penolakan Allah terhadap mereka
dan penghancuran tempat mereka, dan jemaat mereka, dan
bangsa mereka, yang saat itu sedang mendekat.
(1) Mereka telah membunuh Tuhan Yesus, dan dengan lancang
dan pongah menghendaki supaya darah-Nya ditanggung-
kan atas mereka dan anak-anak mereka.
(2) Mereka telah membunuh nabi-nabi mereka sendiri (KJV). Demi-
kianlah yang mereka lakukan sejak semula. Nenek moyang
Surat 1 Tesalonika 2:13-16
449
mereka telah melakukannya. Mereka menjadi keturunan
penganiaya.
(3) Mereka membenci rasul-rasul, dan telah melakukan ter-
hadap rasul-rasul itu segala kejahatan semampu yang
dapat mereka lakukan. Mereka menganiaya para rasul, dan
mendesak dan mengejar mereka dari satu tempat ke tem-
pat lain. Dan sebab mereka membunuh Tuhan Yesus,
maka tidaklah mengherankan jika mereka juga menganiaya
para pengikut-Nya.
(4) Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan.
Mereka telah sungguh-sungguh kehilangan seluruh kesa-
daran akan makna agama, dan kepedulian yang seharus-
nya untuk melakukan kewajiban mereka kepada Allah. Me-
reka melakukan kesalahan yang paling mematikan, dengan
berpikir bahwa mereka telah melayani Allah dengan mem-
bunuh pelayan-pelayan Allah. Pembunuhan dan pengania-
yaan adalah hal yang paling dibenci oleh Allah dan tidak
dapat dibenarkan berdasar dalih apa pun. Kedua per-
buatan itu sangat bertentangan dengan agama alamiah
atau animis sehingga tidak ada lembaga agama mana pun,
sejati maupun yang tidak, yang akan membenarkan per-
buatan demikian.
(5) Semua manusia mereka musuhi. Jiwa mereka yang suka
menganiaya itu merupakan jiwa yang menyimpang, berten-
tangan dengan hikmat alam, dan bertentangan dengan peri-
kemanusiaan, bertentangan dengan kesejahteraan umat ma-
nusia, dan bertentangan dengan pandangan semua orang
yang tidak berada di bawah kuasa kefanatikan.
(6) Mereka memiliki rasa permusuhan yang sangat keras terha-
dap bangsa-bangsa lain, dan cemburu sebab Injil ditawar-
kan kepada bangsa-bangsa lain itu: Mereka mau mengha-
lang-halangi para rasul memberitakan firman kepada bang-
sa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. Sebelumnya
sarana keselamatan telah lama diperuntukkan hanya un-
tuk bangsa Yahudi. Keselamatan datang dari bangsa
Yahudi, kata Juruselamat kita. Dan mereka cemburu ter-
hadap bangsa-bangsa lain, dan marah sebab mereka ha-
rus diperbolehkan ikut ambil bagian dalam sarana kese-
lamatan itu. Tidak ada yang membuat mereka marah lebih
450
daripada perkataan Juruselamat kita kepada mereka me-
ngenai hal ini. Orang-orang Yahudi menjadi murka di Yeru-
salem, saat , dalam pembelaan dirinya, Paulus memberi-
tahu mereka, bahwa dia diutus jauh dari sini kepada bang-
sa-bangsa lain (Kis. 22:21). Mereka mendengarkan dia
dengan sabar sampai dia mengucapkan kata-kata ini, namun
kemudian mereka tidak dapat tahan lagi, dan mereka mulai
berteriak, katanya: Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia
tidak layak hidup! Demikianlah orang-orang Yahudi terus-
menerus menambah dosa mereka sampai penuh. Dan tidak
ada lagi yang lebih dapat memenuhi takaran dosa seseorang
atau suatu umat selain daripada menentang Injil, mengha-
langi kemajuannya, dan merintangi keselamatan jiwa-jiwa
yang berharga. sebab hal-hal ini murka telah menimpa
mereka sepenuh-penuhnya. Artinya, murka telah ditetapkan
terhadap mereka, dan akan segera menimpa mereka. Hanya
beberapa tahun saja sesudah ini Yerusalem dihancurkan, dan
bangsa Yahudi dihabisi oleh bangsa Romawi. Perhatikanlah,
saat takaran kejahatan seseorang telah penuh, dan dia
telah berdosa sepenuh-penuhnya, maka datanglah murka,
dan terjadi sampai sepenuh-penuhnya.
Pengaruh Pelayanan Kristiani
(2:17-20)
17 namun kami, saudara-saudara, yang sesaat terpisah dari kamu, jauh di
mata, namun tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar,
telah berusaha untuk datang menjenguk kamu. 18 Sebab kami telah berniat
untuk datang kepada kamu aku, Paulus, malahan lebih dari sekali , namun
Iblis telah mencegah kami. 19 Sebab siapakah pengharapan kami atau suka-
cita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita,
pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? 20 Sungguh, kamulah
kemuliaan kami dan sukacita kami.
Dalam kata-kata ini Rasul Paulus meminta maaf atas ketidakhadir-
annya. Di sini perhatikanlah,
I. Dia memberi tahu jemaat bahwa ia dan teman-teman sepelayanan
terpaksa harus jauh dari mereka: Kami, saudara-saudara, terpi-
sah dari kamu (ay. 17). Seperti itulah kemarahan penganiaya-
Surat 1 Tesalonika 2:17-20
451
penganiayanya. Dia terpaksa mau disuruh pergi pada malam hari
ke Berea (Kis. 17:10).
II. Walaupun dia tidak hadir secara lahiriah, namun dia tetap hadir
dalam batinnya. Dia tetap mengingat mereka, dan sangat peduli
kepada mereka.
III. Bahkan ketidakhadirannya secara lahiriah pun hanya untuk
waktu yang singkat, sesaat lamanya. Waktu yang ada singkat,
seluruh waktu kita di bumi pun singkat dan tidak pasti, tidak
peduli kita ada dengan teman-teman kita maupun tidak hadir
bersama mereka. Dunia ini bukanlah sebuah tempat di mana kita
selalu, atau lama, bersama-sama. Di sorgalah jiwa-jiwa yang
kudus akan bertemu, dan tidak pernah berpisah lagi.
IV. Dia sungguh-sungguh ingin dan berusaha keras bertemu dengan
mereka kembali. Sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah
berusaha untuk datang menjenguk kamu (ay. 17). Demikianlah
Rasul Paulus setidaknya bermaksud supaya ketidakhadirannya
hanya untuk waktu yang singkat. Keinginan dan usaha kerasnya
adalah untuk kembali lagi sesegera mungkin ke Tesalonika. namun
orang yang berusaha bukanlah tuan atas waktu mereka sendiri.
Paulus sudah berusaha keras, dan dia tidak dapat melakukan lebih
dari itu (ay. 18).
V. Dia memberi tahu mereka bahwa Iblis telah mencegah dia kembali
kepada mereka (ay. 18). Artinya, ada musuh atau beberapa mu-
suh, atau musuh besar umat manusia, yang membangkitkan
perlawanan terhadap Paulus, pada waktu kedatangannya kembali
ke Tesalonika, saat dia bermaksud kembali ke sana. Atau mu-
suh itu membangkitkan pertikaian dan perselisihan sedemikian
rupa di tempat-tempat ke mana dia pergi sehingga membuat ke-
hadirannya di sana diperlukan. Perhatikanlah, Iblis adalah mu-
suh tetap bagi pekerjaan Allah, dan dia melakukan segala yang
dapat dia lakukan untuk menghalanginya.
