Tampilkan postingan dengan label samuel 20. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 20. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 20

 


aat itu Ia tidak pernah mempunyai se-

buah rumah yang dibangun bagi-Nya (ay. 6), sebuah Kemah 

Suci sudah cukup sejauh ini, dan bisa dipakai selama bebe-

rapa waktu lagi. Allah tidak memandang kemegahan lahiriah 

dalam ibadah kepada-Nya. Ia hadir secara pasti bersama de-

ngan umat-Nya saat  tabut itu berada di dalam sebuah tenda, 

Kitab 2 Samuel 7:4-17 

 671 

sama seperti saat  tabut itu berada di dalam bait suci. Daud 

merasa resah sebab  tabut itu berada di dalam tenda yaitu 

suatu tempat tinggal yang hina dan tidak menetap, namun  Allah 

tidak pernah mengeluhkannya sebagai suatu keresahan bagi-

Nya. Ia tidak tinggal, namun  berjalan, namun tidak menjadi 

lelah ataupun lesu. Kristus, seperti tabut Allah, saat  berada 

di sini di atas bumi, berjalan di dalam sebuah tenda atau 

kemah, sebab Ia berjalan berkeliling sambil berbuat baik, dan 

tidak tinggal di dalam rumah-Nya sendiri, sampai Ia naik ke 

tempat tinggi, ke istana-istana di atas sana, di dalam rumah 

Bapa-Nya, dan di sana Ia duduk. Jemaat, seperti tabut Allah, 

di dalam dunia ini terus berjalan, sambil tinggal di dalam 

tenda, sebab  pada saat ini ia hidup menggembala dan juga 

berperang. Kotanya yang tetap ada di masa yang akan datang. 

Daud, dalam mazmur-mazmurnya, sering menyebut Kemah 

Suci sebagai bait Allah (Mzm. 5:8; 27:4; 29:9; 65:5; 138:2), 

sebab Kemah Suci memenuhi tujuan dari bait Allah, kendati 

hanya terbuat dari tenda-tenda. Orang-orang yang bijak dan 

baik tidak menilai tinggi penampilan, selama mereka menda-

patkan hakikatnya. Daud mungkin beribadah dengan lebih 

sungguh-sungguh, dan bersekutu dengan lebih indah dengan 

Allah, di dalam sebuah tenda, daripada para penerusnya di 

dalam rumah dari kayu aras.  

2. Bahwa Allah tidak pernah memberikan suatu perintah atau 

petunjuk, atau isyarat sedikit pun, kepada salah seorang 

pemegang tongkat kerajaan Israel, yaitu kepada para hakim 

(1Taw. 17:6), tentang membangun bait suci (ay. 7), sebab para 

penguasa disebut tongkat kerajaan (Yeh. 19:14), dan sang 

Penguasa agung juga disebut demikian (Bil. 24:17). Hanya 

ibadah yang sudah ditetapkanlah yang dapat diterima. Oleh 

sebab  itu, mengapakah Daud merancang apa yang tidak 

pernah ditetapkan oleh Allah? Hendaklah dia menunggu suatu 

perintah, maka barulah dia boleh melakukannya. Lebih baik 

sebuah tenda yang ditetapkan Allah daripada sebuah bait 

ciptaannya sendiri.  

II. Daud diingatkan akan perkara-perkara besar yang telah dilaku-

kan Allah baginya, untuk membiarkan dia tahu bahwa dirinya 

yaitu  kesayangan sorga, meskipun dia tidak mendapat perke-


 672

nanan untuk melakukan pekerjaan ini, sama seperti Allah juga 

tidak berutang kepadanya sebab  niat-niat baiknya ini. namun , 

apa pun yang dilakukannya bagi kehormatan Allah, Allah telah 

menyertainya sebelumnya (ay. 8-9).  

1. Allah telah mengangkat Daud dari keadaan yang sangat hina 

dan rendah: Dialah yang mengambil Daud dari padang. Sung-

guh baik bagi orang-orang yang telah sampai kepada keduduk-

an tinggi untuk sering diingatkan akan asal-usul mereka yang 

hina, supaya mereka selalu rendah hati dan bersyukur.  

2. Allah telah memberinya keberhasilan dan kemenangan atas 

musuh-musuhnya (ay. 9): “Aku telah menyertai engkau di 

segala tempat yang kaujalani, untuk melindungi engkau dari 

kejaran, dan untuk membuatmu berhasil saat  mengejar. Aku 

telah melenyapkan segala musuhmu, yang berdiri menghalangi 

kemajuan dan kemapananmu.”  

3. Allah telah memahkotainya tidak hanya dengan kuasa dan 

pemerintahan di Israel, namun  juga dengan kehormatan dan 

nama baik di antara bangsa-bangsa sekitarnya: Aku membuat 

besar namamu. Ia telah menjadi termasyhur sebab  keberani-

annya, kepemimpinannya, dan pencapaian-pencapaiannya 

yang besar, dan ia banyak dibicarakan melebihi tokoh-tokoh 

besar siapa pun pada zamannya. Bagi orang-orang yang mem-

punyai nama besar, besar pula alasan mereka untuk bersyu-

kur atas hal itu dan untuk memanfaatkannya demi tujuan-

tujuan yang baik. namun  bagi mereka yang tidak memiliki 

nama besar, tidak ada alasan bagi mereka untuk berhasrat 

mendapatkannya. Nama yang baik lebih diinginkan. Orang 

dapat melewati kehidupan di dunia ini tanpa dikenal siapa-

siapa, namun ia melewatinya dengan penuh penghiburan. 

III. Suatu tempat kediaman yang membahagiakan dijanjikan kepada 

Israel kepunyaan Allah (ay. 10-11). Janji ini diselipkan sebagai 

tambahan sebelum janji-janji yang dibuat kepada Daud sendiri, 

untuk membuatnya mengerti bahwa apa yang bermaksud dilaku-

kan Allah untuknya yaitu  demi umat Israel, supaya mereka dapat 

hidup bahagia di bawah pemerintahannya, dan untuk memberinya 

kepuasan melihat damai sejahtera atas Israel, saat  dijanjikan 

kepadanya bahwa dia akan melihat anak-anak dari anak-anak-

nya! (Mzm. 128:6). Seorang raja yang baik tidak dapat mengang-

Kitab 2 Samuel 7:4-17 

 673 

gap dirinya bahagia kecuali kerajaannya juga bahagia. Janji-janji 

yang disebutkan selanjutnya berhubungan dengan keluarga dan 

keturunannya. Oleh sebab itu janji-janji ini, yang berbicara ten-

tang menetapnya Israel, dibuat untuk kebahagiaan pemerintahan-

nya sendiri. Ada dua hal yang dijanjikan: 

1. Tempat kediaman yang tenang: Aku menentukan tempat bagi 

umat-Ku Israel. Tempat itu telah ditentukan lama sebelumnya, 

namun mereka kecewa, namun  sekarang ketentuan ini  

harus digenapi. Kanaan harus menjadi milik mereka secara 

jelas tanpa pengusiran atau gangguan apa pun.  

2. Dinikmatinya tempat kediaman itu dengan tenang: Orang-orang 

lalim, maksudnya terutama orang-orang Filistin, yang telah 

lama menjadi tulah bagi mereka, tidak akan lagi menindas mere-

ka seperti dahulu. Sebaliknya, seperti pada saat Aku mengang-

kat hakim-hakim atas umat-Ku Israel, demikian pula Aku 

mengaruniakan keamanan kepadamu dari semua musuhmu 

(demikian ayat 11 bisa dibaca). Yaitu, “Aku akan melanjutkan 

dan menuntaskan keamanan itu. Tanah itu akan aman dari 

perang, seperti yang terjadi di bawah pemerintahan hakim-

hakim.” 

IV. Berkat-berkat diteruskan kepada keluarga dan keturunan Daud. 

Daud telah berencana untuk membangun sebuah rumah bagi 

Allah, dan, sebagai balasannya, Allah menjanjikan untuk mem-

berikan keturunan kepadanya (ay. 11, KJV: membangunkan sebuah 

rumah baginya). Apa pun yang kita perbuat bagi Allah, atau yang 

dengan tulus bermaksud kita lakukan meskipun Penyelenggaraan 

ilahi mencegah kita melakukannya, kita tidak akan kehilangan 

upah kita dari pada kita. Allah telah berjanji untuk membuat 

besar namanya (ay. 9). Di sini Ia berjanji untuk memberikan kepa-

danya keturunan, yang akan mempertahankan nama itu. Akan 

menjadi kepuasan yang besar bagi Daud, sewaktu ia hidup, untuk 

mendapat jaminan yang pasti dari janji ilahi bahwa keluarganya 

akan hidup sejahtera sesudah  dia mati. Di samping kebahagiaan 

jiwa kita, dan jemaat Allah, kita harus merindukan kebahagiaan 

keturunan kita, sehingga orang-orang yang merupakan keturunan 

kita dapat memuji Allah di bumi saat  kita sedang memuji-Nya di 

sorga.  


 674

1.  Sebagian dari janji-janji ini berhubungan dengan Salomo, yang 

langsung menjadi penerusnya, dan dengan garis keturunan 

kerajaan Yehuda.  

(1) Bahwa Allah akan mengangkatnya ke atas takhta. Perkata-

an ini, jika  umurmu sudah genap dan engkau telah men-

dapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, 

menyiratkan bahwa Daud sendiri akan turun ke liang ku-

bur dengan damai. Dan kemudian Aku akan membangkit-

kan keturunanmu. Perkenanan ini jauh lebih besar, sebab 

melebihi apa yang telah dilakukan Allah bagi Musa, atau 

Yosua, atau salah seorang hakim mana pun yang dipang-

gil-Nya untuk menggembalakan umat-Nya. Pemerintahan 

Daud yaitu  perkenanan pertama yang diteruskan kepada 

keturunan. Sebab janji yang dibuat kepada Kristus tentang 

kerajaan haruslah sampai kepada keturunan rohani-Nya. 

Dan jika kita yaitu  anak, maka kita juga yaitu  ahli 

waris.  

(2) Bahwa Allah akan mendudukkannya di atas takhta keraja-

an: Aku akan mengokohkan kerajaannya (ay. 12), takhta 

kerajaannya (ay. 13). Haknya atas takhta kerajaan itu akan 

menjadi jelas dan tak terbantahkan, pengaruhnya akan 

diteguhkan, dan pemerintahannya akan kuat.  

(3) Bahwa Allah akan memakainya dalam pekerjaan baik itu, 

yaitu membangun bait suci, sementara Daud harus puas 

hanya dengan merancangnya saja: Dialah yang akan men-

dirikan rumah bagi nama-Ku (ay. 13). Pekerjaan itu akan di-

lakukan, walaupun bukan Daud yang akan melakukannya.  

(4) Bahwa Allah akan memasukkannya ke dalam perjanjian 

dengan mengangkatnya sebagai anak (ay. 14-15): Aku akan 

menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Tidak ada 

lagi yang kita perlukan untuk membuat kita dan keluarga 

kita bahagia selain memiliki Allah sebagai Bapa kita dan 

Bapa mereka. Dan semua orang yang memiliki Allah seba-

gai Bapa, mereka oleh anugerah-Nya dijadikan-Nya sebagai 

anak-anak-Nya, dengan memberi mereka pembawaan se-

orang anak. Jika Allah menjadi seorang Bapa yang peduli, 

lembut, dan pemurah bagi kita, maka kita harus menjadi 

anak-anak yang patuh, penurut, dan berbakti kepada-Nya. 

