Tampilkan postingan dengan label Dogma katolik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dogma katolik. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

Dogma katolik

 


dalam rangka Festschrift dr. Wim van der Weiden MsF, Fakultas Teologi 

Wedhabakti mengadakan extension course bagi para pemerhati teologi dengan tema 

Kenabian. dalam paper, kami akan membahas kaitan antara fungsi kenabian dan 

dogma Gereja katolik. Tentu saja, tema ini tampaknya tidak mudah dan tidak tampak 

kaitan langsung antara keduanya. Muncul beberapa pertanyaan penting berkaitan 

dengan tema ini . apakah fungsi kenabian Perjanjian Lama dilanjutkan dengan 

cara yang sama dalam komunitas kristiani perdana? Jika hal itu dilanjutkan, dalam 

fungsi manakah kenabian itu memperoleh bentuknya? apakah isi pewartaan 

kenabian Perjanjian baru mengambil alih begitu saja pewartaan Perjanjian Lama; 

apakah ada sesuatu yang baru? adakah kaitan erat antara pewartaan ini  

dengan “dogma” Gereja katolik? bagaimana kaitan antara fungsi kenabian dalam 

proses perkembangan dogma Gereja katolik? Pertanyaan-pertanyaan ini  

memiliki cakupan yang amat luas. dalam paper ini akan dibahas secara singkat 

konteks kenabian dalam Perjanjian Lama dan kelanjutanya dalam Perjanjian baru 

serta Gereja Perdana; perkembangan dogma Gereja katolik; dan diakhiri dengan 

refleksi singkat.


2. Konteks Kenabian Perjanjian Lama

siapakah seorang nabi itu? dalam khazanah bahasa indonesia, khususnya bagi 

saudara-saudari kita muslim, kita sudah biasa dengan sebutan nabi Muhammad, 

nabi adam, nabi ismael, nabi ayub, nabi isa. dalam tradisi kristiani, kita mengenal 

nabi Yesaya, nabi Yeremia, nabi amos, nabi Yehezkiel dlsb. siapakah seorang nabi? 

bagaimana citra nabi?1

dalam khazanah Perjanjian Lama, citra kenabian cukup kompleks. Kemunculan 

mereka tidak serentak. Mereka berkarya di tempat yang berbeda sesuai dengan 

zamannya. di tengah kemajemukan ini , tampaklah beberapa kesamaan. 

seorang nabi adalah seseorang yang memiliki hubungan yang amat khusus dengan 

“dunia atas”. dalam tradisi kenabian israel, mereka dijiwai oleh roh allah2 dan 

memperoleh kharisma yang khusus3. Mereka memiliki pengalaman yang istimewa 

dalam dalam hidup panggilan kenabian mereka (Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, 

amos). Mereka memiliki cara yang khas dalam penyampaian pesan mereka: seruan, 

pengajaran, nubuat. selain itu, para nabi menyampaikan pesan mereka juga melalui 

tindakan dan prilaku mereka yang khas (Yes 6:11). 

st. darmawijaya meringkaskan beberapa ciri yang menampakkan citra nabi4. 

nabi adalah manusia yang mendapat penerangan ilahi untuk menyuarakan suara 

allah dalam kejujuran dan ketulusan bagi keselamatan umat allah. Untuk itulah, 

mereka mempergunakan rumusan “Firman allah …”. nabi adalah pribadi publik 

yang bertugas menyampaikan pengalaman akan allah bagi manusia. nabi dikaitkan 

juga dengan karunia khusus (amos, Mikha). ia berbicara kepada manusia di tempat-

tempat peziarahan, di rumah ibadat atau tempat perkumpulan lainnya. nabi tampil 

pada masa krisis politik, sebab  sebab  perang, sebab  kemiskinan (1 raj 17-18; 21). 

seringkali nabi tampil membela kaum tersingkir (elia dan elisa). nabi menjadi salah 

satu tokoh pengerak perubahan. Pusat pewartaan nabi adalah karya keselamatan 

allah (Mi 3:8). nabi menjadi saksi bagi pengalaman akan allah (amos 3:1). akibat 

dari perkataan dan tindakannya, para nabi sering terancam oleh mereka yang merasa 

terusik oleh tindakan dan perkataan para nabi (Hos 1:2; 3:1; Yer 16:1-21). 

darmawijaya menekankan aspek pluralitas dalam kenabian :

“Para nabi yang menjadi pendukung suatu jiwa dan semangat perjuangan rohani 

ternyata tidak bisa digariskan dalam satu kotak yang kaku. ada ciri-ciri dan warna 

yang menonjol pada kehidupan dan kegiatan mereka, namun  ciri-ciri ini  tidak 

usah menghalangi kemajemukan jiwa dan semangat rohani yang diperjuangan 

dan pesan mereka bagi suatu bangsa. Paling penting ialah memahami bagaimana 

nabi-nabi sampai pada pewartaan pengalaman akan allah, untuk memperkaya 

bangsa dan rekan-rekan mereka seiman.”5

singkat kata, citra kenabian selalui dikaitkan dengan pilihan allah secara 

istimewa untuk menjadi penyambung lidah allah yang ingin menyelamatkan umat 

manusia. Perkataan dan tindakan para nabi dikaitkan dengan kepekaannya yang 

    137 

selaras dengan kepekaan allah yang berbelarasa terhadap nasib manusia. Terpimpin 

dan terbawa oleh roh ilahi, para nabi mendapat suatu pemahaman yang mendalam 

tentang allah, rencana, tindakan dan tuntutannnya dalam sejarah umatnya dan 

kehidpan manusia6. nabi mengenakan otoritas allah dalam rumusan “Firman 

Tuhan, ….“

3. Konteks Kenabian Perjanjian Baru 

selama hidup di dunia ini, Yesus mewartakan Kerajaan allah. Kerajaan allah 

dinyatakan oleh Yesus melalui sabda, karya dan hidupnya. Lukas meringkaskan 

program karya Yesus sbb

“roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab ia telah mengurapi aku, untuk 

menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan ia telah mengutus aku 

untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan 

bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk 

memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19)

banyak orang mulai menanggapi pengajaran Yesus secara serius. sekelompok 

murid disekitar Yesus mulai terbentuk, selain orang banyak yang turut merasakan 

karya allah yang terlaksana dalam diri Yesus. Orang banyak menyadari bahwa 

Yesus menghadirkan allah secara istimewa. setelah Yesus membangkitkan anak 

janda nain, orang-orang mengakui bahwa seorang nabi besar telah melawati mereka 

(Luk 7:16). Kepada Herodes yang bertanya tentang identitas Yesus, para utusan 

menyampaikan bahwa Yesus adalah salah seorang seperti elia atau elisa telah 

datang lagi (Luk 9:8; Mrk 6:15). injil Yohanes mengkonfirmasi bahwa Yesus adalah 

seorang nabi (Yoh 4:19.29; 9:17.35-38). di sisi lain, Yesus sendiri sering menegaskan 

identitas dirinya sebagai nabi (Luk 4:24; Mat 13:57; Mrk 6:4; Yoh 4:44). 

