Tampilkan postingan dengan label samuel 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 5. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 5


 alam per-

tobatan, mereka mencurahkan hati di hadapan Tuhan. 

Mereka mencucurkan air mata yang membanjir, dan 

meratap dengan tangisan yang saleh, sebab mereka 

melakukannya di hadapan Tuhan dengan mata tertuju 

kepada-Nya. 

[2] Doa dan permohonan mereka yang paling tulus kepada 

Allah memohon belas kasihan. Dalam doa, isi hati 

dicurahkan di hadapan Allah (Mzm. 62:9). 

[3] Pembaharuan mereka yang menyeluruh. Dengan cara 

itu, orang Israel menyatakan kemauan mereka untuk 

meninggalkan segala dosa mereka, dan untuk tidak lagi 

mempertahankan kesukaan atau kenikmatan akan 

dosa seperti bejana menikmati air yang dicurahkan ke 

dalamnya. Bangsa itu bebas dan penuh dalam pengaku-

an dosa mereka, serta mantap dalam keputusan mereka 

untuk membuang segala durhaka mereka. Kini Israel 

telah dibasuh dari berhala-berhala mereka, demikian 

kata Dr. Lightfoot. 

[4] Sebagian penafsir beranggapan bahwa pencurahan air 

itu menandakan sukacita mereka dalam pengharapan 

akan belas kasihan Allah yang telah Samuel yakinkan 

kepada mereka. Upacara ini dipakai dengan makna 

ini  pada hari raya Pondok Daun (Yoh. 7:37-38; 

lihat juga Yes.12:3). Memahami hal ini dalam pengertian 

ini , maka ayat ini  seharusnya dibaca, mere-

ka menimba air sesudah  berpuasa. Dalam perendahan 

diri mereka itulah orang Israel menyatakan pengharap-

an mereka akan pengampunan dan perdamaian. 

(2) Mereka berpuasa, menjauhkan diri dari makanan, berduka-

cita, dan dengan demikian menyatakan pertobatan dan 

bakti yang penuh semangat. 

(3) Mereka membuat pemakluman: Kami telah berdosa kepada 

TUHAN, dengan demikian orang Israel itu memberikan ke-

muliaan kepada Allah sekaligus menanggungkan aib kepa-

da diri mereka sendiri. Jika kita mengakui dosa-dosa kita, 

kita akan melihat bahwa Allah kita yaitu  setia dan adil, 

sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita. 

3. Pada waktu itu, Samuel menghakimi orang Israel di Mizpa, 

yaitu, dalam nama Allah, ia meyakinkan mereka akan mene-

rima pengampunan dosa saat  mereka bertobat, dan bahwa 

Allah sudah berdamai dengan mereka. Itu merupakan peng-

hakiman untuk memberikan pengampunan. Atau mungkin 

juga, Samuel menerima pemberitahuan tentang orang-orang 

yang tidak meninggalkan berhala-berhala mereka, dan ia pun 

menghakimi mereka sesuai dengan hukum Taurat. Ia meng-

hakimi orang yang tidak mau menghakimi dirinya sendiri. 

Atau, Samuel waktu itu menegakkan mahkamah peradilan di 

antara mereka, dan menetapkan ketentuan dan tempatnya, 

yang ia jalankan di kemudian hari sesudah  itu (ay. 16). Seka-

rang Ia mulai mengatur tata aturan pelaksanaan peradilan, 

dan mulai berperan sebagai hakim untuk mencegah orang 

Israel kembali mengulangi dosa-dosa yang saat ini tampaknya 

telah mereka tinggalkan. 

Orang Israel Diserang oleh Filistin;  

Doa Syafaat Samuel untuk Israel  

(7:7-12)  

7 saat  didengar orang Filistin, bahwa orang Israel telah berkumpul di 

Mizpa, majulah raja-raja kota orang Filistin mendatangi orang Israel. Serta 

didengar orang Israel demikian, maka ketakutanlah mereka terhadap orang 

Filistin. 8 Lalu kata orang Israel kepada Samuel: “Janganlah berhenti berseru 

bagi kami kepada TUHAN, Allah kita, supaya Ia menyelamatkan kami dari 

tangan orang Filistin itu.” 9 Sesudah itu Samuel mengambil seekor anak 

domba yang menyusu, lalu mempersembahkan seluruhnya kepada TUHAN 

sebagai korban bakaran. Dan saat  Samuel berseru kepada TUHAN bagi 

orang Israel, maka TUHAN menjawab dia. 10 Sedang Samuel mempersembah-

kan korban bakaran itu, majulah orang Filistin berperang melawan orang 

Israel. namun  pada hari itu TUHAN mengguntur dengan bunyi yang hebat ke 

atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul 

kalah oleh orang Israel. 11 Keluarlah orang-orang Israel dari Mizpa, mengejar 

orang Filistin itu dan memukul mereka kalah sampai hilir Bet-Kar. 12 Kemudian 

Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; 

ia menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita.” 

Di sini diceritakan, 

I. Orang Filistin menyerbu Israel (ay. 7), sebab  jengkel dengan per-

temuan orang Israel untuk bertobat dan berdoa itu, seolah-olah 

itu yaitu  pertemuan untuk perang. Jika memang demikian 

adanya, mereka berpikir yaitu  bijaksana untuk keluar berperang 

di luar negeri mereka sendiri. Mereka tidak memiliki alasan yang 

tepat untuk kecurigaan ini. Namun, orang yang berusaha menda-

tangkan onar kepada pihak lain akan cepat sekali mengira bahwa

 pihak lain sedang merancangkan keonaran atas mereka. Nah, 

lihatlah di sini, 

1. Betapa kejahatan terkadang tampaknya timbul dari kebaikan. 

Pertemuan agamawi bangsa Israel di Mizpa mendatangkan 

masalah atas mereka dari orang Filistin, dan mungkin hal itu 

membuat bangsa Israel tergoda untuk berharap kalau saja 

tadinya mereka tetap tinggal di rumah. Mungkin juga mereka 

ingin menyalahkan Samuel sebab  telah memanggil mereka 

berkumpul. Akan namun , memang bisa saja kita berada di jalan 

Allah dan tetap menjumpai kesusahan. Bahkan, saat  orang 

berdosa mulai bertobat dan memperbaharui diri, mereka harus 

siap bila Iblis menghimpun seluruh kekuatannya menentang 

mereka, dan memasang seluruh senjatanya untuk melawan 

dan melemahkan orang itu sehebat-hebatnya. Namun, 

2. Betapa kebaikan pada akhirnya muncul dari kejahatan ter-

sebut. Orang Israel tidak pernah terancam seperti pada saat 

itu, yakni saat  mereka sedang bertobat dan berdoa, dan 

mereka tidak mempersiapkan diri menghadapi musuh seperti 

waktu-waktu sebelumnya. Di lain pihak, orang Filistin belum 

pernah bertindak kurang ajar seperti pada saat itu, yakni 

mengadakan perang terhadap Israel pada waktu mereka se-

dang berdamai dengan Allah. Namun, Allah mengizinkan orang 

Filistin melakukannya, supaya segera ada kesempatan bagi 

Dia untuk memahkotai pembaharuan diri umat-Nya itu de-

ngan bukti perkenanan-Nya. Juga untuk mengukuhkan per-

kataan nabi-Nya yang telah meyakinkan bangsa Israel bahwa 

jika mereka bertobat, Allah akan melepaskan mereka dari 

tangan orang Filistin. Demikianlah Allah membuat angkara 

manusia dan rancangan jahat musuh umat-Nya menjadi puji-

pujian bagi-Nya dan menggunakannya untuk menggenapkan 

tujuan kasih karunia-Nya kepada umat-Nya (Mi. 4:11-12). 

II. Dalam kesesakan ini, Israel melekat erat kepada Samuel sebagai 

sahabat mereka di dalam Allah. Meskipun ia bukan tentara, juga 

tidak pernah dipuji sebagai orang yang gagah perkasa, namun  

sebab  Israel ketakutan terhadap orang Filistin yang mereka 

anggap sebagai lawan yang tidak sepadan, mereka pun memohon-

kan doa-doa Samuel untuk mereka: Janganlah berhenti berseru 

bagi kami kepada TUHAN (ay. 8). Pada waktu itu, mereka tidak 

bersenjata, tidak siap berperang. Mereka berkumpul untuk ber-

puasa dan berdoa, bukan untuk berperang. Oleh sebab  itu, doa 

dan air mata menjadi satu-satunya senjata yang sekarang tersedia 

bagi banyak orang itu. Di dalamnya mereka memiliki jalan keluar. 

Dan, mengetahui bahwa Samuel sangat diperkenan di sorga, de-

ngan tulus hati mereka pun memohon agar dia memanjatkan per-

mohonan bagi mereka. Orang Israel memiliki alasan untuk meng-

harapkan hal ini , sebab  Samuel telah berjanji akan berdoa 

untuk mereka (ay. 5), serta telah menjanjikan kelepasan dari 

tangan orang Filistin (ay. 3). Lagi pula orang Israel telah menaati 

Samuel dalam segala hal yang ia sampaikan kepada mereka dari 

Tuhan. Demikianlah orang yang dengan tulus hati menundukkan 

diri kepada Kristus sebagai pemberi hukum dan hakim tidak perlu 

ragu akan mendapat perkenanan Allah melalui kepengantaraan-

Nya. Orang Israel sangat risau agar Samuel tidak berhenti berdoa 

bagi mereka: segala persiapan perang dapat mereka usahakan, 

namun  biarlah Samuel terus-menerus berdoa, mungkin sebab  

mengingat bahwa saat  Musa menurunkan tangannya sedikit saja, 

orang Amalek menang. Oh, betapa ini merupakan penghiburan 

bagi semua orang percaya, bahwa Sang Juru syafaat kita yang 

agung di atas sana tidak pernah berhenti, tidak pernah diam, se-

bab Ia senantiasa menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita! 

III. Samuel menjadi pengantara kepada Allah bagi bangsa Israel, dan 

ia melakukannya dengan mempersembahkan korban (ay. 9). Ia 

mengambil seekor anak domba yang menyusu dan mempersem-

bahkannya sebagai korban bakaran, korban yang dibakar seluruh-

nya kepada Tuhan. Sementara korban itu sedang terbakar, ber-

sama asapnya doa-doa Samuel pun naik ke sorga. Cermatilah, 

1. Samuel memanjatkan doa syafaat dengan korban persembah-

an. Kristus menjadi perantara berkat korban diri-Nya sendiri 

untuk menebus dosa, dan sebab  itu dan dalam segala doa, 

kita harus memandang pada pengorbanan-Nya yang besar itu 

supaya doa kita didengar dan diterima Allah. Persembahan 

korban Samuel tanpa dibarengi dengan doanya hanya akan 

menjadi bayang-bayang kosong. Sebaliknya, doa tanpa persem-

bahan korban tidak akan berhasil juga. Hal ini mengajarkan 

kepada kita, betapa kita dapat mengharapkan hal-hal besar 

apa pun dari Allah sebagai jawaban atas doa, saat  kita me-

manjatkan doa kita dengan iman akan pengorbanan Kristus. 

