ud tidak melemparkan Amnon ke dalam mulut bahaya
dengan membiarkannya pergi ke rumah Absalom. jika kita
tidak berbuat semampu mungkin untuk mencegah kejahatan,
maka kita membuat diri kita menjadi kaki tangan kejahatan
itu. Kalau kita berkata: “Sungguh, kami tidak tahu hal itu!”
Apakah Dia yang menguji hati tidak tahu yang sebenarnya
apakah kita mengetahuinya atau tidak? Lihat Amsal 24:11-12.
Syukurlah jika Yonadab tidak bersalah atas kematian Amnon
seperti ia bersalah atas dosa Amnon. Seperti itulah jadinya
teman yang didengar sebagai penasihat untuk berbuat jahat.
Ia yang tidak mau berbuat baik untuk mencegah dosa Amnon,
tidak akan berbuat baik pula untuk mencegah kehancuran
Amnon, padahal, sepanjang yang bisa disaksikan, dia bisa saja
melakukan keduanya.
2. Melalui kembalinya semua anak raja dengan selamat kecuali
Amnon. Mereka dan para pegawai mereka dengan cepat ter-
lihat oleh para penjaga (ay. 34-35), dan tiba dengan segera,
untuk memperlihatkan bahwa mereka masih hidup, namun
membawa kabar sedih dan pasti bahwa Absalom telah mem-
bunuh Amnon saudara mereka. Kesedihan yang telah melanda
Daud atas apa yang tidak terjadi, membuatnya dapat mene-
rima dengan lebih baik apa yang benar-benar terjadi, dengan
memberinya alasan yang nyata di depan mata, sesudah dia
tersadar, untuk bersyukur kepada Allah bahwa tidak semua
anaknya mati. Namun kenyataan bahwa Amnon mati, dan
dibunuh oleh saudaranya sendiri dengan begitu biadab dan
khianat, cukup membuat raja dan istana, raja dan kerajaan,
benar-benar berkabung. Dukacita akan lebih beralasan apa-
bila ada dosa di dalamnya.
III. Absalom melarikan diri dari keadilan: Absalom segera melarikan
diri (ay. 34). Ia sekarang menjadi sama takutnya terhadap anak-
anak raja seperti mereka takut terhadapnya. Mereka melarikan
diri dari kebenciannya, sedangkan dia melarikan diri dari keadilan
mereka. Tidak ada wilayah di Israel yang dapat memberikan per-
lindungan kepadanya. Kota-kota perlindungan tidak memberikan
perlindungan kepada seorang pembunuh yang membunuh secara
sengaja. Walaupun Daud telah membiarkan hubungan sedarah
yang dilakukan Amnon tidak dihukum, namun Absalom tidak
dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan mendapat peng-
ampunan Daud atas pembunuhan ini. Begitu tegas hukum Taurat
dalam perkara ini, dan begitu terkenal keadilan Daud, dan keta-
kutannya akan kesalahan sebab penumpahan darah. Oleh sebab
itu, Absalom mencari jalan sebaik-baiknya untuk pergi kepada
kerabat ibunya, dan disambut oleh kakeknya Talmai, raja negeri
Gesur (ay. 37). Di sana dia dilindungi selama tiga tahun (ay. 38),
sebab Daud tidak menuntut dia, dan Talmai pun tidak merasa
harus mengirimkan Absalom kembali pulang kecuali dia dituntut
untuk pulang.
IV. Ketidaktenangan Daud atas kepergian Absalom. Ia berdukacita
berhari-hari lamanya sebab Amnon (ay. 37), namun , sebab
Amnon sudah tidak bisa kembali lagi, maka waktu pun mengikis
kesedihan itu: kesedihan hatinya sebab Amnon telah surut.
Waktu juga telah mengikis banyak kebenciannya terhadap dosa
Absalom. Bukannya membenci Absalom sebagai seorang pembu-
nuh, dia justru rindu untuk menemui Absalom (ay. 39, kjv). Mula-
mula Daud tidak sampai hati untuk mengadilinya. Sekarang dia
hampir bersedia menerimanya kembali di dalam hatinya. Inilah
kelemahan Daud. Ada sesuatu yang dilihat Allah di dalam hati
Daud yang membuat kelemahan ini berbeda, sebab jika tidak, kita
harus memandang bahwa dia, tidak berbeda dengan Eli, lebih
menghormati anak-anaknya daripada Allah.
PASAL 14
agaimana Absalom membuat dirinya sendiri terlempar keluar dari
perlindungan dan perkenanan ayahnya yang yaitu raja, sudah
kita baca dalam pasal sebelumnya, yang membuat dirinya menjadi
orang buangan, di luar perlindungan hukum, dan buronan. Dalam
pasal ini diceritakan kepada kita mengenai cara-cara cerdik yang
dipakai untuk menyatukan Absalom kembali dengan ayahnya, dan
bagaimana pada akhirnya penyatuan itu terlaksana. Cerita ini dicatat
di sini untuk menunjukkan kebodohan Daud dalam membiarkan
Absalom hidup dan memanjakan dia dalam kejahatannya. Oleh
sebab itu, segera sesudahnya Daud dihukum dengan berat melalui
pemberontakan Absalom yang tidak wajar.
I. Yoab, dengan mengajukan perkara bohongan, seperti yang di-
katakan para pengacara, untuk diadili di hadapan Daud,
dalam perkara seorang janda miskin dari Tekoa, berhasil men-
dapatkan putusan umum dari Daud, bahwa dalam perkara itu
hukuman mati bagi seorang pembunuh harus ditiadakan (ay.
1-20).
II. saat putusan ini diterapkan pada perkara Absalom, Yoab
mendapat perintah dari Daud untuk membawa Absalom
kembali ke Yerusalem, sekalipun ia masih belum diperboleh-
kan datang ke istana (ay. 21-24).
III. sesudah penjelasan mengenai Absalom, sosoknya, dan keluar-
ganya, diceritakan kepada kita bagaimana pada akhirnya
Absalom dibawa Yoab ke hadapan raja, dan sang raja pun
sepenuhnya berdamai dengan dia (ay. 25-33).
Siasat Yoab untuk Membela Absalom;
Akal Bulus Yoab
(14:1-20)
1 saat Yoab, anak Zeruya, mengetahui, bahwa hati raja merindukan Absa-
lom, 2 maka ia menyuruh orang ke Tekoa menjemput dari sana seorang pe-
rempuan yang bijaksana, lalu ia berkata kepada wanita itu: “Berlakulah
pura-pura berkabung, dan pakailah pakaian berkabung, janganlah berurap
dengan minyak, dan berlakulah seperti seorang wanita yang telah lama
berkabung sebab seorang mati. 3 Kemudian masuklah menghadap raja dan
berbicaralah kepadanya seperti ini” – lalu Yoab menaruh perkataannya ke
dalam mulut wanita itu 4 saat wanita Tekoa itu masuk mengha-
dap raja, sujudlah ia dengan mukanya ke tanah dan menyembah, sambil ber-
kata: “Tolonglah, ya tuanku raja!” 5 Raja bertanya kepadanya: “Ada apa?”
Jawabnya: “Ah, aku ini seorang janda, sebab suamiku sudah mati. 6 Ham-
bamu ini mempunyai dua orang anak laki-laki; mereka berkelahi di padang
dan sebab tidak ada yang memisahkan, maka yang satu memukul yang lain
dan membunuh dia. 7 Dan sekarang seluruh kaum keluarga bangkit mela-
wan hambamu ini, dan mereka berkata: Serahkanlah orang yang membunuh
saudaranya itu, supaya kami menghukum dia mati ganti nyawa saudaranya
yang telah dibunuhnya itu, dan supaya kami memunahkan juga ahli waris
itu. Mereka hendak memunahkan keturunanku yang masih tersisa itu
dengan tidak meninggalkan nama atau keturunan bagi suamiku di muka
bumi.” 8 Lalu berbicaralah raja kepada wanita itu: “Pulanglah ke rumah-
mu, mengenai engkau akan kuberi perintah.” 9 wanita Tekoa itu berkata
kepada raja: “Aku dan keluargaku akan menanggung kesalahan itu, ya tuan-
ku raja, namun raja dan takhtanya tak bersalah.” 10 Lalu berkatalah raja: “Jika
ada orang yang mengatakan apa-apa lagi terhadap engkau, bawalah orang itu
menghadap aku, maka ia tidak akan mengusik engkau lagi.” 11 Kata perem-
puan itu: “Kiranya raja ingat kepada TUHAN, Allahmu, supaya si penuntut
tebusan darah jangan terlalu banyak menimbulkan kemusnahan dan supaya
mereka jangan memunahkan anakku itu.” Lalu berkatalah raja: “Demi
TUHAN yang hidup – sehelai rambut pun dari kepala anakmu itu takkan
jatuh ke bumi!” 12 Kemudian berkatalah wanita itu: “Izinkanlah hamba-
mu ini berkata sepatah kata lagi kepada tuanku raja.” Jawabnya: “Katakan-
lah.” 13 Berkatalah wanita itu: “Mengapa raja merancang hal yang demi-
kian terhadap umat Allah? Oleh sebab tuanku mengucapkan perkataan ini,
maka tuanku sendirilah yang bersalah dengan tidak mengizinkan pulang
orang yang telah dibuangnya. 14 Sebab kita pasti mati, kita seperti air yang
tercurah ke bumi, yang tidak terkumpulkan. namun Allah tidak mengambil
nyawa orang, melainkan Ia merancang supaya seorang yang terbuang jangan
tinggal terbuang dari pada-Nya. 15 Maka sekarang, aku datang mengatakan
perkataan ini kepada tuanku raja sebab orang banyak itu telah menakut-
nakuti aku. Sebab itu pikir hambamu ini: baiklah aku berbicara dahulu
dengan raja, mungkin raja mengabulkan permohonan hambanya ini; 16 sebab
raja akan mendengarkan aku dan akan melepaskan hambanya ini dari
tangan orang yang hendak memunahkan aku dan anakku bersama-sama
dari milik pusaka Allah. 17 Juga hambamu ini berpikir: perkataan tuanku
raja tentulah akan menenangkan hati, sebab seperti malaikat Allah, demi-
kianlah tuanku raja, yang dapat membeda-bedakan apa yang baik dan jahat.
Dan TUHAN, Allahmu, kiranya menyertai tuanku.” 18 Lalu raja menjawab,
katanya kepada wanita itu: “Baiklah jangan sembunyikan kepadaku apa
yang hendak kutanyakan kepadamu.” Kata wanita itu: “Berkatalah
kiranya tuanku raja!” 19 Kemudian bertanyalah raja: “Adakah Yoab campur
tangan dengan engkau dalam semuanya ini?” wanita itu menjawab: “Demi
Kitab 2 Samuel 14:1-20
781
hidupmu, tuanku raja, tidaklah mungkin untuk menyimpang ke kanan atau ke
kiri dari segala yang tuanku raja katakan. Sesungguhnya hambamu Yoab yang
memerintahkan daku; dialah yang menaruh ke dalam mulut hambamu segala
perkataan ini. 20 Dengan maksud untuk mengubah rupa perkara itu maka
hambamu Yoab melakukan perkara ini. namun tuanku bijaksana sama seper-
ti malaikat Allah, sehingga mengetahui semua yang terjadi di bumi.”
