Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 17. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 17. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 17

 


lah bagaimana hukuman mereka,  

(1) Sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka 

mengikuti para allah dari bangsa-bangsa di sekeliling mere-

ka, bahkan yang paling hina sekalipun, sehingga Allah 

lalu  membuat mereka melayani para raja dari bangsa-

bangsa di sekeliling mereka, bahkan yang paling hina sekali-

pun. Orang yang berkumpul dengan semua orang bodoh 

sudah sewajarnya dijadikan bahan permainan seperti orang 

bodoh oleh semua kumpulan.  

(2) Sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah. 

Tangan sorga berbalik melawan mereka seperti itu, sesuai 

dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh 

TUHAN dengan sumpah (ay. 15), yang merujuk kepada 

kutuk dan kematian yang telah diperhadapkan kepada 

mereka di dalam perjanjian, bersama-sama dengan berkat 

dan kehidupan. Orang-orang yang telah mendapati Allah 

setia kepada janji-janji-Nya dapat melihat dari sini bahwa 

Ia juga akan setia kepada ancaman-ancaman-Nya.  

III. Allah sumber belas kasih yang tak terbatas berbelas kasihan 

kepada umat-Nya dalam kesusahan mereka, meskipun mereka 

telah menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam kesusahan itu 

oleh dosa dan kebodohan mereka sendiri, dan mengadakan pem-

bebasan bagi mereka. Walaupun kesusahan yang mereka alami 

yaitu  hukuman bagi dosa mereka dan penggenapan dari firman 

Allah, namun seiring berjalannya waktu mereka diselamatkan 

dari kesusahan itu (ay. 16-18). Di sini amatilah,  

1. Apa yang mendorong pembebasan mereka. Pembebasan itu se-

mata-mata timbul dari rasa iba dan belas kasihan Allah yang 


 418

lembut. Alasannya bersumber dari dalam diri-Nya sendiri. 

Tidak dikatakan, mereka menyesal sebab  pelanggaran-pelang-

garan mereka sebab tampak dari ayat 17, bahwa banyak dari 

mereka tetap tidak berubah, melainkan, TUHAN berbelas ka-

sihan mendengar rintihan mereka. Walaupun bukan beban 

dosa, melainkan terlebih beban penderitaanlah yang menye-

babkan mereka dikatakan mengerang. Memang benar bahwa 

mereka pantas untuk binasa selamanya di bawah kutuk Allah, 

namun, sebab  ini yaitu  hari kesabaran-Nya dan hari penco-

baan kita, maka Ia tidak menumpahkan seluruh murka-Nya. 

Ia bisa saja dengan adil meninggalkan mereka, namun  Ia tidak 

dapat melakukannya sebab  iba.  

2. Sarana-sarana yang dipakai untuk membebaskan mereka. 

Allah tidak mengutus para malaikat dari sorga untuk menyela-

matkan mereka, atau membawa kekuatan asing mana pun 

untuk menolong mereka, namun  membangkitkan hakim-hakim 

dari antara mereka sendiri, saat   ada keperluan untuk itu. 

Allah melengkapi dan memanggil hakim-hakim ini untuk mela-

kukan pekerjaan khusus yang telah dirancangkan untuk me-

reka itu, yaitu memperbaharui dan membebaskan Israel. Dan 

Allah memahkotai usaha-usaha keras mereka dengan keber-

hasilan yang menakjubkan: TUHAN menyertai hakim-hakim 

itu saat   Ia membangkitkan mereka, dan dengan begitu mere-

ka menjadi penyelamat. Amatilah, 

(1) Pada masa-masa terjadi kemerosotan dan kesusahan ter-

besar dalam jemaat, ada sebagian orang yang akan didapati 

atau dipakai Allah untuk memperbaiki masalah-masalah-

nya dan meluruskan kembali segala sesuatunya.  

(2) Allah harus diakui di dalam orang-orang yang berguna 

yang dibangkitkan tepat pada waktunya untuk kebaikan 

umum. Ia menganugerahi orang-orang dengan hikmat dan 

keberanian, memberi mereka hati untuk bertindak dan 

mengambil risiko. Segala sesuatu yang bisa menjadi berkat 

bagi negeri mereka haruslah dipandang sebagai pemberian-

pemberian dari Allah.  

(3) Siapa yang dipanggil Allah akan diakui-Nya, dan akan dipim-

pin dengan hadirat-Nya. Siapa yang dibangkitkan-Nya, akan 

disertai-Nya.  

Kitab Hakim-hakim 2:6-23 

 419 

(4) Para hakim dari suatu negeri yaitu  penyelamat negeri ter-

sebut. 

IV. Orang-orang Israel yang telah merosot tidak berhasil diperbaharui 

dengan sepenuhnya, sekalipun oleh hakim-hakim mereka (ay. 17-

19).  

1. Bahkan selama hakim-hakim mereka ada bersama mereka, 

dan giat mengerjakan pembaharuan, ada orang-orang yang 

tidak menghiraukan hakim-hakim mereka, namun  justru pada 

saat itu berzinah dengan mengikuti allah lain. Betapa mereka 

tergila-gila dengan berhala mereka, dan begitu betah membela-

kangi Allah. Mereka telah dinikahkan dengan Allah, namun  

mereka memutuskan perjanjian pernikahan itu, dan berzinah 

dengan mengikuti allah-allah ini. Penyembahan berhala ada-

lah perzinahan rohani. Begitu keji, hina, dan durhaka penyem-

bahan berhala itu, dan orang-orang yang sudah kecanduan 

dengannya jarang dapat disadarkan kembali.  

2. Orang-orang yang pada masa pembaharuan sudah mulai ber-

ubah, segera menyimpang dari jalan itu lagi, dan menjadi jahat 

seperti sebelumnya. Jalan yang darinya mereka menyimpang 

yaitu  jalan yang dahulu diikuti oleh nenek moyang mereka 

yang saleh, dan yang di dalamnya nenek moyang mereka su-

dah menempatkan mereka untuk mereka telusuri. Pada awal-

nya, mereka segera berjalan di bawah pengaruh teladan yang 

baik dari nenek moyang mereka dan dari pengajaran yang baik 

yang telah mereka terima sendiri. Demikianlah yang diperbuat 

anak-anak yang fasik dari orangtua yang saleh, dan sebab  itu 

mereka akan dimintai pertanggungjawaban yang besar. Akan 

namun , jika  hakim itu mati, mereka memandang bahwa 

bendungan yang menahan aliran sungai penyembahan berhala 

mereka telah dibuka, dan lalu  penyembahan berhala itu 

mengalir kembali dengan jauh lebih deras. Dan zaman berikut-

nya tampak malah menjadi lebih buruk kendati dengan usaha -

usaha  yang telah dilakukan menuju pembaharuan (ay. 19). 

Mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mere-

ka. Mereka berusaha mengalahkan nenek moyang mereka 

dalam memperbanyak dewa-dewa asing dan menciptakan tata 

ibadah yang penuh kecemaran dan kedurhakaan, yang sungguh 

bertentangan dengan para pembaharu mereka. Mereka tidak 


 420

berhenti, atau, sesuai dengan kata aslinya, mereka tidak mau 

meninggalkan, satu pun dari perbuatan-perbuatan mereka. 

Mereka tidak merasa malu dengan penyembahan-penyembah-

an berhala mereka yang teramat menjijikkan itu, tidak pula 

merasa lelah dengan penyembahan-penyembahan berhala 

yang teramat biadab itu. Mereka tidak mau mundur satu lang-

kah pun dari kelakuan mereka yang keras dan tegar itu. Demi-

kianlah orang-orang yang telah meninggalkan jalan-jalan Allah 

yang baik, yang dulu pernah mereka kenal dan akui, biasanya 

berdosa dengan paling lancang dan di luar batas, dan hati 

mereka menjadi teramat keras. 

V. Ketetapan hati Allah yang adil dalam hal ini yaitu  tetap melan-

jutkan tongkat didikan untuk menghajar mereka.  

1. Dosa mereka yaitu  membiarkan orang Kanaan hidup, dan ini 

dilakukan dalam penghinaan dan pelanggaran terhadap per-

janjian yang telah dibuat Allah dengan mereka dan perintah-

perintah yang telah diberikan-Nya kepada mereka (ay. 20).  

