Tampilkan postingan dengan label Kejadian 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kejadian 4. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 4


 gan 

segera. Perhatikanlah di sini, 

I.  Bagaimana mereka secara adil direndahkan dan dipermalukan di 

hadapan Tuhan  dan malaikat-malaikat kudus. Mereka dicela justru 

sebab  keadaan baik yang mereka inginkan sesudah  perbuatan 

mereka:  Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah 

satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Dia menjadi 

Tuhan  yang baik! Bukankah begitu? Lihat apa yang sudah dia 

peroleh, kedudukan lebih tinggi seperti apa, dan keuntungan-

keuntungan apa, sebab  memakan buah terlarang!” Ini dikatakan 

untuk menyadarkan dan membuat mereka rendah hati, untuk 

membuat mereka mengerti tentang dosa dan kebodohan mereka, 

dan untuk membuat mereka bertobat. Supaya, sesudah  melihat 

diri mereka sendiri ditipu habis-habisan seperti itu sebab  meng-

ikuti nasihat Iblis, selanjutnya mereka dapat mengejar kebahagia-

an yang akan Tuhan  tawarkan dengan cara yang akan Dia tentu-

kan. Demikianlah Tuhan  memenuhi muka mereka dengan kehinaan, 

supaya mereka mencari nama-Nya (Mzm. 83:17). Dia membuat 

mereka bingung, untuk membuat mereka bertobat. Orang yang 

benar-benar menyesal akan memarahi diri sendiri seperti itu: 

 Buah apakah yang aku petik sekarang dengan berbuat dosa? 

(Rm. 6:21). Sudahkah aku memperoleh apa yang aku janjikan 

sendiri dengan bodohnya, dengan jalan dosa? Tidak, tidak, ter-

nyata itu tidak pernah seperti kesan yang ditunjukkannya, me-

lainkan sebaliknya.” 

II. Bagaimana mereka secara adil dibuang dari dan dilarang masuk 

ke dalam taman firdaus, yang merupakan bagian dari hukuman 

yang tersirat dalam: Tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi 

makananmu. Di sini kita melihat, 


 112

1.  Alasan yang Tuhan  berikan mengapa Dia melarang manusia 

masuk ke dalam taman firdaus. Bukan hanya sebab  manusia 

telah mengulurkan tangannya, dan mengambil buah pohon 

pengetahuan, yang merupakan dosanya, melainkan supaya dia 

jangan pernah lagi mengulurkan tangannya, dan mengambil 

pula buah pohon kehidupan (yang sekarang terlarang bagi dia 

menurut hukuman ilahi, seperti pohon pengetahuan sebelum-

nya terlarang bagi dia menurut hukum), dan berani memakan 

buah itu, sehingga mencemarkan sebuah sakramen ilahi dan 

menentang sebuah hukuman ilahi, namun menyanjung diri 

sendiri dengan kesombongan bahwa dengan begitu mereka 

akan hidup selamanya. Perhatikanlah, 

(1) Orang-orang yang telah membuat diri mereka tidak layak 

bagi hak-hak istimewa sesungguhnya dari orang Kristen, 

memiliki kecenderungan bodoh untuk menangkap tanda-

tanda dan bayang-bayang dari hak istimewa tersebut. Ba-

nyak yang tidak menyukai syarat-syarat kovenan, namun, 

demi nama baik mereka, senang sekali dengan materai-

materainya. 

(2) Bagi orang-orang seperti itu, bukan hanya keadilan yang 

mereka tolak, namun juga kebaikan. sebab , dengan me-

rampas apa yang bukan merupakan hak mereka, mereka 

menghina Tuhan  dan membuat dosa mereka lebih keji. Dan 

dengan membangun harapan-harapan mereka di atas da-

sar yang salah, mereka membuat pertobatan mereka lebih 

sulit, dan kehancuran mereka lebih menyedihkan. 

2. Cara yang Tuhan  gunakan saat  menjatuhkan pemisahan ke-

pada Adam, dan mengusir serta menjauhkan dia dari taman 

kesenangan. Tuhan  menghalau dia keluar, dan menjaga dia 

tetap di luar. 

(1) Tuhan  mengusir dia, dari taman ke tanah biasa. Ini disebut-

kan dua kali: TUHAN Tuhan  mengusir dia (ay. 23), dan lalu 

Ia menghalau manusia itu (ay. 24). Tuhan  menyuruh dia ke-

luar, memberi tahu dia bahwa itu bukanlah tempat bagi-

nya, dia tidak boleh lagi menempati dan menikmati taman 

itu. Namun dia sangat menyukai tempat itu sehingga tidak 

mau dipisahkan darinya, sehingga Tuhan  menghalau manu-

sia itu, memaksa dia keluar, tidak peduli dia mau atau 

Kitab Kejadian 3:22-24 

 113 

tidak. Ini berarti dia dan seluruh rasnya yang bersalah di-

keluarkan dari persekutuan dengan Tuhan , yang merupakan 

kebahagiaan dan kemuliaan taman firdaus. Tanda perke-

nanan Tuhan  bagi dia dan rasa senang-Nya kepada anak-

anak manusia, yang pernah dia miliki dalam keadaannya 

yang tanpa dosa, sekarang dicabut. Penyaluran anugerah-

Nya ditahan, dan Adam menjadi lemah, dan menjadi seperti 

manusia lain, seperti Simson saat  Roh TUHAN telah 

meninggalkan dia. Pengenalannya akan Tuhan  berkurang 

dan hilang, dan relasi yang pernah dibangun antara manu-

sia dan Penciptanya terhenti dan terputus. Dia dihalau, 

sebagai seseorang yang tidak layak menerima kehormatan 

ini, dan tidak mampu menerima keuntungan ini. Demi-

kianlah, melalui kejatuhan, dia dan seluruh umat manusia 

kehilangan dan tidak lagi memiliki persekutuan dengan 

Tuhan . Namun ke manakah Tuhan  mengirim dia saat  Dia 

mengeluarkannya dari Eden? Dia bisa saja dengan adil 

mengenyahkannya dari dunia (Ayb. 18:18), namun Dia ha-

nya mengenyahkannya dari taman firdaus. Dia bisa saja 

dengan adil melemparkan manusia ke dalam neraka, seper-

ti yang Dia lakukan terhadap malaikat-malaikat yang 

berdosa saat  Dia menghalau mereka keluar dari taman 

firdaus sorgawi (2Ptr. 2:4). Namun manusia hanya dike-

luarkan sampai ke tanah yang darinya dahulu dia diambil. 

Dia dikirim ke tempat kerja keras, bukan ke tempat penyik-

saan. Dia dikirim ke tanah, bukan ke kuburan, ke rumah 

kerja, bukan ke ruang tahanan bawah tanah, bukan ke 

rumah penjara, untuk memegang bajak, bukan menyeret 

rantai. Pekerjaannya mengusahakan tanah akan dibayar 

dengan buah-buah yang dia makan, dan hubungannya 

dengan tanah dari mana dia diambil bermanfaat untuk 

tujuan-tujuan yang baik, untuk menjaga dia tetap rendah 

hati, dan untuk mengingatkan dia tentang akhir hidupnya. 

Perhatikanlah, bahwa walaupun nenek moyang pertama 

kita dipisahkan dari hak-hak istimewa mereka yang dimi-

liki saat tanpa dosa, namun mereka tidak ditinggalkan tan-

pa harapan. Gagasan-gagasan kasih Tuhan  merencanakan 

masa percobaan kedua dengan syarat-syarat baru bagi me-

reka.  


 114

(2) Tuhan  menjaga supaya dia tetap di luar, dan mencegah se-

mua harapannya untuk masuk kembali. Di sebelah timur 

taman Eden ditempatkan-Nyalah satu regu kerub, bala ten-

tara Tuhan , yang dipersenjatai dengan kekuatan yang mena-

kutkan dan tidak dapat ditahan, yang digambarkan dengan 

pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, 

pada sisi taman yang bersebelahan dengan tempat ke mana 

Adam diusir, untuk menjaga jalan yang mengarah ke pohon 

kehidupan, supaya dia tidak dapat menyelinap ataupun 

memaksa masuk. Siapalah yang dapat memaksa masuk 

melawan seorang malaikat yang berjaga atau dibiarkan 

lewat oleh kekuatan seperti itu? Nah, ini menyiratkan ke-

pada Adam, 

[1] Bahwa Tuhan  tidak senang kepadanya. Walaupun Dia 

menyimpan rasa belas kasihan untuknya, namun saat 

itu Dia marah kepadanya, menjadi musuhnya dan ber-

perang melawan dia, sebab  di sini pedang terhunus 

(Bil. 22:23). Bagi Adam, Tuhan  yaitu  api yang meng-

hanguskan, sebab  pedang itu yaitu  pedang yang ber-

nyala-nyala. 

[2] Bahwa malaikat-malaikat berperang melawan dia. Tidak 

ada perdamaian dengan bala tentara sorgawi, selama 

Adam memberontak melawan Tuhan  mereka dan Tuhan  kita. 

[3] Bahwa jalan menuju pohon kehidupan ditutup, yaitu, 

jalan di mana pada awalnya dia ditempatkan, jalan bagi 

ketidakberdosaan tanpa noda.  

Tidak dikatakan bahwa kerub-kerub ditempatkan untuk 

menjauhkan dia dan kepunyaannya dari pohon kehidupan 

untuk selamanya (puji syukur kepada Tuhan , ada taman fir-

daus yang dipersiapkan bagi kita, dan sebuah pohon kehi-

dupan di tengah-tengahnya, dan kita bersukacita dalam 

pengharapannya). Namun kerub-kerub itu ditempatkan un-

tuk menjaga jalan menuju pohon kehidupan di mana mere-

ka berada sampai sekarang. Artinya, sejak saat itu sia-sia 

bagi dia dan keturunannya untuk mengharapkan kebenar-

an, hidup, dan kebahagiaan melalui kuasa kovenan yang 

pertama, sebab  sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki, 

dan tidak akan pernah dapat diminta ataupun diambil man-

Kitab Kejadian 3:22-24 

 115 

faatnya. sebab  perintah kovenan itu dilanggar, kutuknya 

berlaku sepenuhnya. Jika dihakimi menurut kovenan terse-

but, tidak ada kesempatan yang tersisa bagi pertobatan, dan 

kita semua tidak memiliki harapan. Tuhan  menyingkapkan 

hal ini kepada Adam, bukan untuk membuat dia putus asa, 

melainkan untuk membantu dan merangsang dia untuk 

mencari hidup dan kebahagiaan di dalam Tunas yang dijan-

jikan. Oleh Tunas itu pedang yang bernyala-nyala disingkir-

kan, Tuhan  dan malaikat-malaikat-Nya diperdamaikan de-

ngan kita, dan jalan yang baru dan yang hidup menuju 

tempat mahakudus ditahbiskan dan dibukakan bagi kita. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  4  

alam pasal ini kita mendapati baik dunia maupun jemaat di 

dalam sebuah keluarga, sebuah keluarga kecil, keluarga Adam. 

Digambarkan di sini juga sebuah contoh dari tabiat dan keadaan 

kedua-duanya pada masa-masa sesudahnya, bahkan, di segala masa, 

sampai akhir zaman. Seperti halnya seluruh umat manusia digam-

barkan di dalam diri Adam, demikian pula pembedaan besar umat 

manusia ke dalam orang-orang kudus dan orang-orang berdosa, 

orang-orang saleh dan orang-orang fasik, anak-anak Tuhan  dan anak-

anak si jahat, di sini digambarkan dalam diri Kain dan Habel. Diberi-

kan juga sebuah contoh awal dari permusuhan yang baru saja ter-

cipta antara keturunan perempuan dan keturunan ular. Di sini kita 

mendapati,  

I.   Kelahiran, pemberian nama, dan panggilan hidup Kain dan 

Habel (ay. l-2).  

II.  Agama mereka, dan keberhasilan mereka yang berbeda-beda 

di dalamnya (ay. 3-4, dan sebagian ay. 5).  

III. Kemarahan Kain terhadap Tuhan , dan teguran terhadapnya 

sebab  kemarahan itu (ay. 5-7).  