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Rancangan Yoab agar Absalom dapat dipanggil pulang dari pem-
buangan, diampuni kejahatannya, dan dicabut hukumannya (ay.
1). Yoab sangat menyibukkan diri dalam perkara ini.
1. Sebagai pejabat istana yang gigih, dengan segala cara yang
mungkin, untuk mengambil hati rajanya dan membuat sang
raja berpihak pada kepentingannya. Yoab mengetahui bahwa
hati raja merindukan Absalom, dan bahwa, sebab panas
amarahnya telah surut, sang raja masih menyisakan kasihnya
yang dulu terhadap Absalom. Sang raja hanya memerlukan
seorang teman untuk membujuknya agar mau diperdamaikan,
dan untuk merancangkan baginya cara melakukan itu tanpa
melanggar kehormatan keadilannya. Yoab, sesudah mengetahui
bagaimana perasaan Daud mengenai perkara itu, memikul
pekerjaan yang baik ini.
2. Sebagai teman Absalom, yang mungkin dikasihinya secara
khusus, yang dilihatnya paling tidak sebagai matahari terbit,
dan yang penting baginya untuk memberikan kesan baik di
mata Absalom. Yoab sudah dapat melihat dengan jelas, sebe-
lum itu terjadi, bahwa ayah Absalom pada akhirnya akan
berdamai dengannya. Oleh sebab itu, Yoab berpikir bahwa ia
pasti akan membuat keduanya menjadi temannya jika dia bisa
berperan dalam mewujudkan perdamaian itu.
3. Sebagai pemuka negeri, dan orang yang peduli terhadap kese-
jahteraan rakyat. Yoab tahu betapa Absalom dikasihi oleh rak-
yat. Dan, jika Daud sampai meninggal selama Absalom dalam
pembuangan, bisa jadi akan timbul perang saudara antara
orang-orang yang mendukung Absalom dan orang-orang yang
menentangnya. Sebab ada kemungkinan bahwa walaupun
seluruh Israel mengasihi pribadi Absalom, namun mereka
terpecah dalam perkara yang membelitnya ini.
4. Sebagai orang yang sendirinya bersalah dalam hal pembunuh-
an Abner. Yoab sendiri menyadari bahwa dia telah bersalah
atas penumpahan darah, dan bahwa dia sendiri pantas diadili
dalam pengadilan rakyat. Oleh sebab itu, perkenanan apa
pun yang dapat ditunjukkan kepada Absalom berkat usaha-
nya, akan mendukung penghapusan hukuman bagi dirinya.
II. Upaya Yoab untuk melakukannya dengan mengajukan perkara
yang agak mirip dengan perkara Absalom ke hadapan raja, yang
dilakukan dengan begitu piawai oleh orang yang dipekerjakannya,
sampai-sampai raja mengira bahwa perkara itu benar-benar
terjadi, dan menjatuhkan putusan atasnya, seperti yang telah di-
lakukannya atas perumpamaan Natan. Dan, sebab putusan yang
diberikan menguntungkan si pelaku kejahatan, maka wanita
yang mengatur cerita itu, berdasar putusan ini , dapat
mengetahui bagaimana perasaan sang raja tentang hal ini. Ia
dapat mengetahuinya sampai sedemikian jauh hingga berani
meminta penerapan dari putusan itu, dan menunjukkan bahwa
itu yaitu perkara keluarga sang raja sendiri. Ada kemungkinan
bahwa wanita itu diperintahkan untuk tidak melanjutkan
sampai ke tahap itu jika putusan sang raja atas perkaranya
ternyata memberatkan dirinya.
1. Orang yang dipekerjakan Yoab itu tidak disebutkan namanya,
namun ia dikatakan sebagai wanita Tekoa, seseorang yang
diketahui Yoab cocok untuk pekerjaan seperti ini. Dan penting
bahwa perkara itu harus digambarkan terjadi di suatu tempat
yang jauh, supaya Daud tidak merasa heran bahwa dia tidak
pernah mendengar perkara itu sebelumnya. Dikatakan bahwa
dia yaitu seorang wanita yang bijaksana, wanita
yang lebih cerdas dan lebih fasih lidahnya daripada sebagian
besar orang di daerahnya (ay. 2). Kebenaran cerita itu tidak
akan begitu dicurigai jika cerita itu datang, seperti yang
diduga, dari mulut orang itu sendiri.
2. Tokoh yang diperankannya yaitu seorang janda yang tanpa
harapan (ay. 2). Yoab tahu bahwa orang seperti itu akan
mudah mendapat perhatian raja, yang selalu siap menghibur
orang-orang yang berduka, terutama para janda yang sedang
berkabung, sebab ia sendiri menyebutkannya di antara gelar-
gelar kehormatan Allah, bahwa Dia yaitu Pelindung bagi para
janda (Mzm. 68:6). Telinga Allah, tidak diragukan lagi, lebih
terbuka untuk mendengar tangisan orang yang tertindas,
demikian pula dengan hati-Nya, dibandingkan para raja di
bumi yang paling berbelas kasihan sekalipun.
3. Perkara untuk memohon belas kasihanlah yang harus dike-
mukakan wanita itu kepada raja, dan perkara yang di
dalamnya ia tidak akan memperoleh kelegaan kalau bukan
dari putusan kerajaan, sebab hukum Taurat dan oleh sebab
itu penghakiman dari semua pengadilan yang lebih rendah,
melawannya. wanita Tekoa itu memberi tahu raja bahwa
ia telah mengubur suaminya (ay. 5), dan bahwa ia memiliki
dua anak laki-laki yang menjadi penopang dan penghibur
dirinya dalam keadaannya sebagai janda. Bahwa kedua anak
laki-laki ini, seperti yang cenderung dilakukan orang muda,
bertengkar dan berkelahi dan yang satu secara menyedihkan
membunuh yang lain (ay. 6). Dan bahwa, di pihaknya, ia ingin
melindungi si pembunuh itu. Sebab, seperti alasan yang di-
kemukakan Ribka mengenai kedua anak laki-lakinya, meng-
apa ia akan kehilangan mereka berdua pada satu hari juga?
(Kej. 27:45). kan namun , walaupun dia, yang merupakan kera-
bat terdekat dari orang yang dibunuh itu, bersedia melepaskan
hak penuntut tebusan darah, namun kerabat yang lain bersi-
keras bahwa anak yang masih hidup itu harus dihukum mati
sesuai hukum Taurat. Hal ini mereka lakukan bukan sebab
mereka peduli pada keadilan atau kenangan akan saudara
yang terbunuh itu, melainkan supaya, dengan membinasakan
sang ahli waris yang dengan lancang mereka akui sebagai
tujuan mereka, warisannya bisa menjadi milik mereka. Dan
dengan demikian mereka ingin melenyapkan,
(1) Penghiburannya: “Mereka hendak memunahkan keturunan-
ku (ay. 7, KJV: Mereka hendak memadamkan baraku), hen-
dak mengambil dariku satu-satunya penopang di masa
tuaku, dan menghentikan segala sukacitaku di dunia ini,
yang mengerucut pada satu bara ini.”
(2) Kenangan akan suaminya: “Keluarga suamiku akan punah
sama sekali, dan mereka tidak meninggalkan nama atau
keturunan baginya” (ay. 7).
4. Raja menjanjikan dukungannya dan perlindungannya bagi
anak dari wanita itu. Amatilah bagaimana wanita itu
memanfaatkan kelonggaran-kelonggaran yang diberikan sang
raja dengan penuh belas kasihan.
(1) sesudah wanita itu memaparkan perkaranya, raja ber-
janji akan mempertimbangkannya dan memberikan perin-
tah-perintah terkait dengannya (ay. 8). Hal ini sungguh
membesarkan hati, bahwa sang raja tidak menepis permo-
honannya dengan perkataan “Currat lex – Biarlah hukum
berjalan sendiri. Darah menuntut darah, dan biarlah dida-
patnya apa yang dituntutnya.” Sebaliknya, sang raja akan
mengambil waktu untuk mencari tahu apakah pernyataan-
pernyataan dalam permohonannya itu benar.
(2) wanita itu tidak puas dengan janji raja ini, namun me-
mohon agar sang raja segera memberi putusan yang meng-
untungkannya. Jika perkara itu tidak seperti yang ia
paparkan, dan sebagai akibatnya putusan yang salah dija-
tuhkan atasnya, maka biarlah ia yang menanggung kesa-
lahannya, dan membebaskan raja dan takhtanya dari kesa-
lahan (ay. 9). Namun demikian, diucapkannya perkataan
ini oleh wanita itu tidak akan membebaskan raja dari
kesalahan jika ia sampai menjatuhkan hukuman tanpa
memeriksa perkara itu sebagaimana mestinya.
(3) sebab didesak seperti itu, raja berjanji lebih jauh bahwa
wanita itu tidak akan dicelakakan ataupun dihina oleh
musuh-musuhnya, namun sebaliknya, raja akan melindungi
dia dari segala gangguan (ay. 10). Hakim haruslah menjadi
pelindung bagi para janda yang tertindas.
(4) Namun, janji ini pun tidak memuaskan wanita itu,
sampai ia bisa mendapatkan pengampunan untuk anak-
nya, dan juga perlindungan bagi anaknya itu. Orangtua
tidak akan merasa tenang, kecuali anak-anak mereka
aman, aman untuk dunia ini maupun dunia nanti: “Ja-
nganlah si penuntut tebusan darah memunahkan anakku
(ay. 11), sebab habislah aku kalau aku kehilangan dia.
Lebih baik ambil juga nyawaku dengan nyawanya. Oleh
sebab itu, kiranya raja ingat kepada TUHAN, Allahmu,”
artinya,
[1] “Biarlah raja mengikat putusan yang penuh belas kasihan
ini dengan sumpah, dengan menyebutkan Tuhan Allah
kita, sebagai seruan kepada-Nya, agar putusan itu tidak
dapat diganggu gugat dan tidak dapat diubah, maka
barulah aku bisa merasa tenang” (lih. Ibr. 6:17-18).
[2] “Biarlah raja mempertimbangkan apa alasan yang baik
untuk putusan yang penuh belas kasihan ini, maka ia
sendiri pasti akan diteguhkan di dalamnya. Ingatlah
betapa pengasih dan penyayang Tuhan Allahmu, betapa
Dia panjang sabar terhadap orang-orang berdosa dan
tidak memperlakukan mereka setimpal dengan kejahat-
an mereka, namun siap sedia untuk memaafkan. Ingatlah
bagaimana Tuhan Allahmu meluputkan Kain, yang
membunuh saudaranya, dan melindungi dia dari para
penuntut tebusan darah (Kej. 4:15). Ingatlah bagaimana
Tuhan Allahmu mengampunimu atas darah Uria, dan
hendaklah raja, yang telah mendapat belas kasihan,
menunjukkan belas kasihan.” Perhatikanlah, tidak ada
yang lebih pantas, atau yang lebih kuat, mendorong kita
untuk melakukan segala kewajiban, terutama semua
tindakan belas kasihan dan kebaikan, selain mengingat
Tuhan Allah kita.
