Tampilkan postingan dengan label Kejadian 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kejadian 6. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 6


 ari dia akan muncul dunia 

baru, jemaat, jiwa dunia, dan Mesias, sang kepala jemaat itu, 

melainkan juga bahwa ia akan berperan dalam menjaga ke-

langsungan hidup makhluk-makhluk yang lebih rendah, dan 

dengan demikian umat manusia di dalam dia akan memper-

oleh hak baru atas makhluk-makhluk itu dan atas pelayanan 

mereka. 

(1) Ia harus menyediakan tempat bernaung bagi mereka, agar 

mereka tidak ditenggelamkan. Satu pasang, jantan dan 

betina, harus dibawa bersamanya ke dalam bahtera. Dan 

supaya ia tidak mendapat kesulitan dalam mengumpulkan 

mereka bersama-sama, dan dalam menggiring mereka ma-

suk, Tuhan  berjanji (ay. 20) bahwa mereka, atas kemauan 

mereka sendiri, akan datang kepadanya. Dia yang mem-

buat lembu jantan mengenali pemiliknya dan tempat buai-

an-Nya, di sini membuat lembu itu mengenali penjaganya 

dan bahteranya.  

(2) Ia harus menyediakan makanan bagi mereka, agar mereka 

tidak kelaparan (ay. 21). Ia harus memberi  persediaan 

di kapalnya sesuai dengan jumlah awaknya, keluarga besar 

yang sekarang harus dijaganya itu, dan sesuai dengan 

waktu yang ditentukan untuk mengurung mereka. Dalam 

hal ini juga ia merupakan pelambang Kristus, yang berkat 

Dia dunia masih berdiri, yang oleh Dia segala sesuatu ada, 

dan yang menjaga umat manusia agar tidak seluruhnya 

binasa dan hancur oleh dosa. Di dalam Dia keturunan yang 

kudus diselamatkan hidup-hidup, dan makhluk ciptaan 

diselamatkan dari kesia-siaan yang di bawahnya mereka 

mengeluh. Nuh menyelamatkan orang-orang yang akan 

diperintahnya, demikian pula dengan Kristus (Ibr. 5:9).    


 190

Ketaatan Nuh 

(6:22) 

22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Tuhan  

kepadanya, demikianlah dilakukannya.  

Perhatian dan ketekunan Nuh dalam membangun bahtera bisa dipan-

dang,  

1.  Sebagai buah dari imannya kepada firman Tuhan . Tuhan  sudah 

memberi tahu dia bahwa sebentar lagi Ia akan menenggelamkan 

dunia. Dia mempercayainya, dia takut pada air bah yang meng-

ancam itu, dan, dalam ketakutan itu, ia mempersiapkan bahtera. 

Perhatikanlah, kita harus memadukan iman dengan pewahyuan 

yang telah dinyatakan oleh Tuhan  tentang murka-Nya atas segala 

kefasikan dan kelaliman manusia. Kata-kata yang mengancam itu 

bukanlah tanda bahaya palsu. Mungkin ada banyak alasan untuk 

mempertanyakan kebenaran dari peringatan yang diberikan Nuh 

ini.  Siapa yang bisa percaya bahwa Tuhan  yang bijak, yang men-

jadikan dunia, akan begitu cepat memusnahkannya kembali, bah-

wa Ia yang telah menarik air dari tanah kering (1:9-10) lalu mem-

buat air itu menutupinya kembali? Bagaimana hal ini bisa dico-

cokkan dengan belas kasihan Tuhan , yang mengatasi segala peker-

jaan-Nya, terutama bahwa makhluk-makhluk yang tidak berdosa 

harus mati bagi dosa manusia? Dari mana air bisa dikumpulkan 

dengan cukup untuk menenggelamkan dunia? Dan, jika memang 

harus demikian, mengapa itu hanya diberitahukan kepada Nuh 

saja?” namun  iman Nuh menang atas semua alasan yang rusak ini.  

2.  Sebagai tindakan yang taat kepada perintah Tuhan . Seandainya ia 

meminta nasihat pada darah dan daging, maka akan ada banyak 

keberatan untuk membantahnya. Untuk membangun sebuah ba-

ngunan, bangunan yang tidak pernah dilihatnya, yang begitu 

luas, dan dengan ukuran-ukuran yang begitu tepat, itu akan 

membuatnya bekerja sangat keras, bersusah payah, dan menge-

luarkan banyak sekali biaya. Pekerjaan itu akan memakan waktu. 

Pekerjaan itu dipersiapkan untuk masa yang masih jauh ke 

depan. Tetangga-tetangganya akan mengolok-olok dia sebab  be-

gitu mudahnya ia percaya, dan ia akan menjadi nyanyian bagi 

para pemabuk. Bangunannya akan disebut kebodohan Nuh. Jika 

yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi, seperti yang kita 

katakan, maka semua orang akan ikut-ikutan dengan tetangga-

Kitab Kejadian 6:22 

 191 

nya. namun  keberatan-keberatan ini, dan seribu keberatan lain 

yang serupa, diatasi Nuh dengan iman. Kepatuhannya siap dan 

bulat: Demikianlah yang dilakukan Nuh dengan hati yang rela dan 

gembira, tanpa bersungut-sungut dan membantah. Tuhan  berkata, 

lakukanlah ini, dan ia melakukannya. Ia juga melakukannya de-

ngan tepat dan tekun: ia melakukan semuanya persis sesuai perin-

tah-perintah yang telah diberikan kepadanya, dan sebab  sudah 

mulai membangun, ia tidak akan meninggalkannya sebelum sele-

sai. Demikianlah dilakukannya, dan demikianlah pula yang harus 

kita lakukan.  

3.  Sebagai contoh dari hikmat bagi kebaikannya sendiri, dan dengan 

demikian untuk menyiapkan keamanannya sendiri. Ia takut pada 

air bah itu, dan oleh sebab itu ia mempersiapkan bahtera. Per-

hatikanlah, jika  Tuhan  memberi  peringatan akan pengha-

kiman-penghakiman yang akan datang, maka berhikmatlah kita, 

dan sudah menjadi kewajiban kita, untuk membuat persediaan 

sebagaimana mestinya. Lihat Keluaran 9:20-21; Yehezkiel 3:18. 

Kita harus mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Tuhan da-

lam penghakiman-penghakiman-Nya di bumi, berlari kepada-Nya 

sebagai menara kita yang kuat (Ams. 18:10), masuk ke dalam 

kamar kita (Yes. 26:20-21), dan terutama mempersiapkan diri 

untuk bertemu dengan-Nya pada saat kematian dan pada hari 

penghakiman agung, membangun di atas Kristus Sang Batu (Mat. 

7:24), dan masuk ke dalam Kristus Sang Bahtera. 

4.  Sebagai sesuatu yang dimaksudkan sebagai peringatan bagi dunia 

yang sembrono. Dan itu yaitu  peringatan yang adil tentang air 

bah yang akan datang. Setiap pukulan kampak dan palunya me-

rupakan panggilan untuk bertobat, panggilan bagi mereka untuk 

mempersiapkan bahtera-bahtera juga. namun , sebab  dengannya 

ia tidak dapat menginsafkan dunia, maka dengannya ia meng-

hukum dunia (Ibr. 11:7). 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  7  

alam pasal ini kita mendapati terjadinya apa yang sudah 

diberitahukan dalam pasal sebelumnya, baik tentang kehancur-

an dunia lama maupun keselamatan Nuh. Sebab kita bisa yakin 

bahwa tak satu pun dari firman Tuhan  akan jatuh ke tanah dengan 

sia-sia. Dalam pasal sebelumnya kita meninggalkan Nuh yang sedang 

sibuk dengan bahteranya, dan yang dengan penuh perhatian ber-

usaha menyelesaikannya pada waktunya, sementara semua tetangga-

nya yang lain menertawakan dia atas susah payahnya itu. Sekarang 

di sini kita melihat apa kesudahan dari semua itu, kesudahan dari 

perhatiannya dan dari ketidakacuhan mereka. Dan masa yang ter-

kenal dalam dunia lama ini memberi kita suatu gambaran tentang 

keadaan dari segala sesuatu saat  dunia yang ada sekarang ini 

dihancurkan oleh api, seperti halnya dunia yang lama dihancurkan 

oleh air. Lihat 2 Petrus 3:6-7. Dalam pasal ini, kita mendapati,  

I.  Panggilan Tuhan  yang penuh rahmat kepada Nuh untuk ma-

suk ke dalam bahtera (ay. 1), dan untuk membawa makhluk-

makhluk yang harus dipertahankan hidup bersama-sama 

dengan dia (ay. 2-3), mengingat air bah sudah dekat (ay. 4).  

II.  Ketaatan Nuh terhadap penglihatan sorgawi ini (ay. 5). saat  

ia berumur enam ratus tahun, ia bersama-sama dengan ke-

luarganya masuk ke dalam bahtera (ay. 6-7), dan membawa 

makhluk-makhluk lain besertanya (ay. 8-9). Kisah tentang ini 

diulangi lagi (ay. 13-16), dan ke dalamnya ditambahkan sua-

tu pernyataan tentang kepedulian Tuhan  yang lembut untuk 

menutup pintu di belakang Nuh. 

III. Datangnya air bah yang mengancam (ay. 10). Penyebab-penye-

babnya (ay. 11-12). Penyebarannya di mana-mana (ay. 17-20).  


 194

IV. Kehancuran-kehancuran mengerikan yang diakibatkannya 

dalam kematian segala makhluk hidup di atas bumi, kecuali 

mereka yang ada di dalam bahtera (ay. 21-23).  

V.  Keberlanjutannya dalam laut yang penuh, sebelum air mulai 

berkurang, selama seratus lima puluh hari (ay. 24). 

Nuh Diundang Masuk ke dalam Bahtera  

(7:1-4) 

1 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh:  Masuklah ke dalam bahtera itu, 

engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadap-

an-Ku di antara orang zaman ini. 2 Dari segala binatang yang tidak haram 

haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, namun  dari binatang 

yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; 3 juga dari burung-burung di 

udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunan-

nya di seluruh bumi. 4 Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke 

atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan 

menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu.” 

Inilah,  

I.  Undangan yang penuh rahmat kepada Nuh dan keluarganya 

untuk masuk ke tempat yang aman, sebab  sekarang air bah 

akan datang (ay. 1).   

1.  Panggilan itu sendiri sangat ramah, seperti panggilan seorang 

bapak yang lembut kepada anak-anaknya, untuk masuk ke 

dalam rumah, saat  ia melihat datangnya malam atau angin 

badai: Masuklah engkau, dan seisi rumahmu, keluarga kecil 

yang kaumiliki itu, ke dalam bahtera. Amatilah,  

(1) Nuh tidak masuk ke dalam bahtera sebelum Tuhan  menyu-

ruhnya. Meskipun ia tahu bahwa bahtera itu dirancang 

sebagai tempat kediaman dan benteng pertahanannya, ia 

menunggu perintah lebih lanjut, dan kemudian ia pun 

diberi perintah itu. Sangatlah menghibur jika kita meng-

ikuti panggilan-panggilan Tuhan  Sang Pemelihara, dan meli-

hat Tuhan  berjalan di depan kita dalam setiap langkah yang 

kita tempuh.  

(2) Tuhan  tidak menyuruhnya untuk pergi ke dalam bahtera, 

namun  masuk ke dalamnya, yang menyiratkan bahwa Tuhan  

akan pergi bersama-sama dengan dia, akan menuntun dia 

ke dalamnya, menemani dia di dalamnya, dan pada waktu-

nya akan mengeluarkan dia dari sana dengan aman. Per-

Kitab Kejadian 7:1-4 

 195 

hatikanlah, di mana pun kita berada, hadirat Tuhan  sangat-

lah diharapkan untuk berada bersama-sama dengan kita, 

sebab hanya ini saja yang dapat membawa penghiburan 

dalam setiap keadaan. Inilah yang membuat bahtera Nuh, 

yang merupakan penjara, menjadi baginya bukan saja 

benteng pertahanan melainkan juga istana.  

