Tampilkan postingan dengan label amsal 11. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label amsal 11. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Desember 2024

amsal 11


 tahankan oleh kebanyakan orang. Nah, sudah jelas bahwa, 

1. Reputasi terbaik yaitu  reputasi yang menyertai kebajikan dan 

ketakwaan yang sungguh-sungguh, dan perilaku hidup yang 

bijaksana: setiap orang akan dipuji oleh semua orang yang bijak-

sana dan baik, sesuai dengan penilaian Allah sendiri, yang kita 

yakini sesuai dengan kebenaran, bukan menurut kekayaan atau 

kedudukannya, keahlian dan kelihaiannya, melainkan seimbang 

dengan akal budinya, kejujuran dari rancangan-rancangannya, 

dan sarana-sarana yang dipilih dengan bijak untuk menjalankan 

semua rancangan itu. 

2. Celaan terburuk yaitu  celaan yang mengikuti kefasikan dan 

yang menentang apa yang baik. Orang yang serong hatinya, yang 

menyimpang ke jalan-jalan yang berliku, dan terus berjalan de-

ngan lancang di dalamnya, akan dihina. Allah Sang Pemelihara 

akan membawanya pada kemiskinan dan kenistaan, dan semua 

orang yang memiliki rasa hormat yang benar akan merendahkan 

dia sebagai orang yang tak layak untuk diajak berhubungan dan 

tidak pantas untuk dipercaya, sebagai cela dan aib bagi umat ma-

nusia. 

9 Lebih baik menjadi orang kecil, namun  bekerja untuk diri sendiri, dari pada 

berlagak orang besar, namun  kekurangan makan. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  kebodohan dari sebagian orang bahwa mereka mengidam-

idamkan untuk menjadi sosok yang besar di luar rumah, mempu-

nyai kedudukan, berlagak besar, menjadi orang penting, namun 

kekurangan kebutuhan-kebutuhan pokok di rumah. Dan, jika 

utang-utang mereka dibayar, yang tinggal pada mereka tidaklah 

senilai dengan sepotong roti. Malah, mungkin, mereka akan me-

nahan-nahan perut mereka agar bisa menaruh roti itu di pung-

gung mereka, supaya mereka bisa kelihatan sangat gembira, 

sebab di hari cerah akan berdatangan burung-burung yang elok. 

2. Keadaan dan tabiat yang lebih baik yaitu  pada orang-orang yang 

sudah merasa puas berada dalam lingkungan yang lebih rendah, 

di mana mereka dihina   sebab  sederhananya pakaian mereka dan 

rendahnya jabatan mereka. Dalam keadaan demikian, mereka 

tidak hanya mampu membeli kebutuhan-kebutuhan pokok, me-

lainkan juga berbagai kemudahan hidup di rumah mereka sendiri, 

bukan hanya roti, melainkan juga pelayan yang melayani mereka 

dan mengerjakan sebagian dari pekerjaan-pekerjaan mereka. Kita 

harus menjadi orang yang mampu mengatur diri agar bisa hidup 

secara berkelimpahan dan nyaman di rumah, dan tidak bertindak 

seperti orang yang tidak mau membeli banyak kebutuhan hanya 

supaya bisa tampil mentereng di luar rumah, sekalipun ia tidak 

mempunyai biaya untuk menjaga penampilannya, dan hatinya 

tidak merendah sekalipun keadaannya rendah. 

10 Orang benar memperhatikan hidup hewannya, namun  belas kasihan orang 

fasik itu kejam. 

Lihatlah di sini: 

1. Sampai seberapa besar orang baik akan menunjukkan belas ka-

sihan. Ia tidak hanya berbelas kasihan terhadap keadaan-keada-

an manusia yang terendah, namun  juga bahkan memperhatikan 

hidup hewannya, bukan hanya   sebab  hewan itu yaitu  pelayan-

nya, melainkan juga   sebab  hewan itu yaitu  ciptaan Allah, dan 

  sebab  ia ingin hidup menuruti Pemeliharaan ilahi, yang menye-

lamatkan manusia dan hewan. Hewan-hewan yang ada pada kita 

haruslah kita pelihara, harus diberi makanan dan istirahat yang 

nyaman, dan sekali-sekali tidak boleh disiksa atau diperlakukan 

dengan sewenang-wenang. Bileam ditegur   sebab  memukuli kele-

dainya. Hukum Taurat memberi perhatian pada lembu-lembu. 

Oleh sebab itu, orang yang tidak berlaku adil pada hewan bukan-

lah orang benar. Orang-orang yang berlaku kejam dan biadab ter-

hadap hewan membuktikan dan membenarkan bahwa di dalam 

diri mereka ada suatu kebiasaan yang biadab dan ikut andil da-

lam membuat makhluk-makhluk ciptaan mengeluh (Rm. 8:22). 

2. Sampai seberapa jauh orang fasik tidak menunjukkan belas ka-

sihan. Bahkan belas kasihannya kejam. Kasih sayang alami yang 

ada pada dirinya itu, sebagai manusia, sudah terhilang, dan, oleh 

kuasa kebobrokan, berubah menjadi kekerasan hati. Bahkan apa 

yang ingin mereka lakukan sebagai perbuatan belas kasihan 

sungguh kejam, seperti tekad Pilatus berkenaan dengan Kristus 

yang tidak bersalah, aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-

Nya. Kebaikan yang pura-pura mereka perbuat hanyalah untuk 

menutupi kekejaman-kekejaman yang sudah mereka niatkan. 

11 Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, namun  siapa 

mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  hikmat manusia untuk mengurusi urusan mereka dan 

mengikuti panggilan mereka dengan jujur, sebab itulah cara yang 

benar, dengan berkat Allah, untuk mencari mata pencaharian: 

siapa mengerjakan tanahnya, entah dia pemiliknya atau penyewa 

saja, yang setia pada perkataannya dan bersedia untuk bekerja 

keras, sekalipun ia tidak menambah harta   sebab nya (lagi pula, 

apa perlunya itu?), ia akan kenyang dengan makanan. Ia akan 

mendapat makanan yang enak bagi dirinya sendiri dan bagi 

keluarganya. Cukup untuk membuatnya bisa menjalankan tugas-

tugasnya di dunia dengan nyaman. Dalam perkataan murka se-

kalipun terkandung belas kasihan, engkau akan mencari makan-

anmu, meskipun itu dengan berpeluh. Kain tidak diberi izin untuk 

ini (Kej. 4:12). Sibukkanlah dirimu, itulah cara yang benar untuk 

merasa tenang. Jagalah tokomu, maka tokomu akan menjagamu. 

Engkau akan memakan hasil jerih payah tanganmu. 

2. Bodohlah manusia jika mereka melalaikan urusan mereka. 

Orang-orang yang berbuat demikian berarti tidak berakal budi, 

sebab mereka akan jatuh ke tangan teman-teman yang malas, 

dan akan mengikuti mereka di dalam jalan-jalan mereka yang 

jahat. Lalu, pada akhirnya, mereka pun kekurangan makanan, se-

tidak-tidaknya makanan mereka sendiri, dan membuat diri mere-

ka menjadi beban bagi orang lain, memakan makanan dari mulut 

orang lain. 

12 Orang fasik mengingini jala orang jahat, namun  akar orang benar menda-

tangkan hasil. 

Lihatlah di sini: 

1. Apa yang dipedulikan dan dituju orang fasik. Ia ingin berbuat 

jahat: ia mengingini jala orang jahat. “Oh, seandainya saja aku 

licik seperti orang jahat, akan kupermainkan orang-orang yang 

berurusan denganku. Seandainya saja aku memiliki keahliannya 

dalam menipu, seandainya aku dapat membalas dendam pada 

satu orang saja yang kubenci dengan cara yang berhasil seperti 

yang dapat dilakukan orang jahat itu!” Ia menginginkan kubu, 

atau benteng pertahanan, dari orang jahat (begitu sebagian orang 

membaca ayat ini), untuk melakukan kejahatan dengan aman, 

supaya kejahatan itu tidak berbalik menimpanya. 

