Tampilkan postingan dengan label Meninggal 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Meninggal 6. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

Meninggal 6

 


daging yang busuk. Tapi

anehnya mereka memilih daging yang busuk untuk mereka makan dan

membiarkan daging yang matang. "Siapakah mereka wahai Jibril?" tanya

Rasulullah. "Mereka laki-laki yang suka berzina dengan perempuan lacur

sampai pagi, padahal mereka memiliki isteri yang sah dan baik di

rumahnya," jawab J ibri L

Kemudian Beliau melihat sepotong kayu di atas jalan, dan segala

sesuatu yang melewatinya akan dipelantingkannya. "Apakah ini, wahai

Jibril," tanya Rasulullah. Jibril lalu membacakan firman Allah SWT: Dar

janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan

menghalang-halangi orang yang beriman dari jalon Allah... " (QS. al-

'Araaf: 86)

Setelah itu Beliau melihat seseorang yang sedang memikul seikat kayu

bakar yang sudah begitu banyak yang tidak sanggup lagi dia pikul, tapi

anehnya dia ingin selalu menambah bebannya. Siapakah orang ini Jibril?,"

tanya Rasulullah. "Orang ini salah satu umatmu yang diserahi amanat, tapi

dia tidak bisa memikul amanat itu, tapi dia tetap ingin menambahnya,"

jawab Jibril. Kemudian Beliau menyaksikan suatu kaum yang sedang

menggunting mulutnya atau lidahnya dengan gunting dari api. Setiap

digunting mulut itu utuh kembali, dan hal itu tidak membuat mereka lelah

sama sekali." "lni siapa Jibril?" tanya Rasul. "Mereka para orator yang suka

menimbulkan fitnah," jawab Jibril.

Kemudian Beliau menyaksikan seekor kuda betina kecil melahirkan

seekor sapi yang besar. Sapi besar itu ingin masuk kembali ke tempat dia

keluar tadi, tapi dia tidak sanggup memasukinya. saat  Rasulullah

menanyakan hal itu kepada Jibril, maka dijelaskan bahwa mereka yaitu 

orang-orang yang mengucapkan sesuatu yang menimbulkan penyesalan

besar dalam dirinya. Dia ingin untuk mencabut perkataannya kembali, tapi

dia tidak bisa melakukannya." (HR. al-Baihaqi)

Ada juga hadits dari Abu Harun al-Abdi dari Abu Sa'id al-Khudri,

yang mengatakan bahwa para sahabat berkata kepada Nabi saw, "Wahai

kematian & hari akhir 167

Rasulullah, ceritakan kepada kami semua yang Anda saksikan saat  engkau

diperjalanan pada suatu malam (hadits). Lantas Rasulullah menuturkan:

"Waktu itu aku bersama Jibril naik ke langit dunia' Di sana aku

melihat barisan para malaikat yang bertugas menjaga langit dunia bernama

Ismail. Di depan mereka ada tujuh puluh ribu malaikat yang masing-masing

memliki anak buah sebanyak seratus ribu Malaikat. Kemudian Beliau

membacakan ayat: Dan tidak ada yang mengelahui lenlora Tuhonmu

melainkan. Dia sendiri. (QS. al-Muddatstsir: 3l )

Jibril minta dibukakan pintu langit, dan saat aku bersama Nabi Adam

(dalam bentuk saat  diciptakan), dinampakkan kepada beliau arwah-arwah

anak cucunya yang beriman. Lalu Adam berkata, "Hai ruh yang baik, jiwa

yang baik, tempatkan dia di 'Illiyyin." Lantas dinampakkan kepada beliau

arwah-arwah anak cucunya yang kafir, maka beliau berkata, "Hai ruh yang

jahat, jiwa yang jahat, tempatkan diadi Sijiin " Setelah berlalu beberapa saat

aku melewati meja yang penuh dengan makanan, yang aromanya sangat

lezat. Di atasnya ada  beberapa potong daging, tapi anehnya tidak

seorangpun yang mendekatinya. Kemudian aku melewati meja makan lain

yang bau dan aromanya sangat busuk dan menjijikkan, tapi banyak sekali

orang yang memakannya. "siapakah mereka Jibril," tanyaku. Jibril

menjawab, "Mereka umatmu yang lebih suka memilih yang haram daripada

yang halal."

Setelah beberapa saat aku menyaksikan kaum yang perutnya sebesar

rumah. Setiap kali salah seorang dari mereka ingin bangkit, maka dia

langsung tersungkur sambil memohon kepada Allah SWT, "Ya Allah,

jangan datangkan kiamat!" Beliau mengatakan bahwa mereka yaitu  orang-

orang yang mengikuti jalan yang ditempuh oleh keluarga Fir'aun. Aku

mendengar rintihan dan jeritan mereka kepada Allah 'Azza wa Jallo. saat 

aku menanyakannya kepada Jibril, dia menjawab, "Mereka umatmu yang

suka makan riba, seperti yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya: Orang-

orang yang makan [menganbilJ riba tidak dapat berdiri, melainkan sePerti

berdirinya orang yang kemasulcon setan lantaran [tekananJ penyakit gila.

(QS. al-Baqanh:275)

Setelah berlalu beberapa saat, aku melihat lagi kaum yang bibirnya

sebesar bibir unta. Lalu mereka membuka mulut dan memasukkan bara api

ke dalamnya. Kemudian api itu keluar dari belakang bokong mereka. Aku

mendengar jeritan dan rintihan mereka; memohon kepada Allah. "Siapakah

mereka Jibril," tanyaku pada Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka umatmu

yang suka memakan harta anak yatim, sebagaimana firman Allah dalam Al-

Qur'an, "Sesungppthnya orong-orang yang memakan harla anak yutim

secoro zalim, sebenarnya mereko itu menelan api sepenuh Perutnya dan

kematian & hari akhirt68

mereko akon masuk ke dalam api yang menyala-nyala fnerakoJ." (QS. an-

Nisa': l0). 

r

Setelah berlalu beberapa saat, aku menyaksikan para wanita yang

digantung payudaranya, dan aku juga mendengar jeritan dan rintihan

mereka; memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla. Aku bertanya kepada Jibril,

"Siapakah para wanita ini?" Dia menjawab, "Mereka pezina di antara

umatmu."

Setelah berlalu beberapa saat, aku lihat lagi suatu kaum yang merobek

lambungnya sendiri dan mengambil dagingnya kemudian memakannya. Lalu

dikatakan kepada mereka. "Makanlah olehmu sebagaimana kamu dulu suka

memakan daging saudaramu sendiri!" Aku bertanya, "Siapakah mereka

Jibril?" Jibril lalu menjelaskan kepadaku bahwa mereka yaitu  umatku yang

suka mengumpat dan menyebarkan fitnah." (HR. Abu Harun)

Diriwayatkan oleh Anas ibn Malik ra, dia menyatakan bahwa

Rasulullah bersabda, "saat  aku dimi'rajkan, aku melihat suatu kaum yang

kukunya dari tembaga sedang mencakar-cakar muka dan dadanya sendiri."

Aku lalu bertanya, "Siapakah mereka Jibril." Jibril menjawab, "Mereka

orang-orang yang suka memakan daging manusia lain (menyakiti dengan

ghibah) dan suka mencela kehormatan mereka." (HR. Abu Daud)

Kegembiraan Orang Mukmin di Dalam Kuburnya

Ka'ab al-Ahbar berkata, "saat  seorang hamba yang shalih berada

dalam kuburnya, maka seluruh amal shalihnya segera mengelilinginya. Lalu

datang para malaikat azab dari kedua kakinya. (Pahala) shalatnya segera

berkata, "Enyah kalian dari sini?" Mereka lalu mendatangi arah kepalanya,

maka puasanya berkata, "Tidak ada jalan bagi kalian di sini! Dia sudah

sangat lama menahan dahaga sebab  Allah 'Azza wa Jalla saat  di dunia.

Kemudian mereka mendatanginya dari arah badannya. Pahala haji dan

jihadnya segera berkata, "Pergi kalian dari sini? Badan ini rela menahan letih

dan lelah dalam melaksanakan haji dan berjihad dijalan Allah sebab  Allah

semata-mata. Tidak ada jalan bagi kalian di sini untuk menyiksanya."

Kemudian mereka mencoba mendatanginya dari kedua tangannya. Pahala

sedekah dan zakatnya segera berkata, "Menjauh kalian dari sahabatku?

Banyak sekali sedekah yang telah diberikan kedua tangan ini, sampai-sampai

dia berperang untuk menolong Allah 'Azza wa Jalla, demi mencari

keridhaan-Nya. Jadi tidak ada jalan bagi kalian di sini?" Lalu dikatakan

kepadanya, "Tidurlah dengan tenang. Engkau telah hidup dengan baik,

begitu pula saat  engkau mati."

Menurutku, hal ini hanya berlaku bagi orang-orang yang ikhlas

dalam beramal, benar segala perkataan dan perbuatannya, dan bersih

kematian & hari akhir t69

niatnya, baik saat  beramal dengan terang-terangan maupun dengan

sembunyi-sembunyi, sehingga amalnya menjadi hujjah dan perisai baginya.

Jadi tidak ada kontradiksi dalam hal ini dengan bab-bab sebelumnya.

Manusia berbeda-beda tingkat keikhlasannya dalam beramal, dan Allah lebih

mengelahui semuanya.

Memohon Perlindungan dari Azab Kubur dan Fitnahnya

Dalam suatu hadits Ummul Mukminin'Aisyah ra berkata, "Suatu hari

Rasutullah menemuiku. Saat itu aku sedang bersama seorang wanita Yahudi.

Wanita itu berkata, "Kalian akan menghadapi fitnah (ujian) dalam kubur."

Aku menyampaikan hal ini kepada Rasulullah, lalu Beliau bersabda,

"Orang Yahudi akan diuji (dalam kuburnya)." Setelah berlalu beberapa

malam, Rasulullah kemudian bertanya kepadanya, "Apakah engkau merasa

bahwa aku mendapat wahyu yang menyatakan, "Kalian akan menghadapi

ujian dalam kubur?" 'Aisyah berkata, "Aku mendengar Beliau memohon

perlindungan dari azab kubur." (HR. an-Nasa'i)

Diriwayatkan oleh para ulama dari Asma'. Dia menyampaikan bahwa

Rasulullah saw bersabda, "Telah diwahyukan kepadaku bahwa nanti kalian

akan menghadapi ujian dalam kubur, atau seperti fitnah Dajjal, tapi aku tidak

mengetahuinya?" Asma' berkata, "seseorang akan mendatangi kalian dan

mengajukan pertanyaan, "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini

(Muhammad saw)." Jika dia orang Mukmin atau orang yang meyakininya,

maka dia akan menjawab, "Dia Rasulullah yang membawa petunjuk dan

keterangan kepada kami, maka kami mengikuti dan menaatinya," sampai

tiga kali. Lalu dikatakan kepadanya, "Tidurlah kamu, kami tahu kamu benar-

benar beriman kepadanya, maka sekarang tidurlah dengan tenang." Tapijika

dia orang munafik atau orang yang ragu terhadapnya, maka dia akan berkata,

"Aku tidak mengenalnya? Aku dengar orang-orang mengatakan begini dan

begitu tentangnya, maka aku juga mengatakan seperti itn." (Lafaz Muslim)

Abu Hurairah ra mengatakan: Rasulullah sering mengucapkan doa,

:At) $At : q: ,tht -)tr,' ,r,i rre)t -,tJi i +\;i ,i1 ,ii:t

Jr-lirr eltgri

Ya Allah, aht mohon perlindungan dari siksa htbur, siksa neraka, serta dari

fitnah baik saat  masih hidup moupun saat  mati, dan dari fitnah Daijal;'

(HR. al-Bukhari)

Hadits yang serupa dengan hal ini banyak sekali diriwayatkan

oleh para periwayat yang jujur dan terpecaya.

kematian & hari akhirt70

Binatang Mendengar Azab Kubur

Zaid ibn Tsabit meriwayatkan,sebagai berikut, "saat  kami bersama

Nabi saw berada kebun Bani Najjar, tiba-tiba keledai yang ditunggangi

Beliau mogok dan menjadi binal, sehingga nyaris menjatuhkan Beliau.

