elenceng dari ketentuan yang ada maka ia pun boleh dipecat atau
diberhentikan dari jabatannya.
9. Dasar munculnya negara dan kekuasaan di dalam Islam semata-mata
merupakan urusan manusia yang berpotensi salah dan benar sehingga
warga diberi kesempatan untuk menerima dan menolak, ridha
atau mengutuk apa yang dilakukan oleh para penguasa.77 sebab nya,
pemerintahan di dalam Islam tidak terlepas dari pantauan rakyat. Jika
penguasa melakukan kesalahan maka rakyat berhak menasehatinya.
saat Abu Bakar menjadi khalifah, ia meminta kepada warga nya
agar mengawasi kinerjanya. Beliau meminta agar didukung bila
melakukan kebaikan, dan diluruskan bila melakukan kekeliruan.78
Abu Bakar mengakui bahwa dirinya tidak mampu memimpin para
sahabat persis dengan cara Nabi memimpin mereka sebab ia
menyadari bahwa Nabi tidak akan dibiarkan oleh Allah melakukan
kesalahan, sementara dirinya tidak demikian. Kebiasaan Abu Bakar
saat menjabat sebagai khalifah, setiap ada masalah pasti mencari
solusinya di dalam al-Qur’an. Kalau ia menemukan solusinya maka ia
pun kemudian menyelesaikan masalah ini . namun bila tidak ada
solusinya di dalam al-Qur’an maka ia kemudian mencari dalam hadis;
dan bila ia menemukan solusinya dalam hadis maka ia menyelesaikan
masalah ini dengan hadis itu. namun jika masalah yang dimaksud
tidak ditemukan baik dalam al-Qur’an maupun dalam hadis maka ia
menanyakan kepada para sahabat apakah Nabi pernah menyelesaikan
persoalan yang sama. Jika tidak ada yang tahu bahwa Nabi pernah
menyelesaikan masalah yang sama maka pada saat itulah Abu
Bakar mengumpulkan semua sahabat untuk bermusyawarah guna
menyelesaikan masalah yang ada.
10. Nabi sebagai pembawa risalah dan suri teladan telah memberi
banyak contoh yang kesemuanya menunjukkan bahwa seorang
penguasa tidak lebih dari rakyatnya. Itulah sesungguhnya yang telah
diajarkan oleh Islam sejak abad ke 7 M sebagai cara untuk mencegah
kesewenangan dalam menjalankan roda pemerintahan. Hal yang
paling menarik yaitu kebesaran jiwa Nabi yang ditunjukkan kepada
para sahabat dengan keridaannya menerima saran dan masukan
yang disampaikan kepadanya. Padahal beliau yaitu Nabi jika saja
ia mau bersikap otoriter dan tidak mau peduli dengan pandangan
para sahabat maka ia pun dapat melakukannya; dan tidak ada yang
dapat menghalanginya namun lagi-lagi Nabi tidak melakukan itu.
Seperti inilah sesungguhnya yang harus dicontoh dan dibumikan
oleh para pemimpin dewasa ini sebagai bentuk penerjemahan dan
niat baik untuk bersatu dengan warga dalam menentukan setiap
kebijakan.
11. Bila pemikiran di atas direnungi lebih dalam lagi maka akan
nampak jelas satu model “fasisme baru”80 yan g menganggap adanya
sekelompok orang mengklaim dirinya memiliki keistimewaan
dan kemampuan yang tidak dimiliki kelompok lain sehingga
hasilnya jelas bahwa umat ini tidak memiliki hak sedikit pun untuk
mempermasalahkan para pemimpinnya, padahal di satu sisi umat
ini kata Nabi tidak mungkin bersatu dalam kesalahan dan kesesatan.
Penjelasan ini mengisyaratkan bahwa kekuasaan di dalam Islam
bersifat sipil sehingga selain Nabi, kesemuanya berpotensi melakukan
80 Fasisme sebagai suatu paham lahir dan berpengaruh di Italia antara tahun 1922-1944. Paham ini
menolak adanya negara hukum yang demokratis dan menolak hak-hak kemerdekaan manusia,
tidak ada pembagian kekuasaan yang mencegah tindakan sewenang-wenang. Pemimpin yang
memegang kekuasaan yaitu Duce, pemimpin atas Capodel Governo. Ciri dari negara fasis yaitu
otoriter, totaliter, dan corforatif, tidak mengenal hukum yang menjamin kemerdekaan hukum
dan politik dari warga negaranya. Lihat Ayi Sofyan, Etika Politik Islam,
kesalahan termasuk para pemimpin harus diluruskan dan dinasehati
bila melakukan kesalahan.
12. Pemimpin yaitu bagian dari orang-orang yang beriman sehingga
dibolehkan bagi mereka apa yang dibolehkan oleh Allah kepada
orang-orang yang beriman. Begitupula sebaliknya haram bagi seorang
pemimpin apa yang diharamkan oleh Allah kepada orang-orang
yang beriman. Maka dari itu, bila seorang pemimpin menyatakan
berlakunya suatu kebijakan yang bertentangan dengan aturan-aturan
Allah maka warga wajib memberi nasehat kepada mereka
dan menyatakan protes dan ketidakpatuhan terhadap kebijakan itu.
Ketidakpatuhan warga kepada seorang pemimpin dapat saja
terjadi bila mereka melenceng dari nilai-nilai kepatutan yang telah
digariskan oleh agama.
13. Pemimpin dalam pandangan Islam bukan manusia suci sebab
kekuasaan yang ada padanya hanya sebatas amanah yang mesti dijaga
dan dijalankan dengan baik. Seperti itulah yang dipahami Umar bin
Abdul Aziz saat diangkat sebagai khalifah oleh orang-orang Islam.
Beliau mengatakan: “wahai sekalian manusia, aku ini yaitu salah
satu dari kalian, hanya Allah membebaniku suatu hal yang lebih berat
daripada kamu sekalian”.82 Bahkan sebagian pakar menganggap seorang
khalifah tidak lebih sebagai orang yang disewa (ajir) oleh warga
untuk menjalankan tugas tertentu. Abu Muslim al-Khaulani seorang
ulama fiqh dari kalangan tabi’in datang bertamu kepada khalifah
Muawiah bin Abi Sufyan. Beliau mengatakan: keselamatan atasmu
wahai ajir. Orang yang berada di tempat itu mengatakan wahai Abu
Muslim katakan kepada khalifah, keselematan atasmu wahai amir
(raja). namun Abu Muslim tetap saja mengatakan: keselamatan atasmu
wahai ajir. Sehingga Muawiah mengatakan kepada semua yang hadir,
biarkan Abu Muslim mengatakan hal itu, sebab ia lebih tahu apa
yang ia ucapkan.83
14. Seorang pemimpin tidak diangkat untuk menzalimi rakyat apalagi
memperbudak dan bersenang-senang di atas penderitaan mereka.
Pemimpimn diangkat agar dapat menegakkan hukum-hukum Allah
secara adil tanpa tebang pilih atau pilih kasih. Semua harus tahu
bahwa tidak satu pun tindakan yang menyalahi aturan-aturan Tuhan
kecuali pasti dipertanggungjawabkan di akhirat. Kalau saja mereka
di dunia dapat mengelak dari hukuman yang semestinya ia dapatkan
sebab kelihaian dan kepandaiannya maka di akhirat ia tidak akan
lolos dari hukuman Allah SWT. yang Maha Tahu dan Kuasa atas
segalanya.
HADIS TENTANG
MENASEHATI SEORANG PEMIMPIN
Dari Abu Hurairah, berkata: Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah
redha tiga hal untukmu, dan murka tiga hal untukmu. Allah redha
untukmu untuk menyembahnya dan tidak mensekutukan-Nya,
dan berpegang teguh kepada tali-Nya dan tidak bercerai-berai,
dan engkau memberi nasehat kepada siapa yang telah Allah
amanahkan suatu tugas untuk urusanmu, dan Allah murka
padamu dari perkataan ini dan itu, membuang harta, dan banyak
bertanya/meminta.
َ
Dari an-Nu’man bin Basyir mengatakan: Nabi bersabda: Tiga
hal dimana hati seorang Muslim tidak dengki. Ikhlas beramal
sebab Allah, menasehati para penguasa, dan senantiasa bersama
orang-orang Muslim; dan sesungguhnya ajakan/dakwah mereka
meliputi di belakang mereka.
َ
Dari Tami Addari, mengatakan: Nabi bersabda: Sesungguhnya
agama itu yaitu nasehat, sesungguhnya agama itu yaitu
nasehat, sesungguhnya agama itu yaitu nasehat. Lalu ada yang
bertanya: untuk siapa wahai baginda Nabi. Nabi mengatakan:
untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk rasul-Nya, untuk para ulama/
pemimpin orang-orang mukmin, dan untuk semuanya.
