Tampilkan postingan dengan label muhammad dan islam 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label muhammad dan islam 4. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

muhammad dan islam 4


  bahwa mereka tidak mem￾punyai substansi yang bersifat ideologis maupun struktur yang bersifat 

organik. 

Sebagai bandingan, operasi ridda yang dilakukan oleh Umat Beri￾man, mempunyai maksud ideologis yang sangat kuat. Umat Beriman 

yang berpartisipasi di dalamnya melakukan jihad, "berusaha keras" atas 

nama Tuhan, dan sekalipun mereka mempunyai tujuan tertentu ketika 

melakukannya, operasi tersebut mempunyai kualitas open-ended, sesuatu 

yang tidak pernah ada di dalam operasi Arab pra Islam. Kini kemenang￾an akan diikuti bukan oleh pulangnya kembali para tentara ke rumah, 

tetapi dengan pemikiran untuk berpindah kepada tujuan selanjutnya 

di dalam operasi menyebarluaskan kekuasaan T uhan. Dalam beberapa 

kasus, pasukan yang dikirim Abu Bakr berada di lapangan sampai satu 

tahun atau bahkan lebih-sesuatu yang sampai kini tidak dikenal di 

Arab-clan oleh karenanya tidak dapat dipandang sebagai kelompok 

operasi sederhana menurut ukuran Arab tradisional. Tambahan lagi, 

pasukan yang terlibat dalam setahun operasi tanpa henti bukan lagi 

semata-mata kelompok temporal dari unit-unit suku yang terpisah 

yang dapat terpecah kapan saja. Mereka pastinya pasukan yang pantas 

dipertimbangkan dalam satu unit militer yang terintegrasi secara ketat, 

yang pengalaman bersamanya yang lama di lapangan (sebagaimana juga 

komitmen masing-masing terhadap ideologi clan misi dari agama komu￾nitas) membentuk ikatan persaudaraan dan solidaritas yang mengatasi 

afiliasi kesukuan semata. Sayangnya sumber-sumber tradisional hanya 

memberi kita gambaran ringkas yang sangat jarang mengenai detail dari rransformasi organisasional ini, rerapi salah saru dimensinya mungkin 

dapat kira lihat. Panjangnya masa dan skope operasi ridda memerlukan 

suaru tenrara yang perlu dipersiapkan secara masuk aka!. Sumber-sum￾ber rradisional memberirahu kira bagaimana amir al-mu'minin yang 

mula-mula membangun fondasi (hina) di al-Rabadha, sekitar 200 km 

(124 mil) timur Madinah, di mana bahan-bahan untuk kebutuhan hi· 

dup dapat dipertahankan. Tentu saja, kira ridak dapat kepastian dari 

sumber rersebur, bahwa hat iru dilakukan agar ada persiapan unruk para 

tentara Umat Beriman berupa sejumlah makanan dan daging. Tetapi, 

arkeolog telah menemukan bukti penyembelihan skala besar untuk ke￾buruhan hidup, khususnya unra, di al-Rabadha, dalam benruk deposit 

yang besar tulang-rulang unta yang secara arkeologis dapar didata dan 

ditanggali pada periode komunitas Umat Beriman yang mula-mula. Jika 

bukti ini kita pegang-ridak pemah secara penuh dipublikasikan-ini 

menunjukkan bahwa Abu Bakr dan para pengganri awalnya sebagai 

amir al-mu'minin mungkin memang relah mengorganisasi satu sisrem 

tersentral untuk mendukung kebutuhan para tentaranya di lapangan. 

Dengan demikian kini jelas bahwa operasi ridda merupakan saksi evolu￾si pasukan arau kekuatan Umar Beriman dari kelompok penyerang yang 

sederhana menjadi benar-benar sebagai tentara. Barangkali juga bukan 

suatu hat yang tidak sengaja terjadi bahwa kebanyakan pemimpin ope￾rasi ridda ini adalah orang-orang Quraysh, yang pengalaman lamanya di 

dalam perdagangan dengan karavannya memberikan mereka kemampu￾an manajerial yang diperlukan untuk membanru transformasi ini. Kris￾talisasi tenrara yang· kuat ini selama Perang Ridda Arab memberi Umat 

Beriman kekuaran yang memungkinkan mereka melakukan perluasan 

di luar Arab. 

Selesainya operasi ridda membawa Umat Beriman ke perbatasan ke￾kaisaran Byzantium dan Sassania di pinggiran urara Arab. Tetapi, Umat 

Beriman menyeberangi perbarasan yang ridak dirandai ini dan mulai 

melakukan penyerangan dan menyatukan populasi di perbarasan kekai￾saran iru, yang kebanyakan sudah berbicara dalam bahasa Arab. Kedua kaisar itu akhimya mengirim renrara unruk mencoba mencegah pelang￾garan atas dasar pajak kekayaan mereka. Konfrontasi politik langsung 

dari Umat Beriman dengan dua kaisar ini secara tradisional dipandang 

sebagai awal dari suatu proses panjang, yang biasanya dikenal dengan 

"penaklukan Islam", semenrara Umat Beriman meluas ke area di luar 

Arab. Operasi penama dari penaklukan ini diorganisasi pada bulan￾bulan terakhir kekuasaan Abu Bakr (11-13/632-634) clan terus dilan￾jutkan oleh para penggantinya, 'Umar lbn al-Khaccab (berkuasa pada 

13-23/634-644) clan 'Uthman lbn 'Affan (berkuasa 23-35/644-656). 

Pandangan tradisional mengenai gerakan penaklukan yang dikemuka￾kan oleh para penulis Muslim yang kemudian menceritakan adanya satu 

serial konfrontasi mil:iter besar anrara tentara suku Aran yang diorga￾nisasi oleh amir al-mu'minin di Madinah dengan tentara kaisar Byzan￾tium dan Sassania yang mencoba menghentikan pelanggaran terhadap 

territorial mereka. Sekalipun cerincerupsi oleh periode konflik di dalam 

komunitas Umat Beriman yang dikenal sebagai perang sipil penama 

clan kedua, gerakan penaklukan dimulai lagi setelah masing-masing pe￾rang sipil tersebuc dan berlangsung sampai hampir satu abad. Akhirnya, 

Umac Beriman bukan hanya menaklukkan wilayah-wilayah yang lang￾sung berdekatan dengan Arab (yaitu, Syria, lrak, Mesir), akan rerapi 

juga wilayah-wilayah yang jauh-Afrika Utara clan sebagian besar ke￾pulauan Iberia di barac; Iran, Kaukasus, dan pinggiran Asia T engah dan 

Afganistan di sebelah cimur; bahkan menapakkan kakinya di Dacaran 

Indus (Pakistan modem) clan di mana saja di Asia Selatan. Namun, se￾belum menguji secara lebih detail mengenai deskripsi gerakan ekspansi 

ini, perlu untuk mempertimbangkan sebentar apa pastinya hakikat atau 

karakter dari gerakan ekspansi ini terlebih dahulu. 

Karakter Ekspansi Umat Beriman yang Mula-Mula 

Sebagaimana telah dicatat, ekspansi komunitas Umat Beriman ke luar 

Arab sampai ke Timur Dekat yang lebih luas, secara tradisional dipandang sebagai penaklukan milicer. Akan cecapi, pandangan ini, dalam 

beberapa ha!, bermasalah. Sumber-sumber cradisional Muslim, meng￾gambarkannya sebagai gangguan frontal terhadap dua kaisar besar oleh 

tentara Umac Beriman, yang melibatkan peperangan besar oleh ribuan 

cencara, blokade beberapa koca, dan sejenisnya. lni semua jelas me￾rupakan elemen kebenaran pencing di dalam gambaran tradisional, 

karena beberapa aspek darinya dikonfirmasi oleh hampir semua sumber 

liceratur koncemporer yang dihasilkan oleh berbagai penulis Kristiani 

Timur Dekac. Misalnya, Thomas sang Presbiter, sekicar rahun 640, 

menjelaskan peperangan antara "orang-orang Romawi" ( yaitu tentara 

Byzantium) dengan para "nomad (cayyaye dalam bahasa Syria) pengikut 

Muhammad" sekicar 19 km (12 mil) timur Gaza, yang selanjutnya dia 

mengklaim 4.000 penduduk Palestina terbunuh-Kristiani, Yahudi, dan 

Samaritan---dan seluruh wilayah hancur. 

