a dengan Babel.
1. Bagi para tahanan yang malang, peristiwa di atas akan disam-
but sebagai kabar gembira. Sebab sudah sejak lama mereka
diberitahukan bahwa pemusnah Babel akan menjadi sang
pembebas mereka, sehingga, “ketika mereka mendengar Elam
dan Madai sedang datang mengepung Babel, semua keluh
mereka terhenti. Mereka tidak akan lagi mencampur air mata
mereka dengan aliran air sungai Efrat, melainkan mulai me-
mainkan kecapi mereka lagi, dan tersenyum ketika ingat akan
Sion, yang sebelum itu mereka tangisi setiap kali memikirkan-
nya.” Oleh karena keluhan orang-orang miskin, Allah yang pe-
ngasih akan bangkit pada saatnya (Mzm. 12:6). Ia akan mema-
tahkan kuk dari leher mereka, akan mengangkat tongkat orang
fasik dari hidup mereka, dan dengan begitu membuat keluhan
mereka terhenti.
2. Bagi para penindas yang angkuh, peristiwa itu akan menjadi
penglihatan yang menyeramkan (ay. 2), khususnya bagi raja
Babel ketika itu, dan tampaknya dialah yang di sini dibicara-
kan sedang meratap dengan pedih mengenai nasibnya yang
tak terelakkan (ay. 3-4): Sebab itu pinggangku amat sakit, sakit
mulas menimpa aku, dst, yang benar-benar terjadi pada raja
Belsyazar, sebab pada malam itu juga ketika kotanya direbut
dan dia terbunuh, saat itu ia melihat sebuah tangan menulis
huruf-huruf mistis pada dinding, dan ia menjadi pucat, dan
pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal
pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan (Dan. 5:6).
Walaupun begitu, itu baru merupakan awal dari segala duka-
cita. Penyingkapan Daniel akan maksud dari tulisan itu sema-
kin menambah rasa ngerinya, dan peringatan tanda bahaya
yang mengikuti para algojo di ambang pintu pun melengkap-
kan peringatan itu. Dan perkataan malam hari yang selalu ku-
rindukan itu sekarang menggentarkan aku, dengan jelas meru-
juk pada keadaan mengenaskan dari kejatuhan Belsyazar,
bahwa dia dibunuh pada malam itu saat sedang puncak-pun-
caknya berpesta pora dan bersuka ria, dengan piala-piala pe-
nuh minuman dan selir-selir mengelilinginya serta para pang-
limanya bersenang-senang bersama dia. Malam kesenangan-
nya itu, saat dia menjanjikan dirinya akan terus menikmati
Kitab Yesaya 21:1-10
369
dengan tak terlukiskan, tanpa terganggu dan terhenti pemuas-
an indranya, dengan perbuatan berani menentang Allah dan
agama dengan menajiskan segala peralatan rumah Allah,
malam itu berubah menjadi segala kengerian. Semoga kejadian
ini berhasil membuat kita tersentak akan sia-sianya pesta pora
dan kenikmatan indrawi, dan mencegah kita untuk tunduk
padanya. Supaya kita tahu betapa beratnya akhir dari pesta
pora dan betapa cepatnya senda tawa berubah menjadi tangis
kabung. Supaya kita sadar bahwa atas segala kesia-siaan ini,
Allah akan menjatuhkan penghakiman ke atas kita. Marilah
kita selalu mencampurkan rasa gemetar dengan sukacita kita.
III. Gambaran mengenai keadaan Babel saat musuh mengejutkannya:
semuanya sedang bersukaria (ay. 5): “Siapkan meja secantik-can-
tiknya dengan berbagai hidangan. Tempatkan para penjaga. Suruh
mereka berjaga-jaga di tempat jaga supaya kita makan dan ber-
pesta pora dengan aman. Dan jika ada peringatan tanda bahaya,
para panglima akan bangkit dan meminyaki perisai, dan siap
memberi sambutan hangat kepada musuh.” Begitulah, betapa me-
reka merasa aman, dan merasa telah menyiapkan segala sesuatu,
dengan segala sukacita seolah-olah semuanya baik-baik saja.
IV. Uraian mengenai tanda bahaya yang akan diberikan kepada Babel
ketika ia diserbu oleh raja Koresh dan Darius. Dalam bentuk
penglihatan, Tuhan menunjukkan kepada sang nabi mengenai
penjaga atau peninjau yang ditempatkan di menara jaga, di dekat
menara jaga, di dekat istana, seperti yang biasanya dilakukan da-
lam masa-masa bahaya. Raja memerintahkan orang-orang di se-
kelilingnya untuk menempatkan seorang prajurit di tempat yang
paling menguntungkan untuk berjaga-jaga, dan sesuai dengan
tugas seorang penjaga menara, apa yang dilihatnya haruslah
diberitahukannya (ay. 6). Kita membaca mengenai para peninjau
yang ditempatkan seperti ini untuk mencari keterangan seperti
dalam kisah Daud (2Sam. 18:25), dan kisah Yehu (2Raj. 9:17). Si
peninjau dalam kisah Yesaya ini melihat sebuah kereta dengan
orang-orang berkuda berpasang-pasangan mengiringinya. Kita bisa
menduga kereta ini ditunggangi oleh panglima perang. Ia kemudian
melihat kereta lain ditarik oleh keledai-keledai, yang banyak di-
gunakan oleh pasukan Persia, dan sebuah kereta lagi ditarik oleh
370
unta-unta, yang banyak digunakan di antara orang Madai. Kedua
kereta ini (seperti pikir Grotius) menandakan dua bangsa yang
bergabung melawan Babel, atau lebih tepat lagi, kedua kereta itu
datang untuk membawa kabar ke istana raja Babel (bdk. Yer.
51:31-32). Pesuruh-pesuruh cepat berlari susul-menyusul, pem-
bawa-pembawa kabar susul-menyusul, untuk mengabarkan ke-
pada raja Babel, bahwa kotanya telah direbut dari satu ujung (KJV)
sementara sang raja sedang beria-ria di ujung yang lain dan tidak
tahu apa-apa. Si peninjau ini, begitu melihat kereta-kereta ini di
kejauhan, diperhatikannya sungguh-sungguh, dengan penuh per-
hatian, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dan (ay. 8) ia berseru,
seorang singa (KJV). Kata ini, ketika keluar dari mulut seorang pen-
jaga, tak pelak lagi pasti memberi tanda tertentu, dan semua orang
tahu apa maknanya, walaupun kini kita tahu apa itu. Mungkin
seruan itu dimaksudkan untuk membangkitkan perhatian orang:
siapa yang mempunyai telinga, hendaklah ia mendengar, seperti
ketika mendengar singa sedang mengaum. Atau, ia berteriak
seperti seekor singa, sangat keras dan sungguh-sungguh, karena
keadaan sangat genting. Dan apa yang harus dikatakannya?
1. Ia mengaku sudah terus bertugas di tempat ia ditugaskan: “Di
tempat peninjauan, ya tuanku, aku berdiri senantiasa, dan
tidak menemukan apa-apa yang berarti sampai saat ini. Sega-
lanya tampak aman dan tenang.” Sebagian orang berpikir bah-
wa ini yaitu keluhan dari umat Allah yang sudah sangat
lama menanti-nantikan keruntuhan Babel, sesuai dengan nu-
buat itu, tetapi tidak kunjung datang juga, walaupun mereka
berketetapan hati untuk terus menunggu. Seperti dalam Haba-
kuk 2:1: Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri
tegak di menara, untuk melihat apa yang akan terjadi sekarang.
2. Ia memberitahukan apa yang dilihatnya (ay. 9): Lihat, itu su-
dah datang sepasukan orang, pasang-pasangan orang berkuda,
suatu penglihatan yang menggambarkan masuknya musuh ke
dalam kota dengan segenap kekuatan mereka, atau kabar
yang dibawakan ke istana raja mengenai kedatangan musuh.
V. Uraian khusus dengan panjang lebar mengenai keruntuhan Ba-
bel. Orang yang ada di dalam kereta berseru (ketika ia mendengar
si penjaga berseru), sudah jatuh, sudah jatuh Babel. Atau, Allah
berseru demikian kepada sang nabi yang bertanya mengenai per-
Kitab Yesaya 21:1-10
371
kara-perkara ini: “Sudah tiba saatnya, Babel sudah pasti jatuh
dan tidak bangkit-bangkit lagi. Tamatlah riwayat Babel sekarang.
Segala patung berhalanya telah diremukkan dan bertaburan ke
tanah. Babel itu ibu perempuan-perempuan sundal (yaitu dari
penyembahan berhala), yang merupakan salah satu alasan meng-
apa Allah bertengkar dengannya. Tetapi sekarang berhala-ber-
halanya itu jauh dari mampu untuk melindunginya, bahkan sam-
pai-sampai sebagian dari mereka diremukkan jatuh ke tanah, dan
sebagian lain lagi, yang ada nilainya untuk dibawa pergi, akan
diangkut menjadi tawanan, dan menjadi beban bagi binatang-
binatang yang mengangkut mereka (46:1-2).
VI. Perhatian diberikan juga kepada umat Allah, yang waktu itu men-
jadi tawanan di Babel, bahwa nubuat mengenai kejatuhan Babel
ini khususnya dimaksudkan untuk menjadi penghiburan dan
dorongan bagi mereka, dan mereka boleh yakin bahwa nubuat itu
pasti akan terpenuhi pada waktunya (ay. 10). Amatilah,
1. Bagaimana sang nabi menyapa umat atas nama Allah: Hai
bangsaku yang telah dipijak-pijak dan diinjak-injak! (KJV: Hai
hasil pengirikanku, dan gandum dari tempat pengirikanku!).
Nabi menyebut mereka sebagai kepunyaannya, karena mereka
yaitu saudara-saudara sebangsanya, dan dengan demikian ia
punya perhatian dan kepedulian khusus terhadap mereka.
Tetapi dia menyampaikan kepeduliannya itu sebagai berasal
dari Allah, dan menujukan perkataannya hanya kepada orang-
orang Israel sejati, yang setia di negeri. Perhatikanlah,
(1) Jemaat yaitu tempat pengirikan Allah, di dalamnya buah-
buah dan hasil-hasil yang paling bernilai, seperti yang se-
harusnya, dikumpulkan dan ditimbun.
(2) Orang-orang percaya sejati merupakan gandum di tempat
pengirikan Allah. Orang-orang munafik hanyalah sekam
dan rumput-rumput kering, mengambil banyak tempat te-
tapi sedikit saja nilainya, yang dengan mereka gandum
sekarang bercampur, tetapi tidak lama lagi gandum akan
dipisahkan darinya untuk selamanya.
(3) Gandum dari tempat pengirikan Allah harus siap menung-
gu dengan pasti bahwa mereka akan dikirik oleh berbagai
penderitaan dan penganiayaan. Israel kepunyaan Allah di
372
zaman dulu sudah ditimpa sengsara sejak masa mudanya,
sering berada di bawah bajak pembajak (Mzm. 129:3) dan
alat pengirik.
(4) Sekalipun begitu Allah mengakui mereka sebagai hasil pe-
ngirikan-Nya. Mereka tetap kepunyaan-Nya. Bahkan, pengi-
rikan umat-Nya itu yaitu melalui ketetapan-Nya, dan ada
di bawah kendali dan arahan-Nya. Pengirik tidak punya kua-
sa atas jemaat itu tetapi diberikan dari atas.
2. Jaminan kepastian diberikan sang nabi kepada umat menge-
nai kebenaran berita yang disampaikannya, dan karena itu
mereka boleh membangun harapan mereka di atasnya: Apa
yang kudengar dari TUHAN semesta alam, Allah Israel – hanya
itu dan tidak ada yang lain, hanya itu dan bukan rekaan atau
khayalanku sendiri – telah kuberitahukan kepadamu. Perhati-
kanlah, dalam segala perkara mengenai jemaat, baik yang
masa lalu, sekarang maupun akan datang, mata kita harus
tertuju kepada Allah baik sebagai TUHAN semesta alam mau-
pun sebagai Allah Israel, yang mempunyai kuasa untuk mela-
kukan apa saja bagi jemaat-Nya dan anugerah untuk berbuat
apa saja bagi kebaikan jemaat. Juga, mata kita harus tertuju
kepada perkataan nabi-nabi-Nya, sebagai perkataan yang
diterima dari Tuhan. Sama seperti mereka tidak berani menu-
tup-nutupi apa saja yang telah Allah percayakan kepada mere-
ka untuk diberitahukan, demikian pula mereka tidak berani
memberitahukan sesuatu yang tidak Dia ungkapkan kepada
mereka (1Kor. 11:23).
Pengawal Ditanyai
(21:11-12)
11 Ucapan ilahi terhadap Duma. Ada seorang berseru kepadaku dari Seir: “Hai
pengawal, masih lama malam ini? Hai pengawal, masih lama malam ini?” 12
Pengawal itu berkata: “Pagi akan datang, tetapi malam juga. Jika kamu mau
bertanya, datanglah bertanya sekali lagi!”
