gan
segera. Perhatikanlah di sini,
I. Bagaimana mereka secara adil direndahkan dan dipermalukan di
hadapan Tuhan dan malaikat-malaikat kudus. Mereka dicela justru
sebab keadaan baik yang mereka inginkan sesudah perbuatan
mereka: Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah
satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Dia menjadi
Tuhan yang baik! Bukankah begitu? Lihat apa yang sudah dia
peroleh, kedudukan lebih tinggi seperti apa, dan keuntungan-
keuntungan apa, sebab memakan buah terlarang! Ini dikatakan
untuk menyadarkan dan membuat mereka rendah hati, untuk
membuat mereka mengerti tentang dosa dan kebodohan mereka,
dan untuk membuat mereka bertobat. Supaya, sesudah melihat
diri mereka sendiri ditipu habis-habisan seperti itu sebab meng-
ikuti nasihat Iblis, selanjutnya mereka dapat mengejar kebahagia-
an yang akan Tuhan tawarkan dengan cara yang akan Dia tentu-
kan. Demikianlah Tuhan memenuhi muka mereka dengan kehinaan,
supaya mereka mencari nama-Nya (Mzm. 83:17). Dia membuat
mereka bingung, untuk membuat mereka bertobat. Orang yang
benar-benar menyesal akan memarahi diri sendiri seperti itu:
Buah apakah yang aku petik sekarang dengan berbuat dosa?
(Rm. 6:21). Sudahkah aku memperoleh apa yang aku janjikan
sendiri dengan bodohnya, dengan jalan dosa? Tidak, tidak, ter-
nyata itu tidak pernah seperti kesan yang ditunjukkannya, me-
lainkan sebaliknya.
II. Bagaimana mereka secara adil dibuang dari dan dilarang masuk
ke dalam taman firdaus, yang merupakan bagian dari hukuman
yang tersirat dalam: Tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi
makananmu. Di sini kita melihat,
112
1. Alasan yang Tuhan berikan mengapa Dia melarang manusia
masuk ke dalam taman firdaus. Bukan hanya sebab manusia
telah mengulurkan tangannya, dan mengambil buah pohon
pengetahuan, yang merupakan dosanya, melainkan supaya dia
jangan pernah lagi mengulurkan tangannya, dan mengambil
pula buah pohon kehidupan (yang sekarang terlarang bagi dia
menurut hukuman ilahi, seperti pohon pengetahuan sebelum-
nya terlarang bagi dia menurut hukum), dan berani memakan
buah itu, sehingga mencemarkan sebuah sakramen ilahi dan
menentang sebuah hukuman ilahi, namun menyanjung diri
sendiri dengan kesombongan bahwa dengan begitu mereka
akan hidup selamanya. Perhatikanlah,
(1) Orang-orang yang telah membuat diri mereka tidak layak
bagi hak-hak istimewa sesungguhnya dari orang Kristen,
memiliki kecenderungan bodoh untuk menangkap tanda-
tanda dan bayang-bayang dari hak istimewa tersebut. Ba-
nyak yang tidak menyukai syarat-syarat kovenan, namun,
demi nama baik mereka, senang sekali dengan materai-
materainya.
(2) Bagi orang-orang seperti itu, bukan hanya keadilan yang
mereka tolak, namun juga kebaikan. sebab , dengan me-
rampas apa yang bukan merupakan hak mereka, mereka
menghina Tuhan dan membuat dosa mereka lebih keji. Dan
dengan membangun harapan-harapan mereka di atas da-
sar yang salah, mereka membuat pertobatan mereka lebih
sulit, dan kehancuran mereka lebih menyedihkan.
2. Cara yang Tuhan gunakan saat menjatuhkan pemisahan ke-
pada Adam, dan mengusir serta menjauhkan dia dari taman
kesenangan. Tuhan menghalau dia keluar, dan menjaga dia
tetap di luar.
(1) Tuhan mengusir dia, dari taman ke tanah biasa. Ini disebut-
kan dua kali: TUHAN Tuhan mengusir dia (ay. 23), dan lalu
Ia menghalau manusia itu (ay. 24). Tuhan menyuruh dia ke-
luar, memberi tahu dia bahwa itu bukanlah tempat bagi-
nya, dia tidak boleh lagi menempati dan menikmati taman
itu. Namun dia sangat menyukai tempat itu sehingga tidak
mau dipisahkan darinya, sehingga Tuhan menghalau manu-
sia itu, memaksa dia keluar, tidak peduli dia mau atau
Kitab Kejadian 3:22-24
113
tidak. Ini berarti dia dan seluruh rasnya yang bersalah di-
keluarkan dari persekutuan dengan Tuhan , yang merupakan
kebahagiaan dan kemuliaan taman firdaus. Tanda perke-
nanan Tuhan bagi dia dan rasa senang-Nya kepada anak-
anak manusia, yang pernah dia miliki dalam keadaannya
yang tanpa dosa, sekarang dicabut. Penyaluran anugerah-
Nya ditahan, dan Adam menjadi lemah, dan menjadi seperti
manusia lain, seperti Simson saat Roh TUHAN telah
meninggalkan dia. Pengenalannya akan Tuhan berkurang
dan hilang, dan relasi yang pernah dibangun antara manu-
sia dan Penciptanya terhenti dan terputus. Dia dihalau,
sebagai seseorang yang tidak layak menerima kehormatan
ini, dan tidak mampu menerima keuntungan ini. Demi-
kianlah, melalui kejatuhan, dia dan seluruh umat manusia
kehilangan dan tidak lagi memiliki persekutuan dengan
Tuhan . Namun ke manakah Tuhan mengirim dia saat Dia
mengeluarkannya dari Eden? Dia bisa saja dengan adil
mengenyahkannya dari dunia (Ayb. 18:18), namun Dia ha-
nya mengenyahkannya dari taman firdaus. Dia bisa saja
dengan adil melemparkan manusia ke dalam neraka, seper-
ti yang Dia lakukan terhadap malaikat-malaikat yang
berdosa saat Dia menghalau mereka keluar dari taman
firdaus sorgawi (2Ptr. 2:4). Namun manusia hanya dike-
luarkan sampai ke tanah yang darinya dahulu dia diambil.
Dia dikirim ke tempat kerja keras, bukan ke tempat penyik-
saan. Dia dikirim ke tanah, bukan ke kuburan, ke rumah
kerja, bukan ke ruang tahanan bawah tanah, bukan ke
rumah penjara, untuk memegang bajak, bukan menyeret
rantai. Pekerjaannya mengusahakan tanah akan dibayar
dengan buah-buah yang dia makan, dan hubungannya
dengan tanah dari mana dia diambil bermanfaat untuk
tujuan-tujuan yang baik, untuk menjaga dia tetap rendah
hati, dan untuk mengingatkan dia tentang akhir hidupnya.
Perhatikanlah, bahwa walaupun nenek moyang pertama
kita dipisahkan dari hak-hak istimewa mereka yang dimi-
liki saat tanpa dosa, namun mereka tidak ditinggalkan tan-
pa harapan. Gagasan-gagasan kasih Tuhan merencanakan
masa percobaan kedua dengan syarat-syarat baru bagi me-
reka.
114
(2) Tuhan menjaga supaya dia tetap di luar, dan mencegah se-
mua harapannya untuk masuk kembali. Di sebelah timur
taman Eden ditempatkan-Nyalah satu regu kerub, bala ten-
tara Tuhan , yang dipersenjatai dengan kekuatan yang mena-
kutkan dan tidak dapat ditahan, yang digambarkan dengan
pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar,
pada sisi taman yang bersebelahan dengan tempat ke mana
Adam diusir, untuk menjaga jalan yang mengarah ke pohon
kehidupan, supaya dia tidak dapat menyelinap ataupun
memaksa masuk. Siapalah yang dapat memaksa masuk
melawan seorang malaikat yang berjaga atau dibiarkan
lewat oleh kekuatan seperti itu? Nah, ini menyiratkan ke-
pada Adam,
[1] Bahwa Tuhan tidak senang kepadanya. Walaupun Dia
menyimpan rasa belas kasihan untuknya, namun saat
itu Dia marah kepadanya, menjadi musuhnya dan ber-
perang melawan dia, sebab di sini pedang terhunus
(Bil. 22:23). Bagi Adam, Tuhan yaitu api yang meng-
hanguskan, sebab pedang itu yaitu pedang yang ber-
nyala-nyala.
[2] Bahwa malaikat-malaikat berperang melawan dia. Tidak
ada perdamaian dengan bala tentara sorgawi, selama
Adam memberontak melawan Tuhan mereka dan Tuhan kita.
[3] Bahwa jalan menuju pohon kehidupan ditutup, yaitu,
jalan di mana pada awalnya dia ditempatkan, jalan bagi
ketidakberdosaan tanpa noda.
Tidak dikatakan bahwa kerub-kerub ditempatkan untuk
menjauhkan dia dan kepunyaannya dari pohon kehidupan
untuk selamanya (puji syukur kepada Tuhan , ada taman fir-
daus yang dipersiapkan bagi kita, dan sebuah pohon kehi-
dupan di tengah-tengahnya, dan kita bersukacita dalam
pengharapannya). Namun kerub-kerub itu ditempatkan un-
tuk menjaga jalan menuju pohon kehidupan di mana mere-
ka berada sampai sekarang. Artinya, sejak saat itu sia-sia
bagi dia dan keturunannya untuk mengharapkan kebenar-
an, hidup, dan kebahagiaan melalui kuasa kovenan yang
pertama, sebab sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki,
dan tidak akan pernah dapat diminta ataupun diambil man-
Kitab Kejadian 3:22-24
115
faatnya. sebab perintah kovenan itu dilanggar, kutuknya
berlaku sepenuhnya. Jika dihakimi menurut kovenan terse-
but, tidak ada kesempatan yang tersisa bagi pertobatan, dan
kita semua tidak memiliki harapan. Tuhan menyingkapkan
hal ini kepada Adam, bukan untuk membuat dia putus asa,
melainkan untuk membantu dan merangsang dia untuk
mencari hidup dan kebahagiaan di dalam Tunas yang dijan-
jikan. Oleh Tunas itu pedang yang bernyala-nyala disingkir-
kan, Tuhan dan malaikat-malaikat-Nya diperdamaikan de-
ngan kita, dan jalan yang baru dan yang hidup menuju
tempat mahakudus ditahbiskan dan dibukakan bagi kita.
PASAL 4
alam pasal ini kita mendapati baik dunia maupun jemaat di
dalam sebuah keluarga, sebuah keluarga kecil, keluarga Adam.
Digambarkan di sini juga sebuah contoh dari tabiat dan keadaan
kedua-duanya pada masa-masa sesudahnya, bahkan, di segala masa,
sampai akhir zaman. Seperti halnya seluruh umat manusia digam-
barkan di dalam diri Adam, demikian pula pembedaan besar umat
manusia ke dalam orang-orang kudus dan orang-orang berdosa,
orang-orang saleh dan orang-orang fasik, anak-anak Tuhan dan anak-
anak si jahat, di sini digambarkan dalam diri Kain dan Habel. Diberi-
kan juga sebuah contoh awal dari permusuhan yang baru saja ter-
cipta antara keturunan perempuan dan keturunan ular. Di sini kita
mendapati,
I. Kelahiran, pemberian nama, dan panggilan hidup Kain dan
Habel (ay. l-2).
II. Agama mereka, dan keberhasilan mereka yang berbeda-beda
di dalamnya (ay. 3-4, dan sebagian ay. 5).
III. Kemarahan Kain terhadap Tuhan , dan teguran terhadapnya
sebab kemarahan itu (ay. 5-7).