IV. Pembunuhan Kain terhadap saudaranya, dan pengusutan 

untuk melawannya atas pembunuhan itu. Pembunuhan yang 

dilakukan (ay. 8). Langkah-langkah hukum melawannya:  

1. Dakwaan terhadapnya (ay. 9, bagian awal).  

2. Pembelaannya (ay. 9, bagian akhir).  

3. Kebersalahannya (ay. 10).  

4. Hukuman dijatuhkan atasnya (ay. 11-12).  

5. Keluhannya terhadap hukuman itu (ay. 13-14).  

6. Disahkannya hukuman itu (ay. 15).  

7. Pelaksanaan hukuman itu (ay. 15-16).  


 118

V. Keluarga dan keturunan Kain (ay. 17-24).  

VI. Kelahiran seorang anak dan cucu lain dari Adam (ay. 25-26). 

Kain dan Habel  

(4:1-2) 

1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengan-

dunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: 

 Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.” 2 

Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala 

kambing domba, Kain menjadi petani. 

Adam dan Hawa mempunyai banyak anak laki-laki dan perempuan 

(5:4). namun  tampaknya Kain dan Habel yaitu  dua anak yang tertua. 

Sebagian orang berpendapat bahwa mereka kembar, dan seperti hal-

nya Esau dan Yakub, yang tua dibenci dan yang muda dikasihi. Mes-

kipun Tuhan  telah mengusir orangtua kita yang pertama dari taman 

firdaus, Ia tidak membiarkan mereka tanpa anak. Sebaliknya, untuk 

menunjukkan bahwa Ia mempunyai berkat-berkat lain yang sudah 

dipersiapkan-Nya bagi mereka, Ia menyimpan bagi mereka keuntung-

an dari berkat yang pertama itu, yaitu berkembang biak. Meskipun 

mereka orang-orang berdosa, bahkan meskipun mereka mengalami 

keadaan direndahkan dan dukacita dalam masa pertobatan, mereka 

tidak dibiarkan tanpa penghiburan, sebab  mereka diberi janji akan 

datangnya seorang Juruselamat untuk menopang mereka. Di sini 

kita mendapati, 

I.   Nama-nama dari kedua anak mereka.  

1.  Kain berarti kepemilikan. Sebab Hawa, saat  melahirkan Kain, 

berseru dengan sukacita, rasa syukur, dan harapan besar, 

 Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan 

TUHAN.” Amatilah, anak-anak yaitu  pemberian Tuhan , dan 

Dia harus diakui dalam membangun keluarga kita. Penghibur-

an kita di dalam mereka akan berlipat ganda dan dikuduskan 

jika  kita melihat mereka sebagai anak-anak yang datang 

kepada kita dari tangan Tuhan , yang tidak akan meninggalkan 

pekerjaan-pekerjaan dan pemberian-pemberian tangan-Nya sen-

diri. Meskipun Hawa melahirkannya dengan kesakitan sebagai 

akibat dosa, ia tidak kehilangan rasa belas kasihan Tuhan  dalam 

penderitaan-penderitaannya. Penghiburan-penghiburan, mes-

kipun bercampur baur dengan penderitaan, yaitu  melebihi

Kitab Kejadian 4:1-2 

 119 

 apa yang pantas kita dapatkan. Dan oleh sebab itu, keluhan-

keluhan kita janganlah menenggelamkan ucapan-ucapan syu-

kur kita. Banyak orang beranggapan bahwa Hawa menyom-

bongkan diri dengan menyangka anak ini sebagai keturunan 

yang dijanjikan, dan bahwa sebab  itulah ia demikian bermegah 

di dalam anak ini, sebagaimana perkataannya bisa dibaca, aku 

telah mendapat seorang anak laki-laki, TUHAN, Tuhan -manusia. 

Jika demikian, kekeliruannya sangat menyedihkan, seperti Sa-

muel, saat  ia berkata,  Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang 

berdiri yang diurapi-Nya” (1Sam. 16:6). saat  anak-anak lahir, 

siapa bisa menduga bagaimana jadinya mereka nanti? Dia yang 

disangka sebagai seorang laki-laki, TUHAN, atau setidak-tidak-

nya seorang laki-laki dari TUHAN, dan untuk melayani-Nya se-

bagai imam keluarga, menjadi musuh bagi TUHAN. Semakin 

sedikit kita berharap dari makhluk ciptaan, semakin tertang-

gungkan kekecewaan-kekecewaan yang akan kita rasakan.  

2. Habel berarti kesia-siaan. saat  ia menyangka sudah mem-

peroleh keturunan yang dijanjikan dalam diri Kain, ia begitu 

terbawa-bawa oleh perasaan senang sebab  memilikinya, se-

hingga anaknya yang lain hanyalah kesia-siaan baginya. Bagi 

mereka yang mempunyai kepentingan di dalam Kristus, dan 

menjadikan-Nya segala-galanya bagi mereka, maka hal-hal 

lain tidak berarti sama sekali. Hal ini juga menunjukkan bah-

wa semakin lama kita hidup di dunia ini, semakin kita dapat 

melihat kesia-siaannya. Apa yang pada awalnya kita gemari se-

bagai barang milik, sesudahnya kita mempunyai alasan untuk 

mengabaikannya sebagai barang sepele. Nama yang diberikan 

kepada anak ini ditimpakan kepada seluruh bangsa manusia 

(Mzm. 39:6). Setiap orang dalam keadaannya yang terbaik ha-

nyalah Abel – kesia-siaan. Marilah kita berusaha untuk meli-

hat baik diri kita sendiri maupun orang lain secara demikian. 

Kemudaan dan fajar hidup yaitu  kesia-siaan.  

II.  Pekerjaan Kain dan Habel. Amatilah,  

1.  Mereka berdua mempunyai panggilan hidup. Meskipun mere-

ka ahli waris yang berhak atas dunia, dengan asal-usul yang 

terhormat dan harta milik yang banyak, namun mereka tidak 

dibesarkan dalam kemalasan. Tuhan  memberi ayah mereka se-

buah panggilan hidup, bahkan dalam keadaannya yang masih 


 120

murni, maka Ia pun memberi mereka suatu panggilan hidup. 

Perhatikanlah, yaitu  kehendak Tuhan  bahwa setiap dari kita 

harus mempunyai sesuatu untuk dikerjakan di dunia ini. 

Orangtua haruslah membesarkan anak-anak mereka untuk 

mengerjakan suatu usaha.  Berilah mereka Alkitab dan pang-

gilan hidup (ujar Tuan Dod yang baik), maka Tuhan  akan beser-

ta mereka.”  

2.  Pekerjaan mereka berbeda-beda, agar mereka bisa berbarter dan 

bertukar satu sama lain bilamana diperlukan. Dalam kehidupan 

bersama, setiap anggota saling membutuhkan dan saling me-

ngasihi dengan cara saling bertukar untuk memenuhi kebutuh-

an masing-masing.  

3. Pekerjaan mereka yaitu  panggilan hidup sebagai petani, pe-

kerjaan ayah mereka, yang merupakan panggilan hidup yang 

sangat diperlukan, sebab raja sendiri dipenuhi kebutuhannya 

oleh hasil ladang, namun  memerlukan kerja keras, dan perhati-

an serta pengawasan secara terus-menerus. Pekerjaan ini se-

karang dipandang sebagai pekerjaan rendah. Orang-orang mis-

kin dari negeri menjadi tukang-tukang kebun anggur dan pela-

dang-peladang (Yer. 52:16). namun  panggilan hidup itu sama 

sekali tidak menjadi penghinaan bagi mereka. Sebaliknya, itu 

merupakan suatu kehormatan bagi mereka.  

4.  Tampak bahwa, dari urutan cerita itu, Habel, meskipun seba-

gai adik, yaitu  orang yang pertama kali menekuni panggilan-

nya, dan mungkin teladannya ini mendorong Kain.  

5.  Habel memilih pekerjaan yang paling dekat dengan kehidupan 

kontemplasi dan beribadah, sebab pekerjaan menggembala me-

mang secara khusus dipandang sebagai mendukung kehidupan 

seperti itu. Musa dan Daud menggembala domba, dan di dalam 

kesendirian mereka bercakap-cakap dengan Tuhan . Perhatikan-

lah, panggilan atau keadaan hidup yang paling baik bagi kita, 

dan yang harus kita pilih, yaitu  panggilan atau keadaan 

hidup yang paling baik bagi jiwa kita, yang paling tidak mem-

buat kita rentan terhadap dosa dan memberi kita kesempatan 

paling besar untuk melayani dan menikmati hadirat Tuhan .  

Kitab Kejadian 4:3-5 

 121 

Korban Persembahan Kain dan Habel 

(4:3-5) 

3 sesudah  beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian 

dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4 Habel 

juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing 

dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan 

korban persembahannya itu, 5 namun  Kain dan korban persembahannya tidak 

diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.  

Di sini kita mendapati,  

I.   Ibadah Kain dan Habel. sesudah  beberapa waktu lamanya, saat  

mereka sudah membuahkan hasil dari panggilan hidup mereka 

masing-masing (dalam bahasa Ibrani, pada hari-hari terakhir, 

yaitu pada akhir tahun, saat  mereka merayakan pesta berkum-

pul kembali, atau mungkin puasa tahunan untuk mengingat 

kejatuhan manusia ke dalam dosa, atau pada hari terakhir dalam 

minggu itu, hari ketujuh, yaitu hari Sabat) – pada suatu waktu 

tertentu, Kain dan Habel membawa kepada Adam, sebagai imam 

keluarga, korban persembahan mereka masing-masing kepada 

TUHAN. sebab  adanya perbuatan ini, kita mempunyai alasan 

untuk berpikir bahwa pada waktu itu ada ketetapan ilahi yang 

diberikan kepada Adam, sebagai pertanda akan perkenanan Tuhan  

kepadanya, dan niat-niat kasih-Nya terhadap dia dan keluarga-

nya, kendati dengan kemurtadan mereka. Dengan demikian, Tuhan  

ingin menguji iman Adam apakah dia tetap percaya terhadap 

janji-Nya dan tetap taat terhadap hukum pemulihan-Nya. Dengan 

demikian, Ia ingin mendamaikan kembali hubungan antara sorga 

dan bumi, dan memberi  bayangan dari keselamatan yang 

akan datang. Amatilah di sini, 

1. Bahwa ibadah keagamaan kepada Tuhan  bukanlah temuan 

baru, melainkan ketetapan sejak dahulu kala. Ibadah kepada 

Tuhan  yaitu  apa yang telah ada sejak semula (1Yoh. 1:1). Ini 

yaitu  jalan yang baik yang dahulu kala (Yer. 6:16). Kota Tuhan  

kita yaitu  sungguh kota yang beria-ria itu, yang asalnya dari 

zaman purbakala (Yes. 23:7). Kebenaran sudah ada sebelum 

kesalahan, dan kesalehan sebelum kecemaran.  

2. Bahwa sungguh baik jika  anak-anak diajar dengan baik 

saat  mereka muda, dan dilatih sejak dari dini untuk melaku-

kan ibadah-ibadah agama, sehingga saat  mereka sudah 


 122

mampu bertindak bagi diri mereka sendiri, mereka bisa, atas 

kehendak sendiri, mempersembahkan persembahan kepada 

TUHAN. Di dalam ajaran Tuhan inilah orangtua harus mem-

besarkan anak-anak mereka (18:19; Ef. 6:4).  

3. Bahwa setiap dari kita harus menghormati Tuhan  dengan apa 

yang kita miliki, sepadan dengan bagaimana Ia sudah me-

nyejahterakan kita. Sesuai dengan pekerjaan dan harta milik 

mereka, seperti itulah persembahan yang mereka bawa. Lihat 

1 Korintus 16:1-2. Laba dan upah kita, apa pun itu, haruslah 

kudus bagi TUHAN (Yes. 23:18). Dia harus mendapat apa yang 

layak didapatkan-Nya dalam pekerjaan-pekerjaan kesalehan 

dan amal baik, sokongan terhadap agama dan kelegaan bagi 

kaum miskin. Demikianlah kita sekarang harus mempersem-

bahkan persembahan kita dengan hati yang lurus. Dan kor-

ban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Tuhan .  

4. Bahwa orang-orang munafik dan para pembuat kejahatan bisa 

didapati menjalankan ibadah-ibadah agama yang bersifat la-

hiriah dengan baik sebaik yang dijalankan umat Tuhan  yang ter-

baik. Kain mempersembahkan korban persembahan bersama 

Habel. Bahkan, korban persembahan Kain disebutkan pertama 

kali, seolah-olah ia yang lebih baik di antara keduanya. Orang 

munafik bisa saja mendengarkan banyak khotbah, mengucap-

kan banyak doa, dan memberi  banyak amal, sebanyak 

yang dilakukan seorang Kristen yang baik, namun, sebab  

tidak adanya ketulusan, semua itu tidak berkenan bagi Tuhan . 

