Tampilkan postingan dengan label amsal 24. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label amsal 24. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Desember 2024

amsal 24

 


Tidak dikatakan, “Carilah orang lain untuk 

dijadikan tanggungan bersama dia,” sebab orang yang menjadikan 

dirinya sebagai bukti utang bersama, akan mendapati sebagai 

jaminannya orang-orang yang tak sanggup membayar seperti 

dirinya sendiri. Oleh sebab itu, ambillah pakaiannya. 

14 Siapa pagi-pagi sekali memberi selamat dengan suara nyaring, hal itu akan 

dianggap sebagai kutuk baginya. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  kebodohan besar jika kita berlebih-lebihan dalam memuji-

muji orang, sekalipun itu teman-teman terbaik dan orang-orang 

yang sangat membantu kita. yaitu  kewajiban kita untuk mem-

berikan kepada setiap orang pujian yang pantas mereka dapat-

kan, untuk memberikan penghargaan pada orang-orang yang 

unggul dalam pengetahuan, kebajikan, dan kegunaan, dan untuk 

mengakui kebaikan-kebaikan yang sudah kita terima dengan rasa 

syukur. Akan namun , melakukannya pagi-pagi sekali dengan suara 

nyaring, selalu memainkan nada yang sama, di hadapan semua 

kumpulan orang, bahkan di depan muka teman kita, atau mela-

kukannya dengan sedemikian rupa untuk memastikan bahwa ia 

mendengarnya, menyuarakannya dengan nyaring, seperti yang 

kita lakukan untuk suatu hal yang membuat kita bangun pagi-

pagi, membesar-besarkan jasa teman kita melampaui batas kewa-

jaran dan dengan ungkapan-ungkapan yang berlebihan, semua-

nya itu sangat menjengkelkan, memuakkan, dan merupakan per-

tanda dari kemunafikan dan niat jahat. Memuji orang atas apa 

yang sudah mereka lakukan berarti berniat untuk mendapatkan 

sesuatu yang lebih dari mereka. Dan semua orang tahu bahwa 

penjilat berharap dibayar besar untuk pujian atau sanjungannya. 

Kita tidak boleh memberikan kepada teman kita pujian yang 

hanya patut diberikan kepada Allah saja, seperti yang menurut 

sebagian orang tersirat dalam ungkapan bangun pagi-pagi untuk 

melakukannya. Sebab di pagi hari Allah harus dipuji. Kita tidak 

boleh terlalu tergesa-gesa dalam memuji orang (begitu sebagian 

orang memahami ayat ini), tidak menyanjung orang terlalu dini 

atas kemampuan-kemampuan dan pekerjaan-pekerjaan mereka. 

Sebaliknya, hendaklah mereka diuji terlebih dahulu, supaya ja-

ngan mereka meninggi dengan kesombongan, dan terlena dalam 

kemalasan.  

2. Jauh lebih bodoh lagi bila kita sendiri gemar untuk dipuji-puji se-

cara berlebihan. Orang bijak lebih menganggap pujian itu sebagai 

kutuk, dan penghinaan terhadap dirinya, yang bukan hanya di-

rancang untuk mengambil dompetnya, namun  juga yang bisa 

benar-benar berbalik merugikan dirinya. Puji-pujian yang wajar 

(seperti yang diberikan oleh orang besar) mengundang orang-orang 

besar lain yang hadir untuk menambahkan pujian, namun  puji-

pujian yang tidak wajar dan berlebihan menggoda mereka untuk 

mengurangi pujian itu, dan mencela orang yang mereka dengar 

dipuji-puji secara berlebihan. Selain itu, memuji-muji orang secara 

berlebihan membuat dia dicemburui banyak orang. Setiap orang 

turut andil dalam meraih suatu nama baik, dan oleh sebab itu 

seseorang akan merasa dirugikan jika orang lain menguasai peng-

hargaan, atau mendapatkan apa yang lebih dari bagiannya. Ba-

haya terbesar dari semuanya yaitu  bahwa itu merupakan goda-

an untuk menyombongkan diri. Orang cenderung memandang diri 

melebihi apa yang sepantasnya jika  orang lain berbicara 

tentang mereka melebihi apa yang sepantasnya. Lihatlah betapa 

berhati-hatinya Rasul Paulus yang terberkati itu untuk tidak 

dinilai secara berlebihan (2Kor. 12:6). 

15 Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-

hentinya menitik pada waktu hujan. 16 Siapa menahannya menahan angin, 

dan tangan kanannya menggenggam minyak. 

Di sini, sama seperti sebelumnya, Salomo menyesalkan keadaan 

orang yang istrinya suka jengkel dan marah-marah, terus-menerus 

mencaci, dan membuat dirinya sendiri serta semua orang di sekitar-

nya menjadi gelisah. 

1. Itu merupakan penderitaan yang tidak bisa dihindari, sebab ke-

adaannya serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik 

pada waktu hujan. Tetangga yang suka bertengkar mungkin 

serupa dengan hujan deras, yang menyusahkan untuk sementara 

waktu, namun, saat  berakhir, orang bisa mencari tempat berte-

duh. namun  isteri yang suka bertengkar serupa dengan hujan yang 

terus-menerus menitik dan membuat basah semuanya, yang tidak 

bisa ditanggulangi kecuali dengan bersabar (19:13).  

2. Itu merupakan penderitaan yang tidak bisa disembunyikan. Orang 

bijak akan menyembunyikannya seandainya bisa, baik demi nama 

baiknya sendiri maupun nama baik istrinya, namun  ia tidak bisa 

melakukannya, sama seperti ia tidak bisa menyembunyikan bunyi 

angin saat  bertiup atau aroma wangi-wangian yang menyengat. 

Orang-orang yang suka menentang dan bertengkar akan mengu-

mandangkan aib mereka sendiri, sekalipun teman-teman mereka, 

dengan maksud baik terhadap mereka, ingin menutupinya. 

17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. 

Ayat ini menunjukkan kesenangan maupun keuntungan dari perca-

kapan. Satu orang bukanlah siapa-siapa. Tidak pula menggeluti se-

buah buku di sudut ruangan akan membawa hasil apa-apa, diban-

dingkan hasilnya dengan membaca dan belajar dari sesama manusia. 

Percakapan yang bijak dan bermanfaat menajamkan kecerdasan 

orang. Dan orang yang memiliki begitu banyak pengetahuan bisa me-

nambah lebih banyak pengetahuannya dengan bercakap-cakap. Per-

cakapan menajamkan pembawaan orang, dan, dengan menggembira-

kan jiwa, membuat wajah tampak ceria dan hidup, dan memberinya 

pesona yang begitu rupa, sebab dengan demikian ia menunjukkan 

bahwa ia sendiri merasa senang dan menjadikan dirinya menyenang-

kan bagi orang-orang di sekitarnya. Kesantunan orang-orang baik 

dipertajam melalui percakapan dengan mereka yang baik. Juga, hawa 

nafsu serta amarah orang-orang jahat dipertajam melalui percakapan 

dengan mereka yang jahat. Demikianlah seperti besi dipertajam de-

ngan benda yang serupa dengan besi, terutama dengan pengasah. 

Orang diasah, diperhalus, dicerahkan, dan disegarkan untuk bekerja 

(yang sebelumnya kasar, tumpul, dan malas), melalui percakapan. 

Ayat ini dirancang, 

1. Untuk menganjurkan kepada kita sarana untuk mempertajam diri 

kita sendiri ini, namun  dengan peringatan untuk berjaga-jaga ter-

hadap siapa yang kita pilih untuk diajak bercakap-cakap,   sebab  

pengaruhnya begitu besar kepada kita, entah baik atau buruk.  

