kaki dari tembaga, dan
di bahunya ia memanggul lembing tembaga. 7 Gagang tombaknya seperti
pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya.
Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya. 8 Ia berdiri dan berseru
kepada barisan Israel, katanya kepada mereka: “Mengapa kamu keluar untuk
mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu
yaitu hamba Saul? Pilihlah bagimu seorang, dan biarlah ia turun men-
dapatkan daku. 9 Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan
aku, maka kami akan menjadi hambamu; namun jika aku dapat mengungguli
dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk
kepada kami.” 10 Pula kata orang Filistin itu: “Aku menantang hari ini barisan
Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan
seorang.” 11 saat Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan
orang Filistin itu, maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan.
Sesungguhnya belum lama ini orang-orang Filistin benar-benar telah
dikalahkan, sangat parah keadaannya. Sebetulnya mereka sudah
bisa dihabiskan seluruhnya jika saja Saul tidak bertindak ceroboh
dan tergesa-gesa waktu itu. Namun di sini kita mendapati mereka
maju kembali. Amatilah,
I. Bagaimana orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk ber-
perang (ay. 1). Mereka turun mendatangi negeri Israel, dan seper-
tinya telah menduduki sebagian tanahnya, sebab mereka berke-
mah di suatu tempat yang di tanah Yehuda (KJV: yang menjadi
milik Yehuda). Tanah Israel tidak akan pernah dijalani dan didu-
duki para tentara Filistin jika saja Israel berlaku setia kepada
Allah mereka. Orang-orang Filistin, kemungkinannya, telah men-
dengar bahwa Samuel telah bertengkar dengan Saul dan telah
meninggalkannya. Dan bahwa ia tidak lagi membantu serta mena-
sihatinya, dan bahwa Saul menjadi bertambah sedih dan tidak
cakap dalam memerintah. Kabar ini mendorong mereka untuk
berusaha mendapatkan kembali kejayaan mereka yang telah
hilang beberapa waktu ini. Para musuh jemaat selalu mengintai
Kitab 1 Samuel 17:1-11
315
untuk mengambil keuntungan, dan mereka tidak akan pernah
berhasil selama para pemimpinnya tidak menyulut murka Roh
Allah dan para nabi-Nya sehingga meninggalkan mereka. Saul
juga mengumpulkan pasukannya dan pergi menghadapi mereka
(ay. 2-3). Dan di sini kita harus memperhatikan,
1. Bahwa roh jahat, untuk saat ini, telah meninggalkan Saul
(16:23). Kecapi Daud telah memberikan kelegaan kepadanya,
mungkin tanda peringatan dan urusan perang telah mencegah
kembalinya gangguan jiwanya itu. Kesibukan yaitu sebuah
obat penawar yang baik terhadap kegundahan hati. Kiranya
pikiran memiliki sesuatu di luar untuk dipikirkannya dan
membuatnya sibuk, sehingga menjadi sangat kecil bahaya
untuk memangsa dirinya sendiri. Allah bermurah hati kepada
Israel, sehingga Ia menunda hukuman-Nya untuk sementara
waktu. Sebab betapa terganggunya urusan rakyat jika pada
saat ini pikiran raja terganggu!
2. Pada waktu orang Filistin menantang orang Israel, Daud saat
itu telah kembali ke Betlehem dan telah meninggalkan istana
(ay. 15). Saat Saul tidak punya keperluan lagi untuk meng-
gunakan Daud untuk melegakan dia dari gangguan jiwanya,
Daud pulang ke rumahnya di Betlehem, kembali menjaga
kambing domba ayahnya. Sebenarnya ia dapat saja tinggal
terus di istana, sebab ia telah diurapi, punya kedudukan
sebagai pembawa senjata Saul. Ini yaitu sebuah contoh yang
jarang terjadi, seorang muda yang memiliki kedudukan tinggi
namun rendah hati dan menyayangi orangtuanya. Ia tahu lebih
baik daripada kebanyakan orang lain bagaimana untuk turun
kembali sesudah dia mulai naik. Anehnya ia lebih memilih
mengundurkan diri kepada kehidupan penggembalaan di desa
daripada segala kesenangan dan kehidupan mewah di istana.
Tidak ada orang yang lebih pantas mendapat kehormatan se-
lain dia, atau lebih layak mendapatkan yang lebih baik dari-
padanya, namun juga tidak ada yang mau memilih untuk mati
terhadap kehormatan dan kesenangan lebih daripada dia.
II. Bagaimana orang Filistin menantang Israel dengan Goliat pahla-
wan mereka, yang mereka sama banggakan seperti ia sendiri
bangga dengan dirinya. Mereka mengharapkan ia memulihkan ke-
jayaan dan kekuasaan mereka. Mungkin tentara Israel lebih ung-
316
gul dalam jumlah dan kekuatan daripada tentara Filistin, sehing-
ga orang Filistin enggan bertempur dan hanya memanas-manasi
orang Israel saja. Mereka lebih menginginkan pertempuran satu
lawan satu, sebab dengan seorang jagoan seperti Goliat mereka
berharap mendapat kemenangan. Sekarang tentang sang jagoan
ini amatilah,
1. Ukurannya yang sungguh tidak biasanya. Ia keturunan orang
Enak, yang tetap bertahan di Gat pada zaman Yosua (Yos.
11:22), dan meneruskan suatu bangsa raksasa di sana, di
mana Goliat yaitu salah satunya, mungkin salah satu dari
yang terbesar. Tingginya enam hasta sejengkal (ay. 4). Menu-
rut cendekiawan Uskup Cumberland, satu hasta kurang lebih
21 inci, dan satu jengkal sama dengan setengah hasta. Dengan
perhitungan ini, tinggi Goliat kira-kira 3,4 meter, seorang mon-
ster, sehingga teramat menakutkan, apalagi kalau disertai ke-
kuatan dan semangat tinggi.
2. Senjata Goliat. Keahlian, dan juga alam, menjadikan dirinya
mengerikan. Ia diperlengkapi sangat baik dengan senjata pelin-
dung (ay. 5-6): Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia
memakai baju zirah yang bersisik, terbuat dari plat tembaga
yang diletakkan di atas satu sama lain, seperti sisik ikan.
sebab kakinya dapat dijangkau oleh seorang laki-laki biasa,
maka dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan baju
tembaga penutup badan. Baju zirahnya disebutkan mencapai
berat 5000 syikal, dan satu syikal sama dengan 14 gram, jadi
seluruhnya sekitar 70 kilogram, luar biasa berat untuk dapat
dipikul oleh seorang laki-laki, ditambah semua perlengkapan
lain dari senjatanya yang seimbang beratnya. Namun menurut
beberapa penafsir, terjemahannya sebaiknya bukan berat dari
baju zirah, namun nilai darinya, yaitu 5000 syikal. Demikian
mahalnya. Senjata-senjata perangnya untuk menyerang sangat
luar biasa, yang di antaranya hanya tombak yang disebutkan di
sini (ay. 7). Tombaknya berujung lancip tajam. Sebelah tangan-
nya sanggup mengangkatnya, namun nyaris tidak dapat diangkat
oleh seorang laki-laki biasa. Hanya perisainya, yang paling
ringan dari semua perlengkapannya, dapat dibawa oleh pem-
bawa senjatanya, mungkin untuk tanda kebesaran saja. Sebab
seseorang yang telah dibalut seluruhnya dengan tembaga ku-
rang membutuhkan sebuah perisai.
Kitab 1 Samuel 17:1-11
317
3. Tantangannya. sesudah orang-orang Filistin memilihnya seba-
gai pahlawan mereka, untuk menyelamatkan diri dari bahaya
pertempuran, sekarang giliran Goliat melempar tantangan dan
meminta tawaran balik kepada tentara Israel (ay. 8-10). Ia
masuk ke dalam lembah yang terletak di antara perkemahan,
dan dengan suaranya yang mungkin jauh lebih kuat daripada
suara orang-orang seperti juga tangannya, dia berseru hingga
terdengar oleh semua orang, berikanlah kepadaku seorang,
supaya kami berperang seorang lawan seorang. Ia berdiri
gagah dengan pongahnya, sebab ia jauh lebih tinggi dan lebih
kuat daripada semua orang lain. Dalam hatinya (kata Uskup
Hall) tidak ada apa-apa selain segumpal daging yang sombong.
Ia memandang Israel dengan hina, sebab tidak ada seorang
raksasa monster pun di antara mereka. Ia menantang mereka
untuk mendapatkan seorang laki-laki di antara mereka yang
cukup berani untuk bertanding dengannya.
(1) Ia mengolok-olok mereka bodoh, sebab mengumpulkan
para tentara: “Mengapa kamu keluar untuk mengatur baris-
an perangmu? Beraninya kalian menantang orang Filistin
yang gagah perkasa?” Atau, “Mengapa pasukan kalian de-
ngan pasukan kami harus berperang, padahal sudah bisa
ditentukan siapa yang akan menang, dengan hanya me-
ngorbankan satu nyawa saja?”
(2) Ia menawarkan untuk menyelesaikan pertikaian dengan
mengusulkan pertarungan satu lawan satu. “Jika pahla-
wanmu dapat mengalahkan aku, kami semua akan men-
jadi budakmu. namun jika aku membunuhnya, maka kalian
semua akan menjadi budak kami.” Hal ini, kata Uskup
Patrick, hanya omong kosong saja, sebab tidak ada bangsa
yang bersedia mempertaruhkan keberhasilan perang hanya
pada diri satu orang saja, dan hal itu juga tidak dapat
dibenarkan. Kendati ketetapan Goliat seperti, saat dia di-
bunuh, orang-orang Filistin tidak mau berpegang pada per-
kataannya, atau menyerahkan diri sebagai budak-budak
Israel. saat dia menyombongkan diri, aku seorang Filistin
dan kamu yaitu hamba Saul, dia memandang diri hebat,
seorang pemimpin tertinggi, dan menantang seorang Israel.
Ia memandang orang Israel tidak lebih dari sekadar budak-
budak belaka. Terjemahan bahasa Aram menyebut dia
318
menyombongkan diri sebagai orang yang telah membunuh
Hofni dan Pinehas serta merampas tabut perjanjian, namun
orang Filistin tidak pernah memberikan kepadanya pangkat
panglima sebagai balas jasanya, sementara Saul diangkat
sebagai raja. Jadi, “Biarlah Saul yang menerima tantangan
ini .”