(3) Nuh sudah sangat bersusah payah membangun bahtera itu, 

dan sekarang hidupnya sendiri dipelihara di dalamnya. Per-

hatikanlah, apa yang kita lakukan di dalam ketaatan pada 

perintah Tuhan , dan di dalam iman, kita sendirilah yang 

pasti akan mendapat penghiburannya, cepat atau lambat.  

(4) Bukan dia saja, melainkan keluarganya juga, istrinya dan 

anak-anaknya, dipanggil bersama-sama dengan dia untuk 

masuk ke dalam bahtera. Perhatikanlah, sungguh baik men-

jadi bagian dari keluarga orang yang saleh. Sungguh aman 

dan menghibur berdiam di bawah naungan seperti itu. Ham, 

salah seorang anak Nuh, yang kemudian ternyata menjadi 

orang jahat, diselamatkan di dalam bahtera, yang menun-

jukkan,  

[1] Bahwa anak-anak yang fasik sering kali bernasib lebih 

baik oleh sebab  orangtua mereka yang saleh.  

[2] Bahwa ada campuran antara yang buruk dan yang baik 

dalam masyarakat-masyarakat terbaik sekalipun di 

dunia ini, dan kita janganlah menganggapnya aneh. Da-

lam keluarga Nuh ada Ham, dan dalam keluarga Kristus 

ada Yudas. Tidak ada kemurnian yang sempurna di sisi 

seberang sorga sini.  

(5) Panggilan terhadap Nuh ini merupakan pelambang dari 

panggilan yang diberikan Injil kepada orang-orang berdosa 

yang malang. Kristus yaitu  bahtera yang sudah siap, yang 

hanya di dalam Dia kita bisa aman saat  maut dan peng-

hakiman datang menjemput. Sekarang yang menjadi pokok 

nyanyian yaitu ,  Datanglah, datanglah.” Firman berkata, 

 Datanglah.” Hamba-hamba Tuhan berkata,  Datanglah,” 

dan Roh berkata,  Datanglah, datanglah ke dalam bahtera.”  

2. Alasan untuk panggilan ini merupakan kesaksian yang sangat 

membawa kehormatan bagi kelurusan hidup Nuh: Sebab eng-


 196

kaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang 

zaman ini. Amatilah,  

(1) Yang sungguh-sungguh benar yaitu  orang-orang yang 

benar di hadapan Tuhan , yang tidak hanya memiliki bentuk 

kesalehan untuk membuat mereka tampak benar di hadap-

an manusia, yang bisa ditipu dengan mudah, namun  juga 

yang memiliki kuasanya, untuk membuat mereka menjadi 

berkenan pada Tuhan , yang menyelidiki hati, dan tidak 

dapat ditipu berkenaan dengan sifat-sifat manusia.  

(2) Tuhan  memperhatikan dan berkenan pada orang-orang yang 

benar di hadapan-Nya: Engkau Kulihat. Di dunia yang pe-

nuh dengan orang-orang fasik, Tuhan  dapat melihat seorang 

Nuh yang benar. Satu butir gandum itu tidak akan terhi-

lang, bahkan dalam tumpukan sekam yang begitu menggu-

nung. Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.  

(3) Tuhan , yang menyaksikan kelurusan hidup umat-Nya, seben-

tar lagi akan bersaksi bagi kelurusan hidup mereka itu. Dia 

yang melihatnya akan menyatakannya di hadapan para ma-

laikat dan manusia, bagi kehormatan mereka yang abadi. 

Orang-orang yang mendapat belas kasihan untuk menjadi 

benar akan mendapat kesaksian bahwa mereka benar.  

(4) Tuhan , secara khusus, berkenan pada orang-orang yang 

berbuat benar dalam masa-masa dan tempat-tempat yang 

buruk. Oleh sebab  itulah Nuh nampak jelas benar, sebab 

ia benar dalam angkatan yang fasik dan tidak setia itu.  

(5) Orang-orang yang menjaga diri mereka tetap murni dalam 

masa-masa saat  terjadi pelanggaran di mana-mana, akan 

dijaga oleh Tuhan  untuk tetap aman dalam masa-masa keti-

ka terjadi malapetaka di mana-mana. Mereka yang tidak 

berbagian dengan orang lain dalam dosa-dosa mereka tidak 

akan berbagian dengan orang-orang itu dalam malapetaka-

malapetaka yang menimpa mereka. Mereka yang lebih baik 

dibandingkan orang lain, bahkan dalam hidup ini, akan lebih 

aman dibandingkan orang lain, dan itu lebih baik bagi mereka. 

II. Inilah aturan-aturan penting yang diberikan berkenaan dengan 

binatang-binatang yang harus dipertahankan hidup bersama Nuh 

di dalam bahtera (ay. 2-3). Binatang-binatang tidak bisa diberi 

peringatan dan petunjuk-petunjuk sendiri, seperti halnya manu-

Kitab Kejadian 7:1-4 

 197 

sia, yang dalam hal ini diberi akal budi melebihi binatang di bumi, 

dan hikmat melebihi burung di udara – bahwa ia dikaruniai suatu 

kekuatan untuk meramalkan apa yang akan terjadi. Oleh sebab 

itu, manusia diberi tanggung jawab untuk merawat mereka. Kare-

na berada di bawah kekuasaannya, mereka harus berada di 

bawah perlindungannya. Dan, meskipun ia tidak bisa mengaman-

kan setiap binatang, ia harus berhati-hati untuk mempertahan-

kan kehidupan setiap jenisnya, agar tidak ada jenis, bahkan yang 

terkecil sekalipun, yang akan binasa seluruhnya dari ciptaan. 

Amatilah dalam hal ini, 

1. Perhatian Tuhan  terhadap manusia, bagi penghiburan dan ke-

untungannya. Kita tidak mendapati Nuh mengkhawatirkan 

dirinya sendiri berkenaan dengan perkara ini. namun  Tuhan  

mengutamakan kebahagiaan kita lebih dibandingkan kita sendiri. 

Meskipun Tuhan  melihat bahwa dunia yang lama itu amat 

membangkitkan murka-Nya, dan sudah tahu bahwa dunia 

yang baru hanya akan sedikit lebih baik, namun Ia ingin mem-

pertahankan kehidupan binatang-binatang agar dapat diguna-

kan oleh manusia. Lembukah yang Tuhan  perhatikan? (1Kor. 

9:9). Ataukah lebih tepatnya untuk manusia Ia memperhati-

kannya?  

2. Bahkan binatang-binatang haram, yang paling kurang bernilai 

dan bermanfaat, dipertahankan hidup di dalam bahtera. Se-

bab belas kasihan Tuhan  yang lembut menaungi seluruh cipta-

an-Nya, dan bukan hanya ciptaan-ciptaan yang paling unggul 

dan berguna.  

3. Namun, yang dipertahankan hidup itu lebih banyak binatang 

yang tidak haram dibandingkan binatang yang haram.  

(1) sebab  binatang yang tidak haram paling berguna bagi ma-

nusia. Dan oleh sebab itu, dalam kebaikan untuknya, lebih 

banyak binatang yang tidak haram dipertahankan hidup 

dan masih dikembangbiakkan. Syukur kepada Tuhan  bahwa 

gerombolan singa tidak lebih banyak dibandingkan gerombolan 

lembu jantan, atau kawanan macan dibandingkan kawanan 

domba.  

(2) sebab  binatang-binatang yang tidak haram yaitu  untuk 

korban bagi Tuhan . Oleh sebab itulah, untuk menghormati-

Nya, binatang-binatang itu lebih banyak dipertahankan 


 198

hidup, tiga pasang untuk dikembangbiakkan, dan pasang-

an yang ketujuh untuk dijadikan korban (8:20). Tuhan  mem-

beri kita enam perkara duniawi untuk satu perkara rohani, 

seperti dalam pembagian hari-hari dalam seminggu, agar 

dalam perkara-perkara rohani kita harus memberi  se-

gala-galanya bagi Dia. Apa yang diabdikan bagi kehormat-

an Tuhan , dan digunakan untuk melayani-Nya, secara khu-

sus diberkati dan dibuat bertambah banyak. 

III. Ada perhatian yang diberikan di sini tentang semakin dekatnya 

air bah: Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan (ay. 4).  

1.  Masih tujuh hari lagi, sebelum Aku melakukannya.” sesudah  

seratus dua puluh tahun berlalu, Tuhan  memberi manusia pe-

nangguhan waktu selama tujuh hari lagi, baik untuk menun-

jukkan betapa Ia panjang sabar dan bahwa menghukum ada-

lah pekerjaan-Nya yang aneh, maupun untuk memberi mereka 

lebih banyak ruang untuk bertobat. namun  , semua itu 

sia-sia. Ketujuh hari ini dibuang-buang begitu saja, sama se-

perti hari-hari lainnya. Mereka terus merasa aman dan me-

muaskan hawa nafsu sampai pada hari saat  air bah datang.  

2.  namun  hanya tinggal tujuh hari.” saat  Nuh memberi tahu 

mereka tentang penghakiman yang masih jauh, mereka ter-

goda untuk menunda-nunda pertobatan mereka, sebab  peng-

lihatan itu untuk masa yang amat jauh ke depan. namun  seka-

rang ia disuruh memberi tahu mereka bahwa penghakiman itu 

sudah di ambang pintu, bahwa mereka hanya mempunyai 

waktu satu minggu lagi untuk bertobat, satu hari Sabat lagi 

untuk memperbaiki diri. Ini untuk melihat apakah peringatan 

itu sekarang, pada akhirnya, menggugah mereka untuk mem-

pertimbangkan apa yang diperlukan untuk damai sejahtera 

mereka, yang jika tidak demikian halnya akan segera disem-

bunyikan dari mata mereka. namun  sudah biasa bahwa orang-

orang yang tak acuh bagi jiwa mereka selama hari-hari mereka 

sehat, saat  mereka melihat maut masih jauh, untuk juga 

merasa tidak peduli selama hari-hari saat  mereka sakit, 

yaitu selama masa tujuh hari itu, saat  mereka melihat maut 

mendekat. Sebab, hati mereka sudah mengeras oleh tipu daya 

dosa.

Kitab Kejadian 7:5-10 

 199 

Air Bah 

(7:5-10) 

5 Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya. 6 Nuh 

berumur enam ratus tahun, saat  air bah datang meliputi bumi. 7 Masuklah 

Nuh ke dalam bahtera itu bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya 

dan isteri anak-anaknya sebab  air bah itu. 8 Dari binatang yang tidak haram 

dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka 

bumi, 9 datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan 

dan betina, seperti yang diperintahkan Tuhan  kepada Nuh. 10 sesudah  tujuh 

hari datanglah air bah meliputi bumi. 

Inilah kepatuhan Nuh yang siap sedia mengikuti perintah-perintah 

Tuhan  kepadanya. Amatilah,  

1.  Ia masuk ke dalam bahtera, sesudah diberi tahu bahwa air bah 

akan datang sesudah  tujuh hari, meskipun mungkin pada waktu 

itu tidak tampak tanda-tanda apa pun akan kedatangannya, tidak 

ada awan yang naik yang mengundangnya, dan tidak ada yang 

dipersiapkan untuk menghadapinya, namun  semuanya berjalan 

tenang dan lancar. Sebab, sama seperti ia mempersiapkan bah-

tera dengan iman sesudah  diberi peringatan bahwa air bah akan 

datang, demikian pula ia masuk ke dalamnya dengan iman sete-

lah diberi peringatan ini, bahwa air bah akan datang dengan 

cepat, meskipun ia tidak melihat penyebab-penyebab alaminya 

mulai bekerja. Dalam setiap langkah yang diambilnya, ia berjalan 

dengan iman, bukan dengan pancaindra. Selama tujuh hari ini, 

ada kemungkinan, ia berberes-beres untuk dirinya sendiri dan 

keluarganya di dalam bahtera, dan menempatkan binatang-bina-

tang ke dalam sejumlah kamar. Inilah akhir dari khotbah yang 

jelas itu, yang sudah lama disampaikannya kepada para tetangga-

nya yang tidak acuh. Dugaan orang, khotbah itu seharusnya 

sudah bisa menyadarkan mereka, namun , sebab  tujuannya tidak 

tercapai, khotbah itu menanggungkan darah orang-orang itu ke 

atas kepala mereka sendiri.   

