Tampilkan postingan dengan label muhammad dan islam 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label muhammad dan islam 6. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

muhammad dan islam 6


 n ini dan membunuh komandan mereka (sekitar 

tahun 22/642). Yadzdegird lari ke Khurasan di timur laut Iran dan bebe￾rapa tahun kemudian sejarah Sassania yang sangat terkenal itu berakhir 

dengan sangat memalukan, ketika dia dibunuh oleh seorang bandit. Se￾lanjutnya resistensi terhadap ekspansi Umat Beriman di dataran tinggi 

Iran bersifat lokal dan sporadis; negeri Sassania secara efektif hancur. 

Kamp Militer baru-yang segera menjadi kota-Basra memerankan 

peran penting dalam penaklukan Dataran Tinggi Iran. Operasi yang 

awal telah menyeberang Teluk Persia menuju Iran Barat dari Arab Ti￾mur ("Bahrayn" dalam beberapa sumber) dan menguasai provinsi Fars, 

namun, dari Basra di lrak bagian selatanlah operasi utama ke wilayah 

Dataran Tinggi Iran tersebut dimulai. Hasilnya, dalam beberapa tahun 

sejumlah besar wilayah Iran diatur oleh Gubernur Basra. Dalam bebe￾rapa tahun sejak didirikan, pasukan dari Basra menekan lebih jauh ke 

wilayah Zagros pusat, menguasai kota-kota kunci-lsfahan, Qashan, Qom, dan Qazwin. Dari basis ini di Iran bagian barat, tentara Basra 

pada tahun-tahun berikutnya melakukan operasi ke Iran Timur. Bebe￾rapa pasukan bergerak menuju bagian timur melalui Rayy (sekarang ada 

di selatan Tehran) ke Qumis, di wilayah Gorgan, dan Nishapur (pada 

awal tahun 30-an/650-an) di timur laut Iran. Operasi lain dijalankan 

dari Isfahan sebelah timur menuju Yazd dan akhirnya ke Iran Timur 

dan Afghanistan. Herat dikalahkan sekitar tahun 30/650-651, dan dari 

sana masuk ke Khurasan dari selatan (mengalahkan Marv, Sarakh, dan 

Tus) dan bergerak ke bagian timur dekat Sungai Oxus, di pinggiran pa￾dang rumput Asia T engah. Banyak dari operasi ini dipimpin oleh, atau 

dikirim oleh, 'Abdullah lbn 'Amir, Gubemur Basra amir al-mu'minin 

ketiga, 'Urhman. 

Sementara itu serangkaian operasi lain dari Basra menguasai kota￾kota utama dari Iran Selatan selama kekuasaan 'Uthman-termasuk 

Kazerun, lstakhr, Darabgird, dan Bam. Ekspedisi selanjutnya bergerak 

menuju wilayah timur ke Sijisttan yang bergunung-gunung [Sistan], 

yang memulai perjuangan panjang melawan pemimpin lokal Zabulistan 

(dari awal tahun 30-an/650-an dan seterusnya). Operasi bahkan juga 

dikirim ke Markan yang tidak berpenduduk di wilayah pantai selatan 

Iran. Ketika itu amir al-mu'minin 'Uthman terbunuh, yaitu pada 35/656, 

dan mayoritas Dataran Tinggi Iran ada di bawah kontrol politik gerakan 

Umat Beriman-yaitu, kebanyakan kota dan wilayah-wilayah pedesa￾an telah tunduk dan takluk dan setuju membayar pajak ke agen-agen 

Madinah. Hanya T abaristan yang bergunung-gunung di sebelah utara, 

selatan Laut Caspia, dan bagian selatan Iran yang berbatu-batu yang 

masih merdeka. Namun, harus diakui bahwa di kebanyakan wilayah 

dan kora-kota, khususnya yang jauh dari kota-kota gamisun kunci, 

kontrol ini hanya bersifat nominal/tidak terlalu penting. Sejumlah ke￾cil Umat Beriman Arab jarang kelihatan di berbagai bagian Dataran 

Tinggi Iran; pajak (lebih baik disebut sebagai iuran tidak wajib) terus 

dipungut terutama oleh kelompok Iran lokal tertentu (dihqans) yang 

hanya mengubah keraatannya dari raja agung Sassania, di Ctesiphon yang jauh, kepada amir al-mu'minin dari negara baru yang berbasis di 

Arab yang muncul sebagai gerakan Umat Beriman. Perubahan identitas 

agama tampaknya tidak diperlukan bagi mereka dalam melakukan ini; 

sampai satu setengah abad kemudian, satu eeks Kristiani menjelaskan 

tentang koleksi pajak orang-orang Muslim (kecuali di area yang berbe￾da, Mesopotamia sebelah utara) menyebutkan bahwa kolektor pajak itu 

adalah seorang Zoroaster. 

Mesopotamia bagian utara (jazirah) dan Armenia sampai ke uta￾ra ditaklukkan pada masa amir aL-mu'minin 'Umar (memerintah pada 

13-23/634-644) dan 'Uthman (yang memerintah pada 23-35/644-656) 

oleh pasukan yang datang dari Syria dan lrak. Mosul dan kota-kota lain 

di dekat Efrat benar-benar ditaklukkan oleh pasukan dari Kufa pada 

masa 'Umar, dan sampai akhir abad ketujuh, Mosul masih di bawah 

administrasi Kufa, bukan sebagai provinsi yang independen dengan 

gubemurnya sendiri, sekalipun ia menjadi gamisun militer penting 

bagi rezim yang baru itu. Tetapi mayoritas ekspansi negara ke utara, 

dilakukan oleh para tentara yang dikirim dari Syria. Yang terpenting 

pada front ini adalah usaha 'lyad lbn Ghanm, yang melakukan operasi 

di Mesopotamia pada masa 'Umar, dan usaha Habib lbn Maslama al￾Fihri, yang menyerang Armenia pada masa 'Uthman, masuk sampai 

sejauh Erzurum dan Dvin (dekat Yerevan modern). Namun, populasi 

Armenia maupun penguasa Byzantium (yang dirinya juga merupakan 

keturunan Armenia) tidak siap untuk memberikan provinsi ini, dan un￾tuk beberapa dekade masih maju mundur, hingga akhirnya resistensinya 

terjawab oleh usaha-usaha gerakan Umat Beriman menaklukkan wila￾yah tersebut. Pola pertahanan yang seperti ini, on dan off dalam perang 

juga menjadi norma sampai ke barat, sepanjang chughur atau perbatasan 

antara teritori Umat Beriman dengan penguasa Byzantium di Anatolia 

Selatan. Di sana amir al-mu'minin melancarkan operasi tahunan musim 

panas (disebut dengan sa'ifa) melawan wilayah Byzantium, dengan gar￾nisun utamanya ada di Hims sebagai titik pertahanan pinggir dan pos 

garis tengah sebagaimana Massisa dan Tarsus sebagai katalis bagi invasi tahunan ke urara. Akhirnya, basis-basis ini menjadi titik rolak operasi 

yang bertujuan menaklukkan Constantinople sendiri (674-678 dan 

717-718). 

Sementara itu, Umat Beriman yang telah menguasai Palestina dan 

wilayah tersisa dari Syria mulai mendesak ke bagian barat menuju Mesir 

dan, dari sana, menuju Afrika Utara. Tahap pertama adalah penduduk￾an Mesir, provinsi terkaya dari kekuasaan Byzantium dan sumber kunci 

gandum bagi ibu kota Byzantium di Constantinople. Dipimpin oleh 

Jenderal 'Amr lbn al-'As, yang terbukti sangat familier dengan Mesir 

dari pengalaman perdagangannya sebelumnya, pasukan dari Syria ini 

masuk ke Mesir pada 639. Laporan mengenai apa yang terjadi di Mesir 

membingungkan; beberapa mengaitkan dengan kekalahan militer pa￾sukan Byzantium, sementara yang lain bercerita mengenai serangkaian 

negosiasi dengan Cyrus, patriach ortodoks Alexandria (yang kadang 

disebut, dengan alasan yang tidak jelas, "al-Muqawqis"). Ketegangan 

antara patriach ortodoks dan hierarki dan populasi Coptik, yang mo￾nophysit, mungkin merupakan salah satu faktor. Yang jelas, pada 642 

Umat Beriman telah menguasai sebagian besar negeri dan mengepung 

Alexandria dan diperbolehkan masuk kota secara damai. Orang-orang 

Byzantium mengirim pasukan laut yang, dengan banruan populasi lokal, 

secara singkat menguasai kembali Alexandria pada 645--646, tetapi res￾torasi mereka segera berbalik. 

