Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 21. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 21. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 21

 


ukannya bagi ayahnya, untuk men-

cegah ayahnya berbuat dosa.  

3. Gideon sudah tahu bahwa ia akan menyulut amarah kaum ke-

luarga ayahnya sebab  perbuatannya itu, dan rasa permusuh-

an para tetangganya, namun dia tetap melakukannya, meng-

ingat betapa merupakan pujian bagi orang Lewi bahwa, dalam 

perkara menyangkut Allah, ia berkata tentang ayahnya dan 

tentang ibunya: aku tidak mengindahkan mereka (Ul. 33:9). 


 524

Selama dia yakin akan perkenanan Allah, dia tidak takut akan 

amarah manusia. Allah yang menyuruhnya untuk melakukan 

itu akan menyokong dia. Namun demikian,  

4. Walaupun Gideon tidak takut dibenci oleh mereka saat   mez-

bah itu sudah dihancurkan, namun  untuk mencegah perlawan-

an mereka terhadap penghancuran mezbah itu, dia dengan 

bijaksana memilih melakukannya pada malam hari,supaya  

dia tidak dapat diganggu dalam melakukan tindakan-tindakan 

suci ini. Sebagian penafsir berpendapat bahwa itu yaitu  hari 

yang sama saat   Allah berbicara kepadanya untuk melaku-

kan hal itu, dan bahwa, segera sesudah dia menerima perin-

tah, dia langsung mengerahkan segenap kekuatannya untuk 

melaksanakannya, dan menyelesaikannya sebelum pagi hari.  

III. Nyawa Gideon terancam bahaya sebab  perbuatannya itu (ay. 28-

30).  

1. Segera diketahui apa yang sudah diperbuat. Gideon, sesudah  

merampungkan pekerjaan itu, tidak ingin menutup-nutupinya, 

tidak pula perbuatan itu dapat disembunyikan, sebab orang-

orang kota itu bangun pagi-pagi, sepanjang yang bisa disaksi-

kan, untuk mengucapkan doa pagi mereka di mezbah Baal, 

dan dengan begitu memulai hari itu bersama allah mereka, 

demikianlah Baal dianggap. Hal ini mempermalukan orang-

orang yang mengaku bahwa Allah yang benar yaitu  Allah 

mereka, namun, di pagi hari, tidak mengarahkan doa kepada-

Nya, atau menengadah kepada-Nya.  

2. Segera diketahui siapa yang melakukannya. Pemeriksaan yang 

ketat dilakukan. Gideon dikenal tidak senang dengan penyem-

bahan terhadap Baal, yang membuatnya dicurigai, dan bukti 

kuat segera muncul melawan dirinya: “Gideon, tidak diragu-

kan lagi, dialah yang melakukan hal itu.”  

3. Gideon didapati bersalah atas perbuatan tersebut. Sungguh 

orang-orang Israel yang telah merosot ini sudah sampai ke-

pada puncak kedurhakaan yang begitu tinggi, hingga mereka 

menetapkan sebagai hukum bahwa dia harus mati atas per-

buatan itu, dan menuntut ayahnya sendiri untuk menyerah-

kannya. Dengan melindungi penyembahan berhala mereka, 

ayahnya itu telah memberi mereka alasan yang terlalu besar 

untuk berharap bahwa dia akan menuruti keinginan mereka 

Kitab Hakim-hakim 6:25-32 

 525 

dalam hal ini: “Bawalah anakmu itu ke luar; dia harus mati.  

Tertegunlah atas hal itu, hai langit! Dan gemetarlah hai bumi! 

berdasar  hukum Allah, para penyembah Baal harus mati, 

namun  orang-orang fasik ini secara durhaka membalikkan hu-

kuman itu kepada para penyembah Allah Israel. Betapa ter-

gila-gilanya mereka kepada berhala-berhala mereka! Belum 

cukupkah mereka mempersembahkan lembu-lembu jantan 

pilihan mereka kepada Baal, sampai pemuda yang paling 

gagah berani dari kota mereka ini harus jatuh sebagai korban 

bagi ilah sampah itu, saat   mereka berdalih bahwa ilah itu 

tersulut murka? Betapa cepatnya para penyembah berhala 

berubah menjadi para penganiaya!  

IV. Gideon diselamatkan dari cengkeraman para penganiayanya oleh 

ayahnya sendiri (ay. 31).  

1. Ada orang-orang yang berdiri mengerumuni Gideon, yang tidak 

hanya muncul pertama-tama untuk mengadakan tuntutan, 

namun  juga yang bersikeras menuntutnya, dan ingin agar dia 

dihukum mati. Kendati dengan penghakiman-penghakiman 

berat yang tengah menimpa mereka pada saat ini sebab  pe-

nyembahan berhala mereka, mereka tetap tidak mau diper-

baharui, dan hidup bertentangan dengan Allah bahkan saat   

Ia sedang bertindak melawan mereka. 

2. Namun pada saat itu Yoas berdiri membela Gideon. Yoas ada-

lah salah satu pembesar di kota itu. Orang-orang yang memi-

liki kuasa dapat berbuat banyak untuk melindungi orang yang 

jujur dan perkara yang jujur. Dan jika  mereka mengguna-

kan kuasa mereka dengan cara demikian, maka mereka ada-

lah hamba-hamba Allah bagi kebaikan.  

(1) Yoas ini dahulu melindungi mezbah Baal, namun sekarang 

ia melindungi orang yang telah menghancurkannya:  

[1] berdasar  kasih sayang seorang ayah kepada anak-

nya, dan mungkin penghargaan khusus bagi anaknya 

sebagai pemuda yang bajik, gagah berani, dan berharga, 

dan tidak menjadi buruk sebab  tidak bergabung ber-

samanya dalam menyembah Baal. Banyak orang yang 

tidak memiliki cukup keberanian untuk tetap hidup 

lurus, namun masih memiliki hati nurani yang tersisa 


 526

yang membuat mereka mencintai dan menghargai 

orang-orang yang berani tetap hidup lurus. Walaupun 

Yoas memiliki kebaikan bagi Baal, namun dia memiliki 

kebaikan yang lebih besar bagi anaknya. Atau,  

[2] berdasar  kepedulian terhadap ketenteraman masya-

rakat. Kerumunan orang itu menjadi rusuh, dan, Yoas 

khawatir, akan bertambah demikian, dan sebab  itu, 

seperti menurut sebagian penafsir, dia cepat bergerak 

untuk meredam kericuhan itu: “Serahkanlah hal ini 

kepada para hakim. Bukan hak kalian untuk menjatuh-

kan hukuman atas siapa saja.” Siapa yang memulai 

kericuhan ini, akan dihukum mati. Yang dia maksud 

bukan dihukum mati sebagai penyembah berhala, me-

lainkan sebagai pengganggu ketenteraman masyarakat, 

dan penghasut. Dengan dalih yang sama Paulus disela-

matkan di Efesus dari orang-orang yang gigih membela 

Diana seperti mereka di sini membela Baal (Kis. 19:40). 

Atau,  

[3] berdasar  keyakinan bahwa Gideon telah melakukan 

hal yang baik. Anaknya, mungkin, telah meyakinkan 

dia, atau Allah, yang menggenggam semua hati manusia 

dalam tangan-Nya, secara diam-diam telah berhasil 

memengaruhinya untuk tampil seperti itu melawan para 

pendukung Baal, meskipun dia sebelumnya ikut me-

nyembah Baal bersama mereka. Perhatikanlah, sungguh 

baik untuk tampil bagi Allah saat   kita dipanggil untuk 

itu, sekalipun hanya ada sedikit atau tidak ada sama 

sekali yang mendukung kita. Sebab Allah sanggup men-

condongkan hati orang untuk membela kita, meskipun 

kita tidak banyak berharap akan mendapat bantuan dari 

mereka. Marilah kita melakukan kewajiban kita, dan 

lalu  percayakanlah keamanan kita kepada Allah.  

