dengan kata-kata yang indah berhasil menyusup dan diterima se-
bagai teman. Sungguh tidak tahu aturan orang-orang yang me-
nyampaikan cerita ke sana sini, yang menimbulkan kejahatan di
antara para tetangga dan saudara, yang menaburkan iri hati ke
dalam pikiran orang terhadap para penguasa mereka, terhadap
hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, terhadap satu sama
lain. Orang-orang seperti ini mengungkapkan rahasia-rahasia
yang sudah dipercayakan kepada mereka atau yang mereka keta-
hui dengan cara tidak terpuji. Dengan berpura-pura menebak-
nebak pikiran dan maksud orang, mereka menceritakan hal-hal
palsu tentang orang-orang itu. Janganlah bergaul akrab dengan
orang-orang seperti itu. Janganlah mendengarkan mereka jika
mereka menyampaikan cerita-cerita mereka dan membocorkan
rahasia-rahasia, sebab yakinlah bahwa mereka akan membocor-
kan rahasia-rahasiamu juga, dan menyampaikan cerita yang
tidak-tidak tentang engkau.
2. Orang yang bocor mulut (KJV: penjilat pen.), sebab biasanya me-
reka mengumpat. Jika orang datang menjilat kepadamu, memuji
dan menyanjung-nyanjungmu, curigalah bahwa ia mempunyai
maksud tertentu atas dirimu, dan waspyaitu . Ia akan mencari-
cari sesuatu pada dirimu untuk dipakainya mengarang-ngarang
cerita buruk tentang engkau, dan mengatakannya kepada orang
lain. Oleh sebab itu, janganlah engkau bergaul dengan orang yang
bocor mulut. Orang gila pujian bila ia mau menaruh keyakinan
terhadap seseorang dan mempercayakan kepadanya suatu raha-
sia atau pekerjaan hanya sebab orang itu menyanjung-nyanjung-
nya.
20 Siapa mengutuki ayah atau ibunya, pelitanya akan padam pada waktu gelap.
Inilah:
1. Anak yang tidak patuh menjadi sangat jahat secara perlahan-
lahan. Ia mulai dengan merendahkan ayah dan ibunya, meremeh-
kan didikan-didikan mereka, membangkang terhadap perintah-
perintah mereka, dan marah terhadap teguran-teguran mereka.
Kemudian, pada akhirnya ia sampai pada puncak kekurangajaran
dan ketidaksalehannya hingga ia mengutuki mereka, dan menga-
ta-ngatai mereka dengan bahasa yang kasar dan menghina. Selain
itu, ia juga berharap kejahatan menimpa kedua orang yang sudah
menjadi sarana bagi keberadaannya, dan yang telah begitu ber-
susah payah mengasuhnya. Dan hal ini diperbuatnya dengan me-
nentang Allah dan hukum-Nya, yang membuat kejahatannya
pantas diganjar dengan hukuman mati (Kel. 21:17; Mat. 15:4).
Perbuatannya itu juga melanggar semua ikatan kewajiban, kasih
sayang yang sudah sewajarnya, dan rasa terima kasih.
2. Anak yang tidak patuh akan menjadi amat sengsara pada akhir-
nya: pelitanya akan padam pada waktu gelap. Segala kehormat-
annya akan hancur menjadi debu, dan ia akan kehilangan nama
baiknya untuk selama-lamanya. Janganlah ia pernah berharap
pikirannya akan damai atau terhibur sedikit pun, apalagi, berha-
rap untuk hidup makmur di dunia ini. Hari-harinya akan diper-
pendek, dan pelita hidupnya akan dipadamkan, sesuai dengan
kebalikan dari janji atau perintah Allah yang kelima. Keluarganya
akan binasa dan keturunannya akan menjadi kutuk baginya. Dan
itu akan menjadi kehancurannya yang kekal. Pelita kebahagiaan-
nya akan padam di dalam kegelapan yang kelam (demikianlah arti
kata yang digunakan di sini), bahkan kekelaman yang untuk
selama-lamanya (Yud. 1:13; Mat. 22:13).
21 Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati.
Perhatikanlah:
1. Mungkin saja bahwa harta kekayaan bisa meningkat secara tiba-
tiba. Ada orang yang akan menjadi kaya, entah dengan cara yang
benar atau salah, yang berkata atau berbuat tanpa mengindah-
kan hati nurani asalkan mereka bisa mendapatkan uang dengan-
nya. Mereka ini akan menipu ayah mereka sendiri, jika itu bisa
mereka lakukan, dan dengan cara yang kotor menyimpan serta
menimbun apa yang mereka peroleh. Mereka enggan memberikan
makanan yang secukupnya kepada diri mereka sendiri dan
keluarga mereka, dan menganggap semua uang hilang percuma
jika tidak dibelikan tanah atau ditabung dengan mendapat bunga.
Dengan cara-cara seperti ini orang memang bisa bertambah kaya,
bisa menjadi amat kaya, dalam waktu sebentar saja pada saat ia
pertama kali memulai.
2. Harta kekayaan yang meningkat secara tiba-tiba sering kali han-
cur secara tiba-tiba pula. Harta itu diperbanyak secara tergesa-
gesa, namun , sebab tidak diperbanyak secara jujur, maka cepat
matang cepat pula busuknya: akhirnya tidak diberkati Allah, dan
jika Ia tidak memberkatinya, maka harta itu tidak bisa menghibur
atau tahan lama. Dengan begitu, siapa yang memperolehnya akan
menjadi orang bebal pada akhirnya. Lebih baik jika ia mengambil
waktu dan membangun di atas dasar yang kokoh.
22 Janganlah engkau berkata: Aku akan membalas kejahatan, nantikanlah
TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau.
Orang-orang yang hidup di dunia ini harus sadar bahwa mereka
akan diperlakukan dengan jahat, dihina, dan ditimpakan kesulitan
secara tidak adil, sebab kita berdiam di antara tanaman berduri. Nah,
di sini kita diberi tahu apa yang harus kita lakukan jika kita
diperlakukan secara tidak adil.
1. Kita tidak boleh membalas dendam sendiri, bahkan membayang-
kan untuk membalas dendam pun tidak boleh, atau meniatkan-
nya: Janganlah engkau berkata, bahkan di dalam hati pun
jangan, aku akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Jangan-
lah menghibur dirimu dengan membayangkan bahwa sekarang
atau nanti engkau akan mendapat kesempatan untuk impas
dengan orang itu. Jangan ingin membalas dendam atau meng-
harapkannya, apalagi bertekad untuk melakukannya, sekalipun
luka itu masih baru dan kebenciannya teramat dalam. Jangan
pernah berkata bahwa engkau akan melakukan suatu hal yang
tidak bisa engkau minta kepada Allah dengan iman untuk mem-
bantumu, dan itu tidak dapat engkau lakukan jika engkau mem-
bayangkan ingin membalas dendam.