2. Untuk mengarahkan kepada kita apa yang harus kita tuju dalam 

percakapan kita, yaitu untuk membangun orang lain dan diri kita 

sendiri, bukan untuk membuang-buang waktu atau saling meng-

ejek, melainkan untuk saling mendorong dalam kasih dan dalam 

pekerjaan baik, sehingga membuat satu sama lain lebih bijak dan 

lebih baik. 

18 Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya, dan siapa menjaga 

tuannya akan dihormati. 

Ayat ini dirancang untuk mendorong ketekunan, kesetiaan, dan keta-

bahan dalam menjalani pekerjaan-pekerjaan kecil sekalipun. Meski-

pun suatu panggilan hidup begitu menyusahkan dan hina, namun 

orang-orang yang setia menjalaninya akan mendapatkan hasilnya. 

1. Janganlah tukang kebun yang miskin, yang memelihara pohon 

ara, berkecil hati. Meskipun dibutuhkan perawatan dan perhatian 

yang terus-menerus untuk menumbuhkan pohon ara, dan, apa-

bila pohon itu sudah bertumbuh besar, perlu usaha untuk me-

natanya dengan baik, dan mengumpulkan buah ara pada musim-

nya, namun jerih payahnya itu akan memberinya hasil: ia akan 

memakan buahnya (1Kor. 9:7).  

2. Bahkan, janganlah hamba yang miskin menganggap dirinya tidak 

mampu berkembang dan naik jabatan. Sebab jika ia bertekun me-

layani tuannya, setia dan taat kepadanya, jika ia menjaga tuannya 

(begitulah kata yang digunakan), jika ia berbuat semampunya 

untuk melindungi pribadi dan nama baiknya, dan memastikan 

agar harta miliknya tidak terbuang atau dirusak, hamba seperti 

itu akan dihormati, tidak hanya akan dipuji dengan kata-kata 

yang baik, namun  juga akan diangkat dan diberi imbalan. Allah 

yaitu  Tuan yang telah berjanji untuk memberikan kehormatan 

kepada orang-orang yang melayani-Nya dengan setia (Yoh. 12:26). 

(27:19) 

19 Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan 

manusia itu. 

Ini menunjukkan kepada kita bahwa ada cara, 

1. Untuk mengenal diri kita sendiri. Seperti air yaitu  kaca yang di 

dalamnya kita bisa melihat wajah kita melalui pantulan, begitu 

pula ada cermin yang dengannya hati manusia mengungkapkan 

siapa manusia itu, yaitu, kepada dirinya sendiri. Biarlah orang 

memeriksa hati nuraninya sendiri, pikiran-pikirannya, perasaan-

perasaannya, dan niat-niatnya sendiri. Biarlah ia mengamat-

amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin hukum ilahi 

(Yak. 1:23), maka ia bisa melihat orang seperti apa dia dan bagai-

mana tabiatnya yang sebenarnya, yang akan sangat bermanfaat 

untuk diketahui dengan benar oleh setiap orang.  

2. Untuk mengetahui satu sama lain melalui diri kita sendiri. Sebab, 

sama seperti ada kemiripan antara wajah seseorang dan pantul-

annya di dalam air, demikian pula ada kemiripan antara hati 

seseorang dan hati orang lain,   sebab  Allah membentuk hati 

manusia secara serupa. Dan dalam banyak hal kita bisa menilai 

orang lain melalui diri kita sendiri, yang merupakan salah satu 

fondasi yang di atasnya aturan itu dibangun, yaitu untuk berbuat 

kepada orang lain sebagaimana kita kehendaki supaya orang 

perbuat kepada kita (Kel. 23:9). Nihil est unum uni tam simile, tam 

par, quam omnes inter nosmet ipsos sumus. Sui nemo ipse tam 

similis quam omnes sunt omnium – Tidak ada satu hal yang begitu 

menyerupai hal lain seperti manusia menyerupai sesamanya. Ti-

dak ada orang yang begitu menyerupai dirinya sendiri seperti tiap-

tiap orang menyerupai semua orang lain. Cic. de Legib. lib. 1. Hati 

yang rusak menyerupai hati yang lain, dan begitu pula dengan 

hati yang dikuduskan, sebab hati yang rusak menampakkan citra 

duniawi yang sama, dan hati yang dikuduskan menampakkan 

citra sorgawi yang sama. 

20 Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manu-

sia tak akan puas. 

Ada dua hal yang di sini dikatakan tak pernah puas, dan kedua-dua-

nya bersaudara dekat – maut dan dosa.  

1. Maut tak pernah puas. Kematian pertama, kematian kedua, dua-

duanya tak pernah puas. Makam tidak menjadi tersumbat dengan 

banyaknya mayat yang setiap hari dilemparkan ke dalamnya, 

  sebab  kubur tetap ternganga, dan berteriak, berikan lagi, berikan 

lagi. Neraka juga sudah melebarkan dirinya, dan masih mempu-

nyai ruangan untuk jiwa-jiwa yang terkutuk yang sudah diputus-

kan untuk masuk ke dalam penjara itu. Tempat pembakaran itu 

dalam dan lapang (Yes. 30:33). 

2. Dosa tak pernah puas: mata manusia tak akan puas, tidak pula 

nafsu-nafsu pikiran duniawi akan puas dengan keuntungan atau 

kesenangan. Mata tidak kenyang melihat, tidak pula orang yang 

mencintai uang akan dipuaskan dengan uang. Orang bekerja un-

tuk apa yang mengenyangkan, namun  tidak memuaskan. Bahkan, 

bekerja seperti itu justru menghilangkan kepuasan, bukan men-

datangkannya. Sewajarnyalah manusia sudah dihukum ke dalam 

kegelisahan yang tiada henti seperti itu semenjak orangtua per-

tama kita tidak puas dengan semua pohon di Taman Eden, dan 

masih mendekati pohon terlarang juga. Siapa yang matanya se-

nantiasa tertuju pada Tuhan, di dalam Dia mereka puas, dan 

akan selama-lamanya puas. 

21 Kui untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, dan orang 

dinilai menurut pujian yang diberikan kepadanya. 

Ini memberikan kepada kita batu ujian yang dengannya kita bisa 

menguji diri kita sendiri. Perak dan emas diuji dengan ditempatkan 

ke dalam perapian dan kui. Demikian pula manusia diuji dengan di-

beri pujian. Biarlah ia ditinggikan dan diangkat, maka ia akan me-

nunjukkan siapa dirinya.  

1. Jika orang, dengan sorakan yang diberikan kepadanya, menjadi 

sombong, congkak, dan suka merendahkan, – jika ia mengambil 

bagi dirinya sendiri kemuliaan yang seharusnya diserahkannya 

kepada Allah, seperti yang diperbuat Herodes, – jika, semakin ia 

dipuji, semakin ia gegabah dalam apa yang dikatakan dan diper-

buatnya, – jika ia berbaring di tempat tidur sampai siang   sebab  

namanya berada di puncak, maka dengan itu akan tampak bahwa 

ia yaitu  orang congkak dan bodoh. Orang demikian, meskipun 

dipuji, sebenarnya tidak mempunyai suatu apa pun dalam dirinya 

yang benar-benar patut dipuji.  

2. Jika, sebaliknya, dengan pujian yang diberikan lalu orang menjadi 

lebih bersyukur kepada Allah, lebih hormat kepada teman-teman-

nya, lebih waspada terhadap segala sesuatu yang dapat menodai 

nama baiknya, lebih tekun memperbaiki diri, dan berbuat baik 

kepada orang lain, agar ia dapat memenuhi segala harapan te-

man-temannya, maka dengan demikian akan tampak bahwa ia 

yaitu  orang yang bijak dan baik. Sungguh baik watak orang 

yang tahu bagaimana melewati umpatan dan pujian, dan tetap 

menjadi pribadi yang sama (2Kor. 6:8). 


