Tampilkan postingan dengan label samuel 15. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 15. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 15

 


nyawaku berharga di mata 

TUHAN, betapa pun engkau tidak menghargainya.” Demikianlah 

Daud memohon Allah saja sebagai Tuan yang membalas budi-

nya atas kebaikan yang dia perbuat kepada Saul, dan beginilah 

yang harus dilakukan dengan keyakinan kudus semua orang 

yang berbuat baik dan sebab  itu harus menderita sebab nya. 

III. Saul menubuatkan keberhasilan Daud. Ia memujinya (ay. 25): 

“Diberkatilah kiranya engkau, anakku Daud.” Begitu kuatnya 

sekarang keyakinan Saul akan kejujuran Daud, sehingga ia tidak 

malu-malu mengutuk dirinya sendiri dan memberi penghargaan 

kepada Daud, bahkan dengan didengar oleh pasukannya sendiri. 

Para prajurit itu pasti tersipu malu memikirkan betapa mereka 

pergi dengan amarah yang menyala terhadap orang yang kini 

ditepuk-tepuk oleh tuan mereka saat  berjumpa. Pada akhirnya, 

Saul menubuatkan kemenangan dan peninggian Daud: “Engkau 

akan melakukan hal-hal besar” (ay. 25, KJV). Perhatikan, orang 

yang dengan sadar melakukan hal-hal yang sungguh baik pada 

akhirnya akan melakukan hal-hal yang sungguh besar dengan 

pertolongan ilahi. Ia menambahkan, “Dan engkau akan berkeme-

nangan, lebih dan lebih lagi.” Maksud Saul yaitu  Daud menang 

atas dirinya, namun  ia segan mengucapkannya. Watak dan sifat 

rajawi tampak ada pada diri Daud, yaitu kemurahan hatinya da-

lam mengampuni nyawa Saul, otoritas militernya dalam menegur 

Abner sebab  tidur, kepeduliannya terhadap kepentingan rakyat, 

dan tanda-tanda penyertaan Allah terhadapnya. Semua watak 

dan sifat ini telah meyakinkan Saul bahwa Daud pada akhirnya 

pasti akan naik ke atas takhta seturut dengan berbagai nubuatan 

tentangnya. 

Terakhir, dengan meredanya sakit pada luka, mereka dua pun 

berpisah sebagai kawan. Saul kembali ke Gibea re infectâ – tanpa 

mewujudkan rencananya, dan malu sebab  perjalanan yang telah 

dilakukannya. Namun, Daud tidak bisa terlalu percaya kepadanya 

dengan kembali bersama Saul. Orang yang pernah berdusta tidak 

mudah lagi dipercaya di kemudian hari. Oleh sebab itu, Daud 

meneruskan perjalanannya. Dan sesudah  perpisahan ini, tampak-

nya Saul dan Daud tidak pernah berjumpa lagi. 

PASAL  27  

aud, meskipun dirinya yaitu  seseorang yang berkenan di hati 

Allah, tetaplah melakukan kesalahan. Dan kesalahanya dicatat 

bukan untuk menjadi contoh untuk kita tiru, melainkan untuk 

menjadi peringatan bagi kita. Saksikan kisah di dalam pasal ini, yang 

meskipun di dalamnya, 

I. Kita menjumpai bahwa Daud berbuat sesuatu yang terpuji, 

yakni bahwa ia dengan bijaksana memperhatikan keamanan 

dirinya sendiri serta keluarganya (ay. 2-4) dan dengan gagah 

berani berperang demi Israel melawan orang Kanaan (ay. 8-

9), namun demikian, 

II. Kita menjumpai bahwa Daud berbuat sesuatu yang tercela, 

yakni bahwa, 

1. Daud mulai kehilangan pengharapan akan keselamatan-

nya (ay. 1). 

2. Ia meninggalkan negerinya dan pergi untuk tinggal di 

negeri Filistin (ay. 1, 5-7). 

3. Ia menjelaskan kepada Akhis secara samar-samar, jika 

tidak dapat dikatakan sebagai suatu kebohongan, perihal 

sepak terjangnya (ay. 10-12) 

Daud Kembali ke Gat 

(27:1-7)  

1 namun  Daud berpikir dalam hatinya: “Bagaimanapun juga pada suatu hari 

aku akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku 

selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada 

harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan aku 

akan terluput dari tangannya.” 2 Bersiaplah Daud, lalu berjalan ke sana, ia 

dan keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia itu, kepada Akhis 


 490

bin Maokh, raja kota Gat. 3 Daud dan semua orangnya menetap pada Akhis 

di Gat, masing-masing dengan rumah tangganya; Daud dengan kedua orang 

isterinya, yakni Ahinoam, wanita   Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, 

wanita   Karmel. 4 sesudah  diberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah 

melarikan diri ke Gat, ia tidak lagi mencarinya. 5 Berkatalah Daud kepada 

Akhis: “Jika kiranya aku mendapat belas kasihanmu, biarlah diberikan 

kepadaku tempat di salah satu kota di tanah datar, supaya aku tinggal di 

sana. Mengapa hambamu ini tinggal padamu di kota kerajaan ini?” 6 Maka 

pada hari itu Akhis memberikan Ziklag kepadanya; itulah sebabnya Ziklag 

menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda sampai sekarang. 7 Dan lamanya Daud 

tinggal di daerah orang Filistin yaitu  satu tahun empat bulan. 

Pada bagian ini, kita menyaksikan, 

I. Kedahsyatan rasa takut yang mencekam Daud akibat kelemahan 

imannya (ay. 1): Daud berkata kepada hatinya (demikianlah 

kalimat ini dapat dibaca), di dalam perenungannya akan keadaan 

yang dialaminya pada saat itu, Bagaimanapun juga pada suatu 

hari aku akan binasa oleh tangan Saul. Daud membayangkan 

amarah dan kejahatan Saul, yang tidak bisa diyakinkan untuk 

berdamai dan  yang tidak kenal henti, serta pengkhianatan orang-

orang negerinya sendiri, seperti yang berkali-kali diperbuat orang 

Zif. Ia menatap pasukannya dan menyaksikan betapa sedikitnya 

mereka, tanpa ada tentara baru yang bergabung dengannya 

untuk sekian lama. Ia pun tidak bisa melihat bahwa dirinya telah 

menguasai suatu daerah untuk bertahan. Oleh sebab itu, dengan 

sedih, Daud menarik kesimpulan kelam berikut: Pada suatu hari 

aku akan binasa oleh tangan Saul. Namun demikian, Hai orang 

yang kurang percaya! Mengapa engkau bimbang? Bukankah ia 

telah diurapi untuk menjadi seorang raja? Bukankah pengurap-

annya itu memperlihatkan jaminan bahwa dirinya akan dipelihara 

untuk menerima kerajaannya? Meskipun ia tidak punya alasan 

untuk mempercayai janji Saul, bukankah ia punya segenap alas-

an di dunia ini untuk mempercayai janji-janji Allah? Pengalam-

annya akan pemeliharaan khusus Allah terhadap dirinya seharus-

nya menguatkan dirinya. Dia, yang telah menyelamatkan, tetap 

dan akan terus menyelamatkan. Akan namun , ketidakpercayaan 

merupakan dosa yang mudah menyerang orang baik sekalipung. 

saat  dari luar ada pertengkaran, dari dalam ada ketakutan, sung-

guh suatu perkara yang sulit untuk mengatasi hal ini. Tuhan, 

tambahkanlah iman kami! 

Kitab 1 Samuel 27:1-7 

 491 

II. Keputusan yang diambil Daud oleh sebab ketakutannya yang 

dahsyat itu. Kini sesudah  Saul kembali ke kediamannya, Daud 

bertekad mempergunakan kesempatan yang ada untuk melarikan 

diri ke negeri Filistin. Dengan hanya bertanya kepada hatinya 

sendiri, tidak kepada efod maupun nabi, Daud mengambil kesim-

pulan berikut, Tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan 

diri dengan segera ke negeri orang Filistin. Ujian yang berlangsung 

dalam waktu lama memang dapat melelahkan iman dan kesabar-

an bahkan orang-orang yang sangat baik. Kini, 

1. Saul menjadi seteru bagi dirinya sendiri serta kerajaannya de-

ngan memojokkan Daud sampai-sampai ia mengambil tindak-

an senekat ini. Saul melemahkan kepentingannya sendiri keti-

ka ia mengenyahkan seorang panglima sehebat Daud beserta 

pasukan gagah berani yang dipimpinnya, dan memaksa mere-

ka untuk melayani musuhnya. 

2. Daud menjadi seteru bagi dirinya sendiri dengan mengambil 

tindakan ini. Allah telah menetapkan Daud untuk menegak-

kan panji-panjinya di tanah Yehuda (22:5). Di sanalah Allah 

dengan luar biasa telah memelihara dan memakainya selama 

beberapa waktu untuk berbuat kebaikan untuk negerinya. 

Jadi, mengapa Daud sampai terpikir untuk meninggalkan tem-

pat tugasnya? Bagaimana mungkin Daud dapat mengharap-

kan perlindungan Allah Israel saat  ia pergi keluar dari batas 

negeri Israel? Dapatkah Daud berharap untuk tinggal dengan 

aman di antara orang Filistin, tidak terjangkau tangan-tangan 

orang yang dari padanya ia baru-baru ini luput dengan ber-

pura-pura gila? Maukah ia berhutang budi kepada orang-

orang harus ia perangi saat  ia menjadi raja nanti? Dengan 

tindakannya ini, Daud akan menyenangkan seterunya, yang 

akan menyuruh dia pergi melayani allah-allah mereka supaya 

mereka punya alasan untuk menghinanya, dan melemahkan 

kekuatan sahabat-sahabatnya, yang tidak akan mampu men-

jawab penghinaan itu. Inilah mengapa kita harus berdoa, 

Tuhan, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. 

III. Daud diterima dengan baik di Gat. Akhis menyambut Daud de-

ngan baik, sebagian oleh sebab kemurahan hatinya, yang merasa 

bangga dapat menyambut seseorang yang begitu gagah berani, 

dan sebagian lagi oleh sebab kecerdikannya, yang berharap dapat 


 492

mengambil hati Daud untuk bekerja baginya selamanya. Dia juga 

berharap bahwa perbuatan Daud ini dapat mengundang lebih 

banyak lagi orang untuk meninggalkan Israel dan datang kepada-

nya. Tidak diragukan lagi, Akhis pasti mengucapkan janji setia 

kepada Daud untuk memberinya perlindungan, janji yang dapat 

diandalkan Daud saat  ia tidak dapat mempercayai janji-janji 

Saul. Wajah kita bisa memerah sebab  malu saat  memikirkan 

perkataan seorang Filistin lebih dapat dipercaya daripada perkata-

an seorang Israel yang seharusnya tidak mengandung tipu mus-

lihat. Juga, malulah kita kalau memikirkan betapa kota Gat harus 

menjadi tempat perlindungan bagi seorang Daud yang begitu baik, 

sementara kota-kota Israel menolak memberinya tempat tinggal 

yang aman. Daud, 

1. Membawa orang-orangnya bersamanya (ay. 2) supaya mereka 

dapat menjaganya, dan supaya mereka sendiri beroleh ke-

amanan bersama dengan dirinya. Orang-orangnya juga dapat 

membuat dirinya lebih berharga di mata Akhis, yang berharap 

untuk mendapatkan jasa baiknya. 