Nubuat mengenai Duma ini sangat singkat, tidak terlalu jelas dan
sukar untuk dimengerti. Sebagian orang menduga Duma yaitu
suatu bagian dari Arabia, dan bahwa penghuninya merupakan ketu-
runan dari Duma, putra keenam dari Ismael, seperti halnya orang
Kedar (ay. 16-17) berasal dari putra kedua Ismael (Kej. 25:13-14).
Kitab Yesaya 21:11-12
373
Sebagian orang lagi, karena gunung Seir disebut di sini, memahami
Duma sebagai Idumea, negeri orang Edom. Pastilah beberapa negeri
tetangga Israel yang dimaksudkan di sini, dan kesusahan mereka
dinubuatkan akan terjadi, bukan hanya sebagai peringatan kepada
mereka untuk bersiap-siap menghadapinya, tetapi peringatan kepada
Israel supaya jangan bergantung pada tetangga-tetangga mereka itu,
atau pada bangsa lain mana pun untuk mendapatkan pertolongan di
kala bahaya, tetapi supaya bergantung hanya kepada Allah saja. Kita
harus sadar bahwa semua ketergantungan kepada makhluk ciptaan
itu mengecewakan, dan kita harus merasa bahwa mereka hancur di
bawah kita, sehingga janganlah kita menaruh beban lagi ke atas
mereka melebihi yang dapat mereka tanggung. Akan tetapi, walaupun
penjelasan atas nubuat ini sukar, karena kita tidak punya sejarah
mengenai penggenapannya, penerapannya mudah. Kita dapati di sini,
1. Sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh seorang Edom kepada
pengawal. Seseorang berseru dari Seir, seseorang yang sungguh
peduli dengan keselamatan dan kesejahteraan orang banyak dari-
pada orang-orang selebihnya, yang umumnya masa bodoh dan
merasa aman-aman saja. Ia seperti orang Makedonia itu, yang
dalam penglihatan merindukan sang nabi untuk membawa kabar
dan mengajar mereka. Dia tidak memanggil banyak orang. Baik-
lah bila ada orang yang peduli, bahwa tidak semua sama-sama
tidak peduli dengan perkara-perkara yang menjadi damai sejah-
tera semua orang. Ada orang dari Seir yang mau menanyakan na-
sihat dari para nabi Allah dan bersedia diajar, sementara banyak
dari Israel kepunyaan Allah tidak peduli apa pun. Pertanyaannya
serius: Masih lama malam ini? Pertanyaan itu ditanyakan kepada
orang yang sesuai untuk itu, yaitu si pengawal, yang tugasnya
memang untuk memberi jawaban bagi pertanyaan semacam itu.
Ia mengulangi pertanyaannya, sebagai orang yang sungguh pe-
duli, yang memang bersungguh-sungguh hati dan ingin menda-
patkan jawabannya. Perhatikanlah,
(1) Nabi-nabi dan para hamba Allah ditunjuk sebagai para penga-
wal, dan hendaknya kita memandang mereka demikian. Mere-
ka yaitu para pengawal di dalam kota yang bertugas di kala
damai, untuk melihat bahwa semua aman-aman saja, untuk
mengetuk setiap pintu dengan pertanyaan-pertanyaan pribadi
(“Sudah terkuncikah pintu? Aman dari api?”), untuk meng-
374
arahkan yang tersesat, dan menegur yang tidak tertib (Kid. 3:3
dan 5:7). Mereka seperti penjaga di perkemahan di kala perang
(Yeh. 33:6). Mereka harus memperhatikan gerak-gerik musuh
dan mempelajarinya, untuk mencari tahu dan kemudian mem-
beri peringatan, dan dalam tugas ini mereka harus menyang-
kal diri.
(2) Menjadi tugas kita untuk bertanya kepada para penjaga itu,
khususnya untuk bertanya dan bertanya lagi, masih lama
malam ini?, sebab para penjaga terjaga saat orang lain terlelap.
[1] Sudah jam berapa sekarang di tengah malam ini? Sesudah
lama terlelap dalam dosa dan rasa aman-aman saja, bu-
kankah sudah saatnya, sudah di puncak waktunya, untuk
bangun sekarang? (Rm. 13:11). Kita mempunyai pekerjaan
yang besar sekali yang harus dilakukan, perjalanan jauh
yang harus dijalani, jadi bukankah sudah saatnya untuk
bangkit dan bergerak? “Penjaga, partikel l berapa sekarang?
Setelah malam gelap yang panjang, masih adakah harapan
fajar datang?”
[2] Ada kabar apa malam ini? Bagaimana malam ini? (begitu
yang dikatakan sebagian orang). “Penglihatan apa yang dili-
hat nabi malam ini? Kami siap menerimanya.” Atau, tepat-
nya, “Apa yang terjadi malam ini? Bagaimana cuacanya?
Ada kabar apa?” Kita harus menanti-nantikan adanya tan-
da bahaya, dan jangan pernah merasa aman-aman saja.
Hari Tuhan akan datang seperti pencuri di malam hari. Kita
harus menyiapkan diri untuk menerima tanda bahaya dan
menetapkan hati untuk berdiri teguh, dan kemudian mene-
rima tanda bahaya pertama dan segera menyiapkan sen-
jata, perlengkapan senjata rohani.
2. Jawaban pengawal terhadap pertanyaan itu. Si pengawal tidak
tertidur ataupun tuli. Sekalipun itu seseorang dari gunung Seir
yang memanggil, dia siap memberi jawaban: Pagi akan datang. Ia
menjawab,
(1) Melalui dugaan: Pertama-tama terang pagi datang, dan damai,
dan kesempatan. Kamu akan menikmati satu hari penghibur-
an. Tetapi setelah itu datang malam kesukaran dan mala-
petaka.” Perhatikan, dalam jalan pemeliharaan Allah biasanya
pagi dan malam datang silih berganti. Malamkah sekarang?
Kitab Yesaya 21:13-17
375
Pagi pun akan datang, dan fajar tahu tempatnya (Mzm. 30:6).
Siangkah sekarang? Malam pun akan datang juga. Bila ada
pagi masa muda dan kesehatan, akan datang malam penyakit
dan usia tua. Bila ada pagi kemakmuran dalam keluarga, da-
lam masyarakat, kita harus menantikan perubahan. Namun,
Allah selalu memberi pagi kesempatan sebelum Dia mengirim-
kan malam malapetaka, agar umat-Nya bisa bersiap-siap me-
nyambut badai dan orang lain dibiarkan tanpa ampun.
(2) Dengan memberi semangat: Jika kamu mau bertanya, datang-
lah bertanya sekali lagi! Kita harus berhikmat untuk meman-
faatkan pagi yang ada sekarang untuk membuat persiapan
bagi malam yang akan datang setelahnya. “Bertanyalah, kem-
balilah, datanglah. Bertanya-tanyalah, bertobatlah, rela hati
dan taatlah.” Cara penyampaiannya sangat jelas, dan kita
dibuat untuk memilih apa yang akan kita lakukan: “Jika kamu
mau bertanya, datanglah bertanya sekali lagi! Jika tidak mau,
celakalah kamu. Tidak ada yang bisa kamu katakan lagi selain
bahwa kamu mendapat sebuah tawaran yang bagus.” Kita juga
didesak untuk membuat kepastian: “Jika kamu mau, katakan-
lah demikian, dan jangan berdiri diam saja. Apa yang mau
kamu lakukan, lakukanlah segera, sebab tidak ada waktu lagi
untuk berpikir-pikir.” Mereka yang kembali dan datang kepada
Allah akan mendapati betapa ada pekerjaan besar yang harus
mereka kerjakan dan hanya ada sedikit waktu untuk melaku-
kannya, sehingga mereka harus sibuk.
Kehancuran Arabia
(21:13-17)
13 Ucapan ilahi terhadap Arabia. Di belukar di Arabia kamu akan bermalam, hai
kafilah-kafilah orang Dedan! 14 Hai penduduk tanah Tema, keluarlah, bawalah
air kepada orang yang haus, pergilah, sambutlah orang pelarian dengan roti! 15
Sebab mereka melarikan diri terhadap pedang, ya terhadap pedang yang terhu-
nus, terhadap busur yang dilentur, dan terhadap kehebatan peperangan. 16
Sebab beginilah firman Tuhan kepadaku: “Dalam setahun lagi, menurut masa
kerja prajurit upahan, maka segala kemuliaan Kedar akan habis. 17 Dan dari
pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tinggal sejumlah
kecil saja, sebab TUHAN, Allah Israel, telah mengatakannya.”
Arabia yaitu sebuah negeri yang luas, terletak di wilayah ke arah
timur dan selatan tanah Kanaan. Banyak dari wilayahnya dimiliki
oleh keturunan Abraham. Orang Dedan, yang disebut di sini (ay. 13),
376
merupakan keturunan Dedan, putra Abraham dari Ketura. Penghuni
Tema dan Kedar merupakan keturunan Ismael (Kej. 25: 3, 13, 15).
Orang Arabia umumnya tinggal di tenda-tenda, dan beternak, ber-
tubuh kekar, terbiasa dengan kerja keras. Ada kemungkinan orang
Yahudi bergantung pada mereka sebagai tembok di antara mereka
dan bangsa-bangsa timur yang suka berperang. Dan karena itulah,
untuk memperingatkan orang Yahudi, mereka harus mendengar
ucapan ilahi terhadap Arabia, dan melihatnya tenggelam di bawah
bebannya sendiri.
I. Suatu pasukan pembinasa akan dibawa kepada mereka, dengan
pedang, dengan pedang yang terhunus, dengan panah yang siap
dilenturkan, dan dengan kehebatan peperangan (ay.15). Ada ke-
mungkinan raja Asyur, dalam suatu serbuan pasukannya yang
menakutkan dan perkasa, merebut Arabia dan tanpa perlawanan
berarti menjadikan mereka mangsa yang empuk. Permenungan
akan kehebatan perang seharusnya membuat kita bersyartikel r atas
berkat perdamaian.
II. Orang-orang dari negeri yang miskin dengan ini terpaksa melari-
kan diri mencari perlindungan di mana saja mereka bisa temukan
tempat berlindung. Demikianlah kafilah-kafilah orang Dedan, yang
biasanya memenuhi jalan-jalan raya dengan iringan-iringan dan
kereta-kereta mereka, terpaksa harus melepaskan semuanya itu
dan bermalam di belukar di Arabia (ay. 13), dan tidak akan lagi
menikmati kenyamanan tenda-tenda mereka, dan menjadi miskin
dan diterpa cuaca panas.
III. Orang-orang Dedan itu akan sangat memerlukan penyegaran,
karena hampir binasa akibat tiada mendapatkannya ketika me-
larikan diri dari pasukan penyerbu. “Hai penduduk tanah Tema
(yang barangkali merupakan tetangga dekat kafilah-kafilah orang
Dedan), keluarlah, bawalah air kepada orang yang haus, pergilah,
dan sambutlah orang pelarian dengan roti, karena mereka memer-
lukan belas kasihanmu. Mereka bukan mengembara karena mau
mengembara, tidak juga mereka mengalami kesesakan karena
berfoya-foya, melainkan oleh sebab mereka melarikan diri terha-
dap pedang.” Tema yaitu sebuah negeri di mana air kadang-
kadang merupakan barang yang jarang didapat (seperti yang kita
Kitab Yesaya 21:13-17
377
baca dalam Ayb. 6:19), jadi kita bisa duga betapa air akan sangat
disambut oleh para pengungsi malang yang tertindih itu. Marilah
kita belajar dari hal ini,
1. Untuk melihat diri kita sendiri dalam kesesakan. Kita tidak
tahu kesusahan apa yang akan menimpa kita sebelum kita
mati. Orang-orang yang hidup di kota bisa saja dipaksa mengi-
nap di hutan, dan yang sekarang bisa makan kenyang bisa
saja akan merasakan kekurangan makanan. Gunung-gunung
kita tidak berdiri cartikel p kuat, tetapi bisa dipindahkan, tidak
menjulang cartikel p tinggi, tetapi bisa diruntuhkan. Orang-orang
Arabia ini mungkin akan bisa lebih mampu menanggung
semua malapetaka itu sebab mereka sudah terbiasa dengan
berbagai kesukaran dalam jalan hidup mereka.
2. Untuk memandang dengan rasa belas kasih kepada orang-
orang yang ada dalam kesesakan, dan dengan hati gembira
menolong mereka, karena kita sendiri tidak tahu betapa masa-
lah mereka itu juga bisa menimpa kita dalam waktu dekat.