(5) Janda yang terus bersikukuh ini, dengan mendesak per-
kara itu sedemikian gigih, pada akhirnya mendapatkan
pengampunan penuh untuk anaknya, yang disahkan
dengan sumpah seperti yang dikehendakinya: Demi TUHAN
yang hidup, sehelai rambut pun dari kepala anakmu itu
takkan jatuh ke bumi, artinya, “Aku akan menjamin bahwa
dia tidak akan mengalami celaka sebab perkara ini.” Anak
Daud telah menjamin semua orang yang menempatkan diri
mereka dalam perlindungan-Nya bahwa, walaupun mereka
akan dibunuh sebab Dia, tidak sehelai pun dari rambut
kepala mereka akan hilang (Luk. 21:16-18). Meskipun me-
reka akan kalah demi Dia, mereka tidak akan kalah sebab
Dia. Saya tidak bisa mengatakan apakah Daud berbuat
baik dalam mengupayakan perlindungan ini bagi seorang
pembunuh, yang tidak akan dilindungi oleh kota-kota per-
lindungan. Akan namun , sebagaimana perkara itu tampak
bagi Daud, bukan saja ada alasan kuat untuk berbelas
kasihan kepada sang ibu, namun juga ada cukup ruang
untuk memberikan putusan yang meringankan menyang-
kut si anak: ia memang telah membunuh saudaranya,
namun ia tidak membenci dia sebelumnya. Pembunuhan itu
terjadi akibat luapan amarah yang tiba-tiba, dan, sepan-
jang yang bisa disaksikan, bisa jadi itu dilakukan untuk
membela diri. Anak itu sendiri tidak mengatakan hal ini
sebagai pembelaan, namun hakim harus memberikan per-
timbangan bagi sang tahanan. Maka dari itu, biarlah belas
kasihan kali ini menang atas penghakiman.
5. sesudah perkara itu diberi putusan yang meringankan anak
dari wanita itu, sekarang saatnya untuk menerapkan
putusan itu kepada anak raja sendiri, Absalom. Topeng itu di
sini mulai dilemparkan, dan babak lain dibuka. Sang raja
terkejut, namun tidak marah sama sekali, saat mendapati
orang yang tadinya memohon kepadanya dengan rendah hati,
secara tiba-tiba, menjadi penegurnya, penasihat pribadinya,
pembela bagi sang pangeran, anaknya, dan juru bicara rakyat,
yang menyuarakan perasaan-perasaan mereka kepadanya.
wanita itu memohon maaf kepada raja, dan meminta ke-
sabarannya, atas apa yang hendak dikatakannya lebih lanjut
(ay. 12). Dan dia mendapat izin untuk mengatakannya, sebab
raja sangat senang dengan kecerdasan dan kecerdikannya.
(1) wanita itu menganggap bahwa perkara Absalom, pada
dasarnya, sama dengan perkara yang dikatakannya sebagai
perkara anaknya. Oleh sebab itu, jika raja bersedia melin-
dungi anaknya, sekalipun dia telah membunuh saudara-
nya, terlebih lagi ia seharusnya melindungi anaknya sen-
diri, dan mengizinkan pulang orang yang telah dibuangnya
(ay. 13). Mutato nomine, de te fabula narratur – Ganti saja
namanya, maka cerita itu akan menjadi ceritamu. Perem-
puan itu tidak menyebut nama Absalom, tidak pula ia
perlu menyebutkannya. Daud begitu merindukan Absalom,
dan begitu memikirkan dia, hingga Daud langsung menya-
dari siapa yang dimaksud wanita itu sebagai orang
yang telah dibuangnya. Dalam pernyataan itulah tercakup
dua alasan yang kekuatannya dirasakan oleh jiwa raja yang
lembut: “Dia dibuang, dan sudah tiga tahun lamanya mera-
sakan kehinaan dan kengerian, serta segala ketidaknya-
manan, dari pembuangan. Bagi orang yang demikian su-
dahlah cukup tegoran ini. namun dia itu orang yang telah
engkau buang, anakmu sendiri, darah dagingmu sendiri,
anak kesayanganmu, yang engkau cintai.” Memang benar,
perkara Absalom sangat jauh berbeda dengan perkara yang
telah disampaikan wanita itu. Absalom tidak mem-
bunuh saudaranya sebab amarah yang gegabah, namun
dengan penuh kebencian, sebab dendam kesumat. Dia
membunuhnya bukan di padang, tanpa saksi mata, me-
lainkan pada meja perjamuan, di hadapan semua tamunya.
Absalom bukanlah anak lelaki satu-satunya, seperti anak
dari wanita itu. Daud memiliki banyak anak laki-laki
lain, salah satunya yang baru saja lahir, yang lebih besar
kemungkinan akan menjadi penerusnya daripada Absalom,
sebab anak itu diberi nama Yedija, sebab Allah mengasihi-
nya. Akan namun , Daud sendiri terlalu terbawa perasaan
oleh perkara itu, sehingga ia tidak dapat melihat dengan
tajam perbedaan yang ada di antara kedua perkara itu.
Dan, lebih daripada wanita itu, Daud sangat ingin agar
putusan yang meringankan yang telah diberikannya me-
nyangkut anak dari wanita itu dapat diberikan kepada
anaknya sendiri.
(2) wanita itu menyampaikan pemikirannya mengenai
perkara itu kepada raja, untuk membujuk sang raja supaya
memanggil Absalom pulang dari pembuangan, memberinya
pengampunan, dan menerimanya kembali ke dalam perke-
nanannya.
[1] wanita itu menyerukan kepedulian yang dimiliki
umat Israel terhadap Absalom. “Apa yang diperbuat
terhadap Absalom diperbuat terhadap umat Allah, yang
mengarahkan pandangan kepada Absalom sebagai ahli
waris mahkota kerajaan, atau paling tidak yang meng-
arahkan pandangan kepada keluarga Daud secara
umum, yang dengannya perjanjian diadakan. Oleh kare-
na itu, mereka tidak dapat tinggal diam melihat keluar-
ga itu mengecil dan merosot sebab gugurnya begitu
banyak rantingnya saat usia mereka sedang mekar-
mekarnya. Oleh sebab itu, tuanku mengucapkan perka-
taan ini sebagai orang yang bersalah, sebab tuanku ber-
sedia menjamin bahwa nama suamiku dan kenangan
akan dirinya tidak dihapuskan, namun tidak ambil
peduli sekalipun anak tuanku sendiri terancam bahaya,
anak yang lebih berharga dan penting daripada sepuluh
ribu anak kami.”
[2] wanita itu menyerukan kefanaan manusia (ay. 14):
“Sebab kita pasti mati. Kematian sudah ditetapkan bagi
kita. Kita tidak dapat menghindari kematian itu sendiri,
ataupun menundanya sampai lain waktu. Kita semua
pasti mati. Dan, saat kita mati, kita tidak dapat
kembali lagi, seperti air yang tercurah ke bumi. Bahkan,
saat kita masih hidup, kita sudah seperti itu, kita
telah kehilangan keabadian kita, tanpa dapat memper-
olehnya kembali. Amnon pasti akan mati, suatu waktu,
seandainya Absalom tidak membunuhnya. jika Ab-
salom sekarang dihukum mati sebab telah membunuh
Amnon, itu tidak akan menghidupkan Amnon kembali.”
Alasan ini buruk, dan bisa dipakai untuk menentang
hukuman bagi pembunuh mana saja. Akan namun , tam-
paknya, Amnon tidak terlalu dipandang oleh umat Israel
dan kematiannya tidak terlalu diratapi. Dan orang secara
umum sangat menyayangkan kalau nyawa Absalom yang
begitu berharga harus dihilangkan sebab nyawa Amnon
yang tidak begitu dianggap berharga.
[3] wanita itu menyerukan belas kasihan Allah dan
pengampunan-Nya terhadap orang-orang berdosa yang
malang: “Allah tidak mengambil nyawa, atau hidup
orang, namun merancang supaya seorang yang terbuang,
yaitu anak-anak-Nya yang telah menyakiti hati-Nya,
dan pantas dihukum menurut keadilan-Nya, seperti
halnya Absalom bagimu, jangan tinggal terbuang sela-
manya dari pada-Nya” (ay. 14). Di sini ada dua ungkap-
an belas kasihan Allah terhadap orang-orang berdosa,
yang secara tepat ditegaskan sebagai alasan untuk
menunjukkan belas kasihan: Pertama, kesabaran yang
diperlihatkan-Nya kepada mereka. Hukum-Nya dilang-
gar, namun Dia tidak serta-merta mengambil hidup
orang-orang yang melanggarnya, tidak langsung memu-
kul mati orang-orang berdosa, seperti yang bisa saja dila-
kukan-Nya dengan adil, saat dosa itu diperbuat, namun
bersabar terhadap mereka, dan menantikan saatnya un-
tuk berbelas kasihan. Pembalasan Allah telah membiar-
kan Absalom hidup, lalu mengapa keadilan Daud tidak
dapat membiarkannya hidup? Kedua, ketentuan yang
telah disediakan-Nya untuk memulihkan orang-orang
berdosa pada perkenanan-Nya, bahwa sekalipun dosa
mereka telah membuat mereka sendiri terbuang dari-
Nya, namun mereka tidak terusir, atau terbuang, untuk
selamanya. Pendamaian bagi orang berdosa dapat di-
adakan melalui korban. Orang kusta, dan semua orang
lain yang najis sehingga tidak boleh mengikuti upacara
ibadah, sebenarnya terbuang, namun ada ketentuan yang
dibuat untuk mentahirkan mereka, sehingga, sekalipun
untuk sementara waktu mereka dikucilkan, mereka
tidak selamanya terusir. Keadaan orang berdosa yaitu
keadaan terbuang dari Allah. Orang berdosa yang ma-
lang dan terbuang ada kemungkinan akan selamanya
terusir dari Allah seandainya tidak diambil suatu tin-
dakan untuk mencegahnya. Sungguh bertentangan de-
ngan kehendak Allah bahwa mereka harus terusir sela-
manya, sebab Ia menghendaki supaya jangan ada yang
binasa. Hikmat yang tak terhingga telah merancangkan
suatu cara yang tepat untuk mencegahnya. Jadi, salah
orang berdosa sendirilah jika mereka terbuang. Ungkap-
an dari kehendak baik Allah terhadap kita semua ini ha-
ruslah mendorong kita untuk bersikap penuh pengam-
punan dan belas kasihan satu sama lain (Mat. 18:32-33).
6. wanita itu menutup perkataannya dengan puji-pujian
yang sangat menyanjung raja, dan ungkapan-ungkapan yang
kuat akan keyakinannya bahwa sang raja akan melakukan
apa yang adil dan baik dalam perkara anaknya maupun per-
kara Absalom (ay. 15-17). Sebab, seolah-olah perkara itu
benar-benar terjadi, tetap saja wanita itu memohon bagi
dirinya sendiri dan anak laki-lakinya, walaupun yang dimak-
sudkannya yaitu Absalom.