Orang Farisi dan pemungut cukai pergi ke Bait Tuhan  untuk 

berdoa (Luk. 18:10).   

II.  Keberhasilan berbeda-beda dari ibadah mereka. Apa yang harus 

dituju dalam semua perbuatan agama yaitu  perkenanan Tuhan : 

kita berhasil dengan baik jika kita mencapainya, namun  sia-sialah 

ibadah kita jika kita tidak mendapatkannya (2Kor. 5:9). Mungkin, 

bagi orang yang berdiri melihat, korban-korban persembahan 

Kain dan Habel tampak sama-sama baiknya. Adam menerima 

kedua-duanya, namun  tidak demikian dengan Tuhan , yang tidak 

melihat apa yang dilihat manusia. Tuhan  mengindahkan Habel dan 

korban persembahannya itu, dan menunjukkan perkenanan-Nya 

atas korban itu, mungkin dengan api yang turun dari langit. Te-

tapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Kita 

Kitab Kejadian 4:3-5 

 123 

yakin bahwa ada alasan yang baik untuk perbedaan ini. Penguasa 

dunia, meskipun mutlak berdaulat, tidak bertindak sewenang-

wenang dalam membagi-bagikan senyuman dan kernyit dahi-Nya.  

1.  Ada perbedaan tabiat di antara kedua orang yang memberi  

persembahan. Kain yaitu  orang fasik, hidupnya jahat, dan 

dikuasai oleh dunia dan kedagingan yang bertakhta. Oleh se-

bab itu korbannya yaitu  kekejian bagi TUHAN (Ams. 15:8), 

persembahan yang tidak sungguh (Yes. 1:13). Tuhan  tidak 

mengindahkan Kain, dan oleh sebab itu tidak mengindahkan 

korban persembahannya, seperti yang tersirat dari ungkapan-

nya. namun  Habel yaitu  orang benar. Dia disebut Habel, 

orang benar itu (Mat. 23:35). Hatinya lurus dan hidupnya sa-

leh. Ia yaitu  salah seorang yang dipandang oleh wajah Tuhan  

(Mzm. 11:7) dan yang sebab  itu doanya dikenan-Nya (Ams. 

15:8). Tuhan  mengindahkannya sebagai orang kudus, dan oleh 

sebab itu mengindahkan korban persembahannya sebagai kor-

ban yang kudus. Pohonnya harus baik, sebab kalau tidak, 

buahnya tidak bisa menyenangkan Tuhan  yang menyelidiki hati.  

2. Ada perbedaan dalam korban-korban persembahan yang mere-

ka bawa. Dikatakan dengan jelas (Ibr. 11:4), bahwa korban Ha-

bel yaitu  korban yang lebih baik dibandingkan korban Kain, yaitu,  

(1) Dalam hal sifat korban. Korban Kain hanyalah korban peng-

akuan yang dipersembahkan kepada Sang Pencipta. 

Persembahan hasil tanah tidak lebih dibandingkan korban peng-

akuan, dan sejauh yang saya ketahui, dapat dipersembah-

kan dalam keadaan tidak bersalah. namun  Habel membawa 

korban persembahan penghapus dosa, yang darahnya di-

curahkan untuk penghapusan dosa, dan dengan demikian 

mengakui dirinya sebagai pendosa, seraya berdoa agar di-

jauhkan dari murka Tuhan , dan memohonkan perkenanan-

Nya melalui Sang Pengantara. Atau,  

(2) Dalam hal mutu korban persembahan itu. Kain membawa 

hasil tanah, apa pun yang bisa didapat tangannya, yang 

tidak ditumbuhkannya sendiri atau yang tidak laku dijual. 

namun  Habel memilih-milih terlebih dahulu korban persem-

bahannya: bukan yang cacat, atau yang kurus, atau yang 

buangan, melainkan anak sulung kambing dombanya – 

yang terbaik yang dimilikinya, dan lemak-lemaknya – yang 


 124

terbaik dari segala yang terbaik. Dari sini para cendekiawan 

Yahudi memberi  aturan umum bahwa segala sesuatu 

yang dipersembahkan bagi nama Tuhan  yang baik haruslah 

yang paling menyenangkan dan paling baik. Layaklah bila 

Dia sebagai yang pertama dan terbaik mendapat yang per-

tama dan terbaik pula dari waktu, kekuatan, dan pelayanan 

kita.   

3.  Perbedaan yang besar yaitu  ini, bahwa Habel memberi  

persembahan di dalam iman, sedangkan Kain tidak. Ada per-

bedaan asas yang mendorong mereka memberi  persembah-

an. Habel mempersembahkan dengan mata yang tertuju pada 

kehendak Tuhan  sebagai pedomannya, dan kemuliaan Tuhan  

sebagai tujuannya, dan dalam kebergantungan kepada janji 

akan datangnya Sang Penebus. namun  Kain melakukan apa 

yang dilakukannya hanya untuk menemani Habel, atau agar 

tidak kehilangan muka, bukan di dalam iman, dan dengan 

demikian korban persembahan itu berbalik menjadi dosa bagi-

nya. Habel yaitu  orang percaya yang bertobat, seperti pemu-

ngut cukai yang pergi dengan dibenarkan. Sedangkan Kain 

tidak menjadi rendah hati. Keyakinannya yaitu  pada dirinya 

sendiri. Ia seperti orang Farisi yang memegahkan dirinya sen-

diri, namun  tidak dibenarkan seperti pemungut cukai di hadap-

an Tuhan . 

III. Ketidaksenangan Kain terhadap pembedaan yang dibuat Tuhan  

antara korbannya dan korban Habel. Hati Kain menjadi panas, 

yang langsung tampak pada wajahnya, sebab mukanya muram, 

yang tidak begitu menandakan kesedihan dan ketidakpuasannya, 

melainkan lebih pada kebencian dan kegeramannya. Mukanya 

yang cemberut dan kasar, dan murung, menunjukkan kebencian-

kebenciannya yang membara: ia membawa-bawa sifat jahat pada 

mukanya, dan tampak wajahnya bersaksi melawan dia. Kema-

rahan ini menunjukkan, 

1. Permusuhannya terhadap Tuhan , dan kejengkelan yang disim-

pannya melawan Dia sebab  sudah membuat pembedaan 

seperti itu di antara korban persembahannya dan korban sau-

daranya. Seharusnya ia marah terhadap dirinya atas ketidak-

salehan dan kemunafikannya sendiri, yang sebab  itu ia telah 

Kitab Kejadian 4:3-5 

 125 

kehilangan perkenanan Tuhan . Seharusnya mukanya memucat 

dalam pertobatan dan rasa malu yang kudus, seperti muka 

pemungut cukai, yang bahkan tidak berani menengadah ke 

langit (Luk. 18:13). namun , bukannya demikian, ia malah me-

nantang Tuhan , seolah-olah Tuhan  berat sebelah dan tidak adil 

dalam membagi-bagikan senyuman dan kernyit dahi-Nya, dan 

seolah-olah Ia telah berbuat salah terhadapnya. Perhatikanlah, 

yaitu  tanda yang pasti akan hati yang tidak merendah 

jika  kita mempermasalahkan teguran-teguran yang, sebab  

dosa kita sendiri, telah kita timpakan ke atas diri kita. Kebo-

dohan menyesatkan jalan orang, lalu untuk memperparah 

keadaan, gusarlah hatinya terhadap TUHAN (Ams. 19:3).  

2. Iri hatinya terhadap saudaranya, yang diberi kehormatan de-

ngan mendapat pengakuan di depan umum. Meskipun sau-

daranya tidak mempunyai pikiran untuk merendahkannya, 

tidak pula menghina dia untuk memancing amarahnya, na-

mun ia menyimpan kebencian terhadapnya sebagai seorang 

musuh, atau seorang saingan. Perhatikanlah,  

(1) Sudahlah biasa bahwa orang-orang yang membuat diri sen-

diri tidak layak mendapat perkenanan Tuhan  sebab  dosa-

dosa mereka yang kurang ajar, merasa marah terhadap 

orang-orang yang ditinggikan dan diistimewakan oleh per-

kenanan Tuhan  itu. Orang-orang Farisi berjalan di jalan Kain 

ini, saat  mereka sendiri tidak masuk ke dalam kerajaan 

Tuhan  dan menghalang-halangi orang yang berusaha untuk 

masuk (Luk. 11:52). Mata mereka jahat, sebab  mata Tuan 

mereka dan mata hamba-hamba sesama mereka baik.  

(2) Iri hati yaitu  dosa yang biasanya akan terungkap dengan 

sendirinya, dalam pucatnya wajah, dan yang akan menjadi 

penghukumannya sendiri, dalam membusuknya tulang-

tulang. 


 126

Tuhan  Memperingatkan Kain 

(4:6-7) 

6 Firman TUHAN kepada Kain:  Mengapa hatimu panas dan mukamu mu-

ram? 7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? namun  

jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia 

sangat menggoda engkau, namun  engkau harus berkuasa atasnya.”  

Di sini Tuhan  berbantah dengan Kain, untuk menyadarkan dia ter-

hadap dosa dan kebodohan dari amarah dan ketidakpuasannya, dan 

untuk membuatnya tenang kembali, agar kejahatan yang lebih jauh 

bisa dicegah. yaitu  contoh dari kesabaran Tuhan  dan kebaikan-Nya 

yang merendah bahwa Ia mau berurusan secara begitu lembut dengan 

manusia yang begitu jahat, dalam perkara yang begitu jahat. Ia meng-

hendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua 

orang berbalik dan bertobat. Demikianlah ayah si anak hilang berargu-

men dengan si anak sulung (Luk. 15:28, dst.), dan Tuhan  dengan kaum 

Israel yang berkata, tindakan Tuhan tidak tepat (Yeh. 18:25).  

I.   Tuhan  membuat Kain sendiri bertanya-tanya tentang penyebab 

ketidakpuasannya, dan mempertimbangkan apakah penyebab itu 

memang beralasan:  Mengapa mukamu muram?” Amatilah, 

1. Bahwa Tuhan  memperhatikan semua amarah dan ketidakpuasan 

kita yang penuh dosa. Tidak satu pun wajah marah, wajah iri, 

atau wajah kesal, yang terhindar dari mata-Nya yang mengamati.  

2. Bahwa kebanyakan dari amarah dan kegelisahan kita yang pe-

nuh dosa akan segera lenyap jika  kita secara ketat dan 

tanpa memihak mempertanyakan apa penyebabnya.  Mengapa 

hatiku menjadi panas? Adakah penyebab yang nyata, penyebab 

yang benar-benar masuk akal? Mengapa aku begitu lekas ma-

rah? Mengapa begitu sangat marah, dan begitu tidak bisa di-

redakan?” 

II.  Untuk menyadarkan Kain kembali pada pikirannya yang benar, di 

sini diperjelas baginya, 

1.  Bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk marah terhadap Tuhan , 

sebab Tuhan  telah bertindak sesuai dengan aturan-aturan peme-

rintahan yang tetap dan tidak berubah, yang disesuaikan de-

ngan masa percobaan. Ia menghadapkan pada manusia hidup 

dan mati, berkat dan kutuk, lalu membalas orang menurut per-

Kitab Kejadian 4:6-7 

 127 

buatannya, dan membeda-bedakan mereka sebagaimana me-

reka membeda-bedakan diri mereka sendiri. Dan demikian 

pula hukuman yang akan menimpa mereka. Aturan-aturan itu 

adil, dan oleh sebab itu jalan-jalan-Nya, sesuai dengan aturan-

aturan itu, pastilah tidak berat sebelah, dan Ia akan dibenar-

kan dalam apa yang dikatakan-Nya.   

(1)  Tuhan  menghadapkan pada Kain hidup dan berkat:  Apakah 

mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? 

