per rkataan
terlarang yang keluar dari pintu bibir mereka, tidak ada perkataan
kotor. Dengan senantiasa mengawasi perkataan kita, kita akan
mencegah banyak sekali kejahatan yang biasanya diperbuat oleh
orang-orang yang lidahnya tidak dikekang. Jagalah hatimu, maka
ia akan menjaga lidahmu dari dosa. Jagalah lidahmu, maka ia
akan menjaga hatimu dari kesulitan.
24 Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku
dengan keangkuhan yang tak terhingga.
Lihatlah di sini jahatnya kesombongan dan keangkuhan.
1. Kesombongan membuka jalan bagi manusia untuk berbuat dosa.
Kesombongan membuat mereka lekas marah, dan menyalakan di
dalam diri mereka api keangkuhan yang tak terhingga. Mereka
senantiasa dibakar dalam nyala api itu, seolah-olah sudah men-
jadi pekerjaan mereka untuk marah, dan tidak ada yang mereka
kerjakan selain bertukar kemarahan dan perkataan pahit dengan
orang lain. Sebagian besar murka yang membakar roh dan perse-
kutuan manusia yaitu murka keangkuhan yang tak terhingga.
Manusia tidak bisa tahan terhadap penghinaan terkecil sekalipun,
atau bila dihalang-halangi dan dilawan. Mereka pasti akan ter-
singgung, bahkan, mereka akan segera marah besar. Kesombong-
an juga membuat mereka mudah mencemooh saat marah, sa-
ngat kasar dengan lidah mereka, bersikap kurang ajar terhadap
orang-orang yang berkedudukan di atas mereka, dan angkuh ter-
hadap semua orang di sekitar mereka. Hanya dengan keangkuhan
semua ini terjadi.
2. Keangkuhan membuat orang mudah tertimpa aib. Mereka menda-
pat nama buruk sebab nya, dan semua orang menyebut mereka
sebagai orang yang kurang ajar dan sombong. Oleh sebab itu tidak
ada orang yang mau berurusan dengan mereka dalam urusan apa
saja. Jika orang peduli terhadap nama baik mereka dan terhadap
kehormatan pekerjaan mereka, maka mereka pasti tidak akan
memanjakan keangkuhan dan amarah mereka sebagaimana yang
diperbuat orang-orang sombong. Keangkuhan dan amarah akan
merusakkan nama baik dan pekerjaan mereka.
25 Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, sebab tangannya enggan bekerja.
26 Keinginan bernafsu sepanjang hari, namun orang benar memberi tanpa
batas.
Di sini kita mendapati,
1. Kesengsaraan-kesengsaraan si pemalas, yang tangannya enggan
mengerjakan pekerjaan yang jujur, yang dengannya ia bisa men-
dapat penghidupan yang jujur. Mereka sama layaknya untuk be-
kerja seperti orang-orang lain, dan pekerjaan pun datang sendiri
menawarkan diri kepada mereka, dan tangan mereka bisa menger-
jakannya serta otak mereka bisa memikirkannya. Namun, mereka
tidak mau melakukan itu. Bahkan, dengan bodohnya mereka ma-
sih mengira bahwa mereka sudah berbuat baik bagi diri mereka
sendiri. Lihat pasal 26:16. Jiwaku, beristirahatlah. namun , sesung-
guh-sungguhnya mereka menjadi musuh bagi diri mereka sendiri.
Sebab, selain kemalasan mereka membuat mereka kelaparan,
sebab mereka dibuat tidak mampu untuk mendapatkan kebu-
tuhan-kebutuhan pokok yang mereka perlukan, pada saat yang
sama keinginan-keinginan mereka pun menikam mereka. Meski-
pun tangan mereka enggan bekerja, hati mereka tidak berhenti
mengidam-idamkan kekayaan, kesenangan, dan kehormatan, pa-
dahal semua itu tidak dapat diperoleh tanpa bekerja. Keinginan-
keinginan mereka begitu membara dan tak terpuaskan. Mereka
bernafsu sepanjang hari, dan berteriak, berikan untukku, berikan
untukku. Mereka berharap agar semua orang berbuat sesuatu un-
tuk mereka, sementara mereka tidak mau berbuat apa-apa bagi
diri mereka sendiri, apalagi bagi orang lain. Nah, keinginan-ke-
inginan ini membunuh mereka. Keinginan-keinginan itu senantiasa
membuat mereka kesal, membuat mereka jengkel setengah mati,
dan mungkin membawa mereka ke jalan-jalan yang begitu berba-
haya untuk memuaskan hawa-hawa nafsu mereka, sehingga
mendorong mereka kepada akhir hidup yang belum waktunya.
Banyak orang yang harus mencari uang untuk mencukupi kebu-
tuhan jasmani, namun tidak mau bersusah payah untuk menda-
patkannya secara jujur, kini menjadi perampok-perampok di
jalan, dan itu telah membunuh mereka. Bagi orang-orang yang
malas dalam perkara-perkara yang menyangkut jiwa mereka, na-
mun mempunyai keingian-keinginan terhadap apa yang dapat
membawa kebahagiaan pada jiwa mereka sendiri, maka keingin-
an-keinginan mereka itu membunuh mereka. Keinginan-keinginan
itu akan memperberat hukuman mereka dan bersaksi melawan
mereka, sebab mereka sebenarnya sadar akan betapa berharga-
nya berkat-berkat rohani, namun mereka enggan melakukan kerja
keras yang dibutuhkan untuk mendapatkan berkat-berkat itu.
2. Segala kehormatan orang yang jujur dan rajin. Orang yang benar
dan tekun akan dipuaskan keinginannya, dan akan menikmati
bukan hanya kepuasan itu, melainkan juga kepuasan yang lebih
jauh dalam berbuat baik kepada orang lain. Si pemalas selalu
berhasrat dan membiarkan mulutnya ternganga untuk menerima,
namun orang benar selalu kenyang dan berusaha memberi. Dan,
lebih berbahagia memberi dari pada menerima. Mereka memberi
tanpa batas, memberi dengan bebas dan tidak mencela. Mereka
memberikan bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang,
dan tidak menyayangkannya sebab takut kekurangan.
27 Korban orang fasik yaitu kekejian, lebih-lebih kalau dipersembahkan de-
ngan maksud jahat.
Korban-korban persembahan yaitu ketetapan ilahi. sebab itu, apa-
bila korban-korban itu dipersembahkan di dalam iman, dan dengan
pertobatan dan pembaharuan diri, maka Allah sangat dimuliakan
olehnya dan amat bersuka dengannya. namun korban-korban itu
sering kali bukan saja tidak mendapat perkenan-Nya, namun malah
menjadi kekejian bagi Allah, dan Ia menyatakannya demikian. Hal ini
merupakan pertanda bahwa korban-korban itu tidak dikehendaki
untuk dipersembahkan bagi korban itu sendiri. Sebaliknya, ada hal-
hal yang lebih baik yang disediakan, dan terutama lagi jika kor-
ban dan persembahan itu sudah dihapuskan nanti. Korban-korban
itu yaitu kekejian,
1. jika dipersembahkan oleh orang-orang fasik yang, sesuai de-
ngan maksud dan arti sesungguhnya dari korban itu, tidak ber-
tobat dari dosa-dosa mereka, mematikan hawa nafsu mereka, dan
memperbaiki hidup mereka. Kain membawa persembahannya.
