Tampilkan postingan dengan label Okultisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Okultisme. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

Okultisme

 


Okultisme yaitu  kepercayaan mengenai kuasa-kuasa gelap yaitu kekuatan gaib di luar 

kekuatan Tuhan.Jenis praktik okultisme yang terdapat pada masyarakat ialah kepercayaan terhadap roh 

orang mati, jimat yang dianggap memiliki kesaktian untuk menjaga badan, dan ilmu kekebalan yang 

diberikan oleh nenek moyang kepada keturunannya, sehingga membuat keturunannya menderita karena 

sering manifestasi dan dirasuki oleh roh-roh jahat. Artikel ini mengkaji persoalan tadi.Teori mengenai 

pelayanan eksorsis oleh Graham H.Twelftree dalam bingkai teoritis meneropong permasalahan 

ini.Metode penelitian yang penulis lakukan untuk menulis artikel ini yaitu  keterlibatan langsung 

melihat, melayani dan interview kepada mereka yang terlibat kuasa okultisme. Penelitian ini dilakukan di 

STT Abdi sabda Medan, Tiga hal yang menjadi temuan penelitian: Pertama, yang menyebabkan orang 

terlibat dengan praktik okultisme yaitu  karena diturunkan oleh nenek moyang yang melakukan praktik 

okultisme. Kedua, akibat praktik okultisme baik terhadap orang yang melakukan dan terhadap 

keturunannya yaitu  memiliki dampak negatif, mereka akan sering mengalami manifestasi roh-roh jahat 

juga tertekan secara fisik, psikologis dan secara rohani. Ketiga, Upaya yang dapat dilakukan untuk 

menyembuhkan dan memulihkan seseorang agar terlepas dari kuasa okultisme yaitu  melalui pelayanan 

eksorsis.   

 

  

Dalam praktiknya, okultisme yaitu praktik-

praktik yang dilakukan denganrahasia dan latar 

belakang di luar logika manusia dengan peristiwa 

yang gaib dan aneh. Pelaku okultisme mengarah 

kepada sebuah hasrat untuk memiliki atau mengua-

sai atau menginginkan sesuatu atau juga merupakan 

praktik akibat takut terhadap sesuatu kutukan 

sehingga melakukan tindakan okultisme. Banyak 

tindakan olkultisme yang kesemuanya ini pada 

umumnya yaitu  warisan dari nenek moyang turun-

temurun. Jika ditanya kenapa timbul kepercayaan 

terhadap kuasa kegelapan atau okultisme di ka-

langan masyarakat sekarang? Hal ini memiliki 

hubungan dengan kepercayaan akan okultisme itu di 

kalangan masyarakat suku primitif (manusia pada 

zaman sebelum sekarang). 

Jenis praktik okultisme yang terdapat pada 

masyarakat sekarang ini ialah spiritisme, ilmu ramal 

atau tenung, ilmu sihir/magi, ilmu hitam (black 

 48 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020 

magic), ilmu putih (white magic), jimat-jimat yaitu 

barang atau sesuatu benda yang mereka percayai 

memiliki kuasa atau mengandung kesaktian dan di-

anggap berjiwa dan pada umumnya jimat ini dipakai 

untuk penjagaan diri, pencapaian cita-cita atau pe-

nangkal/penakluk terhadap lawan. Tentu masih ba-

nyak lagi praktik-praktik okultisme yang sering di-

lakukan oleh orang walaupun dalam konteks masya-

rakat zaman modern sekarang ini khususnya juga di 

kalangan masyarakat yang tinggal di desa. Kuasa 

kegelapan bekerja dan memanifestasikan pengaruh 

dalam berbagai bentuk, dari yang sederhana sampai 

kepada yang luar biasa yang membuat orang terhe-

ran-heran dan terpikat, dari cara yang kuno sampai 

kepada cara yang modern, yang membuat kuasa ke-

gelapan memasuki semua jenis lapisan masyarakat, 

mulai dari yang primitif sampai kepada golongan 

intelektual (para pejabat). Kuasa kegelapan juga me-

manifestasikan diri dalam berbagai nama, misalnya: 

Jin, roh halus, hantu dan lain sebagainya. Dan hadir 

diberbagai tempat dan bisa ditemukan diberbagai 

media, benda-benda, binatang bahkan melalui ma-

nusia yang mengakibatkan manusia tertipu. Ada 

anggapan bahwa berhubungan dengan roh tertentu 

bukan sesuatu yang salah.(Wulfhost, 2005, p. 41) 

Hal ini juga yang sering penulis temui, 

bahkan sejak ambil bagian dalam Tim Pelayanan 

Pelepasan(Deliverence Ministry Team)selama 7 

tahun lebih, sering atau bahkan banyak menemukan 

kasus-kasus yang demikian. Secara khusus ketika 

kami melakukan pelayanan pelepasan setiap tahun di 

STT Abdi Sabda tempat ketika penulis dulu menye-

lesaikan studi Sarjana (S-1). Setiap tahun dalam pe-

layanan pelepasan untuk mahasiswa baru ada ba-

nyak mahasiswa yang mengalami manifestasi dalam 

pelayanan pelepasan ini dan mereka yang 

mengalami manifestasi biasanya ada yang saling 

beradu atau saling serang satu dengan yang lain, ada 

yang melompat-lompat sampai ke atas dan menja-

tuhkan dirinya sehingga tidak jarang fasilitas seperti 

kursi plastik akan pecah atau hancur, ada juga yang 

muntah-muntah, berteriak-teriak, menyiksa dirinya 

sendiri bahkan melakukan serangan terhadap tim 

yang melayaninya itulah sebabnya untuk melayani 

seorang yang kena manifestasi dibutuhkan tim se-

banyak tiga atau empat orang dimana sebahagian 

dari tim memeganginya dan sebahagian mendoa-

kannya. 

Tujuan penelitian ini yaitu  1) untuk me-

nemukan faktor yang menyebabkan orang terlibat 

dengan praktik okultisme atau kuasa kegelapan; 2) 

untuk mengetahui dampak atau akibat yang di-

timbulkan dari praktik okultisme terhadap seseorang 

yang melakukannya dan terhadap keturunannya; 3) 

untuk memaparkan upaya yang dapat dilakukan 

untuk menyembuhkan atau memulihkan seseorang 

agar terlepas dari praktik okultisme.  

 


Jadi Okultisme dapat diartikan sebagai kepercayaan 

kepada roh-roh di alam ini yang bisa menolong, 

memberkati, menyakiti bahkan membunuh, memberi 

keberuntungan, menyebabkan ketakutan, yang mem-

pengaruhi manusia untuk memujanya. Praktik okul-

tisme itu yaitu  sesuatu yang rahasia (secret) atau 

hidden from ordinary people (tersembunyi dari 

manusia biasa). Okultisme juga sesuatu yang ma-

gical and mysterious (magis dan misteri). 

 

Latar Belakang Praktik Okultisme dan Teori 

Mengenai Okultisme 

Salah satu bentuk kepercayaan agama suku 

yang masih mempunyai pengaruh yang besar sampai 

hari ini yaitu  kepercayaan terhadap roh orang yang 

sudah mati. Herbet Spenser (1820-1903) seorang 

filsuf dan sosiolog asal Inggris menegaskan bahwa 

agama-agama pada mulanya berasal dari kultus 

penghormatan kepada leluhur (Spencer, 2009, p. 

19). Pada umumnya di setiap agama suku ada ke-

percayaan bahwa roh orang yang mati masih berada 

di dunia ini dan masih mempunyai hubungan dengan 

orang yang hidup. Khususnya kepercayaan bahwa 

roh nenek moyang (leluhur) masih mempunyai hu-

bungan dengan keturunannya yang masih hidup 

dalam berbagai manifestasi, yang akan memberi 

berkat (fortune) jika dihormati dan mengakibatkan 

malapetaka (misfortune) jika diabaikan. Juga adanya 

kepercayaan bahwa roh yang sudah mati ada yang 

menjadi roh yang baik yang diyakini dapat meme-

nuhi keinginan misalnya: memberi keberuntungan, 

kesuburan, melindungi dari bahaya dan roh nenek 

moyang diyakini sebagai roh yang baik yang mem-

perdulikan kesejahteraan keturunannya. Dan roh 

yang jahat yang diyakini mendatangkan bahaya, 

bencana, penyakit, wabah, kerasukan dan kema-

tian.(Wulfhost, 2005, p. 19). Hal ini mengakibatkan 

adanya sikap ketakutan terhadap roh yang jahat dan 

berusaha mendapatkan perlindungan melalui dukun 

(medium), dan terhadap roh yang baik memelihara 

sikap hormat dan berterima kasih yang dinyatakan 

dengan berbagai cara. 

Seperti yang dijelaskan Krisnando dkk da-

lam konteks agama suku Batak yang mempunyai 

pengaruh besar sampai saat ini yaitu  adanya 

kepercayaan bahwa roh orang mati khususnya roh 

nenek moyang yang sudah menjadi falsafah orang 

Batak yaitu, Hagabeon (banyak keturunan), Hamo-

raon (kekayaan) dan Hasangapon (kemuliaan), 

berubah menjadi sumangot (suatu kekuatan atau 

kuasa yang bisa melakukan sesuatu) kepada ketu-

runannya yang masih hidup. Keyakinan ini diung-

kapkan dengan istilah martondi namangolu marsu-

mangot namate artinya yang hidup mempunyai roh 

dan sesudah mati rohnya berubah menjadi sumangot 

dan juga menjadi begu (hantu). Hal ini dijelaskan 

karena orang Batak percaya bahwa jika seseorang 

telah meninggal, maka “daging gabe tano, hosa 

gabe alogo, tondi gabe begu” yang artinya daging 

jadi tanah, nafas jadi angin, roh jadi hantu. 

