Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 18. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 18. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 18

 


penolakan Allah terhadap mereka 

dan penghancuran tempat mereka, dan jemaat mereka, dan 

bangsa mereka, yang saat itu sedang mendekat. 

(1) Mereka telah membunuh Tuhan Yesus, dan dengan lancang 

dan pongah menghendaki supaya darah-Nya ditanggung-

kan atas mereka dan anak-anak mereka. 

(2) Mereka telah membunuh nabi-nabi mereka sendiri (KJV). Demi-

kianlah yang mereka lakukan sejak semula. Nenek moyang 

Surat 1 Tesalonika 2:13-16 

 449 

mereka telah melakukannya. Mereka menjadi keturunan 

penganiaya. 

(3) Mereka membenci rasul-rasul, dan telah melakukan ter-

hadap rasul-rasul itu segala kejahatan semampu yang 

dapat mereka lakukan. Mereka menganiaya para rasul, dan 

mendesak dan mengejar mereka dari satu tempat ke tem-

pat lain. Dan sebab  mereka membunuh Tuhan Yesus, 

maka tidaklah mengherankan jika mereka juga menganiaya 

para pengikut-Nya. 

(4) Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan. 

Mereka telah sungguh-sungguh kehilangan seluruh kesa-

daran akan makna agama, dan kepedulian yang seharus-

nya untuk melakukan kewajiban mereka kepada Allah. Me-

reka melakukan kesalahan yang paling mematikan, dengan 

berpikir bahwa mereka telah melayani Allah dengan mem-

bunuh pelayan-pelayan Allah. Pembunuhan dan pengania-

yaan adalah hal yang paling dibenci oleh Allah dan tidak 

dapat dibenarkan berdasar  dalih apa pun. Kedua per-

buatan itu sangat bertentangan dengan agama alamiah 

atau animis sehingga tidak ada lembaga agama mana pun, 

sejati maupun yang tidak, yang akan membenarkan per-

buatan demikian.  

(5) Semua manusia mereka musuhi. Jiwa mereka yang suka 

menganiaya itu merupakan jiwa yang menyimpang, berten-

tangan dengan hikmat alam, dan bertentangan dengan peri-

kemanusiaan, bertentangan dengan kesejahteraan umat ma-

nusia, dan bertentangan dengan pandangan semua orang 

yang tidak berada di bawah kuasa kefanatikan. 

(6) Mereka memiliki rasa permusuhan yang sangat keras terha-

dap bangsa-bangsa lain, dan cemburu sebab  Injil ditawar-

kan kepada bangsa-bangsa lain itu: Mereka mau mengha-

lang-halangi para rasul memberitakan firman kepada bang-

sa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. Sebelumnya 

sarana keselamatan telah lama diperuntukkan hanya un-

tuk bangsa Yahudi. Keselamatan datang dari bangsa 

Yahudi, kata Juruselamat kita. Dan mereka cemburu ter-

hadap bangsa-bangsa lain, dan marah sebab  mereka ha-

rus diperbolehkan ikut ambil bagian dalam sarana kese-

lamatan itu. Tidak ada yang membuat mereka marah lebih 


 450

daripada perkataan Juruselamat kita kepada mereka me-

ngenai hal ini. Orang-orang Yahudi menjadi murka di Yeru-

salem, saat , dalam pembelaan dirinya, Paulus memberi-

tahu mereka, bahwa dia diutus jauh dari sini kepada bang-

sa-bangsa lain (Kis. 22:21). Mereka mendengarkan dia 

dengan sabar sampai dia mengucapkan kata-kata ini, namun  

kemudian mereka tidak dapat tahan lagi, dan mereka mulai 

berteriak, katanya: “Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia 

tidak layak hidup!” Demikianlah orang-orang Yahudi terus-

menerus menambah dosa mereka sampai penuh. Dan tidak 

ada lagi yang lebih dapat memenuhi takaran dosa seseorang 

atau suatu umat selain daripada menentang Injil, mengha-

langi kemajuannya, dan merintangi keselamatan jiwa-jiwa 

yang berharga. sebab  hal-hal ini murka telah menimpa 

mereka sepenuh-penuhnya. Artinya, murka telah ditetapkan 

terhadap mereka, dan akan segera menimpa mereka. Hanya 

beberapa tahun saja sesudah  ini Yerusalem dihancurkan, dan 

bangsa Yahudi dihabisi oleh bangsa Romawi. Perhatikanlah, 

saat  takaran kejahatan seseorang telah penuh, dan dia 

telah berdosa sepenuh-penuhnya, maka datanglah murka, 

dan terjadi sampai sepenuh-penuhnya. 

Pengaruh Pelayanan Kristiani 

(2:17-20) 

17 namun  kami, saudara-saudara, yang sesaat  terpisah dari kamu, jauh di 

mata, namun  tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, 

telah berusaha untuk datang menjenguk kamu. 18 Sebab kami telah berniat 

untuk datang kepada kamu – aku, Paulus, malahan lebih dari sekali –, namun  

Iblis telah mencegah kami. 19 Sebab siapakah pengharapan kami atau suka-

cita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, 

pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? 20 Sungguh, kamulah 

kemuliaan kami dan sukacita kami. 

Dalam kata-kata ini Rasul Paulus meminta maaf atas ketidakhadir-

annya. Di sini perhatikanlah, 

I. Dia memberi tahu jemaat bahwa ia dan teman-teman sepelayanan 

terpaksa harus jauh dari mereka: Kami, saudara-saudara, terpi-

sah dari kamu (ay. 17). Seperti itulah kemarahan penganiaya-

Surat 1 Tesalonika 2:17-20 

 451 

penganiayanya. Dia terpaksa mau disuruh pergi pada malam hari 

ke Berea (Kis. 17:10). 

II. Walaupun dia tidak hadir secara lahiriah, namun dia tetap hadir 

dalam batinnya. Dia tetap mengingat mereka, dan sangat peduli 

kepada mereka. 

III. Bahkan ketidakhadirannya secara lahiriah pun hanya untuk 

waktu yang singkat, sesaat  lamanya. Waktu yang ada singkat, 

seluruh waktu kita di bumi pun singkat dan tidak pasti, tidak 

peduli kita ada dengan teman-teman kita maupun tidak hadir 

bersama mereka. Dunia ini bukanlah sebuah tempat di mana kita 

selalu, atau lama, bersama-sama. Di sorgalah jiwa-jiwa yang 

kudus akan bertemu, dan tidak pernah berpisah lagi. 

IV. Dia sungguh-sungguh ingin dan berusaha keras bertemu dengan 

mereka kembali. Sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah 

berusaha untuk datang menjenguk kamu (ay. 17). Demikianlah 

Rasul Paulus setidaknya bermaksud supaya ketidakhadirannya 

hanya untuk waktu yang singkat. Keinginan dan usaha kerasnya 

adalah untuk kembali lagi sesegera mungkin ke Tesalonika. namun  

orang yang berusaha bukanlah tuan atas waktu mereka sendiri. 

Paulus sudah berusaha keras, dan dia tidak dapat melakukan lebih 

dari itu (ay. 18). 

V. Dia memberi tahu mereka bahwa Iblis telah mencegah dia kembali 

kepada mereka (ay. 18). Artinya, ada musuh atau beberapa mu-

suh, atau musuh besar umat manusia, yang membangkitkan 

perlawanan terhadap Paulus, pada waktu kedatangannya kembali 

ke Tesalonika, saat  dia bermaksud kembali ke sana. Atau mu-

suh itu membangkitkan pertikaian dan perselisihan sedemikian 

rupa di tempat-tempat ke mana dia pergi sehingga membuat ke-

hadirannya di sana diperlukan. Perhatikanlah, Iblis adalah mu-

suh tetap bagi pekerjaan Allah, dan dia melakukan segala yang 

dapat dia lakukan untuk menghalanginya. 

