tekun
dengan sehati dalam doa bersama-sama”, dan sesudah 10 hari Roh
Kudus turun kepada mereka. Sebenarnya Alkitab berkata kata kata bahwa mereka
hanya berdoa dan tidak berdoa memohon turunnya Roh Kudus. Sebelum
kenaikan Tuhan, mereka diperintahkan untuk tetap tinggal di Yerusalem
Bab 11: Kesalahpahaman Mengenai Baptisan Roh Kudus
338
dan “menantikan janji Bapa”, yaitu baptisan Roh Kudus, dan lalu
mereka menunggu di kota suci. Tuhan telah berkata-kata kepada mereka
mengenai kedatangan janji Bapa, namun tidak memerintahkan mereka
untuk berdoa memohon turunnya Roh Kudus. Meskipun misalnya
mereka tidak berdoa, mereka masih akan menerima Roh Kudus sebab
Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya. Ia setia dan benar. Mereka
cukup tinggal dan menunggu di Yerusalem untuk menerima janji Bapa
yang akan segera datang.
Hari ini Roh Kudus telah turun: mengapa kita masih harus menunggu?
Pada saat itu murid-murid bertekun dalam doa setiap hari, sehingga
kita dapat melihat perubahan mereka sebab mereka telah mengetahui
akan kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus, dan kekudusan mereka
dari persekutuan dengan Tuhan dan kasih mereka satu sama lain. Tidak
ada petunjuk mengenai mereka berdoa memohon Roh Kudus. Kita tidak
boleh mencoba-coba membaca pengajaran-pengajaran tertentu dari
Alkitab.
ende Hu (hal. 10)
Apa kata Alkitab?
Tuhan Yesus memberikan janji-janji berikut ini kepada murid-
murid-Nya mengenai Roh Kudus:
• Ia akan bersama-sama dengan mereka selamanya, dan
tidak akan meninggalkan mereka sebagai anak yatim (Yoh.
14:16-18).
• Ia akan menuntun mereka kepada seluruh kebenaran, dan
menyatakan hal-hal yang akan datang kepada mereka (Yoh.
16:13).
• Ia akan mengajar mereka dengan apa yang mereka
ucapkan dan memberikan mereka kecakapan dan hikmat,
sehingga bahkan musuh-musuh mereka tidak akan dapat
membantahnya (Luk. 12:12; 21:15).
• Ia akan mengenakan mereka dengan kuasa dari atas
sehingga mereka dapat mengabarkan injil ke ujung dunia
(Luk. 24:49; Kis. 1:8).
• Ia akan mengutus mereka keluar untuk mengabarkan kabar
baik dan memberikan mereka kuasa untuk mengampuni
dosa (Yoh. 20:21-23; Luk. 4:18).
Untuk menerima janji ini, murid-murid harus menunggu di
Yerusalem, tempat mereka akan segera menerima baptisan Roh Kudus
339
(Luk. 24:49; Kis. 1:4-5). Murid-murid mengikuti perintah Tuhan
dengan menanti selama sepuluh hari, dan selama itu mereka “bertekun
dengan sehati dalam doa bersama-sama” (Kis. 1:14). [Alkitab Bahasa
Inggris: “continued with one accord in prayer and supplication”]. Kata
“permohonan” [supplication] menjadi penting: dalam penantian, mereka
memberitahukan permohonan mereka kepada Allah. Singkatnya, kita
melihat para rasul melakukan tiga hal yang berhubungan: menunggu,
berdoa, dan menaikkan permohonan. Tidak diragukan lagi apakah
yang mereka minta: tujuan tunggal penantian mereka di Yerusalem
yaitu pencurahan Roh Kudus. Dengan demikian pendapat Hu yang
berkata-kata hal yang sebaliknya, yaitu keliru.
Menunggu membutuhkan kesabaran; kesabaran yaitu ekspresi
iman; dan tanpa iman, kita tidak dapat menyenangkan Allah (Mat.
21:22; Ibr. 11:6). Iman menguatkan kesabaran: semakin banyak iman
yang dipunyai seseorang, semakin sabar ia menantikan Allah, sehingga
ia dapat tetap setia hingga akhir. Kita melihat hal ini di dalam diri Daud
saat menantikan Allah dengan sabar, dan doanya didengar (Mzm.
40:1).
Keyakinan Hu bahwa janji Roh Kudus dari Yesus akan tetap
digenapi kepada para rasul tanpa perlu berdoa dan memohon
tidak tepat. Ini sama saja dengan menyatakan bahwa sebab Allah
“menghendaki supaya semua orang diselamatkan” (1Tim. 2:4), maka
Ia akan menyelamatkan umat manusia tanpa syarat dan tidak peduli
usaha apakah yang ia lakukan. Namun kita perlu menyadari bahwa
ayat ini menunjukkan bahwa, walaupun Allah mengharapkan semua
orang diselamatkan, mereka juga mempunyai tanggungjawab untuk
percaya kepada-Nya dan taat kepada-Nya. Begitu juga janji Allah untuk
mencurahkan Roh Kudus barulah satu bagian dari sebuah persamaan:
bagian lain dalam persamaan itu yaitu tugas kita untuk menunggu,
berdoa, dan memohon Roh Kudus dengan iman.
Kesalahpahaman 16
“Apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus
kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Luk. 11:13). Pada ayat ini,
Tuhan bukan sedang mengajarkan murid-murid-Nya untuk memohon
Roh Kudus; Ia hanya menekankan kasih Bapa Surgawi yang sangat
besar dan kesediaan-Nya untuk mendengar doa anak-anak-Nya. Bila
Bab 11: Kesalahpahaman Mengenai Baptisan Roh Kudus
340
kita berdoa memohon berkat-berkat dari atas, Bapa Surgawi akan
memberikannya kepada kita melalui Roh Kudus, sebab saat Roh
Kudus diberikan kepada kita, berkat-berkat itu akan datang kepada
kita. jika kita membandingkan janji yang dicatat dalam Lukas 11:13
dengan yang terdapat pada Matius 7:11, kita dapat melihat bahwa
penafsiran kita tepat. Matius 7:11 berkata kata kata , “apalagi Bapamu yang di
sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepada-Nya”. Kedua ayat ini memberikan pengajaran yang sama: ayat
di Matius menjanjikan hal-hal yang baik kepada mereka yang meminta
kepada Bapa; ayat di kitab Lukas memuat janji untuk memberikan
Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya. jika kita
menggabungkan dua ayat ini, kita mengetahui bahwa hal-hal yang
baik diberikan kepada kita melalui Roh Kudus. sebab itu Lukas pasal
11 tidak mengajarkan orang-orang percaya bagaimana mendapatkan
Roh Kudus; permohonan yang dimaksudkan bukanlah sebuah cara
atau syarat untuk turunnya Roh Kudus. Beberapa orang mengacu
pada Yohanes 4:10 saat Tuhan berkata kata kata kepada perempuan Samaria,
“Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang
berkata kata kata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”, mengira
bahwa cara menerima Roh Kudus yaitu dengan meminta. namun di sini
Tuhan hanya menunjukkan jika perempuan itu mengenal Tuhan, ia
akan meminta air hidup kepada-Nya. Dengan kata lain, meminta kepada
Tuhan hanyalah cara untuk mengenalnya, bukan sebuah syarat untuk
menerima air hidup.
ende Hu (hal. 11)
Apa kata Alkitab?
Lukas 11:11-13 mencatat Yesus berbicara mengenai reaksi alami
seorang ayah duniawi yang mengasihi anaknya, dan memberikan hal-
hal baik kepadanya. Ia membandingkannya dengan kasih ilahi Allah:
“jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan
Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Inti dari pesan
ini yaitu kesediaan Allah untuk memberikan yang terbaik kepada
anak-anak-Nya, saat mereka meminta kepadanya, yaitu Roh Kudus.
Hu melewatkan bagian penting ini dengan berpendapat bahwa Yesus
hanya sedang mengajarkan kasih Allah dan kesedian-Nya untuk
menjawab doa anak-anak-Nya.
Terdapat hal yang bertolak belakang dalam pendapat Hu: “Bila
kita berdoa memohon berkat-berkat dari atas, Bapa Surgawi akan
memberikannya kepada kita melalui Roh Kudus, sebab saat Roh
Kudus diberikan kepada kita, berkat-berkat itu akan datang kepada
341
kita.” Sebelumnya, dalam bukunya di halaman 10, ia berkata kata kata , “Hari ini
Roh Kudus telah turun: mengapa kita masih harus menunggu?” Bila
pendapat Hu ini benar, maka pengajarannya untuk “berdoa memohon
berkat-berkat dari atas” bertolak belakang, sebab ia sudah berpendapat
bahwa berkat-berkat datangnya dari Roh Kudus, yang diberikan pada
saat seseorang menjadi percaya. Seperti banyak penulis-penulis
Kristen, Hu percaya bahwa Roh Kudus turun satu kali dan untuk
selamanya pada hari Pentakosta, dan orang-orang percaya sekarang
menerima Roh Kudus pada saat mereka menerima Kristus.
Matius 7:11 dan Lukas 11:13 mencatat pengajaran Yesus yang sama.
Mereka harus dibaca bersama-sama untuk memberikan pengertian
Roh Kudus yang lebih jernih sebagai sesuatu yang patut dicari dan
didapatkan. “Hal-hal yang baik” yang dikatakan Yesus dalam Matius
7:11 yaitu “Roh Kudus” dalam Lukas 11:13. Sangat disayangkan Hu
melihatnya sebagai dua hal yang berbeda dengan berpendapat “jika
kita menggabungkan dua ayat ini, kita mengetahui bahwa hal-hal yang
baik diberikan kepada kita melalui Roh Kudus”.
Mengenai perkataan Yesus kepada perempuan Samaria: “Jikalau
engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kata kata
kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-
Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup” (Yoh. 4:10), Hu
berpendapat bahwa Yesus sekadar menjelaskan kepada perempuan
itu bahwa ia tidak mengenal-Nya. Hu menambahkan bahwa tindakan
meminta hanyalah sebuah cara untuk mengenal Yesus lebih baik,
bukan sebuah syarat menerima Roh Kudus.
jika kita memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab, kita
melihat beberapa kelemahan dalam pemikiran Hu. Alkitab berkata kata kata :
• Roh Kudus yaitu sebuah karunia yang mulia dari Allah
(Kis. 10:44-45; 11:15-17).
