Tampilkan postingan dengan label amsal 19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label amsal 19. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Desember 2024

amsal 19


per rkataan 

terlarang yang keluar dari pintu bibir mereka, tidak ada perkataan 

kotor. Dengan senantiasa mengawasi perkataan kita, kita akan 

mencegah banyak sekali kejahatan yang biasanya diperbuat oleh 

orang-orang yang lidahnya tidak dikekang. Jagalah hatimu, maka 

ia akan menjaga lidahmu dari dosa. Jagalah lidahmu, maka ia 

akan menjaga hatimu dari kesulitan. 

24 Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku 

dengan keangkuhan yang tak terhingga. 

Lihatlah di sini jahatnya kesombongan dan keangkuhan. 

1. Kesombongan membuka jalan bagi manusia untuk berbuat dosa. 

Kesombongan membuat mereka lekas marah, dan menyalakan di 

dalam diri mereka api keangkuhan yang tak terhingga. Mereka 

senantiasa dibakar dalam nyala api itu, seolah-olah sudah men-

jadi pekerjaan mereka untuk marah, dan tidak ada yang mereka 

kerjakan selain bertukar kemarahan dan perkataan pahit dengan 

orang lain. Sebagian besar murka yang membakar roh dan perse-

kutuan manusia yaitu  murka keangkuhan yang tak terhingga. 

Manusia tidak bisa tahan terhadap penghinaan terkecil sekalipun, 

atau bila dihalang-halangi dan dilawan. Mereka pasti akan ter-

singgung, bahkan, mereka akan segera marah besar. Kesombong-

an juga membuat mereka mudah mencemooh saat  marah, sa-

ngat kasar dengan lidah mereka, bersikap kurang ajar terhadap 

orang-orang yang berkedudukan di atas mereka, dan angkuh ter-

hadap semua orang di sekitar mereka. Hanya dengan keangkuhan 

semua ini terjadi. 

2. Keangkuhan membuat orang mudah tertimpa aib. Mereka menda-

pat nama buruk   sebab nya, dan semua orang menyebut mereka 

sebagai orang yang kurang ajar dan sombong. Oleh sebab itu tidak 

ada orang yang mau berurusan dengan mereka dalam urusan apa 

saja. Jika orang peduli terhadap nama baik mereka dan terhadap 

kehormatan pekerjaan mereka, maka mereka pasti tidak akan 

memanjakan keangkuhan dan amarah mereka sebagaimana yang 

diperbuat orang-orang sombong. Keangkuhan dan amarah akan 

merusakkan nama baik dan pekerjaan mereka. 

25 Si pemalas dibunuh oleh keinginannya,   sebab  tangannya enggan bekerja. 

26 Keinginan bernafsu sepanjang hari, namun  orang benar memberi tanpa 

batas. 

Di sini kita mendapati, 

1. Kesengsaraan-kesengsaraan si pemalas, yang tangannya enggan 

mengerjakan pekerjaan yang jujur, yang dengannya ia bisa men-

dapat penghidupan yang jujur. Mereka sama layaknya untuk be-

kerja seperti orang-orang lain, dan pekerjaan pun datang sendiri 

menawarkan diri kepada mereka, dan tangan mereka bisa menger-

jakannya serta otak mereka bisa memikirkannya. Namun, mereka 

tidak mau melakukan itu. Bahkan, dengan bodohnya mereka ma-

sih mengira bahwa mereka sudah berbuat baik bagi diri mereka 

sendiri. Lihat pasal 26:16. Jiwaku, beristirahatlah. namun , sesung-

guh-sungguhnya mereka menjadi musuh bagi diri mereka sendiri. 

Sebab, selain kemalasan mereka membuat mereka kelaparan, 

  sebab  mereka dibuat tidak mampu untuk mendapatkan kebu-

tuhan-kebutuhan pokok yang mereka perlukan, pada saat yang 

sama keinginan-keinginan mereka pun menikam mereka. Meski-

pun tangan mereka enggan bekerja, hati mereka tidak berhenti 

mengidam-idamkan kekayaan, kesenangan, dan kehormatan, pa-

dahal semua itu tidak dapat diperoleh tanpa bekerja. Keinginan-

keinginan mereka begitu membara dan tak terpuaskan. Mereka 

bernafsu sepanjang hari, dan berteriak, berikan untukku, berikan 

untukku. Mereka berharap agar semua orang berbuat sesuatu un-

tuk mereka, sementara mereka tidak mau berbuat apa-apa bagi 

diri mereka sendiri, apalagi bagi orang lain. Nah, keinginan-ke-

inginan ini membunuh mereka. Keinginan-keinginan itu senantiasa 

membuat mereka kesal, membuat mereka jengkel setengah mati, 

dan mungkin membawa mereka ke jalan-jalan yang begitu berba-

haya untuk memuaskan hawa-hawa nafsu mereka, sehingga 

mendorong mereka kepada akhir hidup yang belum waktunya. 

Banyak orang yang harus mencari uang untuk mencukupi kebu-

tuhan jasmani, namun tidak mau bersusah payah untuk menda-

patkannya secara jujur, kini menjadi perampok-perampok di 

jalan, dan itu telah membunuh mereka. Bagi orang-orang yang 

malas dalam perkara-perkara yang menyangkut jiwa mereka, na-

mun mempunyai keingian-keinginan terhadap apa yang dapat 

membawa kebahagiaan pada jiwa mereka sendiri, maka keingin-

an-keinginan mereka itu membunuh mereka. Keinginan-keinginan 

itu akan memperberat hukuman mereka dan bersaksi melawan 

mereka,   sebab  mereka sebenarnya sadar akan betapa berharga-

nya berkat-berkat rohani, namun  mereka enggan melakukan kerja 

keras yang dibutuhkan untuk mendapatkan berkat-berkat itu. 

2. Segala kehormatan orang yang jujur dan rajin. Orang yang benar 

dan tekun akan dipuaskan keinginannya, dan akan menikmati 

bukan hanya kepuasan itu, melainkan juga kepuasan yang lebih 

jauh dalam berbuat baik kepada orang lain. Si pemalas selalu 

berhasrat dan membiarkan mulutnya ternganga untuk menerima, 

namun  orang benar selalu kenyang dan berusaha memberi. Dan, 

lebih berbahagia memberi dari pada menerima. Mereka memberi 

tanpa batas, memberi dengan bebas dan tidak mencela. Mereka 

memberikan bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, 

dan tidak menyayangkannya   sebab  takut kekurangan. 

27 Korban orang fasik yaitu  kekejian, lebih-lebih kalau dipersembahkan de-

ngan maksud jahat. 

Korban-korban persembahan yaitu  ketetapan ilahi.   sebab  itu, apa-

bila korban-korban itu dipersembahkan di dalam iman, dan dengan 

pertobatan dan pembaharuan diri, maka Allah sangat dimuliakan 

olehnya dan amat bersuka dengannya. namun  korban-korban itu 

sering kali bukan saja tidak mendapat perkenan-Nya, namun  malah 

menjadi kekejian bagi Allah, dan Ia menyatakannya demikian. Hal ini 

merupakan pertanda bahwa korban-korban itu tidak dikehendaki 

untuk dipersembahkan bagi korban itu sendiri. Sebaliknya, ada hal-

hal yang lebih baik yang disediakan, dan terutama lagi jika  kor-

ban dan persembahan itu sudah dihapuskan nanti. Korban-korban 

itu yaitu  kekejian, 

1. jika  dipersembahkan oleh orang-orang fasik yang, sesuai de-

ngan maksud dan arti sesungguhnya dari korban itu, tidak ber-

tobat dari dosa-dosa mereka, mematikan hawa nafsu mereka, dan 

memperbaiki hidup mereka. Kain membawa persembahannya. 

