an hatinya selalu mem-
buahkan kejahatan semata-mata, yaitu, pelanggaran-
pelanggarannya yang nyata terus-menerus berteriak
melawannya. Sedangkan di sini dikatakan, yang ditim-
bulkan hatinya yaitu jahat dari sejak kecilnya. Kecen-
derungan itu sudah mendarah daging. Ia membawanya
bersama-sama dengan dia ke dalam dunia. Ia dibentuk
dan dikandung di dalamnya. Nah, orang akan berpikir
bahwa seharusnya pernyataan itu diikuti dengan, Oleh
sebab itu, bangsa yang bersalah itu akan dimusnahkan
seluruhnya, dan Aku akan menghabiskan. namun ,
tidak, sebaliknya itu diikuti dengan, Oleh sebab itu,
Aku tidak akan lagi memakai cara yang keras ini.
Sebab, pertama, ia harus terlebih dikasihani, sebab itu
semua merupakan dampak dari dosa yang berdiam di
dalam dia. Dan cuma itulah yang bisa diharapkan dari
bangsa yang sudah merosot seperti itu: ia disebut
pemberontak sejak dari kandungan, dan oleh sebab itu
tidaklah aneh jika ia berbuat khianat sekeji-kejinya
(Yes. 48:8). Demikianlah Tuhan ingat bahwa mereka itu
230
daging, rusak dan berdosa (Mzm. 78:39). Kedua, Ia
akan hancur sepenuhnya. Sebab, jika ia diperlakukan
sebagaimana mestinya, maka satu air bah harus di-
susul dengan air bah lain sampai semuanya dihancur-
kan. Lihatlah di sini,
1. Bahwa penghakiman-penghakiman lahiriah, meskipun
dapat membuat manusia ngeri dan tertahan, ia tidak
dapat menguduskan dan memperbaharui manusia.
Anugerah Tuhan harus bekerja bersama-sama dengan
penghakiman-penghakiman itu. Sifat manusia itu ber-
dosa sesudah air bah, sama seperti sebelumnya.
2. Bahwa dari keberdosaan manusia, kebaikan Tuhan
mendapat kesempatan untuk semakin mengagung-
kan dirinya dengan terlebih lagi. Alasan-alasan un-
tuk belas kasihan-Nya bersumber pada diri-Nya sen-
diri, bukan pada apa pun dalam diri kita.
(2) Bahwa peredaran alam tidak akan pernah diputuskan (ay.
22): Selama bumi masih ada, dan manusia hidup di atas-
nya, akan selalu ada musim dingin dan panas (bukan selu-
ruhnya musim dingin seperti yang terjadi pada tahun
terakhir ini), siang dan malam, bukan seluruhnya malam,
seperti yang mungkin terjadi selama hujan turun. Di sini,
[1] Dengan jelas ditunjukkan bahwa bumi ini tidak akan
selalu ada. Bumi, dan segala isinya, akan segera dibakar
habis. Dan kita menantikan langit yang baru dan bumi
yang baru, saat semua ini harus dilenyapkan. namun ,
[2] Selama bumi masih ada, pemeliharaan Tuhan akan de-
ngan hati-hati mempertahankan pergantian waktu dan
musim secara teratur, dan membuat mereka mengeta-
hui tempat mereka masing-masing. Berkat inilah dunia
masih berdiri, dan roda alam tetap pada jalurnya. Lihat-
lah di sini betapa waktu bisa diubah, namun juga betapa
ia tidak bisa diubah. Pertama, peredaran alam selalu
berubah. Seperti halnya waktu, demikian pula peris-
tiwa-peristiwa di dalam waktu tunduk pada perubahan
siang dan malam, musim dingin dan musim panas,
datang silih berganti. Di sorga dan neraka tidak demi-
kian, namun di bumi Tuhan menetapkan yang satu ber-
Kitab Kejadian 8:20-22
231
padanan dengan yang lain. Kedua, namun peredaran
alam itu tidak pernah berubah. Peredaran itu tetap da-
lam ketidaktetapan ini. Musim-musim ini tidak pernah
berhenti, dan juga tidak akan berhenti, selama mata-
hari terus menjadi pengukur waktu yang begitu tetap,
dan bulan menjadi suatu saksi yang setia di awan-
awan. Inilah kovenan Tuhan dengan siang dan dengan
malam, yang ketetapannya disebutkan untuk meneguh-
kan iman kita akan kovenan anugerah, yang sama-
sama tidak dapat dilanggar (Yer. 33:20-21). Kita melihat
bahwa janji-janji Tuhan kepada makhluk ciptaan ditepati
dengan baik, dan dari situ kita dapat menyimpulkan
bahwa janji-janji-Nya kepada semua orang percaya juga
akan demikian.
PASAL 9
unia dan jemaat sekarang diperkecil sekali lagi menjadi sebuah
keluarga, yaitu keluarga Nuh. Pasal ini memberi gambaran ke-
pada kita mengenai keluarga ini. Keluarga ini harus kita kenal baik-
baik, sebab darinyalah kita semua diturunkan. Di sini kita dapati:
I. Kovenan pemeliharaan Tuhan ditetapkan dengan Nuh dan
anak-anaknya (ay. 1-11). Dalam kovenan ini,
1. Tuhan berjanji untuk memelihara hidup mereka, sehingga
(1) Mereka akan memenuhi bumi (ay. 1, 7).
(2) Mereka terpelihara dari gangguan binatang buas, yang
akan takut dan gentar kepada mereka (ay. 2).
(3) Mereka diperbolehkan memakan daging untuk mendu-
kung kehidupan mereka. Mereka hanya dilarang me-
makan darah (ay. 3-4).
(4) Bumi tidak akan pernah dilenyapkan oleh air bah lagi
(ay. 8-11).
2. Tuhan memerintahkan agar mereka saling menjaga kehi-
dupan mereka satu sama lain, dan juga kehidupan mere-
ka masing-masing (ay. 5-6).
II. Meterai kovenan itu yaitu pelangi, atau busur TUHAN (ay. 12-17)
III. Sebuah perikop khusus yang mengisahkan tentang Nuh dan
anak-anaknya, yang kemudian menyebabkan munculnya se-
jumlah nubuat berkaitan dengan masa depan mereka,
1. Dosa dan keaiban Nuh (ay. 20-21).
2. Kekurangajaran dan ketidaksalehan Ham (ay. 22).
3. Perilaku saleh Sem dan Yafet (ay. 23).
4. Kutuk atas Kanaan, dan berkat atas Sem dan Yafet (ay.
21-27).
IV. Umur dan kematian Nuh (ay. 28-29).
D
234
Berkat atas Nuh dan Anak-anaknya
(9:1-7)
1 Lalu Tuhan memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada
mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. 2
Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala
burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut;
ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. 3 Segala yang bergerak,
yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberi semuanya itu
kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. 4 Hanya daging yang masih
ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan. 5 namun mengenai
darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala
binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menun-
tut nyawa sesama manusia. 6 Siapa yang menumpahkan darah manusia,
darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Tuhan membuat manusia itu
menurut gambar-Nya sendiri. 7 Dan kamu, beranakcuculah dan bertambah
banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah
banyaklah di atasnya.
Kita telah membaca dalam penutup pasal sebelumnya mengenai hal-
hal sangat baik yang difirmankan Tuhan di dalam hati-Nya, berkenaan
dengan sisa umat manusia yang sekarang ditinggalkan untuk dijadi-
kan keturunan bagi sebuah dunia baru. Nah, di dalam pasal ini, kita
membaca tentang hal-hal baik yang difirmankan kepada mereka.
Secara umum dikatakan bahwa Tuhan memberkati Nuh dan anak-
anaknya (ay. 1). Artinya, Tuhan meyakinkan mereka akan kemurahan-
Nya serta maksud baik-Nya tentang diri mereka. Hal ini sesuai
dengan yang telah difirmankan Tuhan di dalam hati-Nya. Perhatikan-
lah, semua janji yang baik dari Tuhan mengalir dari maksud kasih-Nya
dan dari rancangan kehendak-Nya sendiri, (lih. Ef. 1:11; 3:11 dan
bdk. dengan Yer. 29:11, Aku mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada pada-Ku mengenai kamu.) Kita membaca bagaimana Nuh
memuliakan Tuhan melalui mezbah dan persembahan korbannya
(8:20). Nah, di sini kita melihat bagaimana Tuhan memberkati Nuh.
Perhatikanlah, Tuhan akan memberkati dengan limpah (artinya, mela-
kukan yang baik bagi) orang-orang yang dengan tulus hati memulia-
kan (artinya, mengucapkan hal-hal yang baik tentang) Dia. Orang-
orang yang berterima kasih dengan sungguh-sungguh atas segala
kemurahan yang telah mereka terima, berarti telah menyiapkan jalan
bagi mereka untuk pasti dan terus-menerus menerima segala kemu-
rahan bagi diri mereka.
Nah, di sini kita mendapati Magna Charta Undang-undang Dasar
dari kerajaaan alam yang baru ini, yang kini sedang didirikan dan
Kitab Kejadian 9:1-7
235
diresmikan. Undang-undang Dasar sebelumnya telah dibatalkan dan
dihapuskan sebab pelanggaran umat manusia.
I. Penganugerahan undang-undang dasar ini merupakan kebaikan
dan kemurahan Tuhan bagi manusia. Di sini kita membaca perihal,
1. Penganugerahan tanah yang sangat luas dan janji akan per-
tambahan jumlah manusia yang sangat banyak untuk mendu-
duki dan menikmatinya. Di sini, berkat yang pertama diperba-
rui kembali: Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta
penuhilah bumi (ay. 1), dan diulangi kembali (ay. 7), supaya
umat manusia dapat dimulai lagi seperti sediakala. Sekarang,
(1) Tuhan membentangkan seluruh muka bumi di hadapan me-
reka, dan berfirman kepada mereka bahwa semua itu ada-
lah milik mereka, selama tanah itu ada, tanah itu menjadi
milik mereka dan warisan mereka. Perhatikanlah, Tuhan
memberi bumi kepada anak-anak manusia untuk dimi-
liki dan dihuni (Mzm. 115:16). Meskipun bukanlah Firdaus,
dan lebih mirip dengan padang gurun, bumi masih jauh
lebih baik dibandingkan yang layak kita terima. Terpujilah
Tuhan , bahwa bumi ini bukan neraka.
(2) Tuhan memberi berkat kepada mereka, supaya dengan
berkat itu umat manusia dapat beranak cucu dan melan-
jutkan kehidupan di bumi ini, supaya dalam waktu singkat
semua bagian bumi yang dapat dihuni setidaknya dapat
ditinggali. Meskipun satu keturunan akan berlalu, namun
akan datang keturunan berikutnya. Selama dunia ada,
aliran bangsa manusia harus terus diikuti oleh keturunan
pengganti dan berjalan sejajar dengan berlalunya waktu,
sampai semuanya dikumpulkan ke dalam laut kekekalan.
Meskipun maut masih tetap berkuasa dan Tuhan masih
tetap dikenal sebab keadilannya, penduduk bumi ini tidak
akan pernah dilenyapkan seperti yang pernah terjadi pada
masa itu. Masih akan tetap ada pergantian keturunan
anak-anak manusia (Kis. 17:24-26).
2. Penganugerahan kuasa atas segala binatang yang hidup di
bumi (ay. 2). Tuhan menganugerahkan,
(1) Sebuah hak kepada mereka: Ke dalam tanganmulah semua-
nya itu diserahkan, untuk kamu gunakan dan manfaatkan.
236
(2) Kuasa atas binatang-binatang itu. Tanpa memiliki kuasa
itu, tidak banyak yang dapat mereka manfaatkan dari hak
itu: Akan takut dan gentar kepadamu segala binatang di
bumi. Kuasa ini menghidupkan kembali anugerah sebelum-
nya (1:28), dengan satu perbedaan, dahulu, manusia yang
belum jatuh dalam dosa memerintah melalui kasih, sedang-
kan sekarang, manusia yang telah jatuh memerintah melalui
rasa takut. Sampai sekarang anugerah ini tetap berlaku, dan
sejauh ini kita masih dapat memanfaatkannya.
