Rabu, 09 Juli 2025

Yesaya 1-39 10


 a dengan Babel.  

1. Bagi para tahanan yang malang, peristiwa di atas akan disam-

but sebagai kabar gembira. Sebab sudah sejak lama mereka 

diberitahukan bahwa pemusnah Babel akan menjadi sang 

pembebas mereka, sehingga, “ketika mereka mendengar Elam 

dan Madai sedang datang mengepung Babel, semua keluh 

mereka terhenti. Mereka tidak akan lagi mencampur air mata 

mereka dengan aliran air sungai Efrat, melainkan mulai me-

mainkan kecapi mereka lagi, dan tersenyum ketika ingat akan 

Sion, yang sebelum itu mereka tangisi setiap kali memikirkan-

nya.” Oleh karena keluhan orang-orang miskin, Allah yang pe-

ngasih akan bangkit pada saatnya (Mzm. 12:6). Ia akan mema-

tahkan kuk dari leher mereka, akan mengangkat tongkat orang 

fasik dari hidup mereka, dan dengan begitu membuat keluhan 

mereka terhenti. 

2. Bagi para penindas yang angkuh, peristiwa itu akan menjadi 

penglihatan yang menyeramkan (ay. 2), khususnya bagi raja 

Babel ketika itu, dan tampaknya dialah yang di sini dibicara-

kan sedang meratap dengan pedih mengenai nasibnya yang 

tak terelakkan (ay. 3-4): Sebab itu pinggangku amat sakit, sakit 

mulas menimpa aku, dst, yang benar-benar terjadi pada raja 

Belsyazar, sebab pada malam itu juga ketika kotanya direbut 

dan dia terbunuh, saat itu ia melihat sebuah tangan menulis 

huruf-huruf mistis pada dinding, dan ia menjadi pucat, dan 

pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal 

pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan (Dan. 5:6).  

Walaupun begitu, itu baru merupakan awal dari segala duka-

cita. Penyingkapan Daniel akan maksud dari tulisan itu sema-

kin menambah rasa ngerinya, dan peringatan tanda bahaya 

yang mengikuti para algojo di ambang pintu pun melengkap-

kan peringatan itu. Dan perkataan malam hari yang selalu ku-

rindukan itu sekarang menggentarkan aku, dengan jelas meru-

juk pada keadaan mengenaskan dari kejatuhan Belsyazar, 

bahwa dia dibunuh pada malam itu saat sedang puncak-pun-

caknya berpesta pora dan bersuka ria, dengan piala-piala pe-

nuh minuman dan selir-selir mengelilinginya serta para pang-

limanya bersenang-senang bersama dia. Malam kesenangan-

nya itu, saat dia menjanjikan dirinya akan terus menikmati 

Kitab Yesaya 21:1-10 

 369 

dengan tak terlukiskan, tanpa terganggu dan terhenti pemuas-

an indranya, dengan perbuatan berani menentang Allah dan 

agama dengan menajiskan segala peralatan rumah Allah, 

malam itu berubah menjadi segala kengerian. Semoga kejadian 

ini berhasil membuat kita tersentak akan sia-sianya pesta pora 

dan kenikmatan indrawi, dan mencegah kita untuk tunduk 

padanya. Supaya kita tahu betapa beratnya akhir dari pesta 

pora dan betapa cepatnya senda tawa berubah menjadi tangis 

kabung. Supaya kita sadar bahwa atas segala kesia-siaan ini, 

Allah akan menjatuhkan penghakiman ke atas kita. Marilah 

kita selalu mencampurkan rasa gemetar dengan sukacita kita. 

III. Gambaran mengenai keadaan Babel saat musuh mengejutkannya: 

semuanya sedang bersukaria (ay. 5): “Siapkan meja secantik-can-

tiknya dengan berbagai hidangan. Tempatkan para penjaga. Suruh 

mereka berjaga-jaga di tempat jaga supaya kita makan dan ber-

pesta pora dengan aman. Dan jika ada peringatan tanda bahaya, 

para panglima akan bangkit dan meminyaki perisai, dan siap 

memberi sambutan hangat kepada musuh.” Begitulah, betapa me-

reka merasa aman, dan merasa telah menyiapkan segala sesuatu, 

dengan segala sukacita seolah-olah semuanya baik-baik saja. 

IV. Uraian mengenai tanda bahaya yang akan diberikan kepada Babel 

ketika ia diserbu oleh raja Koresh dan Darius. Dalam bentuk 

penglihatan, Tuhan menunjukkan kepada sang nabi mengenai 

penjaga atau peninjau yang ditempatkan di menara jaga, di dekat 

menara jaga, di dekat istana, seperti yang biasanya dilakukan da-

lam masa-masa bahaya. Raja memerintahkan orang-orang di se-

kelilingnya untuk menempatkan seorang prajurit di tempat yang 

paling menguntungkan untuk berjaga-jaga, dan sesuai dengan 

tugas seorang penjaga menara, apa yang dilihatnya haruslah 

diberitahukannya (ay. 6).  Kita membaca mengenai para peninjau 

yang ditempatkan seperti ini untuk mencari keterangan seperti 

dalam kisah Daud (2Sam. 18:25), dan kisah Yehu (2Raj. 9:17).  Si 

peninjau dalam kisah Yesaya ini melihat sebuah kereta dengan 

orang-orang berkuda berpasang-pasangan mengiringinya. Kita bisa 

menduga kereta ini ditunggangi oleh panglima perang. Ia kemudian 

melihat kereta lain ditarik oleh keledai-keledai, yang banyak di-

gunakan oleh pasukan Persia, dan sebuah kereta lagi ditarik oleh 


 370

unta-unta, yang banyak digunakan di antara orang Madai. Kedua 

kereta ini (seperti pikir Grotius) menandakan dua bangsa yang 

bergabung melawan Babel, atau lebih tepat lagi, kedua kereta itu 

datang untuk membawa kabar ke istana raja Babel (bdk. Yer. 

51:31-32). Pesuruh-pesuruh cepat berlari susul-menyusul, pem-

bawa-pembawa kabar susul-menyusul, untuk mengabarkan ke-

pada raja Babel, bahwa kotanya telah direbut dari satu ujung (KJV) 

sementara sang raja sedang beria-ria di ujung yang lain dan tidak 

tahu apa-apa. Si peninjau ini, begitu melihat kereta-kereta ini di 

kejauhan, diperhatikannya sungguh-sungguh, dengan penuh per-

hatian, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dan (ay. 8) ia berseru, 

seorang singa (KJV). Kata ini, ketika keluar dari mulut seorang pen-

jaga, tak pelak lagi pasti memberi tanda tertentu, dan semua orang 

tahu apa maknanya, walaupun kini kita tahu apa itu. Mungkin 

seruan itu dimaksudkan untuk membangkitkan perhatian orang: 

siapa yang mempunyai telinga, hendaklah ia mendengar, seperti 

ketika mendengar singa sedang mengaum. Atau, ia berteriak 

seperti seekor singa, sangat keras dan sungguh-sungguh, karena 

keadaan sangat genting. Dan apa yang harus dikatakannya? 

1. Ia mengaku sudah terus bertugas di tempat ia ditugaskan: “Di 

tempat peninjauan, ya tuanku, aku berdiri senantiasa, dan 

tidak menemukan apa-apa yang berarti sampai saat ini. Sega-

lanya tampak aman dan tenang.” Sebagian orang berpikir bah-

wa ini yaitu   keluhan dari umat Allah yang sudah sangat 

lama menanti-nantikan keruntuhan Babel, sesuai dengan nu-

buat itu, tetapi tidak kunjung datang juga, walaupun mereka 

berketetapan hati untuk terus menunggu. Seperti dalam Haba-

kuk 2:1: Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri 

tegak di menara, untuk melihat apa yang akan terjadi sekarang.  

2. Ia memberitahukan apa yang dilihatnya (ay. 9): Lihat, itu su-

dah datang sepasukan orang, pasang-pasangan orang berkuda, 

suatu penglihatan yang menggambarkan masuknya musuh ke 

dalam kota dengan segenap kekuatan mereka, atau kabar 

yang dibawakan ke istana raja mengenai kedatangan musuh.  

V. Uraian khusus dengan panjang lebar mengenai keruntuhan Ba-

bel. Orang yang ada di dalam kereta berseru (ketika ia mendengar 

si penjaga berseru), sudah jatuh, sudah jatuh Babel. Atau, Allah 

berseru demikian kepada sang nabi yang bertanya mengenai per-

Kitab Yesaya 21:1-10 

 371 

kara-perkara ini: “Sudah tiba saatnya, Babel sudah pasti jatuh 

dan tidak bangkit-bangkit lagi. Tamatlah riwayat Babel sekarang. 

Segala patung berhalanya telah diremukkan dan bertaburan ke 

tanah. Babel itu ibu perempuan-perempuan sundal (yaitu dari 

penyembahan berhala), yang merupakan salah satu alasan meng-

apa Allah bertengkar dengannya. Tetapi sekarang berhala-ber-

halanya itu jauh dari mampu untuk melindunginya, bahkan sam-

pai-sampai sebagian dari mereka diremukkan jatuh ke tanah, dan 

sebagian lain lagi, yang ada nilainya untuk dibawa pergi, akan 

diangkut menjadi tawanan, dan menjadi beban bagi binatang-

binatang yang mengangkut mereka (46:1-2). 

VI. Perhatian diberikan juga kepada umat Allah, yang waktu itu men-

jadi tawanan di Babel, bahwa nubuat mengenai kejatuhan Babel 

ini khususnya dimaksudkan untuk menjadi penghiburan dan 

dorongan bagi mereka, dan mereka boleh yakin bahwa nubuat itu 

pasti akan terpenuhi pada waktunya (ay. 10). Amatilah, 

1. Bagaimana sang nabi menyapa umat atas nama Allah: Hai 

bangsaku yang telah dipijak-pijak dan diinjak-injak! (KJV: Hai 

hasil pengirikanku, dan gandum dari tempat pengirikanku!). 

Nabi menyebut mereka sebagai kepunyaannya, karena mereka 

yaitu   saudara-saudara sebangsanya, dan dengan demikian ia 

punya perhatian dan kepedulian khusus terhadap mereka. 

Tetapi dia menyampaikan kepeduliannya itu sebagai berasal 

dari Allah, dan menujukan perkataannya hanya kepada orang-

orang Israel sejati, yang setia di negeri. Perhatikanlah,  

(1) Jemaat yaitu   tempat pengirikan Allah, di dalamnya buah-

buah dan hasil-hasil yang paling bernilai, seperti yang se-

harusnya, dikumpulkan dan ditimbun.  

(2) Orang-orang percaya sejati merupakan gandum di tempat 

pengirikan Allah. Orang-orang munafik hanyalah sekam 

dan rumput-rumput kering, mengambil banyak tempat te-

tapi sedikit saja nilainya, yang dengan mereka gandum 

sekarang bercampur, tetapi tidak lama lagi gandum akan 

dipisahkan darinya untuk selamanya. 

(3) Gandum dari tempat pengirikan Allah harus siap menung-

gu dengan pasti bahwa mereka akan dikirik oleh berbagai 

penderitaan dan penganiayaan. Israel kepunyaan Allah di 


 372

zaman dulu sudah ditimpa sengsara sejak masa mudanya, 

sering berada di bawah bajak pembajak (Mzm. 129:3) dan 

alat pengirik.  

(4) Sekalipun begitu Allah mengakui mereka sebagai hasil pe-

ngirikan-Nya. Mereka tetap kepunyaan-Nya. Bahkan, pengi-

rikan umat-Nya itu yaitu   melalui ketetapan-Nya, dan ada 

di bawah kendali dan arahan-Nya. Pengirik tidak punya kua-

sa atas jemaat itu tetapi diberikan dari atas. 

2. Jaminan kepastian diberikan sang nabi kepada umat menge-

nai kebenaran berita yang disampaikannya, dan karena itu 

mereka boleh membangun harapan mereka di atasnya: Apa 

yang kudengar dari TUHAN semesta alam, Allah Israel – hanya 

itu dan tidak ada yang lain, hanya itu dan bukan rekaan atau 

khayalanku sendiri – telah kuberitahukan kepadamu. Perhati-

kanlah, dalam segala perkara mengenai jemaat, baik yang 

masa lalu, sekarang maupun akan datang, mata kita harus 

tertuju kepada Allah baik sebagai TUHAN semesta alam mau-

pun sebagai Allah Israel, yang mempunyai kuasa untuk mela-

kukan apa saja bagi jemaat-Nya dan anugerah untuk berbuat 

apa saja bagi kebaikan jemaat. Juga, mata kita harus tertuju 

kepada perkataan nabi-nabi-Nya, sebagai perkataan yang 

diterima dari Tuhan. Sama seperti mereka tidak berani menu-

tup-nutupi apa saja yang telah Allah percayakan kepada mere-

ka untuk diberitahukan, demikian pula mereka tidak berani 

memberitahukan sesuatu yang tidak Dia ungkapkan kepada 

mereka (1Kor. 11:23). 