4. Kegentaran menghantam orang Israel: Cemaslah hati Saul dan
segenap orang Israel dan sangat ketakutan (ay. 11). Rakyat
tidak menjadi tawar hati, namun mereka melihat Saul kehilang-
an keberanian. Dan hal itu tidak diharapkan bahwa, jika sang
pemimpin menjadi seorang pengecut, maka para pengikutnya
menjadi berani. Kita mendapati sebelumnya, saat Roh
TUHAN hinggap atas Saul (11:6), tak seorang pun yang lebih
berani dari Saul atau maju untuk menjawab tantangan Nahas
orang Amon itu. namun sekarang Roh TUHAN telah mundur dari
pada Saul, sehingga bahkan perawakan dan mulut besar dari
seorang Filistin pun membuatnya kecil hati. namun di mana-
kah Yonatan selama ini? Mengapakah dia tidak menerima tan-
tangan Goliat ini, padahal dalam perang sebelumnya ia begitu
berani melawan seluruh tentara Filistin? Tak diragukan dia
tidak merasa digerakkan oleh Allah, seperti dalam kasus sebe-
lumnya. Yang terbaik, orang-orang yang paling berani yaitu
tiada lain selain yang dijadikan berani oleh Allah. Yonatan
sekarang harus terduduk diam, sebab kehormatan untuk
menghadapi Goliat disiapkan bagi Daud. Dalam tindakan yang
besar dan baik, angin Roh TUHAN bertiup saat dan ke mana
Dia berkenan. Kini umat Israel menyesali putusnya hubungan
raja mereka dengan nabi Samuel.
Daud Datang ke Perkemahan Israel
(17:12-30)
12 Daud yaitu anak seorang dari Efrata, dari Betlehem-Yehuda, yang ber-
nama Isai. Isai mempunyai delapan anak laki-laki. Pada zaman Saul orang
itu telah tua dan lanjut usianya. 13 Ketiga anak Isai yang besar-besar telah
pergi berperang mengikuti Saul; nama ketiga anaknya yang pergi berperang
itu ialah Eliab, anak sulung, anak yang kedua ialah Abinadab, dan anak
yang ketiga yaitu Syama. 14 Daudlah yang bungsu. Jadi ketiga anak yang
besar-besar itu pergi mengikuti Saul. 15 namun Daud selalu pulang dari pada
Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem. 16 Orang Filistin
itu maju mendekat pada pagi hari dan pada petang hari. Demikianlah ia
Kitab 1 Samuel 17:12-30
319
tampil ke depan empat puluh hari lamanya. 17 Isai berkata kepada Daud,
anaknya: “Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti
yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakak-
mu. 18 Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan
seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang
suatu tanda dari mereka. 19 Saul dan mereka itu dan semua orang Israel ada
di Lembah Tarbantin tengah berperang melawan orang Filistin.” 20 Lalu Daud
bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang
penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai
kepadanya. Sampailah ia ke perkemahan, saat tentara keluar untuk
mengatur barisannya dan mengangkat sorak perang. 21 Orang Israel dan
orang Filistin itu mengatur barisannya, barisan berhadapan dengan barisan.
22 Lalu Daud menurunkan barang-barangnya dan meninggalkannya di
tangan penjaga barang-barang tentara. Berlari-larilah Daud ke tempat baris-
an; sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka
selamat. 23 Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu.
Namanya Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia
mengucapkan kata-kata yang tadi juga, dan Daud mendengarnya. 24 saat
semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan
sangat ketakutan. 25 Berkatalah orang-orang Israel itu: “Sudahkah kamu
lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan
orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan
yang besar, raja akan memberikan anaknya yang wanita kepadanya dan
kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel.” 26 Lalu
berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: “Apakah yang
akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang
menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak ber-
sunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang
hidup?” 27 Rakyat itu pun menjawabnya dengan perkataan tadi: “Begitulah
akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia.” 28 saat Eliab, kakak-
nya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bang-
kitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa engkau datang?
Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di
padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau
datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.” 29 namun jawab Daud:
“Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!” 30 Lalu berpalinglah ia dari
padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat mem-
beri jawab kepadanya seperti tadi.
Empat puluh hari sudah kedua tentara berkemah saling berhadapan
satu dengan yang lain, saling mengolok namun tidak ada yang berani
maju. Entah mereka sedang membahas syarat-syarat damai atau
menunggu tambahan pasukan. Dan mungkin sering terjadi pertem-
puran kecil-kecil di antara kelompok-kelompok yang terpisah. Selama
ini, dua kali sehari, pagi dan petang, Goliat si jagoan itu tampil ke
medan pertempuran dan mengulangi tantangannya. Hatinya semakin
bertambah sombong sebab tantangannya tidak kunjung dibalas dan
bangsa Israel menjadi semakin takut. namun Allah merancang ren-
cana dengan tindakannya itu, untuk mematangkan Goliat bagi ke-
hancuran dan untuk membuat pembebasan Israel tampak semakin
320
gemilang. Selama semua ini terjadi, Daud sedang menjaga kawanan
domba ayahnya, namun di akhir hari ke-40 Penyelenggaraan Allah
membawanya ke medan pertempuran untuk memenangkan dan me-
ngenakan kehormatan yang tidak seorang Israel pun berani memper-
taruhkan nyawa untuk mendapatkannya. Kita menemukan dalam
ayat-ayat ini,
I. Keadaan keluarganya saat itu. Ayahnya sudah tua (ay. 12): Orang
itu telah tua dan lanjut usianya. Disebutkan di sini tentang
usianya yang lanjut, di atas usia rata-rata kala itu, dan sebab itu
pula ia dibebastugaskan dari tugas umum bersama, dan tidak
ikut pergi ke medan pertempuran, melainkan hanya mengirimkan
putra-putranya. Ia mendapat kehormatan disebabkan oleh usia-
nya, rambut kepalanya yang putih merupakan mahkota kemulia-
an baginya. Tiga kakak Daud, yang mungkin iri hati sebab
kedudukannya di istana, memohon ayah mereka untuk memang-
gilnya pulang ke rumah, dan mengizinkan mereka bergabung ke
perkemahan, di mana mereka berharap untuk menonjolkan diri
dan memudarkan nasib Daud (ay. 13-14). Padahal Daud sendiri
begitu jauh dari menjadi sombong sebab pelayanan yang dilaku-
kannya kepada rajanya. Ia juga tidak bernafsu mengejar kedu-
dukan lebih tinggi lagi, sehingga bukan saja lebih memilih me-
ninggalkan istana dan kembali ke rumah ayahnya dalam kesunyi-
an, namun juga mau merawat dan berjeri payah dengan memba-
hayakan nyawanya, seperti tampak dalam ayat 34, untuk meng-
gembalakan kambing domba ayahnya. Kehormatan untuk meraih
kemenangan ini merupakan pujian atas kerendahan hatinya sete-
lah dia menerima kehormatan sebagai seorang pelayan di istana,
dan juga hadiah yang datang sebelum ia mendapat kehormatan
seorang pemenang. Kerendahan hati mendahului kehormatan. Se-
karang dia mendapatkan kesempatan untuk melakukan tugas
perantaraan dan berdoa dan ibadah-ibadah lainnya, yang melayak-
kan dirinya untuk sesuatu yang telah disediakan baginya melebihi
apa yang dapat dilakukan oleh seluruh pasukan di perkemahan
Israel.
II. Perintah yang diberikan oleh ayahnya untuk pergi dan melihat
saudara-saudaranya di perkemahan. Bukan ia yang memohon
untuk pergi, untuk memuaskan keingintahuannya, atau untuk
Kitab 1 Samuel 17:12-30
321
memperoleh pengalaman dan melihat-lihat ada apa di sana.
namun ayahnya yang menyuruh dia untuk suatu tugas keluarga
yang biasa-biasa saja, yang dapat saja dikerjakan salah seorang
pelayan. Ia harus membawa sedikit roti dan keju untuk saudara-
saudaranya, sepuluh ketul roti dengan gandum untuk mereka
semua (ay. 17), dan sepuluh potong keju yang, sepertinya, dipikir-
kannya terlalu enak buat mereka, sebagai hadiah untuk koman-
dan mereka (ay. 18). Daud pasti masih menjadi orang yang disu-
ruh-suruh dalam keluarganya, walaupun kelak dia akan menjadi
hiasan teragung dari keluarganya itu. Ia tidak punya keledai sama
sekali untuk membawa barang bawaannya itu, namun harus
memikulnya sendiri, namun ia bahkan berlari ke perkemahan. Isai,
kita duga, menyimpan rahasia tentang Daud diurapi, dan ia men-
jaga agar Daud tetap menjadi orang biasa-biasa saja dan tidak
menonjol, mungkin untuk menyembunyikan dirinya dari mata
kecurigaan dan iri hati, kerena ia telah diurapi sebagai pengganti
raja. Daud harus mengamati bagaimana nasib saudara-saudara-
nya, apakah mereka tidak kekurangan bekal, sebab sekarang
perkemahan telah berlangsung lama. Jika perlu, dia harus mengi-
rim mereka perbekalan lagi. Dia harus menanggung jaminan
mereka, yaitu, jika mereka ada menggadaikan sesuatu, dia harus
menebusnya. Tengoklah teman-teman mereka, demikian tafsiran
beberapa orang, dengan siapa mereka berteman, dan bagaimana
keadaan kehidupan mereka. Mungkin Daud, seperti Yusuf, sebe-
lumnya telah membawa kepada ayahnya kabar buruk tentang
kakak-kakaknya itu, dan sekarang dia disuruh untuk mencari
tahu tentang perilaku mereka. Lihatlah perhatian dari orangtua
yang saleh tentang anak-anak mereka saat mereka berada di
tempat jauh, terutama di tempat-tempat yang penuh godaan.
Orangtua harus peduli bagaimana anak-anaknya berperilaku,
terutama macam apa teman-teman mereka. Kiranya anak-anak
memikirkan hal ini dan berperilaku sedemikian rupa, mengingat
bahwa, saat mereka masih di bawah pengawasan orangtua,
mereka masih berada di bawah pengawasan Allah.
III. Ketaatan Daud sepenuhnya kepada perintah ayahnya. Kerajinan
dan kepeduliannya membuatnya selalu bangun pagi-pagi (ay. 20),
dan tidak pernah meninggalkan domba-dombanya tanpa penjaga.