[1] Bahwa binatang-binatang yang berguna bagi kita dapat
dikembangbiakkan. Kita dapat memakai nya, baik
untuk melayani, maupun untuk makanan kita. Kuda
dan lembu jantan dengan sabar menyerahkan diri ke-
pada kekang dan kuk, dan domba-domba menjadi kelu
di depan orang yang menggunting bulunya serta orang
yang akan menyembelihnya. Semuanya sebab rasa ta-
kut dan gentar kepada manusia menghinggapi mereka.
[2] Binatang-binatang yang dapat merugikan kita sekarang
dapat dikekang, sehingga walaupun adakalanya manu-
sia dilukai oleh mereka, binatang-binatang itu tidak
akan bangkit bersama-sama untuk memberontak mela-
wan umat manusia. Kecuali jika Tuhan mengizinkan bina-
tang-binatang ini melakukannya dengan maksud untuk
menghancurkan dunia ini seperti yang pernah Ia lakukan
dengan memakai air bah. Cara ini merupakan salah
satu dari murka hukuman Tuhan (Yeh. 14:21). Apa yang
menahan gerombolan serigala tetap berada di luar kota-
kota kita, dan gerombolan singa tidak memasuki jalan-
an kita, serta membatasi mereka tetap tinggal di padang
belantara, kalau bukan rasa takut dan gentar ini? Bah-
kan beberapa di antaranya dapat dijinakkan (Yak. 3:7).
3. Penganugerahan pemeliharaan Tuhan dan kecukupan: Segala
yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu (ay. 3).
Sampai saat itu, menurut dugaan banyak orang, manusia di-
batasi hanya boleh memakan hasil-hasil dari bumi, seperti
buah-buahan, sayur mayur, serta semua jenis biji-bijian dan
susu. Itu yaitu penganugerahan yang pertama (Kej.1:29). Na-
mun kemungkinan besar air bah itu telah menyapu sebagian
Kitab Kejadian 9:1-7
237
besar kesuburan tanah itu, sehingga hanya mampu menge-
luarkan buah yang kurang enak dan kurang mengandung zat
makanan yang berguna. Oleh sebab itu sekarang Tuhan mem-
perluas penganugerahan itu, dan memperbolehkan manusia
memakan daging, yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh
mereka sebelumnya sampai saat Tuhan menyuruh mereka
makan. Sebelumnya mereka tidak memiliki keinginan menjadi
seperti serigala yang menghirup darah seekor domba. Namun,
sekarang manusia diperbolehkan memakan daging, sama
bebasnya dan sama amannya seperti memakan sayuran hijau.
Nah, lihatlah di sini:
(1) Bahwa Tuhan yaitu Tuan yang baik, yang menyediakan
segala sesuatu, tidak saja supaya kita hidup, namun supaya
kita dapat hidup dengan nyaman dalam pelayanan-Nya.
Bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan, melainkan
juga untuk memperoleh kesukaan.
(2) Bahwa semua ciptaan Tuhan itu baik, dan satu pun tidak
ada yang haram (1Tim. 4:4). Sesudah itu, ada beberapa
makanan yang sebenarnya cukup baik untuk digunakan
sebagai makanan, namun dilarang oleh hukum seremonial
(yang hanya bersifat lahiriah saja). Namun, sejak semula
tampaknya tidak ada larangan demikian, dan sebab itu
tidak ada di bawah zaman Injil.
II. Semua perintah dan persyaratan yang menyertai sifat ini lebih
banyak menunjukkan kebaikan dan kemurahan Tuhan serta men-
jadi contoh dari kebajikan Tuhan kepada manusia. Para ahli Taurat
bangsa Yahudi sering berbicara perihal tujuh perintah Nuh atau
anak-anak Nuh, yang menurut pendapat mereka harus diperhati-
kan oleh semua bangsa, supaya jangan sampai keliru menerap-
kannya. Yang pertama larangan penyembahan berhala. Kedua,
larangan untuk menghujat dan keharusan untuk memuliakan
nama Tuhan . Ketiga, larangan membunuh. Yang keempat larangan
melakukan persetubuhan antaranggota keluarga sendiri dan
semua bentuk kenajisan. Kelima, larangan mencuri dan meram-
pok. Keenam, memerintahkan penegakan hukum. Ketujuh, mela-
rang makan daging dengan darahnya. Ini yaitu peraturan yang
harus diikuti oleh semua orang Yahudi yang diambil dari Pro-
selytes of the gate (bagian dari Kitab Suci orang Yahudi yang
238
mengatur perihal kaum pendatang atau orang asing yang ber-
mukim di Israel dan yang harus mengikuti kebiasaan Yahudi yang
berlaku pen). Namun, semua perintah yang diberikan Tuhan di
sini berkenaan dengan kehidupan umat manusia.
1. Manusia tidak boleh merusak hidupnya sendiri dengan mema-
kan makanan yang tidak sehat dan membahayakan kesehat-
annya (ay. 4): Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni
darahnya (maksudnya yaitu daging mentah), janganlah
kamu makan, seperti yang biasa dilakukan oleh binatang pe-
mangsa. Sangat penting untuk menambahkan pembatasan ini
kepada penganugerahan kebebasan untuk memakan daging.
Kalau tidak, mereka bukannya memberi zat-zat makanan
yang berguna bagi tubuh dengan makanan itu, namun malah
merusakkannya. Di sini Tuhan ingin menunjukkan,
(1) Bahwa meskipun mereka yaitu penguasa atas makhluk-
makhluk lain, mereka tetap berada di bawah kekuasaan
Sang Pencipta, dan di bawah pembatasan dari hukum serta
ketetapan-Nya.
(2) Bahwa mereka tidak boleh menjadi serakah dan buru-buru
memakan makanan mereka, namun harus mengolahnya ter-
lebih dulu. Tidak boleh seperti yang dilakukan oleh para
prajurit Saul (1Sam. 14:32), atau menjadi pelahap daging
(Ams. 23:20).
(3) Bahwa mereka tidak boleh bertindak sangat kejam dan
ganas kepada makhluk-makhluk yang lebih rendah itu.
Mereka harus menjadi penguasa, bukan penguasa yang
lalim dan sewenang-wenang. Mereka boleh membunuh bi-
natang-binatang itu untuk dimanfaatkan, namun tidak boleh
menyiksanya demi kesenangan belaka, juga tidak boleh
merobek-robek anggota tubuh binatang itu sementara me-
reka masih hidup, dan memakannya.
(4) Bahwa selama berlangsungnya hukum pengorbanan, yang
menjadikan darah sebagai pendamaian bagi nyawa manu-
sia (Im. 17:11), yang menunjukkan bahwa kehidupan bina-
tang korban itu diterima sebagai kehidupan orang berdosa
itu, darah tidak boleh dipandang sebagai barang yang
biasa, namun harus dicurahkan di hadapan TUHAN (2Sam.
23:16), baik di atas mezbah maupun di atas tanah. Namun,
Kitab Kejadian 9:1-7
239
sebab sekarang korban yang agung dan sejati telah diper-
sembahkan, maka kewajiban dalam hukum Taurat itu
telah dihentikan sebab alasan itu.
2. Manusia tidak boleh membunuh diri sendiri: namun mengenai
darah kamu, Aku akan menuntut balasnya (ay. 5). Hidup kita
bukanlah milik kita sendiri, jadi kita tidak boleh mencabutnya
sesuka hati kita. Hidup kita yaitu milik Tuhan , dan kita harus
menyerahkannya kepada perkenan-Nya. jika dengan ber-
bagai cara kita mempercepat kematian diri sendiri, kita harus
mempertanggungjawabkan perbuatan itu kepada Tuhan .
3 Binatang tidak boleh dibiarkan merusak kehidupan manusia:
Dari segala binatang Aku akan menuntutnya. Bagian ini me-
nunjukkan betapa Tuhan sangat berhati-hati dan peduli ter-
hadap kehidupan manusia. Walaupun Ia baru saja melenyap-
kan kehidupan di bumi ini, Ia menghendaki binatang yang
membunuh manusia harus dihukum mati. Hal ini ditegaskan
dalam hukum Musa (Kel. 21:28), dan saya kira, hal ini masih
layak untuk dijalani dewasa ini. Dengan demikian Tuhan me-
nunjukkan kebencian-Nya terhadap dosa membunuh, supaya
manusia dapat lebih membencinya, sehingga manusia tidak
saja harus menghukum, namun berusaha mencegahnya (lih.
Ayb. 5:23).
4 Pembunuh yang mencabut nyawa orang dengan sengaja harus
dihukum mati. Di sini Tuhan merancang agar dosa ini dapat
dicegah melalui rasa ngeri atas penghukuman.
(1) Tuhan akan menghukum para pembunuh: Dan dari setiap
manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia,
maksudnya, Aku akan membalaskan darah orang yang di-
bunuh atas si pembunuh, (2Taw. 24:22). saat Tuhan
menuntut nyawa seseorang dari orang yang telah menca-
butnya secara tidak adil, si pembunuh tidak dapat melaku-
kannya. Oleh sebab itu ia memberi nyawanya sendiri
sebagai pengganti, yang merupakan satu-satunya jalan
untuk memberi ganti rugi. Perhatikanlah, Tuhan yang
adil pasti menegakkan keadilan bagi nyawa orang, meski-
pun manusia tidak dapat atau tidak melakukannya. Pada
suatu saat nanti, entah di dunia ini atau di dunia akan
datang, Tuhan akan menemukan dan menyingkap setiap
240
pembunuhan tersembunyi, yang tertutup dari mata manu-
sia, dan menghukum serta mengadili pembunuhan itu se-
cara terbuka dan adil, yaitu pembunuhan yang terlampau
besar dan tidak mungkin terjangkau oleh tangan manusia.
(2) Pemerintah harus menghukum para pembunuh (ay. 6):
Siapa yang menumpahkan darah manusia, apakah itu
sebab kemarahan yang tiba-tiba atau yang telah diren-
canakan sebelumnya (sebab amarah yang terburu nafsu
merupakan pembunuhan di dalam hati, sama seperti den-
dam yang terencana [Mat. 5:21-22]), darahnya akan tertum-
pah oleh manusia, artinya oleh pemerintah, atau oleh siapa
pun yang ditunjuk atau diperbolehkan menjadi pembalas
darah. Mereka yaitu hamba-hamba Tuhan untuk melak-
sanakan tugas ini, untuk menjadi pelindung orang yang
tidak bersalah, dengan menjadi kengerian bagi perancang
dan pelaku kejahatan, dan mereka tidak boleh menyan-
dang pedang dengan percuma (Rm. 13:4). Sebelum air bah,
Tuhan menghukum si pembunuh dengan tangan-Nya sen-
diri, seperti yang dapat kita lihat dalam kisah Kain. Seka-
rang Ia menyerahkan hak penghukuman kepada manusia.
Pertama-tama kepada kepala keluarga, dan sesudah itu ke-
pada kepala pemerintahan, yang harus setia kepada keper-
cayaan yang diberikan kepada mereka. Perhatikanlah,
pembunuhan yang disengaja selalu harus diganjar dengan
hukuman mati. Pembunuhan yaitu dosa yang TUHAN
tidak mau mengampuni dalam diri seorang raja (2Raj. 24:3-
4), dan sebab itu seorang raja tidak boleh mengampuni
warganya yang melakukan perbuatan itu. Ada satu alasan
yang ditambahkan pada hukum ini: Sebab pada mulanya
Tuhan membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.
Manusia yaitu ciptaan kesayangan Sang Pencipta, sehing-
ga seperti itu jugalah seharusnya bagi kita. Tuhan menghor-
mati mereka, oleh sebab itu janganlah kita menghina Dia.
