daging yang busuk. Tapi
anehnya mereka memilih daging yang busuk untuk mereka makan dan
membiarkan daging yang matang. "Siapakah mereka wahai Jibril?" tanya
Rasulullah. "Mereka laki-laki yang suka berzina dengan perempuan lacur
sampai pagi, padahal mereka memiliki isteri yang sah dan baik di
rumahnya," jawab J ibri L
Kemudian Beliau melihat sepotong kayu di atas jalan, dan segala
sesuatu yang melewatinya akan dipelantingkannya. "Apakah ini, wahai
Jibril," tanya Rasulullah. Jibril lalu membacakan firman Allah SWT: Dar
janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan
menghalang-halangi orang yang beriman dari jalon Allah... " (QS. al-
'Araaf: 86)
Setelah itu Beliau melihat seseorang yang sedang memikul seikat kayu
bakar yang sudah begitu banyak yang tidak sanggup lagi dia pikul, tapi
anehnya dia ingin selalu menambah bebannya. Siapakah orang ini Jibril?,"
tanya Rasulullah. "Orang ini salah satu umatmu yang diserahi amanat, tapi
dia tidak bisa memikul amanat itu, tapi dia tetap ingin menambahnya,"
jawab Jibril. Kemudian Beliau menyaksikan suatu kaum yang sedang
menggunting mulutnya atau lidahnya dengan gunting dari api. Setiap
digunting mulut itu utuh kembali, dan hal itu tidak membuat mereka lelah
sama sekali." "lni siapa Jibril?" tanya Rasul. "Mereka para orator yang suka
menimbulkan fitnah," jawab Jibril.
Kemudian Beliau menyaksikan seekor kuda betina kecil melahirkan
seekor sapi yang besar. Sapi besar itu ingin masuk kembali ke tempat dia
keluar tadi, tapi dia tidak sanggup memasukinya. saat Rasulullah
menanyakan hal itu kepada Jibril, maka dijelaskan bahwa mereka yaitu
orang-orang yang mengucapkan sesuatu yang menimbulkan penyesalan
besar dalam dirinya. Dia ingin untuk mencabut perkataannya kembali, tapi
dia tidak bisa melakukannya." (HR. al-Baihaqi)
Ada juga hadits dari Abu Harun al-Abdi dari Abu Sa'id al-Khudri,
yang mengatakan bahwa para sahabat berkata kepada Nabi saw, "Wahai
kematian & hari akhir 167
Rasulullah, ceritakan kepada kami semua yang Anda saksikan saat engkau
diperjalanan pada suatu malam (hadits). Lantas Rasulullah menuturkan:
"Waktu itu aku bersama Jibril naik ke langit dunia' Di sana aku
melihat barisan para malaikat yang bertugas menjaga langit dunia bernama
Ismail. Di depan mereka ada tujuh puluh ribu malaikat yang masing-masing
memliki anak buah sebanyak seratus ribu Malaikat. Kemudian Beliau
membacakan ayat: Dan tidak ada yang mengelahui lenlora Tuhonmu
melainkan. Dia sendiri. (QS. al-Muddatstsir: 3l )
Jibril minta dibukakan pintu langit, dan saat aku bersama Nabi Adam
(dalam bentuk saat diciptakan), dinampakkan kepada beliau arwah-arwah
anak cucunya yang beriman. Lalu Adam berkata, "Hai ruh yang baik, jiwa
yang baik, tempatkan dia di 'Illiyyin." Lantas dinampakkan kepada beliau
arwah-arwah anak cucunya yang kafir, maka beliau berkata, "Hai ruh yang
jahat, jiwa yang jahat, tempatkan diadi Sijiin " Setelah berlalu beberapa saat
aku melewati meja yang penuh dengan makanan, yang aromanya sangat
lezat. Di atasnya ada beberapa potong daging, tapi anehnya tidak
seorangpun yang mendekatinya. Kemudian aku melewati meja makan lain
yang bau dan aromanya sangat busuk dan menjijikkan, tapi banyak sekali
orang yang memakannya. "siapakah mereka Jibril," tanyaku. Jibril
menjawab, "Mereka umatmu yang lebih suka memilih yang haram daripada
yang halal."
Setelah beberapa saat aku menyaksikan kaum yang perutnya sebesar
rumah. Setiap kali salah seorang dari mereka ingin bangkit, maka dia
langsung tersungkur sambil memohon kepada Allah SWT, "Ya Allah,
jangan datangkan kiamat!" Beliau mengatakan bahwa mereka yaitu orang-
orang yang mengikuti jalan yang ditempuh oleh keluarga Fir'aun. Aku
mendengar rintihan dan jeritan mereka kepada Allah 'Azza wa Jallo. saat
aku menanyakannya kepada Jibril, dia menjawab, "Mereka umatmu yang
suka makan riba, seperti yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya: Orang-
orang yang makan [menganbilJ riba tidak dapat berdiri, melainkan sePerti
berdirinya orang yang kemasulcon setan lantaran [tekananJ penyakit gila.
(QS. al-Baqanh:275)
Setelah berlalu beberapa saat, aku melihat lagi kaum yang bibirnya
sebesar bibir unta. Lalu mereka membuka mulut dan memasukkan bara api
ke dalamnya. Kemudian api itu keluar dari belakang bokong mereka. Aku
mendengar jeritan dan rintihan mereka; memohon kepada Allah. "Siapakah
mereka Jibril," tanyaku pada Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka umatmu
yang suka memakan harta anak yatim, sebagaimana firman Allah dalam Al-
Qur'an, "Sesungppthnya orong-orang yang memakan harla anak yutim
secoro zalim, sebenarnya mereko itu menelan api sepenuh Perutnya dan
kematian & hari akhirt68
mereko akon masuk ke dalam api yang menyala-nyala fnerakoJ." (QS. an-
Nisa': l0).
r
Setelah berlalu beberapa saat, aku menyaksikan para wanita yang
digantung payudaranya, dan aku juga mendengar jeritan dan rintihan
mereka; memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla. Aku bertanya kepada Jibril,
"Siapakah para wanita ini?" Dia menjawab, "Mereka pezina di antara
umatmu."
Setelah berlalu beberapa saat, aku lihat lagi suatu kaum yang merobek
lambungnya sendiri dan mengambil dagingnya kemudian memakannya. Lalu
dikatakan kepada mereka. "Makanlah olehmu sebagaimana kamu dulu suka
memakan daging saudaramu sendiri!" Aku bertanya, "Siapakah mereka
Jibril?" Jibril lalu menjelaskan kepadaku bahwa mereka yaitu umatku yang
suka mengumpat dan menyebarkan fitnah." (HR. Abu Harun)
Diriwayatkan oleh Anas ibn Malik ra, dia menyatakan bahwa
Rasulullah bersabda, "saat aku dimi'rajkan, aku melihat suatu kaum yang
kukunya dari tembaga sedang mencakar-cakar muka dan dadanya sendiri."
Aku lalu bertanya, "Siapakah mereka Jibril." Jibril menjawab, "Mereka
orang-orang yang suka memakan daging manusia lain (menyakiti dengan
ghibah) dan suka mencela kehormatan mereka." (HR. Abu Daud)
Kegembiraan Orang Mukmin di Dalam Kuburnya
Ka'ab al-Ahbar berkata, "saat seorang hamba yang shalih berada
dalam kuburnya, maka seluruh amal shalihnya segera mengelilinginya. Lalu
datang para malaikat azab dari kedua kakinya. (Pahala) shalatnya segera
berkata, "Enyah kalian dari sini?" Mereka lalu mendatangi arah kepalanya,
maka puasanya berkata, "Tidak ada jalan bagi kalian di sini! Dia sudah
sangat lama menahan dahaga sebab Allah 'Azza wa Jalla saat di dunia.
Kemudian mereka mendatanginya dari arah badannya. Pahala haji dan
jihadnya segera berkata, "Pergi kalian dari sini? Badan ini rela menahan letih
dan lelah dalam melaksanakan haji dan berjihad dijalan Allah sebab Allah
semata-mata. Tidak ada jalan bagi kalian di sini untuk menyiksanya."
Kemudian mereka mencoba mendatanginya dari kedua tangannya. Pahala
sedekah dan zakatnya segera berkata, "Menjauh kalian dari sahabatku?
Banyak sekali sedekah yang telah diberikan kedua tangan ini, sampai-sampai
dia berperang untuk menolong Allah 'Azza wa Jalla, demi mencari
keridhaan-Nya. Jadi tidak ada jalan bagi kalian di sini?" Lalu dikatakan
kepadanya, "Tidurlah dengan tenang. Engkau telah hidup dengan baik,
begitu pula saat engkau mati."
Menurutku, hal ini hanya berlaku bagi orang-orang yang ikhlas
dalam beramal, benar segala perkataan dan perbuatannya, dan bersih
kematian & hari akhir t69
niatnya, baik saat beramal dengan terang-terangan maupun dengan
sembunyi-sembunyi, sehingga amalnya menjadi hujjah dan perisai baginya.
Jadi tidak ada kontradiksi dalam hal ini dengan bab-bab sebelumnya.
Manusia berbeda-beda tingkat keikhlasannya dalam beramal, dan Allah lebih
mengelahui semuanya.
Memohon Perlindungan dari Azab Kubur dan Fitnahnya
Dalam suatu hadits Ummul Mukminin'Aisyah ra berkata, "Suatu hari
Rasutullah menemuiku. Saat itu aku sedang bersama seorang wanita Yahudi.
Wanita itu berkata, "Kalian akan menghadapi fitnah (ujian) dalam kubur."
Aku menyampaikan hal ini kepada Rasulullah, lalu Beliau bersabda,
"Orang Yahudi akan diuji (dalam kuburnya)." Setelah berlalu beberapa
malam, Rasulullah kemudian bertanya kepadanya, "Apakah engkau merasa
bahwa aku mendapat wahyu yang menyatakan, "Kalian akan menghadapi
ujian dalam kubur?" 'Aisyah berkata, "Aku mendengar Beliau memohon
perlindungan dari azab kubur." (HR. an-Nasa'i)
Diriwayatkan oleh para ulama dari Asma'. Dia menyampaikan bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Telah diwahyukan kepadaku bahwa nanti kalian
akan menghadapi ujian dalam kubur, atau seperti fitnah Dajjal, tapi aku tidak
mengetahuinya?" Asma' berkata, "seseorang akan mendatangi kalian dan
mengajukan pertanyaan, "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini
(Muhammad saw)." Jika dia orang Mukmin atau orang yang meyakininya,
maka dia akan menjawab, "Dia Rasulullah yang membawa petunjuk dan
keterangan kepada kami, maka kami mengikuti dan menaatinya," sampai
tiga kali. Lalu dikatakan kepadanya, "Tidurlah kamu, kami tahu kamu benar-
benar beriman kepadanya, maka sekarang tidurlah dengan tenang." Tapijika
dia orang munafik atau orang yang ragu terhadapnya, maka dia akan berkata,
"Aku tidak mengenalnya? Aku dengar orang-orang mengatakan begini dan
begitu tentangnya, maka aku juga mengatakan seperti itn." (Lafaz Muslim)
Abu Hurairah ra mengatakan: Rasulullah sering mengucapkan doa,
:At) $At : q: ,tht -)tr,' ,r,i rre)t -,tJi i +\;i ,i1 ,ii:t
Jr-lirr eltgri
Ya Allah, aht mohon perlindungan dari siksa htbur, siksa neraka, serta dari
fitnah baik saat masih hidup moupun saat mati, dan dari fitnah Daijal;'
(HR. al-Bukhari)
Hadits yang serupa dengan hal ini banyak sekali diriwayatkan
oleh para periwayat yang jujur dan terpecaya.
kematian & hari akhirt70
Binatang Mendengar Azab Kubur
Zaid ibn Tsabit meriwayatkan,sebagai berikut, "saat kami bersama
Nabi saw berada kebun Bani Najjar, tiba-tiba keledai yang ditunggangi
Beliau mogok dan menjadi binal, sehingga nyaris menjatuhkan Beliau.