Orang fasik sekalipun bisa didapati menjalankan ibadah-ibadah
agama secara lahiriah. Banyak orang dengan bebas bisa memberi-
kan kepada Allah hewan ternak mereka, bibir mereka, dan lutut
mereka, namun mereka tidak mau memberikan hati mereka ke-
pada-Nya. Orang-orang Farisi pun memberikan amal sedekah.
namun jika orang yang memberikan persembahan itu merupa-
kan kekejian, sebagaimana halnya semua orang fasik bagi Allah,
maka ibadahnya pun tidak bisa tidak merupakan kekejian pula.
Sekalipun ia mempersembahkannya dengan rajin. Begitu sebagian
orang membaca bagian akhir dari ayat itu. Meskipun korban-kor-
ban bakaran mereka tetap ada di hadapan Allah (Mzm. 50:8), na-
mun semua itu yaitu kekejian bagi-Nya.
2. Jauh terlebih lagi jika korban-korban itu dipersembahkan de-
ngan maksud jahat, jika korban-korban mereka dibuat bukan
hanya sesuai dengan, melainkan juga untuk melayani, kefasikan
mereka, seperti sumpah Absalom, puasa Izebel, dan doa yang
panjang-panjang dari kaum Farisi. jika orang memamer-
mamerkan ibadah mereka, agar mereka bisa dengan lebih mudah
dan lebih berhasil menjalankan suatu rancangan yang penuh de-
ngan ketamakan atau kebencian, jika kekudusan hanya pura-
pura dijalankan, namun suatu kefasikan diniatkan, maka terutama
pada saat itulah ibadah mereka merupakan kekejian (Yes. 66:5).
28 Saksi bohong akan binasa, namun orang yang mendengarkan akan tetap
berbicara.
Inilah:
1. Hukuman bagi saksi bohong. Orang yang, sebab suka kepada
satu pihak atau benci kepada pihak lain, menyodorkan bukti pal-
su, atau membuat pernyataan tertulis yang diketahuinya salah,
atau setidak-tidaknya tidak diketahuinya apakah itu benar, maka
jika itu terungkap, nama baiknya akan hancur. Orang mungkin
saja berdusta dalam kecerobohannya, namun barangsiapa yang
memberikan kesaksian palsu berarti melakukannya dengan se-
ngaja dan dengan kesungguhan hati, dan tidak bisa tidak, itu
yaitu dosa yang sudah melampaui batas, dan menghancurkan
nama baik orang. namun , kalaupun ia tidak ketahuan, ia sendiri
akan hancur. Balas dendam yang dikutuknya dari dirinya sendiri,
saat ia bersumpah palsu, akan datang menimpa dia.
2. Pujian bagi orang yang bertindak sesuai dengan hati nurani:
orang yang mendengarkan (yaitu, yang mematuhi) perintah Allah,
yang berkata benar seorang kepada yang lain, yang tidak mem-
berikan kesaksian apa pun kecuali apa yang sudah didengar dan
diketahuinya sebagai benar, akan tetap berbicara sesuai apa ada-
nya (yaitu, sesuai dengan dirinya sendiri). Ia selalu mengatakan
pernyataan yang sama. Ia berbicara in finem sampai selesai.
Orang akan memujinya dan mendengarkan semua yang dikata-
kannya. Ia berbicara sampai menang. Ia memenangkan perkara,
sementara saksi bohong akan kalah. Ia akan berbicara sampai
pada kekekalan. Apa yang benar akan tetap benar sampai selama-
lamanya. Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-
lamanya.
29 Orang fasik bermuka tebal, namun orang jujur mengatur jalannya.
Inilah:
1. Kelancangan dan kekurangajaran orang fasik: ia bermuka tebal. Ia
memolesi mukanya dengan kuningan, agar mukanya tidak merah
padam. Ia memolesinya dengan baja, agar ia tidak gemetar jika
melakukan kejahatan-kejahatan besar. Ia menantang ancaman-
ancaman hukum dan bisikan-bisikan hati nuraninya sendiri, me-
nantang teguran-teguran firman dan sapaan-sapaan Pemelihara-
an ilahi. Ia mau menuruti keinginannya sendiri dan tidak seorang
pun bisa menghalang-halanginya (Yes. 57:17).
2. Kewaspadaan dan keberhati-hatian orang baik: namun orang jujur,
ia tidak berkata, apa yang akan kulakukan? Apa yang ingin kula-
kukan, itulah yang akan kulakukan. namun , apa yang harus aku
lakukan? Apa yang dikehendaki Allah dariku? Apa yang menjadi
kewajibanku? Apa yang bijaksana? Apa yang baik untuk mem-
bangun? Jadi, ia tidak memaksakan jalannya, namun mengatur
jalannya itu dengan peraturan yang aman dan pasti.
30 Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat
menandingi TUHAN. 31 Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, namun ke-
menangan ada di tangan TUHAN.
Sebagian umat manusia yang selalu sibuk dan merancang-rancang
sesuatu di sini diarahkan, dalam semua keputusan dan tindakan
mereka, untuk memandang Allah, dan untuk percaya,
1. Bahwa yang melawan Allah pasti tidak akan berhasil, dan oleh
sebab itu janganlah pernah mereka bertindak bertentangan de-
ngan Dia, tanpa mengindahkan perintah-perintah-Nya, atau ber-
lawanan dengan rancangan-rancangan-Nya. Walaupun mereka
menyangka memiliki hikmat, pengertian, dan pertimbangan, dan
mempunyai berbagai strategi dan negarawan-negarawan yang ter-
baik di pihak mereka, namun, jika itu menandingi TUHAN, maka
itu tidak akan berhasil untuk waktu yang lama. Itu tidak akan
menang pada akhirnya. Ia yang duduk di sorga menertawakan
rancangan-rancangan manusia melawan Dia dan Yang diurapi-
Nya, dan Ia akan melaksanakan ketetapan-Nya kendati dengan
rancangan-rancangan mereka itu (Mzm. 2:1-6). Orang-orang yang
berperang melawan Allah sesungguhnya sedang menyiapkan aib
dan kehancuran bagi diri mereka sendiri. Siapa saja yang berpe-
rang melawan Anak Domba, maka Anak Domba itu pasti akan
mengalahkan mereka (Why. 17:14).
2. Bahwa tidak mungkin ada keberhasilan tanpa Allah, dan oleh
sebab itu sekali-kali jangan bertindak tanpa bergantung kepada-
Nya. Sekalipun perkaranya begitu baik, dan pelindung-pelindung-
nya begitu kuat, bijaksana, dan setia, dan sarana-sarana untuk
menjalankannya serta untuk memenangkannya kemungkinan
besar akan berhasil, tetap saja mereka harus mengakui Allah dan
mengikutsertakan Dia bersama mereka. Sarana-sarana memang
harus digunakan. Kuda harus diperlengkapi untuk hari peperang-
an, dan begitu pula dengan kaki. Mereka harus dipersenjatai dan
didisiplinkan. Pada masa Salomo, bahkan raja-raja Israel sekali-
pun menggunakan kuda dalam peperangan, meskipun mereka
dilarang untuk memperbanyak kuda-kuda mereka. namun , bagai-
manapun juga, kemenangan dan keselamatan ada di tangan
TUHAN. Ia bisa menyelamatkan tanpa pasukan, namun pasukan
tidak bisa menyelamatkan tanpa Dia. Dan oleh sebab itu, Dialah
yang harus dicari dan dipercayai untuk mendapat kemenangan,
dan jika kemenangan sudah diraih, Dialah yang harus menda-
pat segala kemuliaan. jika kita sedang bersiap-siap untuk
menghadapi hari peperangan, maka yang harus menjadi kepeduli-
an besar bagi kita yaitu berusaha agar Allah menjadi Teman kita
dan agar kita mendapatkan pertolongan-Nya.