َ
Dari Thariq, mengatakan: telah datang seorang lelaki kepada Nabi
lalu bertanya kepadanya: manakah jihad yang paling baik? Nabi
berkata: Perkataan hak yang diucapkan/disampaikan kepada
seorang penguasa yang curang/zalim.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis ini di atas, Allah redha terhadap hamba-Nya
dengan tiga hal, 1) Allah redha dengan hanya menyembah kepada-
Nya dan tidak mensekutukan-Nya, 2) berpegang teguh kepada
aturan-aturan-Nya dan tidak meremehkan atau mengabaikannya,
3) senantiasa memberi nasehat kepada para pemimpin yang
diberikan amanah untuk menangani urusan manusia. Sebaliknya
Allah murka terhadap tiga hal, 1) perkataan yang tidak jelas
kebenarannya sehingga menimbulkan prasangka yang tidak-tidak
seperti menggunjing, hasud, iri hati, dan dengki, 2) membuang harta
dengan hura-hura dan mubazir sebab tidak mendatangkan manfaat,
3) serta banyak bertanya atau meminta dengan tidak mau berusaha
dan bekerja.
2. Bekerja dengan penuh ikhlas dan semata-mata sebab Allah.
3. Senantiasa saling menasehati termasuk kepada para pemimpin. saat
Abu Bakar menjadi khalifah ia lalu mengatakan: akau telah menjadi
pemimpin kalian namun bukanlah aku yang terbaik, jika aku berbuat
baik maka bantulah aku, namun jika aku melakukan kesalahan maka
luruskan dan nasehatilah aku.
4. Agama yaitu nasehat untuk semuanya baik yang dipimpin maupun
yang memimpin tanpa kecuali. saat Umar bin Khattab jadi
pemimpin lalu ada seorang yang berkata kepadanya: bertakwalah
kamu wahai amirul mukminin kepada Allah, sesaat itu ada sahabat
mengatakan kepada orang ini : beraninya kamu mengatakan
hal itu kepada amirul mukminin. Umar bin Khattab mengatakan
kepadanya: biarkan saja ia mengatakan apa yang ia mau. Lalu Umar
pun mengatakan kepada semuanya: tidak ada kebaikan yang kamu
miliki jika ada sesuatu namun engkau tidak mengatakannya, dan tidak
ada kebaikan yang kami miliki jika kami tidak mau mendengar apa
yang kalian katakan.
5. Jihad yang paling baik yaitu nasehat yang disampaikan kepada
pemimpin yang zalim. Imam Ibnu Hazm mengatakan: seorang
pemimpin memang wajib ditaati selama ia memimpin dengan
berpijak kepada nilai-nilai kepatutan yakni al-Qur’an dan hadis, dan
saat ia melenceng dari nilai-nilai kepatutan dan itu tidak mungkin
dapat dicegah kecuali diberhentikan maka ia pun harus diberhentikan
dan diganti dengan yang lain.90 Semua itu dilakukan sebab pada
prinsipnya seorang pemimpin dalam Islam bukanlah manusia yang
terjaga dari kesalahan (ma’sum) namun ia yaitu manusia biasa
sehingga ia pun tidak luput dari kesalahan dan tanggung jawab.
6. Sebagian pakar mengklasifikasikan jihad ke dalam empat bagian
yaitu jihad dengan hati, jihad dengan lisan, jihad dengan tangan,
dan jihad dengan pedang.91 Jihad di dalam Islam hanya dibolehkan
saat melakukan perlawanan demi menjaga kemaslahatan termasuk
akidah dan kebebasan. Pemaknaan jihad di dalam Islam sangat luas
dan monolitik. namun secara sederhana jihad dapat diartikan sebagai
usaha secara penuh yang dikerahkan oleh seseorang dalam melakukan
perbaikan. Dengan dasar itu, mengajak seseorang ke jalan yang benar
dengan tulus dan lemah lembut yaitu jihad. Melakukan perbaikan
di bidang pendidikan dan kebudayaan yaitu jihad. Melakukan
perbaikan peningkatan ekonomi dan sosial warga yaitu jihad.
Berbuat baik kepada kedua orang tua, anak dan isteri yaitu jihad.
memberi perhatian terhadap kehidupan sosial warga yaitu
jihad. Mengajak kepada kebenaran serta mencegah kemungkaran
yaitu jihad. Berbuat baik dan berlaku adil kepada non Muslim yang
tidak memerangi orang Islam yaitu jihad. Bahkan berbuat baik dan
berlaku lemah lembut terhadap hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan
dan hal-hal yang natural yaitu jihad.
7. Semua aktivitas yang dilakukan dalam semua lini kehidupan selama
berorientasi pada hal-hal positif, baik terkait dengan kehidupan dunia
maupun terkait dengan kehidupan akhirat kesemuanya dianggap
sebagai jihad di jalan Allah. Allah SWT saat memaknai jihad
(jihad besar) yang dimaksud yaitu jihad dengan al-Qur’an, dan
bukan jihad dengan kekerasan apalagi peperangan. Allah berfirman:
“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan al-Quran dengan jihad yang besar”. (Qs. al-
Furqan: 52). Bahkan al-Qur’an saat berbicara tentang jihad, yang
ditonjolkan yaitu justru jihad yang erat kaitannya dengan jiwa serta
selalu mendahulukan model jihad dengan harta. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada
jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan
memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka
itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh
ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”.(Qs. Al-Anfal: 74).
HADIS TENTANG
MENGERITIK SEORANG PEMIMPIN
َ
Dari Said al-Khudri, Nabi bersabda: Tidaklah seorang di antara
kalian menghinakan dirinya. Mereka berkata: bagaimana hal itu
terjadi? Nabi mengatakan: Mereka melihat sesuatu yang janggal
(sesuai hukum Allah) tapi ia tidak mengatakan yang sesungguhnya,
lalu ia bertemu dengan Allah (mati); dan ia membiarkan hal
itu. Allah mengatakan kepadanya: Apa yang membuatmu diam
sehingga tidak mengatakan yang sesungguhnya? Ia mengatakan:
takut terhadap manusia. Lalu Allah mengatakan: Semestinya
engkau lebih takut kepada-Ku.
َ
Dari Huzaifah, ia mengatakan: Nabi bersabda: Tidak layak
bagi seorang Muslim menghinakan dirinya. Mereka bertanya:
bagaimana hal itu terjadi wahai baginda Nabi? Beliau mengatakan:
Berbuat sesuatu yang membahayakan padahal ia tidak mampu
memikul/menghadapinya.
َ
Dari Ummu Salamah, isteri Nabi, mengatakan: Nabi bersabda:
Akan ada orang-orang yang memerintah di tengah-tengah kalian,
di antara mereka ada yang kalian suka, dan ada yang kalian benci.
Maka barangsiapa yang mengingkari dengan hatinya maka
sungguh ia telah terbebas. Dan barangsiapa yang membenci
maka ia selamat. namun bagaimana dengan yang redha dan
mengikutinya? Mereka bertanya: wahai baginda Nabi, apakah
boleh kami perangi mereka. Nabi mengatakan: tidak, selama
mereka mengerjakan shalat.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa salah satu bentuk
menghinakan diri sendiri yaitu saat melihat sesuatu yang janggal
namun tidak mengatakan yang sesungguhnya. Di hari kemudian, orang
seperti ini akan ditanya oleh Allah tentang alasan mengapa ia diam
saja. Lalu hamba itu mengatakan: sebab takut kepada mereka. Lalu
Allah mengatakan kepadanya: semestinya engkau lebih takut kepada-
Ku.
2. Termasuk menghinakan diri yaitu saat meminta suatu jabatan
yang sesungguhnya ia sendiri tidak pantas dengan jabatan itu; dan
itu dianggap sebagai sesuatu yang sangat membahayakan. sebab
itu, jauh-jauh sebelumnya Nabi sudah menyampaikan bahwa nanti
akan ada orang yang memerintah di tengah-tengah kalian, ada yang
kalian suka, dan ada yang kalian benci. Penguasa yang tidak berlaku
adil mesti diingkari walau dengan hati sebab dengan begitu ia telah
terbebas. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang suka dan ridha
dengan semua itu, apakah boleh diperangi? Nabi menjawab bahwa
mereka tidak boleh diperangi selama mereka mengerjakan shalat.