VI. Dia meyakinkan mereka akan kasih sayangnya dan pengharga-

annya yang tinggi terhadap mereka, walaupun dia tidak dapat, 

hingga saat itu, hadir bersama mereka sesuai keinginannya. Me-


 452

reka adalah pengharapan, dan sukacita, dan mahkota kemegahan 

baginya; kemuliaan dan sukacita baginya. Ini adalah ungkapan 

kasih sayang yang besar dan menggugah hati, dan rasa penghar-

gaan yang tinggi. Dan sungguhlah menggembirakan bila pelayan-

pelayan Tuhan dan umat sama-sama memiliki kasih dan sikap 

menghargai satu sama lain seperti itu, dan terutama jika mereka 

akan bersukacita sebab nya, jika orang-orang yang menabur dan 

orang-orang yang menuai akan bersukacita bersama, di hadapan 

Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya. 

VII. Di sini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalonika bah-

wa walaupun dia tidak dapat datang kepada mereka hingga saat 

itu, dan walaupun dia tidak akan pernah dapat datang kepada 

mereka, namun Tuhan kita Yesus Kristus akan datang, tidak ada 

yang akan menghalangi hal ini. Dan lebih jauh lagi, pada saat 

Dia datang nanti, semua orang akan muncul di hadirat-Nya, atau 

di hadapan-Nya. Para pelayan Tuhan dan umat semuanya pasti 

akan muncul di hadapan-Nya, dan orang-orang yang setia akan 

menjadi kemuliaan dan sukacita bagi pelayan-pelayan setia pada 

hari yang agung dan mulia itu. 

 

 

 

PASAL  3  

alam pasal ini, Rasul Paulus memberikan bukti lebih lanjut 

akan kasihnya kepada jemaat Tesalonika, dengan mengingatkan 

mereka bahwa ia sudah mengutus Timotius kepada mereka, sambil 

menyebutkan maksudnya dalam pengutusan itu dan apa yang men-

dorong dia untuk melakukannya (ay. 1-5). Ia juga memberi tahu mere-

ka bagaimana ia sangat puas dengan kembalinya Timotius, yang mem-

bawa kabar baik tentang mereka (ay. 6-10). Dan ia menutup dengan 

doa yang sungguh-sungguh untuk mereka (ay. 11, sampai selesai).  

Pengutusan Timotius 

(3:1-5)   

1 Kami tidak dapat tahan lagi, sebab  itu kami mengambil keputusan untuk 

tinggal seorang diri di Atena. 2 Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang 

bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk 

menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu, 3 supaya 

jangan ada orang yang goyang imannya sebab  kesusahan-kesusahan ini. 

Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu. 4 Sebab, juga waktu

kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa 

kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah 

terjadi. 5 Itulah sebabnya, maka aku, sebab  tidak dapat tahan lagi, telah 

mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, sebab  aku kuatir kalau-

kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami 

menjadi sia-sia. 

Dalam ayat-ayat ini, Rasul Paulus memberikan penjelasan tentang 

diutusnya Timotius kepada jemaat di Tesalonika. Walaupun ia sendiri 

terhalang untuk mengunjungi mereka, namun kasihnya sudah sede-

mikian rupa sehingga ia tidak tahan lagi dan mengutus Timotius 

kepada mereka. Walaupun Timotius sangat berguna baginya, dan ia 

tidak bisa melepasnya begitu saja, namun demi kebaikan mereka, 

Paulus rela tinggal seorang diri di Atena. Perhatikanlah, hamba-ham-


 454

ba Tuhan tidak menghargai kemapanan dan kesejahteraan jemaat 

mereka sebagaimana mestinya, jika mereka tidak bisa menyangkal 

diri dalam banyak hal demi kepentingan jemaat. Amatilah,   

I.  Bagaimana Rasul Paulus menggambarkan Timotius (ay. 2): Kami 

mengirim Timotius, saudara kami. Di tempat lain ia menyebut 

Timotius anaknya. Di sini ia menyebutnya saudara. Timotius lebih 

muda dari Paulus dalam usia, lebih kecil dalam hal karunia dan 

anugerah, dan lebih rendah dalam kedudukan dalam pelayanan. 

Paulus adalah seorang rasul, sedangkan Timotius hanyalah se-

orang pengabar Injil. Walaupun begitu, Paulus menyebutnya sau-

dara. Ini merupakan contoh kerendahan hati Rasul Paulus, dan 

menunjukkan keinginannya untuk memberikan penghormatan 

kepada Timotius, dan supaya ia dihargai oleh jemaat-jemaat. Ia 

juga menyebutnya hamba Allah. Perhatikanlah, pelayan-pelayan 

Injil Kristus adalah hamba Allah, untuk memajukan kerajaan 

Allah di antara manusia. Ia juga menyebutnya rekan sekerjanya 

dalam Injil Kristus. Perhatikanlah, pelayan-pelayan Injil harus 

memandang diri sebagai para pekerja di ladang Tuhan. Mereka 

mempunyai jabatan yang terhormat dan pekerjaan yang berat, 

namun pekerjaan itu indah. Benarlah perkataan ini: “Orang yang 

menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang 

indah” (1Tim. 3:1). Dan hamba-hamba Tuhan harus saling mem-

perhatikan dan menguatkan tangan satu sama lain, bukan saling 

bertengkar dan berselisih (yang akan menghambat pekerjaan me-

reka), namun  berjuang bersama-sama untuk meneruskan pekerja-

an besar yang mereka emban, yaitu memberitakan dan mengabar-

kan Injil Kristus, dan meyakinkan semua orang untuk memeluk 

dan menyambutnya, dan hidup sesuai dengannya. 

II.  Maksud dan tujuan Paulus mengutus Timotius: Untuk menguat-

kan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu (ay. 2). 

Paulus telah mempertobatkan mereka kepada iman Kristen, dan 

sekarang ia ingin supaya mereka diteguhkan dan dihibur, supaya 

mereka teguh dalam pilihan yang sudah mereka buat untuk 

memeluk agama Kristen, dan terhibur dalam pengakuan iman 

mereka dan dalam menjalankannya. Perhatikanlah, semakin kita 

terhibur, semakin kita akan diteguhkan, sebab  jika kita men-

dapat kesenangan di jalan-jalan Allah, maka kita akan tergerak 

Surat 1 Tesalonika 3:1-5 

 455 

untuk terus bertekun di dalamnya. Maksud Rasul Paulus adalah 

untuk menguatkan dan menghibur jemaat Tesalonika dalam iman 

mereka. Bahwa apa yang mereka imani, yaitu kebenaran-kebenar-

an Injil, dan khususnya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat 

dunia, yang sedemikian bijak dan baik, sedemikian berkuasa dan 

setia, sehingga mereka bisa mengandalkan Dia. Bahwa upah 

iman, lebih dari cukup untuk menutupi segala kehilangan mereka 

dan membalas segala jerih payah mereka.   

III. Alasan yang mendorong Paulus mengutus Timotius untuk tujuan 

ini, yaitu ketakutan atau kecemburuan yang kudus, jangan-

jangan iman mereka kepada Kristus sudah goyah (ay. 3). Ia ingin 

supaya tidak ada orang, tak seorang pun dari mereka, goyang 

atau goncang pikirannya. Ia ingin supaya mereka tidak murtad 

atau bimbang dalam iman. Walaupun begitu, 

1. Ia menyadari adanya bahaya, dan takut akan akibatnya. 

(1) Ada bahaya,  

[1] sebab  ada kesusahan dan penganiayaan sebab  Injil 

(ay. 3). Jemaat Tesalonika ini tidak bisa tidak pasti me-

ngetahui kesusahan-kesusahan apa yang sudah diha-

dapi oleh para rasul dan pengabar Injil, dan ini mung-

kin membuat mereka tersandung. Juga, orang-orang 

yang mengakui Injil dianiaya, dan tidak diragukan lagi 

jemaat Tesalonika ini sendiri menderita kesusahan.  

