ukannya bagi ayahnya, untuk men-
cegah ayahnya berbuat dosa.
3. Gideon sudah tahu bahwa ia akan menyulut amarah kaum ke-
luarga ayahnya sebab perbuatannya itu, dan rasa permusuh-
an para tetangganya, namun dia tetap melakukannya, meng-
ingat betapa merupakan pujian bagi orang Lewi bahwa, dalam
perkara menyangkut Allah, ia berkata tentang ayahnya dan
tentang ibunya: aku tidak mengindahkan mereka (Ul. 33:9).
524
Selama dia yakin akan perkenanan Allah, dia tidak takut akan
amarah manusia. Allah yang menyuruhnya untuk melakukan
itu akan menyokong dia. Namun demikian,
4. Walaupun Gideon tidak takut dibenci oleh mereka saat mez-
bah itu sudah dihancurkan, namun untuk mencegah perlawan-
an mereka terhadap penghancuran mezbah itu, dia dengan
bijaksana memilih melakukannya pada malam hari,supaya
dia tidak dapat diganggu dalam melakukan tindakan-tindakan
suci ini. Sebagian penafsir berpendapat bahwa itu yaitu hari
yang sama saat Allah berbicara kepadanya untuk melaku-
kan hal itu, dan bahwa, segera sesudah dia menerima perin-
tah, dia langsung mengerahkan segenap kekuatannya untuk
melaksanakannya, dan menyelesaikannya sebelum pagi hari.
III. Nyawa Gideon terancam bahaya sebab perbuatannya itu (ay. 28-
30).
1. Segera diketahui apa yang sudah diperbuat. Gideon, sesudah
merampungkan pekerjaan itu, tidak ingin menutup-nutupinya,
tidak pula perbuatan itu dapat disembunyikan, sebab orang-
orang kota itu bangun pagi-pagi, sepanjang yang bisa disaksi-
kan, untuk mengucapkan doa pagi mereka di mezbah Baal,
dan dengan begitu memulai hari itu bersama allah mereka,
demikianlah Baal dianggap. Hal ini mempermalukan orang-
orang yang mengaku bahwa Allah yang benar yaitu Allah
mereka, namun, di pagi hari, tidak mengarahkan doa kepada-
Nya, atau menengadah kepada-Nya.
2. Segera diketahui siapa yang melakukannya. Pemeriksaan yang
ketat dilakukan. Gideon dikenal tidak senang dengan penyem-
bahan terhadap Baal, yang membuatnya dicurigai, dan bukti
kuat segera muncul melawan dirinya: “Gideon, tidak diragu-
kan lagi, dialah yang melakukan hal itu.”
3. Gideon didapati bersalah atas perbuatan tersebut. Sungguh
orang-orang Israel yang telah merosot ini sudah sampai ke-
pada puncak kedurhakaan yang begitu tinggi, hingga mereka
menetapkan sebagai hukum bahwa dia harus mati atas per-
buatan itu, dan menuntut ayahnya sendiri untuk menyerah-
kannya. Dengan melindungi penyembahan berhala mereka,
ayahnya itu telah memberi mereka alasan yang terlalu besar
untuk berharap bahwa dia akan menuruti keinginan mereka
Kitab Hakim-hakim 6:25-32
525
dalam hal ini: “Bawalah anakmu itu ke luar; dia harus mati.
Tertegunlah atas hal itu, hai langit! Dan gemetarlah hai bumi!
berdasar hukum Allah, para penyembah Baal harus mati,
namun orang-orang fasik ini secara durhaka membalikkan hu-
kuman itu kepada para penyembah Allah Israel. Betapa ter-
gila-gilanya mereka kepada berhala-berhala mereka! Belum
cukupkah mereka mempersembahkan lembu-lembu jantan
pilihan mereka kepada Baal, sampai pemuda yang paling
gagah berani dari kota mereka ini harus jatuh sebagai korban
bagi ilah sampah itu, saat mereka berdalih bahwa ilah itu
tersulut murka? Betapa cepatnya para penyembah berhala
berubah menjadi para penganiaya!
IV. Gideon diselamatkan dari cengkeraman para penganiayanya oleh
ayahnya sendiri (ay. 31).
1. Ada orang-orang yang berdiri mengerumuni Gideon, yang tidak
hanya muncul pertama-tama untuk mengadakan tuntutan,
namun juga yang bersikeras menuntutnya, dan ingin agar dia
dihukum mati. Kendati dengan penghakiman-penghakiman
berat yang tengah menimpa mereka pada saat ini sebab pe-
nyembahan berhala mereka, mereka tetap tidak mau diper-
baharui, dan hidup bertentangan dengan Allah bahkan saat
Ia sedang bertindak melawan mereka.
2. Namun pada saat itu Yoas berdiri membela Gideon. Yoas ada-
lah salah satu pembesar di kota itu. Orang-orang yang memi-
liki kuasa dapat berbuat banyak untuk melindungi orang yang
jujur dan perkara yang jujur. Dan jika mereka mengguna-
kan kuasa mereka dengan cara demikian, maka mereka ada-
lah hamba-hamba Allah bagi kebaikan.
(1) Yoas ini dahulu melindungi mezbah Baal, namun sekarang
ia melindungi orang yang telah menghancurkannya:
[1] berdasar kasih sayang seorang ayah kepada anak-
nya, dan mungkin penghargaan khusus bagi anaknya
sebagai pemuda yang bajik, gagah berani, dan berharga,
dan tidak menjadi buruk sebab tidak bergabung ber-
samanya dalam menyembah Baal. Banyak orang yang
tidak memiliki cukup keberanian untuk tetap hidup
lurus, namun masih memiliki hati nurani yang tersisa
526
yang membuat mereka mencintai dan menghargai
orang-orang yang berani tetap hidup lurus. Walaupun
Yoas memiliki kebaikan bagi Baal, namun dia memiliki
kebaikan yang lebih besar bagi anaknya. Atau,
[2] berdasar kepedulian terhadap ketenteraman masya-
rakat. Kerumunan orang itu menjadi rusuh, dan, Yoas
khawatir, akan bertambah demikian, dan sebab itu,
seperti menurut sebagian penafsir, dia cepat bergerak
untuk meredam kericuhan itu: “Serahkanlah hal ini
kepada para hakim. Bukan hak kalian untuk menjatuh-
kan hukuman atas siapa saja.” Siapa yang memulai
kericuhan ini, akan dihukum mati. Yang dia maksud
bukan dihukum mati sebagai penyembah berhala, me-
lainkan sebagai pengganggu ketenteraman masyarakat,
dan penghasut. Dengan dalih yang sama Paulus disela-
matkan di Efesus dari orang-orang yang gigih membela
Diana seperti mereka di sini membela Baal (Kis. 19:40).
Atau,
[3] berdasar keyakinan bahwa Gideon telah melakukan
hal yang baik. Anaknya, mungkin, telah meyakinkan
dia, atau Allah, yang menggenggam semua hati manusia
dalam tangan-Nya, secara diam-diam telah berhasil
memengaruhinya untuk tampil seperti itu melawan para
pendukung Baal, meskipun dia sebelumnya ikut me-
nyembah Baal bersama mereka. Perhatikanlah, sungguh
baik untuk tampil bagi Allah saat kita dipanggil untuk
itu, sekalipun hanya ada sedikit atau tidak ada sama
sekali yang mendukung kita. Sebab Allah sanggup men-
condongkan hati orang untuk membela kita, meskipun
kita tidak banyak berharap akan mendapat bantuan dari
mereka. Marilah kita melakukan kewajiban kita, dan
lalu percayakanlah keamanan kita kepada Allah.