2. Hukuman mereka yaitu  bahwa orang Kanaan tetap dibiarkan 

hidup, dan dengan begitu mereka dipukul dengan tongkat me-

reka sendiri. Tidak semua orang Kanaan diserahkan ke tangan 

Yosua semasa dia hidup (ay. 23). Yesus Tuhan kita, walaupun 

telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-pengua-

sa, namun masih belum menuntaskan kemenangan-Nya. Te-

tapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah 

ditaklukkan kepada-Nya. Masih ada sisa-sisa pengaruh Iblis di 

dalam jemaat, sama seperti ada sisa-sisa orang Kanaan di 

tanah perjanjian. namun  Yosua kita hidup selama-lamanya, 

dan pada hari penghakiman agung Ia akan menyempurnakan 

penaklukan-Nya. Sesudah Yosua mati, tidak banyak yang dila-

kukan untuk melawan orang Kanaan untuk waktu yang lama. 

Israel menuruti kemauan mereka, dan menjadi akrab dengan 

mereka, dan sebab  itu Allah tidak mau menghalau mereka 

lagi (ay. 21). Jika mereka mau memiliki penduduk yang seperti 

ini di antara mereka, biarlah mereka mendapatkannya, dan 

lihat saja apa akibatnya. Allah menuruti kemauan-kemauan 

mereka yang menyesatkan (Yes. 66:4). Demikianlah manusia 

menumbuhkan dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri yang 

bobrok, dan, bukannya mematikannya, mereka malah memeli-

Kitab Hakim-hakim 2:6-23 

 421 

haranya, dan sebab  itu Allah secara adil membiarkan mereka 

di bawah kuasa dosa-dosa mereka, yang akan menjadi kehan-

curan mereka. Demikianlah yang akan menjadi hukuman mere-

ka. Mereka sendiri telah menentukannya. Sisa-sisa orang Ka-

naan ini dibiarkan hidup untuk mencobai orang Israel (ay. 

22), apakah mereka tetap hidup menurut jalan yang ditunjuk-

kan TUHAN atau tidak. Bukansupaya  Allah mengenal mereka, 

melainkansupaya  mereka mengenal diri mereka sendiri. Sisa-

sisa orang Kanaan itu dibiarkan hidup untuk menguji,  

(1) Apakah mereka dapat menahan godaan-godaan kepada 

penyembahan berhala, yang akan disodorkan orang Ka-

naan di hadapan mereka. Allah telah memberi tahu bahwa 

mereka tidak akan bisa menahannya (Ul. 7:4). Namun me-

reka merasa bisa menahannya. “Baiklah,” kata Allah, “Aku 

akan mencobai engkau.” Dan, sesudah  dicoba, didapati bah-

wa pesona para penggoda ternyata terlalu kuat bagi mere-

ka. Allah telah memberi tahu kita betapa licik dan jahatnya 

hati kita, namun kita tidak mau memercayainya, sampai 

kita nekad menghadapi godaan, dan lalu  kita menya-

dari kebenarannya melalui pengalaman yang menyedihkan.  

(2) Apakah mereka akan memanfaatkan dengan baik segala 

kesusahan yang akan ditimbulkan oleh penduduk asli yang 

tersisa itu kepada mereka, dan banyaknya masalah yang 

akan didatangkan oleh penduduk itu kepada mereka. Dan 

apakah dengan begitu mereka akan diinsafkan dari dosa 

dan mau merendahkan diri sebab nya, diperbarui, dan 

didorong kembali kepada Allah dan kewajiban mereka. Dan 

apakah dengan tanda-tanda bahaya yang terus-menerus 

mereka terima dari penduduk asli itu, mereka akan dibuat 

tetap gentar dan takut untuk menyulut murka Allah.  

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  3  

Di dalam pasal ini, 

I. Penjelasan umum tentang musuh-musuh Israel disajikan 

sebagai pengantar, dan tentang kejahatan yang ditimbulkan 

oleh musuh-musuh itu atas mereka (ay. 1-7). 

II. Penjelasan khusus tentang perbuatan-perbuatan gagah be-

rani yang dilakukan oleh ketiga hakim pertama. 

1. Otniel, yang dibangkitkan Allah untuk memimpin pertem-

puran-pertempuran Israel, dan membela perkara mereka 

melawan raja Aram-Mesopotamia (ay. 8-11). 

2. Ehud, yang dipakai untuk menyelamatkan Israel dari 

tangan orang Moab, dan melakukannya dengan menikam 

raja Moab (ay. 12-30). 

3. Samgar, yang telah menunjukkan kemampuannya dalam 

pertempuran melawan orang Filistin (ay. 31). 

Penyembahan Berhala Orang Israel 

(3:1-7) 

1  Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang 

Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak 

mengenal perang Kanaan. 2 – Maksudnya hanyalah,supaya  keturunan-ketu-

runan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih 

berperang oleh TUHAN. 3 Yang tinggal ialah kelima raja kota orang Filistin 

dan semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, yang mendiami 

pegunungan Libanon, dari gunung Baal-Hermon sampai ke jalan yang menu-

ju ke Hamat. 4 Mereka itu ada di sana,supaya  Ia mencobai orang Israel de-

ngan perantaraan mereka untuk mengetahui, apakah mereka mendengarkan 

perintah yang diberikan TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan 

perantaraan Musa. 5 Demikianlah orang Israel itu diam di tengah-tengah 

orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang 

Yebus. 6 Mereka mengambil anak-anak perempuan, orang-orang itu menjadi 

isteri mereka dan memberikan anak-anak perempuan mereka kepada anak-


 424

anak lelaki orang-orang itu, serta beribadah kepada allah orang-orang itu.  

7 Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan 

TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera. 

Di sini diceritakan kepada kita tentang sisa-sisa dari penduduk 

Kanaan yang lama. 

1. Ada sebagian dari mereka yang tetap bersatu dalam kelompok-

kelompok, tanpa tercerai-berai (ay. 3): Kelima raja kota orang 

Filistin, yakni Asdod, Gaza, Askelon, Gat, dan Ekron (1Sam. 6:17). 

Tiga dari kota-kota ini telah ditaklukkan sebagian (1:18), namun  

sepertinya orang Filistin berhasil menduduki kembali kota-kota 

itu mungkin dengan bantuan kedua raja lain, yang memperkuat 

persekutuan mereka satu sama lain sejak penaklukan itu. Kelima 

raja ini paling menyusahkan Israel daripada penduduk asli lain-

nya, terutama menjelang akhir masa pemerintahan hakim-hakim, 

dan kelima raja itu belum ditaklukkan sepenuhnya sampai pada 

masa pemerintahan Daud. Ada satu bangsa tertentu yang disebut 

orang Kanaan, yang tetap mempertahankan wilayah mereka 

bersama orang Sidon, di pantai Laut Besar. Dan di sebelah utara, 

orang Hewi mempertahankan sebagian besar gunung Libanon, 

sebab  itu yaitu  tempat terpencil. Ada kemungkinan di sana 

mereka disokong oleh sebagian dari negeri-negeri tetangga. Akan 

namun , di samping mereka ini, 

2. Di mana-mana di semua bagian negeri itu masih ada sebagian 

bangsa yang terpencar (ay. 5), yakni orang Het, orang Amori, dan 

lain lain. sebab  orang Israel dengan bodoh membiarkan mereka 

hidup dan memberi hati kepada mereka, maka mereka menjadi 

begitu banyak, hidup dengan begitu nyaman, dan bersikap begitu 

kurang ajar, hingga orang Israel dikatakan diam di tengah-tengah 

mereka. Seolah-olah hak milik itu masih tetap dipegang oleh 

orang Kanaan, sedangkan orang Israel diperbolehkan masuk atas 

izin mereka dan hanya sebagai penyewa sewaktu-waktu. Nah, 

mengenai sisa penduduk asli ini, amatilah,  

I. Betapa dengan bijak Allah mengizinkan mereka tetap tinggal di 

situ. Dalam penutup pasal sebelumnya, disebutkan sebagai tin-

dakan yang lahir dari keadilan Allah bahwa Ia membiarkan mere-

ka tetap tinggal, untuk memberikan pelajaran kepada orang 

Israel. namun  di sini diberikan penjelasan lain tentang hal terse-

Kitab Hakim-hakim 3:1-7 

 425 

but, dan tampaknya itu merupakan tindakan yang lahir dari hik-

mat Allah, bahwa Ia membiarkan mereka tinggal untuk memberi-

kan manfaat yang nyata kepada orang Israel, yaitusupaya  orang-

orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan dapat dilatih 

berperang (ay. 1-2). Sudah menjadi kehendak Allah bahwa bangsa 

Israel harus terbiasa dengan perang, 

1. Sebab negeri mereka luar biasa kaya dan subur, dan berlim-

pah dengan segala macam kelezatan. Seandainya mereka tidak 

dibuat mengalami kesukaran sewaktu-waktu, ada bahaya 

bahwa semuanya itu akan menenggelamkan mereka dalam 

kemewahan dan kelembekan yang sejadi-jadinya. Adakalanya 

mereka harus menceburkan diri ke dalam darah, dan tidak 

selalu ke dalam susu dan madu,supaya  jangan sampai para 

prajurit mereka, sebab  lama tidak memakai senjata, menjadi 

lembek dan lembut seperti perempuan yang lemah dan manja, 

yang tidak pernah mencoba menjejakkan telapak kakinya ke 

tanah sebab  sifatnya yang manja dan lemah itu. Ini merupa-

kan watak yang merusak segala sesuatu yang baik, dan juga 

segala sesuatu yang luhur, dan oleh sebab itu seluruh umat 

Israel milik Allah harus berjaga-jaga terhadapnya. 