2. Ia membawa semua keluarganya bersama-sama dengan dia. Istri-

nya untuk menjadi teman dan penghiburannya (meskipun tam-

paknya, sesudah  ini, ia tidak mempunyai anak-anak lagi darinya), 

dan anak-anaknya dan istri anak-anaknya, agar melalui mereka 

bukan saja keluarganya, melainkan juga umat manusia, dapat 

dibangun. Amatilah, meskipun manusia akan berkurang menjadi 

sedikit, dan akan sangat baik jika dunia cepat dipenuhi lagi 

dengan manusia, namun masing-masing dari anak-anak Nuh 


 200

hanya mempunyai seorang istri, yang menguatkan bantahan 

terhadap perkawinan dengan banyak istri. Sebab, sejak dari awal 

dunia yang baru ini keadaannya tidaklah demikian: sama seperti 

pada mulanya Tuhan  menciptakan hanya satu orang perempuan 

untuk satu orang laki-laki, demikian pula sekarang Ia memper-

tahankan hidup hanya satu orang perempuan untuk satu orang 

laki-laki. Lihat Matius 19:4, 8.  

3. Binatang-binatang siap pergi bersama-sama dengan dia. Tangan 

yang sama yang pada mulanya membawa mereka kepada Adam 

untuk diberi nama, sekarang membawa mereka kepada Nuh un-

tuk dipertahankan kelangsungannya. Sekarang lembu mengenal 

pemiliknya, dan keledai mengenal palungan pelindungnya, bah-

kan, binatang-binatang yang paling buas sekalipun berbondong-

bondong mendatanginya. namun  manusia sudah menjadi lebih 

biadab dibandingkan binatang-binatang itu sendiri, dan mereka tidak 

mengerti, tidak memahami (Yes. 1:3).  

Hujan Empat Puluh Hari Empat Puluh Malam 

(7:11-12) 

11 Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada 

hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air 

samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. 12 Dan 

turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam 

lamanya.  

Inilah,  

I.  Tahun terjadinya peristiwa yang besar ini. Tahun ini dicatat de-

ngan teliti, untuk menambah kepastian ceritanya.  

1.  Terjadinya saat  Nuh berumur enam ratus tahun, yang jika 

dihitung, tampaknya berlangsung pada 1656 tahun sesudah 

penciptaan. Tahun-tahun dunia lama tidak dihitung berdasar-

kan pemerintahan orang-orang raksasa, namun  berdasarkan 

kehidupan bapa-bapa leluhur. Orang-orang kudus lebih ber-

harga bagi Tuhan  dibandingkan para penguasa. Orang benar itu 

akan diingat selama-lamanya. Nuh sekarang sudah sangat tua, 

bahkan menurut ukuran umur manusia pada waktu itu. Per-

hatikanlah,  

(1)  Semakin lama kita hidup di dunia ini, semakin banyak kita 

melihat kesengsaraan-kesengsaraan dan malapetaka-mala-

Kitab Kejadian 7:11-12 

 201 

petaka di dalamnya. Oleh sebab itu, dikatakan sebagai hak 

istimewa orang-orang yang mati muda bahwa mata mereka 

tidak akan melihat segala malapetaka yang akan datang 

(2Raj. 22:20). 

(2) Terkadang Tuhan  menguji hamba-hamba-Nya yang sudah 

tua dengan pencobaan-pencobaan yang luar biasa dalam 

hal ketaatan dan kesabaran. Prajurit-prajurit Kristus yang 

paling tua tidak boleh menjanjikan diri mereka sendiri 

akan terlepas dari peperangan sebelum maut melepaskan-

nya dari mereka. Mereka harus tetap mengencangkan ikat 

pinggang mereka, dan tidak boleh bermegah seolah-olah 

sudah melepaskannya. Sama seperti tahun terjadinya air 

bah dicatat, demikian pula,  

2.  Kita diberi tahu bahwa air bah itu datang pada bulan yang 

kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, yang menurut 

perhitungan sekitar permulaan bulan November. Jadi, sebe-

lumnya Nuh baru saja menuai panen, dan hasilnya ia jadikan 

sebagai muatan bahteranya. 

II.  Tanda-tanda alami yang sesuai dengan air bah. Amatilah,  

1.  Pada hari yang sama saat  Nuh sudah menetap di dalam 

bahtera, banjir mulai datang. Perhatikanlah,  

(1) Penghakiman-penghakiman yang menghancurkan tidak akan 

datang sebelum Tuhan  menyediakan tempat yang aman bagi 

umat-Nya sendiri. Lihat pasal 19:22, Aku tidak dapat berbuat 

apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana: dan kita men-

dapati dalam Wahyu 7:3 bahwa angin-angin ditahan sebelum 

hamba-hamba Tuhan  dimeteraikan.  

(2) jika  orang-orang baik dipindahkan, maka penghakim-

an-penghakiman tidaklah jauh. Sebab mereka diambil dari 

kejahatan yang akan datang (Yes. 57:1, KJV). jika  mere-

ka dipanggil masuk ke dalam kamar-kamar, disembunyi-

kan di dalam kubur-kubur, disembunyikan di dalam sorga, 

maka Tuhan  akan keluar dari tempat-Nya untuk menghukum 

(Yes. 26:20-21). 

2.  Lihatlah apa yang terjadi pada hari itu, hari yang mematikan 

bagi dunia orang-orang fasik itu.  


 202

(1) Terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat. 

Pada waktu itu air-air yang baru mungkin tidak perlu di-

ciptakan. Air yang sebelumnya dibuat menjadi berkat-

berkat bagi bumi sesuai dengan  peredaran alam menurut 

pemeliharaan ilahi, sekarang, melalui tindakan yang luar 

biasa dari kuasa ilahi, mendatangkan kehancuran baginya. 

Tuhan  sudah menaruh samudera raya ke dalam wadah 

(Mzm. 33:7), namun  sekarang Ia membuka wadah itu. Sama 

seperti tubuh kita mempunyai sejumlah cairan yang, 

jika  Tuhan  berkehendak, menjadi benih-benih dan sum-

ber-sumber dari segala penyakit yang mematikan, demikian 

pula bumi di dalam perut-perutnya mempunyai sejumlah 

air yang, dengan perintah Tuhan , akan meluap dan mengha-

nyutkannya. Tuhan , dalam menciptakan alam raya, telah 

memasang palang dan pintu pada air-air laut, agar mereka 

takkan kembali menyelubungi bumi (Mzm. 104:9; Ayb. 38:9-

11). Dan sekarang Ia hanya memindahkan batas-batas ta-

nah, gundukan-gundukan tanah, dan pagar-pagar yang su-

dah ada sejak dulu kala itu, namun  air-air laut sudah kembali 

menyelubungi bumi, seperti yang terjadi pada mulanya (1:9). 

Perhatikanlah, semua makhluk siap berperang melawan 

orang berdosa, dan siapa saja dari mereka dapat menjadi 

alat kehancurannya, jika Tuhan  membuka kekangan-kekang-

an yang menahan mereka selama hari-hari Dia bersabar.  

(2) Terbukalah tingkap-tingkap di langit, dan air yang ada di 

atas cakrawala ditumpahkan ke atas dunia. Perbendahara-

an-perbendaharaan yang disimpan Tuhan  untuk masa kese-

sakan, untuk waktu pertempuran dan peperangan itu (Ayb. 

38:22-23). Hujan, yang biasanya turun rintik-rintik, pada 

waktu itu turun dalam luapan air yang deras, atau sembur-

an air, sebagaimana orang-orang di daerah-daerah tropis 

menyebutnya, di mana awan-awan sering kali pecah, me-

nurut ungkapan mereka, saat  hujan yang turun jauh 

lebih deras dibandingkan hujan paling lebat yang pernah kita 

lihat di sini (maksudnya di Inggris – pen.). Kita membaca 

(Ayb. 26:8) bahwa Tuhan  membungkus air di dalam awan-

Nya, namun awan itu tidak robek. namun  sekarang bung-

kusan itu dibuka, dan awan itu robek, dan hujan pun 

turun seperti yang belum pernah dilihat sebelumnya atau 

Kitab Kejadian 7:11-12 

 203 

sesudahnya, dengan begitu derasnya dan tanpa henti. 

Awan yang tebal itu tidak menjadi lelah, seperti yang biasa-

nya terjadi, sebab  mencurahkan air (Ayb. 37:11), yaitu, 

tidak cepat habis dan berhenti. Sebaliknya, awan-awan 

tetap kembali sesudah  hujan turun, dan kuasa ilahi terus 

membawa awan-awan yang baru. Hujan turun, tanpa jeda 

atau reda, empat puluh hari empat puluh malam lamanya 

(ay. 12), dan itu berlangsung di seluruh bumi secara seren-

tak, bukan seperti yang kadang-kadang terjadi, hanya pada 

satu kota dan tidak pada kota lain. Tuhan  menjadikan dunia 

dalam enam hari, namun  Ia mengambil waktu selama empat 

puluh hari dalam menghancurkannya. Sebab Ia panjang 

sabar. Namun, meskipun datang secara perlahan-lahan dan 

bertahap, penghancuran itu berhasil memenuhi tujuannya.  

3.  Sekarang, pelajarilah dari sini,  

(1) Bahwa semua makhluk berada dalam kuasa Tuhan , dan 

bahwa Ia dapat memakai  mereka untuk tujuan apa 

pun yang dikehendaki-Nya, baik untuk menjadi pentung bagi 

isi bumi-Nya maupun untuk menyatakan kasih setia, seperti 

yang dikatakan Elihu tentang hujan (Ayb. 37:12-13).  

(2) Bahwa Tuhan  sering kali membuat selamatan kita menjadi 

perangkap (Mzm. 69:23). Apa yang biasanya merupakan 

penghiburan dan keuntungan bagi kita sekarang menjadi, 

jika  Tuhan  berkehendak, cambuk dan wabah bagi kita. 

Tidak ada hal lain yang lebih diperlukan dan bermanfaat 

selain air, baik itu segala mata air di bumi maupun hujan 

dari langit. Namun sekarang tidak ada yang lebih menya-

kitkan, dan tidak ada yang lebih menghancurkan, selain air 

itu: setiap ciptaan menjadi bagi kita sebagaimana Tuhan  

menjadikannya.  

(3) Bahwa tidaklah mungkin untuk menghindar dari pengha-

kiman-penghakiman yang benar dari Tuhan  saat  peng-

hakiman-penghakiman itu datang dengan mandat untuk 

melawan para pendosa. Sebab Tuhan  dapat mempersenjatai 

langit maupun bumi untuk melawan mereka (lihat Ayb. 

20:27). Tuhan  dapat mengelilingi manusia dengan para pem-

bawa pesan murka-Nya, sehingga, jika mereka melihat ke 

atas, mereka akan merasa ngeri dan bingung, dan jika me-


 204

reka melihat ke bumi, sesungguhnya, hanya kesesakan 

dan kegelapan (Yes. 8:21-22). Jadi, siapakah yang mampu 

berdiri di hadapan Tuhan  jika  Ia murka? 

(4) Dalam penghancuran terhadap dunia lama oleh air ini, 

Tuhan  memberi  contoh tentang penghancuran terakhir 

dari dunia yang ada sekarang oleh api kelak. Kita men-

dapati Rasul Petrus mempertentangkan kedua hal ini satu 

sama lain (2Ptr. 3:6-7). Sama seperti di bawah bumi ada 

air, demikian pula Gunung Api Etna, Gunung Api Vesu-

vius, dan gunung-gunung berapi lain menyatakan kepada 

dunia bahwa di bawah permukaan bumi ada api juga. Api 

juga sering kali jatuh dari langit, dan banyak kehancuran 

diakibatkan oleh petir. sebab  itu, saat  waktu yang 

ditetapkan tiba, di antara dua api ini, bumi dan segala 

isinya akan terbakar, seperti halnya air bah yang didatang-

kan ke atas dunia lama dari samudra-samudra raya dan 

melalui tingkap-tingkap langit.  