(Krisnando, Objantoro, & Darmawan, 2019, p. 92) 

Hutapea (2019, p. 91-92) juga mengatakan 

sebahagian orang Batak sampai saat ini masih 

mempercayai roh-roh nenek moyang mempunyai 

kuasa atau kekuatan untuk dapat menolong, melin-

dungi, memberikan berkat bagi keturunannya karena 

itu tidak jarang jika orang Batak ziarah ke makam 

leluhur atau nenek moyangnya maka akan memba-

wakan sesajen berupa sirih, makanan kesukaan 

nenek moyangnya atau makanan khas suku Batak, 

memberikan rokok dan benda-benda lain dikuburan 

nenek moyang dengan alasan bahwa agar roh nenek 

moyang itu merokok, makan sirih dan makan-ma-

kanan yang diletakkan dikuburannya, menggali tu-

lang belulang dan mendirikan tugu-tugu kuburan 

serta membuat pesta tugu ini karena takut jika 

tidak dilakukan demikian maka roh nenek moyang  

yang sudah meninggal akan marah. Selain itu orang 

Batak memiliki pemahaman dengan melakukan hal 

ini maka roh nenek moyang ini dapat 

memberikan berkat kepada keluarga dan keturunan-

nya. Hutapea dalam bukunya juga mengatakan ma-

sih jelas terlihat sebahagian orang Batak masih sa-

ngat terikat terhadap roh orang yang sudah me-

ninggal, itu sebabnya masih gampang iblis menipu 


orang Batak dengan cara kesurupan, banyak orang 

percaya bahwa yang kesurupan itu yaitu  roh orang 

yang sudah meninggal. Sesungguhnya iblis yang 

menyamar dengan menggunakan cara dan ciri orang 

yang meninggal, tetapi hal demikian sangat kental 

dipercaya oleh sebahagian orang Batak Kristen 

(0

Hutapea juga dalam bukunya mengatakan 

bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang ter-

libat dengan praktik okultisme yaitu  Pertama, 

untuk menghormati orang tua karena alasan meng-

hormati dan taat kepada orang tua maka menerima 

pusaka dan jimat-jimat yang diberikan orang tua 

untuk perlindungan. Kedua, karena takut roh orang 

yang sudah meninggal marah, biasanya karena takut 

pada roh orang yang meninggal marah maka sering 

melayani dengan memberikan dan melakukan se-

suatu kepada orang yang sudah meninggal melalui 

pemberian sesajen dan berdoa dikuburan untuk me-

minta supaya roh yang sudah meninggal itu tidak 

mengganggu dan tidak marah, karena jika roh orang 

yang sudah meninggal itu marah menurut mereka 

dapat menimbulkan berbagai masalah dan wabah 

penyakit. Ketiga, karena dukun memakai hal-hal 

yang rohani, dukun juga sering memakai hal-hal 

atau benda-benda rohani yang justru biasanya digu-

nakan untuk pelayanan rohani seperti Alkitab, salib, 

lilin, roti dan anggur perjamuan kudus sehinga hal 

ini mengakibatkan banyak orang beranggapan bah-

wa hal itu berasal dari Tuhan. Keempat karena men-

datangkan keuntungan dan pertolongan. Kelima, 

karena tuntutan adat istiadat, sebab adat istiadat 

sering bercampur dengan praktik okultisme dan 

dipakai Iblis untuk menipu manusia. Keenam, ka-

rena ada bukti-bukti yang meyakinkan, dan Ketujuh, 

karena didorong oleh ketakutan yaitu mereka meng-

gunakan jasa kuasa kegelapan karena takut setan 

mengganggu hidupnya segingga mencari pertolong-

an dari kuasa kegelapan 

Surya Kusuma dalam bukunya “Okultisme : 

Antara Budaya vs Iman Kristen”, menuliskan bebe-

rapa alasan yang mempengaruhi seseorang melaku-

kan praktik okultisme ialah pertama, pemahaman 

yang salah tentang Allah. Konsep-konsep yang salah 

tentang eksistensi, jati diri, kuasa Allah yang tran-

senden sulit dipahami penuh misteri dan tidak ter-

selami sehingga mendorong manusia berupaya men-

cari dan berkomunikasi dengan Allah melalui ber-

bagai cara yaitu tirakat, belajar berbagai mantera, 

spiritisme, dan mempersonifikasikan Allah menjadi 

mahluk, materi atau benda-benda ciptaan untuk di-

sembah dan dipuja. Kedua, perasaan tidak berdaya 

ditengah alam semesta. Manusia menyadari dirinya 

terbatas, lemah, dan tak berdaya di tengah alam 

semesta yang penuh misteri dan aneka ragam 

permasalahan kehidupan sehingga membawa manu-

sia untuk mencari dan menemukan kuasa yang dapat 

menjamin, melindungi dan menanggulagi berbagai 

kondisi yang ditemui dalam kehidupan di alam 

semesta, hal inilah yang mendorong manusia untuk 

mencari kesaktian, berbagai jimat, mantera serta ra-

malan dan berbagai ilmu penolak bala. Ketiga, usaha 

manusia untuk memperoleh hidup aman, tenang dan 

damai. Di tengah-tengah hidup yang penuh dengan 

kesulitan, bencana, musibah, tragedi dan aneka 

ragam bahaya untuk mengantisipasi semua permasa-

lahan ini manusia mendalami berbagai hal se-

perti ilmu ramal, horoskop, astrologi, pitungan, garis 

tangan dan hal lainnya, tujuannya agar mereka ter-

hindar dari ancaman-ancaman yang sewaktu-waktu 

menimpa hidup mereka. Keempat, kehendak hidup 

sehat, awet muda, dan panjang umur. Kehendak hi-

dup sehat, awet muda dan panjang umur yang 

membuat seseorang menggunakan susuk yang juga 

yaitu  bagian dari praktik okultisme. Kelima, per-

saingan, musuh dan bahaya.negatif. Perjuangan un-

tuk mengalahkan dan menghancurkan para pesaing, 

musuh-musuh dan bahaya menarik orang-orang 

terlibat ke dunia okultisme seperti tenung, santet, 

dan magi untuk melindungi diri atau menyerang 

orang lain. Keenam, nafsu memperoleh kekayaan 

dan materi berlimpah. Ketujuh, peningkatan daya 

pesona dan pemuasan nafsu. Ilmu tenung dan sihir 

dimanfaatkan oleh orang tertentu agar mereka 

memiliki daya pesona, daya rangsang dan kepuasan 

  

seksual baik bagi dirinya maupun bagi orang yang 

mencarinya 

 Dampak dari mereka yang melakukan prak-

tik okultisme yaitu  secara fisik yaitu urat-urat sya-

raf terganggu. Secara psikologi yaitu mengalami de-

presi, ketakutan yang tidak normal dan memiliki pi-

kiran-pikiran najis. Secara rohani yaitu mati secara 

rohani dan sikap tertutup terhadap Firman Tuhan, 

malas berdoa, ragu terhadap Firman Tuhan dan ingin 

menghujat nama Tuhan. Dampak bagi keturunan 

yaitu keturunannya akan menjadi terkutuk,Alkitab 

menyaksikan itu sampai keturunan ketiga dan ke-

empat (Keluaran 20), kutuk dari Allah akan meng-

akibatkan berbagai hal buruk, seperti munculnya 

berbagai kesulitan dan penyakit serta penderitaan 

bagi keturunan. Dampak kepada kekekalan yaitu 

seperti dalam Firman Tuhan di Galatia 5:20-21 maka 

tidak akan dapat bagian dalam kerajaan Allah jika 

tidak mengalami pertobatan.(Hutapea, 2019, p. 105).  

