Tampilkan postingan dengan label Sejarah text alquran 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah text alquran 12. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Januari 2025

Sejarah text alquran 12






 ur'dn, kemudian dihapus dan ditulis kembali oleh

seorang Kristen Arab.26 Untuk mengetahui tulisan yang mula-mula tentulah

sangat memerlukan ke{a keras, karena itu Mingana menyemprof ketiga

halaman itu dengan sinar infra merah guna melihat perbedaan.2T Lihat Gambar

18.2 di atas.

Dalam menganalisis lembaran-lembaran tersebut, Mingana membuat

daftar perbedaan Al-Qur'dn pada manuskrip itu beserta terjemahan bahasa

Inggrisnya. Tidak susah untuk meneliti ketidakjujuran yang ada dalam masalah

ini, yang ditujukan khususnya kepada para pembaca yang hanya tahu sedikit

bahasa Arab. Empat perbedaan berikut menjelaskannya:

l) Mingana menulis:

"Kalau bukan ,.(tt (atau .rJJJt) bermakna pukulan, tinju, bertinju, maka

itu adalah kata-kata yang tidak jelas. Kalimat pada Al-Qur'dn [yang

tercetak] adalah sebagai berikut: u.r .lJt dr, Jl, tJ4 J r+l 'Sesungguhnya

mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun

dari (siksa) Allah.' Teks kami berbunyi:t (" dul f<lJl.r/.:1.:'lr4rf+l

'Dalam meremehkan, mereka tidak akan mengambil tempat untuk

memukul, bagi kamu.' Kalau terjemahan itu tidak bisa diterima, maka

makna yang sebetulnya dari kata benda ini memang bermasalah.

Kdmris hanya menyatakan: CJlr f.!r'*rc-rJ!.rll '. Kata benda

abstrak &, dalam bentuk tiga akar dan bukan dalam bentuk ;;

tidak banyak digunakan dalam omposisi pasca-Qur'dn , tetapi kata

sifat $ dapat ditemukan dalam banyak penulis."2s

Catatan: Begitu banyak sport permainan dalam segi bahasa, yztg,

semuanya diarahkan guna membungkam satu poin penting. Melihat akan

ketidakmampuan dalam membaca naskah al-Bukhdri yang begitu jelas,

apa lagi palimpsest, terjemahan Mingana semuanya nihil, karena pada

bagian akhir ia tidak mampu menyajikan suatu pengertian yang dapat

dicerna oleh akal dalam konteks bahasan ini. Perkataan ,,(ut sebenarnya

hanya peristilahan yang sesuai bagi adu kekuatan dalam dunia tinju,

bukan untuk Al-Qur'dn, dan kata terjemahan yang sopan yang mungkin

dapat saya sumbangkan adalah, 'Di luar kejahatannya, mereka tidak akan

dapat memberi proteksi pada anda dari empasan yang begitu dahsyat

[sic]'. Bahwa dua perkataan terakhir yang disebabkan kesalahan tulisan

adalah sangat kentara (penulis mana yang sengaja ingin mencoba-coba

mengubah ayat ini dengan menyisipkan kata-kata yang tidak dapat

diterima oleh akal waras itu?), namun demikian, Mingana, tampaknya tak

mau mengakui kekalahan

Catatan: Siapa saja yang menggunakan Mushaf cetakan Madinah hari

ini, akan melihat ejaan yang tercetak adalah l5-ltr 30 dan bukan tSrlr .

Mingana sejak awal menyisipkan alifatas inisiatif sendiri, lalu ia meng￾hapus pada bagian kedua guna menciptakan 'ragam bacaan'. Demikian

juga, perkataan barak (.:Jrr ) yang berarti keberkahan dan juga bersujud,

dan karenanya ia memanfaatkan untuk menerjemahkan kata pertama

(dengan tambahan atit) sebagai "yang diberkati", dan yang kedua

sebagai "yang bersujud".

Catatan'. Bukan satu rahasia bahwa para penulis awal kadang-kadang

menghilangkan huruf-huruf hidup (alif, waw, dan yd) dari naskah

mereka,32 dan di sini penulis menghilangkan huruf hidup bagian akhir

pada perkataan yahdikarena tidak berbunyi. Sekali lagi Mingana meng￾ambil kesempatan, kali ini melalui perpindahan posisi yang betul-betul

menggelikan. Ia memisahkan alif dari kata al-qawm dan meletakkannya

pada perkataan ld yuhda, sehingga tercipta satu ungkapan yang tidak

mempunyai aturan tata bahasa dan tidak berarti sama sekali. Hal ini dapat

diumpamakan atau dianalogikan dalam ungkapan bahasa Inggris figers

hunting (memburu harimau) dan mengubahnya menjadi tiger shunting

(memindahkan landasan harimau).

Catatan: Trik yang sama juga diterapkan di sini, walaupun agak lebih

canggih. Sambil memindahkan'1' dari 9+'r+ kepada J,! , Mingana secara

kreatif telah menambahkan tanda titik pada perkataan 5fi. yang tidak

bertitik.

6. Puin dan Bagian-Bagian Manusbip Sn'd'

Dalam sumbangannya terhadap Al-Qur'dn sebagai Text, Dr. Gerd-R.

Joseph Puin menyindir adanya kekhususan yang iajumpai dalam kumpulan

manuskrip Yaman:34

. Penulisan alifyangtidak sempurna. Ini tampak lebih umum pada bagian￾bagian manuskrip San'5' dibandingkan dengan yang lain.

. Perbedaan letak pemisah ayat pada ayat-ayat tertentu.

. Penemuan 'terbesar' adalah satu bagian yang mana akhir sflrah 26 se￾telahnya diikuti oleh s[rah Dalam menulis "What is the Koran?" (Apa itu Al-Qur'5n?) edisi Januari,

1999, dalam majalah The Atlantic Monthly, Toby Lester begitu kental

mengandalkan pada penemuan Dr. Puin. Salah seorang tokoh penting dalam

memulihkan Mushaf-Mughaf di $an'd', Yaman,3s Dr. Puin menemukan

dirinya, dan juga bagian-bagian manuskrip Yaman, tiba-tiba menjadi sorotan

melalui publikasi artikelnya. Kata-kata Lester kadang-kadang memicu sensasi

yang menyenangkan dan juga luapan kemarahan yang mendalam mengenai

karya Puin itu, tergantung apakah seorang berbicara kepada Orientalis atau

Muslim yang taat, makanya, guna meredam kemarahan kaum Muslimin dan

mengikis ketidakpercayaan, Puin telah menulis satu surat panjang dalam

bahasa Arab kepada al-Qadi al-Akwa' dari Yaman. Surat itu kemudian muncul

dalam harian ath-Thawrah, dan saya reproduksi di pelbagai tempat.36 Sambil

memuji Mushaf-Mushaf San'd' dan bagaimana ia menguatkan posisi kaum

Muslimin, namun iajuga menulis dengan gayayar,g sangat halus dan sekaligus

ingin mengelabui seluruh sejarah Al-Qur'dn. Berikut ini adalah terjemahan

sebagian surat itu yang berkaitan dengan tema ini:

Peninggalan-peninggalan [Mushaf tua ini] secara ilmiah meyakinkan

berasal dari abad pertama setelah Hijrah! Karena keberadaan manuskrip￾manuskrip tersebut di $an'd', ...[kita memiliki] satu-satunya bukti

monumental tentang penyelesaian tulisan Al-Qur'6n pada abad pertama

Hijrah, dan bukan, seperti yang ditudingkan oleh para ilmuwan non￾Muslim, pada abad ketiga Hijrah! Tentunya, kaum Muslimin akan

bertanya apa pentingnya informasi yang dilangsir oleh seorang ilmuwan

non-Muslim, jika kaum Muslimin yakin bahwa Mushaf yang lengkap

sudah ada sejak Khalifah ketiga, 'Uthmdn bin 'AffEn. Keyakinan mereka

sebenarnya hanyalah satu kepercayaan yang dikemas dalam keimanan

yang baik, karena kita tidak mempunyai naskah asli Mushaf yang ditulis

di bawah pengawasan 'Uthmdn, ataupun naskah-naskah lain yang ia

sebar ke negeri-negeri lain....

Ringkasan beberapa poin penting surat di atas sebagai berikut:

l) Manuskrip $an'd' adalah satu-satunya bukti monumental tentang pe￾nyelesaian penulisan Al-Qur'dn pada abad pertama Hijrah, yang merupa￾kan argumen kuat terhadap tuduhan banyak ilmuwan non-Muslim bahwa

ia baru selesai pada abad ketiga Hijrah.