Masuk ke dalam Bahtera 

(7:13-16) 

13 Pada hari itu juga masuklah Nuh serta Sem, Ham dan Yafet, anak-anak 

Nuh, dan isteri Nuh, dan ketiga isteri anak-anaknya bersama-sama dengan 

dia, ke dalam bahtera itu, 14 mereka itu dan segala jenis binatang liar dan 

segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata yang merayap di bumi 

dan segala jenis burung, yakni segala yang berbulu bersayap; 15 dari segala 

yang hidup dan bernyawa datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam 

bahtera itu. 16 Dan yang masuk itu yaitu  jantan dan betina dari segala yang 

hidup, seperti yang diperintahkan Tuhan  kepada Nuh; lalu TUHAN menutup 

pintu bahtera itu di belakang Nuh.  

Di sini diulangi lagi apa yang sudah diceritakan sebelumnya tentang 

Nuh yang masuk ke dalam bahtera, bersama-sama dengan keluarga-

nya dan binatang-binatang yang ditetapkan untuk dipertahankan 

hidup. Nah, 

I. Cerita itu diulangi demi kehormatan Nuh, yang iman dan ketaat-

annya dalam hal ini bersinar begitu cemerlang. Dengan iman dan 

ketaatan itu ia memperoleh suatu pujian yang baik, dan dalam 

hal ini ia tampak sebagai orang yang begitu disayangi Sorga dan 

membawa berkat begitu besar bagi bumi ini. 

Kitab Kejadian 7:13-16 

 205 

II. Ada perhatian yang diberikan di sini tentang binatang-binatang 

yang masuk menurut segala jenisnya, sesuai dengan kata-kata 

yang dipakai dalam kisah penciptaan (1:21-25), untuk menunjuk-

kan bahwa jenis-jenis yang sekarang diselamatkan hanyalah 

sebanyak seperti yang sudah diciptakan pada mulanya, dan tidak 

lebih. Juga, untuk memperlihatkan bahwa pemeliharaan ini ada-

lah seperti ciptaan baru: hidup yang dipertahankan secara luar 

biasa yaitu  seperti sebuah hidup baru.  

III. Meskipun semua permusuhan dan perseteruan di antara makh-

luk-makhluk berhenti untuk sementara waktu, dan binatang-

binatang buas bukan saja begitu lembut dan jinak sehingga 

serigala dan domba berbaring bersama-sama, namun  juga sifat 

mereka secara begitu ajaib diubah sehingga singa benar-benar ma-

kan jerami seperti lembu (Yes. 11:6-7). Walaupun demikian, saat  

kesempatan untuk itu berakhir, kekang itu dilepaskan, dan 

mereka pun tetap seperti jenis yang sama seperti sebelum-sebe-

lumnya. Sebab, bahtera tidak mengubah sifat bawaan mereka. 

Orang-orang munafik di dalam jemaat, yang menuruti aturan-

aturan bahtera itu secara lahiriah saja, bisa saja tidak diubahkan, 

dan di kemudian hari akan kelihatan seperti apa mereka itu sebe-

narnya.  

IV. Ditambahkan bahwa (dan kejadiannya pantas kita perhatikan), 

TUHAN menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh (ay. 16). Seperti 

halnya Nuh terus taat kepada Tuhan , demikian pula Tuhan  terus 

memperhatikan Nuh. Dan di sini tampak bahwa perhatian itu sa-

ngatlah istimewa. Sebab, ditutupnya pintu ini membangun din-

ding pemisah di antara dia dan semua dunia yang lain. Tuhan  me-

nutup pintu,  

1. Untuk melindunginya, dan membuatnya aman di dalam bah-

tera. Pintu itu harus ditutup rapat-rapat, sebab kalau tidak, 

air pasti akan merembes masuk dan menenggelamkan bah-

tera, dan ditutup kuat-kuat, sebab kalau tidak, maka benda 

apa saja di luarnya akan menghancurkannya. Demikianlah 

Tuhan  menjadikan Nuh sama seperti Ia menjadikan milik kesa-

yangan-Nya (Mal. 3:17).  

2.  Untuk mengecualikan semua yang lain, dan membuat mereka 

tetap berada di luar untuk selama-lamanya. Sampai saat ini 


 206

pintu bahtera itu terbuka, dan jika ada orang, bahkan selama 

tujuh hari terakhir itu, yang mau bertobat dan percaya, maka 

sepanjang pengetahuan saya mereka bisa saja diterima masuk 

ke dalam bahtera. namun  sekarang pintu itu ditutup, dan 

lenyaplah segala harapan mereka untuk dibiarkan masuk: 

sebab jika  Tuhan  menutup, tidak ada yang dapat membuka. 

V.  Banyak dari kewajiban dan hak istimewa kita di dalam Injil dapat 

dilihat pada pemeliharaan Nuh di dalam bahtera. Rasul Petrus 

menjadikannya sebagai pelambang dari baptisan kita, yaitu, 

Kekristenan kita (1Ptr. 3:20-21). Maka amatilah,  

1. Bahwa sudah menjadi kewajiban kita yang besar, dalam ke-

taatan terhadap panggilan Injil, melalui iman yang hidup 

kepada Kristus, untuk datang kepada jalan keselamatan yang 

telah disediakan Tuhan  bagi orang-orang berdosa yang malang. 

saat  Nuh masuk ke dalam bahtera, ia meninggalkan rumah 

dan negerinya sendiri. Demikian pula kita harus meninggalkan 

kebenaran kita sendiri dan harta benda kita, bilamana mereka 

bersaing dengan Kristus. Nuh, untuk sementara waktu, harus 

mau berserah diri di dalam bahtera yang sempit dan tidak 

nyaman itu, supaya hidupnya dapat dipertahankan bagi se-

buah dunia yang baru. Begitu pula dengan orang-orang yang 

datang kepada Kristus untuk diselamatkan oleh-Nya, mereka 

harus menyangkal diri, baik dalam penderitaan maupun dalam 

pelayanan. 

2. Orang-orang yang masuk ke dalam bahtera sendiri harus 

membawa sebanyak yang bisa mereka bawa bersama-sama 

dengan mereka, melalui ajaran-ajaran yang baik, melalui ajak-

an-ajakan, dan melalui teladan yang baik. Bagaimanakah eng-

kau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menye-

lamatkan isterimu (1Kor. 7:16), seperti Nuh menyelamatkan 

istrinya? Di dalam Kristus ada banyak tempat bagi semua 

orang yang datang.  

3.  Orang-orang yang dengan iman datang kepada Kristus, Sang 

Bahtera, akan ditutupi oleh kuasa Tuhan , dan dilindungi seper-

ti di dalam benteng pertahanan oleh kekuatan Tuhan  (1Ptr. 1:5). 

Tuhan  menempatkan Adam ke dalam Firdaus, namun  Ia tidak 

menutup pintu di belakangnya, sehingga Adam membuat diri-

nya sendiri terlempar ke luar. namun  saat  Ia menempatkan

Kitab Kejadian 7:17-20 

 207 

 Nuh ke dalam bahtera, Ia menutup pintu di belakangnya. Be-

gitu pula, saat  Ia membawa jiwa kepada Kristus, Ia men-

jamin keselamatannya: itu tidak tergantung pada pemelihara-

an kita sendiri, namun  pada tangan Sang Pengantara.  

4. Pintu belas kasihan akan segera ditutup bagi orang-orang 

yang sekarang meremehkannya. Sekarang, ketoklah, maka pin-

tu akan dibukakan. namun  akan tiba saatnya saat  pintu tidak 

akan dibukakan (Luk. 13:25). 

Air Bah Meliputi Bumi 

(7:17-20) 

17 Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi; air itu naik dan 

mengangkat bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi. 18 saat  air 

itu makin bertambah-tambah dan naik dengan hebatnya di atas bumi, 

terapung-apunglah bahtera itu di muka air. 19 Dan air itu sangat hebatnya 

bertambah-tambah meliputi bumi, dan ditutupinyalah segala gunung tinggi 

di seluruh kolong langit, 20 sampai lima belas hasta di atasnya bertambah-

tambah air itu, sehingga gunung-gunung ditutupinya.  

Di sini kita diberi tahu, 

I.  Berapa lama air bah itu naik, yaitu empat puluh hari (ay. 17). Du-

nia yang cemar semula tidak percaya bahwa air bah akan datang. 

Dan saat  air bah benar-benar datang mereka menghibur diri 

mereka sendiri dengan harapan bahwa air itu akan segera surut 

dan tidak akan sampai berlebihan. namun  air terus naik, semakin 

bertambah-tambah. Perhatikanlah,  

1.  jika  Tuhan  menghakimi, Ia akan menang. Jika Ia memulai, 

Ia akan mengakhiri. Jalan-Nya sempurna, baik dalam meng-

hakimi maupun dalam memberi belas kasihan.  

2. Mendekatnya penghakiman-penghakiman Tuhan  secara berta-

hap, yang dirancang untuk mempertobatkan orang-orang ber-

dosa, sering kali disalahgunakan untuk membuat mereka 

berkeras dalam keangkuhan mereka. 

II.  Sampai seberapa tinggi air itu naik: air itu naik sedemikian tinggi 

sehingga bukan saja dataran-dataran rendah terendam air, namun  

untuk memastikan pekerjaannya, dan agar tak seorang pun bisa 

terluput, puncak-puncak gunung tertinggi pun dibanjirinya – lima 

belas hasta, yaitu sekitar tujuh meter. Sehingga sungguh sia-sia 

menantikan keselamatan dari pada segala bukit, atau dari pada 


 208

gunung (Yer. 3:23). Tidak ada satu pun dari ciptaan-ciptaan Tuhan  

yang sedemikian tinggi sehingga kuasa-Nya tidak dapat melam-

paui mereka. Dan Ia akan membuat mereka tahu rasa bahwa saat 

mereka berbuat tinggi hati, Ia mengatasi mereka. Mungkin pun-

cak-puncak gunung itu dihanyutkan oleh kekuatan air, yang sa-

ngat berperan dalam membuat air makin bertambah-tambah se-

hingga mengatasi puncak-puncak gunung. Sebab dikatakan (Ayb. 

12:15), Ia melepaskan air, dan air itu tidak hanya menghanyutkan 

namun  juga menjungkirbalikkan bumi. Demikianlah benteng dusta 

disapu bersih, dan air lebat menghanyutkan persembunyian orang-

orang berdosa (Yes. 28:17), maka sia-sia saja mereka berlari ke-

padanya untuk berlindung (Why. 6:16). Sekarang gunung-gunung 

beranjak, dan bukit-bukit berpindah, dan tidak ada lagi yang dapat 

menolong manusia kecuali perjanjian damai (Yes. 54:10). Tidak ada 

satu tempat pun di bumi yang begitu tinggi yang bisa menjadi 

tempat berdiri manusia sehingga ia bisa berada di luar jangkauan 

penghakiman-penghakiman Tuhan  (Yer. 49:16; Ob. 1:3-4). Tangan 

Tuhan  akan menjangkau semua musuh-Nya (Mzm. 21:9). Amatilah 

bagaimana penghakiman-penghakiman itu diukur secara tepat 

(lima belas hasta), bukan dengan alat ukur milik Nuh, melainkan 

dengan pengetahuan Dia yang mengukur air dalam timbangan 

(Ayb. 28:25, KJV; TB:  mengatur banyaknya air” – pen.). 

III. Apa yang terjadi dengan bahtera Nuh saat  air bah itu naik: Bah-

tera itu melampung tinggi dari bumi (ay. 17), dan terapung-apung di 

muka air (ay. 18). saat  semua bangunan lain dirobohkan oleh 

air, dan terkubur di bawahnya, hanya bahtera yang tetap ber-

tahan. Amatilah, 

1. Air yang menghancurkan segalanya itu justru menopang 

bahtera. Apa yang bagi orang-orang tidak percaya merupakan 

bau kematian yang mematikan, bagi orang-orang yang ber-

iman merupakan bau kehidupan yang menghidupkan.  

2. Semakin tinggi air, semakin tinggi bahtera itu terangkat meng-

gapai langit. Demikianlah penderitaan-penderitaan yang diku-

duskan akan meninggikan kerohanian orang. Dan seiring de-

ngan bertambahnya persoalan, penghiburan pun semakin 

lebih bertambah-tambah. 

