Tampilkan postingan dengan label samuel 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 10. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 10

 


kaki dari tembaga, dan 

di bahunya ia memanggul lembing tembaga. 7 Gagang tombaknya seperti 

pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya. 

Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya. 8 Ia berdiri dan berseru 

kepada barisan Israel, katanya kepada mereka: “Mengapa kamu keluar untuk 

mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu 

yaitu  hamba Saul? Pilihlah bagimu seorang, dan biarlah ia turun men-

dapatkan daku. 9 Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan 

aku, maka kami akan menjadi hambamu; namun  jika aku dapat mengungguli 

dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk 

kepada kami.” 10 Pula kata orang Filistin itu: “Aku menantang hari ini barisan 

Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan 

seorang.” 11 saat  Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan 

orang Filistin itu, maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan. 

Sesungguhnya belum lama ini orang-orang Filistin benar-benar telah 

dikalahkan, sangat parah keadaannya. Sebetulnya mereka sudah 

bisa dihabiskan seluruhnya jika saja Saul tidak bertindak ceroboh 

dan tergesa-gesa waktu itu. Namun di sini kita mendapati mereka 

maju kembali. Amatilah,  

I. Bagaimana orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk ber-

perang (ay. 1). Mereka turun mendatangi negeri Israel, dan seper-

tinya telah menduduki sebagian tanahnya, sebab mereka berke-

mah di suatu tempat yang di tanah Yehuda (KJV: yang menjadi 

milik Yehuda). Tanah Israel tidak akan pernah dijalani dan didu-

duki para tentara Filistin jika saja Israel berlaku setia kepada 

Allah mereka. Orang-orang Filistin, kemungkinannya, telah men-

dengar bahwa Samuel telah bertengkar dengan Saul dan telah 

meninggalkannya. Dan bahwa ia tidak lagi membantu serta mena-

sihatinya, dan bahwa Saul menjadi bertambah sedih dan tidak 

cakap dalam memerintah. Kabar ini mendorong mereka untuk 

berusaha mendapatkan kembali kejayaan mereka yang telah 

hilang beberapa waktu ini. Para musuh jemaat selalu mengintai 

Kitab 1 Samuel 17:1-11 

 315 

untuk mengambil keuntungan, dan mereka tidak akan pernah 

berhasil selama para pemimpinnya tidak menyulut murka Roh 

Allah dan para nabi-Nya sehingga meninggalkan mereka. Saul 

juga mengumpulkan pasukannya dan pergi menghadapi mereka 

(ay. 2-3). Dan di sini kita harus memperhatikan,  

1. Bahwa roh jahat, untuk saat ini, telah meninggalkan Saul 

(16:23). Kecapi Daud telah memberikan kelegaan kepadanya, 

mungkin tanda peringatan dan urusan perang telah mencegah 

kembalinya gangguan jiwanya itu. Kesibukan yaitu  sebuah 

obat penawar yang baik terhadap kegundahan hati. Kiranya 

pikiran memiliki sesuatu di luar untuk dipikirkannya dan 

membuatnya sibuk, sehingga menjadi sangat kecil bahaya 

untuk memangsa dirinya sendiri. Allah bermurah hati kepada 

Israel, sehingga Ia menunda hukuman-Nya untuk sementara 

waktu. Sebab betapa terganggunya urusan rakyat jika pada 

saat ini pikiran raja terganggu!  

2. Pada waktu orang Filistin menantang orang Israel, Daud saat 

itu telah kembali ke Betlehem dan telah meninggalkan istana 

(ay. 15). Saat Saul tidak punya keperluan lagi untuk meng-

gunakan Daud untuk melegakan dia dari gangguan jiwanya, 

Daud pulang ke rumahnya di Betlehem, kembali menjaga 

kambing domba ayahnya. Sebenarnya ia dapat saja tinggal 

terus di istana, sebab  ia telah diurapi, punya kedudukan 

sebagai pembawa senjata Saul. Ini yaitu  sebuah contoh yang 

jarang terjadi, seorang muda yang memiliki kedudukan tinggi 

namun  rendah hati dan menyayangi orangtuanya. Ia tahu lebih 

baik daripada kebanyakan orang lain bagaimana untuk turun 

kembali sesudah  dia mulai naik. Anehnya ia lebih memilih 

mengundurkan diri kepada kehidupan penggembalaan di desa 

daripada segala kesenangan dan kehidupan mewah di istana. 

Tidak ada orang yang lebih pantas mendapat kehormatan se-

lain dia, atau lebih layak mendapatkan yang lebih baik dari-

padanya, namun juga tidak ada yang mau memilih untuk mati 

terhadap kehormatan dan kesenangan lebih daripada dia.  

II. Bagaimana orang Filistin menantang Israel dengan Goliat pahla-

wan mereka, yang mereka sama banggakan seperti ia sendiri 

bangga dengan dirinya. Mereka mengharapkan ia memulihkan ke-

jayaan dan kekuasaan mereka. Mungkin tentara Israel lebih ung-


 316

gul dalam jumlah dan kekuatan daripada tentara Filistin, sehing-

ga orang Filistin enggan bertempur dan hanya memanas-manasi 

orang Israel saja. Mereka lebih menginginkan pertempuran satu 

lawan satu, sebab  dengan seorang jagoan seperti Goliat mereka 

berharap mendapat kemenangan. Sekarang tentang sang jagoan 

ini amatilah, 

1. Ukurannya yang sungguh tidak biasanya. Ia keturunan orang 

Enak, yang tetap bertahan di Gat pada zaman Yosua (Yos. 

11:22), dan meneruskan suatu bangsa raksasa di sana, di 

mana Goliat yaitu  salah satunya, mungkin salah satu dari 

yang terbesar. Tingginya enam hasta sejengkal  (ay. 4). Menu-

rut cendekiawan Uskup Cumberland, satu hasta kurang lebih 

21 inci, dan satu jengkal sama dengan setengah hasta. Dengan 

perhitungan ini, tinggi Goliat kira-kira 3,4 meter, seorang mon-

ster, sehingga teramat menakutkan, apalagi kalau disertai ke-

kuatan dan semangat tinggi.  

2. Senjata Goliat. Keahlian, dan juga alam, menjadikan dirinya 

mengerikan. Ia diperlengkapi sangat baik dengan senjata pelin-

dung (ay. 5-6): Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia 

memakai baju zirah yang bersisik, terbuat dari plat tembaga 

yang diletakkan di atas satu sama lain, seperti sisik ikan. 

sebab  kakinya dapat dijangkau oleh seorang laki-laki biasa, 

maka dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan  baju 

tembaga penutup badan. Baju zirahnya disebutkan mencapai 

berat 5000 syikal, dan satu syikal sama dengan 14 gram, jadi 

seluruhnya sekitar 70 kilogram, luar biasa berat untuk dapat 

dipikul oleh seorang laki-laki, ditambah semua perlengkapan 

lain dari senjatanya yang seimbang beratnya. Namun menurut 

beberapa penafsir, terjemahannya sebaiknya bukan berat dari 

baju zirah, namun  nilai darinya, yaitu 5000 syikal. Demikian 

mahalnya. Senjata-senjata perangnya untuk menyerang sangat 

luar biasa, yang di antaranya hanya tombak yang disebutkan di 

sini (ay. 7). Tombaknya berujung lancip tajam. Sebelah tangan-

nya sanggup mengangkatnya, namun  nyaris tidak dapat diangkat 

oleh seorang laki-laki biasa. Hanya perisainya, yang paling 

ringan dari semua perlengkapannya, dapat dibawa oleh pem-

bawa senjatanya, mungkin untuk tanda kebesaran saja. Sebab 

seseorang yang telah dibalut seluruhnya dengan tembaga ku-

rang membutuhkan sebuah perisai. 

Kitab 1 Samuel 17:1-11 

 317 

3. Tantangannya. sesudah  orang-orang Filistin memilihnya seba-

gai pahlawan mereka, untuk menyelamatkan diri dari bahaya 

pertempuran, sekarang giliran Goliat melempar tantangan dan 

meminta tawaran balik kepada tentara Israel (ay. 8-10). Ia 

masuk ke dalam lembah yang terletak di antara perkemahan, 

dan dengan suaranya yang mungkin jauh lebih kuat daripada 

suara orang-orang seperti juga tangannya, dia berseru hingga 

terdengar oleh semua orang, berikanlah kepadaku seorang, 

supaya kami berperang seorang lawan seorang. Ia berdiri 

gagah dengan pongahnya, sebab ia jauh lebih tinggi dan lebih 

kuat daripada semua orang lain. Dalam hatinya (kata Uskup 

Hall) tidak ada apa-apa selain segumpal daging yang sombong. 

Ia memandang Israel dengan hina, sebab tidak ada seorang 

raksasa monster pun di antara mereka. Ia menantang mereka 

untuk mendapatkan seorang laki-laki di antara mereka yang 

cukup berani untuk bertanding dengannya.  

(1) Ia mengolok-olok mereka bodoh, sebab  mengumpulkan 

para tentara: “Mengapa kamu keluar untuk mengatur baris-

an perangmu? Beraninya kalian menantang orang Filistin 

yang gagah perkasa?” Atau, “Mengapa pasukan kalian de-

ngan pasukan kami harus berperang, padahal sudah bisa 

ditentukan siapa yang akan menang, dengan hanya me-

ngorbankan satu nyawa saja?”  

(2) Ia menawarkan untuk menyelesaikan pertikaian dengan 

mengusulkan pertarungan satu lawan satu. “Jika pahla-

wanmu dapat mengalahkan aku, kami semua akan men-

jadi budakmu. namun  jika aku membunuhnya, maka kalian 

semua akan menjadi budak kami.” Hal ini, kata Uskup 

Patrick, hanya omong kosong saja, sebab tidak ada bangsa 

yang bersedia mempertaruhkan keberhasilan perang hanya 

pada diri satu orang saja, dan hal itu juga tidak dapat 

dibenarkan. Kendati ketetapan Goliat seperti, saat  dia di-

bunuh, orang-orang Filistin tidak mau berpegang pada per-

kataannya, atau menyerahkan diri sebagai budak-budak 

Israel. saat  dia menyombongkan diri, aku seorang Filistin 

dan kamu yaitu  hamba Saul, dia memandang diri hebat, 

seorang pemimpin tertinggi, dan menantang seorang Israel. 

Ia memandang orang Israel tidak lebih dari sekadar budak-

budak belaka. Terjemahan bahasa Aram menyebut dia 


 318

menyombongkan diri sebagai orang yang telah membunuh 

Hofni dan Pinehas serta merampas tabut perjanjian, namun  

orang Filistin tidak pernah memberikan kepadanya pangkat 

panglima sebagai balas jasanya, sementara Saul diangkat 

sebagai raja. Jadi, “Biarlah Saul yang menerima tantangan 

ini .”  