Gambar Tuhan ini tetap ada pada orang-orang yang telah
jatuh dalam dosa, sehingga barang siapa membunuh orang
dengan tidak adil berarti merusak gambar Tuhan dan tidak
menghormati Dia. saat Tuhan memperbolehkan manusia
membunuh binatang-binatang mereka, Ia melarang mereka
membunuh hamba-hamba mereka. Alasannya, sebab
Kitab Kejadian 9:8-11
241
hamba-hamba ini yaitu ciptaan yang lebih mulia dan le-
bih unggul dibandingkan binatang-binatang, bukan saja sebagai
ciptaan Tuhan , melainkan juga sebagai gambar-Nya (Yak.
3:9). Semua manusia memiliki suatu gambar Tuhan dalam
diri mereka. Namun, pemerintah, di samping memiliki gam-
bar seperti itu juga memiliki gambar dari kuasa-Nya,
sedangkan orang-orang kudus memiliki gambar dari keku-
dusan-Nya. Itulah sebabnya orang-orang yang menumpah-
kan darah raja-raja atau orang-orang kudus akan berutang
dosa dua kali lipat.
Perjanjian Tuhan dengan Nuh
(9:8-11)
8 Berfirmanlah Tuhan kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-
sama dengan dia: 9 Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan
kamu dan dengan keturunanmu, 10 dan dengan segala makhluk hidup yang
bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang
liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bah-
tera itu, segala binatang di bumi. 11 Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan
kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air
bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.
Di sini kita mendapati,
I. Ketetapan umum kovenan Tuhan dengan dunia baru ini, dan jang-
kauan kovenan itu (ay. 9-10). Amatilah di sini,
1. Bahwa Tuhan sangat suka memakai kovenan saat ber-
urusan dengan manusia. Di dalamnya Tuhan sangat melipat-
gandakan kemurahan-Nya yang besar serta sangat menekan-
kan kewajiban dan ketaatan manusia sebagai pelayanan yang
pantas dan berguna.
2. Bahwa semua kovenan Tuhan dengan manusia yaitu buatan-
Nya sendiri: Sesungguhnya Aku. Ungkapan ini diucapkan
demikian untuk membangkitkan kekaguman kita Lihatlah
dan tercenganglah, bahwa meskipun TUHAN itu Mahatinggi, Ia
sungguh menghormati manusia seperti ini, dan untuk mene-
gaskan keyakinan kita mengenai kesahihan kovenan itu Pan-
dang dan lihatlah, Aku yang membuatnya, Aku yang setia dan
sanggup menepatinya.
242
3 Bahwa semua kovenan Tuhan ditetapkan dengan lebih kokoh
dibandingkan tiang-tiang langit atau dasar-dasar bumi, dan tidak
dapat dibatalkan.
4 Bahwa semua kovenan Tuhan dibuat dengan pihak-pihak yang
menerima janji dan dengan keturunan mereka. Janji itu bagi
mereka dan anak-anak mereka.
5. Bahwa orang-orang itu akan dilibatkan dalam kovenan ini ber-
sama Tuhan . Mereka juga akan menerima berkat dari kovenan
itu, meskipun sekarang mereka belum dapat menuntut bagian
mereka dalam kovenan itu, atau memberi persetujuan sen-
diri. sebab kovenan ini dibuat dengan segala makhluk hidup,
segala binatang liar di bumi.
II. Maksud utama kovenan ini. Kovenan ini dirancang untuk meng-
amankan dunia ini dari bahaya air bah lainnya: Tidak akan ada
lagi air bah. Tuhan pernah menenggelamkan bumi ini satu kali, dan
ternyata dunia ini masih sama jahatnya dan sama mendatangkan
amarah seperti sebelumnya. Tuhan sudah bisa melihat kejahatan
dunia ini jauh hari sebelumnya, namun Ia tetap berjanji untuk
tidak akan pernah menenggelamkan bumi ini lagi. Sebab Tuhan
tidak berurusan dengan kita sesuai dengan dosa-dosa kita. Kove-
nan itu tergantung pada kebaikan dan kesetiaan Tuhan , bukan
pada perubahan apa pun dari dunia ini. sebab itu, tidak akan
terjadi air bah lagi, dan sampai sekarang bumi ini tidak dimus-
nahkan oleh air bah. Sebagaimana dunia purba dimusnahkan se-
bagai tanda peringatan tentang keadilan Tuhan , begitu pula dunia
masih tetap ada sampai hari ini sebagai tanda peringatan akan
belas kasihan Tuhan , sesuai dengan sumpah Tuhan bahwa air besar
di zaman Nuh tidak akan meliputi bumi lagi (Yes. 54:9). Janji
Tuhan ini menahan laut dan awan-awan di tempat masing-masing
yang telah ditetapkan, serta memasang palang dan pintu, sampai
di sini engkau datang, jangan lewat (Ams. 38:10-11). Betapa
hampanya dunia ini, jika air laut yang biasanya mengalir melalui
pasang naik dan pasang surut sebanyak dua kali dalam sehari
selama beberapa jam, harus mengalir selama beberapa hari! Dan
betapa sangat merusaknya, jika hujan yang seperti biasa kita
lihat, berlangsung lama! Namun, melalui laut yang mengalir oleh
pasang naik dan surut serta hujan yang menyirami, Tuhan ingin
menunjukkan apa yang Ia bisa lakukan dalam kemurkaan-Nya.
Kitab Kejadian 9:12-17
243
Namun, dengan melindungi bumi ini dari air bah yang ditimbul-
kan oleh keganasan laut dan hujan itu, Ia ingin menunjukkan
bahwa Ia dapat melakukannya dalam kasih dan akan melakukan-
nya dalam kesetiaan. Biarlah kita memberi kemuliaan kepada-
Nya sebab belas kasihan-Nya dalam memberi janji, dan akan
kesetiaan-Nya dalam menggenapi. Janji ini tidak menghalangi,
1. Kemungkinan bahwa Tuhan akan mendatangkan penghukuman
lain yang membinasakan umat manusia, sebab meskipun di
sini Ia telah mengikat diri untuk tidak memakai anak
panah ini lagi, Ia masih memiliki banyak anak panah lain di
dalam tabung panah-Nya.
2. Juga kemungkinan bahwa Tuhan akan membinasakan tempat-
tempat dan negara-negara tertentu dengan banjir yang berasal
dari laut atau sungai.
3 Juga kemungkinan bahwa Tuhan akan membinasakan bumi ini
dengan api pada hari-hari zaman akhir bila ada pelanggaran
terhadap janji-Nya. Dosa yang menenggelamkan bumi purba
akan membakar bumi ini.
Busur di Awan sebagai Tanda Perjanjian
(9:12-17)
12 Dan Tuhan berfirman: Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku
dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan
kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: 13 Busur-Ku Kutaruh di
awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. 14 jika
kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, 15
maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan
kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga
segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang
hidup. 16 Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga
Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Tuhan dan segala makhluk
yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi. 17 Berfirmanlah Tuhan kepada
Nuh: Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makh-
luk yang ada di bumi.
Pasal-pasal perjanjian di antara manusia biasanya dibubuhi meterai
atau tanda, supaya perjanjian itu menjadi lebih sungguh-sungguh
dan pelaksanaan perjanjian itu menjadi lebih pasti bagi kepuasan
bersama. Oleh sebab itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang ber-
hak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Tuhan menegas-
kan kovenan-Nya dengan meterai (Ibr. 6:17), yang membuat dasar
yang di atasnya kita membangun dapat berdiri teguh (2Tim. 3:19).
244
Meterai yang digunakan dalam kovenan alam ini juga cukup alami,
yaitu sebuah pelangi. Tanda ini mungkin sudah terlihat sebelumnya
di awan-awan dan terjadi sebab penyebab lain, namun tidak pernah
dipakai sebagai sebuah meterai kovenan sampai saat itu saat dite-
tapkan oleh Tuhan . Nah, mengenai tanda kovenan ini, amatilah seba-
gai berikut,
1. Tanda ini diikuti dengan jaminan-jaminan yang dinyatakan ber-
ulang-ulang untuk menegaskan kebenaran janji itu. Ini dirancang
sebagai pengesahan akan janji itu: Busurku Kutaruh di awan (ay.
13), akan tampak di awan (ay. 14), supaya mata dapat meme-
ngaruhi hati dan menegaskan iman. Ia akan menjadi tanda per-
janjian (ay. 12-13), dan Aku akan mengingat perjanjian-Ku, sehing-
ga segenap air tidak lagi menjadi air bah (ay. 15). Bahkan, seolah-
olah Sang Akal Budi Kekal itu sendiri pun membutuhkan tanda
peringatan, Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjan-
jian-Ku yang kekal (ay. 16). Dengan demikian, baris demi baris di
sini diberikan supaya kita yang telah menerima pengharapan ini
boleh memiliki penghiburan yang pasti dan teguh.
2. Pelangi itu akan muncul saat awan-awan dalam keadaan sangat
basah, dan kembali lagi sesudah hujan turun. saat kita memiliki
alasan yang kuat untuk merasa takut akan hujan yang meng-
ancam, maka Tuhan menunjukkan tanda kovenan ini bahwa hujan
itu tidak akan menang. Begitulah Tuhan menghapus ketakutan
kita dengan dorongan-dorongan semangat demikian yang sesuai
dan tepat waktu.
3. Semakin tebal awan itu, akan semakin cerah busur di awan itu.
Demikianlah, semakin berlimpah-limpah kesengsaraan menghan-
tam, akan semakin berlimpah-limpah pula penghiburan yang
membangkitkan semangat (2Kor. 1:5).
4. Pelangi itu muncul saat satu bagian dari langit dalam keadaan
cerah, yang menunjukkan bahwa kasih akan diingatkan kembali
di tengah-tengah kemurkaan, dan awan-awan itu akan mengitari-
nya seolah-olah menyatu dengan pelangi itu, sehingga kegelapan
tidak dapat memenuhi langit, sebab busur itu yaitu hujan yang
berwarna atau pinggiran awan yang dihiasi.
5. Pelangi itu yaitu pantulan sinar matahari, yang menunjukkan
bahwa semua kemuliaan dan makna penting dari meterai kove-
nan itu berasal dari Kristus yang yaitu Matahari kebenaran,
Kitab Kejadian 9:18-23
245
yang juga digambarkan dengan sebuah pelangi yang melingkungi
takhta-Nya (Why. 4:3) dan sebuah pelangi yang ada di atas ke-
pala-Nya (Why. 10:1), yang bukan saja menunjukkan kemuliaan-
Nya, melainkan juga tindakan keperantaraan-Nya.
6. Pelangi itu memiliki warna yang cemerlang, untuk menunjukkan
bahwa meskipun Tuhan tidak akan menenggelamkan bumi ini lagi,
namun dunia ini akan dimusnahkan dengan api saat rahasia
Tuhan digenapi.
7. Sebuah busur berbicara tentang kengerian, namun busur ini
tidak dilengkapi dengan tali atau anak panah seperti busur yang
dipersiapkan untuk melawan para penganiaya (Mzm. 7:13-14).
Lagi pula, sebuah busur sendiri tidak dapat melakukan banyak
hukuman. Itu yaitu sebuah busur yang di arahkan ke atas,
bukan ke bumi, sebab tanda kovenan itu dimaksudkan untuk
menghibur, bukan untuk menyebarkan rasa takut.
8. saat Tuhan melihat busur itu, Ia dapat mengingat kovenan itu.
Demikian jugalah hendaknya kita, supaya kita selalu ingat akan
kovenan itu dengan iman dan rasa syukur.
Dosa Ham
(9:18-23)
18 Anak-anak Nuh yang keluar dari bahtera ialah Sem, Ham dan Yafet; Ham
yaitu bapa Kanaan. 19 Yang tiga inilah anak-anak Nuh, dan dari mereka inilah
tersebar penduduk seluruh bumi. 20 Nuh menjadi petani; dialah yang mula-
mula membuat kebun anggur. 21 sesudah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia
telanjang dalam kemahnya. 22 Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat
ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. 23 Sesudah itu
Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu
mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya
sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya.