1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih
baik dari pada perak dan emas.
Di sini ada dua hal yang lebih berharga dan yang seharusnya
lebih kita ingini dibandingkan kekayaan besar:
1. Dipuji-puji: Nama (yaitu nama baik, yang berhubungan dengan
hal-hal yang baik di mata Allah dan orang-orang baik) lebih ber-
harga dari pada kekayaan besar. Yakni, kita harus lebih berhati-
hati saat melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan nama
baik bagi kita dan mempertahankan nama baik itu, dibandingkan me-
lakukan hal-hal yang bisa mendatangkan dan menambah harta
benda. Kekayaan besar menuntut perhatian yang besar, mem-
bawa orang rentan terhadap bahaya dan sama sekali tidak mem-
buat orang menjadi lebih bernilai. Orang bebal dan penipu bisa
memiliki kekayaan besar, namun nama baik menjadikan seseorang
tenteram dan aman. Nama baik menjadikan orang bijaksana dan
jujur, mencerminkan kemuliaan Allah, dan memberi orang kesem-
patan yang lebih besar untuk berbuat baik. Dengan kekayaan
besar kita bisa mencukupi kebutuhan jasmani orang lain. namun ,
dengan memiliki nama baik, kita bisa mendorong orang lain un-
tuk beribadah.
2. Dikasihi, memperoleh penghargaan dan kasih sayang dari semua
orang di sekitar kita. Ini lebih baik dibandingkan perak dan emas.
Kristus tidak memiliki baik perak maupun emas, namun Ia makin
dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk. 2:52). Melalui hal ini kita
harus belajar untuk memandang kekayaan dunia ini dengan ke-
bencian yang kudus, bukan mencondongkan hati kita padanya,
melainkan sebisa mungkin memikirkan semua yang manis dan
sedap didengar (Fil. 4:8).
2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah
TUHAN.
Perhatikan:
1. Sang Pemelihara ilahi telah mengatur supaya sebagian di antara
umat manusia kaya sedangkan yang lain miskin, dan mereka ber-
baur bersama di dalam warga . Yang membuat keduanya
ialah Tuhan, baik yang menciptakan mereka maupun yang me-
nentukan nasib mereka. Orang besar di dunia harus mengakui
Allah sebagai Penciptanya, dan ia juga berkewajiban untuk tun-
duk kepada-Nya seperti halnya orang yang paling hina. Orang
yang paling miskin mendapat kehormatan untuk menjadi buatan
tangan Allah seperti halnya orang besar. Bukankah mereka sekali-
an mempunyai satu Bapa? (Mal. 2:10; Ayb. 31:15). Allah menjadi-
kan sebagian orang kaya supaya mereka bermurah hati kepada
yang miskin. Yang lainnya dijadikan-Nya miskin, supaya mereka
bisa melayani yang kaya. Mereka saling membutuhkan (1Kor.
12:21). Dia menjadikan beberapa orang miskin untuk melatih me-
reka bersabar, memiliki rasa cukup, dan bergantung pada Allah.
Sedangkan yang lainnya dijadikan-Nya kaya untuk mengajari me-
reka bersyukur dan berderma kepada orang lain. Bahkan orang-
orang miskin selalu ada pada kita. Mereka tidak hentinya akan
ada di dalam negeri itu, demikian pula dengan orang-orang kaya.
2. Meskipun dalam banyak segi ada jarak antara orang kaya
dan orang miskin, namun dalam banyak hal mereka bertemu,
khususnya di hadapan Tuhan, yang membuat mereka semua, dan
tidak mengutamakan orang yang terkemuka dari pada orang kecil
(Ayb. 34:19). Orang kaya dan orang miskin bertemu di muka peng-
adilan Allah. Semuanya jatuh ke bawah hukuman Allah, dikurung
di bawah kekuasaan dosa, dan diperanakkan dalam kesalahan,
baik yang kaya maupun yang miskin. Mereka bertemu di takhta
kasih karunia Allah. Yang miskin diterima di sana seperti halnya
yang kaya. Kristus yang sama, firman yang sama, Roh yang sama,
dan perjanjian yang sama dinyatakan bagi mereka kedua-duanya.
Ada sorga yang sama bagi orang-orang kudus, baik yang miskin
maupun yang kaya. Lazarus duduk di pangkuan Abraham. Juga
ada neraka yang sama bagi para pendosa, baik yang kaya mau-
pun yang miskin. Semuanya berdiri sama tinggi di hadapan Allah,
seperti halnya saat mereka berbaring sama rendah di dalam
kubur. Di sana orang kecil dan orang besar sama.
3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, namun orang yang
tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.
Perhatikanlah:
1. Gunanya hikmat dan pertimbangan: Orang bijak, dengan bantuan
kebijakannya, akan bisa melihat malapetaka sebelum malapetaka
itu datang, lalu bersembunyilah ia. Ia akan tahu saat masuk ke
dalam pencobaan, dan akan mengenakan baju zirahnya serta ber-
jaga-jaga. saat awan berkumpul sebelum badai datang, ia meng-
indahkan peringatan itu, dan berlari pada nama Tuhan, menara-
nya yang kuat. Nuh mengetahui bahwa air bah akan datang,
sedangkan Yusuf mengetahui bahwa kelaparan akan terjadi, dan
mereka melakukan persiapan yang tepat.
2. Akibat tindakan yang gegabah dan tidak disertai pertimbangan.
Orang yang tak berpengalaman, yang mempercayai setiap perkata-
an yang menyesatkan mereka, tidak akan mempercayai siapa pun
yang memperingatkan mereka. Dengan demikian, mereka berjalan
terus, lalu kena celaka. Mereka menentang bahaya dosa, meski-
pun telah diberi tahu tentang apa yang menanti di ujung sana.
Mereka melemparkan diri ke dalam kesukaran, meskipun telah
diperingatkan baik-baik, dan mereka baru bertobat dari kebebal-
an mereka saat sudah terlambat. Perhatikan contoh akan hal ini
dalam Keluaran 9:20-21. Tidak ada yang lebih berbahaya bagi
jiwa-jiwa yang berharga dibandingkan saat mereka tidak mengindah-
kan peringatan.
4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN yaitu kekayaan, kehor-
matan dan kehidupan.
Perhatikanlah:
1. Di mana sesungguhnya ada ibadah di dalam kerendahan
hati dan takut akan Tuhan, yaitu jika kita hidup dengan rendah
hati di hadapan Allah. Kita harus sedemikian menghormati ke-
agungan dan kekuasaan Allah sehingga menundukkan diri de-
ngan segala kerendahan hati pada perintah firman-Nya dan tun-
tunan yang ditetapkan Allah. Kita harus memandang diri kita
begitu rendahnya sehingga berlaku rendah hati terhadap Allah
dan sesama manusia. Di mana ada rasa takut akan Allah, di situ
ada kerendahan hati.