2. Sebab negeri mereka terletak tepat di tengah-tengah para mu-

suh, dan mereka harus bersiap untuk diserang oleh musuh-

musuh itu. Negeri milik Allah sudah menjadi seperti burung 

belang; burung-burung buas mengerumuninya (Yer. 12:9). Oleh 

sebab  itu, mereka perlu dilatih ilmu perang dengan baik, 

susaha  mereka dapat mempertahankan wilayah-wilayah mere-

ka saat   diserbu, dan di lalu  hari bisa memperluas wi-

layah mereka seperti yang telah dijanjikan Allah kepada mere-

ka. Ilmu perang paling baik dipelajari melalui pengalaman, 

yang tidak saja membiasakan orang dengan tata tertib perang, 

namun  juga yang tidak kalah pentingnya, mengilhami mereka 

dengan pembawaan seorang prajurit yang siap berperang. 

Demi kepentingan Israellah prajurit-prajurit harus dilahirkan 

dan dibesarkan, sama seperti demi kepentingan sebuah pulau 

pelaut-pelaut harus dilahirkan dan dibesarkan. Itulah sebab-

nya Allah membiarkan orang Kanaan tinggal di antara mereka, 

susaha , melalui sedikit kesulitan dan kesusahan yang mereka 

temui dalam menghadapi orang Kanaan, mereka dapat diper-

siapkan untuk menghadapi kesulitan dan kesusahan yang 


 426

lebih besar. Dan, dengan berlari dengan orang berjalan kaki, 

mereka dapat belajar untuk berpacu melawan kuda (Yer. 12:5). 

Israel yaitu  perlambang dari jemaat yang siap bertempur, 

yang harus berjuang untuk mencapai kemenangan. Prajurit-

prajurit Kristus harus tahan menghadapi penderitaan (2Tim. 

2:3). Itulah sebabnya kebobrokan dibiarkan tetap tinggal bah-

kan di dalam hati orang-orang Kristen yang baik,supaya  me-

reka dapat belajar berperang, dapat tetap mengenakan seluruh 

perlengkapan senjata Allah, dan senantiasa berjaga-jaga. Cen-

dekiawan Uskup Patrick menawarkan makna lain dari ayat 2: 

Susaha  mereka tahu seperti apa belajar perang itu, artinya, 

mereka akan tahu seperti apa rasanya dibiarkan sendiri. Nenek 

moyang mereka berperang dengan kuasa ilahi. Allah mengajar 

tangan mereka untuk berperang dan jari jemari mereka untuk 

bertarung. namun  sebab  sekarang mereka telah kehilangan 

perkenanan-Nya akibat perbuatan mereka sendiri, biarlah me-

reka belajar bagaimana rasanya berperang seperti orang-orang 

lain. 

II. Betapa dengan fasik orang Israel berbaur dengan orang-orang 

Kanaan yang tetap tinggal. Satu hal yang dimaksudkan Allah 

dengan membiarkan mereka tinggal di antara orang-orang Kanaan 

itu yaitu  untuk mencobai orang Israel (ay. 4). Dengan begitu, 

orang-orang yang setia kepada Allah Israel bisa memperoleh 

kehormatan dalam melawan godaan-godaan orang Kanaan untuk 

menyembah berhala. Sementara orang-orang yang tidak setia dan 

tidak tulus akan ketahuan, dan dapat tertimpa cela sebab  me-

nyerah kepada godaan-godaan tersebut. Demikian pula di dalam 

jemaat-jemaat Kristen harus ada ajaran sesat,supaya  nyata nanti 

siapakah di antara mereka yang tahan uji (1Kor. 11:19). Israel, 

sesudah  diuji, terbukti berlaku buruk. 

1. Mereka menikah dengan orang Kanaan (ay. 6), meskipun me-

reka tidak dapat meninggikan kehormatan mereka ataupun 

memperbanyak harta benda mereka dengan menikahi orang 

Kanaan itu. Mereka justru akan mengotori darah mereka, dan 

bukan memperbaikinya, serta akan menguras harta benda 

mereka, dan bukan menambahnya, melalui pernikahan-perni-

kahan semacam itu. 

 

Kitab Hakim-hakim 3:8-11 

 427 

2. Dengan demikian mereka terbawa oleh orang Kanaan dan ber-

gabung bersama mereka dalam menyembah berhala. Mereka 

beribadah kepada para allah orang-orang itu (ay. 6), para Baal 

dan para Asyera (ay. 7), yaitu patung-patung yang disembah 

dalam tiang-tiang berhala di antara pepohonan yang rimbun, 

yang merupakan semacam kuil-kuil alami. Dalam pertanding-

an-pertandingan yang tidak seimbang seperti itu, ada lebih 

banyak alasan untuk merasa khawatir bahwa yang buruk 

akan merusak yang baik, daripada untuk berharap bahwa 

yang baik akan mengubah yang buruk. Sama halnya seperti 

menyandingkan dua buah pir, ada lebih banyak kekhawatiran 

bahwa yang satu busuk daripada harapan bahwa yang lain 

bagus. saat   orang Israel condong untuk menyembah allah-

allah lain, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka. Demi 

menyenangkan teman-teman baru mereka, mereka tidak ber-

bicara tentang yang lain selain para Baal dan para Asyera, 

sehingga secara perlahan-lahan mereka tidak lagi mengingat 

Allah yang benar, dan lupa bahwa ada Wujud yang seperti Dia, 

dan kewajiban-kewajiban apa yang mereka miliki terhadap 

Dia. Dalam hal inilah, dan bukan dalam hal lain, ingatan ma-

nusia yang sudah rusak lebih tidak dapat diandalkan, bahwa 

ia mudah melupakan Allah. sebab  hilang dari pandangan, 

Allah pun hilang dari ingatan. Di sinilah semua kefasikan yang 

ada di dalam dunia dimulai: mereka telah memilih jalan yang 

sesat, sebab mereka telah melupakan TUHAN, Allah mereka. 

Pemerintahan Otniel 

(3:8-11) 

8 Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel, sehingga Ia menjual 

mereka kepada Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia dan orang Israel 

menjadi takluk kepada Kusyan-Risyataim delapan tahun lamanya. 9 Lalu ber-

serulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang 

penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb. 10 Roh 

TUHAN menghinggapi dia dan ia menghakimi orang Israel. Ia maju berpe-

rang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke dalam 

tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim. 11 Lalu amanlah ne-

geri itu empat puluh tahun lamanya. lalu  matilah Otniel anak Kenas. 

Sekarang kita sampai pada catatan tentang pemerintahan hakim-

hakim tertentu. Yang pertama yaitu  Otniel, yang dalam dirinya 


 428

kisah dalam kitab ini terjalin dengan kisah dalam kitab Yosua, 

sebab  bahkan pada masa pemerintahan Yosua pun Otniel sudah 

mulai termasyhur. Melalui hal ini tampak bahwa tidak lama sesudah  

orang Israel menetap di Kanaan, kemurnian mereka mulai rusak dan 

sebagai akibatnya, damai sejahtera mereka menjadi terusik. Orang-

orang yang telah bersusah payah menyelidiki penanggalan suci pada 

umumnya sependapat bahwa penyembahan berhala yang dilakukan 

orang Dan, serta peperangan melawan orang Benyamin sebab  telah 

melecehkan gundik orang Lewi, terjadi sekitar waktu ini, walaupun 

dikisahkan menjelang akhir kitab ini. Kedua peristiwa itu terjadi di 

bawah atau sebelum pemerintahan Otniel, yang meskipun seorang 

hakim, bukanlah seorang raja di Israel yang akan mencegah orang 

melakukan apa yang benar menurut pandangan mereka sendiri. 