Sekalipun Byzantium selalu membuat ibu kotanya di Mesir di kota 

Alexandria, 'Amr membangun gamisun utamanya di Fustat, di de￾kat monopoli Byzantium terhadap Babylon sebelumnya di Sungai Nil 

(di bagian selatan Kairo modern). Fustat menjadi pusat utama Umat 

Beriman dan tempat pemerintahan di Mesir dan sebagai basis, tem￾pat di mana unruk beberapa dekade yang akan datang, 'Amr dan para 

penggantinya sebagai Gubernur Mesir, 'Abdullah lbn Abi Sarh, akan 

melancarkan serangan dan operasi untuk menaklukkan wilayah barat. 

Pertama mereka melakukan operasi di Lybia, menundukkan Barca dan 

kota-kota lain di Cyrenaica. Sampai dekade selanjutnya serangan acak dilancarkan melawan provinsi Byzantium yang ada di Afrika (ifriqiya, 

sebagaimana dikenal dalam bahasa Arab)-Tunisia Modem-terapi 

ororitas permanennya baru dibangun di sana pada 660-an, setelah sele￾sai perang sipil pertama. 

Pada 23/644, amir al-mu'minin 'Umar terbunuh di Madinah-diru￾suk oleh seorang budak yang marah. Di tempat tidur sebelum wafatnya, 

beliau menunjuk enam figur terkenal dari Quraysh sebagai semacam 

komite seleksi, atau shura, dan menginstruksikan mereka untuk memilih 

salah saru dari keenam figur tersebut untuk menjadi amir alrmu'minin 

berikutnya. (Yang menarik, beliau mengeluarkan Anshar dari kelom￾pok tersebut). Keenam figur rersebut semuanya merupakan pendukung 

Nabi Muhammad, semuanya rerhubungan dengan beliau karena adanya 

hubungan keluarga, atau hubungan perkawinan, atau keduanya, dan 

semuanya dipercaya :sebagai kandidat untuk kepemimpinan gerakan 

Umat Beriman. Di anrara mereka adalah keponakan Nabi Muhammad 

'Ali lbn Abi Talib, yang telah menikahi purri Nabi, Fatimah, dan 'Ut￾hman yang kaya raya, pengikut yang mula-mula dari suku yang sangat 

kuat Bani Umayya yang kepadanya, sebagaimana telah kita lihat, Nabi 

Muhammad juga memberikan dua putrinya, secara berturut-turut, un￾tuk dinikahi. 

Setelah beberapa hari melakukan pertimbangan, shura secara umum 

memilih 'Uthman sebagai amir al-mu'minin ketiga (yang memerintah 

pada 23-35/644-656); dia melanjutkan apa yang relah dilakukan 'Umar 

dalam supervisinya untuk ekspansi Umat Beriman, dan banyak penak￾lukan terjadi di bawah pengawasannya di Afrika Utara, Iran Timur, 

Armenia, dan di bagiian utara. Akan tetapi, sampai pada akhir peme￾rintahannya selama dua betas tahun, beliau banyak dikritik oleh Umat 

Beriman, dan beliau terbunuh pada 35/656. Saya akan mendiskusikan 

peristiwa ini, dan isu-isu yang ada, pada bah berikutnya. Konsolidasi dan lnstitusi-Institusi 

pada Masa Ekspansi Awai 

Ekspansi komunitas awal Umat Beriman keluar Arab bagian barat 

melampaui wilayah-wilayah Mesir dan Afrika Utara sampai ke Iran Ti￾mur dan Asia T engah pada awal tahun 30 an/650 an melibatkan lebih 

dari sekadar operasi militer saja. Bala tentara yang dikirim oleh para 

komandan Umat Beriman hanyalah representasi dari jumlah terbatas 

orang-orang terkenal dalam ekspansi komunitas; begitu Umat Beriman 

membangun kontrol mereka terhadap wilayah tersebut, baik melalui 

operasi militer ataupun melalui persuasi dengan para pemimpin lokal 

untuk bergabung dengan mereka, pasukan militer itu terus bergerak, 

walaupun jika berbasis di sana, tetapi paling tidak juga aktif di mana￾mana. Selanjutnya banyak proses interaksi antara kelompok kecil Umat 

Beriman Arab yang baru datang tersebut dengan populasi lokal yang 

lebih besar yang kini berada di bawah pemerintahan mereka. Sayang￾nya, sumber-sumber tradisional, yang memberikan informasi penuh 

( terkadang sating benentangan) mengenai ekspansi itu sendiri, kurang 

membantu dalam proses transformasi sosial yang kompleks ini yang, ter￾utama menghasilkan munculnya masyarakac Islam baru di Timur Dekat 

secara bertahap. 

Sebagaimana diketahui, Umat Beriman yang berasal usu! Arab yang 

penama kali cinggal di dekat negeri-negeri tersebut muncul di dalam 

sumber-sumber non-Muslim awal dalam beberapa label. Terkadang me￾reka dirujuk dengan kata-kata yang secara umum dipakai uncuk mem￾berikan label atau nama kepada orang-orang nomadik, sepeni kata-kata 

Yunani Sarakenoi (satu etimologi yang tidak pasti, yang diinggriskan 

menjadi "Saracen") atau dalam bahasa Syria tayyaye ('Badui, nomad'). 

Tetapi di tempat lain mereka disebut, dalam bahasa Yunani, agarenoi 

atau magaritai, atau dalam bahasa Syria, mhaggraye---dalam kedua kasus, 

kata-kata yang berasal dari bahasa Arab muhajirun, yang kemudian, 

menjadi satu istilah Umat Beriman yang datang ke wilayah tersebutyang menggunakan isrilah iru sendiri. Dalam bab sebelumnya, kira re￾lah mendiskusikan konsep hijra, yang mempunyai konotasi "emigrasi'', 

"bergabung (atau minta perlindungan dengan) komunitas yang saleh", 

"berjuang atas nama iman", dan "mengadopsi kehidupan yang tetap 

(yaitu non nomadik)". Kenyaraan bahwa orang-orang Arab baru yang 

bermukim itu menyebur diri mereka sebagai muhajirun, menunjukkan 

bahwa nilai ini menjadi bagian dari etos pemukiman baru ini. 

Kita bisa berasumsi-<lan, sebagaimana celah kira lihar, ada bukti￾bukti yang mendukung asumsi ini-bahwa beberapa orang lokal celah 

bergabung, atau masuk dalam gerakan Umat Beriman sejak awal mulai 

dan berpartisipasi di dalam membangun tata aturan baru. Tata aturan 

baru arau pemerinrahan baru ini menunrur keraaran polirik kepada amir 

al-mu'minin atau represematifnya-yaitu komandan lokal arau guber￾nur-<lan pembayaran pajak kepada rezim yang baru. Namun, perhatian 

utama dari pemerintah baru ini adalah pada ketaatan terhadap hukum 

Tuhan (baik dalam benruk perinrah-perinrah dari al-Qur'an, arau, bagi 

Kristiani dan Yahudi, dalam bentuk hukum-hukum agama Kristiani dan 

Yahudi). Dalam hal ini, Umat Beriman tahu, sangat diperlukan untuk 

memastikan keselamatan mereka ketika Hari Pengadilan datang. Per￾hatian besar terhadap pelaksanaan secara ketat hukum Tuhan ini men￾jelaskan mengapa hanya karena tuduhan saja, bahwa Gubernur 'Uthba 

lbn Ghazwan telah melakukan zina, sudah cukup menjadi garansi 

penurunannya. T erlibat di dalam tingkah laku yang semacam itu, me￾langgar ajaran al-Qur'an secara jelas (misalnya Q. 24: 2-3), bukanlah 

merupakan persoalan personal dari moralitas seseorang; akan tetapi hal 

itu merupakan ancaman umum terhadap ciri rezim baru Umat Beriman 

yang ingin ditegakkan. 