3. Menyampaikan aspirasi kepada pemerintah yaitu hal yang
baik dalam Islam. sebab nya, seorang penguasa atau rezim yang
dikritik oleh warga nya semestinya berterima kasih dan mau
mendengarkan dengan lapang dada. saat Umar bin Khattab pertama
kali menyampaikan pidatonya pasca diangkat menjadi Khalifah
kaum muslimin, tiba-tiba ada seorang badui langsung angkat bicara
di depan Umar dengan mengatakan: Wahai Umar, berlaku adillah
kepada kami, kalau engkau tidak berlaku adil maka akulah orang yang
pertama akan menebas lehermu dengan pedangku ini. Para sahabat
yang hadir saat itu ingin memukul badui tadi sebab kelancangannya
kepada Umar. namun Umar sebagai pemimpin yang sangat bijak justru
mengatakan: biarkan saja dia mengatakan apa yang mau dikatakan,
tidak ada kebaikan yang kalian miliki jika ada sesuatu yang tidak
baik kamu lihat dalam diriku/kepemimpinanku lalu engkau tidak
mengatakannya kepadaku. Begitu juga, aku (Umar) tidak memiliki
kebajikan jika aku tidak mau mendengar apa yang engkau katakan.
4. warga diberi hak untuk melakukan kontrol terhadap kinerja
seorang pemimpin, bahkan mengeritiknya bila perlu namun dengan
cara-cara yang konstruktif, tidak dengan menjelek-jelekkan apalagi
sampai menghujat. Kritik dan kontrol yang dilakukan oleh warga
terhadap kinerja pemerintah tentu saja merupakan hal yang sangat
penting dilakukan terutama jika terjadi penyalahgunaan wewenang,
kecurangan dalam memimpin, terjadi korupsi atau sogok-menyogok.
Kritikan ini dapat melalui media massa atau lembaga-lembaga
resmi seperti majlis permusyawaratan rakyat, mahkamah, muktamar,
atau dengan seminar dengan catatan tidak memicu terjadinya
fitnah, kekacauan dan pemberontakan terhadap negara demi menjaga
keamanan agar tidak terjadi pertumpahan darah.
5. Dalam konteks demokrasi, mengeritik pemimpin merupakan suatu
hal yang lumrah bahkan dilindungi oleh undang-undang seperti di
Indonesia. namun kritikan yang disampaikan juga tetap harus sesuai
dengan aturan yang berlaku, tidak dengan cara caci maki misalnya,
atau justru bertujuan untuk provokasi dan ingin menjatuhkan.
Islam secara khusus memberi hak kepada setiap orang untuk
menyampaikan aspirasinya bahkan nasehatnya kepada pemerintah,
namun dengan cara yang santun tidak dengan caci maki apalagi
menghina dan sebagainya.
6. Di dalam Islam, melarang penguasa untuk berbuat zalim merupakan
bagian dari dakwah Islam. Namun demikian nasehat-nasehat ini
tidak boleh disampaikan secara anarkis dan membabi buta. Al-Qur’an
sendiri memberi contoh saat misalnya Nabi Musa dan Nabi Harun
yang telah diperintah oleh Allah untuk mengajak Fir’aun kepada jalan
yang benar dengan cara-cara yang lembut padahal Fir’an jelas-jelas
seorang raja yang sangat bengis bahkan mengaku sebagai Tuhan.
Maka dari itu, mengeritik pemerintah boleh-boleh saja namun dengan
kritikan yang konstruktif bukan kritikan yang destruktif. Itulah
sebabnya mengapa di dalam Islam, agama disebut sebagai nasehat
sebab sesungguhnya ia datang untuk membahagiakan manusia.
saat para sahabat bertanya kepada Nabi, untuk siapa nasehat itu.
Nabi menjelaskan bahwa agama yaitu nasehat untuk Allah, rasul-
Nya, untuk orang-orang beriman, dan untuk semuanya.
7. Menasehati pemimpin sesungguhnya merupakan bagian dari
partisipasi positif dalam membangun suatu kebijakan dan tata kelola
pemerintahan. sebab itu, dalam banyak referensi disebutkan bahwa
Abu Bakar misalnya saat pertama kali dilantik sebagai pemimpin
kaum muslimin menggantikan Nabi. Beliau mengatakan: Aku
bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, aku hanyalah mengikuti
apa-apa yang telah digagas oleh Nabi, sebab itu bila ada sesuatu
yang tidak baik yang engkau lihat nanti dalam kepemimpinanku
maka aku mohon engkau luruskan. Begitu juga jika nanti dalam
kepemimpinanku hal-hal baik yang aku lakukan maka aku mohon
engkau membantu dan mendukungku.
8. saat seorang pemimpin selalu terbuka untuk mendengar dan
menerima masukan dari rakyatnya maka itu yaitu pertanda kebaikan.
Begitu juga sebaliknya warga yang dengan senang hati selalu
memberi masukan dan kritikan yang konstruktif yaitu pertanda
sebagai warga yang memiliki kepedulian untuk senantiasa maju
dan berkembang; dan semua itu dikategorikan sebagai bagian kerja
sama dalam hal kebaikan yang dianjurkan di dalam al-Qur’an.
HADIS TENTANG
PATUH TERHADAP PEMIMPIN
َ
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda: Akan ada
pemerintah yang akan menangani urusanmu sesudah ku, maka
akan menjabat urusanmu orang baik dengan kebaikannya, dan
orang jahat dengan kejahatannya, maka dengar dan taatlah kepada
mereka selama kebijakan mereka sesuai dengan kebenaran, dan
shalatlah di belakang mereka. Jika mereka berbuat baik, maka
kebaikan itu untukmu dan untuknya, dan jika mereka berbuat
salah maka salah itu untukmu dan dosanya untuk mereka.
Dari Annawwas bin Sam’an, berkata. Nabi bersabda: Tidak ada
ketaatan bagi seseorang yang mendurhakai Tuhan.
Dari Anas, bahwasanya Nabi mengatakan kepada Abu Zar: Wahai
Abu Zar, dengar dan patuhlah kepada pemimpin walau ia yaitu
seorang budak Habasyi yang kepalanya (rambutnya) seperti
anggur kering.
ْ
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Barangsiapa yang mentaatiku
maka sungguh ia taat kepada Allah, dan barangsiapa yang
mendurhakaiku maka sungguh ia telah mendurhakai Allah.
Dan barangsiapa yang mentaati raja maka ia mentaatiku; dan
barangsiapa yang mendurhakai raja maka ia mendurhakaiku.
Dari Ibnu Umar, Nabi bersabda: Patuh dan taat atas seorang
Muslim terhadap apa yang ia suka dan yang ia benci, kecuali
jika ia diperintah melakukan maksiat, maka jika ia diperintah
melakukan maksiat maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan.
َ
Dari Ibnu Abbas, dari Nabi. Beliau bersabda: Barangsiapa yang
melihat sesuatu yang ia tidak suka dari pemimpinnya maka
hendaklah ia bersabar, karna tidak seorang pun yang memisahkan
diri dari orang banyak (kelompok) lalu ia mati kecuali matinya
mati jahiliah.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Hadis di atas menjelaskan bahwa suatu saat akan ada seseorang
yang memimpin dengan baik, dan adapula yang memimpin tidak baik.
Mereka tetap harus didengar dan ditaati selama kebijakan mereka
sesuai dengan kebenaran, termasuk shalat di belakang mereka.
Kebaikan yang mereka lakukan untuk semua orang, sedangkan
kesalahan yang mereka lakukan dosanya untuk mereka sendiri.
Ketaatan terhadap perintah Nabi merupakan bagian dari ketaatan
kepada Allah, begitu pula sebaliknya menyalahi perintah Nabi sama
dengan menyalahi perintah Allah. sebab itu, dalam pandangan Islam,
mentaati pemimpin sama dengan mentaati Nabi selama mereka tidak
memerintahkan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Berbeda
jika mereka memerintahkan hal-hal yang dilarang oleh agama maka
tidak ada kepatuhan dan ketaatan bagi mereka. saat tidak ada
ketaatan bukan berarti harus memberontak, namun mereka harus
dinasehati dengan sabar dan dengan kepala dingin agar mereka insaf;
atau diberhentikan dari jabatannya jika memang tidak ada lagi cara
dan solusi lain.
2. Pemimpin yang adil dan bijaksana harus ditaati dan dibantu oleh
warga nya termasuk saat ada kelompok atau oknum yang
mencoba untuk melakukan hal-hal yang tidak baik kepadanya seperti
melakukan tindakan huru-hara, mengadu domba, atau memberontak.
3. Salah satu hak seorang pemimpin yang adil yaitu memberi
kehidupan yang cukup baginya dan keluarganya. Dalam riwayat
disebutkan bahwa saat Abu Bakar menjadi khalifah, pada awalnya
beliau sering ke pasar untuk menjual pakaian, lalu ketemu dengan
Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Keduanya bertanya
kepada Abu Bakar, mau ke mana? Beliau mengatakan: mau ke pasar.