2. Daud turut membawa keluarganya bersamanya, isterinya dan 

rumah tangganya, begitu pula dengan semua orangnya (ay. 2-

3). Seorang kepala keluarga memang harus menjaga orang-

orang yang telah dipercayakan kepadanya, untuk melindungi 

serta menyediakan kebutuhan mereka yang merupakan ang-

gota keluarganya, serta untuk hidup dengan bijaksana ber-

sama mereka. 

IV. Saul berhenti mengejar Daud lebih lanjut (ay. 4): Ia tidak lagi men-

carinya. Ini menunjukkan bahwa tanpa menghiraukan pertobatan 

yang berulang kali diucapkannya baru-baru ini, Saul pasti akan 

kembali berusaha menerkam Daud andai kata Daud ada dalam 

jangkauannya. Namun, sebab  ia tidak berani untuk datang ke 

tempat Daud berada, ia mengambil keputusan untuk tidak meng-

usik Daud. Demikianlah banyak orang terkesan meninggalkan 

dosa mereka, namun  sesungguhnya dosa merekalah yang mening-

galkan mereka. Mereka akan tetap berkanjang di dalamnya jika 

mereka mampu. Saul tidak lagi mencari-cari Daud, sebab  sudah 

puas dengan keterasingan Daud. sebab  tidak mampu menum-

pahkan darah Daud sendiri, Saul tampaknya berharap, seperti 

yang pernah dilakukannya (18:25) supaya musuhnya itu lambat 

Kitab 1 Samuel 27:1-7 

 493 

laun jatuh dengan perantaraan orang  Filistin. Meskipun ia lebih 

memilih untuk menghancurkan Daud dengan tangannya sendiri, 

namun andaikan orang Filistin yang melakukannya, ia tetap akan 

merasa senang dan berharap hal itu benar terjadi. 

V. Daud pindah dari Gat ke Ziklag.  

1. Permohonan Daud untuk dipindahkan merupakan tindakan 

yang bijaksana dan sangat rendah hati (ay. 5). 

(1) Tindakan itu sangat bijaksana. Daud mengetahui persis 

rasanya menjadi sasaran kedengkian di istana Saul, dan ia 

punya lebih besar lagi alasan untuk merasa takut berada di 

istana Akhis, sehingga menolak untuk ditempatkan di 

sana. Ia berharap untuk dapat ditempatkan di daerah, tem-

pat ia dapat menyendiri, lebih banyak waktu bersama diri-

nya sendiri dan lebih tidak menghalangi jalan orang lain. Di 

kota kepunyaannya sendiri, Daud dapat lebih bebas men-

jalankan ibadah agamanya, dan memelihara orang-orang-

nya lebih baik lagi untuk beribadah, tidak membiarkan 

jiwanya yang benar menjadi pedih oleh pemujaan berhala 

orang Filistin, andai kata ia tetap berada di Gat. 

(2) Permohonan Daud itu disampaikan kepada Akhis dengan 

sangat rendah hati. Daud tidak mengusulkan kepada Akhis 

tempat apa yang sebaiknya ditetapkan baginya, melainkan 

hanya memohon agar ditempatkan di salah satu kota di 

tanah datar seturut kehendak sang raja sebab  pengemis 

tidak boleh memilih. Daud menyampaikan perkataan ini 

sebagai alasan permohonannya, “Mengapa hambamu ini 

tinggal padamu di kota kerajaan, dan membuatmu sesak 

serta menjadi cela bagi orang-orang di sekelilingmu?” Per-

hatikanlah, orang yang menghendaki untuk berdiri teguh, 

tidak boleh bernafsu untuk berdiri tinggi. Jiwa yang rendah 

hati tidaklah ingin tinggal di kota-kota kerajaan. 

2. Dengan murah hati Akhis mengabulkan permohonan Daud itu 

(ay. 6-7): Akhis memberikan Ziklag kepadanya. Dengan ini, 

(1) Israel memperoleh kembali hak mereka di zaman lampau, 

sebab  Ziklag termasuk di dalam bagian yang diundikan 

kepada suku Yehuda (Yos. 15:31). Dan sesudah nya, di luar 

undi itu, Ziklag bersama beberapa kota lain ditetapkan bagi 


 494

Simeon (Yos. 19:5). Namun demikian, kota itu tampaknya 

tidak pernah ditaklukkan atau menjadi kepunyaan bangsa 

Filistin sesudah  merebutnya dari Israel. Mungkin bangsa 

Filistin mendapatkannya dengan cara yang tidak jujur, se-

hingga Akhis, seorang yang berhikmat dan terhormat, 

mempergunakan kesempatan ini untuk memulihkan kota 

itu bagi Daud. Allah yang adil mengadili dengan kebenaran.  

(2) Daud memperoleh tempat tinggal yang nyaman, tidak 

hanya cukup jauh dari Gat, namun  juga terletak berbatasan 

dengan Israel, sehingga ia dapat menjaga hubungan de-

ngan orang-orang senegerinya. Mereka pun dapat pergi ke 

sana untuk menemuinya menjelang masa pembaharuan 

negeri Israel yang kian mendekat. Meskipun kita tidak 

mendapati Daud menambah jumlah pasukannya selama 

Saul hidup sebab  ia hanya memiliki enam ratus orang  

(30:10), segera sesudah  Saul mati, Ziklag menjadi tempat 

pertemuan dengan para sahabatnya. Bahkan, meskipun 

Daud menutup diri oleh sebab  Saul, tampaknya ada ba-

nyak orang datang kepadanya, setidaknya untuk meyakin-

kannya akan niat tulus mereka (1Taw. 12:1-22). Lebih lan-

jut, Daud juga memperoleh keuntungan berikut, bahwa 

Ziklag ditambahkan ke dalam kerajaannya, setidaknya ke-

megahan kota itu terus menjadi kepunyaan raja-raja Yehu-

da sejak saat itu dan seterusnya (ay. 6). Perhatikanlah, ke-

sederhanaan dan kerendahan hati, serta kerelaan untuk 

menyingkir, tidaklah mendatangkan kerugian apa pun. Ke-

untungan sejati mengikuti orang yang menjauhkan diri dari 

kehormatan semu. Di kota inilah Daud terus tinggal selama 

beberapa hari, bahkan sampai empat bulan, seperti yang 

dapat dibaca (ay. 7), atau sampai beberapa hari melampaui 

empat bulan. Alkitab Septuaginta membacanya sebagai be-

berapa bulan. Sedemikian lamanya Daud menunggu waktu 

yang tepat sampai tiba dirinya naik takhta. Siapa yang per-

caya, tidak akan gelisah! 

 

Kitab 1 Samuel 27:8-12 

 495 

Daud Menghajar Orang Amalek 

(27:8-12)  

8 Maka Daud dan orang-orangnya bergerak maju dan menyerbu orang Gesur, 

orang Girzi dan orang Amalek; sebab orang-orang inilah penduduk negeri itu 

yang membentang dari Telam ke arah Syur sampai tanah Mesir. 9 jika  

Daud memusnahkan negeri itu, seorangpun tidak dibiarkannya hidup, baik 

laki-laki maupun wanita  ; ia merampas kambing domba, lembu, keledai, 

unta dan pakaian, kemudian pulanglah ia dan kembali kepada Akhis. 10 Jika 

Akhis bertanya: “Di mana kamu menyerbu pada hari ini?” maka jawab Daud: 

“Di Tanah Negeb Yehuda,” atau: “Di Tanah Negeb orang Yerahmeel,” atau: “Di 

Tanah Negeb orang Keni.” 11 Daud tidak membiarkan hidup seorangpun, baik 

laki-laki maupun wanita  , untuk dibawa ke Gat, sebab pikirnya: “Jangan-

jangan mereka mengabarkan tentang kami, dengan berkata: Beginilah dilaku-

kan Daud.” Itulah kebiasaannya, selama ia tinggal di daerah orang Filistin.  

12 namun  Akhis mempercayai Daud, sebab pikirnya: “Tentulah ia telah membuat 

diri dibenci di antara orang Israel, bangsanya; ia akan menjadi hambaku sam-

pai selamanya.” 

Inilah catatan mengenai sepak terjang Daud saat  berada di negeri 

Filistin, yaitu serangan gencar dilancarkannya terhadap sisa bangsa-

bangsa yang telah dikhususkan Allah untuk dimusnahkan, keber-

hasilannya dalam peperangannya itu, serta laporannya akan tindak-

annya itu kepada Akhis. 

1. Kita dapat membebaskan Daud dari tuduhan melakukan ketidak-

adilan serta kebengisan melalui tindakannya ini sebab  sejumlah 

bangsa yang dibinasakannya ini  yaitu  bangsa-bangsa yang 

memang sudah sejak lama ditetapkan Allah untuk dihancurkan. 

Lagi pula, Daud yang melakukan tindakan ini yaitu  orang yang 

memang telah ditahbiskan Allah untuk berkuasa. Demikianlah 

tindakannya itu sudah sangat sesuai untuk dikerjakannya, dan ia 

sendiri orang yang sangat sesuai untuk mengerjakannya. Daud 

yang telah diurapi untuk berperang bagi Tuhan tidak boleh duduk 

diam dalam kemalasan, meskipun dirinya menganggap bahwa tin-

dakannya menyingkir dalam kerendahan hati sudah tepat. Daud 

menghendaki untuk berada dalam keadaan yang aman dari Saul 

hanya agar dirinya dapat berjuang untuk Israel. Ia membalaskan 

dendam lama Allah terhadap bangsa-bangsa ini, dan pada waktu 

yang sama juga mengambil persediaan bagi dirinya sendiri serta 

pasukannya, sebab  mereka harus bertahan hidup dengan pe-

dang mereka. Seluruh orang Amalek harus dibinasakan. Kemung-

kinan orang Gesur dan orang Girzi merupakan keturunan orang 

Amalek. Saul ditolak oleh Allah sebab  ia membiarkan bangsa-

bangsa ini hidup, dan kini Daud pun bertindak demi menutupi 


 496

ketidaktaatan Saul ini sebelum dirinya naik takhta menggantikan-

nya. Daud menghajar mereka semua, seorangpun tidak dibiarkan-

nya hidup (ay. 8-9). Perbuatan itu mengandung ganjarannya sen-

diri, sebab  Daud beserta pasukannya kembali dengan membawa 

jarahan yang berlimpah, yang dimanfaatkan untuk menunjang 

hidup mereka. 

2. Namun demikian, kita tidak dapat membebaskan Daud dari tu-

duhan salah, sebab  ia telah menipu Akhis saat menjelaskan 

sepak terjangnya ini . 

(1) Daud tampaknya tidak menghendaki Akhis untuk mengetahui 

kebenarannya, sehingga tidak membiarkan seorangpun hidup 

untuk membawa kabar ke Gat (ay. 11). Hal ini bukan sebab  

ia merasa malu bahwa apa yang diperbuatnya itu merupakan 

tindakan yang buruk, namun  sebab  ia merasa takut, bahwa 

jika  bangsa Filistin mengetahui tentang hal itu, mereka 

akan merasa khawatir akan bahaya yang mengancam diri me-

reka atau para sekutu mereka dengan membiarkan Daud 

tinggal di tengah-tengah mereka, sehingga akan mengusirnya 

dari daerah mereka. Akan sangat mudah bagi bangsa Filistin 

untuk mengambil kesimpulan berikut, Jika beginilah dilaku-

kan Daud, itulah kebiasaannya. sebab  itu Daud pun dengan 

gigih menutupi perbuatannya itu dari mereka. Dengan mudah 

saja ia dapat membunuh habis bangsa-bangsa tetangga orang 

Filistin itu tanpa ada yang membocorkannya kepada orang 

Filistin, dan juga makan waktu lama bagi para pengintai un-

tuk mengabarkannya kepada orang Filistin.  

