pujian
dengan mengaku seolah dialah yang membunuh Saul. Penulis menuliskan
bagaimana Saul mati dan bagaimana orang Amalek menceritakan kematian
Saul. Kisah orang Amalek bahwa ia sedang berada di Gunung Gilboa (2
Samuel 1:6) agaknya kurang benar. Ia mungkin datang untuk menjarah
barang-barang dari tubuh orang yang sudah mati. Bagaimanapun ia telah
ada disana sebelum tentara Filistin tiba dan tidak menemukan mayat Saul
sampai keesokan harinya (1 Samuel 31:8). Kita tahu bagaimana kesaksian
Daud bahwa orang Amalek beranggapan bahwa ia memberitahukan kabar
baik tentang kematian Saul (2 Samuel 1:10). Tampaknya ia mendatangi
mayat Saul, mengambil mahkota dan kalungnya kemudian mengarang
cerita tentang kematian Saul supaya ia mendapat hadiah dari Daud sebab
telah menewaskan musuhnya. Tetapi rencana jahat orang Amalek ini justru
menimbulkan dampak dramatis balik bagi dirinya sendiri.
96. Apakah setiap orang itu berdosa (1 Raja-raja 8:46; 2 Tawarikh
6:36; Amsal 20:9; Ulangan 7:20; 1 Yohanes 1:8-10) ataukah ada
beberapa orang yang tidak berdosa? (1 Yohanes 3:1, 8-9, 4:7, 5:1)
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Yunani dan memaksakan
menurut pemikiran sendiri)
Kontradiksi semu di atas mempermasalahkan, “Apakah setiap orang
berdosa?” lalu sejumlah ayat yang meng-iya-kannya didaftarkan Shabbir
dari dalam Perjanjian Lama, untuk dikonfrontasikan dengan sebuah ayat
dari Perjanjian Baru dalam 1 Yohanes 1:8-10:
“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita
sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa
kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata bahwa
kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan
firman-Nya tidak ada di dalam kita.”
sesudah itu Shabbir mengatakan, “Seorang Kristen yang sejati tidak
mungkin berdosa sebab mereka adalah anak-anak Tuhan.” Pernyataan itu
didukung sejumlah ayat dari 1 Yohanes yang menyebutkan bahwa orang
Kristen adalah anak-anak Tuhan. Disini Shabbir mengutarakan
pendapatnya bahwa mereka yang menjadi anak-anak Tuhan berarti tidak
berdosa. Memang benar bahwa seseorang yang lahir dari Tuhan tidak
berkebiasaan berbuat dosa (Yakobus 2:14f), tetapi itu bukan berarti bahwa
mereka sama sekali tidak akan jatuh dalam dosa sebab kita masih tinggal
di dunia yang penuh dosa dan pelanggaran. 1 Yohanes 3:9 menyatakan:
“Setiap orang yang lahir dari Tuhan tidak (terus) berbuat dosa lagi
(continue to sin), sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak
dapat (terus) berbuat dosa (go on sinning) sebab ia lahir dari Tuhan.”
Shabbir mengutip ayat dari 1 Yohanes 3:9 dari terjemahan Yunani yang
kurang tepat. Dalam Alkitab terjemahan yang lebih baru seperti NIV (New
International Version), mereka menerjemahkannya secara tepat dengan
menggunakan kata kini (present continuous) dalam ayat ini , yaitu
seperti apa yang tertulis dalam bahasa Yunaninya. Oleh sebab itu ayat
ini seharusnya berbunyi, “Mereka yang lahir dari Tuhan tidak akan
terus berbuat dosa…dan mereka tidak dapat berbuat dosa terus.” Yaitu
suatu gagasan bahwa hidup yang berketerusan di dalam dosa akan mati,
sebab kini di pendosa yang bertobat itu telah mendapat pertolongan
Tuhan melalui kuasa Roh Kudus.
Lucu sekali melihat cara membaca Shabbir yang melompat-lompat dalam
menyatakan maksudnya demi untuk menekankan kontradiksinya. Ia
memulai dengan 1 Yohanes 1 kemudian lompat ke 1 Yohanes 3-5 dan baru
kembali lagi ke 1 Yohanes 1 dengan mengutip ayat 8, yang mengatakan
bahwa semua manusia berdosa (dengan harapan untuk menunjukkan
pertentangan). Padahal tidak ada pertentangan disini dan jelas Shabbir
tidak mengerti cara membaca surat para rasul dan salah memahami tema
yang kian berkembang lewat surat-surat yang berjalan. Dengan kata lain,
cara Shabbir membaca surat ini dari awal kemudian pindah ke bagian
tengah lalu kembali lagi ke bagian awal adalah cara yang tidak seharusnya
dalam membaca Alkitab (lain halnya dengan membaca surat-surat Al
Qur‟an).