(2) Dua hal yang ditegaskan Yoas:
[1] Bahwa tidaklah masuk akal bagi mereka untuk ber-
juang membela Baal. “Akankah kalian orang Israel, para
penyembah satu-satunya Allah yang hidup dan benar,
berjuang membela Baal, allah palsu? Masakan engkau
begitu dungu, begitu tidak waras? Orang-orang yang
Kitab Hakim-hakim 6:25-32
527
bapa leluhurnya bertuhankan Baal, dan yang tidak per-
nah mengenal allah lain, lebih dapat dimaafkan dalam
berjuang membela dia daripada kalian, yang mengikat
perjanjian dengan Yahwe, dan yang telah dididik untuk
mengenal-Nya. Kalian yang sudah menderita begitu
berat sebab menyembah Baal, dan yang telah menim-
pakan segala kejahatan dan malapetaka ini atas diri
kalian sendiri sebab penyembahan itu, akankah kalian
tetap berjuang membela Baal?” Perhatikanlah, berbuat
dosa itu buruk, namun sungguh merupakan kefasikan
yang besar untuk berjuang membelanya, terutama ber-
juang membela Baal, berhala itu, atau apa pun itu,
yang menempati ruang di dalam hati yang seharusnya
ditempati Allah.
[2] Bahwa tidaklah perlu bagi mereka untuk berjuang
membela Baal. Jika Baal bukanlah allah, seperti yang
diaku demikian, mereka tidak dapat berkata apa-apa
untuk membelanya. Seandainya dia yaitu allah, maka
dia mampu berjuang membela dirinya sendiri, seperti
yang sering dilakukan oleh Allah Israel melalui api dari
sorga, atau melalui suatu hukuman lain terhadap
orang-orang yang menghina-Nya. Di sini ada sebuah
tantangan yang adil bagi Baal untuk melakukan yang
baik atau yang jahat, dan hasilnya meyakinkan para
penyembahnya akan kebodohan mereka dalam berdoa
kepada suatu sosok untuk menolong mereka, padahal
dia tidak dapat membalaskan dendamnya sendiri. Sete-
lah ini Gideon berhasil secara luar biasa, dan dengan
demikian tampaklah betapa Baal tidak berdaya untuk
membela perkaranya sendiri.
(3) Ayah Gideon lalu memberinya sebuah nama baru
(ay. 32, KJV). Ia menyebutnya Yerubaal: “Biarlah Baal ber-
juang dengan dia. Biarlah Baal berjuang melawan dia jika
mampu. Jika ada sesuatu yang dapat dikatakan Baal un-
tuk membela dirinya sendiri terhadap orang yang meng-
hancurkannya, biarlah dia mengatakannya.” Nama ini ada-
lah tantangan yang tetap berlaku bagi Baal: “sebab seka-
rang Gideon sedang mengangkat senjata melawan orang
Midian yang menyembah Baal, maka biarlah Baal membela
528
para penyembahnya jika dia mampu.” Nama itu juga mem-
berikan kehormatan kepada Gideon, seorang musuh bebu-
yutan bagi si perebut kuasa itu, dan yang telah berhasil
mengalahkannya, dan menguatkan hati para prajurit
Gideon, bahwa mereka berjuang di bawah seseorang yang
berjuang bagi Allah melawan pesaing besar-Nya ini untuk
merebut takhta. yaitu dugaan yang kemungkinan besar
benar dari para cendekiawan bahwa Yerombalus yaitu
Yerubaal ini. Yerombalus dikatakan Sankhoniaton, salah
seorang penulis paling kuno dari semua penulis kafir, seba-
gai imam allah Yao, yaitu bentuk turunan dari nama
Yahweh, dan seorang yang kepadanya Sankhoniaton ber-
utang budi atas banyak pengetahuan. Ia disebut Yerubeset
(2Sam. 11:21). Baal berarti tuan, dan di sini secara pantas
diubah menjadi Beset, aib.
Guntingan Bulu Domba Gideon
(6:33-40)
33 Seluruh orang Midian dan orang Amalek dan orang-orang dari sebelah
timur telah berkumpul bersama-sama; mereka telah menyeberang dan
berkemah di lembah Yizreel. 34 Pada waktu itu Roh TUHAN menguasai
Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk
mengikuti dia. 35 Juga dikirimnya pesan kepada seluruh suku Manasye dan
orang-orang ini pun dikerahkan untuk mengikuti dia. Dikirimnya pula pesan
kepada suku Asyer, Zebulon dan Naftali, dan orang-orang ini pun maju
untuk menggabungkan diri dengan mereka. 36 lalu berkatalah Gideon
kepada Allah: “Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan peran-
taraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, 37 maka aku membentangkan gun-
tingan bulu domba di tempat pengirikan; jika hanya di atas guntingan
bulu itu ada embun, namun seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahu-
lah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantara-
anku, seperti yang Kaufirmankan.” 38 Dan demikianlah terjadi; sebab keesok-
an harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperas-
nya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. 39 Lalu berkata-
lah Gideon kepada Allah: “Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap
aku, jika aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi
saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering
hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.” 40 Dan
demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu
itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Serangan terhadap Israel yang dibuat oleh para musuh mereka
(ay. 33). Sejumlah besar orang Midian, orang Amalek, dan orang
Kitab Hakim-hakim 6:33-40
529
Arab, berkumpul bersama-sama dan menyeberang sungai Yordan,
tanpa seorang pun dari mereka peduli atau berani menjaga
tempat penyeberangan yang penting dan menguntungkan itu
untuk melawan mereka. Dan mereka mendirikan markas besar di
lembah Yizreel, di jantung kota suku Manasye, tidak jauh dari
kota Gideon. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kabar yang
mereka dengar tentang dihancurkannya mezbah Baal oleh Gideon
telah membawa mereka masuk, dan bahwa mereka datang untuk
berjuang membela Baal dan menjadikan hal itu sebagai alasan
untuk bersengketa dengan Israel. namun lebih besar kemungkinan
bahwa saat itu yaitu waktu panen, saat mereka setiap tahun
biasa mengadakan kunjungan seperti ini (ay. 3), dan bahwa
kedatangan mereka memang sudah diduga saat Gideon sedang
mengirik (ay. 11). Allah mengangkat Gideon untuk bersiap meng-
hadapi datangnya pukulan yang mengerikan ini. Keberhasilan
mereka selama bertahun-tahun dalam serbuan ini, sedikitnya
perlawanan yang mereka temui, dan banyaknya barang rampasan
yang mereka bawa, membuat mereka sekarang sangat bernafsu
dan sangat percaya diri. namun ternyata kedurjanaan mereka su-
dah genap dan tahun pembalasan telah tiba. Mereka sekarang
harus selesai merusak dan akan dirusak, dan mereka dihimpun-
kan seperti berkas gandum ke tempat pengirikan (Mi. 4:12-13),
untuk diirik oleh Gideon.
II. Persiapan yang dilakukan Gideon untuk menyerang mereka di
perkemahan mereka (ay. 34-35).
1. Allah melalui Roh-Nya menghidupkan semangat Gideon: Roh
TUHAN menutupi Gideon seperti pakaian (demikianlah dalam
bahasa aslinya), menutupinya seperti jubah, untuk memberi-
kan kehormatan kepadanya, dan menutupinya seperti baju
zirah, untuk memberikan perlindungan baginya. Orang-orang
yang dikenakan pakaian seperti itu sudah berpakaian dengan
baik. Roh keteguhan dari hadapan TUHAN menutupi Gideon
seperti pakaian, demikian dalam terjemahan bahasa Aram. Ia
sendiri yaitu seorang pahlawan yang gagah berani, namun
kekuatan dan keberanian pribadi, meskipun dikerahkan se-
kuat tenaga, tidak akan cukup untuk peperangan sebesar ini.
Ia harus mengenakan senjata Allah, dan inilah yang harus dia
andalkan: Roh TUHAN menguasai Gideon secara luar biasa.
530
Siapa yang dipanggil Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya,
akan diperlengkapi dan disemangati-Nya untuk melakukannya.
2. Gideon dengan sangkakalanya menghidupkan semangat para
tetangganya, sebab Allah bekerja bersamanya. Ditiupnyalah
sangkakala, untuk memanggil para relawan, dan yang datang
mungkin lebih banyak dari yang diharapkan.