2. Apa yang akan kita peroleh melalui kerendahan hati dan takut
akan Tuhan kekayaan, kehormatan, penghiburan, dan umur
panjang di dunia ini, sejauh itu baik menurut pandangan Allah.
Setidaknya, kita akan mendapatkan kekayaan dan kehormatan
rohani dalam perkenan Allah, janji-janji serta hak istimewa atas
kovenan anugerah, dan pada akhirnya kehidupan kekal.
5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin
memelihara diri menjauhi orang itu.
Perhatikan:
1. Jalan dosa menyusahkan serta berbahaya. Di jalan orang yang se-
rong hatinya, yaitu jalan yang bengkok, yang bertentangan dengan
kehendak dan firman Allah, di situlah duri dan perangkap ada. Di
situ ada duri penyesalan atas dosa yang pernah dilakukan serta
perangkap yang menanti mereka untuk melakukan lebih banyak
dosa lagi. Barangsiapa berbicara dan bertindak tanpa hati nurani,
dia akan terhalang oleh kebebasan yang direka-rekanya sendiri
dan tersiksa oleh kesenangan-kesenangannya sendiri. Orang-orang
yang serong hatinya, yang cepat marah, mendatangkan kesukaran
pada diri mereka sendiri di setiap langkah mereka. Segala sesuatu
akan mengesalkan dan menjengkelkan orang yang suka kesal dan
jengkel terhadap segala sesuatu.
2. Jalan orang yang melakukan tugasnya aman dan tenteram. Siapa
ingin memelihara diri, yang mengawasi hati dan jalannya baik-
baik, ia akan jauh dari duri dan perangkap itu, sebab jalannya
rata dan menyenangkan.
6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Di sini ada :
1. Tugas besar yang dilimpahkan khususnya kepada para orangtua
dan guru yang mengajar anak-anak, untuk mengajarkan hikmat,
supaya hikmat itu tidak ikut mati bersama dengan mereka.
Didiklah orang muda semasa mereka masih belum berpengalam-
an, untuk melindungi mereka dari dosa dan jebakan dosa. Didik-
lah mereka saat mereka ada dalam usia belajar, untuk mem-
persiapkan mereka menjalankan hidup yang telah dirancangkan
bagi mereka. Ajarlah mereka, perkenalkanlah kepada mereka,
latihlah mereka menaatinya. Didiklah mereka seperti prajurit,
yang diajar untuk menggunakan tangan mereka, bertindak sesuai
kedudukan mereka, dan mematuhi perintah. Didiklah mereka,
bukan menurut jalan yang mereka kehendaki ( sebab hati mereka
yang jahat akan cenderung membelokkan mereka), melainkan
menurut jalan yang patut bagi mereka, jalan yang akan kita anjur-
kan jika kita mengasihi mereka. Didiklah orang muda menurut
kemampuannya (demikianlah sebagian orang mengartikannya),
dengan lembut, seperti pengasuh yang menyuapi anak-anak,
sedikit-sedikit namun sering (Ul. 6:7).
2. Alasan yang baik untuk mendidik mereka, yaitu keuntungan luar
biasa yang diperoleh sesudah bersusah payah membesarkan anak-
anak. Pada masa mereka dewasa, pada masa tua mereka,
diharapkan mereka tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Sifat-sifat baik yang tertanam dalam diri mereka akan melekat se-
umur hidup mereka. Biasanya, pada bejana akan tertinggal aroma
zat dari bumbu yang pertama kali dimasukkan ke dalamnya. Ba-
nyak orang sungguh telah menyimpang dari jalan baik yang
diajarkan kepada mereka. Salomo sendiri melakukannya. Namun
pengajaran di masa muda bisa menjadi sarana bagi mereka untuk
memulihkan diri, seperti yang diperkirakan terjadi pada Salomo.
Setidaknya, orangtua akan terhibur sebab telah menunaikan
tugas mereka dan telah menggunakan sarana tersebut.
7 Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari
yang menghutangi.
Sebelumnya Salomo berkata (ay. 2), Orang kaya dan orang miskin
bertemu. Namun di sini dia mendapati dan menunjukkan bahwa ada
perbedaan besar dalam berbagai hal di dalam kehidupan ini, sebab ,
1. Barangsiapa sedikit hartanya akan dikuasai oleh orang yang
banyak hartanya, sebab yang miskin itu bergantung pada orang
kaya. Mereka telah ditopang dan berharap untuk ditopang oleh
orang kaya. Orang kaya menguasai orang miskin, dan sudah ter-
lalu sering orang kaya menjadi congkak dan kejam. Mereka tidak
seperti Allah, yang meskipun besar, tidak merendahkan siapa
pun. Sudah menjadi bagian dari penderitaan orang miskin bahwa
mereka harus sadar dan siap untuk diinjak-injak. Mereka juga
harus siap sebagai bagian dari kewajiban mereka untuk sebisa
mungkin melayani orang-orang yang berbuat baik kepada mereka
dan belajar bersyukur.
2. Orang-orang yang lemah posisinya menyadari bahwa mereka sa-
ngat mengandalkan belas kasihan orang-orang yang tinggi kedu-
dukannya. Yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.
Orang yang berhutang memiliki kewajiban terhadap yang meng-
hutangi, dan terkadang harus memohon, Sabarlah dahulu. Oleh
sebab itulah, bagian kebahagiaan yang dijanjikan kepada Israel
ialah bahwa mereka akan memberi pinjaman dan tidak meminjam
(Ul. 28:12). Jadi, kita harus berusaha sedemikian rupa supaya
tidak berutang. Beberapa orang menjual kebebasan mereka demi
memuaskan nafsu mereka akan kemewahan.
8 Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat ama-
rahnya akan habis binasa.
Perhatikan:
1. Hasil yang diperoleh dengan cara yang jahat tidak akan berkem-
bang. Orang yang menabur kecurangan, yang berbuat tidak adil
dan berharap agar perbuatannya itu berhasil, akan menuai ben-
cana. Apa yang diperolehnya tidak akan membawa kebaikan atau-
pun kepuasan baginya. Dia tidak akan menjumpai apa pun selain
kekecewaan. Barangsiapa menciptakan masalah bagi orang lain
hanya akan mendatangkan masalah bagi dirinya sendiri. Orang
akan menuai apa yang ditaburnya.
2. Kekuasaan yang disalahgunakan tidak akan bertahan lama. Jika
tongkat kekuasaan berganti menjadi tongkat amarah, jika orang
memerintah dengan nafsu dan bukannya dengan kebijaksanaan,
dan lebih ingin melampiaskan dendam mereka sendiri dibandingkan
mencari kesejahteraan orang banyak, maka tongkat kekuasaan itu
akan habis binasa dan hancur, dan kekuasaan mereka tidak akan
bisa membenarkan pelanggaran mereka (Yes. 10:24-25).
9 Orang yang baik hati akan diberkati, sebab ia membagi rezekinya dengan
si miskin.
