nan Paulus. Ia tidak mengabaikan tem-
pat-tempat yang sudah pernah dikunjunginya, namun mening-
galkan beberapa orang supaya memupuk tanaman yang masih
muda itu dan melanjutkan apa yang telah dimulai.
3. Kerendahan hati Paulus. Ia tidak merasa terhina saat diban-
tu di dalam melakukan pekerjaannya, sekalipun oleh orang-
orang yang tidak menduduki jabatan setinggi dirinya dalam
pelayanan, atau tidak memiliki karunia sebesar dan selengkap
dirinya. Demi Injil dapat disebarluaskan dan demi kebaikan
jiwa-jiwa, ia rela menggunakan tangan orang lain dalam peker-
jaan Injil. Ini merupakan sebuah contoh yang sangat tepat
bagi para pelayan Tuhan akan semangat dan kerajinan yang
736
menyala-nyala, dan akan kesetiaan serta perhatian terhadap
kawanan domba, baik mereka hadir atau tidak, hidup atau se-
dang menghadapi mati, bahwa mereka harus menyediakan
makanan rohani dan penghiburan bagi jemaat mereka, sejauh
kemampuan mereka. Di sini kita juga dapat memperhatikan,
4. Bahwa Titus, sekalipun jabatannya lebih rendah daripada se-
orang rasul, namun kedudukannya melebihi seorang gembala
atau penilik biasa, yang diberi tugas khusus untuk mengurus
jemaat-jemaat tertentu. Titus memiliki kedudukan yang lebih
tinggi, sebab ia bertugas mengangkat gembala-gembala biasa
semacam itu di mana diperlukan. Ia mengatur segala sesuatu
pada awalnya, lalu pergi ke tempat lain untuk melakukan pe-
layanan serupa, sesuai dengan apa yang diperlukan di sana.
Titus bukan hanya seorang pelayan gereja secara umum (seba-
gaimana halnya para pelayan yang lain), melainkan juga se-
orang pelayan bagi semua orang. Para pelayan Tuhan yang
lain memiliki kuasa yang biasa, dan secara actu primo, mela-
yani di mana saja sesuai dengan panggilan dan kesempatan
yang ada. Namun, para penginjil seperti Titus, memiliki kuasa
secara actu secundo et exercito, dan dapat melakukan pelayan-
an mereka ke mana pun mereka pergi, dan memiliki hak un-
tuk mengurus jemaat. Mereka benar-benar berada di mana
saja di dalam lingkup kekuasaan atau wilayah kepenilikan me-
reka, dan berhak untuk memberi arahan dan perintah di
antara para pelayan dan gembala biasa. Di mana seorang rasul
dapat bertindak sebagai seorang rasul, di situ seorang peng-
injil dapat bertindak sebagai penginjil. sebab para penginjil
mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti para rasul (1Kor.
16:10), dengan cara yang serupa, yaitu tidak tetap dan ber-
pindah-pindah. Di Kreta ini Titus hanya berada kadang-ka-
dang saja, dan untuk waktu singkat. Paulus menghendaki su-
paya Titus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan yang diting-
galkan untuknya, lalu datang menjumpai Paulus di Nikopolis,
di mana ia hendak tinggal selama musim dingin. sesudah itu,
Titus diutus ke Korintus, dan turut menyertai Rasul Paulus di
Roma. Kemudian dari situ Titus diutus ke Dalmatia. Itulah
terakhir kalinya kita membaca tentang Titus di dalam firman,
sehingga dari situ, tampak bahwa Titus bukanlah seorang
pemimpin jemaat yang tetap. Titus meninggalkan Kreta, dan
Surat Titus 1:5
737
kita tidak mendapati bahwa ia kembali lagi ke sana. Namun,
kuasa apakah yang dimiliki oleh Paulus atau Titus di sini?
Tidakkah yang mereka kerjakan merupakan suatu pelanggar-
an terhadap hak-hak para pemerintah sipil? Sama sekali tidak.
Mereka datang bukan untuk mencampuri urusan sipil siapa-
siapa. Siapakah yang telah mengangkat aku menjadi hakim
atau pengantara atas kamu? (Luk. 12:14). Pekerjaan Paulus
dan Titus bersifat rohani, dilakukan dengan cara meyakinkan
dan membujuk, sedikit pun tidak mencampuri, atau merugi-
kan, atau melemahkan kekuasaan para pembesar, namun jus-
tru meneguhkan dan menguatkannya. Apa yang masih perlu
diatur ini bukanlah peraturan yang dibuat atau dikeluarkan
oleh para penguasa, melainkan ketetapan-ketetapan yang ilahi
dan rohani, serta rancangan-rancangan yang memiliki tujuan
rohani, diturunkan dari Kristus yang adalah Raja dan Kepala
gereja. Untuk mengatur hal-hal inilah Titus ditinggalkan. Se-
lain itu, perhatikan bahwa bukanlah suatu hal yang mudah
untuk membangun jemaat dan menyempurnakan mereka.
Paulus sendiri sudah berjerih payah di sini, namun masih saja
ada hal-hal yang perlu diatur. Bentuk jemaat ini masih belum
teratur, masih perlu dipotong dan disesuaikan, sampai ben-
tuknya menjadi benar. Dan saat bentuknya sudah baik, me-
reka masih harus dipertahankan dan dijaga supaya keadannya
tetap demikian. Yang terbaik cenderung mudah membusuk
dan menjadi berantakan. Para pelayan Tuhan harus memban-
tu melawan terjadinya hal ini, membetulkan apa yang keliru,
dan menyediakan apa yang masih perlu. Secara umum, inilah
pekerjaan Titus di Kreta. Dan,
II. Secara khusus. Menetapkan penatua-penatua di setiap kota, yaitu
para pelayan, yang sebagian besar dipilih dari orang-orang yang
sudah tua dan merupakan orang-orang Kristen yang paling berpe-
ngetahuan dan berpengalaman. Atau, bisa saja usianya lebih
muda, namun memiliki perilaku dan sopan santun yang baik dan
berwibawa. Orang-orang seperti ini harus diangkat saat jumlah
orang Kristen sudah cukup banyak, seperti yang biasa terjadi di
kota-kota yang lebih besar. Sekalipun begitu, di desa-desa juga
bisa terdapat penatua jika jumlah orang Kristen di sana cukup
untuk itu. Para penilik atau penatua ini harus memelihara dan
738
bertanggung jawab secara tetap atas jemaat, menggembalakan
dan memimpin mereka, serta melaksanakan seluruh tugas dan
tanggung jawab penggembalaan di dalam jemaat dan bagi jemaat.
Terkadang kata ini juga dipakai secara lebih luas untuk menyebut
orang-orang yang memegang jabatan gerejawi di dalam jemaat,
sehingga para rasul juga merupakan penilik atau penatua (1Ptr.
5:1). Namun di sini kata ini dimaksudkan untuk menyebut para
gembala tetap yang biasa, yaitu mereka yang dengan jerih payah
berkhotbah dan mengajar, dan memimpin gereja-gereja dalam
Tuhan. Demikianlah yang dijelaskan di sini di sepanjang pasal ini.
Oleh beberapa orang, kata penilik dipakai dalam artian yang sama
dengan kata sacerdos, dan diterjemahkan sebagai imam, suatu
istilah yang tidak dikenakan pada para pelayan Injil kecuali seba-
gai kiasan atau perlambang, sebab dikatakan bahwa seluruh
umat Allah telah dibuat menjadi kerajaan dan imam-imam bagi
Allah (hiereis, bukan presbytterous), untuk mempersembahkan
korban rohani berupa doa, puji-pujian, dan sedekah. Namun
sebenarnya kita tidak memiliki imam di bawah ketetapan Injil,
selain Kristus saja. Dialah Imam Besar yang kita akui (Ibr. 3:1),
yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban kepada Allah
bagi kita, dan melalui pengorbanan-Nya, hidup selama-lamanya
untuk bersyafaat bagi kita. Jadi, para penilik di sini bukanlah
imam dalam arti sebenarnya, yang bertugas untuk mempersem-
bahkan korban, baik korban secara simbolis atau korban yang
sesungguhnya, melainkan hanyalah pelayan Injil, yang bertugas
melaksanakan semua ketetapan Kristus, dan menggembalakan je-
maat Allah, sebab merekalah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi
penilik atas mereka. Perhatikan,
1. Suatu jemaat di mana di dalamnya tidak terdapat pelayanan
yang tetap dan mapan adalah jemaat yang tidak sempurna
dan mengalami kekurangan.
