diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat sebab mereka tidak
diperbolehkan untuk berbicara), namun sebaliknya mereka boleh
dan seharusnya mengajar, yaitu, melalui teladan dan hidup
yang baik. sebab itu perhatikanlah, orang-orang yang tindak-
an-tindakan dan tingkah lakunya kudus dengan sendirinya
merupakan guru-guru akan hal-hal yang baik. Dan selain ini,
mereka boleh dan seharusnya juga mengajar dengan memberi
ajaran-ajaran agama di rumah, dan secara pribadi. Inilah
perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepada-
nya. Perempuan seperti itu dipuji, Ia membuka mulutnya de-
ngan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya
(Ams. 31:1, 26). Cakap mengajarkan hal-hal yang baik berla-
wanan dengan mengajarkan hal-hal yang buruk, atau hal yang
tidak berharga dan sia-sia, tidak berguna atau tidak memiliki
kecenderungan yang baik, dongeng-dongeng nenek-nenek tua
atau perkataan-perkataan dan pandangan-pandangan yang
takhayul. Berlawanan dengan hal-hal ini, peran mereka adalah
menjadi guru akan hal-hal yang baik, dan mereka boleh ditu-
gaskan untuk itu.
3. Ada pelajaran-pelajaran untuk perempuan-perempuan muda
juga, yang harus diajarkan oleh perempuan-perempuan tua,
dengan memberi petunjuk dan menasihati mereka dalam ke-
wajiban-kewajiban agama sesuai dengan umur mereka. Untuk
Surat Titus 2:1-10
763
mengajarkan hal-hal seperti itu, perempuan-perempuan yang
tua sering memiliki kesempatan yang lebih baik daripada laki-
laki, bahkan daripada hamba-hamba Tuhan. Oleh sebab itu
mereka harus lebih baik dalam memberikan petunjuk kepada
perempuan-perempuan muda, terutama perempuan-perem-
puan muda yang sudah menikah, sebab Rasul Paulus ber-
bicara tentang tugas-tugas mereka kepada suami dan anak-
anak mereka. Perempuan-perempuan muda ini harus diajar
oleh perempuan-perempuan yang lebih tua,
(1) Supaya memiliki sifat pribadi yang baik: Sederhana (KJV)
dan hidup bijaksana, berlawanan dengan kesia-siaan dan
kecerobohan yang mengancam perempuan-perempuan
yang lebih muda. Mereka harus bijaksana dalam pertim-
bangan-pertimbangan mereka dan sederhana dalam kege-
maran-kegemaran dan tingkah laku mereka. Bijaksana dan
suci selaras satu sama lain. Ada banyak orang yang mem-
buka diri mereka terhadap godaan-godaan yang membina-
sakan sebab sesuatu yang pada mulanya mungkin hanya
tidak bijaksana. Amsal 2:11, Kebijaksanaan akan meme-
lihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. Suci juga
selaras dengan rajin mengatur rumah tangganya. Dina, keti-
ka dia pergi mengunjungi perempuan-perempuan di negeri
itu, kehilangan kesuciannya. Orang-orang yang mengang-
gap rumahnya sebagai penjara, dikhawatirkan, merasa
bahwa kesucian mereka adalah belenggu bagi mereka.
Tentu saja ada, dan akan ada, keperluan-keperluan untuk
pergi meninggalkan rumah. namun sifat suka berkeluyuran
untuk bersenang-senang dan berkumpul dengan teman-
teman, dengan mengabaikan urusan-urusan rumah tang-
ga, atau sebab tidak betah berada di rumahnya sendiri,
adalah kejahatan yang disengaja, yang biasanya disertai
dengan kejahatan lain, atau menyebabkan kejahatan lain
sesudah itu. 1 Timotius 5:13-14, Lagipula dengan keluar
masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-
malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, namun juga
meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan
hal-hal yang tidak pantas. Urusan mereka adalah memim-
pin rumah tangganya, dan mereka seharusnya tidak mem-
beri kesempatan kepada musuh untuk menjelek-jelekkan
764
mereka. Baik hati, secara umum, berlawanan dengan se-
mua kejahatan, dan terutama, tahu menempatkan diri,
baik, suka menolong, dan murah hati. Seperti Dorkas,
banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Kata itu
dapat juga, seperti anggapan sebagian orang, memiliki arti
yang lebih khusus. Yaitu seseorang yang memiliki jiwa dan
sifat yang lembut namun periang, tidak cemberut atau se-
ngit, tidak mencela, tidak cerewet dan menyakiti hati siapa
pun, tidak memiliki watak yang menyusahkan atau mem-
buat resah, gelisah dengan dirinya sendiri dan orang-orang
di sekitarnya. Sebaliknya, dia memiliki sifat yang baik dan
perilaku yang menyenangkan, dan juga suka menolong
dengan nasihat dan jerih-payahnya. Dengan cara demikian
dia mendirikan rumahnya, dan ia berbuat baik kepada sua-
minya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Demi-
kianlah sifat pribadi mereka sederhana, bijaksana, suci,
rajin mengatur rumah tangganya, dan baik hati. Dan,
(2) Tugas mereka dalam hubungan dengan orang lain: menga-
sihi suami, dan taat kepada suaminya, dan di mana ada
cinta sejati, di situ tidak ada perintah yang sulit. Allah,
pada hakikatnya, dan menurut kehendak-Nya, telah mene-
tapkan kepatuhan ini: Aku tidak mengizinkan perempuan
mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-
laki (1Tim. 2:12). Dan alasannya ditambahkan: sebab
Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa.
Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan
itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa (ay. 13-14).
Dia terjatuh terlebih dahulu, dan menjadi sarana untuk
menggoda suaminya. Dia diberikan untuk menjadi seorang
penolong, namun terbukti sebagai seorang penghalang yang
paling menyedihkan, bahkan menjadi alat kejatuhan dan
kehancuran Adam. berdasar hal inilah ikatan penak-
lukan tersebut ditegaskan, dan diikatkan lebih erat pada
Hawa (Kej. 3:16): Engkau akan berahi kepada suamimu dan
ia akan berkuasa atasmu. Ini bisa saja tidak semudah se-
belumnya. Oleh sebab itu hal tersebut diperintahkan dua
kali. Pertama dalam keadaan tidak berdosa, saat kepa-
tuhan ditetapkan sebab hakikat, Adam diciptakan terlebih
dahulu dan kemudian Hawa, dan si perempuan diambil
Surat Titus 2:1-10
765
dari si laki-laki. Dan lalu sebab kejatuhan ke dalam dosa,
si perempuan adalah yang pertama melakukan pelanggar-
an, dan menggoda si laki-laki. Nah, sejak itulah menjadi
yang harus tunduk itu tidak begitu mudah dan nyaman,
sebab menjadi bagian dari hukuman dalam perkaranya
itu. Namun meskipun demikian, melalui Kristus hal ini me-
rupakan suatu keadaan yang dikuduskan. Efesus 5:22-23,
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tu-
han, yang sama saja seperti mengakui kekuasaan Tuhan
dalam diri mereka, yang citra-Nya mereka kenakan, sebab
suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Allah
menghendaki supaya wewenang Kristus atas jemaat ditun-
jukkan dalam wewenang suami atas isteri. Kristus adalah
kepala jemaat, yang harus melindungi dan menyelamatkan
jemaat, menyediakan segala yang baik baginya, dan melin-
dungi atau melepaskannya dari yang jahat. Demikian pula
halnya suami atas isteri, harus menjaganya dari perlaku-
an-perlakuan buruk, dan menyediakan segala sesuatu
yang dia butuhkan sepantasnya, sesuai kemampuan. Oleh
sebab itu, sama seperti jemaat tunduk kepada Kristus,
demikian pula hendaknya isteri-isteri, tunduklah kepada
suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan (Kol.