2) Kaum Muslimin tidak punya bukti bahwa Al-Qur'an yang lengkap telah

ada sejak zaman pemerintahan 'Uthmdn; hanya berpijak pada keimanan

yang baik yang selalu dijadikan sandaran.

Kebanyakan tuduhan Puin sudah kita bicarakan: ketidaksempurnaan

dalam penulisan huruf a/rf sudah kita singgung pada Bab l0 dan ll; ke￾menangan 'terbesar', bagian yang memuat di mana strah 26 diikuti dengan

srirah 37, tidaklah begitu unik seperti yang telah saya tunjukkan dari bagian

Ir{ushaf yang lain, lihat hlm. 73-76. Adapun mengenai kesalahan letak tanda￾tanda pemisah ayat, ketidakserasian dalam bidang ini telah tercatat dan dibuat

klasifikasi oleh para ilmuwan Muslim sejak awal. Satu tuduhan yang belum

sempat kita kupas akan dibahas sesudah ini.

r'. Adakah Bagian-Bagian Manuskip $an'd' Satu-satunya Bukti Lengkapnya

Al-Qur'en pada Abad Pertama?

Puin melempar dua tuduhan yang saling berkaitan. Ia menarik ke be￾lakang tahun penyelesaian penulisan Al-Qur'6n yang lengkap dari abad ketiga

kepada abad pertama, tetapi kemudian, dengan menghindar dari segala sesuatu

yang lebih spesifik tentang 'abad pertama', secara halus telah membuka sebuah

kerangka waktu yang luas untuk digunakan sekehendaknya.

Tidak semua Orientalis menuding bahwa penulisan Al-Qur'dn terse￾lesaikan pada awal abad ke tiga. Ada beberapa di antara mereka, seperti Pen￾deta Mingana, yang ngotot bahwa penulisan Al-Qur'6n telah lengkap pada

abad pertama, dan contoh lain, Muir, berpegang bahwa Mushaf yang ada

sekarang adalah sama dengan apayangdiberikan oleh Nabi Muhammad ffi.

Kemudian ada pula al-Hajjaj (w. 95 H.), yang banyak dipuji ilmuwan Barat,

karena menyempurnakan penulisan Al-Qur'6n. Semua tahun tergabung dalam

abad pertama Hijrah, dan tidak adanya kepastian dari Puin telah membuka

peluang untuk meletakkan waktu kapan saja dalam periode ini. Ketepatan ada￾lah satu unsur penting bagi ilmuwan yang sungguh-sungguh, dan kita hendak￾nya mau mematuhi. Dengan wafatnya Nabi Muhammad W pada tahun I I

Hijrah, berarti masa akhir turunnya wahyu; oleh sebab itu maka dikumpulkan

dalam bentuk luaran (external form) di zaman Abu Bakr (w. 13 H.), di mana

ejaan diseragamkan dan naskah-naskahnya disebarluaskan oleh 'Uthmdn (25-

30 H.) Inilah pandangan kaum Muslimin. Mereka tidak pemah mengatakan

bahwa Al-Qur'6n yang lengkap tidak pernah terwujud sehingga ke zaman

'Uthmdn, dan jika Puin mengatakan demikian, berarti tidak mewakili pendapat

kaum Muslimin.

Lusinan manuskrip Al-Qur'dn abad pertama tersedia di berbagai per-pustakaan di seluruh dunia;37 Dugaan pribadi saya bahwa di seluruh dunia

tersedia sekitar satu per empat juta baik sebagian atau keseluruhan manuskrip

Mushaf yang meliputi semua zaman.38 Di bawah ini adalah daftar manuskrip

yang semuanya menunjuk pada abad pertama Hijrah. Dalam pengumpulannya,

saya berpijak pada karya K. 'Awwdd,3e saya hanya mengambil Mushaf abad

pertama dari daftar yang ia sajikan (ditandai dengan nomor yang tebal) dan

kemudian disusun kembali sesuai dengan urutan nama.40

l) [] Satu naskah dinisbatkan pada Khalifah 'Uthmdn bin 'Affdn. Amanat

Y'.hizana, Topkapi Saray, Istanbul, no. l.

2) [2] Naskah yang lain dikaitkan dengan 'Uthmdn bin 'Affin. Amanat

Khizana, Topkapi Saray, no. 208. Naskah ini mempunyai 300 folio dan

bagian kedua jilidnya hilang.

3) [3] Naskah lain dikaitkan dengan 'Uthmdn bin 'AffEn. Amanat l(hizana,

Topkapi Saray, no. 10. Ia hanya 83 folio dan mengandung catatan-catatan

yang ditulis dalam bahasa Turki yang menyebutkan penyalinnya.

4) [2] Dinisbatkan kepada Khalifah 'Uthmdn di Musim Seni Islam, Istan￾bul. Ada folio yang hilang pada bagian awal, pertengahan, dan akhir. Dr.

Ini bukan daftar lengkap: untuk mendapatkan koleksi pribadi

mengakibatkan temperamen yang bukan-bukan bagi pemiliknya, dan

Muslimin secara umum tidak dapat memperlakukan hal yang sama seperti yang

dialami oleh Lembaga Munster untuk Kajian Teks Perjanjian Baru yang

terdapat di Jerman.ar Koleksi yang terdapat pada Tiirk ve Islam Eserleri Mtizesi

di Istanbul, yang secara potensi lebih penting dari manuskrip $on'6', masih

menunggu kehadiran para ilmuwan yang berdedikasi. Terlepas dari rasa

keberatan, daftar di atas menunjukkan banyak Muglraf yang lengkap (dan yang

agak lengkap) yung masih bertahan sejak zaman awal Islam, dan satu di

antaranya, mungkin terdapat yang lebih tua dari Mushaf 'Uthmdn.

Walaupun tentunya terdapat sebuah khazanah agung yang menyimpan

kekayaan ortografi yang rada aneh-aneh, Mushaf-Mushaf yang terdapat di

$an'i' tidak menambah sesuatu yang baru atau bukti penting yang telah me￾nunjukkan penyelesaian penulisan Al-Qur'6n pada awal beberapa dasawarsa

Islam.

7. Kesimpulan

Schacht, Wansbrough, Noldeke, Hirschfeld, Jeffrey, Fliigel, Blachdre,

Guillaume, Mingana, dan Puin bukan satu-satunya dalam rencana busuk yang

mereka lakukan; semua Orientalis mesti, walaupun dalam batas-batas tertentu

mengalami perbedaan, berlaku curang jika ingin meraih kesuksesan dalam

memalsukan Al-Qur'dn, baik dengan mengadakan perubahan, sengaja mem￾buat kesalahan terjemahan, pura-pura bego, menggunakan referensi palsu, atau

berbagai cara lain. Prof. James Bellamy baru-baru ini menulis beberapa artikel

untuk 'memperbaiki' kesalahan penulisan yang terdapat dalam teks,a2 dan

dalam upaya seperti itu ia bukan satu satunya tokoh; beberapa waktu yang lalu

telah menyaksikan meningkatnya paduan suara Orientalis ingin merevisi Al￾Qur'5n secara sistematis. Hans Kung, pakar teologi Kristen Katolik yang me￾nurutnya, diskursus Islam telah terbentur jalan buntu, maka pada tahun 1980-an

ia mengusulkan agar kaum Muslimin mau mengakui elemen kemanusiaan yang

ikut bermain pada Kitab Suci Al-Qur'6nDemikian halnya dengan Kenneth Cragg, seorang pemimpin gereja

Anglican, mendesak kaum Muslimin untuk memikirkan kembali konsep

wahyu tradisional Islam, "mungkin sebagai konsesi bagi kaum Muslimin dalam

semangat pluralisme dialog antar kepercayaan saat ini."aa Dalam tulisannya

yang kemudian diberi judul "The Historical Geography of the Qur'iin", ia

mengusulkan untuk memusnahkan ayat-ayat Madani (karena penekanan pada

aspek hukum dan politik) dan mengambil ayat-ayat Makiah yang umumnya

lebih mementingkan iman terhadap keesaan Tuhan, sambil menyatakan secaf,a

tidak langsung bahwa Islam politik tidak mempunyai tempat dalam alam

demokrasi sekuler dan juga Hukum Romawi. Pemusnahan ini, ia berspekulasi,

dapat dipaksakan dengan pengajuan appeal untuk mendapatkan consensus

orang-orang berpikiran dangkal tanpa menghiraukan pendapat para ilmuwan

Muslim.a5

Al-Qur'6n menYatakan:

"Dan Kami turunkan kepadamu peringatan [Al'Qur'dn], agar kamu

menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada

mereka dan supaya mereka memikirkan."a6

Nabi MuhammadW akan selamanya tinggal sebagai satu-satunya ma￾nusia yang ditugaskan untuk menerangkan isi Kitab Suci ini; sunnahnya juga

merupakan pembimbing praktis dalam melaksanakan Al-Qur'dn dan sebagai

referensi yang menentukan diterima atau tidaknya satu penafsiran- Dalam

upaya memisahkan Al-Qur'an dan Sunnah, lebih-lebih lagi satu bagian Al￾Qur'5n (ayat Makiah) dengan yang lain (ayat Madaniah), para orientalis benar￾benar tidak peduli dengan undang-undang yang mengatur seluruh hukum dan

ketetapan, dan merintangi orang-orang terpelajar memainkan tulisannya dalam

masalah ini serta tidak memberi sesuatu yang berarti bagi masyarakat awam.