• Roh Kudus diberikan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 1:32-33).
• Orang yang meminta Roh Kudus dari Tuhan akan diberikan
“air hidup” ini (Yoh. 7:37-39).
Perempuan Samaria itu pastilah sedang meminta air hidup. Ini
sebab begitu ia menyadari bahwa air hidup dapat melegakan rasa
haus seseorang selamanya, ia berkata kata kata kepada Yesus, “Tuhan, berikanlah
aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini
untuk menimba air.” (Yoh. 4:15). Dari catatan Alkitab ini, kita dapat
meresapi bahwa kita juga dapat memohon Roh Kudus, dan terlebih
Bab 11: Kesalahpahaman Mengenai Baptisan Roh Kudus
342
lagi, mempunyai keyakinan bahwa Ia akan mengabulkan permohonan
kita (Yoh. 4:10).
Kesalahpahaman 17
Di Kisah Para Rasul 8, Petrus dan Yohanes berdoa secara terpisah agar
Roh Kudus turun kepada murid-murid Samaria; mereka tidak berkumpul
bersama dalam sebuah kelompok untuk berdoa. saat Roh Kudus
turun kepada Kornelius dan keluarganya seperti dicatat dalam pasal 10,
ini bukan disebab kan mereka menerima penumpangan tangan atau
memohon secara perorangan, namun sebab mereka mendengar dan
percaya dengan injil.
ende Hu (hal. 11-12)
Apa kata Alkitab?
saat rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah
menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu
beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun
di antara mereka, sebab mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan
Yesus. lalu keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu
mereka menerima Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 8:14-17
Ayat ini menjelaskan bahwa Petrus dan Yohanes pergi secara
khusus kepada orang-orang percaya di Samaria untuk menolong
mereka berdoa memohon Roh Kudus. Dicatatkan bahwa saat mereka
menumpangkan tangan, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tidaklah
masuk akal jika para rasul pergi ke Samaria untuk berdoa secara
masing-masing. Mereka berdoa untuk, dan bersama, orang-orang
percaya di Samaria agar menerima Roh Kudus.
Mengenai turunnya Roh Kudus kepada Kornelius dan keluarganya,
ini yaitu sebuah peristiwa penting yang menunjukkan pilihan Allah
atas bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 11:8). Sebelumnya Allah telah
memperlihatkan misi dan tujuan-Nya kepada Petrus melalui sebuah
penglihatan dan mengutusnya untuk mengabarkan injil kepada
keluarga Kornelius. Di tengah-tengah khotbah Petrus, Roh Kudus turun
ke atas mereka, sehingga menyebabkan keheranan jemaat-jemaat dari
bangsa Yahudi yang menemani Petrus. Petrus berkata kata kata kepada jemaat
343
dari bangsa Yahudi, “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis
orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh
Kudus sama seperti kita?” (Kis. 10:47). Ia lalu membaptis
keluarga Kornelius di dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 10:23-48).
Ini yaitu peristiwa yang penting, sebab peristiwa ini bertujuan
untuk mengakhiri segala pandangan dan ketentuan yang sebelumnya
dipegang oleh orang-orang Yahudi mengenai bangsa-bangsa bukan
Yahudi. Sekarang Petrus mengerti bahwa tidak ada orang yang dapat
dianggap haram atau tidak tahir, dan dalam hal keselamatan, Allah
tidak membeda-bedakan orang. Ia lalu menjelaskan kejadian
ini kepada sekelompok rasul-rasul yang kecewa di Yerusalem, yang
lalu akhirnya mengerti, memuliakan Allah dan mengakui bahwa
“kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan
yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).
Melalui kejadian ini Allah menginginkan agar gereja mengerti
bahwa mereka yang tidak disunat (yaitu bangsa-bangsa bukan Yahudi)
menjadi benar melalui iman di dalam Dia, dan Ia yaitu Allah atas
bangsa Yahudi, namun juga Allah atas bangsa-bangsa lain (Rm. 3:29-
30). Allah menyingkapkan misteri yang sebelumnya tersembunyi
sepanjang masa, bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan menjadi
sesama ahli waris, anggota dari tubuh yang sama, dan mempunyai
bagian dalam janji Kristus Yesus melalui injil (Ef. 3:3-6). Ia melakukan
ini melalui berbagai tanda dan mujizat:
• Melalui sebuah penglihatan Allah menyuruh Kornelius
untuk mengutus hamba-Nya ke Yope untuk mengundang
Petrus untuk membagikan injil Kristus.
• Allah memperlihatkan sebuah penglihatan kepada Petrus
agar tidak melihat bangsa-bangsa lain sebagai haram atau
tidak tahir.
• Allah mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada Kornelius
sekeluarga saat mereka sedang mendengarkan injil, bahkan
sebelum mereka menerima baptisan air.
sebab itu, seperti yang dikatakan Hu, mereka menerima Roh
Kudus “bukan disebab kan mereka menerima penumpangan tangan
atau memohon secara perorangan, namun sebab mereka mendengar
dan percaya dengan injil.” Namun, ini yaitu peristiwa khusus dan tidak
menunjukkan bahwa berdoa memohon Roh Kudus dan penumpangan
tangan tidak diperlukan. Malah, contoh dan pengajaran yang dikandung
dalam bagian lain di Alkitab menunjukkan kebalikannya.
Bab 11: Kesalahpahaman Mengenai Baptisan Roh Kudus
344
11.5 Kesimpulan
Kesimpulannya, Roh Kudus bekerja untuk menuntun orang
percaya dalam mengerti kebenaran yang sepenuhnya (Yoh. 16:13)
dan memperlengkapi mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (Luk.
24:49). Baptisan Roh Kudus yaitu jaminan warisan surgawi kita (Ef.
1:14).
Kita semua perlu memegang perintah Yesus dan pengajaran para
rasul, untuk berdoa memohon baptisan Roh Kudus. Sudah saatnya kita
bergerak menjauhi pengajaran-pengajaran yang salah seperti yang
menyatakan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu berdoa memohon
Roh Kudus, sebab Pentakosta tidak akan terulang, dan semua orang
telah menerima Roh Kudus saat mereka percaya kepada Kristus.
Kiranya Allah mengilhamkan semua orang Kristen untuk
menyadari perlunya mendapatkan baptisan Roh Kudus. Dan kiranya
kita juga belajar dari ungkapan bijak beberapa penulis Kristen:
Oleh sebab itu tidak berarti setiap orang percaya telah menerima
baptisan ini [yaitu baptisan Roh Kudus]. Pemberian Allah yaitu satu
hal. Namun tindakan untuk menerimanya yaitu hal yang berbeda.
A. J. Gordon (hal. 67)
Roh Allah tidak dapat memiliki orang-orang percaya di luar kemampuan
mereka untuk menerima-Nya. Janji ini sedang menunggu; sekarang Roh
berada dalam kepenuhan-Nya. Kemampuan kita untuk menerima perlu
diperbesar. Janji itu ada di kaki tahta, di mana orang-orang percaya
terus bersama-sama dalam pujian dan kasih dan doa.
A. Murray (hal. 152-153)
Yang terakhir, marilah kita kembali ke dalam pengajaran Alkitab
sehingga kita dapat mengerti kebenaran apakah artinya dibaptis
dengan Roh Kudus. Dengan begitu kita juga dapat menikmati berkat-
berkat yang berlimpah dalam Kristus Yesus.
345
Pertanyaan ulasan
Jelaskan mengapa kepercayaan berikut tidak alkitabiah:
1. Sejak hari Pentakosta dan seterusnya, orang telah menerima
Roh Kudus saat mereka menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat (ref. Kis. 2:38; 11:15; Ef. 3:17; Yoh. 7:38-39).
2. Pentakosta tidak akan terulang sebab Roh Kudus turun
kepada gereja satu kali untuk selamanya (ref. 1Kor. 12:13).
3. Baptisan Roh Kudus yaitu “peristiwa sejarah”, sementara
kepenuhan Roh Kudus sekarang yaitu pengalaman pribadi
orang percaya.
4. Semua orang percaya telah menerima Roh Kudus secara
simbolis pada hari Pentakosta. Mengajarkan orang untuk
berdoa memohon Roh Kudus menambahkan pengalaman
palsu ke dalam Kekristenan, dan merupakan tindakan
melawan Allah.
5. Kita tidak dapat menemukan perintah untuk menerima
baptisan Roh Kudus di dalam Alkitab, sebab semua orang
percaya telah mempunyai Roh Kudus.
6. Turunnya Roh Kudus yaitu kejadian yang telah digenapi.
7. Baptisan Roh Kudus yaitu sebuah pemberian; ini tidak
didapatkan melalui doa.
8. Perintah untuk menunggu turunnya Roh Kudus tidak dapat
dilakukan oleh orang-orang percaya pada masa sekarang;
atau paling tidak, mereka harus menantikannya secara
khusus di Yerusalem.
9. Murid-murid tidak mungkin sedang berdoa memohon
Roh Kudus sesudah kenaikan Yesus (ref. Kis. 1:14) sebab
pencurahan itu yaitu sebuah janji dan akan terjadi, bahkan
tanpa perlu mereka memohonnya.
10. Orang-orang Samaria tidak berkumpul dengan para rasul
untuk berdoa memohon Roh Kudus. sebab itu orang-orang
Kristen pada hari ini tidak perlu berkumpul untuk berdoa
memohon Roh Kudus.
1 Erdman, Charles R., The Acts: An Exposition (Philadelphia: The Westminster Press,
1966).
2 The Complete Word Study Dictionary: New Testament, ed. Zodhiates, S. (Tennessee:
AMG International, 1992). G4592.
Bab 11: Kesalahpahaman Mengenai Baptisan Roh Kudus
346
Bab 12
MeNeRIMA ROH KUDUS
12.1 Pendahuluan
Kitab Kisah Para Rasul memberikan catatan dramatis tentang
pencurahan Roh Kudus yang pertama pada gereja mula-mula:
saat tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu
tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin
keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan
tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran
dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata kata kata -kata dalam bahasa-
bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
berkata-kata nyaWaktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang
saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. saat turun bunyi itu,
berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung sebab mereka masing-
masing mendengar rasul-rasul itu berkata kata kata -kata dalam bahasa mereka
sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran…namun orang
lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.”