4. Kegentaran menghantam orang Israel: Cemaslah hati Saul dan 

segenap orang Israel dan sangat ketakutan (ay. 11). Rakyat 

tidak menjadi tawar hati, namun  mereka melihat Saul kehilang-

an keberanian. Dan hal itu tidak diharapkan bahwa, jika sang 

pemimpin menjadi seorang pengecut, maka para pengikutnya 

menjadi berani. Kita mendapati sebelumnya, saat  Roh 

TUHAN hinggap atas Saul (11:6), tak seorang pun yang lebih 

berani dari Saul atau maju untuk menjawab tantangan Nahas 

orang Amon itu. namun  sekarang Roh TUHAN telah mundur dari 

pada Saul, sehingga bahkan perawakan dan mulut besar dari 

seorang Filistin pun membuatnya kecil hati. namun  di mana-

kah Yonatan selama ini? Mengapakah dia tidak menerima tan-

tangan Goliat ini, padahal dalam perang sebelumnya ia begitu 

berani melawan seluruh tentara Filistin? Tak diragukan dia 

tidak merasa digerakkan oleh Allah, seperti dalam kasus sebe-

lumnya. Yang terbaik, orang-orang yang paling berani yaitu  

tiada lain selain yang dijadikan berani oleh Allah. Yonatan 

sekarang harus terduduk diam, sebab kehormatan untuk 

menghadapi Goliat disiapkan bagi Daud. Dalam tindakan yang 

besar dan baik, angin Roh TUHAN bertiup saat  dan ke mana 

Dia berkenan. Kini umat Israel menyesali putusnya hubungan 

raja mereka dengan nabi Samuel. 

Daud Datang ke Perkemahan Israel 

(17:12-30) 

12 Daud yaitu  anak seorang dari Efrata, dari Betlehem-Yehuda, yang ber-

nama Isai. Isai mempunyai delapan anak laki-laki. Pada zaman Saul orang 

itu telah tua dan lanjut usianya. 13 Ketiga anak Isai yang besar-besar telah 

pergi berperang mengikuti Saul; nama ketiga anaknya yang pergi berperang 

itu ialah Eliab, anak sulung, anak yang kedua ialah Abinadab, dan anak 

yang ketiga yaitu  Syama. 14 Daudlah yang bungsu. Jadi ketiga anak yang 

besar-besar itu pergi mengikuti Saul. 15 namun  Daud selalu pulang dari pada 

Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem. 16 Orang Filistin 

itu maju mendekat pada pagi hari dan pada petang hari. Demikianlah ia

Kitab 1 Samuel 17:12-30 

 319 

tampil ke depan empat puluh hari lamanya. 17 Isai berkata kepada Daud, 

anaknya: “Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti 

yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakak-

mu. 18 Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan 

seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang 

suatu tanda dari mereka. 19 Saul dan mereka itu dan semua orang Israel ada 

di Lembah Tarbantin tengah berperang melawan orang Filistin.” 20 Lalu Daud 

bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang 

penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai 

kepadanya. Sampailah ia ke perkemahan, saat  tentara keluar untuk 

mengatur barisannya dan mengangkat sorak perang. 21 Orang Israel dan 

orang Filistin itu mengatur barisannya, barisan berhadapan dengan barisan. 

22 Lalu Daud menurunkan barang-barangnya dan meninggalkannya di 

tangan penjaga barang-barang tentara. Berlari-larilah Daud ke tempat baris-

an; sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka 

selamat. 23 Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu. 

Namanya Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia 

mengucapkan kata-kata yang tadi juga, dan Daud mendengarnya. 24 saat  

semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan 

sangat ketakutan. 25 Berkatalah orang-orang Israel itu: “Sudahkah kamu 

lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan 

orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan 

yang besar, raja akan memberikan anaknya yang wanita   kepadanya dan 

kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel.” 26 Lalu 

berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: “Apakah yang 

akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang 

menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak ber-

sunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang 

hidup?” 27 Rakyat itu pun menjawabnya dengan perkataan tadi: “Begitulah 

akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia.” 28 saat  Eliab, kakak-

nya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bang-

kitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa engkau datang? 

Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di 

padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau 

datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.” 29 namun  jawab Daud: 

“Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!” 30 Lalu berpalinglah ia dari 

padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat mem-

beri jawab kepadanya seperti tadi. 

Empat puluh hari sudah kedua tentara berkemah saling berhadapan 

satu dengan yang lain, saling mengolok namun  tidak ada yang berani 

maju. Entah mereka sedang membahas syarat-syarat damai atau 

menunggu tambahan pasukan. Dan mungkin sering terjadi pertem-

puran kecil-kecil di antara kelompok-kelompok yang terpisah. Selama 

ini, dua kali sehari, pagi dan petang, Goliat si jagoan itu tampil ke 

medan pertempuran dan mengulangi tantangannya. Hatinya semakin 

bertambah sombong sebab  tantangannya tidak kunjung dibalas dan 

bangsa Israel menjadi semakin takut. namun  Allah merancang ren-

cana dengan tindakannya itu, untuk mematangkan Goliat bagi ke-

hancuran dan untuk membuat pembebasan Israel tampak semakin 


 320

gemilang. Selama semua ini terjadi, Daud sedang menjaga kawanan 

domba ayahnya, namun  di akhir hari ke-40 Penyelenggaraan Allah 

membawanya ke medan pertempuran untuk memenangkan dan me-

ngenakan kehormatan yang tidak seorang Israel pun berani memper-

taruhkan nyawa untuk mendapatkannya. Kita menemukan dalam 

ayat-ayat ini, 

I.  Keadaan keluarganya saat itu. Ayahnya sudah tua (ay. 12): Orang 

itu telah tua dan lanjut usianya. Disebutkan di sini tentang 

usianya yang lanjut, di atas usia rata-rata kala itu, dan sebab  itu 

pula ia dibebastugaskan dari tugas umum bersama, dan tidak 

ikut pergi ke medan pertempuran, melainkan hanya mengirimkan 

putra-putranya. Ia mendapat kehormatan disebabkan oleh usia-

nya, rambut kepalanya yang putih merupakan mahkota kemulia-

an baginya. Tiga kakak Daud, yang mungkin iri hati sebab  

kedudukannya di istana, memohon ayah mereka untuk memang-

gilnya pulang ke rumah, dan mengizinkan mereka bergabung ke 

perkemahan, di mana mereka berharap untuk  menonjolkan diri 

dan memudarkan nasib Daud (ay. 13-14). Padahal Daud sendiri 

begitu jauh dari menjadi sombong sebab  pelayanan yang dilaku-

kannya kepada rajanya. Ia juga tidak bernafsu mengejar kedu-

dukan lebih tinggi lagi, sehingga bukan saja lebih memilih me-

ninggalkan istana dan kembali ke rumah ayahnya dalam kesunyi-

an, namun  juga mau merawat dan berjeri payah dengan memba-

hayakan nyawanya,  seperti tampak dalam ayat 34, untuk meng-

gembalakan kambing domba ayahnya. Kehormatan untuk meraih 

kemenangan ini merupakan pujian atas kerendahan hatinya sete-

lah dia menerima kehormatan sebagai seorang pelayan di istana, 

dan juga hadiah yang datang sebelum ia mendapat kehormatan 

seorang pemenang. Kerendahan hati mendahului kehormatan. Se-

karang dia mendapatkan kesempatan untuk melakukan tugas 

perantaraan dan berdoa dan ibadah-ibadah lainnya, yang melayak-

kan dirinya untuk sesuatu yang telah disediakan baginya melebihi 

apa yang dapat dilakukan oleh seluruh pasukan di perkemahan 

Israel. 

II. Perintah yang diberikan oleh ayahnya untuk pergi dan melihat 

saudara-saudaranya di perkemahan. Bukan ia yang memohon 

untuk pergi, untuk memuaskan keingintahuannya, atau untuk 

Kitab 1 Samuel 17:12-30 

 321 

memperoleh pengalaman dan melihat-lihat ada apa di sana. 

namun  ayahnya yang menyuruh dia untuk suatu tugas keluarga 

yang biasa-biasa saja, yang dapat saja dikerjakan salah seorang 

pelayan. Ia harus membawa sedikit roti dan keju untuk saudara-

saudaranya, sepuluh ketul roti dengan gandum untuk mereka 

semua (ay. 17), dan sepuluh potong keju yang, sepertinya, dipikir-

kannya terlalu enak buat mereka, sebagai hadiah untuk koman-

dan mereka (ay. 18). Daud pasti masih menjadi orang yang disu-

ruh-suruh dalam keluarganya, walaupun kelak dia akan menjadi 

hiasan teragung dari keluarganya itu. Ia tidak punya keledai sama 

sekali untuk membawa barang bawaannya itu, namun  harus 

memikulnya sendiri, namun  ia bahkan berlari ke perkemahan. Isai, 

kita duga, menyimpan rahasia tentang Daud diurapi, dan ia men-

jaga agar Daud tetap menjadi orang biasa-biasa saja dan tidak 

menonjol, mungkin untuk menyembunyikan dirinya dari mata 

kecurigaan dan iri hati, kerena ia telah diurapi sebagai pengganti 

raja. Daud harus mengamati bagaimana nasib saudara-saudara-

nya, apakah mereka tidak kekurangan bekal, sebab  sekarang 

perkemahan telah berlangsung lama. Jika perlu, dia harus mengi-

rim mereka perbekalan lagi. Dia harus menanggung jaminan 

mereka, yaitu, jika mereka ada menggadaikan sesuatu, dia harus 

menebusnya. Tengoklah teman-teman mereka, demikian tafsiran 

beberapa orang, dengan siapa mereka berteman, dan bagaimana 

keadaan kehidupan mereka. Mungkin Daud, seperti Yusuf, sebe-

lumnya telah membawa kepada ayahnya kabar buruk tentang 

kakak-kakaknya itu, dan sekarang dia disuruh untuk mencari 

tahu tentang perilaku mereka. Lihatlah perhatian dari orangtua 

yang saleh tentang anak-anak mereka saat  mereka berada di 

tempat jauh, terutama di tempat-tempat yang penuh godaan. 

Orangtua harus peduli bagaimana anak-anaknya berperilaku, 

terutama macam apa teman-teman mereka. Kiranya anak-anak 

memikirkan hal ini dan berperilaku sedemikian rupa, mengingat 

bahwa, saat  mereka masih di bawah pengawasan orangtua, 

mereka masih berada di bawah pengawasan Allah.  

III. Ketaatan Daud sepenuhnya kepada perintah ayahnya. Kerajinan 

dan kepeduliannya membuatnya selalu bangun pagi-pagi (ay. 20), 

dan tidak pernah meninggalkan domba-dombanya tanpa penjaga. 