Orang fasik sekalipun bisa didapati menjalankan ibadah-ibadah 

agama secara lahiriah. Banyak orang dengan bebas bisa memberi-

kan kepada Allah hewan ternak mereka, bibir mereka, dan lutut 

mereka, namun mereka tidak mau memberikan hati mereka ke-

pada-Nya. Orang-orang Farisi pun memberikan amal sedekah. 

namun  jika  orang yang memberikan persembahan itu merupa-

kan kekejian, sebagaimana halnya semua orang fasik bagi Allah, 

maka ibadahnya pun tidak bisa tidak merupakan kekejian pula. 

Sekalipun ia mempersembahkannya dengan rajin. Begitu sebagian 

orang membaca bagian akhir dari ayat itu. Meskipun korban-kor-

ban bakaran mereka tetap ada di hadapan Allah (Mzm. 50:8), na-

mun semua itu yaitu  kekejian bagi-Nya. 

2. Jauh terlebih lagi jika  korban-korban itu dipersembahkan de-

ngan maksud jahat, jika  korban-korban mereka dibuat bukan 

hanya sesuai dengan, melainkan juga untuk melayani, kefasikan 

mereka, seperti sumpah Absalom, puasa Izebel, dan doa yang 

panjang-panjang dari kaum Farisi. jika  orang memamer-

mamerkan ibadah mereka, agar mereka bisa dengan lebih mudah 

dan lebih berhasil menjalankan suatu rancangan yang penuh de-

ngan ketamakan atau kebencian, jika  kekudusan hanya pura-

pura dijalankan, namun  suatu kefasikan diniatkan, maka terutama 

pada saat itulah ibadah mereka merupakan kekejian (Yes. 66:5). 

28 Saksi bohong akan binasa, namun  orang yang mendengarkan akan tetap 

berbicara. 

Inilah: 

1. Hukuman bagi saksi bohong. Orang yang,   sebab  suka kepada 

satu pihak atau benci kepada pihak lain, menyodorkan bukti pal-

su, atau membuat pernyataan tertulis yang diketahuinya salah, 

atau setidak-tidaknya tidak diketahuinya apakah itu benar, maka 

jika itu terungkap, nama baiknya akan hancur. Orang mungkin 

saja berdusta dalam kecerobohannya, namun  barangsiapa yang 

memberikan kesaksian palsu berarti melakukannya dengan se-

ngaja dan dengan kesungguhan hati, dan tidak bisa tidak, itu 

yaitu  dosa yang sudah melampaui batas, dan menghancurkan 

nama baik orang. namun , kalaupun ia tidak ketahuan, ia sendiri 

akan hancur. Balas dendam yang dikutuknya dari dirinya sendiri, 

saat  ia bersumpah palsu, akan datang menimpa dia. 

2. Pujian bagi orang yang bertindak sesuai dengan hati nurani: 

orang yang mendengarkan (yaitu, yang mematuhi) perintah Allah, 

yang berkata benar seorang kepada yang lain, yang tidak mem-

berikan kesaksian apa pun kecuali apa yang sudah didengar dan 

diketahuinya sebagai benar, akan tetap berbicara sesuai apa ada-

nya (yaitu, sesuai  dengan dirinya sendiri). Ia selalu mengatakan 

pernyataan yang sama. Ia berbicara in finem – sampai selesai. 

Orang akan memujinya dan mendengarkan semua yang dikata-

kannya. Ia berbicara sampai menang. Ia memenangkan perkara, 

sementara saksi bohong akan kalah. Ia akan berbicara sampai 

pada kekekalan. Apa yang benar akan tetap benar sampai selama-

lamanya. Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-

lamanya. 

29 Orang fasik bermuka tebal, namun  orang jujur mengatur jalannya. 

Inilah: 

1. Kelancangan dan kekurangajaran orang fasik: ia bermuka tebal. Ia 

memolesi mukanya dengan kuningan, agar mukanya tidak merah 

padam. Ia memolesinya dengan baja, agar ia tidak gemetar jika  

melakukan kejahatan-kejahatan besar. Ia menantang ancaman-

ancaman hukum dan bisikan-bisikan hati nuraninya sendiri, me-

nantang teguran-teguran firman dan sapaan-sapaan Pemelihara-

an ilahi. Ia mau menuruti keinginannya sendiri dan tidak seorang 

pun bisa menghalang-halanginya (Yes. 57:17). 

2. Kewaspadaan dan keberhati-hatian orang baik: namun  orang jujur, 

ia tidak berkata, apa yang akan kulakukan? Apa yang ingin kula-

kukan, itulah yang akan kulakukan. namun , apa yang harus aku 

lakukan? Apa yang dikehendaki Allah dariku? Apa yang menjadi 

kewajibanku? Apa yang bijaksana? Apa yang baik untuk mem-

bangun? Jadi, ia tidak memaksakan jalannya, namun  mengatur 

jalannya itu dengan peraturan yang aman dan pasti. 

30 Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat 

menandingi TUHAN. 31 Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, namun  ke-

menangan ada di tangan TUHAN. 

Sebagian umat manusia yang selalu sibuk dan merancang-rancang 

sesuatu di sini diarahkan, dalam semua keputusan dan tindakan 

mereka, untuk memandang Allah, dan untuk percaya, 

1. Bahwa yang melawan Allah pasti tidak akan berhasil, dan oleh 

sebab itu janganlah pernah mereka bertindak bertentangan de-

ngan Dia, tanpa mengindahkan perintah-perintah-Nya, atau ber-

lawanan dengan rancangan-rancangan-Nya. Walaupun mereka 

menyangka memiliki hikmat, pengertian, dan pertimbangan, dan 

mempunyai berbagai strategi dan negarawan-negarawan yang ter-

baik di pihak mereka, namun, jika itu menandingi TUHAN, maka 

itu tidak akan berhasil untuk waktu yang lama. Itu tidak akan 

menang pada akhirnya. Ia yang duduk di sorga menertawakan 

rancangan-rancangan manusia melawan Dia dan Yang diurapi-

Nya, dan Ia akan melaksanakan ketetapan-Nya kendati dengan 

rancangan-rancangan mereka itu (Mzm. 2:1-6). Orang-orang yang 

berperang melawan Allah sesungguhnya sedang menyiapkan aib 

dan kehancuran bagi diri mereka sendiri. Siapa saja yang berpe-

rang melawan Anak Domba, maka Anak Domba itu pasti akan 

mengalahkan mereka (Why. 17:14). 

2. Bahwa tidak mungkin ada keberhasilan tanpa Allah, dan oleh 

sebab itu sekali-kali jangan bertindak tanpa bergantung kepada-

Nya. Sekalipun perkaranya begitu baik, dan pelindung-pelindung-

nya begitu kuat, bijaksana, dan setia, dan sarana-sarana untuk 

menjalankannya serta untuk memenangkannya kemungkinan 

besar akan berhasil, tetap saja mereka harus mengakui Allah dan 

mengikutsertakan Dia bersama mereka. Sarana-sarana memang 

harus digunakan. Kuda harus diperlengkapi untuk hari peperang-

an, dan begitu pula dengan kaki. Mereka harus dipersenjatai dan 

didisiplinkan. Pada masa Salomo, bahkan raja-raja Israel sekali-

pun menggunakan kuda dalam peperangan, meskipun mereka 

dilarang untuk memperbanyak kuda-kuda mereka. namun , bagai-

manapun juga, kemenangan dan keselamatan ada di tangan 

TUHAN. Ia bisa menyelamatkan tanpa pasukan, namun  pasukan 

tidak bisa menyelamatkan tanpa Dia. Dan oleh sebab itu, Dialah 

yang harus dicari dan dipercayai untuk mendapat kemenangan, 

dan jika  kemenangan sudah diraih, Dialah yang harus menda-

pat segala kemuliaan. jika  kita sedang bersiap-siap untuk 

menghadapi hari peperangan, maka yang harus menjadi kepeduli-

an besar bagi kita yaitu  berusaha agar Allah menjadi Teman kita 

dan agar kita mendapatkan pertolongan-Nya.   

