Tampilkan postingan dengan label hubungan yahudi Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hubungan yahudi Islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Desember 2025

hubungan yahudi Islam

 



SEJARAH HUBUNGAN YAHUDI DAN ISLAM 


Agama dalam kaitannya dengan warga , mempunyai dua kekuatan 

luar biasa. Bisa menjadi kekuatan pemersatu (centrifetal) dan bisa menjadi 

kekuatan pemecah belah (centrifugal). Atas dasar ini, tidak heran jika muncul 

kelompok optimis dan kelompok pesimis terhadap agama. Kelompok 

optimis berpendapat manusia tidak mungkin dipisahkan dari agama, karena 

manusia itu sendiri sebagai zoon religion. Agama juga telah membuktikan 

peranannya di dalam mengangkat martabat kemanusiaan. Akan tetapi 

kelompok pesimis melihat agama sebagai pendorong untuk menganiaya 

sesama umat manusia.1

Meskipun inti ajaran agama bersifat universal, dan biasanya bersumber 

dari sebuah kitab suci, tetapi pertama kali selalu ditujukan kepada suatu 

warga  lokal yang lebih bersifat homogen. Agama kemudian lambat 

laun mempengaruhi pandangan warga  setempat, tetapi juga di dalam 

warga  lain yang menerima ajaran agama itu. Kawasan Timur Tengah, 

atau bila dibaca dalam ungkapan yang lebih tepat, kawasan Asia Barat dan 

Afrika Utara adalah sebuah kawasan yang sangat strategis, tidak saja dilihat 

dari sudut pandang geopolitik tapi juga dari sudut pandang agama dan 

peradaban. Timur Tengah tulis G.M. Wiekens sudah sejak masa lampau yang 

sangat jauh merupakan sumber pokok dari semua peradaban, dan kepadanya 

kita berhutang budi bagi penemuan-penemuan fundamental yang demikian 

itu.2 Sebutan Timur Tengah rupanya diciptakan oleh sejarawan Angkatan 

Laut Amerika Serikat A.T. Mahan sekitar 1900 sebagai bagian dari analisis 

strategisnya tentang kawasan itu dan kawasan Asia Timur.3 Tiga agama 

monoteistik yang berasal dari “kantor spiritual”, nabi Ibrahim juga bermula 

di kawasan tempat bertemunya tiga benua besar ini.

Sebagai kawasan tempat bersumbernya peradaban besar dunia, Asia 

Barat dan Afrika Utara telah memainkan peran yang amat penting dalam 

mencoraki peta bumi batiniah umat manusia dalam kurun-kurun yang 

panjang. Kita mengenal misalnya kebudayaan dan peradaban Mesir Kuno 

di lembah sungai Nil, Babilonia dan Assiria di Mesopotania yang dialiri 

sungat Tigris dan Furat. Sistem-sistem sungai inilah yang memberikan nafas 

hidup kepada peradaban-peradaban besar jauh sebelum kedatangan Islam. 

Sepanjang pengetahuan kita, kawasan ini pulalah yang dahulunya telah 

melahirkan para nabi dan rasul yang boleh jadi menyebabkan “rasa isi” 

kawasan lain di dunia. Kita tidak dapat menyaksikan kebijaksanaan Tuhan, 

mengapa agama-agama besar monoteistik (Yahudi, Nashrani dan Islam) 

sebagai pelanjut misi Ibrahim semuanya bermula di kawasan ini, sementara 

agama Hindu dan Budha berasal dari India, yang oleh sebagian orang juga 

dimasukkan dalam kawasan Timur Tengah. Keterangan tentatif yang dapat 

diberikan adalah karena kawasan ini terletak di pusat dunia, maka adalah 

bijak bila Tuhan menurunkan wahyu-Nya kepada para nabi dan rasul tidak 

di belahan bumi lain.

Di antara agama-agama monoteistik di atas, hanya agama Nashrani 

dan Islam yang beroleh pengikut banyak. Agama Yahudi (Yudaisme) dalam 

perkembangan sejarahnya lebih bersifat etnocentris, hingga hampir-hampir 

tidak dianut oleh bangsa lain kecuali bangsa Yahudi. Untuk fenomena ini, al-

Farūqi memakai istilah etnocentrie particularism.4 Watak inilah menyebabkan 

orang Yahudi menjadi ekslusif, mengklaim diri sebagai manusia pilihan.5 

Monoteisme ajaran nabi Musa yang asli menjadi terpasung dalam sangkar 

etnocentrisme itu. Monoteisme simpul al-Farūqi, tidaklah mungkin tanpa 

missi universal, tanpa mengaitkan diri dengan penganut-penganut agama 

lain.