Ternyata di sana ada enam, lima, atau empat buah kuburan, demikian
kata Hariri. Beliau bertanya, "Adakah yang tahu kuburan siapakah itu?"
Seseorang berkata, "Aku." "Kapan mereka meninggal?" tanya Beliau. Orang
itu menjawab, "Mereka orang-orang yang mati dalam keadaan musyrik!"
Lalu Beliau berkata, "Umat ini sedang menghadapi ujian dalam kuburnya,
seandainya kalian tidak akan dikubur, pasti aku memohon kepada Allah
untuk memperdengarkan kepada kalian azab kubur yang aku dengar!" (HR.
Muslim)
'Aisyah ra juga meriwayatkan sebuah hadits, dimana beliau berkata,
"Dua orang perempuan Yahudi Madinah yang telah tua menemuiku.
Keduanya berkata, "Sungguh ahli kubur akan disiksa dalam kubur mereka."
Tapi aku mendustakan keduanya dan tidak mempercayainya ucapan mereka.
Sesudah mereka keluar, Rasulullah datang rnaka aku bertanya kepada
Rasulullah, "Wahai Rasulullah, tadi ada dua orang wanita Yahudi Madinah
yang telah tua datang ke sini. Keduanya mengatakan bahwa para ahli kubur
disiksa dalam kubur mereka." Rasulullah saw bersabda, "Mereka berdua
benar. Mereka disiksa dengan siksaan yang terdengar oleh binatang." Lantas
'Aisyah berkata, "Setelah itu aku melihat Beliau selalu memohon
perlindungandari azab kubur setiap sudah shalat."
Dalam hadits versi al-Bukhari Beliau berkata, "Terdengar oleh semua
binatang."
Hannad ibn as-Sariy (dalam bukunya, az-Zuhd) meriwayatkan dari
Waki' dari A'masy dari Syafiq dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Seorang wanita
Yahudi datang kepadaku dan menyebut tentang azab kubur, tapi aku tidak
mempercayainya. saat Nabi datang, aku memberitahukannya kepada
beliau, dan Beliau bersabda, "Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya
(Allah) mereka benar-benar akan diazab dalam kubur hingga suara mereka
terdengar oleh binatang."
Kisah Para Shalihin
Para ulama mengatakan: Hadits penama dari Z-aid ibn Tsabit ini
menunjukkan bahwa keledai yang ditunggangi Nabi saw tiba-tiba mogok
dan berusaha menjauhi tempat yang sedang dilewati ini tatkala
mendengar suara orang yang sedang diazab. sedang manusia dan Jin
yang memiliki akal tidak dapat mendengarnya; menurut keterangan hadits
Nabi yang mengatakan, "Sungguh lebih baik kiranya jika kalian tidak saling
kematian & hariakhir l7t
menguburkan." Atau "seandainya kalian tidak akan dikubur." Jadi Allah
SWT menutup hal itu bagi kita, itu yaitu ketetapan ilahi dan rahasia Tuhan,
sebab kita akan diliputi ketakutan jika mendengarnya dan kita tidak mampu
mendekati kuburan atau menguburkan teman kita, atau membinasakan
kehidupan saat mendengarnya. Kekuatan kita akan lemah. Bukankah kita
sering melihat keadaan manusia saat mereka mendengar suara petir yang
menggelegar atau gempa bumi yang menakutkan yang memicu banyak
manusia menjadi korban. Jadi bagaimana keadaannya jika suara keras
laksana petir yang disebabkan oleh suara pukulan besi malaikat itu dapat
didengar oleh seluruh orang yang berada di sekitarnya? saat Nabi
menerangkan tentang jenazah, Beliau berkata, "Seandainya manusia
mendengarnya, niscaya mereka akan mati."
Bagaimana jika seseorang mendapat siksaan, hukuman, dan bencana
yang sangat dahsyat ini? Jadi kita hendaknya memohon perlindungan,
maghfirah, ampunan, dan rahmat Allah agar terhindar dari azab ini."
Abu Muhammad Abdul Haq menuturkan:
Abu Hakim ibn Burjan (seorang ulama dan ahli ibadah rahimahullah)
meriwayatkan, "saat penduduk Timur Isybiliyah selesai menguburkan
seseorang si desa mereka, mereka lalu duduk di sampingnya sambil
berbincang-bincang. Saat itu ada binatan! ternak yang sedang merumput
dekat mereka. Tiba-tiba binatang ini segera mendekati kuburan itu dan
meletakkan telinganya di atas kubur itu, seakan-akan dia mendengar.
Kemudian perbuatannya diikuti oleh seekor tikus. Binatang itu
melakukannya berulang-ulang. Aku kemudian segera ingat azab kubur."
Nabi saw bersabda, "Mereka benar-benar diazab dengan azab yang
terdengar oleh para binatang, dan Allah 'Azzo wa Jalla lebih mengetahui
keadaan mayat itu." Beliau menyampaikan riwayat ini saat seseorang
membacakan hadits tentang azab kubur. Saat itu kami mengetahuinya dalam
kilab Shahih Muslim ibn Hajjaj ra."
Mayat Mendengar Ucapan yang Ditujukan Kepadanya
Anas ibn Malik ra meriwayatkan: Umar ibn al-Khatthab ra
menceritakan tentang ahli Badar, dia berkata, "Rasulullah kemarin
memperlihatkan kepada kami lokasi pekuburan ahli Badar
-sebelum terjadi
perang-. Beliau berkata, "lnsya Allah di sinilah kuburan Fulan besok! Umar
lalu berkata, "Demi Allah yang telah mengutusnya sebagai Nabi, mereka
tidak melihat hal berbeda dengan batas-batas ramalan yang telah ditetapkan
Rasulullah. Sebagian mereka menempatkan sebagian yang lain dalam sebuah
sumur, maka Rasulullah mendatangi mereka semua sampai yang terakhir,
Beliau bersabda, "Hai Fulan ibn Fulan, bukankah sudah kalian lihat bahwa
kematian & hariakhirt7)
janji Allah dan Rasul-Nya benar? Aku mendapatkan janji Allah kepadaku
yaitu benar?" Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana engkau
berbicara kepada tubuh-tubuh yahg tidak ada ruhnya?" Rasulullah
menjawab, "Mereka lebih rnendengar perkataan daripada engkau, namun
mereka tidak mampu menjawabnya!"
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw meninggalkan
orang-orang yang terbunuh dalam perang Badar tiga orang musuh. Beliau
berdiri dan menyeru mereka, "Hai, Abu Jahal ibn Hisyam, Ummayyah ibn
Khalaf, Utbah ibn Rabi'ah, dan Syaibah ibn Rabi'ah, bukankah kalian telah
melihat bahwa janji Tuhan kepada kalian yaitu benar? Sungguh aku
mendapatkan bahwa janji Tuhan kepadaku yaitu benar!" Umar yang
mendengar seruan Nabi ini langsung bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimana mereka mendengarmu! Bagaimana mereka menjawabnya!
Padahal mereka benar-benar telah jadi mayat?" Beliau menjawab, "Demi
jiwaku yang berada di Tangan-Nya, mereka lebih mendengar perkataan
daripada engkau, tapi mereka tidak sanggup menjawabnya." Kemudian
Beliau meyuruh para sahabat untuk menyeret dan mengumpulkan mayat
mereka ke dalam sumur Badar.
Perbedaan Pendapat tentang Pengetahuan Mayat pada Alam Dunia
Ketahuilah bahwa 'Aisyah ra mengingkari pemahaman seperti ini, dan
mengemukakan dua buah ayat Al-Qur'an:
Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggap meniadikan orang-
orangyang mali itu dapat mendengar (QS. ar-Rum: 52)
Dan kamu sekali-kali tiada sanggup meniadikan orang yang di dalam
kubur dapat mendengar. (QS. Fathir:22)
Kedua pendapat tidak bertentangan, sebab mungkin orang-orang yang
telah mati hanya mendengar dalam kondisi teftentu. Jadi kemungkinan ada
pengkhususan dari suatu hal yang bersifat umum (takhsisul 'umum), dan sah-
sah sajajika ada 'pengkhususan' dalam hal ini.
Berkenaan dengan hal itu, ada dalilnya, yaitu hadits Nabi saw, "Mcyat
mendengar bunyi terompah mereka (pengantarnyaJ." Juga mengerti dengan
pertanyaan dua malaikat dalam kuburnya dan dapat menjawabnya. Selain itu
tidak ada yang mengingkarinya.
lbn Abdul Bini (dalam bukunya, at-Tamhid wa al-Istidzkar)
menyebutkan sebuah hadits dari Ibnu 'Abbas ra:
Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah seseorang melewati kuburan
saudaranya (Mukmin) yang dikenalnya saat dunia yang mengucapkan
salam kepadanya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya."
kematian & hariakhir t73
(Hadits ini dishahihkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq). Kata liirfuu'
dalam hadits memiliki makna yang sama dengan kata'anlanuu' yang artinya
'sudah berbau busuk atau menjadi bangkai.'
Tafsir pada Surah lbrahim ay^t27
Penjelasan Firman Altah: Alluh meneguhkan [imanJ orung'orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia..."
(QS.lbrahim:27)
Al-Barra' ibn 'Azib meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw. Beliau
membaca ayat: Allah meneguhkan [imanJ orang-orang, yang beriman
dengan ucapqn yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat
(QS. Ibrahim:27).
Beliau mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
azab kubur. Ahli kubur akan ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Kalau dia
menjawab, "Tuhanku Allah dan nabiku Muhammad." Maka itulah maksud
ayat ini: Allah meneguhkan [imanJ orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. -QS.
Ibrahim: 27- (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa hadits ini disampaikan
oleh al-Barra' dan tidak menyebutkan (di dalamnya) Nabi saw.
Meskipun jalur periwayatan hadits ini mauquf namun ia tidak dapat
dikatakan sebagai perkataan berdasarkan pendapat pribadi sahabat, tapi
berasal dari Nabi saw (seperti keterangan kami pada riwayat yang pertama).
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh an-Nisa'i dan Ibn Majah (dalam
kitab Sunan) serta al-Bukhari (dalam Shahih-nya).
Dalam lafaz al-Bukhari dipaparkan sebagai berikut:
Ja'far ibn Umar meriwayatkan dari Syu'bah ibn 'lqlimah ibn Martsad
dari Sa'ad ibn Ubaidah dari al-Barra' ibn 'Azib dari Nabi saw, Beliau
bersabda, "saat seorang Mukmin disuruh duduk dalam kuburnya, dia akan
berkata, "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad yaitu Rasulullah."
Demikian maksud firman Allah SWT yang berbunyi, "Allah meneguhkan
[imanJ orang-or(mg yang beriman dengan ucapan yang teguh..." (QS.
Ibrahim:27)
Dalam Sunan Abu Daud yang juga diriwayatkan oleh al-Barra' ibn
'Azib diuraikan sebagai berikut, "Rasulullah saw bersabda, "Seorang
Muslim saat ditanya dalam kuburnya akan menjawab, "Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu yaitu rasul-Nya."
Demikianlah maksud firman Allah SWT yang berbunyi,"Allah meneguhkan
kematian & hari akhir174
[imanJ orang-orung yang beriman dengan ucapan yang teguh..." (QS.
lbrahim: 27) r
Jadi, maksud ayat ini secara sempurna sudah terangkum dalam hadits
al-Barra' yang panjan g dan marfu ' ini, dan segala puji bagi Allah.
Kemudian ada lagi riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah ra, Ibn
Mas'ud, Ibn 'Abbas ra, dan Abu Sa'id al-Khudri. Abu Sa'id al-Khudri
berkata:
Tatkala kami bersama Nabi saw (sedang menghadapi seorang jenazah)
Beliau bersabda, "Hai manusia, umat ini akan diuji dalam kuburnya. Jika
seorang insan selesai dikebumikan dan para sahabatnya telah pergi, maka
malaikat (sambil membawa palu di tangannya) menyuruhnya duduk dan
berkata, "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini (Muhammad saw)?"
Jika dia orang Mukmin. maka dia akan menjawab, "Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan tidak ada sekutu baginya. Aku
bersaksi bahwa Muhammad yaitu hamba dan utusan-Nya." Lalu dikatakan
kepadanya, "Engkau benar." Lalu dibukakan baginya pintu neraka, malaikat
berkata, "lnilah tempatmu, seandainya kamu kafir kepada Tuhanmu!"