Jadi, “bawalah air kepada orang yang haus, dan bukan saja
membawa roti kepada mereka yang membutuhkan dan me-
mintanya, tetapi juga mendahului mereka yang membutuh-
kannya. Berikan kepada mereka tanpa mereka harus meminta
lebih dulu.” Siapa yang melakukan ini, ia akan dikenang seba-
gai puji-pujian baginya, seperti halnya (menurut tafsiran kita)
perbuatan itu dikenang di sini sebagai pujian bagi negeri Tema
yang membawa air kepada yang haus dan bahkan menolong
orang-orang yang jatuh.
IV. Semua yang menjadi kemuliaan Kedar akan musnah lenyap.
Adakah mereka bermegah dalam jumlah kawanan ternak peliha-
raan? Mereka semua akan diusir oleh musuh. Sepertinya mereka
terkenal di antara bangsa-bangsa lain dengan keterampilan meng-
gunakan panah dalam pertempuran. Namun, para pemanah me-
reka, bukannya mengalahkan musuh, mereka sendiri yang gagal,
dan mereka akan tinggal sejumah kecil saja (ay. 17). Orang-orang
mereka yang perkasa dan pemberani akan menjadi sangat sedikit,
sebab merekalah yang maju ke depan saat membela negeri mere-
ka, dan karena itu merekalah yang paling rentan dengan bahaya
dan yang pertama gugur oleh pedang musuh atau ke dalam
tangan musuh. Perhatikan, keterampilan para pemanah (seberapa
378
jitu pun mereka itu) ataupun keberanian orang-orang perkasa
tidak mampu melindungi suatu bangsa dari penghartikel man Allah
ketika penghartikel man itu datang. Seperti itulah kemuliaan yang
sia-sia, menjadi hampa dengan segera.
V. Semua kejadian tadi akan terjadi tidak lama lagi: “Dalam setahun
lagi, menurut masa kerja prajurit upahan (dalam setahun dihitung
dengan tepat) penghakiman ini akan menimpa Kedar.” Bisa jadi
ketetapan waktu tersebut tidak ada gunanya bagi kita sekarang
(karena kita tidak tahu kapan nubuat ini dinyatakan atau dige-
napi), namun bagi orang-orang Arabia di kala itu, ketetapannya
sangatlah berguna, untuk membangkitkan mereka untuk ber-
tobat, supaya seperti orang-orang Niniwe, mereka bisa mencegah
penghakiman itu ketika mereka diberi tahu bahwa penghakiman
sudah di depan pintu. Atau, bilamana penghakiman itu mulai di-
genapi, maka ia akan dijalankan, dimulai dan diselesaikan dalam
kurun waktu setahun. Allah, bila Ia berkenan, mampu melakukan
pekerjaan besar hanya dalam sedikit waktu.
VI. Nubuat itu disahkan oleh kebenaran Allah (ay. 16): “Sebab beginilah
firman Tuhan kepadaku. Terimalah perkataanku itu sebagai per-
kataan-Nya.” Dan kita boleh yakin bahwa tidak ada satu pun per-
kataan-Nya yang akan jatuh ke tanah. Dan lagi (ay. 17): TUHAN,
Allah Israel, telah mengatakannya, sebagai Allah Israel, sesuai
dengan rancangan-rancangan-Nya yang penuh rahmat berkenaan
dengan mereka. Dan kita boleh yakin dengan pasti bahwa kekuatan
Israel tidak akan menipu.
PASAL 22
ekarang kita sudah sampai lebih dekat ke rumah, sebab pasal ini
berjudul “ucapan ilahi terhadap lembah penglihatan,” Yerusalem.
Tempat-tempat lain diberi ucapan ilahi karena mereka dengan suatu
cara bersangkut-paut dengan Yerusalem, dan dipandang entah seba-
gai musuh-musuh yang keji atau teman-teman yang culas bagi umat
Allah. Tetapi sekarang biarlah Yerusalem mendengarkan hartikel m-
annya sendiri. Pasal ini menyangkut,
I. Kota Yerusalem itu sendiri dan tempat-tempat sekitar yang
bergantung padanya. Di sini ada,
1. Sebuah nubuat tentang kesusahan besar yang akan se-
gera menimpa penduduk Yerusalem karena penyerangan
Sanherib terhadap negeri itu dan pengepungannya atas
kota itu (ay. 1-7).
2. Sebuah teguran yang diberikan kepada mereka karena pe-
rilaku mereka yang salah di dalam kesusahan itu, dalam
dua hal:
(1) Tidak mengarahkan pandangan kepada Allah dalam
menggunakan sarana untuk melindungi diri (ay. 8-11).
(2) Tidak merendahkan diri di bawah tangan-Nya yang
kuat (ay. 12-14).
II. Istana kerajaan Hizkia, dan para pegawai di istana itu.
1. Digantikannya Sebna, seorang yang jahat, dan dikeluar-
kannya dia dari rumah perbendaharaan (ay. 15-19, 25).
2. Diangkatnya Elyakim, yang akan berbuat lebih baik bagi
negerinya, untuk menggantikan Sebna (ay. 20-24).
S
380
Kekacauan Yerusalem
(22:1-7)
1 Ucapan ilahi terhadap “lembah penglihatan”. Ada apa gerangan, maka se-
mua pendudukmu naik ke sotoh-sotoh rumah, 2 hai kota yang bersorak riuh
dan ribut gembira, hai negeri yang beria-ria? Orang-orangmu yang mati ter-
bunuh bukanlah terbunuh oleh pedang, dan bukanlah gugur dalam pepe-
rangan. 3 Semua panglimamu sama-sama melarikan diri, mereka tertawan
tanpa tembakan panah; semua orang-orang kuatmu sama-sama tertawan,
biarpun mereka sudah lari jauh-jauh. 4 Sebab itu aku berkata: “Buanglah
mukamu terhadap aku, biarkanlah aku menangis dalam kepahitan; jangan-
lah mendesak aku, supaya aku terhibur mengenai kebinasaan puteri bangsa-
ku.” 5 Sebab Tuhan, TUHAN semesta alam telah menentukan suatu hari: Ia
akan menggemparkan, menginjak-injak dan mengacaukan orang: di “lembah
penglihatan” tembok akan dirombak dan teriakan minta tolong sampai ke
puncak gunung! 6 Elam telah memasang tabung panah, Aram datang dengan
pasukan berkereta dan berkuda, dan Kir membuka sarung perisai. 7 Maka
lembah-lembahmu yang paling indah penuh dengan kereta, dan pasukan
berkuda berbaris di hadapan pintu gerbang,
Judul nubuatan ini sangat jelas. Judulnya ucapan ilahi terhadap
“lembah penglihatan,” terhadap Yehuda dan Yerusalem, begitu yang
disepakati semua orang. Memang tepat jika Yerusalem disebut lem-
bah, sebab gunung-gunung mengelilinginya, dan tanah Yehuda me-
limpah dengan lembah-lembah yang subur. Dan oleh penghakiman-
penghakiman Allah, meskipun Yehuda dan Yerusalem sudah seperti
gunung yang menjulang tinggi, keduanya akan direndahkan, tengge-
lam dan mendapat kesusahan, dan menjadi gelap dan kotor, seperti
lembah. Tetapi secara paling tegas Yerusalem disebut sebagai lembah
penglihatan karena di sana Allah dikenal dan nama-Nya besar, di
sana nabi-nabi mengenal pikiran-Nya melalui penglihatan-penglihat-
an, dan di sana bangsa itu melihat tindakan-tindakan Allah dan Raja
mereka di tempat kudus-Nya. Babel, sebagai orang asing bagi Allah,
meskipun kaya dan besar, disebut “padang gurun di tepi laut.” Tetapi
Yerusalem, karena dipercayai dengan sabda-sabda-Nya, yaitu lem-
bah penglihatan. Berbahagialah matamu karena melihat, dan mereka
mempunyai orang-orang yang pekerjaannya yaitu pelihat. Di mana
ada Kitab Suci dan hamba-hamba Tuhan, di situ ada lembah peng-
lihatan, yang darinya diharapkan timbul buah yang sebagaimana
mestinya. Tetapi di sini ada ucapan ilahi terhadap “lembah penglihat-
an,” dan itu ucapan yang berat. Perhatikanlah, hak-hak istimewa
jemaat, jika tidak dimanfaatkan, tidak akan melindungi orang dari
penghakiman-penghakiman Allah. Hanya kamu yang Kukenal dari
segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghartikel m kamu.
Karena itu, lembah penglihatan itu mendapat sebuah ucapan ilahi
Kitab Yesaya 22:1-7
381
khusus. Dan engkau Kapernaum (Mat. 11:23). Semakin tinggi sese-
orang diangkat dalam suatu sarana dan kemurahan, semakin berat
hartikel man yang akan menimpanya jika ia menyalahgunakannya.
Nah, ucapan ilahi terhadap “lembah penglihatan” di sini yaitu
ucapan yang tidak akan begitu menghancurkannya, tetapi hanya akan
menakut-nakutinya. Sebab ucapan itu tidak merujuk pada penghan-
curan Yerusalem oleh Nebukadnezar, melainkan pada penghancuran-
nya yang coba diusahakan oleh Sanherib, yang nubuat tentang ini kita
dapati dalam pasal 10, dan sejarahnya akan kita jumpai dalam pasal
36. Hal itu dinubuatkan kembali di sini, karena kehancuran-kehan-
curan dari banyak negeri tetangga, yang sudah dinubuatkan dalam
pasal-pasal sebelumnya, akan mendapat penggenapannya melalui
pasukan Asyur. Sekarang hendaklah Yerusalem tahu bahwa apabila
cawan sudah diedarkan, cawan itu akan sampai ke tangannya. Dan,
meskipun cawan itu tidak akan menjadi cawan yang mematikan bagi-
nya, itu akan menjadi cawan yang membuat gemetar. Di sini dinu-
buatkan,
I. Kekacauan yang akan melanda kota itu pada waktu pasukan
Sanherib datang mendekat. Kota itu dulu hiruk-pikuk, sebuah
kota perdagangan yang ramai, orang-orang bergegas ke sana
kemari mengurusi usaha mereka, kota yang penuh gejolak, padat,
dan bising. Di mana ada perdagangan ramai, di situ ada kesibuk-
an besar. Kota itu dulu merupakan kota yang gembira dan ceria.
Karena dipertemukan dengan sisi manusia yang sibuk dan gem-
bira, tempat-tempat perkumpulan merupakan tempat-tempat
yang bising. “Tetapi ada apa gerangan, sehingga toko-toko diting-
galkan, dan tidak ada lagi orang yang berjalan di jalan-jalan dan
tempat-tempat berjual beli. Sebaliknya, semua pendudukmu naik
ke sotoh-sotoh rumah (ay. 1), untuk meratapi dirimu sendiri dalam
keheningan dan kesendirian, atau untuk melindungi dirimu dari
musuh, atau untuk memandang dari kejauhan dan melihat
apakah ada pertolongan yang datang kepadamu, atau ke arah
mana musuh-musuh bergerak.” Hendaklah para pedagang mau-
pun orang-orang yang bersuka ria bergembira seolah-olah tidak
bergembira. Sebab sesuatu bisa saja terjadi dengan cepat, yang
sedikit terlintas dalam pikiran mereka, yang akan mengurangi
kegembiraan mereka dan menghentikan urusan dagang mereka,
dan yang akan membuat mereka menjadi seperti burung terpencil
382
di atas sotoh (Mzm. 102:8). Tetapi mengapa Yerusalem dicekam
ketakutan seperti itu? Orang-orangnya yang mati terbunuh bukan-
lah terbunuh oleh pedang (ay. 2), melainkan,
1. Terbunuh karena kelaparan (demikian menurut sebagian
orang). Sebab pasukan Sanherib sudah memorak-porandakan
negeri itu, dan menghancurkan buah-buah yang tumbuh dari
bumi. Persediaan-persediaan pasti sangat langka dan mahal di
kota itu, yang akan membawa kematian bagi banyak orang dari
kalangan yang lebih miskin, yang akan terpaksa makan ma-
kanan yang tidak sehat.
2. Terbunuh karena rasa takut. Mereka menjadi sangat ketakut-
an meskipun tidak ada yang terbunuh. Hati mereka sendiri
menjadi sedemikian kecutnya sampai tertusuk oleh ketakutan,
serasa seperti tertusuk oleh pedang.
II. Kaburnya penguasa-penguasa Yehuda secara memalukan, yang
melarikan diri dari tempat yang jauh, dari semua penjuru negeri,
ke Yerusalem (ay. 3). Mereka melarikan diri bersama-sama, se-
olah-olah sudah bersepakat, dan ditemukan di Yerusalem. Bu-
kannya menjaga kota masing-masing, mereka malah meninggal-
kannya, sehingga menjadi mangsa bagi pasukan Asyur, yang
karena tidak menjumpai perlawanan, menyerang segala kota ber-
kubu negeri Yehuda, lalu merebutnya dengan mudah (36:1).