bagaimana kita mesti memahami kenabian Yesus? darmawijaya mengusulkan 

Ulangan 18:18 sebagai kunci untuk memahami Yesus sebagai nabi7:

“seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, 

seperti engkau ini; aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan 

mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” 

Orang beranggapan bahwa Musa akan datang kembali sebagai pembaharu 

segalanya. dalam konteks pemahaman ini, Yesus diyakini sebagai nabi yang 

diharapkan itu. Pemahaman ini  tampak dalam reaksi orang banyak atas 

penggandaan roti (Yoh 6:14), Yesus diterima sebagai seorang nabi besar datang ke 

dunia. sebab  tindakan dan sabda-nya, Yesus diakui sebagai nabi dalam perayaan 

pondok daun (Yoh 7:40). ia tampil sebagai nabi yang istimewa. Jika para nabi 

Perjanjian Lama mendasarkan pengajaran mereka kepada allah yang mengutusnya, 

rumusan yang dipergunakan “Firman allah …”, namun Yesus menampakkan 

kenabiannya dengan cara yang istimewa. ia mempergunakan rumusan: “amen, 

amen, aku berkata kepadamu …” (Yoh 6:26). Yesus memiliki otoritas ilahi. Gereja 

perdana memahami Yesus Kristus sebagai nabi besar dalam konteks kitab Ulangan 

(Kis 3:22-26; 7:37)8. Mengakui Yesus sebagai nabi berarti mengakui bahwa allah 

berbicara melalui Yesus; mengakui bahwa karya keselamatan allah bagi manusia 

dilaksanakan dalam hidup, karya, sabda dan khususnya melalui sengsara-wafat-

kebangkitan Kristus. 

setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, Gereja perdana dibentuk sebagai 

salah satu buah kebangkitan Yesus Kristus. Gereja perdana dipanggil untuk 

mewartakan Yesus Kristus. Pusat pewartaan Gereja perdana adalah Kerajaan allah 

yang telah terlaksana dalam diri Yesus Kristus. inti dari pewartaan Gereja perdana 

adalah Yesus Kristus yang sengsara-wafat dan bangkit yang melaksanakan kehendak 

bapa. seluruh umat menjadi pewarta tentang Yesus Kristus dalam lingkungan dan 

konteks hidup mereka. dalam konteks ini, semua umat berfungsi sebagai rasul, 

pewarta tentang Yesus Kristus9. 

dengan demikian, pembicaraan tentang kenabian mengalami pergeseran 

yang cukup berarti. Jika Yesus adalah nabi yang menghadirkan karya keselamatan 

allah secara baru, maka Gereja perdana merupakan buah dari karya keselamatan 

ini . seluruh umat yang telah ditebus diutus untuk menjadi pewarta tentang 

Yesus Kristus. Fungsi kenabian muncul di dalam Gereja perdana sebagai salah satu 

pelayanan di dalam Gereja. 

3. Kenabian dalam Gereja Perdana

Gereja perdana tersebar di daerah sekitar Laut Tengah dan mereka merupakan 

jemaat-jemaat kecil yang sedang mencari bentuk baik secara organisatoris maupun 

fungsi pelayanannya. Komunitas-komunitas yang berada dibawah otoritas Paulus 

memiliki struktur dan bentuk pelayanan yang khasb. diantara mereka dipilihlah 

berbagai pelayanan umat. Mereka dilayani oleh rasul (1 Kor 12:28-29; 2 Kor 8:23; rom 

16:7; Fil 2:25), kelompok duabelas, Nabi (1 Kor 12:28; 14:29.32.37), pengajar (1 Kor 12:28; 

rom 12:7; Gal 6:6), diakon, pemimpin (1 Kor 12:28; 1 Tes 5:12), episkopos, leitourgos. 

Komunitas Lukas (Kisah para rasul) menyebut juga beberapa pelayaan umat: 

rasul, Kelompok duabelas, episkopos, Presbyteros, Penginjil, Guru, nabi, Pelayan. 

Komunitas di Kolose dan efesus menyebutkan beberapa pelayan yakni rasul, Guru, 

Gembala, nabi, Penginjil. sementara itu surat-surat pastoral menyebutkan banyak 

pelayan namun  tidak menyinggung soal nabi (rasul, Kelompok duabelas, episkopos, 

Presbyteros, diakonos, Guru, Pemipin, Pengkotbah, Penginjil)10. 

sebutan para nabi dalam komunitas Paulus kiranya menunjuk kepada orang-

orang yang berasal dari jemaat itu sendiri (rom 12:6; 1 Tes 5:20). selain para nabi, 

Paulus juga menyebut karunia bernubuat (1 Kor 12:10; 13:2). Orang-orang ini memiliki 

pelayanan yang dekat dengan nabi-nabi dari Perjanjian Lama. Mereka, dengan cara 

yang istimewa, menyampaikan rahasia-rahasia allah. Mereka ini berperan penting 

dalam komunitas. Paulus menasehati umat di Tesalonika untuk tidak mengabaikan 

    139 

soal nubuat dan kenabian. Paulus menulis: “Jangan padamkan roh dan jangan 

anggap rendah nubuat-nubuat” (1 Tes 5:19-20). 

Menarik diperhatikan bahwa Paulus menempatkan pelayanan nabi dalam urutan 

ketiga. Mereka ini tidak diangkat oleh komunitas atau atas inisiatif mereka sendiri. 

1 Kor 12:28 menyatakan “allah telah menetapkan ….”. Hal ini mengindikasikan 

bahwa roh Tuhan yang memanggil mereka untuk melayani komunitas. nabi adalah 

mereka yang berbicara dalam dan sebab  roh allah. dalam kehidupan komunitas, 

nabi berfungsi sebagai pengkotbah dan pengajar tentang Yesus Kristus11.

Lukas menyebut beberapa kali nabi dalam Kisah para rasul: agabus 

dan beberapa yang lain (Kis 11:27-28), Yudas dan silas (Kis 15:22). Lukas tidak 

menyebutkan otoritas yang menunjuk nabi-nabi ini , namun  mereka ini adalah 

pelayan karismatis, yang diberikan secara bebas oleh roh Kudus. Para nabi ini 

berkarya di bawah naungan roh allah. Mereka ini bertugas meneguhkan saudara-

saudari dalam Persaudaraan (bdk. 1 Kor 14:1-5). Yudas dan silas meneguhkan 

komunitas antiokhia. Mereka melaksanakan tugas ini  dalam kualitasnya 

sebagai nabi (Kis 15:32)12. 

sampai dengan tahap ini, fungsi kenabian mengalami perkembangan yang 

cukup berarti. Fungsi kenabian dalam Perjanjian Lama mendapat muatan baru 

dalam diri Yesus Kristus sebagai pemenuh nubuat para nabi. dalam Gereja perdana, 

di mana pewartaan berpusat kepada peristiwa penyelamatan dalam Yesus Kristus, 

semua umat diutus sebagai rasul. dalam konteks pelayanan yang majemuk, 

muncullah peran nabi yang dipilih secara istimewa oleh allah (dalam roh) untuk 

menyampaikan rencana keselamatannya bagi umat manusia. 