Selanjutnya menurut Hutapea untuk memu-

lihkan dan menyembuhkan mereka dari kuasa okul-

tisme karena praktik-praktik okultisme yang dila-

kukan yaitu  dengan melakukan pelayanan pele-

pasan dan mengusir roh-roh jahat dari mereka yang 

terikat kuasa okultisme. Pelayanan pelepasan yaitu  

salah satu amanat agung Yesus Kristus (Mat.10:8, 

Mrk.6:7), pelayanan pelepasan sangat penting dalam 

pelayanan gereja Tuhan di dunia ini. Hanya melalui 

pelayanan pelepasan orang yang terikat kuasa okul-

tisme dapat dibebaskan, mengalami kesembuhan dan 

menikmati pertumbuhan di dalam Tuhan 

 Pondsius dan Takaliung dalam bukunya me-

ngenai “Antara Kuasa Gelap dan KuasaTerang” juga 

mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan 

orang terlibat praktik okultisme yaitu  Pertama, 

karena menghormati orang tua supaya panjang 

umur, iblis sering menggunakan ayat Firman Tuhan 

dalam Keluaran 20:12 yang mengatakan hormatilah 

ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu, kita 

memang wajib menghormati orang tua namun kita 

harus menolak permintaan atau desakan mereka 

untuk memegang jimat dan membawa kita ke dukun 

dan menduakan Tuhan. Kedua, karena takut kepada 

amarah orang yang sudah meninggal, orang melaku-

kan praktik okultisme yaitu  untuk melayani orang 

mati baik roh orang tua maupun roh nenek moyang 

supaya mereka tidak marah terhadap anak-anak dan 

cucu-cucunya yang masih hidup. Ketiga, karena du-

kun memakai hal-hal rohani dan benda-benda 

rohani, dukun juga memakai hal-hal rohani seperti 

Alkitab, salib, lilin, sisa roti dan sisa anggur maka 

banyak orang yang menyangka bahwa hal itu berasal 

dari Tuhan padahal hal ini merupakan tipu 

muslihat. Keempat, kerena mendatangkan perto-

longan yang menguntungkan, orang menghalalkan 

praktik okultisme karena mendatangkan keuntungan 

besar baik uang, harta, kedudukan, kekuasaan mau-

pun kesembuhan dan sukses serta mujizat yang 

spektakuler dan yang lain-lainnya namun seharusnya 

tidak boleh tertipu karena keuntungan dari iblis pada 

hakikatnya yaitu  bencana besar, iblis tidak pernah 

memberikan pertolongan yang cuma-cuma, dia me-

minta bayaran yaitu jiwa. Kelima, karena tuntutan 

adat istiadat, yaitu adat istiadat yang melawan Fir-

man Allah dan adat istiadat kafir yang dicampur 

dengan Firman Allah 

 Selanjutnya Pondsius dan  Takaliung juga 

mengatakan akibat bagi yang melakukan praktik 

okultisme yaitu  Pertama, akibat secara rohani yaitu 

tertutup keras terhadap Firman Allah.Kedua, akibat 

secara psikologi atau mental yaitu depresi, adanya 

ketakutan yang tidak normal, kemarahan yang tidak 

normal.Ketiga, akibat secara fisik yaitu urat syaraf 

sakit karena mempraktikkan okultisme secara aktif 

dan kematian yang tidak wajar. Keempat, akibat 

dalam keluarga yaitu kekacauan terjadi dalam ke-

luarga karena roh pengacau diberi tempat dalam 

keluarga sehingga semuanya menjadi kacau dan 

berantakan. Kelima, akibat untuk keturunan berikut-

nya yaitu keturunan menjadi kacau dan terkutuk, 

tidak normal, cacat, sial dan mendapat hukuman 

turun-temurun (Kel. 20:4-5). Keenam, akibat untuk 

kekekalan yaitu orang yang terlibat okultisme tidak 


akan mewarisi kerajaan Allah (Gal. 5:20-21). 

(Pondsius & Takaliung, n.d. p, 299) 

 Menurut Pondsius dan Takaliung upaya 

yang dapat dilakukan untuk memulihkan mereka 

agar tidak terikat dengan kuasa okultisme yaitu me-

lalui pelayanan pelepasan dari belenggu okultisme 

sehingga mereka yang terikat okultisme dibebaskan 

secara tuntas dan benar-benar pulih (Pondsius & 

Takaliung, n.d. p, 305). Jadi apa yang dikatakan oleh 

Hutapea mengenai faktor-faktor orang melakukan 

praktik okultisme, dampak atau akibat praktik okul-

tisme dan upaya yang dilakukan untuk memulihkan 

atau melepaskan mereka dari kuasa okultisme sama 

dengan apa yang dikatakan oleh Pondsius dan Taka-

liung dalam bukunya.   

Alkitab menandaskan ada dua kuasa yang 

sedang bekerja di dunia yaitu : kuasa terang (Allah) 

dan kuasa kegelapan (Iblis) dalam segala manifesta-

sinya (1 Yoh.1:5-6, Yoh.8:12, Ef.5:8, 1 Pet.2:9). 

Maka dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang 

berada dalam kekuasaan Allah “Kerajaan Allah atau 

kuasa terang” dan segala sesuatu yang di bawah 

kekuasaan Iblis yaitu  “kerajaan Iblis atau kuasa 

kegelapan”, di mana iblis yang menjadi raja atau 

penghulunya (Prience, 2002.p. 13). Kuasa Allah 

(terang) telah mengalahkan kerajaan iblis (gelap), 

namun iblis masih berkuasa dan berusaha dengan 

berbagai strateginya untuk menghambat orang di 

dalam kerajaannya (kegelapan) untuk masuk dalam 

kerajaan Allah (terang) dan berusaha memerangi 

orang yang sudah berada dalam kerajaan Allah 

(orang yang sudah percaya). Itulah sebabnya orang 

yang sudah percaya menghadapi peperangan rohani 

yaitu berperang dengan Iblis dengan segala antek-

anteknya yang disebut kuasa kegelapan, roh-roh 

jahat, penghulu-penghulu dunia yang gelap (Ef.6:12, 

1 Pet.5:8). Iblis tidak hanya menggoda dan menye-

satkan orang tetapi juga merasuk, menyiksa atau 

menyakiti dengan berbagai tipu dayanya, dengan 

menawarkan berbagai pertolongan yang membuat 

manusia tidak berdaya melepaskan dirinya dari 

kuasa kegelapan atau iblis (Pasaribu, 2002, p. 35). 

Banyak contoh-contoh kita temukan di dalam 

Alkitab di mana orang-orang yang dirasuk setan dan 

yang terikat dengan kuasa kegelapan mengalami 

berbagai penderitaan. Ketidakpercayaan atau keti-

daktahuan tentang pekerjaan iblis, membuat banyak 

orang termasuk orang kristen tertipu, dirasuk dan 

terikat dengan kuasa kegelapan 

 Dari sebuah artikel yang berisikan hasil pe-

nelitian oleh Ward, dan Beaubrun mengenai The 

Psycodynamic of Demon Possesion di Afrika tepat-

nya bagi masyarakat Trinidad yang menyebabkan 

orang terikat dengan kuasa okultisme yaitu  karena 

masyarakat di sana masih banyak melakukan pe-

nyembahan terhadap nenek moyang, selain itu ke-

lompok masyarakat di Trinidad masih sering pergi 

ke peramal yang disebut lookermen dan looker-

women (peramal laki-laki dan perempuan) untuk 

mengetahui masa depan mereka. Mereka juga ber-

konsultasi kepada dukun (obeahmen) untuk menda-

patkan perlindungan, memperoleh jimat, menyem-

buhkan orang atau melakukan pembalasan dendam. 

Dan masih banyak diantara masyarakat di Trinidad 

jika sakit pergi ke dukun untuk berobat, walaupun 

setelah berobat ke dukun mereka hanya mengalami 

kesembuhan sementara dan setelah itu penyakit 

mereka akan kambuh lagi dan semakin parah bahkan 

sering mengalami manifestasi. Ada empat kasus di 

Afrika didapat dari hasil penelitian dalam sebuah 

artikel yang mengatakan bahwa ke keempat kasus 

ini ketika mengalami sakit dan kerasukan 

mereka pergi berobat ke dukun yang disebut 

obeahman dan obeahwomen, setelah berobat ke 

obeahman dan obeahwomen biasanya mereka sem-

buh namun hanya sementara saja dan justru aki-

batnya setelah mereka berobat ke dukun yaitu  

mereka kembali mengalami kerasukan yang lebih 

parah. Upaya yang dilakukan untuk memulihkan 

mereka yaitu  degan membawa mereka ke gereja 

pentakosta di Trinidad dan dilayani di gereja ter-

sebut melalui pelayanan eksorsis, ada yang dilayani 

sampai 32 kali, 100 kali, dan 3 kali pelayanan eksor-

sis. Di gereja pentakosta ini mereka mengalami 

mujizat pemulihan melalui pelayanan pelepasan atau 

  

eksorsis. Di mana gereja pentakosta ini sangat ber-

pegang pada teologi dasar Kristen dan secara khusus 

memiliki khotbah yang penuh semangat dan kepe-

nuhan Roh Kudus 

 

Kasus Mahasiswa Yang Terikat Kuasa 

Okultisme di STT Abdi Sabda Medan dan Upaya 

Pemulihannya 

Ada beberapa penelitian terhadap mahasis-

wa di STT Abdi Sabda yang sudah dilayani melalui 

pelayanan pelepasandan akhirnya pulih dari kuasa 

okultisme. Kesaksian ini menceritakan tentang apa 

yang menyebabkan mereka terlibat dengan praktik 

okultisme dan apa dampak atau akibat yang ditim-

bulkan bagi mereka yang melakukan praktik okul-

tisme terhadap dirinya dan terhadap keturunannya 

serta bagaimana upaya untuk menyembuhkan atau 

memulihkan seseorang agar terlepas dari praktik 

okultisme ini. 

 

Jefri Hamonangan Damanik 

Pengalaman dan kesaksian Jefri Hamonang-

an Damanik yang dituliskan dalam buku “Pelayanan 

Pelepasan dan Dampak Positifnya”, Jefri yaitu  

salah seorang mahasiswa STT Abdi Saba Medan 

angkatan 2012 yang pada saat itu juga dilayani da-

lam pelayanan pelepasan oleh tim pelayanan di STT 

Abdi Sabda Medan. Yang menyebabkan jefri meng-

alami keterikatan kuasa roh jahat yaitu  karena 

keterikatan dengan keturunan dari desa sokkur, per-

nah pergi ke dukun, dan juga ompung (nenek mo-

yang) nya ada keterikatan dengan kuasa gelap. 

