bahwa mereka tidak mempunyai substansi yang bersifat ideologis maupun struktur yang bersifat
organik.
Sebagai bandingan, operasi ridda yang dilakukan oleh Umat Beriman, mempunyai maksud ideologis yang sangat kuat. Umat Beriman
yang berpartisipasi di dalamnya melakukan jihad, "berusaha keras" atas
nama Tuhan, dan sekalipun mereka mempunyai tujuan tertentu ketika
melakukannya, operasi tersebut mempunyai kualitas open-ended, sesuatu
yang tidak pernah ada di dalam operasi Arab pra Islam. Kini kemenangan akan diikuti bukan oleh pulangnya kembali para tentara ke rumah,
tetapi dengan pemikiran untuk berpindah kepada tujuan selanjutnya
di dalam operasi menyebarluaskan kekuasaan T uhan. Dalam beberapa
kasus, pasukan yang dikirim Abu Bakr berada di lapangan sampai satu
tahun atau bahkan lebih-sesuatu yang sampai kini tidak dikenal di
Arab-clan oleh karenanya tidak dapat dipandang sebagai kelompok
operasi sederhana menurut ukuran Arab tradisional. Tambahan lagi,
pasukan yang terlibat dalam setahun operasi tanpa henti bukan lagi
semata-mata kelompok temporal dari unit-unit suku yang terpisah
yang dapat terpecah kapan saja. Mereka pastinya pasukan yang pantas
dipertimbangkan dalam satu unit militer yang terintegrasi secara ketat,
yang pengalaman bersamanya yang lama di lapangan (sebagaimana juga
komitmen masing-masing terhadap ideologi clan misi dari agama komunitas) membentuk ikatan persaudaraan dan solidaritas yang mengatasi
afiliasi kesukuan semata. Sayangnya sumber-sumber tradisional hanya
memberi kita gambaran ringkas yang sangat jarang mengenai detail dari rransformasi organisasional ini, rerapi salah saru dimensinya mungkin
dapat kira lihat. Panjangnya masa dan skope operasi ridda memerlukan
suaru tenrara yang perlu dipersiapkan secara masuk aka!. Sumber-sumber rradisional memberirahu kira bagaimana amir al-mu'minin yang
mula-mula membangun fondasi (hina) di al-Rabadha, sekitar 200 km
(124 mil) timur Madinah, di mana bahan-bahan untuk kebutuhan hi·
dup dapat dipertahankan. Tentu saja, kira ridak dapat kepastian dari
sumber rersebur, bahwa hat iru dilakukan agar ada persiapan unruk para
tentara Umat Beriman berupa sejumlah makanan dan daging. Tetapi,
arkeolog telah menemukan bukti penyembelihan skala besar untuk keburuhan hidup, khususnya unra, di al-Rabadha, dalam benruk deposit
yang besar tulang-rulang unta yang secara arkeologis dapar didata dan
ditanggali pada periode komunitas Umat Beriman yang mula-mula. Jika
bukti ini kita pegang-ridak pemah secara penuh dipublikasikan-ini
menunjukkan bahwa Abu Bakr dan para pengganri awalnya sebagai
amir al-mu'minin mungkin memang relah mengorganisasi satu sisrem
tersentral untuk mendukung kebutuhan para tentaranya di lapangan.
Dengan demikian kini jelas bahwa operasi ridda merupakan saksi evolusi pasukan arau kekuatan Umar Beriman dari kelompok penyerang yang
sederhana menjadi benar-benar sebagai tentara. Barangkali juga bukan
suatu hat yang tidak sengaja terjadi bahwa kebanyakan pemimpin operasi ridda ini adalah orang-orang Quraysh, yang pengalaman lamanya di
dalam perdagangan dengan karavannya memberikan mereka kemampuan manajerial yang diperlukan untuk membanru transformasi ini. Kristalisasi tenrara yang· kuat ini selama Perang Ridda Arab memberi Umat
Beriman kekuaran yang memungkinkan mereka melakukan perluasan
di luar Arab.
Selesainya operasi ridda membawa Umat Beriman ke perbatasan kekaisaran Byzantium dan Sassania di pinggiran urara Arab. Tetapi, Umat
Beriman menyeberangi perbarasan yang ridak dirandai ini dan mulai
melakukan penyerangan dan menyatukan populasi di perbarasan kekaisaran iru, yang kebanyakan sudah berbicara dalam bahasa Arab. Kedua kaisar itu akhimya mengirim renrara unruk mencoba mencegah pelanggaran atas dasar pajak kekayaan mereka. Konfrontasi politik langsung
dari Umat Beriman dengan dua kaisar ini secara tradisional dipandang
sebagai awal dari suatu proses panjang, yang biasanya dikenal dengan
"penaklukan Islam", semenrara Umat Beriman meluas ke area di luar
Arab. Operasi penama dari penaklukan ini diorganisasi pada bulanbulan terakhir kekuasaan Abu Bakr (11-13/632-634) clan terus dilanjutkan oleh para penggantinya, 'Umar lbn al-Khaccab (berkuasa pada
13-23/634-644) clan 'Uthman lbn 'Affan (berkuasa 23-35/644-656).
Pandangan tradisional mengenai gerakan penaklukan yang dikemukakan oleh para penulis Muslim yang kemudian menceritakan adanya satu
serial konfrontasi mil:iter besar anrara tentara suku Aran yang diorganisasi oleh amir al-mu'minin di Madinah dengan tentara kaisar Byzantium dan Sassania yang mencoba menghentikan pelanggaran terhadap
territorial mereka. Sekalipun cerincerupsi oleh periode konflik di dalam
komunitas Umat Beriman yang dikenal sebagai perang sipil penama
clan kedua, gerakan penaklukan dimulai lagi setelah masing-masing perang sipil tersebuc dan berlangsung sampai hampir satu abad. Akhirnya,
Umac Beriman bukan hanya menaklukkan wilayah-wilayah yang langsung berdekatan dengan Arab (yaitu, Syria, lrak, Mesir), akan rerapi
juga wilayah-wilayah yang jauh-Afrika Utara clan sebagian besar kepulauan Iberia di barac; Iran, Kaukasus, dan pinggiran Asia T engah dan
Afganistan di sebelah cimur; bahkan menapakkan kakinya di Dacaran
Indus (Pakistan modem) clan di mana saja di Asia Selatan. Namun, sebelum menguji secara lebih detail mengenai deskripsi gerakan ekspansi
ini, perlu untuk mempertimbangkan sebentar apa pastinya hakikat atau
karakter dari gerakan ekspansi ini terlebih dahulu.
Karakter Ekspansi Umat Beriman yang Mula-Mula
Sebagaimana telah dicatat, ekspansi komunitas Umat Beriman ke luar
Arab sampai ke Timur Dekat yang lebih luas, secara tradisional dipandang sebagai penaklukan milicer. Akan cecapi, pandangan ini, dalam
beberapa ha!, bermasalah. Sumber-sumber cradisional Muslim, menggambarkannya sebagai gangguan frontal terhadap dua kaisar besar oleh
tentara Umac Beriman, yang melibatkan peperangan besar oleh ribuan
cencara, blokade beberapa koca, dan sejenisnya. lni semua jelas merupakan elemen kebenaran pencing di dalam gambaran tradisional,
karena beberapa aspek darinya dikonfirmasi oleh hampir semua sumber
liceratur koncemporer yang dihasilkan oleh berbagai penulis Kristiani
Timur Dekac. Misalnya, Thomas sang Presbiter, sekicar rahun 640,
menjelaskan peperangan antara "orang-orang Romawi" ( yaitu tentara
Byzantium) dengan para "nomad (cayyaye dalam bahasa Syria) pengikut
Muhammad" sekicar 19 km (12 mil) timur Gaza, yang selanjutnya dia
mengklaim 4.000 penduduk Palestina terbunuh-Kristiani, Yahudi, dan
Samaritan---dan seluruh wilayah hancur.