Begitu setianya dia dalam hal-hal yang sedikit, sehingga mem-
322
buatnya layak untuk dijadikan penguasa atas banyak hal. Sede-
mikian baiknya dia telah belajar untuk taat sebelum dia siap
untuk memerintah. Penyelenggaraan Allah membawanya ke per-
kemahan tepat pada waktunya, saat kedua pihak telah memper-
siapkan pertempuran, dan, tampaknya pertempuran lebih mung-
kin akan terjadi saat ini sesudah empat puluh hari berlangsung
(ay. 21). Dua pihak sekarang sedang bersiap untuk berperang.
Tak terpikir oleh Isai untuk mengutus putranya ke perkemahan
pasukan tepat di waktu sangat berbahaya ini, namun Allah yang
bijaksana mengatur waktu dan segala keadaan dari tindakan dan
urusan untuk memenuhi rancangan-Nya untuk menjamin kepen-
tingan Israel dan meninggikan orang-orang yang berkenan di hati-
Nya. Kini amatilah di sini,
1. Betapa tangkas dan cepatnya tindakan Daud (ay. 22). Barang-
barang bawaan dijaganya dengan baik dan ditinggalkan ke-
pada mereka yang bertugas untuk mengawasi tas dan barang-
barangnya. Namun, kendati sudah melakukan perjalanan jauh
dengan beban muatan yang berat, dia sempat berlari ke tempat
barisan, untuk melihat apa yang sedang terjadi di sana, dan
untuk memberi salam kepada saudara-saudaranya. Pernahkah
engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya?, dia
sedang menuju ke kedudukan yang lebih tinggi, di hadapan
raja-raja ia akan berdiri.
2. Betapa gagah dan beraninya Goliat si jagoan Filistin itu (ay.
23). Sekarang saat bala tentara dari kedua belah pihak ber-
jalan maju ke garis depan medan pertempuran, ia tampil di
depan sekali untuk mengulangi tantangannya, sambil memba-
yangkan dirinya sedang menyambut kejayaan dan kemenang-
an. Padahal sia-sia saja khayalannya itu, sebab sebenarnya
dia sedang mengejar kehancurannya sendiri.
3. Betapa tawar dan kecil hatinya orang-orang Israel. Selama 40
hari mereka sudah terbiasa dengan penampilan Goliat yang
angkuh dan bahasa ancamannya, namun tidak ada tindakan
sama sekali. Mereka telah belajar untuk mengabaikan keang-
kuhannya itu. Walaupun demikian, saat ia datang men-
dekat, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan
(ay. 24). Satu orang Filistin tidak mungkin pernah dapat me-
ngejar 1.000 orang Israel, dan membuat 10.000 orang lari
tunggang langgang, kecuali Sang Gunung Batu mereka, yang
Kitab 1 Samuel 17:12-30
323
telah mereka tinggalkan, telah menjual mereka, dan TUHAN
telah menyerahkan mereka (Ul. 32:30).
4. Betapa tingginya Saul menghargai seorang pahlawan. Meski-
pun yang paling tinggi di antara semua orang Israel, namun
Saul tidak berani menerima tantangan si jagoan Filistin yang
kurang ajar itu. Seandainya dia tetap dekat dengan Allah, dia
pasti berani. Namun Roh TUHAN telah meninggalkannya, se-
hingga dia tidak berani melakukannya, atau mendesak Yona-
tan untuk maju. Akan namun , barang siapa berani maju me-
nyambut tantangan itu, dia akan menerima kedudukan seting-
gi-tingginya yang dapat diberikan Saul (ay. 25). Diumumkan
oleh Saul bahwa barang siapa yang menginginkan kekayaan
dan kehormatan sehingga berani mempertaruhkan diri, maka
si pemberani ini, jika dia menang, akan menikahi putri raja
dan dianugerahi kekayaan yang besar bersamanya. Tampak-
nya, entah menang atau tidak, kaum keluarganya akan dibe-
baskannya dari pajak di Israel, dari upeti dan segala kewajiban
terhadap kerajaan, atau akan dinobatkan dan diberikan gelar
bangsawan.
5. Betapa besar kepedulian Daud dalam menjunjung kehormatan
Allah dan Israel dengan melawan tantangan yang lancang dari
sang jagoan ini. Ia menanyakan hadiah apa yang dijanjikan
kepadanya jika ia membunuh orang Filistin ini (ay. 26), ken-
dati dia sudah tahu. Ini bukan sebab dia berambisi terhadap
kehormatan, namun sebab dia mau orang memperhatikan dan
melaporkannya kepada Saul, betapa dia sangat marah terha-
dap penghinaan yang diperbuat terhadap Israel dan Allah
Israel. Bisa saja ia mempergunakan kedudukan dan pelayan-
annya di istana dan langsung mendatangi Saul guna mena-
warkan diri. Namun kerendahan hatinya mencegah dia mela-
kukannya. Telah menjadi salah satu aturannya sendiri, sebe-
lum aturan ini dipakai sebagai amsal oleh Salomo puteranya,
Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para
pembesar (Ams. 25:6). Semangatnya membuat dia memakai
caranya untuk bertindak, supaya dia bisa ikut terlibat dalam
urusan hebat ini. Dua pertimbangan, tampaknya, membakar
Daud dengan kemarahan yang kudus:
324
(1) Bahwa si penantang yaitu seorang yang tidak bersunat,
seorang asing bagi Allah dan berada di luar perjanjian
dengan-Nya.
(2) Bahwa yang ditantang yaitu pasukan tentara dari Allah
yang hidup, yang diabdikan bagi-Nya, digunakan oleh dan
bagi Dia, sehingga penghinaan yang ditujukan kepada me-
reka tertuju juga kepada Allah yang hidup itu, dan bah-
wa dia tidak tahan dengan penghinaan itu. Oleh sebab
itu, saat ada yang sudah memberi tahu dia hadiah apa
yang ditawarkan untuk membunuh orang Filistin ini
(ay. 27), dia sengaja bertanya lagi kepada orang lain (ay.
30), dengan kegeraman yang sama, supaya dengan begitu
terdengar juga ke telinga Saul.
6. Bagaimana dia dimarahi dan dipatahkan semangatnya oleh
Eliab, kakak tertuanya, yang, sempat memperhatikan kelan-
cangannya itu. Eliab hilang kesabarannya dan memarahi
Daud dengan kata-kata yang sangat kasar (ay. 28). Pertim-
bangkan hal ini,
(1) Sebagai akibat kecemburuan Eliab. Ia yaitu kakak laki-
laki yang tertua, dan Daud yaitu yang termuda, sehingga
mungkin sudah biasa bagi dia, seperti dengan kebanyakan
saudara laki-laki yang tertua, untuk menginjak-injak Daud
dan menggunakan setiap kesempatan untuk memarahinya.
namun mereka yang meninggikan diri sendiri atas adik-
adiknya akan hidup untuk melihat diri mereka sendiri
direndahkan, oleh penyelenggaraan ilahi yang benar, se-
dangkan orang yang mereka rendahkan itu ditinggikan.
Waktunya akan tiba saat yang tua akan melayani yang
muda. Masalahnya, Eliab merasa kesal sebab adiknya
melontarkan kata-kata yang berani ini melawan orang
Filistin yang dirinya sendiri saja tidak berani mengucap-
kannya. Ia tahu kehormatan apa yang telah diperoleh Daud
di istana, dan, jika sekarang Daud juga mendapat kehor-
matan di perkemahan padahal perkemahan yaitu caranya
untuk menyisihkan Daud (ay. 15), maka kemuliaannya
sebagai seorang kakak akan memudar dan ternoda. Oleh
sebab itu, demikianlah sifat kecemburuan itu, dia merasa
lebih baik Goliat yang menang atas Israel daripada Daud
Kitab 1 Samuel 17:12-30
325
harus menjadi orang yang mengalahkannya. Panas hati
kejam dan murka melanda, namun siapa dapat tahan terha-
dap cemburu?, terutama cemburu dari seorang saudara,
hal yang sama yang dialami oleh Yakub, Yusuf, dan Daud?
(lih. Ams. 18:19). Sungguh kata-kata pedas yang diucapkan
oleh Eliab di sini kepadanya. Tidak hanya tidak benar dan
tidak baik, namun , pada saat seperti ini, sungguh-sungguh
tidak patut. Sebab Daud diutus oleh ayahnya, seperti Yusuf
oleh ayahnya, untuk mengunjungi saudara-saudaranya.
Eliab bermaksud, dalam ucapannya, tidak hanya untuk
mendukakan dan mematahkan semangat Daud sendiri,
dan memadamkan api besar yang dirasakannya sedang
membara di dalam dada Daud, namun juga untuk memper-
lihatkan kepada orang-orang bahwa Daud itu hanya pem-
bual besar saja dan tidak usah diperhatikan. Ia meyakin-
kan mereka bahwa tugas Daud hanya menjaga domba, dan
menuduhnya seorang gembala yang tidak setia dan cero-
boh. Kendati Daud sudah meninggalkan tugasnya kepada
orang yang dapat diandalkan (ay. 20), namun Eliab dengan
sinis masih juga menanyai dia, pada siapakah kauting-
galkan kambing domba yang dua tiga ekor itu? Meskipun
Daud turun ke perkemahan sebab menuruti perintah
ayahnya dan dengan maksud baik kepada saudara-sau-
daranya, namun masih juga Eliab mencela dia: “Kamu ke-
mari bukan untuk melayani, melainkan hanya untuk me-
menuhi rasa ingin tahumu, hanya untuk melihat pertem-
puran.” Maka Eliab pun menyimpulkan kejahatan hati
Daud, seakan-akan ia tahu persis apa yang ada di dalam
hatinya. Daud dapat saja berseru kepada Allah untuk
mengenai kerendahan hati dan ketulusan hatinya (Mzm.
17:3; 131:1) dan pada saat ini membuktikan, namun tetap
saja ia tidak dapat menghindar dari tabiat keras kakaknya
sendiri. Lihatlah kebodohan, kekonyolan, dan kejahatan
dari keinginan hati yang sombong dan cemburu. Betapa
tidak masuk akal kecemburuannya, betapa tidak adil cela-
annya, betapa tidak benar perkataannya, betapa pedas
makiannya, dan tak senonoh kata-katanya. Kiranya Allah,
dengan anugerah-Nya, menjauhkan kita dari roh yang
demikian!
