karena menolak me-
nerima bahwa sains harus menjadi agama resmi negara Islam.
Buka halaman buku ini dan masuki dunia baru yang belum pernah
ditemukan sebelumnya.
Ehsan Masood
1Mitos Zaman Kegelapan
Bila ada banyak kesalahpahaman di dunia Barat tentang hakikat Islam,
maka banyak juga ketidaktahuan tentang utang kebudayaan dan peradaban kita
kepada dunia Islam. Saya rasa ini adalah kegagalan yang berakar
dari ditutupinya sejarah yang kita warisi selama ini.
Yang Mulia Pangeran Charles dalam pidatonya
di Oxford University, 27 Oktober 1993
Pada tahun 410 M, Alaric, raja Jerman dari suku Visigoth, menyerbu Roma
dan menghancurkan kota besar itu dalam amukan yang berlangsung hanya
tiga hari. Enam puluh enam tahun kemudian, Romulus Augustus, kaisar
Romawi Barat terakhir digulingkan, dan pusat kekaisaran dipindahkan
secara sepihak ke Konstantinopel. Bersamaan dengan peristiwa ini, cahaya
kehidupan menghilang dari peradaban dan dunia Barat tenggelam dalam
zaman kegelapan—zaman tanpa ilmu, sastra, atau bahkan kehidupan yang
beradab. Baru 1.000 tahun kemudian dunia kembali menemukan ilmu-
ilmu klasiknya dan berakhirlah kegelapan dunia dengan menyingsingnya
fajar baru yang cerah dari munculnya zaman Renaissance. Setidak-tidaknya
seperti itulah ceritanya.
Itulah mitos Zaman Kegelapan, gagasan bahwa sejarah dan kemajuan-
nya berhenti selama seribu tahun setelah jatuhnya Roma. Masalahnya,
mitos itu cuma mitos. Tetapi mitos itu telah menjadi sedemikian hebatnya
sehingga menyelewengkan pemahaman tentang perkembangan peradab-
an serta kemajuan sains dan pembelajaran. Kemajuan dalam pemahaman
kita tentang dunia ini terjadi saat para ilmuwan menyerap pengetahuan
terbaru dalam bidang seperti isika atau biologi kemudian memodiikasi
2 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
dan mengembangkannya. Mereka bekerja seperti atlet lari estafet, menye-
rahkan tongkat pembelajaran dari satu ilmuwan ke ilmuwan lainnya.
Sains modern, yang dianggap sebagai mahkota peradaban Barat modern,
meraih tempatnya setelah beberapa kali pengoperan tongkat. Tongkat
tersebut sampai di tangan ilmuwan Eropa dari para ilmuwan dunia non-
Barat. Para ilmuwan non-Barat itu adalah termasuk mereka yang hidup
di kebudayaan Islam dalam rentang waktu 800 tahun mulai dari abad
ke-8 sampai abad ke-16.
Kenyataan bahwa hanya sedikit yang diketahui tentang itu disebut
oleh Michael Hamilton Morgan dari New Foundation of Peace sebagai
”sejarah yang hilang”. Sejarawan Jack Goody lebih jauh lagi menyebutnya
sebagai ”pencurian sejarah”. Seakan-akan ingatan atas suatu peradaban
dan sumbangannya terhadap khazanah pengetahuan telah dihapus dari
kesadaran manusia. Tidak hanya di Barat tetapi juga di dunia Islam,
keberhasilan para ilmuwan Islam telah dilupakan atau setidak-tidaknya
diabaikan—paling tidak sampai baru-baru ini—kecuali oleh beberapa spe-
sialis yang tekun seperti Abdel Hamid Sabra, David King, Jamil Ragep,
dan George Saliba dari Harvard University.
Dalam pendidikan sains di Inggris—sampai baru-baru ini—sejarah kema-
juan sains cenderung meloncat dari zaman klasik Euklides, Aristoteles,
dan Arkhimedes langsung ke kelahiran Zaman Sains abad ke-16 dan ke-
17 di Eropa beserta pengakuan kecil, kalaupun ada, terhadap sains Islam
yang hebat di antara kedua zaman itu. Dalam beberapa versi sejarah, ”za-
man kegelapan” berakhir begitu saja, dan kemajuan sains dimulai begitu
saja, dengan munculnya konlik terkenal pada awal abad ke-17 di mana
Galileo menantang Gereja Katolik dengan pernyataan bahwa Bumi ber-
gerak mengelilingi Matahari. Saat dunia pada akhirnya mengakui kebe-
naran Galileo, hal itu disajikan sebagai kemenangan cahaya nalar atas
takhayul yang mengubah dunia. Dan sejak abad ke-17, para ilmuwan
Eropa Barat berlomba-lomba membuka berbagai rahasia dunia—William
Harvey menemukan peredaran darah, Isaac Newton merintis penelitian
isika, Robert Boyle mempelopori penelitian di bidang kimia, Michael
Faraday di bidang listrik, dan seterusnya. Dan akhirnya kita melangkah
maju ke Zaman Nalar dan kemajuan dramatis sains modern.
3 Mitos Zaman Kegelapan
Mengisi Kekosongan
Namun pada kenyataannya, upaya sains tidak berhenti dengan jatuhnya
Roma dan baru berjalan kembali di abad ke-17. Sebenarnya, seperti yang
akan ditunjukkan oleh buku ini, penelitian terbaru mulai mengungkapkan
bagaimana kekosongan selama 800 tahun lalu diisi oleh penjelajahan
sains yang sangat bernas oleh Islam zaman pertengahan dan bagaimana
pengaruhnya bagi pemikiran sains Barat.
Sebagai contoh, ahli isika yang tinggal di Kairo bernama Ibnu al-Nais
telah menemukan sirkulasi paru-paru, peredaran darah melalui paru-paru,
pada abad ke-13. Insinyur Andalusia Abbas bin Firnas telah menemukan
teori penerbangan dan diyakini telah melakukan percobaan terbang yang
sukses enam abad sebelum Leonardo menciptakan ornitopternya yang ter-
kenal. Dan di Kufah, Irak, Jabir bin Hayyan (dilatinkan menjadi Geber)
adalah salah seorang yang meletakkan dasar-dasar ilmu kimia sekitar 900
tahun sebelum Boyle.
Selain itu, beberapa peneliti saat ini menunjukkan bahwa beberapa
pelopor hebat dalam sains modern telah meneruskan hasil kerja para
ilmuwan zaman Islam. George Saliba dari Columbia University, misalnya,
menunjukkan dalam bukunya Islamic Science and the Making of the Europe-
an Renaissance bagaimana ahli astronomi Polandia Nicolaus Copernicus
menggunakan hasil karya ahli astronomi Islam sebagai dasar dari penemu-
an barunya pada tahun 1514 bahwa Bumi mengelilingi Matahari.
Ahli sejarah matematika juga telah menunjukkan bahwa aljabar, ca-
bang ilmu matematika yang memungkinkan para ilmuwan menghitung
jumlah yang belum diketahui telah dikembangkan di Baghdad pada abad
ke-9 oleh Musa al-Khawarizmi, yang meneruskan karya yang ditemukan-
nya dari ahli matematika di India. Ahli sejarah berpendapat bahwa
al-Khawarizmi pasti telah mendapatkan buku-buku ilmu pengetahuan
melalui pertemuan pertama Islam dengan India, yang terjadi sekitar satu
abad sebelumnya. Sains modern juga bergantung pada solusi perhitungan
kuadrat majemuk yang merupakan buah pemikiran penyair dan ilmuwan
Umar Khayyam. Dan banyak ilmu pengetahuan kita tentang optik dan
cahaya dibangun berdasarkan penelitian Hassan bin al-Haitsam (dilatin-
kan menjadi Alhazen) di abad ke-11 Kairo.
4 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Menciptakan Masa Depan?
Zaman abad pertengahan Islam juga meninggalkan warisan yang hebat
dalam sains terapan. Hakikat Islam, dan semangat imperium baru, meng-
hasilkan banyak pemikir dan pencipta baru pada zaman itu. Menurut
Salim al-Hassani dari University of Manchester, beberapa peralatan mo-
dern yang menghemat tenaga manusia seperti mesin penjual minuman
otomatis bisa saja berasal dari pengaruh Islam. Profesor al-Hassani baru-
baru ini telah memperkenalkan beberapa keberhasilan rekayasa industri
al-Jazari, seorang insinyur Turki abad ke-13, yang meliputi engkol, poros,
dan piston dengan gerakan bolak-balik kepada dunia—semua komponen
utama mesin mobil modern dan banyak mesin lainnya. Sementara itu,
tiga bersaudara luar biasa yang tidak tahu sopan santun tapi brilian, yang
disebut sebagai Bani Musa, menghibur Baghdad di abad ke-9 dengan
berbagai mesin tipuan yang cerdik, yang pada zaman sekarang pun akan
membuat orang banyak tercengang.
Kalau pun semua contoh itu hanya saat-saat langka kejeniusan belaka,
tetap saja mereka memukau. Tetapi seperti yang disadari banyak guru dan
ahli sejarah, contoh itu lebih dari sekadar saat-saat langka kejeniusan.
Nama-nama seperti al-Khawarizmi dan Hassan bin al-Haitsam sama pen-
tingnya bagi sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi seperti Newton dan
Arkhimedes, James Watt dan Henry Ford, tetapi nama-nama yang berbau
Arab itu entah bagaimana telah hilang dalam mitos Zaman Kegelapan.