TEKS THOMAS THE PRESBYTER
Pada 945 (634), indiction (periode fiskal Romawi) 7, pada hari
Jumat 4 Febuari pada jam 9, ada peperangan antara orang-orang
Romawi dengan Nomad Muhammad (Tayyaye d-Mhmt) di Pa·
lestina 12 mil timur Gaza. Orang-orang Romawi lari dengan me·
ninggalkan patriarch Brydn, yang dibunuh oleh rayyaye. Sekicar
4.000 orang desa miskin Palestina juga dibunuh di sana, orang·
orang Kristiani, Yahudi, dan Samaritan. Tayyaye menghancurkan
seluruh wilayah. ( terjm. Hoyland, Seeing Islam, 120, sedikit dimodifikasi).
Sumber-sumber koncemporer lain memberikan decail yang sama.
Uskup Jerusalem, Sophronius, di dalam satu homilinya tahun 637 atau
638, menjelaskan adanya penyerangan oleh tentara Saracen (dari kata
Yunani merujuk kepada nomad Arab), penumpahan darah, penghancuran acau pembakaran gereja, pembakaran desa, perampokan koca-
kota, perusakan lahan-lahan, dan Byzantium mengirim tentara untuk
menentang mereka. Homili seorang Coptic tahun 640-an berbicara
tenrang "Saracens yang merupakan penindas, yang melarang prostitusi,
pembunuhan, dan membawa anak-anak dan menjadikan mereka tawanan, dengan mengatakan, 'kita berpuasa clan juga shalat."' Yang lebih
akhir, Anastasius dari Sinai (wafat sekitar 700) berbicara mengenai
kekalahan tentara Byzantium, merujuk kepada "pertumpahan darah di
[tiga perang) Gabitha, Yarmuk, clan Dhatemon ... yang kemudian terjadi penahanan dan pembakaran kota Palestina, bahkan Caesarea dan
Jerusalem. Kemudian ada penghancuran Mesir, diikuti oleh perbudakan
clan penghancuran fatal wilayah clan kepulauan Mediterania ... "Dia
juga menyinggung kekalahan tentara Byzantium dan pasukan laut dalam Perang Phoenix (sekitar tahun 31/651--652 arau 34/654-655).
Jadi tampaknya terdapat bukti literer kontemporer yang mendukung
apa yang dikenal dengan "model penaklukan dengan kekerasan" di
dalam ekspansi Umat Beriman. Masalahnya adalah bahwa bukti arkeologis yang semakin dituntut untuk mendukung hal itu menunjukkan
hanya ada sedikit atau tidak ada bekas-bekas penghancuran, pembakaran, atau kekerasan lain di hampir semua tempat, terutama di wilayah
geografis Syria, yang merupakan arena yang dijelaskan sepenuhnya baik
dalam sumber-sumber literatur maupun yang secara mendalam dieksplorasi oleh para arkeolog. Sebaliknya, rekaman arkeologis menunjukkan
bahwa di wilayah tersebut terjadi proses transformasi sosial clan kultural
yang terus menerus yang tidak melibatkan kekerasan clan kehancuran
secara tiba-tiba dari kehidupan urban maupun rural sama sekali. Di
setiap kota, ditemukan bukti gereja-gereja yang tidak hancur-bahkan
sebaliknya, terus digunakan untuk beberapa abad atau lebih setelah "penaklukan"-atau bukti bahwa gereja-gereja baru (berlantai mosaik yang
bertanggal) justru sedang dibangun.
Tambahan lagi, model "penaklukan dengan kekerasan" dalam ekspansi Umat Beriman ke Fertile Crescent (area yang subur di Asia Barat
Daya, dari Israel sampai ke Teluk Persia dan mencakup Sungai Efrat dan Tigris di lrak) tidak meyaki:nkan dari sudut pandang sosiologis. Hal
itu didasarkan pada pandangan yang salah bahwa "penakluk" datang
dengan maksud mernaksakan satu agama baru dengan kekernsan pada
penduduk lokal. Ak,m tetapi, di wih1yah-wilayah seperti Syria, lrak,
Mesir, dan Iran-yang sudah punya tradisi keagamaan yang mendalam
(Yahudi, Kristiani, Zoroastrianisme), yang sangar pandai dalam polemik
untuk mempercahankan agama mereka sendiri-hal semacam ini pasr.i
g11g;1l. Karem1, jik11 Umat Beriman sudah memeluk kredo y1111g jel;is
berbeda dan pasci dan telah mencoba menuntut agar komunitas lokal
melaksanakannya, penduduk Fercile Crescenc tersebuc tencu akan mempuny�1i resistensi ker.ika mereka dar.ang secara keras, d�1\am k:ua-kar.a maupun perbuatannya. Akan tetapi tidak ada polemik Kristiani yang
penting atau yang lain melawan doktrin Umat Beriman yang muncul
sampai sekitar satu abad. Model "penaklukan dengan kekerasan" dengan demikian memberi para ahli sejarah dua problem yang harus dijelaskan, pertama, bagaimana bisa penaklukan oleh komunitas beragama
yang sangat persuasif ini sukses dalam menghadapi oposisi terhadapnya,
dan kedua, bagaimana sejumlah kecil penakluk dapat mempertahankan
hegemoni mereka melawan populasi yang besar jumlahnya. Model "penaklukan dengan kekerasan" juga menyulitkan untuk memahami bagaimana Umat Beriman dapat mempenahankan identitas mereka yang
berbeda dan menolak akulturasi atau asimilasi ke dalam populasi luas
yang ditaklukkan itu, khususnya selama periode tahun-tahun pertama
ketika mereka tidak mempunyai infrastruktur lokal sendiri yang dapat
menjadi sandaran.
Dengan demikian, kesulitan yang dihadapi model "penaklukan dengan kekerasan" dari ekspansi Umat Beriman ke wilayah-wilayah di
sekitar Arab adalah penting. Tetapi, apabila kita memperhitungkan
kualitas ekumenikal dan nonkonfesi dari komunitas Umat Beriman
yang mula-mula, sebagaimana dijelaskan di dalam bab sebelumnya,
cara lain memandang ekspansi membuktikan sesuatu yang sesuai dengan pandangan mengenai tidak adanya kerusakan yang ditemukan
di dalam rekaman arkeologi pada periode ini. Sekalipun ekspansi tak
perlu diperranyakan lagi, melibatkan beberapa episode kekerasan, akan
tetapi kita dapat menunjukkan bahwa kedatangan Umat Beriman Arab
di beberapa lokalitas di Fertile Crescent tidak selalu dalam bentuk
konfrontasi kekerasan, karena mayoritas terbesar dari komunitas ini
sudah monoteis yang, karena irulah, secara prinsip memenuhi syarat
untuk masuk di dalam gerakan Umat Beriman. Para pemimpin utama
Arab bagian Barat dari Umat Beriman itu tidak meminta kepada orangorang Syria-Palestina, Mesir, dan lrak untuk melepaskan agama nenek
moyang mereka agar memeluk agama yang lain-yang tentu saja akan
membawa kepada konfrontasi kekerasan. Namun, mereka memaksakan hegemoni policik mereka pada populasi yang dicaklukkan, mensyarackan mereka uncuk membayar pajak, dan meminta mereka, paling tidak
awalnya, uncuk mengafirmasi keimanan mereka kepada T uhan yang esa
dan pada Hari Pengadilan, dan uncuk mengafirmasi komicmen mereka
uncuk hidup secara benar dan menghindari dosa. Pendeknya, mereka
membangun tata aturan politik baru dan mungkin meningkatkan program reformasi monoceiscik (dan moral?), cetapi cidak menganjurkan
revolusi agama acau menuncuc konversi kepada kepercayaan yang baru.