2. Persembahan Samuel itu yaitu  korban bakaran, yang murni 

dipersembahkan untuk kemuliaan Allah, yang sangat meng-

isyaratkan bahwa permohonan besar yang dipanjatkannya itu 

sungguh bergantung pada kehormatan Allah. “TUHAN, demi 

nama-Mu sendiri, tolonglah umat-Mu pada saat ini.” saat  

kita berupaya keras untuk memuliakan Allah, kita boleh ber-

harap bahwa Dia, dalam menjawab doa kita, akan bekerja 

demi kemuliaan-Nya sendiri. 

3. Persembahan Samuel yaitu  anak domba yang menyusu, se-

bab Allah lebih melihat ketulusan dan maksud hati kita dari-

pada ukuran maupun jumlah persembahannya. Anak domba 

ini yang melambangkan Anak Domba Allah, lebih diterima 

daripada ribuan domba atau lembu jantan yang diberikan 

tanpa iman dan doa. Samuel bukan seorang imam, namun  ia 

keturunan Lewi sekaligus seorang nabi. Ini yaitu  perkara 

yang luar biasa, dan apa yang dilakukannya saat itu mendapat 

pengarahan khusus dari Allah, dan sebab  itu diterima oleh 

Allah. Ini merupakan teguran terhadap para imam, kepada 

mereka telah mencemari diri sendiri.  

IV. Allah memberikan jawaban yang penuh dengan kemurahan hati-

Nya atas doa Samuel (ay. 9): TUHAN menjawab dia. Dia yaitu  

Samuel, yang diminta dari Allah, dan banyaklah belas kasihan 

yang Allah berikan kepada seorang Samuel sebagai jawaban doa. 

Para pendoa seharusnya dikenal sebab  berdoa, seperti Samuel di 

antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya (Mzm. 99:6). 

Jawaban atas doanya merupakan jawaban yang sungguh nyata: 

orang Filistin dipermalukan (ay. 10-11), dikacaukan sepenuhnya. 

Dengan cara seperti ini, doa Samuel, kuasa Allah, dan kekuatan 

Israel sangat ditinggikan. 

1. Doa Samuel dihormati, sebab tepat pada saat ia mempersem-

bahkan korban bersama dengan doanya, pertempuran dimulai, 

dan dengan cepat berbalik melawan orang Filistin. Demikian-

lah, saat  ia masih berbicara, Allah sudah mendengarkannya, 

dan menjawab dengan guntur (Yes. 65:24). Allah menunjukkan 

bahwa doa dan persembahan Samuellah yang Ia hormati, dan 

dengan demikian Ia membuat orang Israel tahu bahwa seperti 

dalam urusan sebelumnya dengan orang Filistin, Ia telah meng-

hajar mereka atas keyakinan mereka yang pongah di tengah 

kehadiran tabut TUHAN yang dipikul oleh dua orang imam 

yang cemar, demikianlah sekarang Ia dengan penuh kemurah-

an menerima kebergantungan mereka yang rendah hati di da-

lam doa pernyataan iman dari mulut dan hati seorang nabi 

yang saleh. 

2. Kuasa Allah sangat dihormati, sebab Ia sendiri turun tangan 

melakukannya. Ia mengacaukan orang Filistin, bukan dengan 

batu-batu besar yang bisa membuat mereka terbunuh (misal-

nya Yos. 10:11), melainkan dengan guruh yang dahsyat yang 

menakutkan orang-orang itu hingga merasa ngeri dan kebi-

ngungan sampai menjadi lumpuh. Maka, orang-orang Filistin 

itu pun menjadi mangsa empuk bagi pedang Israel, dikacau-

kan dan dipukul kalah. Sejarawan Yosefus menambahkan, 

bahwa terjadi gempa bumi saat  orang-orang Filistin meng-

adakan serangan pertama, dan di banyak tempat, tanah ter-

buka menelan mereka, dan bahwa selain kengerian akibat 

guruh tadi, wajah dan tangan mereka juga hangus tersambar 

petir, sehingga memaksa mereka untuk berbalik melarikan 

diri. sebab  dihalau sampai lari tunggang-langgang oleh ta-

ngan Allah sendiri (yang tidak mereka takuti seperti ketakutan 

mereka terhadap tabut-Nya dahulu [4:7]), maka, 

3. Bala tentara Israel menerima kehormatan. Mereka dipakai 

untuk menggenapkan kemenangan, serta merasakan kepuas-

an sebab  telah menang atas para penindas mereka: Orang-

orang Israel mengejar orang Filistin itu dan memukul mereka 

kalah. Betapa cepatnya mereka merasakan manfaat dari per-

tobatan, pembaharuan, dan kembalinya mereka kepada Allah! 

Kini, sesudah  orang Israel berpegang pada Allah, tidak ada satu 

pun musuh yang dapat bertahan di hadapan mereka. 

V. Samuel mendirikan tugu peringatan sebagai ucapan syukur atas 

kemenangan ini, bagi kemuliaan Allah dan sebagai penyemangat 

bagi Israel (ay. 12). Ia membangun Eben-Haezer, batu pertolongan. 

Jika hati umat yang keras suatu saat nanti kehilangan keyakinan 

akan penyelenggaraan Allah, maka batu ini akan membangkitkan 

kembali kenangan akan hal ini  dan membuat mereka ber-

syukur, atau tetap menjadi saksi yang berdiri menentang sikap 

mereka yang tidak tahu terima kasih. 

1. Tugu peringatan ini didirikan di tempat yang sama di mana 

orang Israel pernah terpukul kalah oleh Filistin dua puluh 

tahun yang lalu, yaitu di dekat Eben-Haezer (4:1). Dosa yang 

menimbulkan kekalahan itu diampuni sebab  pertobatan 

mereka, dan pengampunan ini  dimeteraikan oleh keme-

nangan yang jaya ini tepat di tempat mereka pernah meng-

alami kekalahan (lih. Hos. 1:10). 

2. Samuel sendiri turun tangan untuk mendirikan tugu peringat-

an ini. Lewat doa, dia telah menjadi alat untuk mendapatkan 

belas kasihan itu, oleh sebab itu, ia merasa dirinya berkewa-

jiban untuk membuat pengakuan penuh ucapan syukur atas 

hal ini . 

3. Samuel memberikan nama tugu itu dengan “Sampai di sini 

TUHAN menolong kita.” Dengan nama ini ia mengucap syukur 

atas apa yang telah terjadi, memberikan kemuliaan kemenang-

an ini  hanya kepada Allah yang telah memberikan 

kemenangan itu di samping kemurahan-kemurahan-Nya yang 

terdahulu. Akan namun , Samuel juga berbicara tentang masa 

depan dengan sedikit keraguan, “Sampai di sini segala sesuatu 

telah berjalan dengan baik, namun  kita tidak tahu apa yang 

akan Allah lakukan kemudian, supaya kita berserah kepada-

Nya. Akan namun , marilah kita memuji Dia atas apa yang telah 

Ia perbuat.” Perhatikanlah, permulaan belas kasihan dan kele-

pasan harus kita akui dengan rasa syukur selama kita mene-

rimanya, meskipun mungkin belum sepenuhnya, bahkan, 

sekalipun persoalannya tampak tidak pasti. Oleh pertolongan 

Allah aku dapat hidup sampai sekarang, kata Paulus yang 

terberkati itu (Kis. 26:22). 

Kekalahan Orang Filistin 

(7:13-17)  

13 Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki 

daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel, 

14 dan kota-kota yang diambil orang Filistin dari pada Israel, kembali pula 

kepada Israel, mulai dari Ekron sampai Gat; dan orang Israel merebut daerah 

sekitarnya dari tangan orang Filistin. Antara orang Israel dan orang Amori 

ada damai. 15 Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur 

hidupnya. 16 Dari tahun ke tahun ia berkeliling ke Betel, Gilgal dan Mizpa, 

dan memerintah atas orang Israel di segala tempat itu, 17 lalu ia kembali ke 

Rama, sebab di sanalah rumahnya dan di sanalah ia memerintah atas orang 

Israel; dan di sana ia mendirikan mezbah bagi TUHAN. 

Di sini, terdapat catatan singkat mengenai kelanjutan pelayanan 

Samuel yang baik untuk Israel. sesudah  memisahkan bangsanya dari 

berhala-berhala dan membawa mereka kembali kepada Allah, Samuel 

berhasil membuat mereka mampu menerima manfaat lebih jauh 

dengan pelayanannya. sesudah  berhasil dalam hal ini , maka 

dalam hal lain pun Samuel menjadi berkat yang besar bagi orang 

Israel. Meski demikian, Samuel menuliskan kisahnya sendiri dengan 

singkat saja. Di sini tidak diceritakan, namun  tampak bahwa pada 

zaman nabi Samuel, orang Israel memelihara hari raya Paskah lebih 

daripada ibadah biasa (2Taw. 35:18), walaupun tabut TUHAN jauh 

dari mereka dan Silo telah hancur. Tidak diragukan lagi, banyak 

pekerjaan baik yang telah Samuel lakukan bagi Israel, namun  di sini 

kita hanya diberitahukan betapa ia telah menjadi alat yang baik 

dalam, 

1. Mempertahankan kedamaian rakyat (ay. 13): “Dalam zamannya, 

orang Filistin tidak lagi memasuki daerah Israel, tidak lagi meng-

adakan penyerbuan atau serangan terhadap mereka. Kini orang 

Filistin itu melihat bahwa Allah berperang bagi Israel dan tangan-

Nya menentang Filistin. Hal ini membuat mereka diliputi perasaan 

takjub dan menahan sisa-sisa kemarahan mereka.” Bagi Israel, 

Samuel merupakan seorang pelindung dan penyelamat, bukan 

dengan kekuatan pedang, seperti Gideon, juga bukan dengan 

tenaga lengan, seperti Simson, namun  dengan kuasa doa kepada 

Allah dan dengan melaksanakan karya pembaharuan di tengah 

rakyat. Agama dan kesalehan yaitu  jaminan keamanan terbaik 

bagi suatu negara. 

2. Memulihkan hak-hak masyarakat (ay. 14). Oleh pengaruh Sa-

muel, Israel memiliki keberanian untuk menuntut kembali kota-

kota yang telah direbut orang Filistin dan lama ditahan dengan 

sewenang-wenang. Sementara orang Filistin, sebab  tidak berani 

melawan pihak yang sangat dikasihi di surga, dengan patuh 

tunduk pada permintaan ini . Mereka pun bahkan mengem-

balikan Ekron dan Gat, dua ibu kota, meskipun di kemudian hari 

merebutnya kembali. Sebagian penafsir beranggapan bahwa yang 

dikembalikan yaitu  beberapa kota kecil yang terletak di antara 

Ekron dan Gat yang direbut dari tangan Filistin. Semua ini dida-

patkan Israel melalui pembaharuan diri dan agama mereka. 

Mereka berkuasa atas musuh mereka dan berhasil dalam usaha-

usaha mereka. Kemudian ditambahkan, Antara orang Israel dan 

orang Amori ada damai. Orang Amori yaitu  orang Kanaan, sisa-

sisa penduduk asli. Bukan berarti Israel bersekutu dengan mere-

ka, namun  orang Kanaan itu tinggal tenang, tidak membuat jahat 

terhadap Israel seperti yang terkadang mereka lakukan dahulu. 

Demikianlah jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, 

maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia dan tidak 

memberikannya gangguan apa pun (Ams. 16:7). 