(2) Dua hal yang ditegaskan Yoas: 

[1] Bahwa tidaklah masuk akal bagi mereka untuk ber-

juang membela Baal. “Akankah kalian orang Israel, para 

penyembah satu-satunya Allah yang hidup dan benar, 

berjuang membela Baal, allah palsu? Masakan engkau 

begitu dungu, begitu tidak waras? Orang-orang yang 

Kitab Hakim-hakim 6:25-32 

 527 

bapa leluhurnya bertuhankan Baal, dan yang tidak per-

nah mengenal allah lain, lebih dapat dimaafkan dalam 

berjuang membela dia daripada kalian, yang mengikat 

perjanjian dengan Yahwe, dan yang telah dididik untuk 

mengenal-Nya. Kalian yang sudah menderita begitu 

berat sebab  menyembah Baal, dan yang telah menim-

pakan segala kejahatan dan malapetaka ini atas diri 

kalian sendiri sebab  penyembahan itu, akankah kalian 

tetap berjuang membela Baal?” Perhatikanlah, berbuat 

dosa itu buruk, namun  sungguh merupakan kefasikan 

yang besar untuk berjuang membelanya, terutama ber-

juang membela Baal, berhala itu, atau apa pun itu, 

yang menempati ruang di dalam hati yang seharusnya 

ditempati Allah.  

[2] Bahwa tidaklah perlu bagi mereka untuk berjuang 

membela Baal. Jika Baal bukanlah allah, seperti yang 

diaku demikian, mereka tidak dapat berkata apa-apa 

untuk membelanya. Seandainya dia yaitu  allah, maka 

dia mampu berjuang membela dirinya sendiri, seperti 

yang sering dilakukan oleh Allah Israel melalui api dari 

sorga, atau melalui suatu hukuman lain terhadap 

orang-orang yang menghina-Nya. Di sini ada sebuah 

tantangan yang adil bagi Baal untuk melakukan yang 

baik atau yang jahat, dan hasilnya meyakinkan para 

penyembahnya akan kebodohan mereka dalam berdoa 

kepada suatu sosok untuk menolong mereka, padahal 

dia tidak dapat membalaskan dendamnya sendiri. Sete-

lah ini Gideon berhasil secara luar biasa, dan dengan 

demikian tampaklah betapa Baal tidak berdaya untuk 

membela perkaranya sendiri. 

(3) Ayah Gideon lalu  memberinya sebuah nama baru 

(ay. 32, KJV). Ia menyebutnya Yerubaal: “Biarlah Baal ber-

juang dengan dia. Biarlah Baal berjuang melawan dia jika 

mampu. Jika ada sesuatu yang dapat dikatakan Baal un-

tuk membela dirinya sendiri terhadap orang yang meng-

hancurkannya, biarlah dia mengatakannya.” Nama ini ada-

lah tantangan yang tetap berlaku bagi Baal: “sebab  seka-

rang Gideon sedang mengangkat senjata melawan orang 

Midian yang menyembah Baal, maka biarlah Baal membela 


 528

para penyembahnya jika dia mampu.” Nama itu juga mem-

berikan kehormatan kepada Gideon, seorang musuh bebu-

yutan bagi si perebut kuasa itu, dan yang telah berhasil 

mengalahkannya, dan menguatkan hati para prajurit 

Gideon, bahwa mereka berjuang di bawah seseorang yang 

berjuang bagi Allah melawan pesaing besar-Nya ini untuk 

merebut takhta. yaitu  dugaan yang kemungkinan besar 

benar dari para cendekiawan bahwa Yerombalus yaitu  

Yerubaal ini. Yerombalus dikatakan Sankhoniaton, salah 

seorang penulis paling kuno dari semua penulis kafir, seba-

gai imam allah Yao, yaitu bentuk turunan dari nama 

Yahweh, dan seorang yang kepadanya Sankhoniaton ber-

utang budi atas banyak pengetahuan. Ia disebut Yerubeset 

(2Sam. 11:21). Baal berarti tuan,  dan di sini secara pantas 

diubah menjadi Beset, aib. 

Guntingan Bulu Domba Gideon 

(6:33-40) 

33 Seluruh orang Midian dan orang Amalek dan orang-orang dari sebelah 

timur telah berkumpul bersama-sama; mereka telah menyeberang dan 

berkemah di lembah Yizreel. 34 Pada waktu itu Roh TUHAN menguasai 

Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk 

mengikuti dia. 35 Juga dikirimnya pesan kepada seluruh suku Manasye dan 

orang-orang ini pun dikerahkan untuk mengikuti dia. Dikirimnya pula pesan 

kepada suku Asyer, Zebulon dan Naftali, dan orang-orang ini pun maju 

untuk menggabungkan diri dengan mereka. 36 lalu  berkatalah Gideon 

kepada Allah: “Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan peran-

taraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, 37 maka aku membentangkan gun-

tingan bulu domba di tempat pengirikan; jika  hanya di atas guntingan 

bulu itu ada embun, namun  seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahu-

lah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantara-

anku, seperti yang Kaufirmankan.” 38 Dan demikianlah terjadi; sebab keesok-

an harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperas-

nya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. 39 Lalu berkata-

lah Gideon kepada Allah: “Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap 

aku, jika  aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi 

saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering 

hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.” 40 Dan 

demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu 

itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun. 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I. Serangan terhadap Israel yang dibuat oleh para musuh mereka 

(ay. 33). Sejumlah besar orang Midian, orang Amalek, dan orang

Kitab Hakim-hakim 6:33-40 

 529 

 Arab, berkumpul bersama-sama dan menyeberang sungai Yordan, 

tanpa seorang pun dari mereka peduli atau berani menjaga 

tempat penyeberangan yang penting dan menguntungkan itu 

untuk melawan mereka. Dan mereka mendirikan markas besar di 

lembah Yizreel, di jantung kota suku Manasye, tidak jauh dari 

kota Gideon. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kabar yang 

mereka dengar tentang dihancurkannya mezbah Baal oleh Gideon 

telah membawa mereka masuk, dan bahwa mereka datang untuk 

berjuang membela Baal dan menjadikan hal itu sebagai alasan 

untuk bersengketa dengan Israel. namun  lebih besar kemungkinan 

bahwa saat itu yaitu  waktu panen, saat   mereka setiap tahun 

biasa mengadakan kunjungan seperti ini (ay. 3), dan bahwa 

kedatangan mereka memang sudah diduga saat   Gideon sedang 

mengirik (ay. 11). Allah mengangkat Gideon untuk bersiap meng-

hadapi datangnya pukulan yang mengerikan ini. Keberhasilan 

mereka selama bertahun-tahun dalam serbuan ini, sedikitnya 

perlawanan yang mereka temui, dan banyaknya barang rampasan 

yang mereka bawa, membuat mereka sekarang sangat bernafsu 

dan sangat percaya diri. namun  ternyata kedurjanaan mereka su-

dah genap dan tahun pembalasan telah tiba. Mereka sekarang 

harus selesai merusak dan akan dirusak, dan mereka dihimpun-

kan seperti berkas gandum ke tempat pengirikan (Mi. 4:12-13), 

untuk diirik oleh Gideon. 

II. Persiapan yang dilakukan Gideon untuk menyerang mereka di 

perkemahan mereka (ay. 34-35).  

1. Allah melalui Roh-Nya menghidupkan semangat Gideon: Roh 

TUHAN menutupi Gideon seperti pakaian (demikianlah dalam 

bahasa aslinya), menutupinya seperti jubah, untuk memberi-

kan kehormatan kepadanya, dan menutupinya seperti baju 

zirah, untuk memberikan perlindungan baginya. Orang-orang 

yang dikenakan pakaian seperti itu sudah berpakaian dengan 

baik. Roh keteguhan dari hadapan TUHAN menutupi Gideon 

seperti pakaian, demikian dalam terjemahan bahasa Aram. Ia 

sendiri yaitu  seorang pahlawan yang gagah berani, namun 

kekuatan dan keberanian pribadi, meskipun dikerahkan se-

kuat tenaga, tidak akan cukup untuk peperangan sebesar ini. 

Ia harus mengenakan senjata Allah, dan inilah yang harus dia 

andalkan: Roh TUHAN menguasai Gideon secara luar biasa. 


 530

Siapa yang dipanggil Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya, 

akan diperlengkapi dan disemangati-Nya untuk melakukannya.  

2. Gideon dengan sangkakalanya menghidupkan semangat para 

tetangganya, sebab Allah bekerja bersamanya. Ditiupnyalah 

sangkakala, untuk memanggil para relawan, dan yang datang 

mungkin lebih banyak dari yang diharapkan.  