2. Kita harus mengarahkan hati kepada Allah, dan berserah kepada-
Nya untuk membela perkara kita, untuk mempertahankan hak
kita, dan mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang
berbuat salah kepada kita dengan cara dan jalan yang sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan apa yang dianggap-Nya pantas dan
di dalam waktu-Nya sendiri: Nantikanlah TUHAN, dan carilah
perkenanan-Nya, turutilah kehendak-Nya. Ia tidak berkata bahwa
Ia akan menghukum orang yang telah melukaimu (sebaliknya, Ia
ingin agar engkau memaafkannya dan berdoa untuknya), namun
bahwa Ia akan menyelamatkan engkau, dan itu sudah cukup. Ia
akan melindungimu, sehingga dengan mengabaikan satu kejahat-
an engkau tidak akan (seperti yang pada umumnya ditakuti) mu-
dah ditimpa kejahatan lain. Bahkan, Ia akan memberi ganti rugi
untukmu, untuk mengimbangi kesulitan yang sudah engkau
alami dan untuk mendorong engkau agar terus bersabar. Ini se-
perti yang diharapkan Daud saat Simei mengutukinya (2Sam.
16:12).
23 Dua macam batu timbangan yaitu kekejian bagi TUHAN, dan neraca
serong itu tidak baik.
Tujuan ayat ini sama dengan apa yang sudah dikatakan dalam ayat 20.
1. Hal yang sama diulangi lagi di sini, sebab ini merupakan dosa
yang dibenci Allah secara berlipat ganda (seperti halnya berbo-
hong, yang sifatnya sama dengan dosa ini, disebutkan sebanyak
dua kali di antara tujuh hal yang dibenci Allah dalam pasal 6:17-
19). Dan ini mungkin sebab neraca yang serong merupakan dosa
yang sangat sering dilakukan pada saat itu di Israel, sampai di-
anggap remeh seolah-olah tidak mendatangkan kerugian di da-
lamnya. Saat itu orang berdalih bahwa, sebab sudah sering kali
diperbuat, tidak ada kegiatan jual beli tanpa neraca yang serong.
2. Di sini ada tambahan, neraca serong itu tidak baik, untuk menun-
jukkan bahwa itu bukan hanya merupakan kekejian bagi Allah,
namun juga tidak menguntungkan bagi orang berdosa itu sendiri.
Benar-benar tidak ada kebaikan yang bisa didapat dengannya,
bahkan tawaran yang baik pun tidak akan datang, sebab tawaran
yang dibuat dengan menipu pada akhirnya akan gagal.
24 Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, namun bagaimanakah manusia
dapat mengerti jalan hidupnya?
Di sini kita diajar bahwa dalam semua perkara,
1. Kita perlu dan terus-menerus bergantung kepada Allah. Semua
tindakan jasmani kita secara alamiah bergantung pada pemeli-
haraan-Nya, dan semua tindakan rohani kita bergantung pada
anugerah-Nya. Orang yang terbaik tidak akan lebih baik melebihi
keadaannya yang telah diciptakan oleh Allah baginya. Juga, setiap
makhluk menjadi bagi kita seperti yang sudah seharusnya demi-
kian sesuai dengan kehendak Allah. Usaha-usaha kita akan ber-
hasil bukan seperti yang kita inginkan dan rancangkan, melain-
kan sebagaimana yang Allah arahkan dan tentukan. Bahkan
langkah-langkah orang kuat sekalipun (begitu yang diartikan oleh
kata ini) ditentukan oleh TUHAN, sebab kekuatannya akan men-
jadi kelemahan tanpa Allah, dan juga pertempuran tidak selalu
tergantung pada orang kuat.
2. Kita tidak bisa mengetahui sebelumnya kejadian-kejadian yang
akan datang, dan oleh sebab itu kita tidak tahu bagaimana mera-
malkannya: bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidup-
nya? Bagaimana ia bisa tahu apa yang akan menimpanya, sebab
ketetapan-ketetapan Allah yang menyangkut dia bersifat rahasia,
dan oleh sebab itu bagaimana bisa dia merencanakan sendiri apa
yang akan dilakukan tanpa bimbingan dari-Nya? Begitu sedikit
kita memahami jalan kita sendiri sehingga kita tidak tahu apa
yang baik bagi diri kita. Oleh sebab itu, kita harus melihat keku-
rangan sebagai suatu kebajikan, dan menyerahkan kepada Tuhan
jalan kita, yang berada di dalam tangan-Nya, mengikuti bimbing-
an-Nya dan berserah kepada ketentuan Allah Sang Pemelihara.
25 Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir mengatakan
Kudus, dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar.
Ada dua hal, yang dengannya Allah dibuat sangat murka, yang di sini
dikatakan membuat manusia terjerat dan terlilit bukan hanya dalam
kebersalahan, melainkan juga dalam kesulitan dan kehancuran pada
akhirnya:
1. Pencemaran terhadap hal yang kudus, yaitu manusia mengambil
alih hal-hal yang kudus dan menggunakannya untuk kepentingan
diri sendiri, yang di sini disebut melahapnya (KJV). Apa yang me-
mang sudah diabdikan dengan suatu cara tertentu untuk mela-
yani dan menghormati Allah, untuk mendukung agama dan pe-
nyembahan terhadap Allah, atau untuk meringankan beban kaum
miskin, harus secara nurani dipelihara untuk tujuan-tujuan yang
sudah dirancangkan tersebut. sebab itu, orang-orang yang seca-
ra langsung atau tidak langsung menggelapkannya, atau melen-
cengkannya dari tujuan yang semula ditetapkan, akan dimintai
pertanggungjawaban yang besar. Bolehkah manusia menipu Allah
mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus?
(Mal. 3:8). Orang-orang yang menjalankan tugas-tugas keagamaan
mereka secara tergesa-gesa (dalam berdoa dan berkhotbah) dan
menuntaskannya secara terburu-buru, sebab tidak sabar ingin
cepat selesai, bisa dikatakan melahap apa yang kudus.
2. Melanggar kovenan. Suatu jerat bagi manusia, jika ia sudah
bernazar kepada Allah, untuk menimbang-nimbang bagaimana ia
bisa mengelak atau dibebaskan darinya, dan mencari-cari alasan
untuk melanggarnya. Jika isi nazarnya meragukan, dan ungkap-
an-ungkapannya bermakna ganda, itu kesalahannya sendiri. Se-
harusnya ia bernazar dengan lebih berhati-hati dan penuh pertim-
bangan, sebab hati nuraninya (jika itu lembut) akan dibuat sangat
bingung, jika ia harus menimbang-nimbangnya sesudah ia berna-
zar (Pkh. 5:5). Sebab, jika kita sudah membuka mulut kepada
Tuhan, maka sudah terlambat untuk mundur kembali (Kis. 5:4).
26 Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka
berulang-ulang.
Lihatlah di sini,
1. Apa pekerjaan para hakim. Mereka harus menjadi kengerian bagi
para pembuat kejahatan. Mereka harus menyerakkan orang-orang
fasik (KJV), yang bersekongkol untuk membantu dan menyema-
ngati satu sama lain dalam berbuat jahat. Hal ini tidak bisa dila-
kukan kecuali dengan menggilas mereka berulang-ulang, maksud-
nya, menjalankan hukum-hukum melawan mereka, meremukkan
kekuatan mereka, dan mengagalkan rencana-rencana mereka.
Adakalanya kekerasan harus digunakan untuk mengusir dari
negeri orang-orang yang secara terang-terangan berbuat keji dan
jahat, yang bejat dan memperbejat.
2. Apa persyaratan bagi para hakim yang penting dipenuhi untuk
melakukan hal ini. Mereka harus saleh dan juga bijaksana, sebab
raja yang bijaksanalah, yang beragama dan juga penuh pertim-
bangan, yang mungkin bisa menekan kekejian dan memperbarui
perilaku.