(1) Orang-orang Abiezer, kendati belakangan ini geram terha-
dap Gideon sebab sudah menghancurkan mezbah Baal,
dan meskipun mereka telah mengutuknyasupaya mati
sebagai seorang penjahat, sekarang sesudah diyakinkan
akan kesalahan mereka, dengan berani datang untuk mem-
bantunya, dan menundukkan diri kepadanya sebagai pang-
lima mereka: Orang-orang Abiezer dikerahkan untuk meng-
ikuti dia (ay. 34). Dengan begitu tiba-tiba Allah dapat meng-
ubah hati bahkan para penyembah berhala dan para peng-
aniaya sekalipun.
(2) Suku-suku yang tinggal jauh, bahkan Asyer dan Naftali,
yang tinggal di tempat paling terpencil, kendati merupakan
orang-orang asing bagi Gideon, memenuhi panggilannya,
dan mengirimkan pasukan-pasukan terbaik mereka (ay.
35). Meskipun mereka berada paling jauh dari bahaya,
namun mereka tergerak untuk bergabung melawan musuh
bersama, dengan mempertimbangkan bahwa jika para te-
tangga mereka dikalahkan oleh orang Midian, maka mere-
kalah yang akan menjadi giliran berikutnya.
III. Tanda-tanda yang dengannya Allah memuaskan hati Gideon, un-
tuk meneguhkan baik imannya sendiri maupun iman para peng-
ikutnya. Dan mungkin lebih untuk merekalah daripada untuk
dirinya sendiri ia menginginkan tanda-tanda itu. Atau mungkin
melalui tanda-tanda ini ia ingin diyakinkan apakah sekarang
waktunya untuk menaklukkan orang Midian, ataukah dia harus
menunggu kesempatan lain. Cermatilah,
1. Permohonan Gideon untuk diberi suatu tanda (ay. 36-37): “Biar-
lah aku melalui tanda ini tahu bahwa Engkau mau menyelamat-
kan orang Israel dengan perantaraanku. Biarlah guntingan bulu
domba, yang dibentangkan di udara terbuka, menjadi basah
oleh embun, dan biarlah tanah di sekelilingnya menjadi ke-
Kitab Hakim-hakim 6:33-40
531
ring.” Maksud dari hal ini yaitu , Tuhan, aku percaya. Tolong-
lah aku yang tidak percaya ini. Gideon mendapati imannya
sendiri lemah dan goyah, dan sebab itu memohon kepada
Allah melalui tanda ini untuk menyempurnakan apa yang
kurang di dalam iman itu. Kita dapat menduga bahwa Allah,
yang memang bermaksud untuk memberinya tanda-tanda ini,
untuk memuliakan kuasa dan kebaikan-Nya sendiri, menaruh
keinginan di dalam hatinya untuk meminta tanda-tanda itu.
Namun, saat dia mengulangi permohonannya untuk tanda
yang kedua, yang merupakan kebalikan dari tanda yang
pertama, dia melakukannya dengan permohonan maaf yang
penuh kerendahan hati, takut kalau Allah akan murka. Sebab
permohonan itu begitu terlihat seperti rasa tidak percaya ke-
pada Allah dari seorang yang banyak maunya, dan rasa tidak
puas dengan banyaknya jaminan yang telah diberikan Allah
kepadanya (ay. 39): Janganlah kiranya murka-Mu bangkit ter-
hadap aku. Meskipun Gideon memberanikan diri untuk me-
minta tanda yang lain, namun dia melakukannya dengan
begitu takut dan gentar hingga menunjukkan bahwa keakrab-
annya dengan Allah, yang dengan penuh rahmat telah diberi-
kan-Nya kepada Gideon, tidak membuat Gideon memandang
remeh kemuliaan Allah, atau berbuat lancang terhadap ke-
baikan-Nya. Abraham telah memberinya sebuah teladan ten-
tang hal ini, saat Allah mengizinkan Abraham untuk ber-
sikap sangat bebas dengan-Nya (Kej. 18:30, 32), janganlah
kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Perkenan-
an Allah haruslah diminta dengan rasa hormat yang besar,
kesadaran yang semestinya akan jarak antara kita dan Dia,
dan ketakutan yang penuh kesalehan akan murka-Nya.
2. Allah dengan penuh rahmat mengabulkan permohonannya.
Lihatlah betapa Allah bersikap lembut terhadap orang-orang
percaya yang sejati kendati mereka lemah, dan betapa Dia
bersedia untuk merendah pada kelemahan-kelemahan mere-
ka,supaya buluh yang patah terkulai tidak terputus dan sum-
bu yang pudar nyalanya tidak padam. Gideon ingin agar gun-
tingan bulu domba basah dan tanah di sekelilingnya ke-
ring. Akan namun ,supaya jangan sampai ada yang keberatan,
“Wajar saja bahwa guntingan bulu domba, kalau kejatuhan
embun sedikit saja, menyerap embun itu dan menyimpannya,
532
dan sebab itu tidak ada yang luar biasa dalam hal ini.” Wa-
laupun jumlah perasan airnya sudah cukup untuk menying-
kirkan keberatan seperti itu, namun dia inginsupaya pada
malam berikutnya, tanahnya yang basah dan guntingan bulu
dombanya yang kering, dan terjadilah demikian. Betapa Allah
rindu untuk memberikan dorongan yang kuat kepada mereka
yang berhak menerima janji (Ibr. 6:17-18), bahkan melalui dua
kenyataan yang tidak berubah-ubah ini. Allah membiarkan
diri-Nya sendiri tidak hanya menuruti kemauan-kemauan me-
reka yang keras, namun juga bahkan diperintah untuk berbuat
sesuatu oleh keragu-raguan dan ketidakpuasan mereka. Tan-
da-tanda ini,
(1) Benar-benar ajaib, dan sebab itu sangat dapat meneguh-
kan tugas panggilannya. Dikatakan tentang embun bahwa
ia berasal dari pada TUHAN, dan tidak menanti-nantikan
orang dan tidak mengharap-harapkan anak manusia (Mi.
5:6). Namun demikian, Allah di sini dalam perkara ini men-
dengarkan permohonan seorang manusia. Seperti Ia mende-
ngarkan Yosua, dengan mengarahkan perjalanan matahari,
demikian pula Ia mendengarkan Gideon, dengan meng-
arahkan turunnya embun, yang melaluinya tampak bahwa
embun itu jatuh bukan sebab kebetulan, melainkan oleh
penyelenggaraan ilahi. Tanda yang kedua yaitu kebalikan
dari tanda yang pertama, dan, untuk menyenangkan hati
Gideon, tanda itu dibolak-balik. Dari sini Dr. Fuller men-
cermati bahwa mujizat-mujizat yang nyata dari sorga akan
bertahan sekalipun dibolak-balik, sebab baik di dalam mau-
pun di luar sama saja.
(2) Tanda-tanda itu sangat penting. Gideon dan orang-orang-
nya akan pergi berperang melawan orang Midian. Dapatkah
Allah membedakan antara guntingan bulu domba Israel
yang kecil dan tanah Midian yang luas? Ya, melalui tanda
ini Gideon menjadi tahu bahwa Allah sanggup membeda-
kannya. Adakah Gideon ingin agar embun anugerah ilahi
turun atas dirinya sendiri secara khusus? Ia melihat gun-
tingan bulu domba basah dengan embun untuk meyakin-
kan dirinya akan hal itu. Adakah dia ingin agar Allah men-
jadi seperti embun bagi seluruh Israel? Lihatlah, seluruh
tanah menjadi basah. Sebagian penafsir memandang gun-
Kitab Hakim-hakim 6:33-40
533
tingan bulu domba ini sebagai lambang dari bangsa Ya-
hudi, yang dulu pernah basah dengan embun firman dan
ketetapan-ketetapan Allah, sementara semua bangsa yang
lain kering. Akan namun , sejak penolakan mereka terhadap
Kristus dan Injil-Nya, mereka menjadi kering seperti keledai
liar di padang gurun, sementara bangsa-bangsa di sekeli-
lingnya seperti taman yang diairi.