(1) Orang-orang Abiezer, kendati belakangan ini geram terha-

dap Gideon sebab  sudah menghancurkan mezbah Baal, 

dan meskipun mereka telah mengutuknyasupaya  mati 

sebagai seorang penjahat, sekarang sesudah  diyakinkan 

akan kesalahan mereka, dengan berani datang untuk mem-

bantunya, dan menundukkan diri kepadanya sebagai pang-

lima mereka: Orang-orang Abiezer dikerahkan untuk meng-

ikuti dia (ay. 34). Dengan begitu tiba-tiba Allah dapat meng-

ubah hati bahkan para penyembah berhala dan para peng-

aniaya sekalipun.  

(2) Suku-suku yang tinggal jauh, bahkan Asyer dan Naftali, 

yang tinggal di tempat paling terpencil, kendati merupakan 

orang-orang asing bagi Gideon, memenuhi panggilannya, 

dan mengirimkan pasukan-pasukan terbaik mereka (ay. 

35). Meskipun mereka berada paling jauh dari bahaya, 

namun mereka tergerak untuk bergabung melawan musuh 

bersama, dengan mempertimbangkan bahwa jika para te-

tangga mereka dikalahkan oleh orang Midian, maka mere-

kalah yang akan menjadi giliran berikutnya. 

III. Tanda-tanda yang dengannya Allah memuaskan hati Gideon, un-

tuk meneguhkan baik imannya sendiri maupun iman para peng-

ikutnya. Dan mungkin lebih untuk merekalah daripada untuk 

dirinya sendiri ia menginginkan tanda-tanda itu. Atau mungkin 

melalui tanda-tanda ini ia ingin diyakinkan apakah sekarang 

waktunya untuk menaklukkan orang Midian, ataukah dia harus 

menunggu kesempatan lain. Cermatilah,  

1. Permohonan Gideon untuk diberi suatu tanda (ay. 36-37): “Biar-

lah aku melalui tanda ini tahu bahwa Engkau mau menyelamat-

kan orang Israel dengan perantaraanku. Biarlah guntingan bulu 

domba, yang dibentangkan di udara terbuka, menjadi basah 

oleh embun, dan biarlah tanah di sekelilingnya menjadi ke-

Kitab Hakim-hakim 6:33-40 

 531 

ring.” Maksud dari hal ini yaitu , Tuhan, aku percaya. Tolong-

lah aku yang tidak percaya ini. Gideon mendapati imannya 

sendiri lemah dan goyah, dan sebab  itu memohon kepada 

Allah melalui tanda ini untuk menyempurnakan apa yang 

kurang di dalam iman itu. Kita dapat menduga bahwa Allah, 

yang memang bermaksud untuk memberinya tanda-tanda ini, 

untuk memuliakan kuasa dan kebaikan-Nya sendiri, menaruh 

keinginan di dalam hatinya untuk meminta tanda-tanda itu. 

Namun, saat   dia mengulangi permohonannya untuk tanda 

yang kedua, yang merupakan kebalikan dari tanda yang 

pertama, dia melakukannya dengan permohonan maaf yang 

penuh kerendahan hati, takut kalau Allah akan murka. Sebab 

permohonan itu begitu terlihat seperti rasa tidak percaya ke-

pada Allah dari seorang yang banyak maunya, dan rasa tidak 

puas dengan banyaknya jaminan yang telah diberikan Allah 

kepadanya (ay. 39): Janganlah kiranya murka-Mu bangkit ter-

hadap aku. Meskipun Gideon memberanikan diri untuk me-

minta tanda yang lain, namun dia melakukannya dengan 

begitu takut dan gentar hingga menunjukkan bahwa keakrab-

annya dengan Allah, yang dengan penuh rahmat telah diberi-

kan-Nya kepada Gideon, tidak membuat Gideon memandang 

remeh kemuliaan Allah, atau berbuat lancang terhadap ke-

baikan-Nya. Abraham telah memberinya sebuah teladan ten-

tang hal ini, saat   Allah mengizinkan Abraham untuk ber-

sikap sangat bebas dengan-Nya (Kej. 18:30, 32), janganlah 

kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Perkenan-

an Allah haruslah diminta dengan rasa hormat yang besar, 

kesadaran yang semestinya akan jarak antara kita dan Dia, 

dan ketakutan yang penuh kesalehan akan murka-Nya.  

2. Allah dengan penuh rahmat mengabulkan permohonannya. 

Lihatlah betapa Allah bersikap lembut terhadap orang-orang 

percaya yang sejati kendati mereka lemah, dan betapa Dia 

bersedia untuk merendah pada kelemahan-kelemahan mere-

ka,supaya  buluh yang patah terkulai tidak terputus dan sum-

bu yang pudar nyalanya tidak padam. Gideon ingin agar gun-

tingan bulu domba basah dan tanah di sekelilingnya ke-

ring. Akan namun ,supaya  jangan sampai ada yang keberatan, 

“Wajar saja bahwa guntingan bulu domba, kalau kejatuhan 

embun sedikit saja, menyerap embun itu dan menyimpannya, 


 532

dan sebab  itu tidak ada yang luar biasa dalam hal ini.” Wa-

laupun jumlah perasan airnya sudah cukup untuk menying-

kirkan keberatan seperti itu, namun dia inginsupaya  pada 

malam berikutnya, tanahnya yang basah dan guntingan bulu 

dombanya yang kering, dan terjadilah demikian. Betapa Allah 

rindu untuk memberikan dorongan yang kuat kepada mereka 

yang berhak menerima janji (Ibr. 6:17-18), bahkan melalui dua 

kenyataan yang tidak berubah-ubah ini. Allah membiarkan 

diri-Nya sendiri tidak hanya menuruti kemauan-kemauan me-

reka yang keras, namun  juga bahkan diperintah untuk berbuat 

sesuatu oleh keragu-raguan dan ketidakpuasan mereka. Tan-

da-tanda ini,  

(1) Benar-benar ajaib, dan sebab  itu sangat dapat meneguh-

kan tugas panggilannya. Dikatakan tentang embun bahwa 

ia berasal dari pada TUHAN, dan tidak menanti-nantikan 

orang dan tidak mengharap-harapkan anak manusia (Mi. 

5:6). Namun demikian, Allah di sini dalam perkara ini men-

dengarkan permohonan seorang manusia. Seperti Ia mende-

ngarkan Yosua, dengan mengarahkan perjalanan matahari, 

demikian pula Ia mendengarkan Gideon, dengan meng-

arahkan turunnya embun, yang melaluinya tampak bahwa 

embun itu jatuh bukan sebab  kebetulan, melainkan oleh 

penyelenggaraan ilahi. Tanda yang kedua yaitu  kebalikan 

dari tanda yang pertama, dan, untuk menyenangkan hati 

Gideon, tanda itu dibolak-balik. Dari sini Dr. Fuller men-

cermati bahwa mujizat-mujizat yang nyata dari sorga akan 

bertahan sekalipun dibolak-balik, sebab baik di dalam mau-

pun di luar sama saja.  

(2) Tanda-tanda itu sangat penting. Gideon dan orang-orang-

nya akan pergi berperang melawan orang Midian. Dapatkah 

Allah membedakan antara guntingan bulu domba Israel 

yang kecil dan tanah Midian yang luas? Ya, melalui tanda 

ini Gideon menjadi tahu bahwa Allah sanggup membeda-

kannya. Adakah Gideon ingin agar embun anugerah ilahi 

turun atas dirinya sendiri secara khusus? Ia melihat gun-

tingan bulu domba basah dengan embun untuk meyakin-

kan dirinya akan hal itu. Adakah dia ingin agar Allah men-

jadi seperti embun bagi seluruh Israel? Lihatlah, seluruh 

tanah menjadi basah. Sebagian penafsir memandang gun-

Kitab Hakim-hakim 6:33-40 

 533 

tingan bulu domba ini sebagai lambang dari bangsa Ya-

hudi, yang dulu pernah basah dengan embun firman dan 

ketetapan-ketetapan Allah, sementara semua bangsa yang 

lain kering. Akan namun , sejak penolakan mereka terhadap 

Kristus dan Injil-Nya, mereka menjadi kering seperti keledai 

liar di padang gurun, sementara bangsa-bangsa di sekeli-

lingnya seperti taman yang diairi. 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  7  

asal ini mengetengahkan kepada kita Gideon di medan pertem-

puran, sedang memerintah tentara Israel, dan mengalahkan ten-

tara Midian habis-habisan. Untuk tindakan yang sangat berani itu, 

kita mendapati dalam pasal sebelumnya bagaimana ia dipersiapkan 

melalui persekutuannya dengan Allah dan penaklukannya atas Baal. 