Ternyata di sana ada  enam, lima, atau empat buah kuburan, demikian

kata Hariri. Beliau bertanya, "Adakah yang tahu kuburan siapakah itu?"

Seseorang berkata, "Aku." "Kapan mereka meninggal?" tanya Beliau. Orang

itu menjawab, "Mereka orang-orang yang mati dalam keadaan musyrik!"

Lalu Beliau berkata, "Umat ini sedang menghadapi ujian dalam kuburnya,

seandainya kalian tidak akan dikubur, pasti aku memohon kepada Allah

untuk memperdengarkan kepada kalian azab kubur yang aku dengar!" (HR.

Muslim)

'Aisyah ra juga meriwayatkan sebuah hadits, dimana beliau berkata,

"Dua orang perempuan Yahudi Madinah yang telah tua menemuiku.

Keduanya berkata, "Sungguh ahli kubur akan disiksa dalam kubur mereka."

Tapi aku mendustakan keduanya dan tidak mempercayainya ucapan mereka.

Sesudah mereka keluar, Rasulullah datang rnaka aku bertanya kepada

Rasulullah, "Wahai Rasulullah, tadi ada dua orang wanita Yahudi Madinah

yang telah tua datang ke sini. Keduanya mengatakan bahwa para ahli kubur

disiksa dalam kubur mereka." Rasulullah saw bersabda, "Mereka berdua

benar. Mereka disiksa dengan siksaan yang terdengar oleh binatang." Lantas

'Aisyah berkata, "Setelah itu aku melihat Beliau selalu memohon

perlindungandari azab kubur setiap sudah shalat."

Dalam hadits versi al-Bukhari Beliau berkata, "Terdengar oleh semua

binatang."

Hannad ibn as-Sariy (dalam bukunya, az-Zuhd) meriwayatkan dari

Waki' dari A'masy dari Syafiq dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Seorang wanita

Yahudi datang kepadaku dan menyebut tentang azab kubur, tapi aku tidak

mempercayainya. saat  Nabi datang, aku memberitahukannya kepada

beliau, dan Beliau bersabda, "Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya

(Allah) mereka benar-benar akan diazab dalam kubur hingga suara mereka

terdengar oleh binatang."

Kisah Para Shalihin

Para ulama mengatakan: Hadits penama dari Z-aid ibn Tsabit ini

menunjukkan bahwa keledai yang ditunggangi Nabi saw tiba-tiba mogok

dan berusaha menjauhi tempat yang sedang dilewati ini tatkala

mendengar suara orang yang sedang diazab. sedang  manusia dan Jin

yang memiliki akal tidak dapat mendengarnya; menurut keterangan hadits

Nabi yang mengatakan, "Sungguh lebih baik kiranya jika kalian tidak saling

kematian & hariakhir l7t

menguburkan." Atau "seandainya kalian tidak akan dikubur." Jadi Allah

SWT menutup hal itu bagi kita, itu yaitu  ketetapan ilahi dan rahasia Tuhan,

sebab  kita akan diliputi ketakutan jika mendengarnya dan kita tidak mampu

mendekati kuburan atau menguburkan teman kita, atau membinasakan

kehidupan saat  mendengarnya. Kekuatan kita akan lemah. Bukankah kita

sering melihat keadaan manusia saat  mereka mendengar suara petir yang

menggelegar atau gempa bumi yang menakutkan yang memicu  banyak

manusia menjadi korban. Jadi bagaimana keadaannya jika suara keras

laksana petir yang disebabkan oleh suara pukulan besi malaikat itu dapat

didengar oleh seluruh orang yang berada di sekitarnya? saat  Nabi

menerangkan tentang jenazah, Beliau berkata, "Seandainya manusia

mendengarnya, niscaya mereka akan mati."

Bagaimana jika seseorang mendapat siksaan, hukuman, dan bencana

yang sangat dahsyat ini? Jadi kita hendaknya memohon perlindungan,

maghfirah, ampunan, dan rahmat Allah agar terhindar dari azab ini."

Abu Muhammad Abdul Haq menuturkan:

Abu Hakim ibn Burjan (seorang ulama dan ahli ibadah rahimahullah)

meriwayatkan, "saat  penduduk Timur Isybiliyah selesai menguburkan

seseorang si desa mereka, mereka lalu duduk di sampingnya sambil

berbincang-bincang. Saat itu ada binatan! ternak yang sedang merumput

dekat mereka. Tiba-tiba binatang ini segera mendekati kuburan itu dan

meletakkan telinganya di atas kubur itu, seakan-akan dia mendengar.

Kemudian perbuatannya diikuti oleh seekor tikus. Binatang itu

melakukannya berulang-ulang. Aku kemudian segera ingat azab kubur."

Nabi saw bersabda, "Mereka benar-benar diazab dengan azab yang

terdengar oleh para binatang, dan Allah 'Azzo wa Jalla lebih mengetahui

keadaan mayat itu." Beliau menyampaikan riwayat ini saat  seseorang

membacakan hadits tentang azab kubur. Saat itu kami mengetahuinya dalam

kilab Shahih Muslim ibn Hajjaj ra."

Mayat Mendengar Ucapan yang Ditujukan Kepadanya

Anas ibn Malik ra meriwayatkan: Umar ibn al-Khatthab ra

menceritakan tentang ahli Badar, dia berkata, "Rasulullah kemarin

memperlihatkan kepada kami lokasi pekuburan ahli Badar 

-sebelum terjadi

perang-. Beliau berkata, "lnsya Allah di sinilah kuburan Fulan besok! Umar

lalu berkata, "Demi Allah yang telah mengutusnya sebagai Nabi, mereka

tidak melihat hal berbeda dengan batas-batas ramalan yang telah ditetapkan

Rasulullah. Sebagian mereka menempatkan sebagian yang lain dalam sebuah

sumur, maka Rasulullah mendatangi mereka semua sampai yang terakhir,

Beliau bersabda, "Hai Fulan ibn Fulan, bukankah sudah kalian lihat bahwa

kematian & hariakhirt7)

janji Allah dan Rasul-Nya benar? Aku mendapatkan janji Allah kepadaku

yaitu  benar?" Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana engkau

berbicara kepada tubuh-tubuh yahg tidak ada ruhnya?" Rasulullah

menjawab, "Mereka lebih rnendengar perkataan daripada engkau, namun 

mereka tidak mampu menjawabnya!"

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw meninggalkan

orang-orang yang terbunuh dalam perang Badar tiga orang musuh. Beliau

berdiri dan menyeru mereka, "Hai, Abu Jahal ibn Hisyam, Ummayyah ibn

Khalaf, Utbah ibn Rabi'ah, dan Syaibah ibn Rabi'ah, bukankah kalian telah

melihat bahwa janji Tuhan kepada kalian yaitu  benar? Sungguh aku

mendapatkan bahwa janji Tuhan kepadaku yaitu  benar!" Umar yang

mendengar seruan Nabi ini langsung bertanya, "Wahai Rasulullah,

bagaimana mereka mendengarmu! Bagaimana mereka menjawabnya!

Padahal mereka benar-benar telah jadi mayat?" Beliau menjawab, "Demi

jiwaku yang berada di Tangan-Nya, mereka lebih mendengar perkataan

daripada engkau, tapi mereka tidak sanggup menjawabnya." Kemudian

Beliau meyuruh para sahabat untuk menyeret dan mengumpulkan mayat

mereka ke dalam sumur Badar.

Perbedaan Pendapat tentang Pengetahuan Mayat pada Alam Dunia

Ketahuilah bahwa 'Aisyah ra mengingkari pemahaman seperti ini, dan

mengemukakan dua buah ayat Al-Qur'an:

Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggap meniadikan orang-

orangyang mali itu dapat mendengar (QS. ar-Rum: 52)

Dan kamu sekali-kali tiada sanggup meniadikan orang yang di dalam

kubur dapat mendengar. (QS. Fathir:22)

Kedua pendapat tidak bertentangan, sebab  mungkin orang-orang yang

telah mati hanya mendengar dalam kondisi teftentu. Jadi kemungkinan ada

pengkhususan dari suatu hal yang bersifat umum (takhsisul 'umum), dan sah-

sah sajajika ada 'pengkhususan' dalam hal ini.

Berkenaan dengan hal itu, ada dalilnya, yaitu hadits Nabi saw, "Mcyat

mendengar bunyi terompah mereka (pengantarnyaJ." Juga mengerti dengan

pertanyaan dua malaikat dalam kuburnya dan dapat menjawabnya. Selain itu

tidak ada yang mengingkarinya.

lbn Abdul Bini (dalam bukunya, at-Tamhid wa al-Istidzkar)

menyebutkan sebuah hadits dari Ibnu 'Abbas ra:

Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah seseorang melewati kuburan

saudaranya (Mukmin) yang dikenalnya saat  dunia yang mengucapkan

salam kepadanya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya."

kematian & hariakhir t73

(Hadits ini dishahihkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq). Kata liirfuu'

dalam hadits memiliki makna yang sama dengan kata'anlanuu' yang artinya

'sudah berbau busuk atau menjadi bangkai.'

Tafsir pada Surah lbrahim ay^t27

Penjelasan Firman Altah: Alluh meneguhkan [imanJ orung'orang

yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia..."

(QS.lbrahim:27)

Al-Barra' ibn 'Azib meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw. Beliau

membaca ayat: Allah meneguhkan [imanJ orang-orang, yang beriman

dengan ucapqn yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat

(QS. Ibrahim:27).

Beliau mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan

azab kubur. Ahli kubur akan ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Kalau dia

menjawab, "Tuhanku Allah dan nabiku Muhammad." Maka itulah maksud

ayat ini: Allah meneguhkan [imanJ orang-orang yang beriman dengan

ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. -QS.

Ibrahim: 27- (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa hadits ini disampaikan

oleh al-Barra' dan tidak menyebutkan (di dalamnya) Nabi saw.

Meskipun jalur periwayatan hadits ini mauquf namun ia tidak dapat

dikatakan sebagai perkataan berdasarkan pendapat pribadi sahabat, tapi

berasal dari Nabi saw (seperti keterangan kami pada riwayat yang pertama).

Hadits serupa juga diriwayatkan oleh an-Nisa'i dan Ibn Majah (dalam

kitab Sunan) serta al-Bukhari (dalam Shahih-nya).

Dalam lafaz al-Bukhari dipaparkan sebagai berikut:

Ja'far ibn Umar meriwayatkan dari Syu'bah ibn 'lqlimah ibn Martsad

dari Sa'ad ibn Ubaidah dari al-Barra' ibn 'Azib dari Nabi saw, Beliau

bersabda, "saat  seorang Mukmin disuruh duduk dalam kuburnya, dia akan

berkata, "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad yaitu  Rasulullah."

Demikian maksud firman Allah SWT yang berbunyi, "Allah meneguhkan

[imanJ orang-or(mg yang beriman dengan ucapan yang teguh..." (QS.

Ibrahim:27)

Dalam Sunan Abu Daud yang juga diriwayatkan oleh al-Barra' ibn

'Azib diuraikan sebagai berikut, "Rasulullah saw bersabda, "Seorang

Muslim saat ditanya dalam kuburnya akan menjawab, "Aku bersaksi bahwa

tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu yaitu  rasul-Nya."

Demikianlah maksud firman Allah SWT yang berbunyi,"Allah meneguhkan

kematian & hari akhir174

[imanJ orang-orung yang beriman dengan ucapan yang teguh..." (QS.

lbrahim: 27) r

Jadi, maksud ayat ini secara sempurna sudah terangkum dalam hadits

al-Barra' yang panjan g dan marfu ' ini, dan segala puji bagi Allah.

Kemudian ada lagi riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah ra, Ibn

Mas'ud, Ibn 'Abbas ra, dan Abu Sa'id al-Khudri. Abu Sa'id al-Khudri

berkata:

Tatkala kami bersama Nabi saw (sedang menghadapi seorang jenazah)

Beliau bersabda, "Hai manusia, umat ini akan diuji dalam kuburnya. Jika

seorang insan selesai dikebumikan dan para sahabatnya telah pergi, maka

malaikat (sambil membawa palu di tangannya) menyuruhnya duduk dan

berkata, "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini (Muhammad saw)?"