3:18), seperti yang sesuai dengan hukum Kristus, dan un-
tuk kemuliaan Dia dan Bapa. Namun, yang dituntut itu
bukanlah ketundukan yang mutlak, atau tidak terbatas,
atau ketundukan seperti seorang budak, melainkan ketun-
dukan yang penuh kasih, untuk menghindari kekacauan
atau kebingungan, dan untuk memajukan seluruh tujuan
hubungan tersebut. Jadi, berkenaan dengan suami, istri-
istri harus diberi petunjuk dalam hal kewajiban-kewajiban
mereka akan kasih dan ketundukan kepada suami mereka.
Dan mengasihi anak-anaknya, bukan dengan suatu kasih
sayang alami saja, melainkan suatu kasih sayang yang
rohani, suatu kasih yang memancar dari hati yang kudus,
yang dikuduskan dan diatur oleh firman. Bukan suatu
kasih yang bodoh, yang menuruti mereka dalam hal yang
jahat, lalai menegur dan memperbaiki kesalahan sebagai-
mana seharusnya saat dibutuhkan, melainkan suatu
766
kasih kristiani yang mengikuti aturan, yang tampak de-
ngan mendidik mereka agar saleh, membentuk hidup dan
tingkah laku mereka supaya benar, memelihara jiwa-jiwa
mereka seperti halnya tubuh-tubuh mereka, memelihara
kesejahteraan rohani mereka seperti halnya kesejahteraan
duniawi mereka, dan yang terutama dan paling penting
adalah yang rohani. Alasannya ditambahkan: agar firman
Allah jangan dihujat orang. Kegagalan-kegagalan dalam
kewajiban-kewajiban seperti itu akan sangat mendatang-
kan celaan bagi Kekristenan. Apakah hal-hal seperti ini
lebih baik menurut agama baru mereka ini? Pertanyaan
ini akan siap dilontarkan oleh orang-orang yang tidak per-
caya. Firman Allah dan Injil Kristus itu sendiri murni, ung-
gul, dan mulia. Dan keunggulannya itu harus dinyatakan
dan terlihat dalam kehidupan dan perilaku orang-orang
yang mengaku mempercayainya, terutama dalam hal kewa-
jiban-kewajiban mereka dalam hubungan dengan orang
lain. Kegagalan-kegagalan dalam hal ini mendatangkan aib.
Roma 2:24, Sebab oleh sebab kamulah nama Allah dihujat
di antara bangsa-bangsa lain. Mereka akan segera menga-
takan, Nilailah Allah seperti apa Dia itu, berdasar
hamba-hamba-Nya ini, dan seperti apa firman, dan ajaran,
dan agama-Nya, berdasar pengikut-pengikut-Nya ini.
Dengan cara demikian Kristus akan mendapat luka di
rumah sahabat-sahabat-Nya. Demikianlah mengenai kewa-
jiban perempuan-perempuan muda.
4. Inilah kewajiban orang-orang muda. Mereka cenderung tidak
sabar dan mudah marah, kurang pertimbangan dan tergesa-
gesa. Oleh sebab itu mereka harus benar-benar dituntut dan
dinasihati supaya penuh pertimbangan, tidak gegabah. Mereka
harus dengar-dengaran dan patuh, tidak keras hati dan keras
kepala, rendah hati dan lemah lembut, tidak sombong dan
angkuh. Sebab, ada banyak orang muda yang jatuh lebih
sebab keangkuhan daripada sebab dosa lain mana pun.
Orang muda harus berperilaku terhormat dan bijaksana dalam
sikap dan tingkah laku mereka, dengan menggabungkan ke-
sungguhan orang tua dengan semangat dan kekuatan remaja.
Ini akan membuat tahun-tahun masa lebih muda pun berhasil
mencapai tujuan yang baik, dan menghasilkan bahan renung-
Surat Titus 2:1-10
767
an yang menghibur saat hari-hari buruk datang. Itu akan
mencegah banyak dosa dan kesedihan, dan meletakkan dasar
untuk melakukan dan menikmati banyak hal yang baik. Orang-
orang seperti itu tidak akan mengeluh pada akhirnya, melain-
kan mendapatkan kedamaian dan penghiburan dalam kemati-
an, dan sesudah kematian itu, mahkota kehidupan yang mulia.
5. Dengan petunjuk-petunjuk kepada Titus ini, mengenai apa yang
harus dia ajarkan kepada orang lain, laki-laki dan perempuan
yang tua, dan laki-laki dan perempuan yang lebih muda (Titus
sendiri pada saat itu mungkin adalah seorang laki-laki muda
juga), Rasul Paulus menyisipkan beberapa petunjuk untuk Titus
sendiri. Dia tidak dapat mengharapkan betul-betul berhasil
mengajar orang lain, jika dia sendiri tidak memiliki sikap yang
baik, baik dalam perilaku maupun dalam pengajaran.
(1) Inilah petunjuk untuk perilakunya: Jadikanlah dirimu sen-
diri suatu teladan dalam berbuat baik (ay. 7). Tanpa ini, dia
akan meruntuhkan dengan tangan yang satu apa yang dia
bangun dengan tangan lainnya. Perhatikanlah, orang-orang
yang mengkhotbahkan perbuatan baik harus menjadi
teladan perbuatan baik juga. Pengajaran yang baik harus
diiringi dengan hidup yang baik. Jadi, bagaimanakah eng-
kau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar
dirimu sendiri? Kekurangan dalam hal ini merupakan noda
dan rintangan yang sangat besar. Dalam segala hal. Bebe-
rapa orang mengartikannya melebihi segala hal, atau
melebihi semua orang. Memberi petunjuk kepada orang lain
dalam hal-hal khusus mengenai kewajiban mereka itu
perlu, dan, melebihi segala sesuatu, perlu ada teladan, ter-
utama yang berasal dari sang guru itu sendiri. Dengan
demikian baik pengajaran maupun pengaruh lebih dapat
berjalan selaras. Perlihatkanlah kepada mereka gambaran
yang hidup tentang kebajikan dan kemurahan hati dalam
hidupmu yang harus ada dalam hidup mereka. Teladan
dapat mengajarkan dan juga menekankan pentingnya hal-
hal yang diajarkan. saat mereka melihat kemurnian dan
kehormatan, kesederhanaan dan hidup yang seluruhnya
baik, pada dirimu, maka mereka dapat lebih mudah dime-
nangkan dan diajak menerapkannya sendiri. Mereka dapat
menjadi saleh dan kudus, bijaksana dan berbudi, seperti
768
kamu. Hamba-hamba Tuhan harus menjadi teladan untuk
anggota-anggota jemaatnya, dan orang-orang yang meng-
ikuti mereka, seperti mereka mengikuti Kristus. Dan inilah
petunjuk,
(2) Untuk pengajaran dan ajarannya, dan juga untuk hidup-
nya: Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh da-
lam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberi-
taanmu sehingga lawan menjadi malu, sebab tidak ada
hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita (ay.
7-8). Mereka harus menunjukkan bahwa tujuan pengajar-
an mereka adalah semata-mata untuk memuliakan Allah,
memajukan kepentingan Kristus dan kerajaan-Nya, serta
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa-jiwa.
