Rabu, 29 Januari 2025

samuel 23

 


ud tidak melemparkan Amnon ke dalam mulut bahaya 

dengan membiarkannya pergi ke rumah Absalom. jika  kita 

tidak berbuat semampu mungkin untuk mencegah kejahatan, 

maka kita membuat diri kita menjadi kaki tangan kejahatan 

itu. Kalau kita berkata: “Sungguh, kami tidak tahu hal itu!” 

Apakah Dia yang menguji hati tidak tahu yang sebenarnya 

apakah kita mengetahuinya atau tidak? Lihat Amsal 24:11-12. 

Syukurlah jika Yonadab tidak bersalah atas kematian Amnon 

seperti ia bersalah atas dosa Amnon. Seperti itulah jadinya 

teman yang didengar sebagai penasihat untuk berbuat jahat. 

Ia yang tidak mau berbuat baik untuk mencegah dosa Amnon, 

tidak akan berbuat baik pula untuk mencegah kehancuran 

Amnon, padahal, sepanjang yang bisa disaksikan, dia bisa saja 

melakukan keduanya.  

2. Melalui kembalinya semua anak raja dengan selamat kecuali 

Amnon. Mereka dan para pegawai mereka dengan cepat ter-

lihat oleh para penjaga (ay. 34-35), dan tiba dengan segera, 

untuk memperlihatkan bahwa mereka masih hidup, namun  

membawa kabar sedih dan pasti bahwa Absalom telah mem-

bunuh Amnon saudara mereka. Kesedihan yang telah melanda 

Daud atas apa yang tidak terjadi, membuatnya dapat mene-

rima dengan lebih baik apa yang benar-benar terjadi, dengan 

memberinya alasan yang nyata di depan mata, sesudah  dia 

tersadar, untuk bersyukur kepada Allah bahwa tidak semua 

anaknya mati. Namun kenyataan bahwa Amnon mati, dan 

dibunuh oleh saudaranya sendiri dengan begitu biadab dan 

khianat, cukup membuat raja dan istana, raja dan kerajaan, 

benar-benar berkabung. Dukacita akan lebih beralasan apa-

bila ada dosa di dalamnya. 

III. Absalom melarikan diri dari keadilan: Absalom segera melarikan 

diri (ay. 34). Ia sekarang menjadi sama takutnya terhadap anak-

anak raja seperti mereka takut terhadapnya. Mereka melarikan 

diri dari kebenciannya, sedangkan dia melarikan diri dari keadilan 

mereka. Tidak ada wilayah di Israel yang dapat memberikan per-

lindungan kepadanya. Kota-kota perlindungan tidak memberikan 

perlindungan kepada seorang pembunuh yang membunuh secara 

sengaja. Walaupun Daud telah membiarkan hubungan sedarah 

yang dilakukan Amnon tidak dihukum, namun Absalom tidak 

dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan mendapat peng-

ampunan Daud atas pembunuhan ini. Begitu tegas hukum Taurat 

dalam perkara ini, dan begitu terkenal keadilan Daud, dan keta-

kutannya akan kesalahan sebab  penumpahan darah. Oleh sebab 

itu, Absalom mencari jalan sebaik-baiknya untuk pergi kepada 

kerabat ibunya, dan disambut oleh kakeknya Talmai, raja negeri 

Gesur (ay. 37). Di sana dia dilindungi selama tiga tahun (ay. 38), 

sebab  Daud tidak menuntut dia, dan Talmai pun tidak merasa 

harus mengirimkan Absalom kembali pulang kecuali dia dituntut 

untuk pulang. 

IV. Ketidaktenangan Daud atas kepergian Absalom. Ia berdukacita 

berhari-hari lamanya sebab  Amnon (ay. 37), namun , sebab  

Amnon sudah tidak bisa kembali lagi, maka waktu pun mengikis 

kesedihan itu: kesedihan hatinya sebab  Amnon telah surut. 

Waktu juga telah mengikis banyak kebenciannya terhadap dosa 

Absalom. Bukannya membenci Absalom sebagai seorang pembu-

nuh, dia justru rindu untuk menemui Absalom (ay. 39, kjv). Mula-

mula Daud tidak sampai hati untuk mengadilinya. Sekarang dia 

hampir bersedia menerimanya kembali di dalam hatinya. Inilah 

kelemahan Daud. Ada sesuatu yang dilihat Allah di dalam hati 

Daud yang membuat kelemahan ini berbeda, sebab jika tidak, kita 

harus memandang bahwa dia, tidak berbeda dengan Eli, lebih 

menghormati anak-anaknya daripada Allah. 

 

 

 

 

 

PASAL 14  

agaimana Absalom membuat dirinya sendiri terlempar keluar dari 

perlindungan dan perkenanan ayahnya yang yaitu  raja, sudah 

kita baca dalam pasal sebelumnya, yang membuat dirinya menjadi 

orang buangan, di luar perlindungan hukum, dan buronan. Dalam 

pasal ini diceritakan kepada kita mengenai cara-cara cerdik yang 

dipakai untuk menyatukan Absalom kembali dengan ayahnya, dan 

bagaimana pada akhirnya penyatuan itu terlaksana. Cerita ini dicatat 

di sini untuk menunjukkan kebodohan Daud dalam membiarkan 

Absalom hidup dan memanjakan dia dalam kejahatannya. Oleh 

sebab  itu, segera sesudahnya Daud dihukum dengan berat melalui 

pemberontakan Absalom yang tidak wajar. 

I.  Yoab, dengan mengajukan perkara bohongan, seperti yang di-

katakan para pengacara, untuk diadili di hadapan Daud, 

dalam perkara seorang janda miskin dari Tekoa, berhasil men-

dapatkan putusan umum dari Daud, bahwa dalam perkara itu 

hukuman mati bagi seorang pembunuh harus ditiadakan (ay. 

1-20). 

II.  saat  putusan ini diterapkan pada perkara Absalom, Yoab 

mendapat perintah dari Daud untuk membawa Absalom 

kembali ke Yerusalem, sekalipun ia masih belum diperboleh-

kan datang ke istana (ay. 21-24). 

III. sesudah  penjelasan mengenai Absalom, sosoknya, dan keluar-

ganya, diceritakan kepada kita bagaimana pada akhirnya 

Absalom dibawa Yoab ke hadapan raja, dan sang raja pun 

sepenuhnya berdamai dengan dia (ay. 25-33). 

Siasat Yoab untuk Membela Absalom; 

Akal Bulus Yoab 

(14:1-20) 

1 saat  Yoab, anak Zeruya, mengetahui, bahwa hati raja merindukan Absa-

lom, 2 maka ia menyuruh orang ke Tekoa menjemput dari sana seorang pe-

rempuan yang bijaksana, lalu ia berkata kepada wanita   itu: “Berlakulah 

pura-pura berkabung, dan pakailah pakaian berkabung, janganlah berurap 

dengan minyak, dan berlakulah seperti seorang wanita   yang telah lama 

berkabung sebab  seorang mati. 3 Kemudian masuklah menghadap raja dan 

berbicaralah kepadanya seperti ini” – lalu Yoab menaruh perkataannya ke 

dalam mulut wanita   itu 4 saat  wanita   Tekoa itu masuk mengha-

dap raja, sujudlah ia dengan mukanya ke tanah dan menyembah, sambil ber-

kata: “Tolonglah, ya tuanku raja!” 5 Raja bertanya kepadanya: “Ada apa?” 

Jawabnya: “Ah, aku ini seorang janda, sebab suamiku sudah mati. 6 Ham-

bamu ini mempunyai dua orang anak laki-laki; mereka berkelahi di padang 

dan sebab  tidak ada yang memisahkan, maka yang satu memukul yang lain 

dan membunuh dia. 7 Dan sekarang seluruh kaum keluarga bangkit mela-

wan hambamu ini, dan mereka berkata: Serahkanlah orang yang membunuh 

saudaranya itu, supaya kami menghukum dia mati ganti nyawa saudaranya 

yang telah dibunuhnya itu, dan supaya kami memunahkan juga ahli waris 

itu. Mereka hendak memunahkan keturunanku yang masih tersisa itu 

dengan tidak meninggalkan nama atau keturunan bagi suamiku di muka 

bumi.” 8 Lalu berbicaralah raja kepada wanita   itu: “Pulanglah ke rumah-

mu, mengenai engkau akan kuberi perintah.” 9 wanita   Tekoa itu berkata 

kepada raja: “Aku dan keluargaku akan menanggung kesalahan itu, ya tuan-

ku raja, namun  raja dan takhtanya tak bersalah.” 10 Lalu berkatalah raja: “Jika 

ada orang yang mengatakan apa-apa lagi terhadap engkau, bawalah orang itu 

menghadap aku, maka ia tidak akan mengusik engkau lagi.” 11 Kata perem-

puan itu: “Kiranya raja ingat kepada TUHAN, Allahmu, supaya si penuntut 

tebusan darah jangan terlalu banyak menimbulkan kemusnahan dan supaya 

mereka jangan memunahkan anakku itu.” Lalu berkatalah raja: “Demi 

TUHAN yang hidup – sehelai rambut pun dari kepala anakmu itu takkan 

jatuh ke bumi!” 12 Kemudian berkatalah wanita   itu: “Izinkanlah hamba-

mu ini berkata sepatah kata lagi kepada tuanku raja.” Jawabnya: “Katakan-

lah.” 13 Berkatalah wanita   itu: “Mengapa raja merancang hal yang demi-

kian terhadap umat Allah? Oleh sebab  tuanku mengucapkan perkataan ini, 

maka tuanku sendirilah yang bersalah dengan tidak mengizinkan pulang 

orang yang telah dibuangnya. 14 Sebab kita pasti mati, kita seperti air yang 

tercurah ke bumi, yang tidak terkumpulkan. namun  Allah tidak mengambil 

nyawa orang, melainkan Ia merancang supaya seorang yang terbuang jangan 

tinggal terbuang dari pada-Nya. 15 Maka sekarang, aku datang mengatakan 

perkataan ini kepada tuanku raja sebab  orang banyak itu telah menakut-

nakuti aku. Sebab itu pikir hambamu ini: baiklah aku berbicara dahulu 

dengan raja, mungkin raja mengabulkan permohonan hambanya ini; 16 sebab 

raja akan mendengarkan aku dan akan melepaskan hambanya ini dari 

tangan orang yang hendak memunahkan aku dan anakku bersama-sama 

dari milik pusaka Allah. 17 Juga hambamu ini berpikir: perkataan tuanku 

raja tentulah akan menenangkan hati, sebab seperti malaikat Allah, demi-

kianlah tuanku raja, yang dapat membeda-bedakan apa yang baik dan jahat. 

Dan TUHAN, Allahmu, kiranya menyertai tuanku.” 18 Lalu raja menjawab, 

katanya kepada wanita   itu: “Baiklah jangan sembunyikan kepadaku apa 

yang hendak kutanyakan kepadamu.” Kata wanita   itu: “Berkatalah 

kiranya tuanku raja!” 19 Kemudian bertanyalah raja: “Adakah Yoab campur 

tangan dengan engkau dalam semuanya ini?” wanita   itu menjawab: “Demi

Kitab 2 Samuel 14:1-20 

 781 

hidupmu, tuanku raja, tidaklah mungkin untuk menyimpang ke kanan atau ke 

kiri dari segala yang tuanku raja katakan. Sesungguhnya hambamu Yoab yang 

memerintahkan daku; dialah yang menaruh ke dalam mulut hambamu segala 

perkataan ini. 20 Dengan maksud untuk mengubah rupa perkara itu maka 

hambamu Yoab melakukan perkara ini. namun  tuanku bijaksana sama seper-

ti malaikat Allah, sehingga mengetahui semua yang terjadi di bumi.” 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Rancangan Yoab agar Absalom dapat dipanggil pulang dari pem-

buangan, diampuni kejahatannya, dan dicabut hukumannya (ay. 