Di sini ada ,
1. Gambaran tentang orang yang murah hati. Dia memiliki hati yang
baik (KJV: mata yang pemurah), berlawanan dengan orang yang
kikir (KJV: mata yang jahat) (23:6) dan sama dengan mata yang
baik (Mat. 6:22). Ia mencari-cari kepada siapa lagi ia bisa berbuat
baik, selain kepada orang-orang yang menawarkan diri mereka.
saat melihat orang berkekurangan dan mengalami kesusahan,
timbul belas kasihan dalam hatinya. Sambil memberikan sede-
kahnya, ia memberikan tatapan yang menyenangkan, sehingga
sedekah itu semakin menyenangkan hati yang menerima. Dia juga
memiliki tangan yang terbuka. Ia membagi rejekinya kepada orang-
orang yang membutuhkan. Rejekinya, yaitu rejeki yang seharusnya
dinikmatinya sendiri. Dia lebih memilih berhemat dibandingkan melihat
orang miskin binasa sebab kekurangan. Namun demikian, ia tidak
memberikan semua rejekinya, melainkan membagi rejekinya. Orang
miskin mendapat bagian mereka bersama dengan keluarganya sen-
diri.
2. Diberkatinya orang yang demikian. Keturunan orang miskin itu
akan memberkatinya. Orang-orang yang ada di sekitarnya akan
menyanjungnya, dan Allah sendiri akan memberkatinya, sebagai
jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan orang baginya, dan ia akan
diberkati.
10 Usirlah si pencemooh, maka lenyaplah pertengkaran, dan akan berhentilah
perbantahan dan cemooh.
Perhatikanlah:
1. Apa yang dilakukan si pencemooh. Dalam hal ini tersirat bahwa ia
menabur pertengkaran dan mendatangkan celaka ke mana pun ia
pergi. Banyak dari perbantahan dan pertengkaran yang meng-
ganggu ketenteraman orang-orang ditimbulkan oleh si penafsir
yang jahat (demikian sebagian orang menafsirkan ayat ini), yang
mengartikan segala sesuatu menjadi buruk. Pertengkaran dan
perbantahan itu ditimbulkan oleh orang-orang yang merendahkan
dan mentertawakan setiap orang yang menentang mereka. Mereka
merasa bangga mempermainkan serta menyesatkan seluruh umat
manusia.
2. Apa yang harus diperbuat terhadap seorang pencemooh, dan tidak
akan ditarik kembali. Usirlah dia dari warga mu, seperti Ismael
yang diusir dari rumah Abraham, saat ia memperolok Ishak.
Siapa yang ingin mendatangkan kedamaian harus menyingkirkan
si pencemooh.
11 Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi
sahabat raja.
Di sini ada :
1. Syarat-syarat mengenai orang yang terampil dan ahli, yang cocok
untuk bekerja bagi orang banyak. Orang tersebut harus jujur,
mencintai kesucian hati dan membenci segala ketidaksucian. Ia
tidak hanya suci dari segala nafsu kedagingan, namun juga dari
segala tipu daya dan kepalsuan, dari segala rancangan yang jahat
dan mementingkan diri sendiri. Ia berusaha membuktikan dirinya
sebagai orang yang tulus, memiliki sifat yang adil dan benar, serta
tidak lebih menyukai apa pun dibandingkan menjaga supaya nurani-
nya tetap bersih dan bebas dari kesempatan untuk berbuat dosa.
Dia juga harus bisa berbicara dengan perkataan yang baik, tidak
bermulut-mulut manis dan melebih-lebihkan, namun mengutara-
kan sikap dan perasaannya dengan pantas dan cerdas, dengan
kata-kata yang baik dan sopan seperti rohnya.
2. Kedudukan yang layak diterima oleh orang yang demikian. Jika ia
bijaksana, baik, serta memahami kepentingannya sendiri dan rak-
yatnya, maka ia akan menjadi sahabat raja. Raja akan menjadi-
kannya anggota badan penasihatnya, seperti ada di antara para
pegawai istana Daud, dan juga istana Salomo, yang disebut seba-
gai sahabat raja. Atau, di dalam setiap pekerjaan yang dilakukan-
nya, raja akan mendukungnya. Beberapa orang mengartikan raja
di sini sebagai Raja di atas segala raja. Jika ia tidak berjiwa pe-
nipu, dan bicaranya selalu menyenangkan, maka Allah akan men-
jadi sahabatnya. Mesias, Sang Raja, akan menjadi sahabatnya.
Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya.
12 Mata TUHAN menjaga pengetahuan, namun Ia membatalkan perkataan si
pengkhianat.
Di sini ada :
1. Bagaimana Allah menjaga pengetahuan dengan saksama, yaitu
memelihara agama di dunia dengan cara memelihara pengetahu-
an tentang diri-Nya sendiri serta pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat di tengah umat manusia, meskipun manusia su-
dah rusak dan Iblis berusaha membutakan pikiran manusia dan
menghalangi mereka untuk mengenal Allah. Hal ini merupakan
contoh yang luar biasa tentang kuasa dan kebaikan mata Tuhan,
yaitu pemeliharaan Allah yang penuh kewaspadaan. Dia menjaga
orang-orang yang berpengetahuan, orang-orang yang bijaksana
dan baik (2Taw. 16:9), khususnya para saksi yang setia, yang
memperkatakan apa yang mereka ketahui. Allah melindungi dan
menyejahterakan hidup orang-orang yang demikian. Dengan kasih
karunia-Nya, Dia menjaga pengetahuan di dalam diri orang-orang
yang demikian. Ia melindungi pekerjaan dan kepentingan-Nya di
dalam diri mereka. Lihat Amsal 2:7-8.
2. Pembalasan yang dilakukan Allah secara adil kepada mereka yang
berbicara dan bertindak untuk menentang pengetahuan dan me-
nentang kepentingan pengetahuan serta agama di dunia: Dia
membatalkan perkataan si pengkhianat, dan sebagai gantinya Ia
menjaga pengetahuan. Ia menghancurkan semua pikiran dan ran-
cangan orang-orang yang palsu dan tidak dapat dipercaya, dan
membuat mereka menjadi bingung sendiri.
13 Si pemalas berkata: Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan.
Perhatikan:
1. Barangsiapa tidak mencintai pekerjaannya, tidak akan kekurang-
an alasan untuk mencampakkan pekerjaannya itu. Banyak orang
hancur, baik tubuh maupun jiwanya, gara-gara kemalasan mere-
ka, namun masih ada saja alasan yang bisa mereka kemukakan
untuk membela diri. Begitu cerdiknya orang membohong-bohongi
jiwa mereka. Namun saat semua kepura-puraan itu ditolak se-
bagai hal yang sia-sia dan tidak berguna, pada akhirnya siapa
yang akan mendapatkan untung?
2. Banyak orang takut menghadapi tugas penting gara-gara kesu-
karan yang dibayang-bayangkannya: Di luar, ada pekerjaan yang
harus dilakukan oleh si pemalas di ladang, namun ia membayang-
kan bahwa ada singa di sana. Ia berpura-pura tidak berani me-
nyusuri jalan sebab takut bertemu dengan seseorang atau sesua-
tu yang lain, yang lalu membunuhnya. Sebenarnya dia sendiri
tidak berpikiran demikian. Dia hanya berkata begitu kepada orang
yang memberinya tugas. Dia berbicara tentang singa di luar, namun
tidak memikirkan bahaya sesungguhnya yang sedang datang dari
si setan, yaitu si singa yang mengaum-aum, yang berada di ran-
jangnya, dan bahaya akibat kemalasannya, yang akan membunuh
dia.
14 Mulut wanita jalang yaitu lobang yang dalam; orang yang dimurkai
TUHAN akan terperosok ke dalamnya.