Tidak diragukan lagi bahwa mukamu akan berseri, bah-

kan, engkau tahu bahwa mukamu akan berseri,” yaitu,  

[1]  Seandainya engkau berbuat baik, seperti yang diper-

buat saudaramu, engkau pasti akan diterima, sama 

seperti dia.” Tuhan  tidak membedakan orang, tidak mem-

benci apa pun yang sudah diciptakan-Nya, tidak menu-

tup perkenanan-Nya kepada siapa pun kecuali mereka 

dengan sengaja menghilangkannya. Dan Ia tidak men-

jadikan siapa pun sebagai musuh kecuali mereka de-

ngan dosa telah menjadikan diri-Nya musuh mereka. 

sebab  itu, jika kita tidak mendapat perkenan-Nya, 

maka itu salah kita sendiri, kesalahan itu sepenuhnya 

ada pada kita. jika  kita sudah menjalankan kewa-

jiban kita, kita tidak akan kehilangan belas kasihan-

Nya. Semua ini akan membenarkan Tuhan  dalam kehan-

curan orang-orang berdosa, dan akan memperberat 

kehancuran mereka. Tidak ada satu pun orang terkutuk 

di neraka yang, seandainya ia sudah berbuat baik, 

seperti yang bisa saja diperbuatnya, tidak akan menjadi 

orang kudus yang mulia di sorga. Setiap mulut akan 

segera disumbat dengan hal ini. Atau,  

[2]  Jika sekarang engkau berbuat baik, jika engkau ber-

tobat dari dosamu, memperbaharui hati dan hidupmu, 

dan mempersembahkan korban persembahanmu dengan 

cara yang lebih baik, jika engkau tidak hanya melakukan 

apa yang baik namun  juga melakukannya dengan baik, 

maka engkau akan diterima, dosamu akan diampuni, 

penghiburan dan kehormatanmu akan dipulihkan, dan 

semuanya akan menjadi baik.” Lihatlah di sini dampak 

dari campur tangan Sang Pengantara di antara Tuhan  


 128

dan manusia. Kita tidak berdiri di atas kovenan yang 

pertama, yang tidak menyediakan ruang bagi pertobat-

an, namun  Tuhan  telah membuat syarat-syarat baru de-

ngan kita. Meskipun kita sudah melanggar, jika kita 

bertobat dan kembali, kita akan mendapat belas kasih-

an. Lihatlah betapa awalnya Injil diberitakan, dan keun-

tungannya di sini ditawarkan bahkan kepada salah se-

orang pendosa terbesar. 

(2) Tuhan  menghadapkan kepada Kain maut dan kutuk: namun  

jika tidak baik, maksudnya,  Dengan mengetahui bahwa 

engkau tidak berbuat baik, tidak memberi  persembah-

an di dalam iman dan dengan cara yang benar, maka dosa 

sudah mengintip di depan pintu,” yakni,  dosa ditimpakan 

kepadamu, dan engkau tidak disenangi dan ditolak sebagai 

pendosa. Dakwaan yang begitu tinggi tidak akan mengintip 

di depan pintu, seandainya engkau tidak menimpakannya 

ke atas dirimu sendiri, dengan tidak berbuat baik.” Atau, 

seperti yang biasanya dimengerti,  Jika sekarang engkau 

tidak mau berbuat baik, jika engkau bersikeras dalam ama-

rah ini, dan bukannya merendahkan dirimu di hadapan 

Tuhan , engkau malah mengeraskan hatimu melawan-Nya, 

maka dosa sudah mengintip di depan pintu,” maksudnya, 

[1] Dosa selanjutnya.  sebab  sekarang amarah ada dalam 

hatimu, pembunuhan sudah mengintip di depan pintu.” 

Jalan dosa yaitu  menurun, dan orang bergerak dari 

yang buruk menuju yang lebih buruk. Orang-orang 

yang tidak mempersembahkan korban persembahan de-

ngan baik, namun  ceroboh dan lalai dalam ibadah mere-

ka terhadap Tuhan , membuat diri mereka sendiri rentan 

terhadap godaan-godaan terburuk. Dan mungkin dosa 

yang paling memalukan sudah mengintip di depan pin-

tu. Mereka yang tidak menjalankan ketetapan-ketetap-

an Tuhan  terancam bahaya melakukan segala kekejian 

(Im. 18:30). Atau,  

[2] Hukuman dosa. Begitu berkerabat dekatnya dosa dan 

hukuman sehingga kata yang sama dalam bahasa Ibra-

ni berarti kedua-duanya. Jika dosa disimpan di dalam 

rumah, kutuk mengintip di depan pintu, seperti tukang 

Kitab Kejadian 4:6-7 

 129 

sita, yang siap menangkap si pendosa kapan pun ia 

keluar. Dosa seolah-olah terbaring tidur, namun  ia meng-

intip di depan pintu di mana ia akan terbangun seben-

tar lagi, lalu akan tampak bahwa penghukuman untuk-

nya tidak terlelap. Dosa akan menimpa kamu (Bil. 

32:23). Namun, sebagian orang memilih untuk mema-

hami ayat ini sebagai pertanda belas kasihan juga.  Jika 

engkau tidak berbuat baik, dosa (maksudnya, korban 

penghapus dosa), mengintip di depan pintu, dan engkau 

dapat mengambil keuntungan darinya.” Kata yang sama 

berarti dosa dan korban penghapus dosa.  Meskipun 

engkau sudah berbuat tidak baik, janganlah berputus 

asa. Obat penawarnya ada di dekatmu. Pendamaiannya 

tidak usah dicari jauh-jauh. Ambillah itu, maka kesa-

lahanmu terhadap segala yang dikuduskan akan diam-

puni.” Kristus, korban pemuasan dosa yang agung, di-

katakan berdiri di muka pintu (Why. 3:20). Dan sungguh 

pantas binasa dalam dosa-dosa mereka orang-orang 

yang tidak mau berjalan ke pintu untuk mendapatkan 

keuntungan dari korban pemuasan dosa. Dengan mem-

pertimbangkan semuanya ini, jelaslah bahwa Kain tidak 

mempunyai alasan untuk marah terhadap Tuhan , namun  

justru terhadap dirinya sendiri.    

2.  Bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk marah terhadap sau-

daranya:  Keinginannya akan selalu tertuju padamu (KJV), ia 

akan terus menghormatimu sebagai kakak, dan engkau, seba-

gai anak sulung, akan berkuasa atasnya sama seperti sebe-

lum-sebelumnya.” Penerimaan Tuhan  atas korban persembahan 

Habel tidak membuat hak kesulungan berpindah kepadanya 

(yang dicemburui Kain). Lagi pula, hal itu tidak akan mem-

buatnya lebih mulia dan berkuasa, yang dikatakan merupakan 

bagian dari hak kesulungan (49:3). Tuhan  tidak memaksudkan-

nya seperti itu. Dan Habel pun tidak menafsirkannya seperti 

itu. Tidak ada bahaya bahwa hal itu akan dimanfaatkan untuk 

merugikan Kain. Jadi mengapa ia sampai begitu jengkel? 

Amatilah di sini,  

(1) Bahwa perbedaan yang dibuat oleh anugerah Tuhan  tidak 

mengubah pembedaan-pembedaan yang dibuat melalui 


 130

pemeliharaan-Nya. Sebaliknya, semua itu tetap dipertahan-

kan, dan mewajibkan kita untuk menjalankan kewajiban 

yang timbul darinya: hamba-hamba yang percaya harus 

patuh kepada tuan-tuan yang tidak percaya. Kekuasaan 

tidak didirikan di atas anugerah, tidak pula agama akan 

membenarkan sikap tidak setia atau tidak hormat dalam 

hubungan apa saja.  

(2) Bahwa segala kecurigaan yang terkadang dipikirkan oleh 

kekuasaan-kekuasaan masyarakat terhadap para penyem-

bah Tuhan  yang benar, dan mengangap mereka berbahaya 

bagi pemerintah, musuh Kaisar, dan mengancam keduduk-

an para raja dan penguasa (yang berdasarkan kecurigaan 

itulah para penganiaya agama melancarkan kegeraman 

melawan mereka) yaitu  sangat tidak adil dan tidak masuk 

akal. Bisa saja ada sebagian orang yang menyebut dirinya 

Kristen namun  bermasalah. Walaupun begitu, yang pasti 

orang-orang Kristen itu sungguh-sungguh merupakan warga 

negara yang yang baik, yang hidup tenteram di negeri. Ke-

inginan mereka tertuju pada pemerintah mereka, dan pe-

merintah ini akan berkuasa atas mereka.  

Kain Membunuh Habel 

(4:8) 

8 Kata Kain kepada Habel, adiknya:  Marilah kita pergi ke padang.” saat  

mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu mem-

bunuh dia.  

Di sini kita mendapati kelanjutan dari amarah Kain, dan berujung 

pada pembunuhan Habel, yang dapat dipandang dengan dua cara:  

I.  Sebagai dosa Kain. Dan sungguh dosa itu merah seperti kirmizi 

dan kain kesumba, dosa kelas kakap, dosa melawan terang dan 

hukum alam, yang bahkan membuat ngeri hati nurani orang 

jahat. Lihatlah di dalamnya,  

1.  Dampak-dampak yang menyedihkan dari masuknya dosa ke 

dalam dunia dan ke dalam hati manusia. Lihatlah betapa sifat 

yang rusak itu merupakan akar kepahitan, yang menghasilkan 

racun dan ipuh ini. Dimakannya buah terlarang oleh Adam

Kitab Kejadian 4:8 

 131 

 tampak hanya sebagai dosa kecil, namun  dosa itu membuka 

pintu bagi dosa yang paling besar.  

2.  Buah permusuhan yang ada di dalam keturunan ular melawan 

keturunan perempuan. Seperti halnya Habel memimpin pa-

sukan para martir yang mulia (Mat. 23:35), demikian pula Kain 

berdiri di depan pasukan para penganiaya yang memalukan 

(Yud. 1:11). Begitu cepatnya dia yang diperanakkan menurut 

daging menganiaya yang diperanakkan menurut Roh. Demikian 

juga sekarang ini, kurang lebih (Gal. 4:29), dan akan demikian-

lah sampai perang akan berakhir dalam keselamatan kekal bagi 

semua orang kudus dan kebinasaan kekal bagi semua orang 

yang membenci mereka.  

3.  Lihatlah juga apa yang dihasilkan dari iri hati, kebencian, ke-

kejian, dan segala perbuatan yang tak mengenal belas kasihan. 

Jika semua itu dimanjakan dan dituruti di dalam jiwa, maka 

ada bahaya bahwa itu akan melibatkan manusia dalam per-

buatan membunuh yang jelas-jelas salah dan mengerikan. 

Lekas marah berarti membunuh di dalam hati (Mat. 5:21-22). 

Jauh terlebih lagi kebencian. Siapa yang membenci saudaranya 

sudah menjadi pembunuh di hadapan Tuhan , dan, jika Tuhan  

membiarkan dia sendirian begitu saja, maka tidak ada yang 

diinginkannya lagi selain kesempatan untuk menjadi pembunuh 

di hadapan dunia. Banyak hal yang memperberat dosa Kain.  

(1) Saudaranyalah, saudaranya sendiri, yang dibunuhnya, 

anak ibunya sendiri (Mzm. 50:20), yang seharusnya dika-

sihinya, adiknya, yang seharusnya dilindunginya.  

(2) Ia seorang adik yang baik, adik yang tidak pernah berbuat 

salah terhadapnya, atau membuatnya marah melalui per-

kataan atau perbuatan. Sebaliknya, keinginan adiknya itu 

selalu tertuju padanya, dan yang seperti sudah-sudah, da-

lam segala hal patuh dan hormat terhadapnya.  

(3) Ia sudah diperingatkan dengan baik sebelumnya akan dosa 

ini. Tuhan  sendiri sudah memberi tahu dia apa yang akan di-

timbulkan oleh dosa itu, namun ia bersikeras dalam ran-

cangannya yang biadab.  

(4) Tampak bahwa ia menutup-nutupinya dengan menunjuk-

kan sikap ramah dan baik: ia berbicara dengan Habel adik-

nya (KJV), begitu lepas dan akrab, sebab kalau tidak, Habel 

akan mencium adanya bahaya dan menjauh darinya. Demi-


 132

kian jugalah Yoab mencium Abner, lalu membunuhnya. 

