Minggu, 29 Desember 2024

amsal 18


 dengan kata-kata yang indah berhasil menyusup dan diterima se-

bagai teman. Sungguh tidak tahu aturan orang-orang yang me-

nyampaikan cerita ke sana sini, yang menimbulkan kejahatan di 

antara para tetangga dan saudara, yang menaburkan iri hati ke 

dalam pikiran orang terhadap para penguasa mereka, terhadap 

hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, terhadap satu sama 

lain. Orang-orang seperti ini mengungkapkan rahasia-rahasia 

yang sudah dipercayakan kepada mereka atau yang mereka keta-

hui dengan cara tidak terpuji. Dengan berpura-pura menebak-

nebak pikiran dan maksud orang, mereka menceritakan hal-hal 

palsu tentang orang-orang itu. “Janganlah bergaul akrab dengan 

orang-orang seperti itu. Janganlah mendengarkan mereka jika  

mereka menyampaikan cerita-cerita mereka dan membocorkan 

rahasia-rahasia, sebab yakinlah bahwa mereka akan membocor-

kan rahasia-rahasiamu juga, dan menyampaikan cerita yang 

tidak-tidak tentang engkau.” 

2. Orang yang bocor mulut (KJV: penjilat – pen.), sebab biasanya me-

reka mengumpat. Jika orang datang menjilat kepadamu, memuji 

dan menyanjung-nyanjungmu, curigalah bahwa ia mempunyai 

maksud tertentu atas dirimu, dan waspyaitu . Ia akan mencari-

cari sesuatu pada dirimu untuk dipakainya mengarang-ngarang 

cerita buruk tentang engkau, dan mengatakannya kepada orang 

lain. Oleh sebab itu, janganlah engkau bergaul dengan orang yang 

bocor mulut. Orang gila pujian bila ia mau menaruh keyakinan 

terhadap seseorang dan mempercayakan kepadanya suatu raha-

sia atau pekerjaan hanya   sebab  orang itu menyanjung-nyanjung-

nya. 


20 Siapa mengutuki ayah atau ibunya, pelitanya akan padam pada waktu gelap. 

Inilah:  

1. Anak yang tidak patuh menjadi sangat jahat secara perlahan-

lahan. Ia mulai dengan merendahkan ayah dan ibunya, meremeh-

kan didikan-didikan mereka, membangkang terhadap perintah-

perintah mereka, dan marah terhadap teguran-teguran mereka. 

Kemudian, pada akhirnya ia sampai pada puncak kekurangajaran 

dan ketidaksalehannya hingga ia mengutuki mereka, dan menga-

ta-ngatai mereka dengan bahasa yang kasar dan menghina. Selain 

itu, ia juga berharap kejahatan menimpa kedua orang yang sudah 

menjadi sarana bagi keberadaannya, dan yang telah begitu ber-

susah payah mengasuhnya. Dan hal ini diperbuatnya dengan me-

nentang Allah dan hukum-Nya, yang membuat kejahatannya 

pantas diganjar dengan hukuman mati (Kel. 21:17; Mat. 15:4). 

Perbuatannya itu juga melanggar semua ikatan kewajiban, kasih 

sayang yang sudah sewajarnya, dan rasa terima kasih. 

2. Anak yang tidak patuh akan menjadi amat sengsara pada akhir-

nya: pelitanya akan padam pada waktu gelap. Segala kehormat-

annya akan hancur menjadi debu, dan ia akan kehilangan nama 

baiknya untuk selama-lamanya. Janganlah ia pernah berharap 

pikirannya akan damai atau terhibur sedikit pun, apalagi, berha-

rap untuk hidup makmur di dunia ini. Hari-harinya akan diper-

pendek, dan pelita hidupnya akan dipadamkan, sesuai dengan 

kebalikan dari janji atau perintah Allah yang kelima. Keluarganya 

akan binasa dan keturunannya akan menjadi kutuk baginya. Dan 

itu akan menjadi kehancurannya yang kekal. Pelita kebahagiaan-

nya akan padam di dalam kegelapan yang kelam (demikianlah arti 

kata yang digunakan di sini), bahkan kekelaman yang untuk 

selama-lamanya (Yud. 1:13; Mat. 22:13). 

21 Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati. 

Perhatikanlah: 

1. Mungkin saja bahwa harta kekayaan bisa meningkat secara tiba-

tiba. Ada orang yang akan menjadi kaya, entah dengan cara yang 

benar atau salah, yang berkata atau berbuat tanpa mengindah-

kan hati nurani asalkan mereka bisa mendapatkan uang dengan-

nya. Mereka ini akan menipu ayah mereka sendiri, jika itu bisa 

mereka lakukan, dan dengan cara yang kotor menyimpan serta 

menimbun apa yang mereka peroleh. Mereka enggan memberikan 

makanan yang secukupnya kepada diri mereka sendiri dan 

keluarga mereka, dan menganggap semua uang hilang percuma 

jika tidak dibelikan tanah atau ditabung dengan mendapat bunga. 

Dengan cara-cara seperti ini orang memang bisa bertambah kaya, 

bisa menjadi amat kaya, dalam waktu sebentar saja pada saat ia 

pertama kali memulai. 

2. Harta kekayaan yang meningkat secara tiba-tiba sering kali han-

cur secara tiba-tiba pula. Harta itu diperbanyak secara tergesa-

gesa, namun ,   sebab  tidak diperbanyak secara jujur, maka cepat 

matang cepat pula busuknya: akhirnya tidak diberkati Allah, dan 

jika Ia tidak memberkatinya, maka harta itu tidak bisa menghibur 

atau tahan lama. Dengan begitu, siapa yang memperolehnya akan 

menjadi orang bebal pada akhirnya. Lebih baik jika ia mengambil 

waktu dan membangun di atas dasar yang kokoh. 


22 Janganlah engkau berkata: “Aku akan membalas kejahatan,” nantikanlah 

TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau. 

Orang-orang yang hidup di dunia ini harus sadar bahwa mereka 

akan diperlakukan dengan jahat, dihina, dan ditimpakan kesulitan 

secara tidak adil, sebab kita berdiam di antara tanaman berduri. Nah, 

di sini kita diberi tahu apa yang harus kita lakukan jika  kita 

diperlakukan secara tidak adil. 

1. Kita tidak boleh membalas dendam sendiri, bahkan membayang-

kan untuk membalas dendam pun tidak boleh, atau meniatkan-

nya: “Janganlah engkau berkata, bahkan di dalam hati pun 

jangan, aku akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Jangan-

lah menghibur dirimu dengan membayangkan bahwa sekarang 

atau nanti engkau akan mendapat kesempatan untuk impas 

dengan orang itu. Jangan ingin membalas dendam atau meng-

harapkannya, apalagi bertekad untuk melakukannya, sekalipun 

luka itu masih baru dan kebenciannya teramat dalam. Jangan 

pernah berkata bahwa engkau akan melakukan suatu hal yang 

tidak bisa engkau minta kepada Allah dengan iman untuk mem-

bantumu, dan itu tidak dapat engkau lakukan jika engkau mem-

bayangkan ingin membalas dendam.” 