  

 


1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih 

baik dari pada perak dan emas.  

Di sini ada  dua hal yang lebih berharga dan yang seharusnya 

lebih kita ingini dibandingkan  kekayaan besar:  

1. Dipuji-puji: Nama (yaitu nama baik, yang berhubungan dengan 

hal-hal yang baik di mata Allah dan orang-orang baik) lebih ber-

harga dari pada kekayaan besar. Yakni, kita harus lebih berhati-

hati saat  melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan nama 

baik bagi kita dan mempertahankan nama baik itu, dibandingkan  me-

lakukan hal-hal yang bisa mendatangkan dan menambah harta 

benda. Kekayaan besar menuntut perhatian yang besar, mem-

bawa orang rentan terhadap bahaya dan sama sekali tidak mem-

buat orang menjadi lebih bernilai. Orang bebal dan penipu bisa 

memiliki kekayaan besar, namun  nama baik menjadikan seseorang 

tenteram dan aman. Nama baik menjadikan orang bijaksana dan 

jujur, mencerminkan kemuliaan Allah, dan memberi orang kesem-

patan yang lebih besar untuk berbuat baik. Dengan kekayaan 

besar kita bisa mencukupi kebutuhan jasmani orang lain. namun , 

dengan memiliki nama baik, kita bisa mendorong orang lain un-

tuk beribadah. 

2. Dikasihi, memperoleh penghargaan dan kasih sayang dari semua 

orang di sekitar kita. Ini lebih baik dibandingkan  perak dan emas. 

Kristus tidak memiliki baik perak maupun emas, namun  Ia makin 

dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk. 2:52). Melalui hal ini kita 

harus belajar untuk memandang kekayaan dunia ini dengan ke-

bencian yang kudus, bukan mencondongkan hati kita padanya, 

melainkan sebisa mungkin memikirkan semua yang manis dan 

sedap didengar (Fil. 4:8). 

2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah 

TUHAN. 

Perhatikan:  

1. Sang Pemelihara ilahi telah mengatur supaya sebagian di antara 

umat manusia kaya sedangkan yang lain miskin, dan mereka ber-

baur bersama di dalam warga . Yang membuat keduanya 

ialah Tuhan, baik yang menciptakan mereka maupun yang me-

nentukan nasib mereka. Orang besar di dunia harus mengakui 

Allah sebagai Penciptanya, dan ia juga berkewajiban untuk tun-

duk kepada-Nya seperti halnya orang yang paling hina. Orang 

yang paling miskin mendapat kehormatan untuk menjadi buatan 

tangan Allah seperti halnya orang besar. Bukankah mereka sekali-

an mempunyai satu Bapa? (Mal. 2:10; Ayb. 31:15). Allah menjadi-

kan sebagian orang kaya supaya mereka bermurah hati kepada 

yang miskin. Yang lainnya dijadikan-Nya miskin, supaya mereka 

bisa melayani yang kaya. Mereka saling membutuhkan (1Kor. 

12:21). Dia menjadikan beberapa orang miskin untuk melatih me-

reka bersabar, memiliki rasa cukup, dan bergantung pada Allah. 

Sedangkan yang lainnya dijadikan-Nya kaya untuk mengajari me-

reka bersyukur dan berderma kepada orang lain. Bahkan orang-

orang miskin selalu ada pada kita. Mereka tidak hentinya akan 

ada di dalam negeri itu, demikian pula dengan orang-orang kaya. 

2. Meskipun dalam banyak segi ada  jarak antara orang kaya 

dan orang miskin, namun dalam banyak hal mereka bertemu, 

khususnya di hadapan Tuhan, yang membuat mereka semua, dan 

tidak mengutamakan orang yang terkemuka dari pada orang kecil 

(Ayb. 34:19). Orang kaya dan orang miskin bertemu di muka peng-

adilan Allah. Semuanya jatuh ke bawah hukuman Allah, dikurung 

di bawah kekuasaan dosa, dan diperanakkan dalam kesalahan, 

baik yang kaya maupun yang miskin. Mereka bertemu di takhta 

kasih karunia Allah. Yang miskin diterima di sana seperti halnya 

yang kaya. Kristus yang sama, firman yang sama, Roh yang sama, 

dan perjanjian yang sama dinyatakan bagi mereka kedua-duanya. 

Ada sorga yang sama bagi orang-orang kudus, baik yang miskin 

maupun yang kaya. Lazarus duduk di pangkuan Abraham. Juga 

ada neraka yang sama bagi para pendosa, baik yang kaya mau-

pun yang miskin. Semuanya berdiri sama tinggi di hadapan Allah, 

seperti halnya saat  mereka berbaring sama rendah di dalam 

kubur. Di sana orang kecil dan orang besar sama. 

3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, namun  orang yang 

tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. 

Perhatikanlah:  

1. Gunanya hikmat dan pertimbangan: Orang bijak, dengan bantuan 

kebijakannya, akan bisa melihat malapetaka sebelum malapetaka 

itu datang, lalu bersembunyilah ia. Ia akan tahu saat  masuk ke 

dalam pencobaan, dan akan mengenakan baju zirahnya serta ber-

jaga-jaga. saat  awan berkumpul sebelum badai datang, ia meng-

indahkan peringatan itu, dan berlari pada nama Tuhan, menara-

nya yang kuat. Nuh mengetahui bahwa air bah akan datang, 

sedangkan Yusuf mengetahui bahwa kelaparan akan terjadi, dan 

mereka melakukan persiapan yang tepat. 

2. Akibat tindakan yang gegabah dan tidak disertai pertimbangan. 

Orang yang tak berpengalaman, yang mempercayai setiap perkata-

an yang menyesatkan mereka, tidak akan mempercayai siapa pun 

yang memperingatkan mereka. Dengan demikian, mereka berjalan 

terus, lalu kena celaka. Mereka menentang bahaya dosa, meski-

pun telah diberi tahu tentang apa yang menanti di ujung sana. 

Mereka melemparkan diri ke dalam kesukaran, meskipun telah 

diperingatkan baik-baik, dan mereka baru bertobat dari kebebal-

an mereka saat  sudah terlambat. Perhatikan contoh akan hal ini 

dalam Keluaran 9:20-21. Tidak ada yang lebih berbahaya bagi 

jiwa-jiwa yang berharga dibandingkan  saat  mereka tidak mengindah-

kan peringatan. 

4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN yaitu  kekayaan, kehor-

matan dan kehidupan. 

Perhatikanlah: 

1. Di mana sesungguhnya ada  ibadah – di dalam kerendahan 

hati dan takut akan Tuhan, yaitu jika kita hidup dengan rendah 

hati di hadapan Allah. Kita harus sedemikian menghormati ke-

agungan dan kekuasaan Allah sehingga menundukkan diri de-

ngan segala kerendahan hati pada perintah firman-Nya dan tun-

tunan yang ditetapkan Allah. Kita harus memandang diri kita 

begitu rendahnya sehingga berlaku rendah hati terhadap Allah 

dan sesama manusia. Di mana ada rasa takut akan Allah, di situ 

ada kerendahan hati. 