Pengawal Ditanyai 

(21:11-12) 

11 Ucapan ilahi terhadap Duma. Ada seorang berseru kepadaku dari Seir: “Hai 

pengawal, masih lama malam ini? Hai pengawal, masih lama malam ini?” 12 

Pengawal itu berkata: “Pagi akan datang, tetapi malam juga. Jika kamu mau 

bertanya, datanglah bertanya sekali lagi!” 

Nubuat mengenai Duma ini sangat singkat, tidak terlalu jelas dan 

sukar untuk dimengerti. Sebagian orang menduga Duma yaitu   

suatu bagian dari Arabia, dan bahwa penghuninya merupakan ketu-

runan dari Duma, putra keenam dari Ismael, seperti halnya orang 

Kedar (ay. 16-17) berasal dari putra kedua Ismael (Kej. 25:13-14).

Kitab Yesaya 21:11-12 

 373 

Sebagian orang lagi, karena gunung Seir disebut di sini, memahami 

Duma sebagai Idumea, negeri orang Edom. Pastilah beberapa negeri 

tetangga Israel yang dimaksudkan di sini, dan kesusahan mereka 

dinubuatkan akan terjadi, bukan hanya sebagai peringatan kepada 

mereka untuk bersiap-siap menghadapinya, tetapi peringatan kepada 

Israel supaya jangan bergantung pada tetangga-tetangga mereka itu, 

atau pada bangsa lain mana pun untuk mendapatkan pertolongan di 

kala bahaya, tetapi supaya bergantung hanya kepada Allah saja. Kita 

harus sadar bahwa semua ketergantungan kepada makhluk ciptaan 

itu mengecewakan, dan kita harus merasa bahwa mereka hancur di 

bawah kita, sehingga janganlah kita menaruh beban lagi ke atas 

mereka melebihi yang dapat mereka tanggung. Akan tetapi, walaupun 

penjelasan atas nubuat ini sukar, karena kita tidak punya sejarah 

mengenai penggenapannya, penerapannya mudah. Kita dapati di sini,  

1. Sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh seorang Edom kepada 

pengawal. Seseorang berseru dari Seir, seseorang yang sungguh 

peduli dengan keselamatan dan kesejahteraan orang banyak dari-

pada orang-orang selebihnya, yang umumnya masa bodoh dan 

merasa aman-aman saja. Ia seperti orang Makedonia itu, yang 

dalam penglihatan merindukan sang nabi untuk membawa kabar 

dan mengajar mereka. Dia tidak memanggil banyak orang. Baik-

lah bila ada orang yang peduli, bahwa tidak semua sama-sama 

tidak peduli dengan perkara-perkara yang menjadi damai sejah-

tera semua orang. Ada orang dari Seir yang mau menanyakan na-

sihat dari para nabi Allah dan bersedia diajar, sementara banyak 

dari Israel kepunyaan Allah tidak peduli apa pun. Pertanyaannya 

serius: Masih lama malam ini? Pertanyaan itu ditanyakan kepada 

orang yang sesuai untuk itu, yaitu si pengawal, yang tugasnya 

memang untuk memberi jawaban bagi pertanyaan semacam itu. 

Ia mengulangi pertanyaannya, sebagai orang yang sungguh pe-

duli, yang memang bersungguh-sungguh hati dan ingin menda-

patkan jawabannya. Perhatikanlah,  

(1) Nabi-nabi dan para hamba Allah ditunjuk sebagai para penga-

wal, dan hendaknya kita memandang mereka demikian. Mere-

ka yaitu   para pengawal di dalam kota yang bertugas di kala 

damai, untuk melihat bahwa semua aman-aman saja, untuk 

mengetuk setiap pintu dengan pertanyaan-pertanyaan pribadi 

(“Sudah terkuncikah pintu? Aman dari api?”), untuk meng-


 374

arahkan yang tersesat, dan menegur yang tidak tertib (Kid. 3:3 

dan 5:7). Mereka seperti penjaga di perkemahan di kala perang 

(Yeh. 33:6). Mereka harus memperhatikan gerak-gerik musuh 

dan mempelajarinya, untuk mencari tahu dan kemudian mem-

beri peringatan, dan dalam tugas ini mereka harus menyang-

kal diri. 

(2) Menjadi tugas kita untuk bertanya kepada para penjaga itu, 

khususnya untuk bertanya dan bertanya lagi, masih lama 

malam ini?, sebab para penjaga terjaga saat orang lain terlelap.  

[1] Sudah jam berapa sekarang di tengah malam ini? Sesudah 

lama terlelap dalam dosa dan rasa aman-aman saja, bu-

kankah sudah saatnya, sudah di puncak waktunya, untuk 

bangun sekarang? (Rm. 13:11). Kita mempunyai pekerjaan 

yang besar sekali yang harus dilakukan, perjalanan jauh 

yang harus dijalani, jadi bukankah sudah saatnya untuk 

bangkit dan bergerak? “Penjaga, partikel  l berapa sekarang? 

Setelah malam gelap yang panjang, masih adakah harapan 

fajar datang?” 

[2] Ada kabar apa malam ini? Bagaimana malam ini? (begitu 

yang dikatakan sebagian orang). “Penglihatan apa yang dili-

hat nabi malam ini? Kami siap menerimanya.” Atau, tepat-

nya, “Apa yang terjadi malam ini? Bagaimana cuacanya? 

Ada kabar apa?” Kita harus menanti-nantikan adanya tan-

da bahaya, dan jangan pernah merasa aman-aman saja.  

Hari Tuhan akan datang seperti pencuri di malam hari. Kita 

harus menyiapkan diri untuk menerima tanda bahaya dan 

menetapkan hati untuk berdiri teguh, dan kemudian mene-

rima tanda bahaya pertama dan segera menyiapkan sen-

jata, perlengkapan senjata rohani. 

2. Jawaban pengawal terhadap pertanyaan itu. Si pengawal tidak 

tertidur ataupun tuli. Sekalipun itu seseorang dari gunung Seir 

yang memanggil, dia siap memberi jawaban: Pagi akan datang. Ia 

menjawab, 

(1) Melalui dugaan: Pertama-tama terang pagi datang, dan damai, 

dan kesempatan. Kamu akan menikmati satu hari penghibur-

an. Tetapi setelah itu datang malam kesukaran dan mala-

petaka.” Perhatikan, dalam jalan pemeliharaan Allah biasanya 

pagi dan malam datang silih berganti. Malamkah sekarang?

Kitab Yesaya 21:13-17 

 375 

 Pagi pun akan datang, dan fajar tahu tempatnya (Mzm. 30:6). 

Siangkah sekarang? Malam pun akan datang juga. Bila ada 

pagi masa muda dan kesehatan, akan datang malam penyakit 

dan usia tua. Bila ada pagi kemakmuran dalam keluarga, da-

lam masyarakat, kita harus menantikan perubahan. Namun, 

Allah selalu memberi pagi kesempatan sebelum Dia mengirim-

kan malam malapetaka, agar umat-Nya bisa bersiap-siap me-

nyambut badai dan orang lain dibiarkan tanpa ampun. 

(2) Dengan memberi semangat: Jika kamu mau bertanya, datang-

lah bertanya sekali lagi! Kita harus berhikmat untuk meman-

faatkan pagi yang ada sekarang untuk membuat persiapan 

bagi malam yang akan datang setelahnya. “Bertanyalah, kem-

balilah, datanglah. Bertanya-tanyalah, bertobatlah, rela hati 

dan taatlah.” Cara penyampaiannya sangat jelas, dan kita 

dibuat untuk memilih apa yang akan kita lakukan: “Jika kamu 

mau bertanya, datanglah bertanya sekali lagi! Jika tidak mau, 

celakalah kamu. Tidak ada yang bisa kamu katakan lagi selain 

bahwa kamu mendapat sebuah tawaran yang bagus.” Kita juga 

didesak untuk membuat kepastian: “Jika kamu mau, katakan-

lah demikian, dan jangan berdiri diam saja. Apa yang mau 

kamu lakukan, lakukanlah segera, sebab tidak ada waktu lagi 

untuk berpikir-pikir.” Mereka yang kembali dan datang kepada 

Allah akan mendapati betapa ada pekerjaan besar yang harus 

mereka kerjakan dan hanya ada sedikit waktu untuk melaku-

kannya, sehingga mereka harus sibuk. 

Kehancuran Arabia  

(21:13-17) 

13 Ucapan ilahi terhadap Arabia. Di belukar di Arabia kamu akan bermalam, hai 

kafilah-kafilah orang Dedan! 14 Hai penduduk tanah Tema, keluarlah, bawalah 

air kepada orang yang haus, pergilah, sambutlah orang pelarian dengan roti! 15 

Sebab mereka melarikan diri terhadap pedang, ya terhadap pedang yang terhu-

nus, terhadap busur yang dilentur, dan terhadap kehebatan peperangan. 16 

Sebab beginilah firman Tuhan kepadaku: “Dalam setahun lagi, menurut masa 

kerja prajurit upahan, maka segala kemuliaan Kedar akan habis. 17 Dan dari 

pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tinggal sejumlah 

kecil saja, sebab TUHAN, Allah Israel, telah mengatakannya.” 

Arabia yaitu   sebuah negeri yang luas, terletak di wilayah ke arah 

timur dan selatan tanah Kanaan. Banyak dari wilayahnya dimiliki 

oleh keturunan Abraham. Orang Dedan, yang disebut di sini (ay. 13), 


 376

merupakan keturunan Dedan, putra Abraham dari Ketura. Penghuni 

Tema dan Kedar merupakan keturunan Ismael (Kej. 25: 3, 13, 15).  

Orang Arabia umumnya tinggal di tenda-tenda, dan beternak, ber-

tubuh kekar, terbiasa dengan kerja keras. Ada kemungkinan orang 

Yahudi bergantung pada mereka sebagai tembok di antara mereka 

dan bangsa-bangsa timur yang suka berperang. Dan karena itulah, 

untuk memperingatkan orang Yahudi, mereka harus mendengar 

ucapan ilahi terhadap Arabia,  dan melihatnya tenggelam di bawah 

bebannya sendiri. 

I. Suatu pasukan pembinasa akan dibawa kepada mereka, dengan 

pedang, dengan pedang yang terhunus, dengan panah yang siap 

dilenturkan, dan dengan kehebatan peperangan (ay.15). Ada ke-

mungkinan raja Asyur, dalam suatu serbuan pasukannya yang 

menakutkan dan perkasa, merebut Arabia dan tanpa perlawanan 

berarti menjadikan mereka mangsa yang empuk. Permenungan 

akan kehebatan perang seharusnya membuat kita bersyartikel  r atas 

berkat perdamaian.  

II. Orang-orang dari negeri yang miskin dengan ini terpaksa melari-

kan diri mencari perlindungan di mana saja mereka bisa temukan 

tempat berlindung. Demikianlah kafilah-kafilah orang Dedan, yang 

biasanya memenuhi jalan-jalan raya dengan iringan-iringan dan 

kereta-kereta mereka, terpaksa harus melepaskan semuanya itu 

dan bermalam di belukar di Arabia (ay. 13), dan tidak akan lagi 

menikmati kenyamanan tenda-tenda mereka, dan menjadi miskin 

dan diterpa cuaca panas. 

III. Orang-orang Dedan itu akan sangat memerlukan penyegaran, 

karena hampir binasa akibat tiada mendapatkannya ketika me-

larikan diri dari pasukan penyerbu. “Hai penduduk tanah Tema 

(yang barangkali merupakan tetangga dekat kafilah-kafilah orang 

Dedan), keluarlah, bawalah air kepada orang yang haus, pergilah, 

dan sambutlah orang pelarian dengan roti, karena mereka memer-

lukan belas kasihanmu. Mereka bukan mengembara karena mau 

mengembara, tidak juga mereka mengalami kesesakan karena 

berfoya-foya, melainkan oleh sebab mereka melarikan diri terha-

dap pedang.” Tema yaitu   sebuah negeri di mana air kadang-

kadang merupakan barang yang jarang didapat (seperti yang kita 

Kitab Yesaya 21:13-17 

 377 

baca dalam Ayb. 6:19), jadi kita bisa duga betapa air akan sangat 

disambut oleh para pengungsi malang yang tertindih itu. Marilah 

kita belajar dari hal ini, 

1. Untuk melihat diri kita sendiri dalam kesesakan. Kita tidak 

tahu kesusahan apa yang akan menimpa kita sebelum kita 

mati. Orang-orang yang hidup di kota bisa saja dipaksa mengi-

nap di hutan, dan yang sekarang bisa makan kenyang bisa 

saja akan merasakan kekurangan makanan. Gunung-gunung 

kita tidak berdiri cartikel  p kuat, tetapi bisa dipindahkan, tidak 

menjulang cartikel  p tinggi, tetapi bisa diruntuhkan. Orang-orang 

Arabia ini mungkin akan bisa lebih mampu menanggung 

semua malapetaka itu sebab mereka sudah terbiasa dengan 

berbagai kesukaran dalam jalan hidup mereka. 

2. Untuk memandang dengan rasa belas kasih kepada orang-

orang yang ada dalam kesesakan, dan dengan hati gembira 

menolong mereka, karena kita sendiri tidak tahu betapa masa-

lah mereka itu juga bisa menimpa kita dalam waktu dekat. 