326
(2) Sebagai suatu ujian bagi kelemahlembutan, kesabaran,
dan kegigihan Daud. Memang hanya suatu cobaan yang
singkat, dan dia dapat melewatinya dengan baik. Sebab,
[1] Ia menanggapi hasutan itu dengan kesabaran hati yang
mengagumkan (ay. 29): “Apa yang telah kuperbuat?
Kesalahan apakah yang telah aku lakukan hingga aku
harus dicemooh? Masakan tidak diperbolehkan aku
datang ke perkemahan, kalau ayahku yang menyuruh
aku? Masakan tidak diperbolehkan kalau aku marah
terhadap penghinaan yang diperbuat terhadap kehor-
matan Israel oleh tantangan Goliat?” Daud mempunyai
hak dan alasan di pihaknya, dan mengetahuinya, dan
sebab itu ia tidak membalas cacian dengan cacian, me-
lainkan dengan sebuah jawaban yang lembut ia mereda-
kan kemarahan kakaknya. Dalam beberapa segi, keme-
nangannya ini atas perasaannya sendiri lebih terhormat
daripada kemenangannya atas Goliat. Orang yang me-
nguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. Tidak
ada waktu bagi Daud untuk bertengkar dengan kakak-
nya saat orang-orang Filistin menghadapi mereka. Se-
makin mengancam musuh-musuh jemaat, semakin ber-
sabar seharusnya sahabat-sahabat jemaat satu dengan
yang lainnya.
[2] Daud menerobos keputusasaan dan tawar hati orang-
orang Israel dengan tekad hati yang mengagumkan. Ia
tidak mau dihentikan dari tekad hatinya untuk melawan
orang Filistin hanya oleh niat buruk kakaknya. Orang-
orang yang melakukan pelayanan yang besar terhadap
orang banyak tidak boleh merasa heran jika tidak didu-
kung dan ditentang oleh mereka yang diharapkan mem-
berikan dukungan dan bantuan. Sebaliknya, mereka
harus dengan rendah hati melanjutkan pekerjaan mere-
ka, sambil menghadapi ancaman musuh-musuh serta
celaan dan kecurigaan dari teman-teman.
Kitab 1 Samuel 17:31-39
327
Daud Menemui Goliat
(17:31-39)
31 Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu
diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh memanggil dia. 32 Ber-
katalah Daud kepada Saul: “Janganlah seseorang menjadi tawar hati sebab
dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.” 33 namun Saul ber-
kata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin
itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari
masa mudanya telah menjadi prajurit.” 34 namun Daud berkata kepada Saul:
“Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. jika
datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,
35 maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari
mulutnya. Kemudian jika ia berdiri menyerang aku, maka aku menang-
kap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. 36 Baik singa mau-
pun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak
bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, sebab
ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.” 37 Pula kata Daud:
“TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang,
Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul
kepada Daud: “Pergilah! TUHAN menyertai engkau.” 38 Lalu Saul mengenakan
baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya
dan dikenakannya baju zirah kepadanya. 39 Lalu Daud mengikatkan pedang-
nya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum
pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: “Aku tidak dapat ber-
jalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya.” Kemudian
ia menanggalkannya.
Daud pada akhirnya dibawa kepada Saul untuk menjadi pahlawan-
nya (ay. 31), dan dengan berani maju untuk melawan orang Filistin
(ay. 32): Janganlah seseorang menjadi tawar hati sebab dia. Terasa
akan sangat menyindir keberanian rajanya jika dia berkata, Jangan-
lah tawar hatimu. Oleh sebab itu, dia berbicara secara umum
saja: Janganlah seseorang menjadi tawar hati. Seorang gembala kecil,
yang baru saja datang pagi ini dari menjaga domba, mempunyai
keberanian yang lebih besar daripada semua orang yang gagah per-
kasa di Israel, dan menguatkan mereka. Demikianlah Allah sering
mengirim firman-firman yang baik kepada umat-Nya Israel, dan
melakukan hal-hal yang besar bagi mereka, melalui yang lemah dan
bodoh dari dunia. Daud hanya menantikan sebuah perintah dari Saul
untuk pergi dan berperang dengan orang Filistin, tanpa menanyakan
apa-apa kepadanya tentang hadiah yang telah ditawarkannya. Sebab,
hal itu bukanlah keinginan besarnya, melainkan hanya kehormatan
untuk melayani Allah dan negerinya. Tidaklah nampak, bahwa ia
mempersoalkan kemurahan hati Saul. Dua hal yang harus diselesai-
kannya dengan Saul:
328
I. Untuk menjernihkan keberatan Saul atas tekadnya. “Aduh!” kata
Saul, “engkau memang memiliki hati yang baik, namun engkau
sama sekali bukanlah tandingan orang Filistin ini. Menghadapi
dia berarti melempar nyawa yang mungkin lebih baik disimpan
untuk pelayanan lain yang lebih berguna. Engkau masih
muda, terburu nafsu dan tidak bijak, lemah dan tidak terampil
menggunakan senjata. Sedangkan Goliat yaitu seorang pria yang
gagah perkasa, seorang yang sudah biasa berperang, terlatih dan
terbiasa dari masa mudanya (ay. 33). Tidak ada harapan, dia
terlalu sukar bagimu.” Daud, sama seperti dia menjawab celaan
kakaknya dengan kelemahlembutan, demikian pula dia menjawab
ketakutan Saul dengan iman, dan memberi alasan pengharapan-
nya bahwa dia mampu mengalahkan orang Filistin itu, untuk
meyakinkan Saul. Ada alasan bagi kita untuk takut bahwa Saul
sama sekali tidak mengenal dan juga tidak peduli dengan firman
Allah, dan sebab nya Daud, dalam memberi penjelasan kepada
Saul, tidak menggunakan firman Allah, meskipun hatinya sungguh
terpatri ke sana. Sebaliknya, dia menjawab berdasar pengalam-
an hidupnya. Kendati dia hanyalah seorang yang muda, dan tidak
pernah ikut berperang, namun mungkin dia telah melakukan pem-
bunuhan sama banyaknya seperti Goliat, sebab, dengan pertolong-
an Allah, dia memiliki cukup keberanian untuk menghadapi dan
kekuatan untuk mengalahkan seekor singa sekali dan di waktu
lain seekor beruang yang ingin merampas domba-dombanya (ay.
34-36). Dengan inilah dia membandingkan orang Filistin yang
tidak bersunat itu, memandangnya sama seperti salah satu dari
binatang-binatang buas itu, dan sebab nya tidak ragu untuk
menghadapinya sama mudahnya dengan menghadapi binatang
buas itu. Maka dengan ini dia menyadarkan Saul bahwa dirinya
tidaklah tidak berpengalaman dalam pertempuran yang meng-
ancam nyawa seperti yang disangkanya.
1. Daud memberi tahu pengalamannya sebagai seorang pem-
berani. Ia tidak malu mengakui bahwa dia bekerja menggem-
balakan domba ayahnya, yang olehnya ia baru saja dicela oleh
kakaknya. Sama sekali tidak disembunyikannya, bahwa dari
pekerjaannya sebagai seorang gembala itulah dia memperoleh
pengalaman yang sekarang menyemangati dirinya. Dia ingin
orang lain tahu bahwa dirinya bukanlah seorang gembala yang
biasa. Apa pun pekerjaan atau panggilan kita, serendah apa
Kitab 1 Samuel 17:31-39
329
pun itu, kita harus berusaha agar unggul di dalamnya, dan
melakukannya dengan cara yang terbaik. Pada waktu Daud
menjaga domba,
(1) Ia berupaya memelihara dan menjaga kawanan dombanya
dengan penuh perhatian, meskipun itu kawanan domba itu
bukan miliknya, namun milik ayahnya. Ia tidak ingin meli-
hat seekor domba pun dalam kesulitan, dan sebab itu dia
akan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan-
nya. Tabiatnya ini membuat dirinya cocok untuk menjadi
seorang raja, yang di matanya kehidupan rakyatnya sangat
berharga dan darah mereka begitu mulia (Mzm. 72:14).
Dengan demikian juga ia tepat untuk menjadi gambaran
dari Kristus, Sang Gembala yang baik, yang menghimpun
anak-anak domba dengan tangan-Nya; anak-anak domba
dipangku-Nya (Yes. 40:11), dan yang bukan hanya berani
menghadapi bahaya, namun bahkan memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya. Demikian juga Daud pantas untuk
menjadi teladan bagi para pelayan Tuhan, supaya menjaga
jiwa-jiwa dengan segala kepedulian dan kerajinan, agar
mereka tidak menjadi mangsa bagi singa yang mengaum-
ngaum.
(2) Ia membuktikan diri sangat berani untuk membela kawan-
an dombanya. Inilah hal yang sekarang ini ingin dia bukti-
kan, dan tidak ada bukti yang lebih baik selain dari ini:
“Hambamu tidak hanya menyelamatkan domba-domba,
namun juga, untuk membalaskan luka, singa maupun ber-
uang telah dihajar oleh hambamu ini.”
2. Daud menjelaskan pengalamannya sebagai orang yang ber-
iman. Ia mengakui (ay. 37), bahwa “TUHAN yang telah mele-
paskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang. Kepada
Dialah Daud memberikan pujian atas kemenangan yang besar
itu, sehingga dia menyimpulkan, Dia juga akan melepaskan
aku dari tangan orang Filistin itu.” Singa dan beruang hanyalah
musuh-musuh bagi hamba dan domba-domba hamba, dan
sebab untuk mempertahankan diri, maka hamba menyerang
mereka. Namun, orang Filistin itu yaitu musuh Allah dan Is-
rael, telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup, dan
330
demi kehormatan merekalah maka aku harus melawannya.”
Perhatikanlah,
(1) Pengalaman kita harus kita gunakan sebagai dorongan un-
tuk mempercayai Allah dan berani menempuh bahaya da-
lam pelayanan kita. Ia yang telah melepaskan, sedang dan
akan melepaskan kita.
(2) Melalui tindakan Penyelenggaraan-Nya sehari-hari, Ia me-
melihara dan melindungi makhluk-makhluk ciptaan yang
lebih rendah. Dari situ kita hendaknya didorong untuk ber-
gantung pada Penyelenggaraan-Nya yang khusus yang
mengelilingi umat Israel milik Allah yaitu orang-orang per-
caya. Ia yang menetapkan batas-batas gelombang lautan
dan amukan binatang buas sanggup dan akan mengekang
murka orang-orang jahat. Paulus kelihatannya merujuk
kepada pengalaman Daud ini (2Tim. 4:17-18), aku lepas
dari mulut singa, dan sebab nya, aku percaya, Tuhan akan
melepaskan aku. Mungkin Daud di sini teringat akan kisah
Simson, dan menguatkan diri dengannya. Sebab keme-
nangannya atas singa merupakan suatu pertanda bahagia
akan datangnya banyak kemenangan gemilang atas bangsa
Filistin dalam satu pertempuran tunggal. Demikianlah
Daud menepis keberatan Saul terhadap tekadnya itu dan
akhirnya mendapat tugas untuk melawan orang Filistin itu.
