Buku pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun
1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710.
Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-
sul. sesudah kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh
13 orang pendeta berdasar catatan-catatan Matthew Henry yang
telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-ki-
tab diterbitkan pada tahun 1811.
berulang kali direvisi dan dicetak ulang.
Buku itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti
bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-
lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.
Riwayat Hidup Matthew Henry
Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat itu gereja
Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang
memerintah pada masa itu adalah Raja Karel II, yang secara resmi di-
angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-
saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat
dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari
gereja resmi.
Puncak penganiayaan itu terjadi saat pada 24 Agustus 1662
lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah
lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.
Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya,
Philip Henry, adalah seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-
kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan.
sebab Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya
Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-
cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati
mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan.
Matthew adalah anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6
tahun sebab penyakit campak. saat masih balita, Matthew sendiri
juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut.
Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-
cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun yang lebih penting lagi,
sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan
mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-
tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-
kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.
Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-
nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.
Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani,
Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat
muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya.
Pada tahun 1685, saat berusia 23 tahun, Matthew pindah ke
London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas London.
Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya menuruti
saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi itu
akan memberikan manfaat besar baginya sebab keadaan di Inggris
pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum
Puritan.
Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-
mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-
dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar
Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti-
dak lama sesudah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan
satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. sesudah ber-
doa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih
jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai
pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 tahun.
Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-
ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-
ngat harmonis dan baik sebab didasarkan atas cinta dan iman ke-
pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu
setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar.
Segera sesudah melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal
pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak
Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip,
ayah Matthew.
Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya.
sesudah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya
untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary
Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi,
yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu sete-
ngah tahun, ia meninggal sebab demam tinggi dan penyakit batuk
rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan
lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa be-
rat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini,
Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam
hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia
mengakhiri catatannya sebagai berikut, Ingatlah bahwa anak-anak
itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak
lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-
salem yang di sorga.
Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-
rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-
ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew
Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan
pertama.
Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester.
Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk
melayani di sana, namun berulang kali ia menolak panggilan tersebut
sebab merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun
akhirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk
menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab itu ia menyerah kepada
kehendak Allah.
Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes,
sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja
dari pagi buta sampai larut malam, namun menjelang akhir hayatnya
ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab kesehatannya yang
semakin menurun.
Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester,
tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9,
Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat
Allah. Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan
hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-
kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me-
nikmati kebersamaan dengan Tuhan.
Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia
sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi
rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: Kehidupan orang yang
mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-
ling menyenangkan dan penuh penghiburan. Ia mengembuskan
nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari
kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil
dari Matius 25:21, Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah se-
tia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-
hagiaan tuanmu.
Tafsiran
SURAT GALATIA
Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di
suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-
jemaat di suatu negeri atau provinsi, sebab Galatia itu sebuah pro-
vinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini perta-
ma kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan
Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia
sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas
dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam
Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh
negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua
murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan
penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik
terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan namun , tidak lama
sesudah ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih
berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan
kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja
merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tu-
juan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka
dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan
ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka seleweng-
kan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan
hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembe-
naran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka
berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik
Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas ke-
hancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang,
kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-
rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat
penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemung-
kinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-
rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut,
mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis su-
rat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar
bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari
iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri
sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menun-
jukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan
bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari
pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia
menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang
pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan
mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran
jemaat mengenai ajaran itu. Dan, sesudah mengokohkan ajaran yang
penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam
kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka,
memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan
kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petun-
juk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi
mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah
menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya
sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya
yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan,
memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa
saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan
kelurusan hati mereka.
PASAL 1
dalam pasal ini, sesudah kata pengantar atau pendahuluan (ay. 1-
5), Rasul Paulus mengecam keras jemaat-jemaat di Galatia atas
murtadnya mereka dari iman (ay. 6-9), dan kemudian membuktikan
jabatan kerasulannya sendiri, yang mereka pertanyakan sebab ha-
sutan musuh-musuhnya,
I. berdasar maksud dan tujuannya dalam memberitakan
Injil (ay. 10).
II. berdasar kenyataan bahwa ia telah menerimanya melalui
pewahyuan langsung (ay. 11-12). Untuk membuktikan ini, ia
memberitahukan kepada mereka,
1. Bagaimana perilakunya di masa lalu (ay. 13-14).
2. Bagaimana ia bertobat, dan dipanggil menjadi rasul (ay. 15-
16).
3. Bagaimana perilakunya berubah sesudah itu (ay. 16, sam-
pai selesai).
Pengantar
(1:1-5)
1 Dari Paulus, seorang rasul, bukan sebab manusia, juga bukan oleh se-
orang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, 2 dan dari semua saudara yang
ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia: 3 kasih karu-
nia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan
Yesus Kristus, 4 yang telah menyerahkan diri-Nya sebab dosa-dosa kita, untuk
melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah
dan Bapa kita. 5 Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
Dalam ayat-ayat ini, kita mendapati pengantar atau pendahuluan un-
tuk surat ini, yang di dalamnya perhatikanlah,
I. Siapa atau siapa-siapa pengirim surat ini, yaitu dari Paulus,
seorang rasul, dst., dan dari semua saudara yang ada bersama-
sama dengan dia.