Alasan terjadinya hal tersebut telah menjadi topik perdebatan yang sa-
ngat intens, yang membahas hubungan antara Barat dan Islam, tak hanya
sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hilang dalam Kegelapan
Pemikiran bahwa dunia Renaissance muncul dari masa kegelapan bisa
ditelusuri ke setidaknya tahun 1330-an, saat sejarawan Italia Petrarch
menulis bagaimana dunia akhirnya melihat secercah cahaya. ”Di tengah-
tengah berbagai kesalahan,” ujarnya, ”muncullah orang-orang jenius, de-
ngan mata yang sangat tajam, walaupun mereka dikelilingi kegelapan
5 Mitos Zaman Kegelapan
dan kemuraman yang pekat.” Mungkin Petrarch hanya mencoba meng-
hubungkan kebangkitan kebudayaan Italia di zamannya sendiri dengan
masa kejayaan Romawi Kuno. Tetapi melalui orang-orang seperti Petrarch
pemikiran adanya zaman kegelapan dipertahankan, saat Eropa melangkah
menuju tahun-tahun Pencerahan di abad ke-18 dan setelahnya. Dan ga-
gasan itu mencapai puncaknya menjadi istilah yang sah saat sejumlah
negara seperti Inggris, Belanda, dan Portugal mendatangkan agama Kris-
ten dan pemerintahan kolonial ke benua Afrika dan Asia. Pada saat itu,
Zaman Kegelapan telah dipandang sebagai saat kejatuhan ke dalam ke-
bodohan yang dalam, penuh dengan ”omong-kosong”, seperti yang telah
dicemooh Gibbon dalam bukunya Decline and Fall.
Mungkin bukan kebetulan belaka kalau gambaran negatif Zaman Ke-
gelapan akhirnya mulai hancur bersamaan dengan runtuhnya pemerin-
tahan kolonial. Banyak ahli sejarah Barat kini merasa malu dengan penye-
lewengan sejarah yang disebabkan oleh pemikiran itu, dan saat mereka
membicarakan tentang zaman kegelapan, istilah itu kini digunakan dalam
konotasi yang tidak begitu merendahkan lagi, tentang berbagai periode
yang sampai saat ini masih tidak begitu diketahui karena kurangnya bukti
tertulis tentang zaman itu. Sungguh sulit bagi mereka melihat bagaimana
zaman yang menghasilkan Book of Kells, cendekiawan seperti Alcuin dan
Bede, dan sedemikian banyaknya gereja dan biara yang hebat bisa dilihat
sebagai zaman kebodohan yang dalam. Namun yang lebih penting lagi
gelombang penelitian arkeologi dan teks kini membentuk gambar yang
lebih kaya dan lengkap akan kehidupan di Eropa Barat di abad-abad se-
telah jatuhnya Roma dan bahkan pemikiran bahwa Zaman Kegelapan
adalah zaman yang tidak bisa dipelajari dalam sejarah Barat mulai sirna.
Tetapi tentu saja efek penyelewengan paling hebat dalam mitos Zaman
Kegelapan adalah bagaimana mitos tersebut telah mengesampingkan,
paling tidak dalam pemikiran banyak orang, sejarah dunia di luar Eropa
Barat—dan jelas-jelas tak menghiraukan kenyataan bahwa pembelajaran
telah bergeser ke timur, tidak hilang seluruhnya. Pertama-tama, mitos
Zaman Kegelapan sepertinya telah menutup mata terhadap kenyataan
bahwa kekaisaran Romawi tidak berakhir oleh jatuhnya Roma, tetapi
telah memindahkan pusat pemerintahannya ke Byzantium. Seperti yang
juga ditunjukkan hasil penelitian ahli sejarah Judith Herrin dari King’s
6 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
College di London bahwa kita baru saja mulai sadar pada kenyataan bah-
wa kehidupan kebudayaan—kehidupan kebudayaan yang kaya—hadir di
Byzantium selama masa Zaman Kegelapan. Dan kalau Byzantium Kristen
disisihkan begitu saja, sama saja dengan pengabaian atas berbagai keber-
hasilan pada awal Islam.
Mitos Zaman Kegelapan terbukti demikian hebatnya sehingga bahkan
dalam beberapa lingkungan akademisi hal terbaik yang bisa ditarik dari
sains Islam adalah ilmuwan Islam telah menyelamatkan buku-buku klasik
Yunani yang hebat sehingga Eropa bisa menemukannya kembali di Zaman
Renaissance—seakan-akan mengambilnya dari lubang yang telah ditutup
selama seribu tahun. Diasumsikan bahwa dengan digalinya harta karun
kuno itu, Islam tidak lagi dibutuhkan dan hanya orang Eropa saja yang
memajukan pengetahuan.
Berbagai Bayangan yang Melenceng
Ada dua pandangan utama bagaimana mitos Zaman Kegelapan menyele-
wengkan kebenaran akan sumbangan Islam terhadap pengetahuan, kebu-
dayaan, dan khususnya terhadap sains.
Pandangan pertama adalah pemikiran bahwa para cendekiawan Islam
bertindak sebagai sekadar penjaga atas karya klasik besar sains, dan ha-
nya sedikit menambahkan kemajuan pengetahuan manusia. Kesalahan
pandangan itu akan menjadi jelas beberapa saat lagi. Tetapi hal itu telah
memunculkan pandangan bahwa sains zaman abad pertengahan Islam
tidak lebih dari ‘Proyek Penerjemahan,’ gerakan yang luar biasa untuk
menerjemahkan hasil karya Yunani kuno ke bahasa Arab, pada masa yang-
disebut-sebagai Zaman Keemasan Islam di bawah Dinasti Abbasiyah abad
ke-9. Itu memang keberhasilan fenomenal dan memastikan pengetahuan
klasik Yunani terbaik tidak hilang begitu saja. Tetapi mungkin juga hal
itu adalah kelanjutan kecendekiaan Arab yang dimulai sebelum Zaman
Keemasan dinasti Abbasiyah dan bertahan sekian abad setelahnya, menye-
bar di luar kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, ke Kairo
dan Cordoba, Persia, dan Uzbekistan.
Ada sesuatu yang disebut para cendekiawan sebagai ”narasi klasik”
7 Mitos Zaman Kegelapan
tentang sains Islam yang diajukan oleh para orientalis di masa lalu. Hal
ini menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan intelektual Muslim
telah bersinar selama beberapa abad di bawah Dinasti Abbasiyah dan pe-
nerus mereka. Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah Al-Ma’mun
memihak sisi pendekatan progresif-rasionalis atas Islam, yang membuat
ilmuwan Muslim mampu menggali ilmu pengetahuan Yunani dengan
menerjemahkannya. Tetapi tumbuhnya pengaruh kecenderungan konser-
vatif yang lebih menekankan pendekatan hariah untuk mengartikan
wahyu dan kurang dipakainya logika manusiawi akhirnya telah membung-
kam sains. Titik baliknya adalah polemik terkenal menentang kaum inte-
lektual di abad ke-12 oleh ahli teologi bernama Abu Hamid al-Ghazali
yang dikenal sebagai Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para Filsuf). Saat
Baghdad dan banyak kota-kota Islam lainnya dihancurkan oleh serangan
bangsa Mongol yang mengerikan pada abad berikutnya, Islam menutup
diri dan kehidupan intelektual pun merosot—tepat pada saat bangsa Eropa
mampu melangkah maju dengan pengetahuan utama bangsa Yunani yang
dioperkan oleh para cendekiawan Arab dari Zaman Keemasan.
Namun masalah dengan narasi klasik ini secara perlahan-lahan di-
bongkar. Perdebatan ilosois antara mereka yang disebut sebagai rasionalis
dan literalis telah dilebih-lebihkan dari yang sesungguhnya terjadi dan
pemikiran bahwa sains Islam telah berakhir setelah al-Ghazali, atau bah-
kan serangan Mongol, saat ini disadari sebagai kesalahan besar. Beberapa
pemikir hebat era Islam seperti al-Jazari, Ibnu al-Nais, dan astronom Na-
sir al-Din al-Thusi meneruskan tradisi itu jauh setelah kebangkitan awal
Zaman Renaissance Eropa.
Islam di Barat
Penyelewengan kedua yang diciptakan dari mitos Zaman Kegelapan ada-
lah kecenderungan sedikitnya atau tidak positifnya hubungan antara
Barat dan Islam, dan sedemikian kecilnya pertukaran pemikiran, kecuali
pewarisan buku-buku klasik Yunani sebelum Zaman Renaissance.
Tidak diragukan lagi bahwa sejarah Perang Salib dan kesalahpahaman
antara negara-negara Barat dan Islam hari ini mendukung kembalinya
8 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
kesan bahwa hubungan yang saling menguntungkan antara Islam dan
Barat pada zaman itu sangat kecil. Dan kemungkinan besar banyak ilmu-
wan Zaman Renaissance meremehkan atau bahkan menyembunyikan
hubungan mereka dengan Timur Tengah, baik untuk alasan politis atau-
pun agama. Istilah adanya Zaman Kegelapan telah mendukung kesan
pemisahan. Bagaimana mungkin ada hubungan antara peradaban Islam
dengan bangsa Eropa yang hilang dalam kegelapan yang tidak beradab?
Namun banyak penelitian sains dan arkeologi menentang asumsi ter-
sebut. Saat ini sepertinya mungkin ada hubungan yang cukup besar antara
Islam dan Barat bahkan sejak abad ke-7. Dalam artian tertentu, menye-
butkan ”dunia” Islam dan ”dunia” Barat adalah hal yang keliru, seperti
yang sering diucapkan banyak orang; yang lebih akurat adalah mengata-
kan bahwa keduanya bagian yang berbeda dalam dunia yang sama.