[2] sebab  kelicikan dan kejahatan si penggoda. Rasul Pau-

lus takut jangan-jangan dengan suatu cara si penggoda 

sudah menggoda mereka (ay. 5). Iblis adalah penggoda 

yang licik dan tak kenal lelah, yang mencari-cari kesem-

patan untuk memperdaya dan membinasakan kita, dan 

mengambil semua keuntungan melawan kita, baik pada 

waktu senang maupun susah. Dan ia sering kali berha-

sil menyerang orang-orang yang sedang kesusahan. Ia 

sering kali mencondongkan pikiran-pikiran manusia 

melawan agama oleh sebab  penderitaan-penderitaan 

yang dihadapi mereka yang mengakuinya. Oleh sebab 

itu, beralasan bagi kita untuk menjaga diri sendiri dan 

orang lain, supaya jangan sampai kita terkena jeratnya. 


 456

(2) Apa yang ditakutkan Rasul Paulus adalah jangan-jangan 

jerih payahnya selama ini sia-sia. Dan memang hal seperti 

ini bisa saja terjadi, jika si penggoda berhasil menggoda 

mereka, dan menang atas mereka, dengan membuat me-

reka meninggalkan iman mereka. Mereka akan kehilangan 

apa yang sudah mereka kerjakan, dan Rasul Paulus akan 

kehilangan apa yang sudah diusahakannya. Perhatikanlah, 

rancangan Iblis adalah untuk menghalang-halangi buah 

dan dampak yang baik dari pengabaran Injil. Jika Iblis 

tidak bisa menghalangi hamba-hamba Tuhan dalam mem-

beritakan firman dan mengajar, maka ia, kalau bisa, akan 

menghalang-halangi keberhasilan dari usaha-usaha mere-

ka itu. Perhatikan juga, hamba-hamba Tuhan yang setia 

sangat peduli akan keberhasilan usaha-usaha mereka. Tak 

seorang pun mau bekerja dengan sia-sia. Dan hamba-ham-

ba Tuhan tidak mau menghabiskan tenaga, jerih payah, 

dan waktu mereka tanpa hasil apa-apa. 

2.  Untuk mencegah bahaya ini, beserta akibat buruknya, Rasul 

Paulus memberi tahu mereka apa yang menjadi kepeduliannya 

dalam mengutus Timotius,  

(1) Untuk mengingatkan mereka akan apa yang sudah dikata-

kannya kepada mereka sebelumnya tentang hal mengalami 

kesusahan (ay. 4), ia berkata (ay. 3), kita ditentukan untuk 

itu, yaitu untuk mengalami penderitaan-penderitaan. Demi-

kianlah, sudah menjadi kehendak dan maksud Allah bah-

wa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus meng-

alami banyak sengsara. Permasalahan dan penganiayaan 

mereka tidak terjadi secara kebetulan, bukan sekadar kare-

na amarah dan kejahatan orang-orang yang memusuhi 

agama, melainkan sebab  sudah ditentukan Allah. Itu ter-

jadi hanya menurut apa yang sudah ditentukan Allah, dan 

mereka tahu bahwa Rasul Paulus sudah memberi tahu me-

reka sebelumnya bahwa itu akan terjadi. Ini supaya mereka 

tidak menganggapnya aneh dan, sebab  sudah diperingat-

kan sedari awal, mereka harus dipersenjatai juga sedari 

awal. Perhatikanlah, para rasul sama sekali tidak menye-

nangkan hati orang dengan pengharapan akan mendapat 

kemakmuran duniawi bila mereka beragama. Sebaliknya,

Surat 1 Tesalonika 3:6-10 

 457 

 mereka justru memberitahukan dengan jelas bahwa orang 

harus bersiap-siap menghadapi kesusahan jasmani. Dan 

dalam hal ini mereka mengikuti teladan Guru besar mere-

ka, Pencipta iman kita. Selain itu, iman mereka justru ber-

tambah teguh jika mereka memahami bahwa itu hanya 

terjadi kepada mereka seperti yang sudah diperkirakan 

sebelumnya.  

(2)  Untuk mengetahui iman mereka, supaya Rasul Paulus bisa 

memberi tahu para rasul lain apakah mereka tetap teguh di 

bawah segala penderitaan mereka. Apakah iman mereka 

gagal atau tidak, sebab  kalau iman mereka tidak gagal, 

mereka akan mampu berdiri tegak melawan si penggoda 

dan semua godaannya. Iman mereka akan menjadi perisai 

iman, untuk memadamkan semua panah api dari si jahat 

(Ef. 6:16).  

Pengutusan Timotius 

(3:6-10)  

6 namun  sekarang, sesudah  Timotius datang kembali dari kamu dan membawa 

kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa 

kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin un-

tuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan 

kamu, 7 maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan 

kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu. 8 Sekarang 

kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan. 9 Sebab 

ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas 

segala sukacita, yang kami peroleh sebab  kamu, di hadapan Allah kita? 10 

Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka 

dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.  

Di sini kita mendapati Rasul Paulus sangat puas atas kembalinya 

Timotius dengan membawa kabar baik dari jemaat Tesalonika, yang 

di dalamnya kita bisa amati, 

I. Laporan baik Timotius mengenai mereka (ay. 6). Tak perlu diper-

tanyakan lagi, senang hati Timotius menyampaikan kabar baik 

ini. Tentang iman mereka, yaitu tentang keteguhan mereka di da-

lam iman, bahwa pikiran mereka tidak goncang, tidak pula berpa-

ling dari pengakuan terhadap Injil. Kasih mereka juga terus tercu-

rah, kasih terhadap Injil dan terhadap para pelayan Injil. Sebab 

mereka mempunyai kenangan yang baik dan indah tentang para 


 458

rasul, dan mereka mengingatnya senantiasa, selalu. Nama-nama 

para rasul sangat dekat di hati mereka, dan kenangan-kenangan 

akan para rasul, serta apa yang sudah mereka terima sendiri dari 

para rasul, sangatlah berharga, sampai-sampai mereka ingin ber-

jumpa dengan para rasul lagi, dan menerima suatu karunia rohani 

dari mereka. Dan kasih itu tidak bertepuk sebelah tangan, sebab 

Rasul Paulus pun sama-sama ingin berjumpa dengan mereka. 

Sungguh membahagiakan jika ada saling mengasihi di antara 

hamba Tuhan dan jemaat. Ini akan memajukan agama dan keber-

hasilan Injil. Dunia membenci mereka, sebab  itu mereka harus 

saling mengasihi. 

II. Penghiburan dan kepuasan besar yang dirasakan Rasul Paulus 

dengan laporan baik mengenai mereka ini (ay. 7-8): Maka kami 

juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran 

kami menjadi terhibur. Rasul Paulus menganggap kabar baik ten-

tang mereka ini cukup untuk mengimbangi segala kesusahan 

yang ia hadapi. Mudah baginya menanggung penderitaan, atau 

penganiayaan, atau pertengkaran-pertengkaran dari luar, jika 

ia mendapati pelayanannya berhasil dengan baik dan orang-orang 

yang sudah ia pertobatkan menjadi Kristen yang tetap teguh. Dan 

kegelisahan pikirannya sebab  ketakutan-ketakutannya di dalam 

batin, bahwa jangan-jangan jerih payahnya selama ini sia-sia, kini 

sudah berlalu, saat  ia mengetahui iman mereka dan ketekunan 

mereka di dalamnya. Ini memberikan hidup dan semangat baru 

pada diri Rasul Paulus, dan membuatnya gigih dan giat dalam 

mengerjakan pekerjaan Tuhan. Dengan demikian, ia tidak hanya 

terhibur, namun  juga sangat bersukacita: Sekarang hiduplah kami, 

asalkan kamu tetap di dalam Tuhan (ay. 8). Ingin mati rasanya 

para rasul, jika orang-orang yang mengaku beragama goyah iman-

nya, atau ternyata murtad, sebab  tidak ada hal lain yang lebih 

membesarkan hati selain keteguhan iman jemaat mereka. 