Begitu setianya dia dalam hal-hal yang sedikit, sehingga mem-


 322

buatnya layak untuk dijadikan penguasa atas banyak hal. Sede-

mikian baiknya dia telah belajar untuk taat sebelum dia siap 

untuk memerintah. Penyelenggaraan Allah membawanya ke per-

kemahan tepat pada waktunya, saat  kedua pihak telah memper-

siapkan pertempuran, dan, tampaknya pertempuran lebih mung-

kin akan terjadi saat ini sesudah  empat puluh hari berlangsung 

(ay. 21). Dua pihak sekarang sedang bersiap untuk berperang. 

Tak terpikir oleh Isai untuk mengutus putranya ke perkemahan 

pasukan tepat di waktu sangat berbahaya ini, namun  Allah yang 

bijaksana mengatur waktu dan segala keadaan dari tindakan dan 

urusan untuk memenuhi rancangan-Nya untuk menjamin kepen-

tingan Israel dan meninggikan orang-orang yang berkenan di hati-

Nya. Kini amatilah di sini,  

1. Betapa tangkas dan cepatnya tindakan Daud (ay. 22). Barang-

barang bawaan dijaganya dengan baik dan ditinggalkan ke-

pada mereka yang bertugas untuk mengawasi tas dan barang-

barangnya. Namun, kendati sudah melakukan perjalanan jauh 

dengan beban muatan yang berat, dia sempat berlari ke tempat 

barisan, untuk melihat apa yang sedang terjadi di sana, dan 

untuk memberi salam kepada saudara-saudaranya. Pernahkah 

engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya?, dia 

sedang menuju ke kedudukan yang lebih tinggi, di hadapan 

raja-raja ia akan berdiri. 

2. Betapa gagah dan beraninya Goliat si jagoan Filistin itu (ay. 

23). Sekarang saat  bala tentara dari kedua belah pihak ber-

jalan maju ke garis depan medan pertempuran, ia tampil di 

depan sekali untuk mengulangi tantangannya, sambil memba-

yangkan dirinya sedang menyambut kejayaan dan kemenang-

an. Padahal sia-sia saja khayalannya itu, sebab  sebenarnya 

dia sedang mengejar kehancurannya sendiri.  

3. Betapa tawar dan kecil hatinya orang-orang Israel. Selama 40 

hari mereka sudah terbiasa dengan penampilan Goliat yang 

angkuh dan bahasa ancamannya, namun tidak ada tindakan 

sama sekali. Mereka telah belajar untuk mengabaikan keang-

kuhannya itu. Walaupun demikian, saat  ia datang men-

dekat, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan 

(ay. 24). Satu orang Filistin tidak mungkin pernah dapat me-

ngejar 1.000 orang Israel, dan membuat 10.000 orang lari 

tunggang langgang, kecuali Sang Gunung Batu mereka, yang 

Kitab 1 Samuel 17:12-30 

 323 

telah mereka tinggalkan, telah menjual mereka, dan TUHAN 

telah menyerahkan mereka (Ul. 32:30). 

4. Betapa tingginya Saul menghargai seorang pahlawan. Meski-

pun yang paling tinggi di antara semua orang Israel, namun 

Saul tidak berani menerima tantangan si jagoan Filistin yang 

kurang ajar itu. Seandainya dia tetap dekat dengan Allah, dia 

pasti berani. Namun Roh TUHAN telah meninggalkannya, se-

hingga dia tidak berani melakukannya, atau mendesak Yona-

tan untuk maju.  Akan namun , barang siapa berani maju me-

nyambut tantangan itu, dia akan menerima kedudukan seting-

gi-tingginya yang dapat diberikan Saul (ay. 25). Diumumkan 

oleh Saul bahwa barang siapa yang menginginkan kekayaan 

dan kehormatan sehingga berani mempertaruhkan diri, maka 

si pemberani ini, jika dia menang, akan menikahi putri raja 

dan dianugerahi kekayaan yang besar bersamanya. Tampak-

nya, entah menang atau tidak, kaum keluarganya akan dibe-

baskannya dari pajak di Israel, dari upeti dan segala kewajiban 

terhadap kerajaan, atau akan dinobatkan dan diberikan gelar 

bangsawan.  

5. Betapa besar kepedulian Daud dalam menjunjung kehormatan 

Allah dan Israel dengan melawan tantangan yang lancang dari 

sang jagoan ini. Ia menanyakan hadiah apa yang dijanjikan 

kepadanya jika ia membunuh orang Filistin ini (ay. 26), ken-

dati dia sudah tahu. Ini bukan sebab  dia berambisi terhadap 

kehormatan, namun  sebab  dia mau orang memperhatikan dan 

melaporkannya kepada Saul, betapa dia sangat marah terha-

dap penghinaan yang diperbuat terhadap Israel dan Allah 

Israel. Bisa saja ia mempergunakan kedudukan dan pelayan-

annya di istana dan langsung mendatangi Saul guna mena-

warkan diri. Namun kerendahan hatinya mencegah dia mela-

kukannya. Telah menjadi salah satu aturannya sendiri, sebe-

lum aturan ini dipakai sebagai amsal oleh Salomo puteranya, 

Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para 

pembesar (Ams. 25:6). Semangatnya membuat dia memakai 

caranya untuk bertindak, supaya dia bisa ikut terlibat dalam 

urusan hebat ini. Dua pertimbangan, tampaknya, membakar 

Daud dengan kemarahan yang kudus: 


 324

(1) Bahwa si penantang yaitu  seorang yang tidak bersunat, 

seorang asing bagi Allah dan berada di luar perjanjian 

dengan-Nya.  

(2) Bahwa yang ditantang yaitu  pasukan tentara dari Allah 

yang hidup, yang diabdikan bagi-Nya, digunakan oleh dan 

bagi Dia, sehingga penghinaan yang ditujukan kepada me-

reka tertuju juga kepada Allah yang hidup itu, dan bah-

wa dia tidak tahan dengan penghinaan itu. Oleh sebab  

itu, saat  ada yang sudah memberi tahu dia hadiah apa 

yang ditawarkan untuk membunuh orang Filistin ini  

(ay. 27), dia sengaja bertanya lagi kepada orang lain (ay. 

30), dengan kegeraman yang sama, supaya dengan begitu 

terdengar juga ke telinga Saul.  

6. Bagaimana dia dimarahi dan dipatahkan semangatnya oleh 

Eliab, kakak tertuanya, yang, sempat memperhatikan kelan-

cangannya itu. Eliab hilang kesabarannya dan memarahi 

Daud dengan kata-kata yang sangat kasar (ay. 28). Pertim-

bangkan hal ini,  

(1) Sebagai akibat kecemburuan Eliab. Ia yaitu  kakak laki-

laki yang tertua, dan Daud yaitu  yang termuda, sehingga 

mungkin sudah biasa bagi dia, seperti dengan kebanyakan 

saudara laki-laki yang tertua, untuk menginjak-injak Daud 

dan menggunakan setiap kesempatan untuk memarahinya. 

namun  mereka yang meninggikan diri sendiri atas adik-

adiknya akan hidup untuk melihat diri mereka sendiri 

direndahkan, oleh penyelenggaraan ilahi yang benar, se-

dangkan orang yang mereka rendahkan itu ditinggikan. 

Waktunya akan tiba saat  yang tua akan melayani yang 

muda. Masalahnya, Eliab merasa kesal sebab  adiknya 

melontarkan kata-kata yang berani ini  melawan orang 

Filistin yang dirinya sendiri saja tidak berani mengucap-

kannya. Ia tahu kehormatan apa yang telah diperoleh Daud 

di istana, dan, jika sekarang Daud juga mendapat kehor-

matan di perkemahan padahal perkemahan yaitu  caranya 

untuk menyisihkan Daud (ay. 15), maka kemuliaannya 

sebagai seorang kakak akan memudar dan ternoda. Oleh 

sebab  itu, demikianlah sifat kecemburuan itu,  dia merasa 

lebih baik Goliat yang menang atas Israel daripada Daud 

Kitab 1 Samuel 17:12-30 

 325 

harus menjadi orang yang mengalahkannya. Panas hati 

kejam dan murka melanda, namun  siapa dapat tahan terha-

dap cemburu?, terutama cemburu dari seorang saudara, 

hal yang sama yang dialami oleh Yakub, Yusuf, dan Daud? 

(lih. Ams. 18:19). Sungguh kata-kata pedas yang diucapkan 

oleh Eliab di sini kepadanya. Tidak hanya tidak benar dan 

tidak baik, namun , pada saat seperti ini, sungguh-sungguh 

tidak patut. Sebab Daud diutus oleh ayahnya, seperti Yusuf 

oleh ayahnya, untuk mengunjungi saudara-saudaranya. 

Eliab bermaksud, dalam ucapannya, tidak hanya untuk 

mendukakan dan mematahkan semangat Daud sendiri, 

dan memadamkan api besar yang dirasakannya sedang 

membara di dalam dada Daud, namun  juga untuk memper-

lihatkan kepada orang-orang bahwa Daud itu hanya pem-

bual besar saja dan tidak usah diperhatikan. Ia meyakin-

kan mereka bahwa tugas Daud hanya menjaga domba, dan 

menuduhnya seorang gembala yang tidak setia dan cero-

boh. Kendati Daud sudah meninggalkan tugasnya kepada 

orang yang dapat diandalkan (ay. 20), namun Eliab dengan 

sinis masih juga menanyai dia, pada siapakah kauting-

galkan kambing domba yang dua tiga ekor itu? Meskipun 

Daud turun ke perkemahan sebab  menuruti perintah 

ayahnya dan dengan maksud baik kepada saudara-sau-

daranya, namun masih juga Eliab mencela dia: “Kamu ke-

mari bukan untuk melayani, melainkan hanya untuk me-

menuhi rasa ingin tahumu, hanya untuk melihat pertem-

puran.” Maka Eliab pun menyimpulkan kejahatan hati 

Daud, seakan-akan ia tahu persis apa yang ada di dalam 

hatinya. Daud dapat saja berseru kepada Allah untuk 

mengenai kerendahan hati dan ketulusan hatinya (Mzm. 

17:3; 131:1) dan pada saat ini membuktikan, namun  tetap 

saja ia tidak dapat menghindar dari tabiat keras kakaknya 

sendiri. Lihatlah kebodohan, kekonyolan, dan kejahatan 

dari keinginan hati yang sombong dan cemburu. Betapa 

tidak masuk akal kecemburuannya, betapa tidak adil cela-

annya, betapa tidak benar perkataannya, betapa pedas 

makiannya, dan tak senonoh kata-katanya. Kiranya Allah, 

dengan anugerah-Nya, menjauhkan kita dari roh yang 

demikian!  