Tapi jika dia orang kafir atau orang munafik, maka saat diajukan
pertanyaan yang sama dia akan menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu malaikat
itu akan berkata kepadanya, "Engkau tidak mengenalnya dan tidak pernah
mengetahuinya. Kemudian dibukakan baginya pintu neraka. Lantas malaikat
itu memukulnya dengan palu ini -dengan sekali pukulan- yang
bunyinya terdengar oleh seluruh makhluk (kecuali Jin dan manusia)."
Beberapa sahabat Rasulullah saw berkata, "Tidaklah seseorang akan
tegak kepalanya di hadapan malaikat yang sedang memegang palu, kecuali
akan merasa ketakutan saat itu. Lalu Rasulullah membacakan ayat: Allah
meneguhkan [imanJ orang-orangyang beriman dengan ucapan yang teguh
itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-
orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim:
27)
Orang Mukmin Juga Ada yang Disilca dalam Kubur
Sejumlah hadits Nabi ini telah membenarkan tentang azab kubur,
maka tidak ada lagi yang bisa membantah dan mengingkarinya. Dalam
beberapa Atsar (hadits) lain juga sudah dikemukakan bahwa orang kafir
akan terkena fitnah dan ujian dalam kuburnya, serta mendapat kehinaan dan
azab.
kematian & hariakhir : 175
Abu Muhammad Abdul Haq berkata, "Az.ab kubur tidak hanya
menimpa orang kafir dan munafik, namun juga menimpa sebagian kaum
Mukmin yang banyak melakukan dosa dan kesalahan."
Walaupun teks-teks hadits ini banyak membatasi azab kubur
hanya terhadap orang kafir dan munafik, namun menurut Abu Umar ibn
Abdul Birri (dalam kitab at-Tamhid), atsar (hadirhadits) yang dapat
dipercaya menunjukkan bahwa fitnah kubur tidak hanya terjadi pada orang
Kafir atau munafik, tapi juga akan menimpa beberapa golongan kaum,
Mukmin (sesuai dosa mereka).
Meskipun riwayat terdahulu menunjukkan bahwa siksa kubur hanya
terjadi atas orang kafir dan munafik, namun riwayat secara tegas
menunjukkan bahwa siksa kubur terjadi atas kaum Mukmin, munafik, dan
orang kafir (kafir i'tiqad). Allah memberikan kekuatan pada mereka yang
benar-benar beriman, sedang mereka yang mengingkari menjadi ragu
saat ujian kubur.
Abu Abdul Birr dan Zaid ibn Tsabit menyampaikan sebuah hadits dari
Nabi saw, "Umat ini' akan diuji dalam kuburnya." Di antara mereka ada
yang meriwayatkan dengan ungkapan 'ditanya'. Dengan demikian lafaz ini
menunjukkan 'kekhususan'. Tapi hal ini tidak berlaku secara pasti
(qath'i), hanya Allah yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya.
Abu Abdullah at-Tirmidzi dalam kitab Nowadir al-Ushul
menyebutkan: Pertanyaan terhadap mayat hanya terjadi pada umat (lslam)
sekarang, sebab umat (lslam) terdahulu langsung diazab (saat mereka
mengingkari risalah para rasul). Tapi saat Muhammad saw diutus Allah,
Beliau diutus dengan penuh rahmat dan keselamatan terhadap semua
makhluk.
Allah SWT berfirman: Dan tiyaitu Kami mengutus kamu, melainkan
untuk fmenjadiJ rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya': 107)
ladi azab ditahan (ditunda) bagi mereka, ada yang terpaksa masuk
Islam sebab kondisi tertentu, lalu iman bersemi dalam hati mereka secara
berangsur-angsur. Jadi mereka diberikan masa tenggang oleh Allah. Di sini
muncul fenomena orang-orang munafik yang menyembunyikan kekafiran
mereka dan menampakkan keimanan. Mereka bersembunyi dalam barisan
kaum Muslim. Tatkala mereka mati Allah mendatangkan dua malaikat
penanya kubur -kepada mereka- yang akan mengungkap kebohongan
mereka dengan pertanyaan kubur. Allah memisahkan yang buruk di antara
yang baik, meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh dalam kehidupan di dunia, dan Allah menyesatkan orang-orang
zalim.
kematian & hari akhirt76
Pendapat Abu Muhammad Abdul Haq rasanya lebih benar, wallahu
a'lam- r
Hadits-hadits yang kami sebutkan menunjukkan bahwa orang kafir
(ingkar pada ajaran Muhammad setelah dakwah sampai pada mereka) akan
ditanya dan diuji oleh dua malaikat dengan beberapa pertanyaan, dan
malaikat memukulnya dengan palu besi.
Orang Mukmin Bebas dari Ketakutan, Fitnah serta Azab Kubur
Lima faktor penyebab keselamatan dari siksa kubur yaitu:
I . Riboth (berjaga-jaga terhadap musuh)
2. Matisyahid
3. Bacaan Al-Qur'an
4. Musibah sakit
5. Waktu yang baik
l, Ribath (berjaga-jaga terhadap musuh)
Salman mengatakan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Berjaga-jaga (terhadap musuh di garis depan) sehari semalam jauh lebih
baik daripada puasa sebulan dan ibadah malam harinya. Bila ia mati, maka
amal yang diperbuatnya mengalir kepadanya, sedang rezekinya tetap
mengucur atasnya. Ia juga terpelihara dari fitnah kubur!" (HR. Muslim)
Ribath (berjaga-jaga terhadap musuh di garis depan) merupakan amal
yang paling baik, yang pahalanya kekal (sesudah kematian), sebagaimana
dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-'Ala ibn Abdurrahman
dari bapaknya dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, Beliau saw bersabda,
"Jika anak Adam mati, maka semua amalnya putus, kecuali tiga perkara."
Hadits ini shahih, namun hanya ada dalam riwayat Muslim.
Demikian pula sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dan
Abu Nu'aim yang menerangkan tentang mayat sesudah matinya. Saat itu ada
beberapa amalan yang tidak terputus pahalanya dengan kematian dan
kebinasaannya, seperti sedekah, ilmu, dan anak shalih. Di samping itu ada
ribath. Pelakunya akan mendapat pahala yang berlipat ganda sampai hari
kiamat (menurut hadits Nabi saw, "Jika dia mati, maka pahalanya akan
mengalir kepadanya.")
ada suatu penjelasan terhadap hal ini dalam sebuah kitab
(hadits) at-Tirmidzi, yang diriwayatkan oleh Fadhalah ibn Ubaid. Dia
menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Setiap mayat akan tertutup
kematian & hari akhir t77
amalnya, kecuali orang yang selalu melakukan ribath (berjaga-jaga terhadap
musuh) di
.jalan Allah. Amalnya akan bertambah (tumbuft) sampai hari
kiamat dan bebas dari fitnah kubur." (HR. at-Tirmidzi. Beliau menyatakan
bahwa hadits ini hasun shuhih).
Abu Daud juga menuturkan sebuah hadits yang mirip dengan hadits
ini. Beliau saw bersabda. "Dia bebas dari fitnah kubur." Kata
'bertambah' di sini berarti 'berlipal g,anda' dan pahalanya tidak berhenti
sebab kematiannya, bahkan Allah selalu menambahnya. Amal-amal
kebaikannya juga membawa keselamatan dari musuh dan melindungi
mereka dengan perlindungannya, menyucikan agama, serta menegakkan
syiar-syiar Islam. Amal yang mengalir pahalanya hanya amal-amal shalih
yang dilakukannya.
ada sebuah hadits dengan snad shahih dari Abu Hurairah ra,
yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang meninggal
dalam keadaan berjaga-jaga dari musuh Allah (ribat&) dijalan Allah, maka
Allah akan mengalirkan pahala atas amal shalihnya yang dilakukannya, atau
membebaskannya dari fitnah kubur, dan memberikan rezeki berupa rasa
aman dari ketakukan yang dahsyat." (HR. Ibnu Majah)
Abu Nu'aim al-Hafidz meriwayatkan sebuah hadits dari Jubair ibn
Bukair, Kubair ibn Murrah, dan Amru ibn Aswad dari 'lrbadh ibn Sariyah
ra. Dia menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Setiap amal terputus
dari pelakunya saat dia mati, kecuali orang yang melakukan ribath dijalan
Allah. Pahalanya akan terus bertambah dan rezekinya terus mengucur
kepadanya sampai hari perhitungan."
Hadits ini dan hadits riwayat Fadhalah ibn Ubaid ada dua batasan,
yakni orang yang meninggal dalam keadaan ribath, wallahu a'lam.
Diriwayatkan oleh Utsman ibn 'Affan. Beliau mengatakan: Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa berjaga-jaga dari musuh
(ribath) satu malam dijalan Allah aku diberi pahala yang sepadan dengan
puasa dan menegakkan malamnya selama seribu malam."
Dalam hadits lain Ubai ibn Ka'ab menuturkan: Rasulullah saw
bersabda, "Barangsiapa melakukan ribath selama satu hari untuk menjaga
kehormatan kaum Muslim dengan penuh ikhlash pada bulan di luar
Ramadhan, maka pahalanya lebih besar daripada ibadah puasa dan
menegakkan malamnya selama seratus tahun. Ribath selama sehari di jalan
Allah dalam menjaga kehormatan kaum Muslim pada bulan Ramadhan lebih
utama dan lebih besar lagi pahalanya di sisi Allah."
Menurut versi riwayat lain disebutkan: Aku rasa Beliau saw berkata,
"(Pahala ribath lebih besar dari) melakukan ibadah puasa dan menegakkan
malamnya selama seribu tahun. Jadijika Allah mengembalikan dia kepada
kematian & hari akhirt78
keluarganya dengan selamat, tidak akan ditulis atasnya dosa selama seribu
tahun yang ditulis yaitu kebaikannya, sedang pahala ribath mengalir
terus kepadanya sampai hari kiamat."
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan ribath
satu hari saja pada bulan Ramadhan akan diberi pahala yang kekal,
meskipun dia tidak mati dalam keadaan ribath, wallahu a'lam. (Hadits ini
dari Muhammad ibn Ismail yang diriwayatkan dari lbn Samurah yang
disampaikan oleh Muhammad ibn Ya'li as-Salmi dari Umar ibn Shahih dari
Abdurrahman ibn Umar dari Makhul dari Ubai ibn Ka'ab)
Ribath merupakan suatu kewajiban di jalan Allah. Diambil dari kata
rabthul khail (mengikat tali kuda) kemudian di sebut dengan istilah 'orang
yang ikut menjaga batas negara di antara batas-batas negara kaum Muslim'
dengan murabith baik dengan kendaraan maupun berjalan kaki'. Lafaz
murabith JoarT berasal dari kata ltrt berdasarkan perkataan Nabi saw saat
menanti shalat: {tt'rr r<Jii} yang memiliki tasybih (persamaan) dengan
istilah {il'J,-,, }!rr,t} atau berjaga-jaga dari musuh di jalan Allah.
Jadilafazribath secara bahasa seperti penjelasan pertama, yakni orang
yang pergi ke salah satu perbatasan untuk berjaga-jaga selama waktu
tertentu. Orang yang menetap dan berusaha di sana (walaupun ikut
melakukan penjagaan) tidak dianggap murabith sebagaimana dikatakan oleh
para ulama, yang diterangkan dalam kitab al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an
(surah Ali 'lmran).