Juga bahwa jabatan ini tidak diterima ataupun dijalankan
dengan pandangan-pandangan duniawi, bukan sebab am-
bisi ataupun ketamakan, melainkan dengan suatu sasaran
yang murni untuk tujuan-tujuan rohani. Oleh sebab itu,
dalam pemberitaan mereka, pameran kecerdasan atau
peranan, atau pengetahuan atau kefasihan berpidato ma-
nusia, tidak boleh diandalkan. namun perkataan yang sehat
harus digunakan, yaitu yang tidak bercela. Bahasa Alkitab,
sejauh dan sebaik mungkin, digunakan dalam menyatakan
kebenaran-kebenaran Alkitab. Inilah pemberitaan yang
sehat, yang tidak bercela. Kita mendapati lebih dari sekali
kewajiban-kewajiban seorang hamba Tuhan ini diberikan
bersama-sama. 1 Timotius 4:16, Awasilah dirimu sendiri
dan awasilah ajaranmu, dan ayat 12 dari pasal yang sama,
Jangan seorang pun menganggap engkau rendah sebab
engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
dalam perkataanmu. Dalam perkataanmu, sebagai seorang
Kristen, yang terhormat, sungguh-sungguh, dan berguna
untuk mendatangkan perbaikan. Dan dalam pemberita-
anmu, supaya merupakan firman Allah yang murni, atau
sesuai dengannya atau berdasar itu. Demikianlah hal
menjadi teladan dalam perkataan. Dan dalam tingkah laku,
hiduplah sesuai dengan ajaran. Dengan berbuat demikian
engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang
mendengar engkau. Dalam 2 Timotius 3:10, namun engkau
telah mengikuti ajaranku, cara hidupku (kata rasul yang
Surat Titus 2:1-10
769
sama), betapa sesuai satu sama lain. Dan seharusnya
demikian pula yang lain, pengajaran mereka harus sesuai
dengan firman, dan hidup mereka sesuai dengan pengajar-
an mereka. Inilah hamba Tuhan yang sejati dan baik. 1
Tesalonika 2:9-10. Sementara kami bekerja siang malam,
supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara
kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamu
adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan
tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang per-
caya. Ini harus diperhatikan, seperti yang ditunjukkan
kata-kata selanjutnya, yang merupakan,
(3) Alasan, baik untuk hidup hamba Tuhan yang sempurna
maupun pemberitaannya yang penting dan sehat: Sehingga
lawan menjadi malu, sebab tidak ada hal-hal buruk yang
dapat mereka sebarkan tentang kita. Lawan akan mencari
kesempatan untuk mencela, dan akan berusaha supaya
mereka dapat menemukan apa pun yang salah pada ajaran
atau hidupnya. namun , jika keduanya benar dan baik,
maka hamba-hamba Tuhan yang seperti itu dapat melawan
fitnah itu sendiri. Musuh-musuh itu tidak akan dapat me-
ngatakan hal buruk apa pun yang mengena, dan dengan
demikian menjadi malu dengan perlawanan mereka. Perha-
tikanlah, hamba-hamba Tuhan yang setia akan mempunyai
musuh-musuh yang menunggu mereka ragu-ragu, yang
akan berusaha keras menemukan atau menggali keku-
rangan dalam pengajaran atau perilaku mereka. Oleh
sebab itulah mereka perlu lebih berhati-hati, supaya tidak
ada alasan yang tepat yang dapat ditemukan untuk mela-
wan mereka. Perlawanan dan fitnah mungkin tidak dapat
dihindari. Orang-orang dengan pikiran yang rusak akan
menolak kebenaran, dan sering mencela para pemberita
dan pemeluk kebenaran itu. namun biarlah para pemberita
dan pemeluk kebenaran itu melihat supaya dengan berbuat
baik mereka membungkamkan kepicikan orang-orang yang
bodoh; supaya mereka, yang memfitnah mereka sebab
hidup mereka yang saleh dalam Kristus, menjadi malu
sebab fitnahan mereka itu. Ini adalah petunjuk untuk
Titus sendiri, dan juga mengenai kewajiban-kewajiban dari
770
orang-orang merdeka, laki-laki dan perempuan, tua dan
muda. Lalu selanjutnya,
6. Petunjuk yang berkaitan dengan hamba-hamba. Hamba-ham-
ba tidak boleh berpikir bahwa keadaan mereka yang hina dan
rendah membuat mereka tidak mendapatkan perhatian Allah
atau bebas dari kewajiban-kewajiban dari hukum-hukum-Nya.
Atau bahwa, sebab mereka adalah hamba manusia, maka
mereka dibebaskan dari tugas melayani Allah. Tidak. Hamba-
hamba harus mengetahui dan melakukan kewajiban mereka
kepada tuan-tuan mereka di bumi, namun dengan mata ter-
tuju kepada Tuan mereka di sorga. Dan Titus tidak boleh
hanya mengajar dan memperingatkan tuan-tuan di bumi ten-
tang kewajiban-kewajiban mereka, melainkan juga hamba-
hamba tentang kewajiban-kewajiban mereka, baik dalam peng-
ajarannya di depan umum maupun dalam nasihat-nasihatnya
secara pribadi. Hamba-hamba harus mengikuti ketetapan-ke-
tetapan Allah untuk mendapatkan pengajaran dan penghibur-
an, seperti halnya tuan-tuan sendiri. Dalam petunjuk untuk
Titus ini terdapat kewajiban-kewajiban itu sendiri, yang harus
dia nasihatkan kepada hamba-hamba, dan sebuah pertim-
bangan yang sangat penting yang dengannya dia harus men-
desak supaya kewajiban-kewajiban itu dilaksanakan.
(1) Kewajiban-kewajiban itu sendiri adalah ini:
[1] Taat kepada tuannya (ay. 9). Ini adalah kewajiban uta-
ma, yang dengannya mereka digambarkan. Roma 6:16,
Kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati.
Harus ada ketundukan di dalam batin serta rasa
hormat dan takzim yang penuh ketaatan dalam akal
dan pikiran. Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang
kepada-Ku itu, kasih sayang penuh ketaatan yang eng-
kau tunjukkan kepada-Ku, dengan perwujudan-perwu-
judan dan pernyataan-pernyataan yang sepantasnya se-
cara lahiriah, dalam melakukan apa yang Kuperintah-
kan kepadamu? Ini harus ada dalam diri hamba-ham-
ba. Kehendak mereka harus tunduk kepada kehendak
tuan mereka, dan waktu dan usaha mereka harus
tunduk kepada pengaturan dan perintah tuan mereka.