Demikian jugalah Absalom menjamu Amnon kakaknya, lalu 

membunuhnya. Menurut Septuaginta [terjemahan Perjanjian 

Lama dalam bahasa Yunani, yang menurut pandangan 

orang diterjemahkan oleh tujuh puluh dua orang Yahudi, 

atas keinginan Ptolomeus Filadelfos, lebih dari 200 tahun 

sebelum Kristus], Kain berkata kepada Habel, marilah kita 

pergi ke padang. Jika demikian, kita yakin bahwa Habel 

tidak memahaminya (sesuai dengan pengertian sekarang) 

sebagai suatu tantangan, sebab kalau tidak, ia pasti tidak 

akan menerimanya. Sebaliknya, ia memahaminya sebagai 

undangan dari seorang kakak untuk pergi bekerja ber-

sama-sama. Terjemahan bahasa Aram menambahkan bah-

wa Kain, saat  mereka bercakap-cakap di ladang, berkata 

bahwa tidak ada penghakiman yang akan datang, tidak ada 

kehidupan di masa depan, tidak ada imbalan dan hukum-

an di dunia lain, dan bahwa saat  Habel berbicara untuk 

membela kebenaran, Kain mengambil kesempatan itu un-

tuk menjatuhkannya. Bagaimanapun juga,  

(5) Apa yang dikatakan Kitab Suci kepada kita sebagai alasan 

mengapa ia membunuhnya sudah cukup untuk memper-

berat tindak pembunuhan itu. Hal itu sebab  segala per-

buatannya jahat dan perbuatan adiknya benar, sehingga 

dalam hal ini ia menunjukkan dirinya sebagai orang yang 

berasal dari si jahat (1Yoh. 3:12), anak Iblis, sebagai musuh 

segala kebenaran, bahkan musuh saudaranya sendiri, dan, 

dalam hal ini, ia digerakkan langsung oleh si pembinasa. 

Bahkan,  

(6) Dalam membunuh saudaranya, ia langsung menghantam 

Tuhan  sendiri. Sebab, tindakan Tuhan  yang menerima Habel 

yaitu  apa yang dianggap memancing amarahnya, dan 

persis untuk alasan inilah ia membenci Habel, yaitu sebab  

Tuhan  mengasihinya. 

(7) Pembunuhan terhadap Habel itu lebih tidak manusiawi lagi 

sebab  pada waktu itu ada begitu sedikit manusia yang 

mengisi dunia. Hidup manusia berharga kapan saja. Te-

tapi, secara khusus berharga pada waktu itu, dan kejahat-

an seharusnya dicegah.  

Kitab Kejadian 4:9-12 

 133 

II.  Sebagai penderitaan Habel. Maut berkuasa sejak Adam berdosa, 

namun  kita tidak membaca tentang siapa pun yang menjadi tawan-

annya sampai kisah ini. Dan sekarang,  

1. Yang pertama mati yaitu  seorang kudus, seorang yang di-

terima dan dikasihi Tuhan , untuk menunjukkan bahwa, walau-

pun keturunan yang dijanjikan akan menghancurkan dia yang 

berkuasa atas maut, untuk menyelamatkan orang-orang per-

caya dari sengatnya, namun tetap saja mereka harus diperha-

dapkan pada hantamannya. Yang pertama masuk ke kubur 

masuk ke sorga. Tuhan  ingin menyimpan bagi diri-Nya buah-

buah yang pertama, yang pertama dari antara orang mati, 

yang pertama kali membuka rahim menuju dunia lain. Biarlah 

hal ini melenyapkan kengerian maut, bahwa sejak semula 

maut merupakan bagian dari umat pilihan Tuhan , yang meng-

ubah sifat maut itu. Bahkan,  

2. Yang pertama mati yaitu  seorang martir, dan mati bagi aga-

manya. Dan untuk orang-orang seperti itulah, dibandingkan untuk 

para prajurit, lebih benar jika dikatakan bahwa mereka mati 

dalam kehormatan. Kematian Habel bukan saja tidak mengan-

dung kutuk, melainkan juga ada mahkota di dalamnya. Begitu 

baik dan mengagumkannya sifat maut diubah, sehingga maut 

bukan saja dianggap tidak bersalah dan tidak menyakitkan 

bagi orang-orang yang mati di dalam Kristus, namun  juga ter-

hormat dan mulia bagi orang-orang yang mati bagi Dia. Ja-

nganlah kita menganggap aneh pencobaan yang membakar 

kita, atau mundur jika kita dipanggil untuk bertahan sampai 

titik darah penghabisan. Sebab, kita tahu ada mahkota kehi-

dupan bagi semua orang yang setia sampai mati.  

Penghukuman atas Kain  

(4:9-12)  

9 Firman TUHAN kepada Kain:  Di mana Habel, adikmu itu?” Jawabnya:  Aku 

tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” 10 Firman-Nya:  Apakah yang telah 

kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. 11 Maka 

sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan 

mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. 12 jika  eng-

kau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberi  hasil 

sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengem-

bara di bumi. 


 134

Di sini kita mendapati gambaran penuh tentang pengadilan dan peng-

hukuman terhadap si pembunuh yang pertama. sebab  pengadilan 

masyarakat belum ditegakkan untuk perkara pembunuhan, seperti 

yang terjadi sesudahnya (9:6), maka Tuhan  sendirilah yang bertindak 

sebagai Hakim. Sebab, Dia yaitu  Tuhan  yang berhak mengadakan 

pembalasan, dan yang pasti akan mengadakan tuntutan bagi darah, 

terutama darah orang-orang kudus. Amatilah,  

I.   Dakwaan terhadap Kain: Firman TUHAN kepada Kain:  Di mana 

Habel, adikmu itu?” Sebagian orang berpendapat bahwa Kain di-

periksa seperti itu pada hari Sabat berikutnya sesudah  pembunuh-

an itu dilakukan, saat  anak-anak Tuhan  datang, seperti biasanya, 

untuk menghadap TUHAN, dalam perkumpulan ibadah, dan Habel 

tidak ada, padahal biasanya tempatnya tidak kosong. Sebab, Tuhan  

di sorga memperhatikan siapa yang hadir dan siapa yang tidak 

dalam ibadah-ibadah umum. Kain ditanya, bukan hanya sebab  

ada alasan yang benar untuk mencurigainya, sebab ia sudah 

mengungkapkan kebencian terhadap Habel dan merupakan orang 

yang terakhir kali bersamanya, melainkan juga sebab  Tuhan  tahu 

bahwa ia bersalah. Walaupun begitu, Ia tetap bertanya kepada-

nya, agar Ia dapat membuat Kain mengakui kejahatannya, sebab 

orang-orang yang mau dibenarkan di hadapan Tuhan  harus men-

dakwa diri mereka sendiri, dan orang yang bertobat akan berbuat 

demikian.     

II.  Pembelaan Kain: ia membela diri sebagai tidak bersalah, dan de-

ngan demikian menambah dosanya dengan pemberontakan. Sebab,  

1.  Ia berusaha menutup-nutupi pembunuhan yang disengaja 

dengan dusta yang disengaja: Aku tidak tahu. Ia tahu betul 

apa yang sudah terjadi dengan Habel, namun dengan kurang 

ajar ia berani menyangkalnya. Dengan demikian, dalam diri 

Kain, Iblis sudah menjadi baik pembunuh maupun pendusta 

sejak mulanya. Lihatlah bagaimana pikiran orang-orang ber-

dosa dibutakan, dan hati mereka dikeraskan dengan tipu daya 

dosa: sungguh buta dan aneh orang-orang yang menyangka 

bahwa mungkin bagi mereka untuk menyembunyikan dosa-

dosa mereka dari Tuhan  yang melihat semuanya. Dan sungguh 

keras hati, lagi aneh, orang-orang yang menyangka bahwa 

akan menguntungkan bagi mereka jika mereka menyembunyi-

Kitab Kejadian 4:9-12 

 135 

kan dosa-dosa mereka dari Tuhan , yang hanya mengampuni 

orang-orang yang mengakuinya.  

2.  Dengan kurang ajar Kain menuduh Hakimnya bodoh dan tidak 

adil, dengan mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: Apakah 

aku penjaga adikku? Seharusnya ia merendahkan dirinya 

sendiri, dan berkata, bukankah aku pembunuh adikku? namun  

ia menampar wajah Tuhan  sendiri, seolah-olah Tuhan  menanya-

kan kepadanya pertanyaan yang tidak ada sangkut pautnya, 

yang sama sekali tidak harus dijawabnya:  Apakah aku pen-

jaga adikku? Tentu ia sudah cukup dewasa untuk menjaga 

dirinya sendiri, dan aku pun tidak pernah bertanggung jawab 

atasnya.” Sebagian orang berpendapat bahwa ia bermaksud 

mencela Tuhan  dan pemeliharaan-Nya, seolah-olah ia berkata, 

 Bukankah Engkau penjaganya? Jika ia hilang, Engkaulah 

yang harus dipersalahkan, dan bukan aku, yang tidak pernah 

menjaganya.” Perhatikanlah, perhatian yang penuh kasih ter-

hadap saudara-saudara kita, untuk menjagai mereka, yaitu  

kewajiban besar, yang secara ketat dituntut dari kita, namun  

pada umumnya justru kita abaikan. Orang yang tidak memper-

hatikan urusan saudara-saudara mereka, dan tidak mau peduli 

saat  ada kesempatan, untuk mencegah terjadinya bahaya 

pada tubuh mereka, harta benda mereka, atau nama baik mere-

ka, terutama jiwa mereka, pada dasarnya telah bersikap seperti

Kain. Lihat Imamat 19:17; Filipi 2:4. 

III. Kebersalahan Kain (ay. 10). Tuhan  tidak memberi  jawaban lang-

sung terhadap pertanyaan ini, namun  menolak pembelaannya seba-

gai dusta dan tidak ada harganya:  Apakah yang telah kauperbuat 

ini? Engkau menganggap remeh perbuatan ini. namun  sudahkah 

engkau pertimbangkan betapa jahatnya perbuatan ini, betapa 

tebalnya noda, dan betapa beratnya beban dari kesalahan ini? 

Engkau ingin menyembunyikannya, namun  itu tidak ada gunanya, 

bukti melawanmu sudah jelas dan tidak bisa dibantah: Darah 

adikmu itu berteriak.” Tuhan  berbicara seolah-olah darah itu sendiri 

yaitu  saksi sekaligus penuntut, sebab  pengetahuan Tuhan  sen-

diri bersaksi melawannya dan keadilan Tuhan  sendiri menuntut 

untuk dipuaskan. Amatilah di sini,  

1. Pembunuhan yaitu  dosa yang berteriak, tidak ada dosa lain 

yang berteriak lebih keras. Darah menuntut darah, darah yang 


 136

dibunuh menuntut darah si pembunuh. Darah itu berteriak 

dalam seruan Zakharia dalam kematiannya (2Taw. 24:22), 

semoga TUHAN melihatnya dan menuntut balas. Atau darah 

jiwa-jiwa di bawah mezbah (Why. 6:10), berapa lamakah lagi, 

ya Penguasa yang kudus dan benar? Orang-orang yang men-

derita dengan sabar berseru meminta pengampunan (Bapa, 

ampunilah mereka), namun  darah mereka berteriak meminta 

pembalasan. Meskipun mereka diam, darah mereka berteriak 

dengan nyaring dan terus-menerus, dan kepada teriakan itu 

telinga Tuhan  yang benar selalu  terbuka.  

2. Darah dikatakan berteriak dari tanah, dari bumi, yang dikata-

kan mengangakan mulutnya untuk menerima darah adiknya 

dari tangannya (ay. 11). Bumi, seolah-olah, merah padam 

melihat mukanya sendiri ternoda oleh darah seperti itu, dan 

oleh sebab itu mengangakan mulutnya untuk menyembunyi-

kan apa yang tidak bisa dihalanginya. saat  langit menying-

kapkan kesalahan Kain, bumi juga bangkit melawannya (Ayb. 

20:27), dan mengeluh sebab  telah ditaklukkan kepada kesia-

siaan seperti itu (Rm. 8:20-22). Kain, ada kemungkinan, me-

nguburkan darah dan mayat Habel, untuk menyembunyikan 

kejahatannya. namun   pembunuhan akan tersingkap.” Ia tidak 

bisa menguburkannya sedemikian dalam sehingga teriakannya 

tidak sampai ke langit.  