Bangsa Arab di Eropa
Perlu diketahui, para saudagar berbahasa Arab sepertinya telah berdagang
di seluruh Eropa Barat pada zaman itu, menyediakan barang-barang mewah
seperti gula, karpet, dan sutra untuk orang-orang kaya. Uang logam dinar
emas dengan tulisan Arab telah ditemukan di seluruh Eropa mulai dari
abad ke-8 sampai 10. Salah satu temuan yang paling luar biasa di Inggris
adalah uang logam emas dari zaman raja Mercia bernama Offa—yang
membangun Offa’s Dyke yang terkenal—sekitar tahun 773–96 M. Uang
logam ini, sekarang terdapat di British Museum di London, mirip dengan
uang dinar yang dibuat untuk Khalifah Dinasti Abbasiyah al-Mansur di
Baghdad di tahun 773-4, dengan pengecualian—di tengah-tengah kata-
kata Arab yang berarti ”tiada Tuhan selain Allah”—terdapat tulisan da-
lam huruf Latin kapital yaitu OFFA REX. Ada beberapa ilmuwan yang
sangat meyakini bahwa ini adalah bukti Offa telah memeluk agama Islam.
Namun sama besar kemungkinannya Offa telah meniru uang logam—beri-
kut tulisan Arabnya—untuk tujuan membeli barang-barang dari para sau-
dagar dari Arab. Sebuah contoh awal pemikiran mata uang tunggal antar-
bangsa.
Pada saat yang bersamaan, di seberang Selat Inggris, penguasa Frank
Karel yang Agung mencetak uang logam perak ”denarius” yang sudah
9 Mitos Zaman Kegelapan
jelas meniru uang dinar Arab. Dia juga sangat tertarik dengan barang-
barang mewah dari Timur. Memang, Karel yang Agung saat itu saling
bertukaran hadiah dan surat dengan Harun ar-Rasyid dari Baghdad, khali-
fah yang terkenal dalam kisah Seribu Satu Malam. Tahun 801 M, Harun
telah mengirimkan seekor gajah bernama Abul Abbas kepada Karel yang
Agung yang diyakini telah menimbulkan kegemparan di jalanan Aix-la-
Chapelle. Sang khalifah juga telah mengirimkan gading berukir, nampan,
kendi emas, papan catur, tenda, tempat lilin kuningan dan jam air yang
telah mengejutkan semua orang yang melihatnya dan mendengarnya ber-
dentang setiap jam.
Selain itu, penelitian dari berbagai ilmuwan seperti Nabil Matar dari
University of London menunjukkan adanya hubungan yang luas dan
berkesinambungan antara Islam dan Kristen Eropa selama awal dan akhir
Abad Pertengahan dalam berbagai cara yang berbeda. Selain saudagar dan
penghibur yang mengembara di tanah Eropa, ada pertukaran pemikiran
dan barang di setiap tingkatan di berbagai tempat di mana dunia Islam
dan Eropa menjadi satu—di Spanyol, di Sisilia, dan di Prancis selatan—
belum lagi melalui Byzantium.
Berbagai macam cara sains dan teknologi Islam masuk ke Eropa akan
ditelusuri beberapa saat lagi di dalam buku ini. Pada saat yang bersamaan,
tampak kesamaan yang kuat antara banyak hal yang berbau Islam dan
hal-hal yang sudah lama dipandang sebagai cara hidup bangsa Barat.
Bagaimana keduanya saling bersinggungan akan digali dalam buku ini.
Eropa Bersama
Sudah kita ketahui bahwa kopi berasal dari Timur. Menurut salah satu
teori, kopi ditemukan setelah seorang penggembala kambing di Yaman,
atau di Ethiopia (bergantung pada versi cerita yang Anda dengar), menyak-
sikan bagaimana kambing-kambingnya menjadi sangat aktif setelah ma-
kan biji-biji kopi. Anda mungkin tahu bahwa gula yang memberi rasa
manis pada kopi berasal dari tempat ini juga. Memang, banyak kenikmat-
an yang kita dapatkan sehari-harinya ditemukan di dunia Islam tetapi
sejarahnya tidak diketahui banyak orang.
10 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Sebagai contohnya kita menilai taman sebagai tempat beristirahat
dan bukan tempat untuk menanam sayuran atau tanaman bumbu. Taman
berasal dari Persia. ”Sejak awal, Muslim di mana saja membuat taman
yang memberikan bayangan tentang taman surgawi di masa yang akan
datang,”ujar ahli sejarah A.M. Watson di dalam bukunya Agricultural
Innovation in the Early Islamic World. ”Daftar kota-kota Islam yang memiliki
taman-taman yang besar memang sangat panjang,” Toledo di zaman Islam
memiliki taman botani terbesar pertama di Eropa di abad ke-11. Banyak
bunga tradisional yang menghiasi taman-taman di Inggris sudah ada di
dunia Islam—bunga tulip, anyelir, iris, dan tentu saja bunga khas Inggris
yaitu mawar. Begitu pula berbagai macam hiasan yang didapatkan dalam
sebuah taman seperti air mancur dan pergola, rumah kaca dan panggung,
belum lagi labirin dan penghalang sinar matahari.
Mari kita bergerak ke dalam rumah dan Anda mungkin akan ber-
jalan menyeberangi karpet untuk bermain catur. Keduanya juga telah
digunakan dalam dunia Islam awal. Karpet dari dunia Islam telah diimpor
sebagai barang mewah selama berabad-abad, lama sebelum Revolusi
Industri di abad ke-18 menjadikan pembuatan karpet jadi lebih murah
di Eropa. Catur, dikembangkan dan dimainkan di India, datang ke Eropa
pada abad ke-9 melalui Persia dan Spanyol berbahasa Arab, dan mela-
lui rute perdagangan Viking di Asia tengah. Istilah ”skak mat” mirip
dengan istilah shahmat dalam bahasa Farsi yang berarti ”sang raja telah
dikalahkan.” Setelah menyelesaikan permainan itu Anda mungkin akan
meneguk minuman berakohol dari gelas—penyulingan dan gelas adalah
inovasi yang dikembangkan di dunia Islam.
Bahkan banyak aspek keyakinan dan kebudayaan Barat yang lebih
dalam telah dialami oleh mereka yang hidup di dunia Islam kuno.
Lengkungan di katedral, menara gereja dalam arsitektur Kristen juga dapat
dilihat di banyak mesjid. Kaca patri juga digunakan di zaman Islam, begitu
pula dengan notasi musik: ”do, re, mi, fa, sol, la, si, do.” Begitu pula dengan
lembaga-lembaga umum bisa ditemukan di dunia abad pertengahan Islam,
termasuk rumah sakit umum dan perpustakaan. Pengobatan oleh Abu Ali
al-Husayn bin Abdullah ibnu Sina (Avicenna) menjadi sistem pengobatan
dasar Eropa sampai penemuan teori kuman.
Kebudayaan Islam dipelihara—dan masih berlangsung sampai saat
11 Mitos Zaman Kegelapan
ini—tradisi lagu cinta, sajak, dan sastra romantis yang kaya dan dalam,
beberapa di antaranya tidak diragukan lagi telah menyeberang dan ber-
sintesis dengan tradisi literatur Eropa. Tradisi ini juga melingkupi pemi-
kiran cinta yang berakhir dalam kesedihan—contoh paling awal adalah
kisah cinta dari abad ke-7 Laila dan Majnun dan sedemikian banyak
variasinya, termasuk tentu saja Romeo and Juliet.
Semua ini sepertinya tidak memiliki hubungan langsung dengan sains
tetapi hubungannya sangatlah penting. Begitu Anda mulai menghargai
lingkup banyak hubungan antara kebudayaan Islam dan Eropa, sepertinya
sangat tidak pantas membayangkan sains dan teknologi Islam tidak ber-
pengaruh langsung atas pembelajaran di Barat, atau sebaliknya.
Bagian I
Pencarian Islam
2Datangnya Sang Nabi
Bagaimana mungkin lelaki-lelaki tanpa busana, mengendarai kuda
tanpa baju zirah atau perisai mampu meraih kemenangan…
dan menundukkan bangsa Persia yang sombong?
Pendeta Kristen John bar Penkayë, Turki, 680 M
Kecepatan penyebaran Islam pada zaman sekarang sepertinya sama me-
ngejutkan dengan yang terjadi di abad ke-7. Alexander Agung dan bang-
sa Mongol juga menguasai daerah yang sangat luas dengan cepat sekali.
Namun kedua penguasaan ini berumur pendek dan hanya sedikit, kalaupun
ada, pengaruhnya yang bertahan lama. Islam sepertinya telah mengubah
setiap daerah yang dikunjunginya—mulai dari barat Cina sampai selatan
Spanyol dan termasuk sebagian besar Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Banyak negeri yang akhirnya berada di bawah kekuasaan Muslim me-
makai bahasa Arab dan Farsi sebagai bahasa sehari-harinya, dan Islam
menjadi agama barunya secara permanen. Hanya Spanyol yang kembali
menganut Kristen setelah Muslim dan Yahudi diusir di abad ke-15. Namun,
bahasa Arab tidak begitu beruntung nasibnya, baik bahasa Arab maupun
Farsi pada hari ini hanya digunakan di negara-negara Timur Tengah dan
Afrika Utara. Sebagian besar orang Islam menggunakan bahasa aslinya,
selain berbagai bahasa Eropa seperti Inggris dan Prancis.