(1) Dia tidak akan menyusahkan raja seperti itu seandainya
orang banyak tidak menakut-nakutinya. Jika dimaknai
sebagai perkara wanita itu sendiri, semua tetangganya
membuat dia khawatir akan kehancuran yang sedang me-
nanti dirinya dan anak laki-lakinya, dari para penuntut
tebusan darah, yang kengeriannya membuat dia begitu
berani datang kepada raja sendiri. Jika dimaknai sebagai
perkara Absalom, wanita itu membuat raja memahami
apa yang tidak diketahuinya sebelumnya, bahwa bangsa
itu sedemikian muak dengan kekerasannya terhadap Absa-
lom, hingga wanita itu sendiri benar-benar takut kalau
hal itu akan menimbulkan pembelotan atau pemberontak-
an seluruh bangsa. Untuk mencegah kejahatan besar itu-
lah dia memberanikan diri untuk berbicara langsung ke-
pada raja sendiri. Ketakutan yang dirasakannya haruslah
membuat kekasarannya dimaklumi.
(2) wanita itu datang kepada raja dengan keyakinan besar
akan hikmat dan belas kasihan sang raja: “Kataku, baiklah
aku sendiri berbicara dahulu dengan raja, dan tidak me-
minta siapa pun untuk berbicara bagiku. Sebab raja akan
bersedia mendengarkan penjelasan, bahkan dari orang ren-
dahan seperti aku ini, akan mendengarkan tangisan orang
yang tertindas, dan tidak akan membiarkan rakyatnya yang
paling miskin dipunahkan dari milik pusaka Allah.” Artinya,
“Dihalau dari tanah Israel, untuk mencari tempat berlin-
dung di antara orang-orang yang tidak bersunat, seperti
Absalom, yang perkaranya jauh lebih buruk lagi. Yaitu,
sebab diasingkan dari milik pusaka Allah, ia berada di luar
hukum dan ketetapan-ketetapan Allah, yang dapat mem-
bantu membuatnya bertobat, dan terancam bahaya tertular
penyembahan berhala bangsa kafir yang di antaranya dia
tinggal, dan membawa pulang penyembahan berhala itu.”
Untuk menggerakkan hati sang raja agar mau meluluskan
permohonannya, wanita itu menyatakan harapannya
yang penuh keyakinan bahwa jawaban raja pasti akan
menenangkan hati, dan seperti jawaban yang dibawa para
malaikat (demikian menurut penjelasan Uskup Patrick),
yang merupakan para utusan pembawa rahmat ilahi. Apa
yang dikatakan wanita ini sebagai pujian dikatakan
nabi Zakharia sebagai janji (Za. 12:8), bahwa, sementara
orang yang tersandung akan menjadi seperti Daud, keluarga
Daud akan menjadi seperti Malaikat Tuhan. “Dan, agar hal
ini terjadi, TUHAN Allahmu kiranya menyertaimu, untuk
menolongmu dalam penghakiman ini dan dalam setiap
penghakiman yang engkau berikan.” Harapan-harapan
yang besar merupakan dorongan yang besar, terutama bagi
orang-orang terhormat, untuk melakukan yang terbaik
yang dapat mereka lakukan supaya tidak mengecewakan
orang-orang yang bergantung pada mereka.
7. Campur tangan Yoab dalam semuanya ini dicurigai oleh sang
raja, dan diakui oleh wanita itu (ay. 18-20).
(1) Raja segera mencurigai adanya campur tangan Yoab. Sebab
raja tidak dapat membayangkan bahwa wanita seperti
ini akan membawa perkaranya kepada dia, pada saat se-
perti itu, atas kemauannya sendiri. Dan raja tidak menge-
nal orang lain yang lebih mungkin menghasut dia selain
Yoab, seorang yang cerdik sekaligus sahabat Absalom.
(2) wanita itu mengakuinya dengan sangat jujur: “Sesung-
guhnya hambamu Yoab yang memerintahkan daku. Jika hal
itu baik, berterima kasihlah kepadanya, jika buruk, salah-
kanlah dia.” Meskipun wanita itu tahu bahwa hal itu
sangat berkenan kepada raja, namun dia tidak mau meng-
ambil pujian bagi dirinya sendiri, namun mengatakan yang
sebenarnya. Hal ini memberi kita teladan untuk berbuat
serupa, dan tidak boleh berbohong untuk menutupi perse-
kongkolan yang diatur dengan baik. Beranilah jujur, tidak
ada kebohongan yang perlu dikatakan.
Absalom Dipanggil Pulang
(14:21-27)
21 Sesudah itu berkatalah raja kepada Yoab: “Baik, kukabulkan permohonan
ini. Pergilah, bawalah kembali orang muda Absalom itu.” 22 Lalu sujudlah
Yoab dengan mukanya ke tanah dan menyembah sambil memohon berkat
bagi raja. Dan Yoab berkata: “Pada hari ini hambamu mengetahui bahwa
tuanku raja suka kepada hamba, sebab tuanku telah mengabulkan permo-
honan hambamu ini.” 23 Lalu bangunlah Yoab, ia pergi ke Gesur dan mem-
bawa Absalom ke Yerusalem. 24 namun berkatalah raja: “Ia harus pergi ke
rumahnya sendiri, jangan ia datang ke hadapanku.” Jadi pergilah Absalom ke
rumahnya sendiri dan tidak datang ke hadapan raja. 25 Di seluruh Israel
tidak ada yang begitu banyak dipuji kecantikannya seperti Absalom. Dari
telapak kakinya sampai ujung kepalanya tidak ada cacat padanya. 26 jika
ia mencukur rambutnya – pada akhir tiap-tiap tahun ia mencukurnya sebab
menjadi terlalu berat baginya – maka ditimbangnya rambutnya itu, dua ratus
syikal beratnya, menurut batu timbangan raja. 27 Bagi Absalom lahir tiga
orang anak laki-laki dan seorang anak wanita , yang bernama Tamar. Ia
seorang wanita yang cantik.
Amatilah di sini,
I. Perintah diberikan untuk membawa pulang Absalom. Keperluan
yang dimiliki wanita itu untuk datang ke hadapan Daud
begitu berkenan, dan dia melaksanakannya dengan begitu cerdik
dan mengejutkan, sehingga Daud dibawa ke dalam suasana hati
yang luar biasa baik dan kata kepada Yoab: Pergilah bawalah
kembali orang muda Absalom itu (ay. 21). Daud sendiri cenderung
ingin menolong Absalom, namun, demi kehormatan keadilannya,
ia tidak mau melakukannya kecuali atas permohonan yang diaju-
kan kepadanya, yang dapat menggambarkan cara-cara anugerah
ilahi diberikan. Memang benar bahwa Allah berbelas kasihan
terhadap orang-orang berdosa yang malang, menghendaki supaya
jangan ada yang binasa, namun Dia didamaikan dengan mereka
melalui seorang Pengantara, yang menjadi Pembela mereka di
hadapan-Nya, dan yang kepada-Nya Allah telah memberikan
perintah ini, pergilah, bawalah mereka kembali. Allah mendamai-
kan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus, dan Kristus datang ke
tanah pembuangan kita ini untuk membawa kita kepada Allah.
Yoab, sesudah menerima perintah ini,
1. Mengucapkan terima kasih kepada raja sebab sudah mem-
berinya kehormatan untuk mengerjakan sebuah tugas yang
begitu menyenangkan hati semua orang (ay. 22). Yoab meng-
anggap hal ini sebagai kebaikan bagi dirinya sendiri, dan
(menurut sebagian penafsir) sebagai pertanda bahwa raja tidak
akan menuntutnya untuk mempertanggungjawabkan pembu-
nuhan yang telah dilakukannya. Akan namun , jika itu yang
dimaksudkannya, dia keliru, seperti yang akan kita jumpai
(1Raj. 2:5-6).
2. Tidak menunda-nunda waktu untuk melaksanakan perintah
Daud. Yoab membawa Absalom ke Yerusalem (ay. 23). Saya
tidak melihat bagaimana Daud dapat dibenarkan dalam me-
nangguhkan pelaksanaan hukum yang sudah ada sejak zaman
dahulu Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya
akan tertumpah oleh manusia (Kej. 9:6). Dan yang di dalam
pelaksanaan itu seorang hakim yang benar tidak mau kenal
saudara-saudaranya dan acuh tak acuh terhadap anak-anak-
nya. Hukum Allah tidak pernah dimaksudkan untuk tajam ke
bawah namun tumpul ke atas. Allah dengan adil membuat
Absalom, yang dibiarkan hidup oleh rasa iba Daud yang bodoh,
menjadi cambuk bagi Daud. Akan namun , walaupun Daud meng-
izinkan Absalom pulang ke rumahnya sendiri, ia melarang
Absalom datang ke istana, dan tidak mau menjumpainya sendiri
(ay. 24). Daud menetapkan larangan ini kepada Absalom,
(1) Demi kehormatan Daud sendiri, supaya dia tidak kelihatan
menyokong penjahat sebesar itu, atau mengampuninya
begitu mudah.
(2) Untuk lebih mempermalukan Absalom. Mungkin Daud su-
dah mendengar sesuatu mengenai perilaku Absalom saat
Yoab pergi menjemputnya, yang memberinya alasan yang
sangat kuat untuk berpikir bahwa Absalom tidak benar-
benar bertobat. Itulah sebabnya Daud memberi Absalom
tanda ketidaksenangannya ini, agar Absalom sadar dan
dapat melihat dosanya serta berduka sebab nya, lalu ber-
damai dengan Allah. Begitu mendengar kabar tentang per-
tobatan ini, sudah pasti, Daud akan tergerak untuk mene-
rima Absalom kembali ke dalam perkenanannya.
II. Dari sini diambil kesempatan untuk memberikan gambaran ten-
tang sosok Absalom. Tidak ada sesuatu pun yang dikatakan
mengenai hikmatnya ataupun kesalehannya. Walaupun Absalom
anak dari seorang ayah yang demikian taat beribadah, kita tidak
membaca sesuatu pun tentang ibadahnya. Orangtua tidak dapat
menurunkan anugerah kepada anak-anak mereka, sekalipun
mereka memberikan pendidikan yang begitu baik terhadap anak-
anak mereka. Apa yang dikatakan di sini mengenai Absalom
hanyalah,
1. Bahwa Absalom yaitu seorang yang sangat rupawan. Di selu-
ruh Israel tidak ada yang setampan dirinya (ay. 25), sebuah
pujian yang buruk untuk seorang laki-laki yang tidak memiliki
hal lain yang berharga dalam dirinya. Keelokan rupa tidak ada
artinya jika tidak elok perbuatannya. Ada banyak jiwa yang
cemar dan cacat berdiam dalam tubuh yang indah dan rupa-
wan. Lihat saja tubuh Absalom, yang tercemar dengan darah,
dan cacat dengan sikap permusuhan yang tidak wajar terha-
dap ayahnya dan rajanya. Pada tubuhnya tidak ada cacat,
namun dalam pikirannya tidak ada yang lain kecuali luka dan
memar. Mungkin ketampanannya menjadi satu alasan meng-
apa ayahnya begitu menyayanginya dan melindunginya dari
keadilan. Orang-orang yang lebih suka dengan kerupawanan
anak-anak mereka dibandingkan dengan perilaku baik mereka
mempunyai alasan untuk takut melihat penderitaan pada
anak-anak mereka.