2. Di mana jumlah orang percaya mencukupi, maka di situ peni-
lik atau penatua harus diangkat. Keberadaan mereka untuk
selanjutnya dalam jemaat sama pentingnya dengan saat me-
reka diangkat, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi
pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai
mereka semua telah mencapai kedewasaan penuh di dalam
Kristus, sampai genap jumlah orang-orang pilihan Allah yang
dipanggil dan dipersatukan kepada Kristus dalam satu tubuh,
Surat Titus 1:5
739
mencapai tingkat pertumbuhan dan kekuatan mereka secara
penuh, serta mencapai ukuran kasih karunia yang layak dan
telah ditetapkan bagi mereka (Ef. 4:12-13). Inilah pekerjaan
yang harus dilakukan dan akan terus dilakukan sampai akhir
zaman. Itu sebabnya sarana yang telah ditetapkan dan diper-
lukan untuk itu harus terus ada. Betapa besar puji-pujian
yang layak diberikan kepada Allah, sebab Dia telah menetap-
kan jabatan semacam itu! Betapa besar rasa syukur orang-
orang yang menikmati keuntungan dari penetapan jabatan itu!
Betapa kasihannya orang-orang yang tidak menikmatinya dan
betapa mereka memerlukan doa kita! Mintalah kepada tuan
yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu. Iman timbul dari pendengaran, dan dipelihara,
dijaga, serta menghasilkan buah melalui pendengaran pula.
Ketidaktahuan dan kemerosotan, membusuknya kebaikan dan
bertambahnya kejahatan, bersumber dari kurangnya pelayan-
an yang memberikan pengajaran dan dorongan. Dalam keada-
an seperti itulah Titus ditinggalkan di Kreta, supaya ia meng-
atur apa yang masih perlu diatur dan supaya ia menetapkan
penatua-penatua di setiap kota. Namun, ini harus dilakukan
oleh Titus, bukan secara ad libitum, atau menurut kehendak-
nya atau pemikirannya sendiri, melainkan menurut petunjuk
rasuli.
III. Peraturan mengenai pelaksanaannya. Seperti yang telah kupesan-
kan kepadamu, yaitu mungkin saat Paulus hendak berangkat
meninggalkan Titus, dan disampaikan di depan orang lain serta
didengar oleh mereka. saat berkata demikian, barangkali Paulus
mengacu kepada jemaat, lebih demi kepentingan mereka daripada
demi Titus sendiri. Tujuannya ialah supaya mereka lebih mau
tunduk dan taat kepada Titus, dengan mengetahui dan melihat
bahwa segala tindak tanduknya dijamin dan didukung oleh
persetujuan dan wewenang rasuli. Sebagaimana di bawah Hukum
Taurat segala sesuatu harus dilakukan menurut pola yang telah
ditunjukkan kepada Musa di atas gunung, maka begitu pula di
bawah hukum Injil segala sesuatu harus diatur dan ditetapkan
sesuai dengan petunjuk Kristus, dan juga petunjuk para kepala
pelayan-Nya, yang sudah pasti dituntun oleh Kristus. Segala
macam tradisi dan ciptaan manusia tidak boleh dibawa masuk ke
740
dalam gereja Allah. Tujuan dari segala ketetapan Kristus perlu,
bahkan harus, dilaksanakan dengan saksama, menurut ketetap-
an umum firman. Namun tidak ada yang boleh mengganti apa-
apa dalam hal pokok iman atau penyembahan, atau peraturan
dan ketetapan, dari gereja-gereja. Jika seorang penginjil saja tidak
boleh berbuat apa-apa selain dari apa yang telah ditentukan, apa
lagi orang lain. Gereja adalah rumah Allah, dan merupakan kewe-
nangan-Nyalah untuk menetapkan para pemangku jabatan dan
segala ketetapan di dalamnya, sesuka hati-Nya. Kata seperti di
sini mengacu pada persyaratan dan ciri-ciri penatua yang harus
ditetapkan oleh Titus, menetapkan penatua-penatua di setiap
kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, yaitu seperti yang
sudah pernah kujelaskan dan akan kutunjukkan sekali lagi ke-
padamu di sini dengan lebih terperinci, yang dilakukan oleh
Paulus dari ayat 6 sampai 9.
Persyaratan Seorang Penilik Jemaat;
Perlunya Teguran yang Tegas
(1:6-16)
6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri,
yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh sebab hidup
tidak senonoh atau hidup tidak tertib. 7 Sebab sebagai pengatur rumah Allah
seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pem-
berang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, 8 melainkan suka
memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat
menguasai diri 9 dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai
dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasar
ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. 10 sebab
sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang
berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menye-
satkan pikiran. 11 Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, sebab
mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak
untuk mendapat untung yang memalukan. 12 Seorang dari kalangan mereka,
nabi mereka sendiri, pernah berkata: "Dasar orang Kreta pembohong, bina-
tang buas, pelahap yang malas." 13 Kesaksian itu benar. sebab itu tegorlah
mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, 14 dan tidak
lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia
yang berpaling dari kebenaran. 15 Bagi orang suci semuanya suci; namun bagi
orang najis dan bagi orang tidak beriman suatu pun tidak ada yang suci,
sebab baik akal maupun suara hati mereka najis. 16 Mereka mengaku
mengenal Allah, namun dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia.
Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.
Surat Titus 1:6-16
741
Di sini Rasul Paulus memberikan arahan kepada Titus mengenai
penahbisan. Ia menunjukkan siapa yang harus diangkat oleh Titus,
dan siapa yang tidak.
I. Mengenai siapa yang harus ditahbiskan Titus. Paulus menjelaskan
persyaratan dan kebajikan yang terkandung dalam diri mereka.
Hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan dan perilaku mereka,
dan yang berkaitan dengan pengajaran mereka. Yang pertama
terdapat di ayat 6, 7, dan 8, sedangkan yang terakhir ada di ayat 9.
1. Persyaratan seorang penilik jemaat berkenaan dengan kehi-
dupan dan perilaku mereka yaitu,
(1) Secara umum. Yakni orang-orang yang tak bercacat. Bukan
berarti sama sekali tidak bercela, sebab tidak ada orang
yang demikian, sebab tidak ada orang yang hidup dan tidak
berbuat dosa. Begitu pula bukan orang yang sama sekali
tidak dapat dipersalahkan, sebab ini jarang terjadi dan
sukar. Kristus sendiri dan para rasulnya pernah diper-
salahkan, sekalipun tuduhan itu tidak layak bagi mereka.
Pada diri Kristus jelas tidak ada yang dapat dipersalahkan,
sedangkan para rasulnya tidak seperti yang dituduhkan
oleh musuh-musuh mereka. Namun artinya ialah, seorang
penilik jemaat tidak boleh seorang yang dikuasai oleh sifat
buruk, namun justru dikenal sebagai orang baik, bahkan
oleh orang-orang luar. Ia tidak memiliki kesalahan yang be-
sar atau memalukan, sebab hal itu akan mendatangkan
kecaman atas jabatan kudus tersebut. Ia tidak boleh se-
orang yang demikian.
(2) Secara khusus.