Teori-teori mereka secara tersirat menyatakan siapa saja boleh menurunkan

ketinggian nilai derajat Perintah-Perintah Allah, meskipun diracik dengan

hukum negara sekuler, tetap tak akan jadi masalah'

Dengan kerusakan kitab suci, tanpa alasan, mereka jadikan sebagai nonna

kehidupan, para ilmuwan Barat memaksa ingin mengguyur Al-Qur'dn ke dalamlumpur hitam tanpa menyadari bahwa hasrat yang mereka dambakan hendak

mendiskreditkan terhadap sesuatu yang pasti dan terpelihara secara sempurna,

tidak mungkin dapat terwujud. Dalam hal ini Hartmut Bobzin menulis,

Polemik orang-orang Kristen terhadap Al-eur'6n atau Islam secara ke￾seluruhan lebih diminati oleh orang Eropa 'Geistsgeschichte' daripada

untuk kepentingan studi Islam dalam arti yang lebih mendalam. Ke￾banyakan kajian yang diangkat berulang kali tidak ada kaitannya dengan

ajaran Islam yang sesungguhnya.aT

Ia menggunakan analogi kelompok Guardi, di abad ke-lg Italia, yang

membuat satu seri 'lukisan-lukisan Turki' dengan cara menirukan artis kon￾temporer dengan gaya yang khas.

oleh karena itu, 'oriental subjets' [orang timur] seperti yang dilukiskan

oleh Guardi dan kawan-kawan, kebanyakan merupakan contoh khayalan

bagaimana semestinya dunia Timur harus dilihat.as

Apa yang jadi keinginan Guardi tidak jauh beda dengan potret para

orientalis dalam melukiskan Islam; suatu hasrat ingin tahu yang memicu

penelitian para orientalis berseberangan dengan keimanan kaum Muslimin,

karena dalam fantasi bagaimana dunia Timur itu "seharusnya dilihat" telah

disulap ke dalam dunia politik yang berlainan.

BEBERAPA MOTIVASI ORIENTALIS :

I(AJIAN SI.JB JEKTIVITAS

Meskipun semua tendensi yang ada berseberangan dengan tradisi ke￾islaman, para ilmuwan Barat tetap berusaha meyakinkan bahwa mereka sedang

memberi pelayanan terhadap kaum Muslimin dengan menyajikan kajian mumi,

tidak setengah-setengah, dan berlaku jujur. Implikasinya adalah, seorang ilmu￾wan Muslim yang, katanya, dikelabui oleh keimanan tidak dapat memahami

mana yang salah dan yang benar ketika menganalisis keyakinan mereka.l Jika

ini betul, sekurang-kurangnya kita mesti bersedia meneliti Orientalisme dan

kaitannya dengan kepercayaan-kepercayaan dan prinsip yang dianut, karena

mengatakan satu kelompok bersikap memihak tidak semestinya dapat men￾jamin bahwa kelompok lain lebih objektif. Meneliti akar Orientalisme meng￾hendaki studi yang mendalam tentang masalah-masalah politik, dulu dan hari

ini, guna menyingkap beberapa pandangan yang melingkari motivasi mereka,

sehingga para pembaca dapat mengukur kajian Barat terhadap Al-Qur'6n

sebagaimana mestinya.

l. Mengguakaa Analogi Yahudi

Sebelum membicarakan Orientalisme, saya ingin mengangkat satu per￾tanyaan dengan menggunakan analogi: dalam pandangan Yahudi, dapatkah

seorang ilmuwan yang anti Semitisme dikatakan tidak memihak ketika meng￾kaji dokumen mereka seperti Perjanjian Lamaatau Gulungan Kertas Laut Mati

(Dead sea scrolls)? Apa pun keputusan yang diberikan baik positif mau pun

negatif, hendaknya juga diterapkan pada kalangan Orientalis yang seharusnya

berlaku jujur saat melakukan pembedahan terhadap ajaran Islam.

Validitas Sebuah Karya Anti-Semit

Friedrich Delitzsch, seorang ilmuan Kristen dan salah seorang pendiri

Assyriology, berasal dari kalangan tradisi keilmuan perjanjian Lama yang

hebat, di mana ia sendiri sedikit berbau darah Yahudi.2 Namun demikian,

pandangannya terhadap Perjanjian Lama betul-betul sinis:

Perjanjian Lama penuh dengan berbagai penipuan: benar-benar amburadul

serta mengelirukan, tidak diterima oleh akal sehat, figur-figur tokoh yang

tak dapat dipercaya, termasuk kronologi biblical; benar-benar merupakan

demonstrasi kepalsuan yang serbasimpang siur, kery'a ulang yang meng￾gelikan, revisi dan transposisi, campuran anakronisme, penjelasan yang

saling kontradiktif dan cerita berjubel yang tiada akhir, penemuan￾penemuan tanpa bukti sejarah, legenda dan dongeng rakyat, yang secara

singkat merupakan sebuah artikel  penuh kebohongan baik disengaja mau

pun tidak, sebagian adalah penipuan sendiri, artikel  yang sangat berbahaya,

dan siapa yang membaca harus siaga dengan sikap ekstrahati-hati.3

walaupun dikecam sebagai anti Semit, Delitzsch tetap berulang kali me￾nolaknya.

Tetapi melihat beberapa ulasannya (contohnya, ...yang mana ia menyebut

orang Yahudi sebagai 'bahaya yang mengerikan di mana orang-orang

Jerman perlu diberi peringatan'), tudingan [sebagai anti Semit] itu

tampaknya cukup beralasan.a

Di antara karya Delitzsch mengenai Perjanjian Lama, Die Grosse

Tduschung, John Bright menyimpulkan,

Amat jarang Perjanjian Lama dituding sebagai penyalahgunaan yang

lebih dahsyat dari artikel  ini. Benar-benar merupakan artikel  yang sangat

jelek (saya harus katakan sebagai 'artikel  yang menderita sakit,).s

Menunjukkan sikap memusuhi secara terang-terangan terhadap per￾janjian Lama dan hasrat yang kuat ingin memutus hubungan dengan agama

Kristen, Delitzsch telah menulis dengan nada sinis yang merendahkan artikel 

dan popularitas namanya semakin dipertanyakan karena sikap antipati terhadap

Semitisme.

ir. Dapatkah Ilmuwan yang Anti-Yahudi Tidak Memihak Ketika

Berhubungan dengan satu Tema tettang Keyahudian?

