Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 1. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 1



Buku pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun 

1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710. 

Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-

sul. sesudah  kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh 

13 orang pendeta berdasar  catatan-catatan Matthew Henry yang 

telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-ki-

tab diterbitkan pada tahun 1811.    

berulang kali direvisi dan dicetak ulang. 

Buku itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti 

bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-

lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.  

Riwayat Hidup Matthew Henry 

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat  itu gereja 

Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang 

memerintah pada masa itu adalah Raja Karel II, yang secara resmi di-

angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-

saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat 

dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari 

gereja resmi. 

Puncak penganiayaan itu terjadi saat  pada 24 Agustus 1662 

lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah 

lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.  

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, 

Philip Henry, adalah seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-

kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. 

sebab  Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya 

Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-

cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati 

mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. 

Matthew adalah anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 

tahun sebab  penyakit campak. saat  masih balita, Matthew sendiri 

juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut. 

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-

cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun  yang lebih penting lagi, 

sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan 

mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-

tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-

kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.  

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-

nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.  

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, 

Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat 

muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. 

Pada tahun 1685, saat  berusia 23 tahun, Matthew pindah ke 

London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas London. 

Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya menuruti 

saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi itu 

akan memberikan manfaat besar baginya sebab  keadaan di Inggris 

pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum 

Puritan. 

Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-

mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-

dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar 

Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti-

dak lama sesudah  itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan 

satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. sesudah  ber-

doa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih 

jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai 

pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 tahun. 

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-

ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-

ngat harmonis dan baik sebab  didasarkan atas cinta dan iman ke-

pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu 

setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. 

Segera sesudah  melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal 

pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak 

Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, 

ayah Matthew. 

Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. 

sesudah  satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya 

untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary 

Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, 

yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu sete-

ngah tahun, ia meninggal sebab  demam tinggi dan penyakit batuk 

rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan 

lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa be-

rat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, 

Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam 

hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia 

mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak 

itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak 

lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-

salem yang di sorga.” 

Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-

rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-

ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew 

Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan 

pertama. 

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. 

Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk 

melayani di sana, namun  berulang kali ia menolak panggilan tersebut 

sebab  merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun 

akhirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk 

menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab  itu ia menyerah kepada 

kehendak Allah.  

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, 

sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja 

dari pagi buta sampai larut malam, namun  menjelang akhir hayatnya 

ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab  kesehatannya yang 

semakin menurun. 

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, 

tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, 

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat 

Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan 

hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-

kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me-

nikmati kebersamaan dengan Tuhan.  

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia 

sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi 

rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang 

mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-

ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan 

nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari 

kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil 

dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali 

perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah se-

tia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung 

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-

hagiaan tuanmu.” 

  

Tafsiran  

SURAT GALATIA  


Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di 

suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-

jemaat di suatu negeri atau provinsi, sebab  Galatia itu sebuah pro-

vinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini perta-

ma kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan 

Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia 

sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas 

dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam 

Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh 

negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua 

murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan 

penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik 

terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan namun , tidak lama 

sesudah  ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih 

berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan 

kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja 

merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tu-

juan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka 

dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan 

ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka seleweng-

kan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan 

hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembe-

naran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka 

berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik 

Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas ke-

hancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang, 

kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-

rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat 

penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemung-

kinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-

rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut, 

mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis su-

rat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar 

bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari 

iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri 

sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menun-

jukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan 

bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari 

pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia 

menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang 

pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan 

mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran 

jemaat mengenai ajaran itu. Dan, sesudah  mengokohkan ajaran yang 

penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam 

kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka, 

memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan 

kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petun-

juk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi 

mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah 

menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya 

sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya 

yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan, 

memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa 

saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan 

kelurusan hati mereka.  

 

 

PASAL  1  

dalam pasal ini, sesudah  kata pengantar atau pendahuluan (ay. 1-

5), Rasul Paulus mengecam keras jemaat-jemaat di Galatia atas 

murtadnya mereka dari iman (ay. 6-9), dan kemudian membuktikan 

jabatan kerasulannya sendiri, yang mereka pertanyakan sebab  ha-

sutan musuh-musuhnya,  

I.  berdasar  maksud dan tujuannya dalam memberitakan 

Injil (ay. 10). 

II.  berdasar  kenyataan bahwa ia telah menerimanya melalui 

pewahyuan langsung (ay. 11-12). Untuk membuktikan ini, ia 

memberitahukan kepada mereka,  

1.  Bagaimana perilakunya di masa lalu (ay. 13-14).  

2.  Bagaimana ia bertobat, dan dipanggil menjadi rasul (ay. 15-

16). 

3. Bagaimana perilakunya berubah sesudah itu (ay. 16, sam-

pai selesai). 

Pengantar  

(1:1-5) 

1 Dari Paulus, seorang rasul, bukan sebab  manusia, juga bukan oleh se-

orang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah 

membangkitkan Dia dari antara orang mati, 2 dan dari semua saudara yang 

ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia: 3 kasih karu-

nia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan 

Yesus Kristus, 4 yang telah menyerahkan diri-Nya sebab  dosa-dosa kita, untuk 

melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah 

dan Bapa kita. 5 Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin. 

Dalam ayat-ayat ini, kita mendapati pengantar atau pendahuluan un-

tuk surat ini, yang di dalamnya perhatikanlah, 

I. Siapa atau siapa-siapa pengirim surat ini, yaitu dari Paulus, 

seorang rasul, dst., dan dari semua saudara yang ada bersama-

sama dengan dia.  