4. Kenabian dalam zaman Patristik dan Tradisi

seiring dengan perkembangan waktu, Gereja perdana semakin berproses 

menuju kesatuan ajaran, pelayanan dan kepemimpinan. Jika pada generasi pertama, 

Gereja berciri sangat majemuk sesuai dengan tempat dan kehidupan masing-masing 

komunitas; pada zaman Patristik abad ii-Vii struktur dan corak kepemimpinan 

serta pelayanan di dalam Gereja semakin memiliki kesamaan bentuk. Para ahli 

mengidentifikasi munculnya sebuah perubahan yang cukup signifikan di dalam 

Gereja antara tahun 180 hingga 260. Pada saat itu muncullah klerus kristiani, ditandai 

dengan proses sacerdotalisasi khususnya dalam hal liturgi berpusatkan pada tiga pilar 

utama kepemimpinan Gereja: episkopos – Presbyteros – diakonos13. sejak tahun 

200-220, muncullah kelompok baru dalam komunitas yang disebut sebagai klerus 

(uskup, para imam dan para diakon). Pembedaan tugas dan peran antara klerus dan 

awam mulai terbentuk, walaupun hal itu tidak serta merta membawa pembedaan 

dalam arti teologis. Fungsi imam dalam komunitas semakin memperoleh tempat 

yang khas. 


surat 1 siprianus mengkaitkan fungsi imamat yang baru lahir ini dengan 

imamat kaum Levi dalam Perjanjian Lama. Fungsi imamat dikaitkan dengan 

kegiatan kultus, penitensial dan pengajaran. Menurut kesaksian siprianus dalam 

Surat 5,2, sekitar tahun 250, presbyteros mulai memimpin perayaan ekaristi (hingga 

saat itu, pemimpin ekaristi tampaknya menjadi hak prerogatif dari pemimpin jemaat 

dan (atau) Episkopos). dalam hal pewartaan, khususnya dalam pengajaran iman, 

terdapat perkembangan baru. Jika pada Gereja Paulus fungsi pengajaran dalam 

Gereja dijalankan oleh banyak pelayan, pada periode ini terjadi tiga konsentrasi 

perkembangan: 1) penumpukan peran-peran di sekitar liturgi yang menjadi bagian 

dari tugas klerus; 2) memudarnya fungsi katekis; 3) muncullah pelayan awam 

seperti lektor. dengan demikian fungsi klerus mencakup fungsi pewartaan, fungsi 

pelayanan sakramen dan fungsi penggembalaan14. 

berkaitan dengan fungsi kenabian, pada paruh pertama abad kedua, peran 

nabi mulai berubah. Menurut Von Campenhausen, pada saat itu belum dibedakan 

secara jelas antara pelayan-pelayan karismatis dan pelayan-pelayan resmi (tertahbis) 

yang berkaitan dengan nabi dan pengajar. Pada zaman itu muncullah ebionites 

sebagai pengajar yang benar. Lalu muncullah Montanisme dan Gnosis yang sangat 

mementingkan nubuat-nubuat kenabian. sebagaimana kita ketahui, dua gerakan 

terakhir ini menjadi musuh bagi kekristenan. ignatius dari antiochia, Pastor Hermas, 

dan Hippolytus, ireneus dari Lyon menjadi tokoh-tokoh penting dalam menentang 

dua gerakan ini  dan menekankan peran Yesus Kristus sebagai satu-satunya 

sumber kebenaran. seiring dengan tidak diterimanya gerakan Montanisme dan 

Gnosis di dalam Gereja, peran nabi dan gerakan kenabian juga semakin surut dan 

tidak populer bahkan hilang15. apakah dengan demikian fungsi kenabian yakni 

menyuarakan kebenaran allah (atas nama otoritas ilahi) juga hilang dalam Gereja?

seiring dengan perkembangan zaman, struktur kehidupan Gereja menjadi 

semakin stabil. sistem mono-episkopat (Uskup-imam-diakon) semakin diterima 

di seluruh wilayah Gereja. dalam sistem ini , pelayan-pelayan yang sangat 

majemuk dalam Gereja perdana semakin dikonsentrasikan kepada para pelayan 

tertahbis (uskup-imam-diakon). Tentu saja masih banyak pelayanan lain yang 

dijalankan oleh awam. Uskup memiliki tanggungjawab penting dalam kehidupan 

Gereja untuk mewartakan iman yang benar (menjaga keutuhan khazanah iman), 

memimpin perayaan-perayaan iman dan menggembalakan. Tugas kenabian kini 

menjadi salah satu tanggungjawab uskup berkaitan dengan pewartaan khazanah 

iman. dalam perkembangan berikutnya, para imam akan itu ambil bagian dalam 

tanggungjawab pelayanan pewartaan uskup16.

dalam perdebatan dengan Gnostik dan tuntutan komunitas, muncullah 

kesadaran baru dalam Gereja akan pentingnya patokan-patokan iman yang benar 

demi keselamatan manusia. Patokan iman ini  berkembang menjadi khazanah 

iman yang berisi tentang pokok-pokok iman akan Yesus Kristus, tentang bapa dan 

roh Kudus serta rencana keselamatan-nya bagi manusia, tentang Gereja. inti dari 

    141 

Tradisi17 yakni rencana keselamatan allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus 

(ireneus dari Lyon, Contra Heresi iii, 4). ireneus menyebutnya sebagai Regula fidei (CH 

i, 9,4). Kebenaran iman (rencana keselamatan) itu pertama-tama diwartakan secara 

langsung kepada manusia, dan dengan bantuan kebenaran itu juga disampaikan 

melalui Kitab suci (Contra Heresi, iii,1)18. 