3. Menata keadilan masyarakat (ay. 15-16): Ia memerintah sebagai 

hakim atas orang Israel. Sebagai nabi, ia mengajarkan tanggung 

jawab dan menegur rakyat atas dosa-dosa mereka, yang disebut 

menghakimi (Yeh. 20:4; 22:2). Musa menghakimi Israel saat  ia 

memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan kepu-

tusan-keputusan Allah (Kel. 18:16). Demikianlah Samuel mengha-

kimi bangsa Israel sampai saat terakhir, bahkan sesudah  Saul di-

angkat menjadi raja, Samuel pun berjanji pada mereka, saat  

Saul diurapi (12:23), Aku tidak akan berhenti mengajarkan kepa-

damu jalan yang baik dan lurus. Sebagai hakim, ia menerima 

perkara-perkara peradilan dari pengadilan di bawahnya dan men-

jatuhkan keputusan. Ia mengadili dan menghakimi, mengadili 

para tahanan dan membebaskan atau menghukum mereka sesuai 

dengan hukum Taurat. Inilah yang dia lakukan sepanjang hidup-

nya, hingga ia tua dan pensiun, lalu menyerahkan jabatan kepada 

Saul. sesudah  itu, Samuel menjalankan kewenangan saat  ada 

permintaan. Bahkan, ia juga menghakimi Agag serta Saul sendiri. 

Akan namun , saat  masih berada pada puncaknya, Samuel ber-

keliling demi kesejahteraan negeri, setidaknya di bagian wilayah 

yang paling berada di bawah pengaruhnya. Ia memerintah di 

Betel, Gilgal, dan Mizpa, semuanya milik suku Benyamin. Namun, 

kediaman tetapnya berada di Rama, kota ayahnya. Di situlah ia 

menghakimi Israel, dan ke sanalah orang Israel datang kepadanya 

dari segala penjuru membawa permasalahan mereka (ay. 17). 

4. Menjaga masyarakat tetap menjalankan agama, sebab di tempat 

tinggalnya, Samuel mendirikan mezbah bagi TUHAN. Bukan de-

ngan maksud meremehkan mezbah di Nob, di Gibeon, atau di 

manapun Kemah Suci berada, namun  sebab  keadilan pemelihara-

an ilahi telah menanduskan Silo dan belum ada tempat lain yang 

dipilih bagi rakyat untuk membawa korban persembahan mereka 

(Ul. 12:11). Samuel menghormati hukum Taurat yang membatasi 

umat untuk berkumpul di satu tempat, oleh sebab itu, sebagai 

nabi sekaligus di bawah pengarahan ilahi, ia berbuat seperti yang 

pernah dilakukan bapa-bapa leluhur, yakni membangun mezbah 

di tempat tinggalnya. Mezbah itu dipakai baik untuk keluarganya 

sendiri maupun untuk kebaikan rakyat seluruh negeri yang 

datang kepadanya. Orang-orang besar seharusnya menggunakan 

kekayaan, kekuasaan, dan kepentingannya untuk mempertahan-

kan ibadah kepada Allah di tempat tinggal mereka. 

 

 

 

 

PASAL  8  

egala sesuatu berjalan dengan sangat baik bagi Israel di dalam 

pasal sebelumnya, di bawah kepemimpinan Samuel, sehingga 

menurut saya, sungguh menyedihkan bagi kita untuk menemukan 

Samuel di dalam pasal ini begitu cepat menua dan melemah, dan 

segala sesuatunya bergerak cepat dan berubah. Akan namun , demi-

kianlah adanya bahwa hari-hari baik jarang bertahan lama di tengah 

bangsa Israel. Pada pasal ini, kita mendapati, 

I. Samuel semakin renta (ay. 1). 

II. Anak-anak laki-lakinya semakin merosot moralnya (ay. 2-3). 

III. Orang Israel tidak puas dengan kepemimpinan yang ada dan 

gelisah akan adanya perubahan, sebab  

1. Orang Israel mengajukan permohonan kepada Samuel 

untuk mengangkat seorang raja atas mereka (ay. 4-5). 

2. Samuel membawa perkara itu kepada Allah (ay. 6). 

3. Allah mengarahkan Samuel perihal jawaban yang harus 

diberikan kepada orang Israel, yakni berupa teguran (ay. 

7-8) dan peringatan, dengan menjabarkan segala dampak 

yang akan terjadi oleh sebab perubahan kepemimpinan 

ini , dan betapa hidup mereka akan dengan cepat 

menjadi sulit saat  berada di bawahnya (ay. 9-18). 

4. Orang Israel bersikeras menuntut permohonan mereka 

dikabulkan (ay. 19-20). 

5. Samuel, dengan petunjuk Allah, menjanjikan bahwa per-

mohonan mereka akan segera dikabulkan (ay. 21-22). 

Demikianlah sulit bagi orang untuk menyadari keadaan 

mereka yang sesungguhnya sudah sejahtera. 

Kejahatan Anak-anak Laki-laki Samuel 

(8:1-3)  

1 sesudah  Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki men-

jadi hakim atas orang Israel. 2 Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan 

nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. 

3 namun  anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar 

laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. 

Ada dua hal menyedihkan kita jumpai dalam perikop di atas, walau-

pun tidaklah aneh hal seperti ini: 

1. Seorang manusia yang berbudi baik dan berguna menjadi se-

makin tua dan tidak lagi mampu melayani (ay. 1): Samuel menjadi 

tua, sehingga tidak mampu menghakimi Israel seperti yang telah 

dilakukannya sebelumnya. Pada saat ini, tidak tampak bahwa 

usianya sudah melampaui enam puluh tahun. Memang mungkin 

tidak setua itu, namun  ia yaitu  seorang insan yang sejak dini 

sudah dipakai Tuhan, penuh dengan segala pertimbangan dan 

perhatian semasa ia kecil, sehingga ini mungkin mempercepat 

kelemahan akibat penuaan yang dideritanya. Buah yang paling 

pertama kali matang biasanya menjadi yang paling buruk. Samuel 

telah menghabiskan tenaga dan rohnya berjerih payah demi ke-

pentingan masyarakat, dan kini, jika ia berpikir ia dapat meng-

giatkan dirinya sendiri seperti pada saat-saat lainnya, salahlah ia, 

sebab  usia tua telah merontokkan rambutnya. Orang yang ber-

ada di masa-masa unggul usianya seharusnya sibuk mengerjakan 

pekerjaan yang berkaitan dengan hidup, sebab  seiring bertam-

bahnya tahun, mereka akan menemukan diri tidak mempunyai 

kesempatan dan tidak mampu untuk mengerjakannya lagi. 

2. Anak-anak dari seorang manusia yang berbudi baik hidup me-

nyimpang dan tidak berjalan menurut jalan ayahnya. Samuel 

telah memberi anak-anak laki-lakinya pendidikan yang sangat 

baik, dan mereka telah memberinya harapan yang sangat men-

janjikan dengan perbuatan mereka yang baik. Mereka pun telah 

memperoleh nama yang sangat harum di Israel, sehingga Samuel 

mengangkat mereka menjadi hakim, para pembantunya untuk 

sementara waktu, dan sesudah  itu menjadi wakilnya di Bersyeba, 

yang terletak jauh dari Rama (ay. 2). Kemungkinan negeri-negeri 

di bagian selatan mengajukan permohonan agar anak-anak laki-

laki Samuel dapat tinggal di sana, supaya mereka tidak perlu 

berjalan jauh jika hendak membawa perkara mereka. Kita dapat 

meyakini bahwa Samuel memberikan amanat kepada mereka 

bukan atas dasar bahwa mereka yaitu  anak-anak laki-lakinya. 

Dia tidak berhasrat besar untuk menjaga kepemimpinan Israel 

tetap berada di dalam keluarganya, seperti halnya Gideon, namun  

atas dasar, dari yang terlihat jelas, bahwa mereka yaitu  orang-

orang yang sangat layak dipercaya. Tidak ada orang lain yang 

lebih pantas untuk menenteramkan sang hakim yang sudah 

menua, dan menanggalkan beban dari atas bahunya, selain 

(coeteris paribus – dengan menganggap segala hal lainnya setara) 

anak-anak laki-lakinya sendiri, yang tidak ayal lagi dihormati 

sebab  nama ayah mereka, dan. Selain itu, dengan segenap 

keuntungan yang sudah dimiliki saat  memulai jabatan, mereka 

mungkin akan menjadi orang-orang besar dalam waktu singkat 

andai kata mereka tetap menjadi orang baik. Akan namun , celaka! 

Anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya (ay. 3). saat  

perangai mereka berkebalikan dengan ayahnya, maka hubungan 

mereka dengan sosok yang sangat luhur itu, yang sesungguhnya 

dapat menjadi kehormatan bagi mereka, malah menjadi aib bagi 

mereka. Degeneranti genus opprobrium – Garis keturunan yang 

baik menjadi cela bagi insan yang menyimpang dari padanya. 

Catatlah, bahkan orang-orang yang memiliki kehormatan besar 

bagi diri mereka sendiri tidak dapat mewariskan kehormatan itu 

bagi anak-anak mereka. Orang-orang baik kerap kali dirundung 

rasa sedih saat  menyaksikan keturunan mereka tidak mengikuti 

jalan yang mereka tempuh melainkan malah menginjak-injaknya, 

dan, seperti kata Ayub, membongkar jalan mereka. Bahkan, ba-

nyak orang yang telah mengawali pelayanan mereka dengan sa-

ngat baik, sangat menjanjikan, dan berangkat di jalan yang benar, 

sehingga para orangtua dan sahabat menaruh harapan luar biasa 

pada mereka, di kemudian hari malah berbalik dan menyimpang 

jalan, mendatangkan kesedihan bagi orang-orang yang seharus-

nya memperoleh sukacita dari mereka. saat  anak-anak laki-laki 

Samuel diangkat menjadi hakim-hakim dan ditempatkan di 

tempat yang jauh dari dirinya, tabiat mereka yang sesungguhnya 

pun muncul. Demikianlah, 

(1) Banyak orang yang telah mengenyam pendidikan dengan 

sangat baik dan berperilaku sangat luhur selama berada di 

bawah pengawasan orangtua mereka, saat  beranjak pergi ke 

dalam dunia dan berdiri sendiri, berubah menjadi orang-orang 

berperilaku buruk. Maka dari itu, biarlah tidak ada seorang-

pun yang mengandalkan dirinya atau kepunyaannya sendiri, 

melainkan hanya bergantung pada anugerah Allah. 

(2) Banyak orang yang berhasil hidup baik di tengah keadaan 

sederhana dan penuh kepasrahan, menjadi dimanjakan oleh 

jabatan dan kekuasaan. Kehormatan mengubah hati manusia, 

kerap kali menuju ke arah yang lebih buruk. Memang tidak 

tampak bahwa anak-anak laki-laki Samuel berperilaku sebejat 

dan sekeji anak-anak laki-laki Eli, namun , apa pun yang mere-

ka lakukan, mereka tetap merupakan hakim-hakim yang ru-

sak moralnya sebab  mereka mengejar laba, mengejar Mamon 

yang tidak jujur, demikian ditafsirkan dalam Alkitab bahasa 

Aram. Perhatikanlah, akar segala kejahatan yaitu  cinta uang. 