1). Yoab sangat menyibukkan diri dalam perkara ini.  

1. Sebagai pejabat istana yang gigih, dengan segala cara yang 

mungkin, untuk mengambil hati rajanya dan membuat sang 

raja berpihak pada kepentingannya. Yoab mengetahui bahwa 

hati raja merindukan Absalom, dan bahwa, sebab  panas 

amarahnya telah surut, sang raja masih menyisakan kasihnya 

yang dulu terhadap Absalom. Sang raja hanya memerlukan 

seorang teman untuk membujuknya agar mau diperdamaikan, 

dan untuk merancangkan baginya cara melakukan itu tanpa 

melanggar kehormatan keadilannya. Yoab, sesudah  mengetahui 

bagaimana perasaan Daud mengenai perkara itu, memikul 

pekerjaan yang baik ini.  

2. Sebagai teman Absalom, yang mungkin dikasihinya secara 

khusus, yang dilihatnya paling tidak sebagai matahari terbit, 

dan yang penting baginya untuk memberikan kesan baik di 

mata Absalom. Yoab sudah dapat melihat dengan jelas, sebe-

lum itu terjadi, bahwa ayah Absalom pada akhirnya akan 

berdamai dengannya. Oleh sebab  itu, Yoab berpikir bahwa ia 

pasti akan membuat keduanya menjadi temannya jika dia bisa 

berperan dalam mewujudkan perdamaian itu.  

3. Sebagai pemuka negeri, dan orang yang peduli terhadap kese-

jahteraan rakyat. Yoab tahu betapa Absalom dikasihi oleh rak-

yat. Dan, jika Daud sampai meninggal selama Absalom dalam 

pembuangan, bisa jadi akan timbul perang saudara antara 

orang-orang yang mendukung Absalom dan orang-orang yang 

menentangnya. Sebab ada kemungkinan bahwa walaupun 

seluruh Israel mengasihi pribadi Absalom, namun mereka 

terpecah dalam perkara yang membelitnya ini. 

4. Sebagai orang yang sendirinya bersalah dalam hal pembunuh-

an Abner. Yoab sendiri menyadari bahwa dia telah bersalah 

atas penumpahan darah, dan bahwa dia sendiri pantas diadili 

dalam pengadilan rakyat. Oleh sebab  itu, perkenanan apa 

pun yang dapat ditunjukkan kepada Absalom berkat usaha-

nya, akan mendukung penghapusan hukuman bagi dirinya. 

II. Upaya Yoab untuk melakukannya dengan mengajukan perkara 

yang agak mirip dengan perkara Absalom ke hadapan raja, yang 

dilakukan dengan begitu piawai oleh orang yang dipekerjakannya, 

sampai-sampai raja mengira bahwa perkara itu benar-benar 

terjadi, dan menjatuhkan putusan atasnya, seperti yang telah di-

lakukannya atas perumpamaan Natan. Dan, sebab  putusan yang 

diberikan menguntungkan si pelaku kejahatan, maka wanita   

yang mengatur cerita itu, berdasar  putusan ini , dapat 

mengetahui bagaimana perasaan sang raja tentang hal ini. Ia 

dapat mengetahuinya sampai sedemikian jauh hingga berani 

meminta penerapan dari putusan itu, dan menunjukkan bahwa 

itu yaitu  perkara keluarga sang raja sendiri. Ada kemungkinan 

bahwa wanita   itu diperintahkan untuk tidak melanjutkan 

sampai ke tahap itu jika  putusan sang raja atas perkaranya 

ternyata memberatkan dirinya.  

1. Orang yang dipekerjakan Yoab itu tidak disebutkan namanya, 

namun  ia dikatakan sebagai wanita   Tekoa, seseorang yang 

diketahui Yoab cocok untuk pekerjaan seperti ini. Dan penting 

bahwa perkara itu harus digambarkan terjadi di suatu tempat 

yang jauh, supaya Daud tidak merasa heran bahwa dia tidak 

pernah mendengar perkara itu sebelumnya. Dikatakan bahwa 

dia yaitu  seorang wanita   yang bijaksana, wanita   

yang lebih cerdas dan lebih fasih lidahnya daripada sebagian 

besar orang di daerahnya (ay. 2). Kebenaran cerita itu tidak 

akan begitu dicurigai jika  cerita itu datang, seperti yang 

diduga, dari mulut orang itu sendiri. 

2. Tokoh yang diperankannya yaitu  seorang janda yang tanpa 

harapan (ay. 2). Yoab tahu bahwa orang seperti itu akan 

mudah mendapat perhatian raja, yang selalu siap menghibur 

orang-orang yang berduka, terutama para janda yang sedang 

berkabung, sebab ia sendiri menyebutkannya di antara gelar-

gelar kehormatan Allah, bahwa Dia yaitu  Pelindung bagi para 

janda (Mzm. 68:6). Telinga Allah, tidak diragukan lagi, lebih 

terbuka untuk mendengar tangisan orang yang tertindas, 

demikian pula dengan hati-Nya, dibandingkan para raja di 

bumi yang paling berbelas kasihan sekalipun.  

3. Perkara untuk memohon belas kasihanlah yang harus dike-

mukakan wanita   itu kepada raja, dan perkara yang di 

dalamnya ia tidak akan memperoleh kelegaan kalau bukan 

dari putusan  kerajaan, sebab hukum Taurat dan oleh sebab  

itu penghakiman dari semua pengadilan yang lebih rendah, 

melawannya. wanita   Tekoa itu memberi tahu raja bahwa 

ia telah mengubur suaminya (ay. 5), dan bahwa ia memiliki 

dua anak laki-laki yang menjadi penopang dan penghibur 

dirinya dalam keadaannya sebagai janda. Bahwa kedua anak 

laki-laki ini, seperti yang cenderung dilakukan orang muda,  

bertengkar dan berkelahi dan yang satu secara menyedihkan 

membunuh yang lain (ay. 6). Dan bahwa, di pihaknya, ia ingin 

melindungi si pembunuh itu. Sebab, seperti alasan yang di-

kemukakan Ribka mengenai kedua anak laki-lakinya, meng-

apa ia akan kehilangan mereka berdua pada satu hari juga? 

(Kej. 27:45). kan namun , walaupun dia, yang merupakan kera-

bat terdekat dari orang yang dibunuh itu, bersedia melepaskan 

hak penuntut tebusan darah, namun kerabat yang lain bersi-

keras bahwa anak yang masih hidup itu harus dihukum mati 

sesuai hukum Taurat. Hal ini mereka lakukan bukan sebab  

mereka peduli pada keadilan atau kenangan akan saudara 

yang terbunuh itu, melainkan supaya, dengan membinasakan 

sang ahli waris yang dengan lancang mereka akui sebagai 

tujuan mereka, warisannya bisa menjadi milik mereka. Dan 

dengan demikian mereka ingin melenyapkan, 

(1) Penghiburannya: “Mereka hendak memunahkan keturunan-

ku (ay. 7, KJV: Mereka hendak memadamkan baraku), hen-

dak mengambil dariku satu-satunya penopang di masa 

tuaku, dan menghentikan segala sukacitaku di dunia ini, 

yang mengerucut pada satu bara ini.” 

(2) Kenangan akan suaminya: “Keluarga suamiku akan punah 

sama sekali, dan mereka tidak meninggalkan nama atau 

keturunan baginya” (ay. 7).  

4. Raja menjanjikan dukungannya dan perlindungannya bagi 

anak dari wanita   itu. Amatilah bagaimana wanita   itu 

memanfaatkan kelonggaran-kelonggaran yang diberikan sang 

raja dengan penuh belas kasihan. 

(1) sesudah  wanita   itu memaparkan perkaranya, raja ber-

janji akan mempertimbangkannya dan memberikan perin-

tah-perintah terkait dengannya (ay. 8). Hal ini sungguh 

membesarkan hati, bahwa sang raja tidak menepis permo-

honannya dengan perkataan “Currat lex – Biarlah hukum 

berjalan sendiri. Darah menuntut darah, dan biarlah dida-

patnya apa yang dituntutnya.” Sebaliknya, sang raja akan 

mengambil waktu untuk mencari tahu apakah pernyataan-

pernyataan dalam permohonannya itu benar.  

(2) wanita   itu tidak puas dengan janji raja ini, namun  me-

mohon agar sang raja segera memberi putusan yang meng-

untungkannya. Jika perkara itu tidak seperti yang ia 

paparkan, dan sebagai akibatnya putusan yang salah dija-

tuhkan atasnya, maka biarlah ia yang menanggung kesa-

lahannya, dan membebaskan raja dan takhtanya dari kesa-

lahan (ay. 9). Namun demikian, diucapkannya perkataan 

ini oleh wanita   itu tidak akan membebaskan raja dari 

kesalahan jika ia sampai menjatuhkan hukuman tanpa 

memeriksa perkara itu sebagaimana mestinya. 

(3) sebab  didesak seperti itu, raja berjanji lebih jauh bahwa 

wanita   itu tidak akan dicelakakan ataupun dihina oleh 

musuh-musuhnya, namun  sebaliknya, raja akan melindungi 

dia dari segala gangguan (ay. 10). Hakim haruslah menjadi 

pelindung bagi para janda yang tertindas. 

(4) Namun, janji ini pun tidak memuaskan wanita   itu, 

sampai ia bisa mendapatkan pengampunan untuk anak-

nya, dan juga perlindungan bagi anaknya itu. Orangtua 

tidak akan merasa tenang, kecuali anak-anak mereka 

aman, aman untuk dunia ini maupun dunia nanti: “Ja-

nganlah si penuntut tebusan darah memunahkan anakku 

(ay. 11), sebab habislah aku kalau aku kehilangan dia. 

Lebih baik ambil juga nyawaku dengan nyawanya. Oleh 

sebab  itu, kiranya raja ingat kepada TUHAN, Allahmu,” 

artinya, 

[1] “Biarlah raja mengikat putusan yang penuh belas kasihan 

ini dengan sumpah, dengan menyebutkan Tuhan Allah 

kita, sebagai seruan kepada-Nya, agar putusan itu tidak 

dapat diganggu gugat dan tidak dapat diubah, maka 

barulah aku bisa merasa tenang” (lih. Ibr. 6:17-18). 

[2] “Biarlah raja mempertimbangkan apa alasan yang baik 

untuk putusan yang penuh belas kasihan ini, maka ia 

sendiri pasti akan diteguhkan di dalamnya. Ingatlah 

betapa pengasih dan penyayang Tuhan Allahmu, betapa 

Dia panjang sabar terhadap orang-orang berdosa dan 

tidak memperlakukan mereka setimpal dengan kejahat-

an mereka, namun  siap sedia untuk memaafkan. Ingatlah 

bagaimana Tuhan Allahmu meluputkan Kain, yang 

membunuh saudaranya, dan melindungi dia dari para 

penuntut tebusan darah (Kej. 4:15). Ingatlah bagaimana 

Tuhan Allahmu mengampunimu atas darah Uria, dan 

hendaklah raja, yang telah mendapat belas kasihan, 

menunjukkan belas kasihan.” Perhatikanlah, tidak ada 

yang lebih pantas, atau yang lebih kuat, mendorong kita 

untuk melakukan segala kewajiban, terutama semua 

tindakan belas kasihan dan kebaikan, selain mengingat 

Tuhan Allah kita. 