Umat Beriman membangun sejumlah institusi yang khas yang men￾jadi instrumen dalam membangun pemerintahannya, dan tata aturan 

sosial yang ada bersamanya, di atas landasan yang kuat dan permanen. 

lnstitusi paling pen ting dari semua institusi itu adalah amir al-mu' minin 

atau "Panglima/Jenderal Umat Beriman". Penciptaan institusi ini se-cara efektif menginstitusionalkan pandangan bahwa seluruh komuni￾tas Umat Beriman secara politis harus bersatu, dan karenanya harus 

mempunyai seorang pemimpin. Namun, perlu menjadi pertimbangan 

juga mengenai sejauh mana kontrol tersebuc dapac dilakukan oleh para 

panglima tersebut. Sumber-sumber tradisional jelas melebih-lebihkan 

hal ini; mereka bukan hanya menggambarkan atau menyebut amir al￾mu'minin sebagai bertanggung jawab uncuk pelepasan sejumlah pasu￾kan tentara di bawah berbagai komandan, akan tetapi kadang-kadang 

sumber tersebut menyebutkan bahwa secara jelas semua keputusan dari 

komandan tersebut yang dibuat di lapangan, sekalipun dalam masalah 

taktis, seperti bagaimana menangani koca-koca yang dikepung, harus 

dirujuk kembali kepada amir al-mu'minin untuk disetujui atau dikonsul￾tasikan. Karena kondisi komunikasi ketika itu, supervisi yang mendetail 

seperti ini oleh amir al-mu'minin tidaklah masuk akal. Di sisi lain, kita 

benar-benar yakin bahwa gerakan ekspansi ini mempunyai misi utama, 

atau bahwa pergantian amir al-mu'minin memang memformulasikan 

kebijakan dan membuat keputusan yang mempunyai kepentingan stra￾tegis, bahkan jika persoalan takcis diserahkan sebagai otonomi pangli￾manya di lapangan. Kenyacaan bahwa amir al-mu'minin kadang-kadang 

melakukan koordinasi mengenai aktivitas pasukan militer di berbagai 

front, menunjukkan bahwa bahkan fase ekspansi militer yang mula￾mula dilakukan untuk merealisasikan satu tujuan tertentu. Jauh lebih 

penting lagi, sebagai ukuran sejauh mana kontrol pusat dilakukan oleh 

amir al-mu'minin adalah kenyataan bahwa mereka melakukan rocasi 

acau penggantian jenderal dan juga gubernur-gubernur provinsi, secara 

reguler. Tambahan lagi, para jenderal dan gubemur yang diberhentikan 

dari jabatannya hampir selalu turun tanpa resistensi. Sumber-sumber 

tradisional memberi kita daftar reguler mengenai jenderal-jenderal atau 

gubernur-gubernur yang bertanggung jawab atas berbagai provinsi ta￾hun per tahun, dan penunjukkan semacam itu biasanya dikonfirmasi 

oleh bukti koin yang membuktikan dengan jelas bahwa gubemur ter￾tentu itu menjabat pada waktu tertentu. Seorang penulis sejarah yangsedikit koncemporer, Sebeos, juga menjelaskan bahwa para gubernur 

berkonsulcasi dengan amir al-mu'minin di Madinah untuk suacu persoal￾an kebijakan penting. Semua ini dibangun tanpa ragu bahwa beberapa 

unit sentralisasi otoritas dan hierarki komando memang ada di dalam 

rezim baru Umat Beriman, bahkan pada awal-awal cahun. 

lnstitusi lain yang juga sangat penting adalah tencara yang kuat, 

yang muncul percama pada masa Perang Ridda. Berkaitan erat dengan 

tentara-bahkan, dalam beberapa ha! berkaitan dengan status profe￾sional tencara yang semakin meningkac-adalah institusi yang disebut 

dengan diwan. Diwan awalnya diciptakan di bawah amir al-mu'minin 

'Umar sebagai dafcar yang mencatat para Umat Beriman yang berhak 

menerima pembagian kekayaan atau penerimaan pajak yang mulai 

berjalan di Madinah. Para penerima, awalnya termasuk mereka yang 

bukan di dalam tentara (terutama janda-janda Nabi Muhammad). teta￾pi kebanyakan yang ada di dalam diwan peringkat pertama adalah para 

tentara, yang berhak atas alokasi pembayaran reguler-levelnya tergan￾tung pada seberapa awal mereka bergabung. Seiring dengan berjalannya 

waktu, diwan menjadi ekslusif sebagai dahar gaji militer; akhimya, kata 

diwan dicerapkan pada cabang lain sistem birokrasi yang baru lahir, yang 

berarci "departemen pemerintah"; oleh karenanya kica mulai melihat 

referensi mengenai arsip umum/int.emational relations (diwan rasa'il) clan 

administrasi pajak tanah (diwan al-kharaj). Amir al-mu'minin juga mem￾bangun beberapa hal yang disebut dengan barid, atau sistem kurir resmi, 

yang lewat lembaga ini mereka menerima laporan dari para gubernur 

clan pengintai di lapangan. 

Berkaitan erat dengan munculnya tentara, yaitu institusi seperti pe￾mukiman khusus bagi Umat Beriman yang dibangun untuk mereka sen￾diri, sering kali di sebelah (atau kadang, di dalam) koca-koca yang ada. 

Pemukiman ini terkadang disebut dengan bahasa Arab amsar (mufrod￾nya misr). biasanya diartikan sebagai "kota-kota gamisun". Terjemahan 

ini hanya benar sebagian saja; kata misr memang campaknya berasal dari 

kata Arab Selacan kuno yang berarti "pasukan ekspedisi", clan amsar adalah pasukan ekspedisi Umac Beriman di luar Arab di mana mereka 

percama kali tinggal dalam kamp. Namun, sekalipun mereka mungkin 

mulai sebagai garnisun, amsar menjadi lebih dari sekadar itu. Amsar 

segera dipenuhi, bukan hanya oleh para cencara, cetapi juga keluarga 

centara, dengan Umat Beriman lain dari Arab yang bukan tencara, dan 

mungkin juga orang-orang lokal yang bergabung dengan gerakan Umat 

Beriman. Secara fundamencal pemukiman baru ini, yang cerpisah dari 

koca, merupakan ekspresi dari perhacian Umac Beriman akan kehi￾dupan saleh dan benar-saru perhatian yang membawa mereka uncuk 

melakukan isolasi diri dari masyarakat sekitar yang, sekalipun monoteis, 

akan tetapi tidak cukup kecat dalam menjaga tingkah laku mereka, atau 

dalam melaksanakan ibadah keagamaan untuk disebuc sebagai Umac 

Beriman yang benar. lsolasi yang dipaksakan ini dapat membantu men￾jelaskan mengapa sejumlah kecil Umat Beriman Arab yang berpegang 

teguh pada ajaran al-Qur'an tidak musnah dengan adanya akulturasi ke 

dalam populasi lokal yang lebih luas. 

Beberapa amsar tumbuh menjadi koca-koca besar dan akhimya men￾jadi pusat tempat kebudayaan Islam baru dikenal dan dari sana tersebar 

ke wilayah sekitar-suatu perkembangan yang hanya terjadi beberapa 

dekade setelah mereka bermukim. Sumber-sumber tradisional misalnya 

menyinggung terbentuknya beberapa amsar---di lrak, Kufa (dekat Hira) 

dan Basra (dekat Ubulla), dan di Mesir Fustat ("Kairo Kuno"). Aneh￾nya, kica cidak mempunyai referensi uncuk pemukiman baru seperci 

yang ada di dekat Damaskus, Hims, Jerusalem, atau kota-kota lain di 

Syria, yang menunjukkan bahwa Umat Beriman mungkin bercempat 

tinggal di dalam tempat tingga yang ada di kota-kota ini, yang mung￾kin sebagian celah dihindari atau ditinggalkan oleh penghuni Krisci￾aninya. Di sisi lain, bukti arkeologis cerbaik dari pemukiman tersebut 

datang dari Syria Selatan-peninggalan yang digali dari Ayla (di zaman 

modern Aqaba, Yordania), diperkirakan tertanggal pada masa amir al￾mu'minin ketiga, 'Uthman (yang memerintah pada 23-35/644-656) dan 

yang jelasnya berada di pintu gerbang kota Romawi-Byzantium, Aelana. Reruntuhan Ayla membuka kenyataan bahwa pemukiman-pemukiman 

tersebut dengan sangat hati-hati didirikan menurut rencana ortho￾gonal, tidak merusak kamp-kamp atau shantytowns (pemukiman yang 

mempunyai bangunan kecil yang dibuat, biasanya, tanpa fondasi). Ayla 

mempunyai rancangan segi empat dengan empac pintu pagar satu di 

tengah-tengah masing-masing dinding, dan menara-menara yang di· 

bangun dilecakkan secara reguler bersama-sama dengan tembok luar, 

juga rancangan jalan yang siscematis-satu desain yang diadaptasi dari 

kamp-kamp yang dibangun orang-orang Romawi Byzantium di Levant. 