Dalam kisah singkat tentang pemerintahan Otniel ini kita mendapati, 

I.   Kesusahan yang dialami Israel akibat dosa mereka (ay. 8). Sudah 

sepantasnya Allah murka terhadap mereka sebab  mereka telah 

merobohkan pagar keistimewaan mereka, dan berbaur dengan 

bangsa-bangsa lain. Oleh sebab itu, Ia mencabut pagar perlin-

dungan mereka dan membuat mereka terbuka untuk diserang 

oleh bangsa-bangsa lain. Ia menjual mereka seperti barang-ba-

rang yang hendak disingkirkan-Nya. Orang pertama yang meng-

ulurkan tangan untuk mendapatkan mereka yaitu  Kusyan-

Risyataim, raja dari Aram-Mesopotamia yang terletak di antara 

dua sungai besar, yakni Tigris dan Efrat, sehingga disebut Meso-

potamia, yang berarti di tengah sungai-sungai. Ada kemungkinan 

bahwa ia seorang raja yang gemar berperang. Oleh sebab  ingin 

memperluas wilayah kekuasaannya, ia pertama-tama menyerbu 

dua suku di seberang sungai Yordan yang terletak di sebelah 

wilayahnya, dan lalu , mungkin secara bertahap, menembus 

ke pusat negeri. Dan sejauh mana ia menaklukkan, di tempat-

tempat itu pula ia mewajibkan rakyat membayar upeti, menuntut-

nya dengan keras, dan mungkin menempatkan sejumlah prajurit 

di antara mereka. Laban, yang menindas Yakub dengan pekerjaan 

yang berat, berasal dari negeri ini. namun  letaknya begitu jauh 

hingga orang tidak akan menyangka bahwa masalah yang menim-

pa Israel akan datang dari negeri yang sejauh itu. Hal ini semakin 

menunjukkan bahwa ada campur tangan Allah di dalamnya. 

Kitab Hakim-hakim 3:8-11 

 429 

II. Kembalinya orang Israel kepada Allah dalam kesusahan ini: Apa-

bila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia yang 

sebelumnya telah mereka abaikan. Lalu berserulah orang Israel, 

bahkan sebagian besar dari mereka, kepada TUHAN (ay. 9). Mula-

mula mereka menganggap remeh kesukaran mereka, dan me-

nyangka bahwa mereka bisa dengan mudah melepaskan kuk 

seorang raja yang berada begitu jauh dari mereka. Akan namun , 

saat   kuk itu terus menekan mereka selama delapan tahun, me-

reka mulai merasakan penderitaan yang diakibatkannya. Kemu-

dian orang-orang yang sebelumnya telah menertawakan kuk itu, 

sekarang menangis di bawahnya. Orang-orang yang pada masa 

kegembiraan telah berseru kepada para Baal dan para Asytoret, 

sekarang pada masa kesukaran berseru kepada Tuhan, yang 

terhadap-Nya mereka telah memberontak, yang keadilan-Nya 

membawa mereka ke dalam kesukaran ini, dan yang kuasa dan 

perkenanan-Nya sajalah dapat menolong mereka untuk keluar 

dari kesukaran itu. Penderitaan membuat orang berseru kepada 

Allah dengan mendesak, padahal sebelumnya mereka bahkan 

hampir tidak mau berbicara kepada-Nya. 

III. Kembalinya Allah dalam belas kasihan kepada mereka untuk 

membebaskan mereka. Meskipun kebutuhanlah yang mendorong 

mereka untuk datang kepada-Nya, namun Ia tidak menolak doa-

doa mereka sebab  itu. Sebaliknya, Ia dengan penuh rahmat mem-

bangkitkan seorang pembebas, atau penyelamat, seperti dalam 

bahasa aslinya. Amatilah, 

1. Siapa penyelamat itu. Orang itu yaitu  Otniel, yang menikahi 

anak perempuan Kaleb. Ia yaitu  salah seorang dari angkatan 

lama yang telah melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN. Dan ia 

sendiri, tidak perlu dipertanyakan lagi, tetap hidup lurus, dan 

diam-diam meratapi kemurtadan bangsanya. namun  ia menan-

tikan panggilan ilahi untuk tampil di depan umum untuk 

memperbaiki masalah-masalah mereka. Dapat kita duga bah-

wa sekarang ia sudah berusia sangat lanjut, saat   Allah mem-

bangkitkan dia untuk menerima kehormatan ini. Walaupun 

demikian, kemerosotan-kemerosotan akibat usia lanjut tidak 

menghalanginya untuk menjadi berguna saat   Allah mem-

berikan pekerjaan untuk dia lakukan. 


 430

2. Dari mana Otniel mendapat perintah penugasannya. Bukan 

dari manusia, atau oleh manusia, namun  Roh TUHAN menghing-

gapi dia (ay. 10). Roh hikmat dan keberanian untuk meleng-

kapi dan melayakkan dia melakukan pekerjaan tersebut, dan 

Roh kekuatan untuk membuatnya bersemangat dalam melak-

sanakannya, sehingga dia dan orang lain dapat sepenuhnya 

yakin bahwa atas kehendak Allah-lah dia harus terlibat di 

dalamnya. Dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dikatakan, 

Roh nubuat tinggal tetap di atasnya. 

3. Bagaimana cara Otniel melaksanakan pekerjaan itu. Pertama-

tama ia menghakimi orang Israel, menegur mereka, meminta 

mereka untuk mempertanggungjawabkan dosa-dosa mereka, 

dan memperbaharui mereka, dan baru lalu  maju ber-

perang. Inilah cara yang benar. Biarlah dosa, musuh terbesar 

itu, yang ada di rumah sendiri diatasi, baru sesudah itu mu-

suh-musuh di luar akan dapat ditangani dengan lebih mudah. 

sebab  itu biarlah Kristus menjadi Hakim kita dan Pemberi 

hukum bagi kita, maka barulah Dia akan menyelamatkan kita, 

dan bukan dengan syarat-syarat lain (Yes. 33:22). 

4. Keberhasilan luar biasa yang diraihnya. Ia berhasil mematah-

kan kuk penindasan, dan, sepanjang yang bisa disaksikan, 

mematahkan leher sang penindas. Sebab dikatakan, TUHAN 

menyerahkan Kusyan-Risyataim ke dalam tangannya. Itulah 

saatnya Yehuda, suku asal Otniel, seperti anak singa naik ke 

suatu tempat yang tinggi sesudah  menerkam. 

5. Dampak yang membahagiakan dari pekerjaan-pekerjaan Otniel 

yang baik. Negeri itu, meskipun belum kokoh berdiri, menjadi 

aman, dan memunculkan buah-buah pembaharuan, selama 

empat puluh tahun. Keuntungan itu akan dapat dinikmati 

selama-lamanya seandainya saja mereka tetap dekat dengan 

Allah dan setia melaksanakan kewajiban mereka. 

Israel Ditindas oleh Eglon; 

Eglon Dibunuh oleh Ehud  

(3:12-30) 

12 namun  orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; lalu 

Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas orang Israel, oleh sebab mereka 

telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. 13 Raja ini mengajak bani 

Amon dan bani Amalek menjadi sekutunya. Lalu majulah ia dan memukul

Kitab Hakim-hakim 3:12-30 

 431 

orang Israel kalah. Kota Pohon Korma diduduki mereka. 14 Delapan belas 

tahun lamanya orang Israel menjadi takluk kepada Eglon, raja Moab. 15 Lalu 

orang Israel berseru kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan bagi 

mereka seorang penyelamat yakni Ehud, anak Gera, orang Benyamin, 

seorang yang kidal. Dengan perantaraannya orang Israel biasa mengirimkan 

upeti kepada Eglon, raja Moab. 16 Dan Ehud membuat pedang yang bermata 

dua, yang panjangnya hampir sehasta, disandangnyalah itu di bawah pakai-

annya, pada pangkal paha kanannya. 17 lalu  ia menyampaikan upeti 

kepada Eglon, raja Moab. Adapun Eglon itu seorang yang sangat gendut.  