(2) Daud menyembunyikan tindakannya itu dari Akhis dengan 

penjelasan yang samar-samar, yang sama sekali bertolak bela-

kang dengan kepribadiannya. saat  ditanya mengenai tempat 

yang diserbu olehnya, Daud menjawab, Di Tanah Negeb Ye-

huda (ay. 10). Memang benar bahwa Daud telah menyerbu 

negeri yang terletak di sebelah selatan, atau di tanah Negeb, 

Yehuda, namun  Daud membuat Akhis mempercayai bahwa diri-

nya telah menyerbu bangsa-bangsa yang tinggal di selatan 

Yehuda, orang Zif contohnya, yang berulang kali telah meng-

khianatinya. Demikianlah Akhis memahami Daud, sehingga ia 

berkesimpulan bahwa Daud telah membuat diri dibenci di an-

tara orang Israel, bangsanya, dan telah mengabdikan diri demi 

kepentingannya. Demikianlah ketulusan Akhis kepada Daud, 

Kitab 1 Samuel 27:8-12 

 497 

pandangan Akhis yang elok tentang Daud, serta kepercayaan 

Akhis terhadap Daud, semakin memperbesar dosa Daud yang 

telah menipu Akhis. Perkara ini, beserta perkara-perkara lain, 

tampaknya menjadi pusat penyesalan Daud di dalam perenung-

annya saat  ia berdoa, Jauhkanlah jalan dusta dari padaku 

(KJV: Jauhkanlah dalam dusta dari padaku). 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  28  

alam pasal ini kita temukan persiapan-persiapan untuk perang 

yang akan mengakhiri hidup dan pemerintahan Saul, dan dengan 

begitu membuka jalan bagi Daud untuk naik takhta. Dalam perang ini,  

I. Orang Filistin yaitu  pihak penyerang dan Akhis raja mereka 

menjadikan Daud sebagai orang kepercayaannya (ay. 1-2).  

II. Orang Israel bersiap-siap untuk menyambut serangan mere-

ka, dan Saul raja mereka menjadikan Iblis sebagai penasihat 

pribadinya, dan dengan begitu memenuhi takaran kejahatan-

nya. Amatilah,  

1. Keadaan putus asa yang melingkupi Saul (ay. 3-6).  

2. Kepergiannya kepada seorang ahi tenung, untuk memang-

gil Samuel supaya muncul kepadanya (ay. 7-14).  

3. Percakapannya dengan penampakan roh yang dipanggil 

tukang tenung itu (ay. 15-19). Kemurungan yang meng-

hentaknya sebagai akibat dari peristiwa itu (ay. 20-25). 

Orang Filistin Mengadakan Perang terhadap Israel 

(28:1-6) 

1 Pada waktu itu orang Filistin mengerahkan tentaranya untuk berperang 

melawan orang Israel. Lalu berkatalah Akhis kepada Daud: “Ketahuilah baik-

baik, bahwa engkau beserta orang-orangmu harus maju berperang bersama-

sama dengan aku dalam tentara.” 2 Jawab Daud kepada Akhis: “Baik, engkau 

akan tahu, apa yang dapat diperbuat hambamu ini.” Lalu Akhis berkata ke-

pada Daud: “Sebab itu aku mengangkat engkau menjadi pengawalku sendiri 

sampai selamanya.” 3 Adapun Samuel sudah mati. Seluruh orang Israel su-

dah meratapi dia dan mereka telah menguburkan dia di Rama, di kotanya. 

Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan 

roh peramal. 4 Orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak maju, dan berke-

mah dekat Sunem. Saul mengumpulkan seluruh orang Israel, lalu mereka 

berkemah di Gilboa. 5 saat  Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah 


 500

ia dan hatinya sangat gemetar. 6 Dan Saul bertanya kepada TUHAN, namun  

TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik 

dengan perantaraan para nabi. 

Dalam perikop ini diceritakan tentang,  

I. Rancangan orang Filistin melawan Israel. Mereka menetapkan 

hati untuk berperang melawan Israel (ay. 1). Seandainya orang 

Israel tidak meninggalkan Allah, maka tidak akan tersisa orang-

orang Filistin untuk mengganggu mereka. Seandainya Saul tidak 

meninggalkan Allah, maka orang Israel pada saat ini akan ter-

bebas dari segala bahaya dari orang Filistin. Orang Filistin meng-

ambil peluang untuk melancarkan perang ini saat  Daud ada di 

antara mereka, sebab  Daudlah yang lebih mereka takuti dari-

pada Saul dan semua pasukannya. 

II.  Harapan Akhis untuk mendapat bantuan dari Daud dalam perang 

ini, dan dorongan yang diberikan Daud kepadanya untuk ber-

harap: “Engkau harus maju berperang bersama-sama dengan 

aku,” ujar Akhis. “Jika aku melindungimu, maka aku dapat me-

nuntut pelayanan darimu.” Dan Akhis akan menganggap dirinya 

berbahagia jika ia memiliki seseorang seperti Daud di pihaknya, 

yang beruntung ke mana pun juga ia pergi berperang. Daud 

memberinya jawaban yang tak pasti: “Kita akan lihat apa yang 

akan terjadi. Akan ada cukup banyak waktu untuk membicara-

kannya sesudah ini. namun  tentu saja engkau akan tahu, apa yang 

dapat diperbuat hambamu ini” (ay. 2). Yaitu, “Aku akan memikir-

kan tugas apa yang paling mampu kulakukan untuk melayanimu, 

kalau engkau mau mengizinkanku untuk memilihnya.” Dengan 

demikian, Daud membuat dirinya terbebas dari janji untuk mela-

yani Akhis, namun tetap membuat Akhis mengharapkan pela-

yanannya. Sebab Akhis tidak mengartikan perkataan Daud secara 

lain selain sebagai janji untuk membantunya. sesudah  mendengar 

perkataan itu, Akhis berjanji kepada Daud bahwa ia akan men-

jadikan Daud sebagai kepala pengawal, pelindung, atau perdana 

menteri pemerintahan. 

III. Majunya tentara-tentara, dari kedua belah pihak, ke medan per-

tempuran (ay. 4): Orang Filistin itu berkemah dekat Sunem, yang 

ada dalam wilayah suku Isakhar, jauh di sebelah utara dari negeri 

Kitab 1 Samuel 28:1-6 

 501 

mereka. Tanah Israel, tampaknya, tidak dijaga dengan baik, kare-

na orang Filistin dapat memimpin tentara mereka untuk bergerak 

masuk tepat ke jantung negeri. Saul, sewaktu sedang mengejar 

Daud, meninggalkan rakyatnya dalam keadaan telanjang dan ter-

buka untuk diserang. Di beberapa gunung di dekat pegunungan 

Gilboa, Saul mengerahkan pasukannya, dan siap untuk bertempur 

melawan orang Filistin, namun  ia tidak begitu bersemangat untuk 

berperang, sebab sekarang Roh Tuhan telah meninggalkan dia. 

IV. Kengerian yang melanda Saul, dan kehilangan akal yang dialami-

nya, pada kesempatan ini: Ia melihat tentara Filistin itu, dan 

dengan melihat mereka sendiri, serta melalui kabar yang dibawa 

oleh para pengintainya kepadanya, ia memahami bahwa mereka 

berjumlah lebih banyak, bersenjata lebih baik, dan lebih bersema-

ngat, daripada dia dan pasukannya sendiri. Hal ini membuatnya 

takut, hingga hatinya sangat gemetar (ay. 5). Seandainya ia tetap 

dekat dengan Allah, ia tidak perlu takut saat  melihat tentara 

Filistin. namun  sebab  sekarang ia sudah menggusarkan hati Allah 

untuk meninggalkan dia, maka kepentingannya gagal, pasukan-

pasukannya menyusut dan tampak hina. Dan, yang lebih buruk 

lagi, rohnya menjadi tawar, hatinya menjadi ciut, dan hati nurani-

nya yang menyatakan bahwa dia bersalah membuat dia gemetar 

mendengar daun bergoyang. Sekarang ia teringat akan darah 

orang Amalek yang bersalah, yang sudah ia biarkan, dan darah 

para imam yang tidak bersalah, yang sudah ia tumpahkan. Dosa-

dosanya dijejerkan di depan matanya, yang membuatnya kebi-

ngungan, mempermalukan semua rancangannya, merampas se-

gala keberaniannya, dan menimbulkan ketakutan tertentu dalam 

dirinya untuk menantikan penghakiman dan murka yang menya-

la-nyala. Perhatikanlah, kesusahan yaitu  kengerian bagi orang-

orang durhaka. Dalam kesesakan ini, Saul bertanya kepada 

TUHAN (ay. 6). Kebutuhan mendorong orang untuk datang kepada 

Allah, sementara selama hari kemakmuran, mereka meremehkan 

firman dan mezbah-Nya. Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka 

mencari Engkau (Yes. 26:16). Adakah orang yang mencari Tuhan 

dan tidak menemukan-Nya? Ya ada, Saullah orangnya. TUHAN 

tidak menjawab dia, tidak memperhatikan permohonan-permo-

honannya ataupun pertanyaan-pertanyaannya. Tuhan tidak mem-

berinya petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus dilakukan, 


 502

ataupun suatu dorongan untuk berharap bahwa Ia akan menyer-

tainya. Apakah Ia mau orang seperti Saul meminta petunjuk dari 

pada-Nya? (Yeh. 14:3). Tidak, Saul tidak bisa mengharapkan ja-

waban damai, sebab,  

1. Saul bertanya dengan cara yang begitu rupa hingga seolah-olah 

ia tidak bertanya sama sekali. Itulah sebabnya dikatakan 

(1Taw. 10:14), ia tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab ia me-

lakukannya secara samar-samar dan dingin, dan dengan ran-

cangan tersembunyi, yaitu jika Allah tidak menjawabnya, maka 

ia akan meminta petunjuk dari Iblis. Ia tidak bertanya dalam 

iman, melainkan dengan hati yang mendua dan bimbang.  

2. Ia bertanya kepada Tuhan saat  sudah sangat terlambat, ke-

tika hari-hari pencobaannya telah berakhir, dan ia pada akhir-

nya ditolak. Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui, sebab 

akan tiba saatnya saat  Ia tidak mau ditemui.  

3. Ia telah kehilangan manfaat dari semua cara untuk bertanya 

sebab  perbuatannya sendiri. Dapatkah ia yang membenci dan 

menganiaya Samuel dan Daud, yang yaitu  para nabi, ber-

harap untuk dijawab oleh para nabi? Dapatkah ia yang sudah 

membunuh imam besar, berharap untuk dijawab melalui 

Urim? Atau dapatkah ia yang telah berdosa melawan Roh anu-

gerah, berharap untuk dijawab melalui mimpi-mimpi? Tidak. 

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. 

V. Disebutkan beberapa hal yang sudah terjadi pada beberapa waktu 

lalu, untuk menjadi pengantar bagi cerita selanjutnya (ay. 3).  

1. Kematian Samuel. Samuel sudah mati, yang membuat orang 

Filistin lebih berani dan Saul lebih takut. Sebab, seandainya 

Samuel masih hidup, Saul mungkin berpikir bahwa kehadiran 

dan dukungan Samuel, nasihat dan doa-doanya yang baik, 

akan membantunya dalam kesusahannya. 