John Strugnell, seorang guru besar dari Universitas Harvard, menduduki

jabatan sebagai pemimpin redaksi resmi team editorial Dead Sea Scroll pada

tahun 1987, yang akhirnya dipecat yang dipublikasikan secara luas tiga tahun

kemudian. Masalahnya bermula dengan wawancara yang dilakukan oleh

seorang wartawan Israel Avi Katzman (seperti dimuat dalam harian Ha'atetz,9

November 1990), di mana karena menderita depresi mental, ia mengungkapkan

perasaan anti Yahudi. Di antaranya adalah agamaYahudi sebagai "agamayang

mengerikan", ydfrE menyatakan bahwa masalah agama Yahudi dapat di￾selesaikan dengan baik melalui masuknya orang-orang Yahudi dalam agama

Kristen secara massal, dan juga pernyataan bahwa agama Yahudi pada dasar￾nya bersifat rasialis. Walaupun ia katakan pada awal wawancara tidak berniat

supaya dikatakan anti Semit, Katzman tidak peduli akan permintaan mereka,

dan bahkan mengkritik dengan istilah yang vulgar. Dalam hal ini Strugnell

curiga bahwa,

Di belakang Mr. Katzman [ada satu kebimbangan] apakah keilmuan

Kristen dapat melakukan penelitian secara memihak dengan sistem

scroll, karena bahan itu merupakan dokumen milik sekte Yahudi....Saya

merasa geli saat mendengar orang seperti Schiffman [dari Universitas

New York] mengatakan,'anrrat disayangkan tidak ada ilmuwan Yahudi

yang sedang melakukan kajian teks-teks tersebut.'6

Gara-gara tulisannya, ia kemudian dipecat. Beberapa tahun kemudian terus

menghujat penolakannya sebagai anti-Semit, tetapi sebaliknya bersikeras menyata￾kan anti-Yahudi: seseorang bukannya antagonistik terhadap orang Yahudi

secara individu atau masyarakat, melainkan hanya terhadap agama Yahudi.

Tetapi saya tidak begitu peduli apakah saya benci atau tidak terhadap

agama Yahudi. Saya menginginkan sesuatu yang lebih buat agama Kristen.

Saya ingin kekuasaan Kristus lebih besar, memiliki lebih dari 20 j$a

orang-orang Yahudi sebagai pengikutnya.TDalam mempertahankan kepercayaan agama Kristen, prof. Strugnell

semestinya memahami akan pentingnya teologis Dead sea scroll, kalau tidak,

memperoleh jabatan pemimpin redaksi hanyalah laksana seorang yang

mengigau di siang hari. Pemecatannya bukan lantaran ketidakmampuan, bukan

juga karena tidak percaya atau penghinaan terhadap manuskrip yang di bawah

pengawasannya. Sebagaimana yang ia nyatakan, hal itu bersumber dari

ketakutan orang Yahudi mengenai subjektivitasnya dalam meneliti dokumen

agamanya disebabkan, antara lain, kecintaannya pada Kristus. persaingan

agama ini memberi alasan yang cukup untuk melarangnya terlepas dari

kemampuan akademis yang dimiliki.

ui Apakah Para Ilmuwan Yahudi Bebas Mengkaji Topik-Topik Keyahudian?

Kita telah menunjukkan dua permasalahan di mana tuduhan anti Semit

menyebabkan larangan para ilmuwan hebat melakukan kajian terhadap tema￾tema yang berkaitan dengan agama Yahudi. Namun, bagaimana nasib para

ilmuwan Yahudi yang hebat-hebat, apakah semestinya mereka juga dianggap

layak mengkaji bahan-bahan yang sensitif?

Dead See Scroll (Gulungan Kertas Laut Mati) ditemukan pada awal tahun

1947. Kendati tim redaksi telah menyelesaikan satu transkripsi keseluruhan

teks pada akhir tahun l950an (termasuk seluruh indeks), ia tetap menjadi

rahasia, bukan saja mengenai transkrip, tetapi mengenai keberadaan teks itu

sendiri. Dengan mengambil waktu yang cukup lama, tim telah menghabiskan

waktu selama empat puluh tahun dan hanya mampu menerbitkan dua puluh

persen dari keseluruhan teks yang ditugaskan. Hershel Shanks, pemimpin

redaksi Biblical Archeology Review, memojokkan direktur bidang barang￾barang antik Israel (Antiquities Department), selama lebih dari dua puluh lima

tahun dalam mencari indeks, di mana ia mengakui ketidaktahuannya tentang

masalah tersebut.8 Sementara kalangan akademik mendesak ingin mendapat

edisi faksimile dari teks yang belum diterbitkan, yang hanya memperoleh

respons yang kurang bersahabat dari para anggota redaksi skrol, guna mem￾pertahankan pengawasan sepenuhnya terhadap semua penemuan.eKarena kritikan yang begitu santer, Jenderal Amir Drori, kepala bidang

urusan barang antik Israel, terpaksa mengeluarkan pernyataan press pada

September 1991, berjanji akan lebih memberi kebebasan untuk men￾dapatkan foto-foto Skrol tersebut. r0

Jendral Drori mengumumkan bahwa menjadikan teks itu tersedia untuk

semua kalangan, berarti membuat kemungkinan 'penafsiran yang pasti'

(definitive interpretation) dalam keadaan yang berbahaya... Adalah pen￾ting untuk memikirkan ulang kerja keras kelompok kecil itu guna men￾jaga rahasia teks yang belum diterbitkan. Kerja-kerja itu memang disertai

penghinaan yang begitu nyata bagi setiap yang berani mempertanyakan

kebijaksanaan kelompok kecil tersebut. I I

Eugene Ulrich dari Notre Dame, di antara tim redaksi senior, memprotes

bahwa, "pengeditan skrol sebenarnya telantar bukan lantaran lamban, melain￾kan karena ketergesa-gesaan yang tak menentu".l2 Rata-rata para guru besar

universitas tidak memiliki kemampuan menilai kerja tim tersebut, sambil

memekik tentang perasaan team yang diulang-ulang di mana hanya para

redaktur resmi, dan murid-murid mereka,yanglayak melakukan tugas tersebut.

"Dalam sebuah wawancara di Scientific American, [pemimpin redaksi]

menyatakan bahwa Geza Vermes dari Oxford tidak 'layak' untuk me￾neliti scroll yang belum diterbitkan karena Vermes tidak pernah melaku￾kan kerja yang sungguh-sungguh. Vermes adalah pengarang beberapa

buah artikel  yang bermutu mengenai Dead See Scroll, termasuk artikel  yang

telah digunakan secara meluas terbitan Penguin, The Dead See Scrolls in

English, yang sekarang sudah masuk edisi ketiga. Pewawancara

Scientific American itu sambil tercengang mengatakan: 'lt{aha guru dari

Oxford ternyata tidak becus?' Apalagi kita."r3

Sikap ragu-ragu memang mendapat tempat yang baik, karena masalah

yang sebenarnya bukan masalah kemampuan, melainkan hasrat mematuhi garis

aturan 'penafsiran yang definitif . Dengan mengikuti skema ini sejak awal, dan

dengan teguh memelihara scroll dari akademi secara umum, maka tim menun￾jukkan sikap tak berminat atau pengakuan terhadap segala bentuk keilmuan￾baik Yahudi ataupun lainnya-kecuali yang dapat memenuhi tujuan tertentu.

Jadi contoh mana lagi yang lebih jelas mengenai subjektivitas asli ini?ra

Tiga perumpamaan di atas, bahkan masih segudang yang lain pasca￾Perang Eropa dan Amerika, yang menggambarkan pengulangan tema yang

menyangkut pemecatan para ilmuwan (saat masih hidup dilakukan secara fisik,

dan jika sudah meninggal dilakukan secara akademis) yang kebetulan me￾nunjukkan sikap rivalitas ideologis saat melakukan penelitian terhadap segala

permasalahan yang menyangkut agama Yahudi. Apakah para ilmuwan yang

bersangkutan dianggap terkenal dan hebat, tidak membawa arti sama sekali;

ketidakcocokan ideologi dianggap mencukupi untuk menjatuhkan jati diri

mereka. Sejauh mana pemikiran seperti ini dapat diterima di kalangan kaum

Muslimin?