Keduanya mengatakan: untuk apa, bukankah engkau sekarang sudah
jadi pemimpin? Beliau mengatakan: dari mana aku menghidupi
keluargaku. Keduanya mengatakan: pergilah agar kami dapat
memberimu sesuatu yang dapat menghidupi keluargamu. sebab
sesuatu yang diberikan kepadanya belum dapat mencukupi diri dan
kelurganya sehingga ia pun meminta agar ditambah; dan kemudian
menjadilah pemberian itu 500 dirham.101 Pemberian yang didapatkan
Abu Bakar sempat berhenti pada awal pemerintahan Umar bin
Khattab, namun hal itu tidak berlangsung lama, apalagi sesudah para
sahabat yang lain melakukan koordinasi sehingga pemberian itu
berlanjut kembali walau jumlahnya sedikit agak berbeda dengan
sebelumnya.
4. Termasuk hak seorang pemimpin di dalam Islam yaitu memberi
nasehat kepada mereka dan memintanya agar senantiasa menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar, sebab agama memang yaitu nasehat
seperti yang dinyatakan oleh Nabi. Salah satu kelebihan yang diberikan
oleh Allah kepada umat ini yaitu sebab senantiasa menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an
ayat 110 surat Ali Imran.
HADIS TENTANG
PEMIMPIN BERTANGGUNGJAWAB
ATAS YANG DIPIMPINNYA
َ
Dari Abdullah bin Umar, dari Nabi. Beliau bersabda: Setiap dari
kamu yaitu pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab
atas yang dipimpinnya, pemerintah yaitu pemimpin atas
warga dan bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.
Seorang lelaki yaitu pemimpin di tengah keluarganya dan
ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Seorang isteri
yaitu pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia
bertanggungjawab atas suami dan yang dipimpinnya. Seorang
hamba (sahaya) yaitu pemimpin terhadap harta majikannya,
dan ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Setiap dari
kamu yaitu pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab
atas yang dipimpinnya.
َ
Dari Ibnu Umar, ia berkata: aku telah mendengar Nabi
bersabda: Setiap dari kamu yaitu pemimpin, setiap pemimpin
bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Seorang penguasa
yaitu pemimpin dan ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.
Seorang lelaki yaitu pemimpin dalam keluarganya, dan ia
bertanggungjawab atas yang dipimpinnya, Seorang perempuan
yaitu pemimpin di rumah suaminya dan ia bertanggungjawab
atas yang dipimpinnya. Seorang pembantu yaitu pemimpin
terhadap harta majikannya, dan ia bertanggungjawab atas yang
dipimpinnya. Setiap dari kamu yaitu pemimpin, dan setiap
pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis ini di atas dapat dipahami bahwa setiap
orang dalam hidup ini yaitu pemimpin; dan setiap pemimpin
bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. sebab itu seorang
kepala keluarga yaitu pemimpin di tengah keluarganya, dan ia
pun bertanggungjawab atas keluarganya, bahkan seorang isteri
yaitu pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya, dan ia pun
bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Begitu juga seorang
kepala negara yaitu pemimpin di tengah warga nya, dan ia
pun bertanggungjawab atas seluruh rakyatnya.
2. Terkait dengan stabilitas keamanan dalam suatu negara, orang yang
paling bertanggung jawab yaitu kepala negara; dan tanggung jawab
ini harus dijalankan sesuai dengan kaedah hukum Islam bahwa:
tasarrufu al-imami ala ar-ra’iyati manutun bi al-maslahah. Artinya
setiap kebijakan pemerintah terhadap rakyatnya harus berdasar
kemaslahatan. Selain itu, presiden dalam pandangan Islam yaitu
orang yang paling bertanggung jawab mengawasi segala yang
berkaitan dengan kehidupan beragama, juga bertanggung jawab atas
kesejahteraan rakyatnya.
3. Dalam Islam, presiden juga bertanggung jawab penuh dalam
menjalankan roda pemerintahan bersama dengan para kabinetnya.
sebab nya, posisi menteri tidak lebih dari pembantu-pembantu
presiden dalam menyukseskan tugas-tugasnya, sehingga bila ada di
antara mereka yang melakukan kesalahan maka bisa saja diganti
oleh presiden. Mereka bertanggung jawab atas kesalahannya kepada
presiden, sebab memang mereka secara institusi berkewajiban
tunduk kepada presiden seperti halnya pegawai-pegawai pemerintah
lainnnya.
4. Dalam Islam, pemerintah diwajibkan untuk menyiapkan lapangan
kerja dan memberi peluang sebanyak-banyaknya kepada rakyatnya
yang menganggur baik yang muslim maupun yang non muslim.
memberi hak-hak primer yang dapat mensejahterahkan hidup
dan kehidupan setiap elemen warga merupakan salah satu
kewajiban pemerintah, sebab tugas pokoknya yaitu bekerja untuk
kemaslahatan rakyat sehingga mereka bisa hidup dalam kondisi yang
lebih baik. Pemerintah yaitu pelindung warga dan bertanggung
jawab atas semua bentuk dinamika sosial dan dinamika pembangunan
yang terjadi di tengah-tengah mereka.
HADIS TENTANG
PEMIMPIN YANG ADIL, LEMBUT,
DAN BIJAKSANA
Dari Abu Said al-Khudri, Nabi bersabda: Sesungguhnya orang
yang paling dicintai oleh Allah di hari kemudian, dan paling dekat
tempat duduknya dari-Ku yaitu seorang pemimpin yang adil.
Dan sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah di hari
kemudian, dan siksaannya sangat pedih yaitu pemimpin yang
curang.
َ
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Tujuh golongan yang akan
dinaungi oleh Allah di hari kiamat dimana tidak ada naungan
pada hari itu kecuali naungan-Nya. 1) pemimpin yang adil, 2)
seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada
Allah, 3) seorang lelaki yang mengingat Allah dalam kesunyian
sambil menetes air matanya, 4) seorang lelaki yang hatinya selalu
terpaut dengan masjid, 5) dua orang lelaki yang bersahabat sebab
Allah, 6) seorang lelaki yang diajak berbuat zina oleh seorang
perempuan yang cantik dan berpangkat, lalu ia mengatakan: aku
takut kepada Allah, 7) dan seorang lelaki yang bersedekah lalu
ia merahasiakan sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang
dilakukan oleh tangan kanannya.
َ
Dari Abdullah bin Amru, Nabi bersabda: Sesungguhnya orang-
orang yang berlaku adil di dunia, kelak di akhirat akan berada
di atas mimbar yang terbuat dari berlian di depan Allah sebab
dengan keadilannya di dunia.
َ
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, Nabi bersabda: Sesungguhnya
orang-oarng yang berlaku adil di sisi Allah akan berada di atas
mimbar yang dipenuhi cahaya, yaitu orang-orang yang berlaku
adil dalam kekuasaannya, keluarganya, dan apa yang mereka
jabat.
ِ
Dari Ibnu Abbas berkata: Nabi bersabda: Seorang pemimpin yang
berlaku adil sehari saja jauh lebih mulia daripada beribadah 60
tahun. Dan hukuman yang ditegakkan dengan benar di muka
bumi akan jauh lebih mulia daripada hujan selama 40 tahun.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang paling
dicintai, paling dimuliakan, dan diberi naungan oleh Allah di hari
kemudian yaitu pemimpin yang adil. Sebaliknya orang yang paling
dibenci oleh Allah dan akan disiksa dengan siksaan yang sangat pedih
yaitu pemimpin yang curang.
2. Salah satu kemuliaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin kata Nabi
yaitu saat mereka memimpin dengan penuh rasa adil, sehari saja
berlaku adil akan jauh lebih mulia daripada beribadah 60 tahun,
termasuk saat mereka menegakkan hukum secara benar dan
proporsional akan jauh lebih mulia daripada hujan selama 40 tahun.
3. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip serta komitmen yang kuat
terhadap tegaknya keadilan. Di samping itu seorang pemimpin harus
selalu bersikap bijaksana. sebab nya sebelum memutuskan suatu
perkara atau mengambil suatu tindakan maka sebaiknya ia berlapang
dada untuk menerima masukan dan saran agar segala keputusannya
tetap dapat diterima sebab sesuai dengan kemaslahatan rakyat.