1. Surat itu dikirim dari Paulus. Dialah satu-satunya penulis su-
rat itu. Dan, sebab ada sebagian orang di antara jemaat Gala-
tia yang berusaha merendahkan tabiat dan wewenangnya,
maka pada bagian awal suratnya ia memberikan gambaran
umum baik tentang jabatannya maupun cara bagaimana ia
dipanggil untuk itu. Hal ini akan dibicarakannya secara lebih
panjang lebar dalam pasal ini dan pasal berikutnya. Mengenai
jabatannya, ia adalah seorang rasul. Ia tidak takut menyebut
dirinya demikian, kendati musuh-musuhnya tidak mau mem-
berinya gelar ini. Dan, supaya jemaat-jemaat di Galatia melihat
bahwa ia tidak serta-merta menyebut dirinya seperti itu tanpa
alasan yang kuat, ia memberi tahu mereka bagaimana ia di-
panggil untuk mendapat kehormatan dan jabatan ini. Ia juga
meyakinkan mereka bahwa mandat yang diterimanya sepe-
nuhnya bersifat ilahi, sebab ia seorang rasul bukan sebab
manusia, juga bukan oleh seorang manusia. Ia tidak mendapat
panggilan biasa dari seorang hamba Tuhan yang biasa, me-
lainkan panggilan luar biasa dari sorga untuk mendapat jabat-
an ini. Ia dianggap memenuhi syarat dan ditunjuk untuk men-
jadi rasul bukan sebab pengantaraan manusia, namun meneri-
manya secara langsung dari atas. Sebab ia seorang rasul oleh
Yesus Kristus. Ia mendapat perintah dan mandat langsung
dari Kristus, dan sebab itu juga dari Allah Bapa, yang satu
dengan Kristus dalam hakikat ilahi-Nya, dan yang telah
menunjuk Dia, sebagai Pengantara, untuk menjadi Rasul dan
Imam Besar bagi kita. Dan, sebagai Rasul dan Imam Besar,
Kristus memberikan wewenang kepada orang lain untuk men-
jabat sebagai rasul. Paulus menambahkan, yang telah mem-
bangkitkan Dia dari antara orang mati. Paulus menambahkan-
nya untuk memberi tahu kita bahwa dalam hal ini Allah Bapa
memberikan kesaksian umum bahwa Kristus adalah Anak-Nya
dan Mesias yang dijanjikan, dan juga bahwa, sebab panggil-
annya sebagai rasul datang langsung dari Kristus, maka pang-
gilan itu diberikan sesudah kebangkitan-Nya dari antara orang
mati, saat Ia sudah masuk dalam kemuliaan-Nya. Sehingga
beralasan baginya untuk memandang dirinya tidak hanya
sejajar dengan rasul-rasul lain, namun juga dalam arti tertentu
lebih dikehendaki di atas mereka. Sebab, kalau rasul-rasul
lain dipanggil oleh Kristus selagi Ia berada di bumi, Paulus
dipanggil oleh-Nya saat Ia berada di sorga. Demikianlah
Rasul Paulus, sebab ditekan oleh musuh-musuhnya, meng-
agung-agungkan jabatannya. Ini menunjukkan bahwa walau-
pun manusia sama sekali tidak boleh bangga dengan kewenang-
an apa saja yang mereka miliki, namun adakalanya mereka
perlu menegaskannya. Akan namun ,
2. Ia mengikutsertakan semua saudara yang ada bersama-sama
dengan dia pada penulisan surat ini, dan menulis atas nama
mereka dan juga namanya sendiri. Yang dimaksud dengan
semua saudara yang ada bersama-sama dengan dia di sini
adalah mungkin orang-orang Kristen secara umum yang ber-
ada di tempat di mana dia berada pada waktu itu, atau orang-
orang Kristen yang bekerja sebagai pelayan-pelayan Injil.
Orang-orang ini Paulus akui sebagai saudara-saudaranya, wa-
laupun dengan tabiat dan pencapaian-pencapaiannya melebihi
mereka. Dan, walaupun ia sendiri yang menulis surat ini, ia
mengikutsertakan mereka dalam tulisannya. Dalam hal ini,
sebagaimana ia menunjukkan bahwa ia sangat bersahaja dan
rendah hati, dan betapa ia sama sekali tidak berlagak tinggi,
demikian pula ia melakukan ini supaya jemaat-jemaat di Gala-
tia lebih memperhatikan apa yang ditulisnya. sebab dengan
ini akan tampak bahwa ia mendapatkan persetujuan mereka
dengannya dalam ajaran yang sudah diberitakannya, dan yang
hendak diteguhkannya, dan bahwa ajaran itu tidak lain
daripada apa yang sudah diberitakan dan diakui oleh orang
lain dan juga olehnya sendiri.
II. Kepada siapa surat ini ditujukan, yaitu kepada jemaat-jemaat di
Galatia. Ada beberapa jemaat pada waktu itu di wilayah Galatia
ini, dan tampak bahwa semuanya sedikit banyak dirusakkan oleh
kepintaran para penggoda yang sudah menyusup di antara mere-
ka. Oleh sebab itu Paulus, yang sudah menjadi urusannya sehari-
hari untuk memelihara semua jemaat-jemaat, sebab merasa amat
prihatin dengan keadaan mereka, dan ingin supaya mereka kem-
bali kepada iman dan teguh di dalamnya, menulis surat ini ke-
pada mereka. Ia menujukan surat ini kepada mereka semua,
sebagai orang-orang yang sedikit banyak berkepentingan dalam
masalah itu. Dan ia menyebut mereka jemaat-jemaat, walaupun
apa yang mereka lakukan sudah cukup membuat mereka kehi-
langan sebutan itu, sebab kalau sudah bobrok, mereka tidak akan
pernah dibiarkan menjadi jemaat. Tidak diragukan bahwa ada
beberapa di antara mereka yang tetap di dalam iman, dan ia tidak
putus harapan bahwa orang lain pun bisa kembali kepada iman.
III. Berkat kerasulan (ay. 3). Di sini Rasul Paulus, dan saudara-
saudara yang ada bersama-sama dengan dia, berharap agar kasih
karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan
Yesus Kristus menyertai jemaat-jemaat ini. Berkat ini biasa di-
ucapkan Paulus kepada jemaat-jemaat dalam nama Tuhan, yaitu
kasih karunia dan damai sejahtera. Kasih karunia mencakup
maksud baik Allah terhadap kita dan pekerjaan baik-Nya atas diri
kita. Dan damai sejahtera mencakup semua penghiburan ba-
tiniah, atau kesejahteraan lahiriah, yang betul-betul kita perlu-
kan. Dan semuanya itu datang dari Allah Bapa sebagai sumber-
nya, melalui Yesus Kristus sebagai salurannya. Kasih karunia dan
damai sejahtera ini diharapkan oleh Rasul Paulus untuk orang-
orang Kristen tersebut. namun perhatikanlah urutannya, pertama
kasih karunia, kemudian damai sejahtera, sebab tidak akan ada
damai sejahtera yang sesungguhnya tanpa kasih karunia. sesudah
menyebutkan Tuhan Yesus Kristus, ia tidak bisa melanjutkan
begitu saja tanpa mengagung-agungkan kasih-Nya. Oleh sebab itu
ia menambahkan (ay. 4), yang telah menyerahkan diri-Nya sebab
dosa-dosa kita, untuk melepaskan dst. Yesus Kristus memberikan
diri-Nya bagi dosa-dosa kita, sebagai korban agung untuk mem-
beri pengampunan bagi kita. Hal ini dituntut oleh keadilan Allah,