Beberapa discrik acau cempac tercencu di Fertile Crescenc boleh jadi menolak menerima istilah Umat Beriman, tetapi mayoritas menerimanya;
bagi kebanyakan orang Yahudi, Samaritan, dan komunicas Krisciani
Monofisic Syria, Mesopocamia, dan Mesir, khususnya, iscilah Umac Beriman mungkin justru sangac dicerima, karena mereka tidak melibatkan
tekanan untuk mengubah kepercayaan inti mereka yang sudah mereka
alami selama berada di tangan ocoricas "orcodoks" Byzancium. Memang,
bahkan Krisciani On:odoks dapac dengan mudah secuju atau menerima
istilah semacam itu; pembayaran pajak yang diwajibkan oleh rezim
Umat Beriman secara macerial tidak berbeda dengan apa yang dipaksakan sebelumnya oleh Byzancium dan Sassania. Laporan yang agak
koncemporer mengenai harta kekayaan dan cahanan yang kica sebutkan
di atas, mungkin hanya merujuk kepada komunitas atau individu yang
secara aktif menolak panggilan Umat Beriman kepada monoteisme dan
kehidupan yang benar; beberapa (seperci deskripsi Sophronius mengenai efek negatif atau kerusakan oleh "Saracen") cerkadang bisa merujuk
kepada para pemberontak nomadik yang tidak ada hubungannya dengan gerakan Umat Beriman sama sekali, akan tecapi hanya mengambil
keuncungan cerhadap adanya ketidakstabilan policik di Palesina Byzantium pada 630-an.
Apakah komunitas Zoroaster, yang terutama ditemukan di Iran dan
selacan lrak, ikuc serca dalam perkembangan gerakan Umac Beriman,
merupakan hal yang cidak begicu jelas. Teologi dualiscik dan penyembahan api dari kaum Zoroaster menjadi penghalang penting untuk me-masukkan mereka kedalam gerakan Umat Beriman awal. Selanjurnya,
sejarah Muslim menjelaskan penghancuran kuil-kuil api Zoroaster pada
masa penaklukan, tetapi tidak jelas seberapa andal laporan terakhir ini.
Beberapa komunitas Zoroaster sebagaimana Yahudi dan Kristiani yang
suatu ketika berada dli mana-mana, mungkin telah tunduk dan berintegrasi dengan komunitas Umat Beriman. Akan tetapi di sisi lain, sejumlah besar provinsi di Iran, khususnya di sebelah Utara, hampir tidak
terpenetrasi oleh Umat Beriman sampai satu abad atau lebih. Keluarga
terhormat Iran yang secara tradisional mengontrol wilayah ini terbukti
membuat perjanjian dengan Umat Beriman sejak awal masa penaklukan, memperoleh otonomi penuh sebagai ganti pembayaran remisi atau
pajak kepada amir al-mu'minin dan gubemur-gubemumya.
Yang jelas, kaum Zoroaster tetap ada dalam sejumlah besar di sebelah utara dan barat Iran dan di mana saja selama berabad-abad setelah
munculnya Islam. Dan memang, banyak teks keagamaan Zoroaster
diajarkan dan ditulis selama periode Islam. Sayangnya, kita hanya memiliki sangat sedikit sumber-sumber sejarah komunitas Zoroaster dibanding yang kita punya mengenai orang-orang Yahudi dan Kristiani
di wilayah geografis Syria dan Mesir. Kita hampir tidak punya apa-apa
dengan eksplorasi arkeologis mengenai komunitas kaum Zoroaster pada
era penaklukan, dan sumber-sumber literer non Muslim yang memberi·
kan informasi mengenai komunitas Zoroaster juga sangat terbatas dan,
dalam beberapa kasus bertanggal lebih kemudian.
Tentu saja, orang berasumsi bahwa Umat Beriman Arab yang datang ke wilayah Fertile Crescent tersebut mengakui Nabi Muhammad
sebagai nabi mereka. Akan tetapi tidak jelas bagaimana klaim kenabian Nabi Muhammad itu diterima atau dipahami oleh umat Kristiani,
Yahudi, atau Samaritan di area tersebut (atau oleh orang-orang Arab,
yang sudah tergabung sejak Perang Ridda ke dalam kebijakan baru).
Sumber-sumber literer Kristiani dari periode Islam awal yang sebenarnya menyebut Nabi Muhammad (kebanyakan tidak) secara umum tidak
memanggilnya Nabi, tetapi memanggilnya dengan istilah misalnya "pe· mimpin", "guru acau pembimbing", acau "raja", acau mengenal bahwa
beliau adalah peda.gang, atau bahwa beliau memanggil orang-orang
untuk menyembah satu Tuhan. Hanya seabad atau lebih setelah Nabi
Muhammad wafac kita menemukan sumber-sumber Kristiani yang mencacac bahwa pengikucnya memanggil beliau nabi acau rasul. Yang jelas
pada masa yang kemudian-mungkin sejak awal abad kedua hijrah/abad
kedelapan, atau sedikit lebih, yang ketika itu Islam mulai berubah dari
gerakan Umat Beriman menjadi pengakuan agama yang berbeda clan
jelas-pengakuan Nabi Muhammad sebagai nabi merupakan percanda
yang menentukan, yang membedakan umat Islam dengan Kristiani,
Yahudi, clan yang lainnya. Ketika itu, mengucapkan "pernyataan iman"
(shahada, secara licerer berarci "membawa kesaksian") "Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Muhammad sebagai rasul Allah" (la ilaha ilia llah,
Muhammad rasul allah) adalah sesuatu yang penting untuk mendeklarasikan seseorang sebagai Muslim. Akan cetapi kembali di sini bukti yang
mula-mula sangac bersifac sugestif; bukci dokumencer yang awal mengenai shahada, yang ditemukan di koin, papirus, clan inskripsi benanggal
sebelum sekicar cahun 66/685, hanya memasukkan bagian pertama dari
yang terakhir dari "shahada ganda": "Tidak ada T uhan selain Allah•
(cerkadang dengan tambahan "yang tidak ada sekucu bagiNya")-Muhammad belum disinggung. Jika ini bukan semata ketidaksengajaan uncuk mempercahankan sesuacu yang bernilai sejarah, kita mungkin dapac
melihat di dalamnya indikasi lain mengenai karakter ekumenikal acau
nonekumenikal komunitas Umac Beriman, karena pemyacaan "Tidak
ada Tuhan selain Allah" akan diterima oleh semua monoteis, termasuk
Krisciani clan Yahudi. Dengan demikian bukan cidak rasional untuk merekomendasikan bahwa banyak orang Krisciani clan Yahudi Syria, lrak,
clan wilayah lain, sebagai monoteis, dapat menemukan tempat di dalam
ekspansi Umat Beriman yang mula-mula.
Dengan memasukkan komunicas monoceis ke dalam wilayah mereka yang sedang berkembang, Umat Beriman berjalan menuju cujuan
mereka untuk membangun hegemoni hukum Tuhan di selutuh dunia. Al-Qur'an, sebagaimana telah kita lihat, menjanjikan Umat Beriman
bahwa mereka akan "mewarisi bumi" (Q. 33: 25-27), akan tetapi hat ini
dapat dipahami sebagai berimplikasi bukan ketiadaan populasi monoteis
yang ada, akan tetapi inklusi atau pemasukan mereka ke dalam gerakan
Umat Beriman sebagai ganti pembayaran pajak. Status komunitas dan
orang-orang di dalarnnya dengan demikian mungkin analog dengan
beberapa suku-suku atau komunitas Arab yang telah bergabung dengan
Umat Beriman selama Perang Ridda. Teks Kristiani Syria Timur yang
ditulis di Mesopotamia Pada 687 atu 688 (kuiba d-rish melle dari John
Bar Penkaye) mencatat bahwa Umat Beriman (dirujuk di dalam teks
sebagai "kerajaan tay)•aye" [nomad)) menuntut pajak, akan tetapi mengi·
zinkan orang-orang untuk tinggal, apa pun agamanya.
Juga dicatat bahwa di antara Umat Beriman yang terlibat di dalam
kelompok yang melakukan operasi perluasan/penaklukan pada, tahun
ini adalah orang-orang Kristiani. Patriach Nestorian Isho'yahb Ill di
lrak, dalam surat kepada salah satu uskupnya pada 647 atau 648, mencatat bahwa penguasa baru "bukan hanya tidak memerangi Kristiani,
bahkan mereka memerintahkan untuk menjalankan agama kita, menampakkan kehormatan kepada para romo clan monasteri-monasteri
serta orang-orang suci T uhan kita, clan memberikan hadiah kepada monasteri·monasteri clan gereja-gereja."
Kita juga harus mencatat di sini mengenai komentar yang dibuat
oleh Uskup Armenia Sebeos, yang menulis pada 660-an, yang kronikelnya memberikan satu deskripsi luas yang paling awal mengenai Umat
Beriman clan perbuatan mereka. Di antaranya, dia mencatat bahwa
gubemur pertama Umat Beriman di Jerusalem adalah seorang Yahudi.