2. Mati Syahid
Diriwayatkan oleh Rasyid ibn Sa'ad dari beberapa orang sahabat
Rasulullah saw. Dalam hadits ini disebutkan bahwa seorang laki-laki
mengajukan pertanyaan kepada Beliau, "Wahai Rasulullah, bagaimana
keadaan fitnah bagi mereka yang mati syahid dalam kuburnya?" Rasulullah
menjawab, "Cukup kilatan pedang atas kepala mereka sebagai fitnah." (HR.
an-Nasa'i)
Demikian pula ada sebuah hadits dalam kitab Sunan lbnu Majah
dan Jami' at-Tirmidzi, serta dari Miqdam ibn Ma'di Karb, yang
menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati syahid di
sisi Allah mendapat enam keistimewaan:
l. Dosanya diampuni saat pertama sekali darahnya menetes;
2. Diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya di surga;
3. Diselamatkan dari azab kubur;
4. Aman dari kedahsyatan yang paling besar;
kematian & hariakhir t79
5. Diberi mahkota kehormatan berupa batu mulia yang lebih baik
daripada dunia serta isinya;
6. Dikawinkan dengan T2bidadari dan dapat memberi syafaat kepada 70
orang keluarganya."
Hadits ini diriwayatkan melalui lafadz at-Tirmidzi. Beliau
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih gharib.
sedang dalam riwayat lbn Majah disebutkan, "Diberi perhiasan
iman" sebagai ganti ungkapan, "Diberi mahkota kehormatan."22
Penulis mengatakan dan juga ada dalam kumpulan naskah at-
Tirmidzi dan lbn Majah, yang menyebutkan 'enam keistimewaan'. Padahal
dalam motan (kandungan) hadits sebenarnya ada 'tujuh'. Bahkan ada
'delapan' jika ditambahkan dengan perkataan lbn Majah, "Diberi perhiasan
iman."
Abu Bakar Ahmad ibn Salman an-Najad menyebutkan ada 'delapan',
yang disandarkan kepada Miqdam ibn Ma'di Karb. Dia mengatakan bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang syahid di sisi Allah mendapat
delapan keistimewaan."
3. Bacaan Al-Qur'an
Ibnu 'Abbas ra mengatakan:
Seorang sahabat Rasulullah mendirikan tenda di atas sebuah kuburan,
sebab sebelumnya dia tidak tahu bahwa tempat itu yaitu kuburan. Pada
waktu itu dia mendengar -dari dalam kubur itu- seseorang membaca surah
al-Mulk sampai khatam. Lalu ia mengadukan hal itu kepada Nabi saw,
"Wahai Rasulullah, aku mendirikan sebuah tenda di atas sebuah kuburan.
Aku tidak tahu bahwa tempat itu kuburan seseorang. Saat itu aku mendengar
seseorang membaca surah al-Mulk sampai tamat dari dalam kubur itu!"
Rasulullah saw bersabda, "Surah itu menghalangi dan menyelamatkannya
dari azab kubur." (HR. at-Tirmidzi, mengatakan bahwa hadits ini hasan
gharib)
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, "Siapa membacanya
(Surah al-Mulk) setiap malam, maka surah itu akan membela orang yang
membacanya (dari siksa kubur)." (HR. at-Tirmidzi).
2t lbnu Majah meriwayatkan hadits ini dengan rangkaia[ sanad yang panjang dari lbnu Hisyam ibn
'Ammar dari lsmail ibn 'lyas, dari Bujair ibn Sa'ad. At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Abdullah
ibn Abdunahman dari Nu'aim ibn Hammad dari Baqiyyah ibn Walid, dari Bujair ibn Sa'ad dari
Khalid ibn Ma'dan dari Miqdam ibn Ma'di Kar6.
kematian & hariakhirt80
Ada hadits yang menyatakan bahwa surah al-Mujadilah menjadi
pelindung dalam kubur, bagi orang yang suka membacanya."
Pada hadits lain disebutkan, "Orang yang membacanya setiap malam
akan selamat dari fitnah kubur."
Syekh Abu al-Abbas Ahmad ibn Umar al-Anshari al-Qurthubi (di
pelabuhan lskandariah) berkata:
Diriwayatkan dari lbrahim ibn Hakam dari bapaknya dari lkrimah dari
lbn 'Abbas ra, beliau berkata kepada seorang laki-laki:23 "Maukah engkau
kuberitahu tentang hadits yang dapat membuatmu gembira?" "Tentu, wahai
lbn 'Abbas, semoga Allah mengasihimu!" lbn 'Abbas berkata, "Hafalkanlah
surah 'tabqarakal tadzi biyadihil mulk'24 dan ajarkan kepada keluargamu,
anak-anakmu, para pembantumu, serta para tetanggamu, sebab ia akan
menolong, membantu dan membelamu pada hari kiamat di hadapan Allah.
Dia akan meminta Tuhan untuk menyelamatkan orang yang membacanya
dari azab neraka saat dia berada di dalamnya dan Allah akan
menye lamatkannya dari azab kubur."
Rasulullah saw bersabda, "Aku senang jika dia ada dalam setiap hati
umatku."
Ahli hadits Abu Abdullah ibn Ibrahim al-Anshari at-Talmasani
menyampaikan kepada kami dari (gurunya yang mulia) Abu Muhammad
Yunus dari Abu al-Waqt. Beliau berkata, "Orang yang membaca'Qul huwa
Allahu Ahadzs saat naza' (sakit saat menghadapi kematian) akan
terhindar dari azab kubur."
4. Musibah Sakit
Abu Hurairah ra meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah saw,
"Orang yang mati sebab sakit akan mati dalam keadaan syahid. Dia selamat
dari azab kubur dan setiap pagi sakit sedang sore diberi rezeki dari
surga." (HR. Ibnu Majah)
Jami' ibn Syaddad menyampaikan sebuah hadits dari Abdullah ibn
Yasar: saat aku duduk dekat Sulaiman ibn Shard dan Khalid ibn
'Urfathah, keduanya menyebut tentang seorang laki-laki yang mati sebab
Hadits ini dari asy-Syekh ash-Shalih, Abu Bakar Muhammad ibn Abdullah ibn Arabi al-Mu'afiri
(anak dari saudara Syekh Imam Abu Bakr) dari asy-Syekh Abu Muhammad Yunus ibn Abu Husain
ibn Abu al-Barakat al-Hasyimi al-Baghdadi Abu Waqt dari ad-Dawudi dari al-Hamawi dari Abu
lshaq lbrahim ibn Khuzaim asy-Syasi yang meriwayatkannya dari Abdullah ibn Hamid al-Kasi dari
lbrahim ibn Hakam dari bapaknya dari lkrimah dari lbn 'Abbas ra.
Yaitu surah al-Mulk
Yaitu surah al-lkhlas
kematian & hariakhir
vl
)5
t8t
sakit perut. Saat itu keduanya ingin melihat jenazahnya. Salah seorang
berkata kepada temannya, "Bukankah Rasulullah saw bersabda, "Orang
yang mati sebab sakit perut tidak akan disiksa dalam kuburnya." (HR. an-
Nasa'i)
Abu Daud ath-Thayalisi menyebutkan hadits ini dalam Musnad-
nya: Syu'bah menyampaikan hadits itu kepada kami dariJami' ibn Syaddad,
lalu dia menyebutkannya dan menambahkannya. Kemudian yang lain
berrkata, "Betul."
5. Wektu yang Baik
Rabiah ibn Saif meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah ibn Umar
ra: Dia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang Muslim yang
mati pada hari Jum'at atau malam Jum'at akan dijauhkan dari fitnah kubur
oleh Allah." (HR. at-Tirmidzi) Beliau menyatakan hadits ini hasan gharib
munqathi.26
Menurutku -dalam kitab Nm'adir al-Ushul- Abu Abdullah at-Tirmidzi
meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang bersambung dari Rabiah
ibn Saif al-lskandaridari lyadh ibn'Uqbah al-FihridariAbdullah ibn Umar,
yang berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang mati
pada hari Jum'at atau malam Jum'at akan diselamatkan dari fitnah kubur."
(HR. at-Tirmidzi)
Ali ibn Ma'bad meriwayatkan dari Abdullah ibn Umar ra, beliau
berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang wafat pada
hari Jum'at atau malam Jum'at akan selamat dari fitnah kubur."
Dalam riwayat dari Abu Nu'aim al-Hafidz dari Muhammad ibn
Munkadir dari Jabir ra, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Siapa yang mati pada malam Jum'at atau hari Jum'at akan selamat dari
siksa kubur, dan pada hari kiamat dia akan datang dengan cap syuhada (di
mukanya)."
Hadits ini hanya dari perkataan Jabir dan Muhammad.
Diriwayatkan secara tersendiri oleh Umar ibn Musa al-Wajihi (penduduk
Madinah dengan kualifikasi sedikit kelemahan [/irn]) dari Muhammad dari
Jabir.
7L Sanadnya tidak bersambung(nunqathi^) oleh Rabi'ah ibn Syaif. Dia hanya meriwayatkannya dari
Abdunahman al-Habli dari Abdullah ibn Umar dan kami tidak tahu bahwa Rabiah ibn Saif
mendengar hadits ini dari Abdullah ibn Umr.
kematian & hariakhirt82
Tidak Kontradisksi dengan Hadits Terdahulu
Aku menyatakan: Bab ini tidak bertentangan dengan bab-bab yang
telah dikemukakan sebelumnya, bahkan memberi kekhususan dan penjelasan
tentang orang yang tidak akan ditanya dan tidak bebas dari fitnah kubur.
Juga terbebas dari semua ketakutan (saat berada dalam kubur). Semuanya
tidak dapat dikiaskan (dianalogikan) dan dirasionalkan. Semuanya harus
dapat diterima, sebab berasal dari perkataan Nabi saw.
Ibn Majah (dalam kitab Sunan-nya) meriwayatkan sebuah hadits dari
Jabir. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "saat mayat
telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka sinar matahari menyinari
kuburnya dari arah barat. Kemudian dia duduk dan mengusapngusap
matanya dan berkata, 'Biarkan aku shalat'."
Mungkin orang ini salah satu yang dilindungi dari fitnah kubur.
Hadits itu juga tidak bertentangan dengan hadits-hadits sebelumnya,
alhamdulillah.
Beragam Mati Syahid
Rasulullah memberikan komentar kepada orang yang mati syahid
dengan ungkapan, "Cukup kilatan pedang atas kepalanya sebagai fitnah."
At-Tirmidzi memberikan ulasan yang bijak tentang hadits ini. Beliau
berkata:
Makna perkataan Nabi ini yaitu , "Jika orang-orang yang mati
yaitu orang-orang munafik, maka saat bertemu dua pasukan besar dalam
peperangan dan pedang-pedang mereka berkilatan secara spontan, maka
mereka akan lari, sebab memang begitu perilaku orang munafik; lari dan
bersembunyi saat itu. Namun jika orang Mukmin rela mengorbankan dan
menyerahkan dirinya kepada Allah maka dia akan bangkit -dengan semangat
yang bergelora- untuk mempertahankan agama Allah dan menegakkan
kalimat-Nya. Jadi di sini sangat jelas kebenaran isi hatinya, dimana ia
berangkat untuk perang dan gugur dalam pertempuran. Lantas mengapa dia
harus ditanya dalam kuburnya?"
Menurutku: Jika orang yang syahid tidak ditanya, maka apalagi orang-
orang yang shiddiiq (orang-orang yang suka kepada kebenaran) yang
kedudukannya lebih tinggi dan pahalanya lebih besar daripada mereka. Jadi
mereka lebih pantas untuk tidak diuji, sebab AIlah mendahulukan
penyebutannya dalam Al-Qur'an daripada para syuhada; Mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oteh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan
kematian & hariakhir t83
orung-orang, shalih. Dan mereka itulah teman yang.sebaik-baiknya." (QS.
an-Nisa': 69)
Para murabith (orangyang berjaga-jaga dari musuh) yang martabatnya
lebih rendah daripada orang yang syahid tidak diuji dalam kuburnya, apalagi
orang yang lebih tinggi martabatnya daripada murabith dan orang yang
syahid? Wallahu a'lam.
Nabi saw bersabda, "Siapa yang mati sebab sakit akan mati syahid."
Yaitu orang yang sakit selama setahun. Tapi pada hadits lain dibatasi, "Siapa
yang mati sebab sakit perut." Dalam hal ini ada dua pendapat:
Pendapat pertama: Kata 'penyakit' pada hadits ini dimaksudkan
untuk orang yang menderita penyakit muntaber (diare). Orang Arab
menyebutnya 'ia memegang perutnya' saat jatuh sakit dan sering buang air
besar. Jika tidak diobati maka sakitnya akan bertambah buruk.