Kitab 2 Samuel 7:4-17 

 675 

Janji yang diberikan di sini berbicara seperti kepada anak-

anak.  

[1] Bahwa Bapanya akan menghajar dia kalau perlu. Sebab 

di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayah-

nya? Penderitaan yaitu  bagian dari perjanjian, dan 

tidak hanya sesuai dengan kasih Allah sebagai Bapa, 

namun  juga mengalir dari kasih itu. “jika  ia melaku-

kan kesalahan, sebagaimana terbukti demikian (1Raj. 

11:1), maka Aku akan menghukum dia untuk membuat-

nya bertobat, namun  hukuman itu akan dijalankan de-

ngan rotan yang dipakai orang, rotan yang biasa diguna-

kan orang. Aku tidak akan beperkara dengannya de-

ngan kemahakuasaan Allah” (Ayb. 23:6). Atau lebih 

tepatnya, dengan rotan yang pukulannya bisa ditang-

gung orang. “Aku akan mempertimbangkan keadaan 

raganya, dan menghajar dia dengan segala kelembutan 

dan kasih sayang kalau perlu, dan tidak lebih dari yang 

diperlukan. Hukuman itu akan dijalankan dengan pukul-

an, sentuhan (demikian dalam bahasa aslinya) yang di-

berikan anak-anak manusia. Bukan hantaman, atau 

luka, melainkan sentuhan yang lembut.”  

[2] Bahwa sekalipun demikian Allah tidak akan mencabut 

hak warisnya (ay. 15): Kasih setia-Ku, yang  yaitu  wa-

risan untuk anak-anak, tidak akan hilang dari pada-

nya. Pemberontakan sepuluh suku dari keluarga Daud 

merupakan hajaran atas kesalahan mereka, namun  kese-

tiaan dari dua suku lainnya terhadap keluarga ini , 

yang mampu menopang martabat kerajaan, melanggeng-

kan kasih setia Allah kepada keturunan Daud, sesuai 

dengan janji ini. Meskipun menjadi berkurang, keluarga 

itu tidaklah terputus, seperti keluarga Saul. Tidak per-

nah ada keluarga lain yang menguasai tongkat kerajaan 

Yehuda selain keluarga Daud. Inilah yang dirayakan 

oleh perjanjian rajawi itu (Mzm. 89:4, dst.), sebagai per-

lambang dari kovenan penebusan dan anugerah. 

2. Sebagian yang lain dari janji-janji itu berhubungan dengan 

Kristus, yang sering disebut sebagai Daud dan Anak Daud, 

Anak Daud yang kepada-Nya janji-janji Allah ini ditujukan dan 


 676

yang di dalam-Nya janji-janji itu digenapi secara penuh. Ia ber-

asal dari keturunan Daud (Kis. 13:23). Kepada-Nya Allah me-

ngaruniakan takhta Daud, bapa leluhur-Nya (Luk. 1:32), segala 

kuasa di sorga dan di bumi, dan wewenang untuk melaksana-

kan penghakiman. Dialah yang akan membangun bait Injili, 

sebuah rumah bagi nama Allah (Za. 6:12-13). Janji itu, Aku 

akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku, secara 

tegas diterapkan kepada Kristus oleh sang rasul (Ibr. 1:5). Te-

tapi dikokohkannya keluarga-Nya, takhta-Nya, dan kerajaan-

Nya untuk selama-lamanya (ay. 13, dan lagi, dan untuk ketiga 

kalinya, ay. 16, untuk selama-lamanya), tidak dapat diterap-

kan kepada yang lain selain Kristus dan kerajaan-Nya. Keluar-

ga Daud dan kerajaannya telah lama berakhir. Hanya kerajaan 

Mesiaslah yang kekal, dan besar kekuasaan-Nya dan damai 

sejahtera tidak akan berkesudahan. Kesalahan yang dikatakan 

akan dilakukan memang tidak dapat diterapkan kepada Me-

sias sendiri, namun  itu dapat berlaku  dengan cara yang sangat 

menghibur, bagi keturunan rohani-Nya. Orang-orang percaya 

yang sejati mempunyai kelemahan, dan sebab  itu mereka 

harus bersiap untuk diperbaiki, namun  mereka tidak akan 

dibuang. Setiap pelanggaran yang diperbuat di dalam kovenan 

tidak akan melempar kita keluar dari kovenan ini . Nah,  

(1) Pesan ini disampaikan oleh Natan kepada Daud sebagaimana 

adanya (ay. 17). Meskipun, dalam melarang Daud untuk 

membangun rumah Tuhan, Natan menentang perkataannya 

sendiri, namun dia tidak lamban melakukannya saat  dia 

sudah mendapat pemberitahuan yang lebih baik mengenai 

pikiran Allah.  

(2) Janji-janji ini digenapi Allah dengan setia bagi Daud dan 

keturunannya pada waktu yang semestinya. Meskipun Daud 

gagal mewujudkan rencananya untuk membangun sebuah 

rumah bagi Allah, namun Allah tidak gagal dalam menepati 

janji-Nya untuk membangunkan sebuah rumah bagi Daud. 

Seperti itulah sifat dari perjanjian yang kepadanya kita ter-

ikat. Sekalipun ada banyak kegagalan dalam tindakan-tin-

dakan kita, tidak ada kegagalan dalam tindakan-tindakan 

Allah. 

 

Kitab 2 Samuel 7:18-29 

 677 

Doa Daud untuk Meminta Berkat Allah 

(7:18-29) 

18 Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan 

TUHAN sambil berkata: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah 

keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? 19 Dan 

hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah 

berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh 

dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, 

ya Tuhan ALLAH. 20 Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih 

lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hamba-Mu ini, ya 

Tuhan ALLAH? 21 Oleh sebab  firman-Mu dan menurut hati-Mu Engkau telah 

melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukannya 

kepada hamba-Mu ini. 22 Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab 

tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau 

menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. 23 Dan bangsa 

manakah di bumi seperti umat-Mu Israel, yang Allahnya pergi membebas-

kannya menjadi umat-Nya, untuk mendapat nama bagi-Nya dengan melaku-

kan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan 

menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umat-Nya?  

24 Engkau telah mengokohkan bagi-Mu umat-Mu Israel menjadi umat-Mu 

untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka.  

25 Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang 

Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan laku-

kanlah seperti yang Kaujanjikan itu. 26 Maka nama-Mu akan menjadi besar 

untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah 

Allah atas Israel; maka keluarga hamba-Mu Daud akan tetap kokoh di 

hadapan-Mu. 27 Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah 

menyatakan kepada hamba-Mu ini, demikian: Aku akan membangun ketu-

runan bagimu. Itulah sebabnya hamba-Mu ini telah memberanikan diri un-

tuk memanjatkan doa ini kepada-Mu. 28 Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, 

Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah men-

janjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu. 29 Kiranya Engkau seka-

rang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di 

hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sen-

dirilah yang berfirman dan oleh sebab  berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini 

diberkati untuk selama-lamanya.” 

Dalam perikop ini kita mendapati permohonan Daud yang khidmat 

kepada Allah, sebagai tanggapan atas pesan yang penuh rahmat yang 

telah dikirimkan Allah kepadanya. Kita tidak diberi tahu apa yang 

dikatakan Daud kepada Natan. Tidak diragukan lagi dia menyambut 

Natan dengan sangat ramah dan penuh hormat sebagai utusan Allah. 

namun  tanggapannya kepada Allah disampaikannya sendiri, dan tidak 

dikirimkan melalui Natan. saat  hamba-hamba Tuhan menyampai-

kan pesan Allah kepada kita, maka hati kita harus membalasnya, 

bukan kepada mereka, melainkan kepada Allah. Allah memahami 

bahasa hati, dan kepada-Nya kita bisa datang dengan berani. Begitu 

Daud menerima pesan, selagi kesan-kesan tentangnya masih segar, 

dia segera menarik diri untuk memberikan balasan. Amatilah,  


 678

I.  Tempat yang ke dalamnya dia menarik diri: Ia masuk ke dalam di 

hadapan TUHAN, yaitu, ke dalam tenda tempat tabut Allah ber-

ada, yang merupakan tanda kehadiran Allah. Di hadapan tabut 

itulah dia menunjukkan diri. Kehendak Allah sekarang ini yaitu  

supaya manusia berdoa di mana saja. Akan namun , di mana pun 

kita berdoa, kita harus menempatkan diri seperti di hadapan 

Tuhan dan harus menempatkan Tuhan di hadapan kita. 

II. Sikap yang diambil Daud: Duduklah ia di hadapan TUHAN.  

1.  Hal ini menunjukkan sikap tubuhnya. Berlutut atau berdiri 

tentu saja merupakan cara yang paling tepat untuk digunakan 

dalam berdoa. namun  orang-orang Yahudi, berdasar  kejadi-

an ini, berkata, “Raja-raja dari keluarga Daud diperbolehkan 

duduk di bait suci, namun  tidak bagi yang lain.” namun  ini sama 

sekali tidak dapat membenarkan kita untuk mengambil sikap 

tubuh itu saat  berdoa seperti biasa, apa pun yang diperbo-

lehkan dalam keadaan darurat. Daud masuk, dan mengambil 

tempatnya di hadapan TUHAN, demikian ayat itu bisa dibaca. 

Akan namun , saat  berdoa, dia berdiri sesuai dengan kebiasa-

an yang berlaku. Atau dia masuk dan tetap tinggal di hadapan 

TUHAN, berdiam diri sejenak sambil merenung, sebelum me-

mulai doanya, dan kemudian tinggal lebih lama daripada bia-

sanya di Kemah Suci. Atau,  

2.  Sikap itu menunjukkan suasana rohnya pada waktu itu. Ia 

masuk, dan menenangkan dirinya di hadapan TUHAN. Demi-

kianlah yang harus kita lakukan setiap kali kita datang ke-

pada Allah. Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap. 

III. Doa itu sendiri, yang penuh dengan hembusan nafas cinta yang 

disertai kesalehan dan ketakwaan kepada Allah. 

1.  Daud berbicara dengan sangat rendah hati tentang dirinya dan 

jasa-jasanya. Dia memulai sebagai seorang yang takjub: Siapa-

kah aku ini, ya Tuhan ALLAH! dan siapakah keluargaku? (ay. 

18). Allah telah mengingatkan dia akan asal-usulnya yang hina 

(ay. 8) dan dia mengakuinya. Ia tidak memandang tinggi,  

(1) Jasa-jasanya sendiri: Siapakah aku ini? Dari segala segi, 

Daud yaitu  seorang yang sangat besar dan berharga. Ba-

kat-bakatnya yang bersifat jasmani maupun rohani sunguh 

Kitab 2 Samuel 7:18-29 

 679 

luar biasa. Pemberian dan anugerah yang diterimanya sa-

ngat istimewa. Ia yaitu  seorang yang terhormat, berhasil, 

dan berguna, kesayangan negerinya dan kengerian bagi 

para musuhnya. Namun demikian, saat  dia hendak ber-

bicara tentang dirinya sendiri di hadapan Allah, dia ber-

kata, “Siapakah aku ini? Seorang yang tidak layak untuk 

diperhatikan.”  