2. Apa yang dipedulikan dan dituju orang baik: akarnya mendatang-

kan hasil, dan merupakan kekuatan serta kemantapannya, dan 

itulah yang diinginkannya, untuk berbuat baik, dan untuk dite-

guhkan serta ditetapkan dalam berbuat baik. Orang fasik hanya 

menginginkan jala untuk memancing bagi dirinya sendiri. Orang 

benar ingin mendatangkan hasil bagi keuntungan orang lain dan 

demi kemuliaan Allah (Rm. 14:6). 

Kebenaran dan Kepalsuan, 

13 Orang jahat terjerat oleh pelanggaran bibirnya, namun  orang benar dapat 

keluar dari kesukaran. 

Lihatlah di sini:  

1. Orang fasik melilit diri mereka sendiri di dalam permasalahan 

  sebab  kebodohan mereka, saat  Allah secara adil membiarkan 

mereka berbuat semau mereka sendiri. Mereka sering kali terjerat 

oleh pelanggaran bibir mereka, dan tenggorokan mereka terputus 

oleh   sebab  lidah mereka sendiri. Dengan menghujat kemuliaan, 

mereka membuat diri mereka sendiri rentan untuk diperhadapkan 

pada keadilan umum. Dengan mengucapkan kata-kata yang me-

nusuk, mereka cepat dibenci orang secara pribadi, digugat dengan 

dakwaan fitnah, dan orang-orang mengambil tindakan untuk me-

lawan mereka oleh   sebab  perkataan-perkataan mereka. Banyak 

orang sudah membayar harga yang amat mahal di dunia ini oleh 

  sebab  pelanggaran bibir mereka, dan telah merasakan cambukan 

pada punggung mereka   sebab  tidak bisa mengekang lidah mere-

ka (Mzm. 64:9). 

2. Orang benar melepaskan diri dari masalah oleh hikmat mereka 

sendiri, saat  Allah di dalam rahmat-Nya datang untuk menolong 

mereka: orang benar dapat keluar dari masalah-masalah yang ke 

dalamnya orang fasik tanpa pikir panjang menjerumuskan diri 

mereka sendiri. Ditunjukkan di sini bahwa orang benar bisa saja 

tertimpa masalah. Namun, jika  ia jatuh, tidaklah sampai ter-

geletak (Mzm. 34:20). 

14 Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh   sebab  buah perkataan, 

dan orang mendapat balasan dari pada yang dikerjakan tangannya. 

Di sini kita diyakinkan, untuk menyemangati kita dalam setiap per-

kataan dan pekerjaan yang baik, 

1. Bahwa kata-kata yang baik sekalipun akan menghasilkan sesuatu 

yang baik (ay. 14): setiap orang akan dikenyangkan dengan ke-

baikan (maksudnya, ia akan mendapat penghiburan pada saat ini, 

kegembiraan batin yang sungguh-sungguh memuaskan itu) oleh 

  sebab  buah perkataannya, oleh   sebab  kebaikan yang dilakukan-

nya melalui perkataannya yang saleh dan nasihatnya yang bijak-

sana. Sewaktu kita sedang mengajar orang lain, kita sendiri bisa 

belajar, dan memakan roti kehidupan yang kita pecah-pecahkan 

bagi orang lain. 

2. Bahwa pekerjaan-pekerjaan baik, terlebih jauh lagi, akan menda-

pat imbalan secara berkelimpahan: semua yang dikerjakan tangan 

orang dalam berkarya dan bekerja di dalam kasih, semua yang 

telah dilakukannya demi kemuliaan Allah dan kebaikan angkat-

annya, akan dibalaskan kepadanya, dan ia akan menuai sebagai-

mana ia telah menabur. Atau ini dapat dipahami sebagai aturan 

keadilan secara umum. Allah akan membalas setiap orang menu-

rut perbuatannya (Rm. 2:6). 

15 Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, namun  siapa mende-

ngarkan nasihat, ia bijak. 

Lihatlah di sini: 

1. Apa yang menghalang-halangi orang bodoh untuk menjadi bijak-

sana: jalannya lurus dalam anggapannya sendiri. Ia berpikir bah-

wa ia benar dalam segala hal yang diperbuatnya, dan oleh sebab 

itu tidak pernah meminta nasihat,   sebab  ia tidak sadar bahwa ia 

memerlukannya. Ia yakin bahwa ia tahu jalannya, dan pasti tidak 

tersesat, dan oleh sebab itu tidak pernah mencari tahu jalan itu. 

Pedoman yang dipegangnya yaitu  melakukan apa yang lurus 

dalam anggapannya sendiri, berjalan menuruti hatinya. Quicquid 

libet, licet – Ia menjadikan kehendaknya sebagai hukum bagi diri-

nya. Orang bodoh yaitu  orang yang diatur oleh matanya, dan 

bukan oleh hati nuraninya. 

2. Apa yang menghalang-halangi orang bijak untuk menjadi bodoh. 

Ia bersedia dinasihati, ingin mendapatkan nasihat, dan mende-

ngarkan nasihat,   sebab  berhati-hati dengan penilaiannya sendiri 

dan menghargai bimbingan dari orang-orang yang bijak dan baik. 

Bijaklah orang (suatu pertanda bahwa ia bijak, dan besar ke-

mungkinan baginya untuk terus menjadi bijak) yang telinganya 

selalu terbuka untuk mendengarkan nasihat yang baik. 


16 Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya sesaat  itu juga, namun  bijak, 

yang mengabaikan cemooh. 

Perhatikanlah: 

1. Amarah yaitu  kebodohan: orang bodoh dikenal melalui amarah-

nya (begitu sebagian orang membaca ayat ini). Bukan berarti 

bahwa orang bijak tidak boleh marah jika  ada alasan yang 

benar untuk itu, namun  ia dapat mengendalikan dan menuntun 

amarahnya dengan baik, ia menjadi tuan atas amarahnya, se-

dangkan amarah orang bodoh menjadi tuan atas dirinya. Orang 

yang, jika  dipanas-panasi, meradang lalu mengucapkan kata-

kata dan melakukan perbuatan yang tidak santun, yang amarah-

nya mengubah air mukanya, membuatnya berang dan lupa diri, 

tentulah Nabal namanya dan bebal orangnya. Kegeraman orang 

bodoh tampak di siang hari. Ia memperlihatkannya secara terang-

terangan, tanpa peduli siapa pun yang sedang bersamanya. Atau, 

kemarahannya tampak pada hari ia dipanas-panasi. Ia tidak 

dapat menunda waktu untuk menunjukkan kebencian-kebencian-

nya. Orang yang cepat marah, yang cepat terbakar   sebab  percik-

an api sedikit saja, tidak mempunyai aturan yang seharusnya 

mereka miliki atas jiwa mereka sendiri. 

2. Kelemahlembutan yaitu  hikmat: bijak, yang mengabaikan cemooh. 

(1) Ia menutupi amarah yang ada dalam dadanya. saat  jiwanya 

bergejolak, dan hatinya menjadi panas, ia seolah-olah menjaga 

mulutnya dengan kekang, dan menahan kebencian-kebenci-

annya, dengan meredam dan melemahkannya. Marah yaitu  

aib, dan, meskipun orang bijak tidak bisa sepenuhnya bebas 

dari rasa marah, namun ia merasa malu bila sampai marah, 

sehingga ia menghardik kemarahan itu, dan tidak membiarkan 

roh jahat berbicara.  