HADIS TENTANG
PEMIMPIN SEBAGAI PELINDUNG
warga
َ
Dari Abu hurairah, dari Nabi. Beliau bersabda: Sesungguhnya
pemimpin itu yaitu perisai, mereka berperang dari belakangnya,
dan merasa kuat dengannya. Jika pemimpin itu memerintahkan
untuk bertakwa kepada Allah; dan ia berlaku adil maka bagi
mereka pahala. namun jika mereka memerintahkan selainnya
(bukan hal yang baik) maka mereka mendapatkan dosa dari
perintah itu.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa salah satu tugas
pokok seorang pemimpin dalam Islam yaitu sebagai pelindung
bagi warga nya. sebab nya rakyat selalu berkaca dan bahkan
penuh harap terhadap pemimpinnya. Presiden sebagai orang yang
bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya termasuk dalam hal
memberi perlindungan kepada mereka seperti yang disinyalir
oleh para ulama. Dalam konteks ini, Al-Mawardi memaparkan bahwa
salah satu kewajiban pemerintah dalam Islam yaitu memberi
perlindungan kepada rakyatnya (himayatulbaidah) agar mereka
merasa aman baik pada diri mereka maupun pada hartanya terutama
saat mereka melakukan perjalanan.
2. Salah satu tugas penting kepala negara di dalam Islam yaitu
memberi jaminan keamanan kepada seluruh rakyatnya dalam semua
asfek kehidupan termasuk mereka yang berada di luar negaranya.
Kepala negara harus mampu memberi perlindungan kepada
mereka serta dapat mengembalikan hak-haknya bila terjadi ketidak-
adilan. Indikasinya dalam Islam yaitu saat Nabi memasuki kota
Makkah dengan tujuan berziarah dan bukan untuk memerangi
orang-orang Quraiys. Namun sesudah penduduk Makkah berkumpul
untuk menghalangi Nabi maka diutuslah Usman bin Affan untuk
memberitahukan mereka bahwa Nabi datang bukan untuk memerangi
mereka, namun datang untuk menziarahi Baitullah. Lalu keluarlah
Usman menuju kota Makkah untuk menyampaikan kepada kaum
Qurais bahwa Nabi datang untuk berziarah. Tapi ternyata mereka
menolak tujuan itu dengan mengatakan: bila engkau wahai Usman
ingin tawaf di Ka’bah maka silahkan saja, namun Muhammad untuk
tahun ini tidak boleh melakukannya. Usman mengatakan: aku tidak
akan melakukan tawaf kecuali Nabi juga melakukannya. Maka
ditahanlah Usman oleh Quraiys sebab pernyataannya itu. Tidak
lama kemudian, berita penahanan sampai kepada Nabi bahwa Usman
telah dibunuh oleh kaum Quraiys sehingga beliau pun mengatakan:
kita tidak boleh tinggal diam sampai kita memerangi mereka. Beliau
mengajak para sahabatnya untuk dibaiat yang kemudian dikenal
dengan baiuturridwan. Para sahabat berjanji untuk tidak lari dari
peperangan. Kendati semuanya sudah siap, namun ternyata ada berita
baru yang didengar oleh Nabi bahwa sesungguhnya Usman tidaklah
terbunuh.
3. Dalam Islam, pemerintah juga dapat memberi perlindungan
kepada warganya dengan cara memberlakukan warga negara lain
seperti halnya mereka memberlakukan warganya (al-Muamalatu bil
mitsli). Jadi bila penindasan terjadi pada diri seorang warga maka
orang-orang Islam pun juga dapat melakukan hal yang sama pada
warga mereka agar mereka menghentikan penindasan ini .
Dalam sejarah disebutkan bahwa Nabi pernah mengutus pasukan yang
dikepalai oleh Abdullah bin Jahs untuk memantau kekuatan Quraiys.
Dalam tugas itu, sahabat yang bernama Saad bin Abi Wakkas dan
Utbah bin Gazwan juga ikut, namun keduanya ditahan oleh Quraiys.
Abdullah bin Jahs saat bertemu dengan Quraiys dan terjadi perang,
beliau pun berhasil menahan dua orang Quraiys dan dibawa kepada
Nabi, sehingga kaum Quraiys mengutus delegasinya kepada Nabi agar
kedua lelaki ini dilepaskan, namun Nabi tidak melepaskannya.
Nabi mengatakan: kami tidak akan melepaskannya kecuali engkau
juga melepaskan kedua sahabat kami -Saad dan Utbah- sebab kami
menghawatirkan keselamatan keduanya. Bila engkau membunuh
keduanya, kami pun akan membunuh kedua temanmu itu. Akhirnya
Saad dan Utbah dilepaskan oleh mereka, dan Nabi pun melepaskan
kedua teman mereka.
4. Dalam Islam, seorang kepala negara tidak hanya berkewajiban
memberi perlindungan kepada warganya yang muslim yang
berada di negara lain, namun juga meliputi warganya yang non Muslim.
Hal ini dijelaskan oleh para ulama bahwa pemerintah dalam hal
ini diminta untuk memberi pertolongan kepada warganya yang
non Muslim, baik mereka berada dalam wilayahnya maupun yang
berada di luar wilayahnya.Apa yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah
yaitu salah satu contoh konkret yaitu saat bangsa Tartar menguasai
daerah Syam. Ibnu Taimiyah mendatangi Katlusyah sebagai raja
Tartar agar melepaskan semua tahanan. Lalu panglima Tartar pun
melepaskan tawanan orang-orang Islam saja sehingga Ibnu Taimiyah
mengatakan kepada mereka: Yang harus dilepaskan yaitu semua
tawanan, baik yang Muslim maupun yang non Muslim seperti Yahudi
atau Nasrani sebab mereka juga termasuk tanggungjawab kami.
Mereka harus dibebaskan, dan kami tidak akan membiarkan mereka
menjadi tawanan. sebab Ibnu Taimiyah tetap menuntut agar semua
tawanan dibebaskan tanpa kecuali, akhirnya mereka pun melepaskan
semua tawanan termasuk warga negara Islam yang non Muslim.115
5. Perlindungan diplomatik yang dipunyai oleh setiap negara merupakan
hal alami dari adanya tanggung jawab atas setiap bencana atau
mudharat yang menimpa seorang warga negara yang ada di negara
lain. Dalam konteks ini, bila sebuah negara menggunakan haknya
untuk memberi perlindungan kepada salah satu warganya maka
hal ini terbangun atas dasar tanggung jawab internasional.
Hanya saja hak ini terkadang tidak digunakan oleh sebuah
negara kecuali dengan adanya tanggung jawab tadi sebagai salah satu
bentuk implementasi dari tanggung jawabnya sebagai pemerintah
dalam sebuah negara. Apa yang ditegaskan oleh syariat Islam terkait
dengan masalah perlindungan diplomatik, sekalipun di satu sisi sejalan
dengan hukum Internasional terkait dengan hak setiap negara untuk
memberi perlindungan diplomatik sebagai salah satu kewajiban
yang harus dilakukan kepada warganya yang terkena musibah di
negara lain. Bila negara tidak memberi solusi kepada mereka sesuai
dengan hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan, namun dalam
Islam hal ini merupakan hak warga sehingga pemerintah tidak
dapat menghindar untuk tidak memberi perlindungan kepada
mereka, sebab itu yaitu suatu hal yang dipandang wajib dan mesti
dilakukan oleh pemerintah. sebab nya, dalam kondisi seperti itu,
rakyat berhak menuntut negaranya agar memberi perlindungan
seperti yang ditegaskan para ulama Islam seperti Almawardi. Inilah
sebuah titik perbedaan dengan hukum Internasiaonal, di mana
hak memberi perlindungan diplomatik yaitu hak negara dan
bukan rakyat, sehingga dengan demikian negara dalam hal ini bisa
saja tidak memberi perlindungan ini kepada warganya yang
mengalami masalah di negara lain. Begitupula seorang warga dalam
hal ini tidak punya hak untuk memaksa negaranya agar memberi
perlindungan kepadanya sebab dasar dari perlindungan itu sendiri
menurut hukum internasional yaitu hak khusus setiap negara dan
bukan hak rakyat, tidak seperti yang dijelaskan di dalam literatur fikhi
Islam.
َ
Dari Abu Hurairah, ia mengatakan: suatu hari aku bersama Nabi
ke pasar lalu beliau ke penjual baju lalu membeli celana dengan
harga empat dirham. Penduduk pasar memiliki petugas yang
menimbang barang. Lalu Nabi mengatakan kepadanya: aku yang
menimbang. Lalu penimbang mengatakan: perkataan belum
pernah aku dengar dari seorang pun. Abu Hurairah mengatakan:
cukuplah bagimu kebodohan dan kekasaran dalam agamamu.
Tidakkah engaku kenal Nabimu? Lalu orang itu membuang
timbangan sambil melompat untuk mencium tangan Nabi. Tapi
Nabi menarik tangannya seraya mengatakan: apa-apaan ini?
Hal seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang ajam terhadap
rajanya, dan aku ini bukan raja. Aku ini sama dengan kamu,
lalu Nabi menimbang, lalu beliau mengambil celana ini .