27 Roh manusia yaitu pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.
Di sini kita mendapati martabat jiwa, jiwa yang agung pada manusia,
terang yang menerangi setiap orang itu.
1. Terang itu yaitu terang ilahi. Terang itu yaitu pelita TUHAN,
pelita yang dinyalakannya, sebab nafas Yang Mahakuasalah yang
memberi kita pengertian. Ia menciptakan roh dalam diri manusia.
Dalam gambar dan rupa Allah-lah manusia diciptakan dengan
dikaruniai pengetahuan. Hati nurani, indra yang mulia itu, yaitu
wakil Allah di dalam jiwa. Hati nurani yaitu pelita yang dinyala-
kan bukan hanya oleh Allah, melainkan juga untuk-Nya. Oleh
sebab itu, Bapa segala roh disebut sebagai Bapa segala terang.
2. Terang itu yaitu terang yang memberikan penyingkapan. Dengan
bantuan akal budi kita bisa mengenal orang, menilai sifat-sifat
mereka, dan menyelami rancangan-rancangan mereka. Dengan
bantuan hati nurani kita bisa mengenal diri kita sendiri. Roh
manusia memiliki kesadaran diri (1Kor. 2:11). Ia menyelidiki se-
gala kecenderungan dan perasaan jiwa, memuji apa yang baik,
mengecam apa yang sebaliknya, dan menghakimi pikiran-pikiran
serta maksud-maksud hati. Inilah tugas, dan inilah kekuatan,
dari hati nurani, yang oleh sebab itu kita berkepentingan untuk
mengenalnya dengan benar dan membuatnya bersih dari pelang-
garan.
28 Kasih dan setia melindungi raja, dan dengan kasih ia menopang takhtanya.
Di sini kita mendapati,
1. Keutamaan-keutamaan seorang raja. Keutamaan-keutamaan itu
yaitu kasih dan setia, terutama kasih, sebab kasih disebut seba-
nyak dua kali di sini. Ia secara ketat harus setia pada perkataan-
nya, harus tulus, dan membenci semua kepura-puraan. Ia harus
menjalankan semua kepercayaan yang telah diberikan kepadanya
sesuai aturan agama, dan harus mendukung serta menyokong
kebenaran. Dia juga harus memerintah dengan ampunan, dan
dengan semua perbuatan belas kasihannya ia mendapat simpati
di hati rakyatnya. Kasih dan setia yaitu kemuliaan takhta Allah,
dan para raja disebut sebagai allah-allah.
2. Keuntungan-keuntungan yang diperolehnya dengan berbuat
demikian. Keutamaan-keutamaan ini akan menjaga pribadinya
dan mendukung pemerintahannya, akan membuatnya tenang dan
aman, dicintai oleh rakyatnya sendiri dan ditakuti oleh musuh-
musuhnya, itu pun kalau ia mempunyai musuh.
29 Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban.
Ini menunjukkan bahwa baik orang muda maupun orang tua mem-
punyai keuntungannya sendiri-sendiri, dan oleh sebab itu masing-
masing dari mereka, sesuai dengan kemampuan mereka, harus ber-
guna bagi warga , dan jangan ada yang saling merendahkan
atau iri hati.
1. Janganlah orang tua merendahkan orang muda, sebab orang
muda kuat dan cocok untuk bertindak, mampu menjalankan pe-
kerjaan dan melewati kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat diha-
dapi oleh orang yang lanjut usia dan lemah. Hiasan orang muda
ialah kekuatannya, asalkan mereka menggunakannya dengan
baik (untuk melayani Tuhan dan bangsa mereka, dan bukan un-
tuk hawa nafsu mereka), dan tidak menyombongkan kekuatannya
atau mengandalkannya semata-mata.
2. Janganlah orang muda menghina orang tua, sebab mereka ber-
bobot, dan pantas dimintai nasihat, dan walaupun mereka tidak
memiliki kekuatan yang dimiliki orang muda, mereka lebih ber-
hikmat dan berpengalaman. Juniores ad labores, seniores ad
honores Pekerjaan yaitu untuk orang muda, sedangkan kehor-
matan yaitu untuk orang yang lanjut usia. Allah telah menaruh
kehormatan kepada orang tua. Sebab ubannya yaitu keindah-
annya. Lihat Daniel 7:9.
30 Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan member-
sihkan lubuk hati.
Perhatikanlah:
1. Banyak orang perlu ditegur dengan keras. Sebagian anak begitu
keras kepala sehingga orangtua mereka tidak bisa membuat
mereka baik tanpa memberikan hukuman yang keras. Sebagian
penjahat harus merasakan ketatnya hukum dan keadilan masya-
rakat. Cara-cara yang lembut tidak akan berhasil dengan mereka.
Mereka harus dipukul sampai babak belur. Dan Allah yang
bijaksana sudah tahu bahwa anak-anak-Nya sendiri terkadang
perlu merasakan penderitaan-penderitaan yang amat perih.
2. Teguran-teguran yang keras terkadang membawa banyak kebaik-
an, seperti bahan perusak yang membantu menyembuhkan luka,
dengan memakan habis daging yang congkak. Bahkan tongkat
menghalau kebodohan yang membelenggu di dalam hati, dan
membersihkan kejahatan yang bersarang di sana.
3. Sering kali orang-orang yang paling perlu ditegur secara keras
bisa tahan menanggungnya. Seperti itulah rusaknya sifat itu
sampai-sampai manusia enggan ditegur secara keras atas dosa-
dosa mereka, namun lebih memilih dipukul sampai tulang belulang
mereka nyeri. Didikan yang keras yaitu bagi orang yang me-
ninggalkan jalan yang benar, namun itu baik baginya (Ibr. 12:11).
1 Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana
Ia ingini.
Perhatikanlah:
1. Bahkan hati manusia ada di dalam tangan Allah, dan bukan
hanya langkah mereka, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya
(20:24). Allah dapat mengubah pikiran manusia, dan sanggup,
dengan penuh kuasa dan tanpa disadari bekerja di dalam roh
mereka, memalingkan mereka dari apa yang tampaknya paling
mereka niatkan, dan mencondongkan mereka kepada apa yang
tampak paling mereka benci. Petani, yang melalui saluran dan
selokan, mengarahkan air untuk mengalir di bagian-bagian tanah
yang sesuai dengan kehendaknya, tanpa mengubah sifat air itu
atau memaksakan sesuatu dengannya. Seperti itu pula halnya
yang dilakukan pemeliharaan Allah terhadap kebebasan asali ma-
nusia untuk berkehendak bebas. Ia tidak memaksakan sesuatu,
namun mengarahkan jalan-jalannya untuk memenuhi tujuan-Nya
sendiri.
2. Bahkan hati para raja sekalipun demikian, kendati mereka mem-
punyai kekuasaan dan hak-hak istimewa. Hal itu sama saja
dengan hati orang-orang biasa. Hati para raja tidak bisa kita seli-
diki, dan terlebih lagi tidak bisa kita kendalikan. Sebabnya, me-
reka mempunyai arcana imperii rahasia-rahasia kenegaraan,
sehingga mereka memiliki hak-hak istimewa yang besar atas mah-
kota mereka. Namun demikian, Allah yang besar tidak saja meli-
hat hati mereka, namun juga menggenggamnya di dalam tangan-
Nya. Raja-raja menjadi sebagaimana Ia menjadikan mereka. Orang-
orang yang mempunyai kuasa paling mutlak sekalipun berada di
bawah pemerintahan Allah. Ia menggerakkan hati mereka (Why.