2. Bahwa Absalom memiliki rambut yang sangat bagus. Entah itu
panjangnya, atau warnanya, atau kelembutannya yang luar
biasa, ada sesuatu pada rambut Absalom yang membuatnya
sangat berharga dan sangat memperelok dirinya (ay. 26). Di-
buat catatan ini tentang rambutnya, bahwa itu bukan seperti
rambut seorang nazir sebab Absalom jauh dari hidup ketat
seperti itu, melainkan seperti rambut seorang pesolek. Dia
membiarkan rambut itu tumbuh sampai menjadi beban bagi-
nya, dan terasa berat baginya. Dia juga tidak mau memotong-
nya selama dia masih bisa menahannya. Sebab kesombongan
tidak mengenal penderitaan, entah dingin atau panas, dan apa
yang menumbuhkan serta memuaskan kesombongan itu tidak
dikeluhkan, sekalipun terasa sangat tidak nyaman. saat
Absalom memangkasnya pada waktu-waktu tertentu, ia me-
nimbangnya untuk dipamerkan, supaya dapat dilihat betapa
rambutnya jauh lebih bagus daripada rambut pria-pria lain,
dan beratnya 200 syikal, yang menurut perhitungan beberapa
orang seberat seribu empat ratus gram dalam satuan berat
kita. Dan dengan minyak dan serbuk, terutama jika diberi
serbuk emas (seperti yang dikatakan Yosefus mengenai gaya
rambut pada saat itu), Uskup Patrick berpendapat bahwa
tidak terlalu mengherankan jika rambut Absalom seberat itu.
Rambut yang indah ini ternyata di kemudian hari menjadi tali
gantungannya (18:9).
3. Bahwa keluarga Absalom mulai bertambah besar. Ada ke-
mungkinan bahwa ada jangka waktu cukup lama sebelum
Absalom mendapat anak. Dan pada saat itulah, sebab putus
asa dalam mendapatkan anak, ia mendirikan tugu yang dise-
butkan dalam pasal 18:18 itu, untuk mengabadikan namanya.
Namun, sesudah nya ia mendapat tiga anak laki-laki dan satu
anak wanita (ay. 27). Atau mungkin ketiga anak laki-laki
ini, selagi Absalom sedang mempersiapkan pemberontakan-
nya, dibinasakan semuanya oleh tangan keadilan Allah, dan
itulah sebabnya ia membangun tugu itu.
Kembalinya Absalom
(14:28-33)
28 sesudah Absalom diam di Yerusalem genap dua tahun lamanya, dengan
tidak datang ke hadapan raja, 29 maka Absalom menyuruh memanggil Yoab
untuk diutus kepada raja. namun ia tidak mau datang kepadanya. Kemudian
disuruhnya memanggil dia lagi, untuk kedua kalinya, namun ia tidak mau
datang. 30 Lalu berkatalah ia kepada hamba-hambanya: “Lihat, ladang Yoab
ada di sisi ladangku dan di sana ada jelainya. Pergilah, bakarlah itu.” Maka
hamba-hamba Absalom membakar ladang itu. 31 Lalu Yoab pergi mendapat-
kan Absalom ke rumahnya, dan bertanya kepadanya: “Mengapa hamba-
hambamu membakar ladang kepunyaanku itu?” 32 Jawab Absalom kepada
Yoab: “Ya, aku telah menyuruh orang kepadamu mengatakan: datanglah ke
mari, supaya aku mengutus engkau kepada raja untuk mengatakan: apa
gunanya aku datang dari Gesur? Lebih baik aku masih tinggal di sana. Maka
sekarang, aku mau datang ke hadapan raja. Jika aku bersalah, biarlah ia
menghukum aku mati.” 33 Kemudian masuklah Yoab menghadap raja dan
memberitahukan hal itu kepadanya. Raja memanggil Absalom, dan ia masuk
menghadap raja, lalu sujud ke hadapan raja dengan mukanya ke tanah; lalu
raja mencium Absalom.
Tiga tahun lamanya Absalom telah diasingkan dari ayahnya, dan
sekarang dua tahun menjadi tahanan di rumahnya sendiri, dan,
dalam kedua hal itu, ia diperlakukan lebih baik daripada yang layak
ia dapatkan. Namun demikian, rohnya tetap tidak merendah, kesom-
bongannya tidak mati, dan, bukannya bersyukur sebab dibiarkan
hidup, dia malah berpikir bahwa dia diperlakukan dengan sangat
buruk sebab tidak dikembalikan pada semua kedudukannya di
istana. Seandainya ia benar-benar menyesali dosanya, maka jarak
yang terbentang antara dirinya dengan kegembiraan-kegembiraan di
istana, kesendiriannya dan pengasingannya di rumahnya sendiri,
terutama sebab rumah itu ada di Yerusalem kota kudus, pasti akan
sangat menyenangkan baginya. Jika seorang pembunuh harus
hidup, biarlah dia hidup menyendiri selamanya. Akan namun , Absalom
tidak bisa tahan menanggung penghinaan yang adil dan lembut ini.
Dia rindu melihat wajah raja, dengan berpura-pura sebab dia me-
ngasihi raja, padahal sebenarnya sebab dia ingin mendapat kesem-
patan untuk menggantikannya. Dia tidak dapat berbuat jahat kepada
ayahnya sebelum dia didamaikan dengannya. Oleh sebab itu, inilah
bagian pertama dari rancangannya. Ular ini tidak dapat mematok lagi
sampai dia dihangatkan dalam pelukan ayahnya. Absalom berhasil
mencapai tujuan ini, bukan dengan berpura-pura tunduk atau ber-
janji untuk berubah, melainkan dengan menghina dan mencelaka-
kan. Coba bayangkan!
1. Melalui perilakunya yang kurang ajar terhadap Yoab, Absalom
berhasil membuat Yoab menjadi pengantara baginya. Dua kali
Absalom mengirim utusan kepada Yoab untuk datang dan ber-
bicara dengannya, sebab Absalom tidak berani pergi kepada Yoab.
Akan namun , Yoab tidak mau datang (ay. 29), mungkin sebab
Absalom tidak mengakui dan berterima kasih atas kebaikan yang
telah dilakukan Yoab dengan membawa Absalom ke Yerusalem,
sebagaimana Yoab pikir seharusnya dilakukan Absalom. Orang
yang pongah menganggap setiap kebaikan yang dilakukan terha-
dapnya sebagai utang. Orang akan berpikir bahwa seseorang yang
berkedudukan seperti Absalom seharusnya mengutus orang un-
tuk menyampaikan pesan yang ramah kepada Yoab, dan mena-
warkannya hadiah dalam jumlah besar: Pegawai istana mengha-
rapkan hadiah dari bangsawan. Akan namun , bukannya berbuat
demikian, Absalom malah menyuruh hamba-hambanya untuk
membakar ladang jelai Yoab (ay. 30), perbuatan paling jahat yang
dapat dilakukannya. Simson tidak dapat memikirkan perbuatan
lain yang lebih besar daripada perbuatan ini untuk mencelakakan
orang Filistin. Sungguh aneh bahwa Absalom sampai berpikir,
dengan berbuat jahat kepada Yoab, ia akan berhasil membuat
Yoab melakukan kebaikan baginya. Atau bahwa Absalom akan
mendapat kesan baik di mata rajanya atau rakyat dengan menun-
jukkan dirinya sebagai orang yang sangat jahat dan berkelakuan
buruk, dan musuh yang begitu besar bagi kebaikan umum, sebab
api itu bisa saja menyebar ke ladang jelai orang lain. Namun demi-
kian, dengan cara ini Absalom berhasil membuat Yoab datang ke-
padanya (ay. 31). Demikian pula Allah, melalui penderitaan-pen-
deritaan, membawa kepada-Nya orang-orang yang sebelumnya
menjaga jarak dari Dia. Absalom diwajibkan hukum Taurat untuk
membayar ganti rugi (Kel. 22:6), namun kita tidak mendapati bah-
wa Absalom menawarkannya atau bahwa Yoab menuntutnya. Ada
kemungkinan Yoab berpikir bahwa ia tidak dapat membenarkan
penolakannya untuk datang dan berbicara dengan Absalom. Oleh
sebab itu, Absalom berpikir bahwa ia dapat membenarkan
caranya ini untuk memanggil Yoab. Dan sekarang Yoab tidak
hanya menerima dengan sabar celaka yang dibuat terhadapnya
ini, namun juga mau melakukan tugas yang diberikan kepadanya
untuk menghadap raja. Mungkin sebab ia merasa takut terhadap
keberanian dan kegeraman Absalom yang mengejutkan, dan kha-
watir bahwa Absalom telah mempunyai pengaruh yang cukup
kuat atas rakyat untuk mendukungnya melakukan hal-hal yang
terlalu berani. Sebab jika tidak demikian, Yoab pasti tidak akan
pernah mau melakukan hal ini. Lihatlah apa yang dapat dilaku-
kan sebagian orang dengan menggunakan ancaman, dan dengan
melakukan perbuatan yang sewenang-wenang.
2. Melalui pesannya yang kurang ajar (sebab saya tidak memiliki
sebutan yang lebih baik) kepada raja, Absalom mendapatkan
kembali kedudukannya di istana, untuk memandang wajah raja,
yaitu, menjadi penasihat pribadi raja (Est. 1:14).
(1) Pesannya begitu angkuh dan berlagak berkuasa, dan sangat
tidak pantas diberikan seorang anak ataupun hamba (ay. 32).
Absalom meremehkan kebaikan yang telah ditunjukkan kepa-
danya, yang telah memanggil dia kembali dari pembuangan
dan memulangkan dia ke rumahnya sendiri, yang berada di
Yerusalem: Apa gunanya aku datang dari Gesur? Ia menyang-
kal kejahatan-kejahatannya sendiri, walaupun jelas-jelas dike-
tahui semua orang, dan tidak mau mengakui bahwa ada kesa-
lahan dalam dirinya, dan sebab itu secara tidak langsung
mengatakan bahwa dia telah dijahati dalam teguran yang
diterimanya. Absalom menantang keadilan raja: “Biarlah ia
menghukum aku mati, kalau memang ia sampai hati,” sebab
Absalom tahu betul bahwa raja terlalu mengasihinya untuk
dapat melakukan hal itu.
(2) Namun demikian, dengan pesan ini Absalom berhasil men-
capai tujuannya (ay. 33). Kasih Daud yang besar kepadanya
menafsirkan semuanya ini sebagai rasa hormat Absalom yang
besar kepada ayahnya, dan keinginan yang sungguh-sungguh
untuk mendapat perkenanannya, padahal yang sebenarnya,
sayang seribu sayang, justru jauh sebaliknya. Lihatlah betapa
mudah orang yang bijaksana dan baik sekalipun diperdaya
oleh anak-anaknya sendiri yang merancangkan kejahatan,
terutama jika mereka dibutakan oleh rasa sayang mereka
terhadap anak-anak mereka. Absalom, dengan sikap tubuh-
nya, menunjukkan ketundukkannya kepada ayahnya: Ia sujud
ke hadapan raja dengan mukanya ke tanah. Dan Daud, dengan
sebuah ciuman, memeteraikan pengampunannya. Bukankah
hati seorang ayah berhasil mendamaikan dirinya dengan anak
yang tidak mau bertobat? Jadi, masakan orang-orang berdosa
yang bertobat mempertanyakan belas kasihan Dia yang yaitu
Bapa yang penuh pengampunan? Jika Efraim meratapi diri-
nya, maka Allah akan segera meratapinya, dengan segala ung-
kapan yang baik dari kelembutan seorang ayah: Efraim yaitu
anak kesayangan bagi-Ku, anak kesukaan (Yer. 31:20).