VI. Dia meyakinkan mereka akan kasih sayangnya dan pengharga-
annya yang tinggi terhadap mereka, walaupun dia tidak dapat,
hingga saat itu, hadir bersama mereka sesuai keinginannya. Me-
452
reka adalah pengharapan, dan sukacita, dan mahkota kemegahan
baginya; kemuliaan dan sukacita baginya. Ini adalah ungkapan
kasih sayang yang besar dan menggugah hati, dan rasa penghar-
gaan yang tinggi. Dan sungguhlah menggembirakan bila pelayan-
pelayan Tuhan dan umat sama-sama memiliki kasih dan sikap
menghargai satu sama lain seperti itu, dan terutama jika mereka
akan bersukacita sebab nya, jika orang-orang yang menabur dan
orang-orang yang menuai akan bersukacita bersama, di hadapan
Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya.
VII. Di sini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalonika bah-
wa walaupun dia tidak dapat datang kepada mereka hingga saat
itu, dan walaupun dia tidak akan pernah dapat datang kepada
mereka, namun Tuhan kita Yesus Kristus akan datang, tidak ada
yang akan menghalangi hal ini. Dan lebih jauh lagi, pada saat
Dia datang nanti, semua orang akan muncul di hadirat-Nya, atau
di hadapan-Nya. Para pelayan Tuhan dan umat semuanya pasti
akan muncul di hadapan-Nya, dan orang-orang yang setia akan
menjadi kemuliaan dan sukacita bagi pelayan-pelayan setia pada
hari yang agung dan mulia itu.
PASAL 3
alam pasal ini, Rasul Paulus memberikan bukti lebih lanjut
akan kasihnya kepada jemaat Tesalonika, dengan mengingatkan
mereka bahwa ia sudah mengutus Timotius kepada mereka, sambil
menyebutkan maksudnya dalam pengutusan itu dan apa yang men-
dorong dia untuk melakukannya (ay. 1-5). Ia juga memberi tahu mere-
ka bagaimana ia sangat puas dengan kembalinya Timotius, yang mem-
bawa kabar baik tentang mereka (ay. 6-10). Dan ia menutup dengan
doa yang sungguh-sungguh untuk mereka (ay. 11, sampai selesai).
Pengutusan Timotius
(3:1-5)
1 Kami tidak dapat tahan lagi, sebab itu kami mengambil keputusan untuk
tinggal seorang diri di Atena. 2 Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang
bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk
menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu, 3 supaya
jangan ada orang yang goyang imannya sebab kesusahan-kesusahan ini.
Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu. 4 Sebab, juga waktu
kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa
kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah
terjadi. 5 Itulah sebabnya, maka aku, sebab tidak dapat tahan lagi, telah
mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, sebab aku kuatir kalau-
kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami
menjadi sia-sia.
Dalam ayat-ayat ini, Rasul Paulus memberikan penjelasan tentang
diutusnya Timotius kepada jemaat di Tesalonika. Walaupun ia sendiri
terhalang untuk mengunjungi mereka, namun kasihnya sudah sede-
mikian rupa sehingga ia tidak tahan lagi dan mengutus Timotius
kepada mereka. Walaupun Timotius sangat berguna baginya, dan ia
tidak bisa melepasnya begitu saja, namun demi kebaikan mereka,
Paulus rela tinggal seorang diri di Atena. Perhatikanlah, hamba-ham-
D
454
ba Tuhan tidak menghargai kemapanan dan kesejahteraan jemaat
mereka sebagaimana mestinya, jika mereka tidak bisa menyangkal
diri dalam banyak hal demi kepentingan jemaat. Amatilah,
I. Bagaimana Rasul Paulus menggambarkan Timotius (ay. 2): Kami
mengirim Timotius, saudara kami. Di tempat lain ia menyebut
Timotius anaknya. Di sini ia menyebutnya saudara. Timotius lebih
muda dari Paulus dalam usia, lebih kecil dalam hal karunia dan
anugerah, dan lebih rendah dalam kedudukan dalam pelayanan.
Paulus adalah seorang rasul, sedangkan Timotius hanyalah se-
orang pengabar Injil. Walaupun begitu, Paulus menyebutnya sau-
dara. Ini merupakan contoh kerendahan hati Rasul Paulus, dan
menunjukkan keinginannya untuk memberikan penghormatan
kepada Timotius, dan supaya ia dihargai oleh jemaat-jemaat. Ia
juga menyebutnya hamba Allah. Perhatikanlah, pelayan-pelayan
Injil Kristus adalah hamba Allah, untuk memajukan kerajaan
Allah di antara manusia. Ia juga menyebutnya rekan sekerjanya
dalam Injil Kristus. Perhatikanlah, pelayan-pelayan Injil harus
memandang diri sebagai para pekerja di ladang Tuhan. Mereka
mempunyai jabatan yang terhormat dan pekerjaan yang berat,
namun pekerjaan itu indah. Benarlah perkataan ini: Orang yang
menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang
indah (1Tim. 3:1). Dan hamba-hamba Tuhan harus saling mem-
perhatikan dan menguatkan tangan satu sama lain, bukan saling
bertengkar dan berselisih (yang akan menghambat pekerjaan me-
reka), namun berjuang bersama-sama untuk meneruskan pekerja-
an besar yang mereka emban, yaitu memberitakan dan mengabar-
kan Injil Kristus, dan meyakinkan semua orang untuk memeluk
dan menyambutnya, dan hidup sesuai dengannya.
II. Maksud dan tujuan Paulus mengutus Timotius: Untuk menguat-
kan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu (ay. 2).
Paulus telah mempertobatkan mereka kepada iman Kristen, dan
sekarang ia ingin supaya mereka diteguhkan dan dihibur, supaya
mereka teguh dalam pilihan yang sudah mereka buat untuk
memeluk agama Kristen, dan terhibur dalam pengakuan iman
mereka dan dalam menjalankannya. Perhatikanlah, semakin kita
terhibur, semakin kita akan diteguhkan, sebab jika kita men-
dapat kesenangan di jalan-jalan Allah, maka kita akan tergerak
Surat 1 Tesalonika 3:1-5
455
untuk terus bertekun di dalamnya. Maksud Rasul Paulus adalah
untuk menguatkan dan menghibur jemaat Tesalonika dalam iman
mereka. Bahwa apa yang mereka imani, yaitu kebenaran-kebenar-
an Injil, dan khususnya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat
dunia, yang sedemikian bijak dan baik, sedemikian berkuasa dan
setia, sehingga mereka bisa mengandalkan Dia. Bahwa upah
iman, lebih dari cukup untuk menutupi segala kehilangan mereka
dan membalas segala jerih payah mereka.
III. Alasan yang mendorong Paulus mengutus Timotius untuk tujuan
ini, yaitu ketakutan atau kecemburuan yang kudus, jangan-
jangan iman mereka kepada Kristus sudah goyah (ay. 3). Ia ingin
supaya tidak ada orang, tak seorang pun dari mereka, goyang
atau goncang pikirannya. Ia ingin supaya mereka tidak murtad
atau bimbang dalam iman. Walaupun begitu,
1. Ia menyadari adanya bahaya, dan takut akan akibatnya.
(1) Ada bahaya,
[1] sebab ada kesusahan dan penganiayaan sebab Injil
(ay. 3). Jemaat Tesalonika ini tidak bisa tidak pasti me-
ngetahui kesusahan-kesusahan apa yang sudah diha-
dapi oleh para rasul dan pengabar Injil, dan ini mung-
kin membuat mereka tersandung. Juga, orang-orang
yang mengakui Injil dianiaya, dan tidak diragukan lagi
jemaat Tesalonika ini sendiri menderita kesusahan.
