lah bagaimana hukuman mereka,
(1) Sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka
mengikuti para allah dari bangsa-bangsa di sekeliling mere-
ka, bahkan yang paling hina sekalipun, sehingga Allah
lalu membuat mereka melayani para raja dari bangsa-
bangsa di sekeliling mereka, bahkan yang paling hina sekali-
pun. Orang yang berkumpul dengan semua orang bodoh
sudah sewajarnya dijadikan bahan permainan seperti orang
bodoh oleh semua kumpulan.
(2) Sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah.
Tangan sorga berbalik melawan mereka seperti itu, sesuai
dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh
TUHAN dengan sumpah (ay. 15), yang merujuk kepada
kutuk dan kematian yang telah diperhadapkan kepada
mereka di dalam perjanjian, bersama-sama dengan berkat
dan kehidupan. Orang-orang yang telah mendapati Allah
setia kepada janji-janji-Nya dapat melihat dari sini bahwa
Ia juga akan setia kepada ancaman-ancaman-Nya.
III. Allah sumber belas kasih yang tak terbatas berbelas kasihan
kepada umat-Nya dalam kesusahan mereka, meskipun mereka
telah menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam kesusahan itu
oleh dosa dan kebodohan mereka sendiri, dan mengadakan pem-
bebasan bagi mereka. Walaupun kesusahan yang mereka alami
yaitu hukuman bagi dosa mereka dan penggenapan dari firman
Allah, namun seiring berjalannya waktu mereka diselamatkan
dari kesusahan itu (ay. 16-18). Di sini amatilah,
1. Apa yang mendorong pembebasan mereka. Pembebasan itu se-
mata-mata timbul dari rasa iba dan belas kasihan Allah yang
418
lembut. Alasannya bersumber dari dalam diri-Nya sendiri.
Tidak dikatakan, mereka menyesal sebab pelanggaran-pelang-
garan mereka sebab tampak dari ayat 17, bahwa banyak dari
mereka tetap tidak berubah, melainkan, TUHAN berbelas ka-
sihan mendengar rintihan mereka. Walaupun bukan beban
dosa, melainkan terlebih beban penderitaanlah yang menye-
babkan mereka dikatakan mengerang. Memang benar bahwa
mereka pantas untuk binasa selamanya di bawah kutuk Allah,
namun, sebab ini yaitu hari kesabaran-Nya dan hari penco-
baan kita, maka Ia tidak menumpahkan seluruh murka-Nya.
Ia bisa saja dengan adil meninggalkan mereka, namun Ia tidak
dapat melakukannya sebab iba.
2. Sarana-sarana yang dipakai untuk membebaskan mereka.
Allah tidak mengutus para malaikat dari sorga untuk menyela-
matkan mereka, atau membawa kekuatan asing mana pun
untuk menolong mereka, namun membangkitkan hakim-hakim
dari antara mereka sendiri, saat ada keperluan untuk itu.
Allah melengkapi dan memanggil hakim-hakim ini untuk mela-
kukan pekerjaan khusus yang telah dirancangkan untuk me-
reka itu, yaitu memperbaharui dan membebaskan Israel. Dan
Allah memahkotai usaha-usaha keras mereka dengan keber-
hasilan yang menakjubkan: TUHAN menyertai hakim-hakim
itu saat Ia membangkitkan mereka, dan dengan begitu mere-
ka menjadi penyelamat. Amatilah,
(1) Pada masa-masa terjadi kemerosotan dan kesusahan ter-
besar dalam jemaat, ada sebagian orang yang akan didapati
atau dipakai Allah untuk memperbaiki masalah-masalah-
nya dan meluruskan kembali segala sesuatunya.
(2) Allah harus diakui di dalam orang-orang yang berguna
yang dibangkitkan tepat pada waktunya untuk kebaikan
umum. Ia menganugerahi orang-orang dengan hikmat dan
keberanian, memberi mereka hati untuk bertindak dan
mengambil risiko. Segala sesuatu yang bisa menjadi berkat
bagi negeri mereka haruslah dipandang sebagai pemberian-
pemberian dari Allah.
(3) Siapa yang dipanggil Allah akan diakui-Nya, dan akan dipim-
pin dengan hadirat-Nya. Siapa yang dibangkitkan-Nya, akan
disertai-Nya.
Kitab Hakim-hakim 2:6-23
419
(4) Para hakim dari suatu negeri yaitu penyelamat negeri ter-
sebut.
IV. Orang-orang Israel yang telah merosot tidak berhasil diperbaharui
dengan sepenuhnya, sekalipun oleh hakim-hakim mereka (ay. 17-
19).
1. Bahkan selama hakim-hakim mereka ada bersama mereka,
dan giat mengerjakan pembaharuan, ada orang-orang yang
tidak menghiraukan hakim-hakim mereka, namun justru pada
saat itu berzinah dengan mengikuti allah lain. Betapa mereka
tergila-gila dengan berhala mereka, dan begitu betah membela-
kangi Allah. Mereka telah dinikahkan dengan Allah, namun
mereka memutuskan perjanjian pernikahan itu, dan berzinah
dengan mengikuti allah-allah ini. Penyembahan berhala ada-
lah perzinahan rohani. Begitu keji, hina, dan durhaka penyem-
bahan berhala itu, dan orang-orang yang sudah kecanduan
dengannya jarang dapat disadarkan kembali.
2. Orang-orang yang pada masa pembaharuan sudah mulai ber-
ubah, segera menyimpang dari jalan itu lagi, dan menjadi jahat
seperti sebelumnya. Jalan yang darinya mereka menyimpang
yaitu jalan yang dahulu diikuti oleh nenek moyang mereka
yang saleh, dan yang di dalamnya nenek moyang mereka su-
dah menempatkan mereka untuk mereka telusuri. Pada awal-
nya, mereka segera berjalan di bawah pengaruh teladan yang
baik dari nenek moyang mereka dan dari pengajaran yang baik
yang telah mereka terima sendiri. Demikianlah yang diperbuat
anak-anak yang fasik dari orangtua yang saleh, dan sebab itu
mereka akan dimintai pertanggungjawaban yang besar. Akan
namun , jika hakim itu mati, mereka memandang bahwa
bendungan yang menahan aliran sungai penyembahan berhala
mereka telah dibuka, dan lalu penyembahan berhala itu
mengalir kembali dengan jauh lebih deras. Dan zaman berikut-
nya tampak malah menjadi lebih buruk kendati dengan usaha -
usaha yang telah dilakukan menuju pembaharuan (ay. 19).
Mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mere-
ka. Mereka berusaha mengalahkan nenek moyang mereka
dalam memperbanyak dewa-dewa asing dan menciptakan tata
ibadah yang penuh kecemaran dan kedurhakaan, yang sungguh
bertentangan dengan para pembaharu mereka. Mereka tidak
420
berhenti, atau, sesuai dengan kata aslinya, mereka tidak mau
meninggalkan, satu pun dari perbuatan-perbuatan mereka.
Mereka tidak merasa malu dengan penyembahan-penyembah-
an berhala mereka yang teramat menjijikkan itu, tidak pula
merasa lelah dengan penyembahan-penyembahan berhala
yang teramat biadab itu. Mereka tidak mau mundur satu lang-
kah pun dari kelakuan mereka yang keras dan tegar itu. Demi-
kianlah orang-orang yang telah meninggalkan jalan-jalan Allah
yang baik, yang dulu pernah mereka kenal dan akui, biasanya
berdosa dengan paling lancang dan di luar batas, dan hati
mereka menjadi teramat keras.
V. Ketetapan hati Allah yang adil dalam hal ini yaitu tetap melan-
jutkan tongkat didikan untuk menghajar mereka.
1. Dosa mereka yaitu membiarkan orang Kanaan hidup, dan ini
dilakukan dalam penghinaan dan pelanggaran terhadap per-
janjian yang telah dibuat Allah dengan mereka dan perintah-
perintah yang telah diberikan-Nya kepada mereka (ay. 20).