Amsal ini dirancang untuk memperingatkan semua orang muda ter-
hadap nafsu kenajisan. Jika mereka peduli dengan ketenteraman
jiwa mereka, biarlah mereka waspada terhadap wanita jalang,
wanita sundal, yang harus mereka jauhi. Mereka harus waspada
terhadap mulut wanita jalang, terhadap ciuman bibir mereka
(7:13), terhadap perkataan yang keluar dari bibir mereka, terhadap
daya pikat serta rayuan mereka. Waspyaitu akan mereka, jangan
berurusan sedikit pun dengan mereka, sebab ,
1. Siapa yang menyerahkan diri kepada dosa itu membuktikan bah-
wa ia ditinggalkan Allah. Mereka yang terperosok ke lobang yang
dalam dimurkai Tuhan, yang membiarkan mereka terjerumus ke
dalam pencobaan tersebut. Ia mencabut kasih karunia-Nya yang
melindungi, untuk menghukum mereka dengan dosa-dosa yang
lain lagi. Janganlah berbangga diri jika engkau disukai oleh pe-
rempuan semacam itu, sebab itu mendatangkan murka Allah
atas engkau.
2. Siapa yang menyerahkan diri kepada dosa itu membuktikan bah-
wa ia ditinggalkan Allah. Mereka yang terperosok ke lobang yang
dalam dimurkai Tuhan, yang membiarkan mereka terjerumus ke
dalam pencobaan tersebut. Ia mencabut kasih karunia-Nya yang
melindungi, untuk menghukum mereka dengan dosa-dosa yang
lain lagi. Janganlah berbangga diri jika engkau disukai oleh perem-
puan semacam itu, sebab itu mendatangkan murka Allah atas
engkau.
15 Kebodohan melekat pada hati orang muda, namun tongkat didikan akan
mengusir itu dari padanya.
Di sini ada dua persoalan yang sangat menyedihkan:
1. Bahwa kejahatan sudah tertenun di dalam sifat asal kita. Dosa
yaitu kebodohan. Dosa bertentangan baik dengan akal budi kita
yang sehat maupun dengan kepentingan kita yang sesungguhnya.
Dosa ada di dalam hati. Ada suatu kecenderungan di dalam
batin terhadap dosa, untuk berbicara dan melakukan tindakan
yang bodoh. Dosa ada pada hati orang-orang muda. Mereka mem-
bawa serta dosa itu ke dalam dunia. Di dalam dosalah mereka di-
bentuk dan dikandung. Dosa tidak hanya didapati di dalam hati,
namun juga melekat di situ. Dosa menyatu dengan hati (seperti
yang dikatakan sebagian orang). Suatu kecenderungan yang jahat
melekat begitu erat pada jiwa, menempel padanya seperti tunas
menempel pada batang di mana tunas itu dicangkokkan, yang
sepenuhnya mengubah sifatnya. ada suatu ikatan antara
jiwa dan dosa, suatu ikatan cinta sejati. Keduanya menjadi satu
daging. Itu terjadi di dalam diri kita, dan juga dalam diri anak-
anak kita, yang kita peranakkan menurut rupa dan gambar kita.
Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohan ini.
2. Bahwa diperlukan hajaran untuk memulihkan hati kita. Kejahatan
tidak akan dilenyapkan dengan cara yang biasa-biasa saja atau
lembut. Harus ada tindakan tegas dan keras, dan itu menimbulkan
rasa pedih. Anak-anak perlu dihajar dan didisiplinkan oleh orang-
tua mereka. Begitu pula, kita semua perlu dihajar oleh Bapa Sorga-
wi kita (Ibr. 12:6-7). Di bawah hajaran itu kita mengenyahkan
kebodohan kita dan taat pada tongkat didikan-Nya itu.
16 Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau mem-
beri hadiah kepada orang kaya, hanya merugikan diri saja.
Ayat ini memperlihatkan cara-cara jahat seperti apa yang terkadang
dilakukan oleh orang-orang kaya, yang pada akhirnya akan membuat
mereka miskin dan membangkitkan kemarahan Allah untuk menjadi-
kan mereka berkekurangan, meskipun mereka berkelimpahan saat
itu. Mereka menindas orang lemah dan memberi hadiah kepada orang
kaya.
1. Mereka tidak mau beramal dengan menolong orang miskin, namun
justru menahan harta mereka dari orang miskin. Sangka mereka,
mereka dapat menambah kekayaan mereka dengan tidak beramal,
sebab sudah berhemat untuk sesuatu yang tidak perlu, sekali-
pun sebenarnya itulah yang terbaik. Sebaliknya, mereka malah
hendak memberi hadiah-hadiah kepada orang kaya, dan menye-
diakan berbagai hiburan enak kepada mereka. Mereka melaku-
kannya dengan rasa bangga dan kemuliaan yang sia-sia, supaya
mereka kelihatan hebat, atau dengan pemikiran bahwa mereka
akan menerima imbalan yang lebih besar lagi dengan cara itu.
Orang-orang seperti ini hanya akan merugikan diri saja. Banyak
orang yang menjadi miskin gara-gara bersikap murah hati dengan
cara yang bodoh. Padahal hal itu tidak akan terjadi jika mereka
beramal dengan cara yang bijaksana. Kristus menyuruh kita
mengundang orang miskin (Luk. 14:12-13).
2. Tidak saja mereka enggan menolong orang lemah, namun mereka
juga menindas orang lemah, merampok yayasan amal, merampas
dari para penyewa tanah dan tetangga mereka yang miskin, me-
langgar hak orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa untuk
mempertahankan diri, kemudian menyuap orang kaya untuk me-
lindungi diri mereka dan mencari muka melalui perbuatan terse-
but. Namun itu semua sia-sia. Mereka hanya merugikan diri saja.
Barangsiapa merampok Allah, dan dengan demikian menjadikan
Ia sebagai musuh, tidak bisa menyelamatkan diri dengan cara
memberi hadiah kepada orang kaya supaya orang kaya itu men-
jadi teman mereka.
Perhatian yang Sungguh-sungguh
Ditekankan Berulang-ulang
17 Pasanglah telingamu dan dengarkanlah amsal-amsal orang bijak, berilah
perhatian kepada pengetahuanku. 18 sebab menyimpannya dalam hati akan
menyenangkan bagimu, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu. 19 Supaya
engkau menaruh kepercayaanmu kepada TUHAN, aku mengajarkannya ke-
padamu sekarang, ya kepadamu. 20 Bukankah aku telah menulisnya kepada-
mu dulu dengan nasihat dan pengetahuan, 21 untuk mengajarkan kepadamu
apa yang benar dan sungguh, supaya engkau dapat memberikan jawaban
yang tepat kepada yang menyuruh engkau.
Di sini Salomo mengubah gaya dan cara bicaranya. Pada umumnya,
sejak permulaan pasal 10 sampai sekarang, dia mengemukakan ke-
benaran-kebenaran pengajaran dan menambahkan imbauan di sana
sini, untuk mengajak kita menerapkan kebenaran-kebenaran itu
saat kita terus membaca. Namun di sini, hingga akhir pasal 24, ia
langsung berbicara kepada anaknya, muridnya, pembacanya, pen-
dengarnya, seolah-olah berbicara kepada seseorang secara pribadi.