Pendapat kedua: Maksud hadits ini yaitu orang yang
menderita penyakit busung air. Pendapat ini lebih kuat, sebab orang Arab
menghubungkan kematiannya dengan perutnya, yakni penyakit di dalam
perut seseorang. Penderita busung airjarang sekali yang meninggal, kecuali
dibarengi dengan penyakit muntaber atau rusaknya perut. Dengan demikian
seakan-akan dua sifat terkumpul di dalamnya. Tanda syahid bagi mayat
(selain perutnya) yaitu akal yang masih berfungsi (sadar), pikiran yang
tetap ada (hingga dia meninggal).
Demikian pula penderita penyakit lumpuh (stroke), yang
memicu kematian yaitu kerusakan tubuh. Semua mati secara
berangsur-angsur, bukan mendadak (sebab racun atau zal berbahaya
lainnya, tertimpa beban berat, radang paru-paru, demam siang-malam,
kencing batu, atau kehilangan akal sebab beratnya rasa sakit). sedang
saat itu keadaannya sebaliknya; saat akan mati pikirannya masih ada
(masih sadar) dan dia mengetahuinya wallahu a'lam.
Meninggal saat Selesainya Bulan Ramadhan, Hari Arafah dan setelah
Berzekat
Abu Nu'aim meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah ibn
Muhammad dari Ibn Sa'id dari Muhammad ibn Harb al-Wasithi yang
menyampaikannya dari Nashr ibn Hammad dari Hammam dari Muhammad
ibn Hujadah dari Thalhah ibn Musharrif yang didengarnya dari Khaitsamah
ibn Abdurrahman yang meriwayatkannya dari Ibn Mas'ud, bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang matinya bertepatan dengan selesainya
bulan Ramadhan maka akan masuk surga. Siapa yang matinya bertepatan
dengan selesainya hari Arafah maka akan masuk surga. Siapa yang matinya
bertepatan setelah habis membayar za\at maka akan masuk surga." Hadits
ngat kematian & hari akhirt84
ini hanya diriwayatkkan oleh Thalhah dan hanya bersumber dari Nashr dari
Hammam. r
Setiap Pagi dan Sore Mayat Diperlihatkan Tempatnya di Akhirat
' lbn Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda. "saat
salah seorang dari kamu meninggal, maka akan diperlihatkan kepadanya
tempatnya (di akhirat kelak) setiap pagi dan sore. Jika dia termasuk ahli
surga maka diperlihatkan tempatnya di surga, namun jika termasuk ahli
neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Lalu dikatakan kepadanya,
"lni tempatmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat." (HR. al-
Bukharidan Muslim)
Hal ini Termasuk Siksa atau Nikmat
Para ulama memberikan penjelasan terhadap perkataan 'diperlihatkan
kepadanya tempatnya' dan ada yang meriwayatkan 'diperlihatkan
tempatnya' sebagai berikut:
Ini yaitu salah satu contoh azabyang besar dan di dunia kita banyak
mengalami contoh seperti itu. Seperti saat seseorang diperlihatkan
musuhnya atau bermacam-macam siksaan atau seseorang yang menakutinya
meskipun tidak diperlihatkan kepadanya siksaan. Kita berlindung kepada
Allah dari azab dan siksa-Nya dengan kemuliaan dan rahmat-Nya.
Dalam Al-Qur'an disebutkan tentang hak orang kafir,"Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang... (QS. Ghafir: 46)
Allah SWT memberitahukan bahwa orang-orang kafir akan
diperlihatkan neraka, sebagaimana diperlihatkan surga kepada ahlus sa'adah
(orang Mukmin) dengan khabar yangshahih di dalamnya.
Apakah surga diperlihatkan kepada semua orang Mukmin? Benar, tapi
khusus orang Mukmin yang sempurna imannya dan orang yang
diselamatkan oleh Allah dari neraka. Orang yang terkena ancaman Allah
(yaitu orang yang mencampuradukkan amalan baik dengan buruk), akan
diperlihatkan dua tempat itu sebagaimana dia melihat amalnya pada dua
orang dalam dua waktu atau satu waktu, yaitu buruk dan baik. Dapat juga
dipahami bahwa yang dimaksud dengan ahli surga yaitu semua orang
punya kesempatan untuk mendapatkannya, wallahu a'lam.
Apakah Penampakan itu Dirasakan oleh Jasad?
Kemudian dipertanyakan, apakah tempatnya itu diperlihatkan kepada
arwahnya? Boleh jadi dengan sebagian badannya atau seluruh jasadnya,
kematian & hari akhir t85
sebab waktu itu dikembalikan ruhnya ke dalam jasadnya di dalam kubur,
sama halnya saat arwahnya dikembalikan ke dalam jasadnya (saat dua
orang malaikat menyuruhnya duduk untuk menjawab pertanyaan).
Kemudian dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu di neraka! Allah telah
menukarnya dengan sebuah tempat di surga." Bagaimanapun keadaannya,
siksaan itu dapat dirasakan oleh seseorang, sakit dan pedihnya serta
suasananya yang dahsyatjuga dapat dirasakan.
Beberapa ulama memberikan contoh tentang siksaan terhadap ruh ini,
yakni seperti orang yang sedang tidur. Jadi ruhnya menerima azab dan
nikmat. walaupun jasadnya tidak merasakannya sama sekali.
Abdullah ibn Mas'ud berkata, "Arwah para pengikut Fir'aun berada
dalam perut burung yang hitam dan mereka diperlihatkan neraka setiap hari
sebanyak dua kali. Dikatakan kepada mereka, "lnilah tempat kalian!"
Allah berfirman: Neraka diperlihatkan kepada mereka setiap pagi dan
petang.
Syu'bah meriwayatkan sebuah riwayat dari Ya'la ibn 'Atha dari
Maimun ibn Maisarah, dia berkata, "jika pagi telah datang maka Abu
Hurairah ra berseru, 'Petang telah datang. Segala puji bagi Allah. Telah
diperlihatkan neraka kepada pengikut Fir'aun'. Dia hanya mendengar Abu
Hurairah ra memohon perlindungan kepada Allah dari azab neraka." Dan
sungguh dikatakan, "Arwah mereka berada dalam batu besar hitam di bawah
bumi yang ketujuh, di tepi Jahannam, dalam perut burung hitam." Istilah
pagi dan petang hanya dikaitkan kepada kebiasaan kita, sebab di akhirat
tidak ada pagi dan petang.
Allah SWT berfirman: Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap
pagi dan pelazg. (QS. Maryam: 62)
Insya Allahjawaban terhadap dua hal ini akan dijelaskan satu-persatu
dalam pembahasan tentang keadaan surga.
Hanya Anvah Para Syuhada yang Berada dalam Surga
Ibn Umar meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "lni tempatmu
hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat." Hadits ini ditujukan
untuk selain syuhada.
Masruq berkata, "Kami bertanya kepada lbnu Mas'ud tentang maksud
ayat: Janganlah kamu mengira balm,a orang-orang yang gugur di jalan
Allah itu mati; bahkon mereko itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendopat
rezeki. (QS. Ali 'lmran: 169)
Beliau menjawab, "Arwah mereka ada dalam perut burung hijau.
Mereka memiliki pelita-pelita di bawh Arsy. Burung-burung itu terbang
kematian & hari akhirr86
bebas di surga dan mereka bergantungan pada pelita-pelita ini.
Selanjutnya Tuhan menemui mereka sambil bertanya, 'Apakah ada lagiyang
kalian inginkan?' Mereka menjawabf 'Apakah ada lagi yang kami inginLun,
senrentara kami sudah merasa senang dapat terbang bebas di surga ini?'
Allah menanyai mereka sebanyak tiga kali. Tatkala mereka merasa tidak ada
lagi yang akan diminta kepada Tuhan, mereka berkata, 'Ya Tuhan, kami
ingin agar Engkau mengembalikan arwah kami ke dalam jasad kami agar
kami bisa kembali berperang di jalan-Mu sekali lagi!' Mereka berkata
seperti itu saat terlihat tidak ada lagiyang mereka inginkan." (HR. Muslim)
Lima Hal yang Harus Diperhatikan tentang Anryah Syuhada
Ada lima hal yang harus diperhatikan tentang arwah syuhada, yaitu:
Pertama: Jika dikatakan seperti itu; lantas bagaimana pendapat Anda
dengan hadits yang dikemukakan sebelumnya, "Tidaklah seseorang yang
melewati kuburan saudaranya yang dikenalnya di dunia, lalu dia
mengucapkan salam kepadanya, maka saudaranya (yang telah wafat itu)
akan menjawab salamnya ini." Kami mengira hadits itu bersifat umum,
yang di+akhsrs (dikecualikan) oleh hadits di atas. Jadi hadits itu ditujukan
kepada selain para syuhada."
Kedua: Jika demikian, lalu bagaimana kedudukannya dengan hadits
dari Malik dari lbnu Syihab yang diceritakannya dari Abdurrahman ibn
Ka'ab ibn Malik al-Anshari yang mengabarkan bahwa bapaknya Ka'ab ibn
Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Jiwa orang Mukmin
menjadi seekor burung yang bergelantungan pada pohon-pohon surga,
sampai Allah mengembalikannya ke dalam jasadnya pada hari dia
dibangkitkan kelak."
Ahli bahasa menyatakan kata,.lilo (ta'luqu) dengan lam dhammah yang
setimbangan dengan kata ta'kulu: $b. Dikatakan 'alaqat, ta'luqu, 'uluqan.
sedang kata gl4 @a'laqu) dengan lam fathah (yang lebih banyak
dipakai) memiliki makna: 'dia bebas', khusus untuk arwah para syuhada,
berdasarkan hadits sebelumnya. Firman Allah yang memberitahukan
keadaan mereka: Bahkan merela itu hidup di sisi Tuhannya dengan
mendapat rezeki. (QS. Ali 'Imran: 169)
Seorang mendapat rezeki bila ia hidup, maka mendapat makanan dan
kenikmatan hanya dirasakan oleh orang yang syahid di jalan Allah, sesuai
ijma' pendapat ulama.
Abu Bakar ibn al-'Arabi (dalam bukunya, Sirajul Muriidin),
meriwayatkan bahwa orang yang tidak syahid berbeda kondisinya. Perlakuan
kematian & hariakhir t87
yang mereka dapati hanya kondisi kuburan yang dipenuhi oleh cahaya hijau
dan dilapangkan kuburnya. sedang yang dimaksud dengan 'jiwo orang
Mukmin' pada hadits ini yaitu jiwa Mukmin yang syahid. Ditambah
lagi penjelasannya dalam hadits ini "hingga Allah mengembalikannya
ke dalam jasadnya pada hari dia dibangkitkan."
Ketiga: Bagaimana dengan pendapat yang mengatakan bahwa para
arwah saling bertemu di langit dan di surga. Pendapat yang mengatakan
saling bertemu di langit berdasarkan pada hadits Nabi, "./i/rc datang bulan
Ramadhan, maka pintu-pintu langit dibuka."
Dalam riwayat lai n d i sebutkan, " P intu- p inlu sur ga."
Kami berpendapat bahwa arwah-arwah yang saling bertemu di langit
tidak harus saling bertemu di surga, bahkan arwah orang Mukmin yang
bukan syuhada kadang berada di dalam atau di sekitar kuburnya dan di langit
(bukan di surga). Mereka mengunjungi kuburnya paling tidak setiap hari
Jum'at secara tetap. Oleh sebab itu, para ulama menganjurkan untuk
menziarahi kuburan pada hari Jum'at atau Sabtu pagi, wallahu a'lam.
Ibn Arabi berkata, "Semua hadits yang dikemukakan oleh banyak
periwayat tentang para arwah dalam kubur -yang mendapat azab atau
nikmat- merupakan hasil kesimpulan mereka terhadap hadits shahih dari
Ibnu Umar, "Jika salah seorang kamu meninggal dunia, maka diperlihatkan
tempat duduknya setiap pagi dan petang." Yang diperlihatkan hanya 'tempat
duduknya' tidak diterangkan tentang 'tempat darimana ia memandangnya'.