Jika dia orang Mukmin. maka dia akan menjawab, "Aku bersaksi bahwa

tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan tidak ada sekutu baginya. Aku

bersaksi bahwa Muhammad yaitu  hamba dan utusan-Nya." Lalu dikatakan

kepadanya, "Engkau benar." Lalu dibukakan baginya pintu neraka, malaikat

berkata, "lnilah tempatmu, seandainya kamu kafir kepada Tuhanmu!"

Tapi jika dia orang kafir atau orang munafik, maka saat  diajukan

pertanyaan yang sama dia akan menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu malaikat

itu akan berkata kepadanya, "Engkau tidak mengenalnya dan tidak pernah

mengetahuinya. Kemudian dibukakan baginya pintu neraka. Lantas malaikat

itu memukulnya dengan palu ini -dengan sekali pukulan- yang

bunyinya terdengar oleh seluruh makhluk (kecuali Jin dan manusia)."

Beberapa sahabat Rasulullah saw berkata, "Tidaklah seseorang akan

tegak kepalanya di hadapan malaikat yang sedang memegang palu, kecuali

akan merasa ketakutan saat itu. Lalu Rasulullah membacakan ayat: Allah

meneguhkan [imanJ orang-orangyang beriman dengan ucapan yang teguh

itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-

orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim:

27)

Orang Mukmin Juga Ada yang Disilca dalam Kubur

Sejumlah hadits Nabi ini telah membenarkan tentang azab kubur,

maka tidak ada lagi yang bisa membantah dan mengingkarinya. Dalam

beberapa Atsar (hadits) lain juga sudah dikemukakan bahwa orang kafir

akan terkena fitnah dan ujian dalam kuburnya, serta mendapat kehinaan dan

azab.

kematian & hariakhir : 175

Abu Muhammad Abdul Haq berkata, "Az.ab kubur tidak hanya

menimpa orang kafir dan munafik, namun  juga menimpa sebagian kaum

Mukmin yang banyak melakukan dosa dan kesalahan."

Walaupun teks-teks hadits ini banyak membatasi azab kubur

hanya terhadap orang kafir dan munafik, namun menurut Abu Umar ibn

Abdul Birri (dalam kitab at-Tamhid), atsar (hadirhadits) yang dapat

dipercaya menunjukkan bahwa fitnah kubur tidak hanya terjadi pada orang

Kafir atau munafik, tapi juga akan menimpa beberapa golongan kaum,

Mukmin (sesuai dosa mereka).

Meskipun riwayat terdahulu menunjukkan bahwa siksa kubur hanya

terjadi atas orang kafir dan munafik, namun riwayat secara tegas

menunjukkan bahwa siksa kubur terjadi atas kaum Mukmin, munafik, dan

orang kafir (kafir i'tiqad). Allah memberikan kekuatan pada mereka yang

benar-benar beriman, sedang  mereka yang mengingkari menjadi ragu

saat ujian kubur.

Abu Abdul Birr dan Zaid ibn Tsabit menyampaikan sebuah hadits dari

Nabi saw, "Umat ini' akan diuji dalam kuburnya." Di antara mereka ada

yang meriwayatkan dengan ungkapan 'ditanya'. Dengan demikian lafaz ini

menunjukkan 'kekhususan'. Tapi hal ini tidak berlaku secara pasti

(qath'i), hanya Allah yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya.

Abu Abdullah at-Tirmidzi dalam kitab Nowadir al-Ushul

menyebutkan: Pertanyaan terhadap mayat hanya terjadi pada umat (lslam)

sekarang, sebab  umat (lslam) terdahulu langsung diazab (saat  mereka

mengingkari risalah para rasul). Tapi saat Muhammad saw diutus Allah,

Beliau diutus dengan penuh rahmat dan keselamatan terhadap semua

makhluk.

Allah SWT berfirman: Dan tiyaitu  Kami mengutus kamu, melainkan

untuk fmenjadiJ rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya': 107)

ladi azab ditahan (ditunda) bagi mereka, ada yang terpaksa masuk

Islam sebab  kondisi tertentu, lalu iman bersemi dalam hati mereka secara

berangsur-angsur. Jadi mereka diberikan masa tenggang oleh Allah. Di sini

muncul fenomena orang-orang munafik yang menyembunyikan kekafiran

mereka dan menampakkan keimanan. Mereka bersembunyi dalam barisan

kaum Muslim. Tatkala mereka mati Allah mendatangkan dua malaikat

penanya kubur -kepada mereka- yang akan mengungkap kebohongan

mereka dengan pertanyaan kubur. Allah memisahkan yang buruk di antara

yang baik, meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan

yang teguh dalam kehidupan di dunia, dan Allah menyesatkan orang-orang

zalim.

kematian & hari akhirt76

Pendapat Abu Muhammad Abdul Haq rasanya lebih benar, wallahu

a'lam- r

Hadits-hadits yang kami sebutkan menunjukkan bahwa orang kafir

(ingkar pada ajaran Muhammad setelah dakwah sampai pada mereka) akan

ditanya dan diuji oleh dua malaikat dengan beberapa pertanyaan, dan

malaikat memukulnya dengan palu besi.

Orang Mukmin Bebas dari Ketakutan, Fitnah serta Azab Kubur

Lima faktor penyebab keselamatan dari siksa kubur yaitu:

I . Riboth (berjaga-jaga terhadap musuh)

2. Matisyahid

3. Bacaan Al-Qur'an

4. Musibah sakit

5. Waktu yang baik

l, Ribath (berjaga-jaga terhadap musuh)

Salman mengatakan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,

"Berjaga-jaga (terhadap musuh di garis depan) sehari semalam jauh lebih

baik daripada puasa sebulan dan ibadah malam harinya. Bila ia mati, maka

amal yang diperbuatnya mengalir kepadanya, sedang  rezekinya tetap

mengucur atasnya. Ia juga terpelihara dari fitnah kubur!" (HR. Muslim)

Ribath (berjaga-jaga terhadap musuh di garis depan) merupakan amal

yang paling baik, yang pahalanya kekal (sesudah kematian), sebagaimana

dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-'Ala ibn Abdurrahman

dari bapaknya dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, Beliau saw bersabda,

"Jika anak Adam mati, maka semua amalnya putus, kecuali tiga perkara."

Hadits ini shahih, namun  hanya ada  dalam riwayat Muslim.

Demikian pula sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dan

Abu Nu'aim yang menerangkan tentang mayat sesudah matinya. Saat itu ada

beberapa amalan yang tidak terputus pahalanya dengan kematian dan

kebinasaannya, seperti sedekah, ilmu, dan anak shalih. Di samping itu ada

ribath. Pelakunya akan mendapat pahala yang berlipat ganda sampai hari

kiamat (menurut hadits Nabi saw, "Jika dia mati, maka pahalanya akan

mengalir kepadanya.")

ada  suatu penjelasan terhadap hal ini dalam sebuah kitab

(hadits) at-Tirmidzi, yang diriwayatkan oleh Fadhalah ibn Ubaid. Dia

menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Setiap mayat akan tertutup

kematian & hari akhir t77

amalnya, kecuali orang yang selalu melakukan ribath (berjaga-jaga terhadap

musuh) di 

.jalan Allah. Amalnya akan bertambah (tumbuft) sampai hari

kiamat dan bebas dari fitnah kubur." (HR. at-Tirmidzi. Beliau menyatakan

bahwa hadits ini hasun shuhih).

Abu Daud juga menuturkan sebuah hadits yang mirip dengan hadits

ini. Beliau saw bersabda. "Dia bebas dari fitnah kubur." Kata

'bertambah' di sini berarti 'berlipal g,anda' dan pahalanya tidak berhenti

sebab  kematiannya, bahkan Allah selalu menambahnya. Amal-amal

kebaikannya juga membawa keselamatan dari musuh dan melindungi

mereka dengan perlindungannya, menyucikan agama, serta menegakkan

syiar-syiar Islam. Amal yang mengalir pahalanya hanya amal-amal shalih

yang dilakukannya.

ada  sebuah hadits dengan snad shahih dari Abu Hurairah ra,

yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang meninggal

dalam keadaan berjaga-jaga dari musuh Allah (ribat&) dijalan Allah, maka

Allah akan mengalirkan pahala atas amal shalihnya yang dilakukannya, atau

membebaskannya dari fitnah kubur, dan memberikan rezeki berupa rasa

aman dari ketakukan yang dahsyat." (HR. Ibnu Majah)

Abu Nu'aim al-Hafidz meriwayatkan sebuah hadits dari Jubair ibn

Bukair, Kubair ibn Murrah, dan Amru ibn Aswad dari 'lrbadh ibn Sariyah

ra. Dia menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Setiap amal terputus

dari pelakunya saat  dia mati, kecuali orang yang melakukan ribath dijalan

Allah. Pahalanya akan terus bertambah dan rezekinya terus mengucur

kepadanya sampai hari perhitungan."

Hadits ini dan hadits riwayat Fadhalah ibn Ubaid ada dua batasan,

yakni orang yang meninggal dalam keadaan ribath, wallahu a'lam.

Diriwayatkan oleh Utsman ibn 'Affan. Beliau mengatakan: Aku

mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa berjaga-jaga dari musuh

(ribath) satu malam dijalan Allah aku diberi pahala yang sepadan dengan

puasa dan menegakkan malamnya selama seribu malam."

Dalam hadits lain Ubai ibn Ka'ab menuturkan: Rasulullah saw

bersabda, "Barangsiapa melakukan ribath selama satu hari untuk menjaga

kehormatan kaum Muslim dengan penuh ikhlash pada bulan di luar

Ramadhan, maka pahalanya lebih besar daripada ibadah puasa dan

menegakkan malamnya selama seratus tahun. Ribath selama sehari di jalan

Allah dalam menjaga kehormatan kaum Muslim pada bulan Ramadhan lebih

utama dan lebih besar lagi pahalanya di sisi Allah."

Menurut versi riwayat lain disebutkan: Aku rasa Beliau saw berkata,

"(Pahala ribath lebih besar dari) melakukan ibadah puasa dan menegakkan

malamnya selama seribu tahun. Jadijika Allah mengembalikan dia kepada

kematian & hari akhirt78

keluarganya dengan selamat, tidak akan ditulis atasnya dosa selama seribu

tahun yang ditulis yaitu  kebaikannya, sedang  pahala ribath mengalir

terus kepadanya sampai hari kiamat."

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan ribath

satu hari saja pada bulan Ramadhan akan diberi pahala yang kekal,

meskipun dia tidak mati dalam keadaan ribath, wallahu a'lam. (Hadits ini

dari Muhammad ibn Ismail yang diriwayatkan dari lbn Samurah yang

disampaikan oleh Muhammad ibn Ya'li as-Salmi dari Umar ibn Shahih dari

Abdurrahman ibn Umar dari Makhul dari Ubai ibn Ka'ab)

Ribath merupakan suatu kewajiban di jalan Allah. Diambil dari kata

rabthul khail (mengikat tali kuda) kemudian di sebut dengan istilah 'orang

yang ikut menjaga batas negara di antara batas-batas negara kaum Muslim'

dengan murabith baik dengan kendaraan maupun berjalan kaki'. Lafaz

murabith JoarT berasal dari kata ltrt berdasarkan perkataan Nabi saw saat 

menanti shalat: {tt'rr r<Jii} yang memiliki tasybih (persamaan) dengan

istilah {il'J,-,, }!rr,t} atau berjaga-jaga dari musuh di jalan Allah.

Jadilafazribath secara bahasa seperti penjelasan pertama, yakni orang

yang pergi ke salah satu perbatasan untuk berjaga-jaga selama waktu

tertentu. Orang yang menetap dan berusaha di sana (walaupun ikut

melakukan penjagaan) tidak dianggap murabith sebagaimana dikatakan oleh

para ulama, yang diterangkan dalam kitab al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an

(surah Ali 'lmran).