2. Hukuman mereka yaitu bahwa orang Kanaan tetap dibiarkan
hidup, dan dengan begitu mereka dipukul dengan tongkat me-
reka sendiri. Tidak semua orang Kanaan diserahkan ke tangan
Yosua semasa dia hidup (ay. 23). Yesus Tuhan kita, walaupun
telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-pengua-
sa, namun masih belum menuntaskan kemenangan-Nya. Te-
tapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah
ditaklukkan kepada-Nya. Masih ada sisa-sisa pengaruh Iblis di
dalam jemaat, sama seperti ada sisa-sisa orang Kanaan di
tanah perjanjian. namun Yosua kita hidup selama-lamanya,
dan pada hari penghakiman agung Ia akan menyempurnakan
penaklukan-Nya. Sesudah Yosua mati, tidak banyak yang dila-
kukan untuk melawan orang Kanaan untuk waktu yang lama.
Israel menuruti kemauan mereka, dan menjadi akrab dengan
mereka, dan sebab itu Allah tidak mau menghalau mereka
lagi (ay. 21). Jika mereka mau memiliki penduduk yang seperti
ini di antara mereka, biarlah mereka mendapatkannya, dan
lihat saja apa akibatnya. Allah menuruti kemauan-kemauan
mereka yang menyesatkan (Yes. 66:4). Demikianlah manusia
menumbuhkan dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri yang
bobrok, dan, bukannya mematikannya, mereka malah memeli-
Kitab Hakim-hakim 2:6-23
421
haranya, dan sebab itu Allah secara adil membiarkan mereka
di bawah kuasa dosa-dosa mereka, yang akan menjadi kehan-
curan mereka. Demikianlah yang akan menjadi hukuman mere-
ka. Mereka sendiri telah menentukannya. Sisa-sisa orang Ka-
naan ini dibiarkan hidup untuk mencobai orang Israel (ay.
22), apakah mereka tetap hidup menurut jalan yang ditunjuk-
kan TUHAN atau tidak. Bukansupaya Allah mengenal mereka,
melainkansupaya mereka mengenal diri mereka sendiri. Sisa-
sisa orang Kanaan itu dibiarkan hidup untuk menguji,
(1) Apakah mereka dapat menahan godaan-godaan kepada
penyembahan berhala, yang akan disodorkan orang Ka-
naan di hadapan mereka. Allah telah memberi tahu bahwa
mereka tidak akan bisa menahannya (Ul. 7:4). Namun me-
reka merasa bisa menahannya. “Baiklah,” kata Allah, “Aku
akan mencobai engkau.” Dan, sesudah dicoba, didapati bah-
wa pesona para penggoda ternyata terlalu kuat bagi mere-
ka. Allah telah memberi tahu kita betapa licik dan jahatnya
hati kita, namun kita tidak mau memercayainya, sampai
kita nekad menghadapi godaan, dan lalu kita menya-
dari kebenarannya melalui pengalaman yang menyedihkan.
(2) Apakah mereka akan memanfaatkan dengan baik segala
kesusahan yang akan ditimbulkan oleh penduduk asli yang
tersisa itu kepada mereka, dan banyaknya masalah yang
akan didatangkan oleh penduduk itu kepada mereka. Dan
apakah dengan begitu mereka akan diinsafkan dari dosa
dan mau merendahkan diri sebab nya, diperbarui, dan
didorong kembali kepada Allah dan kewajiban mereka. Dan
apakah dengan tanda-tanda bahaya yang terus-menerus
mereka terima dari penduduk asli itu, mereka akan dibuat
tetap gentar dan takut untuk menyulut murka Allah.
PASAL 3
Di dalam pasal ini,
I. Penjelasan umum tentang musuh-musuh Israel disajikan
sebagai pengantar, dan tentang kejahatan yang ditimbulkan
oleh musuh-musuh itu atas mereka (ay. 1-7).
II. Penjelasan khusus tentang perbuatan-perbuatan gagah be-
rani yang dilakukan oleh ketiga hakim pertama.
1. Otniel, yang dibangkitkan Allah untuk memimpin pertem-
puran-pertempuran Israel, dan membela perkara mereka
melawan raja Aram-Mesopotamia (ay. 8-11).
2. Ehud, yang dipakai untuk menyelamatkan Israel dari
tangan orang Moab, dan melakukannya dengan menikam
raja Moab (ay. 12-30).
3. Samgar, yang telah menunjukkan kemampuannya dalam
pertempuran melawan orang Filistin (ay. 31).
Penyembahan Berhala Orang Israel
(3:1-7)
1 Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang
Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak
mengenal perang Kanaan. 2 – Maksudnya hanyalah,supaya keturunan-ketu-
runan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih
berperang oleh TUHAN. 3 Yang tinggal ialah kelima raja kota orang Filistin
dan semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, yang mendiami
pegunungan Libanon, dari gunung Baal-Hermon sampai ke jalan yang menu-
ju ke Hamat. 4 Mereka itu ada di sana,supaya Ia mencobai orang Israel de-
ngan perantaraan mereka untuk mengetahui, apakah mereka mendengarkan
perintah yang diberikan TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan
perantaraan Musa. 5 Demikianlah orang Israel itu diam di tengah-tengah
orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang
Yebus. 6 Mereka mengambil anak-anak perempuan, orang-orang itu menjadi
isteri mereka dan memberikan anak-anak perempuan mereka kepada anak-
424
anak lelaki orang-orang itu, serta beribadah kepada allah orang-orang itu.
7 Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan
TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera.
Di sini diceritakan kepada kita tentang sisa-sisa dari penduduk
Kanaan yang lama.
1. Ada sebagian dari mereka yang tetap bersatu dalam kelompok-
kelompok, tanpa tercerai-berai (ay. 3): Kelima raja kota orang
Filistin, yakni Asdod, Gaza, Askelon, Gat, dan Ekron (1Sam. 6:17).
Tiga dari kota-kota ini telah ditaklukkan sebagian (1:18), namun
sepertinya orang Filistin berhasil menduduki kembali kota-kota
itu mungkin dengan bantuan kedua raja lain, yang memperkuat
persekutuan mereka satu sama lain sejak penaklukan itu. Kelima
raja ini paling menyusahkan Israel daripada penduduk asli lain-
nya, terutama menjelang akhir masa pemerintahan hakim-hakim,
dan kelima raja itu belum ditaklukkan sepenuhnya sampai pada
masa pemerintahan Daud. Ada satu bangsa tertentu yang disebut
orang Kanaan, yang tetap mempertahankan wilayah mereka
bersama orang Sidon, di pantai Laut Besar. Dan di sebelah utara,
orang Hewi mempertahankan sebagian besar gunung Libanon,
sebab itu yaitu tempat terpencil. Ada kemungkinan di sana
mereka disokong oleh sebagian dari negeri-negeri tetangga. Akan
namun , di samping mereka ini,
2. Di mana-mana di semua bagian negeri itu masih ada sebagian
bangsa yang terpencar (ay. 5), yakni orang Het, orang Amori, dan
lain lain. sebab orang Israel dengan bodoh membiarkan mereka
hidup dan memberi hati kepada mereka, maka mereka menjadi
begitu banyak, hidup dengan begitu nyaman, dan bersikap begitu
kurang ajar, hingga orang Israel dikatakan diam di tengah-tengah
mereka. Seolah-olah hak milik itu masih tetap dipegang oleh
orang Kanaan, sedangkan orang Israel diperbolehkan masuk atas
izin mereka dan hanya sebagai penyewa sewaktu-waktu. Nah,
mengenai sisa penduduk asli ini, amatilah,
I. Betapa dengan bijak Allah mengizinkan mereka tetap tinggal di
situ. Dalam penutup pasal sebelumnya, disebutkan sebagai tin-
dakan yang lahir dari keadilan Allah bahwa Ia membiarkan mere-
ka tetap tinggal, untuk memberikan pelajaran kepada orang
Israel. namun di sini diberikan penjelasan lain tentang hal terse-
Kitab Hakim-hakim 3:1-7
425
but, dan tampaknya itu merupakan tindakan yang lahir dari hik-
mat Allah, bahwa Ia membiarkan mereka tinggal untuk memberi-
kan manfaat yang nyata kepada orang Israel, yaitusupaya orang-
orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan dapat dilatih
berperang (ay. 1-2). Sudah menjadi kehendak Allah bahwa bangsa
Israel harus terbiasa dengan perang,
1. Sebab negeri mereka luar biasa kaya dan subur, dan berlim-
pah dengan segala macam kelezatan. Seandainya mereka tidak
dibuat mengalami kesukaran sewaktu-waktu, ada bahaya
bahwa semuanya itu akan menenggelamkan mereka dalam
kemewahan dan kelembekan yang sejadi-jadinya. Adakalanya
mereka harus menceburkan diri ke dalam darah, dan tidak
selalu ke dalam susu dan madu,supaya jangan sampai para
prajurit mereka, sebab lama tidak memakai senjata, menjadi
lembek dan lembut seperti perempuan yang lemah dan manja,
yang tidak pernah mencoba menjejakkan telapak kakinya ke
tanah sebab sifatnya yang manja dan lemah itu. Ini merupa-
kan watak yang merusak segala sesuatu yang baik, dan juga
segala sesuatu yang luhur, dan oleh sebab itu seluruh umat
Israel milik Allah harus berjaga-jaga terhadapnya.