22 Sekalipun engkau menumbuk orang bodoh dalam lesung, dengan alu ber-

sama-sama gandum, kebodohannya tidak akan lenyap dari padanya. 

Salomo sudah berkata sebelumnya (22:15), kebodohan yang melekat 

pada hati orang muda dapat diusir dengan tongkat didikan, sebab 

dengan demikian pikiran akan dibentuk, dan kebiasaan-kebiasaan 

buruk tidak berakar. Namun di sini ia menunjukkan bahwa, jika itu 

tidak dilakukan pada waktu orang itu masih muda, maka hampir 

mustahil untuk melakukannya sesudah ia dewasa. Jika penyakitnya 

sudah mendarah daging, maka ada bahaya bahwa penyakit itu tidak 

bisa disembuhkan. Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya?  

Amatilah:  

1. Sebagian orang begitu buruk sehingga cara-cara yang kasar dan 

keras harus digunakan kepada mereka, sesudah cara-cara yang 

lembut dicoba dan tidak berhasil. Mereka harus ditumbuk dalam 

lesung. Allah akan mengambil jalan ini terhadap mereka melalui 

penghakiman-penghakiman-Nya. Hakim-hakim harus mengambil 

jalan ini terhadap mereka melalui ketegasan hukum. Kekuatan 

harus digunakan terhadap orang-orang yang tidak mau diatur 

dengan akal budi, kasih, dan kepentingan mereka sendiri.  

2. Sebagian orang sudah sedemikian buruk dan tidak bisa diperbaiki 

lagi sehingga bahkan cara-cara yang kasar dan keras itu pun 

tidak akan berhasil. Kebodohan mereka tidak akan lenyap dari 

pada mereka, begitu hati mereka penuh niat untuk berbuat jahat. 

Mereka sering kali dipukul dengan tongkat namun tidak menjadi 

rendah hati   sebab nya, dimasukkan ke dalam perapian namun 

tidak dimurnikan, malah, seperti Ahas, makin berbuat jahat 

(2Taw. 28:22). Jadi apa yang tinggal selain bahwa mereka harus 

ditolak sebagai perak buangan? 

Imbalan bagi Orang Bijak 


23 Kenallah baik-baik keadaan kambing dombamu, perhatikanlah kawanan 

hewanmu. 24   sebab  harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap 

turun-temurun? 25 Kalau rumput menghilang dan tunas muda nampak, dan 

rumput gunung dikumpulkan, 26 maka engkau mempunyai domba-domba 

muda untuk pakaianmu dan kambing-kambing jantan untuk pembeli ladang, 

27 pula cukup susu kambing untuk makananmu dan makanan keluargamu, 

dan untuk penghidupan pelayan-pelayanmu wanita . 

Inilah:  

I. Sebuah perintah diberikan kepada kita untuk bertekun dalam pang-

gilan-panggilan hidup kita. Perintah itu ditujukan kepada para 

petani dan gembala, dan orang-orang yang memelihara ternak, 

namun  juga dimaksudkan untuk diperluas kepada semua panggilan 

hidup yang halal. Apa pun usaha kita, di dalam atau di luar rumah, 

kita harus mengerjakannya dengan penuh perhatian. 

Perintah ini menunjukkan,  

1. Bahwa kita harus mempunyai suatu usaha tertentu untuk 

dikerjakan di dunia ini dan tidak hidup bermalas-malasan. 

2. Kita harus memahami usaha kita dengan benar dan sepenuh-

nya, dan mengetahui apa yang harus kita lakukan, serta tidak 

mencampuri apa yang tidak kita mengerti.  

3. Kita sendiri harus mengarahkan pandangan kita padanya, dan 

tidak mengalihkan seluruh perawatannya kepada orang lain. 

Kita harus, dengan mata kepala kita sendiri, memeriksa kam-

bing domba kita, sebab mata tuannyalah yang membuat mere-

ka gemuk. 

4. Kita harus berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam me-

ngelola usaha kita, mengenali baik-baik segala perkaranya, dan 

memperhatikannya dengan benar, agar tidak ada suatu apa 

pun yang terhilang, tidak ada satu kesempatan pun yang di-

biarkan berlalu begitu saja, namun  segala sesuatunya dilaku-

kan secara tepat waktu dan teratur, sehingga membawa keun-

tungan yang terbaik. 

5. Kita harus rajin dan bersusah payah. Jangan hanya duduk 

dan membuat rencana, namun  bangunlah dan bekerja: “Arah-

kanlah hatimu pada kambing dombamu, seperti orang yang 

peduli. Ulurkanlah tanganmu, dan bantinglah tulangmu, bagi 

usahamu.” 

II.  Alasan-alasan untuk menegaskan perintah ini.  

Pertimbangkanlah: 

1. Tidak pastinya kekayaan duniawi (ay. 24): harta benda tidak-

lah abadi.  

(1) Harta benda lain tidak begitu bertahan lama seperti harta 

benda ini: “Perhatikanlah kambing dombamu dan kawanan 

hewanmu, harta milikmu di desa dan hewan ternakmu di 

sana, sebab semua ini yaitu  bahan-bahan pokok, yang, 

dengan silih berganti, akan ada untuk selama-lamanya, se-

dangkan harta dari berdagang dan barang tidak akan ber-

tahan seperti itu. Bahkan mahkota sendiri mungkin tidak 

akan begitu menjamin keluargamu seperti halnya kambing 

domba dan kawanan hewanmu.”  

(2) Bahkan harta benda ini pun akan membusuk jika tidak di-

pelihara dengan baik. Sekalipun orang mempunyai sebuah 

bangunan (seperti yang kita katakan), namun jika ia malas 

dan boros, maka bangunannya akan terbengkalai. Bahkan 

mahkota kerajaan dan pajak-pajak yang didapat darinya, 

jika tidak diperhatikan baik-baik, akan mengalami kerugi-

an, dan juga tidak akan tetap turun-temurun tanpa penge-

lolaan yang sangat baik. Walaupun Daud memiliki mahkota 

yang akan diwariskan kepada keluarganya, ia memperhati-

kan kambing dombanya (1Taw. 27:29-31). 

2.  Kelimpahan dan kemurahan alam, atau lebih tepatnya yang 

berasal dari Allah alam semesta, dan pemeliharaan-Nya (ay. 

25): rumput muncul (KJV). Dalam merawat kambing domba dan 

kawanan hewan,  

(1) “Tidak perlu kerja keras, tidak perlu membajak atau menabur. 

Makanan bagi mereka yaitu  hasil yang muncul dengan sen-

dirinya dari bumi. Tidak ada yang harus engkau lakukan 

selain menggiring mereka kepadanya di musim panas, saat  

tunas muda nampak, dan mengumpulkan rumput gunung bagi 

mereka di musim dingin. Allah sudah melakukan bagian-Nya. 

Maka engkau tidak tahu berterima kasih kepada-Nya dan de-

ngan tidak pantas telah menolak memanfaatkan pemelihara-

an-Nya, jika engkau tidak melakukan bagianmu.”  

(2) “Ada kesempatan yang harus diambil dan dimanfaatkan, 

saat rumput muncul. namun , jika engkau membiarkan saat 

itu berlalu begitu saja, maka kambing dombamu dan kawan-

an hewanmu akan menderita   sebab nya. Seperti halnya un-

tuk diri kita sendiri, demikian pula untuk hewan ternak kita, 

haruslah kita, bersama-sama dengan semut, mencari makan 

di musim panas.” 