2. Mati Syahid

Diriwayatkan oleh Rasyid ibn Sa'ad dari beberapa orang sahabat

Rasulullah saw. Dalam hadits ini disebutkan bahwa seorang laki-laki

mengajukan pertanyaan kepada Beliau, "Wahai Rasulullah, bagaimana

keadaan fitnah bagi mereka yang mati syahid dalam kuburnya?" Rasulullah

menjawab, "Cukup kilatan pedang atas kepala mereka sebagai fitnah." (HR.

an-Nasa'i)

Demikian pula ada  sebuah hadits dalam kitab Sunan lbnu Majah

dan Jami' at-Tirmidzi, serta dari Miqdam ibn Ma'di Karb, yang

menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati syahid di

sisi Allah mendapat enam keistimewaan:

l. Dosanya diampuni saat  pertama sekali darahnya menetes;

2. Diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya di surga;

3. Diselamatkan dari azab kubur;

4. Aman dari kedahsyatan yang paling besar;

kematian & hariakhir t79

5. Diberi mahkota kehormatan berupa batu mulia yang lebih baik

daripada dunia serta isinya;

6. Dikawinkan dengan T2bidadari dan dapat memberi syafaat kepada 70

orang keluarganya."

Hadits ini diriwayatkan melalui lafadz at-Tirmidzi. Beliau

mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih gharib.

sedang  dalam riwayat lbn Majah disebutkan, "Diberi perhiasan

iman" sebagai ganti ungkapan, "Diberi mahkota kehormatan."22

Penulis mengatakan dan juga ada  dalam kumpulan naskah at-

Tirmidzi dan lbn Majah, yang menyebutkan 'enam keistimewaan'. Padahal

dalam motan (kandungan) hadits sebenarnya ada 'tujuh'. Bahkan ada

'delapan' jika ditambahkan dengan perkataan lbn Majah, "Diberi perhiasan

iman."

Abu Bakar Ahmad ibn Salman an-Najad menyebutkan ada 'delapan',

yang disandarkan kepada Miqdam ibn Ma'di Karb. Dia mengatakan bahwa

Rasulullah saw bersabda, "Orang yang syahid di sisi Allah mendapat

delapan keistimewaan."

3. Bacaan Al-Qur'an

Ibnu 'Abbas ra mengatakan:

Seorang sahabat Rasulullah mendirikan tenda di atas sebuah kuburan,

sebab  sebelumnya dia tidak tahu bahwa tempat itu yaitu  kuburan. Pada

waktu itu dia mendengar -dari dalam kubur itu- seseorang membaca surah

al-Mulk sampai khatam. Lalu ia mengadukan hal itu kepada Nabi saw,

"Wahai Rasulullah, aku mendirikan sebuah tenda di atas sebuah kuburan.

Aku tidak tahu bahwa tempat itu kuburan seseorang. Saat itu aku mendengar

seseorang membaca surah al-Mulk sampai tamat dari dalam kubur itu!"

Rasulullah saw bersabda, "Surah itu menghalangi dan menyelamatkannya

dari azab kubur." (HR. at-Tirmidzi, mengatakan bahwa hadits ini hasan

gharib)

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, "Siapa membacanya

(Surah al-Mulk) setiap malam, maka surah itu akan membela orang yang

membacanya (dari siksa kubur)." (HR. at-Tirmidzi).

2t lbnu Majah meriwayatkan hadits ini dengan rangkaia[ sanad yang panjang dari lbnu Hisyam ibn

'Ammar dari lsmail ibn 'lyas, dari Bujair ibn Sa'ad. At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Abdullah

ibn Abdunahman dari Nu'aim ibn Hammad dari Baqiyyah ibn Walid, dari Bujair ibn Sa'ad dari

Khalid ibn Ma'dan dari Miqdam ibn Ma'di Kar6.

kematian & hariakhirt80

Ada hadits yang menyatakan bahwa surah al-Mujadilah menjadi

pelindung dalam kubur, bagi orang yang suka membacanya."

Pada hadits lain disebutkan, "Orang yang membacanya setiap malam

akan selamat dari fitnah kubur."

Syekh Abu al-Abbas Ahmad ibn Umar al-Anshari al-Qurthubi (di

pelabuhan lskandariah) berkata:

Diriwayatkan dari lbrahim ibn Hakam dari bapaknya dari lkrimah dari

lbn 'Abbas ra, beliau berkata kepada seorang laki-laki:23 "Maukah engkau

kuberitahu tentang hadits yang dapat membuatmu gembira?" "Tentu, wahai

lbn 'Abbas, semoga Allah mengasihimu!" lbn 'Abbas berkata, "Hafalkanlah

surah 'tabqarakal tadzi biyadihil mulk'24 dan ajarkan kepada keluargamu,

anak-anakmu, para pembantumu, serta para tetanggamu, sebab  ia akan

menolong, membantu dan membelamu pada hari kiamat di hadapan Allah.

Dia akan meminta Tuhan untuk menyelamatkan orang yang membacanya

dari azab neraka saat  dia berada di dalamnya dan Allah akan

menye lamatkannya dari azab kubur."

Rasulullah saw bersabda, "Aku senang jika dia ada dalam setiap hati

umatku."

Ahli hadits Abu Abdullah ibn Ibrahim al-Anshari at-Talmasani

menyampaikan kepada kami dari (gurunya yang mulia) Abu Muhammad

Yunus dari Abu al-Waqt. Beliau berkata, "Orang yang membaca'Qul huwa

Allahu Ahadzs saat  naza' (sakit saat  menghadapi kematian) akan

terhindar dari azab kubur."

4. Musibah Sakit

Abu Hurairah ra meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah saw,

"Orang yang mati sebab  sakit akan mati dalam keadaan syahid. Dia selamat

dari azab kubur dan setiap pagi sakit sedang  sore diberi rezeki dari

surga." (HR. Ibnu Majah)

Jami' ibn Syaddad menyampaikan sebuah hadits dari Abdullah ibn

Yasar: saat  aku duduk dekat Sulaiman ibn Shard dan Khalid ibn

'Urfathah, keduanya menyebut tentang seorang laki-laki yang mati sebab 

Hadits ini dari asy-Syekh ash-Shalih, Abu Bakar Muhammad ibn Abdullah ibn Arabi al-Mu'afiri

(anak dari saudara Syekh Imam Abu Bakr) dari asy-Syekh Abu Muhammad Yunus ibn Abu Husain

ibn Abu al-Barakat al-Hasyimi al-Baghdadi Abu Waqt dari ad-Dawudi dari al-Hamawi dari Abu

lshaq lbrahim ibn Khuzaim asy-Syasi yang meriwayatkannya dari Abdullah ibn Hamid al-Kasi dari

lbrahim ibn Hakam dari bapaknya dari lkrimah dari lbn 'Abbas ra.

Yaitu surah al-Mulk

Yaitu surah al-lkhlas

kematian & hariakhir

vl

)5

t8t

sakit perut. Saat itu keduanya ingin melihat jenazahnya. Salah seorang

berkata kepada temannya, "Bukankah Rasulullah saw bersabda, "Orang

yang mati sebab  sakit perut tidak akan disiksa dalam kuburnya." (HR. an-

Nasa'i)

Abu Daud ath-Thayalisi menyebutkan hadits ini dalam Musnad-

nya: Syu'bah menyampaikan hadits itu kepada kami dariJami' ibn Syaddad,

lalu dia menyebutkannya dan menambahkannya. Kemudian yang lain

berrkata, "Betul."

5. Wektu yang Baik

Rabiah ibn Saif meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah ibn Umar

ra: Dia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang Muslim yang

mati pada hari Jum'at atau malam Jum'at akan dijauhkan dari fitnah kubur

oleh Allah." (HR. at-Tirmidzi) Beliau menyatakan hadits ini hasan gharib

munqathi.26

Menurutku -dalam kitab Nm'adir al-Ushul- Abu Abdullah at-Tirmidzi

meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang bersambung dari Rabiah

ibn Saif al-lskandaridari lyadh ibn'Uqbah al-FihridariAbdullah ibn Umar,

yang berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang mati

pada hari Jum'at atau malam Jum'at akan diselamatkan dari fitnah kubur."

(HR. at-Tirmidzi)

Ali ibn Ma'bad meriwayatkan dari Abdullah ibn Umar ra, beliau

berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang wafat pada

hari Jum'at atau malam Jum'at akan selamat dari fitnah kubur."

Dalam riwayat dari Abu Nu'aim al-Hafidz dari Muhammad ibn

Munkadir dari Jabir ra, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Siapa yang mati pada malam Jum'at atau hari Jum'at akan selamat dari

siksa kubur, dan pada hari kiamat dia akan datang dengan cap syuhada (di

mukanya)."

Hadits ini hanya dari perkataan Jabir dan Muhammad.

Diriwayatkan secara tersendiri oleh Umar ibn Musa al-Wajihi (penduduk

Madinah dengan kualifikasi sedikit kelemahan [/irn]) dari Muhammad dari

Jabir.

7L Sanadnya tidak bersambung(nunqathi^) oleh Rabi'ah ibn Syaif. Dia hanya meriwayatkannya dari

Abdunahman al-Habli dari Abdullah ibn Umar dan kami tidak tahu bahwa Rabiah ibn Saif

mendengar hadits ini dari Abdullah ibn Umr.

kematian & hariakhirt82

Tidak Kontradisksi dengan Hadits Terdahulu

Aku menyatakan: Bab ini tidak bertentangan dengan bab-bab yang

telah dikemukakan sebelumnya, bahkan memberi kekhususan dan penjelasan

tentang orang yang tidak akan ditanya dan tidak bebas dari fitnah kubur.

Juga terbebas dari semua ketakutan (saat  berada dalam kubur). Semuanya

tidak dapat dikiaskan (dianalogikan) dan dirasionalkan. Semuanya harus

dapat diterima, sebab  berasal dari perkataan Nabi saw.

Ibn Majah (dalam kitab Sunan-nya) meriwayatkan sebuah hadits dari

Jabir. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "saat  mayat

telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka sinar matahari menyinari

kuburnya dari arah barat. Kemudian dia duduk dan mengusapngusap

matanya dan berkata, 'Biarkan aku shalat'."

Mungkin orang ini salah satu yang dilindungi dari fitnah kubur.

Hadits itu juga tidak bertentangan dengan hadits-hadits sebelumnya,

alhamdulillah.

Beragam Mati Syahid

Rasulullah memberikan komentar kepada orang yang mati syahid

dengan ungkapan, "Cukup kilatan pedang atas kepalanya sebagai fitnah."

At-Tirmidzi memberikan ulasan yang bijak tentang hadits ini. Beliau

berkata:

Makna perkataan Nabi ini yaitu , "Jika orang-orang yang mati

yaitu  orang-orang munafik, maka saat bertemu dua pasukan besar dalam

peperangan dan pedang-pedang mereka berkilatan secara spontan, maka

mereka akan lari, sebab  memang begitu perilaku orang munafik; lari dan

bersembunyi saat itu. Namun jika orang Mukmin rela mengorbankan dan

menyerahkan dirinya kepada Allah maka dia akan bangkit -dengan semangat

yang bergelora- untuk mempertahankan agama Allah dan menegakkan

kalimat-Nya. Jadi di sini sangat jelas kebenaran isi hatinya, dimana ia

berangkat untuk perang dan gugur dalam pertempuran. Lantas mengapa dia

harus ditanya dalam kuburnya?"

Menurutku: Jika orang yang syahid tidak ditanya, maka apalagi orang-

orang yang shiddiiq (orang-orang yang suka kepada kebenaran) yang

kedudukannya lebih tinggi dan pahalanya lebih besar daripada mereka. Jadi

mereka lebih pantas untuk tidak diuji, sebab  AIlah mendahulukan

penyebutannya dalam Al-Qur'an daripada para syuhada; Mereka itu akan

bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oteh Allah,

yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan

kematian & hariakhir t83

orung-orang, shalih. Dan mereka itulah teman yang.sebaik-baiknya." (QS.

an-Nisa': 69)

Para murabith (orangyang berjaga-jaga dari musuh) yang martabatnya

lebih rendah daripada orang yang syahid tidak diuji dalam kuburnya, apalagi

orang yang lebih tinggi martabatnya daripada murabith dan orang yang

syahid? Wallahu a'lam.

Nabi saw bersabda, "Siapa yang mati sebab  sakit akan mati syahid."

Yaitu orang yang sakit selama setahun. Tapi pada hadits lain dibatasi, "Siapa

yang mati sebab  sakit perut." Dalam hal ini ada dua pendapat:

Pendapat pertama: Kata 'penyakit' pada hadits ini dimaksudkan

untuk orang yang menderita penyakit muntaber (diare). Orang Arab

menyebutnya 'ia memegang perutnya' saat  jatuh sakit dan sering buang air

besar. Jika tidak diobati maka sakitnya akan bertambah buruk.