Dalam pasal ini kita diberi tahu,  

I. Petunjuk apa yang diberikan Allah kepada Gideon untuk 

menyusun tentaranya, yang melaluinya tentara itu dikurangi 

menjadi 300 orang (ay. 1, 8).  

II. Dorongan apa yang diberikan Allah kepada Gideon untuk 

menyerang musuh, dengan menyuruhnya pergi diam-diam ke 

perkemahan mereka untuk mendengarkan seorang Midian 

menceritakan mimpinya (ay. 9-15).  

III. Bagaimana Gideon mengatur serangannya ke perkemahan 

musuh dengan 300 orangnya, bukan untuk bertempur mela-

wan mereka, melainkan untuk menakut-nakuti mereka (ay. 

16-20).  

IV. Keberhasilan serangan ini. Serangan itu membuat orang Mi-

dian lari tunggang-langgang, dan memberi mereka kekalahan 

yang sehabis-habisnya. Pada saat itu, pasukan-pasukan 

Israel yang sudah dibubarkan, dan tetangga-tetangga mereka 

yang lain, datang untuk membantu Gideon (ay. 21-25). Ini 

yaitu  kisah yang bersinar sangat terang dalam kitab menge-

nai peperangan Tuhan. 


 536

Tiga Ratus Anak Buah Gideon 

(7:1-8) 

1 Adapun Yerubaal – itulah Gideon – bangun pagi-pagi dengan segala rakyat 

yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka berkemah dekat mata air Harod; 

perkemahan orang Midian itu ada di sebelah utaranya, dekat bukit More, di 

lembah. 2 Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang 

bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menye-

rahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel 

memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah 

yang menyelamatkan aku. 3 Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, 

demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegu-

nungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan 

tinggallah sepuluh ribu orang. 4 namun  TUHAN berfirman kepada Gideon: 

“Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku 

akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepada-

mu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang 

akan pergi bersama-sama dengan engkau, namun  barangsiapa yang Kufirman-

kan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan 

engkau, dialah yang tidak akan pergi.” 5 Lalu Gideon menyuruh rakyat itu 

turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Barangsiapa yang 

menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukum-

pulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum.” 6 

Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, 

ada tiga ratus orang, namun  yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut 

minum air. 7 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus 

orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerah-

kan orang Midian ke dalam tanganmu; namun  yang lain dari rakyat itu 

semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.” 8 Dari rakyat 

itu mereka mengambil bekal dan sangkakala; demikianlah seluruh orang 

Israel disuruhnya pergi, masing-masing ke kemahnya, namun  ketiga ratus 

orang itu ditahannya. Adapun perkemahan orang Midian ada di bawahnya, di 

lembah. 

Dalam perikop ini,  

I.   Gideon mencurahkan segenap perhatian dan ketekunannya un-

tuk melakukan tugasnya sebagai seorang panglima yang baik, 

dalam memimpin segenap pasukan Israel melawan orang Midian 

(ay. 1): Ia bangun pagi-pagi, seperti orang yang hatinya terpatri 

pada pekerjaannya, dan yang takut membuang-buang waktu. 

sebab  sekarang ia yakin bahwa Allah menyertainya, maka ia 

tidak sabar dan tidak mau menunda-nunda waktu. Ia berkemah 

di dekat mata air yang ternama,supaya  tentaranya tidak kesu-

sahan mencari air. Di sana tentaranya berpijak di tempat yang 

lebih tinggi, yang bisa memberinya keuntungan, sebab orang-

orang Midian ada di bawahnya, di lembah. Perhatikanlah, iman 

akan janji-janji Allah tidak boleh mengendorkan, namun  justru 

harus menyemangati, usaha-usaha kita. jika  kita yakin bahwa 

Kitab Hakim-hakim 7:1-8 

 537 

Allah pergi mendahului kita, maka kita harus menggugah diri kita 

sendiri untuk bertindak (2Sam. 5:24). 

II. Allah mengatursupaya  puji-pujian atas kemenangan yang akan 

mereka peroleh nanti diberikan sepenuhnya kepada Dia sendiri, 

dengan hanya menunjuk 300 orang untuk dipakai dalam pekerja-

an ini. 

1. Tentara itu terdiri atas 32.000 orang, tentara yang kecil diban-

dingkan dengan apa yang sekarang dibawa orang Midian ke 

medan perang. Gideon sudah siap-siap berpikir bahwa jumlah 

tentaranya terlalu sedikit, namun  Allah datang kepadanya, dan 

memberi tahu dia bahwa mereka terlalu banyak (ay. 2). Bukan 

berarti bahwa orang-orang yang dengan sukarela menawarkan 

diri untuk peperangan ini tidak berbuat baik, namun  Allah 

memandang pantas untuk tidak memakai semua orang yang 

datang. Kita sering kali mendapati Allah mewujudkan perkara-

perkara besar melalui tangan yang sedikit, namun  hanya kali ini 

Ia sengaja membuat mereka menjadi lebih sedikit. Bukankah 

Debora belum lama ini menyalahkan orang-orang yang tidak 

datang membantu TUHAN? Namun demikian, dalam pertem-

puran besar berikutnya, haruskah orang-orang yang benar-

benar datang disuruh pergi? Ya.  

(1) Allah dengan ini hendak menunjukkan bahwa saat   Ia me-

makai alat-alat yang sesuai untuk melayani-Nya, Ia tidak 

membutuhkan mereka. Ia dapat melakukan pekerjaan-Nya 

tanpa mereka. Dengan begitu, Ia tidak berutang budi ke-

pada mereka atas pelayanan mereka, justru mereka yang 

berutang budi kepada-Nya sebab  sudah mempekerjakan 

mereka.  

(2) Allah dengan ini hendak mempermalukan orang-orang yang 

pengecut, yang tanpa perlawanan tunduk pada orang Mi-

dian, dan tidak berani maju melawan mereka, sebab  jumlah 

mereka yang tidak seimbang. Orang-orang itu sekarang 

melihat bahwa, jika mereka sungguh yakin akan perkenan-

an Allah, maka satu orang saja dari mereka bisa mengejar 

seribu orang.  

(3) Allah dengan ini hendak membungkam dan menyingkirkan 

orang-orang yang memegahkan diri. Inilah alasan yang di-


 538

berikan Dia yang mengetahui kesombongan yang ada 

dalam hati manusia: Jangan-jangan orang Israel memegah-

megahkan diri terhadap Aku. Sudah sewajarnya orang-

orang seperti itu tidak mendapat kehormatan dengan diberi 

keberhasilan. Tanganku sendirilah yang menyelamatkan 

aku, yaitu  perkataan yang tidak pernah boleh keluar dari 

mulut orang-orang yang akan diselamatkan. Barangsiapa 

yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan, 

dan segala makhluk harus berdiam diri di hadapan-Nya. 

