cukup tebal maka penerbitan Injil
Yohanes ini dibagi menjadi dua jilid: Injil Yohanes 1-11 dan Injil
Yohanes 12-21.
Matthew Henry (1662-1714) yaitu seorang Inggris yang mulai
menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-
nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-
ngat terkenal di dunia.
Kekuatan terutama terletak pada nasi-
hat praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak
mutiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada
cukup banyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak per-
nah berniat menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang ber-
ulang kali ditekankannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti
Whitefield dan Spurgeon selalu menggunakan tafsirannya ini dan me-
rekomendasikannya kepada orang-orang untuk mereka baca. White-
field membaca seluruh tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir
sambil berlutut. Spurgeon berkata, “Setiap hamba Tuhan harus
membaca seluruh tafsiran ini dengan saksama, paling sedikit satu
kali.”
Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-
simpulan Firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada ta-
hun 1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud me-
nerbitkan tafsiran ini . Terutama menjelang akhir hidupnya, ia
mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.
Buku pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun
1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710.
Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-
sul. sesudah kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh
13 orang pendeta berdasarkan catatan-catatan Matthew Henry yang
telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-
kitab diterbitkan pada tahun 1811.
berulang kali direvisi dan dicetak ulang.
Buku itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti
bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke
dalam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.
Riwayat Hidup Matthew Henry
Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat itu gereja
Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang
memerintah pada masa itu yaitu Raja Karel II, yang secara resmi
diangkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan ke-
kuasaan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sa-
ngat dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri
dari gereja resmi.
Puncak penganiayaan itu terjadi saat pada 24 Agustus 1662
lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah
lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.
Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya,
Philip Henry, yaitu seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-
kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan.
sebab Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya
Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-
cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati
mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan.
Matthew yaitu anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6
tahun sebab penyakit campak. saat masih balita, Matthew sendiri
juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut.
Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-
cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun yang lebih penting lagi,
sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan
mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun
saat ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu mem-
berikan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.
Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-
nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.
Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani,
Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat
muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya.
Pada tahun 1685, saat berusia 23 tahun, Matthew pindah ke
London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas Lon-
don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya me-
nuruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi
itu akan memberi manfaat besar baginya sebab keadaan di Ing-
gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya
kaum Puritan.
Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-
mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-
dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar
Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa.
Tidak lama sesudah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London
dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete-
lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya
memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan
sebagai pendeta di jemaat ini . Waktu itu Matthew berusia 25 ta-
hun.
Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-
ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-
ngat harmonis dan baik sebab didasarkan atas cinta dan iman ke-
pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu
setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar.
Segera sesudah melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal
pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak
Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip,
ayah Matthew.
Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya.
sesudah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya
untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary
Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi,
yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se-
tengah tahun, ia meninggal sebab demam tinggi dan penyakit batuk
rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan
lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa
berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini,
Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam
hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia
mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak
itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak
lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-
salem yang di sorga.”
Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-
rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-
ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew
Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan
pertama.
Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester.
Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk
melayani di sana, namun berulang kali ia menolak panggilan ini
sebab merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun
akhirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk
menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab itu ia menyerah kepada
kehendak Allah.
Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes,
sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja
dari pagi buta sampai larut malam, namun menjelang akhir hayatnya
ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab kesehatannya yang
semakin menurun.
Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester,
tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9,
“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat
Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan
hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-
kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me-
nikmati kebersamaan dengan Tuhan.
Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia
sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi
rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang
mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-
ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan na-
fas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari
kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil
dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah
setia dalam perkara kecil, aku akan memberi kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-
hagiaan tuanmu.”
PASAL 12
isah yang kita dapati di akhir pasal sebelumnya sangatlah me-
nyedihkan, yaitu tentang penghinaan yang dilontarkan terhadap
Tuhan kita Yesus Kristus. Ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi mendak-
wa-Nya sebagai pengkhianat terhadap agama mereka. Mereka men-
deranya dengan segala macam cacian hinaan sedapat mereka. namun
kisah dalam pasal ini menyeimbangkan keadaan itu dengan menceri-
takan tentang penghormatan yang diberikan kepada Sang Penebus,
kendati dengan semua celaan yang dilontarkan kepada Dia itu. Demi-
kianlah kedua keadaan itu dipertentangkan satu sama lain. Marilah
kita lihat penghormatan apa yang dicurahkan ke atas kepala Tuhan
Yesus, bahkan saat Dia sedang direndahkan sedemikian rupa.
I. Maria memberi penghormatan kepada-Nya dengan meng-
urapi kaki-Nya pada saat makan malam di Betania (ay. 1-11)
II. Rakyat jelata memberi penghormatan kepada-Nya mela-
lui seruan sukacita mereka, saat Ia memasuki kota Yerusa-
lem dengan menunggangi seekor keledai (ay. 12-19).
III. Orang-orang Yunani memberi penghormatan mereka de-
ngan mencari Dia sebab sangat rindu untuk menemui-Nya
(ay. 20-26).
IV. Allah Bapa menghormati-Nya melalui sebuah suara dari sor-
ga yang menyatakan kesaksian tentang Dia (ay. 27-36).
V. Kristus juga dihormati oleh nabi-nabi dalam Perjanjian
Lama, yang telah menubuatkan ketidakpercayaan orang-
orang yang telah mendengar berita tentang Dia (ay. 37-41).
VI. Dia mendapatkan kehormatan dari beberapa pemimpin be-
sar yang bersaksi untuk Dia melalui hati nurani mereka, se-
kalipun mereka tidak berani mengakui hal itu (ay. 42–43).
VII. Dia menyatakan kehormatan-Nya sendiri dengan mengu-
mandangkan amanat ilahi yang diterima-Nya dan dengan
menegaskan tugas yang diemban-Nya di dunia ini (ay. 44-
50).
Maria Mengurapi Kaki Kristus; Kemunafikan Yudas;
Kemarahan Imam-imam Kepala
(12:1-11)
1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Laza-
rus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. 2 Di situ diadakan per-
jamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut
makan dengan Yesus yaitu Lazarus. 3 Maka Maria mengambil setengah kati
minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus
dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh
rumah itu. 4 namun Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang
akan segera menyerahkan Dia, berkata: 5 “Mengapa minyak narwastu ini
tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang mis-
kin?” 6 Hal itu dikatakannya bukan sebab ia memperhatikan nasib orang-
orang miskin, melainkan sebab ia yaitu seorang pencuri; ia sering meng-
ambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. 7 Maka kata Yesus:
“Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 8 sebab
orang-orang miskin selalu ada pada kamu, namun Aku tidak akan selalu ada
pada kamu.” 9 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di
sana dan mereka datang bukan hanya sebab Yesus, melainkan juga untuk
melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. 10 Lalu
imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, 11 sebab ka-
rena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada
Yesus.