Dan yang lebih luar biasa lagi dibandingkan kecepatan dan bertahan-
nya Islam adalah kenyataan bahwa penguasaan wilayah diraih tanpa ang-
katan bersenjata profesional: namun, Islam bisa berkembang jauh dan
luas melalui usaha orang-orang yang tidak terlatih, acapkali kaum misti-
kus, baik yang menunggang unta maupun berjalan kaki. Tidak aneh bila
16 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
mereka meyakini, seperti banyak orang yang menyaksikannya, bahwa
mereka didukung oleh kekuatan Ilahi. Energi dan visi yang mendorong
tersebarnya Islam mungkin merupakan mesin yang sama yang mendorong
pembelajaran dan ilmu pengetahuan di dunia Islam, jadi kita patut me-
lihat bagaimana dimulainya hal tersebut.
Padang Pasir yang Sunyi
Di awal abad ke-7, Timur Tengah didominasi oleh dua kekaisaran besar,
kekaisaran Sassaniyah dari Persia penganut Zoroastrianisme di timur dan
Byzantium beragama Kristen di barat. Keduanya menguasai daerah yang
sangat luas—kekaisaran Persia terentang dari Asia Tengah sampai ke pe-
gunungan Himalaya dan kekaisaran Byzantium meliputi hampir semua
daerah di pesisiran Laut Tengah—dan tidak banyak yang mampu me-
nentang kekuasaan mereka. Tetapi persaingan, dan mungkin serangkaian
epidemi, telah menyedot kekuatan mereka. Byzantium baru saja merebut
kembali, dari pergulatan yang lama dan berdarah, bekas daerahnya di
Levant, di timur Laut Tengah, yang telah sempat direbut oleh Dinasti
Sassaniyah. Dan mungkin mereka terlalu disibukkan oleh pesaingnya
yang lain untuk menaruh perhatian kepada perbatasan selatan.
Di tempat itu, terjepit di antara keduanya, merupakan tanah yang
dihuni orang-orang berbahasa Arab. Jazirah Arab pada saat itu, seperti
sekarang, luas namun penduduknya sedikit, sebagian besar wilayahnya
berupa padang pasir dengan curah hujan paling rendah di seluruh dunia.
Beberapa lokasi hijau yang berharga hampir punah di tengah-tengah ben-
tangan pasir dan batu kerikil yang membara, dataran tinggi, tebing, dan
ngarai yang tandus dan gundul. Pada siang hari, matahari menyorot tan-
pa belas kasihan dan dua kali setiap tahunnya, selama satu bulan atau
lebih, angin berembus dari utara, membawa ratusan juta butir pasir dan
debu. Badai ini menggulung dan meraung ke segala penjuru padang pasir
dalam bentuk awan yang menusuk serta membutakan mata, atau ber-
putar membentuk putaran angin puting beliung kecil yang mematikan
dinamakan djinn, mengikuti sebutan makhluk halus dari legenda bangsa
Arab, yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai jin.
17 Datangnya Sang Nabi
Jadi, mungkin tidak aneh kalau baik Persia maupun Byzantium tidak
memiliki keinginan untuk menguasai tanah yang penuh tantangan itu.
Dan oleh karena itu jazirah Arab yang kosong itu dibiarkan bagi orang-
orang padang pasir, yang oleh kalangan terpelajar Barat disebut sebagai
bangsa Badui. Beberapa suku berpindah dari satu oasis ke oasis lainnya
dengan ternaknya, sementara yang lainnya tinggal di beberapa daerah dan
kota tetap yang ditempati oleh berbagai klan dan suku. Kedua kekaisaran
hanya menggantungkan diri kepada pihak ketiga untuk mengendalikan
suku-suku kecil ini.
Baik suku yang nomaden dan yang menetap menyembah sejumlah
tuhan kecil yang mereka yakini sebagai bawahan Tuhan terunggul, yang
mereka sebut sebagai Allah, Tuhan yang Tinggi. Mereka memiliki jejaring
pemimpin; anak laki-laki dan pemudanya diajarkan sejak kecil untuk me-
ngendarai kuda dan diharapkan menjadi ahli pedang serta pemanah yang
jitu. Pada saat yang bersamaan, tradisi sajak lisan romantis yang meng-
agungkan kepahlawanan militer juga berkembang pesat di daerah ini.
Kebudayaan pejuang pra-Islam ini kelak digambarkan oleh umat Muslim
sebagai jahiliyah, atau zaman kebodohan.
Kekacauan di Mekkah
Saat para pangeran negeri Sassaniyah bermalasan di atas karpet dan alas
duduknya di Tisfun1, ibukota Persia, dan orang Byzantium menggerogoti
sumber daya di kekaisarannya, mereka mungkin tidak memikirkan akibat
dari gaya hidup mewahnya. Namun di seberang Teluk Persia, perdagangan
rempah-rempah, logam dan perhiasan berharga melalui semenanjung
Arab memiliki pengaruh yang sangat memecah-belah bangsa Arab. Saat
para pedagang bersaing di sejumlah kota perdagangan, sebuah perpecahan
sosial yang tidak menyenangkan membuka jurang sosial antara orang
kaya dan miskin.
Di salah satu kota perdagangan inilah, Mekkah, seorang pedagang mu-
da bernama Muhammad, dilahirkan tahun 570, mulai mengkhawatirkan
1Tisfun = Ctesiphon (B. Inggris)
18 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
akibat pengejaran kekayaan. Para ahli sejarah tidak sepakat apakah
Mekkah kota rempah-rempah atau bukan, walaupun kota itu jelas merupa-
kan pusat perdagangan yang makmur dan suku Muhammad, Quraisy, me-
miliki hak monopoli atas kailah dagang yang bergerak antara Syria di
utara dan Yaman di selatan. Tetapi Mekkah juga punya satu lagi hal yang
membuatnya terkenal di semenanjung itu.
Batu dan Sumur
Walaupun tidak jauh dari kota pelabuhan Jeddah di Laut Merah, Mekah
yang terletak di lembah terasing dikelilingi pegunungan bukanlah tempat
yang kita bayangkan sebagai oasis yang hijau. Tetapi kebanyakan orang
tidak datang ke Mekah untuk menikmati pemandangan; mereka datang
sebagai peziarah untuk mengunjungi Kakbah. Kakbah adalah tempat
yang paling suci di permukaan bumi bagi umat Muslim, tepat berada di
jantung Masjidil Haram, dan menjadi kiblat ketika mereka melakukan
salat. Tetapi Kakbah sudah menjadi tempat suci sebelum kedatangan
Muhammad dan diyakini oleh umat Muslim dibangun oleh Ibrahim seba-
gai tempat pemujaan Tuhan yang esa. Di luar tempat suci berbentuk kubus
itu terdapat sebuah batu meteor hitam yang disebut sebagai Batu Hitam
Mekah (Hajar Aswad).
Hanya beberapa meter dari Kakbah terdapat tempat suci lainnya, su-
mur kuno Zamzam. Menurut Islam, sumur itu secara ajaib muncul di hadap-
an istri kedua Ibrahim, Siti Hajar, sekitar 4.000 tahun yang lalu. Keluarga
Ibrahim berhenti sejenak di Mekkah pada perjalanan menuju selatan
sementara Ibrahim yang sudah tua kembali untuk menjemput istri per-
tamanya Sarah. Tetapi lokasi pemberhentian mereka tempat yang kering,
dan tak lama kemudian Hajar dengan sangat putus asa mencari air untuk
anaknya Ismail yang masih bayi. Saat sang ibunda mencari-cari sumber air
dengan paniknya di tempat itu, Ismail menendang-nendangkan kakinya
ke tanah. Tiba-tiba air menyembur dari tanah dan Hajar harus memben-
dung sumber itu agar berhenti mengalir menggunakan tanah dan batu.
Nama Zamzam berasal dari istilah zomë zomë, yang berarti ”berhenti meng-
alir”. Saat Ibrahim kembali, ia membangun Kakbah di dekat mata air itu.
19 Datangnya Sang Nabi
Sang Pembaru Muda
Jadi, Mekkah sudah menjadi tempat ziarah, jauh sebelum datangnya
Islam. Kota itu juga disebutkan di Injil pada Mazmur 84, dengan nama
Lembah Baka. Tetapi pada zaman Muhammad, keyakinan atas Tuhan
yang esa telah digantikan dengan kepercayaan kepada banyak Tuhan,
yang dicerminkan pada kenyataan Kakbah diisi oleh patung-patung para
tuhan tersebut.
Muhammad digambarkan dalam literatur Islam sebagai pemuda yang
idealis, lurus, dan dipercaya yang dilahirkan dari keluarga elit suku
Quraisy. Dia membenci kedangkalan dan budaya korupsi Mekkah bahkan
sebelum mendapatkan wahyu. Dia dan teman-temannya sering menolong
orang tua dan miskin: janda, anak yatim piatu dan budak. Seorang janda
kaya bernama Khadijah, yang terkesan dengan kejujuran dan integritas
pedagang muda ini lalu mempekerjakannya sebagai pengurus bisnisnya
dan kelak melamarnya. Pernikahan itu berlangsung lama dan bahagia.
Namun Muhammad terus merasa terganggu oleh kerakusan dan kemiskin-
an yang dilihatnya di kampung halamannya dan saat usianya menjelang
setengah baya rasa terganggunya itu semakin membara.