Abu Hurairah mengatakan: aku ingin membawakannya, tapi
Nabi mengatakan: yang punya barang lebih berhak membawa
belanjanya, kecuali seorang yang lemah yang tidak mampu maka
dapat dibantu oleh saudaranya yang Muslim. Abu Hurairah
mengatakan: wahai baginda Nabi, apakah engkau juga memakai
celana panjang. Nabi mengatakan: tentu saja, dalam perjalanan
atau bukan, di malam hari atau di siang hari. Aku diperintah
untuk menutup aurat dan terkadang tidak ada yang bisa aku
pakai kecuali celana itu.
َ
Rasulullah dalam perjalanan bersama sahabatnya. saat tiba
waktu menyiapkan makanan dengan menyembelih seekor
kambing. Di antara sahabat mengatakan: biar saya yang sembelih.
Yang satu mengatakan: biar saya yang kuliti. Lalu yang ketiga
mengatakan: biar saya yang masak. Maka Nabi mengatakan:
biar saya yang mengumpulkan kayu bakar. Mereka mengatakan
kepada Nabi: wahai baginda Nabi, engkau tidak perlu bekerja.
Nabi mengatakan: aku tahu kamu pasti mengatakan: tidak perlu
bekerja, tapi aku tidak mau berbeda dengan kalian, sesungguhnya
Allah tidak suka melihat dari hambanya yang berbeda dengan
sahabatnya.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa seorang pemimpin
semestinya rendah hati, dan tidak boleh menyombongkan diri apalagi
sampai meremehkan rakyatnya dengan memperlakukan seenaknya.
Pemimpin yaitu pelayan rakyat sehingga merekalah yang semestinya
yang memberi pelayanan, bukan sebaliknya walau masalahnya
sangat sederhana. Suatu saat Nabi belanja lalu Abu Hurairah ingin
membawakan belanjaannya, namun Nabi justru menolak sambil
mengatakan: yang punya barang lebih berhak membawa belanjaannya,
kecuali seorang yang lemah maka ia dapat dibantu.
2. Seorang pemimpin di dalam Islam juga dituntut untuk selalu memberi
contoh dengan terlibat langsung terutama dalam menunaikan suatu
pekerjaan atau tugas. Dalam kondisi biasa semestinya tidak ada jarak
antara atasan dengan bawahan agar suasana kelihatan akrab dan
selalu cair. Dalam salah satu perjalanan Nabi bersama para sahabatnya
saat tiba waktu menyiapkan makanan di antara mereka ada yang
mengatakan: biar saya yang sembelih, yang satu mengatakan: biar
saya yang kuliti, lalu yang ketiga mengatakan: biar saya yang masak,
sehingga Nabi pun juga mengatakan: biar saya yang mengumpulkan
kayu bakar. Mereka mengatakan kepada Nabi, engkau tidak perlu
bekerja. Nabi mengatakan: aku tahu kamu pasti mengatakan hal itu,
namun aku tidak mau berbeda dengan kalian, sebab Allah tidak suka
melihat hambanya berbeda dengan sahabatnya.
3. Di dalam Islam, pemimpin dan yang dipimpin semuanya sama. Nabi
sendiri tidak pernah mengklaim dirinya sebagai raja, bahkan dalam
menjalankan dakwahnya penuh susah payah, dan sering mendapat
intimidasi dari pihak Quraiys sehingga tidak heran bila Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa Nabi harus dipatuhi bukan sebab beliau seorang
penguasa akan namun sebab beliau yaitu utusan Allah untuk manusia
(rasulullah ilannasi).119 Apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah juga
ditegaskan oleh Muhammad Abduh bahwa pemimpin di kalangan
orang muslim bukanlah seorang yang terjaga dari kesalahan dan dosa
(ma’sum); dan bukan juga orang yang mendapatkan wahyu. Agama
tidak memberi kekhususan kepada mereka sehingga mereka tidak
perlu diangkat ke derajat tertentu. Mereka tidak ada bedanya dengan
yang lain. Manusia hanya berbeda dengan kejernihan akalnya dan
kebenarannya dalam hukum. warga lah yang mengangkatnya
sebagai pemimpin, dan mereka pulalah yang memberhentikan dari
jabatannya. Intinya, seorang penguasa yaitu manusia biasa.120 Hal
yang sama juga dinyatakan oleh Mahmud Syaltut bahwa seorang
pemimpin bukanlah orang yang terjaga dari kesalahan dan dosa;
dan bukan juga orang yang mendapat wahyu; dan ia tidak memiliki
kelebihan dalam melihat dan memahami sesuatu. Mereka hanya
dapat memberi nasehat dan arahan, menegakkan hukum sesuai
dengan yang digariskan oleh Allah. Dalam tugasnya ia sebagai wakil
umat, ditaati selama ia melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan
yang ditentukan oleh Allah; dan bila ia melenceng dari ketentuan yang
ada maka ia pun dapat diberhentikan atau dipecat dari jabatannya.
4. Seorang penguasa di dalam Islam tidak terlepas dari pantauan rakyat.
Jika mereka melakukan kesalahan maka rakyat berhak menasehatinya.
saat Abu Bakar menjadi khalifah, ia meminta kepada warga nya
agar mengawasi kinerjanya. Beliau meminta agar didukung bila
melakukan kebaikan, dan diluruskan bila melakukan kekeliruan.
Abu Bakar mengakui bahwa dirinya tidak mampu memimpin para
sahabat persis dengan cara Nabi sebab ia menyadari bahwa Nabi tidak
akan dibiarkan oleh Allah melakukan kesalahan, sementara dirinya
tidak demikian. Sama halnya dengan Umar bin Khattab saat menjadi
khalifah. saat ada seseorang mengatakan: wahai Umar, bertakwalah
kepada Allah, lalu ada seorang sahabat mengatakan kepada orang
tadi, beraninya kamu mengatakan hal seperti itu kepada Umar. Umar
mengatakan kepada sahabatnya, biarkan saja ia mengatakan apa yang
ia mau sebab tidak ada kebaikan bagi kamu sekalian bila ada suatu
masalah dan kamu tidak mengatakannya. Begitu pula, tidak ada
kebaikan bagi kami bila tidak mau mendengarkannya.
HADIS TENTANG
TIDAK ADA JARAK ANTARA PEMIMPIN
DENGAN RAKYAT
َ
Dari Abu Maryam al-Azdi dari Nabi. Beliau bersabda: Barangsiapa
yang diamanahi suatu jabatan oleh Allah dari urusan orang-
orang Muslim, lalu ia menjauh/menghalangi dari kebutuhan dan
keperluan mereka, maka Allah akan menghalangi/menjauhkan
kebutuhannya.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa jabatan yaitu
amanah. sebab nya harus dijalankan dengan baik. Pemimpin
yang baik yaitu yang mampu memberi pelayanan kepada
warga nya. Itulah sebabnya Nabi menyatakan bahwa seorang
pemimpin tidak boleh menjauh atau bahkan menghalangi rakyatnya
untuk mendapatkan hak-hak mereka baik yang telah ditentukan oleh
agama maupun yang telah diatur oleh regulasi yang ada.
2. Dalam Islam dijelaskan bahwa tugas seorang pemimpin dalam suatu
negara antara lain: 1) memelihara agama serta menjaga kehidupan
beragama dari segala hal yang dapat mencederainya, 2) berkewajiban
memberi kebebasan kepada seluruh rakyatnya baik yang muslim,
maupun yang non muslim termasuk dalam berdakwah dengan tidak
memaksa serta patuh terhadap aturan yang ada, 3) menegakkan
hukum, 4) menjaga stabilitas dan keamanan negara, 5) membentuk
warga yang rukun, damai, dan saling tolong-menolong dalam
kebaikan dalam satu bingkai yang disebut al-amru bil ma’rufi
wannahyu anilmunkari.
3. Mencari pemimpin yang cerdas secara intelektual bisa jadi mudah.
namun mencari pemimpin yang betul-betul memiliki tingkat
kepedulian, perhatian, dan pelayanan kepada warga nya dengan
penuh kedekatan dengan mereka terkadang susah sebab biasanya
mereka selalu menjaga jarak dengan warga nya. Mereka tidak
mau berinteraksi langsung sebab menganggap bahwa dirinya lebih
mulia daripada warga nya sehingga jika mereka tidak menjaga
jarak itu, mereka menganggapnya sebagai suatu kelemahan dan dapat
mengurangi prestisenya. Padahal seorang pemimpin yang baik yaitu
pemimpin yang mampu menghilangkan jarak antara dirinya dengan
warga nya.