[1] Disebutkan ciri-ciri dalam hal hubungan keluarga. Se-
cara pribadi, ia harus memiliki hubungan pernikahan
yang kudus, yang mempunyai hanya satu isteri. Ada
gereja yang menetapkan bahwa seorang penilik jemaat
tidak boleh mempunyai istri, namun tidak demikian sejak
mulanya. Pernikahan adalah ketetapan yang tidak men-
jadi halangan dalam pekerjaan atau panggilan apa pun.
Tidakkah kami mempunyai hak, kata Paulus, untuk
membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami,
seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-sau-
742
dara Tuhan? (1Kor. 9:5). Melarang orang kawin adalah
salah satu ajaran yang keliru dari gereja yang anti-
kristus (1Tim. 4:3). Bukan berarti para pelayan Tuhan
harus menikah. Bukan begitu maksudnya, namun mem-
punyai hanya satu isteri harus diartikan bahwa ia tidak
menceraikan istrinya dan menikahi yang lain (seperti
yang sudah terlalu lazim terjadi di antara golongan
bersunat, bahkan gara-gara alasan yang sepele). Atau,
mempunyai hanya satu isteri, maksudnya, pada saat
yang sama, yaitu tidak beristeri dua atau lebih dari
satu. Bukan berarti ia tidak boleh mengambil istri yang
baru sesudah kehilangan istrinya, melainkan di dalam
pernikahannya, ia hanya boleh memiliki satu istri saja,
bukan dua atau lebih, seperti praktik berdosa yang
sudah terlalu lazim pada zaman itu, dengan menirukan
secara keliru apa yang dilakukan oleh bapa-bapa lelu-
hur, padahal, Tuhan kita mengajarkan supaya kita ber-
ubah dari kebiasaan yang jahat ini. Siapa pun pelaku-
nya, poligami adalah perbuatan yang amoral, begitu
pula dengan menjalin hubungan dengan perempuan
sundal atau memiliki selir di samping istri sah. Dosa
semacam itu, atau perilaku tak senonoh apa saja, harus
benar-benar jauh dari orang-orang yang hendak men-
duduki jabatan yang begitu kudus. Mengenai anak-
anak seorang penilik jemaat, anak-anaknya hidup
beriman, taat dan baik, dibesarkan dalam iman Kristen
yang sejati, dan hidup menurut iman tersebut, setidak-
nya sejauh yang mampu diperbuat oleh orangtuanya.
Anak-anak yang kudus dan saleh menjadi kehormatan
bagi para pelayan Tuhan, dan itu menjadi ibadah me-
reka. Tidak dapat dituduh sebab hidup tidak senonoh
atau hidup tidak tertib. Seorang penilik jemaat tidak
boleh sampai mendapat tuduhan sebab benar-benar
melakukan, namun juga jangan sampai menciptakan
kesempatan dan alasan untuk dituduh. Sebab, orang
yang paling tidak bersalah pun dapat difitnah. Mereka
harus waspada supaya jangan ada alasan bagi mereka
untuk dituduh seperti itu. Anak-anak yang sangat ber-
iman, taat, dan menguasai perilakunya akan menjadi
Surat Titus 1:6-16
743
tanda yang baik akan adanya iman dan ketekunan
orangtua yang telah mendidik dan mengajar mereka
sedemikian rupa. Dari kesetiaannya dalam perkara yang
lebih kecil, orang bisa terdorong untuk mempercayakan
kepadanya perkara yang lebih besar, yaitu untuk meng-
atur dan memimpin jemaat Allah. Dasar dari persyarat-
an ini tampak dari sifat jabatannya (ay. 7), sebab seba-
gai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus
tidak bercacat. Mereka yang dahulunya disebut para
pelayan atau atau penatua, dalam ayat ini disebut de-
ngan penilik, dan dengan begitu mereka tidak memiliki
pejabat gereja di atas mereka. Pekerjaan Titus di sini
sudah jelas, yaitu hanya sesekali dan jangka waktunya
pendek saja, seperti yang sudah disebutkan sebelum-
nya. sesudah mengangkat para penatua dan mengatur
kedudukan mereka, Titus pergi dan meninggalkan se-
muanya (sejauh apa yang tampak di dalam Kitab Suci)
di tangan para penatua itu, yang oleh Rasul Paulus di
sini disebut sebagai penilik jemaat dan pengatur rumah
Allah. Kita tidak membaca di dalam tulisan-tulisan Ki-
tab Suci tentang adanya pengganti Titus di Kreta, namun
kepada para penatua itu dipercayakan secara penuh
tugas untuk menggembalakan, mengatur, dan meng-
awasi kawanan mereka. Mereka tidak kekurangan we-
wenang yang mereka butuhkan untuk melanjutkan iba-
dah dan pelayanan Injil di tengah-tengah jemaat, dan
terus melakukannya hingga ke abad-abad selanjutnya.
Nah, dengan menjadi penilik jemaat atas kawanan itu,
serta harus menjadi teladan bagi mereka, dan menjadi
pengatur rumah Allah untuk mengurus berbagai kepen-
tingan di dalam rumah-Nya, serta menyediakan dan
memberikan hal-hal yang dibutuhkan kepada jemaat,
maka ada alasan yang sangat kuat supaya kepribadian
mereka jernih dan baik, supaya mereka tidak bercacat.
Harus bagaimana lagi, jika tidak ingin agama dirugikan,
pekerjaan mereka terhambat, dan jiwa-jiwa celaka serta
terancam, padahal seharusnya mereka justru disela-
matkan? Berikut ini adalah persyaratan yang berkaitan
dengan hal itu.
744
[2] Hal-hal yang lebih mutlak dijabarkan.
Pertama, secara negatif, yaitu menunjukkan apa
yang tidak boleh ada pada diri seorang penatua atau
penilik jemaat. Tidak angkuh. Larangan ini memiliki ca-
kupan yang luas, termasuk congkak, atau kesombong-
an yang berlebihan akan kemampuan dan hal-hal yang
dimiliki, dan berlebihan menilai diri sendiri, cinta diri,
dan mementingkan diri sendiri, menganggap dirinya se-
bagai pusat dari segala sesuatu. Juga, keyakinan ber-
lebihan terhadap diri sendiri serta mengandalkan diri
sendiri, menyenangkan diri sendiri, meremehkan atau
memanfaatkan orang lain. Juga, sombong, keras ke-
pala, suka melawan, kaku, berkeras untuk mengikuti
kehendak dan caranya sendiri, atau bebal seperti Nabal.
Begitulah para penafsir telah mengartikan istilah ini.
Merupakan suatu kehormatan besar bagi seorang pela-
yan jika ia tidak memiliki sifat-sifat demikian, bersedia
untuk bertanya dan meminta nasihat, siap untuk tun-
duk dengan rendah hati pada pikiran dan kehendak
orang lain, sejauh hal itu masuk akal. Bagi semua
orang ia menjadi segala-galanya, supaya sedapat mung-
kin ia memenangkan beberapa orang dari antara mere-
ka. Bukan pemberang, mē orgilon, bukan seorang yang
lekas naik darah, cepat dan mudah untuk terpancing
dan dibuat marah. Betapa tidak pantasnya orang-orang
yang tidak dapat menguasai dirinya sendiri, atau me-
nguasai nafsu mereka yang bergejolak dan tidak tertib,
untuk memimpin suatu jemaat! Seorang pelayan harus-
lah lemah lembut, ramah, dan sabar terhadap semua
orang. Bukan peminum. Tidak ada kecaman yang lebih
besar bagi seorang pelayan daripada sebutan sebagai
seorang peminum, yang menyukai minuman keras, dan
membiarkan diri secara tidak pantas bebas hidup demi-
kian, dengan terus minum anggur atau minuman keras
sampai badannya dihangatkan oleh anggur. Penggunaan
anggur yang dilakukan dengan tepat dan secukupnya,
seperti halnya ciptaan Allah lainnya yang baik, tidak
dilarang. Tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pen-
cernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah, kata
Surat Titus 1:6-16
745
Paulus kepada Timotius (1Tim. 5:23). Namun minum-
minum secara berlebihan adalah hal yang memalukan
bagi siapa saja, khususnya bagi seorang pelayan Tuhan.