 326

(2) Sebagai suatu ujian bagi kelemahlembutan, kesabaran, 

dan kegigihan Daud. Memang hanya suatu cobaan yang 

singkat, dan dia dapat melewatinya dengan baik. Sebab,  

[1] Ia menanggapi hasutan itu dengan kesabaran hati yang 

mengagumkan (ay. 29): “Apa yang telah kuperbuat?  

Kesalahan apakah yang telah aku lakukan hingga aku 

harus dicemooh? Masakan tidak diperbolehkan aku 

datang ke perkemahan, kalau ayahku yang menyuruh 

aku? Masakan tidak diperbolehkan kalau aku marah 

terhadap penghinaan yang diperbuat terhadap kehor-

matan Israel oleh tantangan Goliat?” Daud mempunyai 

hak dan alasan di pihaknya, dan mengetahuinya, dan 

sebab  itu ia tidak membalas cacian dengan cacian, me-

lainkan dengan sebuah jawaban yang lembut ia mereda-

kan kemarahan kakaknya. Dalam beberapa segi, keme-

nangannya ini atas perasaannya sendiri lebih terhormat 

daripada kemenangannya atas Goliat. Orang yang me-

nguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. Tidak 

ada waktu bagi Daud untuk bertengkar dengan kakak-

nya saat  orang-orang Filistin menghadapi mereka. Se-

makin mengancam musuh-musuh jemaat, semakin ber-

sabar seharusnya sahabat-sahabat jemaat satu dengan 

yang lainnya.  

[2] Daud menerobos keputusasaan dan tawar hati orang-

orang Israel dengan tekad hati yang mengagumkan. Ia 

tidak mau dihentikan dari tekad hatinya untuk melawan 

orang Filistin hanya oleh niat buruk kakaknya. Orang-

orang yang melakukan pelayanan yang besar terhadap 

orang banyak tidak boleh merasa heran jika tidak didu-

kung dan ditentang oleh mereka yang diharapkan mem-

berikan dukungan dan bantuan. Sebaliknya, mereka 

harus dengan rendah hati melanjutkan pekerjaan mere-

ka, sambil menghadapi ancaman musuh-musuh serta 

celaan dan kecurigaan dari teman-teman. 

Kitab 1 Samuel 17:31-39 

 327 

Daud Menemui Goliat 

(17:31-39) 

31 Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu 

diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh memanggil dia. 32 Ber-

katalah Daud kepada Saul: “Janganlah seseorang menjadi tawar hati sebab  

dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.” 33 namun  Saul ber-

kata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin 

itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari 

masa mudanya telah menjadi prajurit.” 34 namun  Daud berkata kepada Saul: 

“Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. jika  

datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, 

35 maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari 

mulutnya. Kemudian jika  ia berdiri menyerang aku, maka aku menang-

kap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. 36 Baik singa mau-

pun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak 

bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, sebab  

ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.” 37 Pula kata Daud: 

“TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, 

Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul 

kepada Daud: “Pergilah! TUHAN menyertai engkau.” 38 Lalu Saul mengenakan 

baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya 

dan dikenakannya baju zirah kepadanya. 39 Lalu Daud mengikatkan pedang-

nya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum 

pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: “Aku tidak dapat ber-

jalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya.” Kemudian 

ia menanggalkannya. 

Daud pada akhirnya dibawa kepada Saul untuk menjadi pahlawan-

nya (ay. 31), dan dengan berani maju untuk melawan orang Filistin 

(ay. 32): Janganlah seseorang menjadi tawar hati sebab  dia. Terasa 

akan sangat menyindir keberanian rajanya jika dia berkata, Jangan-

lah tawar hatimu. Oleh sebab  itu, dia berbicara secara umum 

saja: Janganlah seseorang menjadi tawar hati. Seorang gembala kecil, 

yang baru saja datang pagi ini dari menjaga domba, mempunyai 

keberanian yang lebih besar daripada semua orang yang gagah per-

kasa di Israel, dan menguatkan mereka. Demikianlah Allah sering 

mengirim firman-firman yang baik kepada umat-Nya Israel, dan 

melakukan hal-hal yang besar bagi mereka, melalui yang lemah dan 

bodoh dari dunia. Daud hanya menantikan sebuah perintah dari Saul 

untuk pergi dan berperang dengan orang Filistin, tanpa menanyakan 

apa-apa kepadanya tentang hadiah yang telah ditawarkannya. Sebab, 

hal itu bukanlah keinginan besarnya, melainkan hanya kehormatan 

untuk melayani Allah dan negerinya. Tidaklah nampak, bahwa ia 

mempersoalkan kemurahan hati Saul. Dua hal yang harus diselesai-

kannya dengan Saul: 


 328

I. Untuk menjernihkan keberatan Saul atas tekadnya. “Aduh!” kata 

Saul, “engkau memang memiliki hati yang baik, namun  engkau 

sama sekali bukanlah tandingan orang Filistin ini. Menghadapi 

dia berarti melempar nyawa yang mungkin lebih baik disimpan 

untuk pelayanan lain yang lebih berguna. Engkau masih 

muda, terburu nafsu dan tidak bijak, lemah dan tidak terampil 

menggunakan senjata. Sedangkan Goliat yaitu  seorang pria yang 

gagah perkasa, seorang yang sudah biasa berperang, terlatih dan 

terbiasa dari masa mudanya (ay. 33). Tidak ada harapan, dia 

terlalu sukar bagimu.” Daud, sama seperti dia menjawab celaan 

kakaknya dengan kelemahlembutan, demikian pula dia menjawab 

ketakutan Saul dengan iman, dan memberi alasan pengharapan-

nya bahwa dia mampu mengalahkan orang Filistin itu, untuk 

meyakinkan Saul. Ada alasan bagi kita untuk takut bahwa Saul 

sama sekali tidak mengenal dan juga tidak peduli dengan firman 

Allah, dan sebab nya Daud, dalam memberi penjelasan kepada 

Saul, tidak menggunakan firman Allah, meskipun hatinya sungguh 

terpatri ke sana. Sebaliknya, dia menjawab berdasar  pengalam-

an hidupnya. Kendati dia hanyalah seorang yang muda, dan tidak 

pernah ikut berperang, namun mungkin dia telah melakukan pem-

bunuhan sama banyaknya seperti Goliat, sebab, dengan pertolong-

an Allah, dia memiliki cukup keberanian untuk menghadapi dan 

kekuatan untuk mengalahkan seekor singa sekali dan di waktu 

lain seekor beruang yang ingin merampas domba-dombanya (ay. 

34-36). Dengan inilah dia membandingkan orang Filistin yang 

tidak bersunat itu, memandangnya sama seperti salah satu dari 

binatang-binatang buas itu, dan sebab nya tidak ragu untuk 

menghadapinya sama mudahnya dengan menghadapi binatang 

buas itu. Maka dengan ini dia menyadarkan Saul bahwa dirinya 

tidaklah tidak berpengalaman dalam pertempuran yang meng-

ancam nyawa seperti yang disangkanya. 

1. Daud memberi tahu pengalamannya sebagai seorang pem-

berani. Ia tidak malu mengakui bahwa dia bekerja menggem-

balakan domba ayahnya, yang olehnya ia baru saja dicela oleh 

kakaknya. Sama sekali tidak disembunyikannya, bahwa dari 

pekerjaannya sebagai seorang gembala itulah dia memperoleh 

pengalaman yang sekarang menyemangati dirinya. Dia ingin 

orang lain tahu bahwa dirinya bukanlah seorang gembala yang 

biasa. Apa pun pekerjaan atau panggilan kita, serendah apa 

Kitab 1 Samuel 17:31-39 

 329 

pun itu, kita harus berusaha agar unggul di dalamnya, dan 

melakukannya dengan cara yang terbaik. Pada waktu Daud 

menjaga domba,  

(1) Ia berupaya memelihara dan menjaga kawanan dombanya 

dengan penuh perhatian, meskipun itu kawanan domba itu 

bukan miliknya, namun  milik ayahnya. Ia tidak ingin meli-

hat seekor domba pun dalam kesulitan, dan sebab  itu dia 

akan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan-

nya. Tabiatnya ini membuat dirinya cocok untuk menjadi 

seorang raja, yang di matanya kehidupan rakyatnya sangat 

berharga dan darah mereka begitu mulia (Mzm. 72:14). 

Dengan demikian juga ia tepat untuk menjadi gambaran 

dari Kristus, Sang Gembala yang baik, yang menghimpun 

anak-anak domba dengan tangan-Nya; anak-anak domba 

dipangku-Nya (Yes. 40:11), dan yang bukan hanya berani 

menghadapi bahaya, namun  bahkan memberikan nyawanya 

bagi domba-dombanya. Demikian juga Daud pantas untuk 

menjadi teladan bagi para pelayan Tuhan, supaya menjaga 

jiwa-jiwa dengan segala kepedulian dan kerajinan, agar 

mereka tidak menjadi mangsa bagi singa yang mengaum-

ngaum.  

(2) Ia membuktikan diri sangat berani untuk membela kawan-

an dombanya. Inilah hal yang sekarang ini ingin dia bukti-

kan, dan tidak ada bukti yang lebih baik selain dari ini: 

“Hambamu tidak hanya menyelamatkan domba-domba, 

namun  juga, untuk membalaskan luka, singa maupun ber-

uang telah dihajar oleh hambamu ini.” 

2. Daud menjelaskan pengalamannya sebagai orang yang ber-

iman. Ia mengakui (ay. 37), bahwa “TUHAN yang telah mele-

paskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang. Kepada 

Dialah Daud memberikan pujian atas kemenangan yang besar 

itu, sehingga dia menyimpulkan, Dia juga akan melepaskan 

aku dari tangan orang Filistin itu.” Singa dan beruang hanyalah 

musuh-musuh bagi hamba dan domba-domba hamba, dan 

sebab  untuk mempertahankan diri, maka hamba menyerang 

mereka. Namun, orang Filistin itu yaitu  musuh Allah dan Is-

rael, telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup, dan 


 330

demi kehormatan merekalah maka aku harus melawannya.” 

Perhatikanlah,  

(1) Pengalaman kita harus kita gunakan sebagai dorongan un-

tuk mempercayai Allah dan berani menempuh bahaya da-

lam pelayanan kita. Ia yang telah melepaskan, sedang dan 

akan melepaskan kita.  