TEKS THOMAS THE PRESBYTER 

Pada 945 (634), indiction (periode fiskal Romawi) 7, pada hari 

Jumat 4 Febuari pada jam 9, ada peperangan antara orang-orang 

Romawi dengan Nomad Muhammad (Tayyaye d-Mhmt) di Pa· 

lestina 12 mil timur Gaza. Orang-orang Romawi lari dengan me· 

ninggalkan patriarch Brydn, yang dibunuh oleh rayyaye. Sekicar 

4.000 orang desa miskin Palestina juga dibunuh di sana, orang· 

orang Kristiani, Yahudi, dan Samaritan. Tayyaye menghancurkan 

seluruh wilayah. ( terjm. Hoyland, Seeing Islam, 120, sedikit dimo￾difikasi). 

Sumber-sumber koncemporer lain memberikan decail yang sama. 

Uskup Jerusalem, Sophronius, di dalam satu homilinya tahun 637 atau 

638, menjelaskan adanya penyerangan oleh tentara Saracen (dari kata 

Yunani merujuk kepada nomad Arab), penumpahan darah, penghan￾curan acau pembakaran gereja, pembakaran desa, perampokan koca-

kota, perusakan lahan-lahan, dan Byzantium mengirim tentara untuk 

menentang mereka. Homili seorang Coptic tahun 640-an berbicara 

tenrang "Saracens yang merupakan penindas, yang melarang prostitusi, 

pembunuhan, dan membawa anak-anak dan menjadikan mereka tawan￾an, dengan mengatakan, 'kita berpuasa clan juga shalat."' Yang lebih 

akhir, Anastasius dari Sinai (wafat sekitar 700) berbicara mengenai 

kekalahan tentara Byzantium, merujuk kepada "pertumpahan darah di 

[tiga perang) Gabitha, Yarmuk, clan Dhatemon ... yang kemudian ter￾jadi penahanan dan pembakaran kota Palestina, bahkan Caesarea dan 

Jerusalem. Kemudian ada penghancuran Mesir, diikuti oleh perbudakan 

clan penghancuran fatal wilayah clan kepulauan Mediterania ... "Dia 

juga menyinggung kekalahan tentara Byzantium dan pasukan laut da￾lam Perang Phoenix (sekitar tahun 31/651--652 arau 34/654-655). 

Jadi tampaknya terdapat bukti literer kontemporer yang mendukung 

apa yang dikenal dengan "model penaklukan dengan kekerasan" di 

dalam ekspansi Umat Beriman. Masalahnya adalah bahwa bukti arke￾ologis yang semakin dituntut untuk mendukung hal itu menunjukkan 

hanya ada sedikit atau tidak ada bekas-bekas penghancuran, pembakar￾an, atau kekerasan lain di hampir semua tempat, terutama di wilayah 

geografis Syria, yang merupakan arena yang dijelaskan sepenuhnya baik 

dalam sumber-sumber literatur maupun yang secara mendalam dieksplo￾rasi oleh para arkeolog. Sebaliknya, rekaman arkeologis menunjukkan 

bahwa di wilayah tersebut terjadi proses transformasi sosial clan kultural 

yang terus menerus yang tidak melibatkan kekerasan clan kehancuran 

secara tiba-tiba dari kehidupan urban maupun rural sama sekali. Di 

setiap kota, ditemukan bukti gereja-gereja yang tidak hancur-bahkan 

sebaliknya, terus digunakan untuk beberapa abad atau lebih setelah "pe￾naklukan"-atau bukti bahwa gereja-gereja baru (berlantai mosaik yang 

bertanggal) justru sedang dibangun. 

Tambahan lagi, model "penaklukan dengan kekerasan" dalam ek￾spansi Umat Beriman ke Fertile Crescent (area yang subur di Asia Barat 

Daya, dari Israel sampai ke Teluk Persia dan mencakup Sungai Efrat dan Tigris di lrak) tidak meyaki:nkan dari sudut pandang sosiologis. Hal 

itu didasarkan pada pandangan yang salah bahwa "penakluk" datang 

dengan maksud mernaksakan satu agama baru dengan kekernsan pada 

penduduk lokal. Ak,m tetapi, di wih1yah-wilayah seperti Syria, lrak, 

Mesir, dan Iran-yang sudah punya tradisi keagamaan yang mendalam 

(Yahudi, Kristiani, Zoroastrianisme), yang sangar pandai dalam polemik 

untuk mempercahankan agama mereka sendiri-hal semacam ini pasr.i 

g11g;1l. Karem1, jik11 Umat Beriman sudah memeluk kredo y1111g jel;is 

berbeda dan pasci dan telah mencoba menuntut agar komunitas lokal 

melaksanakannya, penduduk Fercile Crescenc tersebuc tencu akan mem￾puny�1i resistensi ker.ika mereka dar.ang secara keras, d�1\am k:ua-kar.a maupun perbuatannya. Akan tetapi tidak ada polemik Kristiani yang 

penting atau yang lain melawan doktrin Umat Beriman yang muncul 

sampai sekitar satu abad. Model "penaklukan dengan kekerasan" de￾ngan demikian memberi para ahli sejarah dua problem yang harus dije￾laskan, pertama, bagaimana bisa penaklukan oleh komunitas beragama 

yang sangat persuasif ini sukses dalam menghadapi oposisi terhadapnya, 

dan kedua, bagaimana sejumlah kecil penakluk dapat mempertahankan 

hegemoni mereka melawan populasi yang besar jumlahnya. Model "pe￾naklukan dengan kekerasan" juga menyulitkan untuk memahami ba￾gaimana Umat Beriman dapat mempenahankan identitas mereka yang 

berbeda dan menolak akulturasi atau asimilasi ke dalam populasi luas 

yang ditaklukkan itu, khususnya selama periode tahun-tahun pertama 

ketika mereka tidak mempunyai infrastruktur lokal sendiri yang dapat 

menjadi sandaran. 

Dengan demikian, kesulitan yang dihadapi model "penaklukan de￾ngan kekerasan" dari ekspansi Umat Beriman ke wilayah-wilayah di 

sekitar Arab adalah penting. Tetapi, apabila kita memperhitungkan 

kualitas ekumenikal dan nonkonfesi dari komunitas Umat Beriman 

yang mula-mula, sebagaimana dijelaskan di dalam bab sebelumnya, 

cara lain memandang ekspansi membuktikan sesuatu yang sesuai de￾ngan pandangan mengenai tidak adanya kerusakan yang ditemukan 

di dalam rekaman arkeologi pada periode ini. Sekalipun ekspansi tak 

perlu diperranyakan lagi, melibatkan beberapa episode kekerasan, akan 

tetapi kita dapat menunjukkan bahwa kedatangan Umat Beriman Arab 

di beberapa lokalitas di Fertile Crescent tidak selalu dalam bentuk 

konfrontasi kekerasan, karena mayoritas terbesar dari komunitas ini 

sudah monoteis yang, karena irulah, secara prinsip memenuhi syarat 

untuk masuk di dalam gerakan Umat Beriman. Para pemimpin utama 

Arab bagian Barat dari Umat Beriman itu tidak meminta kepada orang￾orang Syria-Palestina, Mesir, dan lrak untuk melepaskan agama nenek 

moyang mereka agar memeluk agama yang lain-yang tentu saja akan 

membawa kepada konfrontasi kekerasan. Namun, mereka memaksakan hegemoni policik mereka pada populasi yang dicaklukkan, mensyarac￾kan mereka uncuk membayar pajak, dan meminta mereka, paling tidak 

awalnya, uncuk mengafirmasi keimanan mereka kepada T uhan yang esa 

dan pada Hari Pengadilan, dan uncuk mengafirmasi komicmen mereka 

uncuk hidup secara benar dan menghindari dosa. Pendeknya, mereka 

membangun tata aturan politik baru dan mungkin meningkatkan pro￾gram reformasi monoceiscik (dan moral?), cetapi cidak menganjurkan 

revolusi agama acau menuncuc konversi kepada kepercayaan yang baru. 