PASAL 7
asal ini mengetengahkan kepada kita Gideon di medan pertem-
puran, sedang memerintah tentara Israel, dan mengalahkan ten-
tara Midian habis-habisan. Untuk tindakan yang sangat berani itu,
kita mendapati dalam pasal sebelumnya bagaimana ia dipersiapkan
melalui persekutuannya dengan Allah dan penaklukannya atas Baal.
Dalam pasal ini kita diberi tahu,
I. Petunjuk apa yang diberikan Allah kepada Gideon untuk
menyusun tentaranya, yang melaluinya tentara itu dikurangi
menjadi 300 orang (ay. 1, 8).
II. Dorongan apa yang diberikan Allah kepada Gideon untuk
menyerang musuh, dengan menyuruhnya pergi diam-diam ke
perkemahan mereka untuk mendengarkan seorang Midian
menceritakan mimpinya (ay. 9-15).
III. Bagaimana Gideon mengatur serangannya ke perkemahan
musuh dengan 300 orangnya, bukan untuk bertempur mela-
wan mereka, melainkan untuk menakut-nakuti mereka (ay.
16-20).
IV. Keberhasilan serangan ini. Serangan itu membuat orang Mi-
dian lari tunggang-langgang, dan memberi mereka kekalahan
yang sehabis-habisnya. Pada saat itu, pasukan-pasukan
Israel yang sudah dibubarkan, dan tetangga-tetangga mereka
yang lain, datang untuk membantu Gideon (ay. 21-25). Ini
yaitu kisah yang bersinar sangat terang dalam kitab menge-
nai peperangan Tuhan.
P
536
Tiga Ratus Anak Buah Gideon
(7:1-8)
1 Adapun Yerubaal – itulah Gideon – bangun pagi-pagi dengan segala rakyat
yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka berkemah dekat mata air Harod;
perkemahan orang Midian itu ada di sebelah utaranya, dekat bukit More, di
lembah. 2 Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang
bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menye-
rahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel
memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah
yang menyelamatkan aku. 3 Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu,
demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegu-
nungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan
tinggallah sepuluh ribu orang. 4 namun TUHAN berfirman kepada Gideon:
“Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku
akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepada-
mu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang
akan pergi bersama-sama dengan engkau, namun barangsiapa yang Kufirman-
kan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan
engkau, dialah yang tidak akan pergi.” 5 Lalu Gideon menyuruh rakyat itu
turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Barangsiapa yang
menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukum-
pulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum.” 6
Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya,
ada tiga ratus orang, namun yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut
minum air. 7 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus
orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerah-
kan orang Midian ke dalam tanganmu; namun yang lain dari rakyat itu
semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.” 8 Dari rakyat
itu mereka mengambil bekal dan sangkakala; demikianlah seluruh orang
Israel disuruhnya pergi, masing-masing ke kemahnya, namun ketiga ratus
orang itu ditahannya. Adapun perkemahan orang Midian ada di bawahnya, di
lembah.
Dalam perikop ini,
I. Gideon mencurahkan segenap perhatian dan ketekunannya un-
tuk melakukan tugasnya sebagai seorang panglima yang baik,
dalam memimpin segenap pasukan Israel melawan orang Midian
(ay. 1): Ia bangun pagi-pagi, seperti orang yang hatinya terpatri
pada pekerjaannya, dan yang takut membuang-buang waktu.
sebab sekarang ia yakin bahwa Allah menyertainya, maka ia
tidak sabar dan tidak mau menunda-nunda waktu. Ia berkemah
di dekat mata air yang ternama,supaya tentaranya tidak kesu-
sahan mencari air. Di sana tentaranya berpijak di tempat yang
lebih tinggi, yang bisa memberinya keuntungan, sebab orang-
orang Midian ada di bawahnya, di lembah. Perhatikanlah, iman
akan janji-janji Allah tidak boleh mengendorkan, namun justru
harus menyemangati, usaha-usaha kita. jika kita yakin bahwa
Kitab Hakim-hakim 7:1-8
537
Allah pergi mendahului kita, maka kita harus menggugah diri kita
sendiri untuk bertindak (2Sam. 5:24).
II. Allah mengatursupaya puji-pujian atas kemenangan yang akan
mereka peroleh nanti diberikan sepenuhnya kepada Dia sendiri,
dengan hanya menunjuk 300 orang untuk dipakai dalam pekerja-
an ini.
1. Tentara itu terdiri atas 32.000 orang, tentara yang kecil diban-
dingkan dengan apa yang sekarang dibawa orang Midian ke
medan perang. Gideon sudah siap-siap berpikir bahwa jumlah
tentaranya terlalu sedikit, namun Allah datang kepadanya, dan
memberi tahu dia bahwa mereka terlalu banyak (ay. 2). Bukan
berarti bahwa orang-orang yang dengan sukarela menawarkan
diri untuk peperangan ini tidak berbuat baik, namun Allah
memandang pantas untuk tidak memakai semua orang yang
datang. Kita sering kali mendapati Allah mewujudkan perkara-
perkara besar melalui tangan yang sedikit, namun hanya kali ini
Ia sengaja membuat mereka menjadi lebih sedikit. Bukankah
Debora belum lama ini menyalahkan orang-orang yang tidak
datang membantu TUHAN? Namun demikian, dalam pertem-
puran besar berikutnya, haruskah orang-orang yang benar-
benar datang disuruh pergi? Ya.
(1) Allah dengan ini hendak menunjukkan bahwa saat Ia me-
makai alat-alat yang sesuai untuk melayani-Nya, Ia tidak
membutuhkan mereka. Ia dapat melakukan pekerjaan-Nya
tanpa mereka. Dengan begitu, Ia tidak berutang budi ke-
pada mereka atas pelayanan mereka, justru mereka yang
berutang budi kepada-Nya sebab sudah mempekerjakan
mereka.
(2) Allah dengan ini hendak mempermalukan orang-orang yang
pengecut, yang tanpa perlawanan tunduk pada orang Mi-
dian, dan tidak berani maju melawan mereka, sebab jumlah
mereka yang tidak seimbang. Orang-orang itu sekarang
melihat bahwa, jika mereka sungguh yakin akan perkenan-
an Allah, maka satu orang saja dari mereka bisa mengejar
seribu orang.
(3) Allah dengan ini hendak membungkam dan menyingkirkan
orang-orang yang memegahkan diri. Inilah alasan yang di-
538
berikan Dia yang mengetahui kesombongan yang ada
dalam hati manusia: Jangan-jangan orang Israel memegah-
megahkan diri terhadap Aku. Sudah sewajarnya orang-
orang seperti itu tidak mendapat kehormatan dengan diberi
keberhasilan. Tanganku sendirilah yang menyelamatkan
aku, yaitu perkataan yang tidak pernah boleh keluar dari
mulut orang-orang yang akan diselamatkan. Barangsiapa
yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan,
dan segala makhluk harus berdiam diri di hadapan-Nya.