Dalam ayat-ayat di atas diceritakan mengenai:
I. Kunjungan bersahabat yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap ka-
wan-kawan-Nya di Betania (ay. 1). Enam hari sebelum Paskah, Dia
keluar dari wilayah-Nya untuk mampir ke Betania, sebuah kota
yang menurut perhitungan para ahli, begitu dekat letaknya de-
ngan Yerusalem sampai rasanya tidak ada bedanya bagi Dia
untuk berada dalam lingkaran kematian. Dia singgah di sana, di
rumah kawan-Nya Lazarus, yang baru saja dibangkitkan-Nya dari
kematian. Kedatangan-Nya ke Betania dapat dianggap:
1. Sebagai pengantar untuk hari Paskah yang hendak Ia rayakan.
Paskah ini dijadikan acuan waktu dalam menggambarkan
waktu kedatangan-Nya, yaitu enam hari sebelum Paskah. Se-
belum hari Paskah tiba, orang-orang saleh memang biasanya
Injil Yohanes 12:1-11
837
meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri mereka dalam
menyambut hari yang penuh khidmat itu. Demikian pula yang
diperbuat Tuhan Yesus supaya Ia dapat menggenapkan selu-
ruh kehendak Allah. Melalui teladan-Nya itu, Ia telah mengajari
kita supaya mempersiapkan diri untuk menyambut Paskah
Injil dengan khidmat. Marilah kita dengarkan suara yang ber-
seru-seru, Persiapkanlah jalan bagi Tuhan.
2. Sebagai tanda kesukarelaan-Nya untuk menampakkan diri di
hadapan murka para musuh-Nya. Kini saat saat-Nya telah
tiba, Ia mendekat ke dalam jangkauan mereka dan menyerah-
kan diri-Nya kepada mereka secara sukarela, meskipun Dia
telah membuktikan bahwa Ia bisa saja meloloskan diri dengan
mudah dari semua jebakan mereka.
Perhatikan:
(1) Tuhan kita Yesus menanggung penderitaan-Nya secara su-
karela. Nyawa-Nya tidaklah direnggut dengan paksa dari
Dia, melainkan diserahkan-Nya sendiri. Sungguh, Aku da-
tang. Sebagaimana kekuatan para penganiaya-Nya tidak
mampu mengalahkan Dia, begitu pula kelicikan mereka
tidaklah mampu mengecoh-Nya. Dia mati sebab dia berse-
dia untuk mati.
(2) Memang ada saatnya kita diperbolehkan untuk berusaha
melindungi dan menyelamatkan diri, namun ada saatnya
pula kita dipanggil untuk mempertaruhkan nyawa kita
demi kepentingan Allah, sebagaimana Rasul Paulus, saat
ia pergi sebagai tawanan Roh ke Yerusalem.
3. Sebagai pernyataan kebaikan hati-Nya terhadap kawan-ka-
wan-Nya di Betania, yang begitu Ia sayangi. Juga, sebab se-
bentar lagi Ia akan dipisahkan dari mereka. Kunjungan itu
merupakan kunjungan perpisahan. Dia datang untuk berpa-
mitan dengan mereka, dan untuk memberi kata-kata peng-
hiburan supaya mereka siap dalam menghadapi hari pencoba-
an yang kini tengah mendekat. Perhatikan, meskipun Kristus
pergi dari umat-Nya untuk sementara waktu, Ia akan menun-
jukkan kepada mereka bahwa Ia pergi dalam kasih, bukan
dalam kemarahan. Di sini, Betania digambarkan sebagai tem-
pat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang
mati. Mujizat yang dilakukan di sana membuat tempat itu
838
menjadi masyhur dan dihormati orang-orang. Kristus datang
ke sana untuk melihat seberapa jauh orang-orang sudah
membuat kemajuan sesudah menyaksikan mujizat ini . Se-
bab, di mana saja Kristus melakukan mujizat dan memperli-
hatkan tanda-tanda kebaikan-Nya, Ia akan selalu terus mem-
perhatikan tempat itu, untuk melihat apakah tujuan pekerja-
an-Nya di sana telah tercapai. Di mana pun Ia menabur secara
berkelimpahan, Ia akan selalu mengawasi apakah benih-benih
itu kemudian tumbuh dan muncul kembali atau tidak.
II. Sambutan baik yang ditunjukkan oleh kawan-kawan-Nya di sana:
Di situ diadakan perjamuan untuk Dia (ay. 2), sebuah perjamuan
besar, sebuah pesta. Patut dipertanyakan apakah perjamuan itu
sama dengan yang dicatat dalam Matius 26:6 dan seterusnya, ya-
itu yang diadakan di rumah Simon. Kebanyakan penafsir Injil me-
ngira demikian, sebab inti cerita dan banyak keadaan dari kedua
kisah itu bersesuaian. Akan namun , pesta itu dikatakan berlang-
sung dua hari sebelum Paskah, sedangkan yang ini dilakukan
enam hari sebelumnya. Lagi pula, tidak mungkin kalau Marta
melayani di tempat yang bukan rumahnya sendiri. sebab itulah,
saya cenderung setuju dengan pendapat Dr. Lightfoot, yaitu bah-
wa kedua pesta itu berbeda: yang dicatat dalam Matius terjadi
pada hari ketiga di minggu Paskah, sedangkan yang diceritakan di
sini terjadi pada hari ketujuh di minggu sebelumnya, yang meru-
pakan hari Sabat orang Yahudi, semalam sebelum Ia masuk ke
Yerusalem dengan menunggang keledai. Yang pertama disebutkan
tadi diadakan di rumah Simon, sedangkan yang kini diceritakan
diselenggarakan di rumah Lazarus. Kedua perjamuan ini yaitu
penyambutan bagi Kristus yang dilakukan dengan paling khidmat
dan terang-terangan, dan mungkin saja Maria menunjukkan rasa
hormatnya di kedua kesempatan itu. Minyak narwastu yang
tersisa sesudah ia memakai setengah katinya (ay. 3) untuk meng-
urapi Yesus dalam kesempatan pertama, dia habiskan semuanya
pada kali kedua ini, seperti yang dicatat dalam Markus 14:3.
Marilah kita menyimak kisah penyambutan ini.
1. Mereka mengadakan perjamuan malam bagi Dia, sebab bagi
mereka, makan malam yaitu hidangan yang terbaik. Mereka
mengadakan perjamuan ini sebagai tanda penghormatan
dan rasa syukur mereka, sebab pesta biasanya diadakan seba-
Injil Yohanes 12:1-11
839
gai tanda persahabatan. Juga, supaya mereka memperoleh ke-
sempatan untuk bisa leluasa bercengkerama dengan-Nya, se-
bab pesta biasanya diadakan demi kebersamaan. Secara tidak
langsung mungkin untuk menunjuk ke perjamuan-perjamuan
yang diadakan untuk menyambut-Nya sewaktu Dia menjelma
menjadi manusia, Kristus berjanji bahwa Ia akan makan ber-
sama-sama dengan orang-orang yang mau membukakan pintu
hati mereka bagi-Nya (Why. 3:20).
2. Marta melayani. Ia sendirilah yang menunggui meja, sebagai
tanda penghormatan yang besar kepada Sang Guru. Meskipun
Marta yaitu seorang yang terpandang, dia tidak segan-segan
melayani, saat Kristus duduk makan. Kita pun harus begitu.
Saat kita harus merendahkan diri demi kemuliaan Kristus,
hendaknya kita tidak menganggap bentuk pelayanan apa pun
sebagai sebuah hal yang remeh atau terlalu rendah untuk
dilakukan. Sebelumnya, Kristus telah menegur Marta sebab
terlalu sibuk melayani. Akan namun , teguran itu tidak mem-
buatnya berhenti melayani, sebagaimana beberapa orang ter-
tentu yang cepat sekali marah dan tidak mau lagi melakukan
hal yang sama sesudah mereka ditegur mengenai hal itu. Tidak
begitu dengan Marta. Dia tetap saja melayani, namun bukan
di tempat yang jauh-jauh, melainkan di sekitar tempat di
mana ia masih bisa mendengar perkataan Kristus yang penuh
rahmat, sebagaimana pelayan-pelayan Salomo yang menurut
Ratu Syeba, amat beruntung sebab mereka dapat terus ber-
dekatan dengan Salomo untuk mendengarkan hikmatnya.