Dampak yang timbul sungguh merugikan, khususnya bagi 

para hakim. Samuel sekalipun tidak pernah menerima suap 

(12:3), namun  anak-anak laki-lakinya menerima suap, meski 

Samuel tidak ayal lagi telah memperingatkan mereka akan hal 

itu saat  ia mengangkat mereka menjadi hakim-hakim, dan 

sebab  suap itu, mereka pun memutarbalikkan keadilan. Di 

dalam memutuskan persengketaan, mereka melihat kepada 

suap, bukan kepada hukum, dan menanyakan siapa yang 

mengajukan penawaran paling tinggi, bukan siapa yang memi-

liki kebenaran di pihaknya. Sungguh menyedihkan bagi suatu 

masyarakat saat  keadilan sosial, yang seharusnya memberi 

keadilan, malah dibengkokkan dan menghasilkan kerugian 

terbesar bagi mereka. 

Orang Israel Menghendaki Seorang Raja,  

Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel  

Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja  

(8:4-22)  

4 Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada 

Samuel di Rama 5 dan berkata kepadanya: “Engkau sudah tua dan anak-

anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja 

atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain.” 

6 Waktu mereka berkata: “Berikanlah kepada kami seorang raja untuk meme-

rintah kami,” perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel 

kepada TUHAN. 7 TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkata-

an bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab 

bukan engkau yang mereka tolak, namun  Akulah yang mereka tolak, supaya

Kitab 1 Samuel 8:4-22 

 151 

jangan Aku menjadi raja atas mereka. 8 Tepat seperti yang dilakukan mereka 

kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari 

ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah 

juga dilakukan mereka kepadamu. 9 Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan 

mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beri-

tahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerin-

tah mereka.” 10 Dan Samuel menyampaikan segala firman TUHAN kepada 

bangsa itu, yang meminta seorang raja kepadanya, 11 katanya: “Inilah yang 

menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki 

akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya, 

dan mereka akan berlari di depan keretanya; 12 ia akan menjadikan mereka 

kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh; mereka akan mem-

bajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan 

perkakas keretanya akan dibuat mereka. 13 Anak-anakmu wanita   akan 

diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru ma-

kanan. 14 Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu 

akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-

pegawainya 15 dari gandummu dan hasil kebun anggurmu akan diambilnya 

sepersepuluh dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawai istananya dan 

kepada pegawai-pegawainya yang lain. 16 Budak-budakmu laki-laki dan bu-

dak-budakmu wanita  , ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu 

akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya. 17 Dari kambing dom-

bamu akan diambilnya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi 

budaknya. 18 Pada waktu itu kamu akan berteriak sebab  rajamu yang kamu 

pilih itu, namun  TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu.” 19 namun  

bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: 

“Tidak, harus ada raja atas kami; 20 maka kamipun akan sama seperti segala 

bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami 

dalam perang.” 21 Samuel mendengar segala perkataan bangsa itu, dan me-

nyampaikannya kepada TUHAN. 22 TUHAN berfirman kepada Samuel: “De-

ngarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.” 

Kemudian berkatalah Samuel kepada orang-orang Israel itu: “Pergilah, ma-

sing-masing ke kotanya.” 

Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati permulaan dari sebuah per-

kara yang seluruhnya baru dan mengejutkan, yakni penetapan suatu 

pemerintahan yang berbentuk kerajaan di Israel. Mungkin gagasan 

tentang hal ini sudah sering dibicarakan di antara mereka oleh 

orang-orang yang merindukan perubahan dan mendambakan peme-

rintahan yang tampak hebat ini . Akan namun , kita belum men-

dapatinya sampai sekarang, saat  gagasan itu secara terbuka 

diajukan dan diperdebatkan. Abimelekh hanyalah sedikit lebih baik 

daripada seorang raja boneka, meski ia dikatakan memerintah atas 

orang Israel (Hak. 9:22), dan mungkin kejatuhannya itu menjadikan 

gelar raja sebagai sesuatu yang menjijikkan di Israel untuk waktu 

yang cukup lama, seperti halnya yang diperbuat Tarquinius di 

tengah-tengah orang Romawi. Akan namun , jika memang demikian 

yang terjadi, maka pada masa ini kejijikan itu telah sirna, dan sejum-

lah langkah berani pada bagian ini diambil menuju pembaharuan 

besar-besaran, seperti yang tertulis dengan jelas. Demikianlah kita 

temukan, 

I. Permintaan para tua-tua Israel kepada Samuel perihal perkara ini 

(ay. 4-5): Berkumpullah semua tua-tua Israel, menurut kesepakat-

an bersama, tidak dengan rusuh dan kacau, melainkan dengan 

hormat oleh sebab wibawa Samuel. Mereka datang kepadanya di 

rumahnya di Rama beserta permohonan mereka, yang mengan-

dung, 

1. Ungkapan keluhan mereka: singkat kata, Engkau sudah tua, 

dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau. Meski ada 

banyak alasan yang lebih baik yang dapat diutarakan suatu 

bangsa untuk meminta adanya seorang raja, yakni sebab  

mereka ditindas oleh bangsa-bangsa lain atau sebab  mereka 

bertikai di rumah sendiri oleh sebab tidak ada seorang raja di 

Israel, sebuah perkara sepele akan dimanfaatkan oleh jiwa-

jiwa pemberontak sebagai alasan untuk mendambakan sebuah 

perubahan. 

(1) Memang benar bahwa Samuel sudah tua, namun  jika  

ketuaannya itu membuat ia tidak lagi mampu berjalan ber-

keliling dan duduk lama di kursi, di lain pihak itu mem-

buatnya semakin bijaksana dan berpengalaman, dan, oleh 

sebab itu, semakin tepat untuk memerintah. jika  ia su-

dah tua, bukankah itu terjadi sebab  ia melayani mereka? 

Sungguh suatu perbuatan yang sangat tidak elok, tidak 

tahu berterimakasih, dan bahkan tidak adil, untuk mem-

buangnya saat  ia sudah tua, padahal ia telah menghabis-

kan hari-harinya berbuat kebaikan bagi mereka. Allah telah 

menyelamatkan masa muda Samuel dari segala perbuatan 

yang tercela (3:20), namun  mereka malah menjadikan masa 

tuanya tercela. Padahal seharusnya Samuel pantas digan-

jar dengan kehormatan yang lebih besar lagi. saat  diolok-

olok sebab  kelemahan dan disingkirkan sebab  hal itu, 

biarlah para orang tua tidak memandangnya sebagai se-

suatu yang aneh, sebab  Samuel pun diperlakukan seperti 

demikian. 

(2) Memang benar bahwa anak-anak Samuel tidak hidup se-

perti Samuel. Mengenai hal itu, kesedihan Samuel pasti 

jauh lebih besar, namun  para tua-tua Israel tidak dapat ber-

kata bahwa itu yaitu  kesalahannya. Tidak seperti Eli, 

Samuel tidak memanjakan anak-anaknya dengan kejahat-

an mereka, melainkan siap menerima keluhan serta tegur-

an yang mengecam mereka. Dan, jika  memang para 

tua-tua Israel hendak mempersalahkan Samuel, kita dapat 

meyakini bahwa saat  dakwaan suap telah tegak atas 

anak-anaknya, Samuel pasti akan membatalkan amanat 

keimaman anak-anaknya itu dan menghukum mereka. 

Akan namun , hal ini tidak akan memuaskan hati para tua-

tua Israel, sebab  ada rancangan lain tersimpan di dalam 

benak mereka. 

2. Sebuah permohonan mendesak untuk mengatasi keluhan me-

reka itu, yakni dengan mengangkat seorang raja atas mereka: 

Angkatlah seorang raja atas kami untuk memerintah kami, 

seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Sampai sejauh ini, 

mereka sudah berlaku baik dengan tidak bangkit dan mem-

berontak melawan Samuel lalu mengangkat sendiri seorang 

raja atas mereka, vi et armis – dengan kekerasan. Mereka tun-

duk kepada Samuel, seorang nabi Allah, dan dengan rendah 

hati memohon agar ia melaksanakan permohonan mereka itu. 

Namun, dari apa yang terkuak kemudian, tampaknya permo-

honan itu yaitu  suatu permohonan jahat yang disampaikan 

dengan niat buruk, sehingga Allah menjadi murka. Allah telah 

merancangkan bagi mereka seorang raja, yaitu seorang yang 

berkenan di hati-Nya, saat  Samuel sudah meninggal dunia. 

Akan namun , mereka telah bertindak mendahului firman Allah 

dan memaksa untuk mempunyai seorang raja sekarang juga 

saat  Samuel sudah tua. Mereka telah memiliki seorang nabi 

yang menghakimi atas mereka dan yang mempunyai hubung-

an langsung dengan sorga, dan dengan ini semua, mereka su-

dah menjadi bangsa yang besar dan beroleh sukacita melam-

paui segala bangsa lain, sebab  tidak ada yang mempunyai 

Allah yang demikian dekat kepada mereka seperti yang mereka 

miliki (Ul. 4:7). Akan namun , ini tidak memuaskan mereka. 

Mereka harus mempunyai seorang raja yang memerintah atas 

mereka dengan segenap kemegahan dan kekuasaan yang 

lahiriah, seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Seorang nabi 

miskin berjubah usang, tidak peduli betapa pun cakapnya 

nabi itu di dalam memahami penglihatan-penglihatan Sang 

Maha Kuasa, terlihat hina di depan mata orang-orang yang 

menghakimi menurut apa yang tampak. Sebaliknya, seorang 

raja berjubah kebesaran berwarna ungu, yang dikawal para 

pengawal serta pejabatnya, akan tampak megah, dan inilah 

yang harus mereka miliki. Mereka memahami bahwa sia-sia 

saja membujuk Samuel untuk menerima tampuk pimpinan 

dan kehormatan sebagai seorang raja, sehingga oleh sebab itu, 

Samuel harus mengangkat seorang raja bagi mereka. Para tua-

tua Israel tidak berkata, “Berikanlah kepada kami seorang raja 

yang bijaksana dan baik hati, dan yang akan memerintah 

dengan lebih baik daripada anak-anak laki-lakimu,” namun , 

“Berikanlah kepada kami seorang raja,” siapa pun orangnya, 

yang penting orangnya hebat. Demikianlah dengan bodohnya 

mereka mencampakkan sendiri belas kasih yang mereka 

miliki. Dengan dalih memajukan harga diri bangsa mereka di 

hadapan bangsa-bangsa lain, mereka betul-betul menghem-

paskan diri mereka dari kedudukan yang tinggi dan menajis-

kan mahkota mereka laksana debu (KJV: dengan melemparkan-

nya ke dalam lumpur). 

II. Kekesalan Samuel terhadap permohonan ini (ay. 6). Mari kita me-

nyaksikan bagaimana Samuel menanggapi permohonan ini . 

1. Tindakan para tua-tua Israel itu mengiris hatinya. Mungkin ia 

dibuat terkejut olehnya sebab  ia tidak pernah memperkirakan 

rancangan mereka itu sebelumnya, dan ini membuat hatinya 

semakin sedih. Permohonan itu mengesalkan Samuel bukan 

waktu mereka mengolok-oloknya sebab  kelemahan dirinya 

yang sudah tua dan sebab  kejahatan anak-anaknya, Samuel 

dapat menanggung dengan sabar segala kecaman terhadap 

dirinya dan keluarga, namun  itu mengesalkan Samuel, waktu 

mereka berkata, Berikanlah kepada kami seorang raja untuk 

memerintah kami, yang berarti mengecam Allah dan kemulia-

an-Nya. 