4. Pemimpin yang baik yaitu pemimpin yang mampu menempatkan
dirinya di tengah warga nya dengan tidak menjaga jarak dengan
mereka sehingga ia pun dapat diterima kehadirannya dengan baik
sebab ia disenangi. Seorang pemimpin yang baik sebaiknya berjiwa
besar untuk senantiasa terbuka kepada mereka, dan bahkan dengan
senang hati turun ke tengah warga nya untuk memantau dan
mengetahui apa masalah yang sedang mereka hadapi. Semua masalah
yang ada tentu akan mudah diselesaikan sebab antara pemimpin
dengan warga nya sangat akrab satu sama lain.
5. Model kepemimpinan blusukan yang diartikan sebagai proses di
mana seorang pemimpin turun secara langsung ke tengah-tengah
warga nya tidak hanya yang tinggal di kota-kota, namun sampai ke
pelosok kampung merupakan salah satu cara untuk meretas adanya
jarak antara seorang pemimpin denga rakyatnya. Dengan blusukan
itu tentu saja seorang pemimpin akan lebih banyak tahu tentang
apa sesungguhnya yang sedang menjadi masalah di tengah-tengah
mereka. Pemimpin dengan blusukannya akan banyak mendengarkan
keluhan-keluhan rakyatnya; dan rakyatnya pun tidak akan ragu-ragu
menyampaikan secara langsung masalah mereka sebab sangat yakin
bahwa mereka merasa sangat dekat secara emosional dan personal
dengan pemimpinnya.
6. Diriwayatkan dari seorang sahabat bernama Aslam bahwa suatu
saat ia bersama dengan Umar bin Khttab menelusuri pelesok
kampung sehingga keduanya kemudian menemukan seorang
perempuan bersama dengan dua anaknya yang sedang menangis,
sementara Ibunya sedang memasak sesuatu untuk kedua anaknya.
Umar pun kemudian mendekat lalu memberi salam kepadanya
dengan mengatakan: “keselamatan atasmu wahai pemilik cahaya”
dan perempuan itu pun menjawab salamnya. Lalu Umar meminta
izin untuk mendekat, sambil bertanya kepada perempuan itu, ada
apa denganmu? Perempuan itu menjawab: kami sedang kedinginan
dan sudah malam. Lalu Umar bertanya lagi, mengapa anak-anakmu
menangis? Perempuan itu menjawab: menangis sebab kelaparan.
Lalu Umar bertanya lagi, apa yang ada di dalam periuk ini? Perempuan
itu menjawab: hanya sekedar menenangkan mereka agar mereka
tidur, demi Allah inilah masalah kami dengan Umar. Kemudian
Umar bertanya lagi kepadanya: apa saja yang Umar ketahui tentang
kamu. Perempuan itu menjawab: Umar menjadi pemimpin kami
namun kemudian ia mengabaikan dan tidak peduli terhadap kami.
Sesaat itu, Umar mengatakan kepada Aslam, ayo pergi bersamaku.
Lalu keduanya pergi sampai ke suatu tempat, lalu mengambil gandum
dan sekumpulan lemak/minyak sambil mengatakan kepada Aslam:
tolong naikkan semuanya ke pundakku. Aslam mengatakan: biar aku
yang bawakan. Kata Umar, engkau akan menanggung dosa-dosaku
di hari kimat. Lalu Umar pun memikul gandum dan minyak itu
menuju tempat perempuan tadi. Sampai di sana, Umar mengatakan
kepada perempuan itu: biarkan aku yang masak. sesudah itu, kedua
anak perempuan itu makan sampai kenyang, sehingga perempuan
itu berkata: terima kasih banyak, engkau sesungguhnya lebih berhak
menjadi pemimpin daripada amirul mukminin (Umar bin Khattab).
Umar pun kemudian mengatakan kepadanya: berucaplah yang baik,
jika suatu waktu engkau ketemu dengan amirul mukminin maka
engkau akan menemukan aku di sana. Umar telah menjadi contoh
sebagai seorang pemimpin yang tidak mau menjaga jarak antara
dirinya dengan warga nya sebab ia sangat paham bahwa seorang
pemimpin memang semestinya harus selalu hidup bersama dengan
rakyatnya.
7. Kepemimpinan dengan model blusukan paling tidak dapat membuka
pintu untuk mengetahui secara langsung kehidupan rakyat yang
sesungguhnya; dan hal itu merupakan bentuk kepemimpinan
yang bersifat partisipatif dengan memberi pelayanan kepada
warga sepenuh hati. Kondisi seperti itu tentu saja akan membuat
rakyat merasa semakin dekat dengan pemimpinnya. sebab itulah
Nabi telah mengajarkan tentang bagaimana menciptakan suasana
batin yang selalu nyaman antara seorang pemimpin dengan rakyat
dengan cara hidup bersama yang dikuatkan oleh rasa cinta dengan
selalu bertegur sapa, berjabat tangan, dan bercengkrama langsung
tanpa ada sekat dan jarak satu sama lain.
HADIS TENTANG
TRANSPARANSI DAN PROFESIONALITAS
َ
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Demi Tuhan, aku tidak
memberi dan tidak pula menahan untukmu, namun aku hanya
membagi sesuai dengan yang diperintahkan kepadaku.
َ
Dari Said al-Khudri, Nabi bersabda: Tidaklah seorang di antara
kalian menghinakan dirinya. Mereka berkata: bagaimana hal
itu terjadi? Nabi mengatakan: Mereka melihat sesuatu yang
janggal (sesuai hukum Allah) namun ia tidak mengatakan
yang sesungguhnya, lalu ia bertemu dengan Allah (mati); dan
ia membiarkan hal itu. Allah mengatakan kepadanya: Apa
yang membuatmu diam sehingga tidak mengatakan yang
sesungguhnya? Ia mengatakan: takut terhadap manusia. Lalu
Allah mengatakan: Semestinya engkau lebih takut kepada-Ku.•
Transparansi yaitu kebenaran, dan mesti ada seorang pemimpin
bagi manusia.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang
diberi suatu tugas atau amanah semestinya dilaksanakan sesuai
dengan aturan dan regulasi yang ada. Misalnya diamanahi untuk
membagikan sesuatu di tengah warga maka harus dibagi sesuai
dengan petunjuk dan mekanisme yang ada. Dalam hal ini Nabi telah
memberi contoh yang baik saat beliau membagikan sesuatu di
tengah-tengah sahabatnya. Beliau membaginya sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Allah kepadanya. Itulah sebabnya dalam bahasa
al-Qur’an saat berbicara tentang sebaik-baiknya pekerja yaitu yang
memiliki kemampuan dan terpercaya. Kata orang bijak: “kejujuran
akan menyelamatkan kamu walaupun kamu takut padanya, dan
kebohongan akan mencelakakan kamu walaupun kamu tenteram
sebab nya”.
2. Nabi mengingatkan agar tidak ada di antara manusia yang
menghinakan dirinya sendiri. Hal itu dapat terjadi kapan saja, di mana
saja, dan bagi siapa saja. Seseorang yang melihat sesuatu yang janggal
namun ia hanya diam dan tidak mengatakan yang sesungguhnya maka
nanti di hari kemudian Allah akan bertanya kepadanya: Apa yang
membuatmu diam sehingga tidak mengatakan yang sesungguhnya?
Ia pun kemudian menjawab dengan mengatakan: sebab aku takut
kepada mereka, padahal semestinya mereka itu lebih takut kepada
Allah.
3. Seseorang yang mampu mengatakan sesuatu apa adanya maka
sesungguhnya ia sedang mencoba untuk mengaktualisasikan
nilai kebenaran dalam hidupnya. Itulah sebabnya mengapa Nabi
mengatakan bahwa transparansi yaitu bagian dari kebenaran.
sebab nya Nabi mengatakan bahwa sesuatu yang diyakini
kebenarannya yaitu bagian dari perintah agama.
4. Menjalankan tugas dengan baik, bertanggung jawab, dengan selalu
menjaga integritas, akuntabilitas, dan transparan akan membuat setiap
aspek kehidupan manusia lebih baik sebab mampu mencegah hal-
hal yang dianggap dapat merugikan. Dalam suatu riwayat disebutkan
bahwa Lukmanul Hakim pernah ditanya tentang rahasia mengapa
dirinya begitu mulia, ia pun kemudian menjawab dengan mengatakan:
dengan kejujuran, melaksanakan amanah, dan meninggalkan hal-hal
yang tidak penting. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa saat
Abu Bakar baru saja diangkat sebagai Khalifah kaum Muslimin
beliau mengatakan: sesunggguhnya kalian semua menginginkan aku
melakukan hal yang sama dengan Nabi. Aku tidak memiliki apa yang
dimiliki Nabi (wahyu), aku ini yaitu manusia biasa sehingga engkau
sekalian harus selalu mengawasiku. Keesokan harinya, Abu Bakar
bertemu Umar, lalu Umar bertanya: Abu Bakar hendak kemana? Abu
Bakar menjawab: aku hendak pergi ke pasar. Umar lalu mengatakan
kepadanya: telah datang kepadamu suatu hal yang menyibukkan
kamu dari urusan pasar. Abu Bakar mengatakan: Maha Suci Allah.