III. Dampak-dampak dari semuanya ini adalah ucapan syukur dan 

doa kepada Allah untuk mereka. Amatilah,  

1. Betapa bersyukurnya Rasul Paulus (ay. 9). Ia penuh dengan 

sukacita, puji-pujian, dan ucapan syukur. jika kita merasa 

sangat gembira, pada saat itulah kita harus banyak-banyak 

bersyukur. Apa yang membuat kita bersukacita haruslah kita 

Surat 1 Tesalonika 3:6-10 

 459 

syukuri. Inilah artinya bersukacita di hadapan Allah kita, yaitu 

memberikan makna rohani pada sukacita kita. Paulus ber-

bicara seolah-olah ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan 

ucapan syukurnya kepada Allah, atau sukacita dan kegem-

biraannya atas mereka. namun  ia berhati-hati supaya Allah 

tidak kehilangan kemuliaan atas penghiburan yang diterima-

nya oleh sebab  kesejahteraan teman-temannya. Hatinya dila-

pangkan dengan kasih terhadap mereka dan rasa syukur ke-

pada Allah. Ia mau mengungkapkan kasih dan rasa syukur itu 

sebaik yang dia bisa. Mengenai ucapan syukur kepada Allah, 

ini memang sangat tidak sempurna dalam keadaan sekarang. 

Akan namun , saat  sampai di sorga nanti, kita akan melaku-

kannya dengan lebih baik daripada yang bisa kita lakukan 

sekarang.  

2. Ia berdoa untuk mereka siang dan malam (ay. 10), pagi dan 

sore, sangatlah sering, di tengah-tengah pekerjaan di siang hari 

atau tidur di malam hari, dengan mengangkat hatinya kepada 

Allah di dalam doa. Demikianlah kita harus selalu berdoa. Dan 

doa Paulus adalah doa yang sungguh-sungguh. Ia banyak-ba-

nyak berdoa, dan bersungguh-sungguh dalam permohonan-

nya. Perhatikanlah, saat  kita merasa sangat bersyukur, kita 

harus selalu memberi diri untuk berdoa. Dan apa-apa yang 

kita syukuri, masih perlu kita doakan. Orang-orang yang mem-

buat kita paling bersukacita, dan yang merupakan penghiburan 

terbesar bagi kita, haruslah selalu kita pedulikan, selama kita 

ada di dunia yang penuh dengan godaan dan ketidaksempurna-

an ini. Ada yang masih saja kurang pada iman mereka. Paulus 

ingin supaya ini disempurnakan, dan ia ingin melihat wajah 

mereka supaya dengan begitu mereka mengusahakan kesem-

purnaan itu. Perhatikanlah,  

(1) Orang-orang terbaik sekalipun masih mempunyai keku-

rangan dalam iman mereka, kalau itu bukan pokok dari 

iman itu sendiri, sebab ada beberapa rahasia atau ajaran 

yang tidak cukup mereka ketahui atau percayai, maka 

mungkin itu kejelasan dan kepastian iman mereka, sebab 

masih ada kegelapan dan keragu-raguan yang tersisa. Atau 

setidak-tidaknya, apa yang kurang itu adalah buah-buah 

dan perbuatan-perbuatan iman, sebab  buah dan perbuat-


 460

an iman itu tidak begitu menonjol dan sempurna seperti 

seharusnya. Dan,  

(2) Melayani firman dan ketetapan-ketetapan ibadah itu bisa 

membantu kita, dan itu harus kita inginkan dan kita pakai 

untuk menyempurnakan apa yang kurang pada iman kita. 

Doa Kerasulan 

(3:11-13)  

11 Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan 

kami jalan kepadamu. 12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-

tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan ter-

hadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. 13 Kiranya Dia 

menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan 

Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang 

kudus-Nya.  

Dalam ayat-ayat ini kita mendapati doa yang sungguh-sungguh dari 

Rasul Paulus. Ia ingin menjadi alat untuk membawa kebaikan lebih 

jauh kepada jemaat Tesalonika. Dan satu-satunya cara untuk itu 

selama berada jauh dari mereka adalah dengan berdoa untuk mere-

ka, bersama dengan tulisannya atau utusannya kepada mereka. Ia 

ingin supaya iman mereka disempurnakan, namun  ia tidak bisa men-

jadi orang yang menyebabkan atau menciptakan itu. Sebab, ia tidak 

mengaku-ngaku mempunyai kekuasaan atas iman mereka, tidak 

pula mempunyai andil di dalamnya, dan sebab  itu ia menutup de-

ngan doa untuk mereka. Amatilah, 

I. Kepada siapa ia berdoa, yaitu kepada Allah dan Kristus. Doa ada-

lah bagian dari penyembahan, dan semua penyembahan harus 

diberikan kepada Allah saja. Di sini doa dipanjatkan kepada Allah, 

yaitu Bapa dan Bapa kita, dan juga kepada Kristus, yaitu Yesus 

Kristus Tuhan kita. Oleh sebab  itu, Yesus Kristus Tuhan kita 

adalah Allah, sama seperti Allah Bapa kita adalah Allah. Doa ha-

rus dipersembahkan kepada Allah sebagai Bapa kita. Demikianlah 

Kristus mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa. Dan demikian-

lah Roh yang mengangkat mereka menjadi anak mendorong mere-

ka untuk berseru, ya Abba, ya Bapa. Doa tidak hanya dipersem-

bahkan di dalam nama Kristus, namun  juga kepada Kristus sendiri, 

sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. 

Surat 1 Tesalonika 3:11-13 

 461 

II. Apa yang didoakannya, untuk dirinya sendiri dan rekan-rekan se-

kerjanya, dan atas nama jemaat Tesalonika. 

1.  Ia berdoa supaya ia sendiri dan rekan-rekan sekerjanya me-

nempuh perjalanan dengan selamat menuju mereka atas ke-

hendak Allah, supaya mereka ditunjukkan jalan ke jemaat 

Tesalonika (ay. 11). Orang akan berpikir bahwa bepergian ke 

tempat ini atau itu adalah suatu hal yang sangat bergantung 

pada kehendak manusia sendiri, dan ada dalam kekuasaan-

nya sendiri, sehingga Paulus tidak perlu berdoa kepada Allah 

untuk itu. namun  Rasul Paulus tahu bahwa di dalam Dia kita 

hidup, kita bergerak, kita ada, bahwa kita bergantung pada 

Allah dalam segala gerak-gerik dan tindakan kita, dan juga 

untuk keberlangsungan hidup kita. Ia tahu bahwa Allah Sang 

Pemelihara mengatur semua perkara kita, dan bahwa berkat 

pemeliharaan itulah kita berhasil mengurus perkara-perkara 

kita. Ia tahu bahwa Allah Bapa kita mengarahkan dan meme-

rintah anak-anak-Nya ke mana mereka akan pergi dan apa 

yang akan mereka lakukan. Dan ia tahu bahwa Yesus Kristus 

Tuhan kita secara khusus mengarahkan gerak-gerik hamba-

hamba-Nya yang setia, yang merupakan bintang-bintang yang 

Dia pegang di tangan kanan-Nya itu. Marilah kita mengakui 

Allah dalam segala laku kita, maka Ia akan meluruskan jalan 

kita. 

2.  Ia berdoa untuk kesejahteraan jemaat Tesalonika. Entah ia akan 

mendapat kesempatan untuk datang menemui mereka atau 

tidak, ia sungguh-sungguh berdoa untuk kesejahteraan jiwa me-

reka. Dan ada dua hal yang diinginkannya untuk mereka, yang 

juga harus kita inginkan untuk diri kita sendiri dan teman-

teman kita: 

(1) Supaya mereka bertambah dan berlimpah di dalam kasih 

(ay. 12), dalam kasih satu terhadap yang lain, dan dalam 

kasih kepada semua orang. Perhatikanlah, saling menga-

sihi itu dituntut dari semua orang Kristen, dan bukan ha-

nya supaya mereka mengasihi satu sama lain, namun  juga 

supaya mereka mempunyai sikap pikiran yang penuh kasih 

dan kepedulian yang sepatutnya terhadap kesejahteraan 

semua orang. Kasih berasal dari Allah, dan merupakan 

penggenapan Injil dan juga hukum Taurat. Timotius mem-


 462

bawa kabar baik tentang iman jemaat Tesalonika, namun 

masih ada yang kurang pada iman mereka itu. Ia juga 

membawa kabar baik tentang kasih mereka, namun Rasul 

Paulus berdoa supaya kasih ini bertambah dan berlimpah. 