(2) Melalui tindakan Penyelenggaraan-Nya sehari-hari, Ia me-

melihara dan melindungi makhluk-makhluk ciptaan yang 

lebih rendah. Dari situ kita hendaknya didorong untuk ber-

gantung pada Penyelenggaraan-Nya yang khusus yang 

mengelilingi umat Israel milik Allah yaitu orang-orang per-

caya. Ia yang menetapkan batas-batas gelombang lautan 

dan amukan binatang buas sanggup dan akan mengekang 

murka orang-orang jahat. Paulus kelihatannya merujuk 

kepada pengalaman Daud ini (2Tim. 4:17-18), aku lepas 

dari mulut singa, dan sebab nya, aku percaya, Tuhan akan 

melepaskan aku. Mungkin Daud di sini teringat akan kisah 

Simson, dan menguatkan diri dengannya. Sebab keme-

nangannya atas singa merupakan suatu pertanda bahagia 

akan datangnya banyak kemenangan gemilang atas bangsa 

Filistin dalam satu pertempuran tunggal. Demikianlah 

Daud menepis keberatan Saul terhadap tekadnya itu dan 

akhirnya mendapat tugas untuk melawan orang Filistin itu. 

Dan dengan tugas itu Saul mengucapkan selamat kepada-

nya. Oleh sebab  Saul sendiri tidak berani maju, ia pun 

berdoa bagi Daud: Pergilah! TUHAN menyertai engkau.  Ini 

merupakan sebuah ucapan yang baik, jika bukan merupa-

kan basa-basi saja, bukan sekadar sopan santun saja se-

perti yang sering terjadi. Di samping itu, Daud juga harus 

melakukan hal berikut,  

II. Daud menjauhkan perlengkapan senjata yang dikenakan Saul 

kepadanya, saat  dia hendak melaksanakan tindakan yang besar 

ini (ay. 38): Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, 

bukan yang dipakainya sendiri, sebab  perawakannya yang tinggi 

tidak cocok dengan perawakan Daud. Perlengkapan perang yang 

dia berikan diambil dari gudangnya. Tanpa terpikir oleh Saul 

bahwa orang yang sekarang dipakaikan ketopong dan baju zirah 

olehnya itu akan segera mewarisi mahkota dan jubahnya. Daud,

Kitab 1 Samuel 17:40-47 

 331 

yang belum pasti dengan cara apa melawan musuhnya, mengikat-

kan pedangnya, tanpa terpikir suatu saat akan memiliki kesem-

patan seperti sekarang untuk mencobanya. Namun dia men-

dapati, bahwa baju zirahnya itu justru hanya membatasi gerakan-

nya, dan hanya membebani daripada melindungi dirinya. Ia me-

minta Saul untuk melepaskannya lagi: Aku tidak dapat berjalan 

dengan memakai ini, yaitu, “Aku belum pernah terbiasa dengan 

perlengkapan seperti ini.” Kita dapat menduga, perlengkapan sen-

jata Saul pastilah sangat baik dan sangat kuat, namun  apa guna-

nya semuanya itu bagi Daud jika tidak pas dengan dirinya, atau 

jika dia tidak tahu bagaimana menggunakannya? Orang-orang 

yang mengejar segala sesuatu melampaui tingkat pendidikan dan 

kebiasaannya, dan mengingini jubah serta baju zirah para pem-

besar, lupa bahwa yang terbaik bagi kita yaitu  yang pas dan se-

suai dengan kebiasaan kita. jika  kita ingin, kita harus ber-

harap untuk mengenakan jubah kita sendiri dan harus berkata, 

“Kita tidak dapat bergerak dengan jubah ini,” jadi lebih baik tidak 

usah mengenakannya. 

Daud Membunuh Goliat 

(17:40-47) 

40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar 

sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang di-

bawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangan-

nya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. 41 Orang Filistin itu kian 

dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya. 

42 saat  orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta 

melihat dia, dihinanya Daud itu sebab  ia masih muda, kemerah-merahan 

dan elok parasnya. 43 Orang Filistin itu berkata kepada Daud: “Anjingkah 

aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?” Lalu demi para allah-

nya orang Filistin itu mengutuki Daud. 44 Pula orang Filistin itu berkata ke-

pada Daud: “Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada 

burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang.” 45 namun  

Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan 

pedang dan tombak dan lembing, namun  aku mendatangi engkau dengan 

nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. 

46 Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan 

aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; 

hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filis-

tin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, 

supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, 47 dan supaya 

segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan 

pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHANlah pertempuran 

dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.” 


 332

Kita kini hampir mendekati pertarungan yang terkenal ini, dan dalam 

ayat-ayat di atas ini kita membaca tentang persiapan dan perbantah-

an dari kedua belah pihak.  

I. Persiapan yang dibuat oleh kedua belah pihak untuk pertempur-

an. Orang Filistin itu sudah mantap, sebab  telah siap setiap 

harinya selama empat puluh hari. Ia sudah siap dengan perleng-

kapan perangnya, sebab ia sudah mencobanya cukup lama. Di 

sini kita diberi tahu (ay. 41) juga, bahwa dia kian dekat mengham-

piri, tampaknya sebagai tanda tantangannya telah diterima. 

Sepertinya ia tidak mau mengandalkan ketopong kepala dan baju 

zirahnya, sebab  seseorang berjalan di depannya sambil mem-

bawa perisainya. Lagi pula, tangannya sendiri sudah penuh de-

ngan pedang dan tombak (ay. 45). Akan namun , dengan senjata 

dan amunisi apakah Daud diperlengkapi? Sama sekali tidak ada, 

kecuali apa yang dibawanya sebagai seorang gembala. Tidak ada 

penutup dada atau baju pelindung, hanya jubah gembala saja. 

Tidak ada tombak, hanya tongkatnya saja. Tidak ada pedang atau 

busur, selain umban. Tidak ada tabung anak panah selain kan-

tong gembala. Tidak ada anak panah, selain lima batu licin yang 

diambilnya dari sungai (ay. 40). Dengan ini tampaklah, bahwa ia 

sepenuhnya bersandar pada kuasa Allah, dan bukan pada kekuat-

annya sendiri, dan pada akhirnya Ia yang menaruh dalam hatinya 

dorongan untuk melawan orang Filistin itu, sekarang menaruh 

dalam benaknya dengan senjata apa dia harus melawannya.  

II. Percakapan yang mendahului pertempuran itu. Amatilah, 

1. Betapa sombongnya Goliat,  

(1) Dengan penuh penghinaan dia memandang rendah lawan-

nya (ay. 42). Ia melihat-lihat di sekelilingnya, berharap 

menjumpai seseorang yang tinggi kuat, namun  saat  dia 

hanya melihat satu sosok rendah yang harus dihadapinya, 

dia meremehkannya. Ia merasa terhina kalau harus ber-

tempur dengan orang rendah ini. Ia takut, lawan yang tidak 

sepadan ini malah akan mengurangi kemuliaan keme-

nangannya. Ia memperhatikan orangnya, ternyata hanya-

lah seorang yang muda, belum beranjak dewasa, kemerah-

merahan dan elok parasnya, lebih cocok untuk menemani 

Kitab 1 Samuel 17:40-47 

 333 

gadis-gadis Israel menari, jika tarian campuran laki dan 

wanita   dilakukan saat itu, daripada memimpin orang 

laki-laki Israel bertempur. Ia menatap Daud dengan kema-

rahan yang besar (ay. 43): “Anjingkah aku, maka engkau 

mendatangi aku dengan tongkat?  Sangkamu dapat memu-

kul aku semudah engkau memukul anjing gembalamu?”  

(2) Betapa besar keyakinannya akan berhasil. Ia mengutuk 

Daud demi dewa-dewanya, melontarkan sumpah serapah, 

bahwa dewa-dewanya yang tak berdaya itu akan melawan 

Daud. Sangkanya semua cemoohan bola-bola api yang di-

lontarkannya itu sudah cukup untuk menjamin keme-

nangannya. sebab  itu, dengan penuh keyakinan ia mene-

puk-nepuk dada sambil menyeringai, seakan-akan perkata-

an yang mengancam ini akan membunuh lawannya (ay. 

44): “Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu 

kepada burung-burung di udara,  menjadi santapan pesta 

yang lezat untuk mereka.” Demikianlah rasa aman dan ke-

lancangan orang-orang bodoh akan membinasakan mere-

ka.  

2. Betapa berimannya Daud. Tidak ada perkataan angkuh yang 

diucapkannya, sebab  Allah ada di atas segala-galanya dalam 

perkataannya (ay. 45-47).  

(1) Daud menyatakan kuasanya dari Allah: “Aku mendatangi 

engkau dengan jaminan dan utusan dari sorga, dengan 

nama TUHAN. Dialah yang telah memanggilku dan meng-

urapiku untuk peperangan ini dengan penyelenggaraan-

Nya yang berkuasa atas segala sesuatu. Ia yaitu  TUHAN 

semesta alam, Tuhan atas segala sesuatu, dan sebab nya 

memiliki kuasa untuk melakukan apa yang dikehendaki-

Nya. Dengan anugerah khusus dari kovenan-Nya, Ia yang 

yaitu  Allah segala barisan Israel, akan turun tangan dan 

menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi umat Israel, 

dan melawan engkau yang telah menantang mereka de-

ngan kurang ajarnya.” Daud bergantung pada nama Allah, 

seperti Goliat bergantung pada pedang dan tombaknya (lih. 

Mzm. 20:8; 118:10-11).  

(2) Ia bergantung kepada Allah untuk mendapatkan keberha-

silan (ay. 46). Daud berbicara dengan sama yakinnya seper-


 334

ti Goliat, namun  dengan dasar yang lebih baik. Imannyalah 

yang berkata, “Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan 

engkau ke dalam tanganku, dan tidak hanya mayatmu te-

tapi juga mayat bala tentara Filistin, akan diberikan seba-

gai mangsa kepada burung-burung di udara dan kepada 

binatang-binatang liar.”  

(3) Ia mempersembahkan puji-pujian dan kemuliaan semua-

nya kepada Allah. Ia tidak seperti Goliat mencari kehormat-

annya sendiri, melainkan kemuliaan Allah. Dengan tanpa 

ragu bahwa oleh kemenangannya ini,  

[1] Seluruh dunia dijadikan tahu bahwa ada Allah, dan 

bahwa Allah Israel yaitu  satu-satunya Allah yang hi-

dup dan benar, dan semua yang menyerupai allah ada-

lah kesia-siaan dan kebohongan belaka.  

[2] Seluruh Israel, yang disebutnya bukan sebagai tentara 

ini, namun   segenap jemaah ini, atau sidang jemaat, se-

bab mereka kini dengan khidmat menyertai kepergian 

Allah dan Raja mereka, seperti yang biasa mereka laku-

kan di tempat kudus, akan tahu bahwa TUHAN menye-

lamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan 

lembing (ay. 47), melainkan sanggup, bila Ia berkenan, 

untuk menyelamatkan tanpa senjata apa pun dan sang-

gup mematahkan senjata apa saja (Mzm. 46:10). Daud 

menempatkan dirinya pada pertempuran ini lebih seba-

gai seorang imam yang hendak mempersembahkan kor-

ban kepada keadilan Allah ketimbang sebagai seorang 

prajurit yang hendak melawan seorang musuh negerinya. 