Jadi, “bawalah air kepada orang yang haus, dan bukan saja 

membawa roti kepada mereka yang membutuhkan dan me-

mintanya, tetapi juga mendahului mereka yang membutuh-

kannya. Berikan kepada mereka tanpa mereka harus meminta 

lebih dulu.” Siapa yang melakukan ini, ia akan dikenang seba-

gai puji-pujian baginya, seperti halnya (menurut tafsiran kita) 

perbuatan itu dikenang di sini sebagai pujian bagi negeri Tema 

yang membawa air kepada yang haus dan bahkan menolong 

orang-orang yang jatuh. 

IV. Semua yang menjadi kemuliaan Kedar akan musnah lenyap. 

Adakah mereka bermegah dalam jumlah kawanan ternak peliha-

raan? Mereka semua akan diusir oleh musuh. Sepertinya mereka 

terkenal di antara bangsa-bangsa lain dengan keterampilan meng-

gunakan panah dalam pertempuran. Namun, para pemanah me-

reka, bukannya mengalahkan musuh, mereka sendiri yang gagal, 

dan mereka akan tinggal sejumah kecil saja (ay. 17). Orang-orang 

mereka yang perkasa dan pemberani akan menjadi sangat sedikit, 

sebab merekalah yang maju ke depan saat membela negeri mere-

ka, dan karena itu merekalah yang paling rentan dengan bahaya 

dan yang pertama gugur oleh pedang musuh atau ke dalam 

tangan musuh. Perhatikan, keterampilan para pemanah (seberapa 


 378

jitu pun mereka itu) ataupun keberanian orang-orang perkasa 

tidak mampu melindungi suatu bangsa dari penghartikel  man Allah 

ketika penghartikel  man itu datang. Seperti itulah kemuliaan yang 

sia-sia, menjadi hampa dengan segera. 

V. Semua kejadian tadi akan terjadi tidak lama lagi: “Dalam setahun 

lagi, menurut masa kerja prajurit upahan (dalam setahun dihitung 

dengan tepat) penghakiman ini akan menimpa Kedar.” Bisa jadi 

ketetapan waktu tersebut tidak ada gunanya bagi kita sekarang 

(karena kita tidak tahu kapan nubuat ini dinyatakan atau dige-

napi), namun bagi orang-orang Arabia di kala itu, ketetapannya 

sangatlah berguna, untuk membangkitkan mereka untuk ber-

tobat, supaya seperti orang-orang Niniwe, mereka bisa mencegah 

penghakiman itu ketika mereka diberi tahu bahwa penghakiman 

sudah di depan pintu. Atau, bilamana penghakiman itu mulai di-

genapi, maka ia akan dijalankan, dimulai dan diselesaikan dalam 

kurun waktu setahun. Allah, bila Ia berkenan, mampu melakukan 

pekerjaan besar hanya dalam sedikit waktu.  

VI. Nubuat itu disahkan oleh kebenaran Allah (ay. 16): “Sebab beginilah 

firman Tuhan kepadaku. Terimalah perkataanku itu sebagai per-

kataan-Nya.” Dan kita boleh yakin bahwa tidak ada satu pun per-

kataan-Nya yang akan jatuh ke tanah. Dan lagi (ay. 17): TUHAN, 

Allah Israel, telah mengatakannya, sebagai Allah Israel, sesuai 

dengan rancangan-rancangan-Nya yang penuh rahmat berkenaan 

dengan mereka. Dan kita boleh yakin dengan pasti bahwa kekuatan 

Israel tidak akan menipu. 

 

 

 

 

PASAL  22  

ekarang kita sudah sampai lebih dekat ke rumah, sebab pasal ini 

berjudul “ucapan ilahi terhadap lembah penglihatan,” Yerusalem. 

Tempat-tempat lain diberi ucapan ilahi karena mereka dengan suatu 

cara bersangkut-paut dengan Yerusalem, dan dipandang entah seba-

gai musuh-musuh yang keji atau teman-teman yang culas bagi umat 

Allah. Tetapi sekarang biarlah Yerusalem mendengarkan hartikel  m-

annya sendiri. Pasal ini menyangkut,  

I.  Kota Yerusalem itu sendiri dan tempat-tempat sekitar yang 

bergantung padanya. Di sini ada,  

1.  Sebuah nubuat tentang kesusahan besar yang akan se-

gera menimpa penduduk Yerusalem karena penyerangan 

Sanherib terhadap negeri itu dan pengepungannya atas 

kota itu (ay. 1-7).  

2.  Sebuah teguran yang diberikan kepada mereka karena pe-

rilaku mereka yang salah di dalam kesusahan itu, dalam 

dua hal:  

(1) Tidak mengarahkan pandangan kepada Allah dalam 

menggunakan sarana untuk melindungi diri (ay. 8-11).  

(2) Tidak merendahkan diri di bawah tangan-Nya yang 

kuat (ay. 12-14).  

II.  Istana kerajaan Hizkia, dan para pegawai di istana itu.  

1. Digantikannya Sebna, seorang yang jahat, dan dikeluar-

kannya dia dari rumah perbendaharaan (ay. 15-19, 25).  

2. Diangkatnya Elyakim, yang akan berbuat lebih baik bagi 

negerinya, untuk menggantikan Sebna (ay. 20-24). 


 380

Kekacauan Yerusalem  

(22:1-7) 

1 Ucapan ilahi terhadap “lembah penglihatan”. Ada apa gerangan, maka se-

mua pendudukmu naik ke sotoh-sotoh rumah, 2 hai kota yang bersorak riuh 

dan ribut gembira, hai negeri yang beria-ria? Orang-orangmu yang mati ter-

bunuh bukanlah terbunuh oleh pedang, dan bukanlah gugur dalam pepe-

rangan. 3 Semua panglimamu sama-sama melarikan diri, mereka tertawan 

tanpa tembakan panah; semua orang-orang kuatmu sama-sama tertawan, 

biarpun mereka sudah lari jauh-jauh. 4 Sebab itu aku berkata: “Buanglah 

mukamu terhadap aku, biarkanlah aku menangis dalam kepahitan; jangan-

lah mendesak aku, supaya aku terhibur mengenai kebinasaan puteri bangsa-

ku.” 5 Sebab Tuhan, TUHAN semesta alam telah menentukan suatu hari: Ia 

akan menggemparkan, menginjak-injak dan mengacaukan orang: di “lembah 

penglihatan” tembok akan dirombak dan teriakan minta tolong sampai ke 

puncak gunung! 6 Elam telah memasang tabung panah, Aram datang dengan 

pasukan berkereta dan berkuda, dan Kir membuka sarung perisai. 7 Maka 

lembah-lembahmu yang paling indah penuh dengan kereta, dan pasukan 

berkuda berbaris di hadapan pintu gerbang, 

Judul nubuatan ini sangat jelas. Judulnya ucapan ilahi terhadap 

“lembah penglihatan,” terhadap Yehuda dan Yerusalem, begitu yang 

disepakati semua orang. Memang tepat jika Yerusalem disebut lem-

bah, sebab gunung-gunung mengelilinginya, dan tanah Yehuda me-

limpah dengan lembah-lembah yang subur. Dan oleh penghakiman-

penghakiman Allah, meskipun Yehuda dan Yerusalem sudah seperti 

gunung yang menjulang tinggi, keduanya akan direndahkan, tengge-

lam dan mendapat kesusahan, dan menjadi gelap dan kotor, seperti 

lembah. Tetapi secara paling tegas Yerusalem disebut sebagai lembah 

penglihatan karena di sana Allah dikenal dan nama-Nya besar, di 

sana nabi-nabi mengenal pikiran-Nya melalui penglihatan-penglihat-

an, dan di sana bangsa itu melihat tindakan-tindakan Allah dan Raja 

mereka di tempat kudus-Nya. Babel, sebagai orang asing bagi Allah, 

meskipun kaya dan besar, disebut “padang gurun di tepi laut.” Tetapi 

Yerusalem, karena dipercayai dengan sabda-sabda-Nya, yaitu   lem-

bah penglihatan. Berbahagialah matamu karena melihat, dan mereka 

mempunyai orang-orang yang pekerjaannya yaitu   pelihat. Di mana 

ada Kitab Suci dan hamba-hamba Tuhan, di situ ada lembah peng-

lihatan, yang darinya diharapkan timbul buah yang sebagaimana 

mestinya. Tetapi di sini ada ucapan ilahi terhadap “lembah penglihat-

an,” dan itu ucapan yang berat. Perhatikanlah, hak-hak istimewa 

jemaat, jika tidak dimanfaatkan, tidak akan melindungi orang dari 

penghakiman-penghakiman Allah. Hanya kamu yang Kukenal dari 

segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghartikel  m kamu. 

Karena itu, lembah penglihatan itu mendapat sebuah ucapan ilahi 

Kitab Yesaya 22:1-7 

 381 

khusus. Dan engkau Kapernaum (Mat. 11:23). Semakin tinggi sese-

orang diangkat dalam suatu sarana dan kemurahan, semakin berat 

hartikel  man yang akan menimpanya jika ia menyalahgunakannya.  

Nah, ucapan ilahi terhadap “lembah penglihatan” di sini yaitu   

ucapan yang tidak akan begitu menghancurkannya, tetapi hanya akan 

menakut-nakutinya. Sebab ucapan itu tidak merujuk pada penghan-

curan Yerusalem oleh Nebukadnezar, melainkan pada penghancuran-

nya yang coba diusahakan oleh Sanherib, yang nubuat tentang ini kita 

dapati dalam pasal 10, dan sejarahnya akan kita jumpai dalam pasal 

36. Hal itu dinubuatkan kembali di sini, karena kehancuran-kehan-

curan dari banyak negeri tetangga, yang sudah dinubuatkan dalam 

pasal-pasal sebelumnya, akan mendapat penggenapannya melalui 

pasukan Asyur. Sekarang hendaklah Yerusalem tahu bahwa apabila 

cawan sudah diedarkan, cawan itu akan sampai ke tangannya. Dan, 

meskipun cawan itu tidak akan menjadi cawan yang mematikan bagi-

nya, itu akan menjadi cawan yang membuat gemetar. Di sini dinu-

buatkan, 

I. Kekacauan yang akan melanda kota itu pada waktu pasukan 

Sanherib datang mendekat. Kota itu dulu hiruk-pikuk, sebuah 

kota perdagangan yang ramai, orang-orang bergegas ke sana 

kemari mengurusi usaha mereka, kota yang penuh gejolak, padat, 

dan bising. Di mana ada perdagangan ramai, di situ ada kesibuk-

an besar. Kota itu dulu merupakan kota yang gembira dan ceria. 

Karena dipertemukan dengan sisi manusia yang sibuk dan gem-

bira, tempat-tempat perkumpulan merupakan tempat-tempat 

yang bising. “Tetapi ada apa gerangan, sehingga toko-toko diting-

galkan, dan tidak ada lagi orang yang berjalan di jalan-jalan dan 

tempat-tempat berjual beli. Sebaliknya, semua pendudukmu naik 

ke sotoh-sotoh rumah (ay. 1), untuk meratapi dirimu sendiri dalam 

keheningan dan kesendirian, atau untuk melindungi dirimu dari 

musuh, atau untuk memandang dari kejauhan dan melihat 

apakah ada pertolongan yang datang kepadamu, atau ke arah 

mana musuh-musuh bergerak.” Hendaklah para pedagang mau-

pun orang-orang yang bersuka ria bergembira seolah-olah tidak 

bergembira. Sebab sesuatu bisa saja terjadi dengan cepat, yang 

sedikit terlintas dalam pikiran mereka, yang akan mengurangi 

kegembiraan mereka dan menghentikan urusan dagang mereka, 

dan yang akan membuat mereka menjadi seperti burung terpencil 


 382

di atas sotoh (Mzm. 102:8). Tetapi mengapa Yerusalem dicekam 

ketakutan seperti itu? Orang-orangnya yang mati terbunuh bukan-

lah terbunuh oleh pedang (ay. 2), melainkan,  

1. Terbunuh karena kelaparan (demikian menurut sebagian 

orang). Sebab pasukan Sanherib sudah memorak-porandakan 

negeri itu, dan menghancurkan buah-buah yang tumbuh dari 

bumi. Persediaan-persediaan pasti sangat langka dan mahal di 

kota itu, yang akan membawa kematian bagi banyak orang dari 

kalangan yang lebih miskin, yang akan terpaksa makan ma-

kanan yang tidak sehat.  

2.  Terbunuh karena rasa takut. Mereka menjadi sangat ketakut-

an meskipun tidak ada yang terbunuh. Hati mereka sendiri 

menjadi sedemikian kecutnya sampai tertusuk oleh ketakutan, 

serasa seperti tertusuk oleh pedang. 

II. Kaburnya penguasa-penguasa Yehuda secara memalukan, yang 

melarikan diri dari tempat yang jauh, dari semua penjuru negeri, 

ke Yerusalem (ay. 3). Mereka melarikan diri bersama-sama, se-

olah-olah sudah bersepakat, dan ditemukan di Yerusalem. Bu-

kannya menjaga kota masing-masing, mereka malah meninggal-

kannya, sehingga menjadi mangsa bagi pasukan Asyur, yang 

karena tidak menjumpai perlawanan, menyerang segala kota ber-

kubu negeri Yehuda, lalu merebutnya dengan mudah (36:1). 