Penguasa-penguasa Yehuda ini tertawan sehingga tidak bisa
menembakkan panah (demikian kata yang dipakai). Mereka tidak
hanya meninggalkan kota-kota mereka sendiri seperti pengecut,
tetapi juga, ketika tiba di Yerusalem, mereka tidak memberikan
manfaat apa-apa di sana. Sebaliknya, tangan mereka seolah-olah
terikat sehingga tidak bisa menggunakan panah, karena hati dan
pikiran mereka luar biasa kacau dan bingung. Mereka gemetar,
sehingga tidak bisa menarik busur. Lihatlah betapa mudahnya
Allah dapat mengecilkan hati manusia, dan betapa ketakutan
pasti akan mengecilkan hati orang, apabila orang tunduk pada
kuasa ketakutan yang menindas itu.
III. Kesedihan besar yang akan ditimbulkan dari peristiwa ini pada
semua orang yang sungguh-sungguh waras di antara mereka,
yang diwakili oleh sang nabi, yang memasukkan perkara itu ke
dalam hatinya sendiri. Ia hidup untuk melihat kejadian itu, dan
Kitab Yesaya 22:1-7
383
bertekad untuk berbagi kesedihan dengan orang-orang sebangsa-
nya (ay. 4-5). Ia tidak mau memperlihatkan kesedihannya, dan
karena itu meminta semua orang di sekelilingnya untuk mema-
lingkan muka darinya. Ia mau membiarkan dirinya bersedih, dan
berlarut-larut di dalamnya, mau menangis diam-diam, tetapi me-
nangis dalam kepahitan, dan tidak mau dihibur oleh siapa-siapa,
sebab kesedihannya tetap tidak mau pergi dan ia suka dengan
kepedihannya. Tetapi apakah penyebab kesedihannya? Seorang
nabi yang miskin tidak akan takut kehilangan apa-apa, dan su-
dah terbiasa dengan kesusahan, ketika ia berjalan telanjang dan
tanpa alas kaki. Tetapi kesusahan kali ini terjadi karena kebinasa-
an puteri bangsanya. TUHAN semesta alam telah menentukan sua-
tu hari: Ia akan menggemparkan, menginjak-injak dan mengacau-
kan orang. Musuh-musuh kami menyusahkan kami dan mengin-
jak-injak kami, dan sahabat-sahabat kami kebingungan dan tidak
tahu langkah apa yang harus mereka ambil untuk berbuat baik
kepada kami. Tuhan Allah semesta alam sekarang tengah berseli-
sih dengan lembah penglihatan. Para musuh, dengan domba-
domba jantan mereka yang menyeruduk, sedang merobohkan
tembok-tembok. Dan sia-sia saja kami berseru kepada gunung-
gunung (untuk menjauhkan musuh, atau supaya jatuh menimpa
dan menutupi kami) atau mencari pertolongan untuk datang
kepada kami dari balik gunung-gunung, atau mengadu, seperti
yang disuruh Allah, di depan gunung-gunung untuk mendengar-
kan perseteruan kami (Mi. 6:1) dan untuk menghakimi di antara
kami dan tetangga-tetangga kami yang menyakiti kami.
IV. Banyak dan kuatnya musuh, yang akan menyerang negeri mereka
dan mengepung kota mereka (ay. 6-7). Elam (yaitu orang-orang
Persia) datang dengan tabung panah mereka yang terisi penuh,
dan dengan pasukan-pasukan berkereta dan berkuda. Kir (yaitu
orang-orang Madai) mengumpulkan senjata-senjata mereka, meng-
hunus pedang, membuka sarung perisai, dan menyiapkan segala
sesuatu untuk bertempur, dan semuanya siap untuk mengepung
Yerusalem. Lalu lembah-lembah pilihan di sekitar Yerusalem,
yang dulu diselimuti dengan hamparan kawanan domba dan di-
tutupi dengan gandum, akan penuh dengan kereta-kereta perang.
Di pintu gerbang kota pasukan berkuda berbaris, untuk memutus
semua persediaan supaya tidak masuk ke kota, dan untuk mene-
384
robos ke dalam. Betapa parahnya keadaan kota yang terkepung
dari segala sisi oleh pasukan seperti itu!
Penghinaan terhadap Kebaikan Ilahi dan
Penghakiman-penghakiman Ilahi
(22:8-14)
8 dan Yehuda kehilangan perlindungan. Pada waktu itu engkau memandang
kepada perlengkapan senjata di “Gedung Hutan”; 9 kamu melihat bahwa
memang sudah banyak sekali retak-retak tembok kota Daud dan kamu
mengumpulkan air kolam bawah; 10 kamu menghitung rumah-rumah di
Yerusalem, dan kamu merobohkan rumah-rumah untuk meneguhkan tem-
bok; 11 kamu membuat tempat pengumpulan air di antara kedua tembok itu
untuk menampung air dari kolam yang lama; tetapi kamu tidak memandang
kepada Dia yang membuatnya, dan tidak melihat kepada Dia yang telah sejak
dahulu membentuknya. 12 Pada waktu itu Tuhan, TUHAN semesta alam me-
nyuruh orang menangis dan meratap dengan menggundul kepala dan melilit-
kan kain kabung; 13 tetapi lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirangan dan
sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan
minum anggur, sambil berseru: “Marilah kita makan dan minum, sebab be-
sok kita mati!” 14 Tetapi TUHAN semesta alam menyatakan diri dan berfirman
kepadaku: “Sungguh, kesalahanmu ini tidak akan diampuni, sampai kamu
mati,” firman Tuhan, TUHAN semesta alam.
Apa yang dimaksud dengan perlindungan Yehuda, yang di awal peri-
kop ini dikatakan hilang dari Yehuda, tidak mendapat kata sepakat
dari para ahli. Kota-kota Yehuda yang berkubu yaitu pelindung
negeri itu. Tetapi kota-kota tersebut, karena dikuasai oleh pasukan
Asyur, tidak lagi menjadi tempat berlindung, sehingga seluruh negeri
terbuka lebar untuk dijarah. Kelemahan Yehuda, ketelanjangannya,
dan ketidakmampuannya untuk menjaga diri, kini lebih terlihat dari-
pada sebelum-sebelumnya. Dan dengan demikian perlindungan Ye-
huda menjadi hilang. Gudang-gudang dan toko-tokonya, yang telah
terkunci, sekarang terbuka untuk diambil orang. Dr. Lightfoot mem-
berikan pengertian yang lain, bahwa melalui kesusahan yang akan
menimpa Yehuda ini, Allah akan membukakan penutup mereka
(yaitu menguakkan kemunafikan mereka), akan menunjukkan segala
sesuatu yang ada dalam hati mereka, seperti yang dikatakan tentang
Hizkia pada kesempatan lain (2Taw. 32:31). Dengan demikian, de-
ngan satu atau lain cara, tersingkaplah kesalahan Efraim dan keja-
hatan-kejahatan Samaria (Hos. 7:1).
Sekarang mereka ada dalam ketakutan hebat, dan dalam keta-
kutan ini mereka menunjukkan dua hal yang sangat salah:
Kitab Yesaya 22:8-14
385
I. Penghinaan yang besar terhadap kebaikan Allah dan kuasa-Nya
untuk menolong mereka. Mereka memanfaatkan segala sarana
yang dapat mereka pikirkan untuk melindungi diri sendiri. Tetapi
bukan karena perbuatan itu mereka dipersalahkan, melainkan
karena, dalam berbuat demikian, mereka tidak mengakui Allah.
Amatilah,
1. Betapa dengan penuh perhatian mereka memanfaatkan segala
keuntungan yang dapat membantu keselamatan mereka.
Ketika Sanherib menjadikan dirinya penguasa atas semua kota
benteng Yehuda, dan Yerusalem dibiarkan seperti pondok di
kebun anggur, mereka berpikir sudah tiba saatnya untuk ber-
jaga-jaga. Sebuah dewan segera dibentuk, dewan perang. Dan
diputuskan bahwa mereka harus mengadakan pembelaan, dan
tidak menyerah dengan jinak. Berdasarkan tekad ini, mereka
mengambil semua langkah bijaksana yang dapat mereka ambil
untuk melindungi diri sendiri. Kita mencobai Allah jika, pada
saat-saat bahaya, kita tidak melakukan apa yang dapat kita
lakukan untuk diri kita sendiri.
(1) Mereka memeriksa gudang-gudang dan tempat-tempat pe-
nyimpanan, untuk mencari tahu apakah di dalamnya ada
persediaan senjata yang lengkap: Mereka memandang ke-
pada perlengkapan senjata di “Gedung Hutan,” yang sudah
dibangun Salomo di Yerusalem sebagai gudang senjata
(1Raj. 10:17), dan dari situ mereka mengeluarkan apa saja
yang pada saat-saat tertentu mereka perlukan. Sungguh
berhikmat jika para penguasa, di masa damai, memper-
siapkan persediaan bagi perang, supaya mereka tidak perlu
lagi mencari-cari senjata ketika mereka harus mengguna-
kannya, dan bila keadaannya mendadak dan darurat.
(2) Mereka memandang kepada benteng-benteng, retak-retak
tembok kota Daud. Mereka berjalan mengelilingi tembok-
tembok itu, dan mengamat-amati bagian mana yang sudah
rusak karena tidak diperbaiki sebagaimana mestinya, atau
karena dihantam oleh beberapa percobaan serbuan sebe-
lumnya. Retak-retak ini banyak. Ini lebih memalukan lagi
bagi keluarga Daud bahwa mereka membiarkan kota Daud
terabaikan. Ada kemungkinan mereka sudah sering melihat
retak-retak itu. Tetapi sekarang mereka memandang kepada-
386
nya untuk menimbang-nimbang langkah apa yang akan di-
ambil berkenaan dengan retakan-retakan itu. Pelajaran ini
harus kita petik dari berbagai kesusahan yang menimpa
orang pada umumnya, yaitu kita harus tergugah oleh kesu-
sahan mereka dan memperbaiki apa yang retak-retak dalam
diri kita sendiri, dan memperbaiki apa yang salah.
(3) Mereka memastikan bahwa air tetap ada untuk kota, dan
melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk men-
jauhkan air itu dari para pengepung: Kamu mengumpulkan
air kolam bawah, yang kemungkinan tidak mempunyai per-
sediaan besar, dan karena itu mereka lebih berkepentingan
untuk merawatnya dengan baik. Lihatlah, sama seperti
tidak ada yang lebih penting untuk menopang kehidupan
manusia daripada air, demikian pula tidak ada apa pun yang
lebih murah dan biasa selain air. Namun, sungguh kasihan
apabila air yang demikian itu justru menjadi barang langka,
seperti yang terjadi di sini.
(4) Mereka menghitung rumah-rumah di Yerusalem, supaya se-
tiap rumah dapat mengirimkan sejumlah anggota keluarga-
nya untuk menjalankan tugas bagi negeri, atau menyum-
bang uang untuknya, yang mereka tetapkan melalui peng-
hitungan umum, satu orang sebanyak sekian atau satu
rumah sebanyak sekian.
(5) Karena milik pribadi harus mengalah demi keselamatan
umum, maka rumah-rumah pribadi yang berdiri mengha-
langi jalan harus dihancurkan ketika tembok-tembok per-
tahanan didirikan. Dalam keadaan darurat seperti itu, meng-
hancurkan rumah tidak akan merugikan pemiliknya lebih
daripada meruntuhkan rumah ketika terjadi kebakaran.
(6) Mereka membuat parit di antara tembok luar dan tembok
dalam, untuk membuat kota itu lebih aman lagi. Dan mere-
ka berusaha untuk mengalirkan air dari kolam yang lama ke
dalam parit itu, supaya mereka sendiri mempunyai air yang
berlimpah dan dapat menjauhkannya dari para pengepung.
Sebab tampaknya itulah yang dirancangkan, sebab kalau
tidak, pasukan Asyur akan mendapat banyak air, kalau me-
reka datang (2Taw. 32:4), dan dengan begitu dapat menge-
pung kota itu dengan lebih baik lagi. Jika menghancurkan
persediaan makanan di negeri dianggap sah-sah saja, apa-
Kitab Yesaya 22:8-14
387
lagi mengalihkan aliran-aliran sungainya, untuk membuat
musuh kesusahan dan kelaparan.
2. Betapa mereka tidak mengindahkan Allah dalam semua per-
siapan ini: Tetapi kamu tidak memandang kepada Dia yang
membuatnya (yaitu yang membuat Yerusalem, kota yang begitu
ingin kamu bela) dan yang membuat semua keuntungan yang
diberikan alam kepadanya sebagai pertahanannya – gunung-
gunung sekelilingnya (Mzm. 125:2), dan sungai-sungainya, yang
sedemikian rupa sehingga penduduknya dapat mengalirkannya
ke mana saja mereka mau untuk kenyamanan mereka. Perhati-
kanlah,
(1) Allahlah yang membuat Yerusalem-Nya, dan membentuk-
nya dari sejak dulu, dalam putusan kehendak-Nya. Ber-
kenaan dengan tempat ini, para penulis Yahudi menyata-
kan bahwa ada tujuh hal yang dijadikan Allah sebelum du-
nia (maksudnya apa yang ada dalam pandangan-Nya ketika
Ia menjadikan dunia): taman Eden, hartikel m Taurat, orang-
orang benar, Israel, takhta kemuliaan, Yerusalem, dan Mesias
sang Raja. Jemaat Injil mempunyai Allah sebagai Pencipta-
nya.