Tuduhan mengenai hubungan erat dengan Yahudi adalah teknik polemik favorit yang digunakan para pengarang Kristiani tentang periode
ini untuk mendiskreditkan musuh-musuh mereka, sehingga klaim ini
memerlukan perhatian yang hati-hati; akan tetapi jika benar, maka hal
ini memberikan bukti lebih jauh mengenai karakter pengakuan terbuka
dari gerakan Umat Beriman. Biasanya diklaim bahwa, dengan keda-cangan "orang-orang Islam", umac Krisciani maupun Yahudi direduksi
ke dalam stacus sebagai "orang-orang yang dilindungi" (ahl dhimma),
yang membayar pajak akan tetapi membentuk sacu level lebih rendah
di dalam masyarakac, acau konversi ke dalam Islam clan masuk menjadi
Muslim Arab sebagai mawali. Tetapi bab dalam tulisan Bar Penkaye,
lsho'yahb, clan Sebeos yang disebutkan di atas, dan beberapa lagi yang
mirip, menunjukkan bahwa beberapa orang Kriscian dan Yahudi mungkin secara penuh berincegrasi sedemikian rupa ke dalam komunicas
Umac Beriman; konversi bukanlah merupakan isu kecika itu, karena
sebagai monoteis mereka tidak perlu "melakukan konversi" kepada apa
pun uncuk menjadi parcisipan akcif di dalam komunitas, bahkan di area
di luar Arab.
Kualitas ekumenikal dari gerakan Umat Beriman dengan demikian
dapat membantu menjelaskan mengapa bukti-bukci kerusakan kota, gereja, dan lain-lain yang cersebar, cidak ada di dalam bukti arkeologis di
wilayah-wilayah yang dijelaskan, seperci Syria-Palestina. Kemungkinan,
hal itu disebabkan karena kebanyakan komunitas, yang konsiscen dengan monoceisme, tidak dihancurkan, acau bahkan diganggu acau didislokasi, cetapi sekadar mengalami perubahan tuan (dan kolektor pajak).
Sebagaimana celah k.ita lihat, gereja-gereja masih ada-dan, rekaman arkeologis menunjukkan, bahkan-dibangun secelah "penak.lukan".
Memang, Umat Beriman Arab boleh jadi berbagi cempat ibadah dengan
orang-orang Krisciani kecika mereka percama kali dacang ke wilayah
baru cersebuc. Tradisi Muslim yang kemudian memuac beberapa sumber
yang menjelaskan mengenai bagaimana "Muslim" yang baru datang itu
melaksanakan ibadah di bagian satu gereja di cempac-cempac cercentu
(Jerusalem, Damaskus, clan Hims) karena mereka cidak mempunyai
masjid milik mereka sendiri. Akan tecapi, boleh jadi juga bahwa Umac
Beriman Arab yang percama kali datang mencapai tempat-tempat tersebuc, karena celah memenangkan Kristiani lokal, semaca-maca bersembahyang di gereja-gereja mereka, karena sebagai monoceis orang-orang
Krisciani juga dipandang sebagai Umat Beriman yang cempac-tempac ibadahnya juga bisa dipakai. Tradisi-rradisi Muslim yang kemudian
mengenai berbagi gereja ini mungkin merupakan suatu memori yang
masih ada mengenai rancangan awal ini. lbadah kolektif yang semacam
itu dari Umac Beriman Qur'anik dan Krisriani mungkin juga direfleksikan di dalam tradisi-cradisi Muslim yang kemudian, yang menjelaskan
mengenai qibla musharriqa yang mula-mula atau "qiblah menghadap ke
timur" (arah shalat) di Syria, mungkin juga merupakan gema mengenai cahapan mula-mula dalam gerakan Umac Beriman, kecika mereka
menghadap timur sebagaimana Kristiani dan bukan ke selacan, ke
Makkah, sesuai dengan kiblat yang sekarang. Beberapa bukti arkeologis
rampaknya mendukung pandangan mengenai berbagi tempat ibadah ini
juga; penggalian di Gereja Carhisma, konstruksi pada masa Byzantium
antara Bethlehem dengan Jerusalem, membukakan mara bahwa pada
fase terakhimya itu dimodifikasi untuk mengakomodasi Umat Beriman
dengan tambahan mihrab di dinding selaran (menghadap Makkah),
semencara sisanya terus berfungsi sebagai gereja yang mengarah ke arah
timur.
Ekspansi umat Beriman yang mula-mula ke luar Arab dengan demikian ridak harus dipahami semara-mata sebagai suatu kasus mengenai
konfroncasi langsung anrara agama-agama yang beraneka clan selanjutnya penaklukan yang satu oleh yang lain. Barangkali benar bahwa
Umat Beriman Arab percama kali datang, di berbagai area, sebagai organisasi kekuaran militer clan bahwa kerika rezim Byzantium atau Sassania
mengirim cencara melawan mereka, perang rerjadi; keduanya, narasi
Muslim tradisional maupun laporan non-Muslim (kebanyakan Kristiani) menjelaskan mengenai bentrokan rersebur, dan, sebagaimana akan
kica lihac, sumber-sumber juga secuju secara umum mengenai bencrokan
ucama yang cerjadi. Akan terapi bentrokan ini, biasanya cerjadi di negara yang terbuka clan tidak ada rekaman arkeologisnya.
Namun kica juga bisa berasumsi bahwa kedacangan percama Umat
Beriman ke berbagai wilayah boleh jadi disertai dengan-sekalipun
mungkin sebencar clan superfisial-pembunuhan clan invasi, semacam yang telah dilaporkan oleh sumber-sumber awal (seperti khotbah-khotbah dan homili Sophronius pada 630-an), akan tetapi hal itu juga hanya meninggalkan sedikit rekaman arkeologis karena kota-kota utama
tidak terlibat. Alasan untuk pembunuhan yang sedikit ini sederhana.
Banyak dari orang besar Arab yang telah bergabung dengan gerakan
Umat Beriman selama Pperang Ridda tidak terlalu disiplin. Kebanyakan pasukan tentara ini hanya mengetahui sedikit mengenai gerakan di
mana mereka bergabung ketimbang yang Nabi janjikan mengenai harta
di dunia dan surga di hari kemudian, sebagai ganti untuk keterlibatan
mereka dalam jihad, lberperang di jalan Tuhan, untuk menghancurkan
kekuasaan jahat Byzantium dan Persia. Mengenai al-Qur'an, (yang,
jika kita memilih untuk mengikuti tradisi Muslim dalam ha! ini, maka
belum secara otoritatif ditulis), mereka mungkin mengetahui sedikit
lebih dari beberapa ayat yang diperlukan untuk shalat bersama para
tentara lain. Pengetahuan mereka mengenai doktrin gerakan ini dengan
demikian, mungkin terbatas pada pandangan bahwa T uhan itu esa, dan
terjaga terutama di dalam slogan seperti "Tuhan Maha Besar!" (Allah
akbar), yang mereka gunakan untuk yel-yel perangnya. Hampir tidak
dapat diharapkan bahwa tentara seperti itu bersusah payah mencari
tahu secara lebih dekat apakah para penduduk desa dan petani yang
terisolasi yang mereka temui itu merupakan orang-orang monoteis yang
baik dan berkomitmen kepada kehidupan yang benar atau tidak. Tampaknya adil untuk berasumsi bahwa operasi yang luas yang dilaporkan
dalam banyak sumber-sumber yang hampir kontemporer sebagian besar
adalah mengenai apa yang mereka perbuat, atau mengenai bandit yang
mengambil keuntungan atas runtuhnya struktur otoritas lokal yang selalu ada dalam proses pergantian rezim.
TEKS PERJANJIAN-TIFLIS
T eks ini ditemparkan di dalam deskripsi mengenai penaklukan wilayah
Kaukasus di dalam sejarah Tabari, di bawah tahun 22 (642-643).