Pembicaraan tentang sejarah agama Yahudi berarti pula membicarakan 

sejarah Banī Isrāil. Keduanya sulit dipisahkan, karena Yahūdi sebagai 

agama, hanya didukung sepenuhnya Bani Israil itu. Akan tetapi, kalau 

pembicaraan tentang sejarah agama Yahūdi itu hanya terbatas kepada 

agama yang diturunkan kepada Nabi Musa as dan yang diajarkan terhadap 

kaumnya, maka sejarahnya dapat dipisahkan, sehingga permulaan atau 

awal agama Yahudi dimulai sejak zaman Nabi Musa as saja. Selanjutnya, 

pembicaraan tentang agama Yāhudi bila dihubungkan dengan sejarah Bani 

Israil maupun bila dihubungkan dengan Nabi Musa as, maka sangat erat 

kaitannya dengan agama Islam. Dari aspek inilah, sehingga dapat dipahami 

bahwa pembahasan tentang hubungan Yahudi dan Islam sangat urgen dan 

signifikan untuk ditelusuri lintasan sejarahnya.

Sejarah Singkat Bangsa Yahudi 

Ada tiga istilah yang sering terpakai dalam menamakan umat atau 

bangsa Yahudi, yaitu; Yahūdi,7 Ibrāni8 dan Israel.9 Di samping itu, kata 

ini  juga dapat dikaitkan dengan perkataan nabi Musa as yang pernah 

diucapkannya; Innā Hudhā Ilaika, artinya kami tunduk dan kembali taubat.10 

Di antara istilah atau nama-nama ini , yang paling populer dan paling 

lama adalah “Yahudi” atau “Yudaisme” dalam literatur Barat. Tetapi orang 

7 Istilah Yahudi, berasal dari bahasa Arab yakni hadā yang ditashrif; hadā, 

yahūdu, haudan, yang bersamaan arti dengan kata tāba, yatūbu, taubatan, artinya 

bertaubat atau orang yang bertaubat. Kata Yahudi juga merupakan istilah yang 

dikaitkan dengan nama seseorang putra nabi Ya’qūb as yang berjumlah 12, yaitu 

putra keempat yang bernama Yahuda. 

8 Istilah Ibrahani, berasal dari kata abara yang berarti “menyebarang”. 

Dinamakan Ibrani, karena mereka datang dengan menyebrangi sungai Eurafat di 

bawah pimpinan nabi Ibrahim as. 

9 Istilah dan atau sebutan Israel, dinisbatkan kepada nenek moyang mereka 

yaitu nabi Ya’qūb yang juga bernama iIsrail. Karena itu, mereka dikenal dengan 

iBani Israil, anak turunnya Israil (Ya’qub).

Yahudi sendiri lebih senang menamakan diri mereka dengan “Israel” 

walaupun istilah yang paling lama (tua) ialah “Ibrāni.

Pada mulanya, pemeluk agama Yahudi atau Yudaisme ini, banyak 

menetap di Palestina dan sekitarnya. Palestina adalah sebuah negeri di 

kawasan Timur Tengah yang mengandung arti negeri orang-orang Filistin. 

Dalam al-kitāb (Injil) Palestina yang disebut juga tanah Israel, tanah Tuhan, 

tanah suci dan tanah bangsa Ibrāhim. Negeri ini mempunyai sejarah yang 

panjang bagi agama Yahudi, Kristen dan Islam.11 Di dalamnya terdapat 

kota Yerussalem dengan sebutan Ursalam, Yepus, kota Daud, Yudes, Aclia, 

Capetalina (pada masa ini timbul sebutan Palestina untuk kawasan kota ini 

dan berbagai kota di sekitarnya).12 Palestina disebut juga negeri Kan’an, 

sejak lebih dari 4000 tahun orang-orang Kan’an telah hidup di Palestina, 

mereka telah membangun kota-kota dan istana, tempat-tempat peribadatan 

yang dihiasi dengan berhala-berhala didirikan untuk menyembah alam 

terutama Tuhan Badai yang menciptakan manusia. Rumah-rumah mereka 

dibangun dengan bentuk yang indah dan unik. Negeri ini kemudian menjadi 

tempat turunnya sebagian Nabi Allah yang menyerukan ummat manusia 

untuk meng-Esakan-Nya. Di antara mereka adalah Ibrahim as. Beliau pernah 

berada di Mekkah dan meninggalkan puteranya Ismail yang menjadi bapak 

bagi sejumlah besar suku bangsa Arab.

Sementara itu Ibrahim juga mempunyai putera bernama Ishaq yang 

tinggal di tanah Palestina. Ishaq mempunyai putera bernama Ya’kub yang 

juga disebut dengan Israil. Ya’kub diberkati banyak anak di antaranya Lawe 

(berketurunan Musa, Harun, Ilyas dan Ilyasa), Yehuza (berketurunan Daud, 

Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa), Yusuf dan Benyamin (berketurunan 

Yunus). Ketika negeri Kan’an dilanda kelaparan, Israil membawa anak-

anaknya ke Mesir, yang pada waktu itu Yusuf telah menjadi Penguasa 

Mesir. Dengan demikian terbentuklah Bani Israil di Mesir, dimana pada 

masa Fir’aun mereka tertindas. Maka atas perintah Allah swt, Musa as 

membawa mereka untuk memasuki tanah suci Palestina. Di negeri inilah 

Musa as. Menerima ajaran-ajaran Allah swt untuk dijadikan pedoman bagi 

ummatnya. Ajaran-ajaran ini  termuat dalam kitab Taurat, kemudian 

menjadi pegangan Bani Israil (disebut juga sebagai bangsa Yahudi yang 

berbahasa Ibrāni).