2. Sebab negeri mereka terletak tepat di tengah-tengah para mu-
suh, dan mereka harus bersiap untuk diserang oleh musuh-
musuh itu. Negeri milik Allah sudah menjadi seperti burung
belang; burung-burung buas mengerumuninya (Yer. 12:9). Oleh
sebab itu, mereka perlu dilatih ilmu perang dengan baik,
susaha mereka dapat mempertahankan wilayah-wilayah mere-
ka saat diserbu, dan di lalu hari bisa memperluas wi-
layah mereka seperti yang telah dijanjikan Allah kepada mere-
ka. Ilmu perang paling baik dipelajari melalui pengalaman,
yang tidak saja membiasakan orang dengan tata tertib perang,
namun juga yang tidak kalah pentingnya, mengilhami mereka
dengan pembawaan seorang prajurit yang siap berperang.
Demi kepentingan Israellah prajurit-prajurit harus dilahirkan
dan dibesarkan, sama seperti demi kepentingan sebuah pulau
pelaut-pelaut harus dilahirkan dan dibesarkan. Itulah sebab-
nya Allah membiarkan orang Kanaan tinggal di antara mereka,
susaha , melalui sedikit kesulitan dan kesusahan yang mereka
temui dalam menghadapi orang Kanaan, mereka dapat diper-
siapkan untuk menghadapi kesulitan dan kesusahan yang
426
lebih besar. Dan, dengan berlari dengan orang berjalan kaki,
mereka dapat belajar untuk berpacu melawan kuda (Yer. 12:5).
Israel yaitu perlambang dari jemaat yang siap bertempur,
yang harus berjuang untuk mencapai kemenangan. Prajurit-
prajurit Kristus harus tahan menghadapi penderitaan (2Tim.
2:3). Itulah sebabnya kebobrokan dibiarkan tetap tinggal bah-
kan di dalam hati orang-orang Kristen yang baik,supaya me-
reka dapat belajar berperang, dapat tetap mengenakan seluruh
perlengkapan senjata Allah, dan senantiasa berjaga-jaga. Cen-
dekiawan Uskup Patrick menawarkan makna lain dari ayat 2:
Susaha mereka tahu seperti apa belajar perang itu, artinya,
mereka akan tahu seperti apa rasanya dibiarkan sendiri. Nenek
moyang mereka berperang dengan kuasa ilahi. Allah mengajar
tangan mereka untuk berperang dan jari jemari mereka untuk
bertarung. namun sebab sekarang mereka telah kehilangan
perkenanan-Nya akibat perbuatan mereka sendiri, biarlah me-
reka belajar bagaimana rasanya berperang seperti orang-orang
lain.
II. Betapa dengan fasik orang Israel berbaur dengan orang-orang
Kanaan yang tetap tinggal. Satu hal yang dimaksudkan Allah
dengan membiarkan mereka tinggal di antara orang-orang Kanaan
itu yaitu untuk mencobai orang Israel (ay. 4). Dengan begitu,
orang-orang yang setia kepada Allah Israel bisa memperoleh
kehormatan dalam melawan godaan-godaan orang Kanaan untuk
menyembah berhala. Sementara orang-orang yang tidak setia dan
tidak tulus akan ketahuan, dan dapat tertimpa cela sebab me-
nyerah kepada godaan-godaan tersebut. Demikian pula di dalam
jemaat-jemaat Kristen harus ada ajaran sesat,supaya nyata nanti
siapakah di antara mereka yang tahan uji (1Kor. 11:19). Israel,
sesudah diuji, terbukti berlaku buruk.
1. Mereka menikah dengan orang Kanaan (ay. 6), meskipun me-
reka tidak dapat meninggikan kehormatan mereka ataupun
memperbanyak harta benda mereka dengan menikahi orang
Kanaan itu. Mereka justru akan mengotori darah mereka, dan
bukan memperbaikinya, serta akan menguras harta benda
mereka, dan bukan menambahnya, melalui pernikahan-perni-
kahan semacam itu.
Kitab Hakim-hakim 3:8-11
427
2. Dengan demikian mereka terbawa oleh orang Kanaan dan ber-
gabung bersama mereka dalam menyembah berhala. Mereka
beribadah kepada para allah orang-orang itu (ay. 6), para Baal
dan para Asyera (ay. 7), yaitu patung-patung yang disembah
dalam tiang-tiang berhala di antara pepohonan yang rimbun,
yang merupakan semacam kuil-kuil alami. Dalam pertanding-
an-pertandingan yang tidak seimbang seperti itu, ada lebih
banyak alasan untuk merasa khawatir bahwa yang buruk
akan merusak yang baik, daripada untuk berharap bahwa
yang baik akan mengubah yang buruk. Sama halnya seperti
menyandingkan dua buah pir, ada lebih banyak kekhawatiran
bahwa yang satu busuk daripada harapan bahwa yang lain
bagus. saat orang Israel condong untuk menyembah allah-
allah lain, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka. Demi
menyenangkan teman-teman baru mereka, mereka tidak ber-
bicara tentang yang lain selain para Baal dan para Asyera,
sehingga secara perlahan-lahan mereka tidak lagi mengingat
Allah yang benar, dan lupa bahwa ada Wujud yang seperti Dia,
dan kewajiban-kewajiban apa yang mereka miliki terhadap
Dia. Dalam hal inilah, dan bukan dalam hal lain, ingatan ma-
nusia yang sudah rusak lebih tidak dapat diandalkan, bahwa
ia mudah melupakan Allah. sebab hilang dari pandangan,
Allah pun hilang dari ingatan. Di sinilah semua kefasikan yang
ada di dalam dunia dimulai: mereka telah memilih jalan yang
sesat, sebab mereka telah melupakan TUHAN, Allah mereka.
Pemerintahan Otniel
(3:8-11)
8 Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel, sehingga Ia menjual
mereka kepada Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia dan orang Israel
menjadi takluk kepada Kusyan-Risyataim delapan tahun lamanya. 9 Lalu ber-
serulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang
penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb. 10 Roh
TUHAN menghinggapi dia dan ia menghakimi orang Israel. Ia maju berpe-
rang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke dalam
tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim. 11 Lalu amanlah ne-
geri itu empat puluh tahun lamanya. lalu matilah Otniel anak Kenas.
Sekarang kita sampai pada catatan tentang pemerintahan hakim-
hakim tertentu. Yang pertama yaitu Otniel, yang dalam dirinya
428
kisah dalam kitab ini terjalin dengan kisah dalam kitab Yosua,
sebab bahkan pada masa pemerintahan Yosua pun Otniel sudah
mulai termasyhur. Melalui hal ini tampak bahwa tidak lama sesudah
orang Israel menetap di Kanaan, kemurnian mereka mulai rusak dan
sebagai akibatnya, damai sejahtera mereka menjadi terusik. Orang-
orang yang telah bersusah payah menyelidiki penanggalan suci pada
umumnya sependapat bahwa penyembahan berhala yang dilakukan
orang Dan, serta peperangan melawan orang Benyamin sebab telah
melecehkan gundik orang Lewi, terjadi sekitar waktu ini, walaupun
dikisahkan menjelang akhir kitab ini. Kedua peristiwa itu terjadi di
bawah atau sebelum pemerintahan Otniel, yang meskipun seorang
hakim, bukanlah seorang raja di Israel yang akan mencegah orang
melakukan apa yang benar menurut pandangan mereka sendiri.