[2] sebab kelicikan dan kejahatan si penggoda. Rasul Pau-
lus takut jangan-jangan dengan suatu cara si penggoda
sudah menggoda mereka (ay. 5). Iblis adalah penggoda
yang licik dan tak kenal lelah, yang mencari-cari kesem-
patan untuk memperdaya dan membinasakan kita, dan
mengambil semua keuntungan melawan kita, baik pada
waktu senang maupun susah. Dan ia sering kali berha-
sil menyerang orang-orang yang sedang kesusahan. Ia
sering kali mencondongkan pikiran-pikiran manusia
melawan agama oleh sebab penderitaan-penderitaan
yang dihadapi mereka yang mengakuinya. Oleh sebab
itu, beralasan bagi kita untuk menjaga diri sendiri dan
orang lain, supaya jangan sampai kita terkena jeratnya.
456
(2) Apa yang ditakutkan Rasul Paulus adalah jangan-jangan
jerih payahnya selama ini sia-sia. Dan memang hal seperti
ini bisa saja terjadi, jika si penggoda berhasil menggoda
mereka, dan menang atas mereka, dengan membuat me-
reka meninggalkan iman mereka. Mereka akan kehilangan
apa yang sudah mereka kerjakan, dan Rasul Paulus akan
kehilangan apa yang sudah diusahakannya. Perhatikanlah,
rancangan Iblis adalah untuk menghalang-halangi buah
dan dampak yang baik dari pengabaran Injil. Jika Iblis
tidak bisa menghalangi hamba-hamba Tuhan dalam mem-
beritakan firman dan mengajar, maka ia, kalau bisa, akan
menghalang-halangi keberhasilan dari usaha-usaha mere-
ka itu. Perhatikan juga, hamba-hamba Tuhan yang setia
sangat peduli akan keberhasilan usaha-usaha mereka. Tak
seorang pun mau bekerja dengan sia-sia. Dan hamba-ham-
ba Tuhan tidak mau menghabiskan tenaga, jerih payah,
dan waktu mereka tanpa hasil apa-apa.
2. Untuk mencegah bahaya ini, beserta akibat buruknya, Rasul
Paulus memberi tahu mereka apa yang menjadi kepeduliannya
dalam mengutus Timotius,
(1) Untuk mengingatkan mereka akan apa yang sudah dikata-
kannya kepada mereka sebelumnya tentang hal mengalami
kesusahan (ay. 4), ia berkata (ay. 3), kita ditentukan untuk
itu, yaitu untuk mengalami penderitaan-penderitaan. Demi-
kianlah, sudah menjadi kehendak dan maksud Allah bah-
wa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus meng-
alami banyak sengsara. Permasalahan dan penganiayaan
mereka tidak terjadi secara kebetulan, bukan sekadar kare-
na amarah dan kejahatan orang-orang yang memusuhi
agama, melainkan sebab sudah ditentukan Allah. Itu ter-
jadi hanya menurut apa yang sudah ditentukan Allah, dan
mereka tahu bahwa Rasul Paulus sudah memberi tahu me-
reka sebelumnya bahwa itu akan terjadi. Ini supaya mereka
tidak menganggapnya aneh dan, sebab sudah diperingat-
kan sedari awal, mereka harus dipersenjatai juga sedari
awal. Perhatikanlah, para rasul sama sekali tidak menye-
nangkan hati orang dengan pengharapan akan mendapat
kemakmuran duniawi bila mereka beragama. Sebaliknya,
Surat 1 Tesalonika 3:6-10
457
mereka justru memberitahukan dengan jelas bahwa orang
harus bersiap-siap menghadapi kesusahan jasmani. Dan
dalam hal ini mereka mengikuti teladan Guru besar mere-
ka, Pencipta iman kita. Selain itu, iman mereka justru ber-
tambah teguh jika mereka memahami bahwa itu hanya
terjadi kepada mereka seperti yang sudah diperkirakan
sebelumnya.
(2) Untuk mengetahui iman mereka, supaya Rasul Paulus bisa
memberi tahu para rasul lain apakah mereka tetap teguh di
bawah segala penderitaan mereka. Apakah iman mereka
gagal atau tidak, sebab kalau iman mereka tidak gagal,
mereka akan mampu berdiri tegak melawan si penggoda
dan semua godaannya. Iman mereka akan menjadi perisai
iman, untuk memadamkan semua panah api dari si jahat
(Ef. 6:16).
Pengutusan Timotius
(3:6-10)
6 namun sekarang, sesudah Timotius datang kembali dari kamu dan membawa
kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa
kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin un-
tuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan
kamu, 7 maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan
kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu. 8 Sekarang
kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan. 9 Sebab
ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas
segala sukacita, yang kami peroleh sebab kamu, di hadapan Allah kita? 10
Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka
dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.
Di sini kita mendapati Rasul Paulus sangat puas atas kembalinya
Timotius dengan membawa kabar baik dari jemaat Tesalonika, yang
di dalamnya kita bisa amati,
I. Laporan baik Timotius mengenai mereka (ay. 6). Tak perlu diper-
tanyakan lagi, senang hati Timotius menyampaikan kabar baik
ini. Tentang iman mereka, yaitu tentang keteguhan mereka di da-
lam iman, bahwa pikiran mereka tidak goncang, tidak pula berpa-
ling dari pengakuan terhadap Injil. Kasih mereka juga terus tercu-
rah, kasih terhadap Injil dan terhadap para pelayan Injil. Sebab
mereka mempunyai kenangan yang baik dan indah tentang para
458
rasul, dan mereka mengingatnya senantiasa, selalu. Nama-nama
para rasul sangat dekat di hati mereka, dan kenangan-kenangan
akan para rasul, serta apa yang sudah mereka terima sendiri dari
para rasul, sangatlah berharga, sampai-sampai mereka ingin ber-
jumpa dengan para rasul lagi, dan menerima suatu karunia rohani
dari mereka. Dan kasih itu tidak bertepuk sebelah tangan, sebab
Rasul Paulus pun sama-sama ingin berjumpa dengan mereka.
Sungguh membahagiakan jika ada saling mengasihi di antara
hamba Tuhan dan jemaat. Ini akan memajukan agama dan keber-
hasilan Injil. Dunia membenci mereka, sebab itu mereka harus
saling mengasihi.
II. Penghiburan dan kepuasan besar yang dirasakan Rasul Paulus
dengan laporan baik mengenai mereka ini (ay. 7-8): Maka kami
juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran
kami menjadi terhibur. Rasul Paulus menganggap kabar baik ten-
tang mereka ini cukup untuk mengimbangi segala kesusahan
yang ia hadapi. Mudah baginya menanggung penderitaan, atau
penganiayaan, atau pertengkaran-pertengkaran dari luar, jika
ia mendapati pelayanannya berhasil dengan baik dan orang-orang
yang sudah ia pertobatkan menjadi Kristen yang tetap teguh. Dan
kegelisahan pikirannya sebab ketakutan-ketakutannya di dalam
batin, bahwa jangan-jangan jerih payahnya selama ini sia-sia, kini
sudah berlalu, saat ia mengetahui iman mereka dan ketekunan
mereka di dalamnya. Ini memberikan hidup dan semangat baru
pada diri Rasul Paulus, dan membuatnya gigih dan giat dalam
mengerjakan pekerjaan Tuhan. Dengan demikian, ia tidak hanya
terhibur, namun juga sangat bersukacita: Sekarang hiduplah kami,
asalkan kamu tetap di dalam Tuhan (ay. 8). Ingin mati rasanya
para rasul, jika orang-orang yang mengaku beragama goyah iman-
nya, atau ternyata murtad, sebab tidak ada hal lain yang lebih
membesarkan hati selain keteguhan iman jemaat mereka.