Pendapat kedua: Maksud hadits ini yaitu  orang yang

menderita penyakit busung air. Pendapat ini lebih kuat, sebab  orang Arab

menghubungkan kematiannya dengan perutnya, yakni penyakit di dalam

perut seseorang. Penderita busung airjarang sekali yang meninggal, kecuali

dibarengi dengan penyakit muntaber atau rusaknya perut. Dengan demikian

seakan-akan dua sifat terkumpul di dalamnya. Tanda syahid bagi mayat

(selain perutnya) yaitu  akal yang masih berfungsi (sadar), pikiran yang

tetap ada (hingga dia meninggal).

Demikian pula penderita penyakit lumpuh (stroke), yang

memicu  kematian yaitu  kerusakan tubuh. Semua mati secara

berangsur-angsur, bukan mendadak (sebab  racun atau zal berbahaya

lainnya, tertimpa beban berat, radang paru-paru, demam siang-malam,

kencing batu, atau kehilangan akal sebab  beratnya rasa sakit). sedang 

saat itu keadaannya sebaliknya; saat  akan mati pikirannya masih ada

(masih sadar) dan dia mengetahuinya wallahu a'lam.

Meninggal saat  Selesainya Bulan Ramadhan, Hari Arafah dan setelah

Berzekat

Abu Nu'aim meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah ibn

Muhammad dari Ibn Sa'id dari Muhammad ibn Harb al-Wasithi yang

menyampaikannya dari Nashr ibn Hammad dari Hammam dari Muhammad

ibn Hujadah dari Thalhah ibn Musharrif yang didengarnya dari Khaitsamah

ibn Abdurrahman yang meriwayatkannya dari Ibn Mas'ud, bahwa

Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang matinya bertepatan dengan selesainya

bulan Ramadhan maka akan masuk surga. Siapa yang matinya bertepatan

dengan selesainya hari Arafah maka akan masuk surga. Siapa yang matinya

bertepatan setelah habis membayar za\at maka akan masuk surga." Hadits

ngat kematian & hari akhirt84

ini hanya diriwayatkkan oleh Thalhah dan hanya bersumber dari Nashr dari

Hammam. r

Setiap Pagi dan Sore Mayat Diperlihatkan Tempatnya di Akhirat

' lbn Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda. "saat 

salah seorang dari kamu meninggal, maka akan diperlihatkan kepadanya

tempatnya (di akhirat kelak) setiap pagi dan sore. Jika dia termasuk ahli

surga maka diperlihatkan tempatnya di surga, namun  jika termasuk ahli

neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Lalu dikatakan kepadanya,

"lni tempatmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat." (HR. al-

Bukharidan Muslim)

Hal ini Termasuk Siksa atau Nikmat

Para ulama memberikan penjelasan terhadap perkataan 'diperlihatkan

kepadanya tempatnya' dan ada yang meriwayatkan 'diperlihatkan

tempatnya' sebagai berikut:

Ini yaitu  salah satu contoh azabyang besar dan di dunia kita banyak

mengalami contoh seperti itu. Seperti saat  seseorang diperlihatkan

musuhnya atau bermacam-macam siksaan atau seseorang yang menakutinya

meskipun tidak diperlihatkan kepadanya siksaan. Kita berlindung kepada

Allah dari azab dan siksa-Nya dengan kemuliaan dan rahmat-Nya.

Dalam Al-Qur'an disebutkan tentang hak orang kafir,"Kepada mereka

dinampakkan neraka pada pagi dan petang... (QS. Ghafir: 46)

Allah SWT memberitahukan bahwa orang-orang kafir akan

diperlihatkan neraka, sebagaimana diperlihatkan surga kepada ahlus sa'adah

(orang Mukmin) dengan khabar yangshahih di dalamnya.

Apakah surga diperlihatkan kepada semua orang Mukmin? Benar, tapi

khusus orang Mukmin yang sempurna imannya dan orang yang

diselamatkan oleh Allah dari neraka. Orang yang terkena ancaman Allah

(yaitu orang yang mencampuradukkan amalan baik dengan buruk), akan

diperlihatkan dua tempat itu sebagaimana dia melihat amalnya pada dua

orang dalam dua waktu atau satu waktu, yaitu buruk dan baik. Dapat juga

dipahami bahwa yang dimaksud dengan ahli surga yaitu  semua orang

punya kesempatan untuk mendapatkannya, wallahu a'lam.

Apakah Penampakan itu Dirasakan oleh Jasad?

Kemudian dipertanyakan, apakah tempatnya itu diperlihatkan kepada

arwahnya? Boleh jadi dengan sebagian badannya atau seluruh jasadnya,

kematian & hari akhir t85

sebab  waktu itu dikembalikan ruhnya ke dalam jasadnya di dalam kubur,

sama halnya saat  arwahnya dikembalikan ke dalam jasadnya (saat  dua

orang malaikat menyuruhnya duduk untuk menjawab pertanyaan).

Kemudian dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu di neraka! Allah telah

menukarnya dengan sebuah tempat di surga." Bagaimanapun keadaannya,

siksaan itu dapat dirasakan oleh seseorang, sakit dan pedihnya serta

suasananya yang dahsyatjuga dapat dirasakan.

Beberapa ulama memberikan contoh tentang siksaan terhadap ruh ini,

yakni seperti orang yang sedang tidur. Jadi ruhnya menerima azab dan

nikmat. walaupun jasadnya tidak merasakannya sama sekali.

Abdullah ibn Mas'ud berkata, "Arwah para pengikut Fir'aun berada

dalam perut burung yang hitam dan mereka diperlihatkan neraka setiap hari

sebanyak dua kali. Dikatakan kepada mereka, "lnilah tempat kalian!"

Allah berfirman: Neraka diperlihatkan kepada mereka setiap pagi dan

petang.

Syu'bah meriwayatkan sebuah riwayat dari Ya'la ibn 'Atha dari

Maimun ibn Maisarah, dia berkata, "jika  pagi telah datang maka Abu

Hurairah ra berseru, 'Petang telah datang. Segala puji bagi Allah. Telah

diperlihatkan neraka kepada pengikut Fir'aun'. Dia hanya mendengar Abu

Hurairah ra memohon perlindungan kepada Allah dari azab neraka." Dan

sungguh dikatakan, "Arwah mereka berada dalam batu besar hitam di bawah

bumi yang ketujuh, di tepi Jahannam, dalam perut burung hitam." Istilah

pagi dan petang hanya dikaitkan kepada kebiasaan kita, sebab  di akhirat

tidak ada pagi dan petang.

Allah SWT berfirman: Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap

pagi dan pelazg. (QS. Maryam: 62)

Insya Allahjawaban terhadap dua hal ini akan dijelaskan satu-persatu

dalam pembahasan tentang keadaan surga.

Hanya Anvah Para Syuhada yang Berada dalam Surga

Ibn Umar meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "lni tempatmu

hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat." Hadits ini ditujukan

untuk selain syuhada.

Masruq berkata, "Kami bertanya kepada lbnu Mas'ud tentang maksud

ayat: Janganlah kamu mengira balm,a orang-orang yang gugur di jalan

Allah itu mati; bahkon mereko itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendopat

rezeki. (QS. Ali 'lmran: 169)

Beliau menjawab, "Arwah mereka ada dalam perut burung hijau.

Mereka memiliki pelita-pelita di bawh Arsy. Burung-burung itu terbang

kematian & hari akhirr86

bebas di surga dan mereka bergantungan pada pelita-pelita ini.

Selanjutnya Tuhan menemui mereka sambil bertanya, 'Apakah ada lagiyang

kalian inginkan?' Mereka menjawabf 'Apakah ada lagi yang kami inginLun,

senrentara kami sudah merasa senang dapat terbang bebas di surga ini?'

Allah menanyai mereka sebanyak tiga kali. Tatkala mereka merasa tidak ada

lagi yang akan diminta kepada Tuhan, mereka berkata, 'Ya Tuhan, kami

ingin agar Engkau mengembalikan arwah kami ke dalam jasad kami agar

kami bisa kembali berperang di jalan-Mu sekali lagi!' Mereka berkata

seperti itu saat terlihat tidak ada lagiyang mereka inginkan." (HR. Muslim)

Lima Hal yang Harus Diperhatikan tentang Anryah Syuhada

Ada lima hal yang harus diperhatikan tentang arwah syuhada, yaitu:

Pertama: Jika dikatakan seperti itu; lantas bagaimana pendapat Anda

dengan hadits yang dikemukakan sebelumnya, "Tidaklah seseorang yang

melewati kuburan saudaranya yang dikenalnya di dunia, lalu dia

mengucapkan salam kepadanya, maka saudaranya (yang telah wafat itu)

akan menjawab salamnya ini." Kami mengira hadits itu bersifat umum,

yang di+akhsrs (dikecualikan) oleh hadits di atas. Jadi hadits itu ditujukan

kepada selain para syuhada."

Kedua: Jika demikian, lalu bagaimana kedudukannya dengan hadits

dari Malik dari lbnu Syihab yang diceritakannya dari Abdurrahman ibn

Ka'ab ibn Malik al-Anshari yang mengabarkan bahwa bapaknya Ka'ab ibn

Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Jiwa orang Mukmin

menjadi seekor burung yang bergelantungan pada pohon-pohon surga,

sampai Allah mengembalikannya ke dalam jasadnya pada hari dia

dibangkitkan kelak."

Ahli bahasa menyatakan kata,.lilo (ta'luqu) dengan lam dhammah yang

setimbangan dengan kata ta'kulu: $b. Dikatakan 'alaqat, ta'luqu, 'uluqan.

sedang  kata gl4 @a'laqu) dengan lam fathah (yang lebih banyak

dipakai) memiliki makna: 'dia bebas', khusus untuk arwah para syuhada,

berdasarkan hadits sebelumnya. Firman Allah yang memberitahukan

keadaan mereka: Bahkan merela itu hidup di sisi Tuhannya dengan

mendapat rezeki. (QS. Ali 'Imran: 169)

Seorang mendapat rezeki bila ia hidup, maka mendapat makanan dan

kenikmatan hanya dirasakan oleh orang yang syahid di jalan Allah, sesuai

ijma' pendapat ulama.

Abu Bakar ibn al-'Arabi (dalam bukunya, Sirajul Muriidin),

meriwayatkan bahwa orang yang tidak syahid berbeda kondisinya. Perlakuan

kematian & hariakhir t87

yang mereka dapati hanya kondisi kuburan yang dipenuhi oleh cahaya hijau

dan dilapangkan kuburnya. sedang  yang dimaksud dengan 'jiwo orang

Mukmin' pada hadits ini yaitu  jiwa Mukmin yang syahid. Ditambah

lagi penjelasannya dalam hadits ini "hingga Allah mengembalikannya

ke dalam jasadnya pada hari dia dibangkitkan."

Ketiga: Bagaimana dengan pendapat yang mengatakan bahwa para

arwah saling bertemu di langit dan di surga. Pendapat yang mengatakan

saling bertemu di langit berdasarkan pada hadits Nabi, "./i/rc datang bulan

Ramadhan, maka pintu-pintu langit dibuka."

Dalam riwayat lai n d i sebutkan, " P intu- p inlu sur ga."

Kami berpendapat bahwa arwah-arwah yang saling bertemu di langit

tidak harus saling bertemu di surga, bahkan arwah orang Mukmin yang

bukan syuhada kadang berada di dalam atau di sekitar kuburnya dan di langit

(bukan di surga). Mereka mengunjungi kuburnya paling tidak setiap hari

Jum'at secara tetap. Oleh sebab  itu, para ulama menganjurkan untuk

menziarahi kuburan pada hari Jum'at atau Sabtu pagi, wallahu a'lam.

Ibn Arabi berkata, "Semua hadits yang dikemukakan oleh banyak

periwayat tentang para arwah dalam kubur -yang mendapat azab atau

nikmat- merupakan hasil kesimpulan mereka terhadap hadits shahih dari

Ibnu Umar, "Jika salah seorang kamu meninggal dunia, maka diperlihatkan

tempat duduknya setiap pagi dan petang." Yang diperlihatkan hanya 'tempat

duduknya' tidak diterangkan tentang 'tempat darimana ia memandangnya'.