IV. Pembunuhan Kain terhadap saudaranya, dan pengusutan
untuk melawannya atas pembunuhan itu. Pembunuhan yang
dilakukan (ay. 8). Langkah-langkah hukum melawannya:
1. Dakwaan terhadapnya (ay. 9, bagian awal).
2. Pembelaannya (ay. 9, bagian akhir).
3. Kebersalahannya (ay. 10).
4. Hukuman dijatuhkan atasnya (ay. 11-12).
5. Keluhannya terhadap hukuman itu (ay. 13-14).
6. Disahkannya hukuman itu (ay. 15).
7. Pelaksanaan hukuman itu (ay. 15-16).
D
118
V. Keluarga dan keturunan Kain (ay. 17-24).
VI. Kelahiran seorang anak dan cucu lain dari Adam (ay. 25-26).
Kain dan Habel
(4:1-2)
1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengan-
dunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu:
Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN. 2
Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala
kambing domba, Kain menjadi petani.
Adam dan Hawa mempunyai banyak anak laki-laki dan perempuan
(5:4). namun tampaknya Kain dan Habel yaitu dua anak yang tertua.
Sebagian orang berpendapat bahwa mereka kembar, dan seperti hal-
nya Esau dan Yakub, yang tua dibenci dan yang muda dikasihi. Mes-
kipun Tuhan telah mengusir orangtua kita yang pertama dari taman
firdaus, Ia tidak membiarkan mereka tanpa anak. Sebaliknya, untuk
menunjukkan bahwa Ia mempunyai berkat-berkat lain yang sudah
dipersiapkan-Nya bagi mereka, Ia menyimpan bagi mereka keuntung-
an dari berkat yang pertama itu, yaitu berkembang biak. Meskipun
mereka orang-orang berdosa, bahkan meskipun mereka mengalami
keadaan direndahkan dan dukacita dalam masa pertobatan, mereka
tidak dibiarkan tanpa penghiburan, sebab mereka diberi janji akan
datangnya seorang Juruselamat untuk menopang mereka. Di sini
kita mendapati,
I. Nama-nama dari kedua anak mereka.
1. Kain berarti kepemilikan. Sebab Hawa, saat melahirkan Kain,
berseru dengan sukacita, rasa syukur, dan harapan besar,
Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan
TUHAN. Amatilah, anak-anak yaitu pemberian Tuhan , dan
Dia harus diakui dalam membangun keluarga kita. Penghibur-
an kita di dalam mereka akan berlipat ganda dan dikuduskan
jika kita melihat mereka sebagai anak-anak yang datang
kepada kita dari tangan Tuhan , yang tidak akan meninggalkan
pekerjaan-pekerjaan dan pemberian-pemberian tangan-Nya sen-
diri. Meskipun Hawa melahirkannya dengan kesakitan sebagai
akibat dosa, ia tidak kehilangan rasa belas kasihan Tuhan dalam
penderitaan-penderitaannya. Penghiburan-penghiburan, mes-
kipun bercampur baur dengan penderitaan, yaitu melebihi
Kitab Kejadian 4:1-2
119
apa yang pantas kita dapatkan. Dan oleh sebab itu, keluhan-
keluhan kita janganlah menenggelamkan ucapan-ucapan syu-
kur kita. Banyak orang beranggapan bahwa Hawa menyom-
bongkan diri dengan menyangka anak ini sebagai keturunan
yang dijanjikan, dan bahwa sebab itulah ia demikian bermegah
di dalam anak ini, sebagaimana perkataannya bisa dibaca, aku
telah mendapat seorang anak laki-laki, TUHAN, Tuhan -manusia.
Jika demikian, kekeliruannya sangat menyedihkan, seperti Sa-
muel, saat ia berkata, Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang
berdiri yang diurapi-Nya (1Sam. 16:6). saat anak-anak lahir,
siapa bisa menduga bagaimana jadinya mereka nanti? Dia yang
disangka sebagai seorang laki-laki, TUHAN, atau setidak-tidak-
nya seorang laki-laki dari TUHAN, dan untuk melayani-Nya se-
bagai imam keluarga, menjadi musuh bagi TUHAN. Semakin
sedikit kita berharap dari makhluk ciptaan, semakin tertang-
gungkan kekecewaan-kekecewaan yang akan kita rasakan.
2. Habel berarti kesia-siaan. saat ia menyangka sudah mem-
peroleh keturunan yang dijanjikan dalam diri Kain, ia begitu
terbawa-bawa oleh perasaan senang sebab memilikinya, se-
hingga anaknya yang lain hanyalah kesia-siaan baginya. Bagi
mereka yang mempunyai kepentingan di dalam Kristus, dan
menjadikan-Nya segala-galanya bagi mereka, maka hal-hal
lain tidak berarti sama sekali. Hal ini juga menunjukkan bah-
wa semakin lama kita hidup di dunia ini, semakin kita dapat
melihat kesia-siaannya. Apa yang pada awalnya kita gemari se-
bagai barang milik, sesudahnya kita mempunyai alasan untuk
mengabaikannya sebagai barang sepele. Nama yang diberikan
kepada anak ini ditimpakan kepada seluruh bangsa manusia
(Mzm. 39:6). Setiap orang dalam keadaannya yang terbaik ha-
nyalah Abel kesia-siaan. Marilah kita berusaha untuk meli-
hat baik diri kita sendiri maupun orang lain secara demikian.
Kemudaan dan fajar hidup yaitu kesia-siaan.
II. Pekerjaan Kain dan Habel. Amatilah,
1. Mereka berdua mempunyai panggilan hidup. Meskipun mere-
ka ahli waris yang berhak atas dunia, dengan asal-usul yang
terhormat dan harta milik yang banyak, namun mereka tidak
dibesarkan dalam kemalasan. Tuhan memberi ayah mereka se-
buah panggilan hidup, bahkan dalam keadaannya yang masih
120
murni, maka Ia pun memberi mereka suatu panggilan hidup.
Perhatikanlah, yaitu kehendak Tuhan bahwa setiap dari kita
harus mempunyai sesuatu untuk dikerjakan di dunia ini.
Orangtua haruslah membesarkan anak-anak mereka untuk
mengerjakan suatu usaha. Berilah mereka Alkitab dan pang-
gilan hidup (ujar Tuan Dod yang baik), maka Tuhan akan beser-
ta mereka.
2. Pekerjaan mereka berbeda-beda, agar mereka bisa berbarter dan
bertukar satu sama lain bilamana diperlukan. Dalam kehidupan
bersama, setiap anggota saling membutuhkan dan saling me-
ngasihi dengan cara saling bertukar untuk memenuhi kebutuh-
an masing-masing.
3. Pekerjaan mereka yaitu panggilan hidup sebagai petani, pe-
kerjaan ayah mereka, yang merupakan panggilan hidup yang
sangat diperlukan, sebab raja sendiri dipenuhi kebutuhannya
oleh hasil ladang, namun memerlukan kerja keras, dan perhati-
an serta pengawasan secara terus-menerus. Pekerjaan ini se-
karang dipandang sebagai pekerjaan rendah. Orang-orang mis-
kin dari negeri menjadi tukang-tukang kebun anggur dan pela-
dang-peladang (Yer. 52:16). namun panggilan hidup itu sama
sekali tidak menjadi penghinaan bagi mereka. Sebaliknya, itu
merupakan suatu kehormatan bagi mereka.
4. Tampak bahwa, dari urutan cerita itu, Habel, meskipun seba-
gai adik, yaitu orang yang pertama kali menekuni panggilan-
nya, dan mungkin teladannya ini mendorong Kain.
5. Habel memilih pekerjaan yang paling dekat dengan kehidupan
kontemplasi dan beribadah, sebab pekerjaan menggembala me-
mang secara khusus dipandang sebagai mendukung kehidupan
seperti itu. Musa dan Daud menggembala domba, dan di dalam
kesendirian mereka bercakap-cakap dengan Tuhan . Perhatikan-
lah, panggilan atau keadaan hidup yang paling baik bagi kita,
dan yang harus kita pilih, yaitu panggilan atau keadaan
hidup yang paling baik bagi jiwa kita, yang paling tidak mem-
buat kita rentan terhadap dosa dan memberi kita kesempatan
paling besar untuk melayani dan menikmati hadirat Tuhan .
Kitab Kejadian 4:3-5
121
Korban Persembahan Kain dan Habel
(4:3-5)
3 sesudah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian
dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4 Habel
juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing
dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan
korban persembahannya itu, 5 namun Kain dan korban persembahannya tidak
diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Di sini kita mendapati,
I. Ibadah Kain dan Habel. sesudah beberapa waktu lamanya, saat
mereka sudah membuahkan hasil dari panggilan hidup mereka
masing-masing (dalam bahasa Ibrani, pada hari-hari terakhir,
yaitu pada akhir tahun, saat mereka merayakan pesta berkum-
pul kembali, atau mungkin puasa tahunan untuk mengingat
kejatuhan manusia ke dalam dosa, atau pada hari terakhir dalam
minggu itu, hari ketujuh, yaitu hari Sabat) pada suatu waktu
tertentu, Kain dan Habel membawa kepada Adam, sebagai imam
keluarga, korban persembahan mereka masing-masing kepada
TUHAN. sebab adanya perbuatan ini, kita mempunyai alasan
untuk berpikir bahwa pada waktu itu ada ketetapan ilahi yang
diberikan kepada Adam, sebagai pertanda akan perkenanan Tuhan
kepadanya, dan niat-niat kasih-Nya terhadap dia dan keluarga-
nya, kendati dengan kemurtadan mereka. Dengan demikian, Tuhan
ingin menguji iman Adam apakah dia tetap percaya terhadap
janji-Nya dan tetap taat terhadap hukum pemulihan-Nya. Dengan
demikian, Ia ingin mendamaikan kembali hubungan antara sorga
dan bumi, dan memberi bayangan dari keselamatan yang
akan datang. Amatilah di sini,
1. Bahwa ibadah keagamaan kepada Tuhan bukanlah temuan
baru, melainkan ketetapan sejak dahulu kala. Ibadah kepada
Tuhan yaitu apa yang telah ada sejak semula (1Yoh. 1:1). Ini
yaitu jalan yang baik yang dahulu kala (Yer. 6:16). Kota Tuhan
kita yaitu sungguh kota yang beria-ria itu, yang asalnya dari
zaman purbakala (Yes. 23:7). Kebenaran sudah ada sebelum
kesalahan, dan kesalehan sebelum kecemaran.
2. Bahwa sungguh baik jika anak-anak diajar dengan baik
saat mereka muda, dan dilatih sejak dari dini untuk melaku-
kan ibadah-ibadah agama, sehingga saat mereka sudah
122
mampu bertindak bagi diri mereka sendiri, mereka bisa, atas
kehendak sendiri, mempersembahkan persembahan kepada
TUHAN. Di dalam ajaran Tuhan inilah orangtua harus mem-
besarkan anak-anak mereka (18:19; Ef. 6:4).
3. Bahwa setiap dari kita harus menghormati Tuhan dengan apa
yang kita miliki, sepadan dengan bagaimana Ia sudah me-
nyejahterakan kita. Sesuai dengan pekerjaan dan harta milik
mereka, seperti itulah persembahan yang mereka bawa. Lihat
1 Korintus 16:1-2. Laba dan upah kita, apa pun itu, haruslah
kudus bagi TUHAN (Yes. 23:18). Dia harus mendapat apa yang
layak didapatkan-Nya dalam pekerjaan-pekerjaan kesalehan
dan amal baik, sokongan terhadap agama dan kelegaan bagi
kaum miskin. Demikianlah kita sekarang harus mempersem-
bahkan persembahan kita dengan hati yang lurus. Dan kor-
ban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Tuhan .
4. Bahwa orang-orang munafik dan para pembuat kejahatan bisa
didapati menjalankan ibadah-ibadah agama yang bersifat la-
hiriah dengan baik sebaik yang dijalankan umat Tuhan yang ter-
baik. Kain mempersembahkan korban persembahan bersama
Habel. Bahkan, korban persembahan Kain disebutkan pertama
kali, seolah-olah ia yang lebih baik di antara keduanya. Orang
munafik bisa saja mendengarkan banyak khotbah, mengucap-
kan banyak doa, dan memberi banyak amal, sebanyak
yang dilakukan seorang Kristen yang baik, namun, sebab
tidak adanya ketulusan, semua itu tidak berkenan bagi Tuhan .