Lebih baik menjadi seorang pelayan di meja Kristus daripada
menjadi seorang tamu di meja raja.
3. Lazarus merupakan salah seorang yang turut makan. Hal itu
membuktikan kebenaran dalam kebangkitannya, sebagaimana
yang didapati dalam kebangkitan Kristus sendiri, yaitu ada
orang-orang yang telah makan dan minum bersama-sama de-
ngan Dia (Kis. 10:41). Lazarus tidak mengasingkan diri ke
padang gurun sesudah ia dibangkitkan, dan bukannya seakan-
akan sebab sudah mengunjungi dunia lain, maka dia harus
jadi pertapa sesudah kebangkitannya itu. Tidak begitu. Dia
tetap saja bergaul dengan orang-orang, seperti yang dilakukan
orang lainnya. Dia turut makan, sebagai tugu peringatan akan
mujizat yang telah dibuat Kristus. Orang-orang yang telah di-
840
bangkitkan oleh Kristus ke dalam kehidupan rohani akan di-
berikan tempat bersama-sama dengan Dia (Ef. 2:5-6).
III. Penghormatan khusus yang ditunjukkan Maria terhadap-Nya,
lebih dari yang lainnya, yaitu dengan mengurapi kaki Kristus de-
ngan minyak yang harum (ay. 3). Maria mengambil setengah kati
minyak narwastu murni yang mahal harganya, yang selama ini
mungkin sengaja ia simpan untuk keperluannya sendiri. Akan
namun , kematian dan kebangkitan kakak lelakinya membuatnya
tidak lagi mementingkan pemakaian barang-barang seperti itu
bagi dirinya sendiri, dan dengan minyak inilah dia mengurapi kaki
Yesus. Lalu, untuk lebih menyembah Kristus dan merendahkan
dirinya sendiri, ia pun menyeka kaki Yesus dengan rambutnya.
Tindakannya itu disaksikan oleh semua orang yang hadir di sana
pada saat itu, sebab bau minyak semerbak di seluruh rumah itu
(Ams. 27:16).
1. Jelas sekali Maria memaksudkan hal ini sebagai tanda kasih-
nya terhadap Kristus, yang telah menunjukkan kasih-Nya ter-
hadap dia dan keluarganya. sebab itulah, dia pun rela mem-
berikan apa yang ia miliki. Nah, melalui tindakannya itu,
Maria menunjukkan bahwa kasihnya terhadap Kristus itu me-
rupakan
(1) Kasih yang murah hati. Demi melayani Kristus dengan se-
baik-baiknya, Maria rela mengorbankan hartanya, bahkan
begitu tulus mencari-cari kesempatan untuk melakukan
hal itu, padahal kebanyakan orang justru lebih sering
menghindar dari perbuatan ini . Jika dia memiliki se-
suatu yang lebih berharga dari benda-benda lainnya, maka
pastilah ia akan menyerahkannya demi menghormati
Kristus. Perhatikan, orang-orang yang benar-benar menga-
sihi Kristus lebih dari dunia ini pasti bersedia menyerah-
kan segala yang terbaik dari yang mereka miliki bagi Dia.
(2) Kasih yang rendah hati. Maria tidak hanya mencurahkan
minyak narwastu miliknya itu bagi Kristus, namun juga me-
nuangkan minyak itu dengan tangannya sendiri, padahal
dia bisa saja menyuruh salah seorang pelayannya untuk
melakukan itu. Bukan itu saja, dia juga tidak mengurapi
kepala Kristus, seperti yang lazim dilakukan, melainkan
Injil Yohanes 12:1-11
841
kaki-Nya. Kasih yang sejati tidak akan segan memberi
atau melakukan apa pun, untuk menghormati Kristus. Bila
teringat akan apa yang telah dilakukan dan dikorbankan
oleh Kristus bagi kita, maka kita amatlah tidak tahu ber-
terima kasih jika menganggap sebuah tindakan terlalu su-
sah untuk dilakukan, atau terlalu hina untuk dikerjakan,
sementara kita tahu bahwa dengan tindakan itu Kristus
dapat dipermuliakan.
(3) Kasih yang memercayai. Ada iman di balik kasih yang di-
tunjukkan Maria itu, yaitu iman bahwa Yesus yaitu
Mesias, Sang Kristus, Yang Diurapi, yang, sebagai Imam
dan Raja, juga diurapi sebagaimana Harun dan Daud. Per-
hatikan, Yang Diurapi Allah harus menjadi Yang Diurapi
bagi kita. Bukankah Allah telah mengurapi-Nya dengan mi-
nyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman seku-
tu-Nya? Marilah kita juga mengurapi-Nya dengan kasih
sayang yang melebihi rasa kasih kita terhadap hal-hal lain-
nya. Dengan mengakui Kristus sebagai Raja kita, kita juga
harus mengikuti rencana Allah, mengangkat Dia yang telah
Allah urapi sebagai Pemimpin kita (Hos. 1:11).
2. Bau minyak yang semerbak di seluruh rumah itu menunjukkan
pada kita,
(1) Bahwa orang-orang yang menyambut Kristus dalam hati
dan rumah mereka membawa bau yang amat harum ma-
suk ke dalam hati dan rumah mereka itu. Kehadiran Kris-
tus membawa serta wangi-wangian yang menyukakan hati.
(2) Penghormatan yang diberikan kepada Kristus merupakan
penghiburan bagi semua kawan dan pengikut-Nya. Peng-
hormatan itu yaitu persembahan yang berupa bau yang
manis bagi Alah dan orang-orang saleh.
IV. Ketidaksenangan Yudas terhadap pemujaan atau tanda penghor-
matan Maria terhadap Kristus ini (ay. 4-5).
Perhatikanlah di sini:
1. Orang yang bersungut-sungut atas tindakan Maria tadi yaitu
Yudas, seorang dari murid-murid Yesus. Akan namun , itu bukan
sifat seluruh murid-Nya. Ia hanyalah salah seorang dari bi-
langan mereka. Memang tidak aneh bila orang-orang yang pa-
842
ling jahat menyamar di balik pengakuan iman mereka yang
terbaik. Banyak orang berpura-pura mengaku mengenal Kris-
tus, padahal mereka sama sekali tidak mengasihi-Nya. Yudas
yaitu seorang rasul, seorang pengkhotbah Injil, namun ia ma-
lah berkeberatan dan mencela perbuatan yang menunjukkan
kasih sayang dan pengabdian yang tulus seperti yang dilaku-
kan Maria tadi. Perhatikan, menyedihkan sekali jika kehidup-
an agama dan semangat yang kudus malah dicerca dan ditolak
oleh orang-orang yang justru seharusnya mendorong dan me-
nyokong semuanya itu. namun , dia memang orang yang akan
segera menyerahkan Kristus. Perhatikan, kasih yang telah
mendingin terhadap Kristus dan kebencian tersembunyi terha-
dap kesalehan yang tulus, bila muncul dalam diri penganut
agama, maka ini menjadi pertanda buruk akan terjadinya ke-
murtadan. Orang-orang munafik yang biasanya tidak mudah
tergelincir sebab godaan-godaan duniawi, justru lebih mudah
jatuh oleh sebab godaan-godaan yang lebih besar daripada
itu.