2. Dua cara yang dipakai Allah untuk mengurangi jumlah mereka:  

(1) Ia memerintahkan semua orang yang merasa takut dan 

lemah hati untuk disuruh pulang (ay. 3). Mereka sekarang 

sedang berkemah di sebuah gunung yang dekat dengan 

musuh, yang disebut pegunungan Gilead, diambil dari 

nama Gilead, nenek moyang dari kaum-kaum Manasye ini, 

yang berdiam di Yordan seberang sini (Bil. 26:30). Dan dari 

situ mereka mungkin dapat melihat besarnya jumlah mu-

suh. Itulah sebabnya orang-orang yang berkecil hati saat   

melihat besarnya jumlah musuh itu diberi kebebasan, un-

tuk kembali jika mereka mau. Ada hukum untuk membuat 

maklumat seperti ini (Ul. 20:8). namun  Gideon mungkin ber-

pikir bahwa maklumat itu hanya menyangkut peperangan 

yang dilakukan untuk memperluas wilayah mereka, bukan, 

seperti perang ini, untuk keperluan membela diri dari 

penyerang. Oleh sebab itu, Gideon tidak akan menyatakan 

maklumat ini seandainya Allah, yang tahu bagaimana pa-

sukannya akan berkurang jika ia berbuat demikian, tidak 

memerintahkannya. Para pengecut mungkin, sama seperti 

orang lain, sesudah kemenangan, akan mengambil kehor-

matan kemenangan itu dari Allah. Oleh sebab  itu Allah 

tidak mau memberi mereka kehormatan dengan mempe-

kerjakan mereka di dalamnya. Orang akan menyangka 

bahwa tidak akan ditemukan satu pun orang Israel, yang 

sedang melawan musuh seperti orang Midian, dan di 

bawah pemimpin seperti Gideon, yang akan mengaku bah-

wa ia ketakutan. Namun demikian, lebih dari dua pertiga 

mengambil keuntungan dari maklumat ini, dan mundur, 

saat   mereka melihat kekuatan musuh dan kelemahan 

Kitab Hakim-hakim 7:1-8 

 539 

mereka sendiri. Mereka tidak mempertimbangkan jaminan-

jaminan hadirat ilahi yang telah diterima panglima mereka 

dari Tuhan, dan, mungkin juga telah disampaikan kepada 

mereka sendiri. Sebagian penafsir berpendapat bahwa 

penindasan yang di bawahnya mereka sudah hidup begitu 

lama telah menghancurkan roh mereka. Sebagian yang lain 

berpendapat, yang lebih mungkin, bahwa kesadaran akan 

kebersalahan mereka sendiri telah membuat mereka kehi-

langan keberanian. Dosa membelalakkan matanya ke wajah 

mereka, dan sebab  itu mereka tidak berani menatap wajah 

maut yang sudah ada di hadapan mereka. Perhatikanlah, 

orang-orang yang takut dan lemah hati tidak layak dipeker-

jakan untuk Allah. Di antara orang-orang yang terdaftar di 

bawah panji Kristus, ada lebih banyak orang seperti itu 

daripada yang kita pikirkan.  

(2) Allah memerintahkansupaya  semua rakyat yang tinggal 

dibubarkan kecuali 300 orang, dan Ia melakukannya mela-

lui tanda: Masih terlalu banyak rakyat untuk Kupakai (ay. 

4). Lihatlah betapa rancangan dan jalan Allah jauh lebih 

tinggi daripada rancangan dan jalan kita. Gideon sendiri, 

ada kemungkinan, berpikir bahwa mereka terlalu sedikit, 

meskipun mereka sebanyak orang-orang yang menyertai 

Sisera, yang dijumpai Barak (4:14). Seandainya Gideon 

tidak berusaha  keras, dengan iman, untuk mengatasi keja-

dian yang mengecilkan hati, ia sendiri pasti sudah mundur 

dari usaha yang begitu berbahaya, dan memanfaatkan 

kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk kembali. namun  

Allah berkata, mereka terlalu banyak, dan, saat   dikurangi 

menjadi sepertiga, mereka masih terlalu banyak. Hal ini 

dapat membantu kita memahami penyelenggaraan-penye-

lenggaraan ilahi yang kadang-kadang tampak memper-

lemah jemaat dan kepentingan-kepentingannya. Sahabat-

sahabatnya terlalu banyak, terlalu kuat, terlalu bijak bagi 

Allah untuk mengerjakan pembebasan melalui mereka. Allah 

sedang mengambil jalan untuk mengurangi mereka,supaya  

Ia dapat ditinggikan dalam kuasa-Nya sendiri. Gideon di-

perintahkan untuk membawa prajurit-prajuritnya ke sumber 

air, mungkin ke mata air Harod (ay. 1) dan anak-anak 

sungai yang mengalir darinya. Gideon, atau seseorang yang 


 540

ditunjuk olehnya, harus memperhatikan bagaimana mereka 

minum. Kita dapat menduga bahwa mereka semua haus, 

dan ingin minum. Ada kemungkinan Gideon memberi tahu 

mereka bahwa mereka harus bersiap-siap untuk bertempur 

dengan segera. Oleh sebab  itu, mereka harus menyegar-

kan diri seperti yang seharusnya, dengan tidak berharap, 

sesudah ini, untuk meminum hal lain selain darah musuh-

musuh mereka. Nah, sebagian orang, dan tidak diragukan 

lagi kebanyakan dari mereka, akan berlutut untuk minum, 

dan menaruh mulut mereka ke air seperti kuda,supaya  

bisa meneguk air penuh-penuh. Sebagian yang lain, ada 

kemungkinan, tidak mau minum menurut aturan seperti 

itu, namun  sama seperti anjing yang menjilat-jilat dengan 

lidah. Ada juga sebagian yang dengan tergesa-gesa meng-

ambil sedikit air di tangan dan mendinginkan mulut de-

ngannya, lalu pergi. Ada tiga ratus orang, dan tidak lebih, 

yang berbuat demikian, yang minum dengan tergesa-gesa, 

dan melalui orang-orang itulah Allah memberi tahu Gideon, 

bahwa ia akan mengalahkan orang Midian habis-habisan 

(ay. 7). Melalui pembedaan sebelumnya, tak ada orang yang 

dipertahankan selain orang-orang yang sepenuh hati, yang 

bertekad untuk melakukan yang terbaik untuk mendapat-

kan kembali kebebasan-kebebasan Israel. namun  melalui 

pembedaan yang lebih jauh ini, ditetapkan bahwa tak ada 

orang yang boleh dipakai selain,  

[1] Orang-orang yang kuat, yang tahan berlelah-lelah un-

tuk waktu yang lama, tanpa mengeluh haus atau letih, 

yang dalam diri mereka tidak ada sampah kemalasan 

atau kenyamanan.  

[2] Orang-orang yang gesit, yang tidak mau menunggu 

lama-lama untuk menghadapi musuh, yang lebih memi-

lih mengabdi kepada Allah dan negeri mereka daripada 

memenuhi kebutuhan mereka untuk menyegarkan diri. 

Orang-orang seperti inilah yang dipilih Allah untuk 

dipekerjakan, yang tidak hanya betul-betul tergerak, 

namun  juga bersemangat dalam perkara yang baik. Dan 

juga sebab  jumlah mereka lebih sedikit, dan oleh se-

bab itu paling kecil kemungkinannya untuk mewujud-

kan apa yang untuknya mereka dirancang, maka Allah 

Kitab Hakim-hakim 7:1-8 

 541 

mau menyelamatkan Israel melalui mereka. yaitu  

ujian yang besar bagi iman dan keberanian Gideon, ke-

tika Allah memerintahkannya untuk membiarkan se-

mua orang kecuali ke-300 orang ini untuk pergi ke tem-

pat kediamannya masing-masing, yaitu, pergi ke mana 

saja mereka mau dari panggilan-Nya, dan dari perintah-

Nya. Namun, kita dapat menduga bahwa orang-orang 

yang sepenuh hati mendukung perkara itu, meskipun 

sekarang disingkirkan, tidak pergi begitu jauh hingga 

tidak dapat mendengarkan Gideon. Sebaliknya, mereka 

siap untuk mengikuti serangan itu, saat   ke-300 orang 

yang terpilih sudah memecahkan kebuntuan, meskipun 

hal ini tidak tampak. Demikianlah, dengan cara yang 

begitu mengherankan tentara Gideon dibersihkan, di-

bentuk, dan dikurangi, dan bukannya dicarikan tenaga 

baru, seperti yang akan dipikirkan orang dalam pertem-

puran yang begitu besar, yang perlu dan patut untuk 

dilakukan. Sekarang, 

3. Mari kita lihat bagaimana pasukan yang kecil dan hina ini, 

yang padanya beban pertempuran itu diletakkan, diperleng-

kapi dan dipersiapkan. Seandainya ke-300 orang ini dijadikan 

dua kali lipat dengan diiringi oleh para hamba dan pengawal, 

dan diberi persenjataan dua kali lipat dengan pedang dan 

tombak, maka kita pasti akan berpikir bahwa lebih besar ke-

mungkinan bagi mereka untuk berhasil mewujudkan sesuatu. 

namun , bukannya mereka dibuat menjadi lebih berguna de-

ngan perlengkapan, mereka justru dibuat menjadi lebih tidak 

berguna lagi. Sebab,  

(1) Setiap prajurit berubah menjadi pelayan makanan dan 

minuman: Dari rakyat itu mereka mengambil bekal (ay. 8), 

meninggalkan kantong pakaian dan barang bawaan mere-

ka, dan setiap orang membebani dirinya dengan bekalnya 

sendiri. Ini merupakan ujian terhadap iman mereka, apa-

kah mereka dapat mempercayai Allah saat   mereka tidak 

membawa bekal lebih banyak daripada yang bisa mereka 

bawa. Hal ini juga merupakan ujian terhadap ketekunan 

mereka, apakah mereka akan membawa bekal sebanyak 


 542

yang dapat mereka bawa. Inilah yang benar-benar disebut 

hidup dengan apa yang hanya tersedia untuk hari itu.  