(2) Ia meredam panas hati yang sengaja ditimbulkan orang lain 

padanya, penghinaan yang dilakukan terhadapnya, mengabai-

kannya, mengabaikannya sebisa-bisanya, agar ia tidak melam-

piaskan kebencian-kebenciannya terlampau jauh. yaitu  ke-

baikan bagi diri kita sendiri, dan membantu menenangkan 

pikiran kita sendiri, jika kita memperingan dan mengampuni 

kesalahan-kesalahan dan penghinaan-penghinaan yang di-

tujukan kepada kita. Ini lebih baik dibandingkan  membesar-besar-

kan semua itu dan melakukan sesuatu yang buruk darinya, 

sebagaimana yang cenderung kita lakukan. 

17 Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil, namun  saksi dus-

ta menyatakan tipu daya. 

Inilah: 

1. Saksi yang setia sebagai hal yang dipuji dari orang jujur. Orang 

yang punya kesadaran hati nurani untuk mengatakan kebenaran 

dan menceritakan segala sesuatu secara adil, sejauh yang diketa-

huinya, entah dalam memberikan penilaian atau percakapan bia-

sa, entah disumpah atau tidak, ia menyatakan apa yang adil. Ia 

memperlihatkan bahwa dirinya diatur dan digerakkan oleh asas-

asas dan hukum-hukum kebenaran, dan ia memajukan keadilan 

dengan memberikan kehormatan kepadanya, dan membantu da-

lam menjalankannya. 

2. Saksi dusta sebagai hal yang dikutuk dari si penipu. Saksi dusta 

menyatakan tipu daya, bukan saja   sebab  hati nuraninya sudah 

tidak bekerja lagi saat ia menipu orang-orang yang berurusan 

dengan dia, namun  juga   sebab  betapa besarnya kesenangan yang 

dirasakannya dalam menipu. Ia telah kerasukan roh pendusta 

(Yer. 9:3-5). Kita semua berkepentingan untuk memenuhi diri kita 

dengan kengerian dan kebencian terhadap dosa berdusta (Mzm. 

119:163), dan dikuasai oleh asas kejujuran. 

18 Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, namun  lidah 

orang bijak mendatangkan kesembuhan. 

Lidah yaitu  kematian atau kehidupan, racun atau obat, tergantung 

bagaimana penggunaannya. 

1. Ada kata-kata yang menyayat dan membunuh, yang seperti tikam-

an pedang. Kata-kata yang menghina membuat sedih jiwa-jiwa 

yang mendengarkannya, dan menusuk sampai ke ulu hati mere-

ka. Fitnah, seperti pedang, melukai nama baik orang-orang yang 

difitnah, dan mungkin tidak bisa disembuhkan. Bisik-bisik dan 

prasangka-prasangka jahat, seperti pedang, membelah dan me-

mutuskan tali-tali kasih dan persahabatan, dan memisahkan 

orang-orang yang selama ini sudah saling mengasihi. 

2. Ada kata-kata yang mengobati dan menyembuhkan: lidah orang 

bijak mendatangkan kesembuhan, membalut luka-luka yang telah 

digoreskan oleh lidah yang memfitnah, menjadikan semuanya 

utuh kembali, memulihkan kedamaian, menyelaraskan perbeda-

an-perbedaan, dan menciptakan kerukunan. Hikmat akan mene-

mukan obat-obat yang tepat untuk kejahatan-kejahatan yang di-

buat oleh fitnah dan kata-kata jahat. 


19 Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-lamanya, namun  

lidah dusta hanya untuk sekejap mata. 

Biarlah dicamkan, bagi kehormatan kebenaran, perkara yang sakral itu, 


1. Bahwa, jika kebenaran diucapkan, ia akan menjadikan semuanya 

baik, dan, siapa pun yang mungkin merasa tidak nyaman dan 

marah   sebab nya, ia akan tetap berdiri tegak. Agunglah kebenar-

an itu, dan pasti akan menang. Apa yang benar akan selalu be-

nar. Kita dapat berpegang padanya, dan tidak perlu takut akan 

ditentang dan dipermalukan. 

2. Bahwa, jika kebenaran disangkal, tetap saja pada waktunya ia 

akan terungkap. Lidah dusta, yang menggambarkan segala sesua-

tu dengan warna-warna palsu, hanya untuk sekejap mata. Dusta 

itu akan disanggah. Si pendusta, saat  maju untuk diperiksa, 

akan didapati memiliki sejumlah cerita, dan berubah-ubah me-

ngenai dirinya sendiri, tidak seperti orang yang mengatakan kebe-

naran. Kemudian, saat  ia didapati berdusta, ia tidak akan bisa 

mencapai tujuannya atau mendapatkan pujian sesudah  itu. Kebe-

naran mungkin saja terselimuti kabut, namun  ia akan muncul 

dalam terang. Oleh sebab itu, orang-orang yang menjadikan dusta 

sebagai tempat perlindungan mereka akan mendapatinya sebagai 

tempat perlindungan yang penuh dusta. 

Perkataan-perkataan yang Berbobot, 

20 Tipu daya ada di dalam hati orang yang merencanakan kejahatan, namun  

orang yang menasihatkan kesejahteraan mendapat sukacita. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang merancangkan kejahatan pasti berusaha, un-

tuk mencapai kejahatan itu, mencari tahu bagaimana memper-

dayai orang lain. Namun, pada akhirnya, akan terbukti bahwa 

mereka menipu diri mereka sendiri. Orang-orang yang merencana-

kan kejahatan, dengan berpura-pura ingin bersahabat, hatinya 

dipenuhi dengan kejahatan ini dan keuntungan serta kepuasan 

lain yang akan mereka peroleh melalui rencana itu, namun  semua 

itu menipu. Sekalipun mereka merencanakannya dengan begitu 

licik, para penipu pasti akan tertipu. 

2. Orang-orang yang mencari kebaikan bagi sesama, yang meng-

usahakan hal-hal yang membawa damai, dan memberikan nasi-

hat yang mendatangkan damai, yang memajukan usaha-usaha 

untuk menyembuhkan dan merancangkan cara-cara untuk me-

nyembuhkan, dan, sesuai dengan pengaruh mereka, memajukan

 kesejahteraan umum. Selain itu, mereka tidak hanya akan men-

dapat pujian, namun  juga penghiburan dari perbuatan mereka itu. 

Mereka akan beroleh sukacita dan keberhasilan, mungkin mele-

bihi apa yang mereka harapkan. Berbahagialah orang yang mem-

bawa damai. 

21 Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apa pun, namun  orang fasik 

akan senantiasa celaka. 

Perhatikanlah: 

1. Kesalehan pasti mendatangkan perlindungan. Jika orang melaku-

kan kebenaran dengan tulus, maka Allah yang benar sudah 

mengerahkan kuasa-Nya agar tidak ada kejahatan yang menimpa 

mereka. Allah, dengan kuasa anugerah-Nya di dalam diri mereka, 

yaitu asas keadilan itu, menjaga mereka dari kejahatan dosa. 

Dengan demikian, meskipun mereka dicobai, mereka tidak akan 

kalah oleh pencobaan itu. Walaupun mereka mungkin saja ter-

kena masalah, banyak masalah, namun bagi mereka semuanya 

itu tidak akan mendatangkan kejahatan, walaupun kejahatan itu 

bisa terjadi pada orang lain (Mzm. 91:10), sebab semuanya akan 

dibuat bekerja demi kebaikan mereka. 

