atkan kemuliaan kepada-Nya. Saat kita datang untuk
meminta kasih karunia dari Allah, kita harus memberi-Nya kemulia-
an. Bagi Dialah kemuliaan dalam jemaat Kristus Yesus. saat me-
naikkan kemuliaan bagi Allah, kita mengakui seluruh kehebatan dan
178
kesempurnaan-Nya, sebab kemuliaan merupakan kemilau dan hasil
dari kedua hal itu. Perhatikanlah, singgasana pujian bagi Allah ada di
dalam jemaat. Sedikit pujian yang diterima Allah dari dunia ini ber-
asal dari jemaat, kumpulan suci yang dibentuk bagi kemuliaan Allah,
yang setiap anggotanya, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, ber-
sama-sama menunaikan tugas memuji Allah ini. Sang Pengantara
puji-pujian ini adalah Yesus Kristus. Semua karunia Allah disalurkan
kepada kita melalui tangan Kristus, dan semua puji-pujian kita
sampai kepada Allah melalui tangan yang sama. Dan dengan begitu
Allah harus dan akan dipuji turun-temurun sampai selama-lamanya,
sebab Dia akan selalu memiliki jemaat yang memuji-Nya dan akan
selalu menerima penghormatan itu dari jemaat-Nya. Amin. Jadilah
demikian, dan memang akan terjadi demikian.
PASAL 4
ita sudah melewati bagian awal dari surat ini, yang terdiri atas
sejumlah kebenaran penting tentang ajaran-ajaran Kristen, yang
termuat dalam tiga pasal sebelumnya. Sekarang kita memasuki bagi-
an akhirnya, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat yang paling
berbobot dan sungguh-sungguh yang bisa diberikan. Kita dapat men-
cermati bahwa dalam surat ini, sebagaimana dalam sebagian besar
surat-surat Paulus, bagian awalnya bersifat pengajaran, dan dituju-
kan untuk memberi tahu pikiran manusia tentang kebenaran-kebe-
naran dan ajaran-ajaran Injil yang agung, sedangkan bagian akhir-
nya bersifat penerapan, dan dimaksudkan untuk membimbing kehi-
dupan dan perilaku orang. Sebab, semua orang Kristen wajib berusa-
ha untuk lurus dalam iman, dan tertib dalam hidup dan perbuatan.
Dalam apa yang dikatakan sebelumnya, kita sudah mendengar ten-
tang hak-hak istimewa orang Kristen, yang memberikan penghiburan
bagi kita. Dalam apa yang dikatakan selanjutnya, kita akan mende-
ngar tentang kewajiban-kewajiban orang Kristen, dan apa yang dike-
hendaki oleh Tuhan Allah kita dari kita, menimbang hak-hak isti-
mewa yang sudah dianugerahkan-Nya kepada kita itu. Cara terbaik
untuk memahami rahasia-rahasia dan ikut ambil bagian dalam hak-
hak istimewa yang sudah kita baca sebelumnya adalah dengan
menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan kepada kita
selanjutnya dengan kesadaran hati nurani. Sama halnya, pada sisi
lain, jika kita dengan sungguh-sungguh merenungkan dan percaya
akan ajaran-ajaran yang sudah diajarkan kepada kita dalam pasal-
pasal sebelumnya, maka itu akan menjadi dasar yang baik bagi kita
untuk mulai menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan
dalam pasal-pasal selanjutnya. Iman dan perbuatan kristiani saling
K
180
berdampingan. Dalam pasal ini, kita mendapati berbagai macam
nasihat untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang penting.
I. Nasihat yang lebih umum (ay. 1).
II. Nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan rukun, beserta
sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakannya (ay.
2-16).
III. Nasihat untuk memiliki kemurnian kristiani dan hidup kudus.
Kedua-duanya dijelaskan secara lebih umum (ay. 17-24), dan
dalam sejumlah contoh khusus (ay. 25, sampai selesai).
Keberpadanan Hidup Ditegaskan
(4:1)
1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan sebab
Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadan-
an dengan panggilan itu.
Ini merupakan nasihat umum untuk hidup sesuai dengan iman Kris-
ten yang kita akui. Pada waktu itu Paulus sedang menjadi tahanan di
Roma. Dan ia adalah orang yang dipenjarakan sebab Tuhan, atau di
dalam Tuhan, yang artinya sungguh untuk Tuhan. Mengenai hal ini,
lihat pasal 3:1. Paulus menyebutkan hal ini berulang kali, untuk me-
nunjukkan bahwa ia tidak malu dengan belenggu yang menahannya,
sebab tahu betul bahwa ia menderita bukan sebagai penjahat. Juga,
supaya apa yang ditulisnya kepada jemaat bisa terasa lebih lembut
dan memberikan suatu hasil tertentu. Itu merupakan ajaran yang ia
pikir layak untuk ditanggung, dan sebab itu tentu mereka harus
memandangnya layak untuk mereka perhatikan dengan sungguh-
sungguh dan mereka jalankan sebagai kewajiban. Di sini kita men-
dapati permohonan dari seorang tahanan yang malang, salah seorang
tahanan Kristus: Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang
dipenjarakan sebab Tuhan, dst. Menimbang apa yang sudah dilaku-
kan Allah untukmu, dan ke dalam kedudukan dan keadaan apa Ia
sudah memanggil kamu, seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya,
maka sekarang aku datang kepadamu dengan sebuah permintaan
yang tulus (bukan untuk melegakanku, atau menggunakan kepen-
tinganmu untuk membebaskanku, hal pertama yang cenderung di-
minta oleh tahanan yang malang dari sahabat-sahabatnya, melain-
kan) supaya kamu mau membuktikan diri sebagai orang-orang Kris-
Surat Efesus 4:2-16
181
ten yang baik, dan hidup sesuai dengan pengakuan dan panggilan-
mu. Supaya hidupmu berpadanan, sesuai, pantas, selaras dengan
kondisi membahagiakan yang ke dalamnya anugerah Allah
telah membawa kamu, kamu yang telah dipertobatkan-Nya dari keka-
firan kepada Kekristenan. Perhatikanlah, orang-orang Kristen harus
menyesuaikan diri dengan Injil yang olehnya mereka dipanggil, dan
dengan kemuliaan yang ke dalamnya mereka dipanggil. Kedua-dua-
nya adalah panggilan hidup mereka. Kita disebut orang-orang Kris-
ten, maka kita harus menyesuaikan diri dengan sebutan itu, dan
hidup seperti orang-orang Kristen. Kita dipanggil kepada kerajaan
dan kemuliaan Allah. Oleh sebab nya, kerajaan dan kemuliaan itu
haruslah kita pikirkan, dan kita harus hidup seperti orang yang layak
menjadi ahli warisnya.
Nasihat Supaya Bersatu;
Alasan-alasan untuk Bersatu
(4:2-16)
2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkan-
lah kasihmu dalam hal saling membantu. 3 Dan berusahalah memelihara ke-
satuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: 4 satu tubuh, dan satu Roh, seba-
gaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung
dalam panggilanmu, 5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 6 satu Allah dan
Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam
semua. 7 namun kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karu-
nia menurut ukuran pemberian Kristus. 8 Itulah sebabnya kata nas: Tatkala
Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan
pemberian-pemberian kepada manusia. 9 Bukankah Ia telah naik berarti,
bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? 10 Ia yang
telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit,
untuk memenuhkan segala sesuatu. 11 Dan Ialah yang memberikan baik
rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gem-
bala-gembala dan pengajar-pengajar, 12 untuk memperlengkapi orang-orang
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13 sam-
pai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang se-
suai dengan kepenuhan Kristus, 14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan pal-
su manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15 namun dengan
teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam
segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. 16 Dari pada-Nyalah
seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan
semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota mene-
rima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
Dalam perikop ini Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat
yang lebih khusus. Dua nasihat dijabarkannya dalam pasal ini: su-
182
paya bersatu dan mengasihi, dan supaya hidup murni dan kudus,
yang harus sungguh-sungguh diusahakan oleh orang Kristen. Kita
tidak hidup berpadanan dengan panggilan kita jika kita tidak menjadi
kawan-kawan yang setia bagi semua orang Kristen, dan menjadi
musuh bebuyutan bagi semua dosa.