Di sini kita membaca perihal,
I. Keluarga dan pekerjaan Nuh. Sekali lagi nama anak-anaknya di-
sebut di sini (ay. 18-19), sebab dari merekalah seluruh bumi ini
dipenuhi. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Nuh tidak mempu-
nyai anak lagi sesudah air bah ini. Seluruh penghuni bumi ini
berasal dari tiga orang ini. Perhatikanlah, saat Tuhan berkenan,
Ia sanggup menjadikan yang paling kecil akan menjadi kaum yang
besar. Ia akan menambah jumlah yang besar bagi mereka yang
memulai dengan jumlah yang kecil. Seperti itulah kuasa dan
246
kemampuan berkat ilahi. Nuh memilih usahanya sendiri dengan
menjadi seorang petani, dalam bahasa Ibrani disebut manusia dari
tanah, artinya orang yang menangani tanah, yang menggenggam
tanah di dalam tangannya, dan mendudukinya. Pada dasarnya
kita semua yaitu manusia dari tanah, dibuat dari tanah, hidup
di atasnya, dan mengejarnya. Banyak di antara manusia menge-
jar-ngejar tanah dengan cara yang penuh dosa, yaitu kecanduan
dengan hal-hal duniawi. Oleh panggilannya Nuh mengusahakan
buah-buahan dari bumi. Ia menjadi petani, yakni, tidak lama
sesudah ia keluar dari bahtera itu, ia kembali kepada pekerjaannya
yang lama, pekerjaan yang ditinggalkannya saat ia harus mem-
bangun bahtera terlebih dahulu, dan mungkin sesudah itu dilan-
jutkan dengan membangun rumah di atas tanah kering bagi diri-
nya sendiri dan keluarganya. Hal ini berjalan baik, sebab sebe-
lumnya ia sudah pernah menjadi seorang tukang kayu. Namun
sekarang ia mulai lagi menjadi seorang petani. Amatilah, meski-
pun Nuh yaitu seorang yang besar dan saleh, seorang yang telah
lanjut usia dan kaya, seorang yang sangat menjadi kesayangan
sorga dan dihormati di atas bumi, ia tidak menjalani kehidupan
yang malas, juga tidak menganggap rendah pekerjaan menjadi
seorang petani. Perhatikanlah, meskipun Tuhan oleh pemeliharaan
dan campur tangan-Nya mengeluarkan kita untuk sementara dari
pekerjaan kita, namun saat masa itu sudah lewat, dengan pe-
nuh kerendahan hati dan rajin kita harus mengerjakan pekerjaan
kita itu kembali. Dan kita harus tetap setia di hadapan Tuhan
dalam keadaan seperti pada waktu dipanggil (1Kor. 7:24).
II. Dosa dan keaiban Nuh: dialah yang mula-mula membuat kebun
anggur. saat ia selesai mengumpulkan buah-buah anggur pilih-
an, mungkin ia menetapkan suatu hari untuk bergembira ria dan
berpesta di keluarganya. Mungkin ia mengumpulkan anak-
anaknya dan anak-anak mereka, untuk bersukacita bersamanya
atas pertambahan jumlah anggota keluarga dan juga pertambah-
an hasil kebun anggurnya. Kita patut menduga bahwa ia mem-
buka pestanya dengan sebuah pengorbanan untuk memuliakan
Tuhan . Jika hal ini ia tinggalkan, maka layaklah bagi Tuhan untuk
meninggalkan dia. Orang yang tidak memulai dengan Tuhan akan
berakhir dengan binatang-binatang buas. Namun, dengan lapang
hati kita berharap bahwa semoga hal itu tidak demikian. Mungkin
Kitab Kejadian 9:18-23
247
ia mengadakan pesta ini dengan suatu maksud, bahwa ia akan
memberkati anak-anaknya pada akhir pesta ini, seperti yang
dilakukan Ishak dalam Kejadian 27:3-4, supaya kumakan, agar
aku memberkati engkau. Pada pesta ini ia minum anggur, sebab
siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan
buahnya? Namun, Nuh ternyata minum secara berlebihan, me-
lampaui batas kemampuan kepalanya di usianya itu, sehingga ia
mabuk. Kita memiliki alasan untuk berpendapat bahwa ia tidak
pernah mabuk sebelumnya dan juga sesudah itu. Amatilah bagai-
mana ia sekarang dapat dikalahkan sebab kesalahan ini. Ini
yaitu dosanya, sebuah dosa yang besar. Lebih buruk lagi, dosa
ini dilakukan tidak lama sesudah ia mengalami keselamatan yang
besar. Tuhan meningalkan dia, seperti yang Ia lakukan terhadap
Hizkia (2Taw. 32:31), dan meninggalkan catatan ini mengenai dia
bagi kita, untuk mengajar kita.
1. Bahwa catatan paling jujur yang pernah ditulis orang sejak
kejatuhan umat manusia mengandung coretan-coretan noda
dan kekeliruan. Dikatakan bahwa Nuh yaitu seorang yang
benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya
(6:9), namun di sini ditunjukkan bahwa yang dimaksud yaitu
ketulusannya, bukan kesempurnaan tanpa dosa.
2. Bahwa adakalanya orang-orang yang oleh anugerah Tuhan dan
dengan kewaspadaan dan keteguhan hati telah bisa menjaga
keutuhan iman mereka di tengah-tengah pencobaan, tiba-tiba
bisa jatuh ke dalam dosa. Ini disebabkan sebab sesudah masa
pencobaan, mereka merasa diri aman-aman saja, sehingga
menjadi lalai dan mengabaikan anugerah Tuhan . Nuh yang
tidak ketagihan minuman keras di tengah-tengah orang pema-
buk, sekarang sedang mabuk di tengah-tengah kumpulan
orang yang tidak ketagihan minum. Siapa yang menyangka,
bahwa ia teguh berdiri, berhati-hatilah.
3. Bahwa kita perlu sangat berhati-hati saat memanfaatkan
banyak ciptaan Tuhan yang baik, supaya kita tidak mengguna-
kannya secara berlebihan. Murid-murid Kristus harus berhati-
hati di sepanjang waktu supaya hati mereka jangan sarat oleh
pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan
duniawi (Luk. 21:34). Nah, akibat dosa Nuh yaitu keaiban. Ia
berada dalam keadaan telanjang dalam kemahnya, telanjang
yang membawa aib, sama seperti keadaan Adam saat ia
248
makan buah terlarang. namun saat itu Adam segera mencari
tempat persembunyian, sedangkan Nuh begitu kekurangan
akal budi dan alasan untuk menutupi ketelanjangannya. Ini-
lah buah dari minum anggur yang tidak pernah dipertim-
bangkan oleh Nuh. Amatilah di sini, betapa dahsyatnya dosa
kemabukan itu.
(1) Dosa itu menelanjangi manusia. Menelanjangi kelemahan-
kelemahan yang mereka miliki. Mereka bisa berceloteh
saat sedang mabuk, dan semua rahasia yang dipercaya-
kan kepada mereka, meluncur dengan mudah dari mulut
mereka. Pengawal pintu yang mabuk membiarkan gerbang
tetap terbuka.
(2) Dosa itu menghapus harga diri manusia, dan membuka
diri mereka terhadap keaiban. Seperti yang ditunjukkan,
begitulah dosa itu mempermalukan mereka. saat orang
sedang mabuk mereka dapat berbicara dan berbuat hal-hal
yang akan membuat malu wajah mereka sendiri bila mere-
ka bisa mengingatnya saat dalam keadaan waras (Hab.
2:15-16).
III. Ketidaksopanan dan ketidaksalehan Ham: ia melihat aurat ayah-
nya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya (ay. 22). Meli-
hat secara kebetulan dan tidak sengaja bukanlah hal yang jahat,
namun ,
1. Ia menyenangkan dirinya dengan pemandangan itu, seperti
orang-orang Edom yang memandang rendah saudara-saudara
mereka pada hari kemalangannya (Ob. 12), dengan pandangan
penuh kesenangan dan sikap merendahkan. Mungkin kadang-
kadang Ham sendiri suka mabuk dan sering ditegur oleh
ayahnya. sebab itulah ia merasa senang saat melihat kema-
bukan ayahnya. Perhatikanlah, merupakan hal yang lazim
bagi orang-orang yang berjalan di jalan yang tidak benar
untuk bersukacita atas langkah-langkah keliru yang kadang-
kadang mereka lihat ditempuh orang lain. namun kebaikan hati
tidak bersukacita dalam kejahatan, begitu juga orang-orang
yang sungguh-sungguh bertobat dan menyesali dosa-dosa me-
reka, tidak akan bersukacita atas dosa-dosa orang lain.
Kitab Kejadian 9:24-27
249
2. Ia menceritakannya kepada kedua saudaranya (di jalanan, se-
suai dengan kata aslinya), dengan cara yang merendahkan dan
penuh penghinaan, supaya ayahnya tampak jahat di hadapan
mereka. Sungguh sangat salah untuk,
(1) Membuat lelucon tentang dosa (Ams. 14:9), dan membesar-
besarkan hal-hal yang seharusnya membuat kita merasa
prihatin (1Kor. 5:2). Dan,
(2) Membeberkan kesalahan siapa saja, khususnya kesalahan
orangtua, yang sebenarnya harus kita hormati. Nuh bukan
saja orang yang baik, melainkan juga seorang bapa yang
baik bagi Ham. sebab itu perbuatan Ham ini sungguh se-
buah pembalasan keji dan tidak berbudi atas kebaikan
ayahnya. Di sini Ham disebut sebagai bapa Kanaan, yang
menunjukkan bahwa ia sendiri juga seorang ayah yang
seharusnya lebih bersikap hormat terhadap Nuh yang ada-
lah ayahnya.
IV. Kepedulian yang saleh dari Sem dan Yafet untuk menutupi keaib-
an ayah mereka yang malang (ay. 23). Mereka tidak saja tidak
ingin melihat keaiban itu, namun mencegah kemungkinan orang
lain melihat hal itu. Dalam hal ini kita diberi contoh tentang ke-
baikan hati yang berkaitan dengan dosa dan aib orang lain. Jangan
hanya berkata bahwa kita tidak mau bersekutu dengan orang-
orang yang membeberkan dosa orang lain itu, namun juga harus ber-
hati-hati supaya menutupi perbuatan itu, atau setidaknya belajar
dari hal itu, bagaimana jadinya bila kita sendiri diperlakukan demi-
kian.
1. Ada selimut kasih yang dapat menutupi banyak dosa semua
orang (1Ptr. 4:8).
2. Di samping itu, ada jubah rasa hormat yang mendalam yang
dapat menutupi kesalahan orangtua dan pemimpin-pemimpin
lainnya.
Nubuat Nuh
(9:24-27)
24 sesudah Nuh sadar dari mabuknya dan mendengar apa yang dilakukan
anak bungsunya kepadanya, 25 berkatalah ia: Terkutuklah Kanaan, hendak-
lah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya. 26 Lagi
katanya: Terpujilah TUHAN, Tuhan Sem, namun hendaklah Kanaan menjadi
250
hamba baginya. 27 Tuhan meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet, dan hen-
daklah ia tinggal dalam kemah-kemah Sem, namun hendaklah Kanaan men-
jadi hamba baginya.
Di sini kita membaca perihal,
I. Nuh menyadari keadaan dirinya: Ia sadar dari mabuknya. Tidur
telah memulihkan keadaan dirinya. Kita boleh beranggapan bah-
wa ia begitu dipulihkan sehingga sesudah itu ia tidak kembali ke-
pada dosa itu lagi. Orang-orang yang tidur seperti Nuh harus ber-
usaha bangun seperti Nuh, jangan seperti orang-orang pemabuk
(Ams. 23:35) yang saat siuman lalu berkata, aku akan mencari
anggur lagi.
II. Roh nubuat datang ke atas Nuh, dan sama seperti Yakub yang
sedang sekarat, ia memberitahukan apa yang akan mereka alami
di kemudian hari (49:1).