Perhatikanlah, beralasan bagi kita untuk ingin betumbuh 

dalam setiap anugerah, dan membutuhkan kuasa Roh un-

tuk bertumbuh dalam anugerah. Dan cara untuk memper-

oleh ini adalah dengan doa. Kita berutang pada Allah bu-

kan hanya atas persediaan yang diberikan ke dalam tangan 

kita, melainkan juga atas pengembangannya. Dan selain 

berdoa, kita juga harus berusaha. Supaya jemaat Tesalonika 

tergugah untuk melakukan ini, Rasul Paulus menyebutkan 

lagi kasihnya, kasihnya yang berlimpah, kepada mereka. 

Semakin kita dikasihi, semakin kita harus penuh kasih.  

(2) Supaya mereka kuat dan tak bercacat dalam kekudusan 

(ay. 13). Keuntungan rohani ini disebutkan sebagai dampak 

dari kasih yang bertambah dan berlimpah: Kiranya Dia 

(Tuhan) menguatkan hatimu. Perhatikanlah, semakin kita 

bertumbuh dan berlimpah dalam anugerah, dan khusus-

nya dalam anugerah kasih, semakin kita dikuatkan dan di-

teguhkan di dalamnya. Perhatikan juga, kekudusan ditun-

tut dari semua orang yang ingin masuk sorga, dan dalam 

kekudusan itu kita tidak boleh bercacat. Yaitu, dalam 

segala hal kita harus bertindak sedemikian rupa supaya 

tidak sedikit pun kita bertentangan dengan pengakuan kita 

untuk hidup kudus. Kita harus berkeinginan supaya hati 

kita kuat dalam kekudusan di hadapan Allah, dan dijaga 

aman sampai kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Dan kita 

juga harus berkeinginan supaya kita tidak bercacat di 

hadapan Allah, yaitu Bapa, dalam hidup saat ini, dan dida-

pati tak bercacat di hadapan takhta kemuliaan-Nya kelak, 

saat  Tuhan Yesus datang dengan orang-orang kudus-

Nya. Perhatikanlah,  

[1] Tuhan Yesus pasti akan datang, dan datang dalam ke-

muliaan-Nya.  

[2] saat  Ia datang, orang-orang kudus-Nya akan datang 

bersama-sama dengan Dia: Mereka akan menyatakan 

diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.  

Surat 1 Tesalonika 3:11-13 

 463 

[3] Pada saat itu, akan tampak keunggulan serta penting-

nya kekudusan, sebab  tanpa kekudusan tidak akan 

ada hati yang kuat pada hari itu, dan juga, tanpa keku-

dusan tidak akan ada orang yang tak bercacat, dan 

dapat terhindar dari hukuman kekal. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  4  

i pasal ini, Rasul Paulus memberikan nasihat untuk bersung-

guh-sungguh dalam kekudusan, dengan peringatan keras me-

ngenai kecemaran, yang diperkuat dengan beberapa alasan (ay. 1-8). 

Lalu dia menyinggung mengenai kewajiban agung untuk mengasihi 

sesama saudara, dan ketenangan hati dalam bergiat melakukan 

panggilan kita (ay. 9-12). Akhirnya dia mengakhiri pasal ini dengan 

penghiburan bagi orang-orang yang berduka sebab  kehilangan kera-

bat dan teman-teman mereka yang dipanggil Tuhan (ay. 13-18).  

Nasihat tentang Kekudusan;  

Peringatan Melawan Kenajisan 

(4:1-8) 

1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam 

Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus 

hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, 

namun  baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. 2 Kamu 

tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas 

nama Tuhan Yesus. 3 sebab  inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu 

supaya kamu menjauhi percabulan, 4 supaya kamu masing-masing mengam-

bil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengu-

dusan dan penghormatan, 5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti 

yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, 6 dan supaya dalam 

hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau 

memperdayakannya. sebab  Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, 

seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. 7 Allah 

memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa 

yang kudus. 8 sebab  itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, 

melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus 

kepada kamu. 


 466

Di sini kita mendapati, 

I.  Nasihat untuk bersungguh-sungguh dalam kekudusan, untuk 

melakukan hal yang baik dengan lebih bersungguh-sungguh lagi 

(ay. 1-2). Dapat kita perhatikan, 

1.  Cara penyampaian nasihat itu, yaitu dengan penuh kasih sa-

yang. Rasul Paulus memperlakukan mereka sebagai saudara. 

Dia memanggil mereka demikan, dan mengasihi mereka seper-

ti saudara juga. sebab  kasihnya kepada mereka begitu besar, 

dia mendorong mereka dengan sungguh-sungguh: Kami minta 

dan nasihatkan kamu. Rasul Paulus tidak ingin ada yang me-

nolak nasihatnya ini, dan sebab  itulah dia mengulangi nasi-

hatnya itu, lagi dan lagi.  

2.  Pokok nasihat ini, yaitu supaya mereka hendaknya lebih ber-

sungguh-sungguh lagi hidup dalam kekudusan, atau unggul 

dalam berbagai perbuatan baik, dalam segala pekerjaan yang 

baik. Iman mereka memang sudah dikenal luas, dan mereka 

sudah menjadi teladan bagi jemaat-jemaat lainnya. Akan te-

tapi, Rasul Paulus ingin supaya mereka terus melampaui yang 

lainnya, dan terus membuat kemajuan dalam hal kekudusan. 

Perhatikanlah, 

(1)  Orang-orang yang paling jauh mengungguli kita juga masih 

belum sempurna. Yang terbaik di antara kita harus melu-

pakan apa yang telah di belakang kita dan mengarahkan 

diri kepada apa yang di hadapan kita.  

(2)  Tidaklah cukup hanya tinggal dalam iman Injil, namun  kita 

juga harus bergiat dalam pekerjaan iman. Kita bukan ha-

nya harus setia sampai kesudahannya, namun  juga harus 

tumbuh menjadi lebih baik dan hidup lebih terarah serta 

lebih dekat lagi kepada Allah. 

3. Dasar-dasar yang dipakai Rasul Paulus untuk menguatkan 

nasihatnya. 

(1) Mereka sudah diberitahukan mengenai kewajiban mereka ini 

sebelumnya. Mereka tahu kehendak Tuan mereka, dan tidak 

bisa mengabaikannya dengan berpura-pura tidak tahu. Se-

bab, iman tanpa perbuatan, seperti juga pengetahuan, ada-

lah mati. Mereka sudah menerima pengajaran dari orang-

orang yang sudah membimbing mereka ke dalam Kekristen-

Surat 1 Tesalonika 4:1-8 

 467 

an, atau sudah diajari oleh orang-orang itu, bagaimana me-

reka harus hidup. Perhatikanlah, rancangan Injil ialah un-

tuk mengajari manusia bukan saja tentang apa yang harus 

mereka percayai, namun  juga mengenai bagaimana mereka 

harus hidup. Bukan semata memenuhi benak manusia 

dengan pemikiran-pemikiran, melainkan untuk membim-

bing sikap dan perilaku mereka. Rasul Paulus mengajari 

mereka bagaimana harus bertindak, bukan bagaimana ha-

rus berbicara. Berbicara dengan baik tanpa menjalani hidup 

dengan baik tidak akan pernah membawa kita ke sorga, se-

bab inilah karakter atau ciri orang-orang yang ada di dalam 

Kristus Yesus: mereka tidak hidup menurut daging, namun  

menurut Roh.  

(2)  Dasar lainnya adalah bahwa Rasul Paulus mengajari dan 

menasihati mereka di dalam nama, atau dengan kuasa 

Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah pelayan dan duta Kristus, 

yang mengumandangkan kepada mereka kehendak dan 

perintah Tuhan Yesus. 

(3)  Dasar yang lainnya lagi adalah sebab  dengan berlaku se-

perti itu mereka akan menyenangkan Allah. Hidup kudus 

paling menyenangkan Allah yang kudus, yang mulia sebab  

kekudusan-Nya. Menyenangkan Allah dan diterima oleh-

Nya haruslah menjadi tujuan dan ambisi setiap orang Kris-

ten. Kita tidak boleh berusaha menyenangkan manusia, 

atau kedagingan kita, melainkan harus menjalani hidup ini 

dengan menyenangkan Allah.  