Dalam kisah singkat tentang pemerintahan Otniel ini kita mendapati,
I. Kesusahan yang dialami Israel akibat dosa mereka (ay. 8). Sudah
sepantasnya Allah murka terhadap mereka sebab mereka telah
merobohkan pagar keistimewaan mereka, dan berbaur dengan
bangsa-bangsa lain. Oleh sebab itu, Ia mencabut pagar perlin-
dungan mereka dan membuat mereka terbuka untuk diserang
oleh bangsa-bangsa lain. Ia menjual mereka seperti barang-ba-
rang yang hendak disingkirkan-Nya. Orang pertama yang meng-
ulurkan tangan untuk mendapatkan mereka yaitu Kusyan-
Risyataim, raja dari Aram-Mesopotamia yang terletak di antara
dua sungai besar, yakni Tigris dan Efrat, sehingga disebut Meso-
potamia, yang berarti di tengah sungai-sungai. Ada kemungkinan
bahwa ia seorang raja yang gemar berperang. Oleh sebab ingin
memperluas wilayah kekuasaannya, ia pertama-tama menyerbu
dua suku di seberang sungai Yordan yang terletak di sebelah
wilayahnya, dan lalu , mungkin secara bertahap, menembus
ke pusat negeri. Dan sejauh mana ia menaklukkan, di tempat-
tempat itu pula ia mewajibkan rakyat membayar upeti, menuntut-
nya dengan keras, dan mungkin menempatkan sejumlah prajurit
di antara mereka. Laban, yang menindas Yakub dengan pekerjaan
yang berat, berasal dari negeri ini. namun letaknya begitu jauh
hingga orang tidak akan menyangka bahwa masalah yang menim-
pa Israel akan datang dari negeri yang sejauh itu. Hal ini semakin
menunjukkan bahwa ada campur tangan Allah di dalamnya.
Kitab Hakim-hakim 3:8-11
429
II. Kembalinya orang Israel kepada Allah dalam kesusahan ini: Apa-
bila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia yang
sebelumnya telah mereka abaikan. Lalu berserulah orang Israel,
bahkan sebagian besar dari mereka, kepada TUHAN (ay. 9). Mula-
mula mereka menganggap remeh kesukaran mereka, dan me-
nyangka bahwa mereka bisa dengan mudah melepaskan kuk
seorang raja yang berada begitu jauh dari mereka. Akan namun ,
saat kuk itu terus menekan mereka selama delapan tahun, me-
reka mulai merasakan penderitaan yang diakibatkannya. Kemu-
dian orang-orang yang sebelumnya telah menertawakan kuk itu,
sekarang menangis di bawahnya. Orang-orang yang pada masa
kegembiraan telah berseru kepada para Baal dan para Asytoret,
sekarang pada masa kesukaran berseru kepada Tuhan, yang
terhadap-Nya mereka telah memberontak, yang keadilan-Nya
membawa mereka ke dalam kesukaran ini, dan yang kuasa dan
perkenanan-Nya sajalah dapat menolong mereka untuk keluar
dari kesukaran itu. Penderitaan membuat orang berseru kepada
Allah dengan mendesak, padahal sebelumnya mereka bahkan
hampir tidak mau berbicara kepada-Nya.
III. Kembalinya Allah dalam belas kasihan kepada mereka untuk
membebaskan mereka. Meskipun kebutuhanlah yang mendorong
mereka untuk datang kepada-Nya, namun Ia tidak menolak doa-
doa mereka sebab itu. Sebaliknya, Ia dengan penuh rahmat mem-
bangkitkan seorang pembebas, atau penyelamat, seperti dalam
bahasa aslinya. Amatilah,
1. Siapa penyelamat itu. Orang itu yaitu Otniel, yang menikahi
anak perempuan Kaleb. Ia yaitu salah seorang dari angkatan
lama yang telah melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN. Dan ia
sendiri, tidak perlu dipertanyakan lagi, tetap hidup lurus, dan
diam-diam meratapi kemurtadan bangsanya. namun ia menan-
tikan panggilan ilahi untuk tampil di depan umum untuk
memperbaiki masalah-masalah mereka. Dapat kita duga bah-
wa sekarang ia sudah berusia sangat lanjut, saat Allah mem-
bangkitkan dia untuk menerima kehormatan ini. Walaupun
demikian, kemerosotan-kemerosotan akibat usia lanjut tidak
menghalanginya untuk menjadi berguna saat Allah mem-
berikan pekerjaan untuk dia lakukan.
430
2. Dari mana Otniel mendapat perintah penugasannya. Bukan
dari manusia, atau oleh manusia, namun Roh TUHAN menghing-
gapi dia (ay. 10). Roh hikmat dan keberanian untuk meleng-
kapi dan melayakkan dia melakukan pekerjaan tersebut, dan
Roh kekuatan untuk membuatnya bersemangat dalam melak-
sanakannya, sehingga dia dan orang lain dapat sepenuhnya
yakin bahwa atas kehendak Allah-lah dia harus terlibat di
dalamnya. Dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dikatakan,
Roh nubuat tinggal tetap di atasnya.
3. Bagaimana cara Otniel melaksanakan pekerjaan itu. Pertama-
tama ia menghakimi orang Israel, menegur mereka, meminta
mereka untuk mempertanggungjawabkan dosa-dosa mereka,
dan memperbaharui mereka, dan baru lalu maju ber-
perang. Inilah cara yang benar. Biarlah dosa, musuh terbesar
itu, yang ada di rumah sendiri diatasi, baru sesudah itu mu-
suh-musuh di luar akan dapat ditangani dengan lebih mudah.
sebab itu biarlah Kristus menjadi Hakim kita dan Pemberi
hukum bagi kita, maka barulah Dia akan menyelamatkan kita,
dan bukan dengan syarat-syarat lain (Yes. 33:22).
4. Keberhasilan luar biasa yang diraihnya. Ia berhasil mematah-
kan kuk penindasan, dan, sepanjang yang bisa disaksikan,
mematahkan leher sang penindas. Sebab dikatakan, TUHAN
menyerahkan Kusyan-Risyataim ke dalam tangannya. Itulah
saatnya Yehuda, suku asal Otniel, seperti anak singa naik ke
suatu tempat yang tinggi sesudah menerkam.
5. Dampak yang membahagiakan dari pekerjaan-pekerjaan Otniel
yang baik. Negeri itu, meskipun belum kokoh berdiri, menjadi
aman, dan memunculkan buah-buah pembaharuan, selama
empat puluh tahun. Keuntungan itu akan dapat dinikmati
selama-lamanya seandainya saja mereka tetap dekat dengan
Allah dan setia melaksanakan kewajiban mereka.
Israel Ditindas oleh Eglon;
Eglon Dibunuh oleh Ehud
(3:12-30)
12 namun orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; lalu
Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas orang Israel, oleh sebab mereka
telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. 13 Raja ini mengajak bani
Amon dan bani Amalek menjadi sekutunya. Lalu majulah ia dan memukul
Kitab Hakim-hakim 3:12-30
431
orang Israel kalah. Kota Pohon Korma diduduki mereka. 14 Delapan belas
tahun lamanya orang Israel menjadi takluk kepada Eglon, raja Moab. 15 Lalu
orang Israel berseru kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan bagi
mereka seorang penyelamat yakni Ehud, anak Gera, orang Benyamin,
seorang yang kidal. Dengan perantaraannya orang Israel biasa mengirimkan
upeti kepada Eglon, raja Moab. 16 Dan Ehud membuat pedang yang bermata
dua, yang panjangnya hampir sehasta, disandangnyalah itu di bawah pakai-
annya, pada pangkal paha kanannya. 17 lalu ia menyampaikan upeti
kepada Eglon, raja Moab. Adapun Eglon itu seorang yang sangat gendut.