Kisah Para Rasul 2:1-7, 13
lalu Petrus dengan berani berdiri di hadapan kerumuman
orang yang terheran-heran untuk menjelaskan kepada mereka bahwa
apa yang sedang mereka lihat yaitu penggenapan nubuat Nabi Yoel:
Akan terjadi pada hari-hari terakhir—demikianlah firman Allah—bahwa
Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-
anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu
akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua
akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan
perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka
akan bernubuat.
Kisah Para Rasul 2:17-18; ref Yoel 2:28-29
347
Selanjutnya Petrus menyatakan, “Sebab bagi kamulah janji itu dan
bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak
yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita” (Kis. 2:39).
Catatan Alkitab ini menjelaskan bahwa kedatangan Roh Kudus
telah lama dinubuatkan, dan penggenapannya dimulai pada hari
Pentakosta. Hari ini, janji ini berlaku untuk semua orang, sebab
Paulus berkata kata kata , “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi,
maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu
Roh” (1Kor. 12:13).
Pada bab ini, kita akan melihat apa yang diajarkan Alkitab untuk
memperoleh janji ini.
12.2 Menemukan Roh Kudus di gereja sejati
Dari catatan berbeda dalam Alkitab, kita mengetahui perlunya
mendapatkan baptisan Roh Kudus, khususnya di gereja sejati Allah
12.2.1 Menanti di Yerusalem
Sebelum ia naik ke surga, Yesus memerintahkan murid-murid-
Nya, “Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku.
namun kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi
dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). “Ia melarang
mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di
situ menantikan janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu
dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun
tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."” (Kis. 1:4-5).
Yesus memerintahkan dengan sangat rinci agar mereka menunggu di
Yerusalem, bukan di tempat lain. Murid-murid memegang perintah-
Nya dengan menantikan dan berdoa di sana. saat hari Pentakosta
tiba, janji itu digenapi (Kis. 1:12-15; 2:1-4).
Yerusalem yaitu sebuah kiasan gereja sejati, yang didirikan oleh
Roh Kudus. sesudah hari Pentakosta, orang-orang percaya di gereja
sejati menerima Roh Kudus di mana pun para rasul mengabarkan injil
(Kis. 8:14-17; 10:44-46; 19:1-7). Ini menjadi penggenapan kata-kata
Nabi Zakharia: “namun bila mereka dari kaum-kaum di bumi tidak
Bab 12: Menerima Roh Kudus
348
datang ke Yerusalem untuk sujud menyembah kepada Raja, TUHAN
semesta alam, maka kepada mereka tidak akan turun hujan” (Zak.
14:17). sebab hujan melambangkan Roh Kudus, kita mengetahui
bahwa nubuat ini membiacarakan tentang orang-orang berdatangan
ke Yerusalem – yaitu gereja sejati – untuk menerima Roh Kudus.
Gereja para rasul yaitu sungguh-sungguh milik Yesus Kristus
sebab gereja ini secara pribadi didirikan oleh Roh Kudus hujan
awal dan disertai oleh Roh. sebab itu Alkitab menyebutnya sebagai:
bait Allah (1Kor. 3:16); tubuh Kristus (Ef. 1:23); jemaat Allah, tiang
penopang dan dasar kebenaran (1Tim. 3:15); mempelai perempuan
Anak Domba (Why. 21:2, 9-10). Gereja memegang kebenaran, jadi
imannya didirikan di atas dasar para rasul, nabi dan Yesus Kristus
(Ef. 2:19-20). Injil yang diberitakan para rasul disertai oleh kesaksian
Roh Kudus melalui tanda dan mujizat, untuk memenangkan ketaatan
bangsa-bangsa bukan Yahudi (Mrk. 16:20; Rm. 15:18; Kis. 3:12-16; Ibr.
2:4).
12.2.2 Anugerah yang diberikan melalui para rasul
jika kita membaca Kisah Para Rasul, kita melihat sebuah
pola, yaitu saat orang-orang yang menerima Roh Kudus, pertama-
tama bertemu dengan para rasul dari gereja sejati. Pertama, kita
melihat orang-orang Samaria menerima injil melalui Filipus dan
lalu menerima Roh Kudus saat Petrus dan Yohanes datang
untuk menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 8;14-17). Kedua,
kita melihat Saulus dipanggil oleh Yesus dalam perjalannya ke
Damaskus, namun tidak segera menerima Roh Kudus. sesudah Tuhan
mengutus Ananias untuk menumpangkan tangan, barulah Saulus
menerima karunia ini (Kis. 9:3-17). Ketiga, Kornelius. Seseorang yang
saleh dan takut akan Allah dan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik
dan senantiasa berdoa. Ia tidak menerima Roh Kudus sampai saat
Tuhan mengutus Petrus untuk memberitakan injil kepadanya dan
keluarganya (Kis. 10:1-5, 44-46). Keempat, murid-murid di Efesus
tidak menerima Roh Kudus saat mereka percaya (sebab mereka baru
mendapatkan baptisan Yohanes); sesudah Paulus pergi kepada mereka
dan membaptis ulang mereka dalam nama Yesus dan menumpangkan
tangan, barulah mereka mendapatkan Roh Kudus (Kis. 19:1-7).
Contoh-contoh ini memperlihatkan bahwa pada masa hujan awal,
orang-orang percaya menerima baptisan Roh Kudus saat mereka
349
berhubungan langsung dengan gereja melalui para rasul. Di masa hujan
akhir sekarang, prinsip ini masih tetap berlaku. Mereka yang mencari
baptisan Roh Kudus pertama-tama harus datang ke gereja sejati yang
meneruskan pelayanan gereja mula-mula dan para rasul.
12.2.3 Mengenali gereja sejati di masa sekarang
Gereja sejati di masa sekarang, yaitu gereja yang dirancang
sesuai dengan gereja di masa para rasul. Alkitab mengacu gereja ini
sebagai “gunung tempat rumah TUHAN [yang] akan berdiri tegak di
hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala
bangsa akan berduyun-duyun ke sana,” (Yes. 2:2). Gereja ini yaitu
Gereja Yesus Sejati, yang didirikan oleh Roh Kudus dan mempunyai
penyertaan-Nya. Ia mengabarkan kebenaran dan mempunyai
kesaksian dari tanda dan mujizat. Sejak pendiriannya di awal abad
ke-20, kita melihat orang-orang percaya mengalami pencurahan Roh
Kudus yang sama seperti 2000 tahun yang lalu. sebab itu, siapa saja
yang menginginkan baptisan Roh Kudus dapat datang dan mencari Dia
di gereja ini.
Gereja Yesus Sejati telah bertahun-tahun melihat orang-orang yang
berbeda datang melalui pintu gerbangnya sebab penginjilan pribadi
dan melalui penginjilan tertulis. Mendengar dan menerima injil yang
sempurna, orang-orang telah menerima Roh Kudus yang dijanjikan.
Sebaliknya, ada orang-orang Kristen dari denominasi-denominasi lain
yang telah mendengar kehadiran dan pekerjaan Roh Kudus di Gereja
Yesus Sejati, namun belum menerima Roh Kudus sebab keraguan
mereka untuk datang ke gereja ini. Ada juga beberapa kejadian
mengenai beberapa hamba Tuhan dari denominasi-denominasi
berbeda yang awalnya menerima injil sejati yang dikabarkan gereja dan
juga menerima baptisan Roh Kudus, namun pada akhirnya kehilangan
anugerah ini sebab keraguan mereka untuk meninggalkan iman
mereka yang lama dan kedudukan mereka sebelumnya agar dapat
masuk ke dalam gereja.
12.3 Taat pada kebenaran
Sama seperti negara yang diperintah oleh seorang pemimpin,
begitu juga kerajaan Allah – yaitu gereja-Nya – dipimpin oleh Allah.
Bab 12: Menerima Roh Kudus
350
Ia yaitu Raja kita, dan kita yaitu umat-Nya (Ef. 2:19; Fil. 3:20).
sebab itu kita mempunyai tanggungjawab untuk menaati kehendak
dan perintah-Nya. Alkitab menyatakan imbalan atas ketaatan kepada
Allah: “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai
Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka” (Mzm. 119:165).
“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka
damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan
kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang
laut yang tidak pernah berhenti” (Yes. 48:18).
12.3.1 Contoh-contoh ketaatan dan ketidaktaatan
Alkitab memperlihatkan banyak contoh orang-orang yang taat
maupun tidak taat dengan kehendak Allah. Mereka menunjukkan
kepada kita bahwa ketaatan dan ketidaktaatan memberi akibat yang
berbeda kepada mereka yang terlibat, dan bahkan sampai kepada
keturunan mereka.
Di antara mereka yang tidak taat yaitu Adam, nenek moyang
kita. Allah memberikan kepadanya hanya satu perintah: “namun pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
(Kej. 2:17). Sayangnya Adam melanggar perintah ini sebab ia tidak
berhasil mengalahkan godaan. Akibatnya yaitu kutukan yang harus
ia tanggung dan diusir dari Taman Eden (Kej. 3:4-6; 16-19, 24). Lebih
parah lagi, sejak saat itu dosa masuk ke dunia, dan umat manusia
terbelenggu oleh dosa dan maut (Rm. 5:12). Maka kini menjadi perlu
untuk menetralkan ketidaktaatan seseorang dengan ketaatan orang
lain. Maka, Yesus Kristus, Adam yang terakhir, datang ke dunia untuk
menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Allah, hingga pada titik
kematian di salib. Namun Allah membangkitkan-Nya, memuliakan-Nya,
dan memberikan-Nya nama di atas segala nama. Melalui kematian-Nya,
Yesus menghancurkan pekerjaan Iblis dengan mengalahkan maut dan
memperlihatkan kehidupan kekal (1Kor. 15:45; Fil. 2:8-9; Ibr. 2:14;
2Tim. 1:10).
Alkitab juga mencatat tentang Raja Saul, yang walaupun
diperintahkan Allah untuk menghancurkan seluruh bangsa Amalek
dan hewan ternak mereka, memutuskan untuk meluputkan hidup
Raja Amalek dan merampas hewan ternak yang terbaik. saat
Samuel lalu menunjukkan kesalahannya, Saul bukan saja tidak
351
bertobat, namun berdebat bahwa ia merampas hewan ternak itu untuk
dipersembahkan kepada Allah. Lalu Samuel menegurnya, “Apakah
TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan
sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan… sebab engkau
telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai
raja.” (1Sam. 15:22-23).