dan untuk itu dengan bebas Ia menyerahkan diri demi kita. Satu
tujuan agung dari hal ini adalah untuk melepaskan kita dari dunia
jahat yang sekarang ini. Bukan hanya untuk menebus kita dari
murka Allah, dan dari kutuk hukum Taurat, namun juga untuk
memulihkan kita dari kerusakan yang ada di dunia melalui hawa
nafsu, dan untuk menyelamatkan kita dari segala perbuatan dan
kebiasannya yang keji, yang secara alami memperbudak kita. Dan
mungkin juga untuk membebaskan kita dari ketetapan Musa,
sebab demikianlah kata aiōn houtos digunakan (1Kor. 2:6, 8). Dari
sini dapat kita perhatikan bahwa,
1. Dunia sekarang ini adalah dunia yang jahat. Dunia ini sudah
menjadi demikian sebab dosa manusia. Kita mengetahuinya
dari dosa dan penderitaan yang melimpah di dalamnya, dan
dari banyaknya jerat serta godaan yang senantiasa mengha-
dang kita selama kita tetap berada di dalamnya. Akan namun ,
2. Yesus Kristus telah mati untuk membebaskan kita dari dunia
sekarang yang jahat ini, bukan untuk memindahkan umat-
Nya keluar dari dunia ini sekarang, melainkan untuk menye-
lamatkan mereka dari kuasanya, untuk menjauhkan mereka
dari kejahatannya, dan pada waktunya nanti, untuk membuat
mereka mewarisi dunia lain yang lebih baik. Hal ini, kata
Rasul Paulus kepada kita, dilakukan Kristus menurut kehen-
dak Allah dan Bapa kita. Dalam mempersembahkan diri-Nya
sebagai korban untuk maksud dan tujuan ini, Kristus bertin-
dak sesuai dengan ketetapan Bapa, dan juga dengan kehendak
bebas-Nya sendiri. Oleh sebab itu, sangat beralasan bagi kita
untuk bergantung pada keberhasilan dan keberkenanan dari
apa yang sudah dilakukan dan diderita-Nya untuk kita. Bah-
kan, dari sini kita mendapat keberanian untuk melihat Allah
sebagai Bapa kita, sebab demikianlah Rasul Paulus di sini
menggambarkan-Nya. Sama seperti Allah adalah Bapa Yesus
Tuhan kita, demikian pula di dalam dan melalui Yesus Dia
adalah Bapa semua orang yang sungguh-sungguh percaya,
sebagaimana yang diberitahukan sendiri oleh Juruselamat kita
(Yoh. 20:17), saat berkata kepada murid-murid-Nya bahwa
Ia akan pergi kepada Bapa-Nya dan Bapa mereka.
Rasul Paulus, sesudah memperhatikan besarnya kasih Kristus da-
lam mengasihi kita, menutup kata pengantar ini dengan memberikan
pujian dan kemuliaan kepada-Nya secara khidmat (ay. 5): Bagi-Nya-
lah kemuliaan selama-lamanya! Amin. Ini menyiratkan bahwa dalam
hal ini Allah memang berhak mendapat penghargaan dan penghor-
matan yang tertinggi dari kita. Atau madah pujian ini bisa dipandang
mengacu baik pada Allah Bapa maupun Yesus Kristus Tuhan kita,
dari siapa Paulus baru saja mengharapkan kasih karunia dan damai
sejahtera. Bapa dan Anak layak kita sembah dan puja, dan segala
hormat serta kemuliaan selama-lamanya milik Bapa dan Anak, baik
sebab segala keunggulan dari Bapa dan Anak sendiri yang tak
terbatas maupun sebab berkat-berkat yang kita terima dari-Nya.
Keprihatinan Rasul Paulus atas Murtadnya Jemaat
(1:6-9)
6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh
kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu
dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. 8 namun sekalipun
kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu
suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah dia. 9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukata-
kan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil,
yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
Dalam perikop ini Rasul Paulus sampai pada isi pokok surat ini. Dan
ia memulainya dengan teguran yang lebih umum kepada jemaat-
jemaat di Galatia atas kegoyahan iman mereka. sesudah itu, dalam
beberapa bagian berikutnya, ia membicarakan hal ini secara lebih
panjang lebar. Di sini kita dapat mengamati,
I. Betapa ia prihatin dengan kemurtadan mereka: Aku heran, dst.
Hatinya amat terkejut sekaligus sedih sebab nya. Yang menjadi
dosa dan kebodohan mereka adalah bahwa mereka tidak meme-
gang teguh ajaran Kekristenan sebagaimana yang sudah diberita-
kan kepada mereka, namun malah membiarkan diri dipalingkan
dari kemurnian dan kesederhanaannya. Dan ada beberapa hal
yang memperburuk kemurtadan mereka. Seperti,
1. Bahwa mereka berbalik dari pada Dia yang telah memanggil
mereka. Bukan saja dari Rasul Paulus, yang sudah menjadi alat
untuk memanggil mereka ke dalam persekutuan Injil, melain-
kan juga dari Allah sendiri, yang oleh perintah dan petunjuk-
Nya Injil diberitakan kepada mereka, dan mereka diundang un-
tuk ambil bagian dalam hak-hak istimewanya. Sehingga dalam
hal ini mereka sungguh bersalah telah menyalahgunakan ke-
baikan dan rahmat yang sudah diberikan kepada mereka.
2. Bahwa mereka telah dipanggil ke dalam kasih karunia Kristus.
sebab Injil yang sudah diberitakan kepada mereka adalah
penyingkapan yang paling mulia akan anugerah dan rahmat
ilahi di dalam Kristus Yesus, maka melalui Injil itu mereka
dipanggil untuk ambil bagian dalam berkat-berkat dan keun-
tungan-keuntungannya yang terbesar, seperti pembenaran,
pendamaian dengan Allah di dunia sini, dan kehidupan serta
kebahagiaan kekal di akhirat nanti. Ini sudah ditebus Tuhan
Yesus untuk kita dengan darah-Nya yang berharga sebagai
bayarannya, dan dengan cuma-cuma Ia memberikannya ke-
pada semua orang yang tulus menerima Dia. Oleh sebab itu,
sepadan dengan besarnya hak istimewa yang mereka nikmati,
demikianlah besarnya dosa dan kebodohan mereka dalam me-
ninggalkannya dan membiarkan diri dijauhkan dari cara yang
sudah ditetapkan untuk memperoleh berkat-berkat ini.
3. Bahwa mereka begitu lekas berbalik. Dalam sekejap saja mere-
ka sudah kehilangan selera dan penghargaan terhadap anuge-
rah Kristus yang tampaknya telah mereka miliki, dan begitu
mudahnya mereka termakan oleh orang-orang yang mengajar-
kan pembenaran dengan menjalankan hukum-hukum Taurat.
Banyak dari antara mereka sudah termakan oleh ajaran ini.
Para pengajar itu besar dan dididik dalam ajaran-ajaran kaum
Farisi, yang mereka campuradukkan dengan ajaran Kristus,
dan dengan demikian merusakkannya. Dan sama seperti ini
merupakan tanda kelemahan dari jemaat-jemaat di Galatia,
demikian pula itu semakin memperbesar kesalahan mereka.