Juga hadits-hadits lain yang mengatakan bahwa mereka diazab dalam
kuburnya. Demikian pula hadits tentang orang Yahudi."
Aku berpendapat: Kembali kepada apa yang kami sebutkan
sebelumnya: tentang hadits Nabi, "Tidaklah salah seorang kamu yang
melewati lafiuran saudaranya yang dikenalnya saat di dunia sedang
ruhnya berada dalam kuburnya, melainkon dia akan mengetahuinya dan
menjav,ab salam saudaranya irz," sehingga tidak ada pertentangan antara
hadits-hadits ini wallahu a'lam.
Keempat: Kalau disebutkan seperti itu, lalu bagaimana dengan hadits
Nabi yang berbunyi, "Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya, jika
seseorang gugr di jalan Allah kemudian dia dihidupkan lagi kemudian
terbunuh lagi, lalu dihidupkan lagi sedang dia memiliki utang, maka dia
tidak alran masuk surga sampai utangnya lunas."
Hadits ini menerangkan bahwa di antara para syuhada ada yang
tidak bisa masuk surga. Arwah mereka tidak berada dalam perut burung dan
dalam kubur. Lalu di mana saat itu arwah mereka berada?
Ibn Wahab mengatakan sebuah hadits yang disandarkan kepada lbn
'Abbas, bahwa Nabi saw bersabda, "Para syuhada berada di sebuah stmgai
kematian & hariakhirr88
dekal pinlu surga. Mereka mendapol rezeki dari surga setiap pagi dan
pelang."
,
Mungkin maksud hadits ini yaitu para syuhada atau orang yang
terhalang masuk surga sebab terkait utang. Tidak hanya terkait dengan harta
(nanti akan diterangkan). Oleh sebab itu, para ulama mengatakan bahwa
keadaan para syuhada berbeda-beda tingkatannya dan tempat tinggalnya,
namun semuanya mendapat rezeki. Dalam hadits yang disebutkan
sebelumnya, Nabi saw berkata, "Siapa yang muli sebab sakil akan moti
syahid. Setiap pagi dan petang dia mendapot rezeki dari surga." Di sini
dijelaskan tentang keadaan para syuhada yang bermacam-macam. Insya
Allah nanti akan diterangkan tentang kategori orang yang mati syahid.
Kelima: Bagaimana kedudukannya dengan hadits dari Abu Umamah:
Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati syahid di laut
sama dengan orang yang mati syahid di darat, dan orang yang tenggelam di
lautan sama seperti orang yang berlumuran darahnya di darat." Kedua
macam orang itu sama-sama mati dalam ketaatan terhadap Allah. Allah dan
semua Malaikat Maut memegang seluruh arwah, kecuali arwah orang yang
syahid di laut, sebab arwahnya langsung diangkat oleh Allah. Orang yang
syahid di darat diampuni semua dosanya, kecuali utangnya. sedang
orang yang syahid di laut diampuni seluruh dosanya beserta utangnya."
(HR. Ibn Majah)
Kami katakan: Dengan syarat, ia berutang untuk memenuhi
kebutuhannya atau untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapinya, lalu
dia mati dan belum meninggalkan pembayaran utangnya. Allah SWT tidak
akan menghalanginya masuk surgq dan insya Allah dia mati syahid, sebab
pemerintah Islam yang berkewajiban membayarnya, dan sebab kewajiban
membayar utang hanya jatuh saat dia memiliki kesanggupan membayar.
Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang meninggalkan utang atau
kehilangan, maka Allah dan Rasul-Nya akan menanggungnya. Siapa yang
meninggalkan harta, hendaklah dia wariskan. Jika dia tidak mampu
membayarnya, maka Allah SWT akan melunasinya dan meridhai orang yang
mengutanginya."
Ada hadits yang dapat menjadi dalil dalam hal ini, yang diriwayatkan
oleh Ibn Majah (dalam Stman-nya) dari Abdullah ibn Umar, beliau
menyampaikan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Utang akan menghalangi
atau menjadi penghalang pelakunya pada hari kiamat saat ia mati, kecuali
orang yang terpaksa berutang untuk tiga alasan:
a) Lemah kekuatannya saat beduang di jalan Allah kemudian dia
berutang agar menjadi kuat dalam menghadapi musuh Allah dan
musuhnya,
kematian & hari akhir r89
b)
c)
jika seseorang meninggal, lalu orang Muslim yang lain tidak
menpunyai biaya untuk mengafani dan menguburkannya, kecuali
dengan mengutanginya,
Seorang laki-laki yang takut membujang sebab khawatir dengan
(anjuran) agamanya, lantas dia berutang untuk menikah. Allah akan
melunasi utang mereka itu pada hari kiamat." (HR. lbn Majah)
Berutanglah dengan Niat Membayar dan Hanya sebab Kebutuhan
Orang yang berutang untuk menghambur-hamburkannya dan
memboroskannya, lantas dia mati dan belum melunasinya atau tidak
meninggalkan pembayaran utangnya, dan tidak mewasiatkannya atau dia
mampu membayarnya tapi tidak mau melunasinya, maka dia terhalang untuk
masuk surga hingga dikurangi nanti pahala kebaikannya dan bertambah amal
buruknya, yang nanti akan dijelaskan lebih lanjut.
Kembali pada hadits Nabi tentang orang yang mati syahid dengan
keadaan terapung di laut, secara keseluruhan jelas di sini tidak membedakan
antara utang dengan agama. Juga hadits Nabi saw tentang orang yang tidak
mampu melunasi utangnya padahal dia sudah bertekad dan berniat
melunasinya dan tidak merusak harta yang dipinjamnya, maka Rasulullah
saw bersabda, "Siapa yang mengambil (meminjam) harta orang lain dan
berniat melunasinya, niscaya Allah akan melunasinya. sedang siapa
yang mengambilnya dengan niat merusaknya
-tidak membayar- maka Allah
merusakannya pula." (HR. al-Bukhari).
Sebenarnya hadits Abu Umamah ini lemah sanadnya. sedang
hadits yang diriwayatkam Muslim dari Abdullah ibn Umar di bawah ini
lebih kuat sanadnya. Beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Orang yang terbunuh di jalan Allah akan dihapus segala (bebannya) kecuali
utangnya." Tidak ada pengkhususan antara orang yang mati syahid di darat
dengan yang mati syahid di laut.
Demikian pula riwayat dari Abu Qatadah yang menceritakan tentang
seorang laki-laki yang berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah,
bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh dijalan Allah? Apakah Allah akan
mengampuni dosaku?" Rasulullah menjawab, "Benar, jika engkau terbunuh
di jalan Allah dan engkau bersabar, maka engkau dipandang sebagai orang
yang menghadap kepada-Nya tanpa ada dosa."
Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah saw berkata, "Bagaimana
maksudmu?" Laki-laki itu bertanya, "Wahai Rasullullah, bagaimana
pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Allah? Apakah Allah akan
mengampuni dosaku?" Rasulullah menjawab, "Benar. Jika engkau terbunuh
di jalan Allah dan engkau bersabar, r4aka engkau dipandang sebagai orang
kematian & hari akhirt90
yang menghadap kepada-Nya tanpa ada dosa, kecuali engkau memiliki
utang. Jibril mengatakan hal seperti itu kepadaku."
Abu Nu'aim at-Hafizh meriwiyatkan sebuah hadits yang disandarkan
kepada Imam penduduk Basrah yang dijelaskannya dari Abdurrahman ibn
Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Allah menyeru orang yang berutang pada hari kiamat nanti, 'Hai anak
Adam, kenapa kamu menghilangkan hak-hak manusia? Kenapa kamu
menghilangkan harta-harta mereka?' Dia akan menjawab, 'Ya Tuhan, aku
tidak merusaknya, namun aku mengalami musibah banjir'. Ada yang
menjawab terkena musibah kebakaran." Lantas Allah berkata, 'Aku lebih
berhak pada hari ini untuk melunasi utangmu'. Lalu pahala kebaikannya
diberatkan daripada dosanya. Selanjutnya dia diperintahkan masuk ke
surga." Hadits ini diriwayatkan daribeberapa jalur.
Abu Yazid ibn Harun meriwatkan dalam haditsnya, "Allah menyuruh
meletakkan sesuatu pada timbangannya sehingga timbangan kebaikannya
lebih berat." Hadits ini gharib, sebab hanya bersumber dari Syuraih yang
diriwayatkan sendiri oleh Shadaqah ibn Abu Musa dari Abu 'lmran al-Jauni.
Hadits ini menyatakan bahwa Allah SWT melunasi utang
berutang selama tidak mengambil harta orang lain dengan
dilarang.
Segala puji bagi Allah yang memberi taufik kepada kebenaran dan
menjelaskan melalui lisan rasul-Nya, sehingga dapat menjelaskan keragu-
raguan dan melepaskan kesulitan yang dihadapi hamba-hamba-Nya.
Beberapa ulama berkata, "Arwah seluruh orang beriman berada dalam
surga Ma'wa. Dinamakan al-Ma'wa sebab arwah orang-orang Mukmin di
sana berkumpul di bawah Arsy. Mereka memperoleh kenikmatan di
dalamnya, mencium baunya yang sangat harum, bebas terbang dalam surga,
dan bergelantungan dekat pelita-pelita cahaya di bawah Arsy. Hal ini telah
kami sebutkan sebelumnya, dan pendapat yang pertama lebih tepa\ wallahu
a'lam.
Ibn al-Mubarak meriwayatkan dari Tsaur ibn Yazid dari Khalid ibn
Ma'dan dari Abdullah ibn Amar ibn al-'Ash, dia berkata, "Arwah orang-
orang Mukmin menjadi seperti burung Tiung yang semuanya saling
mengenal. Mereka memperoleh rezeki dari surga."
Ibnu Lahi'ah meriwayatkan dari Yazid ibn Abu Habib yang
menceritakan bahwa Manshur ibn Abu Manshur mengatakan kepadanya
bahwa dia bertanya kepada Abdullah ibn Amru ibn al-Ash ra tentang tempat
arwah orang-orang Muslim setelah mereka wafat, maka Beliau menjawab,
"Bagaimana pendapat kalian, hai penduduk lrak?" Aku berkata, "Aku tidak
tahu." Lalu Beliau berkata, "Arwah mereka menjadi seekor burung putih
kematian & hariakhir
orang yang
cara yang
t9t
dalam naungan Arsy, sedang ruh orang kafir berada di lapisan bumi
ketujuh!" Lalu dia menyebutkan haditsnya.
lnilah hujjah (alasan) bagi orang yang mengatakan bahwa seluruh ruh
orang yang (benar-benar) beriman berada dalam surga. wallahu a'lam.
Ada pula yang menakwilkan firman Allah ini, sehingga yang
dimaksud hadits ini yaitu 'ruh orang Mukmin yang syahid', sehingga
redaksi pertanyaan pada Abdullah ibn Amru berbunyi, "Terangkan kepadaku
tentang ruh orang Mukmin yang syahid",wallahu a'lgm."
Hadits dari 'Uyayinah dari AMullah ibn Abu Yazid yang mendengar
Ibn 'Abbas berkata, "Ruh para syuhada berubah menjadi seekor burung
hijau."
Macam-macam Kenikmatan Ruh Syuhada
Dalam hadits lbn Mas'ud disebutkan, "Arwah mereka berada 'dalam'
perut burung hijau."
Dalam hadits Malik disebutkan, "Jiwa orang Mukmin seperti burung."
Dalam riwayat A'masy dari Abdullah ibn Murrah: Abdullah ibn Umar
ditanya tentang ruh para syuhada, maka dia menjawab, "Ruh para syuhada di
sisi Allah 'bagaikan' seekor burung hijau yang bergantungan pada pelita-
pelita di bawah Arsy yang terbang dengan bebas ke mana saja (setelah puas
beterbangan) mereka kembali bergantungan pada pelita-pelita itu." Lalu dia
menyebutkan haditsnya.