1 Petrus 2:18, Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah
Surat Titus 2:1-10
771
dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja
kepada yang baik dan peramah, namun juga kepada yang
bengis. Kewajiban tersebut berasal dari kehendak Allah,
dan dari hubungan yang di dalamnya Dia telah menem-
patkan kewajiban tersebut menurut pemeliharaan-Nya,
dan bukan sebab sifat orangnya. Jika dia adalah se-
orang tuan, maka kewajiban-kewajiban seorang hamba
harus dilakukan untuk dia sebagai tuan. Oleh sebab
itu hamba-hamba harus dinasihati supaya patuh ke-
pada tuan mereka sendiri. Dan,
[2] Dalam segala hal dan berkenan kepada mereka (KJV:
sungguh-sungguh menyenangkan hati mereka dalam
segala hal), dalam segala hal yang sesuai hukum, dan
yang pantas untuk mereka perintahkan, atau setidak-
nya yang tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan
mereka yang agung dan lebih tinggi. Kita tidak boleh
mengartikannya sebagai perintah untuk menaati atau
menyenangkan hati mereka secara mutlak, tanpa batas
apa pun, melainkan selalu dengan suatu sikap yang
hati-hati terhadap hak Allah, yang sama sekali tidak
boleh dilanggar. Jika perintah-Nya dan perintah tuan di
bumi bersaing atau bertentangan, maka kita diajarkan
untuk lebih taat kepada Allah daripada manusia. Na-
mun hamba-hamba harus memiliki alasan-alasan yang
baik dalam hal ini, bahwa memang ada suatu ketidak-
sesuaian dari perintah tuan mereka, jika tidak maka
mereka tidak dapat dibenarkan. Dan bukan hanya
kehendak Allah saja yang harus menjadi ukuran untuk
ketaatan seorang hamba, melainkan untuk alasannya
juga. Semuanya harus dikerjakan dengan rasa hormat
kepada-Nya, sebab wewenang-Nya, dan terutama dan
terpenting untuk menyenangkan hati-Nya (Kol. 3:22-
24). Dengan melayani tuan di bumi menurut kehendak
Kristus, Dia dilayani, dan yang demikian itu akan di-
beri-Nya imbalan yang sesuai. Namun bagaimana cara-
nya hamba-hamba menyenangkan tuan mereka dalam
segala hal dengan tidak menjadi orang yang menye-
nangkan manusia saja? Jawaban, Orang yang menye-
nangkan manusia saja, dalam pengertian yang salah,
772
adalah orang yang hanya, atau terutama, memperhati-
kan manusia saja, dalam mengerjakan apa yang mereka
kerjakan, dengan mengabaikan Allah, atau menempat-
kan Allah lebih rendah daripada manusia. saat ke-
hendak manusia tetap dijalankan, walaupun berten-
tangan dengan kehendak Allah, atau kesenangan ma-
nusia lebih diperhatikan daripada kesenangan-Nya, ke-
tika hal ini dapat memuaskan mereka, bahwa tuan di
bumi dibuat senang, walaupun Allah dibuat tidak se-
nang, atau saat lebih banyak kepedulian, atau lebih
banyak kepuasan, diperoleh jika manusia dibuat se-
nang daripada jika Allah yang dibuat senang, ini berarti
menyenangkan manusia dengan berbuat dosa. Hal ini
harus diwaspadai oleh semua orang. Efesus 6:5-7, Hai
hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan
takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti
kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan
mereka saja untuk menyenangkan hati orang (yaitu
hanya mencari perkenanan manusia atau takut akan
kemarahannya), namun sebagai hamba-hamba Kristus
yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,
dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seper-
ti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manu-
sia. Bukan terutama untuk manusia, melainkan untuk
Kristus, yang menghendaki, dan akan memberikan
upah bagi setiap kebaikan yang dilakukan, baik dalam
keadaan terbelenggu maupun dalam keadaan bebas.
Oleh sebab itu perhatikanlah, kemerdekaan Kristen
tidak bertentangan dengan menjadi hamba dan tunduk
kepada manusia. Orang-orang boleh melayani manusia,
namun menjadi hamba-hamba Kristus. Hal-hal ini tidak
bertentangan, namun bersifat lebih rendah, sejauh
melayani manusia itu seturut dengan kehendak Kristus
dan untuk kepentingan-Nya. Kristus datang bukan un-
tuk menghancurkan atau merugikan tatanan dan per-
bedaan-perbedaan dalam masyarakat. Adakah engkau
hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa!
(1Kor. 7:21). Janganlah hal ini menggelisahkanmu, se-
olah-olah itu adalah suatu keadaan yang tidak pantas
Surat Titus 2:1-10
773
bagi seorang Kristen, atau seolah-olah orang yang di-
panggil dalam keadaan demikian kurang berkenan
kepada Allah. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh
Tuhan dalam pelayanan-Nya adalah orang bebas, milik
Tuhan. Bukan bebas dari pelayanan itu, melainkan be-
bas di dalamnya, bebas secara rohani, walaupun tidak
dalam kewajiban di dalam masyarakat. Demikian pula
orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.
Dia terikat kepada-Nya, walaupun dia tidak tunduk ke-
pada manusia mana pun. Oleh sebab itu maka, hamba
atau orang merdeka, semua adalah satu di dalam Kris-
tus Yesus. sebab itu hamba-hamba tidak boleh menye-
sali atau merasa terganggu dengan keadaan mereka,
melainkan setia dan gembira di tempat di mana Allah
telah menempatkan mereka, dengan berjuang untuk
berkenan kepada tuan-tuan mereka dalam segala hal.
Mungkin sulit jika berada di bawah Nabal yang kasar,
namun hal itu harus diusahakan sebisa mungkin.
[3] Jangan membantah. Jangan melawan mereka, atau ber-
selisih dengan mereka. Jangan berkata-kata kepada
mereka dengan bahasa yang tidak sopan atau meman-
cing amarah. Ayub mengeluh tentang budaknya, bahwa
kalau dia memanggil budaknya, ia tidak menyahut. Itu
adalah kesalahan dengan cara yang lain: Non respon-
dere pro convitio est Sikap diam seperti itu adalah
penghinaan. namun di sini sikap diam itu merupakan
sikap hormat, lebih suka menerima omelan atau tegur-
an dengan sikap diam yang rendah hati, tidak memberi
jawaban yang penuh percaya diri atau berani. saat
sadar akan suatu kesalahan, meremehkan atau mem-
benarkannya berarti menggandakan kesalahan ter-
sebut. Namun sikap tidak membantah ini tidak menca-
kup meredakan kegeraman dengan jawaban yang lemah
lembut saat waktu dan keadaan mengizinkan. Tuan-
tuan yang baik dan bijaksana akan siap mendengarkan
dan melakukan yang benar. namun menjawab dengan
tidak pada tempatnya, atau dengan sikap yang tidak
pantas, atau, menjawab saat perkaranya tidak mem-
perbolehkan adanya alasan, sikap bebas atau penuh
774
percaya diri, menunjukkan kurangnya kerendahan hati
dan kelemahlembutan, yang harus ada dalam hubung-
an seperti itu.
[4] Jangan curang namun hendaklah selalu tulus dan setia.
Ini adalah suatu sifat dasar luar biasa lain lagi dari
hamba-hamba yang baik, yaitu jujur. Mereka tidak per-
nah mengambil milik tuan mereka untuk mereka pergu-
nakan sendiri, atau memboroskan barang-barang yang
dipercayakan kepada mereka, artinya berbuat curang
(KJV: mencuri). Mereka harus adil dan benar, dan me-
lakukan untuk tuan-tuan mereka seperti yang mereka
mau, dan seperti yang seharusnya dilakukan untuk diri
mereka sendiri. Amsal 28:24, Siapa merampasi ayah
dan ibunya dan menyangka bahwa itu bukan suatu
pelanggaran, ia sendiri adalah kawan si perusak. Dia
akan siap bergabung dengan si perusak itu. Jadi memi-
liki pikiran-pikiran seperti itu, yang meremehkan per-
buatan mengambil apa yang bukan hak, walaupun itu
dari orangtua atau tuan, kemungkinan besar akan
mengeraskan hati nurani sehingga bertindak lebih jauh
lagi. Itu jahat, dan cenderung bertambah jahat. Anggap
saja, bahwa si tuan keras dan ketat, hampir tidak
mengadakan persediaan yang cukup untuk hamba-
hamba. Namun mereka tidak boleh membenarkan diri
sendiri lalu mengambil sendiri bagian mereka. Mereka
harus menanggung nasib mereka, dengan mempercaya-
kan perkara mereka kepada Allah supaya membenarkan
dan menyediakan kebutuhan mereka. Saya tidak ber-
bicara tentang perkara-perkara yang melampaui batas,
misalnya terpaksa mencuri untuk mempertahankan