1.  Surat itu dikirim dari Paulus. Dialah satu-satunya penulis su-

rat itu. Dan, sebab  ada sebagian orang di antara jemaat Gala-

tia yang berusaha merendahkan tabiat dan wewenangnya, 

maka pada bagian awal suratnya ia memberikan gambaran 

umum baik tentang jabatannya maupun cara bagaimana ia 

dipanggil untuk itu. Hal ini akan dibicarakannya secara lebih 

panjang lebar dalam pasal ini dan pasal berikutnya. Mengenai 

jabatannya, ia adalah seorang rasul. Ia tidak takut menyebut 

dirinya demikian, kendati musuh-musuhnya tidak mau mem-

berinya gelar ini. Dan, supaya jemaat-jemaat di Galatia melihat 

bahwa ia tidak serta-merta menyebut dirinya seperti itu tanpa 

alasan yang kuat, ia memberi tahu mereka bagaimana ia di-

panggil untuk mendapat kehormatan dan jabatan ini. Ia juga 

meyakinkan mereka bahwa mandat yang diterimanya sepe-

nuhnya bersifat ilahi, sebab ia seorang rasul bukan sebab  

manusia, juga bukan oleh seorang manusia. Ia tidak mendapat 

panggilan biasa dari seorang hamba Tuhan yang biasa, me-

lainkan panggilan luar biasa dari sorga untuk mendapat jabat-

an ini. Ia dianggap memenuhi syarat dan ditunjuk untuk men-

jadi rasul bukan sebab  pengantaraan manusia, namun  meneri-

manya secara langsung dari atas. Sebab ia seorang rasul oleh 

Yesus Kristus. Ia mendapat perintah dan mandat langsung 

dari Kristus, dan sebab  itu juga dari Allah Bapa, yang satu 

dengan Kristus dalam hakikat ilahi-Nya, dan yang telah 

menunjuk Dia, sebagai Pengantara, untuk menjadi Rasul dan 

Imam Besar bagi kita. Dan, sebagai Rasul dan Imam Besar, 

Kristus memberikan wewenang kepada orang lain untuk men-

jabat sebagai rasul. Paulus menambahkan, yang telah mem-

bangkitkan Dia dari antara orang mati. Paulus menambahkan-

nya untuk memberi tahu kita bahwa dalam hal ini Allah Bapa 

memberikan kesaksian umum bahwa Kristus adalah Anak-Nya 

dan Mesias yang dijanjikan, dan juga bahwa, sebab  panggil-

annya sebagai rasul datang langsung dari Kristus, maka pang-

gilan itu diberikan sesudah kebangkitan-Nya dari antara orang 

mati, saat  Ia sudah masuk dalam kemuliaan-Nya. Sehingga 

beralasan baginya untuk memandang dirinya tidak hanya

 sejajar dengan rasul-rasul lain, namun  juga dalam arti tertentu 

lebih dikehendaki di atas mereka. Sebab, kalau rasul-rasul 

lain dipanggil oleh Kristus selagi Ia berada di bumi, Paulus 

dipanggil oleh-Nya saat  Ia berada di sorga. Demikianlah 

Rasul Paulus, sebab  ditekan oleh musuh-musuhnya, meng-

agung-agungkan jabatannya. Ini menunjukkan bahwa walau-

pun manusia sama sekali tidak boleh bangga dengan kewenang-

an apa saja yang mereka miliki, namun adakalanya mereka 

perlu menegaskannya. Akan namun ,  

2.  Ia mengikutsertakan semua saudara yang ada bersama-sama 

dengan dia pada penulisan surat ini, dan menulis atas nama 

mereka dan juga namanya sendiri. Yang dimaksud dengan 

semua saudara yang ada bersama-sama dengan dia di sini 

adalah mungkin orang-orang Kristen secara umum yang ber-

ada di tempat di mana dia berada pada waktu itu, atau orang-

orang Kristen yang bekerja sebagai pelayan-pelayan Injil. 

Orang-orang ini Paulus akui sebagai saudara-saudaranya, wa-

laupun dengan tabiat dan pencapaian-pencapaiannya melebihi 

mereka. Dan, walaupun ia sendiri yang menulis surat ini, ia 

mengikutsertakan mereka dalam tulisannya. Dalam hal ini, 

sebagaimana ia menunjukkan bahwa ia sangat bersahaja dan 

rendah hati, dan betapa ia sama sekali tidak berlagak tinggi, 

demikian pula ia melakukan ini supaya jemaat-jemaat di Gala-

tia lebih memperhatikan apa yang ditulisnya. sebab  dengan 

ini akan tampak bahwa ia mendapatkan persetujuan mereka 

dengannya dalam ajaran yang sudah diberitakannya, dan yang 

hendak diteguhkannya, dan bahwa ajaran itu tidak lain 

daripada apa yang sudah diberitakan dan diakui oleh orang 

lain dan juga olehnya sendiri. 

II.  Kepada siapa surat ini ditujukan, yaitu kepada jemaat-jemaat di 

Galatia. Ada beberapa jemaat pada waktu itu di wilayah Galatia 

ini, dan tampak bahwa semuanya sedikit banyak dirusakkan oleh 

kepintaran para penggoda yang sudah menyusup di antara mere-

ka. Oleh sebab itu Paulus, yang sudah menjadi urusannya sehari-

hari untuk memelihara semua jemaat-jemaat, sebab  merasa amat 

prihatin dengan keadaan mereka, dan ingin supaya mereka kem-

bali kepada iman dan teguh di dalamnya, menulis surat ini ke-

pada mereka. Ia menujukan surat ini kepada mereka semua, 

sebagai orang-orang yang sedikit banyak berkepentingan dalam 

masalah itu. Dan ia menyebut mereka jemaat-jemaat, walaupun 

apa yang mereka lakukan sudah cukup membuat mereka kehi-

langan sebutan itu, sebab kalau sudah bobrok, mereka tidak akan 

pernah dibiarkan menjadi jemaat. Tidak diragukan bahwa ada 

beberapa di antara mereka yang tetap di dalam iman, dan ia tidak 

putus harapan bahwa orang lain pun bisa kembali kepada iman.  