Sehingga hal itulah yang melatarbelakangi kenapa 

Jefri Damanik terikat pada kuasa kegelapan artinya 

walaupun ompung (Nenek moyang) yang melakukan 

tapi berdampak bagi dia sebagai pahompu (cucu) 

nya. Pada Februari tahun 2013 diadakan pelepasan 

bagi mahasiswa baru yang dilayani oleh tim pela-

yanan pelepasan dan dipimpin oleh Pendeta Jaha-

raianson Saragih. Ini pertama kalinya Jefri Damanik 

mengikuti ibadah pelepasan. Pada saat itu Pendeta 

Jaharianson dan anggota tim pelayanan membuka 

pelayanan  dengan ibadah . Namun saat mahasiswa 

baru dituntun dalam bernyanyi maka Jefri Damanik 

mengalami manifestasi yang sangat parah. Dia tidak 

dapat menguasai dirinya sehingga tubuhnya dikuasai 

oleh kuasa Iblis dan berlangsung selama tiga jam 

lebih. Tim yang menyaksikannya melihat saat Jefri 

mengalami manifestasi ada roh yang bermanifestasi 

dalam tubuhnya.Yang pertama yaitu  roh gorilla, 

pada saat itu tubuhnya menunjukkan tubuh gorilla. 

Yang kedua yaitu  roh harimau, pada saat itu Jefri 

Damanik mencakar-cakar seperti harimau, melom-

pat-lompat layaknya suara dan gerakan harimau.Roh 

yang ketiga yaitu roh orang yang sudah meninggal 

yang mengaku sebagai ompung (Nenek moyang) 

dari Sokkur. Saat itu tim pelayanan pelepasan ber-

nyanyi dan berdoa serta memimpin melakukan doa 

pemutusan dan menengking roh jahat yang ada di 

dalam diri Jefri dan setelah dilayani kurang lebih 

selama tiga jam akhirnya roh jahat yang ada di da-

lam diri Jefri pergi walaupun demikian Jefri belum 

pulih dan perlu pelayanan lanjutan kepadanya. 

Setelah dilayani dalam pelayanan pelepasan, 

Jefri sangat sering mengalami manifestasi dengan 

berbagai bentuk roh jahat yang ada ditubuhnya, bah-

kan hampir setiap hari dia mengalami manifestasi.Ini 

berakibat buruk pada dirinya,  selain untuk kese-

hatannya juga nilai semesternya sangat rendah. IPK 

nya hanya 2,4. Itu disebabkan karena hampir setiap 

malam  ia mengalami manifestasi sehingga waktu 

belajarpun sangat kurang. Ketika mengikuti ret-reat 

Deliverence Ministry Team di Ret-reat Center 

GBKP pada bulan Maret tahun 2013 Jefri dilayani 

secara khusus dan setelah dilayani pada saat itu Jefri 

mengalami pemulihan total, walaupun melalui pro-

ses yang lama sampai kurang lebih 3 jam. Setelah 

pemulihan total itu Jefri tidak pernah lagi mengalami 

manifestasi. Ia sudah merasa lebih tenang dan damai 

karena tidak pernah lagi diganggu roh jahat. Bahkan 

studinya pun sudah dapat dilakukan dengan baik 

serta nilai-nilai kuliahnya juga meningkat.Setelah 

pulih Jefri terbeban untuk melayani orang-orang 

yang juga terlibat kuasa okultisme. Dia bergabung di 

tim pelayanan pelepasan yang ada di Abdi Sabda, 

 54 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020 

selama dua periode yaitu tahun 2014 dan 2015 dan 

menjadi ketua tim pelayanan pelepasan (Deliverence 

ministry team) di STT Abdi Sabda Medan. Setelah 

pulih Ia juga fokus mendoakan orang tuanya dan 

keluarganya agar dilayani dan dilakukan doa pe-

mutusan. Setelah 2 tahun Jefri berdoa dan bergumul 

akhirnya tahun 2015 pada bulan Mei keluarganya di-

layani dan didoakan sehingga keluarga Jefri sudah 

putus dari kuasa okultisme. Sampai saat ini Jefri 

aktif terlibat dalam pelayanan pelepasan dan mela-

yani banyak orang yang terikat okultisme 

 

Insan Sinurat 

Insan Sinurat yaitu  mahasiswa STT Abdi 

Sabda angkatan 2007. Awalnya ia tidak percaya 

akan keberadaan roh jahat dan pengaruh roh jahat 

terhadap kehidupan manusia. Namun setelah ia 

sendiri mengalaminya maka ia percaya bahwa hal itu 

benar ada. Pertama kali Insan Sinurat merasakan 

pengaruh roh jahat yaitu  pada bulan pertama kuliah 

di STT Abdi Sabda Medan. Setiap kali ia berdoa, 

bernyanyi, dan membaca Alkitab baik dikebaktian 

umum, renungan pagi dan malam kepalanya se-

pertinya berat, tangan terasa menjadi besar juga 

berat, badan sepertinya bergerak-gerak dan ba-

yangan hitam berbentuk kepala manusia sepertinya 

mau menimpanya. Ia juga mendengar suara-suara  

yang memanggil-manggil namanya. Sehingga mulai 

pada saat itu Insan sinurat menjadi takut untuk 

berdoa, bernyanyi dan membaca Alkitab. 

Keadaan Insan menjadi bertambah buruk, 

pada tengah malam di kost tiba-tiba ia terbangun 

dari tidur dan memukuli teman-teman satu kostnya.  

Kejadian ini terjadi berulang-ulang sehingga teman 

satu kostnya menjadi heran dan takut karena tin-

dakannya yang aneh dan suka memukuli. Ia sering 

tidak bisa mengendalikan emosinya bahkan ketika 

mereka makan tiba-tiba saja ia menendang makanan 

yang ada didepannya, ketika mandi ia juga meme-

cahkan gayung dan ember. Sejak saat itu emosinya 

benar-benar tidak dapat dikendalikan, ia ingin ma-

rah-marah dan ingin memukul teman-teman tanpa 

alasan. Tidak tahan dengan tindakan Insan tadi maka 

teman satu kostnya membawanya ke rumah dosen 

yaitu Jaharianson Saragih untuk didoakan. Dalam 

perjalanan ke rumah dosen tiba-tiba Insan tidak bisa 

bicara dan bisu. Di rumah dosen Insan langsung 

meronta-ronta dan tidak terkendali, kekuatan ber-

tambah sangat kuat sehingga 5 orang temannya yang 

memegangi tidak sanggup. Kurang lebih 3 jam di-

doakan akhirnya Insan sadarkan diri dan sudah bisa 

bicara. 

Beberapa hari setelah itu saat belajar mata 

kuliah psikologi yang diampu oleh dosen yang sama 

yaitu  Jaharianson Saragih tiba-tiba tanpa ada sebab 

Insan marah dan memukul teman disebelahnya. 

Dosen yang mengajar dan teman-teman sekelas 

terkejut dan ketakutan lalu dosen dan teman-teman 

sekelas mendoakannya dan setelah didoakan akhir-

nya dia sadar kembali. Setelah kejadian itu walau-

pun sudah beberapakali didoakan kondisi Insan be-

lum pulih. Setiap kali akan berdoa, bernyanyi dan 

membaca Alkitab tubuhnya meronta dan memukuli 

teman-teman satu kost. Teman satu kost membawa 

Insan ke tim pelayanan pelepasan yang ada di Abdi 

Sabda. Di ruangan kelas Insan mulai didoakan oleh 

tim untuk dilayani , namun baru  mulai berdoa tiba-

tiba Insan melompat sejauh kurang lebih 2 meter ke 

atas dan memecahkan kursi yang didudukinya. Insan 

meronta-ronta dan ingin memukuli semua tim. Ham-

pir 4 jam Insan meronta-ronta dan didoakan akhir-

nya sadar kembali. Namun Insan belum juga mera-

sakan kelepasan, gangguan demi gangguan terus ter-

jadi. Gangguan itu seperti suara memanggil-manggil 

namanya, sehingga membuatnya tidak bisa berdoa, 

tidak bisa bernyanyi dan tidak bisa membaca Al-

kitab. Tubuhnya sangat tertekan, ia menyadari na-

mun tidak dapat melawan. Insan seperti diikat de-

ngan rantai yang besar dan tidak dapat berbuat apa-

apa. Ia benar-benar mengalami kelelahan dan se-

luruh badannya sakit karena sering manifestasi dan 

meronta-ronta. Itulah bentuk-bentuk pengaruh roh 

jahat yang ada dalam dirinya, roh jahat mempenga-

ruhi pikirannya, hati dan tindakan sehingga berpe-

rilaku demikian. 

  

Kelepasan  dari pengaruh roh jahat atau kuasa 

okultisme dialami oleh Insan ketika kebaktian pela-

yanan pelepasan di Aula STT Abdi Sabda Medan. 

Dalam kebaktian itu Insan merasakan jamahan Tu-

han dalam hidupnya. Dalam ibadah pelayanan pele-

pasan itu dia dilayani kembali dan dia juga berjuang 

untuk melepaskannya sehingga pada saat itu dia 

benar-benar lepas dari kuasa roh jahat.Insan mera-

sakan tubuhnya menjadi ringan seperti sudah me-

nanggalkan beban yang berat. Pikiran dan hatinya 

tenang dan hal ini belum pernah ia rasakan sebe-

lumnya. Mulai saat itulah ia dapat berdoa, bernyanyi 

dan membaca Alkitab dengan tenang tanpa gang-

guan. Insan percaya kuasa Yesus mengalir dalam hi-

dupnya dengan mengeluarkan roh jahat dalam diri-

nya dan menggantikannya dengan Roh Kudus.Sejak 

saat itu Insan tidak pernah lagi dikuasai oleh Roh 

Jahat. 