(2) Setiap prajurit berubah menjadi peniup sangkakala. Pasuk-

an-pasukan yang dibubarkan meninggalkan sangkakala-

sangkakala mereka untuk digunakan oleh ke-300 orang ini. 

Mereka diperlengkapi dengan sangkakala-sangkakala ini, 

dan bukan persenjataan perang, seolah-olah mereka akan 

pergi bermain daripada bertempur. 

Tiga Ratus Anak Buah Gideon  

(7:9-15) 

9 Pada malam itu berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Bangunlah, turunlah 

menyerbu perkemahan itu, sebab telah Kuserahkan itu ke dalam tanganmu. 

10 namun  jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan 

Pura, bujangmu, ke perkemahan itu; 11 maka kaudengarlah apa yang mereka 

katakan; lalu  engkau akan mendapat keberanian untuk turun menyer-

bu perkemahan itu.” Lalu turunlah ia bersama dengan Pura, bujangnya itu, 

sampai kepada penjagaan terdepan laskar di perkemahan itu. 12 Adapun 

orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu 

bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya, dan unta mereka 

tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya. 13 saat   Gideon sampai 

ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya, 

katanya: “Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke per-

kemahan orang Midian; sesudah  sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah 

ini, sehingga roboh, dan dibongkar-bangkirkannya, demikianlah kemah ini 

habis runtuh.” 14 Lalu temannya menjawab: “Ini tidak lain dari pedang 

Gideon bin Yoas, orang Israel itu; Allah telah menyerahkan orang Midian dan 

seluruh perkemahan ini ke dalam tangannya.” 15 Segera sesudah Gideon 

mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyem-

bah. lalu  pulanglah ia ke perkemahan orang Israel, lalu berkata: 

“Bangunlah, sebab TUHAN telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke 

dalam tanganmu.” 

sebab  tentara Gideon sudah dikurangi seperti yang kita dapati, 

maka Gideon harus berperang dengan iman atau tidak sama sekali. 

Oleh sebab itu, Allah di sini menyediakan tenaga-tenaga baru untuk 

imannya, dan bukan tenaga-tenaga baru untuk pasukannya. 

I. Allah melengkapi Gideon dengan dasar yang baik untuk mem-

bangun imannya. Tidak ada yang lain selain firman dari Allah 

yang akan menjadi pijakan bagi iman. Gideon menerima firman 

ini dengan sepenuh-penuhnya dan sejelas-jelasnya seperti yang 

dapat ia inginkan (ay. 9).  

Kitab Hakim-hakim 7:9-15 

 543 

1. Sebuah kata perintah untuk menegaskan pertempuran itu, 

yang jika tidak demikian tampak gegabah dan tidak hati-hati, 

dan tidak pantas dilakukan seorang panglima yang bijak: Ba-

ngunlah, turunlah bersama segelintir orang ini untuk menyerbu 

perkemahan itu.  

2. Sebuah kata janji untuk meyakinkan Gideon bahwa ia akan 

berhasil, yang jika tidak demikian tampak sangat tidak mung-

kin: Telah Kuserahkan perkemahan itu ke dalam tanganmu. Itu 

semua milikmu. Firman Tuhan ini datang kepadanya pada ma-

lam yang sama, dan dapat kita duga, saat   ia merasa sangat 

gelisah dan penuh kecemasan tentang bagaimana ia harus 

bertindak. jika  bertambah banyak pikiran dalam batinnya, 

penghiburan ini menyenangkan jiwanya. Penghiburan-peng-

hiburan ilahi diberikan kepada orang-orang percaya bukan 

hanya dengan kuat melainkan juga tepat pada waktunya. 

II. Allah melengkapi Gideon dengan penyokong yang baik untuk me-

nyangga imannya.  

1. Allah memerintahkan Gideon untuk menjadi pengintai bagi 

dirinya sendiri, dan sekarang dalam kesenyapan malam untuk 

turun secara diam-diam ke perkemahan orang Midian, dan 

melihat keterangan apa yang dapat ia peroleh: “Jika engkau 

takut untuk turun menyerbu, pergilah terlebih dahulu hanya 

dengan bujangmu sendiri (ay. 10), dan kaudengarlah apa yang 

mereka katakan” (ay. 11). Dan disiratkan kepadanya bahwa ia 

akan mendengar apa yang akan sangat menguatkan imannya. 

Allah mengetahui kelemahan-kelemahan umat-Nya, dan beta-

pa besar dorongan yang dapat mereka ambil dari perkara yang 

kecil. Oleh sebab itu, sebab  mengetahui terlebih dahulu apa 

yang akan terjadi pada Gideon, tepat di bagian perkemahan 

yang akan ditujunya, maka Allah memerintahkan dia untuk 

turun dan mendengarkan apa yang mereka katakan,supaya  ia 

bisa meyakini secara lebih teguh apa yang telah dikatakan 

Allah. Gideon harus membawa Pura, bujangnya itu, bersama-

nya, orang yang dapat ia percayai, mungkin salah satu dari 

sepuluh orang yang sudah membantunya merobohkan mezbah 

Baal. Gideon harus membawa Pura bersamanya, dan bukan 

orang lain, harus membawanya untuk menjadi saksi atas apa 

yang akan ia dengar dari pembicaraan orang-orang Midian. 


 544

Dengan begitu, dari mulut kedua saksi ini, saat   hal itu di-

sampaikan kepada Israel, perkara itu tidak disangsikan. Ia 

harus membawa bujangnya bersamanya, sebab  dua lebih 

baik daripada satu, dan sedikit bantuan lebih baik daripada 

tidak ada sama sekali.  

2. Sesudah itu, Allah memerintahkan Gideon untuk melihat sesua-

tu yang mengecilkan hati. Penglihatan itu cukup untuk mem-

buat hatinya menciut, mungkin hanya dibantu dengan cahaya 

bulan, saat   ia menyaksikan besarnya jumlah musuh (ay. 12), 

seperti belalang banyaknya, dan tidak diragukan lagi lebih baik 

daripada belalang dalam kekuatan dan keberanian. Unta-unta 

mereka tak terhitung, sama seperti pasir. Akan namun ,  

3. Allah membuat Gideon mendengar apa yang merupakan per-

tanda yang sangat baik baginya. saat   ia sudah mendengar-

nya, ia segera kembali, sebab  menganggap bahwa sekarang ia 

sudah mendapatkan apa yang untuknya ia dikirim ke sana. 

Kedengaran olehnya dua prajurit musuh, sesama rekan pra-

jurit, yang sedang berbicara. Mungkin mereka sedang di tem-

pat tidur bersama-sama, terjaga di malam hari.  

(1) Salah seorang dari mereka menceritakan mimpinya, dan 

seperti mimpi-mimpi kita pada umumnya, dan sebab  itu 

tidak layak untuk diceritakan lagi, mimpi itu sangat bodoh. 

Ia bermimpi bahwa ia melihat sekeping roti jelai yang ter-

guling menuruni bukit ke perkemahan orang Midian. Dan 

“tampak bagiku,” katanya, sebab begitulah kita berbicara 

saat   menceritakan mimpi-mimpi kita, “roti yang terguling 

ini menghantam salah satu perkemahan kita” yaitu mung-

kin salah satu kemah utama mereka. “Dan hantaman itu 

begitu kerasnya hingga,” terpikirkah olehmu?, “roti itu 

membongkar-bangkirkan kemah itu, merobohkan patok-

patoknya, dan memutuskan tali-talinya dalam satu han-

taman, hingga kemah itu habis runtuh dan mengubur para 

penghuninya” (ay. 13). sebab  sebagaimana mimpi banyak, 

demikian juga perkataan sia-sia banyak, ujar Salomo (Pkh. 