2. Tindakan para tua-tua Israel itu membuat Samuel berlutut. 

Dia tidak memberi jawab kepada mereka langsung pada saat 

itu, melainkan mengambil waktu untuk mempertimbangkan 

apa yang mereka ajukan dan berdoa kepada Tuhan memohon 

petunjuk. Ia menghamparkan perkara itu di hadapan-Nya dan 

menyerahkan semuanya kepada-Nya, sehingga dirinya pun 

lega. Samuel yaitu  seseorang yang giat bertekun di dalam 

doa, sehingga kita diajak untuk menyatakan dalam segala hal 

keinginan kita kepada Allah (Flp. 4:6). saat  ada sesuatu 

mengusik kita, kita berkepentingan dan berkewajiban meng-

hamparkan perkara kita di hadapan Allah. Ia mengizinkan kita 

untuk bebas menemui Dia dengan rendah hati. 

III. Petunjuk yang diberikan Allah kepada Samuel mengenai perkara 

ini. Orang yang di tengah permasalahannya mencari Allah akan 

menemukan bahwa Dia dekat dan siap mengarahkan mereka. 

Allah menyampaikan kepada Samuel, 

1. Firman yang akan meredakan kekesalannya. Samuel sangat 

terusik dengan permohonan mereka itu. Susah hatinya saat  

melihat jabatan kenabiannya sedemikian direndahkan dan 

segala perbuatan baik yang telah dikerjakannya bagi Israel 

dicampakkan begitu saja tanpa rasa terima kasih. Akan namun , 

Allah berfirman kepadanya bahwa ia tidak boleh terlalu memi-

kirkannya atau menerimanya dengan perasaan aneh. 

(1) Samuel tidak boleh terlalu memikirkannya, bahwa mereka 

merendahkan dirinya, sebab  apa yang mereka lakukan itu 

sama saja dengan meremehkan Allah sendiri: “Bukan 

engkau saja yang mereka tolak, namun  Akulah yang mereka 

tolak. Aku turut merasakan penghinaan ini bersama eng-

kau” (ay. 7). Ingatlah, jika  Allah juga turut berbagi 

dalam penghinaan yang ditimpakan kepada kita, maka kita 

pasti akan mampu menanggung semua itu dengan sabar. 

Kita tidak perlu memikirkan yang buruk tentang diri kita 

sendiri jika  oleh sebab  Dialah kita menanggung cela 

(Mzm. 69:8), namun  sebaliknya, kita bersukacita dan mem-

perhitungkannya sebagai suatu kehormatan (Kol. 1:24). 

Samuel tidak boleh mengeluh jika  mereka sudah bosan 

dengan kepemimpinannya, meskipun sudah dijalankannya 

dengan betapa adil dan lemah lembutnya, sebab  sesung-

guhnya mereka sudah bosan dengan kepemimpinan Allah. 

Inilah yang sesungguhnya tidak disukai mereka: Akulah 

yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas 

mereka. Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa 

(Mzm. 47:9) di seluruh dunia, namun  pemerintahan Israel 

dari sejak semula sampai saat ini, dengan cara yang lebih 

istimewa dari segala pemerintahan yang ada, selalu bersifat 

Theokrasi, yakni sebuah pemerintahan yang berada di ba-

wah pimpinan Allah. Hakim-hakim Israel mendapat pang-

gilan dan amanat langsung dari Allah, dan segala perkara 

bangsa itu berada di bawah tuntunan-Nya secara istimewa. 

Hukum dan peraturan beserta pelaksanaan pemerintahan-

nya, semuanya dilaksanakan menurut demikianlah Firman 

Tuhan. Orang Israel bosan dengan cara ini, meski itulah 

yang menjadi kehormatan dan andalan mereka di atas 

segala apa pun selama mereka tetap berada bersama Allah. 

Mereka jelas akan lebih terbuka untuk ditimpa malapetaka 

jika  mereka menimbulkan kemarahan Allah dengan 

dosa, dan mereka menemukan bahwa mereka tidak dapat 

dengan mudahnya melakukan pelanggaran seperti halnya 

bangsa-bangsa lain. Mungkin inilah alasan sesungguhnya 

di balik kehendak mereka untuk berada setara dengan 

bangsa-bangsa lain di dalam kedudukannya di hadapan 

Allah. 

(2) Samuel tidak perlu merasa aneh atau terkejut dengan ma-

salah ini, sebab  begitulah yang selalu diperbuat orang 

Israel: Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku 

sejak hari Aku menuntun mereka keluar Mesir sampai hari 

ini, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu (ay. 8). 

Orang Israel pada mulanya sangat hormat dan patuh 

terhadap Samuel, sampai-sampai ia mulai berharap bahwa 

mereka akan disembuhkan dari perangai lama mereka 

yang tegar tengkuk. Akan namun , ia menemukan bahwa 

dirinya sendiri tertipu oleh mereka, dan ia tidak boleh 

terkejut akan hal itu. Mereka sudah sedari dulu bertindak 

kasar terhadap pemimpin-pemimpin mereka. Lihat saja apa 

yang diperbuat mereka terhadap Musa dan Harun. Bah-

kan, mereka telah meninggalkan Aku dan beribadah kepada 

allah lain. Kedahsyatan kejahatan mereka ini, yakni men-

cintai allah-allah baru, membuat kejahatan mencintai pe-

mimpin-pemimpin baru ini tampak kecil. Samuel seharus-

nya sadar, bahwa kapan saja mereka akan bertindak tidak 

setia, sebab  mereka memang disebut pemberontak sejak 

dari kandungan (Yes. 48:8). Itulah tingkah langkah mereka 

dari sejak masa muda mereka (Yer. 22:21). 

2. Allah menyampaikan kepada Samuel firman yang akan men-

jadi jawaban atas tuntutan mereka. Samuel tidak akan pernah 

tahu apa yang harus dikatakannya jika  Allah tidak 

memberinya petunjuk. Andai kata ia menentang gerakan para 

tua-tua Israel itu, maka tindakannya seolah-olah akan mem-

perlihatkan kesukaan yang lebih besar terhadap jabatan dan 

kekuasaan daripada yang selayaknya diperlihatkan seorang 

nabi, serta memperlihatkan tindakannya yang memanjakan 

anak-anak laki-lakinya. Andaikata ia tunduk pada gerakan itu, 

maka tindakannya seolah-olah akan terlihat seperti pengkhia-

natan terhadap amanatnya sebagai hakim, sehingga ia pun 

menjadi terlibat dengan semua hal buruk yang dibawa oleh 

perubahan itu. Harun berdosa dengan mengabulkan perminta-

an orang Israel saat  mereka berkata, Buatlah untuk kami 

allah. Maka dari itu, Samuel tidak berani menuruti permintaan 

mereka pada waktu mereka berkata, Angkatlah seorang raja 

atas kami, namun  ia, dengan penuh keyakinan, memberi mere-

ka jawaban yang diberikan Allah bagi mereka. 

(1) Samuel harus berkata kepada mereka bahwa mereka akan 

mempunyai seorang raja. Dengarlah permintaan mereka (ay. 

7), dan sekali lagi (ay. 9). Ini bukan berarti bahwa Allah 

berkenan dengan permohonan mereka, melainkan, seperti 

halnya Allah terkadang menghajar kita dalam kasih, demi-

kian pula halnya pada kali lain Allah mengabulkan permo-

honan kita dalam amarah, dan inilah yang dilakukan-Nya 

pada kesempatan ini. saat  orang Israel berkata, Berilah 

kepada kami seorang raja dan pemuka-pemuka, Dia mem-

berikan mereka seorang raja dalam murka-Nya (lih. Hos. 

13:10-11), sembari Ia memberikan burung puyuh kepada 

mereka (Mzm. 106:15; Mzm. 78:26-29). Allah memerin-

tahkan Samuel untuk memenuhi keinginan mereka dalam 

perkara ini, 

[1] Agar mereka dihajar oleh tongkat mereka sendiri, dan 

dapat merasakan perbedaan antara pemerintahan-Nya 

dan pemerintahan seorang raja. Biarlah mereka tahu 

rasa (lih. 2Taw. 12:8). Dalam waktu singkat, tampaklah 

betapa keadaan mereka di bawah pemerintahan Raja 

Saul dalam segala hal lebih buruk daripada saat  

mereka berada di bawah pimpinan Samuel. 

[2] Untuk mencegah sesuatu yang lebih buruk terjadi. 

Andai kata permohonan mereka tidak dikabulkan, me-

reka bisa saja memberontak terhadap Samuel atau 

beramai-ramai memberontak terhadap agama mereka 

dan mengakui allah-allah bangsa lain, supaya mereka 

bisa mempunyai raja-raja seperti bangsa-bangsa lain 

itu. Supaya hal itu tidak terjadi, biarlah mereka mem-

punyai seorang raja. 

[3] Allah tahu bagaimana membawa kemuliaan bagi diri-

Nya sendiri dari keadaan itu, dan bagaimana menjalan-

kan rancangan-Nya sendiri yang bijaksana bahkan me-

lalui rencana-rencana pikiran mereka yang bodoh. 

(2) Namun demikian, Samuel harus mengatakan kepada mere-

ka, sebagai bahan pertimbangan, bahwa pada waktu mere-

ka mempunyai seorang raja, mereka akan segera merasa 

muak dengannya, dan, saat  mereka menyesali pilihan 

mereka, semuanya sudah terlambat. Inilah yang Samuel 

harus peringatkan kepada mereka dengan sungguh-sung-

guh (ay. 9), bahwa, jika  mereka mempunyai seorang 

raja yang memerintah atas mereka, seperti raja-raja dari 

timur memerintah atas rakyatnya, maka mereka akan 

menemukan bahwa kuk yang harus dipikul amat berat. 

Mereka hanya menatap kemegahan atau kegemerlapan 

seorang raja, dan berpikir bahwa semua itu akan membuat 

bangsa mereka besar dan terhormat di mata bangsa-bang-

sa lain, dan akan mendatangkan kengerian kepada seteru-

seteru mereka. namun  Samuel harus memperingatkan me-

reka untuk mempertimbangkan bagaimana mereka akan 

menanggung harga dari kemegahan itu, dan bagaimana 

mereka akan tahan terhadap kuasa semena-mena seperti 

yang dimiliki raja-raja bangsa lain. Perhatikanlah, orang 

yang menetapkan hatinya dengan berlebihan atas segala 

sesuatu di dunia ini, demi meredakan hawa nafsunya, 

harus mempertimbangkan keburukan serta kebaikan yang 

menyertainya, dan menimbang yang satu di atas yang lain 

masak-masak di dalam pikiran mereka. Orang yang tunduk 

kepada pemerintahan dunia dan kedagingan telah diberi-

tahu dengan jelas, betapa semuanya itu yaitu  tuan yang 

kejam, dan betapa kuasa dosa itu sangat keji dan semena-

mena. Namun demikian, mereka hendak menukar pemerin-

tahan Allah demi semuanya itu.  