Daud Membunuh Goliat 

 (17:48-58) 

48 saat  orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka 

segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu; 

49 lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah 

sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin 

itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia de-

ngan mukanya ke tanah. 50 Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin 

itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membu-

nuhnya, tanpa pedang di tangan. 51 Daud berlari mendapatkan orang Filistin 

itu, lalu berdiri di sebelahnya; diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari 

sarungnya, lalu menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang 

itu. saat  orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka telah mati,

Kitab 1 Samuel 17:48-58 

 335 

maka larilah mereka. 52 Maka bangkitlah orang-orang Israel dan Yehuda, 

mereka bersorak-sorak lalu mengejar orang-orang Filistin sampai dekat Gat 

dan sampai pintu gerbang Ekron. Dan orang-orang yang terbunuh dari orang 

Filistin bergelimpangan di jalan ke Saaraim, sampai Gat dan sampai 

Ekron.:53 Kemudian pulanglah orang Israel dari pemburuan hebat atas orang 

Filistin, lalu menjarah perkemahan mereka. 54 Dan Daud mengambil kepala 

orang Filistin yang dipancungnya itu dan membawanya ke Yerusalem, namun  

senjata-senjata orang itu ditaruhnya dalam kemahnya. 55 saat  Saul melihat 

Daud pergi menemui orang Filistin itu, berkatalah ia kepada Abner, panglima 

tentaranya: “Anak siapakah orang muda itu, Abner?” Jawab Abner: “Demi 

tuanku hidup, ya raja, sesungguhnya aku tidak tahu.” 56 Kemudian raja ber-

kata: “Tanyakanlah, anak siapakah orang muda itu.” 57 saat  Daud kembali 

sesudah mengalahkan orang Filistin itu, maka Abner memanggilnya dan 

membawanya menghadap Saul, sedang kepala orang Filistin itu masih ada di 

tangannya. 58 Kata Saul kepadanya: “Anak siapakah engkau, ya orang 

muda?” Jawab Daud: “Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu.” 

Di sini kita membaca tentang,  

1. Pertempuran antara dua pahlawan (ay. 48). Dalam pertempuran 

ini  si pahlawan Filistin maju dengan penampilan yang hebat dan 

penuh kekuatan. Sekalipun harus menghadapi seorang musuh 

yang tidak ada apa-apanya, ia tetap harus tampil megah sebagai 

seorang raksasa, seorang pembesar. Hal ini nyata dari gaya ung-

kapan yang dipakai: Ia bergerak maju, bagaikan sebuah gunung 

mengintai, berlapis kuningan dan besi, untuk menemui Daud. Daud 

maju dengan tidak kurang lincah dan keceriaan, sebagai seorang 

yang bertujuan lebih untuk melakukan menjalankan penghukum-

an ketimbang untuk mencari nama: Segeralah Daud berlari, de-

ngan pakaian seadanya, untuk menemui orang Filistin itu. Kita 

dapat membayangkan betapa sayang dan ibahnya orang-orang 

Israel melihat seorang muda yang menyenangkan melemparkan 

diri ke dalam mulut kebinasaan. namun  Daud tahu kepada siapa 

dia percaya dan untuk siapa dia bertindak.  

2. Gugurnya Goliat dalam pertempuran ini. Goliat tidak terburu-

buru, sebab tidak ada rasa takut, melainkan yakin bahwa segera 

hanya dengan satu pukulan saja ia sudah dapat memotong kepala 

musuhnya. Namun, sementara dia bersiap untuk melakukannya, 

Daud melakukan bagiannya dengan lihai, tanpa pamer. Dia me-

lontarkan sebuah batu dengan umbannya, dan mengenai Goliat di 

dahinya. Dalam sekejap mata, robohlah Goliat ke tanah (ay. 49). 

Goliat tahu ada banyak pengumban terkenal di Israel (Hak. 

20:16), namun entah sebab  lupa atau sombong, dia maju dengan 

ketopong kepalanya terbuka, dan di tempat itulah, satu-satunya 

bagian yang terbuka, batu itu pun menghujam. Ini bukanlah 


 336

sebab  keahlian Daud, melainkan perbuatan penyelenggaraan 

Allah. Dengan kekuatan sedemikian rupa batu itu pun menembus 

ke dalam kepala Goliat, kendati betapa kerasnya dahinya yang 

dilapisi tembaga. Lihatlah betapa rapuh dan tak menentunya 

hidup itu, bahkan saat  ia mengira dirinya sudah sedemikian 

terlindungi dengan sangat baik. Betapa cepatnya, betapa mudah-

nya, dan hanya dengan sebuah benda kecil saja, terbukalah jalan 

bagi kehidupan untuk keluar dan kematian untuk masuk. 

Goliat tidak berkuasa menahan angin dan tiada seorang pun 

berkuasa atas hari kematian (Pkh. 8:8). Kiranya orang yang kuat 

tidak bermegah dengan kekuatannya, atau orang yang bersenjata 

dengan perlengkapan senjatanya. Lihatlah bagaimana Allah 

menentang orang congkak, dan mencurahkan kehinaan ke atas 

mereka yang melawan Dia dan umat-Nya. Tidak ada orang yang 

pernah mengeraskan hati terhadap Allah dan menjadi makmur. 

Salah seorang Rabi menduga, saat  meneriaki Daud, Majulah, 

dan aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di 

udara, Goliat mendongakkan kepalanya dengan keras sehingga 

ketopongnya terlepas, sehingga dahinya terbuka lebar dan men-

jadi sasaran tembak bagi Daud. Untuk menyelesaikan tindakan-

nya, Daud menghunus pedang Goliat sendiri, dengan kedua 

tangannya saking beratnya, dan memancung kepalanya (ay. 51). 

Apakah gunanya Daud harus menggunakan pedangnya sendiri? 

Pedang musuhnya sudah cukup untuk mencapai maksudnya, 

saat  ada kesempatan untuk itu. Allah sangat dimuliakan saat  

musuh-musuh-Nya yang sombong dipancung dengan pedang 

mereka sendiri, dan Ia membuat mereka tergelincir sebab  lidah 

mereka sendiri (Mzm. 64:9). Kemenangan Daud atas Goliat yaitu  

gambaran dari kemenangan Putra Daud atas Iblis dan semua 

kuasa kegelapan, yang dilucuti dan dijadikan suatu tontonan 

umum oleh-Nya (Kol. 2:15), dan kita melalui Dia yaitu  lebih dari-

pada orang-orang yang menang.  

3. Kekalahan tentara Filistin sesudah  itu. Mereka bersandar sepenuh-

nya kepada kekuatan pahlawan mereka itu, sehingga saat  meli-

hat dia dibunuh, segera saja, dengan tidak membuang senjata 

dan menyerahkan diri menjadi hamba kepada Israel seperti yang 

diusulkan Goliat (ay. 9), mereka pun angkat kaki lari tunggang 

langgang, sebab  ciut nyali. Pikir mereka, tidak ada gunanya 

melawan orang yang di hadapannya seorang pahlawan yang gagah 

Kitab 1 Samuel 17:48-58 

 337 

perkasa pun tumbang. Maka larilah mereka (ay. 51), dan ini mem-

beri semangat kepada orang Israel, yang bersorak-sorak lalu me-

ngejar mereka. Ada kemungkinan Daud memimpin mereka untuk 

mengejar orang-orang Filistin itu, bahkan sampai ke pintu ger-

bang kota mereka sendiri (ay. 52). Dalam perjalanan pulang dari 

perburuan itu, mereka mengambil semua barang, menjarah per-

kemahan (ay. 53), dan memperkaya diri dengan barang-barang 

jarahan.  

4. Daud melengkapi kemenangannya (ay. 54). Ia membawa kepala 

Goliat ke Yerusalem, untuk menjadikannya kengerian bagi orang-

orang Yebus, yang menjaga benteng pertahanan Sion. Mungkin ia 

membawa kepala Goliat dalam kemenangannya ke kota-kota lain 

juga. namun  senjata-senjata orang itu ditaruhnya dalam kemah-

nya. Hanya pedang Goliat yang disimpan di belakang efod dalam 

kemah suci, untuk dikuduskan bagi Allah, dan sebagai suatu ke-

nangan atas kemenangan itu bagi kemuliaan-Nya (21:9). 

5. Perhatian yang diberikan tentang Daud. Kendati dia telah berada 

di istana sebelumnya, namun sebab  sudah tidak ke sana lagi 

selama beberapa waktu (ay. 15), Saul telah melupakannya, sebab  

mengidap tekanan jiwa dan gangguan pikiran, sehingga tidak 

terpikirkan olehnya kalau sang pemusiknya cukup memiliki kebe-

ranian untuk menjadi pahlawannya. sebab  itu, seolah-olah belum 

pernah bertemu sebelumnya, dia bertanya anak siapakah Daud 

itu? Abner juga tidak mengenalnya, namun  membawanya kepada 

Saul (ay. 57), dan menjelaskan seadanya siapa Daud (ay. 58). 

Sekarang Daud diperkenalkan kepada istana dengan keuntungan 

yang jauh lebih besar daripada sebelumnya, dan dalam semuanya 

ini ia mengakui tangan Allah-lah yang telah melakukan segala 

sesuatu baginya.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 18  

alam pembahasan pasal sebelumnya kita meninggalkan Daud 

dalam kemenangan. Sekarang dalam pasal ini kita dapati,  

I. Hasil selanjutnya dari kemenangannya itu. Segera dia 

menjadi,  

1. Pendamping tetap Raja Saul (ay. 2). 

2. Sahabat seperjanjian Yonatan (ay. 1, 3-4) 

3. Kesayangan negerinya (ay. 5, 7, 16)  

II. Upaya menghapus segala kejayaannya. Inilah kesia-sian yang 

menyertai sebuah pekerjaan yang benar sekalipun, “sebab 

manusia cenderung saling iri hati seseorang terhadap yang 

lain” (Pkh. 4:4). Begitulah Saul menjadi iri hati kepada Daud.  

1. Saul membencinya, dan berusaha membunuh dia dengan 

tangannya sendiri, (ay. 8-11)  

2. Saul menjadi takut kepada Daud, dan merancang berbagai 

cara untuk mencelakainya (ay. 12-17). Ia mengusulkan 

supaya Daud memperistri anak wanita  nya, namun , 

[1] Saul menipu Daud dengan tidak memberikan anak 

wanita   sulungnya itu untuk membuatnya merasa 

jengkel (ay. 19), dan kemudian,  

[2] Sebaliknya Saul memberikan anak wanita  nya 

yang lebih muda kepada Daud, dengan persyaratan 

yang dapat membahayakan nyawanya (ay. 20-25). 

namun  Daud berhasil memenuhi semua persyaratan 

itu dengan gagah berani (ay. 26-27), dan menjadi lebih 

terhormat lagi, (ay. 28-30). Daud tetap melejit, namun  

(seperti yang biasa terjadi pada semua orang yang 


 340

mengejar mahkota kehidupan), ia mengalami banyak 

kesukaran dan tantangan yang harus ia atasi.  