(2) Apa pun pelayanan yang kita lakukan, atau berusaha kita
lakukan, bagi Yerusalem kepunyaan Allah pada saat kapan
saja, haruslah dilakukan dengan mata yang tertuju pada
Dia sebagai Penciptanya. Dan Ia menganggapnya buruk
jika kita tidak berbuat seperti itu. Didakwakan kepada me-
reka di sini bahwa mereka tidak memandang kepada Allah.
[1] Mereka tidak mengusahakan kemuliaan-Nya dalam apa
yang mereka lakukan. Mereka membentengi Yerusalem
karena itu yaitu kota yang kaya dan rumah-rumah
mereka sendiri ada di dalamnya, bukan karena itu ada-
lah kota suci dan rumah Allah ada di dalamnya. Dalam
semua kepedulian kita untuk membela jemaat, kita
harus lebih melihat kepentingan Allah di dalamnya dari-
pada kepentingan kita sendiri.
[2] Mereka tidak bergantung pada Dia untuk mendapat ber-
kat bagi upaya-upaya mereka, tidak melihat kebutuhan
untuk itu, dan karena itu tidak mencari Dia untuk
mendapatkannya. Sebaliknya, mereka berpikir bahwa
388
kekuatan dan kebijakan mereka sendiri sudah cartikel p
untuk itu. Tentang Hizkia sendiri dikatakan bahwa ia
percaya kepada TUHAN (2Raj. 18:5), dan khususnya
pada kesempatan ini (2Taw. 32:8). Tetapi tampaknya ada
orang-orang di sekeliling dia, yang merupakan pembesar-
pembesar negeri dan para prajurit, yang tidak beribadah.
[3] Mereka tidak mengucap syartikel r kepada-Nya atas keun-
tungan-keuntungan yang mereka peroleh dalam mem-
bentengi kota mereka, atas air kolam yang lama, yang
dibentuk sudah sejak dulu, seperti sungai Kison yang
terkenal dari dahulu kala (Hak. 5:21). Apa saja di alam
ini yang kapan saja bermanfaat bagi kita, di dalamnya
kita harus mengakui kebaikan Allah atas alam, yang
ketika membentuknya sejak dulu, Ia membuatnya da-
pat bermanfaat bagi kita, dan yang menurut ketetapan-
Nya ia tetap ada sampai hari ini. Setiap makhluk men-
jadi bagi kita sebagaimana Allah menjadikannya. Dan
karena itu, apa saja manfaatnya bagi kita, kita harus
melihat kepada Dia yang membentuknya, memuji-Nya
untuk itu, dan menggunakannya bagi Dia.
II. Penghinaan yang besar terhadap murka dan keadilan Allah, yang
mereka berikan dengan menyangkalnya (ay. 12-14). Di sini amati-
lah,
1. Apa maksud Allah dalam menimpakan malapetaka ini ke atas
mereka: maksud-Nya yaitu untuk membuat mereka rendah
hati, membuat mereka bertobat, dan menjadikan mereka
bersungguh-sungguh. Pada hari yang menggemparkan itu, di
mana Tuhan menginjak-injak dan mengacaukan orang, Tuhan
dengan berbuat demikian menyuruh orang menangis dan mera-
tap, dan mengungkapkan segala ungkapan kesedihan, bahkan
dengan menggundul kepala dan melilitkan kain kabung. Semua
ini dilakukan untuk meratapi dosa-dosa mereka (yang karena-
nya mereka sudah mendatangkan penghakiman-penghakiman
itu atas negeri mereka), untuk memperkuat doa-doa mereka
(yang dengannya mereka dapat berharap untuk menjauhkan
penghakiman-penghakiman yang akan menerobos masuk),
dan untuk mencondongkan diri mereka supaya memperbaha-
rui kehidupan mereka dengan kesungguhan yang kudus dan
Kitab Yesaya 22:8-14
389
kelembutan hati di bawah firman Allah. Ke dalam hal inilah
Allah memanggil mereka melalui nabi-nabi-Nya yang menjelas-
kan pemeliharaan-pemeliharaan-Nya, dan melalui pemelihara-
an-pemeliharaan-Nya menggugah mereka untuk memperhati-
kan apa yang disampaikan oleh para nabi-Nya. Perhatikanlah,
ketika Allah mengancam kita dengan penghakiman-pengha-
kiman-Nya, Ia mengharap dan menuntut supaya kita meren-
dahkan diri di bawah tangan-Nya yang kuat, supaya kita geme-
tar apabila singa mengaum, dan bermenung pada hari kema-
langan.
2. Bagaimana mereka berjalan bertentangan dengan maksud
Allah ini (ay. 13): Lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirang-
an dan sukacita, kegembiraan dan pesta, segala keceriaan dan
keriangan yang dapat dibayangkan orang. Mereka tetap mera-
sa aman dan ceria seperti sebelum-sebelumnya, seolah-olah
mereka tidak mempunyai musuh di perbatasan atau tidak ter-
ancam bahaya akan jatuh ke tangan musuh. Apabila mereka
sudah mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang diper-
lukan untuk melindungi diri, mereka akan menantang semua
maut dan bahaya, dan bertekad untuk bergembira, tak peduli
apa pun yang akan menimpa mereka. Orang-orang yang seha-
rusnya berada di antara para pelayat malah berada di antara
peminum anggur dan pelahap daging. Dan cermatilah apa yang
mereka katakan, marilah kita makan dan minum, sebab besok
kita mati. Ini mungkin merujuk pada suatu bahaya tertentu
yang tengah mengancam mereka, dan peringatan semestinya
yang sudah diberikan oleh sang nabi kepada mereka tentang
itu. Atau itu merujuk pada singkat dan tidak pastinya hidup
manusia pada umumnya, dan dekatnya manusia pada kemati-
an setiap saat. Ini yaitu bahasa para pencemooh yang cemar
yang mengolok-olok utusan-utusan Allah dan mengejek nabi-
nabi-Nya.
(1) Mereka menjadikan kematian sebagai bahan lelucon. “Sang
nabi memberi tahu kita bahwa kita pasti mati sebentar lagi,
mungkin besok, dan karena itu kita harus berkabung dan
bertobat hari ini. Tidak, sebaliknya marilah kita makan dan
minum, supaya kita menjadi gemuk untuk disembelih, dan
hati kita terasa ringan untuk menemui ajal kita. Jika kita
390
harus memiliki hidup yang singkat, biarlah itu hidup yang
gembira.”
(2) Mereka menertawakan ajaran tentang adanya kehidupan di
masa depan setelah kematian. Sebab, seandainya tidak ada
kehidupan seperti itu, Rasul Paulus mengakui bahwa apa
yang mereka katakan itu beralasan juga (1Kor. 15:32).
Andaikata, ketika kita mati dan itu yaitu akhir bagi kita,
maka baiklah jika kita menenangkan diri dan bergembira
sebisa-bisanya selama kita hidup. Tetapi, jika karena se-
gala hal ini Allah akan membawa kita ke pengadilan, maka
kita sendiri yang akan menanggung bahayanya jika kita
berjalan menuruti keinginan hati kita dan pandangan mata
kita (Pkh. 11:9). Perhatikanlah, tidak percaya akan adanya
kehidupan lain setelah kehidupan ini, baik dalam pikiran
maupun perbuatan, yaitu dasar dari rasa aman yang
bersifat daging dan hawa nafsu yang merupakan dosa, aib,
dan kehancuran dari begitu banyak umat manusia, seperti
kehancuran orang-orang yang hidup di dunia lama, yang
makan dan minum sampai air bah datang.
3. Betapa Allah sangat tidak berkenan dengan perbuatan mereka
itu. Ia menunjukkan kebencian-Nya akan perbuatan itu
kepada sang nabi, menyatakannya di telinganya (KJV), untuk
disampaikan olehnya dari atas sotoh-sotoh rumah: Sungguh,
kesalahanmu ini tidak akan diampuni, sampai kamu mati (ay.
14). Kesalahan itu tidak akan pernah dapat ditebus dengan
korban dan persembahan, seperti halnya dosa keluarga Eli
(1Sam. 3:14). Itu yaitu dosa yang melawan obat penawar itu
sendiri, mengacaukan sarana terbesar yang bisa menginsafkan
hati, dan membuatnya tidak bisa bekerja. Oleh karena itu,
kecil kemungkinannya bahwa mereka akan bertobat dari dosa
itu atau diampuni darinya. Akitab bahasa Aram membacanya,
sungguh, kesalahanmu ini tidak akan diampuni, sampai kamu
mati untuk kali kedua. Mereka sudah berjalan menentang obat
penawarnya. Terhadap orang yang bengkok Dia berlaku belat-
belit.
Kitab Yesaya 22:15-25
391
Kejatuhan Sebna; Pengangkatan Elyakim
(22:15-25)
15 Beginilah firman Tuhan, TUHAN semesta alam: “Mari, pergilah kepada
kepala istana ini, kepada Sebna yang mengurus istana, dan katakan: 16 Ada
apamu dan siapamu di sini, maka engkau menggali kubur bagimu di sini, hai
yang menggali kuburnya di tempat tinggi, yang memahat kediaman baginya
di bukit batu? 17 Sesungguhnya, TUHAN akan melontarkan engkau jauh-
jauh, hai orang! Ia akan memegang engkau dengan kuat-kuat 18 dan menggu-
lung engkau keras-keras menjadi suatu gulungan dan menggulingkan eng-
kau seperti bola ke tanah yang luas; di situlah engkau akan mati, dan di
situlah akan tinggal kereta-kereta kemuliaanmu, hai engkau yang memalu-
kan keluarga tuanmu! 19 Aku akan melemparkan engkau dari jabatanmu,
dan dari pangkatmu engkau akan dijatuhkan. 20 Maka pada waktu itu Aku
akan memanggil hamba-Ku, Elyakim bin Hilkia: 21 Aku akan mengenakan
jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan
kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia akan menjadi bapa
bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda. 22 Aku akan menaruh
kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang
dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. 23 Aku
akan memberikan dia kedudukan yang teguh seperti gantungan yang dipa-
sang kuat-kuat pada tembok yang kokoh; maka ia akan menjadi kursi kemu-
liaan bagi kaum keluarganya. 24 Dan padanya akan digantungkan segala
tanggungan kaum keluarganya, tunas dan taruk, beserta segala perkakas
yang kecil, dari piring pasu sampai periuk belanga. 25 Maka pada waktu itu,
demikianlah firman TUHAN semesta alam, gantungan yang dipasang kuat-
kuat pada tempat yang kokoh itu tidak akan kuat lagi, sehingga patah dan
jatuh, dan segala tanggungannya itu hancur, sebab TUHAN telah mengata-
kannya.
Di sini kita mendapati sebuah nubuatan tentang digantikannya
Sebna, seorang pejabat tinggi di istana, dan diangkatnya Elyakim ke
tempat kehormatan dan kepercayaan yang dulu diduduki Sebna.
Perubahan-perubahan seperti itu sudah biasa terjadi di istana-istana
para raja. Oleh sebab itu, aneh bahwa begitu banyak perhatian
terhadap perubahan itu harus diberikan di sini oleh sang nabi. Akan
tetapi, melalui penggenapan dari apa yang sebelumnya dinubuatkan
tentang kedua orang ini, Allah bermaksud untuk meneguhkan
firman-Nya di dalam mulut Yesaya mengenai peristiwa-peristiwa yang
lain dan lebih besar. Hal itu juga untuk menunjukkan bahwa, sama
seperti Allah menyimpan ucapan-ucapan ilahi bagi negara-negara
dan bangsa-bangsa luar yang secara terang-terangan merupakan
musuh bagi jemaat dan umat-Nya, demikian pula Ia menyimpan
ucapan-ucapan ilahi bagi orang-orang tertentu di rumah sendiri yang
merupakan teman-teman palsu bagi mereka dan mengkhianati mere-
ka. Hal itu juga secara umum meneguhkan tangan Pemeliharaan
ilahi dalam semua peristiwa semacam ini, yang bagi kita tampak
tergantung dan bergantung pada kehendak dan angan-angan para
392
penguasa. Bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang
gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah yaitu Hakim (Mzm.