4. Bahwa mereka berbalik mengikuti suatu injil lain, yang se-
benarnya bukan Injil. Demikianlah Rasul Paulus menggambar-
kan ajaran dari para pengajar yang masih berpegang pada
agama Yahudi ini. Ia menyebutnya Injil lain, sebab ajaran itu
membuka jalan pembenaran dan keselamatan yang berbeda
dari apa yang sudah diwahyukan di dalam Injil, yaitu oleh per-
buatan, dan bukan oleh iman di dalam Kristus. Dan ia me-
nambahkan, Yang sebenarnya bukan Injil, kamu akan
mendapatinya sebagai sesuatu yang bukan Injil sama sekali,
yakni yang sungguh bukan Injil lain, namun yang memutar-
balikkan Injil Kristus, dan menjungkirbalikkan fondasi-fon-
dasinya. Dengan ini ia menyiratkan bahwa orang-orang yang
berusaha menetapkan jalan lain untuk masuk sorga selain
dari apa yang sudah diwahyukan oleh Injil Kristus bersalah
atas penyimpangan yang luar biasa besar, dan pada akhirnya
akan mendapati diri mereka keliru secara menyedihkan. Demi-
kianlah, Rasul Paulus berusaha menanamkan perasaan ber-
salah yang memang sudah semestinya begitu pada diri orang-
orang Galatia ini sebab mereka sudah meninggalkan jalan
pembenaran menurut Injil. Namun, pada saat yang sama, ia
memperhalus tegurannya dengan bersikap lemah lembut ter-
hadap mereka, dan berkata bahwa mereka sebenarnya lebih
tertarik pada ajaran itu sebab kelicikan dan kegigihan bebe-
rapa orang yang mengacaukan mereka, dan bukan sebab me-
reka mendekatinya atas kemauan mereka sendiri. Ini memang
tidak bisa mereka jadikan alasan, namun bisa meringankan
kesalahan mereka. Dan melalui hal ini ia mengajar kita bahwa
dalam menegur orang lain, sebagaimana kita tidak boleh lalai
memberikan teguran, demikian pula kita harus menegur
dengan lembut, dan berusaha memimpin orang itu dalam roh
lemah lembut (6:1).
II. Betapa ia yakin bahwa Injil yang sudah diberitakannya kepada
mereka adalah satu-satunya Injil yang benar. Ia sepenuhnya ya-
kin akan hal ini sehingga ia mengutuk orang yang berkhayal
memberitakan suatu Injil lain (ay. 8). Dan supaya mereka tahu
bahwa ini dilakukannya bukan sebab ia gegabah atau tidak bisa
menahan diri, ia mengulanginya sekali lagi (ay. 9). Ini tidak mem-
benarkan kita untuk mengucapkan kutuk-kutuk yang menggele-
gar terhadap mereka yang berbeda pendapat dengan kita dalam
hal-hal kecil. Paulus mencela hal ini hanya untuk melawan orang-
orang yang membuat suatu Injil baru, yang menjungkirbalikkan
fondasi kovenan anugerah, dengan mendirikan pelaksanaan hu-
kum Taurat sebagai ganti kebenaran Kristus, dan merusakkan
Kekristenan dengan agama Yahudi. Paulus menempatkan duduk
perkaranya: Misalkan kami memberitakan suatu Injil lain. Bah-
kan, misalkan ada malaikat dari sorga yang memberitakannya.
Bukan berarti bahwa merupakan sesuatu yang mungkin bagi ma-
laikat dari sorga untuk membawa pesan dusta. namun ini diung-
kapkan demikian untuk lebih menguatkan apa yang hendak
dikatakannya. Kalaupun ada suatu Injil lain yang diberitakan
kepada kamu oleh siapa saja, atas nama kami, atau dengan
mengaku-ngaku bahwa Injil itu dari malaikat sendiri, kamu harus
sadar bahwa kamu sedang diperdaya. Dan siapa saja yang mem-
beritakan Injil lain menimpakan kutuk pada dirinya sendiri, dan
sedang menimpakannya juga kepada kamu.
Surat Galatia 1:10-24
Kesetiaan dan Kelurusan Hati Rasul Paulus
(1:10-24)
10 Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesuka-
an Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih
mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kris-
tus. 11 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil
yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. 12 sebab aku bukan mene-
rimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku,
namun aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. 13 Sebab kamu telah
mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku
menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. 14 Dan di dalam
agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan
aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat
istiadat nenek moyangku. 15 namun waktu Ia, yang telah memilih aku sejak
kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 16 berkenan
menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di an-
tara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak minta pertim-
bangan kepada manusia; 17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan
mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, namun aku berangkat ke tanah
Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. 18 Lalu, tiga tahun kemudian,
aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima
belas hari di rumahnya. 19 namun aku tidak melihat seorang pun dari rasul-
rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. 20 Di hadapan Allah
kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. 21
Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. 22 namun rupaku
tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. 23 Mereka hanya
mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberita-
kan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. 24 Dan mereka memuliakan
Allah sebab aku.
Apa yang sudah dikatakan Rasul Paulus secara lebih umum dalam
kata pengantar surat ini, sekarang dibahasnya secara lebih terperinci
dan panjang lebar. Sebelumnya ia sudah menyatakan diri sebagai
rasul Kristus, dan sekarang ia lebih menguatkan lagi apa yang sudah
dinyatakannya itu, bahwa ia memiliki ciri dan jabatan sebagai rasul.
Ada sebagian orang di jemaat-jemaat Galatia yang sudah terpenga-
ruh, sehingga mereka mempertanyakan hal ini. Sebab orang-orang
yang memberitakan hukum keupacaraan itu berbuat semampu me-
reka untuk menjelek-jelekkan nama baik Paulus, yang memberitakan
Injil Kristus yang murni kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dan
sebab itu di sini dia hendak membuktikan bahwa baik tugas mau-
pun ajarannya berasal dari Allah, supaya dengan begitu ia bisa
menghapuskan segala fitnah yang sudah dilancarkan musuh-musuh-
nya terhadap dia, dan supaya orang-orang Kristen ini kembali ber-
pikiran baik tentang Injil yang sudah diberitakannya kepada mereka.
Ia memberikan bukti yang cukup mengenai hal ini,
I. berdasar maksud dan tujuan dari pelayanannya, yang tidak
untuk mencari kesukaan manusia, melainkan kesukaan Allah, dst.