2. Kefasikan pasti membawa kehancuran. Orang-orang yang hidup 

dengan menghina Allah dan manusia, yang bertekad melakukan 

kejahatan, dengan kejahatan pula mereka akan ditimpa. Mereka 

akan menjadi lebih jahat, akan penuh dengan rupa-rupa kelaliman 

(Rm. 1:29). Atau, mereka akan dibuat sengsara dengan kejahatan-

kejahatan yang akan menimpa mereka. Orang-orang yang ber-

suka di dalam kejahatan pasti akan dihentikan. Sebagian orang 

membaca seluruh ayat itu seperti ini, tidak akan ada kejahatan 

yang menimpa orang benar, sekalipun orang fasik penuh dengan 

kejahatan dan kebencian melawan mereka. Mereka akan aman di 

bawah perlindungan Sorga, sekalipun neraka sendiri menyerang 

mereka. 

22 Orang yang dusta bibirnya yaitu  kekejian bagi TUHAN, namun  orang yang 

berlaku setia dikenan-Nya. 



Di sini kita diajar, 

1. Untuk membenci dusta dan menjauhkan diri sejauh mungkin 

darinya,   sebab  dusta merupakan kekejian bagi Tuhan, dan 

orang-orang yang berkata dusta akan dipandang menjijikkan di 

mata-Nya, bukan hanya   sebab  dusta merupakan pelanggaran 

terhadap hukum-Nya, melainkan juga   sebab  itu menghancurkan 

warga . 

2. Untuk menjadikan kebenaran sebagai kesadaran hati nurani, bu-

kan hanya dalam kata-kata saja, melainkan juga dalam semua 

tindakan kita,   sebab  orang-orang yang berlaku benar dan tulus 

dalam semua urusan mereka yaitu  orang-orang yang dikenan-

Nya, dan Dia amat bergirang dengan mereka. Kita senang ber-

cakap-cakap, dan bergaul, dengan orang-orang yang jujur dan 

yang dapat kita percayai. Oleh sebab itu, marilah kita menjadi 

orang-orang seperti itu, agar kita mendapatkan perkenanan baik 

dari Allah maupun manusia. 

23 Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya, namun  hati orang 

bebal menyeru-nyerukan kebodohan. 

Perhatikanlah: 

1. Orang yang berhikmat tidak ingin menggembar-gemborkan hik-

matnya, dan merupakan kehormatannya bahwa ia tidak demi-

kian. Ia menyampaikan pengetahuannya jika  itu dapat mem-

bangun orang lain, namun  menyembunyikannya jika  dengan 

menunjukkannya maka itu hanya akan membawa pujian bagi 

dirinya sendiri. Orang yang berpengetahuan, jika mereka bijak-

sana, akan berhati-hati untuk menghindari segala sesuatu yang 

cenderung pada tindakan pamer diri, dan tidak akan memanfaat-

kan segala kesempatan untuk memamerkan apa yang sudah me-

reka pelajari dan baca, namun  hanya menggunakannya untuk tu-

juan-tujuan yang baik, lalu membiarkan pekerjaan mereka sendiri 

memuji mereka. Ars est celare artem – Kesempurnaan keahlian 

yaitu  tahu menyembunyikannya. 

2. Orang yang bodoh tidak bisa menghindar untuk menyatakan ke-

bodohannya sendiri, dan merupakan aib bagi dirinya bahwa ia 

tidak dapat menghindarinya: hati orang bebal, dengan kata-kata 

dan tindakan-tindakan mereka yang bodoh, menyeru-nyerukan 

kebodohan. Entah mereka tidak ingin menyembunyikannya, kare-

na begitu sedikitnya kesadaran yang mereka miliki akan kebaikan 

dan kejahatan, kehormatan dan kehinaan, atau mereka tidak 

tahu cara untuk menyembunyikannya,   sebab  begitu sedikitnya 

kebijaksanaan yang mereka miliki untuk mengatur diri mereka 

sendiri

24 Tangan orang rajin memegang kekuasaan, namun  kemalasan mengakibat-

kan kerja paksa. 

Perhatikanlah: 

1. Kerajinan yaitu  jalan untuk memperoleh kedudukan. Salomo 

mengangkat Yerobeam   sebab  ia melihat bahwa Yerobeam yaitu  

seorang pemuda yang rajin bekerja, dan tangkas mengurusi urus-

annya (1Raj. 11:28). Orang yang bersusah payah untuk belajar 

dan bersedia melayani, dengan berbuat demikian akan mendapat-

kan kepentingan dan nama baik yang sedemikian rupa sehingga 

akan menempatkan mereka untuk menjadi pengawas bagi semua 

orang di sekeliling mereka. Dengan sarana ini banyak orang telah 

menanjak secara menakjubkan. Orang yang telah setia dalam 

sedikit hal akan dijadikan penguasa atas banyak hal. Para pena-

tua, yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar, patut 

dihormati dua kali lipat. Orang-orang yang rajin saat  muda akan 

mendapatkan apa yang dapat membuat mereka mampu untuk 

memerintah, dan dengan demikian untuk beristirahat saat  me-

reka sudah tua. 

2. Keserampangan yaitu  jalan menuju perbudakan: kemalasan dan 

kecerobohan, atau lebih tepatnya penipu (sebab demikianlah yang 

diartikan dari kata itu), mengakibatkan kerja paksa. Orang-orang 

yang   sebab  tidak mau bersusah payah menggeluti panggilan 

mereka dengan jujur, hidup dalam tipu muslihat dan gelagat yang 

tidak jujur, yaitu  orang yang nista dan miskin, dan akan tetap 

demikian. Orang-orang yang rajin dan jujur saat  masih belajar 

akan bisa menjadi pemimpin. namun  orang-orang yang tidak demi-

kian yaitu  orang-orang bodoh yang, di sepanjang hidup mereka, 

akan selalu menjadi hamba bagi orang yang bijak hati. 

25 Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, namun  perkataan yang baik 

menggembirakan dia. 

Inilah: 

1. Sebab dan akibat dari kesedihan. Kesedihan yaitu  kekuatiran 

dalam hati. Kesedihan merupakan beban kecemasan, ketakutan, 

dan dukacita pada jiwa manusia, yang menekannya, dan mem-

buatnya tidak mampu mengerahkan tenaga untuk melakukan apa 

yang harus dilakukan, atau mengumpulkan kekuatan untuk 

menanggung apa yang harus ditanggung. Kesedihan membuatnya 

terbungkuk, melemahkan dan menenggelamkannya. Orang-orang 

yang tertindas seperti itu tidak dapat melakukan kewajiban atau 

mendapat penghiburan dari hubungan, keadaan, atau perkataan 

apa pun. Oleh   sebab  itu, orang-orang yang cenderung bersedih 

hati harus berjaga-jaga dan berdoa melawannya. 

2. Kesembuhannya: perkataan yang baik dari Allah, yang diterapkan 

dengan iman, menggembirakan dia. Seperti perkataan “Serahkan-

lah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau!” 

Perkataan yang baik dari Allah, khususnya Injil, dirancang untuk 

menggembirakan hati yang letih lesu dan berbeban berat (Mat. 

11:28). Hamba-hamba Tuhan haruslah membantu mendatangkan 

sukacita ini. 

26 Orang benar mendapati tempat penggembalaannya, namun  jalan orang fasik 

menyesatkan mereka sendiri. 

Lihatlah di sini: 

1. Bahwa orang baik berbuat baik bagi diri mereka sendiri. Sebab, 

mereka memiliki watak yang unggul, dan menyimpan bagi diri 

mereka sendiri bagian yang unggul, dan di dalam keduanya me-

reka unggul atas orang lain: orang benar lebih berkelimpahan dari-

pada sesamanya (begitu arti tersiratnya). Ia lebih kaya, meskipun 

bukan dalam harta dunia ini, melainkan dalam anugerah-anuge-

rah dan penghiburan-penghiburan Roh, yang merupakan kekaya-

an sebenarnya. Di dalam agama ada  keunggulan yang sejati. 