Orang Farisi dan pemungut cukai pergi ke Bait Tuhan untuk
berdoa (Luk. 18:10).
II. Keberhasilan berbeda-beda dari ibadah mereka. Apa yang harus
dituju dalam semua perbuatan agama yaitu perkenanan Tuhan :
kita berhasil dengan baik jika kita mencapainya, namun sia-sialah
ibadah kita jika kita tidak mendapatkannya (2Kor. 5:9). Mungkin,
bagi orang yang berdiri melihat, korban-korban persembahan
Kain dan Habel tampak sama-sama baiknya. Adam menerima
kedua-duanya, namun tidak demikian dengan Tuhan , yang tidak
melihat apa yang dilihat manusia. Tuhan mengindahkan Habel dan
korban persembahannya itu, dan menunjukkan perkenanan-Nya
atas korban itu, mungkin dengan api yang turun dari langit. Te-
tapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Kita
Kitab Kejadian 4:3-5
123
yakin bahwa ada alasan yang baik untuk perbedaan ini. Penguasa
dunia, meskipun mutlak berdaulat, tidak bertindak sewenang-
wenang dalam membagi-bagikan senyuman dan kernyit dahi-Nya.
1. Ada perbedaan tabiat di antara kedua orang yang memberi
persembahan. Kain yaitu orang fasik, hidupnya jahat, dan
dikuasai oleh dunia dan kedagingan yang bertakhta. Oleh se-
bab itu korbannya yaitu kekejian bagi TUHAN (Ams. 15:8),
persembahan yang tidak sungguh (Yes. 1:13). Tuhan tidak
mengindahkan Kain, dan oleh sebab itu tidak mengindahkan
korban persembahannya, seperti yang tersirat dari ungkapan-
nya. namun Habel yaitu orang benar. Dia disebut Habel,
orang benar itu (Mat. 23:35). Hatinya lurus dan hidupnya sa-
leh. Ia yaitu salah seorang yang dipandang oleh wajah Tuhan
(Mzm. 11:7) dan yang sebab itu doanya dikenan-Nya (Ams.
15:8). Tuhan mengindahkannya sebagai orang kudus, dan oleh
sebab itu mengindahkan korban persembahannya sebagai kor-
ban yang kudus. Pohonnya harus baik, sebab kalau tidak,
buahnya tidak bisa menyenangkan Tuhan yang menyelidiki hati.
2. Ada perbedaan dalam korban-korban persembahan yang mere-
ka bawa. Dikatakan dengan jelas (Ibr. 11:4), bahwa korban Ha-
bel yaitu korban yang lebih baik dibandingkan korban Kain, yaitu,
(1) Dalam hal sifat korban. Korban Kain hanyalah korban peng-
akuan yang dipersembahkan kepada Sang Pencipta.
Persembahan hasil tanah tidak lebih dibandingkan korban peng-
akuan, dan sejauh yang saya ketahui, dapat dipersembah-
kan dalam keadaan tidak bersalah. namun Habel membawa
korban persembahan penghapus dosa, yang darahnya di-
curahkan untuk penghapusan dosa, dan dengan demikian
mengakui dirinya sebagai pendosa, seraya berdoa agar di-
jauhkan dari murka Tuhan , dan memohonkan perkenanan-
Nya melalui Sang Pengantara. Atau,
(2) Dalam hal mutu korban persembahan itu. Kain membawa
hasil tanah, apa pun yang bisa didapat tangannya, yang
tidak ditumbuhkannya sendiri atau yang tidak laku dijual.
namun Habel memilih-milih terlebih dahulu korban persem-
bahannya: bukan yang cacat, atau yang kurus, atau yang
buangan, melainkan anak sulung kambing dombanya
yang terbaik yang dimilikinya, dan lemak-lemaknya yang
124
terbaik dari segala yang terbaik. Dari sini para cendekiawan
Yahudi memberi aturan umum bahwa segala sesuatu
yang dipersembahkan bagi nama Tuhan yang baik haruslah
yang paling menyenangkan dan paling baik. Layaklah bila
Dia sebagai yang pertama dan terbaik mendapat yang per-
tama dan terbaik pula dari waktu, kekuatan, dan pelayanan
kita.
3. Perbedaan yang besar yaitu ini, bahwa Habel memberi
persembahan di dalam iman, sedangkan Kain tidak. Ada per-
bedaan asas yang mendorong mereka memberi persembah-
an. Habel mempersembahkan dengan mata yang tertuju pada
kehendak Tuhan sebagai pedomannya, dan kemuliaan Tuhan
sebagai tujuannya, dan dalam kebergantungan kepada janji
akan datangnya Sang Penebus. namun Kain melakukan apa
yang dilakukannya hanya untuk menemani Habel, atau agar
tidak kehilangan muka, bukan di dalam iman, dan dengan
demikian korban persembahan itu berbalik menjadi dosa bagi-
nya. Habel yaitu orang percaya yang bertobat, seperti pemu-
ngut cukai yang pergi dengan dibenarkan. Sedangkan Kain
tidak menjadi rendah hati. Keyakinannya yaitu pada dirinya
sendiri. Ia seperti orang Farisi yang memegahkan dirinya sen-
diri, namun tidak dibenarkan seperti pemungut cukai di hadap-
an Tuhan .
III. Ketidaksenangan Kain terhadap pembedaan yang dibuat Tuhan
antara korbannya dan korban Habel. Hati Kain menjadi panas,
yang langsung tampak pada wajahnya, sebab mukanya muram,
yang tidak begitu menandakan kesedihan dan ketidakpuasannya,
melainkan lebih pada kebencian dan kegeramannya. Mukanya
yang cemberut dan kasar, dan murung, menunjukkan kebencian-
kebenciannya yang membara: ia membawa-bawa sifat jahat pada
mukanya, dan tampak wajahnya bersaksi melawan dia. Kema-
rahan ini menunjukkan,
1. Permusuhannya terhadap Tuhan , dan kejengkelan yang disim-
pannya melawan Dia sebab sudah membuat pembedaan
seperti itu di antara korban persembahannya dan korban sau-
daranya. Seharusnya ia marah terhadap dirinya atas ketidak-
salehan dan kemunafikannya sendiri, yang sebab itu ia telah
Kitab Kejadian 4:3-5
125
kehilangan perkenanan Tuhan . Seharusnya mukanya memucat
dalam pertobatan dan rasa malu yang kudus, seperti muka
pemungut cukai, yang bahkan tidak berani menengadah ke
langit (Luk. 18:13). namun , bukannya demikian, ia malah me-
nantang Tuhan , seolah-olah Tuhan berat sebelah dan tidak adil
dalam membagi-bagikan senyuman dan kernyit dahi-Nya, dan
seolah-olah Ia telah berbuat salah terhadapnya. Perhatikanlah,
yaitu tanda yang pasti akan hati yang tidak merendah
jika kita mempermasalahkan teguran-teguran yang, sebab
dosa kita sendiri, telah kita timpakan ke atas diri kita. Kebo-
dohan menyesatkan jalan orang, lalu untuk memperparah
keadaan, gusarlah hatinya terhadap TUHAN (Ams. 19:3).
2. Iri hatinya terhadap saudaranya, yang diberi kehormatan de-
ngan mendapat pengakuan di depan umum. Meskipun sau-
daranya tidak mempunyai pikiran untuk merendahkannya,
tidak pula menghina dia untuk memancing amarahnya, na-
mun ia menyimpan kebencian terhadapnya sebagai seorang
musuh, atau seorang saingan. Perhatikanlah,
(1) Sudahlah biasa bahwa orang-orang yang membuat diri sen-
diri tidak layak mendapat perkenanan Tuhan sebab dosa-
dosa mereka yang kurang ajar, merasa marah terhadap
orang-orang yang ditinggikan dan diistimewakan oleh per-
kenanan Tuhan itu. Orang-orang Farisi berjalan di jalan Kain
ini, saat mereka sendiri tidak masuk ke dalam kerajaan
Tuhan dan menghalang-halangi orang yang berusaha untuk
masuk (Luk. 11:52). Mata mereka jahat, sebab mata Tuan
mereka dan mata hamba-hamba sesama mereka baik.
(2) Iri hati yaitu dosa yang biasanya akan terungkap dengan
sendirinya, dalam pucatnya wajah, dan yang akan menjadi
penghukumannya sendiri, dalam membusuknya tulang-
tulang.
126
Tuhan Memperingatkan Kain
(4:6-7)
6 Firman TUHAN kepada Kain: Mengapa hatimu panas dan mukamu mu-
ram? 7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? namun
jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia
sangat menggoda engkau, namun engkau harus berkuasa atasnya.
Di sini Tuhan berbantah dengan Kain, untuk menyadarkan dia ter-
hadap dosa dan kebodohan dari amarah dan ketidakpuasannya, dan
untuk membuatnya tenang kembali, agar kejahatan yang lebih jauh
bisa dicegah. yaitu contoh dari kesabaran Tuhan dan kebaikan-Nya
yang merendah bahwa Ia mau berurusan secara begitu lembut dengan
manusia yang begitu jahat, dalam perkara yang begitu jahat. Ia meng-
hendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua
orang berbalik dan bertobat. Demikianlah ayah si anak hilang berargu-
men dengan si anak sulung (Luk. 15:28, dst.), dan Tuhan dengan kaum
Israel yang berkata, tindakan Tuhan tidak tepat (Yeh. 18:25).
I. Tuhan membuat Kain sendiri bertanya-tanya tentang penyebab
ketidakpuasannya, dan mempertimbangkan apakah penyebab itu
memang beralasan: Mengapa mukamu muram? Amatilah,
1. Bahwa Tuhan memperhatikan semua amarah dan ketidakpuasan
kita yang penuh dosa. Tidak satu pun wajah marah, wajah iri,
atau wajah kesal, yang terhindar dari mata-Nya yang mengamati.
2. Bahwa kebanyakan dari amarah dan kegelisahan kita yang pe-
nuh dosa akan segera lenyap jika kita secara ketat dan
tanpa memihak mempertanyakan apa penyebabnya. Mengapa
hatiku menjadi panas? Adakah penyebab yang nyata, penyebab
yang benar-benar masuk akal? Mengapa aku begitu lekas ma-
rah? Mengapa begitu sangat marah, dan begitu tidak bisa di-
redakan?
II. Untuk menyadarkan Kain kembali pada pikirannya yang benar, di
sini diperjelas baginya,
1. Bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk marah terhadap Tuhan ,
sebab Tuhan telah bertindak sesuai dengan aturan-aturan peme-
rintahan yang tetap dan tidak berubah, yang disesuaikan de-
ngan masa percobaan. Ia menghadapkan pada manusia hidup
dan mati, berkat dan kutuk, lalu membalas orang menurut per-
Kitab Kejadian 4:6-7
127
buatannya, dan membeda-bedakan mereka sebagaimana me-
reka membeda-bedakan diri mereka sendiri. Dan demikian
pula hukuman yang akan menimpa mereka. Aturan-aturan itu
adil, dan oleh sebab itu jalan-jalan-Nya, sesuai dengan aturan-
aturan itu, pastilah tidak berat sebelah, dan Ia akan dibenar-
kan dalam apa yang dikatakan-Nya.
(1) Tuhan menghadapkan pada Kain hidup dan berkat: Apakah
mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?