(5) Janda yang terus bersikukuh ini, dengan mendesak per-

kara itu sedemikian gigih, pada akhirnya mendapatkan 

pengampunan penuh untuk anaknya, yang disahkan 

dengan sumpah seperti yang dikehendakinya: Demi TUHAN 

yang hidup, sehelai rambut pun dari kepala anakmu itu 

takkan jatuh ke bumi, artinya, “Aku akan menjamin bahwa 

dia tidak akan mengalami celaka sebab  perkara ini.” Anak 

Daud telah menjamin semua orang yang menempatkan diri 

mereka dalam perlindungan-Nya bahwa, walaupun mereka 

akan dibunuh sebab  Dia, tidak sehelai pun dari rambut 

kepala mereka akan hilang (Luk. 21:16-18). Meskipun me-

reka akan kalah demi Dia, mereka tidak akan kalah sebab  

Dia. Saya tidak bisa mengatakan apakah Daud berbuat 

baik dalam mengupayakan perlindungan ini bagi seorang 

pembunuh, yang tidak akan dilindungi oleh kota-kota per-

lindungan. Akan namun , sebagaimana perkara itu tampak 

bagi Daud, bukan saja ada alasan kuat untuk berbelas 

kasihan kepada sang ibu, namun  juga ada cukup ruang 

untuk memberikan putusan yang meringankan menyang-

kut si anak: ia memang telah membunuh saudaranya, 

namun  ia tidak membenci dia sebelumnya. Pembunuhan itu 

terjadi akibat luapan amarah yang tiba-tiba, dan, sepan-

jang yang bisa disaksikan, bisa jadi itu dilakukan untuk 

membela diri. Anak itu sendiri tidak mengatakan hal ini 

sebagai pembelaan, namun  hakim harus memberikan per-

timbangan bagi sang tahanan. Maka dari itu, biarlah belas 

kasihan kali ini menang atas penghakiman. 

5. sesudah  perkara itu diberi putusan yang meringankan anak 

dari wanita   itu, sekarang saatnya untuk menerapkan 

putusan itu kepada anak raja sendiri, Absalom. Topeng itu di 

sini mulai dilemparkan, dan babak lain dibuka. Sang raja 

terkejut, namun  tidak marah sama sekali, saat  mendapati 

orang yang tadinya memohon kepadanya dengan rendah hati, 

secara tiba-tiba, menjadi penegurnya, penasihat pribadinya, 

pembela bagi sang pangeran, anaknya, dan juru bicara rakyat, 

yang menyuarakan perasaan-perasaan mereka kepadanya. 

wanita   itu memohon maaf kepada raja, dan meminta ke-

sabarannya, atas apa yang hendak dikatakannya lebih lanjut 

(ay. 12). Dan dia mendapat izin untuk mengatakannya, sebab 

raja sangat senang dengan kecerdasan dan kecerdikannya.  

(1) wanita   itu menganggap bahwa perkara Absalom, pada 

dasarnya, sama dengan perkara yang dikatakannya sebagai 

perkara anaknya. Oleh sebab  itu, jika raja bersedia melin-

dungi anaknya, sekalipun dia telah membunuh saudara-

nya, terlebih lagi ia seharusnya melindungi anaknya sen-

diri, dan mengizinkan pulang orang yang telah dibuangnya 

(ay. 13). Mutato nomine, de te fabula narratur – Ganti saja 

namanya, maka cerita itu akan menjadi ceritamu. Perem-

puan itu tidak menyebut nama Absalom, tidak pula ia 

perlu menyebutkannya. Daud begitu merindukan Absalom, 

dan begitu memikirkan dia, hingga Daud langsung menya-

dari siapa yang dimaksud wanita   itu sebagai orang 

yang telah dibuangnya. Dalam pernyataan itulah tercakup 

dua alasan yang kekuatannya dirasakan oleh jiwa raja yang 

lembut: “Dia dibuang, dan sudah tiga tahun lamanya mera-

sakan kehinaan dan kengerian, serta segala ketidaknya-

manan, dari pembuangan. Bagi orang yang demikian su-

dahlah cukup tegoran ini. namun  dia itu orang yang telah 

engkau buang, anakmu sendiri, darah dagingmu sendiri, 

anak kesayanganmu, yang engkau cintai.” Memang benar, 

perkara Absalom sangat jauh berbeda dengan perkara yang 

telah disampaikan wanita   itu. Absalom tidak mem-

bunuh saudaranya sebab  amarah yang gegabah, namun  

dengan penuh kebencian, sebab  dendam kesumat. Dia 

membunuhnya bukan di padang, tanpa saksi mata, me-

lainkan pada meja perjamuan, di hadapan semua tamunya. 

Absalom bukanlah anak lelaki satu-satunya, seperti anak 

dari wanita   itu. Daud memiliki banyak anak laki-laki 

lain, salah satunya yang baru saja lahir, yang lebih besar 

kemungkinan akan menjadi penerusnya daripada Absalom, 

sebab anak itu diberi nama Yedija, sebab  Allah mengasihi-

nya. Akan namun , Daud sendiri terlalu terbawa perasaan 

oleh perkara itu, sehingga ia tidak dapat melihat dengan 

tajam perbedaan yang ada di antara kedua perkara itu. 

Dan, lebih daripada wanita   itu, Daud sangat ingin agar 

putusan yang meringankan yang telah diberikannya me-

nyangkut anak dari wanita   itu dapat diberikan kepada 

anaknya sendiri. 

(2) wanita   itu menyampaikan pemikirannya mengenai 

perkara itu kepada raja, untuk membujuk sang raja supaya 

memanggil Absalom pulang dari pembuangan, memberinya 

pengampunan, dan menerimanya kembali ke dalam perke-

nanannya. 

[1] wanita   itu menyerukan kepedulian yang dimiliki 

umat Israel terhadap Absalom. “Apa yang diperbuat 

terhadap Absalom diperbuat terhadap umat Allah, yang 

mengarahkan pandangan kepada Absalom sebagai ahli 

waris mahkota kerajaan, atau paling tidak yang meng-

arahkan pandangan kepada keluarga Daud secara 

umum, yang dengannya perjanjian diadakan. Oleh kare-

na itu, mereka tidak dapat tinggal diam melihat keluar-

ga itu mengecil dan merosot sebab  gugurnya begitu 

banyak rantingnya saat  usia mereka sedang mekar-

mekarnya. Oleh sebab  itu, tuanku mengucapkan perka-

taan ini sebagai orang yang bersalah, sebab tuanku ber-

sedia menjamin bahwa nama suamiku dan kenangan 

akan dirinya tidak dihapuskan, namun tidak ambil 

peduli sekalipun anak tuanku sendiri terancam bahaya, 

anak yang lebih berharga dan penting daripada sepuluh 

ribu anak kami.” 

[2] wanita   itu menyerukan kefanaan manusia (ay. 14): 

“Sebab kita pasti mati. Kematian sudah ditetapkan bagi 

kita. Kita tidak dapat menghindari kematian itu sendiri, 

ataupun menundanya sampai lain waktu. Kita semua 

pasti mati. Dan, saat  kita mati, kita tidak dapat 

kembali lagi, seperti air yang tercurah ke bumi. Bahkan, 

saat  kita masih hidup, kita sudah seperti itu, kita 

telah kehilangan keabadian kita, tanpa dapat memper-

olehnya kembali. Amnon pasti akan mati, suatu waktu, 

seandainya Absalom tidak membunuhnya. jika  Ab-

salom sekarang dihukum mati sebab  telah membunuh 

Amnon, itu tidak akan menghidupkan Amnon kembali.” 

Alasan ini buruk, dan bisa dipakai untuk menentang 

hukuman bagi pembunuh mana saja. Akan namun , tam-

paknya, Amnon tidak terlalu dipandang oleh umat Israel 

dan kematiannya tidak terlalu diratapi. Dan orang secara 

umum sangat menyayangkan kalau nyawa Absalom yang 

begitu berharga harus dihilangkan sebab  nyawa Amnon 

yang tidak begitu dianggap berharga.   

[3] wanita   itu menyerukan belas kasihan Allah dan 

pengampunan-Nya terhadap orang-orang berdosa yang 

malang: “Allah tidak mengambil nyawa, atau hidup 

orang, namun  merancang supaya seorang yang terbuang, 

yaitu anak-anak-Nya yang telah menyakiti hati-Nya, 

dan pantas dihukum menurut keadilan-Nya, seperti 

halnya Absalom bagimu, jangan tinggal terbuang sela-

manya dari pada-Nya” (ay. 14). Di sini ada dua ungkap-

an belas kasihan Allah terhadap orang-orang berdosa, 

yang secara tepat ditegaskan sebagai alasan untuk 

menunjukkan belas kasihan: Pertama, kesabaran yang 

diperlihatkan-Nya kepada mereka. Hukum-Nya dilang-

gar, namun Dia tidak serta-merta mengambil hidup 

orang-orang yang melanggarnya, tidak langsung memu-

kul mati orang-orang berdosa, seperti yang bisa saja dila-

kukan-Nya dengan adil, saat  dosa itu diperbuat, namun  

bersabar terhadap mereka, dan menantikan saatnya un-

tuk berbelas kasihan. Pembalasan Allah telah membiar-

kan Absalom hidup, lalu mengapa keadilan Daud tidak 

dapat membiarkannya hidup? Kedua, ketentuan yang 

telah disediakan-Nya untuk memulihkan orang-orang 

berdosa pada perkenanan-Nya, bahwa sekalipun dosa 

mereka telah membuat mereka sendiri terbuang dari-

Nya, namun mereka tidak terusir, atau terbuang, untuk 

selamanya. Pendamaian bagi orang berdosa dapat di-

adakan melalui korban. Orang kusta, dan semua orang 

lain yang najis sehingga tidak boleh mengikuti upacara 

ibadah, sebenarnya terbuang, namun  ada ketentuan yang 

dibuat untuk mentahirkan mereka, sehingga, sekalipun 

untuk sementara waktu mereka dikucilkan, mereka 

tidak selamanya terusir. Keadaan orang berdosa yaitu  

keadaan terbuang dari Allah. Orang berdosa yang ma-

lang dan terbuang ada kemungkinan akan selamanya 

terusir dari Allah seandainya tidak diambil suatu tin-

dakan untuk mencegahnya. Sungguh bertentangan de-

ngan kehendak Allah bahwa mereka harus terusir sela-

manya, sebab  Ia menghendaki supaya jangan ada yang 

binasa. Hikmat yang tak terhingga telah merancangkan 

suatu cara yang tepat untuk mencegahnya. Jadi, salah 

orang berdosa sendirilah jika mereka terbuang. Ungkap-

an dari kehendak baik Allah terhadap kita semua ini ha-

ruslah mendorong kita untuk bersikap penuh pengam-

punan dan belas kasihan satu sama lain (Mat. 18:32-33). 

6. wanita   itu menutup perkataannya dengan puji-pujian 

yang sangat menyanjung raja, dan ungkapan-ungkapan yang 

kuat akan keyakinannya bahwa sang raja akan melakukan 

apa yang adil dan baik dalam perkara anaknya maupun per-

kara Absalom (ay. 15-17). Sebab, seolah-olah perkara itu 

benar-benar terjadi, tetap saja wanita   itu memohon bagi 

dirinya sendiri dan anak laki-lakinya, walaupun yang dimak-

sudkannya yaitu  Absalom.  