2. Kedok yang dipakai Yudas untuk menutupi ketidaksenangan-
nya itu (ay. 5): “Mengapa minyak narwastu ini, yang seharus-
nya dipakai untuk perbuatan saleh, tidak dijual saja seharga
tiga ratus dinar” (yaitu setara dengan gaji seorang pekerja sela-
ma 300 hari), “dan uangnya diberikan kepada orang miskin?”
(1) Di sini ada kebusukan yang begitu terselubung rapi,
sebab Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang.
(2) Di sini juga ada hikmat duniawi yang mencela sema-
ngat saleh sebagai kesembronoan dan keborosan. Orang-
orang yang suka meninggikan diri sendiri dengan nilai-nilai
duniawi mereka dan merendahkan kesalehan orang lain,
berarti memiliki roh Yudas dalam diri mereka, lebih besar
daripada yang mereka kira.
(3) Di sini, rasa amal terhadap orang miskin dijadikan alasan
untuk menentang kesalehan yang ditujukan kepada
Kristus dan dijadikan kedok untuk menyembunyikan keta-
makan. Banyak orang mencari-cari alasan untuk tidak
memberi sedekah dengan berpura-pura sedang me-
ngumpulkan harta mereka dulu untuk bersedekah nanti.
Padahal, awan-awan saja rela mencurahkan butir-butir hu-
jan yang terkandung di dalamnya sampai habis. Yudas ber-
Injil Yohanes 12:1-11
843
tanya, Mengapa uangnya tidak diberikan kepada orang-
orang miskin saja? Jawabannya mudah saja, sebab minyak
narwastu itu lebih layak dicurahkan bagi Tuhan Yesus.
Perhatikan, kita tidak boleh gegabah menghakimi tindakan
orang lain sebagai tindakan yang tidak layak diterima ha-
nya sebab mereka melakukannya dengan cara yang ber-
beda dan bukan dengan cara yang kita setujui. Kalau kita
melakukan demikian, ini seolah-olah setiap perbuatan yang
tidak sesuai dengan perasaan dan ukuran kita itu memang
buruk dan tidak layak. Orang-orang yang sombong me-
mang cenderung menganggap remeh orang lain yang tidak
menghiraukan saran mereka.
3. Kemunafikan Yudas tercium dan terbongkar di sini (ay. 6). Ini-
lah pendapat sang penulis Injil yang diilhami oleh Dia yang
menyelidiki hati manusia: Hal itu dikatakannya bukan sebab
ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, seperti yang pura-
pura ia lakukan, melainkan sebab ia yaitu seorang pencuri;
ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipe-
gangnya.
(1) Keberatan Yudas itu tidak didasari oleh kepeduliannya un-
tuk beramal: Bukan sebab ia memperhatikan nasib orang-
orang miskin. Dia tidak memiliki belas kasihan terhadap
mereka, sama sekali tidak peduli kepada mereka: baginya,
orang-orang miskin hanyalah sekedar alat untuk menda-
patkan keinginannya, dengan cara berpura-pura memper-
hatikan mereka. Begitu pulalah, beberapa orang berjuang
keras demi kekuasaan gereja, sementara yang lainnya demi
mempertahankan kemurnian gereja, padahal boleh jadi hal
itu terjadi bukan sebab mereka memperhatikan nasib ge-
reja. Mereka tidak peduli kepentingan gereja mau teng-
gelam atau hanyut. Mereka hanya memperalat semua itu
demi keuntungan diri sendiri. Simeon dan Lewi berpura-
pura mengagungkan sunat, namun bukan sebab mereka
memperhatikan meterai kovenan, sebagaimana Yehu tidak
memperhatikan Tuhan semesta alam saat ia berkata, lihat
bagaimana giatku untuk Tuhan.
(2) Keberatan Yudas itu justru muncul sebab ketamakannya.
Kenyataannya yaitu , dia lebih menginginkan minyak nar-
844
wastu yang dipersembahkan untuk Guru-nya itu supaya
dijual saja, lalu uangnya dapat dimasukkan ke dalam kas
yang ia pegang, dan sesudah itu ia tahu apa yang akan dila-
kukannya.
Perhatikanlah:
[1] Yudas yaitu bendahara dalam rumah tangga Kristus,
sehingga beberapa orang beranggapan bahwa sebab
itulah dia dipanggil Iskariot, yang berarti si pemegang
kas (secara harfiah: pembawa kantong).
Pertama, lihatlah bagaimana keadaan Yesus dan
para murid-Nya dalam menjalani kehidupan mereka
saat itu. Begitu sederhananya hidup mereka. Mereka
tidak memiliki peternakan ataupun harta benda, lum-
bung ataupun gudang, melainkan hanya sebuah kan-
tong, atau, seperti yang diartikan sebagian orang, se-
buah kotak atau peti. Mereka menggunakannya sebagai
tempat untuk menyimpan uang dalam jumlah yang
secukupnya saja untuk kepentingan mereka, dan bila
ada kelebihan, memberi nya kepada orang-orang
miskin. Benda itulah yang mereka bawa-bawa ke mana
pun mereka pergi. Omnia mea mecum porto – Aku mem-
bawa seluruh hartaku bersamaku. Kantong ini diisi dari
pemberian-pemberian orang-orang saleh, dan Sang
Guru beserta para murid-Nya memiliki semuanya ber-
sama-sama. Biarlah hal ini mengurangi penghargaan
kita akan kekayaan duniawi dan mematikan diri kita
terhadap hal-hal atau tata cara lahiriah, dan membuat
kita rela untuk hidup dengan sederhana ataupun men-
derita, bila hal ini memang menjadi bagian kita, sebab
Guru kita pun mengalaminya juga. Demi kita, dia rela
jadi miskin.
Kedua, lihatlah siapa yang menjadi bendahara bagi
uang mereka yang jumlahnya sedikit itu. Yudas, dialah
orang yang memegang uang kas itu. Tugasnya yaitu
menerima dan mengeluarkan uang, dan kita tidak men-
dapati bahwa dia memberi laporan belanja yang dia
lakukan. Yudas ditunjuk untuk melakukan tugas itu,
sebab :
Injil Yohanes 12:1-11
845
1. Dia yang terendah dan terkecil di antara semua mu-
rid lainnya. Bukan Petrus atau Yohanes yang dijadi-
kan bendahara (sekalipun jabatan itu memerlukan
kepercayaan dan mendatangkan keuntungan), me-
lainkan Yudas, yang terendah di antara mereka. Per-
hatikan, pekerjaan-pekerjaan duniawi itu menyim-
pang dari dan juga mengganggu pelayanan Injil
(1Kor. 6:4). Para pelayan utama dalam kerajaan
Kristus menolak untuk mengurusi hal-hal yang ber-
kenaan dengan pendapatan (Kis. 6:2).
2. Atau, bisa juga sebab dia memang menginginkan
jabatan itu. Hatinya terpaut dengan pekerjaan me-
nangani uang, dan sebab itu kas itu diserahkan ke-
padanya
(1) Sebagai sebuah kebaikan untuk menyenangkan
hatinya, dan dengan begitu mewajibkannya un-
tuk bersikap setia terhadap Guru-nya. Biasanya,
rakyat membenci pemerintah sebab keinginan
mereka diabaikan. namun Yudas tidak memiliki
alasan untuk mengeluh seperti itu. Kantong dia
pilih, dan kantong pula yang didapatnya. Atau
juga,
(2) Sebagai penghakiman atasnya, untuk menghu-
kumnya atas kejahatannya yang tersembunyi.