Tidak diragukan lagi bahwa mukamu akan berseri, bah-
kan, engkau tahu bahwa mukamu akan berseri, yaitu,
[1] Seandainya engkau berbuat baik, seperti yang diper-
buat saudaramu, engkau pasti akan diterima, sama
seperti dia. Tuhan tidak membedakan orang, tidak mem-
benci apa pun yang sudah diciptakan-Nya, tidak menu-
tup perkenanan-Nya kepada siapa pun kecuali mereka
dengan sengaja menghilangkannya. Dan Ia tidak men-
jadikan siapa pun sebagai musuh kecuali mereka de-
ngan dosa telah menjadikan diri-Nya musuh mereka.
sebab itu, jika kita tidak mendapat perkenan-Nya,
maka itu salah kita sendiri, kesalahan itu sepenuhnya
ada pada kita. jika kita sudah menjalankan kewa-
jiban kita, kita tidak akan kehilangan belas kasihan-
Nya. Semua ini akan membenarkan Tuhan dalam kehan-
curan orang-orang berdosa, dan akan memperberat
kehancuran mereka. Tidak ada satu pun orang terkutuk
di neraka yang, seandainya ia sudah berbuat baik,
seperti yang bisa saja diperbuatnya, tidak akan menjadi
orang kudus yang mulia di sorga. Setiap mulut akan
segera disumbat dengan hal ini. Atau,
[2] Jika sekarang engkau berbuat baik, jika engkau ber-
tobat dari dosamu, memperbaharui hati dan hidupmu,
dan mempersembahkan korban persembahanmu dengan
cara yang lebih baik, jika engkau tidak hanya melakukan
apa yang baik namun juga melakukannya dengan baik,
maka engkau akan diterima, dosamu akan diampuni,
penghiburan dan kehormatanmu akan dipulihkan, dan
semuanya akan menjadi baik. Lihatlah di sini dampak
dari campur tangan Sang Pengantara di antara Tuhan
128
dan manusia. Kita tidak berdiri di atas kovenan yang
pertama, yang tidak menyediakan ruang bagi pertobat-
an, namun Tuhan telah membuat syarat-syarat baru de-
ngan kita. Meskipun kita sudah melanggar, jika kita
bertobat dan kembali, kita akan mendapat belas kasih-
an. Lihatlah betapa awalnya Injil diberitakan, dan keun-
tungannya di sini ditawarkan bahkan kepada salah se-
orang pendosa terbesar.
(2) Tuhan menghadapkan kepada Kain maut dan kutuk: namun
jika tidak baik, maksudnya, Dengan mengetahui bahwa
engkau tidak berbuat baik, tidak memberi persembah-
an di dalam iman dan dengan cara yang benar, maka dosa
sudah mengintip di depan pintu, yakni, dosa ditimpakan
kepadamu, dan engkau tidak disenangi dan ditolak sebagai
pendosa. Dakwaan yang begitu tinggi tidak akan mengintip
di depan pintu, seandainya engkau tidak menimpakannya
ke atas dirimu sendiri, dengan tidak berbuat baik. Atau,
seperti yang biasanya dimengerti, Jika sekarang engkau
tidak mau berbuat baik, jika engkau bersikeras dalam ama-
rah ini, dan bukannya merendahkan dirimu di hadapan
Tuhan , engkau malah mengeraskan hatimu melawan-Nya,
maka dosa sudah mengintip di depan pintu, maksudnya,
[1] Dosa selanjutnya. sebab sekarang amarah ada dalam
hatimu, pembunuhan sudah mengintip di depan pintu.
Jalan dosa yaitu menurun, dan orang bergerak dari
yang buruk menuju yang lebih buruk. Orang-orang
yang tidak mempersembahkan korban persembahan de-
ngan baik, namun ceroboh dan lalai dalam ibadah mere-
ka terhadap Tuhan , membuat diri mereka sendiri rentan
terhadap godaan-godaan terburuk. Dan mungkin dosa
yang paling memalukan sudah mengintip di depan pin-
tu. Mereka yang tidak menjalankan ketetapan-ketetap-
an Tuhan terancam bahaya melakukan segala kekejian
(Im. 18:30). Atau,
[2] Hukuman dosa. Begitu berkerabat dekatnya dosa dan
hukuman sehingga kata yang sama dalam bahasa Ibra-
ni berarti kedua-duanya. Jika dosa disimpan di dalam
rumah, kutuk mengintip di depan pintu, seperti tukang
Kitab Kejadian 4:6-7
129
sita, yang siap menangkap si pendosa kapan pun ia
keluar. Dosa seolah-olah terbaring tidur, namun ia meng-
intip di depan pintu di mana ia akan terbangun seben-
tar lagi, lalu akan tampak bahwa penghukuman untuk-
nya tidak terlelap. Dosa akan menimpa kamu (Bil.
32:23). Namun, sebagian orang memilih untuk mema-
hami ayat ini sebagai pertanda belas kasihan juga. Jika
engkau tidak berbuat baik, dosa (maksudnya, korban
penghapus dosa), mengintip di depan pintu, dan engkau
dapat mengambil keuntungan darinya. Kata yang sama
berarti dosa dan korban penghapus dosa. Meskipun
engkau sudah berbuat tidak baik, janganlah berputus
asa. Obat penawarnya ada di dekatmu. Pendamaiannya
tidak usah dicari jauh-jauh. Ambillah itu, maka kesa-
lahanmu terhadap segala yang dikuduskan akan diam-
puni. Kristus, korban pemuasan dosa yang agung, di-
katakan berdiri di muka pintu (Why. 3:20). Dan sungguh
pantas binasa dalam dosa-dosa mereka orang-orang
yang tidak mau berjalan ke pintu untuk mendapatkan
keuntungan dari korban pemuasan dosa. Dengan mem-
pertimbangkan semuanya ini, jelaslah bahwa Kain tidak
mempunyai alasan untuk marah terhadap Tuhan , namun
justru terhadap dirinya sendiri.
2. Bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk marah terhadap sau-
daranya: Keinginannya akan selalu tertuju padamu (KJV), ia
akan terus menghormatimu sebagai kakak, dan engkau, seba-
gai anak sulung, akan berkuasa atasnya sama seperti sebe-
lum-sebelumnya. Penerimaan Tuhan atas korban persembahan
Habel tidak membuat hak kesulungan berpindah kepadanya
(yang dicemburui Kain). Lagi pula, hal itu tidak akan mem-
buatnya lebih mulia dan berkuasa, yang dikatakan merupakan
bagian dari hak kesulungan (49:3). Tuhan tidak memaksudkan-
nya seperti itu. Dan Habel pun tidak menafsirkannya seperti
itu. Tidak ada bahaya bahwa hal itu akan dimanfaatkan untuk
merugikan Kain. Jadi mengapa ia sampai begitu jengkel?
Amatilah di sini,
(1) Bahwa perbedaan yang dibuat oleh anugerah Tuhan tidak
mengubah pembedaan-pembedaan yang dibuat melalui
130
pemeliharaan-Nya. Sebaliknya, semua itu tetap dipertahan-
kan, dan mewajibkan kita untuk menjalankan kewajiban
yang timbul darinya: hamba-hamba yang percaya harus
patuh kepada tuan-tuan yang tidak percaya. Kekuasaan
tidak didirikan di atas anugerah, tidak pula agama akan
membenarkan sikap tidak setia atau tidak hormat dalam
hubungan apa saja.
(2) Bahwa segala kecurigaan yang terkadang dipikirkan oleh
kekuasaan-kekuasaan masyarakat terhadap para penyem-
bah Tuhan yang benar, dan mengangap mereka berbahaya
bagi pemerintah, musuh Kaisar, dan mengancam keduduk-
an para raja dan penguasa (yang berdasarkan kecurigaan
itulah para penganiaya agama melancarkan kegeraman
melawan mereka) yaitu sangat tidak adil dan tidak masuk
akal. Bisa saja ada sebagian orang yang menyebut dirinya
Kristen namun bermasalah. Walaupun begitu, yang pasti
orang-orang Kristen itu sungguh-sungguh merupakan warga
negara yang yang baik, yang hidup tenteram di negeri. Ke-
inginan mereka tertuju pada pemerintah mereka, dan pe-
merintah ini akan berkuasa atas mereka.
Kain Membunuh Habel
(4:8)
8 Kata Kain kepada Habel, adiknya: Marilah kita pergi ke padang. saat
mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu mem-
bunuh dia.
Di sini kita mendapati kelanjutan dari amarah Kain, dan berujung
pada pembunuhan Habel, yang dapat dipandang dengan dua cara:
I. Sebagai dosa Kain. Dan sungguh dosa itu merah seperti kirmizi
dan kain kesumba, dosa kelas kakap, dosa melawan terang dan
hukum alam, yang bahkan membuat ngeri hati nurani orang
jahat. Lihatlah di dalamnya,
1. Dampak-dampak yang menyedihkan dari masuknya dosa ke
dalam dunia dan ke dalam hati manusia. Lihatlah betapa sifat
yang rusak itu merupakan akar kepahitan, yang menghasilkan
racun dan ipuh ini. Dimakannya buah terlarang oleh Adam
Kitab Kejadian 4:8
131
tampak hanya sebagai dosa kecil, namun dosa itu membuka
pintu bagi dosa yang paling besar.
2. Buah permusuhan yang ada di dalam keturunan ular melawan
keturunan perempuan. Seperti halnya Habel memimpin pa-
sukan para martir yang mulia (Mat. 23:35), demikian pula Kain
berdiri di depan pasukan para penganiaya yang memalukan
(Yud. 1:11). Begitu cepatnya dia yang diperanakkan menurut
daging menganiaya yang diperanakkan menurut Roh. Demikian
juga sekarang ini, kurang lebih (Gal. 4:29), dan akan demikian-
lah sampai perang akan berakhir dalam keselamatan kekal bagi
semua orang kudus dan kebinasaan kekal bagi semua orang
yang membenci mereka.
3. Lihatlah juga apa yang dihasilkan dari iri hati, kebencian, ke-
kejian, dan segala perbuatan yang tak mengenal belas kasihan.
Jika semua itu dimanjakan dan dituruti di dalam jiwa, maka
ada bahaya bahwa itu akan melibatkan manusia dalam per-
buatan membunuh yang jelas-jelas salah dan mengerikan.
Lekas marah berarti membunuh di dalam hati (Mat. 5:21-22).
Jauh terlebih lagi kebencian. Siapa yang membenci saudaranya
sudah menjadi pembunuh di hadapan Tuhan , dan, jika Tuhan
membiarkan dia sendirian begitu saja, maka tidak ada yang
diinginkannya lagi selain kesempatan untuk menjadi pembunuh
di hadapan dunia. Banyak hal yang memperberat dosa Kain.
(1) Saudaranyalah, saudaranya sendiri, yang dibunuhnya,
anak ibunya sendiri (Mzm. 50:20), yang seharusnya dika-
sihinya, adiknya, yang seharusnya dilindunginya.
(2) Ia seorang adik yang baik, adik yang tidak pernah berbuat
salah terhadapnya, atau membuatnya marah melalui per-
kataan atau perbuatan. Sebaliknya, keinginan adiknya itu
selalu tertuju padanya, dan yang seperti sudah-sudah, da-
lam segala hal patuh dan hormat terhadapnya.
(3) Ia sudah diperingatkan dengan baik sebelumnya akan dosa
ini. Tuhan sendiri sudah memberi tahu dia apa yang akan di-
timbulkan oleh dosa itu, namun ia bersikeras dalam ran-
cangannya yang biadab.
(4) Tampak bahwa ia menutup-nutupinya dengan menunjuk-
kan sikap ramah dan baik: ia berbicara dengan Habel adik-
nya (KJV), begitu lepas dan akrab, sebab kalau tidak, Habel
akan mencium adanya bahaya dan menjauh darinya. Demi-
132
kian jugalah Yoab mencium Abner, lalu membunuhnya.