(1) Dia tidak akan menyusahkan raja seperti itu seandainya 

orang banyak tidak menakut-nakutinya. Jika dimaknai 

sebagai perkara wanita   itu sendiri, semua tetangganya 

membuat dia khawatir akan kehancuran yang sedang me-

nanti dirinya dan anak laki-lakinya, dari para penuntut 

tebusan darah, yang kengeriannya membuat dia begitu 

berani datang kepada raja sendiri. Jika dimaknai sebagai 

perkara Absalom, wanita   itu membuat raja memahami 

apa yang tidak diketahuinya sebelumnya, bahwa bangsa 

itu sedemikian muak dengan kekerasannya terhadap Absa-

lom, hingga wanita   itu sendiri benar-benar takut kalau 

hal itu akan menimbulkan pembelotan atau pemberontak-

an seluruh bangsa. Untuk mencegah kejahatan besar itu-

lah dia memberanikan diri untuk berbicara langsung ke-

pada raja sendiri. Ketakutan yang dirasakannya haruslah 

membuat kekasarannya dimaklumi.  

(2) wanita   itu datang kepada raja dengan keyakinan besar 

akan hikmat dan belas kasihan sang raja: “Kataku, baiklah 

aku sendiri berbicara dahulu dengan raja, dan tidak me-

minta siapa pun untuk berbicara bagiku. Sebab raja akan 

bersedia mendengarkan penjelasan, bahkan dari orang ren-

dahan seperti aku ini, akan mendengarkan tangisan orang 

yang tertindas, dan tidak akan membiarkan rakyatnya yang 

paling miskin dipunahkan dari milik pusaka Allah.” Artinya, 

“Dihalau dari tanah Israel, untuk mencari tempat berlin-

dung di antara orang-orang yang tidak bersunat, seperti 

Absalom, yang perkaranya jauh lebih buruk lagi. Yaitu, 

sebab  diasingkan dari milik pusaka Allah, ia berada di luar 

hukum dan ketetapan-ketetapan Allah, yang dapat mem-

bantu membuatnya bertobat, dan terancam bahaya tertular 

penyembahan berhala bangsa kafir yang di antaranya dia 

tinggal, dan membawa pulang penyembahan berhala itu.” 

Untuk menggerakkan hati sang raja agar mau meluluskan 

permohonannya, wanita   itu menyatakan harapannya 

yang penuh keyakinan bahwa jawaban raja pasti akan 

menenangkan hati, dan seperti jawaban yang dibawa para 

malaikat (demikian menurut penjelasan Uskup Patrick), 

yang merupakan para utusan pembawa rahmat ilahi. Apa 

yang dikatakan wanita   ini sebagai pujian dikatakan 

nabi Zakharia sebagai janji (Za. 12:8), bahwa, sementara 

orang yang tersandung akan menjadi seperti Daud, keluarga 

Daud akan menjadi seperti Malaikat Tuhan. “Dan, agar hal 

ini terjadi, TUHAN Allahmu kiranya menyertaimu, untuk

 menolongmu dalam penghakiman ini dan dalam setiap 

penghakiman yang engkau berikan.” Harapan-harapan 

yang besar merupakan dorongan yang besar, terutama bagi 

orang-orang terhormat, untuk melakukan yang terbaik 

yang dapat mereka lakukan supaya tidak mengecewakan 

orang-orang yang bergantung pada mereka.  

7. Campur tangan Yoab dalam semuanya ini dicurigai oleh sang 

raja, dan diakui oleh wanita   itu (ay. 18-20). 

(1) Raja segera mencurigai adanya campur tangan Yoab. Sebab 

raja tidak dapat membayangkan bahwa wanita   seperti 

ini akan membawa perkaranya kepada dia, pada saat se-

perti itu, atas kemauannya sendiri. Dan raja tidak menge-

nal orang lain yang lebih mungkin menghasut dia selain 

Yoab, seorang yang cerdik sekaligus sahabat Absalom. 

(2) wanita   itu mengakuinya dengan sangat jujur: “Sesung-

guhnya hambamu Yoab yang memerintahkan daku. Jika hal 

itu baik, berterima kasihlah kepadanya, jika buruk, salah-

kanlah dia.” Meskipun wanita   itu tahu bahwa hal itu 

sangat berkenan kepada raja, namun dia tidak mau meng-

ambil pujian bagi dirinya sendiri, namun  mengatakan yang 

sebenarnya. Hal ini memberi kita teladan untuk berbuat 

serupa, dan tidak boleh berbohong untuk menutupi perse-

kongkolan yang diatur dengan baik. Beranilah jujur, tidak 

ada kebohongan yang perlu dikatakan.   

Absalom Dipanggil Pulang 

(14:21-27) 

21 Sesudah itu berkatalah raja kepada Yoab: “Baik, kukabulkan permohonan 

ini. Pergilah, bawalah kembali orang muda Absalom itu.” 22 Lalu sujudlah 

Yoab dengan mukanya ke tanah dan menyembah sambil memohon berkat 

bagi raja. Dan Yoab berkata: “Pada hari ini hambamu mengetahui bahwa 

tuanku raja suka kepada hamba, sebab  tuanku telah mengabulkan permo-

honan hambamu ini.” 23 Lalu bangunlah Yoab, ia pergi ke Gesur dan mem-

bawa Absalom ke Yerusalem. 24 namun  berkatalah raja: “Ia harus pergi ke 

rumahnya sendiri, jangan ia datang ke hadapanku.” Jadi pergilah Absalom ke 

rumahnya sendiri dan tidak datang ke hadapan raja. 25 Di seluruh Israel 

tidak ada yang begitu banyak dipuji kecantikannya seperti Absalom. Dari 

telapak kakinya sampai ujung kepalanya tidak ada cacat padanya. 26 jika  

ia mencukur rambutnya – pada akhir tiap-tiap tahun ia mencukurnya sebab  

menjadi terlalu berat baginya – maka ditimbangnya rambutnya itu, dua ratus 

syikal beratnya, menurut batu timbangan raja. 27 Bagi Absalom lahir tiga 

orang anak laki-laki dan seorang anak wanita  , yang bernama Tamar. Ia 

seorang wanita   yang cantik. 

Amatilah di sini,  

I. Perintah diberikan untuk membawa pulang Absalom. Keperluan 

yang dimiliki wanita   itu untuk datang ke hadapan Daud 

begitu berkenan, dan dia melaksanakannya dengan begitu cerdik 

dan mengejutkan, sehingga Daud dibawa ke dalam suasana hati 

yang luar biasa baik dan kata kepada Yoab: Pergilah bawalah 

kembali orang muda Absalom itu (ay. 21). Daud sendiri cenderung 

ingin menolong Absalom, namun, demi kehormatan keadilannya, 

ia tidak mau melakukannya kecuali atas permohonan yang diaju-

kan kepadanya, yang dapat menggambarkan cara-cara anugerah 

ilahi diberikan. Memang benar bahwa Allah berbelas kasihan 

terhadap orang-orang berdosa yang malang, menghendaki supaya 

jangan ada yang binasa, namun Dia didamaikan dengan mereka 

melalui seorang Pengantara, yang menjadi Pembela mereka di 

hadapan-Nya, dan yang kepada-Nya Allah telah memberikan 

perintah ini, pergilah, bawalah mereka kembali. Allah mendamai-

kan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus, dan Kristus datang ke 

tanah pembuangan kita ini untuk membawa kita kepada Allah. 

Yoab, sesudah  menerima perintah ini,  

1. Mengucapkan terima kasih kepada raja sebab  sudah mem-

berinya kehormatan untuk mengerjakan sebuah tugas yang 

begitu menyenangkan hati semua orang (ay. 22). Yoab meng-

anggap hal ini sebagai kebaikan bagi dirinya sendiri, dan 

(menurut sebagian penafsir) sebagai pertanda bahwa raja tidak 

akan menuntutnya untuk mempertanggungjawabkan pembu-

nuhan yang telah dilakukannya. Akan namun , jika itu yang 

dimaksudkannya, dia keliru, seperti yang akan kita jumpai 

(1Raj. 2:5-6). 

2. Tidak menunda-nunda waktu untuk melaksanakan perintah 

Daud. Yoab membawa Absalom ke Yerusalem (ay. 23). Saya 

tidak melihat bagaimana Daud dapat dibenarkan dalam me-

nangguhkan pelaksanaan hukum yang sudah ada sejak zaman 

dahulu Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya 

akan tertumpah oleh manusia (Kej. 9:6). Dan yang di dalam 

pelaksanaan itu seorang hakim yang benar tidak mau kenal 

saudara-saudaranya dan acuh tak acuh terhadap anak-anak-

nya. Hukum Allah tidak pernah dimaksudkan untuk tajam ke 

bawah namun tumpul ke atas. Allah dengan adil membuat 

Absalom, yang dibiarkan hidup oleh rasa iba Daud yang bodoh, 

menjadi cambuk bagi Daud. Akan namun , walaupun Daud meng-

izinkan Absalom pulang ke rumahnya sendiri, ia melarang 

Absalom datang ke istana, dan tidak mau menjumpainya sendiri 

(ay. 24). Daud menetapkan larangan ini kepada Absalom,  

(1) Demi kehormatan Daud sendiri, supaya dia tidak kelihatan 

menyokong penjahat sebesar itu, atau mengampuninya 

begitu mudah. 

(2) Untuk lebih mempermalukan Absalom. Mungkin Daud su-

dah mendengar sesuatu mengenai perilaku Absalom saat  

Yoab pergi menjemputnya, yang memberinya alasan yang 

sangat kuat untuk berpikir bahwa Absalom tidak benar-

benar bertobat. Itulah sebabnya Daud memberi Absalom 

tanda ketidaksenangannya ini, agar Absalom sadar dan 

dapat melihat dosanya serta berduka sebab nya, lalu ber-

damai dengan Allah. Begitu mendengar kabar tentang per-

tobatan ini, sudah pasti, Daud akan tergerak untuk mene-

rima Absalom kembali ke dalam perkenanannya. 

II. Dari sini diambil kesempatan untuk memberikan gambaran ten-

tang sosok Absalom. Tidak ada sesuatu pun yang dikatakan 

mengenai hikmatnya ataupun kesalehannya. Walaupun Absalom 

anak dari seorang ayah yang demikian taat beribadah, kita tidak 

membaca sesuatu pun tentang ibadahnya. Orangtua tidak dapat 

menurunkan anugerah kepada anak-anak mereka, sekalipun 

mereka memberikan pendidikan yang begitu baik terhadap anak-

anak mereka. Apa yang dikatakan di sini mengenai Absalom 

hanyalah, 

1. Bahwa Absalom yaitu  seorang yang sangat rupawan. Di selu-

ruh Israel tidak ada yang setampan dirinya (ay. 25), sebuah 

pujian yang buruk untuk seorang laki-laki yang tidak memiliki 

hal lain yang berharga dalam dirinya. Keelokan rupa tidak ada 

artinya jika tidak elok perbuatannya. Ada banyak jiwa yang 

cemar dan cacat berdiam dalam tubuh yang indah dan rupa-

wan. Lihat saja tubuh Absalom, yang tercemar dengan darah, 

dan cacat dengan sikap permusuhan yang tidak wajar terha-

dap ayahnya dan rajanya. Pada tubuhnya tidak ada cacat, 

namun  dalam pikirannya tidak ada yang lain kecuali luka dan 

memar. Mungkin ketampanannya menjadi satu alasan meng-

apa ayahnya begitu menyayanginya dan melindunginya dari 

keadilan. Orang-orang yang lebih suka dengan kerupawanan 

anak-anak mereka dibandingkan dengan perilaku baik mereka 

mempunyai alasan untuk takut melihat penderitaan pada 

anak-anak mereka.  