Keunggulan itu memuliakan orang, mengilhami mereka dengan 

pegangan-pegangan yang baik dan menjadikan mereka berarti. 

Keunggulan itu yaitu  keunggulan yang mahal harganya dalam 

pandangan Allah, yang yaitu  Sang Hakim sejati yang unggul. 

Bisa saja sesamanya menjadi orang hebat di dunia ini, dan mung-

kin lebih disanjung, namun  orang benar memiliki nilai yang hakiki 

atau sejati di dalam dirinya. 

2. Bahwa orang fasik berbuat jahat bagi diri mereka sendiri. Mereka 

berjalan di jalan yang menyesatkan mereka sendiri. Bagi mereka 

jalan itu tidak hanya tampak menyenangkan, namun  juga benar. 

Jalan itu begitu nikmat bagi darah dan daging sehingga   sebab  

itu mereka menyanjung diri mereka sendiri dengan pemikiran 

bahwa jalan itu tidak mungkin salah. Akan namun , mereka tidak 

akan mencapai tujuan yang ingin mereka capai, atau menikmati 

kebaikan yang mereka harapkan. Semua itu menipu. Dan oleh 

sebab itu orang benar lebih bijaksana dan lebih berbahagia dari-

pada sesamanya, yang pada saat ini merendahkannya dan meng-

injak-injak dia. 

27 Orang malas tidak akan menangkap buruannya, namun  orang rajin akan 

memperoleh harta yang berharga. 

Inilah: 

1. Apa yang dapat membuat kita membenci kemalasan dan penipu-

an, sebab kata yang digunakan di sini, sama seperti sebelumnya, 

menandakan keduanya: orang malas dan pendusta memanggang 

daging, namun  yang dipanggangnya itu bukanlah apa yang dia 

tangkap dari berburu. Bukan, itu yaitu  apa yang ditangkap 

orang lain dengan susah payah, dan ia hidup dari hasil kerja 

keras mereka, seperti lebah jantan di sarangnya. Atau, jika orang 

malas dan pendusta menangkap apa saja dari buruannya (sebab 

jarang pemburu yang bisa menjadi pekerja), mereka tidak me-

manggangnya sesudah mereka menangkapnya. Mereka tidak me-

rasakan penghiburan dalam memakannya. Mungkin Allah di da-

lam pemeliharaan-Nya membuat mereka tidak mampu menikmati-

nya. 

2. Apa yang dapat membuat kita mencintai kerajinan dan kejujuran, 

bahwa harta orang rajin, meskipun mungkin tidak banyak, namun 

berharga. Hartanya itu datang dari berkat Allah. Ia mendapatkan 

penghiburan di dalamnya. Hartanya mendatangkan kebaikan 

baginya, dan bagi keluarganya. Apa yang dimilikinya itu yaitu  

makanannya sendiri setiap hari, bukan makanan yang keluar dari 

mulut orang lain, dan oleh sebab itu ia melihat bahwa Allah mem-

berikannya kepadanya sebagai jawaban atas doanya. 

28 Di jalan kebenaran ada  hidup, namun  jalan kemurtadan menuju maut. 

Jalan agama disarankan kepada kita di sini, 

1. Sebagai jalan yang lurus, jelas, dan mudah. Jalan agama yaitu  

jalan kebenaran. Perintah-perintah Allah (pedoman yang harus 

kita pegang) itu semuanya kudus, adil, dan baik. Di dalam agama 

ada  akal budi yang benar dan keadilan. Agama yaitu  jalan 

raya, jalan yang telah dipersiapkan Allah bagi kita (Yes. 35:8). 

Agama yaitu  jalan raya, jalan raya sang raja, jalan raya Sang 

Raja segala raja, jalan yang sudah ditempuh sebelum kita oleh 

semua orang kudus, jalan lama yang baik, yang penuh dengan 

jejak langkah kawanan domba. 

2. Sebagai jalan yang aman, menyenangkan, dan nyaman. 

(1) Hidup tidak hanya ada  di ujungnya, namun  juga di tengah-

tengahnya. Segala penghiburan dan kepuasan yang sejati. Per-

kenanan Allah, yang lebih baik dibandingkan  hidup. Roh, yang ada-

lah hidup itu sendiri.  

(2) Di dalamnya tidak hanya ada  hidup, namun  juga hidup 

yang sedemikian rupa sehingga tidak ada maut di situ, tidak 

ada dukacita duniawi yang mendatangkan maut, dan jalan itu 

yaitu  jalan kecil menuju sukacita dan hidup kita sekarang. 

Tiada akhir bagi hidup yang ada  di jalan kebenaran itu. 

Di dunia ini ada  hidup, namun  juga ada  maut. namun  

di jalan kebenaran ada  hidup, dan tidak ada maut, hidup 

dan keabadian belaka.   


1 Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, namun  seorang pencemooh 

tidak mendengarkan hardikan. 

Di antara anak-anak dari orangtua yang sama, bukanlah hal baru 

jika sebagiannya bisa diharapkan, sementara yang lainnya justru ke-

balikannya. Sekarang di sini kita diajar untuk membedakan mereka.  

1. Ada harapan besar bagi anak-anak yang memiliki rasa hormat ter-

hadap orangtua mereka dan bersedia dinasihati dan diperingat-

kan oleh mereka. Bijaklah, dan akan menjadi jauh lebih bijak lagi, 

anak yang mendengarkan didikan ayahnya, yang berkeinginan 

untuk mendengarkannya, memperhatikannya, dan menurutinya, 

dan tidak hanya mendengarnya sekilas, masuk telinga kanan lalu 

keluar telinga kiri. 

2. Hanya ada sedikit harapan bagi orang-orang yang bukan saja tidak 

mau mendengarkan hardikan dengan sabar, namun  juga tidak sudi 

tunduk pada peraturan, dan mencemooh orang-orang yang masih 

bersedia memperhatikan mereka. Bagaimana orang bisa memper-

baiki kesalahan jika ia sendiri tidak mau diberi tahu kesalahan-

nya, dan malah menganggap musuh orang-orang yang mau ber-

buat baik seperti itu kepada mereka? 


2 Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, namun  nafsu seorang 

pengkhianat ialah melakukan kelaliman. 


 

Perhatikanlah:  

1. Jika apa yang keluar dari dalam lubuk hati yaitu  baik, dan dari 

perbendaharaan yang baik, maka ia akan berbalik dengan mem-

bawa keuntungan. Penghiburan dan kepuasan batin akan men-

jadi makanan sehari-hari. Bahkan, hal itu akan menjadi pesta 

yang abadi bagi orang-orang yang senang dengan perkataan yang 

baik untuk membangun. 

2. Kekerasan yang dilakukan akan berbalik menimpa orang yang 

melakukannya: nafsu seorang pengkhianat yang menyimpan dan 

merancangkan kejahatan, dan melampiaskannya dengan perkata-

an dan perbuatan, ialah melakukan kelaliman. Perut mereka akan 

dipenuhi dengan kelaliman. Balaskanlah kepadanya, sama seperti 

dia juga membalaskan (Why. 18:6). Setiap orang akan meminum 

apa yang direbusnya, menelan apa yang dikatakannya.   sebab  

menurut ucapan kita, kita akan dibenarkan atau dihukum (Mat. 

12:37). Buah yang kita hasilkan, itulah yang akan kita makan 

(Rm. 6:21-22). 


3 Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, 

akan ditimpa kebinasaan. 