III. Berkat kerasulan (ay. 3). Di sini Rasul Paulus, dan saudara-

saudara yang ada bersama-sama dengan dia, berharap agar kasih 

karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan 

Yesus Kristus menyertai jemaat-jemaat ini. Berkat ini biasa di-

ucapkan Paulus kepada jemaat-jemaat dalam nama Tuhan, yaitu 

kasih karunia dan damai sejahtera. Kasih karunia mencakup 

maksud baik Allah terhadap kita dan pekerjaan baik-Nya atas diri 

kita. Dan damai sejahtera mencakup semua penghiburan ba-

tiniah, atau kesejahteraan lahiriah, yang betul-betul kita perlu-

kan. Dan semuanya itu datang dari Allah Bapa sebagai sumber-

nya, melalui Yesus Kristus sebagai salurannya. Kasih karunia dan 

damai sejahtera ini diharapkan oleh Rasul Paulus untuk orang-

orang Kristen tersebut. namun  perhatikanlah urutannya, pertama 

kasih karunia, kemudian damai sejahtera, sebab tidak akan ada 

damai sejahtera yang sesungguhnya tanpa kasih karunia. sesudah  

menyebutkan Tuhan Yesus Kristus, ia tidak bisa melanjutkan 

begitu saja tanpa mengagung-agungkan kasih-Nya. Oleh sebab itu 

ia menambahkan (ay. 4), yang telah menyerahkan diri-Nya sebab  

dosa-dosa kita, untuk melepaskan dst. Yesus Kristus memberikan 

diri-Nya bagi dosa-dosa kita, sebagai korban agung untuk mem-

beri pengampunan bagi kita. Hal ini dituntut oleh keadilan Allah, 

dan untuk itu dengan bebas Ia menyerahkan diri demi kita. Satu 

tujuan agung dari hal ini adalah untuk melepaskan kita dari dunia 

jahat yang sekarang ini. Bukan hanya untuk menebus kita dari 

murka Allah, dan dari kutuk hukum Taurat, namun  juga untuk 

memulihkan kita dari kerusakan yang ada di dunia melalui hawa 

nafsu, dan untuk menyelamatkan kita dari segala perbuatan dan 

kebiasannya yang keji, yang secara alami memperbudak kita. Dan 

mungkin juga untuk membebaskan kita dari ketetapan Musa, 

sebab demikianlah kata aiōn houtos digunakan (1Kor. 2:6, 8). Dari 

sini dapat kita perhatikan bahwa,  

1.  Dunia sekarang ini adalah dunia yang jahat. Dunia ini sudah 

menjadi demikian sebab  dosa manusia. Kita mengetahuinya 

dari dosa dan penderitaan yang melimpah di dalamnya, dan 

dari banyaknya jerat serta godaan yang senantiasa mengha-

dang kita selama kita tetap berada di dalamnya. Akan namun ,  

2.  Yesus Kristus telah mati untuk membebaskan kita dari dunia 

sekarang yang jahat ini, bukan untuk memindahkan umat-

Nya keluar dari dunia ini sekarang, melainkan untuk menye-

lamatkan mereka dari kuasanya, untuk menjauhkan mereka 

dari kejahatannya, dan pada waktunya nanti, untuk membuat 

mereka mewarisi dunia lain yang lebih baik. Hal ini, kata 

Rasul Paulus kepada kita, dilakukan Kristus menurut kehen-

dak Allah dan Bapa kita. Dalam mempersembahkan diri-Nya 

sebagai korban untuk maksud dan tujuan ini, Kristus bertin-

dak sesuai dengan ketetapan Bapa, dan juga dengan kehendak 

bebas-Nya sendiri. Oleh sebab  itu, sangat beralasan bagi kita 

untuk bergantung pada keberhasilan dan keberkenanan dari 

apa yang sudah dilakukan dan diderita-Nya untuk kita. Bah-

kan, dari sini kita mendapat keberanian untuk melihat Allah 

sebagai Bapa kita, sebab demikianlah Rasul Paulus di sini 

menggambarkan-Nya. Sama seperti Allah adalah Bapa Yesus 

Tuhan kita, demikian pula di dalam dan melalui Yesus Dia 

adalah Bapa semua orang yang sungguh-sungguh percaya, 

sebagaimana yang diberitahukan sendiri oleh Juruselamat kita 

(Yoh. 20:17), saat  berkata kepada murid-murid-Nya bahwa 

Ia akan pergi kepada Bapa-Nya dan Bapa mereka. 

Rasul Paulus, sesudah  memperhatikan besarnya kasih Kristus da-

lam mengasihi kita, menutup kata pengantar ini dengan memberikan 

pujian dan kemuliaan kepada-Nya secara khidmat (ay. 5): Bagi-Nya-

lah kemuliaan selama-lamanya! Amin. Ini menyiratkan bahwa dalam 

hal ini Allah memang berhak mendapat penghargaan dan penghor-

matan yang tertinggi dari kita. Atau madah pujian ini bisa dipandang 

mengacu baik pada Allah Bapa maupun Yesus Kristus Tuhan kita, 

dari siapa Paulus baru saja mengharapkan kasih karunia dan damai 

sejahtera. Bapa dan Anak layak kita sembah dan puja, dan segala 

hormat serta kemuliaan selama-lamanya milik Bapa dan Anak, baik 

sebab  segala keunggulan dari Bapa dan Anak sendiri yang tak 

terbatas maupun sebab  berkat-berkat yang kita terima dari-Nya.     

Keprihatinan Rasul Paulus atas Murtadnya Jemaat  

(1:6-9)  

6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh 

kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, 

7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu 

dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. 8 namun  sekalipun 

kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu 

suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, 

terkutuklah dia. 9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukata-

kan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, 

yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. 

Dalam perikop ini Rasul Paulus sampai pada isi pokok surat ini. Dan 

ia memulainya dengan teguran yang lebih umum kepada jemaat-

jemaat di Galatia atas kegoyahan iman mereka. sesudah  itu, dalam 

beberapa bagian berikutnya, ia membicarakan hal ini secara lebih 

panjang lebar. Di sini kita dapat mengamati, 

I.  Betapa ia prihatin dengan kemurtadan mereka: Aku heran, dst. 

Hatinya amat terkejut sekaligus sedih sebab nya. Yang menjadi 

dosa dan kebodohan mereka adalah bahwa mereka tidak meme-

gang teguh ajaran Kekristenan sebagaimana yang sudah diberita-

kan kepada mereka, namun  malah membiarkan diri dipalingkan 

dari kemurnian dan kesederhanaannya. Dan ada beberapa hal 

yang memperburuk kemurtadan mereka. Seperti,  

1. Bahwa mereka berbalik dari pada Dia yang telah memanggil 

mereka. Bukan saja dari Rasul Paulus, yang sudah menjadi alat 

untuk memanggil mereka ke dalam persekutuan Injil, melain-

kan juga dari Allah sendiri, yang oleh perintah dan petunjuk-

Nya Injil diberitakan kepada mereka, dan mereka diundang un-

tuk ambil bagian dalam hak-hak istimewanya. Sehingga dalam 

hal ini mereka sungguh bersalah telah menyalahgunakan ke-

baikan dan rahmat yang sudah diberikan kepada mereka.  

2.  Bahwa mereka telah dipanggil ke dalam kasih karunia Kristus. 

sebab  Injil yang sudah diberitakan kepada mereka adalah 

penyingkapan yang paling mulia akan anugerah dan rahmat 

ilahi di dalam Kristus Yesus, maka melalui Injil itu mereka 

dipanggil untuk ambil bagian dalam berkat-berkat dan keun-

tungan-keuntungannya yang terbesar, seperti pembenaran, 

pendamaian dengan Allah di dunia sini, dan kehidupan serta

 kebahagiaan kekal di akhirat nanti. Ini sudah ditebus Tuhan 

Yesus untuk kita dengan darah-Nya yang berharga sebagai 

bayarannya, dan dengan cuma-cuma Ia memberikannya ke-

pada semua orang yang tulus menerima Dia. Oleh sebab  itu, 

sepadan dengan besarnya hak istimewa yang mereka nikmati, 

demikianlah besarnya dosa dan kebodohan mereka dalam me-

ninggalkannya dan membiarkan diri dijauhkan dari cara yang 

sudah ditetapkan untuk memperoleh berkat-berkat ini.  

3. Bahwa mereka begitu lekas berbalik. Dalam sekejap saja mere-

ka sudah kehilangan selera dan penghargaan terhadap anuge-

rah Kristus yang tampaknya telah mereka miliki, dan begitu 

mudahnya mereka termakan oleh orang-orang yang mengajar-

kan pembenaran dengan menjalankan hukum-hukum Taurat. 

Banyak dari antara mereka sudah termakan oleh ajaran ini. 

Para pengajar itu besar dan dididik dalam ajaran-ajaran kaum 

Farisi, yang mereka campuradukkan dengan ajaran Kristus, 

dan dengan demikian merusakkannya. Dan sama seperti ini 

merupakan tanda kelemahan dari jemaat-jemaat di Galatia, 

demikian pula itu semakin memperbesar kesalahan mereka.  