Suatu deskripsi mengenai layout misr mula-mula yang ditemukan di 

dalam sumber-sumber cradisional kica-yang menjelaskan mengenai 

pemukiman Kufa-berbicara mengenai penempatan secara reguler ja￾lan-jalan seputar ten.gah segi empat tersebut, dengan suku tertentu 

dilokasikan pada lokasi tertentu dengan jalan (sesuatu yang kita tidak 

bisa kecahui dari reruntuhan arkeologis Ayla). Namun, kelihatan bah￾wa rancangan asli Kufa telah terlalu dipenuhi oleh masuknya Umac 

Beriman dalam jumlah besar yang datang dari Arab pada tahun setelah 

penaklukan lrak, dengan demikian rancangan asli kota tersebut harus 

dimodifikasi beberapa kali. 

Bahasa yang digunakan dalam pemukiman baru ini adalah bahasa 

Arab, di mana pun mereka berlokasi. Bahasa Arab, tentu saja, merupa￾kan bahasa asli Umac Beriman Arab, baik tentara maupun bukan, yang 

beremigrasi ke Fertile Crescent; bahasa Arab juga merupakan bahasa 

al-Qur'an dan bahasa ketika shalat jemaah dilaksanakan. Lebih jauh 

lagi, beberapa Umat Beriman lokal mungkin berbicara bahasa Arab 

juga; karena bahasa Arab celah tersebar beberapa abad sebelum Islam 

dari pinggiran padang pasir sampai ke wilayah pertanian yang ada di 

Syria Selatan dan lraik Selatan, bahkan sampai ke Padang Pasir Mesir 

Selatan. Tentu saja, kebanyakan amsar berlokasi di area yang berbahasa 

lain; beberapa populasi negeri di Syria dan lrak berbicara dalam bahasa 

Aramaic; mayoritas populasi sekitar Fuscat di Mesir berbicara Cop￾tic; dan di kota-kota Syria, di mana Umat Beriman telah menduduki kota-kota yang ditinggalkan (seperti di Damaskus atau Hims) dari pada 

membangun pemukiman baru (sebagaimana di Ayla), beberapa populasi 

kota berbicara bahasa Yunani. Di Dataran Tinggi Iran, pos-pos awal se￾perti lstakhr ( utara Shiraz) atau Marv adalah pulau-pulau yang berbaha￾sa Arab di tempat di mana orang-orang berbicara bahasa Iran yang ber￾aneka. lsolasi bahasa dari pemukiman Umat Beriman yang mula-mula, 

sebagaimana juga keterpisahan moral dan kesalehan mereka, membantu 

Umat Beriman untuk mempertahankan perasaan keberbedaan mereka 

clan menghindari akulturasi pada dekade sebelum mereka mengembang￾kan rasa keterpisahan sama sekali antara mereka sendiri sebagai penga￾kuan agama monoteistik yang terpisah sebagai Muslim clan selanjutnya 

membantu perkembangan budaya Islam yang baru yang kendaraan ba￾hasanya adalah Arab. 

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian rezim Umat Beriman di 

tempat-tempat yang baru saja ditaklukkan. Mereka tentu saja berusaha 

mempertahankan tata aturan publik, baik di pemukiman itu sendiri ma￾upun di sekitamya, paling tidak bukan hanya karena koleksi pajak ter￾gantung pada hal itu. Pemukiman atau koloni-koloni baru Umat Beri￾man ini dipimpin oleh seorang gubemur yang bertanggung jawab secara 

langsung kepada amir al-mu'minin. Awalnya, para gubemur merupakan 

komandan yang sama dengan yang membawa pasukan militer Umat 

Beriman di wilayah tersebut, sehingga pemerintahan dari pemukiman 

tersebut sangat bemuansa militer. Dengan berjalannya waktu, minat gu￾bemur menjadi kurang bersifat militer secara ketat; sebagai tambahan, 

gubemur juga mempunyai perhatian sendiri pada pengumpulan pajak, 

dengan menjaga tata aturan sosial sesuai dengan hukum Tuhan, dan 

dengan memberikan keadilan dalam komunitas. Awalnya, beberapa 

fungsi ini diberikan kepada berbagai individu, dengan seorang gubemur 

militer (amir, "komandan") sekaligus sebagai gubemur keuangan atau 

agen pajak ('amil). Di dalam amsar yang baru, para gubemur menjalan￾kan keadilan (papirus Mesir menunjukkan para gubemur melakukan 

hal ini); menekankan tingkah laku yang saleh dan pantas, termasuk dis-rribusi upah yang dibayarkan unruk pada serdadu dan penerima lainnya, 

dan mengorganisasi serta mengirim hasil pajak, yang dibagikan dengan 

Madinah. Dalam kasus di mana pemukiman merupakan basis operasi 

milirer yang aktif di lapangan, gubemur juga berkewajiban mendistri￾busikan kekayaan yang dibawa oleh pasukan rersebur, rermasuk budak 

dan binatang temak, sebagaimana kekayaan-kekayaan lain, sebagai 

pembagian yang dipesan unruk amir al-mu'minin dan harus dikirim ke 

Madinah. Di dalam negeri, para gubernur mempunyai perhatian pada 

pengumpulan pajak, yang dapar dilaksanakan hanya jika distrik yang 

dapat ditarik pajak aman. Papirus dari Mesir menunjukkan bahwa per￾selisihan lokal terkadang dirujuk ke gubemur, tetapi di dalam berbagai 

kasus, ajudikasi berada di tangan bawahan seperti pimpinan lokal. 

Bukti-bukti menunjukkan bahwa selama awal dekade pemerintahan 

Umat Beriman, dalam negeri kebanyakan dibiarkan mengelola sendiri, 

di bawah arahan para pimpinan lokal kota atau kepala-kepala suku, 

yang mengorganisasi pembayaran pajak secara periodik kepada pengua￾sa. Ada beberapa referensi tidak jelas mengenai Umat Beriman (khusus￾unya para pemimpin besar Quraysh) yang menjadi kaya karena kontrol 

mereka atas distrik yang luas; hal ini kebanyakan merupakan daerah￾daerah yang ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya. Namun, tampaknya 

tidak banyak Umat Beriman Arab yang tinggal di tempat terbuka pada 

awal-awal tahun in.i-yang lebih mungkin, mereka yang telah mem￾peroleh kekayaan dari desa tetap terkluster di kora-kota atau kota-kota 

kecil dan semaca-mata memanen kekayaan dari apa yang mereka miliki 

sebagai tuan tanah yang tidak tinggal di sana. Tidak juga jelas sejauh 

mana populasi dan komunitas desa yang tetap tinggal di tempat selama 

rransisi ke penguasa Umat Beriman pada awal-awal rahun setelah per￾gantian penguasa. Beberapa sumber menyebutkan mengenai relokasi 

orang-orang tertentu ke tempat baru, biasanya untuk menduduki atau 

menempati kembali saru kota yang awalnya resisten dan secara paksa 

diraklukkan. Tripoli pada masa Libanon modem, misalnya, yang telah 

dikepung selama beberapa tahun karena melakukan resistensi secara keras, akhimya dievakuasi oleh kapal-kapal Byzantium, yang kemudian 

ditempatkan kembali bersama dengan umat Y ahudi---dari mana, tidak 

dijelaskan-oleh Gubemur Syria masa 'Uthman, yaitu Mu'awiyya. Hal 

ini dapat berarti bahwa orang-orang Yahudi dipandang loyal terhadap 

pemerintah-atau mungkin semata-mata merefleksikan ketidakinginan 

amir al-mu'minin bahwa orang-orang Kristiani menjadi populasi kembali 

di kota tempat orang-orang Byzantium telah diusir dengan sangat sulit. 