III. Dampak-dampak dari semuanya ini adalah ucapan syukur dan
doa kepada Allah untuk mereka. Amatilah,
1. Betapa bersyukurnya Rasul Paulus (ay. 9). Ia penuh dengan
sukacita, puji-pujian, dan ucapan syukur. jika kita merasa
sangat gembira, pada saat itulah kita harus banyak-banyak
bersyukur. Apa yang membuat kita bersukacita haruslah kita
Surat 1 Tesalonika 3:6-10
459
syukuri. Inilah artinya bersukacita di hadapan Allah kita, yaitu
memberikan makna rohani pada sukacita kita. Paulus ber-
bicara seolah-olah ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan
ucapan syukurnya kepada Allah, atau sukacita dan kegem-
biraannya atas mereka. namun ia berhati-hati supaya Allah
tidak kehilangan kemuliaan atas penghiburan yang diterima-
nya oleh sebab kesejahteraan teman-temannya. Hatinya dila-
pangkan dengan kasih terhadap mereka dan rasa syukur ke-
pada Allah. Ia mau mengungkapkan kasih dan rasa syukur itu
sebaik yang dia bisa. Mengenai ucapan syukur kepada Allah,
ini memang sangat tidak sempurna dalam keadaan sekarang.
Akan namun , saat sampai di sorga nanti, kita akan melaku-
kannya dengan lebih baik daripada yang bisa kita lakukan
sekarang.
2. Ia berdoa untuk mereka siang dan malam (ay. 10), pagi dan
sore, sangatlah sering, di tengah-tengah pekerjaan di siang hari
atau tidur di malam hari, dengan mengangkat hatinya kepada
Allah di dalam doa. Demikianlah kita harus selalu berdoa. Dan
doa Paulus adalah doa yang sungguh-sungguh. Ia banyak-ba-
nyak berdoa, dan bersungguh-sungguh dalam permohonan-
nya. Perhatikanlah, saat kita merasa sangat bersyukur, kita
harus selalu memberi diri untuk berdoa. Dan apa-apa yang
kita syukuri, masih perlu kita doakan. Orang-orang yang mem-
buat kita paling bersukacita, dan yang merupakan penghiburan
terbesar bagi kita, haruslah selalu kita pedulikan, selama kita
ada di dunia yang penuh dengan godaan dan ketidaksempurna-
an ini. Ada yang masih saja kurang pada iman mereka. Paulus
ingin supaya ini disempurnakan, dan ia ingin melihat wajah
mereka supaya dengan begitu mereka mengusahakan kesem-
purnaan itu. Perhatikanlah,
(1) Orang-orang terbaik sekalipun masih mempunyai keku-
rangan dalam iman mereka, kalau itu bukan pokok dari
iman itu sendiri, sebab ada beberapa rahasia atau ajaran
yang tidak cukup mereka ketahui atau percayai, maka
mungkin itu kejelasan dan kepastian iman mereka, sebab
masih ada kegelapan dan keragu-raguan yang tersisa. Atau
setidak-tidaknya, apa yang kurang itu adalah buah-buah
dan perbuatan-perbuatan iman, sebab buah dan perbuat-
460
an iman itu tidak begitu menonjol dan sempurna seperti
seharusnya. Dan,
(2) Melayani firman dan ketetapan-ketetapan ibadah itu bisa
membantu kita, dan itu harus kita inginkan dan kita pakai
untuk menyempurnakan apa yang kurang pada iman kita.
Doa Kerasulan
(3:11-13)
11 Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan
kami jalan kepadamu. 12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-
tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan ter-
hadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. 13 Kiranya Dia
menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan
Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang
kudus-Nya.
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati doa yang sungguh-sungguh dari
Rasul Paulus. Ia ingin menjadi alat untuk membawa kebaikan lebih
jauh kepada jemaat Tesalonika. Dan satu-satunya cara untuk itu
selama berada jauh dari mereka adalah dengan berdoa untuk mere-
ka, bersama dengan tulisannya atau utusannya kepada mereka. Ia
ingin supaya iman mereka disempurnakan, namun ia tidak bisa men-
jadi orang yang menyebabkan atau menciptakan itu. Sebab, ia tidak
mengaku-ngaku mempunyai kekuasaan atas iman mereka, tidak
pula mempunyai andil di dalamnya, dan sebab itu ia menutup de-
ngan doa untuk mereka. Amatilah,
I. Kepada siapa ia berdoa, yaitu kepada Allah dan Kristus. Doa ada-
lah bagian dari penyembahan, dan semua penyembahan harus
diberikan kepada Allah saja. Di sini doa dipanjatkan kepada Allah,
yaitu Bapa dan Bapa kita, dan juga kepada Kristus, yaitu Yesus
Kristus Tuhan kita. Oleh sebab itu, Yesus Kristus Tuhan kita
adalah Allah, sama seperti Allah Bapa kita adalah Allah. Doa ha-
rus dipersembahkan kepada Allah sebagai Bapa kita. Demikianlah
Kristus mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa. Dan demikian-
lah Roh yang mengangkat mereka menjadi anak mendorong mere-
ka untuk berseru, ya Abba, ya Bapa. Doa tidak hanya dipersem-
bahkan di dalam nama Kristus, namun juga kepada Kristus sendiri,
sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
Surat 1 Tesalonika 3:11-13
461
II. Apa yang didoakannya, untuk dirinya sendiri dan rekan-rekan se-
kerjanya, dan atas nama jemaat Tesalonika.
1. Ia berdoa supaya ia sendiri dan rekan-rekan sekerjanya me-
nempuh perjalanan dengan selamat menuju mereka atas ke-
hendak Allah, supaya mereka ditunjukkan jalan ke jemaat
Tesalonika (ay. 11). Orang akan berpikir bahwa bepergian ke
tempat ini atau itu adalah suatu hal yang sangat bergantung
pada kehendak manusia sendiri, dan ada dalam kekuasaan-
nya sendiri, sehingga Paulus tidak perlu berdoa kepada Allah
untuk itu. namun Rasul Paulus tahu bahwa di dalam Dia kita
hidup, kita bergerak, kita ada, bahwa kita bergantung pada
Allah dalam segala gerak-gerik dan tindakan kita, dan juga
untuk keberlangsungan hidup kita. Ia tahu bahwa Allah Sang
Pemelihara mengatur semua perkara kita, dan bahwa berkat
pemeliharaan itulah kita berhasil mengurus perkara-perkara
kita. Ia tahu bahwa Allah Bapa kita mengarahkan dan meme-
rintah anak-anak-Nya ke mana mereka akan pergi dan apa
yang akan mereka lakukan. Dan ia tahu bahwa Yesus Kristus
Tuhan kita secara khusus mengarahkan gerak-gerik hamba-
hamba-Nya yang setia, yang merupakan bintang-bintang yang
Dia pegang di tangan kanan-Nya itu. Marilah kita mengakui
Allah dalam segala laku kita, maka Ia akan meluruskan jalan
kita.
2. Ia berdoa untuk kesejahteraan jemaat Tesalonika. Entah ia akan
mendapat kesempatan untuk datang menemui mereka atau
tidak, ia sungguh-sungguh berdoa untuk kesejahteraan jiwa me-
reka. Dan ada dua hal yang diinginkannya untuk mereka, yang
juga harus kita inginkan untuk diri kita sendiri dan teman-
teman kita:
(1) Supaya mereka bertambah dan berlimpah di dalam kasih
(ay. 12), dalam kasih satu terhadap yang lain, dan dalam
kasih kepada semua orang. Perhatikanlah, saling menga-
sihi itu dituntut dari semua orang Kristen, dan bukan ha-
nya supaya mereka mengasihi satu sama lain, namun juga
supaya mereka mempunyai sikap pikiran yang penuh kasih
dan kepedulian yang sepatutnya terhadap kesejahteraan
semua orang. Kasih berasal dari Allah, dan merupakan
penggenapan Injil dan juga hukum Taurat. Timotius mem-
462
bawa kabar baik tentang iman jemaat Tesalonika, namun
masih ada yang kurang pada iman mereka itu. Ia juga
membawa kabar baik tentang kasih mereka, namun Rasul
Paulus berdoa supaya kasih ini bertambah dan berlimpah.