Kitab suci jelas menyatakan bahwa semua manusia telah berdosa, kecuali
satu yaitu Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kami tidak menyalahkan
Shabbir disini. Saya setuju dan senang dengan pernyataan Shabbir yang
kedua, yang mengatakan bahwa orang Kristen adalah anak-anak Tuhan.
Tetapi pernyataan Shabbir yang ketiga itulah yang menimbulkan
perselisihan; ia tidak mengetahui bagaimana sebuah tema dikembangkan
dalam sebuah surat. Inti dari surat Yohanes adalah panggilan untuk hidup
kudus dan benar sebab pengampunan dosa yang diberikan melalui
kematian Kristus. Untuk itulah kita dipanggil, yaitu untuk tidak terus hidup
dalam dosa melainkan berubah menjadi tidak bercacat cela seperti halnya
Kristus yang tidak berdosa. Dalam upayanya menimbulkan kontradiksi,
Shabbir telah salah menggunakan ayat, sehingga ayat bacaan yang tadinya
dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah pertentangan justru tidak saling
bertentangan.
97. Apakah kita perlu menolong orang lain dalam menanggung
bebannya (Galatia 6:2) atau kita hanya perlu menanggung beban kita
sendiri? (Galatia 6:5)
(Kategori: salah membaca ayat)
Inti pertanyaan di atas adalah: “Siapa yang akan menanggung beban, dan
bebannya siapa?” Menurut Galatia 6:2 kita harus menanggung beban
sesama sedangkan Galatia 6:5 mengatakan kita cukup menanggung beban
kita sendiri.
Sama sekali tidak ada pertentangan disini. Ini bukanlah masalah “ini atau
itu” melainkan “ini dan itu”. Jika anda membaca Galatia 6:1-5 dengan
benar, maka dapat anda lihat bahwa orang percaya bukan saja diminta
untuk saling menolong pada saat orang lain membutuhkan pertolongan,
mendapat kesulitan dan pencobaan, tetapi juga mereka harus menanggung
beban mereka sendiri.
Tidak ada yang sulit dan bertentangan dalam hal ini, sebab keduanya
sama-sama diperintahkan.
98. Apakah Yesus menampakkan diri kepada keduabelas orang murid-
Nya (1 Korintus 15:5) atau hanya kepada sebelas orang? (Matius
27:3-5, 28:16; Markus 16:14, Lukas 24:9,33, Kisah Para Rasul 1:9-
26)
(Kategori: salah membaca ayat)
Tidak ada pertentangan pada kisah di atas, andaikata anda memperhatikan
bagaimana kata-kata itu digunakan. Dalam semua referensi yang
digunakan untuk sebelas orang murid intinya, maka materi yang dikisahkan
itu adalah akurat menurut waktu pengisahan. sesudah Yudas mati, murid-
murid Yesus tinggal sebelas orang dan hal ini terus berlangsung sampai
akhirnya Matias dipilih menggantikan Yudas Iskariot.
Dalam 1 Korintus 15:5, kata umum (generic) “kedua belas” orang murid
digunakan sebab Matias sudah diperhitungkan ke dalam dua belas orang
murid Yesus, sebab ia juga turut menyaksikan kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus, seperti ayat yang digunakan oleh Shabbir dalam Kisah Para
Rasul 1:21-22.
99. Apakah Yesus langsung pergi ke Gurun sesudah Ia dibaptis (Markus
1:12-13), atau Ia pergi terlebih dahulu ke Galilea, mencari murid-
murid, kemudian menghadiri perkawinan di Kana? (Yohanes 1:35,43,
2:1-11)
(Kategori: salah membaca ayat)
Pertentangan semu di atas menanyakan: “Kemana Yesus pergi selama tiga
hari sesudah Ia dibaptis?” Markus 1:12-13 menyebutkan Ia pergi ke padang
gurun dan berpuasa selama 40 hari, sementara kitab Yohanes seolah-olah
menyebutkan bahwa pada keesokan harinya sesudah Yesus dibaptis, Ia
pergi ke Betani dan hari kedua Ia ada di Galilea, dan hari ketiga ada di
Kana? (Yohanes 1:35; 1:43; 2:1-11). Kesan ini seolah benar jika anda
tidak membaca keseluruhan ayat mulai dari Yohanes 1:19. Penjelasan
tentang baptisan Yesus dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis sendiri, “Dan
inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus
beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia:
“Siapakah engkau?” (Ayat 19). Dan ia menunjuk kepada peristiwa
pembaptisan yang telah lewat. Bila tidak yakin, periksalah bentuk kata
kerja lampau yang digunakan Yohanes ketika Ia melihat Yesus datang
kepadanya dalam ayat 29-30 dan 32. Sambil memperhatikan Yesus, ia
menceritakan kepada orang-orang bagaimana hubungan Yesus dengan
baptisan dan signifikansinya. Tidak ada alasan untuk beranggapan bahwa
baptisan itu terjadi pada saat Yohanes berbicara disitu. sebab itu tidak ada
alasan untuk menunjukkan pertentangan pasal ini dengan yang ada di
dalam Injil Markus.