Apa yang dipercayakan ke dalam tangannya akan
menjadi jebakan yang menjeratnya. Perhatikan,
kecenderungan kuat untuk melakukan sebuah
dosa, yang bersumber dari dalam diri sendiri, se-
ring dihukum dengan godaan-godaan kuat dari
luar untuk melakukan dosa itu. Tidak ada alasan
yang kuat bagi kita untuk menggemari uang atau
membangga-banggakannya, sebab sehebat-he-
batnya diri kita, kita ini hanyalah bendahara
atasnya saja. Saat itu, yang menjadi pemegang
uang kas yaitu Yudas, seorang dengan sifat
yang jahat, yang dilahirkan untuk digantung
(maaf atas ungkapan ini). Orang bebal akan dibi-
nasakan oleh kelalaiannya [diterjemahkan dari
846
TB, Ams. 1:32; KJV: kemakmuran orang bebal
membinasakan mereka – pen.].
[2] Sebagai orang yang dipercaya memegang uang kas, Yu-
das yaitu seorang pencuri, artinya, dia memiliki sifat
yang suka mencuri. Kecintaan terhadap uang sudah
dianggap sebagai pencurian, sebagaimana kemarahan
dan balas dendam dianggap sebagai pembunuhan. Atau
mungkin, dia benar-benar telah menyalahgunakan
uang Gurunya itu dan memakai apa yang seharusnya
dimiliki bersama untuk kepentingannya sendiri. Malah,
menurut dugaan sebagian orang, saat itu pun dia se-
dang berusaha mengisi kantongnya sendiri, lalu kabur
dan meninggalkan Gurunya, sebab ia sudah sering
mendengar-Nya berkata-kata mengenai banyak masalah
yang akan segera melanda, yang sama sekali tidak ingin
ia hadapi. Perhatikan, orang-orang yang dipercaya me-
ngelola uang untuk kepentingan umum harus memiliki
prinsip keadilan dan kejujuran yang teguh, supaya ta-
ngan mereka tidak ternoda. Ada sebagian orang yang
iseng mencurangi pemerintah, gereja, atau negara, dan
jika kecurangan tadi melibatkan pencurian, maka dosa
pencurian dan hukuman bagi pencurinya itu tidak bisa
lagi dipandang sebelah mata. Merampok masyarakat
merupakan dosa besar, sebab kepentingan masyarakat
lebih utama daripada perseorangan. sesudah mengkhia-
nati kepercayaan yang diberikan kepadanya, tidak lama
kemudian Yudas mengkhianati Gurunya sendiri.
V. Pembelaan Kristus terhadap tindakan Maria itu (ay. 7-8): Biarkan-
lah dia. Di sini Ia menegaskan penerimaan-Nya terhadap kebaikan
Maria (meskipun Kristus telah mematikan diri terhadap segala
kesenangan lahiriah, namun, oleh sebab itu yaitu tanda mak-
sud baik dari Maria, maka Dia pun memperlihatkan kesenangan
hati-Nya terhadap maksud baiknya itu). Ia tidak ingin Maria di-
ganggu oleh sebab tindakannya itu: Maafkanlah dia, begitulah
kalimat Yesus tadi dapat diartikan. “Maklumilah dia kali ini saja.
Jika ini suatu kekeliruan, maka ini yaitu kekeliruan yang terjadi
sebab kasihnya.” Perhatikan, Kristus tidak akan membiarkan se-
orang pun mencela atau membuat tawar hati orang yang bermak-
Injil Yohanes 12:1-11
847
sud menyenangkan hati-Nya dengan tulus, meskipun tindakan
mereka itu mungkin tidak begitu bijaksana (Rm. 14:3). Meskipun
kita tidak akan melakukan apa yang mereka lakukan, biarkanlah
mereka.
Untuk membenarkan Maria:
1. Kristus mengemukakan alasan bagus dari tindakan Maria
tadi, yang tidak disadari oleh orang-orang yang mencelanya:
dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Atau, Dia
melakukannya untuk memperingati pengurapan jasad-Ku, begi-
tulah pendapat Dr. Hammond. “Engkau tentunya tidak segan-
segan membiarkan minyak dipakai untuk mengurapi mayat
teman-temanmu, atau mengusulkan supaya minyaknya dijual
saja dan diberikan kepada orang-orang miskin. Nah, peng-
urapan ini dimaksudkan untuk tujuan seperti itu, atau seti-
daknya bisa diartikan demikian, sebab hari penguburan-Ku
sudah hampir tiba, dan sekarang dia telah mengurapi tubuh
yang sudah seperti mayat.”
Perhatikan:
(1) Tuhan kita Yesus banyak dan sering memikirkan kematian
dan penguburan diri-Nya sendiri. Kta pun sebaiknya be-
gitu.
(2) Rancangan ilahi sering kali memberi kesempatan yang
begitu baik bagi orang-orang Kristen yang taat, demikian
pula Roh anugerah sering kali menyentuh hati mereka se-
demikian dalamnya sampai-sampai mereka tidak tahan
untuk mengungkapkan sukacita kudus yang bahkan jauh
lebih mengena dan lebih menakjubkan dari yang bisa mere-
ka bayangkan sebelumnya.
(3) Anugerah Kristus selalu memberi pujian kepada perkataan
saleh dan tindakan dari orang-orang benar. Anugerah itu
bukan saja menjadikan sesuatu yang terbaik dari kekeliru-
an itu, namun juga membuat yang baik menjadi paling baik.
2. Kristus mengemukakan sebuah jawaban yang memuaskan un-
tuk menanggapi keberatan yang diajukan Yudas tadi (ay. 8).
(1) Sudah diatur dalam kerajaan Sang Pemelihara bahwa
orang-orang miskin selalu ada pada kita, yaitu mereka yang
layak menerima derma (Ul. 15:11). Orang-orang yang demi-
848
kian ini akan selalu ada selama kebodohan dan kesukaran
masih ada di dunia yang bobrok ini.
(2) Kerajaan anugerah sudah mengatur bahwa Gereja tidak
akan selalu memiliki hadirat Yesus Kristus secara lahiriah:
“Aku tidak akan selalu ada pada kamu, melainkan hanya
sesaat saja.” Perhatikan, saat dua kewajiban datang secara
bersamaan, kita membutuhkan hikmat untuk mengetahui
yang mana yang harus didahulukan, dan semua itu tergan-
tung dari keadaan di sekeliling kita. Kesempatan harus di-
manfaatkan, dan yang harus didahulukan yaitu kesem-
patan yang kelihatannya tidak akan berlangsung lama,
serta cepat sekali melayang pergi. Kewajiban yang dapat di-
lakukan kapan saja harus ditunda demi untuk menuntas-
kan kewajiban lainnya yang hanya dapat dilakukan saat ini
juga.
VI. Perhatian khalayak umum terhadap keberadaan Kristus pada per-
jamuan di Betania ini (ay. 9): Sejumlah besar orang Yahudi
mendengar, bahwa Yesus ada di sana, sebab Ia menjadi buah
bibir di seluruh kota, sehingga mereka datang berbondong-bon-
dong ke sana. Lebih-lebih sebab sebelumnya Ia tampak menarik
diri, dan kini tampil lagi bagaikan mentari yang kembali muncul
dari balik awan kelam.