Contoh orang yang belajar untuk taat yaitu Naaman, pemimpin
balatentara Aram dan orang yang terhormat yang menderita kusta.
sesudah mendengar tentang seorang nabi di negeri Israel, ia pergi
mencari nabi itu. Elisa menyambutnya dengan menyampaikan pesan:
“Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan
pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”
Awalnya Naaman marah mendengar ini: “Bukankah Abana dan
Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel?
Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?”
Namun hambanya membujuk dia dengan berkata kata kata , “seandainya
nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak
akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kata kata kepadamu:
Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.”
Maka Naaman menurut dan membenam dirinya tujuh kali di
Sungai Yordan, seperti yang diperintahkan oleh Elisa. Ketaatannya
menghasilkan berkat (2Raj. 5:1-14).
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa taat kepada Firman
Allah yaitu sebuah syarat dasar untuk menerima karunia Allah. Dan
baptisan Roh Kudus tidak terkecuali.
12.3.2 Taat pada injil agar menerima Roh Kudus
Untuk menerima Roh Kudus, kita harus percaya kepada Yesus
dan taat pada injil. Alkitab mencatat: “Pada mulanya yaitu Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu yaitu Allah.”
(Yoh. 1:1). Ayat ini berkata-kata bahwa Yesus Kristus yaitu Firman
yang menjadi manusia dan tinggal di antara umat manusia. Ia yaitu
jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat pergi kepada
Bapa selain melalui Dia (Yoh. 1:14; 14:6).
Bab 12: Menerima Roh Kudus
352
Dari sejarah, kita mengetahui adanya beberapa orang yang
seharusnya dapat menuruti Yesus, namun tidak melakukannya. Di
antaranya yaitu sebagian besar orang-orang Yahudi, yang menolak
Yesus dan menyalibkan Dia untuk menggenapi pengertian mereka
akan Hukum Taurat (Yoh. 19:7). Juga Saulus, yang menganiaya gereja
sebab kesalehan yang keliru. Bahkan saat Yesus dibangkitkan, Roh
Kudus dicurahkan, dan tanda mujizat diwujudkan untuk bersaksi
tentang injil yang diberitakan para rasul (Mrk. 16:19-20; Kis. 2:1-5, 23-
33; 5:12-16), banyak orang Yahudi, termasuk Saulus, tetap berkeras
hati menolak kebenaran.
Namun walaupun mendapatkan perlawanan, para rasul terus
mengabarkan injil. Mereka menyatakan dengan berani, “Allah nenek
moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada
kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah
sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat,
supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.”
Mereka juga menambahkan, “Dan kami yaitu saksi dari segala sesuatu
itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang
yang mentaati Dia.” (Kis. 5:32). Penting untuk diperhatikan, para rasul
memakai kata “taat” untuk menunjukkan sebuah syarat untuk
menerima Roh Kudus.
Sayangnya sejarah seringkali terulang. Kitab Pengkhotbah
berkata kata kata : “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah
dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari”
(Pkh. 1:9). Walaupun hari ini telah nyata bahwa Roh Kudus telah turun
dari surga dan dibuktikan dengan berbahasa roh (Kis. 10:44-46),
banyak denominasi membantah kebenaran alkitabiah ini. sebab itu
tampaknya sama seperti Iblis menipu Adam di Taman Eden, sekali lagi
ia menipu orang-orang mengenai kebenaran Roh Kudus.
Maka kita harus kembali ke kata-kata kunci yang diucapkan para
rasul: “Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang
mentaati Dia”(Kis. 5:32). Ini menunjukkan bahwa saat kita menerima
dan taat kepada injil yang sepenuhnya, seperti yang diberitakan gereja
sejati, Allah akan mencurahkan Roh Kudus kepada kita.
353
12.4 Memuji Tuhan dengan “Haleluya”
Tuhan Yesus berjanji kepada murid-murid-Nya, “Dan apa juga
yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya
Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu
kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” (Yoh. 14:13-14).
Kata-kata ini mengajarkan kita bahwa kita harus memanggil nama
Yesus saat kita berdoa. sebab itu jalan terbaik untuk memulai doa
kita memohon Roh Kudus yaitu dengan berkata kata kata , “Dalam nama Tuhan
Yesus, berdoa.”
Doa kita untuk memohon Roh Kudus harus dipenuhi dengan pujian
kepada Allah, yang menganugerahkan karunia ini. Alkitab mengajarkan
kita sebuah kata pujian yang dapat kita gunakan – “Haleluya”. Kata ini
berasal dari bahasa Ibrani allelouia, yang berarti “Terpujilah Tuhan”
(ref. Mzm. 104:35; Why. 19:1). Jadi sebuah doa yang sederhana dapat
berisi: “” Haleluya, terpujilah Tuhan Yesus. Kiranya Engkau memenuhiku
dengan Roh-Mu” atau sekadar, “Haleluya, terpujilah Tuhan Yesus.”
12.4.1 Penggunaan “Haleluya” dalam Alkitab
Kita banyak menjumpai kata “Haleluya” di kitab Mazmur, dan
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: 1) Yang dimulai dengan
“Haleluya” (Mzm. 111-112); 2) yang diakhiri dengan “Haleluya” (Mzm.
104, 105, 115, 116 dan 117); 3) yang dimulai dan diakhiri dengan
“Haleluya” (Mzm. 106, 113, 135, 146-150). Mazmur 113-118 disebut
“Kelompok Mazmur Hallel”, yang berarti “Mazmur Pujian”. Mazmur
146-150 dimulai dan diakhiri dengan “Haleluya” dan disebut “Mazmur
Haleluya” oleh gereja masa awal.
Di dalam Perjanjian Baru, “Haleluya” muncul empat kali di kitab
Wahyu: pasal 19, ayat 1, 3, 4, dan 6. Di tiga ayat pertama, “Haleluya”
digunakan untuk memberikan pujian atas kemahakuasaan Allah atas
kehancuran Babel dan dibalaskannya darah para martir. Di ayat ke-
empat, “Haleluya” digunakan untuk memuji Tuhan sebagai Raja yang
berkuasa: “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang
banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat,
katanya: "Haleluya! sebab Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah
menjadi raja” (Why. 19:6). Ayat ini memberikan sebuah penggambaran
Bab 12: Menerima Roh Kudus
354
yang tepat akan suara-suara doa yang dipanjatkan dalam bahasa roh di
dalam gereja sejati.
12.4.2 memakai “Haleluya” untuk doa yang efektif
Yesus mengajarkan kepada kita: “Dalam doamu itu janganlah
kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
Mereka menyangka bahwa sebab banyaknya kata-kata doanya akan
dikabulkan” (Mat. 6:7). Kata “bertele-tele” berasal dari kata bahasa
Yunani battologeo, yang berarti “mengulang-ulang dengan malas”1.
Kata ini kemungkinan besar berasal dari ungkapan bahasa Aram, yang
menunjukkan kesia-siaan dan kata-kata yang diulangi secara mekanis
yang diucapkan dalam cara-cara doa penyembah berhala (bukan
Yahudi).
Inti dalam masalah ini yaitu , doa yang efektif tidak didasarkan
pada panjang doanya atau penggunaan pengulangan. Sebaliknya, doa
yang efektif bergantung pada apakah kita berdoa dengan ketulusan
dan kesungguhan. Mengetahui hal ini akan membantu kita untuk
menyamakan dengan contoh dan pengajaran Alkitab mengenai cara
berbeda dalam berdoa: memohon berulang kali, doa yang mendalam
dan memuji Allah dengan “Haleluya”. Contohnya kita melihat Tuhan
Yesus sendiri berdoa tiga kali di Taman Getsemani, berkata-kata
kata yang sama berulang-ulang (Mat. 26:44), dan Ia menghabiskan
semalaman untuk berdoa di gunung (Luk. 6:12). sebab itu dalam hal
doa, hati kita-lah kuncinya.
12.4.3 Menjawab kesalahpahaman
Ende Hu berbicara secara kritis mengenai gereja-gereja yang
menganjurkan penggunaan “Haleluya” secara berulang-ulang dalam
doa. Ia mengacu pada praktik yang dilakukan beberapa pendeta
yang mengajarkan orang untuk menyebutkan kata ini berulang-
ulang dengan cepat dan terus-menerus dalam waktu yang lama, yang
membuat diri mereka memasuki keadaan seperti kesurupan dan
berbicara tidak menentu, atau bahkan menjadi kerasukan oleh roh
jahat. Ia menyebutkan Matius 6:7 untuk mendukung pendapatnya,
dan berkesimpulan: “Kita dapat melihat bahwa ini yaitu sebuah
kekeliruan, sebab Tuhan Yesus telah memperingatkan murid-murid-
355
Nya, bahwa jika mereka berdoa, mereka tidak boleh mengucapkan
doa berulang-ulang seperti yang dilakukan orang-orang tidak bertuhan.
sebab itu gaya kharismatik dalam berbahasa roh tidak berasal dari
Alkitab.”
Sayangnya Ende Hu memandang keliru mengenai berdoa
memohon Roh Kudus. Ada beberapa hal yang perlu diluruskan:
Pertama, ia menyalahartikan maksud dari Matius 6:7 sebab
alasan-alasan yang telah kita sebutkan di awal bagian ini. Memuji Allah
dengan kata “Haleluya” berulang-ulang yaitu hal yang baik, terutama
saat kita memohon Roh Kudus – selama kita melakukannya dengan
hati yang tulus, dan bukan dengan jalan yang sia-sia seperti yang
diungkapkan Hu.
Kedua, seseorang yang sungguh-sungguh menerima Roh Kudus,
sadar sepenuhnya dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya.
Pengalaman ini juga dapat dilihat dan didengar (Kis. 2:33; 8:17-19;
10:44-46; 19:1-7). Kebalikan dari pendapat Hu, orang yang menerima
Roh Kudus tidak memasuki keadaan seperti kesurupan.
Ketiga, kita perlu memahami bahwa berbahasa roh secara alami
memang tidak dapat dimengerti, kecuali jika Tuhan membukakan
telinga kita. Alkitab menjelaskan: “Siapa yang berkata kata kata -kata dengan
bahasa roh, tidak berkata kata kata -kata kepada manusia, namun kepada Allah.
Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia
mengucapkan hal-hal yang rahasia” (1Kor. 14:2).
12.5 Baptisan Air
Baptisan air mempunyai khasiat mengampuni dosa (Kis. 3:8;
22:16) dan memungkinkan seseorang mempunyai nurani yang baik
kepada Allah (1Ptr. 3:21). Baptisan air juga merupakan bagian dari
proses yang perlu kita lalui jika kita mau menerima Roh Kudus.