(2) Tentang jasa-jasa keluarganya: Siapakah keluargaku? Ke-

luarganya berasal dari suku kerajaan, dan keturunan raja 

dari suku ini . Ia bersekutu dengan keluarga-keluarga 

terbaik dari negeri itu, namun, seperti Gideon, berpikir 

bahwa kaumnya yaitu  yang paling kecil di antara suku 

Yehuda dan dia pun seorang yang paling muda di antara 

kaum keluarganya (Hak. 6:15). Daud merendahkan diri 

seperti itu saat  anak wanita   Saul ditawarkan kepa-

danya untuk menjadi istri (1Sam. 18:18), namun  sekarang ia 

melakukannya dengan alasan yang jauh lebih kuat. Per-

hatikanlah, alangkah baiknya jika orang-orang terbesar 

dan terbaik, bahkan di tengah-tengah segala pencapaian 

yang tertinggi sekalipun, memandang diri sendiri dengan 

rendah dan hina. Sebab orang-orang yang terbesar sekali-

pun hanyalah ulat belaka, mereka yang terbaik hanyalah 

orang-orang berdosa, dan orang-orang yang telah mencapai 

puncak kejayaan hanya mempunyai apa yang telah mereka 

terima: “Siapakah aku ini, sehingga Engkau membawa aku 

sampai sedemikian ini,  membawa aku masuk ke dalam 

kerajaan, dan mengokohkanku di dalamnya, dan memberi-

ku keamanan dari semua musuhku?” Hal itu menyiratkan 

bahwa dia tidak dapat mencapai keberhasilan ini dengan 

usahanya sendiri, seandainya Allah tidak membawanya 

kepada keberhasilan ini . Semua pencapaian kita ha-

ruslah dipandang sebagai pemberian-pemberian Allah. 

2. Daud berbicara dengan sangat luhur dan hormat tentang per-

kenanan-perkenanan Allah kepadanya.  

(1) Dalam apa yang telah Ia lakukan baginya: “Engkau mem-

bawa aku sampai sedemikian ini, sampai kepada martabat 

dan kekuasaan yang besar ini. Sampai sedemikian ini 

Engkau telah menolongku.” Meskipun kita harus dibiarkan 


 680

tidak pasti tentang belas kasih yang akan kita terima lebih 

lanjut, namun kita mempunyai alasan yang kuat untuk 

bersyukur atas apa yang telah dilakukan bagi kita sejauh 

ini (Kis. 26:22).  

(2) Dalam apa yang masih dijanjikan Allah lebih lanjut bagi-

nya. Allah telah melakukan perkara-perkara besar baginya, 

dan sekalipun begitu, seolah-olah semuanya itu belum apa-

apa, Ia berjanji untuk berbuat jauh lebih banyak lagi (ay. 

19). Perhatikanlah, apa yang telah dilakukan Allah bagi 

umat-Nya sangatlah banyak, namun  apa yang disimpan-Nya 

bagi mereka tak terhingga banyaknya (Mzm. 31:20). Segala 

anugerah dan penghiburan yang diterima orang-orang ku-

dus pada saat ini yaitu  pemberian yang tak ternilai. Na-

mun demikian, seolah-olah semuanya ini terlalu sedikit 

untuk diberikan Allah kepada anak-anak-Nya, Ia telah ber-

firman juga mengenai semuanya itu untuk masa yang 

masih jauh, bahkan sampai pada kekekalan itu sendiri. 

Tentang hal ini, kita harus mengakui, seperti Daud di sini,  

[1] Bahwa hal itu jauh melebihi apa yang dapat kita per-

kirakan: Apakah ini perlakuan terhadap manusia? (KJV). 

Yaitu, pertama, dapatkah manusia berharap untuk di-

perlakukan seperti itu oleh Penciptanya? Apakah ini 

hukum Adam? Perhatikanlah, mengingat seperti apa 

sifat dan keadaan manusia itu, sangat mengejutkan dan 

menakjubkan bahwa Allah memperlakukannya seperti 

demikian. Manusia yaitu  makhluk ciptaan yang hina, 

dan sebab nya tunduk pada hukum yang membuatnya 

harus dijauhkan. Ia tidak bermanfaat bagi Allah, dan 

sebab nya tunduk pada hukum yang membuatnya 

tidak dihargai dan dianggap. Ia bersalah dan menyulut 

murka Allah, dan sebab  itu tunduk pada hukum ke-

matian dan kutukan. Akan namun , alangkah berbedanya 

perlakuan Allah terhadap manusia dengan hukum 

Adam ini! Ia dibawa mendekat kepada Allah, dibeli de-

ngan harga yang mahal, dan dimasukkan ke dalam per-

janjian dan persekutuan dengan Allah. Adakah hal ini 

pernah terpikirkan? Kedua, apakah manusia biasanya 

memperlakukan satu sama lain seperti itu? Tidak, cara 

Allah kita jauh di atas cara manusia. Meskipun Tuhan 

Kitab 2 Samuel 7:18-29 

 681 

itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina. Dan apa-

kah ini cara manusia? Meskipun Ia didukakan oleh 

kita, Ia meminta kita untuk diperdamaikan, menanti 

untuk berlaku penuh rahmat, dan melimpahkan peng-

ampunan-Nya. Dan apakah ini cara manusia? Sebagian 

penafsir memberikan arti lain untuk ayat ini, dengan 

membacanya sebagai berikut: Dan inilah hukum manu-

sia, TUHAN Yahweh, yaitu, “Janji tentang seseorang 

yang kerajaannya akan ditegakkan untuk selama-lama-

nya ini harus dipahami sebagai seseorang yang merupa-

kan manusia dan juga TUHAN Yahweh. Ini pastilah 

hukum dari orang yang demikian. Seorang Mesias dari 

keturunanku pastilah seorang manusia, namun , sebab  

memerintah untuk selama-lamanya, pastilah Dia itu 

Allah.”  

[2] Bahwa di luar ini tidak ada yang dapat kita ingin-

kan: “Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu 

lebih lagi dari pada itu? (ay. 20). Apalagi yang dapat 

kuminta atau harapkan? Engkau yang mengenal ham-

ba-Mu ini, ya Tuhan, yang mengetahui apa yang akan 

membuat diriku bahagia, dan apa yang telah Engkau 

janjikan sudah cukup membuatku bahagia.” Janji Kris-

tus mencakup segalanya. Jika orang itu, TUHAN Allah, 

menjadi milik kami, apalagi yang dapat kami minta atau 

pikirkan? (Ef. 3:20). Janji-janji yang termuat dalam 

kovenan anugerah dibuat oleh Dia yang mengenal kita, 

dan sebab nya tahu bagaimana menyesuaikan janji-

janji itu dengan setiap kebutuhan kita. Ia lebih menge-

nal diri kita daripada kita mengenal diri kita sendiri. 

Oleh sebab  itu, hendaklah kita puas dengan persedia-

an yang telah diberikan-Nya bagi kita. Adakah yang 

dapat kita katakan bagi diri kita sendiri dalam doa-doa 

kita, lebih daripada apa yang telah dikatakan-Nya bagi 

kita dalam janji-janji-Nya?  

3. Daud menganggap semuanya bersumber dari anugerah Allah 

yang cuma-cuma (ay. 21), baik itu perkara-perkara besar yang 

telah diperbuat-Nya baginya maupun perkara-perkara besar 

yang telah dinyatakan-Nya kepadanya. Semuanya itu,  


 682

(1) Oleh sebab  firman-Nya, yaitu, demi Kristus sang Firman 

kekal. Semuanya itu berkat jasa-Nya. Atau, “Supaya Eng-

kau mengagungkan firman-Mu yang mengandung janji ini 

di atas segala nama-Mu, dengan menjadikannya sebagai 

penopang dan tempat persediaan bagi umat-Mu.”  

(2) Menurut hati-Mu sendiri, menurut keputusan hikmat dan 

rancangan-Mu, ex mero motu – menurut kerelaan kehendak-

Mu sendiri. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. 

Semua yang dilakukan Allah bagi umat-Nya dalam segala 

pemeliharaan-Nya, dan yang dijaminkan bagi mereka dalam 

janji-janji-Nya, yaitu  demi kesenangan-Nya dan kepujian-

Nya, kesenangan kehendak-Nya dan pujian bagi firman-Nya. 

4. Daud memuja kebesaran dan kemuliaan Allah (ay. 22):  Eng-

kau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seper-

ti Engkau. Kesediaan Allah untuk merendah dengan penuh 

rahmat kepadanya, dan kehormatan yang telah diberikan Allah 

kepadanya, sama sekali tidak mengurangi pemujaannya yang 

penuh dengan rasa kagum dan hormat terhadap keagungan 

ilahi. Sebab semakin orang dibawa dekat kepada Allah, sema-

kin besar kemuliaan-Nya yang mereka lihat, dan semakin kita 

disayang oleh-Nya, semakin kita seharusnya menyayangi Dia. 

Dan inilah yang kita akui tentang Allah, bahwa tidak ada yang 

seperti Dia, tidak pula ada allah lain selain Dia, dan bahwa 

apa yang telah kita lihat dengan mata kita tentang kuasa dan 

kebaikan-Nya yaitu  sesuai dengan segala yang kita dengar 

dengan telinga kita, dan separuhnya tidak diberitahukan ke-

pada kita. 

5. Daud mengungkapkan rasa hormat yang besar untuk Israel 

kepunyaan Allah (ay. 23-24). Sama seperti tidak ada satu pun 

di antara para allah yang dapat dibandingkan dengan Yahweh, 

demikian pula tidak ada satu pun di antara bangsa-bangsa 

yang dapat dibandingan dengan Israel, dengan menimbang, 

(1) Perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan bagi mereka. 

Allah pergi untuk membebaskan mereka, mengerahkan 

kekuatan-Nya untuk pekerjaan itu sebagai pekerjaan yang 

besar, dan mengerjakannya dengan penuh kesungguh-

an. Elohim halecu, dii iveruni – Allah-allah pergi, seolah-olah 

ada perundingan dan kesepakatan yang sama dari semua 

Kitab 2 Samuel 7:18-29 

 683 

pribadi dalam Trinitas pada karya pembebasan sama se-

perti pada karya penciptaan, saat  Allah berkata, baiklah 

Kita menjadikan manusia. Mereka yang diutus Allah pergi 

untuk membebaskan. demikian dalam Alkitab bahasa Aram, 

yang saya kira berarti Musa dan Harun. Pembebasan 

Israel, seperti digambarkan di sini, yaitu  perlambang dari 

penebusan kita oleh Kristus, dalam arti bahwa,  

[1] Mereka dibebaskan dari bangsa-bangsa lain dan allah-

allah mereka. Demikian pula kita dibebaskan dari sega-

la kesalahan dan segala keserupaan dengan dunia seka-

rang ini. Kristus datang untuk menyelamatkan umat-

Nya dari dosa-dosa mereka.  

[2] Mereka dibebaskan untuk menjadi umat kesayangan 

Allah, yang dimurnikan dan dikhususkan bagi-Nya, su-

paya Ia mendapat nama besar bagi diri-Nya  dan mela-

kukan perbuatan-perbuatan besar bagi mereka. Kehor-

matan Allah, dan kebahagiaan kekal orang-orang ku-

dus, yaitu  dua hal yang dituju dalam pembebasan 

mereka.  

(2) Kovenan yang telah dibuat-Nya dengan mereka (ay. 24). 

Perjanjian ini  bersifat,  

[1] Timbal balik: “Mereka akan menjadi suatu umat bagi-

Mu, dan Engkau akan menjadi Allah bagi mereka. Sega-

la kepentingan mereka dikuduskan bagi-Mu, dan semua 

sifat-Mu diperlihatkan dalam berhubungan dengan me-

reka.”  