hidup, untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan da-
sar yang berhak dimiliki si hamba. Jangan curang namun
hendaklah selalu tulus dan setia. Bukan hanya tidak
boleh mencuri atau memboroskan, malahan harus ber-
usaha melipatgandakan harta benda tuannya, dan me-
ningkatkan kemakmuran dan perkembangannya, de-
ngan segenap kemampuan. Barangsiapa tidak mening-
katkan talenta tuannya dituduh tidak setia, walaupun
dia tidak pernah menggelapkan atau menghilangkan-
Surat Titus 2:1-10
775
nya. Kesetiaan dalam diri seorang hamba terletak pada
kesiapan, ketepatan waktu, dan ketelitian dalam melak-
sanakan perintah-perintah tuannya. Dia menjaga raha-
sia-rahasia tuannya dan menuruti nasihat-nasihatnya,
mengatur urusan-urusannya dengan baik, dan menge-
lola dengan cermat, dan mendapatkan sebanyak mung-
kin keuntungan yang adil bagi tuannya sejauh dia
mampu. Dia memperhatikan dengan baik hal-hal yang
dipercayakan tuannya kepadanya, dan mencegah, se-
jauh dia mampu, segala perampasan, kerugian, atau
kerusakan. Ini adalah suatu cara untuk membawa ber-
kat kepada dirinya sendiri, sedangkan cara yang seba-
liknya sering membawa kejatuhan menyeluruh. Dan
jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapa-
kah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepada-
mu? (Luk. 16:12). Demikianlah mengenai kewajiban-
kewajiban itu sendiri, yang harus dinasihatkan kepada
hamba-hamba. Kemudian,
(2) Inilah pertimbangan yang harus dipakai Titus untuk mene-
gakkan kewajiban-kewajiban itu: Supaya dengan demikian
mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juru-
selamat kita. Artinya, supaya mereka dapat membuat Injil
dan agama kudus Kristus dipandang baik oleh orang-orang
di luar jemaat, dengan kelemahlembutan, kerendahan hati,
ketaatan, dan kesetiaan mereka dalam segala hal. Bahkan
hamba-hamba sekalipun, walaupun mereka pikir orang-
orang seperti mereka tidak ada apa-apanya, hina dina,
tidak ada yang bisa mereka perbuat untuk dapat membawa
nama baik bagi Kekristenan, atau memuliakan ajaran Kris-
tus, dan menampilkan keunggulan-keunggulan kebenaran
dan jalan-jalan-Nya, Namun, jika mereka melakukan kewa-
jiban mereka dengan hati-hati, itu akan membawa kemu-
liaan bagi Allah dan pujian bagi agama. Tuan-tuan yang
tidak percaya Kristus akan berpikiran baik tentang jalan
Kristen yang dihina itu, yang dicela di mana-mana, saat
mereka menemukan bahwa hamba-hamba mereka yang
Kristen lebih baik daripada hamba-hamba mereka yang
lain, lebih taat dan tunduk, berlaku benar dan setia, dan
lebih rajin dalam bekerja. Agama sejati merupakan kehor-
matan bagi orang-orang yang memeluknya, dan mereka ha-
rus menjaga supaya mereka tidak melakukan apa pun yang
mempermalukannya, melainkan lebih memuliakannya da-
lam segala sesuatu yang mereka sanggup kerjakan. Terang
kita harus bersinar di antara manusia, supaya mereka,
sebab melihat perbuatan-perbuatan baik kita, dapat me-
muliakan Bapa kita yang ada di sorga. Dan demikianlah
petunjuk-petunjuk Rasul Paulus kepada Titus, mengenai
pelaksanaan jabatannya, berkaitan dengan beberapa ma-
cam orang.
Sifat dan Tujuan Injil; Kecenderungan Kudus Injil;
Sifat Penebusan Kristus
(2:11-14)
11 sebab kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah
nyata. 12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keingin-
an-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di
dalam dunia sekarang ini 13 dengan menantikan penggenapan pengharapan
kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar
dan Juruselamat kita Yesus Kristus, 14 yang telah menyerahkan diri-Nya bagi
kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk mengudus-
kan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat
baik.
Di sini kita mendapati alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbang-
an yang mendasari penekanan petunjuk-petunjuk sebelumnya, yang
diambil dari sifat dan maksud Injil, dan tujuan kematian Kristus.
I. Dari sifat dan maksud Injil. Hendaklah orang-orang muda dan
tua, laki-laki dan perempuan, tuan-tuan dan hamba-hamba, dan
Titus sendiri, hendaklah segala macam orang melakukan kewajib-
an mereka masing-masing, sebab inilah sasaran dan urusan
Kekristenan yang sesungguhnya, untuk memberi petunjuk, dan
membantu, dan membentuk tiap-tiap orang, yang memiliki
macam-macam perbedaan dan hubungan, supaya memiliki suatu
sikap dan tingkah laku yang benar. Untuk hal ini,
1. Mereka ditempatkan di bawah pengaturan kasih karunia Allah,
demikianlah Injil disebut (Ef. 3:2). Injil disebut kasih karunia
sebab asal sumbernya, yaitu anugerah cuma-cuma dan ke-
hendak baik Allah, bukan sebab perbuatan baik atau jasa
apa pun pada diri sang ciptaan. Injil mewujudkan dan menya-
takan kehendak baik ini dengan suatu cara yang agung dan
gilang-gemilang, dan merupakan sarana untuk menyampaikan
dan mengerjakan kasih karunia di dalam hati orang-orang
percaya. Nah, kasih karunia itu mewajibkan dan mendatang-
kan kebaikan: Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi,
namun serahkanlah dirimu kepada Allah, sebab kamu tidak
berada di bawah hukum Taurat, namun di bawah kasih karunia
(Rm. 6:12-14). Kasih Kristus yang menguasai kami bukan
untuk hidup bagi diri sendiri, melainkan bagi Dia (2Kor. 5:14-
15). Jika tidak menghasilkan ini, kasih karunia diterima de-
ngan sia-sia.
2. Kasih karunia Injil ini menyelamatkan (mengungkapkan dan
menawarkan keselamatan kepada orang-orang berdosa dan
menjamin keselamatan itu bagi orang-orang yang percaya). Ini
adalah keselamatan dari dosa dan murka, dari kematian dan
neraka. sebab nya Injil disebut firman hidup. Injil membawa
kepada iman, dan dengan demikian membawa kepada hidup,
yaitu hidup yang kudus saat ini dan hidup yang penuh keba-
hagiaan nanti. Hukum Taurat adalah pelayanan kematian,
namun Injil adalah pelayanan hidup dan damai sejahtera. Oleh
sebab itu Injil harus diterima seperti keselamatan (aturan-
aturannya dipelihara, perintah-perintahnya ditaati), supaya tu-
juannya dapat dicapai, yaitu keselamatan jiwa. Dan akan lebih
tidak termaafkan lagi orang-orang yang menyia-nyiakan kasih
karunia Allah yang membawa keselamatan ini sekarang, sebab ,
3. Kasih karunia itu sudah nyata, atau bersinar lebih jelas dan
terang daripada sebelumnya. Pengaturan yang lama tergolong
suram dan ditutupi bayang-bayang, sedangkan pengaturan
yang ini merupakan terang yang jelas dan bersinar. Dan kare-
na sekarang pengaturan itu lebih terang, maka lebih tersebar
luas juga. sebab ,
4. Kasih karunia itu sudah nyata bagi semua manusia. Bukan
hanya bagi bangsa Yahudi saja, seperti kemuliaan Allah yang
tampak di gunung Sinai bagi umat khusus itu, dan tidak
tampak bagi semua orang lainnya. Kasih karunia Injil terbuka
bagi semua orang, dan semua orang diundang untuk datang
dan ikut mengambil manfaatnya, orang-orang bukan Yahudi
dan juga orang-orang Yahudi. Pemberitaannya bebas dan
umum: Jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Beritakanlah Injil
778
kepada segala makhluk. Batasnya sudah dibongkar, sekarang
tidak ada lagi pagar seperti sebelumnya. Pemberitaan tentang
Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiam-
kan (KJV: dirahasiakan) berabad-abad lamanya, namun yang
sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah
yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada
segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan
iman (Rm. 16:25-26). Pengajaran tentang kasih karunia dan
keselamatan oleh Injil adalah untuk semua orang dari segala
pangkat dan keadaan (budak-budak dan hamba-hamba, dan
juga tuan-tuan), oleh sebab itu mengajak dan mendorong se-
mua orang untuk menerima dan mempercayainya, dan hidup
sesuai dengannya, dengan memuliakannya dalam segala hal.