2. Titah Saul melawan sihir. Ia telah melaksanakan hukum-hu-

kum yang melawan para pemanggil arwah, yang tidak boleh 

dibiarkan hidup (Kel. 22:18). Sebagian penafsir berpendapat 

bahwa Saul melakukan ini pada awal pemerintahannya, se-

waktu ia berada di bawah pengaruh Samuel. Sebagian yang 

lain berpendapat bahwa pelaksanaan hukum itu dilakukan 

belakangan ini, sebab titah itu dikatakan di sini (ay. 9) sebagai

Kitab 1 Samuel 28:7-14 

 503 

 titah belum lama ini. Mungkin saat  Saul sendiri diganggu 

oleh roh jahat, ia curiga bahwa ia terkena sihir, dan, sebab  

alasan itu, melenyapkan semua pemanggil arwah. Banyak 

orang tampak bersemangat melawan dosa, saat  mereka 

sendiri dirugikan dalam suatu hal olehnya (mereka akan me-

nentang orang-orang yang bersumpah jika orang-orang itu 

bersumpah melawan mereka, atau menentang para pemabuk 

jika dalam kemabukan orang-orang itu melecehkan mereka). 

Jadi sebenarnya, jika mereka tidak dirugikan demikian, mere-

ka tidak mempunyai kepedulian terhadap kemuliaan Allah, 

ataupun ketidaksukaan terhadap dosa sebagai dosa. Bagai-

manapun juga, patut dipuji bahwa Saul menggunakan kekua-

saannya seperti itu untuk memberikan kengerian dan kekang-

an terhadap para pelaku kejahatan ini. Perhatikanlah, banyak 

orang tampak menjadi musuh terhadap dosa yang diperbuat 

orang lain, sementara mereka sendiri melakukan dosa itu 

dengan sesuka hati. Saul ingin mengusir Iblis dari kerajaan-

nya, dan sekalipun begitu menyimpan Ibis dalam hatinya, 

melalui iri hati dan kebencian. 

Saul Meminta Petunjuk kepada  

Ahli Tenung di En-Dor 

(28:7-14)  

7 Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: “Carilah bagiku seorang 

wanita   yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepada-

nya dan meminta petunjuk kepadanya.” Para pegawainya menjawab dia: “Di 

En-Dor ada seorang wanita   yang sanggup memanggil arwah.” 8 Lalu 

menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua 

orang. saat  mereka pada waktu malam sampai kepada wanita   itu, 

berkatalah Saul: “Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan 

arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut 

kepadamu.” 9 namun  wanita   itu menjawabnya: “Tentu engkau mengeta-

hui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri 

para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat 

terhadap nyawaku untuk membunuh aku?” 10 Lalu bersumpahlah Saul 

kepadanya demi TUHAN, katanya: “Demi TUHAN yang hidup, tidak akan ada 

kesalahan tertimpa kepadamu sebab  perkara ini.” 11 Sesudah itu bertanya-

lah wanita   itu: “Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepada-

mu?” Jawabnya: “Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.” 12 saat  

wanita   itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu 

wanita   itu berkata kepada Saul, demikian: “Mengapa engkau menipu 

aku? Engkau sendirilah Saul!” 13 Maka berbicaralah raja kepadanya: “Ja-

nganlah takut; namun  apakah yang kaulihat?” wanita   itu menjawab Saul: 

“Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi.” 14 Kemudian ber-


 504

tanyalah ia kepada wanita   itu: “Bagaimana rupanya?” Jawabnya: “Ada 

seorang tua muncul, berselubungkan jubah.” Maka tahulah Saul, bahwa itu-

lah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud 

menyembah. 

Dalam perikop ini,  

I. Saul mencari seorang ahli tenung (ay. 7). Sekalipun Allah tidak 

menjawab dia, seandainya ia merendahkan dirinya melalui perto-

batan dan bertekun dalam mencari Allah, siapa tahu bahwa pada 

akhirnya Allah mau menjawabnya? Akan namun , sebab  ia tidak 

melihat adanya penghiburan dari sorga ataupun bumi (Yes. 8:21-

22), maka ia menetapkan hati untuk mengetuk pintu-pintu ger-

bang neraka, dan melihat apakah di sana ada yang mau berteman 

dengannya dan memberinya nasihat: Carilah bagiku seorang 

wanita   yang sanggup memanggil arwah (ay. 7).                                                        

1. Atas penghinaan terhadap Allah Israel, seolah-olah suatu 

makhluk ciptaan dapat melakukan kebaikan untuknya saat  

Allah telah meninggalkannya dan mengernyitkan dahi kepada-

nya.  

2. Atas pertentangan dengan dirinya sendiri. Ia tahu betapa keji-

nya dosa sihir itu, sebab kalau tidak, ia tidak akan melenyap-

kan para pemanggil arwah. Namun demikian, sekarang ia me-

minta bantuan ilmu sihir, dan menganggap sebagai bimbingan 

ilahi apa yang sebelumnya ia kutuk sebagai kekejian. Sudah 

biasa terjadi bahwa orang-orang mengecam keras dosa-dosa 

yang tidak menjadi godaan bagi mereka, namun  sesudah  itu 

mereka sendiri dikuasai oleh dosa-dosa itu. Seandainya ada 

orang yang memberi tahu Saul, saat  ia sedang membinasa-

kan para ahli tenung, bahwa ia sendiri, tidak lama lagi, akan 

meminta petunjuk dari seorang ahli tenung, maka mungkin 

Saul akan berkata, seperti yang dikatakan Hazael, namun  apa-

kah hambamu ini, yang tidak lain dari anjing saja? namun  siapa 

tahu kejahatan-kejahatan apa yang akan diperbuat orang-

orang yang meninggalkan Allah dan ditinggalkan oleh-Nya? 

II. sesudah  mendengar ada seorang ahli tenung, Saul bergegas mene-

muinya. namun  ia pergi pada malam hari, dan dengan menyamar, 

hanya dengan dua pelayannya, dan mungkin berjalan kaki (ay. 8). 

Lihatlah bagaimana orang-orang yang ditawan oleh Iblis dipaksa,

Kitab 1 Samuel 28:7-14 

 505 

1. Untuk merendahkan diri mereka sendiri. Tidak pernah Saul 

terlihat begitu hina seperti saat  ia pergi menyelinap untuk 

menemui seorang ahli tenung yang menyedihkan, untuk 

mengetahui peruntungannya.  

2. Untuk menutup-nutupi perbuatan mereka. Perbuatan-per-

buatan jahat yaitu  perbuatan-perbuatan kegelapan, dan per-

buatan-perbuatan itu membenci terang, juga tidak peduli 

untuk mendatangi terang. Saul pergi menemui seorang ahli 

tenung, tanpa mengenakan jubahnya, melainkan dengan me-

ngenakan pakaian seorang prajurit biasa. Bukan hanya 

supaya jangan sampai ahli tenung itu sendiri, kalau sampai 

mengenalinya, akan menolak untuk melayaninya, melainkan 

juga supaya jangan sampai rakyatnya sendiri sampai menge-

tahuinya dan membencinya sebab  itu. Ahli tenung itu akan 

menolak Saul sebab  ia takut kalau-kalau Saul datang untuk 

menjeratnya, atau sebab  ia bertekad untuk membalas den-

dam kepada Saul atas titahnya melawan orang-orang yang 

satu pekerjaan dengannya. Begitulah kekuatan hati nurani 

asali, hingga bahkan orang-orang yang melakukan kejahatan 

memerah mukanya dan merasa malu melakukannya. 

III. Saul memberitahukan keperluannya kepada ahli tenung itu, dan 

berjanji kepadanya bahwa ia tidak akan terkena hukuman.  

1. Yang diinginkan Saul darinya hanyalah untuk memangil sese-

orang yang sudah mati, yang hendak diajaknya berbicara. Saul 

berharap untuk memenuhi tujuannya melalui pemanggilan 

arwah atau ramalan melalui orang mati. Hal ini secara tegas 

dilarang oleh hukum Taurat (Ul. 18:11), yaitu untuk meminta 

petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup (Yes. 

8:19). Panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan 

kusebut (ay. 8). Hal ini menyiratkan sudah menjadi umum 

bahwa orang kebanyakan menganggap jiwa tetap ada sesudah  

kematian, dan bahwa saat  manusia mati, itu bukanlah akhir 

bagi jiwa. Hal ini juga menyiratkan bahwa orang percaya jiwa-

jiwa yang telah terpisah dari tubuh itu sangat mengetahui 

banyak hal. namun  sangat tidak masuk akal untuk berpikir 

bahwa jiwa orang-orang baik akan muncul saat  dipanggil 

oleh roh jahat. Atau bahwa Allah, yang telah menolak untuk 


 506

memberikan kepada seseorang keuntungan dari ketetapan-

ketetapan-Nya, akan membiarkan orang itu menuai suatu ke-

untungan yang nyata melalui kegiatan yang terkutuk dan me-

nyerupai Iblis.  

2. Ahli tenung itu menunjukkan ketakutannya pada hukum Tau-

rat, dan kecurigaannya bahwa orang asing ini datang untuk 

menjeratnya (ay. 9): Tentu engkau mengetahui apa yang diper-

buat Saul. Sang Penyelenggara mengatur demikian rupa, hing-

ga Saul akan diberi tahu di depan mukanya sendiri tentang 

titahnya melawan para ahli tenung, tepat pada waktu ia se-

dang meminta petunjuk kepada ahli tenung, untuk memper-

parah dosanya. Ahli tenung itu menegaskan bahaya yang 

mengintainya sebab  hukum Taurat, mungkin untuk menaik-

kan harganya. Sebab, meskipun tidak disebutkan tentang 

biayanya, tidak diragukan lagi bahwa ia menuntut dan men-

dapat bayaran yang tinggi. Cermatilah betapa pekanya ia akan 

bahaya yang mengintainya dari titah Saul, dan betapa ia ber-

hati-hati untuk menjaga diri terhadapnya. namun  ia sama se-

kali tidak peduli akan kewajiban-kewajiban dari hukum Allah 

dan kengerian-kengerian murka-Nya. Ahli tenung itu memper-

timbangkan apa yang telah dilakukan Saul, bukan apa yang 

telah dilakukan Allah, melawan perbuatan-perbuatan seperti 

itu. Dan ia takut pada jerat yang dipasang untuk mencabut 

nyawanya lebih daripada jerat yang dipasang untuk mem-

binasakan jiwanya. Sudah biasa terjadi bahwa orang-orang 

berdosa lebih takut pada hukuman dari manusia daripada 

penghakiman yang benar dari Allah. Akan namun ,  

3. Saul berjanji dengan sumpah untuk tidak mengkhianatinya 

(ay. 10). yaitu  kewajibannya sebagai raja untuk menghukum 

ahli tenung itu, dan ia mengetahuinya. Namun ia bersumpah 

untuk tidak melakukannya, seolah-olah dengan sumpahnya ia 

bisa mengikat dirinya sendiri untuk tidak melakukan sesuatu 

yang, oleh perintah ilahi, wajib dilakukannya. namun  ia men-

janjikan apa yang lebih daripada yang bisa dilakukannya keti-

ka ia berkata, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu. 

Sebab ia tidak bisa melindungi dirinya sendiri dari pembalasan 

ilahi, apalagi melindungi ahli tenung itu. 

Kitab 1 Samuel 28:7-14 

 507 

IV. Samuel, yang belum lama ini wafat, yaitu  orang yang diinginkan 

Saul untuk diajak berbicara. Dan ahli tenung itu, dengan man-

tera-manteranya, memuaskan keinginan Saul, dan mempertemu-

kan mereka bersama.  