Demikian jugalah Absalom menjamu Amnon kakaknya, lalu
membunuhnya. Menurut Septuaginta [terjemahan Perjanjian
Lama dalam bahasa Yunani, yang menurut pandangan
orang diterjemahkan oleh tujuh puluh dua orang Yahudi,
atas keinginan Ptolomeus Filadelfos, lebih dari 200 tahun
sebelum Kristus], Kain berkata kepada Habel, marilah kita
pergi ke padang. Jika demikian, kita yakin bahwa Habel
tidak memahaminya (sesuai dengan pengertian sekarang)
sebagai suatu tantangan, sebab kalau tidak, ia pasti tidak
akan menerimanya. Sebaliknya, ia memahaminya sebagai
undangan dari seorang kakak untuk pergi bekerja ber-
sama-sama. Terjemahan bahasa Aram menambahkan bah-
wa Kain, saat mereka bercakap-cakap di ladang, berkata
bahwa tidak ada penghakiman yang akan datang, tidak ada
kehidupan di masa depan, tidak ada imbalan dan hukum-
an di dunia lain, dan bahwa saat Habel berbicara untuk
membela kebenaran, Kain mengambil kesempatan itu un-
tuk menjatuhkannya. Bagaimanapun juga,
(5) Apa yang dikatakan Kitab Suci kepada kita sebagai alasan
mengapa ia membunuhnya sudah cukup untuk memper-
berat tindak pembunuhan itu. Hal itu sebab segala per-
buatannya jahat dan perbuatan adiknya benar, sehingga
dalam hal ini ia menunjukkan dirinya sebagai orang yang
berasal dari si jahat (1Yoh. 3:12), anak Iblis, sebagai musuh
segala kebenaran, bahkan musuh saudaranya sendiri, dan,
dalam hal ini, ia digerakkan langsung oleh si pembinasa.
Bahkan,
(6) Dalam membunuh saudaranya, ia langsung menghantam
Tuhan sendiri. Sebab, tindakan Tuhan yang menerima Habel
yaitu apa yang dianggap memancing amarahnya, dan
persis untuk alasan inilah ia membenci Habel, yaitu sebab
Tuhan mengasihinya.
(7) Pembunuhan terhadap Habel itu lebih tidak manusiawi lagi
sebab pada waktu itu ada begitu sedikit manusia yang
mengisi dunia. Hidup manusia berharga kapan saja. Te-
tapi, secara khusus berharga pada waktu itu, dan kejahat-
an seharusnya dicegah.
Kitab Kejadian 4:9-12
133
II. Sebagai penderitaan Habel. Maut berkuasa sejak Adam berdosa,
namun kita tidak membaca tentang siapa pun yang menjadi tawan-
annya sampai kisah ini. Dan sekarang,
1. Yang pertama mati yaitu seorang kudus, seorang yang di-
terima dan dikasihi Tuhan , untuk menunjukkan bahwa, walau-
pun keturunan yang dijanjikan akan menghancurkan dia yang
berkuasa atas maut, untuk menyelamatkan orang-orang per-
caya dari sengatnya, namun tetap saja mereka harus diperha-
dapkan pada hantamannya. Yang pertama masuk ke kubur
masuk ke sorga. Tuhan ingin menyimpan bagi diri-Nya buah-
buah yang pertama, yang pertama dari antara orang mati,
yang pertama kali membuka rahim menuju dunia lain. Biarlah
hal ini melenyapkan kengerian maut, bahwa sejak semula
maut merupakan bagian dari umat pilihan Tuhan , yang meng-
ubah sifat maut itu. Bahkan,
2. Yang pertama mati yaitu seorang martir, dan mati bagi aga-
manya. Dan untuk orang-orang seperti itulah, dibandingkan untuk
para prajurit, lebih benar jika dikatakan bahwa mereka mati
dalam kehormatan. Kematian Habel bukan saja tidak mengan-
dung kutuk, melainkan juga ada mahkota di dalamnya. Begitu
baik dan mengagumkannya sifat maut diubah, sehingga maut
bukan saja dianggap tidak bersalah dan tidak menyakitkan
bagi orang-orang yang mati di dalam Kristus, namun juga ter-
hormat dan mulia bagi orang-orang yang mati bagi Dia. Ja-
nganlah kita menganggap aneh pencobaan yang membakar
kita, atau mundur jika kita dipanggil untuk bertahan sampai
titik darah penghabisan. Sebab, kita tahu ada mahkota kehi-
dupan bagi semua orang yang setia sampai mati.
Penghukuman atas Kain
(4:9-12)
9 Firman TUHAN kepada Kain: Di mana Habel, adikmu itu? Jawabnya: Aku
tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku? 10 Firman-Nya: Apakah yang telah
kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. 11 Maka
sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan
mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. 12 jika eng-
kau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberi hasil
sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengem-
bara di bumi.
134
Di sini kita mendapati gambaran penuh tentang pengadilan dan peng-
hukuman terhadap si pembunuh yang pertama. sebab pengadilan
masyarakat belum ditegakkan untuk perkara pembunuhan, seperti
yang terjadi sesudahnya (9:6), maka Tuhan sendirilah yang bertindak
sebagai Hakim. Sebab, Dia yaitu Tuhan yang berhak mengadakan
pembalasan, dan yang pasti akan mengadakan tuntutan bagi darah,
terutama darah orang-orang kudus. Amatilah,
I. Dakwaan terhadap Kain: Firman TUHAN kepada Kain: Di mana
Habel, adikmu itu? Sebagian orang berpendapat bahwa Kain di-
periksa seperti itu pada hari Sabat berikutnya sesudah pembunuh-
an itu dilakukan, saat anak-anak Tuhan datang, seperti biasanya,
untuk menghadap TUHAN, dalam perkumpulan ibadah, dan Habel
tidak ada, padahal biasanya tempatnya tidak kosong. Sebab, Tuhan
di sorga memperhatikan siapa yang hadir dan siapa yang tidak
dalam ibadah-ibadah umum. Kain ditanya, bukan hanya sebab
ada alasan yang benar untuk mencurigainya, sebab ia sudah
mengungkapkan kebencian terhadap Habel dan merupakan orang
yang terakhir kali bersamanya, melainkan juga sebab Tuhan tahu
bahwa ia bersalah. Walaupun begitu, Ia tetap bertanya kepada-
nya, agar Ia dapat membuat Kain mengakui kejahatannya, sebab
orang-orang yang mau dibenarkan di hadapan Tuhan harus men-
dakwa diri mereka sendiri, dan orang yang bertobat akan berbuat
demikian.
II. Pembelaan Kain: ia membela diri sebagai tidak bersalah, dan de-
ngan demikian menambah dosanya dengan pemberontakan. Sebab,
1. Ia berusaha menutup-nutupi pembunuhan yang disengaja
dengan dusta yang disengaja: Aku tidak tahu. Ia tahu betul
apa yang sudah terjadi dengan Habel, namun dengan kurang
ajar ia berani menyangkalnya. Dengan demikian, dalam diri
Kain, Iblis sudah menjadi baik pembunuh maupun pendusta
sejak mulanya. Lihatlah bagaimana pikiran orang-orang ber-
dosa dibutakan, dan hati mereka dikeraskan dengan tipu daya
dosa: sungguh buta dan aneh orang-orang yang menyangka
bahwa mungkin bagi mereka untuk menyembunyikan dosa-
dosa mereka dari Tuhan yang melihat semuanya. Dan sungguh
keras hati, lagi aneh, orang-orang yang menyangka bahwa
akan menguntungkan bagi mereka jika mereka menyembunyi-
Kitab Kejadian 4:9-12
135
kan dosa-dosa mereka dari Tuhan , yang hanya mengampuni
orang-orang yang mengakuinya.
2. Dengan kurang ajar Kain menuduh Hakimnya bodoh dan tidak
adil, dengan mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: Apakah
aku penjaga adikku? Seharusnya ia merendahkan dirinya
sendiri, dan berkata, bukankah aku pembunuh adikku? namun
ia menampar wajah Tuhan sendiri, seolah-olah Tuhan menanya-
kan kepadanya pertanyaan yang tidak ada sangkut pautnya,
yang sama sekali tidak harus dijawabnya: Apakah aku pen-
jaga adikku? Tentu ia sudah cukup dewasa untuk menjaga
dirinya sendiri, dan aku pun tidak pernah bertanggung jawab
atasnya. Sebagian orang berpendapat bahwa ia bermaksud
mencela Tuhan dan pemeliharaan-Nya, seolah-olah ia berkata,
Bukankah Engkau penjaganya? Jika ia hilang, Engkaulah
yang harus dipersalahkan, dan bukan aku, yang tidak pernah
menjaganya. Perhatikanlah, perhatian yang penuh kasih ter-
hadap saudara-saudara kita, untuk menjagai mereka, yaitu
kewajiban besar, yang secara ketat dituntut dari kita, namun
pada umumnya justru kita abaikan. Orang yang tidak memper-
hatikan urusan saudara-saudara mereka, dan tidak mau peduli
saat ada kesempatan, untuk mencegah terjadinya bahaya
pada tubuh mereka, harta benda mereka, atau nama baik mere-
ka, terutama jiwa mereka, pada dasarnya telah bersikap seperti
Kain. Lihat Imamat 19:17; Filipi 2:4.
III. Kebersalahan Kain (ay. 10). Tuhan tidak memberi jawaban lang-
sung terhadap pertanyaan ini, namun menolak pembelaannya seba-
gai dusta dan tidak ada harganya: Apakah yang telah kauperbuat
ini? Engkau menganggap remeh perbuatan ini. namun sudahkah
engkau pertimbangkan betapa jahatnya perbuatan ini, betapa
tebalnya noda, dan betapa beratnya beban dari kesalahan ini?
Engkau ingin menyembunyikannya, namun itu tidak ada gunanya,
bukti melawanmu sudah jelas dan tidak bisa dibantah: Darah
adikmu itu berteriak. Tuhan berbicara seolah-olah darah itu sendiri
yaitu saksi sekaligus penuntut, sebab pengetahuan Tuhan sen-
diri bersaksi melawannya dan keadilan Tuhan sendiri menuntut
untuk dipuaskan. Amatilah di sini,
1. Pembunuhan yaitu dosa yang berteriak, tidak ada dosa lain
yang berteriak lebih keras. Darah menuntut darah, darah yang
136
dibunuh menuntut darah si pembunuh. Darah itu berteriak
dalam seruan Zakharia dalam kematiannya (2Taw. 24:22),
semoga TUHAN melihatnya dan menuntut balas. Atau darah
jiwa-jiwa di bawah mezbah (Why. 6:10), berapa lamakah lagi,
ya Penguasa yang kudus dan benar? Orang-orang yang men-
derita dengan sabar berseru meminta pengampunan (Bapa,
ampunilah mereka), namun darah mereka berteriak meminta
pembalasan. Meskipun mereka diam, darah mereka berteriak
dengan nyaring dan terus-menerus, dan kepada teriakan itu
telinga Tuhan yang benar selalu terbuka.
2. Darah dikatakan berteriak dari tanah, dari bumi, yang dikata-
kan mengangakan mulutnya untuk menerima darah adiknya
dari tangannya (ay. 11). Bumi, seolah-olah, merah padam
melihat mukanya sendiri ternoda oleh darah seperti itu, dan
oleh sebab itu mengangakan mulutnya untuk menyembunyi-
kan apa yang tidak bisa dihalanginya. saat langit menying-
kapkan kesalahan Kain, bumi juga bangkit melawannya (Ayb.
20:27), dan mengeluh sebab telah ditaklukkan kepada kesia-
siaan seperti itu (Rm. 8:20-22). Kain, ada kemungkinan, me-
nguburkan darah dan mayat Habel, untuk menyembunyikan
kejahatannya. namun pembunuhan akan tersingkap. Ia tidak
bisa menguburkannya sedemikian dalam sehingga teriakannya
tidak sampai ke langit.