Sekitar abad ke 13 atau abad ke 14 SM, suku-suku Ibrāni dibawa 

pimpinan Yusuf berhasil menguasai beberapa bagian kawasan Palestina. 

Namun demikian menurut DR. Fuad Muhammad Fachruddin, kaum Yahudi 

tidak pernah menduduki Palestina sebagai satu kesatuan Bangsa, kecuali 

di masa nabi Daud dan nabi Ibrahim selama 50 tahun,13 karena pada masa 

itu Yahudi terpecah dalam dua kerajaan yaitu: Israil dan Yahuza. Mulai 

abad ke 7 SM, kerajaan mereka secara berturut-turut mendapat serangan 

dari Persia (Iran), Macedonia, Assyiria, dan Babilonia. Pada tahun 64 SM, 

kerajaan Romawi menguasai Yerussalem, kenudian melebarkan sayapnya 

ke seluruh kawasan Palestina yang ketika itu dikuasai oleh bangsa Yahudi 

Adonia, Etoria dan Arab. Bersamaan dengan hal ini  Kitab Taurat 

mengalami penyelewengan dari aslinya dengan munculnya Kitab Talmud14, 

kitab pedoman umat Yahudi yang baru.

Pada tahun 599 SM, mereka mengadakan pemberontakan terhadap Raja 

Babilonia, yang akhirnya mereka tawan dan harta kekayaan mereka yang 

tersimpan didalam kuil Sulaiman dirampas. Pada tahun 593 SM, mereka 

mengadakan pemberontakan kembali, maka pada tahun 588 SM mereka 

didatangi oleh Raja Babyl, lalu dihancurkan kekuatan Yahudi itu, dibakar 

kuil Sulaiman dan umat Yahudi ditawan dan dibawa ke Babyl. Pada tahun 

536 SM, tawanan itu dibebaskan oleh Raja Persia dan daerah Yahudi itu 

menjadi satu wilayah dari kerajaan Persia. Hingga tahun 332 SM, kemudian 

berpindah ke tangan Iskandar Macedomia yang mengalahkan Persia dan 

menduduki Syiria serta Palestina.

Pada tahun 63 SM Palestina dimasuki oleh tentara Romawi dan pada 

tahun 37 SM diangkatlah Herodus sebagai raja atas kaum Yahudi yang pada 

akhirnya ia menganut agama Yahudi. Pada masa pemerintahan raja Herodus 

ini lahirlah Nabi Isa As, kemudian berpindah kerajaan ketangan Platus (26 

–36 M), dan pada masa ini Nabi Isa disalib (menurut pendapat Kristen).

Kedatangan Isa As, dengan membawa ajaran-ajaran Allah SWT, yang 

terhimpun dalam Kitab Injil segera mendapat tantangan dari umat Yahudi. 

Meskipun demikian, agama Isa yang kemudian dikenal dengan Nasrani atau 

Kristen lambat laun berhasil menanamkan pengaruhnya kepada penduduk 

di kawasan itu. Pada tahun 70 Masehi, Panglima Romawi yang bernama 

Titus menghancurkan Yerussalem beserta kuil Sulaiman. Kaum Yahudi 

dibunuh dan banyak dari mereka yang ditawan. Pada tahun 135 M, bangsa 

Yahudi berontak terhadap kekuasaan Romawi. Maka dikirim seorang wali 

dari Roma bernama Jolious. Wali ini dapat menguasai keadaan dengan 

membunuh 580.000 Yahudi di dalam satu pertempuran sengit. Mulai saat 

itu bangsa Yahudi bertebaran di seluruh pelosok dunia. Untuk melupakan 

mereka akan Yerussalem, maka kota ini  dihancurkan oleh Ardanius 

dan ditempat itu didirikan kota baru yang dinamakan Ilia.    

Sejarah Singkat Perjalanan Umat Islam

Kalau istilah yang sering terpakai dalam menamakan umat atau bangsa 

Yahudi, adalah Yahūdi, Ibrāni dan Israel, maka istilah yang sering terpakai 

dalam menamakan Islam ada beberapa macam. Kadang disebut dīnullāh15 

15 QS. Ali Imrān (3): 19

(agama milik Allah), kadang-kadang disebut dīnulhaq16 (agama yang benar). 