Kita telah membahas ekspansi Umat Beriman pada tahun setelah wafat 

Nabi Muhammad clan menjelaskan beberapa institusi dan inovasi yang 

dilakukan bersamaan dengan proses ini. Kita juga telah menjelaskan 

karakter ekspansi ini, dengan argumentasi bahwa penekanan sumber￾sumber pada dimensi militer dari ekspansi itu justru telah mengaburkan 

hakikat dari gerakan reformasi monoteistik yang orang-orang lokal 

hanya punya alasan kecil untuk resisten, karena secara doktriner bukan 

tidak dapat ditoleransi bagi mereka. Hal ini boleh jadi mengapa, dengan 

melihat rekaman arkeologis, kebanyakan penduduk lokal masuk ke 

dalam kekuasaan Umat Beriman dengan sedikit resistensi. Aksi militer 

yang harus dilakukan oleh Umat Beriman ketika itu, mungkin tujuan 

utamanya adalah untuk melawan gamisun clan centara kuat Byzantium 

clan Sassania. Kebanyakan sumber berbicara mengenai pemberontakan 

besar, pengepungan gamisun besar, clan beberapa operasi clan penum￾pahan darah pada masa transisi, akan tetapi, seberapa pun luasnya, 

ha! ini tampaknya se:gera berakhir; pengarang Kristiani Bar Penkaye, 

menulis pada 681 atau 682, bahwa masa Mu'awiyya (yang memerintah 

pada 41-60/661-680)-hampir dua puluh tahun setelah Umat Beriman 

berkuasa di Syria clan lrak-sebagai satu masa yang penuh dengan kea￾dilan, kedamaian, kesejahteraan, clan toleransi agama. 

Arsitek ekspansi ini-amir al-mu'minin yang mula-mula---dan Umat 

Beriman secara umum, tampak mempunyai tujuan membangun tata 

aturan baru dan saleh yang sesuai dengan hukum Tuhan, sebagaimana yang mereka pahami-khususnya dalam benruk Qur'anik. Keinginan 

mereka unruk membangun kerajaan yang saleh yang dibimbing Tuhan 

mungkin dapat dilihat sebagai satu pemberontakan melawan apa yang 

mereka pandang sebagai dosa menyeluruh kekaisaran Byzantium dan 

Sassania, yang terefleksi di dalam kepercayaan para pengikurnya, yang 

oleh Umat Beriman dipandang sebagai doktrin yang salah (seperti, 

dalam kasus Byzantium, ajaran mengenai Trinitas). Di sisi lain, ambisi 

Umat Beriman untuk membangun hukum Tuhan di seluruh dunia-de￾ngan penaklukan jika diperlukan-dapat dipandang sebagai kelanjutan 

dari, atau analog dengan, ideologi penaklukan dunia yang, sebagaimana 

kita lihat, merupakan bagian dari tradisi kekaisaran Byzantium dan Sas￾sania. 

T enru saja terda.pat juga insentif material yang sangat kuat selama 

ekspansi Umat Beriman; harapan memperoleh materi mungkin telah 

membuat orang ikut terjun dalam gerakan tersebut, dan keuntungan 

material tak diragukan lagi membantu mengeraskan keterikatan indivi￾du kepada gerakan tersebut. Akan tetapi faktor material ini tidak cukup 

dengan sendirinya untuk menjelaskan ekspansi tersebut. Satu ha!, in￾sentif material itu selalu ada, tetapi hanya menyumbang kepada gerakan 

ekspansi yang tiba-tiba ketika dirempatkan di dalam konteks ideologi 

yang terorganisasi yang ada di dalam gerakan Umat Beriman. Memang, 

insentif materi dalam ekspansi tak terhindarkan terikat dengan ide￾ologi yang ada di balik gerakan Umat Beriman itu, dengan demikian 

kedua dimensi itu sating komplementer dan bukan bertentangan. Umat 

Beriman termotivasi oleh komitmen agama akan tetapi juga melihat 

keuntungan material yang datang dengan ekspansi sebagai konsekuensi 

logis-atau konsekuensi yang diatur T uhan-dari kesusksesan mereka 

di dalam menciptakan tata aturan baru yang saleh. Dalam pandangan 

mereka, membanjimya kekayaan bersamaan dengan penaklukan dan 

ekspansi dipandang sebagai rahmat Tuhan kepada mereka karena telah 

mengikuti aturan-Nya. 

Ambisi Umat Beriman untuk menyebarkan firman T uhan seluas mungkin tampaknya merupakan hal yang sangat penting, terlihat de￾ngan keyakinan mereka bahwa Hari Pengadilan sudah dekat. Perasaan 

akan harapan apokaliptik ini---di mana, mungkin, mereka mengikuti 

kepemimpinan Nabi Muhammad sendiri-menjadikan persoalan men￾ciptakan tata aturan yang saleh menjadi penting, sehingga dengan 

demikian, ketika Hari Akhir datang, mereka terhitung di antara Umat 

Beriman yang akan masuk surga. Hal ini boleh jadi juga menjelaskan 

keinginan awal Umac Beriman untuk memperluas wilayahnya ke Je￾rusalem, di mana beberapa skenario apokaliptik menggambarkannya 

sebagai tempat akan berlangsungnya kejadian Hari Pengadilan. Mereka 

mungkin juga percaya bahwa amir aJ..mu'minin, sebagai pimpinan komu￾nitas ini yang mendedikasikan diri demi merealisasi firman Tuhan, akan 

memenuhi peranannya sebagai "penguasa terakhir" yang diharapkan, 

pada Hari Akhir itu, akan menyerahkan kekuasaan duniawi ini kepada 

Tuhan.



D

alam generasi setelah Nabi Muhammad saw. wafat pada 632 Mase￾hi (yaitu dari sekitar tahun 31/650 sampai 73/692), Umat Beriman 

secara internal terpecah akibat pertentangan pahit seputar masalah 

kepemimpinan. Perdebatan ini khususnya muncul di dalam dua peri￾ode pertentangan terbuka antara para pemimpin Arab Gerakan Umat 

Bedman, yang dapat kita sebut dengan Perang Sipil Pertama dan Ke￾dua (tahun 35-40/656-661 dan tahun 60-73/680-692, berturut-rurut). 

Karena kebanyakan tokoh kunci dalam peristiwa ini sebenarnya sating 

berhubungan satu sama lain, baik hubungan darah maupun hubungan 

pemikahan, Perang Sipil-khususnya yang Pertama-merupakan suatu 

perdebatan dalam keluarga yang sangat luas dan pahit. Hilangnya persa￾tuan yang termanifestasi dalam Perang Sipil merupakan peristiwa yang 

sangat menyakitkan bagi kaum Muslimin sampai sekarang. Bagi keba-nyakan orang zaman sekarang, adalah sesuatu hal yang sangat mempriha￾tinkan ketika para sahabat nabi yang telah bekerja saling bahu-membahu 

selama dua dekade--d.an dengan kesuksesan yang menonjol---dalam me￾nyebarkan firman Tuhan dan menegakkan hukum Tuhan di bumi, kini 

harus terpecah belah. T radisi akhir kaum Muslimin, yang menjelaskan 

kondisi yang memalukan ini, menyebut peristiwa ini sebagai fitan (tung￾gal, fitruih), satu kata dalam al-Qur'an yang berarti "godaan"---dalam hal 

ini, godaan untuk memperoleh suatu kekuasaan pribadi serta keuntungan 

duniawi dengan mengorbankan persoalan komunal dan spiritual. Tidak 

terlalu jelas kapan istillah ini penama digunakan, tetapi kemungkinan di￾mulai pada Perang Sipil Awai tersebut. 

Latar Belakang Perang Sipil Pertama 

Sebagaimana kita ketahui, pada saat Nabi wafat pada tahun 11/632, 

Umat Beriman di Madinah sepakat mengakui Abu Bakar sebagai 

pemimpin polirik mereka. Tindakan ini bukan saja menyelamatkan 

suksesi tetapi juga menginstitusionalisasi pandangan bahwa Umat Ber￾iman tetap harus satu, sebagai komunitas yang saru. Kita juga mencatat 

bahwa Abu Bakar digantikan oleh 'Umar lbn al-Khattab (memerintah 

tahun 13-23/634-6440) dan kemudian diganti oleh 'Uthman lbn 'Af￾fan (memerintah pada 23-35/644-656) dan bagaimana di bawah kepe￾mimpinan mereka ini gerakan ekspansi besar penama Gerakan Umat 