Juga hadits-hadits lain yang mengatakan bahwa mereka diazab dalam

kuburnya. Demikian pula hadits tentang orang Yahudi."

Aku berpendapat: Kembali kepada apa yang kami sebutkan

sebelumnya: tentang hadits Nabi, "Tidaklah salah seorang kamu yang

melewati lafiuran saudaranya yang dikenalnya saat  di dunia sedang 

ruhnya berada dalam kuburnya, melainkon dia akan mengetahuinya dan

menjav,ab salam saudaranya irz," sehingga tidak ada pertentangan antara

hadits-hadits ini wallahu a'lam.

Keempat: Kalau disebutkan seperti itu, lalu bagaimana dengan hadits

Nabi yang berbunyi, "Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya, jika

seseorang gugr di jalan Allah kemudian dia dihidupkan lagi kemudian

terbunuh lagi, lalu dihidupkan lagi sedang  dia memiliki utang, maka dia

tidak alran masuk surga sampai utangnya lunas."

Hadits ini menerangkan bahwa di antara para syuhada ada yang

tidak bisa masuk surga. Arwah mereka tidak berada dalam perut burung dan

dalam kubur. Lalu di mana saat itu arwah mereka berada?

Ibn Wahab mengatakan sebuah hadits yang disandarkan kepada lbn

'Abbas, bahwa Nabi saw bersabda, "Para syuhada berada di sebuah stmgai

kematian & hariakhirr88

dekal pinlu surga. Mereka mendapol rezeki dari surga setiap pagi dan

pelang." 

,

Mungkin maksud hadits ini yaitu  para syuhada atau orang yang

terhalang masuk surga sebab  terkait utang. Tidak hanya terkait dengan harta

(nanti akan diterangkan). Oleh sebab  itu, para ulama mengatakan bahwa

keadaan para syuhada berbeda-beda tingkatannya dan tempat tinggalnya,

namun  semuanya mendapat rezeki. Dalam hadits yang disebutkan

sebelumnya, Nabi saw berkata, "Siapa yang muli sebab  sakil akan moti

syahid. Setiap pagi dan petang dia mendapot rezeki dari surga." Di sini

dijelaskan tentang keadaan para syuhada yang bermacam-macam. Insya

Allah nanti akan diterangkan tentang kategori orang yang mati syahid.

Kelima: Bagaimana kedudukannya dengan hadits dari Abu Umamah:

Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati syahid di laut

sama dengan orang yang mati syahid di darat, dan orang yang tenggelam di

lautan sama seperti orang yang berlumuran darahnya di darat." Kedua

macam orang itu sama-sama mati dalam ketaatan terhadap Allah. Allah dan

semua Malaikat Maut memegang seluruh arwah, kecuali arwah orang yang

syahid di laut, sebab  arwahnya langsung diangkat oleh Allah. Orang yang

syahid di darat diampuni semua dosanya, kecuali utangnya. sedang 

orang yang syahid di laut diampuni seluruh dosanya beserta utangnya."

(HR. Ibn Majah)

Kami katakan: Dengan syarat, ia berutang untuk memenuhi

kebutuhannya atau untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapinya, lalu

dia mati dan belum meninggalkan pembayaran utangnya. Allah SWT tidak

akan menghalanginya masuk surgq dan insya Allah dia mati syahid, sebab 

pemerintah Islam yang berkewajiban membayarnya, dan sebab  kewajiban

membayar utang hanya jatuh saat  dia memiliki kesanggupan membayar.

Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang meninggalkan utang atau

kehilangan, maka Allah dan Rasul-Nya akan menanggungnya. Siapa yang

meninggalkan harta, hendaklah dia wariskan. Jika dia tidak mampu

membayarnya, maka Allah SWT akan melunasinya dan meridhai orang yang

mengutanginya."

Ada hadits yang dapat menjadi dalil dalam hal ini, yang diriwayatkan

oleh Ibn Majah (dalam Stman-nya) dari Abdullah ibn Umar, beliau

menyampaikan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Utang akan menghalangi

atau menjadi penghalang pelakunya pada hari kiamat saat ia mati, kecuali

orang yang terpaksa berutang untuk tiga alasan:

a) Lemah kekuatannya saat  beduang di jalan Allah kemudian dia

berutang agar menjadi kuat dalam menghadapi musuh Allah dan

musuhnya,

kematian & hari akhir r89

b)

c)

jika  seseorang meninggal, lalu orang Muslim yang lain tidak

menpunyai biaya untuk mengafani dan menguburkannya, kecuali

dengan mengutanginya,

Seorang laki-laki yang takut membujang sebab  khawatir dengan

(anjuran) agamanya, lantas dia berutang untuk menikah. Allah akan

melunasi utang mereka itu pada hari kiamat." (HR. lbn Majah)

Berutanglah dengan Niat Membayar dan Hanya sebab  Kebutuhan

Orang yang berutang untuk menghambur-hamburkannya dan

memboroskannya, lantas dia mati dan belum melunasinya atau tidak

meninggalkan pembayaran utangnya, dan tidak mewasiatkannya atau dia

mampu membayarnya tapi tidak mau melunasinya, maka dia terhalang untuk

masuk surga hingga dikurangi nanti pahala kebaikannya dan bertambah amal

buruknya, yang nanti akan dijelaskan lebih lanjut.

Kembali pada hadits Nabi tentang orang yang mati syahid dengan

keadaan terapung di laut, secara keseluruhan jelas di sini tidak membedakan

antara utang dengan agama. Juga hadits Nabi saw tentang orang yang tidak

mampu melunasi utangnya padahal dia sudah bertekad dan berniat

melunasinya dan tidak merusak harta yang dipinjamnya, maka Rasulullah

saw bersabda, "Siapa yang mengambil (meminjam) harta orang lain dan

berniat melunasinya, niscaya Allah akan melunasinya. sedang  siapa

yang mengambilnya dengan niat merusaknya 

-tidak membayar- maka Allah

merusakannya pula." (HR. al-Bukhari).

Sebenarnya hadits Abu Umamah ini lemah sanadnya. sedang 

hadits yang diriwayatkam Muslim dari Abdullah ibn Umar di bawah ini

lebih kuat sanadnya. Beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Orang yang terbunuh di jalan Allah akan dihapus segala (bebannya) kecuali

utangnya." Tidak ada pengkhususan antara orang yang mati syahid di darat

dengan yang mati syahid di laut.

Demikian pula riwayat dari Abu Qatadah yang menceritakan tentang

seorang laki-laki yang berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah,

bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh dijalan Allah? Apakah Allah akan

mengampuni dosaku?" Rasulullah menjawab, "Benar, jika engkau terbunuh

di jalan Allah dan engkau bersabar, maka engkau dipandang sebagai orang

yang menghadap kepada-Nya tanpa ada dosa."

Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah saw berkata, "Bagaimana

maksudmu?" Laki-laki itu bertanya, "Wahai Rasullullah, bagaimana

pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Allah? Apakah Allah akan

mengampuni dosaku?" Rasulullah menjawab, "Benar. Jika engkau terbunuh

di jalan Allah dan engkau bersabar, r4aka engkau dipandang sebagai orang

kematian & hari akhirt90

yang menghadap kepada-Nya tanpa ada dosa, kecuali engkau memiliki

utang. Jibril mengatakan hal seperti itu kepadaku."

Abu Nu'aim at-Hafizh meriwiyatkan sebuah hadits yang disandarkan

kepada Imam penduduk Basrah yang dijelaskannya dari Abdurrahman ibn

Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Allah menyeru orang yang berutang pada hari kiamat nanti, 'Hai anak

Adam, kenapa kamu menghilangkan hak-hak manusia? Kenapa kamu

menghilangkan harta-harta mereka?' Dia akan menjawab, 'Ya Tuhan, aku

tidak merusaknya, namun  aku mengalami musibah banjir'. Ada yang

menjawab terkena musibah kebakaran." Lantas Allah berkata, 'Aku lebih

berhak pada hari ini untuk melunasi utangmu'. Lalu pahala kebaikannya

diberatkan daripada dosanya. Selanjutnya dia diperintahkan masuk ke

surga." Hadits ini diriwayatkan daribeberapa jalur.

Abu Yazid ibn Harun meriwatkan dalam haditsnya, "Allah menyuruh

meletakkan sesuatu pada timbangannya sehingga timbangan kebaikannya

lebih berat." Hadits ini gharib, sebab  hanya bersumber dari Syuraih yang

diriwayatkan sendiri oleh Shadaqah ibn Abu Musa dari Abu 'lmran al-Jauni.

Hadits ini menyatakan bahwa Allah SWT melunasi utang

berutang selama tidak mengambil harta orang lain dengan

dilarang.

Segala puji bagi Allah yang memberi taufik kepada kebenaran dan

menjelaskan melalui lisan rasul-Nya, sehingga dapat menjelaskan keragu-

raguan dan melepaskan kesulitan yang dihadapi hamba-hamba-Nya.

Beberapa ulama berkata, "Arwah seluruh orang beriman berada dalam

surga Ma'wa. Dinamakan al-Ma'wa sebab  arwah orang-orang Mukmin di

sana berkumpul di bawah Arsy. Mereka memperoleh kenikmatan di

dalamnya, mencium baunya yang sangat harum, bebas terbang dalam surga,

dan bergelantungan dekat pelita-pelita cahaya di bawah Arsy. Hal ini telah

kami sebutkan sebelumnya, dan pendapat yang pertama lebih tepa\ wallahu

a'lam.

Ibn al-Mubarak meriwayatkan dari Tsaur ibn Yazid dari Khalid ibn

Ma'dan dari Abdullah ibn Amar ibn al-'Ash, dia berkata, "Arwah orang-

orang Mukmin menjadi seperti burung Tiung yang semuanya saling

mengenal. Mereka memperoleh rezeki dari surga."

Ibnu Lahi'ah meriwayatkan dari Yazid ibn Abu Habib yang

menceritakan bahwa Manshur ibn Abu Manshur mengatakan kepadanya

bahwa dia bertanya kepada Abdullah ibn Amru ibn al-Ash ra tentang tempat

arwah orang-orang Muslim setelah mereka wafat, maka Beliau menjawab,

"Bagaimana pendapat kalian, hai penduduk lrak?" Aku berkata, "Aku tidak

tahu." Lalu Beliau berkata, "Arwah mereka menjadi seekor burung putih

kematian & hariakhir

orang yang

cara yang

t9t

dalam naungan Arsy, sedang  ruh orang kafir berada di lapisan bumi

ketujuh!" Lalu dia menyebutkan haditsnya.

lnilah hujjah (alasan) bagi orang yang mengatakan bahwa seluruh ruh

orang yang (benar-benar) beriman berada dalam surga. wallahu a'lam.

Ada pula yang menakwilkan firman Allah ini, sehingga yang

dimaksud hadits ini yaitu  'ruh orang Mukmin yang syahid', sehingga

redaksi pertanyaan pada Abdullah ibn Amru berbunyi, "Terangkan kepadaku

tentang ruh orang Mukmin yang syahid",wallahu a'lgm."

Hadits dari 'Uyayinah dari AMullah ibn Abu Yazid yang mendengar

Ibn 'Abbas berkata, "Ruh para syuhada berubah menjadi seekor burung

hijau."

Macam-macam Kenikmatan Ruh Syuhada

Dalam hadits lbn Mas'ud disebutkan, "Arwah mereka berada 'dalam'

perut burung hijau."

Dalam hadits Malik disebutkan, "Jiwa orang Mukmin seperti burung."

Dalam riwayat A'masy dari Abdullah ibn Murrah: Abdullah ibn Umar

ditanya tentang ruh para syuhada, maka dia menjawab, "Ruh para syuhada di

sisi Allah 'bagaikan' seekor burung hijau yang bergantungan pada pelita-

pelita di bawah Arsy yang terbang dengan bebas ke mana saja (setelah puas

beterbangan) mereka kembali bergantungan pada pelita-pelita itu." Lalu dia

menyebutkan haditsnya.