5. Penyataan Injil ini adalah untuk mendidik dan bukan sebagai
keterangan dan petunjuk saja, seperti yang diberikan seorang
guru sekolah kepada pelajar-pelajarnya, melainkan sebagai
aturan dan perintah, seperti seorang raja memberikan hukum-
hukum kepada warga negaranya. Injil mengatur apa yang
harus dijauhi dan apa yang harus diikuti, apa yang harus di-
hindari dan apa yang harus dilakukan. Injil bukan hanya un-
tuk perenungan saja, atau terutama untuk itu, melainkan
untuk dilakukan dan untuk mengatur hidup yang benar. Injil
mengajar kita,
(1) Untuk meninggalkan dosa: Meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi, meninggalkan dan tidak lagi
berhubungan dengan hal-hal tersebut seperti dahulu.
Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu,
harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebina-
saannya. Artinya, segala hal yang termasuk dosa di sini
dibagi menjadi kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi.
Buanglah kefasikan dan kekafiran, segala ketidakpercaya-
an, pengabaian, atau penghinaan terhadap Yang Ilahi, ti-
dak mengasihi-Nya, tidak takut kepada-Nya, tidak percaya
kepada Dia, tidak patuh kepada-Nya seperti yang seharus-
nya kita lakukan, mengabaikan ketetapan-ketetapan-Nya,
meremehkan ibadah kepada-Nya, mencemarkan nama atau
hari-Nya. Jadi tinggalkanlah kefasikan (bencilah dan sing-
kirkanlah itu), dan keinginan-keinginan duniawi, segala
keinginan dan kesukaan yang buruk dan jahat yang ber-
kuasa dalam diri manusia duniawi, dan yang mengerjakan
hal-hal duniawi, keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, segala hawa nafsu dan percabulan, ke-
inginan-keinginan dan cita-cita yang tamak, yang lebih
mencari dan menghargai pujian dari manusia daripada
pujian dari Allah. Tinggalkanlah semua ini. Perilaku yang
penuh hawa nafsu duniawi tidak cocok dengan panggilan
sorgawi. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah
menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan ke-
inginannya. Mereka telah melakukannya dengan ikatan
kovenan dan janji, dan telah sejak awal dan terus berhasil
melakukannya dalam tindakan. Mereka terus berusaha,
membersihkan diri mereka agar semakin bersih dari segala
kecemaran daging dan roh. Demikianlah Injil pertama-tama
melarang hal yang jahat, supaya meninggalkan dosa, dan
kemudian,
(2) Menyadarkan orang tentang hal yang baik: Hidup bijak-
sana, adil dan beribadah, dan seterusnya. Agama bukan
hanya berupa larangan-larangan atau hal-hal yang negatif
saja. Harus ada melakukan perbuatan baik selain men-
jauhkan diri dari kejahatan, dan dalam melakukan kedua-
nyalah ketulusan dibuktikan dan Injil dimuliakan. Kita
harus hidup bijaksana berkenaan dengan diri kita sendiri,
menguasai kegemaran-kegemaran dan hasrat-hasrat kita
sebagaimana mestinya, dengan menjaga batas-batas sikap
yang wajar dan sederhana, dengan menghindari segala
perbuatan yang berlebihan dan melewati batas. Dan kita
harus bersikap adil terhadap semua orang, dengan mem-
berikan segala hak mereka, dan tidak melukai siapa pun.
Kita harus melakukan kebaikan kepada orang lain, sesuai
dengan kemampuan kita dan kebutuhan mereka. Ini rupa-
nya bagian dari keadilan dan kebenaran, sebab kita tidak
dilahirkan untuk diri kita sendiri saja, dan oleh sebab itu
tidak boleh hidup untuk diri kita sendiri saja. Kita adalah
anggota satu sama lain, dan hendaklah tiap-tiap orang men-
cari keuntungan orang lain (1Kor. 10:24;12:25). Orang ba-
nyak, pada khususnya, yang mencakup kepentingan se-
mua orang, harus diperhatikan oleh semua orang. Pemen-
tingan diri sendiri adalah semacam ketidakadilan. Pemen-
tingan diri itu merampok dari orang lain bagian yang men-
jadi hak mereka. Maka betapa terpujinya tingkah laku yang
adil dan benar! Sikap seperti itu menjaga dan memajukan
semua kepentingan, bukan hanya yang khusus saja, na-
mun juga yang umum dan untuk orang banyak, dan
dengan demikian ikut membantu tercapainya perdamaian
dan kebahagiaan dunia. Oleh sebab itu hiduplah dengan
adil dan bijaksana. Dan hidup beribadah kepada Allah, da-
lam kewajiban-kewajiban ibadah dan pelayanan kepada-
Nya. Penghormatan-penghormatan kepada-Nya sungguh-
sungguh harus dilakukan melalui segala sesuatu. Jika
engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu
untuk kemuliaan Allah (1Kor. 10:31). Kewajiban-kewajiban
perorangan dan kewajiban dalam hubungan dengan orang
lain harus dikerjakan dalam ketaatan kepada perintah-pe-
rintah-Nya, dengan tujuan yang sepantasnya untuk menye-
nangkan dan memuliakan Dia, berdasar asas-asas ka-
sih dan takut yang kudus kepada-Nya. Namun ada juga
suatu kewajiban yang jelas dan langsung yang menjadi
utang kita kepada Allah, yaitu mempercayai dan mengakui
keberadaan dan kesempurnaan-Nya, dengan memberikan
kepada-Nya penyembahan dan penghormatan secara bati-
niah dan lahiriah. Kita harus mengasihi Dia, takut akan
Dia, dan percaya kepada Dia, bergantung kepada-Nya, dan
mempersembahkan diri kita kepada-Nya, mematuhi semua
kewajiban dan ketetapan agama yang telah Dia tentukan,
berdoa kepada-Nya, memuji Dia, dan merenungkan firman
dan perbuatan-perbuatan-Nya. Inilah hidup beribadah, de-
ngan memandang dan datang kepada Allah, sesuai dengan
keadaan kita sekarang, bukan secara langsung, melainkan
dengan cara sebagaimana Dia telah menyatakan diri-Nya
sendiri di dalam Kristus. Demikianlah Injil menuntun dan
menghendaki. Datang kepada Allah dengan cara lain apa
saja, yaitu, melalui orang-orang kudus atau para malaikat,
adalah tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan peratur-
an dan perintah Injil. Semua komunikasi dari Allah kepada
kita adalah melalui Anak-Nya, dan tanggapan-tanggapan
kita pun harus melalui Dia juga. Allah di dalam Kristus
harus kita pandang sebagai tujuan pengharapan dan pe-
nyembahan kita. Demikianlah kita harus melatih diri kita
sendiri untuk hidup beribadah. Tanpa hidup beribadah,
tidak mungkin kita memuliakan Injil, yang mengajarkan
dan menuntut perilaku yang demikian. Perilaku hidup yang
sesuai dengan Injil haruslah perilaku hidup yang saleh,
dengan menunjukkan kasih dan rasa takut dan penghor-
matan kita kepada Allah, pengharapan dan kepercayaan
dan keyakinan kita di dalam Dia, seperti yang dinyatakan
di dalam Anak-Nya. Kitalah orang-orang bersunat (yang di
dalam kebenaran memiliki hal yang disiratkan oleh sakra-
men itu), yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah
dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-
hal lahiriah. Lihatlah betapa sederhananya tujuan dari
kewajiban kita itu. Tujuan itu dituangkan dalam sedikit
kata, meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan du-
niawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah
di dalam dunia sekarang ini. Injil mengajar kita bukan
hanya bagaimana mempercayai dan mengharapkan yang
baik, namun juga hidup yang baik, yang sesuai dengan
iman dan pengharapan itu di dunia sekarang ini, dan
sebagai orang-orang yang menantikan dunia yang lain yang
lebih baik. Ada dunia yang sekarang ini, dan ada juga yang
akan datang. Sekarang ini adalah waktu dan tempat pen-
cobaan kita, dan Injil mengajar kita untuk hidup dengan
baik di sini, namun itu bukan keadaan terakhir kita, me-
lainkan dengan mata yang terutama tertuju kepada masa
depan. Injil mengajar kita supaya dalam segala hal,
(3) Menantikan kemuliaan suatu dunia yang lain. Hidup seder-
hana, adil dan beribadah di dunia ini adalah persiapan
untuk itu. Menantikan penggenapan pengharapan kita yang
penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Maha-
besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Pengharapan,
sebagai ungkapan singkat, menyatakan sesuatu yang diha-
rapkan, yaitu, sorga dan kebahagiaan terbesar di dalam-
nya, yang sungguh-sungguh disebut pengharapan, sebab
itu adalah sesuatu yang besar yang kita nantikan dan rin-
dukan dan tunggu-tunggu. Dan disebut pengharapan yang
penuh bahagia, sebab , saat hal itu dicapai, kita akan
sungguh-sungguh bahagia untuk selama-lamanya. Dan
penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Jurusela-
mat kita Yesus Kristus. Ini menunjukkan waktu penggenap-
an pengharapan kita serta kepastian dan kebesarannya. Itu
akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua
kali, saat Dia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan
dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus (Luk.