3. Dalam bahasa aslinya kata itu berbentuk jamak, darah-darah
adikmu, bukan hanya darahnya, melainkan juga darah semua
orang yang mungkin akan menjadi keturunannya. Atau darah
semua keturunan perempuan, yang harus, dengan cara
serupa, memeteraikan kebenaran dengan darah mereka. Kris-
tus menanggungkan semua darah itu pada satu angkatan
(Mat. 23:35). Atau setiap tetes darah yang tercurah semuanya
terhitung. Betapa baiknya bagi kita bahwa darah Kristus ber-
bicara tentang hal-hal yang lebih baik dibandingkan darah Habel!
(Ibr. 12:24). Darah Habel berteriak meminta pembalasan, da-
rah Kristus berteriak meminta pengampunan.
IV. Hukuman dijatuhkan atas Kain: Maka sekarang, terkutuklah eng-
kau, terbuang jauh dari tanah (ay. 11). Amatilah di sini,
1. Ia terkutuk, dipisahkan untuk segala kejahatan, ditempatkan
di bawah murka Tuhan , seperti yang dinyatakan dari sorga
Kitab Kejadian 4:9-12
137
melawan segala kefasikan dan kelaliman manusia (Rm. 1:18).
Siapa yang tahu luas dan beratnya kutuk ilahi, seberapa jauh
ia menjangkau, seberapa dalam ia menusuk? Jika Tuhan me-
nyatakan orang terkutuk, maka terkutuklah orang itu. Sebab
siapa yang dikutuk-Nya benar-benar terkutuk. Kutuk bagi
ketidaktaatan Adam berakhir pada tanah: Terkutuklah tanah
sebab engkau. namun , kutuk untuk pemberontakan Kain
langsung menimpa dirinya sendiri: Terkutuklah engkau. Sebab
Tuhan menyediakan belas kasihan bagi Adam, namun tidak bagi
Kain. Kita semua pantas mendapatkan kutuk ini, dan hanya di
dalam Kristuslah orang-orang percaya diselamatkan dari ku-
tuk itu dan mewarisi berkat (Gal. 3:10-13).
2. Ia terkutuk dari bumi. Dari sana teriak itu sampai kepada
Tuhan , dari sana kutuk itu sampai kepada Kain. Tuhan bisa saja
mengadakan pembalasan melalui hantaman langsung dari
sorga, melalui pedang malaikat, atau melalui sambaran petir.
Namun, Ia memilih untuk menjadikan bumi sebagai penuntut
darah, untuk membuatnya terus hidup di atas bumi, dan tidak
langsung membinasakannya, dan hal ini pun dibuat menjadi
kutuk baginya. Bumi selalu dekat dengan kita, kita tidak bisa
lari darinya. sebab itu, jika bumi ini dijadikan sebagai pelak-
sana murka Tuhan , hukuman kita tidak bisa dihindari: itu ada-
lah dosa, yakni, hukuman dosa, yang mengintip di depan pintu.
Kain mendapatkan hukumannya di tempat ia memilih bagian-
nya dan mematrikan hatinya. Ada dua hal yang kita harapkan
dari bumi, dan dengan kutuk ini kedua-duanya dijauhkan dari
Kain dan diambil darinya: makanan dan tempat tinggal.
(1) Makanan dari bumi di sini ditahan darinya. Ini yaitu ku-
tuk bagi dia dalam penghiburan-penghiburannya, dan se-
cara khusus dalam panggilan hidupnya: jika engkau
mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan mem-
berikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu. Perhatikanlah,
setiap makhluk bagi kita yaitu sebagaimana Tuhan men-
jadikannya, penghiburan atau salib, berkat atau kutuk.
Jika bumi tidak memberi hasil sepenuhnya kepada
kita, maka kita harus mengakui kebenaran Tuhan sehu-
bungan dengan hal tersebut. Sebab, kita tidak memberi
hasil kita sepenuhnya kepada-Nya. Sebelumnya tanah di-
kutuk untuk Adam, namun sekarang tanah itu dikutuk dua
138
kali lipat untuk Kain. Bagian dari tanah yang menjadi mi-
liknya, dan yang dikerjakannya, dibuat tidak subur dan
tidak nyaman baginya sebab darah Habel. Perhatikanlah,
kefasikan orang fasik membawa kutuk pada segala sesuatu
yang mereka kerjakan dan mereka miliki (Ul. 28:15, dst.),
dan kutuk ini membuat pahit semua yang mereka miliki
dan membuat mereka kecewa dalam segala sesuatu yang
mereka kerjakan.
(2) Tempat tinggal di bumi sini tidak diberikan kepadanya:
Engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.
Dengan ini ia dikutuk,
[1] Mendapat aib dan cela untuk selama-lamanya di te-
ngah-tengah manusia. Harus selalu dipandang sebagai
hal yang memalukan jika ada orang yang menampung-
nya, bercakap-cakap dengannya, atau memberinya sam-
butan apa pun. Dan sudah sewajarnyalah orang yang
melepaskan dirinya dari segala perikemanusiaan itu di-
benci dan ditinggalkan oleh seluruh umat manusia, dan
menanggung nama buruk.
[2] Merasakan kegelisahan dan kengerian untuk selama-
lamanya dalam pikirannya sendiri. Hati nuraninya sen-
diri yang merasa bersalah akan menghantuinya ke mana
pun ia pergi, dan menjadikannya sebagai magormissabib,
kegentaran-dari-segala-jurusan. Tempat peristirahan apa,
tempat tinggal apa, yang bisa didapat oleh orang-orang
yang membawa serta kegelisahan dalam hati mereka
sendiri ke mana pun mereka pergi? Pastilah orang-orang
yang diombang-ambingkan seperti itu merasa seperti
pelarian. Tidak ada seorang pelarian di bumi ini yang
merasa gelisah lebih dibandingkan orang yang terus-mene-
rus dikejar oleh rasa bersalahnya sendiri. Atau, tidak
ada pengembara yang lebih keji dibandingkan orang yang
tunduk pada hawa nafsunya sendiri.
Ini yaitu hukuman yang dijatuhkan atas Kain. Dan bahkan
di dalam hukuman ini tercampur belas kasihan, sejauh bahwa ia
tidak langsung dibinasakan, namun diberi ruang untuk bertobat.
Sebab, Tuhan itu panjang sabar terhadap kita, Ia tidak ingin se-
orang pun binasa.
Kitab Kejadian 4:13-15
139
Keluhan Kain
(4:13-15)
13 Kata Kain kepada TUHAN: Hukumanku itu lebih besar dari pada yang
dapat kutanggung. 14 Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan
aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara
di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan
membunuh aku. 15 Firman TUHAN kepadanya: Sekali-kali tidak! Barang-
siapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.
Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh
barangsiapa pun yang bertemu dengan dia.
Di sini kita mendapati gambaran yang lebih jauh tentang peradilan
terhadap Kain.
I. Inilah keluhan Kain terhadap hukuman yang dijatuhkan atasnya,
sebagai hukuman yang keras dan kejam. Sebagian orang berpen-
dapat dia mengungkapkan rasa putus asa, dan menafsirkan ayat
itu sebagai kesalahanku lebih besar dibandingkan yang dapat diam-
puni. Dengan demikian, apa yang dikatakannya merupakan cela
dan penghinaan terhadap belas kasihan Tuhan , yang keuntungan-
nya hanya bisa didapat oleh orang-orang yang mengharapkannya.
Pada Tuhan yang mahapengampun selalu ada pengampunan bagi
dosa-dosa besar dan para pendosa paling jahat sekalipun. Na-
mun, siapa berputus asa dalam mencarinya, tidak akan menda-
patkannya. Beberapa waktu yang lalu Kain menganggap remeh
dosanya, namun sekarang keadaannya sungguh berbeda: Iblis
menggerakkan budak-budaknya dari keangkuhan menuju kepu-
tusasaan. Kita tidak bisa memandang dosa terlalu jahat, asalkan
kita tidak menganggapnya tak terampuni. namun Kain tampaknya
lebih berbicara dalam bahasa kemarahan: Hukumanku itu lebih
besar dari pada yang dapat kutanggung. Dan dengan demikian
apa yang dikatakannya merupakan suatu cela dan penghinaan
terhadap keadilan Tuhan , dan suatu keluhan bukan hanya atas
kebesaran dosanya, melainkan juga atas terlampau beratnya hu-
kumannya, seolah-olah hukuman itu tidak sepadan dengan jasa-
jasa baiknya. Bukannya membenarkan Tuhan dalam hukuman itu,
ia malah mencela-Nya. Bukannya menerima penghukuman atas
kesalahannya, ia malah berbantah mengenainya. Perhatikanlah,
hati yang tidak bertobat dan tidak merendah tidak akan disadar-
kan kembali oleh teguran-teguran Tuhan , sebab ia menganggap
dirinya diperlakukan secara tidak adil oleh teguran-teguran itu.
140
Dan merupakan bukti dari besarnya kekerasan hati jika kita lebih
khawatir akan penderitaan-penderitaan kita dibandingkan akan dosa-
dosa kita. Yang dikhawatirkan Firaun hanyalah kematian ini saja,
dan bukan dosa ini (Kel. 10:17). Demikian juga dengan Kain di
sini. Ia seorang yang hidup, namun mengeluh tentang dosanya
(Rat. 3:39). Ia menganggap dirinya diperlakukan secara keras,
padahal sebenarnya ia diperlakukan dengan murah hati. Ia
berteriak-teriak diperlakukan tidak benar, padahal seharusnya ia
berteriak-teriak supaya bisa keluar dari neraka. Celakalah orang
yang berselisih dengan Penciptanya seperti itu, dan beperkara
dengan Hakimnya. Sekarang, untuk membenarkan keluhan ini,
Kain memberi sanggahan atas hukuman itu.
1. Dengan hukuman itu, ia memandang dirinya dikeluarkan dari
perkenanan Tuhan nya, dan menyimpulkan bahwa, sebab diku-
tuk, ia tersembunyi dari wajah Tuhan , yang memang merupakan
hakikat sebenarnya dari kutuk Tuhan . Orang-orang berdosa yang
terkutuk mendapatinya demikian, dan kepada mereka dikata-
kan, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk.
Sungguh terkutuk orang-orang yang untuk selama-lamanya
dikeluarkan dari kasih dan kepedulian Tuhan , dan dari segala
harapan akan anugerah-Nya.
2. Ia memandang dirinya diasingkan dari segala penghiburan hi-
dup ini, dan menyimpulkan bahwa, sebab menjadi seorang
pelarian, ia, sebagai akibatnya, dihalau sekarang dari tanah
ini. Tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap sama saja
buruknya dengan tidak mempunyai tempat tinggal sama sekali
di bumi. Lebih baik beristirahat di dalam kubur dibandingkan tidak
beristirahat sama sekali.
3. Ia memandang dirinya dikucilkan dari bumi, dan diasingkan
dari jemaat, dan dilarang menghadiri ketetapan-ketetapan iba-
dah umum. sebab tangannya berlumuran darah, ia tidak boleh
lagi membawa persembahannya yang tidak sungguh (Yes. 1:13-
15). Mungkin inilah yang dimaksudkannya saat ia mengeluh
bahwa ia dihalau dari tanah ini. sebab dikeluarkan dari jemaat,
yang sampai saat itu belum ditinggalkan oleh siapa-siapa, ia
tersembunyi dari wajah Tuhan , sebab tidak diizinkan datang ber-
sama-sama dengan anak-anak Tuhan untuk menghadap TUHAN.
4. sebab kutuk itu, ia memandang dirinya rentan terhadap ke-
bencian dan niat jahat semua manusia: Barangsiapa yang
Kitab Kejadian 4:13-15
141
akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku. Ke
mana pun ia berkelana, ia membahayakan nyawanya sendiri,
setidak-tidaknya demikianlah yang dipikirkannya. Dan, seperti
orang yang terlilit utang, ia menyangka setiap orang yang dite-
muinya sebagai tukang sita. Tidak ada orang yang hidup pada
waktu itu kecuali kerabat-kerabat dekatnya. Namun, bahkan
terhadap mereka sudah sewajarnyalah ia merasa takut, sebab
ia sendiri sudah berlaku begitu biadab terhadap saudaranya.