Maksud dari perkataan ini adalah dalam memberitakan Injil, ia
tidak bertindak untuk mematuhi manusia, namun untuk mema-
tuhi Allah, yang telah memanggilnya melakukan pekerjaan dan
jabatan ini. Atau bahwa yang ingin ditujunya dalam hal ini adalah
membuat orang patuh bukan kepada manusia, melainkan kepada
Allah. Sebagaimana ia mengakui bahwa ia bertindak berdasar
mandat dari Allah, demikian pula apa yang terutama ingin dica-
painya adalah mengusahakan kemuliaan-Nya, dengan membuat
orang-orang berdosa kembali tunduk kepada-Nya. Dan sama se-
perti ini merupakan tujuan agung yang ingin dicapainya, demi-
kian pula untuk mencapainya ia tidak mencari kesukaan manusia.
Dalam ajarannya, ia tidak menyesuaikan diri untuk menyenang-
kan orang, entah supaya mereka suka kepadanya atau supaya ia
tidak dibenci mereka. Sebaliknya, yang sangat dia pedulikan ada-
lah berkenan kepada Allah. Para pengajar yang masih berpegang
pada agama Yahudi, yang oleh mereka jemaat-jemaat ini dirusak-
kan, menunjukkan ciri-ciri yang sangat berbeda. Mereka mencam-
puradukkan perbuatan dengan iman, dan hukum Taurat dengan
Injil, hanya untuk menyenangkan orang-orang Yahudi, yang ingin
mereka bujuk dan berteman, supaya mereka terhindar dari
penganiayaan. namun Paulus adalah orang yang mempunyai roh
lain. Ia sama sekali tidak mencari-cari untuk menyenangkan
mereka, atau meredakan kegeraman mereka terhadapnya sampai
harus mengubah ajaran Kristus supaya mereka suka padanya
atau supaya ia terhindar dari amuk mereka. Dan ia memberikan
alasan yang sangat baik untuk itu, yaitu bahwa, sekiranya aku
masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku
bukanlah hamba Kristus. Dia tahu bahwa hal ini betul-betul tidak
bisa berjalan secara berdampingan, dan bahwa tidak ada orang
yang bisa melayani dua tuan seperti itu. Oleh sebab itu, walaupun
ia tidak mau membuat kesal siapa saja tanpa perlu, ia tidak
berani berusaha memuaskan manusia jika yang menjadi bayar-
annya adalah kesetiaannya kepada Kristus. Demikianlah, dari
ketulusan maksud dan tujuannya dalam menjalankan tugasnya,
ia membuktikan bahwa ia sungguh-sungguh seorang rasul Kris-
tus. Dan dari sikap serta perilakunya, kita bisa mengamati,
Surat Galatia 1:10-24
1. Bahwa tujuan agung yang harus dicapai oleh para pelayan
Injil adalah membawa manusia kepada Allah.
2. Bahwa orang-orang yang setia tidak akan berusaha untuk me-
nyenangkan hati manusia, melainkan mencari perkenanan Allah.
3. Bahwa mereka tidak boleh berusaha supaya menyenangkan
manusia, jika mereka mau membuktikan diri sebagai hamba-
hamba Kristus yang setia. Akan namun , jika alasan ini dianggap
masih tidak cukup, Paulus meneruskan dengan membuktikan
jabatan kerasulannya,
II. berdasar cara ia menerima Injil yang sudah diberitakannya
kepada mereka. Berkenaan dengan masalah itu, ia menyakinkan
mereka (ay. 11-12) bahwa ia menerima Injil bukan dari pemberita-
an orang lain, melainkan melalui pewahyuan dari sorga. Satu ciri
khas dari seorang rasul adalah bahwa ia dipanggil, dan diperin-
tahkan, untuk tugas kerasulan langsung oleh Kristus sendiri. Dan
dalam hal ini ia menunjukkan bahwa tidak ada yang kurang sama
sekali pada dirinya, apa pun yang dikatakan musuh-musuhnya
sebaliknya. Hamba-hamba Tuhan yang biasa, sama seperti pada
umumnya mereka menerima panggilan untuk memberitakan Injil
melalui pengantaraan orang lain, demikian pula melalui pengajar-
an dan bantuan orang lain mereka dihantar pada pengenalan
akan Injil. namun Paulus memberi tahu mereka bahwa ia meneri-
ma pengenalan akan Injil, dan juga wewenang untuk memberita-
kannya, langsung dari Tuhan Yesus. Injil yang diberitakannya
bukanlah Injil manusia. Ia tidak menerimanya dari manusia, dan
bukan manusia yang mengajarkannya kepada dia, melainkan oleh
ilham langsung, atau pewahyuan dari Kristus sendiri. Hal ini
ingin dipertegasnya, untuk membuktikan bahwa ia seorang rasul,
dan untuk maksud tersebut,
1. Ia memberi tahu mereka apa latar belakang pendidikannya,
dan sejalan dengan itu, bagaimana perilakunya di masa lalu
(ay. 13-14). Secara khusus, ia memberi tahu mereka bahwa ia
dibesarkan dalam agama Yahudi, dan bahwa ia jauh lebih
maju dari banyak teman yang sebaya dengan dia di antara
bangsanya, bahwa ia sangat rajin memelihara adat istiadat ne-
nek moyangnya, ajaran-ajaran dan kebiasaan-kebiasaan yang
diciptakan oleh nenek moyang mereka, dan diteruskan dari
satu angkatan ke angkatan lain. Bahkan, ia sedemikian rajin
sehingga, dalam semangatnya untuk melakukan itu semua,
tanpa batas ia menganiaya jemaat Allah dan berusaha mem-
binasakannya. Ia tidak saja pernah menolak agama Kristen,
sekalipun ada banyak bukti jelas diberikan mengenai asal-
usul ilahinya, namun juga pernah menganiaya Kekristenan, dan
berupaya sekeras-kerasnya dan sebengis-bengisnya untuk
membinasakan para pemeluknya. Ini sering kali disebut-sebut
oleh Paulus, untuk mengagung-agungkan anugerah yang
cuma-cuma dan kaya itu, yang telah mengerjakan perubahan
yang sedemikian menakjubkan dalam dirinya. Dengan anuge-
rah itu ia diubahkan, dari semula sebagai seorang pendosa
besar menjadi seorang petobat yang tulus, dan dari seorang
penganiaya menjadi seorang rasul. Dan memang sangat tepat
itu disebutkan di sini. Sebab akan tampak dari sini bahwa ia
tidak dituntun kepada Kekristenan, seperti kebanyakan orang,
murni melalui pendidikan, sebab ia dibesarkan dalam permu-
suhan dan perlawanan terhadapnya. Dan beralasan jika mere-
ka menduga bahwa pasti sesuatu yang sangat luar biasalah
yang sudah mengadakan perubahan yang begitu besar dalam
dirinya, yang telah menaklukkan segala prasangka yang muncul
akibat pendidikannya di masa lalu, dan membuatnya tidak
hanya mengakui, namun juga memberitakan ajaran itu, ajaran
yang sebelumnya sudah ia lawan dengan sedemikian gencarnya.