2. Dua cara yang dipakai Allah untuk mengurangi jumlah mereka:
(1) Ia memerintahkan semua orang yang merasa takut dan
lemah hati untuk disuruh pulang (ay. 3). Mereka sekarang
sedang berkemah di sebuah gunung yang dekat dengan
musuh, yang disebut pegunungan Gilead, diambil dari
nama Gilead, nenek moyang dari kaum-kaum Manasye ini,
yang berdiam di Yordan seberang sini (Bil. 26:30). Dan dari
situ mereka mungkin dapat melihat besarnya jumlah mu-
suh. Itulah sebabnya orang-orang yang berkecil hati saat
melihat besarnya jumlah musuh itu diberi kebebasan, un-
tuk kembali jika mereka mau. Ada hukum untuk membuat
maklumat seperti ini (Ul. 20:8). namun Gideon mungkin ber-
pikir bahwa maklumat itu hanya menyangkut peperangan
yang dilakukan untuk memperluas wilayah mereka, bukan,
seperti perang ini, untuk keperluan membela diri dari
penyerang. Oleh sebab itu, Gideon tidak akan menyatakan
maklumat ini seandainya Allah, yang tahu bagaimana pa-
sukannya akan berkurang jika ia berbuat demikian, tidak
memerintahkannya. Para pengecut mungkin, sama seperti
orang lain, sesudah kemenangan, akan mengambil kehor-
matan kemenangan itu dari Allah. Oleh sebab itu Allah
tidak mau memberi mereka kehormatan dengan mempe-
kerjakan mereka di dalamnya. Orang akan menyangka
bahwa tidak akan ditemukan satu pun orang Israel, yang
sedang melawan musuh seperti orang Midian, dan di
bawah pemimpin seperti Gideon, yang akan mengaku bah-
wa ia ketakutan. Namun demikian, lebih dari dua pertiga
mengambil keuntungan dari maklumat ini, dan mundur,
saat mereka melihat kekuatan musuh dan kelemahan
Kitab Hakim-hakim 7:1-8
539
mereka sendiri. Mereka tidak mempertimbangkan jaminan-
jaminan hadirat ilahi yang telah diterima panglima mereka
dari Tuhan, dan, mungkin juga telah disampaikan kepada
mereka sendiri. Sebagian penafsir berpendapat bahwa
penindasan yang di bawahnya mereka sudah hidup begitu
lama telah menghancurkan roh mereka. Sebagian yang lain
berpendapat, yang lebih mungkin, bahwa kesadaran akan
kebersalahan mereka sendiri telah membuat mereka kehi-
langan keberanian. Dosa membelalakkan matanya ke wajah
mereka, dan sebab itu mereka tidak berani menatap wajah
maut yang sudah ada di hadapan mereka. Perhatikanlah,
orang-orang yang takut dan lemah hati tidak layak dipeker-
jakan untuk Allah. Di antara orang-orang yang terdaftar di
bawah panji Kristus, ada lebih banyak orang seperti itu
daripada yang kita pikirkan.
(2) Allah memerintahkansupaya semua rakyat yang tinggal
dibubarkan kecuali 300 orang, dan Ia melakukannya mela-
lui tanda: Masih terlalu banyak rakyat untuk Kupakai (ay.
4). Lihatlah betapa rancangan dan jalan Allah jauh lebih
tinggi daripada rancangan dan jalan kita. Gideon sendiri,
ada kemungkinan, berpikir bahwa mereka terlalu sedikit,
meskipun mereka sebanyak orang-orang yang menyertai
Sisera, yang dijumpai Barak (4:14). Seandainya Gideon
tidak berusaha keras, dengan iman, untuk mengatasi keja-
dian yang mengecilkan hati, ia sendiri pasti sudah mundur
dari usaha yang begitu berbahaya, dan memanfaatkan
kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk kembali. namun
Allah berkata, mereka terlalu banyak, dan, saat dikurangi
menjadi sepertiga, mereka masih terlalu banyak. Hal ini
dapat membantu kita memahami penyelenggaraan-penye-
lenggaraan ilahi yang kadang-kadang tampak memper-
lemah jemaat dan kepentingan-kepentingannya. Sahabat-
sahabatnya terlalu banyak, terlalu kuat, terlalu bijak bagi
Allah untuk mengerjakan pembebasan melalui mereka. Allah
sedang mengambil jalan untuk mengurangi mereka,supaya
Ia dapat ditinggikan dalam kuasa-Nya sendiri. Gideon di-
perintahkan untuk membawa prajurit-prajuritnya ke sumber
air, mungkin ke mata air Harod (ay. 1) dan anak-anak
sungai yang mengalir darinya. Gideon, atau seseorang yang
540
ditunjuk olehnya, harus memperhatikan bagaimana mereka
minum. Kita dapat menduga bahwa mereka semua haus,
dan ingin minum. Ada kemungkinan Gideon memberi tahu
mereka bahwa mereka harus bersiap-siap untuk bertempur
dengan segera. Oleh sebab itu, mereka harus menyegar-
kan diri seperti yang seharusnya, dengan tidak berharap,
sesudah ini, untuk meminum hal lain selain darah musuh-
musuh mereka. Nah, sebagian orang, dan tidak diragukan
lagi kebanyakan dari mereka, akan berlutut untuk minum,
dan menaruh mulut mereka ke air seperti kuda,supaya
bisa meneguk air penuh-penuh. Sebagian yang lain, ada
kemungkinan, tidak mau minum menurut aturan seperti
itu, namun sama seperti anjing yang menjilat-jilat dengan
lidah. Ada juga sebagian yang dengan tergesa-gesa meng-
ambil sedikit air di tangan dan mendinginkan mulut de-
ngannya, lalu pergi. Ada tiga ratus orang, dan tidak lebih,
yang berbuat demikian, yang minum dengan tergesa-gesa,
dan melalui orang-orang itulah Allah memberi tahu Gideon,
bahwa ia akan mengalahkan orang Midian habis-habisan
(ay. 7). Melalui pembedaan sebelumnya, tak ada orang yang
dipertahankan selain orang-orang yang sepenuh hati, yang
bertekad untuk melakukan yang terbaik untuk mendapat-
kan kembali kebebasan-kebebasan Israel. namun melalui
pembedaan yang lebih jauh ini, ditetapkan bahwa tak ada
orang yang boleh dipakai selain,
[1] Orang-orang yang kuat, yang tahan berlelah-lelah un-
tuk waktu yang lama, tanpa mengeluh haus atau letih,
yang dalam diri mereka tidak ada sampah kemalasan
atau kenyamanan.
[2] Orang-orang yang gesit, yang tidak mau menunggu
lama-lama untuk menghadapi musuh, yang lebih memi-
lih mengabdi kepada Allah dan negeri mereka daripada
memenuhi kebutuhan mereka untuk menyegarkan diri.
Orang-orang seperti inilah yang dipilih Allah untuk
dipekerjakan, yang tidak hanya betul-betul tergerak,
namun juga bersemangat dalam perkara yang baik. Dan
juga sebab jumlah mereka lebih sedikit, dan oleh se-
bab itu paling kecil kemungkinannya untuk mewujud-
kan apa yang untuknya mereka dirancang, maka Allah
Kitab Hakim-hakim 7:1-8
541
mau menyelamatkan Israel melalui mereka. yaitu
ujian yang besar bagi iman dan keberanian Gideon, ke-
tika Allah memerintahkannya untuk membiarkan se-
mua orang kecuali ke-300 orang ini untuk pergi ke tem-
pat kediamannya masing-masing, yaitu, pergi ke mana
saja mereka mau dari panggilan-Nya, dan dari perintah-
Nya. Namun, kita dapat menduga bahwa orang-orang
yang sepenuh hati mendukung perkara itu, meskipun
sekarang disingkirkan, tidak pergi begitu jauh hingga
tidak dapat mendengarkan Gideon. Sebaliknya, mereka
siap untuk mengikuti serangan itu, saat ke-300 orang
yang terpilih sudah memecahkan kebuntuan, meskipun
hal ini tidak tampak. Demikianlah, dengan cara yang
begitu mengherankan tentara Gideon dibersihkan, di-
bentuk, dan dikurangi, dan bukannya dicarikan tenaga
baru, seperti yang akan dipikirkan orang dalam pertem-
puran yang begitu besar, yang perlu dan patut untuk
dilakukan. Sekarang,
3. Mari kita lihat bagaimana pasukan yang kecil dan hina ini,
yang padanya beban pertempuran itu diletakkan, diperleng-
kapi dan dipersiapkan. Seandainya ke-300 orang ini dijadikan
dua kali lipat dengan diiringi oleh para hamba dan pengawal,
dan diberi persenjataan dua kali lipat dengan pedang dan
tombak, maka kita pasti akan berpikir bahwa lebih besar ke-
mungkinan bagi mereka untuk berhasil mewujudkan sesuatu.
namun , bukannya mereka dibuat menjadi lebih berguna de-
ngan perlengkapan, mereka justru dibuat menjadi lebih tidak
berguna lagi. Sebab,
(1) Setiap prajurit berubah menjadi pelayan makanan dan
minuman: Dari rakyat itu mereka mengambil bekal (ay. 8),
meninggalkan kantong pakaian dan barang bawaan mere-
ka, dan setiap orang membebani dirinya dengan bekalnya
sendiri. Ini merupakan ujian terhadap iman mereka, apa-
kah mereka dapat mempercayai Allah saat mereka tidak
membawa bekal lebih banyak daripada yang bisa mereka
bawa. Hal ini juga merupakan ujian terhadap ketekunan
mereka, apakah mereka akan membawa bekal sebanyak
542
yang dapat mereka bawa. Inilah yang benar-benar disebut
hidup dengan apa yang hanya tersedia untuk hari itu.