1. Ia memberitahukan sebuah kutukan atas Kanaan, anak Ham
(ay. 25), yang di dalamnya Ham sendiri terkutuk. Mungkin
sebab anaknya ini sekarang lebih berdosa dibandingkan anggota
keluarga lainnya, atau sebab semua keturunan penerus dari
anak ini akan tercabut dari tanah mereka, untuk memberi
ruang bagi Israel. Musa mencatat di sini untuk menghidupkan
gambaran tentang berbagai perang yang terjadi di Kanaan.
Meskipun bangsa Kanaan yaitu bangsa yang sangat ditakuti
sebab kekuasaan dan jumlah mereka yang besar, mereka
yaitu bangsa yang terkutuk sejak zaman dahulu kala, dan
ditakdirkan untuk mengalami kehancuran. Secara khusus ku-
tukan ini menyatakan bahwa Kanaan akan menjadi hamba
yang paling hina (artinya, hamba yang paling miskin dan ren-
dah), bahkan bagi saudara-saudaranya. Orang-orang Kanaan
itu sama tinggi derajatnya dengan orang-orang Sem dan Yafet
saat dilahirkan, namun mereka akan menjadi tuan bagi sau-
dara-saudara mereka saat ditaklukkan. Hal ini jelas menun-
jukkan kemenangan-kemenangan yang diperoleh Israel atas
bangsa Kanaan. Mereka dikalahkan dengan pedang atau de-
ngan menyerahkan diri dan takluk kepada bangsa Israel (Yos.
9:23; Hak. 1:28, 30, 33, 35), yang baru terjadi sesudah 800
tahun kemudian semenjak kutukan ini. Perhatikanlah,
Kitab Kejadian 9:24-27
251
(1) Tuhan sering menimpakan hukuman kejahatan akhlak orang-
tua kepada anak-anak, khususnya jika anak-anak itu me-
warisi watak jahat ayah-ayah mereka, dan meniru perbuatan
jahat ayah mereka, dan tidak berbuat apa-apa untuk memu-
tuskan warisan kutuk itu dengan cara bertobat.
(2) Aib pantas ditimpakan ke atas orang-orang yang menimpa-
kan aib ke atas orang lain, terutama mereka yang memper-
malukan dan menyedihkan orangtua sendiri. Seorang anak
yang tidak berbakti dan mengejek orangtuanya tidak layak
lagi disebutkan anak bapa, namun pantas dijadikan salah
satu orang upahan, bahkan hamba yang paling hina di an-
tara saudara-saudaranya.
(3) Walaupun kutukan ilahi itu bekerja dengan perlahan-
lahan, namun cepat atau lambat kutukan itu akan dige-
napi. Bangsa Kanaan berada di bawah bayangan kutuk
perhambaan, meskipun dalam masa yang panjang mereka
berkuasa untuk sementara. Sebab sebuah keluarga, bang-
sa, atau perorangan yang berada di bawah bayang-bayang
kutuk, dapat hidup lama dalam kemakmuran di dunia ini,
sampai takaran kejahatan mereka penuh, seperti halnya
bangsa Kanaan itu. Banyak orang yang telah ditetapkan
untuk binasa namun belum cukup matang untuk menuai
kebinasaan itu. Oleh sebab itu, janganlah hatimu iri ke-
pada orang-orang berdosa.
2. Nuh mewariskan berkat ke atas Sem dan Yafet.
(1) Nuh memuji Sem, atau lebih tepatnya memuji Tuhan atas
perbuatan Sem, sehingga pujian itu mewariskan kehormat-
an dan kebahagiaan terbesar yang tidak terbayangkan (ay.
26). Amatilah,
[1] Ia menyebut TUHAN sebagai Tuhan Sem. Berbahagialah,
bahkan berbahagialah tiga kali lipat, bangsa yang Tuhan -
nya ialah TUHAN! (Mzm. 144:15). Semua berkat terma-
suk di dalamnya. Ini yaitu berkat yang dianugerahkan
kepada Abraham dan keturunannya. Tuhan yang ber-
takhta di dalam sorga tidak malu disebut Tuhan mereka
(Ibr. 11:16). Melalui berkat ini Sem memperoleh pahala
yang cukup atas rasa hormat yang diberikannya kepada
ayahnya, sampai-sampai TUHAN sendiri menaruh ke-
252
hormatan ini ke atasnya, dengan menjadi Tuhan nya. Ber-
kat ini juga cukup memberi pahala bagi semua
pelayanan kita dan penderitaan kita bagi nama-Nya.
[2] Ia memberi kemuliaan kepada Tuhan atas perbuatan
baik yang telah dilakukan Sem. Bukannya memuji dan
meninggikan Sem yang sekadar menjadi alat-Nya, ia
malah memuji dan meninggikan Tuhan yang merancang
kebaikan itu. Perhatikanlah, kemuliaan semua hal yang
telah kita lakukan atau dilakukan oleh orang lain,
harus kita berikan kepada Tuhan dengan penuh keren-
dahan hati dan rasa syukur, kepada Dia yang mengerja-
kan segala pekerjaan baik di dalam kita dan untuk kita.
saat kita melihat pekerjaan baik yang dilakukan sese-
orang yang harus kita muliakan, jangan berikan kemu-
liaan itu kepada mereka, namun berikanlah kepada Bapa
kita (Mat. 5:16). Dengan cara demikian saat Daud
memuji Abigail, ia sebenarnya memuji Tuhan yang telah
mengutus perempuan ini (1Sam. 25:32), sebab merupa-
kan suatu kehormatan dan kesukaan untuk bekerja
bagi Tuhan dan dipakai oleh-Nya dalam melakukan per-
buatan baik.
[3] Nuh menubuatkan dan memberitahukan jauh sebelum-
nya bahwa Tuhan akan berkenan kepada Sem dan ke-
luarganya sedemikian rupa sampai akan menjadi bukti
bagi seluruh dunia, bahwa TUHAN itu yaitu Tuhan
Sem, yang atas nama-Nya semua ucapan syukur akan
dinaikkan oleh banyak orang kepada-Nya: Terpujilah
TUHAN, Tuhan Sem.
[4] Berkat ini menunjukkan bahwa jemaat harus dibangun
dan berkelanjutan dalam keturunan Sem. sebab dari
dialah diturunkan bangsa Yahudi, yang untuk jangka
waktu yang panjang menjadi satu-satunya bangsa yang
percaya kepada Tuhan dan menjadi milik Tuhan di dunia
ini.
[5] Sebagian orang berpendapat bahwa keterangan yang
diberikan di sini merujuk kepada Kristus, yang yaitu
TUHAN Tuhan dan dalam sifat kemanusiaan-Nya harus
berasal dari keturunan Sem. Dari dirinyalah Kristus di
dalam wujud manusia akan datang.
Kitab Kejadian 9:24-27
253
[6] Secara khusus dikatakan bahwa Kanaan akan menjadi
hamba baginya. Perhatikanlah, orang-orang yang memi-
liki TUHAN sebagai Tuhan mereka akan memperoleh ba-
nyak kehormatan dan kuasa dari dunia ini saat dunia
melihat kebaikan di dalam diri mereka.
(2) Nuh memberkati Yafet, dan di dalam dia, daerah-daerah
pesisir, akan dihuni oleh keturunannya: Tuhan kiranya akan
meluaskan tempat kediaman Yafet, dan hendaklah ia ting-
gal dalam kemah-kemah Sem (ay. 27). Nah,
[1] Sebagian orang menafsirkan ayat ini seluruhnya men-
jadi milik Yafet, yang menyatakan, pertama, kemakmur-
an duniawinya, bahwa keturunannya akan menjadi
demikian banyak dan berjaya hingga mereka akan men-
jadi penguasa atas kemah-kemah Sem. Hal ini telah
digenapi saat orang-orang Yahudi, bangsa yang paling
menonjol dari keturunan Sem, diserahkan di bawah ke-
kuasaan bangsa Yunani kuno terlebih dahulu dan
kemudian kepada bangsa Romawi, yang keduanya ada-
lah keturunan Yafet. Perhatikanlah, kemakmuran du-
niawi bukanlah tanda yang mutlak dari jemaat yang
benar. Atau, kedua, hal itu menunjukkan pertobatan
bangsa bukan Yahudi, dan membawa mereka menjadi
jemaat. Kemudian kita membaca lebih lanjut, Tuhan
akan meyakinkan Yafet (begitulah arti kata yang di-
pakai), dan kemudian sesudah diyakinkan, ia akan
tinggal dalam kemah-kemah Sem. Artinya, bangsa Ya-
hudi dan bukan Yahudi akan bersatu di dalam pelukan
Injil. sesudah banyak bangsa-bangsa bukan Yahudi meng-
anut agama orang Yahudi, keduanya akan dipersatukan
di dalam Kristus (Ef. 2:14-15). Dan, jemaat Kristen yang
sebagian besar terdiri atas orang-orang bukan Yahudi,
akan menggantikan orang-orang Yahudi dalam menik-
mati hak istimewa melalui keanggotaan jemaat. Orang-
orang Yahudi membuang diri mereka sendiri sebab
ketidakpercayaan mereka, dan bangsa-bangsa bukan
Yahudi akan tinggal dalam kemah-kemah mereka (Rm.
11:11 dan seterusnya). Perhatikanlah, hanya Tuhan saja
yang dapat membawa mereka yang telah memisahkan
254
diri untuk kembali ke dalam jemaat. Kuasa Tuhan itulah
yang membuat Injil Kristus dapat menyelamatkan (Rm.
1:16). Dan lagi, jiwa-jiwa dibawa ke dalam jemaat bukan
dengan paksaan, namun dengan cara diyakinkan (Mzm.
110:3). Mereka ditarik dengan tali kemanusiaan, dan
diyakinkan dengan alasan untuk menjadi saleh.
[2] Sebagian orang menafsirkan ayat tadi sebagai merujuk
kepada Yafet dan Sem, sebab Sem masih belum diber-
kati secara langsung (ay. 26). Pertama, Yafet memiliki
berkat dunia ini: Tuhan meluaskan kiranya tempat ke-
diaman Yafet, meluaskan keturunannya, dan meluas-
kan batas-batas tanahnya. Kemakmuran Yafet meliputi
seluruh benua Eropa, sebagian besar Asia, dan mung-
kin juga Amerika. Perhatikanlah, Tuhan harus diakui
dalam semua perluasan yang kita dapatkan. Dialah
yang meluaskan pantai dan meluaskan hati. Dan lagi,
banyak yang tinggal dalam kemah-kemah besar, tidak
tinggal dalam kemah Tuhan , seperti halnya Yafet. Kedua,
Sem memiliki berkat dari sorga di atas: Ia akan (yaitu
Tuhan ) tinggal dalam kemah-kemah Sem. Artinya Dari
dirinyalah Kristus akan datang, dan dalam keturunan-
nya jemaat akan dilanjutkan. Hak waris itu sekarang
dibagi antara Sem dan Yafet. Sedangkan Ham ditolak
sepenuhnya. Dalam kerajaan yang sama-sama menjadi
bagian mereka, Kanaan ditetapkan menjadi hamba
keduanya. Bagian dua kali lipat diberikan kepada Sem,
sebab Tuhan akan tinggal dalam kemah-kemah Sem.
Kita pasti akan lebih berbahagia jika Tuhan tinggal dalam
kemah-kemah kita, dibandingkan jika kita memiliki semua
perak dan emas dalam dunia ini. Lebih baik tinggal da-
lam kemah-kemah bersama Tuhan dibandingkan tinggal da-
lam istana tanpa Dia. Di Salem, tempat kemah Tuhan
berada, ada lebih banyak kesenangan dan kepuasan
dibandingkan di semua daerah pesisir bangsa-bangsa bukan
Yahudi. Ketiga, Mereka berdua berkuasa atas Kanaan:
Kanaan akan menjadi hamba bagi keduanya, begitulah
pendapat sebagian orang. saat Yafet bergabung de-
ngan Sem, Kanaan tersungkur di hadapan mereka ber-
Kitab Kejadian 9:28-29
255
dua. saat orang-orang asing menjadi sahabat, musuh
menjadi hamba.