Kitab Kejadian 7:21-24 

 209 

Air Bah Membinasakan Segala Makhluk 

(7:21-24) 

21 Lalu mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-

burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berke-

riapan di bumi, serta semua manusia. 22 Matilah segala yang ada nafas hidup 

dalam hidungnya, segala yang ada di darat. 23 Demikianlah dihapuskan Tuhan  

segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan 

dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu 

dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang 

bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. 24 Dan berkuasalah air itu di 

atas bumi seratus lima puluh hari lamanya. 

Inilah,  

I.  Kehancuran semua makhluk hidup di mana-mana oleh air bah. 

Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemus-

nahan di bumi (Mzm. 46:9), dan bagaimana Ia membuat tumpuk-

an demi tumpukan. Belum pernah maut menang, dari mulai per-

tama ia masuk sampai saat ini, seperti pada waktu itu. Pergilah, 

pandanglah Maut yang menunggangi kuda hijau kuningnya, dan 

kerajaan maut yang mengikutinya (Why. 6:7-8). 

1.  Segala ternak, burung, dan binatang merayap mati, kecuali 

sedikit dari mereka yang ada dalam bahtera. Amatilah bagai-

mana pernyataan ini diulangi: Lalu mati binasalah segala yang 

hidup (ay. 21). Matilah segala yang ada nafas hidup dalam 

hidungnya, segala yang ada di darat (ay. 22). Segala yang ada 

(ay. 23). namun  mengapa demikian? Hanya manusia yang ber-

buat jahat, dan sudah sewajarnya tangan Tuhan  menentang 

dia. namun  domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? 

Saya menjawab,  

(1) Kita yakin bahwa Tuhan  tidak pernah berbuat salah terha-

dap mereka. Dia yaitu  Tuhan yang berdaulat atas segala 

kehidupan, sebab Dia satu-satunya Sumber dan Pencipta 

kehidupan. Dia yang menjadikan mereka seperti yang dike-

hendaki-Nya bisa meniadakan mereka kapan saja Ia meng-

hendakinya. Dan siapa yang dapat berkata kepada-Nya apa 

yang Kaulakukan? Tidak bolehkah Ia melakukan apa yang 

dikehendaki-Nya kepada milik-Nya sendiri, yang diciptakan 

untuk kesenangan-Nya?  

(2) Tuhan  secara menakjubkan benar-benar memenuhi tujuan-

tujuan kemuliaan-Nya sendiri dengan kehancuran mereka, 


 210

seperti halnya dengan penciptaan mereka. Dalam hal ini 

kekudusan dan keadilan-Nya sangatlah diagungkan. De-

ngan ini tampak bahwa Ia membenci dosa, dan amat mur-

ka terhadap orang-orang berdosa, sehingga bahkan makh-

luk-makhluk yang lebih rendah, sebab  mereka yaitu  

hamba-hamba manusia dan bagian dari miliknya, dan ka-

rena mereka sudah disalahgunakan untuk menjadi hamba-

hamba dosa, dihancurkan bersama-sama dengan dia. Hal 

ini membuat penghakiman itu lebih mencengangkan, lebih 

mengerikan, dan, sebagai akibatnya, lebih mengungkapkan 

murka dan pembalasan Tuhan . Penghancuran makhluk-

makhluk yaitu  pembebasan mereka dari belenggu keru-

sakan, pembebasan yang begitu didambakan dengan me-

rintih oleh segala makhluk pada saat ini (Rm. 8:21-22). Itu 

juga merupakan contoh dari hikmat Tuhan . Sama seperti 

makhluk-makhluk dijadikan untuk manusia saat  ia 

dijadikan, demikian pula mereka dikembangbiakkan untuk 

dia saat  dia beranak cucu. Dan oleh sebab itu, sebab  

sekarang manusia berkurang menjadi begitu sedikit, maka 

pantaslah jika binatang-binatang harus dikurangi dalam 

jumlah yang sepadan, sebab kalau tidak, mereka akan ber-

kuasa, akan mengisi bumi, dan umat manusia yang tersisa 

akan dikalahkan oleh mereka. Lihatlah bagaimana Tuhan  

mempertimbangkan hal ini dalam kasus lain (Kel. 23:29), 

supaya segala binatang hutan jangan bertambah banyak 

melebihi engkau. 

2.  Semua laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang ada di dunia 

(kecuali yang ada di dalam bahtera) mati. Semua orang (ay. 21 

dan ay. 23), dan ada kemungkinan mereka berjumlah banyak 

sebanyak seperti yang ada sekarang di muka bumi, jika tidak 

lebih banyak. Nah,  

(1) Kita dapat dengan mudah membayangkan kengerian dan 

kebingungan seperti apa yang mencekam mereka saat  

mereka melihat bahwa mereka sudah dikepung. Jurusela-

mat kita memberi tahu kita bahwa sampai pada hari saat  

air bah datang, mereka makan dan minum (Luk. 17:26-27). 

Mereka sudah tenggelam dalam rasa aman dan nafsu ba-

daniah sebelum mereka ditenggelamkan di dalam air itu, 

Kitab Kejadian 7:21-24 

 211 

seraya berseru damai sejahtera, damai sejahtera pada diri 

mereka sendiri, tuli dan buta terhadap segala peringatan 

ilahi. Dalam keadaan inilah maut mengejutkan mereka, 

seperti dalam 1 Samuel 30:16-17. namun , oh, betapa mere-

ka terkaget-kaget pada waktu itu! Sekarang mereka melihat 

dan merasakan apa yang tidak mau mereka percayai dan 

takuti, dan mereka diyakinkan akan kebodohan mereka 

saat  semuanya sudah terlambat. Sekarang mereka tidak 

mendapat tempat untuk bertobat, meskipun mereka men-

carinya dengan tekun sambil bersimbah air mata. 

(2) Kita bisa menduga bahwa mereka mencoba segala cara dan 

sarana yang mungin untuk menyelamatkan diri, namun  

semuanya sia-sia. Sebagian orang memanjat sampai ke 

pucuk-pucuk pohon atau mendaki sampai ke puncak-pun-

cak gunung, dan meredakan kengerian-kengerian mereka 

di sana untuk sementara waktu. namun  air bah itu sampai 

juga pada mereka, pada akhirnya, dan mereka dipaksa 

mati dengan cara yang lebih sadar. Sebagian yang lain, ada 

kemungkinan, menempel pada bahtera itu, dan sekarang 

berharap bahwa bahtera ini bisa menjadi tempat yang 

aman bagi mereka, yang sebelumnya menjadi bahan olok-

olok mereka. Mungkin sebagian orang memanjat atap 

bahtera itu, dan berharap untuk berpindah ke sana. namun  

entah mereka binasa di sana sebab  kekurangan makanan, 

atau, dengan cara mati yang lebih cepat, terpaan hujan 

menjatuhkan mereka dari geladak itu. Yang lain, ada ke-

mungkinan, berharap dapat membujuk Nuh untuk me-

masukkan mereka ke dalam bahtera, dan berseru bahwa 

mereka sudah lama mengenal dia,  Bukankah kami telah 

makan dan minum di hadapanmu? Bukankah engkau telah 

mengajar di jalan-jalan kota kami?”  Ya,” begitu mungkin 

jawab Nuh,  itu memang terjadi, berkali-kali, namun  tidak 

membawa banyak hasil. Kamu menolak saat  aku me-

manggil; bahkan, kamu mengabaikan nasihatku (Ams. 1:24-

25), dan sekarang aku tidak berkuasa lagi untuk meno-

longmu: Tuhan  telah menutup pintu, dan aku tidak bisa 

membukanya.” Demikianlah nanti pada hari penghakiman 

agung. Mendaki tinggi-tinggi dengan mengaku-ngaku diri 

beragama, atau mengaku kenal dengan orang-orang baik, 


 212

tidak akan membawa manusia ke sorga (Mat. 7:22; Mat. 

25:8-9). Orang-orang yang tidak ditemukan di dalam Kris-

tus, Sang Bahtera, pasti akan binasa, binasa untuk sela-

ma-lamanya. Keselamatan itu sendiri tidak dapat menyela-

matkan mereka. Lihat Yesaya 10:3.  

(3) Kita dapat menduga bahwa sebagian dari orang-orang yang 

binasa dalam air bah itu sudah membantu Nuh, atau 

dipekerjakan olehnya, untuk membangun bahtera, namun 

mereka tidak begitu bijak dan bertobat sehingga menyedia-

kan tempat bagi mereka sendiri di dalamnya. Demikianlah 

para pelayan jemaat yang fasik, meskipun mungkin saja 

berperan dalam membantu orang lain masuk sorga, akan 

dilemparkan sendiri ke dalam neraka.

Marilah sekarang kita berhenti sejenak dan mempertimbang-

kan penghakiman yang dahsyat ini! Biarlah hati kita merenung-

kan kengerian, kengerian dari kehancuran ini. Marilah kita lihat, 

dan berkata, ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Tuhan  yang 

hidup; siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Mari-

lah kita lihat dan berkata, betapa jahat dan pedihnya kita bila 

meninggalkan Tuhan . Dosa orang-orang berdosa, tanpa pertobatan, 

akan menghancurkan mereka, cepat atau lambat. Jika Tuhan  itu 

benar, maka itu akan terjadi. Sungguh, orang jahat tidak akan 

luput dari hukuman. Tuhan  yang benar tahu bagaimana menda-

tangkan air bah atas dunia orang-orang fasik (2Ptr. 2:5). Elifas 

merujuk pada cerita ini sebagai peringatan yang masih berlaku 

terhadap dunia yang tidak acuh (Ayb. 22:15-16), apakah engkau 

mau tetap mengikuti jalan lama, yang dilalui orang-orang jahat, 

mereka yang telah direnggut sebelum saatnya, dan dicampakkan 

ke dalam kekekalan, yang alasnya dihanyutkan sungai? 

II.  Pemeliharaan khusus terhadap Nuh dan keluarganya: Hanya Nuh 

yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia 

dalam bahtera itu (ay. 23). Amatilah,  

1.  Nuh hidup. Sementara semua orang di sekelilingnya menjadi 

tugu-tugu peringatan keadilan, beribu-ribu roboh di sebelah 

kanannya dan berpuluh-puluh ribu di sebelah kirinya, ia men-

jadi tugu peringatan belas kasihan. Hanya dengan mata kepala-

nya sendiri ia dapat menonton dan melihat pembalasan terhadap 

Kitab Kejadian 7:21-24 

 213 

orang-orang fasik (Mzm. 91:7-8). Sesungguhnya pada waktu 

banjir besar terjadi, itu tidak melandanya (Mzm. 32:6). Kita 

mempunyai alasan untuk berpikir bahwa, selagi Tuhan  yang 

panjang sabar menunggu, Nuh tidak hanya memberitakan 

kabar, namun  juga berdoa untuk dunia yang fasik itu, supaya 

murka Tuhan  jangan datang. namun  doa-doanya kembali ke 

hatinya sendiri, dan terkabul hanya dalam terluputnya dirinya 

sendiri, yang dengan jelas dirujuk dalam Yehezkiel 14:14, Nuh, 

Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawa-

nya sendiri. Sebuah tanda kehormatan akan dipasang pada 

diri pendoa-pendoa syafaat.  

2.  Hanya Nuh yang hidup. Nuh tetap hidup, itu saja. Sebenarnya, 

ia terkubur hidup-hidup, yaitu terkurung di tempat yang 

sempit, ngeri terhadap hujan yang turun dengan begitu mena-

kutkan, air bah yang bertambah naik, dan segala jeritan serta 

teriakan para tetangganya yang binasa, dan hatinya dipenuhi 

oleh pikiran-pikiran sedih tentang kehancuran-kehancuran 

yang terjadi. namun  ia menghibur dirinya dengan hal ini, bah-

wa ia sedang berada di jalan kewajiban dan jalan pembebasan. 