4. Bahwa mereka berbalik mengikuti suatu injil lain, yang se-

benarnya bukan Injil. Demikianlah Rasul Paulus menggambar-

kan ajaran dari para pengajar yang masih berpegang pada 

agama Yahudi ini. Ia menyebutnya Injil lain, sebab  ajaran itu 

membuka jalan pembenaran dan keselamatan yang berbeda 

dari apa yang sudah diwahyukan di dalam Injil, yaitu oleh per-

buatan, dan bukan oleh iman di dalam Kristus. Dan ia me-

nambahkan, “Yang sebenarnya bukan Injil, kamu akan 

mendapatinya sebagai sesuatu yang bukan Injil sama sekali, 

yakni yang sungguh bukan Injil lain, namun  yang memutar-

balikkan Injil Kristus, dan menjungkirbalikkan fondasi-fon-

dasinya.” Dengan ini ia menyiratkan bahwa orang-orang yang 

berusaha menetapkan jalan lain untuk masuk sorga selain 

dari apa yang sudah diwahyukan oleh Injil Kristus bersalah 

atas penyimpangan yang luar biasa besar, dan pada akhirnya 

akan mendapati diri mereka keliru secara menyedihkan. Demi-

kianlah, Rasul Paulus berusaha menanamkan perasaan ber-

salah yang memang sudah semestinya begitu pada diri orang-

orang Galatia ini sebab  mereka sudah meninggalkan jalan 

pembenaran menurut Injil. Namun, pada saat yang sama, ia 

memperhalus tegurannya dengan bersikap lemah lembut ter-

hadap mereka, dan berkata bahwa mereka sebenarnya lebih 

tertarik pada ajaran itu sebab  kelicikan dan kegigihan bebe-

rapa orang yang mengacaukan mereka, dan bukan sebab  me-

reka mendekatinya atas kemauan mereka sendiri. Ini memang 

tidak bisa mereka jadikan alasan, namun bisa meringankan 

kesalahan mereka. Dan melalui hal ini ia mengajar kita bahwa 

dalam menegur orang lain, sebagaimana kita tidak boleh lalai 

memberikan teguran, demikian pula kita harus menegur 

dengan lembut, dan berusaha memimpin orang itu dalam roh 

lemah lembut (6:1). 

II.  Betapa ia yakin bahwa Injil yang sudah diberitakannya kepada 

mereka adalah satu-satunya Injil yang benar. Ia sepenuhnya ya-

kin akan hal ini sehingga ia mengutuk orang yang berkhayal 

memberitakan suatu Injil lain (ay. 8). Dan supaya mereka tahu 

bahwa ini dilakukannya bukan sebab  ia gegabah atau tidak bisa 

menahan diri, ia mengulanginya sekali lagi (ay. 9). Ini tidak mem-

benarkan kita untuk mengucapkan kutuk-kutuk yang menggele-

gar terhadap mereka yang berbeda pendapat dengan kita dalam 

hal-hal kecil. Paulus mencela hal ini hanya untuk melawan orang-

orang yang membuat suatu Injil baru, yang menjungkirbalikkan 

fondasi kovenan anugerah, dengan mendirikan pelaksanaan hu-

kum Taurat sebagai ganti kebenaran Kristus, dan merusakkan 

Kekristenan dengan agama Yahudi. Paulus menempatkan duduk 

perkaranya: “Misalkan kami memberitakan suatu Injil lain. Bah-

kan, misalkan ada malaikat dari sorga yang memberitakannya.” 

Bukan berarti bahwa merupakan sesuatu yang mungkin bagi ma-

laikat dari sorga untuk membawa pesan dusta. namun  ini diung-

kapkan demikian untuk lebih menguatkan apa yang hendak 

dikatakannya. “Kalaupun ada suatu Injil lain yang diberitakan 

kepada kamu oleh siapa saja, atas nama kami, atau dengan 

mengaku-ngaku bahwa Injil itu dari malaikat sendiri, kamu harus 

sadar bahwa kamu sedang diperdaya. Dan siapa saja yang mem-

beritakan Injil lain menimpakan kutuk pada dirinya sendiri, dan 

sedang menimpakannya juga kepada kamu.” 

 

Surat Galatia 1:10-24 


Kesetiaan dan Kelurusan Hati Rasul Paulus 

(1:10-24)  

10 Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesuka-

an Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih 

mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kris-

tus. 11 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil 

yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. 12 sebab  aku bukan mene-

rimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, 

namun  aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. 13 Sebab kamu telah 

mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku 

menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. 14 Dan di dalam 

agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan 

aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat 

istiadat nenek moyangku. 15 namun  waktu Ia, yang telah memilih aku sejak 

kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 16 berkenan 

menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di an-

tara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak minta pertim-

bangan kepada manusia; 17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan 

mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, namun  aku berangkat ke tanah 

Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. 18 Lalu, tiga tahun kemudian, 

aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima

belas hari di rumahnya. 19 namun  aku tidak melihat seorang pun dari rasul-

rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. 20 Di hadapan Allah 

kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. 21 

Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. 22 namun  rupaku 

tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. 23 Mereka hanya 

mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberita-

kan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. 24 Dan mereka memuliakan 

Allah sebab  aku. 

Apa yang sudah dikatakan Rasul Paulus secara lebih umum dalam 

kata pengantar surat ini, sekarang dibahasnya secara lebih terperinci 

dan panjang lebar. Sebelumnya ia sudah menyatakan diri sebagai 

rasul Kristus, dan sekarang ia lebih menguatkan lagi apa yang sudah 

dinyatakannya itu, bahwa ia memiliki ciri dan jabatan sebagai rasul. 

Ada sebagian orang di jemaat-jemaat Galatia yang sudah terpenga-

ruh, sehingga mereka mempertanyakan hal ini. Sebab orang-orang 

yang memberitakan hukum keupacaraan itu berbuat semampu me-

reka untuk menjelek-jelekkan nama baik Paulus, yang memberitakan 

Injil Kristus yang murni kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dan 

sebab  itu di sini dia hendak membuktikan bahwa baik tugas mau-

pun ajarannya berasal dari Allah, supaya dengan begitu ia bisa

menghapuskan segala fitnah yang sudah dilancarkan musuh-musuh-

nya terhadap dia, dan supaya orang-orang Kristen ini kembali ber-

pikiran baik tentang Injil yang sudah diberitakannya kepada mereka. 

Ia memberikan bukti yang cukup mengenai hal ini,  

I.  berdasar  maksud dan tujuan dari pelayanannya, yang tidak 

untuk mencari kesukaan manusia, melainkan kesukaan Allah, dst. 