3. Dalam bahasa aslinya kata itu berbentuk jamak, darah-darah 

adikmu, bukan hanya darahnya, melainkan juga darah semua 

orang yang mungkin akan menjadi keturunannya. Atau darah 

semua keturunan perempuan, yang harus, dengan cara 

serupa, memeteraikan kebenaran dengan darah mereka. Kris-

tus menanggungkan semua darah itu pada satu angkatan 

(Mat. 23:35). Atau setiap tetes darah yang tercurah semuanya 

terhitung. Betapa baiknya bagi kita bahwa darah Kristus ber-

bicara tentang hal-hal yang lebih baik dibandingkan darah Habel! 

(Ibr. 12:24). Darah Habel berteriak meminta pembalasan, da-

rah Kristus berteriak meminta pengampunan.   

IV. Hukuman dijatuhkan atas Kain: Maka sekarang, terkutuklah eng-

kau, terbuang jauh dari tanah (ay. 11). Amatilah di sini, 

1.  Ia terkutuk, dipisahkan untuk segala kejahatan, ditempatkan 

di bawah murka Tuhan , seperti yang dinyatakan dari sorga 

Kitab Kejadian 4:9-12 

 137 

melawan segala kefasikan dan kelaliman manusia (Rm. 1:18). 

Siapa yang tahu luas dan beratnya kutuk ilahi, seberapa jauh 

ia menjangkau, seberapa dalam ia menusuk? Jika Tuhan  me-

nyatakan orang terkutuk, maka terkutuklah orang itu. Sebab 

siapa yang dikutuk-Nya benar-benar terkutuk. Kutuk bagi 

ketidaktaatan Adam berakhir pada tanah: Terkutuklah tanah 

sebab  engkau. namun , kutuk untuk pemberontakan Kain 

langsung menimpa dirinya sendiri: Terkutuklah engkau. Sebab 

Tuhan  menyediakan belas kasihan bagi Adam, namun  tidak bagi 

Kain. Kita semua pantas mendapatkan kutuk ini, dan hanya di 

dalam Kristuslah orang-orang percaya diselamatkan dari ku-

tuk itu dan mewarisi berkat (Gal. 3:10-13).  

2. Ia terkutuk dari bumi. Dari sana teriak itu sampai kepada 

Tuhan , dari sana kutuk itu sampai kepada Kain. Tuhan  bisa saja 

mengadakan pembalasan melalui hantaman langsung dari 

sorga, melalui pedang malaikat, atau melalui sambaran petir. 

Namun, Ia memilih untuk menjadikan bumi sebagai penuntut 

darah, untuk membuatnya terus hidup di atas bumi, dan tidak 

langsung membinasakannya, dan hal ini pun dibuat menjadi 

kutuk baginya. Bumi selalu dekat dengan kita, kita tidak bisa 

lari darinya. sebab  itu, jika bumi ini dijadikan sebagai pelak-

sana murka Tuhan , hukuman kita tidak bisa dihindari: itu ada-

lah dosa, yakni, hukuman dosa, yang mengintip di depan pintu. 

Kain mendapatkan hukumannya di tempat ia memilih bagian-

nya dan mematrikan hatinya. Ada dua hal yang kita harapkan 

dari bumi, dan dengan kutuk ini kedua-duanya dijauhkan dari 

Kain dan diambil darinya: makanan dan tempat tinggal.  

(1) Makanan dari bumi di sini ditahan darinya. Ini yaitu  ku-

tuk bagi dia dalam penghiburan-penghiburannya, dan se-

cara khusus dalam panggilan hidupnya: jika  engkau 

mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan mem-

berikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu. Perhatikanlah, 

setiap makhluk bagi kita yaitu  sebagaimana Tuhan  men-

jadikannya, penghiburan atau salib, berkat atau kutuk. 

Jika bumi tidak memberi  hasil sepenuhnya kepada 

kita, maka kita harus mengakui kebenaran Tuhan  sehu-

bungan dengan hal tersebut. Sebab, kita tidak memberi  

hasil kita sepenuhnya kepada-Nya. Sebelumnya tanah di-

kutuk untuk Adam, namun  sekarang tanah itu dikutuk dua 


 138

kali lipat untuk Kain. Bagian dari tanah yang menjadi mi-

liknya, dan yang dikerjakannya, dibuat tidak subur dan 

tidak nyaman baginya sebab  darah Habel. Perhatikanlah, 

kefasikan orang fasik membawa kutuk pada segala sesuatu 

yang mereka kerjakan dan mereka miliki (Ul. 28:15, dst.), 

dan kutuk ini membuat pahit semua yang mereka miliki 

dan membuat mereka kecewa dalam segala sesuatu yang 

mereka kerjakan.  

(2) Tempat tinggal di bumi sini tidak diberikan kepadanya: 

Engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi. 

Dengan ini ia dikutuk,  

[1] Mendapat aib dan cela untuk selama-lamanya di te-

ngah-tengah manusia. Harus selalu dipandang sebagai 

hal yang memalukan jika ada orang yang menampung-

nya, bercakap-cakap dengannya, atau memberinya sam-

butan apa pun. Dan sudah sewajarnyalah orang yang 

melepaskan dirinya dari segala perikemanusiaan itu di-

benci dan ditinggalkan oleh seluruh umat manusia, dan 

menanggung nama buruk.  

[2] Merasakan kegelisahan dan kengerian untuk selama-

lamanya dalam pikirannya sendiri. Hati nuraninya sen-

diri yang merasa bersalah akan menghantuinya ke mana 

pun ia pergi, dan menjadikannya sebagai magormissabib, 

kegentaran-dari-segala-jurusan. Tempat peristirahan apa, 

tempat tinggal apa, yang bisa didapat oleh orang-orang 

yang membawa serta kegelisahan dalam hati mereka 

sendiri ke mana pun mereka pergi? Pastilah orang-orang 

yang diombang-ambingkan seperti itu merasa seperti 

pelarian. Tidak ada seorang pelarian di bumi ini yang 

merasa gelisah lebih dibandingkan orang yang terus-mene-

rus dikejar oleh rasa bersalahnya sendiri. Atau, tidak 

ada pengembara yang lebih keji dibandingkan orang yang 

tunduk pada hawa nafsunya sendiri.  

Ini yaitu  hukuman yang dijatuhkan atas Kain. Dan bahkan 

di dalam hukuman ini tercampur belas kasihan, sejauh bahwa ia 

tidak langsung dibinasakan, namun  diberi ruang untuk bertobat. 

Sebab, Tuhan  itu panjang sabar terhadap kita, Ia tidak ingin se-

orang pun binasa.  

Kitab Kejadian 4:13-15 

 139 

Keluhan Kain  

(4:13-15)  

13 Kata Kain kepada TUHAN:  Hukumanku itu lebih besar dari pada yang 

dapat kutanggung. 14 Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan 

aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara 

di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan 

membunuh aku.” 15 Firman TUHAN kepadanya:  Sekali-kali tidak! Barang-

siapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.” 

Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh 

barangsiapa pun yang bertemu dengan dia. 

Di sini kita mendapati gambaran yang lebih jauh tentang peradilan 

terhadap Kain. 

I.   Inilah keluhan Kain terhadap hukuman yang dijatuhkan atasnya, 

sebagai hukuman yang keras dan kejam. Sebagian orang berpen-

dapat dia mengungkapkan rasa putus asa, dan menafsirkan ayat 

itu sebagai kesalahanku lebih besar dibandingkan yang dapat diam-

puni. Dengan demikian, apa yang dikatakannya merupakan cela 

dan penghinaan terhadap belas kasihan Tuhan , yang keuntungan-

nya hanya bisa didapat oleh orang-orang yang mengharapkannya. 

Pada Tuhan  yang mahapengampun selalu ada pengampunan bagi 

dosa-dosa besar dan para pendosa paling jahat sekalipun. Na-

mun, siapa berputus asa dalam mencarinya, tidak akan menda-

patkannya. Beberapa waktu yang lalu Kain menganggap remeh 

dosanya, namun  sekarang keadaannya sungguh berbeda: Iblis 

menggerakkan budak-budaknya dari keangkuhan menuju kepu-

tusasaan. Kita tidak bisa memandang dosa terlalu jahat, asalkan 

kita tidak menganggapnya tak terampuni. namun  Kain tampaknya 

lebih berbicara dalam bahasa kemarahan: Hukumanku itu lebih 

besar dari pada yang dapat kutanggung. Dan dengan demikian 

apa yang dikatakannya merupakan suatu cela dan penghinaan 

terhadap keadilan Tuhan , dan suatu keluhan bukan hanya atas 

kebesaran dosanya, melainkan juga atas terlampau beratnya hu-

kumannya, seolah-olah hukuman itu tidak sepadan dengan jasa-

jasa baiknya. Bukannya membenarkan Tuhan  dalam hukuman itu, 

ia malah mencela-Nya. Bukannya menerima penghukuman atas 

kesalahannya, ia malah berbantah mengenainya. Perhatikanlah, 

hati yang tidak bertobat dan tidak merendah tidak akan disadar-

kan kembali oleh teguran-teguran Tuhan , sebab ia menganggap 

dirinya diperlakukan secara tidak adil oleh teguran-teguran itu. 


 140

Dan merupakan bukti dari besarnya kekerasan hati jika kita lebih 

khawatir akan penderitaan-penderitaan kita dibandingkan akan dosa-

dosa kita. Yang dikhawatirkan Firaun hanyalah kematian ini saja, 

dan bukan dosa ini (Kel. 10:17). Demikian juga dengan Kain di 

sini. Ia seorang yang hidup, namun mengeluh tentang dosanya 

(Rat. 3:39). Ia menganggap dirinya diperlakukan secara keras, 

padahal sebenarnya ia diperlakukan dengan murah hati. Ia 

berteriak-teriak diperlakukan tidak benar, padahal seharusnya ia 

berteriak-teriak supaya bisa keluar dari neraka. Celakalah orang 

yang berselisih dengan Penciptanya seperti itu, dan beperkara 

dengan Hakimnya. Sekarang, untuk membenarkan keluhan ini, 

Kain memberi  sanggahan atas hukuman itu.  

1.  Dengan hukuman itu, ia memandang dirinya dikeluarkan dari 

perkenanan Tuhan nya, dan menyimpulkan bahwa, sebab  diku-

tuk, ia tersembunyi dari wajah Tuhan , yang memang merupakan 

hakikat sebenarnya dari kutuk Tuhan . Orang-orang berdosa yang 

terkutuk mendapatinya demikian, dan kepada mereka dikata-

kan, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk. 

Sungguh terkutuk orang-orang yang untuk selama-lamanya 

dikeluarkan dari kasih dan kepedulian Tuhan , dan dari segala 

harapan akan anugerah-Nya.  

2. Ia memandang dirinya diasingkan dari segala penghiburan hi-

dup ini, dan menyimpulkan bahwa, sebab  menjadi seorang 

pelarian, ia, sebagai akibatnya, dihalau sekarang dari tanah 

ini. Tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap sama saja 

buruknya dengan tidak mempunyai tempat tinggal sama sekali 

di bumi. Lebih baik beristirahat di dalam kubur dibandingkan tidak 

beristirahat sama sekali.  

3. Ia memandang dirinya dikucilkan dari bumi, dan diasingkan 

dari jemaat, dan dilarang menghadiri ketetapan-ketetapan iba-

dah umum. sebab  tangannya berlumuran darah, ia tidak boleh 

lagi membawa persembahannya yang tidak sungguh (Yes. 1:13-

15). Mungkin inilah yang dimaksudkannya saat  ia mengeluh 

bahwa ia dihalau dari tanah ini. sebab  dikeluarkan dari jemaat, 

yang sampai saat itu belum ditinggalkan oleh siapa-siapa, ia 

tersembunyi dari wajah Tuhan , sebab  tidak diizinkan datang ber-

sama-sama dengan anak-anak Tuhan  untuk menghadap TUHAN.  

4. sebab  kutuk itu, ia memandang dirinya rentan terhadap ke-

bencian dan niat jahat semua manusia: Barangsiapa yang 

Kitab Kejadian 4:13-15 

 141 

akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku. Ke 

mana pun ia berkelana, ia membahayakan nyawanya sendiri, 

setidak-tidaknya demikianlah yang dipikirkannya. Dan, seperti 

orang yang terlilit utang, ia menyangka setiap orang yang dite-

muinya sebagai tukang sita. Tidak ada orang yang hidup pada 

waktu itu kecuali kerabat-kerabat dekatnya. Namun, bahkan 

terhadap mereka sudah sewajarnyalah ia merasa takut, sebab 

ia sendiri sudah berlaku begitu biadab terhadap saudaranya. 