Juga biasa disebut dengan al-dīnul khālish17 (agama yang bersih dan murni 

dari kemusyrikan). Agama Islam, pada mulanya disiarkan di Mekkah, 

kemudian di Madinah, juga di wilayah-wilayah lain, dan secara historis 

factual umat Islam pernah berada di Spanyol selama 7 abad. Sejarah juga 

mencatat bahwa umat Islam pernah pula menggeser dominasi kekuasaan 

Persi maupun Romawi yang kekuatannya saat itu, barangkali juga mirip-

mirip kekuasaan Barat sekarang ini. Kerajaan Turki Usmani pernah pula 

masuk ke pintu gerbang Wina dan dipukul mundur pada tahun 1683 M.18

Dalam perjalanannya yang panjang memasuki jantung Eropa, kerajaan 

Turki Usmani meninggalkan komunitas Muslim baik di Bulgaria, Albania 

maupun mantan Yugoslavia, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan 

Bosnia Hersegovina. Dalam kemelut antar etnik di Bulgaria beberapa tahun 

yang lalu, komunitas Muslim ini lebih suka pindah ke Turki daripada harus 

mengganti nama Muslim mereka menjadi nama Bulgaria. Belum lagi jika 

kita melihat komunitas Muslim di negara bekas Uni Soviet baik di Turkistan, 

Usbekistan, Aserbaijan dan negara-negara Asia Tengah yang lain.19 Mereka 

semua adalah masih serumpun dengan bangsa Turki Muslim sekarang ini. 

Kekaguman kita kepada gerak penyebaran Islam ke seluruh antero dunia 

akan semakin bertambah jika dikupas bagaimana proses penyebaran Islam 

dianak benua India, benua Afrika dan Asia Tenggara khususnya Indonesia.

Cukup beralasan jika dunia Barat saat itu memendam rasa ingin tahu 

mengapa saudara kandungnya yang muda usianya dapat memperoleh 

simpati warga  dunia dalam tempo yang cukup relatif singkat. 

Sebelum wilayah Islam bertambah ke wilayah yang begitu luas, umat Islam 

sebenarnya pernah secara intensif berhubungan dengan Barat, bukan hanya 


dalam artian sekarang, tetapi Barat dalam artian peradaban Yunani. Gerakan 

pen-terjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani dilakukan umat 

Islam secara besar-besaran.20 Saat itu agaknya tidak berlaku jagoan ilmu 

pengetahuan orang kafir, sehingga mereka dapat menekuni bidang keilmuan 

dengan tekun. Berbagai cabang ilmu pengetahuan didapat dan sekaligus 

diadopsi oleh umat Islam, mulai dari logika, filsafat, kimia, kesusasteraan 

dan hukum. Pendeknya kebudayaan Islam pada saat itu sekaligus bertindak 

sebagai perantara antara kebudayaan Yunani Kuno dan peradaban ilmu 

pengetahuan modern. Namun justru fungsi perantara inilah yang hendak 

dilupakan oleh sejarah, lantaran kesalah pahaman orang akan makna 

literatur Yunani ikut memberi andil yang cukup besar dalam pembentukan 

peradaban baru Islam dalam era kerajaan Abbasiah. Tetapi satu hal yang 

jelas bahwa pemekaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan saat itu tidak 

segera diikuti dengan era kolonialisme imperialisme seperti yang dilakukan 

Barat selama 5 abad belakangan ini. Namun itu semua adalah kenangan 

masa lalu yang bersifat romantis. Segera sesudah  Baghdad jatuh ke tangan 

Mongol (1258 M), yakni 5 abad sesudah  umat Islam mewarnai percaturan 

dunia, bangsa-bangsa Barat mulai berbenah diri. Secara serius Barat mulai 

mempelajari ulang khazanah intelektual mereka lewat perantara karya-

karya ilmuwan Muslim.

Menurut catatan sejarawan, pengaruh Ibnu Rusyd (1126-1198 M), dan 

Ibnu Sina’ (980-1037 M) juga para ilmuwan Muslim lainnya sangat besar 

di Barat. Al-Qanun fi al-Thib karya Ibnu Sina’ masih menjadi rujukan bahan 

kajian ilmu kedokteran di Barat sampai abad ke 16.21 Bagi Barat khazanah 

intelektual Islam cukup memberi inspirasi berharga untuk memekarkan 

kebudayaan mereka sendiri. Sementara itu sesudah  jatuhnya Baghdad ada 

3 (tiga) kerajaan Islam yang besar, yaitu kerajaan Turki Usmani, kerajaan 

Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persi. Pada saat yang sama Barat 

menyusun kekuatan baru.