17:17; Ezr. 7:27).
2 Setiap jalan orang yaitu lurus menurut pandangannya sendiri, namun
TUHANlah yang menguji hati.
Perhatikanlah:
1. Kita semua cenderung berat sebelah dalam menilai diri kita dan
tindakan-tindakan kita sendiri, dan cenderung menilai yang baik-
baik tentang sifat kita sendiri, seolah-olah tidak ada yang salah di
dalamnya: setiap jalan orang, bahkan jalan setapaknya, lurus me-
nurut pandangannya sendiri. Hati yang congkak amat pandai
memperlihatkan wajah yang manis untuk suatu kecurangan, dan
membuat sesuatu yang tidak benar tampak benar, untuk mem-
bungkam suara hati nuraninya.
2. Kita yakin bahwa penghakiman Allah yang berkenaan dengan kita
yaitu sesuai kebenaran. Apa pun penilaian kita tentang diri kita
sendiri, TUHAN menguji hati. Allah melihat hati, dan menghakimi
manusia berdasarkan hati mereka, menghakimi tindakan-tindak-
an mereka sesuai dengan asas-asas dan niat-niat mereka. Peng-
hakiman-Nya atas hati manusia tepat seperti, bahkan melebihi,
penghakiman kita atas apa yang sudah kita timbang-timbang de-
ngan teramat teliti. Ia menimbangnya dalam neraca yang tak mung-
kin keliru
3 Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban.
Dalam ayat ini,
1. Tersirat bahwa banyak orang menipu diri mereka sendiri dengan
suatu kecongkakan, bahwa jika mereka sudah mempersembah-
kan korban, maka mereka tidak perlu lagi melakukan keadilan,
dan mendapat keringanan untuk berbuat fasik. Hal ini membuat
jalan mereka tampak lurus (ay. 2). Kami sudah berpuasa (Yes. 58:3).
Aku harus mempersembahkan korban keselamatan (Ams. 7:14).
2. Jelas-jelas dinyatakan bahwa hidup baik itu (yakni berlaku adil
dan mencintai kesetiaan) lebih dikenan Allah dibandingkan segala
ibadah yang penuh semarak dan mahal-mahal. Korban-korban
persembahan yaitu ketetapan ilahi, dan berkenan bagi Allah jika
dipersembahkan di dalam iman dan pertobatan. Jika tidak, per-
sembahan itu ditolak (Yes. 1:11, dst.). Sebetulnya, bisa dilihat
bahwa bahkan pada masa Perjanjian Lama itu pun, kewajiban-ke-
wajiban moral lebih diutamakan dibandingkan korban-korban persem-
bahan (1Sam. 15:22). Ini menunjukkan bahwa korban-korban
persembahan itu tidak memiliki nilai-nilai unggul yang asali di
dalamnya, dan kewajiban untuk melakukannya pun tidak diperin-
tahkan untuk selama-lamanya (Mi. 6:6-8). Beragama itu sebagian
besar menyangkut hal bagaimana kita menilai atau menghakimi
dan bagaimana kita melakukan keadilan dengan berpegang pada
dasar sebagai berikut: melakukan kewajiban terhadap Allah, me-
mandang kecil dunia ini, dan mengasihi sesama. Ibadah agama
seperti inilah yang lebih dikenan Allah dibandingkan semua korban
bakaran dan korban sembelihan (Mrk. 12:33).
4 Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik,
yaitu dosa.
Ini bisa kita lihat sebagai ayat yang menunjukkan kepada kita,
1. Tanda-tanda orang fasik. Siapa yang mempunyai mata yang cong-
kak dan hati yang sombong, yang bersikap kurang ajar dan suka
mencemooh Allah maupun manusia, dan yang selalu merusak
serta bersekongkol, merancang dan merencanakan satu atau lain
kejahatan, ia itu sungguh seorang yang fasik. Pelita orang fasik
yaitu dosa. Dosa yaitu kebanggaan, hasrat, kemuliaan dan
sukacita, dan pekerjaan orang fasik.
2. Kesengsaraan-kesengsaraan orang fasik. Pengharapan-pengharap-
annya yang meninggi, rancangan-rancangannya yang megah, dan
persekongkolan-persekongkolan serta rencana-rencananya yang
teramat rumit, yaitu dosanya. Ia menjadikan dirinya bersalah di
dalam semuanya itu, dan dengan demikian mendatangkan masa-
lah bagi dirinya sendiri. Pekerjaan semua orang fasik, seperti juga
kesenangan mereka, tidak lain dan tidak bukan yaitu dosa. Be-
gitu menurut Uskup Patrick. Mereka melakukan segalanya untuk
memuaskan hawa nafsu mereka, tanpa peduli sama sekali terha-
dap kemuliaan Allah di dalam segala tingkah laku mereka, dan
oleh sebab itu yang menjadi pelita mereka yaitu dosa, sehingga
tidak heran jika korban persembahan mereka pun yaitu dosa
5 Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, namun
setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.
Inilah:
1. Jalan untuk menjadi kaya. Jika kita ingin hidup secara berkelim-
pahan dan nyaman di dunia, maka kita harus rajin bekerja, dan
tidak kendor untuk bersusah payah dan menghadapi masalah di
dalam pekerjaan kita. Sebaliknya, kita harus menjalankannya de-
ngan sepenuh hati, memanfaatkan segala keuntungan dan ke-
sempatan untuk bekerja, dan melakukan apa yang bisa kita laku-
kan dengan sekuat tenaga. Namun, kita tidak boleh tergesa-gesa
dalam melakukannya, atau merepotkan diri kita dan orang lain
dengannya, namun harus tetap menjalankannya dengan baik dan
lembut, sebab cara ini dapat merampungkan banyak pekerjaan
dalam sehari. Selain rajin, kita juga harus mempunyai rencana.
Rancangan orang rajin itu sama pentingnya dengan tangan orang
rajin. Meramalkan itu sama baiknya dengan bekerja. Tahukah
engkau akan jadi apa orang yang bijaksana dan rajin seperti itu?
Hidupnya akan selalu berkecukupan.
2. Jalan untuk menjadi miskin. Siapa yang tergesa-gesa, yang gega-
bah dan tidak menimbang-nimbang dalam mengurusi perkara-
perkara mereka, dan tidak mau mengambil waktu untuk berpikir,
yang dengan tamak selalu ingin beruntung, entah dengan cara
yang benar atau salah, dan tergesa-gesa ingin menjadi kaya de-
ngan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak adil atau mem-
buat rencana-rencana yang tidak bijak, ia sedang menempuh
jalan mulus menuju kemiskinan. Segala pemikiran dan rancang-
an mereka, yang mereka harapkan dapat menaikkan derajat me-
reka sendiri, akan menghancurkan mereka.
6 Memperoleh harta benda dengan lidah dusta yaitu kesia-siaan yang le-
nyap dari orang yang mencari maut.
Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang berharap dapat mem-
perkaya diri dengan perbuatan-perbuatan yang tidak jujur, dengan
menindas dan menggilas orang-orang yang berurusan dengan mere-
ka, dengan bersaksi dusta, atau dengan membuat perjanjian-perjanji-
an yang curang. Ini juga menunjukkan kebodohan mereka yang tan-
pa segan-segan berdusta jika dengan berbuat demikian mereka
bisa mendapat apa saja. Mereka bisa saja menumpuk harta dengan
sarana-sarana ini, yaitu apa yang mereka jadikan sebagai harta me-
reka. namun ,
1. Mereka tidak akan mendapat kepuasan yang mereka harapkan.
Harta mereka yaitu kesia-siaan yang lenyap. Harta itu akan me-
ngecewakan dan membuat gundah jiwa mereka. Mereka tidak
akan bisa mendapat penghiburan darinya, atau mengandalkan
diri dengannya, namun justru akan gelisah senantiasa. Harta itu
akan lenyap sebab hati nurani mereka sendiri, dan sebab cela-
an-celaan orang. Hendaklah mereka bersiap-siap menghadapi ke-
gelisahan yang tiada henti.
2. Mereka akan menjumpai kehancuran yang tidak mereka sangka-
kan. saat mereka sedang mencari kekayaan dengan perbuatan-
perbuatan yang melanggar hukum seperti itu, mereka sebenarnya
sedang mencari maut. Mereka membuat diri mereka sendiri mu-
dah diterpa iri hati dan niat jahat dari orang lain dengan harta
yang mereka peroleh. Mereka menjadi terbuka bagi murka dan
kutuk dari Allah dengan lidah dusta yang mereka gunakan untuk
memperoleh harta itu. Murka dan kutuk itu akan ditimpakan-Nya
ke atas mereka dan Ia akan menjerumuskan mereka ke dalam ne-
raka.
7 Orang fasik diseret oleh penganiayaan mereka, sebab mereka menolak
melakukan keadilan.
Lihatlah di sini:
1. Sifat dari ketidakadilan. Mencari uang dengan berdusta (ay. 6) tidak
lebih baik dibandingkan merampok secara terang-terangan. Menipu ada-
lah mencuri. Engkau bisa saja mencopet dompet orang dengan me-
nipu dia lewat tawar-menawar yang tidak benar, di mana dia
diperdayai dan tidak bisa berbuat lain selain percaya dengan tawar-
anmu itu. Tidak ada alasan bagimu untuk berkata bahwa engkau
tidak bersalah sudah merampok dia, bahwa dia bisa saja memilih
untuk tidak mempercayaimu. Ingatlah bahwa kepercayaan yaitu
utang yang wajib kita bayar kepada orang.
2. Penyebab dari ketidakadilan. Orang menolak melakukan keadilan.
Mereka tidak mau memberikan kepada masing-masing orang apa
yang pantas mereka dapatkan, namun justru menahan-nahannya.
Kegagalan untuk melakukan keadilan ini membuka jalan untuk
melakukan kejahatan. Pada akhirnya kelalaian tersebut akan ber-
ujung pada perampokan juga. Orang yang menolak melakukan
keadilan akan memilih berbuat jahat.
3. Dampak-dampak dari ketidakadilan. Ketidakadilan akan berbalik
menimpa kepala orang berdosa itu sendiri. Perampokan yang dila-
kukan orang fasik akan membuat mereka ketakutan (menurut se-
bagian orang). Hati nurani mereka akan dipenuhi dengan kenge-
rian dan keheranan, akan mengiris-iris mereka, akan memotong-
motong mereka (menurut sebagian orang lain). Ketidakadilan akan
menghancurkan mereka sekarang dan selama-lamanya. Itulah
sebabnya Salomo berkata (ay. 6), mereka mencari maut.
8 Berliku-liku jalan si penipu, namun orang yang jujur lurus perbuatannya.
Ini menunjukkan bahwa seperti apa orang, seperti itu pulalah jalan-
nya.
1. Orang yang jahat, jahat pula jalannya. Jika seseorang yaitu pe-
nipu, jalannya juga berliku-liku. Inilah jalan dari kebanyakan
orang, sebab seperti itulah kebobrokkan yang melanda seluruh
umat manusia. Mereka semua telah menyeleweng (Mzm. 14:3-4).
Seluruh umat manusia telah sesat jalan. namun orang yang se-
rong, orang yang menipu, yang selalu menggunakan tipu muslihat
dalam segala sesuatu yang diperbuatnya, jalannya berliku-liku,
bertentangan dengan semua aturan kehormatan dan kejujuran.
Jalannya berliku-liku, sebab engkau tidak tahu ke mana harus
mencarinya atau kapan engkau menemukannya. Jalannya ber-
liku-liku, sebab jalan itu terpisah dari semua yang baik dan
membuat manusia terasing dari Allah dan perkenanan-Nya. Se-
perti itulah jalan itu bila dipandangnya dari kejauhan, dan bila di-
pandang oleh semua orang jujur.
2. Orang-orang yang jujur terbukti jujur melalui perbuatan mereka,
sebab perbuatan mereka itu lurus, adil, dan sesuai peraturan.
Mereka diterima Allah serta dipuji manusia. Jalan umat manusia
di dalam kemurtadan mereka berbelok-belok dan berliku-liku. Te-
tapi orang yang jujur, orang yang dengan anugerah Allah dipulih-
kan dari keadaan yang serong itu, yang masih melingkupi sebagi-
an orang di sana sini, perbuatannya lurus, seperti Nuh di dunia
yang lampau (Kej. 7:1).
9 Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan
wanita yang suka bertengkar.
Lihatlah di sini:
1. Betapa suatu penderitaan yang besar bagi seorang laki-laki bila
mempunyai istri yang cerewet dan suka mengomel. Pada setiap
kesempatan, dan sering kali saat tidak ada kesempatan sama
sekali, amarahnya meledak-ledak, dan ia mencaci-maki entah
suaminya entah orang-orang di sekitarnya. Ia suka kesal-kesal
sendiri dan marah-marah terhadap anak-anak dan para pemban-
tunya, dan dengan semuanya itu, ia membuat jengkel suaminya.
Jika rumah orang itu luas, lapang, dan megah, maka ini akan
merusak kenyamanannya untuk tinggal di dalamnya sebagai
sebuah rumah pergaulan (begitulah kata yang digunakan di sini).
Di dalam rumah itu seseorang seharusnya bisa bergaul dan men-
jamu teman-temannya. Namun, istri seperti itu akan membuat
suami maupun rumahnya menjadi tidak ramah lagi, dan tidak
pantas dipakai sebagai tempat untuk menikmati persahabatan
sejati. Ini akan membuat seorang laki-laki malu dengan pilihan-
nya dan bagaimana dia mengelola hidupnya. Ini juga akan meng-
ganggu hubungan pertemanannya dengan orang lain.