100. Apakah Yusuf membawa lari bayi Yesus ke Mesir (Matius 2:13-23)
atau ia membawa-Nya ke rumah Tuhan di Yerusalem dan kembali ke
Galilea? (Lukas 2:21-40)
(Kategori: salah memahami konteks sejarah)
Kontradiksi semu di atas tampaknya menanyakan:
“Apakah nyawa bayi Yesus terancam di Yerusalem?”
Menurut Matius 2:13-23 “ya” sedangkan menurut Lukas
2:21-40 agaknya “tidak”.
Kedua cerita di atas sebenarnya saling melengkapi kisah
hidup Yesus pada masa bayi dan bukan bertentangan
sama sekali. Perlu waktu bagi Herodes untuk menyadari
bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang Majus. Injil
Matius mengatakan bahwa ia membunuh semua bayi
laki-laki yang berusia kurang dari 2 tahun di Bethlehem
dan sekitarnya. Sebelum itu Yusuf dan Maria
mempunyai kesempatan bebas untuk melakukan ritual adat istiadat di
rumah Tuhan di Yerusalem, lalu kembali ke Nazareth di Galilea. Dari situ
mereka pergi ke Mesir, dan sesudah Herodes mati barulah mereka kembali
lagi.
101. Ketika Yesus berjalan di atas air, apakah murid-murid-Nya
menyembah Dia (Matius 14:33) atau mereka bingung dan tercengang
sebab kedegilan hati mereka? (Markus 6:51-52)
(Kategori: tidak membaca seluruh ayat)
Kontradiksi semu di atas menanyakan: “Ketika Yesus berjalan di atas air,
bagaimana respon murid-murid-nya?” Matius 14:33 menyebutkan mereka
menyembah Dia. Sedangkan Markus 6:51-52 menyebutkan bahwa mereka
tercengang dan tidak juga mengerti siapa Yesus yang melakukan mujizat
dengan memberi makan 5000 orang.
Lagi-lagi ini bukan sebuah kontradiksi melainkan dua ayat yang saling
melengkapi. Jika Shabbir membaca seluruh ayat dalam Matius, ia akan
mendapatkan bahwa baik Injil Matius (ayat 26-28) maupun Markus
menyebutkan bahwa para murid mula-mula tercengang dan panik, mengira
bahwa Ia adalah hantu. Ini terjadi sebab mereka masih belum mengerti
dari mujizat sebelumnya siapakah Yesus itu. Tetapi sesudah mereka sadar
dari rasa terkejut, Injil Matius menjelaskan bahwa mereka menyembah Dia.
Dalam kesimpulan ini, berdasarkan pengujian semua bukti yang ada kami bisa
menjelaskan praktis setiap ayat yang dianggap saling bertentangan oleh Shabbir
Ally.
Jika kita perhatikan 101 kontradiksi semu di atas, maka pertentangan ini
dapat dibedakan ke dalam 15 kategori kesalahan, yang melatarbelakangi setiap
pertentangan yang ditulis oleh Shabbir. Setiap kategori menunjukkan berapa
kali Shabbir membuat kesalahan, dan jika anda hitung maka semua kategori
kesalahan ini berjumlah lebih dari 101 buah. Ini semata-mata sebab
Shabbir membuat kesalahan lebih dari satu kali dalam beberapa pertanyaan
tertentu.