Dan kita diajar (Yer. 45:4-5) bahwa saat  penghakiman-peng-

hakiman yang menghancurkan sedang terjadi di mana-mana, 

kita tidak boleh mencari hal-hal besar atau menyenangkan 

bagi diri kita sendiri, namun  dengan rasa syukur tak terperikan 

kita harus menerima hidup yang diberikan kepada kita sebagai 

korban bagi orang lain. 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  8   

alam bagian penutup dari pasal sebelumnya, kita meninggalkan 

dunia dalam kehancuran dan jemaat dalam kesesakan. namun  

dalam pasal ini kita mendapati dunia diperbaiki dan jemaat diper-

luas. Sekarang pemandangannya berubah, dan wajah lain dari segala 

sesuatu mulai diperlihatkan kepada kita, dan sisi terang di balik 

awan yang sebelumnya tampak begitu hitam dan pekat. Sebab, mes-

kipun Tuhan  berbantah untuk waktu yang lama, bukan untuk selama-

lamanya Ia hendak berbantah, tidak pula Ia akan selalu murka. Di 

sini kita mendapati,  

I.  Bumi diperbaharui, dengan meredanya air, dan munculnya 

tanah kering, untuk kedua kalinya sekarang, dan kedua-

duanya secara perlahan.  

1.  Naiknya air dihentikan (ay. 1-2).  

2.  Air terlihat mulai berkurang (ay. 3).  

3.  sesudah  surut selama enam belas hari, bahtera itu kandas 

(ay. 4).  

4.  sesudah  surut selama enam puluh hari, puncak-puncak 

gunung tampak mengatasi air (ay. 5).  

5.  sesudah  surut selama empat puluh hari, dan dua puluh 

hari sebelum gunung-gunung tampak, Nuh mulai mengi-

rimkan mata-matanya, seekor burung gagak dan seekor 

burung merpati, untuk mendapat informasi (ay. 6-12).  

6.  Dua bulan sesudah  kemunculan puncak-puncak gunung, 

air sudah lenyap, dan permukaan bumi menjadi kering 

(ay. 13), meskipun belum kering untuk didiami manusia 

secara layak sampai hampir dua bulan kemudian (ay. 14).  


 216

II. Manusia ditempatkan kembali di atas bumi, di mana,  

1.  Nuh mengeluarkan muatan bahtera dan ia sendiri keluar 

darinya (ay. 15-19).  

2.  Ia mempersembahkan korban pujiannya kepada Tuhan  

atas kebebasannya (ay. 20).  

3.  Tuhan  menerima korbannya, dan dalam kesempatan itu Ia 

berjanji untuk tidak menenggelamkan dunia lagi (ay. 21-

22). Dan dengan demikian, pada akhirnya, belas kasihan 

menang atas penghakiman. 

Bumi Menjadi Kering  

(8:1-3) 

1 Maka Tuhan  mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang 

bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Tuhan  membuat angin 

menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun. 2 Ditutuplah mata-mata 

air samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat 

dari langit, 3 dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah 

berkurang air itu sesudah seratus lima puluh hari.  

Inilah,  

I.   Sebuah tindakan anugerah Tuhan : Tuhan  mengingat Nuh dan segala 

makhluk hidup. Ini yaitu  ungkapan cara manusia. Sebab tak 

satu pun dari ciptaan-Nya (Luk. 12:6), terlebih lagi siapa pun dari 

umat-Nya, yang dilupakan-Nya (Yes. 49:15-16). namun ,  

1. Seluruh bangsa manusia, kecuali Nuh dan keluarganya, seka-

rang sudah punah, dan dicampakkan ke negeri segala lupa, 

untuk tidak diingat lagi. sebab  itu, diingatnya Nuh oleh Tuhan  

berarti kembalinya belas kasihan-Nya terhadap umat manusia, 

yang tidak akan dibinasakan-Nya sepenuhnya. Ungkapan ini 

aneh (Yeh. 5:13), Aku akan melampiaskan murka-Ku kepada 

mereka, sehingga Aku merasa puas. Tuntutan-tuntutan keadil-

an ilahi telah dipenuhi dengan kehancuran orang-orang ber-

dosa itu. Ia telah melampiaskan dendam-Nya kepada para 

lawan-Nya (Yes. 1:24), dan sekarang roh-Nya menjadi tenteram 

(Za. 6:8), lalu Ia mengingat Nuh dan segala makhluk hidup. Ia 

mengingat kasih sayang dalam murka (Hab. 3:2), teringat 

kepada zaman dahulu kala (Yes. 63:11), mengingat keturunan 

yang kudus, dan kemudian mengingat Nuh.  

Kitab Kejadian 8:1-3 

 217 

2. Nuh sendiri, walaupun merupakan seorang yang mendapat 

kasih karunia di mata Tuhan, tampak terlupakan di dalam 

bahtera, dan mungkin mulai berpikiran begitu. Sebab kita 

tidak mendapati Tuhan  memberi tahu dia berapa lama ia harus 

terkurung dan kapan ia harus dibebaskan. Orang-orang yang 

sangat baik terkadang akan segera menyimpulkan bahwa me-

reka dilupakan Tuhan , terutama jika  penderitaan-penderita-

an mereka luar biasa pedih dan lama. Mungkin Nuh, walau-

pun merupakan seorang yang mempunyai iman besar, saat  

mendapati air bah terus berlangsung begitu lama sementara 

sudah seharusnya air itu berhenti, tergoda untuk merasa 

takut kalau-kalau Dia yang menyuruhnya untuk masuk akan 

tetap mengurungnya di sana. Dan ia mulai bertanya-tanya, 

berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku? namun  pada akhir-

nya Tuhan  kembali dalam belas kasihan kepadanya, dan ini 

diungkapkan dengan ungkapan Tuhan  mengingatnya. Perhati-

kanlah, orang-orang yang mengingat Tuhan  pasti akan diingat 

oleh-Nya, seberapa pun susah dan menyedihkannya keadaan 

mereka. Ia akan menetapkan waktu bagi mereka dan meng-

ingat mereka (Ayb. 14:13).  

3. Bersama Nuh, Tuhan  mengingat segala makhluk hidup. Sebab, 

walaupun kesenangan-Nya terutama pada anak-anak manu-

sia, Ia juga bersuka atas segala hasil karya-Nya, dan tidak 

membenci satu pun dari apa yang telah dijadikan-Nya. Ia se-

cara khusus memperhatikan umat-Nya bukan saja secara 

orang perorangan, melainkan juga kepunyaan-kepunyaan me-

reka, yaitu keluarga mereka dan segala sesuatu milik mereka. 

Ia memperhatikan ternak Niniwe (Yun. 4:11). 

II. Sebuah tindakan kuasa Tuhan  atas angin dan air, yang kedua-

duanya tunduk pada perintah-Nya, meskipun tidak satu pun dari 

keduanya yang bisa dikendalikan manusia. Amatilah, 

1.  Ia memerintahkan angin, dan berkata kepadanya, pergi, lalu ia 

pun pergi, untuk menghalau air bah itu: Tuhan  membuat angin 

menghembus melalui bumi. Lihatlah di sini,  

(1) Apa yang diingat Tuhan  tentang Nuh: bahwa Ia akan mem-

berinya kelegaan. Perhatikanlah, orang-orang yang diingat 

Tuhan  pasti diingat-Nya dengan benar, untuk selama-lama-


 218

nya. Ia mengingat kita untuk menyelamatkan kita, agar 

kita mengingat-Nya untuk melayani Dia.  

(2) Betapa Tuhan  memiliki kekuasaan yang berdaulat atas angin. 

Ia mengumpulkan angin dalam genggaman-Nya (Ams. 30:4) 

dan mengeluarkannya dari dalam perbendaharaan-Nya (Mzm. 

135:7). Ia mengirimkannya bilamana, ke mana, dan untuk 

tujuan-tujuan apa, sesuai yang dikehendaki-Nya. Bahkan 

angin badai sekalipun melakukan firman-Nya (Mzm. 148:8). 

Tampaknya, selagi air bertambah naik, tidak ada angin. 

Sebab hal itu akan semakin mengombang-ambingkan bah-

tera. namun  sekarang Tuhan  mengirimkan angin, sebab  hal 

itu tidak akan begitu mengganggu. Ada kemungkinan angin 

itu yaitu  angin utara, sebab angin utara mengusir hujan. 

Apa pun itu, angin itu yaitu  angin yang mengeringkan, 

seperti angin yang dikirim Tuhan  untuk membelah Laut 

Teberau di hadapan Israel (Kel. 14:21). 

2.  Ia menarik kembali air-air itu, dan berkata kepada mereka, 

mari datanglah ke sini, dan mereka pun datang.  

(1)  Ia menyingkirkan penyebabnya. Ia memeteraikan sumber-

sumber air itu, mata-mata air samudera raya serta tingkap-

tingkap di langit. Perhatikanlah, 

[1] Seperti Tuhan  memiliki kunci untuk membuka, demikian 

pula Ia mempunyai kunci untuk menutup kembali, dan 

untuk menahan laju penghakiman-penghakiman de-

ngan menghentikan penyebab-penyebabnya. Begitulah, 

tangan yang sama yang mendatangkan kehancuran ha-

ruslah mendatangkan pembebasan. Oleh sebab itu, ke-

pada tangan itulah mata kita harus tertuju. Hanya Dia 

yang melukai yang sanggup menyembuhkan. Lihat 

Ayub 12:14-15.  

[2] jika  penderitaan-penderitaan sudah melaksanakan 

pekerjaan yang untuknya mereka dikirim, entah peker-

jaan untuk membunuh atau menyembuhkan, maka me-

reka akan dihapuskan. Firman Tuhan  tidak akan kem-

bali sia-sia (Yes. 55:10-11).  

(2) Lalu dampaknya berhenti. Tidak sekaligus, melainkan se-

cara berangsur-angsur: Air itu turun (ay. 1), makin surut 

dari muka bumi (ay. 3). Mereka pergi dan kembali (dalam

Kitab Kejadian 8:4-5 

 219 

 bahasa Ibrani), yang menandakan kepergian secara per-

lahan-lahan. Panasnya matahari mengeringkan banyak air 

itu, dan mungkin lubang-lubang besar di dalam tanah 

menyerap lebih banyak lagi. Perhatikanlah, seperti halnya 

bumi tidak ditenggelamkan dalam sehari, demikian pula ia 

tidak dikeringkan dalam sehari. Dalam penciptaan, hanya 

butuh satu hari kerja untuk membersihkan bumi dari air-

air yang meliputinya, dan untuk menjadikannya tanah ke-

ring. Malah, hanya butuh separuh hari kerja (1:9-10). 

namun , sebab  pekerjaan mencipta sudah selesai, maka pe-

kerjaan pemeliharaan ilahi ini dilaksanakan melalui kuasa 

penyebab-penyebab alami yang bekerja secara bersamaan, 

namun yang dikerahkan sedemikian rupa oleh kekuatan 

Tuhan  yang mahakuasa. Tuhan  biasanya membebaskan umat-

Nya secara perlahan, agar hari peristiwa-peristiwa kecil tidak 

dipandang hina, tidak pula orang kehilangan harapan akan 

hari peristiwa-peristiwa besar (Za. 4:10). Lihat Amsal 4:18. 

Surutnya Air Bah 

(8:4-5) 

4 Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkan-

daslah bahtera itu pada pegunungan Ararat. 5 Sampai bulan yang kesepuluh 

makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu 

bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung.  

Di sini kita mendapati dampak-dampak dan bukti-bukti dari surutnya air.  

1. Bahtera itu kandas. yaitu  suatu kepuasan bagi Nuh untuk 

merasakan rumah kediamannya mendarat di atas tanah yang 

kuat, tidak lagi bergerak-gerak. Bahtera itu kandas di pegunung-

an, yang diarahkan ke sana, bukan oleh kearifan Nuh (ia tidak 

mengemudikannya), melainkan oleh pemeliharaan Tuhan  yang 

bijak dan penuh rahmat, agar bahtera itu bisa kandas lebih cepat. 

Perhatikanlah, Tuhan  menyediakan waktu dan tempat peristirahat-

an bagi umat-Nya sesudah  mereka diombang-ambingkan. Dan ke-

rap kali Ia menyediakan tempat kediaman bagi mereka yang nya-

man dan tepat pada waktunya tanpa mereka merancangkannya 

sendiri, dan yang sangat melampaui dugaan mereka. Bahtera 

jemaat, meskipun kadang-kadang dilanggar angin badai, dan 


 220

tidak dihiburkan (Yes. 54:11), mempunyai tempat peristirahatan 

(Kis. 9:31).  