2. Tindak Balas Kaum Muslimin

i. Penindasan Orang Israel rcrtadap Sejarah Orang palestina

Keith whitelam, Guru Besar Studi-Studi Agama dari Universitas Stirling

(Skotlandia), pengarang sebuah makalah yang memicu kontroversi besar di

kalangan ilmuwan kitab Injil, menyatakan perlakuan konspirasi yang dilaku￾kan oleh para ilmuwan Injil dan arkeologis, khususnya orang-orang Zionis,

dalam satu bentuk bahwa penolakan terhadap sejarah orang-orang yang telah

menetap lama sebelum orang-orang Israel di bumi Palestina zaman purba kala.l5

Sejak tahun 1948 sikap keilmuan orang-orang Israel (ia nyatakan) merupakan

satu sejarah masa lampau di mana yang mengagungkan upaya orang-orang

Israel kuno dalam mendapatkan tanah Palestina sambil meremehkan dan

menghapus sejarah dan budaya orang-orang pribumi.l6 Dengan begitu, para

ilmuwan Injil bertujuan menghilangkan hak orang-orang palestina dari tanah

mereka di masa sekarang dengan cara membuang hak mereka di masa lampauStudi tentang Injil telah membentuk sebagian penyusunan yang rumit

tentang masalah keilmuan, ekonomi, dan kekuatan militer di mana orang￾orang Palestina telah dinafikan keberadaanya dalam kehidupan masa kini

dan sejarahnya.lT

Sambil menolak pendapatnya, Harshel Shanks menguraikan panjang

lebar beberapa budaya bukan Israel di wilayah itu baru-baru ini, yang dianggap

sebagai kebangkitan akademis: Philistin, Edomit, Moabit, Aramean, Hurrian,

dan Kanaan. Ia menuduh Whitelam memolitisasi sejarah dan menyimpulkan

bahwa sementara para ilmuwan yang pro-Zionis telah berusaha memindahkan

subjektivitas masa lampau, hal yang serupa, tidaklah demikian apa yang

dilakukan oleh Keith Whitelam.r8

Membaca secara teliti akan tinjauan ini sayi tersentak bahwa Hershel

Shanks di mana saja tidak pernah menunjuk tentang sejarah Islam, atau

terhadap gabungan kebangkitan keilmuan. Adakah dalam pengingkaran secara

kasual, bukan "sebagian penyusunan yang rumit", Whitelam melihat orang￾orang Palestina saat ini tidak diberi hak kekuasaan dan tanah air mereka?

Kebudayaan yang mana, Kanaan atau Muslim, yang dapat mendefinisikan

secara tepat tentang identitas diri orang-orang Palestina, dan mengapa hal ini

seluruhnya diantisipasi dengan cara yangtidak bersahabat? Walaupun akhirnya

Shanks bersedia mengakui adat istiadat kuno bangsa Palestina, ia tampaknya

masih belum mau menyetujui agama kontemporer mereka menurut kedudukan

yang layak dalam sejarah tanah air. Ini seakan-akan, dalam mempersempit

pandangan mereka secara khusus tentang kajian kuno, para ilmuwan Israel dan

Barat memandang empat belas abad kebudayaan Islam di Palestina, sebagai

sesuatu yang menjijikkan yang mesti dikikis sebelum menemukan bahan￾bahan yang lebih baik.

rr. Seorang Perintis Orientalis dan Penipu Kaum ]yftslimin

Kembali pada masalah Orientalisme, kita akan mengambil satu studi

kasus selayang pandang. Dalam karyanya Origins of Muhammadan Jurisprudence

Schacht menulis,

Saya benar-benar terutang budi terhadap guru-guru studi Islam generasi

masa lalu. Nama Snouck Hurgronje memang jarang muncul dalam artikel 

ini; namun demikian jika kita sekarang dapat memahami tentang hukum

Islam, hal itu adalah berkat jasanya.rTetapi siapa dia Snouck Hurgronje itu? Ia adalah seorang Orientalis

penggagas agenda penipuan terhadap komunitas Muslim Indonesia untuk

menerima sistem eksploitasi pemerintah jajahan Belanda, "Islam adalah agama

damai," menurut seruannya, "dan kewajiban orang-orang Islam menurut

syariat adalah mematuhi pemerintah [Belanda]-dan bukan melakukan penen￾tangan dengan pukul kekerasan."20 Dengan pergi haji ke Mekah guna mem￾perkuat pengaruhnya, ia berpura-pura menjadi orang Islam untuk mendapat

popularitas yang lebih luas tanpa mengorbankan keseluruhan scope atau

cakupan ambisinya. Edward Said mencatat adanya "kerja sama yang erat antara

keilmuan dan penaklukan penjajah militer secara yang tak dapat terpisahkan"

seperti dalam "kasus Orientalis C. Snouck Hurgronje yang mereka agung￾agungkan, di mana dengan keyakinannya, ia telah mendapat kemenangan dari

kaum Muslimin dalam melakukan kebrutalan agresi Belanda terhadap rakyat

Aceh di Sumatra."2l

Dan di atas segalanya, ia dianggap sebagai seorang pelopor Barat tentang

hukum Islam. Tujuannya semakin jelas. Sementara mereka yang dituding

memberi ulasan yang tidak sesuai dengan agama Yahudi dicaci-maki, diasing￾kan, dan dipecat, sementara para anggota cendekiawan Yahudi yang mengecam

sikap prejudis Strugnell mereka tetap apatis terhadap kefanatikan Israel pada

budaya dan peninggalan-peninggalan kaum Muslimin. Di waktu yang sama,

sikap prejudis Hurgronje yang jauh lebih besar dan sebagai tuan rumah agen

kolonial yang lain dan sebagai pemimpin gereja-yang menampilkan diri bukan

sekadar dalam ucapan, melainkan dalam penipuan dan penguasaan militer

secara langsung-diabaikan begitu saja, sedang statusnya dalam iklim budaya

Barat sebagai "para pelopor Orientalis" tetap tidak pernah tersentuh.

3. Pencarian wtukTidak Bent Sebelah

i. Satu Penpektif Sejarah: Yahudi, Kristen, dan Romawi

Semua keilmuan Orientalis di bangun di atas premis bahwa orang luar

yang lebih cemerlang diberi kebebasan untuk memihak, tetapi pemahkah

anggapan objektivitas ini diberi peluang dalam tradisi Yahudi-Kristen atau

Barat? Di manakah mutiara hikmah diskursus ini dalam sejarah penulisan

orang-orang Barat yang subjektif dan kasar itu? Saya katakan kasar, karena

setiap orang bisa membandingkan pujian bagaimana para ilmuwan Muslim

memperlakukan Nabi Isa, Maryam, Musa, Harun, Ishak, Ibrahim, Dawud,

Sulaiman, Luth dan lain-lain, dengan kekasaran dan kemarahan Yahudi ter￾hadap orang Kristen, Kristen terhadap orang Yahudi, Katolik terhadap

Protestan, dan Romawi kuno terhadap semua orang. Di sini saya kutip panjang

lebar Adrian Reeland, guru besar Oriental Tongues (bahasa-bahasa Timur) di

Universitas Utrecht, yang pada tahun 1705 menulis sebuah karya unik dalam

bahasa Latin yang kemudian diterjemahkan dan diterbitkan di London dengan

judul Four Treaties Concerning the Doctrine, Discipline and Worship of the

Mahometans (1712\.

Orang-orang Yahudi, walaupun mereka memiliki lembaga dan hukum

yang paling suci sejak dahulu...tidak dapat menghindar dari kedengkian

orang-orang jahat, yang menuduh mereka dengan banyak hal yang

semuanya benar-benar tak beralasan. Tacifus sendiri, yang tidak memberi

kesempatan orang-orang Yahudi bermusyawarah dalam urusan mereka,

menulis bahwa mereka...diusir dari Mesirkarena penyakit kudis; bahwa

mereka mengkuduskan patung keledai yang telah mengajar mereka

menghilangkan rasa haus dan menghentikan mereka dari berkeluyuran

tak tentu arah. Plutarch menceritakan...bahwa pesta Kemah Suci [Taber￾nacles] dirayakan untuk menghormati Bacchus; tidak, bahkan peristiwa

Sabbath dikuduskan karena sifat ketuhanannya...Rufi/rus [menyebut]

orang-orang Yahudi Sabbath, sebagai Sabbath Dingin, dan mengatakan

bahwa hati mereka lebih dingin dari agama mereka; dan karena alasan itu

pula, kebanyakan orang-orang Yahudi...tidak menyalakan api pada hari

Sabbath.22

Akan tetapi saat orang-orang Kristen meninggalkan orang-orang

Yahudi, dan mendirikan peribadatan tersendiri...betapa mengenaskan

gambaran yang dibuat terhadap agama kita oleh orang-orang pagan ini?