2. Apa yang akan kita peroleh melalui kerendahan hati dan takut 

akan Tuhan – kekayaan, kehormatan, penghiburan, dan umur 

panjang di dunia ini, sejauh itu baik menurut pandangan Allah. 

Setidaknya, kita akan mendapatkan kekayaan dan kehormatan 

rohani dalam perkenan Allah, janji-janji serta hak istimewa atas 

kovenan anugerah, dan pada akhirnya kehidupan kekal.

5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin 

memelihara diri menjauhi orang itu. 

Perhatikan:  

1. Jalan dosa menyusahkan serta berbahaya. Di jalan orang yang se-

rong hatinya, yaitu jalan yang bengkok, yang bertentangan dengan 

kehendak dan firman Allah, di situlah duri dan perangkap ada. Di 

situ ada duri penyesalan atas dosa yang pernah dilakukan serta 

perangkap yang menanti mereka untuk melakukan lebih banyak 

dosa lagi. Barangsiapa berbicara dan bertindak tanpa hati nurani, 

dia akan terhalang oleh kebebasan yang direka-rekanya sendiri 

dan tersiksa oleh kesenangan-kesenangannya sendiri. Orang-orang 

yang serong hatinya, yang cepat marah, mendatangkan kesukaran 

pada diri mereka sendiri di setiap langkah mereka. Segala sesuatu 

akan mengesalkan dan menjengkelkan orang yang suka kesal dan 

jengkel terhadap segala sesuatu. 

2. Jalan orang yang melakukan tugasnya aman dan tenteram. Siapa 

ingin memelihara diri, yang mengawasi hati dan jalannya baik-

baik, ia akan jauh dari duri dan perangkap itu,   sebab  jalannya 

rata dan menyenangkan. 

6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa 

tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. 

Di sini ada : 

1. Tugas besar yang dilimpahkan khususnya kepada para orangtua 

dan guru yang mengajar anak-anak, untuk mengajarkan hikmat, 

supaya hikmat itu tidak ikut mati bersama dengan mereka. 

Didiklah orang muda semasa mereka masih belum berpengalam-

an, untuk melindungi mereka dari dosa dan jebakan dosa. Didik-

lah mereka saat  mereka ada dalam usia belajar, untuk mem-

persiapkan mereka menjalankan hidup yang telah dirancangkan 

bagi mereka. Ajarlah mereka, perkenalkanlah kepada mereka, 

latihlah mereka menaatinya. Didiklah mereka seperti prajurit, 

yang diajar untuk menggunakan tangan mereka, bertindak sesuai 

kedudukan mereka, dan mematuhi perintah. Didiklah mereka, 

bukan menurut jalan yang mereka kehendaki (  sebab  hati mereka 

yang jahat akan cenderung membelokkan mereka), melainkan 

menurut jalan yang patut bagi mereka, jalan yang akan kita anjur-

kan jika  kita mengasihi mereka. Didiklah orang muda menurut 

kemampuannya (demikianlah sebagian orang mengartikannya), 

dengan lembut, seperti pengasuh yang menyuapi anak-anak, 

sedikit-sedikit namun  sering (Ul. 6:7). 

2. Alasan yang baik untuk mendidik mereka, yaitu keuntungan luar 

biasa yang diperoleh sesudah  bersusah payah membesarkan anak-

anak. Pada masa mereka dewasa, pada masa tua mereka, 

diharapkan mereka tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. 

Sifat-sifat baik yang tertanam dalam diri mereka akan melekat se-

umur hidup mereka. Biasanya, pada bejana akan tertinggal aroma 

zat dari bumbu yang pertama kali dimasukkan ke dalamnya. Ba-

nyak orang sungguh telah menyimpang dari jalan baik yang 

diajarkan kepada mereka. Salomo sendiri melakukannya. Namun 

pengajaran di masa muda bisa menjadi sarana bagi mereka untuk 

memulihkan diri, seperti yang diperkirakan terjadi pada Salomo. 

Setidaknya, orangtua akan terhibur   sebab  telah menunaikan 

tugas mereka dan telah menggunakan sarana tersebut. 

7 Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari 

yang menghutangi. 

Sebelumnya Salomo berkata (ay. 2), “Orang kaya dan orang miskin 

bertemu.” Namun di sini dia mendapati dan menunjukkan bahwa ada 

perbedaan besar dalam berbagai hal di dalam kehidupan ini,   sebab , 

1. Barangsiapa sedikit hartanya akan dikuasai oleh orang yang 

banyak hartanya,   sebab  yang miskin itu bergantung pada orang 

kaya. Mereka telah ditopang dan berharap untuk ditopang oleh 

orang kaya. Orang kaya menguasai orang miskin, dan sudah ter-

lalu sering orang kaya menjadi congkak dan kejam. Mereka tidak 

seperti Allah, yang meskipun besar, tidak merendahkan siapa 

pun. Sudah menjadi bagian dari penderitaan orang miskin bahwa 

mereka harus sadar dan siap untuk diinjak-injak. Mereka juga 

harus siap sebagai bagian dari kewajiban mereka untuk sebisa 

mungkin melayani orang-orang yang berbuat baik kepada mereka 

dan belajar bersyukur. 

2. Orang-orang yang lemah posisinya menyadari bahwa mereka sa-

ngat mengandalkan belas kasihan orang-orang yang tinggi kedu-

dukannya. Yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi. 

Orang yang berhutang memiliki kewajiban terhadap yang meng-

hutangi, dan terkadang harus memohon, “Sabarlah dahulu.” Oleh 

sebab itulah, bagian kebahagiaan yang dijanjikan kepada Israel 

ialah bahwa mereka akan memberi pinjaman dan tidak meminjam 

(Ul. 28:12). Jadi, kita harus berusaha sedemikian rupa supaya 

tidak berutang. Beberapa orang menjual kebebasan mereka demi 

memuaskan nafsu mereka akan kemewahan. 

8 Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat ama-

rahnya akan habis binasa. 

Perhatikan: 

1. Hasil yang diperoleh dengan cara yang jahat tidak akan berkem-

bang. Orang yang menabur kecurangan, yang berbuat tidak adil 

dan berharap agar perbuatannya itu berhasil, akan menuai ben-

cana. Apa yang diperolehnya tidak akan membawa kebaikan atau-

pun kepuasan baginya. Dia tidak akan menjumpai apa pun selain 

kekecewaan. Barangsiapa menciptakan masalah bagi orang lain 

hanya akan mendatangkan masalah bagi dirinya sendiri. Orang 

akan menuai apa yang ditaburnya. 

2. Kekuasaan yang disalahgunakan tidak akan bertahan lama. Jika 

tongkat kekuasaan berganti menjadi tongkat amarah, jika orang 

memerintah dengan nafsu dan bukannya dengan kebijaksanaan, 

dan lebih ingin melampiaskan dendam mereka sendiri dibandingkan  

mencari kesejahteraan orang banyak, maka tongkat kekuasaan itu 

akan habis binasa dan hancur, dan kekuasaan mereka tidak akan 

bisa membenarkan pelanggaran mereka (Yes. 10:24-25). 

9 Orang yang baik hati akan diberkati,   sebab  ia membagi rezekinya dengan 

si miskin. 