Bagian ini berisi nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan
rukun beserta sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakan-
nya. Tidak ada hal lain yang ditekankan kepada kita secara lebih sung-
guh-sungguh dalam Kitab Suci selain hal ini. Kasih adalah hukum
Kerajaan Kristus, pelajaran di perguruan-Nya, dan pakaian kebesaran
keluarga-Nya. Perhatikanlah,
I. Sarana kesatuan: rendah hati, lemah lembut, sabar, dan menun-
jukkan kasih dalam hal saling membantu (ay. 3). Rendah hati di
sini berarti menganggap diri sendiri kecil, yang berlawanan de-
ngan kesombongan. Lemah lembut berarti sikap jiwa yang unggul,
yang membuat orang tidak mau memanas-manasi orang lain, dan
tidak mudah dipanas-panasi atau merasa tersinggung oleh kele-
mahan-kelemahan mereka. Lemah lembut berlawanan dengan
kebencian dan kekesalan yang penuh amarah. Sabar berarti ta-
bah menghadapi perlakuan orang lain yang menyakiti, tanpa ber-
niat membalas dendam. Menunjukkan kasih dalam hal saling
membantu berarti menanggung kelemahan orang lain berdasar
asas kasih, sehingga kita tidak berhenti mengasihi mereka oleh
sebab kelemahan-kelemahan ini. Orang-orang Kristen yang ter-
baik perlu saling menanggung beban, dan mengambil yang terbaik
dari satu sama lain, menggugah satu sama lain untuk berbuat
baik, dan bukan memancing amarah. Dalam diri kita sendiri, ada
banyak hal yang sulit untuk kita maafkan. Dan sebab itu,
janganlah kita menganggapnya kelewatan jika kita menemukan
dalam diri orang lain hal yang sukar untuk kita maafkan. Sebalik-
nya, kita harus mengampuni mereka sebagaimana kita mengam-
puni diri kita sendiri. Nah, tanpa semuanya ini, kesatuan tidak
bisa dijaga. Langkah pertama menuju kesatuan adalah kerendah-
an hati. Tanpa kerendahan hati, tidak akan ada kelemahlembut-
an, kesabaran, atau hal saling membantu. Dan tanpa semuanya
ini, tidak akan ada kesatuan. Kesombongan dan amarah meng-
hancurkan kedamaian, dan menimbulkan segala kejahatan. Seba-
liknya, kerendahan hati dan kelemahlembutan mengembalikan
Surat Efesus 4:2-16
183
kedamaian, dan menjaganya. Keangkuhan hanya menimbulkan
pertengkaran, namun kerendahan hati menimbulkan kasih. Sema-
kin kita rendah hati, semakin kita sehati dan sepikiran. Kita tidak
hidup dengan cara yang berpadanan dengan panggilan hidup kita
jika kita tidak lemah lembut dan rendah hati. Sebab Dia yang
oleh-Nya kita dipanggil, Dia yang kepada-Nya kita dipanggil, ter-
kenal akan kelemahlembutan dan kerendahan hati-Nya, dan telah
memerintahkan kita untuk belajar dari-Nya dalam hal ini.
II. Hakikat dari kesatuan yang ditetapkan Rasul Paulus itu: kesatu-
an Roh (ay. 3). Pusat kesatuan kristiani terdapat di dalam hati
atau roh. Kesatuan itu tidak terdapat pada satu rangkaian pemi-
kiran, atau satu bentuk dan cara ibadah, melainkan pada satu
hati dan satu jiwa. Kesatuan hati dan kasih sayang ini bisa dika-
takan berasal dari Roh Allah. Kesatuan itu dikerjakan oleh-Nya,
dan merupakan salah satu buah Roh. Inilah yang harus berusaha
kita jaga. Berusaha adalah sebuah kata Injili. Kita harus meng-
usahakannya sekuat tenaga. Jika orang lain mengajak kita ber-
tengkar, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk tidak ber-
tengkar dengannya. Jika orang lain merendahkan dan membenci
kita, kita tidak boleh merendahkan dan membencinya. Oleh ikatan
damai sejahtera. Damai sejahtera adalah suatu ikatan, sebab
menyatukan orang-orang dan membuat mereka bersikap ramah
satu terhadap yang lain. Kecenderungan hati dan perilaku yang
cinta damai mengikat orang-orang Kristen bersama-sama, sedang-
kan perselisihan dan pertikaian mencerai-beraikan hati dan kasih
sayang mereka. Sejumlah besar lidi, kalau diikat bersama-sama,
akan menjadi kuat. Ikatan damai sejahtera adalah kekuatan dari
suatu kumpulan. Bukan berarti bahwa semua orang baik, dan
semua anggota masyarakat, harus sama dalam segala hal, sama
besar, sama perasaan, dan sama penilaian. Itu tidak terbayang-
kan. namun ikatan damai sejahtera menyatukan mereka semua,
kendati mereka berbeda-beda. Dalam seikat sapu lidi, besar dan
kuat masing-masing lidi itu berbeda-beda. Akan namun , jika
mereka diikat bersama-sama oleh satu ikatan, mereka lebih kuat
dari apa saja, bahkan dari yang paling besar dan paling kuat
sekalipun di antara mereka.
184
III. Alasan-alasan yang tepat untuk mengusahakan kesatuan dan ke-
rukunan kristiani ini. Rasul Paulus menekankan sejumlah alasan,
untuk mengajak kita agar mengusahakannya.
1. Lihatlah betapa banyak macam kesatuan yang penuh dengan
sukacita dan kemuliaan iman Kristen yang kita akui. Harus
ada satu hati. Sebab ada satu tubuh, dan satu Roh (ay. 4).
Kalau dalam satu tubuh ada dua hati, bagaimana jadinya?
Jika hanya ada satu tubuh, maka semua yang menjadi milik
tubuh itu harus mempunyai satu hati. Gereja yang am adalah
satu tubuh rohani Kristus, dan semua orang Kristen yang baik
hanya merupakan satu tubuh saja, yang dipadukan oleh satu
peraturan, yaitu peraturan Injil, dihidupkan oleh satu Roh,
Roh Kudus yang sama yang dengan segala karunia dan
anugerah-Nya menggerakkan, menghidupkan, dan mengatur
tubuh itu. Jika kita menjadi milik Kristus, kita semua dihidup-
kan oleh Roh yang satu dan sama, dan sebab itu kita harus-
lah satu. Sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu peng-
harapan yang terkandung dalam panggilanmu. Pengharapan
disebutkan di sini sebab apa yang menjadi sasarannya, apa
yang diharapkan, yaitu harta pusaka sorgawi. Untuk mengha-
rapkan harta itulah kita dipanggil. Semua orang Kristen di-
panggil untuk memperoleh pengharapan akan hidup kekal
yang sama. Ada satu Kristus yang di dalam-Nya mereka semua
berharap, dan satu sorga yang mereka semua harapkan. Oleh
sebab itu, mereka harus satu hati. Satu Tuhan (ay. 5), yaitu
Kristus, Kepala jemaat, yang kepada-Nya, menurut ketetapan
Allah, semua orang Kristen langsung tunduk. Satu iman, yaitu
Injil, yang berisi ajaran iman Kristen. Atau, anugerah iman
yang sama (iman di dalam Kristus) yang dengannya semua
orang Kristen diselamatkan. Satu baptisan, yang melaluinya
kita mengakui iman kita, dengan dibaptis dalam nama Bapa,
Anak, dan Roh Kudus, dan dengan demikian satu perjanjian
sakramen yang sama, yang di dalamnya kita mengikat diri
pada Kristus Tuhan. Satu Allah dan Bapa dari semua (ay. 6).