[2] Tetap: “Engkau telah mengokohkan mereka.” Ia yang 

membuat kovenan menjadikan kovenan itu pasti, dan 

akan melaksanakannya.  

6. Daud menutup dengan permohonan-permohonan yang penuh 

kerendahan hati kepada Allah.  

(1) Daud mendasarkan permohonan-permohonannya pada pe-

san yang telah dikirimkan Allah kepadanya (ay. 27): Eng-

kau telah menyatakan kepada hamba-Mu ini, yaitu, “Eng-

kau oleh kehendak baik-Mu sendiri telah berjanji kepadaku 

bahwa Engkau akan membangunkan sebuah keluarga 

bagiku, sebab kalau tidak, aku tidak akan pernah bisa 

mempunyai hati untuk memanjatkan doa seperti ini. Aku 


 684

tidak berani memohon hal-hal besar seperti itu seandainya 

aku tidak diarahkan dan didorong oleh janji-Mu untuk 

memohonkannya. Hal-hal itu memang terlalu besar untuk 

kumohon, namun  tidak terlalu besar untuk Kau beri. Ham-

ba-Mu telah mempunyai hati untuk memanjatkan doa ini,” 

demikian dalam bahasa aslinya dan dalam Alkitab Septua-

ginta. Banyak orang, saat  pergi berdoa, masih mencari 

hati, namun  hati Daud sudah didapatkan, yaitu, hatinya 

sudah tetap, sudah kembali dari pengembaraan-pengem-

baraannya, dan sepenuhnya tercurah untuk menjalankan 

kewajiban. Doa yang hanya didapati di bibir saja tidak 

akan berkenan pada Allah. Doa harus didapati dalam hati. 

Hati harus diangkat dan dicurahkan di hadapan Allah. Hai 

anakku, berikanlah hatimu kepada Allah.  

(2) Daud membangun imannya dan berharap untuk berhasil 

berdasar  kesetiaan Allah kepada janji-Nya (ay. 28): “Eng-

kaulah Allah (Engkaulah Dia, yakni Allah itu, TUHAN semes-

ta alam, dan Allah Israel, atau Allah yang firmannya benar 

itu,  Allah yang kepada-Nya orang dapat bergantung itu). 

Dan Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada 

hamba-Mu, yang sebab nya berani aku mohonkan.”  

(3) berdasar  janji Allah itu Daud menyampaikan pokok 

doanya, dan ia merujuk pada janji itu sebagai penuntun 

doa-doanya.  

[1] Ia berdoa bagi penggenapan janji Allah (ay. 25): “Kiranya 

firman itu digenapi bagiku, yang sebab nya Engkau 

telah membuat aku berharap (Mzm. 119:49), dan laku-

kanlah seperti yang Engkau janjikan itu. Aku tidak 

menginginkan yang lebih lagi, dan aku tidak mengha-

rapkan yang kurang. Begitu penuh janji itu, dan begitu 

teguh.” Demikianlah kita harus mengubah janji-janji 

Allah menjadi doa, dan baru kemudian janji-janji terse-

but akan diubah menjadi penggenapan. Sebab, bagi 

Allah, berkata dan berbuat bukanlah dua hal yang ber-

beda, sebagaimana yang sering terjadi dengan manusia. 

Allah akan melakukan seperti yang telah dikatakan-

Nya.  

[2] Daud berdoa bagi kemuliaan nama Allah (ay. 26): Maka 

nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya. Hal 

Kitab 2 Samuel 7:18-29 

 685 

ini harus menjadi intisari dan pusat dari semua doa kita, 

menjadi Alfa dan Omega dari semua doa kita. Mulailah 

dengan dikuduskanlah nama-Mu, dan akhirilah de-

ngan Engkaulah yang empunya kemuliaan sampai selama-

lamanya. “Entah namaku menjadi besar atau tidak, kira-

nya nama-Mu akan menjadi besar.”  Dan dia menganggap 

bahwa tidak ada yang membuat besar nama Allah lebih 

daripada ini, yaitu, mengatakan dengan perasaan yang 

semestinya, TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel. 

Hal ini memperlihatkan Allah Israel agung mulia, bahwa 

Ia yaitu  TUHAN semesta alam. Hal ini menunjukkan 

TUHAN semesta alam  baik dan mulia, bahwa Ia yaitu  

Allah atas Israel. Dalam keduanya, kiranya nama-Mu 

akan menjadi besar untuk selama-lamanya. Kiranya 

semua makhluk ciptaan dan semua jemaat memulia-

kan-Nya atas kedua hal ini. Daud merindukan peng-

genapan janji Allah bukan demi kehormatan namanya 

sendiri, melainkan demi kehormatan nama Allah. Demi-

kian pula Anak Daud berdoa, Bapa, muliakanlah nama-

Mu (Yoh. 12:28, 17:1), permuliakanlah Anak-Mu, supaya 

Anak-Mu mempermuliakan Engkau.  

[3] Daud berdoa bagi keluarganya, sebab kepada keluarga-

nyalah janji Allah merujuk secara khusus, pertama, su-

paya keluarganya berbahagia (ay. 29): Kiranya Engkau 

sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu 

ini. Dan lagi, oleh sebab  berkat-Mu. “Kiranya keluarga 

hamba-Mu sungguh-sungguh dan selama-lamanya di-

berkati. Siapa yang Kauberkati, dia benar-benar beroleh 

berkat.” Orang baik pasti sangat peduli terhadap keluar-

ga mereka. Warisan terbaik yang dapat diturunkan ke-

pada keluarga mereka yaitu  berkat Allah. Diulanginya 

permohonan ini bukanlah pengulangan yang sia-sia, te-

tapi mengungkapkan penghargaannya terhadap berkat 

ilahi, dan kerinduannya yang sungguh-sungguh untuk 

memperoleh berkat ini , yang merupakan segala-

galanya bagi kebahagiaan keluarganya. Kedua, supaya 

kebahagiaan keluarganya tetap kokoh: “Kiranya keluarga 

hamba-Mu ini akan tetap kokoh di hadapan-Mu (ay. 26). 


 686

Kiranya keluarga hamba-Mu tetap ada di hadapan-Mu 

untuk selama-lamanya,” (ay. 29). Ia berdoa,  

1. Supaya para penerus mahkota tidak terputus, namun  

tetap tinggal di dalam keluarganya, sehingga tak 

seorang pun dari keluarganya akan kehilangan mah-

kota itu akibat perbuatan mereka, namun  supaya me-

reka dapat hidup di hadapan Allah, yang akan me-

ngokohkan mereka.  

2. Supaya kerajaannya dapat disempurnakan dan di-

langgengkan dalam kerajaan Mesias. saat  Kristus 

duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan 

Allah (Ibr. 10:12), dan menerima jaminan yang se-

pasti-pastinya bahwa keturunan dan takhta-Nya 

akan ada sampai seumur langit, doa Daud anak Isai 

bagi keturunannya ini dijawab secara sangat me-

muaskan, supaya keluarganya bisa tetap ada di 

hadapan Allah untuk selama-lamanya (lih. Mzm. 

72:17). Keabadian kerajaan Mesias yaitu  kerindu-

an dan iman dari semua orang baik.  

 

 

 

PASAL  8  

etelah Daud terlebih dahulu mencari kerajaan Allah dan kebenar-

annya, dengan membuatkan tempat bagi tabut Allah segera sesu-

dah ia sendiri menetap, di sini diceritakan kepada kita bagaimana 

segala sesuatu yang lain ditambahkan kepadanya. Dalam pasal ini 

kita mendapati penjelasan, 

I. Tentang penaklukan-penaklukannya. Ia menang,     

1. Atas orang Filistin (ay. 1). 

2. Atas orang Moab (ay. 2). 

3. Atas raja Zoba (ay. 3-4). 

4. Atas orang Aram (ay. 5-8). 

5. Atas orang Edom (ay. 13-14). 

II.  Tentang pemberian-pemberian yang dibawa kepadanya dan 

kekayaan yang diperolehnya dari bangsa-bangsa yang ditun-

dukkannya, yang kemudian dipersembahkannya kepada Allah 

(ay. 9-12). 

III. Tentang keadilan yang ditegakkannya, pelaksanaan pemerin-

tahannya (ay. 15), dan para pemuka negerinya (ay. 16-18). 

Hal ini memberi kita gambaran umum tentang kesejahteraan 

pemerintahan Daud. 

Penaklukan-penaklukan Daud 

(8:1-8) 

1 Sesudah itu Daud memukul kalah orang Filistin dan menundukkan me-

reka; lalu Daud mengambil kendali pemerintahan atas ibu kota dari tangan 

orang Filistin. 2 Dan ia memukul kalah orang Moab, lalu sambil menyuruh 

mereka berbaring di tanah ia mengukur tempat mereka dengan tali; diukur-

nya dua kali panjang tali itu untuk mematikan dan satu tali penuh untuk 

membiarkan hidup. Maka orang Moab takluk kepada Daud dan harus mem-


 688

persembahkan upeti. 3 Selanjutnya Daud memukul kalah Hadadezer bin 

Rehob, raja Zoba, saat  ia pergi memulihkan kekuasaannya pada sungai 

Efrat. 4 Daud menawan dari padanya seribu tujuh ratus orang pasukan ber-

kuda dan dua puluh ribu orang pasukan berjalan kaki, lalu Daud menyuruh 

memotong urat keting segala kuda kereta, namun  dengan meninggalkan 

seratus ekor kuda kereta. 5 Lalu orang Aram dari Damsyik datang menolong 

Hadadezer, raja Zoba, namun  dari antara orang Aram itu Daud menewaskan 

dua puluh dua ribu orang. 6 Kemudian Daud menempatkan pasukan-pasuk-

an pendudukan di daerah orang Aram dari Damsyik. Orang Aram itu takluk 

kepada Daud dan harus mempersembahkan upeti. TUHAN memberi keme-

nangan kepada Daud ke mana pun ia pergi berperang. 7 Sesudah itu Daud 

mengangkut perisai-perisai emas yang dipakai oleh anak buah Hadadezer, 

lalu membawanya ke Yerusalem. 8 Dan dari Betah dan dari Berotai, yaitu 

kota-kotanya Hadadezer, raja Daud mengangkut amat banyak tembaga. 

Allah telah memberi Daud ketenangan dari semua musuhnya yang 

menentang dia dan maju melawannya. Dan sebab  Daud telah me-

manfaatkan waktu tenang itu dengan baik, maka sekarang ia ditu-

gaskan untuk memerangi mereka, dan melakukan serangan untuk 

membalaskan pertikaian-pertikaian dengan orang Israel dan me-

ngembalikan hak-hak mereka. Sebab sampai pada waktu itu, mereka 

belum sepenuhnya menduduki negeri yang berhak mereka duduki 

berdasar  janji Allah. 

I. Daud menundukkan orang Filistin sepenuhnya (ay. 1). Mereka 

telah menyerangnya saat  menyangka ia lemah (5:17), dan itu 

mereka lakukan dengan segencar-gencarnya. Akan namun , saat  

mendapati dirinya kuat, Daud membalas serangan itu, dan men-

jadikan dirinya penguasa atas negeri mereka. Sudah sejak lama 

mereka menyusahkan dan menindas Israel. Saul tidak berhasil 

mengalahkan mereka, namun  Daud menuntaskan pembebasan 

Israel dari tangan mereka, yang telah dimulai Simson jauh sebe-

lum itu (Hak. 13:5). Metheg-Ammah yaitu  Gat, yaitu ibu kota dan 

kota kerajaan orang Filistin, berikut kota-kota kecil yang terma-

suk di dalamnya. Di antara kota-kota itu ada pasukan tetap yang 

ditempatkan orang Filistin di bukit Ama (2Sam. 2:24), yaitu Meteg, 

atau kekang (itulah arti kata itu) atau kendali atas orang Israel. 

