SEJARAH HUBUNGAN YAHUDI DAN ISLAM
Agama dalam kaitannya dengan warga , mempunyai dua kekuatan
luar biasa. Bisa menjadi kekuatan pemersatu (centrifetal) dan bisa menjadi
kekuatan pemecah belah (centrifugal). Atas dasar ini, tidak heran jika muncul
kelompok optimis dan kelompok pesimis terhadap agama. Kelompok
optimis berpendapat manusia tidak mungkin dipisahkan dari agama, karena
manusia itu sendiri sebagai zoon religion. Agama juga telah membuktikan
peranannya di dalam mengangkat martabat kemanusiaan. Akan tetapi
kelompok pesimis melihat agama sebagai pendorong untuk menganiaya
sesama umat manusia.1
Meskipun inti ajaran agama bersifat universal, dan biasanya bersumber
dari sebuah kitab suci, tetapi pertama kali selalu ditujukan kepada suatu
warga lokal yang lebih bersifat homogen. Agama kemudian lambat
laun mempengaruhi pandangan warga setempat, tetapi juga di dalam
warga lain yang menerima ajaran agama itu. Kawasan Timur Tengah,
atau bila dibaca dalam ungkapan yang lebih tepat, kawasan Asia Barat dan
Afrika Utara adalah sebuah kawasan yang sangat strategis, tidak saja dilihat
dari sudut pandang geopolitik tapi juga dari sudut pandang agama dan
peradaban. Timur Tengah tulis G.M. Wiekens sudah sejak masa lampau yang
sangat jauh merupakan sumber pokok dari semua peradaban, dan kepadanya
kita berhutang budi bagi penemuan-penemuan fundamental yang demikian
itu.2 Sebutan Timur Tengah rupanya diciptakan oleh sejarawan Angkatan
Laut Amerika Serikat A.T. Mahan sekitar 1900 sebagai bagian dari analisis
strategisnya tentang kawasan itu dan kawasan Asia Timur.3 Tiga agama
monoteistik yang berasal dari “kantor spiritual”, nabi Ibrahim juga bermula
di kawasan tempat bertemunya tiga benua besar ini.
Sebagai kawasan tempat bersumbernya peradaban besar dunia, Asia
Barat dan Afrika Utara telah memainkan peran yang amat penting dalam
mencoraki peta bumi batiniah umat manusia dalam kurun-kurun yang
panjang. Kita mengenal misalnya kebudayaan dan peradaban Mesir Kuno
di lembah sungai Nil, Babilonia dan Assiria di Mesopotania yang dialiri
sungat Tigris dan Furat. Sistem-sistem sungai inilah yang memberikan nafas
hidup kepada peradaban-peradaban besar jauh sebelum kedatangan Islam.
Sepanjang pengetahuan kita, kawasan ini pulalah yang dahulunya telah
melahirkan para nabi dan rasul yang boleh jadi menyebabkan “rasa isi”
kawasan lain di dunia. Kita tidak dapat menyaksikan kebijaksanaan Tuhan,
mengapa agama-agama besar monoteistik (Yahudi, Nashrani dan Islam)
sebagai pelanjut misi Ibrahim semuanya bermula di kawasan ini, sementara
agama Hindu dan Budha berasal dari India, yang oleh sebagian orang juga
dimasukkan dalam kawasan Timur Tengah. Keterangan tentatif yang dapat
diberikan adalah karena kawasan ini terletak di pusat dunia, maka adalah
bijak bila Tuhan menurunkan wahyu-Nya kepada para nabi dan rasul tidak
di belahan bumi lain.
Di antara agama-agama monoteistik di atas, hanya agama Nashrani
dan Islam yang beroleh pengikut banyak. Agama Yahudi (Yudaisme) dalam
perkembangan sejarahnya lebih bersifat etnocentris, hingga hampir-hampir
tidak dianut oleh bangsa lain kecuali bangsa Yahudi. Untuk fenomena ini, al-
Farūqi memakai istilah etnocentrie particularism.4 Watak inilah menyebabkan
orang Yahudi menjadi ekslusif, mengklaim diri sebagai manusia pilihan.5
Monoteisme ajaran nabi Musa yang asli menjadi terpasung dalam sangkar
etnocentrisme itu. Monoteisme simpul al-Farūqi, tidaklah mungkin tanpa
missi universal, tanpa mengaitkan diri dengan penganut-penganut agama
lain.