5:6). Orang akan terheran-heran bahwa berbagai hal yang 

janggal dan tidak karuan sering kali ditempatkan bersama-

sama oleh khayalan yang menggelikan dalam mimpi-mimpi 

kita.  

Kitab Hakim-hakim 7:9-15 

 545 

(2) Prajurit yang lain, mungkin antara tidur dan terjaga, ber-

usaha menafsirkan mimpi ini, dan tafsirannya tampak 

sangat mengada-ada: Ini tidak lain dari pedang Gideon (ay. 

14). Para penafsir kita sekarang dapat memberi tahu kita 

betapa tepatnya kemiripan itu, bahwa Gideon, yang pernah 

mengirik gandum untuk keluarganya, dan membuat roti 

untuk temannya (6:11-19), sangat cocok dilambangkan 

dengan sekeping roti. Bahwa ia dan tentaranya begitu kecil 

seperti roti yang terbuat dari sedikit tepung, tidak ada arti-

nya seperti roti jelai, dikumpulkan bersama-sama dengan 

tergesa-gesa seperti roti yang dibakar secara mendadak di 

atas bara api, dan sepertinya tidak mungkin menaklukkan 

tentara yang besar ini seperti sekeping roti membongkar-

bangkirkan kemah. namun , bagaimanapun juga, bukankah 

Allah yang menerangkan arti mimpi? Allah memasukkan ke 

dalam kepala orang yang satu untuk bermimpi, dan ke 

dalam mulut orang yang lain untuk mengartikannya. Sean-

dainya Gideon hanya mendengar mimpinya saja, dan ia 

dan bujangnya dibiarkan untuk menafsirkannya sendiri, 

maka mimpi itu tidak begitu bermakna hingga tidak akan 

banyak membantunya. namun , sebab  mendapatkan tafsir-

annya dari mulut seorang musuh, maka tafsiran itu tidak 

hanya tampak berasal dari Allah, yang memiliki  semua 

hati dan lidah manusia di tangan-Nya, namun  juga merupa-

kan bukti bahwa sang musuh sangat berkecil hati. Tampak 

juga, bahwa nama Gideon sudah menjadi begitu menakut-

kan bagi mereka hingga mengganggu tidur mereka. Keme-

nangan akan diperoleh dengan mudah, jika kemenangan 

itu sudah diserahkan tanpa perlawanan: Allah telah menye-

rahkan orang Midian ke dalam tangannya. Orang tidak 

akan mau berperang jika mereka melihat bahwa Allah ber-

perang melawan mereka. 

Yang terakhir, sebab  Gideon melihat jari Allah meng-

arahkan dia ke tempat ini, pada saat ini juga, untuk men-

dengar mimpi ini dan tafsirannya, maka hatinya luar biasa 

dibesarkan untuk melawan semua kekhawatiran yang 

sangat menggelisahkan hatinya, yang dia rasakan saat   

tentaranya dikurangi. Ia sangat senang mendengar dirinya 

dibandingkan dengan sekeping roti jelai, yang dapat meng-


 546

akibatkan perkara-perkara yang begitu hebat. Semangat 

Gideon dibakar olehnya, dan kita diberi tahu (ay. 15),  

1. Bagaimana ia memuliakan Allah atas kejadian itu. Ia se-

gera menyembah, menundukkan kepalanya, atau, ada 

kemungkinan, mengangkat kepala dan tangannya. Da-

lam seruan yang singkat itu ia bersyukur kepada Allah 

atas kemenangan yang diyakininya sekarang, dan atas 

dorongan untuk mengharapkan kemenangan itu. Di 

mana saja kita berada, kita dapat berbicara kepada Allah, 

dan menyembah-Nya, dan menemukan jalan yang ter-

buka menuju sorga. Allah harus mendapatkan pujian 

atas apa yang membesarkan iman kita, dan penyeleng-

garaan-Nya harus diakui dalam peristiwa-peristiwa 

yang, meskipun kecil dan tampak kebetulan, terbukti 

membantu kita. 

2. Bagaimana ia membagikan kepada teman-temannya 

dorongan-dorongan yang telah diterimanya: Bangunlah, 

bersiaplah untuk maju sekarang juga. Tuhan telah 

menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu. 

Orang-orang Midian Dikejutkan 

(7:16-22) 

16 Sesudah itu dibaginyalah ketiga ratus orang itu dalam tiga pasukan dan ke 

tangan mereka semuanya diberikannya sangkakala dan buyung kosong 

dengan suluh di dalam buyung itu. 17 Dan berkatalah ia kepada mereka: 

“Perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Maka jika  

aku sampai ke ujung perkemahan itu, haruslah kamu lakukan seperti yang 

kulakukan. 18 jika  aku dan semua orang yang bersama dengan aku me-

niup sangkakala, maka haruslah kamu juga meniup sangkakala sekeliling 

seluruh perkemahan itu, dan berseru: ‘Demi TUHAN dan demi Gideon!’”  

19 Lalu Gideon dan keseratus orang yang bersama-sama dengan dia sampai 

ke ujung perkemahan itu pada waktu permulaan giliran jaga tengah malam, 

saat   penjaga-penjaga baru saja ditempatkan. Lalu mereka meniup sangka-

kala sambil memecahkan buyung yang di tangan mereka. 20 Demikianlah 

ketiga pasukan itu bersama-sama meniup sangkakala, dan memecahkan 

buyung dengan memegang obor di tangan kirinya dan sangkakala di tangan 

kanannya untuk ditiup, serta berseru: “Pedang demi TUHAN dan demi Gi-

deon!” 21 Sementara itu tinggallah mereka berdiri, masing-masing di tempat-

nya, sekeliling perkemahan itu, namun  seluruh tentara musuh menjadi kacau 

balau, berteriak-teriak dan melarikan diri. 22 Sedang ketiga ratus orang itu 

meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang 

seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-

Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat. 

 

Kitab Hakim-hakim 7:16-22 

 547 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I. Tanda bahaya yang diberikan Gideon kepada perkemahan Midian 

dalam kesenyapan malam. Sebab dimaksudkan bahwa orang-

orang yang sudah begitu lama menjadi kengerian bagi Israel, dan 

begitu sering menakut-nakuti Israel, mereka sendiri harus dika-

lahkan dan dibinasakan sepenuhnya oleh kengerian juga. 

1. Serangan yang dibuat di sini yaitu , dalam banyak keadaan, 

sama seperti serangan yang dibuat Abraham terhadap tentara 

yang telah menawan Lot. Jumlah orangnya hampir sama: 

Abraham memiliki  318 orang, Gideon 300 orang. Keduanya 

membagi pasukan-pasukan mereka, keduanya mengadakan 

serangan pada waktu malam, dan menang di bawah keadaan-

keadaan yang sangat tidak menguntungkan (Kej. 14:14-15). 

Dan Gideon bukan hanya anak Abraham, demikian pula orang 

Midian melalui Ketura, melainkan juga ahli waris imannya. 

Gideon,  

(1) Membagi tentaranya, sekalipun itu kecil, ke dalam tiga pa-

sukan (ay. 16), yang salah satunya dia perintah sendiri (ay. 

19). sebab  tentara-tentara yang besar dan  sepertinya yang 

ingin ditunjukkannya, biasanya dibagi ke dalam sayap 

kanan, sayap kiri, dan tubuh tentara.  

(2) Ia memerintahkan mereka semua untuk melakukan seperti 

yang ia lakukan (ay. 17). Besar kemungkinan bahwa ia 

memberi tahu mereka sekarang apa yang harus mereka 

lakukan, sebab jika tidak, serangan itu begitu tidak lazim 

hingga hampir tidak mungkin mereka lakukan secara tiba-

tiba. namun  Gideon, dengan melakukannya terlebih dahulu, 

ingin memberi tahu mereka kapan mereka harus melaku-

kannya, seperti perwira melatih para prajuritnya dengan 

kata perintah atau pukulan genderang: Perhatikanlah aku 

dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Seperti itulah kata 

perintah yang diberikan Yesus Tuhan kita, panglima kese-

lamatan kita, kepada para prajurit-Nya. Sebab Ia telah 

memberikan contoh bagi kita, dengan perintah untuk meng-

ikutinya: Haruslah kamu lakukan seperti yang Kulakukan.  