Penguasa-penguasa Yehuda ini tertawan sehingga tidak bisa 

menembakkan panah (demikian kata yang dipakai). Mereka tidak 

hanya meninggalkan kota-kota mereka sendiri seperti pengecut, 

tetapi juga, ketika tiba di Yerusalem, mereka tidak memberikan 

manfaat apa-apa di sana. Sebaliknya, tangan mereka seolah-olah 

terikat sehingga tidak bisa menggunakan panah, karena hati dan 

pikiran mereka luar biasa kacau dan bingung. Mereka gemetar, 

sehingga tidak bisa menarik busur. Lihatlah betapa mudahnya 

Allah dapat mengecilkan hati manusia, dan betapa ketakutan 

pasti akan mengecilkan hati orang, apabila orang tunduk pada 

kuasa ketakutan yang menindas itu. 

III. Kesedihan besar yang akan ditimbulkan dari peristiwa ini pada 

semua orang yang sungguh-sungguh waras di antara mereka, 

yang diwakili oleh sang nabi, yang memasukkan perkara itu ke 

dalam hatinya sendiri. Ia hidup untuk melihat kejadian itu, dan 

Kitab Yesaya 22:1-7 

 383 

bertekad untuk berbagi kesedihan dengan orang-orang sebangsa-

nya (ay. 4-5). Ia tidak mau memperlihatkan kesedihannya, dan 

karena itu meminta semua orang di sekelilingnya untuk mema-

lingkan muka darinya. Ia mau membiarkan dirinya bersedih, dan 

berlarut-larut di dalamnya, mau menangis diam-diam, tetapi me-

nangis dalam kepahitan, dan tidak mau dihibur oleh siapa-siapa, 

sebab kesedihannya tetap tidak mau pergi dan ia suka dengan 

kepedihannya. Tetapi apakah penyebab kesedihannya? Seorang 

nabi yang miskin tidak akan takut kehilangan apa-apa, dan su-

dah terbiasa dengan kesusahan, ketika ia berjalan telanjang dan 

tanpa alas kaki. Tetapi kesusahan kali ini terjadi karena kebinasa-

an puteri bangsanya. TUHAN semesta alam telah menentukan sua-

tu hari: Ia akan menggemparkan, menginjak-injak dan mengacau-

kan orang. Musuh-musuh kami menyusahkan kami dan mengin-

jak-injak kami, dan sahabat-sahabat kami kebingungan dan tidak 

tahu langkah apa yang harus mereka ambil untuk berbuat baik 

kepada kami. Tuhan Allah semesta alam sekarang tengah berseli-

sih dengan lembah penglihatan. Para musuh, dengan domba-

domba jantan mereka yang menyeruduk, sedang merobohkan 

tembok-tembok. Dan sia-sia saja kami berseru kepada gunung-

gunung (untuk menjauhkan musuh, atau supaya jatuh menimpa 

dan menutupi kami) atau mencari pertolongan untuk datang 

kepada kami dari balik gunung-gunung, atau mengadu, seperti 

yang disuruh Allah, di depan gunung-gunung untuk mendengar-

kan perseteruan kami (Mi. 6:1) dan untuk menghakimi di antara 

kami dan tetangga-tetangga kami yang menyakiti kami. 

IV. Banyak dan kuatnya musuh, yang akan menyerang negeri mereka 

dan mengepung kota mereka (ay. 6-7). Elam (yaitu orang-orang 

Persia) datang dengan tabung panah mereka yang terisi penuh, 

dan dengan pasukan-pasukan berkereta dan berkuda. Kir (yaitu 

orang-orang Madai) mengumpulkan senjata-senjata mereka, meng-

hunus pedang, membuka sarung perisai, dan menyiapkan segala 

sesuatu untuk bertempur, dan semuanya siap untuk mengepung 

Yerusalem. Lalu lembah-lembah pilihan di sekitar Yerusalem, 

yang dulu diselimuti dengan hamparan kawanan domba dan di-

tutupi dengan gandum, akan penuh dengan kereta-kereta perang. 

Di pintu gerbang kota pasukan berkuda berbaris, untuk memutus 

semua persediaan supaya tidak masuk ke kota, dan untuk mene-


 384

robos ke dalam. Betapa parahnya keadaan kota yang terkepung 

dari segala sisi oleh pasukan seperti itu! 

Penghinaan terhadap Kebaikan Ilahi dan 

Penghakiman-penghakiman Ilahi 

(22:8-14) 

8 dan Yehuda kehilangan perlindungan. Pada waktu itu engkau memandang 

kepada perlengkapan senjata di “Gedung Hutan”; 9 kamu melihat bahwa 

memang sudah banyak sekali retak-retak tembok kota Daud dan kamu 

mengumpulkan air kolam bawah; 10 kamu menghitung rumah-rumah di 

Yerusalem, dan kamu merobohkan rumah-rumah untuk meneguhkan tem-

bok; 11 kamu membuat tempat pengumpulan air di antara kedua tembok itu 

untuk menampung air dari kolam yang lama; tetapi kamu tidak memandang 

kepada Dia yang membuatnya, dan tidak melihat kepada Dia yang telah sejak 

dahulu membentuknya. 12 Pada waktu itu Tuhan, TUHAN semesta alam me-

nyuruh orang menangis dan meratap dengan menggundul kepala dan melilit-

kan kain kabung; 13 tetapi lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirangan dan 

sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan 

minum anggur, sambil berseru: “Marilah kita makan dan minum, sebab be-

sok kita mati!” 14 Tetapi TUHAN semesta alam menyatakan diri dan berfirman 

kepadaku: “Sungguh, kesalahanmu ini tidak akan diampuni, sampai kamu 

mati,” firman Tuhan, TUHAN semesta alam. 

Apa yang dimaksud dengan perlindungan Yehuda, yang di awal peri-

kop ini dikatakan hilang dari Yehuda, tidak mendapat kata sepakat 

dari para ahli. Kota-kota Yehuda yang berkubu yaitu   pelindung 

negeri itu. Tetapi kota-kota tersebut, karena dikuasai oleh pasukan 

Asyur, tidak lagi menjadi tempat berlindung, sehingga seluruh negeri 

terbuka lebar untuk dijarah. Kelemahan Yehuda, ketelanjangannya, 

dan ketidakmampuannya untuk menjaga diri, kini lebih terlihat dari-

pada sebelum-sebelumnya. Dan dengan demikian perlindungan Ye-

huda menjadi hilang. Gudang-gudang dan toko-tokonya, yang telah 

terkunci, sekarang terbuka untuk diambil orang. Dr. Lightfoot mem-

berikan pengertian yang lain, bahwa melalui kesusahan yang akan 

menimpa Yehuda ini, Allah akan membukakan penutup mereka 

(yaitu menguakkan kemunafikan mereka), akan menunjukkan segala 

sesuatu yang ada dalam hati mereka, seperti yang dikatakan tentang 

Hizkia pada kesempatan lain (2Taw. 32:31). Dengan demikian, de-

ngan satu atau lain cara, tersingkaplah kesalahan Efraim dan keja-

hatan-kejahatan Samaria (Hos. 7:1).  

Sekarang mereka ada dalam ketakutan hebat, dan dalam keta-

kutan ini mereka menunjukkan dua hal yang sangat salah: 

 

Kitab Yesaya 22:8-14 

 385 

I.   Penghinaan yang besar terhadap kebaikan Allah dan kuasa-Nya 

untuk menolong mereka. Mereka memanfaatkan segala sarana 

yang dapat mereka pikirkan untuk melindungi diri sendiri. Tetapi 

bukan karena perbuatan itu mereka dipersalahkan, melainkan 

karena, dalam berbuat demikian, mereka tidak mengakui Allah. 

Amatilah,  

1.  Betapa dengan penuh perhatian mereka memanfaatkan segala 

keuntungan yang dapat membantu keselamatan mereka. 

Ketika Sanherib menjadikan dirinya penguasa atas semua kota 

benteng Yehuda, dan Yerusalem dibiarkan seperti pondok di 

kebun anggur, mereka berpikir sudah tiba saatnya untuk ber-

jaga-jaga. Sebuah dewan segera dibentuk, dewan perang. Dan 

diputuskan bahwa mereka harus mengadakan pembelaan, dan 

tidak menyerah dengan jinak. Berdasarkan tekad ini, mereka 

mengambil semua langkah bijaksana yang dapat mereka ambil 

untuk melindungi diri sendiri. Kita mencobai Allah jika, pada 

saat-saat bahaya, kita tidak melakukan apa yang dapat kita 

lakukan untuk diri kita sendiri.  

(1) Mereka memeriksa gudang-gudang dan tempat-tempat pe-

nyimpanan, untuk mencari tahu apakah di dalamnya ada 

persediaan senjata yang lengkap: Mereka memandang ke-

pada perlengkapan senjata di “Gedung Hutan,” yang sudah 

dibangun Salomo di Yerusalem sebagai gudang senjata 

(1Raj. 10:17), dan dari situ mereka mengeluarkan apa saja 

yang pada saat-saat tertentu mereka perlukan. Sungguh 

berhikmat jika para penguasa, di masa damai, memper-

siapkan persediaan bagi perang, supaya mereka tidak perlu 

lagi mencari-cari senjata ketika mereka harus mengguna-

kannya, dan bila keadaannya mendadak dan darurat.  

(2) Mereka memandang kepada benteng-benteng, retak-retak 

tembok kota Daud. Mereka berjalan mengelilingi tembok-

tembok itu, dan mengamat-amati bagian mana yang sudah 

rusak karena tidak diperbaiki sebagaimana mestinya, atau 

karena dihantam oleh beberapa percobaan serbuan sebe-

lumnya. Retak-retak ini banyak. Ini lebih memalukan lagi 

bagi keluarga Daud bahwa mereka membiarkan kota Daud 

terabaikan. Ada kemungkinan mereka sudah sering melihat 

retak-retak itu. Tetapi sekarang mereka memandang kepada-


 386

nya untuk menimbang-nimbang langkah apa yang akan di-

ambil berkenaan dengan retakan-retakan itu. Pelajaran ini 

harus kita petik dari berbagai kesusahan yang menimpa 

orang pada umumnya, yaitu kita harus tergugah oleh kesu-

sahan mereka dan memperbaiki apa yang retak-retak dalam 

diri kita sendiri, dan memperbaiki apa yang salah.  

(3) Mereka memastikan bahwa air tetap ada untuk kota, dan 

melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk men-

jauhkan air itu dari para pengepung: Kamu mengumpulkan 

air kolam bawah, yang kemungkinan tidak mempunyai per-

sediaan besar, dan karena itu mereka lebih berkepentingan 

untuk merawatnya dengan baik. Lihatlah, sama seperti 

tidak ada yang lebih penting untuk menopang kehidupan 

manusia daripada air, demikian pula tidak ada apa pun yang 

lebih murah dan biasa selain air. Namun, sungguh kasihan 

apabila air yang demikian itu justru menjadi barang langka, 

seperti yang terjadi di sini.  

(4) Mereka menghitung rumah-rumah di Yerusalem, supaya se-

tiap rumah dapat mengirimkan sejumlah anggota keluarga-

nya untuk menjalankan tugas bagi negeri, atau menyum-

bang uang untuknya, yang mereka tetapkan melalui peng-

hitungan umum, satu orang sebanyak sekian atau satu 

rumah sebanyak sekian.  

(5) Karena milik pribadi harus mengalah demi keselamatan 

umum, maka rumah-rumah pribadi yang berdiri mengha-

langi jalan harus dihancurkan ketika tembok-tembok per-

tahanan didirikan. Dalam keadaan darurat seperti itu, meng-

hancurkan rumah tidak akan merugikan pemiliknya lebih 

daripada meruntuhkan rumah ketika terjadi kebakaran.  

(6) Mereka membuat parit di antara tembok luar dan tembok 

dalam, untuk membuat kota itu lebih aman lagi. Dan mere-

ka berusaha untuk mengalirkan air dari kolam yang lama ke 

dalam parit itu, supaya mereka sendiri mempunyai air yang 

berlimpah dan dapat menjauhkannya dari para pengepung. 

Sebab tampaknya itulah yang dirancangkan, sebab kalau 

tidak, pasukan Asyur akan mendapat banyak air, kalau me-

reka datang (2Taw. 32:4), dan dengan begitu dapat menge-

pung kota itu dengan lebih baik lagi. Jika menghancurkan 

persediaan makanan di negeri dianggap sah-sah saja, apa-

Kitab Yesaya 22:8-14 

 387 

lagi mengalihkan aliran-aliran sungainya, untuk membuat 

musuh kesusahan dan kelaparan.  

2. Betapa mereka tidak mengindahkan Allah dalam semua per-

siapan ini: Tetapi kamu tidak memandang kepada Dia yang 

membuatnya (yaitu yang membuat Yerusalem, kota yang begitu 

ingin kamu bela) dan yang membuat semua keuntungan yang 

diberikan alam kepadanya sebagai pertahanannya – gunung-

gunung sekelilingnya (Mzm. 125:2), dan sungai-sungainya, yang 

sedemikian rupa sehingga penduduknya dapat mengalirkannya 

ke mana saja mereka mau untuk kenyamanan mereka. Perhati-

kanlah,  

(1) Allahlah yang membuat Yerusalem-Nya, dan membentuk-

nya dari sejak dulu, dalam putusan kehendak-Nya. Ber-

kenaan dengan tempat ini, para penulis Yahudi menyata-

kan bahwa ada tujuh hal yang dijadikan Allah sebelum du-

nia (maksudnya apa yang ada dalam pandangan-Nya ketika 

Ia menjadikan dunia): taman Eden, hartikel  m Taurat, orang-

orang benar, Israel, takhta kemuliaan, Yerusalem, dan Mesias 

sang Raja. Jemaat Injil mempunyai Allah sebagai Pencipta-

nya. 