Beberapa discrik acau cempac tercencu di Fertile Crescenc boleh jadi me￾nolak menerima istilah Umat Beriman, tetapi mayoritas menerimanya; 

bagi kebanyakan orang Yahudi, Samaritan, dan komunicas Krisciani 

Monofisic Syria, Mesopocamia, dan Mesir, khususnya, iscilah Umac Ber￾iman mungkin justru sangac dicerima, karena mereka tidak melibatkan 

tekanan untuk mengubah kepercayaan inti mereka yang sudah mereka 

alami selama berada di tangan ocoricas "orcodoks" Byzancium. Memang, 

bahkan Krisciani On:odoks dapac dengan mudah secuju atau menerima 

istilah semacam itu; pembayaran pajak yang diwajibkan oleh rezim 

Umat Beriman secara macerial tidak berbeda dengan apa yang dipak￾sakan sebelumnya oleh Byzancium dan Sassania. Laporan yang agak 

koncemporer mengenai harta kekayaan dan cahanan yang kica sebutkan 

di atas, mungkin hanya merujuk kepada komunitas atau individu yang 

secara aktif menolak panggilan Umat Beriman kepada monoteisme dan 

kehidupan yang benar; beberapa (seperci deskripsi Sophronius menge￾nai efek negatif atau kerusakan oleh "Saracen") cerkadang bisa merujuk 

kepada para pemberontak nomadik yang tidak ada hubungannya de￾ngan gerakan Umat Beriman sama sekali, akan tecapi hanya mengambil 

keuncungan cerhadap adanya ketidakstabilan policik di Palesina Byzan￾tium pada 630-an. 

Apakah komunitas Zoroaster, yang terutama ditemukan di Iran dan 

selacan lrak, ikuc serca dalam perkembangan gerakan Umac Beriman, 

merupakan hal yang cidak begicu jelas. Teologi dualiscik dan penyem￾bahan api dari kaum Zoroaster menjadi penghalang penting untuk me-masukkan mereka kedalam gerakan Umat Beriman awal. Selanjurnya, 

sejarah Muslim menjelaskan penghancuran kuil-kuil api Zoroaster pada 

masa penaklukan, tetapi tidak jelas seberapa andal laporan terakhir ini. 

Beberapa komunitas Zoroaster sebagaimana Yahudi dan Kristiani yang 

suatu ketika berada dli mana-mana, mungkin telah tunduk dan berin￾tegrasi dengan komunitas Umat Beriman. Akan tetapi di sisi lain, se￾jumlah besar provinsi di Iran, khususnya di sebelah Utara, hampir tidak 

terpenetrasi oleh Umat Beriman sampai satu abad atau lebih. Keluarga 

terhormat Iran yang secara tradisional mengontrol wilayah ini terbukti 

membuat perjanjian dengan Umat Beriman sejak awal masa penaklu￾kan, memperoleh otonomi penuh sebagai ganti pembayaran remisi atau 

pajak kepada amir al-mu'minin dan gubemur-gubemumya. 

Yang jelas, kaum Zoroaster tetap ada dalam sejumlah besar di sebe￾lah utara dan barat Iran dan di mana saja selama berabad-abad setelah 

munculnya Islam. Dan memang, banyak teks keagamaan Zoroaster 

diajarkan dan ditulis selama periode Islam. Sayangnya, kita hanya me￾miliki sangat sedikit sumber-sumber sejarah komunitas Zoroaster di￾banding yang kita punya mengenai orang-orang Yahudi dan Kristiani 

di wilayah geografis Syria dan Mesir. Kita hampir tidak punya apa-apa 

dengan eksplorasi arkeologis mengenai komunitas kaum Zoroaster pada 

era penaklukan, dan sumber-sumber literer non Muslim yang memberi· 

kan informasi mengenai komunitas Zoroaster juga sangat terbatas dan, 

dalam beberapa kasus bertanggal lebih kemudian. 

Tentu saja, orang berasumsi bahwa Umat Beriman Arab yang da￾tang ke wilayah Fertile Crescent tersebut mengakui Nabi Muhammad 

sebagai nabi mereka. Akan tetapi tidak jelas bagaimana klaim kenabi￾an Nabi Muhammad itu diterima atau dipahami oleh umat Kristiani, 

Yahudi, atau Samaritan di area tersebut (atau oleh orang-orang Arab, 

yang sudah tergabung sejak Perang Ridda ke dalam kebijakan baru). 

Sumber-sumber literer Kristiani dari periode Islam awal yang sebenar￾nya menyebut Nabi Muhammad (kebanyakan tidak) secara umum tidak 

memanggilnya Nabi, tetapi memanggilnya dengan istilah misalnya "pe· mimpin", "guru acau pembimbing", acau "raja", acau mengenal bahwa 

beliau adalah peda.gang, atau bahwa beliau memanggil orang-orang 

untuk menyembah satu Tuhan. Hanya seabad atau lebih setelah Nabi 

Muhammad wafac kita menemukan sumber-sumber Kristiani yang men￾cacac bahwa pengikucnya memanggil beliau nabi acau rasul. Yang jelas 

pada masa yang kemudian-mungkin sejak awal abad kedua hijrah/abad 

kedelapan, atau sedikit lebih, yang ketika itu Islam mulai berubah dari 

gerakan Umat Beriman menjadi pengakuan agama yang berbeda clan 

jelas-pengakuan Nabi Muhammad sebagai nabi merupakan percanda 

yang menentukan, yang membedakan umat Islam dengan Kristiani, 

Yahudi, clan yang lainnya. Ketika itu, mengucapkan "pernyataan iman" 

(shahada, secara licerer berarci "membawa kesaksian") "Tidak ada Tu￾han kecuali Allah, Muhammad sebagai rasul Allah" (la ilaha ilia llah, 

Muhammad rasul allah) adalah sesuatu yang penting untuk mendeklara￾sikan seseorang sebagai Muslim. Akan cetapi kembali di sini bukti yang 

mula-mula sangac bersifac sugestif; bukci dokumencer yang awal menge￾nai shahada, yang ditemukan di koin, papirus, clan inskripsi benanggal 

sebelum sekicar cahun 66/685, hanya memasukkan bagian pertama dari 

yang terakhir dari "shahada ganda": "Tidak ada T uhan selain Allah• 

(cerkadang dengan tambahan "yang tidak ada sekucu bagiNya")-Mu￾hammad belum disinggung. Jika ini bukan semata ketidaksengajaan un￾cuk mempercahankan sesuacu yang bernilai sejarah, kita mungkin dapac 

melihat di dalamnya indikasi lain mengenai karakter ekumenikal acau 

nonekumenikal komunitas Umac Beriman, karena pemyacaan "Tidak 

ada Tuhan selain Allah" akan diterima oleh semua monoteis, termasuk 

Krisciani clan Yahudi. Dengan demikian bukan cidak rasional untuk me￾rekomendasikan bahwa banyak orang Krisciani clan Yahudi Syria, lrak, 

clan wilayah lain, sebagai monoteis, dapat menemukan tempat di dalam 

ekspansi Umat Beriman yang mula-mula. 

Dengan memasukkan komunicas monoceis ke dalam wilayah me￾reka yang sedang berkembang, Umat Beriman berjalan menuju cujuan 

mereka untuk membangun hegemoni hukum Tuhan di selutuh dunia. Al-Qur'an, sebagaimana telah kita lihat, menjanjikan Umat Beriman 

bahwa mereka akan "mewarisi bumi" (Q. 33: 25-27), akan tetapi hat ini 

dapat dipahami sebagai berimplikasi bukan ketiadaan populasi monoteis 

yang ada, akan tetapi inklusi atau pemasukan mereka ke dalam gerakan 

Umat Beriman sebagai ganti pembayaran pajak. Status komunitas dan 

orang-orang di dalarnnya dengan demikian mungkin analog dengan 

beberapa suku-suku atau komunitas Arab yang telah bergabung dengan 

Umat Beriman selama Perang Ridda. Teks Kristiani Syria Timur yang 

ditulis di Mesopotamia Pada 687 atu 688 (kuiba d-rish melle dari John 

Bar Penkaye) mencatat bahwa Umat Beriman (dirujuk di dalam teks 

sebagai "kerajaan tay)•aye" [nomad)) menuntut pajak, akan tetapi mengi· 

zinkan orang-orang untuk tinggal, apa pun agamanya. 

Juga dicatat bahwa di antara Umat Beriman yang terlibat di dalam 

kelompok yang melakukan operasi perluasan/penaklukan pada, tahun 

ini adalah orang-orang Kristiani. Patriach Nestorian Isho'yahb Ill di 

lrak, dalam surat kepada salah satu uskupnya pada 647 atau 648, men￾catat bahwa penguasa baru "bukan hanya tidak memerangi Kristiani, 

bahkan mereka memerintahkan untuk menjalankan agama kita, me￾nampakkan kehormatan kepada para romo clan monasteri-monasteri 

serta orang-orang suci T uhan kita, clan memberikan hadiah kepada mo￾nasteri·monasteri clan gereja-gereja." 