Maksud dari perkataan ini adalah dalam memberitakan Injil, ia 

tidak bertindak untuk mematuhi manusia, namun  untuk mema-

tuhi Allah, yang telah memanggilnya melakukan pekerjaan dan 

jabatan ini. Atau bahwa yang ingin ditujunya dalam hal ini adalah 

membuat orang patuh bukan kepada manusia, melainkan kepada 

Allah. Sebagaimana ia mengakui bahwa ia bertindak berdasar  

mandat dari Allah, demikian pula apa yang terutama ingin dica-

painya adalah mengusahakan kemuliaan-Nya, dengan membuat 

orang-orang berdosa kembali tunduk kepada-Nya. Dan sama se-

perti ini merupakan tujuan agung yang ingin dicapainya, demi-

kian pula untuk mencapainya ia tidak mencari kesukaan manusia. 

Dalam ajarannya, ia tidak menyesuaikan diri untuk menyenang-

kan orang, entah supaya mereka suka kepadanya atau supaya ia 

tidak dibenci mereka. Sebaliknya, yang sangat dia pedulikan ada-

lah berkenan kepada Allah. Para pengajar yang masih berpegang 

pada agama Yahudi, yang oleh mereka jemaat-jemaat ini dirusak-

kan, menunjukkan ciri-ciri yang sangat berbeda. Mereka mencam-

puradukkan perbuatan dengan iman, dan hukum Taurat dengan 

Injil, hanya untuk menyenangkan orang-orang Yahudi, yang ingin 

mereka bujuk dan berteman, supaya mereka terhindar dari 

penganiayaan. namun  Paulus adalah orang yang mempunyai roh 

lain. Ia sama sekali tidak mencari-cari untuk menyenangkan 

mereka, atau meredakan kegeraman mereka terhadapnya sampai 

harus mengubah ajaran Kristus supaya mereka suka padanya 

atau supaya ia terhindar dari amuk mereka. Dan ia memberikan 

alasan yang sangat baik untuk itu, yaitu bahwa, sekiranya aku 

masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku 

bukanlah hamba Kristus. Dia tahu bahwa hal ini betul-betul tidak 

bisa berjalan secara berdampingan, dan bahwa tidak ada orang 

yang bisa melayani dua tuan seperti itu. Oleh sebab itu, walaupun 

ia tidak mau membuat kesal siapa saja tanpa perlu, ia tidak 

berani berusaha memuaskan manusia jika yang menjadi bayar-

annya adalah kesetiaannya kepada Kristus. Demikianlah, dari 

ketulusan maksud dan tujuannya dalam menjalankan tugasnya, 

ia membuktikan bahwa ia sungguh-sungguh seorang rasul Kris-

tus. Dan dari sikap serta perilakunya, kita bisa mengamati,  

Surat Galatia 1:10-24 


1.  Bahwa tujuan agung yang harus dicapai oleh para pelayan 

Injil adalah membawa manusia kepada Allah.  

2. Bahwa orang-orang yang setia tidak akan berusaha untuk me-

nyenangkan hati manusia, melainkan mencari perkenanan Allah.  

3. Bahwa mereka tidak boleh berusaha supaya menyenangkan 

manusia, jika mereka mau membuktikan diri sebagai hamba-

hamba Kristus yang setia. Akan namun , jika alasan ini dianggap 

masih tidak cukup, Paulus meneruskan dengan membuktikan 

jabatan kerasulannya,  

II.  berdasar  cara ia menerima Injil yang sudah diberitakannya 

kepada mereka. Berkenaan dengan masalah itu, ia menyakinkan 

mereka (ay. 11-12) bahwa ia menerima Injil bukan dari pemberita-

an orang lain, melainkan melalui pewahyuan dari sorga. Satu ciri 

khas dari seorang rasul adalah bahwa ia dipanggil, dan diperin-

tahkan, untuk tugas kerasulan langsung oleh Kristus sendiri. Dan 

dalam hal ini ia menunjukkan bahwa tidak ada yang kurang sama 

sekali pada dirinya, apa pun yang dikatakan musuh-musuhnya 

sebaliknya. Hamba-hamba Tuhan yang biasa, sama seperti pada 

umumnya mereka menerima panggilan untuk memberitakan Injil 

melalui pengantaraan orang lain, demikian pula melalui pengajar-

an dan bantuan orang lain mereka dihantar pada pengenalan 

akan Injil. namun  Paulus memberi tahu mereka bahwa ia meneri-

ma pengenalan akan Injil, dan juga wewenang untuk memberita-

kannya, langsung dari Tuhan Yesus. Injil yang diberitakannya 

bukanlah Injil manusia. Ia tidak menerimanya dari manusia, dan 

bukan manusia yang mengajarkannya kepada dia, melainkan oleh 

ilham langsung, atau pewahyuan dari Kristus sendiri. Hal ini 

ingin dipertegasnya, untuk membuktikan bahwa ia seorang rasul, 

dan untuk maksud tersebut, 

1. Ia memberi tahu mereka apa latar belakang pendidikannya, 

dan sejalan dengan itu, bagaimana perilakunya di masa lalu 

(ay. 13-14). Secara khusus, ia memberi tahu mereka bahwa ia

dibesarkan dalam agama Yahudi, dan bahwa ia jauh lebih 

maju dari banyak teman yang sebaya dengan dia di antara 

bangsanya, bahwa ia sangat rajin memelihara adat istiadat ne-

nek moyangnya, ajaran-ajaran dan kebiasaan-kebiasaan yang 

diciptakan oleh nenek moyang mereka, dan diteruskan dari 

satu angkatan ke angkatan lain. Bahkan, ia sedemikian rajin 

sehingga, dalam semangatnya untuk melakukan itu semua, 

tanpa batas ia menganiaya jemaat Allah dan berusaha mem-

binasakannya. Ia tidak saja pernah menolak agama Kristen, 

sekalipun ada banyak bukti jelas diberikan mengenai asal-

usul ilahinya, namun  juga pernah menganiaya Kekristenan, dan 

berupaya sekeras-kerasnya dan sebengis-bengisnya untuk 

membinasakan para pemeluknya. Ini sering kali disebut-sebut 

oleh Paulus, untuk mengagung-agungkan anugerah yang 

cuma-cuma dan kaya itu, yang telah mengerjakan perubahan 

yang sedemikian menakjubkan dalam dirinya. Dengan anuge-

rah itu ia diubahkan, dari semula sebagai seorang pendosa 

besar menjadi seorang petobat yang tulus, dan dari seorang 

penganiaya menjadi seorang rasul. Dan memang sangat tepat 

itu disebutkan di sini. Sebab akan tampak dari sini bahwa ia 

tidak dituntun kepada Kekristenan, seperti kebanyakan orang, 

murni melalui pendidikan, sebab  ia dibesarkan dalam permu-

suhan dan perlawanan terhadapnya. Dan beralasan jika mere-

ka menduga bahwa pasti sesuatu yang sangat luar biasalah 

yang sudah mengadakan perubahan yang begitu besar dalam 

dirinya, yang telah menaklukkan segala prasangka yang muncul 

akibat pendidikannya di masa lalu, dan membuatnya tidak 

hanya mengakui, namun  juga memberitakan ajaran itu, ajaran 

yang sebelumnya sudah ia lawan dengan sedemikian gencarnya.  

