pasti ia akan mengucapkan perkataan yang
lebih lembut bagi Benyamin, anak yang paling disayanginya itu.
Tentang anak ini ia hanya melihat jauh di depan dan menubuat-
kan bahwa keturunannya akan menjadi suku yang suka ber-
perang, kuat dan berani, serta akan memperkaya diri dengan
jarahan dari musuh-musuh mereka, bahwa mereka harus giat
dan sibuk di dunia ini. Ia akan menjadi suku yang ditakuti oleh
negeri-negeri tetangga mereka dan negeri-negeri lain. Pada waktu
pagi ia memakan mangsanya, yang ia terkam dan bagi-bagikan
pada malam sebelumnya. Pada masa-masa permulaan bangsa
Israel, suku ini akan terkenal sebagai suku yang giat, walaupun
banyak di antara mereka bertangan kidal (Hak. 3:15; 20:16).
Ehud yang menjadi hakim kedua dan Saul yang menjadi raja
pertama, berasal dari suku ini. Begitu juga pada masa-masa akhir
kejayaan bangsa Israel, tampillah Ester dan Mordekhai. Melalui
tangan kedua orang ini musuh-musuh orang Yahudi dihancur-
kan, dan mereka berdua juga berasal dari suku ini. Orang-orang
Benyamin menerkam seperti serigala saat mereka secara nekat
mendukung tindak kejahatan orang-orang Gibea, yaitu kejahatan
yang dilakukan oleh orang-orang yang dursila (Hak. 20:14). Rasul
Paulus yang terkasih juga berasal dari suku ini (Rm. 11:1; Flp.
3:5). Pada waktu pagi dari hari hidupnya, yaitu di masa mudanya,
ia melahap mangsanya sebagai seorang penganiaya, namun pada
waktu petang, yakni di masa tuanya, ia membagi-bagi barang ja-
rahan sebagai seorang pengkhotbah. Perhatikanlah, Tuhan sang-
gup melaksanakan maksud-maksud-Nya melalui berbagai watak
manusia. Orang-orang yang tertipu dan orang-orang penipu, semua
yaitu milik-Nya.
Kematian Yakub
(49:28-33)
28 Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya; dan itulah yang
dikatakan ayahnya kepada mereka, saat ia memberkati mereka; tiap-tiap
orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepada mereka masing-
masing. 29 Kemudian berpesanlah Yakub kepada mereka: jika aku nanti
dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek mo-
yangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu, 30 dalam gua yang di
ladang Makhpela di sebelah timur Mamre di tanah Kanaan, ladang yang telah
dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik. 31 Di
situlah dikuburkan Abraham beserta Sara, isterinya; di situlah dikuburkan
Ishak beserta Ribka, isterinya, 32 dan di situlah juga kukuburkan Lea; ladang
dengan gua yang ada di sana telah dibeli dari orang Het. 33 sesudah Yakub
selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat
berbaring dan meninggTuhan ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhur-
nya.
Di sini kita dapati,
I. Ringkasan berkat-berkat yang diberikan kepada anak-anak Yakub
(ay. 28). Walaupun Ruben, Simeon, dan Lewi turun derajat sebab
kegusaran ayahnya, dikatakan bahwa ia memberkati mereka, tiap-
tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepada
mereka masing-masing, sebab tidak seorang pun di antara mereka
yang ditolak seperti Esau. Perhatikanlah, sekalipun Tuhan melalui
Firman-Nya atau tindak pemeliharaan-Nya menegur kita dengan
keras, namun selama kita masih tetap menaruh perhatian pada
janji Tuhan , masih menempatkan diri kita di antara umat-Nya, dan
menaruh pengharapan yang baik akan bagian di Kanaan sorgawi,
kita harus tetap menghitung diri kita sebagai orang-orang yang
diberkati.
II. Tugas yang diberikan Yakub dengan sungguh-sungguh kepada
anak-anaknya mengenai penguburannya. Ini merupakan peng-
ulangan perintah yang sebelumnya pernah diberikan kepada Yu-
suf. Lihatlah bagaimana ia berbicara tentang kematian saat
ajalnya sedang menjelang: Aku nanti akan dikumpulkan kepada
kaum leluhurku (ay. 29). Perhatikanlah, baiklah bagi kita untuk
membayangkan kematian itu dengan berbagai pikiran yang me-
nyenangkan supaya kengerian kematian itu dapat disingkirkan.
Walaupun kematian akan memisahkan kita dari anak-anak dan
kekasih-kekasih kita di dalam dunia ini, kematian itu juga akan
mengumpulkan kita dengan leluhur-leluhur dan sahabat-sahabat
kita di dunia yang lain. Mungkin Yakub mengucapkan hal ini
tentang kematiannya sebagai alasan mengapa anak-anaknya
harus menguburkan dia di Kanaan, sebab ia berkata, jika
aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, rohku akan pergi
kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,
sebab itu kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku, Abraham
dan Ishak, serta istri-istri mereka (ay. 31).