Bukit ini direbut Daud dari tangan mereka dan digunakannya 

sebagai kendali atas mereka. Demikianlah, saat  orang kuat di-

lucuti, senjata yang diandalkannya diambil darinya, dan diguna-

kan untuk melawannya (Luk. 11:22). Sesudah peperangan panjang 

yang sering dijalani orang-orang kudus melawan kuasa-kuasa 

kegelapan, seperti halnya Israel melawan orang Filistin, Anak 

Kitab 2 Samuel 8:1-8 

 689 

Daud akan menginjak-injak mereka semua di bawah kaki orang-

orang kudus, dan menjadikan orang-orang kudus lebih daripada 

pemenang.  

II.  Daud memukul kalah orang Moab, dan membuat mereka menjadi 

pembayar upeti kepada Israel (ay. 2). Ia membagi negeri itu men-

jadi tiga bagian, dua di antaranya dihancurkannya, dengan mero-

bohkan benteng-benteng dan menumpas semua penduduknya 

dengan pedang. Bagian yang ketiga dibiarkannya, supaya tanah-

nya bisa diolah dan penduduknya menjadi hamba bagi orang 

Israel. Dr. Lightfoot berkata, “Daud menyuruh mereka berbaring 

di tanah dan mengukur mereka dengan tali, untuk menentukan 

siapa yang harus dibunuh dan siapa yang harus dibiarkan 

hidup.” Inilah yang disebut mengukur lembah Sukot (Mzm. 60:8). 

Orang Yahudi berkata bahwa Daud bertindak keras seperti ini 

terhadap orang Moab sebab  mereka telah membunuh orangtua 

dan saudara-saudaranya, yang telah ditempatkannya di bawah 

perlindungan raja Moab selama ia berada di pembuangan (1Sam. 

22:3-4). Daud melakukan itu dengan adil, sebab mereka telah 

menjadi musuh-musuh yang berbahaya bagi Israel milik Allah. 

Dan Daud melakukan itu dengan bijaksana, sebab, jika  dibiar-

kan kuat, mereka akan tetap menjadi musuh-musuh yang demi-

kian. namun  cermatilah, walaupun dua per tiga dari mereka harus 

dibinasakan, namun tali pengukur untuk membiarkan hidup, 

meskipun hanya satu, yaitu  satu tali penuh. Pastikanlah pan-

jang talinya mencukupi. Biarlah tali kasih setia direntangkan 

sepanjang mungkin in favorem vitæ – sehingga dapat mendukung 

kehidupan. Pembalasan harus ditafsirkan sedemikian rupa hingga 

dukungan terhadap kehidupan itu bisa diperluas. Sekarang nu-

buatan Bileam digenapi, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan 

meremukkan pelipis-pelipis Moab, yang sampai ke sudut-sudutnya 

tali yang mematikan itu direntangkan (Bil. 24:17). Orang Moab 

terus menjadi pembayar upeti kepada Israel sampai sesudah ke-

matian Ahab (2Raj. 3:4-5). sesudah  itu mereka memberontak dan 

tidak pernah ditundukkan lagi. 

III. Daud memukul kalah orang Asyur atau orang Aram. Di antara 

mereka terdapat dua kerajaan yang berbeda, seperti yang kita 

dapati disebut dalam judul Mazmur 60: Aram Naharaim – sungai-


 690

sungai Siria, dengan ibu kota Damsyik yang termasyhur akan 

sungai-sungainya (2Raj. 5:12), dan Aram-Zoba, yang menyatu 

dengannya, namun  meluas sampai ke sungai Efrat. Inilah kedua 

mahkota kerajaan di utara. 

1. Daud memulai dengan orang-orang Aram-Zoba (ay. 3-4). 

saat  ia pergi untuk menetapkan batas wilayahnya di sungai 

Efrat (sebab  memang sampai sejauh itulah terentang negeri 

yang diberikan melalui pemberian ilahi kepada Abraham dan 

keturunannya, Kej. 15:18), raja Zoba menentangnya, sebab  ia 

sendiri menduduki negeri-negeri yang menjadi milik Israel itu. 

namun  Daud mengalahkan tentaranya secara telak, dan mena-

wan kereta-kereta dan pasukan berkudanya. Pasukan berkuda-

nya di sini dikatakan berjumlah 700 orang (KJV), namun  dalam 1 

Tawarikh 18:4 disebutkan bahwa jumlahnya 7.000 orang. Jika 

mereka membagi kuda-kuda mereka menjadi sepuluh kelom-

pok, seperti yang mungkin demikian, maka jumlah kepala pa-

sukan dan kelompoknya yaitu  700, sedangkan jumlah pasuk-

an berkudanya 7.000. Daud menyuruh memotong urat keting 

kuda-kuda itu, sehingga kuda-kuda itu menjadi lumpuh, dan 

tidak dapat dipakai lagi, setidak-tidaknya di medan perang, 

sebab  Allah telah melarang mereka untuk memelihara banyak 

kuda (Ul. 17:16). Daud hanya menyisakan 100 kereta kuda dari 

1.000 kereta untuk dipakainya sendiri. Sebab ia tidak meng-

andalkan kekuatannya pada kereta ataupun kuda, namun  pada 

Allah yang hidup (Mzm. 20:8), dan ia menulis berdasar  

pengamatannya sendiri, bahwa kuda yaitu  harapan sia-sia 

untuk mencapai kemenangan (Mzm. 33:16-17). 

2. Orang-orang Aram dari Damsyik yang datang untuk menolong 

raja Zoba ikut binasa bersamanya. Dua puluh dua ribu orang 

tewas di medan perang (ay. 5). Dengan demikian, mudahlah 

bagi Daud untuk menjadikan dirinya penguasa negeri itu, dan 

menempatkan pasukan-pasukannya sendiri di dalamnya (ay. 6). 

Musuh-musuh jemaat Allah, yang menyangka bahwa dengan 

bersekongkol satu sama lain mereka melindungi diri sendiri, 

pada akhirnya akan terbukti menghancurkan diri mereka sen-

diri. Ketahuilah, hai bangsa-bangsa, dan terkejutlah (Yes. 8:9, 

KJV: Berhimpunlah, hai bangsa-bangsa, maka kamu akan di-

pecah-belah).

 

Kitab 2 Samuel 8:9-14 

 691 

IV. Dalam semua peperangan ini, 

1. Daud dilindungi: TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke 

mana pun ia pergi berperang. Sepertinya ia berangkat sendiri, 

dan, demi kepentingan Allah dan Israel, membahayakan nya-

wanya sendiri di bukit-bukit pertempuran. namun  Allah menu-

dungi kepalanya pada hari pertempuran, yang sering kali dia 

bicarakan dalam mazmur-mazmurnya, bagi kemuliaan Allah. 

2. Daud diperkaya. Ia mengangkut perisai-perisai emas yang di-

pakai oleh anak buah Hadadezer (ay. 7), dan banyak tembaga 

dari sejumlah kota Aram (ay. 8), yang berhak didapatkannya, 

bukan hanya jure belli – berdasar  hak pedang perang yang 

tak terkendalikan (“Ambil dan bawalah”), melainkan juga ber-

dasarkan perintah penugasan dari sorga, dan diwariskannya 

negeri-negeri ini sejak dahulu kepada keturunan Abraham. 

Daud Menaklukkan Edom 

(8:9-14)  

9 saat  didengar Tou, raja Hamat, bahwa Daud telah memukul kalah selu-

ruh tentara Hadadezer, 10 maka Tou mengutus Yoram, anaknya, kepada raja 

Daud untuk menyampaikan salam dan mengucapkan selamat kepadanya, 

sebab  ia telah berperang melawan Hadadezer dan memukul dia kalah, sebab 

Hadadezer sering memerangi Tou. Dan Yoram membawa barang-barang 

perak, emas dan tembaga. 11 Juga barang-barang ini dikhususkan raja Daud 

bagi TUHAN, bersama-sama perak dan emas yang berasal dari segala bangsa 

yang ditaklukkannya, 12 yakni perak dan emas dari orang Aram, dari orang 

Moab, dari bani Amon, dari orang Filistin, dari orang Amalek, dan dari jarah-

an yang dirampas dari Hadadezer bin Rehob, raja Zoba. 13 Demikianlah Daud 

mendapat nama, dan saat  ia pulang, ia menewaskan delapan belas ribu 

orang Edom di Lembah Asin. 14 Lalu ia menempatkan pasukan-pasukan pen-

dudukan di Edom; di seluruh Edom ditempatkannya pasukan-pasukan pen-

dudukan, sehingga seluruh Edom diperbudak oleh Daud. TUHAN memberi 

kemenangan kepada Daud ke mana pun ia pergi berperang. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

1. Upaya untuk mengambil hati Daud yang dilakukan oleh raja 

Hamat, yang pada masa itu sepertinya sedang terlibat peperangan 

juga melawan raja Zoba. sesudah  mendengar keberhasilan Daud 

melawan musuhnya, ia mengirimkan putranya sendiri sebagai 

utusan kepada Daud (ay. 9-10), untuk mengucapkan selamat atas 

kemenangannya, untuk berterima kasih atas kebaikan yang telah 

dilakukan Daud kepadanya dengan mematahkan kuasa orang 

yang ditakutinya, dan untuk memohon agar Daud mau bersaha-


 692

bat dengannya. Dengan demikian, ia tidak saja mengamankan, 

namun  juga memperkuat dirinya sendiri. Daud tidak kehilangan 

apa pun dengan membawa raja kecil ini di bawah perlindungan-

nya, sama seperti orang Romawi kuno dengan kebijakan serupa. 

Sebab dari negeri-negeri yang ditaklukkannya, ia memperoleh ke-

kayaan melalui penjarahan, sedangkan dari negeri ini ia memper-

oleh kekayaan sebagai hadiah atau pemberian: Barang-barang 

perak dan emas. Lebih baik memperoleh dengan persetujuan 

daripada dengan paksaan. 

2. Persembahan yang diberikan Daud kepada Allah dari barang ram-

pasan bangsa-bangsa lain dan segala harta benda yang dibawa 

kepadanya. Ia mempersembahkan semuanya itu kepada TUHAN 

(ay. 11-12). Hal ini memahkotai semua kemenangannya, dan 

membuatnya jauh lebih cemerlang daripada kemenangan Alek-

sander ataupun kaisar, sebab  mereka mencari kemuliaan mere-

ka sendiri, sedangkan Daud bertujuan memuliakan Allah. Semua 

benda berharga yang dikuasainya itu merupakan barang-barang 

yang dikhususkan, artinya, barang-barang itu dimaksudkan un-

tuk pembangunan bait suci. Hal ini menjadi pertanda baik ten-

tang kebaikan terhadap bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam 

kegenapan waktu, dan dijadikannya rumah Allah sebagai rumah 

doa bagi segala bangsa, bahwa bait suci dibangun dengan ber-

bagai barang rampasan dan pemberian dari bangsa-bangsa lain. 

Dengan merujuk pada hal ini, kita mendapati raja-raja di bumi 

membawa kekayaan mereka ke Yerusalem baru (Why. 21:24). 