Perhatikanlah, beralasan bagi kita untuk ingin betumbuh
dalam setiap anugerah, dan membutuhkan kuasa Roh un-
tuk bertumbuh dalam anugerah. Dan cara untuk memper-
oleh ini adalah dengan doa. Kita berutang pada Allah bu-
kan hanya atas persediaan yang diberikan ke dalam tangan
kita, melainkan juga atas pengembangannya. Dan selain
berdoa, kita juga harus berusaha. Supaya jemaat Tesalonika
tergugah untuk melakukan ini, Rasul Paulus menyebutkan
lagi kasihnya, kasihnya yang berlimpah, kepada mereka.
Semakin kita dikasihi, semakin kita harus penuh kasih.
(2) Supaya mereka kuat dan tak bercacat dalam kekudusan
(ay. 13). Keuntungan rohani ini disebutkan sebagai dampak
dari kasih yang bertambah dan berlimpah: Kiranya Dia
(Tuhan) menguatkan hatimu. Perhatikanlah, semakin kita
bertumbuh dan berlimpah dalam anugerah, dan khusus-
nya dalam anugerah kasih, semakin kita dikuatkan dan di-
teguhkan di dalamnya. Perhatikan juga, kekudusan ditun-
tut dari semua orang yang ingin masuk sorga, dan dalam
kekudusan itu kita tidak boleh bercacat. Yaitu, dalam
segala hal kita harus bertindak sedemikian rupa supaya
tidak sedikit pun kita bertentangan dengan pengakuan kita
untuk hidup kudus. Kita harus berkeinginan supaya hati
kita kuat dalam kekudusan di hadapan Allah, dan dijaga
aman sampai kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Dan kita
juga harus berkeinginan supaya kita tidak bercacat di
hadapan Allah, yaitu Bapa, dalam hidup saat ini, dan dida-
pati tak bercacat di hadapan takhta kemuliaan-Nya kelak,
saat Tuhan Yesus datang dengan orang-orang kudus-
Nya. Perhatikanlah,
[1] Tuhan Yesus pasti akan datang, dan datang dalam ke-
muliaan-Nya.
[2] saat Ia datang, orang-orang kudus-Nya akan datang
bersama-sama dengan Dia: Mereka akan menyatakan
diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Surat 1 Tesalonika 3:11-13
463
[3] Pada saat itu, akan tampak keunggulan serta penting-
nya kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak akan
ada hati yang kuat pada hari itu, dan juga, tanpa keku-
dusan tidak akan ada orang yang tak bercacat, dan
dapat terhindar dari hukuman kekal.
PASAL 4
i pasal ini, Rasul Paulus memberikan nasihat untuk bersung-
guh-sungguh dalam kekudusan, dengan peringatan keras me-
ngenai kecemaran, yang diperkuat dengan beberapa alasan (ay. 1-8).
Lalu dia menyinggung mengenai kewajiban agung untuk mengasihi
sesama saudara, dan ketenangan hati dalam bergiat melakukan
panggilan kita (ay. 9-12). Akhirnya dia mengakhiri pasal ini dengan
penghiburan bagi orang-orang yang berduka sebab kehilangan kera-
bat dan teman-teman mereka yang dipanggil Tuhan (ay. 13-18).
Nasihat tentang Kekudusan;
Peringatan Melawan Kenajisan
(4:1-8)
1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam
Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus
hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti,
namun baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. 2 Kamu
tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas
nama Tuhan Yesus. 3 sebab inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu
supaya kamu menjauhi percabulan, 4 supaya kamu masing-masing mengam-
bil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengu-
dusan dan penghormatan, 5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti
yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, 6 dan supaya dalam
hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau
memperdayakannya. sebab Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini,
seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. 7 Allah
memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa
yang kudus. 8 sebab itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia,
melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus
kepada kamu.
D
466
Di sini kita mendapati,
I. Nasihat untuk bersungguh-sungguh dalam kekudusan, untuk
melakukan hal yang baik dengan lebih bersungguh-sungguh lagi
(ay. 1-2). Dapat kita perhatikan,
1. Cara penyampaian nasihat itu, yaitu dengan penuh kasih sa-
yang. Rasul Paulus memperlakukan mereka sebagai saudara.
Dia memanggil mereka demikan, dan mengasihi mereka seper-
ti saudara juga. sebab kasihnya kepada mereka begitu besar,
dia mendorong mereka dengan sungguh-sungguh: Kami minta
dan nasihatkan kamu. Rasul Paulus tidak ingin ada yang me-
nolak nasihatnya ini, dan sebab itulah dia mengulangi nasi-
hatnya itu, lagi dan lagi.
2. Pokok nasihat ini, yaitu supaya mereka hendaknya lebih ber-
sungguh-sungguh lagi hidup dalam kekudusan, atau unggul
dalam berbagai perbuatan baik, dalam segala pekerjaan yang
baik. Iman mereka memang sudah dikenal luas, dan mereka
sudah menjadi teladan bagi jemaat-jemaat lainnya. Akan te-
tapi, Rasul Paulus ingin supaya mereka terus melampaui yang
lainnya, dan terus membuat kemajuan dalam hal kekudusan.
Perhatikanlah,
(1) Orang-orang yang paling jauh mengungguli kita juga masih
belum sempurna. Yang terbaik di antara kita harus melu-
pakan apa yang telah di belakang kita dan mengarahkan
diri kepada apa yang di hadapan kita.
(2) Tidaklah cukup hanya tinggal dalam iman Injil, namun kita
juga harus bergiat dalam pekerjaan iman. Kita bukan ha-
nya harus setia sampai kesudahannya, namun juga harus
tumbuh menjadi lebih baik dan hidup lebih terarah serta
lebih dekat lagi kepada Allah.
3. Dasar-dasar yang dipakai Rasul Paulus untuk menguatkan
nasihatnya.
(1) Mereka sudah diberitahukan mengenai kewajiban mereka ini
sebelumnya. Mereka tahu kehendak Tuan mereka, dan tidak
bisa mengabaikannya dengan berpura-pura tidak tahu. Se-
bab, iman tanpa perbuatan, seperti juga pengetahuan, ada-
lah mati. Mereka sudah menerima pengajaran dari orang-
orang yang sudah membimbing mereka ke dalam Kekristen-
Surat 1 Tesalonika 4:1-8
467
an, atau sudah diajari oleh orang-orang itu, bagaimana me-
reka harus hidup. Perhatikanlah, rancangan Injil ialah un-
tuk mengajari manusia bukan saja tentang apa yang harus
mereka percayai, namun juga mengenai bagaimana mereka
harus hidup. Bukan semata memenuhi benak manusia
dengan pemikiran-pemikiran, melainkan untuk membim-
bing sikap dan perilaku mereka. Rasul Paulus mengajari
mereka bagaimana harus bertindak, bukan bagaimana ha-
rus berbicara. Berbicara dengan baik tanpa menjalani hidup
dengan baik tidak akan pernah membawa kita ke sorga, se-
bab inilah karakter atau ciri orang-orang yang ada di dalam
Kristus Yesus: mereka tidak hidup menurut daging, namun
menurut Roh.
(2) Dasar lainnya adalah bahwa Rasul Paulus mengajari dan
menasihati mereka di dalam nama, atau dengan kuasa
Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah pelayan dan duta Kristus,
yang mengumandangkan kepada mereka kehendak dan
perintah Tuhan Yesus.
(3) Dasar yang lainnya lagi adalah sebab dengan berlaku se-
perti itu mereka akan menyenangkan Allah. Hidup kudus
paling menyenangkan Allah yang kudus, yang mulia sebab
kekudusan-Nya. Menyenangkan Allah dan diterima oleh-
Nya haruslah menjadi tujuan dan ambisi setiap orang Kris-
ten. Kita tidak boleh berusaha menyenangkan manusia,
atau kedagingan kita, melainkan harus menjalani hidup ini
dengan menyenangkan Allah.