PASAL 1 5
ama Absalom berarti “kedamaian ayahnya,” namun ternyata ia
justru menjadi masalah terbesar bagi ayahnya. Begitu sering
kita dikecewakan dalam apa yang kita harapkan dari makhluk cip-
taan. Pedang yang mengikuti keluarga Daud sampai sejauh ini ber-
kecamuk di antara anak-anaknya, namun sekarang pedang itu mulai
terhunus melawan Daud sendiri, dengan hal yang memberatkan ini,
bahwa itu akibat kesalahannya sendiri. Sebab, andai saja ia telah
menindak dengan adil Absalom si pembunuh, maka ia akan dapat
mencegah Absalom si pengkhianat. Kisah pemberontakan Absalom
dimulai pada pasal ini, namun kita harus melewati tiga atau empat pasal
lagi sebelum melihat kesudahannya. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Tipu daya yang digunakan Absalom untuk merebut hati rak-
yat (ay. 1-6).
II. Pengakuannya yang terang-terangan bahwa ia hendak me-
mahkotai diri sebagai raja di Hebron. Ia pergi ke sana dengan
alasan ingin membayar nazar, dan sekelompok orang yang
berpengaruh tampil baginya di sana (ay. 7-12).
III. Kabar tentang hal ini disampaikan kepada Daud, lalu ia pun
melarikan diri dari Yerusalem sebagai akibatnya (ay. 13-18).
Dalam pelariannya ini diceritakan kepada kita,
1. Apa yang terjadi antara Daud dan Itai (ay. 19-22).
2. Keprihatinan seluruh negeri terhadap Daud (ay. 23).
3. Pertemuan Daud dengan Imam Zadok (ay. 24-29).
4. Air mata dan doa Daud atas peristiwa ini (ay. 30-31).
5. Kesepakatan Daud dengan Husai (ay. 32-37).
Sekarang digenapilah firman Allah, bahwa Ia akan “menim-
pakan malapetaka ke atasnya yang datang dari kaum keluar-
ganya sendiri” (12:11).
Hasrat Absalom untuk Berkuasa
(15:1-6)
1 Sesudah itu Absalom menyediakan baginya sebuah kereta serta kuda dan
lima puluh orang yang berlari di depannya. 2 Maka setiap pagi berdirilah
Absalom di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang mem-
punyai perkara dan yang mau masuk menghadap raja untuk diadili perkara-
nya, orang itu dipanggil Absalom dan ditanyai: “Dari kota manakah engkau?”
jika ia menjawab: “Hambamu ini datang dari suku Israel anu,” 3 maka
berkatalah Absalom kepadanya: “Lihat, perkaramu itu baik dan benar, namun
dari pihak raja tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan engkau.”
4 Lagi kata Absalom: “Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini!
Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh
datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil.”
5 jika seseorang datang mendekat untuk sujud menyembah kepadanya,
maka diulurkannyalah tangannya, dipegangnya orang itu dan diciumnya.
6 Cara yang demikianlah diperbuat Absalom kepada semua orang Israel yang
mau masuk menghadap untuk diadili perkaranya oleh raja, dan demikianlah
Absalom mencuri hati orang-orang Israel.
Tidak lama sesudah Absalom dikembalikan ke tempatnya di istana, ia
segera berencana menduduki takhta. Dia yang tidak merendah saat
mengalami kesusahan, menjadi congkak tak tertahankan saat
kesusahan itu telah berlalu. Absalom tidak bisa puas dengan kehor-
matan menjadi putra raja, dan peluang untuk menjadi penerusnya,
namun ia ingin menjadi raja sekarang juga. Ibunya yaitu seorang
putri raja. Mungkin sebab itulah ia menilai tinggi dirinya sendiri,
dan memandang rendah ayahnya, yang hanyalah seorang anak Isai.
Ibunya yaitu anak wanita dari seorang raja bangsa kafir, dan
hal ini membuat Absalom kurang mempedulikan kesejahteraan
Israel. Dalam buah pernikahan yang tidak membahagiakan itu, Daud
menderita sebab menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan
orang yang tak percaya. saat Absalom kembali mendapat perkenan-
an raja, seandainya ia memiliki sedikit rasa terima kasih, tentu ia
akan berusaha untuk membalas budi ayahnya dan membuat dia
tenang. Akan namun , sebaliknya, Absalom malah memikirkan cara
untuk melemahkan dia, dengan mencuri hati rakyat darinya. Ada
dua hal yang membuat seseorang disukai: kebesaran dan kebaikan.
I. Absalom tampak besar (ay. 1). Ia telah belajar dari raja Gesur
(yang tidak diperbolehkan bagi raja-raja Israel) bagaimana meme-
lihara banyak kuda. Hal ini membuatnya elok dipandang, semen-
tara sang ayah, yang menunggang bagal (peranakan kuda dengan
keledai – pen.), terlihat hina. Rakyat menghendaki seorang raja
seperti bangsa-bangsa lain, dan raja yang seperti itulah yang di-
inginkan Absalom, yang tampil dalam kemegahan dan keagungan,
melebihi apa yang pernah dilihat di Yerusalem. Samuel pernah
bernubuat bahwa inilah yang menjadi gaya hidup raja: Ia akan
memiliki kereta dan penunggang kuda, dan sebagian orang akan
berlari di depan keretanya (1Sam. 8:11, KJV). Dan inilah yang
menjadi gaya hidup Absalom. Lima puluh orang yang berlari di
depannya (dengan berseragam mewah, dapat kita duga), untuk
memaklumkan kedatangannya, akan sangat memuaskan keang-
kuhan Absalom dan khayalan rakyat yang bodoh. Daud mengira
bahwa pawai ini hanya dimaksudkan untuk menyemarak-
kan istananya, sehingga ia mengabaikannya. Orangtua yang
membiarkan sifat sombong tumbuh dalam diri anak-anak mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat. Sebab saya telah melihat
lebih banyak pemuda hancur sebab kesombongan daripada kare-
na hawa nafsu apa pun.
II. Absalom juga akan tampak sangat baik, namun dengan rancangan
yang sangat jahat. Seandainya ia membuktikan dirinya sebagai
anak dan hamba yang baik, dan menetapkan hati untuk melayani
kepentingan ayahnya, maka ia sudah melakukan kewajibannya
untuk saat ini, dan menunjukkan dirinya layak menerima kehor-
matan-kehormatan di masa depan, sesudah ayahnya wafat. Orang
yang tahu bagaimana mematuhi perintah dengan baik, tahu
bagaimana memerintah. namun menunjukkan betapa dirinya akan
menjadi hakim dan raja yang baik, hanyalah memperdayai diri
sendiri dan orang lain. Orang yang sungguh-sungguh baik yaitu
orang yang baik di tempat mereka sendiri, bukan yang mengaku-
ngaku betapa baiknya mereka seandainya ada di tempat orang
lain. namun justru ini sajalah kebaikan yang kita dapati dalam diri
Absalom.
1. Absalom berharap kalau saja dirinya menjadi hakim di Israel
(ay. 4). Ia mempunyai segala kemegahan dan kesenangan yang
dapat diinginkannya. Ia hidup sebagai orang besar dan dengan
segala kemudahan yang dapat diharapkan setiap orang. Na-
mun, hal ini belum memuaskannya, kecuali dia mempunyai
kekuasaan juga: Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di
negeri ini! Dia sendiri yang seharusnya dihukum mati atas
pembunuhan, dengan lancang hendak menjadi hakim atas
orang lain. Kita tidak membaca apa pun tentang hikmat Absa-
lom, kebajikannya, atau pengenalannya akan hukum Taurat.
Tidak pula ia pernah memberikan bukti akan cintanya pada
keadilan, kenyataannya malah sebaliknya. Sekalipun begitu,
dia berkeinginan untuk menjadi seorang hakim. Perhatikan-
lah, orang yang paling berhasrat untuk mendapat kedudukan
biasanya orang yang paling tidak pantas untuk itu. Orang
yang paling memenuhi syarat yaitu orang yang paling rendah
hati dan merasa tidak mampu, sementara orang yang berkata,
sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini, tidaklah
lebih baik daripada roh Absalom.
2. Absalom menempuh jalan yang sangat jahat untuk mencapai
keinginannya itu. Kalau saja ia dengan rendah hati memohon
kepada ayahnya supaya ia ditugaskan untuk menegakkan
keadilan, dan berusaha untuk membuat dirinya layak untuk
itu sesuai dengan ketentuan hukum (Kel. 18:21), maka sudah
dipastikan ia akan mengisi tempat sebagai hakim berikutnya.
namun ini kedudukan yang terlalu rendah bagi jiwanya yang
congkak. Ia tidak sudi menjadi bawahan, sekalipun itu bawah-
an ayahnya sendiri yang yaitu raja. Ia harus menjadi yang
tertinggi atau tidak sama sekali. Absalom ingin menjadi hakim
yang begitu hebat hingga semua orang yang memiliki perkara
apa saja datang kepadanya. Dalam segala perkara, dan atas
semua orang, ia harus memimpin, tanpa mempertimbangkan
betapa lelahnya jika semua orang datang kepada dia. Musa
saja tidak mampu menanggungnya. Orang yang hendak meng-
genggam kekuasaan begitu besar, begitu amat besar, tidak
tahu apa itu kekuasaan. Demi memperoleh kekuasaan yang
diinginkannya, Absalom berusaha menanamkan dalam pikiran
rakyat,
(1) Gambaran yang buruk tentang pemerintahan pada saat ini,
seolah-olah semua urusan kerajaan diabaikan sama sekali,
dan tidak ditangani. Absalom mengumpulkan sebanyak
mungkin orang yang mempunyai urusan dengan badan
pengadilan, dan mencari tahu apa keperluan mereka. Lalu,
[1] Dengan menanyakan perkara mereka secara umum dan
sepintas lalu, ia menyatakan perkara mereka baik:
Lihat, perkaramu itu baik dan benar. Absalom memberi-
kan penghakiman hanya dengan mendengar dari satu
pihak, namun berani-beraninya ia menganggap diri cocok
menjadi hakim! Sebab orang yang tidak dapat memoles
ceritanya dengan baik, saat ia sendiri yang harus
menceritakannya, pasti mempunyai perkara yang bu-
ruk. Akan namun ,
[2] Absalom memberi tahu mereka bahwa percuma saja
membawa perkara itu ke hadapan takhta raja: “Dari
pihak raja tidak ada seorang pun yang mau mendengar-
kan engkau. Raja sendiri sudah tua, dan tidak bisa be-
kerja lagi, atau begitu sibuk dengan ibadahnya sehingga
tidak pernah memperhatikan pekerjaan. Anak-anaknya
begitu kecanduan dengan kesenangan-kesenangan me-
reka sehingga, meskipun menyandang gelar sebagai
para pemimpin utama, mereka tidak memperhatikan
urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab mereka.”