Berhala-berhala emas mereka dibakar Daud (2Sam. 5:21, KJV), 

namun  barang-barang emas mereka dipersembahkannya. Demikian 

pula halnya, dalam memenangkan jiwa, melalui anugerah Anak 

Daud. Apa saja yang berdiri menentang Allah harus dihancurkan, 

setiap hawa nafsu harus dimatikan dan disalibkan, namun  apa saja 

yang bisa memuliakan Dia harus dipersembahkan, dan keguna-

annya harus diubah. Bahkan laba dan upah sundal harus kudus 

bagi TUHAN (Yes. 23:18), dan rampasan harus dikhususkan bagi 

Tuhan seluruh bumi (Mi. 4:13), maka barulah itu benar-benar men-

jadi milik kita, dan memberi kita penghiburan yang teramat besar. 

3. Nama baik yang diperoleh Daud, secara khusus, melalui keme-

nangannya atas orang Aram dan sekutu mereka orang Edom, 

yang bekerja sama dengan mereka, seperti yang tampak dengan 

membandingkan judul Mazmur 60, yang ditulis pada kesempatan 

Kitab 2 Samuel 8:9-14 

 693 

ini, dengan ayat 13. Demikianlah Daud mendapat nama sebab  

segala kepemimpinan dan keberanian yang merupakan pujian 

bagi seorang panglima yang besar dan unggul. Sesuatu yang luar 

biasa, besar kemungkinan, ada dalam tindakan itu, yang banyak 

mendatangkan kehormatan baginya. Namun demikian, ia dengan 

hati-hati melimpahkan kehormatan itu kepada Allah, seperti yang 

tampak pada mazmur yang ditulisnya pada kesempatan ini (Mzm. 

60:14). Dengan Allah sajalah kita akan melakukan perbuatan-

perbuatan gagah perkasa. 

4. Keberhasilan Daud dalam melawan orang Edom. Mereka semua 

menjadi hambanya (ay. 14). Sekarang, dan baru sekaranglah, ber-

kat Ishak digenapi, yang melaluinya Yakub dibuat menjadi tuan 

atas Esau (Kej. 27:37-40). Dan Orang Edom dalam kurun waktu 

yang lama terus menjadi pembayar upeti kepada raja-raja Yehuda, 

seperti halnya orang Moab kepada raja-raja Israel, sampai, pada 

zaman Yoram, mereka memberontak (2Taw. 21:8), seperti yang 

sudah dinubuatkan Ishak dalam Kitab Kejadian itu bahwa dengan 

berjalannya waktu, Esau akan melemparkan kuk dari tengkuk-

nya. Dengan demikian, Daud melalui penaklukan-penaklukannya, 

(1) Menjamin kedamaian bagi putranya, supaya putranya itu 

mempunyai waktu untuk membangun bait suci. Selain itu, 

(2) Mendapatkan kekayaan bagi putranya, sehingga dengan keka-

yaan itu putranya dapat membangun bait suci. Allah memakai 

hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara, sebagian untuk satu 

pekerjaan, sebagian yang lain untuk pekerjaan lain. Sebagian 

untuk peperangan-peperangan rohani, sebagian yang lain un-

tuk pembangunan-pembangunan rohani. Dan yang satu mem-

persiapkan pekerjaan bagi yang lain, supaya Allah sajalah 

yang memperoleh kemuliaan atas segala-galanya. Semua ke-

menangan Daud merupakan perlambang dari keberhasilan In-

jil melawan kerajaan Iblis, yang di dalamnya Anak Daud maju 

sebagai pemenang untuk merebut kemenangan. Dan Ia akan 

memerintah sampai Ia telah menggulingkan semua pemerin-

tah, penguasa, dan penghulu dunia yang menentang. Dan 

sama seperti Daud (ay. 2), Ia mempunyai tali untuk mem-

bunuh dan tali untuk menyelamatkan. Sebab Injil yang sama 

bagi sebagian orang merupakan bau kehidupan yang meng-

hidupkan, namun  bagi sebagian yang lain bau kematian yang 

mematikan. 


 694

Daud Menjalankan Pemerintahan Atas Israel 

(8:15-18) 

15 Demikianlah Daud telah memerintah atas seluruh Israel, dan menegakkan 

keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya. 16 Yoab, anak Zeruya, men-

jadi panglima; Yosafat bin Ahilud menjadi bendahara negara; 17 Zadok bin 

Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Seraya menjadi panitera 

negara; 18 Benaya bin Yoyada menjadi panglima orang Kreti dan orang Pleti; 

dan anak-anak Daud menjadi imam. 

Daud tidak begitu sibuk mengurusi peperangan di negeri lain hingga 

menelantarkan pemerintahan di negeri sendiri. 

I. Perhatiannya meluas mencakup semua bagian kekuasaannya: Ia 

memerintah atas seluruh Israel (ay. 15). Bukan saja Ia berhak 

untuk memerintah semua suku, namun  juga Ia benar-benar meme-

rintah mereka. Mereka semua aman di bawah perlindungannya, 

dan ikut menikmati buah-buah pemerintahannya yang baik. 

II. Daud menegakkan keadilan dengan tangan yang tidak memihak 

dan tidak goyah: Ia menegakkan keadilan bagi seluruh bangsanya. 

Ia tidak bertindak jahat, atau mengambil hak siapa pun, ataupun 

menangguhkannya. Hal ini menyiratkan, 

1. Ketekunan dan perhatiannya yang penuh pada pekerjaannya, 

kemudahannya untuk ditemui dan kesiapannya untuk mene-

rima semua permohonan dan seruan yang disampaikan ke-

padanya. Seluruh rakyatnya, bahkan yang paling hina sekali-

pun, termasuk dari suku-suku yang paling hina, disambut 

baik di dewan pengurusnya. 

2. Tindakan-tindakannya yang tidak memihak dan tidak berat 

sebelah dalam menegakkan keadilan. Ia tidak pernah menyele-

wengkan keadilan dengan berbuat pilih kasih, ataupun me-

mandang bulu dalam menghakimi. Dalam hal ini ia menjadi 

perlambang akan Kristus, yang setia dan benar, dan yang 

menghakimi dan berperang dengan adil (Why. 19:11 dan Mzm. 

72:1-2). 

III. Daud memelihara ketertiban dan mempunyai pejabat-pejabat 

yang baik di istananya. sebab  Daud merupakan raja pertama 

yang memiliki pemerintahan yang kokoh (sebab pemerintahan 

Saul hanya berlangsung singkat dan tidak tetap), maka ia menjadi

Kitab 2 Samuel 8:15-18 

 695 

 teladan dalam menjalankan pemerintahan. Pada zaman Saul, kita 

tidak membaca tentang pejabat besar lain selain Abner, yang 

merupakan seorang panglima tentara. namun  Daud mengangkat 

lebih banyak pejabat: Yoab yang merupakan panglima pasukan di 

medan pertempuran, dan Benaya yang menjadi panglima orang 

Kreti dan orang Pleti. Orang Kreti dan orang Pleti ini yaitu  warga 

kota yang dilatih perang (pemanah dan pengumban, demikian 

dalam Alkitab bahasa Aram), atau lebih tepatnya para pengawal, 

atau pasukan tetap, yang melayani raja, pengawal pribadi, 

pasukan yang diambil dari rakyat. Mereka siap melayani di negeri 

sendiri, membantu menegakkan keadilan, dan memelihara keten-

teraman masyarakat. Kita mendapati mereka dipekerjakan dalam 

mempermaklumkan Salomo sebagai raja (1Raj. 1:38). 

1. Dua pejabat imamat: Zadok dan Ahimelekh menjadi imam. Arti-

nya, mereka sebagian besar mengerjakan pekerjaan para imam 

di bawah Abyatar, sang imam besar. 

2. Dua pejabat masyarakat: yang seorang bertugas sebagai ben-

dahara, atau pengingat, untuk mengingatkan raja akan peker-

jaan yang harus dilakukan pada waktunya. Ia yaitu  perdana 

menteri, namun tidak dipercayai untuk menjaga hati nurani 

raja, seperti yang dikatakan orang tentang pejabat tinggi kita, 

namun  hanya untuk menjaga ingatan raja. Hendaklah raja di-

ingatkan akan tugasnya, maka ia akan mengerjakannya sen-

diri. Yang seorang lagi yaitu  juru tulis, atau panitera negara, 

yang menyusun berbagai perintah dan laporan yang berkena-

an dengan kehidupan bermasyarakat, dan mencatat pengha-

kiman-penghakiman yang diberikan. 

3. Anak-anak Daud, sesudah  tumbuh dewasa dan layak bekerja, 

dijadikan para pemuka negeri (KJV). Mereka diberi tempat-tem-

pat kehormatan dan kepercayaan, baik di dalam istana, atau 

di dalam tentara, atau di pengadilan, sesuai dengan bakat dan 

kemampuan mereka masing-masing. Mereka yaitu  orang-

orang utama yang diperbantukan kepada raja, dipekerjakan di 

dekat raja, supaya mereka dapat diawasi olehnya (lih. 1Taw. 

18:17). Yesus Tuhan kita telah menetapkan pejabat-pejabat 

dalam kerajaan-Nya, demi kehormatan-Nya dan kebaikan kum-

pulan jemaat. saat  naik ke tempat tinggi, Ia memberikan pem-

berian-pemberian ini (Ef. 4:8-11), masing-masing dengan tugas-

nya (Mrk. 13:34). Daud menjadikan anak-anaknya sebagai 


 696

pemimpin utama. namun  semua orang percaya, yakni keturun-

an rohani Kristus, lebih ditinggikan, sebab mereka dibuat men-

jadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah kita (Why. 

1:6). 

 

 

  

PASAL  9  

atu-satunya hal yang dicatat di dalam pasal ini yaitu  kasih yang 

ditunjukkan Daud kepada keturunan Yonatan demi sahabatnya 

itu. 

I. Pertanyaan Daud yang penuh kasih perihal orang-orang yang 

masih tersisa dari keluarga Saul, dan bagaimana ia menemu-

kan Mefiboset (ay. 1-4). 

II. Penerimaan Daud yang penuh kasih terhadap Mefiboset, 

pada waktu ia dibawa menghadap kepadanya (ay. 5-8). 

III. Pemeliharaan Daud yang penuh kasih terhadap Mefiboset 

dan orang-orang kepunyaannya (ay. 9-13). 

Kasih Daud kepada Anak Laki-laki Yonatan 

(9:1-8) 

1 Berkatalah Daud: “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? 

Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh sebab  Yonatan.”  

2 Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia 

dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah 

Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.” 3 Kemudian berkatalah raja: “Tidak ada-

kah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan 

kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih 

ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.” 4 Tanya raja kepa-

danya: “Di manakah ia?” Jawab Ziba kepada raja: “Dia ada di rumah Makhir 

bin Amiel, di Lodebar.” 5 Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia 

dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar. 6 Dan Mefiboset bin Yonatan bin 

Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: “Mefi-

boset!” Jawabnya: “Inilah hamba tuanku.” 7 Kemudian berkatalah Daud 

kepadanya: “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku 

kepadamu oleh sebab  Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepada-

mu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan 

dengan aku.” 8 Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, 

sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?” 