2. Dengan cara yang begitu menakjubkan ia dipalingkan dari
jalan-jalannya yang salah, dihantar pada pengenalan dan iman
akan Kristus, dan ditunjuk untuk menjalankan tugas sebagai
rasul (ay. 15-16). Ini tidak terjadi melalui jalan biasa, atau sa-
rana-sarana biasa, namun melalui cara yang luar biasa, sebab,
(1) Allah telah memilih dia sejak kandungan ibunya: perubahan
yang dikerjakan di dalam dirinya ini sejalan dengan tujuan
ilahi berkenaan dengan dia, yang olehnya ia ditunjuk un-
tuk menjadi seorang Kristen dan rasul, sebelum ia datang
ke dunia atau berbuat jahat atau buruk.
(2) Ia dipanggil oleh kasih karunia-Nya. Semua orang yang ber-
tobat dan diselamatkan dipanggil oleh anugerah Allah. Per-
tobatan mereka adalah hasil dari perkenanan Allah kepada
mereka, dan terjadi sebab kuasa dan anugerah-Nya dalam
diri mereka. namun ada yang istimewa dalam kasus Paulus.
Perubahan yang dikerjakan dalam dirinya itu terjadi secara
Surat Galatia 1:10-24
tiba-tiba dan besar, dan perubahan itu terlaksana bukan
melalui pengantaraan orang lain, sebagai alatnya, melain-
kan oleh penampakan Kristus secara pribadi kepadanya,
dan pekerjaan-Nya yang langsung atas dirinya. Itulah
mengapa kejadian itu dianggap sebagai penyataan kuasa
dan perkenanan ilahi yang lebih istimewa dan luar biasa.
(3) Kristus dinyatakan di dalam dia. Kristus tidak hanya dinya-
takan kepada dia, namun juga di dalam dia. Sedikit saja
manfaatnya untuk kita jika Kristus dinyatakan kepada kita,
namun tidak di dalam diri kita juga. namun bukan ini yang
terjadi pada Paulus. Allah berkenan menyatakan Anak-Nya
di dalam dia, untuk membawanya mengenal Kristus dan
Injil-Nya melalui pewahyuan yang istimewa dan langsung.
Dan,
(4) Dengan rancangan inilah ia harus memberitakan Kristus di
antara bangsa-bangsa kafir. Bukan saja bahwa ia sendiri
harus memeluk-Nya, namun juga ia harus memberitakan-
Nya kepada orang lain. Dengan demikian, ia menjadi orang
Kristen sekaligus rasul melalui pewahyuan.
3. Ia memberi tahu mereka bagaimana perilakunya mulai dari
saat itu (ay. 16 sampai selesai). sebab dipanggil dengan cara
seperti itu untuk melakukan pekerjaan dan tugasnya, ia tidak
minta pertimbangan kepada darah dan daging (KJV; TB: maka
sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia.).
Ini bisa diartikan secara lebih umum, sehingga kita dapat be-
lajar darinya bahwa, jika Allah memanggil kita oleh anuge-
rah-Nya, kita tidak boleh meminta pertimbangan kepada darah
dan daging. namun yang dimaksudkan di sini adalah bahwa ia
tidak minta pertimbangan kepada manusia. Ia tidak minta
nasihat atau petunjuk dari siapa pun. Juga ia tidak pergi ke
Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul
sebelum dia, seolah-olah ia perlu mendapat restu dari mereka,
atau menerima petunjuk-petunjuk dan wewenang lebih lanjut
dari mereka. Sebaliknya, ia mengubah haluan, dan berangkat
ke tanah Arab, entah hanya sebagai tempat pengunduran diri
untuk menerima wahyu-wahyu ilahi lebih lanjut, atau untuk
memberitakan Injil di sana di antara bangsa-bangsa bukan
Yahudi, sebab ia sudah ditunjuk untuk menjadi rasul bagi
bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Dari sana ia kembali lagi ke
Damsyik, di mana ia pertama-tama memulai pelayanannya,
dan di situ pula ia dengan susah payah terhindar dari amukan
musuh-musuhnya (Kis. 9). Baru tiga tahun kemudian sesudah
pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas.
Dan saat ia mengunjunginya, ia hanya tinggal sebentar saja
bersamanya, tidak lebih dari lima belas hari. Tidak juga, sela-
ma berada di sana, ia banyak bertanya-jawab. Sebab ia tidak
melihat seorang pun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yako-
bus, saudara Tuhan Yesus. Sehingga tidak bisa dikatakan bah-
wa ia mendapatkan pengetahuannya tentang Injil atau wewe-
nangnya untuk memberitakan Injil dari rasul-rasul lain mana
pun. Sehingga tampaknya, yang membuatnya memenuhi sya-
rat dan yang memanggilnya untuk menjalankan tugas kerasul-
an itu bersifat luar biasa dan ilahi. sebab penjelasan ini pen-
ting untuk meneguhkan pernyataannya bahwa ia menjabat
sebagai rasul, untuk menghapuskan celaan-celaan yang tidak
adil dari para musuhnya, dan untuk menghilangkan kesan
yang diterima orang-orang Galatia yang merugikan dia, maka
ia menegaskannya dengan sumpah yang khidmat (ay. 20). Ia
menyatakan, seolah-olah di hadapan Allah, bahwa apa yang
dikatakannya itu sungguh benar, dan bahwa sedikit pun ia
tidak memalsukan apa yang sudah disampaikannya. Walau-
pun ini tidak bisa membenarkan kita untuk bersumpah demi
Allah setiap ada kesempatan, namun itu menunjukkan bahwa,
dalam perkara-perkara yang penting dan menentukan, ada-
kalanya bersumpah tidak hanya diperbolehkan namun juga
wajib. Selanjutnya ia memberi tahu mereka bahwa ia pergi ke
daerah-daerah Siria dan Kilikia. sesudah mengadakan kunjung-
an singkat kepada Petrus ini, ia kembali mengerjakan pekerja-
annya. Pada saat itu ia tidak mempunyai hubungan dengan
jemaat-jemaat Kristus di Yudea, malah rupanya pun tidak
mereka kenal. namun mereka hanya mendengar, bahwa ia yang
dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman,
yang pernah hendak dibinasakannya. Dan mereka memuliakan
Allah sebab dia. Banyak orang mengucap syukur kepada
Allah sebab itu. Sama seperti kabar tentang perubahan be-
sar-besaran dalam dirinya ini memenuhi mereka dengan suka-
cita, demikian pula kabar itu menggugah hati mereka untuk
memberikan kemuliaan kepada Allah.