1. Segera sesudah  Saul memberi ahli tenung itu jaminan yang 

diinginkannya, yakni bahwa Saul tidak akan menghukumnya, 

ia pun mengerjakan sihirnya, dan bertanya dengan sangat per-

caya diri, siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepa-

damu? (ay. 11). Perhatikanlah, harapan bahwa para pendosa 

akan terbebas dari hukuman membuat mereka semakin lan-

cang dalam berjalan di jalan-jalan mereka yang jahat, dan 

mengeraskan hati mereka.  

2. Saul ingin berbicara dengan Samuel: Panggillah Samuel su-

paya muncul kepadaku. Samuel telah mengurapi Saul untuk 

menjadi raja, dan sebelumnya sudah menjadi teman dan pena-

sihatnya yang setia, dan sebab  itu darinyalah Saul ingin 

meminta nasihat. Sewaktu Samuel tinggal di Rama, tidak jauh 

dari Gibea tempat Saul, dan memimpin sekolah para nabi di 

sana, kita tidak pernah membaca bahwa Saul pergi kepadanya 

untuk meminta petunjuk darinya dalam kesulitan-kesulitan 

apa saja yang sedang dihadapinya padahal baiklah baginya 

seandainya ia pernah melakukannya. Pada waktu itu Saul 

meremehkannya, dan mungkin membencinya, dengan meman-

dangnya berpihak pada kepentingan Daud. namun  sekarang 

saat  Samuel sudah mati, “Oh, aku mau Samuel lagi! Apa 

pun caranya, panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.” 

Perhatikanlah, banyak orang yang merendahkan dan meng-

aniaya orang-orang kudus dan hamba-hamba Allah saat  

masih hidup, akan senang memiliki mereka lagi saat  mereka 

sudah tiada. Suruhlah Lazarus kepadaku, dan suruhlah Laza-

rus ke rumah ayahku (Luk. 16:24-27). Makam orang-orang 

benar memang selalu dihiasi.  

3. Di sini tampak ada yang terlewat dalam cerita itu. Saul ber-

kata, panggillah Samuel supaya muncul kepadaku, namun  se-

lanjutnya dikatakan, saat  wanita   itu melihat Samuel (ay. 

12), sementara orang akan berharap untuk diberi tahu bagai-

mana ahli tenung itu melakukan pekerjaannya, mantera-man-

tera dan jampi-jampi apa yang ia gunakan. Atau bahwa akan 

diberikan sedikit petunjuk tentang apa yang ia katakan atau 


 508

lakukan. namun  sebab  Kitab Suci diam seribu bahasa menge-

nai hal itu, maka kita dilarang berkeinginan untuk menyelidiki 

seluk-beluk Iblis (Why. 2:24), atau memuaskan rasa ingin tahu 

kita dengan penjelasan tentang rahasia-rahasia kedurhakaan. 

namun  Kitab Suci menyembunyikan kelihaian dalam berbuat 

dosa, supaya kita bersih terhadap apa yang jahat (Rm. 16:19).  

4. Si ahli tenung, saat  melihat penampakan itu, sadar bahwa 

pelanggannya yaitu  Saul, sebab arwah itu, ada kemung-

kinan, memberi tahu dia tentang hal itu (ay. 12): “Mengapa 

engkau menipu aku dengan menyamar. Sebab engkau sendiri-

lah Saul, orang yang paling aku takuti melebihi siapa saja?” 

Dengan demikian ia membuat Saul mengerti akan kekuatan 

ilmunya, bahwa ia dapat menyingkapkan penyamaran Saul. 

Sekalipun begitu ia takut jangan-jangan, sesudah ini, setidak-

tidaknya, Saul akan mengambil keuntungan melawannya atas 

apa yang sedang ia lakukan sekarang. Seandainya ahli tenung 

itu percaya bahwa memang benar Samuel yang ia lihat, maka 

lebih beralasan baginya untuk takut kepada Samuel, yang ada-

lah seorang nabi yang baik, daripada kepada Saul, yang yaitu  

raja yang fasik. namun  amarah raja-raja duniawi lebih ditakuti 

oleh sebagian besar orang daripada murka Raja segala raja.  

5. Saul, yang dapat kita duga, disuruh menunggu agak jauh di 

ruang sebelah, meminta ahli tenung itu untuk tidak takut ke-

padanya, namun  melanjutkan pekerjaan itu, dan bertanya 

apakah yang ia lihat? (ay. 13). Oh, kata wanita   itu, aku 

melihat sesuatu yang ilahi (yaitu roh) muncul dari dalam bumi. 

Mereka menyebut para malaikat dengan para allah, sebab 

malaikat yaitu  makhluk rohani. Kasihan sekali allah-allah 

yang muncul dari dalam bumi! namun  ahli tenung itu berbicara 

dalam bahasa orang kafir, yang memiliki dewa-dewa dari nera-

ka dan memujanya. Seandainya Saul menganggap penting 

bahwa, untuk berbicara dengan Samuel, tubuh Samuel harus 

dipanggil dari dalam kubur, maka ia pasti akan membawa ahli 

tenung itu ke Rama, di mana makamnya berada. namun  yang 

sepenuhnya dituju yaitu  jiwa Samuel, yang sekalipun begitu, 

jika menjadi terlihat, diharapkan muncul dalam rupa tubuh 

seperti biasa. Dan Allah mengizinkan Iblis, untuk memenuhi 

rancangan itu, mengambil rupa Samuel, supaya orang-orang 

yang tidak mau menerima dan mengasihi kebenaran dapat di-

Kitab 1 Samuel 28:7-14 

 509 

serahkan kepada kesesatan, yang memicu  mereka per-

caya akan dusta. Bahwa itu pasti bukan roh Samuel sendiri 

dapat mereka ketahui dengan mudah saat  roh itu muncul 

dari dalam bumi, sebab roh manusia, apalagi manusia yang 

baik, naik ke atas (Pkh. 3:21). Akan namun , jika orang-orang 

mau ditipu, maka adillah bagi Allah untuk berkata, “Biarlah 

mereka tertipu.” Bahwa Iblis, dengan izin ilahi, mampu berke-

dok sebagai Samuel tidaklah aneh, sebab Iblis dapat menya-

mar sebagai malaikat Terang! Juga tidak aneh bahwa ia diizin-

kan untuk melakukannya pada kesempatan ini, supaya Saul 

dapat terdesak dalam keputusasaan, dengan bertanya kepada 

Iblis, sebab ia tidak mau, dengan cara yang benar, bertanya 

kepada Tuhan, yang melaluinya ia bisa saja mendapat peng-

hiburan. Saul, sesudah diberi tahu tentang munculnya sesua-

tu yang ilahi dari dalam bumi, sangat ingin tahu apa bentuk 

yang ilahi ini, dan dalam rupa apa ia menampakkan diri. Ia 

sama sekali tidak merasa ngeri terhadapnya, sebab hatinya 

secara menyedihkan sudah menjadi tegar sebab  tipu daya 

dosa. Saul sendiri, tampaknya, tidak diizinkan untuk melihat 

rupa apa pun, namun  ia harus percaya saja dengan perkataan 

wanita   itu, bahwa ia melihat seorang tua muncul, berselu-

bungkan jubah, pakaian seorang hakim, yang kadang-kadang 

dipakai Samuel. Menurut sebagian penafsir, oleh sebab  jubah 

itulah, dan keagungan pemandangannya, maka si ahli tenung 

itu menyebut penampakan ini sebagai Elohim, allah atau para 

allah (dalam terjemahan yang lain), sebab demikianlah para 

hakim disebut (Mzm. 82:1).  

6. Saul, sesudah  memahami, melalui gambaran wanita   itu, 

bahwa itu yaitu  Samuel, berlutut dengan mukanya sampai ke 

tanah. Ia berbuat demikian, seperti yang dipahami pada 

umumnya, untuk menghormati Samuel, meskipun ia tidak 

melihat Samuel. Atau mungkin begitu ia mendengar suara 

yang lembut dan bergumam itu, yang sangat ingin didengar-

nya sekarang sebab para pemanggil arwah suka berbisik-bisik 

dan komat-kamit (Yes. 8:19). Dan tampak bahwa Saul sujud 

menyembah, mungkin melalui petunjuk ahli tenung itu, su-

paya ia dapat mendengar apa yang dibisikkan, dan men-

dengarkannya dengan saksama. Sebab suara yang berbunyi 

seperti suara arwah dikatakan muncul dari dalam tanah, dan 


 510

kedengaran seperti bisikan dari dalam debu (Yes. 29:4). Saul 

rela sujud untuk mendengar suara itu, padahal selama ini ia 

tidak mau sujud untuk mendengar suara Allah. 

Kematian Saul Dinubuatkan 

(28:15-19)  

15 Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: “Mengapa engkau meng-

ganggu aku dengan memanggil aku muncul?” Kata Saul: “Aku sangat dalam 

keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah 

undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan 

nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya eng-

kau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat.” 16 Lalu ber-

bicaralah Samuel: “Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal TUHAN 

telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu? 17 TUHAN telah 

melakukan kepadamu seperti yang difirmankan-Nya dengan perantaraanku, 

yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah mem-

berikannya kepada orang lain, kepada Daud. 18 sebab  engkau tidak men-

dengarkan suara TUHAN dan tidak melaksanakan murka-Nya yang bernyala-

nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu 

pada hari ini. 19 Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan dise-

rahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-

anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan 

diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin.” 

Kita mendapati di sini percakapan antara Saul dan Iblis. Saul datang 

dengan menyamar (ay. 8), namun  Iblis segera mengetahuinya (ay. 12). 

Iblis datang menyamar, dengan menyamar dalam jubah Samuel, 

namun  Saul tidak dapat mengetahuinya. Seperti itulah keadaan tidak 

menguntungkan yang kita gumuli dalam berperang melawan peng-

hulu-penghulu dunia yang gelap ini, bahwa mereka mengetahui kita, 

sementara kita tidak tahu apa-apa tentang tipu muslihat mereka. 

I. Roh jahat, atau penampakan, yang mengambil rupa Samuel, ber-

tanya mengapa ia dipanggil (ay. 15): Mengapa engkau mengganggu 

aku dengan memanggil aku muncul? Bagi kita, ini menyingkapkan 

bahwa roh jahatlah yang menampakkan diri sebagai Samuel. 

Sebab (seperti yang dicermati oleh Uskup Patrick) para ahli te-

nung tidak punya kuasa untuk mengganggu istirahat orang-orang 

benar, dan membawa mereka kembali ke dunia ini sesuka hati 

mereka. Tidak pula Samuel yang asli akan mengakui kekuatan 

dalam ilmu-ilmu sihir seperti itu. namun  Saul merupakan sasaran 

yang tepat bagi rancangan Iblis, untuk membuat Saul memuja-

nya, merasukinya dirinya dengan pemikiran bahwa itu yaitu 

Kitab 1 Samuel 28:15-19 

 511 

kuasa ilahi, dan dengan begitu menancapkannya dalam kepen-

tingan-kepentingan Iblis. 