18 sesudah Ehud selesai menyampaikan upeti itu, disuruhnya pembawa-pem-
bawa upeti itu pulang, 19 namun ia sendiri berhenti pada batu-batu berpahat
yang di dekat Gilgal, dan kembali menghadap raja. Berkatalah ia: “Ada pesan
rahasia yang kubawa untuk tuanku, ya raja.” Kata Eglon: “Diamlah dahulu!”
Maka semua orang yang berdiri di depannya itu pergi ke luar. 20 Lalu Ehud
masuk mendapatkan dia, sedang ia duduk sendirian di kamar atas di rumah
peranginannya. Berkatalah Ehud: “Ada firman Allah yang kubawa untuk
tuanku.” Lalu bangunlah ia berdiri dari tempat duduknya. 21 lalu Ehud
mengulurkan tangan kirinya, dihunusnya pedang itu dari pangkal paha
kanannya dan ditikamkannya ke perut raja, 22 sehingga hulunya beserta
mata pedang itu masuk. Lemak menutupi mata pedang itu, sebab pedang itu
tidak dicabutnya dari perut raja. Lalu keluarlah ia melalui pintu belakang.
23 Demikianlah Ehud sampai ke serambi; pintu kamar atas itu ditutup dan
dikuncinya sesudah ia keluar. 24 Baru saja ia keluar, datanglah hamba-hamba
raja melihat, namun pintu kamar atas itu terkunci. Lalu berkatalah mereka:
“Tentulah ia membuang air di kamar rumah peranginan itu.” 25 Lalu mereka
menunggu-nunggu sampai menjadi bingung, namun raja tidak membuka
pintu kamar atas itu. lalu mereka mengambil kunci, membuka pintu,
maka tampaklah tuan mereka mati tergeletak di lantai. 26 Sedang mereka
berlambat-lambat, Ehud meloloskan diri; ia lewat dari batu-batu berpahat
dan meloloskan diri ke arah Seira. 27 sesudah ia sampai ke sana, ditiupnyalah
sangkakala di pegunungan Efraim, lalu turunlah orang Israel bersama-sama
dengan dia dari pegunungan itu, dan ia sendiri di depan. 28 Berkatalah ia
kepada mereka: “Ikutlah aku, sebab TUHAN telah menyerahkan musuhmu,
orang-orang Moab itu, ke dalam tanganmu.” Maka turunlah mereka meng-
ikuti dia, lalu mereka merebut tempat penyeberangan sungai Yordan ke Moab
dan tidak seorang pun dibiarkan mereka menyeberang. 29 Pada waktu itu
mereka menewaskan kira-kira sepuluh ribu orang dari Moab, semuanya
orang yang tegap dan tangkas, seorang pun tidak ada yang lolos. 30 Demi-
kianlah pada hari itu Moab ditundukkan oleh Israel, maka amanlah tanah
itu, delapan puluh tahun lamanya.
Ehud yaitu hakim berikutnya yang pencapaian-pencapaiannya di-
ceritakan dalam sejarah ini. Dan dalam perikop ini diberikan pen-
jelasan tentang tindakan-tindakannya.
I. saat Israel kembali berbuat dosa, Allah membangkitkan seorang
penindas baru (ay. 12-14). Sungguh memperparah kefasikan
mereka bahwa mereka kembali berbuat jahat sesudah menderita
begitu lama akibat pelanggaran-pelanggaran mereka sebelumnya,
dan menunjukkan harapan yang begitu baik saat Otniel men-
jadi hakim atas mereka, dan menerima begitu banyak belas kasih
432
dari Allah dalam pembebasan mereka. Sungguh keterlaluan, sete-
lah semuanya ini, mereka kembali melanggar perintah-perintah-
Nya! Apakah penyakitnya sudah kebal terhadap semua obat, baik
itu obat penyembuh maupun obat pereda rasa sakit? Sepertinya
memang begitu. Mungkin mereka menyangka bahwa mereka
dapat melakukan dosa-dosa lama mereka dengan lebih berani,
sebab mereka tidak melihat diri mereka terancam bahaya dari
penindas mereka yang lama. Kekuatan-kekuatan dari kerajaan itu
telah melemah dan nyaris runtuh. namun Allah membuat mereka
tahu bahwa Ia masih memiliki berbagai tongkat untuk menghajar
mereka: Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas mereka.
Penindas yang satu ini tinggal lebih dekat dengan mereka diban-
dingkan dengan penindas sebelumnya, dan sebab itu akan
bertindak lebih jahat kepada mereka. Demikianlah penghakiman-
penghakiman Allah menghampiri mereka secara bertahap, untuk
membuat mereka bertobat. saat bangsa Israel masih tinggal di
dalam kemah-kemah, namun tetap hidup lurus, Balak raja Moab,
yang ingin berkuasa atas mereka, berhasil dikacaukan rancang-
annya. Namun sebab sekarang mereka telah meninggalkan Allah,
dan menyembah para allah dari bangsa-bangsa di sekeliling
mereka, mungkin juga termasuk allah orang Moab, muncullah se-
orang raja Moab yang lain, yang dikuatkan Allah untuk melawan
mereka, yang tangannya diberi kuasa, meskipun ia orang jahat,
susaha bisa menjadi cambuk bagi Israel. Tongkat di tangannya
yang dipakai untuk memukul orang Israel yaitu murka Allah.
namun dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian
rancangan hatinya (Yes. 10:6-7). Orang Israel telah berbuat jahat,
dan, dapat kita duga, orang Moab berbuat lebih jahat lagi. Namun
demikian, sebab Allah biasanya menghukum dosa-dosa umat-
Nya sendiri di dunia ini,supaya , sesudah tubuh binasa roh bisa
diselamatkan, maka Israel diperlemah dan orang Moab diperkuat
untuk melawan mereka. saat orang Israel lebih kuat, Allah tidak
mau membiarkan mereka melawan orang Moab, atau mengusik
mereka sedikit pun, meskipun mereka ini penyembah berhala (Ul.
2:9). Namun, sekarang Ia membiarkan orang Moab menyusahkan
orang Israel, dan sengaja memberi mereka kuasasupaya dapat
berbuat demikian: Hukum-Mu bagaikan samudera raya yang
hebat, ya TUHAN. Raja Moab mengajak bani Amon dan bani
Amalek untuk menjadi sekutunya (ay. 13), dan hal ini memper-
Kitab Hakim-hakim 3:12-30
433
kuat sang raja. Di sini diceritakan kepada kita bagaimana mereka
menang.
1. Mereka memukul kalah orang Israel di medan perang: Lalu
majulah mereka dan memukul orang Israel kalah (ay. 13), bu-
kan hanya suku-suku Israel yang tinggal di dekat mereka di
seberang sungai Yordan, yang meskipun pertama-tama mene-
tap, namun yang paling banyak diganggu, sebab merupakan
suku-suku perbatasan, melainkan juga suku-suku yang
tinggal di daerah sungai Yordan. Sebab sang raja dan sekutu-
nya telah menduduki Kota Pohon Korma, yang ada kemung-
kinan merupakan benteng yang didirikan di dekat tempat di
mana Yerikho pernah berdiri, sebab itulah sebutan kota itu
(Ul. 34:3). Ke dalam kota itu orang Moab menempatkan pasuk-
an, untuk mengekang orang Israel, dan untuk mengamankan
tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan, demi menjaga
kelancaran hubungan dengan negeri mereka sendiri. Untung-
lah orang Keni telah meninggalkan kota ini (1:16) sebelum kota
itu jatuh ke tangan musuh. Lihatlah betapa cepat orang Israel
kehilangan apa yang telah mereka peroleh melalui mujizat-
mujizat belas kasih ilahi akibat dosa mereka sendiri.
2. Orang Moab membuat orang Israel melayani mereka (ay. 14).
Artinya, orang Moab menarik upeti dari mereka, entah itu
berupa hasil-hasil bumi ataupun uang sebagai penggantinya.
Orang Israel telah lalai melayani Allah, dan tidak memberikan
penghormatan kepada-Nya. Oleh sebab itu, Allah mengambil
kembali dari mereka anggur dan minyak, serta perak dan
emas, yang telah mereka sediakan bagi Baal (Hos. 2:7). Apa
yang seharusnya dibayarkan kepada anugerah ilahi, namun
tidak dilakukan, dirampas dan dibayarkan kepada keadilan
ilahi. Perhambaan sebelumnya (ay. 8) hanya berlangsung se-
lama delapan tahun, sedangkan perhambaan ini berlangsung
selama delapan belas tahun. Sebab, jika kesusahan yang lebih
ringan tidak membawa hasil, Allah akan mengirimkan kesu-
sahan yang lebih berat.