12.5.1 Jalan keselamatan
saat Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, Petrus berkhotbah
di hadapan orang-0rang Yahudi yang melihat kejadian itu. Ia bersaksi
bahwa murid-murid telah menerima Roh Kudus yang dijanjikan oleh
Bab 12: Menerima Roh Kudus
356
Yesus Kristus, yang telah mereka bunuh dan sekarang telah bangkit.
sesudah mendengar kata-katanya, hati mereka terasa pedih dan mereka
bertanya kepada Petrus dan para rasul, “Apakah yang harus kami
perbuat, saudara-saudara?” (Kis. 2:37). Petrus menjawab, “Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam
nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus” (Kis. 2:38).
Jawaban Petrus menjelaskan jalan keselamatan – sebuah jalan yang
diterangkan berulangkali dalam Kisah Para Rasul. Agar diselamatkan,
kita harus melalui: pertobatan, baptisan air untuk menghapus dosa,
dan baptisan Roh Kudus – biasanya berurutan, walaupun ada beberapa
kasus khusus (seperti Saulus dan Kornelius, yang menerima baptisan
Roh Kudus sebelum baptisan air). Maka baptisan air yaitu syarat
kunci bagi setiap orang yang ingin menerima baptisan Roh Kudus.
12.5.2 Hubungan antara baptisan air dan baptisan Roh Kudus
Baptisan air harus mempunyai kesaksian Roh Kudus agar darah
Tuhan dapat hadir dalam air (Yoh. 19:34; 1Yoh. 5:6-8). Paulus menulis,
“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi
satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” (1Kor. 12:13).
Di ayat ini, Paulus menjelaskan dua hal yang terjadi berurutan. Pertama,
ia membicarakan baptisan air: “Sebab dalam satu Roh kita semua…
telah dibaptis menjadi satu tubuh”. Sakramen ini harus dilakukan
oleh pembaptis yang telah menerima Roh Kudus, sebab Roh Kudus-
lah yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa (Yoh. 20:22-23).
Kedua, Paulus menjelaskan mengenai baptisan Roh Kudus: “diberi
minum dari satu Roh”. Roh Kudus yaitu “air hidup” yang diberikan
Tuhan Yesus kepada orang-orang percaya, sehingga mereka tidak
lagi merasa haus. Air ini akan menjadi mata air di dalam hati mereka,
mengalir kepada kehidupan kekal (Yoh. 4:14; 7:37-39).
Urutan ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Petrus dalam
khotbahnya di hari Pentakosta. Selanjutnya kita melihat hal ini
digambarkan pada apa yang dialami orang-orang percaya di gereja para
rasul. Namun ada beberapa pengecualian. Termasuk di antaranya yaitu
Saulus yang dibaptis dengan Roh Kudus sebelum ia menerima baptisan
air (Kis. 9:17). Di sini Yesus memperlihatkan bahwa Ia telah memilih
Saulus untuk menyatakan nama-Nya kepada bangsa-bangsa bukan
357
Yahudi, raja-raja dan bangsa Israel (Kis. 9:10-19). Kasus pengecualian
lain yaitu Kornelius dan keluarganya, yang juga menerima baptisan
Roh Kudus sebelum menerima baptisan air. Sekali lagi ini terjadi untuk
menunjukkan hikmat Allah, dan menunjukkan kepada orang-orang
Kristen dari bangsa Yahudi bahwa karunia keselamatan-Nya sekarang
juga diberikan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 10:28, 44-48;
11:1-4, 15-18).
Hari ini, di Gereja Yesus Sejati, kita juga melihat banyak contoh
orang-orang yang menerima Roh Kudus sebelum mereka menerima
baptisan air. Mereka yaitu tanda karunia Allah kepada mereka yang
mencari Dia dan gereja sejati-Nya. Pencurahan Roh Kudus menjadi
saksi atas injil yang telah mereka terima dan menolong membangun
iman mereka.
12.5.3 Cara baptisan air yang benar
saat Paulus bertemu dengan beberapa murid di Efesus, ia
bertanya, “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, saat kamu menjadi
percaya?” (Kis. 19:2).
Mereka menjawab, “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus.”
Paulus heran dan bertanya-tanya apakah baptisan yang telah
mereka terima, entah bagaimana, baptisan yang salah. Ini sebab di
masa hujan awal, orang yang telah menerima baptisan air juga akan
menerima baptisan Roh Kudus. Tentu ada alasan yang masuk akal
mengapa murid-murid di Efesus belum menerima Roh Kudus (ref. Kis.
8:18-24). Jadi Paulus bertanya kepada mereka, “Kalau begitu dengan
baptisan manakah kamu telah dibaptis?”
Jawab mereka: “Dengan baptisan Yohanes.”
Sekarang Paulus mengerti. Ia berkata kata kata kepada mereka, “Baptisan
Yohanes yaitu pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kata kata
kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang
datang lalu dari padanya, yaitu Yesus.”
Paulus lalu membaptis mereka di dalam nama Yesus. Dan
sesudah menumpangkan tangan ke atas mereka, Roh Kudus turun
kepada mereka, dan mereka mulai berkata kata kata -kata dalam bahasa roh dan
bernubuat (Kis. 19:1-7).
Bab 12: Menerima Roh Kudus
358
Catatan bersejarah ini memberitahukan kepada kita bahwa cara
baptisan sangat penting: baptisan air harus dilakukan sesuai dengan
petunjuk Tuhan Yesus dan para rasul. Bila tidak, dosa tidak dapat
diampuni, dan Roh Kudus tidak akan diberikan.
Alkitab mengajarkan cara baptisan air yang benar kepada kita:
(i) Dalam nama Yesus
Baptisan air harus dilakukan di dalam nama Yesus (Kis.
2:38; 8:16; 10:48; 19:5), sebab selain dengan nama-Nya,
tidak ada nama lain yang olehnya kita dapat diselamatkan
(Kis. 4:12). Baptisan air di dalam nama Yesus mempunyai
kuasa untuk menghapus dosa (Kis. 10:43; 22:16; 1Yoh.
2:12).
(ii) Kepala tertunduk
Makna baptisan air yaitu dibaptis ke dalam kematian
Tuhan (Rm. 6:3). sebab itu kita harus menundukkan kepala
untuk menunjukkan bahwa kita disatukan dengan Kristus
dalam kematian-Nya (Rm. 6:5; Yoh. 19:30). Sikap ini juga
menunjukkan penyesalan orang berdosa yang memohon
pengampunan dari Allah (Ez. 9:6; Mzm. 38:4; 40:12; Luk.
18:13-14).
(iii) Diselam seluruhnya
Saat baptisan, tubuh kita harus sepenuhnya diselamkan
ke dalam air, untuk menandakan penguburan kita dengan
Kristus (Rm. 6:3-4). Cara baptisan ini dicatat di dalam
Alkitab, antara lain: baptisan Tuhan Yesus (Mat. 3:16);
baptisan yang dilakukan Filipus kepada sida-sida Etiopia
(Kis. 8:36-39); baptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis
di Ainon, di tempat yang “banyak air” (Yoh. 3:23).
(iv) Pembaptis yang memenuhi syarat
Selain cara yang benar, baptisan air juga harus dilakukan
oleh seseorang pembaptis yang memenuhi syarat. Ia
haruslah: (a) telah menerima baptisan air yang benar,
sesuai dengan Alkitab. Akan menjadi hal yang bertentangan
jika seseorang yang dosa-dosanya sendiri belum
diampuni – dan ia sendiri belum ada di dalam Kristus –
membaptis untuk penghapusan dosa orang lain; (b) telah
menerima baptisan Roh Kudus, untuk menunjukkan bahwa
359
ia diutus oleh Allah (Rm. 10:15; Yoh. 3:34; 20:21-22; Luk.
4:18). Ini sebab kuasa untuk mengampuni dosa terdapat
dalam baptisan Roh Kudus (Yoh. 20:22-23).
12.5.4 Banyak gereja tidak membaptis dengan benar
Hari ini, sebagian besar gereja Kristen mengabaikan cara
membaptis yang benar dan sesuai dengan Alkitab. Praktik-praktik
umum di antaranya membaptis “di dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus; dengan kepala menengadah; dengan percikan air; dan lain-lain.
Semua cara baptisan ini tidak sesuai dengan Alkitab. Hal lainnya yaitu
orang yang melakukan baptisan air tidak sepenuhnya memenuhi syarat
seperti yang telah digariskan oleh Alkitab. Dengan demikian, tidak
ada perbedaan antara baptisan-baptisan ini dengan baptisan Yohanes
Pembaptis, yang hanya dimaksudkan untuk membimbing orang
ke dalam pertobatan. sebab alasan-alasan ini, baptisan-baptisan
seperti itu tidak efektif dalam menghapus dosa, dan sebab itu tidak
memungkinkan orang menerima Roh Kudus.
12.6 Penumpangan tangan
Praktik “menumpangkan tangan” mempunyai makna penting di
dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ada
saat-saat tertentu praktik ini selalu dilakukan:
12.6.1 Mempersembahkan korban
Hukum Perjanjian Lama menyatakan bahwa jika bangsa
Israel mempersembahkan korban bakaran, orang yang memberikan
korban harus menumpangkan tangannya ke atas kepala binatang yang
dikorbankan (Kel. 29:10-14; Im. 1:3-4). Tindakan ini yaitu sebuah
ungkapan kesatuan antara orang yang mempersembahkan korban
dengan binatang yang dipersembahkan. Ini menandakan: a) dosa-
dosa orang yang mempersembahkan korban akan ditanggung oleh
si binatang persembahan; b) Binatang itu akan mati menggantikan
dirinya.
Bab 12: Menerima Roh Kudus
360
12.6.2 Pemberian berkat
Di dalam Alkitab, catatan pertama penumpangan tangan untuk
tujuan memberkati berkaitan dengan Yakub. Ia menumpangkan
tangannya untuk memberkati dua anak Yusuf, Efraim dan Manasye
(Kej. 48:8-20). Di dalam Perjanjian Baru, kita melihat Yesus memberkati
anak-anak (Mat. 19:13-15; Mrk. 10:13-16).