IV. Penyampaian segala pikiran Allah kepada mereka oleh Samuel 

dengan penuh setia (ay. 10). Samuel menyampaikan segala firman 

TUHAN kepada bangsa itu, betapa pun itu membuat dirinya kesal, 

sebab  ia mengartikan permohonan mereka itu sebagai sebuah 

penolakan terhadap dirinya dan membandingkannya sebagai tin-

dakan mengabdi terhadap allah-allah lain. Ia kesal, sebab  harus 

mengabulkan permohonan mereka andaikan mereka tetap ber-

sikeras akan hal itu. Namun demikian, segala pertimbangan yang 

telah disampaikan Allah mewajibkan Samuel untuk menyampai-

kan kepada mereka sejumlah dampak tertentu yang akan terjadi 

akibat pilihan itu, sehingga jika  masih ada sedikit akal sehat 

di dalam diri mereka, itu bisa saja membuat mereka mempertim-

bangkan segala sesuatunya kembali demi kebaikan mereka 

sendiri, dan mereka pun akan mengurungkan niat itu dan memo-

hon terus berada di bawah pemerintahan Allah seperti sebelum-

nya. Dengan saksama dan dengan sangat terperinci, di hadapan 

orang Israel Samuel membentangkan bukan apa yang umumnya 

menjadi hak seorang raja, melainkan apa yang menjadi perilaku 

raja yang akan memerintah atas mereka (KJV), menurut apa yang 

biasanya terjadi pada bangsa-bangsa lain (ay. 11). Samuel tidak 

berbicara (seperti dijelaskan Uskup Patrick) mengenai hak seorang 

raja yang adil dan benar, sebab  hak itu sudah dijelaskan di 

dalam bagian dari hukum Musa mengenai tanggung jawab se-

orang raja. Sebaliknya, Samuel berbicara mengenai hak raja seba-

gaimana yang dimiliki oleh raja-raja pada bangsa-bangsa lain. 

Inilah yang menjadi perilaku raja, artinya, “demikianlah ia harus 

menyokong kehormatannya dengan harga berupa segala sesuatu 

yang sangat engkau sayangi, dan demikianlah ia akan menyalah-

gunakan kekuasaannya, layaknya orang-orang yang berkuasa 

cenderung berbuat seperti itu. Dan, sebab  bala tentara ada di 

tangannya, mau tidak mau, engkau harus tunduk terhadapnya.” 

1. jika  mereka hendak mempunyai seorang raja seperti yang 

dimiliki bangsa-bangsa lain, biarlah mereka mempertimbang-

kan, bahwa 

(1) Raja itu harus mempunyai serombongan pengiring yang be-

sar, barisan pembantu yang akan menantikannya, sejum-

lah pengurus yang akan merawat kereta dan kudanya, para 

pahlawan untuk berkuda bersamanya, dan tentara pejalan 

kaki yang berlari di depan keretanya. Inilah yang menjadi 

kemegahan utama para pemimpin bangsa serta kemuliaan 

sia-sia para orang besar, yaitu untuk mempunyai begitu 

banyak abdi. Dari manakah sang raja itu akan memperoleh 

semua ini? “Sudah tentu, raja itu akan mengambil anak-

anakmu laki-laki, yang terlahir sebagai orang bebas, me-

ngenyam pendidikan tentang kebebasan, dan yang kini ada 

pada engkau untuk engkau mintai bantuan, dan anak-

anakmu laki-laki itu akan ... dipekerjakannya” (ay. 11). Me-

reka harus menantikannya dan siap sedia terhadap pang-

gilannya. Orang yang sudah terbiasa bekerja bagi orangtua 

mereka dan bagi diri mereka sendiri, kini harus bekerja 

bagi raja itu, membajak ladangnya dan mengerjakan pe-

nuaian baginya (ay. 12), dan juga harus menganggap hal 

itu sebagai kehormatan bagi mereka (ay. 16). Hal ini akan 

membawa perubahan besar-besaran.  

(2) Raja itu harus menyuguhkan hidangan yang mewah. Ia 

tidak akan berpuas hati jika  hanya bersantap korban 

persembahan bersama tetangganya, seperti yang biasa di-

lakukan Samuel (9:13), namun  di hadapannya harus terhi-

dang aneka santapan lezat, daging giling, penganan manis, 

dan saus sedap, dan siapakah yang harus mempersiapkan 

ini semua baginya? “Sudah tentu, raja itu akan mengambil 

anak-anakmu wanita  , yang paling cemerlang dan ca-

kap, yang engkau harapkan akan lebih suka mengurusi 

rumah dan meja santapan mereka sendiri. Dan, tidak pe-

duli apakah engkau rela atau tidak, mereka harus menjadi 

juru campur rempah-rempah, juru masak, juru makanan, 

serta apa pun itu bagi raja itu.” 

(3) “Raja itu harus mempunyai bala tentara yang siap sedia 

sebagai para penjaga dan pengawal. Dan anak-anak laki-

lakimu, bukannya menjadi para tua-tua di kota-kotamu 

dan hidup dengan tenteram dan hormat di rumah-rumah 

mereka, harus menjadi kepala pasukan seribu dan kepala 

pasukan lima puluh, dan harus menerima perintah menu-

rut apa yang dipandang baik oleh sang penguasa.” 

(4) “Engkau akan mendapati, bahwa raja itu akan mempunyai 

banyak orang kesukaannya, yang, sesudah  dimuliakan dan 

diangkat menjadi orang terhormat, akan diberi kekayaan 

olehnya. Ia akan memberikan mereka daerah dan tempat 

tinggal yang layak dengan segala kemuliaan. Dan bagai-

mana lagi raja itu dapat melakukan semuanya itu kecuali 

dari milik warisanmu? (ay. 14). Ladangmu dan kebun ang-

gurmu, yang diwariskan kepadamu dari nenek moyangmu, 

dan yang engkau harap akan engkau wariskan kepada 

keturunanmu, akan diambilnya, bahkan yang paling baik 

dari semua itu. Terlebih lagi, ia tidak hanya akan meng-

ambil semua itu bagi dirinya sendiri (engkau mungkin bisa 

lebih mengerti jika  inilah yang terjadi), namun  semua itu 

akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya, yang akan 

menjadi tuan atasmu dan yang akan memerintah atas jerih 

lelahmu. Bagaimana, apakah engkau suka dengan semua 

hal itu?” 

(5) “Raja itu harus memperoleh pendapatan yang besar untuk 

memelihara kemegahan dan kekuasaannya, dan dari ma-

nakah ia akan memperolehnya selain dari dirimu? Ia akan 

mengambil sepersepuluh dari hasil kebunmu (ay. 15) dan 

dari ternakmu (ay. 17). Padahal persepuluhan pertama dan 

persepuluhan ganda yang telah ditetapkan hukum Allah 

untuk mendukung jemaat-Nya, engkau pikir sudah cukup 

memberatkanmu sehingga engkau bersungut-sungut un-

tuk memenuhinya. Akan namun , jika  engkau mempunyai 

seorang raja, harus ada persepuluhan lain yang berasal 

dari harta bendamu, yang akan ditarik dengan lebih keras 

lagi demi menyokong kemuliaan kerajaan. Pertimbangkan 

harga yang harus dibayar untuk memperoleh kemegahan 

ini , dan pikirkan apakah itu setimpal.” 

2. Semua ini akan menjadi sumber kesedihan mereka, dan, 

(1) Mereka tidak akan mempunyai siapa pun selain Allah seba-

gai tempat untuk berkeluh kesah. Sekali waktu mereka 

mengeluh kepada sang raja, dan mendapat jawaban, menu-

rut perilaku raja ini , tanggunganmu memang berat, 

namun  aku akan menambah tanggungan kamu (1Raj. 12:11). 

(2) Pada waktu mereka mengeluh kepada Allah, Ia tidak akan 

menjawab mereka (ay. 18). Sepatutnyalah mereka tidak 

berharap bahwa Tuhan akan menjawab mereka, sebab  

selain selama ini mereka telah menjadi tuli terhadap pang-

gilan dan peringatan-Nya, perkara ini secara khusus mere-

ka datangkan kepada diri mereka sendiri dengan menolak 

Dia dan dengan tidak mempercayai firman-Nya tentang apa 

yang akan terjadi di kemudian hari terkait hal itu. Perhati-

kanlah, saat  kita membawa diri kita sendiri masuk ke 

dalam masalah oleh pelbagai keinginan serta rancangan 

kita di luar ketetapan-Nya, maka kita sesungguhnya telah 

kehilangan penghiburan dari doa dan kebaikan dari perto-

longan Allah. Dan jika Allah tidak mau mengasihani kita, 

maka terpaksalah kita harus mencari penghiburan dalam 

tangan kita sendiri, dan itu sama saja dengan  petaka bagi 

kita.  

V. Kebebalan orang Israel dengan tuntutan mereka (ay. 19-20). 

Orang menyangka, penjelasan tentang segala macam akibat ini, 

yang berasal dari Allah sendiri yang tidak bisa menipu dengan 

firman-Nya dan tidak bisa tertipu dalam pengetahuan-Nya, pasti 

akan mampu meyakinkan orang Israel untuk membatalkan tun-

tutan mereka itu. Akan namun , hati mereka sudah tetap pada 

perkara itu, entah itu benar atau salah, baik atau jahat: “Harus 

ada raja atas kami, apa pun penjelasan yang disampaikan Allah 

atau Samuel. Kita harus mempunyai seorang raja, apa pun harga-

nya, dan apa pun masalah yang kita datangkan kepada diri kita 

sendiri ataupun anak-anak kita oleh sebab nya.” Saksikan kebo-

dohan mereka. 

1. Mereka menjadi tuli terhadap penjelasan yang masuk akal 

serta menjadi buta bagi kepentingan mereka. Mereka tidak 

dapat menjawab sejumlah alasan yang disampaikan Samuel 

yang menentang tindakan mereka, pun tidak dapat menyang-

kal kebenaran perkataannya itu, namun  mereka malah menjadi 

semakin sengit dan semakin kasar dalam mengajukan tuntut-

an mereka. Sebelumnya, mereka berkata, “Kami mohon, ang-

katlah seorang raja,” namun  kini mereka menuntut, “Harus ada 

raja atas kami. Ya, kami harus mempunyai seorang raja, kare-

na kami akan mempunyai seorang raja, dan kami tidak sudi 

menerima selain daripada itu.” Saksikan kejanggalan dari 

hawa nafsu yang tidak terkendali, dan bagaimana hal itu me-

rampok akal sehat dari dalam diri manusia. 

2. Mereka tidak bisa bersabar menantikan waktu Allah. Allah 

telah menunjukkan kepada mereka di dalam hukum-Nya bah-

wa, pada waktunya nanti, Israel akan mempunyai seorang raja 

(Ul. 17:14-15). Mungkin mereka sedikit banyak merasa waktu-

nya sudah dekat, namun  mereka terburu-buru dalam bertin-

dak: “Kami, pada hari yang kami tentukan sendiri, akan mem-

punyai raja ini untuk memerintah atas kami.” Andaikan mere-

ka dapat menunggu sepuluh atau dua belas tahun lagi, mere-

ka akan mempunyai Daud, seorang raja yang diberikan Allah 

di dalam anugerah-Nya, sehingga segala kekacauan yang me-

nyertai pengangkatan Saul ini tidak perlu terjadi. Keputusan 

yang mendadak dan keinginan yang menggebu-gebu akan 

berujung kepada pertobatan yang lama dan perlahan-lahan. 