Kita juga harus mencatat di sini mengenai komentar yang dibuat 

oleh Uskup Armenia Sebeos, yang menulis pada 660-an, yang kronikel￾nya memberikan satu deskripsi luas yang paling awal mengenai Umat 

Beriman clan perbuatan mereka. Di antaranya, dia mencatat bahwa 

gubemur pertama Umat Beriman di Jerusalem adalah seorang Yahudi. 

Tuduhan mengenai hubungan erat dengan Yahudi adalah teknik pole￾mik favorit yang digunakan para pengarang Kristiani tentang periode 

ini untuk mendiskreditkan musuh-musuh mereka, sehingga klaim ini 

memerlukan perhatian yang hati-hati; akan tetapi jika benar, maka hal 

ini memberikan bukti lebih jauh mengenai karakter pengakuan terbuka 

dari gerakan Umat Beriman. Biasanya diklaim bahwa, dengan keda-cangan "orang-orang Islam", umac Krisciani maupun Yahudi direduksi 

ke dalam stacus sebagai "orang-orang yang dilindungi" (ahl dhimma), 

yang membayar pajak akan tetapi membentuk sacu level lebih rendah 

di dalam masyarakac, acau konversi ke dalam Islam clan masuk menjadi 

Muslim Arab sebagai mawali. Tetapi bab dalam tulisan Bar Penkaye, 

lsho'yahb, clan Sebeos yang disebutkan di atas, dan beberapa lagi yang 

mirip, menunjukkan bahwa beberapa orang Kriscian dan Yahudi mung￾kin secara penuh berincegrasi sedemikian rupa ke dalam komunicas 

Umac Beriman; konversi bukanlah merupakan isu kecika itu, karena 

sebagai monoteis mereka tidak perlu "melakukan konversi" kepada apa 

pun uncuk menjadi parcisipan akcif di dalam komunitas, bahkan di area 

di luar Arab. 

Kualitas ekumenikal dari gerakan Umat Beriman dengan demikian 

dapat membantu menjelaskan mengapa bukti-bukci kerusakan kota, ge￾reja, dan lain-lain yang cersebar, cidak ada di dalam bukti arkeologis di 

wilayah-wilayah yang dijelaskan, seperci Syria-Palestina. Kemungkinan, 

hal itu disebabkan karena kebanyakan komunitas, yang konsiscen de￾ngan monoceisme, tidak dihancurkan, acau bahkan diganggu acau didis￾lokasi, cetapi sekadar mengalami perubahan tuan (dan kolektor pajak). 

Sebagaimana celah k.ita lihat, gereja-gereja masih ada-dan, rekam￾an arkeologis menunjukkan, bahkan-dibangun secelah "penak.lukan". 

Memang, Umat Beriman Arab boleh jadi berbagi cempat ibadah dengan 

orang-orang Krisciani kecika mereka percama kali dacang ke wilayah 

baru cersebuc. Tradisi Muslim yang kemudian memuac beberapa sumber 

yang menjelaskan mengenai bagaimana "Muslim" yang baru datang itu 

melaksanakan ibadah di bagian satu gereja di cempac-cempac cercentu 

(Jerusalem, Damaskus, clan Hims) karena mereka cidak mempunyai 

masjid milik mereka sendiri. Akan tecapi, boleh jadi juga bahwa Umac 

Beriman Arab yang percama kali datang mencapai tempat-tempat ter￾sebuc, karena celah memenangkan Kristiani lokal, semaca-maca bersem￾bahyang di gereja-gereja mereka, karena sebagai monoceis orang-orang 

Krisciani juga dipandang sebagai Umat Beriman yang cempac-tempac ibadahnya juga bisa dipakai. Tradisi-rradisi Muslim yang kemudian 

mengenai berbagi gereja ini mungkin merupakan suatu memori yang 

masih ada mengenai rancangan awal ini. lbadah kolektif yang semacam 

itu dari Umac Beriman Qur'anik dan Krisriani mungkin juga direfleksi￾kan di dalam tradisi-cradisi Muslim yang kemudian, yang menjelaskan 

mengenai qibla musharriqa yang mula-mula atau "qiblah menghadap ke 

timur" (arah shalat) di Syria, mungkin juga merupakan gema menge￾nai cahapan mula-mula dalam gerakan Umac Beriman, kecika mereka 

menghadap timur sebagaimana Kristiani dan bukan ke selacan, ke 

Makkah, sesuai dengan kiblat yang sekarang. Beberapa bukti arkeologis 

rampaknya mendukung pandangan mengenai berbagi tempat ibadah ini 

juga; penggalian di Gereja Carhisma, konstruksi pada masa Byzantium 

antara Bethlehem dengan Jerusalem, membukakan mara bahwa pada 

fase terakhimya itu dimodifikasi untuk mengakomodasi Umat Beriman 

dengan tambahan mihrab di dinding selaran (menghadap Makkah), 

semencara sisanya terus berfungsi sebagai gereja yang mengarah ke arah 

timur. 

Ekspansi umat Beriman yang mula-mula ke luar Arab dengan demi￾kian ridak harus dipahami semara-mata sebagai suatu kasus mengenai 

konfroncasi langsung anrara agama-agama yang beraneka clan selan￾jutnya penaklukan yang satu oleh yang lain. Barangkali benar bahwa 

Umat Beriman Arab percama kali datang, di berbagai area, sebagai orga￾nisasi kekuaran militer clan bahwa kerika rezim Byzantium atau Sassania 

mengirim cencara melawan mereka, perang rerjadi; keduanya, narasi 

Muslim tradisional maupun laporan non-Muslim (kebanyakan Kristia￾ni) menjelaskan mengenai bentrokan rersebur, dan, sebagaimana akan 

kica lihac, sumber-sumber juga secuju secara umum mengenai bencrokan 

ucama yang cerjadi. Akan terapi bentrokan ini, biasanya cerjadi di nega￾ra yang terbuka clan tidak ada rekaman arkeologisnya. 

Namun kica juga bisa berasumsi bahwa kedacangan percama Umat 

Beriman ke berbagai wilayah boleh jadi disertai dengan-sekalipun 

mungkin sebencar clan superfisial-pembunuhan clan invasi, semacam yang telah dilaporkan oleh sumber-sumber awal (seperti khotbah-khot￾bah dan homili Sophronius pada 630-an), akan tetapi hal itu juga ha￾nya meninggalkan sedikit rekaman arkeologis karena kota-kota utama 

tidak terlibat. Alasan untuk pembunuhan yang sedikit ini sederhana. 

Banyak dari orang besar Arab yang telah bergabung dengan gerakan 

Umat Beriman selama Pperang Ridda tidak terlalu disiplin. Kebanyak￾an pasukan tentara ini hanya mengetahui sedikit mengenai gerakan di 

mana mereka bergabung ketimbang yang Nabi janjikan mengenai harta 

di dunia dan surga di hari kemudian, sebagai ganti untuk keterlibatan 

mereka dalam jihad, lberperang di jalan Tuhan, untuk menghancurkan 

kekuasaan jahat Byzantium dan Persia. Mengenai al-Qur'an, (yang, 

jika kita memilih untuk mengikuti tradisi Muslim dalam ha! ini, maka 

belum secara otoritatif ditulis), mereka mungkin mengetahui sedikit 

lebih dari beberapa ayat yang diperlukan untuk shalat bersama para 

tentara lain. Pengetahuan mereka mengenai doktrin gerakan ini dengan 

demikian, mungkin terbatas pada pandangan bahwa T uhan itu esa, dan 

terjaga terutama di dalam slogan seperti "Tuhan Maha Besar!" (Allah 

akbar), yang mereka gunakan untuk yel-yel perangnya. Hampir tidak 

dapat diharapkan bahwa tentara seperti itu bersusah payah mencari 

tahu secara lebih dekat apakah para penduduk desa dan petani yang 

terisolasi yang mereka temui itu merupakan orang-orang monoteis yang 

baik dan berkomitmen kepada kehidupan yang benar atau tidak. Tam￾paknya adil untuk berasumsi bahwa operasi yang luas yang dilaporkan 

dalam banyak sumber-sumber yang hampir kontemporer sebagian besar 

adalah mengenai apa yang mereka perbuat, atau mengenai bandit yang 

mengambil keuntungan atas runtuhnya struktur otoritas lokal yang sela￾lu ada dalam proses pergantian rezim.  


TEKS PERJANJIAN-TIFLIS 

T eks ini ditemparkan di dalam deskripsi mengenai penaklukan wilayah 

Kaukasus di dalam sejarah Tabari, di bawah tahun 22 (642-643). 