1. Mereka datang untuk melihat Kristus, yang nama-Nya sangat
dipermuliakan dan diagungkan oleh sebab mujizat yang Ia
lakukan saat membangkitkan Lazarus beberapa waktu sebe-
lumnya. Mereka datang bukan untuk mendengarkan-Nya, te-
tapi sekadar ingin memuaskan rasa penasaran mereka saja
dengan melihat-Nya di Betania, sebab mereka khawatir bah-
wa Ia tidak akan menampakkan diri lagi di depan umum pada
hari Paskah itu, seperti yang dulu sering Ia lakukan. Mereka
tidak datang untuk menangkap atau memata-matai-Nya, mes-
kipun pemerintah sudah menyatakan-Nya sebagai buronan,
melainkan untuk melihat-Nya dan menunjukkan rasa hormat
mereka kepada-Nya. Perhatikan, Kristus tetap akan dipermu-
liakan melalui kasih yang ditunjukkan oleh sebagian orang,
sekalipun musuh-musuh-Nya terus berusaha untuk memfit-
nah-Nya. Setiap kali orang banyak mengetahui keberadaan
Kristus, mereka akan datang kepada-Nya. Perhatikan, di mana
Injil Yohanes 12:1-11
849
ada seorang raja, di sana ada pula singgasana. Di mana pun
Kristus berada, bangsa-bangsa akan datang kepada-Nya (Luk.
17:37).
2. Mereka datang untuk melihat sebuah pemandangan yang pas-
tinya sangat menarik untuk disaksikan, yaitu melihat Lazarus
dan Kristus bersama-sama. Beberapa datang untuk meneguh-
kan iman mereka terhadap Kristus, mungkin supaya dapat
mendengarkan kisah itu langsung dari mulut Lazarus. Bebe-
rapa lainnya datang semata-mata untuk memuaskan rasa
penasaran mereka, supaya mereka dapat berkoar-koar bahwa
mereka telah melihat seorang manusia yang telah mati dan
hidup kembali. Demikianlah Lazarus hanya menjadi semacam
tontonan di hari raya itu, bagi mereka yang senang menghabis-
kan waktu mereka dengan bergunjing dan mendengarkan hal-
hal baru, seperti orang-orang Atena. Mungkin juga beberapa
orang datang untuk menanyai Lazarus mengenai keadaan
orang mati, untuk mendengar berita dari dunia lain. Bahkan
kita sendiri pun mungkin rela membuang-buang waktu sejam
untuk bercakap-cakap dengan Lazarus. Akan namun , jika ada
orang datang dengan tujuan seperti itu, Lazarus mungkin ha-
nya bungkam dan tidak menceritakan perjalanannya itu ke-
pada mereka. Setidaknya, Alkitab tidak mengatakan apa-apa
mengenai itu, dan kita tidak seharusnya berkeinginan untuk
mengetahui lebih jauh dari apa yang telah tertulis. namun
Tuhan kita Yesus ada di sana, dan Ia yang lebih layak ditanyai
dibandingkan dengan Lazarus. Jika kita tidak mau mende-
ngarkan Musa dan para nabi lain, serta Kristus dan para
rasul, jika kita tidak mengindahkan apa yang mereka katakan
kepada kita mengenai dunia yang lain itu, kita juga tidak akan
menjadi yakin sekalipun Lazarus telah bangkit dari antara
orang mati. Kita sudah memiliki nubuatan yang lebih meya-
kinkan.
VII. Angkara murka para imam kepala melihat kemajuan pesat yang
dicapai oleh Tuhan kita Yesus, dan rencana mereka untuk meng-
hancurkannya (ay. 10-11): Mereka bermufakat (atau bersekong-
kol) mencari cara untuk membunuh Lazarus juga, sebab sebab
dialah (yaitu sebab apa yang telah diperbuat baginya, dan
850
bukan sebab apa yang telah ia katakan atau perbuat), banyak
orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Perhatikanlah di sini:
1. Betapa sia-sianya segala usaha yang telah mereka tempuh
untuk melawan Kristus sejauh itu. Mereka telah mengupaya-
kan segala cara untuk memisahkan orang-orang dari-Nya dan
menghasut mereka supaya melawan Dia. Namun, tetap saja
banyak orang Yahudi, yang merupakan tetangga mereka sen-
diri, bawahan mereka, pengagum mereka, malah begitu ter-
pukau dengan bukti kuat dari mujizat-mujizat Kristus sampai
meninggalkan kepentingan para imam dan tidak lagi memihak
mereka. Orang-orang itu tidak lagi patuh terhadap kekuasaan
mereka yang semena-mena, namun percaya kepada Yesus. Dan
semuanya ini terjadi oleh sebab Lazarus. Kebangkitan Laza-
rus menghidupkan kembali iman mereka dan meyakinkan
mereka bahwa Yesus yaitu sungguh-sungguh Mesias yang
memiliki kehidupan dalam diri-Nya sendiri, dan berkuasa
memberi kehidupan itu. Mujizat ini meneguhkan ke-
percayaan mereka terhadap mujizat-mujizat-Nya yang lain,
yang telah mereka dengar diperbuat-Nya di Galilea. Jika mem-
bangkitkan orang mati saja Ia sanggup, adakah hal lain yang
mustahil Ia lakukan?
2. Betapa konyol dan tidak masuk akalnya kesepakatan yang
mereka buat itu, yaitu bahwa Lazarus harus dibunuh. Inilah
contoh dari luapan amarah yang begitu keji. Mereka bagaikan
lembu hutan kena jaring, murka dan buas serta membabi-
buta. Hal itu menandakan bahwa mereka tidak takut akan
Allah dan tidak menghormati seorang pun.
Sebab:
(1) Jika saja mereka takut akan Allah, tidak mungkin mereka
hendak melakukan tindakan yang menentang-Nya seperti
itu. Allah menghendaki supaya Lazarus hidup kembali me-
lalui sebuah mujizat, namun mereka justru menginginkan
dia mati melalui sebuah kejahatan. Mereka berseru, En-
yahkan orang ini! Ia tidak layak hidup!, padahal Allah baru
saja mengirimnya kembali ke atas muka bumi ini dan de-
ngan begitu menunjukkan bahwa dia memang layak hi-
dup. Jadi, tindakan mereka itu tidak lain dari menentang
Injil Yohanes 12:1-11
851
Allah. Mereka ingin membunuh Lazarus dan menantang
kuasa ilahi untuk membangkitkannya lagi, seolah-olah
mereka mampu bersaing dengan Allah dan sanggup ber-
seteru dengan Raja di atas segala raja. Siapa yang empu-
nya kunci maut dan kuburan, Allah ataukah mereka? O
cæca malitia! Christus qui suscitare potuit mortuum, non
possit occisum – Kefasikan yang buta mengira Kristus, yang
sanggup membangkitkan orang yang telah mati secara
alamiah, tidak sanggup membangkitkan orang yang mati di-
bunuh! (Agustinus dalam loc). Lazarus menjadi sasaran
kebencian mereka yang menyala-nyala itu, sebab Allah
telah meninggikannya melalui tanda kasih-Nya yang isti-
mewa, seolah-olah mereka kini tersinggung sebab kemati-
an dan neraka sudah mencemari komplotan mereka, se-
hingga mereka pun bertekad untuk menindak keras se-
mua orang yang meninggalkan kelompok mereka. Rasanya
wajar jika orang kini berpikir bahwa seharusnya mereka
justru sepakat untuk mencari cara supaya dapat bergaul
akrab dengan Lazarus dan keluarganya, supaya melalui
pengantaraan keluarga itu, mereka dapat diperdamaikan
dengan Kristus yang telah mereka aniaya. namun , ilah za-
man ini telah membutakan pikiran mereka.