Lebih jauh lagi, tampaknya Absalom secara tidak lang-
sung menyatakan betapa dirinya sangat dibutuhkan
saat ia dibuang dan ditahan, dan betapa rakyat men-
derita sebab pembuangannya itu. Apa yang dikatakan
dengan benar oleh ayahnya pada masa pemerintahan
Saul (Mzm. 75:4, KJV), dikatakan Absalom dengan salah:
Negeri hancur dan semua penduduknya. Semuanya
akan rusak dan runtuh, kecuali aku mengokohkan
tiang-tiangnya. Setiap pemohon dihasut untuk percaya
bahwa mereka tidak akan menerima keadilan, jika bu-
kan Absalom yang menjadi wakil raja atau hakim ketua.
Itulah cara orang yang rusuh, suka memecah belah, dan
berhasrat untuk berkuasa. Mereka mencela pemerintah-
an yang di bawahnya mereka hidup. Mereka begitu be-
rani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat
kemuliaan (2Ptr. 2:10). Bahkan Daud sendiri, raja yang
terbaik, dan pemerintahannya, tidak luput dari celaan-
celaan yang paling buruk. Orang yang hendak merebut
kekuasaan biasanya berkoar-koar tentang berbagai hal
yang memicu ketidakpuasan, dan berlagak tidak
merencanakan hal lain selain mengatasi ketidakpuasan
itu, seperti yang dilakukan Absalom di sini.
(2) Gambaran yang baik tentang kelayakan Absalom sendiri
untuk memerintah. Supaya rakyat berkata, “Sekiranya
Absalom menjadi hakim!” dan mereka memang cenderung
menghendaki perubahan, maka Absalom menggambarkan
dirinya kepada mereka,
[1] Sebagai orang yang sangat rajin. Ia bangun pagi-pagi,
dan tampil di muka umum sebelum anak-anak raja yang
lain bangkit bergerak. Lalu ia berdiri di tepi jalan yang
menuju pintu gerbang, tempat pengadilan berada, seba-
gai seorang yang luar biasa peduli untuk memastikan
keadilan ditegakkan dan urusan rakyat diselesaikan.
[2] Sebagai orang yang sangat ingin tahu, dan mau mema-
hami dengan baik perkara setiap orang. Dia ingin menge-
tahui dari kota mana asalnya setiap orang yang datang
meminta keadilan, supaya ia bisa mendapat keterangan
tentang setiap bagian dari kerajaan itu dan bagaimana
keadaannya (ay. 2).
[3] Sebagai orang yang sangat akrab dan rendah hati. Bila
ada orang Israel yang datang mendekat untuk sujud
kepadanya, Absalom meraih orang itu dan merangkul-
nya sebagai teman. Tidak ada orang lain yang bersedia
merendah seperti itu, padahal hatinya secongkak hati
Lucifer. Rencana-rencana yang penuh dengan hasrat
besar sering kali dijalankan melalui perbuatan yang
nampaknya seperti merendahkan diri (Kol. 2:23). Absa-
lom tahu betapa orang besar itu akan disukai jika ia
ramah dan santun, dan betapa hal itu dapat meme-
nangkan hati rakyat biasa. Andai saja ia melakukannya
dengan tulus, tentulah itu akan menjadi pujian baginya.
namun menjilat rakyat supaya ia dapat mengkhianati
mereka di kemudian hari yaitu kemunafikan yang
menjijikkan. Ia membungkuk, dan meniarap, untuk me-
nangkap mereka ke dalam jaringnya (Mzm. 10:9-10).
Pemberontakan Absalom
(15:7-12)
7 Sesudah lewat empat tahun bertanyalah Absalom kepada raja: “Izinkanlah
aku pergi, supaya di Hebron aku bayar nazarku, yang telah kuikrarkan
Kitab 2 Samuel 15:7-12
805
kepada TUHAN. 8 Sebab hambamu ini, saat masih tinggal di Gesur, di
Aram, telah bernazar, demikian: Jika TUHAN sungguh-sungguh memulang-
kan aku ke Yerusalem, maka aku akan beribadah kepada TUHAN.” 9 Lalu
berkatalah raja kepadanya: “Pergilah dengan selamat.” Maka berkemaslah
Absalom dan pergi ke Hebron. 10 Dalam pada itu Absalom telah mengirim
utusan-utusan rahasia kepada segenap suku Israel dengan pesan: “Segera
sesudah kamu mendengar bunyi sangkakala, berserulah: Absalom sudah
menjadi raja di Hebron!” 11 Beserta Absalom turut pergi dua ratus orang dari
Yerusalem, orang-orang undangan yang turut pergi tanpa curiga dan tanpa
mengetahui apa pun tentang perkara itu. 12 saat Absalom hendak memper-
sembahkan korban, disuruhnya datang Ahitofel, orang Gilo itu, penasihat
Daud, dari Gilo, kotanya. Demikianlah persepakatan gelap itu menjadi kuat,
dan makin banyaklah rakyat yang memihak Absalom.
Dalam perikop ini kita mendapati meletupnya pemberontakan Ab-
salom, yang telah lama direncanakannya. Pemberontakan itu dikata-
kan terjadi sesudah lewat empat puluh tahun (ay. 7, KJV). Namun, kita
tidak diberi tahu dari mana dimulai penghitungan empat puluh
tahun itu. Bukan sejak Daud memulai pemerintahannya, sebab jika
demikian berarti pemberontakan itu jatuh pada tahun terakhir
hidupnya, sesuatu yang tidak mungkin. namun ada kemungkinan
pemberontakan itu terhitung sejak Daud pertama kali diurapi oleh
Samuel tujuh tahun silam. Atau lebih tepatnya (menurut saya), sejak
umat Israel menginginkan seorang raja, dan pemerintahan pertama
kali berubah menjadi kerajaan, yang terjadi kira-kira sepuluh tahun
sebelum Daud naik takhta. Penghitungan ini cocok, untuk
menunjukkan bahwa roh yang sama yang senantiasa gelisah masih
terus bekerja, dan masih juga rakyat menginginkan perubahan,
dahulu menghendaki bentuk pemerintahan baru, sekarang menghen-
daki orang baru. Jadi, pemberontakan itu terjadi kira-kira pada
tahun ketiga puluh pemerintahan Daud. sesudah rencana Absalom
sekarang matang untuk dilaksanakan,
I. Tempat yang dipilihnya untuk mengadakan pertemuan dengan
kelompoknya yaitu Hebron, tempat ia dilahirkan dan ayahnya
memulai pemerintahannya, dan meneruskannya selama beberapa
tahun. Hal itu akan memberikan suatu keuntungan bagi tuntut-
an-tuntutannya. Semua orang mengenal Hebron sebagai kota
kerajaan. Kota itu terletak di pusat wilayah Yehuda, suku yang
mungkin menurut Absalom akan mendukungnya dengan kuat.
II. Dalih yang dikemukakan Absalom untuk pergi ke Hebron sekali-
gus mengundang teman-temannya yaitu untuk mempersem-
bahkan korban kepada Allah, untuk memenuhi nazar yang telah
dibuatnya sewaktu dalam pembuangan (ay. 7-8). Ada cukup
alasan bagi kita untuk curiga bahwa ia tidak pernah bernazar
seperti itu. Absalom tidak kelihatan seperti orang yang begitu
saleh. Akan namun , orang yang bersedia melakukan pembunuhan
dan pengkhianatan, tidak akan segan-segan untuk berdusta demi
mencapai tujuannya. Jika ia berkata bahwa ia telah membuat
nazar seperti itu, tiada seorang pun bisa membantahnya. Dengan
dalih ini,
1. Absalom mendapat izin dari ayahnya untuk pergi ke Hebron.
Daud akan merasa senang sekali mendengar bahwa putranya,
sewaktu dalam pembuangan, begitu rindu untuk kembali ke
Yerusalem, yang bukan hanya merupakan kota ayahnya, me-
lainkan juga kota Allah yang hidup. Bahwa anaknya itu
berharap kepada Allah, untuk memulangkannya kembali, dan
bahwa ia telah bernazar, jika dipulangkan kembali, untuk
melayani Tuhan, pelayanan yang selama ini telah diabaikan-
nya. Dan bahwa sekarang, sesudah dibawa pulang, ia meng-
ingat nazarnya, dan bertekad untuk memenuhinya. Jika Absa-
lom berpikir bahwa memenuhi nazar itu pantasnya dilakukan
di Hebron, dan bukan di Sion atau Gibeon, maka raja yang
baik itu begitu senang dengan hal itu sendiri, hingga ia tidak
akan keberatan dengan pilihan tempat yang dibuat anaknya.
Lihatlah betapa orangtua yang lembut hatinya mau meyakini
yang terbaik tentang anak-anak mereka, dan, berdasar
pertanda kebaikan yang sekecil apa pun, mereka mau berha-
rap, bahkan untuk anak-anak yang tidak berbakti, bahwa
anak-anak mereka itu mau bertobat dan memperbaiki diri.
Akan namun , betapa mudahnya bagi anak-anak untuk meman-
faatkan kepercayaan orangtua mereka yang baik, dan mem-
perdaya orangtua mereka dengan menunjukkan tingkah laku
yang saleh, padahal mereka masih sama seperti yang dulu!
Daud begitu gembira mendengar Absalom hendak beribadah
kepada TUHAN, dan sebab itu ia segera saja mengizinkannya
pergi ke Hebron, dan pergi ke sana dengan penuh kesungguh-
an.
2. Absalom berhasil membuat sejumlah warga yang baik-baik
dan berada untuk pergi bersamanya (ay. 11). Pergilah dua
ratus orang, kemungkinan dari antara para pemuka Yerusa-
lem, yang diundangnya untuk bergabung bersamanya dalam
perjamuan korban yang diadakannya. Mereka pergi begitu
saja, tanpa sedikit pun curiga bahwa Absalom mempunyai
suatu maksud jahat dalam perjalanan ini. Dia tahu bahwa
percuma saja membujuk mereka untuk bergabung dalam ren-
cananya, sebab orang-orang itu tetap setia dengan teguh kepa-
da Daud. namun Absalom menarik mereka untuk menyertai
dia, supaya rakyat biasa berpikir bahwa para pemuka itu
berada di pihak Absalom, dan bahwa Daud sudah ditinggalkan
oleh sebagian dari kawan-kawan terbaiknya. Perhatikanlah,
bukan hal baru jika orang-orang yang sangat baik, dan hal-hal
yang sangat baik, dimanfaatkan oleh orang-orang yang ber-
maksud buruk untuk menjadi kedok bagi tindakan-tindakan
yang jahat. jika agama dijadikan topeng, dan korban dijadi-
kan umpan, untuk melakukan penghasutan dan perebutan
kekuasaan, maka tidak heran bila sebagian orang yang taat
beragama – seperti para pengikut Absalom ini di sini – teperdaya
oleh kepalsuan itu. Dan kemudian terjerat untuk memberikan
dukungan terhadapnya, dengan nama mereka, padahal hati
mereka membencinya, sebab mereka tidak mengetahui seluk-
beluk Iblis.