(4) Aturan yang menyatakan bagaimana mereka harus men-
jalani hidup ini dan bagaimana mereka harus berperilaku,
yaitu petunjuk-petunjuk yang telah diberikan kepada mere-
ka atas nama Tuhan Yesus, merupakan perintah dari Tu-
han Yesus Kristus sendiri, sebab diberikan oleh wewenang
dan pengarahan dari-Nya dan seturut dengan kehendak-
Nya. Para rasul Tuhan Yesus Kristus hanya diutus oleh-
Nya untuk mengajari manusia supaya menaati segala se-
suatu yang telah Dia perintahkan kepada mereka (Mat.
28:20). Meskipun mereka memiliki wewenang agung dari
Kristus, mereka tetap harus mengajari manusia apa yang
telah diperintahkan Kristus, bukannya menyampaikan pe-
rintah-perintah mereka sendiri. Mereka tidak bertindak
468
sebagai tuan atas warisan Allah (1Ptr. 5:3), dan siapa pun
juga tidak boleh berbuat demikian dengan mengaku-ngaku
sebagai penerus mereka. Rasul Paulus bisa minta kesaksi-
an dari jemaat di Tesalonika, yang mengenal perintah-
perintah yang sudah diberikannya kepada mereka, bahwa
perintah-perintah itu tiada lain dari yang sudah diterima-
nya dari Tuhan Yesus.
II. Peringatan mengenai kenajisan, yang merupakan dosa yang berten-
tangan langsung dengan pengudusan, atau hidup kudus yang
dinasihatkannya kepada mereka dengan penuh kesungguhan hati.
Peringatan ini diungkapkan dan diperkuat oleh banyak alasan,
1. Peringatan ini diungkapkan dalam kalimat ini: yaitu supaya
kamu menjauhi percabulan (ay. 3), yang harus kita artikan se-
bagai semua rupa kenajisan, baik dalam keadaan sudah meni-
kah maupun tidak menikah. Perzinahan tentu saja termasuk
di dalamnya, meskipun yang terutama disebutkan di sini ada-
lah percabulan. Dan segala jenis kenajisan lainnya juga dila-
rang, yang bahkan untuk membicarakannya saja terasa me-
malukan, meskipun banyak dilakukan orang dengan sembu-
nyi-sembunyi. Semua itu bertentangan dengan kemurnian da-
lam hati, perkataan, dan perbuatan, dan bertentangan dengan
perintah Allah dalam kesepuluh firman-Nya, dan bertentangan
dengan kekudusan yang dipersyaratkan Injil.
2. Ada beberapa alasan yang memperkuat peringatan ini. Seperti,
(1) Jenis pengudusan ini, secara khusus, merupakan kehen-
dak Allah (ay. 3). sebab kehendak Allah-lah kita harus ku-
dus, sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil
kita, dan sebab kita dipilih untuk diselamatkan dalam Roh
yang menguduskan. Dan Allah bukan hanya menginginkan
kekudusan di dalam hati kita, namun juga kemurnian dalam
tubuh kita, dan supaya kita hendaknya membersihkan diri
kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani (2Kor. 7:1).
saat tubuh, sebagaimana yang sudah seharusnya, diper-
sembahkan untuk Allah, diabdikan dan dipisahkan khusus
bagi-Nya, maka tubuh itu harus dipelihara supaya tetap
bersih dan suci bagi pelayanan-Nya. Selain itu, oleh sebab
kemurnian merupakan salah satu bagian dalam pengudus-
Surat 1 Tesalonika 4:1-8
469
an kita, ini merupakan satu hal yang diperintahkan Allah
dalam hukum-Nya dan yang memengaruhi pekerjaan kasih
karunia-Nya dalam diri semua orang percaya sejati.
(2) Kekudusan akan menjadi kehormatan besar kita: seperti
yang jelas-jelas tersirat di dalamnya (ay. 4). Sebaliknya, apa
yang bertentangan dengan kekudusan itu akan menjadi aib
besar. Malunya tidak terhapuskan (Ams. 6:33). Di sini tu-
buh disebut sebagai bejana dari jiwa, yang tinggal di
dalamnya (demikian yang disiratkan dalam 1Sam. 21:5),
dan harus dipelihara supaya tetap bersih dari nafsu-nafsu
kotor. Setiap orang haruslah berhati-hati mengenainya,
sebab tentunya setiap orang menghargai kehormatannya
sendiri dan tidak mau tercela di dalam hal ini, supaya
hawa nafsu dan hasratnya yang rendah tidak mencuat dan
menguasai pemikiran dan hati nuraninya, serta memper-
budak martabat jiwanya yang luhur. Apa lagi yang lebih
tercela selain jiwa yang berakal diperbudak oleh nafsu
tubuh dan keinginan cemar yang rendah?
(3) Menuruti nafsu bejat berarti hidup dan berlaku seperti
orang kafir. Seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak
mengenal Allah (ay. 5). Bangsa-bangsa bukan Yahudi, ter-
utama bangsa Yunani, biasanya tercemar oleh dosa kena-
jisan yang tidak nyata-nyata dilarang oleh hikmat alamiah.
namun , mereka tidaklah mengenal Allah, juga tidak menge-
nal pikiran dan kehendak-Nya sebaik yang dikenal orang-
orang Kristen dan yang seharusnya diketahui orang Kris-
ten, bahwa pengudusan kita merupakan salah satu kehen-
dak-Nya. Oleh sebab itu, tidaklah terlalu mengherankan
bila kaum bukan Yahudi menuruti nafsu dan hasrat keda-
gingan mereka. Akan namun , orang-orang Kristen tidak
boleh hidup sebagaimana kaum bukan Yahudi yang belum
percaya, dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabuk-
an, pesta pora, perjamuan minum, dll. (1Ptr. 4:3), sebab
orang-orang yang ada di dalam Kristus telah menyalibkan
daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
(4) Dosa kecemaran, terutama perzinahan, adalah dosa yang
akan dibalaskan Allah. Biarlah kita memahami kalimat ini,
dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan
saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya
470
(ay. 6), dalam bentuk apa pun en tō pragmati, dalam hal
ini, yang dibicarakan Rasul Paulus dalam ayat-ayat sebe-
lumnya dan sesudahnya, yaitu dosa kecemaran. Beberapa
orang memahaminya sebagai peringatan lebih lanjut me-
ngenai ketidakadilan dan penindasan, segala kecurangan
dan tipu daya dalam berurusan dengan manusia, yang ten-
tu saja merupakan kejahatan dan bertentangan dengan
Injil. sebab itu, orang-orang Kristen tidak boleh meman-
faatkan ketidaktahuan dan kebutuhan orang-orang yang
berurusan dengan mereka, dengan cara memperdayai me-
reka. Mereka juga tidak boleh menipu orang-orang itu de-
ngan bersilat lidah dan kelihaian berbohong. Meski hal ini
sudah lama dilakukan sebagian orang dan tidak pernah
ketahuan sehingga lolos dari penghukuman manusia, na-
mun Allah yang benar tetap akan mengganjarnya. Akan
namun , makna ayat itu mungkin lebih menunjukkan keti-
dakadilan dan kekeliruan dalam banyak perkara yang dila-
kukan oleh dosa kecemaran. Kecabulan atau tindakan
kenajisan lainnya bukan saja mencemari tubuh orang yang
melakukannya (1Kor. 6:18), dan sangat merugikan jiwa dan
raga si pendosa itu sendiri, namun terkadang tindakan-
tindakan itu juga merupakan tindakan ketidakadilan yang
mencelakakan dan menipu orang lain, terutama orang-
orang yang terikat bersama-sama mereka dalam perjanjian
pernikahan, dan juga keturunan mereka. Dan, oleh sebab
dosa ini sifatnya menjijikkan, maka Allah akan membalas-
kannya. Orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi
Allah (Ibr. 13:4). Rasul Paulus sudah memperingatkan hal ini
dan memberi kesaksian mengenainya melalui surat Injil-nya.