Ibn Syihab meriwayatkan dari Ka'ab ibn Malik dari bapaknya, bahwa

Rasulullah saw bersabda, "Arwah para syuhada'menjadi' seekor burung

hijau yang bergelantungan pada pohon-pohon surga." Hadits ini sesuai

dengan hadits Malik yang lebih shahih, daripada riwayat yang menyatakan

bahwa arwah mereka berada "dalam" perut burung hijau.

Abu Umar menyebutkannya dalam kitab al-Istidzkar. Abu Hasan al-

Qubaisi menuturkan: Para ulama mengingkari pendapat yang mengatakan

bahwa arwah mereka berada dalam perut burung, sebab  riwayatnya tidak

shahih. Kalau demikian, maka alangkah sempit dan terbatasnya tempat

mereka.

Menurutku, hadits ini riwayatnya shahih, sebab  dia dinukilkan

dari Shahih Muslim dengan menyamakan makna fa (di dalam) dengan 'ala(di atas), sehingga kalimat 'arwah mereka berada dalam perut burung hijau.

Sebagaimana firman Allah SWT: Dan sesungguhnya aku akan menyalib

kamu sekalian "pada" pangkol pohon htrma. (QS. Thaha: 7l) Huruf "fa"

pada ayat ini berarti pada atau *di atas".

kematian & hariakhirr92

Syubaib ibn lbrahim menyebutkan dalam kitab al-lfshah al-mun'im

'ala Jihat Mukhtalifah (Kefasihan dalam Berbagai Versi):

"Di antara ruh ada yang menjadi burung yang bergantungan pada

pohon-pohon surga; ada yang dalam lambung atau perut burung hijau: ada

pula yang berkumpul pada pelita-pelita di bawah Arsy; ada yang berada

dalam perut burung seperti burung Tiung; ada yang berubah menjadi suatu

bentuk di surga; ada yang menjadi lukisan yang diciptakan sebab  pahala

kebaikan mereka; ada pula yang terbang dan kembali ke jasadnya yang

dikunjunginya; ada pula yang bertemu dengan ruh-ruh yang sedang

digenggam; ada yang berada dalam lindungan Malaikat Mikail; ada yang

dalam jaminan Nabi Adam; ada yang dalam tanggungan Nabi lbrahim as."

Pendapat Syubaib ini lebih kuat sebab  menggabungkan semua hadits

tentang hal itu, sehingga tidak terjadi pertentangan. Allah lebih mengetahui

dan lebih adil dengan kegaiban-Nya."

kematian & hari akhir t93

srAPA SAIA YANG DAPAT DTSEBUT SYUHADA?

KENAPA DINAMAKAN SYAH I D?

APA MAKNA SYAHADATT?

Beragam Sebab Kesyahidan

Berdasarkan berbagai riwayat ada beragam cara sehingga seorang

Mukmin mendapat pahala mati syahid. Diantaranya:

Mati sebab  perang sabilillah; mengasingkan diri di jalan Allah lalu

mati atau terbunuh: mati terjatuh dari kudanya atau untanya; mati dipatuk

burung buas; mati di atas tempat tidur secara wajar; mati sakit perut; mati

sebab  sakit tha'un; mati tenggelam; mati terbakar; mati tertimpa beban

berat; mati sebab  sakit tipus; mati terbakar; mati sebab  penyakit radang

selaput dada; wanita yang mati dalam keadaan hamil; wanita yang mati

sebab  melahirkan (sementara anaknya bentuknya sudah sempurna dalam

perut ibunya); wanita yang meninggal sebab  nifas (darah yang keluar

sesudah melahirkan); wanita yang meninggal dalam keadaan masih perawan

(belum disentuh laki-laki); wanita yang mati sebelum haid atau datang

bulan; mati sebab  mempertahankan hartanya; mati sebab  membela dirinya;

mati sebab  membela agamanya; mati sebab  membela keluarganya; mati

teraniaya; mati dalam keadaan terasing; yang membaca 'auzubillaahi

minasysyaithaanirrajiim' sebanyak tiga kali pada pagi hari, kemudian

membaca tiga ayat pada akhir surah al-Hasyr; membaca akhir surah al-Hasyr

sampai kepada akhirnya: (-l t- ,f * ovpr rS dti'l'l kemudian dia wafat

pada malamnya; dalam keadaaan berwudhu; yang shalat Dhuha, kemudian

bepuasa selama tiga hari setiap bulan dan tidak meninggalkan witir baik

saat  di rumah maupun dalam perjalanan; maut mendatangi seorang

penuntut ilmu dan dia sedang menuntut ilmu orang yang benar-benar

menginginkan mati syahid (meskipun dia tidak mendapatkannya, meskipun

dia mati di atas kasur); dan orang yang punya harta 

-binatang ternak- yang ia

sayangi, ia enggan menyembelihnya 

-sebab  sayang- sebab  Allah punya

makhluk yang enggan untuk disembelih oleh-Nya.

Apa-apa yang kami sebutkan tadi berdasarkan riwayat-riwayat di

bawah ini:

Al-Ajiri dan beberapa periwayat lainnya meriwayatkan dari Abu

Malik al-Asyja'i, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa

mengasingkan diri dijalan Allah kemudian dia mati atau terbunuh. maka dia

mati syahid; atau mati terjatuh dari kudanya atau untanya; atau mati dipatuk

kematian & hari akhir194

oleh burung buas; atau mati di atas tempat tidur secara wajar (ika Allah

menghendaki maka dia mati syahid dqn masuk surga)."

Abu Bakar ibn Abu Syaibah juga meriwayatkan hadits (yang mirip

dengan hadits ini) dari Abdullah ibn 'Utaik dari Nabi saw.

Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Orang yang mati syahid ada lima macam; a. Mati sebab  sakit perut, b.

Mati sebab  sakit tha'un (pes atau sampar), c. Mati sebab  tenggelam, d.

Mati sebab  terbakar, e. Mati sebab  tertimpa beban berat, dan e. Mati

syahid di jalan Allah 'Azza wa Jalla." (HR. Timidzi, beliau menyatakan

bahwa hadits ini yaitu  hasan shahih\.

Jabir mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati

syahid ada tujuh macam, selain orang yang syahid berperang dijalan Allah;

a. Mati sebab  sakit tipus; b. mati sebab  sakit perut; c. Mati sebab 

tenggelam; d. Mati sebab  terbakar; e. Mati sebab  penyakit radang selaput

dada; f. Mati sebab  tertimpa beban berat: g. Wanita yang mati dalam

keadaan hamil." (HR. an-Nasa'i)

Ada yang meriwayatkan, "Yaitu wanita yang mati sebab  melahirkan,

sementara anaknya sudah sempurna bentuknya dalam perut ibunya itu."

Ada yang meriwayatkan, "Jika seorang wanita meninggal sebab  nifas

(darah yang keluar sesudah melahirkan), maka wanita itu mati syahid, baik

anaknya dalam keadaan hidup maupun meninggal dalam kandungannya."

Ada yang meriwayatkan, "Yaitu wanita yang meninggal dalam

keadaan masih perawan (belum disentuh oleh laki-laki)"

Ada pula yang meriwayatkan, "Yaitu wanita yang mati sebelum haid

atau datang bulan." Itulah beberapa khabar yang satu sama lain berbeda.

Dalam beberapa Atsar (hrdits) kata 'shahibul ianDi' disebut dengan

kata'almajnub' . Kata.,..z diberi harkat kasrah pada huruf nuun dan fathah

pada jiim jika seseorang ditimpa penyakit Janibi' Qtenyakit kembung).

Sa'id ibn Zaid meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah saw

bersabda, "Orang yang mati sebab  mempertahankan hartanya, maka dia

mati syahid. Orang yang mati sebab  membela dirinya, maka dia mati

syahid. Orang yang mati sebab  membela agamanya, maka dia mati syahid,

dan orang yang mati sebab  membela keluarganya, maka dia mati syahid."

(HR. arTirmidzi, Abu Daud, dan Nasa'i. At-Tirmidzi menyatakan bahwa

hadits ini hasan shahih).

Suwaid ibn Muqarrin meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw,

"Orang yang matiteraniaya, maka dia mati syahid.'(HR.an-Nasa'i)

kematian & hariakhir t95

lbn 'Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang

yang mati dalam keadaan terasing, maka dia mati syahid." (HR. Ibnu

Majah).

Dalam hadits Daruquthni disebutkan, "Mati dalam keadaan sendirian

yaitu  syahid." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn Umar, dan beliau

menyatakannya shahih.

Abu Bakar al-Khara'ithi meriwayatkan dari Anas ibn Malik ra, bahwa

Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati sendirian, maka dia mati

syahid."

Hadits seperti itu juga ada dalam riwayat Muhammad ibn Sirin dari

Abu Hurairah ra. Beliau menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Orang yang mati sendirian, maka dia mati syahid."

Juga sebuah hadits Nabi yang telah dikemukakan sebelumnya, "Orang

yang mati sebab  sakit, maka dia mati syahid."

Ma'qil ibn Yasar meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Orang

yang membaca'auzubillaahi minasysyaithaaninajiim' sebanyak tiga kali

pada pagi hari, kemudian membaca tiga ayat pada akhir surah al-Hasyr,

maka Allah mewakilkan baginya tujuh puluh ribu malaikat bershalawat

kepadanya sampai sore. Jika dia meningga pada hari itu, maka dia mati

syahid. Demikian pula bagi orang yang membacanya saat  sore hari." (HR.

at-Tirmidzi)

Ats-Tsa'labi meriwayatkan dari Yazid ar-Raqasyi dari Anas bahwa

Rasulullah saw bersabda, "Orang yang membaca akhir surah al-Hasyr

sampai akhirnya: (-l t- ,f ,* ovVt rs dti'i> Kemudian dia wafat pada

malamnya, maka dia mati syahid."

Al-Ajirijuga meriwayatkan dari Anas ibn Malik ra, bahwa Rasulullah

saw bersabda, "Hai Anas, jika kamu sanggup berwudhu selamanya, maka

kerjakan! sebab  jika Malaikat Maut mengambil ruh seorang hamba, yang

dalam keadaaan berwudhu, maka hamba itu dicatat sebagai syahid."

Asy-Sya'bi meriwayatkan dari Ibn Umar dari Nabi saw, "Orang yang

shalat Dhuha dan bepuasa selama tiga hari setiap bulan, serta tidak

meninggalkan witir baik di rumah maupun dalam perjalanan, maka ditulis

baginya pahala syahid." (HR. Abu Nu'aim)

Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah saw

bersabda, "Jika maut mendatangi seorang penuntut ilmu dan dia sedang

dalam keadaan menuntut ilmu, maka dia mati syahid."

Di antara para periwayat ada yang meriwayatkan, "Jarak dia (penuntut

ilmu) dengan nabi hanya satu derajat." Abu Umar menyebutkan hadits ini

dalam kitab Bayanul 'Ilmi. '

Mengingat kematian & hari akhirt96

Anas meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "Orang yang benar-

benar menginginkan mati syahid,, niscaya akan diberikan kepadanya,

meskipun dia tidak mendapatkannya (mati dalam keadaan syahid)." (HR.

Muslim)

Hadits dari Sahl ibn Hanif, Nabi saw bersabda, "Orang yang benar-

benar mengharapkan syahid, maka Allah akan menyampaikannya ke tempat

para syuhada meskipun dia mati di atas kasur." (HR. Muslim)

lbn Umar meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada

seorangpun melainkan ia punya harta 

-binatang ternak- yang ia sayangi dan

ia enggan menyembelihnya 

-sebab  sayang- dan sesungguhnya Allah punya

makhluk yang enggan untuk disembelih-Nya. Mereka itulah orang-orang

yang mati di atas tempat tidur, namun mereka mendapatkan pahala kaum

syahid." (HR. at-Tirmidzi)

Makna Kata Syahadoh

Kata Syuhada' (if) merupakan bentuk jamak (plural) kata syaahid

(fo). sedang  kata syahiid berarti 'orang yang terbunuh dijalan Allah'.

Menurut ahli bahasa (al-Jauhari dan yang lain) menyebutnya demikian,

sebab  orang itu 'dipersaksikan kepadanya surga'.

Kata syahiid diartikan dengan masyhuud, yaitu fa'il (pelaku) yang

bermakna maf ' uul (objek).