2. Bahwa Absalom memiliki rambut yang sangat bagus. Entah itu 

panjangnya, atau warnanya, atau kelembutannya yang luar 

biasa, ada sesuatu pada rambut Absalom yang membuatnya 

sangat berharga dan sangat memperelok dirinya (ay. 26). Di-

buat catatan ini tentang rambutnya, bahwa itu bukan seperti 

rambut seorang nazir sebab  Absalom jauh dari hidup ketat 

seperti itu, melainkan seperti rambut seorang pesolek. Dia 

membiarkan rambut itu tumbuh sampai menjadi beban bagi-

nya, dan terasa berat baginya. Dia juga tidak mau memotong-

nya selama dia masih bisa menahannya. Sebab kesombongan 

tidak mengenal penderitaan, entah dingin atau panas, dan apa 

yang menumbuhkan serta memuaskan kesombongan itu tidak 

dikeluhkan, sekalipun terasa sangat tidak nyaman. saat  

Absalom memangkasnya pada waktu-waktu tertentu, ia me-

nimbangnya untuk dipamerkan, supaya dapat dilihat betapa 

rambutnya jauh lebih bagus daripada rambut pria-pria lain, 

dan beratnya 200 syikal, yang menurut perhitungan beberapa 

orang seberat seribu empat ratus gram dalam satuan berat 

kita. Dan dengan minyak dan serbuk, terutama jika diberi 

serbuk emas (seperti yang dikatakan Yosefus mengenai gaya 

rambut pada saat itu), Uskup Patrick berpendapat bahwa 

tidak terlalu mengherankan jika rambut Absalom seberat itu. 

Rambut yang indah ini ternyata di kemudian hari menjadi tali 

gantungannya (18:9).  

3. Bahwa keluarga Absalom mulai bertambah besar. Ada ke-

mungkinan bahwa ada jangka waktu cukup lama sebelum 

Absalom mendapat anak. Dan pada saat itulah, sebab  putus 

asa dalam mendapatkan anak, ia mendirikan tugu yang dise-

butkan dalam pasal 18:18 itu, untuk mengabadikan namanya. 

Namun, sesudah nya ia mendapat tiga anak laki-laki dan satu 

anak wanita   (ay. 27). Atau mungkin ketiga anak laki-laki

ini, selagi Absalom sedang mempersiapkan pemberontakan-

nya, dibinasakan semuanya oleh tangan keadilan Allah, dan 

itulah sebabnya ia membangun tugu itu.   

Kembalinya Absalom  

(14:28-33) 

28 sesudah  Absalom diam di Yerusalem genap dua tahun lamanya, dengan 

tidak datang ke hadapan raja, 29 maka Absalom menyuruh memanggil Yoab 

untuk diutus kepada raja. namun  ia tidak mau datang kepadanya. Kemudian 

disuruhnya memanggil dia lagi, untuk kedua kalinya, namun  ia tidak mau 

datang. 30 Lalu berkatalah ia kepada hamba-hambanya: “Lihat, ladang Yoab 

ada di sisi ladangku dan di sana ada jelainya. Pergilah, bakarlah itu.” Maka 

hamba-hamba Absalom membakar ladang itu. 31 Lalu Yoab pergi mendapat-

kan Absalom ke rumahnya, dan bertanya kepadanya: “Mengapa hamba-

hambamu membakar ladang kepunyaanku itu?” 32 Jawab Absalom kepada 

Yoab: “Ya, aku telah menyuruh orang kepadamu mengatakan: datanglah ke 

mari, supaya aku mengutus engkau kepada raja untuk mengatakan: apa 

gunanya aku datang dari Gesur? Lebih baik aku masih tinggal di sana. Maka 

sekarang, aku mau datang ke hadapan raja. Jika aku bersalah, biarlah ia 

menghukum aku mati.” 33 Kemudian masuklah Yoab menghadap raja dan 

memberitahukan hal itu kepadanya. Raja memanggil Absalom, dan ia masuk 

menghadap raja, lalu sujud ke hadapan raja dengan mukanya ke tanah; lalu 

raja mencium Absalom. 

Tiga tahun lamanya Absalom telah diasingkan dari ayahnya, dan 

sekarang dua tahun menjadi tahanan di rumahnya sendiri, dan, 

dalam kedua hal itu, ia diperlakukan lebih baik daripada yang layak 

ia dapatkan. Namun demikian, rohnya tetap tidak merendah, kesom-

bongannya tidak mati, dan, bukannya bersyukur sebab  dibiarkan 

hidup, dia malah berpikir bahwa dia diperlakukan dengan sangat 

buruk sebab  tidak dikembalikan pada semua kedudukannya di 

istana. Seandainya ia benar-benar menyesali dosanya, maka jarak 

yang terbentang antara dirinya dengan kegembiraan-kegembiraan di 

istana, kesendiriannya dan pengasingannya di rumahnya sendiri, 

terutama sebab  rumah itu ada di Yerusalem kota kudus, pasti akan 

sangat menyenangkan baginya. Jika seorang pembunuh harus 

hidup, biarlah dia hidup menyendiri selamanya. Akan namun , Absalom 

tidak bisa tahan menanggung penghinaan yang adil dan lembut ini. 

Dia rindu melihat wajah raja, dengan berpura-pura sebab  dia me-

ngasihi raja, padahal sebenarnya sebab  dia ingin mendapat kesem-

patan untuk menggantikannya. Dia tidak dapat berbuat jahat kepada 

ayahnya sebelum dia didamaikan dengannya. Oleh sebab  itu, inilah 

bagian pertama dari rancangannya. Ular ini tidak dapat mematok lagi 

sampai dia dihangatkan dalam pelukan ayahnya. Absalom berhasil 

mencapai tujuan ini, bukan dengan berpura-pura tunduk atau ber-

janji untuk berubah, melainkan dengan menghina dan mencelaka-

kan. Coba bayangkan!   

1. Melalui perilakunya yang kurang ajar terhadap Yoab, Absalom 

berhasil membuat Yoab menjadi pengantara baginya. Dua kali 

Absalom mengirim utusan kepada Yoab untuk datang dan ber-

bicara dengannya, sebab Absalom tidak berani pergi kepada Yoab. 

Akan namun , Yoab tidak mau datang (ay. 29), mungkin sebab  

Absalom tidak mengakui dan berterima kasih atas kebaikan yang 

telah dilakukan Yoab dengan membawa Absalom ke Yerusalem, 

sebagaimana Yoab pikir seharusnya dilakukan Absalom. Orang 

yang pongah menganggap setiap kebaikan yang dilakukan terha-

dapnya sebagai utang. Orang akan berpikir bahwa seseorang yang 

berkedudukan seperti Absalom seharusnya mengutus orang un-

tuk menyampaikan pesan yang ramah kepada Yoab, dan mena-

warkannya hadiah dalam jumlah besar: Pegawai istana mengha-

rapkan hadiah dari bangsawan. Akan namun , bukannya berbuat 

demikian, Absalom malah menyuruh hamba-hambanya untuk 

membakar ladang jelai Yoab (ay. 30), perbuatan paling jahat yang 

dapat dilakukannya. Simson tidak dapat memikirkan perbuatan 

lain yang lebih besar daripada perbuatan ini untuk mencelakakan 

orang Filistin. Sungguh aneh bahwa Absalom sampai berpikir, 

dengan berbuat jahat kepada Yoab, ia akan berhasil membuat 

Yoab melakukan kebaikan baginya. Atau bahwa Absalom akan 

mendapat kesan baik di mata rajanya atau rakyat dengan menun-

jukkan dirinya sebagai orang yang sangat jahat dan berkelakuan 

buruk, dan musuh yang begitu besar bagi kebaikan umum, sebab 

api itu bisa saja menyebar ke ladang jelai orang lain. Namun demi-

kian, dengan cara ini Absalom berhasil membuat Yoab datang ke-

padanya (ay. 31). Demikian pula Allah, melalui penderitaan-pen-

deritaan, membawa kepada-Nya orang-orang yang sebelumnya 

menjaga jarak dari Dia. Absalom diwajibkan hukum Taurat untuk 

membayar ganti rugi (Kel. 22:6), namun kita tidak mendapati bah-

wa Absalom menawarkannya atau bahwa Yoab menuntutnya. Ada 

kemungkinan Yoab berpikir bahwa ia tidak dapat membenarkan 

penolakannya untuk datang dan berbicara dengan Absalom. Oleh 

sebab  itu, Absalom berpikir bahwa ia dapat membenarkan 

caranya ini untuk memanggil Yoab. Dan sekarang Yoab tidak 

hanya menerima dengan sabar celaka yang dibuat terhadapnya 

ini, namun  juga mau melakukan tugas yang diberikan kepadanya 

untuk menghadap raja. Mungkin sebab  ia merasa takut terhadap 

keberanian dan kegeraman Absalom yang mengejutkan, dan kha-

watir bahwa Absalom telah mempunyai pengaruh yang cukup 

kuat atas rakyat untuk mendukungnya melakukan hal-hal yang 

terlalu berani. Sebab jika tidak demikian, Yoab pasti tidak akan 

pernah mau melakukan hal ini. Lihatlah apa yang dapat dilaku-

kan sebagian orang dengan menggunakan ancaman, dan dengan 

melakukan perbuatan yang sewenang-wenang. 

2. Melalui pesannya yang kurang ajar (sebab saya tidak memiliki 

sebutan yang lebih baik) kepada raja, Absalom mendapatkan 

kembali kedudukannya di istana, untuk memandang wajah raja, 

yaitu, menjadi penasihat pribadi raja (Est. 1:14). 

(1) Pesannya begitu angkuh dan berlagak berkuasa, dan sangat 

tidak pantas diberikan seorang anak ataupun hamba (ay. 32). 

Absalom meremehkan kebaikan yang telah ditunjukkan kepa-

danya, yang telah memanggil dia kembali dari pembuangan 

dan memulangkan dia ke rumahnya sendiri, yang berada di 

Yerusalem: Apa gunanya aku datang dari Gesur? Ia menyang-

kal kejahatan-kejahatannya sendiri, walaupun jelas-jelas dike-

tahui semua orang, dan tidak mau mengakui bahwa ada kesa-

lahan dalam dirinya, dan sebab  itu secara tidak langsung 

mengatakan bahwa dia telah dijahati dalam teguran yang 

diterimanya. Absalom menantang keadilan raja: “Biarlah ia 

menghukum aku mati, kalau memang ia sampai hati,” sebab  

Absalom tahu betul bahwa raja terlalu mengasihinya untuk 

dapat melakukan hal itu. 

(2) Namun demikian, dengan pesan ini Absalom berhasil men-

capai tujuannya (ay. 33). Kasih Daud yang besar kepadanya 

menafsirkan semuanya ini sebagai rasa hormat Absalom yang 

besar kepada ayahnya, dan keinginan yang sungguh-sungguh 

untuk mendapat perkenanannya, padahal yang sebenarnya, 

sayang seribu sayang, justru jauh sebaliknya. Lihatlah betapa 

mudah orang yang bijaksana dan baik sekalipun diperdaya 

oleh anak-anaknya sendiri yang merancangkan kejahatan, 

terutama jika  mereka dibutakan oleh rasa sayang mereka 

terhadap anak-anak mereka. Absalom, dengan sikap tubuh-

nya, menunjukkan ketundukkannya kepada ayahnya: Ia sujud 

ke hadapan raja dengan mukanya ke tanah. Dan Daud, dengan 

sebuah ciuman, memeteraikan pengampunannya. Bukankah 

hati seorang ayah berhasil mendamaikan dirinya dengan anak 

yang tidak mau bertobat? Jadi, masakan orang-orang berdosa 

yang bertobat mempertanyakan belas kasihan Dia yang yaitu  

Bapa yang penuh pengampunan? Jika Efraim meratapi diri-

nya, maka Allah akan segera meratapinya, dengan segala ung-

kapan yang baik dari kelembutan seorang ayah: Efraim yaitu  

anak kesayangan bagi-Ku, anak kesukaan (Yer. 31:20). 