12.6.3 Menyembuhkan orang sakit
Sebelum Ia naik ke surga, Yesus berkata kata kata kepada murid-murid-
Nya, “Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan
orang itu akan sembuh” (Mrk. 16:18). Penumpangan tangan dapat
menyembuhkan orang sakit, sebab menyampaikan dua hal: kesatuan
dan pemberkata kata kata n. Penumpangan tangan membuat seorang hamba
Tuhan menyampaikan kuasa kesembuhan kepada orang yang sakit,
dan sekaligus memberkatinya. Catatan pelayanan Yesus di Perjanjian
Baru memperlihatkan kepada kita bahwa Ia menyembuhkan banyak
orang sakit dengan cara ini (Mrk. 6:5; 8:22-25; Luk. 4:40; 13:10-13).
saat Paulus terdampar di Pulau Malta, ia juga menyembuhkan ayah
Publius, gubernur Pulau Malta yang sakit demam dan disentri, dengan
penumpangan tangan (Kis. 28:7-8).
12.6.4 Membagikan karunia-karunia rohani
Penumpangan tangan juga mempunyai kuasa untuk membagikan
karunia rohani. Musa menumpangkan tangan kepada penerusnya,
Yosua, yang lalu dipenuhi dengan hikmat dan karunia memimpin,
sehingga ia dapat memimpin bangsa Israel (Ul. 34:9). Melalui
pengilhaman nubuat, Paulus dan para penatua menumpangkan tangan
mereka ke atas Timotius, sehingga ia menerima karunia-karunia rohani
untuk tugas penginjilan (1Tim. 4:14; 2Tim. 1:6-7).
361
12.6.5 Sakramen
Penumpangan tangan juga dilihat sebagai sakramen (Ibr. 6:2).
Alkitab mengajarkan kita untuk melakukannya dengan hikmat dan
tidak sembarangan (1Tim. 5:22). Contoh-contoh dalam Alkitab antara
lain:
(i) Menahbiskan hamba Tuhan
Dalam Perjanjian Lama, Musa meminta agar Allah
menunjuk seseorang untuk mengepalai bangsa Israel agar
mereka “jangan hendaknya seperti domba-domba yang
tidak mempunyai gembala” (Bil. 27:17). Maka Allah berkata kata kata
kepada Musa, “Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang
penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya… dan berilah
dia sebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat
Israel mendengarkan dia” (Bil. 27:18, 20). Musa melakukan
seperti yang diperintahkan Allah dan menahbiskan Yosua
di hadapan bangsa Israel melalui penumpangan tangan
(Bil. 27:15-23).
Di dalam Perjanjian Baru, saat orang-orang Yahudi warga-
negara Yunani (Helenis) mengeluh sebab orang-orang
Yahudi sebab para janda mereka diabaikan pada pelayanan
sehari-hari, para rasul berkata-kata kepada murid-murid
untuk memilih tujuh orang yang terkenal baik, penuh Roh
dan hikmat. Murid-murid melakukannya dan memilih
mereka melalui penumpangan tangan (Kis. 6:1-6).
(ii) Mengutus pekerja
Di dalam gereja para rasul, pertama-tama pekerja harus
menerima penumpangan tangan sebelum diutus untuk
mengabarkan injil. Kisah Para Rasul mencatat: “Pada
suatu hari saat mereka beribadah kepada Tuhan dan
berpuasa, berkata kata kata lah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas
dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan
bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan
sesudah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka
membiarkan keduanya pergi” (Kis. 13:2-3).
Bab 12: Menerima Roh Kudus
362
12.6.6 Berdoa memohon Roh Kudus
Di dalam baptisan Roh Kudus, penumpangan tangan juga
merupakan hal yang penting. Alkitab berkata-kata , pada saat masa
hujan awal, orang-orang percaya seringkali menerima Roh Kudus
melalui doa dan penumpangan tangan. Kita melihat contoh-contoh
dari:
(i) Orang-orang percaya di Samaria
sesudah Stefanus mati sebagai martir, gereja Yerusalem
mengalami penganiayaan besar. Murid-murid terpencar di
seluruh daerah Yudea dan Samaria. Pada masa inilah Filipus
pergi ke Samaria untuk mengabarkan injil dengan berani,
melakukan banyak tanda dan mujizat. saat para rasul di
Yerusalem mendengar bahwa orang-orang Samaria telah
menerima injil Allah melalui Filipus, mereka mengutus
Petrus dan Yohanes ke sana. saat para rasul berdoa bagi
mereka dan menumpangkan tangan ke atas orang-orang
percaya di Samaria, dengan segera mereka menerima Roh
Kudus (Kis. 8:1-17).
(ii) Saulus
Pada awalnya, Saulus menentang injil dan menganiaya
gereja (Fil. 3:6; ref. Yoh. 16:2-3). Ia mendapatkan surat dari
imam besar yang memberinya wewenang untuk menangkap
orang-orang Kristen di Damsyik dan membawa mereka ke
Yerusalem. Di tengah jalan, Tuhan Yesus menampakkan
diri kepadanya dan memilihnya untuk menjadi rasul bagi
bangsa-bangsa bukan Yahudi. Di saat yang sama Yesus
menampakkan diri kepada Ananias untuk pergi kepada
Saulus. saat Ananias menemukannya, ia menumpangkan
tangan ke atas kepala Saulus dan berkata kata kata , “Saulus, saudaraku,
Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di
jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu,
supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh
Kudus” (Kis. 9:17). Pada saat itulah Saulus menerima Roh
Kudus dan lalu bangkit untuk dibaptis dengan air.
(iii) Murid-murid di Efesus
saat Paulus pergi ke Efesus, ia bertemu dengan murid-
murid yang hanya menerima baptisan Yohanes, dan belum
363
menerima Roh Kudus. Segera Paulus membaptis ulang
mereka di dalam nama Yesus dan menumpangkan tangan
ke atas mereka. Roh Kudus dengan segera turun kepada
mereka, dan mereka mulai berkata kata kata -kata dalam bahasa roh
dan bernubuat (Kis. 19:1-6).
Semua kejadian di atas memberitahukan kita bahwa orang-orang
Kristen di masa awal seringkali menerima Roh Kudus melalui doa dan
penumpangan tangan. Hari ini kita dapat melihat karunia yang sama
di Gereja Yesus Sejati.
12.7 Miskin di hadapan Allah
Menerima Roh Kudus yaitu syarat yang tak dapat dilewatkan
untuk dapat masuk ke dalam kerajaan surga (Yoh. 3:5; Ef. 1:14). Tuhan
Yesus mengajarkan kita mengenai sikap yang benar untuk mencari
kerajaan ini: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
sebab merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3).
Miskin di hadapan Allah yaitu bersikap rendah hati dan
sepenuhnya mengosongkan diri kita, untuk memberikan ruang bagi
Roh Kudus untuk memenuhi diri kita dan menuntun kehidupan kita.
Patut kita perhatikan, seringkali anak-anaklah yang menerima Roh
Kudus lebih mudah dan cepat. Ini sungguh mengingatkan kita akan
pesan Tuhan: “Aku berkata kata kata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 18:3).
12.7.1 Gereja-gereja di Laodikia dan Smirna
Di dalam kitab Wahyu, kita melihat bahwa jemaat gereja di
Laodikia menganggap diri mereka kaya dan tidak kekurangan apa-apa,
tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya, “melarat, dan malang,
miskin, buta dan telanjang” (Why. 3:17). Kata-kata ini menjelaskan
keadaan beberapa gereja pada hari ini, yang: tidak mempunyai
kebenaran, namun mengira mereka mempunyainya – sebab itu mereka
miskin; tidak mempunyai Roh Kudus, namun menyatakan bahwa
mereka mempunyainya – buta; mengira diri mereka kudus, namun
Bab 12: Menerima Roh Kudus
364
sebenarnya tidak – telanjang. Maka Tuhan berkata kata kata kepada mereka:
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang
yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku” (Why. 3:20).
Berbeda dengan Gereja Laodikia, kita mengetahui keadaan
gereja di Smirna saat Tuhan berkata kata kata , “Aku tahu kesusahanmu
dan kemiskinanmu—namun engkau kaya” (Why. 2:9). Kita harus
meneladani contoh gereja ini, miskin di hadapan Allah sehingga kita
kaya di mata Allah.
12.7.2 Meninggalkan ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan
kebenaran
Hari ini banyak orang Kristen mempermasalahkan bahasa
roh, menyatakan bahwa baptisan Roh Kudus tidak harus disertai
dengan bahasa roh. Ada juga orang-orang yang bersikeras bahwa
orang menerima Roh Kudus saat ia menjadi percaya kepada Kristus.
Yang lain menyatakan bahwa Roh Kudus telah masuk ke dalam hati
setiap orang percaya sejak hari Pentakosta. Keyakinan-keyakinan ini
menghalangi orang menerima Roh Kudus. Seperti sebuah perabot yang
harus dikosongkan terlebih dahulu dari isinya yang lama sebelum diisi
dengan yang baru, kita harus mengosongkan ajaran-ajaran Alkitab
yang keliru sebelum Roh Kudus dapat memenuhi hati kita.
Dari catatan mengenai murid-murid di Efesus dalam Kisah
Para Rasul 19, kita melihat contoh orang-orang yang merendahkan
diri dengan mengesampingkan pengertian injil mereka yang tidak
sempurna. Paulus bertanya kepada mereka tanpa basa-basi: “Sudahkah
kamu menerima Roh Kudus, saat kamu menjadi percaya?”
Mereka menjawab dengan terus terang, “Belum, bahkan kami
belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus” (Kis. 19:2).
Maka Paulus menyadari mengapa mereka belum menerima Roh
Kudus, yaitu sebab mereka hanya menerima baptisan pertobatan
Yohanes. sebab itu, dia membaptis mereka lagi di dalam nama Yesus
(Kis. 19:3-5).
Sebagian orang Kristen menentang bentuk baptisan ulang apa
pun, sebab berasalan bahwa sebab baptisan air menandakan
365
kematian, penguburan dan kebangkitan kita dengan Tuhan, kita
hanya dapat dibaptis satu kali seumur hidup. Mereka tidak menyadari
jika baptisan itu tidak dilakukan sesuai dengan Alkitab, sakramen
itu tidak dapat menghapus dosa-dosa kita, dan sama saja dengan tidak
dibaptis sama sekali. Pentingnya baptisan air yang benar tampak jelas
dari tindakan Paulus membaptis ulang orang-orang percaya di Efesus:
saat lalu ia menumpangkan tangan ke atas mereka, mereka
menerima Roh Kudus dan berbahasa roh (Kis. 19:6).