Sampai sekarang, setiap gagasannya dirangkum ke dalam satu ayat,
namun di sini umumnya gagasan itu dijabarkan lebih jauh. Perhati-
kanlah bagaimana Hikmat mencoba memakai bermacam-macam cara
saat berbicara dengan kita, supaya kita tidak bosan dengan cara
mana pun yang dipakainya. Di sini digunakan metode berbicara se-
cara langsung, untuk menarik perhatian dan membantu kita mem-
praktikkannya. Hamba Tuhan tidak boleh beranggapan bahwa sudah
cukup jika mereka berkhotbah di hadapan pendengar mereka. Ia
harus berkhotbah kepada mereka. Ia juga tidak boleh merasa sudah
cukup jika ia berkhotbah kepada mereka semua secara umum. Ia
harus berbicara kepada mereka secara perorangan, seperti di sini:
Engkau, kerjakanlah ini dan itu.
Di sini ada :
I. Sebuah seruan yang bersungguh-sungguh supaya kita mencari
hikmat dan anugerah, dengan memperhatikan amsal-amsal orang
bijak, baik yang ditulis maupun yang diperkatakan, dengan mem-
perhatikan perkataan para nabi dan imam, dan khususnya de-
ngan memperhatikan pengetahuan yang disampaikan Salomo di
dalam kitab ini kepada umat manusia, tentang yang baik dan
yang jahat, tentang dosa dan kewajiban, tentang upah dan hu-
kuman. Untuk mendengarkan amsal-amsal ini, untuk mendengar-
kan pengetahuan ini, kita harus memasang telinga dengan rendah
hati dan perhatian yang sungguh-sungguh, dan menerapkannya
dengan hati di dalam iman, kasih dan pertimbangan yang saksama.
Telinga tidak akan berguna tanpa hati.
II. Alasan yang memperkuat seruan ini.
Perhatikanlah:
1. Nilai dan bobot dari pengetahuan akan hal-hal yang disam-
paikan Salomo kepada kita dalam kitab ini. Hal-hal tersebut
bukanlah perkara remeh, bukan bertujuan untuk sekadar
menghibur atau menarik perhatian. Perkataan ini juga bukan
pepatah yang lucu, yang disampaikan untuk diceritakan kem-
bali sebagai bahan lelucon dan untuk mengisi waktu. Bukan.
Perkataan ini merupakan hal-hal yang sangat baik, yang
berkaitan dengan kemuliaan Allah, kekudusan dan kebahagia-
an jiwa kita, kesejahteraan umat manusia dan semua orang.
Perkataan ini merupakan hal-hal yang luar biasa mulia (demi-
kianlah arti kata itu), yang cocok diucapkan oleh para raja dan
didengar oleh para pejabat negara. Hal-hal tersebut berkaitan
dengan nasihat dan pengetahuan, yaitu nasihat bijak yang
berkenaan dengan hal-hal yang paling penting, yang tidak saja
akan membuat kita mengenal diri kita sendiri, namun juga me-
mampukan kita untuk menasihati orang lain.
2. Betapa jelasnya hal-hal ini dikemukakan dan diajarkan ke-
pada kita secara terperinci. Perkataan ini diajarkan: diajarkan
di muka umum, supaya semua orang bisa membacanya. Di-
ajarkan secara sederhana, supaya orang yang sedang berlari
pun bisa membacanya. Diajarkan sekarang secara lebih leng-
kap dibandingkan yang pernah diajarkan sebelumnya, pada masa
di mana terang dan pengetahuan ada, diajarkan kepadamu
pada hari ini juga. Tapi hanya tinggal sedikit waktu lagi terang
itu ada padamu. Jika engkau tidak memanfaatkan masa seka-
rang saat hal-hal ini diajarkan kepadamu, maka mungkin
sebelum esok tiba, hal-hal itu tersembunyi dari matamu.
Perkataan ini ditulis supaya lebih meyakinkan lagi, dan supaya
perkataan ini bisa diterima dan bisa diturunkan kepada anak
cucu secara lebih murni dan utuh. Namun yang paling dite-
kankan di sini ialah bahwa perkataan itu diajarkan kepadamu,
ya kepadamu, dan ditulis kepadamu, seolah itu yaitu surat
yang ditujukan kepadamu secara pribadi. Perkataan itu tepat
bagimu dan bagi keadaanmu. Engkau bisa melihat wajahmu
sendiri di dalam cermin ini. Perkataan itu ditujukan kepadamu,
supaya menjadi peraturan untuk engkau ikuti, dan berdasarkan
peraturan itulah engkau dihakimi. Kita tidak bisa berkata se-
perti ini, Semua perkataan itu baik, namun tidak ada artinya
bagi kami. Tidak. Tak terbayangkan betapa perkataan-perkata-
an ini berbicara tentang hal-hal yang paling penting bagi kita.
3. Betapa cocoknya perkataan ini bagi kita, baik untuk meng-
hibur kita maupun mendatangkan kehormatan bagi kita.
(1) Jika kita menyimpannya di dalam hati, perkataan ini akan
sangat menyenangkan bagi kita dan mendatangkan ke-
puasan yang melimpah (ay. 18): Perkataan ini menyenang-
kan, dan akan selalu menghibur engkau, bila engkau me-
nyimpannya dalam hati. Jika engkau mencerna, memprak-
tikkan, dan menaatinya, dan menyerahkan diri ke dalam-
nya untuk dibentuk. saat seseorang menjalani ibadah
sebab terpaksa saja, maka ibadahnya hanya di luar saja.
Hanya orang-orang yang tunduk pada kekuatan ibadah
dan mengerjakannya dengan sepenuh hati yang mendapat-
kan kesenangan dari ibadah kesalehannya (2:10).
(2) Jika kita menggunakannya saat sedang bercakap-cakap,
maka perkataan itu akan sangat pantas untuk dipakai dan
memberi kita nama baik, bila semuanya itu tersedia pada
bibirmu. Berbicaralah tentang hal-hal ini, dan perkataan-
mu akan keluar seperti dari dirimu sendiri. Selain itu, ka-
rena sesuai dengan sifatmu, engkau pantas untuk ber-
bicara. Engkau juga akan mendapatkan kesenangan saat
mengucapkan hal-hal ini, juga saat merenungkannya.
4. Keuntungan yang dihasilkan olehnya bagi kita. Hal-hal sangat
baik yang ditulis Allah untuk kita tidak seperti perintah yang
diberikan oleh seorang tuan kepada hambanya, yang seluruh-
nya bertujuan untuk mendatangkan keuntungan bagi sang
tuan. Sebaliknya, hal-hal itu seperti pengajaran yang diberikan
oleh seorang guru kepada muridnya, yang seluruhnya bertuju-
an untuk mendatangkan keuntungan bagi murid tersebut.
Hal-hal ini harus kita simpan, sebab ditulis untuk kita,
(1) Supaya kita memiliki keyakinan di dalam Dia serta perse-
kutuan dengan Dia. Supaya engkau menaruh kepercayaan-
mu kepada Tuhan (ay. 19). Kita tidak bisa percaya kepada
Allah selain dengan jalan melakukan kewajiban kita. Oleh
sebab itu kita diajar tentang kewajiban kita, supaya kita
mempunyai alasan untuk percaya kepada Tuhan. Bahkan
bukan itu saja, kewajiban yang diajarkan ini merupakan
salah satu kewajiban terbesar yang perlu kita pelajari, yang
merupakan sebuah kewajiban yang menjadi dasar bagi
seluruh ibadah agama, yaitu untuk menjalani hidup yang
berkenan kepada Allah dan bergantung kepada-Nya.