Pembicaraan tentang sejarah agama Yahudi berarti pula membicarakan
sejarah Banī Isrāil. Keduanya sulit dipisahkan, karena Yahūdi sebagai
agama, hanya didukung sepenuhnya Bani Israil itu. Akan tetapi, kalau
pembicaraan tentang sejarah agama Yahūdi itu hanya terbatas kepada
agama yang diturunkan kepada Nabi Musa as dan yang diajarkan terhadap
kaumnya, maka sejarahnya dapat dipisahkan, sehingga permulaan atau
awal agama Yahudi dimulai sejak zaman Nabi Musa as saja. Selanjutnya,
pembicaraan tentang agama Yāhudi bila dihubungkan dengan sejarah Bani
Israil maupun bila dihubungkan dengan Nabi Musa as, maka sangat erat
kaitannya dengan agama Islam. Dari aspek inilah, sehingga dapat dipahami
bahwa pembahasan tentang hubungan Yahudi dan Islam sangat urgen dan
signifikan untuk ditelusuri lintasan sejarahnya.
Sejarah Singkat Bangsa Yahudi
Ada tiga istilah yang sering terpakai dalam menamakan umat atau
bangsa Yahudi, yaitu; Yahūdi,7 Ibrāni8 dan Israel.9 Di samping itu, kata
ini juga dapat dikaitkan dengan perkataan nabi Musa as yang pernah
diucapkannya; Innā Hudhā Ilaika, artinya kami tunduk dan kembali taubat.10
Di antara istilah atau nama-nama ini , yang paling populer dan paling
lama adalah “Yahudi” atau “Yudaisme” dalam literatur Barat. Tetapi orang
7 Istilah Yahudi, berasal dari bahasa Arab yakni hadā yang ditashrif; hadā,
yahūdu, haudan, yang bersamaan arti dengan kata tāba, yatūbu, taubatan, artinya
bertaubat atau orang yang bertaubat. Kata Yahudi juga merupakan istilah yang
dikaitkan dengan nama seseorang putra nabi Ya’qūb as yang berjumlah 12, yaitu
putra keempat yang bernama Yahuda.
8 Istilah Ibrahani, berasal dari kata abara yang berarti “menyebarang”.
Dinamakan Ibrani, karena mereka datang dengan menyebrangi sungai Eurafat di
bawah pimpinan nabi Ibrahim as.
9 Istilah dan atau sebutan Israel, dinisbatkan kepada nenek moyang mereka
yaitu nabi Ya’qūb yang juga bernama iIsrail. Karena itu, mereka dikenal dengan
iBani Israil, anak turunnya Israil (Ya’qub).
Yahudi sendiri lebih senang menamakan diri mereka dengan “Israel”
walaupun istilah yang paling lama (tua) ialah “Ibrāni.
Pada mulanya, pemeluk agama Yahudi atau Yudaisme ini, banyak
menetap di Palestina dan sekitarnya. Palestina adalah sebuah negeri di
kawasan Timur Tengah yang mengandung arti negeri orang-orang Filistin.
Dalam al-kitāb (Injil) Palestina yang disebut juga tanah Israel, tanah Tuhan,
tanah suci dan tanah bangsa Ibrāhim. Negeri ini mempunyai sejarah yang
panjang bagi agama Yahudi, Kristen dan Islam.11 Di dalamnya terdapat
kota Yerussalem dengan sebutan Ursalam, Yepus, kota Daud, Yudes, Aclia,
Capetalina (pada masa ini timbul sebutan Palestina untuk kawasan kota ini
dan berbagai kota di sekitarnya).12 Palestina disebut juga negeri Kan’an,
sejak lebih dari 4000 tahun orang-orang Kan’an telah hidup di Palestina,
mereka telah membangun kota-kota dan istana, tempat-tempat peribadatan
yang dihiasi dengan berhala-berhala didirikan untuk menyembah alam
terutama Tuhan Badai yang menciptakan manusia. Rumah-rumah mereka
dibangun dengan bentuk yang indah dan unik. Negeri ini kemudian menjadi
tempat turunnya sebagian Nabi Allah yang menyerukan ummat manusia
untuk meng-Esakan-Nya. Di antara mereka adalah Ibrahim as. Beliau pernah
berada di Mekkah dan meninggalkan puteranya Ismail yang menjadi bapak
bagi sejumlah besar suku bangsa Arab.
Sementara itu Ibrahim juga mempunyai putera bernama Ishaq yang
tinggal di tanah Palestina. Ishaq mempunyai putera bernama Ya’kub yang
juga disebut dengan Israil. Ya’kub diberkati banyak anak di antaranya Lawe
(berketurunan Musa, Harun, Ilyas dan Ilyasa), Yehuza (berketurunan Daud,
Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa), Yusuf dan Benyamin (berketurunan
Yunus). Ketika negeri Kan’an dilanda kelaparan, Israil membawa anak-
anaknya ke Mesir, yang pada waktu itu Yusuf telah menjadi Penguasa
Mesir. Dengan demikian terbentuklah Bani Israil di Mesir, dimana pada
masa Fir’aun mereka tertindas. Maka atas perintah Allah swt, Musa as
membawa mereka untuk memasuki tanah suci Palestina. Di negeri inilah
Musa as. Menerima ajaran-ajaran Allah swt untuk dijadikan pedoman bagi
ummatnya. Ajaran-ajaran ini termuat dalam kitab Taurat, kemudian
menjadi pegangan Bani Israil (disebut juga sebagai bangsa Yahudi yang
berbahasa Ibrāni).