Satu Allah, yang mengakui semua anggota jemaat yang sejati
sebagai anak-anak-Nya. Sebab Dia adalah Bapa dari semua
anggota jemaat itu melalui hubungan khusus, sebagaimana
halnya Dia adalah Bapa dari semua manusia melalui pencipta-
an. Dan Dia di atas semua, oleh kodrat-Nya, dan berkenaan
Surat Efesus 4:2-16
185
dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang mulia dari sifat-
Nya, sebab Dia berkuasa atas semua makhluk dan terutama
atas jemaat-Nya. Dan oleh semua, melalui pemeliharaan-Nya Ia
menopang dan memerintah mereka. Dan di dalam semua, da-
lam semua orang percaya, yang di dalam mereka Ia berdiam
seperti di dalam bait kudus-Nya, dengan Roh dan anugerah
istimewa-Nya. Maka, kalau apa yang satu itu ada banyak ma-
cam, sayang kalau tidak ditambahkan satu lagi, yaitu satu
hati, atau satu jiwa.
2. Lihatlah beragamnya pemberian yang sudah dianugerahkan
Kristus kepada orang-orang Kristen: namun kepada kita ma-
sing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukur-
an pemberian Kristus. Walaupun anggota-anggota jemaat Kris-
tus sepakat dalam begitu banyak hal, ada beberapa hal yang
di dalamnya mereka berbeda. namun janganlah ini menum-
buhkan perbedaan kasih sayang di antara mereka, sebab
semuanya berasal dari Pencipta yang sama dan murah hati,
dan dimaksudkan untuk tujuan-tujuan agung yang sama. Ke-
pada tiap-tiap dari kita sebagai orang-orang Kristen diberikan
kasih karunia, suatu pemberian kasih karunia, dalam jenis
atau kadar-kadar tertentu, untuk membantu satu sama lain.
Dan kepada tiap-tiap dari kita sebagai hamba-hamba Tuhan
diberikan kasih karunia. Kepada sebagian orang, karunia itu
diberikan dalam kadar yang lebih besar, kepada yang lain da-
lam kadar yang lebih kecil. Berbeda-bedanya pemberian ham-
ba-hamba Kristus ternyata membuka peluang besar bagi per-
selisihan di antara jemaat Kristen mula-mula: yang satu meng-
aku golongan Paulus, yang lain golongan Apolos. Rasul Paulus
menunjukkan bahwa tidak ada alasan apa-apa bagi mereka
untuk berselisih tentang pemberian-pemberian itu, namun ada
banyak alasan untuk sepakat dalam memakainya bersama-
sama, untuk membangun semua. sebab semua diberikan me-
nurut ukuran pemberian Kristus, sesuai dengan ukuran yang
tampak paling baik untuk diberikan Kristus kepada tiap-tiap
orang. Amatilah, semua hamba Tuhan, dan semua anggota
Kristus, berutang kepada-Nya atas segala pemberian dan ka-
sih karunia yang mereka miliki. Dan ini merupakan alasan
yang baik mengapa kita harus saling mengasihi, sebab ke-
pada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia.
186
Semua orang yang telah diberikan kasih karunia oleh Kristus,
dan mereka yang telah menerima pemberian-pemberian-Nya,
harus saling mengasihi (meskipun mereka tidak sama-sama
besar, berbeda-beda nama, dan berbeda-beda perasaan). Rasul
Paulus lalu mengambil kesempatan untuk menyebutkan se-
cara khusus beberapa pemberian yang dianugerahkan Kristus.
Dan bahwa pemberian-pemberian itu dianugerahkan oleh
Kristus ditunjukkan Paulus melalui kata-kata Daud di mana
ia menubuatkan hal ini tentang Kristus (Mzm. 68:19), yang
kata nas (ay. 8), yaitu kata sang pemazmur, Tatkala Ia naik ke
tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan
pemberian-pemberian kepada manusia. Daud menubuatkan
kenaikan Kristus. Dan Rasul Paulus menguraikannya di sini,
dan dalam tiga ayat berikutnya. Tatkala Ia naik ke tempat
tinggi. Kita dapat memahami tempat yang tinggi ini, berdasar-
kan uraian Rasul Paulus, baik sebagai tempat ke mana Ia naik
dalam kodrat manusia-Nya, yaitu sorga tertinggi, maupun
khususnya sebagai keadaan yang ke dalamnya Ia diangkat,
sebab saat itu Ia sangat ditinggikan dan sangat dimuliakan
oleh Bapa-Nya. Marilah kita menetapkan hati untuk mere-
nungkan kenaikan Yesus Kristus. Bahwa Juruselamat kita
yang terberkati itu, sesudah bangkit dari antara orang mati,
naik ke sorga, di mana Ia duduk di sebelah kanan Yang Mulia
di tempat tinggi, yang melengkapi bukti bahwa Ia adalah Anak
Allah. Sebagaimana para penakluk besar, saat menaiki kere-
ta kemenangan mereka, biasa diiringi oleh tawanan-tawanan
yang paling ternama yang diseret dalam belenggu, dan ingin
menebarkan keroyalan dan kemurahan hati mereka kepada
para prajurit dan para penonton lain yang melihat kemenang-
an mereka, demikian pula Kristus, saat naik ke sorga, seba-
gai Penakluk yang berkemenangan, membawa tawanan-tawan-
an. Ini adalah ungkapan yang dipakai dalam Perjanjian Lama
untuk menandakan suatu penaklukan atas musuh-musuh,
terutama atas musuh-musuh yang sebelumnya sudah mem-
bawa tawanan-tawanan lain (lihat Hak. 5:12). Di sini pena-
wanan diartikan sebagai tawanan-tawanan, dan menandakan
semua musuh rohani kita, yang sebelumnya membawa kita
sebagai tawanan. Ia menaklukkan mereka yang telah menak-
lukkan kita, seperti dosa, Iblis, dan maut. Sungguh, Ia sudah
Surat Efesus 4:2-16
187
menang atas semuanya ini di kayu salib. namun kemenangan
itu dilengkapi pada saat kenaikan-Nya, saat Ia menjadi
Tuhan atas segalanya, dan memegang kunci alam maut di
tangan-Nya. Ia memberikan pemberian-pemberian kepada ma-
nusia. Dalam Mazmur dikatakan, Engkau telah menerima per-
sembahan-persembahan di antara manusia (KJV: untuk manu-
sia). Ia menerima untuk mereka, supaya bisa memberikan ba-
nyak pemberian dan kasih karunia kepada mereka. Secara
khusus, Ia memperkaya murid-murid-Nya dengan karunia Roh
Kudus. Rasul Paulus, dengan berbicara tentang kenaikan Kris-
tus seperti itu, memperhatikan bahwa Kristus juga telah turun
(ay. 9). Seolah-olah ia berkata, saat berbicara tentang ke-
naikan Kristus, Daud menyiratkan pengetahuannya tentang
perendahan diri Kristus di bumi. Sebab, saat dikatakan
bahwa Ia naik, tersirat bahwa Ia terlebih dahulu turun. Sebab
apa itu naik kalau bukan bukti untuk menunjukkan bahwa Ia
sudah turun? Ke bagian bumi yang paling bawah. Ini mung-
kin merujuk pada penjelmaan-Nya sebagai manusia, sesuai
dengan Mazmur Daud (Mzm. 139:15), tulang-tulangku tidak
terlindung bagi-Mu, saat aku dijadikan di tempat yang tersem-
bunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling
bawah. Atau merujuk pada penguburan-Nya, sesuai dengan
Mazmur 63:10, orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawa-
ku, akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah.