PASAL 2
i dalam pasal ini Rasul Paulus melanjutkan penjelasan yang
telah ia mulai pada pasal sebelumnya mengenai hubungan
kehidupan serta sikap dan perbuatannya di masa lalu. Dan, dengan
menunjukkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi antara dirinya
dan rasul-rasul lain, ia membuat jelas bahwa ia tidak berutang budi
kepada mereka, baik atas pengetahuannya tentang Injil maupun atas
wewenangnya sebagai seorang rasul, sebagaimana yang disebut-se-
but secara tidak langsung oleh musuh-musuhnya. Bahkan sebalik-
nya, ia memperoleh pengakuan dan persetujuan dari para rasul itu
sendiri sebagai orang yang memiliki tugas pengutusan yang sama
dengan mereka di dalam jabatan kerasulan itu.
I. Secara khusus Rasul Paulus memberi tahu mereka mengenai
perjalanan lain yang pernah ia lakukan ke Yerusalem berta-
hun-tahun sesudah perjalanan sebelumnya, serta bagaimana
ia bersikap dan bertindak pada saat itu (ay. 1-10).
II. Rasul Paulus memberikan penjelasan mengenai pertemuan
lain dengan Rasul Petrus di Antiokhia, dan bagaimana ia me-
rasa wajib untuk menentang Petrus di sana. Dari pokok per-
soalan yang dituliskan itu, ia melanjutkan penulisannya me-
ngenai ajaran agung pembenaran oleh iman di dalam Kristus,
tanpa perlu melakukan hukum Taurat, yang merupakan po-
kok utama yang hendak ia teguhkan dalam surat kerasulan
ini, dan yang ia uraikan secara lebih luas lagi di dalam dua
pasal berikutnya.
Perjalanan Rasul Paulus ke Yerusalem;
Keputusan dan Keteguhannya
(2:1-10)
1 Kemudian sesudah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem
dengan Barnabas dan Tituspun kubawa juga. 2 Aku pergi berdasar suatu
penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di
antara bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam percakapan tersendiri kepada
mereka yang terpandang , supaya jangan dengan percuma aku berusaha
atau telah berusaha. 3 namun kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan
aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan
dirinya. 4 Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup
masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebe-
basan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu
mereka dapat memperhambakan kita. 5 namun sesaatpun kami tidak mau
mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap
pada kamu. 6 Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itubagai-
mana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak
memandang muka bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak
memaksakan sesuatu yang lain kepadaku. 7 namun sebaliknya, sesudah mere-
ka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk
orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang
bersunat 8 sebab Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus un-
tuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan
kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat. 9 Dan sesudah
melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas
dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan
dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami
pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-
orang yang bersunat; 10 hanya kami harus tetap mengingat orang-orang mis-
kin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.
Dari penjelasan yang diberikan sendiri oleh Rasul Paulus di dalam
pasal ini, tampaknya, sejak pertama kali pemberitaan dan penanam-
an benih-benih Kekristenan dilakukan, sudah terjadi perbedaan pe-
mahaman di antara orang-orang Kristen yang tadinya berasal dari
bangsa Yahudi dan mereka yang berasal dari bangsa-bangsa lain.
Banyak di antara mereka yang tadinya berasal dari orang-orang Ya-
hudi tetap mempertahankan rasa hormat terhadap hukum keupa-
caraan, serta berusaha keras menjaga kehormatannya. Sebaliknya,
orang-orang Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain tidak
menaruh perhatian terhadap hukum Musa, namun menerima Kekris-
tenan yang murni sebagai agama yang sesuai dengan akal sehat dan
bulat hati untuk memandangnya demikian. Rasul Petrus ditetapkan
menjadi rasul untuk orang-orang Yahudi, namun hukum keupacara-
an, walaupun telah mati bersama Kristus, namun masih belum diku-
burkan, dan ia membiarkan adanya pandangan untuk tetap memeli-
hara hukum itu. Sebaliknya, Rasul Paulus ditetapkan menjadi rasul
Surat Galatia 2:1-10
bagi bangsa-bangsa lain, dan walaupun ia adalah seorang Ibrani asli,
namun ia berpaut pada Kekristenan yang murni. Nah, di dalam pasal
ini ia ingin memberitahukan kepada kita apa yang terjadi di antara
dia dan rasul-rasul lainnya, khususnya di antara dirinya dan Rasul
Petrus sesudah itu.
Di dalam ayat-ayat di atas, ia memberitahukan kepada kita me-
ngenai perjalanan lainnya dan tentang peristiwa yang terjadi di
antara dirinya dan rasul-rasul lain yang ada di sana (ay. 1-10). Di sini
ia menjelaskan kepada kita,
I. kondisi yang berkaitan dengan perjalanannya ke sana.
Khususnya mengenai,
1. Waktu kunjungan itu, yaitu sesudah lewat empat belas tahun
sesudah kunjungan sebelumnya (disebutkan dalam pasal
1:18), atau sebagaimana yang dipahami orang-orang lain, ya-
itu sejak pertobatannya atau sejak kematian Kristus. Semua
itu menunjukkan betapa besarnya kebaikan Allah, bagaimana
seorang yang begitu berguna dipelihara bertahun-tahun di
dalam pekerjaan-Nya. Ketidakhadirannya bersama mereka
yang begitu lama, membuktikan bahwa ia tidak bergantung
pada rasul-rasul lain, namun memiliki wewenang dan kekuasa-
an yang setara dengan mereka. Selama waktu itu ia telah be-
kerja memberitakan Injil dan menyebarkan ajaran Kristen
yang murni, tanpa dipermasalahkan oleh rasul-rasul mengenai
pengajarannya, yang akan terjadi kalau dia menjadi bawahan
mereka dan pengajarannya tidak disetujui oleh mereka.
2. Teman-teman yang menyertainya. Ia pergi dengan Barnabas,
dan Titus pun dibawanya juga. jika perjalanan yang dibica-
rakan di sini sama dengan perjalanan yang dicatat di dalam
Kisah Para Rasul 15 (seperti yang banyak diperkirakan orang),
maka kita memiliki alasan yang jelas mengapa Barnabas pergi
bersamanya. Ia memang ditunjuk oleh orang-orang Kristen di
Antiokhia untuk menemani Paulus dan supaya ia dapat turut
terlibat dalam perkara yang sedang ditangani Paulus. Namun,
tidak tampak bahwa Titus juga ditugaskan untuk tugas yang
sama bersamanya, maka alasan utama mengapa Paulus meng-
ajak Titus pergi bersamanya adalah untuk membiarkan orang-
orang di Yerusalem melihat, bahwa ia tidak merasa malu atau
takut untuk mengakui ajaran yang senantiasa ia beritakan.