(2) Setiap prajurit berubah menjadi peniup sangkakala. Pasuk-
an-pasukan yang dibubarkan meninggalkan sangkakala-
sangkakala mereka untuk digunakan oleh ke-300 orang ini.
Mereka diperlengkapi dengan sangkakala-sangkakala ini,
dan bukan persenjataan perang, seolah-olah mereka akan
pergi bermain daripada bertempur.
Tiga Ratus Anak Buah Gideon
(7:9-15)
9 Pada malam itu berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Bangunlah, turunlah
menyerbu perkemahan itu, sebab telah Kuserahkan itu ke dalam tanganmu.
10 namun jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan
Pura, bujangmu, ke perkemahan itu; 11 maka kaudengarlah apa yang mereka
katakan; lalu engkau akan mendapat keberanian untuk turun menyer-
bu perkemahan itu.” Lalu turunlah ia bersama dengan Pura, bujangnya itu,
sampai kepada penjagaan terdepan laskar di perkemahan itu. 12 Adapun
orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu
bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya, dan unta mereka
tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya. 13 saat Gideon sampai
ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya,
katanya: “Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke per-
kemahan orang Midian; sesudah sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah
ini, sehingga roboh, dan dibongkar-bangkirkannya, demikianlah kemah ini
habis runtuh.” 14 Lalu temannya menjawab: “Ini tidak lain dari pedang
Gideon bin Yoas, orang Israel itu; Allah telah menyerahkan orang Midian dan
seluruh perkemahan ini ke dalam tangannya.” 15 Segera sesudah Gideon
mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyem-
bah. lalu pulanglah ia ke perkemahan orang Israel, lalu berkata:
“Bangunlah, sebab TUHAN telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke
dalam tanganmu.”
sebab tentara Gideon sudah dikurangi seperti yang kita dapati,
maka Gideon harus berperang dengan iman atau tidak sama sekali.
Oleh sebab itu, Allah di sini menyediakan tenaga-tenaga baru untuk
imannya, dan bukan tenaga-tenaga baru untuk pasukannya.
I. Allah melengkapi Gideon dengan dasar yang baik untuk mem-
bangun imannya. Tidak ada yang lain selain firman dari Allah
yang akan menjadi pijakan bagi iman. Gideon menerima firman
ini dengan sepenuh-penuhnya dan sejelas-jelasnya seperti yang
dapat ia inginkan (ay. 9).
Kitab Hakim-hakim 7:9-15
543
1. Sebuah kata perintah untuk menegaskan pertempuran itu,
yang jika tidak demikian tampak gegabah dan tidak hati-hati,
dan tidak pantas dilakukan seorang panglima yang bijak: Ba-
ngunlah, turunlah bersama segelintir orang ini untuk menyerbu
perkemahan itu.
2. Sebuah kata janji untuk meyakinkan Gideon bahwa ia akan
berhasil, yang jika tidak demikian tampak sangat tidak mung-
kin: Telah Kuserahkan perkemahan itu ke dalam tanganmu. Itu
semua milikmu. Firman Tuhan ini datang kepadanya pada ma-
lam yang sama, dan dapat kita duga, saat ia merasa sangat
gelisah dan penuh kecemasan tentang bagaimana ia harus
bertindak. jika bertambah banyak pikiran dalam batinnya,
penghiburan ini menyenangkan jiwanya. Penghiburan-peng-
hiburan ilahi diberikan kepada orang-orang percaya bukan
hanya dengan kuat melainkan juga tepat pada waktunya.
II. Allah melengkapi Gideon dengan penyokong yang baik untuk me-
nyangga imannya.
1. Allah memerintahkan Gideon untuk menjadi pengintai bagi
dirinya sendiri, dan sekarang dalam kesenyapan malam untuk
turun secara diam-diam ke perkemahan orang Midian, dan
melihat keterangan apa yang dapat ia peroleh: “Jika engkau
takut untuk turun menyerbu, pergilah terlebih dahulu hanya
dengan bujangmu sendiri (ay. 10), dan kaudengarlah apa yang
mereka katakan” (ay. 11). Dan disiratkan kepadanya bahwa ia
akan mendengar apa yang akan sangat menguatkan imannya.
Allah mengetahui kelemahan-kelemahan umat-Nya, dan beta-
pa besar dorongan yang dapat mereka ambil dari perkara yang
kecil. Oleh sebab itu, sebab mengetahui terlebih dahulu apa
yang akan terjadi pada Gideon, tepat di bagian perkemahan
yang akan ditujunya, maka Allah memerintahkan dia untuk
turun dan mendengarkan apa yang mereka katakan,supaya ia
bisa meyakini secara lebih teguh apa yang telah dikatakan
Allah. Gideon harus membawa Pura, bujangnya itu, bersama-
nya, orang yang dapat ia percayai, mungkin salah satu dari
sepuluh orang yang sudah membantunya merobohkan mezbah
Baal. Gideon harus membawa Pura bersamanya, dan bukan
orang lain, harus membawanya untuk menjadi saksi atas apa
yang akan ia dengar dari pembicaraan orang-orang Midian.
544
Dengan begitu, dari mulut kedua saksi ini, saat hal itu di-
sampaikan kepada Israel, perkara itu tidak disangsikan. Ia
harus membawa bujangnya bersamanya, sebab dua lebih
baik daripada satu, dan sedikit bantuan lebih baik daripada
tidak ada sama sekali.
2. Sesudah itu, Allah memerintahkan Gideon untuk melihat sesua-
tu yang mengecilkan hati. Penglihatan itu cukup untuk mem-
buat hatinya menciut, mungkin hanya dibantu dengan cahaya
bulan, saat ia menyaksikan besarnya jumlah musuh (ay. 12),
seperti belalang banyaknya, dan tidak diragukan lagi lebih baik
daripada belalang dalam kekuatan dan keberanian. Unta-unta
mereka tak terhitung, sama seperti pasir. Akan namun ,
3. Allah membuat Gideon mendengar apa yang merupakan per-
tanda yang sangat baik baginya. saat ia sudah mendengar-
nya, ia segera kembali, sebab menganggap bahwa sekarang ia
sudah mendapatkan apa yang untuknya ia dikirim ke sana.
Kedengaran olehnya dua prajurit musuh, sesama rekan pra-
jurit, yang sedang berbicara. Mungkin mereka sedang di tem-
pat tidur bersama-sama, terjaga di malam hari.
(1) Salah seorang dari mereka menceritakan mimpinya, dan
seperti mimpi-mimpi kita pada umumnya, dan sebab itu
tidak layak untuk diceritakan lagi, mimpi itu sangat bodoh.
Ia bermimpi bahwa ia melihat sekeping roti jelai yang ter-
guling menuruni bukit ke perkemahan orang Midian. Dan
“tampak bagiku,” katanya, sebab begitulah kita berbicara
saat menceritakan mimpi-mimpi kita, “roti yang terguling
ini menghantam salah satu perkemahan kita” yaitu mung-
kin salah satu kemah utama mereka. “Dan hantaman itu
begitu kerasnya hingga,” terpikirkah olehmu?, “roti itu
membongkar-bangkirkan kemah itu, merobohkan patok-
patoknya, dan memutuskan tali-talinya dalam satu han-
taman, hingga kemah itu habis runtuh dan mengubur para
penghuninya” (ay. 13). sebab sebagaimana mimpi banyak,
demikian juga perkataan sia-sia banyak, ujar Salomo (Pkh.