2. Kita harus mengarahkan hati kepada Allah, dan berserah kepada-

Nya untuk membela perkara kita, untuk mempertahankan hak 

kita, dan mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang 

berbuat salah kepada kita dengan cara dan jalan yang sedemikian 

rupa sehingga sesuai dengan apa yang dianggap-Nya pantas dan 

di dalam waktu-Nya sendiri: “Nantikanlah TUHAN, dan carilah 

perkenanan-Nya, turutilah kehendak-Nya. Ia tidak berkata bahwa 

Ia akan menghukum orang yang telah melukaimu (sebaliknya, Ia 

ingin agar engkau memaafkannya dan berdoa untuknya), namun  

bahwa Ia akan menyelamatkan engkau, dan itu sudah cukup. Ia 

akan melindungimu, sehingga dengan mengabaikan satu kejahat-

an engkau tidak akan (seperti yang pada umumnya ditakuti) mu-

dah ditimpa kejahatan lain. Bahkan, Ia akan memberi ganti rugi 

untukmu, untuk mengimbangi kesulitan yang sudah engkau 

alami dan untuk mendorong engkau agar terus bersabar.” Ini se-

perti yang diharapkan Daud saat  Simei mengutukinya (2Sam. 

16:12). 



23 Dua macam batu timbangan yaitu  kekejian bagi TUHAN, dan neraca 

serong itu tidak baik. 

Tujuan ayat ini sama dengan apa yang sudah dikatakan dalam ayat 20. 

1. Hal yang sama diulangi lagi di sini, sebab ini merupakan dosa 

yang dibenci Allah secara berlipat ganda (seperti halnya berbo-

hong, yang sifatnya sama dengan dosa ini, disebutkan sebanyak 

dua kali di antara tujuh hal yang dibenci Allah dalam pasal 6:17-

19). Dan ini mungkin   sebab  neraca yang serong merupakan dosa 

yang sangat sering dilakukan pada saat itu di Israel, sampai di-

anggap remeh seolah-olah tidak mendatangkan kerugian di da-

lamnya. Saat itu orang berdalih bahwa,   sebab  sudah sering kali 

diperbuat, tidak ada kegiatan jual beli tanpa neraca yang serong. 

2. Di sini ada tambahan, neraca serong itu tidak baik, untuk menun-

jukkan bahwa itu bukan hanya merupakan kekejian bagi Allah, 

namun  juga tidak menguntungkan bagi orang berdosa itu sendiri. 

Benar-benar tidak ada kebaikan yang bisa didapat dengannya, 

bahkan tawaran yang baik pun tidak akan datang, sebab tawaran 

yang dibuat dengan menipu pada akhirnya akan gagal. 

24 Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, namun  bagaimanakah manusia 

dapat mengerti jalan hidupnya? 

Di sini kita diajar bahwa dalam semua perkara, 

1. Kita perlu dan terus-menerus bergantung kepada Allah. Semua 

tindakan jasmani kita secara alamiah bergantung pada pemeli-

haraan-Nya, dan semua tindakan rohani kita bergantung pada 

anugerah-Nya. Orang yang terbaik tidak akan lebih baik melebihi 

keadaannya yang telah diciptakan oleh Allah baginya. Juga, setiap 

makhluk menjadi bagi kita seperti yang sudah seharusnya demi-

kian sesuai dengan kehendak Allah. Usaha-usaha kita akan ber-

hasil bukan seperti yang kita inginkan dan rancangkan, melain-

kan sebagaimana yang Allah arahkan dan tentukan. Bahkan 

langkah-langkah orang kuat sekalipun (begitu yang diartikan oleh 

kata ini) ditentukan oleh TUHAN, sebab kekuatannya akan men-

jadi kelemahan tanpa Allah, dan juga pertempuran tidak selalu 

tergantung pada orang kuat. 

2. Kita tidak bisa mengetahui sebelumnya kejadian-kejadian yang 

akan datang, dan oleh sebab itu kita tidak tahu bagaimana mera-

malkannya: bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidup-

nya? Bagaimana ia bisa tahu apa yang akan menimpanya, sebab 

ketetapan-ketetapan Allah yang menyangkut dia bersifat rahasia, 

dan oleh sebab itu bagaimana bisa dia merencanakan sendiri apa 

yang akan dilakukan tanpa bimbingan dari-Nya? Begitu sedikit 

kita memahami jalan kita sendiri sehingga kita tidak tahu apa 

yang baik bagi diri kita. Oleh sebab itu, kita harus melihat keku-

rangan sebagai suatu kebajikan, dan menyerahkan kepada Tuhan 

jalan kita, yang berada di dalam tangan-Nya, mengikuti bimbing-

an-Nya dan berserah kepada ketentuan Allah Sang Pemelihara. 

25 Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir mengatakan 

“Kudus”, dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar. 

Ada dua hal, yang dengannya Allah dibuat sangat murka, yang di sini 

dikatakan membuat manusia terjerat dan terlilit bukan hanya dalam 

kebersalahan, melainkan juga dalam kesulitan dan kehancuran pada 

akhirnya: 

1. Pencemaran terhadap hal yang kudus, yaitu manusia mengambil 

alih hal-hal yang kudus dan menggunakannya untuk kepentingan 

diri sendiri, yang di sini disebut melahapnya (KJV). Apa yang me-

mang sudah diabdikan dengan suatu cara tertentu untuk mela-

yani dan menghormati Allah, untuk mendukung agama dan pe-

nyembahan terhadap Allah, atau untuk meringankan beban kaum 

miskin, harus secara nurani dipelihara untuk tujuan-tujuan yang 

sudah dirancangkan tersebut.   sebab  itu, orang-orang yang seca-

ra langsung atau tidak langsung menggelapkannya, atau melen-

cengkannya dari tujuan yang semula ditetapkan, akan dimintai 

pertanggungjawaban yang besar. Bolehkah manusia menipu Allah 

mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus? 

(Mal. 3:8). Orang-orang yang menjalankan tugas-tugas keagamaan 

mereka secara tergesa-gesa (dalam berdoa dan berkhotbah) dan 

menuntaskannya secara terburu-buru,   sebab  tidak sabar ingin 

cepat selesai, bisa dikatakan melahap apa yang kudus. 

2. Melanggar kovenan. Suatu jerat bagi manusia, jika  ia sudah 

bernazar kepada Allah, untuk menimbang-nimbang bagaimana ia 

bisa mengelak atau dibebaskan darinya, dan mencari-cari alasan 

untuk melanggarnya. Jika isi nazarnya meragukan, dan ungkap-

an-ungkapannya bermakna ganda, itu kesalahannya sendiri. Se-

harusnya ia bernazar dengan lebih berhati-hati dan penuh pertim-

bangan, sebab hati nuraninya (jika itu lembut) akan dibuat sangat 

bingung, jika ia harus menimbang-nimbangnya sesudah ia berna-

zar (Pkh. 5:5). Sebab, jika  kita sudah membuka mulut kepada 

Tuhan, maka sudah terlambat untuk mundur kembali (Kis. 5:4). 

26 Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka 

berulang-ulang. 

Lihatlah di sini, 

1. Apa pekerjaan para hakim. Mereka harus menjadi kengerian bagi 

para pembuat kejahatan. Mereka harus menyerakkan orang-orang 

fasik (KJV), yang bersekongkol untuk membantu dan menyema-

ngati satu sama lain dalam berbuat jahat. Hal ini tidak bisa dila-

kukan kecuali dengan menggilas mereka berulang-ulang, maksud-

nya, menjalankan hukum-hukum melawan mereka, meremukkan 

kekuatan mereka, dan mengagalkan rencana-rencana mereka. 

Adakalanya kekerasan harus digunakan untuk mengusir dari 

negeri orang-orang yang secara terang-terangan berbuat keji dan 

jahat, yang bejat dan memperbejat. 

2. Apa persyaratan bagi para hakim yang penting dipenuhi untuk 

melakukan hal ini. Mereka harus saleh dan juga bijaksana, sebab 

raja yang bijaksanalah, yang beragama dan juga penuh pertim-

bangan, yang mungkin bisa menekan kekejian dan memperbarui 

perilaku. 