II. saat Israel berdoa kembali, Allah membangkitkan seorang penye-
lamat baru (ay. 15), yang bernama Ehud. Di sini kita diberi tahu,
434
1. Bahwa ia yaitu orang Benyamin. Kota Pohon Korma terletak
di dalam wilayah suku ini. Dengan demikian, ada kemungkin-
an bahwa merekalah yang paling menderita, dan oleh sebab
itu bergerak pertama-tama untuk melepaskan kuk si penin-
das. Diduga oleh para pengamat penanggalan sejarah suci
bahwa peperangan orang Israel dengan orang Benyamin kare-
na kejahatan di Gibea, yang membuat seluruh suku Benyamin
berkurang hingga menjadi 600 orang, terjadi sebelum ini. Oleh
sebab itu, dapat kita duga bahwa sekarang suku ini merupa-
kan suku yang paling lemah di antara semua suku. Namun
demikian, justru dari suku itulah Allah membangkitkan pe-
nyelamat ini, sebagai tanda bahwa Dia sudah benar-benar ber-
damai dengan mereka, untuk menyatakan kuasa-Nya sendiri
dalam memberikan kekuatan dari dalam kelemahan, dan su-
paya Ia dapat memberikan penghormatan khusus kepada ang-
gota-anggota yang tidak mulia (1Kor. 12:24).
2. Bahwa Ehud yaitu seorang yang kidal, dan sepertinya ba-
nyak orang dari suku itu juga kidal (20:16). Benyamin berarti
anak tangan kanan, dan sekalipun begitu banyak sekali dari
antara mereka yang kidal. Sebab sifat manusia memang tidak
selalu sesuai dengan nama mereka. Dalam Septuaginta dikata-
kan bahwa ia yaitu seorang yang mampu menggunakan
kedua tangan dengan sama terampilnya, dengan menganggap
hal ini sebagai keuntungan baginya dalam menjalankan tugas
yang menjadi panggilannya. namun ungkapan dalam bahasa
Ibrani bahwa tangan kanannya terkunci, menyiratkan bahwa,
entah sebab penyakit atau sebab tidak dipakai, ia jarang
atau sama sekali tidak pernah menggunakan tangan kanan-
nya, namun hanya tangan kirinya. Dengan demikian, ia kurang
layak untuk berperang, sebab ia pasti akan menggunakan
pedangnya dengan canggung. Namun demikian, Allah memilih
orang kidal ini untuk menjadi tangan kanan-Nya, yang akan Ia
teguhkan bagi diri-Nya (Mzm. 80:18). Tangan kanan Allah-lah
yang memberi Israel kemenangan (Mzm. 44:4), bukan tangan
kanan dari alat-alat yang dipakai-Nya.
3. Di sini diceritakan kepada kita tentang apa yang dilakukan
Ehud untuk membebaskan Israel dari tangan orang Moab. Ia
menyelamatkan orang-orang yang tertindas dengan menghan-
curkan para penindas, saat takaran kejahatan mereka su-
Kitab Hakim-hakim 3:12-30
435
dah penuh dan waktu yang ditetapkan untuk menyayangi
Israel telah tiba.
(1) Ehud menghukum mati Eglon raja Moab. Saya katakan,
menghukum mati, bukan membunuh atau membantainya,
melainkan sebagai hakim, atau penegak keadilan ilahi,
melaksanakan penghakiman-penghakiman Allah atas sang
raja, sebagai musuh Allah dan Israel yang tidak dapat
didamaikan. Kisah ini diceritakan secara terperinci.
[1] Ehud mendapat kesempatan baik untuk menemui
Eglon. sebab Ehud yaitu orang yang banyak akal dan
giat, serta pantas berdiri di depan raja-raja, maka bang-
sanya memilih dia untuk membawa upeti atas nama
seluruh bangsa Israel, selain dari upeti yang wajib me-
reka bayarkan, kepada tuan besar mereka, raja Moab,
susaha mereka memperoleh perkenanannya (ay. 15).
Upeti itu disebut minkha dalam bahasa aslinya, kata
yang digunakan dalam hukum Taurat untuk persem-
bahan-persembahan yang diberikan kepada Allah untuk
memperoleh perkenanan-Nya. Persembahan-persem-
bahan ini tidak diberikan orang Israel pada waktu yang
semestinya kepada Allah yang mengasihi mereka. Dan
sekarang, untuk menghukum mereka atas kelalaian ini,
mereka dibuat terpaksa membawa persembahan-per-
sembahan mereka kepada seorang raja kafir yang mem-
benci mereka. Ehud pergi melaksanakan tugasnya dan
menghadap Eglon, mempersembahkan upetinya dengan
diiringi upacara seperti biasa dan tata krama yang
mengungkapkan rasa hormat dan kepatuhan. Dan itu
lebih baik untuk menyamarkan apa yang diniatkannya
dan untuk mencegah kecurigaan.
[2] Sepertinya, dari semula, Ehud berniat untuk membawa
kematian bagi sang raja, sebab Allah menanamkan
dalam hatinya, dan juga membiarkan dia tahu bahwa
gagasan ini berasal dari diri-Nya sendiri, melalui Roh
yang menghinggapinya. Dorongan-dorongan dari Roh
itu terbukti benar dengan sendirinya, dan dengan demi-
kian meyakinkan Ehud sepenuhnya bahwa usaha yang
berani ini tidak melanggar hukum dan akan berhasil.
436
Seandainya tidak demikian, cukup beralasan baginya
untuk meragukan apakah usaha itu memang tidak me-
langgar hukum dan akan berhasil. Jika ia yakin bahwa
Allah menyuruhnya melakukan hal itu, maka ia pun
yakin bahwa ia boleh melakukannya dan juga akan
melakukannya. Sebab satu perintah dari Allah sudah
cukup untuk menyokong kita, dan membuat kita terus
bekerja, baik melawan hati nurani kita sendiri maupun
melawan seluruh isi dunia. Bahwa Ehud sudah meren-
canakan dan membayangkan kematian raja lalim ini
tampak dari persiapannya membuat sebuah senjata un-
tuk keperluan itu, yaitu pisau belati pendek. Panjang-
nya tidak sampai setengah meter, mirip bayonet, dan
dapat dengan mudah disembunyikan di balik pakaian-
nya (ay. 16), mungkin sebab tidak ada seorang pun
boleh menghampiri sang raja dengan pedang di ping-
gang mereka. Belati ini disandang Ehud di paha kanan-
nya,supaya lebih mudah baginya untuk menghunus
senjata itu dengan tangan kiri, dan untuk mengurangi
kecurigaan.
[3] Ehud menyusun rencana bagaimana ia bisa berada sen-
dirian dengan raja. Hal ini dapat dilakukannya dengan
lebih mudah sekarang, sebab ia tidak saja sudah
menunjukkan dirinya kepada raja, namun juga sudah
mengambil hati sang raja dengan upeti itu, dan kata-
kata pujian yang mungkin, pada kesempatan ini, telah
disampaikannya kepada sang raja. Amatilah bagaimana
ia menjalankan rencananya. Pertama, ia menyembunyi-
kan rencananya bahkan dari para pengiringnya sendiri.