Sebab, walaupun pada saat itu Titus telah menjadi pemeluk
iman Kristen dan bahkan juga menjadi pemberita iman itu,
namun menurut kelahirannya, ia adalah orang yang berasal
dari bangsa-bangsa lain dan tidak bersunat. Itulah sebabnya,
dengan mengikutsertakan Titus sebagai teman seperjalanan,
hal itu memperlihatkan bahwa ajaran dan pengamalan ajaran
mereka sama. Dan sebagaimana ia telah memberitakan tidak
perlunya sunat dan menjalankan hukum Musa, begitu jugalah
ia siap mengakui dan bergaul dengan orang-orang yang tidak
bersunat.
3. Dengan alasan itu, yang bersumber dari penyataan ilahi yang
telah ia terima mengenai hal itu, Ia pergi berdasar suatu
penyataan. Bukan dengan alasan yang berasal dari pemikiran-
nya sendiri, dan juga tidak berdasar undangan untuk
hadir di sana, melainkan oleh perintah dan petunjuk khusus
dari sorga. Itu adalah hak istimewa yang sering dikaruniakan
kepada Rasul Paulus ini, bahwa ia sering berada di bawah
pimpinan ilahi di dalam semua gerakan dan usahanya. Meski-
pun kita tidak memiliki alasan untuk berharap dapat meng-
alami hal seperti itu, namun seharusnya hal ini dapat meng-
ajar kita, supaya di dalam setiap usaha dan upaya kita, seda-
pat mungkin kita mampu melihat jalan yang terang di hadapan
kita serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada bimbingan
penyelenggaraan ilahi.
II. Rasul Paulus memberi penjelasan kepada kita mengenai sikap
dan tindakannya saat ia berada di Yerusalem, yang darinya
tampak bahwa ia tidaklah lebih rendah dibandingkan rasul-rasul
lainnya, sementara wewenang dan kecakapannya di dalam setiap
hal setara dengan mereka. Secara khusus ia memberitahukan
kepada kita,
1. Bahwa di sana ia membentangkan Injil yang dia beritakan di
antara bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam percakapan ter-
sendiri ... dan seterusnya. Di sini kita dapat mengamati kese-
tiaan dan kehati-hatian rasul besar kita ini.
(1) Kesetiaannya di dalam memberi penjelasan yang bebas dan
jujur mengenai ajaran yang telah ia beritakan di antara
bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan yang masih tetap ia
beritakan, yaitu mengenai Kekristenan yang murni, bebas
dari semua campur aduk ajaran agama Yahudi. Ia tahu
bahwa ajaran Kristen ini tidak akan diterima oleh banyak
orang yang ada di sana, namun ia tidak merasa takut
untuk mengakuinya. Sebaliknya dengan cara yang bebas
dan bersahabat ia membentangkan pengajaran itu di ha-
dapan mereka, dan membiarkan mereka menilai apakah
pengajaran itu merupakan Injil yang murni dari Kristus
atau tidak. Sekalipun begitu,
(2) Ia tetap berlaku bijak dan hati-hati dalam melakukan se-
muanya itu, sebab ia khawatir jangan sampai menyinggung
orang lain. Ia memilih untuk melakukan percakapan ter-
sendiri dari pada berbicara di depan umum, dan kepada
mereka yang terpandang, yakni kepada rasul-rasul itu sen-
diri, atau pemimpin-pemimpin di antara orang-orang Kris-
ten Yahudi, dari pada berbicara secara terbuka dan sem-
barangan di hadapan semua orang. Sebab, saat ia tiba di
Yerusalem, ada beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi
percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat
(Kis. 21:20). Alasan yang mendasari sikap kehati-hatiannya
ini adalah, supaya jangan dengan percuma ia berusaha
atau telah berusaha. Supaya jangan sampai ia membang-
kitkan perlawanan terhadap dirinya, sehingga keberhasilan
yang telah ia capai dari pekerjaannya di masa lalu akan
dihancurkan atau kegunaannya akan terhalang di masa
depan. Sebab tidak ada yang lebih dapat menghalangi ke-
majuan Injil selain perbedaan pendapat mengenai peng-
ajarannya, khususnya saat perbedaan itu menyulut per-
tengkaran dan perbantahan di antara para pemeluknya,
seperti yang biasa mereka lakukan. Dan itulah sebabnya,
untuk menghindari kemarahan, ia menganggap bahwa cara
paling aman adalah menyampaikannya dalam percakapan
pribadi kepada mereka, dan tidak dilakukan di depan
umum kepada seluruh jemaat. Sikap dan perbuatan rasul
ini dapat mengajar kita semua, khususnya para pelayan
Tuhan, betapa perlunya mereka memiliki sikap kehati-hati-
an, serta harus menggunakannya dengan sangat cermat di
setiap saat, sejauh itu sejalan dengan kesetiaan mereka.
2. Bahwa dalam hidupnya sehari-hari dengan tegas Rasul Paulus
menaati ajaran Kristen yang telah ia beritakan. Ia adalah se-
orang yang teguh hati dan selalu menaati asas-asas yang diya-
kininya. Itulah sebabnya, walaupun ia berjalan bersama Titus,
yang adalah seorang Yunani, ia tidak mengizinkan Titus disu-
nat, sebab ia tidak mau mengkhianati ajaran Kristus, seba-
gaimana yang telah ia beritakan kepada bangsa-bangsa lain.
Tampaknya, para rasul sama sekali tidak mendesak mengenai
hal ini. Sebab, walaupun mereka membiarkan adanya penyu-
natan di antara orang-orang Yahudi yang telah bertobat dan
percaya kepada Injil, namun mereka tidak membebankannya
atas bangsa-bangsa lain. Namun, ada orang-orang lain yang
berusaha membebankan hal itu, yaitu yang disebut di sini se-
bagai saudara-saudara palsu oleh Rasul Paulus. Mengenai
saudara-saudara palsu itu, ia memberitahukan kepada kita
bahwa mereka menyusup masuk, artinya masuk dengan diam-
diam ke dalam jemaat, atau ke dalam kumpulan orang-orang
percaya, dan bahwa tujuan mereka menyelundup ke dalam
hanyalah untuk menghadang kebebasan orang-orang percaya,
yang telah mereka miliki di dalam Kristus Yesus, atau untuk
melihat apakah Rasul Paulus membela kebebasan itu terhadap
hukum keupacaraan, sebagaimana yang telah ia ajarkan seba-
gai ajaran Injil dan sebut-sebut sebagai hak istimewa orang-
orang yang telah memeluk agama Kristen. Rancangan sau-
dara-saudara palsu itu adalah supaya dengan jalan itu dapat
memperhambaka