2. Dengan cara yang begitu menakjubkan ia dipalingkan dari 

jalan-jalannya yang salah, dihantar pada pengenalan dan iman 

akan Kristus, dan ditunjuk untuk menjalankan tugas sebagai 

rasul (ay. 15-16). Ini tidak terjadi melalui jalan biasa, atau sa-

rana-sarana biasa, namun  melalui cara yang luar biasa, sebab,  

(1)  Allah telah memilih dia sejak kandungan ibunya: perubahan 

yang dikerjakan di dalam dirinya ini sejalan dengan tujuan 

ilahi berkenaan dengan dia, yang olehnya ia ditunjuk un-

tuk menjadi seorang Kristen dan rasul, sebelum ia datang 

ke dunia atau berbuat jahat atau buruk.  

(2) Ia dipanggil oleh kasih karunia-Nya. Semua orang yang ber-

tobat dan diselamatkan dipanggil oleh anugerah Allah. Per-

tobatan mereka adalah hasil dari perkenanan Allah kepada 

mereka, dan terjadi sebab  kuasa dan anugerah-Nya dalam 

diri mereka. namun  ada yang istimewa dalam kasus Paulus. 

Perubahan yang dikerjakan dalam dirinya itu terjadi secara 

Surat Galatia 1:10-24 

tiba-tiba dan besar, dan perubahan itu terlaksana bukan 

melalui pengantaraan orang lain, sebagai alatnya, melain-

kan oleh penampakan Kristus secara pribadi kepadanya, 

dan pekerjaan-Nya yang langsung atas dirinya. Itulah 

mengapa kejadian itu dianggap sebagai penyataan kuasa 

dan perkenanan ilahi yang lebih istimewa dan luar biasa.  

(3) Kristus dinyatakan di dalam dia. Kristus tidak hanya dinya-

takan kepada dia, namun  juga di dalam dia. Sedikit saja 

manfaatnya untuk kita jika Kristus dinyatakan kepada kita, 

namun  tidak di dalam diri kita juga. namun  bukan ini yang 

terjadi pada Paulus. Allah berkenan menyatakan Anak-Nya 

di dalam dia, untuk membawanya mengenal Kristus dan 

Injil-Nya melalui pewahyuan yang istimewa dan langsung. 

Dan,  

(4)  Dengan rancangan inilah ia harus memberitakan Kristus di 

antara bangsa-bangsa kafir. Bukan saja bahwa ia sendiri 

harus memeluk-Nya, namun  juga ia harus memberitakan-

Nya kepada orang lain. Dengan demikian, ia menjadi orang 

Kristen sekaligus rasul melalui pewahyuan.  

3. Ia memberi tahu mereka bagaimana perilakunya mulai dari 

saat itu (ay. 16 sampai selesai). sebab  dipanggil dengan cara 

seperti itu untuk melakukan pekerjaan dan tugasnya, ia tidak 

minta pertimbangan kepada darah dan daging (KJV; TB: maka 

sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia.). 

Ini bisa diartikan secara lebih umum, sehingga kita dapat be-

lajar darinya bahwa, jika Allah memanggil kita oleh anuge-

rah-Nya, kita tidak boleh meminta pertimbangan kepada darah 

dan daging. namun  yang dimaksudkan di sini adalah bahwa ia 

tidak minta pertimbangan kepada manusia. Ia tidak minta 

nasihat atau petunjuk dari siapa pun. Juga ia tidak pergi ke 

Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul 

sebelum dia, seolah-olah ia perlu mendapat restu dari mereka, 

atau menerima petunjuk-petunjuk dan wewenang lebih lanjut 

dari mereka. Sebaliknya, ia mengubah haluan, dan berangkat 

ke tanah Arab, entah hanya sebagai tempat pengunduran diri 

untuk menerima wahyu-wahyu ilahi lebih lanjut, atau untuk 

memberitakan Injil di sana di antara bangsa-bangsa bukan 

Yahudi, sebab  ia sudah ditunjuk untuk menjadi rasul bagi 

bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Dari sana ia kembali lagi ke 

Damsyik, di mana ia pertama-tama memulai pelayanannya, 

dan di situ pula ia dengan susah payah terhindar dari amukan 

musuh-musuhnya (Kis. 9). Baru tiga tahun kemudian sesudah  

pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas. 

Dan saat  ia mengunjunginya, ia hanya tinggal sebentar saja 

bersamanya, tidak lebih dari lima belas hari. Tidak juga, sela-

ma berada di sana, ia banyak bertanya-jawab. Sebab ia tidak 

melihat seorang pun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yako-

bus, saudara Tuhan Yesus. Sehingga tidak bisa dikatakan bah-

wa ia mendapatkan pengetahuannya tentang Injil atau wewe-

nangnya untuk memberitakan Injil dari rasul-rasul lain mana 

pun. Sehingga tampaknya, yang membuatnya memenuhi sya-

rat dan yang memanggilnya untuk menjalankan tugas kerasul-

an itu bersifat luar biasa dan ilahi. sebab  penjelasan ini pen-

ting untuk meneguhkan pernyataannya bahwa ia menjabat 

sebagai rasul, untuk menghapuskan celaan-celaan yang tidak 

adil dari para musuhnya, dan untuk menghilangkan kesan 

yang diterima orang-orang Galatia yang merugikan dia, maka 

ia menegaskannya dengan sumpah yang khidmat (ay. 20). Ia 

menyatakan, seolah-olah di hadapan Allah, bahwa apa yang 

dikatakannya itu sungguh benar, dan bahwa sedikit pun ia 

tidak memalsukan apa yang sudah disampaikannya. Walau-

pun ini tidak bisa membenarkan kita untuk bersumpah demi 

Allah setiap ada kesempatan, namun itu menunjukkan bahwa, 

dalam perkara-perkara yang penting dan menentukan, ada-

kalanya bersumpah tidak hanya diperbolehkan namun  juga 

wajib. Selanjutnya ia memberi tahu mereka bahwa ia pergi ke 

daerah-daerah Siria dan Kilikia. sesudah  mengadakan kunjung-

an singkat kepada Petrus ini, ia kembali mengerjakan pekerja-

annya. Pada saat itu ia tidak mempunyai hubungan dengan 

jemaat-jemaat Kristus di Yudea, malah rupanya pun tidak 

mereka kenal. namun  mereka hanya mendengar, bahwa ia yang 

dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, 

yang pernah hendak dibinasakannya. Dan mereka memuliakan 

Allah sebab  dia. Banyak orang mengucap syukur kepada 

Allah sebab  itu. Sama seperti kabar tentang perubahan be-

sar-besaran dalam dirinya ini memenuhi mereka dengan suka-

cita, demikian pula kabar itu menggugah hati mereka untuk 

memberikan kemuliaan kepada Allah. 