Air anggur menghilangkan daya pikir, menjadikan ma-
nusia seperti binatang. Yang paling tepat di sini adalah
nasihat Rasul Paulus, yaitu janganlah kamu mabuk oleh
anggur, sebab anggur menimbulkan hawa nafsu, namun
hendaklah kamu penuh dengan Roh (Ef. 5:18). Jangan-
lah sampai berlebihan, namun sangat mudah untuk
menjadi berlebihan. sebab itu, berhati-hatilah supaya
jangan sampai menjadi terlalu merapat pada batasnya.
Bukan pemarah, memiliki perilaku yang suka berteng-
kar atau cekcok, suka mencelakai atau bertindak berda-
sarkan dendam, dengan sikap kejam atau sikap kasar
yang tidak semestinya. Tidak serakah, tidak mengejar
keuntungan semata. Ini maksudnya bukan menolak im-
balan yang pantas atas jerih payah mereka untuk me-
menuhi kebutuhan pokok secara layak, melainkan agar
mereka tidak menjadikan keuntungan sebagai tujuan
mereka yang pertama dan yang terutama. Mereka tidak
boleh masuk ke dunia pelayanan atau menjalankan
pelayanan dengan pandangan-pandangan duniawi yang
rendah. Tidak ada yang lebih tidak pantas bagi seorang
pelayan Tuhan daripada sikap yang lebih mengutama-
kan dunia, sebab seharusnya seorang pelayan meng-
arahkan pandangannya sendiri dan pandangan orang
lain ke sorga. Keserakahan ini disebut sebagai keun-
tungan yang kotor (KJV), sebab sifatnya mencemari jiwa
yang mencintai harta atau mengejarnya dengan rakus,
seolah-olah harta itu lebih diinginkan melebihi manfaat-
nya sendiri. Demikianlah sifat-sifat negati yang tidak
boleh ada pada seorang penilik jemaat. Namun,
Kedua, secara positif, seorang penilik jemaat harus
memiliki sifat-sifat (ay. 8), suka memberi tumpangan, se-
bagai bukti bahwa ia tidak serakah, namun mau mema-
kai apa yang dimilikinya untuk tujuan-tujuan yang
terbaik. Ia tidak menimbun bagi dirinya sendiri sampai
tidak rela memberi demi kebaikan orang lain. Menerima
dan menjamu orang asing (seperti yang tersirat dari kata
746
yang digunakan). Ini adalah sebuah pelayanan kasih
yang luar biasa dan diperlukan, khususnya di masa-
masa yang sukar dan penuh tekanan, saat orang
Kristen terpaksa melarikan diri dan mengembara untuk
berlindung dari aniaya dan musuh, atau saat mereka
sedang melakukan perjalanan ke sana kemari dan tidak
ada penginapan seperti di zaman kita. sebab itu, me-
nerima dan menjamu orang-orang kudus sungguh me-
rupakan hal yang baik dan berkenan kepada Allah.
Semangat dan perbuatan semacam itu, dilakukan se-
suai kesanggupan dan kesempatan yang ada, sangatlah
pantas sehingga harus menjadi teladan akan perbuatan
baik. Suka akan yang baik, atau orang yang baik. Para
pelayan Tuhan harus menjadi teladan dalam kedua hal
tersebut. Ini akan menunjukkan secara terang-terangan
bahwa mereka adalah orang yang saleh dan memiliki
keserupaan dengan Allah dan Guru mereka, Yesus Kris-
tus. Berbuatlah baik kepada semua orang, namun ter-
utama kepada kawan-kawan kita seiman, yaitu orang-
orang yang mulia di muka bumi, yang harus selalu
menjadi kesukaan kita. Bijaksana, atau waspada, se-
perti yang tampak dari kata yang dipakai, yang merupa-
kan suatu anugerah yang harus ada di dalam diri
seorang pelayan, baik untuk kegiatan pelayanan mau-
pun untuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Se-
orang penilik jemaat haruslah seorang pengatur yang
bijaksana, seorang yang tidak gegabah, atau bodoh,
atau ceroboh, namun mampu mengendalikan dengan
baik nafsu dan perasaannya. Adil di dalam hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, memiliki kebe-
naran moral, dan keadilan dalam menangani persoalan,
dengan memberikan kepada semua orang apa yang se-
harusnya. Saleh, dalam hal-hal yang berkenaan dengan
agama, seorang yang menghormati dan menyembah
Allah, memiliki perilaku yang rohani dan sorgawi. Dapat
menguasai diri. Kata ini berasal dari kata yang memiliki
makna kekuatan, dan menandakan seseorang yang da-
pat menguasai nafsu dan kesenangannya, atau sanggup
membatasi serta menahan diri dari hal-hal yang diper-
Surat Titus 1:6-16
747
bolehkan, untuk maksud baik. Tidak ada hal-hal yang
lebih pantas bagi seorang pelayan Tuhan daripada hal-
hal semacam ini, yaitu kebijaksanaan, penguasaan diri,
keadilan, dan kesalehan bijaksana dalam menghormati
dirinya sendiri, adil dan benar terhadap semua orang,
dan kudus di hadapan Allah. Demikianlah penjelasan
mengenai persyaratan tentang kehidupan dan perilaku
seorang pelayan Tuhan, secara relatif dan secara mutlak,
secara negatif dan secara positif, apa yang tidak boleh
dan apa yang harus dilakukan atau dimilikinya.
2. Mengenai pengajaran,
(1) Di sini diceritakan tentang tugas seorang penilik jemaat. Ber-
pegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan
ajaran yang sehat, tetap melekat pada ajaran Kristus, yaitu
firman kasih karunia-Nya, berpaut pada ajaran itu, menurut
semua petunjuk yang telah diterimanya. Ia harus berpegang
teguh pada ajaran itu di dalam keyakinan dan pengakuan
imannya sendiri, serta saat mengajar orang lain. Perhati-
kanlah,
[1] Firman Allah, yang disingkapkan di dalam Kitab Suci,
adalah firman yang benar dan tidak bisa keliru. Firman-
Nya adalah Amin, Saksi yang setia dan benar, sedang-
kan Roh-Nya menuntun penulis firman itu. Oleh dorong-
an Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
[2] Para pelayan Tuhan harus berpegang teguh pada firman
yang setia itu di dalam pengajaran dan kehidupan mere-
ka. Aku telah memelihara iman, itulah penghiburan Pau-
lus (2Tim. 4:7), dan tidak lalai memberitakan seluruh mak-
sud Allah, di situlah terletak kesetiaannya (Kis. 20:27).
(2) Inilah tujuannya. Supaya ia sanggup menasihati orang ber-
dasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-
penentangnya, untuk mengajak dan menarik orang lain
kepada iman yang sejati, dan meyakinkan orang-orang
yang berpikiran sebaliknya. Bagaimana mungkin seorang
penilik jemaat dapat melakukan hal ini, jika ia sendiri tidak
yakin atau tidak kokoh, tidak berpegang pada firman yang
setia dan ajaran sehat yang seharusnya menjadi pokok
ajaran ini, dan merupakan sarana serta dasar untuk meya-
748
kinkan orang-orang yang menentang kebenaran? Di sini
secara ringkas kita melihat betapa luar biasanya tugas
pelayanan itu, yakni untuk menasihati mereka yang mau
mengetahui dan melakukan tugas mereka, dan meyakin-
kan orang-orang yang menentang. Keduanya harus dilaku-
kan dengan ajaran sehat, maksudnya, melalui pengajaran
yang dapat dipahami, dengan kesaksian dan penjelasan
yang alkitabiah, yang adalah firman kebenaran yang tidak
dapat keliru, yang dapat, serta harus, diandalkan oleh se-
mua orang, dapat memuaskan serta menentukan kehidup-
an semua orang. Demikianlah penjelasan mengenai persya-
ratan bagi para penatua yang harus ditahbiskan oleh Titus.