(2) Apa pun pelayanan yang kita lakukan, atau berusaha kita 

lakukan, bagi Yerusalem kepunyaan Allah pada saat kapan 

saja, haruslah dilakukan dengan mata yang tertuju pada 

Dia sebagai Penciptanya. Dan Ia menganggapnya buruk 

jika kita tidak berbuat seperti itu. Didakwakan kepada me-

reka di sini bahwa mereka tidak memandang kepada Allah.  

[1] Mereka tidak mengusahakan kemuliaan-Nya dalam apa 

yang mereka lakukan. Mereka membentengi Yerusalem 

karena itu yaitu   kota yang kaya dan rumah-rumah 

mereka sendiri ada di dalamnya, bukan karena itu ada-

lah kota suci dan rumah Allah ada di dalamnya. Dalam 

semua kepedulian kita untuk membela jemaat, kita 

harus lebih melihat kepentingan Allah di dalamnya dari-

pada kepentingan kita sendiri.  

[2] Mereka tidak bergantung pada Dia untuk mendapat ber-

kat bagi upaya-upaya mereka, tidak melihat kebutuhan 

untuk itu, dan karena itu tidak mencari Dia untuk 

mendapatkannya. Sebaliknya, mereka berpikir bahwa 


 388

kekuatan dan kebijakan mereka sendiri sudah cartikel  p 

untuk itu. Tentang Hizkia sendiri dikatakan bahwa ia 

percaya kepada TUHAN (2Raj. 18:5), dan khususnya 

pada kesempatan ini (2Taw. 32:8). Tetapi tampaknya ada 

orang-orang di sekeliling dia, yang merupakan pembesar-

pembesar negeri dan para prajurit, yang tidak beribadah.  

[3] Mereka tidak mengucap syartikel  r kepada-Nya atas keun-

tungan-keuntungan yang mereka peroleh dalam mem-

bentengi kota mereka, atas air kolam yang lama, yang 

dibentuk sudah sejak dulu, seperti sungai Kison yang 

terkenal dari dahulu kala (Hak. 5:21). Apa saja di alam 

ini yang kapan saja bermanfaat bagi kita, di dalamnya 

kita harus mengakui kebaikan Allah atas alam, yang 

ketika membentuknya sejak dulu, Ia membuatnya da-

pat bermanfaat bagi kita, dan yang menurut ketetapan-

Nya ia tetap ada sampai hari ini. Setiap makhluk men-

jadi bagi kita sebagaimana Allah menjadikannya. Dan 

karena itu, apa saja manfaatnya bagi kita, kita harus 

melihat kepada Dia yang membentuknya, memuji-Nya 

untuk itu, dan menggunakannya bagi Dia. 

II.  Penghinaan yang besar terhadap murka dan keadilan Allah, yang 

mereka berikan dengan menyangkalnya (ay. 12-14). Di sini amati-

lah,  

1.  Apa maksud Allah dalam menimpakan malapetaka ini ke atas 

mereka: maksud-Nya yaitu   untuk membuat mereka rendah 

hati, membuat mereka bertobat, dan menjadikan mereka 

bersungguh-sungguh. Pada hari yang menggemparkan itu, di 

mana Tuhan menginjak-injak dan mengacaukan orang, Tuhan 

dengan berbuat demikian menyuruh orang menangis dan mera-

tap, dan mengungkapkan segala ungkapan kesedihan, bahkan 

dengan menggundul kepala dan melilitkan kain kabung. Semua 

ini dilakukan untuk meratapi dosa-dosa mereka (yang karena-

nya mereka sudah mendatangkan penghakiman-penghakiman 

itu atas negeri mereka), untuk memperkuat doa-doa mereka 

(yang dengannya mereka dapat berharap untuk menjauhkan 

penghakiman-penghakiman yang akan menerobos masuk), 

dan untuk mencondongkan diri mereka supaya memperbaha-

rui kehidupan mereka dengan kesungguhan yang kudus dan 

Kitab Yesaya 22:8-14 

 389 

kelembutan hati di bawah firman Allah. Ke dalam hal inilah 

Allah memanggil mereka melalui nabi-nabi-Nya yang menjelas-

kan pemeliharaan-pemeliharaan-Nya, dan melalui pemelihara-

an-pemeliharaan-Nya menggugah mereka untuk memperhati-

kan apa yang disampaikan oleh para nabi-Nya. Perhatikanlah, 

ketika Allah mengancam kita dengan penghakiman-pengha-

kiman-Nya, Ia mengharap dan menuntut supaya kita meren-

dahkan diri di bawah tangan-Nya yang kuat, supaya kita geme-

tar apabila singa mengaum, dan bermenung pada hari kema-

langan.  

2. Bagaimana mereka berjalan bertentangan dengan maksud 

Allah ini (ay. 13): Lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirang-

an dan sukacita, kegembiraan dan pesta, segala keceriaan dan 

keriangan yang dapat dibayangkan orang. Mereka tetap mera-

sa aman dan ceria seperti sebelum-sebelumnya, seolah-olah 

mereka tidak mempunyai musuh di perbatasan atau tidak ter-

ancam bahaya akan jatuh ke tangan musuh. Apabila mereka 

sudah mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang diper-

lukan untuk melindungi diri, mereka akan menantang semua 

maut dan bahaya, dan bertekad untuk bergembira, tak peduli 

apa pun yang akan menimpa mereka. Orang-orang yang seha-

rusnya berada di antara para pelayat malah berada di antara 

peminum anggur dan pelahap daging. Dan cermatilah apa yang 

mereka katakan, marilah kita makan dan minum, sebab besok 

kita mati. Ini mungkin merujuk pada suatu bahaya tertentu 

yang tengah mengancam mereka, dan peringatan semestinya 

yang sudah diberikan oleh sang nabi kepada mereka tentang 

itu. Atau itu merujuk pada singkat dan tidak pastinya hidup 

manusia pada umumnya, dan dekatnya manusia pada kemati-

an setiap saat. Ini yaitu   bahasa para pencemooh yang cemar 

yang mengolok-olok utusan-utusan Allah dan mengejek nabi-

nabi-Nya.  

(1) Mereka menjadikan kematian sebagai bahan lelucon. “Sang 

nabi memberi tahu kita bahwa kita pasti mati sebentar lagi, 

mungkin besok, dan karena itu kita harus berkabung dan 

bertobat hari ini. Tidak, sebaliknya marilah kita makan dan 

minum, supaya kita menjadi gemuk untuk disembelih, dan 

hati kita terasa ringan untuk menemui ajal kita. Jika kita 


 390

harus memiliki hidup yang singkat, biarlah itu hidup yang 

gembira.”  

(2) Mereka menertawakan ajaran tentang adanya kehidupan di 

masa depan setelah kematian. Sebab, seandainya tidak ada 

kehidupan seperti itu, Rasul Paulus mengakui bahwa apa 

yang mereka katakan itu beralasan juga (1Kor. 15:32). 

Andaikata, ketika kita mati dan itu yaitu   akhir bagi kita, 

maka baiklah jika kita menenangkan diri dan bergembira 

sebisa-bisanya selama kita hidup. Tetapi, jika karena se-

gala hal ini Allah akan membawa kita ke pengadilan, maka 

kita sendiri yang akan menanggung bahayanya jika kita 

berjalan menuruti keinginan hati kita dan pandangan mata 

kita (Pkh. 11:9). Perhatikanlah, tidak percaya akan adanya 

kehidupan lain setelah kehidupan ini, baik dalam pikiran 

maupun perbuatan, yaitu   dasar dari rasa aman yang 

bersifat daging dan hawa nafsu yang merupakan dosa, aib, 

dan kehancuran dari begitu banyak umat manusia, seperti 

kehancuran orang-orang yang hidup di dunia lama, yang 

makan dan minum sampai air bah datang.  

3.  Betapa Allah sangat tidak berkenan dengan perbuatan mereka 

itu. Ia menunjukkan kebencian-Nya akan perbuatan itu 

kepada sang nabi, menyatakannya di telinganya (KJV), untuk 

disampaikan olehnya dari atas sotoh-sotoh rumah: Sungguh, 

kesalahanmu ini tidak akan diampuni, sampai kamu mati (ay. 

14). Kesalahan itu tidak akan pernah dapat ditebus dengan 

korban dan persembahan, seperti halnya dosa keluarga Eli 

(1Sam. 3:14). Itu yaitu   dosa yang melawan obat penawar itu 

sendiri, mengacaukan sarana terbesar yang bisa menginsafkan 

hati, dan membuatnya tidak bisa bekerja. Oleh karena itu, 

kecil kemungkinannya bahwa mereka akan bertobat dari dosa 

itu atau diampuni darinya. Akitab bahasa Aram membacanya, 

sungguh, kesalahanmu ini tidak akan diampuni, sampai kamu 

mati untuk kali kedua. Mereka sudah berjalan menentang obat 

penawarnya. Terhadap orang yang bengkok Dia berlaku belat-

belit.

 

Kitab Yesaya 22:15-25 

 391 

Kejatuhan Sebna; Pengangkatan Elyakim 

(22:15-25) 

15 Beginilah firman Tuhan, TUHAN semesta alam: “Mari, pergilah kepada 

kepala istana ini, kepada Sebna yang mengurus istana, dan katakan: 16 Ada 

apamu dan siapamu di sini, maka engkau menggali kubur bagimu di sini, hai 

yang menggali kuburnya di tempat tinggi, yang memahat kediaman baginya 

di bukit batu? 17 Sesungguhnya, TUHAN akan melontarkan engkau jauh-

jauh, hai orang! Ia akan memegang engkau dengan kuat-kuat 18 dan menggu-

lung engkau keras-keras menjadi suatu gulungan dan menggulingkan eng-

kau seperti bola ke tanah yang luas; di situlah engkau akan mati, dan di 

situlah akan tinggal kereta-kereta kemuliaanmu, hai engkau yang memalu-

kan keluarga tuanmu! 19 Aku akan melemparkan engkau dari jabatanmu, 

dan dari pangkatmu engkau akan dijatuhkan. 20 Maka pada waktu itu Aku 

akan memanggil hamba-Ku, Elyakim bin Hilkia: 21 Aku akan mengenakan 

jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan 

kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia akan menjadi bapa 

bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda. 22 Aku akan menaruh 

kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang 

dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. 23 Aku 

akan memberikan dia kedudukan yang teguh seperti gantungan yang dipa-

sang kuat-kuat pada tembok yang kokoh; maka ia akan menjadi kursi kemu-

liaan bagi kaum keluarganya. 24 Dan padanya akan digantungkan segala 

tanggungan kaum keluarganya, tunas dan taruk, beserta segala perkakas 

yang kecil, dari piring pasu sampai periuk belanga. 25 Maka pada waktu itu, 

demikianlah firman TUHAN semesta alam, gantungan yang dipasang kuat-

kuat pada tempat yang kokoh itu tidak akan kuat lagi, sehingga patah dan 

jatuh, dan segala tanggungannya itu hancur, sebab TUHAN telah mengata-

kannya. 

Di sini kita mendapati sebuah nubuatan tentang digantikannya 

Sebna, seorang pejabat tinggi di istana, dan diangkatnya Elyakim ke 

tempat kehormatan dan kepercayaan yang dulu diduduki Sebna. 

Perubahan-perubahan seperti itu sudah biasa terjadi di istana-istana 

para raja. Oleh sebab itu, aneh bahwa begitu banyak perhatian 

terhadap perubahan itu harus diberikan di sini oleh sang nabi. Akan 

tetapi, melalui penggenapan dari apa yang sebelumnya dinubuatkan 

tentang kedua orang ini, Allah bermaksud untuk meneguhkan 

firman-Nya di dalam mulut Yesaya mengenai peristiwa-peristiwa yang 

lain dan lebih besar. Hal itu juga untuk menunjukkan bahwa, sama 

seperti Allah menyimpan ucapan-ucapan ilahi bagi negara-negara 

dan bangsa-bangsa luar yang secara terang-terangan merupakan 

musuh bagi jemaat dan umat-Nya, demikian pula Ia menyimpan 

ucapan-ucapan ilahi bagi orang-orang tertentu di rumah sendiri yang 

merupakan teman-teman palsu bagi mereka dan mengkhianati mere-

ka. Hal itu juga secara umum meneguhkan tangan Pemeliharaan 

ilahi dalam semua peristiwa semacam ini, yang bagi kita tampak 

tergantung dan bergantung pada kehendak dan angan-angan para 


 392

penguasa. Bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang 

gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah yaitu   Hakim (Mzm. 