PASAL  2  

i dalam pasal ini Rasul Paulus melanjutkan penjelasan yang 

telah ia mulai pada pasal sebelumnya mengenai hubungan 

kehidupan serta sikap dan perbuatannya di masa lalu. Dan, dengan 

menunjukkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi antara dirinya 

dan rasul-rasul lain, ia membuat jelas bahwa ia tidak berutang budi 

kepada mereka, baik atas pengetahuannya tentang Injil maupun atas 

wewenangnya sebagai seorang rasul, sebagaimana yang disebut-se-

but secara tidak langsung oleh musuh-musuhnya. Bahkan sebalik-

nya, ia memperoleh pengakuan dan persetujuan dari para rasul itu 

sendiri sebagai orang yang memiliki tugas pengutusan yang sama 

dengan mereka di dalam jabatan kerasulan itu. 

I.  Secara khusus Rasul Paulus memberi tahu mereka mengenai 

perjalanan lain yang pernah ia lakukan ke Yerusalem berta-

hun-tahun sesudah perjalanan sebelumnya, serta bagaimana 

ia bersikap dan bertindak pada saat itu (ay. 1-10).  

II. Rasul Paulus memberikan penjelasan mengenai pertemuan 

lain dengan Rasul Petrus di Antiokhia, dan bagaimana ia me-

rasa wajib untuk menentang Petrus di sana. Dari pokok per-

soalan yang dituliskan itu, ia melanjutkan penulisannya me-

ngenai ajaran agung pembenaran oleh iman di dalam Kristus, 

tanpa perlu melakukan hukum Taurat, yang merupakan po-

kok utama yang hendak ia teguhkan dalam surat kerasulan 

ini, dan yang ia uraikan secara lebih luas lagi di dalam dua 

pasal berikutnya.  

Perjalanan Rasul Paulus ke Yerusalem;  

Keputusan dan Keteguhannya  

(2:1-10)  

1 Kemudian sesudah  lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem 

dengan Barnabas dan Tituspun kubawa juga. 2 Aku pergi berdasar  suatu 

penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di 

antara bangsa-bangsa bukan Yahudi – dalam percakapan tersendiri kepada 

mereka yang terpandang –, supaya jangan dengan percuma aku berusaha 

atau telah berusaha. 3 namun  kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan 

aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan 

dirinya. 4 Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup 

masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebe-

basan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu 

mereka dapat memperhambakan kita. 5 namun  sesaatpun kami tidak mau 

mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap 

pada kamu. 6 Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itu–bagai-

mana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak 

memandang muka – bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak 

memaksakan sesuatu yang lain kepadaku. 7 namun  sebaliknya, sesudah  mere-

ka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk 

orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang 

bersunat 8 – sebab  Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus un-

tuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan 

kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat. 9 Dan sesudah  

melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas 

dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan 

dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami

pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-

orang yang bersunat; 10 hanya kami harus tetap mengingat orang-orang mis-

kin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya. 

Dari penjelasan yang diberikan sendiri oleh Rasul Paulus di dalam 

pasal ini, tampaknya, sejak pertama kali pemberitaan dan penanam-

an benih-benih Kekristenan dilakukan, sudah terjadi perbedaan pe-

mahaman di antara orang-orang Kristen yang tadinya berasal dari 

bangsa Yahudi dan mereka yang berasal dari bangsa-bangsa lain. 

Banyak di antara mereka yang tadinya berasal dari orang-orang Ya-

hudi tetap mempertahankan rasa hormat terhadap hukum keupa-

caraan, serta berusaha keras menjaga kehormatannya. Sebaliknya, 

orang-orang Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain tidak 

menaruh perhatian terhadap hukum Musa, namun  menerima Kekris-

tenan yang murni sebagai agama yang sesuai dengan akal sehat dan

bulat hati untuk memandangnya demikian. Rasul Petrus ditetapkan 

menjadi rasul untuk orang-orang Yahudi, namun  hukum keupacara-

an, walaupun telah mati bersama Kristus, namun masih belum diku-

burkan, dan ia membiarkan adanya pandangan untuk tetap memeli-

hara hukum itu. Sebaliknya, Rasul Paulus ditetapkan menjadi rasul

Surat Galatia 2:1-10 

bagi bangsa-bangsa lain, dan walaupun ia adalah seorang Ibrani asli, 

namun ia berpaut pada Kekristenan yang murni. Nah, di dalam pasal 

ini ia ingin memberitahukan kepada kita apa yang terjadi di antara 

dia dan rasul-rasul lainnya, khususnya di antara dirinya dan Rasul 

Petrus sesudah  itu.  

Di dalam ayat-ayat di atas, ia memberitahukan kepada kita me-

ngenai perjalanan lainnya dan tentang peristiwa yang terjadi di 

antara dirinya dan rasul-rasul lain yang ada di sana (ay. 1-10). Di sini 

ia menjelaskan kepada kita,  

I. kondisi yang berkaitan dengan perjalanannya ke sana. 

Khususnya mengenai,  

1. Waktu kunjungan itu, yaitu sesudah  lewat empat belas tahun 

sesudah kunjungan sebelumnya (disebutkan dalam pasal 

1:18), atau sebagaimana yang dipahami orang-orang lain, ya-

itu sejak pertobatannya atau sejak kematian Kristus. Semua 

itu menunjukkan betapa besarnya kebaikan Allah, bagaimana 

seorang yang begitu berguna dipelihara bertahun-tahun di 

dalam pekerjaan-Nya. Ketidakhadirannya bersama mereka 

yang begitu lama, membuktikan bahwa ia tidak bergantung 

pada rasul-rasul lain, namun  memiliki wewenang dan kekuasa-

an yang setara dengan mereka. Selama waktu itu ia telah be-

kerja memberitakan Injil dan menyebarkan ajaran Kristen 

yang murni, tanpa dipermasalahkan oleh rasul-rasul mengenai 

pengajarannya, yang akan terjadi kalau dia menjadi bawahan 

mereka dan pengajarannya tidak disetujui oleh mereka.  

2. Teman-teman yang menyertainya. Ia pergi dengan Barnabas, 

dan Titus pun dibawanya juga. jika perjalanan yang dibica-

rakan di sini sama dengan perjalanan yang dicatat di dalam 

Kisah Para Rasul 15 (seperti yang banyak diperkirakan orang), 

maka kita memiliki alasan yang jelas mengapa Barnabas pergi 

bersamanya. Ia memang ditunjuk oleh orang-orang Kristen di 

Antiokhia untuk menemani Paulus dan supaya ia dapat turut 

terlibat dalam perkara yang sedang ditangani Paulus. Namun, 

tidak tampak bahwa Titus juga ditugaskan untuk tugas yang 

sama bersamanya, maka alasan utama mengapa Paulus meng-

ajak Titus pergi bersamanya adalah untuk membiarkan orang-

orang di Yerusalem melihat, bahwa ia tidak merasa malu atau 

takut untuk mengakui ajaran yang senantiasa ia beritakan. 