5:6). Orang akan terheran-heran bahwa berbagai hal yang
janggal dan tidak karuan sering kali ditempatkan bersama-
sama oleh khayalan yang menggelikan dalam mimpi-mimpi
kita.
Kitab Hakim-hakim 7:9-15
545
(2) Prajurit yang lain, mungkin antara tidur dan terjaga, ber-
usaha menafsirkan mimpi ini, dan tafsirannya tampak
sangat mengada-ada: Ini tidak lain dari pedang Gideon (ay.
14). Para penafsir kita sekarang dapat memberi tahu kita
betapa tepatnya kemiripan itu, bahwa Gideon, yang pernah
mengirik gandum untuk keluarganya, dan membuat roti
untuk temannya (6:11-19), sangat cocok dilambangkan
dengan sekeping roti. Bahwa ia dan tentaranya begitu kecil
seperti roti yang terbuat dari sedikit tepung, tidak ada arti-
nya seperti roti jelai, dikumpulkan bersama-sama dengan
tergesa-gesa seperti roti yang dibakar secara mendadak di
atas bara api, dan sepertinya tidak mungkin menaklukkan
tentara yang besar ini seperti sekeping roti membongkar-
bangkirkan kemah. namun , bagaimanapun juga, bukankah
Allah yang menerangkan arti mimpi? Allah memasukkan ke
dalam kepala orang yang satu untuk bermimpi, dan ke
dalam mulut orang yang lain untuk mengartikannya. Sean-
dainya Gideon hanya mendengar mimpinya saja, dan ia
dan bujangnya dibiarkan untuk menafsirkannya sendiri,
maka mimpi itu tidak begitu bermakna hingga tidak akan
banyak membantunya. namun , sebab mendapatkan tafsir-
annya dari mulut seorang musuh, maka tafsiran itu tidak
hanya tampak berasal dari Allah, yang memiliki semua
hati dan lidah manusia di tangan-Nya, namun juga merupa-
kan bukti bahwa sang musuh sangat berkecil hati. Tampak
juga, bahwa nama Gideon sudah menjadi begitu menakut-
kan bagi mereka hingga mengganggu tidur mereka. Keme-
nangan akan diperoleh dengan mudah, jika kemenangan
itu sudah diserahkan tanpa perlawanan: Allah telah menye-
rahkan orang Midian ke dalam tangannya. Orang tidak
akan mau berperang jika mereka melihat bahwa Allah ber-
perang melawan mereka.
Yang terakhir, sebab Gideon melihat jari Allah meng-
arahkan dia ke tempat ini, pada saat ini juga, untuk men-
dengar mimpi ini dan tafsirannya, maka hatinya luar biasa
dibesarkan untuk melawan semua kekhawatiran yang
sangat menggelisahkan hatinya, yang dia rasakan saat
tentaranya dikurangi. Ia sangat senang mendengar dirinya
dibandingkan dengan sekeping roti jelai, yang dapat meng-
546
akibatkan perkara-perkara yang begitu hebat. Semangat
Gideon dibakar olehnya, dan kita diberi tahu (ay. 15),
1. Bagaimana ia memuliakan Allah atas kejadian itu. Ia se-
gera menyembah, menundukkan kepalanya, atau, ada
kemungkinan, mengangkat kepala dan tangannya. Da-
lam seruan yang singkat itu ia bersyukur kepada Allah
atas kemenangan yang diyakininya sekarang, dan atas
dorongan untuk mengharapkan kemenangan itu. Di
mana saja kita berada, kita dapat berbicara kepada Allah,
dan menyembah-Nya, dan menemukan jalan yang ter-
buka menuju sorga. Allah harus mendapatkan pujian
atas apa yang membesarkan iman kita, dan penyeleng-
garaan-Nya harus diakui dalam peristiwa-peristiwa
yang, meskipun kecil dan tampak kebetulan, terbukti
membantu kita.
2. Bagaimana ia membagikan kepada teman-temannya
dorongan-dorongan yang telah diterimanya: Bangunlah,
bersiaplah untuk maju sekarang juga. Tuhan telah
menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu.
Orang-orang Midian Dikejutkan
(7:16-22)
16 Sesudah itu dibaginyalah ketiga ratus orang itu dalam tiga pasukan dan ke
tangan mereka semuanya diberikannya sangkakala dan buyung kosong
dengan suluh di dalam buyung itu. 17 Dan berkatalah ia kepada mereka:
“Perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Maka jika
aku sampai ke ujung perkemahan itu, haruslah kamu lakukan seperti yang
kulakukan. 18 jika aku dan semua orang yang bersama dengan aku me-
niup sangkakala, maka haruslah kamu juga meniup sangkakala sekeliling
seluruh perkemahan itu, dan berseru: ‘Demi TUHAN dan demi Gideon!’”
19 Lalu Gideon dan keseratus orang yang bersama-sama dengan dia sampai
ke ujung perkemahan itu pada waktu permulaan giliran jaga tengah malam,
saat penjaga-penjaga baru saja ditempatkan. Lalu mereka meniup sangka-
kala sambil memecahkan buyung yang di tangan mereka. 20 Demikianlah
ketiga pasukan itu bersama-sama meniup sangkakala, dan memecahkan
buyung dengan memegang obor di tangan kirinya dan sangkakala di tangan
kanannya untuk ditiup, serta berseru: “Pedang demi TUHAN dan demi Gi-
deon!” 21 Sementara itu tinggallah mereka berdiri, masing-masing di tempat-
nya, sekeliling perkemahan itu, namun seluruh tentara musuh menjadi kacau
balau, berteriak-teriak dan melarikan diri. 22 Sedang ketiga ratus orang itu
meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang
seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-
Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat.
Kitab Hakim-hakim 7:16-22
547
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Tanda bahaya yang diberikan Gideon kepada perkemahan Midian
dalam kesenyapan malam. Sebab dimaksudkan bahwa orang-
orang yang sudah begitu lama menjadi kengerian bagi Israel, dan
begitu sering menakut-nakuti Israel, mereka sendiri harus dika-
lahkan dan dibinasakan sepenuhnya oleh kengerian juga.
1. Serangan yang dibuat di sini yaitu , dalam banyak keadaan,
sama seperti serangan yang dibuat Abraham terhadap tentara
yang telah menawan Lot. Jumlah orangnya hampir sama:
Abraham memiliki 318 orang, Gideon 300 orang. Keduanya
membagi pasukan-pasukan mereka, keduanya mengadakan
serangan pada waktu malam, dan menang di bawah keadaan-
keadaan yang sangat tidak menguntungkan (Kej. 14:14-15).
Dan Gideon bukan hanya anak Abraham, demikian pula orang
Midian melalui Ketura, melainkan juga ahli waris imannya.
Gideon,
(1) Membagi tentaranya, sekalipun itu kecil, ke dalam tiga pa-
sukan (ay. 16), yang salah satunya dia perintah sendiri (ay.
19). sebab tentara-tentara yang besar dan sepertinya yang
ingin ditunjukkannya, biasanya dibagi ke dalam sayap
kanan, sayap kiri, dan tubuh tentara.
(2) Ia memerintahkan mereka semua untuk melakukan seperti
yang ia lakukan (ay. 17). Besar kemungkinan bahwa ia
memberi tahu mereka sekarang apa yang harus mereka
lakukan, sebab jika tidak, serangan itu begitu tidak lazim
hingga hampir tidak mungkin mereka lakukan secara tiba-
tiba. namun Gideon, dengan melakukannya terlebih dahulu,
ingin memberi tahu mereka kapan mereka harus melaku-
kannya, seperti perwira melatih para prajuritnya dengan
kata perintah atau pukulan genderang: Perhatikanlah aku
dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Seperti itulah kata
perintah yang diberikan Yesus Tuhan kita, panglima kese-
lamatan kita, kepada para prajurit-Nya. Sebab Ia telah
memberikan contoh bagi kita, dengan perintah untuk meng-
ikutinya: Haruslah kamu lakukan seperti yang Kulakukan.