75:7-8). Besar kemungkinan bahwa nubuat ini disampaikan pada
saat yang sama dengan nubuat di bagian awal pasal ini, dan mulai
digenapi sebelum penyerangan Sanherib. Sebab pada saat itu Sebna-
lah yang mengurus istana, tetapi kemudian Elyakimlah yang men-
dapat tugas itu (36:3). Dan Sebna, yang turun jabatan secara berta-
hap, sekarang hanyalah seorang juru tulis. Di sini ada,
I. Nubuat tentang aib yang menimpa Sebna. Dia disebut sebagai
kepala istana ini (KJV: bendaharawan ini), yang dipercayai untuk
mengelola pendapatan kerajaan. Dia juga dikatakan mengurus
istana, sebab begitulah hasrat dan ketamakannya yang tak ter-
batas sehingga kurang dari dua tempat, dan dua tempat yang
paling penting di istana, tidak akan membuatnya puas. Sudah
biasa orang yang mencari kepentingan sendiri seperti itu ingin
meraup lebih daripada apa yang dapat mereka tangani. Dan de-
ngan demikian apa yang menjadi tugas dari jabatan mereka ter-
abaikan, sementara kemegahan dan keuntungannya menguras
pikiran mereka sepenuhnya. Tidak disebutkan secara khusus apa
contoh-contoh perkara salah urus yang dilakukan oleh Sebna di
istana, yang untuk itu Yesaya diutus di sini untuk bernubuat
terhadap dia. Tetapi orang-orang Yahudi berkata, “Ia terus meng-
adakan hubungan yang penuh pengkhianatan dengan raja Asyur,
dan mengikat perjanjian dengan dia untuk menyerahkan kota itu
ke dalam tangannya.” Apa pun itu, tampak bahwa Sebna yaitu
orang asing (sebab kita tidak pernah membaca tentang nama
bapaknya), dan bahwa ia yaitu musuh bagi kepentingan-kepen-
tingan yang sesungguhnya dari Yehuda dan Yerusalem: besar
kemungkinan bahwa ia pertama-tama diangkat oleh Ahas. Hizkia
sendiri yaitu seorang penguasa yang hebat. Tetapi tuan-tuan
yang terbaik sekalipun belum tentu akan mendapatkan hamba-
hamba yang baik. Kita perlu berdoa bagi para penguasa, supaya
mereka bijak dan berbahagia dalam memilih orang-orang yang
mereka percayai. Ini yaitu saat-saat pembaruan, namun Sebna,
seorang yang jahat, melakukan kesepakatan-kesepakatan dengan
musuh sejauh itu bisa mempertahankan kedudukan-kedudukan-
nya di istana. Dan besar kemungkinan bahwa banyak orang lain
berbuat hal yang serupa seperti dia, yang karena alasan itu
Kitab Yesaya 22:15-25
393
Sanherib dikatakan disuruh terhadap bangsa yang murtad (10:6).
Dalam pesan kepada Sebna ini kita mendapati,
1. Teguran terhadap kesombongannya, keangkuhannya, dan rasa
amannya (ay. 16): “Ada apamu dan siapamu di sini? Betapa
besar kebisingan dan hiruk pikuk yang kamu buat! Harta apa
yang kamu miliki di sini, yang kamu terlahir untuk memiliki-
nya? Ada siapamu di sini, apa ada saudara-saudaramu, yang
dengan mereka kamu berhubungan? Bukankah kamu berasal
dari kalangan yang rendah dan tidak jelas, filius populi – hanya
rakyat jelata, yang datangnya kami tidak tahu dari mana? Jadi
apa artinya ini, bahwa kamu telah membangun bagi dirimu
sendiri rumah yang bagus, telah memahat kediaman bagi diri-
mu?” Begitu indah dan menarik rumah itu sehingga tampak
lebih sebagai karya seorang pemahat daripada seorang tukang
batu atau tukang kayu. Dan tampaknya rumah itu diukir di
atas batu, begitu teguh fondasinya dan begitu kokohnya ba-
ngunannya. “Bahkan, engkau menggali kubur bagimu di sini,”
seolah-olah ia merancang supaya kemegahannya akan tetap
berlangsung setelah pemakamannya. Meskipun Yerusalem bu-
kan tempat pekuburan nenek moyangnya (sebagaimana Nehe-
mia menyebutnya dengan amat lembut [Neh. 2:3]), Sebna me-
rancangnya supaya menjadi tempatnya sendiri, dan karena itu
mendirikan sebuah tugu bagi dirinya sendiri semasa hidup-
nya, mendirikannya di tempat tinggi. Orang yang membuat
tugu-tugu megah demi kebanggaan mereka lupa bahwa,
betapapun tugu-tugu itu tampak indah dari luar, di sebelah
dalamnya penuh tulang belulang. Sangat disayangkan bahwa
batu kuburan sampai melupakan kuburannya.
2. Nubuat tentang kejatuhan Sebna dan rusaknya kemuliaannya.
(1) Bahwa ia tidak akan digantikan dan direndahkan dengan
cepat (ay.19): Aku akan melemparkan engkau dari jabatan-
mu. Tempat-tempat tinggi yaitu tempat yang licin. Dan
sudah sewajarnya kehormatan diambil dari orang-orang
yang sombong dan congkak karenanya, dan kekuasaan
diambil dari orang-orang yang berbuat jahat dengannya.
Allah akan melakukannya, yang menunjukkan diri-Nya
sebagai Allah dengan mengamat-amati setiap orang yang
congkak dan merendahkan mereka (Ayb. 40:6-7). Hal inilah
394
yang dirujuk dalam ayat 25. “Gantungan yang sekarang
dipasang kuat-kuat pada tempat yang kokoh itu (yaitu
Sebna, yang menganggap dirinya teguh dan tak tergoyah-
kan dalam jabatannya) tidak akan kuat lagi, sehingga patah
dan jatuh.” Sungguh keliru orang yang berpikir bahwa tem-
pat mana saja di dunia ini yaitu tempat yang kokoh, atau
yang menganggap diri sendiri seperti gantungan yang ter-
pasang kuat-kuat padanya. Sebab di dunia ini tidak ada
apa-apa selain ketidakpastian. Apabila gantungan itu ja-
tuh, maka tanggungan yang menggantung padanya pun
terputus. Ketika Sebna dipermalukan, maka semua orang
yang bergantung padanya pun jatuh ke dalam kehinaan.
Mereka yang berada di tempat-tempat tinggi akan dikeru-
muni banyak orang, yang mereka angkat sebagai orang-
orang kesayangan, yang mereka banggakan dan percayai.
Tetapi orang-orang itu menjadi beban bagi mereka, dan
mungkin karena berat, mereka mematahkan gantungan
itu, dan keduanya jatuh bersama-sama, dan dengan meni-
pu, mereka menghancurkan satu sama lain. Inilah nasib
yang sama-sama menimpa orang-orang besar dan para
penjilat mereka, yang mengharapkan dari satu sama lain
lebih daripada apa yang mereka sendiri lakukan.
(2) Bahwa setelah beberapa waktu lamanya, ia tidak hanya
akan dilemparkan dari jabatannya, tetapi juga diusir dari
negerinya: TUHAN akan melontarkan engkau jauh-jauh, hai
orang! (ay. 17-18). Sebagian orang berpendapat bahwa
orang Asyur menangkapnya, dan membawanya pergi jauh,
karena ia sudah berjanji untuk membantu mereka namun
ternyata tidak, tetapi justru tampil melawan mereka. Atau
mungkin Hizkia, setelah mengetahui pengkhianatannya,
mengasingkannya, dan melarangnya untuk kembali lagi.
Atau dia sendiri, karena mendapati bahwa ia sudah dibenci
orang, mengundurkan diri ke suatu negeri lain, dan di sana
ia menghabiskan sisa-sisa harinya dalam kehinaan dan
tanpa dikenal siapa pun. Grotius berpendapat bahwa ia
terserang kusta, suatu penyakit yang pada waktu itu biasa-
nya dianggap datang langsung dari tangan Allah yang mur-
ka, khususnya untuk menghartikel m orang yang sombong,
seperti dalam kejadian yang menimpa Miriam dan Uzia.
Kitab Yesaya 22:15-25
395
Dan karena penyakit ini, ia digulingkan seperti bola dan
ditendang keluar dari Yerusalem. Orang-orang yang, ketika
berkuasa, menggulingkan dan menendang orang lain, de-
ngan adil akan digulingkan dan ditendang sendiri apabila
saat mereka tiba. Banyak orang yang menyangka bahwa
mereka sudah terpancang kuat seperti paku bisa saja akan
digulingkan seperti bola. Sebab di dunia sini kita tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap. Sebna menyangka
bahwa tempatnya terlalu sempit baginya, ia tidak mempu-
nyai ruang untuk berkembang. Oleh sebab itu Allah akan
mengirim dia ke tanah yang luas, di mana ia akan mempu-
nyai ruang untuk berkelana, tetapi tidak akan pernah me-
nemukan jalan untuk kembali pulang. Sebab di situlah ia
akan mati, dan membaringkan tulangnya, tetapi bukan di
kuburan yang sudah dia gali untuk dirinya sendiri. Di
situlah akan tinggal kereta-kereta, yang sebelumnya meru-
pakan kereta-kereta kemuliaan, yang ia naiki dengan ber-
derik-derik mengelilingi jalan-jalan Yerusalem, dan yang
dibawanya ke pembuangan bersamanya, namun kereta-
kereta itu hanya akan mencela dia dengan kemegahannya
yang dulu, dan ini akan memalukan keluarga tuannya,
yaitu istana Ahas, yang telah mengangkat dia.
II. Nubuat tentang pengangkatan Elyakim (ay. 20, dst.). Dia yaitu
hamba Allah, telah membuktikan dirinya setia sebagai hamba
Allah dalam pekerjaan-pekerjaan lain, dan karena itu Allah akan
memanggil dia pada kedudukan yang tinggi ini. Orang yang tekun
dalam menjalankan kewajiban di tingkat yang rendah mempunyai
kemungkinan besar untuk diangkat di dalam kitab-kitab Allah.
Elyakim tidak memandang rendah Sebna, juga tidak membangun
kepentingan untuk melawannya, ataupun berusaha menyerobot
jabatannya. Tetapi Allah memanggil dia untuk jabatan itu, dan
kita dapat berharap bahwa jika Allah memanggil kita pada suatu
hal, maka Ia akan mengakui kita di dalamnya. Di sini dinubuat-
kan,
1. Bahwa Elyakim akan ditempatkan di tempat Sebna sebagai
kepala pegawai istana, kepala bendahara, dan perdana menteri
negara. Sang nabi harus memberi tahu Sebna akan hal ini (ay.
21). “Dia akan memiliki jubahmu, yaitu lencana kehormatan,
396
dan ikat pinggangmu, yaitu lencana kekuasaan, sebab ia akan
memiliki kekuasaanmu.” Mendengar itu Sebna akan dibuat
sangat malu, apalagi melihatnya. Orang-orang besar, terutama
yang sombong, tidak tahan melihat penerus-penerus mereka.
Allah turun tangan untuk melakukannya, bukan hanya kare-
na Ia hendak menempatkan keinginan dalam hati Hizkia un-
tuk melakukannya, dan tangan-Nya harus diakui sebagai yang
membimbing hati para raja dalam mengangkat dan menurun-
kan orang (Ams. 21:1), tetapi juga karena kekuasaan-kekuasa-
an yang ada, baik bawahan maupun atasan, ditetapkan oleh
Allah. Allah-lah yang mengenakan jubah kepada para raja, dan
karena itu kita harus berserah kepada mereka demi Tuhan
dan dengan mata yang tertuju kepada-Nya (1Ptr. 2:13). Dan,
oleh karena Dialah yang memberikan kekuasaan ke tangan
mereka, maka mereka harus menjalankannya sesuai dengan
kehendak-Nya, demi kemuliaan-Nya. Mereka harus memberi-
kan penghakiman mewakili Dia yang oleh-Nya mereka meng-
hakimi dan menetapkan keadilan (Ams. 8:15). Mereka boleh
bergantung pada-Nya untuk melengkapi mereka supaya mam-
pu melakukan panggilan-Nya bagi mereka, dan hal ini sesuai
dengan janji ini: Aku akan mengenakan jubahnya (maksudnya,
Aku akan memakaikan jubah kepadanya – pen.), dan kemu-
dian, Aku akan menguatkan dia. Mereka yang dipanggil untuk
menduduki tempat-tempat kepercayaan dan kekuasaan harus
mencari Allah supaya mendapat anugerah yang memampukan
mereka untuk menjalankan kewajiban di tempat-tempat mere-
ka, sebab itulah yang seharusnya menjadi perhatian utama
mereka. Pengangkatan Elyakim digambarkan lebih jauh de-
ngan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya (ay. 22).