Setelah mengalami kelepasan Insan tertarik 

untuk mencari tahu dan mempelajari mengapa ia 

mengalami kerasukan, meronta-ronta, tidak bisa 

bicara dan bahkan didatangi bayangan gelap serta 

ada suara yang memanggil-manggilnya dan sampai 

ia sering memukul teman-teman. Setelah diselidiki 

ternyata kakek Insan melakukan ritual meminta 

kesembuhan penyakit dengan bantuan dukun, mem-

berikan makanan kepada anak cucunya yang sudah 

dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Ayah 

dari Insan juga pernah meminta jimat kepada dukun 

berupa kulit harimau sebagai penjaga badan. Se-

hingga keterikatan dengan roh jahat, mulai dari 

kakek, ayah dan sampai kepada Insan dan itulah 

yang mengendalikan Insan selama ini.Hal Inilah 

yang melatarbelakangi Insan selama ini dipengaruhi 

oleh roh jahat, namun Insan beryukur akhirnya di-

pulihkan dan tidak lagi mengalami keterikatan de-

ngan kuasa roh jahat. 

Orang yang dipengaruhi oleh kuasa okul-

tisme atau roh jahat  akan susah mengalami pertum-

buhan iman dalam Kristus karena roh jahat yang 

mengendalikannya dan itu jugalah yang dialami Ins-

an sehingga ia susah berdoa, bernyayi dan membaca 

Alkitab. Namun sejak Insan lepas dari kuasa roh 

jahat ia sudah bisa menikmati ibadah, berdoa, ber-

nyanyi dan membaca Alkitab. Setelah pulih Insan 

bergabung dalam tim pelayanan pelepasan dan ia 

menjadi ketua tim pada tahun 2011 dan sampai saat 

ini Insan aktif melayani dibidang pelayanan pele-

pasan 

 

Martin Pangambatan Munthe 

Martin Pangambatan Munthe yaitu  mahas-

iswa Abdi Sabda angkatan 2008. Pada saat pela-

yanan pelepasan dilakukan oleh tim pelayanan pe-

lepasan di Aula STT Abdi Sabda, Martin mengalami 

manifestasi. Namun doa pelayanan pelepasan yang 

dilakukan pada saat ia dilayani dalam pelayanan 

pelepasan secara massal tidak memulihkannya, ka-

rena masih ada roh jahat di dalam dirinya. Martin 

dilayani sebanyak 6 kali untuk menuntaskan dan 

membersihkanroh-roh jahat yang mempengaruhinya.  

Setelah bergabung dengan tim pelayanan 

pelepasan pada bulan September 2008 maka diada-

kan doa pelepasan bagi anggota tim yang baru dan  

Martin salah satu yang dilayani oleh tim dan dosen 

pembimbing tim yaitu Jaharianson Saragih. Inilah 

yang pertama kali Martin mengalami doa pelepasan. 

Saat itu ia benar-benar menyerahkan dirinya sepe-

nuhnya untuk didoakan agar menjadi milik Tuhan 

dan menutup pintu bagi iblis. Pendeta Jaharianson 

dan tim pelayanan menuntun Martin untuk mengaku 

dosa-dosa  baik dosa yang berhubungan dengan kua-

sa gelap dan dosa moral yang selama ini tertanam di 

dalam hidupnya. Pada saat berdoa Martin menga-

lami manifestasi. Martin melihat apa yang terjadi 

tetapi ia tidak bisa menguasai dirinya sehingga tu-

buhnya dikuasai roh jahat dan mengalami mani-

festasi selama 2 jam. Menurut anggota tim yang 

menyaksikan, saat mengalami manifestasi ada 3 roh 

yang bermanifestasi dalam tubuhnya yaitu yang 

pertama roh ular, tangannya menunjukkan tubuh ular 

dan suara mendesis. Yang kedua, yaitu  roh hari-

mau, mengaum-ngaum dan mencakar-cakar seperti 

harimau dan melompat-lompat layaknya suara dan 

gerakan harimau. Kemudian ada juga roh yang 

ketiga yaitu roh orang yang sudah meninggal yang 

 56 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020 

mengaku sebagai ompung (Nenek moyang) Gumbal 

Munthe.Ompung Gumbal Munthe yaitu  Ompung 

kandungnya yaitu orang tua laki-laki dari ayahnya. 

Tim pelayanan ada yang bernyanyi dan 

berdoa dan Martinpun dituntun dalam doa pemu-

tusan dan doa pengusiran roh jahat. Martin merasa 

imannya yang mulai bertumbuh di dalam Tuhan 

dipertaruhkan dengan keadaan yang ia alami. Dua 

hari setelah doa pelayanan pelepasan setiap hari 

sekitar pukul 13.00 siang dan pukul 18.00 Martin 

merasakan perutnya semakin membesar layaknya 

perempuan yang sedang mengandung bayi. Martin 

bingung dengan keadaannya dan ia berpikir bahwa 

itu yaitu  suatu penyakit yang aneh. Setelah di-

selidiki ternyata ia belum pulih total dan masih me-

miliki keterikatan dengan okultisme. Kondisi itu 

membuat Martin minder baik di asrama dan di kam-

pus dan ia juga harus memakai jacket jika keluar 

kamar asrama . Keinginan untuk sembuh membuat 

Martin terus berdoa, bahkan mulai berpuasa.  

Melihat keadaan Martin akhirnya tim pe-

layanan kembali melakukan pelayanan pelepasan 

kepadanya dan dilakukanlah doa pelepasan yang ke 

dua. Seperti doa pelepasan yang pertama, Martin 

juga mengalami manifestasi dengan gerakan ular 

dan berjalan seperti ular dan roh iblis yang menya-

mar sebagai Ompung Gumbal Munthe juga masih 

merasukinya. Pelayanan kedua ini berlangsung sam-

pai pukul 00.30 dini hari namun Martin belum juga 

pulih, dan melihat fisik Martin yang lemah pela-

yanan selesai dan dilanjutkan pada hari berikutnya. 

Doa pelepasan yang ke 3 yaitu terjadi di ka-

mar Asrama STT Abdi Sabda Meda. Saat itu Martin 

merasa sangat tidak nyaman karena perutnya mem-

besar dan ia sama sekali tidak dapat berdoa. Ia 

dilayani oleh 8 orang tim namun pada saat itu Marti 

belum pulih juga. Pelayanan yang ke 4 terjadi di 

ruangan kantor direktur Pasca Sarjana STT Abdi 

Sabda Medan yang dipimpin oleh pembimbing tim  

yaitu Jaharianson Saragih. Doa berlangsung selama 

2 jam. Setelah doa pelepasan yang keempat ia me-

rasakan ada perubahan yang lebih baik dari se-

belumnya. Doa pelepasan yang kelima pada tahun 

2009 saat itu Martin kembali mengalami manifest-

tasi. Waktu itu ia melompat-lompat dan berguling-

guling dengan jarak 3 meter, manifestasi ini tidak 

berlangsung lama karena sudah didorong pertum-

buhan rohani dan kerinduan serta perjuangan untuk 

pulih sehingga Martin berusaha melawan kuasa iblis 

dan hal ini membuat iblis tidak dapat  menguasai 

dirinya sepenuhnya. Setelah 5 kali mengadakan pe-

layanan pelepasan Martin mulai menyelidiki menga-

pa setiap kali didoakan ia mengalami manifestasi 

padahal ia sendiri tidak pernah melakukan praktik 

okultisme seperti perdukunan dan lain sebagainya.  

Setelah diselidiki ternyata ompung (nenek 

moyang) Martin pernah melakukan praktik perdu-

kunan sehingga hal itu berdampak pada keturunan-

nya yaitu keluarga Martin. Pada bulan September 

2019 Martin membawa orang tuanya untuk dilayani 

dan didoakan oleh tim pelayanan.  Ketika orang tua 

Martin didoakan saat itu juga ia mengalami mani-

festasi. Waktu itu orang tuanya menyaksikan Martin 

mengalami manifestasi dan mereka menangis me-

nyaksikan anaknya kesurupan. Namun saat itu Mar-

tin merasakan seperti berbeda dari sebelumnya, pe-

lepasan kali ini seperti ada kekuatan yang mem-

bantunya untuk bebas dan ia percaya itu berasal dari 

Tuhan. Saat itu Martin dilayani beberapa jam oleh 

tim dan saat itulah ia benar-benar lepas dan pulih 

dari kuasa okultisme. Ia merasakan tubuhnya terasa 

sangat ringan dan ia benar-benar merasakan suka-

cita. Saat itu jugalah kondisinya dan keluarganya 

benar-benar pulih dari kuasa kegelapan. Dan akhir-

nya Martin bergabung dalam tim pelayanan pele-

pasan dan terbeban melayani orang-orang yang teri-

kat kuasa okultisme. Dan ia juga pernah menjadi 

ketua tim pelayanan pelepasan di STT Abdi sabda 

Medan 

  

Analisa 

 

Faktor Penyebab Keterlibatan Praktik Okultisme 

Dari tiga penelitian terhadap studi kasus 

ini maka dapat dilihat apa yang menyebabkan 

mereka terlibat dengan praktik okultisme atau kuasa 

kegelapan. Faktornya yaitu  untuk kasus Jefri ka-

rena diturunkan atau diwariskan dari ompungnya 

sehingga berakibat ke cucu nya yaitu Jefri. Demi-

kian juga dengan Insan Sinurat karena kakek atau 

nenek moyangnya dan juga ayahnya terlibat praktik 

okultisme yaitu memakan makanan yang sudah di 

persembahkan kepada nenek moyang juga ayahnya 

meminta jimat dari seorang dukun untuk menjaga 

badan yang terbuat dari kulit harimau. Demikian 

juga dengan Martin Munthe dikarenakan oleh nenek 

moyangnya yang waktu itu juga terlibat dengan 

kuasa kegelapan atau okultisme. Sehingga melalui 

ini terlihat jelas bahwa okultisme itu dapat berdam-

pak bagi keturunan dan berakibat sangat fatal dan 

menyusahkan keturunan. Namun Jefri Damanik, 

Insan Sinurat dan Martin pangambatan Munthe 

bersyukur karena pada akhirnya mereka dapat pulih 

melaui doa pelayanan pelepasan yang dilakukan ber-

ulang-ulang kali. Martin sampai kurang lebih satu 

tahun dan enam kali dilayani baru pulih. Demikian 

juga dengan Jefri setelah beberapa kali dilayani da-

lam doa pelayananan pelepasan oleh tim maka ba-

rulah ia pulih bulan Maret 2013. Hal yang sama juga 

dialami oleh Insan Sinurat setelah beberapa kali 

dilayani selama kurang lebih satu tahun barulah ia 

pulih dari kuasa roh jahat yang menyiksanya. 