18 sesudah  Ehud selesai menyampaikan upeti itu, disuruhnya pembawa-pem-

bawa upeti itu pulang, 19 namun  ia sendiri berhenti pada batu-batu berpahat 

yang di dekat Gilgal, dan kembali menghadap raja. Berkatalah ia: “Ada pesan 

rahasia yang kubawa untuk tuanku, ya raja.” Kata Eglon: “Diamlah dahulu!” 

Maka semua orang yang berdiri di depannya itu pergi ke luar. 20 Lalu Ehud 

masuk mendapatkan dia, sedang ia duduk sendirian di kamar atas di rumah 

peranginannya. Berkatalah Ehud: “Ada firman Allah yang kubawa untuk 

tuanku.” Lalu bangunlah ia berdiri dari tempat duduknya. 21 lalu  Ehud 

mengulurkan tangan kirinya, dihunusnya pedang itu dari pangkal paha 

kanannya dan ditikamkannya ke perut raja, 22 sehingga hulunya beserta 

mata pedang itu masuk. Lemak menutupi mata pedang itu, sebab pedang itu 

tidak dicabutnya dari perut raja. Lalu keluarlah ia melalui pintu belakang.  

23 Demikianlah Ehud sampai ke serambi; pintu kamar atas itu ditutup dan 

dikuncinya sesudah  ia keluar. 24 Baru saja ia keluar, datanglah hamba-hamba 

raja melihat, namun  pintu kamar atas itu terkunci. Lalu berkatalah mereka: 

“Tentulah ia membuang air di kamar rumah peranginan itu.” 25 Lalu mereka 

menunggu-nunggu sampai menjadi bingung, namun  raja tidak membuka 

pintu kamar atas itu. lalu  mereka mengambil kunci, membuka pintu, 

maka tampaklah tuan mereka mati tergeletak di lantai. 26 Sedang mereka 

berlambat-lambat, Ehud meloloskan diri; ia lewat dari batu-batu berpahat 

dan meloloskan diri ke arah Seira. 27 sesudah  ia sampai ke sana, ditiupnyalah 

sangkakala di pegunungan Efraim, lalu turunlah orang Israel bersama-sama 

dengan dia dari pegunungan itu, dan ia sendiri di depan. 28 Berkatalah ia 

kepada mereka: “Ikutlah aku, sebab TUHAN telah menyerahkan musuhmu, 

orang-orang Moab itu, ke dalam tanganmu.” Maka turunlah mereka meng-

ikuti dia, lalu mereka merebut tempat penyeberangan sungai Yordan ke Moab 

dan tidak seorang pun dibiarkan mereka menyeberang. 29 Pada waktu itu 

mereka menewaskan kira-kira sepuluh ribu orang dari Moab, semuanya 

orang yang tegap dan tangkas, seorang pun tidak ada yang lolos. 30 Demi-

kianlah pada hari itu Moab ditundukkan oleh Israel, maka amanlah tanah 

itu, delapan puluh tahun lamanya. 

Ehud yaitu  hakim berikutnya yang pencapaian-pencapaiannya di-

ceritakan dalam sejarah ini. Dan dalam perikop ini diberikan pen-

jelasan tentang tindakan-tindakannya. 

I.   saat   Israel kembali berbuat dosa, Allah membangkitkan seorang 

penindas baru (ay. 12-14). Sungguh memperparah kefasikan 

mereka bahwa mereka kembali berbuat jahat sesudah  menderita 

begitu lama akibat pelanggaran-pelanggaran mereka sebelumnya, 

dan menunjukkan harapan yang begitu baik saat   Otniel men-

jadi hakim atas mereka, dan menerima begitu banyak belas kasih 


 432

dari Allah dalam pembebasan mereka. Sungguh keterlaluan, sete-

lah semuanya ini, mereka kembali melanggar perintah-perintah-

Nya! Apakah penyakitnya sudah kebal terhadap semua obat, baik 

itu obat penyembuh maupun obat pereda rasa sakit? Sepertinya 

memang begitu. Mungkin mereka menyangka bahwa mereka 

dapat melakukan dosa-dosa lama mereka dengan lebih berani, 

sebab  mereka tidak melihat diri mereka terancam bahaya dari 

penindas mereka yang lama. Kekuatan-kekuatan dari kerajaan itu 

telah melemah dan nyaris runtuh. namun  Allah membuat mereka 

tahu bahwa Ia masih memiliki berbagai tongkat untuk menghajar 

mereka: Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas mereka. 

Penindas yang satu ini tinggal lebih dekat dengan mereka diban-

dingkan dengan penindas sebelumnya, dan sebab  itu akan 

bertindak lebih jahat kepada mereka. Demikianlah penghakiman-

penghakiman Allah menghampiri mereka secara bertahap, untuk 

membuat mereka bertobat. saat   bangsa Israel masih tinggal di 

dalam kemah-kemah, namun tetap hidup lurus, Balak raja Moab, 

yang ingin berkuasa atas mereka, berhasil dikacaukan rancang-

annya. Namun sebab  sekarang mereka telah meninggalkan Allah, 

dan menyembah para allah dari bangsa-bangsa di sekeliling 

mereka, mungkin juga termasuk allah orang Moab, muncullah se-

orang raja Moab yang lain, yang dikuatkan Allah untuk melawan 

mereka, yang tangannya diberi kuasa, meskipun ia orang jahat, 

susaha  bisa menjadi cambuk bagi Israel. Tongkat di tangannya 

yang dipakai untuk memukul orang Israel yaitu  murka Allah. 

namun  dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian 

rancangan hatinya (Yes. 10:6-7). Orang Israel telah berbuat jahat, 

dan, dapat kita duga, orang Moab berbuat lebih jahat lagi. Namun 

demikian, sebab  Allah biasanya menghukum dosa-dosa umat-

Nya sendiri di dunia ini,supaya , sesudah  tubuh binasa roh bisa 

diselamatkan, maka Israel diperlemah dan orang Moab diperkuat 

untuk melawan mereka. saat   orang Israel lebih kuat, Allah tidak 

mau membiarkan mereka melawan orang Moab, atau mengusik 

mereka sedikit pun, meskipun mereka ini penyembah berhala (Ul. 

2:9). Namun, sekarang Ia membiarkan orang Moab menyusahkan 

orang Israel, dan sengaja memberi mereka kuasasupaya  dapat 

berbuat demikian: Hukum-Mu bagaikan samudera raya yang 

hebat, ya TUHAN. Raja Moab mengajak bani Amon dan bani 

Amalek untuk menjadi sekutunya (ay. 13), dan hal ini memper-

Kitab Hakim-hakim 3:12-30 

 433 

kuat sang raja. Di sini diceritakan kepada kita bagaimana mereka 

menang. 

1. Mereka memukul kalah orang Israel di medan perang: Lalu 

majulah mereka dan memukul orang Israel kalah (ay. 13), bu-

kan hanya suku-suku Israel yang tinggal di dekat mereka di 

seberang sungai Yordan, yang meskipun pertama-tama mene-

tap, namun yang paling banyak diganggu, sebab  merupakan 

suku-suku perbatasan, melainkan juga suku-suku yang 

tinggal di daerah sungai Yordan. Sebab sang raja dan sekutu-

nya telah menduduki Kota Pohon Korma, yang ada kemung-

kinan merupakan benteng yang didirikan di dekat tempat di 

mana Yerikho pernah berdiri, sebab itulah sebutan kota itu 

(Ul. 34:3). Ke dalam kota itu orang Moab menempatkan pasuk-

an, untuk mengekang orang Israel, dan untuk mengamankan 

tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan, demi menjaga 

kelancaran hubungan dengan negeri mereka sendiri. Untung-

lah orang Keni telah meninggalkan kota ini (1:16) sebelum kota 

itu jatuh ke tangan musuh. Lihatlah betapa cepat orang Israel 

kehilangan apa yang telah mereka peroleh melalui mujizat-

mujizat belas kasih ilahi akibat dosa mereka sendiri. 

2. Orang Moab membuat orang Israel melayani mereka (ay. 14). 

Artinya, orang Moab menarik upeti dari mereka, entah itu 

berupa hasil-hasil bumi ataupun uang sebagai penggantinya. 

Orang Israel telah lalai melayani Allah, dan tidak memberikan 

penghormatan kepada-Nya. Oleh sebab itu, Allah mengambil 

kembali dari mereka anggur dan minyak, serta perak dan 

emas, yang telah mereka sediakan bagi Baal (Hos. 2:7). Apa 

yang seharusnya dibayarkan kepada anugerah ilahi, namun 

tidak dilakukan, dirampas dan dibayarkan kepada keadilan 

ilahi. Perhambaan sebelumnya (ay. 8) hanya berlangsung se-

lama delapan tahun, sedangkan perhambaan ini berlangsung 

selama delapan belas tahun. Sebab, jika kesusahan yang lebih 

ringan tidak membawa hasil, Allah akan mengirimkan kesu-

sahan yang lebih berat. 