2.  Puncak-puncak gunung, seperti pulau-pulau kecil, tampak di atas 

air. Sangat pasti bahwa puncak-puncak gunung itu terlihat oleh 

Nuh dan anak-anaknya, sebab selain puncak-puncak itu tidak 

ada lain lagi yang terlihat. Ada kemungkinan bahwa mereka 

melihat melalui jendela bahtera setiap hari, seperti para pelaut 

yang merasa rindu, sesudah  pelayaran yang membosankan, untuk 

melihat apakah mereka bisa menemukan daratan, atau seperti 

hamba seorang nabi (1Raj. 18:43-44), sampai pada akhirnya 

mereka melihat tanah, dan mencatat tanggal penemuan mereka 

dalam buku harian mereka. Mereka sudah merasakan tanah em-

pat puluh hari sebelum mereka melihatnya, menurut perhitungan 

Dr. Lightfoot, yang dari situ beliau menyimpulkan bahwa, jika air 

berkurang dalam jumlah yang seimbang, bahtera itu berada di 

kedalaman air sekitar 5 meter. 

Nuh Melepaskan Burung Gagak dan Merpati 

(8:6-12) 

6 Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuat-

nya pada bahtera itu. 7 Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung 

itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. 8 

Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air 

itu telah berkurang dari muka bumi. 9 namun  burung merpati itu tidak men-

dapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh 

ke dalam bahtera itu, sebab  di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh meng-

ulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke 

dalam bahtera. 10 Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula 

burung merpati itu dari bahtera; 11 menjelang waktu senja pulanglah burung 

merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun 

zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang 

dari atas bumi. 12 Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian 

dilepaskannya burung merpati itu, namun  burung itu tidak kembali lagi 

kepadanya.  

Di sini kita mendapati cerita tentang mata-mata yang dikirim Nuh 

untuk memberinya informasi dari dunia luar, seekor burung gagak 

dan seekor burung merpati. Amatilah di sini,  

I.  Bahwa walaupun Tuhan  sudah memberi tahu Nuh secara khusus 

kapan air bah akan datang, bahkan sampai pada hari terjadinya 

(7:4), Ia tidak memberinya penjelasan khusus melalui pewahyuan 

pada pukul berapa, dan dengan cara-cara apa, air itu akan pergi, 

Kitab Kejadian 8:6-12 

 221 

1. sebab  pengetahuan tentang datangnya air bah penting bagi 

dia untuk mempersiapkan bahtera, dan untuk berdiam di da-

lamnya. namun , pengetahuan tentang perginya air bah hanya 

bisa memuaskan rasa ingin tahunya, dan disembunyikannya 

pengetahuan itu dari dia akan menjadi latihan yang diperlu-

kan bagi iman dan kesabarannya. Dan,  

2. Ia tidak bisa meramalkan kedatangan air bah itu, kecuali mela-

lui pewahyuan. namun , dengan sarana-sarana biasa, ia dapat 

mengetahui berkurangnya air itu, dan oleh sebab itu Tuhan  ber-

kenan untuk membiarkan dia memakai  sarana-sarana itu. 

II.  Bahwa meskipun Nuh dengan iman mengharapkan kebebasannya, 

dan dengan sabar menantikannya, namun ia merasa penasaran 

tentangnya, sebab ia berpikir akan terkurung seperti itu untuk 

waktu yang lama. Perhatikanlah, keinginan-keinginan untuk dile-

paskan dari masalah, pengharapan-pengharapan yang sungguh-

sungguh untuk itu, dan pertanyaan-pertanyaan tentang kedatang-

annya yang dekat pada kita, akan berpadanan dengan sangat baik 

dengan ketulusan iman dan kesabaran. Siapa yang percaya tidak 

akan gelisah sehingga bertindak mendahului Tuhan , sebaliknya ia 

gelisah untuk menemui-Nya (Yes. 28:16). Secara khusus,  

1. Nuh mengirimkan seekor burung gagak melalui tingkap bah-

tera, yang kemudian pergi, atau dalam ungkapan bahasa Ibrani 

terbang pulang pergi, yakni, terbang ke sana kemari, dan mema-

kan bangkai-bangkai yang terapung, namun  kembali ke bahtera 

untuk beristirahat. Mungkin bukan di dalam bahtera, melain-

kan di atasnya. Hal ini hanya membuat Nuh sedikit puas. Oleh 

sebab itu,  

2. Ia mengirimkan seekor burung merpati, yang pertama-tama 

kembali tanpa kabar baik, malah basah dan kotor. namun  untuk 

kali kedua, ia membawa daun zaitun pada paruhnya, yang tam-

paknya sudah dipatuk terlebih dahulu. Ini suatu petunjuk jelas 

bahwa sekarang pepohonan, pohon-pohon yang berbuah, mulai 

tampak di atas air. Perhatikanlah di sini,  

(1) Bahwa Nuh mengirimkan burung merpati itu untuk kali 

kedua tujuh hari sesudah  ia pertama kali terbang, dan 

untuk kali ketiga sesudah  tujuh hari juga. Dan mungkin kali 

pertama ia dikirim ke luar yaitu  tujuh hari sesudah  bu-


 222

rung gagak dikirim ke luar. Ini menunjukkan bahwa pengi-

riman itu dilakukan pada hari Sabat, yang, tampaknya, 

dijalani Nuh dengan ibadah di dalam bahtera. sesudah  men-

jalankan hari Sabat dalam sebuah perkumpulan jemaat 

yang khidmat dan kecil, ia lalu mengharapkan berkat-berkat 

khusus dari sorga, dan mencari tahu tentangnya. sesudah  

memanjatkan doanya, ia menengadah ke atas (Mzm. 5:4).  

(2) Burung merpati yaitu  lambang dari jiwa yang penuh 

rahmat, yang sebab  tidak mendapat tumpuan bagi kaki-

nya, tidak mendapat kedamaian atau kepuasan yang teguh 

di dunia ini, dunia yang menajiskan dan yang tenggelam 

dalam air bah ini, lalu kembali kepada Kristus seperti ke-

pada bahteranya, seperti kepada Nuhnya. Hati yang bersifat 

kedagingan, seperti burung gagak, hanyut dalam dunia, dan 

memakan bangkai-bangkai yang ditemukannya di sana. Te-

tapi kembalilah tenang hai jiwa-Ku, kembalilah kepada Nuh-

mu, itulah kata yang digunakan (Mzm. 116:7). Sekiranya 

aku diberi sayap seperti merpati, aku akan berlari kepada-

Nya! (Mzm. 55:7). Dan sama seperti Nuh mengulurkan 

tangannya, mengambil burung merpati, dan menarik burung 

itu ke dalam bahtera, demikian pula Kristus dengan penuh 

rahmat akan menjaga, menolong, dan menyambut orang-

orang yang berlari kepada-Nya untuk mendapat tempat per-

istirahatan.  

(3) Ranting pohon zaitun, yang merupakan lambang kedamai-

an, tidak dibawa oleh burung gagak, burung pemangsa, 

tidak pula oleh burung merak yang ceria dan congkak, 

melainkan oleh burung merpati yang lembut, sabar, dan 

rendah hati. Kecenderungan hati yang seperti merpatilah 

yang akan membawa pertanda-pertanda ketenangan dan 

sukacita ke dalam jiwa. 

(4) Sebagian orang memandang kesemuanya ini secara kiasan. 

Hukum pertama kali dikirimkan seperti burung gagak, 

namun  tidak membawa kabar tentang surutnya air murka 

Tuhan , yang di dalamnya dunia umat manusia tenggelam. 

Oleh sebab itu, dalam kegenapan waktu, Tuhan  mengirim-

kan Injil-Nya, seperti burung merpati, yang dalam rupa ini 

Roh Kudus turun, dan ia memberi kita ranting pohon zai-

tun serta membawa pengharapan yang lebih baik. 

Kitab Kejadian 8:13-14 

 223 

Bumi telah Kering 

(8:13-14) 

13 Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu 

bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka 

tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai 

kering. 14 Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, 

bumi telah kering. 

Di sini,  

1. Bumi menjadi kering (ay. 13), maksudnya, semua air sudah 

lenyap darinya, yang disaksikan sendiri oleh Nuh pada hari per-

tama dalam bulan pertama (sungguh hari pertama di tahun baru 

yang menggembirakan). Ia membuka tutup bahtera itu, tidak selu-

ruhnya, namun  hanya secukupnya saja supaya ia bisa melihat pe-

mandangan bumi di sekelilingnya. Dan sungguh itu suatu peman-

dangan yang paling menghibur. Sebab lihatlah, lihat dan takjublah, 

muka bumi sudah mulai kering. Perhatikanlah,  

(1) yaitu  suatu belas kasihan yang besar bagi kita untuk meli-

hat tanah di sekeliling kita. Nuh lebih menyadarinya pada 

waktu itu dibandingkan kita sekarang. Sebab segala belas kasihan 

yang dipulihkan jauh lebih menyentuh dibandingkan segala belas 

kasihan yang berlanjut terus.  

(2) Kuasa ilahi yang sekarang memperbarui wajah bumi dapat 

memperbarui wajah jiwa yang menderita dan kesusahan serta 

wajah gereja yang kesulitan dan teraniaya. Ia dapat membuat 

tanah kering muncul sekalipun tampaknya sudah terhilang 

dan terlupakan (Mzm. 18:17).  

2.  Bumi telah kering (ay. 14), sehingga layak untuk didiami Nuh. 

Amatilah, meskipun Nuh melihat tanah kering pada hari pertama 

di bulan pertama, Tuhan  tidak mengizinkannya keluar dari bahtera 

hingga hari kedua puluh tujuh pada bulan kedua. Mungkin Nuh, 

sebab  sudah agak lelah dengan kekangannya, ingin cepat-cepat 

keluar pada awalnya. namun  Tuhan , dalam kebaikan hati kepada-

nya, menyuruhnya untuk tinggal jauh lebih lama lagi. Perhatikan-

lah, Tuhan  lebih mengutamakan keuntungan kita dibandingkan ke-

inginan-keinginan kita. Sebab Ia lebih tahu apa yang baik bagi 

kita dibandingkan kita sendiri, dan berapa lama kekangan-kekangan 

kita pantas diteruskan dan belas kasihan yang kita rindukan pan-

tas ditunda. Kita ingin keluar dari bahtera sebelum tanah menge-


 224

ring, dan mungkin, jika pintunya tertutup, kita akan segera mem-

buka tingkap dan memanjat dari tempat lain. namun  kita harus 

puas bahwa waktu Tuhan  untuk menunjukkan belas kasihan-Nya 

kepada kita pasti merupakan waktu yang terbaik, yaitu saat  

belas kasihan sudah matang bagi kita dan kita siap untuknya.    

Nuh Keluar dari Bahtera 

(8:15-19) 

15 Lalu berfirmanlah Tuhan  kepada Nuh: 16  Keluarlah dari bahtera itu, engkau 

bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu; 

17 segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup: 

burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, 

suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu ber-

keriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.” 18 

Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan 

isteri anak-anaknya. 19 Segala binatang liar, segala binatang melata dan se-

gala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut 

jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu. 

Di sini,  

I.   Nuh keluar dari bahtera (ay. 15-17). Amatilah,  

1.  Nuh tetap bergeming sebelum Tuhan  menyuruhnya. Seperti 

halnya ia diberi perintah untuk masuk ke dalam bahtera (7:1), 

demikian pula, betapapun ia merasa bosan dikurung, ia mau 

menunggu perintah untuk keluar darinya lagi. Perhatikanlah, 

kita harus mengakui Tuhan  dalam segala jalan kita, dan me-

nempatkan-Nya di hadapan kita dalam segala langkah kita. 

Yang berada dalam perlindungan Tuhan  hanyalah mereka yang 

mengikuti petunjuk Tuhan  dan tunduk pada pemerintahan-

Nya. Orang-orang yang dengan mantap berpegang pada firman 

Tuhan  sebagai pedoman mereka, dan dibimbing oleh anugerah-

Nya sebagai asas mereka, dan memperhatikan petunjuk-

petunjuk dari pemeliharaan-Nya untuk membantu mereka me-

nerapkan petunjuk-petunjuk umum terhadap persoalan-per-

soalan khusus, maka mereka di dalam iman bisa melihat-Nya 

membimbing langkah-langkah mereka dalam melalui padang 

gurun ini.  