Faktor pertama yaitu  karena faktor ketu-

runan, yang menyebabkan Jefri Damanik, Insan Si-

nurat dan Martin terikat dengan kuasa okultisme 

yaitu   karena faktor keturunan, yang dimaksud fak-

tor keturunan disini yaitu  dampak dari nenek mo-

yang dan orang tua mereka yang melakukan praktik 

okultisme itu sendiri seperti memakai jimat yang 

diminta dari dukun, memakan makanan yang sudah 

dipersembahkan kepada berhala, menurunkan secara 

sengaja kekuatan-kekuatan gaib untuk menjaga 

badan mereka. Hal inilah yang membuat mereka 

terikat oleh kuasa okultisme yang memberikan dam-

pak negatif bagi diri mereka sendiri. Dan tentunya 

hal ini tidak terjadi hanya bagi mereka bertiga, na-

mun setiap orang dapat mengalaminya jika memang 

nenek moyang maupun orang tua pernah melakukan 

praktik-praktik okultisme ini jika tidak dipu-

tuskan maka akan terus berdampak kepada keturun-

an selanjutnya.  

Faktor kedua yaitu  budaya, Hutapea me-

nyatakan bahwa budaya atau adat-istiadat dapat 

membuat seseorang terlibat dengan kuasa kegelapan. 

Sebenarnya dalam Alkitab sering sekali disinggung 

adat-istiadat yang bertentangan dengan Firman 

Tuhan (Kis.16:21), di Korintus Paulus menegur adat 

istiadat yang bertentangan dengan kehendak Allah 

(1 Kor.11:2-16). Hal ini menunjukkan bahwa iblis 

bisa juga memakai adat-istiadat untuk memutar-

balikkan arti Firman Tuhan. Adat-istiadat dapat 

menjadi tempat persembunyian setan untuk menipu 

manusia, karena itu harus peka melihat mana adat 

istiadat yang harus diterangi oleh Firman Tuhan dan 

mana adat-istiadat yang harus terus diturunkan ke 

generasi berikutnya (Hutapea, 2019, p. 102). Dari 

ketiga studi kasus ini juga dapat dilihat bagai-

mana konteks budaya sangat mempengaruhi nenek 

moyang mereka untuk melakukan praktik okultisme. 

Secara langsung mereka bertiga tidak melakukannya 

namun justru orang tua dan nenek moyang mereka 

yang melakukannya. Budaya menyembah roh nenek 

moyang, budaya menurunkan kekuatan untuk penja-

ga badan, meminum dan memakan makanan yang 

sudah dipersembahkan kepada berhala, mempersem-

bahkan korban sajian kepada roh nenek moyang. 

Hal-hal demikian masih melekat di dalam kehidupan 

secara khusus untuk konteks masyarakat Batak .Hal 

itu juga yang dilakukan oleh orang tua, nenek mo-

yang mereka bertiga. Selain itu orang tua mereka ju-

ga masih terlibat dengan perdukunan karena di-

kalangan Batak perdukunan masih sangat kuat, 

contohnya dalam sebuah temuan dari penelitian 

Jakardo Damanik pada tahun 2010 bahwa dalam se-

buah kecamatan di Simalungun terdapat 50 dukun 

maka jika dirata-ratakan dalam 31 kecamatan di 

Kabupaten itu maka terdapat 1550 dukun bahkan un-

tuk wilayah Simalungun mereka memiliki ikatan 

persatuan datu (dukun) Simalungun. Itu berarti prak-

tik okultisme dalam bentuk perdukunan masih kuat 

dikalangan suku Simalungun.

 Sebenarnya tidak ada yang salah dengan 

budaya atau adat istiadat. Namun sering sekali bu-

daya itu sendiri menjadi jalan untuk mempercayai 

dan melakukan praktik-praktik okultisme.Bahkan 

kalangan Batak secara khusus masih ada yang me-

lakukan praktik-praktik okultisme dengan meng-

atasnamakan bahwa hal itu yaitu  budaya, se-

harusnya sebagai orang Kristen sudah dapat me-

milah mana budaya yang benar-benar murni sebagai 

budaya dan mana budaya yang sudah bercampur 

dengan praktik-praktik okultisme dan kepercayaan-

kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang dapat 

memberkati keturunannya.Oleh karena itu budaya 

harus diterangi oleh Firman Tuhan. 

Faktor ketiga yaitu karena takut kepada roh 

nenek moyang yang sudah meninggal. Misalnya, ta-

kut tidak akan dilindungi roh nenek moyang, atau ju-

ga tidak diberikan berkat oleh roh nenek moyang. 

Sehingga membuat keturunannya menghormati roh 

nenek moyang dengan melakukan penyembahan-

penyembahan dan ritual-ritual yang salah dan ber-

tentangan dengan iman Kristen. Dan mereka tidak 

menyadari bahwa hal ini memberikan dampak 

dan akibat yang tidak baik bagi dirinya sendiri.  Jadi 

hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh 

Takaliung bahwa seseorang melakukan praktik okul-

tisme salah satu alasannya yaitu karena takut kepada 

amarah orang yang sudah meninggal baik itu roh 

nenek moyang maupun roh orang tua supaya roh 

yang sudah meninggal itu tidak marah terhadap anak 

dan cucu-cucunya yang masih hidup, tentu hal ini 

bertentangan dengan iman Kristen tidak seharusnya 

orang Kristen percaya dan melakukan hal-hal yang 

demikian sebab perlindungan ataupun berkat hanya 

berasal dari Allah bukan dari roh-roh orang yang 

sudah mati.  

Dari apa yang mereka alami sebelum merek 

pulih terlihat jelas bagaimana menderitanya mereka 

ketika hidup mereka dikuasai oleh siiblis, bukan saja 

spiritualitas mereka tetapi berpengaruh juga kepada 

fisik, psikologi dan mental yang tersiksa tetapi juga 

study mereka. Dari hal inilah kita melihat betapa 

mengerikannya dampak atau akibat dari kuasaa ke-

gelapan ini bagi kehidupan yang melakukan 

maupun bagi keturunannya.  

 

Dampak atau Akibat Praktik Okultisme Terhadap 

Yang Melakukan dan Terhadap Keturunannya 

Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari 

praktik okultisme baik terhadap orang yang me-

lakukannya secara langsung maupun terhadap ke-

turunannya yaitu  memiliki dampak negatif yang 

merugikan dirinya sendiri dan keturunannya.Hal itu 

terjadi terhadap Jefri Damanik, Insan Sinurat dan 

Martin Munthe. Nenek moyang dan orang tua 

mereka yang melakukan praktik okultisme namun 

memberi dampak negatif bagi mereka akhirnya 

mereka mengalami penderitaan melalui sering 

mengalami manifestasi roh jahat, dihantui oleh roh-

roh jahat, menyiksa diri sendiri bahkan orang lain 

dengan cara memukuli orang lain, malas berdoa, ti-

dak tahan mendengar lagu-lagu rohani, depresi, 

memiliki karakter pemarah, dendam, hidup di dalam 

ketakutan, kegelisahan, kekuatiran, tidak ada damai 

bahkan berdampak sampai kepada study mereka ka-

rena tidak lagi dapat fokus mengerjakan study. 

Bahkan tidak jarang orang yang melakukan praktik 

okultisme berdampak lebih fatal kepada keturunan-

nya yaitu meminta tumbal dalam berbagai bentuk, 

sakit yang aneh, cacat dan gila. 

Jadi benar seperti yang dikatakan oleh 

Hutapea bahwa setiap orang yang terlibat dengan 

praktik okultisme, cepat atau lambat pasti akan 

mengalami berbagai dampak dan akibat yang sangat 

buruk. Karena jika seseorang terlibat dengan kuasa 

gelap sesungguhnya orang ini sedang menye-

rahkan hidupnya dikuasai oleh Iblis (Yoh.8:44). 

Setiap orang yang terlibat praktik okultisme akan se-

lalu dirong-rong oleh kuasa Okultisme. Dampak dari 

praktik okultisme mempengaruhi Pertama, secara 

Fisik yaitu syaraf-syaraf terganggu dan fisik tersiksa. 