Dan dengan tugas itu Saul mengucapkan selamat kepada-
nya. Oleh sebab Saul sendiri tidak berani maju, ia pun
berdoa bagi Daud: Pergilah! TUHAN menyertai engkau. Ini
merupakan sebuah ucapan yang baik, jika bukan merupa-
kan basa-basi saja, bukan sekadar sopan santun saja se-
perti yang sering terjadi. Di samping itu, Daud juga harus
melakukan hal berikut,
II. Daud menjauhkan perlengkapan senjata yang dikenakan Saul
kepadanya, saat dia hendak melaksanakan tindakan yang besar
ini (ay. 38): Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud,
bukan yang dipakainya sendiri, sebab perawakannya yang tinggi
tidak cocok dengan perawakan Daud. Perlengkapan perang yang
dia berikan diambil dari gudangnya. Tanpa terpikir oleh Saul
bahwa orang yang sekarang dipakaikan ketopong dan baju zirah
olehnya itu akan segera mewarisi mahkota dan jubahnya. Daud,
Kitab 1 Samuel 17:40-47
331
yang belum pasti dengan cara apa melawan musuhnya, mengikat-
kan pedangnya, tanpa terpikir suatu saat akan memiliki kesem-
patan seperti sekarang untuk mencobanya. Namun dia men-
dapati, bahwa baju zirahnya itu justru hanya membatasi gerakan-
nya, dan hanya membebani daripada melindungi dirinya. Ia me-
minta Saul untuk melepaskannya lagi: Aku tidak dapat berjalan
dengan memakai ini, yaitu, “Aku belum pernah terbiasa dengan
perlengkapan seperti ini.” Kita dapat menduga, perlengkapan sen-
jata Saul pastilah sangat baik dan sangat kuat, namun apa guna-
nya semuanya itu bagi Daud jika tidak pas dengan dirinya, atau
jika dia tidak tahu bagaimana menggunakannya? Orang-orang
yang mengejar segala sesuatu melampaui tingkat pendidikan dan
kebiasaannya, dan mengingini jubah serta baju zirah para pem-
besar, lupa bahwa yang terbaik bagi kita yaitu yang pas dan se-
suai dengan kebiasaan kita. jika kita ingin, kita harus ber-
harap untuk mengenakan jubah kita sendiri dan harus berkata,
“Kita tidak dapat bergerak dengan jubah ini,” jadi lebih baik tidak
usah mengenakannya.
Daud Membunuh Goliat
(17:40-47)
40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar
sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang di-
bawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangan-
nya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. 41 Orang Filistin itu kian
dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya.
42 saat orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta
melihat dia, dihinanya Daud itu sebab ia masih muda, kemerah-merahan
dan elok parasnya. 43 Orang Filistin itu berkata kepada Daud: “Anjingkah
aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?” Lalu demi para allah-
nya orang Filistin itu mengutuki Daud. 44 Pula orang Filistin itu berkata ke-
pada Daud: “Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada
burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang.” 45 namun
Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan
pedang dan tombak dan lembing, namun aku mendatangi engkau dengan
nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
46 Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan
aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;
hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filis-
tin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar,
supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, 47 dan supaya
segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan
pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHANlah pertempuran
dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.”
332
Kita kini hampir mendekati pertarungan yang terkenal ini, dan dalam
ayat-ayat di atas ini kita membaca tentang persiapan dan perbantah-
an dari kedua belah pihak.
I. Persiapan yang dibuat oleh kedua belah pihak untuk pertempur-
an. Orang Filistin itu sudah mantap, sebab telah siap setiap
harinya selama empat puluh hari. Ia sudah siap dengan perleng-
kapan perangnya, sebab ia sudah mencobanya cukup lama. Di
sini kita diberi tahu (ay. 41) juga, bahwa dia kian dekat mengham-
piri, tampaknya sebagai tanda tantangannya telah diterima.
Sepertinya ia tidak mau mengandalkan ketopong kepala dan baju
zirahnya, sebab seseorang berjalan di depannya sambil mem-
bawa perisainya. Lagi pula, tangannya sendiri sudah penuh de-
ngan pedang dan tombak (ay. 45). Akan namun , dengan senjata
dan amunisi apakah Daud diperlengkapi? Sama sekali tidak ada,
kecuali apa yang dibawanya sebagai seorang gembala. Tidak ada
penutup dada atau baju pelindung, hanya jubah gembala saja.
Tidak ada tombak, hanya tongkatnya saja. Tidak ada pedang atau
busur, selain umban. Tidak ada tabung anak panah selain kan-
tong gembala. Tidak ada anak panah, selain lima batu licin yang
diambilnya dari sungai (ay. 40). Dengan ini tampaklah, bahwa ia
sepenuhnya bersandar pada kuasa Allah, dan bukan pada kekuat-
annya sendiri, dan pada akhirnya Ia yang menaruh dalam hatinya
dorongan untuk melawan orang Filistin itu, sekarang menaruh
dalam benaknya dengan senjata apa dia harus melawannya.
II. Percakapan yang mendahului pertempuran itu. Amatilah,
1. Betapa sombongnya Goliat,
(1) Dengan penuh penghinaan dia memandang rendah lawan-
nya (ay. 42). Ia melihat-lihat di sekelilingnya, berharap
menjumpai seseorang yang tinggi kuat, namun saat dia
hanya melihat satu sosok rendah yang harus dihadapinya,
dia meremehkannya. Ia merasa terhina kalau harus ber-
tempur dengan orang rendah ini. Ia takut, lawan yang tidak
sepadan ini malah akan mengurangi kemuliaan keme-
nangannya. Ia memperhatikan orangnya, ternyata hanya-
lah seorang yang muda, belum beranjak dewasa, kemerah-
merahan dan elok parasnya, lebih cocok untuk menemani
Kitab 1 Samuel 17:40-47
333
gadis-gadis Israel menari, jika tarian campuran laki dan
wanita dilakukan saat itu, daripada memimpin orang
laki-laki Israel bertempur. Ia menatap Daud dengan kema-
rahan yang besar (ay. 43): “Anjingkah aku, maka engkau
mendatangi aku dengan tongkat? Sangkamu dapat memu-
kul aku semudah engkau memukul anjing gembalamu?”
(2) Betapa besar keyakinannya akan berhasil. Ia mengutuk
Daud demi dewa-dewanya, melontarkan sumpah serapah,
bahwa dewa-dewanya yang tak berdaya itu akan melawan
Daud. Sangkanya semua cemoohan bola-bola api yang di-
lontarkannya itu sudah cukup untuk menjamin keme-
nangannya. sebab itu, dengan penuh keyakinan ia mene-
puk-nepuk dada sambil menyeringai, seakan-akan perkata-
an yang mengancam ini akan membunuh lawannya (ay.
44): “Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu
kepada burung-burung di udara, menjadi santapan pesta
yang lezat untuk mereka.” Demikianlah rasa aman dan ke-
lancangan orang-orang bodoh akan membinasakan mere-
ka.
2. Betapa berimannya Daud. Tidak ada perkataan angkuh yang
diucapkannya, sebab Allah ada di atas segala-galanya dalam
perkataannya (ay. 45-47).
(1) Daud menyatakan kuasanya dari Allah: “Aku mendatangi
engkau dengan jaminan dan utusan dari sorga, dengan
nama TUHAN. Dialah yang telah memanggilku dan meng-
urapiku untuk peperangan ini dengan penyelenggaraan-
Nya yang berkuasa atas segala sesuatu. Ia yaitu TUHAN
semesta alam, Tuhan atas segala sesuatu, dan sebab nya
memiliki kuasa untuk melakukan apa yang dikehendaki-
Nya. Dengan anugerah khusus dari kovenan-Nya, Ia yang
yaitu Allah segala barisan Israel, akan turun tangan dan
menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi umat Israel,
dan melawan engkau yang telah menantang mereka de-
ngan kurang ajarnya.” Daud bergantung pada nama Allah,
seperti Goliat bergantung pada pedang dan tombaknya (lih.
Mzm. 20:8; 118:10-11).
(2) Ia bergantung kepada Allah untuk mendapatkan keberha-
silan (ay. 46). Daud berbicara dengan sama yakinnya seper-
334
ti Goliat, namun dengan dasar yang lebih baik. Imannyalah
yang berkata, “Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan
engkau ke dalam tanganku, dan tidak hanya mayatmu te-
tapi juga mayat bala tentara Filistin, akan diberikan seba-
gai mangsa kepada burung-burung di udara dan kepada
binatang-binatang liar.”
(3) Ia mempersembahkan puji-pujian dan kemuliaan semua-
nya kepada Allah. Ia tidak seperti Goliat mencari kehormat-
annya sendiri, melainkan kemuliaan Allah. Dengan tanpa
ragu bahwa oleh kemenangannya ini,
[1] Seluruh dunia dijadikan tahu bahwa ada Allah, dan
bahwa Allah Israel yaitu satu-satunya Allah yang hi-
dup dan benar, dan semua yang menyerupai allah ada-
lah kesia-siaan dan kebohongan belaka.
[2] Seluruh Israel, yang disebutnya bukan sebagai tentara
ini, namun segenap jemaah ini, atau sidang jemaat, se-
bab mereka kini dengan khidmat menyertai kepergian
Allah dan Raja mereka, seperti yang biasa mereka laku-
kan di tempat kudus, akan tahu bahwa TUHAN menye-
lamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan
lembing (ay. 47), melainkan sanggup, bila Ia berkenan,
untuk menyelamatkan tanpa senjata apa pun dan sang-
gup mematahkan senjata apa saja (Mzm. 46:10). Daud
menempatkan dirinya pada pertempuran ini lebih seba-
gai seorang imam yang hendak mempersembahkan kor-
ban kepada keadilan Allah ketimbang sebagai seorang
prajurit yang hendak melawan seorang musuh negerinya.