Kasih Yonatan kepada Daud 

(18:1-5) 

1 saat  Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan 

jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. 2 Pada hari itu 

Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. 3 

Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, sebab  ia mengasihi dia seperti 

dirinya sendiri. 4 Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan mem-

berikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panah-

nya dan ikat pinggangnya. 5 Daud maju berperang dan selalu berhasil ke 

mana juga Saul menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai 

para prajurit. Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh pega-

wai-pegawai Saul. 

Daud telah diurapi untuk mengambil alih mahkota kerajaan dari 

tangan Saul, dan dari kepala Jonatan, namun kita dapati di sini, 

I. Bahwa Saul, yang pada waktu itu masih menjadi pemilik mahkota 

itu, malah menaruh kepercayaannya kepada Daud. Allah memang 

mengaturnya sedemikian rupa, sehingga dengan kedudukannya 

yang tinggi di istana, Daud dapat dipersiapkan untuk mengemban 

tugas-tugas di masa depan. Sekarang Saul membawa dia dan 

tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya (ay. 2). sesudah  

menunjukkan kemampuan dirinya di atas para prajurit lain 

dalam menerima tantangan musuh yang mereka tolak itu, maka 

Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit (ay. 5). Dia tidak 

diangkat sebagai panglima sebab Abner yang memegang jabatan 

itu, melainkan mungkin ia mengepalai satuan prajurit yang bertu-

gas untuk melayani prajurit-prajurit yang terluka dalam pertem-

puran. Mungkin juga, meskipun usianya yang paling muda, Saul 

memberikan kedudukan yang lebih tinggi sebagai balasan atas 

jasa-jasanya yang luar biasa. Saul menugaskannya dalam urus-

an-urusan pemerintahan. Daud maju berperang dan selalu ber-

hasil ke mana juga Saul menyuruhnya. Ia mengerjakan tugasnya 

dengan penuh tanggung jawab dan gagah berani. Mereka yang 

bercita-cita memerintah, harus belajar patuh. Daud telah mem-

buktikan dirinya sebagai anak Isai yang bertanggung jawab ke-

pada ayahnya, dan sekarang sebagai pegawai yang patuh pada 

Kitab 1 Samuel 18:1-5 

 341 

tugasnya kepada Saul tuannya. Orang yang memiliki hubungan 

yang baik dengan seseorang, diharapkan juga memiliki hubungan 

serupa dengan orang lain juga.  

II. Bahwa Yonatan, yang sesungguhnya yaitu  ahli waris mahkota 

kerajaan, mengikat kovenan dengan Daud. Allah mengaturnya 

sedemikian rupa supaya jalan Daud menjadi lebih jelas saat  

saingannya ternyata yaitu  sahabatnya sendiri.  

1. Yonatan menaruh kebaikan dan kasih sayang yang luar biasa 

kepadanya (ay. 1): saat  Daud habis berbicara dengan Saul, 

Yonatan sungguh-sungguh mengasihinya. Tidaklah jelas 

apakah kejadian itu menunjuk pada percakapan Daud dengan 

Saul sebelum pertarungannya dengan Goliat (17: 34, 37), atau 

sesudahnya (ay. 51), di mana lebih banyak yang mungkin 

dibicarakan di antara keduanya daripada yang dituliskan. 

Namun yang jelas pada kesematan itu, Daud memperlihatkan 

dirinya sangat bijak, sederhana, dan saleh. Bicaranya sangat 

menyenangkan, disampaikan dengan penuh keberanian dan 

kelemahlembutan, dan semuanya meluncur begitu saja secara 

alami tanpa terpengaruh oleh apa pun juga. Dan lebih menge-

jutkan lagi, pendidikannya yang tidak tinggi dan penampilan-

nya yang sederhana itu membuat jiwa Yonatan dengan segera 

berpadu dengan jiwa Daud. Sebelumnya Yonatan telah 

menyerang pasukan Filistin dengan penuh iman dan keberani-

an yang sama seperti yang dimiliki Daud saat  menyerang 

seorang raksasa Filistin. Sehingga di antara mereka berdua 

ada kemiripan yang sangat dekat dalam hal perasaan, kecen-

derungan, rancangan, yang membuat jiwa mereka dapat ber-

satu dengan mudah, begitu cepat, begitu erat, sehingga 

mereka berdua tampak seperti satu jiwa dalam dua tubuh. 

Tidak seorang pun memiliki begitu banyak alasan untuk tidak 

menyukai Daud dibandingkan Yonatan, sebab Daud akan 

mengambil mahkota kerajaan dari tangannya, namun demi-

kian tidak ada yang mengasihi Daud melebihi dia. Begitulah, 

orang-orang yang hidup dalam kasih yang dikuasai oleh dasar-

dasar hikmat dan kasih karunia, tidak akan membiarkan 

perasaan mereka terkikis oleh kehormatan atau alasan-alasan 

duniawi. Pemikiran-pemikiran agung akan menelan dan mere-

dam pemikiran-pemikiran yang lebih picik.  


 342

2. Yonatan menunjukkan kasih sayangnya kepada Daud dengan 

memberikan hadiah yang diserahkan dengan penuh murah 

hati kepadanya, (ay. 4). Ia merasa tidak nyaman melihat jiwa 

yang begitu agung terbungkus di dalam tubuh yang begitu 

gagah, namun tersamar dalam pakaian gembala miskin yang 

kasar dan hina. Itulah sebabnya mengapa ia menaruh perhati-

an untuk membawanya masuk ke dalam kebiasaan para 

bangsawan sebab ia memberikan sehelai jubah kepadanya. Ia 

juga membawanya memasuki kebiasaan para prajurit, yaitu 

sebagai ganti tongkat dan pengumban, ia memberikan Daud 

sebilah pedang dan panah. Sebagai ganti kantung gembala, ia 

memberikannya sebuah ikat pinggang, atau sebuah selem-

pang. Dan yang membuat semua pemberian itu menjadi lebih 

mengikat lagi, semuanya sama seperti barang yang ia kena-

kan, dan, seperti pertanda tentang apa yang akan terjadi 

kemudian, ia menanggalkan semua yang dipakainya dan di-

kenakan kepada Daud. Pakaian Saul tidak akan cocok bagi-

nya, namun  pakaian Yonatan sungguh sepadan. Ukuran badan 

mereka sama, sebuah keadaan yang seiring dengan kesesuai-

an pikiran mereka berdua. saat  Saul memberikan semua 

tanda kehormatan seperti itu kepadanya, Daud menanggal-

kannya kembali, sebab  ia ingin mendapatkannya terlebih 

dahulu dengan usahanya sendiri, baru kemudian mengena-

kannya. namun  sekarang, sesudah  ia membuktikan diri dengan 

semangat seorang raja dan seorang prajurit, ia tidak merasa 

malu lagi untuk mengenakan kebiasaan-kebiasaan seorang 

raja dan seorang prajurit. Daud tampil mengenakan pakaian 

Yonatan, supaya semua tahu, bahwa ia yaitu  Yonatan kedua 

sendiri. Demikian jugalah Tuhan Yesus kita telah menunjuk-

kan kasih-Nya kepada kita, sampai menanggalkan pakaian-

Nya supaya kita dapat berpakaian, mengosongkan diri-Nya 

untuk memperkaya kita. Bahkan, Ia berbuat lebih daripada 

Yonatan, Ia membungkus diri-Nya dengan pakaian kita yang 

sudah usang dan compang-camping, sedangkan Yonatan tidak 

mengenakan pakaian Daud.  

3. Yonatan berusaha keras mengabadikan persahabatan ini. 

Begitu cocoknya mereka dua, bahkan sejak pertama kali ber-

temu dan bercakap-cakap, sehingga mereka pun mengikat diri 

melalui sebuah perjanjian (ay. 3). Kasih sayang timbal balik

Kitab 1 Samuel 18:6-11 

 343 

 mereka tulus, dan orang yang berpikiran jujur, tidak meribut-

kan jaminan. Kasih yang sejati menginginkan kelanggengan. 

Orang yang mengasihi Kristus seperti dirinya sendiri akan 

bersedia bergabung dengan-Nya dalam perjanjian kekal.  

III. Bahwa baik pihak istana maupun seluruh negeri sepakat untuk 

merestui Daud. Sangat jarang bagi rakyat untuk bersepakat 

menentukan pemimpin yang diunggulkan, namun  Daud dipandang 

baik oleh seluruh rakyat, dan anehnya, juga oleh pegawai-pegawai 

Saul sendiri (ay. 5). Seluruh rakyat mengasihinya dengan tulus, 

sementara para pegawai Saul mau tidak mau juga turut mengelu-

elukan dan memujinya. Sudah barang tentu hal ini merupakan 

perbuatan besar dari kuasa kasih karunia Allah di dalam diri 

Daud, sehingga ia mampu menanggung semua penghargaan dan 

penghormatan yang mengalir dengan tiba-tiba ke atasnya tanpa 

merasa tersanjung secara berlebihan. Orang-orang yang keduduk-

annya menanjak dengan sangat cepat membutuhkan otak dan 

hati yang baik. Lebih sulit untuk mengetahui bagaimana hidup 

berlimpah ruah daripada hidup dalam kehinaan.  

Daud Dihormati Rakyat; Saul Diganggu Roh Jahat 

(18:6-11) 

6 namun  pada waktu mereka pulang, saat  Daud kembali sesudah mengalah-

kan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang wanita   dari segala kota 

Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan me-

mukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; 7 dan 

wanita   yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul 

mengalahkan beribu-ribu musuh, namun  Daud berlaksa-laksa.” 8 Lalu bang-

kitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, 

sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, namun  

kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun 

jatuh kepadanya.“ 9 Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. 10 Ke-

esokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, se-

hingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi 

seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya. 11 Saul melem-

parkan tombak itu, sebab  pikirnya: “Baiklah aku menancapkan Daud ke 

dinding.” namun  Daud mengelakkannya sampai dua kali. 

Sekarang mulailah berbagai kesusahan Daud, yang tidak hanya 

mengikuti kemenangan-kemenangannya, namun  muncul dari sana. 

Demikianlah kesia-sian segala sesuatu di dunia yang tampak hebat.  


 344

I. Daud terlampau dipuja-puja oleh rakyat jelata. Beberapa waktu 

sesudah  kemenangan atas orang Filistin itu, Saul merayakan 

kemenangan di kota-kota Israel yang tidak jauh dari tempatnya, 

dan menerima ucapan selamat dari seluruh negeri. saat  ia 

memasuki setiap tempat, keluarlah orang-orang wanita   un-

tuk menyongsongnya dan menunjukkan rasa hormat kepadanya 

sebagaimana layaknya dalam pawai umum kemenangan (ay. 6). 