II. Saul mengajukan keluhannya kepada Samuel palsu ini, yang dipi-

kirnya yaitu  Samuel yang sebenarnya. Dan sungguh suram 

keluhannya itu: “Aku sangat dalam keadaan terjepit, dan tidak 

tahu harus berbuat apa, sebab orang Filistin berperang melawan 

aku. Namun aku akan baik-baik saja dalam menghadapi mereka 

kalau saja aku mendapat tanda-tanda hadirat Allah bersamaku. 

namun  sayang! Allah telah undur dari padaku.” Ia tidak mengeluh-

kan undurnya Allah sampai ia tertimpa masalah, sampai orang 

Filistin berperang melawan dia. Baru pada saat itulah ia mulai 

meratapi kepergian Allah. Orang yang dalam kemakmurannya 

tidak bertanya kepada Allah, dalam kesusahannya menganggap 

berat bahwa Allah tidak menjawabnya dan tidak memperhatikan 

pertanyaan-pertanyaannya baik melalui mimpi-mimpi ataupun 

para nabi. Mereka merasa berat, bahwa Allah sendiri tidak mem-

berikan jawaban secara langsung, tidak pula mengirimkan jawab-

an melalui salah seorang utusan-Nya. Saul tidak, seperti orang 

yang bertobat, mengakui kebenaran Allah dalam hal ini. namun , 

seperti orang yang marah, ia melabrak Allah telah bertindak jahat 

dan kabur meninggalkan-Nya: Sebab itu aku memanggil engkau. 

Seolah-olah Samuel, seorang hamba Allah, akan berkenan ber-

buat baik kepada orang-orang yang dimurkai Allah. Atau seolah-

olah nabi yang mati dapat berbuat sesuatu untuknya lebih dari-

pada nabi-nabi yang hidup. Orang akan berpikir, dari sini, bahwa 

Saul sebenarnya ingin bertemu dengan Iblis, dan tidak mengha-

rapkan yang lain, meskipun bersembunyi di balik nama Samuel, 

sebab ia menginginkan nasihat yang lain selain dari Allah. sebab  

itulah ia pada dasarnya menginginkan nasihat dari Iblis, yang 

bersaing dengan Allah. “Allah menolak aku, itulah sebabnya aku 

datang kepadamu. Flectere si nequeo superos, Acheronta movebo” – 

Jika aku gagal dengan sorga, maka aku akan menggerakkan 

neraka. 

III. Penghiburan yang dingin, itulah yang diberikan oleh roh jahat 

dalam jubah Samuel ini kepada Saul. Dan itu jelas-jelas dimak-

sudkan untuk membuatnya terdesak ke dalam keputusasaan dan 

keinginan untuk bunuh diri. Seandainya itu benar-benar Samuel 


 512

yang asli, maka saat  Saul ingin diberi tahu apa yang harus ia 

lakukan, Samuel akan menyuruhnya untuk bertobat dan ber-

damai dengan Allah, dan mengembalikan Daud dari pembuang-

annya. Sesudah itu Samuel akan memberi tahu Saul bahwa de-

ngan cara ini ia bisa berharap akan mendapat belas kasihan dari 

Allah. Akan namun , bukannya demikian, roh jahat itu menggam-

barkan perkara Saul sebagai tak dapat ditolong dan tak ada 

harapan. Roh itu melayani Saul sama seperti ia melayani Yudas, 

yang baginya ia pertama-tama menjadi penggoda, dan kemudian 

penyiksa, dengan membujuk Yudas untuk pertama-tama menjual 

tuannya, dan kemudian menggantung diri.  

1. Roh jahat itu mencela Saul atas kesusahannya pada saat ini 

(ay. 16), memberi tahu dia, bukan hanya bahwa Allah telah 

meninggalkannya, melainkan juga bahwa Ia telah menjadi 

musuhnya. Dan sebab  itu Saul tidak dapat mengharapkan 

jawaban yang menghibur dari-Nya: “Mengapa engkau bertanya 

kepadaku? Bagaimana aku bisa menjadi temanmu saat  

Allah yaitu  musuhmu, atau penasihatmu saat  Allah telah 

meninggalkanmu?”  

2. Roh jahat itu mencela Saul dengan kenyataan bahwa Daud 

telah diurapi menjadi raja (ay. 17). Tidak ada lagi yang ter-

dengar menyakitkan di telinga Saul daripada celaan ini. Tidak 

ada yang dikatakan untuk mendamaikan Saul dengan Daud, 

namun  semua yang dikatakan lebih cenderung untuk membuat 

Saul geram terhadap Daud dan memperlebar jurang yang ada. 

Namun demikian, untuk membuat Saul percaya bahwa ia 

yaitu  Samuel, penampakan itu menegaskan bahwa Allah-lah 

yang berbicara melaluinya. Iblis tahu bagaimana berbicara 

dengan nada agama, dan dapat mengajar rasul-rasul palsu, 

yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus dan meniru bahasa 

mereka. Orang-orang yang menggunakan mantera-mantera 

dan jampi-jampi, dan berseru untuk membelanya, bahwa ha-

nya yang baik saja yang mereka temukan dalam mantera dan 

jampi, kiranya mengingat perkataan-perkataan baik apa yang 

diucapkan Iblis di sini, namun  semuanya penuh dengan ran-

cangan jahat.  

3. Roh jahat itu mencela Saul atas ketidakpatuhannya terhadap 

perintah Allah dengan tidak menghancurkan orang Amalek 

(ay. 18). Iblis telah membantu Saul untuk memperlunak dan 

Kitab 1 Samuel 28:15-19 

 513 

memaklumi dosa itu saat  Samuel menegurnya atas dosa itu 

dan menyuruh dia bertobat. namun  sekarang Iblis memperpa-

rah dosa itu, untuk membuatnya putus asa akan belas kasih-

an Allah. Lihatlah apa yang didapat oleh orang-orang yang 

menuruti godaan-godaan Iblis. Iblis sendiri akan menjadi 

pendakwa mereka, dan menghina mereka. Lihatlah mirip siapa 

orang-orang yang membujuk orang lain untuk berbuat jahat, 

mereka akan mencela orang-orang yang mereka sesati itu 

sebab  telah menuruti mereka.  

4. Roh jahat itu meramalkan kehancuran Saul yang semakin 

dekat (ay. 19).  

(1) Bahwa tentaranya akan dikalahkan habis-habisan oleh 

orang Filistin. Ini disebutkan sebanyak dua kali: Orang 

Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang 

Filistin. Hal ini bisa diramalkan oleh roh jahat itu, dengan 

menimbang kekuatan dan jumlah yang unggul dari orang 

Filistin, kelemahan tentara-tentara Israel, kengerian Saul, 

dan terutama kepergian Allah dari mereka. Namun demi-

kian, dengan berkedok sebagai nabi, ia sekali lagi dengan 

sungguh-sungguh menjadikan Allah sebagai sumber ra-

malannya itu: Tuhan akan melakukannya.  

(2) Bahwa Saul dan anak-anaknya akan terbunuh dalam per-

tempuran: Besok, yaitu, dalam sedikit waktu lagi (dan, jika 

pada waktu itu sudah lewat tengah malam, saya melihat 

bahwa itu dapat dipahami secara ketat sebagai hari beri-

kutnya sesudah  hari yang sudah mulai sekarang), engkau 

serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku, 

yaitu, mati, terpisah dari tubuh. Seandainya ini Samuel 

yang asli, ia tidak akan bisa menubuatkan peristiwa itu 

kecuali Allah telah menyingkapkannya kepadanya. Meski-

pun itu yaitu  roh jahat, Allah bisa saja menubuatkan hal 

itu melalui dia. Seperti kita membaca tentang roh jahat 

yang meramalkan kejatuhan Ahab di Ramot-Gilead dan 

ikut berperan di dalamnya (1Raj. 22:20, dst.), yang mung-

kin begitu juga dengan roh jahat ini, atas izin ilahi, dalam 

kehancuran Saul ini. Roh jahat itu menyanjung Ahab, se-

mentara roh jahat ini menakut-nakuti Saul, dan kedua-

duanya dilakukan supaya mereka jatuh. Begitu menyedih-

kan orang-orang yang berada di bawah kuasa Iblis. Sebab, 


 514

apakah ia mengamuk dan tertawa, sehingga tak ada kete-

nangan (Ams. 29:9). 

Keputusasaan Saul 

(28:20-25)  

20 Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia sangat 

ketakutan oleh sebab  perkataan Samuel itu. Juga tidak ada lagi kekuatan-

nya, sebab  sehari semalam itu ia tidak makan apa-apa. 21 wanita   itu 

mendekati Saul lalu melihat, bahwa Saul sangat terkejut. Kemudian berkata-

lah wanita   itu kepadanya: “Lihat, budakmu ini telah mendengarkan per-

mintaanmu; aku telah mempertaruhkan nyawaku dan mendengarkan per-

kataan yang kaukatakan kepadaku. 22 Oleh sebab itu, kiranya engkau pun 

mendengarkan permintaan budakmu ini. Izinkanlah aku menyajikan kepada-

mu sepotong roti; makanlah, supaya ada kekuatanmu, jika  engkau ber-

jalan pula.” 23 namun  Saul menolak dan berkata: “Aku tidak mau makan.” 

namun  saat  para pegawainya serta wanita   itu juga mendesak, maka 

didengarkannyalah permintaan mereka, lalu bangkitlah ia dari tanah dan 

duduk di balai-balai. 24 wanita   itu mempunyai seekor anak lembu tam-

bun di rumahnya maka segeralah ia menyembelih itu. Ia mengambil tepung, 

diremasnya dan dibakarnya menjadi roti yang tidak beragi. 25 Dihidangkan-

nyalah semuanya itu ke depan Saul dan ke depan para pegawainya, lalu 

mereka makan. Kemudian bangkitlah mereka dan pergi pada malam itu juga. 

Kita di sini diberi tahu bagaimana Saul menerima pesan yang menge-

rikan ini dari roh yang dia mintai petunjuk. Ia ingin diberi tahu apa 

yang harus ia perbuat (ay. 15), namun  hanya diberi tahu apa yang 

belum ia lakukan dan apa yang akan dilakukan terhadapnya. Orang-

orang yang mengharapkan suatu nasihat atau penghiburan yang 

baik selain dari Allah, dan di jalan ketetapan-ketetapan-Nya, akan 

dikecewakan secara menyedihkan seperti Saul di sini. Amatilah, 

I. Bagaimana Saul tenggelam di bawah beban itu (ay. 20). Ia me-

mang sedang tidak sehat untuk menanggungnya, sebab ia tidak 

makan apa-apa sehari sebelumnya, ataupun pada malam itu. Ia 

datang dengan berpuasa dari perkemahan, dan terus berpuasa. 

Itu bukan sebab  kekurangan makanan, melainkan sebab  

kurang nafsu makan. Ketakutan yang dirasakannya terhadap 

kekuatan orang Filistin (ay. 5) menghilangkan nafsu makannya. 

Atau mungkin pergumulannya dengan hati nuraninya sendiri, 

sesudah  ia menuruti kemauannya untuk mencari petunjuk dari 

ahli tenung, membuatnya muak bahkan dengan makanan yang 

dibutuhkan tubuhnya, sekalipun begitu lezat. Hal ini menjadikan-

nya mangsa yang empuk bagi kengerian yang baru ini, yang seka-

Kitab 1 Samuel 28:20-25 

 515 

rang menyergapnya seperti orang yang bersenjata. Rebahlah Saul 

memanjang ke tanah, seolah-olah para pemanah Filistin sudah 

memanahnya, juga tidak ada lagi kekuatannya untuk bertahan 

melawan kabar-kabar yang berat ini. Sekarang cukup sudah ia 

meminta petunjuk dari para ahli tenung, dan mendapati mereka 

sebagai penghibur yang menyedihkan. saat  Allah dalam firman-

Nya menyampaikan kengerian kepada orang-orang berdosa, Ia 

membukakan kepada mereka, pada saat yang sama, pintu harap-

an jika mereka bertobat. namun  orang-orang yang datang ke pintu-

pintu gerbang neraka untuk meminta pertolongan harus menanti-

kan kegelapan di sana tanpa secercah cahaya sedikit pun. 