1. Hatinya sangat tertuju ke sana, bukan sebab kasih sayang
alamiah terhadap tanah kelahirannya melainkan sebab pe-
gangan imannya terhadap janji Tuhan , bahwa pada waktunya
nanti Kanaan akan menjadi tanah pusaka bagi keturunannya.
sebab itulah, ia terus memelihara ingatan akan tanah yang
dijanjikan itu dalam diri anak-anaknya. Untuk itu, ia tidak
saja menginginkan agar pengenalan anak-anaknya akan janji
itu terus diperbaharui melalui perjalanan ke tanah Kanaan,
melainkan juga agar kerinduan dan pengharapan mereka akan
janji itu terus terpelihara.
2. Yakub menjelaskan tanah tempat itu dengan terperinci, baik
mengenai keadaan maupun mengenai pembeliannya oleh
Abraham sebagai tempat pekuburan (ay. 30-32). Ia khawatir
kalau-kalau anak-anaknya, sesudah menetap selama tujuh
belas tahun di Mesir, melupakan tanah Kanaan dan tempat
pekuburan kaum leluhur mereka di sana. Ia juga khawatir
kalau-kalau orang Kanaan mempersoalkan haknya atas tanah
itu. Itulah sebabnya walaupun sedang berbaring di ambang
kematian, ia menggambarkan hal itu panjang lebar berikut
asal-usul tanah yang diperoleh melalui pembelian yang sah. Ia
tidak saja ingin mencegah timbulnya kesalahan di kemudian
hari, namun juga ingin menunjukkan betapa ia sangat menaruh
perhatian atas negeri itu. Perhatikanlah, haruslah menjadi
saat-saat yang paling menyenangkan bagi orang-orang kudus
yang sedang mendekati kematian untuk memusatkan pikiran
mereka kepada Kanaan sorgawi serta perhentian yang mereka
harapkan sesudah kematian.
III. Kematian Yakub (ay. 33). sesudah ia selesai memberi berkat-
berkat dan pesan-pesannya (keduanya termasuk dalam perintah
kepada anak-anaknya) dan selesai menyampaikan wasiatnya, ia
melangkah menuju kematiannya sendiri.
1. Yakub mengambil sikap tubuh untuk meninggal. sesudah ia
duduk di pinggir tempat tidurnya untuk memberkati anak-
anaknya (Roh nubuat memberi minyak baru untuk lampu-
nya yang hampir padam, Dan. 10:19), dan sesudah semuanya
selesai, ia menarik kakinya ke atas tempat ia berbaring, supaya
ia dapat berbaring dengan baik. Bukan saja seperti orang yang
dengan sabar tunduk pada hantaman kematian itu, melainkan
juga seperti orang yang dengan penuh sukacita menenangkan
diri untuk beristirahat sementara ia sedang dalam kelelahan.
Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu tidur.
2. Dengan perasaan bebas Yakub menyerahkan nyawanya ke
dalam tangan Tuhan , Bapa segala roh, dan meninggTuhan ia.
3. Jiwanya yang telah terpisah pergi menuju tempat perhimpun-
an roh-roh yang setia. sesudah mereka dipisahkan dari beban
tubuh jasmani ini, mereka berada dalam keadaan sukacita
dan kebahagiaan. Dikatakan bahwa ia dikumpulkan kepada
kaum leluhurnya. Perhatikanlah, jika umat Tuhan juga yaitu
orang-orang kekasih kita, maka kematian akan mengumpul-
kan kita dengan mereka.
PASAL 50
Dalam pasal ini kita membaca perihal,
I. Persiapan penguburan Yakub (ay. 1-6).
II. Penguburan itu sendiri (ay. 7-14).
III. Perundingan antara Yusuf dan saudara-saudaranya sesudah
kematian Yakub (ay. 15-21).
IV. Umur dan kematian Yusuf (ay. 22-26).
Dengan demikian Kitab Kejadian yang diawali dengan asal-usul
terang dan kehidupan, tidak diakhiri dengan apa pun selain kemati-
an dan kegelapan. Begitu sedihnya perubahan yang ditimbulkan oleh
dosa.
Persiapan Penguburan Yakub
(50:1-6)
1 Lalu Yusuf merebahkan dirinya mendekap muka ayahnya serta menangisi
dan mencium dia. 2 Dan Yusuf memerintahkan kepada tabib-tabib, yaitu
hamba-hambanya, untuk merempah-rempahi mayat ayahnya; maka tabib-
tabib itu merempah-rempahi mayat Israel. 3 Hal itu memerlukan empat
puluh hari lamanya, sebab demikianlah lamanya waktu yang diperlukan
untuk merempah-rempahi, dan orang Mesir menangisi dia tujuh puluh hari
lamanya. 4 sesudah lewat hari-hari penangisan itu, berkatalah Yusuf kepada
seisi istana Firaun: Jika kiranya aku mendapat kasihmu, katakanlah
kepada Firaun, 5 bahwa ayahku telah menyuruh aku bersumpah, katanya:
Tidak lama lagi aku akan mati; dalam kuburku yang telah kugali di tanah
Kanaan, di situlah kaukuburkan aku. Oleh sebab itu, izinkanlah aku pergi ke
sana, supaya aku menguburkan ayahku; kemudian aku akan kembali. 6
Lalu berkatalah Firaun: Pergilah ke sana dan kuburkanlah ayahmu itu,
seperti yang telah disuruhnya engkau bersumpah.