Sekitar abad ke 13 atau abad ke 14 SM, suku-suku Ibrāni dibawa
pimpinan Yusuf berhasil menguasai beberapa bagian kawasan Palestina.
Namun demikian menurut DR. Fuad Muhammad Fachruddin, kaum Yahudi
tidak pernah menduduki Palestina sebagai satu kesatuan Bangsa, kecuali
di masa nabi Daud dan nabi Ibrahim selama 50 tahun,13 karena pada masa
itu Yahudi terpecah dalam dua kerajaan yaitu: Israil dan Yahuza. Mulai
abad ke 7 SM, kerajaan mereka secara berturut-turut mendapat serangan
dari Persia (Iran), Macedonia, Assyiria, dan Babilonia. Pada tahun 64 SM,
kerajaan Romawi menguasai Yerussalem, kenudian melebarkan sayapnya
ke seluruh kawasan Palestina yang ketika itu dikuasai oleh bangsa Yahudi
Adonia, Etoria dan Arab. Bersamaan dengan hal ini Kitab Taurat
mengalami penyelewengan dari aslinya dengan munculnya Kitab Talmud14,
kitab pedoman umat Yahudi yang baru.
Pada tahun 599 SM, mereka mengadakan pemberontakan terhadap Raja
Babilonia, yang akhirnya mereka tawan dan harta kekayaan mereka yang
tersimpan didalam kuil Sulaiman dirampas. Pada tahun 593 SM, mereka
mengadakan pemberontakan kembali, maka pada tahun 588 SM mereka
didatangi oleh Raja Babyl, lalu dihancurkan kekuatan Yahudi itu, dibakar
kuil Sulaiman dan umat Yahudi ditawan dan dibawa ke Babyl. Pada tahun
536 SM, tawanan itu dibebaskan oleh Raja Persia dan daerah Yahudi itu
menjadi satu wilayah dari kerajaan Persia. Hingga tahun 332 SM, kemudian
berpindah ke tangan Iskandar Macedomia yang mengalahkan Persia dan
menduduki Syiria serta Palestina.
Pada tahun 63 SM Palestina dimasuki oleh tentara Romawi dan pada
tahun 37 SM diangkatlah Herodus sebagai raja atas kaum Yahudi yang pada
akhirnya ia menganut agama Yahudi. Pada masa pemerintahan raja Herodus
ini lahirlah Nabi Isa As, kemudian berpindah kerajaan ketangan Platus (26
–36 M), dan pada masa ini Nabi Isa disalib (menurut pendapat Kristen).
Kedatangan Isa As, dengan membawa ajaran-ajaran Allah SWT, yang
terhimpun dalam Kitab Injil segera mendapat tantangan dari umat Yahudi.
Meskipun demikian, agama Isa yang kemudian dikenal dengan Nasrani atau
Kristen lambat laun berhasil menanamkan pengaruhnya kepada penduduk
di kawasan itu. Pada tahun 70 Masehi, Panglima Romawi yang bernama
Titus menghancurkan Yerussalem beserta kuil Sulaiman. Kaum Yahudi
dibunuh dan banyak dari mereka yang ditawan. Pada tahun 135 M, bangsa
Yahudi berontak terhadap kekuasaan Romawi. Maka dikirim seorang wali
dari Roma bernama Jolious. Wali ini dapat menguasai keadaan dengan
membunuh 580.000 Yahudi di dalam satu pertempuran sengit. Mulai saat
itu bangsa Yahudi bertebaran di seluruh pelosok dunia. Untuk melupakan
mereka akan Yerussalem, maka kota ini dihancurkan oleh Ardanius
dan ditempat itu didirikan kota baru yang dinamakan Ilia.
Sejarah Singkat Perjalanan Umat Islam
Kalau istilah yang sering terpakai dalam menamakan umat atau bangsa
Yahudi, adalah Yahūdi, Ibrāni dan Israel, maka istilah yang sering terpakai
dalam menamakan Islam ada beberapa macam. Kadang disebut dīnullāh15
15 QS. Ali Imrān (3): 19
(agama milik Allah), kadang-kadang disebut dīnulhaq16 (agama yang benar).