(2) Jika saja mereka menghormati manusia, mereka tidak
akan bertindak tidak adil sedemikian terhadap Lazarus,
seorang yang tidak bersalah dan tidak bisa dikenai tuduh-
an kejahatan apa pun. Jadi, belenggu apa lagi yang bisa
cukup kuat untuk mengikat orang-orang seperti ini, yang
begitu mudahnya memutuskan tali keadilan, sekalipun be-
gitu kudus, dan melanggar hukum umum yang bahkan
alam sendiri pun telah mengajarkannya? Namun, mereka
berpikir bahwa kekuasaan mereka yang semena-mena dan
pandangan-pandangan takhayul yang mereka miliki sudah
cukup bagi mereka, seperti yang terjadi dalam gereja ter-
tentu, dan ini bukan saja disalahgunakan untuk membe-
narkan, melainkan juga untuk mentahbiskan dan meng-
agungkan para bajingan busuk.
852
Kristus Memasuki Yerusalem
(12:12-19)
12 Keesokan harinya saat orang banyak yang datang merayakan pesta men-
dengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, 13 mereka
mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-
seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja
Israel!”14 Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya,
seperti ada tertulis: 15 “Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu
datang, duduk di atas seekor anak keledai.” 16 Mula-mula murid-murid Yesus
tidak mengerti akan hal itu, namun sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah
mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukan-
nya juga untuk Dia.17 Orang banyak yang bersama-sama dengan Dia saat
Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur dan membangkitkannya dari antara
orang mati, memberi kesaksian tentang Dia. 18 Sebab itu orang banyak itu
pergi menyongsong Dia, sebab mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat
mujizat itu. 19 Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain:
“Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, selu-
ruh dunia datang mengikuti Dia.”
Kisah mengenai kedatangan Kristus ke Yerusalem dalam suasana pe-
nuh kemenangan ini dicatat oleh semua penulis Injil, sebagai sebuah
kisah yang layak dicermati secara khusus. Di dalam kisah ini kita
bisa amati,
I. Penghormatan yang diberikan rakyat jelata kepada Kristus (ay.
12-13).
Kita diberitahukan di sini:
1. Siapa mereka itu yang memberi penghormatan ini kepada-
Nya: orang banyak, ochlos polys – sekerumunan orang banyak
yang datang ke sana untuk merayakan Paskah. Bukan pendu-
duk Yerusalem, melainkan orang-orang dari daerah pinggiran
yang datang dari jauh untuk beribadah pada hari raya terse-
but. Semakin dekat Bait Allah dari Tuhan, semakin jauh pula
dari Tuhan Bait itu. Orang-orang yang menghormati Kristus
yaitu mereka yang datang dari jauh untuk merayakan Pas-
kah.
(1) Mungkin mereka telah mendengarkan khotbah Kristus di
daerah asal mereka dan menjadi pengagum-Nya di sana,
sehingga kini mereka begitu ingin menunjukkan penghor-
matan mereka terhadap-Nya di Yerusalem, tempat yang
mereka tahu penuh dengan musuh-musuh-Nya. Perhati-
kan, orang yang sungguh-sungguh menghargai dan me-
muja Kristus tidak akan merasa malu untuk mengakui-Nya
Injil Yohanes 12:12-19
853
di hadapan siapa pun juga, sejauh hal itu mendatangkan
kemuliaan bagi-Nya.
(2) Mungkin mereka yaitu orang-orang Yahudi yang amat
saleh dan datang ke sana sebelum hari raya tiba supaya
mereka bisa menyucikan diri mereka terlebih dahulu, yaitu
mereka yang lebih mementingkan kerohanian dibanding-
kan orang-orang lainnya. Mereka inilah yang begitu berse-
mangat untuk menghormati Kristus. Perhatikan, semakin
besar perhatian orang terhadap Allah dan agama secara
umum, maka semakin baik pula sikap mereka dalam me-
nyambut Kristus dan agama-Nya, yang tidaklah bersifat
merusak melainkan menyempurnakan ibadah dan peratur-
an yang telah ditetapkan sebelumnya. Orang-orang yang
datang untuk bertemu dengan Kristus itu bukanlah para
penguasa atau pembesar, melainkan rakyat jelata. Bebe-
rapa orang mungkin akan menyebut mereka segerombolon
orang yang kacau balau, namun Kristus telah memilih apa
yang lemah dan bodoh (1Kor. 1:27), dan Ia lebih dipermu-
liakan oleh orang banyak itu daripada oleh kehebatan para
pengikut-Nya. Sebab, Ia menilai manusia berdasarkan jiwa
mereka dan bukan sebab nama besar atau gelar kehor-
matan yang mereka miliki.
2. Kapan mereka melakukan tindakan itu: Mereka mendengar,
bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem. Me-
reka telah menanyakan tentang-Nya (11:55-56): Akan datang
jugakah Ia ke pesta? Kini mereka mendengar bahwa Ia akan
datang, sebab tidak seorang pun yang mencari Kristus ber-
akhir dengan sia-sia. Nah, saat mendengar bahwa Ia akan
datang, mereka pun segera bersiap-siap untuk menyambut-
Nya dengan selayak mungkin. Perhatikan, kabar baik tentang
kedatangan Kristus dan kerajaan-Nya hendaknya mengingat-
kan kita untuk bergiat melakukan pekerjaan kita yang harus
kita tuntaskan pada saat itu juga. Israel harus bersiap-siap
untuk bertemu dengan Allah mereka (Am. 4:12), dan gadis-
gadis harus bersiap-siap menyongsong sang mempelai pria.
3. Cara yang mereka pakai untuk memberi penghormatan
itu. Mereka tidak memiliki kunci-kunci gerbang kota untuk di-
serahkan kepada-Nya, ataupun pedang dan tombak untuk di-
giring di depan-Nya, tidak juga musik yang indah untuk me-
854
ngiringi kedatangan-Nya, namun mereka memberi segala
yang mereka punyai. Bahkan kerumunan orang yang seder-
hana ini pun dapat memberi sekilas kemiripan mengenai
sambutan meriah yang dilihat Yohanes di depan takhta dan
Anak Domba (Why. 7:9-10). Meskipun orang-orang itu tidak se-
dang ada di hadapan sebuah takhta raja pada saat itu, mereka
ada di depan Anak Domba, Anak Domba Paskah yang kini,
sesuai dengan adat dan kebiasaan mereka, dipisahkan empat
hari sebelum perayaan, untuk kemudian dikorbankan bagi
kita. Mengenai kumpulan orang banyak yang menyanyikan
pujian sorgawi itu dikatakan,
(1) Bahwa mereka memegang daun-daun palem, seperti halnya
rakyat jelata di Yerusalem yang melambai-lambaikan ran-
ting-ranting pohon palem. Sedari dulu, pohon palem telah
menjadi lambang kemenangan dan kejayaan. Cicero [penu-
lis Romawi abad pertama SM – pen.] menyebut orang yang
telah memenangi banyak penghargaan sebagai plurimarum
palmarum homo – orang yang berpalem banyak. Saat itu,
Kristus akan segera menaklukkan segala penguasa dan ke-
kuasaan melalui kematian-Nya, dan sebab itulah Ia layak
disambut dengan daun-daun palem. Meski Ia terlihat se-
olah sedang terbelenggu dalam kekang, namun Ia dapat
berlaku seperti Ia telah melepaskan diri dari kekang itu.