Wahyu
Pada tahun 610 M, saat Muhammad berusia 40 tahun, dia sedang duduk di
dalam sebuah gua di luar kota yang terletak di Gunung Hira, tempat yang
sering digunakannya untuk melakukan perenungan. Di sinilah dia melihat
penampakan yang ternyata malaikat Jibril. Sang malaikat berkata kepada
Muhammad:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
—QS Al ’Alaq: 1–5
20 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Kata-kata sang malaikat kelak menjadi panduan untuk sains dan pendi-
dikan di dunia Islam.
Wahyu terus mengalir dan Muhammad mulai mendakwahkannya ke-
pada anggota keluarganya kemudian orang lain di Mekkah. Dia mengajak
mereka untuk menerima Tuhan Yang Mahaesa dan Mahakuasa, menolak
adanya tuhan-tuhan perantara, dan juga menyingkirkan kerakusan serta
memperlakukan sesama dengan adil dan menghormati mereka. Khadijah
saat itu juga bergabung dengannya dan Muhammad dengan cepat menemu-
kan pengikutnya yang lain, tertarik oleh penolakannya atas keserakahan
dan visinya tentang persamaan. Sejak awal sudah ditekankan bahwa dia
tidak menciptakan agama baru tetapi hanya mengingatkan orang-orang
untuk kembali ke ajaran para nabi yang telah datang sebelumnya dan
Allah adalah Tuhan Ibrahim, Isa, dan Musa.
Walaupun demikian, penguasa Mekkah yang kaya dan kuat secara
politik merasakan bahwa pemikiran Muhammad mengancam kedudukan
mereka, dan tahun 622 Muhammad pindah menuju Madinah, dalam peris-
tiwa yang disebut hijrah. Namun hal ini terbukti hanya langkah mundur
sementara karena pemikirannya mendapatkan sambutan masyarakat kota
itu dengan cepat dan dalam jumlah besar.
Pejuang dan Syuhada
Sejak awal, kelangsungan pemikiran Islam tidak hanya bergantung pada
penyebaran dari mulut ke mulut. Tradisi Islam mengatakan bahwa Muham-
mad berusaha menghindari kontak senjata tetapi dia dan pengikutnya di
Madinah dipaksa bertempur demi kelangsungan hidupnya dari serangan
kaum elit Mekkah. Serangkaian pergesekan mencapai puncaknya di pe-
rang Badar tepat di luar Mekah, peperangan pertama bagi umat Islam,
di mana tentara Muslim yang kecil memenangi pertempuran melawan
tentara Mekkah yang lebih besar. Bagi umat Muslim, kemenangan itu
adalah bukti kuat bahwa Tuhan berada di pihak mereka.
Keyakinan bahwa Tuhan menolong mereka dalam meraih kemenangan
memainkan peranan besar dalam kesuksesan demi kesuksesan di medan
peperangan. Meyakini bahwa mereka didukung kekuatan Ilahi membuat
21 Datangnya Sang Nabi
pasukan Islam memiliki perasaan percaya diri luar biasa yang membuat
mereka mampu mengalahkan kekuatan tempur yang lebih besar dengan
persenjataan yang lebih lengkap. Sejak Perang Badar, umat Muslim yang
meninggal di medan pertempuran dinilai sebagai syuhada, dan para
syuhada akan langsung masuk surga. Mungkin sebagian umat Muslim
pertama tidak hanya tergerak oleh janji kehidupan di dunia berikutnya,
tetapi janji hadiah yang akan diterimanya di dunia. Banyak dari mereka
yang membela Islam di tahun-tahun awal berasal dari orang golongan
miskin di daerah tersebut. Kemenangan atas kekaisaran Byzantium
dan Sassaniyah tidak diragukan lagi meningkatkan standar kehidupan
mereka.
Negara Islam
Politik selalu menjadi hal penting bagi Islam. Sejak zaman Muhammad,
umat Muslim pertama telah beradu dengan mereka yang memiliki ke-
kuatan politis, awalnya karena mereka tidak diizinkan berdakwah secara
terbuka, dan kelak karena mempertahankan diri dari serangan penduduk
Mekkah. Namun sepuluh tahun setelah turunnya wahyu pertama, Islam
telah menjadi sumber kekuatan yang besar. Muhammad memegang tam-
puk pemerintahan di kota Islam kecil Madinah, dan kelak umat Muslim
akan menggunakan berbagai macam interpretasi penafsiran tentang Islam
sebagai dasar untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah kekai-
saran Islam.
Aspek politik Islam juga mendorong mereka untuk meraih kesuksesan
dalam sains. Sebagaimana di kekaisaran lainnya, sains di kekaisaran Islam
menjadi bagian dari kekuatan politik. Islam adalah keyakinan sekaligus
pergerakan politik. Tujuan Muhammad bukan hanya untuk menyediakan
gaya hidup baru tetapi juga menciptakan visi masyarakat yang baru—
negara dan komunitas yang baru. Ini adalah salah satu alasan kenapa
umat Muslim yang dijajah oleh berbagai negara Eropa sulit hidup di
bawah kekuasan penguasa barunya—para penguasa yang diyakini umat
Muslim tidak memiliki pandangan yang sama akan masyarakat yang
adil.
22 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Islam Setelah Muhammad
Saat Muhammad meninggal di tahun 632, beliau tidak menunjuk peng-
ganti secara resmi. Kebingungan tentang siapa yang harus mengambil
alih kepemimpinan pergerakan baru itu menciptakan banyak masalah—
berbagai masalah yang sedemikian besar dan bertahan lama sehingga me-
nyebabkan konlik beratus-ratus tahun dan tetap menjadi inti dari banyak
ketegangan yang hadir di dunia Islam sampai saat ini, termasuk perpecah-
an antara umat Muslim Syiah dan Sunni.
Setidaknya ada tiga kelompok yang bisa mencalonkan pemimpin baru:
dia bisa saja datang dari salah satu Sahabat setia yang telah menemani
Muhammad di awal-awal kerasulannya; bisa saja salah satu dari suku
Quraisy; atau dari keluarga Muhammad sendiri—khususnya, sepupu seka-
ligus menantunya, Ali. Pendukung Ali kelak akan mendirikan cabang
Islam Syiah, berbeda dari mayoritas Sunni. Pada akhirnya, peran khalifah
(penerus) pertama yang menggantikan Muhammad diberikan kepada
salah satu Sahabat terdekatnya dan salah satu pengikut Muslim yang
pertama, yaitu Abu Bakar. Kedua kelompok lainnya tidak begitu senang
dengan pengangkatannya. Empat khalifah pertama—Abu Bakar, Umar,
Utsman, dan akhirnya Ali sendiri—disebut sebagai Khulafaur Rasyidin
dan masing-masing dipilih oleh umat, bukan melalui sistem waris. Namun.
Abu Bakar adalah satu-satunya dari mereka yang tidak menemui ajalnya
dengan cara kekerasan.
Mungkin untuk menstabilkan situasi, sebuah keluarga Mekkah yang
kuat bernama Bani Umayyah dipimpin oleh Muawiyah akhirnya mengam-
bil alih kendali setelah Ali dibunuh pada tahun 661. Bani Umayyah me-
mindahkan ibukota kekhalifahan dari Mekah ke Damaskus dan Muawiyah
mendirikan dinasti kekhalifahan yang pertama, yang bertahan sampai ta-
hun 750 saat mereka ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah, keluarga yang
memiliki hubungan darah dengan Ali.
Namun walaupun dengan berbagai ketegangan yang terjadi di tampuk
pemerintahan, dalam waktu kurang dari tiga dasawarsa, di bawah empat
khalifah pertama, kekuatan Islam telah menguasai seluruh kekuasaan Per-
sia Sassaniyah dan sebagian besar wilayah Byzantium. Di bawah Abu Ba-
kar, hanya dua tahun setelah kematian Muhammad, mereka telah meng-
23 Datangnya Sang Nabi
konsolidasikan kekuatan mereka di seluruh jazirah Arab, merebut Irak
dari Persia dan mengambil alih Damaskus dari Byzantium.
Mungkin kemenangan Islam yang paling besar terjadi di Yarmuk yang
kini merupakan bagian dari Yordania di tahun 636 saat pasukan ber-
kekuatan sekitar 30.000–40.000 orang mengalahkan pasukan Byzantium
yang berjumlah lebih dari 100.000 orang. Pada satu titik di peperangan
itu beberapa prajurit Muslim mundur namun bertemu dengan kaum Mus-
limah yang mendorong mereka kembali ke kancah pertempuran dengan
menggunakan tongkat penopang tenda sambil bernyanyi:
Wahai kamu yang lari dari wanita
Yang memiliki kecantikan dan kebajikan;
Dan meninggalkannya kepada kaum kair,
Kaum kair yang dibenci dan jahat,
Untuk dikuasai, dihinakan dan dihancurkan.
Tanpa tekanan seperti itu di belakangnya, mungkin tidak aneh pasuk-
an Byzantium berhasil dihancurkan. Peperangan itu adalah bencana
bagi kekaisaran Byzantium dan kaisar Heraklius melarikan diri dengan
menggunakan kapal laut dari Yarmuk kembali ke Byzantium, rupanya
mengambinghitamkan kekalahan itu kepada balas dendam Ilahi akibat
pernikahannya dengan keponakannya yang masih muda Martina.