Juga biasa disebut dengan al-dīnul khālish17 (agama yang bersih dan murni
dari kemusyrikan). Agama Islam, pada mulanya disiarkan di Mekkah,
kemudian di Madinah, juga di wilayah-wilayah lain, dan secara historis
factual umat Islam pernah berada di Spanyol selama 7 abad. Sejarah juga
mencatat bahwa umat Islam pernah pula menggeser dominasi kekuasaan
Persi maupun Romawi yang kekuatannya saat itu, barangkali juga mirip-
mirip kekuasaan Barat sekarang ini. Kerajaan Turki Usmani pernah pula
masuk ke pintu gerbang Wina dan dipukul mundur pada tahun 1683 M.18
Dalam perjalanannya yang panjang memasuki jantung Eropa, kerajaan
Turki Usmani meninggalkan komunitas Muslim baik di Bulgaria, Albania
maupun mantan Yugoslavia, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan
Bosnia Hersegovina. Dalam kemelut antar etnik di Bulgaria beberapa tahun
yang lalu, komunitas Muslim ini lebih suka pindah ke Turki daripada harus
mengganti nama Muslim mereka menjadi nama Bulgaria. Belum lagi jika
kita melihat komunitas Muslim di negara bekas Uni Soviet baik di Turkistan,
Usbekistan, Aserbaijan dan negara-negara Asia Tengah yang lain.19 Mereka
semua adalah masih serumpun dengan bangsa Turki Muslim sekarang ini.
Kekaguman kita kepada gerak penyebaran Islam ke seluruh antero dunia
akan semakin bertambah jika dikupas bagaimana proses penyebaran Islam
dianak benua India, benua Afrika dan Asia Tenggara khususnya Indonesia.
Cukup beralasan jika dunia Barat saat itu memendam rasa ingin tahu
mengapa saudara kandungnya yang muda usianya dapat memperoleh
simpati warga dunia dalam tempo yang cukup relatif singkat.
Sebelum wilayah Islam bertambah ke wilayah yang begitu luas, umat Islam
sebenarnya pernah secara intensif berhubungan dengan Barat, bukan hanya
dalam artian sekarang, tetapi Barat dalam artian peradaban Yunani. Gerakan
pen-terjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani dilakukan umat
Islam secara besar-besaran.20 Saat itu agaknya tidak berlaku jagoan ilmu
pengetahuan orang kafir, sehingga mereka dapat menekuni bidang keilmuan
dengan tekun. Berbagai cabang ilmu pengetahuan didapat dan sekaligus
diadopsi oleh umat Islam, mulai dari logika, filsafat, kimia, kesusasteraan
dan hukum. Pendeknya kebudayaan Islam pada saat itu sekaligus bertindak
sebagai perantara antara kebudayaan Yunani Kuno dan peradaban ilmu
pengetahuan modern. Namun justru fungsi perantara inilah yang hendak
dilupakan oleh sejarah, lantaran kesalah pahaman orang akan makna
literatur Yunani ikut memberi andil yang cukup besar dalam pembentukan
peradaban baru Islam dalam era kerajaan Abbasiah. Tetapi satu hal yang
jelas bahwa pemekaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan saat itu tidak
segera diikuti dengan era kolonialisme imperialisme seperti yang dilakukan
Barat selama 5 abad belakangan ini. Namun itu semua adalah kenangan
masa lalu yang bersifat romantis. Segera sesudah Baghdad jatuh ke tangan
Mongol (1258 M), yakni 5 abad sesudah umat Islam mewarnai percaturan
dunia, bangsa-bangsa Barat mulai berbenah diri. Secara serius Barat mulai
mempelajari ulang khazanah intelektual mereka lewat perantara karya-
karya ilmuwan Muslim.
Menurut catatan sejarawan, pengaruh Ibnu Rusyd (1126-1198 M), dan
Ibnu Sina’ (980-1037 M) juga para ilmuwan Muslim lainnya sangat besar
di Barat. Al-Qanun fi al-Thib karya Ibnu Sina’ masih menjadi rujukan bahan
kajian ilmu kedokteran di Barat sampai abad ke 16.21 Bagi Barat khazanah
intelektual Islam cukup memberi inspirasi berharga untuk memekarkan
kebudayaan mereka sendiri. Sementara itu sesudah jatuhnya Baghdad ada
3 (tiga) kerajaan Islam yang besar, yaitu kerajaan Turki Usmani, kerajaan
Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persi. Pada saat yang sama Barat
menyusun kekuatan baru.