Ibn Syihab meriwayatkan dari Ka'ab ibn Malik dari bapaknya, bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Arwah para syuhada'menjadi' seekor burung
hijau yang bergelantungan pada pohon-pohon surga." Hadits ini sesuai
dengan hadits Malik yang lebih shahih, daripada riwayat yang menyatakan
bahwa arwah mereka berada "dalam" perut burung hijau.
Abu Umar menyebutkannya dalam kitab al-Istidzkar. Abu Hasan al-
Qubaisi menuturkan: Para ulama mengingkari pendapat yang mengatakan
bahwa arwah mereka berada dalam perut burung, sebab riwayatnya tidak
shahih. Kalau demikian, maka alangkah sempit dan terbatasnya tempat
mereka.
Menurutku, hadits ini riwayatnya shahih, sebab dia dinukilkan
dari Shahih Muslim dengan menyamakan makna fa (di dalam) dengan 'ala(di atas), sehingga kalimat 'arwah mereka berada dalam perut burung hijau.
Sebagaimana firman Allah SWT: Dan sesungguhnya aku akan menyalib
kamu sekalian "pada" pangkol pohon htrma. (QS. Thaha: 7l) Huruf "fa"
pada ayat ini berarti pada atau *di atas".
kematian & hariakhirr92
Syubaib ibn lbrahim menyebutkan dalam kitab al-lfshah al-mun'im
'ala Jihat Mukhtalifah (Kefasihan dalam Berbagai Versi):
"Di antara ruh ada yang menjadi burung yang bergantungan pada
pohon-pohon surga; ada yang dalam lambung atau perut burung hijau: ada
pula yang berkumpul pada pelita-pelita di bawah Arsy; ada yang berada
dalam perut burung seperti burung Tiung; ada yang berubah menjadi suatu
bentuk di surga; ada yang menjadi lukisan yang diciptakan sebab pahala
kebaikan mereka; ada pula yang terbang dan kembali ke jasadnya yang
dikunjunginya; ada pula yang bertemu dengan ruh-ruh yang sedang
digenggam; ada yang berada dalam lindungan Malaikat Mikail; ada yang
dalam jaminan Nabi Adam; ada yang dalam tanggungan Nabi lbrahim as."
Pendapat Syubaib ini lebih kuat sebab menggabungkan semua hadits
tentang hal itu, sehingga tidak terjadi pertentangan. Allah lebih mengetahui
dan lebih adil dengan kegaiban-Nya."
kematian & hari akhir t93
srAPA SAIA YANG DAPAT DTSEBUT SYUHADA?
KENAPA DINAMAKAN SYAH I D?
APA MAKNA SYAHADATT?
Beragam Sebab Kesyahidan
Berdasarkan berbagai riwayat ada beragam cara sehingga seorang
Mukmin mendapat pahala mati syahid. Diantaranya:
Mati sebab perang sabilillah; mengasingkan diri di jalan Allah lalu
mati atau terbunuh: mati terjatuh dari kudanya atau untanya; mati dipatuk
burung buas; mati di atas tempat tidur secara wajar; mati sakit perut; mati
sebab sakit tha'un; mati tenggelam; mati terbakar; mati tertimpa beban
berat; mati sebab sakit tipus; mati terbakar; mati sebab penyakit radang
selaput dada; wanita yang mati dalam keadaan hamil; wanita yang mati
sebab melahirkan (sementara anaknya bentuknya sudah sempurna dalam
perut ibunya); wanita yang meninggal sebab nifas (darah yang keluar
sesudah melahirkan); wanita yang meninggal dalam keadaan masih perawan
(belum disentuh laki-laki); wanita yang mati sebelum haid atau datang
bulan; mati sebab mempertahankan hartanya; mati sebab membela dirinya;
mati sebab membela agamanya; mati sebab membela keluarganya; mati
teraniaya; mati dalam keadaan terasing; yang membaca 'auzubillaahi
minasysyaithaanirrajiim' sebanyak tiga kali pada pagi hari, kemudian
membaca tiga ayat pada akhir surah al-Hasyr; membaca akhir surah al-Hasyr
sampai kepada akhirnya: (-l t- ,f * ovpr rS dti'l'l kemudian dia wafat
pada malamnya; dalam keadaaan berwudhu; yang shalat Dhuha, kemudian
bepuasa selama tiga hari setiap bulan dan tidak meninggalkan witir baik
saat di rumah maupun dalam perjalanan; maut mendatangi seorang
penuntut ilmu dan dia sedang menuntut ilmu orang yang benar-benar
menginginkan mati syahid (meskipun dia tidak mendapatkannya, meskipun
dia mati di atas kasur); dan orang yang punya harta
-binatang ternak- yang ia
sayangi, ia enggan menyembelihnya
-sebab sayang- sebab Allah punya
makhluk yang enggan untuk disembelih oleh-Nya.
Apa-apa yang kami sebutkan tadi berdasarkan riwayat-riwayat di
bawah ini:
Al-Ajiri dan beberapa periwayat lainnya meriwayatkan dari Abu
Malik al-Asyja'i, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa
mengasingkan diri dijalan Allah kemudian dia mati atau terbunuh. maka dia
mati syahid; atau mati terjatuh dari kudanya atau untanya; atau mati dipatuk
kematian & hari akhir194
oleh burung buas; atau mati di atas tempat tidur secara wajar (ika Allah
menghendaki maka dia mati syahid dqn masuk surga)."
Abu Bakar ibn Abu Syaibah juga meriwayatkan hadits (yang mirip
dengan hadits ini) dari Abdullah ibn 'Utaik dari Nabi saw.
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Orang yang mati syahid ada lima macam; a. Mati sebab sakit perut, b.
Mati sebab sakit tha'un (pes atau sampar), c. Mati sebab tenggelam, d.
Mati sebab terbakar, e. Mati sebab tertimpa beban berat, dan e. Mati
syahid di jalan Allah 'Azza wa Jalla." (HR. Timidzi, beliau menyatakan
bahwa hadits ini yaitu hasan shahih\.
Jabir mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati
syahid ada tujuh macam, selain orang yang syahid berperang dijalan Allah;
a. Mati sebab sakit tipus; b. mati sebab sakit perut; c. Mati sebab
tenggelam; d. Mati sebab terbakar; e. Mati sebab penyakit radang selaput
dada; f. Mati sebab tertimpa beban berat: g. Wanita yang mati dalam
keadaan hamil." (HR. an-Nasa'i)
Ada yang meriwayatkan, "Yaitu wanita yang mati sebab melahirkan,
sementara anaknya sudah sempurna bentuknya dalam perut ibunya itu."
Ada yang meriwayatkan, "Jika seorang wanita meninggal sebab nifas
(darah yang keluar sesudah melahirkan), maka wanita itu mati syahid, baik
anaknya dalam keadaan hidup maupun meninggal dalam kandungannya."
Ada yang meriwayatkan, "Yaitu wanita yang meninggal dalam
keadaan masih perawan (belum disentuh oleh laki-laki)"
Ada pula yang meriwayatkan, "Yaitu wanita yang mati sebelum haid
atau datang bulan." Itulah beberapa khabar yang satu sama lain berbeda.
Dalam beberapa Atsar (hrdits) kata 'shahibul ianDi' disebut dengan
kata'almajnub' . Kata.,..z diberi harkat kasrah pada huruf nuun dan fathah
pada jiim jika seseorang ditimpa penyakit Janibi' Qtenyakit kembung).
Sa'id ibn Zaid meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah saw
bersabda, "Orang yang mati sebab mempertahankan hartanya, maka dia
mati syahid. Orang yang mati sebab membela dirinya, maka dia mati
syahid. Orang yang mati sebab membela agamanya, maka dia mati syahid,
dan orang yang mati sebab membela keluarganya, maka dia mati syahid."
(HR. arTirmidzi, Abu Daud, dan Nasa'i. At-Tirmidzi menyatakan bahwa
hadits ini hasan shahih).
Suwaid ibn Muqarrin meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw,
"Orang yang matiteraniaya, maka dia mati syahid.'(HR.an-Nasa'i)
kematian & hariakhir t95
lbn 'Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang
yang mati dalam keadaan terasing, maka dia mati syahid." (HR. Ibnu
Majah).
Dalam hadits Daruquthni disebutkan, "Mati dalam keadaan sendirian
yaitu syahid." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn Umar, dan beliau
menyatakannya shahih.
Abu Bakar al-Khara'ithi meriwayatkan dari Anas ibn Malik ra, bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati sendirian, maka dia mati
syahid."
Hadits seperti itu juga ada dalam riwayat Muhammad ibn Sirin dari
Abu Hurairah ra. Beliau menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Orang yang mati sendirian, maka dia mati syahid."
Juga sebuah hadits Nabi yang telah dikemukakan sebelumnya, "Orang
yang mati sebab sakit, maka dia mati syahid."
Ma'qil ibn Yasar meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Orang
yang membaca'auzubillaahi minasysyaithaaninajiim' sebanyak tiga kali
pada pagi hari, kemudian membaca tiga ayat pada akhir surah al-Hasyr,
maka Allah mewakilkan baginya tujuh puluh ribu malaikat bershalawat
kepadanya sampai sore. Jika dia meningga pada hari itu, maka dia mati
syahid. Demikian pula bagi orang yang membacanya saat sore hari." (HR.
at-Tirmidzi)
Ats-Tsa'labi meriwayatkan dari Yazid ar-Raqasyi dari Anas bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang membaca akhir surah al-Hasyr
sampai akhirnya: (-l t- ,f ,* ovVt rs dti'i> Kemudian dia wafat pada
malamnya, maka dia mati syahid."
Al-Ajirijuga meriwayatkan dari Anas ibn Malik ra, bahwa Rasulullah
saw bersabda, "Hai Anas, jika kamu sanggup berwudhu selamanya, maka
kerjakan! sebab jika Malaikat Maut mengambil ruh seorang hamba, yang
dalam keadaaan berwudhu, maka hamba itu dicatat sebagai syahid."
Asy-Sya'bi meriwayatkan dari Ibn Umar dari Nabi saw, "Orang yang
shalat Dhuha dan bepuasa selama tiga hari setiap bulan, serta tidak
meninggalkan witir baik di rumah maupun dalam perjalanan, maka ditulis
baginya pahala syahid." (HR. Abu Nu'aim)
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Jika maut mendatangi seorang penuntut ilmu dan dia sedang
dalam keadaan menuntut ilmu, maka dia mati syahid."
Di antara para periwayat ada yang meriwayatkan, "Jarak dia (penuntut
ilmu) dengan nabi hanya satu derajat." Abu Umar menyebutkan hadits ini
dalam kitab Bayanul 'Ilmi. '
Mengingat kematian & hari akhirt96
Anas meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "Orang yang benar-
benar menginginkan mati syahid,, niscaya akan diberikan kepadanya,
meskipun dia tidak mendapatkannya (mati dalam keadaan syahid)." (HR.
Muslim)
Hadits dari Sahl ibn Hanif, Nabi saw bersabda, "Orang yang benar-
benar mengharapkan syahid, maka Allah akan menyampaikannya ke tempat
para syuhada meskipun dia mati di atas kasur." (HR. Muslim)
lbn Umar meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada
seorangpun melainkan ia punya harta
-binatang ternak- yang ia sayangi dan
ia enggan menyembelihnya
-sebab sayang- dan sesungguhnya Allah punya
makhluk yang enggan untuk disembelih-Nya. Mereka itulah orang-orang
yang mati di atas tempat tidur, namun mereka mendapatkan pahala kaum
syahid." (HR. at-Tirmidzi)
Makna Kata Syahadoh
Kata Syuhada' (if) merupakan bentuk jamak (plural) kata syaahid
(fo). sedang kata syahiid berarti 'orang yang terbunuh dijalan Allah'.
Menurut ahli bahasa (al-Jauhari dan yang lain) menyebutnya demikian,
sebab orang itu 'dipersaksikan kepadanya surga'.
Kata syahiid diartikan dengan masyhuud, yaitu fa'il (pelaku) yang
bermakna maf ' uul (objek).