Surat ini, selain mengandung janji-janji yang amat besar dan
berharga, juga menyatakan murka Allah dari sorga atas
segala kefasikan dan kelaliman manusia (Rm. 1:18).
(5) Dosa kecemaran bertentangan dengan sifat dan rancangan
panggilan Kekristenan kita: Sebab, Allah memanggil kita
bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa
yang kudus (ay. 7). Hukum Allah melarang segala rupa
kenajisan, dan Injil mengharuskan kesucian termurni. Injil
memanggil kita dari kecemaran kepada kekudusan.
Surat 1 Tesalonika 4:9-12
471
(6) Oleh sebab itu, menghina hukum Allah dan Injil sama juga
dengan menghina Allah sendiri: siapa yang menolak ini
bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah. Seba-
gian orang mungkin menganggap remeh ketentuan menge-
nai kesucian dan kekudusan, sebab mereka mendengar hal
itu dari sesama manusia. Akan namun , Rasul Paulus memberi
tahu mereka bahwa ketentuan itu adalah perintah Allah,
dan melanggarnya berarti menghina Allah. Dia menambah-
kan, Allah telah memberikan juga Roh-Nya kepada orang-
orang Kristen, yang berarti bahwa segala jenis kecemaran
amatlah mendukakan Roh Kudus dan akan memicu-Nya
menjauh dari kita. Selain itu, Roh Kudus diberikan kepada
kita untuk memperlengkapi kita melawan dosa-dosa kece-
maran itu, dan membantu kita mematikan perbuatan-per-
buatan tubuh itu, supaya kita bisa hidup (Rm. 8:13).
Kasih Persaudaraan
(4:9-12)
9 Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, sebab
kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. 10 Hal itu kamu laku-
kan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. namun
kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-
sungguh lagi melakukannya. 11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan
untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan be-
kerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, 12 sehing-
ga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak
bergantung pada mereka.
Melalui perikop di atas, Rasul Paulus menyebutkan kewajiban-kewa-
jiban agung,
I. Berkaitan dengan kasih persaudaraan. Dia mendorong mereka
supaya bertambah-tambah di dalamnya, lebih dan lebih lagi.
Seruan ini dikemukakan bukan sekadar dengan pujian, melain-
kan dengan penghargaan, sebab mereka sangat luar bisa dalam
menerapkan kasih itu, sehingga dia tidaklah perlu menuliskan hal
itu kepada mereka (ay. 9). Jadi, melalui penilaian baiknya menge-
nai mereka, dia memenangkan hati mereka, dan dengan begitu
membuka jalan baginya untuk menasihati mereka. Perhatikanlah,
kita harus memperhatikan hal-hal yang baik dalam diri orang lain
472
dan memuji mereka sebab itu, supaya dengan begitu kita dapat
mendorong mereka untuk terus meningkatkan lagi hal-hal baik
tersebut. Perhatikanlah,
1. Apa yang dihargai tinggi Rasul Paulus pada diri mereka. Itu
bukanlah sebab kebajikan mereka, melainkan lebih sebab
kasih karunia Allah. Walaupun begitu, dia memperhatikan
bahwa mereka sungguh menunjukkan bukti akan adanya
kasih karunia Allah dalam diri mereka.
(1) Kasih karunia Allah-lah yang terutama diperhatikannya:
bahwa Allah sudah mengajari mereka pelajaran yang baik
ini: kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah
(ay. 9). Siapa pun yang melakukan hal baik berarti diajari
Allah untuk melakukannya, dan Allah harus menerima
kemuliaan sebab nya. Semua orang yang diajari mengenai
Allah, pasti diajari dengan pelajaran ini, yaitu supaya sa-
ling mengasihi. Inilah yang menjadi lambang keluarga
Allah. Perhatikan jugalah, pengajaran Roh Kudus melam-
paui pengajaran manusia. Dan, sebagaimana tak ada ma-
nusia yang boleh mengajarkan hal-hal yang berlawanan
dengan apa yang diajarkan Allah, tidak ada seorang pun
juga yang dapat mengajar sedahsyat Dia. Pengajaran ma-
nusia tidak punya kekuatan dan tak berguna, kecuali jika
Allah juga mengajar di dalamnya.
(2) Jemaat di Tesalonika memberikan bukti yang kuat bahwa
mereka sudah diajari oleh Allah melalui kasih mereka ter-
hadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia (ay.
10). Mereka tidak saja mengasihi orang-orang yang ada di
kota dan lingkungan mereka, atau orang-orang yang ada di
dekat mereka dan yang berpendirian serupa, namun kasih
mereka juga meluas. Memang seorang Kristen yang sejati
harus berlaku seperti itu terhadap seluruh orang kudus,
meskipun mereka berjauhan dan berbeda pendapat atau
kebiasaan beribadah.
2. Nasihat itu sendiri ialah supaya mereka terus bertambah-tam-
bah dalam kasih karunia dan tugas agung kasih persaudaraan
ini (ay. 10). Meski jemaat di Tesalonika ini boleh dibilang tidak
perlu lagi mendapat nasihat mengenai kasih persaudaraan,
seolah-olah mereka kurang dalam hal ini, namun mereka tetap
Surat 1 Tesalonika 4:9-12
473
harus didorong supaya berdoa supaya lebih mengasihi lagi,
dan berusaha lagi agar semakin bertambah di dalam kasih.
Tidak ada seorang pun di seberang sorga ini yang dapat me-
ngasihi dengan sempurna. Orang-orang yang hebat dalam hal
kasih ini atau dalam kasih karunia yang lain tetap perlu me-
ningkatkannya dan terus bertekun sampai kesudahannya.
II. Mengenai ketenangan hati dan kegigihan dalam panggilan mere-
ka. Perhatikanlah,
1. Rasul Paulus menasihati mereka di dalam kewajiban-kewajib-
an ini: bahwa mereka harus menganggap sebagai suatu kehor-
matan untuk hidup tenang (ay. 11). Memiliki sifat yang tenang
dan damai serta perilaku yang tenteram dan mendatangkan
kedamaian merupakan suatu hal yang paling didambakan. Hal
ini dapat menjaga kebahagiaan kita dan kebahagiaan orang
lain juga. Orang-orang Kristen memang harus belajar untuk
hidup tenang. Kita harus berusaha keras untuk menjadi
tenang dan damai dalam pikiran kita, bersabar mengendalikan
jiwa kita, dan bersikap tenang terhadap orang lain. Atau untuk
menjadi lemah lembut dan sabar hati, memiliki perangai yang
lemah lembut dan mencari kedamaian, tidak terhasut oleh
pertentangan, persaingan, atau perpecahan. Iblis sangat giat
mengacaukan kita, dan hati kita sendiri pun memiliki kecen-
derungan untuk menjadi tidak tenang. Oleh sebab itu, mari-
lah belajar supaya menjadi tenang. Kelanjutan dari itu, perin-
tah ini menyusul, mengurus persoalan-persoalan sendiri. Jika
kita melampaui batasan ini, kita menjadikan diri kita sendiri
rentan terhadap keresahan. Orang-orang yang suka ikut cam-
pur, mengurusi urusan orang lain, biasanya tidak memiliki
ketenangan dalam pikiran mereka sendiri dan sangat mere-
sahkan sesamanya. Orang-orang demikian setidaknya jarang
mengindahkan nasihat orang lain, supaya bergiat dalam pang-
gilan mereka, untuk bekerja dengan tangan mereka. Akan
namun , inilah yang diperintahkan Rasul Paulus kepada mereka,
dan juga yang harus kita lakukan. Kekristenan tidaklah mem-
bebaskan kita dari pekerjaan dan tugas panggilan khusus kita,
melainkan mengajari kita supaya bergiat di dalamnya.