Semenuzra banyak dari teks perjanjian yang seharusnya ada ditemukan 

di dalam sumber-sumber literatur dicurigai sebagai penemuan yang 

kemudian, beberapa {itur dari ini menunjukkan bahwa hal itu mungkin 

lebih otentik. lstilah jizya di sini tampak digunakan dalam pengertian 

"tribute,/sumbangan untuk", bukan "poU tax" sebagaimana di dalam 

hukum yang kemudian; juga, tidak seperti teks-teks perjanjian lain, 

yang satu ini tidak bicara tentang Nabi Muhammad secara spesifik, 

akan tetapi hanya Tuhan dan nabi-Nya secara umum. Kedua fitur 

ini mungkin menunjukkan bahwa teks ini berdasarkan pada dokumen 

awal yang aktual dari gerakan Umat Beriman. 

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Do￾kumen ini dari Habib lbn Maslama kepada orang-orang Tiflis 

dari Georgians, di daerah Hurmuz, [memberi garansi] keamanan 

orang-orang mereka dan kekayaan mereka dan biara-biara mere￾ka dan gereja-gereja mereka, dan ibadah-ibadah mereka, asalkan 

mereka menyerahkan jizya dengan kerendahan hati, sacu dinar 

penuh untuk masing-masing cuan rumah, dan [asalkan mereka 

memberikan] kepada kita nasihat mereka dan bantuan mereka 

melawan musuh-musuh T uhan dan musuh kita, dan keramahan 

malam bagi para peziarah---<lengan makanan yang halal dari ahli 

kitab dan minuman yang halal---<lan petunjuk di jalan tanpa di￾sakiti oleh salah satu dari kamu di jalan. J ika kamu berserah diri 

[kepada T uhan] dan melaksanakan ibadah shalat dan membayar 

zakat, maka [karnu) adalah saudara kami dalam agama [din) dan 

panutan kami. Barang siapa berpaling dari T uhan dan nabi-Nya 

dan Kirab-Nya dan kelompok-Nya, kita akan memerangimu tan· 

pa perbedaan; T uhan tidak menyukai pengkhianat. Disaksikan

oleh 'Abd al-Rahman lbn Khalid dan al·Hajjaj dan 'lyad, dan 

ditulis oleh Rabah. Tuhan dan malaikat dan mereka yang beri· 

man telah meyaksikannya [it): dan Tuhan cukup sebagai saksi." 

(al·Tabari, Tarikh, ed. De Goeje,i/2675.) 

Di sisi lain, koca-koca besar, yang cidak dengan mudah cerancam 

oleh kelompok bandit yang ridak disiplin yang direkrut itu, rampak di 

dalam beberapa kasus cepat membuat persetujuan dengan Umat Ber￾iman begitu kekuatan bersenjata besar dari yang terakhir ini datang. 

Sumber-sumber cradisional Muslim memberikan eeks-eeks mengenai 

beberapa catatan ini, semuanya mungkin merupakan idealisasi yang 

kemudian yang dibuat clengan tujuan hukum clalam pikirannya, akan 

tetapi keberadaan mereka menunjuk kepada kesadaran umum bahwa 

kota-kota ini, sebenamya, telah masuk secara damai dalam wilayah 

Umat Beriman sebagai ganti untuk pembayaran pajak. Hanya kota-kota 

itulah yang menolak membuat persetujuan clan membuat mereka harus 

berada dalam blokade, dan ini hanya sedikic--dan oleh karenanya ha￾nya di tempat seperti Caesarea di Palestina, tampaknya kira dapat me￾nemukan beberapa peninggalan arkeologis dari "penaklukan" itu, yaitu 

dalam bentuk sisa-sisa kehancuran. Tetapi bahkan dalam kasus ini kita 

dapac melihat bahwa kerusakan sangat cerbacas, karena cujuan Umac 

Beriman bukanlah untuk menghancurkan kota-kota, akan tetapi untuk 

membawa populasi monoteisnya ke dalam aturan hukum Tuhan. Bu￾kan terhadap populasi yang monoteistik ini Umat Beriman melakukan 

perang, sama sekali bukan, akan cecapi rezim Byzantium dan Sassania, 

yang mereka pandang menoleransi (atau bahkan memaksakan) dosa. 

Dengan demikian tunduknya kota-kota tersebut diikuti dengan pem• 

benn1kan pranata yang oleh Umat Beriman disebut dengan tata aturan 

umum yang benar. Dalam beberapa kasus hal ini diatur bersama-sama 

dengan orang-oran,g "yang tertaklukkan" yang terintegrasi ke dalam 

gerakan Umat Beriman clan yang bekerja sama dengan Umat Beriman

yang berasal dari Arab. Umat Beriman Arab ini, acau paling tidak pe￾mimpinnya, muncul dalam sumber-sumber yang hampir kontemporer 

sebagai muhajirun (dalam bahasa Syria mgaggraye; bahasa Yunani agare￾noi atau magaritai), "mereka yang berhijrah". Tetapi sebagaimana telah 

kica lihat pada bah sebelumnya, hijra sendiri merupakan kaca yang mem￾bawa nada migrasi, keanggocaan penuh dan komitmen kepada gerakan 

Umat Beriman, dan "berjuang di jalan Tuhan". 

Rute dan Lingkup Ekspansi Masa Awai 

Sebagaimana telah dicatat di dalam awal bah ini, sumber-sumber Mus￾lim tradisional menjelaskan ekspansi Umat Beriman ke wilayah-wilayah 

di seputar Arab dengan sangat detail. Atas dasar sumber tradisional ini, 

yang kebanyakan dikompilasi pada abad kedua hijrah/kedelapan masehi 

clan setelahnya, maka dimungkinkan untuk membuat sketsa mengenai 

apa yang terjadi, namun dalam hal ini kita perlu awas terhadap bebera￾pa tendensi di dalam laporan ini dan berusaha untuk membuat perim￾bangan terhadapnya. Orang-orang yang mengompilasi laporan-laporan 

yang muncul kemudian ini cenderung, percama, memotret gerakan 

Umat Beriman awal sebagai sudah menjadi "islam", dalam hal ini ber￾arti satu pengakuan agama yang berbeda dan terpisah dengan Kristiani 

dan Yahudi, ketimbang sebagai satu gerakan keagamaan yang monote￾istik-mereka mencoba mengeliminasi atau mereduksi persepsi kualitas 

ekumenikal dari gerakan awal ini. Kedua, mereka memotret ekspansi 

terutama sebagai serial penaklukan (fucuh), memang, karena penaklu￾kan oleh "Muslim" terhadap "non-Muslim", mereka cenderung untuk 

fokus pada aspek militer dari ekspansi, menekankan rekrutmen serdadu, 

perang, pengambilalihan kota, dan hasil perjanjan-perjanjian. i Mereka 

kurang memberikan perhatian kepada cara bagaimana Umat Beriman 

berintegrasi ke dalam struktur kehidupan lokal di dalam berbagai wila￾yah dan hakikat hubungan mereka dengan populasi "yang ditaklukkan", 

termasuk tahapan bagaimana populasi lokal mungkin bekerja sama dengan Umat Beriman atau konsesi macam apa yang mungkin dibuat 

Umat Beriman terhadap populasi "yang ditaklukkan". Ketiga, dalam 

menjelaskan ekspansi sebagai penaklukan, mereka menjelaskannya da￾lam istilah-istilah yang menunjukkan bahwa ha! itu adalah proses yang 

sukses karena bantuan T uhan, sebab "para penakluk" sangat jauh lebih 

sedikit dibanding "yang ditaklukkan." Hanya dengan penolongan Tu￾han saja, kata mereka, beberapa "Muslim" dapat mendominasi populasi 

"non-Muslim" yang jauh lebih banyak dan mengalahkan tentara mere￾ka yang besar dalam arena perang. Pendeknya, sumber-sumber Muslim 

yang kemudian menjelaskan ekspansi dalam cara-cara yang didesain 

untuk melegitimasi, dengan melihat masa-masa sebelumnya, hegemoni 

Muslim atas wilayah yang sangat luas dan populasi besar yang, ketika 

mereka menulis, masih dominan non-Muslim. Mereka juga menekan￾kan karakter quasi-mukjizati dan karakter ketuhanan dari "penaklukan￾penaklukan" ini, dan konsekuensinya karakter tata aturan politik yang 

dihasilkannya. 