II. Betapa dengan sulit Saul dibujuk untuk menenangkan diri supaya 

bisa pulang kembali ke tempat tinggalnya di perkemahan. Ahli 

tenung itu, tampaknya, telah meninggalkan Saul sendirian dengan 

roh jahat itu, untuk berbicara sendiri dengannya. namun  mungkin 

sebab  mendengar Saul jatuh dan mengerang, dan melihatnya 

sangat menderita, si ahli tenung itu mendatanginya (ay. 21). Dan 

ia sangat mendesak Saul untuk makan secukupnya, supaya Saul 

bisa pergi dari rumahnya, sebab  takut jika Saul sampai sakit, 

terutama jika ia sampai mati di sana, ia akan dihukum sebab nya 

sebagai pengkhianat, meskipun ia telah lolos dari hukuman seba-

gai ahli tenung. Mungkin inilah yang membuatnya sangat ingin 

menolong Saul, dan bukan sebab  ingin berbuat baik. Betapa 

Saul telah menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam keadaan yang 

mengenaskan, akibat mencari penghibur yang celaka seperti itu!  

1. Si ahli tenung itu terus mendesak-desak Saul untuk makan 

secukupnya. Ia memohon-mohon (ay. 21), bahwa ia telah me-

matuhi perintah Saul hingga membahayakan nyawanya, jadi 

masakan Saul sekarang tidak mau mendengarkan permohon-

annya untuk menyelamatkan nyawanya? (ay. 22). Ia mempu-

nyai seekor anak lembu gemuk saat itu dan kata yang dipakai 

memiliki arti seekor anak lembu yang digunakan untuk mengi-

rik gandum, dan sebab  itu sangat sayang jika harus dibunuh. 

Anak lembu ini dipersiapkannya untuk menjamu Saul (ay. 24). 

Yosefus (sejarawan Yahudi abad 1 – pen.) tidak segan-segan 

memuji kemurahan hati yang luar biasa dari wanita   ini, 

dan menyarankan apa yang diperbuatnya sebagai teladan belas 

kasihan dan kerelaan diri untuk menolong orang yang men-


 516

derita, padahal tidak ada harapan baginya untuk mendapat 

imbalan.  

2. Saul sama sekali tidak mau makan: Saul menolak dan berkata: 

“Aku tidak mau makan,” (ay. 23). Ia lebih memilih mati tanpa 

diketahui orang sebab  kelaparan daripada mati secara 

terhormat oleh pedang. Seandainya ia hanya bergantung pada 

kemampuan jasmani, maka makanan bisa saja menolongnya. 

namun  sayang! Perkaranya ada di luar jangkauan pertolongan-

pertolongan jasmani seperti itu. Apa gunanya makanan yang 

lezat untuk hati nurani yang terluka? Orang yang menyanyi-

kan nyanyian untuk hati yang sedih yaitu  seperti cuka pada 

luka, sangat tidak cocok dan tidak bisa masuk ke hati. 

3. wanita   itu pada akhirnya, dengan bantuan para pegawai 

Saul, berhasil membujuk Saul, melawan kecenderungan dan 

ketetapan hatinya, untuk makan secukupnya. Bukan dengan 

paksaan, melainkan dengan nasihat yang ramah, mereka men-

desaknya (ay. 23). Desakan yang masuk akal dan sopan 

seperti itulah, dan bukan desakan dengan cara lain, yang 

harus kita pahami dalam perumpamaan ini: paksalah orang-

orang, yang ada di situ, masuk (Luk. 14:23). Alangkah kokoh-

nya kata-kata yang jujur, saat  manusia didesak olehnya 

untuk melakukan apa yang menjadi kepentingan mereka 

sendiri! (Ayb. 6:25). Saul sedikit disegarkan kembali oleh 

jamuan ini, sehingga ia dan para pegawainya, sesudah  selesai 

makan, bangkit dan pergi sebelum hari mulai terang (ay. 25). 

Dengan begitu, mereka dapat bergegas melakukan pekerjaan 

mereka dan tidak terlihat keluar dari rumah yang penuh aib 

seperti itu. Yosefus di sini sangat mengagumi keberanian dan 

kebesaran hati Saul, bahwa, meskipun yakin akan kehilangan 

nyawa maupun kehormatannya, namun ia tidak mau mening-

galkan tentaranya, namun  bertekad untuk kembali ke perke-

mahan dan bersiap-siap untuk bertempur. Saya lebih terhe-

ran-heran dengan kekerasan hatinya, bahwa ia tidak juga 

kembali kepada Allah melalui pertobatan dan doa, dengan 

harapan paling tidak akan mendapat penangguhan hukuman. 

Sebaliknya, dengan putus asa ia terus berlari maju menyam-

but kehancurannya sendiri. Mungkin kegeraman dan iri hati 

sungguh-sungguh sudah merasukinya dalam-dalam sekarang 

ini, sehingga ia lebih untuk menerima saja nasibnya yang 

Kitab 1 Samuel 28:20-25 

 517 

berat ini, sesudah  diberi tahu bahwa anak-anaknya, termasuk 

Yonatan sendiri, yang ia benci sebab  kasih sayangnya kepada 

Daud, harus mati bersamanya. Jika ia harus jatuh, ia tidak 

ambil peduli bahwa kehancuran keluarga dan kerajaannya akan 

menyertai kejatuhannya pula. Ia malah mungkin berharap yang 

lebih buruk lagi terjadi bagi penerusnya. Emou thanontos gaia 

michthetō puri – Aku tidak peduli jika dunia harus terbakar saat  

aku mati. Saul tidak memohon, seperti Daud, “Biarlah tangan-

Mu melawan aku, namun  jangan melawan umat-Mu.” 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  29  

ita sudah membaca dalam pasal sebelumnya bagaimana Saul, 

yang ditinggalkan oleh Allah, saat  dalam kesesakan, makin 

hari makin dikacaukan dan dipermalukan dalam rancangan-rancang-

annya. Dalam pasal ini kita mendapati bagaimana Daud, yang tetap 

dekat dengan Allah, saat  dalam kesesakan, dilepaskan dan dibe-

baskan oleh penyelenggaraan Allah, tanpa suatu rancangannya sen-

diri. Kita mendapati Daud,  

I. Bergerak maju bersama orang Filistin (ay. 1-2).  

II. Ditentang oleh raja-raja kota orang Filistin (ay. 3-5).  

III. Dengan senang hati diberhentikan oleh Akhis dari tugas yang 

begitu tidak patut dikerjakannya, namun juga yang ia tidak 

tahu bagaimana menolaknya (ay. 6-11). 

Daud Bersama Orang Filistin 

(29:1-5)  

1 Orang Filistin mengumpulkan segala tentara mereka ke Afek, sedang orang 

Israel berkemah dekat mata air yang di Yizreel. 2 Maka saat  raja-raja kota 

orang Filistin berjalan lewat dalam pasukan-pasukan seratus dan seribu, dan 

saat  juga Daud beserta orang-orangnya berjalan lewat di belakangnya ber-

sama-sama dengan Akhis, 3 berkatalah para panglima orang Filistin itu: “Apa 

gunanya orang-orang Ibrani ini?” Jawab Akhis kepada para panglima orang 

Filistin itu: “Bukankah dia itu Daud, hamba Saul, raja Israel, yang sudah 

satu dua tahun bersama-sama dengan aku, tanpa kudapati sesuatu pun ke-

salahan padanya sejak saat ia membelot sampai hari ini?” 4 namun  para pang-

lima orang Filistin itu menjadi marah kepadanya; serta berkata kepadanya: 

“Suruhlah orang itu pulang, supaya ia kembali ke tempat, yang kautunjuk-

kan kepadanya, dan janganlah ia pergi berperang, bersama-sama dengan 

kita, supaya jangan ia menjadi lawan kita dalam peperangan. Sebab dengan 

apakah orang ini dapat menyukakan hati tuannya, kecuali dengan memberi 

kepala-kepala orang-orang ini? 5 Bukankah dia ini Daud yang dinyanyikan 

orang secara berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul mengalah-

kan beribu-ribu musuh, namun  Daud berlaksa-laksa?” 


 520

Dalam perikop ini terdapat,  

I. Kesesakan besar yang melingkupi Daud, yang dapat kita duga ia 

sendiri sadari juga, meskipun kita tidak membaca tentang 

upayanya untuk meminta nasihat dari Allah, ataupun membuat 

suatu rencana untuk keluar dari kesesakan itu. Tentara orang 

Filistin dan tentara orang Israel kedua-duanya sedang berkemah 

dan siap untuk bertempur (ay. 1). Akhis, yang selama itu sangat 

berbaik hati kepada Daud, mengharuskan Daud sendiri untuk 

ikut serta dan membawa pasukan-pasukan yang ia miliki untuk 

melayaninya. Maka Daud pun datang, dan, saat  diadakan 

pemeriksaan terhadap pasukan Filistin, Daud didapati bersama 

Akhis, di tempat yang ditugaskan untuknya di bagian belakang 

(ay. 2). Nah,  

1. Jika, saat  tentara-tentara itu bertempur, Daud sampai un-

dur, dan meninggalkan tugasnya, maka ia akan jatuh ke 

dalam cela yang tak terhapuskan, bukan hanya atas kepenge-

cutan dan pengkhianatan, melainkan juga atas sikap tidak 

tahu berterima kasih kepada Akhis. Akhis yang sudah menjadi 

pelindung dan penolongnya dan menaruh kepercayaan pada 

dirinya, dan yang darinya ia telah menerima tugas yang sangat 

terhormat. Perbuatan curang seperti ini sama sekali tidak 

akan dilakukan Daud.  

2. Jika Daud sampai, seperti yang diharapkan orang Filistin dari-

nya, berperang untuk orang Filistin melawan Israel, maka ia 

akan dituduh sebagai musuh Israel milik Allah dan pengkhianat 

bagi negerinya. Ia akan membuat rakyatnya sendiri membenci-

nya, dan mereka semua tanpa kecuali pastilah akan menen-

tangnya untuk naik takhta. Ia akan dipandang tidak layak 

menyandang nama seorang Israel, apalagi kehormatan dan ke-

percayaan sebagai raja Israel, jika  ia sampai berperang 

melawan mereka di bawah panji bangsa yang tak bersunat. Jika 

Saul sampai terbunuh dalam pertempuran ini, seperti yang 

terbukti demikian, maka kesalahannya akan ditimpakan ke-

pada Daud, seolah-olah Daud telah membunuhnya. Demikian-

lah, di kedua pihak ini tampak ada dosa dan aib yang akan 

menimpanya. Inilah kesesakan yang sedang melingkupi Daud. 