Daud menyebut kematian Kristus (menurut beberapa bapa
gereja) sebagai turunnya Dia ke bagian bumi yang paling
bawah. Ia turun ke bumi dalam penjelmaan-Nya sebagai ma-
nusia. Ia juga turun ke bumi dalam penguburan-Nya. Seperti
Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demi-
kian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga
hari tiga malam. Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik
jauh lebih tinggi dari pada semua langit (ay. 10), jauh lebih
tinggi dari udara dan langit berbintang (yang kasat mata), ke
dalam sorga tertinggi. Untuk memenuhkan segala sesuatu, me-
menuhkan semua anggota jemaat-Nya, dengan segala pem-
berian dan kasih karunia yang sesuai dengan keadaan dan
kedudukan masing-masing. Perhatikanlah, Tuhan kita meren-
dahkan diri terlebih dahulu, baru kemudian ditinggikan. Ia
turun terlebih dahulu, baru kemudian naik. Selanjutnya Rasul
188
Paulus memberi tahu kita apa pemberian-pemberian yang di-
berikan Kristus pada saat kenaikan-Nya: Dan Ialah yang mem-
berikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, dst. (ay. 11). Sung-
guh, Ia sudah mengutus sebagian dari orang-orang ini sebe-
lum kenaikan-Nya (Mat. 10:1-5). namun kemudian satu orang
ditambahkan lagi (Kis. 1:26). Dan mereka semua ditahbiskan
pada jabatan mereka secara lebih khidmat, dan diteguhkan di
depan umum, melalui pencurahan Roh Kudus secara kasat
mata oleh Kristus atas mereka dengan cara dan ukuran yang
luar biasa. Perhatikanlah, pemberian agung yang diberikan
Kristus kepada jemaat pada saat kenaikan-Nya adalah pela-
yanan damai sejahtera dan pendamaian. Karunia pelayanan
adalah buah dari kenaikan Kristus. Dan hamba-hamba Tuhan
mempunyai karunia yang beraneka ragam, yang kesemuanya
diberikan kepada mereka oleh Tuhan Yesus. Para pekerja yang
diberikan Kristus kepada jemaat-Nya ada dua macam. Yang
pertama, para pekerja yang luar biasa, yang diangkat ke jabat-
an yang lebih tinggi di dalam jemaat. Mereka inilah rasul-rasul,
nabi-nabi, dan pemberita-pemberita Injil. Yang terutama dari
mereka adalah para rasul. Mereka ini dipanggil langsung oleh
Kristus, dilengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang luar
biasa dan kuasa untuk mengadakan mujizat, beserta kemam-
puan untuk tidak bisa keliru dalam menyampaikan kebenar-
an-Nya. Dan, sebab mereka merupakan saksi-saksi dari muji-
zat-mujizat dan pengajaran-Nya, Ia mengutus mereka untuk
menyebarkan Injil dan menanam serta mengatur jemaat-je-
maat. Nabi-nabi tampaknya adalah mereka yang menjelaskan
tulisan-tulisan Perjanjian Lama, dan menubuatkan hal-hal
yang akan datang. Pemberita-pemberita Injil adalah mereka
yang ditahbiskan (2Tim. 1:6), yang dibawa oleh para rasul se-
bagai kawan-kawan seperjalanan (Gal. 2:1), dan yang mereka
utus untuk mengurus dan memantapkan jemaat-jemaat yang
sudah ditanam oleh para rasul sendiri (Kis. 19:22). Dan,
sebab tidak terpaku pada satu tempat tertentu, mereka harus
terus bekerja sampai dipanggil kembali oleh para rasul (2Tim.
4:9). Yang kedua, hamba-hamba Tuhan yang biasa, yang be-
kerja dalam ruang lingkup yang lebih rendah dan lebih sempit,
seperti gembala-gembala dan pengajar-pengajar. Menurut se-
bagian orang, dua sebutan ini menandakan satu jabatan, yang
Surat Efesus 4:2-16
189
menyiratkan bahwa kewajiban memimpin dan mengajar terca-
kup di dalamnya. Menurut sebagian yang lain, yang dimak-
sudkan dengan dua sebutan itu adalah dua jabatan yang
berbeda, yang kedua-duanya bersifat biasa, dan akan selalu
dipakai di dalam jemaat. Gembala-gembala adalah mereka
yang ditetapkan sebagai kepala dari jemaat-jemaat tertentu,
dengan maksud untuk membimbing, mengajar, dan memberi
mereka makan dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus. Me-
reka ini juga sering disebut sebagai para penilik jemaat dan
penatua. Dan pengajar-pengajar adalah mereka yang pekerja-
annya juga memberitakan Injil dan mengajar orang dengan
cara memberi nasihat. Kita melihat di sini bahwa adalah hak
istimewa Kristuslah untuk menunjuk siapa pekerja dan apa
jabatan yang dikehendaki-Nya di dalam jemaat-Nya. Dan be-
tapa kayanya jemaat, yang sejak awal mempunyai para pekerja
yang begitu beragam, dan masih mempunyai pemberian-pem-
berian yang begitu beragam! Betapa baiknya Kristus kepada
jemaat-Nya! Betapa Ia penuh perhatian dan peduli untuk
membangunnya! saat naik, Ia mendapatkan karunia Roh
Kudus. Karunia-karunia Roh Kudus itu bermacam-macam. Ada
karunia yang lebih besar, ada yang lebih kecil. namun semuanya
demi kebaikan tubuh jemaat, yang membawa kita pada alasan
ketiga.
3. Alasan ini didasarkan atas maksud dan tujuan Kristus yang
agung dalam memberikan pemberian-pemberian kepada ma-
nusia. Pemberian-pemberian Kristus dimaksudkan demi ke-
baikan jemaat-Nya, dan untuk memajukan kerajaan serta ke-
pentingan-Nya di antara manusia. Semuanya ini dimaksudkan
untuk satu tujuan bersama, dan sebab itu merupakan alasan
yang baik mengapa semua orang Kristen harus hidup rukun
dalam kasih persaudaraan, dan tidak saling iri hati terhadap
pemberian orang lain. Semuanya untuk memperlengkapi orang-
orang kudus (ay. 12). Maksudnya, sesuai dengan makna dalam
bahasa aslinya, supaya orang yang sudah kacau-balau sebab
dosa bisa kembali hidup secara rohani dan teratur, dan kemu-
dian semua itu untuk menguatkan, meneguhkan, dan me-
majukan mereka dalam kehidupan itu, sehingga tiap-tiap dari
mereka, dalam kedudukan dan tugas masing-masing, bisa
menyumbangkan sesuatu demi kebaikan semua. Bagi pekerja-
190
an pelayanan, atau bagi pekerjaan penyampaian, yaitu supaya
mereka menyampaikan ajaran-ajaran Injil, dan berhasil menja-
lankan apa yang menjadi bagian pelayanan mereka. Bagi pem-
bangunan tubuh Kristus, yaitu untuk membangun jemaat,
yang merupakan tubuh mistis atau rohani Kristus, dengan
meningkatkan pemberian-pemberian dan menambah anggota-
anggota baru. Semuanya dimaksudkan untuk mempersiapkan
kita bagi sorga: Sampai kita semua telah mencapai, dst. (ay.