Dalam perikop di atas, Yusuf memberi penghormatan terakhir kepada
ayahnya yang telah meninggal,
1. Dengan tangisan serta ciuman, dan dengan semua ungkapan ka-
sih sayang yang indah-indah dari seorang anak kepada ayahnya.
Ia berpamitan dengan tubuh yang baru meninggal itu (ay. 1). Mes-
kipun Yakub memang sudah tua serta lemah dan yang seharus-
nya mati secara alamiah, juga walaupun ia tergolong miskin dan
menjadi beban tetap bagi anaknya Yusuf, Yusuf memiliki rasa
kasih sayang yang mendalam terhadap ayah yang dikasihinya. Ia
sangat merasa kehilangan seorang ayah yang sangat bijaksana,
saleh, dan pendoa. Perhatikanlah, sebab merupakan suatu ke-
hormatan untuk diratapi saat meninggal, maka wajiblah bagi
orang-orang yang masih hidup untuk meratapi orang-orang yang
telah berjasa bagi hidup mereka, walaupun adakalanya mereka
hidup lebih lama dibandingkan jasa-jasa yang pernah mereka berikan.
Jiwa yang telah pergi tidak lagi dapat dijangkau dengan air mata
dan ciuman kita, namun dalam hal ini sungguh tepat untuk
menunjukkan rasa hormat kita kepada tubuh yang malang itu,
yang kita harapkan akan mengalami kebangkitan yang mulia dan
penuh sukacita. Dengan demikian Yusuf menunjukkan imannya
di dalam Tuhan dan kasihnya terhadap ayahnya dengan cara men-
ciumi bibirnya yang pucat dan dingin itu. Dengan begitu ia
memberi ucapan selamat jalan yang penuh kasih. Mungkin
anak-anak Yakub lainnya juga melakukan hal yang sama. Tidak
diragukan lagi bahwa hati mereka tersentuh oleh kata-kata yang
telah diucapkan Yakub menjelang kematiannya.
2. Yusuf memerintahkan supaya mayat itu dirempah-rempahi (ay.
2), bukan saja sebab ia mati di negeri Mesir dan hal itu telah
menjadi suatu kebiasaan bagi orang-orang Mesir, namun juga
sebab mayat Yakub akan dibawa ke negeri Kanaan yang jauh se-
hingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke
sana. Itulah sebabnya mayat Yakub perlu diawetkan guna meng-
hambat terjadinya pembusukan. Lihatlah betapa hinanya tubuh
kita saat jiwa telah meninggalkannya. Tanpa bantuan seni tata
rias, usaha keras, dan perhatian penuh, dalam waktu singkat
mayat itu akan berbau busuk. Jika tubuh sudah mati selama
empat hari, mayat itu sungguh berbau menyengat.
3. Yusuf mengadakan upacara peratapan yang khidmat bagi ayah-
nya (ay. 3). Diperlukan waktu empat puluh hari untuk merempah-
rempahi mayat itu. Dalam hal ini orang-orang Mesir (kata orang)
memiliki keterampilan seni tata rias yang sangat tinggi untuk
Kitab Kejadian 50:1-6
889
mengawetkan bagian-bagian wajah sehingga wajah itu akan tam-
pak tetap seperti keadaan semula. Sepanjang waktu ini dan ditam-
bah dengan tiga puluh hari lagi, sehingga genap menjadi tujuh pu-
luh hari, mereka selalu membatasi pembicaraan dan duduk diam.
Juga, bila pergi keluar, mereka tampil sebagai peratap-peratap
yang setia sesuai kebiasaan peradaban negeri itu. Bahkan banyak
di antara orang-orang Mesir yang begitu menaruh rasa hormat
kepada Yusuf (berkat jasanya kepada raja dan negara yang pada
saat itu masih segar dalam ingatan mereka) ikut meratapi kemati-
an ayahnya. Bagi kita, jika orang menangis sebaiknya kita
juga ikut menangis. Sekitar sepuluh minggu orang-orang Mesir
menangisi Yakub. Perhatikanlah, apa yang telah mereka lakukan
dengan berlebih-lebihan itu, harus kita lakukan dengan penuh
ketulusan tanpa berpura-pura, menangislah dengan orang yang
menangis, dan merataplah dengan orang yang meratap, seolah-
olah kita yaitu anggota keluarga mereka.
4. Yusuf meminta izin dan memperoleh izin dari Firaun untuk pergi ke
Kanaan guna menghadiri penguburan ayahnya di sana (ay. 4-6).