II. Daftar Rasul Paulus menunjukkan siapa saja yang harus ditolak
atau dihindari oleh Titus, yaitu orang-orang yang memiliki ciri-ciri
yang berbeda dengan yang pertama. Mereka ini disebutkan seba-
gai alasan supaya Titus memperhatikan persyaratan bagi seorang
pelayan Tuhan, seperti yang telah dinasihatkan oleh Paulus,
mengapa seorang pelayan harus demikian, dan hanya boleh yang
demikian, yaitu seperti yang telah dipaparkan oleh Paulus. Alas-
an-alasan yang Paulus sebutkan diambilnya baik dari guru-guru
maupun para pendengar yang bertabiat tidak baik yang ada di
antara jemaat (ay. 10, sampai selesai).
1. Dari guru-guru yang tidak baik.
(1) Penjelasan mengenai guru-guru palsu. Mereka hidup tidak
tertib, keras kepala dan haus akan kekuasaan, tidak mau
diatur dan tidak taat (seperti yang ditafsirkan beberapa
orang), tidak mau menerima atau tunduk pada petunjuk
dan peraturan yang harus ada di dalam gereja, serta tidak
sabar terhadap kepemimpinan yang baik dan ajaran sehat.
Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran.
Mereka menyombongkan diri mereka sendiri sebagai orang
yang bijaksana, padahal sebenarnya bodoh. Dari situ mere-
ka menjadi besar mulut, terjebak ke dalam berbagai kesa-
lahan dan kekeliruan. Dan mereka menggemarinya, dan
malah dengan tekun dan rajin menarik orang lain ke dalam
kesalahan yang sama. Ada banyak orang-orang semacam
itu, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum
Surat Titus 1:6-16
749
sunat, berpura-pura sebagai seorang petobat, setidaknya
dari kalangan Yahudi, namun mencampuradukkan ajaran
Yahudi dan Kristen menjadi satu, sehingga malah mem-
buat sebuah campuran yang rusak. Mereka inilah guru-
guru palsu itu.
(2) Di sini diceritakan petunjuk Rasul Paulus mengenai cara
menghadapi guru-guru palsu ini (ay. 11). Orang-orang se-
macam itu harus ditutup mulutnya, bukan dengan kekuatan
lahiriah (Titus tidak memiliki kuasa semacam itu, dan ini
juga bukan cara Injil), melainkan dengan bantahan dan
alasan yang kuat, dengan menunjukkan kesalahan mereka
kepada mereka, sesaat pun tidak mau mundur terhadap me-
reka. Jika ada orang-orang yang benar-benar tidak mau
tunduk, sehingga merusak kedamaian di dalam jemaat,
serta membengkokkan jemaat yang lain, maka teguran ha-
rus dilakukan, sebagai cara terakhir untuk membetulkan
kesalahan dan mencegah banyak orang terluka. Perhati-
kan, pelayan Tuhan yang setia harus menentang para pem-
berontak pada waktu yang tepat, sebab , sesudah kebodoh-
an mereka nyata bagi semua orang, sudah pasti mereka
tidak akan lebih maju.
(3) Alasan-alasan untuk hal ini diberikan di sini.
[1] sebab akibat-akibat dari kesalahan mereka itu memati-
kan. Mereka mengacau banyak keluarga dengan meng-
ajarkan yang tidak-tidak (yakni, kewajiban sunat, kewa-
jiban menaati hukum Musa, dsb.), sehingga menyesatkan
Injil dan jiwa-jiwa manusia, bukan hanya beberapa orang
saja, melainkan juga banyak keluarga dengan seluruh
anggotanya. Tidak adil jika para rasul dituduh telah me-
ngacaukan seluruh dunia. Justru patut bagi guru-guru
palsu ini untuk dituduhkan demikian, sebab mereka
menarik banyak orang dari iman yang sejati menuju ke-
hancuran. Orang-orang seperti ini harus ditutup mulut-
nya, khususnya jika mengingat,
[2] Tujuan dari perbuatan mereka yang rendah, yaitu untuk
mendapat untung yang memalukan, dengan cara mela-
yani kepentingan duniawi di balik topeng agama. Akar
segala kejahatan ialah cinta uang. Yang paling tepat
bagi orang-orang semacam itu adalah ditolak, dibantah,
750
dan dipermalukan, oleh ajaran yang sehat serta dasar-
dasar dari firman. Demikianlah penjelasan tentang alas-
an-alasan mengenai guru-guru yang tidak baik.
III. Alasan yang mengacu pada umat atau para pendengar mereka,
yang digambarkan menurut kesaksian kuno yang disampaikan
mengenai mereka.
1. Di sini diceritakan tentang adanya saksi (ay. 12). Seorang dari
kalangan mereka, nabi mereka sendiri, maksudnya, salah satu
dari orang Kreta, bukan orang Yahudi, yaitu Epimenides, se-
orang penyair Yunani, yang kemungkinan besar memang menge-
tahui dan bukan sedang memfitnah mereka. Nabi mereka sen-
diri. Begitulah pandangan terhadap para penyair Yunani, yang
menuliskan ramalan-ramalan ilahi. Mereka kerap kali mem-
berikan kesaksian yang menentang kebejatan-kebejatan bangsa
itu: Aratus, Epimenides, dan yang lainnya di kalangan Yunani.
Horatius, Juvenal, dan Persius, di kalangan orang Romawi.
Mereka ini begitu cerdik dalam menghadapi berbagai kebejatan.
2. Di sini diceritakan isi kesaksiannya. Krētes aei pseustai, kaka
theria, gasteres argai Dasar orang Kreta pembohong, binatang
buas, pelahap yang malas. Bahkan di dalam peribahasa, orang
Kreta sudah terkenal dengan kepalsuan dan kebohongannya.
Kretizein, bertingkah seperti orang Kreta, atau berdusta, sama
artinya. Mereka juga diumpamakan sebagai binatang buas
atas sifat mereka yang licik, suka menyakiti, dan liar. Mereka
disebut pula sebagai pelahap yang malas atas kemalasan dan
kesukaan mereka akan hal-hal yang tidak senonoh, lebih
senang makan daripada bekerja dan mencari nafkah dari pe-
kerjaan yang jujur. Perhatikan, berbagai kebejatan demikian
yang begitu rendah sehingga dikecam oleh orang kafir sekali-
pun, harus jauh dari orang Kristen. Kepalsuan dan dusta,
kekejaman dan kecerdikan yang menjijikkan, segala perbuatan
yang keji dan tidak senonoh, bersama pengangguran dan
kemalasan, adalah dosa-dosa yang dikecam oleh terang alam.
sebab hal-hal inilah orang-orang Kreta dihujat oleh para
penyair mereka sendiri.
3. Di sini Rasul Paulus sendiri membenarkan hal ini (ay. 13). Ke-
saksian itu benar. Rasul Paulus telah melihat begitu banyak
bukti tentang tabiat mereka itu. Beberapa bangsa cenderung
Surat Titus 1:6-16
751
memiliki watak yang lebih condong pada kejahatan daripada
bangsa lainnya. Umumnya orang-orang Kreta juga seperti yang
digambarkan di sini, yaitu malas, buruk sifatnya, penuh kepal-
suan dan penipu, seperti yang dibenarkan oleh Rasul Paulus
sendiri. Dari situ,
4. Ia mengajar Titus bagaimana cara menghadapi mereka. sebab
itu tegorlah mereka dengan tegas. saat Paulus menulis ke-
pada Timotius, ia menyuruh Timotius supaya mengajar dengan
lemah lembut. Namun sekarang, saat menulis kepada Titus,
ia menyuruhnya supaya menegur mereka dengan tegas. Ada-
nya perbedaan ini mungkin disebabkan oleh sifat Timotius dan
Titus yang berlainan. Barangkali Timotius memiliki watak yang
keras, dan tegurannya cenderung tajam, dan sebab itu
Paulus menyuruhnya supaya menegur dengan lemah lembut.