Umur Nuh
(9:28-29)
28 Nuh masih hidup tiga ratus lima puluh tahun sesudah air bah. 29 Jadi Nuh
mencapai umur sembilan ratus lima puluh tahun, lalu ia mati.
Lihatlah di sini,
1. Bagaimana Tuhan memberi usia yang panjang kepada Nuh. Ia
hidup sampai sembilan ratus lima puluh tahun, dua puluh tahun
lebih panjang dibandingkan usia Adam, namun sembilan belas tahun
lebih muda dibandingkan Metusalah. Umur panjang ini merupakan
pahala lebih lanjut atas kesalehannya, dan menjadi berkat yang
besar bagi dunia. Tidak perlu diragukan lagi bahwa dengan kele-
bihan ini, ia telah melanjutkan perannya sebagai pemberita kebe-
naran. Dan sekarang, semua yang mendengarkan berita kebenar-
an ini yaitu anak-anaknya sendiri.
2. Bagaimana Tuhan pada akhirnya juga membatasi masa hidupnya.
Meskipun berumur panjang, ia akhirnya mati juga, mungkin sete-
lah melihat banyak dari keturunannya yang mati di hadapannya.
Nuh hidup untuk melihat dua dunia, namun sebagai pewaris
kebenaran yang diperoleh melalui iman, ia pergi melihat dunia
yang jauh lebih baik dibandingkan keduanya saat ia mati.
PASAL 10
asal ini menunjukkan secara lebih khusus apa yang disebutkan
secara umum dalam Kejadian 9:19 perihal tiga anak Nuh, bahwa
dari mereka inilah tersebar penduduk seluruh bumi, serta buah
dari berkat itu (9:1, 7), penuhilah bumi. Ini yaitu satu-satunya
catatan pasti yang masih ada sampai sekarang perihal asal-usul
bangsa-bangsa. Namun, mungkin tidak ada bangsa lain selain bang-
sa Yahudi yang dapat meyakini dari sumber manakah mereka berasal
dari antara ketujuh puluh sumber (sebab begitu banyaknya sumber
di sini) yang ada. Akibat langkanya catatan-catatan kuno, percam-
puran bangsa-bangsa, perubahan-perubahan besar yang terjadi di
dalam bangsa-bangsa, rentang waktu yang panjang, maka hilanglah
pengetahuan tentang garis keturunan bangsa-bangsa dari penduduk
bumi sekarang ini. Juga tidak ada catatan silsilah asal-usul bangsa-
bangsa yang masih terpelihara dengan baik selain yang dimiliki oleh
bangsa Yahudi, demi kepentingan Sang Mesias. Hanya dalam pasal
inilah kita memiliki sebuah catatan singkat,
I. Perihal keturunan Yafet (ay. 2-5).
II. Perihal keturunan Ham (ay. 6-20), dan khususnya perihal
tentang Nimrod (ay. 8-10).
III. Perihal keturunan Sem (ay. 21 dan seterusnya).
Bangsa-bangsa Keturunan Nuh
(10:1-5)
1 Inilah keturunan Sem, Ham dan Yafet, anak-anak Nuh. sesudah air bah itu
lahirlah anak-anak lelaki bagi mereka. 2 Keturunan Yafet ialah Gomer,
Magog, Madai, Yawan, Tubal, Mesekh dan Tiras. 3 Keturunan Gomer ialah
Askenas, Rifat dan Togarma. 4 Keturunan Yawan ialah Elisa, Tarsis, orang
Kitim dan orang Dodanim. 5 Dari mereka inilah berpencar bangsa-bangsa
P
258
daerah pesisir. Itulah keturunan Yafet, masing-masing di tanahnya, dengan
bahasanya sendiri, menurut kaum dan bangsa mereka.
Musa mengawali dengan keluarga Yafet, mungkin sebab dialah yang
sulung, atau sebab keluarganya berada di tempat yang paling jauh
dari Israel dan tidak terlampau memedulikan mereka saat Musa
menulis kitab ini. Itulah sebabnya ia menyebut bangsa ini dengan
sangat singkat, dan segera menulis tentang keturunan Ham, yang
menjadi musuh Israel, kemudian dilanjutkan dengan keturunan Sem
yang menjadi nenek moyang Israel. Sebab jemaat orang percayalah
yang dijadikan sejarah oleh Kitab Suci, dan hanya bangsa-bangsa
dunia yang terkait dengan Israel dan tertarik kepada urusan Israel
sajalah yang dicatat di dalamnya. Amatilah,
1. Diketahui di sini bahwa anak-anak Nuh memiliki anak-anak yang
dilahirkan sesudah air bah, dengan maksud untuk memperbaiki
dan membangun kembali dunia umat manusia yang telah dihan-
curkan oleh air bah. Tuhan yang telah membinasakan, sekarang
menghidupkan.
2. Kepada keturunan Yafet diberikan daerah-daerah pesisir (ay. 5).
Yang mungkin diberikan dengan melempar undi dan dibagikan
kepada mereka sesudah dilakukan penelitian yang cermat dan
bersungguh-sungguh. Mungkin pulau kita ini (kepulauan Inggris,
tempat asal Matthew Henry pen.) juga menjadi salah satunya.
Semua tempat di seberang laut, kalau dilihat dari Yudea, disebut
tanah pesisir (Yer. 25:22). Hal ini mengarahkan pemahaman kita
bahwa janji dalam Yesaya 42:4, segala pulau mengharapkan peng-
ajarannya, menunjukkan pertobatan orang-orang bukan Yahudi
kepada iman di dalam Kristus.
Keturunan Ham; Perihal Nimrod
(10:6-14)
6 Keturunan Ham ialah Kush, Misraim, Put dan Kanaan. 7 Keturunan Kush
ialah Seba, Hawila, Sabta, Raema dan Sabtekha; anak-anak Raema ialah
Syeba dan Dedan. 8 Kush memperanakkan Nimrod; dialah yang mula-mula
sekali orang yang berkuasa di bumi; 9 ia seorang pemburu yang gagah
perkasa di hadapan TUHAN, sebab itu dikatakan orang: Seperti Nimrod,
seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN. 10 Mula-mula
kerajaannya terdiri dari Babel, Erekh, dan Akad, semuanya di tanah Sinear.
11 Dari negeri itu ia pergi ke Asyur, lalu mendirikan Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah
12 dan Resen di antara Niniwe dan Kalah; itulah kota besar itu. 13 Misraim
memperanakkan orang Ludim, orang Anamim, orang Lehabim, orang Naftu-
Kitab Kejadian 10:6-14
259
him, 14 orang Patrusim, orang Kasluhim dan orang Kaftorim; dari mereka
inilah berasal orang Filistin.
Hal yang dapat diamati agak banyak di dalam ayat-ayat ini yaitu
catatan tentang Nimrod (ay. 8-10). Di sini ia digambarkan sebagai
orang yang besar dalam zamannya: Dialah yang mula-mula sekali
orang yang berkuasa di bumi. Artinya, bila orang-orang yang telah
ada sebelum dia sudah merasa cukup puas berdiri sama derajat
dengan sesama mereka, dan meskipun tiap orang memerintah di
rumah masing-masing, tidak ada yang berani bertindak lebih jauh
dibandingkan itu. Namun sebaliknya, pikiran Nimrod yang bercita-cita
tinggi tidak dapat berhenti sampai di sini. Ia memutuskan untuk
menjulang tinggi melampaui sesamanya. Tidak saja menjadi yang
menonjol di antara mereka, namun menjadi tuan atas mereka. Sema-
ngat seperti itulah yang menggerakkan raksasa-raksasa sebelum air
bah, yang menjadi orang-orang yang gagah perkasa dan orang-orang
kenamaan (6:4). Semangat itu kini dibangkitkan kembali di dalam
dirinya. Begitu cepat sesudah penghakiman luar biasa yang membawa
orang-orang sombong dan penguasa yang jahat itu dibawa ke dalam
dunia orang mati. Perhatikanlah, dalam diri sebagian orang ada ter-
kandung keinginan dan hasrat yang teramat besar untuk berkuasa.
Seperti apa yang pernah ada akan ada lagi, tak peduli murka Tuhan
sering dinyatakan dari sorga terhadap mereka. Di seberang neraka
ini, tidak ada yang dapat merendahkan dan mematahkan jiwa-jiwa
sombong sejumlah orang. Dalam hal ini mereka menjadi sama seperti
Iblis (Yes. 14:14-15). Nah,
I. Nimrod yaitu seorang pemburu yang gagah perkasa. Dengan
keahlian inilah ia mulai, dan sebab inilah ia menjadi terkenal
dan diungkapkan dalam sebuah peribahasa. Untuk mengenang-
nya, setiap pemburu yang hebat akan disebut seperti Nimrod.
1. Beberapa orang berpendapat bahwa ia sangat mahir dalam hal
berburu, berbakti kepada negerinya dengan mengusir sejum-
lah besar binatang-binatang buas yang mengganggu wilayah
itu. Dengan demikian secara perlahan-lahan ia mulai disukai
oleh sesamanya, dan diangkat sebagai raja mereka. Orang-
orang yang menjalankan kekuasaan setidaknya akan disebut
pelindung-pelindung (Luk. 22:25).
2. Sebagian orang lain berpendapat bahwa dengan dalih untuk
berburu, ia mengumpulkan pengikut-pengikutnya, untuk meng-
260
hadapi permainan lain yang harus dimainkan. Dengan cara
demikian, ia kemudian membawa dirinya tampil sebagai pe-
mimpin negeri itu dan menjadikan mereka sebagai rakyatnya.
Ia yaitu seorang pemburu yang gagah perkasa. Artinya, ia
seorang penakluk yang kejam, yang merampas hak-hak dan
harta milik sesamanya. Ia penganiaya orang-orang yang tidak
bersalah, menyeret semua orang ke hadapannya, dan menjadi-
kan mereka semua miliknya dengan paksaan dan kekerasan.
Ia mengira bahwa dirinya seorang raja yang sangat berkuasa,
namun di hadapan Tuhan (yaitu dalam pandangan Tuhan ), ia
hanyalah seorang pemburu yang gagah perkasa. Perhatikan-
lah, penakluk-penakluk besar hanyalah pemburu-pemburu
besar belaka. Iskandar Agung dan Caesar tidak dipandang se-
bagai seorang tokoh yang hebat di dalam sejarah Kitab Suci
seperti halnya di dalam kitab sejarah umum. Alexander digam-
barkan di dalam nubuatan hanya sebagai seekor kambing jan-
tan yang melintas (Dan. 8:5). Nimrod seorang pemburu yang
gagah perkasa melawan Tuhan, begitulah yang dikatakan da-
lam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa
Yunani pen.), artinya,
(1) Ia menetapkan penyembahan berhala, seperti yang dilaku-
kan oleh Yerobeam, untuk meneguhkan kekuasaan yang
diperolehnya secara tidak sah. Supaya ia dapat mendirikan
sebuah pemerintahan baru, ia menciptakan sebuah agama
baru di atas reruntuhan peraturan budaya kuno. Babel
yaitu ibu dari wanita-wanita pelacur. Atau,
(2) Ia melanjutkan kekerasan dan kekejamannya dalam menen-
tang Tuhan sendiri, menantang sorga dengan ketidaksaleh-
annya, seolah-olah ia dan pemburu-pemburunya dapat me-
nakut-nakuti Yang Mahakuasa, dan berusaha menandingi
TUHAN semesta alam dan semua bala tentara-Nya. Seolah-
olah belum cukup ia melelahkan orang, sehingga ia merasa
sanggup melelahkan Tuhan juga (Yes. 7:13).