13). Sebagian dari pemberian-pemberian dan pekerjaan-peker-
jaan yang sudah dibicarakan sebelumnya harus diteruskan di
dalam jemaat sampai orang-orang kudus menjadi sempurna,
yang tidak akan terjadi sampai mereka semua telah mencapai
kesatuan iman (sampai semua orang percaya yang sungguh-
sungguh berkumpul bersama-sama, melalui iman yang mulia
yang sama itu) dan mencapai pengetahuan yang benar tentang
Anak Allah. Yang harus kita pahami dengan pengetahuan ini
bukan semata-mata pengetahuan yang bersifat mereka-reka,
atau pengakuan yang asal-asalan akan Kristus sebagai Anak
Allah dan Pengantara yang agung, melainkan pengetahuan
dan pengakuan yang disertai dengan penghayatan dan perasa-
an, dengan segala hormat, kepercayaan, dan kepatuhan yang
sepatutnya diberikan. Sampai mereka semua mencapai kede-
wasaan penuh, sampai segala pemberian dan kasih karunia
kita bertumbuh penuh, dan bebas dari segala kelemahan yang
bersifat kekanak-kanakan yang masih melingkupi kita di
dunia sekarang ini. Dan sampai mereka semua mencapai ting-
kat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, se-
hingga mereka menjadi orang-orang Kristen yang betul-betul
dewasa dan matang dalam segala kasih karunia yang berasal
dari kepenuhan Kristus. Atau, sesuai tingkat pertumbuhan
yang diperlukan untuk mencapai kepenuhan Kristus, yaitu
untuk melengkapi tubuh mistis-Nya. Nah, kita tidak akan per-
nah menjadi manusia sempurna sampai kita berada di dunia
yang sempurna. Ada kepenuhan di dalam Kristus, kepenuhan
yang berasal dari-Nya. Ukuran tertentu dari kepenuhan itu,
dan tingkat pertumbuhannya, ditentukan oleh hikmat Allah
untuk setiap orang percaya, dan kita tidak pernah mencapai
tingkat itu sebelum sampai di sorga. Anak-anak Allah, selama
berada di dunia ini, terus bertumbuh. Menurut Dr. Lightfoot,
Surat Efesus 4:2-16
191
Rasul Paulus di sini berbicara tentang orang-orang Yahudi dan
bukan Yahudi yang terjalin dalam kesatuan iman dan penge-
tahuan akan Anak Allah, sehingga tercipta manusia yang sem-
purna, dan mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai de-
ngan kepenuhan Kristus. Rasul Paulus lebih jauh menun-
jukkan, dalam ayat 14-16, apa maksud Allah dalam ketetap-
an-ketetapan kudus-Nya, dan apa seharusnya dampak dari
semua itu bagi kita. Seperti,
(1) Bahwa kita bukan lagi anak-anak, dst. (ay. 14). Maksudnya,
supaya kita tidak lagi menjadi anak-anak dalam pengetahu-
an, lemah dalam iman, dan goyah dalam penilaian-penilaian
kita, mudah menyerah setiap kali ada godaan, mengikuti
kesenangan hati orang, dan mau saja menuruti orang.
Anak-anak mudah ditipu. Kita harus memperhatikan ini,
dan berjaga-jaga supaya tidak mudah diombang-ambing-
kan, seperti kapal tanpa pemberat, seperti awan-awan di
udara, oleh rupa-rupa ajaran yang tidak ada kebenaran
dan isi di dalamnya namun kosong belaka dan buyar sendiri
ke mana-mana, dan sebab itu ibarat angin saja. Oleh
permainan palsu manusia. Ini bahasa kiasan yang diambil
tentang pemain sulap, dan menandakan kelicikan peng-
goda-penggoda yang jahat. Dan oleh kelicikan mereka, yang
dimaksudkan adalah kelihaian mereka dalam menemukan
cara-cara untuk menggoda dan menipu. Sebab selanjutnya
dikatakan, yang dengannya mereka menyesatkan, seperti
orang yang menunggu di balik semak-semak untuk me-
merangkap mereka yang lemah, dan menjauhkan mereka
dari kebenaran. Perhatikanlah, pasti sangat jahat dan fasik
orang yang sampai berniat menggoda dan menipu orang
lain ke dalam ajaran-ajaran palsu dan kesesatan-kesesat-
an. Rasul Paulus menggambarkan mereka di sini sebagai
orang-orang rendah, yang menggunakan segala macam
cara dan kelicikan Iblis untuk mencapai tujuan mereka itu.
Cara terbaik yang bisa kita pakai untuk membentengi diri
dari orang-orang seperti itu adalah dengan mempelajari
sabda-sabda yang kudus, dan berdoa meminta pencerahan
dan anugerah Roh Kristus, supaya kita tahu kebenaran
yang ada di dalam Yesus, dan teguh di dalamnya.
192
(2) Bahwa kita harus mengatakan kebenaran di dalam kasih
(ay. 15, KJV), atau mengikuti kebenaran di dalam kasih,
atau bersikap tulus di dalam kasih terhadap sesama orang
Kristen. Sementara kita teguh berpegang pada ajaran Kris-
tus, yang merupakan kebenaran, kita harus hidup di dalam
kasih satu terhadap yang lain. Kasih adalah sesuatu yang
unggul. namun kita harus berusaha menjaga kebenaran
bersama-sama dengan kasih. Kebenaran adalah suatu hal
yang unggul. Namun kita diharuskan untuk mengatakan-
nya di dalam kasih, dan bukan dalam pertikaian. Kedua-
nya ini harus berjalan bersama-sama, yaitu kebenaran dan
damai sejahtera.
(3) Bahwa kita harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah
Kristus. Ke arah Kristus, sehingga berakar lebih dalam di
dalam Dia. Di dalam segala hal, dalam pengetahuan, kasih,
iman, dan semua bagian dari manusia baru. Kita harus
bertumbuh menjadi dewasa, sebagai lawan dari menjadi
anak-anak. Orang-orang Kristen yang bertambah baik ada-
lah mereka yang bertumbuh ke arah Kristus. Semakin kita
bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, iman di dalam
Dia, kasih kepada-Nya, dan kebergantungan pada-Nya, se-
makin kita akan berkembang dalam setiap kasih karunia.
Dia adalah Kepala, dan sebab itu kita harus bertumbuh,
supaya dengan begitu kita dapat menghormati Kepala kita.
Pertumbuhan kristiani membawa kemuliaan bagi Kristus.
(4) Kita harus saling membantu dan menolong, sebagai ang-
gota-anggota dari tubuh yang sama (ay. 16). Di sini Rasul
Paulus membuat perbandingan antara tubuh alami dan
tubuh mistis Kristus, tubuh yang Kepalanya adalah Kris-
tus. Dan ia mencermati bahwa sebagaimana sesama ang-
gota tubuh harus bersatu dan berhubungan satu dengan
yang lain, supaya mereka bertumbuh dan berkembang,
demikian pula harus ada kasih dan kesatuan, beserta
buah-buahnya yang semestinya, di antara orang-orang
Kristen, supaya mereka berkembang secara rohani dan
bertumbuh di dalam kasih karunia. Dari pada-Nyalah (ya-
itu dari Kristus Kepala mereka, yang memberikan pengaruh
dan makanan untuk bertumbuh kepada tiap-tiap anggota),
seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu
Surat Efesus 4:2-16
193
(di mana mereka disatukan secara teratur dan teguh, de-
ngan setiap orang menempati tempat dan kedudukannya
masing-masing) oleh pelayanan semua bagiannya (oleh
bantuan yang diberikan setiap bagian, dengan disatukan
seperti itu, kepada keseluruhan, atau oleh Roh, iman, ka-
sih, sakramen-sakramen, dst., yang seperti pembuluh da-
rah di dalam tubuh berfungsi untuk menyatukan orang-
orang Kristen dengan Kristus Kepala mereka, dan dengan
satu sama lain sebagai sesama anggota), sesuai dengan
kadar pekerjaan tiap-tiap anggota (maksudnya, menurut
sebagian orang, sesuai dengan kuasa yang dikerahkan Roh
Kudus untuk membuat sarana yang ditunjuk Allah berhasil
mencapai tujuan agung ini, dengan tingkat yang dianggap
Kristus cukup dan pantas untuk setiap anggota, sesuai
dengan kedudukan dan tugas masing-masing di dalam
tubuh. Atau, menurut sebagian yang lain, sesuai dengan
kuasa Kristus, yang sebagai Kepala, memengaruhi dan
menghidupkan setiap anggota. Atau, menurut pekerjaan
yang berhasil dari setiap anggota dalam menyampaikan ke-
pada orang lain apa yang sudah diterimanya, pertumbuhan
diberikan kepada mereka semua menurut kadar masing-
masing, dan sesuai dengan keadaan tiap-tiap anggota)
menerima pertumbuhannya, pertumbuhan yang sesuai un-
tuk tubuh. Perhatikanlah, tiap-tiap orang Kristen menerima
pemberian dan kasih karunia dari Kristus demi kebaikan
dan keuntungan seluruh tubuh. Tiap-tiap anggota memba-
ngun dirinya dalam kasih. Kita dapat memahami ini dengan
dua cara: Bahwa semua anggota tubuh jemaat dapat mem-
peroleh kasih terhadap Kristus dan terhadap satu sama
lain dalam tingkat yang lebih tinggi. Atau, bahwa mereka
digerakkan untuk bertindak dengan cara yang sudah di-
sebutkan berdasar kasih kepada Kristus dan kepada
satu sama lain. Perhatikanlah, saling mengasihi di antara
orang-orang Kristen sangat membantu pertumbuhan ro-
hani. Di dalam kasihlah tubuh membangun dirinya sendiri,
sedangkan kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan
itu tidak dapat bertahan.