Sebagaimana dicatat sebelumnya, Nabi Muhammad dan Umat Ber￾iman yang mula-mula menunjukkan minat khusus pada Syria. Nabi 

Muhammad, dan kemudian amir al-mu'minin pertama, Abu Bakr, telah 

banyak berusaha untuk melemahkan suku-suku Hijaz sebelah utara yang 

menguasai jalan ke Syria dan telah mengirim paling tidak dua operasi ke 

Syria itu. Dalam penyelesaian operasi ridda pada akhir abad ke 12/musim 

gugur 633, Abu Bakr mengorganisasi empat pasukan tentara terpisah dan 

mengirim mereka ke Syria sebelah selatan. Satu pasukan, dipimpin oleh 

'Amr Ibn al-'As, dikirim ke Negev dan Palestina bagian selatan (satu 

area di mana, sepeni yang kita lihat, dia mempunyai banyak kekayaan 

dan dia mungkin mengetahuinya dengan baik). Pasukan kedua, di bawah 

pimpinan Shurahbil lbn Hasana, dikirim ke apa yang sekarang dikenal 

dengan Yordania Selatan, akan tetapi hanya sedikit diketahui tentang 

hal ini. Dua pasukan tentara lainnya, dipimpin oleh Y azid lbn Abi Sufyan 

dan Abu 'Ubayda lbn al-Jarrah, masing-masing dikirim ke wilayah Balqa' 

(area subur sekitar Amman) dan ke dataran tinggi kaya Jawlan (Golan) sebelah timur laut Galilea. Keempat pasukan tentara ini berjumlah se￾luruhnya sekitar dua puluh empat ribu tentara clan terutama terdiri atas 

komandan (amir) dari kaum Quraysh clan dari orang-orang pembesar 

kota clan nomadik yang direkrut dari berbagai wilayah Yaman. Awalnya, 

pasukan tentara ini tampak berkonsentrasi untuk memenangkan atau 

menetralisasi populasi desa, sebagian nomad, clan sebagian benempat 

tinggal, yang menguasai wilayah ini; perlu dicatat bahwa mereka tidak di￾kirim awalnya ke area yang padat sepeni Galilea atau melawan kota-kota 

utama Syria-Damaskus, Tiberias, Jerusalem, Gaza, Caesarea, dan lain￾lain. Perhatian Nabi Muhammad dengan memastikan kontrol terhadap 

para kelompok nomad sebagai strategi dasar untuk membangun fondasi 

kekuatan yang aman, dengan demikian, dilanjutkan oleh Abu Bakr pada 

awal ekspansi ke Syria. Proses asimilasi populasi desa dengan desa dari 

pinggiran Byzantium yang mengontrol Syria sebelah selatan berakhir sekirar enam bulan (musim gugur 633-musim semi 634). Satu-satunya 

bentrokan yang terjadi dengan Kekaisaran Byzantium yang kita ketahui 

dalam operasi fase awal ini terjadi di Dathin, dekat Gaza, tempat tentara 

'Amr lbn al-'As mengalahkan kontingen Byzantium (mungkin Garnisun 

Gaza!) pada akhir tahun 12/Februari 634. Akibat dari bentrokan ini, 

'Amr meminta membangun kekuatan kembali. 

Sementara itu, Abu Bakr juga mengirim para komandan ke arah 

lain, khususnya ke Arab sebelah utara dan ke lrak, tampaknya dengan 

pesan yang sama-untuk menundukkan atau melakukan asimilasi po￾pulasi desa (terutama yang nomad) di sana. Misalnya, Khalid lbn Wa￾lid, yang baru saja m.enyelesaikan operasi ridda-nya melalui Najd dan 

menundukkan suku Hanifa dari Yamama di Perang 'Aqraba' (dekat 

Riyadh modern), diperintah oleh Abu Bakr untuk maju ke arah utara 

menuju lrak bagian selatan, sekitar awal tahun 12/akhir musim semi 

atau awal musim panas 633. Untuk tahun berikutnya, Khalid dan pa￾sukan intinya yang berjumlah sekitar seribu tentara berjalan menuju 

barat pinggir Sungai Efrat, membuat aliansi dengan sejumlah kelompok 

nomadik yang mereka temui dan membuat perjanjian dengan kota-kota 

di sepanjang sungai. Banyak suku yang ditemui Khalid dan pasukannya 

selama operasi ini-Syaiban, 'ljl, Dhuhl, Namir lbn al-Qasit, Tamim, 

dan lain-lain-yang tampaknya terbagi sendiri di antara mereka sesuai 

garis keturunan, atau agama, dan Khalid melakukan ekploitasi terhadap 

keterpisahan ini secara efektif, menggunakan satu divisi untuk membu￾at yang lain tunduk. Lebih jauh, beberapa dari kelompok ini, seperti se￾bagian Shayban yang dipimpin oleh Muthanna Ibn Haritha, menyerang 

wilayah Sassania sebelum Khalid sampai. (Kita akan ketemu Muthanna 

lagi.) Khalid juga bergantung pada rekrutmen suku lokal untuk mem￾perluas pasukannya dan membantu menundukkan sejumlah kota yang 

dia jumpai: Ubulla (Apologos), Madhar, Kaskar, Hira, Anbar, dan 'Ayn 

al-Tamr. Dalam menduduki kota-kota ini, pasukan Khalid berjumpa 

dan mengalahkan gamisun Sassania yang bercokol di masing-masing 

kota. lni merupakan pos kecil, dipertahankan oleh Sassania di pinggir-an padang pasir untuk mengurangi penyerangan oleh suku nomad ke 

wilayah inti pertanian yang kaya di lrak, yang merupakan fondasi pajak 

utama Sassania. Kekalahan mereka oleh pasukan Khalid merupakan 

konfrontasi langsung pertama yang dipunyai Umat Beriman dengan 

orang-orang Sassania, dan ini merupakan konsekuensi dari tujuan uta￾ma operasi yang mungkin tidak dsei ngaja, yaitu membawa semua popu￾lasi nomad dari wilayah tersebut di bawah kontrol mereka. 

Di syria, pasukan Umac Beriman melakukan konsolidasi posisi me￾reka di antara populasi nomad di sana pada tahun 13/musim semi 634 

dan siap untuk memulai serangan ke kota-kota utama di wilayah ter￾sebut. Abu Bakr memerintahkan Khalid untuk melakukan operasi dari 

lrak ke Syria dengan sebagian pasukannya untuk memperkuat empac 

pasukan tentara yang sudah ada di sana---dan mungkin karena, sebagai 

komandan lapangan yang paling berkapasitas, kemampuan taktisnya 

diperlukan di front Syria. Sayangnya peristiwa yang terjadi di Syria se￾lama dua tahun berikutnya, tidak mungkin direkonstruksi secara meya￾kinkan karena sumber-sumber tradisional Muslim memberikan laporan 

yang bertentangan yang tidak dapat disatukan. Tetapi, kita tahu bahwa 

selama periode ini Umat Beriman menguasai (kadang setelah memblo￾kade) beberapa kota-kota utama di Syria tengah-Bostra, Damaskus, 

Fahl (Pella), Baysan (Beth Shaan), Ba'labakk, dan Hims (Emesa). Me￾reka juga menghadapi tentara Byzantium yang memang dikirim uncuk 

mengepung mereka, dan membawa kekalahan telak bagi pasukan By￾zantium di Fahl, Ajnadayn (di Palestina Pusat?) dan, yang terpenting, 

di Perang Yarmuk yang terjadi di sebelah selatan perbatasan Dataran 

Tinggi Jawlan, di mana mereka turun ke dataran Yarmuk. Akan tetapi 

tidak terlalu jelas apakah peperangan besar ini mendahului dan mem￾buka jalan untuk menguasai kota-kota Syria ataukah tentara Byzantium 

dikirim untuk merespons serangan Umat Beriman atas kota-kota kunci. 

Sepotong informasi dari sumber yang kurang terakses dalam bahasa 

Syria mungkin merujuk kepada perang di Yarmuk ini bercanggal pasti 

20 Agustus 636, satu tanggal yang sama dengan tanggal yang diberikan oleh beberapa (bukan semua) sumber-sumber Muslim Tradisional me￾ngenai peristiwa ini. 

Tidak juga jelas bagaimana beberapa pasukan tentara yang awalnya 

dikirim Abu Bakr ke Syria beroperasi pada periode ini. Kebanyakan 

sumber setuju bahwa Khalid menerima penyerahan diri kora Bosrra, 

akan tetapi di bagian lain mereka memberikan informasi yang berbeda. 