27 Roh manusia yaitu  pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya. 

Di sini kita mendapati martabat jiwa, jiwa yang agung pada manusia, 

terang yang menerangi setiap orang itu. 

1. Terang itu yaitu  terang ilahi. Terang itu yaitu  pelita TUHAN, 

pelita yang dinyalakannya, sebab nafas Yang Mahakuasalah yang 

memberi kita pengertian. Ia menciptakan roh dalam diri manusia. 

Dalam gambar dan rupa Allah-lah manusia diciptakan dengan 

dikaruniai pengetahuan. Hati nurani, indra yang mulia itu, yaitu  

wakil Allah di dalam jiwa. Hati nurani yaitu  pelita yang dinyala-

kan bukan hanya oleh Allah, melainkan juga untuk-Nya. Oleh 

sebab itu, Bapa segala roh disebut sebagai Bapa segala terang. 

2. Terang itu yaitu  terang yang memberikan penyingkapan. Dengan 

bantuan akal budi kita bisa mengenal orang, menilai sifat-sifat 

mereka, dan menyelami rancangan-rancangan mereka. Dengan 

bantuan hati nurani kita bisa mengenal diri kita sendiri. Roh 

manusia memiliki kesadaran diri (1Kor. 2:11). Ia menyelidiki se-

gala kecenderungan dan perasaan jiwa, memuji apa yang baik, 

mengecam apa yang sebaliknya, dan menghakimi pikiran-pikiran 

serta maksud-maksud hati. Inilah tugas, dan inilah kekuatan, 

dari hati nurani, yang oleh   sebab  itu kita berkepentingan untuk 

mengenalnya dengan benar dan membuatnya bersih dari pelang-

garan. 

28 Kasih dan setia melindungi raja, dan dengan kasih ia menopang takhtanya. 

Di sini kita mendapati, 

1. Keutamaan-keutamaan seorang raja. Keutamaan-keutamaan itu 

yaitu  kasih dan setia, terutama kasih, sebab kasih disebut seba-

nyak dua kali di sini. Ia secara ketat harus setia pada perkataan-

nya, harus tulus, dan membenci semua kepura-puraan. Ia harus 

menjalankan semua kepercayaan yang telah diberikan kepadanya 

sesuai aturan agama, dan harus mendukung serta menyokong 

kebenaran. Dia juga harus memerintah dengan ampunan, dan 

dengan semua perbuatan belas kasihannya ia mendapat simpati 

di hati rakyatnya. Kasih dan setia yaitu  kemuliaan takhta Allah, 

dan para raja disebut sebagai allah-allah. 

2. Keuntungan-keuntungan yang diperolehnya dengan berbuat 

demikian. Keutamaan-keutamaan ini akan menjaga pribadinya 

dan mendukung pemerintahannya, akan membuatnya tenang dan 

aman, dicintai oleh rakyatnya sendiri dan ditakuti oleh musuh-

musuhnya, itu pun kalau ia mempunyai musuh. 


29 Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban. 

Ini menunjukkan bahwa baik orang muda maupun orang tua mem-

punyai keuntungannya sendiri-sendiri, dan oleh sebab itu masing-

masing dari mereka, sesuai dengan kemampuan mereka, harus ber-

guna bagi warga , dan jangan ada yang saling merendahkan 

atau iri hati. 

1. Janganlah orang tua merendahkan orang muda, sebab orang 

muda kuat dan cocok untuk bertindak, mampu menjalankan pe-

kerjaan dan melewati kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat diha-

dapi oleh orang yang lanjut usia dan lemah. Hiasan orang muda 

ialah kekuatannya, asalkan mereka menggunakannya dengan 

baik (untuk melayani Tuhan dan bangsa mereka, dan bukan un-

tuk hawa nafsu mereka), dan tidak menyombongkan kekuatannya 

atau mengandalkannya semata-mata. 

2. Janganlah orang muda menghina orang tua, sebab mereka ber-

bobot, dan pantas dimintai nasihat, dan walaupun mereka tidak 

memiliki kekuatan yang dimiliki orang muda, mereka lebih ber-

hikmat dan berpengalaman. Juniores ad labores, seniores ad 

honores – Pekerjaan yaitu  untuk orang muda, sedangkan kehor-

matan yaitu  untuk orang yang lanjut usia. Allah telah menaruh 

kehormatan kepada orang tua. Sebab ubannya yaitu  keindah-

annya. Lihat Daniel 7:9.  

30 Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan member-

sihkan lubuk hati. 

Perhatikanlah: 

1. Banyak orang perlu ditegur dengan keras. Sebagian anak begitu 

keras kepala sehingga orangtua mereka tidak bisa membuat 

mereka baik tanpa memberikan hukuman yang keras. Sebagian 

penjahat harus merasakan ketatnya hukum dan keadilan masya-

rakat. Cara-cara yang lembut tidak akan berhasil dengan mereka. 

Mereka harus dipukul sampai babak belur. Dan Allah yang 

bijaksana sudah tahu bahwa anak-anak-Nya sendiri terkadang 

perlu merasakan penderitaan-penderitaan yang amat perih. 

2. Teguran-teguran yang keras terkadang membawa banyak kebaik-

an, seperti bahan perusak yang membantu menyembuhkan luka, 

dengan memakan habis daging yang congkak. Bahkan tongkat 

menghalau kebodohan yang membelenggu di dalam hati, dan 

membersihkan kejahatan yang bersarang di sana. 

3. Sering kali orang-orang yang paling perlu ditegur secara keras 

bisa tahan menanggungnya. Seperti itulah rusaknya sifat itu 

sampai-sampai manusia enggan ditegur secara keras atas dosa-

dosa mereka, namun  lebih memilih dipukul sampai tulang belulang 

mereka nyeri. Didikan yang keras yaitu  bagi orang yang me-

ninggalkan jalan yang benar, namun  itu baik baginya (Ibr. 12:11).   

  

 

1 Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana 

Ia ingini. 

Perhatikanlah:  

1. Bahkan hati manusia ada di dalam tangan Allah, dan bukan 

hanya langkah mereka, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya 

(20:24). Allah dapat mengubah pikiran manusia, dan sanggup, 

dengan penuh kuasa dan tanpa disadari bekerja di dalam roh 

mereka, memalingkan mereka dari apa yang tampaknya paling 

mereka niatkan, dan mencondongkan mereka kepada apa yang 

tampak paling mereka benci. Petani, yang melalui saluran dan 

selokan, mengarahkan air untuk mengalir di  bagian-bagian tanah 

yang sesuai dengan kehendaknya, tanpa mengubah sifat air itu 

atau memaksakan sesuatu dengannya. Seperti itu pula halnya 

yang dilakukan pemeliharaan Allah terhadap kebebasan asali ma-

nusia untuk berkehendak bebas. Ia tidak memaksakan sesuatu, 

namun  mengarahkan jalan-jalannya untuk memenuhi tujuan-Nya 

sendiri. 

2. Bahkan hati para raja sekalipun demikian, kendati mereka mem-

punyai kekuasaan dan hak-hak istimewa. Hal itu sama saja 

dengan hati orang-orang biasa. Hati para raja tidak bisa kita seli-

diki, dan terlebih lagi tidak bisa kita kendalikan. Sebabnya, me-

reka mempunyai arcana imperii – rahasia-rahasia kenegaraan, 

sehingga mereka memiliki hak-hak istimewa yang besar atas mah-

kota mereka. Namun demikian, Allah yang besar tidak saja meli-

hat hati mereka, namun  juga menggenggamnya di dalam tangan-

Nya. Raja-raja menjadi sebagaimana Ia menjadikan mereka. Orang-

orang yang mempunyai kuasa paling mutlak sekalipun berada di 

bawah pemerintahan Allah. Ia menggerakkan hati mereka (Why. 