Ada kemungkinan bahwa ia membawa kunci emas di atas
bahunya sebagai lencana jabatannya, atau kunci itu disulam
pada baju atau jubahnya, yang pada kejadian ini perkataan ini
merujuk. Sebagai pengurus istana, dan karena diserahkan
kunci, seperti halnya gembok diberikan kepada kepala pen-
jaga, maka apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menu-
tup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. Ia
bebas masuk ke dalam gedung harta benda, emas dan perak,
rempah-rempah, dan ke dalam gedung persenjataan dan per-
bendaharaan (39:2). Ia juga berkuasa mengatur barang-barang
Kitab Yesaya 22:15-25
397
persediaan untuk kepentingan umum sesuai dengan apa yang
dipandangnya pantas. Ia menempatkan siapa saja yang dike-
hendakinya sebagai bawahannya dan mengeluarkan siapa saja
yang diingininya. Yesus Tuhan kita menggambarkan kuasa-
Nya sendiri sebagai Pengantara dengan merujuk pada hal ini
(Why. 3:7), bahwa Ia memegang kunci Daud, yang dengannya
apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia
menutup, tidak ada yang dapat membuka. Kuasa-Nya dalam
kerajaan sorga, dan dalam mengatur semua perkara di keraja-
an itu, bersifat mutlak, tidak bisa diganggu-gugat, dan tidak
bisa dikendali.
2. Bahwa Elyakim akan tetap dan teguh dalam jabatan itu. Ia
akan memilikinya seumur hidup, bukan durante bene placito –
selama yang dia inginkan (ay. 23): Aku akan memberikan dia
kedudukan yang teguh seperti gantungan yang dipasang kuat-
kuat, yang tidak akan terlepas atau terputus. Sedemikian lang-
gengnya kehormatan yang akan datang dari Allah bagi semua
orang yang menggunakannya demi Dia. Yesus Tuhan kita
yaitu seperti gantungan yang dipasang kuat-kuat: kerajaan-
Nya tidak tergoyahkan, dan Dia sendiri tetap sama.
3. Bahwa Elyakim akan menjadi berkat yang besar dalam jabat-
annya. Dan inilah yang memahkotai perkenanan-perkenanan
yang diberikan kepadanya di sini. Allah membuat namanya
masyhur, sebab ia akan menjadi berkat (Kej. 12:2).
(1) Ia akan menjadi berkat bagi negerinya (ay. 21): Ia akan
menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum
Yehuda. Ia tidak hanya akan mengurus perkara-perkara
rumah tangga sang raja, melainkan juga semua kepenting-
an umum di Yerusalem dan Yehuda. Perhatikanlah, para
penguasa haruslah menjadi bapak bagi orang-orang yang
berada di bawah pemerintahan mereka, untuk mengajar
mereka dengan hikmat, memerintah mereka dengan kasih,
dan membetulkan apa yang salah dengan kelembutan.
Untuk melindungi mereka dan menyediakan keperluan
mereka, dan peduli terhadap mereka seperti seorang bapak
terhadap anak-anaknya dan keluarganya. Berbahagialah
rakyat apabila istana, kota-kota, dan desa-desa tidak mem-
punyai kepentingannya sendiri-sendiri, tetapi semuanya
berpusat pada kepentingan yang sama, sehingga pegawai-
398
pegawai istana menjadi para patriot sejati, dan dengan be-
gitu, maka siapa yang diberkati istana, akan diberkati oleh
seisi negeri juga. Dan bila orang-orang demikian menjadi
bapak bagi Yerusalem, kota kerajaan, maka demikian pula
mereka akan menjadi bapak bagi kaum Yehuda.
(2) Ia akan menjadi berkat bagi keluarganya (ay. 23-24): Ia
akan menjadi kursi kemuliaan bagi kaum keluarganya. Hik-
mat dan kebajikan sempurna yang mengangkatnya pada
kepercayaan besar ini menjadikan dia sebagai kehormatan
keluarganya, yang mungkin sebelumnya sangat besar, te-
tapi sekarang menjadi jauh lebih besar lagi. Anak-anak ha-
rus berusaha membawa pujian bagi orangtua dan saudara-
saudara mereka. Kehormatan yang dipancarkan seseorang
kepada keluarganya melalui kesalehan dan kebergunaan-
nya jauh lebih bernilai daripada kehormatan yang didapat
dari keluarganya karena nama dan gelar-gelar mereka. Ka-
rena Elyakim diangkat, maka segala tanggungan kaum ke-
luarganya digantungkan padanya. Mereka semua datang
kepadanya untuk mengadu, dan berkas-berkas gandum
saudara-saudaranya sujud menyembah kepada berkas-
berkas gandumnya. Cermatilah, kemuliaan dunia ini tidak
memberikan nilai atau keluhuran yang hakiki pada siapa
saja. Kemuliaan dunia itu hanya digantungkan padanya
seperti sebuah perhiasan, dan akan segera jatuh dari dia.
Elyakim dibandingkan dengan gantungan yang dipasang
kuat-kuat. Berdasarkan perbandingan itu, semua saudara
dari keluarganya (yang ada kemungkinan sangat banyak,
dan itu merupakan kemuliaannya) dikatakan bergantung
padanya, seperti alat-alat di dalam rumah yang mempunyai
gagang digantungkan di atas paku dan gantungan. Hal itu
juga menunjukkan bahwa ia dengan murah hati akan me-
melihara mereka semua, dan menanggung beban pemeliha-
raan itu: Segala perkakas, bukan hanya periuk belanga,
melainkan juga piring pasu, segala perkakas yang kecil,
yang terhina dari keluarganya sekalipun, akan disediakan
keperluannya oleh dia. Lihatlah beban seperti apa yang di-
tanggungkan ke atas orang-orang yang menjalankan keper-
cayaan-kepercayaan besar. Tak terlintas dalam pikiran me-
reka seberapa banyak dan seberapa besar yang akan mere-
Kitab Yesaya 22:15-25
399
ka tanggung jika mereka bertekad untuk setia dalam me-
laksanakan tugas yang dipercayakan kepada mereka.
Yesus Tuhan kita, karena memiliki kunci rumah Daud,
yaitu seperti gantungan yang dipasang kuat-kuat, dan
segala kemuliaan keluarga Bapa-Nya digantungkan pada
Dia, berasal dari Dia, dan bergantung pada-Nya. Bahkan
yang terkecil dari jemaat-Nya disambut oleh-Nya, dan Dia
mampu menanggung tekanan berat dari mereka semua.
Jiwa tidak akan binasa, dan tidak pula akan jatuh sia-sia
ke tanah kekhawatiran jiwa itu, meskipun begitu berat,
apabila ia dengan iman bergantung pada Kristus.
PASAL 23
asal ini berbicara mengenai Tirus, sebuah kota kuno yang kaya
raya, terletak di tepi laut, dan selama berabad-abad lamanya
menjadi salah satu kota paling terkenal untuk perdagangan di be-
lahan dunia tempatnya berada. Tanah milik pusaka dari sartikel bani
Asyer berbatasan dengannya. Lihat Yosua 19:29, di mana ia disebut
sebagai “kota yang berkubu Tirus.” Jarang kita dapati Tirus menjadi
musuh berbahaya bagi Israel, malah terkadang ia menjadi sekutu
yang setia, seperti semasa pemerintahan raja Daud dan Salomo.
Memang seperti itu kota-kota dagang harus menjaga kebesaran mere-
ka, bukan dengan cara menaklukkan negeri-negeri tetangga mereka,
tetapi dengan berdagang dengan mereka. Dalam pasal ini dinubuat-
kan.
I. Kemusnahan kota Tirus yang penuh ratapan, yang dilakukan
oleh raja Nebukadnezar dan pasukan Kasdim, kira-kira pada
waktu mereka menghancurkan Yerusalem, dan ketika mereka
mengalami tugas sulit dalam menghadapinya, seperti tampak
dalam Yehezkiel 29:18, di mana mereka dikatakan bekerja ke-
ras melawan Tirus tetapi tidak mendapat untung (ay. 1-14).
II. Pemulihan Tirus setelah masa 70 tahun, and kembalinya
orang-orang Tirus dari penawanan ke pekerjaan dagang me-
reka lagi (ay. 15-18).
Kehancuran Tirus
(23:1-14)
1 Ucapan ilahi tentang Tirus. Merataplah, hai kapal-kapal Tarsis, sebab Tirus
sudah rusak, tiada lagi rumahmu atau pangkalanmu! Ketika mereka masih
di negeri orang Kitim telah dinyatakan hal itu kepada mereka. 2 Berdiam diri-
lah, hai penduduk tanah pesisir, hai saudagar Sidon, suruhan-suruhanmu
P
402
mengarungi laut, dan berlayar di samudera besar; 3 barang-barang yang di-
masukkan ke Sidon ialah gandum dari Sihor, dan panen daerah Nil, sehingga
kota itu menjadi pasar bagi bangsa-bangsa. 4 Tahulah malu hai Sidon, sebab
laut, benteng laut, berbicara, katanya: “Aku tidak pernah menggeliat sakit
dan tidak melahirkan, aku tidak pernah membesarkan anak-anak teruna,
dan tidak mengasuh anak-anak dara.” 5 Apabila kabar tentang Tirus itu sam-
pai ke Mesir, mereka akan gemetar mendengarnya. 6 Mengungsilah ke Tarsis,
merataplah, hai penduduk tanah pesisir! 7 Inikah kotamu yang beria-ria,
yang asalnya dari zaman purbakala? Orangnya telah melawat ke tempat yang
jauh untuk merantau ke sana. 8 Siapakah yang memutuskan ini atas Tirus,
kota yang pernah menghadiahkan mahkota, yang saudagar-saudagarnya
pembesar-pembesar dan pedagang-pedagangnya orang-orang mulia di bumi?
9 TUHAN semesta alam yang telah memutuskannya untuk mematahkan ke-
sombongan, untuk menghinakan segala yang permai dan semua orang mulia
di bumi. 10 Kerjakanlah ladangmu seperti di tepi sungai Nil, hai puteri Tarsis,
sudah tidak ada lagi galangan-galangan kapal! 11 TUHAN telah mengacung-
kan tangan-Nya terhadap laut dan membuat kerajaan-kerajaan gemetar; Ia
telah memberi perintah mengenai Kanaan untuk memusnahkan benteng-
bentengnya. 12 Dan ia telah berfirman: “Engkau tidak akan beria-ria lagi, hai
anak dara yang digagahi, hai puteri Sidon! Bangkitlah, mengungsilah kepada
orang Kitim! Di sanapun juga tidak akan ada tempat yang senang bagimu.” 13
Lihat negeri orang Kasdim! Bangsa itulah yang melakukannya, bukan orang
Asyur. Mereka telah menyerahkan Tirus kepada binatang-binatang gurun,
mereka telah mendirikan menara-menara pengepungan dan telah meratakan
puri-puri kota itu dan membuat kota itu menjadi reruntuhan. 14 Merataplah,
hai kapal-kapal Tarsis, sebab sudah dirusakkan bentengmu!
Sebagai kota pelabuhan, cocoklah kalau nubuat mengenai kehancur-
annya dimulai dan diakhiri dengan Merataplah, hai kapal-kapal Tar-
sis. Sebab, segala usaha, kekayaan, dan kehormatannya bergantung
pada perkapalan, dan jika usaha ini sampai hancur, maka habislah
semuanya itu. Amatilah,
I. Tirus yang makmur. Kenyataan ini disinggung di sini supaya keja-
tuhannya bisa tampak lebih memilukan lagi.
1. Saudagar Sidon, yang berdagang dengan mengarungi laut,
pada mulanya memenuhi kota Tirus (ay. 2). Sidon merupakan
kota yang lebih tua lagi, terletak di wilayah pesisir yang sama
dengan Tirus, beberapa kilometer lebih ke utara, dan Tirus
pada awalnya hanya merupakan sebuah wilayah di bawah ke-
kuasaan Sidon. Namun kemudian si puteri ini malah berkem-
bang melampaui sang ibu, dan menjadi jauh lebih jaya. Malu
juga bagi kota-kota besar kalau mereka berpikir bagaimana
keadaan mereka pada awal dibentuk.
2. Mesir sangatlah membantu dalam membesarkannya (ay. 3). Si-
hor yaitu sungai di Mesir, dan melalui sungai ini, dan melalui
laut tempatnya menuju, orang Mesir berdagang dengan Tirus.
Kitab Yesaya 23:1-14
403
Dan hasil panen dari sungai itu menjadi pendapatan bagi Tirus.
Kekayaan laut dan pendapatan yang diperoleh lewat barang-
barang yang diekspor dan diimpor merupakan panen bagi kota-
kota dagang yang sama berharganya seperti halnya rumput
untuk pakan ternak dan gandum bagi negeri itu. Dan terkadang
malah gandum dari Sihor terbukti menjadi barang dagangan
yang lebih baik daripada panen dari tanah Tirus sendiri. Atau
bisa juga yang dimaksudkan yaitu semua hasil dari tanah
Mesir yang diperdagangkan oleh orang Tirus, yang berasal dari
sungai Nil yang meluap.