(4)  Aturan yang menyatakan bagaimana mereka harus men-

jalani hidup ini dan bagaimana mereka harus berperilaku, 

yaitu petunjuk-petunjuk yang telah diberikan kepada mere-

ka atas nama Tuhan Yesus,  merupakan perintah dari Tu-

han Yesus Kristus sendiri, sebab diberikan oleh wewenang 

dan pengarahan dari-Nya dan seturut dengan kehendak-

Nya. Para rasul Tuhan Yesus Kristus hanya diutus oleh-

Nya untuk mengajari manusia supaya menaati segala se-

suatu yang telah Dia perintahkan kepada mereka (Mat. 

28:20). Meskipun mereka memiliki wewenang agung dari 

Kristus, mereka tetap harus mengajari manusia apa yang 

telah diperintahkan Kristus, bukannya menyampaikan pe-

rintah-perintah mereka sendiri. Mereka tidak bertindak 


 468

sebagai tuan atas warisan Allah (1Ptr. 5:3), dan siapa pun 

juga tidak boleh berbuat demikian dengan mengaku-ngaku 

sebagai penerus mereka. Rasul Paulus bisa minta kesaksi-

an dari jemaat di Tesalonika, yang mengenal perintah-

perintah yang sudah diberikannya kepada mereka, bahwa 

perintah-perintah itu tiada lain dari yang sudah diterima-

nya dari Tuhan Yesus.  

II. Peringatan mengenai kenajisan, yang merupakan dosa yang berten-

tangan langsung dengan pengudusan, atau hidup kudus yang 

dinasihatkannya kepada mereka dengan penuh kesungguhan hati. 

Peringatan ini diungkapkan dan diperkuat oleh banyak alasan,  

1.  Peringatan ini diungkapkan dalam kalimat ini: yaitu supaya 

kamu menjauhi percabulan (ay. 3), yang harus kita artikan se-

bagai semua rupa kenajisan, baik dalam keadaan sudah meni-

kah maupun tidak menikah. Perzinahan tentu saja termasuk 

di dalamnya, meskipun yang terutama disebutkan di sini ada-

lah percabulan. Dan segala jenis kenajisan lainnya juga dila-

rang, yang bahkan untuk membicarakannya saja terasa me-

malukan, meskipun banyak dilakukan orang dengan sembu-

nyi-sembunyi. Semua itu bertentangan dengan kemurnian da-

lam hati, perkataan, dan perbuatan, dan bertentangan dengan 

perintah Allah dalam kesepuluh firman-Nya, dan bertentangan 

dengan kekudusan yang dipersyaratkan Injil.  

2.  Ada beberapa alasan yang memperkuat peringatan ini. Seperti,  

(1) Jenis pengudusan ini, secara khusus, merupakan kehen-

dak Allah (ay. 3). sebab  kehendak Allah-lah kita harus ku-

dus, sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil 

kita, dan sebab  kita dipilih untuk diselamatkan dalam Roh 

yang menguduskan. Dan Allah bukan hanya menginginkan 

kekudusan di dalam hati kita, namun  juga kemurnian dalam 

tubuh kita, dan supaya kita hendaknya membersihkan diri 

kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani (2Kor. 7:1). 

saat  tubuh, sebagaimana yang sudah seharusnya, diper-

sembahkan untuk Allah, diabdikan dan dipisahkan khusus 

bagi-Nya, maka tubuh itu harus dipelihara supaya tetap 

bersih dan suci bagi pelayanan-Nya. Selain itu, oleh sebab  

kemurnian merupakan salah satu bagian dalam pengudus-

Surat 1 Tesalonika 4:1-8 

 469 

an kita, ini merupakan satu hal yang diperintahkan Allah 

dalam hukum-Nya dan yang memengaruhi pekerjaan kasih 

karunia-Nya dalam diri semua orang percaya sejati.  

(2)  Kekudusan akan menjadi kehormatan besar kita: seperti 

yang jelas-jelas tersirat di dalamnya (ay. 4). Sebaliknya, apa 

yang bertentangan dengan kekudusan itu akan menjadi aib 

besar. Malunya tidak terhapuskan (Ams. 6:33). Di sini tu-

buh disebut sebagai bejana dari jiwa, yang tinggal di 

dalamnya (demikian yang disiratkan dalam 1Sam. 21:5), 

dan harus dipelihara supaya tetap bersih dari nafsu-nafsu 

kotor. Setiap orang haruslah berhati-hati mengenainya, 

sebab tentunya setiap orang menghargai kehormatannya 

sendiri dan tidak mau tercela di dalam hal ini, supaya 

hawa nafsu dan hasratnya yang rendah tidak mencuat dan 

menguasai pemikiran dan hati nuraninya, serta memper-

budak martabat jiwanya yang luhur. Apa lagi yang lebih 

tercela selain jiwa yang berakal diperbudak oleh nafsu 

tubuh dan keinginan cemar yang rendah? 

(3) Menuruti nafsu bejat berarti hidup dan berlaku seperti 

orang kafir. Seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak 

mengenal Allah (ay. 5). Bangsa-bangsa bukan Yahudi, ter-

utama bangsa Yunani, biasanya tercemar oleh dosa kena-

jisan yang tidak nyata-nyata dilarang oleh hikmat alamiah. 

namun , mereka tidaklah mengenal Allah, juga tidak menge-

nal pikiran dan kehendak-Nya sebaik yang dikenal orang-

orang Kristen dan yang seharusnya diketahui orang Kris-

ten, bahwa pengudusan kita merupakan salah satu kehen-

dak-Nya. Oleh sebab  itu, tidaklah terlalu mengherankan 

bila kaum bukan Yahudi menuruti nafsu dan hasrat keda-

gingan mereka. Akan namun , orang-orang Kristen tidak 

boleh hidup sebagaimana kaum bukan Yahudi yang belum 

percaya, dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabuk-

an, pesta pora, perjamuan minum, dll. (1Ptr. 4:3), sebab 

orang-orang yang ada di dalam Kristus telah menyalibkan 

daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 

(4) Dosa kecemaran, terutama perzinahan, adalah dosa yang 

akan dibalaskan Allah. Biarlah kita memahami kalimat ini, 

dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan 

saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya 


 470

(ay. 6), dalam bentuk apa pun – en tō pragmati, dalam hal 

ini, yang dibicarakan Rasul Paulus dalam ayat-ayat sebe-

lumnya dan sesudahnya, yaitu dosa kecemaran. Beberapa 

orang memahaminya sebagai peringatan lebih lanjut me-

ngenai ketidakadilan dan penindasan, segala kecurangan 

dan tipu daya dalam berurusan dengan manusia, yang ten-

tu saja merupakan kejahatan dan bertentangan dengan 

Injil. sebab  itu, orang-orang Kristen tidak boleh meman-

faatkan ketidaktahuan dan kebutuhan orang-orang yang 

berurusan dengan mereka, dengan cara memperdayai me-

reka. Mereka juga tidak boleh menipu orang-orang itu de-

ngan bersilat lidah dan kelihaian berbohong. Meski hal ini 

sudah lama dilakukan sebagian orang dan tidak pernah 

ketahuan sehingga lolos dari penghukuman manusia, na-

mun Allah yang benar tetap akan mengganjarnya. Akan 

namun , makna ayat itu mungkin lebih menunjukkan keti-

dakadilan dan kekeliruan dalam banyak perkara yang dila-

kukan oleh dosa kecemaran. Kecabulan atau tindakan 

kenajisan lainnya bukan saja mencemari tubuh orang yang 

melakukannya (1Kor. 6:18), dan sangat merugikan jiwa dan 

raga si pendosa itu sendiri, namun  terkadang tindakan-

tindakan itu juga merupakan tindakan ketidakadilan yang 

mencelakakan dan menipu orang lain, terutama orang-

orang yang terikat bersama-sama mereka dalam perjanjian 

pernikahan, dan juga keturunan mereka. Dan, oleh sebab  

dosa ini sifatnya menjijikkan, maka Allah akan membalas-

kannya. Orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi 

Allah (Ibr. 13:4). Rasul Paulus sudah memperingatkan hal ini 

dan memberi kesaksian mengenainya melalui surat Injil-nya. 