II. saat   Israel berdoa kembali, Allah membangkitkan seorang penye-

lamat baru (ay. 15), yang bernama Ehud. Di sini kita diberi tahu, 


 434

1. Bahwa ia yaitu  orang Benyamin. Kota Pohon Korma terletak 

di dalam wilayah suku ini. Dengan demikian, ada kemungkin-

an bahwa merekalah yang paling menderita, dan oleh sebab 

itu bergerak pertama-tama untuk melepaskan kuk si penin-

das. Diduga oleh para pengamat penanggalan sejarah suci 

bahwa peperangan orang Israel dengan orang Benyamin kare-

na kejahatan di Gibea, yang membuat seluruh suku Benyamin 

berkurang hingga menjadi 600 orang, terjadi sebelum ini. Oleh 

sebab  itu, dapat kita duga bahwa sekarang suku ini merupa-

kan suku yang paling lemah di antara semua suku. Namun 

demikian, justru dari suku itulah Allah membangkitkan pe-

nyelamat ini, sebagai tanda bahwa Dia sudah benar-benar ber-

damai dengan mereka, untuk menyatakan kuasa-Nya sendiri 

dalam memberikan kekuatan dari dalam kelemahan, dan su-

paya Ia dapat memberikan penghormatan khusus kepada ang-

gota-anggota yang tidak mulia (1Kor. 12:24). 

2. Bahwa Ehud yaitu  seorang yang kidal, dan sepertinya ba-

nyak orang dari suku itu juga kidal (20:16). Benyamin berarti 

anak tangan kanan, dan sekalipun begitu banyak sekali dari 

antara mereka yang kidal. Sebab sifat manusia memang tidak 

selalu sesuai dengan nama mereka. Dalam Septuaginta dikata-

kan bahwa ia yaitu  seorang yang mampu menggunakan 

kedua tangan dengan sama terampilnya,  dengan menganggap 

hal ini sebagai keuntungan baginya dalam menjalankan tugas 

yang menjadi panggilannya. namun  ungkapan dalam bahasa 

Ibrani bahwa tangan kanannya terkunci, menyiratkan bahwa, 

entah sebab  penyakit atau sebab  tidak dipakai, ia jarang 

atau sama sekali tidak pernah menggunakan tangan kanan-

nya, namun  hanya tangan kirinya. Dengan demikian, ia kurang 

layak untuk berperang, sebab  ia pasti akan menggunakan 

pedangnya dengan canggung. Namun demikian, Allah memilih 

orang kidal ini untuk menjadi tangan kanan-Nya, yang akan Ia 

teguhkan bagi diri-Nya (Mzm. 80:18). Tangan kanan Allah-lah 

yang memberi Israel kemenangan (Mzm. 44:4), bukan tangan 

kanan dari alat-alat yang dipakai-Nya.   

3. Di sini diceritakan kepada kita tentang apa yang dilakukan 

Ehud untuk membebaskan Israel dari tangan orang Moab. Ia 

menyelamatkan orang-orang yang tertindas dengan menghan-

curkan para penindas, saat   takaran kejahatan mereka su-

Kitab Hakim-hakim 3:12-30 

 435 

dah penuh dan waktu yang ditetapkan untuk menyayangi 

Israel telah tiba. 

(1) Ehud menghukum mati Eglon raja Moab. Saya katakan, 

menghukum mati, bukan membunuh atau membantainya, 

melainkan sebagai hakim, atau penegak keadilan ilahi, 

melaksanakan penghakiman-penghakiman Allah atas sang 

raja, sebagai musuh Allah dan Israel yang tidak dapat 

didamaikan. Kisah ini diceritakan secara terperinci. 

[1] Ehud mendapat kesempatan baik untuk menemui 

Eglon. sebab  Ehud yaitu  orang yang banyak akal dan 

giat, serta pantas berdiri di depan raja-raja, maka bang-

sanya memilih dia untuk membawa upeti atas nama 

seluruh bangsa Israel, selain dari upeti yang wajib me-

reka bayarkan, kepada tuan besar mereka, raja Moab, 

susaha  mereka memperoleh perkenanannya (ay. 15). 

Upeti itu disebut minkha dalam bahasa aslinya, kata 

yang digunakan dalam hukum Taurat untuk persem-

bahan-persembahan yang diberikan kepada Allah untuk 

memperoleh perkenanan-Nya. Persembahan-persem-

bahan ini tidak diberikan orang Israel pada waktu yang 

semestinya kepada Allah yang mengasihi mereka. Dan 

sekarang, untuk menghukum mereka atas kelalaian ini, 

mereka dibuat terpaksa membawa persembahan-per-

sembahan mereka kepada seorang raja kafir yang mem-

benci mereka. Ehud pergi melaksanakan tugasnya dan 

menghadap Eglon, mempersembahkan upetinya dengan 

diiringi upacara seperti biasa dan tata krama yang 

mengungkapkan rasa hormat dan kepatuhan. Dan itu 

lebih baik untuk menyamarkan apa yang diniatkannya 

dan untuk mencegah kecurigaan. 

[2] Sepertinya, dari semula, Ehud berniat untuk membawa 

kematian bagi sang raja, sebab Allah menanamkan 

dalam hatinya, dan juga membiarkan dia tahu bahwa 

gagasan ini berasal dari diri-Nya sendiri, melalui Roh 

yang menghinggapinya. Dorongan-dorongan dari Roh 

itu terbukti benar dengan sendirinya, dan dengan demi-

kian meyakinkan Ehud sepenuhnya bahwa usaha  yang 

berani ini tidak melanggar hukum dan akan berhasil. 


 436

Seandainya tidak demikian, cukup beralasan baginya 

untuk meragukan apakah usaha  itu memang tidak me-

langgar hukum dan akan berhasil. Jika ia yakin bahwa 

Allah menyuruhnya melakukan hal itu, maka ia pun 

yakin bahwa ia boleh melakukannya dan juga akan 

melakukannya. Sebab satu perintah dari Allah sudah 

cukup untuk menyokong kita, dan membuat kita terus 

bekerja, baik melawan hati nurani kita sendiri maupun 

melawan seluruh isi dunia. Bahwa Ehud sudah meren-

canakan dan membayangkan kematian raja lalim ini 

tampak dari persiapannya membuat sebuah senjata un-

tuk keperluan itu, yaitu pisau belati pendek. Panjang-

nya tidak sampai setengah meter, mirip bayonet, dan 

dapat dengan mudah disembunyikan di balik pakaian-

nya (ay. 16), mungkin sebab  tidak ada seorang pun 

boleh menghampiri sang raja dengan pedang di ping-

gang mereka. Belati ini disandang Ehud di paha kanan-

nya,supaya  lebih mudah baginya untuk menghunus 

senjata itu dengan tangan kiri, dan untuk mengurangi 

kecurigaan. 

[3] Ehud menyusun rencana bagaimana ia bisa berada sen-

dirian dengan raja. Hal ini dapat dilakukannya dengan 

lebih mudah sekarang, sebab  ia tidak saja sudah 

menunjukkan dirinya kepada raja, namun  juga sudah 

mengambil hati sang raja dengan upeti itu, dan kata-

kata pujian yang mungkin, pada kesempatan ini, telah 

disampaikannya kepada sang raja. Amatilah bagaimana 

ia menjalankan rencananya. Pertama, ia menyembunyi-

kan rencananya bahkan dari para pengiringnya sendiri. 