Rupanya, Barat tidak terlalu lama beradaptasi dengan kebudayaan
yang telah dikembangkan oleh orang Islam. Hanya 250 tahun dari jatuhnya
Baghdad kerajaan Islam di Spanyol telah diusir dari Cordova. Mulai tahun
1492 M, kerajaan Islam di Spanyol telah musnah. Pada saat yang sama
ekspedisi Colombus yang semula mencari kepulauan Maluku menemukan
benua Amerika. Bahkan rombongan Spanyol juga telah sampai di Filipina
pada tahun 1511 M, dan Portugal telah sampai pula di Maluku (Ternate-
Tidore). VOC Belanda memasuki Batavia tahun 1602 M, dari sinilah abad
kolonialisme dan imperialisme itu dimulai.
Hubungan Yahudi dan Islam
Hubungan Yahudi dan Islam menurut catatan sejarah adalah terjadi
karena kedua agama ini mempunyai latar belakang yang sama, berasal dari
Tuhan Yang Esa melalui garis panjang kenabian. Umat Yahudi dan umat
Islam sama-sama percaya kepada Nabi Ibrahim as atau Abraham dalam
sebutan mereka, yang merupakan jalur asal usul Yahudi, Nasrani dan Islam.
Orang Yahudi dan Nasrani dia dari Ibrahim dan Sarah melalui Ishaq. Orang
Islam pun demikian halnya dari Ibrahim dan Hajar melalui Ismail. Untuk
lebih jelasnya berikut ini digambarkan secara singkat silsilahnya:
11
Ibrahim/Abraham
Ismail Ishaq
Adnan
Ma’ad Ya’qub
Fihir
Kilab
Qusai 12 Suku Israil
Abdul Manaf
Hasyim Nabi Musa as
Abdul Muththalib
Abdullah Bani Israil
Muhammad, saw.
Agama Islam Agama Yahudi
Latar belakang persinggungan Islam dan Yahudi, sangat nampak dengan
mencermati garis keturunan di atas, yakni moyang Ibrahim/Abraham dari isterinya
Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Ismail di waktu kecilnya, dibawa ke
suatu tempat yang tandus dikemudian hari diketahui sebagai tempat berdirinya
Ka’bah (Mekkah). Sementara Ishaq, menetap di Kan’an daerah Palestina, yang zonanya
berjauhan dengan saudaranya Ismail. Dari dua bersaudara ini, terlahir keturunan nabi-
nabi sebagai pewaris dan pembawa fondasi agama monoteisme. Namun perkembangan
selanjutnya, dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa kaum Yahudi memperlihatkan
permusuhan yang sangat keras terhadap umat Islam. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-
Māidah (5): 82,
Latar belakang persinggungan Islam dan Yahudi, sangat nampak dengan
mencermati garis keturunan di atas, yakni moyang Ibrahim/Abraham dari
isterinya Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Ismail di waktu
kecilnya, dibawa ke suatu tempat yang tandus dikemudian hari diketahui
sebagai tempat berdirinya Ka’bah (Mekkah). Sementara Ishaq, menetap di
Kan’an daerah Palestina, yang zonanya berjauhan dengan saudaranya Ismail.
Dari dua bersaudara ini, terlahir keturunan nabi-nabi sebagai pewaris dan
pembawa fondasi agama monoteisme. Namun perkembangan selanjutnya,
dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa kaum Yahudi memperlihatkan
permusuhan yang sangat keras terhadap umat Islam. Hal ini dijelaskan
dalam QS. Al-Māidah (5): 82,
Artinya:
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhan-
nya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang
yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu
disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri.
Dari ayat ini diperoleh pemahaman bahwa orang-orang Yahudi
dari dahulu sudah memperlihatkan permusuhan yang keras terhadap umat
Islam, sedang, kaum Nasrani bersikap lebih bersahabat. Hal ini sesuai pula
firman Allah dalam QS. al-Baqarah (2): 120. Sekaitan dengan ini, M. Quraish
Shihab ketika mengomentari ayat ini , beliau menyatakan: “Ayat 120
dari surah al-Baqarah secara tegas menyatakan bahwa selama seseorang
itu Yahudi (ingat bulan al-lazīna hādū atau ahl al-kitāb), maka pasti ia tidak
akan relah terhadap umat Islam, hingga umat Islam mengikuti agama/tata
cara mereka. Dalam arti menyetujui sikap dan tindakan serta arah yang
mereka tuju.”22
Timbulnya sikap antipati orang-orang Yahudi terhadap umat Islam
terutama pada masa Rasulullah saw lebih banyak disebabkan oleh faktor
ekonomi dan politik dibandingkan dengan faktor agama, terbukti bahwa
pada awal kedatangan Islam di Madinah, mereka tidak memperlihatkan per-
musuhan terhadap umat Islam. mereka mengadakan pertemuan yang intensif
antara keduanya (Yahudi dan Rasul) dalam menyelesaikan persoalam-
persoalan yang ada pada mereka.23 Dalam satu riwayat disebutkan bahwa
pernah terjadi perselisihan antara kaum Yahudi Bani Nazir dan yahudi
Bani Qurayzhah tentang besarnya diyat yang berlaku di antara mereka.