III. Rencana yang disusun Absalom yaitu membuat dirinya dimak-
lumkan sebagai raja di semua suku Israel sesudah sebuah isyarat
diberikan (ay. 10). Mata-mata telah dikirim ke setiap penjuru
negeri, untuk bersiap menerima maklumat itu dengan kepuasan
dan pekik sukacita, dan untuk membuat rakyat percaya bahwa
berita itu sungguh benar dan juga sungguh baik, dan bahwa
mereka semua berkepentingan untuk mengangkat senjata bagi
raja baru mereka. saat maklumat ini tersebar luas secara tiba-
tiba, “Absalom sudah menjadi raja di Hebron!” sebagian orang
akan mengira bahwa Daud sudah mati, dan sebagian yang lain
akan mengira bahwa dia telah turun takhta. Dengan demikian,
orang-orang yang bersembunyi secara diam-diam akan menghim-
pun banyak orang untuk tampil bagi Absalom, dan datang mela-
yaninya. Seandainya mereka mengetahui duduk perkara yang
sebenarnya, tentulah mereka akan jijik memikirkannya, namun ,
sebab sudah terbujuk, mereka pun mau memberikan dukungan
kepadanya. Lihatlah cara-cara licik seperti apa yang digunakan
oleh orang-orang yang berhasrat untuk berkuasa demi mencapai
tujuan mereka. Dalam hal pemerintahan, seperti juga dalam hal
agama, janganlah kita lekas percaya akan setiap roh, namun ujilah
roh-roh itu.
IV. Orang yang terutama dibujuk dan diandalkan oleh Absalom
dalam persepakatan ini yaitu Ahitofel, seorang ahli pemerintah-
an, dan orang yang berkepala jernih dan berwawasan luas. Ia
telah menjadi penasihat Daud, temannya dan orang kepercayaan-
nya (Mzm. 55:14), sahabat karib yang dia percayai, yang makan
rotinya (Mzm. 41:10). Akan namun , sebab suatu kekesalan Daud
terhadapnya, atau kekesalannya terhadap Daud, Ahitofel diusir,
atau undur diri dari pekerjaan dengan orang banyak, lalu tinggal
sendiri di desa. Bagaimana bisa orang yang memiliki dasar-dasar
pegangan yang begitu baik seperti Daud, dan orang yang memiliki
dasar-dasar pegangan yang begitu bobrok seperti Ahitofel, ber-
jalan berdampingan untuk waktu yang lama? Tidak ada alat lain
yang lebih tepat yang dapat ditemukan Absalom di seluruh keraja-
an, selain seorang pemuka negeri yang begitu besar, namun tidak
puas dengan pemerintahan sekarang. Selagi mempersembahkan
korban-korbannya, untuk membayar nazarnya yang pura-pura,
Absalom menyuruh orang memanggil Ahitofel. Hatinya begitu
terpatri pada rencana-rencana yang lahir dari hasratnya untuk
berkuasa itu, sehingga ia tidak dapat meneruskan ibadahnya
sampai selesai. Hal ini menunjukkan apa yang sebenarnya dia
incar dalam semuanya itu, dan bahwa ia hanya berpura-pura
membuat persembahan-persembahan dalam waktu yang lama.
V. Kelompok yang bergabung dengan Absalom pada akhirnya ter-
bukti sangat besar. Makin banyak rakyat yang memihak Absalom,
sehingga persepakatan gelap itu menjadi kuat dan menakutkan.
Setiap orang yang pernah dipuji dan disanjungnya, dengan
mengatakan bahwa perkara mereka baik dan benar, terutama jika
sesudahnya perkara itu merugikan mereka, tidak hanya datang
sendiri, namun juga sebisa mungkin membuat semua orang ber-
pihak padanya, sehingga dia tidak kekurangan jumlah. Jumlah
terbesar bukanlah pedoman yang pasti untuk menilai keadilan.
Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. Kita tidak tahu
apakah Absalom menyusun rencana ini sebab hasrat dan
kesenangannya yang mengebu-gebu untuk memerintah, ataukah
sebab di dalamnya ada juga kebencian terhadap ayahnya dan
keinginan untuk membalas dendam atas pembuangan dan peng-
asingan yang telah dialaminya, meskipun hukuman itu jauh lebih
ringan daripada yang pantas diterimanya. Akan namun , secara
umum, orang yang mengincar mahkota pasti akan mengincar
kepala orang yang mengenakannya.
Pelarian Daud
(15:13-23)
13 Lalu datanglah seseorang mengabarkan kepada Daud, katanya: “Hati orang
Israel telah condong kepada Absalom.” 14 Kemudian berbicaralah Daud
kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem:
“Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan
luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat
lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota
ini dengan mata pedang!” 15 Para pegawai raja berkata kepada raja: “Terserah
kepada tuanku raja! Hamba-hambamu ini siap!” 16 Lalu keluarlah raja dan
seisi rumahnya mengiringi dia; sepuluh orang gundik ditinggalkan raja untuk
menunggui istana. 17 Maka keluarlah raja dan seluruh orang-orangnya
mengiringi dia. Dekat rumah yang terakhir mereka berhenti 18 sedang semua
pegawainya berjalan melewatinya, juga semua orang Kreti dan semua orang
Pleti. Juga semua orang Gat, enam ratus orang banyaknya, yang mengiringi
dia sejak dari Gat, berjalan melewati raja. 19 Lalu bertanyalah raja kepada
Itai, orang Gat itu: “Mengapa pula engkau berjalan beserta kami? Pulanglah
dan tinggallah bersama-sama raja, sebab engkau orang asing, lagipula
engkau orang buangan dari tempat asalmu. 20 Baru kemarin engkau datang,
masakan pada hari ini aku akan membawa engkau mengembara bersama-
sama kami, padahal aku harus pergi entah ke mana. Pulanglah dan bawalah
juga saudara-saudaramu pulang; mudah-mudahan TUHAN menunjukkan
kasih dan setia kepadamu!” 21 namun Itai menjawab raja: “Demi TUHAN yang
hidup, dan demi hidup tuanku raja, di mana tuanku raja ada, baik hidup
atau mati, di situ hambamu juga ada.” 22 Lalu berkatalah Daud kepada Itai:
“Jika demikian, berjalanlah lewat.” Kemudian lewatlah Itai, orang Gat itu,
bersama-sama dengan semua orangnya dan semua anak yang menyertai dia.
23 Seluruh negeri menangis dengan suara keras, saat seluruh rakyat
berjalan lewat. Raja menyeberangi sungai Kidron dan seluruh rakyat berjalan
ke arah padang gurun.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Pemberitahuan yang disampaikan kepada Daud mengenai pem-
berontakan Absalom (ay. 13). Perkara itu sendiri sudah cukup bu-
ruk, namun tampaknya kabar yang dibawa membuatnya ter-
dengar lebih buruk bagi Daud daripada yang sebenarnya, seperti
yang biasa terjadi untuk perkara-perkara semacam itu. Sebab ia
diberi tahu bahwa hati orang Israel, yaitu mereka pada umumnya,
setidak-tidaknya para pemuka, telah condong kepada Absalom.
namun Daud lebih cenderung mempercayainya, sebab sekarang ia
dapat mengingat cara-cara licik yang telah dipakai Absalom untuk
membujuk mereka. Dan mungkin ia merenungkannya dengan
penyesalan bahwa ia tidak berusaha lebih keras untuk mengha-
lang-halangi Absalom, dan mengamankan kepentingannya sendiri,
yang terlalu diyakininya sudah aman. Perhatikanlah, berhikmatlah
bagi para raja untuk memastikan keadaan rakyat mereka. Sebab,
jika mereka mendapatkan hati rakyat, maka mereka juga menda-
patkan dana, daya, dan semuanya milik rakyat untuk melayani
mereka.
II. Tanda bahaya yang ditangkap Daud dari pemberitahuan itu, dan
keputusan-keputusan yang ia buat sebagai akibatnya. Dapat kita
bayangkan bahwa dia seperti disambar petir, tatkala mendengar
bahwa putra yang begitu dikasihinya, dan yang begitu dimanja-
kannya, sekarang malah mengangkat senjata melawan dia dengan
begitu tidak wajar dan tidak tahu terima kasih. Baiklah ia berkata
seperti Kaisar Julius, Kai su teknon – engkau juga, anakku? Ja-
nganlah orangtua terlalu banyak berharap pada anak-anak mereka,
supaya jangan mereka kecewa. Daud tidak mengumpulkan para
majelis, namun , hanya dengan bertanya kepada Allah dan hatinya
sendiri, ia segera memutuskan untuk meninggalkan Yerusalem
(ay. 14). Ia mengambil keputusan yang mengherankan ini, yang
begitu bertentangan dengan citra dirinya sebagai orang yang pem-
berani, entah,
1. Sebagai orang yang bertobat, dengan tunduk pada tongkat pe-
mukul, dan terbaring di bawah tangan Allah yang menghajar.
Hati nuraninya sekarang mengingatkan dia akan dosanya
dalam perkara Uria, dan hukuman yang menimpanya sebab
itu, yaitu bahwa malapetaka akan ditimpakan ke atasnya yang
datang dari kaum keluarganya sendiri. “Sekaranglah,” pikir
Daud, “waktunya firman Allah mulai digenapi, dan aku tidak
boleh menentang atau melawannya. Allah itu adil, dan aku
akan tunduk.” Di hadapan Absalom yang fasik, ia bisa mem-
benarkan diri dan melawan. Akan namun , di hadapan Allah
yang benar, ia harus menyalahkan diri sendiri dan berserah
pada penghakiman-penghakiman-Nya. Demikianlah ia mem-
bayar pulih kesalahannya. Atau,
2. Sebagai seorang ahli pemerintahan. Yerusalem yaitu kota
yang besar, namun tidak dapat dipertahankan. Tampak dari doa
Daud (Mzm. 51:20), bahwa tembok-tembok kota itu belum
dibangun, apalagi dibentengi secara tetap. Yerusalem terlalu
besar untuk dijaga oleh pasukan yang begitu sedikit seperti
yang dimiliki Daud sekarang. Ada alasan baginya untuk takut
bahwa penduduk kota itu pada umumnya terlalu senang
dengan Absalom untuk bisa setia kepadanya. Seandainya
Daud melindungi diri di dalam kota, ia bisa saja kehilangan
negeri itu, padahal di dalamnya ia berharap memiliki paling
banyak sekutu, terutama dari antara orang-orang yang tinggal
di tempat paling jauh dari pengaruh Absalom. Lagi pula, Daud
begitu mencintai Yerusalem sehingga tidak mau menjadikannya
medan perang, dan memperhadapkannya pada malapetaka-
malapetaka yang timbul dari pengepungan. Ia lebih memilih
mengalah kepada pemberontak dan keluar dari situ. Perhati-
kanlah, saat orang baik menderita, ia tidak peduli betapa sedi-
kitnya orang yang mau menderita bersamanya.
III. Daud bergegas lari dari Yerusalem. Para hambanya menyetujui
langkah-langkah yang diambilnya, dan mengikuti dia dengan setia
(ay. 15) serta meyakinkan dirinya akan kesetiaan mereka yang
tidak akan berubah. Oleh sebab itu,
1. Daud sendiri pergi dari Yerusalem dengan berjalan kaki, se-
mentara putranya, Absalom, memiliki kereta dan kuda. Sosok
yang kelihatan paling baik tidaklah selalu orang yang terbaik,
atau mempunyai kepentingan yang terbaik. Lihatlah di sini,
yang menunggang kuda yaitu bawahan yang sekaligus