Ia menemani mereka pulang separuh jalan, lalu  

menyuruh mereka meneruskan perjalanan pulang, 

sementara ia sendiri, seakan-akan sebab  telah melupa-

kan sesuatu, kembali ke istana raja Moab (ay. 18). Ha-

nya diperlukan satu tangan untuk melaksanakan hu-

kuman mati itu. Seandainya yang terlibat lebih dari itu, 

maka mereka tidak akan dapat merahasiakannya de-

ngan seaman itu, atau dapat meloloskan diri dari istana 

raja dengan semudah itu. Kedua, Ehud kembali dari 

batu-batu berpahat yang di dekat Gilgal (ay. 19), dari 

Kitab Hakim-hakim 3:12-30 

 437 

patung-patung berpahat (demikianlah dalam tafsiran 

yang agak luas) yang ada di Gilgal. Patung-patung itu 

mungkin didirikan oleh orang Moab dengan mengguna-

kan kedua belas batu yang pernah diletakkan oleh 

Yosua di sana. Sebagian penafsir berpendapat bahwa 

dengan melihat berhala-berhala ini, kemarahan Ehud 

terhadap raja Moab terpicu dengan begitu rupa sehing-

ga membuatnya melaksanakan rencana yang sebetul-

nya telah berniat diurungkannya untuk sementara wak-

tu. Atau mungkin Ehud pergi sampai sejauh patung-

patung berpahat ini,supaya , saat   memberi tahu raja 

dari tempat apa ia kembali, raja Moab bisa lebih mudah 

percaya bahwa Ehud membawa pesan dari Allah. 

Ketiga, Ehud meminta agar diperbolehkan bertemu 

empat mata dengan raja, dan ia diperbolehkan mene-

muinya di sebuah ruangan pribadi, yang di sini disebut 

rumah peranginan. Ia memberi tahu sang raja bahwa ia 

hendak menyampaikan pesan rahasia kepadanya, dan 

raja pun memerintahkan semua pelayannya untuk 

meninggalkan ruangan (ay. 19). Entah sang raja berha-

rap menerima sejumlah petunjuk khusus dari sabda 

dewa, atau sejumlah keterangan rahasia tentang keada-

an Israel pada saat itu, seakan-akan Ehud mau meng-

khianati bangsanya, sungguh tidak bijaksana baginya 

untuk berada sendirian bersama orang asing, dan 

seseorang yang beralasan baginya untuk dia pandang 

sebagai musuh. namun  orang-orang yang ditandai untuk 

binasa memang bertindak di luar akal sehat, dan hati 

mereka telah dikatupkan bagi pengertian. Allah menca-

but kebijaksanaan dari mereka. 

[4] Begitu berada sendirian dengan raja, Ehud segera meng-

habisinya. Rumah peranginan sang raja, tempat ia biasa 

memanjakan diri dalam kenyamanan dan kemewahan, 

menjadi tempat pelaksanaan hukuman matinya. Per-

tama, Ehud meminta perhatian raja untuk menerima 

firman Allah (ay. 20), dan isinya ternyata sebuah pisau 

belati. Allah mengirimkan pesan kepada kita melalui 

penghakiman-penghakiman tangan-Nya, seperti juga 

melalui penghakiman-penghakiman mulut-Nya. Kedua, 


 438

Eglon menaruh hormat kepada firman dari Allah. Wa-

laupun ia seorang raja, seorang raja kafir, kaya dan 

berkuasa, dan sekarang sedang menindas umat Allah, 

meskipun ia seorang yang gemuk dan berat sehingga 

sulit bangun atau berdiri lama, meskipun ia tidak di-

dampingi orang lain dan apa yang dilakukannya tidak 

diawasi, namun, saat menyangka akan menerima perin-

tah dari sorga, ia bangun dari tempat duduknya. Entah 

singgasana itu rendah dan nyaman, atau tinggi dan me-

gah, ia tetap meninggalkannya, dan bangkit berdiri keti-

ka Allah hendak berbicara kepadanya. Dengan demi-

kian, ia mengakui bahwa Allah berkedudukan lebih 

tinggi daripadanya. Hal ini mempermalukan sikap tidak 

hormat pada banyak orang yang menyebut diri orang 

Kristen, dan sekalipun demikian, saat   pesan dari 

Allah disampaikan kepada mereka, berusaha menun-

jukkan betapa mereka tidak begitu menghargainya me-

lalui segala tindakan yang menandakan ketidakacuhan 

mereka. Ehud, dengan menyebut apa yang harus di-

lakukannya sebagai firman Allah, jelas menegaskan 

bahwa ia mendapat penugasan ilahi untuk melakukan 

hal itu. Dan digerakkannya hati Eglon oleh Allah untuk 

bangkit berdiri menerima firman itu benar-benar mene-

guhkan penugasan itu serta memudahkan pelaksanaan 

hukumannya. Ketiga, pesan itu disampaikan, bukan ke 

telinga raja, melainkan ke hatinya secara langsung, dan 

dalam arti yang sebenar-benarnya. Ke dalam hatinyalah 

belati yang mematikan itu ditikamkan, dan ditinggalkan 

di sana (ay. 21-22). Kegemukannya yang luar biasa 

membuatnya tidak mampu menangkis serangan itu 

atau menolong dirinya sendiri. Mungkin ini merupakan 

akibat dari hidupnya yang mewah dan berlebih-lebihan. 

Dan saat   lemak menutupi mata pedang itu, Allah 

hendak memperlihatkan melalui kejadian ini bagaimana 

orang-orang yang memanjakan tubuh hanya memper-

siapkan kesengsaraan mereka sendiri. Apa pun itu, pe-

rut merupakan lambang dari rasa amannya secara jas-

mani dan perilakunya yang tidak berbudi. Hatinya tebal 

seperti lemak, dan di dalamnya ia menyangka telah ter-

Kitab Hakim-hakim 3:12-30 

 439 

selubung dengan aman (lihat Mzm. 119:70, 17:10). 

Eglon berarti anak lembu, dan ia jatuh seperti anak 

lembu tambun, oleh pisau belati, sebagai korban yang 

berkenan bagi keadilan ilahi. Dicatat juga tentang kotor-

annya yang keluar (KJV),supaya  kematian raja lalim 

yang congkak ini terlihat semakin hina dan memalukan. 

Dia yang dahulu begitu hati-hati memelihara tubuhnya 

sendiri, untuk membuatnya tetap nyaman dan bersih, 

sekarang akan didapati berkubang dalam darah dan 

kotorannya sendiri. Demikianlah Allah menumpahkan 

penistaan kepada para raja. Nah, tindakan Ehud ini 

dapat dibenarkan dengan sendirinya sebab  ia menda-

pat petunjuk khusus dari Allah untuk melakukannya. 

Dan tindakan itu sesuai dengan cara yang biasa dipakai 

Allah, di bawah tatanan hukum pada masa itu, untuk 

mengadakan pembalasan terhadap musuh-musuh 

umat-Nya, dan untuk menyatakan keadilan-Nya sendiri 

kepada dunia. Akan namun , itu sama sekali tidak dapat 

membenarkan siapa saja untuk berbuat serupa seka-

rang. Tidak ada penugasan seperti itu yang diberikan 

sekarang, dan mengaku-aku menerima penugasan se-

perti itu sama saja dengan menghujat Allah, dan mem-

buat Dia mendukung kejahatan-kejahatan yang paling 

keji. Kristus menyuruh Petrus menyarungkan pedang-

nya, dan kita tidak mendapati bahwa Dia menyuruh 

Petrus menghunusnya kembali. 