Ia menemani mereka pulang separuh jalan, lalu
menyuruh mereka meneruskan perjalanan pulang,
sementara ia sendiri, seakan-akan sebab telah melupa-
kan sesuatu, kembali ke istana raja Moab (ay. 18). Ha-
nya diperlukan satu tangan untuk melaksanakan hu-
kuman mati itu. Seandainya yang terlibat lebih dari itu,
maka mereka tidak akan dapat merahasiakannya de-
ngan seaman itu, atau dapat meloloskan diri dari istana
raja dengan semudah itu. Kedua, Ehud kembali dari
batu-batu berpahat yang di dekat Gilgal (ay. 19), dari
Kitab Hakim-hakim 3:12-30
437
patung-patung berpahat (demikianlah dalam tafsiran
yang agak luas) yang ada di Gilgal. Patung-patung itu
mungkin didirikan oleh orang Moab dengan mengguna-
kan kedua belas batu yang pernah diletakkan oleh
Yosua di sana. Sebagian penafsir berpendapat bahwa
dengan melihat berhala-berhala ini, kemarahan Ehud
terhadap raja Moab terpicu dengan begitu rupa sehing-
ga membuatnya melaksanakan rencana yang sebetul-
nya telah berniat diurungkannya untuk sementara wak-
tu. Atau mungkin Ehud pergi sampai sejauh patung-
patung berpahat ini,supaya , saat memberi tahu raja
dari tempat apa ia kembali, raja Moab bisa lebih mudah
percaya bahwa Ehud membawa pesan dari Allah.
Ketiga, Ehud meminta agar diperbolehkan bertemu
empat mata dengan raja, dan ia diperbolehkan mene-
muinya di sebuah ruangan pribadi, yang di sini disebut
rumah peranginan. Ia memberi tahu sang raja bahwa ia
hendak menyampaikan pesan rahasia kepadanya, dan
raja pun memerintahkan semua pelayannya untuk
meninggalkan ruangan (ay. 19). Entah sang raja berha-
rap menerima sejumlah petunjuk khusus dari sabda
dewa, atau sejumlah keterangan rahasia tentang keada-
an Israel pada saat itu, seakan-akan Ehud mau meng-
khianati bangsanya, sungguh tidak bijaksana baginya
untuk berada sendirian bersama orang asing, dan
seseorang yang beralasan baginya untuk dia pandang
sebagai musuh. namun orang-orang yang ditandai untuk
binasa memang bertindak di luar akal sehat, dan hati
mereka telah dikatupkan bagi pengertian. Allah menca-
but kebijaksanaan dari mereka.
[4] Begitu berada sendirian dengan raja, Ehud segera meng-
habisinya. Rumah peranginan sang raja, tempat ia biasa
memanjakan diri dalam kenyamanan dan kemewahan,
menjadi tempat pelaksanaan hukuman matinya. Per-
tama, Ehud meminta perhatian raja untuk menerima
firman Allah (ay. 20), dan isinya ternyata sebuah pisau
belati. Allah mengirimkan pesan kepada kita melalui
penghakiman-penghakiman tangan-Nya, seperti juga
melalui penghakiman-penghakiman mulut-Nya. Kedua,
438
Eglon menaruh hormat kepada firman dari Allah. Wa-
laupun ia seorang raja, seorang raja kafir, kaya dan
berkuasa, dan sekarang sedang menindas umat Allah,
meskipun ia seorang yang gemuk dan berat sehingga
sulit bangun atau berdiri lama, meskipun ia tidak di-
dampingi orang lain dan apa yang dilakukannya tidak
diawasi, namun, saat menyangka akan menerima perin-
tah dari sorga, ia bangun dari tempat duduknya. Entah
singgasana itu rendah dan nyaman, atau tinggi dan me-
gah, ia tetap meninggalkannya, dan bangkit berdiri keti-
ka Allah hendak berbicara kepadanya. Dengan demi-
kian, ia mengakui bahwa Allah berkedudukan lebih
tinggi daripadanya. Hal ini mempermalukan sikap tidak
hormat pada banyak orang yang menyebut diri orang
Kristen, dan sekalipun demikian, saat pesan dari
Allah disampaikan kepada mereka, berusaha menun-
jukkan betapa mereka tidak begitu menghargainya me-
lalui segala tindakan yang menandakan ketidakacuhan
mereka. Ehud, dengan menyebut apa yang harus di-
lakukannya sebagai firman Allah, jelas menegaskan
bahwa ia mendapat penugasan ilahi untuk melakukan
hal itu. Dan digerakkannya hati Eglon oleh Allah untuk
bangkit berdiri menerima firman itu benar-benar mene-
guhkan penugasan itu serta memudahkan pelaksanaan
hukumannya. Ketiga, pesan itu disampaikan, bukan ke
telinga raja, melainkan ke hatinya secara langsung, dan
dalam arti yang sebenar-benarnya. Ke dalam hatinyalah
belati yang mematikan itu ditikamkan, dan ditinggalkan
di sana (ay. 21-22). Kegemukannya yang luar biasa
membuatnya tidak mampu menangkis serangan itu
atau menolong dirinya sendiri. Mungkin ini merupakan
akibat dari hidupnya yang mewah dan berlebih-lebihan.
Dan saat lemak menutupi mata pedang itu, Allah
hendak memperlihatkan melalui kejadian ini bagaimana
orang-orang yang memanjakan tubuh hanya memper-
siapkan kesengsaraan mereka sendiri. Apa pun itu, pe-
rut merupakan lambang dari rasa amannya secara jas-
mani dan perilakunya yang tidak berbudi. Hatinya tebal
seperti lemak, dan di dalamnya ia menyangka telah ter-
Kitab Hakim-hakim 3:12-30
439
selubung dengan aman (lihat Mzm. 119:70, 17:10).
Eglon berarti anak lembu, dan ia jatuh seperti anak
lembu tambun, oleh pisau belati, sebagai korban yang
berkenan bagi keadilan ilahi. Dicatat juga tentang kotor-
annya yang keluar (KJV),supaya kematian raja lalim
yang congkak ini terlihat semakin hina dan memalukan.
Dia yang dahulu begitu hati-hati memelihara tubuhnya
sendiri, untuk membuatnya tetap nyaman dan bersih,
sekarang akan didapati berkubang dalam darah dan
kotorannya sendiri. Demikianlah Allah menumpahkan
penistaan kepada para raja. Nah, tindakan Ehud ini
dapat dibenarkan dengan sendirinya sebab ia menda-
pat petunjuk khusus dari Allah untuk melakukannya.
Dan tindakan itu sesuai dengan cara yang biasa dipakai
Allah, di bawah tatanan hukum pada masa itu, untuk
mengadakan pembalasan terhadap musuh-musuh
umat-Nya, dan untuk menyatakan keadilan-Nya sendiri
kepada dunia. Akan namun , itu sama sekali tidak dapat
membenarkan siapa saja untuk berbuat serupa seka-
rang. Tidak ada penugasan seperti itu yang diberikan
sekarang, dan mengaku-aku menerima penugasan se-
perti itu sama saja dengan menghujat Allah, dan mem-
buat Dia mendukung kejahatan-kejahatan yang paling
keji. Kristus menyuruh Petrus menyarungkan pedang-
nya, dan kita tidak mendapati bahwa Dia menyuruh
Petrus menghunusnya kembali.
[5] Penyelenggaraan ilahi secara menakjubkan menolong
Ehud meloloskan diri, sesudah ia melaksanakan hukum-
an mati itu. Pertama, raja lalim itu roboh tanpa suara,
tanpa pekikan atau jeritan, yang bisa saja terdengar
oleh para hambanya dari jauh. Betapa dengan senyap ia
turun ke liang kubur, mungkin tersedak oleh lemaknya
sendiri, yang menyumbat erangan-erangannya sebelum
menemui ajal, meskipun ia sudah membuat keributan
yang begitu besar di dunia, dan telah menimbulkan
ketakutan di dunia orang-orang hidup! Kedua, penuntut
balas yang gagah berani ini, dengan kepala yang begitu
dingin, yang tidak hanya menyingkapkan kebebasan
dari rasa bersalah, namun juga keyakinan yang kuat
440
akan perlindungan ilahi, menutup pintu, membawa
kuncinya, dan melewati para penjaga dengan sikap yang
begitu tidak bersalah, berani, dan tanpa beban, sehing-
ga membuat mereka sama sekali tidak curiga bahwa ia
telah melakukan sesuatu yang salah. Ketiga, para ham-
ba yang bertugas di serambi, saat mendekati pintu
kamar atas itu sesudah Ehud pergi, untuk mencari
tahu keadaan tuan mereka yang mereka sangka sedang
senang, dan saat mendapati pintu itu terkunci dan
suasana senyap, menyimpulkan bahwa ia telah terba-
ring tidur, telah menyelimuti kakinya di atas ranjang-
nya, dan meminta petunjuk kepada bantalnya tentang
pesan yang telah diterimanya, dan lalu memimpi-
kannya (ay. 24). Oleh sebab itu, mereka tidak berani
membuka pintu. Demikianlah, sebab tidak ingin meng-
ganggu tidur sang raja, mereka kehilangan kesempatan
untuk membalaskan kematiannya. Lihatlah apa jadinya
jika orang terlampau menekankan kebesarannya, dan
mewajibkan orang-orang di sekelilingnya untuk men-
jaga jarak. Suatu saat nanti, hal itu justru akan men-
datangkan celaka baginya lebih daripada yang dapat
terpikir olehnya. Keempat, hamba-hamba itu pada
akhirnya membuka pintu, dan mendapati tuan mereka
telah mati tergeletak di lantai (ay. 25). Ngerinya peman-
dangan yang mengenaskan ini, dan kebingungan yang
pasti meliputi mereka, saat menyesali kecerobohan
mereka sebab tidak membuka pintu sesegara mung-
kin, melenyapkan pikiran-pikiran untuk mengirim
orang-orang untuk mengejar pelakunya, yang sekarang
sudah tidak terkejar lagi oleh mereka. Yang terakhir,
Ehud dengan cara ini meloloskan diri ke arah Seira,
hutan lebat, demikian menurut sebagian penafsir (ay.