17:17; Ezr. 7:27). 


2 Setiap jalan orang yaitu  lurus menurut pandangannya sendiri, namun  

TUHANlah yang menguji hati. 

Perhatikanlah:  

1. Kita semua cenderung berat sebelah dalam menilai diri kita dan 

tindakan-tindakan kita sendiri, dan cenderung menilai yang baik-

baik tentang sifat kita sendiri, seolah-olah tidak ada yang salah di 

dalamnya: setiap jalan orang, bahkan jalan setapaknya, lurus me-

nurut pandangannya sendiri. Hati yang congkak amat pandai 

memperlihatkan wajah yang manis untuk suatu kecurangan, dan 

membuat sesuatu yang tidak benar tampak benar, untuk mem-

bungkam suara hati nuraninya. 

2. Kita yakin bahwa penghakiman Allah yang berkenaan dengan kita 

yaitu  sesuai kebenaran. Apa pun penilaian kita tentang diri kita 

sendiri, TUHAN menguji hati. Allah melihat hati, dan menghakimi 

manusia berdasarkan hati mereka, menghakimi tindakan-tindak-

an mereka sesuai dengan asas-asas dan niat-niat mereka. Peng-

hakiman-Nya atas hati manusia tepat seperti, bahkan melebihi, 

penghakiman kita atas apa yang sudah kita timbang-timbang de-

ngan teramat teliti. Ia menimbangnya dalam neraca yang tak mung-

kin keliru 

3 Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban. 

Dalam ayat ini,  

1. Tersirat bahwa banyak orang menipu diri mereka sendiri dengan 

suatu kecongkakan, bahwa jika mereka sudah mempersembah-

kan korban, maka mereka tidak perlu lagi melakukan keadilan, 

dan mendapat keringanan untuk berbuat fasik. Hal ini membuat 

jalan mereka tampak lurus (ay. 2). Kami sudah berpuasa (Yes. 58:3). 

Aku harus mempersembahkan korban keselamatan (Ams. 7:14). 

2. Jelas-jelas dinyatakan bahwa hidup baik itu (yakni berlaku adil 

dan mencintai kesetiaan) lebih dikenan Allah dibandingkan  segala 

ibadah yang penuh semarak dan mahal-mahal. Korban-korban 

persembahan yaitu  ketetapan ilahi, dan berkenan bagi Allah jika 

dipersembahkan di dalam iman dan pertobatan. Jika tidak, per-

sembahan itu ditolak (Yes. 1:11, dst.). Sebetulnya, bisa dilihat 

bahwa bahkan pada masa Perjanjian Lama itu pun, kewajiban-ke-

wajiban moral lebih diutamakan dibandingkan  korban-korban persem-

bahan (1Sam. 15:22). Ini menunjukkan bahwa korban-korban 

persembahan itu tidak memiliki nilai-nilai unggul yang asali di 

dalamnya, dan kewajiban untuk melakukannya pun tidak diperin-

tahkan untuk selama-lamanya (Mi. 6:6-8). Beragama itu sebagian 

besar menyangkut hal bagaimana kita menilai atau menghakimi 

dan bagaimana kita melakukan keadilan dengan berpegang pada 

dasar sebagai berikut: melakukan kewajiban terhadap Allah, me-

mandang kecil dunia ini, dan mengasihi sesama. Ibadah agama 

seperti inilah yang lebih dikenan Allah dibandingkan  semua korban 

bakaran dan korban sembelihan (Mrk. 12:33). 

4 Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, 

yaitu  dosa. 

Ini bisa kita lihat sebagai ayat yang menunjukkan kepada kita,  

1. Tanda-tanda orang fasik. Siapa yang mempunyai mata yang cong-

kak dan hati yang sombong, yang bersikap kurang ajar dan suka 

mencemooh Allah maupun manusia, dan yang selalu merusak 

serta bersekongkol, merancang dan merencanakan satu atau lain 

kejahatan, ia itu sungguh seorang yang fasik. Pelita orang fasik 

yaitu  dosa. Dosa yaitu  kebanggaan, hasrat, kemuliaan dan 

sukacita, dan pekerjaan orang fasik. 

2. Kesengsaraan-kesengsaraan orang fasik. Pengharapan-pengharap-

annya yang meninggi, rancangan-rancangannya yang megah, dan 

persekongkolan-persekongkolan serta rencana-rencananya yang 

teramat rumit, yaitu  dosanya. Ia menjadikan dirinya bersalah di 

dalam semuanya itu, dan dengan demikian mendatangkan masa-

lah bagi dirinya sendiri. Pekerjaan semua orang fasik, seperti juga 

kesenangan mereka, tidak lain dan tidak bukan yaitu  dosa. Be-

gitu menurut Uskup Patrick. Mereka melakukan segalanya untuk 

memuaskan hawa nafsu mereka, tanpa peduli sama sekali terha-

dap kemuliaan Allah di dalam segala tingkah laku mereka, dan 

oleh sebab itu yang menjadi pelita mereka yaitu  dosa, sehingga 

tidak heran jika korban persembahan mereka pun yaitu  dosa 

5 Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, namun  

setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan. 

Inilah:  

1. Jalan untuk menjadi kaya. Jika kita ingin hidup secara berkelim-

pahan dan nyaman di dunia, maka kita harus rajin bekerja, dan 

tidak kendor untuk bersusah payah dan menghadapi masalah di 

dalam pekerjaan kita. Sebaliknya, kita harus menjalankannya de-

ngan sepenuh hati, memanfaatkan segala keuntungan dan ke-

sempatan untuk bekerja, dan melakukan apa yang bisa kita laku-

kan dengan sekuat tenaga. Namun, kita tidak boleh tergesa-gesa 

dalam melakukannya, atau merepotkan diri kita dan orang lain 

dengannya, namun  harus tetap menjalankannya dengan baik dan 

lembut, sebab cara ini dapat merampungkan banyak pekerjaan 

dalam sehari. Selain rajin, kita juga harus mempunyai rencana. 

Rancangan orang rajin itu sama pentingnya dengan tangan orang 

rajin. Meramalkan itu sama baiknya dengan bekerja. Tahukah 

engkau akan jadi apa orang yang bijaksana dan rajin seperti itu? 

Hidupnya akan selalu berkecukupan. 

2. Jalan untuk menjadi miskin. Siapa yang tergesa-gesa, yang gega-

bah dan tidak menimbang-nimbang dalam mengurusi perkara-

perkara mereka, dan tidak mau mengambil waktu untuk berpikir, 

yang dengan tamak selalu ingin beruntung, entah dengan cara 

yang benar atau salah, dan tergesa-gesa ingin menjadi kaya de-

ngan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak adil atau mem-

buat rencana-rencana yang tidak bijak, ia sedang menempuh 

jalan mulus menuju kemiskinan. Segala pemikiran dan rancang-

an mereka, yang mereka harapkan dapat menaikkan derajat me-

reka sendiri, akan menghancurkan mereka. 


6 Memperoleh harta benda dengan lidah dusta yaitu  kesia-siaan yang le-

nyap dari orang yang mencari maut. 

Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang berharap dapat mem-

perkaya diri dengan perbuatan-perbuatan yang tidak jujur, dengan 

menindas dan menggilas orang-orang yang berurusan dengan mere-

ka, dengan bersaksi dusta, atau dengan membuat perjanjian-perjanji-

an yang curang. Ini juga menunjukkan kebodohan mereka yang tan-

pa segan-segan berdusta jika  dengan berbuat demikian mereka 

bisa mendapat apa saja. Mereka bisa saja menumpuk harta dengan 

sarana-sarana ini, yaitu apa yang mereka jadikan sebagai harta me-

reka. namun , 

1. Mereka tidak akan mendapat kepuasan yang mereka harapkan. 

Harta mereka yaitu  kesia-siaan yang lenyap. Harta itu akan me-

ngecewakan dan membuat gundah jiwa mereka. Mereka tidak 

akan bisa mendapat penghiburan darinya, atau mengandalkan 

diri dengannya, namun  justru akan gelisah senantiasa. Harta itu 

akan lenyap   sebab  hati nurani mereka sendiri, dan   sebab  cela-

an-celaan orang. Hendaklah mereka bersiap-siap menghadapi ke-

gelisahan yang tiada henti. 

2. Mereka akan menjumpai kehancuran yang tidak mereka sangka-

kan. saat  mereka sedang mencari kekayaan dengan perbuatan-

perbuatan yang melanggar hukum seperti itu, mereka sebenarnya 

sedang mencari maut. Mereka membuat diri mereka sendiri mu-

dah diterpa iri hati dan niat jahat dari orang lain dengan harta 

yang mereka peroleh. Mereka menjadi terbuka bagi murka dan 

kutuk dari Allah dengan lidah dusta yang mereka gunakan untuk 

memperoleh harta itu. Murka dan kutuk itu akan ditimpakan-Nya 

ke atas mereka dan Ia akan menjerumuskan mereka ke dalam ne-

raka. 


7 Orang fasik diseret oleh penganiayaan mereka,   sebab  mereka menolak 

melakukan keadilan. 

Lihatlah di sini: 

1. Sifat dari ketidakadilan. Mencari uang dengan berdusta (ay. 6) tidak 

lebih baik dibandingkan  merampok secara terang-terangan. Menipu ada-

lah mencuri. Engkau bisa saja mencopet dompet orang dengan me-

nipu dia lewat tawar-menawar yang tidak benar, di mana dia 

diperdayai dan tidak bisa berbuat lain selain percaya dengan tawar-

anmu itu. Tidak ada alasan bagimu untuk berkata bahwa engkau 

tidak bersalah sudah merampok dia, bahwa dia bisa saja memilih 

untuk tidak mempercayaimu. Ingatlah bahwa kepercayaan yaitu  

utang yang wajib kita bayar kepada orang. 

2. Penyebab dari ketidakadilan. Orang menolak melakukan keadilan. 

Mereka tidak mau memberikan kepada masing-masing orang apa 

yang pantas mereka dapatkan, namun  justru menahan-nahannya. 

Kegagalan untuk melakukan keadilan ini membuka jalan untuk 

melakukan kejahatan. Pada akhirnya kelalaian tersebut akan ber-

ujung pada perampokan juga. Orang yang menolak melakukan 

keadilan akan memilih berbuat jahat. 

3. Dampak-dampak dari ketidakadilan. Ketidakadilan akan berbalik 

menimpa kepala orang berdosa itu sendiri. Perampokan yang dila-

kukan orang fasik akan membuat mereka ketakutan (menurut se-

bagian orang). Hati nurani mereka akan dipenuhi dengan kenge-

rian dan keheranan, akan mengiris-iris mereka, akan memotong-

motong mereka (menurut sebagian orang lain). Ketidakadilan akan 

menghancurkan mereka sekarang dan selama-lamanya. Itulah 

sebabnya Salomo berkata (ay. 6), “mereka mencari maut.” 

8 Berliku-liku jalan si penipu, namun  orang yang jujur lurus perbuatannya. 

Ini menunjukkan bahwa seperti apa orang, seperti itu pulalah jalan-

nya. 

1. Orang yang jahat, jahat pula jalannya. Jika seseorang yaitu  pe-

nipu, jalannya juga berliku-liku. Inilah jalan dari kebanyakan 

orang,   sebab  seperti itulah kebobrokkan yang melanda seluruh 

umat manusia. Mereka semua telah menyeleweng (Mzm. 14:3-4). 

Seluruh umat manusia telah sesat jalan. namun  orang yang se-

rong, orang yang menipu, yang selalu menggunakan tipu muslihat 

dalam segala sesuatu yang diperbuatnya, jalannya berliku-liku, 

bertentangan dengan semua aturan kehormatan dan kejujuran. 

Jalannya berliku-liku, sebab engkau tidak tahu ke mana harus 

mencarinya atau kapan engkau menemukannya. Jalannya ber-

liku-liku, sebab jalan itu terpisah dari semua yang baik dan 

membuat manusia terasing dari Allah dan perkenanan-Nya. Se-

perti itulah jalan itu bila dipandangnya dari kejauhan, dan bila di-

pandang oleh semua orang jujur. 

2. Orang-orang yang jujur terbukti jujur melalui perbuatan mereka, 

sebab perbuatan mereka itu lurus, adil, dan sesuai peraturan. 

Mereka diterima Allah serta dipuji manusia. Jalan umat manusia 

di dalam kemurtadan mereka berbelok-belok dan berliku-liku. Te-

tapi orang yang jujur, orang yang dengan anugerah Allah dipulih-

kan dari keadaan yang serong itu, yang masih melingkupi sebagi-

an orang di sana sini, perbuatannya lurus, seperti Nuh di dunia 

yang lampau (Kej. 7:1). 

9 Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan 

wanita  yang suka bertengkar. 

Lihatlah di sini: 

1. Betapa suatu penderitaan yang besar bagi seorang laki-laki bila 

mempunyai istri yang cerewet dan suka mengomel. Pada setiap 

kesempatan, dan sering kali saat  tidak ada kesempatan sama 

sekali, amarahnya meledak-ledak, dan ia mencaci-maki entah 

suaminya entah orang-orang di sekitarnya. Ia suka kesal-kesal 

sendiri dan marah-marah terhadap anak-anak dan para pemban-

tunya, dan dengan semuanya itu, ia membuat jengkel suaminya. 

Jika rumah orang itu luas, lapang, dan megah, maka ini akan 

merusak kenyamanannya untuk tinggal di dalamnya sebagai 

sebuah rumah pergaulan (begitulah kata yang digunakan di sini). 

Di dalam rumah itu seseorang seharusnya bisa bergaul dan men-

jamu teman-temannya. Namun, istri seperti itu akan membuat 

suami maupun rumahnya menjadi tidak ramah lagi, dan tidak 

pantas dipakai sebagai tempat untuk menikmati persahabatan 

sejati. Ini akan membuat seorang laki-laki malu dengan pilihan-

nya dan bagaimana dia mengelola hidupnya. Ini juga akan meng-

ganggu hubungan pertemanannya dengan orang lain. 