 698

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Pertanyaan Daud perihal orang-orang yang masih tersisa dari 

keluarga Saul yang telah hancur (ay. 1). Peristiwa ini terjadi lama 

sesudah  Daud naik takhta, sebab  Mefiboset, yang hanya berusia 

lima tahun pada waktu Saul tewas, tampak pada saat ini telah 

mempunyai seorang anak laki-laki (ay. 12). Daud sudah terlalu 

lama melupakan kewajiban-kewajibannya kepada Yonatan, namun  

sekarang, pada akhirnya, semuanya itu muncul dalam ingatan-

nya. Sungguh baik bagi kita jika  sewaktu-waktu kita meng-

ingat-ingat apakah ada janji atau kewajiban yang telah kita abai-

kan dan belum kita tunaikan. Lebih baik terlambat menunai-

kanya daripada tidak sama sekali. Ikhtisar yang disampaikan 

Paulus kepada kita perihal hidup Daud yaitu  sebagai berikut 

(Kis. 13:36), bahwa Daud melakukan kehendak Allah pada zaman-

nya, artinya, Daud yaitu  seseorang yang berusaha untuk senan-

tiasa berbuat baik. Lihat saja peristiwa ini, yang di dalamnya kita 

dapat mengamati, 

1. Bahwa Daud mencari kesempatan untuk berbuat baik. Ia 

mungkin sudah dapat memuaskan hati nuraninya untuk me-

menuhi janjinya kepada Yonatan dengan sekadar bersiap sedia 

membantu dan menolong siapa saja dari keturunan sahabat-

nya itu yang datang untuk meminta atau memohon pertolong-

annya. namun  Daud berbuat lebih daripada itu. Ia menanyakan 

tentang mereka ini kepada orang-orang di sekelilingnya ter-

lebih dulu (ay. 1). Dan, saat  berjumpa dengan seseorang 

yang kemungkinan dapat memberinya keterangan, ia mena-

nyakan kepada orang itu secara khusus, tidak adakah lagi 

orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjuk-

kan kepadanya kasih (ay. 3). “Tidak adakah lagi yang tinggal, 

supaya kepadanya tidak hanya kutunjukkan keadilan (Bil. 

5:8), namun  juga kasih?” Perhatikanlah, orang-orang baik harus 

mencari kesempatan untuk berbuat baik. Orang yang berbudi 

luhur merancang hal-hal yang luhur (Yes. 32:8). Sebab, orang-

orang yang paling layak menerima kasih dan kebaikan kita 

yaitu  mereka yang sering kali sulit dijumpai tanpa terlebih 

dulu dipertanyakan keberadaannya. Orang-orang yang paling 

membutuhkan yaitu  mereka yang tidak berkoar-koar tentang 

keadaan mereka. 

Kitab 2 Samuel 9:1-8 

 699 

2. Orang-orang yang ditanyakan Daud yaitu  mereka yang ma-

sih tinggal dari keluarga Saul, yang hendak dikasihinya demi 

Yonatan: Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? 

Saul memiliki keluarga yang sangat banyak (1Taw. 8:33), yang 

cukup untuk memenuhi satu negeri. Namun demikian, keluar-

ga ini  telah begitu terkuras hingga tak seorang pun 

darinya yang menampakkan diri. namun  inilah yang menjadi 

pokok pertanyaannya, masih adakah orang yang tinggal? 

Lihatlah bagaimana penyelenggaraan Allah dapat mengosong-

kan keluarga-keluarga yang penuh. Lihatlah bagaimana dosa 

manusia akan menjadikannya demikian. Pada keluarga Saul 

melekat hutang darah, sehingga tidak heran jika  keluarga 

ini  menjadi berkurang seperti itu (21:1). Akan namun , 

walaupun Allah membalaskan kesalahan bapa kepada anak-

anaknya, Daud tidak mau berbuat hal serupa. “Masih adakah 

yang tinggal, supaya aku dapat menunjukkan kasihku ke-

padanya, bukan demi Saul, melainkan demi Yonatan?” 

(1) Saul yaitu  musuh sejati Daud. Namun demikian, Daud 

tetap berkehendak menunjukkan kasihnya kepada keluar-

ga Saul dengan segenap hati, dan ia siap sedia melaksana-

kannya. Daud tidak berkata, “Tidak adakah lagi orang yang 

tinggal dari keluarga Saul, supaya aku dapat menemukan 

suatu cara untuk menghabisi mereka, dan mencegah mere-

ka agar tidak mengusik diriku atau pewaris takhtaku?” Ini 

bertentangan dengan sikap Abimelekh yang tidak meng-

inginkan ada orang yang tinggal dari keluarga Gideon (Hak. 

9:5), dan juga bertentangan dengan sikap Atalya yang tidak 

menginginkan ada yang tinggal dari keturunan raja (2Taw. 

22:10-11). Pemerintahan kedua orang itu merupakan pe-

merintahan yang dihasilkan dari perampasan. Pemerintah-

an Daud tidak perlu disokong oleh perbuatan-perbuatan 

keji seperti itu. Daud berhasrat menunjukkan kasihnya ke-

pada keluarga Saul, bukan hanya sebab  ia percaya ke-

pada Allah dan tidak gentar terhadap apa yang dapat diper-

buat keluarga Saul kepadanya, melainkan juga sebab  ia 

sendiri berwatak penuh kasih dan sudah mengampuni apa 

yang telah mereka perbuat kepadanya. Perhatikanlah, kita 

harus membuktikan ketulusan pengampunan kita terha-

dap orang-orang yang telah berbuat tidak adil atau menya-


 700

kiti kita, dengan siap sedia menunjukkan kasih kepada 

mereka dan orang-orang kepunyaan mereka bila kesempat-

an itu tiba. Bukan saja kita tidak boleh membalas dendam 

kepada mereka, namun  juga kita harus mengasihi mereka, 

dan berbuat baik kepada mereka (Mat. 5:44, KJV), dan tidak 

menahan-nahan perbuatan kasih atau kebaikan apa pun 

dari orang-orang yang telah berkali-kali menyakiti kita. 

namun  sebaliknya, hendaknya kamu memberkati (1Ptr. 3:9). 

Inilah jalan untuk mengalahkan kejahatan dan mendapat 

belas kasihan bagi diri kita sendiri dan orang-orang kepu-

nyaan kita, saat  kita atau mereka membutuhkannya. 

(2) Yonatan yaitu  sahabat sejati Daud, dan oleh sebab itu 

Daud hendak menunjukkan kasihnya kepada keluarganya. 

Ini mengajar kita,  

[1] Untuk mengingat kovenan kita. Kasih yang telah kita 

janjikan, haruslah kita lakukan dengan kesadaran hati 

nurani, meskipun itu tidak boleh dituntut. Allah setia 

kepada kita, maka janganlah kita tidak setia satu ter-

hadap yang lain.  

[2] Untuk mengingat persahabatan kita, persahabatan lama 

kita. Perhatikanlah, kasih terhadap sahabat-sahabat 

kita, bahkan terhadap mereka serta orang-orang kepu-

nyaan mereka, merupakan salah satu hukum di dalam 

agama kita yang kudus. Orang yang memiliki sahabat 

harus menunjukkan dirinya bersahabat (Ams. 18:24, KJV). 

Jika penyelenggaraan Allah telah mengangkat kita, se-

mentara sahabat-sahabat kita beserta keluarga mereka 

direndahkan, kita tetap tidak boleh melupakan tali per-

sahabatan kita yang lampau, namun  harus memandang 

keadaan ini sebagai satu kesempatan yang jauh lebih 

baik bagi kita untuk menunjukkan kasih kepada  mere-

ka. Pada saat seperti inilah para sahabat kita paling 

membutuhkan kita, dan kita berada dalam keadaan ter-

baik untuk menolong mereka. Meskipun tidak ada ikat-

an persahabatan yang agung yang mewajibkan kita 

untuk terus mengasihi sahabat kita, namun ada hukum 

suci persahabatan yang tidak kalah mengikat, bahwa 

kepada orang yang ditimpa kemalangan, kasih sayang 

haruslah ditunjukkan oleh para sahabatnya (Ayb. 6:14). 

Kitab 2 Samuel 9:1-8 

 701 

Ini berarti menjadi seorang saudara dalam kesukaran. 

Tali persahabatan mewajibkan kita untuk memberi per-

hatian terhadap segenap keluarga serta kerabat yang 

masih hidup dari orang-orang yang kita kasihi, yang 

saat  meninggalkan kita, meninggalkan pula bagi kita 

anak-anak mereka, nama mereka, serta keturunan 

mereka untuk kita kasihi.  

3. Kasih yang dijanjikan oleh Daud untuk ditunjukkannya ke-

pada keluarga Saul, disebutnya sebagai kasih yang dari Allah, 

bukan hanya kasih yang agung, melainkan juga, 

(1) Kasih demi menggenapi kovenan yang tercipta antara dirinya 

dan Yonatan, yang disaksikan Allah (lih. 1 Sam. 20:42).  

(2) Kasih yang mengikuti teladan Allah, sebab  kita harus ber-

belas kasihan seperti halnya Allah. Ia membiarkan hidup 

orang-orang yang berada di bawah belas kasihan-Nya, 

maka kita pun harus berbuat serupa. Permohonan Yonatan 

terhadap Daud yaitu  (1Sam. 20:14-15, KJV), “Tunjukkan 

kepadaku kasih setia TUHAN, supaya aku tidak mati, dan 

begitu pula kepada keturunanku.” Kasih yang dari Allah 

yaitu  kasih yang jauh lebih besar daripada apa yang 

biasanya dapat diharapkan dari manusia. 

(3) Kasih ini yaitu  kasih yang diperbuat menurut kesalehan, 

dan dengan pandangan yang tertuju kepada Allah, serta 

kehormatan dan perkenanan-Nya.  

II. Keterangan yang disampaikan kepada Daud mengenai Mefiboset, 

anak laki-laki Yonatan. Ziba yaitu  seorang hamba yang sudah 

lama bekerja untuk keluarga Saul, dan tahu betul keadaan 

keluarga ini . Ia dipanggil menghadap untuk ditanyai, lalu ia 

menyampaikan keterangan kepada raja bahwa anak laki-laki 

Yonatan masih hidup, namun  cacat kakinya (bagaimana ia menjadi 

cacat, sudah kita baca sebelumnya, 4:4), dan bahwa ia hidup 

dalam keterasingan, mungkin bersama kerabat ibunya di Lodebar 

di Gilead, di seberang sungai Yordan. Di sanalah Mefiboset telah 

hilang dari ingatan seperti orang mati, namun  ia menanggung 

keterasingan ini dengan lebih mudah, sebab  hanya samar-samar 

ia mengingat kehormatan yang telah hilang daripadanya.  


 702

III. Mefiboset dibawa ke istana. Raja mengirim utusan, yang kemung-

kinan yaitu  Ziba, untuk membawa Mefiboset ke Yerusalem 

sesegera mungkin (ay. 5). Demikianlah Daud melegakan Makhir 

dari beban yang dipikulnya, dan kemungkinan memberinya ganti 

atas apa yang telah dikeluarkannya untuk mengasuh Mefiboset. 