Semenuzra banyak dari teks perjanjian yang seharusnya ada ditemukan
di dalam sumber-sumber literatur dicurigai sebagai penemuan yang
kemudian, beberapa {itur dari ini menunjukkan bahwa hal itu mungkin
lebih otentik. lstilah jizya di sini tampak digunakan dalam pengertian
"tribute,/sumbangan untuk", bukan "poU tax" sebagaimana di dalam
hukum yang kemudian; juga, tidak seperti teks-teks perjanjian lain,
yang satu ini tidak bicara tentang Nabi Muhammad secara spesifik,
akan tetapi hanya Tuhan dan nabi-Nya secara umum. Kedua fitur
ini mungkin menunjukkan bahwa teks ini berdasarkan pada dokumen
awal yang aktual dari gerakan Umat Beriman.
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Dokumen ini dari Habib lbn Maslama kepada orang-orang Tiflis
dari Georgians, di daerah Hurmuz, [memberi garansi] keamanan
orang-orang mereka dan kekayaan mereka dan biara-biara mereka dan gereja-gereja mereka, dan ibadah-ibadah mereka, asalkan
mereka menyerahkan jizya dengan kerendahan hati, sacu dinar
penuh untuk masing-masing cuan rumah, dan [asalkan mereka
memberikan] kepada kita nasihat mereka dan bantuan mereka
melawan musuh-musuh T uhan dan musuh kita, dan keramahan
malam bagi para peziarah---<lengan makanan yang halal dari ahli
kitab dan minuman yang halal---<lan petunjuk di jalan tanpa disakiti oleh salah satu dari kamu di jalan. J ika kamu berserah diri
[kepada T uhan] dan melaksanakan ibadah shalat dan membayar
zakat, maka [karnu) adalah saudara kami dalam agama [din) dan
panutan kami. Barang siapa berpaling dari T uhan dan nabi-Nya
dan Kirab-Nya dan kelompok-Nya, kita akan memerangimu tan·
pa perbedaan; T uhan tidak menyukai pengkhianat. Disaksikan
oleh 'Abd al-Rahman lbn Khalid dan al·Hajjaj dan 'lyad, dan
ditulis oleh Rabah. Tuhan dan malaikat dan mereka yang beri·
man telah meyaksikannya [it): dan Tuhan cukup sebagai saksi."
(al·Tabari, Tarikh, ed. De Goeje,i/2675.)
Di sisi lain, koca-koca besar, yang cidak dengan mudah cerancam
oleh kelompok bandit yang ridak disiplin yang direkrut itu, rampak di
dalam beberapa kasus cepat membuat persetujuan dengan Umat Beriman begitu kekuatan bersenjata besar dari yang terakhir ini datang.
Sumber-sumber cradisional Muslim memberikan eeks-eeks mengenai
beberapa catatan ini, semuanya mungkin merupakan idealisasi yang
kemudian yang dibuat clengan tujuan hukum clalam pikirannya, akan
tetapi keberadaan mereka menunjuk kepada kesadaran umum bahwa
kota-kota ini, sebenamya, telah masuk secara damai dalam wilayah
Umat Beriman sebagai ganti untuk pembayaran pajak. Hanya kota-kota
itulah yang menolak membuat persetujuan clan membuat mereka harus
berada dalam blokade, dan ini hanya sedikic--dan oleh karenanya hanya di tempat seperti Caesarea di Palestina, tampaknya kira dapat menemukan beberapa peninggalan arkeologis dari "penaklukan" itu, yaitu
dalam bentuk sisa-sisa kehancuran. Tetapi bahkan dalam kasus ini kita
dapac melihat bahwa kerusakan sangat cerbacas, karena cujuan Umac
Beriman bukanlah untuk menghancurkan kota-kota, akan tetapi untuk
membawa populasi monoteisnya ke dalam aturan hukum Tuhan. Bukan terhadap populasi yang monoteistik ini Umat Beriman melakukan
perang, sama sekali bukan, akan cecapi rezim Byzantium dan Sassania,
yang mereka pandang menoleransi (atau bahkan memaksakan) dosa.
Dengan demikian tunduknya kota-kota tersebut diikuti dengan pem•
benn1kan pranata yang oleh Umat Beriman disebut dengan tata aturan
umum yang benar. Dalam beberapa kasus hal ini diatur bersama-sama
dengan orang-oran,g "yang tertaklukkan" yang terintegrasi ke dalam
gerakan Umat Beriman clan yang bekerja sama dengan Umat Beriman
yang berasal dari Arab. Umat Beriman Arab ini, acau paling tidak pemimpinnya, muncul dalam sumber-sumber yang hampir kontemporer
sebagai muhajirun (dalam bahasa Syria mgaggraye; bahasa Yunani agarenoi atau magaritai), "mereka yang berhijrah". Tetapi sebagaimana telah
kica lihat pada bah sebelumnya, hijra sendiri merupakan kaca yang membawa nada migrasi, keanggocaan penuh dan komitmen kepada gerakan
Umat Beriman, dan "berjuang di jalan Tuhan".
Rute dan Lingkup Ekspansi Masa Awai
Sebagaimana telah dicatat di dalam awal bah ini, sumber-sumber Muslim tradisional menjelaskan ekspansi Umat Beriman ke wilayah-wilayah
di seputar Arab dengan sangat detail. Atas dasar sumber tradisional ini,
yang kebanyakan dikompilasi pada abad kedua hijrah/kedelapan masehi
clan setelahnya, maka dimungkinkan untuk membuat sketsa mengenai
apa yang terjadi, namun dalam hal ini kita perlu awas terhadap beberapa tendensi di dalam laporan ini dan berusaha untuk membuat perimbangan terhadapnya. Orang-orang yang mengompilasi laporan-laporan
yang muncul kemudian ini cenderung, percama, memotret gerakan
Umat Beriman awal sebagai sudah menjadi "islam", dalam hal ini berarti satu pengakuan agama yang berbeda dan terpisah dengan Kristiani
dan Yahudi, ketimbang sebagai satu gerakan keagamaan yang monoteistik-mereka mencoba mengeliminasi atau mereduksi persepsi kualitas
ekumenikal dari gerakan awal ini. Kedua, mereka memotret ekspansi
terutama sebagai serial penaklukan (fucuh), memang, karena penaklukan oleh "Muslim" terhadap "non-Muslim", mereka cenderung untuk
fokus pada aspek militer dari ekspansi, menekankan rekrutmen serdadu,
perang, pengambilalihan kota, dan hasil perjanjan-perjanjian. i Mereka
kurang memberikan perhatian kepada cara bagaimana Umat Beriman
berintegrasi ke dalam struktur kehidupan lokal di dalam berbagai wilayah dan hakikat hubungan mereka dengan populasi "yang ditaklukkan",
termasuk tahapan bagaimana populasi lokal mungkin bekerja sama dengan Umat Beriman atau konsesi macam apa yang mungkin dibuat
Umat Beriman terhadap populasi "yang ditaklukkan". Ketiga, dalam
menjelaskan ekspansi sebagai penaklukan, mereka menjelaskannya dalam istilah-istilah yang menunjukkan bahwa ha! itu adalah proses yang
sukses karena bantuan T uhan, sebab "para penakluk" sangat jauh lebih
sedikit dibanding "yang ditaklukkan." Hanya dengan penolongan Tuhan saja, kata mereka, beberapa "Muslim" dapat mendominasi populasi
"non-Muslim" yang jauh lebih banyak dan mengalahkan tentara mereka yang besar dalam arena perang. Pendeknya, sumber-sumber Muslim
yang kemudian menjelaskan ekspansi dalam cara-cara yang didesain
untuk melegitimasi, dengan melihat masa-masa sebelumnya, hegemoni
Muslim atas wilayah yang sangat luas dan populasi besar yang, ketika
mereka menulis, masih dominan non-Muslim. Mereka juga menekankan karakter quasi-mukjizati dan karakter ketuhanan dari "penaklukanpenaklukan" ini, dan konsekuensinya karakter tata aturan politik yang
dihasilkannya.