Rupanya, Barat tidak terlalu lama beradaptasi dengan kebudayaan 

yang telah dikembangkan oleh orang Islam. Hanya 250 tahun dari jatuhnya 

Baghdad kerajaan Islam di Spanyol telah diusir dari Cordova. Mulai tahun 

1492 M, kerajaan Islam di Spanyol telah musnah. Pada saat yang sama 

ekspedisi Colombus yang semula mencari kepulauan Maluku menemukan 

benua Amerika. Bahkan rombongan Spanyol juga telah sampai di Filipina 

pada tahun 1511 M, dan Portugal telah sampai pula di Maluku (Ternate-

Tidore). VOC Belanda memasuki Batavia tahun 1602 M, dari sinilah abad 

kolonialisme dan imperialisme itu dimulai.

Hubungan Yahudi dan Islam

Hubungan Yahudi dan Islam menurut catatan sejarah adalah terjadi 

karena kedua agama ini mempunyai latar belakang yang sama, berasal dari 

Tuhan Yang Esa melalui garis panjang kenabian. Umat Yahudi dan umat 

Islam sama-sama percaya kepada Nabi Ibrahim as atau Abraham dalam 

sebutan mereka, yang merupakan jalur asal usul Yahudi, Nasrani dan Islam. 

Orang Yahudi dan Nasrani dia dari Ibrahim dan Sarah melalui Ishaq. Orang 

Islam pun demikian halnya dari Ibrahim dan Hajar melalui Ismail. Untuk 

lebih jelasnya berikut ini digambarkan secara singkat silsilahnya:

11

Ibrahim/Abraham 

 Ismail Ishaq 

 Adnan 

 Ma’ad  Ya’qub 

 Fihir 

 Kilab 

Qusai 12 Suku Israil 

 Abdul Manaf 

 Hasyim Nabi Musa as 

 Abdul Muththalib 

 Abdullah Bani Israil 

 Muhammad, saw. 

Agama Islam  Agama Yahudi 

Latar belakang persinggungan Islam dan Yahudi, sangat nampak dengan 

mencermati garis keturunan di atas, yakni moyang Ibrahim/Abraham dari isterinya 

Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Ismail di waktu kecilnya, dibawa ke 

suatu tempat yang tandus dikemudian hari diketahui sebagai tempat berdirinya 

Ka’bah (Mekkah). Sementara Ishaq, menetap di Kan’an daerah Palestina, yang zonanya 

berjauhan dengan saudaranya Ismail. Dari dua bersaudara ini, terlahir keturunan nabi-

nabi sebagai pewaris dan pembawa fondasi agama monoteisme. Namun perkembangan 

selanjutnya, dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa kaum Yahudi memperlihatkan 

permusuhan yang sangat keras terhadap umat Islam. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-

Māidah (5): 82, 

Latar belakang persinggungan Islam dan Yahudi, sangat nampak dengan 

mencermati garis keturunan di atas, yakni moyang Ibrahim/Abraham dari 

isterinya Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Ismail di waktu 

kecilnya, dibawa ke suatu tempat yang tandus dikemudian hari diketahui 

sebagai tempat berdirinya Ka’bah (Mekkah). Sementara Ishaq, menetap di 

Kan’an daerah Palestina, yang zonanya berjauhan dengan saudaranya Ismail. 

Dari dua bersaudara ini, terlahir keturunan nabi-nabi sebagai pewaris dan 

pembawa fondasi agama monoteisme. Namun perkembangan selanjutnya, 

dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa kaum Yahudi memperlihatkan 

permusuhan yang sangat keras terhadap umat Islam. Hal ini dijelaskan 

dalam QS. Al-Māidah (5): 82,

Artinya: 

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhan-

nya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan 

orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat 

persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang 

yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu 

disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat 

pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak 

menyombongkan diri.

Dari ayat ini  diperoleh pemahaman bahwa orang-orang Yahudi 

dari dahulu sudah memperlihatkan permusuhan yang keras terhadap umat 

Islam, sedang, kaum Nasrani bersikap lebih bersahabat. Hal ini sesuai pula 

firman Allah dalam QS. al-Baqarah (2): 120. Sekaitan dengan ini, M. Quraish 

Shihab ketika mengomentari ayat ini , beliau menyatakan: “Ayat 120 

dari surah al-Baqarah secara tegas menyatakan bahwa selama seseorang 

itu Yahudi (ingat bulan al-lazīna hādū atau ahl al-kitāb), maka pasti ia tidak 

akan relah terhadap umat Islam, hingga umat Islam mengikuti agama/tata 

cara mereka. Dalam arti menyetujui sikap dan tindakan serta arah yang 

mereka tuju.”22

Timbulnya sikap antipati orang-orang Yahudi terhadap umat Islam 

terutama pada masa Rasulullah saw lebih banyak disebabkan oleh faktor 

ekonomi dan politik dibandingkan dengan faktor agama, terbukti bahwa 

pada awal kedatangan Islam di Madinah, mereka tidak memperlihatkan per-

musuhan terhadap umat Islam. mereka mengadakan pertemuan yang intensif 

antara keduanya (Yahudi dan Rasul) dalam menyelesaikan persoalam-

persoalan yang ada pada mereka.23 Dalam satu riwayat disebutkan bahwa 

pernah terjadi perselisihan antara kaum Yahudi Bani Nazir dan yahudi 

Bani Qurayzhah tentang besarnya diyat yang berlaku di antara mereka. 