(2) Supaya kita memiliki kepastian di dalam pengertian kita:
Untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sung-
guh. Supaya engkau mengetahui apa itu kebenaran, mam-
pu membedakan dengan jelas antara yang benar dan yang
salah, dan mengetahui atas dasar apa engkau menerima
dan mempercayai semua kebenaran tentang Allah.
Perhatikan:
[1] Merupakan hal yang sangat diinginkan bukan hanya
untuk mengetahui perkataan kebenaran itu, melainkan
juga kepastian akan kebenaran itu sendiri. Dengan
begitu, kita menjadi beriman dengan cerdas dan dengan
akal sehat, dan bertumbuh dengan keyakinan penuh.
[2] Cara untuk mengetahui kepastian akan perkataan kebe-
naran yaitu dengan menyadari apa kewajiban kita. Ka-
rena, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia
akan tahu bahwa ajaran itu berasal dari Allah (Yoh. 7:17).
(3) Supaya kita dapat berguna dan siap melayani orang lain
dengan mengajar mereka: Supaya engkau dapat memberi-
kan penjelasan yang baik kepada orang yang diutus ke-
padamu untuk meminta nasihat kepadamu sebagai orang
bijak, atau kepada yang menyuruh engkau, yaitu yang
mempekerjakan engkau sebagai utusan atau duta dalam
hal apa saja. Pengetahuan diberikan kepada kita untuk
berbuat kebaikan, supaya orang lain dapat menyalakan pe-
lita mereka di atas kaki dian kita. Selain itu supaya melalui
kedudukan kita, kita bisa melayani angkatan kita sesuai
dengan kehendak Allah. Siapa yang penuh kesadaran hati
nurani memelihara perintah-perintah Allah, ia bisa mem-
berikan pertanggungan jawab tentang pengharapan yang
ada padanya dengan sebaik-baiknya.
Peringatan Supaya Tidak Menindas yang Lemah
22 Janganlah merampasi orang lemah, sebab ia lemah, dan janganlah meng-
injak-injak orang yang berkesusahan di pintu gerbang. 23 Sebab TUHAN mem-
bela perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka.
sesudah membaca pendahuluan yang bersungguh-sungguh ini, orang
akan mengira akan mendapati sesuatu yang baru dan mengejutkan.
namun , tidak demikianlah halnya. Di sini malah diberikan suatu peri-
ngatan yang biasa dan umum, namun sangat penting, terhadap perbuat-
an yang biadab dan tidak manusiawi yakni menindas orang lemah.
Perhatikan:
I. Dosa itu sendiri, yaitu merampasi orang lemah dan menjadikan
mereka semakin lemah, mengambil harta orang yang hanya
memiliki sedikit saja dan dengan demikian tidak menyisakan apa
pun bagi mereka. Merampas yaitu perbuatan yang jahat, siapa
pun korbannya. namun , yang paling tidak masuk akal ialah me-
rampasi orang lemah, yang seharusnya justru kita tolong. yaitu
tidak masuk akal untuk memeras mereka dengan kekuasaan kita,
padahal seharusnya kita mengucurkan kemurahan hati kita
kepada mereka. yaitu tidaklah waras bila menginjak-injak orang
yang berkesusahan, sehingga lebih menambah kesusahan mereka
lagi. Juga yaitu sesuatu yang aneh bila menghukum mereka,
yang berarti berpihak kepada orang-orang yang merampok mere-
ka. Perbuatan itu sama jahatnya dengan jika kita sendiri yang
merampok mereka. Orang kaya tidak akan berdiam diri jika ada
orang yang mencelakai mereka, namun orang miskin tidak bisa
membela diri. Oleh sebab itu kita harus lebih berhati-hati supaya
tidak berbuat salah terhadap mereka.
II. Parahnya dosa menindas orang lemah itu.
1. Jika kita tetap berkeras untuk merampasi mereka, padahal
mereka tidak mampu membela diri sebab lemah, maka
perbuatan kita itu sungguh lebih jahat lagi. Ini yang dimaksud
dengan merampasi dari orang lemah sebab mereka lemah.
Mengeruk keuntungan dari seseorang sebab ia tidak mampu
bukan hanya suatu tindakan pengecut dan hina, melainkan
juga tidak wajar, dan membuktikan bahwa manusia lebih
jahat dibandingkan binatang.
2. Atau, jika perbuatan itu dilakukan dengan mengatasnamakan
hukum dan keadilan, itu berarti menginjak-injak orang yang
berkesusahan di pintu gerbang, di mana seharusnya mereka
dilindungi dari kejahatan dan dibela dari orang-orang yang
menginjak-injak mereka.
III. Bahaya yang menyertai dosa ini. Barangsiapa merampas dan meng-
injak-injak orang yang lemah membahayakan dirinya sendiri, kare-
na,
1. Orang yang ditindas akan mendapatkan perlindungan yang
kuat dari Allah. Dia akan membela perkara mereka, dan tidak
membiarkan mereka ditindas serta diinjak-injak. Jika tidak
ada orang yang tampil untuk membela mereka, maka Allahlah
yang akan melakukannya.
2. Para penindas akan mendapatkan pembalasan yang adil dari-
Nya. Dia akan membalas mereka, dan akan mengambil nyawa
orang yang merampasi mereka. Dia akan membalas mereka
dengan penghukuman rohani, dengan mengutuk jiwa mereka.
Barangsiapa merampasi orang lemah pada akhirnya akan
membinasakan dirinya sendiri.
24 Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan
seorang pemarah, 25 supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah laku-
nya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.
Di sini ada :
1. Suatu peringatan yang bagus supaya jangan menjadi akrab de-
ngan orang yang meledak-ledak. Aturan tentang persahabatan
mengatakan bahwa kita akan menjadi satu dengan teman-teman
kita dan siap melayani mereka. Oleh sebab itu kita harus bijak
dan waspada dalam memilih teman, supaya kita tidak melakukan
kebodohan dengan mengikatkan diri sepenuhnya kepada sese-
orang. Meskipun kita harus bersikap baik terhadap semua orang,
kita harus waspada dengan siapa saja kita harus berteman dan
menjalin keakraban. Di antara bermacam-macam orang, ada yang
mudah dipanas-panasi, mudah tersinggung, dan cenderung suka
membalas, yaitu orang yang saat amarahnya bangkit tidak
peduli lagi akan apa yang dikatakan atau dilakukannya, namun
justru menjadi tak terkendali. Orang yang seperti itu tidak pantas
dijadikan rekan atau teman, sebab dia akan selalu marah ke-
pada kita, dan itu akan menjadi masalah bagi kita. Ia akan meng-
harapkan supaya kita marah kepada orang lain, sama seperti
dirinya, dan itu membuat kita akan menjadi berdosa.
2. Alasan yang bagus di balik peringatan ini: supaya engkau jangan
menjadi biasa dengan tingkah lakunya. Kita akan cenderung men-
jadi mirip dengan siapa kita bergaul. Hati kita yang jahat begitu
mudah terbakar, sehingga berbahaya jika kita bergaul dengan
orang yang amarahnya meledak-