Sementara itu, mungkin Titus orangnya lebih lembut, sehingga
Paulus memberinya semangat dan menyuruhnya untuk me-
negur dengan tegas. Atau, mungkin ini lebih disebab kan ada-
nya perbedaan masalah dan orang-orangnya. Orang-orang
yang harus dihadapi Timotius sifatnya lebih lembut, sehingga
ia harus menegur mereka dengan lemah lembut. Sedangkan
Titus harus menghadapi orang-orang yang lebih kasar dan
tidak berpendidikan, sehingga ia harus menegur mereka de-
ngan tegas. Kejahatan mereka banyak dan menjijikkan, serta
dilakukan tanpa rasa malu dan seenaknya sendiri, sehingga
harus dihadapi dengan setimpal. Dalam memberikan teguran,
harus ada perbedaan antara dosa yang satu dengan yang lain.
Beberapa dosa sifatnya lebih menjijikkan dan keji, atau dila-
kukan secara terang-terangan dan penuh keberanian, sehing-
ga lebih menghina Allah serta lebih membahayakan dan meru-
gikan manusia. Selain itu, harus dibedakan pula antara orang
berdosa yang satu dengan yang lain. Beberapa orang wataknya
lebih lembut dan mau taat, cenderung lebih mudah dihadapi
dengan kelemahlembutan, dan akan menjadi tertekan dan
kecewa jika diperlakukan terlalu kasar atau keras. Sementara
itu, yang lain wataknya lebih bandel dan keras kepala, sehing-
ga perlu ditegur dengan kata-kata yang lebih tajam supaya
mereka menjadi malu dan bertobat. sebab itu, diperlukan
hikmat untuk memutuskan dan menetapkan teguran mana
yang pantas, supaya mendatangkan hasil yang terbaik. Tun-
752
jukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, se-
dangkan kepada yang lain selamatkanlah mereka dengan rasa
takut, merampas mereka dari api (Yud. 1:22-23). Dosa dan ke-
bejatan orang Kreta banyak, besar, dan sudah menjadi kebiasa-
an. sebab itulah mereka harus ditegur dengan tegas. Namun
supaya petunjuk ini tidak disalahartikan tujuannya, maka,
5. Di sini tujuannya dicantumkan, yaitu supaya mereka menjadi
sehat dalam iman (ay. 14), dan tidak lagi mengindahkan do-
ngeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang ber-
paling dari kebenaran. Maksudnya, supaya mereka sungguh-
sungguh diubahkan dari sifat dan perilaku yang begitu jahat,
sebagaimana orang-orang Kreta hidup pada mulanya, dan
menunjukkan perubahan itu. Selain itu, juga supaya mereka
tidak melekat atau menyanjung (seperti yang sangat mungkin
akan dilakukan oleh beberapa orang yang telah dipertobatkan)
adat istiadat Yahudi dan takhayul orang-orang Farisi, yang
cenderung akan membuat mereka semakin jauh dari Injil,
serta kebenaran Injil yang sehat dan utuh. Perhatikanlah,
(1) Teguran yang paling tegas harus ditujukan demi kebaikan
orang yang ditegur. Teguran itu tidak boleh dimaksudkan
untuk menyakiti, atau disebab kan kebencian, atau niat
jahat, melainkan oleh sebab kasih. Bukan untuk memuas-
kan kesombongan, nafsu, atau kekejian di dalam diri orang
yang menegur, melainkan untuk merebut kembali dan
mengubahkan kesalahan serta orang yang bersalah itu.
(2) Kesehatan iman adalah hal yang sangat diinginkan dan
diperlukan. Kesehatan iman merupakan kesehatan dan
kekuatan bagi jiwa, berkenan kepada Allah, menyenangkan
bagi orang Kristen, serta membuat orang bergembira dan
tekun dalam menjalankan tugasnya.
(3) Cara khusus agar tetap sehat di dalam iman adalah dengan
memalingkan telinga dari dongeng-dongeng dan segala
rekaan manusia, jangan sibuk dengan dongeng dan silsilah
yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan per-
soalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang
diberikan Allah dalam iman (1Tim. 1:4). sebab itu (4:7),
jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah
dirimu beribadah. Rekaan dan cara-cara manusia menyem-
bah Allah bertentangan dengan kebenaran dan kesalehan.
Surat Titus 1:6-16
753
Upacara dan ritual Yahudi pada awalnya merupakan kete-
tapan ilahi, namun sesudah intinya digenapi dan masa serta
kegunaannya berlalu, sekarang hanya menjadi perintah
manusia yang tidak mengandung kuasa. Ritual ini seka-
rang bukan saja tidak sejalan, namun juga sudah berbalik
dari kebenaran, yaitu kebenaran Injil yang murni dan
penyembahan rohani, yang ditetapkan oleh Kristus sendiri
dan bukan oleh pelayanan secara jasmaniah di bawah hu-
kum Taurat.
(4) Sungguh merupakan keputusan yang sangat menakutkan
jika orang sampai berpaling dari kebenaran dan meninggal-
kan Kristus demi Musa, jika orang sampai meninggalkan
penyembahan Injil yang rohani demi ketetapan-ketetapan
daging hukum Taurat, atau juga sampai meninggalkan
hukum dan ketetapan ilahi yang sejati demi ciptaan dan
rancangan manusia. Siapakah yang telah mempesona kamu
(kata Paulus kepada orang-orang Galatia [3:1, 3]), sehingga
kamu tidak menaati kebenaran? Kamu telah mulai dengan
Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam
daging? Demikianlah sesudah menunjukkan maksud dari
teguran yang keras terhadap orang-orang Kreta yang jahat
dan bejat, yaitu supaya mereka sehat dalam iman, dan
tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan
hukum-hukum manusia, maka
6. Paulus memberikan alasan untuk ini di dalam dua ayat ter-
akhir, berdasar kemerdekaan dari keharusan untuk me-
naati hukum Taurat, yang kita miliki oleh sebab Injil, dan
dari kejahatan serta ancaman roh Yahudi yang kita peroleh di
bawah pengaturan Kristen. Bagi orang Kristen yang baik dan
sehat imannya, dan sebab itu telah disucikan, semuanya
suci. Makanan dan minuman, serta hal-hal semacam itu yang
dilarang menurut hukum Taurat (yang masih terus ditaati oleh
beberapa orang), sekarang semua ini tidak lagi dibeda-beda-
kan, semuanya suci (diperbolehkan dan bebas untuk diguna-
kan). namun bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman
suatu pun tidak ada yang suci. Hal-hal yang baik dan diper-
bolehkan menurut hukum mereka salahgunakan dan mereka
jadikan sebagai dosa. Mereka justru mengisap racun dari apa
yang menghasilkan madu bagi orang lain. sebab pikiran dan
754
hati nurani mereka, yaitu indra utama mereka, telah menjadi
najis, maka segala perbuatan mereka pun turut ternoda.
Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN (Ams. 15:8).
Dan pelita orang fasik adalah dosa (21:4) (KJV: pekerjaan orang
fasik pen.), maksudnya bukan sifat pekerjaan itu sendiri,
melainkan saat pekerjaan itu dikerjakan olehnya. Kedaging-
an di dalam pikiran dan hati mencemarkan seluruh hasil
pekerjaan tangan.