3. Keuntungan dari pertanian yang baik bagi keluarga: “Pelihara-

lah dombamu, maka dombamu akan membantu memelihara 

engkau. Engkau akan mempunyai makanan bagi anak-anak-

mu dan pelayan-pelayanmu, akan mempunyai cukup susu 

kambing (ay. 27). Dan makanan yang cukup itu sama baiknya 

dengan makanan pesta. Engkau juga akan memiliki pakaian: 

domba-domba muda untuk pakaianmu. Engkau akan mempu-

nyai uang untuk membayar sewamu. Kambing-kambing jantan 

yang harus engkau jual akan menjadi harga ladangmu. Bahkan, 

seperti sebagian orang memahaminya, “Engkau akan menjadi 

pembeli, dan membeli tanah untuk diwariskan kepada anak-

anakmu” (ay. 26). 

Perhatikanlah:  

(1) Jika kita mempunyai makanan dan pakaian, dan dengan-

nya kita bisa memberikan kepada setiap orang bagian me-

reka masing-masing, maka kita sudah berkecukupan, dan 

tidak saja harus puas, namun  juga bersyukur.  

(2) Kepala-kepala keluarga harus memberikan persediaan bu-

kan hanya bagi diri mereka sendiri, melainkan juga bagi 

keluarga mereka, dan memastikan bahwa pelayan-pelayan 

mereka terpelihara secara layak. 

(3) Cuma makanan dan pakaian yang seadanyalah, yang layak 

dan pantas, yang harus berusaha kita dapatkan. “Pandang-

lah dirimu telah berhasil dalam pekerjaanmu jika engkau 

mengenakan pakaian dari kain tenunan buatan sendiri dari 

bulu domba-dombamu, dan diberi makan dengan susu kam-

bingmu. Biarlah cukup menjadi makananmu apa yang cukup 

menjadi makanan keluargamu dan penghidupan pelayan-

pelayanmu wanita . Janganlah menginginkan makanan 

yang mewah dan lezat, yang susah dicari dan mahal harga-

nya.”  

(4) Hal ini haruslah mendorong kita untuk berhati-hati dan ra-

jin mengurus usaha kita, agar usaha kita bisa menjadi peng-

hidupan yang cukup bagi keluarga kita. Kita akan memakan 

hasil jerih payah tangan kita.   

  

1 Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, namun  orang benar 

merasa aman seperti singa muda.  

Lihatlah di sini:  

1. Betapa orang yang terus-menerus berbuat fasik akan senantiasa 

dilanda ketakutan. Rasa bersalah di dalam hati nurani membuat 

manusia merasa ngeri sendiri, sehingga mereka siap lari walau-

pun tidak ada yang mengejarnya. Seperti orang yang bersembunyi 

  sebab  takut ditagih utang, yang menyangka bahwa setiap orang 

yang ditemuinya akan menyita hartanya. Meskipun mereka ber-

pura-pura tenang, ada ketakutan-ketakutan tersembunyi yang 

menghantui mereka ke mana pun mereka pergi, sehingga mereka 

takut sekalipun tidak ada bahaya yang menimpa atau meng-

ancam mereka (Mzm. 53:6). Orang-orang yang sudah menjadikan 

Allah sebagai musuh mereka, dan mengetahuinya, tidak bisa 

tidak pasti melihat seluruh ciptaan berperang melawan mereka, 

dan oleh sebab itu tidak bisa merasakan penghiburan yang sejati 

pada diri mereka sendiri, tidak mempunyai keyakinan, keberani-

an, namun  hanya kematian yang mengerikan akan penghakiman. 

Dosa membuat orang menjadi pengecut.  

Degeneres animos timor arguit –  

Ketakutan melanda jiwa yang merosot. – Virgil  

Quos diri conscia facti mens habet attonitos – 

Kesadaran akan tindak-tindak kejahatan yang kejam  

menyentakkan dan menggelisahkan. – Juvenal 

Jika mereka lari walaupun tidak ada yang mengejar, apa yang 

akan mereka lakukan jika  mereka melihat Allah sendiri me-

ngejar-ngejar mereka dengan bala tentara-Nya? (Ayb. 20:24; Ayb. 

15:24; Ul. 28:25; Im. 26:36).  

2.  Alangkah tenteramnya orang-orang yang senantiasa berusaha un-

tuk hidup dengan hati nurani yang murni dan bebas dari pelang-

garan, dan dengan demikian menjaga diri mereka tetap ada di 

dalam kasih Allah, mereka menikmati keamanan dan ketenangan 

pikiran dengan rasa kudus: orang benar merasa aman seperti 

singa, seperti singa muda. Dalam bahaya-bahaya besar mereka 

memiliki Allah yang mahakuasa untuk diandalkan. Sebab itu kita 

tidak akan takut, sekalipun bumi berubah. Kesulitan-kesulitan apa 

pun yang mereka jumpai di dalam menjalankan tugas tidak akan 

membuat mereka berkecil hati. Tidak satu pun dari kesulitan-ke-

sulitan itu akan menggoyahkan aku.  

Hic murus aheneus esto, nil conscire sibi –  

Jadikanlah ini sebagai benteng tembaga pertahananmu,  

yaitu tetap menjaga hati nuranimu tidak bersalah. – Hon. 

(28:2) 

2   sebab  pemberontakan negeri banyaklah penguasa-penguasanya, namun  

  sebab  orang yang berpengertian dan berpengetahuan tetaplah hukum. 

Perhatikanlah:  

1. Dosa-dosa bangsa membawa kekacauan-kekacauan bagi seluruh 

bangsa dan meresahkan warga nya:   sebab  pemberontakan 

negeri, dan tindakan orang yang di mana-mana meninggalkan Allah 

dan agama dan beralih melakukan penyembahan berhala, kece-

maran, atau imoralitas. Banyaklah (yang dilakukan oleh) penguasa-

penguasanya. Banyak orang pada saat yang sama ingin berkuasa 

dan bersaing mendapatkan kekuasaan, sehingga   sebab  itu rak-

yat menjadi terpecah-pecah ke dalam berbagai pihak dan golong-

an, saling menggigit dan melahap, atau banyak orang secara silih 

berganti, dalam waktu sebentar saja, membinasakan satu sama 

lain, seperti dalam 1 Raja-raja 16:8, dst. Ada juga yang langsung 

dibinasakan oleh tangan Tuhan atau tangan musuh asing, seperti 

dalam 2 Raja-raja 24:5, dst. Seperti halnya rakyat menderita 

  sebab  dosa-dosa penguasanya.  

Delirant reges, plectuntur Achivi – 

Para raja bertingkah seperti orang gila, dan rakyat mereka 

menderita   sebab nya,  

demikian pula kadang-kadang pemerintah menderita   sebab  dosa-

dosa rakyatnya.  

2. Dengan hikmat, penderitaan-penderitaan ini akan terhindarkan 

atau dibalas dengan imbalan:   sebab  orang, yaitu,   sebab  rakyat, 

yang berpengertian, yang kembali sadar diri dan berpikir waras, 

segala sesuatu menjadi tetap tertib, atau, jika diganggu, dibawa 

kembali ke tatanan yang lama. Atau,   sebab  seorang penguasa 

yang berpengertian dan berpengetahuan, seorang penasihat yang 

bijak, atau menteri negara, yang mau menahan atau menekan 

pemberontakan negeri, dan mengambil cara-cara yang benar un-

tuk menyembuhkan bangsa, kesejahteraan bangsa akan terus di-

jaga keberlangsungannya. Kita tidak bisa membayangkan betapa 

besar pelayanan yang bisa dilakukan oleh seorang bijak bagi se-

buah bangsa pada masa yang genting. 