2. Apa yang terpaksa dilakukan banyak orang di dalam penderitaan 

seperti itu. Ia tidak dapat menjaga kewenangannya. Ia merasa 

tidak ada gunanya untuk melawan amarah yang sungguh tidak 

masuk akal seperti itu, sebab amarah itu liar dan akan jauh ber-

tambah ganas. Hikmat dan kebaikan hatinya tidak akan membiar-

kan dia membalas cercaan dengan cercaan, dan juga kasih sa-

yangnya terhadap istri tidak akan membiarkannya menggunakan 

kekerasan apa pun. Oleh sebab itu, ia merasa bahwa hal yang 

terbaik untuk dilakukannya yaitu  menarik diri ke sudut sotoh 

rumah, dan duduk sendirian di sana, terhindar dari celotehan 

istrinya. Jika ia bisa menyibukkan dirinya baik-baik di sana, se-

perti yang mungkin akan dilakukannya, maka itu yaitu  langkah 

terbijak yang bisa diambilnya. Lebih baik berbuat demikian dari-

pada meninggalkan rumah dan bergaul dengan orang-orang yang 

buruk, dibandingkan  pergi mencari hiburan, seperti yang diperbuat 

banyak orang, yang seperti Adam, menjadikan dosa istri mereka 

sebagai dalih bagi dosa mereka sendiri. 

10 Hati orang fasik mengingini kejahatan dan ia tidak menaruh belas kasihan 

kepada sesamanya. 

Lihatlah di sini sifat orang yang sangat jahat. 

1. Kecenderungan kuat yang dimilikinya untuk berbuat jahat. Hati-

nya sendiri mengingini kejahatan, mengingini agar kejahatan dila-

kukan dan agar ia mendapat kesenangan, bukan hanya untuk 

melihatnya, melainkan juga untuk ikut ambil bagian di dalamnya. 

Kefasikan berakar di dalam jiwa. Keinginan orang untuk berbuat 

jahat, itulah hawa nafsu yang mengandung dan melahirkan dosa. 

2. Keengganannya yang kuat untuk berbuat baik: sesamanya, te-

mannya, saudaranya yang terdekat, tidak mendapat belas kasihan 

darinya, tidak bisa mendapat kebaikan sedikit pun darinya, mes-

kipun teramat membutuhkannya. Dan, saat  ia sedang menge-

jar-ngejar kejahatan yang begitu didambakan hatinya, ia tidak 

akan segan-segan menyingkirkan siapa saja yang menghalang-

halangi jalannya. Tetangga sebelahnya tidak akan dipandang lebih 

baik dibandingkan  orang asing, dibandingkan  seorang musuh.

11 Jikalau si pencemooh dihukum, orang yang tak berpengalaman menjadi bi-

jak, dan jikalau orang bijak diberi pengajaran, ia akan beroleh pengetahuan. 

Ini sudah kita jumpai sebelumnya (19:25), dan hal itu menunjukkan 

bahwa ada dua cara untuk membuat orang tidak berpengalaman 

menjadi bijak: 

1. Melalui hukuman-hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang 

fasik dan tidak bisa diubah. Hendaklah hukum dilaksanakan atas 

si pencemooh, maka bahkan orang yang tak berpengalaman akan 

tersadar dan diperingatkan   sebab nya, dan ia akan memahami, 

lebih dibandingkan  si pencemooh, betapa jahatnya dosa, dan akan 

mengambil pelajaran darinya serta berjaga-jaga. 

2. Melalui didikan-didikan yang diberikan kepada orang-orang yang 

bijak dan mau diajar: jikalau orang bijak diberi pengajaran melalui 

firman yang dikhotbahkan, ia (bukan hanya orang bijak itu sen-

diri, melainkan juga orang tak berpengalaman yang berdiri di se-

kitarnya) beroleh pengetahuan. Sama sekali bukanlah kecurangan 

untuk menerima bagi diri kita sendiri pelajaran baik yang dimak-

sudkan bagi orang lain. 

12 Yang Mahaadil memperhatikan rumah orang fasik, dan menjerumuskan 

orang fasik ke dalam kecelakaan. 

1. saat  kita membaca ayat ini, tampaklah mengapa orang-orang 

baik, jika  mereka sudah memahami berbagai perkara secara 

benar, tidak akan merasa iri hati terhadap kemakmuran yang 

dirasakan para pembuat kejahatan. saat  mereka melihat rumah 

orang fasik, rumah itu mungkin begitu penuh dengan semua hal 

yang baik dari dunia ini, mereka bisa saja tergoda untuk iri hati. 

namun  jika  mereka memperhatikannya, jika  mereka meli-

hatnya dengan mata iman, jika  mereka melihat Allah menjeru-

muskan orang fasik ke dalam kecelakaan, bahwa ada  kutuk 

di tempat kediaman mereka yang pasti akan menghancurkan tem-

pat itu tidak lama lagi, maka mereka melihat lebih banyak alasan 

untuk memandang rendah orang-orang fasik itu, atau merasa ka-

sihan terhadap mereka, dibandingkan  takut atau iri hati terhadap me-

reka. 

2. Sebagian orang memberikan pengertian lain untuk ayat ini: orang 

bijak (hakim atau ahli hukum, yang dipercaya untuk menjalankan 

keadilan dan menjaga ketenteraman umum) memeriksa rumah 

orang fasik, menyelidiki apakah ada senjata atau barang-barang

curian, mengadakan pemeriksaan yang sungguh-sungguh terha-

dap keluarganya dan sifat orang-orang yang ada di sekitarnya, 

agar ia dengan kuasanya bisa menjerumuskan orang fasik ke da-

lam kecelakaan dan mencegah mereka melakukan kejahatan lebih 

jauh. Juga, agar ia bisa menembaki sarang-sarang yang di dalam-

nya burung-burung pemangsa, atau burung-burung najis, berlin-

dung. 

13 Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima 

jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru. 

Di sini kita mendapati gambaran dan hukuman orang yang tidak 

bermurah hati.  

1. Gambaran tentangnya: ia menutup telinganya bagi jeritan orang 

lemah, bagi jeritan mereka mengenai kekurangan dan kesengsara-

an (ia bertekad untuk tidak memperhatikan mereka), bagi jeritan 

mereka yang meminta-minta dan memohon. Ia bertekad bahwa ia 

bahkan tidak mau mendengar mereka, akan mengusir mereka 

dari pintu rumahnya, dan melarang mereka mendekati dia. Atau, 

jika ia tidak bisa tidak mendengar mereka, maka ia tidak akan 

memperhatikan mereka, atau tergerak oleh segala keluh-kesah 

mereka, atau mengalah   sebab  kegigihan mereka. Ia menutup 

pintu hatinya, dan itu sama saja dengan menutup telinganya (Kis. 

7:57). 

2. Hukuman baginya. Ia sendiri akan ditimpa kesusahan, yang akan 

membuatnya berseru-seru, namun ia tidak akan menerima jawab-

an. Orang tidak akan mendengarkan dia, namun  mengganjar dia 

sebagaimana dia telah mengganjar orang lain. Allah tidak akan 

mendengarkan dia. Sebab penghakiman yang tak berbelas kasih-

an akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan (Yak. 

2:13), dan barangsiapa di bumi menolak memberikan remah-

remah rotinya, maka di neraka ditolak permohonannya untuk 

mendapat setetes air. Allah akan menutup telinga terhadap doa-

doa orang yang menutup telinga terhadap jeritan orang miskin, 

yang, jika tidak didengar oleh kita, maka akan didengar untuk 

melawan kita (Kel. 22:23). 


14 Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah 

yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat. 

Inilah: 

1. Kuasa yang biasanya menyertai barang-barang pemberian. Tidak ada 

yang lebih ganas dibandingkan  amarah. Oh, betapa dahsyatnya kegeram-

an yang hebat! Namun, hadiah yang manis, yang diatur dengan 

bijaksana, akan melenyapkan amarah orang meskipun tampaknya 

tidak bisa dipadamkan, dan melucuti kebencian-kebencian yang 

paling sengit dan bergejolak. Ketamakan biasanya merupakan tuan 

dari dosa, dan memerintah hawa-hawa nafsu lain. Pecuniæ obediunt 

omnia – Uang menguasai segalanya. Dengan cara demikianlah Yakub 

menenangkan Esau, dan Abigail menenangkan Daud. 