Di sini ada , 

1. Gambaran tentang orang yang murah hati. Dia memiliki hati yang 

baik (KJV: mata yang pemurah), berlawanan dengan orang yang 

kikir (KJV: mata yang jahat) (23:6) dan sama dengan mata yang 

baik (Mat. 6:22). Ia mencari-cari kepada siapa lagi ia bisa berbuat 

baik, selain kepada orang-orang yang menawarkan diri mereka. 

saat  melihat orang berkekurangan dan mengalami kesusahan, 

timbul belas kasihan dalam hatinya. Sambil memberikan sede-

kahnya, ia memberikan tatapan yang menyenangkan, sehingga 

sedekah itu semakin menyenangkan hati yang menerima. Dia juga 

memiliki tangan yang terbuka. Ia membagi rejekinya kepada orang-

orang yang membutuhkan. Rejekinya, yaitu rejeki yang seharusnya 

dinikmatinya sendiri. Dia lebih memilih berhemat dibandingkan  melihat 

orang miskin binasa   sebab  kekurangan. Namun demikian, ia tidak 

memberikan semua rejekinya, melainkan membagi rejekinya. Orang 

miskin mendapat bagian mereka bersama dengan keluarganya sen-

diri. 

2. Diberkatinya orang yang demikian. Keturunan orang miskin itu 

akan memberkatinya. Orang-orang yang ada di sekitarnya akan 

menyanjungnya, dan Allah sendiri akan memberkatinya, sebagai 

jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan orang baginya, dan ia akan 

diberkati. 

10 Usirlah si pencemooh, maka lenyaplah pertengkaran, dan akan berhentilah 

perbantahan dan cemooh. 

Perhatikanlah: 

1. Apa yang dilakukan si pencemooh. Dalam hal ini tersirat bahwa ia 

menabur pertengkaran dan mendatangkan celaka ke mana pun ia 

pergi. Banyak dari perbantahan dan pertengkaran yang meng-

ganggu ketenteraman orang-orang ditimbulkan oleh si penafsir 

yang jahat (demikian sebagian orang menafsirkan ayat ini), yang 

mengartikan segala sesuatu menjadi buruk. Pertengkaran dan 

perbantahan itu ditimbulkan oleh orang-orang yang merendahkan 

dan mentertawakan setiap orang yang menentang mereka. Mereka 

merasa bangga mempermainkan serta menyesatkan seluruh umat 

manusia. 

2. Apa yang harus diperbuat terhadap seorang pencemooh, dan tidak 

akan ditarik kembali. Usirlah dia dari warga mu, seperti Ismael 

yang diusir dari rumah Abraham, saat  ia memperolok Ishak. 

Siapa yang ingin mendatangkan kedamaian harus menyingkirkan 

si pencemooh. 

11 Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi 

sahabat raja. 

Di sini ada : 

1. Syarat-syarat mengenai orang yang terampil dan ahli, yang cocok 

untuk bekerja bagi orang banyak. Orang tersebut harus jujur, 

mencintai kesucian hati dan membenci segala ketidaksucian. Ia 

tidak hanya suci dari segala nafsu kedagingan, namun  juga dari 

segala tipu daya dan kepalsuan, dari segala rancangan yang jahat 

dan mementingkan diri sendiri. Ia berusaha membuktikan dirinya 

sebagai orang yang tulus, memiliki sifat yang adil dan benar, serta 

tidak lebih menyukai apa pun dibandingkan  menjaga supaya nurani-

nya tetap bersih dan bebas dari kesempatan untuk berbuat dosa. 

Dia juga harus bisa berbicara dengan perkataan yang baik, tidak 

bermulut-mulut manis dan melebih-lebihkan, namun  mengutara-

kan sikap dan perasaannya dengan pantas dan cerdas, dengan 

kata-kata yang baik dan sopan seperti rohnya. 

2. Kedudukan yang layak diterima oleh orang yang demikian. Jika ia 

bijaksana, baik, serta memahami kepentingannya sendiri dan rak-

yatnya, maka ia akan menjadi sahabat raja. Raja akan menjadi-

kannya anggota badan penasihatnya, seperti ada di antara para 

pegawai istana Daud, dan juga istana Salomo, yang disebut seba-

gai sahabat raja. Atau, di dalam setiap pekerjaan yang dilakukan-

nya, raja akan mendukungnya. Beberapa orang mengartikan raja 

di sini sebagai Raja di atas segala raja. Jika ia tidak berjiwa pe-

nipu, dan bicaranya selalu menyenangkan, maka Allah akan men-

jadi sahabatnya. Mesias, Sang Raja, akan menjadi sahabatnya. 

Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. 

12 Mata TUHAN menjaga pengetahuan, namun  Ia membatalkan perkataan si 

pengkhianat. 

Di sini ada : 

1. Bagaimana Allah menjaga pengetahuan dengan saksama, yaitu 

memelihara agama di dunia dengan cara memelihara pengetahu-

an tentang diri-Nya sendiri serta pengetahuan tentang yang baik 

dan yang jahat di tengah umat manusia, meskipun manusia su-

dah rusak dan Iblis berusaha membutakan pikiran manusia dan 

menghalangi mereka untuk mengenal Allah. Hal ini merupakan 

contoh yang luar biasa tentang kuasa dan kebaikan mata Tuhan, 

yaitu pemeliharaan Allah yang penuh kewaspadaan. Dia menjaga 

orang-orang yang berpengetahuan, orang-orang yang bijaksana 

dan baik (2Taw. 16:9), khususnya para saksi yang setia, yang 

memperkatakan apa yang mereka ketahui. Allah melindungi dan 

menyejahterakan hidup orang-orang yang demikian. Dengan kasih 

karunia-Nya, Dia menjaga pengetahuan di dalam diri orang-orang 

yang demikian. Ia melindungi pekerjaan dan kepentingan-Nya di 

dalam diri mereka. Lihat Amsal 2:7-8. 

2. Pembalasan yang dilakukan Allah secara adil kepada mereka yang 

berbicara dan bertindak untuk menentang pengetahuan dan me-

nentang kepentingan pengetahuan serta agama di dunia: Dia 

membatalkan perkataan si pengkhianat, dan sebagai gantinya Ia 

menjaga pengetahuan. Ia menghancurkan semua pikiran dan ran-

cangan orang-orang yang palsu dan tidak dapat dipercaya, dan 

membuat mereka menjadi bingung sendiri. 

13 Si pemalas berkata: “Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan.” 

Perhatikan:  

1. Barangsiapa tidak mencintai pekerjaannya, tidak akan kekurang-

an alasan untuk mencampakkan pekerjaannya itu. Banyak orang 

hancur, baik tubuh maupun jiwanya, gara-gara kemalasan mere-

ka, namun masih ada saja alasan yang bisa mereka kemukakan 

untuk membela diri. Begitu cerdiknya orang membohong-bohongi 

jiwa mereka. Namun saat  semua kepura-puraan itu ditolak se-

bagai hal yang sia-sia dan tidak berguna, pada akhirnya siapa 

yang akan mendapatkan untung? 

2. Banyak orang takut menghadapi tugas penting gara-gara kesu-

karan yang dibayang-bayangkannya: Di luar, ada pekerjaan yang 

harus dilakukan oleh si pemalas di ladang, namun  ia membayang-

kan bahwa ada singa di sana. Ia berpura-pura tidak berani me-

nyusuri jalan   sebab  takut bertemu dengan seseorang atau sesua-

tu yang lain, yang lalu membunuhnya. Sebenarnya dia sendiri 

tidak berpikiran demikian. Dia hanya berkata begitu kepada orang 

yang memberinya tugas. Dia berbicara tentang singa di luar, namun  

tidak memikirkan bahaya sesungguhnya yang sedang datang dari 

si setan, yaitu si singa yang mengaum-aum, yang berada di ran-

jangnya, dan bahaya akibat kemalasannya, yang akan membunuh 

dia. 