... Orang-orang pagan menuduh orang-orang Kristen, bahwa tuhan

mereka berkuku seperti keledai; bahwa mereka menyembah alat kelamin

seorang pendeta; bahwa mereka merayakan orang yang baru dimasukkan

[agama mereka], seperti terhadap anak kecil yang ditutupi dengan bunga;

bahwa, di mana setelah usai upacara pesta mereka, lantas memadamkan

lampu, yang diikuti kaum pria dan wanita saling berpelukan jika terdapat

kesempatan; bahwa mereka mengancam untuk memusnahkan dunia ini

dengan api.....Kepercayaan menyembah satu Tuhan menjadikan mereka

dituding sebagai yang tidak bertuhan.....Dan untuk menyimpulkan semua

kata-kata Tertulian, dalam permintaan maafnya, Mereka dikelompokkan

sebagai pembunuh, kawin sesama keluarga, mencemarkan tempat suci,

musuh masyarakat, melakukan kekhilafan dengan berbagai kekeiaman,

dan karena itu juga dianggap sebagai musuh para tuhan, para raja,

moralitas, dan alam natural.z3

Akan tetapi, jika kita pikirkan hingga masa kita sekarang ini, kita

temukan manusia tidak sedikit pun yang lebih adil dalam hal ini...Apa

yang gereja Roma tidak tuduhkan ke atas kita, ketika kita meninggal￾kannya...? Mereka menyatakan, dalam Kitab mereka, bahwa kita melaku￾kan kebaikan dalam keadaan dibenci; bahwa kita menetapkan Tuhan

sebagai pembuat kejahatan; bahwa kita memandang rendah Maryam ibu

Kristus, malaikat, dan ingatan orang-orang yang suci;.....bahwa kita ter￾pecah kepada seratus dua puluh enam sekte yang menjijikkan, yang

nama-nama sekte itu tidak dapat dibaca melainkan dengan ter￾tawaan;...bahwa Luthersangat fasih sekali dengan Setan, dan mengakhiri

kehidupannya dengan seutas tali; bahwa Calvin melakukan kejahatan

yang mengerikan, dan mati dengan luka bernanah pada bagian kemalua￾nnya, yang dikenakan oleh Langit, dan ia berputus asa dari keselamat￾an;.....bahwa nama Luther itu, dalam bahasa Ibrani adalah Lulter,

mengungkapkan nomor Dajjal 666 [dan] Lutherakanmembawa kerajaan

Muhammad ke wilayah ini, dan para pendeta dan pengikutnya akan

segera jatuh ke tangan pengikut Muhammad.2a

Tentunya jika ada satu agama yang diputarbalikkan oleh lawan￾lawannya, diremehkan, dan dianggap tidak layak untuk ditolak, maka itu

adalah agama ini [Islam]. Jika seseorang ingin merancang satu doktrin

yang rendah dan menjijikkan dengan nama panggilan yang paling sesuai,

maka ia menyebutnya sebagai Mohametan; dan orang-orang Turki tidak

akan mengizinkan doktrin seperti itu: Seakan-akan tidak ada satu pun

yang bagus dari syahadat atau akidah ajaran Mohammad, semua rukun￾nya rusak. Kita tidak perlu merasa heran akan hal itu, karena ada

persamaan besar antara Setan dengan Muhammad seperti yang telah

ditunjukkan dengan banyak argumen oleh pengarang 4th Oration against

Mahomet (Orasi keempat untuk melawan Muhammad)...Jika salah

seorang pemuda kita meminta untuk belajar teologi, dan ia didorong oleh

semangat yang menggebu-gebu untuk memahami agama yang dibawa

oleh Nabi Muhammad, maka ia akan diminta [mempelajari karya-karya

pengarang Barat yang menulis dengan ketololan]. Ia tidak disarankan

belajar bahasa Arab supaya bisa mendengar langsung Muhammad ber￾bicara dengan bahasanya sendiri, atau untuk mendapatkan tulisan-tulisan

dari Timu4 supaya dapat melihat dengan mata kepala sendiri dan bukan

meminjam kaca mata orang lain: Karena hal itu tidak punya nilai sedikit

pun (kata orang banyak) untuk mengarungi kesusahan dan kepayahan

yang banyak, hanya semata-mata untuk mempelajari mimpi dan igauan

seorung fanatik.zs

Menurut suatu ukuran yang baik, sentimen terakhir itu masih berlaku

pada hari ini, aliran pemikiran revisionis bersikeras bahwa tidak ada dokumen

orang Islam yang memuat kebenaran kecuali pernyataan orang di luar Islam

menyajikan pengesahan atau verifikasi.26 Terbukti bahwa betapa orang-orang

Kristen dan Yahudi menyerang Islam secara keji sejak zzman awal Islam,

harapan apa yang bakal kita terima dari para pendeta Kristen dan pemimpin

agama Yahudi (rabbi) di zaman pertengahan jika menginginkan mereka

memberi pengesahan terhadap kepentingan kaum Muslimin, membuktikan

kelincahan persaingan sengit dengan objektivitas? Dengan tanpa syarat, para

ilmuwan Barat membenarkan kekejaman yang begitu banyak di mana orang￾orang Yahudi dan Kristen saling menghasut satu sama lain, dan setiap ke￾lompok dibentengi oleh kejahilan dan klenik;27 makaatas dasar apa kekejaman

mereka yang begitu banyak terhadap kaum Muslimin harus diterima sebagai

kebenaran, walau hal itu lahir dari kejahilan dan klenik yang sama?28

ri. Sikap Tidak Memihak dalam Studi Mod€m

Dalam artikel nya yang padat serta mencerahkan, Covering Islam, Edward

said menyingkap sensasi politik dan media yang disajikan terhadap komunitas

Barat tentang Islam yang direkayasa. Dikemas sebagai ancaman dekat terhadap

kebudayaan Barat, lslam telah meraih satu-satunya reputasi yang mengancam

di mana tidak ada agama atau kelompok budaya lain yang dapat menghadapi.2e

Islam dijadikan "kambing hitam" yang siap pakai dalam setiap fenomena

sosial-politik dan ekonomi yang tidak disetujui oleh Barat. Kesepakatan politik

mereka adalah walaupun hanya sedikit yang mereka ketahui tentang agama ini,

tidak banyak berita tentang Islam yang dianggap positif.3o Menghadapi asal￾usul pertentangan ini Edward Said mencatat tendensi sejarah Kristen yang

memandang Islam sebagai penceroboh, tantangan baru terhadap otoritas ke￾agamaan mereka, dan musuh yang mengerikan sepanj ang zaman pertengahan,

Adalah diduga sebagai agama jahat orang-orang murtad, zindik, dan

kegelapan. Tampaknya tidak jadi masalah bahwa orang-orang Islam

menganggap Muhammad sebagai Nabi dan bukan Tuhan; namun apa

yang menjadi masalah bagi orang-orang Kristen adalah Muhammad itu

Nabi palsu, penabur fitnah,... dan sebagai agen Setan.3l

Bahkan ketika Kristen Eropa mulai bangkit, dengan mengorbankan

pemerintahan Islam, rasa takut yang dibuat-buat secara tidak menentu dan

kebenciannya terus berlalu; dengan semakin dekatnya Islam ke Eropa membuat

"Muhamadanisme" dianggap sebagai bahaya yang mereka tidak akan dapat

menguasai seluruhnya secara memuaskan. India, Cina, dan budaya-budaya

Timur yang lain, saat dikuasai, tetap menjauh dan tidak lagi mendatangkan rasa

takut yang berkepanjangan dari pemerintah dan para pakar teologi Eropa.

Hanya Islam yang muncul berdiri sendiri, tahan uji dan bebas, serta pantang

menyerah terhadap kekuasaan Barat.32 Ia berkilah secara meyakinkan bahwa

tidak pernah terjadi dalam sejarah Eropa dan Amerika bahwa Islam pernah

"dibicarakan dan dipikirkan secara umum di luar kerangka yang dibuat

berdasarkan keinginan, sikap prejudis, dan kepentingan politik."33 Sementara

Peter the Venerable, Barth6lemy d'Herbelot, dan para penulis terdahulu yang

lain semuanya tidak diragukan merupakan ahli polemik Kristen yang selalu

meniup kejahatan terhadap agarna saingannya, zaman kita menganggap secara

membabi buta bahwa modernisme telah memulas Orientalisme dari sikap

prejudis, dan telah membebaskan, seperti pakar kimia yang menganalisis

struktur molekul secara tepat dari pada mencari bahan alkemi.