Sebagaimana dicatat sebelumnya, Nabi Muhammad dan Umat Beriman yang mula-mula menunjukkan minat khusus pada Syria. Nabi
Muhammad, dan kemudian amir al-mu'minin pertama, Abu Bakr, telah
banyak berusaha untuk melemahkan suku-suku Hijaz sebelah utara yang
menguasai jalan ke Syria dan telah mengirim paling tidak dua operasi ke
Syria itu. Dalam penyelesaian operasi ridda pada akhir abad ke 12/musim
gugur 633, Abu Bakr mengorganisasi empat pasukan tentara terpisah dan
mengirim mereka ke Syria sebelah selatan. Satu pasukan, dipimpin oleh
'Amr Ibn al-'As, dikirim ke Negev dan Palestina bagian selatan (satu
area di mana, sepeni yang kita lihat, dia mempunyai banyak kekayaan
dan dia mungkin mengetahuinya dengan baik). Pasukan kedua, di bawah
pimpinan Shurahbil lbn Hasana, dikirim ke apa yang sekarang dikenal
dengan Yordania Selatan, akan tetapi hanya sedikit diketahui tentang
hal ini. Dua pasukan tentara lainnya, dipimpin oleh Y azid lbn Abi Sufyan
dan Abu 'Ubayda lbn al-Jarrah, masing-masing dikirim ke wilayah Balqa'
(area subur sekitar Amman) dan ke dataran tinggi kaya Jawlan (Golan) sebelah timur laut Galilea. Keempat pasukan tentara ini berjumlah seluruhnya sekitar dua puluh empat ribu tentara clan terutama terdiri atas
komandan (amir) dari kaum Quraysh clan dari orang-orang pembesar
kota clan nomadik yang direkrut dari berbagai wilayah Yaman. Awalnya,
pasukan tentara ini tampak berkonsentrasi untuk memenangkan atau
menetralisasi populasi desa, sebagian nomad, clan sebagian benempat
tinggal, yang menguasai wilayah ini; perlu dicatat bahwa mereka tidak dikirim awalnya ke area yang padat sepeni Galilea atau melawan kota-kota
utama Syria-Damaskus, Tiberias, Jerusalem, Gaza, Caesarea, dan lainlain. Perhatian Nabi Muhammad dengan memastikan kontrol terhadap
para kelompok nomad sebagai strategi dasar untuk membangun fondasi
kekuatan yang aman, dengan demikian, dilanjutkan oleh Abu Bakr pada
awal ekspansi ke Syria. Proses asimilasi populasi desa dengan desa dari
pinggiran Byzantium yang mengontrol Syria sebelah selatan berakhir sekirar enam bulan (musim gugur 633-musim semi 634). Satu-satunya
bentrokan yang terjadi dengan Kekaisaran Byzantium yang kita ketahui
dalam operasi fase awal ini terjadi di Dathin, dekat Gaza, tempat tentara
'Amr lbn al-'As mengalahkan kontingen Byzantium (mungkin Garnisun
Gaza!) pada akhir tahun 12/Februari 634. Akibat dari bentrokan ini,
'Amr meminta membangun kekuatan kembali.
Sementara itu, Abu Bakr juga mengirim para komandan ke arah
lain, khususnya ke Arab sebelah utara dan ke lrak, tampaknya dengan
pesan yang sama-untuk menundukkan atau melakukan asimilasi populasi desa (terutama yang nomad) di sana. Misalnya, Khalid lbn Walid, yang baru saja m.enyelesaikan operasi ridda-nya melalui Najd dan
menundukkan suku Hanifa dari Yamama di Perang 'Aqraba' (dekat
Riyadh modern), diperintah oleh Abu Bakr untuk maju ke arah utara
menuju lrak bagian selatan, sekitar awal tahun 12/akhir musim semi
atau awal musim panas 633. Untuk tahun berikutnya, Khalid dan pasukan intinya yang berjumlah sekitar seribu tentara berjalan menuju
barat pinggir Sungai Efrat, membuat aliansi dengan sejumlah kelompok
nomadik yang mereka temui dan membuat perjanjian dengan kota-kota
di sepanjang sungai. Banyak suku yang ditemui Khalid dan pasukannya
selama operasi ini-Syaiban, 'ljl, Dhuhl, Namir lbn al-Qasit, Tamim,
dan lain-lain-yang tampaknya terbagi sendiri di antara mereka sesuai
garis keturunan, atau agama, dan Khalid melakukan ekploitasi terhadap
keterpisahan ini secara efektif, menggunakan satu divisi untuk membuat yang lain tunduk. Lebih jauh, beberapa dari kelompok ini, seperti sebagian Shayban yang dipimpin oleh Muthanna Ibn Haritha, menyerang
wilayah Sassania sebelum Khalid sampai. (Kita akan ketemu Muthanna
lagi.) Khalid juga bergantung pada rekrutmen suku lokal untuk memperluas pasukannya dan membantu menundukkan sejumlah kota yang
dia jumpai: Ubulla (Apologos), Madhar, Kaskar, Hira, Anbar, dan 'Ayn
al-Tamr. Dalam menduduki kota-kota ini, pasukan Khalid berjumpa
dan mengalahkan gamisun Sassania yang bercokol di masing-masing
kota. lni merupakan pos kecil, dipertahankan oleh Sassania di pinggir-an padang pasir untuk mengurangi penyerangan oleh suku nomad ke
wilayah inti pertanian yang kaya di lrak, yang merupakan fondasi pajak
utama Sassania. Kekalahan mereka oleh pasukan Khalid merupakan
konfrontasi langsung pertama yang dipunyai Umat Beriman dengan
orang-orang Sassania, dan ini merupakan konsekuensi dari tujuan utama operasi yang mungkin tidak dsei ngaja, yaitu membawa semua populasi nomad dari wilayah tersebut di bawah kontrol mereka.
Di syria, pasukan Umac Beriman melakukan konsolidasi posisi mereka di antara populasi nomad di sana pada tahun 13/musim semi 634
dan siap untuk memulai serangan ke kota-kota utama di wilayah tersebut. Abu Bakr memerintahkan Khalid untuk melakukan operasi dari
lrak ke Syria dengan sebagian pasukannya untuk memperkuat empac
pasukan tentara yang sudah ada di sana---dan mungkin karena, sebagai
komandan lapangan yang paling berkapasitas, kemampuan taktisnya
diperlukan di front Syria. Sayangnya peristiwa yang terjadi di Syria selama dua tahun berikutnya, tidak mungkin direkonstruksi secara meyakinkan karena sumber-sumber tradisional Muslim memberikan laporan
yang bertentangan yang tidak dapat disatukan. Tetapi, kita tahu bahwa
selama periode ini Umat Beriman menguasai (kadang setelah memblokade) beberapa kota-kota utama di Syria tengah-Bostra, Damaskus,
Fahl (Pella), Baysan (Beth Shaan), Ba'labakk, dan Hims (Emesa). Mereka juga menghadapi tentara Byzantium yang memang dikirim uncuk
mengepung mereka, dan membawa kekalahan telak bagi pasukan Byzantium di Fahl, Ajnadayn (di Palestina Pusat?) dan, yang terpenting,
di Perang Yarmuk yang terjadi di sebelah selatan perbatasan Dataran
Tinggi Jawlan, di mana mereka turun ke dataran Yarmuk. Akan tetapi
tidak terlalu jelas apakah peperangan besar ini mendahului dan membuka jalan untuk menguasai kota-kota Syria ataukah tentara Byzantium
dikirim untuk merespons serangan Umat Beriman atas kota-kota kunci.
Sepotong informasi dari sumber yang kurang terakses dalam bahasa
Syria mungkin merujuk kepada perang di Yarmuk ini bercanggal pasti
20 Agustus 636, satu tanggal yang sama dengan tanggal yang diberikan oleh beberapa (bukan semua) sumber-sumber Muslim Tradisional mengenai peristiwa ini.
Tidak juga jelas bagaimana beberapa pasukan tentara yang awalnya
dikirim Abu Bakr ke Syria beroperasi pada periode ini. Kebanyakan
sumber setuju bahwa Khalid menerima penyerahan diri kora Bosrra,
akan tetapi di bagian lain mereka memberikan informasi yang berbeda.