474
2. Nasihat ini dikuatkan dengan dua alasan, yaitu,
(1) Supaya kita hidup dengan cara yang terhormat. Dengan
demikian kita menjalankan hidup ini dengan jujur, dengan
layak dan terhormat, terhadap orang-orang luar (ay. 12).
Perilaku ini sesuai dengan Injil dan akan menghasilkan
penilaian baik dari orang-orang yang asing terhadap Injil,
bahkan musuh-musuhnya. Perhatikanlah, saat para peme-
luk agama Kristen berlaku lemah lembut dan tenang, giat
melakukan pekerjaan mereka dan tidak turut campur da-
lam urusan orang lain, maka perilaku seperti itu membawa
perhiasan indah bagi agama mereka.
(2) Kita akan hidup dengan nyaman dan tidak kekurangan
apa-apa (ay. 12). Sering kali orang mendatangkan kesesak-
an bagi diri mereka sendiri oleh sebab sifat pemalas mere-
ka, sehingga dengan demikian mereka jadi terjepit dan
kekurangan banyak hal, sementara orang-orang yang giat
bekerja dalam urusan mereka hidup dengan nyaman dan
tidak berkekurangan. Mereka tidak menjadi beban bagi
kawan-kawan mereka dan tidak menjadi batu sandungan
bagi orang yang tidak mengenal mereka. Mereka menafkahi
diri sendiri dan melakukannya dengan senang hati.
Keadaan Orang-orang Kudus
yang Sudah Meninggal
(4:13-18)
13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak menge-
tahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 14 sebab
jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita
percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikum-
pulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 15 Ini kami katakan kepadamu
dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai keda-
tangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah mening-
gal. 16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat
berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari
sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17
sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-
sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demi-
kianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 18 sebab
itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
Surat 1 Tesalonika 4:13-18
475
Melalui kata-kata di atas, Rasul Paulus menghibur jemaat di Tesalo-
nika yang berduka sebab kematian kerabat dan kawan-kawan mere-
ka yang meninggal di dalam Tuhan. Tujuannya ialah untuk melepas-
kan mereka dari duka yang berkepanjangan, atau kepedihan yang
berlebihan mengenai hal itu. Semua kesedihan sebab kematian ka-
wan-kawan memang diperbolehkan. Kita boleh menangis, setidaknya
bagi diri kita sendiri, jika bukan menangis bagi mereka, yaitu mena-
ngis sebab kehilangan yang kita alami, meskipun mereka bisa saja
senang. Akan namun , kita tidak boleh berlebihan dalam dukacita kita,
sebab,
I. Hal itu akan menunjukkan seolah-olah kita tidak punya pengha-
rapan (ay. 13). Tindakan seperti itu lebih mirip perilaku kaum
kafir, yang tidak mempunyai pengharapan mengenai hidup yang
lebih baik sesudah ini. Padahal, sebagai orang Kristen, kita memi-
liki pengharapan yang teguh, pengharapan tentang kehidupan
yang kekal sesudah hidup ini, yang sudah dijanjikan kepada kita
oleh Allah yang tidak berdusta. Hal ini seharusnya mengendalikan
sukacita dan dukacita kita mengenai hal-hal duniawi. Pengharap-
an ini lebih dari cukup untuk menyeimbangkan kepedihan kita
akibat salib apa pun yang sedang kita pikul sekarang.
II. Hal ini adalah akibat ketidaktahuan mengenai orang-orang yang
sudah meninggal (ay. 13). Ada beberapa hal yang harus kita keta-
hui mengenai orang-orang yang sudah berpulang, sebab tempat
yang mereka tuju adalah tempat kegelapan, yang hanya kita keta-
hui sedikit saja dan yang tidak bisa kita hubungi. Menuju ke tem-
pat orang mati sama dengan menuju ke tempat orang-orang yang
tidak kita kenal, dan menjalankan hidup yang tidak kita ketahui.
Kematian adalah suatu hal yang tidak diketahui, dan keadaan
orang-orang yang sudah mati, atau keadaan sesudah kematian,
masih merupakan misteri bagi kita. Akan namun , ada beberapa hal
mengenai orang-orang yang terutama meninggal di dalam Tuhan,
yang kita perlu dan harus ketahui. Dan, jika hal-hal ini benar-
benar dimengerti dan dipertimbangkan, maka semua itu akan
cukup untuk mengurangi kesedihan kita mengenai mereka yang
meninggal.
1. Mereka tidur di dalam Yesus. Mereka tertidur (ay. 13, KJV).
Mereka sudah terlelap di dalam Kristus (1Kor. 15:18, KJV).
476
Kematian tidaklah meniadakan mereka. Itu hanya tidur bagi
mereka. Itu adalah peristirahatan mereka, istirahat yang tidak
terganggu. Mereka sudah mengundurkan diri dari dunia yang
penuh kesukaran ini, untuk beristirahat dari semua susah
payah dan kepedihan mereka, dan mereka tidur di dalam
Yesus (ay. 14). Mereka dipersatukan dengan-Nya dalam kehe-
ningan, terlelap di lengan-Nya, dan berada di bawah peme-
liharaan dan perlindungan istimewa-Nya. Jiwa-jiwa mereka
ada dalam hadirat-Nya, dan debu mereka ada di bawah pen-
jagaan dan kuasa-Nya, sehingga mereka tidaklah hilang, dan
bukan juga orang-orang yang kalah, melainkan menjadi peme-
nang melalui kematian, dan mereka berpindah dari dunia ini
ke tempat yang lebih baik.
2. Mereka akan dibangkitkan dari dunia orang mati, dan diba-
ngunkan dari tidur mereka, sebab mereka akan dikumpulkan
Allah bersama-sama dengan Dia (ay. 14). Pada saat itulah
mereka berada bersama-sama dengan Allah, dan itu lebih baik
daripada saat mereka di sini. Saat Allah datang, Dia akan
membawa serta mereka bersama-Nya. Pengajaran mengenai
kebangkitan dan kedatangan Kristus yang kedua kalinya me-
rupakan obat penawar yang dahsyat dalam melawan ketakut-
an terhadap kematian dan kesedihan yang berkepanjangan
sebab kematian kawan-kawan Kristen kita. Pengajaran ini
memiliki dan memberi jaminan penuh, sebab kita percaya,
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit (ay. 14). Sebagai
orang-orang Kristen, kita patut mengetahui hal ini dan mem-
percayainya. Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan
dasar-dasar agama Kristen, dan memberi kita pengharapan
akan kebangkitan yang penuh sukacita, sebab Kristus telah di-
bangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari
orang-orang yang telah meninggal, dan sebab itu orang-orang
yang yang mati dalam Dia tidaklah binasa ataupun hilang (1Kor.
15:18, 20). Kebangkitan-Nya merupakan peneguhan penuh ter-
hadap seluruh isi Injil, atau seperti yang dikatakan firman
Tuhan, telah mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
3. Keadaan dan kondisi mereka akan penuh kemuliaan dan ke-
bahagiaan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Rasul Paulus memberitahukan hal ini kepada jemaat di Tesa-
lonika dengan firman Tuhan (ay. 15), melalui pewahyuan ilahi
Surat 1 Tesalonika 4:13-18
477
dari Tuhan Yesus. Sebab, meskipun kebangkitan orang mati
dan keadaan mereka yang membahagiakan di masa depan
merupakan bagian dari pernyataan keyakinan para orang ku-
dus di Perjanjian Lama, namun hal itu disingkapkan dengan
lebih jelas di dalam dan oleh Injil