Masalah ini  tidak dapat diselesaikan sehingga mereka membawa 

persoalan itu kepada Nabi saw untuk memperolah penyelesaian dan nabi 

saw memutuskan bahwa diyat yang berlaku antara kedua kelompok Yahudi 

ini  sama besarnya.24

Perbedaan agama pada tahun-tahun pertama tidak menghalangi mereka 

untuk melakukan hubungan yang intensif, tetapi hal ini, tidak berlangsung 

lama. Keadaan ini disebabkan orang-orang-orang Yahudi ingin mendominasi 

dan menanamkan pengaruhnya terhadap umat Islam terutama dalam bidang 

ekonomi dan politik. Mereka tidak senang melihat umat Islam memegang 

peranan penting dalam kehidupan warga . Kegagalan mereka (orang-

orang Yahudi) menanamkan pengaruhnya terhadap kaum Muslimin 

menjadikan mereka sedikit menghianati dan melanggar isi perjanjian yang 

pernah mereka sepakati bersama kaum Muslimin. Di antara isi perjanjian 

itu antara lain:

1. Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum 

Muslimin, kedua belah pihak bebas memeluk dan menjalankan 

agama masing-masing.

2. Kaum Muslimin dan Yahudi wajib tolong menolong untuk melawan 

siapa saja yang memerangi mereka dan orang-orang Islam memikul 

belanja mereka sendiri pula.

3. Kaum Muslimin dan kaum Yahudi, wajib nasehat menasehati, 

tolong menolong dan melaksanakan kebajikan dan kedamaian.

4. Bahwa kota Medinah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh 

mereka yang terikat dengan perjanjian itu.

5. Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota Medinah, 

wajib dilindungi keamanan dirinya (kecuali orang zalim dan 

bersalah), sebab Allah menjadi pelindung orang-orang yang baik 

dan berbakti.25

Perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw, sejak 14 

abad yang silam, menjamin kemerdekaan beragama dan meyakini hak-hak, 

kehormatan jiwa dan harta golongan non Islam. Perjanjian yang dibuat 

oleh Nabi Muhammad saw, merupakan peristiwa baru dalam dunia politik 

dan peradaban, sebab diwaktu itu diberbagai pelosok bumi masih berlaku 

perkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia. Dengan perjanjian itu 

pula melahirkan kebersamaan tekad orang-orang Islam dan Yahudi untuk 

menjaga kota Medinah tetap menjadi kota suci “Madinatul Haram” dari 

setiap serangan musuh dari mana pun datangnya. Perjanjian yang telah 

disepakati itu pada akhirnya digerogoti oleh bangsa Yahudi sendiri, karena 

mereka memandang bangsa Yahudi itu sebagai putera dan kekasih Allah, 

dan kenabian itu hanyalah hak bagi orang Yahudi. Betapa sakitnya hati 

orang-orang Yahudi itu ketika melihat agama Islam dibawa oleh orang 

yang bukan Yahudi, kemudian agama itu berkembang demikian cepatnya. 

Maka dengan diam-diam mereka berusaha memadamkan agama Allah itu. 

Mula-mula mereka tempuh dengan jalan berdebat, dalam perdebatan itu 

mereka dapat menyelusupkan rasa sangsi dan ragu kedalam dada kaum 

Muslimin, sehingga kaum Muslimin meninggalkan Nabi Muhammad saw, 

tapi tipu muslihat itu tidak berhasil, karena tujuan mereka bukan mencari 

kebenaran, tetapi semata-mata ingin menjatuhkan Nabi Muhammad saw.26 

Mereka tidak berhenti sampai disitu, orang Yahudi kemudian menempuh 

jalan yang tidak sah, yaitu jalan kekerasan. Mereka mengadakan keonaran, 

hasutan-hasutan serta provokasi dikalangan penduduk Madinah. Yang 

mula-mula merusak perjanjian dengan Nabi saw ialah Yahudi Bani Qainuqa. 

Akhirnya dengan tegas Nabi saw, menyatakan hukuman dengan mengusir 

dari kota Madinah.27

Setahun kemudian, Yahudi Bani Nadhir melakukan pula suatu 

penghianatan yang keji. Mereka mencoba melakukan pembunuhan terhadap 

Nabi, sewaktu Beliau dengan beberapa sahabat berkunjung keperkampungan 

mereka karena suatu keperluan. Hanya berkat pertolongan Tuhan, beliau 

selamat28 dan komplotan para penghianat itu terbongkar. Akhirnya Nabi 

menjatuhkan hukuman yang sama dengan saudara mereka, yaitu mengusir 

mereka dari kota Madinah. Diantara orang Yahudi Bani Nadhir yang 

diusir itu ada yang menetap di Khaibar. Karena kekayaan mereka, mereka 

kemudian mendapat kedudukan sebagai ketua. Ketua-ketua dan pembesar-

pembesar di Khaibar orang-orang Yahudi Bani Nadhir ini sama sekali 

tidak merasakan belas kasihan Nabi Muhammad Saw, malahan mereka 

melanjutkan permusuhan dengan Nabi Muhammad. 