14 Mulut wanita  jalang yaitu  lobang yang dalam; orang yang dimurkai 

TUHAN akan terperosok ke dalamnya. 

Amsal ini dirancang untuk memperingatkan semua orang muda ter-

hadap nafsu kenajisan. Jika mereka peduli dengan ketenteraman 

jiwa mereka, biarlah mereka waspada terhadap wanita  jalang, 

wanita  sundal, yang harus mereka jauhi. Mereka harus waspada 

terhadap mulut wanita  jalang, terhadap ciuman bibir mereka 

(7:13), terhadap perkataan yang keluar dari bibir mereka, terhadap 

daya pikat serta rayuan mereka. Waspyaitu  akan mereka, jangan 

berurusan sedikit pun dengan mereka,   sebab , 

1. Siapa yang menyerahkan diri kepada dosa itu membuktikan bah-

wa ia ditinggalkan Allah. Mereka yang terperosok ke lobang yang 

dalam dimurkai Tuhan, yang membiarkan mereka terjerumus ke 

dalam pencobaan tersebut. Ia mencabut kasih karunia-Nya yang 

melindungi, untuk menghukum mereka dengan dosa-dosa yang 

lain lagi. Janganlah berbangga diri jika engkau disukai oleh pe-

rempuan semacam itu,   sebab  itu mendatangkan murka Allah 

atas engkau. 

2. Siapa yang menyerahkan diri kepada dosa itu membuktikan bah-

wa ia ditinggalkan Allah. Mereka yang terperosok ke lobang yang 

dalam dimurkai Tuhan, yang membiarkan mereka terjerumus ke 

dalam pencobaan tersebut. Ia mencabut kasih karunia-Nya yang 

melindungi, untuk menghukum mereka dengan dosa-dosa yang 

lain lagi. Janganlah berbangga diri jika engkau disukai oleh perem-

puan semacam itu,   sebab  itu mendatangkan murka Allah atas 

engkau. 

15 Kebodohan melekat pada hati orang muda, namun  tongkat didikan akan 

mengusir itu dari padanya. 

Di sini ada  dua persoalan yang sangat menyedihkan: 

1. Bahwa kejahatan sudah tertenun di dalam sifat asal kita. Dosa 

yaitu  kebodohan. Dosa bertentangan baik dengan akal budi kita 

yang sehat maupun dengan kepentingan kita yang sesungguhnya. 

Dosa ada  di dalam hati. Ada suatu kecenderungan di dalam 

batin terhadap dosa, untuk berbicara dan melakukan tindakan 

yang bodoh. Dosa ada pada hati orang-orang muda. Mereka mem-

bawa serta dosa itu ke dalam dunia. Di dalam dosalah mereka di-

bentuk dan dikandung. Dosa tidak hanya didapati di dalam hati, 

namun  juga melekat di situ. Dosa menyatu dengan hati (seperti 

yang dikatakan sebagian orang). Suatu kecenderungan yang jahat 

melekat begitu erat pada jiwa, menempel padanya seperti tunas 

menempel pada batang di mana tunas itu dicangkokkan, yang 

sepenuhnya mengubah sifatnya. ada  suatu ikatan antara 

jiwa dan dosa, suatu ikatan cinta sejati. Keduanya menjadi satu 

daging. Itu terjadi di dalam diri kita, dan juga dalam diri anak-

anak kita, yang kita peranakkan menurut rupa dan gambar kita. 

Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohan ini. 

2. Bahwa diperlukan hajaran untuk memulihkan hati kita. Kejahatan 

tidak akan dilenyapkan dengan cara yang biasa-biasa saja atau

lembut. Harus ada tindakan tegas dan keras, dan itu menimbulkan 

rasa pedih. Anak-anak perlu dihajar dan didisiplinkan oleh orang-

tua mereka. Begitu pula, kita semua perlu dihajar oleh Bapa Sorga-

wi kita (Ibr. 12:6-7). Di bawah hajaran itu kita mengenyahkan 

kebodohan kita dan taat pada tongkat didikan-Nya itu. 


16 Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau mem-

beri hadiah kepada orang kaya, hanya merugikan diri saja. 

Ayat ini memperlihatkan cara-cara jahat seperti apa yang terkadang 

dilakukan oleh orang-orang kaya, yang pada akhirnya akan membuat 

mereka miskin dan membangkitkan kemarahan Allah untuk menjadi-

kan mereka berkekurangan, meskipun mereka berkelimpahan saat 

itu. Mereka menindas orang lemah dan memberi hadiah kepada orang 

kaya. 

1. Mereka tidak mau beramal dengan menolong orang miskin, namun  

justru menahan harta mereka dari orang miskin. Sangka mereka, 

mereka dapat menambah kekayaan mereka dengan tidak beramal, 

  sebab  sudah berhemat untuk sesuatu yang tidak perlu, sekali-

pun sebenarnya itulah yang terbaik. Sebaliknya, mereka malah 

hendak memberi hadiah-hadiah kepada orang kaya, dan menye-

diakan berbagai hiburan enak kepada mereka. Mereka melaku-

kannya dengan rasa bangga dan kemuliaan yang sia-sia, supaya 

mereka kelihatan hebat, atau dengan pemikiran bahwa mereka 

akan menerima imbalan yang lebih besar lagi dengan cara itu. 

Orang-orang seperti ini hanya akan merugikan diri saja. Banyak 

orang yang menjadi miskin gara-gara bersikap murah hati dengan 

cara yang bodoh. Padahal hal itu tidak akan terjadi jika mereka 

beramal dengan cara yang bijaksana. Kristus menyuruh kita 

mengundang orang miskin (Luk. 14:12-13). 

2. Tidak saja mereka enggan menolong orang lemah, namun  mereka 

juga menindas orang lemah, merampok yayasan amal, merampas 

dari para penyewa tanah dan tetangga mereka yang miskin, me-

langgar hak orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa untuk 

mempertahankan diri, kemudian menyuap orang kaya untuk me-

lindungi diri mereka dan mencari muka melalui perbuatan terse-

but. Namun itu semua sia-sia. Mereka hanya merugikan diri saja. 

Barangsiapa merampok Allah, dan dengan demikian menjadikan

 Ia sebagai musuh, tidak bisa menyelamatkan diri dengan cara 

memberi hadiah kepada orang kaya supaya orang kaya itu men-

jadi teman mereka. 

Perhatian yang Sungguh-sungguh  

Ditekankan Berulang-ulang  

17 Pasanglah telingamu dan dengarkanlah amsal-amsal orang bijak, berilah 

perhatian kepada pengetahuanku. 18   sebab  menyimpannya dalam hati akan 

menyenangkan bagimu, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu. 19 Supaya 

engkau menaruh kepercayaanmu kepada TUHAN, aku mengajarkannya ke-

padamu sekarang, ya kepadamu. 20 Bukankah aku telah menulisnya kepada-

mu dulu dengan nasihat dan pengetahuan, 21 untuk mengajarkan kepadamu 

apa yang benar dan sungguh, supaya engkau dapat memberikan jawaban 

yang tepat kepada yang menyuruh engkau. 

Di sini Salomo mengubah gaya dan cara bicaranya. Pada umumnya, 

sejak permulaan pasal 10 sampai sekarang, dia mengemukakan ke-

benaran-kebenaran pengajaran dan menambahkan imbauan di sana 

sini, untuk mengajak kita menerapkan kebenaran-kebenaran itu 

saat  kita terus membaca. Namun di sini, hingga akhir pasal 24, ia 

langsung berbicara kepada anaknya, muridnya, pembacanya, pen-

dengarnya, seolah-olah berbicara kepada seseorang secara pribadi. 