Sebagian orang membacanya, apa pun yang menemukanku 

akan membunuhku. Bukan saja  siapa pun di antara manu-

sia,” melainkan juga,  apa pun di antara semua makhluk.” 

sebab  melihat dirinya dibuang dari perlindungan Tuhan , ia 

memandang seluruh makluk ciptaan bersiaga melawan dia. 

Perhatikanlah, kesalahan yang tidak diampuni memenuhi 

manusia dengan kengerian-kengerian yang tiada henti (Ams. 

28:1; Ayb. 15:20-21; Mzm. 53:6). Lebih baik takut dan tidak 

berbuat dosa dibandingkan berbuat dosa lalu takut. Dr. Lightfoot 

berpendapat bahwa perkataan Kain ini harus dibaca sebagai 

sebuah harapan: Oleh sebab  itu, sekarang, biarlah siapa saja 

yang menemukanku akan membunuhku. sebab  kepahitan ada 

dalam jiwanya, ia menantikan maut, yang tak kunjung tiba 

(Ayb. 3:20-22), seperti yang dialami orang-orang yang tertimpa 

siksaan rohani (Why. 9:5-6). 

II.  Inilah penegasan Tuhan  terhadap hukuman itu. Sebab, jika  Ia 

menghakimi, Ia akan menang (ay. 15). Amatilah, 

1.  Bagaimana Kain dilindungi di dalam murka melalui pernyata-

an ini, yang diumumkan, bisa kita duga, kepada semua yang 

ada di dunia kecil itu pada waktu itu: Barangsiapa yang mem-

bunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat, sebab  

kalau ini sampai terjadi, maka hukuman yang sedang ditimpa-

kan kepadanya (bahwa ia akan menjadi pelarian dan pengem-

bara) akan menjadi kacau. Para tawanan yang ada dalam 

penghukuman berada di bawah perlindungan hukum secara 

khusus. Orang-orang yang ditunjuk sebagai korban untuk ke-

adilan umum tidak boleh dikorbankan untuk pembalasan pri-

badi. sebab  Tuhan  sudah berkata dalam kasus Kain, pemba-

lasan itu yaitu  hak-Ku, Akulah yang akan menuntut pem-

balasan, maka sungguh suatu perampasan yang lancang jika 


 142

ada yang mengambil pedang dari tangan Tuhan . Itu suatu peng-

hinaan terhadap pernyataan pikiran Tuhan  yang sudah dinyata-

kan secara jelas. Dan oleh sebab itu akan ada pembalasan 

tujuh kali lipat bagi pelakunya. Perhatikanlah, Tuhan  mempu-

nyai tujuan-tujuan yang bijak dan kudus dalam melindungi 

dan memperpanjang hidup orang-orang yang sangat fasik se-

kalipun. Tuhan  berurusan dengan sebagian orang sesuai de-

ngan doa itu, janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku 

tidak lupa. Halaulah mereka kian ke mari dengan kuasa-Mu 

(Mzm. 59:12). Seandainya Kain langsung dibunuh, ia akan 

dilupakan (Pkh. 8:10). namun  sekarang ia hidup, sebagai tugu 

peringatan yang lebih menakutkan dan lebih langgeng akan 

keadilan Tuhan , yang seolah-olah diabadikan dalam gantungan 

rantai.  

2.  Bagaimana ia ditandai di dalam murka: TUHAN menaruh tanda 

pada Kain, untuk membedakannya dari umat manusia yang 

lain dan untuk mengumumkan bahwa ia yaitu  orang yang 

membunuh saudaranya, yang tidak boleh disakiti oleh siapa 

pun, namun  harus dicemooh oleh semua orang. Tuhan  memberi-

nya cap (seperti halnya sebagian penjahat yang dibakar pipi-

nya), dan memberinya tanda kekejian dan aib yang begitu jelas 

terlihat dan tidak bisa dihapus, yang akan membuat semua 

orang bijak membencinya. Dengan demikian, tidak bisa tidak 

ia akan menjadi seorang pelarian dan pengembara, dan sam-

pah semua masyarakat.   

Keluarga Kain  

(4:16-18)  

16 Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di 

sebelah timur Eden. 17 Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandung-

lah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh; kemudian Kain mendirikan 

suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya. 18 Bagi 

Henokh lahirlah Irad, dan Irad itu memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael 

memperanakkan Metusael, dan Metusael memperanakkan Lamekh. 

Di sini kita mendapati gambaran lebih jauh tentang Kain, dan apa 

yang terjadi dengannya sesudah  ditolak oleh Tuhan . 

I.   Ia dengan mudah tunduk pada bagian dari hukumannya yang 

membuat dia tersembunyi dari wajah Tuhan . Sebab (ay. 16) ia pergi 

dari hadapan TUHAN, yaitu, ia dengan rela meninggalkan Tuhan 

Kitab Kejadian 4:16-18 

 143 

 dan agama, dan bersedia melepaskan hak-hak istimewanya, su-

paya ia tidak lagi berada di bawah perintah-perintah-Nya. Ia me-

ninggalkan keluarga dan mezbah Adam, dan membuang segala 

kepura-puraan bahwa ia takut akan Tuhan , dan tidak pernah 

datang kembali ke tengah-tengah orang-orang baik, tidak pula 

mengikuti ketetapan-ketetapan Tuhan  lagi. Perhatikanlah, orang-

orang munafik yang mengaku beragama, yang berpura-pura dan 

bermain-main dengan Tuhan  Yang Mahakuasa, sudah sewajarnya 

dibiarkan sendiri, untuk melakukan sesuatu yang memalukan 

dan menjijikkan. Dengan demikian, mereka melepaskan rupa ke-

salehan yang sudah mereka cela, dan yang mereka sangkal kua-

sanya di balik jubah kepura-puraan mereka. Kain sekarang pergi 

dari hadirat Tuhan, dan kita tidak pernah mendapati dia masuk ke 

dalamnya lagi, bagi penghiburannya. Neraka yaitu  kebinasaan 

dari hadirat Tuhan (2Tes. 1:9). Ini berarti dibuang untuk selama-

lamanya dari sumber segala kebaikan. Inilah pilihan orang-orang 

berdosa. Dan demikian pulalah hukuman yang akan menimpa me-

reka, yang membuat mereka kebingungan untuk selama-lamanya. 

II.  Ia berusaha menentang bagian dari hukuman yang membuatnya 

menjadi pelarian dan pengembara. Sebab,  

1.  Ia memilih tanahnya. Ia pergi dan menetap di sebelah timur 

Eden, yang jauh dari tempat di mana Adam dan keluarganya 

yang saleh berdiam, untuk membedakan dirinya dan angkat-

annya yang terkutuk dari keturunan kudus. Untuk membeda-

kan perkemahannya dari perkemahan tentara orang-orang 

kudus dan kota yang dikasihi itu (Why. 20:9). Di sebelah timur 

Eden ada para kerub, dengan pedang yang bernyala-nyala 

(3:24). Di sanalah ia memilih bagiannya, seolah-olah untuk 

menantang kengerian-kengerian dari Tuhan. namun  usahanya 

untuk berdiam sia-sia saja. Sebab, tanah yang harus didiami-

nya yaitu  tanah Nod (maksudnya, bergoncang atau gemetar), 

sebab  kegelisahan dan ketidaktenangan jiwanya sendiri yang 

tiada henti. Perhatikanlah, orang-orang yang meninggalkan 

Tuhan  tidak bisa mendapat tempat peristirahatan di mana pun. 

sesudah  Kain pergi dari hadirat Tuhan , ia tidak pernah beristi-

rahat. Orang-orang yang mengeluarkan diri mereka sendiri 

dari sorga berarti membiarkan diri mereka gemetar untuk sela-

ma-lamanya.  Kembalilah tenang, hai jiwaku, kembalilah te-


 144

nang di dalam Tuhan , sebab kalau tidak, engkau akan selama-

lamanya gelisah.” 

2. Ia membangun kota untuk ditinggali (ay. 17). Ia tengah men-

dirikan sebuah kota, begitu sebagian orang membacanya, se-

nantiasa mendirikannya, namun , sebab  kutuk sudah ditimpa-

kan kepada dia dan pekerjaan tangannya, ia tidak bisa menye-

lesaikannya. Atau, sebagaimana kita membacanya, ia mendiri-

kan suatu kota, sebagai pertanda akan ketetapannya untuk 

memisahkan diri dari jemaat Tuhan , ke mana ia tak pernah ber-

pikir untuk kembali. Kota ini akan menjadi pangkalan kemur-

tadan. Amatilah di sini,  

(1) Tantangan Kain terhadap hukuman ilahi. Tuhan  berkata 

bahwa ia harus menjadi pelarian dan pengembara. Sean-

dainya ia bertobat dan merendahkan diri, kutuk ini bisa 

saja berbalik menjadi berkat, seperti halnya kutuk terha-

dap suku Lewi, bahwa mereka harus terbagi-bagi di Yakub 

dan terserak di Israel. Namun, sebab  hatinya yang tidak 

bertobat dan tidak merendah berjalan menentang Tuhan , 

dan tetap bersikeras melawan sorga, maka apa yang bisa 

menjadi berkat berubah menjadi kutuk.  

(2) Lihatlah apa pilihan Kain, sesudah  ia meninggalkan Tuhan . Ia 

mendirikan tempat kediaman di dunia ini, sebagai peristi-

rahatannya untuk selama-lamanya. Orang-orang yang me-

nantikan kota sorgawi memilih, selagi di bumi, berdiam di 

kemah-kemah. namun  Kain, sebagai orang yang tidak memi-

kirkan kota itu, mendirikan bagi dirinya sendiri kota di bumi. 

Orang-orang yang dikutuk Tuhan  cenderung mencari kediam-

an dan kepuasan mereka di bawah sini (Mzm. 17:14).  

(3) Lihatlah cara Kain untuk membentengi dirinya sendiri mela-

wan kengerian-kengerian yang terus-menerus menghantui-

nya. Ia melakukan pembangunan kota ini, untuk mengalih-

kan pikiran-pikirannya dari permenungan akan kesengsara-

annya sendiri, dan untuk membungkam teriakan-teriakan 

hati nurani yang bersalah dengan ributnya suara kampak 

dan palu. Demikianlah banyak orang menyumbat perasaan-

perasaan bersalah mereka dengan menenggelamkan diri ke 

dalam hiruk-pikuknya perkara duniawi.  

(4)  Lihatlah bagaimana orang fasik sering kali memulai terle-

bih dahulu dibandingkan umat Tuhan , dan mengalahkan mereka 

Kitab Kejadian 4:19-22 

 145 

 dalam kemakmuran lahiriah. Kain dan keturunannya yang 

terkutuk berdiam di kota, sementara Adam dan keluarga-

nya yang diberkati berdiam di kemah-kemah. Kita tidak 

dapat menghakimi baik kasih maupun kebencian dengan 

apa pun yang ada dihadapan kita (Pkh. 9:1-2, KJV). 

3. Keluarganya juga didirikan. Di sini ada penjelasan tentang 

anak cucunya, setidak-tidaknya keturunan dari keluarganya, 

selama tujuh angkatan. Anaknya yaitu  Henokh, nama yang 

sama, namun  bukan sifat yang sama, seperti orang kudus yang 

bergaul dengan Tuhan  itu (5:22). Orang baik dan orang jahat 

bisa saja mempunyai nama yang sama: namun  Tuhan  dapat 

membedakan antara Yudas Iskariot dan Yudas yang bukan 

Iskariot (Yoh. 14:22). Lebih banyak lagi nama dari anak cucu-

nya disebutkan, dan hanya disebutkan. Bukan seperti anak 

cucu dari keturunan yang kudus (ps. 5), di mana ada tiga ayat 

mengenai masing-masingnya, sementara di sini ada tiga atau 

empat orang dalam satu ayat. Mereka dihitung dengan ter-

gesa-gesa, sebagai orang-orang yang tidak dihargai atau disu-

kai, jika dibandingkan dengan umat pilihan Tuhan . 

Keluarga Lamekh  

(4:19-22) 

19 Lamekh mengambil isteri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain 

Zila. 20 Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam 

dalam kemah dan memelihara ternak. 21 Nama adiknya ialah Yubal; dialah 

yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. 22 Zila 

juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan 

tukang besi. Adik perempuan Tubal-Kain ialah Naama. 