194
Nasihat Supaya Hidup Murni dan Kudus;
Peringatan-peringatan terhadap Dosa dan
Supaya Jangan Mendukakan Roh Kudus
(4:17-32)
17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan:
Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah de-
ngan pikirannya yang sia-sia 18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari
hidup persekutuan dengan Allah, sebab kebodohan yang ada di dalam
mereka dan sebab kedegilan hati mereka. 19 Perasaan mereka telah tumpul,
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan
dengan serakah segala macam kecemaran. 20 namun kamu bukan demikian.
Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21 sebab kamu telah mendengar
tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang
nyata dalam Yesus, 22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan
kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui
kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui
di dalam roh dan pikiranmu, 24 dan mengenakan manusia baru, yang telah
diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan
yang sesungguhnya. 25 sebab itu buanglah dusta dan berkatalah benar
seorang kepada yang lain, sebab kita adalah sesama anggota. 26 jika
kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari
terbenam, sebelum padam amarahmu 27 dan janganlah beri kesempatan
kepada Iblis. 28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, namun baiklah
ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya
sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkeku-
rangan. 29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, namun pakai-
lah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka
yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 30 Dan janganlah kamu men-
dukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari
penyelamatan. 31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan
fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
32 namun hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih
mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu.
sesudah menyampaikan nasihatnya dalam ayat-ayat sebelumnya su-
paya jemaat saling mengasihi, bersatu, dan rukun, dalam ayat-ayat
ini Rasul Paulus memberikan sebuah nasihat supaya hati dan hidup
orang Kristen murni dan kudus. Kemurnian dan kekudusan ini di-
bicarakan secara lebih umum dalam ayat 17-24, dan dalam beberapa
contoh khusus dalam ayat 25-32. Nasihat ini didahului dengan
penuh kesungguhan: Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepa-
damu di dalam Tuhan. Maksudnya, menimbang masalah yang dijelas-
kan di atas, melihat kamu sebagai anggota-anggota tubuh Kristus
dan ikut ambil bagian dalam pemberian-pemberian-Nya, hal ini aku
tekankan pada hati nuranimu, dan aku tegaskan sebagai kewajiban-
mu di dalam nama Tuhan, berdasar wewenangku yang berasal
dari-Nya. Pikirkanlah,
Surat Efesus 4:17-32
195
I. Nasihat yang lebih umum mengenai kemurnian dan kekudusan
hati dan hidup.
1. Nasihat itu dimulai seperti ini, Jangan hidup lagi sama seperti
orang-orang yang tidak mengenal Allah bahwa untuk waktu
ke depan, kamu jangan lagi hidup dan bertingkah laku seperti
orang-orang kafir yang tidak insaf dan tidak bertobat, yang
sepenuhnya dipimpin oleh pikiran yang memikirkan perkara
yang sia-sia, yaitu berhala-berhala dan harta duniawi mereka,
hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat bagi jiwa mereka,
dan yang akan mengecewakan harapan-harapan mereka.
Bangsa-bangsa bukan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh
hidup seperti bangsa-bangsa bukan Yahudi yang belum ber-
tobat. Meskipun hidup di antara mereka, bangsa-bangsa bu-
kan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh hidup seperti
mereka. Di sini,
(1) Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk menggambar-
kan kefasikan dunia kafir, yang darinya orang-orang Kris-
ten yang diperbaharui direbut seperti kayu dari api yang
membakar.
[1] Pengertian mereka gelap (ay. 18). Mereka tidak mempu-
nyai pengetahuan yang menyelamatkan. Bahkan, mere-
ka tidak tahu banyak hal tentang Allah yang bisa saja
mereka ketahui melalui terang alam. Mereka berdiam
dalam kegelapan, dan mereka menyukainya daripada
terang. Dan sebab kebodohan, mereka jauh dari hidup
persekutuan dengan Allah. Mereka terasing dari hidup
kudus, dan tidak suka serta benci terhadapnya. Pada-
hal hidup kudus bukan saja merupakan cara hidup
yang dituntut Allah dan yang membuat-Nya berkenan,
yang melaluinya kita hidup untuk Dia, namun juga hidup
yang menyerupai Allah sendiri, dalam kemurnian-Nya,
kebajikan-Nya, kebenaran-Nya, dan kebaikan-Nya. Si-
kap mereka yang masa bodoh merupakan penyebab dari
keterasingan mereka dari persekutuan dengan Allah ini,
di mana persekutuan ini dimulai di dalam terang dan
pengetahuan. Sikap yang cenderung tidak mau tahu dan
masa bodoh itu merusak hidup beragama dan kesalehan.
Dan apa yang menyebabkan mereka bersikap masa
196
bodoh seperti itu? Itu sebab kedegilan atau kekerasan
hati mereka. Bukan sebab Allah tidak menyatakan diri-
Nya kepada mereka melalui karya-karya-Nya, melain-
kan sebab mereka tidak mau menerima pancaran-pan-
caran terang ilahi yang memberi pengajaran. Mereka
tidak tahu sebab tidak mau tahu. Ketidaktahuan mere-
ka timbul dari kedegilan dan kekerasan hati mereka,
sebab mereka menolak terang dan semua sarana pen-
cerahan dan pengetahuan.
[2] Hati nurani mereka bejat dan kering: Perasaan mereka
telah tumpul (ay. 19). Mereka tidak merasa berdosa,
tidak juga sadar akan kesengsaraan dan bahaya yang
akan menimpa sebab dosa mereka. Sehingga mereka
menyerahkan diri kepada hawa nafsu. Mereka terlena
dalam hawa nafsu yang kotor. Dan, dengan menyerah-
kan diri pada kuasa hawa nafsu ini, mereka menjadi
budak dan hamba dari dosa dan Iblis, mengerjakan de-
ngan serakah segala macam kecemaran. Sudah menjadi
kebiasaan mereka untuk mengerjakan segala macam
kecemaran, bahkan dosa-dosa yang paling tidak wajar
dan mencengangkan, dan itu dilakukan dengan nafsu
yang tak terpuaskan. Perhatikanlah, jika hati nurani
sudah kering kerontang, maka dosa dilakukan tanpa
mengenal lagi batas-batas. jika mereka memancang-
kan hati untuk memuaskan hawa nafsu, apa lagi yang
dapat diharapkan selain kecemaran dan percabulan
yang paling najis, dan bahwa perbuatan mereka yang
menjijikkan itu akan bertumpuk? Ini merupakan ciri-
ciri bangsa-bangsa bukan Yahudi. Akan namun ,
(2) Orang-orang Kristen ini harus membedakan diri dari bang-
sa-bangsa bukan Yahudi yang seperti itu: Bukan itu yang
kamu pelajari dari Kristus (ay. 20, KJV). Ayat itu bisa juga
dibaca demikian, namun kamu bukan demikian. Kamu telah
belajar mengenal Kristus. Orang yang sudah belajar menge-
nal Kristus diselamatkan dari kegelapan dan kenajisan
yang melingkupi orang lain. Dan, seiring bertambahnya
pengenalan mereka, mereka wajib untuk hidup lebih baik
daripada orang lain. Ini merupakan alasan yang baik untuk
menentang dosa, bahwa bukan itu yang kita pelajari dari
Surat Efesus 4:17-32
197
Kristus. Pelajarilah Kristus! Adakah Kristus itu sebuah
buku, pelajaran, cara, atau keahlian? Yang dimaksudkan
di sini adalah, Bukan itu yang kamu pelajari dari Kekris-
tenan, yaitu ajaran-ajaran Kristus dan pedoman-pedoman
hidup yang ditetapkan oleh-Nya, yaitu tidak berbuat seperti
apa yang diperbuat oleh orang lain. Seperti itulah adanya,
atau sebab , kamu telah mendengar tentang Dia (ay. 21),
telah mendengar ajaran-Nya yang diberitakan oleh kami,
dan menerima pengajaran di dalam Dia, di dalam batin dan
dengan berhasil, oleh Roh-Nya. Kristus adalah pelajaran.