26 Lihat QS. Al-Baqarah (2): Artinya: “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan 

agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran sesudah  kamu beriman, 

karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, sesudah  nyata bagi mereka 

kebenaran”

27 Peristiwa ini terjadi sesudah  Perang Badar, yang diawali dengan perkelahian 

antara Yahudi Bani Qunaiqn dengan Arab Madinah.

28 Lihat QS. Al-Maidah (5): Artinya: “Ingatlah kamu akan ni`mat Allah (yang 

diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan 

tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari 

kamu”.

Mereka menghasut kabilah-kabilah Arab yang besar untuk bersama-

sama mengahancurkan Nabi Muhammad serta ummatnya di Madinah. 

Hasutan mereka berhasil, maka tahun 5 Hijriah terjadilah peperangan, 

mereka mengepung kota Madinah. Dalam sejarah dikenal dengan perang 

Al-Ahzaab (persekutuan golongan-golongan). Pada saat yang sama orang 

Yahudi dari Bani Quraizhah warga kota Madinah menghianati kaum 

Muslimin dari dalam, mereka membatalkan perjanjian dengan Nabi dan 

menggabungkan diri kepada Al-Ahzaab yang sementara mengepung kota 

Madinah yang pada akhirnya mereka menyerah dan sebagai hukumannya 

yaitu laki-laki mereka dibunuh dan wanita serta anak-anaknya ditawan.

Hukuman demikian adalah wajar bagi penghianat-penghianat 

warga  yang sedang dalam keadaan perang, lebih-lebih penghianatan 

itu dilakukan ketika musuh sedang melancarkan serangannya. warga  

Islam di Madinah, warga  yang baru tumbuh, warga  yang sedang 

berrevolusi. Mereka membina suatu negara diatas konsepsi baru (Islam) 

dengan mengadakan  pendobrakan unsur-unsur lama secara revolusioner. 

Maka wajarlah bila hukuman yang dijatuhkan kepada Yahudi Bani Quraizhah 

yang menjadi penghianat itu berlaku hukum perang, hukum revolusi, karena 

sifat perbuatan mereka itu penggerogotan dari dalam. Akibat perbuatan 

mereka itu, dapat mematikan semangat Islam.

Di sisi lain, menurut Ismail al-Faruqi bahwa Islam tidak menentang 

Yahudi, sebagai bukti konkrit Rasulullah saw, dalam menjalin hubungan 

dengan orang-orang Madinah yang berbeda agama. Aisyah r.a meriwayatkan 

: “suatu ketika kelompok Yahudi masuk menemui Rasul saw, dan berkata 

As-Saamun’alaik (as-saam : kecelakaan dan kematian). Aisyah berkata “Aku 

paham apa yang mereka katakan, maka akupun menjawab, wa’alaikumus 

saamu walla’na (kematian dan laknat atas kalian)”. Akan tetapi Rasulullah 

Saw menyela, “pelan-pelan hai Aisyah, karena Allah itu menyukai 

kelembutan dalam semua perkara. Aisyah berkata “Wahai Rasulullah apa 

engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?” Rasulullah Saw berkata 

“Sungguh aku telah menjawab wa’alaikum”. Tampaknya di sini Rasulullah 

Saw, mempermudah permasalahan dan berkata wa’alaikum, maksudnya 

kematian adalah perkara yang berkenaan dengan kita semua, sebab kita 

pasti mati.29

Menyimak riwayat yang telah disebutkan diatas, menjadi jelas bahwa 

hubungan antara Islam dan Yahudi pada masa Rasulullah dan sahabatnya 

berlangsung secara toleran. Islam memandang agama Yahudi tetap sebagai 

agama samawi. Islam mengakui Tuhan Yahudi, Tuhan Nabi Ibrahim As, 

Ismail As, Ishaq As, Ya’kub dan Musa As. Islam juga mengakui Zabur dan 

Taurat sebagai wahyu dari Tuhan, yang ditentang adalah zionisme, karena 

zionisme itu adalah suatu gerakan yang merencanakan mangubah Palestina 

dan wilayah-wilayah yang bersebelahan dengannya menjadi sebuah negara 

Yahudi dengan cara Machiavelli yang mengabaikan segala pertimbangan 

termasuk moral. Ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan zionisme 

begitu rumit, begitu majemuk dan begitu gawat, sehingga praktis tidak 

mendapat cara untuk menghentikannya tanpa suatu kekerasan perang30. 