3 Orang miskin yang menindas orang-orang yang lemah yaitu  seperti hujan 

deras, namun  tidak memberi makanan. 

Lihatlah di sini: 

1. Betapa orang-orang miskin sering kali berkeras hati terhadap satu 

sama lain, bukan hanya dengan tidak melakukan pekerjaan-pe-

kerjaan baik yang dapat mereka lakukan seorang terhadap yang 

lain, namun  juga dengan saling memperdaya dan saling berbuat 

curang satu sama lain. Orang-orang yang lewat pengalaman sen-

diri tahu betapa menyengsarakannya kemiskinan itu sungguh 

mengerti bahwa orang haruslah berbelas kasihan terhadap mere-

ka yang mengalami penderitaan serupa.   sebab  itu, jika ada yang 

menyakiti orang-orang seperti itu, maka mereka sungguh biadab 

dan tidak bisa dimaafkan.  

2.  Betapa sok berkuasa dan menyusahkan orang-orang yang,   sebab  

dulu melarat dan berkekurangan, sekarang mendapat kekuasaan. 

Jika seorang raja mengangkat orang miskin, ia lupa bahwa orang 

itu pernah miskin, dan tidak ada orang lain yang akan begitu me-

nindas kaum miskin seperti dia, atau yang akan memeras mereka 

dengan begitu kejam. Lintah yang lapar dan spons yang kering 

menyerap paling banyak. Coba beri seorang pengemis naik kuda, 

maka ia akan mengendarainya tanpa belas kasihan. Ia seperti 

hujan deras, yang menyapu bersih jagung di ladang, dan mem-

porak-porandakan apa yang sudah tumbuh, maka tidak ada lagi 

yang tertinggal untuk makanan. Oleh   sebab  itu, para raja tidak 

boleh memberikan posisi-posisi yang butuh kepercayaan kepada 

mereka-mereka yang miskin, yang terlilit utang, dan yang terpu-

ruk, atau siapa pun yang tujuan utamanya yaitu  memperkaya 

diri sendiri. 


4 Orang yang mengabaikan hukum memuji orang fasik, namun  orang yang 

berpegang pada hukum menentangnya. 

Perhatikanlah:  

1. Mereka yang memuji orang fasik memperlihatkan bahwa mereka 

sendiri mengabaikan hukum, dan berjalan menentangnya, sebab 

hukum mencela dan mengutuk orang fasik. Orang-orang fasik 

akan berkata-kata baik tentang mereka satu sama lain, dan de-

ngan demikian menguatkan tangan satu sama lain di jalan-jalan 

mereka yang fasik. Dengan berbuat demikian, mereka berharap 

untuk membungkam jeritan-jeritan hati nurani mereka sendiri 

dan untuk melayani kepentingan-kepentingan kerajaan Iblis, yang 

tidak bisa dilakukan dengan begitu berhasil selain dengan me-

mandang baik perbuatan tercela itu sendiri.  

2. Mereka yang benar-benar menjalankan hukum Allah sesuai kesa-

daran hati nurani sendiri, di tempat mereka masing-masing, akan 

gigih menentang dosa, dan bersaksi melawannya, dan berbuat 

apa yang bisa mereka perbuat untuk mempermalukan dan mene-

kannya. Mereka akan mencela pekerjaan-pekerjaan kegelapan, 

dan membungkam dalih-dalih yang dibuat untuk pekerjaan-pe-

kerjaan itu, dan berbuat apa yang dapat mereka perbuat untuk 

menghukum para pembuat kejahatan yang menjijikkan, supaya 

orang lain bisa mendengar dan takut. 

(28:5) 

5 Orang yang jahat tidak mengerti keadilan, namun  orang yang mencari 

TUHAN mengerti segala sesuatu. 


Perhatikanlah: 

I. Sama seperti melandanya hawa nafsu manusia disebabkan oleh 

gelapnya pengertian mereka, demikian pula gelapnya pengertian 

mereka sangat besar disebabkan oleh berkuasanya hawa nafsu 

mereka: orang tidak mengerti keadilan, tidak bisa membedakan 

antara kebenaran dan kepalsuan, antara yang benar dan yang 

salah. Mereka tidak mengerti hukum Allah sebagai aturan bagi 

kewajiban mereka maupun bagi hukuman mereka. Dan,  

1. Oleh   sebab  itulah mereka orang yang jahat. Kefasikan mereka 

yaitu  akibat dari ketidakacuhan dan kesesatan mereka (Ef. 

4:18).  

2. Oleh sebab itu mereka tidak mengerti keadilan,   sebab  mereka 

yaitu  orang yang jahat. Kebejatan-kebejatan mereka mem-

butakan mata mereka, dan memenuhi mereka dengan berba-

gai prasangka, dan   sebab  mereka berbuat kejahatan, mereka 

membenci terang. Maka sudah sewajarnya Allah mendatang-

kan kesesatan atas mereka. 

II. Seperti halnya orang yang mencari TUHAN merupakan pertanda 

baik bahwa mereka benar-benar memahami banyak hal, demikian 

pula hal itu merupakan sarana yang baik untuk membuat mereka 

memahami lebih banyak lagi, bahkan untuk membuat mereka 

memahami segala sesuatu yang perlu bagi mereka. Orang-orang 

yang menempatkan kemuliaan Allah di depan mereka sebagai tu-

juan akhir mereka, perkenanan-Nya sebagai kebahagiaan mutlak 

mereka, dan firman-Nya sebagai pedoman mereka, dan datang 

kepada-Nya dalam segala kesempatan melalui doa, mereka men-

cari TUHAN, dan Ia akan memberi mereka roh hikmat. Jika orang 

mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu ajaran-Nya (Yoh. 

7:17). Akal budi yang baik, dan yang lebih baik lagi, akan dimiliki 

oleh orang-orang yang melakukan perintah-perintah-Nya (Mzm. 

111:10; 1Kor. 2:12-15). 

(28:6) 

6 Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang 

berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya. 

Di sini:  

1. Ada anggapan bahwa orang bisa bersih kelakuannya namun mis-

kin di dunia ini. Kemiskinannya merupakan godaan untuk ber-

laku tidak jujur, namun  ia bisa menolak godaan itu dan tetap ber-

sih kelakukannya. Sebaliknya, orang bisa berliku-liku jalannya, 

menyakiti Allah dan manusia, namun kaya dan sejahtera di dunia, 

untuk sementara waktu. Ia bisa kaya, dan dengan demikian terikat 

kewajiban-kewajiban besar serta mempunyai kesempatan-kesem-

patan besar untuk berbuat baik, namun berliku-liku jalannya dan 

berbuat banyak hal yang menyakitkan.  

2.  Pola pikir perbandingan sebagai berikut ini sudah dipelihara de-

ngan baik oleh dunia yang buta ini, yaitu bahwa orang yang jujur, 

saleh, dan miskin yaitu  lebih baik dibandingkan  orang yang fasik, 

yang tidak mengenal Allah, dan kaya. Ia memiliki tabiat yang lebih 

baik, berada dalam keadaan yang lebih baik, mendapat lebih ba-

nyak penghiburan dalam dirinya, merupakan berkat yang lebih 

besar bagi dunia, dan layak mendapatkan lebih banyak kehor-

matan dan penghargaan. Bukan saja sudah pasti bahwa keadaan-

nya akan lebih baik pada waktu mati, namun  juga lebih baik dalam 

kehidupan ini. saat  Aristides (negarawan Yunani pada tahun 

530-468 SM – pen.) dicela oleh orang kaya   sebab  kemiskinannya, 

ia menjawab, kekayaanmu lebih menyakitkan bagi dirimu dari-

pada kemiskinanku bagi diriku. 