2. Kebijakan yang biasanya dijalankan dalam memberi dan mene-

rima suap. Suap itu harus berupa pemberian dengan sembunyi-

sembunyi dan hadiah yang dirahasiakan, supaya orang yang me-

nerimanya tidak akan disangka menginginkannya, atau diketahui 

sudah menerimanya, atau atas kemauan sendiri berutang budi 

kepada orang yang telah berlaku salah kepadanya. Jadi, jika itu 

dilakukan secara rahasia, maka semua akan baik-baik saja. Ja-

nganlah orang bersikap terlalu terbuka dalam memberikan pem-

berian, atau menyombong-nyombongkan diri dengan hadiah-ha-

diah yang dikirimkannya. Akan namun , jika yang diberikan yaitu  

suap untuk menyelewengkan keadilan, maka itu sungguh mema-

lukan, sehingga orang-orang yang gemar menyuap sekalipun akan 

malu dengannya. 

15 Melakukan keadilan yaitu  kesukaan bagi orang benar, namun  menakut-

kan orang yang berbuat jahat. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  kesenangan dan kepuasan bagi orang-orang baik untuk 

melihat keadilan dijalankan oleh pemerintahan yang di bawahnya 

mereka hidup, untuk melihat kebenaran ditegakkan dan pelang-

garan ditekan. Juga, untuk melakukan keadilan itu sendiri, se-

suai dengan ruang lingkup mereka. Mereka tidak hanya melaku-

kan keadilan, namun  juga melakukannya dengan senang hati, 

bukan hanya   sebab  takut mendapat malu, melainkan juga kare-

na cinta akan kebajikan. 

2. yaitu  kengerian bagi orang-orang fasik untuk melihat hukum di-

jalankan melawan kekejian dan kecemaran. Itu merupakan ke-

hancuran bagi mereka. Sama seperti mereka akan kesal jika di-

paksa untuk melakukan keadilan sendiri, entah untuk mendu-

kung nama baik mereka atau   sebab  takut mendapat hukuman. 

Atau, jika kita mengartikannya sebagaimana kita membacanya, 

maka ayat itu berarti bahwa ada  kesenangan yang sejati 

dalam menjalankan agama, namun  ada  kehancuran yang pasti 

di ujung semua jalan yang jahat. 

16 Orang yang menyimpang dari jalan akal budi akan berhenti di tempat 

arwah-arwah berkumpul. 

Inilah: 

1. Orang berdosa di dalam pengembaraannya: ia menyimpang dari 

jalan akal budi, dan jika  sekali ia meninggalkan jalan yang 

baik itu, maka ia akan mengembara tanpa henti. Jalan agama 

yaitu  jalan akal budi. Orang yang tidak sungguh-sungguh saleh 

berarti tidak sungguh-sungguh berakal. Orang yang menyimpang 

dari jalan ini berarti melanggar pagar yang telah dipasang Allah, 

dan mengikuti kelakuan dunia serta kedagingan. Dan mereka 

sesat seperti domba yang hilang. 

2. Orang berdosa di dalam perhentiannya, atau lebih tepatnya di da-

lam kehancurannya: ia akan berhenti (quiescet – ia akan beristira-

hat, namun  tidak in pace – di dalam damai) di tempat arwah-arwah 

berkumpul, yaitu arwah orang berdosa dari dunia zaman dulu, 

yang sudah disapu bersih oleh air bah. Dengan kehancuran itulah 

kutukan terhadap orang-orang berdosa dibandingkan, sebagai-

mana kadang-kadang dibandingkan dengan kehancuran Sodom, 

saat  mereka dikatakan akan mendapat bagian di dalam api dan 

belerang. Atau di antara orang-orang terkutuk, yang berada di 

bawah kuasa kematian yang kedua. Sungguh besar jemaat yang 

terdiri dari orang-orang berdosa yang terkutuk, terikat di dalam 

berkas-berkas untuk dibakar di dalam api. Dan di dalam api itu-

lah akan tinggal, tinggal untuk selama-lamanya, mereka yang di-

keluarkan dari jemaat orang benar. Siapa yang meninggalkan ja-

lan ke sorga dan tidak kembali ke sana, pasti akan terjerumus di 

kedalaman neraka. 

17 Orang yang suka bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang 

gemar kepada minyak dan anggur tidak akan menjadi kaya. 

Inilah bantahan melawan gaya hidup orang yang suka bersenang-se-

nang dan bermewah-mewah, dengan melihat kehancuran yang dida-

tangkannya atas kepentingan-kepentingan manusia di dunia ini. 

Inilah: 

1. Gambaran seorang penurut hawa nafsu: ia suka bersenang-se-

nang. Allah mengizinkan kita merasakan kenikmatan-kenikmatan 

indrawi secukupnya dan tidak berlebihan. Hanya sebatas anggur 

yang menyukakan hati manusia dan memberikan semangat ke-

pada roh, dan minyak yang membuat muka berseri serta yang 

mempercantik wajah. namun  orang yang cinta akan hal-hal ini, 

yang hatinya terpatri padanya, mendambakannya dengan kesung-

guhan hati, dan yang berusaha sepenuh hati untuk merasakan 

semua kesenangan indrawi yang akan memuncak pada kenikmat-

an, ia yaitu  seorang penurut hawa nafsu (2Tim. 3:4). Orang 

demikian tidak sabar terhadap segala sesuatu yang mengganggu 

kesenangan-kesenangannya, yang menyukainya sebagai apa yang 

paling menyenangkan, dan yang oleh   sebab  itu mulutnya terasa 

hambar untuk mengecap kesenangan-kesenangan rohani. 

2. Hukuman bagi si penurut hawa nafsu di dunia ini: ia akan berke-

kurangan. Sebab hawa nafsu kedagingan tidak akan bisa terus 

dipelihara tanpa biaya yang besar. Dan sudah ada banyak contoh 

orang-orang menjadi berkekurangan dan hidup dengan mengan-

dalkan amal sedekah, padahal sebelumnya mereka tidak bisa hi-

dup tanpa makanan yang lezat-lezat dan bermacam-macam. Su-

dah banyak pesolek yang kemudian menjadi pengemis. 

18 Orang fasik dipakai sebagai tebusan bagi orang benar, dan pengkhianat se-

bagai ganti orang jujur. 

Ini menunjukkan: 

1. Apa yang harus dilakukan untuk menegakkan keadilan di antara 

manusia: orang fasik, yang suka membuat masalah di negeri, 

harus dihukum, untuk mencegah dan menjauhkan penghakiman-

penghakiman yang bisa menimpa seluruh bangsa, yang jika tidak 

demikian pasti akan menimpa juga semua orang, bahkan sering 

termasuk orang benar juga. Demikianlah saat  Akhan dirajam, ia 

menjadi tebusan bagi kemah orang-orang Israel yang benar. 

Begitu pula, ketujuh anak laki-laki Saul, saat  mereka digan-

tung, menjadi tebusan bagi kerajaan Daud yang benar. 

2. Apa yang sering kali dilakukan oleh pemeliharaan Allah: orang 

benar diselamatkan dari kesukaran, lalu orang fasik mengganti-

kannya, sehingga seolah-olah ia menjadi tebusan bagi dia (11:8). 

Allah lebih memilih membiarkan banyak orang fasik binasa dari-

pada menelantarkan umat-Nya sendiri. Aku memberikan manusia 

sebagai gantimu (Yes. 43:3-4). 