26). Tidak dikatakan di tempat lain dalam kisah ini apa
nama tempat yang pada waktu itu ditinggali oleh Eglon.
Akan namun , sebab tidak disebutkan bahwa Ehud
bolak-balik menyeberangi sungai Yordan, maka saya
cenderung berpendapat bahwa Eglon telah meninggal-
kan negerinya sendiri Moab, di seberang sungai Yordan,
dan menjadikan tempat tinggal utamanya pada waktu
Kitab Hakim-hakim 3:12-30
441
itu di Kota Pohon Korma, di dalam wilayah Kanaan, se-
buah negeri yang lebih kaya dibandingkan negerinya
sendiri. Di sanalah ia dibunuh, dan batu-batu berpahat
yang di dekat Gilgal berada tidak jauh darinya. Di
tempat di mana ia sudah hidup tenang, dan menyangka
bahwa ia sudah cukup membentengi dirinya sendiri un-
tuk berkuasa atas umat Allah, di sanalah ia dilenyap-
kan, dan ternyata diberi makansupaya dibantai, seperti
domba di tanah lapang.
(2) sesudah membunuh raja Moab, Ehud memberikan kekalah-
an telak kepada pasukan-pasukan Moab yang berada di
tengah-tengah mereka, dan dengan demikian berhasil me-
matahkan kuk penindasan orang Moab.
[1] Ehud langsung mengerahkan pasukan di gunung Efraim,
agak jauh dari markas besar orang Moab, dan memimpin
pasukan itu sendiri (ay. 27). Sangkakala yang ditiupnya
benar-benar merupakan sangkakala yang ditiup pada
tahun Yobel, yang memaklumkan kemerdekaan. Dan
sungguh menyukakan hati bunyi sangkakala itu bagi
orang Israel yang tertindas, yang sudah lama tidak men-
dengar sangkakala-sangkakala lain selain sangkakala
musuh-musuh mereka.
[2] Seperti orang yang saleh, dan sebagai orang yang mela-
kukan semuanya ini dengan iman, Ehud menyemangati
dirinya sendiri, dan juga para prajuritnya, berdasar
kuasa Allah yang dikerahkan untuk mereka (ay. 28):
“Ikutlah aku, sebab TUHAN telah menyerahkan musuh-
mu ke dalam tanganmu. Kita yakin bahwa Allah beserta
kita, dan sebab itu dapat maju dengan berani, dan
akan terus maju dengan penuh kemenangan.”
[3] Seperti panglima yang bijaksana, Ehud pertama-tama
mengamankan tempat-tempat penyeberangan sungai
Yordan. Dia menempatkan penjaga-penjaga yang tang-
guh di semua tempat penyebarangan itu, untuk memu-
tus hubungan antara orang Moab yang tinggal di tanah
Israel, sebab hanya merekalah yang menjadi sasaran-
nya, dan negeri mereka sendiri di seberang sungai Yor-
dan. Dengan demikian, begitu tanda bahaya dibunyi-
442
kan, jika mereka memutuskan untuk kabur, mereka ti-
dak dapat meloloskan diri ke negeri mereka. Jika mereka
memutuskan untuk bertempur, mereka tidak bisa mem-
peroleh bantuan dari sana. Demikianlah Ehud mengu-
rung mereka di tanah Israel sebagai penjara mereka,
yang mereka sangka akan menjadi istana dan taman
Firdaus mereka.
[4] lalu Ehud menyerang mereka, dan menewaskan
mereka semua dengan pedang. Jumlah mereka sepuluh
ribu orang, yang sepertinya merupakan jumlah yang
ditentukan untuk tetap menundukkan Israel (ay. 29):
Seorang pun dari mereka tidak ada yang lolos. Padahal,
mereka merupakan orang-orang terbaik dan terpilih
dari semua pasukan raja Moab. Semuanya orang yang
tegap, orang-orang yang gagah perkasa, dan tidak saja
sehat secara jasmani, namun juga bersemangat tinggi, dan
orang-orang yang tangkas (ay. 29). Akan namun , baik ke-
kuatan mereka maupun keberanian mereka tidak berfae-
dah bagi mereka, saat tiba saatnya bagi Allah untuk
menyerahkan mereka ke tangan orang Israel.
[5] Akibat dari kemenangan ini yaitu bahwa kekuatan
orang Moab sepenuhnya dihancurkan di tanah Israel.
Negeri itu bebas dari para penindas ini, dan amanlah
tanah itu, delapan puluh tahun lamanya (ay. 30). Kita
dapat berharap bahwa di antara orang Israel juga ter-
jadi pembaharuan, dan penyembahan berhala diken-
dalikan, melalui pengaruh Ehud yang terus berlanjut
cukup lama pada masa ini. Lama juga tanah itu beristi-
rahat, delapan puluh tahun. Namun, apalah artinya
waktu selama itu dibandingkan dengan peristirahatan
kekal orang-orang kudus di Kanaan sorgawi?
Samgar Menewaskan Enam Ratus Orang Filistin
(3:31)
31 Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin
dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikian-
lah ia juga menyelamatkan orang Israel.
Kitab Hakim-hakim 3:31
443
saat dikatakan bahwa amanlah tanah itu, delapan puluh tahun
lamanya, sebagian penafsir berpendapat bahwa yang terutama
dimaksudkan yaitu bagian tanah itu yang terletak di sebelah timur
tepi sungai Yordan, yang telah mengalami penindasan orang Moab.
Akan namun sepertinya, dari bacaan di sini, sisi lain dari negeri itu
yang terletak di sebelah barat daya pada masa itu diduduki oleh
orang Filistin, yang terhadapnya Samgar bangkit untuk melawan.
1. Sepertinya Israel membutuhkan penyelamatan, sebab Samgar
menyelamatkan orang Israel. Sebesar apa kesusahan itu, dicerita-
kan oleh Debora di lalu hari dalam nyanyiannya (5:6),
bahwa dalam zaman Samgar bin Anat, kafilah tidak ada lagi, dan
seterusnya. Bagian negeri itu yang terletak bersebelahan dengan
wilayah orang Filistin begitu penuh dengan para perampok hingga
orang tidak dapat melewati jalanan dengan aman, dan terancam
bahaya akan diserang dan dirampok. Mereka juga tidak berani
tinggal di desa-desa yang tidak dijaga, namun terpaksa berlindung
di kota-kota berkubu.
2. Allah membangkitkan Samgar untuk membebaskan mereka, se-
panjang yang bisa disaksikan, sewaktu Ehud masih hidup, namun
sudah tidak bekerja lagi sebab usia lanjut. Begitu sedikitnya
jumlah musuh-musuh itu hingga membunuh enam ratus orang
dari mereka tampaknya sama saja dengan pembebasan bagi
Israel. Sebanyak itulah yang dibunuh Samgar dengan tongkat
penghalau lembu, atau, sebagaimana sebagian penafsir membaca-
nya, dengan mata bajak. Ada kem