3. Tujuan mereka untuk mempunyai seorang raja tidak lagi ha-

nya, seperti sebelumnya, agar mereka menjadi setara dengan 

segala bangsa-bangsa lain, dan sama-sama mempunyai se-

orang raja yang sampai sejauh ini telah diangkat Allah atas 

mereka, namun  agar mereka mempunyai seseorang yang akan 

menghakimi mereka, dan memimpin di depan mereka saat  

mereka maju ke medan perang, dan bertempur bagi mereka. 

Orang-orang bodoh dan dungu! Bagaimana mungkin mereka 

mengharapkan suatu peperangan yang berlangsung lebih baik 

bagi mereka melebihi perang yang terakhir kali, yang dituntas-

kan melalui doa Samuel dan guntur Allah? (7:10). Apakah 

kemenangan sampai sejauh ini sudah menjadi sesuatu yang 

terlalu pasti bagi mereka? Dan apakah, sebab  itu, mereka 

ingin mencoba berperang dengan ketidakpastian yang setara 

dengan bangsa-bangsa lain? Mereka seolah-olah sudah muak 

dengan keuntungan yang mereka miliki. Lihat apa yang 

terjadi? Raja pertama mereka tewas di dalam perang, semen-

tara tidak ada satu pun hakim-hakim tewas dengan cara demi-

kian. Begitu pula dengan Yosia, salah satu raja terakhir dan 

terbaik yang pernah mereka miliki.  

VI. Pembubaran orang Israel dengan sebuah jawaban bahwa mereka 

segera akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. 

1. Samuel menyampaikan segala perkataan bangsa itu di telinga 

Tuhan (ay. 21, KJV). Allah sesungguhnya sudah mengetahui 

semuanya itu dengan sempurna meskipun tanpa laporan dari 

Samuel, namun  demikianlah Samuel menjalankan perannya 

dengan setia sebagai seorang nabi antara Allah dan Israel. Ia 

mengembalikan segala jawaban kepada Dia yang telah meng-

utus dirinya, dan demikian ia menantikan Allah untuk mem-

peroleh petunjuk lebih lanjut. Allah memahami sepenuhnya 

segala perkara yang menjadi kepedulian maupun keraguan 

kita, namun  Allah menghendaki untuk mengetahuinya langsung 

dari kita. Penyampaian segala perkataan bangsa itu oleh 

Samuel di telinga Tuhan menunjukkan, bahwa hal itu dilaku-

kannya secara pribadi, sebab  orang Israel tidak merasa terbe-

ban untuk turut bersamanya di dalam doa kepada Allah untuk 

memohon petunjuk dalam perkara ini. Hal ini juga menyirat-

kan keintiman kudus yang Allah hadirkan bagi umat-Nya me-

lalui kasih karunia-Nya: umat-Nya itu berbicara di telinga 

Tuhan, seperti seseorang yang berbisik di telinga sahabatnya. 

Di dalam persekutuan mereka dengan Allah, ada makanan 

yang tidak dikenal dunia (Yoh. 4:32). 

2. Allah memberi petunjuk bahwa bangsa Israel akan mempunyai 

seorang raja, sebab  mereka dengan bebalnya begitu meng-

inginkan hal itu (ay. 22): “Angkatlah seorang raja bagi mereka, 

dan lihatlah apakah mereka akan mendapatkan yang terbaik 

darinya, dan biar mereka tahu rasa jika kemegahan dan kuasa 

yang begitu didamba-dambakan ada di tengah pemerintahan 

mereka itu berubah menjadi tulah dan beban bagi mereka 

sendiri.” Sebab itu Ia membiarkan mereka dalam kedegilan hati 

mereka. Samuel menyampaikan firman Allah ini kepada orang 

Israel, dan kemudian menyuruh mereka pulang untuk saat ini, 

masing-masing ke kotanya, sebab  perkara penunjukkan raja 

ini harus diserahkan kepada Allah, dan tidak ada lagi yang 

dapat mereka kerjakan. saat  Allah menetapkan bahwa saat-

nya sudah tiba untuk menyampaikan keputusan itu kepada 

Samuel, mereka akan mendengar lebih lanjut dari Samuel. 

Untuk saat ini, biarlah mereka menjadi tenang dan menanti-

kan kelanjutannya. 

PASAL  9  

amuel telah berjanji kepada Israel, janji dari Allah, bahwa mereka 

akan memiliki seorang raja. Namun, sangatlah aneh bahwa kabar 

selanjutnya bukanlah tentang calon-calon yang dipersiapkan bagi 

pemerintahan, yang membangkitkan gairah umat, atau rakyat meng-

usulkan sendiri nama-nama yang diunggulkan kepada Samuel, dan 

melaluinya, kepada Allah. Mengapa tidak ada pemimpin dari suku 

Yehuda, siapa pun dia, yang mencari calon raja itu, dengan meng-

ingat Yakub telah mewariskan tongkat kerajaan kepada suku ter-

sebut? Tidak adakah seorang pria pemberani dari Israel yang berkata, 

“Aku yang cocok menjadi raja, jika Allah memilih aku?” Tidak, tidak 

ada satupun yang tampil, entah hal itu sebab  suatu perasaan 

kurang memenuhi syarat atau suatu kerendahan hati yang terpuji, 

saya tidak tahu. Namun yang pasti inilah yang terjadi yang hampir 

tidak bisa disejajarkan dalam sejarah kerajaan mana pun. Sebuah 

mahkota, mahkota yang sedemikian rupa, telah disediakan, namun  

tidak ada yang tertarik untuk melamarnya. Kebanyakan pemerintah-

an dimulai dengan ambisi dari seorang pemimpin untuk memerintah, 

namun  Israel malah sebaliknya dimulai dari ambisi rakyat untuk 

diperintah. Seandainya ada dari tua-tua yang mengajukan permohon-

an meminta seorang raja lalu mengajukan diri sendiri untuk menjadi 

raja, maka saya harus mencurigai bahwa ambisi orang ini  telah 

menjadi dasar dari permohonan itu. Namun kini hal itu tidaklah 

terjadi dan mereka patut dipuji. Allah, dengan hukum-Nya, telah 

bertindak untuk memilih raja mereka (Ul. 17:15), dan mereka semua 

tetap diam, sampai mereka mendengar dari sorga, dan dalam pasal 

ini memang mereka melakukannya. Pasal ini menjadi awal dari kisah 

Saul, raja mereka yang pertama, melalui langkah-langkah aneh Sang 

Penyelenggara. Ia membawa Saul kepada Samuel untuk diurapi 


secara khusus, untuk dipersiapkan menjadi raja melalui undian dan 

diumumkan kepada umat, yang dikisahkan dalam pasal berikut. 

Dalam pasal ini kita membaca,  

I. Sebuah penjelasan singkat tentang orangtua Saul dan pri-

badinya (ay. 1-2).  

II. Sebuah kisah panjang dan khusus perihal Saul dibawa ke-

pada Samuel, yang sebelumnya tidak dikenalnya sama sekali.  

1. Allah, melalui penyataan, telah memberi tahu Samuel 

untuk menantikan Saul (ay. 15-16).  

2. Allah, melalui penyelenggaraan, memimpin Saul kepada Sa-

muel.  

(1) saat  Saul disuruh ayahnya mencari keledai-keledai 

betina ayahnya, ia kehilangan jalan (ay. 3-5).  

(2) Oleh nasihat bujangnya, ia memutuskan untuk men-

cari nasihat kepada Samuel (ay. 6-10).  

(3) Oleh petunjuk dari gadis-gadis muda, dia akhirnya 

menemukan Samuel (ay. 11-14).  

(4) Samuel, sesudah  sebelumnya diberi tahu Allah tentang 

Saul (ay. 17), memperlakukannya dengan hormat di 

pintu gerbang (ay. 18-21), di ruang makan (ay. 22-24), 

dan akhirnya dalam pertemuan secara pribadi, di 

mana Samuel mempersiapkan dia untuk mendengar 

kabar yang mengejutkan bahwa dia harus menjadi 

raja (ay. 25-27). Dan permulaan ini akan menjadi 

pengharapan dan sesuatu yang menjanjikan seandai-

nya tidak terjadi dosa umat yang menjadi penyebab 

perkara yang besar ini. 

Orangtua Saul 

(9:1-2) 

1 Ada seorang dari daerah Benyamin, namanya Kish bin Abiel, bin Zeror, bin 

Bekhorat, bin Afiah, seorang suku Benyamin, seorang yang berada. 2 Orang 

ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; 

tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: 

dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.  

Di sini kita diberi tahu,  


1. Saul berasal dari sebuah keluarga yang baik (ay. 1). Ia berasal 

dari suku Benyamin. Demikian pula Saulus dari Perjanjian Baru, 

yang juga disebut Paulus, dan dia menyebutnya sebagai kehor-

matannya, sebab Benyamin yaitu  yang paling disukai (Rm. 11:1; 

Flp. 3:5). Suku ini  telah berkurang jumlahnya menjadi sa-

ngat kecil akibat perang yang mematikan dengan Gibea, di mana 

dengan susah payah bangsa Israel harus menyediakan istri-istri 

bagi 600 orang pria malang yang masih tersisa dari suku yang 

mengecil ini , yang di sini disebut, dengan alasan yang 

baik, suku yang terkecil di Israel (ay. 21). Saul muncul sebagai 

sebuah akar yang keluar dari tanah yang kering. Suku ini , 

kendati kecil jumlahnya, yaitu  yang pertama dalam hal marta-

bat, oleh Allah kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan 

penghormatan khusus (1Kor. 12:24). Ayahnya bernama Kish, se-

orang yang berada (KJV: seorang yang berkuasa), atau, seperti 

tafsiran luasnya, di dalam segala sesuatu, dalam keberanian jiwa, 

dalam kekuatan tubuh, dalam kekayaan. sebab  seluruh tanah 

bagian suku Benyamin hanya dibagi-bagi di antara 600 orang 

laki-laki, maka dapat kita duga warisan mereka itu jauh lebih 

besar daripada warisan yang diperoleh keluarga-keluarga dari 

suku-suku lain, dan ini suatu keuntungan yang sedikit menolong 

dalam menyeimbangkan kerugian dari kecilnya jumlah mereka.  