Sampai sekarang, setiap gagasannya dirangkum ke dalam satu ayat, 

namun  di sini umumnya gagasan itu dijabarkan lebih jauh. Perhati-

kanlah bagaimana Hikmat mencoba memakai bermacam-macam cara 

saat  berbicara dengan kita, supaya kita tidak bosan dengan cara 

mana pun yang dipakainya. Di sini digunakan metode berbicara se-

cara langsung, untuk menarik perhatian dan membantu kita mem-

praktikkannya. Hamba Tuhan tidak boleh beranggapan bahwa sudah 

cukup jika mereka berkhotbah di hadapan pendengar mereka. Ia 

harus berkhotbah kepada mereka. Ia juga tidak boleh merasa sudah 

cukup jika ia berkhotbah kepada mereka semua secara umum. Ia 

harus berbicara kepada mereka secara perorangan, seperti di sini: 

Engkau, kerjakanlah ini dan itu.  

Di sini ada : 

I. Sebuah seruan yang bersungguh-sungguh supaya kita mencari 

hikmat dan anugerah, dengan memperhatikan amsal-amsal orang 

bijak, baik yang ditulis maupun yang diperkatakan, dengan mem-

perhatikan perkataan para nabi dan imam, dan khususnya de-

ngan memperhatikan pengetahuan yang disampaikan Salomo di 

dalam kitab ini kepada umat manusia, tentang yang baik dan 

yang jahat, tentang dosa dan kewajiban, tentang upah dan hu-

kuman. Untuk mendengarkan amsal-amsal ini, untuk mendengar-

kan pengetahuan ini, kita harus memasang telinga dengan rendah 

hati dan perhatian yang sungguh-sungguh, dan menerapkannya 

dengan hati di dalam iman, kasih dan pertimbangan yang saksama. 

Telinga tidak akan berguna tanpa hati. 

II. Alasan yang memperkuat seruan ini.  

Perhatikanlah: 

1. Nilai dan bobot dari pengetahuan akan hal-hal yang disam-

paikan Salomo kepada kita dalam kitab ini. Hal-hal tersebut 

bukanlah perkara remeh, bukan bertujuan untuk sekadar 

menghibur atau menarik perhatian. Perkataan ini juga bukan 

pepatah yang lucu, yang disampaikan untuk diceritakan kem-

bali sebagai bahan lelucon dan untuk mengisi waktu. Bukan. 

Perkataan ini merupakan hal-hal yang sangat baik, yang 

berkaitan dengan kemuliaan Allah, kekudusan dan kebahagia-

an jiwa kita, kesejahteraan umat manusia dan semua orang. 

Perkataan ini merupakan hal-hal yang luar biasa mulia (demi-

kianlah arti kata itu), yang cocok diucapkan oleh para raja dan 

didengar oleh para pejabat negara. Hal-hal tersebut berkaitan 

dengan nasihat dan pengetahuan, yaitu nasihat bijak yang 

berkenaan dengan hal-hal yang paling penting, yang tidak saja 

akan membuat kita mengenal diri kita sendiri, namun  juga me-

mampukan kita untuk menasihati orang lain. 

2. Betapa jelasnya hal-hal ini dikemukakan dan diajarkan ke-

pada kita secara terperinci. “Perkataan ini diajarkan: diajarkan 

di muka umum, supaya semua orang bisa membacanya. Di-

ajarkan secara sederhana, supaya orang yang sedang berlari 

pun bisa membacanya. Diajarkan sekarang secara lebih leng-

kap dibandingkan  yang pernah diajarkan sebelumnya, pada masa 

di mana terang dan pengetahuan ada, diajarkan kepadamu 

pada hari ini juga. Tapi hanya tinggal sedikit waktu lagi terang 

itu ada padamu. Jika engkau tidak memanfaatkan masa seka-

rang saat  hal-hal ini diajarkan kepadamu, maka mungkin 

sebelum esok tiba, hal-hal itu tersembunyi dari matamu. 

Perkataan ini ditulis supaya lebih meyakinkan lagi, dan supaya 

perkataan ini bisa diterima dan bisa diturunkan kepada anak 

cucu secara lebih murni dan utuh. Namun yang paling dite-

kankan di sini ialah bahwa perkataan itu diajarkan kepadamu, 

ya kepadamu, dan ditulis kepadamu, seolah itu yaitu  surat 

yang ditujukan kepadamu secara pribadi. Perkataan itu tepat 

bagimu dan bagi keadaanmu. Engkau bisa melihat wajahmu 

sendiri di dalam cermin ini. Perkataan itu ditujukan kepadamu, 

supaya menjadi peraturan untuk engkau ikuti, dan berdasarkan 

peraturan itulah engkau dihakimi.” Kita tidak bisa berkata se-

perti ini, “Semua perkataan itu baik, namun  tidak ada artinya 

bagi kami.” Tidak. Tak terbayangkan betapa perkataan-perkata-

an ini berbicara tentang hal-hal yang paling penting bagi kita. 

3. Betapa cocoknya perkataan ini bagi kita, baik untuk meng-

hibur kita maupun mendatangkan kehormatan bagi kita. 

(1) Jika kita menyimpannya di dalam hati, perkataan ini akan 

sangat menyenangkan bagi kita dan mendatangkan ke-

puasan yang melimpah (ay. 18): “Perkataan ini menyenang-

kan, dan akan selalu menghibur engkau, bila engkau me-

nyimpannya dalam hati. Jika engkau mencerna, memprak-

tikkan, dan menaatinya, dan menyerahkan diri ke dalam-

nya untuk dibentuk.” saat  seseorang menjalani ibadah 

  sebab  terpaksa saja, maka ibadahnya hanya di luar saja. 

Hanya orang-orang yang tunduk pada kekuatan ibadah 

dan mengerjakannya dengan sepenuh hati yang mendapat-

kan kesenangan dari ibadah kesalehannya (2:10). 

(2) Jika kita menggunakannya saat  sedang bercakap-cakap, 

maka perkataan itu akan sangat pantas untuk dipakai dan 

memberi kita nama baik, bila semuanya itu tersedia pada 

bibirmu. “Berbicaralah tentang hal-hal ini, dan perkataan-

mu akan keluar seperti dari dirimu sendiri. Selain itu, ka-

rena sesuai dengan sifatmu, engkau pantas untuk ber-

bicara. Engkau juga akan mendapatkan kesenangan saat  

mengucapkan hal-hal ini, juga saat  merenungkannya.” 

4. Keuntungan yang dihasilkan olehnya bagi kita. Hal-hal sangat 

baik yang ditulis Allah untuk kita tidak seperti perintah yang 

diberikan oleh seorang tuan kepada hambanya, yang seluruh-

nya bertujuan untuk mendatangkan keuntungan bagi sang 

tuan. Sebaliknya, hal-hal itu seperti pengajaran yang diberikan 

oleh seorang guru kepada muridnya, yang seluruhnya bertuju-

an untuk mendatangkan keuntungan bagi murid tersebut. 

Hal-hal ini harus kita simpan,   sebab  ditulis untuk kita,  

(1) Supaya kita memiliki keyakinan di dalam Dia serta perse-

kutuan dengan Dia. Supaya engkau menaruh kepercayaan-

mu kepada Tuhan (ay. 19). Kita tidak bisa percaya kepada 

Allah selain dengan jalan melakukan kewajiban kita. Oleh 

sebab itu kita diajar tentang kewajiban kita, supaya kita 

mempunyai alasan untuk percaya kepada Tuhan. Bahkan 

bukan itu saja, kewajiban yang diajarkan ini merupakan 

salah satu kewajiban terbesar yang perlu kita pelajari, yang 

merupakan sebuah kewajiban yang menjadi dasar bagi 

seluruh ibadah agama, yaitu untuk menjalani hidup yang 

berkenan kepada Allah dan bergantung kepada-Nya. 