(1) Merupakan suatu bentuk rasa hormat yang perlu ditunjukkan
Yusuf kepada Firaun bahwa ia tidak akan pergi tanpa memper-
oleh izinnya. Patut diduga bahwa meskipun tugasnya untuk me-
ngelola masalah gandum sudah lama berakhir, ia masih tetap
menjabat sebagai perdana menteri negara. Itulah sebabnya ia
tidak dapat meninggalkan tugasnya begitu saja tanpa izin Firaun.
(2) Sesuai tata krama, dengan hormat ia meminta kesediaan bebe-
rapa anggota keluarga kerajaan atau beberapa pejabat istana
untuk memohonkan izin baginya dari Firaun. Ini yaitu kare-
na selama hari-hari perkabungan ia tidak boleh menghadap
singgasana Firaun atau sebab ia tidak terlampau berani meng-
ajukan permohonan bagi kepentingannya sendiri. Perhatikan-
lah, kerendahan hati merupakan perhiasan yang sangat indah
bagi kemuliaan.
(3) Ia memberi alasan bahwa ayahnya telah menyuruhnya
bersumpah untuk menguburkan dia di Kanaan (ay. 5). Alasan
itu bukanlah alasan yang timbul dari kesombongan atau dari
pikiran yang datang dengan tiba-tiba, melainkan alasan yang
timbul dari rasa hormatnya terhadap tugas mutlak yang di-
inginkan ayahnya. Semua bangsa sama berpendapat bahwa
sumpah harus dilaksanakan dan pesan terakhir orang yang
sudah mati harus diperhatikan.
(4) Ia berjanji untuk kembali: Aku akan kembali. saat kita kem-
bali ke rumah dari memakamkan anggota keluarga, kita ber-
kata, Kami telah meninggalkan mereka di belakang. namun ,
jika roh mereka telah pergi ke rumah Bapa sorgawi, kita dapat
berkata dengan lebih beralasan lagi, Mereka telah meninggal-
kan kami di belakang.
(5) Ia memperoleh izin Firaun (ay. 6): Pergilah ke sana dan kubur-
kanlah ayahmu itu. Firaun menghendaki pekerjaannya dapat
bertahan lama, namun pelayanan Kristus harus lebih didahulu-
kan. Oleh sebab itu Kristus tidak memperbolehkan orang
yang bekerja bagi-Nya untuk pergi dulu menguburkan ayah-
nya. Tidak, Biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang
mati mereka (Mat. 8:22).
Penguburan Yakub
(50:7-14)
7 Lalu berjalanlah Yusuf ke sana untuk menguburkan ayahnya, dan
bersama-sama dengan dia berjalanlah semua pegawai Firaun, para tua-tua
dari istananya, dan semua tua-tua dari tanah Mesir, 8 serta seisi rumah
Yusuf juga, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya; hanya anak-
anaknya serta kambing domba dan lembu sapinya ditinggalkan mereka di
tanah Gosyen. 9 Baik kereta maupun orang-orang berkuda turut pergi ke
sana bersama-sama dengan dia, sehingga iring-iringan itu sangat besar. 10
sesudah mereka sampai ke Goren-Haatad, yang di seberang sungai Yordan,
maka mereka mengadakan di situ ratapan yang sangat sedih dan riuh; dan
Yusuf mengadakan perkabungan tujuh hari lamanya sebab ayahnya itu. 11
saat penduduk negeri itu, orang-orang Kanaan, melihat perkabungan di
Goren-Haatad itu, berkatalah mereka: Inilah perkabungan orang Mesir yang
amat riuh. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Abel-Mizraim, yang letaknya
di seberang Yordan. 12 Anak-anak Yakub melakukan kepadanya, seperti yang
dipesankannya kepada mereka. 13 Anak-anaknya mengangkut dia ke tanah
Kanaan, dan mereka menguburkan dia dalam gua di ladang Makhpela yang
telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik,
yaitu ladang yang di sebelah timur Mamre. 14 sesudah ayahnya dikuburkan,
pulanglah Yusuf ke Mesir, dia dan saudara-saudaranya dan semua orang
yang turut pergi ke sana bersama-sama dengan dia untuk menguburkan
ayahnya itu.
Di sini kita membaca sebuah catatan perihal penguburan Yakub.