(3) Ia mengadakan serangannya pada malam hari, saat   mu-

suh merasa aman dan sangat tidak menduganya, yang 


 548

akan membuat mereka kalang kabut. Pada malam hari, 

jumlah tentaranya yang sedikit tidak akan ketahuan. Pada 

malam hari, semua ketakutan terasa amat menakutkan, 

terutama dalam kesenyapan malam, seperti malam ini, 

tidak lama sesudah tengah malam, pada waktu giliran jaga 

dimulai. Dan tanda bahaya itu akan membangunkan mere-

ka dari tidur lelap. Kita membaca tentang kedahsyatan 

malam sebagai sesuatu yang sangat mengerikan (Mzm. 

91:5), dan ketakutan pada malam hari (Kid. 3:8, KJV). 

(4) Apa yang ingin dituju Gideon yaitu  menakut-nakuti pa-

sukan yang amat besar ini, memberi mereka kekalahan 

yang tidak hanya mematikan, namun  juga sangat memalu-

kan. Ia memperlengkapi tiap-tiap orang dari tentaranya 

dengan sangkakala di tangan kanan mereka, dan sebuah 

buyung dari tanah liat, dengan obor di dalamnya, di tangan 

kiri mereka. Dia sendiri tidak menganggap sebagai peng-

hinaan baginya untuk maju di depan mereka dengan me-

ngenakan senjata seperti itu. Ia ingin mengolok-olok ten-

tara Midian dengan penaklukan ini, sehingga ia maju mela-

wan mereka seperti hendak melawan sekawanan anak-

anak daripada melawan pasukan prajurit. Anak dara, yaitu 

puteri Sion, telah menghina engkau, telah mengolok-olokkan 

engkau (Yes. 37:22). Sedikitnya jumlah orang-orang Gideon 

mendukung rancangannya itu. Sebab, sebab  begitu sedi-

kit, mereka maju ke perkemahan secara lebih diam-diam 

dan lebih cepat, sehingga tidak ketahuan sampai mencapai 

perkemahan musuh. Ia berencana memberikan tanda ba-

haya saat   musuh baru saja mengadakan penjagaan (ay. 

19),supaya  penjaga-penjaga, sebab  sudah terjaga pada 

waktu itu, dapat lebih cepat menyebarkan tanda bahaya itu 

ke seluruh perkemahan. Hal ini merupakan pelayanan ter-

baik yang dapat mereka lakukan untuknya. Ada tiga cara 

yang dirancang Gideon untuk menghentakkan kengerian 

terhadap tentara ini, dan dengan begitu membuat mereka 

kalang kabut.  

[1] Dengan suara yang sangat bising. Setiap orang harus 

meniup sangkakalanya dengan sekencang-kecangnnya 

dan memecahkan buyung dari tanah liat hingga hancur 

berkeping-keping pada saat yang sama. Mungkin tiap-

Kitab Hakim-hakim 7:16-22 

 549 

tiap orang memecahkan buyungnya segera sesudah  

orang di sebelahnya, dan dengan begitu kedua buyung 

itu hancur bersama-sama. Hal ini tidak hanya akan me-

nimbulkan bunyi retak yang keras, namun  juga menjadi 

perlambang dari apa yang menjadi akibat-akibat dari 

ketakutan itu, yaitu bahwa orang-orang Midian akan 

saling membunuh.  

[2] Dengan nyala api yang besar. Obor-obor yang menyala 

itu disembunyikan dalam buyung, seperti pelita di ba-

wah gantang, sampai mereka tiba di perkemahan mu-

suh. Pada saat itu, sebab  semua obor dikeluarkan ber-

sama-sama secara tiba-tiba, maka itu menimbulkan 

suatu terang benderang, dan tampak seperti menjilat 

seluruh perkemahan seperti cahaya kilat. Mungkin de-

ngan obor-obor ini mereka membakar sebagian kemah 

yang ada di luar perkemahan, yang akan sangat me-

nambah kebingungan.  

[3] Dengan teriakan yang nyaring. Setiap orang harus ber-

seru keras-keras, demi TUHAN dan demi Gideon, demi-

kianlah menurut sebagian penafsir ayat itu harus di-

baca dalam ayat 18, sebab dalam ayat itu kata pedang 

tidak ada dalam bahasa aslinya, namun  ada dalam ayat 

20, pedang demi TUHAN dan demi Gideon. Tampaknya, 

Gideon meminjam perkataan itu dari mimpi orang 

Midian (ay. 14): itu yaitu  pedang Gideon. sebab  men-

dapati bahwa namanya menjadi kengerian bagi mereka, 

maka ia memanfaatkannya untuk melawan mereka, 

namun  dengan menempatkan nama Yehovah di depan-

nya, sebagai Pribadi yang tanpa-Nya namanya hanyalah 

kosong belaka tanpa arti. Hal ini akan membakar sema-

ngat orang-orangnya, yang hanya berani maju jika ada 

Allah seperti Yehova beserta mereka, dan hanya jika ada 

orang seperti Gideon, baik untuk diperjuangkan, mau-

pun yang berjuang untuk mereka. Orang-orang yang 

memiliki  pemimpin-pemimpin seperti itu sudah sela-

yaknya mereka ikuti. Seruan itu juga membuat musuh-

musuh mereka ketakutan, yang sejak dulu telah men-

dengar tentang nama Yehova yang hebat perkasa, dan 

tentang nama Gideon yang muncul belakangan ini. Me-


 550

mang pedang Tuhanlah yang terutama dalam memberi-

kan keberhasilan kepada pedang Gideon, namun pe-

dang Gideon juga harus dipakai. Manusia sebagai alat, 

dan Allah sebagai pelaku utama, kedua-duanya harus di-

pertimbangkan di tempat mereka masing-masing. namun  

manusia, yang terbesar dan terbaik sekalipun, selalu 

berkedudukan lebih rendah dan tunduk di bawah Allah. 

Tentara ini harus dikalahkan oleh kengerian semata-

mata, dan kengerian inilah yang terutama dimaksudkan 

dengan pedang Tuhan. Prajurit-prajurit Gideon ini, seka-

lipun pedang ada di pinggang mereka, pedang itu hanya 

terselip di situ, tidak ada yang dipegang di tangan. Na-

mun mereka memperoleh kemenangan hanya dengan 

berseru, “Pedang.” Demikianlah, musuh-musuh jemaat 

dikalahkan habis-habisan oleh pedang yang keluar dari 

mulut (Why. 19:21).  

2. Cara yang di sini dipakai untuk mengalahkan orang Midian 

dapat dipandang,  

(1) Sebagai melambangkan kehancuran kerajaan Iblis di dunia 

melalui pemberitaan Injil kekal, dibunyikannya sangkakala 

Injil, dan dikeluarkannya terang Injil itu dari bejana-bejana 

tanah liat. Sebab seperti itulah hamba-hamba Injil, di da-

lam mereka harta dari terang Injil itu disimpan (2Kor. 4:6-

7). Demikianlah, apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah 

untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, sekeping roti 

jelai untuk membongkar-bangkirkan kemah-kemah orang 

Midian,supaya  kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal 

dari Allah saja. Injil yaitu  pedang, bukan di tangan, melain-

kan di dalam mulut, pedang TUHAN dan pedang Gideon, 

pedang Allah dan Yesus Kristus, Dia yang duduk di atas 

takhta dan Anak Domba.  

(2) Sebagai melambangkan kengerian-kengerian pada hari 

penghakiman agung. Demikianlah Uskup Hall yang mulia 

menerapkannya. Jika buyung-buyung, sangkakala-sangka-

kala, dan puntung-puntung berapi ini benar-benar menge-

cilkan hati dan membuat cemas pasukan Midian dan 

Amalek yang sombong, maka siapa pula yang akan mampu 

bertahan menghadapi kengerian pada hari akhir itu, saat   

Kitab Hakim-hakim 7:1