Dalam hal ini negara zionis harus dihancurkan sebagai alternatif adalah 

orang-orang Yahudi diberi hak untuk berdiam dimana saja mereka 

kehendaki, sebagai warga negara bebas.

Mereka harus diterima dengan baik di negara Muslim. Satu hal yang 

harus diperhatikan adalah imigrasi tidak berarti merebut negara atau 

mengubahnya menjadi suatu negara Yahudi, seperti yang berlangsung 

sekarang ini dibawah gagasan zionisme di Barat. Secara umum hubungan 

antara Islam dan Barat adalah hubungan saudara kandung yang penuh 

rivalitas. Yahudi, Nasrani dan Islam merupakan agama satu rumpun yang 

mempunyai satu titik keyakinan yaitu tentang Iman.31 Hubungan Islam 

dengan Barat pada awalnya ditandai dengan hubungan damai. Dimana 

dalam hubungan ini  terjadi dalam rangka keinginan kuat Barat 

menimba ilmu dan pengalaman-pengalaman kaum Muslimin yang berhasil 

menggiring dunia ke arah peradaban dan kebudayaan yang tinggi, yang 

masih terasa sampai sekarang di Spanyol.

Para pakar sejarah bersilang pendapat seputar awal mula terjadinya 

kontak hubungan antara Islam dengan Barat. Di antara mereka ada yang 

berpendapat bahwa awal mula hubungan Islam dengan Barat terjadi pada 

saat warga  Islam yang berada di Eropa (Andalusia) mencapai puncak 

kegemilangan dan kejayaannya di segala bidang kehidupan politik, ekonomi, 

sosial budaya, pertahanan dan keamanan.32

Prof. Dr. Muhammad Fathullah az-Zayyadi, dosen senior dan pakar 

Orientalisme di “The World Islamic Call College Tripoli Libya”, menyatakan 

bahwa hubungan ini  terlihat secara transparan pada saat kedatangan 

bangsa Eropa ke Andalusia untuk mempelajari bahasa dan sastera Arab, 

serta mendalami dan mengenal segala sesuatu yang ada hubungannya 

dengan Arab.33 Pendapat yang lain menyatakan bahwa kontak ini  

terjadi abad ke 12 Miladiyyah, ketika munculnya terjemahan pertama al-

Qur’ān al-Karīm ke dalam bahasa Latin dan terbitnya kamus Latin-Arab yang 

pertama.34 Selain dari pada itu, ada juga yang berpendapat bahwa kontak 

Islam–Barat terjadi sebagai akibat langsung dari perang salib.

Penutup

Berdasar pada uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat di-

simpulkan bahwa:

1. Yahudi sebagai bangsa merupakan sebutan bagi bangsa anak 

keturunan Nabi Ishaq (anak Nabi Ibrahim). Yahudi sendiri berasal 

dari nama salah seorang anak Ya’kub yakni Yahada (Yehuda). Dalam 

sejarah, karakter bangsa Yahudi kerap dikenal dengan bangsa yang 

sombong, pembangkang, licik, pendusta, dan sebagainya. Yahudi 

sebagai suatu agama, merupakan agama samawi yang disiarkan 

oleh Nabi Mūsa dengan berpedoman pada Taurat. Sama halnya 

dengan Islam, yakni berdasar pada tuntunan syariat dan pedoman 

pada Alquran yang diturunkan Allah dan siarkan oleh Nabi 

Muhammad saw. 

2. Dalam sejarah perjalannya, kaum Yahudi bekembang pesat di 

Israel, sementara umat Islam berkembang di berbagai wilayah 

dan negara, bahkan dalam sejarahnya, Islam pernah mendominasi 

kekuasaan Barat, yang mampu menggiring dunia ke arah peradaban 

dan kebudayaan yang tinggi. 

3. Agama Yahudi dalam hubungan antar manusia sangat terbuka 

terutama dengan kaum Muslimin, hal ini dibuktikan pada tatanan 

kehidupan warga  Madinah di bawah pemerintahan Nabi 

Muhammad saw. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama karena 

Yahudi ingin mendominasi dengan menanamkan pengaruhnya 

kepada umat Islam, lalu mereka (Yahudi) gagal, dan sebagai 

konsekuensinya maka orang-orang yahudi memusuhi umat Islam 

dengan berbagai cara yang dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa 

mereka itu (Yahudi) sangat keras permusuhannya terhadap Islam.

Dengan merujuk pada uraian-uraian terdahulu dan kaitannya dengan 

rumusan kesimpulan di atas, maka kajian ini berimplikasi pada pentingnya 

pembahasan lebih lanjut tentang hubungan Yahudi dan Islam dalam lintasan 

sejarah. Dengan implikasi ini , maka disarankan kepada segenap untuk 

senantiasa mencermati hubungan kausalitas antara kedua agama, sehingga 

pemeluk kedua agama ini diharapkan mewujudkan sikap toleransi guna 

menghindari sikap permusuhan demi terciptanya kedamaian.