Besarlah kesesakan itu bagi seorang yang benar, sebab  ia 

lebih melihat dosa yang menghadang di depannya daripada 

Kitab 1 Samuel 29:1-5 

 521 

melihat masalah. Ke dalam kesesakan ini ia membawa dirinya 

sendiri oleh sebab  kegegabahannya, dengan meninggalkan 

tanah Yehuda dan hidup di antara orang-orang yang tak ber-

sunat. Sungguh mengherankan jika orang-orang yang bergaul 

dengan orang fasik, dan menjadi akrab dengan mereka, keluar 

dari sana tanpa merasa bersalah atau berduka, atau kedua-

duanya. Tugas yang diusulkan Daud sendiri kepada Achis un-

tuk ia lakukan tidaklah tampak di sini. Mungkin ia bermaksud 

untuk bertindak hanya sebagai pengawal raja, sebuah tugas 

yang ditetapkan untuknya (28:2) dan tidak berbuat apa pun 

untuk menyerang Israel. namun  sangat sulit untuk berada 

begitu dekat dengan tepi jurang dosa dan tidak jatuh ke da-

lamnya. Oleh sebab itu, meskipun Allah bisa saja dengan adil 

meninggalkan Daud dalam kesulitan ini, untuk menghajarnya 

sebab  kebodohannya, namun, sebab  hatinya lurus di hadap-

an-Nya, maka Allah tidak akan membiarkan dia dicobai melam-

paui kekuatannya, namun  pada waktu dicobai, Ia akan memberi-

kan kepadanya jalan ke luar (1Kor. 10:13). 

II.  Sebuah pintu terbuka untuk membebaskan Daud dari kesesakan 

ini. Allah mencondongkan hati para panglima orang Filistin untuk 

menentang rencana Akhis untuk memakai Daud dalam pertem-

puran itu. Mereka bersikeras supaya Daud diberhentikan. Demi-

kianlah, permusuhan mereka menjadi teman baginya, saat  tidak 

ada satupun temannya yang mampu melakukan kebaikan seperti 

itu kepadanya.  

1. Tepatlah pertanyaan yang mereka ajukan, sesudah  mereka 

menghimpun pasukan-pasukan, “Apa gunanya orang-orang 

Ibrani ini? (ay. 3). Bagaimana mungkin mereka dapat diper-

caya, atau jasa apa yang dapat kita harapkan dari mereka?” 

Orang Ibrani ada luar daerahnya, dan, sekalipun ia mempu-

nyai roh seorang Ibrani, tentu tidak akan ada semangat pada 

dirinya, saat  ia berada di perkemahan orang Filistin, dan 

pantas dibuat tidak tenang di sana. Daud dulu benci kepada 

perkumpulan orang yang berbuat jahat, namun sekarang ia 

berada di antara mereka (Mzm. 26:5). yaitu  kesaksian yang 

terhormat yang diberikan Akhis, pada kesempatan ini, kepada 

Daud. Akhis memandang Daud sebagai seorang pengungsi, 

yang melarikan diri dari kejaran yang penuh ketidakadilan di 


 522

negerinya sendiri, dan telah menempatkan diri di bawah per-

lindungannya. Oleh sebab  itu Akhis wajib, demi keadilan, 

untuk menjaga Daud, dan berpikir bahwa bijaklah baginya un-

tuk memakai jasa Daud. Kata Akhis, “Sebab Daud sudah satu 

atau dua tahun ini bersama-sama dengan aku,” yaitu, waktu 

yang cukup lama, berhari-hari di istananya dan satu atau dua 

tahun di negerinya. Akhis tidak pernah menemukan kesalahan 

apa pun dalam diri Daud, tidak pula melihat alasan apa pun 

untuk meragukan kesetiaannya, atau memikirkan hal lain 

selain bahwa Daud datang kepadanya dengan sepenuh hati. 

Dengan ini tampak bahwa Daud telah berperilaku dengan sa-

ngat hati-hati, dan dengan bijak telah menyembunyikan pera-

saan kasih yang tetap disimpannya untuk bangsanya sendiri. 

Kita perlu hidup dengan penuh hikmat terhadap orang-orang 

luar, menahan mulut kita selama orang fasik masih ada di 

depan kita, dan bersikap hati-hati.  

2. Namun para panglima orang Filistin itu tetap bersikukuh, 

bahwa Daud harus dipulangkan. Mereka memberikan alasan-

alasan yang baik untuk tetap menuntutnya.  

(1) Sebab Daud sudah sejak lama menjadi musuh bagi orang 

Filistin. Lihat saja apa yang dinyanyikan untuk menghor-

mati kemenangan-kemenangannya atas mereka: Saul me-

ngalahkan beribu-ribu musuh, namun  Daud berlaksa-laksa 

(ay. 5). “Akan menjadi cela bagi kita untuk melindungi dan 

mempercayai penghancur bangsa kita yang begitu termasy-

hur itu. Kita juga tidak lantas dapat percaya bahwa seka-

rang ia akan bertindak sepenuh hati melawan Saul, semen-

tara dulu ia bertindak dengan begitu bersemangat bersama 

Saul dan untuknya.” Siapa yang mau mendapat pujian dan 

tepuk tangan orang banyak jika ia berbalik melawan sese-

orang dan mendapat cela sebab nya?  

(2) Sebab Daud bisa menjadi seorang musuh yang paling ber-

bahaya bagi mereka, dan mampu berbuat jahat lebih hebat 

terhadap mereka daripada yang dapat dilakukan seluruh 

tentara Saul (ay. 4): “Daud bisa saja menjadi lawan kita 

dalam peperangan, dan mengejutkan kita dengan serangan 

dari belakang, sementara tentara Saul menyerang kita dari 

depan. Dan beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa Daud 

akan berbuat demikian, sebab  dengan mengkhianati kita,

Kitab 1 Samuel 29:6-11 

 523 

 ia dapat berdamai dengan tuannya. Siapa yang dapat mem-

percayai seseorang yang, selain perasaan kasihnya kepada 

negerinya, juga merasa berkewajiban untuk berlaku curang 

kepada kita?” Sungguh berbahaya menaruh keyakinan pada 

musuh yang berdamai dengan tuannya. 

Daud Meninggalkan Orang Filistin 

(29:6-11)  

6 Lalu Akhis memanggil Daud, dan berkata kepadanya: “Demi TUHAN yang 

hidup, engkau ini orang jujur dan aku memandang baik, jika engkau keluar 

masuk bersama-sama dengan aku dalam tentara, sebab aku tidak mendapati 

sesuatu kejahatan padamu, sejak saat engkau datang kepadaku sampai hari 

ini; namun  engkau ini tidak disukai oleh raja-raja kota. 7 Sebab itu, pulanglah, 

pergilah dengan selamat dan jangan lakukan apa yang jahat di mata raja-raja 

kota orang Filistin itu.” 8 namun  Daud berkata kepada Akhis: “Apa yang telah 

kuperbuat? Dan kesalahan apa yang kaudapati pada hambamu ini, sejak 

saat aku menjadi hamba kepadamu, sampai hari ini, sehingga aku tidak 

boleh ikut pergi berperang melawan musuh tuanku raja?” 9 Lalu Akhis men-

jawab Daud: “Aku tahu, engkau ini memang kusukai seperti utusan Allah. 

Hanya, para panglima orang Filistin telah berkata: Ia tidak boleh pergi ber-

perang bersama-sama dengan kita. 10 Jadi, bangunlah pagi-pagi beserta 

orang-orang tuanmu ini yang datang bersama-sama dengan engkau; bangun-

lah kamu pagi-pagi, segera sesudah hari cukup terang bagimu, dan pergilah.” 

11 Lalu bangunlah Daud dan orang-orangnya pagi-pagi untuk berjalan pulang 

ke negeri orang Filistin, sedang orang Filistin itu bergerak maju ke Yizreel. 

Jika alasan-alasan yang dimiliki Akhis untuk mempercayai Daud 

lebih kuat daripada alasan-alasan yang diajukan oleh para panglima 

orang Filistin untuk tidak mempercayainya sebab saya tidak melihat 

bahwa, dalam kebijakan berperang, alasan-alasan Akhis lebih kuat, 

sebab  para panglima orang Filistinlah yang pasti benar. Namun 

Akhis hanyalah satu banding lima, meskipun ia seorang kepala, dan 

satu-satunya yang memiliki gelar raja. Oleh sebab itu, dalam dewan 

perang yang diadakan pada kesempatan ini, ia kalah suara, dan 

harus memberhentikan Daud, meskipun ia teramat suka dengan 

Daud. Raja-raja tidak selalu dapat berbuat seperti yang mereka mau, 

tidak pula selalu dapat memiliki orang-orang yang mereka inginkan 

di sekeliling mereka. 

I. Akhis memberhentikan Daud dengan sangat terhormat, dan pem-

berhentian itu bukan untuk selamanya, melainkan hanya dari 

tugas pada saat ini.  


 524

1. Akhis menunjukkan kesenangan dan kepuasannya yang besar 

terhadap Daud dan dalam bergaul dengannya: Engkau ini 

memang kusukai seperti utusan Allah (ay. 9, KJV: seperti malai-

kat Allah). Orang-orang yang bijak dan baik akan mendapat 

penghormatan ke mana saja mereka pergi, dari semua orang 

yang tahu bagaimana menilai seseorang atau sesuatu dengan 

benar, meskipun berbeda agama. Apa yang dikatakan Akhis 

tentang Daud, dikatakan Allah, melalui sang nabi, tentang 

keluarga Daud (Za. 12:8), bahwa keluarga Daud akan menjadi 

seperti Malaikat TUHAN. namun  yang dikatakan Akhis yaitu  

sebuah pujian dari istana, sementara perkataan nabi itu ada-

lah janji Allah.  

2. Akhis memberikan kesaksian kepada Daud tentang perilaku 

baiknya (ay. 6). Kesaksian itu sangat tegas dan sungguh-sung-

guh sepenuh hati: “Engkau ini orang jujur, aku memandang 

baik seluruh tingkah lakumu, dan aku tidak mendapati sesua-

tu kejahatan padamu.” Saul tidak akan memberikan kesaksian 

seperti itu kepada Daud, meskipun Daud jauh lebih berjasa 

kepadanya daripada kepada Akhis. Umat Allah harus selalu 

berperilaku baik dan tidak menyinggung siapa pun, sehingga 

kalau mungkin, semua orang yang berurusan dengan mereka 

mengatakan hal-hal yang baik tentang mereka. Dan kepada 

orang-orang yang sudah menjalankan tugas dengan baik, kita 

berutang untuk memberi mereka pujian atas pekerjaan mere-

ka itu.  

3. Akhis menimpakan semua kesalahan dari pemberhentian 

Daud ke atas para panglima orang Filistin, yang sama sekali 

tidak mau mengizinkan Daud untuk terus berada di perke-

mahan. “Raja mengasihi engkau sepenuhnya, dan mau mem-

pertaruhkan nyawanya di tanganmu. namun  engkau ini tidak 

disukai oleh raja-raja kota, dan kita harus patuh kepada mere-

ka dan tidak boleh menentang mereka. sebab  itu pulanglah, 

pergilah dengan selamat.” Akhis lebih baik berpisah dengan 

orang kesayangannya daripada menimbulkan kebencian di 

antara para panglimanya dan pemberontakan dalam tentara-

nya. Akhis menyiratkan sebuah alasan mengapa mereka me-

rasa tidak nyaman dengan Daud. Itu bukan sebab  Daud sen-

diri, melainkan terlebih sebab  para prajurit Daud yang me-

nyertainya, yang disebutnya sebagai orang-orang tuannya, 

Kitab 1 Samuel 29:6-11 

 525 

yaitu Saul (ay. 10). Mereka bisa mempercayai Daud, namun  

tidak bisa mempercayai orang-orangnya itu.  

4. Akhis menyuruh Daud untuk pergi pagi-pagi, segera sesudah  

hari mulai terang (ay. 10), untuk mencegah kemarahan orang 

Fi