Ibn Faris (ahli bahasa) mengatakan -dalam kitab al-Mujmal- bahwa

asy-shadiid yaitu  orang yang mati di jalan Allah. Mereka mengatakan:

sebab  para malaikat Allah menyaksikannya. Dinamakan syahid; sebab 

ruhnya tiba di surga Dar as-Salam (tempat keselamatan). sebab  mereka:

Mereka itu hidup di sisi Tuhannya lagi mendapat rezeki. (QS. Ali

'lmran:169)

sedang  ruh orang-orang selain mereka tidak sampai ke surga.

Orang yang syahiid artinya orang yang syaahid. sebab  dia ada di surga.

Ada yang berpendapat dinamakan demikian sebab , "Tanah tempat dia

gugur menyaksikan saat dia gugur di jalan Allah".

Ada juga yang berpendapat: sebab  dia mempersaksikan dirinya

kepada Allah untuk memenuhi janji bai'atnya kepada Allah. Dirinya telah

mengadakan bai'at (persetujuan) dengan Allah dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orong-orang mu'min, diri dan harta

mereks dengan memberikan surgo untuk mereka. (QS. at-Taubah:l I I )

Maka bertemulah kesaksian Yang Maha Menyaksikan dengan

kesaksian hamba-Nya, seh ingga dinamakan' syahiid' .

kematian & hari akhir t97

Nabi saw bersabda. "Allah lebih mengetahui orang yang terluka dijalan-Nya." Beliau bersabda mengenai syuhadct perang Uhud, "Aku menjadi

saksi (syaliid) atas mereka." Allah menyaksikan pengorbanan diri mereka di

hadapan-Nya. Allah juga melihat mereka gugur di hadapan-Nya. Hadits ini

menambah kebenaran terhadap firman Allah tentang orang yang syahid

ini.

Pengertian 'syahadah' (a)t6:) menggambarkan orang yang membawa

kesaksian dan menyampaikannya. Syarat kesempurnaan syahadah

(kesaksian) ada tiga: a. Hadir. b. Kesadaran, c. Menyampaikannya.

Pengertian 'hadir' yakni "saksi benar-benar menyaksikan apa yang

disaksikannya." sedang  pengertian "kesadaran" yaitu  .,saksi

mengumpulkan apa yang disaksikannya dan benar-benar mengerti apa yang

disaksikannya ini saat  menyaksikannya." Pengertian

"menyampaikan," di sini yaitu  "memberikan kesaksiannya (saat 

diperlukan) di hadapan orang banyak." Itulah makna bahwa syahadat dan

kesaksian yang paling sempurna hanya kesaksian Allah SWT. Semua saksi

nanti akan memberikan kesaksian di hadapan-Nya.

Allah SWT berfirman: Dan didatangkanlah para nabi dan saksi-salcsi

[asy-syuhada'J dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang

mereka tidak dirugikan (QS. az-Zumar: 69)

Syarat bagi para saksi yaitu  adil. Orang yang adil di dunia dan

akherat hakikatnya yaitu  orang yang melaksanakan perintah Allah SWT

atas mereka di dunia.

Keutamaan untuk Mayat Penderita Penyakit Pes

'lrbadh ibn Sariyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Orang yang mati syahid dan orang yang wafat di atas kasur mengetuh

kepada Tuhan terhadap orang-orang yang mati sebab  penyakit tha,un (pes

atau sampar). Para syuhada berkata, "(Apakah) mereka mati seperti kami?,,

orang-orang yang wafat di atas pembaringan berkata, "saudara-saudara

kami wafat di atas pembaringan seperti kami." Lalu Allah menjawab,

"Lihatlah luka mereka. Jika luka mereka sama dengan kalian, maka mereka

masuk dalam kelompokmu. Ternyata luka mereka 

-pes- sama dengan luka

yang mereka alami." (HR. an-Nasa'i)

'Aisyah ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, ..Umatku banyak

yang mati sebab  tha'an (tusukan) dan penyakit tha'un (pes atau sampar).,,

Beliau berkata" "Adapun yang dimaksud dengan 'tha'an,, kami benar-benar

mengetahuinya, lalu bagaimana dengan orang yang menderita penyakit

tha'un?" Rasulullah menjawab, "Ia bagaikan ikatan yang ada pada unta ke

kematian & hari akhirr98

tempat dia minum sambil mengempit sesuatu. Orang yang wafat sebab 

penyakit itu akan mati syahid." Abu pmar menyebutkannya dalam kitab al-

Tamhid wal lstidzkur.

Seluruh Tubuh Manusia akan Hancur oleh Tanah, kecuali Pangkal

Ekor

Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"seluruh anggota tubuh manusia akan hancur, kecuali tulang tunggir

(pangkal ekornya atau 'ajmuz zanbi). Darinya manusia dibangkitkan kembali

pada hari kiamat." (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Ada dua istillah yang dipakai untuk ini: 'ajmuz zanbi dan 'ajbuz zanbi,

yang artinya bagian halus tulang punggung. Ada pula yang mengatakan

'pangkal tulang ekor'. Dalam sebuah riwayat lbn Abu Daud dari Abu Sa'id

al-Khudri (mengenai hari berbangkit), beliau berkata: saat  sahabat

menanyakan tentang (pangkal ekor) kepada Rasulullah saw, Beliau

menjawab, "Yaitu seperti biji sawi, darinya kalian diciptakan."

Hadits dari Rasulullah saw, "Darinya kalian diciptakan dan darinya

kalian dibangkitkan." Maksudnya: manusia pertama kali diciptakan darinya.

Kemudian Allah SWT menyisakannya untuk kemudian darinya Allah

menghidupkan manusia kembali pada kaliyang kedua.

Tanah Tidak akan Memakan Jasad Para Nabi dan Syuhada, dan

Mereka Hidup di Barzakh

Allah SWT berfirman: Bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya

dengan mendopat rezeki. (QS. Ali 'lmran: 169)

Oleh sebab  itu mereka tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Hal

ini ada  dalam beberapa hadits shahih tentang syuhada Uhud, namun  di

sini kami tidak akan memaparkannya.

ada  suatu riwayat dari Malik dari Abdurahman ibn Abu

Sha'sha'ah, ia berkata, "saat  terjadi banjir, orang-orang menggali kuburan

Amru ibn Jumuh dan Abdullah ibn 'Amr. Keduanya yaitu  orang Anshar

dan kaum as-Sulami yang syahid saat perang Uhud. Setelah digali untuk

dipindahkan ke tempat lain, ternyata jasad keduanya tidak berubah.

Keduanya seakan-akan baru dikubur kemarin yang dikubur pada satu

kuburan. Salah satu dikubur dalam keadaan tangannya diletakkan di atas

lukanya. saat  orang-orang mengangkat tangan itu dari lukanya, ia berbalik

kembali seperti semula. Ini terjadi setelah 46 tahun dari peristiwa Uhud.

kematian & hariakhir r99

Abu Umar berkata: Hadits ini tidak berbeda dengan hadits dari Malik

sampai akhirnya. Hadits ini diriwayatkan dari beberapa jalur .shuhih dari

Jabir.

Ketentuan ini juga berlaku bagi umat-umat sebelum kita yang mati

syahid di jalan Allah atau mati dalam kebenaran seperti nabi-nabi mereka.

Imam at-Tirmidzi memuat kisah tentang ashhab al-ukhdud (para penghuni

parit yang dibakar sebab  mempertahankan iman pada Allah SWT)27 dalam

haditsnya yang berbunyi, "Seorang pemuda yang dibunuh oleh raja telah

dikubur di dalamnya." Beliau mengatakan bahwa mereka dikeluarkan pada

masa Umar ibn al-Khatthab ra. Jari-jarinya bengkok sebagaimana posisisnya

saat dibunuh. Beliau menyatakan bahwa hadits ini hasan gharib dan kisah

ashhab al-ukhdud dari Shahih Muslim. Peristiwa itu diperkirakan terjadi di

Najran pada suatu masa antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad saw. Kami

telah memaparkannya dalam al-Buruj dalam buku al-Jami' li Ahkam Al-

Qur'an dan sebagai penjelas terhadap kandungan Sunnah dan Al-Qur'an

Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa saat  Muawiyah

-rahimahullaft- ingin mengalirkan mata air yang ditemukan di Madinah (di

tengah pekuburan), dia memerintahkan orang-orang untuk memindahkan

mayat-mayat yang dikubur di sana. Peristiwa itu terjadi pada masa

pemerintahannya, beberapa tahun sesudah 'amul jama'aft (tahun persatuan

kaum Muslim, setelah Perang Shiffin), kurang lebih 50 tahun sesudah perang

Uhud. Orang-orang melihat keadaan mereka, sehingga semua melihat

sebuah sekop mengenai kaki Hamzah ibn Abdul Muthalib yang

mengeluarkan darah.

Jabir ibn Abdullah menceritakan bahwa keadaan bapaknya Abdullah

ibn Haram seakan-akan baru dikubur kemarin. Itulah contoh beberapa

syuhada yang terkenal. Masih banyak contoh lain bagi yang ingin

menelusurinya lebih jauh.

Seluruh penduduk Madinah menceritakan bahwa saat  pemerintahan

Walid ibn Abdul Malik ibn Marwan dan Umar ibn Abdul Aziz di Madinah,

kuburan Nabi saw runtuh. Lalu mereka melihat sebuah kaki tersembul,

mereka khawatir jangan-jangan kaki itu yaitu  kaki Nabi. Masyarakat

menjadi cemas. Lalu datanglah Sa'id ibn Musayyib ra yang menyampaikan

27 Dilakukan oleh Raja Dzu Nuwas. Pada masa pemerintahan Raja Dzu Nuwas, bangsa dan agama

Yahudi 

-Yahudi yang sesat- mengalami masa kejayaannya di Yaman. Yahudi mendapat

kesempatan untuk membalas dendam kepada Umat Nabi Isa as 

-agama Nashrani yang masih

tauhid-. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan Umat Nabi Isa as. Setelah terkumpul

-tanpa perikemanusiaan- ia memerintahkan pasukannya untuk melemparkan Umat Nabi lsa as ke

dalam api yang sedang menyala-nyala satu persatu hingga tidak tersisa satu orang pun. Raja Dzu

Nuwas -yang sangat fanatik terhadap agama Yahudi- memberikan kebebasan pada rakyatnya

(bangsa Yahudi) untuk memburu Umat Nabi Isa as, baik laki-aki. wanit4 anak kecil, maupun orang

tuq untuk disembelih lalu dilemparkan ke dalatn kobaran api. Penerjemah

kematian & hari akhir200

kepada mereka sebuah hadits yang berbunyi, "Jasad para Nabi hanya berada

di bumi paling lama 40 hari, kemudian diangkat oleh Allah."

Selanjutnya datang Salim ibn AMullah ibn Umar ibn al-Khatthab ra

yang memberitahukan bahwa kaki itu yaitu  kaki kakeknya (Umar ra).

Beliau -+ahimahullah- wafat dalam keadaan syahid.

Rasulullah saw bersabd4 "Para muadzin (orang yang adzan) yang

ikhlas sama dengan orang syahid yang berlumuran darah. Jika dia wafat

maka jasadnya tidak akan dimakan ulat dalam kubur." Suatu hal yang jelas

bagi kita di sini bahwa jasad orang Mukmin juga dianggap tidak hancur

dimakan tanah.

Aus ibn Aus meriwayatkan, Rasulullah saw bersaMa, "Semulia-mulia

hari yaitu  hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan pada hari itu pula

Beliau wafat. Pada hari itu sangkakala ditiup dan seluruh makhluk

dimatikan! Perbanyaklah bershalawat untukku, sebab  shalawat kalian akan

diperlihatkan padaku!" Para sahabat bertany4 "Ya Rasulullah, bagaimana

shalawat kami akan diperlihatkan kepada engkau, padahal engkau telah

musnah?" Mereka berkata, "Engkau telah hancur." Beliau saw bersabda,

"Allah 'Azza wa Jalla mengharamkan tanah untuk memakan jasad para

nabi." (HR. Abu Daud dan lbn Majah melalui lafazh Abu Daud). Ibn Arabi

menyatakan bahwa hadits ini hasan.

Aku katakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakar al-Bazzar

dari Syaddad ibn Aus, mereka sepakat dalam sanadnya dari al-Husain ibn

'Ali dari Abdurrahman ibn Yazid ibn Jabir dari Asy'ats ash-Shan'ani. Dia