2. Apa yang terpaksa dilakukan banyak orang di dalam penderitaan
seperti itu. Ia tidak dapat menjaga kewenangannya. Ia merasa
tidak ada gunanya untuk melawan amarah yang sungguh tidak
masuk akal seperti itu, sebab amarah itu liar dan akan jauh ber-
tambah ganas. Hikmat dan kebaikan hatinya tidak akan membiar-
kan dia membalas cercaan dengan cercaan, dan juga kasih sa-
yangnya terhadap istri tidak akan membiarkannya menggunakan
kekerasan apa pun. Oleh sebab itu, ia merasa bahwa hal yang
terbaik untuk dilakukannya yaitu menarik diri ke sudut sotoh
rumah, dan duduk sendirian di sana, terhindar dari celotehan
istrinya. Jika ia bisa menyibukkan dirinya baik-baik di sana, se-
perti yang mungkin akan dilakukannya, maka itu yaitu langkah
terbijak yang bisa diambilnya. Lebih baik berbuat demikian dari-
pada meninggalkan rumah dan bergaul dengan orang-orang yang
buruk, dibandingkan pergi mencari hiburan, seperti yang diperbuat
banyak orang, yang seperti Adam, menjadikan dosa istri mereka
sebagai dalih bagi dosa mereka sendiri.
10 Hati orang fasik mengingini kejahatan dan ia tidak menaruh belas kasihan
kepada sesamanya.
Lihatlah di sini sifat orang yang sangat jahat.
1. Kecenderungan kuat yang dimilikinya untuk berbuat jahat. Hati-
nya sendiri mengingini kejahatan, mengingini agar kejahatan dila-
kukan dan agar ia mendapat kesenangan, bukan hanya untuk
melihatnya, melainkan juga untuk ikut ambil bagian di dalamnya.
Kefasikan berakar di dalam jiwa. Keinginan orang untuk berbuat
jahat, itulah hawa nafsu yang mengandung dan melahirkan dosa.
2. Keengganannya yang kuat untuk berbuat baik: sesamanya, te-
mannya, saudaranya yang terdekat, tidak mendapat belas kasihan
darinya, tidak bisa mendapat kebaikan sedikit pun darinya, mes-
kipun teramat membutuhkannya. Dan, saat ia sedang menge-
jar-ngejar kejahatan yang begitu didambakan hatinya, ia tidak
akan segan-segan menyingkirkan siapa saja yang menghalang-
halangi jalannya. Tetangga sebelahnya tidak akan dipandang lebih
baik dibandingkan orang asing, dibandingkan seorang musuh.
11 Jikalau si pencemooh dihukum, orang yang tak berpengalaman menjadi bi-
jak, dan jikalau orang bijak diberi pengajaran, ia akan beroleh pengetahuan.
Ini sudah kita jumpai sebelumnya (19:25), dan hal itu menunjukkan
bahwa ada dua cara untuk membuat orang tidak berpengalaman
menjadi bijak:
1. Melalui hukuman-hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang
fasik dan tidak bisa diubah. Hendaklah hukum dilaksanakan atas
si pencemooh, maka bahkan orang yang tak berpengalaman akan
tersadar dan diperingatkan sebab nya, dan ia akan memahami,
lebih dibandingkan si pencemooh, betapa jahatnya dosa, dan akan
mengambil pelajaran darinya serta berjaga-jaga.
2. Melalui didikan-didikan yang diberikan kepada orang-orang yang
bijak dan mau diajar: jikalau orang bijak diberi pengajaran melalui
firman yang dikhotbahkan, ia (bukan hanya orang bijak itu sen-
diri, melainkan juga orang tak berpengalaman yang berdiri di se-
kitarnya) beroleh pengetahuan. Sama sekali bukanlah kecurangan
untuk menerima bagi diri kita sendiri pelajaran baik yang dimak-
sudkan bagi orang lain.
12 Yang Mahaadil memperhatikan rumah orang fasik, dan menjerumuskan
orang fasik ke dalam kecelakaan.
1. saat kita membaca ayat ini, tampaklah mengapa orang-orang
baik, jika mereka sudah memahami berbagai perkara secara
benar, tidak akan merasa iri hati terhadap kemakmuran yang
dirasakan para pembuat kejahatan. saat mereka melihat rumah
orang fasik, rumah itu mungkin begitu penuh dengan semua hal
yang baik dari dunia ini, mereka bisa saja tergoda untuk iri hati.
namun jika mereka memperhatikannya, jika mereka meli-
hatnya dengan mata iman, jika mereka melihat Allah menjeru-
muskan orang fasik ke dalam kecelakaan, bahwa ada kutuk
di tempat kediaman mereka yang pasti akan menghancurkan tem-
pat itu tidak lama lagi, maka mereka melihat lebih banyak alasan
untuk memandang rendah orang-orang fasik itu, atau merasa ka-
sihan terhadap mereka, dibandingkan takut atau iri hati terhadap me-
reka.
2. Sebagian orang memberikan pengertian lain untuk ayat ini: orang
bijak (hakim atau ahli hukum, yang dipercaya untuk menjalankan
keadilan dan menjaga ketenteraman umum) memeriksa rumah
orang fasik, menyelidiki apakah ada senjata atau barang-barang
curian, mengadakan pemeriksaan yang sungguh-sungguh terha-
dap keluarganya dan sifat orang-orang yang ada di sekitarnya,
agar ia dengan kuasanya bisa menjerumuskan orang fasik ke da-
lam kecelakaan dan mencegah mereka melakukan kejahatan lebih
jauh. Juga, agar ia bisa menembaki sarang-sarang yang di dalam-
nya burung-burung pemangsa, atau burung-burung najis, berlin-
dung.
13 Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima
jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.
Di sini kita mendapati gambaran dan hukuman orang yang tidak
bermurah hati.
1. Gambaran tentangnya: ia menutup telinganya bagi jeritan orang
lemah, bagi jeritan mereka mengenai kekurangan dan kesengsara-
an (ia bertekad untuk tidak memperhatikan mereka), bagi jeritan
mereka yang meminta-minta dan memohon. Ia bertekad bahwa ia
bahkan tidak mau mendengar mereka, akan mengusir mereka
dari pintu rumahnya, dan melarang mereka mendekati dia. Atau,
jika ia tidak bisa tidak mendengar mereka, maka ia tidak akan
memperhatikan mereka, atau tergerak oleh segala keluh-kesah
mereka, atau mengalah sebab kegigihan mereka. Ia menutup
pintu hatinya, dan itu sama saja dengan menutup telinganya (Kis.
7:57).
2. Hukuman baginya. Ia sendiri akan ditimpa kesusahan, yang akan
membuatnya berseru-seru, namun ia tidak akan menerima jawab-
an. Orang tidak akan mendengarkan dia, namun mengganjar dia
sebagaimana dia telah mengganjar orang lain. Allah tidak akan
mendengarkan dia. Sebab penghakiman yang tak berbelas kasih-
an akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan (Yak.
2:13), dan barangsiapa di bumi menolak memberikan remah-
remah rotinya, maka di neraka ditolak permohonannya untuk
mendapat setetes air. Allah akan menutup telinga terhadap doa-
doa orang yang menutup telinga terhadap jeritan orang miskin,
yang, jika tidak didengar oleh kita, maka akan didengar untuk
melawan kita (Kel. 22:23).
14 Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah
yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat.
Inilah:
1. Kuasa yang biasanya menyertai barang-barang pemberian. Tidak ada
yang lebih ganas dibandingkan amarah. Oh, betapa dahsyatnya kegeram-
an yang hebat! Namun, hadiah yang manis, yang diatur dengan
bijaksana, akan melenyapkan amarah orang meskipun tampaknya
tidak bisa dipadamkan, dan melucuti kebencian-kebencian yang
paling sengit dan bergejolak. Ketamakan biasanya merupakan tuan
dari dosa, dan memerintah hawa-hawa nafsu lain. Pecuniæ obediunt
omnia Uang menguasai segalanya. Dengan cara demikianlah Yakub
menenangkan Esau, dan Abigail menenangkan Daud.