Daud Membunuh Goliat
(17:48-58)
48 saat orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka
segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu;
49 lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah
sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin
itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia de-
ngan mukanya ke tanah. 50 Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin
itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membu-
nuhnya, tanpa pedang di tangan. 51 Daud berlari mendapatkan orang Filistin
itu, lalu berdiri di sebelahnya; diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari
sarungnya, lalu menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang
itu. saat orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka telah mati,
Kitab 1 Samuel 17:48-58
335
maka larilah mereka. 52 Maka bangkitlah orang-orang Israel dan Yehuda,
mereka bersorak-sorak lalu mengejar orang-orang Filistin sampai dekat Gat
dan sampai pintu gerbang Ekron. Dan orang-orang yang terbunuh dari orang
Filistin bergelimpangan di jalan ke Saaraim, sampai Gat dan sampai
Ekron.:53 Kemudian pulanglah orang Israel dari pemburuan hebat atas orang
Filistin, lalu menjarah perkemahan mereka. 54 Dan Daud mengambil kepala
orang Filistin yang dipancungnya itu dan membawanya ke Yerusalem, namun
senjata-senjata orang itu ditaruhnya dalam kemahnya. 55 saat Saul melihat
Daud pergi menemui orang Filistin itu, berkatalah ia kepada Abner, panglima
tentaranya: “Anak siapakah orang muda itu, Abner?” Jawab Abner: “Demi
tuanku hidup, ya raja, sesungguhnya aku tidak tahu.” 56 Kemudian raja ber-
kata: “Tanyakanlah, anak siapakah orang muda itu.” 57 saat Daud kembali
sesudah mengalahkan orang Filistin itu, maka Abner memanggilnya dan
membawanya menghadap Saul, sedang kepala orang Filistin itu masih ada di
tangannya. 58 Kata Saul kepadanya: “Anak siapakah engkau, ya orang
muda?” Jawab Daud: “Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu.”
Di sini kita membaca tentang,
1. Pertempuran antara dua pahlawan (ay. 48). Dalam pertempuran
ini si pahlawan Filistin maju dengan penampilan yang hebat dan
penuh kekuatan. Sekalipun harus menghadapi seorang musuh
yang tidak ada apa-apanya, ia tetap harus tampil megah sebagai
seorang raksasa, seorang pembesar. Hal ini nyata dari gaya ung-
kapan yang dipakai: Ia bergerak maju, bagaikan sebuah gunung
mengintai, berlapis kuningan dan besi, untuk menemui Daud. Daud
maju dengan tidak kurang lincah dan keceriaan, sebagai seorang
yang bertujuan lebih untuk melakukan menjalankan penghukum-
an ketimbang untuk mencari nama: Segeralah Daud berlari, de-
ngan pakaian seadanya, untuk menemui orang Filistin itu. Kita
dapat membayangkan betapa sayang dan ibahnya orang-orang
Israel melihat seorang muda yang menyenangkan melemparkan
diri ke dalam mulut kebinasaan. namun Daud tahu kepada siapa
dia percaya dan untuk siapa dia bertindak.
2. Gugurnya Goliat dalam pertempuran ini. Goliat tidak terburu-
buru, sebab tidak ada rasa takut, melainkan yakin bahwa segera
hanya dengan satu pukulan saja ia sudah dapat memotong kepala
musuhnya. Namun, sementara dia bersiap untuk melakukannya,
Daud melakukan bagiannya dengan lihai, tanpa pamer. Dia me-
lontarkan sebuah batu dengan umbannya, dan mengenai Goliat di
dahinya. Dalam sekejap mata, robohlah Goliat ke tanah (ay. 49).
Goliat tahu ada banyak pengumban terkenal di Israel (Hak.
20:16), namun entah sebab lupa atau sombong, dia maju dengan
ketopong kepalanya terbuka, dan di tempat itulah, satu-satunya
bagian yang terbuka, batu itu pun menghujam. Ini bukanlah
336
sebab keahlian Daud, melainkan perbuatan penyelenggaraan
Allah. Dengan kekuatan sedemikian rupa batu itu pun menembus
ke dalam kepala Goliat, kendati betapa kerasnya dahinya yang
dilapisi tembaga. Lihatlah betapa rapuh dan tak menentunya
hidup itu, bahkan saat ia mengira dirinya sudah sedemikian
terlindungi dengan sangat baik. Betapa cepatnya, betapa mudah-
nya, dan hanya dengan sebuah benda kecil saja, terbukalah jalan
bagi kehidupan untuk keluar dan kematian untuk masuk.
Goliat tidak berkuasa menahan angin dan tiada seorang pun
berkuasa atas hari kematian (Pkh. 8:8). Kiranya orang yang kuat
tidak bermegah dengan kekuatannya, atau orang yang bersenjata
dengan perlengkapan senjatanya. Lihatlah bagaimana Allah
menentang orang congkak, dan mencurahkan kehinaan ke atas
mereka yang melawan Dia dan umat-Nya. Tidak ada orang yang
pernah mengeraskan hati terhadap Allah dan menjadi makmur.
Salah seorang Rabi menduga, saat meneriaki Daud, Majulah,
dan aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di
udara, Goliat mendongakkan kepalanya dengan keras sehingga
ketopongnya terlepas, sehingga dahinya terbuka lebar dan men-
jadi sasaran tembak bagi Daud. Untuk menyelesaikan tindakan-
nya, Daud menghunus pedang Goliat sendiri, dengan kedua
tangannya saking beratnya, dan memancung kepalanya (ay. 51).
Apakah gunanya Daud harus menggunakan pedangnya sendiri?
Pedang musuhnya sudah cukup untuk mencapai maksudnya,
saat ada kesempatan untuk itu. Allah sangat dimuliakan saat
musuh-musuh-Nya yang sombong dipancung dengan pedang
mereka sendiri, dan Ia membuat mereka tergelincir sebab lidah
mereka sendiri (Mzm. 64:9). Kemenangan Daud atas Goliat yaitu
gambaran dari kemenangan Putra Daud atas Iblis dan semua
kuasa kegelapan, yang dilucuti dan dijadikan suatu tontonan
umum oleh-Nya (Kol. 2:15), dan kita melalui Dia yaitu lebih dari-
pada orang-orang yang menang.
3. Kekalahan tentara Filistin sesudah itu. Mereka bersandar sepenuh-
nya kepada kekuatan pahlawan mereka itu, sehingga saat meli-
hat dia dibunuh, segera saja, dengan tidak membuang senjata
dan menyerahkan diri menjadi hamba kepada Israel seperti yang
diusulkan Goliat (ay. 9), mereka pun angkat kaki lari tunggang
langgang, sebab ciut nyali. Pikir mereka, tidak ada gunanya
melawan orang yang di hadapannya seorang pahlawan yang gagah
Kitab 1 Samuel 17:48-58
337
perkasa pun tumbang. Maka larilah mereka (ay. 51), dan ini mem-
beri semangat kepada orang Israel, yang bersorak-sorak lalu me-
ngejar mereka. Ada kemungkinan Daud memimpin mereka untuk
mengejar orang-orang Filistin itu, bahkan sampai ke pintu ger-
bang kota mereka sendiri (ay. 52). Dalam perjalanan pulang dari
perburuan itu, mereka mengambil semua barang, menjarah per-
kemahan (ay. 53), dan memperkaya diri dengan barang-barang
jarahan.
4. Daud melengkapi kemenangannya (ay. 54). Ia membawa kepala
Goliat ke Yerusalem, untuk menjadikannya kengerian bagi orang-
orang Yebus, yang menjaga benteng pertahanan Sion. Mungkin ia
membawa kepala Goliat dalam kemenangannya ke kota-kota lain
juga. namun senjata-senjata orang itu ditaruhnya dalam kemah-
nya. Hanya pedang Goliat yang disimpan di belakang efod dalam
kemah suci, untuk dikuduskan bagi Allah, dan sebagai suatu ke-
nangan atas kemenangan itu bagi kemuliaan-Nya (21:9).
5. Perhatian yang diberikan tentang Daud. Kendati dia telah berada
di istana sebelumnya, namun sebab sudah tidak ke sana lagi
selama beberapa waktu (ay. 15), Saul telah melupakannya, sebab
mengidap tekanan jiwa dan gangguan pikiran, sehingga tidak
terpikirkan olehnya kalau sang pemusiknya cukup memiliki kebe-
ranian untuk menjadi pahlawannya. sebab itu, seolah-olah belum
pernah bertemu sebelumnya, dia bertanya anak siapakah Daud
itu? Abner juga tidak mengenalnya, namun membawanya kepada
Saul (ay. 57), dan menjelaskan seadanya siapa Daud (ay. 58).
Sekarang Daud diperkenalkan kepada istana dengan keuntungan
yang jauh lebih besar daripada sebelumnya, dan dalam semuanya
ini ia mengakui tangan Allah-lah yang telah melakukan segala
sesuatu baginya.
PASAL 18
alam pembahasan pasal sebelumnya kita meninggalkan Daud
dalam kemenangan. Sekarang dalam pasal ini kita dapati,
I. Hasil selanjutnya dari kemenangannya itu. Segera dia
menjadi,
1. Pendamping tetap Raja Saul (ay. 2).
2. Sahabat seperjanjian Yonatan (ay. 1, 3-4)
3. Kesayangan negerinya (ay. 5, 7, 16)
II. Upaya menghapus segala kejayaannya. Inilah kesia-sian yang
menyertai sebuah pekerjaan yang benar sekalipun, “sebab
manusia cenderung saling iri hati seseorang terhadap yang
lain” (Pkh. 4:4). Begitulah Saul menjadi iri hati kepada Daud.
1. Saul membencinya, dan berusaha membunuh dia dengan
tangannya sendiri, (ay. 8-11)
2. Saul menjadi takut kepada Daud, dan merancang berbagai
cara untuk mencelakainya (ay. 12-17). Ia mengusulkan
supaya Daud memperistri anak wanita nya, namun ,
[1] Saul menipu Daud dengan tidak memberikan anak
wanita sulungnya itu untuk membuatnya merasa
jengkel (ay. 19), dan kemudian,
[2] Sebaliknya Saul memberikan anak wanita nya
yang lebih muda kepada Daud, dengan persyaratan
yang dapat membahayakan nyawanya (ay. 20-25).
namun Daud berhasil memenuhi semua persyaratan
itu dengan gagah berani (ay. 26-27), dan menjadi lebih
terhormat lagi, (ay. 28-30). Daud tetap melejit, namun
(seperti yang biasa terjadi pada semua orang yang
D
340
mengejar mahkota kehidupan), ia mengalami banyak
kesukaran dan tantangan yang harus ia atasi.