[5] Penyelenggaraan ilahi secara menakjubkan menolong 

Ehud meloloskan diri, sesudah  ia melaksanakan hukum-

an mati itu. Pertama, raja lalim itu roboh tanpa suara, 

tanpa pekikan atau jeritan, yang bisa saja terdengar 

oleh para hambanya dari jauh. Betapa dengan senyap ia 

turun ke liang kubur, mungkin tersedak oleh lemaknya 

sendiri, yang menyumbat erangan-erangannya sebelum 

menemui ajal, meskipun ia sudah membuat keributan 

yang begitu besar di dunia, dan telah menimbulkan 

ketakutan di dunia orang-orang hidup! Kedua, penuntut 

balas yang gagah berani ini, dengan kepala yang begitu 

dingin, yang tidak hanya menyingkapkan kebebasan 

dari rasa bersalah, namun  juga keyakinan yang kuat 


 440

akan perlindungan ilahi, menutup pintu, membawa 

kuncinya, dan melewati para penjaga dengan sikap yang 

begitu tidak bersalah, berani, dan tanpa beban, sehing-

ga membuat mereka sama sekali tidak curiga bahwa ia 

telah melakukan sesuatu yang salah. Ketiga, para ham-

ba yang bertugas di serambi, saat   mendekati pintu 

kamar atas itu sesudah Ehud pergi, untuk mencari 

tahu keadaan tuan mereka yang mereka sangka sedang 

senang, dan saat   mendapati pintu itu terkunci dan 

suasana senyap, menyimpulkan bahwa ia telah terba-

ring tidur, telah menyelimuti kakinya di atas ranjang-

nya, dan meminta petunjuk kepada bantalnya tentang 

pesan yang telah diterimanya, dan lalu  memimpi-

kannya (ay. 24). Oleh sebab  itu, mereka tidak berani 

membuka pintu. Demikianlah, sebab  tidak ingin meng-

ganggu tidur sang raja, mereka kehilangan kesempatan 

untuk membalaskan kematiannya. Lihatlah apa jadinya 

jika orang terlampau menekankan kebesarannya, dan 

mewajibkan orang-orang di sekelilingnya untuk men-

jaga jarak. Suatu saat nanti, hal itu justru akan men-

datangkan celaka baginya lebih daripada yang dapat 

terpikir olehnya. Keempat, hamba-hamba itu pada 

akhirnya membuka pintu, dan mendapati tuan mereka 

telah mati tergeletak di lantai (ay. 25). Ngerinya peman-

dangan yang mengenaskan ini, dan kebingungan yang 

pasti meliputi mereka, saat   menyesali kecerobohan 

mereka sebab  tidak membuka pintu sesegara mung-

kin, melenyapkan pikiran-pikiran untuk mengirim 

orang-orang untuk mengejar pelakunya, yang sekarang 

sudah tidak terkejar lagi oleh mereka. Yang terakhir, 

Ehud dengan cara ini meloloskan diri ke arah Seira, 

hutan lebat, demikian menurut sebagian penafsir (ay. 

26). Tidak dikatakan di tempat lain dalam kisah ini apa 

nama tempat yang pada waktu itu ditinggali oleh Eglon. 

Akan namun , sebab  tidak disebutkan bahwa Ehud 

bolak-balik menyeberangi sungai Yordan, maka saya 

cenderung berpendapat bahwa Eglon telah meninggal-

kan negerinya sendiri Moab, di seberang sungai Yordan, 

dan menjadikan tempat tinggal utamanya pada waktu 

Kitab Hakim-hakim 3:12-30 

 441 

itu di Kota Pohon Korma, di dalam wilayah Kanaan, se-

buah negeri yang lebih kaya dibandingkan negerinya 

sendiri. Di sanalah ia dibunuh, dan batu-batu berpahat 

yang di dekat Gilgal berada tidak jauh darinya. Di 

tempat di mana ia sudah hidup tenang, dan menyangka 

bahwa ia sudah cukup membentengi dirinya sendiri un-

tuk berkuasa atas umat Allah, di sanalah ia dilenyap-

kan, dan ternyata diberi makansupaya  dibantai, seperti 

domba di tanah lapang. 

(2) sesudah  membunuh raja Moab, Ehud memberikan kekalah-

an telak kepada pasukan-pasukan Moab yang berada di 

tengah-tengah mereka, dan dengan demikian berhasil me-

matahkan kuk penindasan orang Moab. 

[1] Ehud langsung mengerahkan pasukan di gunung Efraim, 

agak jauh dari markas besar orang Moab, dan memimpin 

pasukan itu sendiri (ay. 27). Sangkakala yang ditiupnya 

benar-benar merupakan sangkakala yang ditiup pada 

tahun Yobel, yang memaklumkan kemerdekaan. Dan 

sungguh menyukakan hati bunyi sangkakala itu bagi 

orang Israel yang tertindas, yang sudah lama tidak men-

dengar sangkakala-sangkakala lain selain sangkakala 

musuh-musuh mereka. 

[2] Seperti orang yang saleh, dan sebagai orang yang mela-

kukan semuanya ini dengan iman, Ehud menyemangati 

dirinya sendiri, dan juga para prajuritnya, berdasar  

kuasa Allah yang dikerahkan untuk mereka (ay. 28): 

“Ikutlah aku, sebab TUHAN telah menyerahkan musuh-

mu ke dalam tanganmu. Kita yakin bahwa Allah beserta 

kita, dan sebab  itu dapat maju dengan berani, dan 

akan terus maju dengan penuh kemenangan.” 

[3] Seperti panglima yang bijaksana, Ehud pertama-tama 

mengamankan tempat-tempat penyeberangan sungai 

Yordan. Dia menempatkan penjaga-penjaga yang tang-

guh di semua tempat penyebarangan itu, untuk memu-

tus hubungan antara orang Moab yang tinggal di tanah 

Israel, sebab  hanya merekalah yang menjadi sasaran-

nya, dan negeri mereka sendiri di seberang sungai Yor-

dan. Dengan demikian, begitu tanda bahaya dibunyi-


 442

kan, jika mereka memutuskan untuk kabur, mereka ti-

dak dapat meloloskan diri ke negeri mereka. Jika mereka 

memutuskan untuk bertempur, mereka tidak bisa mem-

peroleh bantuan dari sana. Demikianlah Ehud mengu-

rung mereka di tanah Israel sebagai penjara mereka, 

yang mereka sangka akan menjadi istana dan taman 

Firdaus mereka. 

[4] lalu  Ehud menyerang mereka, dan menewaskan 

mereka semua dengan pedang. Jumlah mereka sepuluh 

ribu orang, yang sepertinya merupakan jumlah yang 

ditentukan untuk tetap menundukkan Israel (ay. 29): 

Seorang pun dari mereka tidak ada yang lolos. Padahal, 

mereka merupakan orang-orang terbaik dan terpilih 

dari semua pasukan raja Moab. Semuanya orang yang 

tegap, orang-orang yang gagah perkasa, dan tidak saja 

sehat secara jasmani, namun  juga bersemangat tinggi, dan 

orang-orang yang tangkas (ay. 29). Akan namun , baik ke-

kuatan mereka maupun keberanian mereka tidak berfae-

dah bagi mereka, saat   tiba saatnya bagi Allah untuk 

menyerahkan mereka ke tangan orang Israel. 

[5] Akibat dari kemenangan ini yaitu  bahwa kekuatan 

orang Moab sepenuhnya dihancurkan di tanah Israel. 

Negeri itu bebas dari para penindas ini, dan amanlah 

tanah itu, delapan puluh tahun lamanya (ay. 30). Kita 

dapat berharap bahwa di antara orang Israel juga ter-

jadi pembaharuan, dan penyembahan berhala diken-

dalikan, melalui pengaruh Ehud yang terus berlanjut 

cukup lama pada masa ini. Lama juga tanah itu beristi-

rahat, delapan puluh tahun. Namun, apalah artinya 

waktu selama itu dibandingkan dengan peristirahatan 

kekal orang-orang kudus di Kanaan sorgawi? 

Samgar Menewaskan Enam Ratus Orang Filistin 

(3:31) 

31 Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin 

dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikian-

lah ia juga menyelamatkan orang Israel. 

 

Kitab Hakim-hakim 3:31 

 443 

saat   dikatakan bahwa amanlah tanah itu, delapan puluh tahun 

lamanya, sebagian penafsir berpendapat bahwa yang terutama 

dimaksudkan yaitu  bagian tanah itu yang terletak di sebelah timur 

tepi sungai Yordan, yang telah mengalami penindasan orang Moab. 

Akan namun  sepertinya, dari bacaan di sini, sisi lain dari negeri itu 

yang terletak di sebelah barat daya pada masa itu diduduki oleh 

orang Filistin, yang terhadapnya Samgar bangkit untuk melawan. 

1. Sepertinya Israel membutuhkan penyelamatan, sebab Samgar 

menyelamatkan orang Israel. Sebesar apa kesusahan itu, dicerita-

kan oleh Debora di lalu  hari dalam nyanyiannya (5:6), 

bahwa dalam zaman Samgar bin Anat, kafilah tidak ada lagi, dan 

seterusnya. Bagian negeri itu yang terletak bersebelahan dengan 

wilayah orang Filistin begitu penuh dengan para perampok hingga 

orang tidak dapat melewati jalanan dengan aman, dan terancam 

bahaya akan diserang dan dirampok. Mereka juga tidak berani 

tinggal di desa-desa yang tidak dijaga, namun  terpaksa berlindung 

di kota-kota berkubu. 

2. Allah membangkitkan Samgar untuk membebaskan mereka, se-

panjang yang bisa disaksikan, sewaktu Ehud masih hidup, namun  

sudah tidak bekerja lagi sebab  usia lanjut. Begitu sedikitnya 

jumlah musuh-musuh itu hingga membunuh enam ratus orang 

dari mereka tampaknya sama saja dengan pembebasan bagi 

Israel. Sebanyak itulah yang dibunuh Samgar dengan tongkat 

penghalau lembu, atau, sebagaimana sebagian penafsir membaca-

nya, dengan mata bajak. Ada kem