Sebab, walaupun pada saat itu Titus telah menjadi pemeluk 

iman Kristen dan bahkan juga menjadi pemberita iman itu, 

namun menurut kelahirannya, ia adalah orang yang berasal 

dari bangsa-bangsa lain dan tidak bersunat. Itulah sebabnya, 

dengan mengikutsertakan Titus sebagai teman seperjalanan, 

hal itu memperlihatkan bahwa ajaran dan pengamalan ajaran 

mereka sama. Dan sebagaimana ia telah memberitakan tidak 

perlunya sunat dan menjalankan hukum Musa, begitu jugalah 

ia siap mengakui dan bergaul dengan orang-orang yang tidak 

bersunat.  

3. Dengan alasan itu, yang bersumber dari penyataan ilahi yang 

telah ia terima mengenai hal itu, Ia pergi berdasar  suatu 

penyataan. Bukan dengan alasan yang berasal dari pemikiran-

nya sendiri, dan juga tidak berdasar  undangan untuk 

hadir di sana, melainkan oleh perintah dan petunjuk khusus 

dari sorga. Itu adalah hak istimewa yang sering dikaruniakan 

kepada Rasul Paulus ini, bahwa ia sering berada di bawah 

pimpinan ilahi di dalam semua gerakan dan usahanya. Meski-

pun kita tidak memiliki alasan untuk berharap dapat meng-

alami hal seperti itu, namun seharusnya hal ini dapat meng-

ajar kita, supaya di dalam setiap usaha dan upaya kita, seda-

pat mungkin kita mampu melihat jalan yang terang di hadapan 

kita serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada bimbingan 

penyelenggaraan ilahi.  

II. Rasul Paulus memberi penjelasan kepada kita mengenai sikap 

dan tindakannya saat  ia berada di Yerusalem, yang darinya 

tampak bahwa ia tidaklah lebih rendah dibandingkan rasul-rasul 

lainnya, sementara wewenang dan kecakapannya di dalam setiap 

hal setara dengan mereka. Secara khusus ia memberitahukan 

kepada kita,   

1. Bahwa di sana ia membentangkan Injil yang dia beritakan di 

antara bangsa-bangsa bukan Yahudi – dalam percakapan ter-

sendiri ... dan seterusnya. Di sini kita dapat mengamati kese-

tiaan dan kehati-hatian rasul besar kita ini.  

(1) Kesetiaannya di dalam memberi penjelasan yang bebas dan 

jujur mengenai ajaran yang telah ia beritakan di antara 

bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan yang masih tetap ia 

beritakan, yaitu mengenai Kekristenan yang murni, bebas 

dari semua campur aduk ajaran agama Yahudi. Ia tahu 

bahwa ajaran Kristen ini tidak akan diterima oleh banyak 

orang yang ada di sana, namun ia tidak merasa takut 

untuk mengakuinya. Sebaliknya dengan cara yang bebas 

dan bersahabat ia membentangkan pengajaran itu di ha-

dapan mereka, dan membiarkan mereka menilai apakah 

pengajaran itu merupakan Injil yang murni dari Kristus 

atau tidak. Sekalipun begitu,  

(2) Ia tetap berlaku bijak dan hati-hati dalam melakukan se-

muanya itu, sebab ia khawatir jangan sampai menyinggung 

orang lain. Ia memilih untuk melakukan percakapan ter-

sendiri dari pada berbicara di depan umum, dan kepada 

mereka yang terpandang, yakni kepada rasul-rasul itu sen-

diri, atau pemimpin-pemimpin di antara orang-orang Kris-

ten Yahudi, dari pada berbicara secara terbuka dan sem-

barangan di hadapan semua orang. Sebab, saat  ia tiba di 

Yerusalem, ada beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi 

percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat 

(Kis. 21:20). Alasan yang mendasari sikap kehati-hatiannya 

ini adalah, supaya jangan dengan percuma ia berusaha 

atau telah berusaha. Supaya jangan sampai ia membang-

kitkan perlawanan terhadap dirinya, sehingga keberhasilan 

yang telah ia capai dari pekerjaannya di masa lalu akan 

dihancurkan atau kegunaannya akan terhalang di masa 

depan. Sebab tidak ada yang lebih dapat menghalangi ke-

majuan Injil selain perbedaan pendapat mengenai peng-

ajarannya, khususnya saat  perbedaan itu menyulut per-

tengkaran dan perbantahan di antara para pemeluknya, 

seperti yang biasa mereka lakukan. Dan itulah sebabnya, 

untuk menghindari kemarahan, ia menganggap bahwa cara 

paling aman adalah menyampaikannya dalam percakapan 

pribadi kepada mereka, dan tidak dilakukan di depan 

umum kepada seluruh jemaat. Sikap dan perbuatan rasul 

ini dapat mengajar kita semua, khususnya para pelayan 

Tuhan, betapa perlunya mereka memiliki sikap kehati-hati-

an, serta harus menggunakannya dengan sangat cermat di 

setiap saat, sejauh itu sejalan dengan kesetiaan mereka.  

2. Bahwa dalam hidupnya sehari-hari dengan tegas Rasul Paulus 

menaati ajaran Kristen yang telah ia beritakan. Ia adalah se-

orang yang teguh hati dan selalu menaati asas-asas yang diya-

kininya. Itulah sebabnya, walaupun ia berjalan bersama Titus, 

yang adalah seorang Yunani, ia tidak mengizinkan Titus disu-

nat, sebab  ia tidak mau mengkhianati ajaran Kristus, seba-

gaimana yang telah ia beritakan kepada bangsa-bangsa lain. 

Tampaknya, para rasul sama sekali tidak mendesak mengenai 

hal ini. Sebab, walaupun mereka membiarkan adanya penyu-

natan di antara orang-orang Yahudi yang telah bertobat dan 

percaya kepada Injil, namun  mereka tidak membebankannya 

atas bangsa-bangsa lain. Namun, ada orang-orang lain yang 

berusaha membebankan hal itu, yaitu yang disebut di sini se-

bagai saudara-saudara palsu oleh Rasul Paulus. Mengenai 

saudara-saudara palsu itu, ia memberitahukan kepada kita 

bahwa mereka menyusup masuk, artinya masuk dengan diam-

diam ke dalam jemaat, atau ke dalam kumpulan orang-orang 

percaya, dan bahwa tujuan mereka menyelundup ke dalam 

hanyalah untuk menghadang kebebasan orang-orang percaya, 

yang telah mereka miliki di dalam Kristus Yesus, atau untuk 

melihat apakah Rasul Paulus membela kebebasan itu terhadap 

hukum keupacaraan, sebagaimana yang telah ia ajarkan seba-

gai ajaran Injil dan sebut-sebut sebagai hak istimewa orang-

orang yang telah memeluk agama Kristen. Rancangan sau-

dara-saudara palsu itu adalah supaya dengan jalan itu dapat 

memperhambaka