Kita harus mempelajari Kristus. Dan Kristus adalah Guru.
Kita diajar oleh-Nya. Menurut kebenaran yang nyata dalam
Yesus. Ini bisa dipahami dengan dua cara: entah Kamu
sudah diajarkan kebenaran yang sesungguhnya, sebagai-
mana yang dipegang oleh Kristus sendiri, baik dalam ajar-
an-Nya maupun dalam hidup-Nya. Atau seperti ini, Kebe-
naran sudah menanamkan kesan yang sedemikian rupa
dalam hatimu, menurut ukuranmu, sebagaimana demikian
dalam hati Yesus. Kebenaran Kristus tampil dalam kein-
dahan dan kuasanya, jika ia tampil sebagaimana di
dalam Yesus.
2. Bagian lain dari nasihat umum itu tampak dalam kata-kata
selanjutnya, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan
kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, dst.
(ay. 22-24). Ini adalah bagian besar dari ajaran yang sudah
diajarkan kepada kamu, dan yang sudah kamu pelajari. Di
sini Rasul Paulus berbicara dalam bahasa kiasan tentang pa-
kaian. Kaidah-kaidah, kebiasaan-kebiasaan, dan kecenderung-
an-kecenderungan jiwa harus diubah, sebelum bisa terjadi
perubahan hidup yang menyelamatkan. Harus ada pengudus-
an, yang terdiri atas dua hal:
(1) Manusia lama harus ditanggalkan. Sifat yang bobrok dise-
but manusia, sebab , seperti tubuh manusia, sifat itu ter-
diri atas bagian-bagian yang beragam, yang saling mendu-
kung dan menguatkan. Dari manusia lamalah, Adam yang
lama, kita mendapatkan sifat itu. Sifat itu merasuk ke
dalam tulang-tulang, dan kita membawanya bersama kita
ke dalam dunia. Sifat itu halus seperti manusia lama, te-
198
tapi dalam diri semua orang kudus kepunyaan Allah, sifat
itu melemah dan layu seperti manusia lama, siap untuk
mati. Sifat itu dikatakan bobrok. Sebab dosa di dalam jiwa
merusakkan kemampuannya untuk berpikir dan merasa.
Dan, jika tidak dimatikan, dosa itu bertambah buruk
setiap hari, dan dengan demikian akan menghancurkan.
Oleh nafsunya yang menyesatkan. Segala kecenderungan
dan keinginan yang berdosa adalah nafsu yang menyesat-
kan. Nafsu-nafsu itu menjanjikan kebahagiaan kepada ma-
nusia, namun justru membuatnya semakin sengsara, dan
jika tidak ditundukkan dan dimatikan akan mengkhianati
mereka dengan membawa mereka pada kebinasaan. Oleh
sebab itu, semuanya ini harus ditanggalkan seperti pakai-
an lama yang sudah malu kita pakai. Itu semua harus
ditundukkan dan dimatikan. Nafsu-nafsu ini menang mela-
wan mereka dalam kehidupan mereka yang dahulu, yaitu
selagi mereka belum diperbaharui dan hidup dalam keada-
an tidak mengenal Allah.
(2) Manusia baru harus dikenakan. Menyingkirkan kaidah-
kaidah yang bobrok saja tidak cukup, kita juga harus
dihidupkan oleh kaidah-kaidah yang penuh rahmat. Kita
harus memeluk kaidah-kaidah itu, menerapkannya, dan
menuliskannya dalam hati kita. Berhenti melakukan keja-
hatan saja tidak cukup, kita juga harus belajar berbuat
baik. Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu
(ay. 23). Maksudnya, gunakanlah sarana yang tepat dan
sudah ditetapkan supaya pikiranmu, yang adalah roh,
makin lama makin diperbaharui. Dan supaya kamu me-
ngenakan manusia baru (ay. 24). Yang dimaksudkan de-
ngan manusia baru adalah sifat baru, makhluk baru, yang
dihidupkan oleh sebuah kaidah baru, yaitu anugerah yang
memperbaharui, yang memampukan manusia untuk men-
jalani hidup baru, hidup dalam kebajikan dan kekudusan
yang dituntut oleh kekristenan. Manusia baru ini dicipta-
kan, atau dihasilkan dari kekacauan dan kehampaan, oleh
kekuatan Allah yang mahakuasa, yang karya-Nya sungguh
unggul dan indah. Menurut kehendak Allah, dengan meniru
Dia, dan dengan mengikuti contoh dan teladan yang agung
itu. Hilangnya citra Allah pada jiwa merupakan keberdosa-
Surat Efesus 4:17-32
199
an dan kesengsaraan manusia dalam keadaannya yang ja-
tuh. Dan keserupaan yang dimiliki jiwa dengan Allah
adalah keindahan, kemuliaan, dan kebahagiaan makhluk
baru. Di dalam kebenaran, dalam hubungan dengan sesa-
ma manusia, yang mencakup semua kewajiban yang terda-
pat dalam loh batu kedua. Dan dalam kekudusan, dalam
hubungan dengan Allah, yang menandakan ketaatan tulus
terhadap perintah-perintah yang terdapat dalam loh batu
pertama. Kekudusan yang sesungguhnya, yang berlawanan
dengan kekudusan orang Yahudi yang bersifat lahiriah dan
keupacaraan. Dikatakan bahwa kita harus mengenakan
manusia baru ini saat , dalam menggunakan semua sa-
rana yang sudah ditentukan Allah, kita berusaha mencon-
toh sifat ilahi ini, makhluk baru ini. Inilah nasihat umum
mengenai kemurnian dan kekudusan hati dan hidup.
II. Rasul Paulus melanjutkan ke beberapa hal yang lebih khusus.
sebab hal-hal yang umum biasanya tidak begitu berdampak, kita
diberi tahu bagian-bagian tertentu yang mana dari manusia lama
yang harus dimatikan, kain kotor dari sifat lama yang harus
ditanggalkan itu, dan perhiasan-perhiasan khas apa dari manusia
baru yang dengannya kita harus menghiasi pengakuan iman Kris-
ten kita.