Di sini kita mendapati hal-hal khusus berkenaan dengan Lamekh, 

anak ketujuh dari Adam, dari garis keturunan Kain. Amatilah, 

I.  Ia menikahi dua istri. Salah seorang dari keturunan Kain yang 

sudah merosotlah yang pertama-tama melanggar hukum pernikah-

an yang asali itu, bahwa hanya dua yang akan menjadi satu daging. 

Sampai saat itu seorang laki-laki hanya memiliki seorang istri pada 

satu waktu. namun  Lamekh mengambil dua istri. namun  sejak se-

mula tidaklah demikian (Mal. 2:15; Mat. 19:5). Lihatlah di sini,  


 146

1. Orang-orang yang meninggalkan jemaat dan ketetapan-kete-

tapan Tuhan  membuka diri mereka sendiri pada segala macam 

pencobaan.  

2.  jika  kebiasaan yang buruk dimulai oleh orang-orang jahat, 

terkadang orang-orang yang bertabiat lebih baik, sebab  lengah, 

tertarik untuk mengikuti mereka. Yakub, Daud, dan banyak 

yang lain, yang sebetulnya akan menjadi orang-orang baik, 

sesudah  itu terjerat dalam dosa yang dimulai oleh Lamekh ini.  

II.  Kendati dengan pelanggaran hukum pernikahan ini, Lamekh tetap 

diberkahi kebahagiaan melalui anak-anaknya. Meskipun berdosa 

dalam mengawini dua istri, ia diberkati dengan anak-anak dari 

kedua istrinya, dan anak-anak itu dalam angkatan mereka men-

jadi terkenal, bukan akan kesalehan mereka (sebab  hal ini tidak 

disebutkan, sebab tampaknya mereka yaitu  orang-orang kafir 

pada zaman itu), melainkan akan kepandaian mereka. Mereka 

sendiri bukan hanya pengusaha, melainkan juga orang-orang 

yang berguna bagi dunia, dan tersohor sebab  temuan mereka, 

atau setidak-tidaknya usaha mereka, terhadap sejumlah keteram-

pilan yang bermanfaat.  

1.  Yabal yaitu  seorang penggembala terkenal. Ia sangat suka 

memelihara ternak, dan begitu senang merancang cara-cara 

untuk melakukannya supaya mendapat keuntungan terbesar, 

dan mengajarkan cara-cara itu kepada orang lain, sehingga 

para gembala pada masa itu, bahkan para gembala sesudah-

nya, menyebutnya bapa. Atau mungkin, sebab  anak-anaknya 

sesudah itu dibesarkan untuk melakukan pekerjaan yang 

sama, maka keluarga itu yaitu  keluarga penggembala.  

2.  Yubal yaitu  seorang pemain musik yang terkenal, tepatnya 

seorang peniup seruling, dan orang pertama yang memberi  

aturan-aturan untuk seni yang agung atau ilmu musik itu. 

Bila Yabal membawa mereka ke jalan untuk menjadi kaya, 

Yubal membawa mereka ke jalan untuk menjadi gembira. 

Orang yang menghabiskan hari-hari mereka dalam kekayaan 

tidak akan dibiarkan tanpa rebana dan kecapi (Ayb. 21:12-13). 

Ada kemungkinan dari nama Yubal-lah sangkakala Yobel diberi 

nama demikian. Sebab musik yang terbaik yaitu  yang menya-

takan kebebasan dan penebusan. Yabal yaitu  Pan mereka

Kitab Kejadian 4:23-24 

 147 

  (dewa gembala menurut tradisi Yunani – pen.) dan Yubal yaitu  

Apollo mereka (dewa seni menurut tradisi Yunani – pen.).  

3. Tubal-Kain yaitu  tukang besi yang terkenal, yang besar pe-

rannya dalam mengembangkan keterampilan bekerja dengan 

tembaga dan besi, yang bisa digunakan baik untuk perang 

maupun bertani. Dia yaitu  Vulcan mereka (dewa pandai besi 

menurut tradisi Yunani – pen.). Lihatlah di sini,  

(1) Bahwa perkara-perkara duniawi yaitu  satu-satunya per-

kara yang terpatri di dalam hati orang-orang yang fasik dan 

hidup menurut daging, dan yang paling pandai serta paling 

rajin mereka lakukan. Begitu pula dengan keturunan yang 

tidak saleh dari Kain yang terkutuk ini. Di sini ada bapa 

semua gembala dan bapa semua pemain musik, namun  

tidak ada bapa semua orang beriman. Di sini ada orang 

yang mengajarkan pengetahuan tentang tembaga dan besi, 

namun  tidak ada orang yang mengajarkan pengetahuan 

yang baik tentang Tuhan. Di sini ada cara-cara untuk men-

jadi kaya, untuk menjadi besar, dan untuk menjadi gem-

bira, namun  tidak satu pun di antaranya berbicara tentang 

Tuhan , tidak pula tentang perihal takut akan Dia dan bagai-

mana melayani-Nya. Perkara-perkara yang hanya untuk 

saat ini memenuhi kepala kebanyakan orang.  

(2) Bahwa bahkan orang-orang yang tidak mempunyai penge-

tahuan tentang Tuhan  dan anugerah-Nya bisa saja dikaru-

niai dengan banyak pencapaian yang unggul dan berman-

faat, yang dapat membuat mereka terkenal dan berguna 

bagi angkatan mereka. Karunia-karunia umum diberikan 

kepada orang-orang jahat, sementara Tuhan  memilih bagi 

diri-Nya sendiri perkara-perkara yang bodoh di mata dunia. 

Pembunuhan oleh Lamekh 

(4:23-24) 

23 Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu:  Ada dan Zila, dengarkan-

lah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkata-

anku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki sebab  ia melukai aku, 

membunuh seorang muda sebab  ia memukul aku sampai bengkak; 24 sebab 

jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh 

kali lipat.  


 148

Melalui perkataan Lamekh ini, yang dicatat di sini, dan yang mung-

kin banyak dibicarakan pada waktu itu, ia terlebih lagi tampak seba-

gai orang fasik, seperti halnya keturunan Kain yang terkutuk pada 

umumnya. Amatilah,  

1.  Betapa dengan congkak dan sok berkuasa ia berbicara kepada 

istri-istrinya, sebagai orang yang selalu menuntut untuk diperha-

tikan dan dituruti: Dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh. 

Tidak heran bahwa orang yang sudah melanggar satu hukum 

pernikahan, dengan mengambil dua istri, melanggar hukum yang 

lain, yaitu yang mewajibkan dia untuk bersikap baik dan lembut 

terhadap istri-istri yang telah diambilnya, dan untuk memberi  

kehormatan kepada istri seperti kepada periuk yang mudah retak. 

Orang yang paling menuntut kehormatan dari orang lain, dan pa-

ling sering meminta saudara-saudara mereka untuk sadar akan 

tempat mereka dan menjalankan kewajiban mereka, tidak selalu 

merupakan orang yang paling berhati-hati dalam menjalankan 

kewajiban mereka sendiri.  

2.  Betapa haus darah dan biadabnya ia kepada semua orang di se-

kelilingnya: Aku telah membunuh, atau (sebagaimana arti tersirat-

nya) aku akan membunuh seseorang dalam lukaku, dan seorang 

muda dalam kesakitanku. Ia sendiri mengaku sebagai orang yang 

keji dan cenderung berbuat kejam, yang akan menghabisi nyawa 

orang-orang di sekelilingnya tanpa belas kasihan, dan membunuh 

semua orang yang menghalang-halangi jalannya. Tidak peduli 

orang dewasa atau orang muda, bahkan sekalipun ia sendiri 

terancam akan dilukai dan disakiti dalam perseteruan itu. Sebagi-

an orang berpendapat, ia membandingkan dirinya dengan Kain 

(ay. 24), bahwa ia telah membunuh sebagian orang dari keturun-

an kudus, yaitu para penyembah Tuhan  yang benar, dan bahwa ia 

mengakui ini sebagai sesuatu yang melukai hati nuraninya dan 

menyakiti jiwanya. Namun, bahwa seperti halnya Kain, ia tetap 

tidak bertobat, ia gemetar namun  tidak menjadi rendah hati. Atau 

kedua istrinya, sebab  mengetahui orang seperti apa dia, betapa 

ia cenderung membuat orang lain marah dan membenci siapa 

saja yang membuatnya marah, takut kalau-kalau ada orang yang 

akan membunuhnya.  Jangan takut,” ujarnya,  aku tidak gentar 

terhadap siapa pun yang ingin menyerang aku. Siapa pun yang 

melakukannya, biarlah aku sendiri yang menghadapinya. Aku 

Kitab Kejadian 4:23-24 

 149 

akan membunuhnya, entah ia orang dewasa atau orang muda.” 

Perhatikanlah, yaitu  biasa bagi orang yang keji dan haus darah 

untuk bermegah dalam aib mereka (Flp. 3:19), seolah-olah mereka 

merasa aman dan terhormat bila mereka tidak peduli berapa 

banyak nyawa yang menjadi korban segala kebencian dan amarah 

mereka. Mereka tidak peduli betapa mereka amat dibenci, asalkan 

mereka ditakuti. Oderint, dum metuant – Biarlah mereka mem-

benci, asalkan mereka takut.  

3.  Betapa kurang ajarnya ia mengira akan dilindungi Tuhan  bahkan 

di dalam jalannya yang fasik (ay. 24). Ia sudah mendengar bahwa 

barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya 

tujuh kali lipat (ay. 15), yaitu bahwa jika ada orang yang berani 

membunuh Kain, maka ia akan dibalas dan dihukum dengan 

keras atas perbuatannya itu, meskipun Kain pantas mati seribu 

kali sebab  telah membunuh adiknya. Dan dari sini ia menyim-

pulkan bahwa jika ada orang yang membunuhnya sebab  pembu-

nuhan-pembunuhan yang sudah dilakukannya, maka Tuhan  akan 

membalaskan kematiannya dengan lebih besar lagi. Seolah-olah 

perhatian khusus yang diberikan Tuhan  untuk memperpanjang 

dan melindungi hidup Kain, sebab  alasan-alasan yang khusus 

terkait dengan kasusnya (dan memang itu menjadi penghukuman 

yang lebih pedih baginya, sebab  orang-orang terkutuk tetap di-

biarkan hidup), dirancang sebagai perlindungan bagi semua pem-

bunuh. Beginilah Lamekh berdalih dengan sesat,  Jika Tuhan  men-

jamin keselamatan Kain, maka jauh terlebih lagi keselamatanku, 

yang, meskipun sudah membunuh banyak orang, tidak pernah 

membunuh adikku sendiri, dan juga aku tidak melakukannya ka-

rena nafsu amarah seperti yang diperbuatnya.” Perhatikanlah, 

ditundanya penghukuman bagi orang-orang berdosa, dan kesa-

baran yang diberikan Tuhan  terhadap mereka, sering kali disalah-

artikan oleh orang lain sebagai alasan bagi mereka untuk menge-

raskan hati di jalan-jalan dosa yang serupa (Pkh. 8:11). namun , 

meskipun keadilan menghantam sebagian orang secara perlahan-

lahan, orang lain oleh sebab  itu janganlah yakin mereka juga 

tidak akan binasa dengan segera. Atau, jika Tuhan  panjang sabar 

terhadap orang-orang yang menyalahgunakan kesabarannya se-

perti itu, maka dengan berbuat demikian mereka hanya mengum-

pulkan bagi diri mereka sendiri murka pada hari murka. 


 150

Nah, ini sajalah catatan yang kita dapati dalam Kitab Suci ber-

kenaan dengan keluarga dan keturunan Kain yang terkutuk, sampai 

kita mendapati mereka semua terbunuh dan binasa pada air bah 

yang menyapu bersih seluruh dunia.  

Kelahiran Set  

(4:25-26)  

25 Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan 

seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya:  Tuhan  telah me-

ngaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah 

membunuhnya.” 26 Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu 

dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN. 

Ini pertama kalinya Adam disebutkan dalam cerita pada pasal ini. 

Tidak diragukan lagi, pembunuhan terhadap Habel, dan ketidakber-

tobatan serta kemurtadan Kain, teramat sangat mendukakan dia dan 

Hawa. Dan kedukaan itu semakin besar sebab  kef