Aku telah disibukkan keluarga dan anak-anakku. Umar mengatakan:
kalau begitu, nanti engkau diberi (gaji) agar tidak lagi sibuk kecuali
dengan tugasmu sebagai khalifah. Abu Bakar mengatakan: aku takut
jangan sampai aku tidak pantas memakan harta (gaji) ini sedikit pun.
Abu Bakar diberi sekitar 8000 dirham untuk keperluan dua tahun.
Tidak lama kemudian, saat Abu Bakar menjelang kematiannya
ia pun mengakatan: jika aku mati, aku mohon 8000 dirham dari
hartaku engkau ambil kembali lalu masukkan ke baitul mal. Tidak
lama kemudian saat Umar bin Khattab tahu, ia pun mengatakan:
Allah merahmati Abu Bakar, sungguh ia telah merepotkan semua
orang sepeninggalnya.
5. Tentu saja seorang pemimpin sangat diharapkan untuk dapat
memberi contoh keteladanan kepada warga nya, paling tidak
mereka dapat meningkatkan kualitas diri mereka dalam menghadapi
semua masalah yang terjadi di tengah-tengah mereka. Dalam riwayat
disebutkan bahwa pernah suatu saat Abu Bakar berbicara di
depan para sahabat Nabi. Beliau mengatakan: sesungguhnya orang
yang paling cerdas yaitu orang yang bertakwa, sedangkan orang
yang paling bodoh yaitu orang yang berlaku curang. Ketahuilah
bahwa sesungguhnya kebenaran/kejujuran di sisiku yaitu amanah,
sedangkan kebohongan yaitu khiyanat.
6. Umar bin Khattab pernah mengatakan: jangan engkau pernah bangga
melihat seorang lelaki sebab penampilannya, akan namun siapa yang
dapat melaksanakan amanah dengan baik, dan berusaha untuk
tidak mencemari kehormatan orang lain maka ketahuilah bahwa
orang itu yaitu lelaki yang sesungguhnya.134 Bahkan baginda Nabi
pernah mengatakan: jika amanah sudah diabaikan maka tunggulah
kehancuran. Ada yang bertanya: bagaimana amanah itu diabaikan?
Beliau mengatakan: jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancuran.
7. Dalam konteks sekarang, sesungguhnya kejujuran, transparansi,
dan profesionalitas telah menjadi keniscayaan yang selalu harus
dipedomani dalam setiap urusan dan aktivitas yang dilakukan.
Pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kejujuran, dan amanah
akan senantiasa membawa berkah kepada yang bersangkutan. Seperti
kata orang bijak: buat apa pendapatan banyak jikalau tidak berkah,
namun biar pendapatan sedikit yang penting berkah. Orang yang paling
bahagia yaitu orang yang hidupnya diberkahi oleh Allah. Sebaliknya,
orang yang paling rugi yaitu orang yang tidak pernah mendapatkan
keberkahan dari semua urusan dan pekerjaan yang dilakukannya.
sebab itulah, dalam bahasa al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa
jika Dia berkehendak menghancurkan suatu negeri maka Dia
memerintahkan kepada para penguasa atau pemangku kebijakan
untuk berbuat fasik dan tidak mengindahkan lagi perintah-perintah
Tuhan, maka kemudian ketentuan Tuhan berlaku atas mereka dengan
menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Di ayat yang lain
Allah menegaskan: bahwa apa yang didapatkan oleh manusia berupa
kebaikan maka sesungguhnya itu datangnya dari Allah, dan apa yang
menimpa kamu berupa keburukan maka sesungguhnya penyebabnya
yaitu dari dirimu sendiri.
HADIS TENTANG
PEMIMPIN YANG TIDAK ADIL
Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dari Nabi SAW. Beliau bersabda:
Segala sesuatu memiliki cacat/penyakit yang merusaknya. Dan
sesungguhnya cacat/penyakit agama ini yaitu pemimpin yang
jahat.
Nabi bersabda: Wahai Abu Hurairah, adil sejenak (sejam) jauh
lebih baik daripada ibadah 60 tahun dengan ibadah (shalat) di
malam hari, dan berpuasa di siang hari. Wahai Abu Hurairah:
curang sejenak (sejam) lebih keji di sisi Allah daripada bermaksiat
selama 60 tahun. Dalam riwayat lain: adil sehari jauh lebih mulia
daripada beribadah selama 60 tahun.
ِ
Dari Abu Hurairah, mengatakan: Nabi bersabda: Tidaklah
seseorang memerintah 10 orang atau lebih lalu ia tidak adil
kepada mereka kecuali nanti di hari kiamat datang dalam keadaan
terbelenggu/terikat tangan dan lehernya.
َ
Dari Ibnatu Ma’qil bin Yasar, dari bapaknya, mengatakan: aku
telah mendengar Nabi bersabda: Tidaklah seorang memerintah
orang sedikit atau banyak lalu ia tidak berlaku adil kepada mereka
keculai Allah akan menyungkurkan wajahnya ke dalam neraka.
Makna dan Kandungan Hadis
1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa segala sesuatu
dapat mengalami kerusakan akibat suatu penyakit atau kecacatan.
Sedangkan secara khusus penyakit atau kecacatan agama ini kata Nabi
yaitu pemimpin yang jahat. sebab itu di dalam Islam ditekankan
pentingnya pemimpin yang adil agar dengannya keadilan dapat
ditegakkan. Menegakkan keadilan sejenak atau sehari akan jauh lebih
baik daripada ibadah 60 tahun dengan ibadah (shalat) di malam hari,
dan berpuasa di siang hari. Sebaliknya berlaku curang sesaat saja akan
jauh lebih keji di sisi Allah daripada bermaksiat selama 60 tahun.
2. Islam mengecam tindak kesewenangan dan ketidak-adilan. sebab nya
Nabi dengan sangat transparan menyatakan bahwa seorang yang
memerintah minimal 10 orang saja, apalagi jika lebih, lalu ia tidak
berlaku adil kepada mereka maka nanti di hari kiamat ia akan datang
dalam keadaan terbelenggu atau terikat tangan dan lehernya. Bahkan
akan disungkurkan wajahnya oleh Allah ke dalam api neraka. sebab
itulah, Islam menjelaskan tentang betapa pentingnya akhlak yang
terpuji seperti sifat jujur, amanah, setia, dan murah hati. Sebaliknya,
akhlak yang tidak terpuji semestinya ditinggalkan seperti suka
berdusta, khianat, curang, nifak dan sebagainya.
3. Nabi mengecam pemimpin yang tidak berlaku adil dan curang
terhadap rakyatnya. Dalam bahasa agama hal itu dapat dikategorikan
sebagai bagian dari ciri orang munafik yakni bila dipercaya dia khianat,
bila bicara dia dusta, bila berjanji dia tidak tepati, dan bila bersengketa
dia curang.
4. Bila dalam suatu komunitas warga dipenuhi kecurangan
termasuk oleh para pemimpin yang diberi amanah dengan tidak
berlaku adil maka pada akhirnya yang akan terjadi yaitu kehancurkan
kehidupan manusia itu sendiri sebab tidak lagi peduli dengan
nilai-nilai transenden agama yang sakral. Dalam bahasa al-Qur’an,
Allah menjelaskan bahwa saat Dia menghendaki adanya suatu
kehancuran dalam suatu negeri, Allah akan memerintahkan kepada
para tokoh dan pemuka-pemuka kaum ini untuk melakukan
kefasikan dan kesewenangan dengan tidak lagi mengindahkan
nilai dan norma agama yang semestinya diindahkan. sebab itulah,
memberi nasehat kepada seorang pemimpin yang curang
merupakan kunci untuk tetap dapat menjaga keamanan di satu sisi,
dan melawan ketidakadilan, dan kezaliman di sisi lain. Jika kezaliman
dan kecurangan dibiarkan begitu saja, lalu kemudian mendominasi
kehidupan suatu bangsa maka dapat dipastikan bahwa kehidupan
warga secara umum akan terasa semakin sulit, kacau, dan tidak
akan pernah merasa tenteram.
HADIS TENTANG
TIDAK AMANAH DALAM TUGAS
َ
Dari Abu Umamah, ia berkata: aku telah mendengar Nabi bersabda:
Tidaklah seorang Muslim yang memerintah sepuluh orang atau
lebih kecuali ia datang di hari kiamat dalam keadaan tangannya
terikat sampai lehernya, kebaikannya akan membebaskannya
atau dosanya akan membinasakannya, awalnya yaitu celaan,
pertengahannya yaitu penyesalan, dan akhirnya yaitu