Beriman itu rerjadi. Hampir ridak diragukan lagi bahwa, para pemimpin 

pertama komunitas ini semuanya diakui oleh Umat Beriman, karena, 

ketika mereka dipilih, mereka semua merupakan wujud nyata dari nilai￾nilai utama yang memang didedikasikan Umat Beriman. Umat Beriman 

pada saat ini benar-benar masih satu rujuan dan pandangan, dan ketiga 

orang-orang yang terpilih untuk memimpin mereka itu sudah sangat 

dekat dengan Nabi sejak awal kariemya. Mereka yang memegang posisi 

kepemimpinan menerima gelar amir al-mu'minin, "Commander of Belie￾vers", saru gelar yang akan saya jelaskan lebih jauh sekarangSuksesi yang tampaknya lancar ini hendaknya cidak membuac kica 

berkesimpulan bahwa, persoalan kepemimpinan merupakan sesuacu 

yang sederhana, sek.alipun pada zaman icu. Sacu hal yang perlu diingat, 

bahwa al-Qur'an campak sama sekali cidak menaruh perhacian dengan 

persoalan kepemimpinan temporal ini. Al-Qur'an cidak memberikan 

secara eksplisit petunjuk apa pun mengenai bagaimana suksesi itu harus 

direncanakan, cidak pula menyebuckan syarat-syarac kepemimpinan 

umac. Tidak juga, campaknya, Nabi Muhammad secara jelas mendesa￾in seseorang untuk menggancikannya. Oleh karenanya hal itu bukan 

merupakan suacu persoalan yang langsung bagi Umat Beriman awal 

uncuk menencukan acau memucuskan apa arcinya kepemimpinan umac 

itu, apalagi siapa yang harus menjadi dan bagaimana seleksi harus 

dilakukan, dan bahkan sebenarnya masing-masing dari keciga amir a1-

mu'minin itu dipilih dengan cara yang berbeda. Sebagaimana kica lihat, 

Abu Bakr diaklamasi sebagai pemimpin pada saac percemuan yang meli￾backan banyak kaum Muhajirin dan Anshar. 'Umar dipilih sebagai peng￾gantinya oleh Abu Bakar pada saat beliau di tempat tidur sebelum wa￾fat. 'Umar sebelum wafatnya, mengajukan enam nama pemimpin umat 

dan menginscruksikan mereka uncuk bercemu sebagai suacu majelis 

(shura) dan sampai kepada satu kesepakacan di mana salah sacu dari me￾reka hacus menjadi penggantinya. (Untuk memberikan para panisipan 

dalam pertemuan tersebuc suacu insencif uncuk menghindari jalan bun￾cu, dia juga meninggalkan inscruksi bahwa jika mereka tidak mencapai 

kesepakacan dalam beberapa hari, maka yang berada dalam minoritas 

harus dibunuh.) Sej1umlah laporan juga menunjukkan bahwa mungkin 

beberapa orang menolak untuk mengakui salah sacu acau pemimpin 

atau lainnya dari pemimpin Umat Beriman yang baru itu secelah pemi￾lihan. Kebanyakan laporan tersebut melibackan keponakan dan anak 

menantu Nabi, 'Ali lbn Abi Talib, sekalipun tidak jelas berapa banyak 

dari mereka yang nantinya menjadi pendukung klaim sebagai kecurunan 

'Ali. Ada juga laporan yang meliback.an orang lain. 

Akan tetapi, kenyataan bahwa Abu Bakar, 'Umar, dan 'Uthman, masing-masing menerima dukungan luas dalam suksesi icu, memung￾kinkan kita uncuk mengambil beberapa kesimpulan mengenai apa yang 

secara umum menjadi perhatian Umat Beriman awal dalam memilih 

pemimpin mereka. Ketiganya merupakan sahabat dekat Nabi semasa 

hidup beliau, dan dedikasi mereka uncuk Gerakan Umac Beriman cidak 

diragukan. Sekalipun semuanya berasal dari kaum Quraysh dan merupa￾kan kaum Muhajirin Makkah (sebagaimana juga kebanyakan pengikuc 

Nabi yang awal), masing-masing berasal dari klan Quraysh yang ber￾beda, dan cak sacu pun yang berasal dari klan Nabi, yaicu Bani Hasyim. 

Oiterimanya mereka oleh umat awal secara luas menunjukkan bahwa 

Umat Beriman secara umum belum melihat kriteria geneologi atau garis 

kecurunan sempit, di luar keanggocaan Quraysh mereka, sebagai suatu 

fakcor yang menentukan dalam memilih pemimpin mereka-sangat 

berbeda dengan cradisi sosial Arab. Akan tetapi, hubungan dekat (per· 

sahabatan) dengan Nabi Muhammad clan reputasi kesalehan clan ting￾kah laku baik campaknya menjadi perhacian ucama mereka. 

Kurang lebih konsiscensi dukungan Umat Beriman kepada Abu 

Bakr, 'Umar, and, 'Uthman, selama cahun-tahun percama pemerincah￾annya, difasilicasi oleh kenyataan bahwa selama sekitar 20 tahun Umat 

Beriman menikmati kesuksesan duniawi yang luar biasa, yang mungkin 

di luar yang diimpikan setiap orang. Sebagaimana kica lihat, selama 

masa ini mereka mengalahkan musuh-musuh mereka di Arab clan mem￾perluas kehadiran mereka di wilayah-wilayah baru yang dengan cepac, 

pasci akan mendorong banyak orang uncuk mengacakan bahwa T uhan, 

memang berada di pihak mereka, clan bahwa cujuan mereka menegak￾kan cata aturan umum berdasarkan pada pemahaman mereka mengenai 

firman T uhan, sebenarnya sesuai dengan kehendak T uhan. Kesuksesan 

besar seperti icu, yang membawa bagi mereka sumber-sumber daya, 

tanah, clan budak-budak, kemungkinan memudahkan mereka untuk 

mengabaikan gangguan atau keluhan apa pun-apalagi untuk memikir￾kannya, yang dalam konceks sukses yang diberikan T uhan semacam itu, 

mungkin bukan hanya tidak penting tetapi juga nista. Namun, suasana tampak berubah selama kekuasaan 'Uchman. Keridakpuasan umar de￾ngan kepemimpinan 'Uchman menjadi semakin akut, dimulai sekitar 

tahun 30/650-51-yaitu, sekitar dua puluh tahun setelah Nabi wafat. 

Sejumlah faktor praktis dapat dikemukakan untuk menjelaskan ke￾regangan di antara Umar Beriman yang semakin meningkar ini. Sampai 

awal tahun 30-an/650-an, Umat Beriman harus meninggalkan amsar 

mereka untuk melakukan penyerbuan dan penaklukan, dan wilayah 

yang harus diserbu atau ditaklukkan adalah wilayah yang kurang ber￾kembang, kurang maju, dan oleh karenanya kurang kaya dalam warisan 

atau hal-hal yang berharga dibanding wilayah kaya Syria, lrak, dan 

Mesir yang telah ditaklukkan sebelumnya. Banyak juga para pendatang 

yang datang ke amsar sebagai muhajirin yang harus membagi uang saku 

di antara mereka. Ada beberapa indikasi bahwa para gubemur mencoba 

untuk menghapus uang saku sama sekali, clan tentu saja hal ini memba￾wa kepada suatu kondisi yang sangat tidak nyaman. 

Hal lain yang memprihatinkan adalah yang berkairan dengan dispo￾sisi penaklukan wilayah-wilayah. Tak lama setelah penaklukan, muncul 

penentangan antara para serdadu yang ikut dalam operasi penaklukan 

dengan amir al-mu'minin 'Umar mengenai isu ini. Para serdadu ingin 

bahwa semua wilayah rampasan perang itu dibagi untuk mereka, dan 

hanya seperlima seperti tradisi yang ada yang disisakan untuk amir aL￾mu'minin; mereka menunjuk kepada ayat al-Qur'an 8: 41, clan pada 

pembagian Nabi mengenai wilayah Khaibar sebagai jaminan untuk 

klaim mereka. 'Umar clan kemudian juga 'Uthman, di sisi lain, berargu￾mentasi bahwa wilayah rampasan/penaklukan yang penghuninya masih 

ada di sana-yang di kebanyakan distrik masih mayoritas-berbeda 

dengan harta rampasan perang biasa yang menjadi milik serdadu clan 

menjadi kekayaan kolektif seluruh masyarakat; para penghuni wilayah 

tersebut harus tetap berada di sana akan tetapi harus membayar pajak 

agar bermanfaat bagi semua Umat Beriman. Hanya tanah-tanah terla￾rang saja dalam pandangan mereka, yang menjadi kekayaan yang harus 

dibagi di antara para serdadu. Akan tetapi gambaran tersebut tidak jelas; beberapa cempat memperoleh kesepakaran ad hoc dengan penak￾luk-penakluknya, dan sumber-sumber memberikan berica yang sangat 

bertentangan clan meragukan mengenai bagaimana kepemilikan lahan 

clan pajak sebenarnya dikembangkan. 