Mereka sudah mempunyai sebuah nyanyian, yang mereka 

nyanyikan sambil menari-nari. Nyanyian itu tampaknya digubah 

oleh seorang penyair atau seperti itu, yang menjadi pengagum 

berat atas keberanian Daud, dan lebih dari sekadar bijak dalam 

menyebut keberhasilan pertempuran yang baru terjadi itu sebagai 

jasa Daud daripada Saul. Syair nyanyian itu yaitu  Saul menga-

lahkan beribu-ribu musuh, namun  Daud berlaksa-laksa. Perbedaan 

serupa pernah dilakukan oleh Musa dalam menetapkan jumlah 

antara orang Efraim dan orang Manasye, (Ul. 33:17).  

II. Hal ini luar biasa menjengkelkan hati Saul, dan membuatnya 

merasa iri kepada Daud (ay. 8-9). Seharusnya ia mempertimbang-

kan bahwa mereka hanya mengaitkan hal ini pada pertempuran 

yang baru terjadi, dan tidak bermaksud mengurangi apa pun dari 

hasil-hasil usahanya sebelumnya. Lagi pula dalam pertempuran 

yang sekarang dirayakan, tidak dapat disangkal bahwa dengan 

membunuh Goliat, Daud pada dasarnya juga membunuh semua 

orang Filistin yang terbunuh pada hari itu dan mengalahkan 

seluruh pasukan. sebab  itu mereka memuji Daud sesuai jasa-

nya. Boleh jadi juga si penggubah lagu itu hanya sekadar ingin 

berpuisi saja, dan sama sekali tidak bermaksud membanding-

bandingkan apa pun antara Saul dan Daud. Seandainya pun si 

penggubah lagu itu memang bermaksud demikian, tetap saja 

seorang pemimpin yang berjiwa besar seharusnya tidak boleh 

merasa tersinggung, sebab  jelas puji-pujian rakyat itu memang 

tulus adanya. Namun Saul menjadi sangat gusar, dan segera 

curiga ada suatu rancangan pengkhianatan di belakang semua-

nya ini: akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya. Hal 

ini membuatnya memandang Daud sebagai orang yang ia cem-

burui dan mencari kesempatan untuk mencelakainya (ay. 9). 

Pandangannya terhadap Daud tidak lagi seperti sebelumnya. 

Orang angkuh tidak tahan mendengar pujian apa pun, kecuali 

Kitab 1 Samuel 18:6-11 

 345 

ditujukan kepada mereka sendiri. Mereka menganggap hilang se-

mua kehormatan, jika tidak ditujukan kepada mereka. Suatu tan-

da bahwa Roh Allah telah meninggalkan manusia yaitu  jika  

mereka menjadi marah dalam kebencian terhadap penghinaan, iri 

hati dan curiga kepada semua orang, dan bersikap buruk dalam 

perilaku mereka. Sebab, hikmat yang datang dari atas membuat 

kita menjadi sebaliknya.  

III. Dalam murkanya Saul ingin membunuh Daud, (ay. 10-11). Ka-

rena cemburu yaitu  geram seorang laki-laki. Saul menjadi sangat 

garang terhadap Daud dan tidak sabar untuk melenyapkannya. 

1. Kegilaannya kambuh kembali. Keesokan harinya, sesudah  ia 

merencanakan kejahatan terhadap Daud, roh jahat yang 

datang dari Allah, yang sebelumnya menghantuinya itu, 

sekarang kembali merasukinya. Orang-orang yang menyimpan 

rasa iri dalam hatinya dan tidak bersikap ramah, berarti 

memberi kesempatan kepada Iblis, dan mempersiapkan jalan 

masuk bagi roh jahat yang mengajak tujuh roh lain yang lebih 

jahat. Di mana ada kedengkian, di sana ada kekalutan. Saul 

berpura-pura dipenuhi sukacita yang kudus, dan ia bernubuat 

di tengah-tengah rumah itu, (ay. 10, KJV). Artinya, ia bersikap 

dan bergerak-gerak layaknya seorang nabi, dan berusaha 

memikat Daud masuk ke dalam jebakannya, supaya Daud 

merasa aman dan tidak takut bahaya apa pun, dan akhirnya 

menjadi lengah. Mungkin saja ia merancang untuk mem-

bunuhnya dan mengaitkannya dengan dorongan ilahi dan roh 

nubuat yang dibuat-buatnya itu. Pyaitu , yang menggerakkan 

dia sebenarnya yaitu  amarahnya sendiri yang dahsyat.  

2. Daud, meskipun telah diangkat pada jabatan kehormatan 

yang lebih tinggi, tidak merasa terhina untuk melayani tuan-

nya, dengan kembali memainkan kecapinya: Daud main kecapi 

seperti sehari-hari. Janganlah orang-orang yang berkedudukan 

tinggi merasa rendah untuk berbuat baik dan berguna bagi 

orang-orang yang wajib mereka tolong.  

3. Saul mengambil kesempatan ini, yaitu saat  Daud bermain 

kecapi, untuk membunuhnya. Sebilah pedang di tangan 

seorang yang sedang gila merupakan hal yang berbahaya, 

apalagi seorang gila seperti Saul ini, yang sedang murka 

dengan dengan kebencian. Ia memegang sebuah tombak atau 


 346

anak panah di tangannya, yang ia arahkan untuk membunuh 

Daud, tidak secara serampangan, namun  dengan sengaja: “Baik-

lah aku menancapkan Daud ke dinding,” katanya. Dengan 

tenaga putus asa dilemparkannya tombak itu. Wajarlah jika 

Daud mengeluh mengenai musuh-musuhnya yang membenci 

dia dengan sangat mendalam (Mzm. 25:19). Kehidupan terlalu 

berharga untuk dikorbankan bagi kejahatan. Jika rasa syukur 

atas jasa besar Daud yang telah dilakukan bagi rakyat banyak 

tidak dapat meredakan kegeraman Saul, kita berharap 

setidaknya Saul mempertimbangan kebaikan yang sekarang 

sedang dilakukan Daud baginya dalam membebaskan dia dari 

masalah terburuk yang sedang ia hadapi, yang tidak dapat 

dilakukan oleh orang lain. Orang-orang yang dirasuk roh jahat 

biasanya membalas kejahatan dengan kebaikan. Bandingkan 

Daud dengan kecapi di tangannya, yang bertujuan untuk 

melayani Saul, sedangkan Saul, dengan tombak di tangannya, 

yang ditujukan untuk membunuh Daud. Amatilah juga 

kelemahlembutan dan kegunaan umat Allah yang dianiaya, 

dan kekasaran dan kebiadaban para penganiaya mereka. 

Orang yang haus akan darah membenci orang saleh, namun  

orang yang jujur mencari keselamatannya  (Ams. 29:10).  

4. Dengan senang hati Daud mengelakkannya sampai dua kali, 

yakni waktu itu, dan di kemudian hari dalam pasal 19:10. Ia 

tidak melemparkan tombak itu kembali kepada Saul, namun  

mundur, tidak melawan, namun  lari untuk menyelamatkan diri 

sendiri. Meskipun ia memiliki kemampuan dan keberanian 

yang cukup serta alasan yang benar untuk melawan dan 

membalas perbuatan itu, namun ia tidak melakukan apa-apa 

selain menyelamatkan diri saja, dengan menghindar. Tidak 

diragukan, Daud terus mengawasi tangan Saul serta tombak 

dalam genggamannya itu dengan waspada, dan dengan berani 

lari mengelak, seperti yang ia lakukan belum lama ini terhadap 

Goliat. Namun, keselamatannya haruslah diakui sebagai perto-

longan mata Allah yang mengawasi Saul. Penyelenggaraan 

Allah atas dirinya menyelamatkan hamba-Nya itu dari pedang 

yang mematikan. Dan dengan keluputan dari maut ini Allah 

tampaknya merancang sesuatu yang luar biasa bagi dirinya.

Kitab 1 Samuel 18:12-30 

 347 

Daud Menikah dengan Putri Saul;  

Kecemburuan Saul terhadap Daud  

(18:12-30)  

12 Saul menjadi takut kepada Daud, sebab  TUHAN menyertai Daud, sedang 

dari pada Saul Ia telah undur. 13 Sebab itu Saul menjauhkan Daud dari de-

katnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu, sehingga ia ber-

ada di depan dalam segala gerakan tentara. 14 Daud berhasil di segala perja-

lanannya, sebab TUHAN menyertai dia. 15 saat  dilihat Saul, bahwa Daud 

sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya; 16 namun  seluruh orang Israel 

dan orang Yehuda mengasihi Daud, sebab  ia memimpin segala gerakan 

mereka. 17 Berkatalah Saul kepada Daud: “Ini dia anakku wanita   yang 

tertua, Merab; dia akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya 

jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN.” 

Sebab pikir Saul: “Janganlah tanganku memukul dia, namun  biarlah ia dipu-

kul oleh tangan orang Filistin.” 18 namun  Daud berkata kepada Saul: “Siapa-

kah aku dan siapakah sanak saudaraku, kaum ayahku, di antara orang 

Israel, sehingga aku menjadi menantu raja?” 19 namun  saat  tiba waktunya 

untuk memberikan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak perem-

puan itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya. 20 namun  

Mikhal, anak wanita   Saul, jatuh cinta kepada Daud; saat  hal itu 

diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya; 21 sebab pikir Saul: 

“Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, 

dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!” Lalu berkatalah Saul kepada 

Daud untuk kedua kalinya: “Pada hari ini engkau boleh menjadi menantu-

ku.” 22 Lagi Saul memerintahkan kepada para pegawainya: “Katakanlah 

kepada Daud dengan diam-diam, demikian: Sesungguhnya, raja suka 

kepadamu dan para pegawainya mengasihi engkau; maka sebab itu, jadilah 

engkau menantu raja.” 23 Lalu para pegawai Saul menyampaikan perkataan 

itu kepada Daud, namun  Daud menjawab: “Perkara ringankah pada peman-

danganmu menjadi menantu raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan 

rendah?” 24 Para pegawai Saul memberitahukan kepada raja, katanya: “Demi-

kianlah jawab yang diberi Daud.” 25 Kemudian berkatalah Saul: “Beginilah 

kamu katakan kepada Daud: Raja tidak menghendaki mas kawin selain dari 

seratus kulit khatan orang Filistin sebagai pembalasan kepada musuh raja.” 

Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang 

Filistin. 26 saat  para pegawainya memberitahukan perkataan itu kepada 

Daud, maka setujulah Daud menjadi menantu raja. Waktunya belum genap, 

27 namun  Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewas-

kan dari orang Filistin itu dua ratus orang serta membawa kulit khatan me-

reka; dan