Mengenai penguburan raja-raja Yehuda biasanya hanya dikatakan
begini, Mereka mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek
moyang mereka di kota Daud. namun , pemakaman bapa bangsa
ini digambarkan dengan panjang lebar dan lengkap untuk menunjuk-
kan bahwa Tuhan berbuat lebih banyak kepadanya lebih dari yang
diharapkannya (ia telah mengatakan lebih dari sekali tentang turun
ke dunia orang mati dalam dukacita sebab kehilangan anak-anak-
nya. Namun lihatlah, sekarang ia mati dalam kehormatan dan di-
antar ke kubur oleh semua anaknya). Juga sebab pesan-pesan dan
perintahnya kepada anak-anaknya mengenai penguburannya telah
diberikan dan diperhatikan di dalam iman serta dalam pengharapan
akan tanah Kanaan yang ada di bumi ini maupun tanah Kanaan
yang sorgawi. Nah,
1. Penguburan ini yaitu penguburan kenegaraan. Ia diantar ke
kubur bukan saja oleh anggota keluarganya sendiri, melainkan
juga oleh semua pegawai Firaun, dan semua orang besar kerajaan
itu. Mereka semua ingin menunjukkan rasa terima kasih mereka
kepada Yusuf dan menunjukkan rasa hormat mereka kepada
ayahnya sebab dia, serta memberi penghormatan atas kema-
tian ayahnya. Walaupun orang-orang Mesir tidak menyukai
orang-orang Ibrani dan memandang rendah derajat mereka
(43:32), sekarang mereka telah mengenal orang-orang Ibrani de-
ngan lebih baik dan mulai menghormati mereka. Yakub tua yang
baik itu telah berusaha membawa diri dengan baik di antara
mereka sehingga ia berhasil memperoleh rasa segan dan hormat
dari mereka semua. Perhatikanlah, orang-orang percaya harus
berusaha keras dengan penuh hikmat dan kasih untuk menying-
kirkan prasangka yang telah tertanam tentang diri mereka sebab
orang-orang tidak mengenal mereka. Banyak kereta dan orang-
orang berkuda yang pergi bersama mereka. Orang-orang itu tidak
mengiringi sampai jarak tertentu saja, namun ikut pergi bersama
mereka. Perhatikanlah, kekhidmatan penguburan yang begitu ter-
tib sesuai dengan keadaan orang yang meninggal merupakan hal
yang sangat patut dipuji, dan janganlah sampai terlepas dari mulut
kita ucapan: Untuk apa pemborosan ini? (lih. Kis. 8:2; Luk. 12:2).
2. Penguburan itu merupakan penguburan yang penuh kesedihan
(ay. 10-11). Penduduk negeri Kanaan yang melihat perkabungan
itu memperhatikan bahwa perkabungan itu yaitu perkabungan
yang memilukan dan riuh. Perhatikanlah, kematian orang-orang
baik merupakan kehilangan besar bagi negeri mana pun juga dan
harus diratapi dengan sangat. Stefanus yang mati sebagai martir
diratapi dengan sangat oleh orang-orang saleh yang menguburkan
mayatnya. Tempat orang-orang meratapi Yakub dengan sedih dan
riuh itu diberi nama Abel-Mizraim, lembah perkabungan orang-
orang Mesir, yang menjadi suatu kesaksian bagi angkatan-angkat-
an keturunan orang Mesir berikutnya yang kemudian menindas
keturunan Yakub yang sebenarnya sangat dihormati oleh nenek
moyang mereka.
Yusuf Menghibur Saudara-saudaranya
(50:15-21)
15 saat saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati,
berkatalah mereka: Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalas-
kan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan
kepadanya. 16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada
Yusuf: Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: 17 Beginilah harus kamu
katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu
dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka seka-
rang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Tuhan ayah-
mu. Lalu menangislah Yusuf, saat orang berkata demikian kepadanya. 18
Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta ber-
kata: Kami datang untuk menjadi budakmu. 19 namun Yusuf berkata kepada
mereka: Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Tuhan ? 20 Memang
kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, namun Tuhan telah me-
reka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang
terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. 21
Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-
anakmu juga. Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati
mereka dengan perkataannya.
Di sini kita membaca bagaimana hubungan yang baik antara Yusuf
dan saudara-saudaranya diatur sesudah kematian ayah mereka. Yusuf
tinggal di istana, di ibu kota kerajaan, sedangkan saudara-saudara-
nya tinggal di Gosyen, di kawasan pedesaan terpencil. Namun mereka
tetap memelihara saling pengertian yang baik di antara mereka dan
saling mengasihi satu sama lain, yang merupakan kehormatan bagi
Yusuf dan kepentingan bagi saudara-saudaranya itu. Perhatikanlah,
saat Tuhan Sang Pemelihara mengambil orang tua melalui kematian,
maka harus diambil cara terbaik guna mencegah perbantahan di
antara anak-anak (yang sering terjadi yaitu soal pembagian waris-
an), serta untuk menjaga hubungan saling kenal dan saling menga-
sihi supaya mereka tetap bersatu meskipun pusat pengikat persatu-
an itu telah pergi.
I. Dengan penuh kerendahan hati saudara-saudara Yusuf mengaju-
kan permohonan kepada dia untuk mendapatkan kemurahannya.
1. Mereka mulai merasa curiga terhadap Yusuf. Bukan sebab ia
telah melakukan sesuatu terhadap mereka, melainkan sebab
rasa bersalah yang menghantui hati nurani mereka. Juga
sebab ketidakmampuan mereka untuk mengampuni dan
melupakan masa lalu, sehingga mereka curiga akan ketulusan
dan ketetapan hati Yusuf untuk terus mengasihi mereka (ay.
15): Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita. Sementara ayah
mereka masih hidup, mereka merasa aman di bawah bayang-
bayang ayah mereka. namun sekarang, saat ayah mereka telah
tiada, mereka mengkhawatirkan hal terburuk yang akan dilaku-
kan Yusuf. Perhatikanlah, hati nurani yang merasa bersalah
membuat orang terus merasa ketakutan, meskipun tidak ada
yang perlu ditakutkan, dan membuat mereka mencurigai setiap
orang, seperti halnya Kain (4:14). Siapa yang bebas dari rasa
takut harus berusaha menjaga hidup mereka tanpa kesalahan.
Jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai
keberanian percaya untuk mendekati Tuhan dan sesama kita.
2. Mereka merendahkan diri di hadapannya, mengakui kesalah-
an-kesalahan mereka, dan memohon ampun kepadanya. Mere-
ka melakukan hal itu melalui seorang pengantara (ay. 17), dan
juga dengan berhadapan muka (ay. 18). Nah, sesudah matahari
dan bulan tenggelam, sebelas bintang sujud menyembah ke-
pada Yusuf, untuk mewujudkan mimpinya. Mereka berbicara
tentang semua kejahatan yang telah mereka perbuat kepada-
nya di masa lalu dengan sebuah penyesalan baru: Ampunilah
kiranya kesalahan saudara-saudaramu. Mereka sujud di de-
pan Yusuf dan menyerahkan diri mereka kepada belas kasih-
annya: Kami yaitu budak-budakmu. Dengan demikian kita
harus meratapi dosa-dosa yang telah kita lakukan di waktu
lampau, walaupun dosa-dosa itu kita harapkan telah diam-
puni melalui anugerah Tuhan . Dan saat kita berdoa memohon
pengampunan Tuhan , kita juga harus berjanji menjadi hamba-
hamba-Nya.
3. Mereka memberi alasan tentang hubungan mereka dengan
Yakub dan Tuhan Yakub.
(1) Hubungan dengan Yakub. Mereka menekankan bahwa Ya-
kub telah berpesan supaya mereka melakukan penyerahan
ini. Yakub melakukan ini sebab ia mempertanyakan apa-
kah mereka akan melaksanakan kewajiban mereka untuk
merendahkan hati mereka, dan bukan sebab ia memper-
tanyakan apakah Yusuf mau melaksanakan kewajibannya
untuk mengampuni mereka. Masuk akal bahwa Yakub
tidak mengharapkan agar Yusuf berbaik hati kepada mere-
ka kecuali mereka sendiri melayakkan diri untuk menerima
kebaikannya (ay. 16): Ayahmu telah berpesan. Dengan de-
mikian, saat kita merendahkan hati kita kepada Kristus
melalui iman dan pertobatan, kita dapat memberi alasan
bahwa yang kita lakukan ini yaitu pesan atau perintah
dari Bapa-Nya, dan Bapa kita juga.
(2) Hubungan dengan Tuhan Yakub. Mereka memberi alasan
(ay. 17), Kami yaitu hamba-hamba Tuhan ayahmu. Bukan
saja anak dari Yakub, melainkan juga penyembah-penyem-
bah Yehova. Perhatikanlah, walaupun kita harus selalu siap
mengampuni semua orang yang telah menyakiti kita, secara
khusus kita harus berhati-hati untuk tidak menaruh den-
dam kepada hamba-hamba Tuhan dari ayah kita. Dengan
demikian, kita harus selalu memperlakukan mereka dengan
baik hati, sebab kita dan mereka memiliki Tuhan yang sama.
II. Dengan penuh belas kasihan Yusuf menegaskan perdamaian dan
kasihnya kepada mereka. (ay. 17). Lalu menangislah Yusuf, saat
orang berkata demikian kepadanya. Air matanya yang tercurah
yaitu air mata kepedihan sebab kecurigaan mereka kepadanya,
dan juga air mata rasa haru atas penyerahan diri mereka. Dalam
jawabannya,
1. Yusuf meminta mereka memandang kepada Tuhan untuk perto-
batan mereka (ay. 19): Aku inikah pengganti Tuhan ? Dalam
kerendahan hatinya yang besar, ia menganggap mereka me-
nunjukkan rasa hormat yang berlebihan, seolah-olah semua
kebahagiaan mereka tergantung pada kebaikannya. Jadi ia
merasa perlu berkata kepada mereka, seperti Petrus berkata
kepada Kornelius, Bangunlah, aku hanya manusia saja. Da-
maikan dirimu dengan Tuhan terlebih dahulu, maka kamu
akan melihat betapa mudahnya berdamai dengan diriku. Per-
hatikanlah, saat kita memohon pengampunan dari orang-
orang yang telah kita sakiti, kita harus berhati-hati supaya
tidak menempatkan mereka sebagai Tuhan dengan cara merasa
lebih takut terhadap murka mereka dan memohon kebaikan
hati mereka lebih dari pada Tuhan . Aku inikah pengganti Tuhan ,
yang hanya di dalam tangan-Nya ada hak pembalasan itu?