Kemenangan pasukan Muslim di Yarmuk menyebarkan goncangan ke
seluruh dunia. Kelak, padri Santo Anastasius mencatat dari Gunung Sinai
bahwa itu adalah ”kejatuhan pertama dan mengerikan tentara Romawi
yang tidak bisa dibangkitkan kembali.” Setelah Yarmuk, kekaisaran Byzan-
tium dengan cepat kehilangan sebagian besar wilayah kekuaasaannya
dan yang tersisa hanyalah sebidang tanah yang kini menjadi Turki dan
di sekeliling Byzantium. Pada tahun 638, umat Muslim menguasai Yeru-
salem, sebuah kemenangan simbolis yang sangat penting. Pada tahun
640, sebagian besar Syria telah berada di bawah kendali mereka. Dua
tahun kemudian kekuasan Byzantium di Mesir dapat dipatahkan dan
dalam beberapa dasawarsa begitu pula dengan daerah kekaisaran itu di
Afrika Utara sampai Samudra Atlantik. Sementara itu, satu tahun setelah
24 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Yarmuk, Persia telah dikalahkan di kampung halamannya di Iran setelah
pecah perang Qadhisiyah dan tak lama kemudian umat Muslim menembus
Persia menuju perbatasan Asia Tengah.
3Membangun Islam
Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.
Nabi Muhammad
Pada saat Khalifah Bani Umayyah bernama Muawiyah meraih kekuasaan
di tahun 661, tugas pemimpin Islam telah berubah secara dramatis. Un-
tuk beberapa dasawarsa pertama setelah Nabi Muhammad wafat, umat
Muslim yang baru telah disibukkan dengan peperangan melawan para
tetangganya Persia dan Byzantium. Pada tahun-tahun berikutnya, priori-
tas sang khalifah telah berubah dan dia mengalihkan perhatiannya untuk
mengurus kekhalifahan.
Dia masih membutuhkan pasukan untuk mengatur kekhalifahan dan
mempertahankan daerah kekuasaannya—tetapi saat itu ia menggunakan
tentara profesional bayaran dari agama atau ras apa pun dan bukan ten-
tara sukarelawan. Sang khalifah juga memerlukan pegawai administrasi
untuk menagih pajak dan mengatur urusan setempat dan memerlukan
orang terlatih untuk mempertahankan infrastruktur kekhalifahan. Dan
sang khalifah sendiri harus berada di tempat yang paling praktis untuk
menjalankan kekhalifahan—Damaskus, yang berada di tengah-tengah ke-
khalifahan, bukan Mekah, sebuah kota kecil di daerah pinggiran sebelah
tenggara kekhalifahan. Damaskus menjadi ibu kota dan dengan cepat
kota kuno ini, yang usianya sudah lebih dari 6.000 tahun, menjadi pusat
dunia Islam yang sangat sibuk.
Umat Muslim mengalihkan perhatian kepada tugas mempertahankan
kekhalifahannya yang baru dengan energi yang sama dengan yang telah
26 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
mendorong mereka untuk menciptakannya. Konsensus para ahli sejarah
adalah tidak banyak usaha yang dilakukan untuk meng-Islam-kan kaum
non-Muslim yang menjadi penduduk di kekhalifahan Islam. Seperti yang
ditunjukkan di Uni Soviet dan Cina, keyakinan atas sebuah agama dan
ideologi yang berlangsung lama hanya bisa terjadi berdasarkan keikhlasan
dan tidak bisa dipaksakan. Untuk beberapa waktu, kurang dari sepuluh
persen populasi di dunia Islam adalah Muslim. Sekitar 90 persen adalah
campuran penganut Kristen, Yahudi, Zoroastrianisme (Majusi), dan keya-
kinan lainnya. Orang Kristen di kekhalifahan Islam mendapati bahwa
mereka diperlakukan dengan lebih baik oleh pemerintah Muslim di-
bandingkan oleh para penguasa Byzantium yang memerintah mereka
sebelumnya. Byzantium menerapkan agama Kristen dengan satu macam
interpretasi tentang Yesus Kristus dan mereka membunuh orang-orang
yang tidak sepaham seperti penganut Nestorian yang akhirnya melarikan
diri ke timur dari Syria menuju Persia dan akhirnya mencapai Cina (orang
Kristen yang pertama kali tiba di negara itu). Orang-orang Nestorian dan
Kristen berbahasa Syria kelak akan memainkan peranan penting di da-
lam proyek menerjemahkan karya ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani
ke bahasa Arab.
Ahli sejarah berdebat bahwa umat Muslim masa-masa awal tidak ter-
tarik meng-Islam-kan banyak orang sebagian karena alasan uang. Sebagian
besar para Ahlul Kitab—yaitu Yahudi dan Kristen—harus membayar pa-
jak dalam jumlah yang berbeda dari umat Muslim sehingga mendapat
jaminan perlindungan dari negara dan membebaskan mereka dari wajib
militer. Jadi mendorong orang-orang Kristen dan Yahudi yang jumlahnya
besar menjadi penganut Islam berarti hilangnya pendapatan yang cukup
besar bagi para penguasa. Namun, orang Kristen dan Yahudi, berdasarkan
standar hari ini, telah mengalami diskriminasi. Mereka tidak diizinkan
memegang jabatan tertinggi dan di beberapa tempat tidak berhak men-
dapatkan jasa kesehatan gratis.
Masjid Dinasti Umayyah
Sementara itu, adanya atmosfer multi-budaya dan multi-agama seperti
itu berarti banyak orang bisa mengeluarkan energi mereka di dalam
27 Membangun Islam
dinamika kekhalifahan baru. Hanya sedikit tempat yang menunjukkan
paduan bakat dunia Islam selain di masjid Bani Umayyah di Damaskus.
Selama 40 tahun pertama di Damaskus, umat Muslim beribadah dengan
menggunakan gereja kecil bersama-sama dengan umat Kristen. Kemu-
dian di tahun 706 Khalifah al-Walid I membeli gereja itu dari umat
Kristen, merubuhkannya, dan membangun sebuah masjid. Masjid itu ada-
lah bangunan Muslim hebat yang pertama. Ambisi dan keahlian organi-
sasinya tampak jelas dalam ukuran bangunan tersebut.
Saat Khalifah al-Walid meluncurkan rencana tersebut, dia mengumum-
kan: ”Warga Damaskus, empat hal telah membuat kalian jauh lebih he-
bat dibandingkan orang lain di seluruh dunia: cuaca, air, buah-buahan,
dan tempat permandian kalian. Kini aku ingin menambahkan hal ke-
lima: masjid ini.” Dia membangun sebuah masjid yang menjadi salah satu
bangunan terbesar yang pernah dibangun sejak zaman Romawi dan mas-
jid ini masih menakjubkan setelah 1.300 tahun. Seiring berkembangnya
sains, masjid itu menyerap arsitektur klasik terbaru kemudian mengem-
bangkannya lebih jauh. Al-Walid bahkan mendatangkan 200 tukang ahli
Byzantium yang terbaik untuk membuatkan mosaik paling indah. Tetapi
berbagai elemen itu ditransformasikan menjadi sesuatu yang baru dan
khas Islam. Terlihat jelas ekspresi bangunan dan dekorasi bergaya Islam
yang sangat baru, mulai dari ukiran geometri yang sangat rumit sampai ke
dinding yang beraneka ragam warnanya, kubah serta menaranya.
Kemajuan Agama dan Sains
Menyerap kelebihan kebudayaan lain lalu memodiikasi dan membuat
inovasi dengan berbagai ide baru adalah ciri sains itu juga menjadi salah
satu ciri Islam. Muhammad telah menegaskan bahwa Islam bukanlah
agama baru. Agama Kristen dan Yahudi datang dari akar yang sama dan,
seperti Islam, keduanya berasal dari Ibrahim. Alquran bukanlah satu-sa-
tunya kitab tetapi kitab yang terakhir. Nabi telah melakukan perjalanan
ajaib di malam hari menuju surga dari Yerusalem yang dinamakan sebagai
mi’raj. Saat berada di surga, Muhammad bertemu dengan semua nabi, ter-
masuk Isa, dan menjadi imam sholat. Ciri khas Islam Islam menjadi peng-
hubung ke masa lalu dan masa depan.
28 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Selama masa pemerintahan Dinasti Umayyah, sepertinya mesin admi-
nistratif dan kepraktisan kekhalifahan berkembang pesat. Selain itu, ada
stimulus ekonomi yang besar. Sebagai contohnya, saat umat Muslim me-
nyebar ke Timur Tengah dan Afrika, kota-kota tenda didirikan di tem-
pat-tempat seperti Basrah dan Kufah di Irak dan Fustat di Mesir. Semua
kota itu akhirnya menjadi permanen––Fustat berkembang menjadi Kairo
—tetapi sejak awal mereka membutuhkan berbagai jenis barang dan
pasukan baru, ahli administrasi serta keluarganya memiliki uang untuk
membeli berbagai barang tersebut.
Revolusi Pertanian
Secara khusus mereka memerlukan makanan, dan dataran rendah yang
subur di Irak—dan kemudian dataran di Mesir dan Andalusia—menjadi
pusat dari yang bisa disebut sebagai revolusi pertanian. Orang-orang ber-
bahasa Arab adalah para penjelajah ulung dan saat imperium itu ber-
kembang mereka membawa ide-ide dari Maroko sampai Mongolia untuk
meningkatkan produksi makanan di rumah barunya. Semua ide itu akhir-
nya disatukan dalam buku panduan pertanian.
Sebagai contoh, dari Andalusia umat Muslim Irak telah menemukan
dan kemudian mengembangkan rotasi tanaman. Sebelumnya, mereka ha-
nya mengalami satu masa panen setiap tahunnya di musim dingin. Dengan
rotasi tanaman, mereka bisa mengalami masa panen beberapa kali setiap
tahunnya. Tetapi inovasi ini tidak mungkin terjadi tanpa faktor lainnya.