Kasih Yonatan kepada Daud
(18:1-5)
1 saat Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan
jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. 2 Pada hari itu
Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. 3
Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, sebab ia mengasihi dia seperti
dirinya sendiri. 4 Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan mem-
berikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panah-
nya dan ikat pinggangnya. 5 Daud maju berperang dan selalu berhasil ke
mana juga Saul menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai
para prajurit. Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh pega-
wai-pegawai Saul.
Daud telah diurapi untuk mengambil alih mahkota kerajaan dari
tangan Saul, dan dari kepala Jonatan, namun kita dapati di sini,
I. Bahwa Saul, yang pada waktu itu masih menjadi pemilik mahkota
itu, malah menaruh kepercayaannya kepada Daud. Allah memang
mengaturnya sedemikian rupa, sehingga dengan kedudukannya
yang tinggi di istana, Daud dapat dipersiapkan untuk mengemban
tugas-tugas di masa depan. Sekarang Saul membawa dia dan
tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya (ay. 2). sesudah
menunjukkan kemampuan dirinya di atas para prajurit lain
dalam menerima tantangan musuh yang mereka tolak itu, maka
Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit (ay. 5). Dia tidak
diangkat sebagai panglima sebab Abner yang memegang jabatan
itu, melainkan mungkin ia mengepalai satuan prajurit yang bertu-
gas untuk melayani prajurit-prajurit yang terluka dalam pertem-
puran. Mungkin juga, meskipun usianya yang paling muda, Saul
memberikan kedudukan yang lebih tinggi sebagai balasan atas
jasa-jasanya yang luar biasa. Saul menugaskannya dalam urus-
an-urusan pemerintahan. Daud maju berperang dan selalu ber-
hasil ke mana juga Saul menyuruhnya. Ia mengerjakan tugasnya
dengan penuh tanggung jawab dan gagah berani. Mereka yang
bercita-cita memerintah, harus belajar patuh. Daud telah mem-
buktikan dirinya sebagai anak Isai yang bertanggung jawab ke-
pada ayahnya, dan sekarang sebagai pegawai yang patuh pada
Kitab 1 Samuel 18:1-5
341
tugasnya kepada Saul tuannya. Orang yang memiliki hubungan
yang baik dengan seseorang, diharapkan juga memiliki hubungan
serupa dengan orang lain juga.
II. Bahwa Yonatan, yang sesungguhnya yaitu ahli waris mahkota
kerajaan, mengikat kovenan dengan Daud. Allah mengaturnya
sedemikian rupa supaya jalan Daud menjadi lebih jelas saat
saingannya ternyata yaitu sahabatnya sendiri.
1. Yonatan menaruh kebaikan dan kasih sayang yang luar biasa
kepadanya (ay. 1): saat Daud habis berbicara dengan Saul,
Yonatan sungguh-sungguh mengasihinya. Tidaklah jelas
apakah kejadian itu menunjuk pada percakapan Daud dengan
Saul sebelum pertarungannya dengan Goliat (17: 34, 37), atau
sesudahnya (ay. 51), di mana lebih banyak yang mungkin
dibicarakan di antara keduanya daripada yang dituliskan.
Namun yang jelas pada kesematan itu, Daud memperlihatkan
dirinya sangat bijak, sederhana, dan saleh. Bicaranya sangat
menyenangkan, disampaikan dengan penuh keberanian dan
kelemahlembutan, dan semuanya meluncur begitu saja secara
alami tanpa terpengaruh oleh apa pun juga. Dan lebih menge-
jutkan lagi, pendidikannya yang tidak tinggi dan penampilan-
nya yang sederhana itu membuat jiwa Yonatan dengan segera
berpadu dengan jiwa Daud. Sebelumnya Yonatan telah
menyerang pasukan Filistin dengan penuh iman dan keberani-
an yang sama seperti yang dimiliki Daud saat menyerang
seorang raksasa Filistin. Sehingga di antara mereka berdua
ada kemiripan yang sangat dekat dalam hal perasaan, kecen-
derungan, rancangan, yang membuat jiwa mereka dapat ber-
satu dengan mudah, begitu cepat, begitu erat, sehingga
mereka berdua tampak seperti satu jiwa dalam dua tubuh.
Tidak seorang pun memiliki begitu banyak alasan untuk tidak
menyukai Daud dibandingkan Yonatan, sebab Daud akan
mengambil mahkota kerajaan dari tangannya, namun demi-
kian tidak ada yang mengasihi Daud melebihi dia. Begitulah,
orang-orang yang hidup dalam kasih yang dikuasai oleh dasar-
dasar hikmat dan kasih karunia, tidak akan membiarkan
perasaan mereka terkikis oleh kehormatan atau alasan-alasan
duniawi. Pemikiran-pemikiran agung akan menelan dan mere-
dam pemikiran-pemikiran yang lebih picik.
342
2. Yonatan menunjukkan kasih sayangnya kepada Daud dengan
memberikan hadiah yang diserahkan dengan penuh murah
hati kepadanya, (ay. 4). Ia merasa tidak nyaman melihat jiwa
yang begitu agung terbungkus di dalam tubuh yang begitu
gagah, namun tersamar dalam pakaian gembala miskin yang
kasar dan hina. Itulah sebabnya mengapa ia menaruh perhati-
an untuk membawanya masuk ke dalam kebiasaan para
bangsawan sebab ia memberikan sehelai jubah kepadanya. Ia
juga membawanya memasuki kebiasaan para prajurit, yaitu
sebagai ganti tongkat dan pengumban, ia memberikan Daud
sebilah pedang dan panah. Sebagai ganti kantung gembala, ia
memberikannya sebuah ikat pinggang, atau sebuah selem-
pang. Dan yang membuat semua pemberian itu menjadi lebih
mengikat lagi, semuanya sama seperti barang yang ia kena-
kan, dan, seperti pertanda tentang apa yang akan terjadi
kemudian, ia menanggalkan semua yang dipakainya dan di-
kenakan kepada Daud. Pakaian Saul tidak akan cocok bagi-
nya, namun pakaian Yonatan sungguh sepadan. Ukuran badan
mereka sama, sebuah keadaan yang seiring dengan kesesuai-
an pikiran mereka berdua. saat Saul memberikan semua
tanda kehormatan seperti itu kepadanya, Daud menanggal-
kannya kembali, sebab ia ingin mendapatkannya terlebih
dahulu dengan usahanya sendiri, baru kemudian mengena-
kannya. namun sekarang, sesudah ia membuktikan diri dengan
semangat seorang raja dan seorang prajurit, ia tidak merasa
malu lagi untuk mengenakan kebiasaan-kebiasaan seorang
raja dan seorang prajurit. Daud tampil mengenakan pakaian
Yonatan, supaya semua tahu, bahwa ia yaitu Yonatan kedua
sendiri. Demikian jugalah Tuhan Yesus kita telah menunjuk-
kan kasih-Nya kepada kita, sampai menanggalkan pakaian-
Nya supaya kita dapat berpakaian, mengosongkan diri-Nya
untuk memperkaya kita. Bahkan, Ia berbuat lebih daripada
Yonatan, Ia membungkus diri-Nya dengan pakaian kita yang
sudah usang dan compang-camping, sedangkan Yonatan tidak
mengenakan pakaian Daud.
3. Yonatan berusaha keras mengabadikan persahabatan ini.
Begitu cocoknya mereka dua, bahkan sejak pertama kali ber-
temu dan bercakap-cakap, sehingga mereka pun mengikat diri
melalui sebuah perjanjian (ay. 3). Kasih sayang timbal balik
Kitab 1 Samuel 18:6-11
343
mereka tulus, dan orang yang berpikiran jujur, tidak meribut-
kan jaminan. Kasih yang sejati menginginkan kelanggengan.
Orang yang mengasihi Kristus seperti dirinya sendiri akan
bersedia bergabung dengan-Nya dalam perjanjian kekal.
III. Bahwa baik pihak istana maupun seluruh negeri sepakat untuk
merestui Daud. Sangat jarang bagi rakyat untuk bersepakat
menentukan pemimpin yang diunggulkan, namun Daud dipandang
baik oleh seluruh rakyat, dan anehnya, juga oleh pegawai-pegawai
Saul sendiri (ay. 5). Seluruh rakyat mengasihinya dengan tulus,
sementara para pegawai Saul mau tidak mau juga turut mengelu-
elukan dan memujinya. Sudah barang tentu hal ini merupakan
perbuatan besar dari kuasa kasih karunia Allah di dalam diri
Daud, sehingga ia mampu menanggung semua penghargaan dan
penghormatan yang mengalir dengan tiba-tiba ke atasnya tanpa
merasa tersanjung secara berlebihan. Orang-orang yang keduduk-
annya menanjak dengan sangat cepat membutuhkan otak dan
hati yang baik. Lebih sulit untuk mengetahui bagaimana hidup
berlimpah ruah daripada hidup dalam kehinaan.
Daud Dihormati Rakyat; Saul Diganggu Roh Jahat
(18:6-11)
6 namun pada waktu mereka pulang, saat Daud kembali sesudah mengalah-
kan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang wanita dari segala kota
Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan me-
mukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; 7 dan
wanita yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul
mengalahkan beribu-ribu musuh, namun Daud berlaksa-laksa.” 8 Lalu bang-
kitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya,
sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, namun
kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun
jatuh kepadanya.“ 9 Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. 10 Ke-
esokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, se-
hingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi
seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya. 11 Saul melem-
parkan tombak itu, sebab pikirnya: “Baiklah aku menancapkan Daud ke
dinding.” namun Daud mengelakkannya sampai dua kali.
Sekarang mulailah berbagai kesusahan Daud, yang tidak hanya
mengikuti kemenangan-kemenangannya, namun muncul dari sana.
Demikianlah kesia-sian segala sesuatu di dunia yang tampak hebat.
344
I. Daud terlampau dipuja-puja oleh rakyat jelata. Beberapa waktu
sesudah kemenangan atas orang Filistin itu, Saul merayakan
kemenangan di kota-kota Israel yang tidak jauh dari tempatnya,
dan menerima ucapan selamat dari seluruh negeri. saat ia
memasuki setiap tempat, keluarlah orang-orang wanita un-
tuk menyongsongnya dan menunjukkan rasa hormat kepadanya
sebagaimana layaknya dalam pawai umum kemenangan (ay. 6).