Kategori kesalahan ini adalah:
Salah memahami isi cerita/konteks historis – 15 kali
Salah memahami ayat – 15 kali
Salah memahami penggunaan bahasa Ibrani – 13 kali
Mengartikan ayat secara sempit – 13 kali
Salah memahami maksud penulis – 12 kali
Akibat kesalahan dari penulis ulang – 9 kali
Salah memahami cara kerja Tuhan dalam sejarah – 6 kali
Salah memahami penggunaan bahasa Yunani – 4 kali
Tidak membaca seluruh ayat – 4 kali
Salah mengutip ayat – 4 kali
Salah memahami kata-kata – 3 kali
Terlalu mengartikan secara hurufiah – 3 kali
Menggunakan pemikiran sendiri- 3 kali
Salah mengkaitkan cerita yang satu dengan yang lainnya – 1 kali
Telah ditemukan naskah tulisan yang lebih awal – 1 kali
Dengan rendah hati kami akui kami tidak dapat memberi penjelasan atau
pemahaman secara spesifik dalam buku ini, dan kami harap hal ini dapat
dimaklumi. Telah kita ketahui bersama bahwa para pengarang kitab Injil menulis
dengan sudut pandang yang berbeda-beda, di satu sisi ada penambahan dan di
satu sisi ada pengurangan cerita yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ini
menunjukkan bahwa ke-empat penulis kitab Injil menulis secara bebas dan tidak
dipengaruhi siapapun dengan kata lain tidak ada kolusi baik dengan sesama
pengarang maupun editor. Dan kemampuannya dalam menyelesaikan konflik
dengan pemikiran yang serupa membuat kredibilitasnya semakin tinggi.
Penjelasan di atas menunjukkan adanya kejujuran dan keterbukaan dari para
penulis ulang dan penerjemah (baik orang Yahudi maupun orang Kristen).
Walaupun mudah untuk merubah kesalahan secara sistematis ini, tetapi hal
ini tidak dilakukan supaya kita dapat mempertahankan naskah yang sejati.
Ayat di atas memang dapat menimbulkan kesan pertentangan seperti yang
dilakukan oleh Shabbir, tetapi kami tidak khawatir untuk menjelaskannya.
Dalam bukletnya, Shabbir menuliskan dua ayat pada bagian bawah, yang perlu
kita jawab:
1. “Sebab Tuhan tidak menghendaki kekacauan…” (1 Korintus 14:33)
Benar sekali bahwa Tuhan bukan pengarang yang dapat menimbulkan
kekacauan. Amat sedikit yang bisa membingungkan di dalam Alkitab. Ketika
kita paham membaca seluruh ayat asli serta konteks yang
melatarbelakanginya, kebingungan itu akan sirna. Tentu saja kita
membutuhkan para ahli untuk menjelaskan semua hal ini , sebab
tulisan-tulisan ini telah ditulis oleh para penulis ulang 2000-3500 tahun
yang lalu.
Hal serupa juga terjadi dalam Al Qur‟an. Pada pembacaannya yang pertama
(hingga ke-sepuluh) terhadap Al Qur‟an banyak hal yang tidak akan jelas.
Ambil contoh surat pertamanya yang misterius itu. Tampaknya sesudah 1400
tahun penelitian, orang-orang hanya dapat mengira-ngira apa, kapan, dan
bagaimana surat misterius itu terjadi di bumi pada waktu itu. Begitu pula
ada banyak cerita yang tidak sejalan dengan cerita Alkitab, melainkan
asalnya ada dalam kisah-kisah apokrip Talmud (di abad kedua!). ini
benar-benar membingungkan! Tetapi, kita sekarang dapat menjelajahi
konteks sejarah itu dari tulisan-tulisan itu sehingga kita tahu bahwa surat-
surat demikian bukan diwenangkan oleh Tuhan, tetapi ditulis oleh tangan
manusia, beberapa abad sesudah wahyu Tuhan yang otentik itu
dikanonisasikan orang.
2. “…Setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh” (Lukas 11:17)
Alkitab tidak terpecah-pecah. Yesus berbicara mengenai si pemecah besar-
besaran, yaitu Setan yang terbagi-bagi dan melawan diri mereka sendiri.
Tetapi, hal ini dijauhkan dari Alkitab. Sebuah buku yang empat kali
lebih tebal isinya daripada Al Qur‟an, dengan keabsahan yang disetujui
hingga 99,999%! Benar-benar sebuah buku yang ajaib!
Dan akhirnya, kami tutup dengan dua petikan ayat firman Tuhan di bawah ini:
“Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah
orang lain dan menyelidiki perkaranya.” (Amsal 18:17)
“…sebagaimana pula Paulus, saudara kita yang terkasih, telah menuliskannya
kepadamu sesuai dengan hikmat yang telah diberikan kepadanya. Dan seperti
dalam semua surat yang berbicara kepada mereka mengenai hal-hal ini, yang di
dalamnya ada beberapa hal yang sulit dipahami, sama seperti kitab-kitab
yang lainnya juga, yang sedang mereka -yang tidak terpelajar dan tidak teguh-
selewengkan menuju kehancuran diri mereka sendiri.” (2 Petrus 3:15-16)