II. Nimrod seorang penguasa yang besar: mula-mula kerajaannya
terdiri dari Babel (ay. 10). Dengan berbagai cara, dengan kelihaian
atau senjata, ia meraih kekuasaan, baik sebab dipilih sebagai
penguasa maupun dengan paksaan untuk merampas kekuasaan.
Begitulah dasar-dasar sebuah kerajaan diletakkan, yang kemu-
Kitab Kejadian 10:6-14
261
dian berkepala emas, menjadi ketakutan yang mengancam, dan
berusaha mengusai seluruh dunia. Tampaknya ia tidak memiliki
hak untuk berkuasa menurut garis keturunan. Ia tampaknya
dipilih untuk memerintah sebab kemampuannya, seperti dugaan
sebagian orang, atau sebab kekuatan dan kelihaiannya ia per-
lahan-lahan berkuasa, dan mungkin tanpa disadari orang, akhir-
nya duduk di puncak kekuasaan. Lihatlah pola pemerintahan
zaman dahulu kala, khususnya bagaimana kedaulatan diserah-
kan ke dalam tangan satu orang saja. Apa yang telah dimulai
Nimrod dan sesamanya, segera diikuti oleh bangsa-bangsa lain
yang menyerahkan sepenuhnya keamanan dan kesejahteraan
bersama mereka di bawah satu kepala pemerintahan. Tak peduli
bagaimana pemerintah tersebut dibentuk, hasilnya terbukti men-
jadi berkat bagi dunia, sehingga diakui bahwa keadaan akan men-
jadi buruk bila tidak ada raja di Israel.
III. Nimrod seorang pembangun yang besar. Mungkin dia jugalah
perancang pembangunan menara Babel, dan di sanalah ia
memulai kerajaannya. Namun, saat rancangannya untuk me-
merintah semua keturunan Nuh dikacaukan oleh kebingungan
berbahasa, maka dari negeri itu ia pergi ke Asyur (begitulah tafsir-
an tambahan ayat 11), dan mendirikan Niniwe dan seterusnya.
sesudah mendirikan kota-kota ini, ia memimpin dan memerintah
mereka. Amatilah hasrat ingin berkuasa dalam diri Nimrod,
1. Hasrat itu tidak terbatas. Banyak orang ingin memiliki lebih
banyak lagi, dan berseru, untukku, untukku.
2. Hasrat itu membawa ketidaktenangan. saat Nimrod telah
menguasai empat kota di bawah pemerintahannya, ia tidak
dapat merasa puas sampai ia memiliki empat kota lagi.
3. Hasrat itu mahal harganya. Nimrod lebih suka mendirikan
kota-kota dibandingkan memiliki kehormatan dengan memerintah
mereka. Semangat membangun merupakan dampak umum
dari kesombongan rohani.
4. Hasrat itu menantang dan akan terus berlanjut dengan berba-
gai kesulitan yang tidak menghasilkan apa-apa. Nama Nimrod
berarti pendurhakaan, yang (jika ia memang menyalahguna-
kan kekuasaannya untuk menindas sesamanya) mengajarkan
kepada kita bahwa penguasa yang bengis terhadap manusia
262
yaitu orang pendurhaka di hadapan Tuhan , dan pendurhaka-
an mereka yaitu sama seperti dosa bertenung.
Keturunan Kanaan dan Daerah Mereka
(10:15-20)
15 Kanaan memperanakkan Sidon, anak sulungnya, dan Het, 16 serta orang
Yebusi, orang Amori dan orang Girgasi; 17 orang Hewi, orang Arki, orang Sini,
18 orang Arwadi, orang Semari dan orang Hamati; kemudian berseraklah
kaum-kaum orang Kanaan itu. 19 Daerah orang Kanaan yaitu dari Sidon ke
arah Gerar sampai ke Gaza, ke arah Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim
sampai ke Lasa. 20 Itulah keturunan Ham menurut kaum mereka, menurut
bahasa mereka, menurut tanah mereka, menurut bangsa mereka.
Amatilah di sini,
1. Catatan keturunan Kanaan yang menguraikan perihal kaum
keluarga dan suku bangsa yang diturunkan dari dirinya, serta
tanah-tanah yang mereka miliki, disebutkan secara lebih khusus
dalam pasal ini dibandingkan keturunan yang lain. Ini sebab suku-
suku bangsa tersebut yang nantinya ditaklukkan oleh bangsa
Israel, dan tanah-tanah mereka ini sedang dalam proses waktu
untuk menjadi tanah suci, tanah Immanuel. Tuhan menaruh per-
hatian khusus saat Ia membuang undi bagi bangsa yang berada
di bawah kutuk ini di atas tanah yang telah dipilih-Nya bagi
umat-Nya sendiri. Hal ini diperhatikan Musa dalam Ulangan 32:8,
saat Sang Mahatinggi membagi-bagikan pusaka kepada bangsa-
bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.
2. Melalui catatan ini tampak bahwa jumlah keturunan Kanaan itu
sangat banyak, kaya, dan berada dalam keadaan yang sangat me-
nyenangkan. Walaupun demikian, Kanaan itu berada di bawah
kutukan, kutukan ilahi, dan bukan sebuah kutukan tanpa sebab.
Perhatikanlah, orang-orang yang berada di bawah kutuk Tuhan
mungkin saja berada dalam keadaan yang makmur dan sangat
berkelimpahan dalam dunia ini. sebab kita tidak dapat mengeta-
hui kasih atau kebencian, berkat atau kutuk, melalui apa yang
ada di hadapan kita, selain melalui apa yang ada di dalam kita
(Pkh. 9:1). Kutukan Tuhan selalu sungguh-sungguh bekerja dan
sangat mengerikan. Namun, mungkin yang ada di sini yaitu ku-
tukan rahasia, kutukan terhadap jiwa, yang tidak bekerja secara
kasatmata dan tidak bekerja dengan cepat. Namun, melalui kutuk
itu telah disediakan hari kemurkaan bagi orang-orang berdosa
Kitab Kejadian 10:21-32
263
dan mereka terikat olehnya. Di sini Kanaan menduduki tanah
yang lebih baik dibandingkan Sem atau Yafet, namun mereka berdua
memiliki bagian yang lebih baik, sebab mereka mewarisi berkat itu.
Keturunan Sem
(10:21-32)
21 Lahirlah juga anak-anak bagi Sem, bapa semua anak Eber serta abang
Yafet. 22 Keturunan Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud dan Aram. 23
Keturunan Aram ialah Us, Hul, Geter dan Mas. 24 Arpakhsad memperanak-
kan Selah, dan Selah memperanakkan Eber. 25 Bagi Eber lahir dua anak laki-
laki; nama yang seorang ialah Peleg, sebab dalam zamannya bumi terbagi,
dan nama adiknya ialah Yoktan. 26 Yoktan memperanakkan Almodad, Selef,
Hazar-Mawet dan Yerah, 27 Hadoram, Uzal dan Dikla, 28 Obal, Abimael dan
Syeba, 29 Ofir, Hawila dan Yobab; itulah semuanya keturunan Yoktan. 30
Daerah kediaman mereka terbentang dari Mesa ke arah Sefar, yaitu pegu-
nungan di sebelah timur. 31 Itulah keturunan Sem, menurut kaum mereka,
menurut bahasa mereka, menurut tanah mereka, menurut bangsa mereka. 32
Itulah segala kaum anak-anak Nuh menurut keturunan mereka, menurut
bangsa mereka. Dan dari mereka itulah berpencar bangsa-bangsa di bumi
sesudah air bah itu.
Terdapat dua hal yang secara khusus dapat diamati dalam catatan
tentang keturunan Sem ini:
I. Gambaran tentang Sem (ay. 21). Kita tidak saja mengenal nama-
nya, Sem, yang menunjukkan sebuah nama, namun dua gelar
untuk menghormati dirinya sebab :
1. Ia yaitu bapa semua anak Eber. Eber yaitu cicitnya, namun
mengapa ia harus disebut bapa dari semua anaknya, dan
bukannya semua anak Arpakhsad, atau Selah dan seterus-
nya? Mungkin sebab Abraham dan keturunannya, bangsa
kovenan Tuhan , tidak saja diturunkan dari Eber, namun dari
dialah mereka disebut bangsa Ibrani (14:13), Abram orang
Ibrani itu. Rasul Paulus memandang sebagai hak istimewanya
bahwa ia yaitu orang Ibrani asli (Flp. 3:5). Kita boleh yakin
bahwa Eber ini yaitu seorang yang saleh pada masa itu
saat orang sudah tidak lagi percaya kepada Tuhan . Ia menjadi
teladan hidup saleh sehingga ada bahasa kudus yang secara
umum disebut sesuai dengan namanya, yaitu bahasa Ibrani.
Sangat mungkin bahwa ia mempertahankan bahasa ini di da-
lam keluarganya pada waktu kekacauan Babel, sebagai bukti
perkenan Tuhan kepadanya. Dari dialah orang-orang percaya
disebut anak-anak Eber. Nah, saat si penulis kitab yang
264
penuh ilham ini hendak memberi gelar kehormatan kepada
Sem, ia menyebutnya bapa orang-orang Ibrani. Meskipun
saat Musa menulis bagian ini, mereka yaitu bangsa yang
miskin dan hina, budak-budak di tanah Mesir, ini merupakan
suatu kehormatan bagi seseorang bila memiliki hubungan
darah dengan mereka. Seperti Ham, meskipun ia memiliki ba-
nyak anak, ia tidak diakui dan disebut bapa Kanaan, yang di
atas dirinyalah kutuk tersebut diwariskan (9:22), begitu juga
Sem, meskipun memiliki banyak anak, ia dimuliakan dengan
gelar bapa Eber, yang atas keturunannyalah berkat itu diwa-
riskan. Perhatikanlah, sebuah keluarga orang-orang kudus
lebih sungguh-sungguh dihormati dibandingkan sebuah keluarga
orang bangsawan. Keturunan kudus dari Sem lebih dihormati
dibandingkan keturunan bangsawan Ham. Dua belas kepala suku
keturunan Yakub lebih dihormati dibandingkan dua belas raja-raja
keturunan Ismael (17:20). Kebaikan yaitu kebesaran yang
sesungguhnya.
2. Ia yaitu abang Yafet. Dengan sebutan ini, tampaklah bahwa,
walaupun Sem disebutkan pertama, dia bukanlah anak sulung
Nuh. Yafetlah yang sulung. Namun, mengapa sebutan tadi di-
lekatkan pada Sem sebagai gelar dan gambaran baginya, yaitu
bahwa ia yaitu abang Yafet, sekalipun hal ini sebenarnya su-
dah sering dikatakan sebelumnya? Bukankah dia juga abang
bagi Ham? Mungkin hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan
persatuan orang-orang bukan Yahudi dengan orang Yahudi di
dalam jemaat. Sang sejarawan sejarah kudus menyebut seba-
gai kehormatan bagi Sem bahwa ia yaitu bapa orang-orang
Ibrani. Namun, supaya jangan sampai keturunan Yafet diang-
gap berada di luar jemaat selamanya, di sini sang sejarawan
tersebut mengingatkan kita bahwa ia yaitu abang Yafet,
bukan saja sebab kelahiran, melainkan juga di dalam berkat,
sebab dikatakan hendaklah Yafet tinggal dalam kemah-kemah
Sem. Perhatikanlah,
(1) Orang-orang yang menjadi saudara terbaik yaitu mereka
yang sebab anugerah menjadi bersaudara, dan yang ber-
temu di dalam kovenan Tuhan serta dalam persekutuan
orang-orang kudus.