12.8 Kekudusan
Kekudusan yaitu syarat penting lain untuk menerima Roh
Kudus. Tuhan Yesus mengajarkan kita, “Berbahagialah orang yang suci
hatinya, sebab mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8). Allah itu kudus,
dan tanpa kekudusan, orang tidak dapat melihat-Nya (1Ptr. 1:15-16;
Ibr. 12:14) atau menerima karunia-Nya (Mzm. 73:1). Ia telah memilih
kita dari antara bangsa-bangsa dan memisahkan kita untuk menjadi
umat yang kudus. sebab itu Ia mengharapkan kita dikuduskan dan
suci (1Tes. 4:3-7).
Kita melihat Allah senantiasa menuntut kekudusan dari umat-
Nya, sebab di masa Perjanjian Lama, Ia telah menetapkan agar bangsa
Israel harus menjaga diri mereka tetap kudus dengan memegang
ketetapan dan perintah-Nya (Im. 1:3-4; 11:44-47; Yer. 4:4; 9:25).
Alkitab mengajarkan kita: “Jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, sebab dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23).
Allah memerintahkan umat pilihan-Nya di Perjanjian Lama untuk
melakukan ini melalui tindakan sunat, memperingatkan bahwa
mereka akan dihukum jika tidak disunat (Yer. 4:4; 9:25). Di dalam
Perjanjian Baru, sunat yang sejati tidak lagi berupa tindakan fisik yang
ada di luar, namun menjadi keadaan rohani yang berhubungan dengan
hati kita (Rm. 2:27-29). Sayangnya orang-orang Farisi di masa Yesus
mengabaikan hal ini dan menekankan kekudusan yang tampak dari
luar saja, dan menelantarkan kekudusan hati mereka. Mereka lebih
mementingkan upacara-upacara agama, seperti membasuh tangan
sebelum makan, dan mengecam Yesus dan murid-murid-Nya yang
makan tanpa mencuci tangannya. Yesus menegur sikap mereka yang
salah dengan berkata kata kata , “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan
bagian luar dari cawan dan pinggan, namun bagian dalammu penuh
rampasan dan kejahatan” (Luk. 11:39). Jadi kekudusan berasal dari
Bab 12: Menerima Roh Kudus
366
hati yang murni; dan ini yaitu tujuan sesungguhnya di balik segala
hukum Allah.
Patut disebutkan bahwa mempunyai hati yang murni tidak selalu
berarti kita harus mencapai tingkat kekudusan yang sempurna, atau
benar-benar kudus. Namun ini yaitu cara hidup, yang di dalamnya
kita senantiasa berusaha untuk hidup kudus. Tersirat sebuah tuntutan
di dalamnya agar kita bertobat dengan sepenuh hati jika kita
melakukan dosa. Kita semua manusia, dan tidak ada orang yang
sempurna kecuali Allah (Mat. 19:17; Rm. 3:9-12). Jadi yang penting
yaitu mengejar kekudusan, dan segera bertobat saat melakukan
pelanggaran.
Kita dapat belajar dari banyak contoh di Alkitab. Ayub duduk
dalam debu dan abu untuk bertobat dan akhirnya dapat melihat Allah
dengan mata kepalanya sendiri, dan mendapat kesembuhan (Ayb.
42:5-6, 10). Zakheus, seorang pemungut cukai, bertobat di hadapan
Yesus, sehingga diampuni dan diselamatkan (Luk. 19:1-10).
Allah murah hati dan baik. Ia mau menyertai mereka yang remuk
dan rendah hati, dan yang memegang Firman-Nya (Mzm. 103:8-9; Yes.
57:15; 66:2). Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa pengorbanan
yang Ia kehendaki yaitu jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk
(Mzm. 51:17). sebab itu kita perlu terus-menerus memeriksa diri
kita, meminta kepada Allah untuk menyelidiki hati kita, dan bertobat
dari setiap kesalahan (Rat. 3:40; Mzm. 139:23-24).
Di masa Raja Salomo, Allah berjanji kepada bangsa Israel:
“Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak
mencurahkan isi hatiku kepadamu” (Ams. 1:23). Hari ini, di masa hujan
akhir, siapa saja yang mendengar teguran Allah dan berbalik kepada-
Nya, akan menerima karunia Roh Kudus. Kita harus terilhamkan
oleh doa Daud: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-
Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku
dari dosaku… Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah
batinku dengan roh yang teguh!” (Mzm. 51:1, 10)
367
12.9 Iman dan ketekunan
12.9.1 Iman
Allah menyukai orang yang beriman dan memberkati mereka
dengan menjawab doa-doa mereka: “namun tanpa iman tidak mungkin
orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada
Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi
upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6).
Penulis Kitab Ibrani menjelaskan bahwa iman yaitu “dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Yesus juga mengajarkan, “apa saja yang
kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24).
12.9.2 Allah yang tidak kelihatan
Hari ini ada banyak orang sulit percaya kepada Allah, sebab
mereka tidak dapat melihat-Nya. Alkitab memang mengajarkan: “Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah” (Yoh. 1:18; ref. Yoh. 4:24).
Namun manusia tidak dapat menyangkal keberadaan-Nya, seperti
yang ditunjukkan Paulus: “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-
Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak
kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka
tidak dapat berdalih” (Rm. 1:20). Percaya akan adanya Allah yaitu
langkah pertama dalam perjalanan iman kita, dan dengan iman, jarak
antara Allah dengan kita akan berkurang seiring berjalannya waktu.
Iman kita juga tumbuh jika kita memegang erat pengajaran-
pengajaran Alkitab tentang kasih Allah yang tidak berkesudahan,
kemahakuasaan-Nya, dan kesetiaan-Nya. Alkitab mengajarkan:
• Allah itu kasih (1Yoh. 4:8). Bukti kasih-Nya yaitu
kedatangan-Nya sebagai manusia untuk menyerahkan
nyawa-Nya demi kita, dan menyelamatkan kita dari maut
dan masuk ke dalam kehidupan (Yoh. 3:16; Rm. 5:7-8).
Dengan menyadari hal ini, kita dapat merasa yakin bahwa
Ia tidak menahan hal apa pun juga untuk kita (Rm. 8:32).
• Allah itu maha kuasa (Kej. 17:1) dan segala hal menjadi
mungkin melalui Dia (Mat. 19:26). Alkitab berkata kata kata : “Oleh
Bab 12: Menerima Roh Kudus
368
firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-
Nya segala tentaranya” (Mzm. 33:6). Jadi tidak ada hal yang
mustahil Dia lakukan demi kita (Kej. 18:14).
• Allah itu setia (Ul. 7:9). Bahkan saat kita tidak setia, Ia tetap
setia, sebab Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri
(2Tim. 2:13). Allah berjanji melalui Yesus bahwa apa pun
yang kita minta dengan iman, kita akan menerimanya (Mat.
21: 22). Jadi kita harus percaya bahwa Ia akan menjawab
doa-doa kita.
12.9.3 Orang-orang beriman
Dari Alkitab, kita mengetahui ada dua orang yang memperlihatkan
iman yang luar biasa kepada Yesus. Pertama, ada seorang perempuan
yang menderita pendarahan selama dua belas tahun. Ia mendekati Yesus
dan menjamah jubah-Nya, percaya bahwa ia dapat sembuh dengan
melakukannya. Perempuan itu tidak pergi dengan tangan hampa,
sebab pendarahannya langsung berhenti. Yesus berkata kata kata kepadanya,
“Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan
selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (Mrk. 5:34). Kedua, kita
membaca tentang seorang pegawai istana yang anaknya sakit dan
sekarat. Ia memohon kepada Yesus untuk pergi bersamanya. Pada saat
yang genting itu, Yesus memutuskan untuk tidak menyertai dia, namun
hanya berkata kata kata , “Pergilah, anakmu hidup!” (Yoh. 4:50). Pegawai istana
itu percaya dengan perkataan Yesus dan kembali ke rumahnya dengan
iman. Berkat dicurahkan kepadanya, sebab hambanya menemui dia
di tengah jalan dan berkata-kata bahwa anaknya telah sembuh.
12.9.4 Ajaran-ajaran palsu
Di masa para rasul, ada guru-guru palsu yang menyatakan bahwa
kebangkitan yaitu hal di masa lampau. Pengajaran mereka menyebar
seperti virus yang menghancurkan iman banyak orang (2Tim. 2:17-18;
1Kor. 15:12-22). Keadaan serupa dapat ditemukan dalam Kekristenan
pada hari ini. Banyak pemimpin gereja menyatakan bahwa Pentakosta
telah berlalu. Yang lain berpendapat bahwa Roh Kudus turun satu kali
untuk selamanya di hari Pentakosta, dan sejak hari itu Ia terus menyertai
orang-orang Kristen. Seperti ajaran-ajaran palsu di masa para rasul,
ajaran-ajaran ini telah meresap ke dalam Kekristenan, mengacaukan
369
iman banyak orang dan menghalangi mereka mengalami baptisan Roh
Kudus.
Kita perlu memahami bahwa hari Pentakosta yang asli memang
telah menjadi bagian dalam sejarah, namun Pentakosta-Pentakosta
serupa bermunculan sejak hari itu sebab Roh Kudus terus dicurahkan
dengan penuh kuasa kepada umat percaya. Paulus berkata kata kata , “Di dalam
Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga
oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Gal. 3:14).
Perkataannya memberitahukan bahwa Roh Kudus yang Allah janjikan
pasti akan dicurahkan kepada semua orang yang mencari Dia dengan
iman. Ini terlihat di masa hujan awal, dan terus terjadi di masa hujan
akhir. Kita tidak boleh meragukan firman Allah.
12.9.5 Di mana kita harus berdoa?
Yesus mengajarkan: “namun jika engkau berdoa, masuklah ke
dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu
yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6:6). Bila kita
melihat ayat ini secara hurufiah, ini berarti kita harus mencari tempat
yang tenang untuk berdoa – tempat kita dapat memusatkan perhatian
dan tidak terganggu. Namun ini juga menandakan perlunya memasuki
ruangan di dalam hati kita, tempat kita dapat berkomunikasi dengan
Allah dengan tulus dan sungguh-sungguh.