Perhatikanlah:  

1. Menjaga bibir berarti menjaga jiwa. Orang yang berhati-hati, yang 

berpikir dua kali sebelum berbicara satu kali, yang jika ada pikir-

an jahat menekapkan tangan pada mulutnya untuk menahannya, 

yang mengekang lidahnya kuat-kuat, dan menggenggam kekang 

itu erat-erat, ia memelihara nyawanya dari banyak kesalahan dan 

juga kesedihan. Dan ia menyelamatkan dirinya dari banyak cela-

an pahit terhadap dirinya sendiri, dan dari celaan-celaan orang 

lain terhadap dia. 

2. Sudah banyak orang yang hancur   sebab  lidah yang tidak dijaga: 

siapa yang lebar bibir, untuk mengeluarkan quod in buccam 

venerit – apa saja yang ingin dikeluarkannya, yang suka menghar-

dik, menyentak-nyentak, membuat keributan, dan berbicara de-

ngan seenaknya sehingga menentang Allah maupun manusia, ia 

akan ditimpa kebinasaan. Perbuatannya itu akan membinasakan 

nama baiknya, kepentingannya, penghiburannya, dan jiwanya un-

tuk selama-lamanya (Yak. 3:6).  


4 Hati si pemalas penuh keinginan, namun  sia-sia, sedangkan hati orang rajin 

diberi kelimpahan. 

Inilah:  

1. Kesengsaraan dan kehinaan si pemalas. Lihatlah betapa bodoh 

dan konyolnya mereka. Mereka menginginkan keuntungan-keun-

tungan yang didapat oleh orang rajin, namun  mereka membenci 

jerih payah yang dilakukan orang rajin. Mereka mendambakan 

segala sesuatu yang bisa didambakan, namun  tidak mau mengerja-

kan apa pun yang harus dikerjakan. Oleh   sebab  itu, sebagai aki-

batnya, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sebab, orang yang 

tidak mau bekerja akan kelaparan, dan janganlah ia makan (2Tes. 

3:10). Keinginan si pemalas, yang seharusnya menggugah sema-

ngatnya, justru membuatnya tersiksa, yang seharusnya membuat 

dia sibuk, justru membuatnya selalu gelisah. Sebenarnya, semua 

itu justru merupakan kerja yang lebih keras dibandingkan  pekerjaan 

itu sendiri. 

2. Kebahagiaan dan kehormatan orang yang rajin: hati mereka diberi 

kelimpahan. Mereka akan mendapatkan kelimpahan, dan akan 

menikmatinya dengan nyaman, dan dengan lebih nyaman lagi 

  sebab  itu merupakan buah dari ketekunan mereka. Hal ini benar 

terutama dalam perkara-perkara rohani. Orang-orang yang hanya 

duduk malas membayangkan yang enak-enak tidak tahu akan 

keuntungan-keuntungan dari agama. Sedangkan orang-orang yang 

bersusah payah melayani Allah mendapatkan kesenangan maupun 

keuntungan darinya. 


5 Orang benar benci kepada dusta, namun  orang fasik memalukan dan mem-

burukkan diri. 

Perhatikanlah:  

1. jika  anugerah Allah bertakhta, dosa menjadi sesuatu yang 

menjijikkan. yaitu  watak yang sudah tidak diragukan lagi pada 

setiap orang benar bahwa ia benci kepada dusta (maksudnya, se-

mua dosa, sebab setiap dosa yaitu  dusta, dan khususnya semua 

penipuan dan kebohongan dalam perdagangan dan percakapan). 

Bukan saja ia tidak akan berdusta, namun  juga ia membenci dusta, 

yang dilandasi dengan cinta kebenaran dan keadilan yang sudah 

berurat akar dan bertakhta di dalam dirinya dan dalam kepatuh-

annya terhadap Allah. 

2. jika  dosa bertakhta, maka orang menjadi menjijikkan. Jika 

kedua matanya dibuka dan hati nuraninya digugah, ia akan jijik 

kepada dirinya sendiri, ia akan membenci dirinya dan dengan me-

nyesal duduk dalam debu dan abu. Namun bagaimanapun juga, ia 

menjijikkan bagi Allah dan semua orang baik. Terutama lagi, ia 

menjadikan dirinya menjijikkan dengan berdusta, yang lebih di-

benci dibandingkan  apa pun. Dan, meskipun mungkin ia menyangka 

bisa menanganinya untuk sementara waktu, namun ia akan mem-

burukkan diri dan terhina pada akhirnya, dan akan malu menun-

jukkan wajahnya (Dan. 12:2). 

6 Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, namun  kefasikan mencelaka-

kan orang berdosa. 

Lihatlah di sini: 

1. Orang-orang kudus dilindungi dari kehancuran. Orang-orang 

yang saleh jalannya, yang berniat jujur dalam segala tindak-tan-

duk mereka, yang dengan kesadaran hati nurani taat pada 

aturan-aturan yang suci dan kekal tentang keadilan, yang dengan 

tulus hati berurusan baik dengan Allah maupun dengan manusia, 

kejujuran dan kesetiaan mereka akan menjagai mereka dari goda-

an-godaan Iblis, yang tidak akan menang atas mereka, dari cela-

an-celaan dan kejahatan-kejahatan orang fasik, yang tidak akan 

mencengkeram mereka, sehingga mereka tidak akan celaka (Mzm. 

25:21).  

Hic murus aheneus esto, nil conscire sibi.  

Jadikanlah kejujuran sebagai benteng pertahananmu yang kokoh 

berdiri tegar menjaga kemurnian hati nuranimu. 

2. Orang-orang berdosa ditentukan untuk binasa. Kefasikan orang-

orang fasik akan menjatuhkan mereka pada akhirnya, dan mere-

ka terbelenggu di dalam kefasikan itu selagi mereka hidup. Dicela-

kah atau dihancurkankah mereka? Kefasikan mereka sendirilah 

yang mencela mereka, yang menghancurkan mereka. Mereka sen-

dirilah yang akan menanggungnya. 

7 Ada orang yang berlagak kaya, namun  tidak mempunyai apa-apa, ada pula 

yang berpura-pura miskin, namun  hartanya banyak. 

Pengamatan ini bisa diterapkan, 

I. Pada harta duniawi manusia. Dunia ini yaitu  suatu kebohongan 

besar, bukan hanya hal-hal dari dunia, melainkan juga manusia-

manusia dunia. Semua manusia pembohong. Inilah contoh tentang 

dua kejahatan berat yang diperbuat di bawah matahari: 

1. Sebagian orang yang sebenarnya miskin dipandang kaya, dan 

benar-benar disangka demikian. Mereka berbelanja dan meng-

habiskan uang seolah-olah mereka kaya, mereka sibuk ke 

sana kemari dan senang pamer ini itu seolah-olah mereka 

menyimpan harta karun, padahal mungkin, jika mereka harus 

melunasi semua utang mereka, harta mereka tidaklah sampai 

seribu rupiah. Ini yaitu  dosa, dan akan mendatangkan cela. 

Oleh   sebab  hal ini banyak orang menghancurkan keluarga-

nya dan mendatangkan cela pada agama yang diakui dipeluk-

nya. Orang-orang yang hidup melebihi apa yang mereka miliki 

seperti itu memilih tunduk pada keangkuhan mereka sendiri 

dibandingkan pada pemeliharaan Allah, dan hidup mereka 

pun akan berakhir   sebab  kengkuhan mereka itu. 

2. Sebagian orang yang sebenarnya kaya dipandang miskin, dan 

benar-benar disangka demikian,   sebab  mereka hidup kotor 

dan hina di bawah apa yang sudah diberikan Allah kepada me-

reka, dan lebih memilih memendamnya dibandingkan  mengguna-

kannya (Pkh. 6:1-2). Dalam hal ini ada  perasaan tidak 

bersyukur kepada Allah, ketidakadilan terhadap keluarga dan 

sesama, dan kekikiran terhadap kaum miskin. 