7 Orang yang memelihara hukum yaitu  anak yang berpengertian, namun  

orang yang bergaul dengan pelahap mempermalukan ayahnya. 

Perhatikanlah: 

1. Agama yaitu  hikmat yang benar, dan membuat orang berhikmat 

dalam semua hubungan antarsesama. Orang yang dengan hati 

nurani memelihara hukum yaitu  bijak, ia secara khusus akan 

menjadi anak yang berpengertian, yakni akan bertindak bijaksana 

terhadap orangtuanya, sebab hukum Allah mengajarinya untuk 

berbuat demikian.  

2. Pergaulan yang buruk yaitu  hambatan besar bagi agama. Orang 

yang bergaul dengan pelahap, yang memilih orang-orang seperti 

itu sebagai teman mereka dan senang bercakap-cakap dengan 

mereka, pasti akan ditarik menjauh dari memelihara hukum Allah 

dan tertarik untuk melanggarnya (Mzm. 119:115).  

3. Kefasikan bukan hanya merupakan cela bagi orang berdosa sen-

diri, melainkan juga bagi semua orang yang bersaudara dengan-

nya. Siapa bergaul dengan orang yang tak tahu aturan, dan meng-

habiskan waktu serta uangnya bersama-sama dengan mereka, 

tidak hanya mendukakan orangtuanya, namun  juga mempermalu-

kan mereka. Perbuatan itu akan merusak nama baik mereka, se-

olah-olah mereka tidak melakukan kewajiban mereka terhadap 

orangtua mereka itu. Mereka malu bahwa anak mereka sendiri 

sampai berbuat sesuatu yang memalukan dan menyakiti tetang-

ga-tetangga mereka. 

8 Orang yang memperbanyak hartanya dengan riba dan bunga uang, me-

ngumpulkan itu untuk orang-orang yang mempunyai belas kasihan kepada 

orang-orang lemah. 

Perhatikanlah: 

1. Apa yang diperoleh dengan cara jahat, meskipun bisa bertambah 

banyak, tidak akan bertahan lama. Orang bisa saja menambah 

banyak harta, dalam waktu sebentar saja, dengan mengambil riba 

dan memeras, menipu dan menindas kaum miskin, namun ia 

tidak akan bisa terus melakukannya. Ia mengumpulkannya bagi 

dirinya sendiri, namun  akan terbukti bahwa ia mengumpulkannya 

bagi orang lain yang justru tidak dikasihaninya. Hartanya akan 

membusuk, dan harta orang lain akan bertambah dari reruntuh-

annya.  

2. Kadang-kadang Allah dalam pemeliharaan-Nya mengaturnya se-

demikian rupa sehingga apa yang diperoleh secara tidak adil bisa 

digunakan oleh orang lain dengan bebas. Apa yang diperoleh 

dengan tidak adil itu secara ajaib sampai ke tangan orang yang 

mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah dan yang 

berbuat baik dengannya, dan dengan demikian memutuskan 

kutuk warisan yang dibawa oleh orang yang mendapatkan harta 

itu dengan tipuan dan kekerasan. Demikianlah, Sang Pemelihara 

yang sama yang menghukum orang kejam dan melumpuhkan 

mereka sehingga tidak bisa lagi menyakiti, memberikan imbalan 

kepada orang yang berbelas kasihan dan memampukan mereka 

untuk berbuat kebaikan yang jauh lebih banyak lagi. Kepada 

orang yang mempunyai sepuluh mina berikanlah uang itu, uang 

yang disembunyikan dalam sapu tangan oleh hamba yang jahat. 

Sebab setiap orang yang mempunyai, dan memanfaatkannya de-

ngan baik, kepadanya akan diberi lebih (Luk. 19:24). Demikianlah 

orang miskin diganjar, orang yang murah hati dibesarkan hatinya, 

dan Allah dipermuliakan. 

9 Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga 

doanya yaitu  kekejian. 

Perhatikanlah:  

1. Dengan firman dan doalah persekutuan kita dengan Allah tetap 

terjaga. Allah berbicara kepada kita melalui hukum-Nya, dan Ia 

mengharapkan agar kita mendengarkan Dia dan mencamkan apa 

yang dikatakan-Nya. Kita berbicara dengan-Nya melalui doa, dan 

kita menantikan jawaban damai atas doa itu. Betapa kita harus 

bersikap hormat dan sungguh-sungguh bilamana kita sedang 

mendengarkan dan berbicara dengan Tuhan yang mulia!  

2. Jika firman Allah tidak kita anggap, maka doa-doa kita bukan saja 

tidak akan diterima Allah, namun  juga akan menjadi kekejian bagi-

Nya, bukan hanya korban-korban persembahan kita, yang meru-

pakan ketetapan upacara, melainkan juga bahkan doa-doa kita, 

yang merupakan kewajiban moral. Padahal doa-doa itu bila di-

naikkan oleh orang yang lurus hati akan begitu menyenangkan 

hati-Nya (Yes. 1:11-15). Orang berdosa yang doa-doanya sangat 

dimurkai oleh Allah yaitu  orang yang dengan sengaja dan keras 

hati menolak menaati perintah-perintah Allah, yang bahkan tidak 

sudi mendengarkannya, namun  memalingkan telinganya untuk 

tidak mendengarkan hukum, dan berpaling saat  Allah memang-

gil. Oleh sebab itu, dengan adil pula Allah akan menolak dia ke-

tika dia memanggil (1:24-28).  

(28:10) 

10 Siapa menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat akan jatuh ke dalam 

lobangnya sendiri, namun  orang-orang yang tak bercela akan mewarisi keba-

hagiaan. 

Inilah: 

1. Hukuman bagi para penyesat, yang berusaha menarik orang baik-

baik, atau mereka yang mengaku sebagai orang baik-baik, ke da-

lam dosa dan kejahatan. Para penyesat ini merasa bangga dalam 

menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat, dalam menjerat me-

reka ke dalam perangkap, supaya bisa menghina mereka. Namun, 

mereka tidak akan berhasil. Mustahil menipu umat pilihan. Seba-

liknya, mereka akan jatuh ke dalam lobang mereka sendiri. Dan 

oleh   sebab  mereka bukan saja sudah menjadi orang-orang ber-

dosa, melainkan juga para penggoda, bukan saja tidak benar, 

melainkan juga musuh orang benar. Maka, hukuman mereka 

akan jauh lebih berat (Mat. 23:14-15).  

2. Kebahagiaan orang jujur. Mereka tidak saja akan dijaga dari jalan 

yang jahat yang ke dalamnya orang fasik akan memancing mere-

ka, namun  juga akan mewarisi kebahagiaan, kebahagiaan terbesar, 

segala anugerah dan penghiburan dari Roh Allah, selain apa yang 

bisa mereka peroleh kembali. 

11 Orang kaya menganggap dirinya bijak, namun  orang miskin yang berpeng-

ertian mengenal dia. 