1. Waspadalah terhadap dusta, dan selalu berusahalah berkata
benar (ay. 25): sebab itu, sebab kamu sudah tahu betul
kewajibanmu, dan diwajibkan untuk melaksanakannya, biar-
lah tampak dalam perilakumu di masa depan, bahwa ada per-
ubahan yang besar dan nyata yang dikerjakan dalam dirimu,
khususnya dengan membuang dusta. Bangsa-bangsa kafir sa-
ngat bersalah atas dosa ini, dengan menegaskan bahwa dusta
yang bermanfaat itu lebih baik daripada kebenaran yang me-
nyakitkan. Dan sebab itu, Rasul Paulus menasihati mereka
untuk berhenti berdusta, berhenti melakukan apa saja yang
bertentangan dengan kebenaran. Ini adalah bagian dari manu-
sia lama yang harus ditanggalkan. Dan bagian dari manusia
baru yang harus dikenakan yang berlawanan dengannya ada-
lah berkata benar dalam semua percakapan kita dengan orang
lain. Merupakan ciri-ciri umat Allah bahwa mereka adalah
anak-anak yang tidak mau berdusta, yang tidak berani ber-
200
dusta, yang membenci dan tidak menyukai dusta. Semua
orang yang beroleh anugerah berkata benar dengan kesadaran
hati nurani, tidak mau sengaja berdusta demi mendapatkan
keuntungan besar bagi diri mereka sendiri. Alasan yang diberi-
kan di sini untuk berkata jujur adalah, sebab kita adalah
sesama anggota. Kebenaran adalah utang yang harus kita
bayar satu terhadap yang lain. Dan, jika kita saling mengasihi,
kita tidak akan menipu atau berbohong satu terhadap yang
lain. Kita termasuk dalam satu perkumpulan atau tubuh, dan
kepalsuan atau dusta cenderung mencerai-beraikannya. Oleh
sebab itu, kita harus menghindarinya dan berkata benar.
Amatilah, berdusta adalah dosa yang sangat besar, suatu pe-
langgaran khusus terhadap kewajiban-kewajiban yang meng-
ikat orang-orang Kristen, dan sangat melukai serta merugikan
perkumpulan Kristen.
2. Waspadalah terhadap kemarahan dan amarah yang tak ter-
kendali. jika kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat
dosa (ay. 26). Ini dipinjam dari terjemahan Septuaginta (Per-
janjian Lama terjemahan bahasa Yunani pen.) dari Mazmur
4:5, di mana kita mengartikannya, biarlah kamu marah, namun
jangan berbuat dosa. Di sini diberikan kelonggaran yang mu-
dah, sebab seperti itulah kita harus memandangnya, bukan
sebagai perintah. Biarlah kamu marah. Kita cukup mudah
marah, Allah tahu itu. namun kita cukup kesulitan untuk tidak
melanggar batasan ini, namun jangan berbuat dosa. Jika ada
alasan yang bisa diterima bagimu untuk marah, usahakanlah
untuk tidak berbuat dosa dalam amarahmu itu. Dan sebab
itu, waspadalah terhadap kemarahan yang berlebihan. Ada
orang bilang, kalau memang kita boleh marah namun tidak
boleh berdosa, maka jangan marah terhadap apa-apa kecuali
terhadap dosa. Dan kita harus lebih menginginkan kemuliaan
Allah daripada kepentingan atau nama baik kita sendiri. Satu
dosa besar dan umum dalam amarah adalah membiarkannya
memanas menjadi kegeraman, dan membiarkan kegeraman itu
mendekam di dalam hati. Oleh sebab itulah di sini kita diperi-
ngatkan terhadap amarah. Jika kamu tersulut amarah dan
jiwamu menjadi sangat resah, dan jika kamu dengan pahit
hati membenci penghinaan apa saja yang sudah diberikan ke-
padamu, maka sebelum malam tiba, tenangkan dan diamkan
Surat Efesus 4:17-32
201
jiwamu. Berdamailah dengan orang yang sudah berbuat salah
terhadapmu, dan biarlah semuanya menjadi baik-baik kem-
bali: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarah-
mu. Jika amarah memanas menjadi kegeraman dan kepahitan
roh, oh pastikanlah engkau segera menekannya. Amatilah,
walaupun amarah dengan sendirinya tidak berdosa, namun
ada bahaya yang sangat besar bahwa amarah itu akan men-
jadi dosa jika tidak diwaspadai dengan hati-hati dan ditekan
dengan segera. Dan sebab itu, walaupun bisa saja timbul
dalam dada seorang bijak, amarah hanya menetap dalam dada
orang bodoh. Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (ay.
27). Orang yang terus memendam kegeraman dan amarah
yang berdosa membiarkan Iblis masuk ke dalam hati mereka,
dan membiarkannya mengambil keuntungan atas diri mereka,
sampai ia membawa mereka pada kebencian, rancangan-ran-
cangan jahat, dst. Dan janganlah beri kesempatan kepada
pemfitnah atau pendakwa palsu (begitulah sebagian orang
membaca ayat itu). Maksudnya, janganlah pasang telinga
kepada para pembisik, penggunjing, dan pemfitnah.
3. Di sini kita diperingatkan terhadap dosa mencuri, yaitu pe-
langgaran terhadap perintah kedelapan, dan dinasihati supaya
bekerja dengan jujur dan beramal: Orang yang mencuri, ja-
nganlah ia mencuri lagi (ay. 28). Ini merupakan peringatan ter-
hadap segala macam perbuatan salah, yang dilakukan dengan
kekerasan ataupun penipuan. Hendaklah kamu yang saat
masih dalam keadaan tidak mengenal Allah, bersalah atas ke-
jahatan besar ini, tidak lagi melakukannya. namun kita tidak
hanya harus berjaga-jaga terhadap dosa, melainkan juga de-
ngan kesadaran hati nurani harus banyak-banyak melakukan
kewajiban yang berlawanan dengan itu. Bukan hanya tidak
mencuri, namun baiklah ia bekerja keras dan melakukan peker-
jaan yang baik dengan tangannya sendiri. Kemalasan mem-
buat orang menjadi pencuri. Begitulah menurut Krisostomus
(uskup Konstantinopel, abad keempat pen.), To gar kleptein
argias estin Mencuri adalah akibat dari kemalasan. Orang
yang tidak mau bekerja, dan malu meminta-minta, membuka
diri lebar-lebar pada godaan-godaan untuk mencuri. Oleh
sebab itu, orang harus tekun dan rajin, bukan dengan cara
yang terlarang, melainkan dalam panggilan hidup yang jujur.
202
Melakukan pekerjaan yang baik. Bekerja, dengan cara yang
jujur, akan menjauhkan orang dari godaan untuk berbuat
salah. namun ada alasan lain mengapa orang harus rajin, yaitu
supaya mereka mampu berbuat suatu kebaikan, dan juga
supaya mereka terhindar dari godaan: Supaya ia dapat mem-
bagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Mereka
harus berusaha bukan hanya supaya mereka sendiri hidup,
dan hidup dengan jujur, melainkan juga supaya mereka bisa
membagikan sesuatu untuk menutupi orang yang berkeku-
rangan. Amatilah, bahkan orang yang mendapat penghasilan
dari pekerjaan mereka harus beramal dari sedikit yang mereka
punya kepada orang-orang yang tidak bisa bekerja. Begitu
penting dan tetap berlakunya kewajiban beramal kepada kaum
miskin ini sehingga bahkan para pekerja dan hamba pun, dan
mereka yang hanya mempunyai sedikit, harus menyumbang-
kan sedikit harta mereka itu ke dalam perbendaharaan. Allah
harus mendapat apa yang layak didapat-Nya, dan kaum mis-
kin adalah pihak penerima untuk Dia. Cermatilah lebih jauh,
amal yang akan mendapat perkenanan Allah bukanlah hasil
dari ketidakbenaran dan perampasan, melainkan dari kejujur-
an dan ketekunan. Allah membenci perampasan dan kecurang-
an.
4. Di sini kita diperingatkan terhadap perkataan kotor, dan di-
bimbing kepada perkataan yang berguna dan membangun (ay.
29). Perkataan atau pembicaraan yang kotor dan najis itu
beracun dan menular, seperti daging yang tengik dan busuk.
Perkataan seperti itu timbul dari, dan banyak membuktikan,
kebobrokan dalam hati pembicaranya, dan cenderung meru-
sakkan pikiran dan perilaku orang lain yang mendengarnya.
Oleh sebab itu, orang-orang Kristen harus waspada terhadap
segala macam pembicaraan seperti itu. Secara umum, perkata-
an seperti itu bisa dipahami sebagai semua hal yang menyulut
hawa nafsu dan amarah orang lain. Ki