Cuaca yang kering dan panas yang seringkali melanda dataran rendah
Irak membuat panen di musim panas tidak mungkin terjadi. Jadi berbagai
teknik irigasi dikembangkan. Sebagai contoh, tebu harus mendapatkan
pengairan setiap empat sampai delapan hari di musim panas tetapi cukup
mengejutkan karena para petani itu bisa melakukannya.
Dikenalkannya sistem irigasi kuno yang terkenal berupa terowongan air
atau qanat dari Iran adalah salah satu kesuksesan irigasi mereka. Bahkan
yang lebih mengesankan adalah teknik pengangkatan air, dan khususnya
naura atau kincir air. Istilah naura pertama kalinya muncul di zaman Di-
nasti Umayyah saat penduduknya sedang menggali kanal di dekat Basrah.
29 Membangun Islam
Walaupun naura yang terkenal yang terletak di Hama, Syria, baru dikenal
pada abad ke-14, naura mungkin mesin pengangkatan air yang khas yang
tak lama setelah itu digunakan di seluruh dunia Islam. Teknik ini lalu men-
jadi fokus beberapa keberhasilan teknologi penting di zaman Islam, seperti
yang diciptakan oleh al-Jazari, seorang insinyur Turki, yang akan kita lihat
di dalam buku ini.
Tanaman dan Pemilik Baru
Di samping beberapa teknik baru dan sistem pengaturan air, tanaman
diambil dari satu bagian dunia dan dikenalkan di tempat yang lain. Con-
tohnya, jeruk dan lemon datang dari India ke Timur Tengah pada akhir
dari abad ke-9 dan tak lama telah menyebar ke dunia Islam dan masuk ke
Spanyol. Dalam cara yang sama, imperium ini menanam dan menyebar-
kan gula, buah delima, daun ara, buah zaitun, kapas, dan banyak tanam-
an lainnya.
Banyak di antara inovasi tersebut membutuhkan perkembangan pen-
ting lainnya: gagasan tentang hak kepemilikan untuk petani kecil. Kekha-
lifahan Islam bukanlah negara feodal dan sseorang diizinkan memiliki
lahan sepanjang mereka membayar pajak. Hal ini membuat kota mampu
berswasembada pangan dan juga memberi kontribusi kepada keuangan
negara. Kerumitan kepemilikan lahan, menghitung bagian dengan aku-
rat, menghitung tagihan pajak dan hal lainnya mungkin menjadi faktor
utama yang menekan para pejabat rendahan sampai ke khalifah untuk
mengembangkan sistem matematika dan komputasi untuk menangani
semua itu. Banyak contoh yang digunakan sang ahli matematika Musa
al-Khawarizmi, untuk mendemonstrasikan teknik aljabarnya yang baru,
berasal dari dunia pertanian dan kepemilikan tanah. Dan kebutuhan un-
tuk mendapatkan informasi yang akurat untuk menanam dan masa pa-
nen mungkin memiliki efek yang sama terhadap ilmu astronomi.
Bahasa Baru
Pengelolaan berbagai daerah Islam mungkin menjadi perangsang yang
sama pentingnya bagi sains. Untuk beberapa puluh tahun pertama, urusan
30 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
pemerintahan dilakukan dalam bahasa nasional setempat, dengan bantu-
an para penerjemah. Namun pada tahun 690-an, Khalifah Abdul Malik
menetapkan bahasa Arab harus digunakan dalam setiap dokumen resmi.
Ini berarti semua orang yang ingin bekerja untuk pemerintahan—bahkan
berurusan dengan pejabat pemerintahan—harus mampu menulis Arab.
Dampak jangka panjang penerapan hukum ini sangat besar. Perlahan-
lahan, semua orang, dari Andalusia sampai Afghanistan, belajar berbicara
dalam bahasa Arab. Bagi seseorang yang bisa menulis, bahasa Arab men-
jadi bahasa universal di seluruh dunia Muslim yang terbentang luas. Se-
perti bahasa Inggris menjadi bahasa sains di zaman sekarang, begitu pula
bahasa dan tulisan Arab membuat para pelajar dari tempat jauh dan ber-
bagai kebudayaan yang berbeda mampu mengomunikasikan pemikiran
mereka dengan mudah dan menuliskannya agar bisa dipahami oleh orang
lain. Kemungkinan besar hal ini, lebih dari hal lainnya, menjadi kunci
berkembangnya dan bertahannya sains Islam selama berabad-abad .
Mencetak Uang Logam
Pada kisaran waktu yang bersamaan, Abdul Malik memperkenalkan un-
dang-undang yang berpengaruh luas lainnya. Sebagaimana dengan bahasa,
umat Muslim terpaksa mempergunakan uang logam Byzantium yang sudah
ada di awal-awal kekhalifahan. Rupanya, menurut kisah, kaisar Byzantium
tidak senang dengan disebutkannya sang Nabi di beberapa dokumen res-
mi, dan membalasnya dengan mengancam untuk mencetak uang logam
dengan tulisan yang akan menyinggung perasaan umat Muslim. Jadi,
menurut cerita, Abdul Malik meminta nasihat dari pangeran dan cende-
kiawan terkenal bernama Khalid bin Yazid. Solusi yang ditawarkan Khalid
sangat sederhana—membuat uang logam sendiri. Dan sejak saat itu, dinar,
lengkap dengan tulisan pujian kepada Tuhan menjadi mata uang bagi ke-
khalifahan baru itu.
Ahli sejarah George Saliba menyatakan bahwa berbagai perisitiwa se-
perti itu mungkin telah menjadi perangsang awal pergerakan penerjemah-
an buku sains ke dalam bahasa Arab dan awal dilakukannya berbagai
eksperimen sains pada umumnya. ”Kalau anekdot ini dikaitkan dengan
31 Membangun Islam
ketertarikan Khalid dalam alkimia,” ujar Saliba, ”kita bisa melihat mengapa
buku-buku tentang alkimia mungkin sangat berguna bagi seseorang yang
tertarik dalam membuat uang logam emas baru. Siapa lagi kecuali para
ahli alkimia yang lebih baik persiapannya dalam mengidentiikasi emas
murni dari logam lainnya? Dan siapa kecuali para ahli alkimia yang lebih
ahli dalam menilai campuran logam?” Apa pun pernyataan yang diajukan
oleh Saliba, Khalid pada umumnya dinilai sebagai ahli alkimia Islam
pertama dan di antara yang pertama melakukan inisiatif menerjemahkan
buku sains ke dalam bahasa Arab.
Dinasti Umayyah dan Ketidakpuasan
Walaupun ekonomi berkembang stabil di bawah Dinasti Umayyah namun
tidak demikian halnya dalam aspek politik. Di bagian timur imperium,
khususnya di timur jauh di mana kekaisaran Persia kuno melebarkan kuku-
nya sampai ke Asia Tengah tampak ketidakpuasan. Mereka yang mene-
tap di tanah Persia, baik Muslim maupun non-Muslim, tidak menyukai
kekuasaan yang dipegang oleh orang-orang berbahasa Arab. Beberapa di
antaranya merasa bahwa keluarga Muhammad telah disingkirkan oleh
Bani Umayyah. Lainnya hanya merasa kesal dengan arus dana serta sum-
ber daya menuju barat yaitu Damaskus. Sebenarnya, banyak masalah
yang timbul sebagai alasan ketidakpuasan.
Banyak yang bisa mengeksploitasi ketidakpuasan ini tetapi Bani Abba-
siyah-lah yang melakukannya. Bani Abbasiyah adalah pendukung ketu-
runan keluarga Nabi Muhammad dari garis pamannya, Abbas. Mereka
kebanyakan tinggal di daerah Kufah di Irak tetapi mengirimkan agen
dan duta untuk mendapat dukungan dari berbagai daerah di timur. Pesan
mereka sederhana: jika Bani Umayyah disingkirkan dan Keluarga Muham-
mad dikembalikan pada posisinya, dunia akan menjadi tempat yang le-
bih baik. Akhirnya di musim panas tahun 747 berkibar bendera hitam
revolusi Bani Abbasiyah berkibar di Marv, kota oasis kuno di Khurasan
di tengah-tengah padang pasir Kara Kum (Pasir Hitam). Dipimpin oleh
Abu Muslim—mungkin hanya nama samaran karena ini artinya ”Bapak
umat Muslim”—pasukan revolusi ini bergerak ke barat, dengan jumlah
32 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
yang semakin membesar saat mereka meraih berbagai kemenangan atas
tentara Dinasti Umayyah yang tidak setia terhadap kekhalifahan.
Begitu mencapai Kufah, calon dari Bani Abbasiyah bernama Abul
Abbas As-Saffah mengangkat dirinya menjadi khalifah. Dari Kufah, ten-
tara terus berbaris menuju barat, memenangkan pertempuran demi per-
tempuran, sampai akhirnya mereka bertemu dengan Khalifah Marwan
dari Dinasti Umayyah dan pasukannya di Sungai Zab dekat Mosul di Irak
bagian utara di bulan Februari 750. Marwan dapat dikalahkan, banyak
dari tentaranya yang melarikan diri tenggelam di sungai Zab yang meluap
akibat hujan di musim dingin. Hampir sendirian, Marwan dikejar sampai
menyeberangi Syria dan ke selatan sampai akhirnya tentara revolusi me-
nangkap dan membunuhnya.
Zaman Dinasti Abbasiyah kini dimulai.