2. Kebijakan yang biasanya dijalankan dalam memberi dan mene-
rima suap. Suap itu harus berupa pemberian dengan sembunyi-
sembunyi dan hadiah yang dirahasiakan, supaya orang yang me-
nerimanya tidak akan disangka menginginkannya, atau diketahui
sudah menerimanya, atau atas kemauan sendiri berutang budi
kepada orang yang telah berlaku salah kepadanya. Jadi, jika itu
dilakukan secara rahasia, maka semua akan baik-baik saja. Ja-
nganlah orang bersikap terlalu terbuka dalam memberikan pem-
berian, atau menyombong-nyombongkan diri dengan hadiah-ha-
diah yang dikirimkannya. Akan namun , jika yang diberikan yaitu
suap untuk menyelewengkan keadilan, maka itu sungguh mema-
lukan, sehingga orang-orang yang gemar menyuap sekalipun akan
malu dengannya.
15 Melakukan keadilan yaitu kesukaan bagi orang benar, namun menakut-
kan orang yang berbuat jahat.
Perhatikanlah:
1. yaitu kesenangan dan kepuasan bagi orang-orang baik untuk
melihat keadilan dijalankan oleh pemerintahan yang di bawahnya
mereka hidup, untuk melihat kebenaran ditegakkan dan pelang-
garan ditekan. Juga, untuk melakukan keadilan itu sendiri, se-
suai dengan ruang lingkup mereka. Mereka tidak hanya melaku-
kan keadilan, namun juga melakukannya dengan senang hati,
bukan hanya sebab takut mendapat malu, melainkan juga kare-
na cinta akan kebajikan.
2. yaitu kengerian bagi orang-orang fasik untuk melihat hukum di-
jalankan melawan kekejian dan kecemaran. Itu merupakan ke-
hancuran bagi mereka. Sama seperti mereka akan kesal jika di-
paksa untuk melakukan keadilan sendiri, entah untuk mendu-
kung nama baik mereka atau sebab takut mendapat hukuman.
Atau, jika kita mengartikannya sebagaimana kita membacanya,
maka ayat itu berarti bahwa ada kesenangan yang sejati
dalam menjalankan agama, namun ada kehancuran yang pasti
di ujung semua jalan yang jahat.
16 Orang yang menyimpang dari jalan akal budi akan berhenti di tempat
arwah-arwah berkumpul.
Inilah:
1. Orang berdosa di dalam pengembaraannya: ia menyimpang dari
jalan akal budi, dan jika sekali ia meninggalkan jalan yang
baik itu, maka ia akan mengembara tanpa henti. Jalan agama
yaitu jalan akal budi. Orang yang tidak sungguh-sungguh saleh
berarti tidak sungguh-sungguh berakal. Orang yang menyimpang
dari jalan ini berarti melanggar pagar yang telah dipasang Allah,
dan mengikuti kelakuan dunia serta kedagingan. Dan mereka
sesat seperti domba yang hilang.
2. Orang berdosa di dalam perhentiannya, atau lebih tepatnya di da-
lam kehancurannya: ia akan berhenti (quiescet ia akan beristira-
hat, namun tidak in pace di dalam damai) di tempat arwah-arwah
berkumpul, yaitu arwah orang berdosa dari dunia zaman dulu,
yang sudah disapu bersih oleh air bah. Dengan kehancuran itulah
kutukan terhadap orang-orang berdosa dibandingkan, sebagai-
mana kadang-kadang dibandingkan dengan kehancuran Sodom,
saat mereka dikatakan akan mendapat bagian di dalam api dan
belerang. Atau di antara orang-orang terkutuk, yang berada di
bawah kuasa kematian yang kedua. Sungguh besar jemaat yang
terdiri dari orang-orang berdosa yang terkutuk, terikat di dalam
berkas-berkas untuk dibakar di dalam api. Dan di dalam api itu-
lah akan tinggal, tinggal untuk selama-lamanya, mereka yang di-
keluarkan dari jemaat orang benar. Siapa yang meninggalkan ja-
lan ke sorga dan tidak kembali ke sana, pasti akan terjerumus di
kedalaman neraka.
17 Orang yang suka bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang
gemar kepada minyak dan anggur tidak akan menjadi kaya.
Inilah bantahan melawan gaya hidup orang yang suka bersenang-se-
nang dan bermewah-mewah, dengan melihat kehancuran yang dida-
tangkannya atas kepentingan-kepentingan manusia di dunia ini.
Inilah:
1. Gambaran seorang penurut hawa nafsu: ia suka bersenang-se-
nang. Allah mengizinkan kita merasakan kenikmatan-kenikmatan
indrawi secukupnya dan tidak berlebihan. Hanya sebatas anggur
yang menyukakan hati manusia dan memberikan semangat ke-
pada roh, dan minyak yang membuat muka berseri serta yang
mempercantik wajah. namun orang yang cinta akan hal-hal ini,
yang hatinya terpatri padanya, mendambakannya dengan kesung-
guhan hati, dan yang berusaha sepenuh hati untuk merasakan
semua kesenangan indrawi yang akan memuncak pada kenikmat-
an, ia yaitu seorang penurut hawa nafsu (2Tim. 3:4). Orang
demikian tidak sabar terhadap segala sesuatu yang mengganggu
kesenangan-kesenangannya, yang menyukainya sebagai apa yang
paling menyenangkan, dan yang oleh sebab itu mulutnya terasa
hambar untuk mengecap kesenangan-kesenangan rohani.
2. Hukuman bagi si penurut hawa nafsu di dunia ini: ia akan berke-
kurangan. Sebab hawa nafsu kedagingan tidak akan bisa terus
dipelihara tanpa biaya yang besar. Dan sudah ada banyak contoh
orang-orang menjadi berkekurangan dan hidup dengan mengan-
dalkan amal sedekah, padahal sebelumnya mereka tidak bisa hi-
dup tanpa makanan yang lezat-lezat dan bermacam-macam. Su-
dah banyak pesolek yang kemudian menjadi pengemis.
18 Orang fasik dipakai sebagai tebusan bagi orang benar, dan pengkhianat se-
bagai ganti orang jujur.
Ini menunjukkan:
1. Apa yang harus dilakukan untuk menegakkan keadilan di antara
manusia: orang fasik, yang suka membuat masalah di negeri,
harus dihukum, untuk mencegah dan menjauhkan penghakiman-
penghakiman yang bisa menimpa seluruh bangsa, yang jika tidak
demikian pasti akan menimpa juga semua orang, bahkan sering
termasuk orang benar juga. Demikianlah saat Akhan dirajam, ia
menjadi tebusan bagi kemah orang-orang Israel yang benar.
Begitu pula, ketujuh anak laki-laki Saul, saat mereka digan-
tung, menjadi tebusan bagi kerajaan Daud yang benar.
2. Apa yang sering kali dilakukan oleh pemeliharaan Allah: orang
benar diselamatkan dari kesukaran, lalu orang fasik mengganti-
kannya, sehingga seolah-olah ia menjadi tebusan bagi dia (11:8).
Allah lebih memilih membiarkan banyak orang fasik binasa dari-
pada menelantarkan umat-Nya sendiri. Aku memberikan manusia
sebagai gantimu (Yes. 43:3-4).