 

 

 

PASAL 1 5  

ama Absalom berarti “kedamaian ayahnya,” namun ternyata ia 

justru menjadi masalah terbesar bagi ayahnya. Begitu sering 

kita dikecewakan dalam apa yang kita harapkan dari makhluk cip-

taan. Pedang yang mengikuti keluarga Daud sampai sejauh ini ber-

kecamuk di antara anak-anaknya, namun  sekarang pedang itu mulai 

terhunus melawan Daud sendiri, dengan hal yang memberatkan ini, 

bahwa itu akibat kesalahannya sendiri. Sebab, andai saja ia telah 

menindak dengan adil Absalom si pembunuh, maka ia akan dapat 

mencegah Absalom si pengkhianat. Kisah pemberontakan Absalom 

dimulai pada pasal ini, namun  kita harus melewati tiga atau empat pasal 

lagi sebelum melihat kesudahannya. Dalam pasal ini kita mendapati, 

I. Tipu daya yang digunakan Absalom untuk merebut hati rak-

yat (ay. 1-6). 

II. Pengakuannya yang terang-terangan bahwa ia hendak me-

mahkotai diri sebagai raja di Hebron. Ia pergi ke sana dengan 

alasan ingin membayar nazar, dan sekelompok orang yang 

berpengaruh tampil baginya di sana (ay. 7-12).  

III. Kabar tentang hal ini disampaikan kepada Daud, lalu ia pun 

melarikan diri dari Yerusalem sebagai akibatnya (ay. 13-18). 

Dalam pelariannya ini diceritakan kepada kita, 

1. Apa yang terjadi antara Daud dan Itai (ay. 19-22). 

2. Keprihatinan seluruh negeri terhadap Daud (ay. 23). 

3. Pertemuan Daud dengan Imam Zadok (ay. 24-29). 

4. Air mata dan doa Daud atas peristiwa ini (ay. 30-31). 

5. Kesepakatan Daud dengan Husai (ay. 32-37). 

Sekarang digenapilah firman Allah, bahwa Ia akan “menim-

pakan malapetaka ke atasnya yang datang dari kaum keluar-

ganya sendiri” (12:11). 

Hasrat Absalom untuk Berkuasa 

(15:1-6) 

1 Sesudah itu Absalom menyediakan baginya sebuah kereta serta kuda dan 

lima puluh orang yang berlari di depannya. 2 Maka setiap pagi berdirilah 

Absalom di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang mem-

punyai perkara dan yang mau masuk menghadap raja untuk diadili perkara-

nya, orang itu dipanggil Absalom dan ditanyai: “Dari kota manakah engkau?” 

jika  ia menjawab: “Hambamu ini datang dari suku Israel anu,” 3 maka 

berkatalah Absalom kepadanya: “Lihat, perkaramu itu baik dan benar, namun  

dari pihak raja tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan engkau.”  

4 Lagi kata Absalom: “Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini! 

Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh 

datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil.”  

5 jika  seseorang datang mendekat untuk sujud menyembah kepadanya, 

maka diulurkannyalah tangannya, dipegangnya orang itu dan diciumnya.  

6 Cara yang demikianlah diperbuat Absalom kepada semua orang Israel yang 

mau masuk menghadap untuk diadili perkaranya oleh raja, dan demikianlah 

Absalom mencuri hati orang-orang Israel. 

Tidak lama sesudah  Absalom dikembalikan ke tempatnya di istana, ia 

segera berencana menduduki takhta. Dia yang tidak merendah saat  

mengalami kesusahan, menjadi congkak tak tertahankan saat  

kesusahan itu telah berlalu. Absalom tidak bisa puas dengan kehor-

matan menjadi putra raja, dan peluang untuk menjadi penerusnya, 

namun  ia ingin menjadi raja sekarang juga. Ibunya yaitu  seorang 

putri raja. Mungkin sebab  itulah ia menilai tinggi dirinya sendiri, 

dan memandang rendah ayahnya, yang hanyalah seorang anak Isai. 

Ibunya yaitu  anak wanita   dari seorang raja bangsa kafir, dan 

hal ini membuat Absalom kurang mempedulikan kesejahteraan 

Israel. Dalam buah pernikahan yang tidak membahagiakan itu, Daud 

menderita sebab  menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan 

orang yang tak percaya. saat  Absalom kembali mendapat perkenan-

an raja, seandainya ia memiliki sedikit rasa terima kasih, tentu ia 

akan berusaha untuk membalas budi ayahnya dan membuat dia 

tenang. Akan namun , sebaliknya, Absalom malah memikirkan cara 

untuk melemahkan dia, dengan mencuri hati rakyat darinya. Ada 

dua hal yang membuat seseorang disukai: kebesaran dan kebaikan. 

I. Absalom tampak besar (ay. 1). Ia telah belajar dari raja Gesur 

(yang tidak diperbolehkan bagi raja-raja Israel) bagaimana meme-

lihara banyak kuda. Hal ini membuatnya elok dipandang, semen-

tara sang ayah, yang menunggang bagal (peranakan kuda dengan 

keledai – pen.), terlihat hina. Rakyat menghendaki seorang raja

seperti bangsa-bangsa lain, dan raja yang seperti itulah yang di-

inginkan Absalom, yang tampil dalam kemegahan dan keagungan, 

melebihi apa yang pernah dilihat di Yerusalem. Samuel pernah 

bernubuat bahwa inilah yang menjadi gaya hidup raja: Ia akan 

memiliki kereta dan penunggang kuda, dan sebagian orang akan 

berlari di depan keretanya (1Sam. 8:11, KJV). Dan inilah yang 

menjadi gaya hidup Absalom. Lima puluh orang yang berlari di 

depannya (dengan berseragam mewah, dapat kita duga), untuk 

memaklumkan kedatangannya, akan sangat memuaskan keang-

kuhan Absalom dan khayalan rakyat yang bodoh. Daud mengira 

bahwa pawai ini  hanya dimaksudkan untuk menyemarak-

kan istananya, sehingga ia mengabaikannya. Orangtua yang 

membiarkan sifat sombong tumbuh dalam diri anak-anak mereka 

tidak tahu apa yang mereka perbuat. Sebab saya telah melihat 

lebih banyak pemuda hancur sebab  kesombongan daripada kare-

na hawa nafsu apa pun. 

II. Absalom juga akan tampak sangat baik, namun  dengan rancangan 

yang sangat jahat. Seandainya ia membuktikan dirinya sebagai 

anak dan hamba yang baik, dan menetapkan hati untuk melayani 

kepentingan ayahnya, maka ia sudah melakukan kewajibannya 

untuk saat ini, dan menunjukkan dirinya layak menerima kehor-

matan-kehormatan di masa depan, sesudah  ayahnya wafat. Orang 

yang tahu bagaimana mematuhi perintah dengan baik, tahu 

bagaimana memerintah. namun  menunjukkan betapa dirinya akan 

menjadi hakim dan raja yang baik, hanyalah memperdayai diri 

sendiri dan orang lain. Orang yang sungguh-sungguh baik yaitu  

orang yang baik di tempat mereka sendiri, bukan yang mengaku-

ngaku betapa baiknya mereka seandainya ada di tempat orang 

lain. namun  justru ini sajalah kebaikan yang kita dapati dalam diri 

Absalom.  

1. Absalom berharap kalau saja dirinya menjadi hakim di Israel 

(ay. 4). Ia mempunyai segala kemegahan dan kesenangan yang 

dapat diinginkannya. Ia hidup sebagai orang besar dan dengan 

segala kemudahan yang dapat diharapkan setiap orang. Na-

mun, hal ini belum memuaskannya, kecuali dia mempunyai 

kekuasaan juga: Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di 

negeri ini! Dia sendiri yang seharusnya dihukum mati atas 

pembunuhan, dengan lancang hendak menjadi hakim atas 

orang lain. Kita tidak membaca apa pun tentang hikmat Absa-

lom, kebajikannya, atau pengenalannya akan hukum Taurat. 

Tidak pula ia pernah memberikan bukti akan cintanya pada 

keadilan, kenyataannya malah sebaliknya. Sekalipun begitu, 

dia berkeinginan untuk menjadi seorang hakim. Perhatikan-

lah, orang yang paling berhasrat untuk mendapat kedudukan 

biasanya orang yang paling tidak pantas untuk itu. Orang 

yang paling memenuhi syarat yaitu  orang yang paling rendah 

hati dan merasa tidak mampu, sementara orang yang berkata, 

sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini, tidaklah 

lebih baik daripada roh Absalom. 

2. Absalom menempuh jalan yang sangat jahat untuk mencapai 

keinginannya itu. Kalau saja ia dengan rendah hati memohon 

kepada ayahnya supaya ia ditugaskan untuk menegakkan 

keadilan, dan berusaha untuk membuat dirinya layak untuk 

itu sesuai dengan ketentuan hukum (Kel. 18:21), maka sudah 

dipastikan ia akan mengisi tempat sebagai hakim berikutnya. 

namun  ini kedudukan yang terlalu rendah bagi jiwanya yang 

congkak. Ia tidak sudi menjadi bawahan, sekalipun itu bawah-

an ayahnya sendiri yang yaitu  raja. Ia harus menjadi yang 

tertinggi atau tidak sama sekali. Absalom ingin menjadi hakim 

yang begitu hebat hingga semua orang yang memiliki perkara 

apa saja datang kepadanya. Dalam segala perkara, dan atas 

semua orang, ia harus memimpin, tanpa mempertimbangkan 

betapa lelahnya jika semua orang datang kepada dia. Musa 

saja tidak mampu menanggungnya. Orang yang hendak meng-

genggam kekuasaan begitu besar, begitu amat besar, tidak 

tahu apa itu kekuasaan. Demi memperoleh kekuasaan yang 

diinginkannya, Absalom berusaha menanamkan dalam pikiran 

rakyat, 

(1) Gambaran yang buruk tentang pemerintahan pada saat ini, 

seolah-olah semua urusan kerajaan diabaikan sama sekali, 

dan tidak ditangani. Absalom mengumpulkan sebanyak 

mungkin orang yang mempunyai urusan dengan badan 

pengadilan, dan mencari tahu apa keperluan mereka. Lalu, 

[1] Dengan menanyakan perkara mereka secara umum dan 

sepintas lalu, ia menyatakan perkara mereka baik: 

Lihat, perkaramu itu baik dan benar. Absalom memberi-

kan penghakiman hanya dengan mendengar dari satu 

pihak, namun  berani-beraninya ia menganggap diri cocok 

menjadi hakim! Sebab orang yang tidak dapat memoles 

ceritanya dengan baik, saat  ia sendiri yang harus 

menceritakannya, pasti mempunyai perkara yang bu-

ruk. Akan namun , 

[2] Absalom memberi tahu mereka bahwa percuma saja 

membawa perkara itu ke hadapan takhta raja: “Dari 

pihak raja tidak ada seorang pun yang mau mendengar-

kan engkau. Raja sendiri sudah tua, dan tidak bisa be-

kerja lagi, atau begitu sibuk dengan ibadahnya sehingga 

tidak pernah memperhatikan pekerjaan. Anak-anaknya 

begitu kecanduan dengan kesenangan-kesenangan me-

reka sehingga, meskipun menyandang gelar sebagai 

para pemimpin utama, mereka tidak memperhatikan 

urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab mereka.” 