Sebagian orang membacanya, apa pun yang menemukanku
akan membunuhku. Bukan saja siapa pun di antara manu-
sia, melainkan juga, apa pun di antara semua makhluk.
sebab melihat dirinya dibuang dari perlindungan Tuhan , ia
memandang seluruh makluk ciptaan bersiaga melawan dia.
Perhatikanlah, kesalahan yang tidak diampuni memenuhi
manusia dengan kengerian-kengerian yang tiada henti (Ams.
28:1; Ayb. 15:20-21; Mzm. 53:6). Lebih baik takut dan tidak
berbuat dosa dibandingkan berbuat dosa lalu takut. Dr. Lightfoot
berpendapat bahwa perkataan Kain ini harus dibaca sebagai
sebuah harapan: Oleh sebab itu, sekarang, biarlah siapa saja
yang menemukanku akan membunuhku. sebab kepahitan ada
dalam jiwanya, ia menantikan maut, yang tak kunjung tiba
(Ayb. 3:20-22), seperti yang dialami orang-orang yang tertimpa
siksaan rohani (Why. 9:5-6).
II. Inilah penegasan Tuhan terhadap hukuman itu. Sebab, jika Ia
menghakimi, Ia akan menang (ay. 15). Amatilah,
1. Bagaimana Kain dilindungi di dalam murka melalui pernyata-
an ini, yang diumumkan, bisa kita duga, kepada semua yang
ada di dunia kecil itu pada waktu itu: Barangsiapa yang mem-
bunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat, sebab
kalau ini sampai terjadi, maka hukuman yang sedang ditimpa-
kan kepadanya (bahwa ia akan menjadi pelarian dan pengem-
bara) akan menjadi kacau. Para tawanan yang ada dalam
penghukuman berada di bawah perlindungan hukum secara
khusus. Orang-orang yang ditunjuk sebagai korban untuk ke-
adilan umum tidak boleh dikorbankan untuk pembalasan pri-
badi. sebab Tuhan sudah berkata dalam kasus Kain, pemba-
lasan itu yaitu hak-Ku, Akulah yang akan menuntut pem-
balasan, maka sungguh suatu perampasan yang lancang jika
142
ada yang mengambil pedang dari tangan Tuhan . Itu suatu peng-
hinaan terhadap pernyataan pikiran Tuhan yang sudah dinyata-
kan secara jelas. Dan oleh sebab itu akan ada pembalasan
tujuh kali lipat bagi pelakunya. Perhatikanlah, Tuhan mempu-
nyai tujuan-tujuan yang bijak dan kudus dalam melindungi
dan memperpanjang hidup orang-orang yang sangat fasik se-
kalipun. Tuhan berurusan dengan sebagian orang sesuai de-
ngan doa itu, janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku
tidak lupa. Halaulah mereka kian ke mari dengan kuasa-Mu
(Mzm. 59:12). Seandainya Kain langsung dibunuh, ia akan
dilupakan (Pkh. 8:10). namun sekarang ia hidup, sebagai tugu
peringatan yang lebih menakutkan dan lebih langgeng akan
keadilan Tuhan , yang seolah-olah diabadikan dalam gantungan
rantai.
2. Bagaimana ia ditandai di dalam murka: TUHAN menaruh tanda
pada Kain, untuk membedakannya dari umat manusia yang
lain dan untuk mengumumkan bahwa ia yaitu orang yang
membunuh saudaranya, yang tidak boleh disakiti oleh siapa
pun, namun harus dicemooh oleh semua orang. Tuhan memberi-
nya cap (seperti halnya sebagian penjahat yang dibakar pipi-
nya), dan memberinya tanda kekejian dan aib yang begitu jelas
terlihat dan tidak bisa dihapus, yang akan membuat semua
orang bijak membencinya. Dengan demikian, tidak bisa tidak
ia akan menjadi seorang pelarian dan pengembara, dan sam-
pah semua masyarakat.
Keluarga Kain
(4:16-18)
16 Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di
sebelah timur Eden. 17 Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandung-
lah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh; kemudian Kain mendirikan
suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya. 18 Bagi
Henokh lahirlah Irad, dan Irad itu memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael
memperanakkan Metusael, dan Metusael memperanakkan Lamekh.
Di sini kita mendapati gambaran lebih jauh tentang Kain, dan apa
yang terjadi dengannya sesudah ditolak oleh Tuhan .
I. Ia dengan mudah tunduk pada bagian dari hukumannya yang
membuat dia tersembunyi dari wajah Tuhan . Sebab (ay. 16) ia pergi
dari hadapan TUHAN, yaitu, ia dengan rela meninggalkan Tuhan
Kitab Kejadian 4:16-18
143
dan agama, dan bersedia melepaskan hak-hak istimewanya, su-
paya ia tidak lagi berada di bawah perintah-perintah-Nya. Ia me-
ninggalkan keluarga dan mezbah Adam, dan membuang segala
kepura-puraan bahwa ia takut akan Tuhan , dan tidak pernah
datang kembali ke tengah-tengah orang-orang baik, tidak pula
mengikuti ketetapan-ketetapan Tuhan lagi. Perhatikanlah, orang-
orang munafik yang mengaku beragama, yang berpura-pura dan
bermain-main dengan Tuhan Yang Mahakuasa, sudah sewajarnya
dibiarkan sendiri, untuk melakukan sesuatu yang memalukan
dan menjijikkan. Dengan demikian, mereka melepaskan rupa ke-
salehan yang sudah mereka cela, dan yang mereka sangkal kua-
sanya di balik jubah kepura-puraan mereka. Kain sekarang pergi
dari hadirat Tuhan, dan kita tidak pernah mendapati dia masuk ke
dalamnya lagi, bagi penghiburannya. Neraka yaitu kebinasaan
dari hadirat Tuhan (2Tes. 1:9). Ini berarti dibuang untuk selama-
lamanya dari sumber segala kebaikan. Inilah pilihan orang-orang
berdosa. Dan demikian pulalah hukuman yang akan menimpa me-
reka, yang membuat mereka kebingungan untuk selama-lamanya.
II. Ia berusaha menentang bagian dari hukuman yang membuatnya
menjadi pelarian dan pengembara. Sebab,
1. Ia memilih tanahnya. Ia pergi dan menetap di sebelah timur
Eden, yang jauh dari tempat di mana Adam dan keluarganya
yang saleh berdiam, untuk membedakan dirinya dan angkat-
annya yang terkutuk dari keturunan kudus. Untuk membeda-
kan perkemahannya dari perkemahan tentara orang-orang
kudus dan kota yang dikasihi itu (Why. 20:9). Di sebelah timur
Eden ada para kerub, dengan pedang yang bernyala-nyala
(3:24). Di sanalah ia memilih bagiannya, seolah-olah untuk
menantang kengerian-kengerian dari Tuhan. namun usahanya
untuk berdiam sia-sia saja. Sebab, tanah yang harus didiami-
nya yaitu tanah Nod (maksudnya, bergoncang atau gemetar),
sebab kegelisahan dan ketidaktenangan jiwanya sendiri yang
tiada henti. Perhatikanlah, orang-orang yang meninggalkan
Tuhan tidak bisa mendapat tempat peristirahatan di mana pun.
sesudah Kain pergi dari hadirat Tuhan , ia tidak pernah beristi-
rahat. Orang-orang yang mengeluarkan diri mereka sendiri
dari sorga berarti membiarkan diri mereka gemetar untuk sela-
ma-lamanya. Kembalilah tenang, hai jiwaku, kembalilah te-
144
nang di dalam Tuhan , sebab kalau tidak, engkau akan selama-
lamanya gelisah.
2. Ia membangun kota untuk ditinggali (ay. 17). Ia tengah men-
dirikan sebuah kota, begitu sebagian orang membacanya, se-
nantiasa mendirikannya, namun , sebab kutuk sudah ditimpa-
kan kepada dia dan pekerjaan tangannya, ia tidak bisa menye-
lesaikannya. Atau, sebagaimana kita membacanya, ia mendiri-
kan suatu kota, sebagai pertanda akan ketetapannya untuk
memisahkan diri dari jemaat Tuhan , ke mana ia tak pernah ber-
pikir untuk kembali. Kota ini akan menjadi pangkalan kemur-
tadan. Amatilah di sini,
(1) Tantangan Kain terhadap hukuman ilahi. Tuhan berkata
bahwa ia harus menjadi pelarian dan pengembara. Sean-
dainya ia bertobat dan merendahkan diri, kutuk ini bisa
saja berbalik menjadi berkat, seperti halnya kutuk terha-
dap suku Lewi, bahwa mereka harus terbagi-bagi di Yakub
dan terserak di Israel. Namun, sebab hatinya yang tidak
bertobat dan tidak merendah berjalan menentang Tuhan ,
dan tetap bersikeras melawan sorga, maka apa yang bisa
menjadi berkat berubah menjadi kutuk.
(2) Lihatlah apa pilihan Kain, sesudah ia meninggalkan Tuhan . Ia
mendirikan tempat kediaman di dunia ini, sebagai peristi-
rahatannya untuk selama-lamanya. Orang-orang yang me-
nantikan kota sorgawi memilih, selagi di bumi, berdiam di
kemah-kemah. namun Kain, sebagai orang yang tidak memi-
kirkan kota itu, mendirikan bagi dirinya sendiri kota di bumi.
Orang-orang yang dikutuk Tuhan cenderung mencari kediam-
an dan kepuasan mereka di bawah sini (Mzm. 17:14).
(3) Lihatlah cara Kain untuk membentengi dirinya sendiri mela-
wan kengerian-kengerian yang terus-menerus menghantui-
nya. Ia melakukan pembangunan kota ini, untuk mengalih-
kan pikiran-pikirannya dari permenungan akan kesengsara-
annya sendiri, dan untuk membungkam teriakan-teriakan
hati nurani yang bersalah dengan ributnya suara kampak
dan palu. Demikianlah banyak orang menyumbat perasaan-
perasaan bersalah mereka dengan menenggelamkan diri ke
dalam hiruk-pikuknya perkara duniawi.
(4) Lihatlah bagaimana orang fasik sering kali memulai terle-
bih dahulu dibandingkan umat Tuhan , dan mengalahkan mereka
Kitab Kejadian 4:19-22
145
dalam kemakmuran lahiriah. Kain dan keturunannya yang
terkutuk berdiam di kota, sementara Adam dan keluarga-
nya yang diberkati berdiam di kemah-kemah. Kita tidak
dapat menghakimi baik kasih maupun kebencian dengan
apa pun yang ada dihadapan kita (Pkh. 9:1-2, KJV).
3. Keluarganya juga didirikan. Di sini ada penjelasan tentang
anak cucunya, setidak-tidaknya keturunan dari keluarganya,
selama tujuh angkatan. Anaknya yaitu Henokh, nama yang
sama, namun bukan sifat yang sama, seperti orang kudus yang
bergaul dengan Tuhan itu (5:22). Orang baik dan orang jahat
bisa saja mempunyai nama yang sama: namun Tuhan dapat
membedakan antara Yudas Iskariot dan Yudas yang bukan
Iskariot (Yoh. 14:22). Lebih banyak lagi nama dari anak cucu-
nya disebutkan, dan hanya disebutkan. Bukan seperti anak
cucu dari keturunan yang kudus (ps. 5), di mana ada tiga ayat
mengenai masing-masingnya, sementara di sini ada tiga atau
empat orang dalam satu ayat. Mereka dihitung dengan ter-
gesa-gesa, sebagai orang-orang yang tidak dihargai atau disu-
kai, jika dibandingkan dengan umat pilihan Tuhan .
Keluarga Lamekh
(4:19-22)
19 Lamekh mengambil isteri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain
Zila. 20 Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam
dalam kemah dan memelihara ternak. 21 Nama adiknya ialah Yubal; dialah
yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. 22 Zila
juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan
tukang besi. Adik perempuan Tubal-Kain ialah Naama.