20 Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan wanita  

yang suka bertengkar dan pemarah. 

Perhatikanlah:  

1. Amarah-amarah yang tidak dikekang akan merusak dan mem-

buat pahit penghiburan yang dirasakan dalam hubungan antar-

sesama. Istri yang suka kesal dan marah-marah membuat hidup 

suaminya tidak tenteram, sementara ia seharusnya menjadi peng-

hiburan dan penolong yang sepadan bagi suaminya itu. Orang-

orang yang tidak bisa berdiam dalam damai dan kasih tidak akan 

bisa berdiam dalam damai dan kebahagiaan. Bahkan orang-orang 

yang sudah menjadi satu daging, jika bersamaan dengan itu me-

reka tidak menjadi satu roh, tidak akan merasakan sukacita da-

lam persatuan mereka. 

2. Lebih baik tidak berteman sama sekali dibandingkan  berteman dengan 

orang-orang jahat. Istri yang mengikat perjanjian denganmu ada-

lah temanmu, namun, jika ia suka marah-marah dan menjengkel-

kan, lebih baik tinggal di padang gurun seorang diri, biarpun se-

ring diterpa angin dan cuaca buruk, dibandingkan  harus menemani-

nya. Orang bisa menikmati Allah dan dirinya sendiri lebih baik di 

padang gurun dibandingkan  di antara sanak-saudara dan tetangga 

yang suka bertengkar. Lihat ayat 9. 

20 Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, namun  orang 

yang bebal memboroskannya. 

Perhatikanlah: 

1. Orang-orang yang bijak akan menambah apa yang mereka miliki 

dan akan hidup secara berkelimpahan. Hikmat mereka akan meng-

ajar mereka untuk menyeimbangkan pengeluaran dengan penda-

patan mereka, dan untuk mengumpulkan harta bagi kehidupan di 

alam baka. Maka dari itu, ada harta benda untuk diinginkan (KJV), 

dan sebanyak yang perlu diinginkan, yaitu persediaan segala benda 

untuk kemudahan hidup, yang dikumpulkan pada musimnya, dan 

khususnya minyak, salah satu bahan pokok di tanah Kanaan (Ul. 

8:8). Harta ini berada di kediaman, atau di gubuk, dari orang bijak. 

  sebab  itu, lebih baik mempunyai rumah model kuno namun leng-

kap perabotannya, dibandingkan  rumah modern yang indah namun 

tidak diurus dengan baik. Allah memberkati usaha-usaha orang 

bijak, dan kemudian rumah mereka diperlengkapi dengan perabot-

an. 

2. Orang-orang bebal menghabiskan apa yang mereka miliki untuk 

memuaskan hawa nafsu mereka, dan dengan demikian mengha-

biskan seluruh persediaan mereka. Orang-orang yang tidak tahu 

mengurus harta mereka yaitu  yang tanpa pikir panjang mengha-

biskan apa yang mereka punya, dan tidak memikirkan bagaimana 

cara untuk mendapatkan lebih. Anak-anak yang bodoh mengha-

biskan apa yang sudah dikumpulkan oleh orang tua mereka yang 

bijak. Satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang 

baik, seperti yang diperbuat si anak hilang. 

21 Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebe-

naran dan kehormatan. 

Lihatlah di sini: 

1. Apa yang dimaksud dengan menjadikan agama sebagai urusan 

kita. Itu berarti mengejar kebenaran dan kasih, tidak berpuas diri 

dengan perbuatan-perbuatan yang mudah, namun  melaksanakan 

kewajiban kita dengan sepenuh hati dan bersusah payah, seperti 

orang yang terus berusaha maju dan takut jangan sampai terting-

gal. Kita harus berlaku adil dan juga mencintai kesetiaan, dan 

harus terus melangkah maju serta bertekun di dalamnya. Dan, 

meskipun kita tidak dapat mencapai kesempurnaan, namun akan 

menjadi penghiburan bagi kita jika kita berusaha mencapainya 

dan mengejarnya. 

2. Apa untungnya berbuat demikian: orang-orang yang mengejar ke-

benaran akan memperoleh kebenaran. Allah akan memberi mereka 

anugerah untuk berbuat baik, dan mereka akan mendapat kese-

nangan serta penghiburan dalam melakukannya. Orang-orang 

yang dengan kesadaran hati nurani berlaku adil terhadap orang 

lain akan mendapatkan kesenangan dan penghiburan dalam ber-

laku adil. Orang-orang yang dengan kesadaran hati nurani ber-

laku adil terhadap orang lain akan diperlakukan secara adil pula 

oleh orang lain, dan orang lain akan berlaku baik terhadap mere-

ka. Orang-orang Yahudi mengejar kebenaran, namun tidak mem-

perolehnya,   sebab  mereka mencari dengan salah (Rm. 9:31). 

namun  kalau kita mencarinya dengan benar, carilah, maka kamu 

akan mendapat, dan dengan itu pula kamu akan mendapat baik 

kehidupan maupun kehormatan, kehidupan dan kehormatan ke-

kal, mahkota kebenaran. 

22 Orang bijak dapat memanjat kota pahlawan-pahlawan, dan merobohkan 

benteng yang mereka percayai. 

Perhatikanlah: 

1. Orang-orang yang mempunyai kekuatan cenderung menjanjikan 

kepada diri mereka bahwa mereka akan memperoleh perkara-

perkara besar dengan kekuatan mereka itu. Kota pahlawan-pahla-

wan menganggap diri tak terkalahkan, dan oleh sebab itu kekuat-

annya yaitu  benteng yang mereka percayai, hal yang mereka 

megahkan dan andalkan, dengan menantang segala bahaya. 

2. Orang-orang yang mempunyai hikmat, meskipun mereka begitu 

bersahaja sehingga tampak sangat tidak menjanjikan, sering kali 

melakukan perkara-perkara besar, bahkan melebihi orang-orang 

yang oleh hikmat mereka, begitu yakin akan kekuatan mereka. 

Perilaku yang baik akan berdampak jauh, bahkan melebihi ke-

kuatan yang hebat sekalipun. Demikian juga, sebuah siasat, yang 

diatur dengan baik, akan berhasil memanjat kota pahlawan-pahla-

wan, dan merobohkan benteng yang begitu diandalkan oleh kota 

itu. Orang bijak akan berhasil memenangkan hati banyak orang 

dan menaklukkan mereka dengan kekuatan akal budi, yang 

merupakan penaklukkan yang lebih mulia dibandingkan  penaklukan 

yang diperoleh dengan kekuatan senjata. Orang-orang yang me-

mahami kepentingan mereka pasti akan bersedia menyerahkan 

diri mereka kepada orang yang bijak dan baik, sebab tembok-tem-

bok yang terkuat sekalipun tidak akan bertahan melawan orang 

bijak itu. 

23 Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  kepentingan yang besar bagi kita untuk menjaga jiwa kita 

dari segala kesusahan, menjaganya agar tidak terperangkap ke 

dalam banyak jerat dan kebingungan, dan digelisahkan dengan 

berbagai macam pesoalan, agar kita tetap bisa menguasai dan 

menikmati diri, dan agar jiwa kita menjadi layak untuk melayani 

Allah. 

2. Orang-orang yang mau menjaga jiwa mereka harus mengawasi 

pintu bibir mereka, harus memelihara mulut dengan menahan diri, 

agar tidak ada buah terlarang yang masuk ke dalamnya, tidak ada 

air curian, dan agar tidak makan atau minum secara berlebihan. 

Mereka harus memelihara lidah juga, agar tidak ada pe