9:26). Dalam kemuliaan-Nya sendiri yang telah Dia miliki
sebelum dunia ini ada, dan kemuliaan Bapa-Nya dengan
menjadi gambar wujud Allah, dan sebagai Allah-manusia,
pemimpin dan Hakim yang diutus Allah. Dan malaikat-
malaikat kudus, sebagai hamba-hamba-Nya dan pejabat-
pejabat-Nya yang mulia. Kedatangan-Nya yang pertama da-
lam kehinaan, untuk memenuhi tuntutan keadilan dan
membelikan kebahagiaan. Kedatangan-Nya yang kedua
akan terjadi dalam kemuliaan, untuk menempatkan dan
menetapkan umat-Nya di dalamnya. Kristus hanya satu
kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa
banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya
sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerah-
kan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibr.
9:28). Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus
Kristus. Mereka bukanlah dua subyek melainkan hanya
satu, seperti yang tampak dengan digunakannya kata
sandang tunggal, tou megalou Theou kai Sōtēros, bukan kai
tou Sōtēros, dan demikian pula kai diterjemahkan dalam 1
Korintus 15:24, Bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada
Allah Bapa (KJV: kepada Allah, yaitu Bapa), tō Theō kai
Patri. Jadi Kristus adalah Allah yang Mahabesar, bukan
sebagai kiasan, seperti hakim-hakim dan yang lainnya
terkadang disebut allah-allah, atau tampil dan bertindak
dalam nama Allah, melainkan secara tepat dan sungguh-
sungguh benar adalah Allah yang benar (1Yoh. 5:20), Allah
yang Perkasa (Yes. 9:5), yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan (Flp. 2:6). Pada keda-
tangan-Nya yang kedua Dia akan memberi upah kepada
hamba-hamba-Nya, dan membawa mereka kepada kemu-
liaan bersama-sama dengan Dia. Perhatikanlah,
[1] Ada suatu pengharapan umum yang penuh bahagia un-
tuk semua orang Kristen sejati di dunia lain. Jika hanya
dalam hidup ini saja mereka memiliki pengharapan di
dalam Kristus, maka mereka adalah orang-orang yang
paling malang dari segala manusia (1Kor. 15:19). Yang
dimaksudkan dengan pengharapan adalah sesuatu yang
diharapkan, yaitu, Kristus sendiri, yang disebut dasar
pengharapan kita (1Tim. 1:1, KJV: pengharapan kita), dan
kebahagiaan di dalam dan melalui Dia, yaitu kekayaan
kemuliaan (Ef. 1:18), sehingga sudah sepantasnya dise-
but di sini sebagai pengharapan yang penuh bahagia.
[2] Tujuan Injil adalah untuk membangkitkan semua orang
menuju suatu hidup yang baik melalui pengharapan
yang penuh bahagia ini. Siapkanlah akal budimu, was-
padalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya
atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada
waktu penyataan Yesus Kristus (1Ptr. 1:13). Untuk
maksud yang sama di sini, Meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup
bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang
ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita
yang penuh bahagia, bukan sebagai prajurit upahan,
melainkan sebagai orang Kristen yang patuh dan penuh
rasa syukur. Betapa suci dan salehnya kamu harus
hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat
kedatangan hari Allah (2Ptr. 3:11-12). Menantikan dan
mempercepat, artinya mengharapkan dan dengan rajin
bersiap-siap untuk itu.
[3] Pada dan di dalam penampakan Kristus yang penuh ke-
muliaan itulah pengharapan orang-orang Kristen yang
penuh bahagia itu akan tercapai, sebab yang akan
menjadi kebahagiaan tertinggi mereka adalah ini, ber-
ada bersama-sama dengan Dia, dan memandang kemu-
liaan-Nya (Yoh. 17:24). Kemuliaan Allah yang Mahabe-
sar dan Juruselamat kita akan memancar seperti mata-
hari. Walaupun dalam menjalankan kekuasaan-Nya
sebagai Hakim Dia akan tampil sebagai Anak Manusia,
namun Dia akan dinyatakan sebagai Anak Allah juga
secara besar-besaran. Keilahian, yang di bumi banyak
diselubungi, nantinya akan bersinar-sinar seperti mata-
hari dengan kekuatannya. Oleh sebab itu pekerjaan
dan tujuan Injil adalah untuk membangkitkan hati su-
paya menanti-nantikan penampakan Kristus yang ke-
dua kalinya ini. Kita dilahirkan kembali kepada suatu
hidup yang penuh pengharapan (1Ptr. 1:3, KJV: pengha-
rapan yang hidup), berbalik untuk melayani Allah yang
hidup dan yang benar, dan untuk menantikan kedatang-
an Anak-Nya dari sorga (1Tes. 1:9-10). Orang Kristen
ditandai dengan ini, menanti-nantikan tuannya (Luk.
12:36), merindukan kedatangan-Nya (2Tim.4:8). Maka
marilah kita menantikan pengharapan ini. Hendaklah
pinggang kita tetap berikat dan pelita kita tetap menya-
la, dan hendaklah kita sama seperti orang-orang yang
menanti-nantikan tuannya. Hari dan jamnya tidak kita
ketahui, namun Ia yang akan datang, sudah akan ada,
tanpa menangguhkan kedatangan-Nya (Ibr. 10:37).
[4] Penghiburan dan sukacita bagi orang Kristen adalah
bahwa Juruselamat mereka adalah Allah yang Mahabe-
sar, dan akan menyatakan diri-Nya dengan penuh ke-
muliaan pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali.