Akan namun , bukan hanya itu saja. Dibawanya ranting-ran-
ting palem juga merupakan bagian dari upacara pesta hari
raya Pondok Daun bagi Tuhan (Im. 23:40; Neh. 8:15), dan
di sini mereka memakainya untuk mengungkapkan suka-
cita mereka dalam menyambut kedatangan Tuhan Yesus.
Hal ini menegaskan bahwa seluruh pesta dan perayaan
selalu mengacu kepada Injil-Nya dan digenapi oleh Injil-Nya
itu, terutama yang berkaitan dengan pesta hari raya Pon-
dok Daun ini (Za. 14:16).
(2) Bahwa mereka berseru dengan suara nyaring, Keselamatan
bagi Allah kita (Why. 7:10). Begitu pula di sini, mereka ber-
seru-seru di hadapan-Nya, sebagaimana yang biasa orang
lakukan dalam setiap penyambutan umum, Hosana! Diber-
katilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!
Hosana berarti keselamatan. Kalimat itu dikutip dari Maz-
mur 118:25-26. Lihatlah bagaimana orang banyak ini
Injil Yohanes 12:12-19
855
begitu mengenal firman Allah, dan begitu tepat menerap-
kan firman ini kepada Sang Mesias. Pikiran-pikiran
mulia mengenai Kristus memang paling tepat diungkapkan
melalui perkataan-perkataan yang tercantum dalam firman
Allah. Nah, melalui seruan mereka itu,
[1] Mereka mengakui Tuhan kita Yesus sebagai Raja Israel,
yang datang dalam nama Tuhan. Meskipun kini Dia ada
dalam keadaan yang miskin dan hina, namun , berke-
balikan dengan pandangan para ahli Taurat yang mele-
cehkan Sang Mesias, mereka justru mengakui-Nya
sebagai Raja, yang berbicara mengenai martabat dan
kehormatan-Nya, yang harus kita puja. Seruan itu ber-
bicara mengenai pemerintahan dan kuasa-Nya, yang ke-
padanya kita harus tunduk. Mereka mengakui-Nya se-
bagai,
Pertama, seorang Raja yang benar, yang datang da-
lam nama Tuhan (Mzm. 2:6), yang diutus Allah, bukan
hanya sebagai seorang Nabi, namun juga sebagai Raja.
Kedua, seorang Raja yang telah dijanjikan dan su-
dah lama dinanti-nantikan, Mesias Sang Pangeran, se-
bab Dialah Raja Israel. Sesuai dengan terang yang me-
reka miliki, mereka pun menyatakan-Nya sebagai Raja
Israel di jalan-jalan Yerusalem, dan sebab mereka sen-
diri yaitu orang-orang Israel, dengan demikian mereka
menegaskan-Nya sebagai Raja mereka.
[2] Dengan sepenuh hati mereka mengucapkan selamat
bagi kerajaan-Nya, yang merupakan arti dari kata ho-
sana. Semoga Raja Israel makmur, sebagaimana seruan
kepada Salomo saat dilantik, Hidup raja Salomo (1Raj.
1:39). Dengan menyerukan hosana, mereka mendoakan
tiga hal:
Pertama, supaya kerajaan-Nya datang, berupa te-
rang dan pengetahuan akan kerajaan itu, dan dalam
kuasa dan kedahsyatannya. Semoga Allah mempercepat
pekerjaan Injil.
Kedua, supaya kerajaan-Nya menaklukkan musuh,
dan selalu mengalami kemenangan dalam setiap rin-
tangan (Why. 6:2).
856
Ketiga, supaya kerajaan-Nya terus berlanjut. Hosana
berarti, Semoga Raja hidup selamanya. Semoga keraja-
an-Nya tidak akan pernah hancur, meskipun diganggu
(Mzm. 72:17).
[3] Mereka menyambut-Nya masuk ke kota Yerusalem:
“Sambutlah Dia yang telah datang. Kami sungguh ber-
sukacita melihat-Nya. Datanglah Engkau yang terberkati
oleh Tuhan, supaya kami dapat melimpahkan berkat
kami bagi Dia yang telah memberkati kami.” Penyam-
butan ini serupa dengan (Mzm. 24:7-9), Angkatlah ke-
palamu, hai pintu-pintu gerbang. Demikianlah setiap dari
kita harus menyambut Kristus ke dalam hati kita, yang
artinya, kita harus memuji-Nya dan bergembira di da-
lam Dia. Sebagaimana kita hendaknya merasa sangat
senang dengan keberadaan dan sifat-sifat Allah serta
hubungan-Nya dengan kita, demikian pula kita hendak-
nya bersukacita dengan pribadi dan amanat Tuhan
Yesus, serta tugas-Nya sebagai Sang Pengantara di
antara kita dan Allah. Iman berseru, Diberkatilah Dia
yang datang.
II. Sikap tubuh Kristus dalam menerima penghormatan yang diberi-
kan untuk-Nya itu (ay. 14): Yesus menemukan, atau memperoleh,
seekor keledai muda, lalu Ia naik ke atasnya. Menaiki keledai
seorang diri menunjukkan kesederhanaan dan kerendahan hati-
Nya, sementara kerumunan orang di sekeliling-Nya menyerukan
Hosana.
1. Cara seperti ini lebih dari yang biasa Ia lakukan. Yesus biasa-
nya bepergian dengan berjalan kaki, namun kini Ia mengendarai
sesuatu. Meskipun para pengikut-Nya harus bersedia hidup
dengan cara sederhana dan tidak terpengaruh oleh hal-hal
yang kelihatannya hebat, mereka tetap diperkenankan meng-
gunakan tenaga hewan dalam pekerjaan mereka, sebagaimana
Allah telah mengaruniakan kepada manusia hak untuk ber-
kuasa melalui kovenan yang Ia buat dengan Nuh dan anak-
anaknya.
2. Sekalipun begitu, cara itu pun masih jauh lebih sederhana da-
ripada yang biasa dilakukan para pembesar di dunia ini. Jika
Kristus hendak membuat kedatangan-Nya ke Yerusalem bagai-
Injil Yohanes 12:12-19
857
kan kedatangan seorang pembesar, maka seharusnya Ia me-
ngendarai tandu seperti milik Salomo (Kid. 3:9-10), yang tiang-
tiangnya dibuatnya dari perak, sandarannya dari emas, dan
empat duduknya berwarna ungu. Akan namun , bila kita meni-
liknya dari sudut pandang duniawi, tampil dalam keadaan
seperti ini lebih mirip aib dibanding kehormatan yang seharus-
nya dimiliki Raja Israel, sebab hal itu akan membuat-Nya
seperti ingin terlihat hebat, namun tidak tahu bagaimana
caranya. Kerajaan-Nya bukanlah dari dunia ini, dan sebab
itu, tidak tampil dalam kebesaran secara lahiriah. Kini Ia me-
mang sedang merendahkan diri-Nya, namun dalam penglihatan
yang dialami Yohanes, Kristus terlihat