Masalah ini tidak dapat diselesaikan sehingga mereka membawa
persoalan itu kepada Nabi saw untuk memperolah penyelesaian dan nabi
saw memutuskan bahwa diyat yang berlaku antara kedua kelompok Yahudi
ini sama besarnya.24
Perbedaan agama pada tahun-tahun pertama tidak menghalangi mereka
untuk melakukan hubungan yang intensif, tetapi hal ini, tidak berlangsung
lama. Keadaan ini disebabkan orang-orang-orang Yahudi ingin mendominasi
dan menanamkan pengaruhnya terhadap umat Islam terutama dalam bidang
ekonomi dan politik. Mereka tidak senang melihat umat Islam memegang
peranan penting dalam kehidupan warga . Kegagalan mereka (orang-
orang Yahudi) menanamkan pengaruhnya terhadap kaum Muslimin
menjadikan mereka sedikit menghianati dan melanggar isi perjanjian yang
pernah mereka sepakati bersama kaum Muslimin. Di antara isi perjanjian
itu antara lain:
1. Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum
Muslimin, kedua belah pihak bebas memeluk dan menjalankan
agama masing-masing.
2. Kaum Muslimin dan Yahudi wajib tolong menolong untuk melawan
siapa saja yang memerangi mereka dan orang-orang Islam memikul
belanja mereka sendiri pula.
3. Kaum Muslimin dan kaum Yahudi, wajib nasehat menasehati,
tolong menolong dan melaksanakan kebajikan dan kedamaian.
4. Bahwa kota Medinah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh
mereka yang terikat dengan perjanjian itu.
5. Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota Medinah,
wajib dilindungi keamanan dirinya (kecuali orang zalim dan
bersalah), sebab Allah menjadi pelindung orang-orang yang baik
dan berbakti.25
Perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw, sejak 14
abad yang silam, menjamin kemerdekaan beragama dan meyakini hak-hak,
kehormatan jiwa dan harta golongan non Islam. Perjanjian yang dibuat
oleh Nabi Muhammad saw, merupakan peristiwa baru dalam dunia politik
dan peradaban, sebab diwaktu itu diberbagai pelosok bumi masih berlaku
perkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia. Dengan perjanjian itu
pula melahirkan kebersamaan tekad orang-orang Islam dan Yahudi untuk
menjaga kota Medinah tetap menjadi kota suci “Madinatul Haram” dari
setiap serangan musuh dari mana pun datangnya. Perjanjian yang telah
disepakati itu pada akhirnya digerogoti oleh bangsa Yahudi sendiri, karena
mereka memandang bangsa Yahudi itu sebagai putera dan kekasih Allah,
dan kenabian itu hanyalah hak bagi orang Yahudi. Betapa sakitnya hati
orang-orang Yahudi itu ketika melihat agama Islam dibawa oleh orang
yang bukan Yahudi, kemudian agama itu berkembang demikian cepatnya.
Maka dengan diam-diam mereka berusaha memadamkan agama Allah itu.
Mula-mula mereka tempuh dengan jalan berdebat, dalam perdebatan itu
mereka dapat menyelusupkan rasa sangsi dan ragu kedalam dada kaum
Muslimin, sehingga kaum Muslimin meninggalkan Nabi Muhammad saw,
tapi tipu muslihat itu tidak berhasil, karena tujuan mereka bukan mencari
kebenaran, tetapi semata-mata ingin menjatuhkan Nabi Muhammad saw.26
Mereka tidak berhenti sampai disitu, orang Yahudi kemudian menempuh
jalan yang tidak sah, yaitu jalan kekerasan. Mereka mengadakan keonaran,
hasutan-hasutan serta provokasi dikalangan penduduk Madinah. Yang
mula-mula merusak perjanjian dengan Nabi saw ialah Yahudi Bani Qainuqa.
Akhirnya dengan tegas Nabi saw, menyatakan hukuman dengan mengusir
dari kota Madinah.27
Setahun kemudian, Yahudi Bani Nadhir melakukan pula suatu
penghianatan yang keji. Mereka mencoba melakukan pembunuhan terhadap
Nabi, sewaktu Beliau dengan beberapa sahabat berkunjung keperkampungan
mereka karena suatu keperluan. Hanya berkat pertolongan Tuhan, beliau
selamat28 dan komplotan para penghianat itu terbongkar. Akhirnya Nabi
menjatuhkan hukuman yang sama dengan saudara mereka, yaitu mengusir
mereka dari kota Madinah. Diantara orang Yahudi Bani Nadhir yang
diusir itu ada yang menetap di Khaibar. Karena kekayaan mereka, mereka
kemudian mendapat kedudukan sebagai ketua. Ketua-ketua dan pembesar-
pembesar di Khaibar orang-orang Yahudi Bani Nadhir ini sama sekali
tidak merasakan belas kasihan Nabi Muhammad Saw, malahan mereka
melanjutkan permusuhan dengan Nabi Muhammad.