TEKS AL-QUR'AN 8 (ANFAL): 41 

Ketahuilan bahwa apa pun yang kamu ambil sebagai harta keka￾yaan/rampasan, seperlimanya adalah untuk Allah clan rasul-Nya 

clan kerabat dekat clan yatim piatu clan orang miskin serta Ibn 

sabil ... "(istilah terakhir, biasanya dianikan sebagai "orang yang 

clalam perjalanan", di interpretasikan oleh beberapa sebagai Umat 

Beriman yang miskin atau muhajirun yang miskin. lmplikasinya 

adalah empat perlima yang ticlak diperuntukkan untuk Allah dan 

rasul-Nya-atau kemudian, bagi negara---ha rus jatuh ke penakluk 

sebagai harta kekayaan. ) 

Selain ketegangan mengenai pembagian wilayah, lebih jauh ada se￾macam ketidaksukaan di antara serdadu dalam penaklukan (clan dengan 

berjalannya waktu, anak-anak para serdadu tersebut), karena beberapa 

individu yang pun ya hubungan baik dari suku Quraysh, seperci T alha 

lbn 'Ubaydallah dan Zubayr lbn al-'Awwam, muncul sebagai pemilik 

lahan yang kaya raya. Tetapi, hat ini didapat dari hadiah yang diberi￾kan oleh khalifah atau karena berbagai transaksi real estate ( cermasuk 

berdagang untuk properti di Arab), dan bukan karena mereka ikut serta 

di dalam penaklukan. Salah satu gubernur 'Uthman di Irak, Sa'id lbn al 

-'As, membuat marah serdadu karena dalam khotbahnya menunjuk lrak 

sebagai "a garden for Quraysh"; arogansinya menghasilkan pemberoncak￾an arau pembelotan-yang dipimpin oleh seorang tokoh penaklukan di 

sana, Malik al-Ashtar al-Nakha'l-yang akhimya menyebabkan Sa'id 

dikeluarkan dari kota oleh orang-orang Kufans. 

Problem praktis lain yang dihadapi amir al-mu'minin, khususnya masa 'Uthman, adalah mengenai manajeman kekuasaan jarak jauh. 

Begitu wilayah yang dikontrol oleh Umat Beriman itu tumbuh, super￾visi oleh komandan militer jarak jauh, terhadap gubemur, subgubemur, 

para agen pajak, dan kadang kegoncangan amsar sendiri yang memiliki 

campuran populasi dari kalangan suku, menjadi semakin menancang. 

Lebih jauh lagi, hal ini terjadi pada saat inti Gerakan Umat Beriman 

yang berasal dari Makkah dan Madinah, sedang mengalami perubahan, 

dan begitu masa berlalu, semakin banyak Umac Beriman yang mengenal 

Nabi, wafat, dan banyak yang lainnya menjadi terlalu cua untuk akcif 

sebagai komandan militer atau gubernur. 'Uthman dan bawahan utama￾nya harus melihat kepada generasi yang lebih muda dari Umat Beriman 

uncuk memegang pos-pos pencing; akan cecapi kualifikasi dan komic￾men generasi muda Umat Beriman ini kurang jelas bagi orang-orang di 

sekitamya. Memang, salah satu tuntucan yang muncul melawan 'Ut￾hman adalah keterlibatan "generasi muda" dalam menduduki pos-pos 

pencing. 

Selain persoalan-persoalan praktis ini, mungkin ada faktor lain 

yang berkaitan dengan realitas sosial dan ekonomi yang menimbulkan 

ketegangan di antara Umat Beriman, hanya saja hal ini tidak banyak 

direkam. Hal ini boleh jadi cermasuk ketidaksetujuan sosial di ancara 

para kepala suku yang sekarang hidup dekat amsar. Kaum yang tinggal 

sebelumnya dari amsar itu, mereka sendiri telah disibukkan atau diban￾jiri dengan sejumlah gelombang imigran dari Arab, cermasuk petarung 

dan keluarga baru dari mereka yang sudah ada di sana. Juga adanya 

kompetisi di antara pemimpin individual maupun kelompok suku untuk 

mendapatkan pengaruh dari komandan lokal acau gubernur, perdebat￾an dalam persoalan pembayaran dan keuntungan yang dicerima (acau 

tuntutan pelayanan militer) untuk Negara, dan perdebatan-perdebatan 

yang muncul dari kepala-kepala suku mengenai akses yang berbeda ke￾pada aktivitas ekonomi pribadi, perdagangan, atau kerajinan. 

Yang juga sangac pencing adalah perasaan yang cumbuh di ancara 

Kaum Ansor Madinah dan beberapa Umac Beriman Arab lainnya, khususnya pemeluk Islam awal yang asatnya sangat rendah hati, bahwa 

perkara-perkara (dan juga keuntungan finansiat) dari Negara baru ini 

makin lama makin dikuasai oleh anggota Quraysh yang kuat. Abu Bakr 

tetah mengikuti dengan ketat kebijakan yang dilakukan oteh Nabi da￾tam beberapa tahun terakhir beliau dalam memberikan pos-pos penting 

untuk orang-orang Makkah yang awalnya merupakan musuh paling 

sengit-yaitu yang dikenat dengan kebijakan "conciliation of hearts" yang 

tetah membuat marah beberapa pengikut awat beliau. Penunjukkan 

Abu Bakr terhadap Khalid Ibn at-Walid, 'Amr lbn al' As, dan Yazid lbn 

Abi Sufyan, yang semuanya telah bergabung dengan Gerakan Umat 

Beriman pada masa akhir hidup Nabi, dapat dilihat sebagai contoh 

dari hat tersebut di ar:as. Datam pengukuhannya, 'Umar memoderatkan 

kebijakan ini, dan untuk penunjukan yang penting tebih berdasarkan 

pada mereka yang tetah menjadi umat Nabi lebih dahutu; dia memecat 

beberapa orang, seperti Khalid lbn Walid, yang dia pandang tebih mem￾perhatikan urusan duniawi. Akan tetapi kebijakan itu hampir sama se￾kali tidak konsisten dalam hat ini; dia mengembalikan 'Amr lbn al-'As, 

yang secara tuas dikenat akan orientasi duniawinya, sebagai Gubernur 

Mesir setelah dia menaktukkannya. 

Dan sama pentingnya dengan isu-isu praktis ini, adatah bahwa ke￾tegangan internal yang memengaruhi Umat Beriman pada tahun 30 

-an/650-an juga berkisar pada persoatan kesalehan dan bagaimana hat 

itu berkaitan dengan kepemimpinan umat. Kompetisi mengenai wila￾yah, pembayaran, status, dan pengaruh adatah penting bukan karena 

persoatan itu sendiri, akan tetapi, khususnya, karena Umat Beriman 

melihat datam hat ini indikasi bahwa beberapa pemimpin mereka tidak 

bertingkah taku sesuai dengan prinsip-prinsip kesatehan ( termasuk per￾takuan yang sama terhadap semua Umat Beriman) yang merupakan per￾hatian utama dari Gerakan Umat Beriman. Perbedaan dalam status atau 

pengaruh atau kekayaan merupakan sesuatu yang sangat mengganggu, 

akan tetapi masyarakat tetah lama terbiasa dengan hat seperti itu; yang 

tidak dapat ditoteransi oleh banyak Umat Beriman tampaknya adatah pemikiran bahwa pemimpin mereka harus serba membolehkan atau 

tidak kaku dalam mencoba menghilangkan atau mengurangi ketidaksa￾maan itu, atau lebih buruk lagi, harus aktif terlibat di dalam sifat pilih 

kasih, memberi beberapa Umat Beriman keberuntungan di atas yang 

lain. Persoalan itu memuncak ketika masa amir al-mu'minin ketiga, 'Ut￾hman, yang mengakibatkan, sebagaimana akan kita lihat, pembunuhan 

terhadap dirinya. 