2. Betapa bagusnya tubuh dan paras Saul (ay. 2). Tidak disebutkan 

di sini tentang hikmat atau kebajikannya, pendidikan atau kesa-

lehannya, atau pencapaian apa pun dalam hal akal budi, selain 

bahwa dia yaitu  seorang yang tinggi perawakannya, seorang 

yang tampan, yang elok rupanya, dan bagus penampilannya. Dia 

juga anggun, dan selaras dalam semuanya: tidak ada seorang pun 

dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya. Dan, 

seakan-akan alam telah menandainya untuk unggul dan melebihi 

orang lain, ia lebih tinggi dari bahu ke atas daripada siapa pun, 

cocok sebagai tandingan para raksasa Gat, orang-orang gagah 

perkasa dari Filistin. Pada waktu Allah memilih seorang raja yang 

berkenan di hatinya, Ia menjatuhkan pilihan kepada seseorang 

yang sama sekali tidak luar biasa dalam hal tinggi perawakannya, 

atau tampan dalam parasnya, melainkan yang bersih dan baik 

hatinya (16:7, 12). namun  saat  Ia memilih seorang raja yang 

berkenan di hati umat, yang semata-mata hanya menginginkan 

kebesaran dan kemegahan, maka Ia menjatuhkan pilihan kepada 

lelaki yang tinggi besar ini, yang seandainya pun tidak mem-

punyai sifat-sifat yang baik, tetap saja masih terlihat hebat. Tidak 

tampak bahwa ia unggul dalam hal kekuatan seperti dalam hal 

perawakan. Samson unggul dalam hal kekuatan, namun  ia dire-

mehkan, diikat dan diserahkan ke dalam tangan orang Filistin. 

sebab  itu, adillah jika sekarang ini orang Israel dikalahkan juga 

dengan seseorang yang, kendati tingginya tidak lazim, namun 

lemah seperti orang biasa lainnya. Mereka ingin memiliki seorang 

raja seperti bangsa-bangsa lain, dan bangsa-bangsa umumnya 

memilih orang yang gagah perawakannya sebagai raja mereka. 

Saul Mencari Keledai-keledai Betina Ayahnya; 

Saul Pergi Mencari Samuel 

(9:3-10) 

3 Kish, ayah Saul itu, kehilangan keledai-keledai betinanya. Sebab itu ber-

katalah Kish kepada Saul, anaknya: “Ambillah salah seorang bujang, bersiap-

lah dan pergilah mencari keledai-keledai itu.” 4 Lalu mereka berjalan melalui 

pegunungan Efraim; juga mereka berjalan melalui tanah Salisa, namun  tidak 

menemuinya. Kemudian mereka berjalan melalui tanah Sahalim, namun  

keledai-keledai itu tidak ada; kemudian mereka berjalan melalui tanah 

Benyamin, namun  tidak menemuinya. 5 saat  mereka sampai ke tanah Zuf, 

berkatalah Saul kepada bujangnya yang bersama-sama dengan dia: “Mari, 

kita pulang. Nanti ayahku tidak lagi memikirkan keledai-keledai itu, namun  

kuatir mengenai kita.” 6 namun  orang ini berkata kepadanya: “Tunggu, di kota 

ini ada seorang abdi Allah, seorang yang terhormat; segala yang dikatakan-

nya pasti terjadi. Marilah kita pergi ke sana sekarang juga, mungkin ia dapat 

memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang kita tempuh ini.”  

7 Jawab Saul kepada bujangnya itu: “namun  kalau kita pergi, apakah yang 

kita bawa kepada orang itu? Sebab roti di kantong kita telah habis, dan tidak 

ada pemberian untuk dibawa kepada abdi Allah itu. Apakah yang ada pada 

kita?” 8 Jawab bujang itu pula kepada Saul: “Masih ada padaku seperempat 

syikal perak; itu dapat aku berikan kepada abdi Allah itu, maka ia akan 

memberitahukan kepada kita tentang perjalanan kita.” 9 – Dahulu di antara 

orang Israel, jika  seseorang pergi menanyakan petunjuk Allah, ia berkata 

begini: “Mari kita pergi kepada pelihat,“ sebab nabi yang sekarang ini 

disebutkan dahulu pelihat. – 10 Kemudian berkatalah Saul kepada bujangnya 

itu: “Pikiranmu itu baik. Mari kita pergi.” Maka pergilah mereka ke kota, ke 

tempat abdi Allah itu. 

Dalam perikop di atas kita menemukan,  

I. Seorang pria hebat muncul dari permulaan yang kecil. Tidak tam-

pak bahwa Saul memiliki kedudukan tinggi sama sekali, atau 

menduduki suatu tempat terhormat atau terpercaya, hingga dia 

dipilih sebagai raja Israel. Kebanyakan orang yang beranjak maju

ke kedudukan tinggi biasanya menanjak secara bertahap, namun  

Saul, dari tingkatan yang sejajar dengan orang-orang biasa lang-

sung melesat ke takhta kerajaan. Mengikuti perkataan Hana, Ia 

menegakkan orang yang hina dari dalam debu, ... untuk mendu-

dukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat 

dia memiliki kursi kehormatan (1Sam. 2:8). Saul, sepertinya, ken-

dati dia sendiri sudah menikah dan memiliki anak-anak yang 

telah bertumbuh besar, tetap tinggal di dalam rumah ayahnya 

dan tunduk kepadanya. Kenaikan pangkat datang bukan sebab  

kebetulan atau kesempatan yang dibuat manusia, namun  Allah 

yang menjadi Hakimnya.  

II. Sebuah peristiwa yang besar muncul dari kejadian-kejadian yang 

kecil. Betapa rendahnya sejarah dimulai! Sesudah menelusuri 

jejak Saul kepada mahkota kerajaan, kita menemukan dia mula-

mula dipekerjakan sama rendahnya dengan siapa pun yang kita 

temui dipanggil untuk suatu kedudukan tinggi. 

1. Ayah Saul menyuruh dia dengan salah satu pelayannya untuk 

mencari beberapa keledai betina yang hilang. Mungkin mereka 

tidak punya cara lain selain memberi tahu orang-orang bahwa 

ada sejumlah keledai betina yang tersasar atau dicuri dari 

tanah Kish orang Benyamin. Mereka memiliki hukum yang 

baik yang mewajibkan orang membawa kembali seekor lembu 

atau keledai yang kesasar, namun  ditakutkan bahwa hukum 

ini , seperti hukum-hukum yang baik lainnya, sudah 

diabaikan dan dilupakan. Sangat mudah melihat di sini bahwa 

orang-orang yang tahu akan kehilangan sesuatu perlu ber-

sikap bijaksana untuk mencari apa yang hilang, sehingga 

orang janganlah merasa diri hina untuk mencari tahu keadaan 

dari kawanan ternaknya, dan anak-anaknya harus tampil un-

tuk melayani kepentingan orangtua mereka. Saul siap pergi 

untuk mencari keledai-keledai itu (ay. 3-4). Kesediaannya un-

tuk menjaga keledai harus dianggap bukan sebab  kerendah-

an hatinya, melainkan sebab  begitulah kesederhanaan dan 

kesahajaan kehidupan pada waktu itu. namun  ketaatannya 

kepada sang bapak patut dipuji. Pernahkah engkau melihat 

orang yang cakap dalam pekerjaannya, dan penurut kepada 

atasannya, yang bersedia untuk membungkuk dan bersusah-

payah? Ia berbuat seperti Saul yang bertahan sampai ditinggi-

kan. Pelayan Kish bisa setia hanya sebagai seorang hamba, 

namun  Saul sebagai seorang anak, harus bekerja sebab  itu 

tugasnya, dan sebab  itu dia disuruh pergi bersama bujang-

nya. Saul dan bujangnya melakukan perjalanan jauh, mung-

kin dengan berjalan kaki,  untuk mencari keledai-keledai yang 

hilang, namun tidak membuahkan hasil: mereka tidak juga 

menemukan ternaknya. Ia kehilangan apa yang dicarinya, 

namun  tidak ada alasan untuk mengeluh sebab  kecewa, sebab 

dia menemukan kerajaan, yang tidak pernah diimpikannya.  

2. saat  dia tidak dapat menemukan kawanan ternak itu, dia 

memutuskan untuk kembali kepada ayahnya (ay. 5), sebab  

memikirkan kekhawatiran ayahnya, mengingat kalau mereka 

pergi lebih lama, ayahnya yang tua itu akan mulai takut, 

seperti ketakutan Yakub akan Yusuf, bahwa binatang buas 

telah melahap mereka atau kejahatan telah menimpa mereka. 

Ayahnya tidak lagi memikirkan keledai-keledai itu, sehingga 

besarnya perhatiannya terhadap kita, ia kuatir mengenai kita. 

Anak-anak haruslah hati-hati agar mereka tidak sampai 

membuat orangtua mereka bersedih atau ketakutan.  

3. Bujangnya mengusulkan sebab , sepertinya (dia lebih menge-

nal hal-hal keagamaan daripada tuannya) bahwa, sebab  me-

reka sekarang berada di Rama, mereka seharusnya pergi 

kepada Samuel, dan mencari nasihatnya dalam urusan yang 

penting ini. Amatilah,  

(1) Mereka berada dekat dengan kota di mana Samuel tinggal, 

dan terpikir oleh mereka untuk mencarinya (ay. 6): di kota 

ini ada seorang abdi Allah. Perhatikanlah, di mana pun kita 

berada kita seharusnya memanfaatkan kesempatan untuk 

berkenalan dengan orang-orang yang baik dan bijaksana. 

namun  ada banyak orang akan mencari seorang abdi Allah, 

jika ia berpapasan di jalan mereka, dan mereka tidak akan 

mundur sebelum mendapatkan hikmatnya.  

(2) Sang bujang berbicara dengan sangat hormat tentang 

Samuel, kendati dia tidak kenal Samuel secara pribadi, dan 

hanya tahu sebab  Samuel sangat terkenal: seorang abdi 

Allah, seorang yang terhormat. Perhatikanlah, para hamba 

Allah yaitu  orang-orang yang terhormat, dan seharusnya 

demikian di pemandangan kita. Pengenalan akan perkara-

perkara Allah dan pelayanan kepada kerajaan Allah sung-

guh-sungguh memberi kehormatan yang sejati kepada 

manusia, dan menjadikan mereka orang-orang besar. Ini-

lah kehormatan yang diperoleh Samuel, sebagai seorang 

abdi Allah, bahwa segala yang dikatakannya pasti ter-

jadi. Hal ini sudah dapat dilihat sejak dia menjadi seorang 

nabi muda (3:19), dan tidak ada satu pun dari firman-Nya 

itu yang dibiarkan-Nya gugur. Dan hal ini  masih tetap 

berlaku.  

(3) Mereka sepakat untuk mencari nasihat dari dia, mungkin ia 

dapat memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang 

kita tempuh ini. Yang hendak mereka cari dari sang abdi 

Allah ini yaitu  untuk memberi tahu apakah mereka harus 

pulang, atau, jika ada harapan untuk menemukan kawan-

an ternak itu, jalan mana yang harus mereka tempuh. 

Sungguh suatu urusan kecil untuk mempekerjaan seorang 

nabi! Seandainya saja mereka berkata, “Biarkan saja ka-

wanan ternak yang hilang itu, dan sekarang sebab  kita 

berada begitu dekat dengan abdi Allah, mari kita pergi dan 

belajar dari dia pengetahuan yang baik tentang Allah, mari 

kita bertanya kepada dia bagaimana kita dapat mengatur 

perilaku kita dengan benar dan menyelidiki hukum dari 

mulutnya, sebab mungkin kita tidak akan memiliki lagi 

kesempatan yang baik ini, sehingga perjalanan kita tidak 

menjadi sia-sia.” Jika ini yang mereka inginkan dari sang 

abdi Allah itu, maka itulah usulan yang seharusnya ada di 

dalam diri orang Israel. Namun tindakan mereka yang 

membuat nubuatan, yang yaitu  kemuliaan