Bukankah benar bahwa Silvestre de Sacy, Edward Lane, Ernest Renan,

Hamilton Gibb, dan Louis Massiggnon adalah para ilmuwan objektif dan

terpelajar, dan bukankah benar bahwa dengan mengikuti segala kemajuan abad

drra puluh dari ilmu sosiologi, antropologi, bahasa, dan sejarah, para ilmuwan

Amerika yang mengajar bidang Timur Tengah dan Islam di berbagai tempat

seperti Princeton, Harvard, dan chicago bersikap tidak memihak dan bebas

dari keinginan khusus dalam hal yang mereka lakukan? Mustahil, begitu

jawabnya.3a

Semua studi Islam pada hari ini masih terperangkap dalam kepentingan

dan tekanan politik; makalah, ulasan, dan artikel -artikel  tenggelam dalam kepen￾tingan politik bahkan ketika para pengarang berusaha melenyapkan perasaan

buruk dengan berlindung di bawah jargon 'kejujuran ilmiah' dan menggunakan

gelar-gelar universitas, mereka ingin menutup setiap motivasi yang tersem￾bunyi.35

4. Tekanan dan Motivasi

Teori-teori orientalis tidak lahir dari kevakuman, melainkan muncul dari

dunia yang terdesak kepentingan politik yang mempolakan dan mewarnai

seluruh teori yang ada; marilah kita teliti bagaimana kepentingan itu selalu

berubah wajah di segala zamau

r. Peirjajahnn dan Demoralisasi Kaum ly{sslimin

Dalam memahami motivasi Barat, kita dituntut menarik garis ke

belakang sejak tahun 1948. Sebelum itu, tujuan utama orientalisme adalah me￾nyingkap Muhammad sebagai Nabi palsu, Al-eur'dn jiplakan yang mengeri￾kan, hadith rekayasa, dan hukum Islam sangat lunglai, dan cocktail campuran

yang diambil dari berbagai unsur budaya lain. Singkat kata, penemuan-pene￾muan yang bertujuan hendak membuat demoralisasi kaum Muslimin itu (khu￾susnya pemimpin tingkat atas yang, paling mendekati kemungkinan hendak

dijadikan sasaran), dan membantu kekuatan penjajah dalam mewujudkan ke￾patuhan penduduknya dengan menggempur tiap negara yang memiliki sejarah

gemilang dan identitas keislaman tersendiri.

Dengan hampir seluruh wilayah kaum Muslimin dikuras oleh berbagai

dimensi penjajahan, termasuk Khilafah 'Uthmaniyah, waktu sudah cukup

matang guna melakukan serangan terhadap nasib rakyat dalam kehidupan

sehari-hari. Para ulama yang memiliki legitimasi ditempatkan ke dalam ber￾bagai jenis hambatan politik; kebanyakan harta wakaf yang jadi urat nadimencuatnya keilmuan Islam disita dan diredam.36 Hukum Islam dicampakkan

ke luar dan bahkan dibekukan. Sementara bahasa penjajah dan tulisannya melaju

melebihi yang lain, suatu dektrit ampuh untuk menikam seluruh bangsa dalam

keterpurukan pendidikan yang terlembaga. Ketidakmampuan dalam menguasai

bahasa Eropa telah menghempas para 'ulamd'ke wilayah pinggiran; jawaban

yang ada dibuat, umumnya, dalam bahasa ibu yang tak ubahnya laksana angin

lalu yang tak pernah digubris. Orientalis tidak pernah siap untuk berdebat

dengan para 'ulamd" lebih-lebih lagi untuk menjawab kritikan-kritikan mereka;

tujuan satu-satunya ingin menggunakan bahan-bahan penjajah dan bekerja

sama dengan badan-badan asing3T untuk dapat meniupkan pengaruh pada gene￾rasi baru Muslim elite yang berpendidikan Barat.38 Dengan menggiring para

elite ini ke dalam tatanan paham sekulerisme serta meyakinkan mereka bahwa

berpegang dengan Al-Qur'an adalah sia-sia, mereka diharap dapat melemahkan

prospek hari ini dan masa depan mengenai kekuatan politik kaum Muslimin.

"Pembuktikan" segala bentuk kejahatan Muhammad dan pencurian kitab

suci sebelumnya dalam Al-Qur'dn, Geiger, Tisdal, dan yang lain-lain ikut

berperan aktif menjadi bumper tujuan mereka; kemudian seluruh penglihatan

terfokus pada sunnah Nabi Muhammad W, di mana rasa hormat dan ke￾banggaan dalam upaya pemusnahan dianugerahkan pada Goldziher (1850-

lg2l), kampiun orientalis tertinggi pada zamannya. Dalam penilaian Prof.

Humphreys, karya Goldz iher Muhammadanische Studien telah berhasil,

menunjukkan bahwa kebanyakan hadith yang dapat diterima dalam

koleksi kaum Muslimin melalui sistem yang paling ketat itu pun masih

dianggap pemalsuan yang dibuat sejak akhir abad ke-2l8 hingga abad ke-

319 dan akibatnya, ketelitian jaringan isn6d yang memperkuat hadith￾hadith itu pun terang-terangan masih dianggap fiktif.3Joseph Schacht mencari kesimpulan gurunya dengan lebih ke depan:

isndd dalam pandangannya merupakan sisa peninggalan revolusi Abbasiyah

pada pertengahan abad ke dua Hijrah. Dengan semakin sempurnanya sebuah

isnad, makin dekat kemungkinan pada pemalsuan. Demikian tingginya mereka

mengagungkan teori tersebut sehingga karyanya, Origins of Muhammadan

Jurisprudencg telah menjelma sebagai sebuah Injil Orientalis, yang kebal dari

sikap penolakan dan kritikan, di mana Gibb membuat prediksi bahwa artikel  itu

akan "menjadi konstruksi dasar studi tentang peradaban dan hukum Islam di

masa depan, sekurang-kurangnya di dunia Barat."40 "Boleh jadi kita ber￾kesimpulan bahwa Schacht memang benar," demikian kata Humphreys pula.ar

Namun nyatanya, studi kritis tentang karyanya telah terabaikan secara

terencana,42 kalau bukan malah dihambat. Apabila almarhum Amin al-Masri

memilih studi kritis karya itu dalam tesis doktornya, di mana Universitas

London menolak permintaannya; ia juga mendapat perlakuan yang sama di

Universitas Cambridge.a3 Prof. N. J. Coulson mencoba dengan cara yang

lembut untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan tesis Schacht, walau tetap

bertahan bahwa secara umum hal itu tidak dapat dibantah; tak lama kemudian

ia angkat kaki meninggalkan Universitas Oxford.

Wansbrough, yang membuat teori di atas penemuan Schacht, menyim￾pulkan bahwa, "dengan sedikit pengecualian, fikih kaum Muslimin, bukan

bersumber dari Al-Qur'en." Jadi, status Al-Qur'6n dalam sejarah awal Islam,

telah disisihkan oleh Wansbrough yang hendak menghapus seluruh Al-Qur'dn

dari kehidupan komunitas Muslim. Beberapa masalah yang masih tersisa yang

dapat dimanfaatkan sebagai dalil yang bersumber dari Al-Qur'iin, secara per￾lahan dinafikan, "Mungkin dapat ditambahkan bahwa beberapa pengecualian

yang ada...tidak semestinya menjadi bukti adanya sumber yang lebih awal

mengenai kitab suci itu." Ia menyajikan satu referensi gagasan pemikiran ini.

Dalam hal ini siapa saja akan geleng kepala bagaimana karya unggulan ini

dapat membangun pernyataan tentang Al-Qur'6n sedangkan pada catatan kaki

tertulis: Strack, H., Introduction to the Talmud and Midrash,* yang secara tak

langsung menunjukkan bahwa jika segalanya benar apa terjadi pada Talmud

dan Midras, maka hal itu akan lebih benar apayaigterjadi pada Al-Qur'an.Pertanyaan Keyahudian, Penghapusan Sejarah, dnn Pemalsuan yang Baru

Sebuah rangsangan baru telah ditambahkan untuk kepentingan Orientalis

sejak tahun 1948; perlunya pengamanan perbatasan dan ambisi Israel di

wilayah itu. Guna mengkaji motivasi baru menuntut kita pertama kali untuk

meneliti apa yang disebut sebagai Jewish Question (Kepentingan Yahudi).

Kekejaman inquisisi di Spanyol, yang dilakukan oleh sebuah negara yang

mengaku cinta Tuhan, telah menyebabkan mereka 'menyikat sampai bersih'

jazirah itu dari permukiman kaum Muslimin selain pengusiran orang-orang

Yahudi juga. Di antara orang-orang Yahudi yang terusir sebagian mengungsi

ke Turki, di bawah proteksi imperium 'Uthmdni, sementara yang lain kabur ke

Eropa dengan menanggung nasib yang selalu tak menentu. Orang Yahudi yang

tinggal di Jerman pada awal abad ke 19, misalnya, secara hukum tidak

dianggap sebagai manusia: mereka hidup sebagai harta pribadi milik raja.