Surat ini, selain mengandung janji-janji yang amat besar dan 

berharga, juga menyatakan murka Allah dari sorga atas 

segala kefasikan dan kelaliman manusia (Rm. 1:18).  

(5)  Dosa kecemaran bertentangan dengan sifat dan rancangan 

panggilan Kekristenan kita: Sebab, Allah memanggil kita 

bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa 

yang kudus (ay. 7). Hukum Allah melarang segala rupa 

kenajisan, dan Injil mengharuskan kesucian termurni. Injil 

memanggil kita dari kecemaran kepada kekudusan. 

Surat 1 Tesalonika 4:9-12 

 471 

(6) Oleh sebab  itu, menghina hukum Allah dan Injil sama juga 

dengan menghina Allah sendiri: siapa yang menolak ini 

bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah. Seba-

gian orang mungkin menganggap remeh ketentuan menge-

nai kesucian dan kekudusan, sebab mereka mendengar hal 

itu dari sesama manusia. Akan namun , Rasul Paulus memberi 

tahu mereka bahwa ketentuan itu adalah perintah Allah, 

dan melanggarnya berarti menghina Allah. Dia menambah-

kan, Allah telah memberikan juga Roh-Nya kepada orang-

orang Kristen, yang berarti bahwa segala jenis kecemaran 

amatlah mendukakan Roh Kudus dan akan memicu-Nya 

menjauh dari kita. Selain itu, Roh Kudus diberikan kepada 

kita untuk memperlengkapi kita melawan dosa-dosa kece-

maran itu, dan membantu kita mematikan perbuatan-per-

buatan tubuh itu, supaya kita bisa hidup (Rm. 8:13).  

Kasih Persaudaraan 

(4:9-12) 

9 Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, sebab  

kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. 10 Hal itu kamu laku-

kan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. namun  

kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-

sungguh lagi melakukannya. 11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan 

untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan be-

kerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, 12 sehing-

ga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak 

bergantung pada mereka. 

Melalui perikop di atas, Rasul Paulus menyebutkan kewajiban-kewa-

jiban agung, 

I.  Berkaitan dengan kasih persaudaraan. Dia mendorong mereka 

supaya bertambah-tambah di dalamnya, lebih dan lebih lagi. 

Seruan ini dikemukakan bukan sekadar dengan pujian, melain-

kan dengan penghargaan, sebab mereka sangat luar bisa dalam 

menerapkan kasih itu, sehingga dia tidaklah perlu menuliskan hal 

itu kepada mereka (ay. 9). Jadi, melalui penilaian baiknya menge-

nai mereka, dia memenangkan hati mereka, dan dengan begitu 

membuka jalan baginya untuk menasihati mereka. Perhatikanlah, 

kita harus memperhatikan hal-hal yang baik dalam diri orang lain 


 472

dan memuji mereka sebab  itu, supaya dengan begitu kita dapat 

mendorong mereka untuk terus meningkatkan lagi hal-hal baik 

tersebut. Perhatikanlah,  

1.  Apa yang dihargai tinggi Rasul Paulus pada diri mereka. Itu 

bukanlah sebab  kebajikan mereka, melainkan lebih sebab  

kasih karunia Allah. Walaupun begitu, dia memperhatikan 

bahwa mereka sungguh menunjukkan bukti akan adanya 

kasih karunia Allah dalam diri mereka.  

(1) Kasih karunia Allah-lah yang terutama diperhatikannya: 

bahwa Allah sudah mengajari mereka pelajaran yang baik 

ini: kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah 

(ay. 9). Siapa pun yang melakukan hal baik berarti diajari 

Allah untuk melakukannya, dan Allah harus menerima 

kemuliaan sebab nya. Semua orang yang diajari mengenai 

Allah, pasti diajari dengan pelajaran ini, yaitu supaya sa-

ling mengasihi. Inilah yang menjadi lambang keluarga 

Allah. Perhatikan jugalah, pengajaran Roh Kudus melam-

paui pengajaran manusia. Dan, sebagaimana tak ada ma-

nusia yang boleh mengajarkan hal-hal yang berlawanan 

dengan apa yang diajarkan Allah, tidak ada seorang pun 

juga yang dapat mengajar sedahsyat Dia. Pengajaran ma-

nusia tidak punya kekuatan dan tak berguna, kecuali jika 

Allah juga mengajar di dalamnya.  

(2) Jemaat di Tesalonika memberikan bukti yang kuat bahwa 

mereka sudah diajari oleh Allah melalui kasih mereka ter-

hadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia (ay. 

10). Mereka tidak saja mengasihi orang-orang yang ada di 

kota dan lingkungan mereka, atau orang-orang yang ada di 

dekat mereka dan yang berpendirian serupa, namun  kasih 

mereka juga meluas. Memang seorang Kristen yang sejati 

harus berlaku seperti itu terhadap seluruh orang kudus, 

meskipun mereka berjauhan dan berbeda pendapat atau 

kebiasaan beribadah.  

2.  Nasihat itu sendiri ialah supaya mereka terus bertambah-tam-

bah dalam kasih karunia dan tugas agung kasih persaudaraan 

ini (ay. 10). Meski jemaat di Tesalonika ini boleh dibilang tidak 

perlu lagi mendapat nasihat mengenai kasih persaudaraan, 

seolah-olah mereka kurang dalam hal ini, namun mereka tetap 

Surat 1 Tesalonika 4:9-12 

 473 

harus didorong supaya berdoa supaya lebih mengasihi lagi, 

dan berusaha lagi agar semakin bertambah di dalam kasih. 

Tidak ada seorang pun di seberang sorga ini yang dapat me-

ngasihi dengan sempurna. Orang-orang yang hebat dalam hal 

kasih ini atau dalam kasih karunia yang lain tetap perlu me-

ningkatkannya dan terus bertekun sampai kesudahannya.  

II.  Mengenai ketenangan hati dan kegigihan dalam panggilan mere-

ka. Perhatikanlah,  

1.  Rasul Paulus menasihati mereka di dalam kewajiban-kewajib-

an ini: bahwa mereka harus menganggap sebagai suatu kehor-

matan untuk hidup tenang (ay. 11). Memiliki sifat yang tenang 

dan damai serta perilaku yang tenteram dan mendatangkan 

kedamaian merupakan suatu hal yang paling didambakan. Hal 

ini dapat menjaga kebahagiaan kita dan kebahagiaan orang 

lain juga. Orang-orang Kristen memang harus belajar untuk 

hidup tenang. Kita harus berusaha keras untuk menjadi 

tenang dan damai dalam pikiran kita, bersabar mengendalikan 

jiwa kita, dan bersikap tenang terhadap orang lain. Atau untuk 

menjadi lemah lembut dan sabar hati, memiliki perangai yang 

lemah lembut dan mencari kedamaian, tidak terhasut oleh 

pertentangan, persaingan, atau perpecahan. Iblis sangat giat 

mengacaukan kita, dan hati kita sendiri pun memiliki kecen-

derungan untuk menjadi tidak tenang. Oleh sebab  itu, mari-

lah belajar supaya menjadi tenang. Kelanjutan dari itu, perin-

tah ini menyusul, mengurus persoalan-persoalan sendiri. Jika 

kita melampaui batasan ini, kita menjadikan diri kita sendiri 

rentan terhadap keresahan. Orang-orang yang suka ikut cam-

pur, mengurusi urusan orang lain, biasanya tidak memiliki 

ketenangan dalam pikiran mereka sendiri dan sangat mere-

sahkan sesamanya. Orang-orang demikian setidaknya jarang 

mengindahkan nasihat orang lain, supaya bergiat dalam pang-

gilan mereka, untuk bekerja dengan tangan mereka. Akan 

namun , inilah yang diperintahkan Rasul Paulus kepada mereka, 

dan juga yang harus kita lakukan. Kekristenan tidaklah mem-

bebaskan kita dari pekerjaan dan tugas panggilan khusus kita, 

melainkan mengajari kita supaya bergiat di dalamnya.  