(3) Ia mengadakan serangannya pada malam hari, saat mu-
suh merasa aman dan sangat tidak menduganya, yang
548
akan membuat mereka kalang kabut. Pada malam hari,
jumlah tentaranya yang sedikit tidak akan ketahuan. Pada
malam hari, semua ketakutan terasa amat menakutkan,
terutama dalam kesenyapan malam, seperti malam ini,
tidak lama sesudah tengah malam, pada waktu giliran jaga
dimulai. Dan tanda bahaya itu akan membangunkan mere-
ka dari tidur lelap. Kita membaca tentang kedahsyatan
malam sebagai sesuatu yang sangat mengerikan (Mzm.
91:5), dan ketakutan pada malam hari (Kid. 3:8, KJV).
(4) Apa yang ingin dituju Gideon yaitu menakut-nakuti pa-
sukan yang amat besar ini, memberi mereka kekalahan
yang tidak hanya mematikan, namun juga sangat memalu-
kan. Ia memperlengkapi tiap-tiap orang dari tentaranya
dengan sangkakala di tangan kanan mereka, dan sebuah
buyung dari tanah liat, dengan obor di dalamnya, di tangan
kiri mereka. Dia sendiri tidak menganggap sebagai peng-
hinaan baginya untuk maju di depan mereka dengan me-
ngenakan senjata seperti itu. Ia ingin mengolok-olok ten-
tara Midian dengan penaklukan ini, sehingga ia maju mela-
wan mereka seperti hendak melawan sekawanan anak-
anak daripada melawan pasukan prajurit. Anak dara, yaitu
puteri Sion, telah menghina engkau, telah mengolok-olokkan
engkau (Yes. 37:22). Sedikitnya jumlah orang-orang Gideon
mendukung rancangannya itu. Sebab, sebab begitu sedi-
kit, mereka maju ke perkemahan secara lebih diam-diam
dan lebih cepat, sehingga tidak ketahuan sampai mencapai
perkemahan musuh. Ia berencana memberikan tanda ba-
haya saat musuh baru saja mengadakan penjagaan (ay.
19),supaya penjaga-penjaga, sebab sudah terjaga pada
waktu itu, dapat lebih cepat menyebarkan tanda bahaya itu
ke seluruh perkemahan. Hal ini merupakan pelayanan ter-
baik yang dapat mereka lakukan untuknya. Ada tiga cara
yang dirancang Gideon untuk menghentakkan kengerian
terhadap tentara ini, dan dengan begitu membuat mereka
kalang kabut.
[1] Dengan suara yang sangat bising. Setiap orang harus
meniup sangkakalanya dengan sekencang-kecangnnya
dan memecahkan buyung dari tanah liat hingga hancur
berkeping-keping pada saat yang sama. Mungkin tiap-
Kitab Hakim-hakim 7:16-22
549
tiap orang memecahkan buyungnya segera sesudah
orang di sebelahnya, dan dengan begitu kedua buyung
itu hancur bersama-sama. Hal ini tidak hanya akan me-
nimbulkan bunyi retak yang keras, namun juga menjadi
perlambang dari apa yang menjadi akibat-akibat dari
ketakutan itu, yaitu bahwa orang-orang Midian akan
saling membunuh.
[2] Dengan nyala api yang besar. Obor-obor yang menyala
itu disembunyikan dalam buyung, seperti pelita di ba-
wah gantang, sampai mereka tiba di perkemahan mu-
suh. Pada saat itu, sebab semua obor dikeluarkan ber-
sama-sama secara tiba-tiba, maka itu menimbulkan
suatu terang benderang, dan tampak seperti menjilat
seluruh perkemahan seperti cahaya kilat. Mungkin de-
ngan obor-obor ini mereka membakar sebagian kemah
yang ada di luar perkemahan, yang akan sangat me-
nambah kebingungan.
[3] Dengan teriakan yang nyaring. Setiap orang harus ber-
seru keras-keras, demi TUHAN dan demi Gideon, demi-
kianlah menurut sebagian penafsir ayat itu harus di-
baca dalam ayat 18, sebab dalam ayat itu kata pedang
tidak ada dalam bahasa aslinya, namun ada dalam ayat
20, pedang demi TUHAN dan demi Gideon. Tampaknya,
Gideon meminjam perkataan itu dari mimpi orang
Midian (ay. 14): itu yaitu pedang Gideon. sebab men-
dapati bahwa namanya menjadi kengerian bagi mereka,
maka ia memanfaatkannya untuk melawan mereka,
namun dengan menempatkan nama Yehovah di depan-
nya, sebagai Pribadi yang tanpa-Nya namanya hanyalah
kosong belaka tanpa arti. Hal ini akan membakar sema-
ngat orang-orangnya, yang hanya berani maju jika ada
Allah seperti Yehova beserta mereka, dan hanya jika ada
orang seperti Gideon, baik untuk diperjuangkan, mau-
pun yang berjuang untuk mereka. Orang-orang yang
memiliki pemimpin-pemimpin seperti itu sudah sela-
yaknya mereka ikuti. Seruan itu juga membuat musuh-
musuh mereka ketakutan, yang sejak dulu telah men-
dengar tentang nama Yehova yang hebat perkasa, dan
tentang nama Gideon yang muncul belakangan ini. Me-
550
mang pedang Tuhanlah yang terutama dalam memberi-
kan keberhasilan kepada pedang Gideon, namun pe-
dang Gideon juga harus dipakai. Manusia sebagai alat,
dan Allah sebagai pelaku utama, kedua-duanya harus di-
pertimbangkan di tempat mereka masing-masing. namun
manusia, yang terbesar dan terbaik sekalipun, selalu
berkedudukan lebih rendah dan tunduk di bawah Allah.
Tentara ini harus dikalahkan oleh kengerian semata-
mata, dan kengerian inilah yang terutama dimaksudkan
dengan pedang Tuhan. Prajurit-prajurit Gideon ini, seka-
lipun pedang ada di pinggang mereka, pedang itu hanya
terselip di situ, tidak ada yang dipegang di tangan. Na-
mun mereka memperoleh kemenangan hanya dengan
berseru, “Pedang.” Demikianlah, musuh-musuh jemaat
dikalahkan habis-habisan oleh pedang yang keluar dari
mulut (Why. 19:21).
2. Cara yang di sini dipakai untuk mengalahkan orang Midian
dapat dipandang,
(1) Sebagai melambangkan kehancuran kerajaan Iblis di dunia
melalui pemberitaan Injil kekal, dibunyikannya sangkakala
Injil, dan dikeluarkannya terang Injil itu dari bejana-bejana
tanah liat. Sebab seperti itulah hamba-hamba Injil, di da-
lam mereka harta dari terang Injil itu disimpan (2Kor. 4:6-
7). Demikianlah, apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah
untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, sekeping roti
jelai untuk membongkar-bangkirkan kemah-kemah orang
Midian,supaya kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal
dari Allah saja. Injil yaitu pedang, bukan di tangan, melain-
kan di dalam mulut, pedang TUHAN dan pedang Gideon,
pedang Allah dan Yesus Kristus, Dia yang duduk di atas
takhta dan Anak Domba.
(2) Sebagai melambangkan kengerian-kengerian pada hari
penghakiman agung. Demikianlah Uskup Hall yang mulia
menerapkannya. Jika buyung-buyung, sangkakala-sangka-
kala, dan puntung-puntung berapi ini benar-benar menge-
cilkan hati dan membuat cemas pasukan Midian dan
Amalek yang sombong, maka siapa pula yang akan mampu
bertahan menghadapi kengerian pada hari akhir itu, saat
Kitab Hakim-hakim 7:1