Kedua secara Psikologi yaitu dapat mengalami 

depresi, ketakutan yang tidak normal, pikiran-pi-

kiran najis, kemarahan yang tidak normal.Ketiga 

secara rohani yaitu mati secara rohani/ sikap tertutup 

terhadap Firman Tuhan, ragu-ragu terhadap Firman 

Allah dan ingin menghujat nama Tuhan. Keempat 

yaitu dampak bagi keturunan, akibat dari praktik 

okultisme bukan hanya terjadi kepada orang yang 

melakukannya tetapi sampai kepada keturunannya, 

keturunan juga akan menjadi terkutuk. Alkitab 

menyaksikan keturunan itu sampai kepada keturunan 

ketiga dan keempat (Kel.20).Kelima yaitu dampak 

bagi kekekalan, orang yang terlibat praktik 

okultisme tidak akan mendapat bagian dalam 

kekekalan. Firman Tuhan dalam Galatia 5:20-21 

“Penyembahan berhala, sihir..ia tidak akan dapat ba-

gian dalam kerajaan Allah”. Allah memperingatkan 

kepada setiap umat Allah yang menduakan Tuhan 

akan terkutuk dan tidak berkenan kepada Allah 

(Ul.28:15-26).

Manifestasi roh jahat itu dapat hadir dalam 

berbagai bentuk kehidupan orang percaya, sehingga 

perlu ditinjau bagaimana kira-kira manifestasi roh 

jahat itu dalam kehidupan manusia. Hal ini tentu 

sama seperti yang dikatakan oleh Annacondia bahwa 

manifestasi roh jahat itu terlihat berbeda dalam 

orang yang berbeda, seperti orang yang tertekan, 

orang yang kerasukan, dan orang gila.(Annacondia, 

2005, p. 59). Itulah sebabnya setiap orang percaya 

harus dapat melihat dan memilah dengan jelas 

pekerjaan-pekerjaan iblis didalam kehidupan orang 

percaya. Dan satu hal yang pasti bahwa ketika se-

seorang melakukan praktik okultisme maka akan 

berakibat buruk terhadap dirinya sendiri dan ter-

hadap keturunannya dan akibat buruk itu dapat pulih 

jika mereka mau memutuskan keterikatan dengan 

kuasa okultisme ini.  

 

Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk 

Menyembuhkan dan Memulihkan Seseorang Agar 

Terlepas dari Kuasa Okultisme 

 Apa yang dipaparkan diatas yaitu  hal yang 

dialami juga oleh Jefri, Insan dan Martin. Mereka 

tertekan secara psikologis, secara fisik juga secara 

rohani, akibat dari kuasa okultisme itu membuat 

mereka sangat menderita namun mereka akhirnya 

pulih atau sembuh setelah dilayani melalui doa pe-

layanan pelepasan oleh tim doa pelepasan. Disinilah 

dapat dilihat bahwa pelayanan pelepasan bagi 

mereka yang berada dibawah kuasa okultisme baik 

itu karena faktor keturunan atau yang diwarisi oleh 

nenek moyang maupun karena keterlibatan langsung 

penting untuk serius ditangani melalui pelayanan pe-

lepasan atau yang lebih sering disebut dengan 

eksorsisme. Kasus yang terjadi di Afrika yang di-

alami oleh empat orang ini juga berkaitan 

dengan kasus-kasus kerasukan psikodinamik dan 

akhirnya mereka juga dilayani melalui pelayanan 

eksorsisme di gereja Pentakosta Trinidad. Bahkan 

mereka ada yang dilayani sampai beberapa kali, se-

perti Sonia dilayani melalui pelayanan eksorsis se-

lama 32 kali, Salina 100 kali, Phil sebanyak tiga kali 

dalam tiga bulan, dan Nan sebanyak 3 kali dalam 

waktu dua bulan. 

Seperti yang dikatakan oleh Twelftree bah-

wa pelayanan eksorsisme yaitu  penyembuhan yang 

dilakukan ketika setan atau roh jahat masuk dalam 

tubuh seseorang, dan eksorsisme merupakan sebuah 

upaya untuk mengontrol atau mengusir roh jahat  

yang mendiami seseorang ini.(Twelftree, 1993, 

p. 11), maka dari itu jelas bahwa ketika seseorang 

terikat dengan kuasa okultisme seharusnya upaya 

yang dilakukan yaitu  melakukan pelayanan 

eksorsisme supaya mereka yang terikat dengan ku-

asa okultisme dapat pulih dan tidak lagi mengalami 

penderitaan karena dampak dari okultisme ini.  

Selain itu ketika pelayanan eksorsisme di-

lakukan bagi seseorang yang terikat okultisme dan 

mengalami pemulihan, hal itu juga sebagai pertanda 

hadirnya kerajaan Allah. Itu berarti eksorsisme men-

jadi pembuktian bahwa kerajaan Allah telah hadir 

atau sedang hadir di bumi. Pengusiran setan-setan 

menunjukkan bahwa misi Yesus sedang terjadi, ter-

aktualisasi, dan digenapi. Sehingga eksorsisme yang 

dilakukan Yesus bukan hanya menyembuhkan dan 

mengusir kuasa setan dari diri manusia tetapi juga 

menunjukkan bahwa kerajaan Allah sedang ber-

operasi (Twelftree, 1993, p. 168). Dan Twelftree 

juga menyebut dengan kata lain pelayanan 

eksorsisme berarti mendemonstrasikan bagi kita 

bahwa eskatologi sudah hadir di dalam diri Yesus. 

 60 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020 

Demikian juga dengan pengusiran Setan/ iblis dalam 

diri manusia memiliki makna bahwa zaman Mesias 

sudah hadir.Oleh karena itu dengan eksorsisme yang 

diperlihatkan Yesus membuktikan bahwa Dialah 

Mesias sesungguhnya yang dinubuatkan dalam per-

janjian Lama. (Twelftree, 1993, p. 217) 

Jadi pelayanan eksorsisme yang dilakukan 

Yesus bukan bermaksud hanya untuk mengusir, 

mendesak setan keluar dari diri manusia melainkan 

dengan eksorsisme itu sendiri Yesus sedang mem-

proklamasikan kerajaan Allah atau kerajaan sorga 

sudah hadir di tengah-tengah mereka. Pemaknaan 

seperti ini tidak ditemukan dalam pelaksaan 

eksorsisme lainnya, kitab Matius jelas menyebutnya: 

“Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh 

Allah, maka sesungguhnya kerajaan Allah sudah da-

tang kepadamu”(Mat.12:28, Luk.11:20). Dari pe-

maknaan ini nyata eksorsisme yang dilakukan Yesus 

memiliki makna yang jauh lebih dalam dari 

eksorsisme lainnya.  

Jadi ketika Yesus melakukan eksorsisme, 

orang yang dirasuk setan berhadapan secara lang-

sung dengan kekuatan (power ecounter)  (Twelftree, 

2007, p. 46). Dan dalam Kehidupan orang Yahudi 

untuk mengusir roh jahat masih bergantung dengan 

pelaksanaan ritual misalnya dengan menggunakan 

sarana membakar hati dan jantung ikan. Sementara 

Yesus secara langsung menghardik Iblis , misalnya 

dengan mengatakan: “Diam, keluarlah dari padanya” 

(Mrk.1:25). “Hai engkau roh jahat, keluarlah dari 

orang ini” (Mrk.5:8, 9:25), bahkan Yesus juga me-

nanyakan namanya: “Siapakah namamu, jawabnya: 

namaku: Legion, karena kami banyak” (Mrk.5:9). 

(Soresen, 2002, p. 128). 

 Pelayanan pelepasan atau eksorsisme tidak 

hanya bertujuan supaya manusia mengalami ke-

lahiran kembali atau menerima kerajaan surga. 

Pelayanan pelepasan juga akan membuat manusia 

mengalami pemulihan secara fisik. Pelayanan pele-

pasan juga akan menyembuhkan penyakit fisik 

akibat okultisme, menghilangkan rasa takut dan juga 

meningkatkan kehidupan rohani setiap orang yang 

telah menikmati pelayanan pelepasan ini 

(Hutapea, 2019, p. 119) 

Doa dan pelayanan pelepasan yaitu  cara 

yang efektif untuk membantu mereka yang terlibat 

dengan kuasa okultisme. Banyak yang sudah di-

layani melalui doa pelayanan pelepasan akhirnya pu-

lih dari kuasa okultisme dan tidak lagi berada di-

bawah kuasa okultisme. Namun perlu dipahami bu-

kan pelayanan pelepasannya yang berkuasa namun 

kuasa di dalam nama Tuhan Yesus itu yang me-

mulihkan dan membebaskan mereka yang terlibat 

kuasa okultisme menjadi pulih. Jika ditanya, meng-

apa doa pelayanan pelepasan dapat memutuskan ku-

asa okultisme terhadap seseorang? Tentu jawaban-

nya ialah karena doa itu dilakukan di dalam nama 

Tuhan Yesus yang memiliki kuasa yang besar untuk 

memutuskan kuasa okultisme dari seseorang yang 

berada dibawah kuasa ini. 

Dalam pelayanan pelepasan itu, orang yang 

melayani sebaiknya tidak hanya melakukan peng-

usiran setan-setan melainkan juga berusaha mem-

buat analisis kehidupan konseli tentang bagaimana 

latarbelakang keterikatan konseli itu terhadap okul-

tisme, setelah itu dilakukan follow up untuk mem-

bimbing klien semakin intim dengan Tuhan. 

(Simanjuntak, 2008, p. 69) Dengan cara demikian 

maka klien akan mengalami pertumbuhan iman di-

dalam Tuhan dan benar-benar mengalami pemulih-

an.  