Tidak, aku akan menyerahkan kamu ke dalam belas kasihan-
Nya. Orang-orang yang melakukan pembalasan sendiri sebe-
narnya telah merampas kedudukan dan hak Tuhan (Rm. 12:19).
2. Yusuf memperingan kesalahan mereka, sebab ia melihat ke-
baikan besar yang dikerjakan Tuhan dengan begitu indah dari
peristiwa itu. Walaupun kenyataan itu tidak akan mengurangi
rasa sesal mereka atas dosa mereka, hal itu akan membuat
dirinya lebih rela mengampuni mereka (ay. 20). Memang kamu
telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku (untuk meng-
gagalkan mimpi-mimpinya), namun Tuhan telah mereka-rekakan-
nya untuk kebaikan, supaya Tuhan dapat mewujudkan mimpi-
mimpinya, dan menjadikan Yusuf sebagai berkat besar bagi
keluarganya, lebih dibandingkan jika dia tetap dalam keadaannya
yang semula. Perhatikanlah, saat Tuhan memakai tin-
dakan orang untuk mewujudkan rencana-Nya, biasanya Ia
memaksudkan sesuatu bagi sesuatu yang lain, bahkan dengan
cara yang bertentangan, dan sekalipun demikian, rencana
Tuhan akan tinggal tetap (lih. Yes. 10:7). Sekali lagi, Tuhan sering
membuat kebaikan dari sesuatu yang jahat. Ia mewujudkan
rancangan-rancangan tindakan pemeliharaan-Nya melalui dosa-
dosa manusia. Bukan sebab Tuhan yaitu perancang dosa.
Sekali-kali janganlah kita berpikir demikian. Sebaliknya,
kebijaksanaan-Nya yang tidak terhingga itu begitu melampaui
semua kejadian yang ada di dunia ini dan mengarahkan se-
mua rangkaian peristiwa sehingga pada akhirnya kejadian itu
membawa pujian bagi Dia, sekalipun pada awalnya akan mem-
bawa penghinaan bagi Dia. Lihat misalnya Kristus yang dihu-
kum mati (Kis. 2:23). Hal ini tidak membuat tingkat keber-
dosaan dari dosa menjadi berkurang, atau orang-orang ber-
dosa berkurang hukumannya. Sebaliknya, semuanya itu akan
menunjukkan betapa mulianya hikmat Tuhan itu.
3. Yusuf meyakinkan mereka bahwa ia akan terus berbuat baik
kepada mereka: Jangan takut, aku akan menanggung makan-
mu dan makan anak-anakmu juga (ay. 21). Lihatlah betapa
unggulnya roh Yusuf, dan kita dapat belajar darinya untuk
membalas kejahatan dengan kebaikan. Ia tidak mengatakan
bahwa mereka sudah berperilaku baik dan ia akan berbuat
baik kepada mereka jika mereka juga akan berbuat baik.
Tidak, ia tidak ingin membuat mereka menjadi gelisah atau
membuat dirinya tampak menaruh rasa curiga terhadap mere-
ka, walaupun mereka telah mencurigai dirinya. Ia menghibur-
kan mereka, dan untuk menghentikan semua ketakutan mere-
ka, ia menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Per-
hatikanlah, semangat yang hancur harus ditopang dan diberi
semangat. Orang-orang yang kita kasihi dan ampuni tidak
boleh hanya kita perlakukan dengan baik, namun juga kita
tenangkan dengan perkataan kita.
Kematian Yusuf
(50:22-26)
22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan
Yusuf hidup seratus sepuluh tahun. 23 Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu
Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak
Manasye, lahir di pangkuan Yusuf. 24 Berkatalah Yusuf kepada saudara-
saudaranya: Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Tuhan akan memperhati-
kan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah
dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub. 25 Lalu
Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: Tentu Tuhan akan
memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-
tulangku dari sini. 26 Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh
tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.
Di sini kita membaca perihal:
I. Kelangsungan umur Yusuf di negeri Mesir. Ia hidup sampai sera-
tus sepuluh tahun (ay. 22). sesudah menghormati ayahnya, hidup-
nya cukup panjang di negeri yang pada saat sekarang diberikan
Tuhan kepadanya. Sungguh suatu belas kasihan yang besar bagi
keluarganya bahwa Tuhan mengaruniakannya umur yang begitu
panjang untuk mendukung dan menghibur mereka.
II. Pertumbuhan keluarga Yusuf. Ia hidup untuk melihat anak-anak
dari cicit-cicitnya yang diturunkan oleh kedua anaknya (ay. 23).
Mungkin ia juga melihat kedua anaknya yang akhirnya diakui
dengan sungguh-sungguh sebagai kepala suku dari suku-suku
yang berbeda dan setara dengan semua saudara-saudaranya.
Sungguh sangat menghibur hati orangtua yang sudah lanjut usia
saat mereka dapat menyaksikan keturunannya dalam keadaan
berhasil, khususnya jika dengan itu mereka dapat melihat damai
sejahtera atas Israel (Mzm. 128:6).