75:7-8). Besar kemungkinan bahwa nubuat ini disampaikan pada 

saat yang sama dengan nubuat di bagian awal pasal ini, dan mulai 

digenapi sebelum penyerangan Sanherib. Sebab pada saat itu Sebna-

lah yang mengurus istana, tetapi kemudian Elyakimlah yang men-

dapat tugas itu (36:3). Dan Sebna, yang turun jabatan secara berta-

hap, sekarang hanyalah seorang juru tulis. Di sini ada, 

I.   Nubuat tentang aib yang menimpa Sebna. Dia disebut sebagai 

kepala istana ini (KJV: bendaharawan ini), yang dipercayai untuk 

mengelola pendapatan kerajaan. Dia juga dikatakan mengurus 

istana, sebab begitulah hasrat dan ketamakannya yang tak ter-

batas sehingga kurang dari dua tempat, dan dua tempat yang 

paling penting di istana, tidak akan membuatnya puas. Sudah 

biasa orang yang mencari kepentingan sendiri seperti itu ingin 

meraup lebih daripada apa yang dapat mereka tangani. Dan de-

ngan demikian apa yang menjadi tugas dari jabatan mereka ter-

abaikan, sementara kemegahan dan keuntungannya menguras 

pikiran mereka sepenuhnya. Tidak disebutkan secara khusus apa 

contoh-contoh perkara salah urus yang dilakukan oleh Sebna di 

istana, yang untuk itu Yesaya diutus di sini untuk bernubuat 

terhadap dia. Tetapi orang-orang Yahudi berkata, “Ia terus meng-

adakan hubungan yang penuh pengkhianatan dengan raja Asyur, 

dan mengikat perjanjian dengan dia untuk menyerahkan kota itu 

ke dalam tangannya.” Apa pun itu, tampak bahwa Sebna yaitu   

orang asing (sebab kita tidak pernah membaca tentang nama 

bapaknya), dan bahwa ia yaitu   musuh bagi kepentingan-kepen-

tingan yang sesungguhnya dari Yehuda dan Yerusalem: besar 

kemungkinan bahwa ia pertama-tama diangkat oleh Ahas. Hizkia 

sendiri yaitu   seorang penguasa yang hebat. Tetapi tuan-tuan 

yang terbaik sekalipun belum tentu akan mendapatkan hamba-

hamba yang baik. Kita perlu berdoa bagi para penguasa, supaya 

mereka bijak dan berbahagia dalam memilih orang-orang yang 

mereka percayai. Ini yaitu   saat-saat pembaruan, namun Sebna, 

seorang yang jahat, melakukan kesepakatan-kesepakatan dengan 

musuh sejauh itu bisa mempertahankan kedudukan-kedudukan-

nya di istana. Dan besar kemungkinan bahwa banyak orang lain 

berbuat hal yang serupa seperti dia, yang karena alasan itu 

Kitab Yesaya 22:15-25 

 393 

Sanherib dikatakan disuruh terhadap bangsa yang murtad (10:6). 

Dalam pesan kepada Sebna ini kita mendapati,  

1.  Teguran terhadap kesombongannya, keangkuhannya, dan rasa 

amannya (ay. 16): “Ada apamu dan siapamu di sini? Betapa 

besar kebisingan dan hiruk pikuk yang kamu buat! Harta apa 

yang kamu miliki di sini, yang kamu terlahir untuk memiliki-

nya? Ada siapamu di sini, apa ada saudara-saudaramu, yang 

dengan mereka kamu berhubungan? Bukankah kamu berasal 

dari kalangan yang rendah dan tidak jelas, filius populi – hanya 

rakyat jelata, yang datangnya kami tidak tahu dari mana? Jadi 

apa artinya ini, bahwa kamu telah membangun bagi dirimu 

sendiri rumah yang bagus, telah memahat kediaman bagi diri-

mu?” Begitu indah dan menarik rumah itu sehingga tampak 

lebih sebagai karya seorang pemahat daripada seorang tukang 

batu atau tukang kayu. Dan tampaknya rumah itu diukir di 

atas batu, begitu teguh fondasinya dan begitu kokohnya ba-

ngunannya. “Bahkan, engkau menggali kubur bagimu di sini,” 

seolah-olah ia merancang supaya kemegahannya akan tetap 

berlangsung setelah pemakamannya. Meskipun Yerusalem bu-

kan tempat pekuburan nenek moyangnya (sebagaimana Nehe-

mia menyebutnya dengan amat lembut [Neh. 2:3]), Sebna me-

rancangnya supaya menjadi tempatnya sendiri, dan karena itu 

mendirikan sebuah tugu bagi dirinya sendiri semasa hidup-

nya, mendirikannya di tempat tinggi. Orang yang membuat 

tugu-tugu megah demi kebanggaan mereka lupa bahwa, 

betapapun tugu-tugu itu tampak indah dari luar, di sebelah 

dalamnya penuh tulang belulang. Sangat disayangkan bahwa 

batu kuburan sampai melupakan kuburannya.  

2. Nubuat tentang kejatuhan Sebna dan rusaknya kemuliaannya.  

(1) Bahwa ia tidak akan digantikan dan direndahkan dengan 

cepat (ay.19): Aku akan melemparkan engkau dari jabatan-

mu. Tempat-tempat tinggi yaitu   tempat yang licin. Dan 

sudah sewajarnya kehormatan diambil dari orang-orang 

yang sombong dan congkak karenanya, dan kekuasaan 

diambil dari orang-orang yang berbuat jahat dengannya. 

Allah akan melakukannya, yang menunjukkan diri-Nya 

sebagai Allah dengan mengamat-amati setiap orang yang 

congkak dan merendahkan mereka (Ayb. 40:6-7). Hal inilah 


 394

yang dirujuk dalam ayat 25. “Gantungan yang sekarang 

dipasang kuat-kuat pada tempat yang kokoh itu (yaitu 

Sebna, yang menganggap dirinya teguh dan tak tergoyah-

kan dalam jabatannya) tidak akan kuat lagi, sehingga patah 

dan jatuh.” Sungguh keliru orang yang berpikir bahwa tem-

pat mana saja di dunia ini yaitu   tempat yang kokoh, atau 

yang menganggap diri sendiri seperti gantungan yang ter-

pasang kuat-kuat padanya. Sebab di dunia ini tidak ada 

apa-apa selain ketidakpastian. Apabila gantungan itu ja-

tuh, maka tanggungan yang menggantung padanya pun 

terputus. Ketika Sebna dipermalukan, maka semua orang 

yang bergantung padanya pun jatuh ke dalam kehinaan. 

Mereka yang berada di tempat-tempat tinggi akan dikeru-

muni banyak orang, yang mereka angkat sebagai orang-

orang kesayangan, yang mereka banggakan dan percayai. 

Tetapi orang-orang itu menjadi beban bagi mereka, dan 

mungkin karena berat, mereka mematahkan gantungan 

itu, dan keduanya jatuh bersama-sama, dan dengan meni-

pu, mereka menghancurkan satu sama lain. Inilah nasib 

yang sama-sama menimpa orang-orang besar dan para 

penjilat mereka, yang mengharapkan dari satu sama lain 

lebih daripada apa yang mereka sendiri lakukan.  

(2) Bahwa setelah beberapa waktu lamanya, ia tidak hanya 

akan dilemparkan dari jabatannya, tetapi juga diusir dari 

negerinya: TUHAN akan melontarkan engkau jauh-jauh, hai 

orang! (ay. 17-18). Sebagian orang berpendapat bahwa 

orang Asyur menangkapnya, dan membawanya pergi jauh, 

karena ia sudah berjanji untuk membantu mereka namun 

ternyata tidak, tetapi justru tampil melawan mereka. Atau 

mungkin Hizkia, setelah mengetahui pengkhianatannya, 

mengasingkannya, dan melarangnya untuk kembali lagi. 

Atau dia sendiri, karena mendapati bahwa ia sudah dibenci 

orang, mengundurkan diri ke suatu negeri lain, dan di sana 

ia menghabiskan sisa-sisa harinya dalam kehinaan dan 

tanpa dikenal siapa pun. Grotius berpendapat bahwa ia 

terserang kusta, suatu penyakit yang pada waktu itu biasa-

nya dianggap datang langsung dari tangan Allah yang mur-

ka, khususnya untuk menghartikel  m orang yang sombong, 

seperti dalam kejadian yang menimpa Miriam dan Uzia. 

Kitab Yesaya 22:15-25 

 395 

Dan karena penyakit ini, ia digulingkan seperti bola dan 

ditendang keluar dari Yerusalem. Orang-orang yang, ketika 

berkuasa, menggulingkan dan menendang orang lain, de-

ngan adil akan digulingkan dan ditendang sendiri apabila 

saat mereka tiba. Banyak orang yang menyangka bahwa 

mereka sudah terpancang kuat seperti paku bisa saja akan 

digulingkan seperti bola. Sebab di dunia sini kita tidak 

mempunyai tempat tinggal yang tetap. Sebna menyangka 

bahwa tempatnya terlalu sempit baginya, ia tidak mempu-

nyai ruang untuk berkembang. Oleh sebab itu Allah akan 

mengirim dia ke tanah yang luas, di mana ia akan mempu-

nyai ruang untuk berkelana, tetapi tidak akan pernah me-

nemukan jalan untuk kembali pulang. Sebab di situlah ia 

akan mati, dan membaringkan tulangnya, tetapi bukan di 

kuburan yang sudah dia gali untuk dirinya sendiri. Di 

situlah akan tinggal kereta-kereta, yang sebelumnya meru-

pakan kereta-kereta kemuliaan, yang ia naiki dengan ber-

derik-derik mengelilingi jalan-jalan Yerusalem, dan yang 

dibawanya ke pembuangan bersamanya, namun kereta-

kereta itu hanya akan mencela dia dengan kemegahannya 

yang dulu, dan ini akan memalukan keluarga tuannya, 

yaitu istana Ahas, yang telah mengangkat dia. 

II. Nubuat tentang pengangkatan Elyakim (ay. 20, dst.). Dia yaitu   

hamba Allah, telah membuktikan dirinya setia sebagai hamba 

Allah dalam pekerjaan-pekerjaan lain, dan karena itu Allah akan 

memanggil dia pada kedudukan yang tinggi ini. Orang yang tekun 

dalam menjalankan kewajiban di tingkat yang rendah mempunyai 

kemungkinan besar untuk diangkat di dalam kitab-kitab Allah. 

Elyakim tidak memandang rendah Sebna, juga tidak membangun 

kepentingan untuk melawannya, ataupun berusaha menyerobot 

jabatannya. Tetapi Allah memanggil dia untuk jabatan itu, dan 

kita dapat berharap bahwa jika Allah memanggil kita pada suatu 

hal, maka Ia akan mengakui kita di dalamnya. Di sini dinubuat-

kan,  

1. Bahwa Elyakim akan ditempatkan di tempat Sebna sebagai 

kepala pegawai istana, kepala bendahara, dan perdana menteri 

negara. Sang nabi harus memberi tahu Sebna akan hal ini (ay. 

21). “Dia akan memiliki jubahmu, yaitu lencana kehormatan, 


 396

dan ikat pinggangmu, yaitu lencana kekuasaan, sebab ia akan 

memiliki kekuasaanmu.” Mendengar itu Sebna akan dibuat 

sangat malu, apalagi melihatnya. Orang-orang besar, terutama 

yang sombong, tidak tahan melihat penerus-penerus mereka. 

Allah turun tangan untuk melakukannya, bukan hanya kare-

na Ia hendak menempatkan keinginan dalam hati Hizkia un-

tuk melakukannya, dan tangan-Nya harus diakui sebagai yang 

membimbing hati para raja dalam mengangkat dan menurun-

kan orang (Ams. 21:1), tetapi juga karena kekuasaan-kekuasa-

an yang ada, baik bawahan maupun atasan, ditetapkan oleh 

Allah. Allah-lah yang mengenakan jubah kepada para raja, dan 

karena itu kita harus berserah kepada mereka demi Tuhan 

dan dengan mata yang tertuju kepada-Nya (1Ptr. 2:13). Dan, 

oleh karena Dialah yang memberikan kekuasaan ke tangan 

mereka, maka mereka harus menjalankannya sesuai dengan 

kehendak-Nya, demi kemuliaan-Nya. Mereka harus memberi-

kan penghakiman mewakili Dia yang oleh-Nya mereka meng-

hakimi dan menetapkan keadilan (Ams. 8:15). Mereka boleh 

bergantung pada-Nya untuk melengkapi mereka supaya mam-

pu melakukan panggilan-Nya bagi mereka, dan hal ini sesuai 

dengan janji ini: Aku akan mengenakan jubahnya (maksudnya, 

Aku akan memakaikan jubah kepadanya – pen.), dan kemu-

dian, Aku akan menguatkan dia. Mereka yang dipanggil untuk 

menduduki tempat-tempat kepercayaan dan kekuasaan harus 

mencari Allah supaya mendapat anugerah yang memampukan 

mereka untuk menjalankan kewajiban di tempat-tempat mere-

ka, sebab itulah yang seharusnya menjadi perhatian utama 

mereka. Pengangkatan Elyakim digambarkan lebih jauh de-

ngan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya (ay. 22). 