Makhir ini tampaknya merupakan sosok yang sungguh dermawan 

dan murah hati, dan ia merawat Mefiboset bukan sebab  ia tidak 

senang dengan Daud atau pemerintahannya, melainkan sebab  ia 

mengasihi anak putra raja yang malang itu, sebab di kemudian 

hari kita menjumpai Makhir berbuat baik kepada Daud sendiri 

sewaktu Daud melarikan diri dari Absalom. Namanya dicatat 

(17:27) di antara orang-orang yang membawa apa yang dibutuh-

kan sang raja di Mahanaim, walaupun tidak pernah terpikir oleh 

Daud, sewaktu mengirim utusan untuk mengambil Mefiboset dari 

Makhir, bahwa akan tiba saatnya saat  ia sendiri akan dengan 

senang hati berutang budi kepada Makhir. Dan mungkin Makhir 

pada saat itu lebih siap sedia menolong Daud sebagai balasan 

atas kasihnya terhadap Mefiboset. Oleh sebab itu, kita harus siap 

sedia memberi, sebab  kita tidak pernah tahu kapan kita akan 

memerlukan bantuan (Pkh. 11:2). Siapa memberi minum, ia sendiri 

akan diberi minum (Ams. 11:25). Sekarang, 

1. Mefiboset pergi menghadap Daud dengan memberi segala hor-

mat yang pantas diberikan untuk orang seperti Daud. Sekali-

pun cacat, ia sujud dan menyembah (ay. 6). Daud telah mem-

berikan penghormatan yang sama kepada ayah Mefiboset, 

Yonatan, saat  Yonatan masih menjadi penerus takhta kera-

jaan selanjutnya. Daud menyembah tiga kali kepada Yonatan 

(1Sam. 20:41). Sekarang Mefiboset, dengan cara serupa, mem-

berikan penghormatan kepada Daud, saat  segala sesuatunya 

berbalik sepenuhnya. Orang yang, pada waktu berada dalam 

kedudukan rendah, tahu memberi hormat, akan dihormati 

pada waktu kedudukan mereka terangkat. 

2. Daud menerima Mefiboset dengan segenap kasih yang dapat 

dicurahkannya. 

(1) Daud berbicara kepadanya sebagai seseorang yang terke-

jut, namun  bersukacita telah bertemu dengannya. “Mefi-

boset! Ternyata engkau ini masih hidup!” Daud ingat nama 

Kitab 2 Samuel 9:1-8 

 703 

Mefiboset, sebab  ada kemungkinan Mefiboset lahir di saat 

persahabatan Daud dengan Yonatan terjalin begitu akrab. 

(2) Daud meminta Mefiboset untuk tidak takut: Janganlah 

takut (ay. 7). Ada kemungkinan bahwa Mefiboset merasa 

gugup saat  melihat Daud. Maka dari itu, untuk mele-

nyapkan kegugupan Mefiboset, Daud meyakinkan anak 

laki-laki sahabatnya itu bahwa ia memanggilnya bukan 

sebab  merasa cemburu, atau dengan suatu maksud jahat 

kepadanya, melainkan untuk menunjukkan kasihnya ke-

padanya. Orang-orang besar tidak boleh merasa senang 

melihat bawahan mereka menghadap mereka dengan 

takut-takut sebab  Allah yang besar pun tidak berlaku 

demikian, namun  justru harus membesarkan hati mereka.  

(3) Daud menyerahkan kepada Mefiboset, sebagai hadiah dari 

kerajaan, segala ladang Saul, ayahnya, artinya, daerah 

yang diwariskan ayahnya, yang telah terampas darinya ka-

rena pemberontakan Isyboset, dan sekarang ditambahkan 

ke dalam miliknya sendiri. Ini merupakan kebaikan yang 

nyata bagi Mefiboset, dan lebih daripada sekadar kata-kata 

indah. Persahabatan sejati akan membuat orang bermurah 

hati. 

(4) Meskipun telah melimpahkan kepada Mefiboset lahan yang 

baik seperti itu, yang cukup untuk menunjang kesejah-

teraannya, demi Yonatan (yang wajahnya mungkin dilihat 

Daud tercermin pada wajah Mefiboset), namun Daud 

bersedia menerima anak laki-laki sahabatnya itu sebagai 

tamu tetap di meja hidangannya. Di sana ia tidak hanya 

akan mendapat cukup makanan, namun  juga memperoleh 

teman dan pelayanan yang layak menurut garis keturunan 

dan kedudukannya. Meskipun Mefiboset cacat dan kurang 

sedap dipandang mata, serta tidak tampak sangat layak 

melaksanakan urusan kerajaan, namun, demi ayahnya 

yang baik, Daud mengangkatnya menjadi salah satu ang-

gota keluarganya. 

3. Mefiboset menerima kasih ini dengan sikap yang sangat 

rendah hati dan mengecilkan dirinya sendiri. Ia tidak seperti 

orang-orang yang menerima setiap kebaikan sebagai utang 

yang harus dibayar, dan memandang segala sesuatu yang di-

perbuat sahabat mereka kepada mereka masih belum cukup. 


 704

namun  sebaliknya, ia berbicara sebagai seseorang yang takjub 

akan pemberian Daud kepadanya (ay. 8): Apakah hambamu 

ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku? 

Betapa Mefiboset menghinakan dirinya sendiri! Meskipun anak 

seorang putra raja, dan cucu seorang raja, namun sebab  

keluarganya telah bersalah dan dimurkai, serta dirinya sendiri 

miskin dan cacat, Mefiboset menyebut dirinya sendiri sebagai 

anjing mati di hadapan Daud. Perhatikanlah, sungguh baik jika 

kita bersikap rendah hati di bawah penyelenggaraan-penye-

lenggaraan ilahi yang merendahkan kita. jika , pada waktu 

penyelenggaraan Allah merendahkan keadaan kita, anugerah 

Allah turut membawa hati kita merendah bersamanya, maka 

kita akan merasakan damai sejahtera. Barang siapa merendah-

kan diri seperti itu, ia akan ditinggikan. Betapa Mefiboset 

mengagung-agungkan kasih yang ditunjukkan Daud! Mudah 

saja untuk menganggap rendah kasih Daud itu seandainya 

Mefiboset ingin berbuat demikian. Adakah Daud mengembali-

kan kepadanya daerah milik ayahnya? Sebenarnya ini cuma 

memberikan kepadanya apa yang menjadi kepunyaannya sen-

diri. Adakah Daud membawanya makan sehidangan dengan-

nya? Sebenarnya ini merupakan cara cerdas supaya Daud 

dapat mengawasi Mefiboset. Akan namun  Mefiboset memandang 

semua perkataan dan perbuatan Daud sebagai sesuatu yang 

penuh kasih, dan memandang dirinya sendiri sebagai yang 

paling tidak layak menerima segala kebaikannya (lih. 1Sam. 

18:18). 

Kasih Daud kepada Anak Laki-laki Yonatan  

(9:9-13) 

9 Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: “Segala 

sesuatu yang yaitu  milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan 

kepada cucu tuanmu itu. 10 Engkau harus mengerjakan tanah baginya, eng-

kau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuai-

annya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu 

itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Ziba mempunyai lima belas 

orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. 11 Berkatalah Ziba kepada 

raja: “Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuan-

ku raja kepadanya.” Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai 

salah seorang anak raja. 12 Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang 

kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba yaitu 

Kitab 2 Samuel 9:9-13 

 705 

hamba-hamba Mefiboset. 13 Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab 

ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang. 

Perkara tentang Mefiboset dituntaskan dalam perikop ini. 

1. Pelimpahan ladang milik ayahnya ini ditegaskan kembali kepada-

nya, dan Ziba dipanggil untuk menjadi saksi (ay. 9). Dan, tampak-

nya, Saul memiliki lahan yang sangat luas, sebab  ayahnya 

yaitu  seorang yang berada (1Sam. 9:1), dan Saul mempunyai 

sejumlah ladang dan kebun anggur untuk diberikan (1Sam. 22:7). 

Sebanyak apa pun harta itu, Mefiboset sekarang menjadi tuan 

atas semuanya. 

2. Pengelolaan ladang ini  dipercayakan kepada Ziba, yang tahu 

persis tentang ladang itu dan juga tahu cara terbaik mengusaha-

kannya. Dan, sebab  Ziba telah menjadi hamba ayahnya, Mefi-

boset dapat mempercayainya, dan sebab  memiliki banyak anak 

laki-laki dan hamba, Ziba mempunyai cukup orang untuk meng-

usahakannya (ay. 10). Demikianlah Mefiboset dibuat menjadi 

sangat sejahtera, sebab  memiliki ladang yang luas tanpa harus 

mengusahakannya, dan sedang menapaki jalan yang mulus un-

tuk menjadi kaya raya, sebab  ada begitu banyak pemasukan dan 

begitu sedikit pengeluaran, sebab ia sendiri dicukupkan di meja 

hidangan Daud. Namun demikian, Mefiboset harus mempunyai 

makanan untuk disantap di samping rotinya sendiri, persediaan 

bagi anak laki-lakinya serta hamba-hambanya. Dan anak-anak 

lelaki serta hamba-hamba Ziba pun akan meminta bagian mereka 

dari penghasilan Mefiboset. Mungkin untuk alasan inilah jumlah 

mereka disebutkan di sini, yakni lima belas orang anak laki-laki 

dan dua puluh orang hamba, yang akan membutuhkan hampir 

semua dari kekayaan yang ada. Dengan bertambahnya harta, 

bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah 

keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? (Pkh. 5:10). 

Semua orang yang diam di rumah Ziba yaitu  hamba-hamba 

Mefiboset (ay. 12), artinya, mereka semua hidup dengan bergan-

tung kepada Mefiboset, dan memangsa harta miliknya, dengan 

dalih untuk mendampingi dan melayaninya. Orang Yahudi mem-

punyai pepatah berikut, “Orang yang memperbanyak hamba, 

sesungguhnya memperbanyak pencuri.” Ziba pada saat ini merasa 

senang hati, sebab  ia menyukai kekayaan, dan akan memilikinya 

dengan berlimpah. “Hambamu ini akan melakukan tepat seperti 

yang diperintahkan tuanku raja kepadanya (ay. 11). Biarkanku 


 706

sendiri dengan harta itu. Dan mengenai Mefiboset,” (tampaknya ini 

merupakan perkataan Ziba), “jika  raja berkenan, ia tidak perlu 

merepotkan istana. Ia akan makan sehidangan dengan aku, dan 

akan diperlakukan dengan layak sebagai salah seorang anak 

raja.” Akan namun , Daud berkenan membawa Mefiboset makan 

sehidangan dengannya, dan Mefiboset pun senang dengan 

kedudukannya seperti halnya Ziba dengan kedudukannya. Betapa 

tidak setianya Ziba kepada Mefiboset akan kita dapati sesudahnya 

(16:3). Nah, sebab  Daud yaitu  perlambang akan Kristus, Tuhan 

dan anaknya, tunas dan keturunannya, biarlah kasihnya terha-

dap Mefiboset manjadi gambaran dari kebaikan dan kasih Allah 

Juruselamat kita terhadap manusia yang telah jatuh ke dalam 

dosa, walaupun Ia tidak terikat kewajiban untuk berbuat seperti 

itu, seperti Daud terhadap Yonatan. Manusia dinyatakan bersalah 

atas pemberontakan melawan Allah, dan seperti halnya keluarga 

Saul, yang dihukum dengan ditolak Allah, manusia tidak hanya 

dibuat hina dan melarat, namun  juga timpang dan tidak berdaya 

akibat kejatuhan itu. Sang Anak Allah menanyakan tentang ang-

katan busuk ini, yang tidak menanyakan tentang-Nya, dan datang 

untuk mencari serta menyelamatkan mereka. Terhadap orang-

orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya dan menyerahkan 

diri kepada-Nya, Ia memulihkan milik pusaka yang telah diambil 

dari mereka akibat perbuatan mereka. Ia membuat mereka ber-

hak atas firdaus yang lebih baik daripada yang telah dirampas 

dari Adam, dan membawa mere