Di sini kita mendapati hal-hal khusus berkenaan dengan Lamekh,
anak ketujuh dari Adam, dari garis keturunan Kain. Amatilah,
I. Ia menikahi dua istri. Salah seorang dari keturunan Kain yang
sudah merosotlah yang pertama-tama melanggar hukum pernikah-
an yang asali itu, bahwa hanya dua yang akan menjadi satu daging.
Sampai saat itu seorang laki-laki hanya memiliki seorang istri pada
satu waktu. namun Lamekh mengambil dua istri. namun sejak se-
mula tidaklah demikian (Mal. 2:15; Mat. 19:5). Lihatlah di sini,
146
1. Orang-orang yang meninggalkan jemaat dan ketetapan-kete-
tapan Tuhan membuka diri mereka sendiri pada segala macam
pencobaan.
2. jika kebiasaan yang buruk dimulai oleh orang-orang jahat,
terkadang orang-orang yang bertabiat lebih baik, sebab lengah,
tertarik untuk mengikuti mereka. Yakub, Daud, dan banyak
yang lain, yang sebetulnya akan menjadi orang-orang baik,
sesudah itu terjerat dalam dosa yang dimulai oleh Lamekh ini.
II. Kendati dengan pelanggaran hukum pernikahan ini, Lamekh tetap
diberkahi kebahagiaan melalui anak-anaknya. Meskipun berdosa
dalam mengawini dua istri, ia diberkati dengan anak-anak dari
kedua istrinya, dan anak-anak itu dalam angkatan mereka men-
jadi terkenal, bukan akan kesalehan mereka (sebab hal ini tidak
disebutkan, sebab tampaknya mereka yaitu orang-orang kafir
pada zaman itu), melainkan akan kepandaian mereka. Mereka
sendiri bukan hanya pengusaha, melainkan juga orang-orang
yang berguna bagi dunia, dan tersohor sebab temuan mereka,
atau setidak-tidaknya usaha mereka, terhadap sejumlah keteram-
pilan yang bermanfaat.
1. Yabal yaitu seorang penggembala terkenal. Ia sangat suka
memelihara ternak, dan begitu senang merancang cara-cara
untuk melakukannya supaya mendapat keuntungan terbesar,
dan mengajarkan cara-cara itu kepada orang lain, sehingga
para gembala pada masa itu, bahkan para gembala sesudah-
nya, menyebutnya bapa. Atau mungkin, sebab anak-anaknya
sesudah itu dibesarkan untuk melakukan pekerjaan yang
sama, maka keluarga itu yaitu keluarga penggembala.
2. Yubal yaitu seorang pemain musik yang terkenal, tepatnya
seorang peniup seruling, dan orang pertama yang memberi
aturan-aturan untuk seni yang agung atau ilmu musik itu.
Bila Yabal membawa mereka ke jalan untuk menjadi kaya,
Yubal membawa mereka ke jalan untuk menjadi gembira.
Orang yang menghabiskan hari-hari mereka dalam kekayaan
tidak akan dibiarkan tanpa rebana dan kecapi (Ayb. 21:12-13).
Ada kemungkinan dari nama Yubal-lah sangkakala Yobel diberi
nama demikian. Sebab musik yang terbaik yaitu yang menya-
takan kebebasan dan penebusan. Yabal yaitu Pan mereka
Kitab Kejadian 4:23-24
147
(dewa gembala menurut tradisi Yunani pen.) dan Yubal yaitu
Apollo mereka (dewa seni menurut tradisi Yunani pen.).
3. Tubal-Kain yaitu tukang besi yang terkenal, yang besar pe-
rannya dalam mengembangkan keterampilan bekerja dengan
tembaga dan besi, yang bisa digunakan baik untuk perang
maupun bertani. Dia yaitu Vulcan mereka (dewa pandai besi
menurut tradisi Yunani pen.). Lihatlah di sini,
(1) Bahwa perkara-perkara duniawi yaitu satu-satunya per-
kara yang terpatri di dalam hati orang-orang yang fasik dan
hidup menurut daging, dan yang paling pandai serta paling
rajin mereka lakukan. Begitu pula dengan keturunan yang
tidak saleh dari Kain yang terkutuk ini. Di sini ada bapa
semua gembala dan bapa semua pemain musik, namun
tidak ada bapa semua orang beriman. Di sini ada orang
yang mengajarkan pengetahuan tentang tembaga dan besi,
namun tidak ada orang yang mengajarkan pengetahuan
yang baik tentang Tuhan. Di sini ada cara-cara untuk men-
jadi kaya, untuk menjadi besar, dan untuk menjadi gem-
bira, namun tidak satu pun di antaranya berbicara tentang
Tuhan , tidak pula tentang perihal takut akan Dia dan bagai-
mana melayani-Nya. Perkara-perkara yang hanya untuk
saat ini memenuhi kepala kebanyakan orang.
(2) Bahwa bahkan orang-orang yang tidak mempunyai penge-
tahuan tentang Tuhan dan anugerah-Nya bisa saja dikaru-
niai dengan banyak pencapaian yang unggul dan berman-
faat, yang dapat membuat mereka terkenal dan berguna
bagi angkatan mereka. Karunia-karunia umum diberikan
kepada orang-orang jahat, sementara Tuhan memilih bagi
diri-Nya sendiri perkara-perkara yang bodoh di mata dunia.
Pembunuhan oleh Lamekh
(4:23-24)
23 Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: Ada dan Zila, dengarkan-
lah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkata-
anku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki sebab ia melukai aku,
membunuh seorang muda sebab ia memukul aku sampai bengkak; 24 sebab
jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh
kali lipat.
148
Melalui perkataan Lamekh ini, yang dicatat di sini, dan yang mung-
kin banyak dibicarakan pada waktu itu, ia terlebih lagi tampak seba-
gai orang fasik, seperti halnya keturunan Kain yang terkutuk pada
umumnya. Amatilah,
1. Betapa dengan congkak dan sok berkuasa ia berbicara kepada
istri-istrinya, sebagai orang yang selalu menuntut untuk diperha-
tikan dan dituruti: Dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh.
Tidak heran bahwa orang yang sudah melanggar satu hukum
pernikahan, dengan mengambil dua istri, melanggar hukum yang
lain, yaitu yang mewajibkan dia untuk bersikap baik dan lembut
terhadap istri-istri yang telah diambilnya, dan untuk memberi
kehormatan kepada istri seperti kepada periuk yang mudah retak.
Orang yang paling menuntut kehormatan dari orang lain, dan pa-
ling sering meminta saudara-saudara mereka untuk sadar akan
tempat mereka dan menjalankan kewajiban mereka, tidak selalu
merupakan orang yang paling berhati-hati dalam menjalankan
kewajiban mereka sendiri.
2. Betapa haus darah dan biadabnya ia kepada semua orang di se-
kelilingnya: Aku telah membunuh, atau (sebagaimana arti tersirat-
nya) aku akan membunuh seseorang dalam lukaku, dan seorang
muda dalam kesakitanku. Ia sendiri mengaku sebagai orang yang
keji dan cenderung berbuat kejam, yang akan menghabisi nyawa
orang-orang di sekelilingnya tanpa belas kasihan, dan membunuh
semua orang yang menghalang-halangi jalannya. Tidak peduli
orang dewasa atau orang muda, bahkan sekalipun ia sendiri
terancam akan dilukai dan disakiti dalam perseteruan itu. Sebagi-
an orang berpendapat, ia membandingkan dirinya dengan Kain
(ay. 24), bahwa ia telah membunuh sebagian orang dari keturun-
an kudus, yaitu para penyembah Tuhan yang benar, dan bahwa ia
mengakui ini sebagai sesuatu yang melukai hati nuraninya dan
menyakiti jiwanya. Namun, bahwa seperti halnya Kain, ia tetap
tidak bertobat, ia gemetar namun tidak menjadi rendah hati. Atau
kedua istrinya, sebab mengetahui orang seperti apa dia, betapa
ia cenderung membuat orang lain marah dan membenci siapa
saja yang membuatnya marah, takut kalau-kalau ada orang yang
akan membunuhnya. Jangan takut, ujarnya, aku tidak gentar
terhadap siapa pun yang ingin menyerang aku. Siapa pun yang
melakukannya, biarlah aku sendiri yang menghadapinya. Aku
Kitab Kejadian 4:23-24
149
akan membunuhnya, entah ia orang dewasa atau orang muda.
Perhatikanlah, yaitu biasa bagi orang yang keji dan haus darah
untuk bermegah dalam aib mereka (Flp. 3:19), seolah-olah mereka
merasa aman dan terhormat bila mereka tidak peduli berapa
banyak nyawa yang menjadi korban segala kebencian dan amarah
mereka. Mereka tidak peduli betapa mereka amat dibenci, asalkan
mereka ditakuti. Oderint, dum metuant Biarlah mereka mem-
benci, asalkan mereka takut.
3. Betapa kurang ajarnya ia mengira akan dilindungi Tuhan bahkan
di dalam jalannya yang fasik (ay. 24). Ia sudah mendengar bahwa
barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya
tujuh kali lipat (ay. 15), yaitu bahwa jika ada orang yang berani
membunuh Kain, maka ia akan dibalas dan dihukum dengan
keras atas perbuatannya itu, meskipun Kain pantas mati seribu
kali sebab telah membunuh adiknya. Dan dari sini ia menyim-
pulkan bahwa jika ada orang yang membunuhnya sebab pembu-
nuhan-pembunuhan yang sudah dilakukannya, maka Tuhan akan
membalaskan kematiannya dengan lebih besar lagi. Seolah-olah
perhatian khusus yang diberikan Tuhan untuk memperpanjang
dan melindungi hidup Kain, sebab alasan-alasan yang khusus
terkait dengan kasusnya (dan memang itu menjadi penghukuman
yang lebih pedih baginya, sebab orang-orang terkutuk tetap di-
biarkan hidup), dirancang sebagai perlindungan bagi semua pem-
bunuh. Beginilah Lamekh berdalih dengan sesat, Jika Tuhan men-
jamin keselamatan Kain, maka jauh terlebih lagi keselamatanku,
yang, meskipun sudah membunuh banyak orang, tidak pernah
membunuh adikku sendiri, dan juga aku tidak melakukannya ka-
rena nafsu amarah seperti yang diperbuatnya. Perhatikanlah,
ditundanya penghukuman bagi orang-orang berdosa, dan kesa-
baran yang diberikan Tuhan terhadap mereka, sering kali disalah-
artikan oleh orang lain sebagai alasan bagi mereka untuk menge-
raskan hati di jalan-jalan dosa yang serupa (Pkh. 8:11). namun ,
meskipun keadilan menghantam sebagian orang secara perlahan-
lahan, orang lain oleh sebab itu janganlah yakin mereka juga
tidak akan binasa dengan segera. Atau, jika Tuhan panjang sabar
terhadap orang-orang yang menyalahgunakan kesabarannya se-
perti itu, maka dengan berbuat demikian mereka hanya mengum-
pulkan bagi diri mereka sendiri murka pada hari murka.
150
Nah, ini sajalah catatan yang kita dapati dalam Kitab Suci ber-
kenaan dengan keluarga dan keturunan Kain yang terkutuk, sampai
kita mendapati mereka semua terbunuh dan binasa pada air bah
yang menyapu bersih seluruh dunia.
Kelahiran Set
(4:25-26)
25 Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan
seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: Tuhan telah me-
ngaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah
membunuhnya. 26 Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu
dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.
Ini pertama kalinya Adam disebutkan dalam cerita pada pasal ini.
Tidak diragukan lagi, pembunuhan terhadap Habel, dan ketidakber-
tobatan serta kemurtadan Kain, teramat sangat mendukakan dia dan
Hawa. Dan kedukaan itu semakin besar sebab kef