Tradisi merupakan memori agung Gereja yang menjamin identitasnya, 

yang mengkaitkan Gereja sekarang ini dengan Gereja yang didirikan oleh Yesus 

Kristus – yang telah melewati berbagai pengalaman iman – dan mengkaitkan juga 

dengan Gereja Yesus Kristus yang akan dipenuhi pada akhir zaman. Johann adam 

Möhler, seorang teolog Jerman abad XiX dari Tübingen menegaskan bahwa Tradisi 

merupakan injil yang hidup, yang diwartakan dalam Gereja bersama dengan semua 

yang diajarkannya. Gereja, injil dan Tradisi berjalan bersama-sama19.

di dalam Gereja katolik, Tradisi kristiani mengenal tiga saat penting yakni 

pemberian diri Yesus, pewarisan injil dalam Gereja, dan Tradisi di dalam Gereja 

yang hidup20. Yang pertama, Tradisi dalam Gereja katolik didasarkan pada tindakan 

allah mengutus Putera-nya Yesus Kristus, dan juga dalam tindakan pemberian diri 

Yesus Kristus yang mencintai manusia hingga menyerahkan diri-nya di salib. Tradisi 

ini adalah sebuah tindakan masa lalu, yang terpatri pada peristiwa paskah. namun 

tindakan ini juga aktual, terrealisir secara terus menerus dan baru dalam hidup 

Gereja khususnya dalam peristiwa ekaristi, dimana Yesus memberikan dirinya bagi 

manusia sebagai makanan dan minuman. Tradisi ini juga berdimensi eskatoligis, 

yakni pemberian diri Yesus Kristus bagi seluruh manusia, pewarisan dan pemberian 

diri manusia kepada allah. 

Yang kedua, proses pewarisan injil di dalam Gereja pertama-tama terjadi dalam 

pewartaan injil yang hidup. Proses ini merupakan pewarisan injil dari generasi ke 

generasi, di mana Gereja tiada hentinya memberi dan menerima dari semua bangsa. 

Paulus menulis:

“sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah 

kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati sebab  dosa-dosa kita, sesuai 

dengan Kitab suci, bahwa ia telah dikuburkan, dan bahwa ia telah dibangkitkan, 

pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab suci” (1 Kor 15:3-4). 

sejalan dengan perkembangan Gereja, muncullah secara perlahan Regula Fidei 

yang merupakan sebuah tindakan penafsiran Kitab suci. salah satu Regula Fidei 

warisan Gereja perdana adalah Credo. Credo menjadi patokan-patokan dasar iman 

kristiani. Warisan lain dari Gereja perdana adalah kanon Kitab suci. Para rasul 

adalah penjamin otentisitas dari penafsiran atas Kitab suci. setelah para rasul wafat, 

tugas ini  diemban oleh para uskup. Menurut ireneus, kharisma ini meliputi tiga 

tanggungjawab, yakni 1) menjaga keutuhan Tradisi, 2) kesetiaan dalam penafsiran, 

3) penafsiran yang otentik21. dalam proses pewarisan ini, communio dengan seluruh 

Gereja merupakan salah satu jaminan untuk kebenaran dan kesetiaan ajaran rasuli. 

Yang ketiga, Tradisi bersentuhan dengan Gereja yang hidup. Jika inti dari 

Tradisi adalah karya penyelamatan allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus, 

dengan demikian Tradisi ini  bersentuhan langsung dengan pengalaman akan 

Gereja yang hidup. dalam perayaan ekaristi, kebenaran teologis ini  dinyatakan 

secara eksistensial. ekaristi merupakan rekapitulasi dari misteri hidup kristen. ia 

secara hakiki adalah peristiwa memorial. Memorial akan peristiwa pemberian diri 

Yesus Kristus dalam sengsara-wafat-kebangkitan-nya yang terjadi sekali untuk 

selamanya. ekaristi adalah tindakan karya penyelamatan aktual yang sekarang ini 

terjadi di dalam Gereja yang konkret, dalam ruang, waktu, budaya tertentu. ekaristi 

juga mengantisipasi akan Kristus yang akan datang pada akhir zaman. sebab  Tradisi 

berkaitan dengan Gereja yang konkret dan hidup, dengan demikian pemahaman 

akan Tradisi juga akan berkembang seiring dengan permasalahan-permasalahan 

iman yang dihadapi Gereja ini  dan penegasan roh yang dibuat oleh Gereja. 

dalam konteks inilah, kita berbicara tentang aspek kesetiaan kreatif dari Gereja. 

Ketika Gereja berhadapan dengan persoalan-persoalan kehidupan pastoral dan juga 

berhadapan dengan ajaran baru, Gereja menjawabnya dengan memberikan ajaran 

yang tetap setia kepada ajaran iman yang benar sebagaimana sudah diwariskan dari 

para rasul; jawaban ini  sesuai dengan bahasa, rumusan dan perkembangan 

pengetahuan dan keadaan sosial Gereja. 

setiap zaman memberi kontribusinya sendiri-sendiri. Kita mengenal konsili-

konsili besar (nicea, efesus, Kalsedon, Konstantinopel) yang berkontribusi dalam 

menetapkan ajaran-ajaran dogmatis tentang trinitas, kristologi, pneumatologi. Kita 

mengenal peran besar Gereja di afrika Utara yang berkontribusi dalam ajaran-ajaran 

tentang sakramen, pertobatan, pelayan Gereja. Kita mengenal para bapa Gereja 

Timur (Gregorius agung, Gregorius nizza, Gregorius nazianze) yang berperan 

besar dalam ajaran tentang roh Kudus dan synodalitas. Kita mengenal Gereja abad 

Xi dengan pembaharuan Gregorius agung, Gereja abad Xii-Xiii dengan kontribusi 

dari para teolog Fransiskan dan dominikan; Gereja abad XVi yang memberi 

kontribusi bagi pemahaman tentang rahmat dan pembenaran; Gereja abad XiX 

yang berkontribusi bagi pemahaman tentang wahyu dan iman serta kuasa mengajar 

Paus; Gereja abad XX yang berkontribusi untuk membaharui Gereja dalam semua 

unsurnya sebagaimana dinyatakan dalam Konsili Vatikan ii22.

seperti sudah dipaparkan diatas, dalam dinamika kehidupan Gereja muncullah 

para pelayan (hirarki) dan khazanah iman (Tradisi Gereja). Pewartaan akan Yesus 

Kristus pertama-tama dilaksanakan oleh seluruh anggota Gereja dan dijamin 

keasliannya oleh kelompok 12 (kelompok 12 rasul). setelah para rasul wafat, 

fungsi penjamin otentisitas ini dilakukan oleh para uskup. dalam konteks ini, 

fungsi kenabian yang dahulu dikaitkan dengan orang-orang tertentu yang dipilih 

secara istimewa untuk menyuarakan kehendak allah, kini fungsi itu dikaitkan 

dengan tanggungjawab seluruh Gereja khususnya tanggungjawab yang diemban 

oleh para uskup berkaitan dengan menjamin ajaran yang benar. Jika para uskup 

    143 

memiliki tanggungjawab yang istimewa untuk menjamin kemurnian Tradisi dan 

penafsirannya, cara-cara seperti apakah yang digunakan untuk mengungkapkannya? 

bagaimana otoritas dari penafsiran ini ?

5. Kenabian dan Perkembangan Dogma

salah satu ungkapan penting dalam Tradisi Gereja adalah dogma. Kata dogma 

berasal dari kata Yunani dokein yang berarti tampak, apa yang tampaknya tepat. 

Terminologi ini tidak sama dengan doktrin. doktrin merupakan ajaran otoritatif 

komunal yang dianggap hakiki bagi jati diri Gereja dan umat kristiani23. dalam 

Perjanjian baru, kata dogma tidak muncul secara eksplisit, namun muncullah 

terminologi ketetapan atau dekrit. salah satu contohnya adalah ketetapan Gereja pada 

pertemuan Yerusalem (Kis 16:4). Para bapa Gereja jarang mempergunakan istilah 

dogma. beberapa bapa Gereja mempergunakan terminologi dogma untuk menunjuk 

kepada dekrit/ketetapan24, ajaran-ajaran25, dan doktrin iman kristiani26. eusebius 

dari Kaisarea mempergunakan kata dogma untuk mengungkapan keputusan-

keputusan sinode yang diambil untuk menentang persoalan baptisan para heretik27. 

basilius dari Kaesarea dalam pembicaraan tentang roh Kudus memperlawankan 

antara istilah kerygmata dan dogmata. Kerygmata berkaitan dengan ajaran iman yang 

tertulis dan dogmata berkaitan dengan ajaran iman dari tradisi yang misteri. Yang 

dimaksud dogmata adalah obyek dari pewarisan yang misteri, khususnya berkaitan 

dengan liturgi. sebagai contoh, ia berbicara tentang dogmata monarki ilahi (ajaran 

tentang kesatuan trinitas), dogmata dari teologi (ajaran iman kristiani)28. sementara 

itu, terminologi dogma tidak muncul dalam tulisan-tulisan Tertulianus, siprianus, 

ambrosius, agustinus, Leo agung dan Gregorius agung29. namun demikian, 

terminologi dogma menjadi sangat penting dalam karya Vincentius de Lerins († 

sebelum 450). Kata dogma dipakai sebagai usaha untuk menemukan kriteria-kriteria 

yang memungkinkan Gereja membedakan yang benar dari yang salah. Prinsipnya 

yang terkenal adalah quod ubique, quod semper, quod ab omnibus creditum est. 

dalam Gereja katolik, perlu dipegang secara teguh, apa yang benar, yakni apa 

yang dipercayai di semua tempat, selalu demikian dan oleh semua. sebab  yang 

termasuk katolik hanyalah apa yang diakui memiliki sifat universal dalam segala 

sesuatu30. 

Prinsip yang dikemukakan oleh Vincentius ini  didasarkan pada prinsip-

prinsip yang diambil dari konsili efesus. Konsili efesus menghimpun para bapa 

konsili dari semua tempat (ubique), untuk membicarakan iman dari zaman yang 

berbeda (semper), di mana semua peserta (omnes) menyatakan persetujuan mereka 

bagi ajaran yang benar. dogma-dogma kristiani berkaitan dengan pengakuan iman 

ini . Pandangan ini cukup maju pada zamannya namun  belum diterima oleh 

Gereja pada abad V. Teks Vincentius de Lerins ini sempat hilang berabad-abad dan 

baru ditemukan kembali pada abad XVi dan buku Commonitorium diterjemahkan 

dalam 22 bahasa zaman itu. Pada abad Pertengahan, istilah dogma dipergunakan 


untuk menunjuk kepada pokok-pokok ajaran iman (articulus fidei). Articulus fidei 

mencakup: 1) kebenaran-kebenaran yang diwahyukan secara langsung dan formal, 

2) kebenaran-kebenaran yang diwahyukan bersifat fundamental bagi iman dan 

hidup, 3) berkaitan dengan Credo31. 

baru pada abad XViii, khususnya dalam teks-teks magisterium, terminologi 

dogma dipergunakan dalam arti yang sempit yakni perumusan pengajaran definitif 

dari magisterium yang berkaitan dengan iman dan moral yang terdapat dalam 

pewahyuan kristiani. Pius iX dalam surat Tuas Libenter kepada uskup agung Munich-

Freising tertanggal 21 desember 1863 mempergunakan untuk pertama kalinya 

terminologi dogma dalam teks magisterium32. Menurutnya, dogma mencakup 

semua yang diwahyukan dan semua yang diajarkan oleh Gereja yang harus 

dipercayai sebagai ajaran iman yang ilahi (dH 2875). Pius X dalam dekret Lamentabili 

(1907) menyatakan bahwa dogma-dogma yang Gereja nyatakan sebagai kebenaran-

kebenaran yang diwahyukan bukanlah kebenaran-kebenaran yang jatuh dari langit 

tapi sebuah interpretasi dalam tataran iman, dimana roh munusia sangat berperan 

dengan usaha yang sungguh-sungguh (dH 3422). Konsili Vatikan i mengajarkan 

sifat definitif dari ajaran yang diputuskan sebagai dogma sbb:

Kita harus percaya akan iman ilahi dan katolik, yakni seluruh isi sabda allah, 

tertulis atau yang diteruskan oleh Tradisi dan dan apa yang Gereja minta untuk 

dipercayai sebagai ajaran yang secara definitif diwahyukan entah oleh keputusan 

meriah, entah melalui pengajaran magisterium ordinaria dan universal. (dH 

3011)33

dua unsur utama yang terdapat dalam dogma yakni 1) sebuah penetapan 

oleh Gereja tentang kebenaran yang diwahyukan melalui pendefinisian ajaran oleh 

magisterium meriah, magisterium ordinaria dan universal; 2) penetapan ini  

merupakan bagian dari pewahyuan kristiani publik.

berkaitan dengan institusi yang bertanggungjawab untuk menyatakan sebuah 

dogma, Gregorius XVi pada tahun 1835 menegaskan bahwa magisterium merupakan 

lembaga yang bertanggungjawab melaksanakan tugas pengajaran dengan otoritas 

(dH 2739). Konsili Vatikan i menyatakan bahwa konsili ekumenis, magisterium 

(uskup dalam kesatuan dengan Paus) atau Paus – dengan syarat yang dinyatakan 

dalam rumusan ex cathedra – dapat memutuskan dan mengajarkan sebuah ajaran 

kristiani dalam kategori dogma. Konsili Vatikan i mempergunakan rumusan sangat 

hati-hati dan teliti untuk menyatakan suatu dogma: 

“ itaque nos traditioni a fidei christianae exordio perceptae fideliter inhaerendo 

[…] docemus et devinitus revelatum dogma esse feninimus.” (dH 3073)

dalam sejarah Gereja, kuasa mengajar untuk menetapkan sebuah dogma jarang 

sekali dipergunakan. Hanya terdapat tiga contoh pendefinisian ajaran Gereja dengan 

kualifikasi dogma: 

    145 

- 1854 –  Pius iX dengan bulla Ineffabilis Deus menyatakan dogma Conceptio 

Immaculata Mariae (sejak saat pertama dikandungnya, diri Maria bebas dari 

dosa asal) (dH 2803-2804).

- 1870 –  Pius iX dengan konstitusi Pastor aeternus menyatakan dogma Kuasa mengajar 

infallibel dari Pontif roma (De Romani Pontificis infallibili magisterio) (dH 

3703-3704). 

- 1950 –  Pius Xii dengan Konstitusi apostolik Munificentissimus Deus menyatakan 

dogma Maria diangkat dalam kemuliaan surgawi (dH 3093). 

Konsili Vatikan ii (1962-1965) diikuti oleh kurang lebih 2.000 uskup yang 

datang dari seluruh penjuru dunia. Yohanes XXiii yang menggagas konsili ini 

menghendaki agar konsili ini membicarakan persoalan-persoalan dalam Gereja 

dengan mendahuluka sifat pastoral artinya membicarakan tentang identitas Gereja 

dengan segala persoalannya baik ad intra maupun ad extra. Gereja yang berkumpul 

dalam konsili tidak untuk menghukum suatu atau beberapa pandangan yang 

salah, atau tidak untuk menciptakan dogma baru. Paus menghendaki agar para 

bapa konsili memiliki semangat aggiornamento dan terbuka kepada perkembangan-

perkembangan baru yang terjadi dalam Gereja dan dunia dengan tetap memegang 

teguh kabar gembira karya keselamatan allah dan sekaligus menjawab tantangan 

zaman. selain itu, konsili ini diharapkan dapat membawa pembaruan dalam usaha-

usaha Gereja untuk mempersatukan para murid Krisus34. 

seturut ajaran Konsili Vatikan ii, pemahaman tentang dogma mendapat 

pencerahan baru. Pembicaraan kita tentang dogma tidak dapat dilepaskan dengan 

pembicaraan kita tentang Wahyu-iman, Tradisi, magisterium, Gereja dan interpretasi. 

Konsili Vatikan ii menegaskan bahwa terdapat kaitan sangat erat antara Wahyu-

iman dan Tradisi. dengan Wahyu, allah menyapa manusia, mengundang manusia 

untuk masuk dalam hidup dan persekutuan allah. Manusia dengan imannya serta 

akal budinya mampu menjawab tawaran allah ini  berkat bantuan roh Kudus 

(dV 5)35. Kebenaran yang menyelamat ini  diwariskan secara turun-temurun 

kepada semua umat manusia. 

dalam kebaikan-nya allah telah menetapkan, bahwa apa yang diwahyukan-

nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan 

diteruskan kepada segala keturunannya. Maka Kristus Tuhan, yang menjadi 

kepenuhan seluruh wahyu allah yang Mahatinggi (lih. 2Kor 1:30; 3:16-4:6), 

memerintahkan kepada para rasul, supaya injil, yang dahulu telah dijanjikan 

melalui para nabi dan dipenuhi oleh-nya serta dimaklumkan-nya dengan 

mulutnya sendiri, mereka wartakan pada semua orang, sebagai sumber segala 

kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan 

demikian dibagikan kurnia-kurnia ilahi kepada mereka. (dV 7) 

Kebenaran yang menyelamatkan ini  terkandung dalam Tradisi. Konsili 

merumuskannya: 


“adapun apa yang telah diteruskan oleh para rasul mencakup segala sesuatu, 

yang membantu Umat allah untuk menjalani hidup yang suci dan untuk 

berkembang dalam imannya. demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta 

ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya 

seluruhnya, imannya seutuhnya. (dV 8)

dalam proses pewarisan karya keselamatan ini , Yesus Kristus menetapkan 

para rasul sebagai pewarta kabar keselamatan. Tugas pewartaan ini  kemudian 

di berikan kepada Gereja dan para uskup (imam dan diakon) diberi tanggungjawab 

sebagai pelayan karya keselamatan secara khusus dengan mengemban fungsi para 

rasul untuk menjaga keutuhan khazanah iman, mengajarkannya, dan menjaga umat 

dari kesesatan. 

Mereka (Uskup) mengajar yang otentik, atau mengemban kewibawaan Kristus, 

artinya: mewartakan kepada Umat yang diserahkan kepada mereka iman yang 

harus dipercayai dan diterapkan pada perilaku manusia. dibawah cahaya roh 

Kudus mereka menjelaskan iman dengan mengeluarkan harta yang baru dan 

yang lama dari perbendaharaan Perwahyuan (lih. Mat 13:52). Mereka membuat 

iman itu berubah, dan dengan waspada menanggulangi kesesatan-kesesatan yang 

mengancam kawanan mereka (lih. 2Tim 4:1-4). (LG 25)

Kuasa mengajar uskup memiliki peran yang khas. Pelayanan ini tidak berada 

diatas sabda allah akan namun  sebagai pelayan sabda. dalam konteks ini kita dapat 

berbicara fungsi kenabian sebagai yakni menafsirkan Tradisi dan mewartakannya 

atas nama allah. 

Wewenang Mengajar itu tidak berada diatas sabda allah, melainkan melayaninya, 

yakni dengan hanya mengajarkan apa yang diturunkan saja, sejauh sabda itu, 

sebab  perintah ilahi dan dengan bantuan roh Kudus, didengarkannya dengan 

khidmat, dipeliharanya dengan suci dan diterangkannya dengan setia; dan itu 

semua diambilnya dari satu perbendaharaan iman itu, yang diajukannya untuk 

diimani sebagai hal-hal yang diwahyukan oleh allah. (dV 10)

dari penjabaran diatas beberapa benang merah dapat kita tarik:

1. Fungsi kenabian selalu dihubungan dengan karunia pribadi dari 

allah. Mereka yang dipilih sebagai nabi diutus untuk mewartakan 

karya keselamatan allah kepada manusia melalui, perkataan dan 

tindakan mereka. Otoritas mereka datang dari yang ilahi. Mereka sering 

mempergunakan rumusan: “Firman allah …”.

2. Yesus Kristus tampil sebagai seorang nabi besar. Teks Ulangan 18:18 

merupakan kunci interpretasi kenabian Yesus. Kenabian Yesus dinyatakan 

dalam sabda, karya serta sengsara-wafat-kebangkitan. sebagai nabi besar, 

Yesus tidak lagi mempergunakan rumusan “allah berfirman …”, namun  

“amen, amen, aku berkata kepadamu …”. 

    147 

3. Yesus Kristus yang sengsara-wafat dan bangkit menjadi inti pokok 

pewartaan Gereja perdana. semua umat ikut bertanggungjawab menjadi 

pewarta kabar baik ini . Mulailah muncul berbagai jenis pelayanan 

dalam jemaat dalam rangka pewartaan ini . salah satunya adalah 

fungsi nabi. nabi adalah orang yang dipilih secara khusus oleh allah, 

mendapat karunia khusus untuk mewartakan nubuat-nubuat allah.

4. dalam perkembangan berikutnya, fungsi nabi ini semakin tidak populer 

dan surut, khususnya setelah persoalan Gnostik dan Montanisme. selain 

itu, didalam Gereja yang semakin menerima struktur mono-episcopat, 

fungsi nabi sebagai pewarta kebenaran allah semakin terkonsentrasikan 

dalam tanggungjawab Uskup (imam).

5. Uskup bertanggungjawab untuk menjaga kelestarian khazanah iman, 

menafsirkannya secara setia dan mewartakannya secara baru untuk 

menjawab kebutuhan Gereja. dengan lahirnya dogma sebagai salah satu 

pengungkapan magisterium dalam menjaga iman rasuli, fungsi kenabian 

yang diemban oleh para uskup memasuki perkembangan baru. Uskup 

memiliki peran istimewa dalam konteks pewarisan ajaran rasuli sebagai 

pengajar yang otentik. Tanggungjawab uskup dalam hal pengajaran 

diletakkan dalam konteks luas pendampingan roh Kudus terhadap 

Gereja. Tanggungjawab ini merupakan pelayanan terhadap sabda allah. 

namun demikian, Konsili Vatikan ii mengajarkan bahwa berkat baptis-

penguatan-ekaristi, semua umat beriman ambil bagian dalam tiga tugas 

Yesus Kristus sebagai imam-raja-nabi. semua umat bertanggungjawab 

sebagai pewarta sabda sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mereka. 

6. Refleksi

Gereja hidup di tengah suatu masyarakat, melahirkan sebuah struktur, 

corak kepemimpinan serta pelayanan yang khas. Umat Gereja perdana bersama-

sama bertanggungjawab atas pewartaan akan Yesus Kristus. ditengah komunitas 

ini , berbagai pelayanan muncul sesuai dengan kebutuhan. salah satu pelayan 

yang penting adalah kenabian. Pelayanan ini berciri kharismatis dan ditujukan 

demi pembangunan jemaat. Kemajemukan pelayanan dan kemajemukan kebutuhan 

Gereja perdana menjadi locus teologicus bagi pelayanan di dalam Gereja. Paulus dalam 

suratnya kepada Umat di Korintus mengingatkan akan kemajemukan pelayanan 

yang berasal dari satu roh demi pembangunan Jemaat (1 Kor 12). dalam konteks 

kemajemukan pelayan ini , pelayan tertahbis mendapatkan tempatnya. Lumen 

Gentium mengingatkan kembali pentingnya pengalaman Gereja perdana dan zaman 

Patristik bagi Gereja sekarang ini. Pelayan tertahbis tidak berada di atas umat allah, 

namun  berada di dalam umat allah (LG 12). Konsili Vatikan mengingatkan bahwa 

pelayanan di dalam Gereja bukanlah monopoli kaum tertahbis, namun  pelayanan 

ini  menjadi tanggungjawab semua umat beriman. Kiranya perlu ditinjau 

148  —  Orientasi Baru, VOl. 21, nO. 2, OktOBer 2012

kembali diskusi dan teologi disekitar imam-awam. apakah terminologi ini  

masih patut dipertahankan? apakah terminologi pelayan tertahbis dan pelayan tidak 

tertahbis dapat menjawab persoalan di Gereja di indonesia saat ini? Jika demikian, 

apa spesialisasi dari para pelayan tertahbis? bagaimana mencari keseimbangan 

baru yang memungkinkan para pelayan tidak tertahbis turut serta secara aktif 

dalam pembangunan Gereja dan para pelayan tertahbis mampu menyumbangkan 

spesialiasi mereka dalam pembangunan Umat allah ini ? Kiranya pendidikan 

para pelayan tidak tertahbis perlu mendapat perhatian khususnya di bidang-bidang 

teologi, kitab suci, pastoral, dan ilmu-ilmu disekitar penggembalaan umat. bidang-

bidang ini , saat ini masih menjadi dominasi dari mereka yang tertahbis.

dari pembahasan kita sampai sekarang ini, Gereja seringkali berhadapan dengan 

saat-saat krisis berkaitan dengan ajaran kristiani yang benar.  Tantangan ini  

muncul dari pihak eksternal maupun umat sendiri. Kita mengenal soal penitensi, soal 

rahmat, soal pembenaran, soal sakramen dan lain sebagainya. Gereja indonesia (asia 

pada umumnya) sekarang ini menghadapi persoalan berkaitan dengan dialog dengan 

budaya, agama dan kemiskinan36. Untuk menjawab persoalan yang dihadapi, Gereja 

memegang prinsip yakni kesetiaan kreatif terhadap Tradisi dan injil. setia berarti 

memegang teguh dan utuh iman kita akan Yesus yang menyelamatkan kita melalui 

sengsara-wafat-kebangkitannya. Kreatif berarti menemukan bahasa baru untuk 

menyatakan kebenaran iman ini  sesuai dengan zaman yang dihadapi. Kreatifitas 

ini mengandaikan kita menyadari keterbatasan bahasa manusia. namun demikian, 

kita juga diajak untuk menerima dua kutub yang tidak mudah untuk didamaikan: 

unsur manusiawi dan unsur ilahi, unsur kesucian dan  unsur kelemahan-dosa kita, 

unsur rahmat dan usaha serius kemanusiaan kita. di dalam Credo kita percaya akan 

Gereja yang katolik. adakah kita juga menerima kemajemukan teologis disekitar 

soal dialog dengan agama-agama, dengan budaya dan kemiskinan? bahasa refleksi 

teologis sudah bersentuhan dan menjawab tantangan Gereja indonesia, atau bahasa 

refleksi teologis masih sebagai turunan dari traktat-traktat teologi yang bersetting 

Gereja-Gereja di eropa barat? 

berkaitan dengan soal pewartaan akan ajaran yang benar, zaman kita menyimpan 

beberapa perdebatan disekitar kualifikasi ajaran dan konsekuensinya bagi Gereja. 

Kita mengenal perdebatan teologis yang sangat dinamis berkaitan dengan ensiklik 

Humanae Vitae, kewajiban selibat bagi para imam, peran sentral Yesus Kristus dalam 

kaitan dengan dialog dengan agama-agama, dialog dan Missi, soal pelayan tertahbis 

dan tidak tertahbis dan masih banyak lagi. secara teologis kita mengenal hirarki 

kebenaran (Oe 11) dan tingkatan ajaran sebagaimana diakui oleh para teolog37 

1. dogma definitif (ajaran definitif yang ditetapkan oleh magisterium). 

Contohnya adalah dogma Maria diangkat ke surga. Umat beriman dituntut 

persetujuan imannya; umat wajib percaya. Orang beriman melakukan satu 

tindakan iman, percaya bahwa ajaran ini  diwahyukan allah. Mereka 

    149 

yang tidak setuju dan menolak ajaran ini  dikelompokkan sebagai 

heresi/bidaah. 

2. doktrin definitif (ajaran ini ditetapkan oleh Gereja atau oleh Konsili). 

Contohnya hanya tanggapan terhadap Wahyu disebut iman. Orang 

beriman menerima, memegang teguh ajaran-ajaran ini  sebagai 

kebenaran iman Gereja. Umat beriman dituntut persetujuan imannya ; 

umat wajib percaya. 

3. doktrin tidak definitif tapi otoritatif (ajaran ini dinyatakan oleh 

magisterium). Contohnya: ajaran Humanae Vitae. setiap orang kristiani 

diharapkan berjuang untuk memadukan satu ajaran Gereja ke dalam sikap 

hidupnya sambil mengakui adanya peluang ketidak sempurnaan ajaran. 

4. berbagai peringatan arif dan penerapan doktrin (ketetapan ini dapat 

dikeluarkan oleh institusi-institusi di dalam Gereja). Contohnya sikap 

Vatikan ii tentang ekumenisme, penerapan peraturan-peraturan bagi 

ekumenisme. Umat beriman diharapkan mentaati dengan suara hatinya. 

secara lebih detail Gustave Thils38 menjelaskan tingkatan ajaran ini  dalam 

delapan poin: 

1)  Kebenaran iman – ilahi (Kebenaran yg secara formal ada dalam 

Pewahyuan). 

2)  Kebenaran iman – ilahi dan katolik (kebenaran formal Pewahyuan 

dan diperuntukkan bagi seluruh umat melalui sebuah tindakan khas 

magisterium). 

3)  Kebenaran – dekat dengan iman (kebenaran yang diputuskan oleh para 

Uskup dan para teolog).

4)  Kebenaran iman eklesiastik (kebenaran yang berhubungan erat dengan 

iman : filsafat yang berkaitan dengan konsep manusia dan kebangkitan).

5)  Kebenaran yang secara teologis pasti dan umum (kebenaran yang diterima 

oleh banyak teolog dalam kesetiaan kepada Pewahyuan)

6)  Kebenaran teologis yang sangat berdasar (Kebenaran yang diterima oleh 

para teolog dalam bidangnya sebagau sebuah kebenaran yang serius 

dipertanggungjawabkan)

7)  Kebenaran yang memiliki probabilitas riil. 

8)  ajaran yang meyakinkan (penelitian dan pengetahuan kita).

Pada zaman kita sekarang ini, kita seringkali mengalami kesulitan sebab  

kualifikasi ajaran ini  tidak diberikan secara gamblang. akibatnya pernafsiran 

sebuah ajaran seringkali dipengaruhi oleh orientasi teologis dominan di dalam 

suatu Gereja lokal. Pada saat ini, persoalan ini  menjadi lebih kompleks dengan 

hadirnya dunia komunikasi seperti internet, website, facebook, dlsb. Gereja dapat 


menentukan dengan garis yang tegas ajaran-ajaran yang sesuai dengan khazanah 

iman rasuli. namun siapa pun dapat menulis dan mengupload dan menampilkan 

ajaran apa pun. diperlukan cara-cara baru untuk membantu umat allah semakin 

bersikap kritis terhadap bermacam-macam informasi dan ajaran yang ditemukan di 

dalam dunia maya. 

dari segi ajaran resmi Gereja, Konsili Vatikan i telah memberi patokan yang 

sangat rinci berkaitan dengan kualifikasi ajaran yang kita sebut dengan dogma. 

Patokan ini  dinyatakan dalam rumusan ex cathedra. semua ajaran yang 

dinyatakan oleh magisterium dan tidak memenuhi kriteria ex cathedra, ajaran ini  

tidak dapat dikualifikasikan sebagai sebagai sebuah dogma. 

Ciri tidak dapat sesat itu ada pada imam agung di roma, Kepala dewan para 

Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap 

Umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 

22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif. 

Oleh sebab  itu sepantasnyalah dikatakan, bahwa ketetapan-ketetapan ajaran 

beliau tidak mungkin diubah dari dirinya sendiri, dan bukan sebab  persetujuan 

Gereja. sebab ketetapan-ketetapan itu dikemukakan dengan bantuan roh Kudus, 

yang dijanjikan kepada Gereja dalam diri santo Petrus (LG 25).

Fungsi kenabian dalam Gereja saat ini seringkali dikaitkan dengan kuasa 

mengajar Gereja dan kuasa mengajar magisterium. Kuasa mengajar ini merupakan 

sebuah “kharisma pelayanan” di dalam Gereja untuk menghantar umat allah sampai 

kepada kebenaran. Magisterium tidak berada diatas sabda allah, akan namun  sebagai 

pelayan sabda allah. ajaran yang diberikan kepada Gereja merupakan penjabaran 

dari kasanah iman yang diterima dari para rasul, yang dijabarkan dengan prinsip 

kesetiaan yang kreatif, sehingga mampu menjawab tanda-tanda zaman dengan 

bahasa yang sesuai dengan zamannya. 

Francis Purwanto SCJ

Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; 

Skolastikat SCJ, Jl. Kaliurang Km. 7,5, Yogyakarta; email: fransiskus.purwanto@gmail.com.

Catatan Akhir:

1 Cf. st. darmawijaya, Tindak Kenabian. Kisah Perbuatan aneh para Nabi, 84-102.

2 “dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun 

dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri 

akan kepenuhan seperti nabi.Maka roh TUHan akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan 

bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain” (1 sam 10:5-6). “Menjelang saatnya 

TUHan hendak menaikkan elia ke sorga dalam angin badai, elia dan elisa sedang berjalan dari 

Gilgal. Ketika rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat dia dari jauh, mereka berkata: ‘roh elia 

telah hinggap pada elisa.’ Mereka datang menemui dia, lalu sujudlah mereka kepadanya sampai ke 

tanah” (2 raj 2:1; 15).

    151 

3 “sungguh, Tuhan aLLaH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-nya kepada hamba-

hamba-nya, para nabi” (amos 3:7).

4 st. darmawijaya, Warisan Para Nabi, 18-22.

5 st. darmawijaya, Warisan Para Nabi, 22.

6 C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, 213.

7 st. darmawijaya, Gelar-Gelar Yesus, 145-152.

8 “bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari 

antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan 

dikatakannya kepadamu. dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, 

akan dibasmi dari umat kita. dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari samuel, dan sesudah 

dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat 

bagian dalam perjanjian yang telah diadakan allah dengan nenek moyang kita, ketika ia berfirman 

kepada abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. dan bagi kamulah 

pertama-tama allah membangkitkan Hamba-nya dan mengutus-nya kepada kamu, supaya ia 

memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu” (Kis 

3:22-26).