Pergi ke tempat yang tenang untuk berdoa yaitu kebiasaan
yang baik. Namun keadaan hati kita juga penting. jika seseorang
tidak dapat memusatkan perhatian dan membiarkan pikirannya
mengembara, ruangan paling sunyi sekalipun tidak akan berhasil
membantu kita memanjatkan doa yang efektif. Sebaliknya, seseorang
yang berdoa di tempat umum namun melakukannya dengan sepenuh
hati, dapat melakukan doa yang menyenangkan hati Allah. Yesus juga
mengajarkan kita pentingnya ketulusan, dan memperingatkan agar
tidak mencontoh orang-orang munafik yang senang berdoa dengan
berdiri di dalam rumah ibadah dan di sudut jalan, agar mereka dapat
dilihat orang lain (Mat. 6:5).
Yesus seringkali menyingkir dari kota dan kerumunan untuk
berdoa di tempat-tempat yang tenang dan damai – kadang-kadang
di gunung yang tinggi (Mat. 14:23; Luk. 6:12; 9:28) atau di padang
Bab 12: Menerima Roh Kudus
370
belantara (Mat. 4:1-2; Mrk. 1:35; Luk. 5:16). Pada saat Ia berada di
Taman Getsemani, Ia memisahkan Diri-Nya dari murid-murid-Nya
untuk berdoa di kejauhan dan seorang diri (Mat. 26:36-40; Luk. 22:39-
41). namun ini bukan satu-satunya cara-Nya berdoa – kita juga melihat
dalam beberapa kesempatan, Yesus berdoa di hadapan banyak orang
(Luk. 3:21; 11:1; Yoh. 11:41-43; 12:27-29). Ia juga memperlihatkan
khasiat doa syafaat (Mat. 18:19-20) dan mengajarkan agar rumah-Nya
harus menjadi “rumah doa bagi segala bangsa” (Mrk. 11:17).
Di masa gereja mula-mula, ada tempat-tempat yang biasa
digunakan untuk berdoa (Kis. 10:9; 16:13) dan tempat-tempat lain
yang dipilih oleh orang-orang percaya secara spontan (Kis. 21:5;
27:35). Tidak mengherankan, Paulus mengajarkan kita untuk berdoa
“di mana-mana” (1Tim. 2:8), menunjukkan bahwa tempat kita berdoa
bukanlah hal yang penting, namun yang penting yaitu berdoa di dalam
roh dan di dalam kebenaran (Yoh. 4:24).
12.9.6 Mencari Roh Kudus dengan segenap hati
Dalam Perjanjian Lama, Allah berbicara kepada umat-Nya yang
ada dalam pembuangan di Babel melalui Nabi Yeremia: “Dan jika
kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku
akan mendengarkan kamu; jika kamu mencari Aku, kamu akan
menemukan Aku; jika kamu menanyakan Aku dengan segenap
hati” (Yer. 29:12-13). Kata-kata ini mengingatkan agar kita mencari
Allah dengan sungguh-sungguh dan giat. Tanpa Roh Kudus, kita
menjadi seperti orang-orang dalam pembuangan yang tidak mampu
mengalahkan dosa, sebab walaupun roh kita penurut, namun tubuh
kita lemah (Rm. 7:14-24; Mat. 26:41). Kita memberikan kuasa kepada
kita yang melalui-Nya kita dibebaskan dari kuasa dosa dan maut (Rm.
8:1-2, 13; Gal. 5:16). Kita dapat menemukan-Nya jika kita berusaha
keras memanggil-Nya dengan sepenuh hati.
12.10 Ketekunan dalam doa
Ketekunan yaitu kunci keberhasilan doa. Di Kitab Roma, Paulus
mendorong gereja untuk “bertekun[lah] dalam doa” (Rm. 12:12). Di
dalam Alkitab bahasa Inggris, Paulus memakai kata kerja “continue
– terus”, yang diterjemahkan dari bahasa Yunani proskartereo dan
371
mempunyai beberapa arti, seperti “menantikan”, “menunggu di suatu
tempat”, “meneruskan dengan setia bersama seseorang”, dan “dengan
setia bergantung pada seseorang”2.
12.10.1 Contoh-contoh ketekunan
Ada banyak orang dari berbagai periode dalam sejarah yang
menunjukkan sikap ketekunan di dalam doa dan sebab nya
mendapatkan berkat. Mereka menjadi teladan-teladan yang baik untuk
kita. Di antaranya yaitu :
(i) Abraham
saat Abraham mendekati usia 100 tahun, ia menganggap
dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi ayah atas banyak
bangsa, dan begitu juga istrinya telah terlalu tua untuk
dapat melahirkan anak (Kej. 17:17). Namun ia percaya
dengan janji Allah, menunggu dengan sabar dan tanpa ragu,
hingga akhirnya ia menerimanya (Rm. 4:19-21; Ibr. 6:15).
(ii) Yakub
Saat ia kembali dari Haran, Yakub bergumul dengan Allah di
Pniel sepanjang malam. Yakub tidak bersedia melepaskan-
Nya sampai Ia memberkatinya. Pada saat itu bukannya
Allah tidak dapat menang – Allah sangat tersentuh dengan
keteguhan Yakub sehingga Ia memilih untuk tidak menang,
dan mengabulkan permintaan Yakub (Kej. 32:24-30).
(iii) Elia
Di masa pemerintahan Raja Ahab, terjadi kekeringan dan
kelaparan di negeri Israel yang berlangsung selama tiga
setengah tahun (Luk. 4:25). Elia pergi ke Gunung Karmel
untuk berdoa memohon hujan, berlutut dan berdoa tujuh
kali. Allah menjawab doanya: angin mulai berhembus,
dan langit penuh dengan awan hujan yang lalu
mencurahkan hujan ke atas bumi yang kering (1Raj. 18:41-
45; Yak. 5:17-18).
(iv) Perempuan Kanaan
Seorang perempuan Kanaan yang anaknya dirasuki setan
datang ke hadapan Yesus untuk memohon pertolongan.
Bab 12: Menerima Roh Kudus
372
Awalnya Yesus tidak berkata kata kata apa-apa. saat Ia menjawab,
Ia berkata kata kata , “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel” (Mat. 15:24) dan juga menambahkan,
“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-
anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat. 15:26).
Yesus menolak permohonannya sebanyak tiga kali, namun
perempuan Kanaan ini tidak menyerah. Dengan rendah
hati ia menjawab, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Mat. 15:27).
Yesus kagum dan memuji imannya, dan memulihkan
anaknya.
(v) Teman-teman orang lumpuh
saat Yesus sedang mengajar di sebuah rumah di
Kapernaum, empat orang membawa orang lumpuh dan
mencari Dia. Mereka tidak dapat mendekati Yesus sebab
terhalang oleh kerumunan orang banyak, namun mereka
tidak menyerah. Kegigihan mereka terlihat saat mereka
memanjat atap rumah untuk membuka jalan agar dapat
menurunkan si orang lumpuh. Saat Yesus melihat iman
mereka, Ia tergerak untuk mengampuni dosa-dosa si orang
lumpuh dan menyembuhkannya (Mrk. 2:1-12).
(vi) Gereja mula-mula
Pada saat Raja Herodes menganiaya gereja mula-mula
dengan sangat keras, ia memenjarakan Petrus dengan cara
yang paling ketat, memerintahkan agar Petrus dibelenggu
dengan rantai, dijaga oleh dua penjaga, dan empat pasukan
di sisi lain pintu penjara. Gereja bersatu dalam doa
memohon keselamatan Petrus. Allah menjawabnya dengan
mengutus seorang malaikat untuk menyelamatkan Petrus
(Kis. 12:4-19).
12.10.2 Janda yang tidak menyerah
Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang mendorong
kita untuk berdoa dengan tekun dan tidak jemu-jemu, dan tidak pernah
menyerah. Ia berkata kata kata , "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang
tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota
373
itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata kata kata :
Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu
menolak. namun lalu ia berkata kata kata dalam hatinya: Walaupun aku
tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun
sebab janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia,
supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” (Luk.
18:1-5). Di sini Yesus menunjukkan bahwa hakim yang tidak adil dan
lalim ini membenarkannya sebab si janda tidak jemu-jemu terus
meminta. Ia mengingatkan kepada kita bahwa Bapa kita surgawi yang
baik dan berbelas kasihan, tentu akan menjawab doa anak-anak yang
Ia kasihi, jika mereka berdoa dengan tekun dan dengan iman.
12.10.3 Kehidupan doa Yesus
Selain mengajarkan kita berdoa, melalui teladan pribadi Yesus
juga menunjukkan bagaimana hidup dengan penuh doa:
• Ia berpuasa dan berdoa selama empat puluh hari dan
empat puluh malam untuk memohon kuasa dari atas,
agar Ia dapat memenuhi tugas yang dipercayakan kepada-
Nya oleh Allah Bapa. Ia dipenuhi dengan Roh Kudus dan
mendapatkan kuasa untuk menghadapi cobaan Iblis, dan
memulai pelayanan-Nya (Luk. 4:1-15).
• Ia sering berdoa semalaman untuk memohon kepada Bapa
untuk terus menolongnya dalam pelayanan-Nya (Mrk. 1:35;
Mat. 14:23, 25; Luk. 6:12-13). sebab itu Ia senantiasa
dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus, sehingga Ia dapat
menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan
(Mrk. 5:30; Luk. 5:17; 6:19; Kis. 10:38).
• Di malam Ia akan ditangkap, Yesus berdoa tiga kali di Taman
Getsemani. Di saat genting itu, Ia sangat membutuhkan
kekuatan dan kuasa dari Bapa surgawi untuk menjalankan
rencana keselamatan di kayu salib. Walaupun malaikat-
malaikat datang untuk menguatkan-Nya, Ia terus
berdoa, memohon kepada Allah dengan air mata. Alkitab
menjelaskan bahwa keringat-Nya yang jatuh ke tanah
yaitu seperti tetesan darah. sebab doa-Nya yang sangat
tekun, Yesus dapat menghadapi maut di kayu salib dan
akhirnya bangkit dalam kemuliaan (Mat. 26:36-44; Luk.
22:41-44; Ibr. 5:7; Kis. 2:24).
Bab 12: Menerima Roh Kudus
374
12.10.4 Senantiasa berdoa memohon Roh Kudus
Ketekunan dalam doa sangat penting penting saat kita memohon
Roh Kudus, yang kita butuhkan untuk mendapatkan keselamatan.
Yesus menceritakan dua perumpamaan menge





.jpeg)