II. Pada keadaan rohani mereka. Anugerah yaitu  harta kekayaan 

jiwa. Itulah kekayaan yang sesungguhnya. Namun demikian, ma-

nusia biasanya salah memandang diri mereka sendiri, entah de-

ngan sengaja atau   sebab  kekeliruan dan ketidaktahuan mereka 

sendiri. 

1. Ada banyak orang munafik yang lancang, yang sebenarnya 

miskin dan kosong dari anugerah, namun menganggap diri 

sendiri kaya, dan tidak mau diyakinkan akan kemiskinan me-

reka, atau berpura-pura menjadi kaya, dan tidak mau meng-

akui kemiskinan mereka. 

2. Ada banyak orang Kristen yang penakut dan gemetar, yang kaya 

secara rohani dan penuh dengan anugerah, namun menganggap 

diri sendiri miskin, dan tidak mau diyakinkan bahwa mereka 

kaya, atau setidak-tidaknya, tidak mau mengakuinya. Dengan 

segala keraguan dan ketakutan mereka, segala keluhan dan ke-

sedihan mereka, mereka menjadikan diri mereka sendiri miskin. 

Kesalahan yang pertama di atas akan menghancurkan orang 

pada akhirnya, sedangkan kesalahan yang kedua ini akan meng-

gelisahkan orang selama mereka hidup. 

8 Kekayaan yaitu  tebusan nyawa seseorang, namun  orang miskin tidak akan 

mendengar ancaman. 

Kita cenderung menilai kebahagiaan manusia, setidaknya di dunia 

ini, melalui kekayaan mereka, bahwa mereka berbahagia atau tidak 

bergantung pada banyak sedikitnya kekayaan duniawi yang mereka 

miliki. Namun, Salomo di sini menunjukkan betapa penilaian ini me-

rupakan kesalahan parah, supaya kita bisa menerima dengan baik 

keadaan miskin, dan tidak mendambakan kekayaan bagi diri kita 

sendiri atau iri hati terhadap orang-orang yang hidupnya berkelim-

pahan. 

1. Orang-orang yang kaya memang dihormati oleh sebagian orang 

  sebab  kekayaan mereka, namun, untuk mengimbanginya, oleh 

sebagian yang lain mereka dicemburui dan diserang, dan nyawa 

mereka menjadi terancam, dan   sebab  itu mereka terpaksa mem-

berikan tebusan dengan kekayaan-kekayaan mereka. Janganlah 

bunuh kami, sebab kami masih mempunyai perbekalan tersem-

bunyi di luar kota (Yer. 41:8). Di bawah pemerintahan sebagian 

penguasa yang lalim, menjadi kaya sudah merupakan kejahatan. 

Dan betapa sedikit saja manusia harus berterima kasih pada 

kekayaannya jika kekayaan itu hanya digunakan untuk menebus 

nyawanya, yang tidak akan terancam seandainya ia tidak kaya! 

2. Orang-orang yang miskin direndahkan dan diabaikan oleh sebagi-

an orang, yang seharusnya menjadi teman-teman mereka, na-

mun, untuk mengimbanginya, mereka juga direndahkan dan di-

abaikan oleh orang lain yang bisa saja menjadi musuh-musuh 

mereka seandainya ada barang berharga yang mereka miliki: 

orang miskin tidak akan mendengar ancaman, tidak akan dicela, 

dihardik, didakwa, atau ditimpa kesulitan, seperti halnya dengan 

orang kaya. Sebab, tidak ada orang yang memandang layak untuk 

memperhatikan mereka. saat  orang-orang Yahudi yang kaya 

dibawa sebagai tawanan ke Babel, orang miskin dari negeri itu di-

tinggalkan (2Raj. 25:12). Cantabit vacuus coram latrone viator – 

jika  seorang pelancong dihadang perampok, ia akan gembira 

  sebab  tidak ada banyak barang padanya. 

9 Terang orang benar bercahaya gemilang, sedangkan pelita orang fasik padam. 

Inilah: 

1. Penghiburan bagi orang-orang yang baik semakin bertumbuh dan 

tetap untuk selama-lamanya: terang orang benar bercahaya gemi-

lang, maksudnya, terang itu bertambah besar, dan membuat me-

reka gembira. Bahkan kemakmuran lahiriah mereka yaitu  suka-

cita mereka, dan terlebih lagi karunia-karunia, anugerah-anuge-

rah, dan penghiburan-penghiburan itu, yang dengannya jiwa me-

reka diterangi. Semuanya itu bercahaya kian bertambah terang 

(4:18). Roh yaitu  cahaya mereka, dan Ia memberi mereka suka-

cita yang penuh, dan bergirang untuk berbuat baik kepada mereka. 

2. Penghiburan bagi orang-orang yang jahat layu dan mati: pelita 

orang fasik bersinar redup dan lemah. Pelita itu tampak menye-

dihkan, seperti lilin kecil di dalam kendi, dan akan segera padam 

meninggalkan kegelapan yang teramat pekat (Yes. 50:11). Terang 

orang benar seperti terang matahari, yang mungkin tertutup 

gerhana dan diliputi awan, namun akan terus memancar. Terang 

orang fasik seperti terang yang mereka nyalakan sendiri, yang 

akan segera redup dan mudah dipadamkan.

10 Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, namun  mereka yang men-

dengarkan nasihat mempunyai hikmat. 

Perhatikanlah: 

1. Keangkuhan yang bodoh cepat mendatangkan perselisihan. Mau 

tahukah engkau dari mana datangnya sengketa dan pertengkar-

an? Sengketa dan pertengkaran datang dari akar kepahitan ini. 

Hawa-hawa nafsu lain (amarah, iri hati, dan ketamakan) bisa 

menyebabkan perselisihan, namun  dari semuanya keangkuhanlah 

penyebab yang terbesar. Keangkuhan sendirilah yang akan mene-

barkan perpecahan, tanpa perlu bantuan apa pun. Keangkuhan 

membuat orang tidak sabar menghadapi pertentangan dalam hal 

pendapat atau keinginan mereka, tidak sabar menghadapi per-

saingan dan permusuhan, tidak sabar menghadapi penghinaan, 

atau apa pun yang tampak seperti tindakan meremehkan. Keang-

kuhan  membuat orang tidak sabar dalam mencapai kesepakatan, 

namun lebih memilih mengundurkan diri,   sebab  kesombongan 

untuk mempertahankan suatu hak dan kebenaran tertentu pada 

pihak mereka. Dari semua inilah timbul petengkaran-pertengkar-

an di antara sanak saudara dan sesama, pertengkaran-perteng-

karan di antara bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan, di antara 

jemaat-jemaat dan persekutuan-persekutuan Kristen. Manusia 

ingin membalas dendam dan tidak mau mengampuni,   sebab  me-

reka angkuh. 

2. Orang-orang yang rendah hati dan menebarkan kedamaian berarti 

berhikmat dan mendengarkan nasihat. Orang-orang yang mau 

meminta dan menerima nasihat, yang mau bertanya pada suara 

hati mereka sendiri, pada Alkitab mereka, hamba-hamba Tuhan 

yang melayani mereka, teman-teman mereka, dan tidak mau ber-

buat sesuatu dengan gegabah, berarti berhikmat. Seperti dalam 

hal-hal lain, begitu pula dalam hal ini, mereka mau merendahkan 

diri, mau membungkuk dan tunduk, demi menjaga ketenangan 

dan mencegah pertengkaran. 

11 Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, namun  siapa mengumpulkan 

sedikit demi sedikit, menjadi kaya. 

Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan akan bertahan tergantung ba-

gaimana ia didapat dan dipakai. 