Apakah pasukan ini semuanya sekarang ada di bawah komando Khalid
lbn Walid, sebagaimana disebutkan oleh sebagian besar sumber, araukah mereka masih sebagai pasukan oconom yang kadang bekerja sama
untuk menghadapi konsentrasi utama pasukan tentara Byzantium? Dan
apa sebenarnya aktivitas mereka? Situasinya lebih dikaburkan lagi oleh
kenyaraan bahwa amir al-mu'minin perrama, Abu Bakr, wafat di Madinah pada pertengahan tahun 13/musim panas 634, dan penggantinya,
'Umar lbn Khattab (memerintah pada 13-23/ 634-644), disebutkan
oleh beberapa laporan telah mengganti Khalid dan memilih Abu
'Ubaydah sebagai komando tertinggi.
Tak sacu pun dari masalah ini dapat diselesaikan secara memuaskan
dengan berdasarkan sumber-sumber tradisional---dan untuk sebagian
peristiwa ini-kita tidak mempunyai sumber yang lain. Memang sumber-sumber juga menunjukkan sesuatu mengenai strukrur dan komposisi pasukan Umat Beriman di Yarmuk clan di Syria secara umum.
T ampaknya, mereka terutama terdiri atas orang-orang Quraysh, sukusuku nomad dari Hijaz (Sulaym, Kinana, clan Bali) clan sejumlah besar
pembesar suku dari Yaman (Azd, Himyar, Hamdan, Madhhij, Khawlan,
Khath'am, Kinda, Sakun, clan Hadramawt). Mereka tampaknya juga te•
lah digabungi oleh beberapa pembesar suku-suku nomad lokal (Judham
clan Lakhm). sekalipun yang lain dari suku yang sama-sering kali disebut sebagai pembesar suku yang beragama Kristiani-beraliansi dengan
pasukan Byzantium di Yarmuk, termasuk sekuru lama Byzantium di wilayah itu, B. Ghassan. Kira-kira jumlah total pasukan Umat Beriman di
Yarmuk berkisar tiga puluh ribu sampai empat puluh ribu orang.
Selanjutnya, pada akhir tahun 15/musim gugur 636, pasukan tentara Umat Beriman benar-benar telah menghancurkan militer Byzantium
yang ada di Syria, mengalahkan beberapa pasukan besar tentara yang
dikirim untuk mengepung mereka-termasuk salah satu yang dipimpin
oleh saudara Kaisar !Heraclius, Theodore. Mereka telah menguasai beberapa kora kunci sejauh Hims (Emesa), dan siap menduduki sisa wilayah
lain tanpa resistensi besar. Sampai dua tahun berikutnya, Abu 'Ubayda
mengirim beberapa operasi ke Syria sebelah utara dari basisnya di Hims
(yang terus lama menjadi basis militer utama di Syria). Tanggal pasti
dari operasi ini dan identitas komandan atau pemimpinnya, sebagaimana biasa, meragukan di dalam beberapa sumber itu, akan tetapi pada
akhir tahun 16/637 Umat Beriman tampaknya telah menguasai Qinnasrin, Aleppo, Ancioch, Manbij, dan kota-kora lain dari Syria Utara.
Sebelah utara Antioch, sekitar Teluk Alexandretta dan Cicilian yang
datar dan hanya sedikit pepohonan, Kaisar Heraclius yang mundur disebutkan menjalankan kebijakan "bu mi hangus", memindahkan garnisun
dan meningkatkan pasukan dalam usaha mencegah Umat Beriman
maju lebih jauh. (Distrik yang bergunung-gunung dari Libanon dan Syisia sebelah utara hampir tidak dapat dimasuki dan masih sampai beberapa dekade tidak tersentuh.) Bagian selatan yang jauh, sebagian besar
Palestina tampaknya cepat terkuasai oleh pasukan di bawah Shuhrabil
lbn Hasana dan 'Amr lbn al-'As. Kota-kota pantai yang telah dipersiapkan dengan baik dit.ahan lebih lama, karena Byzantium dapat memasok
mereka melalui laut, khususnya Caesarea (yang dikepung selama beberapa tahun sebelum jatuh) dan Tripoli (yang jatuh hanya setelah dekade selanjutnya).
Jerusalem pantas mendapat catatan khusus, karena, sebagaimana
kira lihat, negeri ini mempunyai signifikasi religius dan dengan demikian mungkin merupakan tujuan utama Umat Beriman dalam melakukan
invasi ke Syria pada tahap pertama. Sepeni disinggung sebelumnya,
Jerusalem dilaporkan oleh tradisi Muslim merupakan tempat Nabi
Muhammad pertama kali memerintahkan Umat Beriman unruk shalat.
Dengan demikian tidak mengherankan bahwa, bahkan setelah mereka diperintahkan menghadap ke Makkah kerika shalat, Umat Beriman
awal terus memandang Jerusalem sebagai satu tempat suci khusus--
mungkin karena kepentingannya di dalam skenario apokaliptik kedatangan Hari Pengadilan, suatu peristiwa kunci yang, menurut tradisi
Kristiani dan Yahudi kontemporer, akan terjadi di Jerusalem. Sumbersumber untuk pendudukan Jerusalem sangatlah sedikit dan sangat bergantung pada legenda yang kemudian, tetapi tampaknya kota tersebut
cunduk kepada Umac Beriman pada 636, tidak lama secelah perang Yarmuk, pada masa kekuasaan amir al-mu'minin kedua, 'Umar Ibn Khatcab.
Umat Beriman yang mula-mula di Jerusalem diperkirakan membangun
tempat ibadah pertama mereka di, atau di sebelah, Gereja Sepulche
yang Suci, namun semua bukti-bukti reruncuhannya celah hancur karena konsekuensi kehancuran dan pembangunan kembali gereja oleh
para pembawa Perang Salib pada abad kesebelas. Akan tetapi Umat
Beriman mungkin me:nghindari tempat ibadah nomor satu ini beberapa
saat setelah mereka datang, karena pengembara Eropa, Arcult, yang mengunjunginya beberapa saat sebelum cahun 683, tidak menyinggung apa
pun mengenai kehadiran Umat Beriman di atau dekat Gereja Sepulche
Suci ini. Tetapi dia menjelaskan sejumlah besar tempat ibadah di atas
Gunung Temple Mount. Hal ini boleh jadi yang menjadi pendahuluan
dari Masjid al-Aqsa.
Sama seperti penaklukan Umat Beriman atas pasukan Byzantium
dan pendudukan acas Syria, mereka juga melakukan konfrontasi dengan
Sassania dan menaklukkan lrak. Sekali lagi, sumber-sumber tradisional Muslim hanyalah satu•satunya bukti kica untuk mengecahui apa
yang terjadi, dan sekali lagi mereka memberikan informasi kronologis
yang bertentangan dan beberapa berita yang banyak dicurigai, namun
gambaran umum mengenai peristiwa di Irak tersebut lebih jelas ketimbang peristiwa di Syria. Beberapa saat setelah Abu Bakr wafat pada
pertengahan tahun 13/akhir musim panas 634, amir al-mu'minin yang
baru, 'Umar lbn al-Khattab, memerincahkan pasukan yang disiapkan
dari Madinah untuk memperkuat kontingen kecil yang masih berada di lrak mengikuri kepergian Khalid lbn al-Walid ke Syria sekirar enam
bulan sebelumnya. Pasukan yang baru ini, sejumlah ribuan orang, berada di bawah komanclo Abu 'Ubaycl al-Thaqafi, cliclatangkan clari kota
ketiga Hijaz, yaicu Ta'if. Pasukan itu membunyai tentara inti dari Madinah (Anshar) dan suku Abu 'Ubayd, Thaqif, demikian juga anggoca
suku-suku nomad dari Hijaz, Najd, clan Arab sebelah timur laut, yang
clirekrut clalam perjalanan menuju lrak. Pasukan ini bergabung clengan
pengikur Murhanna lbn Haritha (yang kebanyakan adalah pembesar-pembesar suku Lokal) dekat Hira dan memulai operasi ke dararan
renclah subur lrak, clan clapat melemahkan garnisun Sassania. Tetapi
Sassania berkumpul clan mengirim cukup besar pasukan yang mengalahkan sebagian besar tentara Abu 'Ubayd pada Perang Jembatan/Bridge,
sekitar tahun 13/634 atau 635; Abu 'Ubayd sendiri dengan banyak rentaranya terbunuh.