III. Pesan terakhir dan wasiat Yusuf disampaikan di hadapan sau-
dara-saudaranya saat ia melihat saat kematiannya sudah men-
dekat. Mungkin beberapa dari saudara-saudaranya sudah ada
yang meninggal, sebab beberapa orang di antara mereka umurnya
lebih tua dibandingkan dirinya. Jadi di hadapan saudara-sau-
daranya yang masih hidup dan di hadapan anak-anak dari sau-
dara-saudaranya yang sudah mati dan yang sekarang mewakili
saudara-saudaranya atas nama ayah-ayah mereka, Yusuf menga-
takan hal-hal ini,
1. Yusuf menghibur mereka dengan jaminan bahwa mereka akan
kembali ke negeri Kanaan pada waktunya: Tentu Tuhan akan
memperhatikan kamu. Untuk tujuan inilah Yakub berkata
kepadanya (lih. 48:21). Demikianlah, kita harus menghibur
orang lain dengan penghiburan yang sama yang kita alami dari
Tuhan . Kita harus membersarkan hati mereka untuk merasa
tenang dengan berpegang pada janji-janji yang telah menjadi
penopang kita selama ini. Oleh kuasa Tuhan , Yusuf menjadi
pelindung dan pemelihara saudara-saudaranya. sebab itu,
bagaimana jadinya mereka kini saat ia akan mati segera?
Wahai, biarlah ini menjadi penghiburan mereka, Tentu Tuhan
akan memperhatikan kamu. Lawatan-lawatan Tuhan yang penuh
rahmat akan menjadi pelipur saat kita kehilangan teman-teman
baik kita. Mereka mati, namun kita bisa hidup, dan hidup de-
ngan rasa terhibur, jika karunia dan hadirat Tuhan ada ber-
sama kita. Yusuf memohon mereka untuk yakin, bahwa Tuhan
akan membawa mereka keluar dari negeri ini, dan sebab itu,
(1) Mereka jangan pernah berharap untuk menetap di negeri
Mesir, juga jangan menganggap negeri itu sebagai tempat
perhentian mereka selama-lamanya. Mereka harus meng-
arahkan hati mereka kepada tanah yang telah dijanjikan
dan menyebutnya sebagai rumah mereka.
(2) Mereka tidak boleh takut dimusnahkan atau dihancurkan
di negeri Mesir. Mungkin Yusuf melihat dari kejauhan per-
lakuan jahat yang akan mereka hadapi di sana sesudah
kematiannya. Itulah sebabnya ia menyampaikan kata-kata
yang membesarkan hati mereka: Tuhan akan membawa
kamu dengan penuh kemenangan keluar dari negeri ini pada
akhirnya. Di sini matanya tertuju pada janji itu (15:13-14),
dan dalam nama Tuhan ia meyakinkan mereka akan pengge-
napan janji itu.
2. Demi pengakuan imannya sendiri dan untuk meneguhkan
iman mereka, Yusuf meminta mereka untuk tidak mengubur-
kan mayatnya sampai tiba harinya, yakni hari yang mulia itu,
saat mereka tinggal menetap di tanah perjanjian (ay. 25).
Yusuf meminta mereka berjanji dengan sebuah sumpah bahwa
mereka akan menguburkan mayatnya di negeri Kanaan. Di
Mesir, orang menguburkan para pembesar mereka dengan
penuh penghormatan dan kemegahan, namun Yusuf lebih me-
nyukai penguburan yang sangat bermakna di negeri Kanaan.
Pelaksanaan pesan itu tertunda sampai hampir 200 tahun
sebelum terjadi peristiwa yang luar biasa di negeri Mesir.
Dengan demikian, sebab iman Yusuf akan kebangkitan dan
janji tentang negeri Kanaan, ia memberi pesan tentang tulang-
tulangnya (Ibr. 11:22). Ia mati di negeri Mesir, namun membiar-
kan tulang-tulangnya sebagai jaminan bahwa Tuhan pasti akan
melawat Israel dan akan membawa mereka ke negeri Kanaan.
IV. Kematian Yusuf dan pengawetan mayatnya untuk dikuburkan di
Kanaan (ay. 26). Mayatnya ditaruh di dalam peti mati di Mesir,
namun tidak dikuburkan sampai anak-anaknya menerima tanah
pusaka mereka di Kanaan (Yos. 24:32). Perhatikanlah,
1. jika jiwa yang terpisah sebab kematian kembali menuju
tempat perhentian bersama Tuhan , maka tidaklah menjadi
masalah apakah tubuh yang telah ditinggalkan itu sama sekali
tidak dapat, atau tidak segera, menemukan tempat peristira-
hatannya di dalam kubur.
2. Namun, perhatian patut diberikan kepada tubuh orang-orang
kudus, dalam keyakinan akan kebangkitan mereka. Sebab,
ada kovenan dengan debu tanah itu, yang selalu akan diingat,
dan ada perintah yang diberikan mengenai tulang-tulang itu.