3. Dulunya Tirus menjadi pusat perdagangan dari bagian dunia
itu. Orang-orang dari setiap bangsa yang terkenal bisa ditemu-
kan di sana, terutama pada saat-saat tertentu dalam setahun
ketika ada pertemuan umum antara para saudagar. Hal ini
banyak digambarkan oleh nabi lain (Yeh. 27:2-3, dst.). Lihatlah
bagaimana tangan orang yang rajin manjadi kaya, oleh berkat
Allah atasnya. Tirus menjadi kaya dan besar karena kerajinan-
nya, sekalipun ia tidak punya pembajak tanah selain yang
dipakai di daerah perairan.
4. Dahulunya ia yaitu kota yang beria-ria, terkenal dengan kehi-
dupan hura-hura dan hiburan (ay. 7). Orang-orang yang suka
kehidupan yang demikian bisa menemukan segala macam hi-
buran dan rekreasi di sana, segala kesukaan anak-anak laki-
laki dan perempuan, dansa, permainan, drama dan apa saja
yang seperti itu yang dikhayal-khayalkan orang. Semua ini
membuat orang-orang di sana merasa aman-aman saja dan
sombong, dan mereka menghina orang-orang kampung, yang
tidak mengenal dan juga tidak merasakan semua kegembiraan
semacam itu. Hal ini juga membuat mereka sangat enggan un-
tuk percaya dan memikirkan segala peringatan yang diberikan
Allah melalui para hamba-Nya. Mereka terlalu asyik bersuka
ria untuk memperhatikannya. Asal-usulnya sudah dari zaman
purbakala, dan ia bangga dengan itu, dan itu pula yang ber-
peran dalam membuatnya merasa aman-aman saja. Seolah-
olah karena ia merupakan sebuah kota yang bebas dari pikir-
an akan waktu, dan asalnya sudah sejak dari zaman purba-
kala, maka ia harus terus ada sebagai kota yang tanpa akhir
waktu, dan keberadaannya pasti sampai hari-hari kekekalan.
404
5. Dahulunya ia yaitu sebuah kota yang pernah menghadiah-
kan mahkota, yang memahkotai dirinya sendiri. Kuasa dan
keagungan dari para penguasanya begitu besar sampai mereka
bisa menghadiahkan mahkota atau memahkotai orang-orang
yang bergantung padanya dan berdagang dengannya. Hal ini
dijelaskan dalam kata-kata berikut ini: saudagar-saudagarnya
pembesar-pembesar, dan mereka hidup seperti para pembesar
karena kenyamanan dan kemegahan yang mereka dapatkan.
Dan pedagang-pedagangnya, ke negeri mana saja yang mereka
datangi, dipandang sebagai orang-orang mulia di bumi, dihor-
mati oleh semua orang. Serendah apa pun sekarang ini para
pedagang dibicarakan, namun tampaknya dahulu di antara
bangsa-bangsa yang bijak, ada saudagar-saudagar dan peda-
gang, dan orang-orang bisnis yang benar-benar merupakan
orang-orang mulia.
II. Inilah kejatuhan Tirus. Tidaklah tampak bahwa Tirus mendatang-
kan celaka ke atas dirinya sendiri karena memancing kemarahan
negeri-negeri tetangganya dengan pertengkaran, melainkan kare-
na mencobai mereka dengan harta kekayaannya. Namun, jika hal
ini memang yang menggoda Nebukadnezar untuk menyerang
Tirus dengan dahsyat, maka pastilah ia kecewa. Sebab, setelah
menahan serangan selama tiga belas tahun dan tidak bisa berta-
han lagi, para penghuninya melarikan diri lewat laut, bersama
keluarga dan harta benda mereka, ke tempat-tempat lain di mana
mereka memiliki harta kekayaan, dan tidak meninggalkan apa-
apa untuk Nebukadnezar selain kota kosong belaka. Lihat sejarah
mengenai Tirus dalam bartikel History of the World karangan Sir
Walter Raleigh, jilid 2, bab 7, bagian 3, 43, hlm. 283, yang banyak
memberikan penjelasan terhadap nubuat ini dan nubuat dalam
Kitab Yehezkiel mengenai Tirus.
1. Lihatlah bagaimana kehancuran Tirus dinubuatkan di sini.
(1) Kota pelabuhan itu akan menjadi tidak nyaman bagi kapal-
kapal Tarsis, karena segala sesuatu sudah rusak (ay. 1), se-
hingga rumah pun tidak akan ada lagi, tidak akan ada dok
bagi kapal untuk masuk dan bersandar, tidak ada pengi-
napan untuk para pelaut, tidak ada jalan masuk ke pela-
buhan. Mungkin sudah tersumbat pasir atau ditutup oleh
Kitab Yesaya 23:1-14
405
musuh. Atau, karena dihancurkan dan sudah rusak, ka-
pal-kapal yang biasanya datang dari Tarsis dan Kitim ke
pelabuhan itu tidak akan bisa masuk ke sana lagi. Sebab,
telah dinyatakan hal itu atau diberitahukan kepada mere-
ka, dan mereka mendapat kabar yang sangat buruk, bahwa
Tirus dihancurkan dan rusak. Dan kini tidak ada lagi
usaha dagang bagi mereka di sana. Lihatlah bagaimana hal
seperti ini terjadi di dunia ini. Orang-orang yang dihancur-
kan oleh musuh mereka biasanya tidak lagi dipandang oleh
teman-teman lama mereka.
(2) Seluruh penghuninya terpana. Tirus yaitu sebuah pulau.
Para penghuninya, yang biasanya berbuat bising dan ingar-
bingar, hanyut dalam hura-hura, akan menjadi diam dan
sunyi senyap (ay. 2). Mereka akan duduk meratap, terma-
kan habis oleh duka sampai tidak bisa berkata apa-apa.
Rasa angkuh dengan diri sendiri dan pandangan remeh ter-
hadap para tetangga akan sirna. Dalam sekejap Allah bisa
membungkam dan menghantam hingga bisu orang-orang
dunia yang sibuk dan ingar-bingar. Berdiam dirilah, sebab
Allah akan bertindak (Mzm. 46:11; Za. 2:13), dan engkau
tidak mampu melawan Dia.
(3) Tetangga-tetangganya terhenyak, memerah wajah mereka,
dan merasa pedih baginya: tahulah malu hai Sidon (ay. 4),
yang orang-orangnya pertama kali memenuhi Tirus. Sebab
ombak laut bergulung-gulung membawa kabar dari Tirus,
dan laut, benteng laut, air pasang laut yang tinggi mengu-
mandangkan, “Aku tidak pernah menggeliat sakit dan tidak
melahirkan lagi sekarang, seperti yang telah aku lakukan
selama ini. Aku tidak lagi sekarang, seperti dahulu, mem-
bawa muatan kapal yang penuh dengan anak-anak muda
ke Tirus, untuk dibesarkan dalam usaha dagang,” cara
yang sebelumnya telah menjadikan Tirus begitu kaya raya
dan banyak penghuninya. Atau laut, yang dahulunya di-
muati dengan segala armada kapal yang ke Tirus akan
sunyi senyap dan berduka seperti seorang janda yang tidak
dikasihi lagi akibat ditinggal mati semua anak-anaknya dan
tidak ada lagi yang bisa ia pelihara dan besarkan. Mesir
sebenarnya merupakan kerajaan yang jauh lebih besar dan
hebat daripada Tirus, namun, Tirus memiliki hubungan
406
dagang yang luas, sampai-sampai semua bangsa di sekitar-
nya akan turut mengalami rasa sakit hebat begitu mene-
rima kabar keruntuhan kota itu, seperti nantinya yang
mereka juga alami ketika mendengar kabar keruntuhan
seluruh Mesir tidak lama sesudah kejatuhan Tirus (ay. 5,
KJV: Seperti halnya ketika mendengar kabar tentang Mesir,
demikianlah juga mereka akan sakit pedih ketika menerima
kabar tentang Tirus). Atau, seperti yang dibaca sebagian
orang, Apabila kabar tentang Tirus itu sampai ke Mesir,
mereka akan gemetar mendengarnya, oleh karena mereka
kehilangan usaha dagang dengan kota itu dan karena
kejadian itu merupakan ancaman bagi keruntuhan mereka
sendiri. Sebab, ketika rumah tetangga kebakaran, rumah
mereka pun dalam bahaya.
(4) Para saudagar, sebanyak-banyaknya, harus memindahkan
segala harta milik mereka ke tempat lain dan meninggalkan
Tirus, tempat mereka telah menghasilkan harta kekayaan,
dan berpikir semuanya aman-aman saja di sana (ay. 6).
“Kalian yang telah lama menjadi penduduk tanah pesisir”
(sebab Tirus terletak di tengah laut sekitar kurang dari satu
kilometer dari daratan); “Sudah waktunya kalian meratap,
sebab kalian harus mengungsi ke Tarsis. Tindakan terbaik
bagimu yaitu sedapat-dapatnya lari ke Tarsis, menyebe-
rang laut” (ke Taressus, sebuah kota di Spanyol, demikian
menurut sebagian orang), “atau ke daerah perkebunan ka-
lian di mana saja.” Orang-orang yang mengira gunung me-
reka berdiri teguh dan tidak bisa bergerak, akan mendapati
di sini betapa mereka tidak memiliki kota yang abadi. Gu-
nung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang.
(5) Mereka yang tidak dapat meloloskan diri tidak bisa berha-
rap apa-apa selain dibawa sebagai tawanan. Sebab, begitu-
lah caranya para penakluk di masa itu, mereka menjadikan
orang-orang taklukan sebagai budak di negerinya sendiri,
dan membawa masuk orang-orang mereka sendiri menjadi
tuan di negeri taklukan itu (ay. 7): Orangnya telah melawat
ke tempat yang jauh untuk merantau ke sana. Mereka di-
paksa berjalan untuk ditawan, dan dengan langkah gontai
menuju kesengsaraan mereka sendiri. Orang-orang yang
hidup dalam kegemerlapan dan hura-hura tidak tahu be-
Kitab Yesaya 23:1-14
407
tapa sebelum mati mereka juga bisa jatuh dan mengalami
banyak kesukaran hidup.
(6) Banyak yang mencoba-coba melarikan diri akan dikejar
dan jatuh ke dalam tangan musuh. Tirus akan melewati ta-
nahnya sendiri bagaikan sungai (ay. 10, KJV), mengalir,
rombongan demi rombongan, ke dalam lautan atau jurang
kesengsaraan. Atau, walaupun mereka lari cepat-cepat se-
perti sungai, dengan segala kecepatan, berharap selamat
dari bahaya, tetap saja tidak ada kekuatan lagi (KJV). Segera
mereka menjadi kelelahan, dan tidak mampu lagi maju,
dan dengan mudahnya jatuh menjadi mangsa empuk ta-
ngan-tangan musuh. Dan, seperti halnya Tirus tidak punya
kekuatan lagi, begitu pula dengan Sidon saudaranya tidak
kurang sengsara keadaannya (ay. 12), “Engkau tidak akan
beria-ria lagi, hai anak dara yang digagahi, hai puteri Sidon,
yang sebentar lagi jatuh di bawah kuasa orang Kasdim
yang jaya! Giliranmu berikutnya. Karena itu, bangkitlah,
mengungsilah kepada orang Kitim. Larilah ke Yunani, Italia,
ke mana saja untuk mencari selamat. Namun, sekalipun
begitu, di sanapun juga tidak akan ada tempat yang senang
bagimu. Musuh-musuhmu akan mengganggu engkau, dan
ketakutanmu sendiri akan menggelisahkan engkau di se-
gala tempat di mana engkau berharap bisa menemukan ke-
tenangan.” Perhatikanlah, kita menipu diri sendiri jika kita
menjanjikan diri sendiri bisa menemukan ketenangan di
dunia ini. Orang yang merasa tidak tenang di suatu tempat
akan merasa demikian juga di tempat lain. Dan bilamana
penghakiman-penghakiman Allah mengejar pendosa, se-
mua penghakiman-Nya itu akan mengalahkan mereka.
2. Akan tetapi, dari mana asalnya semua kesulitan ini?
(1) Allah akan menjadi perancangnya. Ini yaitu pemusnahan
dari Yang Mahakuasa. Orang akan bertanya, “Siapakah
yang memutuskan ini atas Tirus? Siapa yang telah meran-
cangnya? Siapa yang memutuskannya? Siapa yang dapat
merencanakan dalam hatinya untuk memusnahkan kota
yang sedemikian anggun dan cantik ini? Dan bagaimana
mungkin kehancurannya dapat dilakukan?” Atas pertanya-
an ini akan dijawab,
408
[1] Allah telah merancangnya. Dia bijak dan adil tak terba-
tas, dan tidak pernah, se