Sejumlah kebijalkan 'Uthman tampaknya telah memunculkan opo￾sisi tajam. Salah satu tuntutan yang ditentang adalah bahwa dia, 

'Uthman, lebih mengutamakan anggota keluarganya, Bani Umayah, 

untuk posisi penting (dan mungkin menguntungkan) seperti gubernur￾gubernur kunci. Misalnya, dia mengganti dua gubernur di lrak yang 

merupakan sahabat Nabi yang sangat dikenal, dan pahlawan dalam 

penaklukan Sa'ad lbn Abi Waqqas dan Abu Musa al-Ash'ari, dengan 

saudara sepupunya Walid lbn 'Uqba dan saudaranya yang lain, 'Abd 

Allah lbn 'Amir lbn Kurayz (yang juga dianugerahi 'Uthman kebun 

kunna yang luas di sekitar wilayahnya). Ketika Walid lbn 'Uqba dipak￾sa untuk turun secara tidak honnat (karena mabuk), 'Uthman meng￾gantinya dengan Bani Umayya lain, keponakan keduanya Sa'id lbn 

al-'As. Dia juga menarik gubernuran Mesir dari tangan 'Amir lbn al-'As 

yang sangat mengesankan-yang telah menaklukkannya dan kemudian 

mengatur semua urusannya, dan juga sangat dikenal dengan pasukan 

tencaranya-dan menggancinya dengan 'Abd Allah lbn Abi Sach, ka￾kak angkac dan teman dekat 'Uthman dan keluarganya. Gubernur yang 

baru ini mungkin diperintah uncuk mengetatkan kontrol pusac terhadap 

keuangan Mesir, yang telah memengaruhi popularitasnya, karena peng￾hasilan yang awalnya dikembalikan ke provinsi, diteruskan ke Madinah. 

Di Syria, 'Uthman menempatkan kegubernuran di bawah tangan ketu￾runannya yang muda Mu'awiyya lbn Abi Sufyan. Diakui, dia memang 

telah dicunjuk oleh 'Umar, tetapi 'Uthman meningkatkan kekuasaan￾nya dengan memberinya kontrol atas garnisun ucama di Hims dan juga 

Damaskus. Para pengkritik 'Uthman melihat tanda-tanda sikap pilih kasih sebagai kegagalan moral dalam dirinya. Dikarakan bahwa 'Ur￾hman, sebagai amir al-mu'minin, hanya mencoba memastikan konrrol 

ketat atas persoalan-persoalan pemerintahan yang semakin kompleks 

dengan mempercayakannya kepada individu, yang sebagai keluarga, 

renru mempunyai pengaruh personal kuat. Tidak dikerahui mana dari 

motivasi ini yang menjadi motivasi utama 'Uthman, akan retapi perlu 

dicatat bahwa 'Uthman mendistribusikan tanah dari wilayah taklukan￾nya, bukan hanya untuk keluarga kerurunan Umayahnya saja, akan te￾tapi juga kepada pemimpin-pemimpin penting dari berbagai kelompok, 

termasuk beberapa pemimpin penaklukan, seperti Jarir lbn 'Abd Allah 

dan Sa'ad lbn Abi Waqqas. 'Uthman tidak tuli dengan keluhan-keluh￾an mengenai ketidaksalehan; dia juga bisa memecat keluarganya yang 

dicurigai berbuat jahat; sebagaimana kita telah lihat, saudara sepupunya 

Walid lbn 'Uqba dipecat sebagai Gubemur Kufa (dan dihukum cam· 

buk) karena meminum anggur, yang menimbulkan atau menanamkan 

permusuhan di antara 'Uthman dan keluarga Walid, walaupun dia 

mempunyai hubungan keluarga secara dekat. 

Akan tetapi, 'Uthman juga dikritik karena persoalan yang tidak ber￾kaitan dengan perolehan duniawi dan dugaan tersebut menggarisbawahi 

kenyaraan bahwa dia, terutama bersalah karena kegagalan moralnya￾ketidaksalehannya-yaitu ketika menjabat sebagai amir al-mu'minin, dia 

diharapkan oleh Umat Beriman menjadi paragon kesalehan. Beberapa 

cataran di dalam sumber rradisional menjelaskan sedikir perubahan da￾lam ritual ibadah haji yang dibuat 'Uthman. Di samping rampak tidak 

signifikan, hal-hal tersebut dan juga kenyataan bahwa al-Qur'an sendiri 

tidak jelas berbicara mengenai bagaimana melakukan ibadah haji (seba￾gaimana juga dalam detail kebanyakan ritual), perubahan ini tampak￾nya menimbulkan kekhawatiran beberapa orang, mungkin karena ritual 

haji telah diakui oleh Rasul sendiri. Akan tetapi, salah satu "inovasi" 

'Uthman paling penting boleh jadi adalah keputusannya untuk mengo￾difikasi eeks al-Qur'an. 

Cerira mengenai hal ini banyak dan membingungkan; beberapa ula-ma berpendapar bahwa reks al-Qur'an sebagaimana kica punya relah di￾kodifikasi ketika Nabi Muhammad wafat, tetapi banyak laporan menga￾takan mengenai bagian-bagian wahyu yang dikoleksi orang-orang dan 

hanya dihafal oleh mereka, atau dalam selebaran, dan salinan yang di￾rulis secara parsial. Salah satu cabang rradisi berpegang bahwa 'Uthman 

meminta sekelompok sahabat yang dipimpin oleh Zayd lbn Thabit un· 

ruk mengumpulkan dan membandingkan semua salinan al-Qur'an dan 

menyiapkan saru teks tunggal. Hal ini memunculkan oposisi, mungkin 

bukan karena prosedur iru sendiri, retapi karena sekali Qur'anic "Vul￾gata" (versi resmi) itu ditetapkan, 'Uthman akan mengirim salinannya 

kepada amsar utama dengan perintah bahwa mereka harus mengguna￾kannya di sana, mengganrikan yang versi regional yang dipandang seba￾gai otentik oleh pengikut-pengikutnya, dan bahwa salinan sebelumnya 

diharuskan untuk dibakar. Di samping itu, beberapa versi al-Qur'an 

yang lebih dulu ada-misalnya, yang berasosiasi dengan pembaca al￾Qur'an yang terdahulu, lbn Mas'ud (wafat 33/653) di Kufa, Ubay lbn 

Ka'b (wafat 29/649 atau 34/654) di Syria, dan Abu Musa al-Ash'ari 

( wafat 42/662) di Basra, di antara yang lainnya, yang salinan (atau hafa￾lannya) tidak dapat dihapus. Ada juga salinan sebagian atau seluruh al￾Qur'an di tangan para janda Nabi dan janda Abu Bakr, 'Umar, 'Ali, dan 

sahabat lain. lbn Mas'ud diberitakan menolak menghancurkan salinan 

miliknya ketika vulgata 'Uthman datang di Kufa. T etapi dalam bebera￾pa kasus, bacaan-bacaan para sahabat yang telah mengajar mereka yang 

ada di sekitar mere.ka bagaimana cara membaca teks dengan mudah, 

dapat bertahan di dalam hafalan mereka clan disalin lagi, sekalipun 

jika kodifikasi yang asli itu dihancurkan. (Sisa-sisa dari kodifikasi ini 

tampaknya masih ada di dalam kompilasi bacaan al-Qur'an yang sedikit 

berbeda yang diakui, yang nantinya membentuk bagian ilmu membaca 

al-Qur'an). 

Semua faktor ini, telah menjadi salah saru penyebab munculnya 

banjir kritik melawan tingkah laku 'Uthman sebagai amir al-mu'minin. 

Oposisi terbuka terhadap pemerintahannya tampak terjadi pertama kali di amsar Fuscac di Mesir, dan Kufa, serca Basra di lrak. Kelompok 

pemberoncak dari kota-kota tersebut melakukan protes ke Madinah dan 

berkonfroncasi dengan 'Uthman sendiri. Sumber-sumber cradisional 

Muslim memberi kica laporan panjang mengenai perisciwa kerusuhan 

cersebuc, yang selanjutnya, kica sebuc dengan Perang Sipil percama; 

sumber-sumber kita merujuk peristiwa ini sebagai fima penama, meng￾gunakan peyoracif, kaca yang ada di dalam al-Qur'an yang aninya "go￾daan" (oleh keuncungan duniawi). Tujuan dari semua laporan ini ada 

dua, untuk menunjukkan kesalahan 'Uchman, acau uncuk membebas￾kan dia dari tuduhan itu (mengagungkannya), (atau, sama juga, mem￾berikan penilaian moral bagi orang-orang yang cerlibac dalam perisciwa 

cersebuc). Oleh karena icu sulic, jika bukan cidak mungkin, uncuk 

mencapai keputusan yang jelas tentang tanggung jawab relatif yang di￾miliki para pelaku melalui banyaknya gugatan clan gugatan balik akibat 

laporan ini. Tecapi kita bisa memahami dengan jelas inci dari perisciwa 

yang cerjadi, individu dan kelompok yang cerlibat, dan isu utama yang 

muncul dalam laporan tersebut canpa tendensi untuk setuju. 

Hal ini campak jelas dalam evaluasi terhadap peran 'Uthman dalam 

perisciwa-perisciwa inn: entah dia terlibat acau tidak dalam inovasi yang 

kontroversial atau bersalah dalam hal moral, secara nyata at