2.  Meskipun Tuhan  menahannya untuk waktu yang lama, pada 

akhirnya Ia melepaskannya. Sebab penglihatan itu masih me-

nanti saatnya, namun  ia bersegera menuju kesudahannya, dan

Kitab Kejadian 8:15-19 

 225 

 pada kesudahannya ia akan berbicara, berbicara kebenaran 

(Hab. 2:3), dengan tidak menipu.  

3.  Tuhan  telah berkata, masuklah ke dalam bahtera, dan Ia tidak 

berkata pergilah, namun  masuklah, yang menunjukkan bahwa 

Tuhan , yang masuk bersama-sama dengan dia, tinggal ber-

samanya selama ini, sampai Ia menyuruhnya untuk keluar 

dengan aman. Sebab Ia sudah berkata, Aku tidak akan me-

ninggalkan engkau.  

4. Sebagian orang mengamati bahwa, saat  mereka disuruh 

masuk ke dalam bahtera, yang laki-laki dan perempuan dise-

butkan secara terpisah (6:18): Engkau bersama-sama dengan 

anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu. Dari sini 

mereka menyimpulkan bahwa, selama masa berkabung, mere-

ka dan isteri mereka tinggal secara terpisah (Za. 12:12). namun  

sekarang Tuhan  seolah-olah menikahkan mereka kembali, dengan 

menyuruh Nuh dan isterinya keluar secara bersama-sama, dan 

anak-anaknya serta isteri-isteri mereka secara bersama-sama, 

agar mereka bisa beranak cucu dan bertambah banyak.  

5. Nuh diperintah untuk membawa keluar binatang-binatang 

bersamanya, agar sesudah  memberi mereka makan sedemikian 

lama, dan sudah begitu bersusah payah merawat mereka, ia 

bisa mendapat kehormatan untuk memimpin mereka di dalam 

pasukan, dan menerima penghormatan dari mereka. 

II.  Nuh keluar sesudah  mendapat izin. Seperti halnya ia tidak mau 

keluar tanpa izin, demikian pula ia tidak mau, sebab  takut atau 

sebab  ingin bermain-main, tetap tinggal di dalam sesudah  ia 

diberi izin untuk keluar. Dalam segala hal ia patuh terhadap 

penglihatan sorgawi itu. Meskipun sekarang ia sudah satu tahun 

dan sepuluh hari penuh berada di dalam bahtera sebagai tawan-

an, namun saat  ia mendapati dirinya dipertahankan hidup di 

sana, bukan hanya untuk kehidupan yang baru, melainkan juga 

untuk sebuah dunia yang baru, ia tidak melihat alasan untuk 

mengeluhkan penahanannya yang lama. Sekarang amatilah,  

1. Nuh dan keluarganya keluar hidup-hidup, meskipun salah 

seorang dari mereka yaitu  Ham yang jahat, yang, meskipun 

terluput dari air bah, bisa saja dilenyapkan oleh keadilan Tuhan  

dengan suatu hantaman lain. namun  mereka semua hidup. Per-

hatikanlah, jika  keluarga-keluarga sudah lama bersama-


 226

sama, dan tidak ada perpecahan di antara mereka, maka hal itu 

harus dipandang sebagai kebaikan yang istimewa, dan itu 

sebab  belas kasihan Tuhan.  

2.  Nuh membawa keluar semua makhluk yang masuk bersama-

sama dengan dia, kecuali burung gagak dan burung merpati, 

yang ada kemungkinan, segera menemui pasangan mereka be-

gitu mereka keluar. Nuh dapat memberi  pertanggung-

jawaban yang sangat baik atas tugasnya. Sebab dari semua 

yang diserahkan kepadanya, ia tidak kehilangan satu pun dari 

antara mereka. Ia tetap setia kepada Dia yang sudah meng-

angkatnya untuk tugas itu, pro hac vice – untuk kesempatan 

ini, sebagai bendahara agung untuk keluarganya.  

Korban Nuh 

(8:20-22)  

20 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak 

haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa 

ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. 21 saat  

TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam 

hati-Nya:  Aku takkan mengutuk bumi ini lagi sebab  manusia, sekalipun 

yang ditimbulkan hatinya yaitu  jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan 

membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 22 

Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, 

dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” 

Inilah,  

I.  Ungkapan syukur Nuh atas kebaikan Tuhan  kepadanya, yang 

melengkapi belas kasihan bagi pembebasannya (ay. 20).  

1.  Ia mendirikan mezbah. Sampai saat ini ia tidak berbuat apa 

pun tanpa petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah khusus 

dari Tuhan . Ia diberi panggilan khusus untuk masuk ke dalam 

bahtera, dan panggilan lain lagi untuk keluar darinya. namun , 

sebab  mezbah dan korban bakaran sudah merupakan kete-

tapan ilahi dan ibadah, ia tidak menunggu perintah khusus 

seperti itu untuk mengungkapkan rasa syukurnya. Orang-

orang yang sudah menerima belas kasihan dari Tuhan  haruslah 

menjadi yang terdepan dalam mengucap syukur, dan melaku-

kannya bukan dengan paksa, namun  dengan sukarela. Tuhan  

berkenan pada persembahan-persembahan yang dinaikkan 

dengan kehendak bebas, dan pada puji-pujian yang menanti-

Kitab Kejadian 8:20-22 

 227 

nantikan Dia. Nuh sekarang keluar menuju dunia yang dingin 

dan porak-poranda, di mana, orang akan menyangka, yang 

pertama-tama akan diperhatikannya yaitu  membangun ru-

mah bagi dirinya sendiri. Namun, lihatlah, ia memulai dengan 

mendirikan mezbah bagi Tuhan . Tuhan , sebagai yang pertama, 

haruslah yang pertama dilayani. Dan barangsiapa memulai 

dengan Tuhan  memulai dengan baik.  

2.  Ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbahnya, 

dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung 

yang tidak haram – masing-masing satu, dari pasangan yang 

ketujuh, seperti yang sudah kita baca (7:2-3). Di sini amatilah,  

(1) Ia hanya mempersembahkan binatang-binatang yang halal. 

Sebab, mempersembahkan korban saja tidak cukup, kita 

juga harus mengorbankan apa yang ditentukan oleh Tuhan , 

sesuai dengan hukum korban, dan bukan apa yang cacat.  

(2) Meskipun persediaan ternaknya begitu sedikit, dan itu pun 

diselamatkan dari kehancuran dengan biaya dan perawat-

an yang begitu besar, namun ia tidak bersungut-sungut 

dalam memberi  kepada Tuhan  apa yang pantas didapat-

kan-Nya dari ternak itu. Ia bisa saja berkata,  Bukankah 

aku hanya mempunyai tujuh domba untuk memulai dunia, 

dan haruskah salah satu dari ketujuh domba ini disem-

belih dan dibakar sebagai korban? Bukankah akan lebih 

baik jika kita menundanya sampai kita mempunyai jauh 

lebih banyak domba?” Tidak, untuk membuktikan ketulus-

an kasih dan rasa syukurnya, ia dengan gembira memberi-

kan domba yang ketujuh kepada Tuhan nya, sebagai peng-

akuan bahwa semua yaitu  milik-Nya, dan ada berkat Dia. 

Melayani Tuhan  dengan sedikit yang kita punya yaitu  jalan 

untuk membuatnya bertambah banyak. Dan kita tidak boleh 

menganggap sia-sia apa yang membuat Tuhan   dihormati.  

(3) Lihatlah di sini keberadaan agama yang sudah sejak dulu 

kala: hal pertama yang kita dapati diperbuat di dunia baru 

yaitu  suatu ibadah (Yer. 6:16). Dewasa ini kita mengung-

kapkan rasa syukur kita bukan dengan korban bakaran, 

melainkan dengan korban pujian dan korban kebenaran, 

dengan ibadah yang saleh dan perilaku hidup yang saleh. 


 228

II.  Tuhan  dengan penuh rahmat berkenan pada ungkapan syukur 

Nuh. Ini sudah menjadi aturan tetap di zaman bapa-bapa leluhur: 

Jika engkau berbuat baik, engkau akan diterima. Demikianlah Nuh 

diterima. Sebab,  

1.  Tuhan  amat berkenan pada ibadahnya itu (ay. 21). Ia mencium 

persembahan yang harum itu, atau, seperti dalam bahasa 

Ibraninya, bau harum peristirahatan dari persembahan itu. 

Sama seperti, sesudah  menjadikan dunia pada mulanya di hari 

ketujuh, Ia beristirahat dan disegarkan, demikian pula, seka-

rang sesudah  memperbaharuinya, Ia beristirahat pada korban 

ketujuh. Ia amat berkenan pada semangat Nuh yang saleh, 

dan pada permulaan-permulaan yang menjanjikan dari dunia 

baru ini, seperti halnya manusia senang dengan bau yang 

harum dan wangi. Meskipun korbannya sedikit, itu sesuai de-

ngan kemampuannya, dan Tuhan  menerimanya. sesudah  mem-

buat murka-Nya berdiam atas dunia orang-orang berdosa, di 

sini Ia membuat kasih-Nya berdiam atas sedikit orang percaya 

yang tersisa ini. 

2. Dalam kesempatan ini, Ia bertekad untuk tidak pernah me-

nenggelamkan dunia lagi. Dalam hal ini pandangan-Nya tidak 

tertuju pada korban Nuh melainkan terlebih pada korban Kris-

tus sendiri, yang diperlambangkan dan diwakilkan olehnya, 

dan yang memang merupakan persembahan dan korban yang 

harum (Ef. 5:2). Keamanan yang pasti di sini diberikan, dan 

apa yang bisa diandalkan itu yaitu , 

(1) Bahwa penghakiman ini tidak akan pernah diulangi. Nuh 

mungkin berpikir,  Untuk apa dunia diperbaiki jika , da-

lam segala kemungkinan, oleh sebab  kefasikannya, dunia 

akan dengan cepat dihancurkan secara serupa lagi?”  Ti-

dak,” firman Tuhan ,  dunia tidak akan dihancurkan seperti 

itu lagi.” Dikatakan dalam pasal 6:6, menyesTuhan  TUHAN, 

bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, namun  seka-

rang di sini Ia berbicara seolah-olah Ia menyesal bahwa Ia 

telah menghancurkan manusia. Namun, tidak satu pun 

dari kedua pernyataan ini berarti bahwa ada perubahan 

pada pikiran-Nya. Sebaliknya, ini berarti bahwa ada per-

ubahan pada jalan-Nya. MenyesTuhan  Dia atas apa yang 

terjadi pada hamba-hamba-Nya (Ul. 32:36, KJV; TB: Ia mera-

Kitab Kejadian 8:20-22 

 229 

sa sayang kepada hamba-hamba-Nya – pen.). Dua cara 

untuk mengungkapkan tekad ini:  

[1] Aku takkan mengutuk bumi ini lagi. Dalam bahasa Ibra-

ni: Aku takkan menambah kutuk lagi pada bumi. Tuhan  

sudah mengutuk bumi pada saat dosa masuk pertama 

kali (3:17), dan saat  Ia menenggelamkannya, Ia me-

nambahkan kutuk padanya. namun  sekarang Ia ber-

tekad untuk tidak menambahkan kutuk lagi padanya.  

[2] Dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup. 

Maksudnya, sudah ditetapkan bahwa sekalipun Tuhan  

bisa menimpakan bencana ke atas pribadi-pribadi, ke-

luarga-keluarga, atau bangsa-bangsa tertentu, Ia tidak 

akan pernah lagi menghancurkan dunia secara keselu-

ruhan hingga tiba hari saat  waktu tidak ada lagi. Te-

tapi alasan untuk tekad ini sangat mengejutkan, sebab 

hasilnya tampak sama saja dengan alasan yang diberi-

kan untuk menghancurkan dunia: sebab  segala kecen-

derungan hatinya selalu membuahkan kejahatan se-

mata-mata (6:5). namun  terdapat perbedaan ini – di sana 

dikatakan, segala kecenderung