4Keindahan Baghdad
Mereka datang ke [Baghdad] dari seluruh penjuru negeri dan orang-
orang dari berbagai pihak yang berbeda lebih memilih tinggal di
Baghdad daripada kampung halamannya… Tiada yang belajar lebih
banyak dibandingkan cendekiawan [Baghdad], memiliki pengetahuan
yang lebih lengkap dibandingkan ahli tradisinya, lebih meyakinkan
dibandingkan ulamanya… lebih puitis dibandingkan penyairnya dan
lebih ceroboh dibandingkan para orang kayanya.
Ahmad al-Ya’qubi, dalam tulisan tentang kunjungannya ke
Baghdad di zaman pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, abad ke-9
Dengan datangnya Dinasti Abbasiyah, tirai diangkat untuk menyajikan
zaman yang disebut-sebut sebagai Zaman Keemasan ilmu pengetahuan
Islam—kota Baghdad. Bersemangat untuk memulai lembaran baru, Kha-
lifah Abbasiyah kedua yaitu al-Mansur meninggalkan Damaskus dan
bersiap-siap mendirikan ibu kota yang baru di dekat jantung para pendu-
kung mereka di timur, tepat di tengah-tengah tanah pertanian baru yang
produktif di antara sungai Tigris dan Eufrat. Dan mereka membangun
kota yang menakjubkan.
Tidak ada bukti isik tentang Baghdad di zaman Dinasti Abbasiyah yang
masih bertahan hingga hari ini untuk menunjukkan seperti apa keadaan
di zaman dahulu namun kita tidak kehabisan bukti dalam bentuk tulisan
berbahasa Arab untuk menggambarkan kemewahan kota tersebut pada
masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Hanya dalam beberapa dasawarsa
saja dari pendirian kota itu pada tahun 762, Baghdad telah tumbuh
menjadi salah satu kota terhebat di seluruh dunia, bukan hanya dalam
34 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
ukuran—menurut perkiraan Baghdad memiliki populasi sampai satu juta
orang ketika hanya beberapa kota saja di luar Cina yang didiami di atas
puluhan ribu orang—tetapi juga dalam sudut pandang masyarakat yang
sibuk, penuh energi, dan bercampurnya berbagai bangsa yang datang ke
sana dari segala penjuru dunia untuk tinggal dan bekerja di kota itu.
Baghdad adalah kota yang terdapat di legenda Seribu Satu Malam, di mana
Syahrazad menganyam dongeng untuk membuai pangerannya, Khalifah
Abbasiyah ketiga yaitu Harun ar-Rasyid—kota yang dipenuhi air mancur
dan halaman luas, berbagai ruangan berkarpet dan beralaskan bantal di
mana gadis-gadis berpakaian sutra menari dan para penyair menggubah
puisi tentang rasa rindu akan gadis-gadis itu, berbagai pertemuan tersem-
bunyi dan para pencuri ringan tangan di malam hari. Tidak ada cara untuk
mengetahui seberapa banyak kebenaran dari kisah ini.
Kota Bundar
Di tengah-tengah kota Baghdad berdiri sebuah kota bundar yang sangat
sempurna dan dikelilingi dinding tinggi. Di setiap kuadran lingkaran
tampak gerbang raksasa, di mana jalanan terhampar menuju empat sudut
imperium—ke Khurasan, Basrah, Kufah, dan Syria. Isi Kota Bundar
itu sebagian besar berupa halaman kosong dengan istana kerajaan dan
mesjid di tengah-tengahnya. Hamparan kota yang sangat luas itu, de-
ngan suq (atau souk, pasar) yang sempit dan jalanan yang panjang serta
rumah-rumah besar dan kecil beratap rata di luarnya. Tata kota bundar
itu menyerupai kota klasik di Persia yaitu Firouzabad dan kubah serta
bangunan melengkung dari istana mungkin terinspirasi dari istana kediam-
an shah Persia hanya beberapa kilometer dari Tisfun, yang lengkung rak-
sasanya masih berdiri sampai sekarang1.
Suasana kota itu pada awal-awal tahun berdirinya dipengaruhi oleh
keluarga aristokrat Baramikah yang berasal dari Balkh di Afghanistan. Ke-
1Rupanya, al-Mansur tidak hanya terinspirasi oleh arsitektur Tisfun tetapi ingin meng-
gunakan batu bata yang sama. Tetapi Khalid bin Barmak, penasihatnya, menyarankan
untuk membiarkan kehadiran istana Sassania sebagai puing-puing sebagai pengingat yang
sempurna tentang kehebatan Islam. Dan oleh karenanya reruntuhan istana itu tetap ber-
diri sampai hari ini.
35 Keindahan Baghdad
luarga Baramikah adalah salah satu keluarga terkaya di Baghdad dan juga
politisi yang andal. Tiga generasi keluarga itu telah menjadi penasihat
para khalifah Abbasiyah dan secara efektif menjalankan kekhalifahan,
menguasai tidak hanya keuangan kekhalifahan tetapi juga berpengaruh
dalam menetapkan siapa yang menjadi khalifah berikutnya. Salah seorang
penasihat diyakini memegang kunci istana selir sang khalifah. Akhir-
nya, walaupun tidak ada orang yang tahu sebabnya, sepertinya keluarga
Baramikah telah melangkah terlalu jauh, dan di tahun 803 Harun mem-
bunuh penasihat Baramikah yang terakhir, Ja’far—dahulu pernah menjadi
rekannya pada berbagai petualangan di masa mudanya.
Gaya Baghdad
Saat masih berkuasa, keluarga Baramikah menentukan arah seni dan sains
yang diikuti oleh keluarga kaya lainnya di kota itu, dan menghias majalis
(tempat pertemuan) tempat pejabat istana dan cendekiawan bertemu un-
tuk memperdebatkan pemikiran keagamaan dan ilosoi dengan keterbuka-
an yang tiada bandingannya. Tidak hanya cendekiawan Muslim tetapi ju-
ga Kristen, Yahudi, dan Zoroastrianisme disambut dengan tangan terbuka
di tempat ini—dan satu-satunya persyaratan untuk bisa masuk adalah
apakah kita bisa mempertahankan pemikiran yang kita miliki. Walaupun
begitu kelompok pertemuan itu tidak benar-benar bebas dari persaingan
dan prasangka terhadap orang luar.
Ada sebuah cerita tentang Hunayn bin Ishaq (dalam bahasa Latin
dinamakan Johannitius) yang mungkin kelak menjadi penerjemah dan
dokter yang paling terkenal. Hunayn datang dari desa pinggiran kota Hira
di Irak, tetapi seperti banyak pemuda di zaman itu ia pergi ke Baghdad
untuk belajar ilmu kedokteran. Lalu dia menghadiri majalis di pertemuan
para dokter yang menangani empat khalifah Abbasiyah. Dengan penuh
semangat, Hunayn muda terus mempertanyakan apa yang dikatakan para
dokter di tempat tersebut. Akhirnya, salah seorang elit kedokteran dari
Persia menjadi kesal oleh anak yang masih hijau ini sehingga dia meng-
usirnya seperti gelandangan. ”Cari makan di jalanan saja!” itulah yang
diucapkan olehnya. Bertahun-tahun kemudian, saat Hunayn sudah mem-
buktikan dirinya, sang dokter meminta maaf kepadanya.
36 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Topik dari Yunani
Namun sangat besar kemungkinannya kelompok diskusi ini memperoleh
reputasi cukup tinggi berkat kesuksesan di tempat perdebatan, serta penya-
jian pembelajaran dan pengetahuan yang luas. Mungkin yang lebih penting,
salah satu karya pertama Aristoteles yang diterjemahkan ke bahasa Arab
adalah Topica yang memuat nasihatnya tentang cara mempertahankan
pemikiran. Cara apa yang lebih baik untuk mengalahkan pesaing dalam
perdebatan dibandingkan belajar dan mengutip dari sang mahaguru?
Mungkinkah salah satu alasan mengapa para elit kaya raya bersedia meng-
habiskan dana mendapatkan hasil terjemahan karya ilmiah dalam bahasa
Arab hanya karena keinginan untuk memenangkan perdebatan?
Amira Bennison dari Cambridge University menggambarkan tujuan
yang lebih besar dalam penerjemahan ilsafat Yunani. Menurutnya, seba-
gai imperium dan agama baru, Islam menginginkan adanya alat untuk me-
ngembangkan argumen keagamaan dan ilsafat untuk menghadapi umat
Kristen dan Yahudi yang sudah mengembangkan tradisi dialektiknya de-
ngan baik. Di sisi lain, Peter Adamson, menyatakan motif nasionalis yang
lebih sederhana—umat Muslim ingin mengalahkan Byzantium untuk
menunjukkan bahwa mereka memahami dan menghargai ilmu Yunani le-
bih baik daripada para pewarisnya sendiri. Sementara itu, Yahya Michot
dari Hartford Seminary di Connecticut dan Dmitri Gutas dari Yale Uni-
versity menambahkan insentif lainnya mengapa para khalifah Abbasiyah
mengeluarkan dana untuk penerjemahan itu—ilmu astrologi, yang mem-
berikan mereka kemampuan meramal dan mendukung legitimasi revolusi-
nya karena hal itu telah dituliskan di bintang-bintang. Ahli sejarah era
tersebut yang lain mengatakan bahwa bangsa Persia hanya mengambil
kembali warisan pengetahuannya setelah Alexander Agung menghancur-
kan kota Persepolis di Persia di tahun 330 SM.
Pergerakan Penerjemahan
Apa pun alasannya, dan mungkin masih banyak lagi, l