Layaknya budak belian yang lain, orang-orang Yahudi tidak dapat

bergerak dari satu tempat ke tempat lain, kawin, mempunyai anak lebih

dari satu melainkan memperoleh izin terlebih dulu. Walau demikian,

karena hubungan internasional mereka, orang-orang Yahudi secara resmi

dipacu untuk tinggal di Jerman dengan dalih akan dapat memperkuat

sendi perdagangan.as

Bagi orang-orang Jerman, kepentingan Yahudi lahir dari kebimbangan

sebuah negara Kristen tentang, "bagaimana semestinya memperlakukan semua

orang (yang dirasa tidak tepat) untuk dibebaskan."46 Dari sekian pakar teori

yang mampu menyajikan jawaban, tak seorang pun yang siap bersaing dengan

pengaruh Karl Marx; teorinya dalam membebaskan orang-orang Yahudi

sebagai sahabat dekat, adalah dengan cara membebaskan mereka dari identitas

agama mereka sendiri, walaupun tetap memberikan dorongan terhadap satu

petisi mengenai hak-hak orang Yahudi.aT Dannis Fischman menulis,

Memang benar, analisis terakhir adalah, emansipasi orang-orang Yahudi

berarti emansipasi manusia dari agama Yahudi. Orang-orang Yahudi,

seperti dikatakan Marx, hanya dapat bebas manakala sifat Yahudinya,

tidak lagi dipertahankan.aIstilah Yahudi ada dua makna, ( I ) Yahudi sebagai bangsa, dan (2) Yahudi

sebagai pengikut agama Yahudi. Marx ingin membebaskan orang-orang

Yahudi dan apa yang dia lihat sebagai belenggu pengaruh kedua-duanya;

jelasnya pendekatan yang paling mudah dan aman adalah dengan cara

memutuskan semua orang dari kebangsaan, harta milik, dan agama. Sosialisme

sebagai konsep kerja boleh jadi sebagian besar telah runtuh, tetapi gagasan

memusnahkan identitas kebangsaan dan agama demi menciptakan satu tahap

lapangan permainan masih tetap hidup. Gagasan ini secara terbuka dikemuka￾kan oleh bekas Perdana Menteri Israel Shimon Peres dalam satu wawancara

dengan Sir David Frost. Saat dicecar pertanyaan mengenai sumber anti-Semit,

Peres menjawab bahwa pertanyaan yang sama telah mengusik perasaan Yahudi

sejak dua ratus tahun yang lalu yang, pada akhirnya, melahirkan dua pandangan

yang berbeda.

Satu jawaban adalah, "Karena dunia salah, maka kami harus mengubah

dunia." Dan yang lainnya adalah, "Kami salah, maka kami harus meng￾ubah diri kami." Orang Yahudi yang menjadi komunis, misalnya, meng￾ubah dunia, dunia yang membenci (Yahudi). *Mari kita bangun dunia

tanpa Negara, tanpa kelas, tanpa agama, dunia tanpa seorang Tuan, yang

menyerukan kebencian terhadap orang lain."4e

Jean-Paul Satre, pengarang yang menganut paham eksistensialis dan

yangjuga keturunan Yahudi dari sisi ibu, berkilah dengan nada yang sama: akal

mesti menggantikan agama sebagai penyelesaian utama masalah-masalah

kehidupan. Bagi Satre kelanjutan beragama berarti penyiksaan kronik terhadap

orang-orang Yahudi, dan pemusnahan akan menjadi kunci bagi mengurangi

sikap anti-Semitis.so

Ketika membaca artikel  kecil yang berjudul Great Confrontation in Jewish

History,st saya secara kebetulan hadir dengan tema "Modernity and Judaism"

yang disampaikan oleh Dr. Hertzberg, seorang pendeta Yahudi dan asisten

Guru Besar Bidang Sejarah Universitas Columbia.52 Ketika meneliti tingkah

laku para pemikir Yahudi yang ulung mengenai agama mereka, Hertzberg

memberi tumpuan utama terhadap Mam dan Sigmund Freud. Marx muda,

menurutnya, memandang orang Yahudi dalam Die Judenfrage (Pertanyaan

Keyahudian) sebagai proto-Kapitalis, dan sebagai korban ketegangan dahsyat

disebabkan oleh sistem keuangan dan perjalanan ekonomi. Guna menyelesai￾kan kepentingan Yahudi, adalah dengan menghancurkan hierarki kelas dan

ekonomi, juga membebaskan orang-orang Kristen dan Yahudi dengan men￾jatuhkan tradisi yang berlaku dalam kapitalisme. Frued di sisi lain memandang

agama sebagai obsesi yang bersifat kekanak-kanakan terhadap para tokoh yang

memiliki otoritas, yang pada dasarnya merupakan sebuah pesakitan di mana

setiap orang harus lebih unggul dalam mencapai kesehatan mental dan ke￾dewasaan.s3

Sikap oposisi terhadap pemujaan berhala dan pemberontak hendak

melenyapkan norrna-nortna sejarah, tak terbatas pada Marx dan Frued; "orang￾orang luar" yang memiliki pola pikiran seperti Yahudi juga kebanyakan ber￾pendirian seperti itu. Mengapa? Hertzberg melihatnya sebagai seruan pem￾bebasan: bahwa dengan memisahkan orang-orang Yahudi dari setiap unsur

masa lalu di zaman abad pertengahan Eropa, mereka dapat mulai merasakan

kesegaran hidup yang setaraf dengan orang-orang bukan Yahudi. Hal ini, me￾nurutnya, merupakan titik awal modernisasi Yahudi. Membangun kedudukan

yang kuat ke dalam budaya Barat, menuntut penghapusan sejarah Eropa masa

lalu yang penuh dengan kepercayaan dan mitologi Kristen, seperti semua

manusia lahir dari debu-debu sejarah yang telah hangus, akan bekerja sama

sebagai sahabat di era baru.sa

Dalam penilaian Hertzberg, yang anti-Nasionalis dan pro-Universalis

pembaruan Yahudi, tak jauh berbeda dengan nasionalis kontemporer yang

merasa bangga dengan diri sendiri sebagai Zionis. Sementara keduanya saling

berseberangan, namun mereka bersaing demi tujuan yang sama. Bagi pem￾baruan Yahudi abad ke-19, agama dianggap sebagai belenggu yang mesti di￾musnahkan demi penegakan persamaan hak. Sebagai perbandingan, Zionisme

kontemporer menyatakan bahwa agama tidak lagi memadai sebagai kekuatan

menyatukan.

Kecuali untuk golongan keagamaan, mayoritas kaum Zionis, baik yang

bersifat politik ataupun kultural, adalah kaum sekularis yang memulai

anggapan bahwa agama Yahudi tidak lagi mampu berfungsi sebagai

dasar kesatuan dan oleh karenanya kebijakan untuk melangsungkan

keberadaan orang Yahudi mesti dibangun di atas beberapa premis yang

lain....Perintah yang paling besar bukan lagi penderitaan untuk me￾ngorbankan diri demi kesucian Nama Tuhan, tapi untuk berjuang demi

membangun kembali tanah air.ss

Apa yang dikatakan Peres, Hertzberg, Satre, Marx, Freud dan yang lain

tampaknya para cendekiawan Yahudi menuntut adanya satu komunitas global

tanpa Tuhan, agama, dan juga sejarah-yang merupakan antitesis dari anggapan

orang-orang Yahudi bahwa hak mereka terhadap tanah Palestina berpijak pada

janji Yahweh.s6 Keinginan mereka untuk bersatu ke dalam suatu masyarakat

yang lebih luas menuntut pemutusan hubungan masa lalu: menghapus sejarah

dan memalsukan pengganti baru. Guna mencapai tujuan ini Wellhausen dan yang

lain memulai tugas mencabik-cabik integritas Perjanjian Lama,membuka jalan

penyerangan terhadap Perjanjian Baru, yang kemudian merambah kepada Al￾Qur'5n.

Dalam tahun-tahun suram sewaktu Perang Dunia Kedua, orang-orang

Yahudi tak dinafikan menanggung penderitaan dan beban tragedi yang mem￾bakar kemanusiaan. Sambil mengakui penderitaan mereka (yaitu orang-orang

Yahudi), para sekutu yang menang, memberi ganti rugi dengan satu anugerah

meriah berupa 'tanah air' di atas ter