(2) Supaya kita memiliki kepastian di dalam pengertian kita: 

“Untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sung-

guh.  Supaya engkau mengetahui apa itu kebenaran, mam-

pu membedakan dengan jelas antara yang benar dan yang 

salah, dan mengetahui atas dasar apa engkau menerima 

dan mempercayai semua kebenaran tentang Allah.”  

Perhatikan: 

[1] Merupakan hal yang sangat diinginkan bukan hanya 

untuk mengetahui perkataan kebenaran itu, melainkan 

juga kepastian akan kebenaran itu sendiri. Dengan 

begitu, kita menjadi beriman dengan cerdas dan dengan 

akal sehat, dan bertumbuh dengan keyakinan penuh. 

[2] Cara untuk mengetahui kepastian akan perkataan kebe-

naran yaitu  dengan menyadari apa kewajiban kita. Ka-

rena, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia 

akan tahu bahwa ajaran itu berasal dari Allah (Yoh. 7:17). 

(3) Supaya kita dapat berguna dan siap melayani orang lain 

dengan mengajar mereka: “Supaya engkau dapat memberi-

kan penjelasan yang baik kepada orang yang diutus ke-

padamu  untuk meminta nasihat kepadamu sebagai orang 

bijak,” atau kepada yang menyuruh engkau, “yaitu yang 

mempekerjakan engkau sebagai utusan atau duta dalam 

hal apa saja.” Pengetahuan diberikan kepada kita untuk

 berbuat kebaikan, supaya orang lain dapat menyalakan pe-

lita mereka di atas kaki dian kita. Selain itu supaya melalui 

kedudukan kita, kita bisa melayani angkatan kita sesuai 

dengan kehendak Allah. Siapa yang penuh kesadaran hati 

nurani memelihara perintah-perintah Allah, ia bisa mem-

berikan pertanggungan jawab tentang pengharapan yang 

ada padanya dengan sebaik-baiknya. 

Peringatan Supaya Tidak Menindas yang Lemah  

22 Janganlah merampasi orang lemah,   sebab  ia lemah, dan janganlah meng-

injak-injak orang yang berkesusahan di pintu gerbang. 23 Sebab TUHAN mem-

bela perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka. 

sesudah  membaca pendahuluan yang bersungguh-sungguh ini, orang 

akan mengira akan mendapati sesuatu yang baru dan mengejutkan. 

namun , tidak demikianlah halnya. Di sini malah diberikan suatu peri-

ngatan yang biasa dan umum, namun  sangat penting, terhadap perbuat-

an yang biadab dan tidak manusiawi yakni menindas orang lemah.  

Perhatikan: 

I.   Dosa itu sendiri, yaitu merampasi orang lemah dan menjadikan 

mereka semakin lemah, mengambil harta orang yang hanya 

memiliki sedikit saja dan dengan demikian tidak menyisakan apa 

pun bagi mereka. Merampas yaitu  perbuatan yang jahat, siapa 

pun korbannya. namun , yang paling tidak masuk akal ialah me-

rampasi orang lemah, yang seharusnya justru kita tolong. yaitu  

tidak masuk akal untuk memeras mereka dengan kekuasaan kita, 

padahal seharusnya kita mengucurkan kemurahan hati kita 

kepada mereka. yaitu  tidaklah waras bila menginjak-injak orang 

yang berkesusahan, sehingga lebih menambah kesusahan mereka 

lagi. Juga yaitu  sesuatu yang aneh bila menghukum mereka, 

yang berarti berpihak kepada orang-orang yang merampok mere-

ka. Perbuatan itu sama jahatnya dengan jika  kita sendiri yang 

merampok mereka. Orang kaya tidak akan berdiam diri jika ada 

orang yang mencelakai mereka, namun  orang miskin tidak bisa 

membela diri. Oleh sebab itu kita harus lebih berhati-hati supaya 

tidak berbuat salah terhadap mereka. 

II.   Parahnya dosa menindas orang lemah itu. 

1. Jika kita tetap berkeras untuk merampasi mereka, padahal 

mereka tidak mampu membela diri   sebab  lemah, maka 

perbuatan kita itu sungguh lebih jahat lagi. Ini yang dimaksud 

dengan merampasi dari orang lemah   sebab  mereka lemah. 

Mengeruk keuntungan dari seseorang   sebab  ia tidak mampu 

bukan hanya suatu tindakan pengecut dan hina, melainkan 

juga tidak wajar, dan membuktikan bahwa manusia lebih 

jahat dibandingkan  binatang. 

2. Atau, jika perbuatan itu dilakukan dengan mengatasnamakan 

hukum dan keadilan, itu berarti menginjak-injak orang yang 

berkesusahan di pintu gerbang, di mana seharusnya mereka 

dilindungi dari kejahatan dan dibela dari orang-orang yang 

menginjak-injak mereka. 

III. Bahaya yang menyertai dosa ini. Barangsiapa merampas dan meng-

injak-injak orang yang lemah membahayakan dirinya sendiri, kare-

na, 

1. Orang yang ditindas akan mendapatkan perlindungan yang 

kuat dari Allah. Dia akan membela perkara mereka, dan tidak  

membiarkan mereka ditindas serta diinjak-injak. Jika tidak 

ada orang yang tampil untuk membela mereka, maka Allahlah 

yang akan melakukannya. 

2. Para penindas akan mendapatkan pembalasan yang adil dari-

Nya. Dia akan membalas mereka, dan akan mengambil nyawa 

orang yang merampasi mereka. Dia akan membalas mereka 

dengan penghukuman rohani, dengan mengutuk jiwa mereka. 

Barangsiapa merampasi orang lemah pada akhirnya akan 

membinasakan dirinya sendiri. 


24 Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan 

seorang pemarah, 25 supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah laku-

nya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri. 

Di sini ada : 

1. Suatu peringatan yang bagus supaya jangan menjadi akrab de-

ngan orang yang meledak-ledak. Aturan tentang persahabatan


 mengatakan bahwa kita akan menjadi satu dengan teman-teman 

kita dan siap melayani mereka. Oleh   sebab  itu kita harus bijak 

dan waspada dalam memilih teman, supaya kita tidak melakukan 

kebodohan dengan mengikatkan diri sepenuhnya kepada sese-

orang. Meskipun kita harus bersikap baik terhadap semua orang, 

kita harus waspada dengan siapa saja kita harus berteman dan 

menjalin keakraban. Di antara bermacam-macam orang, ada yang 

mudah dipanas-panasi, mudah tersinggung, dan cenderung suka 

membalas, yaitu orang yang saat  amarahnya bangkit tidak 

peduli lagi akan apa yang dikatakan atau dilakukannya, namun  

justru menjadi tak terkendali. Orang yang seperti itu tidak pantas 

dijadikan rekan atau teman,   sebab  dia akan selalu marah ke-

pada kita, dan itu akan menjadi masalah bagi kita. Ia akan meng-

harapkan supaya kita marah kepada orang lain, sama seperti 

dirinya, dan itu membuat kita akan menjadi berdosa. 

2. Alasan yang bagus di balik peringatan ini: supaya engkau jangan 

menjadi biasa dengan tingkah lakunya. Kita akan cenderung men-

jadi mirip dengan siapa kita bergaul. Hati kita yang jahat begitu 

mudah terbakar, sehingga berbahaya jika kita bergaul dengan 

orang yang amarahnya meledak-