Mereka sudah mempunyai sebuah nyanyian, yang mereka
nyanyikan sambil menari-nari. Nyanyian itu tampaknya digubah
oleh seorang penyair atau seperti itu, yang menjadi pengagum
berat atas keberanian Daud, dan lebih dari sekadar bijak dalam
menyebut keberhasilan pertempuran yang baru terjadi itu sebagai
jasa Daud daripada Saul. Syair nyanyian itu yaitu Saul menga-
lahkan beribu-ribu musuh, namun Daud berlaksa-laksa. Perbedaan
serupa pernah dilakukan oleh Musa dalam menetapkan jumlah
antara orang Efraim dan orang Manasye, (Ul. 33:17).
II. Hal ini luar biasa menjengkelkan hati Saul, dan membuatnya
merasa iri kepada Daud (ay. 8-9). Seharusnya ia mempertimbang-
kan bahwa mereka hanya mengaitkan hal ini pada pertempuran
yang baru terjadi, dan tidak bermaksud mengurangi apa pun dari
hasil-hasil usahanya sebelumnya. Lagi pula dalam pertempuran
yang sekarang dirayakan, tidak dapat disangkal bahwa dengan
membunuh Goliat, Daud pada dasarnya juga membunuh semua
orang Filistin yang terbunuh pada hari itu dan mengalahkan
seluruh pasukan. sebab itu mereka memuji Daud sesuai jasa-
nya. Boleh jadi juga si penggubah lagu itu hanya sekadar ingin
berpuisi saja, dan sama sekali tidak bermaksud membanding-
bandingkan apa pun antara Saul dan Daud. Seandainya pun si
penggubah lagu itu memang bermaksud demikian, tetap saja
seorang pemimpin yang berjiwa besar seharusnya tidak boleh
merasa tersinggung, sebab jelas puji-pujian rakyat itu memang
tulus adanya. Namun Saul menjadi sangat gusar, dan segera
curiga ada suatu rancangan pengkhianatan di belakang semua-
nya ini: akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya. Hal
ini membuatnya memandang Daud sebagai orang yang ia cem-
burui dan mencari kesempatan untuk mencelakainya (ay. 9).
Pandangannya terhadap Daud tidak lagi seperti sebelumnya.
Orang angkuh tidak tahan mendengar pujian apa pun, kecuali
Kitab 1 Samuel 18:6-11
345
ditujukan kepada mereka sendiri. Mereka menganggap hilang se-
mua kehormatan, jika tidak ditujukan kepada mereka. Suatu tan-
da bahwa Roh Allah telah meninggalkan manusia yaitu jika
mereka menjadi marah dalam kebencian terhadap penghinaan, iri
hati dan curiga kepada semua orang, dan bersikap buruk dalam
perilaku mereka. Sebab, hikmat yang datang dari atas membuat
kita menjadi sebaliknya.
III. Dalam murkanya Saul ingin membunuh Daud, (ay. 10-11). Ka-
rena cemburu yaitu geram seorang laki-laki. Saul menjadi sangat
garang terhadap Daud dan tidak sabar untuk melenyapkannya.
1. Kegilaannya kambuh kembali. Keesokan harinya, sesudah ia
merencanakan kejahatan terhadap Daud, roh jahat yang
datang dari Allah, yang sebelumnya menghantuinya itu,
sekarang kembali merasukinya. Orang-orang yang menyimpan
rasa iri dalam hatinya dan tidak bersikap ramah, berarti
memberi kesempatan kepada Iblis, dan mempersiapkan jalan
masuk bagi roh jahat yang mengajak tujuh roh lain yang lebih
jahat. Di mana ada kedengkian, di sana ada kekalutan. Saul
berpura-pura dipenuhi sukacita yang kudus, dan ia bernubuat
di tengah-tengah rumah itu, (ay. 10, KJV). Artinya, ia bersikap
dan bergerak-gerak layaknya seorang nabi, dan berusaha
memikat Daud masuk ke dalam jebakannya, supaya Daud
merasa aman dan tidak takut bahaya apa pun, dan akhirnya
menjadi lengah. Mungkin saja ia merancang untuk mem-
bunuhnya dan mengaitkannya dengan dorongan ilahi dan roh
nubuat yang dibuat-buatnya itu. Pyaitu , yang menggerakkan
dia sebenarnya yaitu amarahnya sendiri yang dahsyat.
2. Daud, meskipun telah diangkat pada jabatan kehormatan
yang lebih tinggi, tidak merasa terhina untuk melayani tuan-
nya, dengan kembali memainkan kecapinya: Daud main kecapi
seperti sehari-hari. Janganlah orang-orang yang berkedudukan
tinggi merasa rendah untuk berbuat baik dan berguna bagi
orang-orang yang wajib mereka tolong.
3. Saul mengambil kesempatan ini, yaitu saat Daud bermain
kecapi, untuk membunuhnya. Sebilah pedang di tangan
seorang yang sedang gila merupakan hal yang berbahaya,
apalagi seorang gila seperti Saul ini, yang sedang murka
dengan dengan kebencian. Ia memegang sebuah tombak atau
346
anak panah di tangannya, yang ia arahkan untuk membunuh
Daud, tidak secara serampangan, namun dengan sengaja: “Baik-
lah aku menancapkan Daud ke dinding,” katanya. Dengan
tenaga putus asa dilemparkannya tombak itu. Wajarlah jika
Daud mengeluh mengenai musuh-musuhnya yang membenci
dia dengan sangat mendalam (Mzm. 25:19). Kehidupan terlalu
berharga untuk dikorbankan bagi kejahatan. Jika rasa syukur
atas jasa besar Daud yang telah dilakukan bagi rakyat banyak
tidak dapat meredakan kegeraman Saul, kita berharap
setidaknya Saul mempertimbangan kebaikan yang sekarang
sedang dilakukan Daud baginya dalam membebaskan dia dari
masalah terburuk yang sedang ia hadapi, yang tidak dapat
dilakukan oleh orang lain. Orang-orang yang dirasuk roh jahat
biasanya membalas kejahatan dengan kebaikan. Bandingkan
Daud dengan kecapi di tangannya, yang bertujuan untuk
melayani Saul, sedangkan Saul, dengan tombak di tangannya,
yang ditujukan untuk membunuh Daud. Amatilah juga
kelemahlembutan dan kegunaan umat Allah yang dianiaya,
dan kekasaran dan kebiadaban para penganiaya mereka.
Orang yang haus akan darah membenci orang saleh, namun
orang yang jujur mencari keselamatannya (Ams. 29:10).
4. Dengan senang hati Daud mengelakkannya sampai dua kali,
yakni waktu itu, dan di kemudian hari dalam pasal 19:10. Ia
tidak melemparkan tombak itu kembali kepada Saul, namun
mundur, tidak melawan, namun lari untuk menyelamatkan diri
sendiri. Meskipun ia memiliki kemampuan dan keberanian
yang cukup serta alasan yang benar untuk melawan dan
membalas perbuatan itu, namun ia tidak melakukan apa-apa
selain menyelamatkan diri saja, dengan menghindar. Tidak
diragukan, Daud terus mengawasi tangan Saul serta tombak
dalam genggamannya itu dengan waspada, dan dengan berani
lari mengelak, seperti yang ia lakukan belum lama ini terhadap
Goliat. Namun, keselamatannya haruslah diakui sebagai perto-
longan mata Allah yang mengawasi Saul. Penyelenggaraan
Allah atas dirinya menyelamatkan hamba-Nya itu dari pedang
yang mematikan. Dan dengan keluputan dari maut ini Allah
tampaknya merancang sesuatu yang luar biasa bagi dirinya.
Kitab 1 Samuel 18:12-30
347
Daud Menikah dengan Putri Saul;
Kecemburuan Saul terhadap Daud
(18:12-30)
12 Saul menjadi takut kepada Daud, sebab TUHAN menyertai Daud, sedang
dari pada Saul Ia telah undur. 13 Sebab itu Saul menjauhkan Daud dari de-
katnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu, sehingga ia ber-
ada di depan dalam segala gerakan tentara. 14 Daud berhasil di segala perja-
lanannya, sebab TUHAN menyertai dia. 15 saat dilihat Saul, bahwa Daud
sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya; 16 namun seluruh orang Israel
dan orang Yehuda mengasihi Daud, sebab ia memimpin segala gerakan
mereka. 17 Berkatalah Saul kepada Daud: “Ini dia anakku wanita yang
tertua, Merab; dia akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya
jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN.”
Sebab pikir Saul: “Janganlah tanganku memukul dia, namun biarlah ia dipu-
kul oleh tangan orang Filistin.” 18 namun Daud berkata kepada Saul: “Siapa-
kah aku dan siapakah sanak saudaraku, kaum ayahku, di antara orang
Israel, sehingga aku menjadi menantu raja?” 19 namun saat tiba waktunya
untuk memberikan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak perem-
puan itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya. 20 namun
Mikhal, anak wanita Saul, jatuh cinta kepada Daud; saat hal itu
diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya; 21 sebab pikir Saul:
“Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud,
dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!” Lalu berkatalah Saul kepada
Daud untuk kedua kalinya: “Pada hari ini engkau boleh menjadi menantu-
ku.” 22 Lagi Saul memerintahkan kepada para pegawainya: “Katakanlah
kepada Daud dengan diam-diam, demikian: Sesungguhnya, raja suka
kepadamu dan para pegawainya mengasihi engkau; maka sebab itu, jadilah
engkau menantu raja.” 23 Lalu para pegawai Saul menyampaikan perkataan
itu kepada Daud, namun Daud menjawab: “Perkara ringankah pada peman-
danganmu menjadi menantu raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan
rendah?” 24 Para pegawai Saul memberitahukan kepada raja, katanya: “Demi-
kianlah jawab yang diberi Daud.” 25 Kemudian berkatalah Saul: “Beginilah
kamu katakan kepada Daud: Raja tidak menghendaki mas kawin selain dari
seratus kulit khatan orang Filistin sebagai pembalasan kepada musuh raja.”
Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang
Filistin. 26 saat para pegawainya memberitahukan perkataan itu kepada
Daud, maka setujulah Daud menjadi menantu raja. Waktunya belum genap,
27 namun Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewas-
kan dari orang Filistin itu dua ratus orang serta membawa kulit khatan me-
reka; dan