Ada kemungkinan bahwa ia membawa kunci emas di atas 

bahunya sebagai lencana jabatannya, atau kunci itu disulam 

pada baju atau jubahnya, yang pada kejadian ini perkataan ini 

merujuk. Sebagai pengurus istana, dan karena diserahkan 

kunci, seperti halnya gembok diberikan kepada kepala pen-

jaga, maka apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menu-

tup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. Ia 

bebas masuk ke dalam gedung harta benda, emas dan perak, 

rempah-rempah, dan ke dalam gedung persenjataan dan per-

bendaharaan (39:2). Ia juga berkuasa mengatur barang-barang 

Kitab Yesaya 22:15-25 

 397 

persediaan untuk kepentingan umum sesuai dengan apa yang 

dipandangnya pantas. Ia menempatkan siapa saja yang dike-

hendakinya sebagai bawahannya dan mengeluarkan siapa saja 

yang diingininya. Yesus Tuhan kita menggambarkan kuasa-

Nya sendiri sebagai Pengantara dengan merujuk pada hal ini 

(Why. 3:7), bahwa Ia memegang kunci Daud, yang dengannya 

apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia 

menutup, tidak ada yang dapat membuka. Kuasa-Nya dalam 

kerajaan sorga, dan dalam mengatur semua perkara di keraja-

an itu, bersifat mutlak, tidak bisa diganggu-gugat, dan tidak 

bisa dikendali.  

2. Bahwa Elyakim akan tetap dan teguh dalam jabatan itu. Ia 

akan memilikinya seumur hidup, bukan durante bene placito – 

selama yang dia inginkan (ay. 23): Aku akan memberikan dia 

kedudukan yang teguh seperti gantungan yang dipasang kuat-

kuat, yang tidak akan terlepas atau terputus. Sedemikian lang-

gengnya kehormatan yang akan datang dari Allah bagi semua 

orang yang menggunakannya demi Dia. Yesus Tuhan kita 

yaitu   seperti gantungan yang dipasang kuat-kuat: kerajaan-

Nya tidak tergoyahkan, dan Dia sendiri tetap sama.  

3. Bahwa Elyakim akan menjadi berkat yang besar dalam jabat-

annya. Dan inilah yang memahkotai perkenanan-perkenanan 

yang diberikan kepadanya di sini. Allah membuat namanya 

masyhur, sebab ia akan menjadi berkat (Kej. 12:2).  

(1) Ia akan menjadi berkat bagi negerinya (ay. 21): Ia akan 

menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum 

Yehuda. Ia tidak hanya akan mengurus perkara-perkara 

rumah tangga sang raja, melainkan juga semua kepenting-

an umum di Yerusalem dan Yehuda. Perhatikanlah, para 

penguasa haruslah menjadi bapak bagi orang-orang yang 

berada di bawah pemerintahan mereka, untuk mengajar 

mereka dengan hikmat, memerintah mereka dengan kasih, 

dan membetulkan apa yang salah dengan kelembutan. 

Untuk melindungi mereka dan menyediakan keperluan 

mereka, dan peduli terhadap mereka seperti seorang bapak 

terhadap anak-anaknya dan keluarganya. Berbahagialah 

rakyat apabila istana, kota-kota, dan desa-desa tidak mem-

punyai kepentingannya sendiri-sendiri, tetapi semuanya 

berpusat pada kepentingan yang sama, sehingga pegawai-


 398

pegawai istana menjadi para patriot sejati, dan dengan be-

gitu, maka siapa yang diberkati istana, akan diberkati oleh 

seisi negeri juga. Dan bila orang-orang demikian menjadi 

bapak bagi Yerusalem, kota kerajaan, maka demikian pula 

mereka akan menjadi bapak bagi kaum Yehuda. 

(2) Ia akan menjadi berkat bagi keluarganya (ay. 23-24): Ia 

akan menjadi kursi kemuliaan bagi kaum keluarganya. Hik-

mat dan kebajikan sempurna yang mengangkatnya pada 

kepercayaan besar ini menjadikan dia sebagai kehormatan 

keluarganya, yang mungkin sebelumnya sangat besar, te-

tapi sekarang menjadi jauh lebih besar lagi. Anak-anak ha-

rus berusaha membawa pujian bagi orangtua dan saudara-

saudara mereka. Kehormatan yang dipancarkan seseorang 

kepada keluarganya melalui kesalehan dan kebergunaan-

nya jauh lebih bernilai daripada kehormatan yang didapat 

dari keluarganya karena nama dan gelar-gelar mereka. Ka-

rena Elyakim diangkat, maka segala tanggungan kaum ke-

luarganya digantungkan padanya. Mereka semua datang 

kepadanya untuk mengadu, dan berkas-berkas gandum 

saudara-saudaranya sujud menyembah kepada berkas-

berkas gandumnya. Cermatilah, kemuliaan dunia ini tidak 

memberikan nilai atau keluhuran yang hakiki pada siapa 

saja. Kemuliaan dunia itu hanya digantungkan padanya 

seperti sebuah perhiasan, dan akan segera jatuh dari dia. 

Elyakim dibandingkan dengan gantungan yang dipasang 

kuat-kuat. Berdasarkan perbandingan itu, semua saudara 

dari keluarganya (yang ada kemungkinan sangat banyak, 

dan itu merupakan kemuliaannya) dikatakan bergantung 

padanya, seperti alat-alat di dalam rumah yang mempunyai 

gagang digantungkan di atas paku dan gantungan. Hal itu 

juga menunjukkan bahwa ia dengan murah hati akan me-

melihara mereka semua, dan menanggung beban pemeliha-

raan itu: Segala perkakas, bukan hanya periuk belanga, 

melainkan juga piring pasu, segala perkakas yang kecil, 

yang terhina dari keluarganya sekalipun, akan disediakan 

keperluannya oleh dia. Lihatlah beban seperti apa yang di-

tanggungkan ke atas orang-orang yang menjalankan keper-

cayaan-kepercayaan besar. Tak terlintas dalam pikiran me-

reka seberapa banyak dan seberapa besar yang akan mere-

Kitab Yesaya 22:15-25 

 399 

ka tanggung jika mereka bertekad untuk setia dalam me-

laksanakan tugas yang dipercayakan kepada mereka. 

Yesus Tuhan kita, karena memiliki kunci rumah Daud, 

yaitu   seperti gantungan yang dipasang kuat-kuat, dan 

segala kemuliaan keluarga Bapa-Nya digantungkan pada 

Dia, berasal dari Dia, dan bergantung pada-Nya. Bahkan 

yang terkecil dari jemaat-Nya disambut oleh-Nya, dan Dia 

mampu menanggung tekanan berat dari mereka semua. 

Jiwa tidak akan binasa, dan tidak pula akan jatuh sia-sia 

ke tanah kekhawatiran jiwa itu, meskipun begitu berat, 

apabila ia dengan iman bergantung pada Kristus. 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  23  

asal ini berbicara mengenai Tirus, sebuah kota kuno yang kaya 

raya, terletak di tepi laut, dan selama berabad-abad lamanya 

menjadi salah satu kota paling terkenal untuk perdagangan di be-

lahan dunia tempatnya berada. Tanah milik pusaka dari sartikel   bani 

Asyer berbatasan dengannya. Lihat Yosua 19:29, di mana ia disebut 

sebagai “kota yang berkubu Tirus.” Jarang kita dapati Tirus menjadi 

musuh berbahaya bagi Israel, malah terkadang ia menjadi sekutu 

yang setia, seperti semasa pemerintahan raja Daud dan Salomo. 

Memang seperti itu kota-kota dagang harus menjaga kebesaran mere-

ka, bukan dengan cara menaklukkan negeri-negeri tetangga mereka, 

tetapi dengan berdagang dengan mereka. Dalam pasal ini dinubuat-

kan.  

I.  Kemusnahan kota Tirus yang penuh ratapan, yang dilakukan 

oleh raja Nebukadnezar dan pasukan Kasdim, kira-kira pada 

waktu mereka menghancurkan Yerusalem, dan ketika mereka 

mengalami tugas sulit dalam menghadapinya, seperti tampak 

dalam Yehezkiel 29:18, di mana mereka dikatakan bekerja ke-

ras melawan Tirus tetapi tidak mendapat untung (ay. 1-14). 

II. Pemulihan Tirus setelah masa 70 tahun, and kembalinya 

orang-orang Tirus dari penawanan ke pekerjaan dagang me-

reka lagi (ay. 15-18). 

Kehancuran Tirus 

(23:1-14) 

1 Ucapan ilahi tentang Tirus. Merataplah, hai kapal-kapal Tarsis, sebab Tirus 

sudah rusak, tiada lagi rumahmu atau pangkalanmu! Ketika mereka masih 

di negeri orang Kitim telah dinyatakan hal itu kepada mereka. 2 Berdiam diri-

lah, hai penduduk tanah pesisir, hai saudagar Sidon, suruhan-suruhanmu 


 402

mengarungi laut, dan berlayar di samudera besar; 3 barang-barang yang di-

masukkan ke Sidon ialah gandum dari Sihor, dan panen daerah Nil, sehingga 

kota itu menjadi pasar bagi bangsa-bangsa. 4 Tahulah malu hai Sidon, sebab 

laut, benteng laut, berbicara, katanya: “Aku tidak pernah menggeliat sakit 

dan tidak melahirkan, aku tidak pernah membesarkan anak-anak teruna, 

dan tidak mengasuh anak-anak dara.” 5 Apabila kabar tentang Tirus itu sam-

pai ke Mesir, mereka akan gemetar mendengarnya. 6 Mengungsilah ke Tarsis, 

merataplah, hai penduduk tanah pesisir! 7 Inikah kotamu yang beria-ria, 

yang asalnya dari zaman purbakala? Orangnya telah melawat ke tempat yang 

jauh untuk merantau ke sana. 8 Siapakah yang memutuskan ini atas Tirus, 

kota yang pernah menghadiahkan mahkota, yang saudagar-saudagarnya 

pembesar-pembesar dan pedagang-pedagangnya orang-orang mulia di bumi? 

9 TUHAN semesta alam yang telah memutuskannya untuk mematahkan ke-

sombongan, untuk menghinakan segala yang permai dan semua orang mulia 

di bumi. 10 Kerjakanlah ladangmu seperti di tepi sungai Nil, hai puteri Tarsis, 

sudah tidak ada lagi galangan-galangan kapal! 11 TUHAN telah mengacung-

kan tangan-Nya terhadap laut dan membuat kerajaan-kerajaan gemetar; Ia 

telah memberi perintah mengenai Kanaan untuk memusnahkan benteng-

bentengnya. 12 Dan ia telah berfirman: “Engkau tidak akan beria-ria lagi, hai 

anak dara yang digagahi, hai puteri Sidon! Bangkitlah, mengungsilah kepada 

orang Kitim! Di sanapun juga tidak akan ada tempat yang senang bagimu.” 13 

Lihat negeri orang Kasdim! Bangsa itulah yang melakukannya, bukan orang 

Asyur. Mereka telah menyerahkan Tirus kepada binatang-binatang gurun, 

mereka telah mendirikan menara-menara pengepungan dan telah meratakan 

puri-puri kota itu dan membuat kota itu menjadi reruntuhan. 14 Merataplah, 

hai kapal-kapal Tarsis, sebab sudah dirusakkan bentengmu! 

Sebagai kota pelabuhan, cocoklah kalau nubuat mengenai kehancur-

annya dimulai dan diakhiri dengan Merataplah, hai kapal-kapal Tar-

sis. Sebab, segala usaha, kekayaan, dan kehormatannya bergantung 

pada perkapalan, dan jika usaha ini sampai hancur, maka habislah 

semuanya itu. Amatilah, 

I.  Tirus yang makmur. Kenyataan ini disinggung di sini supaya keja-

tuhannya bisa tampak lebih memilukan lagi.  

1. Saudagar Sidon, yang berdagang dengan mengarungi laut, 

pada mulanya memenuhi kota Tirus (ay. 2). Sidon merupakan 

kota yang lebih tua lagi, terletak di wilayah pesisir yang sama 

dengan Tirus, beberapa kilometer lebih ke utara, dan Tirus 

pada awalnya hanya merupakan sebuah wilayah di bawah ke-

kuasaan Sidon. Namun kemudian si puteri ini malah berkem-

bang melampaui sang ibu, dan menjadi jauh lebih jaya. Malu 

juga bagi kota-kota besar kalau mereka berpikir bagaimana 

keadaan mereka pada awal dibentuk. 

2. Mesir sangatlah membantu dalam membesarkannya (ay. 3). Si-

hor yaitu   sungai di Mesir, dan melalui sungai ini, dan melalui 

laut tempatnya menuju, orang Mesir berdagang dengan Tirus. 

Kitab Yesaya 23:1-14 

 403 

Dan hasil panen dari sungai itu menjadi pendapatan bagi Tirus. 

Kekayaan laut dan pendapatan yang diperoleh lewat barang-

barang yang diekspor dan diimpor merupakan panen bagi kota-

kota dagang yang sama berharganya seperti halnya rumput 

untuk pakan ternak dan gandum bagi negeri itu. Dan terkadang 

malah gandum dari Sihor terbukti menjadi barang dagangan 

yang lebih baik daripada panen dari tanah Tirus sendiri. Atau 

bisa juga yang dimaksudkan yaitu   semua hasil dari tanah 

Mesir yang diperdagangkan oleh orang Tirus, yang berasal dari 

sungai Nil yang meluap. 