Ibn Faris (ahli bahasa) mengatakan -dalam kitab al-Mujmal- bahwa
asy-shadiid yaitu orang yang mati di jalan Allah. Mereka mengatakan:
sebab para malaikat Allah menyaksikannya. Dinamakan syahid; sebab
ruhnya tiba di surga Dar as-Salam (tempat keselamatan). sebab mereka:
Mereka itu hidup di sisi Tuhannya lagi mendapat rezeki. (QS. Ali
'lmran:169)
sedang ruh orang-orang selain mereka tidak sampai ke surga.
Orang yang syahiid artinya orang yang syaahid. sebab dia ada di surga.
Ada yang berpendapat dinamakan demikian sebab , "Tanah tempat dia
gugur menyaksikan saat dia gugur di jalan Allah".
Ada juga yang berpendapat: sebab dia mempersaksikan dirinya
kepada Allah untuk memenuhi janji bai'atnya kepada Allah. Dirinya telah
mengadakan bai'at (persetujuan) dengan Allah dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orong-orang mu'min, diri dan harta
mereks dengan memberikan surgo untuk mereka. (QS. at-Taubah:l I I )
Maka bertemulah kesaksian Yang Maha Menyaksikan dengan
kesaksian hamba-Nya, seh ingga dinamakan' syahiid' .
kematian & hari akhir t97
Nabi saw bersabda. "Allah lebih mengetahui orang yang terluka dijalan-Nya." Beliau bersabda mengenai syuhadct perang Uhud, "Aku menjadi
saksi (syaliid) atas mereka." Allah menyaksikan pengorbanan diri mereka di
hadapan-Nya. Allah juga melihat mereka gugur di hadapan-Nya. Hadits ini
menambah kebenaran terhadap firman Allah tentang orang yang syahid
ini.
Pengertian 'syahadah' (a)t6:) menggambarkan orang yang membawa
kesaksian dan menyampaikannya. Syarat kesempurnaan syahadah
(kesaksian) ada tiga: a. Hadir. b. Kesadaran, c. Menyampaikannya.
Pengertian 'hadir' yakni "saksi benar-benar menyaksikan apa yang
disaksikannya." sedang pengertian "kesadaran" yaitu .,saksi
mengumpulkan apa yang disaksikannya dan benar-benar mengerti apa yang
disaksikannya ini saat menyaksikannya." Pengertian
"menyampaikan," di sini yaitu "memberikan kesaksiannya (saat
diperlukan) di hadapan orang banyak." Itulah makna bahwa syahadat dan
kesaksian yang paling sempurna hanya kesaksian Allah SWT. Semua saksi
nanti akan memberikan kesaksian di hadapan-Nya.
Allah SWT berfirman: Dan didatangkanlah para nabi dan saksi-salcsi
[asy-syuhada'J dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang
mereka tidak dirugikan (QS. az-Zumar: 69)
Syarat bagi para saksi yaitu adil. Orang yang adil di dunia dan
akherat hakikatnya yaitu orang yang melaksanakan perintah Allah SWT
atas mereka di dunia.
Keutamaan untuk Mayat Penderita Penyakit Pes
'lrbadh ibn Sariyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Orang yang mati syahid dan orang yang wafat di atas kasur mengetuh
kepada Tuhan terhadap orang-orang yang mati sebab penyakit tha,un (pes
atau sampar). Para syuhada berkata, "(Apakah) mereka mati seperti kami?,,
orang-orang yang wafat di atas pembaringan berkata, "saudara-saudara
kami wafat di atas pembaringan seperti kami." Lalu Allah menjawab,
"Lihatlah luka mereka. Jika luka mereka sama dengan kalian, maka mereka
masuk dalam kelompokmu. Ternyata luka mereka
-pes- sama dengan luka
yang mereka alami." (HR. an-Nasa'i)
'Aisyah ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, ..Umatku banyak
yang mati sebab tha'an (tusukan) dan penyakit tha'un (pes atau sampar).,,
Beliau berkata" "Adapun yang dimaksud dengan 'tha'an,, kami benar-benar
mengetahuinya, lalu bagaimana dengan orang yang menderita penyakit
tha'un?" Rasulullah menjawab, "Ia bagaikan ikatan yang ada pada unta ke
kematian & hari akhirr98
tempat dia minum sambil mengempit sesuatu. Orang yang wafat sebab
penyakit itu akan mati syahid." Abu pmar menyebutkannya dalam kitab al-
Tamhid wal lstidzkur.
Seluruh Tubuh Manusia akan Hancur oleh Tanah, kecuali Pangkal
Ekor
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"seluruh anggota tubuh manusia akan hancur, kecuali tulang tunggir
(pangkal ekornya atau 'ajmuz zanbi). Darinya manusia dibangkitkan kembali
pada hari kiamat." (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Ada dua istillah yang dipakai untuk ini: 'ajmuz zanbi dan 'ajbuz zanbi,
yang artinya bagian halus tulang punggung. Ada pula yang mengatakan
'pangkal tulang ekor'. Dalam sebuah riwayat lbn Abu Daud dari Abu Sa'id
al-Khudri (mengenai hari berbangkit), beliau berkata: saat sahabat
menanyakan tentang (pangkal ekor) kepada Rasulullah saw, Beliau
menjawab, "Yaitu seperti biji sawi, darinya kalian diciptakan."
Hadits dari Rasulullah saw, "Darinya kalian diciptakan dan darinya
kalian dibangkitkan." Maksudnya: manusia pertama kali diciptakan darinya.
Kemudian Allah SWT menyisakannya untuk kemudian darinya Allah
menghidupkan manusia kembali pada kaliyang kedua.
Tanah Tidak akan Memakan Jasad Para Nabi dan Syuhada, dan
Mereka Hidup di Barzakh
Allah SWT berfirman: Bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya
dengan mendopat rezeki. (QS. Ali 'lmran: 169)
Oleh sebab itu mereka tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Hal
ini ada dalam beberapa hadits shahih tentang syuhada Uhud, namun di
sini kami tidak akan memaparkannya.
ada suatu riwayat dari Malik dari Abdurahman ibn Abu
Sha'sha'ah, ia berkata, "saat terjadi banjir, orang-orang menggali kuburan
Amru ibn Jumuh dan Abdullah ibn 'Amr. Keduanya yaitu orang Anshar
dan kaum as-Sulami yang syahid saat perang Uhud. Setelah digali untuk
dipindahkan ke tempat lain, ternyata jasad keduanya tidak berubah.
Keduanya seakan-akan baru dikubur kemarin yang dikubur pada satu
kuburan. Salah satu dikubur dalam keadaan tangannya diletakkan di atas
lukanya. saat orang-orang mengangkat tangan itu dari lukanya, ia berbalik
kembali seperti semula. Ini terjadi setelah 46 tahun dari peristiwa Uhud.
kematian & hariakhir r99
Abu Umar berkata: Hadits ini tidak berbeda dengan hadits dari Malik
sampai akhirnya. Hadits ini diriwayatkan dari beberapa jalur .shuhih dari
Jabir.
Ketentuan ini juga berlaku bagi umat-umat sebelum kita yang mati
syahid di jalan Allah atau mati dalam kebenaran seperti nabi-nabi mereka.
Imam at-Tirmidzi memuat kisah tentang ashhab al-ukhdud (para penghuni
parit yang dibakar sebab mempertahankan iman pada Allah SWT)27 dalam
haditsnya yang berbunyi, "Seorang pemuda yang dibunuh oleh raja telah
dikubur di dalamnya." Beliau mengatakan bahwa mereka dikeluarkan pada
masa Umar ibn al-Khatthab ra. Jari-jarinya bengkok sebagaimana posisisnya
saat dibunuh. Beliau menyatakan bahwa hadits ini hasan gharib dan kisah
ashhab al-ukhdud dari Shahih Muslim. Peristiwa itu diperkirakan terjadi di
Najran pada suatu masa antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad saw. Kami
telah memaparkannya dalam al-Buruj dalam buku al-Jami' li Ahkam Al-
Qur'an dan sebagai penjelas terhadap kandungan Sunnah dan Al-Qur'an
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa saat Muawiyah
-rahimahullaft- ingin mengalirkan mata air yang ditemukan di Madinah (di
tengah pekuburan), dia memerintahkan orang-orang untuk memindahkan
mayat-mayat yang dikubur di sana. Peristiwa itu terjadi pada masa
pemerintahannya, beberapa tahun sesudah 'amul jama'aft (tahun persatuan
kaum Muslim, setelah Perang Shiffin), kurang lebih 50 tahun sesudah perang
Uhud. Orang-orang melihat keadaan mereka, sehingga semua melihat
sebuah sekop mengenai kaki Hamzah ibn Abdul Muthalib yang
mengeluarkan darah.
Jabir ibn Abdullah menceritakan bahwa keadaan bapaknya Abdullah
ibn Haram seakan-akan baru dikubur kemarin. Itulah contoh beberapa
syuhada yang terkenal. Masih banyak contoh lain bagi yang ingin
menelusurinya lebih jauh.
Seluruh penduduk Madinah menceritakan bahwa saat pemerintahan
Walid ibn Abdul Malik ibn Marwan dan Umar ibn Abdul Aziz di Madinah,
kuburan Nabi saw runtuh. Lalu mereka melihat sebuah kaki tersembul,
mereka khawatir jangan-jangan kaki itu yaitu kaki Nabi. Masyarakat
menjadi cemas. Lalu datanglah Sa'id ibn Musayyib ra yang menyampaikan
27 Dilakukan oleh Raja Dzu Nuwas. Pada masa pemerintahan Raja Dzu Nuwas, bangsa dan agama
Yahudi
-Yahudi yang sesat- mengalami masa kejayaannya di Yaman. Yahudi mendapat
kesempatan untuk membalas dendam kepada Umat Nabi Isa as
-agama Nashrani yang masih
tauhid-. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan Umat Nabi Isa as. Setelah terkumpul
-tanpa perikemanusiaan- ia memerintahkan pasukannya untuk melemparkan Umat Nabi lsa as ke
dalam api yang sedang menyala-nyala satu persatu hingga tidak tersisa satu orang pun. Raja Dzu
Nuwas -yang sangat fanatik terhadap agama Yahudi- memberikan kebebasan pada rakyatnya
(bangsa Yahudi) untuk memburu Umat Nabi Isa as, baik laki-aki. wanit4 anak kecil, maupun orang
tuq untuk disembelih lalu dilemparkan ke dalatn kobaran api. Penerjemah
kematian & hari akhir200
kepada mereka sebuah hadits yang berbunyi, "Jasad para Nabi hanya berada
di bumi paling lama 40 hari, kemudian diangkat oleh Allah."
Selanjutnya datang Salim ibn AMullah ibn Umar ibn al-Khatthab ra
yang memberitahukan bahwa kaki itu yaitu kaki kakeknya (Umar ra).
Beliau -+ahimahullah- wafat dalam keadaan syahid.
Rasulullah saw bersabd4 "Para muadzin (orang yang adzan) yang
ikhlas sama dengan orang syahid yang berlumuran darah. Jika dia wafat
maka jasadnya tidak akan dimakan ulat dalam kubur." Suatu hal yang jelas
bagi kita di sini bahwa jasad orang Mukmin juga dianggap tidak hancur
dimakan tanah.
Aus ibn Aus meriwayatkan, Rasulullah saw bersaMa, "Semulia-mulia
hari yaitu hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan pada hari itu pula
Beliau wafat. Pada hari itu sangkakala ditiup dan seluruh makhluk
dimatikan! Perbanyaklah bershalawat untukku, sebab shalawat kalian akan
diperlihatkan padaku!" Para sahabat bertany4 "Ya Rasulullah, bagaimana
shalawat kami akan diperlihatkan kepada engkau, padahal engkau telah
musnah?" Mereka berkata, "Engkau telah hancur." Beliau saw bersabda,
"Allah 'Azza wa Jalla mengharamkan tanah untuk memakan jasad para
nabi." (HR. Abu Daud dan lbn Majah melalui lafazh Abu Daud). Ibn Arabi
menyatakan bahwa hadits ini hasan.
Aku katakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakar al-Bazzar
dari Syaddad ibn Aus, mereka sepakat dalam sanadnya dari al-Husain ibn
'Ali dari Abdurrahman ibn Yazid ibn Jabir dari Asy'ats ash-Shan'ani. Dia