Kekuasaan dan kasih, kebesaran dan rahmat, nanti
akan tampak sekaligus dalam kemuliaan tertinggi, se-
hingga mendatangkan kengerian dan kebingungan bagi
orang-orang jahat, namun mendatangkan kemenangan
dan kegirangan selamanya bagi orang-orang saleh. Se-
andainya Dia bukan Allah yang Mahabesar seperti itu,
dan bukan sungguh-sungguh manusia, Dia tidak dapat
menjadi Juruselamat mereka, ataupun pengharapan
mereka. Demikianlah mengenai pertimbangan-pertim-
bangan untuk menjalankan segala macam petunjuk
untuk kewajiban mereka masing-masing berdasar
sifat dan tujuan Injil. Dan seiring dengan ini ada alasan
lain yang berkaitan, yaitu,
II. Dari tujuan kematian Kristus: Yang telah menyerahkan diri-Nya
bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan un-
tuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sen-
diri, yang rajin berbuat baik (ay. 14). Membawa kita kepada keku-
dusan dan kebahagiaan adalah tujuan kematian Kristus, dan juga
cakupan dari ajaran-Nya. Di sini terdapat,
1. Pembayar keselamatan, yaitu Yesus Kristus, Allah yang Maha-
besar dan Juruselamat kita itu, yang menyelamatkan bukan
hanya sebagai Allah saja, dan terlebih lagi bukan hanya seba-
gai manusia saja, melainkan sebagai Allah-manusia, dua
kodrat dalam satu Pribadi. Manusia, supaya Dia dapat taat,
dan menderita, dan mati, untuk manusia, dan menjadi layak
untuk bertindak terhadapnya dan membelanya. Dan Allah,
supaya Dia dapat menyangga kodrat kemanusiaan-Nya, dan
membuat perbuatan-perbuatan-Nya berharga dan berhasil,
dan memperoleh penghormatan yang layak bagi kebenaran-
kebenaran dan kehormatan ilahi, dan juga kebaikan ciptaan-
Nya, dan membuat kebaikan ciptaan-Nya itu untuk kemuliaan
Tuhan. Yang demikian itu pantas bagi kita. Dan ini adalah,
2. Harga penebusan kita. Yang telah menyerahkan diri-Nya. Sang
Bapa menyerahkan Dia, namun Dia sendiri juga menyerahkan
diri-Nya. Dan, sebab diberikan dengan cuma-cuma dan suka-
rela, dan juga sebab agungnya persembahan itu, maka per-
sembahan itu layak dan pantas. Bapa mengasihi Aku, oleh
sebab Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kem-
bali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan
Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri (Yoh. 10:17-
18). Demikian juga dalam Yohanes 17:19, Aku menguduskan
diri-Ku bagi mereka, atau memisahkan dan mengkhususkan
diri-Ku untuk pekerjaan ini, untuk menjadi imam sekaligus
korban persembahan untuk Allah bagi dosa-dosa manusia.
Kodrat manusia-Nya menjadi persembahan, dan kodrat ilahi-
Nya menjadi mezbah, yang menguduskan pemberian, dan
seluruhnya adalah tindakan si Pribadi itu. Dia telah menyerah-
kan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia (1Tim. 2:6).
Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir
untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dia adalah imam
dan korban persembahan juga. Kamu telah ditebus, bukan
dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau
emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kris-
tus (1Ptr. 1:18-19), yang disebut darah Anak-Nya (Kis. 20:28,
KJV: darah Allah), yaitu darah Dia yang adalah Allah.
3. Orang-orang yang menerima: Bagi kita, kita orang-orang ber-
dosa yang malang dan akan binasa, yang menjauh dari Allah,
dan memberontak terhadap Dia. Dia menyerahkan diri-Nya
bagi kita, bukan hanya untuk kebaikan kita, namun juga
untuk menggantikan kita. Mesias dibunuh, bukan untuk diri-
Nya sendiri, melainkan untuk kita. Kristus telah mati, Ia yang
benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia mem-
bawa kita kepada Allah (1Ptr. 3:18). Dia yang tidak mengenal
dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa sebab kita (sebuah per-
sembahan dan korban untuk dosa), supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah (2Kor. 5:21). Perendahan diri dan kemu-
rahan hati yang sangat indah! Dia mengasihi kita, dan telah
menyerahkan diri-Nya bagi kita. Apa yang dapat kita lakukan
selain mengasihi Dia dan menyerahkan diri kita kepada-Nya?
Terutama jika kita mempertimbangkan,
4. Tujuan Dia menyerahkan diri-Nya bagi kita,
(1) Untuk membebaskan kita dari segala kejahatan. Ini sesuai
dengan pelajaran pertama, yaitu meninggalkan kefasikan
dan keinginan-keinginan duniawi. Kristus menyerahkan
diri-Nya untuk membebaskan kita dari hal-hal ini, sebab
itu tinggalkanlah semua itu. Mengasihi dosa dan hidup di
dalamnya berarti menginjak-injak darah yang membebas-
kan, merendahkan dan menolak salah satu manfaat terbe-
sarnya, dan bertindak melawan tujuannya. Namun bagai-
mana kesengsaraan Kristus yang singkat dapat membebas-
kan kita dari segala kejahatan? Jawabannya adalah, kare-
na kemuliaan pribadi-Nya yang tidak terbatas. Dia, yang
adalah Allah, menderita sengsara, walaupun bukan sebagai
Allah. Tindakan-tindakan dan sifat-sifat kedua kodrat itu
berkaitan dengan pribadi-Nya. Allah membeli atau mene-
bus jemaat-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri (Kis. 20:28,
KJV: darah-Nya sendiri). Jika pembayaran dapat dilakukan
sekaligus, maka tidak perlu penderitaan selamanya. Makh-
luk ciptaan semata tidak dapat melakukan ini, sebab
sifatnya yang terbatas, namun Allah-manusia dapat. Inilah
alasan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus
Kristus, telah menyerahkan diri-Nya bagi kita. Oleh satu kor-
ban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya
mereka yang Ia kuduskan (Ibr. 9:25-26; 10:14). Dia tidak
perlu mempersembahkan diri-Nya berkali-kali, dan Dia pun
tidak dapat ditahan oleh kematian, sesudah Dia menjalani-
nya satu kali. Akhir dan buah yang membahagiakan dari
kematian Kristus, pembebasan dari segala kejahatan! Kris-
tus mati untuk ini. Dan,
(2) Untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-
Nya sendiri. Ini memperkuat pelajaran kedua: Hidup bijak-
sana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.
Kristus mati untuk menguduskan dan menghapus dosa,
yaitu untuk menghasilkan anugerah, menyembuhkan sifat
dasar, dan juga untuk membebaskan dari kesalahan dan
penghukuman. Dia menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya,
untuk menyucikannya. Demikianlah Dia menjadikan bagi
diri-Nya suatu umat, yaitu dengan menguduskan mereka.
Dengan cara demikianlah mereka dibedakan dari dunia
yang ada dalam kejahatan. Mereka dilahirkan dari Allah,
dan disesuaikan dengan Dia, memakai rupa-Nya, kudus se-
perti Bapa mereka di sorga kudus. Perhatikanlah, pembe-
basan dari dosa dan pengudusan sifat dasar berjalan ber-
iringan, dan keduanya menghasilkan suatu umat khusus
bagi Allah: bebas dari kesalahan dan penghukuman, bebas
dari kuasa hawa nafsu, dan jiwa dikuduskan oleh Roh.
Inilah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa
yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Dan,
(3) Rajin berbuat baik. Umat khusus ini, sebab mereka dibuat
demikian oleh anugerah yang menguduskan mereka, maka
mereka pun harus terlihat demikian, dengan melakukan
kebaikan, dan rajin melakukannya. Perhatikanlah, Injil bu-
kanlah suatu pengajaran tentang keburukan moral, me-
lainkan kekudusan dan hidup yang baik. Kita ditebus dari
cara hidup kita yang sia-sia, untuk melayani Allah dalam
kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup
kita. Maka marilah kita memperhatikan supaya kita ber-
buat baik, dan rajin melakukannya. Hanya jagalah supaya
kerajinan itu dipandu oleh pengetahuan dan dihidupkan
oleh kasih, diarahkan kepada kemuliaan Allah, dan selalu
dalam hal yang baik. Dan demikianlah petunjuk tentang
alasan kewajiban-kewajiban, berdasar tujuan kematian
Kristus.
Nasihat untuk Berbagai Kewajiban
(2:15)
15 Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan se-
gala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap