ari dia akan muncul dunia
baru, jemaat, jiwa dunia, dan Mesias, sang kepala jemaat itu,
melainkan juga bahwa ia akan berperan dalam menjaga ke-
langsungan hidup makhluk-makhluk yang lebih rendah, dan
dengan demikian umat manusia di dalam dia akan memper-
oleh hak baru atas makhluk-makhluk itu dan atas pelayanan
mereka.
(1) Ia harus menyediakan tempat bernaung bagi mereka, agar
mereka tidak ditenggelamkan. Satu pasang, jantan dan
betina, harus dibawa bersamanya ke dalam bahtera. Dan
supaya ia tidak mendapat kesulitan dalam mengumpulkan
mereka bersama-sama, dan dalam menggiring mereka ma-
suk, Tuhan berjanji (ay. 20) bahwa mereka, atas kemauan
mereka sendiri, akan datang kepadanya. Dia yang mem-
buat lembu jantan mengenali pemiliknya dan tempat buai-
an-Nya, di sini membuat lembu itu mengenali penjaganya
dan bahteranya.
(2) Ia harus menyediakan makanan bagi mereka, agar mereka
tidak kelaparan (ay. 21). Ia harus memberi persediaan
di kapalnya sesuai dengan jumlah awaknya, keluarga besar
yang sekarang harus dijaganya itu, dan sesuai dengan
waktu yang ditentukan untuk mengurung mereka. Dalam
hal ini juga ia merupakan pelambang Kristus, yang berkat
Dia dunia masih berdiri, yang oleh Dia segala sesuatu ada,
dan yang menjaga umat manusia agar tidak seluruhnya
binasa dan hancur oleh dosa. Di dalam Dia keturunan yang
kudus diselamatkan hidup-hidup, dan makhluk ciptaan
diselamatkan dari kesia-siaan yang di bawahnya mereka
mengeluh. Nuh menyelamatkan orang-orang yang akan
diperintahnya, demikian pula dengan Kristus (Ibr. 5:9).
190
Ketaatan Nuh
(6:22)
22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Tuhan
kepadanya, demikianlah dilakukannya.
Perhatian dan ketekunan Nuh dalam membangun bahtera bisa dipan-
dang,
1. Sebagai buah dari imannya kepada firman Tuhan . Tuhan sudah
memberi tahu dia bahwa sebentar lagi Ia akan menenggelamkan
dunia. Dia mempercayainya, dia takut pada air bah yang meng-
ancam itu, dan, dalam ketakutan itu, ia mempersiapkan bahtera.
Perhatikanlah, kita harus memadukan iman dengan pewahyuan
yang telah dinyatakan oleh Tuhan tentang murka-Nya atas segala
kefasikan dan kelaliman manusia. Kata-kata yang mengancam itu
bukanlah tanda bahaya palsu. Mungkin ada banyak alasan untuk
mempertanyakan kebenaran dari peringatan yang diberikan Nuh
ini. Siapa yang bisa percaya bahwa Tuhan yang bijak, yang men-
jadikan dunia, akan begitu cepat memusnahkannya kembali, bah-
wa Ia yang telah menarik air dari tanah kering (1:9-10) lalu mem-
buat air itu menutupinya kembali? Bagaimana hal ini bisa dico-
cokkan dengan belas kasihan Tuhan , yang mengatasi segala peker-
jaan-Nya, terutama bahwa makhluk-makhluk yang tidak berdosa
harus mati bagi dosa manusia? Dari mana air bisa dikumpulkan
dengan cukup untuk menenggelamkan dunia? Dan, jika memang
harus demikian, mengapa itu hanya diberitahukan kepada Nuh
saja? namun iman Nuh menang atas semua alasan yang rusak ini.
2. Sebagai tindakan yang taat kepada perintah Tuhan . Seandainya ia
meminta nasihat pada darah dan daging, maka akan ada banyak
keberatan untuk membantahnya. Untuk membangun sebuah ba-
ngunan, bangunan yang tidak pernah dilihatnya, yang begitu
luas, dan dengan ukuran-ukuran yang begitu tepat, itu akan
membuatnya bekerja sangat keras, bersusah payah, dan menge-
luarkan banyak sekali biaya. Pekerjaan itu akan memakan waktu.
Pekerjaan itu dipersiapkan untuk masa yang masih jauh ke
depan. Tetangga-tetangganya akan mengolok-olok dia sebab be-
gitu mudahnya ia percaya, dan ia akan menjadi nyanyian bagi
para pemabuk. Bangunannya akan disebut kebodohan Nuh. Jika
yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi, seperti yang kita
katakan, maka semua orang akan ikut-ikutan dengan tetangga-
Kitab Kejadian 6:22
191
nya. namun keberatan-keberatan ini, dan seribu keberatan lain
yang serupa, diatasi Nuh dengan iman. Kepatuhannya siap dan
bulat: Demikianlah yang dilakukan Nuh dengan hati yang rela dan
gembira, tanpa bersungut-sungut dan membantah. Tuhan berkata,
lakukanlah ini, dan ia melakukannya. Ia juga melakukannya de-
ngan tepat dan tekun: ia melakukan semuanya persis sesuai perin-
tah-perintah yang telah diberikan kepadanya, dan sebab sudah
mulai membangun, ia tidak akan meninggalkannya sebelum sele-
sai. Demikianlah dilakukannya, dan demikianlah pula yang harus
kita lakukan.
3. Sebagai contoh dari hikmat bagi kebaikannya sendiri, dan dengan
demikian untuk menyiapkan keamanannya sendiri. Ia takut pada
air bah itu, dan oleh sebab itu ia mempersiapkan bahtera. Per-
hatikanlah, jika Tuhan memberi peringatan akan pengha-
kiman-penghakiman yang akan datang, maka berhikmatlah kita,
dan sudah menjadi kewajiban kita, untuk membuat persediaan
sebagaimana mestinya. Lihat Keluaran 9:20-21; Yehezkiel 3:18.
Kita harus mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Tuhan da-
lam penghakiman-penghakiman-Nya di bumi, berlari kepada-Nya
sebagai menara kita yang kuat (Ams. 18:10), masuk ke dalam
kamar kita (Yes. 26:20-21), dan terutama mempersiapkan diri
untuk bertemu dengan-Nya pada saat kematian dan pada hari
penghakiman agung, membangun di atas Kristus Sang Batu (Mat.
7:24), dan masuk ke dalam Kristus Sang Bahtera.
4. Sebagai sesuatu yang dimaksudkan sebagai peringatan bagi dunia
yang sembrono. Dan itu yaitu peringatan yang adil tentang air
bah yang akan datang. Setiap pukulan kampak dan palunya me-
rupakan panggilan untuk bertobat, panggilan bagi mereka untuk
mempersiapkan bahtera-bahtera juga. namun , sebab dengannya
ia tidak dapat menginsafkan dunia, maka dengannya ia meng-
hukum dunia (Ibr. 11:7).
PASAL 7
alam pasal ini kita mendapati terjadinya apa yang sudah
diberitahukan dalam pasal sebelumnya, baik tentang kehancur-
an dunia lama maupun keselamatan Nuh. Sebab kita bisa yakin
bahwa tak satu pun dari firman Tuhan akan jatuh ke tanah dengan
sia-sia. Dalam pasal sebelumnya kita meninggalkan Nuh yang sedang
sibuk dengan bahteranya, dan yang dengan penuh perhatian ber-
usaha menyelesaikannya pada waktunya, sementara semua tetangga-
nya yang lain menertawakan dia atas susah payahnya itu. Sekarang
di sini kita melihat apa kesudahan dari semua itu, kesudahan dari
perhatiannya dan dari ketidakacuhan mereka. Dan masa yang ter-
kenal dalam dunia lama ini memberi kita suatu gambaran tentang
keadaan dari segala sesuatu saat dunia yang ada sekarang ini
dihancurkan oleh api, seperti halnya dunia yang lama dihancurkan
oleh air. Lihat 2 Petrus 3:6-7. Dalam pasal ini, kita mendapati,
I. Panggilan Tuhan yang penuh rahmat kepada Nuh untuk ma-
suk ke dalam bahtera (ay. 1), dan untuk membawa makhluk-
makhluk yang harus dipertahankan hidup bersama-sama
dengan dia (ay. 2-3), mengingat air bah sudah dekat (ay. 4).
II. Ketaatan Nuh terhadap penglihatan sorgawi ini (ay. 5). saat
ia berumur enam ratus tahun, ia bersama-sama dengan ke-
luarganya masuk ke dalam bahtera (ay. 6-7), dan membawa
makhluk-makhluk lain besertanya (ay. 8-9). Kisah tentang ini
diulangi lagi (ay. 13-16), dan ke dalamnya ditambahkan sua-
tu pernyataan tentang kepedulian Tuhan yang lembut untuk
menutup pintu di belakang Nuh.
III. Datangnya air bah yang mengancam (ay. 10). Penyebab-penye-
babnya (ay. 11-12). Penyebarannya di mana-mana (ay. 17-20).
D
194
IV. Kehancuran-kehancuran mengerikan yang diakibatkannya
dalam kematian segala makhluk hidup di atas bumi, kecuali
mereka yang ada di dalam bahtera (ay. 21-23).
V. Keberlanjutannya dalam laut yang penuh, sebelum air mulai
berkurang, selama seratus lima puluh hari (ay. 24).
Nuh Diundang Masuk ke dalam Bahtera
(7:1-4)
1 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: Masuklah ke dalam bahtera itu,
engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadap-
an-Ku di antara orang zaman ini. 2 Dari segala binatang yang tidak haram
haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, namun dari binatang
yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; 3 juga dari burung-burung di
udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunan-
nya di seluruh bumi. 4 Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke
atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan
menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu.
Inilah,
I. Undangan yang penuh rahmat kepada Nuh dan keluarganya
untuk masuk ke tempat yang aman, sebab sekarang air bah
akan datang (ay. 1).
1. Panggilan itu sendiri sangat ramah, seperti panggilan seorang
bapak yang lembut kepada anak-anaknya, untuk masuk ke
dalam rumah, saat ia melihat datangnya malam atau angin
badai: Masuklah engkau, dan seisi rumahmu, keluarga kecil
yang kaumiliki itu, ke dalam bahtera. Amatilah,
(1) Nuh tidak masuk ke dalam bahtera sebelum Tuhan menyu-
ruhnya. Meskipun ia tahu bahwa bahtera itu dirancang
sebagai tempat kediaman dan benteng pertahanannya, ia
menunggu perintah lebih lanjut, dan kemudian ia pun
diberi perintah itu. Sangatlah menghibur jika kita meng-
ikuti panggilan-panggilan Tuhan Sang Pemelihara, dan meli-
hat Tuhan berjalan di depan kita dalam setiap langkah yang
kita tempuh.
(2) Tuhan tidak menyuruhnya untuk pergi ke dalam bahtera,
namun masuk ke dalamnya, yang menyiratkan bahwa Tuhan
akan pergi bersama-sama dengan dia, akan menuntun dia
ke dalamnya, menemani dia di dalamnya, dan pada waktu-
nya akan mengeluarkan dia dari sana dengan aman. Per-
Kitab Kejadian 7:1-4
195
hatikanlah, di mana pun kita berada, hadirat Tuhan sangat-
lah diharapkan untuk berada bersama-sama dengan kita,
sebab hanya ini saja yang dapat membawa penghiburan
dalam setiap keadaan. Inilah yang membuat bahtera Nuh,
yang merupakan penjara, menjadi baginya bukan saja
benteng pertahanan melainkan juga istana.
(3) Nuh sudah sangat bersusah payah membangun bahtera itu,
dan sekarang hidupnya sendiri dipelihara di dalamnya. Per-
hatikanlah, apa yang kita lakukan di dalam ketaatan pada
perintah Tuhan , dan di dalam iman, kita sendirilah yang
pasti akan mendapat penghiburannya, cepat atau lambat.
(4) Bukan dia saja, melainkan keluarganya juga, istrinya dan
anak-anaknya, dipanggil bersama-sama dengan dia untuk
masuk ke dalam bahtera. Perhatikanlah, sungguh baik men-
jadi bagian dari keluarga orang yang saleh. Sungguh aman
dan menghibur berdiam di bawah naungan seperti itu. Ham,
salah seorang anak Nuh, yang kemudian ternyata menjadi
orang jahat, diselamatkan di dalam bahtera, yang menun-
jukkan,
[1] Bahwa anak-anak yang fasik sering kali bernasib lebih
baik oleh sebab orangtua mereka yang saleh.
[2] Bahwa ada campuran antara yang buruk dan yang baik
dalam masyarakat-masyarakat terbaik sekalipun di
dunia ini, dan kita janganlah menganggapnya aneh. Da-
lam keluarga Nuh ada Ham, dan dalam keluarga Kristus
ada Yudas. Tidak ada kemurnian yang sempurna di sisi
seberang sorga sini.
(5) Panggilan terhadap Nuh ini merupakan pelambang dari
panggilan yang diberikan Injil kepada orang-orang berdosa
yang malang. Kristus yaitu bahtera yang sudah siap, yang
hanya di dalam Dia kita bisa aman saat maut dan peng-
hakiman datang menjemput. Sekarang yang menjadi pokok
nyanyian yaitu , Datanglah, datanglah. Firman berkata,
Datanglah. Hamba-hamba Tuhan berkata, Datanglah,
dan Roh berkata, Datanglah, datanglah ke dalam bahtera.
2. Alasan untuk panggilan ini merupakan kesaksian yang sangat
membawa kehormatan bagi kelurusan hidup Nuh: Sebab eng-
196
kaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang
zaman ini. Amatilah,
(1) Yang sungguh-sungguh benar yaitu orang-orang yang
benar di hadapan Tuhan , yang tidak hanya memiliki bentuk
kesalehan untuk membuat mereka tampak benar di hadap-
an manusia, yang bisa ditipu dengan mudah, namun juga
yang memiliki kuasanya, untuk membuat mereka menjadi
berkenan pada Tuhan , yang menyelidiki hati, dan tidak
dapat ditipu berkenaan dengan sifat-sifat manusia.
(2) Tuhan memperhatikan dan berkenan pada orang-orang yang
benar di hadapan-Nya: Engkau Kulihat. Di dunia yang pe-
nuh dengan orang-orang fasik, Tuhan dapat melihat seorang
Nuh yang benar. Satu butir gandum itu tidak akan terhi-
lang, bahkan dalam tumpukan sekam yang begitu menggu-
nung. Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.
(3) Tuhan , yang menyaksikan kelurusan hidup umat-Nya, seben-
tar lagi akan bersaksi bagi kelurusan hidup mereka itu. Dia
yang melihatnya akan menyatakannya di hadapan para ma-
laikat dan manusia, bagi kehormatan mereka yang abadi.
Orang-orang yang mendapat belas kasihan untuk menjadi
benar akan mendapat kesaksian bahwa mereka benar.
(4) Tuhan , secara khusus, berkenan pada orang-orang yang
berbuat benar dalam masa-masa dan tempat-tempat yang
buruk. Oleh sebab itulah Nuh nampak jelas benar, sebab
ia benar dalam angkatan yang fasik dan tidak setia itu.
(5) Orang-orang yang menjaga diri mereka tetap murni dalam
masa-masa saat terjadi pelanggaran di mana-mana, akan
dijaga oleh Tuhan untuk tetap aman dalam masa-masa keti-
ka terjadi malapetaka di mana-mana. Mereka yang tidak
berbagian dengan orang lain dalam dosa-dosa mereka tidak
akan berbagian dengan orang-orang itu dalam malapetaka-
malapetaka yang menimpa mereka. Mereka yang lebih baik
dibandingkan orang lain, bahkan dalam hidup ini, akan lebih
aman dibandingkan orang lain, dan itu lebih baik bagi mereka.
II. Inilah aturan-aturan penting yang diberikan berkenaan dengan
binatang-binatang yang harus dipertahankan hidup bersama Nuh
di dalam bahtera (ay. 2-3). Binatang-binatang tidak bisa diberi
peringatan dan petunjuk-petunjuk sendiri, seperti halnya manu-
Kitab Kejadian 7:1-4
197
sia, yang dalam hal ini diberi akal budi melebihi binatang di bumi,
dan hikmat melebihi burung di udara bahwa ia dikaruniai suatu
kekuatan untuk meramalkan apa yang akan terjadi. Oleh sebab
itu, manusia diberi tanggung jawab untuk merawat mereka. Kare-
na berada di bawah kekuasaannya, mereka harus berada di
bawah perlindungannya. Dan, meskipun ia tidak bisa mengaman-
kan setiap binatang, ia harus berhati-hati untuk mempertahan-
kan kehidupan setiap jenisnya, agar tidak ada jenis, bahkan yang
terkecil sekalipun, yang akan binasa seluruhnya dari ciptaan.
Amatilah dalam hal ini,
1. Perhatian Tuhan terhadap manusia, bagi penghiburan dan ke-
untungannya. Kita tidak mendapati Nuh mengkhawatirkan
dirinya sendiri berkenaan dengan perkara ini. namun Tuhan
mengutamakan kebahagiaan kita lebih dibandingkan kita sendiri.
Meskipun Tuhan melihat bahwa dunia yang lama itu amat
membangkitkan murka-Nya, dan sudah tahu bahwa dunia
yang baru hanya akan sedikit lebih baik, namun Ia ingin mem-
pertahankan kehidupan binatang-binatang agar dapat diguna-
kan oleh manusia. Lembukah yang Tuhan perhatikan? (1Kor.
9:9). Ataukah lebih tepatnya untuk manusia Ia memperhati-
kannya?
2. Bahkan binatang-binatang haram, yang paling kurang bernilai
dan bermanfaat, dipertahankan hidup di dalam bahtera. Se-
bab belas kasihan Tuhan yang lembut menaungi seluruh cipta-
an-Nya, dan bukan hanya ciptaan-ciptaan yang paling unggul
dan berguna.
3. Namun, yang dipertahankan hidup itu lebih banyak binatang
yang tidak haram dibandingkan binatang yang haram.
(1) sebab binatang yang tidak haram paling berguna bagi ma-
nusia. Dan oleh sebab itu, dalam kebaikan untuknya, lebih
banyak binatang yang tidak haram dipertahankan hidup
dan masih dikembangbiakkan. Syukur kepada Tuhan bahwa
gerombolan singa tidak lebih banyak dibandingkan gerombolan
lembu jantan, atau kawanan macan dibandingkan kawanan
domba.
(2) sebab binatang-binatang yang tidak haram yaitu untuk
korban bagi Tuhan . Oleh sebab itulah, untuk menghormati-
Nya, binatang-binatang itu lebih banyak dipertahankan
198
hidup, tiga pasang untuk dikembangbiakkan, dan pasang-
an yang ketujuh untuk dijadikan korban (8:20). Tuhan mem-
beri kita enam perkara duniawi untuk satu perkara rohani,
seperti dalam pembagian hari-hari dalam seminggu, agar
dalam perkara-perkara rohani kita harus memberi se-
gala-galanya bagi Dia. Apa yang diabdikan bagi kehormat-
an Tuhan , dan digunakan untuk melayani-Nya, secara khu-
sus diberkati dan dibuat bertambah banyak.
III. Ada perhatian yang diberikan di sini tentang semakin dekatnya
air bah: Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan (ay. 4).
1. Masih tujuh hari lagi, sebelum Aku melakukannya. sesudah
seratus dua puluh tahun berlalu, Tuhan memberi manusia pe-
nangguhan waktu selama tujuh hari lagi, baik untuk menun-
jukkan betapa Ia panjang sabar dan bahwa menghukum ada-
lah pekerjaan-Nya yang aneh, maupun untuk memberi mereka
lebih banyak ruang untuk bertobat. namun , semua itu
sia-sia. Ketujuh hari ini dibuang-buang begitu saja, sama se-
perti hari-hari lainnya. Mereka terus merasa aman dan me-
muaskan hawa nafsu sampai pada hari saat air bah datang.
2. namun hanya tinggal tujuh hari. saat Nuh memberi tahu
mereka tentang penghakiman yang masih jauh, mereka ter-
goda untuk menunda-nunda pertobatan mereka, sebab peng-
lihatan itu untuk masa yang amat jauh ke depan. namun seka-
rang ia disuruh memberi tahu mereka bahwa penghakiman itu
sudah di ambang pintu, bahwa mereka hanya mempunyai
waktu satu minggu lagi untuk bertobat, satu hari Sabat lagi
untuk memperbaiki diri. Ini untuk melihat apakah peringatan
itu sekarang, pada akhirnya, menggugah mereka untuk mem-
pertimbangkan apa yang diperlukan untuk damai sejahtera
mereka, yang jika tidak demikian halnya akan segera disem-
bunyikan dari mata mereka. namun sudah biasa bahwa orang-
orang yang tak acuh bagi jiwa mereka selama hari-hari mereka
sehat, saat mereka melihat maut masih jauh, untuk juga
merasa tidak peduli selama hari-hari saat mereka sakit,
yaitu selama masa tujuh hari itu, saat mereka melihat maut
mendekat. Sebab, hati mereka sudah mengeras oleh tipu daya
dosa.
Kitab Kejadian 7:5-10
199
Air Bah
(7:5-10)
5 Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya. 6 Nuh
berumur enam ratus tahun, saat air bah datang meliputi bumi. 7 Masuklah
Nuh ke dalam bahtera itu bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya
dan isteri anak-anaknya sebab air bah itu. 8 Dari binatang yang tidak haram
dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka
bumi, 9 datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan
dan betina, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Nuh. 10 sesudah tujuh
hari datanglah air bah meliputi bumi.
Inilah kepatuhan Nuh yang siap sedia mengikuti perintah-perintah
Tuhan kepadanya. Amatilah,
1. Ia masuk ke dalam bahtera, sesudah diberi tahu bahwa air bah
akan datang sesudah tujuh hari, meskipun mungkin pada waktu
itu tidak tampak tanda-tanda apa pun akan kedatangannya, tidak
ada awan yang naik yang mengundangnya, dan tidak ada yang
dipersiapkan untuk menghadapinya, namun semuanya berjalan
tenang dan lancar. Sebab, sama seperti ia mempersiapkan bah-
tera dengan iman sesudah diberi peringatan bahwa air bah akan
datang, demikian pula ia masuk ke dalamnya dengan iman sete-
lah diberi peringatan ini, bahwa air bah akan datang dengan
cepat, meskipun ia tidak melihat penyebab-penyebab alaminya
mulai bekerja. Dalam setiap langkah yang diambilnya, ia berjalan
dengan iman, bukan dengan pancaindra. Selama tujuh hari ini,
ada kemungkinan, ia berberes-beres untuk dirinya sendiri dan
keluarganya di dalam bahtera, dan menempatkan binatang-bina-
tang ke dalam sejumlah kamar. Inilah akhir dari khotbah yang
jelas itu, yang sudah lama disampaikannya kepada para tetangga-
nya yang tidak acuh. Dugaan orang, khotbah itu seharusnya
sudah bisa menyadarkan mereka, namun , sebab tujuannya tidak
tercapai, khotbah itu menanggungkan darah orang-orang itu ke
atas kepala mereka sendiri.
2. Ia membawa semua keluarganya bersama-sama dengan dia. Istri-
nya untuk menjadi teman dan penghiburannya (meskipun tam-
paknya, sesudah ini, ia tidak mempunyai anak-anak lagi darinya),
dan anak-anaknya dan istri anak-anaknya, agar melalui mereka
bukan saja keluarganya, melainkan juga umat manusia, dapat
dibangun. Amatilah, meskipun manusia akan berkurang menjadi
sedikit, dan akan sangat baik jika dunia cepat dipenuhi lagi
dengan manusia, namun masing-masing dari anak-anak Nuh
200
hanya mempunyai seorang istri, yang menguatkan bantahan
terhadap perkawinan dengan banyak istri. Sebab, sejak dari awal
dunia yang baru ini keadaannya tidaklah demikian: sama seperti
pada mulanya Tuhan menciptakan hanya satu orang perempuan
untuk satu orang laki-laki, demikian pula sekarang Ia memper-
tahankan hidup hanya satu orang perempuan untuk satu orang
laki-laki. Lihat Matius 19:4, 8.
3. Binatang-binatang siap pergi bersama-sama dengan dia. Tangan
yang sama yang pada mulanya membawa mereka kepada Adam
untuk diberi nama, sekarang membawa mereka kepada Nuh un-
tuk dipertahankan kelangsungannya. Sekarang lembu mengenal
pemiliknya, dan keledai mengenal palungan pelindungnya, bah-
kan, binatang-binatang yang paling buas sekalipun berbondong-
bondong mendatanginya. namun manusia sudah menjadi lebih
biadab dibandingkan binatang-binatang itu sendiri, dan mereka tidak
mengerti, tidak memahami (Yes. 1:3).
Hujan Empat Puluh Hari Empat Puluh Malam
(7:11-12)
11 Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada
hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air
samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. 12 Dan
turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam
lamanya.
Inilah,
I. Tahun terjadinya peristiwa yang besar ini. Tahun ini dicatat de-
ngan teliti, untuk menambah kepastian ceritanya.
1. Terjadinya saat Nuh berumur enam ratus tahun, yang jika
dihitung, tampaknya berlangsung pada 1656 tahun sesudah
penciptaan. Tahun-tahun dunia lama tidak dihitung berdasar-
kan pemerintahan orang-orang raksasa, namun berdasarkan
kehidupan bapa-bapa leluhur. Orang-orang kudus lebih ber-
harga bagi Tuhan dibandingkan para penguasa. Orang benar itu
akan diingat selama-lamanya. Nuh sekarang sudah sangat tua,
bahkan menurut ukuran umur manusia pada waktu itu. Per-
hatikanlah,
(1) Semakin lama kita hidup di dunia ini, semakin banyak kita
melihat kesengsaraan-kesengsaraan dan malapetaka-mala-
Kitab Kejadian 7:11-12
201
petaka di dalamnya. Oleh sebab itu, dikatakan sebagai hak
istimewa orang-orang yang mati muda bahwa mata mereka
tidak akan melihat segala malapetaka yang akan datang
(2Raj. 22:20).
(2) Terkadang Tuhan menguji hamba-hamba-Nya yang sudah
tua dengan pencobaan-pencobaan yang luar biasa dalam
hal ketaatan dan kesabaran. Prajurit-prajurit Kristus yang
paling tua tidak boleh menjanjikan diri mereka sendiri
akan terlepas dari peperangan sebelum maut melepaskan-
nya dari mereka. Mereka harus tetap mengencangkan ikat
pinggang mereka, dan tidak boleh bermegah seolah-olah
sudah melepaskannya. Sama seperti tahun terjadinya air
bah dicatat, demikian pula,
2. Kita diberi tahu bahwa air bah itu datang pada bulan yang
kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, yang menurut
perhitungan sekitar permulaan bulan November. Jadi, sebe-
lumnya Nuh baru saja menuai panen, dan hasilnya ia jadikan
sebagai muatan bahteranya.
II. Tanda-tanda alami yang sesuai dengan air bah. Amatilah,
1. Pada hari yang sama saat Nuh sudah menetap di dalam
bahtera, banjir mulai datang. Perhatikanlah,
(1) Penghakiman-penghakiman yang menghancurkan tidak akan
datang sebelum Tuhan menyediakan tempat yang aman bagi
umat-Nya sendiri. Lihat pasal 19:22, Aku tidak dapat berbuat
apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana: dan kita men-
dapati dalam Wahyu 7:3 bahwa angin-angin ditahan sebelum
hamba-hamba Tuhan dimeteraikan.
(2) jika orang-orang baik dipindahkan, maka penghakim-
an-penghakiman tidaklah jauh. Sebab mereka diambil dari
kejahatan yang akan datang (Yes. 57:1, KJV). jika mere-
ka dipanggil masuk ke dalam kamar-kamar, disembunyi-
kan di dalam kubur-kubur, disembunyikan di dalam sorga,
maka Tuhan akan keluar dari tempat-Nya untuk menghukum
(Yes. 26:20-21).
2. Lihatlah apa yang terjadi pada hari itu, hari yang mematikan
bagi dunia orang-orang fasik itu.
202
(1) Terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat.
Pada waktu itu air-air yang baru mungkin tidak perlu di-
ciptakan. Air yang sebelumnya dibuat menjadi berkat-
berkat bagi bumi sesuai dengan peredaran alam menurut
pemeliharaan ilahi, sekarang, melalui tindakan yang luar
biasa dari kuasa ilahi, mendatangkan kehancuran baginya.
Tuhan sudah menaruh samudera raya ke dalam wadah
(Mzm. 33:7), namun sekarang Ia membuka wadah itu. Sama
seperti tubuh kita mempunyai sejumlah cairan yang,
jika Tuhan berkehendak, menjadi benih-benih dan sum-
ber-sumber dari segala penyakit yang mematikan, demikian
pula bumi di dalam perut-perutnya mempunyai sejumlah
air yang, dengan perintah Tuhan , akan meluap dan mengha-
nyutkannya. Tuhan , dalam menciptakan alam raya, telah
memasang palang dan pintu pada air-air laut, agar mereka
takkan kembali menyelubungi bumi (Mzm. 104:9; Ayb. 38:9-
11). Dan sekarang Ia hanya memindahkan batas-batas ta-
nah, gundukan-gundukan tanah, dan pagar-pagar yang su-
dah ada sejak dulu kala itu, namun air-air laut sudah kembali
menyelubungi bumi, seperti yang terjadi pada mulanya (1:9).
Perhatikanlah, semua makhluk siap berperang melawan
orang berdosa, dan siapa saja dari mereka dapat menjadi
alat kehancurannya, jika Tuhan membuka kekangan-kekang-
an yang menahan mereka selama hari-hari Dia bersabar.
(2) Terbukalah tingkap-tingkap di langit, dan air yang ada di
atas cakrawala ditumpahkan ke atas dunia. Perbendahara-
an-perbendaharaan yang disimpan Tuhan untuk masa kese-
sakan, untuk waktu pertempuran dan peperangan itu (Ayb.
38:22-23). Hujan, yang biasanya turun rintik-rintik, pada
waktu itu turun dalam luapan air yang deras, atau sembur-
an air, sebagaimana orang-orang di daerah-daerah tropis
menyebutnya, di mana awan-awan sering kali pecah, me-
nurut ungkapan mereka, saat hujan yang turun jauh
lebih deras dibandingkan hujan paling lebat yang pernah kita
lihat di sini (maksudnya di Inggris pen.). Kita membaca
(Ayb. 26:8) bahwa Tuhan membungkus air di dalam awan-
Nya, namun awan itu tidak robek. namun sekarang bung-
kusan itu dibuka, dan awan itu robek, dan hujan pun
turun seperti yang belum pernah dilihat sebelumnya atau
Kitab Kejadian 7:11-12
203
sesudahnya, dengan begitu derasnya dan tanpa henti.
Awan yang tebal itu tidak menjadi lelah, seperti yang biasa-
nya terjadi, sebab mencurahkan air (Ayb. 37:11), yaitu,
tidak cepat habis dan berhenti. Sebaliknya, awan-awan
tetap kembali sesudah hujan turun, dan kuasa ilahi terus
membawa awan-awan yang baru. Hujan turun, tanpa jeda
atau reda, empat puluh hari empat puluh malam lamanya
(ay. 12), dan itu berlangsung di seluruh bumi secara seren-
tak, bukan seperti yang kadang-kadang terjadi, hanya pada
satu kota dan tidak pada kota lain. Tuhan menjadikan dunia
dalam enam hari, namun Ia mengambil waktu selama empat
puluh hari dalam menghancurkannya. Sebab Ia panjang
sabar. Namun, meskipun datang secara perlahan-lahan dan
bertahap, penghancuran itu berhasil memenuhi tujuannya.
3. Sekarang, pelajarilah dari sini,
(1) Bahwa semua makhluk berada dalam kuasa Tuhan , dan
bahwa Ia dapat memakai mereka untuk tujuan apa
pun yang dikehendaki-Nya, baik untuk menjadi pentung bagi
isi bumi-Nya maupun untuk menyatakan kasih setia, seperti
yang dikatakan Elihu tentang hujan (Ayb. 37:12-13).
(2) Bahwa Tuhan sering kali membuat selamatan kita menjadi
perangkap (Mzm. 69:23). Apa yang biasanya merupakan
penghiburan dan keuntungan bagi kita sekarang menjadi,
jika Tuhan berkehendak, cambuk dan wabah bagi kita.
Tidak ada hal lain yang lebih diperlukan dan bermanfaat
selain air, baik itu segala mata air di bumi maupun hujan
dari langit. Namun sekarang tidak ada yang lebih menya-
kitkan, dan tidak ada yang lebih menghancurkan, selain air
itu: setiap ciptaan menjadi bagi kita sebagaimana Tuhan
menjadikannya.
(3) Bahwa tidaklah mungkin untuk menghindar dari pengha-
kiman-penghakiman yang benar dari Tuhan saat peng-
hakiman-penghakiman itu datang dengan mandat untuk
melawan para pendosa. Sebab Tuhan dapat mempersenjatai
langit maupun bumi untuk melawan mereka (lihat Ayb.
20:27). Tuhan dapat mengelilingi manusia dengan para pem-
bawa pesan murka-Nya, sehingga, jika mereka melihat ke
atas, mereka akan merasa ngeri dan bingung, dan jika me-
204
reka melihat ke bumi, sesungguhnya, hanya kesesakan
dan kegelapan (Yes. 8:21-22). Jadi, siapakah yang mampu
berdiri di hadapan Tuhan jika Ia murka?
(4) Dalam penghancuran terhadap dunia lama oleh air ini,
Tuhan memberi contoh tentang penghancuran terakhir
dari dunia yang ada sekarang oleh api kelak. Kita men-
dapati Rasul Petrus mempertentangkan kedua hal ini satu
sama lain (2Ptr. 3:6-7). Sama seperti di bawah bumi ada
air, demikian pula Gunung Api Etna, Gunung Api Vesu-
vius, dan gunung-gunung berapi lain menyatakan kepada
dunia bahwa di bawah permukaan bumi ada api juga. Api
juga sering kali jatuh dari langit, dan banyak kehancuran
diakibatkan oleh petir. sebab itu, saat waktu yang
ditetapkan tiba, di antara dua api ini, bumi dan segala
isinya akan terbakar, seperti halnya air bah yang didatang-
kan ke atas dunia lama dari samudra-samudra raya dan
melalui tingkap-tingkap langit.
Masuk ke dalam Bahtera
(7:13-16)
13 Pada hari itu juga masuklah Nuh serta Sem, Ham dan Yafet, anak-anak
Nuh, dan isteri Nuh, dan ketiga isteri anak-anaknya bersama-sama dengan
dia, ke dalam bahtera itu, 14 mereka itu dan segala jenis binatang liar dan
segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata yang merayap di bumi
dan segala jenis burung, yakni segala yang berbulu bersayap; 15 dari segala
yang hidup dan bernyawa datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam
bahtera itu. 16 Dan yang masuk itu yaitu jantan dan betina dari segala yang
hidup, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Nuh; lalu TUHAN menutup
pintu bahtera itu di belakang Nuh.
Di sini diulangi lagi apa yang sudah diceritakan sebelumnya tentang
Nuh yang masuk ke dalam bahtera, bersama-sama dengan keluarga-
nya dan binatang-binatang yang ditetapkan untuk dipertahankan
hidup. Nah,
I. Cerita itu diulangi demi kehormatan Nuh, yang iman dan ketaat-
annya dalam hal ini bersinar begitu cemerlang. Dengan iman dan
ketaatan itu ia memperoleh suatu pujian yang baik, dan dalam
hal ini ia tampak sebagai orang yang begitu disayangi Sorga dan
membawa berkat begitu besar bagi bumi ini.
Kitab Kejadian 7:13-16
205
II. Ada perhatian yang diberikan di sini tentang binatang-binatang
yang masuk menurut segala jenisnya, sesuai dengan kata-kata
yang dipakai dalam kisah penciptaan (1:21-25), untuk menunjuk-
kan bahwa jenis-jenis yang sekarang diselamatkan hanyalah
sebanyak seperti yang sudah diciptakan pada mulanya, dan tidak
lebih. Juga, untuk memperlihatkan bahwa pemeliharaan ini ada-
lah seperti ciptaan baru: hidup yang dipertahankan secara luar
biasa yaitu seperti sebuah hidup baru.
III. Meskipun semua permusuhan dan perseteruan di antara makh-
luk-makhluk berhenti untuk sementara waktu, dan binatang-
binatang buas bukan saja begitu lembut dan jinak sehingga
serigala dan domba berbaring bersama-sama, namun juga sifat
mereka secara begitu ajaib diubah sehingga singa benar-benar ma-
kan jerami seperti lembu (Yes. 11:6-7). Walaupun demikian, saat
kesempatan untuk itu berakhir, kekang itu dilepaskan, dan
mereka pun tetap seperti jenis yang sama seperti sebelum-sebe-
lumnya. Sebab, bahtera tidak mengubah sifat bawaan mereka.
Orang-orang munafik di dalam jemaat, yang menuruti aturan-
aturan bahtera itu secara lahiriah saja, bisa saja tidak diubahkan,
dan di kemudian hari akan kelihatan seperti apa mereka itu sebe-
narnya.
IV. Ditambahkan bahwa (dan kejadiannya pantas kita perhatikan),
TUHAN menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh (ay. 16). Seperti
halnya Nuh terus taat kepada Tuhan , demikian pula Tuhan terus
memperhatikan Nuh. Dan di sini tampak bahwa perhatian itu sa-
ngatlah istimewa. Sebab, ditutupnya pintu ini membangun din-
ding pemisah di antara dia dan semua dunia yang lain. Tuhan me-
nutup pintu,
1. Untuk melindunginya, dan membuatnya aman di dalam bah-
tera. Pintu itu harus ditutup rapat-rapat, sebab kalau tidak,
air pasti akan merembes masuk dan menenggelamkan bah-
tera, dan ditutup kuat-kuat, sebab kalau tidak, maka benda
apa saja di luarnya akan menghancurkannya. Demikianlah
Tuhan menjadikan Nuh sama seperti Ia menjadikan milik kesa-
yangan-Nya (Mal. 3:17).
2. Untuk mengecualikan semua yang lain, dan membuat mereka
tetap berada di luar untuk selama-lamanya. Sampai saat ini
206
pintu bahtera itu terbuka, dan jika ada orang, bahkan selama
tujuh hari terakhir itu, yang mau bertobat dan percaya, maka
sepanjang pengetahuan saya mereka bisa saja diterima masuk
ke dalam bahtera. namun sekarang pintu itu ditutup, dan
lenyaplah segala harapan mereka untuk dibiarkan masuk:
sebab jika Tuhan menutup, tidak ada yang dapat membuka.
V. Banyak dari kewajiban dan hak istimewa kita di dalam Injil dapat
dilihat pada pemeliharaan Nuh di dalam bahtera. Rasul Petrus
menjadikannya sebagai pelambang dari baptisan kita, yaitu,
Kekristenan kita (1Ptr. 3:20-21). Maka amatilah,
1. Bahwa sudah menjadi kewajiban kita yang besar, dalam ke-
taatan terhadap panggilan Injil, melalui iman yang hidup
kepada Kristus, untuk datang kepada jalan keselamatan yang
telah disediakan Tuhan bagi orang-orang berdosa yang malang.
saat Nuh masuk ke dalam bahtera, ia meninggalkan rumah
dan negerinya sendiri. Demikian pula kita harus meninggalkan
kebenaran kita sendiri dan harta benda kita, bilamana mereka
bersaing dengan Kristus. Nuh, untuk sementara waktu, harus
mau berserah diri di dalam bahtera yang sempit dan tidak
nyaman itu, supaya hidupnya dapat dipertahankan bagi se-
buah dunia yang baru. Begitu pula dengan orang-orang yang
datang kepada Kristus untuk diselamatkan oleh-Nya, mereka
harus menyangkal diri, baik dalam penderitaan maupun dalam
pelayanan.
2. Orang-orang yang masuk ke dalam bahtera sendiri harus
membawa sebanyak yang bisa mereka bawa bersama-sama
dengan mereka, melalui ajaran-ajaran yang baik, melalui ajak-
an-ajakan, dan melalui teladan yang baik. Bagaimanakah eng-
kau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menye-
lamatkan isterimu (1Kor. 7:16), seperti Nuh menyelamatkan
istrinya? Di dalam Kristus ada banyak tempat bagi semua
orang yang datang.
3. Orang-orang yang dengan iman datang kepada Kristus, Sang
Bahtera, akan ditutupi oleh kuasa Tuhan , dan dilindungi seper-
ti di dalam benteng pertahanan oleh kekuatan Tuhan (1Ptr. 1:5).
Tuhan menempatkan Adam ke dalam Firdaus, namun Ia tidak
menutup pintu di belakangnya, sehingga Adam membuat diri-
nya sendiri terlempar ke luar. namun saat Ia menempatkan
Kitab Kejadian 7:17-20
207
Nuh ke dalam bahtera, Ia menutup pintu di belakangnya. Be-
gitu pula, saat Ia membawa jiwa kepada Kristus, Ia men-
jamin keselamatannya: itu tidak tergantung pada pemelihara-
an kita sendiri, namun pada tangan Sang Pengantara.
4. Pintu belas kasihan akan segera ditutup bagi orang-orang
yang sekarang meremehkannya. Sekarang, ketoklah, maka pin-
tu akan dibukakan. namun akan tiba saatnya saat pintu tidak
akan dibukakan (Luk. 13:25).
Air Bah Meliputi Bumi
(7:17-20)
17 Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi; air itu naik dan
mengangkat bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi. 18 saat air
itu makin bertambah-tambah dan naik dengan hebatnya di atas bumi,
terapung-apunglah bahtera itu di muka air. 19 Dan air itu sangat hebatnya
bertambah-tambah meliputi bumi, dan ditutupinyalah segala gunung tinggi
di seluruh kolong langit, 20 sampai lima belas hasta di atasnya bertambah-
tambah air itu, sehingga gunung-gunung ditutupinya.
Di sini kita diberi tahu,
I. Berapa lama air bah itu naik, yaitu empat puluh hari (ay. 17). Du-
nia yang cemar semula tidak percaya bahwa air bah akan datang.
Dan saat air bah benar-benar datang mereka menghibur diri
mereka sendiri dengan harapan bahwa air itu akan segera surut
dan tidak akan sampai berlebihan. namun air terus naik, semakin
bertambah-tambah. Perhatikanlah,
1. jika Tuhan menghakimi, Ia akan menang. Jika Ia memulai,
Ia akan mengakhiri. Jalan-Nya sempurna, baik dalam meng-
hakimi maupun dalam memberi belas kasihan.
2. Mendekatnya penghakiman-penghakiman Tuhan secara berta-
hap, yang dirancang untuk mempertobatkan orang-orang ber-
dosa, sering kali disalahgunakan untuk membuat mereka
berkeras dalam keangkuhan mereka.
II. Sampai seberapa tinggi air itu naik: air itu naik sedemikian tinggi
sehingga bukan saja dataran-dataran rendah terendam air, namun
untuk memastikan pekerjaannya, dan agar tak seorang pun bisa
terluput, puncak-puncak gunung tertinggi pun dibanjirinya lima
belas hasta, yaitu sekitar tujuh meter. Sehingga sungguh sia-sia
menantikan keselamatan dari pada segala bukit, atau dari pada
208
gunung (Yer. 3:23). Tidak ada satu pun dari ciptaan-ciptaan Tuhan
yang sedemikian tinggi sehingga kuasa-Nya tidak dapat melam-
paui mereka. Dan Ia akan membuat mereka tahu rasa bahwa saat
mereka berbuat tinggi hati, Ia mengatasi mereka. Mungkin pun-
cak-puncak gunung itu dihanyutkan oleh kekuatan air, yang sa-
ngat berperan dalam membuat air makin bertambah-tambah se-
hingga mengatasi puncak-puncak gunung. Sebab dikatakan (Ayb.
12:15), Ia melepaskan air, dan air itu tidak hanya menghanyutkan
namun juga menjungkirbalikkan bumi. Demikianlah benteng dusta
disapu bersih, dan air lebat menghanyutkan persembunyian orang-
orang berdosa (Yes. 28:17), maka sia-sia saja mereka berlari ke-
padanya untuk berlindung (Why. 6:16). Sekarang gunung-gunung
beranjak, dan bukit-bukit berpindah, dan tidak ada lagi yang dapat
menolong manusia kecuali perjanjian damai (Yes. 54:10). Tidak ada
satu tempat pun di bumi yang begitu tinggi yang bisa menjadi
tempat berdiri manusia sehingga ia bisa berada di luar jangkauan
penghakiman-penghakiman Tuhan (Yer. 49:16; Ob. 1:3-4). Tangan
Tuhan akan menjangkau semua musuh-Nya (Mzm. 21:9). Amatilah
bagaimana penghakiman-penghakiman itu diukur secara tepat
(lima belas hasta), bukan dengan alat ukur milik Nuh, melainkan
dengan pengetahuan Dia yang mengukur air dalam timbangan
(Ayb. 28:25, KJV; TB: mengatur banyaknya air pen.).
III. Apa yang terjadi dengan bahtera Nuh saat air bah itu naik: Bah-
tera itu melampung tinggi dari bumi (ay. 17), dan terapung-apung di
muka air (ay. 18). saat semua bangunan lain dirobohkan oleh
air, dan terkubur di bawahnya, hanya bahtera yang tetap ber-
tahan. Amatilah,
1. Air yang menghancurkan segalanya itu justru menopang
bahtera. Apa yang bagi orang-orang tidak percaya merupakan
bau kematian yang mematikan, bagi orang-orang yang ber-
iman merupakan bau kehidupan yang menghidupkan.
2. Semakin tinggi air, semakin tinggi bahtera itu terangkat meng-
gapai langit. Demikianlah penderitaan-penderitaan yang diku-
duskan akan meninggikan kerohanian orang. Dan seiring de-
ngan bertambahnya persoalan, penghiburan pun semakin
lebih bertambah-tambah.
Kitab Kejadian 7:21-24
209
Air Bah Membinasakan Segala Makhluk
(7:21-24)
21 Lalu mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-
burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berke-
riapan di bumi, serta semua manusia. 22 Matilah segala yang ada nafas hidup
dalam hidungnya, segala yang ada di darat. 23 Demikianlah dihapuskan Tuhan
segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan
dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu
dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang
bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. 24 Dan berkuasalah air itu di
atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.
Inilah,
I. Kehancuran semua makhluk hidup di mana-mana oleh air bah.
Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemus-
nahan di bumi (Mzm. 46:9), dan bagaimana Ia membuat tumpuk-
an demi tumpukan. Belum pernah maut menang, dari mulai per-
tama ia masuk sampai saat ini, seperti pada waktu itu. Pergilah,
pandanglah Maut yang menunggangi kuda hijau kuningnya, dan
kerajaan maut yang mengikutinya (Why. 6:7-8).
1. Segala ternak, burung, dan binatang merayap mati, kecuali
sedikit dari mereka yang ada dalam bahtera. Amatilah bagai-
mana pernyataan ini diulangi: Lalu mati binasalah segala yang
hidup (ay. 21). Matilah segala yang ada nafas hidup dalam
hidungnya, segala yang ada di darat (ay. 22). Segala yang ada
(ay. 23). namun mengapa demikian? Hanya manusia yang ber-
buat jahat, dan sudah sewajarnya tangan Tuhan menentang
dia. namun domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka?
Saya menjawab,
(1) Kita yakin bahwa Tuhan tidak pernah berbuat salah terha-
dap mereka. Dia yaitu Tuhan yang berdaulat atas segala
kehidupan, sebab Dia satu-satunya Sumber dan Pencipta
kehidupan. Dia yang menjadikan mereka seperti yang dike-
hendaki-Nya bisa meniadakan mereka kapan saja Ia meng-
hendakinya. Dan siapa yang dapat berkata kepada-Nya apa
yang Kaulakukan? Tidak bolehkah Ia melakukan apa yang
dikehendaki-Nya kepada milik-Nya sendiri, yang diciptakan
untuk kesenangan-Nya?
(2) Tuhan secara menakjubkan benar-benar memenuhi tujuan-
tujuan kemuliaan-Nya sendiri dengan kehancuran mereka,
210
seperti halnya dengan penciptaan mereka. Dalam hal ini
kekudusan dan keadilan-Nya sangatlah diagungkan. De-
ngan ini tampak bahwa Ia membenci dosa, dan amat mur-
ka terhadap orang-orang berdosa, sehingga bahkan makh-
luk-makhluk yang lebih rendah, sebab mereka yaitu
hamba-hamba manusia dan bagian dari miliknya, dan ka-
rena mereka sudah disalahgunakan untuk menjadi hamba-
hamba dosa, dihancurkan bersama-sama dengan dia. Hal
ini membuat penghakiman itu lebih mencengangkan, lebih
mengerikan, dan, sebagai akibatnya, lebih mengungkapkan
murka dan pembalasan Tuhan . Penghancuran makhluk-
makhluk yaitu pembebasan mereka dari belenggu keru-
sakan, pembebasan yang begitu didambakan dengan me-
rintih oleh segala makhluk pada saat ini (Rm. 8:21-22). Itu
juga merupakan contoh dari hikmat Tuhan . Sama seperti
makhluk-makhluk dijadikan untuk manusia saat ia
dijadikan, demikian pula mereka dikembangbiakkan untuk
dia saat dia beranak cucu. Dan oleh sebab itu, sebab
sekarang manusia berkurang menjadi begitu sedikit, maka
pantaslah jika binatang-binatang harus dikurangi dalam
jumlah yang sepadan, sebab kalau tidak, mereka akan ber-
kuasa, akan mengisi bumi, dan umat manusia yang tersisa
akan dikalahkan oleh mereka. Lihatlah bagaimana Tuhan
mempertimbangkan hal ini dalam kasus lain (Kel. 23:29),
supaya segala binatang hutan jangan bertambah banyak
melebihi engkau.
2. Semua laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang ada di dunia
(kecuali yang ada di dalam bahtera) mati. Semua orang (ay. 21
dan ay. 23), dan ada kemungkinan mereka berjumlah banyak
sebanyak seperti yang ada sekarang di muka bumi, jika tidak
lebih banyak. Nah,
(1) Kita dapat dengan mudah membayangkan kengerian dan
kebingungan seperti apa yang mencekam mereka saat
mereka melihat bahwa mereka sudah dikepung. Jurusela-
mat kita memberi tahu kita bahwa sampai pada hari saat
air bah datang, mereka makan dan minum (Luk. 17:26-27).
Mereka sudah tenggelam dalam rasa aman dan nafsu ba-
daniah sebelum mereka ditenggelamkan di dalam air itu,
Kitab Kejadian 7:21-24
211
seraya berseru damai sejahtera, damai sejahtera pada diri
mereka sendiri, tuli dan buta terhadap segala peringatan
ilahi. Dalam keadaan inilah maut mengejutkan mereka,
seperti dalam 1 Samuel 30:16-17. namun , oh, betapa mere-
ka terkaget-kaget pada waktu itu! Sekarang mereka melihat
dan merasakan apa yang tidak mau mereka percayai dan
takuti, dan mereka diyakinkan akan kebodohan mereka
saat semuanya sudah terlambat. Sekarang mereka tidak
mendapat tempat untuk bertobat, meskipun mereka men-
carinya dengan tekun sambil bersimbah air mata.
(2) Kita bisa menduga bahwa mereka mencoba segala cara dan
sarana yang mungin untuk menyelamatkan diri, namun
semuanya sia-sia. Sebagian orang memanjat sampai ke
pucuk-pucuk pohon atau mendaki sampai ke puncak-pun-
cak gunung, dan meredakan kengerian-kengerian mereka
di sana untuk sementara waktu. namun air bah itu sampai
juga pada mereka, pada akhirnya, dan mereka dipaksa
mati dengan cara yang lebih sadar. Sebagian yang lain, ada
kemungkinan, menempel pada bahtera itu, dan sekarang
berharap bahwa bahtera ini bisa menjadi tempat yang
aman bagi mereka, yang sebelumnya menjadi bahan olok-
olok mereka. Mungkin sebagian orang memanjat atap
bahtera itu, dan berharap untuk berpindah ke sana. namun
entah mereka binasa di sana sebab kekurangan makanan,
atau, dengan cara mati yang lebih cepat, terpaan hujan
menjatuhkan mereka dari geladak itu. Yang lain, ada ke-
mungkinan, berharap dapat membujuk Nuh untuk me-
masukkan mereka ke dalam bahtera, dan berseru bahwa
mereka sudah lama mengenal dia, Bukankah kami telah
makan dan minum di hadapanmu? Bukankah engkau telah
mengajar di jalan-jalan kota kami? Ya, begitu mungkin
jawab Nuh, itu memang terjadi, berkali-kali, namun tidak
membawa banyak hasil. Kamu menolak saat aku me-
manggil; bahkan, kamu mengabaikan nasihatku (Ams. 1:24-
25), dan sekarang aku tidak berkuasa lagi untuk meno-
longmu: Tuhan telah menutup pintu, dan aku tidak bisa
membukanya. Demikianlah nanti pada hari penghakiman
agung. Mendaki tinggi-tinggi dengan mengaku-ngaku diri
beragama, atau mengaku kenal dengan orang-orang baik,
212
tidak akan membawa manusia ke sorga (Mat. 7:22; Mat.
25:8-9). Orang-orang yang tidak ditemukan di dalam Kris-
tus, Sang Bahtera, pasti akan binasa, binasa untuk sela-
ma-lamanya. Keselamatan itu sendiri tidak dapat menyela-
matkan mereka. Lihat Yesaya 10:3.
(3) Kita dapat menduga bahwa sebagian dari orang-orang yang
binasa dalam air bah itu sudah membantu Nuh, atau
dipekerjakan olehnya, untuk membangun bahtera, namun
mereka tidak begitu bijak dan bertobat sehingga menyedia-
kan tempat bagi mereka sendiri di dalamnya. Demikianlah
para pelayan jemaat yang fasik, meskipun mungkin saja
berperan dalam membantu orang lain masuk sorga, akan
dilemparkan sendiri ke dalam neraka.
Marilah sekarang kita berhenti sejenak dan mempertimbang-
kan penghakiman yang dahsyat ini! Biarlah hati kita merenung-
kan kengerian, kengerian dari kehancuran ini. Marilah kita lihat,
dan berkata, ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Tuhan yang
hidup; siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Mari-
lah kita lihat dan berkata, betapa jahat dan pedihnya kita bila
meninggalkan Tuhan . Dosa orang-orang berdosa, tanpa pertobatan,
akan menghancurkan mereka, cepat atau lambat. Jika Tuhan itu
benar, maka itu akan terjadi. Sungguh, orang jahat tidak akan
luput dari hukuman. Tuhan yang benar tahu bagaimana menda-
tangkan air bah atas dunia orang-orang fasik (2Ptr. 2:5). Elifas
merujuk pada cerita ini sebagai peringatan yang masih berlaku
terhadap dunia yang tidak acuh (Ayb. 22:15-16), apakah engkau
mau tetap mengikuti jalan lama, yang dilalui orang-orang jahat,
mereka yang telah direnggut sebelum saatnya, dan dicampakkan
ke dalam kekekalan, yang alasnya dihanyutkan sungai?
II. Pemeliharaan khusus terhadap Nuh dan keluarganya: Hanya Nuh
yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia
dalam bahtera itu (ay. 23). Amatilah,
1. Nuh hidup. Sementara semua orang di sekelilingnya menjadi
tugu-tugu peringatan keadilan, beribu-ribu roboh di sebelah
kanannya dan berpuluh-puluh ribu di sebelah kirinya, ia men-
jadi tugu peringatan belas kasihan. Hanya dengan mata kepala-
nya sendiri ia dapat menonton dan melihat pembalasan terhadap
Kitab Kejadian 7:21-24
213
orang-orang fasik (Mzm. 91:7-8). Sesungguhnya pada waktu
banjir besar terjadi, itu tidak melandanya (Mzm. 32:6). Kita
mempunyai alasan untuk berpikir bahwa, selagi Tuhan yang
panjang sabar menunggu, Nuh tidak hanya memberitakan
kabar, namun juga berdoa untuk dunia yang fasik itu, supaya
murka Tuhan jangan datang. namun doa-doanya kembali ke
hatinya sendiri, dan terkabul hanya dalam terluputnya dirinya
sendiri, yang dengan jelas dirujuk dalam Yehezkiel 14:14, Nuh,
Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawa-
nya sendiri. Sebuah tanda kehormatan akan dipasang pada
diri pendoa-pendoa syafaat.
2. Hanya Nuh yang hidup. Nuh tetap hidup, itu saja. Sebenarnya,
ia terkubur hidup-hidup, yaitu terkurung di tempat yang
sempit, ngeri terhadap hujan yang turun dengan begitu mena-
kutkan, air bah yang bertambah naik, dan segala jeritan serta
teriakan para tetangganya yang binasa, dan hatinya dipenuhi
oleh pikiran-pikiran sedih tentang kehancuran-kehancuran
yang terjadi. namun ia menghibur dirinya dengan hal ini, bah-
wa ia sedang berada di jalan kewajiban dan jalan pembebasan.
Dan kita diajar (Yer. 45:4-5) bahwa saat penghakiman-peng-
hakiman yang menghancurkan sedang terjadi di mana-mana,
kita tidak boleh mencari hal-hal besar atau menyenangkan
bagi diri kita sendiri, namun dengan rasa syukur tak terperikan
kita harus menerima hidup yang diberikan kepada kita sebagai
korban bagi orang lain.
PASAL 8
alam bagian penutup dari pasal sebelumnya, kita meninggalkan
dunia dalam kehancuran dan jemaat dalam kesesakan. namun
dalam pasal ini kita mendapati dunia diperbaiki dan jemaat diper-
luas. Sekarang pemandangannya berubah, dan wajah lain dari segala
sesuatu mulai diperlihatkan kepada kita, dan sisi terang di balik
awan yang sebelumnya tampak begitu hitam dan pekat. Sebab, mes-
kipun Tuhan berbantah untuk waktu yang lama, bukan untuk selama-
lamanya Ia hendak berbantah, tidak pula Ia akan selalu murka. Di
sini kita mendapati,
I. Bumi diperbaharui, dengan meredanya air, dan munculnya
tanah kering, untuk kedua kalinya sekarang, dan kedua-
duanya secara perlahan.
1. Naiknya air dihentikan (ay. 1-2).
2. Air terlihat mulai berkurang (ay. 3).
3. sesudah surut selama enam belas hari, bahtera itu kandas
(ay. 4).
4. sesudah surut selama enam puluh hari, puncak-puncak
gunung tampak mengatasi air (ay. 5).
5. sesudah surut selama empat puluh hari, dan dua puluh
hari sebelum gunung-gunung tampak, Nuh mulai mengi-
rimkan mata-matanya, seekor burung gagak dan seekor
burung merpati, untuk mendapat informasi (ay. 6-12).
6. Dua bulan sesudah kemunculan puncak-puncak gunung,
air sudah lenyap, dan permukaan bumi menjadi kering
(ay. 13), meskipun belum kering untuk didiami manusia
secara layak sampai hampir dua bulan kemudian (ay. 14).
D
216
II. Manusia ditempatkan kembali di atas bumi, di mana,
1. Nuh mengeluarkan muatan bahtera dan ia sendiri keluar
darinya (ay. 15-19).
2. Ia mempersembahkan korban pujiannya kepada Tuhan
atas kebebasannya (ay. 20).
3. Tuhan menerima korbannya, dan dalam kesempatan itu Ia
berjanji untuk tidak menenggelamkan dunia lagi (ay. 21-
22). Dan dengan demikian, pada akhirnya, belas kasihan
menang atas penghakiman.
Bumi Menjadi Kering
(8:1-3)
1 Maka Tuhan mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang
bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Tuhan membuat angin
menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun. 2 Ditutuplah mata-mata
air samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat
dari langit, 3 dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah
berkurang air itu sesudah seratus lima puluh hari.
Inilah,
I. Sebuah tindakan anugerah Tuhan : Tuhan mengingat Nuh dan segala
makhluk hidup. Ini yaitu ungkapan cara manusia. Sebab tak
satu pun dari ciptaan-Nya (Luk. 12:6), terlebih lagi siapa pun dari
umat-Nya, yang dilupakan-Nya (Yes. 49:15-16). namun ,
1. Seluruh bangsa manusia, kecuali Nuh dan keluarganya, seka-
rang sudah punah, dan dicampakkan ke negeri segala lupa,
untuk tidak diingat lagi. sebab itu, diingatnya Nuh oleh Tuhan
berarti kembalinya belas kasihan-Nya terhadap umat manusia,
yang tidak akan dibinasakan-Nya sepenuhnya. Ungkapan ini
aneh (Yeh. 5:13), Aku akan melampiaskan murka-Ku kepada
mereka, sehingga Aku merasa puas. Tuntutan-tuntutan keadil-
an ilahi telah dipenuhi dengan kehancuran orang-orang ber-
dosa itu. Ia telah melampiaskan dendam-Nya kepada para
lawan-Nya (Yes. 1:24), dan sekarang roh-Nya menjadi tenteram
(Za. 6:8), lalu Ia mengingat Nuh dan segala makhluk hidup. Ia
mengingat kasih sayang dalam murka (Hab. 3:2), teringat
kepada zaman dahulu kala (Yes. 63:11), mengingat keturunan
yang kudus, dan kemudian mengingat Nuh.
Kitab Kejadian 8:1-3
217
2. Nuh sendiri, walaupun merupakan seorang yang mendapat
kasih karunia di mata Tuhan, tampak terlupakan di dalam
bahtera, dan mungkin mulai berpikiran begitu. Sebab kita
tidak mendapati Tuhan memberi tahu dia berapa lama ia harus
terkurung dan kapan ia harus dibebaskan. Orang-orang yang
sangat baik terkadang akan segera menyimpulkan bahwa me-
reka dilupakan Tuhan , terutama jika penderitaan-penderita-
an mereka luar biasa pedih dan lama. Mungkin Nuh, walau-
pun merupakan seorang yang mempunyai iman besar, saat
mendapati air bah terus berlangsung begitu lama sementara
sudah seharusnya air itu berhenti, tergoda untuk merasa
takut kalau-kalau Dia yang menyuruhnya untuk masuk akan
tetap mengurungnya di sana. Dan ia mulai bertanya-tanya,
berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku? namun pada akhir-
nya Tuhan kembali dalam belas kasihan kepadanya, dan ini
diungkapkan dengan ungkapan Tuhan mengingatnya. Perhati-
kanlah, orang-orang yang mengingat Tuhan pasti akan diingat
oleh-Nya, seberapa pun susah dan menyedihkannya keadaan
mereka. Ia akan menetapkan waktu bagi mereka dan meng-
ingat mereka (Ayb. 14:13).
3. Bersama Nuh, Tuhan mengingat segala makhluk hidup. Sebab,
walaupun kesenangan-Nya terutama pada anak-anak manu-
sia, Ia juga bersuka atas segala hasil karya-Nya, dan tidak
membenci satu pun dari apa yang telah dijadikan-Nya. Ia se-
cara khusus memperhatikan umat-Nya bukan saja secara
orang perorangan, melainkan juga kepunyaan-kepunyaan me-
reka, yaitu keluarga mereka dan segala sesuatu milik mereka.
Ia memperhatikan ternak Niniwe (Yun. 4:11).
II. Sebuah tindakan kuasa Tuhan atas angin dan air, yang kedua-
duanya tunduk pada perintah-Nya, meskipun tidak satu pun dari
keduanya yang bisa dikendalikan manusia. Amatilah,
1. Ia memerintahkan angin, dan berkata kepadanya, pergi, lalu ia
pun pergi, untuk menghalau air bah itu: Tuhan membuat angin
menghembus melalui bumi. Lihatlah di sini,
(1) Apa yang diingat Tuhan tentang Nuh: bahwa Ia akan mem-
berinya kelegaan. Perhatikanlah, orang-orang yang diingat
Tuhan pasti diingat-Nya dengan benar, untuk selama-lama-
218
nya. Ia mengingat kita untuk menyelamatkan kita, agar
kita mengingat-Nya untuk melayani Dia.
(2) Betapa Tuhan memiliki kekuasaan yang berdaulat atas angin.
Ia mengumpulkan angin dalam genggaman-Nya (Ams. 30:4)
dan mengeluarkannya dari dalam perbendaharaan-Nya (Mzm.
135:7). Ia mengirimkannya bilamana, ke mana, dan untuk
tujuan-tujuan apa, sesuai yang dikehendaki-Nya. Bahkan
angin badai sekalipun melakukan firman-Nya (Mzm. 148:8).
Tampaknya, selagi air bertambah naik, tidak ada angin.
Sebab hal itu akan semakin mengombang-ambingkan bah-
tera. namun sekarang Tuhan mengirimkan angin, sebab hal
itu tidak akan begitu mengganggu. Ada kemungkinan angin
itu yaitu angin utara, sebab angin utara mengusir hujan.
Apa pun itu, angin itu yaitu angin yang mengeringkan,
seperti angin yang dikirim Tuhan untuk membelah Laut
Teberau di hadapan Israel (Kel. 14:21).
2. Ia menarik kembali air-air itu, dan berkata kepada mereka,
mari datanglah ke sini, dan mereka pun datang.
(1) Ia menyingkirkan penyebabnya. Ia memeteraikan sumber-
sumber air itu, mata-mata air samudera raya serta tingkap-
tingkap di langit. Perhatikanlah,
[1] Seperti Tuhan memiliki kunci untuk membuka, demikian
pula Ia mempunyai kunci untuk menutup kembali, dan
untuk menahan laju penghakiman-penghakiman de-
ngan menghentikan penyebab-penyebabnya. Begitulah,
tangan yang sama yang mendatangkan kehancuran ha-
ruslah mendatangkan pembebasan. Oleh sebab itu, ke-
pada tangan itulah mata kita harus tertuju. Hanya Dia
yang melukai yang sanggup menyembuhkan. Lihat
Ayub 12:14-15.
[2] jika penderitaan-penderitaan sudah melaksanakan
pekerjaan yang untuknya mereka dikirim, entah peker-
jaan untuk membunuh atau menyembuhkan, maka me-
reka akan dihapuskan. Firman Tuhan tidak akan kem-
bali sia-sia (Yes. 55:10-11).
(2) Lalu dampaknya berhenti. Tidak sekaligus, melainkan se-
cara berangsur-angsur: Air itu turun (ay. 1), makin surut
dari muka bumi (ay. 3). Mereka pergi dan kembali (dalam
Kitab Kejadian 8:4-5
219
bahasa Ibrani), yang menandakan kepergian secara per-
lahan-lahan. Panasnya matahari mengeringkan banyak air
itu, dan mungkin lubang-lubang besar di dalam tanah
menyerap lebih banyak lagi. Perhatikanlah, seperti halnya
bumi tidak ditenggelamkan dalam sehari, demikian pula ia
tidak dikeringkan dalam sehari. Dalam penciptaan, hanya
butuh satu hari kerja untuk membersihkan bumi dari air-
air yang meliputinya, dan untuk menjadikannya tanah ke-
ring. Malah, hanya butuh separuh hari kerja (1:9-10).
namun , sebab pekerjaan mencipta sudah selesai, maka pe-
kerjaan pemeliharaan ilahi ini dilaksanakan melalui kuasa
penyebab-penyebab alami yang bekerja secara bersamaan,
namun yang dikerahkan sedemikian rupa oleh kekuatan
Tuhan yang mahakuasa. Tuhan biasanya membebaskan umat-
Nya secara perlahan, agar hari peristiwa-peristiwa kecil tidak
dipandang hina, tidak pula orang kehilangan harapan akan
hari peristiwa-peristiwa besar (Za. 4:10). Lihat Amsal 4:18.
Surutnya Air Bah
(8:4-5)
4 Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkan-
daslah bahtera itu pada pegunungan Ararat. 5 Sampai bulan yang kesepuluh
makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu
bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung.
Di sini kita mendapati dampak-dampak dan bukti-bukti dari surutnya air.
1. Bahtera itu kandas. yaitu suatu kepuasan bagi Nuh untuk
merasakan rumah kediamannya mendarat di atas tanah yang
kuat, tidak lagi bergerak-gerak. Bahtera itu kandas di pegunung-
an, yang diarahkan ke sana, bukan oleh kearifan Nuh (ia tidak
mengemudikannya), melainkan oleh pemeliharaan Tuhan yang
bijak dan penuh rahmat, agar bahtera itu bisa kandas lebih cepat.
Perhatikanlah, Tuhan menyediakan waktu dan tempat peristirahat-
an bagi umat-Nya sesudah mereka diombang-ambingkan. Dan ke-
rap kali Ia menyediakan tempat kediaman bagi mereka yang nya-
man dan tepat pada waktunya tanpa mereka merancangkannya
sendiri, dan yang sangat melampaui dugaan mereka. Bahtera
jemaat, meskipun kadang-kadang dilanggar angin badai, dan
220
tidak dihiburkan (Yes. 54:11), mempunyai tempat peristirahatan
(Kis. 9:31).
2. Puncak-puncak gunung, seperti pulau-pulau kecil, tampak di atas
air. Sangat pasti bahwa puncak-puncak gunung itu terlihat oleh
Nuh dan anak-anaknya, sebab selain puncak-puncak itu tidak
ada lain lagi yang terlihat. Ada kemungkinan bahwa mereka
melihat melalui jendela bahtera setiap hari, seperti para pelaut
yang merasa rindu, sesudah pelayaran yang membosankan, untuk
melihat apakah mereka bisa menemukan daratan, atau seperti
hamba seorang nabi (1Raj. 18:43-44), sampai pada akhirnya
mereka melihat tanah, dan mencatat tanggal penemuan mereka
dalam buku harian mereka. Mereka sudah merasakan tanah em-
pat puluh hari sebelum mereka melihatnya, menurut perhitungan
Dr. Lightfoot, yang dari situ beliau menyimpulkan bahwa, jika air
berkurang dalam jumlah yang seimbang, bahtera itu berada di
kedalaman air sekitar 5 meter.
Nuh Melepaskan Burung Gagak dan Merpati
(8:6-12)
6 Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuat-
nya pada bahtera itu. 7 Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung
itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. 8
Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air
itu telah berkurang dari muka bumi. 9 namun burung merpati itu tidak men-
dapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh
ke dalam bahtera itu, sebab di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh meng-
ulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke
dalam bahtera. 10 Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula
burung merpati itu dari bahtera; 11 menjelang waktu senja pulanglah burung
merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun
zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang
dari atas bumi. 12 Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian
dilepaskannya burung merpati itu, namun burung itu tidak kembali lagi
kepadanya.
Di sini kita mendapati cerita tentang mata-mata yang dikirim Nuh
untuk memberinya informasi dari dunia luar, seekor burung gagak
dan seekor burung merpati. Amatilah di sini,
I. Bahwa walaupun Tuhan sudah memberi tahu Nuh secara khusus
kapan air bah akan datang, bahkan sampai pada hari terjadinya
(7:4), Ia tidak memberinya penjelasan khusus melalui pewahyuan
pada pukul berapa, dan dengan cara-cara apa, air itu akan pergi,
Kitab Kejadian 8:6-12
221
1. sebab pengetahuan tentang datangnya air bah penting bagi
dia untuk mempersiapkan bahtera, dan untuk berdiam di da-
lamnya. namun , pengetahuan tentang perginya air bah hanya
bisa memuaskan rasa ingin tahunya, dan disembunyikannya
pengetahuan itu dari dia akan menjadi latihan yang diperlu-
kan bagi iman dan kesabarannya. Dan,
2. Ia tidak bisa meramalkan kedatangan air bah itu, kecuali mela-
lui pewahyuan. namun , dengan sarana-sarana biasa, ia dapat
mengetahui berkurangnya air itu, dan oleh sebab itu Tuhan ber-
kenan untuk membiarkan dia memakai sarana-sarana itu.
II. Bahwa meskipun Nuh dengan iman mengharapkan kebebasannya,
dan dengan sabar menantikannya, namun ia merasa penasaran
tentangnya, sebab ia berpikir akan terkurung seperti itu untuk
waktu yang lama. Perhatikanlah, keinginan-keinginan untuk dile-
paskan dari masalah, pengharapan-pengharapan yang sungguh-
sungguh untuk itu, dan pertanyaan-pertanyaan tentang kedatang-
annya yang dekat pada kita, akan berpadanan dengan sangat baik
dengan ketulusan iman dan kesabaran. Siapa yang percaya tidak
akan gelisah sehingga bertindak mendahului Tuhan , sebaliknya ia
gelisah untuk menemui-Nya (Yes. 28:16). Secara khusus,
1. Nuh mengirimkan seekor burung gagak melalui tingkap bah-
tera, yang kemudian pergi, atau dalam ungkapan bahasa Ibrani
terbang pulang pergi, yakni, terbang ke sana kemari, dan mema-
kan bangkai-bangkai yang terapung, namun kembali ke bahtera
untuk beristirahat. Mungkin bukan di dalam bahtera, melain-
kan di atasnya. Hal ini hanya membuat Nuh sedikit puas. Oleh
sebab itu,
2. Ia mengirimkan seekor burung merpati, yang pertama-tama
kembali tanpa kabar baik, malah basah dan kotor. namun untuk
kali kedua, ia membawa daun zaitun pada paruhnya, yang tam-
paknya sudah dipatuk terlebih dahulu. Ini suatu petunjuk jelas
bahwa sekarang pepohonan, pohon-pohon yang berbuah, mulai
tampak di atas air. Perhatikanlah di sini,
(1) Bahwa Nuh mengirimkan burung merpati itu untuk kali
kedua tujuh hari sesudah ia pertama kali terbang, dan
untuk kali ketiga sesudah tujuh hari juga. Dan mungkin kali
pertama ia dikirim ke luar yaitu tujuh hari sesudah bu-
222
rung gagak dikirim ke luar. Ini menunjukkan bahwa pengi-
riman itu dilakukan pada hari Sabat, yang, tampaknya,
dijalani Nuh dengan ibadah di dalam bahtera. sesudah men-
jalankan hari Sabat dalam sebuah perkumpulan jemaat
yang khidmat dan kecil, ia lalu mengharapkan berkat-berkat
khusus dari sorga, dan mencari tahu tentangnya. sesudah
memanjatkan doanya, ia menengadah ke atas (Mzm. 5:4).
(2) Burung merpati yaitu lambang dari jiwa yang penuh
rahmat, yang sebab tidak mendapat tumpuan bagi kaki-
nya, tidak mendapat kedamaian atau kepuasan yang teguh
di dunia ini, dunia yang menajiskan dan yang tenggelam
dalam air bah ini, lalu kembali kepada Kristus seperti ke-
pada bahteranya, seperti kepada Nuhnya. Hati yang bersifat
kedagingan, seperti burung gagak, hanyut dalam dunia, dan
memakan bangkai-bangkai yang ditemukannya di sana. Te-
tapi kembalilah tenang hai jiwa-Ku, kembalilah kepada Nuh-
mu, itulah kata yang digunakan (Mzm. 116:7). Sekiranya
aku diberi sayap seperti merpati, aku akan berlari kepada-
Nya! (Mzm. 55:7). Dan sama seperti Nuh mengulurkan
tangannya, mengambil burung merpati, dan menarik burung
itu ke dalam bahtera, demikian pula Kristus dengan penuh
rahmat akan menjaga, menolong, dan menyambut orang-
orang yang berlari kepada-Nya untuk mendapat tempat per-
istirahatan.
(3) Ranting pohon zaitun, yang merupakan lambang kedamai-
an, tidak dibawa oleh burung gagak, burung pemangsa,
tidak pula oleh burung merak yang ceria dan congkak,
melainkan oleh burung merpati yang lembut, sabar, dan
rendah hati. Kecenderungan hati yang seperti merpatilah
yang akan membawa pertanda-pertanda ketenangan dan
sukacita ke dalam jiwa.
(4) Sebagian orang memandang kesemuanya ini secara kiasan.
Hukum pertama kali dikirimkan seperti burung gagak,
namun tidak membawa kabar tentang surutnya air murka
Tuhan , yang di dalamnya dunia umat manusia tenggelam.
Oleh sebab itu, dalam kegenapan waktu, Tuhan mengirim-
kan Injil-Nya, seperti burung merpati, yang dalam rupa ini
Roh Kudus turun, dan ia memberi kita ranting pohon zai-
tun serta membawa pengharapan yang lebih baik.
Kitab Kejadian 8:13-14
223
Bumi telah Kering
(8:13-14)
13 Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu
bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka
tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai
kering. 14 Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu,
bumi telah kering.
Di sini,
1. Bumi menjadi kering (ay. 13), maksudnya, semua air sudah
lenyap darinya, yang disaksikan sendiri oleh Nuh pada hari per-
tama dalam bulan pertama (sungguh hari pertama di tahun baru
yang menggembirakan). Ia membuka tutup bahtera itu, tidak selu-
ruhnya, namun hanya secukupnya saja supaya ia bisa melihat pe-
mandangan bumi di sekelilingnya. Dan sungguh itu suatu peman-
dangan yang paling menghibur. Sebab lihatlah, lihat dan takjublah,
muka bumi sudah mulai kering. Perhatikanlah,
(1) yaitu suatu belas kasihan yang besar bagi kita untuk meli-
hat tanah di sekeliling kita. Nuh lebih menyadarinya pada
waktu itu dibandingkan kita sekarang. Sebab segala belas kasihan
yang dipulihkan jauh lebih menyentuh dibandingkan segala belas
kasihan yang berlanjut terus.
(2) Kuasa ilahi yang sekarang memperbarui wajah bumi dapat
memperbarui wajah jiwa yang menderita dan kesusahan serta
wajah gereja yang kesulitan dan teraniaya. Ia dapat membuat
tanah kering muncul sekalipun tampaknya sudah terhilang
dan terlupakan (Mzm. 18:17).
2. Bumi telah kering (ay. 14), sehingga layak untuk didiami Nuh.
Amatilah, meskipun Nuh melihat tanah kering pada hari pertama
di bulan pertama, Tuhan tidak mengizinkannya keluar dari bahtera
hingga hari kedua puluh tujuh pada bulan kedua. Mungkin Nuh,
sebab sudah agak lelah dengan kekangannya, ingin cepat-cepat
keluar pada awalnya. namun Tuhan , dalam kebaikan hati kepada-
nya, menyuruhnya untuk tinggal jauh lebih lama lagi. Perhatikan-
lah, Tuhan lebih mengutamakan keuntungan kita dibandingkan ke-
inginan-keinginan kita. Sebab Ia lebih tahu apa yang baik bagi
kita dibandingkan kita sendiri, dan berapa lama kekangan-kekangan
kita pantas diteruskan dan belas kasihan yang kita rindukan pan-
tas ditunda. Kita ingin keluar dari bahtera sebelum tanah menge-
224
ring, dan mungkin, jika pintunya tertutup, kita akan segera mem-
buka tingkap dan memanjat dari tempat lain. namun kita harus
puas bahwa waktu Tuhan untuk menunjukkan belas kasihan-Nya
kepada kita pasti merupakan waktu yang terbaik, yaitu saat
belas kasihan sudah matang bagi kita dan kita siap untuknya.
Nuh Keluar dari Bahtera
(8:15-19)
15 Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Nuh: 16 Keluarlah dari bahtera itu, engkau
bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu;
17 segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup:
burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi,
suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu ber-
keriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi. 18
Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan
isteri anak-anaknya. 19 Segala binatang liar, segala binatang melata dan se-
gala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut
jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu.
Di sini,
I. Nuh keluar dari bahtera (ay. 15-17). Amatilah,
1. Nuh tetap bergeming sebelum Tuhan menyuruhnya. Seperti
halnya ia diberi perintah untuk masuk ke dalam bahtera (7:1),
demikian pula, betapapun ia merasa bosan dikurung, ia mau
menunggu perintah untuk keluar darinya lagi. Perhatikanlah,
kita harus mengakui Tuhan dalam segala jalan kita, dan me-
nempatkan-Nya di hadapan kita dalam segala langkah kita.
Yang berada dalam perlindungan Tuhan hanyalah mereka yang
mengikuti petunjuk Tuhan dan tunduk pada pemerintahan-
Nya. Orang-orang yang dengan mantap berpegang pada firman
Tuhan sebagai pedoman mereka, dan dibimbing oleh anugerah-
Nya sebagai asas mereka, dan memperhatikan petunjuk-
petunjuk dari pemeliharaan-Nya untuk membantu mereka me-
nerapkan petunjuk-petunjuk umum terhadap persoalan-per-
soalan khusus, maka mereka di dalam iman bisa melihat-Nya
membimbing langkah-langkah mereka dalam melalui padang
gurun ini.
2. Meskipun Tuhan menahannya untuk waktu yang lama, pada
akhirnya Ia melepaskannya. Sebab penglihatan itu masih me-
nanti saatnya, namun ia bersegera menuju kesudahannya, dan
Kitab Kejadian 8:15-19
225
pada kesudahannya ia akan berbicara, berbicara kebenaran
(Hab. 2:3), dengan tidak menipu.
3. Tuhan telah berkata, masuklah ke dalam bahtera, dan Ia tidak
berkata pergilah, namun masuklah, yang menunjukkan bahwa
Tuhan , yang masuk bersama-sama dengan dia, tinggal ber-
samanya selama ini, sampai Ia menyuruhnya untuk keluar
dengan aman. Sebab Ia sudah berkata, Aku tidak akan me-
ninggalkan engkau.
4. Sebagian orang mengamati bahwa, saat mereka disuruh
masuk ke dalam bahtera, yang laki-laki dan perempuan dise-
butkan secara terpisah (6:18): Engkau bersama-sama dengan
anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu. Dari sini
mereka menyimpulkan bahwa, selama masa berkabung, mere-
ka dan isteri mereka tinggal secara terpisah (Za. 12:12). namun
sekarang Tuhan seolah-olah menikahkan mereka kembali, dengan
menyuruh Nuh dan isterinya keluar secara bersama-sama, dan
anak-anaknya serta isteri-isteri mereka secara bersama-sama,
agar mereka bisa beranak cucu dan bertambah banyak.
5. Nuh diperintah untuk membawa keluar binatang-binatang
bersamanya, agar sesudah memberi mereka makan sedemikian
lama, dan sudah begitu bersusah payah merawat mereka, ia
bisa mendapat kehormatan untuk memimpin mereka di dalam
pasukan, dan menerima penghormatan dari mereka.
II. Nuh keluar sesudah mendapat izin. Seperti halnya ia tidak mau
keluar tanpa izin, demikian pula ia tidak mau, sebab takut atau
sebab ingin bermain-main, tetap tinggal di dalam sesudah ia
diberi izin untuk keluar. Dalam segala hal ia patuh terhadap
penglihatan sorgawi itu. Meskipun sekarang ia sudah satu tahun
dan sepuluh hari penuh berada di dalam bahtera sebagai tawan-
an, namun saat ia mendapati dirinya dipertahankan hidup di
sana, bukan hanya untuk kehidupan yang baru, melainkan juga
untuk sebuah dunia yang baru, ia tidak melihat alasan untuk
mengeluhkan penahanannya yang lama. Sekarang amatilah,
1. Nuh dan keluarganya keluar hidup-hidup, meskipun salah
seorang dari mereka yaitu Ham yang jahat, yang, meskipun
terluput dari air bah, bisa saja dilenyapkan oleh keadilan Tuhan
dengan suatu hantaman lain. namun mereka semua hidup. Per-
hatikanlah, jika keluarga-keluarga sudah lama bersama-
226
sama, dan tidak ada perpecahan di antara mereka, maka hal itu
harus dipandang sebagai kebaikan yang istimewa, dan itu
sebab belas kasihan Tuhan.
2. Nuh membawa keluar semua makhluk yang masuk bersama-
sama dengan dia, kecuali burung gagak dan burung merpati,
yang ada kemungkinan, segera menemui pasangan mereka be-
gitu mereka keluar. Nuh dapat memberi pertanggung-
jawaban yang sangat baik atas tugasnya. Sebab dari semua
yang diserahkan kepadanya, ia tidak kehilangan satu pun dari
antara mereka. Ia tetap setia kepada Dia yang sudah meng-
angkatnya untuk tugas itu, pro hac vice untuk kesempatan
ini, sebagai bendahara agung untuk keluarganya.
Korban Nuh
(8:20-22)
20 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak
haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa
ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. 21 saat
TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam
hati-Nya: Aku takkan mengutuk bumi ini lagi sebab manusia, sekalipun
yang ditimbulkan hatinya yaitu jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan
membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 22
Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai,
dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.
Inilah,
I. Ungkapan syukur Nuh atas kebaikan Tuhan kepadanya, yang
melengkapi belas kasihan bagi pembebasannya (ay. 20).
1. Ia mendirikan mezbah. Sampai saat ini ia tidak berbuat apa
pun tanpa petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah khusus
dari Tuhan . Ia diberi panggilan khusus untuk masuk ke dalam
bahtera, dan panggilan lain lagi untuk keluar darinya. namun ,
sebab mezbah dan korban bakaran sudah merupakan kete-
tapan ilahi dan ibadah, ia tidak menunggu perintah khusus
seperti itu untuk mengungkapkan rasa syukurnya. Orang-
orang yang sudah menerima belas kasihan dari Tuhan haruslah
menjadi yang terdepan dalam mengucap syukur, dan melaku-
kannya bukan dengan paksa, namun dengan sukarela. Tuhan
berkenan pada persembahan-persembahan yang dinaikkan
dengan kehendak bebas, dan pada puji-pujian yang menanti-
Kitab Kejadian 8:20-22
227
nantikan Dia. Nuh sekarang keluar menuju dunia yang dingin
dan porak-poranda, di mana, orang akan menyangka, yang
pertama-tama akan diperhatikannya yaitu membangun ru-
mah bagi dirinya sendiri. Namun, lihatlah, ia memulai dengan
mendirikan mezbah bagi Tuhan . Tuhan , sebagai yang pertama,
haruslah yang pertama dilayani. Dan barangsiapa memulai
dengan Tuhan memulai dengan baik.
2. Ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbahnya,
dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung
yang tidak haram masing-masing satu, dari pasangan yang
ketujuh, seperti yang sudah kita baca (7:2-3). Di sini amatilah,
(1) Ia hanya mempersembahkan binatang-binatang yang halal.
Sebab, mempersembahkan korban saja tidak cukup, kita
juga harus mengorbankan apa yang ditentukan oleh Tuhan ,
sesuai dengan hukum korban, dan bukan apa yang cacat.
(2) Meskipun persediaan ternaknya begitu sedikit, dan itu pun
diselamatkan dari kehancuran dengan biaya dan perawat-
an yang begitu besar, namun ia tidak bersungut-sungut
dalam memberi kepada Tuhan apa yang pantas didapat-
kan-Nya dari ternak itu. Ia bisa saja berkata, Bukankah
aku hanya mempunyai tujuh domba untuk memulai dunia,
dan haruskah salah satu dari ketujuh domba ini disem-
belih dan dibakar sebagai korban? Bukankah akan lebih
baik jika kita menundanya sampai kita mempunyai jauh
lebih banyak domba? Tidak, untuk membuktikan ketulus-
an kasih dan rasa syukurnya, ia dengan gembira memberi-
kan domba yang ketujuh kepada Tuhan nya, sebagai peng-
akuan bahwa semua yaitu milik-Nya, dan ada berkat Dia.
Melayani Tuhan dengan sedikit yang kita punya yaitu jalan
untuk membuatnya bertambah banyak. Dan kita tidak boleh
menganggap sia-sia apa yang membuat Tuhan dihormati.
(3) Lihatlah di sini keberadaan agama yang sudah sejak dulu
kala: hal pertama yang kita dapati diperbuat di dunia baru
yaitu suatu ibadah (Yer. 6:16). Dewasa ini kita mengung-
kapkan rasa syukur kita bukan dengan korban bakaran,
melainkan dengan korban pujian dan korban kebenaran,
dengan ibadah yang saleh dan perilaku hidup yang saleh.
228
II. Tuhan dengan penuh rahmat berkenan pada ungkapan syukur
Nuh. Ini sudah menjadi aturan tetap di zaman bapa-bapa leluhur:
Jika engkau berbuat baik, engkau akan diterima. Demikianlah Nuh
diterima. Sebab,
1. Tuhan amat berkenan pada ibadahnya itu (ay. 21). Ia mencium
persembahan yang harum itu, atau, seperti dalam bahasa
Ibraninya, bau harum peristirahatan dari persembahan itu.
Sama seperti, sesudah menjadikan dunia pada mulanya di hari
ketujuh, Ia beristirahat dan disegarkan, demikian pula, seka-
rang sesudah memperbaharuinya, Ia beristirahat pada korban
ketujuh. Ia amat berkenan pada semangat Nuh yang saleh,
dan pada permulaan-permulaan yang menjanjikan dari dunia
baru ini, seperti halnya manusia senang dengan bau yang
harum dan wangi. Meskipun korbannya sedikit, itu sesuai de-
ngan kemampuannya, dan Tuhan menerimanya. sesudah mem-
buat murka-Nya berdiam atas dunia orang-orang berdosa, di
sini Ia membuat kasih-Nya berdiam atas sedikit orang percaya
yang tersisa ini.
2. Dalam kesempatan ini, Ia bertekad untuk tidak pernah me-
nenggelamkan dunia lagi. Dalam hal ini pandangan-Nya tidak
tertuju pada korban Nuh melainkan terlebih pada korban Kris-
tus sendiri, yang diperlambangkan dan diwakilkan olehnya,
dan yang memang merupakan persembahan dan korban yang
harum (Ef. 5:2). Keamanan yang pasti di sini diberikan, dan
apa yang bisa diandalkan itu yaitu ,
(1) Bahwa penghakiman ini tidak akan pernah diulangi. Nuh
mungkin berpikir, Untuk apa dunia diperbaiki jika , da-
lam segala kemungkinan, oleh sebab kefasikannya, dunia
akan dengan cepat dihancurkan secara serupa lagi? Ti-
dak, firman Tuhan , dunia tidak akan dihancurkan seperti
itu lagi. Dikatakan dalam pasal 6:6, menyesTuhan TUHAN,
bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, namun seka-
rang di sini Ia berbicara seolah-olah Ia menyesal bahwa Ia
telah menghancurkan manusia. Namun, tidak satu pun
dari kedua pernyataan ini berarti bahwa ada perubahan
pada pikiran-Nya. Sebaliknya, ini berarti bahwa ada per-
ubahan pada jalan-Nya. MenyesTuhan Dia atas apa yang
terjadi pada hamba-hamba-Nya (Ul. 32:36, KJV; TB: Ia mera-
Kitab Kejadian 8:20-22
229
sa sayang kepada hamba-hamba-Nya pen.). Dua cara
untuk mengungkapkan tekad ini:
[1] Aku takkan mengutuk bumi ini lagi. Dalam bahasa Ibra-
ni: Aku takkan menambah kutuk lagi pada bumi. Tuhan
sudah mengutuk bumi pada saat dosa masuk pertama
kali (3:17), dan saat Ia menenggelamkannya, Ia me-
nambahkan kutuk padanya. namun sekarang Ia ber-
tekad untuk tidak menambahkan kutuk lagi padanya.
[2] Dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup.
Maksudnya, sudah ditetapkan bahwa sekalipun Tuhan
bisa menimpakan bencana ke atas pribadi-pribadi, ke-
luarga-keluarga, atau bangsa-bangsa tertentu, Ia tidak
akan pernah lagi menghancurkan dunia secara keselu-
ruhan hingga tiba hari saat waktu tidak ada lagi. Te-
tapi alasan untuk tekad ini sangat mengejutkan, sebab
hasilnya tampak sama saja dengan alasan yang diberi-
kan untuk menghancurkan dunia: sebab segala kecen-
derungan hatinya selalu membuahkan kejahatan se-
mata-mata (6:5). namun terdapat perbedaan ini di sana
dikatakan, segala kecenderung