20 Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan wanita
yang suka bertengkar dan pemarah.
Perhatikanlah:
1. Amarah-amarah yang tidak dikekang akan merusak dan mem-
buat pahit penghiburan yang dirasakan dalam hubungan antar-
sesama. Istri yang suka kesal dan marah-marah membuat hidup
suaminya tidak tenteram, sementara ia seharusnya menjadi peng-
hiburan dan penolong yang sepadan bagi suaminya itu. Orang-
orang yang tidak bisa berdiam dalam damai dan kasih tidak akan
bisa berdiam dalam damai dan kebahagiaan. Bahkan orang-orang
yang sudah menjadi satu daging, jika bersamaan dengan itu me-
reka tidak menjadi satu roh, tidak akan merasakan sukacita da-
lam persatuan mereka.
2. Lebih baik tidak berteman sama sekali dibandingkan berteman dengan
orang-orang jahat. Istri yang mengikat perjanjian denganmu ada-
lah temanmu, namun, jika ia suka marah-marah dan menjengkel-
kan, lebih baik tinggal di padang gurun seorang diri, biarpun se-
ring diterpa angin dan cuaca buruk, dibandingkan harus menemani-
nya. Orang bisa menikmati Allah dan dirinya sendiri lebih baik di
padang gurun dibandingkan di antara sanak-saudara dan tetangga
yang suka bertengkar. Lihat ayat 9.
20 Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, namun orang
yang bebal memboroskannya.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang bijak akan menambah apa yang mereka miliki
dan akan hidup secara berkelimpahan. Hikmat mereka akan meng-
ajar mereka untuk menyeimbangkan pengeluaran dengan penda-
patan mereka, dan untuk mengumpulkan harta bagi kehidupan di
alam baka. Maka dari itu, ada harta benda untuk diinginkan (KJV),
dan sebanyak yang perlu diinginkan, yaitu persediaan segala benda
untuk kemudahan hidup, yang dikumpulkan pada musimnya, dan
khususnya minyak, salah satu bahan pokok di tanah Kanaan (Ul.
8:8). Harta ini berada di kediaman, atau di gubuk, dari orang bijak.
sebab itu, lebih baik mempunyai rumah model kuno namun leng-
kap perabotannya, dibandingkan rumah modern yang indah namun
tidak diurus dengan baik. Allah memberkati usaha-usaha orang
bijak, dan kemudian rumah mereka diperlengkapi dengan perabot-
an.
2. Orang-orang bebal menghabiskan apa yang mereka miliki untuk
memuaskan hawa nafsu mereka, dan dengan demikian mengha-
biskan seluruh persediaan mereka. Orang-orang yang tidak tahu
mengurus harta mereka yaitu yang tanpa pikir panjang mengha-
biskan apa yang mereka punya, dan tidak memikirkan bagaimana
cara untuk mendapatkan lebih. Anak-anak yang bodoh mengha-
biskan apa yang sudah dikumpulkan oleh orang tua mereka yang
bijak. Satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang
baik, seperti yang diperbuat si anak hilang.
21 Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebe-
naran dan kehormatan.
Lihatlah di sini:
1. Apa yang dimaksud dengan menjadikan agama sebagai urusan
kita. Itu berarti mengejar kebenaran dan kasih, tidak berpuas diri
dengan perbuatan-perbuatan yang mudah, namun melaksanakan
kewajiban kita dengan sepenuh hati dan bersusah payah, seperti
orang yang terus berusaha maju dan takut jangan sampai terting-
gal. Kita harus berlaku adil dan juga mencintai kesetiaan, dan
harus terus melangkah maju serta bertekun di dalamnya. Dan,
meskipun kita tidak dapat mencapai kesempurnaan, namun akan
menjadi penghiburan bagi kita jika kita berusaha mencapainya
dan mengejarnya.
2. Apa untungnya berbuat demikian: orang-orang yang mengejar ke-
benaran akan memperoleh kebenaran. Allah akan memberi mereka
anugerah untuk berbuat baik, dan mereka akan mendapat kese-
nangan serta penghiburan dalam melakukannya. Orang-orang
yang dengan kesadaran hati nurani berlaku adil terhadap orang
lain akan mendapatkan kesenangan dan penghiburan dalam ber-
laku adil. Orang-orang yang dengan kesadaran hati nurani ber-
laku adil terhadap orang lain akan diperlakukan secara adil pula
oleh orang lain, dan orang lain akan berlaku baik terhadap mere-
ka. Orang-orang Yahudi mengejar kebenaran, namun tidak mem-
perolehnya, sebab mereka mencari dengan salah (Rm. 9:31).
namun kalau kita mencarinya dengan benar, carilah, maka kamu
akan mendapat, dan dengan itu pula kamu akan mendapat baik
kehidupan maupun kehormatan, kehidupan dan kehormatan ke-
kal, mahkota kebenaran.
22 Orang bijak dapat memanjat kota pahlawan-pahlawan, dan merobohkan
benteng yang mereka percayai.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang mempunyai kekuatan cenderung menjanjikan
kepada diri mereka bahwa mereka akan memperoleh perkara-
perkara besar dengan kekuatan mereka itu. Kota pahlawan-pahla-
wan menganggap diri tak terkalahkan, dan oleh sebab itu kekuat-
annya yaitu benteng yang mereka percayai, hal yang mereka
megahkan dan andalkan, dengan menantang segala bahaya.
2. Orang-orang yang mempunyai hikmat, meskipun mereka begitu
bersahaja sehingga tampak sangat tidak menjanjikan, sering kali
melakukan perkara-perkara besar, bahkan melebihi orang-orang
yang oleh hikmat mereka, begitu yakin akan kekuatan mereka.
Perilaku yang baik akan berdampak jauh, bahkan melebihi ke-
kuatan yang hebat sekalipun. Demikian juga, sebuah siasat, yang
diatur dengan baik, akan berhasil memanjat kota pahlawan-pahla-
wan, dan merobohkan benteng yang begitu diandalkan oleh kota
itu. Orang bijak akan berhasil memenangkan hati banyak orang
dan menaklukkan mereka dengan kekuatan akal budi, yang
merupakan penaklukkan yang lebih mulia dibandingkan penaklukan
yang diperoleh dengan kekuatan senjata. Orang-orang yang me-
mahami kepentingan mereka pasti akan bersedia menyerahkan
diri mereka kepada orang yang bijak dan baik, sebab tembok-tem-
bok yang terkuat sekalipun tidak akan bertahan melawan orang
bijak itu.
23 Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.
Perhatikanlah:
1. yaitu kepentingan yang besar bagi kita untuk menjaga jiwa kita
dari segala kesusahan, menjaganya agar tidak terperangkap ke
dalam banyak jerat dan kebingungan, dan digelisahkan dengan
berbagai macam pesoalan, agar kita tetap bisa menguasai dan
menikmati diri, dan agar jiwa kita menjadi layak untuk melayani
Allah.
2. Orang-orang yang mau menjaga jiwa mereka harus mengawasi
pintu bibir mereka, harus memelihara mulut dengan menahan diri,
agar tidak ada buah terlarang yang masuk ke dalamnya, tidak ada
air curian, dan agar tidak makan atau minum secara berlebihan.
Mereka harus memelihara lidah juga, agar tidak ada pe