26 Lihat QS. Al-Baqarah (2): Artinya: “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan
agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran sesudah kamu beriman,
karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, sesudah nyata bagi mereka
kebenaran”
27 Peristiwa ini terjadi sesudah Perang Badar, yang diawali dengan perkelahian
antara Yahudi Bani Qunaiqn dengan Arab Madinah.
28 Lihat QS. Al-Maidah (5): Artinya: “Ingatlah kamu akan ni`mat Allah (yang
diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan
tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari
kamu”.
Mereka menghasut kabilah-kabilah Arab yang besar untuk bersama-
sama mengahancurkan Nabi Muhammad serta ummatnya di Madinah.
Hasutan mereka berhasil, maka tahun 5 Hijriah terjadilah peperangan,
mereka mengepung kota Madinah. Dalam sejarah dikenal dengan perang
Al-Ahzaab (persekutuan golongan-golongan). Pada saat yang sama orang
Yahudi dari Bani Quraizhah warga kota Madinah menghianati kaum
Muslimin dari dalam, mereka membatalkan perjanjian dengan Nabi dan
menggabungkan diri kepada Al-Ahzaab yang sementara mengepung kota
Madinah yang pada akhirnya mereka menyerah dan sebagai hukumannya
yaitu laki-laki mereka dibunuh dan wanita serta anak-anaknya ditawan.
Hukuman demikian adalah wajar bagi penghianat-penghianat
warga yang sedang dalam keadaan perang, lebih-lebih penghianatan
itu dilakukan ketika musuh sedang melancarkan serangannya. warga
Islam di Madinah, warga yang baru tumbuh, warga yang sedang
berrevolusi. Mereka membina suatu negara diatas konsepsi baru (Islam)
dengan mengadakan pendobrakan unsur-unsur lama secara revolusioner.
Maka wajarlah bila hukuman yang dijatuhkan kepada Yahudi Bani Quraizhah
yang menjadi penghianat itu berlaku hukum perang, hukum revolusi, karena
sifat perbuatan mereka itu penggerogotan dari dalam. Akibat perbuatan
mereka itu, dapat mematikan semangat Islam.
Di sisi lain, menurut Ismail al-Faruqi bahwa Islam tidak menentang
Yahudi, sebagai bukti konkrit Rasulullah saw, dalam menjalin hubungan
dengan orang-orang Madinah yang berbeda agama. Aisyah r.a meriwayatkan
: “suatu ketika kelompok Yahudi masuk menemui Rasul saw, dan berkata
As-Saamun’alaik (as-saam : kecelakaan dan kematian). Aisyah berkata “Aku
paham apa yang mereka katakan, maka akupun menjawab, wa’alaikumus
saamu walla’na (kematian dan laknat atas kalian)”. Akan tetapi Rasulullah
Saw menyela, “pelan-pelan hai Aisyah, karena Allah itu menyukai
kelembutan dalam semua perkara. Aisyah berkata “Wahai Rasulullah apa
engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?” Rasulullah Saw berkata
“Sungguh aku telah menjawab wa’alaikum”. Tampaknya di sini Rasulullah
Saw, mempermudah permasalahan dan berkata wa’alaikum, maksudnya
kematian adalah perkara yang berkenaan dengan kita semua, sebab kita
pasti mati.29
Menyimak riwayat yang telah disebutkan diatas, menjadi jelas bahwa
hubungan antara Islam dan Yahudi pada masa Rasulullah dan sahabatnya
berlangsung secara toleran. Islam memandang agama Yahudi tetap sebagai
agama samawi. Islam mengakui Tuhan Yahudi, Tuhan Nabi Ibrahim As,
Ismail As, Ishaq As, Ya’kub dan Musa As. Islam juga mengakui Zabur dan
Taurat sebagai wahyu dari Tuhan, yang ditentang adalah zionisme, karena
zionisme itu adalah suatu gerakan yang merencanakan mangubah Palestina
dan wilayah-wilayah yang bersebelahan dengannya menjadi sebuah negara
Yahudi dengan cara Machiavelli yang mengabaikan segala pertimbangan
termasuk moral. Ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan zionisme
begitu rumit, begitu majemuk dan begitu gawat, sehingga praktis tidak
mendapat cara untuk menghentikannya tanpa suatu kekerasan perang30.