Lebih jauh lagi, tampaknya Absalom secara tidak lang-

sung menyatakan betapa dirinya sangat dibutuhkan 

saat  ia dibuang dan ditahan, dan betapa rakyat men-

derita sebab  pembuangannya itu. Apa yang dikatakan 

dengan benar oleh ayahnya pada masa pemerintahan 

Saul (Mzm. 75:4, KJV), dikatakan Absalom dengan salah: 

Negeri hancur dan semua penduduknya. Semuanya 

akan rusak dan runtuh, kecuali aku mengokohkan 

tiang-tiangnya. Setiap pemohon dihasut untuk percaya 

bahwa mereka tidak akan menerima keadilan, jika bu-

kan Absalom yang menjadi wakil raja atau hakim ketua. 

Itulah cara orang yang rusuh, suka memecah belah, dan 

berhasrat untuk berkuasa. Mereka mencela pemerintah-

an yang di bawahnya mereka hidup. Mereka begitu be-

rani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat 

kemuliaan (2Ptr. 2:10). Bahkan Daud sendiri, raja yang 

terbaik, dan pemerintahannya, tidak luput dari celaan-

celaan yang paling buruk. Orang yang hendak merebut 

kekuasaan biasanya berkoar-koar tentang berbagai hal 

yang memicu  ketidakpuasan, dan berlagak tidak 

merencanakan hal lain selain mengatasi ketidakpuasan 

itu, seperti yang dilakukan Absalom di sini. 

(2) Gambaran yang baik tentang kelayakan Absalom sendiri 

untuk memerintah. Supaya rakyat berkata, “Sekiranya 

Absalom menjadi hakim!” dan mereka memang cenderung 

menghendaki perubahan, maka Absalom menggambarkan 

dirinya kepada mereka, 

[1] Sebagai orang yang sangat rajin. Ia bangun pagi-pagi, 

dan tampil di muka umum sebelum anak-anak raja yang 

lain bangkit bergerak. Lalu ia berdiri di tepi jalan yang 

menuju pintu gerbang, tempat pengadilan berada, seba-

gai seorang yang luar biasa peduli untuk memastikan 

keadilan ditegakkan dan urusan rakyat diselesaikan. 

[2] Sebagai orang yang sangat ingin tahu, dan mau mema-

hami dengan baik perkara setiap orang. Dia ingin menge-

tahui dari kota mana asalnya setiap orang yang datang 

meminta keadilan, supaya ia bisa mendapat keterangan 

tentang setiap bagian dari kerajaan itu dan bagaimana 

keadaannya (ay. 2). 

[3] Sebagai orang yang sangat akrab dan rendah hati. Bila 

ada orang Israel yang datang mendekat untuk sujud 

kepadanya, Absalom meraih orang itu dan merangkul-

nya sebagai teman. Tidak ada orang lain yang bersedia 

merendah seperti itu, padahal hatinya secongkak hati 

Lucifer. Rencana-rencana yang penuh dengan hasrat 

besar sering kali dijalankan melalui perbuatan yang 

nampaknya seperti merendahkan diri (Kol. 2:23). Absa-

lom tahu betapa orang besar itu akan disukai jika  ia 

ramah dan santun, dan betapa hal itu dapat meme-

nangkan hati rakyat biasa. Andai saja ia melakukannya 

dengan tulus, tentulah itu akan menjadi pujian baginya. 

namun  menjilat rakyat supaya ia dapat mengkhianati 

mereka di kemudian hari yaitu  kemunafikan yang 

menjijikkan. Ia membungkuk, dan meniarap, untuk me-

nangkap mereka ke dalam jaringnya (Mzm. 10:9-10). 

Pemberontakan Absalom 

(15:7-12) 

7 Sesudah lewat empat tahun bertanyalah Absalom kepada raja: “Izinkanlah 

aku pergi, supaya di Hebron aku bayar nazarku, yang telah kuikrarkan

Kitab 2 Samuel 15:7-12 

 805 

kepada TUHAN. 8 Sebab hambamu ini, saat  masih tinggal di Gesur, di 

Aram, telah bernazar, demikian: Jika TUHAN sungguh-sungguh memulang-

kan aku ke Yerusalem, maka aku akan beribadah kepada TUHAN.” 9 Lalu 

berkatalah raja kepadanya: “Pergilah dengan selamat.” Maka berkemaslah 

Absalom dan pergi ke Hebron. 10 Dalam pada itu Absalom telah mengirim 

utusan-utusan rahasia kepada segenap suku Israel dengan pesan: “Segera 

sesudah kamu mendengar bunyi sangkakala, berserulah: Absalom sudah 

menjadi raja di Hebron!” 11 Beserta Absalom turut pergi dua ratus orang dari 

Yerusalem, orang-orang undangan yang turut pergi tanpa curiga dan tanpa 

mengetahui apa pun tentang perkara itu. 12 saat  Absalom hendak memper-

sembahkan korban, disuruhnya datang Ahitofel, orang Gilo itu, penasihat 

Daud, dari Gilo, kotanya. Demikianlah persepakatan gelap itu menjadi kuat, 

dan makin banyaklah rakyat yang memihak Absalom. 

Dalam perikop ini kita mendapati meletupnya pemberontakan Ab-

salom, yang telah lama direncanakannya. Pemberontakan itu dikata-

kan terjadi sesudah lewat empat puluh tahun (ay. 7, KJV). Namun, kita 

tidak diberi tahu dari mana dimulai penghitungan empat puluh 

tahun itu. Bukan sejak Daud memulai pemerintahannya, sebab jika 

demikian berarti pemberontakan itu jatuh pada tahun terakhir 

hidupnya, sesuatu yang tidak mungkin. namun  ada kemungkinan 

pemberontakan itu terhitung sejak Daud pertama kali diurapi oleh 

Samuel tujuh tahun silam. Atau lebih tepatnya (menurut saya), sejak 

umat Israel menginginkan seorang raja, dan pemerintahan pertama 

kali berubah menjadi kerajaan, yang terjadi kira-kira sepuluh tahun 

sebelum Daud naik takhta. Penghitungan ini  cocok, untuk 

menunjukkan bahwa roh yang sama yang senantiasa gelisah masih 

terus bekerja, dan masih juga rakyat menginginkan perubahan, 

dahulu menghendaki bentuk pemerintahan baru, sekarang menghen-

daki orang baru. Jadi, pemberontakan itu terjadi kira-kira pada 

tahun ketiga puluh pemerintahan Daud. sesudah  rencana Absalom 

sekarang matang untuk dilaksanakan, 

I. Tempat yang dipilihnya untuk mengadakan pertemuan dengan 

kelompoknya yaitu  Hebron, tempat ia dilahirkan dan ayahnya 

memulai pemerintahannya, dan meneruskannya selama beberapa 

tahun. Hal itu akan memberikan suatu keuntungan bagi tuntut-

an-tuntutannya. Semua orang mengenal Hebron sebagai kota 

kerajaan. Kota itu terletak di pusat wilayah Yehuda, suku yang 

mungkin menurut Absalom akan mendukungnya dengan kuat. 

II. Dalih yang dikemukakan Absalom untuk pergi ke Hebron sekali-

gus mengundang teman-temannya yaitu  untuk mempersem-

bahkan korban kepada Allah, untuk memenuhi nazar yang telah 

dibuatnya sewaktu dalam pembuangan (ay. 7-8). Ada cukup 

alasan bagi kita untuk curiga bahwa ia tidak pernah bernazar 

seperti itu. Absalom tidak kelihatan seperti orang yang begitu 

saleh. Akan namun , orang yang bersedia melakukan pembunuhan 

dan pengkhianatan, tidak akan segan-segan untuk berdusta demi 

mencapai tujuannya. Jika ia berkata bahwa ia telah membuat 

nazar seperti itu, tiada seorang pun bisa membantahnya. Dengan 

dalih ini, 

1. Absalom mendapat izin dari ayahnya untuk pergi ke Hebron. 

Daud akan merasa senang sekali mendengar bahwa putranya, 

sewaktu dalam pembuangan, begitu rindu untuk kembali ke 

Yerusalem, yang bukan hanya merupakan kota ayahnya, me-

lainkan juga kota Allah yang hidup. Bahwa anaknya itu 

berharap kepada Allah, untuk memulangkannya kembali, dan 

bahwa ia telah bernazar, jika dipulangkan kembali, untuk 

melayani Tuhan, pelayanan yang selama ini telah diabaikan-

nya. Dan bahwa sekarang, sesudah  dibawa pulang, ia meng-

ingat nazarnya, dan bertekad untuk memenuhinya. Jika Absa-

lom berpikir bahwa memenuhi nazar itu pantasnya dilakukan 

di Hebron, dan bukan di Sion atau Gibeon, maka raja yang 

baik itu begitu senang dengan hal itu sendiri, hingga ia tidak 

akan keberatan dengan pilihan tempat yang dibuat anaknya. 

Lihatlah betapa orangtua yang lembut hatinya mau meyakini 

yang terbaik tentang anak-anak mereka, dan, berdasar  

pertanda kebaikan yang sekecil apa pun, mereka mau berha-

rap, bahkan untuk anak-anak yang tidak berbakti, bahwa 

anak-anak mereka itu mau bertobat dan memperbaiki diri. 

Akan namun , betapa mudahnya bagi anak-anak untuk meman-

faatkan kepercayaan orangtua mereka yang baik, dan mem-

perdaya orangtua mereka dengan menunjukkan tingkah laku 

yang saleh, padahal mereka masih sama seperti yang dulu! 

Daud begitu gembira mendengar Absalom hendak beribadah 

kepada TUHAN, dan sebab  itu ia segera saja mengizinkannya 

pergi ke Hebron, dan pergi ke sana dengan penuh kesungguh-

an. 

2. Absalom berhasil membuat sejumlah warga yang baik-baik 

dan berada untuk pergi bersamanya (ay. 11). Pergilah dua 

ratus orang, kemungkinan dari antara para pemuka Yerusa-

lem, yang diundangnya untuk bergabung bersamanya dalam 

perjamuan korban yang diadakannya. Mereka pergi begitu 

saja, tanpa sedikit pun curiga bahwa Absalom mempunyai 

suatu maksud jahat dalam perjalanan ini. Dia tahu bahwa 

percuma saja membujuk mereka untuk bergabung dalam ren-

cananya, sebab orang-orang itu tetap setia dengan teguh kepa-

da Daud. namun  Absalom menarik mereka untuk menyertai 

dia, supaya rakyat biasa berpikir bahwa para pemuka itu 

berada di pihak Absalom, dan bahwa Daud sudah ditinggalkan 

oleh sebagian dari kawan-kawan terbaiknya. Perhatikanlah, 

bukan hal baru jika orang-orang yang sangat baik, dan hal-hal 

yang sangat baik, dimanfaatkan oleh orang-orang yang ber-

maksud buruk untuk menjadi kedok bagi tindakan-tindakan 

yang jahat. jika  agama dijadikan topeng, dan korban dijadi-

kan umpan, untuk melakukan penghasutan dan perebutan 

kekuasaan, maka tidak heran bila sebagian orang yang taat 

beragama – seperti para pengikut Absalom ini di sini – teperdaya 

oleh kepalsuan itu. Dan kemudian terjerat untuk memberikan 

dukungan terhadapnya, dengan nama mereka, padahal hati 

mereka membencinya, sebab  mereka tidak mengetahui seluk-

beluk Iblis. 