3. Dulunya Tirus menjadi pusat perdagangan dari bagian dunia 

itu. Orang-orang dari setiap bangsa yang terkenal bisa ditemu-

kan di sana, terutama pada saat-saat tertentu dalam setahun 

ketika ada pertemuan umum antara para saudagar. Hal ini 

banyak digambarkan oleh nabi lain (Yeh. 27:2-3, dst.). Lihatlah 

bagaimana tangan orang yang rajin manjadi kaya, oleh berkat 

Allah atasnya. Tirus menjadi kaya dan besar karena kerajinan-

nya, sekalipun ia tidak punya pembajak tanah selain yang 

dipakai di daerah perairan. 

4. Dahulunya ia yaitu   kota yang beria-ria, terkenal dengan kehi-

dupan hura-hura dan hiburan (ay. 7). Orang-orang yang suka 

kehidupan yang demikian bisa menemukan segala macam hi-

buran dan rekreasi di sana, segala kesukaan anak-anak laki-

laki dan perempuan, dansa, permainan, drama dan apa saja 

yang seperti itu yang dikhayal-khayalkan orang. Semua ini 

membuat orang-orang di sana merasa aman-aman saja dan 

sombong, dan mereka menghina orang-orang kampung, yang 

tidak mengenal dan juga tidak merasakan semua kegembiraan 

semacam itu. Hal ini juga membuat mereka sangat enggan un-

tuk percaya dan memikirkan segala peringatan yang diberikan 

Allah melalui para hamba-Nya. Mereka terlalu asyik bersuka 

ria untuk memperhatikannya.  Asal-usulnya sudah dari zaman 

purbakala, dan ia bangga dengan itu, dan itu pula yang ber-

peran dalam membuatnya merasa aman-aman saja. Seolah-

olah karena ia merupakan sebuah kota yang bebas dari pikir-

an akan waktu, dan asalnya sudah sejak dari zaman purba-

kala, maka ia harus terus ada sebagai kota yang tanpa akhir 

waktu, dan keberadaannya pasti sampai hari-hari kekekalan. 


 404

5.  Dahulunya ia yaitu   sebuah kota yang pernah menghadiah-

kan mahkota, yang memahkotai dirinya sendiri. Kuasa dan 

keagungan dari para penguasanya begitu besar sampai mereka 

bisa menghadiahkan mahkota atau memahkotai orang-orang 

yang bergantung padanya dan berdagang dengannya. Hal ini 

dijelaskan dalam kata-kata berikut ini: saudagar-saudagarnya 

pembesar-pembesar, dan mereka hidup seperti para pembesar 

karena kenyamanan dan kemegahan yang mereka dapatkan. 

Dan pedagang-pedagangnya, ke negeri mana saja yang mereka 

datangi, dipandang sebagai orang-orang mulia di bumi, dihor-

mati oleh semua orang. Serendah apa pun sekarang ini para 

pedagang dibicarakan, namun tampaknya dahulu di antara 

bangsa-bangsa yang bijak, ada saudagar-saudagar dan peda-

gang, dan orang-orang bisnis yang benar-benar merupakan 

orang-orang mulia. 

II. Inilah kejatuhan Tirus. Tidaklah tampak bahwa Tirus mendatang-

kan celaka ke atas dirinya sendiri karena memancing kemarahan 

negeri-negeri tetangganya dengan pertengkaran, melainkan kare-

na mencobai mereka dengan harta kekayaannya. Namun, jika hal 

ini memang yang menggoda Nebukadnezar untuk menyerang 

Tirus dengan dahsyat, maka pastilah ia kecewa. Sebab, setelah 

menahan serangan selama tiga belas tahun dan tidak bisa berta-

han lagi, para penghuninya melarikan diri lewat laut, bersama 

keluarga dan harta benda mereka, ke tempat-tempat lain di mana 

mereka memiliki harta kekayaan, dan tidak meninggalkan apa-

apa untuk Nebukadnezar selain kota kosong belaka. Lihat sejarah 

mengenai Tirus dalam bartikel   History of the World karangan Sir 

Walter Raleigh, jilid 2, bab 7, bagian 3, 43, hlm. 283, yang banyak 

memberikan penjelasan terhadap nubuat ini dan nubuat dalam 

Kitab Yehezkiel mengenai Tirus. 

1.  Lihatlah bagaimana kehancuran Tirus dinubuatkan di sini. 

(1) Kota pelabuhan itu akan menjadi tidak nyaman bagi kapal-

kapal Tarsis, karena segala sesuatu sudah rusak (ay. 1), se-

hingga rumah pun tidak akan ada lagi, tidak akan ada dok 

bagi kapal untuk masuk dan bersandar, tidak ada pengi-

napan untuk para pelaut, tidak ada jalan masuk ke pela-

buhan. Mungkin sudah tersumbat pasir atau ditutup oleh 

Kitab Yesaya 23:1-14 

 405 

musuh. Atau, karena dihancurkan dan sudah rusak, ka-

pal-kapal yang biasanya datang dari Tarsis dan Kitim ke 

pelabuhan itu tidak akan bisa masuk ke sana lagi. Sebab, 

telah dinyatakan hal itu atau diberitahukan kepada mere-

ka, dan mereka mendapat kabar yang sangat buruk, bahwa 

Tirus dihancurkan dan rusak. Dan kini tidak ada lagi 

usaha dagang bagi mereka di sana. Lihatlah bagaimana hal 

seperti ini terjadi di dunia ini. Orang-orang yang dihancur-

kan oleh musuh mereka biasanya tidak lagi dipandang oleh 

teman-teman lama mereka. 

(2)  Seluruh penghuninya terpana. Tirus yaitu   sebuah pulau. 

Para penghuninya, yang biasanya berbuat bising dan ingar-

bingar, hanyut dalam hura-hura, akan menjadi diam dan 

sunyi senyap (ay. 2). Mereka akan duduk meratap, terma-

kan habis oleh duka sampai tidak bisa berkata apa-apa. 

Rasa angkuh dengan diri sendiri dan pandangan remeh ter-

hadap para tetangga akan sirna. Dalam sekejap Allah bisa 

membungkam dan menghantam hingga bisu orang-orang 

dunia yang sibuk dan ingar-bingar. Berdiam dirilah, sebab 

Allah akan bertindak (Mzm. 46:11; Za. 2:13), dan engkau 

tidak mampu melawan Dia. 

(3) Tetangga-tetangganya terhenyak, memerah wajah mereka, 

dan merasa pedih baginya: tahulah malu hai Sidon (ay. 4), 

yang orang-orangnya pertama kali memenuhi Tirus. Sebab 

ombak laut bergulung-gulung membawa kabar dari Tirus, 

dan laut, benteng laut, air pasang laut yang tinggi mengu-

mandangkan, “Aku tidak pernah menggeliat sakit dan tidak 

melahirkan lagi sekarang, seperti yang telah aku lakukan 

selama ini. Aku tidak lagi sekarang, seperti dahulu, mem-

bawa muatan kapal yang penuh dengan anak-anak muda 

ke Tirus, untuk dibesarkan dalam usaha dagang,” cara 

yang sebelumnya telah menjadikan Tirus begitu kaya raya 

dan banyak penghuninya. Atau laut, yang dahulunya di-

muati dengan segala armada kapal yang ke Tirus akan 

sunyi senyap dan berduka seperti seorang janda yang tidak 

dikasihi lagi akibat ditinggal mati semua anak-anaknya dan 

tidak ada lagi yang bisa ia pelihara dan besarkan. Mesir 

sebenarnya merupakan kerajaan yang jauh lebih besar dan 

hebat daripada Tirus, namun, Tirus memiliki hubungan 


 406

dagang yang luas, sampai-sampai semua bangsa di sekitar-

nya akan turut mengalami rasa sakit hebat begitu mene-

rima kabar keruntuhan kota itu, seperti nantinya yang 

mereka juga alami ketika mendengar kabar keruntuhan 

seluruh Mesir tidak lama sesudah kejatuhan Tirus (ay. 5, 

KJV: Seperti halnya ketika mendengar kabar tentang Mesir, 

demikianlah juga mereka akan sakit pedih ketika menerima 

kabar tentang Tirus). Atau, seperti yang dibaca sebagian 

orang, Apabila kabar tentang Tirus itu sampai ke Mesir, 

mereka akan gemetar mendengarnya, oleh karena mereka 

kehilangan usaha dagang dengan kota itu dan karena 

kejadian itu merupakan ancaman bagi keruntuhan mereka 

sendiri. Sebab, ketika rumah tetangga kebakaran, rumah 

mereka pun dalam bahaya. 

(4) Para saudagar, sebanyak-banyaknya, harus memindahkan 

segala harta milik mereka ke tempat lain dan meninggalkan 

Tirus, tempat mereka telah menghasilkan harta kekayaan, 

dan berpikir semuanya aman-aman saja di sana (ay. 6).  

“Kalian yang telah lama menjadi penduduk tanah pesisir” 

(sebab Tirus terletak di tengah laut sekitar kurang dari satu 

kilometer dari daratan); “Sudah waktunya kalian meratap, 

sebab kalian harus mengungsi ke Tarsis. Tindakan terbaik 

bagimu yaitu   sedapat-dapatnya lari ke Tarsis, menyebe-

rang laut” (ke Taressus, sebuah kota di Spanyol, demikian 

menurut sebagian orang), “atau ke daerah perkebunan ka-

lian di mana saja.” Orang-orang yang mengira gunung me-

reka berdiri teguh dan tidak bisa bergerak, akan mendapati 

di sini betapa mereka tidak memiliki kota yang abadi. Gu-

nung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang. 

(5) Mereka yang tidak dapat meloloskan diri tidak bisa berha-

rap apa-apa selain dibawa sebagai tawanan. Sebab, begitu-

lah caranya para penakluk di masa itu, mereka menjadikan 

orang-orang taklukan sebagai budak di negerinya sendiri, 

dan membawa masuk orang-orang mereka sendiri menjadi 

tuan di negeri taklukan itu (ay. 7): Orangnya telah melawat 

ke tempat yang jauh untuk merantau ke sana. Mereka di-

paksa berjalan untuk ditawan, dan dengan langkah gontai 

menuju kesengsaraan mereka sendiri. Orang-orang yang 

hidup dalam kegemerlapan dan hura-hura tidak tahu be-

Kitab Yesaya 23:1-14 

 407 

tapa sebelum mati mereka juga bisa jatuh dan mengalami 

banyak kesukaran hidup. 

(6) Banyak yang mencoba-coba melarikan diri akan dikejar 

dan jatuh ke dalam tangan musuh. Tirus akan melewati ta-

nahnya sendiri bagaikan sungai (ay. 10, KJV), mengalir, 

rombongan demi rombongan, ke dalam lautan atau jurang 

kesengsaraan. Atau, walaupun mereka lari cepat-cepat se-

perti sungai, dengan segala kecepatan, berharap selamat 

dari bahaya, tetap saja tidak ada kekuatan lagi (KJV). Segera 

mereka menjadi kelelahan, dan tidak mampu lagi maju, 

dan dengan mudahnya jatuh menjadi mangsa empuk ta-

ngan-tangan musuh. Dan, seperti halnya Tirus tidak punya 

kekuatan lagi, begitu pula dengan Sidon saudaranya tidak 

kurang sengsara keadaannya (ay. 12), “Engkau tidak akan 

beria-ria lagi, hai anak dara yang digagahi, hai puteri Sidon, 

yang sebentar lagi jatuh di bawah kuasa orang Kasdim 

yang jaya! Giliranmu berikutnya. Karena itu, bangkitlah, 

mengungsilah kepada orang Kitim. Larilah ke Yunani, Italia, 

ke mana saja untuk mencari selamat. Namun, sekalipun 

begitu, di sanapun juga tidak akan ada tempat yang senang 

bagimu. Musuh-musuhmu akan mengganggu engkau, dan 

ketakutanmu sendiri akan menggelisahkan engkau di se-

gala tempat di mana engkau berharap bisa menemukan ke-

tenangan.” Perhatikanlah, kita menipu diri sendiri jika kita 

menjanjikan diri sendiri bisa menemukan ketenangan di 

dunia ini. Orang yang merasa tidak tenang di suatu tempat 

akan merasa demikian juga di tempat lain. Dan bilamana 

penghakiman-penghakiman Allah mengejar pendosa, se-

mua penghakiman-Nya itu akan mengalahkan mereka. 

2.  Akan tetapi, dari mana asalnya semua kesulitan ini? 

(1) Allah akan menjadi perancangnya. Ini yaitu   pemusnahan 

dari Yang Mahakuasa. Orang akan bertanya, “Siapakah 

yang memutuskan ini atas Tirus? Siapa yang telah meran-

cangnya? Siapa yang memutuskannya? Siapa yang dapat 

merencanakan dalam hatinya untuk memusnahkan kota 

yang sedemikian anggun dan cantik ini? Dan bagaimana 

mungkin kehancurannya dapat dilakukan?” Atas pertanya-

an ini akan dijawab, 


 408

[1] Allah telah merancangnya. Dia bijak dan adil tak terba-

tas, dan tidak pernah, se