(2) Dalam mencurahkan anugerah-Nya, Tuhan tidak melaku-
kannya menurut tingkatan umur, namun adakalanya yang
Kitab Kejadian 10:21-32
265
lebih muda mendahului untuk bergabung dengan jemaat,
sehingga demikianlah yang terakhir akan menjadi yang ter-
dahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
II. Alasan pemberian nama Peleg (ay. 25), sebab dalam zamannya
(artinya, sekitar waktu ia dilahirkan, saat ia diberi nama), bumi
terbagi di antara anak-anak manusia supaya mereka menduduki-
nya. Baik sesudah Nuh membaginya dengan membuat pembagian
secara tertib seperti Yosua membagi tanah Kanaan melalui undi,
maupun sesudah mereka menolak untuk menaati pembagian itu,
sesudah Tuhan , dalam keadilan-Nya memisahkan mereka melalui
kekacauan bahasa. Saat mana pun peristiwa ini terjadi, Eber yang
saleh itu melihat alasan untuk melanjutkan peringatan itu
dengan memberi nama Peleg kepada anaknya. Tepat kiranya
jika kita menamakan anak-anak kita dengan nama yang sama,
sebab di zaman kita ini, bumi ini, jemaat ini, terbagi-bagi dalam
keadaan yang sangat buruk.
PASAL 1 1
erbedaan lama antara anak-anak Tuhan dan anak-anak manusia
(antara orang-orang yang percaya Tuhan dan orang-orang fasik)
yang selamat dari air bah itu, sekarang muncul kembali sesudah
manusia mulai bertambah banyak. Sesuai cara pembedaan itu, di
dalam pasal ini kita membaca hal-hal sebagai berikut,
I. Penyerakan anak-anak manusia di Babel (ay. 1-9), di dalam-
nya kita mendapati,
1. Rancangan berani mereka yang membangkitkan amarah
Tuhan dengan membangun sebuah kota dan sebuah me-
nara (ay. 1-4).
2. Penghukuman yang adil dari Tuhan atas mereka melalui
penggagalan rancangan itu, dengan cara mengacaubalau-
kan bahasa mereka, dan dengan demikian mencerai-berai-
kan mereka (ay. 5-9).
II. Catatan garis silsilah anak-anak Tuhan ke bawah sampai
kepada Abraham (ay. 10-26), dengan disertai catatan umum
perihal kaum keluarganya, serta kepindahannya dari negeri
asal mereka (ay. 27 dan seterusnya).
Kekacauan Bahasa
(11:1-4)
1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. 2 Maka berang-
katlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear,
lalu menetaplah mereka di sana. 3 Mereka berkata seorang kepada yang lain:
Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik. Lalu bata
itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. 4
Juga kata mereka: Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan se-
buah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama,
supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.
P
268
Penutup pasal sebelumnya memberi tahu kita bahwa melalui anak-
anak Nuh, atau dari antara anak-anak Nuh, dan dari mereka itulah
berpencar bangsa-bangsa di bumi sesudah air bah itu. Artinya, mereka
dibedakan menjadi sejumlah suku atau wilayah hunian mereka.
Sebab kawasan itu telah menjadi semakin sempit bagi mereka, maka
atas petunjuk Nuh atau kesepakatan di antara anak-anaknya, bebe-
rapa suku atau wilayah hunian harus menentukan arahnya masing-
masing, dimulai dari negeri-negeri yang bersebelahan dengan mereka
dan dirancang untuk dilanjutkan lebih jauh dan lebih jauh lagi, serta
berpindah ke jarak yang lebih jauh dari tempat mereka masing-
masing, sesuai luas ruang yang dibutuhkan untuk menampung jum-
lah peningkatan anggota kelompok mereka. Dengan demikian, masa-
lah itu dapat diselesaikan dengan baik pada masa seratus tahun
sesudah air bah, sekitar waktu kelahiran Peleg. Namun, tampaknya
anak-anak manusia enggan menyebar ke tempat-tempat yang lebih
jauh. Mereka beranggapan bahwa tempat mereka lebih menyenang-
kan dan lebih aman. Oleh sebab itulah mereka berusaha untuk te-
tap tinggal bersama-sama, dan bermalas-malas, sehingga tidak pergi
menduduki negeri yang telah diberikan kepada mereka oleh TUHAN
Tuhan (Yos. 18:3). Mereka mengira diri mereka lebih bijak dibandingkan
Tuhan atau Nuh. Nah, di sini kita membaca perihal,
I. Keuntungan yang mendasari rancangan mereka untuk tetap ting-
gal bersama,
1. Mereka semua berasal dari satu bahasa (ay. 1). Seandainya
ada bahasa lain sebelum air bah, maka hanya bahasa yang
dipakai Nuh sajalah, yang mungkin sama dengan bahasa
Adam, yang masih dipertahankan melalui peristiwa air bah itu,
dan terus berlanjut sesudah itu. Nah, sementara mereka ma-
sih saling mengerti bahasa masing-masing, mereka cenderung
lebih saling mengasihi, semakin mampu untuk saling mem-
bantu, dan kecil kemungkinan dapat saling berpisah.
2. Mereka menjumpai tempat yang nyaman untuk dihuni (ay. 2),
sebuah tanah datar di tanah Sinear, dataran yang sangat luas,
sehingga dapat menampung mereka semua. Lagi pula, dataran
itu subur, dan sesuai dengan jumlah mereka pada saat itu.
Kawasan itu sanggup mendukung kebutuhan pangan mereka
semua, walaupun mungkin mereka belum mempertimbangkan
apakah kawasan itu memiliki daya tampung yang cukup un-
Kitab Kejadian 11:1-4
269
tuk menampung mereka semua saat jumlah mereka semakin
bertambah-tambah. Perhatikanlah, tempat tinggal yang menarik
hati pada saat sekarang, sering terbukti menjadi godaan kuat
untuk mengabaikan tugas dan kepentingan yang menyangkut
masa depan.
II. Cara yang mereka gunakan untuk saling mengikat diri, dan ting-
gal bersama-sama dalam satu kesatuan. Bukannya berusaha
keras memperluas batas-batas ruang hidup mereka dengan cara
berangkat dengan damai di bawah perlindungan ilahi, mereka
malah berusaha membentengi diri. Dan sama seperti orang-orang
yang terus menentang sorga, mereka tetap bertahan. Kesepakatan
yang mereka ambil yaitu , Marilah kita dirikan bagi kita sebuah
kota dengan sebuah menara. Dapat diamati bahwa para pem-
bangun kota yang pertama, baik di dunia purba (4:17) dan di
dunia zaman sekarang, bukanlah orang yang berwatak baik dan
memiliki nama yang baik. Kemah-kemah digunakan umat Tuhan
untuk tinggal, sedangkan kota-kota dibangun oleh orang-orang
yang memberontak terhadap Dia dan mengingkari Dia. Amatilah
di sini,
1. Betapa bergairahnya mereka dan betapa mereka saling men-
dorong satu sama lain untuk segera memulai pekerjaan ini.
Mereka berkata, Marilah kita membuat batu bata (ay. 3), dan
sekali lagi (ay. 4), Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota.
Melalui kegairahan bersama ini, mereka saling meneguhkan
hati dan semakin berani bertindak. Hal-hal besar dapat terwu-
jud saat jumlah para pelaksana menjadi sangat besar dan
semuanya sepakat untuk melaksanakan tujuan tersebut, serta
saling membangkitkan semangat untuk mencapai tujuan.
Marilah kita belajar untuk mendorong satu sama lain untuk
saling mengasihi dan melakukan pekerjaan baik, seperti
orang-orang berdosa saling menyemangati dan mendorong
satu sama lain untuk melakukan pekerjaan jahat (lih. Mzm.
122:1; Yes. 2:3, 5; Yer. 50:5).
2. Bahan-bahan apa saja yang mereka gunakan dalam bangunan
mereka. sebab tanah itu datar, tidak ditemukan adanya batu
atau campuran bahan semen dan kapur. Namun hal ini tidak
menyurutkan tekad mereka untuk melaksanakan kesepakatan
ini. Mereka membuat batu bata yang akan digunakan sebagai
270
pengganti batu, dan lumpur atau jerami sebagai pengganti se-
men. Perhatikan di sini,
(1) Betapa perubahan yang ingin mereka lakukan sanggup
membuat mereka begitu teguh dalam tujuan mereka. Se-
andainya saja kita bersemangat melakukan sesuatu yang
baik, seharusnya kita tidak menghentikan pekerjaan sese-
ring yang kita lakukan, dengan dalih supaya mudah men-
jalankannya.
(2) Betapa besar perbedaan bahan bangunan yang digunakan
manusia untuk membangun dan bahan bangunan yang
digunakan Tuhan . saat manusia membangun Babel mere-
ka, batu bata dan lumpur yaitu bahan terbaik mereka,
sedangkan saat Tuhan membangun Yerusalem-Nya, Ia
meletakkan dasar-dasarnya dengan batu nilam, dan sege-
nap tembok perbatasannya dari batu permata (Yes. 54:11-
12; Why. 21:19).
3. Untuk tujuan apa mereka membangun. Sebagian orang ber-
pendapat bahwa dengan membangun menara ini, mereka ber-
harap dapat mengamankan diri terhadap air yang ditimbulkan
air bah berikutnya. Tuhan memang telah memberitahukan ke-
pada mereka bahwa Ia tidak akan menenggelamkan dunia ini
lagi, namun mereka lebih mempercayai sebuah menara buatan
sendiri dibandingkan janji yang dibuat Tuhan atau sebuah bahtera
menurut petunjuk-Nya. Bagaimanapun, seandainya mereka
benar-benar memperhatikan hal ini, seharusnya mereka lebih
baik memilih membangun sebuah menara di atas gunung
dibandingkan di dataran. Namun, tampaknya ada tiga hal yang
ingin mereka capai dalam pembangunan menara ini:
(1) Menara ini dirancang untuk menentang Tuhan sendiri. Kare-
na mereka akan membangun sebuah menara yang puncak-
nya sampai ke langit, yang membuktikan adanya ketidak-
taatan yang terang-terangan, setidaknya mereka ingin
menyaingi Tuhan . Mereka hendak menyamai Yang Maha-
tinggi, atau hendak datang sedekat mungkin sesuai ke-
mampuan mereka kepada Tuhan , bukan dalam kekudusan,
melainkan dalam keangkuhan hati. Mereka lupa akan tem-
pat mereka. Menolak melata di bumi, mereka bertekad me-
Kitab Kejadian 11:1-4
271
manjat ke sorga, dan tidak dengan melalui pintu atau tang-
ga, namun dengan cara-cara lain.
(2) Dengan ini mereka berharap membuat nama bagi mereka
sendiri. Mereka ingin melakukan sesuatu yang akan ba-
nyak dibicarakan orang di zaman sekarang ini, dan mem-
beritahukan kepada semua keturunan mereka di segala
zaman bahwa pernah ada manusia seperti mereka di dunia
ini. Bukannya mati tanpa meninggalkan catatan di bela-
kang mereka, mereka malah meninggalkan tugu peringatan
tentang keangkuhan, hasrat yang kuat akan hal-hal dunia-
wi, dan kebodohan mereka. Perhatikan baik-baik hal beri-
kut ini,
[1] Mencintai kehormatan dan sebuah nama di antara
manusia, umumnya mengilhami munculnya semangat
tinggi yang aneh-aneh dan kesepakatan pelaksanaan
yang sulit, serta sering membuka diri kepada yang jahat
dan melawan Tuhan .
[2] Sudah sepantasnya Tuhan mengubur nama-nama yang
dibangkitkan oleh dosa itu di dalam debu. Para pendiri
Babel ini membayar harga yang sangat mahal dan bo-
doh untuk mengukir sebuah nama bagi mereka. Na-
mun, mereka tidak akan berhasil mencapai cita-cita ini,
sebab tidak pernah ada tertulis dalam sejarah mana
pun mengenai salah satu dari para pendiri Babel ini.
Philo Judaeus (ahli filsafat Helenisme berkebangsaan
Yahudi tahun 50 SM pen.) mengatakan bahwa mereka
mengukir nama masing-masing di atas sebuah batu
bata, in perpetuam rei memoriam sebagai peringatan
yang abadi, namun perbuatan mereka ini tidak men-
capai tujuan yang dimaksud.
(3) Mereka melakukannya untuk mencegah penyebaran mere-
ka: supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi. Hal itu
dilakukan, (kata Yosefus sejarawan Yahudi), dalam keti-
da