III. Rencana yang disusun Absalom yaitu  membuat dirinya dimak-

lumkan sebagai raja di semua suku Israel sesudah  sebuah isyarat 

diberikan (ay. 10). Mata-mata telah dikirim ke setiap penjuru 

negeri, untuk bersiap menerima maklumat itu dengan kepuasan 

dan pekik sukacita, dan untuk membuat rakyat percaya bahwa 

berita itu sungguh benar dan juga sungguh baik, dan bahwa 

mereka semua berkepentingan untuk mengangkat senjata bagi 

raja baru mereka. saat  maklumat ini tersebar luas secara tiba-

tiba, “Absalom sudah menjadi raja di Hebron!” sebagian orang 

akan mengira bahwa Daud sudah mati, dan sebagian yang lain 

akan mengira bahwa dia telah turun takhta. Dengan demikian, 

orang-orang yang bersembunyi secara diam-diam akan menghim-

pun banyak orang untuk tampil bagi Absalom, dan datang mela-

yaninya. Seandainya mereka mengetahui duduk perkara yang 

sebenarnya, tentulah mereka akan jijik memikirkannya, namun , 

sebab  sudah terbujuk, mereka pun mau memberikan dukungan 

kepadanya. Lihatlah cara-cara licik seperti apa yang digunakan 

oleh orang-orang yang berhasrat untuk berkuasa demi mencapai 

tujuan mereka. Dalam hal pemerintahan, seperti juga dalam hal 

agama, janganlah kita lekas percaya akan setiap roh, namun  ujilah 

roh-roh itu. 

IV. Orang yang terutama dibujuk dan diandalkan oleh Absalom 

dalam persepakatan ini yaitu  Ahitofel, seorang ahli pemerintah-

an, dan orang yang berkepala jernih dan berwawasan luas. Ia 

telah menjadi penasihat Daud, temannya dan orang kepercayaan-

nya (Mzm. 55:14), sahabat karib yang dia percayai, yang makan 

rotinya (Mzm. 41:10). Akan namun , sebab  suatu kekesalan Daud 

terhadapnya, atau kekesalannya terhadap Daud, Ahitofel diusir, 

atau undur diri dari pekerjaan dengan orang banyak, lalu tinggal 

sendiri di desa. Bagaimana bisa orang yang memiliki dasar-dasar 

pegangan yang begitu baik seperti Daud, dan orang yang memiliki 

dasar-dasar pegangan yang begitu bobrok seperti Ahitofel, ber-

jalan berdampingan untuk waktu yang lama? Tidak ada alat lain 

yang lebih tepat yang dapat ditemukan Absalom di seluruh keraja-

an, selain seorang pemuka negeri yang begitu besar, namun tidak 

puas dengan pemerintahan sekarang. Selagi mempersembahkan 

korban-korbannya, untuk membayar nazarnya yang pura-pura, 

Absalom menyuruh orang memanggil Ahitofel. Hatinya begitu 

terpatri pada rencana-rencana yang lahir dari hasratnya untuk 

berkuasa itu, sehingga ia tidak dapat meneruskan ibadahnya 

sampai selesai. Hal ini menunjukkan apa yang sebenarnya dia 

incar dalam semuanya itu, dan bahwa ia hanya berpura-pura 

membuat persembahan-persembahan dalam waktu yang lama. 

V. Kelompok yang bergabung dengan Absalom pada akhirnya ter-

bukti sangat besar. Makin banyak rakyat yang memihak Absalom, 

sehingga persepakatan gelap itu menjadi kuat dan menakutkan. 

Setiap orang yang pernah dipuji dan disanjungnya, dengan 

mengatakan bahwa perkara mereka baik dan benar, terutama jika 

sesudahnya perkara itu merugikan mereka, tidak hanya datang 

sendiri, namun  juga sebisa mungkin membuat semua orang ber-

pihak padanya, sehingga dia tidak kekurangan jumlah. Jumlah 

terbesar bukanlah pedoman yang pasti untuk menilai keadilan. 

Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. Kita tidak tahu 

apakah Absalom menyusun rencana ini sebab  hasrat dan

 kesenangannya yang mengebu-gebu untuk memerintah, ataukah 

sebab  di dalamnya ada juga kebencian terhadap ayahnya dan 

keinginan untuk membalas dendam atas pembuangan dan peng-

asingan yang telah dialaminya, meskipun hukuman itu jauh lebih 

ringan daripada yang pantas diterimanya. Akan namun , secara 

umum, orang yang mengincar mahkota pasti akan mengincar 

kepala orang yang mengenakannya. 

Pelarian Daud 

(15:13-23) 

13 Lalu datanglah seseorang mengabarkan kepada Daud, katanya: “Hati orang 

Israel telah condong kepada Absalom.” 14 Kemudian berbicaralah Daud 

kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem: 

“Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan 

luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat 

lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota 

ini dengan mata pedang!” 15 Para pegawai raja berkata kepada raja: “Terserah 

kepada tuanku raja! Hamba-hambamu ini siap!” 16 Lalu keluarlah raja dan 

seisi rumahnya mengiringi dia; sepuluh orang gundik ditinggalkan raja untuk 

menunggui istana. 17 Maka keluarlah raja dan seluruh orang-orangnya 

mengiringi dia. Dekat rumah yang terakhir mereka berhenti 18 sedang semua 

pegawainya berjalan melewatinya, juga semua orang Kreti dan semua orang 

Pleti. Juga semua orang Gat, enam ratus orang banyaknya, yang mengiringi 

dia sejak dari Gat, berjalan melewati raja. 19 Lalu bertanyalah raja kepada 

Itai, orang Gat itu: “Mengapa pula engkau berjalan beserta kami? Pulanglah 

dan tinggallah bersama-sama raja, sebab engkau orang asing, lagipula 

engkau orang buangan dari tempat asalmu. 20 Baru kemarin engkau datang, 

masakan pada hari ini aku akan membawa engkau mengembara bersama-

sama kami, padahal aku harus pergi entah ke mana. Pulanglah dan bawalah 

juga saudara-saudaramu pulang; mudah-mudahan TUHAN menunjukkan 

kasih dan setia kepadamu!” 21 namun  Itai menjawab raja: “Demi TUHAN yang 

hidup, dan demi hidup tuanku raja, di mana tuanku raja ada, baik hidup 

atau mati, di situ hambamu juga ada.” 22 Lalu berkatalah Daud kepada Itai: 

“Jika demikian, berjalanlah lewat.” Kemudian lewatlah Itai, orang Gat itu, 

bersama-sama dengan semua orangnya dan semua anak yang menyertai dia. 

23 Seluruh negeri menangis dengan suara keras, saat  seluruh rakyat 

berjalan lewat. Raja menyeberangi sungai Kidron dan seluruh rakyat berjalan 

ke arah padang gurun. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Pemberitahuan yang disampaikan kepada Daud mengenai pem-

berontakan Absalom (ay. 13). Perkara itu sendiri sudah cukup bu-

ruk, namun tampaknya kabar yang dibawa membuatnya ter-

dengar lebih buruk bagi Daud daripada yang sebenarnya, seperti 

yang biasa terjadi untuk perkara-perkara semacam itu. Sebab ia 

diberi tahu bahwa hati orang Israel, yaitu mereka pada umumnya, 

setidak-tidaknya para pemuka, telah condong kepada Absalom. 

namun  Daud lebih cenderung mempercayainya, sebab  sekarang ia 

dapat mengingat cara-cara licik yang telah dipakai Absalom untuk 

membujuk mereka. Dan mungkin ia merenungkannya dengan 

penyesalan bahwa ia tidak berusaha lebih keras untuk mengha-

lang-halangi Absalom, dan mengamankan kepentingannya sendiri, 

yang terlalu diyakininya sudah aman. Perhatikanlah, berhikmatlah 

bagi para raja untuk memastikan keadaan rakyat mereka. Sebab, 

jika mereka mendapatkan hati rakyat, maka mereka juga menda-

patkan dana, daya, dan semuanya milik rakyat untuk melayani 

mereka. 

II. Tanda bahaya yang ditangkap Daud dari pemberitahuan itu, dan 

keputusan-keputusan yang ia buat sebagai akibatnya. Dapat kita 

bayangkan bahwa dia seperti disambar petir, tatkala mendengar 

bahwa putra yang begitu dikasihinya, dan yang begitu dimanja-

kannya, sekarang malah mengangkat senjata melawan dia dengan 

begitu tidak wajar dan tidak tahu terima kasih. Baiklah ia berkata 

seperti Kaisar Julius, Kai su teknon – engkau juga, anakku? Ja-

nganlah orangtua terlalu banyak berharap pada anak-anak mereka, 

supaya jangan mereka kecewa. Daud tidak mengumpulkan para 

majelis, namun , hanya dengan bertanya kepada Allah dan hatinya 

sendiri, ia segera memutuskan untuk meninggalkan Yerusalem 

(ay. 14). Ia mengambil keputusan yang mengherankan ini, yang 

begitu bertentangan dengan citra dirinya sebagai orang yang pem-

berani, entah, 

1. Sebagai orang yang bertobat, dengan tunduk pada tongkat pe-

mukul, dan terbaring di bawah tangan Allah yang menghajar. 

Hati nuraninya sekarang mengingatkan dia akan dosanya 

dalam perkara Uria, dan hukuman yang menimpanya sebab  

itu, yaitu bahwa malapetaka akan ditimpakan ke atasnya yang 

datang dari kaum keluarganya sendiri. “Sekaranglah,” pikir 

Daud, “waktunya firman Allah mulai digenapi, dan aku tidak 

boleh menentang atau melawannya. Allah itu adil, dan aku 

akan tunduk.” Di hadapan Absalom yang fasik, ia bisa mem-

benarkan diri dan melawan. Akan namun , di hadapan Allah 

yang benar, ia harus menyalahkan diri sendiri dan berserah 

pada penghakiman-penghakiman-Nya. Demikianlah ia mem-

bayar pulih kesalahannya. Atau, 

2. Sebagai seorang ahli pemerintahan. Yerusalem yaitu  kota 

yang besar, namun  tidak dapat dipertahankan. Tampak dari doa 

Daud (Mzm. 51:20), bahwa tembok-tembok kota itu belum 

dibangun, apalagi dibentengi secara tetap. Yerusalem terlalu 

besar untuk dijaga oleh pasukan yang begitu sedikit seperti 

yang dimiliki Daud sekarang. Ada alasan baginya untuk takut 

bahwa penduduk kota itu pada umumnya terlalu senang 

dengan Absalom untuk bisa setia kepadanya. Seandainya 

Daud melindungi diri di dalam kota, ia bisa saja kehilangan 

negeri itu, padahal di dalamnya ia berharap memiliki paling 

banyak sekutu, terutama dari antara orang-orang yang tinggal 

di tempat paling jauh dari pengaruh Absalom. Lagi pula, Daud 

begitu mencintai Yerusalem sehingga tidak mau menjadikannya 

medan perang, dan memperhadapkannya pada malapetaka-

malapetaka yang timbul dari pengepungan. Ia lebih memilih 

mengalah kepada pemberontak dan keluar dari situ. Perhati-

kanlah, saat  orang baik menderita, ia tidak peduli betapa sedi-

kitnya orang yang mau menderita bersamanya. 

III. Daud bergegas lari dari Yerusalem. Para hambanya menyetujui 

langkah-langkah yang diambilnya, dan mengikuti dia dengan setia 

(ay. 15) serta meyakinkan dirinya akan kesetiaan mereka yang 

tidak akan berubah. Oleh sebab itu, 

1. Daud sendiri pergi dari Yerusalem dengan berjalan kaki, se-

mentara putranya, Absalom, memiliki kereta dan kuda. Sosok 

yang kelihatan paling baik tidaklah selalu orang yang terbaik, 

atau mempunyai kepentingan yang terbaik. Lihatlah di sini, 

yang menunggang kuda yaitu  bawahan yang sekaligus