Merespons kekalahan ini, Umar merekrut pasukan tambahan dari
suku-suku (arau bagian dari suku) yang masih loyal rerhadap Madinah
selama ridda dan mengirim mereka untuk memperkuat Muthanna, di
mana berkumpul pasukan Umat Beriman yang masih acla di lrak. Penguatan pasukan yang baru ini termasuk beberapa kontingen dari Arab
Timur Laut, juga orang-orang dari suku-suku disrrik Sarac, selatan Hijaz.
Khususnya sejumlah besar berasal dari Bajila, dipimpin oleh Jaris lbn
'Abcl Allah al-Bajali. Unsur-unsur ini bergabung clengan pasukan Umat
Beriman yang masih ada yang sudah di pinggiran lrak-kebanyakan
berasal dari suku-suku yang hidup di wilayah rersebur-dan mulai
melakukan operasi yang kurang terfokus pacla pos-pos Sassania yang
terisolasi; akan tetapi tampaknya Muthanna clan Jarir berbecla penclapat
mengenai siapa yang memegang komando reringgi di wilayah rersebur.
Sementara itu, 'Umar merencanakan pasukan lain yang lebih besar
ke lrak-sebagian untuk merespons benambahnya Sassania clan sebagian untuk menyelesaikan persoalan siapa yang bertangung jawab di sana.
Tugas ini, menurut semua sumber, dimulai beberapa saar serelah berira
mengenai kemenangan pasukan Umat Beriman di Yarmuk Syria sampai kepadanya. 'Umar menyerahkan pasukan ini di bawah pimpinan Sa'ad
lbn Abi Waqqas, seo:rang Muhajirin Makkah dan pengikut dekat Rasul Muhammad yang juga telah melayani Abu Bakr dan 'Umar sebagai
gubemur suku di Najd. Kini dia dikirim dengan pasukan inti berjumlah
sekirar empar ribu renrara, rermasuk sejumlan besar konringen dari
Najd, clan banyak tentara dari wilayah Sarat clan Yaman. Serelah kepergian Sa'ad, tambahan "pendatang selanjucnya" datang ke Madinah yang
celah direkrut dari Arab Selaran, Najd, clan Hijaz. Pasukan ini selanjurnya dikirim unruk bergabung dengan pasukan Sa'd, yang sekarang juga
diperkuat oleh pembesar-pembesar suku yang sudah ada di lrak Selaran,
clan oleh pasukan lrak yang sebelumnya yang celah dibawa Khalid ke
Syria, clan yang sekarang batik ke lrak. Secara keseluruhan Pasukan
berada di bawah komando Sa'd ini berjumlah sekitar sebelas ribu orang.
Yang menarik dalam ha! ini adalah kesuksesan yang diraih Umat Beriman dalam mengumpulkan orang-orang untuk berperang, yang diambil
dari beberapa suku clan semua sudur benua Arab, membawa mereka
bersama untuk membentuk satu pasukan yang sebelumnya merupakan
jumlah yang tidak dikenal di dalam tradisi Arab.
Pacuc dicatat bahwa rentara ini, ridak seperci sebelumnya, celah memasukkan beberapa orang Thaqif; rerapi yang lebih khas adalah bahwa
tenrara ini memasukkan kontingen dari beberapa suku yang tidak loyal
kepada Madinah selama ridda. Kenyacaannya, 'Umar memucuskan bahwa keburuhan cerhadap orang-orang yang dapac berperang adalah sangar mendadak sehingga kebijakan lama yang hanya berganrung kepada
loyalis ridda perlu dihindari. Memang, beberapa kontingen suku yang
membenruk bagian dari pasukan S'ad dipimpin oleh kepala-kepala yang
mendukung pemberoncak ridda dari T alha lbn Khuwaylid di Najd, arau
dari Aswad al-'Ansi di Yaman.
Ketika Sa'd mencapai lrak, Muthanna telah wafar. Sa'd segera menikahi jandanya, untuk mempererat hubungannya dengan Muthanna,
kepala suku-suku dari Shayban yang dukungannya-sebagai komunitas
lokal-akan merupakan hat penring bagi Umat Beriman di sana. Ten-rara Sassania, yang oleh sumber-sumber rradisional dijelaskan sebagai
tentara yang besar, kini masuk menyeberangi Efrat dan, di bawah
jendralnya, Rustam, maju melawan tentara Sa'd, yang mengambil posisi di sebelah selatan Hira, di tempat yang dikenal dengan Qadisiyya.
Deksripsi mengenai Perang Qadisiyya sendiri, sekalipun banyak dan
betjilid-jilid, tidak jelas atau membingungkan dan bahkan mencurigakan, tetapi hasilnya jelas-kekalahan telak tentara Sassania, termasuk
wafamya Rustam sendiri. Sisa tentara Sassania yang kerakucan menyeberangi Efrat clan melarikan diri, diburu oleh tentara Sa'd sampai
ke wilayah inti pertanian lrak, yang sekarang dikuasai oleh hanya segelintir kelompok yang masih mempunyai resistensi. Sisa-sisa tentara
Sassania berusaha bergabung dengan Raja Sassania Yazdagird III di ibu
kota Sassania, Ctesiphon (sekarang sebelah selatan daerah pedesaan di
Baghdad), tetapi tentara Sa'd yang mengepung atau mendekati Yazdadagird dan pasukannya di sana, mempersilakan Umat Beriman untuk
melakukan konsolidasi cerhadap sisa wilayah negeri cersebuc. Akhimya
Yasdagird dan pasukannya menyerahkan Ctesiphon (setelah dikurung
selama wakcu yang cidak pasti-beberapa laporan mengacakan beberapa bulan, yang lain mengatakan lebih dari dua tahun} dan mundur ke
kaki Gunung Zagros sampai ke cimur untuk melakukan penggabungan.
Di sini, kembali usaha mereka gaga!. Sa'd mengorganisasi pasukan lain
uncuk menyerang mereka clan akhirnya mengalahkan mereka sama sekali di Jalula' (ditanggali secara berbeda oleh sumber-sumber kita ancara
tahun 16/637 dan 19/640). Sa'd membangun kota untuk batalyon atau
gamisun, Kufa, dekat kota tua Hira yang tadinya merupakan kedudukan
Lakhmid yang merupakan sekutu tentara Sassania, clan ini menjadi pusac operasi militer Umat Beriman dari lrak pusat.
Irak bagian selatan secara umum merupakan bagian perbatasan yang
sangat berbeda. Sassania tidak membuat satu pos pertahanan di sana,
dan pasukan terpisah dan jauh lebih kecil dikirim dari Madinah secara
bertahap merebuc wilayah cersebuc dari gamisun lokal Sassania, cermasuk koca-kota utama Ubulla, Maysan (Mesene), Abazqubadh, dan yang lainnya. Garnisun lrak bagian selatan, Basra, dibangun dekat kota tua
Ubulla. Setelah Perang Jalula' di Zagros, orang-orang Sassania rupanya
mencoba bergabung lkembali sekali lagi di kota Ahwaz di Khuzistan,
akan tetapi ini mereka ditaklukkan oleh pasukan yang dipimpin oleh
Abu Musa al-Ash'ari, yang kemudian secara sistematis menghancurkan
kota-kota lain di distrik tersebut-Manadhir, Susa, Ramhormuz, dan
Tustar. Pasukan di selatan lrak tidak sepenuhnya dijelaskan di dalam
sumber-sumber kita, tetapi komponen utamanya tampaknya adalah
orang-orang dari Thaqif dan Anshar Madinah serta para anggota kelompok nomadik Hijaz, ditambah dengan pembesar-pembesar suku 'Ijl,
Dhuhl, dan T amim.
Hasil dari operasi ini, seluruh tanah kaya lrak, termasuk Khuzistan, berada di bawah kontrol Umat Beriman sekitar tahun 13/634 dan
21/642. Yazdagird dan tentara yang masih loyal lari menuju arah timur
melalui Zagros menuju dataran tinggi Iran, dan tidak pernah kembali.
Tentara Sassania bergabung kembali jauh di utara, dekat Nihavand,
di sekitar Raja Agung Yazdegird III. Tetapi pasukan dari Basra dan Kufa
mengepung pasuka