Bantahan. Namun bukankah para penganut agama Yahudi ini (se-
bagaimana Anda menyebut mereka) adalah orang-orang yang beriba-
dah, dan berbicara yang baik tentang Allah, dan Kristus, dan kebenar-
an hidup? Haruskah mereka dikecam dengan begitu keras? Jawaban.
Mereka mengaku mengenal Allah, namun dengan perbuatan mereka,
mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup
berbuat sesuatu yang baik (ay. 16). Ada banyak orang yang melalui
perkataan dan lidahnya mengaku mengenal Allah, namun dengan ke-
hidupan dan perilaku mereka, mereka menyangkal dan menolak Dia.
Perbuatan mereka bertentangan dengan pengakuan mereka. Mereka
datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapan-
mu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, namun
mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta
kasih, namun hati mereka mengejar keuntungan yang haram (Yeh.
33:31). Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu
yang baik. Rasul Paulus, yang menyuruh Titus untuk menegur de-
ngan tegas, sendiri menegur dengan tegas. Ia melontarkan perkataan
yang sangat keras kepada mereka, namun tidak diragukan lagi bah-
wa perkataannya itu tidak lebih keras daripada keadaan mereka dan
apa yang mereka butuhkan. Keji bdelyktoi, sudah sepantasnya jika
Allah dan orang baik harus memalingkan tatapan mereka dari orang-
orang ini, sebab mereka ini memuakkan serta menjijikkan. Dan dur-
haka apeitheis, tidak dapat diyakinkan dan tidak percaya. Mereka
dapat melakukan berbagai hal, namun perbuatan mereka tidak berasal
dari ketaatan pada iman, atau pada perintah, atau justru melakukan
hal yang bertentangan dengan apa yang diperintahkan. Tidak sang-
gup berbuat sesuatu yang baik, tidak memiliki kemampuan atau
kesadaran untuk melakukan apa pun yang benar. Lihatlah betapa
malangnya keadaan orang-orang munafik, dari luarnya tampak saleh,
namun tidak memiliki kuasa. Namun marilah kita jangan lekas melem-
parkan tuduhan ini pada orang lain sebelum memeriksa bahwa kita
Surat Titus 1:6-16
755
sendiri tidak demikian, bahwa di dalam kita tidak ada hati yang jahat
dan yang tidak percaya oleh sebab murtad dari Allah yang hidup,
melainkan bahwa kita suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus,
penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus
untuk memuliakan dan memuji Allah (Fil. 1:10-11).
PASAL 2
i sini Rasul Paulus memberikan petunjuk umum kepada Titus
untuk menjalankan tugasnya dengan setia (ay. 1), dan secara
khusus berkenaan dengan beberapa macam orang (ay. 2-10). Rasul
Paulus juga menyertakan alasan-alasan untuk petunjuk-petunjuknya
itu, serta alasan untuk petunjuk-petunjuk lain berikutnya (ay. 11-
14), dan diakhiri dengan sebuah petunjuk yang mengandung ring-
kasan dari semua petunjuknya (ay. 15).
Kewajiban-kewajiban Setiap Orang
(2:1-10)
1 namun engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:
2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat
dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. 3 Demikian juga perempuan-
perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beriba-
dah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, namun cakap meng-
ajarkan hal-hal yang baik 4 dan dengan demikian mendidik perempuan-
perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, 5 hidup bijaksana
dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suami-
nya, agar firman Allah jangan dihujat orang. 6 Demikian juga orang-orang
muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal 7
dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah
engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, 8 sehat dan
tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, sebab
tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. 9 Hamba-
hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan ke-
pada mereka, jangan membantah, 10 jangan curang, namun hendaklah selalu
tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memulia-
kan ajaran Allah, Juruselamat kita.
Inilah hal ketiga yang menjadi pokok pembahasan surat ini. Dalam
pasal sebelumnya, Rasul Paulus sudah memberi petunjuk kepada
Titus mengenai soal-soal pengaturan, dan supaya dia mengatur hal-
D
758
hal yang masih perlu diatur dalam jemaat-jemaat. Sekarang, di sini
dia menasihati Titus,
I. Secara umum, supaya dia melaksanakan tugasnya sendiri dengan
setia. Walaupun dia sudah menahbiskan beberapa orang lain
untuk berkhotbah, namun hal itu tidak akan membebaskan dia
dari tugasnya untuk berkhotbah. Dia juga tidak boleh hanya
mengurus hamba-hamba Tuhan dan penatua-penatua saja, namun
juga harus mengajar orang-orang Kristen secara pribadi dalam hal
kewajiban-kewajiban mereka. Kata penghubung namun di sini
menunjuk kembali kepada guru-guru sesat, yang menyemburkan
dongeng-dongeng, hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat.
Berlawanan dengan mereka, katanya, namun engkau, beritakan-
lah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat, yang sesuai
dengan firman, yang murni dan tidak bercela, yang menyehatkan
dan menguatkan bagi kehidupan kekal. Perhatikanlah,
1. Ajaran yang benar dari Injil adalah ajaran yang sehat, isinya
baik dan berguna. Ajaran-ajaran itu sendiri baik dan kudus,
dan membuat orang-orang yang mempercayainya baik dan ku-
dus juga. Ajaran-ajaran itu membuat mereka layak dan berse-
mangat melayani Allah.
2. Hamba-hamba Tuhan harus berhati-hati supaya hanya meng-
ajarkan kebenaran-kebenaran yang demikian. Jika percakap-
an biasa orang Kristen saja harus tidak kotor, baik untuk mem-
bangun, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih
karunia (Ef. 4:29), terlebih lagi khotbah hamba-hamba Tuhan
haruslah seperti itu. Demikianlah Rasul Paulus menasihati
Titus secara umum, dan lalu,
II. Secara khusus dan rinci dia menyuruh Titus supaya mengguna-
kan ajaran yang sehat ini untuk secara khusus mengajari bebe-
rapa macam orang, dari ayat 2-10. Hamba-hamba Tuhan tidak
boleh membicarakan hal-hal hanya secara umum, namun harus
membagi-bagikan ajaran itu kepada setiap orang sesuai bagian-
nya, yang sesuai dengan umurnya, atau tempatnya, atau keadaan
hidupnya. Pengajaran mereka harus rinci dan mudah dilaksana-
kan. Mereka harus mengajar orang-orang tentang kewajiban me-
reka, dan harus mengajar semua dan setiap orang tentang kewa-
jibannya. Inilah sebuah petunjuk kristiani yang sangat unggul,
Surat Titus 2:1-10
759
sesuai untuk orang tua dan orang muda, untuk laki-laki dan pe-
rempuan, untuk si pengkhotbah sendiri dan untuk hamba-hamba
Tuhan.