1. Apa yang didapat dengan cara yang jahat tidak akan pernah mem-

berikan manfaat, sebab kutuk yang menyertainya akan membo-

roskannya, dan kecenderungan-kecenderungan jahat yang sama 

yang mencondongkan manusia memakai jalan-jalan dosa untuk 

memperoleh yang nyaman, mencondongkan mereka pada jalan-

jalan dosa yang serupa untuk hidup boros: harta yang cepat diper-

oleh (KJV: harta yang diperoleh dengan kesia-siaan – pen.) akan 

habis dalam kesia-siaan, dan kemudian akan berkurang. Apa 

yang didapat dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak halal, atau 

yang tidak layak dikerjakan oleh orang-orang Kristen, seperti 

pekerjaan yang hanya dikerjakan untuk memuaskan keangkuhan 

dan kemewahan, yang diperoleh dengan berjudi atau bermain 

sandiwara, bisa dengan benar dikatakan sebagai harta yang diper-

oleh dengan kesia-siaan, sama seperti harta yang diperoleh de-

ngan menipu dan berbohong, dan akan berkurang. De male 

quæsitis vix gaudet tertius hæres – Harta yang diperoleh dengan 

cara yang jahat hampir tidak bisa lagi dinikmati sesudah tiga 

turunan. 

2. Apa yang didapat dengan ketekunan dan kejujuran akan semakin 

bertambah, bukannya berkurang. Harta itu akan melangsungkan 

kehidupan, akan diwariskan, dan akan berkelimpahan. Siapa be-

kerja keras, dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangan-

nya sendiri, akan bertambah kaya, sehingga ia dapat membagikan 

sesuatu kepada orang yang berkekurangan (Ef. 4:28). Dan, sekali-

pun ia membagikannya, hartanya kian hari kian bertambah. 

12 Harapan yang tertunda menyedihkan hati, namun  keinginan yang terpenuhi 

yaitu  pohon kehidupan. 

Perhatikanlah: 

1. Tidak ada yang lebih menyedihkan selain sebuah pengharapan 

tinggi yang dikecewakan, meskipun bukan   sebab   pengharapan 

itu ditolak, melainkan   sebab  ditunda waktu pemenuhannya: 

harapan yang tertunda menyedihkan hati dan membuatnya me-

rana, cepat kesal dan marah-marah. namun  harapan yang hancur 

membunuh hati, dan semakin tinggi harapan dipupuk, semakin 

pedih kekecewaan yang akan dirasakannya. Oleh   sebab  itu, kita 

berhikmat jika kita tidak menjanjikan kepada diri sendiri bahwa 

perkara-perkara besar akan diberikan kepada kita dari makhluk 

ciptaan. Janganlah menumbuhkan dalam diri kita harapan-ha-

rapan apa pun yang sia-sia dari dunia ini, supaya jangan kita 

menumpuk hal-hal yang nanti hanya akan membuat kita kesal. 

Dan jika kita benar-benar mengharapkan sesuatu, marilah kita 

siap-siap kecewa, supaya, jika memang demikian adanya, itu 

akan terasa lebih ringan. Juga, janganlah kita tergesa-gesa dalam 

berharap. 

2. Tidak ada hal lain yang lebih memuaskan hati selain menikmati 

apa yang, pada akhirnya, sudah lama kita harap-harapkan dan 

nanti-nantikan: keinginan yang terpenuhi membuat orang serasa 

berada di dalam Firdaus, taman yang penuh kenikmatan, sebab 

itu yaitu  pohon kehidupan. Kesengsaraan kekal orang fasik akan 

bertambah berat dengan hancurnya harapan-harapan mereka. 

Sebaliknya, kebahagiaan sorgawi akan lebih disambut oleh orang-

orang kudus, sebab itulah yang sudah mereka rindu-rindukan 

dengan sungguh-sungguh sebagai puncak dari harapan-harapan 

mereka. 


13 Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, namun  siapa 

taat kepada perintah, akan menerima balasan. 

Inilah:  

1. Tabiat dari orang yang sudah ditentukan untuk binasa: siapa me-

remehkan firman Allah, dan tidak peduli dengannya, tidak meng-

hormatinya, atau tidak mau diatur olehnya, pasti akan menang-

gung akibatnya, sebab ia meremehkan apa yang merupakan satu-

satunya sarana untuk menyembuhkan penyakit yang menghan-

curkan, dan membuat dirinya mengundang murka ilahi yang 

pasti akan menghancurkannya. Orang-orang yang lebih memilih 

tuntutan-tuntutan hawa nafsu dibandingkan  perintah-perintah ilahi, 

serta bujukan-bujukan dunia dan kedagingan dibandingkan  janji-janji 

dan penghiburan-penghiburan dari Allah, berarti meremehkan 

firman-Nya,   sebab  mereka lebih mengutamakan perkara-perkara 

yang bersaing dengan firman Allah. Dan sudah sewajarnya ini 

membawa kehancuran pada diri mereka sendiri: mereka sudah 

diperingatkan, namun  tidak mau mendengar. 

2. Tabiat orang yang pasti akan berbahagia: siapa taat kepada perin-

tah, yang takut akan Allah, menghormati kewenangan-Nya, meng-

hargai firman-Nya, takut berbuat sesuatu yang tidak menyenang-

kan Allah dan mendatangkan hukuman-hukuman yang menyertai 

perintah itu, tidak hanya akan terhindar dari kehancuran, namun  

juga akan menerima balasan untuk rasa takutnya yang saleh. 

Orang yang berpegang pada perintah mendapat upah yang besar. 

(13:14) 

14 Ajaran orang bijak yaitu  sumber kehidupan, sehingga orang terhindar 

dari jerat-jerat maut. 

Ajaran orang bijak (KJV: hukum orang bijak – pen.) dan orang benar di 

sini dapat kita pahami sebagai asas-asas dan aturan-aturan yang 

dengannya mereka mengatur diri mereka sendiri, atau (yang artinya 

sama saja) didikan-didikan yang mereka berikan kepada orang lain, 

yang harus berlaku sebagai hukum untuk semua orang di sekeliling 

mereka. Dan jika memang demikian adanya, maka 

1. Didikan-didikan itu senantiasa akan menjadi sumber penghibur-

an dan kepuasan, sebagai sumber kehidupan, yang mengalirkan 

aliran-aliran air hidup. Semakin ketat kita menjalankan aturan-

aturan itu, semakin berhasil kita menjaga damai bagi diri kita 

sendiri. 

2. Didikan-didikan itu akan senantiasa melindungi kita dari godaan-

godaan Iblis. Orang-orang yang mengikuti tuntutan-tuntutan dari 

hukum ini akan menjauhkan diri dari jerat-jerat dosa, dan dengan 

demikian dari jerat-jerat maut, yang siap menjerumuskan orang-

orang yang meninggalkan hukum orang bijak. 

15 Akal budi yang baik mendatangkan karunia, namun  jalan pengkhianat-

pengkhianat mencelakakan mereka. 

Jika kita tidak hanya melihat hasil akhirnya, namun  juga jalannya, 

maka kita akan mendapati bahwa agama itu mempunyai keuntung-

an, sebab, 

1. Jalan orang-orang kudus itu enak dan menyenangkan: akal budi 

yang baik mendatangkan perkenanan Allah dan manusia. Juru-

selamat kita bertumbuh di dalam perkenanan itu saat  Ia makin 

bertambah besar dan bertambah hikmat. Orang-orang yang ber-

perilaku bijaksana, dan mengatur perkataan mereka dengan 

benar dalam segala hal, yang melayani Kristus dalam kebenaran, 

damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, berkenan pada 

Allah dan dihormati oleh manusia (Rm. 14:17-18). Dan betapa nya-

mannya orang men