Yesus sendiri melakukan pelayanan ek-

sorsisme untuk menolong orang-orang yang terikat 

kuasa okultisme pada saat itu untuk pulih, sebab 

pada saat itu mereka yang terikat kuasa okultisme 

tidak hanya menderita secara psikologi tetapi juga 

secara fisik. Contoh dua praktik eksorsis yang di-

lakukan oleh Tuhan Yesus yaitu  penyembuhan 

putri dari perempuan Siro-Fenesia (Mat.15:12-28 

dan Mrk. 7:24-30) dan juga perempuan yang pung-

gungnya bengkok (Luk.13:11-13). Menurut Matius 

putri dari perempuan Siro-Fenesia itu dirasuk setan 

dan Markus juga mengatakan catatan mengenai se-

tan yang satu itu dan menyebutnya roh jahat, dan hal 

inilah satu-satunya mengenai kisah eksorsis dalam 

  

jarak jauh. Dan Yesus digambarkan dalam kitab Injil 

sebagai eksorsis sejati.(Brewer, 1996, p. 133). 

Dalam Perjanjian Baru juga  banyak data yang men-

catat tentang pengusiran setan, sehingga peristiwa 

yang berkaitan dengan pengusiran setan atau 

eksorsisme seperti yang dilakukan Yesus dan para 

murid dalam Perjanjian Baru dapat diambil sebagai 

dasar dari pelayanan pelepasan.(Sutoyo, 2015, p. 3) 

Dalam sebuah artikel mengenai “Okultisme dalam 

Pelayanan Pelepasan” dikatakan bahwa pelayanan 

penggembalaan dikalangan gereja-gereja seringkali 

kurang memperhatikan pelayanan pelepasan dari 

kuasa-kuasa roh jahat.Sementara jemaat Tuhan juga 

tidak mengerti atau tidak tahu bahwa ada roh jahat 

sedang bekerja diantara mereka. Itulah sebabnya 

pelayanan okultisme dalam pelayanan peng-

gembalaan sangat penting dilakukan dan hamba-

hamba Tuhan harus siap membela umat Tuhan deng-

an melawan iblis dengan iman yang teguh sehingga 

umat-umat Tuhan bisa lepas dari kuasa iblis yang 

membelenggunya.(Juld & Enoh, 2013, p. 189) Prak-

tik pengusiran setan merupakan hal yang alkitabiah 

dan masih terus dapat dipraktikkan dalam kehidupan 

bergereja sampai saat ini. Alkitab menyatakan bah-

wa Allah memberikan kuasa kepada gereja-Nya 

untuk menaklukkan kuasa iblis melalui berbagai 

bentuk pelayanan termasuk dalam pengusiran setan. 

Lukas 4:31-37 dengan sangat jelas menyatakan 

bagaimana Yesus melakukan pelayanan pengusiran 

setan kepada para murid dan semua orang per-

caya.

Masalah okultisme bukanlah merupakan 

pengajaran yang baru bagi orang Kristen, karena 

Alkitab jelas menyatakan pekerjaan Iblis dalam ber-

bagai manifestasi dan salah-satunya yaitu  praktik 

okultisme. Pekerjaan Iblis tidak hanya menggoda 

dan menyesatkan manusia tetapi menawarkan per-

tolongan sesuai yang dinginkan manusia dengan 

cara yang tersembunyi sehingga banyak orang yang 

tidak menyadari bahwa mereka telah diperdaya dan 

diikat oleh kuasa iblis karena iblis tidak pernah me-

nolong tanpa merongrong atau menuntut imbalan. 

Ini yaitu  tugas gereja dan orang percaya untuk 

membuka diri terlibat di dalam pelayanan pelepasan 

atau eksorsisme dan sekaligus memperlengkapi diri 

dengan pemahaman tentang okultisme, sehingga 

siap untuk melakukan peperangan rohani dan me-

lakukan pelayanan pelepasan kepada jemaat yang 

masih terlibat dengan kuasa kegelapan atau 

okultisme. 

Orang percaya sebagai murid Kristus pen-

ting meneladani Yesus Kristus dalam melakukan 

pelayanan terhadap mereka yang terlibat kuasa okul-

tisme atau kuasa Iblis. Dalam kehidupan pelayanan-

Nya Tuhan Yesus tidak hanya mengajar tentang 

Firman Allah pada saat itu, tetapi ia juga men-

yembuhkan banyak orang sakit baik mereka yang sa-

kit secara fisik maupun mereka yang sakit secara ro-

hani. Yesus menyembuhkan banyak orang dan 

mengusir setan-setan dari orang-orang yang di rasuk 

oleh roh jahat, kapan dan dimanapun bahkan di ru-

mah ibadat sekalipun Yesus mengusir setan pada 

saat itu (Mark.1:34,35). Namun Yesus tidak hanya 

menghentikan kuasa itu pada diri-Nya tetapi Yesus 

juga memperlengkapi dua belas murid dan mengutus 

mereka serta memberi kuasa kepada mereka untuk 

mengusir setan dalam nama-Nya (Mark.3:14-15). 

Bahkan setiap orang yang percaya kepada Kristus 

sesungguhnya dapat mengusir setan di dalam nama-

Nya, “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang 

percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi 

nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-

bahasa yang baru bagi mereka”. 

Jefri Damanik dari hasil penelitiannya ter-

hadap 15 orang mahasiswa Abdi Sabda yang terikat 

okultisme dan sudah dilayani dalam pelayanan pele-

pasan mengatakan bahwa setelah mahasiswa di-

layani melalui pelayanan pelepasan dan dilakukan 

follow up untuk memperhatikan kerohaniannya 

maka dampak positif dari pelayanan pelepasan itu 

yaitu  spiritualitas mahasiswa ini menjadi 

sangat baik dan bertumbuh, setelah dilayani mereka 

menjadi rajin saat teduh, berdoa dan membaca 

Alkitab. Bahkan mereka akhirnya tergabung dalam 

tim pelayanan pelepasan di Abdi Sabda untuk mela-

yani orang-orang yang terikat okultisme sama se-

 62 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020 

perti mereka sebelumnya.(Damanik, 2017, p. 126). 

Jadi pelayanan pelepasan sangat penting dilakukan 

kepada orang-orang yang terlibat dalam kuasa okul-

tisme atau kegelepan dengan berbagai mani-

festasinya, karena jika tidak dilakukan maka roh ja-

hat atau kuasa-kuasa iblis itu akan membawa se-

seorang semakin jauh dari Tuhan dan menjadi budak 

iblis. Seperti pelayanan yang sudah dilakukan oleh 

STT Abdi Sabda Medan, dimana setiap tahun di-

adakan pelayanan pelepasan bagi mahasiswa baru 

baik juga bagi mahasiswa lama yang mau dilayani 

termasuk jemaat atau orang dari luar kampus yang 

bersedia untuk dilayani. Tentu apa yang sudah di-

lakukan oleh STT Abdi Sabda ini yaitu  se-

buah awal yang baik untuk dilihat oleh berbagai ge-

reja atau para pelayan Tuhan. Sebab pelayanan 

pelepasan yaitu  upaya yang dapat dilakukan untuk 

menyembuhkan atau memulihkan seseorang agar 

terlepas dari praktik okultisme. 

 

 

Jawaban dari hasil penelitian ini yaitu  ada 

tiga faktor yang menyebabkan orang terikat dengan 

okultisme yaitu faktor keturunan, budaya dan karena 

takut terhadap roh nenek moyang yang sudah me-

ninggal. Dan akibat keterikatan terhadap okultisme 

ini membuat mereka menderita baik secara fi-

sik, psikologi bahkan study. Namun mereka dapat 

pulih setelah dilakukan pelayanan eksorsisme be-

berapa kali dan juga  follow up untuk menolong 

mereka agar benar-benar pulih dan mengalami per-

tumbuhan iman kepada Tuhan.  

Orang Kristen dan lembaga gereja juga 

harus benar-benar serius menolong orang yang ter-

ikat okultisme dengan cara melakukan pelayanan 

eksorsisme kepada mereka. Gereja harus melihat dan 

meneladani Yesus Kristus sang kepala gereja yang 

juga melakukan pelayanan eksorsisme kepada 

orang-orang yang dirasuk roh jahat pada saat itu. 

Dengan melakukan pelayanan eksorsisme maka ge-

reja juga sedang menghadirkan kerajaan Allah di 

dunia ini.  

Karena itu saran penulis sebaiknya lembaga 

Gereja, Sekolah Tinggi Teologi (STT), juga 

universitas Kristen yang memiliki Fakultas Teologi 

dapat meneladani STT Abdi Sabda yang memberi 

perhatian khusus bagi mereka yang terikat dengan 

kuasa okultisme. STT Abdi sabda sendiri bahkan 

membentuk tim pelayanan khusus yang fokus 

melayani orang-orang yang terikat dengan kuasa 

okultisme baik didalam kampus maupun diluar 

kampus. Dan sebaiknya kampus maupun lembaga 

Gereja juga memberi perhatian terhadap orang-orang 

yang terikat dengan kuasa okultisme dengan cara 

membentuk tim pelayanan khusus, selain itu kampus 

dan gereja juga sebaiknya memberikan pemahaman 

mengenai okultisme, dampak dari okultisme dan 

bagaimana upaya yang dilakukan untuk memulihkan 

orang yang terikat dengan kuasa okultisme. 

Pemahaman ini dapat dilakukan melalui seminar-

seminar yang dilakukan kampus maupun Gereja 

dengan tujuan agar semakin banyak orang yang 

memahami dampak dari okultisme ini sehingga 

mereka tidak lagi terlibat terhadap praktik-praktik 

okultisme.