Perhatikanlah: 

1. Orang-orang yang kaya cenderung menganggap diri bijak,   sebab , 

sekalipun hal-hal lain tidak mereka ketahui, mereka tahu bagai-

mana mendapatkan penghasilan dan menabung. Orang-orang 

yang berdompet tebal berharap bahwa segala sesuatu yang mereka 

katakan harus dianggap sebagai sabda dan hukum, dan bahwa 

tak seorang pun boleh berani membantah mereka, namun  setiap 

berkas gandum harus sujud menyembah kepada berkas gandum 

mereka. Angan-angan ini dituruti oleh para penjilat yang,   sebab  

(seperti nabi-nabi Izebel) mendapat makan di meja mereka, mau 

saja menggembar-gemborkan hikmat orang-orang kaya itu.  

2. Orang-orang yang miskin sering kali terbukti lebih bijak dibandingkan  

orang-orang yang kaya: orang miskin, yang sudah bersusah payah 

mendapatkan hikmat,   sebab  tidak mempunyai cara lain (seperti 

yang dimiliki orang kaya) untuk mendapat nama baik, mengenal 

dia, dan memperlihatkan bahwa ia bukanlah seorang cendekia-

wan, atau seorang negarawan, seperti yang disangka orang sela-

ma ini. Lihatlah betapa beragamnya Allah membagi-bagikan pem-

berian-Nya. Kepada sebagian orang Ia memberikan kekayaan, ke-

pada sebagian yang lain hikmat, dan mudah untuk mengatakan 

mana pemberian yang lebih baik, yang harus berusaha kita per-

oleh dengan lebih sungguh-sungguh. 

12 Jika orang benar menang, banyaklah pujian orang, namun  jika orang fasik 

mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri. 

Perhatikanlah: 

1. Penghiburan yang diterima umat Allah merupakan kehormatan 

bagi sebuah bangsa yang di dalamnya mereka hidup. Banyaklah 

pujian orang yang berdiam di negeri jika orang benar menang, jika 

mereka mendapat kebebasan, bebas menghayati agama mereka, 

dan tidak dianiaya, jika pemerintah menyokong mereka dan mem-

berikan penghiburan kepada mereka, jika mereka makmur dan 

menjadi kaya, dan jauh terlebih lagi, jika mereka diangkat dan 

dipekerjakan serta diserahi kekuasaan.  

2. Naiknya orang fasik berarti pudarnya keindahan sebuah bangsa: 

jika orang fasik mendapat kekuasaan dan memimpin, mereka 

mulai menentang segala sesuatu yang suci, maka orang menyem-

bunyikan diri, orang baik terlempar dalam keterasingan, dan ha-

rus bersembunyi demi keamanannya sendiri. Kebobrokan-kebo-

brokan begitu merajalela sehingga, seperti pada masa Elia, tampak-

nya tidak seorang baik pun yang tinggal, sebab orang-orang fasik 

berjalan ke mana-mana dalam gerombolan yang begitu besar. 

(28:13) 

13 Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, namun  

siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. 

Inilah: 

1. Kebodohan dalam memanjakan dosa, dalam meremehkan dan 

membiarkannya, menyangkal atau melunakkannya, mengecilkan-

nya, menyembunyikannya, atau mempersalahkan orang lain atas-

nya: siapa menyembunyikan pelanggarannya seperti itu tidak akan 

beruntung. Janganlah pernah ia mengharapkan keuntungan. Ia 

tidak akan berhasil dalam usahanya untuk menutup-nutupi do-

sanya, sebab dosanya itu akan ketahuan, cepat atau lambat. 

Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan. 

Burung di udara mungkin akan menyampaikan ucapanmu. Pem-

bunuhan akan terungkap, dan demikian pula dengan dosa-dosa 

lain. Ia tidak akan beruntung, yakni, tidak akan mendapat peng-

ampunan bagi dosanya, tidak pula hati nuraninya akan bisa 

sungguh-sungguh tenang. Daud mengakui bahwa ia terus-mene-

rus gelisah saat  ia menutupi dosa-dosanya (Mzm. 32:3-4). Apa-

bila seorang pasien menyembunyikan penyakitnya, ia tidak bisa 

berharap akan mendapat kesembuhan.  

2.  Keuntungan dalam memisahkan diri dari dosa, baik melalui peng-

akuan dosa dengan hati yang bertobat maupun melalui perbuatan 

pembaharuan menyeluruh: siapa mengakui kesalahannya di ha-

dapan Allah, dan berhati-hati untuk tidak kembali berdosa lagi, 

akan disayangi Allah, dan akan mendapat penghiburan dari perto-

batannya itu dalam hati sanubarinya. Hati nuraninya akan dite-

nangkan dan kehancurannya dicegah (1Yoh. 1:9; Yer. 3:12-13). 

jika  kita menempatkan dosa di hadapan wajah kita (seperti 

Daud, aku senantiasa bergumul dengan dosaku), maka Allah akan 

melemparkannya jauh-jauh di belakang-Nya. 


14 Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, namun  orang 

yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka. 

Inilah: 

1. Keuntungan dari kehati-hatian yang kudus. Kedengarannya aneh, 

namun  sungguh benar: berbahagialah orang yang senantiasa takut. 

Kebanyakan orang menganggap bahwa yang berbahagia yaitu  

orang-orang yang tidak pernah takut. namun  ada juga ketakutan 

yang sama sekali tidak menyiksa namun  justru mengandung ke-

puasan besar. Berbahagialah orang yang selalu menjaga di dalam 

pikirannya rasa takut dan hormat yang kudus akan Allah, kemu-

liaan-Nya, kebaikan-Nya, dan pemerintahan-Nya. Berbahagialah 

orang yang selalu takut melanggar perintah Allah dan takut mem-

bangkitkan amarah-Nya, yang menjaga kepekaan hati nuraninya 

dan merasa ngeri dengan timbulnya kejahatan. berbahagialah 

orang yang selalu mengawasi dirinya sendiri, yang tidak meng-

andalkan kemampuannya sendiri, dan hidup dengan kesadaran 

bahwa permasalahan dan perubahan akan datang, sehingga, ka-

panpun itu datang, itu tidak akan mengejutkannya. Orang yang 

menjaga rasa takut seperti ini akan hidup dalam iman dan kewas-

padaan, dan oleh sebab itu berbahagialah ia, diberkati dan kudus.  

2.  Bahaya dari kepongahan yang mengandung dosa: orang yang me-

ngeraskan hatinya, yang mengolok-olok rasa takut, yang menan-

tang Allah serta penghakiman-penghakiman-Nya, dan tidak me-

nerima pelajaran dari firman atau tongkat-Nya, akan jatuh ke 

dalam malapetaka. Kepongahannya akan menjadi kehancurannya, 

dan dosa apa saja (yang merupakan malapetaka terbesar) yang ke 

dalamnya ia jatuh disebabkan oleh kekerasan hatinya sendiri. 

15 Seperti singa yang meraung atau beruang yang menyerbu, demikianlah 

orang fasik yang memerintah rakyat yang lemah. 

Memang ada tertulis, janganlah engkau berkata jahat tentang seorang 

pemimpin bangsamu. namun  jika ia seorang pemimpin yang fasik, 

yang menindas rakyat, terutama rakyat miskin, merampok dari mere-

ka harta mereka yang hanya sedikit saja dan memangsa mereka, 

maka apa pun sebutan kita bagi pemimpin seperti itu, ayat ini me-

nyebutnya sebagai singa yang meraung dan beruang yang menyerbu. 

1. Sehubungan dengan tabiatnya. Ia seperti binatang, biadab, dan 

haus darah. Ia lebih pantas ditempatkan di antara binatang-bina-

tang pemangsa, yang paling buas dan ganas, dibandingkan  dianggap 

sebagai salah seorang makhluk terhormat yang kemuliaannya 

yaitu  akal budi dan kemanusiaan.  