1. Untuk laki-laki yang tua. Sebagian orang mengartikan laki-laki
yang tua sebagai para penatua berdasar jabatannya, ter-
masuk diaken-diaken, dan sebagainya. namun ini lebih tepat
diartikan sebagai tua dalam hal umur. Murid-murid Kristus
yang tua harus menjaga tingkah laku mereka dalam segala hal
sesuai dengan ajaran kristiani. Laki-laki yang tua hendaklah
hidup sederhana, janganlah berpikir bahwa kemerosotan tu-
buh jasmani, yang mereka rasakan di usia tua, bisa memberi
mereka alasan untuk berbuat melewati batas dan tidak perlu
sabar, padahal hal-hal demikian perlu mereka atasi. Mereka
harus menjaga batas-batas dalam berbagai hal, baik untuk
kesehatan maupun kepantasan, untuk nasihat dan teladan
bagi orang-orang yang lebih muda. Terhormat, sikap sembrono
atau main-main tidak pantas bagi siapa pun, namun terutama
bagi orang-orang yang tua. Mereka seharusnya sabar dan te-
nang, terhormat dalam kebiasaan, perkataan, dan tingkah
laku. Terlalu menyolok dalam berpakaian, ceroboh dan som-
bong dalam bertingkah laku, betapa tidak pantasnya pada
umur mereka! Bijaksana (KJV: dapat mengendalikan diri),
tenang dan hati-hati, orang yang mengendalikan dengan baik
keinginan dan kesenangan-kesenangannya, sehingga tidak
mudah terdorong olah hal-hal tersebut untuk melakukan apa
pun yang jahat atau tidak pantas. Sehat dalam iman, tulus
dan setia, tetap berpegang kepada kebenaran Injil, tidak ter-
gila-gila pada hal-hal baru, ataupun mudah bergabung dengan
pandangan-pandangan atau kelompok-kelompok yang rusak,
ataupun dialihkan oleh dongeng-dongeng atau adat istiadat
Yahudi atau kepikunan rabi mereka. Orang-orang yang ber-
umur banyak seharusnya memiliki banyak kemurahan hati
dan kebaikan, batinnya semakin diperbaharui dan lebih
diperbaharui lagi sementara tubuhnya mengalami kemerosot-
an. Dalam kebaikan kepada sesama. Ini cocok digabungkan
dengan iman, yang bekerja dengan kasih, dan harus terlihat
dalam kasih, yaitu kasih kepada Allah dan manusia, serta
sehat di dalamnya. Kasih itu harus merupakan kasih yang
tulus, tanpa kepura-puraan, yaitu kasih kepada Allah sebab
760
diri-Nya sendiri, dan kepada manusia demi Allah. Kewajiban-
kewajiban dari loh batu kedua harus dilakukan berdasar
kewajiban-kewajiban dari loh batu pertama. Kasih kepada ma-
nusia sebagai umat manusia, dan kepada orang-orang kudus
sebagai orang-orang yang sangat unggul di bumi, yang atas
mereka kita harus bersukacita. Dan kasih itu harus setiap
saat, dalam kesengsaraan maupun kemakmuran. Jadi harus
ada sikap yang sehat di dalam kebaikan atau kasih. Dan
dalam ketekunan (KJV: kesabaran). Orang-orang yang sudah
tua cenderung rewel, banyak mengeluh, dan mudah marah,
dan oleh sebab itu perlu waspada terhadap kelemahan-kele-
mahan dan godaan-godaan seperti itu. Iman, kasih, dan kesa-
baran adalah tiga anugerah kristiani yang utama, dan menjadi
sehat di dalam hal-hal ini merupakan kesempurnaan Injil. Ada
kesabaran dalam bertekun dan kesabaran dalam menunggu,
keduanya harus dipelihara. Sabar menghadapi perbuatan-per-
buatan jahat dengan cara yang pantas, dan dengan puas
mengharapkan yang baik sampai kita layak untuk mendapat-
kannya, dan sampai itu diberikan kepada kita, dengan men-
jadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran
mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah. Demikian-
lah mengenai laki-laki yang tua.
2. Untuk perempuan-perempuan yang tua. Mereka ini juga harus
diajarkan dan diperingatkan. Sebagian orang mengartikan pe-
rempuan-perempuan yang tua ini sebagai diaken-diaken pe-
rempuan, yang kebanyakan ditugaskan untuk mengurus
orang miskin dan merawat orang sakit, namun lebih baik diarti-
kan (sebagaimana kami menerjemahkannya) sebagai semua
perempuan tua pemeluk iman Kristen. Mereka harus hidup
sebagai orang-orang beribadah: baik laki-laki maupun perem-
puan harus menyelaraskan tingkah laku mereka dengan peng-
akuan iman mereka. Kebajikan-kebajikan yang disebutkan
sebelumnya itu (kesederhanaan, perilaku terhormat, kebijak-
sanaan, sehat dalam iman, kasih kepada sesama, dan ketekun-
an), yang dianjurkan kepada laki-laki yang tua, tidak hanya
pantas untuk mereka saja, namun juga dapat diterapkan ke-
pada kedua jenis kelamin, dan harus diperhatikan oleh perem-
puan-perempuan tua seperti halnya laki-laki. Kaum perem-
puan harus mendengarkan dan mempelajari kewajiban mereka
Surat Titus 2:1-10
761
dari firman, seperti halnya laki-laki. Tidak ada satu jalan kese-
lamatan untuk satu jenis kelamin atau semacamnya, dan satu
jalan keselamatan lainnya untuk jenis kelamin yang lainnya,
melainkan keduanya harus mempelajari dan menerapkan hal-
hal yang sama, baik sebagai orang-orang yang tua maupun
sebagai orang Kristen. Kebajikan-kebajikan dan kewajiban-ke-
wajiban tersebut bersifat umum. Demikian juga (seperti halnya
laki-laki) perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka
hidup sebagai orang-orang beribadah. Atau seperti yang sepan-
tasnya dan layak untuk orang-orang kudus, seperti yang mere-
ka akui mengenai diri mereka dan seperti yang seharusnya,
dengan menjaga kelakukan yang baik dan saleh dan kepantas-
an dalam berpakaian dan bersikap, dalam penampilan dan
perkataan, dan seluruh tingkah laku mereka. Dan ini bermula
dari pegangan dan kebiasaan kudus di dalam batin, yang
mempengaruhi dan mengatur perilaku lahiriah setiap saat.
Perhatikanlah, walaupun ayat Alkitab yang jelas tidak ditemu-
kan, atau tidak dapat diajukan, untuk setiap perkataan, atau
penampilan, atau kebiasaan secara khusus, namun ada
ketentuan-ketentuan umum yang mana segala sesuatu harus
diatur sesuai dengannya, seperti 1 Korintus 10:31, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Dan Filipi 4:8, semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang
suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua
yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya
itu. Dan di sini, segala sesuatu apa pun yang sesuai atau tidak
sesuai dengan kekudusan membentuk suatu ukuran dan
aturan tingkah laku yang harus diperhatikan. Jangan mem-
fitnah, mē diabolous, Jangan menjadi pemfitnah atau penabur
perselisihan, dengan mencemarkan nama baik dan menjelek-
jelekkan sesama mereka. Ini suatu kesalahan yang besar dan
terlalu umum terjadi. Bukan hanya senang bicara, namun
membicarakan hal-hal buruk, mengenai orang-orang, dan me-
mecah-belah teman-teman akrab. Seorang pemfitnah adalah
orang yang lidahnya dinyalakan oleh api neraka. Begitu ba-
nyak, dan begitu segera, orang-orang ini melakukan pekerjaan
Iblis, sehingga sebab nya nama Iblis diberikan kepada orang-
orang seperti itu. Ini adalah dosa yang bertentangan dengan
kewajiban-kewajiban agung, yaitu kasih, keadilan, dan per-
762
samaan hak antara satu sama lain. Dosa ini sering kali lahir
dari kedengkian dan kebencian, atau iri hati, dan alasan-alas-
an jahat semacam itu, yang harus dihindari juga seperti aki-
batnya. Jangan menjadi hamba anggur. Kata tersebut menun-
jukkan kecanduan sedemikian rupa sehingga berada di bawah
kekuatan dan kekuasaan anggur atau minuman keras. Ini
tidak pantas dan buruk sekali pada siapa pun, namun terutama
pada jenis kelamin dan usia ini, dan terlalu banyak ditemui di
antara orang-orang Yunani di masa dan tempat itu. Betapa
tidak sopan dan memalukannya, merusak dan menghancur-
kan kemurnian tubuh dan pikiran! Sungguh teladan dan
kecenderungan yang sangat buruk, tidak pantas untuk hal
yang sudah pasti merupakan tugas ibu-ibu yang sudah tua,
yaitu cakap mengajarkan hal-hal yang baik! Bukan menjadi
pengkhotbah-pengkhotbah di hadapan orang banyak, yang
dilarang (1Kor. 14:34, Perempuan-perempuan harus berdiam