Apakah pasukan ini semuanya sekarang ada di bawah komando Khalid 

lbn Walid, sebagaimana disebutkan oleh sebagian besar sumber, arau￾kah mereka masih sebagai pasukan oconom yang kadang bekerja sama 

untuk menghadapi konsentrasi utama pasukan tentara Byzantium? Dan 

apa sebenarnya aktivitas mereka? Situasinya lebih dikaburkan lagi oleh 

kenyaraan bahwa amir al-mu'minin perrama, Abu Bakr, wafat di Madi￾nah pada pertengahan tahun 13/musim panas 634, dan penggantinya, 

'Umar lbn Khattab (memerintah pada 13-23/ 634-644), disebutkan 

oleh beberapa laporan telah mengganti Khalid dan memilih Abu 

'Ubaydah sebagai komando tertinggi. 

Tak sacu pun dari masalah ini dapat diselesaikan secara memuaskan 

dengan berdasarkan sumber-sumber tradisional---dan untuk sebagian 

peristiwa ini-kita tidak mempunyai sumber yang lain. Memang sum￾ber-sumber juga menunjukkan sesuatu mengenai strukrur dan kom￾posisi pasukan Umat Beriman di Yarmuk clan di Syria secara umum. 

T ampaknya, mereka terutama terdiri atas orang-orang Quraysh, suku￾suku nomad dari Hijaz (Sulaym, Kinana, clan Bali) clan sejumlah besar 

pembesar suku dari Yaman (Azd, Himyar, Hamdan, Madhhij, Khawlan, 

Khath'am, Kinda, Sakun, clan Hadramawt). Mereka tampaknya juga te• 

lah digabungi oleh beberapa pembesar suku-suku nomad lokal (Judham 

clan Lakhm). sekalipun yang lain dari suku yang sama-sering kali dise￾but sebagai pembesar suku yang beragama Kristiani-beraliansi dengan 

pasukan Byzantium di Yarmuk, termasuk sekuru lama Byzantium di wi￾layah itu, B. Ghassan. Kira-kira jumlah total pasukan Umat Beriman di 

Yarmuk berkisar tiga puluh ribu sampai empat puluh ribu orang. 

Selanjutnya, pada akhir tahun 15/musim gugur 636, pasukan tentara Umat Beriman benar-benar telah menghancurkan militer Byzantium 

yang ada di Syria, mengalahkan beberapa pasukan besar tentara yang 

dikirim untuk mengepung mereka-termasuk salah satu yang dipimpin 

oleh saudara Kaisar !Heraclius, Theodore. Mereka telah menguasai bebe￾rapa kora kunci sejauh Hims (Emesa), dan siap menduduki sisa wilayah 

lain tanpa resistensi besar. Sampai dua tahun berikutnya, Abu 'Ubayda 

mengirim beberapa operasi ke Syria sebelah utara dari basisnya di Hims 

(yang terus lama menjadi basis militer utama di Syria). Tanggal pasti 

dari operasi ini dan identitas komandan atau pemimpinnya, sebagai￾mana biasa, meragukan di dalam beberapa sumber itu, akan tetapi pada 

akhir tahun 16/637 Umat Beriman tampaknya telah menguasai Qin￾nasrin, Aleppo, Ancioch, Manbij, dan kota-kora lain dari Syria Utara. 

Sebelah utara Antioch, sekitar Teluk Alexandretta dan Cicilian yang 

datar dan hanya sedikit pepohonan, Kaisar Heraclius yang mundur dise￾butkan menjalankan kebijakan "bu mi hangus", memindahkan garnisun 

dan meningkatkan pasukan dalam usaha mencegah Umat Beriman 

maju lebih jauh. (Distrik yang bergunung-gunung dari Libanon dan Syi￾sia sebelah utara hampir tidak dapat dimasuki dan masih sampai bebe￾rapa dekade tidak tersentuh.) Bagian selatan yang jauh, sebagian besar 

Palestina tampaknya cepat terkuasai oleh pasukan di bawah Shuhrabil 

lbn Hasana dan 'Amr lbn al-'As. Kota-kota pantai yang telah dipersiap￾kan dengan baik dit.ahan lebih lama, karena Byzantium dapat memasok 

mereka melalui laut, khususnya Caesarea (yang dikepung selama bebe￾rapa tahun sebelum jatuh) dan Tripoli (yang jatuh hanya setelah deka￾de selanjutnya). 

Jerusalem pantas mendapat catatan khusus, karena, sebagaimana 

kira lihat, negeri ini mempunyai signifikasi religius dan dengan demiki￾an mungkin merupakan tujuan utama Umat Beriman dalam melakukan 

invasi ke Syria pada tahap pertama. Sepeni disinggung sebelumnya, 

Jerusalem dilaporkan oleh tradisi Muslim merupakan tempat Nabi 

Muhammad pertama kali memerintahkan Umat Beriman unruk shalat. 

Dengan demikian tidak mengherankan bahwa, bahkan setelah mereka diperintahkan menghadap ke Makkah kerika shalat, Umat Beriman 

awal terus memandang Jerusalem sebagai satu tempat suci khusus--­

mungkin karena kepentingannya di dalam skenario apokaliptik keda￾tangan Hari Pengadilan, suatu peristiwa kunci yang, menurut tradisi 

Kristiani dan Yahudi kontemporer, akan terjadi di Jerusalem. Sumber￾sumber untuk pendudukan Jerusalem sangatlah sedikit dan sangat ber￾gantung pada legenda yang kemudian, tetapi tampaknya kota tersebut 

cunduk kepada Umac Beriman pada 636, tidak lama secelah perang Yar￾muk, pada masa kekuasaan amir al-mu'minin kedua, 'Umar Ibn Khatcab. 

Umat Beriman yang mula-mula di Jerusalem diperkirakan membangun 

tempat ibadah pertama mereka di, atau di sebelah, Gereja Sepulche 

yang Suci, namun semua bukti-bukti reruncuhannya celah hancur ka￾rena konsekuensi kehancuran dan pembangunan kembali gereja oleh 

para pembawa Perang Salib pada abad kesebelas. Akan tetapi Umat 

Beriman mungkin me:nghindari tempat ibadah nomor satu ini beberapa 

saat setelah mereka datang, karena pengembara Eropa, Arcult, yang me￾ngunjunginya beberapa saat sebelum cahun 683, tidak menyinggung apa 

pun mengenai kehadiran Umat Beriman di atau dekat Gereja Sepulche 

Suci ini. Tetapi dia menjelaskan sejumlah besar tempat ibadah di atas 

Gunung Temple Mount. Hal ini boleh jadi yang menjadi pendahuluan 

dari Masjid al-Aqsa. 

Sama seperti penaklukan Umat Beriman atas pasukan Byzantium 

dan pendudukan acas Syria, mereka juga melakukan konfrontasi dengan 

Sassania dan menaklukkan lrak. Sekali lagi, sumber-sumber tradisio￾nal Muslim hanyalah satu•satunya bukti kica untuk mengecahui apa 

yang terjadi, dan sekali lagi mereka memberikan informasi kronologis 

yang bertentangan dan beberapa berita yang banyak dicurigai, namun 

gambaran umum mengenai peristiwa di Irak tersebut lebih jelas ke￾timbang peristiwa di Syria. Beberapa saat setelah Abu Bakr wafat pada 

pertengahan tahun 13/akhir musim panas 634, amir al-mu'minin yang 

baru, 'Umar lbn al-Khattab, memerincahkan pasukan yang disiapkan 

dari Madinah untuk memperkuat kontingen kecil yang masih berada di lrak mengikuri kepergian Khalid lbn al-Walid ke Syria sekirar enam 

bulan sebelumnya. Pasukan yang baru ini, sejumlah ribuan orang, ber￾ada di bawah komanclo Abu 'Ubaycl al-Thaqafi, cliclatangkan clari kota 

ketiga Hijaz, yaicu Ta'if. Pasukan itu membunyai tentara inti dari Ma￾dinah (Anshar) dan suku Abu 'Ubayd, Thaqif, demikian juga anggoca 

suku-suku nomad dari Hijaz, Najd, clan Arab sebelah timur laut, yang 

clirekrut clalam perjalanan menuju lrak. Pasukan ini bergabung clengan 

pengikur Murhanna lbn Haritha (yang kebanyakan adalah pembe￾sar-pembesar suku Lokal) dekat Hira dan memulai operasi ke dararan 

renclah subur lrak, clan clapat melemahkan garnisun Sassania. Tetapi 

Sassania berkumpul clan mengirim cukup besar pasukan yang mengalah￾kan sebagian besar tentara Abu 'Ubayd pada Perang Jembatan/Bridge, 

sekitar tahun 13/634 atau 635; Abu 'Ubayd sendiri dengan banyak ren￾taranya terbunuh. 