2. Sehubungan dengan kejahatan yang diperbuatnya terhadap rak-

yatnya. Ia mengerikan seperti singa yang mengaum, yang meng-

gentarkan hutan rimba. Ia melahap seperti seekor beruang yang 

lapar, dan semakin lapar ia semakin besar kerusakan yang diper-

buatnya, dan semakin rakus ia mencari mangsa. 

16 Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, 

namun  orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya. 

Dua hal di sini ditunjukkan sebagai penyebab dari diselewengkannya 

pemerintahan oleh para penguasa:  

1. Cinta uang, akar segala kejahatan itu. Sebab membenci laba yang 

tidak halal di sini dipertentangkan dengan penindasan, sesuai 

dengan tabiat hakim-hakim yang baik menurut Musa, orang-orang 

yang takut akan Allah dan benci kepada pengejaran suap (Kel. 

18:21). Orang-orang ini yaitu  orang-orang yang bukan hanya 

tidak tamak, namun  juga membenci ketamakan, dan melepaskan 

tangan untuk tidak menggenggam suap. Seorang penguasa yang 

tamak tidak akan berlaku adil ataupun mencintai kesetiaan, ia 

malah akan memperjualbelikan orang-orang bawahannya.  

2. Tidak adanya pertimbangan: orang yang membenci laba yang 

tidak halal memperpanjang pemerintahan dan ketenteramannya, 

akan berbahagia   sebab  disenangi rakyatnya dan diberkati Allah-

nya. yaitu  kepentingan sekaligus kewajiban para penguasa un-

tuk memerintah dalam kebenaran. Oleh sebab itu, para penindas 

dan penguasa yang lalim yaitu  orang-orang paling bodoh di 

dunia. Mereka tidak mempunyai pengertian. Mereka tidak memi-

kirkan kehormatan, kenyamanan, dan keamanan mereka sendiri, 

namun  mengorbankan semuanya itu demi ambisi mereka untuk 

memiliki kekuasaan yang mutlak dan sewenang-wenang. Padahal 

mereka akan jauh lebih berbahagia jika disenangi rakyat dibandingkan  

memiliki banyak harta dan kedudukan tinggi. 

17 Orang yang menanggung darah orang lain akan lari sampai ke liang kubur. 

Janganlah engkau menahannya! 

Ini sesuai dengan hukum kuno, siapa yang menumpahkan darah ma-

nusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia (Kej. 9:6), dan menya-

takan,  

1. Hukuman bagi penumpah darah. Siapa yang sudah melakukan 

pembunuhan, meskipun ia lari untuk menyelamatkan diri, akan 

senantiasa dihantui oleh bermacam-macam kengerian. Ia sendiri 

akan lari sampai ke liang kubur, akan membuat jati dirinya ter-

ungkap, dan menyiksa dirinya sendiri, seperti Kain, yang, sesudah  

membunuh adiknya, menjadi seorang pelarian dan pengembara, 

dan terus hidup dalam kegentaran.  

2. Kewajiban seorang penuntut tebusan darah, entah sang hakim 

atau keluarga terdekat, atau siapa pun yang berkepentingan untuk 

membalaskan penumpahan darah. Hendaklah mereka mengerja-

kannya dengan penuh perhatian dan semangat, dan hendaklah 

pekerjaan itu tidak ditahan-tahan oleh suap. Orang-orang yang 

membebaskan pembunuh, atau berbuat apa saja untuk mem-

bantunya, berarti berbagi kesalahan dalam penumpahan darah. 

Dan tidak pula sebuah negeri bisa dibersihkan dari darah kecuali 

dengan darah orang yang telah menumpahkannya (Bil. 35:33). 

18 Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, namun  siapa berliku-liku 

jalannya akan jatuh ke dalam lobang. 

Perhatikanlah: 

1. Orang yang jujur selalu aman. Orang yang berbuat jujur, yang 

berbicara seperti ia berpikir, yang matanya dalam segala hal 

hanya tertuju semata kepada kemuliaan Allah dan kebaikan sau-

dara-saudaranya, yang tidak mau, demi apa pun di dunia, mela-

kukan suatu hal yang tidak adil jika ia mengetahuinya, yang 

segala perilaku hidupnya tidak bercela, ia akan diselamatkan di 

kehidupan nanti. Kita mendapati sekumpulan orang-orang mulia 

dari orang-orang yang di dalam mulut mereka tidak ada  dusta 

(Why. 14:5). Mereka akan aman sekarang. Kejujuran dan kelurus-

an akan menjaga orang, akan memberi mereka rasa aman yang 

kudus di masa-masa terburuk. Sebab rasa aman akan menjaga 

penghiburan mereka, nama baik mereka, dan semua kepentingan 

mereka. Mereka bisa saja terluka, namun  tidak bisa disakiti.  

2. Orang-orang yang palsu dan tidak jujur tidak pernah aman: siapa 

berliku-liku jalannya, yang ingin mengamankan dirinya dengan 

perbuatan-perbuatan curang, dengan menipu dan berkhianat, 

atau dengan menumpuk harta benda yang diperoleh secara keji, 

ia akan jatuh, bahkan, ia akan langsung jatuh ke dalam lobang, 

bukan secara perlahan-lahan, dan dengan diberi peringatan sebe-

lumnya, melainkan secara tiba-tiba, tanpa diberi tahu sebelum-

nya, sebab keadaannya paling tidak aman saat  ia merasa paling 

terlindungi. Ia langsung jatuh, sehingga tidak mempunyai waktu 

entah untuk berjaga-jaga melawan kehancurannya atau membuat 

persediaan untuk menghadapinya. Dan,   sebab  datangnya me-

ngejutkan, maka itu akan menjadi kengerian yang luar biasa he-

bat baginya. 

19 Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, namun  siapa 

mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang rajin menekuni panggilan hidup mereka berarti 

mengambil jalan untuk hidup dengan nyaman: siapa mengerjakan 

tanahnya, menjagai tokonya, dan mengurusi usahanya, apa pun 

itu, ia akan kenyang dengan makanan, dengan apa yang dibutuh-

kan bagi dirinya sendiri dan keluarganya, dan dengannya ia bisa 

bermurah hati kepada orang miskin. Ia akan memakan hasil jerih 

payah tangannya .  

2. Mereka yang malas, ceroboh, dan senang duduk kumpul-kumpul, 

meskipun mereka memanjakan diri dalam kehidupan yang mu-

dah dan menyenangkan, mereka sebenarnya mengambil jalan un-

tuk hidup sengsara. Siapa mempunyai tanah dan menilai tinggi 

dirinya dengan tanah itu, namun tidak mengerjakannya, namun  

mengejar barang yang sia-sia (KJV: mengikuti orang-orang semba-

rangan – pen.), minum-minum bersama mereka, bergabung ber-

sama mereka untuk berpelesir dan berhura-hura, dan mem-

buang-buang waktunya begitu saja, ia akan jatuh miskin, akan 

kenyang atau dipenuhi dengan kemiskinan (begitulah kata yang 

digunakan di sini). Ia mengambil jalan-jalan yang langsung mem-

bawanya kepada kemiskinan sehingga ia tampak menginginkan-

nya, dan ia akan dikenyangkan dengannya. 

20 Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, namun  orang yang 

ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman. 

Di sini:  

1. Kita diarahkan pada jalan yang benar untuk berbahagia, dan 

jalan itu yaitu  menjadi kudus dan jujur. Orang yang dapat diper-

caya oleh Allah dan manusia akan diberkati Tuhan, dan ia akan 

mendapat banyak berkat dari sumber-sumber baik yang di atas 

maupun yang di bawah. Manusia akan memujinya, dan berdoa 

untuknya, dan siap melakukan