Dalam hal ini negara zionis harus dihancurkan sebagai alternatif adalah
orang-orang Yahudi diberi hak untuk berdiam dimana saja mereka
kehendaki, sebagai warga negara bebas.
Mereka harus diterima dengan baik di negara Muslim. Satu hal yang
harus diperhatikan adalah imigrasi tidak berarti merebut negara atau
mengubahnya menjadi suatu negara Yahudi, seperti yang berlangsung
sekarang ini dibawah gagasan zionisme di Barat. Secara umum hubungan
antara Islam dan Barat adalah hubungan saudara kandung yang penuh
rivalitas. Yahudi, Nasrani dan Islam merupakan agama satu rumpun yang
mempunyai satu titik keyakinan yaitu tentang Iman.31 Hubungan Islam
dengan Barat pada awalnya ditandai dengan hubungan damai. Dimana
dalam hubungan ini terjadi dalam rangka keinginan kuat Barat
menimba ilmu dan pengalaman-pengalaman kaum Muslimin yang berhasil
menggiring dunia ke arah peradaban dan kebudayaan yang tinggi, yang
masih terasa sampai sekarang di Spanyol.
Para pakar sejarah bersilang pendapat seputar awal mula terjadinya
kontak hubungan antara Islam dengan Barat. Di antara mereka ada yang
berpendapat bahwa awal mula hubungan Islam dengan Barat terjadi pada
saat warga Islam yang berada di Eropa (Andalusia) mencapai puncak
kegemilangan dan kejayaannya di segala bidang kehidupan politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan.32
Prof. Dr. Muhammad Fathullah az-Zayyadi, dosen senior dan pakar
Orientalisme di “The World Islamic Call College Tripoli Libya”, menyatakan
bahwa hubungan ini terlihat secara transparan pada saat kedatangan
bangsa Eropa ke Andalusia untuk mempelajari bahasa dan sastera Arab,
serta mendalami dan mengenal segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan Arab.33 Pendapat yang lain menyatakan bahwa kontak ini
terjadi abad ke 12 Miladiyyah, ketika munculnya terjemahan pertama al-
Qur’ān al-Karīm ke dalam bahasa Latin dan terbitnya kamus Latin-Arab yang
pertama.34 Selain dari pada itu, ada juga yang berpendapat bahwa kontak
Islam–Barat terjadi sebagai akibat langsung dari perang salib.
Penutup
Berdasar pada uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat di-
simpulkan bahwa:
1. Yahudi sebagai bangsa merupakan sebutan bagi bangsa anak
keturunan Nabi Ishaq (anak Nabi Ibrahim). Yahudi sendiri berasal
dari nama salah seorang anak Ya’kub yakni Yahada (Yehuda). Dalam
sejarah, karakter bangsa Yahudi kerap dikenal dengan bangsa yang
sombong, pembangkang, licik, pendusta, dan sebagainya. Yahudi
sebagai suatu agama, merupakan agama samawi yang disiarkan
oleh Nabi Mūsa dengan berpedoman pada Taurat. Sama halnya
dengan Islam, yakni berdasar pada tuntunan syariat dan pedoman
pada Alquran yang diturunkan Allah dan siarkan oleh Nabi
Muhammad saw.
2. Dalam sejarah perjalannya, kaum Yahudi bekembang pesat di
Israel, sementara umat Islam berkembang di berbagai wilayah
dan negara, bahkan dalam sejarahnya, Islam pernah mendominasi
kekuasaan Barat, yang mampu menggiring dunia ke arah peradaban
dan kebudayaan yang tinggi.
3. Agama Yahudi dalam hubungan antar manusia sangat terbuka
terutama dengan kaum Muslimin, hal ini dibuktikan pada tatanan
kehidupan warga Madinah di bawah pemerintahan Nabi
Muhammad saw. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama karena
Yahudi ingin mendominasi dengan menanamkan pengaruhnya
kepada umat Islam, lalu mereka (Yahudi) gagal, dan sebagai
konsekuensinya maka orang-orang yahudi memusuhi umat Islam
dengan berbagai cara yang dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa
mereka itu (Yahudi) sangat keras permusuhannya terhadap Islam.
Dengan merujuk pada uraian-uraian terdahulu dan kaitannya dengan
rumusan kesimpulan di atas, maka kajian ini berimplikasi pada pentingnya
pembahasan lebih lanjut tentang hubungan Yahudi dan Islam dalam lintasan
sejarah. Dengan implikasi ini , maka disarankan kepada segenap untuk
senantiasa mencermati hubungan kausalitas antara kedua agama, sehingga
pemeluk kedua agama ini diharapkan mewujudkan sikap toleransi guna
menghindari sikap permusuhan demi terciptanya kedamaian.