Merespons kekalahan ini, Umar merekrut pasukan tambahan dari 

suku-suku (arau bagian dari suku) yang masih loyal rerhadap Madinah 

selama ridda dan mengirim mereka untuk memperkuat Muthanna, di 

mana berkumpul pasukan Umat Beriman yang masih acla di lrak. Pe￾nguatan pasukan yang baru ini termasuk beberapa kontingen dari Arab 

Timur Laut, juga orang-orang dari suku-suku disrrik Sarac, selatan Hijaz. 

Khususnya sejumlah besar berasal dari Bajila, dipimpin oleh Jaris lbn 

'Abcl Allah al-Bajali. Unsur-unsur ini bergabung clengan pasukan Umat 

Beriman yang masih ada yang sudah di pinggiran lrak-kebanyakan 

berasal dari suku-suku yang hidup di wilayah rersebur-dan mulai 

melakukan operasi yang kurang terfokus pacla pos-pos Sassania yang 

terisolasi; akan tetapi tampaknya Muthanna clan Jarir berbecla penclapat 

mengenai siapa yang memegang komando reringgi di wilayah rersebur. 

Sementara itu, 'Umar merencanakan pasukan lain yang lebih besar 

ke lrak-sebagian untuk merespons benambahnya Sassania clan sebagi￾an untuk menyelesaikan persoalan siapa yang bertangung jawab di sana. 

Tugas ini, menurut semua sumber, dimulai beberapa saar serelah berira 

mengenai kemenangan pasukan Umat Beriman di Yarmuk Syria sampai kepadanya. 'Umar menyerahkan pasukan ini di bawah pimpinan Sa'ad 

lbn Abi Waqqas, seo:rang Muhajirin Makkah dan pengikut dekat Ra￾sul Muhammad yang juga telah melayani Abu Bakr dan 'Umar sebagai 

gubemur suku di Najd. Kini dia dikirim dengan pasukan inti berjumlah 

sekirar empar ribu renrara, rermasuk sejumlan besar konringen dari 

Najd, clan banyak tentara dari wilayah Sarat clan Yaman. Serelah keper￾gian Sa'ad, tambahan "pendatang selanjucnya" datang ke Madinah yang 

celah direkrut dari Arab Selaran, Najd, clan Hijaz. Pasukan ini selanjur￾nya dikirim unruk bergabung dengan pasukan Sa'd, yang sekarang juga 

diperkuat oleh pembesar-pembesar suku yang sudah ada di lrak Selaran, 

clan oleh pasukan lrak yang sebelumnya yang celah dibawa Khalid ke 

Syria, clan yang sekarang batik ke lrak. Secara keseluruhan Pasukan 

berada di bawah komando Sa'd ini berjumlah sekitar sebelas ribu orang. 

Yang menarik dalam ha! ini adalah kesuksesan yang diraih Umat Beri￾man dalam mengumpulkan orang-orang untuk berperang, yang diambil 

dari beberapa suku clan semua sudur benua Arab, membawa mereka 

bersama untuk membentuk satu pasukan yang sebelumnya merupakan 

jumlah yang tidak dikenal di dalam tradisi Arab. 

Pacuc dicatat bahwa rentara ini, ridak seperci sebelumnya, celah me￾masukkan beberapa orang Thaqif; rerapi yang lebih khas adalah bahwa 

tenrara ini memasukkan kontingen dari beberapa suku yang tidak loyal 

kepada Madinah selama ridda. Kenyacaannya, 'Umar memucuskan bah￾wa keburuhan cerhadap orang-orang yang dapac berperang adalah sa￾ngar mendadak sehingga kebijakan lama yang hanya berganrung kepada 

loyalis ridda perlu dihindari. Memang, beberapa kontingen suku yang 

membenruk bagian dari pasukan S'ad dipimpin oleh kepala-kepala yang 

mendukung pemberoncak ridda dari T alha lbn Khuwaylid di Najd, arau 

dari Aswad al-'Ansi di Yaman. 

Ketika Sa'd mencapai lrak, Muthanna telah wafar. Sa'd segera me￾nikahi jandanya, untuk mempererat hubungannya dengan Muthanna, 

kepala suku-suku dari Shayban yang dukungannya-sebagai komunitas 

lokal-akan merupakan hat penring bagi Umat Beriman di sana. Ten-rara Sassania, yang oleh sumber-sumber rradisional dijelaskan sebagai 

tentara yang besar, kini masuk menyeberangi Efrat dan, di bawah 

jendralnya, Rustam, maju melawan tentara Sa'd, yang mengambil po￾sisi di sebelah selatan Hira, di tempat yang dikenal dengan Qadisiyya. 

Deksripsi mengenai Perang Qadisiyya sendiri, sekalipun banyak dan 

betjilid-jilid, tidak jelas atau membingungkan dan bahkan mencuriga￾kan, tetapi hasilnya jelas-kekalahan telak tentara Sassania, termasuk 

wafamya Rustam sendiri. Sisa tentara Sassania yang kerakucan me￾nyeberangi Efrat clan melarikan diri, diburu oleh tentara Sa'd sampai 

ke wilayah inti pertanian lrak, yang sekarang dikuasai oleh hanya se￾gelintir kelompok yang masih mempunyai resistensi. Sisa-sisa tentara 

Sassania berusaha bergabung dengan Raja Sassania Yazdagird III di ibu 

kota Sassania, Ctesiphon (sekarang sebelah selatan daerah pedesaan di 

Baghdad), tetapi tentara Sa'd yang mengepung atau mendekati Yazda￾dagird dan pasukannya di sana, mempersilakan Umat Beriman untuk 

melakukan konsolidasi cerhadap sisa wilayah negeri cersebuc. Akhimya 

Yasdagird dan pasukannya menyerahkan Ctesiphon (setelah dikurung 

selama wakcu yang cidak pasti-beberapa laporan mengacakan bebera￾pa bulan, yang lain mengatakan lebih dari dua tahun} dan mundur ke 

kaki Gunung Zagros sampai ke cimur untuk melakukan penggabungan. 

Di sini, kembali usaha mereka gaga!. Sa'd mengorganisasi pasukan lain 

uncuk menyerang mereka clan akhirnya mengalahkan mereka sama se￾kali di Jalula' (ditanggali secara berbeda oleh sumber-sumber kita ancara 

tahun 16/637 dan 19/640). Sa'd membangun kota untuk batalyon atau 

gamisun, Kufa, dekat kota tua Hira yang tadinya merupakan kedudukan 

Lakhmid yang merupakan sekutu tentara Sassania, clan ini menjadi pu￾sac operasi militer Umat Beriman dari lrak pusat. 

Irak bagian selatan secara umum merupakan bagian perbatasan yang 

sangat berbeda. Sassania tidak membuat satu pos pertahanan di sana, 

dan pasukan terpisah dan jauh lebih kecil dikirim dari Madinah secara 

bertahap merebuc wilayah cersebuc dari gamisun lokal Sassania, cerma￾suk koca-kota utama Ubulla, Maysan (Mesene), Abazqubadh, dan yang lainnya. Garnisun lrak bagian selatan, Basra, dibangun dekat kota tua 

Ubulla. Setelah Perang Jalula' di Zagros, orang-orang Sassania rupanya 

mencoba bergabung lkembali sekali lagi di kota Ahwaz di Khuzistan, 

akan tetapi ini mereka ditaklukkan oleh pasukan yang dipimpin oleh 

Abu Musa al-Ash'ari, yang kemudian secara sistematis menghancurkan 

kota-kota lain di distrik tersebut-Manadhir, Susa, Ramhormuz, dan 

Tustar. Pasukan di selatan lrak tidak sepenuhnya dijelaskan di dalam 

sumber-sumber kita, tetapi komponen utamanya tampaknya adalah 

orang-orang dari Thaqif dan Anshar Madinah serta para anggota ke￾lompok nomadik Hijaz, ditambah dengan pembesar-pembesar suku 'Ijl, 

Dhuhl, dan T amim. 

Hasil dari operasi ini, seluruh tanah kaya lrak, termasuk Khuzis￾tan, berada di bawah kontrol Umat Beriman sekitar tahun 13/634 dan 

21/642. Yazdagird dan tentara yang masih loyal lari menuju arah timur 

melalui Zagros menuju dataran tinggi Iran, dan tidak pernah kembali. 

Tentara Sassania bergabung kembali jauh di utara, dekat Nihavand, 

di sekitar Raja Agung Yazdegird III. Tetapi pasukan dari Basra dan Kufa 

mengepung pasuka