 474

2.  Nasihat ini dikuatkan dengan dua alasan, yaitu,  

(1) Supaya kita hidup dengan cara yang terhormat. Dengan 

demikian kita menjalankan hidup ini dengan jujur, dengan 

layak dan terhormat, terhadap orang-orang luar (ay. 12). 

Perilaku ini sesuai dengan Injil dan akan menghasilkan 

penilaian baik dari orang-orang yang asing terhadap Injil, 

bahkan musuh-musuhnya. Perhatikanlah, saat para peme-

luk agama Kristen berlaku lemah lembut dan tenang, giat 

melakukan pekerjaan mereka dan tidak turut campur da-

lam urusan orang lain, maka perilaku seperti itu membawa 

perhiasan indah bagi agama mereka.  

(2) Kita akan hidup dengan nyaman dan tidak kekurangan 

apa-apa (ay. 12). Sering kali orang mendatangkan kesesak-

an bagi diri mereka sendiri oleh sebab  sifat pemalas mere-

ka, sehingga dengan demikian mereka jadi terjepit dan 

kekurangan banyak hal, sementara orang-orang yang giat 

bekerja dalam urusan mereka hidup dengan nyaman dan 

tidak berkekurangan. Mereka tidak menjadi beban bagi 

kawan-kawan mereka dan tidak menjadi batu sandungan 

bagi orang yang tidak mengenal mereka. Mereka menafkahi 

diri sendiri dan melakukannya dengan senang hati.  

Keadaan Orang-orang Kudus  

yang Sudah Meninggal 

(4:13-18) 

13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak menge-

tahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita 

seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 14 sebab  

jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita 

percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikum-

pulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 15 Ini kami katakan kepadamu 

dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai keda-

tangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah mening-

gal. 16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat 

berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari 

sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17 

sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-

sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demi-

kianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 18 sebab  

itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

Surat 1 Tesalonika 4:13-18 

 475 

Melalui kata-kata di atas, Rasul Paulus menghibur jemaat di Tesalo-

nika yang berduka sebab  kematian kerabat dan kawan-kawan mere-

ka yang meninggal di dalam Tuhan. Tujuannya ialah untuk melepas-

kan mereka dari duka yang berkepanjangan, atau kepedihan yang 

berlebihan mengenai hal itu. Semua kesedihan sebab  kematian ka-

wan-kawan memang diperbolehkan. Kita boleh menangis, setidaknya 

bagi diri kita sendiri, jika bukan menangis bagi mereka, yaitu mena-

ngis sebab  kehilangan yang kita alami, meskipun mereka bisa saja 

senang. Akan namun , kita tidak boleh berlebihan dalam dukacita kita, 

sebab,  

I. Hal itu akan menunjukkan seolah-olah kita tidak punya pengha-

rapan (ay. 13). Tindakan seperti itu lebih mirip perilaku kaum 

kafir, yang tidak mempunyai pengharapan mengenai hidup yang 

lebih baik sesudah  ini. Padahal, sebagai orang Kristen, kita memi-

liki pengharapan yang teguh, pengharapan tentang kehidupan 

yang kekal sesudah  hidup ini, yang sudah dijanjikan kepada kita 

oleh Allah yang tidak berdusta. Hal ini seharusnya mengendalikan 

sukacita dan dukacita kita mengenai hal-hal duniawi. Pengharap-

an ini lebih dari cukup untuk menyeimbangkan kepedihan kita 

akibat salib apa pun yang sedang kita pikul sekarang.  

II. Hal ini adalah akibat ketidaktahuan mengenai orang-orang yang 

sudah meninggal (ay. 13). Ada beberapa hal yang harus kita keta-

hui mengenai orang-orang yang sudah berpulang, sebab tempat 

yang mereka tuju adalah tempat kegelapan, yang hanya kita keta-

hui sedikit saja dan yang tidak bisa kita hubungi. Menuju ke tem-

pat orang mati sama dengan menuju ke tempat orang-orang yang 

tidak kita kenal, dan menjalankan hidup yang tidak kita ketahui. 

Kematian adalah suatu hal yang tidak diketahui, dan keadaan 

orang-orang yang sudah mati, atau keadaan sesudah  kematian, 

masih merupakan misteri bagi kita. Akan namun , ada beberapa hal 

mengenai orang-orang yang terutama meninggal di dalam Tuhan, 

yang kita perlu dan harus ketahui. Dan, jika hal-hal ini benar-

benar dimengerti dan dipertimbangkan, maka semua itu akan 

cukup untuk mengurangi kesedihan kita mengenai mereka yang 

meninggal.  

1.  Mereka tidur di dalam Yesus. Mereka tertidur (ay. 13, KJV). 

Mereka sudah terlelap di dalam Kristus (1Kor. 15:18, KJV). 


 476

Kematian tidaklah meniadakan mereka. Itu hanya tidur bagi 

mereka. Itu adalah peristirahatan mereka, istirahat yang tidak 

terganggu. Mereka sudah mengundurkan diri dari dunia yang 

penuh kesukaran ini, untuk beristirahat dari semua susah 

payah dan kepedihan mereka, dan mereka tidur di dalam 

Yesus (ay. 14). Mereka dipersatukan dengan-Nya dalam kehe-

ningan, terlelap di lengan-Nya, dan berada di bawah peme-

liharaan dan perlindungan istimewa-Nya. Jiwa-jiwa mereka 

ada dalam hadirat-Nya, dan debu mereka ada di bawah pen-

jagaan dan kuasa-Nya, sehingga mereka tidaklah hilang, dan 

bukan juga orang-orang yang kalah, melainkan menjadi peme-

nang melalui kematian, dan mereka berpindah dari dunia ini 

ke tempat yang lebih baik.  

2. Mereka akan dibangkitkan dari dunia orang mati, dan diba-

ngunkan dari tidur mereka, sebab mereka akan dikumpulkan 

Allah bersama-sama dengan Dia (ay. 14). Pada saat itulah 

mereka berada bersama-sama dengan Allah, dan itu lebih baik 

daripada saat  mereka di sini. Saat Allah datang, Dia akan 

membawa serta mereka bersama-Nya. Pengajaran mengenai 

kebangkitan dan kedatangan Kristus yang kedua kalinya me-

rupakan obat penawar yang dahsyat dalam melawan ketakut-

an terhadap kematian dan kesedihan yang berkepanjangan 

sebab  kematian kawan-kawan Kristen kita. Pengajaran ini 

memiliki dan memberi jaminan penuh, sebab kita percaya, 

bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit (ay. 14). Sebagai 

orang-orang Kristen, kita patut mengetahui hal ini dan mem-

percayainya. Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan 

dasar-dasar agama Kristen, dan memberi kita pengharapan 

akan kebangkitan yang penuh sukacita, sebab Kristus telah di-

bangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari 

orang-orang yang telah meninggal, dan sebab  itu orang-orang 

yang yang mati dalam Dia tidaklah binasa ataupun hilang (1Kor. 

15:18, 20). Kebangkitan-Nya merupakan peneguhan penuh ter-

hadap seluruh isi Injil, atau seperti yang dikatakan firman 

Tuhan, telah mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. 

3.  Keadaan dan kondisi mereka akan penuh kemuliaan dan ke-

bahagiaan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya. 

Rasul Paulus memberitahukan hal ini kepada jemaat di Tesa-

lonika dengan firman Tuhan (ay. 15), melalui pewahyuan ilahi 

Surat 1 Tesalonika 4:13-18 

 477 

dari Tuhan Yesus. Sebab, meskipun kebangkitan orang mati 

dan keadaan mereka yang membahagiakan di masa depan 

merupakan bagian dari pernyataan keyakinan para orang ku-

dus di Perjanjian Lama, namun hal itu disingkapkan dengan 

lebih jelas di dalam dan oleh Injil